LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
APLIKASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN TERNAK KAMBING DENGAN BIBIT UNGGUL KAMBING BOER DI DESA PAGEREJO, LOROK, KABUPATEN PACITAN
Dr. Ir. Nuryadi, MS., NIP. 19500523 197603 1 002 Ketua Tim Pelaksana Ir. Agus Budiarto, MS., NIP. 19570825 198303 1 002 Anggota Tim Pelaksana Ir. Moch Nasich, MS NIP. 19551106 198303 1 001 Anggota Tim Pelaksana
Dibiayai Oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Sesuai Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Riset Dalam Publikasi Domistik Batch II Nomor : 216/SP2H/PPM/DP2M/IV/2009 Tanggal 20 April 2009
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2009
RINGKASAN
Pemasalahan umum yang dihadapi usaha peternakan kambing adalah masih rendahnya produktifitas ternak di peternakan rakyat di pedesaan. Dua faktor utama penyebab rendahnya produktifitas ternak kambing ini adalah masalah kemampuan genetik untuk tumbuh dan rendahnya managemen pemeliharaan, sehingga jarak beranaknya lama. (Ciptadi, dkk, 2002, Nasich, 1990, Nasich dkk, 2002). Ternak kambing yang ada di Jawa Timur khususnya sebagian besar adalah “ras lokal” untuk penghasil daging. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknologi dibidang reproduksi untuk mengawinkan ternak dengan menggunakan bibit unggul dalam rangka meningkatkan daya produksi ternak melalui perbaikan mutu genetik. IB pada dasarnya digunakan untuk efisiensi pejantan unggul yaitu untuk mendapatkan keturunan yang lebih banyak memiliki warisan genetik unggul dari pejantan tersebut. Salah satu keuntungan terbesar dari penggunaan IB adalah memanfaatkan pejantan bernilai genetik tinggi untuk inseminasi lebih banyak betina dibandingkan pada kawin alam. Kambing Boer merupakan salah satu bangsa kambing tipe pedaging yang memiliki pertumbuhan relatif lebih cepat dibanding dengan beberapa bangsa kambing lainnya. Kambing Boer (capra hircus) berasal dari daerah Afrika Selatan, dan saat ini kambing Boer telah menyebar luas di hampir semua belahan dunia seperi Amerika Utara, Brasilia, Eropa dan Australia. Sejak beberapa lalu, di beberapa daerah di China juga telah dikembangnan kambing Boer dan telah disilangkan dengan kambing lokal setempat. Dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak kambing dan memperkenalkan teknologi Inseminasi Buatan pada ternak kambing, maka dibatlah kegiatan Aplikasi Teknologi Inseminasi Buatan Ternak Kambing Dengan Bibit Unggul Kambing Boer di Desa Pager Rejo, Lorog, Kabupaten Pacitan. Metode yang digunakan dalam penerapan ipteks ini adalah: 1. Paket teknologi Sinkronisasi berahi dan inseminasi buatan disampaikan dengan cara tatap muka, diskusi dan di lengkapi dengan pemutaran video sehubungan dengan kegiatan sinkronisasi dan inseminasi pada kambing. 2. Mendaftarkan dua orang anggota kelompok yang mereka pilih untuk mengikuti kursus inseminator di Fakultas Peternakan Unibraw. Dari kursus inseminator ini, peserta akan dilengkapi masing-masing dengan satu unit peralatan inseminasi.
3. Mempersiapkan induk-induk kambing anggota kelompok yang akan di inseminasi dengan semen kambing Boer. 4. Memberikan bantuan PGF2α, container dan semen beku kambing Boer. 5. Melaksanakan sinkronisasi dan inseminasi. 6. Pengamatan terhadap keberhasilan inseminasi, sekaligus menginseminasi induk-induk yang tidak/belum bunting. 7. Memberikan bantuan induk kambing Lokal bunting, hasil perkawinan dengan pejantan kambing Boer. Dari kegiatan ini, maka dapat dihasilkan adanya anggota peternakan kambing “ROJOKOYO” yang mempunyai kemampuan sebagai inseminator, sehingga dalam upaya memperbaiki mutu genetik ternak lokal, inseminator ini siap melaksanakan tugasnya. Adanya paket bantuan teknologi, ternak kambing dan kandang di kelompok ternak kambing ini dapat memberikan semangat baru dalam usaha ternak kambingnya. Berbagai permasalahan dalam beternak kambing dapat mereka sampaikan dalam bentuk konsultasi. Dari kegiatan ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Teknologi
inseminasi
buatan
pada
kambing
dapat
ditransformasikan
kepada
peternak/kelompok ternak yang mempunyai keterampilan dan kemauan/ keinginan untuk menerima teknologi baru. 2. Inseminasi buatan pada kambing dengan menggunakan bibit unggul (kambing Boer) akan dapat meningkatkan produksi daging ternak kambing. 3. Dengan bibit unggul kambing Boer, diharapkan pendapatan peternak akan meningkat, karena waktu untuk memelihara kambing menjadi lebih pendek.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2000. Kebijakan Perbibitan Dalam Swasembada Daging 2005. Direktorat Bina Perbibitan. Jakarta.
Anonimus. 2004. Uji Coba Produksi Semen beku kambing Boer. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Laporan Teknis .
Devendra C. and M. Burn. 1994. Produksi Kambing Di Daerah Tropis. Terjemahan IDK Penerbit ITB Bandung.
Haryaputra.
Djoharjani,T., 1985. Performans Produksi Kambing Peranakan Etawah dan Lokal di Desa Jambuwer, Jawa Timur. Fakultas, Peternakan Unibraw-Nuffic,Malang
Erasmus, J.A. 2000. Adaptation of various environment and resistance to disease of the improved Boer Goat. Small ruminat Research 36 (2000) 179 – 187.
Gangyi X, Z. Hongping, Z. Chanjun, X. Xinghi, Z Dan, Z Ming, Z Yi and Z Li. 2001. research on quality, preservation dilutors and frozen technology of Boer Goat semen. http:/www.igagoatworld.org/publication/boer/htm.
Greyling, J.P.C, V.M. Marbenguwa,. T. Schwalbatch, T. Miller. 2004. Comparative milk production potential of indigenous and Boer goat under two feeding system in South Africa. Small Ruminant Research 55 (2004) ; 97 – 105.
Hakim, L. 2002. Pendugaan Korelasi Genetik antara Bobot Lahir, Bobot Sapih dan Bobot Badan Umur Satu Tahun pada Domba Ekor Gemuk. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. Vol 14. No. 1: 50-56.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan ternak di lapang. Pt Grasindo, Jakarta.
Howe,P.A., 1980. Goat reproduction,oestrus,synchronisation. In : Refresher course for veterinarians. Proceedings No.52. The J.D. Steward Memorial Cefesher Course in Goats. The University of Sidney. 26-30 May,1980.
Jiabi, P., D Zagao, C. Yaiyong, G. Jiyun. 2005. Improvement effect of crossbreeding Boer goat and Sibchuan native Goat. Heifer Project Int. Report : 181 – 183.
Mallan, S.W. 2000. The improved Boer Goat. Small Ruminat Research 36 (2000) 165 – 170.
Nasich, M.,1990. Pengaruh Lama pemberian Pakan Penguat terhadap Angka Ovulasi dan Anak yang Dilahirkan Kambing PeranakanEtawah Tesis Fakultas Pascasarjana IPB,Bogor. Setiadi, B., Subandriyo, M. Martawidjaya, D. Priyanto, D. Yulistiani, T. Sartika, B. Tiesnamurti, K. Diwyanto dan L. Praharani. 2001. Evaluasi Peningkatan Produktivitas Kambing Persilangan. Edisi Khusus, Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Peternakan, Balai Penelitian Ternak, hlm: 157-178.
Shilin Q, W Zhanjuan, W Kaiwen, C. Hongyou, C. Yuecu, W. Xiangyu, H. Yanxue. 2001. Effect of crossbreeding improvement of local goat with Boer goats in the Timeng mountaineous area. Http://www.iga-goatworld.org/publivcation/boer.htm.
Shiwu L, W. Yongzhao, L. Zilli, H. Jimei, S. Liang’an. 2001. Primary improvement results of crossbreeding Lezhi black goat. Http://www.iga-goatworld.org/publivcation/boer.htm.
Snyman, M.A. 2004. Mohair production and reproduction of Angora and Angora X Boer Goat genotypes in a sub-optimum environment. J. Small Ruminant Research 53 (2004) 75 – 87.
Soepadi, W.R. 2000. Memasyarakatkan Air Susu Kambing. Poultru Indonesia No. 247,
Teixiera AMA., J.M. Perreira, P Filho, Kt Murray. ACD Resenda F.L. Ferreir Fregadolli. 2005. Article inPress . Small Ruminant Research. Xxx(2005)xxx-xxx.