Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia Kebijakan Penguasaan Lahan (Land Tenure) : Pentingnya kebijakan land tenure bagi pertanian
Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net
Sumber Daya • Sumberdaya utama dalam pembangunan pertanian adalah lahan dan air.
Permasalahan • Akses sektor pertanian terhadap sumber daya tersebut dihadapkan kepada berbagai masalah, seperti: • (a) terbatasnya sumberdaya lahan dan air yang digunakan, • (b) sempitnya luas lahan pertanian per kapita penduduk Indonesia (900 m2/kapita), • (c) banyaknya petani gurem dengan luas lahan garapan per keluarga petani kurang dari 0,5 ha, • (d) tingginya angka konversi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian dan tidak terjaminnya status penguasaan lahan (land tenure).
Perkembangan luas lahan pertanian • Sumberdaya lahan yang dipergunakan untuk produksi pertanian relatif terbatas. • Dalam dekade terakhir luas lahan pertanian sekitar 17,19 persen dari total lahan, yang terdiri dari 4,08 persen untuk areal perkebunan; 4,07 persen untuk lahan sawah; 2,83 persen untuk pertanian lahan kering dan 6,21 persen untuk ladang berpindah. Tingkat pemanfaatan lahan sangat bervariasi antar daerah.
Perkembangan luas lahan pertanian • Perkembangan luas lahan pertanian, terutama lahan sawah dan lahan kering (tegalan), sangat lambat, kecuali dibidang perkebunan, terutama untuk kelapa sawit.
Perkembangan Penggunaan Lahan Pertanian 1996-2004 (BPS)
Ironi pertumbuhan • Peningkatan jumlah penduduk tahun 2000-2003 sekitar 1,5 persen per tahun menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan terhadap sumberdaya lahan dan air. • Luas rata-rata kepemilikan lahan sawah di Jawa dan Bali hanya 0,34 ha per rumah tangga petani. • Secara nasional jumlah petani gurem (petani dengan luas lahan garapan < 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta pada tahun 1993 menjadi 13,7 juta rumah tangga petani pada tahun 2003 dengan rata-rata peningkatan jumlah petani gurem sekitar 2,4 persen per tahun.
Konversi lahan • Konversi lahan pertanian terutama terjadi pada lahan sawah yang berproduktivitas tinggi menjadi lahan permukiman dan industri. • Hal ini disebabkan karena pada umumnya lahan sawah dengan produktivitas tinggi, seperti di jalur pantai utara Pulau Jawa mempunyai prasarana yang memadai untuk pembangunan sektor non pertanian.
Konversi lahan pertanian • Konversi lahan sawah menjadi lahan nonpertanian dari tahun 1999-2002 mencapai 330.000 ha atau setara dengan 110.000 ha/tahun. • Luas baku lahan sawah juga cenderung menurun. • Antara tahun 1981-1999, neraca pertambahan lahan sawah seluas 1,6 juta ha. • Namun antara tahun 1999 sampai 2002 terjadi penciutan luas lahan sawah seluas 0,4 juta ha karena tingginya angka konversi (Tabel 1).
Neraca luas lahan sawah tahun 1981-1999 dan 1999-2002 (Ha)
Ekosistem Lahan • Di sisi lain, fakta menunjukkan bahwa terdapat sekitar 9 juta ha lahan terlantar yang dewasa ini ditutupi semak belukar dan alang-alang. • Pemanfaatan lahan yang berpotensi ini secara bertahap akan dapat mengantarkan Indonesia tidak saja berswasembada produk pertanian, tetapi juga berpotensi untuk meningkatkan volume ekspor, apalagi jika insentif untuk petani dapat ditingkatkan. Di samping itu, sekitar 32 juta ha lahan, erutama di luar Pulau Jawa, sesuai dan berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem.
Sumber daya Air • Seperti halnya sumberdaya lahan, sumberdaya air juga semakin terbatas dan mengalami degradasi. • Pertumbuhan penduduk dan industrialisasi telah menimbulkan kompetisi penggunaan antara pertanian dan non-pertanian. • Pada kondisi demikian maka penggunanan air untuk pertanian selalu dikorbankan sebagai prioritas terakhir.
Irigasi • Pada bagian lain dalam dekade terakhir perhatian untuk memelihara jaringan irigasi bagi mempertahankan efisiensi penggunaan air juga menurun yang berakibat kepada penurunan intensitas tanam dan produktifitas pertanian. • Untuk itu peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan langkah bagi peningkatan produktifitas pertanian.
Pembangunan pertanian yang berkelanjutan • Untuk itu, dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan, pengembangan lahan pertanian dapat ditempuh melalui: • (i) reformasi keagrariaan untuk meningkatkan akses petani terhadap lahan dan air serta meningkatkan rasio luas lahan per kapita, • (ii) pengendalian konversi lahan pertanian dan pencadangan lahan abadi untuk pertanian sekitar 15 juta ha, • (iii) fasilitasi terhadap pemanfaatan lahan (pembukaan lahan pertanian baru), serta • (iv) penciptaan suasana yang kondusif untuk agroindustri pedesaan sebagai penyedia lapangan kerja dan peluang peningkatan pendapatan serta kesejahteraan keluarga petani.
SELAMAT BELAJAR