4i (KENALI-CARI-PAKAI-EVALUASI): USULAN MODEL LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PENGENALAN DAN PENGAJARAN LITERASI INFORMASI BAGI MASYARAKAT INDONESIA Arief Wicaksono1
[email protected],
[email protected] Abstrak Masyarakat perlu dikenalkan dan diajarkan tentang kemampuan literasi informasi yang merupakan kemampuan penting dalam masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Model literasi informasi sangat dibutuhkan dalam mengenalkan konsep literasi informasi. Pengembangan model literasi informasi dapat dilakukan untuk memudahkan pengenalan dan pengajaran literasi informasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari target lingkungannya. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ( Perpusnas ) sebagai penggiat literasi informasi belum menetapkan secara resmi model literasi informasi yang digunakan dalam mengenalkan dan mengajarkan literasi informasi kepada masyarakat. Kenali-Cari-Pakai-Evaluasi atau disingkat 4i merupakan usulan model informasi yang dapat dipakai dalam mengenalkan dan mengajarkan literasi informasi kepada masyarakat umum di Perpusnas. Usulan model ini dirangkum dari konsep literasi informasi. Pengujian cakupan usulan model ini dilakukan melalui penyandingan dengan kompetensi literasi informasi dari CILIP, model literasi informasi Big6, dan standar literasi informasi dari ACRL, Information Literacy Compentency Standards for Higher Education. Kata Kunci: literasi informasi, model literasi informasi, perpusnas. Abstract This article discuses Indonesian translation of Dewey Decimal Classification (DDC) from historical point of view. Since 1894, DDC has been published in 2 (two) versions: abridged and unabridged. The first abridged edition (1894) was derived from unabridged edition of DDC 15 (1894). The latest abridged version of DDC 15 is the 2012 edition. DDC has been translated into 30 languages including Bahasa Indonesia. Indonesian version of DDC has been published since 1953. This edition was translated from the abridged version of 1935 edition. Since then, the Indonesian translation has been published individually in 1959, 1970 and 1978. In 1979, DDC translation was done by the Center for Library Development. This edition was translated from abridged version of DDC 10. The latest edition is translated from abridged version of DDC 14 (2004) published by the National Library of Indonesia in 2011. Currently, the National Library of Indonesia is working on the latest translation of abridged version of DDC 15 (2012). This article will also discuss the role of the National Library in conduction Indonesian translation of DDC. Keywords : information literacy, information literacy model, national library of Indonesia
1
Pustakawan Pertama di Perpustakaan Nasional RI
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
11
A. Latar Belakang Istilah literasi informasi diperkenalkan pertama kali oleh Paul G. Zurkowski pada tahun 1974. Saat itu, Zurkowski menjabat sebagai Presiden the Information Industry Association. Zurkowski mengusulkan bahwa prioritas utama program nasional U.S. National Commission on Libraries and Information Science adalah membangun sebuah program utama untuk mencapai literasi informasi universal di tahun 1984 (Latuputty, 2013). Masyarakat umum perlu mempunyai kemampuan literasi informasi yang merupakan kompetensi yang dimiliki pustakawan. Sejak itu, pustakawan mulai sadar akan kepentingan literasi informasi bagi masyarakat umum. Pada tahun 2009, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menyatakan bahwa bulan Oktober merupakan Bulan Penyadaran Literasi Informasi Nasional. Dikatakan pula bahwa kita harus mampu untuk memperoleh, memeriksa, dan mengevaluasi informasi dalam setiap kondisi. Di Indonesia, gaung literasi informasi mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak. Perpustakaan menyelenggarakan berbagai pelatihan, seminar, dan pertemuan ilmiah lain mengenai literasi informasi. Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) sejak tahun 2005 mengenalkan literasi informasi kepada pustakawan di perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, dan umum melalui seminar dan lokakarya (Blasius, dkk., 2009:11). Selain kepada pustakawan, Perpusnas RI juga perlu meningkatkan perannya dalam mengantarkan literasi informasi menjadi kemampuan dasar masyarakat umum. Pengenalan literasi informasi kepada masyarakat dapat dilakukan melalui kampanye literasi informasi secara nasional atau melalui kelas-kelas kecil dan rutin dengan pemustaka yang berbeda-beda dalam bimbingan pemustaka yang telah dilayanani selama ini. Pendekatan yang berbeda diperlukan
12
dalam mengenalkan dan mengajarkan literasi informasi kepada masyarakat umum. Perpusnas R.I. perlu mengajarkan literasi informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum. B. Permasalahan Pengajaran literasi informasi kepada masyarakat perlu ditentukan model literasi informasi yang akan dipakai karena itu sangat penting dalam pengajaran. Itu sebabnya bahwa beberapa perguruan tinggi telah mengembangkan teknik dan modul pelatihan untuk mengenalkan kemampuan ini bagi para mahasiswa (Blasius, dkk., 2009:4). Hingga saat ini, Perpusnas RI belum menetapkan dengan resmi model literasi yang akan dipakai dalam pengenalan dan pengajaran literasi informasi kepada masyarakat umum. C. Tinjauan Pustaka 1. Literasi Informasi Banyak terdapat definisi literasi informasi. Namun, dalam penelitian ini hanya diungkap dua definisi saja yang diambil dari standar kompetensi literasi informasi. Literasi informasi (ACRL, 2000:2) adalah sekumpulan kemampuan dari seseorang untuk mengetahui kapan dirinya membutuhkan informasi dan mampu menelusur, mengevaluasi, dan menggunakan informasi tersebut. Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (2012:13), literasi informasi adalah kemampuan untuk mengenali kebutuhan informasi termasuk pemahaman tentang bagaimana perpustakaan yang terorganisir, mengenal sumber daya yang tersedia (format informasi dan sarana penelusuran secara otomatis) dan pengetahuan terhadap teknik-teknik penelusuran yang biasa digunakan. Literasi informasi berarti juga kemampuan untuk mengevaluasi secara kritis cakupan (isi) informasi dan menggunakannya secara efektif sesuai etika informasi serta memahami infrastruktur informasi
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
yang mendasari pengiriman informasi mencakup hubungan dan pengaruh sosial, politik, dan budaya. Dengan kemampuan literasi informasi, sesuai dengan kedua definisi tersebut, akan terbentuk masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Diao Ai Lien, dkk. dalam Latuputty dan Mulkan (2012) mengatakan literasi informasi adalah kemampuan melakukan manajemen pengetahuan dan belajar sepanjang hayat. Alexandria Proclamation di tahun 2005 menyatakan bahwa literasi informasi adalah sebagai hak asasi manusia dan elemen yang penting dari pembelajaran sepanjang hayat (UNESCO, 2005). Berikut ini digambarkan siklus manusia pembelajar sepanjang hayat (literasi informasi)
Penelusuran
Evaluasi
Kebutuhan Penggunaan 2. Model Literasi Informasi
Ada berbagai model literasi informasi yang dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi kepada masyarakat. Basuki (2013) mengatakan bahwa keberadaan model memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai komponen dan menunjukkan hubungan antarkomponen. Model dapat juga digunakan untuk menjelaskan apa yang di maksud dengan literasi informasi. Blasius, dkk. (2009:27) mengatakan model-model literasi informasi merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan mereka untuk memiliki kemampuan untuk mencari informasi dengan tepat. Model literasi informasi yang terkenal dan banyak dipakai adalah adalah Big6 dan Empowering8. Latuputty dan Hanna Chaterina (2013) mengatakan bahwa di Indonesia telah lahir VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
sebuah model model literasi informasi yang baru yang disebut dengan tujuh langkah Knowledge Management yang dikembangkan oleh Diao Ai Lien dan kawan-kawan dari Universitas Atmajaya, Jakarta pada tahun 2007. Latuputty, dkk (2012) juga mengembangkan model literasi informasi untuk siswa di pesantren. Namun, dari empat model literasi informasi tersebut, keseluruhannya dikembangkan dalam lingkungan lembaga pendidikan, yaitu sekolah dan perguruan tinggi karena program literasi informasi secara tradisional diselenggarakan oleh perpustakaan akademis (SURE, 2014). 3. Model Literasi Informasi Perpustakaan Nasional Di Singapura, National Library Board (NLB) mempunyai program kampanye literasi informasi secara nasional. Dalam program tersebut, NLB mengembangkan model literasi informasi sendiri. Agar mudah dimengerti, NLB menyaring konsep literasi informasi ke dalam tagline Source, Understand, Research, Evaluate (SURE, 2014). Source berarti pastikan sumber informasi yang digunakan kredibel dan reliabel. Understand berarti lihat kepada fakta dari pada opini. Research berarti lakukan investigasi secara menyeluruh sebelum membuat kesimpulan, cek, dan bandingkan dengan berbagai sumber; Evaluate berarti lihat dari sudut pandang yang berbeda. Seperti yang telah dilakukan NLB, selain melakukan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Perpusnas RI dapat melangkah juga untuk melakukan Gerakan Pemasyarakatan Literasi Informasi (GPLI). Untuk itu, Perpusnas RI perlu mengembangkan sendiri model literasi informasi yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Model literasi informasi diperlukan untuk pengenalan dan pengajaran literasi informasi kepada masyarakat umum. Model literasi informasi yang akan dikembangkan harus mampu
13
menampung konsep literasi informasi. Menurut Dhama (2014), model itu bersifat sederhana, generik, fleksibel, dan merupakan panduan dan dinyatakan pula bahwa model ini berbeda dengan standar yang bersifat kompleks, permanen, kaku, dan merupakan suatu pengukuran. Tabel 1: Perbandingan Model Literasi Informasi Diao Ai Lie, dkk. Model Literasi Informasi George Latuputty dan Mulkan, dan SURE Diao Ai Lien, dkk. dalam Latuputty (2013)
Merumuskan -- Merumuskan masalah masalah - Mengidentifikasi Mengidentifikasi dan mengakses dan mengakses informasi informasi - Mengevaluasi - Mengevaluasi sumber informasi sumber dan informasi informasi dan - Menggunakan informasi informasi - Menggunakan - Menciptakan informasi karya - Menciptakan - Mengevaluasi karya karya - Mengevaluasi - Menarik karya Pelajaran Menarik
Hanna Chaterina GeorgeLatuputty dan Dede Mulkan dalam Latuputty, (2013) Need -- Need ‘kebutuhan ‘kebutuhan informasi ‘ informasi ‘ - Access ‘akses -Informasi Access ‘akses Informasi Locate/penelus -uran Locate / penelusuran -Synthesize/pen Synthesize / yelarasan penyelarasan -Create/pencipt Create / penciptaan aan -- Evaluate / Evaluate/penge pengevaluasian valuasian
SURE (SURE, 2014)
Model literasi informasi disesuaikan dengan tujuan penerapan. Model yang dikembangkan untuk perpustakaan sekolah lebih sederhana jika dibandingkan dengan model untuk perpustakaan perguruan tinggi. Model yang dikembangkan NLB lebih sederhana karena memang diperuntukkan untuk masyarakat umum. Dengan tagline SURE, NLB menginginkan literasi informasi mudah diingat, dipahami, dan diterapkan. D. Metode Penelitian
- Source ‘sumber’ Understan d ‘dipahami ’ Research/ ‘penelitian ’ Evaluate’ evaluasi’
Diao Ai Lien dan kawan-kawan membuat model literasi informasi untuk perpustakaan perguruan tinggi. Sementara itu, Latuputty,
14
dkk. (2012) membuat model literasi informasi untuk perpustakaan sekolah atau pesantren. SURE adalah model literasi informasi yang dikembangkan NLB untuk masyarakat umum.
Konsep literasi informasi dapat digambarkan melalui definisi literasi informasi, model literasi informasi, kompetensi yang dilingkup literasi informasi, dan standar literasi informasi. Definisi, model, kompetensi, dan standar literasi informasi saling menguatkan akan konsep literasi informasi itu sendiri. Pengujian model literasi informasi yang diusulkan dilakukan dengan menyandingkan kompetensi literasi informasi dari Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP), model Iiterasi Informasi Big6, dan standar literasi dari Association of College and Research Libraries (ACRL), dan Information Literacy Compentency Standards for Higher Education. E. Pembahasan 4i (Kenali-Cari-Evaluasi-Pakai) Berdasarkan hal-hal tadi, Perpusnas mengembangkan sendiri model literasi informasi
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
yang akan digunakan dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep literasi informasi kepada masyarakat umum. Untuk itu, 4i (Kenali-CariEvaluasi-Pakai) diusulkan sebagai model literasi informasi yang dapat digunakan Perpusnas RI Model literasi informasi ini pernah disampaikan dalam Modul Penelusuran Internet: Modul Layanan Perpustakaan Elektronik Keliling (Wicaksono, 2014). Modul tersebut menguraikan tentang pengenalan kebutuhan informasi, penelusuran informasi di internet, evaluasi informasi, dan penggunaan informasi (Wicaksono, 2014:1). Berikut adalah model literasi informasi 4i (Kenali-Cari-Evaluasi-Pakai), yaitu model literasi informasi yang diusulkan:
3. Evaluasi/mengevaluasi informasi Informasi yang didapat dari hasil penelusuran dievaluasi. Dalam mengevaluasi perlu memperhatikan kualitas informasi, yaitu mengenai kemutakhiran informasi, otoritas informasi, dan tujuan informasi. Selain itu, juga perlu membedakan fakta, opini, dan melakukan perbandingan. Dalam melakukan perbandingan dapat dilakukan penelitian “kecil” dengan menggunakan informasi dari berbagai sumber dan dari berbagai sudut pandang. Evaluasi informasi dilakukan untuk mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya. 4. Pakai/menggunakan informasi
1. Kenali/mengenali kebutuhan informasi Begitu banyak pertanyaan dalam kehidupan, yaitu mulai dari yang sederhana hingga ke bentuk pertanyaan yang kompleks. Pertanyaan adalah kebutuhan informasi. Dalam mengenali kebutuhan informasi dapat dibuat pertanyaan yang lebih dalam jika diperlukan. Dengan demikian, dapat diketahui dengan jelas apa sebenarnya kebutuhan informasi yang ingin diketahui. 2. Cari/menelusuri informasi Setelah mengetahui dengan jelas kebutuhan informasi, perlu ditelusuri informasi yang dapat menjawab pertanyaaan tersebut. Penelusuran informasi dapat menggunakan sumber informasi, baik yang ada dalam perpustakaan maupun di luar perpustakaan. Dalam melakukan penelusuran informasi diperlukan strategi agar penelusuran dilakukan dengan efektif dan efisien.
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
Saatnya menentukan jawaban dari informasi yang telah dievaluasi dan menggunakannya untuk menjawab pertanyaan atau kebutuhan informasi. Dalam penggunaan informasi juga harus melihat etika yang ada, terlebih lagi ketika informasi tersebut dikomunikasikan kepada orang lain. Misalnya, jika informasi yang dikomunikasikan adalah pendapat orang, perlu diperjelas siapa yang mengungkapkannya (otoritas). Untuk menguji apakah usulan model literasi informasi 4i (Kenali-Cari-EvaluasiPakai) telah memenuhi konsep literasi informasi digunakan tiga cara, yaitu (i) disandingkan dengan kemampuan yang dibutuhkan dalam literasi informasi, (ii) disandingkan dengan model literasi informasi, dan (iii) disandingkan dengan information literacy compentency standards for higher education.
15
Menurut CILIP (2013), sandingan model
Menurut Dhama (2009), sandingan Model Literasi
literasi informasi 4i (Kenali-Cari-Evaluasi-Pakai)
Informasi 4i (Kenali-Cari-Evaluasi-Pakai) dengan
dengan dengan kemampuan yang dibutuhkan
Model Literasi Informasi Big6 dapat dilihat pada
dalam literasi informasi dapat dilihat pada Tabel
Tabel 3 berikut.
2 berikut. Tabel 3:
Model Literasi Kemampuan Informasi 4i Literasi Informasi (Kenali-Caridari CILIP EvaluasiPakai) 1. Kebutuhan Kebutuhan 1. Kenali Informasi informasi Daya daya 2. Cari 2. Sumber Sumber Tersedia tersedia 3. Bagaimana Bagaimana Menemukan menemukan Informasi informasi 4. Mengevaluasi hasil 3. Evaluasi temuan Bagaimana bekerja 5. Bagaimana bekerja 4. Pakai dengan atau atau mengekploitasi hasil mengekploitasi hasil temuan temuan 6. 6. Penggunaan Penggunaan yang yang beretika dan beretika dan bertanggung jawab bertanggungjawab 7. 7. Mengkomunikasikan atau berbagai temuan Mengkomunikasikan atau berbagi temuan 8. Mengelola temuan 8. Mengelola temuan
16
Sandingan Model Literasi Informasi Big6 dan Model Literasi Informasi Kenali-Cari-EvaluasiPakai
Model Literasi Informasi Big6
Model Literasi Informasi 4i (KenaliCariEvaluasiPakai) 1. Kenali
1. Definisi tugas - DefinisikanDefinisikan permasalahannya - Mengidentifikasi kebutuhan informasi 2. Strategi pencarian 2. Cari informasi 3. Evaluasi - Melakukan brainstorm terhadap semua sumber informasi pendukung yang mungkin untuk digunakan - Memilih sumbersumber yang terbaik. 3. Lokasi dan akses - Mencari sumbersumber informasi - Mencari informasi dalam sumber
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
4. Penggunaan informasi 4. Pakai - Menangani informasi yang tersimpan, dengan cara membaca, mendengarkan, mewawancarai, mengamati dan mengobservasi informasi tersebut - Menyarikan informasi yang ada 5. Sintesa - Mengorganisasikan berbagai sumber yang terpisah-pisah menjadi satu bentuk produk/hasil yang sitematis - Menunjukkan, menyebarkan informasi yang tersimpan dalam produk kita kepada orang lain 6. Evaluasi - Evaluasi mengenai bentuk hasil/produk dari kegiatan riset yang dilakukan - Evaluasi yang lebih mengarah pada: cara dan proses pembuatan tulisan tersebut Menurut ACRL (2000:8--14), sandingan Model Literasi Informasi 4i (Kenali-Cari-EvaluasiPakai) dengan information literacy compentency standards for higher education dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4: Sandingan Information Literacy Compentency Standards for Higher Education dan Model Literasi Informasi Kenali-CariEvaluasi-Pakai
Informaton Literacy Compentency Standards for Higher Education 1. Mahasiswa yang literat informasi mampu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan
Model Literasi Informasi 4i (Kenali-CariEvaluasiPakai) 1. Kenali
2. Mahasiswa yang literat 2. Cari informasi mengakses kebutuhan informasi secara efektif dan efisien 3. Mahasiswa yang literat 3. Evaluasi mengevaluasi informasi dan sumber informasi secara kritis dan menjadikan informasi yang dipilih sebagai dasar pengetahuan 4. Mahasiswa yang literat 4. Pakai menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan efektif dan efisien 5. Mahasiswa yang literat informasi memahami isu ekonomi, hukum dan sosial sekitar penggunaan dan pengaksesan informasi secara etis dan hukum F. Penutup 1. Kesimpulan Model literasi informasi yang dikembangkan sendiri oleh Perpusnas RI hanya sebagai cara mempermudah pemahaman akan
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
17
konsep literasi informasi untuk masyarakat umum. 4i (Kenali-Cari-Evaluasi-Pakai) hanya sebatas usulan model literasi informasi yang dapat digunakan oleh Perpustakaan Nasional RI yang belum menetapkan model literasi informasi yang ingin digunakan. Jika disandingkan dengan kompetensi literasi informasi, model literasi informasi yang lain dan standar literasi informasi yang ada, Model Literasi Informasi 4i (KenaliCari-Evaluasi-Pakai) dapat mencakup konsep literasi informasi yang ada. 2. Saran Model Literasi Informasi 4i ( Kenali - Cari - Evaluasi - Pakai) perlu diuji dalam penggunaan sehari-hari untuk mencapai model yang terbaik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi studi pendahuluan.
Daftar Pustaka ACRL (Association of College and ResearchLibraries). 2000. “Information Literacy Competency Standards for Higher Education”. [http://www.ala.org/acrl/sites/ala.org.ac rl/ files/content/standards/standards.pdf],d iakses 28 Januari 2015. Baskoro, Dhama Gustiar. 2009. “Literasi Informasi 6: BIG6 sebagai salah satu metode Literasi Informasi”. [http://dbaskoro.blogspot.com/2009/03 /literasi-informasi-6-big6- sebagaisalah.html], diakses 6 Februari 2015. ............... 2014. “Pengantar literasi informasi”, dalam Pelatihan Literasi Informasi untuk Pustakawan Layanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 18--22 Agustus 2014.
18
CILIP (Chartered Institute of Library and Information Professionals). 2013. “Information Literacy-Definition”. [http://www.cilip.org.uk/cilip/advocacy -campaigns-awards/ advocacycampaigns/informationliteracy/information-literacy], diakses 3 Februari 2015. Latuputty, George dan Hanna Chaterina. (2013). “Cerdas di Era Informasi: Penerapan Literasi Informasi di Sekolah untuk Menciptakan Pembelajar Seumur Hidup”. [http://halatuputty.blogspot.com/2013/1 2/cerdas-di-era-informasipenerapan.html], diakses 28 Januari 2015. Latuputty, George, dkk. 2012. “Developing a Media and Information Literacy Program: a MIL Program Guide for Teachers and Librarians on Elementary School in Indonesia. Paper disajikan pada The 15th Consal Meeting and General Conference”. [http://consalxv.pnri.go.id/uploaded_fil es/pdf/papers/normal/Id_Hanna_Dede_ Media InformationLiteracy_fullpaper.pdf], diakses 13 Januari 2015. Indonesia. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2012. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 83 Tahun 2012 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Kemasayrakatan, Kemasyarakatan, Hiburan dan Perorangan Lainnya Bidang Perpustakaan menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
Obama, Barack. “2009. National Information Literacy Awareness Month, 2009”. [http://www.whitehouse.gov/assets/doc uments/2009literacy_prc_rel.pdf],diaks es 6 Februari 2015. Basuki, Sulistyo. 2013. “Literasi Informasi dan Literasi Digital”. [https://sulistyobasuki.wordpress.com/ 2013/03/25/literasi-informasi-danliterasi-digital],diakses 2 Februari 2015.
UNESCO. 2005. “Information Literacy”. [Http://Portal.Unesco.Org/Ci/En/Ev.Ph pUrl_Id=27055&Url_Do=Do_Topic&U rl_Section=201.Html], diakses 31 Januari 2015. Wicaksono, Arief. (2014). Modul Penelusuran Internet: Modul Layanan Perpustakaan Elektronik Keliling. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
SURE. 2014. “Developing Discerning Information Users”. Singapore: National Library Board. Diunduh dari [http://www.nlb.gov.sg/sure/wpcontent/uploads/2014/01/NILB_About _lowres_ FA.pdf], diakses 31 Januari 2015.
VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 1 April 2015
19