Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat: 684-688
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS LINGKUNGAN BANTARAN SUNGAI BARITO UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA The Development of Instructional Materials Based on Barito Riverbank Environment to Train The Students’ Science Process Skill Abdul Salam *, Sarah Miriam, Muhammad Arifuddin, Imam Nor Ihsan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia *Surel korespondesi:
[email protected] Abstract. A number of benefits of environment based learning have encouraged the authors to conduct the research which was intended to develope instructional materials based on Barito riverbank environment to train the students’ science process skill in SMA Negeri 1 Marabahan. This research used one group pretest-posttest design. The data of research results showed that: (1) the developed of instructional materials were declared valid according to practitioner and academician judgment with good category on the whole (2) the developed of instructional materials fulfilled the practical criteria based on the application of the lesson plan with good category, (3) Furthermore, the developed instructional materials were also declared effective based on the gain score attained, 0.67 with medium category, and (4) students’ science process skill was categorized as good. Therefore, the instructional materials based on Barito riverbank were declared feasible (valid, effective, and practical) to be used to train students’ science process skill in SMA Negeri 1 Marabahan. Keywords: instructional materials, environment learning based, riverbank, science process skill.
1. PENDAHULUAN Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keseluruhan prinsip-prinsip pembelajaran diatas bermuara pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan mengembangkan segala potensi yang ada pada siswa atau peserta didik. Mewujudkan pola pembelajaran yang mampu memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif di kelas adalah sesuatu yang tidak mudah. Diperlukan kemampuan guru untuk menarik perhatian peserta didik. Salah satu caranya adalah dengan memunculkan masalah dimana peserta didik ditantang untuk berpikir kritis (Johnson, 2007). Sebisa mungkin masalah akademik yang dimunculkan tersebut berkaitan langsung dengan kehidupan keseharian dan atau kebutuhan siswa. Hal ini diharapkan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk menyampaikan pengetahuan awal mereka tentang masalah tersebut. Selanjutnya melalui proses belajar inquiry/discovery mereka
membangun atau mengkonstruksi pengetahuan baru tentang prinsip, konsep dan hukum fisika yang diajarkan serta penerapannya dalam kehidupan. Kreativitas seorang guru dalam mencari dan menentukan sumber belajar yang tepat sangat diperlukan. Sumber belajar (learning resources) adalah segala sesuatu baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (Ibrahim, 2010). Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat berupa (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan Fisik (alam). Pemanfaatan lingkungan sosial dalam pembelajaran diarahkan untuk memperdalam ilmuilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memelihara dan melestarikan alam. Dalam konteks pembelajaran fisika, pemanfaatan lingkungan fisik (alam) dilakukan untuk mengkaji fenomena atau gejala alam terkait dengan konsep dan prinsip fisika serta
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
684
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat: 684-688
lingkungan sosial dapat dimanfaatkan untuk mengkaji penerapan (konsep atau prinsip fisika) yang baik secara langsung maupun tidak langsung dimanfaatkan masyarakat dalam beraktivitas dan berinteraksi sosial. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, tetapi cukuplah lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah siswa dengan cara mengoptimalkannya menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Dalam konteks penelitian ini, subjek ujicoba penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Marabahan yang posisinya tidak jauh dengan aliran Sungai Barito, dan siswanya sudah sangat familiar dengan kehidupan dan aktivitas bantaran sungai. Sungai Barito termasuk sepuluh besar sungai terpanjang di Indonesia yang menarik untuk dikaji dalam proses pembelajaran, terkhusus materi pembelajaran fisika (topik Fluida). Sungai dapat dijadikan sebagai sumber belajar untuk memperkenalkan konsep fluida statis maupun dinamis serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang dirancang dalam setting inquiry discovery learning akan menuntun siswa untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip fisika fluida sekaligus melatihkan keterampilan proses sains siswa.
dari hasil ujian tes tertulis sebelum dan setelah perlakuan (treatment) yang dinyatakan dengan nilai gain score ternormalisasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Skor penilaian bahan ajar oleh praktisi dan akademisi dirataratakan untuk setiap aspeknya serta dikategorikan dalam kriteria (Tabel 1). Hal sama dilakukan pula untuk data keterlaksanaan RPP oleh 2 orang pengamat. Tabel 1. Pengkategorian validitas instrumen dan keterlaksanaan RPP. Interval Skor 3,20 2,40 - 3,20 1,60 - 2,40 0,80 - 1,60 ≤0,80
Penelitian pengembangan (developmental research) ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar fisika berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Ajar (MA), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB) yang berbasis lingkungan bantaran Sungai Barito untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa. Pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini mengikuti model pengembangan perangkat Dick and Carey. Proses pengembangan bahan ajar dilaksanakan di Kampus FKIP Universitas Lambung Mangkurat, selanjutnya implementasi/uji coba dilaksanakan di SMA Negeri 1 Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Subjek ujicoba penelitian adalah siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Marabahan. Jumlah sampel penelitian adalah 29 orang siswa yang terdiri dari 9 laki-laki dan 20 perempuan. Kelayakan bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini dilihat dari tingkat kevalidan, kepraktisan, dan keefektivan bahan ajar. Data kevalidan bahan ajar diperoleh melalui penelaahan oleh akademisi dan praktisi. Kepraktisan bahan ajar diperoleh dari hasil pengamatan keterlaksanaan RPP. Selanjutnya keefektivan bahan ajar diperoleh
Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik
Sumber: Widoyoko, (2012:238)
Khusus data keefektivan bahan ajar yang didasarkan pada hasil pretest dan postest, dilakukan perhitungan nilai gain score ternormalisasi. Untuk menghitung N gain score digunakan persamaan Hake (1999): g
2. METODE
Kategori
% postest % pretest 100 % % pretest
Gain score ternormalisasi yang diperoleh selanjutnya dikategorikan berdasarkan kriteria pada Tabel 2. Tabel 2. Kategori gain score Rentang skor > 0,7 0,7 ≥ g ≥ 0,3 < 0,3
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Sumber: Hake (1999)
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk hasil pengembangan Bahan Ajar dalam penelitian ini meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi Ajar (MA), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB) yang berbasis lingkungan bantaran Sungai Barito untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa. Hasil Uji kelayakan dideskripsikan sebagai berikut:
3.1 Kevalidan Bahan Ajar Hasil penilaian terhadap bahan ajar dilakukan oleh praktisi dan Akademisi untuk masing-masing
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
685
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat: 684-688
bahan ajar yang dikembangkan. Gambar 1, 2, 3, dan 4 merupakan ringkasan hasil penilaian tersebut dan dijadikan dasar untuk menentukan layak tidaknya bahan ajar yang dikembangkan.
Gambar 1. Hasil uji validitas RPP Gambar 5. Keterlaksanaan fase-fase inquiry/discovery learning
pembelajaran
3.3 Keefektifan Bahan Ajar Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran dikemukakan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Belajar pretest dan postest Gambar 2. Hasil uji validitas MA
Nilai Pretest Postest Minimum 10,00 60,40 Maksimum 70,00 92,08 Rerata 30,69 76,99 Standar Deviasi 16,84 4,99 Gain Score 0,67 (kategori sedang) Sumber: Data olahan (2016) Gambar 3. Hasil uji validitas LKS.
Secara klasikal gain score yang diperoleh adalah sebesar 0,67 yang berada dalam kategori sedang. Jika ditinjau secara individual, maka perolehan gain score mahasiswa dikategorikan pada Gambar 6.
Gambar 4. Hasil penilaian Tes Hasil Belajar (THB)
Keseluruhan skor rerata aspek penilaian dari setiap bahan ajar yang dikembangkan diatas 2,40 yang merupakan batas bawah untuk kategori baik. Gambar 6. perolehan gain score mahasiswa
3.2 Kepraktisan Bahan Ajar 3.4 Pencapaian Keterampilan Proses Sains Keterlaksanaan fase-fase pembelajaran model inquiry/discovery learning diringkas sebagaimana Gambar 5. Perolehan skor rata-rata keterlaksanaan RPP untuk setiap fase/sintaks pembelajaran inquiry/discovery learning berada diatas skor 2,40, sehingga secara keseluruhan keterlaksanaan RPP berkategori baik.
Tabel 4. menunjukkan rata-rata pencapaian perolehan keterampilan proses sains siswa berada dalam kategori yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan skor yang lebih besar dari 3,20.
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
686
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat: 684-688 Tabel 4. Pencapaian Keterampilan Proses Sains Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7
Komponen Keterampilan Proses Sains Mengajukan hipotesis Mengidentifikasi Variabel Merangkai Alat Percobaan Melakukan Percobaan Menganalisis Data Menyimpulkan Mengkomunikasikan
Skor
Kategori
3,40 3,53 3,93 3,53 3,27 3,07 3,13
Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik Baik Baik
Sumber: Data olahan (2016)
3.5 Pembahasan Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat efektif bagi siswa (Ibrahim, 2010). Mengangkat sumber belajar dari lingkungan sekitar siswa akan sangat membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas di kelas dan akan berujung pada peningkatan hasil belajar (Istiani, 2015). Hal ini sangat logis karena dengan hal tersebut siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari sehingga guru cukup memandu dan memberikan pengalaman belajar langsung melalui kegiatan yang bersifat hands on dan minds on. Namun untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan sebuah perencanaan yang matang. Hal ini erat kaitannya dengan bahan ajar yang digunakan di kelas sehingga aktivitas siswa di kelas betul-betul terarah. Pengembangan bahan ajar berbasis lingkungan sungai Barito merupakan salah satu upaya untuk mengarahkan proses belajar mengajar di kelas, sehingga sesuai tujuan akhir pembelajaran. Kualitas bahan ajar dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Van den Akker dan Nieven (Rochmad, 2012). Dalam proses pengembangannya, bahan ajar tersebut harus layak dalam artian memenuhi kriteria valid (sesuai dengan peruntukannya), praktis (mudah diimplementasikan), serta efektif (tujuan tercapai). Dengan demikian diperlukan waktu yang cukup untuk bisa memproses sebuah bahan ajar sehingga benar-benar layak digunakan. Berdasarkan hasil penilaian validator yang terdiri dari seorang akademisi dan seorang praktisi, diperoleh data bahwa bahan ajar yang meliputi RPP, LKS, MA, dan THB telah berkategori baik. Penilaian yang dilakukan terhadap bahan ajar untuk melihat muatan/content dari bahan ajar beserta relevansinya untuk meningkatkan keterampilan proses sainsnya. Berdasarkan penilaian tersebut, bahan ajar hasil pengembangan dinyatakan valid. Implementasi bahan ajar hasil pengembangan yang dilakukan pada kelas uji coba berjalan baik.
Hal ini terlihat dari keterlaksanaan RPP pada 3 kali pertemuan dimana ketiga-tiganya memperlihatkan hasil yang sangat baik. Setiap tahap/fase pembelajaran dapat dilaksanakan dengan sangat baik berdasarkan skenario yang telah direncanakan. Hal ini tentunya didukung kuat oleh keberadaan/penggunaan bahan ajar yang valid sehingga mengarahkan aktivitas siswa di kelas, sehingga proses pembelajaran menjadi lancar. Dengan demikian bahan ajar hasil pengembangan bisa dikatakan praktis. Namun demikian, disadari pula bahwa khusus untuk pelaksanaan fase keempat pembelajaran dengan model Inquiry Discovery Learning yaitu membimbing siswa melakukan infrensi dan prediksi, skor perolehannya masih relatif lebih rendah dari fase-fase lainnya. Hal ini terutama disebabkan oleh faktor pengalaman belajar siswa. Kurangnya pengalaman siswa bereksperimen/percobaan memberikan dampak pada molornya waktu untuk penyelidikan/pengumpulan data. Hal ini menimbulkan efek domino pada fase-fase berikutnya. Selain itu, karena jarang bereksperimen maka kemampuan siswa memprediksi sesuatu berdasarkan gejala yang dipelajari juga masih relatif rendah. Dengan demikian, pola kegiatan yang berbasis hands on di kelas harus ditingkatkan. Dari sisi hasil belajar sebagai ukuran/indikator dari keefektivan bahan ajar yang dikembangkan juga memberikan hasil yang positif. Perolehan gain score sebesar 0,67 (berkategori sedang) ini memberikan sinyal bahwa bahan ajar berbasis lingkungan Bantaran Sungai Barito yang dikemas dalam setting pembelajaran IDL efektif meningkatkan hasil belajar siswa yang pada awalnya (pretest) diperoleh sebesar 30,7 menjadi 77,0 pada postest. Hal ini didukung secara empiris oleh sejumlah penelitian diantaranya Salam (2011), Ayuningtyias (2015), Istiani (2015). Belajar melalui pengalaman langsung, proses pemecahan masalah, dan menangkap pengetahuan dari kenyataan akan mengembangkan kemampuan intelektual, mental, dan emosi anak (Sanjaya, 2011). Melalui bahan ajar berbasis lingkungan, siswa diarahkan pada masalah yang dekat dengan lingkungannya, selanjutnya memecahkannya melalui aktivitas langsung di kelas menggunakan alat dan bahan yang tersedia.
4. SIMPULAN Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa (1) Bahan ajar berbasis lingkungan bantaran Sungai Barito
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
687
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016, Universitas Lambung Mangkurat: 684-688
tergolong valid berdasarkan penilaian akademisi dan praktisi yang berkategori baik. (2) Bahan ajar berbasis lingkungan bantaran Sungai Barito tergolong praktis berdasarkan keterlaksanaan RPP yang berkategori baik. (3) Bahan ajar berbasis lingkungan bantaran Sungai Barito tergolong efektif berdasarkan perolehan gain score ternormalisasi sebesar 0,67 yang berkategori sedang. (4) Pencapaian keterampilan proses sains siswa yang diajar menggunakan Bahan ajar yang dikembangkan tergolong baik.
Hake, R.R. (1999). Interactive-engagement vs traditional methods: A six-thousand student survey of mecanics test data for intriductury physics course. American Journal of physics. Ibrahim, M. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Unesa University Press. Istiani, R.M. & Retnoningsih, A. (2015). Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Menggunakan Metode Post To Post Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Unnes Journal of Biology Education 4(1):70-80. Johnson, E.B. (2007). Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC. Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano 3(1):59-72. Salam & Miriam. (2011). Implementasi Pembelajaran Inquiry Discovery Learning pada Perkuliahan Eksperimen Fisika I untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Laporan Penelitian Universitas Lambung Mangkurat. Tidak dipublikasikan. Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Widoyoko, E.P. (2012). Evaluasi Program Pembelajaran; Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan kerjasama sejumlah pihak. Oleh sebab itu, tim peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap civitas SMA Negeri 1 Marabahan dan Dinas Pendidikan Kota Marabahan.
6. DAFTAR PUSTAKA Ayuningtyas, P., Soegimin, & Supardi, Z.A.I. (2015). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Materi Fluida Statis. Jurnal Pendidikan Sains 4(2):636-647. ----
© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
688