PENELUSURAN INFORMASI MELALUI OPAC OLEH PEGAWAI DI PERPUSTAKAAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN RI ALEXANDER SAPTO (0806392584) DI BAWAH BIMBINGAN TAUFIK ASMIYANTO, M.SI. TELAH DIUJIKAN PADA TANGGAL 17 JUNI 2013 ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC, hambatan yang dialami pemakai saat melakukan penelusuran dan tingkat keberhasilan dalam temu kembali dokumen. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menyarankan untuk memperbaiki fitur dan isi yang terdapat di OPAC, menambah fasilitas komputer dan membuat panduan mengenai penggunaan OPAC yang baik. Hal tersebut dilakukan agar mempermudah dan mempercepat pengguna dalam melakukan proses penelusuran informasi di perpustakaan. Kata Kunci: OPAC, Penelusuran Informasi ABSTRACT This essay discussed about information retrieval through OPAC, barriers experienced by user, and success rate in document retrieval. This research using qualitative methods and case studies presented by descriptive. Results of the essay is suggesting to fix the contents and feature of OPAC, adding computer facilities and create guidelines on the use of OPAC good. This is done in order to simplify and speed up the user in the process of information retrieval in the library Keyword: OPAC, Information Retrieval 1. PENDAHULUAN Untuk menunjang kegiatan penelusuran informasi bahan pustaka, perpustakaan memerlukan alat bantu baik secara manual maupun menggunakan komputer yang disebut dengan katalog. Tanpa adanya alat telusur lokasi bahan pustaka, pengguna tidak mungkin menemukan kembali suatu bahan pustaka yang diinginkannya diantara sekian banyaknya koleksi perpustakaan. Kebutuhan para pemakai perpustakaan pada dasarnya cenderung lebih menginginkan informasi cepat dan tepat dalam mendapatkan informasi, mudah dalam
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
mengakses, praktis dan efisien serta tidak memerlukan waktu yang lama dalam mendapatkan informasi. Sekarang terjadi perubahan perilaku pemakai perpustakaan yang mencari informasi dari manual beralih ke komputer dan melalui internet. Penulis mendapati berbagai literatur yang memuat pendapat dan hasil penelitian yang menyatakan bahwa menemukan informasi di OPAC tidaklah semudah yang diperkirakan orang selama ini. Untuk itu penelusur informasi diharapkan memahami ataupun setidaknya mengetahui tentang teknik formulasi kata kunci, dan pemilihan subjek pada saat melakukan penelusuran informasi. Ketidaktahuan pemakai OPAC tentang teknik atau strategi penelusuran informasi yang efektif dan efisien ini akan mempengaruhi perilaku penelusur yang umumnya dilakukan secara tidak terarah dan cenderung coba-coba. Kemudian setelah penulis mengetahui proses penelusuran informasi yang dilakukan oleh pemakai dengan menggunakan OPAC maka dimungkinkan untuk mengetahui keefektifan OPAC dalam membantu pemakai saat melakukan penelusuran informasi dan bagaimana pemakai memahami prinsip kerja OPAC sebagai usaha untuk memanfaatkan informasi yang tersebar di berbagai koleksi perpustakaan. 1.2
Permasalahan Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana pemakai
perpustakaan khususnya pegawai melakukan penelusuran informasi dengan menggunakan OPAC (Online Public Access Catalog) di perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal, beserta hambatan apa saja yang dialami oleh pemakai saat penelusuran dan tingkat keberhasilan penelusuran dalam temu kembali dokumen. 1.3
Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui strategi penelusuran yang digunakan pemakai untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan OPAC secara cepat dan efisien.
2.
Mengetahui hambatan dan kendala apa saja yang dialami oleh pemakai saat melakukan penelusuran dengan menggunakan OPAC
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat berguna dalam kaitannya dengan:
1.
Manfaat Akademik: Penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan Ilmu Perpustakaan dan
Informasi, khususnya dibidang penelusuran informasi dengan menggunakan katalog online di perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2.
Manfaat Praktis :
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang katalog online yang ada di perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal untuk membantu pegawai dalam menunjang penelusuran informasi. 2. TINJAUAN LITERATUR 2.1
Perpustakaan Khusus Jika kita memperhatikan secara mendasar bahwa Perpustakaan khusus merupakan
perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi dan misi dari lembaga-lembaga khusus dan berfungsi sebagai pusat informasi terutama yang berhubungan dengan penelitian, pendidikan dan pengembangan serta dapat dijadikan sebagai media promosi yang efisien bagi institusi, baik pada institusi pemerintah maupun swasta (Standar Perpustakaan Khusus, 2002 : 3). 2.2
Kajian Pemakai Penelitian ini termasuk dalam bidang kajian pemakai karena mengkaji manusia dan
perilakunya ketika melakukan strategi penelusuran informasi. Bidang kajian pemakai adalah salah satu bidang yang paling sering diteliti dalam ilmu perpustakaan dan informasi 2.3
OPAC (Online Public Access Catalog) Opac adalah kepanjangan dari Online Public Access Catalogue. Sebuah Opac berisi
semua cantuman bibliografi dan merupakan pusat informasi. OPAC adalah sebuah bentuk modern dan fleksibel dari katalog, biasanya memiliki akses yang cepat dan mutakhir mengenai informasi yang terdapat dikomputer. Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS) mendefinisikan OPAC sebagai sebuah akronim untuk katalog online terpasang, sebuah pangkalan data yang berisi cantuman bibliografi serta mendeskripsikan buku dan bahan lain yang dimiliki oleh suatu perpustakaan atau sistem perpustakaan. Dapat diakses oleh publik dan biasanya ditempatkan dekat dengan meja referens agar pengguna lebih mudah meminta bantuan pustakawan ketika mengalami kesulitan dalam menggunakannya. Kebanyakan katalog online mudah ditelusur melalui pengarang, judul, subjek dan kata kunci serta memperbolehkan pengguna untuk mengunduh dan memindahkan data ke email mereka. 2.4
Perilaku Penelusuran Informasi Proses perilaku penelusuran informasi dimulai ketika seseorang merasa membutuhkan
informasi yang kemudian diikuti dengan penelusuran informasi baik dilakukan secara individu maupun dengan bantuan staf ahli. Interaksi dengan staf ahli akan mempengaruhi proses penelusuran karena para staf akan membantu penelusur menetapkan istilah
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
penelusuran secara lebih tepat dan memfokuskan penelusuran sehingga lebih efektif (Burton, 2004). Perilaku penelusur informasi akan tercermin pada hubungan dengan unit informasi serta produk dan jasa unit informasi tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku pemakai (penelusur informasi) dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, pendidikan, pengalaman dalam penggunaan produk dan jasa unit informasi, keteraturan unit informasi, kondisi dan waktu yang tersedia, status hirarki, serta kondisi sosio-ekonomi, tingkat pergaulan pemakai, persaingan dalam kelompok, sikap terhadap informasi, serta pengalaman masa lalu pemakai (Sulistyo-Basuki, 1992 : 202). 2.5
Penelusuran Pertanyaan (Query Searching) Terdapat dua jenis penelusura pertanyaan, yaitu penelusuran frase dan kata kunci.
Suatu pertanyaan terdiri atas satu atau beberapa istilah (contohnya, sebuah karakter, nomor, kata-kata, atau frase) dan periciannya, kadangkala disebut juga “formulasi” pertanyaan, yang menetapakan
bagaimana
komponen-komponen
istilah
pertanyaan
ditafsirkan
atau
dihubungkan dengan tujuan penelusuran (misalnya, kombinasi operator Boolean, pemenggalan kata) (Hildreth, 2004). Cantuman bibliografi akan ditemukan sebagai hasil dari penelusuran hanya jika ada kecocokan antara pertanyaan dengan data dalam sistem. Pertanyaan penelusuran dapat terdiri atas suatu frase pra-koordinasi (dengan atau tanpa pemenggalan frase) atau suatu Boolean pasca-koordinasi dari kata kunci. Penelusuran kadangkala gagal (yaitu, jika tidak ada dokumen yang relevan dalam koleksi perpustakaan) kecuali kalau penelusur tahu atau menduga bagaimana istilah (kata atau frase) tampil dalam indek subjek (Hildreth, 2004). 2.6
Titik Akses (Access Points) OPAC memberikan titik-titik akses berdasarkan nama pengarang, judul, dan subjek,
pemakai juga dapat menelusur dengan menggunakan jenis koleksi, nomor klasifikasi, bahasa, seri, dan lain-lain (Borgman, 2002). Penelusur harus mengetahui apakah mereka dapat memasukkan istilah penelusuran yang sesuai dengan kata pertama yang penting dalam titik-titik temu atau apakah semua kata dapat ditelusur. Jika hanya kata pertama yang dapat ditelusur, penelusur harus dapat menentukan kata mana yang mungkin. Contohnya, pada penelusuran nama pengarang dapat meliputi nama keluarga dari semua pengarang atau hanya nama pengarang pertama dari suatu karya. Sedangkan penentuan istilah penelusuran yang tepat untuk badan korporasi lebih sulit digunakan oleh pemakai (Borgman, 2002). 2.7
Strategi Penelusuran Informasi
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Satu dari sekian banyak masalah yang dialami pemakai dan penelusur adalah ketika memulai mencari informasi atas suatu tema/topik pada suatu pangkalan data. Terdapat sejumlah prosedur penting yang harus dilakukan sebelum memulai penelusuran yang benar dan tepat. Langkah-langkahnya adalah memilih sumber informasi yang tepat dan tersedia, mengidentifikasi istilah-istilah penelusuran dan menerapkan strategi penelusuran—sehingga dapat secara lebih efektif menemukan sumber-sumber informasi yang terbaik atas suatu topik. Strategi penelusuran dapat secara kritis memungkinkan penelusur berhasil menemukan buku-buku, artikel-artikel dan dokumen-dokumen lain yang tepat sesuai dengan kebutuhan informasi penelusur tersebut. Suatu strategi penelusuran secara mendasar digunakan pada katalog terpasang, pangkalan data terbitan berseri dan Internet (Brenner, 2002a). Menurut Bates, penelusur seringkali mengalami kesulitan menentukan dan menyatakan kebutuhan informasi mereka. Hal ini disebabkan struktur pangkalan data dan kosa kata yang diberikan sistem penelusuran kemungkinan besar tidak diketahui penelusur. Titik-titik temu yang diperluas dan pilihan-pilihan penelusuran pada katalog terpasang mungkin menyebabkan beragam strategi penelusuran subjek yang digunakan penelusur dalam media yang dibandingkan dengan katalog kartu (Hildreth, 2002b). 3. METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang fenomena pemanfaatan katalog online untuk Badan Kebijakan Fiskal. Menurut Nazir (1988 : 63), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2006 : 110-111), penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktifitas, objek, proses, dan manusia. Selain itu, penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta, identifikasi dan meramalkan hubungan dalam dan antara variabel 3.2
Metode Penelitian Metode studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah penelitian tentang status
subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield dalam Nazir, 1988 : 68). Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir, 1988 : 68). Ada beberapa alasan menggunakan metode deskriptif. Salah satu di antaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode lain. Kemudian metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan. Selanjutnya, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu (Sevilla, 1993 : 72-73). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2006 : 75). Salah satu kekuatan pendekatan kualitatif dalam penelitian yaitu dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan subyek dan bukan semata-mata kesimpulan yang dipaksakan. Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsi fenomena yang diteliti secara utuh. 3.2
Metode Penelitian Metode studi kasus atau penelitian kasus (case study) adalah penelitian tentang status
subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield dalam Nazir, 1988 : 68). Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Nazir, 1988 : 68). Ada beberapa alasan menggunakan metode deskriptif. Salah satu di antaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode lain. Kemudian metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan. Selanjutnya, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu (Sevilla, 1993 : 72-73).
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 2006 : 75). Salah satu kekuatan pendekatan kualitatif dalam penelitian yaitu dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan subyek dan bukan semata-mata kesimpulan yang dipaksakan. Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsi fenomena yang diteliti secara utuh. 3.3
Subyek dan Obyek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah pegawai Badan Kebijakan Fiskal Departemen
Keuangan Republik Indonesia menjadi tempat penelitian, yaitu kepala perpustakaan beserta staf (sukarelawan) perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik Indonesia. Objek penelitian ini adalah katalog online yang ada di perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik Indonesia dan dimanfaatkan oleh para pegawai Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik Indonesia yang menjadi tempat penelitian yaitu perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Republik Indonesia. 4. PEMBAHASAN 4.1 Profil Perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI Dengan adanya reorganisasi di Departemen Keuangan, pada tahun 2006 sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 66 Tahun 2006 nama Bapekki berubah menjadi Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Susunan Organisasi dan Tugas Departemen, sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 466/KMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yaitu Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Pusat Kebijakan Belanja Negara, Pusat Kebijakan Ekonomi dan Keuangan, Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Pusat Kerjasama Internasional serta Sekretariat Badan. Kemudian seiring dengan berlakunya reformasi birokrasi di lingkungan Departemen Keuangan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi BKF sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Keuangan maka struktur organisasi di lingkungan Badan Kebijakan Fiskal menjadi Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal, Pusat Kebijakan Kerja Sama Internasional, dan Sekretariat Badan Kebijakan Fiskal. 4.2
Pengetahuan Pengguna Mengenai OPAC Untuk mengetahui pengetahuan pegawai Badan Kebijakan Fiskal tentang penerapan
informasi melalui OPAC yang telah disediakan oleh perpustakaan BKF, maka perlu diketahui sejauh mana pengetahuan pegawai akan penerapan teknologi informasi melalui OPAC. Pegawai Badan Kebijakan Fiskal telah diberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi melalui OPAC. Untuk mengetahui secara mendalam faktor apa yang menjadi alasan utama penerapan teknologi informai melalui OPAC, maka diajukanlah pertanyaan : Apakah anda mengetahui OPAC yang disediakan oleh perpustakaan Badan kebijakan Fiskal, apakah anda mengetahui cara menggunakannya, seberapa sering anda menggunakannya. Dari wawancara yang dilakukan, diketahui berbagai hasil pengetahuan pegawai Badan Kebijakan Fiskal tentang penerapan teknologi informasi melalui OPAC. Pengetahuan akan penerapan teknologi informasi melalui OPAC yang diberikan informan berbeda-beda, akan tetapi secara garis besar dan menyatakan bahwa mengetahui tentang adanya penerapan teknologi informasi melalui OPAC serta mengetahui cara menggunakannya. 4.3
Alasan Penggunaan OPAC dalam Penelusuran Informasi Penelusuran informasi yang dilakukan oleh para informan melalui OPAC dipengaruhi
beberapa faktor yaitu: hiburan, penelitian dan tugas yang diberikan oleh atasan. Beberapa informan beralasan bahwa mereka menggunakan OPAC di perpustakaan terutama disaat mereka mencari informasi yang berhubungan dengan tugas-tugas kantor dan penelitian. Pada saat melakukan awal penelusuran informasi melalui OPAC, para informan sebelumnya telah mencatat informasi tentang buku-buku yang akan dicari, seperti judul buku, dan/atau nama pengarang. Tetapi, jika mereka sudah mengetahui letak buku atau bahan pustakan lain yang dicarinya tersebut di jajaran koleksi perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal, mereka akan langsung mencari dengan merambangnya di rak. 4.4
Frekuensi dan Waktu Penggunaan OPAC Salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan OPAC dalam perilaku penelusuran
infomasi adalah lamanya waktu penggunaan OPAC. Waktu yang dibutuhkan para informan untuk mencari dan menemukan informasi yang diperlukannya berkisar antar lima sampai lima belas menit. Sedangkan frekuensi penggunaan OPAC oleh informan tergantung pada seberapa seringnya mereka mengunjungi perpustakana Badan Kebijakan Fiskal untuk mencari bahan referensi penelitian dan tugas-tugas kantor.
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
4.5
Penelusuran Informasi Informan memulai penelusuran informasinya dengan menentukan sumber basis data
yang berhubungan dengan infromasi yang sedang dicarinya, dan kemudian menetapkan cariannya dapat dengan menggunakan Boolean Operator atau tidak menggunakannya. Berdasarkan data-data entri yang diperoleh, informan selanjutnya akan memilih entri-entri mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Entri-entri yang sesuai dengan kebutuhan informasi informan kemudian dicatat nomor panggilnya dari buku-buku yang telah dipilih, dan kemudian mereka akan mencarinya ke rak koleksi perpustakaan. 4.5.1
Penentuan Sumber Informasi Pada saat menentukan sumber informasi atau basis data apa yang akan dipakai dalam
mencari informasi, pemakai telah melakukan strategi penelusuran informasinya. Salah satu langkah yang terdapat dalam strategi penelusuran informasi di OPAC adalah pemilihan sumber informasi yang tepat dan tersedia. Langkah selanjutnya adalah pemakai OPAC akan mengidentifikasi istilah-istilah penelusuran, dalam hal ini aspek carian, sehingga dapat secara lebih efektif menemukan sumber-sumber informasi yang tepat dan sesuai dengan topik. Sumber informasi atau basis data yang disediakan oleh OPAC di Perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal adalah: •
Buku,
•
Tesis,
•
Jurnal,
•
CD-ROM
•
Indeks artikel
•
Dokumen Badan Kebijakan Fiskal Berdasarkan hasil wawancara terhadap para informan diketahui bahwa basis data yang
sering digunakan oleh informan adalah buku, jurnal dan dokumen. Berikut ini kutipan wawancara terhadap beberapa informan mengenai basis data atau sumber informasi yang digunakannya untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi para informan tersebut. 4.5.2 Penetapan Aspek Carian Dalam penetapan aspek cariannya, informan sedang melakukan strategi penelusuran yang memungkinkan informan berhasil menemukan buku-buku, artikel-artikel atau dokumen-dokumen lain yang tepat berdasarkan sumber basis data yang telah dipilih sebelumnya dan tentunya sesuai dengan kebutuhan informasinya. Salah satu strategi
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
penelusuran informasi di OPAC adlaah menggunakan titik-titik temu (access points), yang didalam sistem OPAC perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal dikenal sebagai aspek carian. 4.5.3
Langkah Alternatif Proses penelusuran informasi di OPAC akan memungkinkan informan melakukan
langkah-langkah alternatif apabila mereka mengalami hambatan atau kesulitan terutama dalam penentuan aspek carian yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan informasinya. Misalnya, setelah melihat daftar judul-judul buku dari hasil pemrosesan yang berdasar pada suatu aspek carian, informan merasa daftar tersbut tidak atau kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. Berikut ini kutipan jawaban beberapa informan mengenai langkah alternatif yang mereka lakukan dalam penelusuran informasi melalui OPAC. 4.6
Hasil Penelusuran Informasi Hasil penelusuran para informan yang berupa entri-entri katalog yang mencantumkan
nomor panggil buku, nama pengarangnya, judulnya, edisinya, keterangan penerbitannya, berlokasi di lantai berapa, dan sebagainya akan dicatat untuk dicari dalam jajaran koleksi dengan mencatat nomor panggil buku yang sesuai dengan kebutuhan informasinya dan kemudian mencarinya ke jajaran koleksi. 4.7
Hambatan/Masalah yang dihadapi pemakai Dalam proses penelusuran informasi melalui OPAC masih terdapat beberapa masalah
ataupun hambatan yang dihadapi oleh para informan. Hal ini berhubungan dengan beberapa aspek atau faktor yang diantaranya adalah petunjuk penggunaan, rumusan penelusuran informasi, sistem OPAC itu sendiri, dan bantuan staf perpustakaan. 4.8
Harapan dan Saran Penelusur Terhadap OPAC Beragam harapan dan saran yang disampaikan oleh para informan mengenai OPAC
sebagai salah satu fasilitas penelusuran informasi di Perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal. Sebagian besar informan mengharapkan fasilitas OPACnya diberikan fitur yang lebih memudahkan pemakainya dan akses yang lebih cepat. 4.9
Perilaku Informan dalam Penelusuran Informasi Berikut ini akan dipaparkan mengenai perilaku informan dalam penelusuran untuk
memenuhi kebutuhan informasinya. Perilaku yang dikaji berdasarkan pada model perilaku penelusuran informasi Ellis. 4.9.1
Starting Berdasarkan tahapan perilaku penelusuran informasi yang dikemukakan oleh Ellis
tahapan pertama yang digunakan oleh penelusur adalah starting. Tahapan Starting adalah dimana dimulainya kegiatan penelusuran informasi dengan menggunakan sumber informasi
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
yang diinginkan. Dari hasil wawancara sebagian besar responden melakukan tahapan starting dengan duduk di depan komputer dan memilih data base yang diinginkan. Informan Didin, Flo, Intan dan Aura memilih menggunakan data base buku dan jurnal dalam melakukan penelusuran informasi. Sedangakan Joko, Adit dan Bimo hanya menggunakan data base buku saja.Semua informan memilih untuk menggunakan OPAC sebagai sumber informasi mereka didalam proses penelusuran informasi. 4.9.2
Chaining Setelah menentukan sumber informasi yang diinginkan oleh penelusur, tahapan
selanjutnya adalah chaining. Chaining merupakan proses mengikuti saluran-saluran (rantai) yang menghubungkan antara bentuk bahan acuan dengan alat penelusuran yang berupa sitasi, indeks, dan sejenisnya. Tahap ini dapat dilakukan dengan menelusur sumber informasi tersebut kedepan atau kebelakang. Dari hasil wawancara yang dilakukan, sebagian besar informan menggunakan aspek carian subjek. Informan Joko, Flo dan Didin menggunakan aspek carian subjek didalam proses chaining. Kemudian mereka memasukkan istilah yang digunakan dalam menelusur dalam aspek carian. Sedangkan Informan lainnya memilih menggunakan aspek carian judul dan nama pengarang. Dimana biasanya mereka sudah mencatat judul atau pengarang yang akan mereka cari. 4.9.3
Browsing Browsing merupakan tahapan penelusur melakukan “penelusuran semi-langsung pada
sumber informasi yang potensial”, contohnya daftar isi, daftar judul, tajuk subjek, nama organisasi atau perorangan, abstrak dan ringkasan, dsb. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan semua informan telah melakukan tahapan browsing dengan meninjau daftar juduljudul buku yang diperoleh dari hasil penelusuran. 4.9.4
Differentiating Dalam tahapan Differentiating penelusur menyaring dan memilih sumber-sumber
“dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan antara kealamiahan dan kualitas informasi yang ditawarkan. Dari hasil wawancara yang dilakukan, sebagian besar informan melakukan tahapan Differentiating. Mereka menyeleksi daftar judul buku atau majalah yang diperoleh dari hasil penelusuran sesuai dengan kebutuhan. Dalam proses ini para informan banyak mengalami kesulitan dalam memilih hasil perolehan yang didapat dalam penelusuran informan yang mereka lakukan. Terutama ketika hasil perolehan yang muncul sangat banyak, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyeleksi koleksi mana yang dibutuhkan karena mereka harus melihat secara sekilas judul per judul.
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
4.9.5
Monitoring Monitoring merupakan proses memonitor sumber-sumber informasi yang telah dipilih
dengan menyiapkan diri untuk perkembangan lebih lanjut dari penelusuran informasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan sebagian besar informan membaca katalog buku dan mencatat nomor panggilnya. 4.9.6
Extracting Dalam tahap extracting penelusuran informasi secara sistematis mengulas sumber
untuk mengidentifikasi informasi yang didapatkan. Sebagian besar informan melakukan tahap extracting dengan mencari buku kedalam jajaran koleksi atau rak dan memeriksa koleksi yang diinginkan ada atau tidak. Dalam tahap ini informan biasanya lebih sering membutuhkan bantuan staf perpustakaan didalam mencari koleksi yang diinginkan. Karena banyak buku yang tidak sesuai penempatannya di rak. 4.9.7
Verifying Tahap verifying berkaitan dengan pengecekan atau penilaian apakah informasi yang
didapat tersebut tepat atau sesuai dengan minatnya. Dari hasil wawancara yang dilakukan sebagian besar informan telah melakukan tahapan verifying dengan cara menelaah bahan pustaka yang telah mereka pilih,
membaca sekilas serta menandai bagian-bagian yang
penting lalu kemudian meminjam atau memfotokopi koleksi yang diinginkan. Menurut Informan tahapan ini merupakan proses yang lama, dimana mereka harus benar-benar melihat isi buku dan menelaahnya. 4.9.8
Ending Tahap ending merupakan tahap dimana pencari informasi mengakhiri proses kegiatan
penelusurannya, dan ini terjadi saat berakhirnya topik yang ditulis atau proyek yang dikerjakannya. Informan Didin dan Joko menggunakan hasil penelusuran informasi sebagai bahan referensi untuk tugas kantor dan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan. Kemudian menyusun dan menulisnya. Sedangkan Informan Flo, Aura, Adit, dan Bimo menggunakan hasil penelusuran informasi sebagai bahan referensi tugas kuliah, kemudian menyusun dan menulis tugasnya. Informan Intan Menggunakan hasil penelusuran informasi untuk bahan literatur dalam seminar yang akan dilakukannya. Kemudian melakukan tahapan yang sama yaitu menyusun dan menulisnya. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan oleh penulis pada Bab 1 yang bertujuan untuk menemukan makna dari proses penelusuran informasi oleh pegawai Badan Kebijakan Fiskal yang menggunakan Online
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Public Access Catalog (OPAC) sebagai alat bantu penelusuran informasi di Perpustakaan Badan Kebijakan Fiskal. Berikut ini beberapa kesimpulan yang berhasil didapatkan melalui penelitian yang telah dilakukan, yaitu: 1. Hasil temuan yang diperoleh berhasil menjawab masalah dan tujuan penelitian yang diajukan di Bab 1, yaitu menjelaskan proses pelaksanaan penelusuran informasi oleh para informan melalui penggunaan OPAC. 2. Strategi penelusuran informasi yang digunakan oleh para informan dipengaruhi oleh kebutuhan informasi informan, sedangkan untuk relevan atau tidaknya hasil yang ditemukan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menemukan informasi yang tepat. Strategi penelusuran informasi yang dilakukan informan adalah menentukan aspek carian yang sesuai dengan sumber informasi atau basis data yang telah dipilih, dan merumuskan kata-kata yang sekiranya tepat dengan mengetik dalam kolom carian. 3. Para informan masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi yang relevan secara efektif dan efisien terutama dalam hal perumusan kata kunci. Informan juga tidak secara maksimal menggunakan fasilitas operator Boolean yang tersedia untuk membantu proses penelusuran informasi mereka. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pengetahuan informan tentang fungsi dan cara penggunaan operator Boolean tersebut. 4. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses penelusuran informasi para informan, yaitu: perolehan dan ketepatan informasi yang dihasilkan , perumusan penelusuran yang digunakan, sistem OPAC yang mendukung, dan bantuan para staf perpustakaan. 5. Perilaku informan dalam melakukan penelusuran informasinya sesuai dengan model perilaku penelusuran informasi Ellis. Perbedaannya adalah data base dan aspek carian yang digunakan setiap informan. 6. Harapan dan saran informan lebih banyak ditujukan kepada perbaikan dan pembaharuan sistem OPAC yang nantinya akan dapat lebih membantu informan menemukan informasi yang dibutuhkannya secara efektif dan efisien.
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Borgman, Christine L. (2002). Why Are Online Catalogs Still Hard to Use? http://www.sims.berkeley.edu/courses/is202/f01/borgman.pdf (8Maret 2013) Brenner, Eric. (2002a). Research Process Models. http://smccd.net/accounts/brenner/lscil06/reproces.html. (15 Februari 2013) Brenner, Eric. (2002b). Search Strategy. http://smccd.net/accounts/brenner/lscil06/sstratgy.html. (15 Februari 2013) Burton, Rachel. (2004). Appendix 6: Summary of an MSc thesis: “A study of user intermediary
computer
during
the
information
searching
process”.
http://informationr.net/tdw/publ/unis/app6.html (3 Februari 2013) Busha, Charles and Stephen P. Harter. (1980). Research Methods in Librarianship: Techniques and Interpretation. New York: Academic Press. Chen, Hsu-Hsien. (2000). Current Research: A Study of High School Student’s Online Catalog
Searching
Behavior.
SLMQ.
22
(1)
Fall
1993.
www.ala.org/aasl/SLMR/slmr_resources/select_chen.html (17 Maret 2013) Cherry, Joan M., et; al. (1994). OPAC’s in Twelve Canadian Academic Libraries. An Evaluation of Functional Capabilities and Interface Features. Information Technology and Libraries. Ellis, David; Coc, Deborah; Katherine, Hall. (1993). A Comparison of the Information Seeking Patterns of Researchers in the Physical and Social Sciences. Journal of Documentation. Hildreth, Charles R. (2002a). Advanced IR Research and The Probabilistic Retrieved Model. Online
Catalog
Design
Model:
Are
We
Moving
in
the
Right
http://phoenix.liunet.edu/hildreth/dr-four.html (29 Februari 2013)
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Direction?.
Hildreth, Charles R. (2002b). Browsing and Exploring: A New Paradigm For IR/OPAC System Design. Online Catalog Design Model: Are We Moving in the Right Direction?. http://www.ou.edu/faculty/H/Charles.R.Hildreth/dr-five.html (29 Februari 2013) Hildreth, Charles R. (2004). OPAC Access Models. Online Catalog Design Model: Are We Moving in the Right Direction?. http://myweb.cwpost.liu.edu/childret/dr-two.html (29 Februari 2013) Hume, Margaret. (2002). Searching For Media In The Online Catalog: A
Qualitative Study
Of Media Users. http://wings.buffalo.edu/publications/mejrrd/v3nl/home.html (10 Maret 2013) Markey, Karen. (1993). Thus Spoke the OPAC User. Information Technology and Libraries, 12 (1) March: 87-92. Mustafa, B. (1998). Perkembangan Terakhir Program Tepat Guna CDS/ISIS. Dalam Koswara, E. (Ed.) Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm. 202-210. Nazir, Mohammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Neuman, Delia. (2002). http://www.mdk12.org/practices/good_instruction/projectbetter/information_literacy/1-57.html (11 Februari 2013) O’Brien Ann. 1997. Online Public Access Catalogue. Dalam Feather, John and Paul Sturges (Ed.) International Encyclopedia of Library and Information Science, London: Routledge, p.330. Prytherch, Ray. (1990). Harrod’s Librarians Glossary Terms Used in Librarianship, Documentation and the Book Crafts and Reference Book. 7th ed. England: Gower.
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014
Rowley, Jennifer and Slack, Frances. 1998. Designing Public Access System. England: Gower Publishing, Ltd. Saleh, Abdul Rahman dan Mustafa, B. (1992). Penggunaan Komputer Untuk Pelayanan Informasi di Perpustakaan, dalam Bangun, Antonius, et. al. (Ed.). Kepustakawanan Indonesia: potensi dan tantangan. Jakarta: Kesaint Blanc. Hlm. 105-125. Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Ganesha. Sulistyo-Basuki. (1992). Teknik dan Jasa Dokumentasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Penelusuran Informasi..., Alexander Sapto Utomo Putro, FIB UI, 2014