Jurnal “LOG!K@” , Jilid 6, No. 2, 2016, Hal. 96 - 111 ISSN 1978 – 8568
ANALISIS KEPUASAN KERJA KARYAWAN DINILAI DARI HYGIENE FACTOR DAN MOTIVATION FACTOR DENGAN METODE SECOND ORDER CONFIRMATORY FACTOR ANALYSIS Bambang Ruswandi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Email:
[email protected]
Abstract: The research aims to analyze the contribution of motivation factor dimension and hygiene factor dimension to measure the variable of the employee job satisfaction at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The research uses two-step confirmatory factor analysis which is the submodel of structural equation modeling as the statistical analysis technique of the research. The result shows that the model which is used has quite well goodness of fit. It is claimed that the hygiene factor dimension with 12 indicators could be explained about 58,25 % while motivation factor with 6 indicators could be explained about 68,87 %. For the structural modeling, Hygiene factor dimension and motivation factor dimension could explain the variable of job satisfaction about 63,10 % with the hygiene factor dimension contribute the result about 0,864 which gives the biggest contribution while the motivation factor only contribute about 0,718. Keywords: Satisfaction, hygiene factor, motivation factor, confirmatory analysis, employee. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi dari dimensi Hygiene Factor dan dimensi Motivation Factor dalam mengukur variabel kepuasan kerja karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik analisis statistika yang digunakan adalah analisis faktor konfirmatori dua tahap yang merupakan submodel dari model persamaan struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki goodness of fit yang cukup baik. Dimensi Hygiene Factor dengan 12 indikator dapat terjelaskan sebesar 58.25%. Sedangkan dimensi Motivation Factor dengan 6 indikator dapat terjelaskan sebesar 68.87%. Untuk model struktural, dimensi Hygiene Factor dan Motivation Factor dapat menjelaskan variabel kepuasan kerja sebesar 63.10% dimana dimensi Hygiene Factor merupakan dimensi yang memberikan kontribusi terbesar yaitu sebanyak 0.864 dan dimensi Motivation Factor berkontribusi sebesar 0.718. Kata kunci: Kepuasan, Hygiene Factor, Motivation Factor, Konfirmatori analisis, karyawan.
PENDAHULUAN Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karyawan merupakan asset utama yang dimiliki oleh organisasi profit oriented yang harus dipelihara demi tercapainya tujuan serta sasaran organisasi. Hal ini dikarenakan karyawan merupakan perencana, pengendali dan pelaku aktif dari setiap aktivitas perusahaan. Menjaga tampilan (performance) kerja karyawan untuk senantiasa memiliki semangat kerja yang tinggi, ulet serta produktif adalah hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan agar diperoleh output yang maksimal baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Performance kerja yang tinggi akan tercapai apabila karyawan memiliki kepuasan kerja, sebab kepuasaan kerja akan
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
mengarahkan pekerja kearah tampilan kerja yang lebih produktif. Pada prinsipnya, karyawan yang puas dengan apa yang diperoleh dari perusahaan akan memberikan kontribusi lebih dari apa yang diharapkan dan akan terus berusaha untuk selalu memperbaiki performance kerjanya [1]. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta adalah salah satu universitas terkemuka yang ada di Indonesia. Saat ini, UIN Syarif Hidayatullah mulai menjadi pilihan utama dari pada calon mahasiswa yang akan mendaftar di perguruan tinggi. Hal ini dimulai dari mulai dibukanya program-program studi yang berbasis ilmu umum dengan dibukanya program Konversi UIN pada tahun 2000. Semakin tingginya animo masyarakat untuk kuliah di UIN Syahid, tentunya harus juga diimbangi dengan kinerja dan kesiapan dari para karyawannya. Pelayanan yang diberikan oleh para karyawan terhadap mahasiswa menjadi salah satu pendukung dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif sehingga dapat dihasilkan sumber daya yang berkualitas. Hal ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari kebijakan yang diterapkan oleh atasan dalam hal ini rektorat, dekatan, dan jajaran lainnya. Jika kebijakan yang diterapkan dapat memuaskan karyawannya maka hal ini akan berdampak positif terhadap pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa, demikian pula sebaliknya. Pada penelitian ilmu sosial dan psikologi, variabel yang diteliti pada umumnya bersifat multidimensional dan tidak dapat diobservasi langsung, tetapi diukur melalui indikator sebagai manifest. Demikian pula halnya dalam penelitian kepuasan kerja karyawan. Variabel terukur pada penelitian ini diperoleh dari responden melalui teknik survei dengan alat ukur berupa kuesioner. Dalam penelitian kepuasan kerja terdapat dua dimensi yang dapat menjelaskan variabel kepuasan, diantaranya: Hygiene factor dan Motivation factor. Faktor hygiene merupakan faktor ekstrinsik berkaitan dengan keadaan pekerjaan. Faktor motivation merupakan faktor instrinsik yang dapat memotivasi kerja seseorang. Analisis statistika yang tepat digunakan untuk mengevaluasi kontribusi dimensi Hygiene factor dan Motivation factor dalam menjelaskan variabel kepuasan kerja dan mengevaluasi kontribusi dari setiap indikator dalam mengukur dimensinya masing-masing adalah analisis faktor konfirmatori dua tahap (Second Order Confirmatory Factor Analysis). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba mengkaji lebih mendalam mengenai analisis kepuasan kerja karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor dengan Metode Second Order Confirmatory Factor Analysis. TINJAUAN PUSTAKA Hygiene Factor dan Motivation Factor Teori Hygiene Factor dan Motivation Factor dikembangkan oleh Frederick Irving Herzberg (1923-2000), seorang psikolog asal Amerika Serikat [2]. Frederick Herzberg menyatakan bahwa ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain ada pula faktor lain yang menyebabkan ketidakpuasan. Dengan kata lain kepuasan dan ketidakpuasan kerja berhubungan satu sama lain. Dua faktor ini oleh Frederick Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, dimana faktor intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan termotivasi, yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor Hygiene tidak berhubungan langsung dengan kepuasan suatu pekerjaan, tetapi berhubungan langsung dengan timbulnya suatu ketidakpuasan kerja (Dissatiesfier). Faktor hygiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah
97
Bambang Ruswandi
hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya. Faktor-faktor dalam hygiene adalah : Gaji, upah dan tunjangan lainnya, kebijakan perusahaan dan administrasi, hubungan baik antar pribadi, kualitas pengawasan, keamanan pekerjaan, kondisi kerja, keseimbangan kerja dan hidup. Faktor motivator adalah faktor-faktor yang langsung berhubungan dengan isi pekerjaan atau faktor-faktor intrinsik. Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan. Motivation Factor ini adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan; berhubungan dengan aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk di sini adalah: Working condition (kondisi kerja), Interpersonal relation (hubungan antar pribadi), Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya), Supervision technical (teknik pengawasan), Job security (perasaan aman dalam bekerja). Analisis Faktor Konfirmatori Dua Tahap Analisis faktor konfirmatori merupakan salah satu jenis analisis faktor yang bertujuan untuk mengkonfirmasi struktur faktor dari sekumpulan variabel yang diobservasi. Pada analisis faktor konfirmatori, sebelumnya telah ditetapkan suatu pola hubungan antara variabel yang diobservasi dan variabel laten yang mendasarinya secara apriori yang didasarkan pada pengetahuan dari teori serta penelitian empirik [3]. Second order confirmatory factor analysis merupakan model pengukuran yang terdiri dari dua tingkat. Tingkat pertama adalah sebuah confirmatory factor analysis yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel observasi sebagai indikator-indikator dari variabel laten terkait. Tingkat kedua adalah sebuah confirmatory factor analysis yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel laten pada tingkat pertama sebagai indikatorindikator dari sebuah variabel laten pada tingkat kedua [4]. Pada analisis faktor dua tahap, variabel laten eksogen ξ tidak memiliki model pengukuran, sehingga variabel laten eksogen ξ langsung dijelaskan oleh variabel laten endogen η dan karena tidak terdapat hubungan kausalitas antar variabel laten endogen η . Sehingga persamaan untuk model second order factor analysis adalah [5] : η Γ ξ ζ mx1
mxn nx1
mx1
y Δy η ε px1
pxm mx1
px1
(1)
Tahapan Permodelan Analisis Faktor Konfirmatori Dua Tahap Menurut [5] tahapan pemodelan terdiri dari: 1. Membangun model berbasis teori: tahap pertama di dalam permodelan analisis faktor konfirmatori adalah membangun model berdasarkan teori atau konsep. Pada dasarnya tahapan ini merupakan suatu proses formulasi teori-teori, sehingga dapat diidentifikasikan variabel-variabel laten yang terdapat dalam penelitian, variabel-variabel observasi (indikator) dan hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti. 2. Menciptakan diagram jalur: diagram jalur bertujuan untuk memudahkan dalam menjelaskan hubungan-hubungan yang ada, melalui diagram jalur dapat dijelaskan hubungan antar variabel laten dan hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. 3. Konversi diagram jalur ke dalam persamaan: tahap ini merupakan tahapan untuk membuat bentuk persamaan yang lebih formal, dapat dilakukan melalui serangkaian
98
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
persamaan yang mendefinisikan: (1) Model struktural yang menghubungkan konstruk. (2) Model pengukuran yang menspesifikasi variabel observasi yang membentuk konstruk, dan (3) Serangkaian matriks yang mengindikasikan setiap korelasi hipotesis antar konstruk. 4. Estimasi parameter model: proses estimasi dilakukan untuk memperoleh nilai dari parameter-parameter yang terdapat dalam model. Terdapat beberapa metode estimasi model, salah satunya yaitu Weighted Least Square (WLS). Metode estimasi WLS merupakan suatu metode estimasi yang tepat digunakan untuk data yang tidak memenuhi asumsi normality multivariate [6]. Prinsip metode estimasi WLS adalah menentukan nilai taksiran parameter yang meminimumkan jumlah kuadrat residu yaitu selisih antara matriks varians-kovarians yang diturunkan dari model Σθ dengan matriks varianskovarians sampel dari variabel-variabel observasi S . Fungsi kecocokan WLS adalah sebagai berikut [7] :
F ( ) s σ θ ' W 1 s σ θ ,
(2)
dengan
s ' menyatakan vektor dari matriks kovarians sampel yang elemen-elemennya adalah (s11, s21, s22,...., skk) berukuran 1 1 p( p 1), σθ ' menyatakan vektor yang 2
berkaitan dengan Σθ , dihasilkan dari parameter-parameter model yang elemennya
adalah 11 , 21 , 22 , 31 ,...., kk berukuran 1 1 p( p 1), dan W 1 menyatakan 2
invers dari matriks bobot definit positif yang elemen-elemennya merupakan taksiran matriks kovarians asimtotik berukuran 1 p( p 1) 1 p( p 1) . 2
2
5. Penilaian identifikasi model: pada tahap identifikasi model ingin diketahui apakah model yang diusulkan menghasilkan estimasi yang unique (unik) atau tidak. Penilaian identifikasi model dilakukan dengan melihat nilai degree of freedom dengan formula sebagai berikut [5] : 1 (3) df p( p 1) t 2 dengan p menyatakan banyaknya variabel observasi dan t menyatakan banyaknya koefisien yang diestimasi pada model yang diteliti Suatu model dikatakan menghasilkan estimasi yang unique jika model tersebut bersifat just-identified atau overidentified. Model diklasifikasi sebagai just-identified, yaitu model dengan jumlah parameter yang diestimasi sama dengan data yang diketahui, jika df 0 . Jika df 0 , model terklasifikasi sebagai over-identified, yaitu model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih kecil dari jumlah data yang diketahui. Jika df 0 , model terklasifikasi sebagai under-identified, yaitu model dengan jumlah parameter yang diestimasi lebih besar dari jumlah data yang diketahui [5]. 6. Evaluasi Kesesuaian Model: dalam tahap ini akan dievaluasi tingkat kecocokan antara data dengan model. Evaluasi terhadap tingkat kecocokan data dengan model dilakukan melalui evaluasi kesesuaian model pengukuran dan evaluasi kesesuaian keseluruhan model [5]. a. Evaluasi Kesesuaian Model Pengukuran: Evaluasi model pengukuran bertujuan untuk mengetahui sebaik apa indikator-indikator sebagai instrumen dalam pengukuran variabel laten. Konsep utama dalam evaluasi model pengukuran adalah mengevaluasi validitas dan reliabilitas dari model pengukuran [8].
99
Bambang Ruswandi
Evaluasi Validitas Model Pengukuran Validitas menunjukkan apakah sebuah ukuran berhubungan dengan sebuah konsep. Suatu indikator dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap variabel latennya, jika : Nilai t muatan faktor (loading factor) nilai t tabel [4]. Rumusan Hipotesis : H 0 : 0 (koefisien parameter loading factor tidak signifikan) H1 : 0 (koefisien parameter loading factor signifikan) ˆ Statistik Uji : (4) t . se ˆ
Kriteria Uji : Tolak hipotesis H 0 pada taraf signifikan jika thitung t Nilai muatan faktor standar (standardized loading factor) 0,50 [5]. Nilai loading factor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut [9]: ij a j i e j .
1 ,n p 2
.
(5)
Evaluasi Reliabilitas Model Pengukuran Reliabilitas fokus pada adanya konsistensi suatu pengukuran tertentu serta berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran. Tingkat reliabilitas model pengukuran diindikasikan oleh ukuran construct reliability dan variance extracted, yang masing-masing diformulasikan sebagai berikut [4] :
std.loading Construct Reliability std.loading 2
.
2
std.loading std.loading
(6)
j
2
Variance Extracted
.
2
(7)
j
Sebuah konstruk (variabel laten) memiliki nilai reliabilitas yang baik, jika [5]: Nilai Construct Reliability (CR) 0,70 , dan Nilai Variance Extracted (VE) 0,50. b. Evaluasi Kesesuaian Keseluruhan Model Evaluasi kesesuaian keseluruhan model ditujukan untuk mengevaluasi secara umum derajat kecocokan atau Goodness of Fit antara data dengan model. Evaluasi kesesuaian keseluruhan model dapat dilakukan secara inferensial maupun deskriptif. Evaluasi Kesesuaian Model Secara Inferensial Chi-Square 2 merupakan alat uji kesesuaian model yang fundamental untuk mengukur overall fit, yaitu overall model yang melibatkan model struktural dan model pengukuran secara terintegrasi. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut [9]: Rumusan Hipotesis : H 0 : Σ Σθ Model sesuai dengan data
H1 : Σ Σθ ( Model tidak sesuai dengan data ) 2 n 1 F ˆ . Statistik Uji :
100
(8)
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
2 Kriteria Uji : Tolak hipotesis H0 pada taraf signifikan jika hitung 2 , df
dengan df p p 1 2 t. Evaluasi Kesesuaian Model Secara Deskriptif Goodness of Fit Index (GFI) GFI digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan. Perumusannya adalah sebagai berikut [3]: 2 tr Σˆ 1S I . (9) GFI 1 2 1 ˆ tr Σ S Nilai GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI yang mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik [5]. GFI 0,9 menunjukkan bahwa model good fit (kecocokan yang baik), sedangkan 0,80 GFI 0,90 menunjukkan bahwa model marginal fit [4].
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) AGFI merupakan perkembangan dari GFI, yang disesuaikan dengan ratio antara degree of freedom untuk model yang diusulkan dengan degree of freedom dari model awal (null model). Perumusannya adalah sebagai berikut [3]: p p 1 AGFI 1 1 GFI . 2df
(10)
Nilai AGFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). AGFI 0,9 menunjukkan bahwa model good fit, sedangkan 0,80 AGFI 0,90 menunjukkan bahwa model marginal fit [4]. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) RMSEA merupakan alternatif ukuran kesesuaian model yang digunakan untuk mengurangi kesensitifan 2 terhadap ukuran sampel, dengan perumusan sebagai berikut [4]: RMSEA
Fˆ0 , df
(11)
ˆ Fˆ0 Max F df , 0 , (12) n 1 Fˆ adalah nilai minimum dari F untuk model yang dihipotesiskan. Nilai menunjukkan bahwa model close fit, sedangkan RMSEA 0,05 0,05 RMSEA 0,08 menunjukkan bahwa model good fit [4].
dengan
7. Interpretasi dan modifikasi model: Interpretasi model pada prinsipnya adalah melakukan pembahasan statistik terhadap hasil yang telah diperoleh yang bertujuan untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan. Setelah melakukan evaluasi kesesuaian model, apabila model yang dihasilkan cukup baik (model fit) maka interpretasi dapat dilakukan, namun bila model yang dihasilkan tidak cukup baik maka dapat dilakukan modifikasi model. Modifikasi model bertujuan untuk mencari model yang sesederhana mungkin atau mendapatkan model yang benar-benar sesuai dengan data. Modifikasi
101
Bambang Ruswandi
model dapat dilakukan dalam dua hal, diantaranya dengan (1) menghilangkan koefisien jalur yang tidak berarti dari model melalui “theory-trimming”, dan (2) Menambah jalur pada model yang didasarkan kepada hasil empiris [9]. Teknik Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel Pemilihan teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapatkan sampel yang representatif. Stratified Random Sampling (StRS) merupakan salah satu teknik pengambilan sampel yang termasuk ke dalam probability sampling. Teknik pengambilan sampel Stratified Random Sampling (StRS) yaitu dengan membagi populasi ke dalam kelompok–kelompok yang disebut strata dimana di dalam subpopulasi bersifat relatif homogen dan antar subpopulasi bersifat relatif heterogen. Kemudian pengambilan sampel dalam setiap strata dapat dilakukan secara Systematic Random Sampling dan Simple Random Sampling, baik dengan komposisi proporsional maupun disproporsional [10]. Perhitungan ukuran sampel dilakukan melalui persamaan sebagai berikut: ˆ (13) n , RMSEA2 d dengan: ˆ max( c d), c 2nF 0 , 0 2nF0 , dan d adalah derajat bebas (degree of freedom). Uji Validitas dan Reliabilitas Pilot Survei Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang dipakai tidak valid dan tidak reliabel, maka hasil penelitian yang dilakukan tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Dalam mengatasi hal tersebut diperlukan dua macam pengujian, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kesungguhan jawaban responden. Uji Validitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk menentukan kevalidan dari item kuesioner yang berupa skor yang memiliki tingkatan (ordinal), digunakan metode koefisien item-total correlation dengan rumus sebagai berikut [11] : rix S x Si ri ( x i ) , (14) S x 2 Si 2 2rix Si S x dengan rix merupakan korelasi Product Moment : nix ix rix . (15) 2 (ni (i )2 )(nx 2 (x )2 ) Suatu item kuesioner dikatakan valid jika nilai koefisien validitasnya (koefisien item-total correlation) 0.30 [12]. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi dari kuesioner dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Untuk melihat reliabilitas dari item kuesioner digunakan Cronbach's Alpha dengan rumus berikut [11]: 2 k sj (16) 1 2 . sx k 1 Item-item kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai koefisien reliabilitasnya (koefisien Cronbach’s Alpha) 0,7 [12].
102
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
METODOLOGI PENELITIAN Teknik Sampling dan Ukuran Sampel Penelitian Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Stratified Random Sampling (StRS). Pemilihan metode ini dikarenakan populasi karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang relatif bersifat heterogen dilihat dari unit-unit kerja yang berbeda. Sehingga dibentuk subpopulasi (strata) berdasarkan unit kerja yang bersifat relatif homogen. Pengambilan sampel dari setiap subpopulasi (strata) dilakukan secara acak (Simple Random Sampling) dengan komposisi disproporsional. Dalam menentukan ukuran sampel, prosedur perhitungannya dilakukan dengan menggunakan persamaan (13) melalui bantuan software STATISTICA 8.0. Melalui software STATISTICA 8.0 diperoleh ukuran sampel sebesar 198 ≈ 200 responden. Objek penelitian dibagi ke dalam 15 kelompok atau strata sesuai dengan fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 11 dan ditambah 4 unit kerja lainnya. Pengambilan sampel untuk setiap kelompok menggunakan komposisi disproporsional, dimana 10 kelompok masing-masing 13 sampel dan 5 kelompok masing dengan 14 sampel. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer berupa opini subyek yang dikumpulkan secara individual dari responden yang terdiri dari karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan model pertanyaan tertutup. Responden diminta untuk memberikan persepsinya pada setiap pernyataan sesuai keadaan yang dirasakan. Bentuk kuesioner berupa skala Likert 5 point dengan rating 1 (sangat tidak setuju), 2 (kurang setuju), 3 (cukup setuju), 4 (setuju) dan 5 (sangat setuju) untuk item pernyataan positif. Sedangkan untuk item pernyataan negatif menunjukkan bahwa rating 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (cukup setuju), 4 (kurang setuju) dan 5 (sangat tidak setuju). Operasionalisasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu variabel observasi serta variabel laten. Variabel observasi merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung atau observable, sedangkan variabel laten merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi atau unobservable, tersusun dan diukur secara tidak langsung melalui indikatornya (variabel observasi). Variabel laten dalam penelitian ini terklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu variabel laten eksogen dan variabel laten endogen. Gambaran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian utama disajikan dalam tabel 1. Membangun Model Berbasis Teori Berdasarkan informasi yang diperoleh serta kajian teori yang dilakukan, pada penelitian ini terdapat dua buah dimensi, yaitu: Hygiene Factor dan Motivation Factor yang dapat memberikan dampak kepada kepuasan kerja karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel
Dimensi
Job Satisfaction
Hygiene Factor
1
Indikator Kebijakan dapat mengaspirasi dan memuaskan pegawai (y1) Pengambilan kebijakan melibatkan pegawai (y2) Pengawasan pimpinan (y3) Kualitas hubungan pegawai dengan atasan (y4) Kualitas kerjasama dengan rekan kerja (y5) Arahan dan bimbingan atasan kepada bawahan (y6) Gaji yang diperoleh (y7)
103
No Item 1 2 3 4 5 6 7
Bambang Ruswandi
Motivation Factor
2
Tunjangan yang diterima (y8) Jaminan keamanan saat lembur (y9) Sarana yang tersedia dikantor (y10) Perhatian pimpinan terhadap status pegawai (y11) Prosedur promosi jabatan (y12) Pencapain kerja sesuai dengan harapan (y13) Pengakuan dan penghargaan pimpinan atas pekerjaan (y14) Kesempatan untuk mempelajari keahlian / kemampuan baru (y15) Pekerjaan sesuai dengan bidang pegawai (y16) Pembinaan pinpinan kepada pegawai (y17) Peluang untuk menggunakan keahlian/kemampuan (y18)
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Konversi Diagram Jalur ke dalam Persamaan Persamaan strukural dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antara variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen. Dari diagram jalur Gambar 1 diperoleh persamaan struktural, sebagai berikut : η Γ ξ ζ mx1
mxn nx1
mx1
1 11 1 2 21 2
Dalam bentuk matriks : 1 11 1 2 21 2
dan persamaan pengukuran, sebagai berikut :
104
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
Gambar 1. Diagram Jalur HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Pilot Survei Evaluasi validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji kesungguhan jawaban responden. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut, dari hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa untuk variabel Hygiene Factor dari 13 item pertanyaan, terdapat 1 item (HF10) yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari pada 0.3 sehingga item HF10 tidak valid dan tidak diikutsertakan dalam proses pengambilan data. Sedangkan untuk variabel Motivation Factor keenam item pertanyaan memiliki nilai rhitung yang lebih besar dari 0.3, sehingga seluruh item pada variabel Motivation Factor adalah valid dan diikutsertakan dalam proses pengambilan data. Untuk pengujian reliabilitas, pada konstruk Hygiene Factor dan kontruk Motivation Factor memiliki nilai alpha cronbach’s yang lebih besar dari 0.7, sehingga kedua konstruk tersebut adalah reliabel sehingga layak untuk digunakan dalam proses pengambilan data. Hasil Identifikasi Model Identifikasi model merupakan tahapan awal dalam pemeriksaan terhadap suatu model yang diusulkan dengan nilai p=18 dan t=38, maka nilai df adalah
105
Bambang Ruswandi
df p p 1 / 2 t 18 18 1 / 2 33 133. Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai df sebesar 133 dan df 0 (over-identified), sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang diusulkan menghasilkan estimasi yang bersifat unique sehingga parameter yang ada pada model dapat ditaksir. Tabel 2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Pilot Survei Konstruk
Item
HF1 HF2 HF3 HF4 HF5 HF6 HF7 Hygiene Factor HF8 HF9 HF10 HF11 HF12 HF13 MF1 MF 2 MF 3 Motivation Factor MF 4 MF 5 MF 6 Sumber : Hasil pengolahan data
Corrected Item Total Correlation 0.636 0.634 0.428 0.521 0.510 0.477 0.454 0.416 0.614 0.208 0.622 0.605 0.425 0.759 0.493 0.442 0.576 0.790 0.677
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Alpha Cronbach's
Keterangan
0.845
Reliabel
0.893
Reliabel
Hasil Estimasi Parameter dan Path Diagram Path diagram (Gambar 2) analisis faktor konfirmatori dua tahap beserta parameter hasil estimasi yang menggambarkan hubungan antara indikator dengan dimensi Hygiene Factor dan Motivation Factor serta hubungan dengan variabel laten Satisfaction. Evaluasi Model Pengukuran Evaluasi model pengukuran dilakukan untuk melihat apakah variabel observasi sudah dengan tepat mengukur konstuknya. Evaluasi dilakukan dengan pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas dilakukan dengan melihat nilai loading factor dan nilai statistik hitung t. Pengujian validitas dalam mengevaluasi model pengukuran tertera pada Tabel 3. Tabel ini menunjukkan bahwa seluruh muatan faktor standar (standardized loading factor) pada model pengukuran tingkat pertama (first order CFA) dan model pengukuran tingkat kedua (second order CFA) mempunyai validitas yang baik. Hal ini berdasarkan kriteria dimana nilai t muatan faktornya ≥ nilai kritis (t hitung ≥ 1.96) dan nilai standardized loading factor ≥ 0.50. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel observasi pada model pengukuran tingkat pertama (first order CFA) dapat mengukur konstruknya (Hyiene Factor dan Motivation Factor) dengan cukup baik. Begitu pula halnya dengan model pengukuran tingkat kedua (second order CFA), dimana dimensi Hyiene Factor dan Motivation Factor dapat mengukur konstruk Satisfaction dengan cukup baik.
106
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
Tabel 3. Pengujian Validitas Model Pengukuran Variabel
Loading Factor
t-hitung
Measurement Error
Keterangan
Hygiene HF1 HF2 HF3 HF4 HF5 HF6 HF7 HF8 HF9 HF10 HF11 HF12
0.769 0.738 0.766 0.796 0.806 0.773 0.755 0.734 0.76 0.765 0.762 0.73
…. 5.696 5.81 5.777 5.572 5.847 5.652 5.744 0.587 6.018 5.65 5.596
0.409 0.455 0.413 0.366 0.35 0.402 0.431 0.461 0.422 0.415 0.419 0.467
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Motivation MF1 MF2 MF3 MF4 MF5 MF6
0.836 0.881 0.747 0.817 0.854 0.786
…. 10.049 9.48 9.497 9.854 9.551
0.300 0.224 0.442 0.332 0.272 0.383
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Hygiene
0.864
18.547
0.254
Valid
Motivation
0.718
10.306
0.484
Valid
1stCFA
2stCFA Satisfaction
Selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas untuk melihat konsistensi pengukuran variabel-variabel observasi secara bersama-sama terhadap masing-masing kunstruknya. Berikut ini ditampilkan nilai Construct Reliability (CR) dan Variance Extracted (VE) untuk setiap konstruk pada model pengukuran tingkat pertama (first order CFA) dan model pengukuran tingkat kedua (second order CFA). Tabel 4. Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Konstruk Construcy Reliability 1stCFA 0.9436 Hygiene Factor 0.9299 Motivation Factor 2stCFA 0.7723 Satisfaction Sumber : Hasil pengolahan data
Variance Extracted 0.5825 0.6887 0.6310
Dari Tabel 4 di atas diketahui bahwa semua nilai Construct Reliability dari ketiga variabel laten melebihi batas ambangnya yaitu 0.70 dan nilai Variance Extracted melebihi batas ambangnya yaitu 0.50. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat reliabilitas pada tiap konstruk adalah cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-indikator pada tiap konstruk cukup konsisten untuk mengukur konstruknya.
107
Bambang Ruswandi
Gambar 2. Path Diagram Hasil Estimasi Parameter Evaluasi Model Keseluruhan atau Struktural Setelah dilakukan evaluasi model pengukuran, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi model struktural dari model yang diajukan dimana terdapat dua buah dimensi, yaitu : Hygiene Factor dan Motivation Factor yang dapat memberikan dampak pada kepuasan kerja karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut ini ditampilkan hasil evaluasi kesesuaian model keseluruhan secara inferensial dan deskiptif : Tabel 5. Nilai Kesesuaian Model Keseluruhan Indeks Kesesuaian Nilai 293.197 Chi-Square 0.00000 P-value 0.0778 RMSEA 0.0311 RMR 0.990 GFI 0.988 AGFI Sumber : Hasil pengolahan data
Tabel 5 di atas merupakan nilai statistik hitung untuk pengujian kesesuaian model struktural. Untuk pengujian secara statistik inferensial diperoleh nilai chi-square sebesar 293.197 dan p-value sebesar 0.0000. Nilai tersebut tidak memenuhi tingkat signifikan penerimaan model (model fit dengan data) yaitu p-value ≥ 0.05. Sehingga secara inferensia model dikatakan tidak cocok dengan data atau model tidak fit dengan data. Namun penilaian
108
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
kesesuaian model tidak hanya bergantung pada statistik uji chi-square saja, pengujian kesesuaian model dapat menggunakan kriteria pengujian secara statistika deskriptif [4]. Output pengujian kesesuaian model dengan statistik deskriptif menunjukkan bahwa model good fit. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai indeks kesesuaian model, yaitu GFI sebesar 0.990 dan PGFI sebesar 0.988 yang telah memenuhi kriteria good fit yang mensyaratkan nilai indeks kecocokan 0.90 . Demikian halnya dengan nilai indeks kesesuaian RMSEA yaitu sebesar 0.0778 dan RMR sebesar 0.0311, menurut Brown dan Cudeck dalam Wijanto (2008) bahwa apabila nilai RMSEA 0.08 menunjukkan bahwa model good fit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik. Analisis Model Pengukuran Hygiene Factor Model pengukuran (first order CFA) diartikan sebagai model pengukuran antara variabel laten endogen Hygiene Factor dengan masing-masing indikatornya. Hasil estimasi parameter standardized loading factor (nilai bobot) untuk model pengukuran Hygiene Factor dari 12 indikator dapat dilihat pada tabel 6. Pada Tabel 6 dapat diperoleh informasi berkaitan dengan nilai bobot yang diberikan oleh 12 indikator terhadap dimensi Hygiene Factor 1 , terlihat ke 12 indikator memiliki nilai loading yang besar (di atas 0.50). Hal ini mengindikasikan bahwa ke 12 indikator memberikan kontribusi yang baik dan valid dalam mengukur dimensi Hygiene Factor. Untuk dimensi Hygiene Factor terlihat bahwa indikator yang berkontribusi paling besar adalah indikator HF5 (Kualitas kerjasama dengan rekan kerja) yaitu sebesar 0.806. Sedangkan kontribusi terkecil diberikan oleh indikator HF12 (Prosedur promosi jabatan) sebesar 0.730. Jika diakumulasikan, total kontribusi yang diberikan oleh 12 indikator dalam mengukur dimensi Hygiene Factor yaitu sebesar nilai Variance Extracted. Dari perhitungan sebelumnya untuk dimensi Hygiene Factor diperoleh nilai Variance Extracted sebesar 0.5825. Hal ini menunjukkan bahwa ke 12 indikator yang mengukur dimensi Hygiene Factor dapat menjelaskan dimensi tersebut sebesar 58.25%. Tabel 6. Nilai Standardized Loading Indikator Terhadap Dimensi Hygiene Factor Dimensi
Item Indikator HF1 Kebijakan dapat mengaspirasi dan memuaskan pegawai HF2 Pengambilan kebijakan melibatkan pegawai HF3 Pengawasan pimpinan HF4 Kualitas hubungan pegawai dengan atasan HF5 Kualitas kerjasama dengan rekan kerja Hygiene HF6 Arahan dan bimbingan atasan kepada bawahan Factor HF7 Gaji yang diperoleh 1 HF8 Tunjangan yang diterima HF9 Jaminan keamanan saat lembur HF10 Sarana yang tersedia dikantor HF11 Perhatian pimpinan terhadap status pegawai HF12 Prosedur promosi jabatan Sumber : Hasil pengolahan data
Nilai Bobot 0.769 0.738 0.766 0.796 0.806 0.773 0.755 0.734 0.760 0.765 0.762 0.730
Analisis Model Pengukuran Motivation Factor Model pengukuran (first order CFA) yang kedua adalah model pengukuran antara variabel laten endogen Motivation Factor dengan masing-masing indikatornya. Hasil estimasi parameter standardized loading factor (nilai bobot) untuk model pengukuran Motivation Factor dari 6 indikator dapat dilihat pada tabel berikut :
109
Bambang Ruswandi
Tabel 7. Nilai Standardized Loading Indikator Terhadap Dimensi Motivation Factor Dimensi
Item Indikator MF1 Pencapain kerja sesuai dengan harapan MF2 Pengakuan dan penghargaan pimpinan atas pekerjaan Motivation MF3 Kesempatan untuk mempelajari keahlian/kemampuan baru Factor MF4 Pekerjaan sesuai dengan bidang pegawai 2 MF5 Pembinaan pinpinan kepada pegawai MF6 Peluang untuk menggunakan keahlian / kemampuan Sumber : Hasil pengolahan data
Nilai Bobot 0.836 0.881 0.747 0.817 0.854 0.786
Pada Tabel 7 dapat diperoleh informasi berkaitan dengan nilai bobot yang diberikan oleh 6 indikator terhadap dimensi Motivation Factor 2 , terlihat ke 6 indikator memiliki nilai loading yang besar (di atas 0.50). Hal ini mengindikasikan bahwa ke 6 indikator memberikan kontribusi yang baik dan valid dalam mengukur dimensi Motivation Factor. Untuk dimensi Motivation Factor terlihat bahwa indikator yang berkontribusi paling besar adalah indikator MF2 (Pengakuan dan penghargaan pimpinan atas pekerjaan) yaitu sebesar 0.881. Sedangkan kontribusi terkecil diberikan oleh indikator MF3 (Kesempatan untuk mempelajari keahlian/kemampuan baru) sebesar 0.747. Jika diakumulasikan, total kontribusi yang diberikan oleh 6 indikator dalam mengukur dimensi Motivation Factor yaitu sebesar nilai Variance Extracted. Dari perhitungan sebelumnya untuk dimensi Motivation Factor diperoleh nilai Variance Extracted sebesar 0.6887. Hal ini menunjukkan bahwa ke 6 indikator yang mengukur dimensi Motivation Factor dapat menjelaskan dimensi tersebut sebesar 68.87% Analisis Model Pengukuran Satisfaction Model pengukuran second order dapat diartikan sebagai hubungan antara variabelvariabel laten pada tingkat pertama yaitu Hygiene Factor dan Motivation Factor sebagai indikator terhadap sebuah variabel laten pada tingkat kedua yaitu Satisfaction. Berikut ini ditampilkan hasil estimasi parameter standardized loading factor (nilai bobot) untuk model pengukuran orde kedua (second order CFA) : Tabel 8. Nilai Standardized Loading Dimensi Terhadap Variabel Satisfaction Variabel Satisfaction
Dimensi
Koefisien Jalur
Nilai Bobot
1 Motivation Factor 2
11
0.864
21
0.718
Hygiene Factor
Sumber : Hasil pengolahan data
Pada Tabel 8 dapat diperoleh informasi berkaitan dengan nilai bobot yang diberikan oleh 2 dimensi terhadap variabel laten Satisfaction , terlihat kedua dimensi yaitu Hygiene Factor dan Motivation Factor memiliki nilai loading yang besar (di atas 0.50). Hal ini mengindikasikan bahwa kedua dimensi memberikan kontribusi yang baik dan valid dalam mengukur variabel laten Satisfaction. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa dimensi Hygiene Factor berkontribusi dalam mengkur variabel laten Satisfaction sebesar 0.864. Sedangkan untuk dimensi Motivation Factor berkontribusi dalam mengkur variabel laten Satisfaction sebesar 0.718. Sehingga, kontribusi terbesar dalam mengukur kepuasan kerja karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diberikan oleh dimensi Hygiene Factor. Jika diakumulasikan, total kontribusi yang diberikan oleh kedua dimensi Hygiene Factor dan Motivation Factor dalam mengukur variabel laten Satisfaction yaitu sebesar nilai Variance
110
Analisis Kepuasan Kerja Karyawan dinilai dari Hygiene Factor dan Motivation Factor…
Extracted. Dari perhitungan sebelumnya untuk variabel laten Satisfaction diperoleh nilai Variance Extracted sebesar 0.6310. Hal ini menunjukkan bahwa kedua dimensi Hygiene Factor dan Motivation Factor yang mengukur variabel laten Satisfaction dapat menjelaskan laten tersebut sebesar 63.10%. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori dua tahap, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Seluruh indikator pada model tingkat pertama untuk dimensi Hygiene Factor memberikan kontribusi yang baik dan valid. Dengan 12 indikator mampu menjelaskan dimensi Hygiene Factor sebesar 58.25%, dimana kontribusi terbesar diberikan oleh indikator HF5 (Kualitas kerjasama dengan rekan kerja) yaitu sebesar 0.806. 2. Seluruh indikator pada model tingkat pertama untuk dimensi Motivation Factor memberikan kontribusi yang baik dan valid. Dengan 6 indikator mampu menjelaskan dimensi Motivation Factor sebesar 68.87%, dimana kontribusi terbesar diberikan oleh indikator MF2 (Pengakuan dan penghargaan pimpinan atas pekerjaan) yaitu sebesar 0.881. Pada model tingkat kedua dimensi Hygiene Factor dan Motivation Factor mampu mengukur variabel laten Satisfaction sebesar 63.10%. Dimana dimensi Hygiene Factor berkontribusi sebesar 0.864 dan dimensi Motivation Factor berkontribusi sebesar 0.718. REFERENSI [1]
Milton, Charles R. 1981. Human Behavior in Organization. Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs N. J. [2] DA Whitsett and E K Winslow. 1967. An Analysis of Studies Critical of the MotivatorHygiene Theory. Personnel Psychology. Winter. [3] Sharma, Subhash. 1996. Applied Multivariate Techniques. John Wiley & Sons, Canada. [4] Wijanto, Setyo Hari. 2008. Structural Equation Modelling dengan LISREL 8.8 : Konsep dan Tutorial. Graha Ilmu, Yogyakarta. [5] Hair, Joseph F.,Jr., et.al. 1998. Multivariate Data Analysis-Fifth Edition. Prentice Hall International Inc., New Jersey. [6] Browne, M.W. 1984. Asymptotically Distribution-Free Methods for The Analysis of Covariance Structures. British Journal of Mathematics and Statistical Psychology. [7] Bollen, Kenneth A. 1989. Structural Equations with Latent Variables. A Willey Interscience Publication, Kanada. [8] Ghozali Imam, Fuad. 2005. Structural Equation Model. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. [9] Bachrudin, Achmad. 2008. LISREL Linier Structural Relationships. Jurusan Statistika Universitas Padjadjaran, Bandung. [10] Cochran, William G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. [11] Azwar, Saifuddin. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. [12] Kaplan, Robert M. & Dennis P. Saccuzo. 1993. Psychological Testing : Principles, Application, and Issues. University of California, San Diego.
111