JRL
Vol.6
No.1
Hal. 105 - 110
Jakarta,
Maret 2010
ISSN : 2085-3866
APLIKASI PEMANFAATAN GAMBUT UNTUK PENGEMBANGAN ZONA PRODUKTIF DI BANTARAN SUNGAI SIAK E. Hanggari Sittadewi Peneliti Utama Pada Pusat Teknologi Sumberdaya Lahan, Kawasan dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract The productive zone in Siak river’s corridor can utilized to increase the social economic after due consideration of conservation aspect. Land of that zone can be developed for production of horticulture or plantation. Choosing peat compost (an organic fertilizer) to improve soil quality in the productive zone of Siak river’s corridor is a good practice due to peat function to support plant growth both qualitatively and quantitatively. In addition the usage also decrease agricultural base pollution. This paper describe experimentation result the peat organic fertilization to develop productive zone in the Siak river’s corridor. The use of peat organic fertilizaton in the productive zone of Siak river’s corridor, have positive growth’s respon for horticulture (chilli, pakcoy, terong belanda, cucumber), no nutrient deficiencies and have good yield. Key words : productive zone in Siak river’s corridor, peat compost.
1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak berperan penting dalam memacu pembangunan daerah, yang berfungsi sebagai prasarana transportasi, sumber air bersih, air baku PDAM dan industri, tempat pembuangan limbah industri dan domestik serta sumber mata pencaharian penduduk. DAS Siak sudah mengalami kerusakan, secara fisik, kimia dan biologi dan telah memberikan dampak negatif terhadap kesehatan, seperti banyaknya sampah, Pada kawasan sekitar Sungai Siak, kehidupan sosial berupa konflik antara masyarakat dan perusahaan tertentu serta kehidupan ekonomi berupa penurunan pendapatan masyarakat dan tingginya biaya rehabilitasi DAS Siak yang harus dikeluarkan. Kerusakan DAS dapat dikurangi jika keberlangsungan ekosistem bantaran dipertahankan. Ekosistem bantaran sungai
105
diartikan sebagai sistem interaksi antar habitat yaitu komponen abiotik dengan komponen biotik di bantaran sungai. Dengan keberlangsungan ekosistem maka sungai dan bantarannya diharapkan dapat memberikan manfaatnya secara maksimal untuk kesejahteraan makhluk hidup flora dan fauna serta kesejahteraan manusia secara terus menerus. Semakin alamiah kondisi sungai dan bantarannya maka semakin banyak manfaat yang diperoleh, sedang semakin rusak kondisi sungai maka semakin banyak memberikan masalah. Untuk keberlangsungan ekosistem, perbaikan dan pengelolaan bantaran sungai dapat dilakukan melalui pendekatan 4 zona yaitu : 1. Zona 1 : Zona Perlindungan Tebing Zona perlindungan tebing/ penguatan ini dapat dilakukan dengan pendekatan sipil dan vegetatif. Pendekatan vegetatif dapat dilakukan dengan pilihan tanaman yang mempunyai karakteristik daya penahan
JRL Vol. 6 No. 1, Maret 2010 : 105-110
dan berakar kuat. Tanaman ini berada di pinggiran sungai seperti tanaman nipah, sagu dan lain – lain. Lebar zona 1 ini berkisar pada jarak 20 m dari tepi sungai. 2.
Zona 2 : Zona Konservasi Zona konservasi berada pada sebelah belakang dari zona penguatan tebing. Lahan pada kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk tanaman keras yang tidak diambil kayunya tapi tanaman yang diambil buahnya.
3.
Zona 3 : Zona Pemukiman Lahan yang digunakan untuk meletakkan bangunan rumah.
Zona 4 : Zona Produktif Lahan pada zona ini berada pada kawasan sekitar lokasi permukiman atau merupakan lahan yang sekaligus halaman ataupun lahan perkarangan. Lahan pada lokasi ini pada halaman atau lahan perkarangan dapat dimanfaatkan untuk tanaman keras seperti durian dan manggis. Lahan produktif juga dapat dimanfaatkan untuk lahan perkebunan seperti karet dan sawit. Pemanfaatan lahan produktif pada lahan pekarangan juga dapat diarahkan untuk lahan tanaman sayuran. Pemanfaatan lahan bantaran sungai terutama pada zona produksi dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan aspek konservasi di bantaran sungai. Untuk pengelolaan dan perbaikan zona produktif, antara lain diperlukan pengolahan lahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan bahan organik. Salah satu bahan organik yang terdapat melimpah di Kabupaten Siak adalah gambut. Lebih kurang 60 % lahan di Kabupaten Siak adalah lahan gambut (Bappeda Riau, 1993). Gambut merupakan akumulasi bahan organik sebagai hasil perombakan tidak sempurna sisa jaringan tanaman yang mati pada kondisi air yang berlimpah yang mengakibatkan kekurangan oksigen (Reinekaenin, 1994). Akumulasi dipacu oleh faktor-faktor lingkungan antara lain pH rendah, suhu rendah dan pasokan hara sedikit. Material organik mempunyai efek langsung pada ekonomi nutrien dengan kenaikan kemampuan tanah untuk mengikat nutrient dan penyerapan pupuk (Reinikainen, 1996). Dikatakan pula bahwa gambut sangat baik untuk media tumbuh karena bersifat porous, strukturnya dapat bertahan lama, kualitas phisiknya bagus karena kemampuan mengikat udara dan air yang tinggi, densitas rendah (ringan), nutrient dalam gambut mudah
disesuaikan menurut kebutuhan tanaman, mengandung senyawa-senyawa kimia yang tidak berbahaya dan mengandung mikroba yang berguna. Menurut Tahvonen (1996) dalam gambut mengandung penicillium, mortierella, mucor dan tricoderma serta kelompok streptomyces. Microba pada gambut tersebut dapat memproteksi tanaman dari penyakit. Selain itu Myskow, et al dalam Okruzko (1989) mengatakan bahwa pemanfaatan kompos (pupuk organik) yang dibuat dari campuran gambut dan kotoran hewan dapat menghindari tanaman tercemari logam berat. 1.2
4.
106
a. b.
2. a.
b. c. d.
e.
f.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : Mengkaji potensi gambut Siak untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos (pupuk organik) dan media tumbuh. Mendapatkan pola pemanfaatan gambut dan aplikasinya untuk perbaikan dan pengembangan zona produksi bantaran Sungai Siak. Metode Penelitian Penentuan lokasi sumberdaya gambut yang dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan pupuk organik dan media tumbuh Penentuan zona produktif di bantaran Sungai Siak yang akan dijadikan lokasi penelitian Persiapan bahan untuk pembuatan pupuk organik dan media tumbuh yaitu gambut Siak, kotoran ternak, aktivator. Pembuatan pupuk organik dan media tumbuh gambut. Bahan baku yang digunakan adalah 3 (tiga) bagian Gambut Siak yang sudah disaring dan berkelembaban 60%, dicampur dengan kotoran ayam yang berkelembaban sama sebanyak 1 (satu) bagian, ditambah activator effective microorganism dikomposkan selama 1 (satu) bulan. Analisis kimia kompos (pupuk organik) yang dihasilkan. Metode yang digunakan antara lain yaitu Walkey and Black untuk penetapan karbon organik, MikroKjeldahl untuk penetapan nitrogen, spectrophotometer dan AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer) untuk penetapan K2O dan CaO. Persiapan lahan di lokasi yang sudah ditentukan JRL Vol. 6 No. 1, Maret 2010 : 105-110
g. h.
Perbaikan struktur lahan dengan pupuk organik yang sudah dihasilkan Aplikasi pemanfaatan pupuk organik dari gambut untuk tanaman hortikultura yaitu cabe, ketimun, terong belanda dan pakcoy.
3.
Hasil Penelitian
3.1
Pemanfaatan gambut Siak untuk bahan baku pupuk organik dan media tumbuh
Hasil survei yang telah dilakukan, ditetapkan zona produktif di pinggir Sungai Siak, desa Merempan Hilir menjadi lokasi penelitian. Bahan organik gambut yang digunakan diambil dari daerah yang berdekatan dengan lokasi penelitian. Selain gambut, ditambahkan beberapa bahan lain untuk mempercepat terjadinya proses dekomposisi yaitu kotoran hewan dan effective microorganism (dalam hal ini digunakan EM4). Pengomposan adalah usaha pengolahan bahan organik secara biologi menjadi produk yang bersifat higienis dan humik, dapat memperbaiki struktur tanah dan memberikan zat makanan bagi tanaman. Pengomposan merupakan gabungan dari proses fisik, kimia dan enzimologi yang terjadi selama degradasi bahan organik dengan kondisi yang optimal (Mathur, 1996). Supaya lebih efektif, EM4 sebelum digunakan di seeding (dibiakkan) terlebih dahulu yaitu dengan cara didiamkan selama 24 jam dengan ditambah sedikit gula pasir dan ditambah air secukupnya. Kotoran ternak yang digunakan adalah kotoran ayam, dipilih yang relatif baru dari kandang karena masih mengandung banyak mikroorganisme. Hal ini untuk memenuhi salah satu persyaratan yang diperlukan agar terjadi proses dekomposisi yang optimal yaitu adanya keterlibatan aktivitas mikroorganisme a.l. bacteri, fungi dan protozoa (Golueke, 1992). Persyaratan lain yang dibutuhkan yaitu : nisbah C/N bahan kompos antara 30 (Mathur, 1994), pH minimal 5,5, ukuran partikel kurang dari 5 cm, kelembaban 50% - 60, temperatur 45o – 70oC (optimal 55oC) untuk sekurang – kurangnya 3 – 14 hari (CPIS, 1992). Penyiapan gambut dan bahan – bahan lain serta proses pembuatan pupuk organik seperti terlihat pada gambar 1 dan 2. Pengomposan atau proses dekomposisi dibiarkan sampai 1 bulan dengan perlakuan pengaturan kelembaban dan temperatur tiap minggu sekali. Hasil dari pengomposan gambut adalah kompos gambut (pupuk organik). Dapat dikatakan bahwa pupuk organik gambut adalah gambut yang telah 107
mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi lebih lanjut, mengandung unsur hara makro dalam bentuk tersedia bagi tanaman antara lain N, Ca, Mg, K dan Na. Proses mineralisasi dalam bahan yang dikomposkan dapat meningkatkan kation-kation basa khususnya K, Ca dan Mg (Brodie, 1994). Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi pada pupuk organik menyebabkan meningkatnya pertukaran kation basa yang diperoleh dari proses mineralisasi bahan yang dikomposkan. Selain kenaikan kation-kation basa, dalam proses pengomposan terjadi penguraian senyawasenyawa karbon (C) menjadi senyawa karbon yang lebih sederhana. Hasil analisis kimia dari gambut Siak/ Riau yang sudah dikomposkan seperti terlihat pada tabel 1. Dari hasil analisis kimia tersebut terlihat bahwa pH, C/N ratio, hara essensial (N,P,K,Ca,Mg), kejenuhan basa (KB) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) masuk dalam kisaran kriteria kesuburan tanah. Tabel 1. Hasil analisis pupuk organik dari gambut Siak / Riau. Parameter
Tingkat kesuburan
pengujian
Kompos Kriteria gambut penilaian kesbrn tanah
PH H2O
7,1
7,6 – 8,5 agak alkalis
C Organik (%)
26,2
> 5.00
sangat tinggi
N (%)
1, 34
> 0,75
sangat tinggi
C/N ratio
19,54
16 – 25
tinggi
987,6
>35
sangat tinggi
(mg/100 g)
485
>60
sangat tinggi
Ca (me/100 gr)
23,60
>20
sangat tinggi
P2O5 (ppm) Bray 1 K2O HCl 25 %
K (me/100 gr)
12,6
>1,0
sangat tinggi
Mg (me/100 gr)
23,42
>8,0
sangat tinggi
Na (me/100 gr)
0,89
0,8 – 1,0 tinggi
KTK (me/100 gr) 111,53
>40
sangat tinggi
KB+ (%)
61 – 70
tinggi
66
Sumber : Hasil analisis laboratorium, 2008
JRL Vol. 6 No. 1, Maret 2010 : 105-110
Gbr 1. Lokasi lahan gambut di Kab. Siak dan peyiapan gambut untuk bahan pupuk organik
Gambar 2. Pembuatan pupuk organik gambut dengan cara yang sederhana oleh penduduk setempat
3.2
Aplikasi pupuk organik gambut untuk perbaikan lahan dan pengembangan Zona Produktif di bantaran Sungai Siak.
Pupuk organik dapat digunakan atau membantu dalam perbaikan struktur dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme. Selain pemanfaatannya di lahan, pupuk organik dapat digunakan sebagai media tumbuh dalam wadah baik untuk pembibitan maupun sampai tanaman dewasa. Pembibitan tanaman membutuhkan media tumbuh yang standar. Substrat yang ideal untuk tanaman syaratnya harus ringan, mampu menahan air, mempunyai aerasi yang baik, bebas gulma dan hama penyakit serta mengandung zat hara yang cukup. Sebagai media tumbuh, gambut memiliki beberapa keunggulan yakni ringan, daya mengikat air dan udara tinggi, porous dan dapat menciptakan lingkungan yang baik bagi perkembangan akar tanaman (Hani’in dalam Karema, 1992). Dengan tersedianya media tumbuh yang sesuai, penyediaan bibit dapat tersedia dalam jumlah yang besar dan dapat mendukung pengembangan industri pengadaan bibit tanaman. Yang dimaksud dengan zona produktif di bantaran Sungai Siak yaitu kawasan yang berada di lokasi permukiman atau merupakan lahan yang sekaligus halaman atau lahan pekarangan. Untuk perbaikan produktivitas lahan dengan aplikasi 108
penggunaan pupuk organik dari gambut di zona produktif bantaran Sungai Siak perlu dilakukan tahapan tahapan yaitu : • Penyiapan lahan sebelum dilakukan penanaman, • aplikasi pupuk organik dilakukan dengan sistem menaburkan pada permukaan tanah yang akan ditanami • Pengolahan tanah ringan dilakukan lagi setelah dilakukan penaburan pupuk organik gambut. Belakangan ini, kebutuhan pupuk organik untuk tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan semakin meningkat. Pupuk organik sangat dibutuhkan untuk memicu pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi sampai digunakan untuk menurunkan tingkat pencemaran, termasuk pestisida. Dengan adanya peningkatan pemakaian pupuk organik, infiltrasi akar dan air ke dalam tanah menjadi lebih mudah sehingga jumlah oksigen yang masuk ke dalam tanah meningkat dan keseimbangann mikroorganisme di dalam tanah menjadi lebih stabil (Okruszko, 1989) Selain itu dengan meningkatkan pemakaian pupuk organik, akan mengurangi penggunaan pupuk buatan sehingga kemungkinan akan tercemarnya produk tanaman akan berkurang. Pola pengembangan zona produksi dapat di desain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan tetap mempertimbangkan aspek konservasi di bantaran sungai. Dengan mempertimbangkan aspek konservasi tersebut, ekosistem bantaran sungai dapat terjaga. Dengan keberlangsungan ekosistem maka sungai dan bantarannya diharapkan dapat memberikan manfaatnya secara maksimal untuk kesejahteraan makhluk hidup. Zona produksi di bantaran Sungai Siak dapat dimanfaatkan atau dikembangkan antara lain untuk perkebunan, budidaya tanaman pangan dan pemukiman. Pada halaman atau lahan pekarangan pemukiman dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai macam tanaman. Dalam pengembangannya dapat di desain berdasarkan tanaman yang sudah ada ataupun tanaman yang sesuai. Dari hasil identifikasi di zona produksi bantaran Sungai Siak, terdapat jenis tanaman keras : kedondong, pepaya, kelapa hijau, pisang, durian, rambutan, kluwih/ nangka, manggis, jambu monyet, kelapa kuning, petai, mangga macan, cempedak, sengon, sawit, jengkol, jambu bol, kayu sungkai, salak, sawo, terong asam. Tanaman – tanaman tersebut diatas dapat dikembangkan pada zona produktif dengan JRL Vol. 6 No. 1, Maret 2010 : 105-110
aplikasi pemupukan organik dari gambut karena secara umum pupuk organik gambut mempunyai peranan antara lain : • Membantu menyediakan unsur hara bagi tanaman yang ditumbuhkan • Merangsang pertumbuhan tanaman dan terbentuknya daun baru • Menaikkan pH masam menjadi mendekati netral • Menyeimbangkan lingkungan mikroorganism di dalam tanah • Memperbaiki struktur fisik tanah Selain pengembangan tanaman – tanaman yang sudah ada, zona produksi ini dapat juga dimanfaatkan untuk pengembangan tanaman hortikultura, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sayur mayur dan buah, baik untuk lingkungan sendiri maupun untuk kepentingan luar daerah. Pada penelitian ini, uji pemupukan organik pada zona produksi di bantaran Sungai Siak dipilih di lahan pemukiman. Tanaman hortikultura yang dicoba antara lain pakcoy, terung belanda, ketimun dan cabe. Dari hasil percobaan diperoleh hasil, bahwa tanaman hortikultura (cabe, ketimun, terong belanda dan pakcoy) yang ditanam pada lahan zona produksi di bantaran Sungai Siak dengan pemupukan organik gambut, menunjukkan respon pertumbuhan yang positif (gambar 5a dan 5b). Untuk tanaman cabe, hasil tanaman yang diperoleh tidak menunjukkan adanya defisiensi unsur hara, tumbuh dengan kokoh, daun yang tumbuh berwarna hijau segar dan dihasilkan buah yang lebat. Demikian juga untuk tanaman pakcoy, tanaman tampak segar, sehat dan berwarna hijau, hal ini mengindikasikan bahwa dalam pertumbuhannya tanaman cukup nitrogen (N) yang didapat dari pemupukan organik. Selain hara N, pertumbuhan tanaman pakcoy tumbuh segar dan mempunyai bobot yang cukup juga didukung oleh kecukupan hara yang lain seperti C, P, dan K. Cukupnya hara K ditunjukkan bahwa dalam pertumbuhannya tanaman pakcoy tahan terhadap penyakit. Kekurangan hara K antara lain akan mengakibatkan tanaman tidak tahan terhadap penyakit dan tidak tahan terhadap kekeringan (Rismunandar, 1990). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Reinkaenin (1996) yang mengatakan bahwa karakteristik gambut yang paling penting untuk media pertumbuhan tanaman antara lain karena gambut mengandung senyawa kimia yang tidak berbahaya baik bagi lingkungan maupun tanaman dan membuat tanaman tahan terhadap penyakit. Selanjutnya dikatakan bahwa gambut merupakan material 109
alam yang mengandung bahan organik yang tinggi dan dapat dirubah menjadi hara tanaman yang berguna bagi pertumbuhannya melalui teknologi pengomposan.
Gambar 3. Contoh zona produksi di bantaran Sungai Siak di desa Merempan Hilir yang dapat dimanfaatkan
Gambar 4. Penyiapan lahan di zona produktif untuk pengembangan tanaman hortikultura
Gambar 5a. Contoh produk hortikultura : bibit tanamam dan terong belanda
Gambar 5 b. Contoh produk hortikultura : ketimun dan pakcoy
JRL Vol. 6 No. 1, Maret 2010 : 105-110
4. Kesimpulan a.
b.
c.
Dari hasil penelitian ini, gambut dari Siak / Riau yang dikomposkan dengan campuran kotoran ayam dapat digunakan untuk bahan perbaikan tanah pada lahan di zona produktif bantaran Sungai Siak. Selain itu pupuk organik yang dihasilkan dapat digunakan untuk media tumbuh dalam wadah. Dengan demikian gambut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan zona produktif khususnya di bantaran Sungai Siak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pola pemanfaatan gambut dapat diaplikasikan pada zona produktif di bantaran Sungai Siak yaitu di sekitar lokasi pemukiman. Lahan yang ada dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman hortikultura seperti tomat belanda, ketimun, pakcoy, cabe dll. Selain itu dapat juga dimanfaatkan untuk tanaman keras antara lain durian, mangga, manggis maupun tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan karet. Hasil pengamatan visual dari aplikasi pemupukan organik gambut pada sayuran cabe, pakcoy, ketimun dan terong belanda pada zona produktif di bantaran Sungai Siak, memberikan respons pertumbuhan yang positif yaitu tanaman tumbuh kokoh, tidak menunjukkan adanya defisiensi unsur hara dengan hasil buah dan sayuran cukup bagus.
Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10.
110
Bappeda Tk. I Riau 1993. Prospek Pemanfaatan Lahan Gambut di Propinsi Riau. Seminar Nasional Gambut II, Jakarta, 14 – 15 Januari 1993. Brodie, H.L., F.R. Gouin., and E. Carr. 1994, What Makes Good Compost?. BIOCYCLE. Journal of Composting and Recycling, July 1994, Emmaus, P.A, USA. Center for Policy and Implementation Studies. 1992. Buku Panduan Teknik Pembuatan Kompos dari Sampah. Teori dan Aplikasi. CPIS. Jakarta. Gouleke, C.G., 1992, Bacteriology of Compposting, BIOCYCLE, Journal of Composting and Recycling, January 1992, Emmaus, P.A, USA. Karema, ,J dan Meilanie, Y., 1999. Produk Gambut Tropika sebagai Media Tumbuh Tanaman Hortikultura. Prosiding pada Konferensi Energi,Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Kedeputian TPSA. Mathur, ,S.P..1994. The Use of Peat and Swamp Soil Material in Composting. Prosiding for 25 Years of Peat Utilization and Development in Tidal Swamp Areas in Indonesia. Jakarta. Maryono, A., 2005. Pembangunan Sungai, Dampak dan Restorasi Sungai, Magister Sistem Teknik, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada. Okruszko, H. 1989. Influence of Peat Application on Soil Productivity in Eastern Europe. Proceedings Symposium Peat and Peatlands. Diversification and Innovation. Quebec City, Canada. Reinekaenin, O., 1996. The Use of Peat in Horticulture and Agriculture. PEATLAND in Findland. Helsinki, Findland. Rismunandar (1990). Pengetahuan Dasar Tentang Perabukan. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
JRL Vol. 6 No. 1, Maret 2010 : 105-110
