APLIKASI CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS (CFA) UNTUK MENENTUKAN INDIKATOR DAN INDEKS KESEJAHTERAAN LANSIA DI KABUPATEN LAMONGAN Cucuk Rahmadi Purwanto E-Mail :
[email protected]
ABSTRACT This research included the operations research to a applying analyzed the confirmatory factor analysis in order to testing validity and reliability of research instrument. Number of sample is 100 elderly in Lamongan and variable is 44. The findings showed variables as indicators of Physical Ability Factor, Social Support, Financial Support and Religious satisfaction. Several variables were stated as unacceptable since the T value score was less than 1.96 or negative value. Furthermore, the study also obtained models that were not convergent; since the model did not respond to the analyzed matrix, accordingly, the result of the parameter estimation remained as intermediate solution. It was probable since the numbers of samples ware smaller than the numbers of parameters analyzed and consequently the models were not convergent. The conclusions of the research were; there were eight variables as indicating factors of physical ability, that is Hair Care Frequency, Physical Exercise Frequency, Helping Aid Usage, Activity Facilities, Mobility Ability, Walking Ability, Climbing The Stair Ability, Secretions of Feces Ability. There were six variables as indicating factors of Social Support, that is, Education, People living in the same house, Advice Giving, Problem Coping, Moral and APGAR (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve) Values. There were three variables as indicating factors of Financial Support, that is, Data of Work Experience, Occupation, Expenses. There were two variables as indicating factor of Religious satisfaction, that is, Religious Activities and The Role of Religion of one’s current life. There were three variables as general indicating factors of the Elderly Welfare, that is, Financial Support, Social Support and Physical Ability, Models obtained from Elderly Welfare were Elderly welfare = 0.43 Physical ability + 0.41 Religious Satisfaction. The Number of Elderly with Good Index is 72 % and Lower Index is 28 %. Keywords : Confirmatory Factor Analysis, Elderly, Welfare.
PENDAHULUAN Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate, dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut sebagai metoda antar ketergantungan (Independence Methode).(Arief Wibowo, 2004) Untuk menganalisis faktor yang berkaitan dengan suatu fenomena, seringkali menggunakan suatu pendekatan dengan
I.I. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari menghadapi suatu data yang kompleks berkaitan dengan suatu fenomena, sehingga untuk menjawab pertanyaan suatu penelitian tidak cukup mengandalkan statistik parametrik, sehingga dengan makin kompleksnya data tersebut maka perlu metode pendekatan lain yaitu menggunakan Statistik Multivariate.
Cucuk Rahmadi STIKES Muhammadiyah Lamongan. SURYA
13
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Tabel 1.2 Perbandingan Jumlah Balita dengan Lansia di Indonesia Tahun Balita Lansia Jumlah % Jumlah % 1971 19,1 juta 16,1 5,3 juta 4,5 1980 21,2 juta 14,4 8,0 juta 5,5 1990 20,9 juta 11,7 11,3 6,4 juta Sumber : Pelembagaan Lanjut Usia Dep.Sos.RI 1997. Antara tahun 2005 ~ 2010 jumlah lanjut usia diperkirakan akan sama dengan jumlah balita, yaitu 19 juta atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk. Sesudah tahun 2010 diperkirakan jumlah lanjut usia akan lebih banyak dari jumlah balita. Sebaran lanjut usia sejumlah 11,3 juta tersebut : berada di perkotaan (urban) sebanyak 2.873.256 jiwa dan 8.378.437 jiwa di daerah pedesaan (rural) dengan jumlah wanita baik di rural maupun di urban lebih banyak.. Dari sensus 1990 terdapat 55,7% masih berstatus kepala rumah tangga, berarti lebih dari setengahnya masih mempunyai tanggung jawab dibebani rumah tangga. Pada usia 75 tahun ke atas yang masih dibebani tanggung jawab keluarga ialah 44,7%. Jumlah Lanjut Usia aktif yang dibina pada tahun 1999 di Propinsi Jawa Timur sebanyak 236.517 atau 15,86% dari 3.750.526 penduduk Lanjut Usia dan tahun 2000 sebanyak 295.852 atau 14,91% dari 4.412.058 penduduk Lanjut Usia. (Dinkes Prop. Jatim, 2000) Di Kabupaten Lamongan tahun 2003 jumlah Lanjut Usia yang aktif sebanyak 291 atau 7,61 permil dari 223.364 jiwa. Informasi dari Sub. Dinas Bina Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan terdapat jumlah Puskesmas sebanyak 32, yang melaksanakan kegiatan pembinaan Lanjut Usia sebanyak 7 atau 5,14% Puskesmas . Jumlah kelompok karang Werda di Kabupaten Lamongan di tahun 2003 terdapat 121 kelompok karang werda, sehingga setiap Puskesmas membina 3 – 4 kelompok karang werda. (Dinkes Kab. Lamongan, 2003)
mengadopsi pendapat seorang pakar dalam bidang ilmu tertentu. Suatu teori yang ada dapat diuji kebenarannya dengan menggunakan pendekatan statistik yaitu dengan menggunakan analisis faktor. Untuk membuktikan faktor yang dihubungkan dengan suatu variabel di mana sudah ditemukan suatu teorinya dapat diuji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Confirmatory Factor Analysis menggunakan pendekatan dengan membuat suatu hipotesis yang membangun suatu teori dengan faktor strukturnya di mana membentuk suatu model yang diasumsikan digambarkan dari data empirik yang tersusun dalam beberapa parameter. Dengan CFA ini dapat diestimasi dari model faktor yang telah dihipotesiskan dan menentukan model faktor yang paling cocok yang ditunjukkan dari sampel. Peningkatan derajat kesehatan penduduk di tanah air ditandai oleh menurunnya angka kematian dan kelahiran juga makin bertambahnya Umur Harapan Hidup. Tabel 1.1 Umur Harapan Hidup tiap akhir pelita di Indonesia. No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Akhir Pelita I II III IV V 2000
Umur Harapan Hidup 46 tahun 49 tahun 52 tahun 59 tahun 65 tahun 65 tahun
Segala keberhasilan di atas mempunyai konsekuensi yang perlu diantisipasi jauh-jauh tentang hal-hal yang akan terjadi. Pada tahun 1990, penduduk berusia 60 tahun ke atas berjumlah 11.3 juta atau 6,4% dari jumlah populasi Indonesia, sedangkan tahun 1968 umur harapan hidup sejak lahir adalah 45,7 tahun dan pada tahun 1992 telah meningkat menjadi 61,3 tahun. Di bawah ini diperlihatkan angkaangka hasil sensus penduduk. SURYA
14
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Beberapa faktor yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah lansia di suatu daerah seringkali sudah didapatkan, sehingga untuk menganalisis data lebih lanjut tentang hubungan beberapa faktor tersebut perlu dianalisis dengan Analisis Faktor. Selanjutnya dari faktor yang sudah tersusun tersebut dapat dibuat suatu model tentang Indikator Kesejahteraan Lansia yang ada di suatu wilayah/daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia bahwa Kesejahteraan digambarkan meliputi : kehidupan sosial, baik material maupun spiritual, pemenuhan kebutuhan jasmani rohani dan sosial di masyarakat (Hadi ST., 1999). Untuk mengukur masing-masing kriteria di atas, menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M Adib (1996) dan M Bagus Qomaruddin (1997), maka beberapa kriteria di atas dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu : Kemampuan Fisik, Dukungan Sosial, Kebahagiaan Religius, dan Dukungan Finansial. Dari 4 (empat) faktor di atas ada beberapa indikator yang perlu diuji dengan menggunakan analisis statistik multivariate, di mana pada analisis ini terdapat lebih dari satu variabel respon yang akan diukur. Mengingat banyaknya variabel respon yang harus diobservasi, maka perlu diuji variabel respon tersebut terhadap masing-masing faktor, sehingga aplikasi dari CFA adalah untuk mereduksi variabel tersebut, variabel mana yang termasuk indikator yang menyusun faktor tersebut. Pada kenyataannya yang diperlukan dalam analisis ini adalah nilai korelasi atau matrik kovarian, sehingga dapat pola sederhana pada pola hubungan di antara variabel. (Darlington RB, 2004) Berkaitan dengan faktor yang diteliti harus didukung instrumen penelitian, di mana instrumen tersebut harus memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Instumen yang valid (sahih) berarti dapat mengukur tentang apa yang diukur. Di SURYA
samping itu Instrumen harus memenuhi persyaratan reliabilitas (handal) dimana menghasilkan ukuran yang konsisten walaupun digunakan untuk mengukur berkali-kali (Sarmanu, 2004) 1.1 Tujuan Penelitian 1) Menentukan variabel yang merupakan Indikator Kemampuan Fisik Lansia di Wilayah Kabupaten Lamongan. 2) Menentukan variabel yang merupakan Indikator Dukungan Sosial Lansia di Wilayah Kabupaten Lamongan. 3) Menentukan variabel yang merupakan Indikator Kebahagiaan Religius Lansia di Wilayah Kabupaten Lamongan. 4) Menentukan variabel yang merupakan Indikator Dukungan Finansial Lansia di Wilayah Kabupaten Lamongan. 5) Menentukan variabel yang merupakan Indikator Kesejahteraan Lansia di Wilayah Kabupaten Lamongan. 6) Merumuskan formula yang cocok untuk mengukur Indeks Kesejahteraan Lansia di Wilayah Kabupaten Lamongan. 7) Mengidentifikasi Kesejahteraan Lansia di Kabupaten Lamongan berdasarkan Formula Indeks Kesejahteraan yang dihasilkan. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN 2.1 Kerangka Konseptual Gambar
3.5
Kerangka
Konseptual
Kesejahteraan Lansia.
Pada gambar 3.5 kerangka konsep di atas, sesuai dengan pendapat Adib (1996) dan Qomarudin (1997) yang telah 15
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
melakukan study eksploratif tentang Lansia, dimana Kesejahteraan Lansia dipengaruhi oleh faktor Kemampuan Fisik, Dukungan Sosial, Kebahagiaan Religius dan Dukungan Finansial Kemampuan Fisik, diukur melalui 17 variabel yaitu : Kebersihan Gigi, Frekuensi Perawatan Rambut, Gangguan Kesehatan, Keluhan Penyakit, Pemeriksaan Kesehatan, Penyakit yang diderita, Frekuensi Olahraga, Penggunaan alat Bantu, Bantuan dalam aktivitas, Kemampuan Mobilitas, Kemampuan Berjalan, Kemampuan Naik Tangga, Keteratutan Buang air besar, Kelancaran Buang air kecil. Dukungan Sosial diukur melalui 15 variabel indikator, yaitu : Status Perkawinan, Pendidikan, Kepemilikan rumah, Yang Tinggal serumah, Ketenangan di rumah, Perlakukan Keluarga, Kegiatan di masyarakat, Mengisi waktu luang, Pembatasan aktivitas oleh Keluarga, Memberikan nasehat pada Keluarga, Koping bila menghadapi masalah, Harapan orang tua, Status mental, Penilaian moral, Nilai APGAR Kebahagiaan Religius diukur melalui 3 variabel indikator, yaitu : Partisipasi kegiatan agama, Peranan Agama dalam kehidupan sekarang, Ketaatan beragama. Dukungan Finansial diukur melalui 8 variabel indikator, yaitu : Riwayat Pekerjaan, Pekerjaan, Penghasilan, Pengeluaran, Motivasi Bekerja, Persiapan dana Hari Tua, Kebutuhan Dana, Dukungan Keluarga.
Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai dasar pengolahan dan analisisnya, tidak dilakukan pengambilan sampel ulang dari data yang ada, sehingga seluruh data yang ada diikutsertakan untuk analisis penelitian ini. 3.2 Deskripsi Data Penelitian Data pada penelitian ini diambil dari Penelitian Rachmah Indrawati dengan Judul “ Study Eksploratif tentang Faktorfaktor yang berkaitan dengan banyaknya Lansia di Kabupaten Lamongan”. Adapun populasinya adalah Lansia yang ada di Kecamatan Paciran dengan besar Sampel sebanyak 100 orang, sedangkan beberapa faktor yang berkaitan adalah : 1) Aspek Perawatan untuk data Kemampuan Fisik. 2) Aspek Psikososial, Aspek Mental dan Keadaan Emosional untuk data Dukungan Sosial 3) Kebahagiaan Religius 4) Dukungan Finansial Variabel dari masing-masing faktor dapat disebutkan sebagai berikut : Kesehatan Fisik, meliputi : Kebersihan Gigi, Gangguan Kesehatan, Keluhan Penyakit, Pemeriksaan Kesehatan, Penyakit yang diderita, Frekuensi Olahraga, Penggunaan alat Bantu, Bantuan dalam aktivitas, Kemampuan mobilitas, Kemampuan Berjalan, Kemampuan Naik tangga, Keteratutan buang air besar, Kelancaran buang air kecil Dukungan Sosial, meliputi : Status Perkawinan, Pendidikan, Kepemilikan rumah, Yang Tinggal serumah, Ketenagan di rumah, Perlakukan keluarga, Kegiatan dimasyarakat, Mengisi waktu luang, Pembatasan aktivitas oleh keluarga, Memberikan nasehat pada keluarga, Koping bila menghadapi masalah, Harapan orang tua, Status mental, Penilaian moral, Nilai APGAR.
METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian. Pada penelitian ini, hanya dilakukan observasi data yang telah diperoleh dari sumber selanjutnya dilakukan proses analisis secara ilmiah sesuai dengan kajian materi penelitian ini, sehingga berdasarkan sifat tersebut maka rancangan penelitian ini termasuk penelitian terapan. SURYA
16
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Kebahagiaan Religius meliputi : Partisipasi kegiatan agama, Peranan Agama, dan Ketaatan beragama. Dukungan Finansial, meliputi : Riwayat Pekerjaan, Pekerjaan sekarang, Penghasilan/ bulan, Pengeluaran/ bulan, Pencari nafkah utama, Asal dana, Penggunaan dana, Dukungan keluarga.
3.3 Analisis Data Pada penelitian ini cara analisis datanya mengunakan CFA dengan bantuan program Lisrel versi 8,34, adapun untuk proses analisis, matriks yang digunakan yaitu matriks korelasi tahapan sebagai berikut : 1. Menganalisis variabel yang merupakan indikator faktor Kesehatan Fisik dengan menggunakan (First Order) CFA. 2. Menganalisis variabel yang merupakan indikator faktor Dukungan Sosial dengan menggunakan (First Order) CFA 3. Menganalisis variabel yang merupakan indikator faktor Kebahagiaan Religius dengan menggunakan (First Order) CFA. 4. Menganalisis variabel yang merupakan indikator faktor Dukungan Finansial dengan menggunakan (First Order) CFA. Setelah masing-masing faktor diketahui indikatornya, selanjutnya dibuat skor komposit tiap-tiap faktor dengan cara skor tiap indikator ditransformasi atau distandarisasi agar oleh nilai range variabel sama dengan mempertimbangkan loading factor sebagai pembobot, sehingga skor yang diperoleh untuk pengembangan variabel komposit tidak terpengaruh range skor variabel. Adapun rumus skor komposit masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
3.3 Kerangka Operasional Penelitian Sebelum melakukan analisis data penelitian ada beberapa hal penting untuk dilakukan yaitu :
Gambar 4.6. Kerangka Operasional Dari Gambar 4.6 di atas, maka data yang diperoleh dianalisis dengan CFA pada masing-masing Faktor untuk mengetahui variabel yang merupakan indikator dari Faktor tersebut. Selanjutnya dari hasil analisis tersebut juga diketahui kontribusi/ bobot masing-masing variabel terhadap faktornya dengan melihat skor pada loading faktor. Sebelum menghitung variabel Komposit, maka perlu standarisasi rentang skor jawaban responden 1 – 5, sehingga rentang skor setiap variabel sama. Skor komposit dari masing-masing variabel dianalisis dengan CFA untuk menentukan faktor mana yang mempunyai kontribusi terhadap Faktor Umum yaitu Kesejahteraan Lansia, yang selanjutnya dibuat suatu model yang digunakan untuk menghitung Indeks Kesejahteraan Lansia. Penjumlahan skor variabel Komposit dari masing-masing faktor akan menghasilkan skor Kesejahteraan Lansia dari masing-masing responden.
SURYA
Skor Komposit = Dimana : λi Xi variabel Max Xi n
∑ λi Xi
n
: loading factor variabel : Skor responden pada suatu : Skor maksimum variabel : Jumlah variabel
berdasarkan variabel indikator yang diperoleh tersebut. 5. Menganalisis Faktor yang merupakan Indikator Faktor Umum Kesejahteraan setelah dilakukan standarisasi dengan menggunakan (First Order) CFA 17
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
6. Menentukan Indeks Kesejahteraan Lansia dengan menghitung indeks komposit dengan menjumlahkan skor Faktor yang dinyatakan valid dan reliabel dengan Loading Factor. 7. Mengelompokkan skor Indeks Kesejahteraan Lansia menjadi 2 kelompok dengan cara mencari nilai ratarata Indeks, setelah diketahui baru dikelompokkan, bila nilai indeksnya > x dikategorikan Sejahtera, bila nilainya < x dikategorikan Kurang Serahtera.
selanjutnya dari dianalisis masing masing Faktor dengan Faktor umum yaitu Kesejahteraan Lansia. Dari proses analisis tersebut maka perlu dilihat Validitas dan Reliabilitas dari masing masing variabel yang dapat diketahui dari skor T value. Selanjutnya dilakukan standarisasi dari masing masing variabel dengan melihat loading factor (λ) dan error (1- δ). 4.1 First Order CFA pada Faktor Kemampuan Fisik Dari faktor fisik terdapat 17 variabel yang diukur sebagai indikatornya, adapun hasil output matrik CFA ada 14 faktor yang layak untuk diolah pada proses berikutnya. Adapun hasil analisis awalnya adalah sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan data dari 100 responden, maka selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan First Order CFA pada masing-masing faktor, Tabel 5.3 First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Kemampuan Fisik Lansia (awal)
Adapun 3 variabel yang tidak layak untuk diolah yaitu : Kemampuan memakai baju, Kemampuan Makan dan Kemampuan mandi, sehingga tidak diolah dengan First Order CFA. Selanjutnya membuat Path Diagram CFA untuk Faktor Kemampuan Fisik, dari hasil tersebut diperoleh hasil berupa Matriks Kovarian, Loading Factor dengan melihat nilai T value sehingga bisa diketahui variabel
SURYA
mana yang valid dan reliabel. Caranya dengan mengeluarkan variabel yang mempunyai skor T value yang paling rendah satu per satu secara berulang sampai terlihat variabel yang valid dan reliabel, adapun hasilnya terdapat 8 variabel yang dinyatakan valid dan reliabel merupakan indikator dari Faktor Kemampuan Fisik adalah sebagai berikut
18
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Tabel 5.4 Hasil First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Kemampuan Fisik (akhir)
Dari tabel di atas, maka dengan melihat nilai Loading Factor yang ditunjukkan dengan nilai Lambda (λ) pada tabel di atas, maka variabel yang memberikan merupakan indikator Faktor Kemampuan Fisik Lansia yaitu : Frekuensi mencuci rambut, Frekuensi Olah Raga, Penggunaan Alat Bantu, Bantuan dalam aktivitas, Kemampuan Mobilitas, Kemampuan Berjalan, Kemampuan Naik Tangga, Kemampuan Buang air besar.
4.2
First
Order
CFA
pada
Faktor
Dukungan Sosial Dari faktor Dukungan Sosial terdapat 14 variabel yang diukur sebagai indikatornya, adapun hasil output matrik CFA semua variabel layak untuk diolah pada proses berikutnya. Adapun hasil analisis awalnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5 First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Dukungan Sosial Lansia (awal)
Selanjutnya membuat Path Diagram CFA
sehingga diketahui 7 variabel merupakan
untuk Faktor Dukungan sosial, dari hasil
indikator yang valid dan reliabel. Adapun
tersebut dengan melihat nilai T value
varibel tersebut adalah sebagai berikut :
SURYA
19
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Tabel 5.6 First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Dukungan Sosial (akhir)
Dari tabel di atas, maka dengan melihat nilai Loading Factor yang ditunjukkan dengan nilai Lambda (λ) pada masing-masing faktor di atas, maka variabel yang merupakan indikator Faktor Dukungan Sosial yaitu : Pendidikan, Yang tinggal serumah, Perlakuan keluarga, Memberikan nasehat, Koping bila menghadapi, Moral, Nilai APGAR .
4.3 First Order CFA Dukungan Finansial
pada
Faktor
Dari faktor Dukungan Finansial terdapat 8 variabel yang diukur sebagai indikatornya, adapun hasil output matrik CFA didapatkan model not konvergen sehingga hasil analisis awalnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7 First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Dukungan Finansial (awal)
Selanjutnya variabel yang tidak valid dan reliabel dikeluarkan dari proses analisis satu persatu sehingga pada analisis akhir
diketahui 3 variabel merupakan indikator yang valid dan reliabel. Adapun varibel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8 First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Dukungan Finansial (akhir)
Dari tabel di atas, maka dengan melihat nilai Loading Factor yang ditunjukkan dengan nilai Lambda (λ) pada masing-masing faktor di atas, maka variabel yang yang merupakan indikator Faktor Dukungan Finansial Lansia SURYA
yaitu : Riwayat Pekerjaan, Pekerjaan, Pengeluaran. 4.4 First Order CFA pada Faktor Kebahagiaan Religius 20
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Dari faktor Kebahagiaan Religius terdapat 3 variabel yang diukur sebagai indikatornya, adapun hasil output matrik
CFA semua variabel layak untuk diolah pada proses berikutnya. Adapun hasil analisis awalnya adalah sebagai berikut :
Tabel 5.9 First Order CFA tentang Variabel Indikator Faktor Kebahagiaan Religius (awal)
Selanjutnya mengeluarkan variabel yang mempunyai skor T value tidak valid adan reliabel dari proses analisis, sehingga pada
akhir analisis diketahui 2 variabel merupakan indikator yang valid dan reliabel, yaitu :
Tabel 5.10 First Order CFA tentang Variabel Indikator Kebahagiaan Religius (akhir)
Dari tabel di atas, maka dengan melihat nilai Loading Factor yang ditunjukkan dengan nilai Lambda (λ) pada masing-masing faktor di atas, maka variabel yang yang merupakan indikator Faktor Kebahagiaan Religius Lansia yaitu : Peranan agama sekarang, Ketaatan.
4.5 First Order CFA pada Skor Variabel Komposit Faktor Kesejahteraan Lansia Untuk menentukan Model tentang Kesejahteraan Lansia maka perlu diuji dengan variabel komposit dari masingmasing faktor, dimana merupakan hasil standarisasi dari masing-masing variabel yang dinyatakan valid dan reliabel.
Tabel 5.11 First Order CFA pada Variabel Komposit Faktor Kesejahteraan Lansia
Indeks Kesejahteraan Lansia = 0,43 Kemampuan fisik + 0,41 Kebahagiaan Religius. Adapun Skor Kemampuan Fisik = ( 0,54 Frekwuensi membersihan rambut + 0,49 Frekuensi Olah Raga + 0,64 Penggunaan Alat Bantu + 0,72 Bantuan dalam aktivitas + 0,71 Kemampuan Mobilitas + 0,72 Kemampuan Berjalan + 0,70 Kemampuan
Dari tabel di atas, maka dengan melihat nilai T value , maka faktor yang valid dan reliable ada 2 yaitu : Kemampuan fisik dan Dukungan Religius dimana skor T value > 1,96. Sehingga dengan melihat hasil loading factor yang standardize solutions , maka dapat disusun modelnya sebagai berikut SURYA
21
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Naik Tangga + 0,25 Kemampuan Buang air besar) dibagi delapan. Sedangkan Skor Kebahagiaan Religius = ( 0.61 Peranan agama sekarang + 0.33 Ketaatan ) dibagi dua
5.1 Faktor Kemampuan Fisik Variabel yang diukur sebagai indikator Kemampuan Fisik berjumlah 17 variabel, sedangkan yang dapat dianalisis untuk proses berikutnya adalah 14 variabel, sehingga 3 variabel harus didrop, yaitu : Kemampuan Makan, Kemampuan Mandi dan Kemampuan Memakai Baju. Pada 3 variabel tersebut ternyata seluruh lansia memiliki kemampuan yang optimal dimana jawaban responden sama dan pada saat dibuat matriks outputnya dinyatakan fatal error , yang selanjutnya dikeluarkan dari analisis. Dengan demikian bisa dikatakan 3 variabel tersebut dikatakan tidak valid dan reliabel, karena hasil pengukurannya sama, tidak dapat membedakan variasi dari responden.
4.6 Kesejahteraan Lansia. Untuk mengetahui Kesejahteraan Lansia yaitu dengan menjumlahkan skor komposit dari faktor Kemampuan fisik dan Kebahagiaan religius. Dari hasil perhitungan indeks kesejahteraan, nilai komposit total adalah 182,07, sedangkan nilai indeks ratarata adalah 1,82. Sehingga Lansia dikategorikan yang masuk dalam kelompok sejahtera bila memiliki nilai komposit dari seluruh faktor lebih besar atau sama dengan 1,82. Bila kurang dari 1,82 , maka dikategorikan kurang sejahtera, adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel
5.12 Kesejahteraan Lansia Kabupaten Lamongan
5.2 Faktor Dukungan Sosial Dari 15 variabel yang merupakan indikator Faktor dukungan sosial didapatkan 9 indikator dengan skor T Value yang negatif, sehingga dari analisis awal didapatkan 6 variabel yang valid dan reliabel, sehingga untuk selanjutnya variabel yang tidak valid tersebut dikeluarkan satu persatu mulai dari skor T value yang terkecil sehingga pada akhir analisis didapatkan 6 variabel yang valid dan reliabel.
di
Dari tabel di atas berdasarkan skor komposit yang yang dimiliki oleh responden, maka terdapat 72 % lansia yang termasuk kategori sejahtera dan 28 % lansia yang kurang sejahtera.
5.3 Faktor Dukungan Finansial. Pada proses analisis data yang pertama dengan menggunakan matrik korelasi didapatkan hasil bahwa Model not convergen, dimana matriks tidak dapat merespon model yang ada, sehingga dari hasil yang muncul adalah dalam bentuk Intermediate Solutions. Langkahnya yaitu keluar dari proses analisis dan memanggil kembali Path Diagram yang sudah dibuat didapatkan salah satu variabel yang mempunyai skor T value yang ekstrem yaitu pada variabel pekerjaan (14,07) dan Variabel Dukungan Keluarga (-5,10), sehingga yang tidak valid tersebut dikeluarkan dari proses analisis satu persatu. Dari analisis akhir didapatkan dari 8 variabel yang diukur ternyata ada 3 yang dinyatakan valid dan reliabel yaitu : Riwayat Pekerjaan, Pekerjaan dan Pengeluaran.
PEMBAHASAN Dari hasil analisis data pada Bab 5, maka ditemukan beberapa hal yang penting untuk dibahas, dimana data yang digunakan yaitu menggunakan skala data ordinal dan masing masing variabel memiliki jumlah item jawaban yang bervariasi mulai dari 2 pilihan sampai dengan 5 pilihan. Berdasarkan dari skala jawaban yang berbeda pada masing-masing variabel, maka untuk membuat matriks output digunakan matriks korelasi. Demikian halnya pada proses pembuatan path diagram. Dari jumlah responden yang diukur sebanyak 100 orang
SURYA
22
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
sebagian yang masuk dalam kategori kurang sejahtera.
5.4 Faktor Kebahagiaan Religius Pada faktor ini terdapat 3 variabel dimana pada saat analisis awal didapatkan hasil Model not Convergen, dimana matriks tidak dapat merespon model yang ada, sehingga dari hasil yang muncul adalah dalam bentuk Intermediate Solutions, sehingga dalam proses analisisnya digabung dengan variabel indikator faktor yang lain, bila dipaksakan nilai df-nya = 0, sehingga hasilnya tidak fit
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Variabel yang merupakan indikator faktor Kemampuan fisik ada 8, yaitu : Gangguan Kesehatan, Frekuensi Olah Raga, Penggunaan Alat Bantu, Bantuan dalam aktivitas, Kemampuan Mobilitas, Kemampuan Berjalan, Kemampuan Naik Tangga, Kemampuan BAB. 2. Variabel yang merupakan indikator faktor Dukungan Sosial ada 6, yaitu : Pendidikan, Keluarga yang tinggal serumah, Memberikan nasehat, Koping bila menghadapi masalah, Moral, Nilai APGAR. 3. Variabel yang merupakan indikator faktor Dukungan Finansial ada 3, yaitu : Pengeluaran dan Kebutuhan dana . 4. Variabel yang merupakan indikator faktor Kebahagiaan religius ada 2, yaitu : Keaktifan dalam kegiatan agama, Ketaatan dalam beragama 5. Variabel yang merupakan indikator kesejahteraan lanjut usia secara umum ada 2, yaitu : Kemampuan fisik dan Kebahagiaan Religius. 6. Rumus Formula untuk menghitung Indeks Kesejahteraan lansia, yaitu Kesejahteraan Lansia = 0,43 Kemampuan fisik + 0,41 Kebahagiaan Religius 7. Sebagian Lansia (72 %) masuk kategori sejahtera dan sebagian (28 %) Lansia masuk kategori kurang sejahtera.
5.5 Faktor Kesejahteraan Lansia Dari beberapa variabel yang merupakan indikator dari masing-masing faktor, telah didapatkan skor Loading Factor (Standardize Solutions) yang merupakan bobot dari masing-masing variabel, disamping itu perlu standarisasi dengan menyamakan interval jawaban dari masing masing variabel, sehingga setiap variabel mempunyai skala data 1 – 5 dengan mengalikan 5 dan membagi dengan skor maksimum awal. Selanjutnya untuk masing masing faktor perlu distandarisasi dengan mengalikan skor jawaban dengan skor loading faktor, kemudian hasilnya dijumlahkan untuk masing-masing faktor dan dibagi dengan jumlah variabel.
5.6 Formula Indeks Kesejahteraan Lansia Hasil analisis didapatkan dari 4 faktor yang dinyatakan valid dan reliabel ada 2 Faktor saja, yaitu : Kemampuan Fisik dan Kebahagian religius. Sedangkan faktor Dukungan Sosial skort T value pada loading factor 1,87 sehingga tidak valid. Sedangkan Dukungan Finansial skor T pada Error – 0,19 sehingga tidak reliabel dan bukan merupakan faktor penentu Kesejahteraan Lansia.
6.2 Saran.
5.7 Lansia yang sejahtera
1.
Rata-rata indeks kesejahteraan lansia 1,82, hal ini karena hanya 2 faktor yang dihitung skor Kompositnya, yaitu Kamampuan Fisik dan Kebahagiaan Religius. Dengan pedoman nilai rata-rata Indeks Kesejahteraan Lansia tersebut lebih dari sebagian Lansia yang masuk dalam kategori Sejahtera, disamping itu ada hampir
2.
SURYA
23
Indikator dan Indeks yang telah tersusun perlu dilakukan sharing dengan Pakar untuk merumuskan aplikasi dan pemanfaatannya suatu Indeks secara komperehensif. Formula Indeks Kesejahteraan Lansia yang telah tersusun perlu diuji dengan menggunakan besar sampel yang disesuaikan dengan jumlah parameter
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
yang akan penelitian.
diukur
dan
populasi
: A guide to Advance Practice. Philadephia : WB Saunders Company
.PUSTAKA Ali Djumhana, 1997. Penyakit Pada Lansia. Bandung : Bagian/ SMF IPD FK UNPAD RS Hasan Sadikin.
Emma W. Wirakusumah, 2002. Tetap Bugar di Usia Lanjut. Jakarta : Trubus Agrowidya Gaspersz V., 1995. Tehnik Analisis Dalam
Arief Wibowo, 2004. Pengantar Analisis Faktor Eksploratori dan Analisis Faktor Konfirmatori. Pelatihan Structural Equation Modelling tanggal 2-4 Maret 2004. Surabaya : Lembaga Penelitian Unair.
Penelitian
Bandung
:
Tarsito. Hadi Setia Tunggal, 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Jakarta : Harvarindo.
Australia Capital Territority, 2003. Stae of The Environment. http://www.environtmentcommissioner .act.gov.au/safety03.pdf. (Diakses: 2903-2008)
Hair JF et.al, 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. New Jersey : Prentice Hall Hari Basuki, 2003. Pengantar Lisrel 8.30. Pelatihan Structural Equation Modelling tanggal 2-4 Maret 2004. Surabaya : Lembaga Penelitian Unair.
BKKBN, 1996. Peningkatan Kesejahteraan Penduduk Usia Lanjut. Jakarta : Kantor Menteri Negara dan Kependudukan.
Hogstel MO, 1999. Geropsychiatric Nursing. Second Edition. St. Louis : Mosby
Bess TL, Harvey RJ, Swartz D, 2003. Hierarchial Confirmatory Factor Analysis of the Myers-Briggs Type Indikator. Virginia Polytechnic Institute and State University. http://www.harvey.psyc.vt.edu/MBTI.p df. (Diakses : 20-02-2008)
Hox. JJ, .An Introduction to Structural Equation Modelling. Utrecht University. http://www.ivt.bang.fss.uu.ne./ms/je/pu blish/semframe.pdf. (Diakses : 20-022008)
Broderick AJ, 1999. Testing for Metric Equivalence Using Confirmatory Factor Analysis : A Consumer Involvement Study. http://abs.aston.ac.uk/9903.pdf. (Diakses : 20-02-2008)
Johnson, Richard A & Dean, Wichern, 1982. Applied Multivariate Statistical Analysis, University of Wisconsin Madison, Prentice Hall, Inc, Englewood, New Jersey. Junaiti Sahar, 2001. Keperawatan Gerontik, Koordinator Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan. Jakarta : UI
Byrne, Barbara M. 1998. Structural Equation Modeling with LISREL, PRELIS, and SIMPLIS : Basic Concepts, Applications, and Programming. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Kelloway, E. Kevin. 1998. Using Lisrel for Structural Equation Modelling. A Researcher’s Guide, California : SAGE Publication, Inc.
Chenitz W.Carol, Sone JT, Salisbury SA, 1991. Clinical Gerontological Nursing
SURYA
Percobaan.
24
Vol. 1, No, 1, September 2008
Aplikasi Confirmatory Factor Analysis (CFA) Untuk Menentukan Indikator Dan Indeks Kesejahteraan Lansia Di Kabupaten Lamongan
Koum Tem Sun, Yin Shou Lai, 2001, Intitute of Computer Science and Information Education National Taiwan Teachers College. http://www.nr.stic.gov.tw/ejournal/pro cedingD/v12n1/19_30.pdf. (Diakses : 20-02-2008)
University. http://www.factucmp.htm. (Diakses : 20-02-2008) Santoso, Singgih. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Sarmanu, 2003. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Pelatihan Structural Equation Modelling tanggal 2-4 Maret 2004. Surabaya : Lembaga Penelitian Unair.
Kuntoro, H., 2002. Pengantar Statistik Multivariat. Surabaya : Pustaka Melati. Gertsbakh, I, 2000. Reliability Theory With Aplication to Preventive Maintenance. New York : Springer-Vedag Berlin Heidelberg.
Sharma, S. 1996. ApplieMultivariate Techniques. Singapore : John Wiley & Sons, Inc.
Norusis, M. J, 1990. SPSS/PC+Statistics 4.0 For The IBM PC/XT/AT and PS/2. USA : SPSS Inc.
Solimun. 2002. Multivariate Analysis Structural Equation Modelling (SEM) Lisrel dan Amos, Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang.
Mueller, Ralph O. 1996. Basic Principles of Structural Equation Modelling, An Introduction to Lisrel and EQS. Springer Verlag New York, Inc.
Suhr Diana, Reliability, Exploratory & Confirmatory Factor Analysis for the Scale of Athletic Priorities. University of Nothern Colorado. http://www.stat.washington.edu/tsr/pa per/smr.pdf .(Diakses : 20-02-2008)
Out water, Higher Order Control Loops as A Determinant of B2B E-Commerce Performance : A Comparative Model from Australian Empirical Evidence. http://www.ivt.bang.eth2.ch/allgemein/ pdf/outwater.pdf. (Diakses : 20-022009)
Utami Munandar, 2002. Kemandirian Pada Usia Lanjut. Dalam Seminar Keperawatan Gerontik. Jakarta.
Reese Charles E, Lochmuller CH, 1994. Introduction to Factor Analysis. Duke
SURYA
25
Vol. 1, No, 1, September 2008