Abtraksi Kalpataru 2012
ANUGERAH KALPATARU 2012
1.
Dasar Hukum: Pasal 15 UUD 1945 (Presiden memberi gelar, tanda jasa, dll tanda kehormatan); UU No 20 /2009 ttg Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; Pasal 70 UU No 32 Tahun 2009 (ttg peran masyarakat); Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 88 Tahun 2002 ttg Penghargaan Kalpataru;
2.
Pasal 63 poin w UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH, disebutkan bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang memberikan penghargaan. Penghargaan lingkungan hidup nasional yang diberikan pemerintah pada Hari Lingkungan Hidup, setiap tanggal 5 Juni, antara lain KALPATARU.
3.
Dewan Pertimbangan kalpataru 2012 (Kep.MENLH No 81 Th 2012 tgl 27 April 2012): Ismid Hadad MPA (Ketua), Ir. Ilyas Asaad MP (Wakil Ketua), Ir. Hermin Roesita, MM, Nabiel Makarim, MPA, MSM, Drs. I Gede Ardika, Prof.Dr.M F.Ir.Herman Haeruman J.S., Prof. Dr. Hadi S Alikodra, Prof.Dr.Ir. Muhajir Utomo MSc., Prof. Dr. S. Boedhisantoso, Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo MS, Setijati D. Satrapradja MSc PhD, Zukri Saad, Prof. Dr. Karim Saleh..
4.
Penghargaan Kalpataru diberikan kepada individu atau kelompok masyarakat yang menunjukkan kepeloporan dan memberikan sumbangsihnya bagi upaya-upaya pemeliharaan fungsi lingkungan hidup. Anugerah ini diberikan setiap tahun bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia oleh Presiden untuk mendorong dan memotivasi peran masyarakat dalam melestarikan fungsi lingkungan menurut bentuk pengabdiannya masing-masing. Melalui pemberian penghargaan Kalpataru yang lambangnya diambil dari relief Candi Mendut dan Prambanan, diharapkan bisa mengangkat kepeloporan dan ketauladanan serta mensosialisasikannya kepada masyarakat luas. Penghargaan Kalpataru terdiri dari empat kategori, yaitu penghargaan Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan dan Pembina Lingkungan. a. Perintis Lingkungan diberikan kepada seseorang warga masyarakat bukan pegawai negeri dan bukan pula tokoh dari organisasi formal yang berhasil merintis pengembangan dan melestarikan fungsi lingkungan hidup secara menonjol luar biasa dan merupakan kegiatan baru sama sekali bagi daerah yang bersangkutan.
5.
6.
b.
Pengabdi lingkungan diberikan kepada petugas lapangan dan atau pegawai negeri yang mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup yang jauh melampaui tugas pokoknya dan berlangsung cukup lama (antara lain termasuk pegawai negeri sipil/TNI/Polri, Petugas Lapangan Penghijauan, Petugas Penyuluh Lapangan, Petugas Lapangan Kesehatan, Jagawana, Penjaga Pintu Air).
c.
Penyelamat Lingkungan diberikan kepada kelompok masyarakat yang berhasil melakukan upayaupaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pencegahan terhadap kerusakan lingkungan.
d.
Pembina Lingkungan diberikan kepada pejabat, pmpinan organisasi sosial-politik dan keagamaan, pengusaha, peneliti/dosen, public figure atau tokoh masyarakat yang berhasil melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mempunyai pengaruh dan prakarsa untuk membangkitkan kesadaran lingkungan dan peran masyarakat guna melestarikan fungsi lingkungan hidup atau berhasil menemukan teknologi baru yang ramah lingkungan.
Kriteria Umum Kalpataru: WNI, tdk sedang dan sudah menjalani hukuman yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap, kegiatan berlangsung minimal 5 tahun, tidak mengusulkan diri atau kelompok sendiri, dilakukan atas prakarsa sendiri, memiliki dampak positif terhadap pelestarian fungsi
1|P a ge
Abtraksi Kalpataru 2012
lingkungan hidup, pengaruh membangkitkan peran masyarakat, ditiru orang atau kelompok lain, berkelakuan baik dan tidak memiliki citra buruk di tengah masyarakat. 7.
Kriteria Khusus Kalpataru : Jenis kegiatan pada pelestarian fungsi lingkungan hidup mencegah kerusakan dan pencemaran LH, lokasi kegiatan, ukuran kegiatan, frekwensi dan intensitas, lama kegiatan, tingkat keberhasilan, swadaya dan pengorbanan, prakarsa dan motivasi, manfaat, prospek replikatif, dampak lingkungan alam-lingkungan sosial budaya dan ekonomi, banyaknya yang meniru, dan tingkat popularitas atau penghargaan yang diterima.
8.
Sejak tahun 1980 hingga 2012, jumlah penerima penghargaan Kalpataru sebanyak 298 orang/kelompok, yang terdiri dari kategori Perintis Lingkungan sebanyak 88 orang, Pengabdi Lingkungan sebanyak 75 orang, Penyelamat Lingkungan sebanyak 88 kelompok masyarakat, dan Pembina Lingkungan sebanyak 48 orang.
9.
Penerima Kalpataru tersebut tersebar di 30 provinsi, dan hanya 3 provinsi yang belum ada penerima Kalpataru, masing-masing Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Sulawesi Barat,
10. Evaluasi dan pembinaan terhadap penerima penghargaan Kalpataru tetap dilakukan, diantaranya melalui pemberian Satyalancana Pembangunan kepada penerima Kalpataru yang sekurang-kurangnya 10 tahun setelah menerima Kalpataru masih eksis, mempertahankan atau bahkan meningkatkatkan kepeloporannya. Hingga tahun 2011 sebanyak 87 orang penerima Kalpataru telah diberi penghargaan Satyalancana Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup; 11. Kepada para penerima Kalpataru juga dilakukan pembinaan melalui Revitalisasi Peran Penerima Anugerah Kalpataru. Penerima Kalpataru bisa berperan sebagai mitra, seperti nara sumber, pelatih, pendamping dan fasilitator penguatan kapasitas masyarakat; 12. Kepada nominasi yang belum menerima Kalpataru diberi Sertifikat oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup; 13. Dalam rangka pemberian Kalpataru 2012 telah terjaring 127 calon. Melalui Sidang Pertama Dewan Pertimbangan Kalpataru yang dipimpin oleh Ismid Hadad, MPA pada tanggal 3 Mei 2012, telah terpilih 19 nominasi untuk diverifikasi. Hasil tinjauan lapangan disajikan pada Sidang Kedua tanggal 25 Mei 2012 dan ditetapkan 12 orang atau kelompok penerima Kalpataru 2012, masing-masing Kategori Pertintis Lingkungan 3 orang, Pengabdi 3 orang, Penyelamat 3 kelompok masyarakat, dan pembina Lingkungan 3 orang. Kepada mereka yang berprestasi dianugerahi Kalpataru kategori Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan dan Pembina Lingkungan; 14. Kategori Perintis Lingkungan , diberikan kepada warga masyarakat yang berhasil merintis dan melestarikan fungsi lingkungan hidup secara menonjol luar biasa dan merupakan kegiatan baru sama sekali bagi daerah atau kawasan yang bersangkutan. Diberikan kepada: 1) Galuh Saly, yang beralamat di Desa Batumandi, Kecamatan Batumandi, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan Kiprah seorang Ibu rumah tangga yang berhasil menemukan 7 (tujuh) jenis gaharu yang tumbuh di Indonesia dengan melakukan survey dan penelitian keberadaan habitat garahu ke seluruh wilayah Indonesia pada tahun 1999 – 2003, serta melakukan pembibitan dari tahun 2004 s/d 2011 sebanyak 1.600.000 bibit pohon gaharu. 2) Ishak Idris, yang beralamat di Jalan Ujong Bau KM Nol, Kelurahan Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Provinsi Aceh. Kisah seorang nelayan selama tiga puluh tahun menjaga dan melakukan patroli rutin seminggu dua kali untuk pengamanan Kawasan Laut di Lhok Iboih dan sekitarnya. Merumuskan dan mensosialisasikan aturan Adat Laot Lhok Gampong Iboih bersama dengan LSM Lingkungan dengan aturan serta pelarangan penangkapan dengan menggunaka peralatan tangkap yang dapat merusak
2|P a ge
Abtraksi Kalpataru 2012 lingkungan. Melakukan pembersihan laut dan pantai di kawasan Iboih dan melestarikan Ekosistem Pesisir dan Laut di sekitar Kawasan laut Lhok. Kawasan laut Iboih merupakan salah satu kawasan dengan status konservasi laut dan memiliki Taman Laut Pulau Rubiah seluas 2.600 Ha, serta melakukan penanaman mangrove di sekitar kawasan laut Lhok Iboih seluas 32 hektar dengan menggunakan bibit yang bersumber dari pembibitan masyarakat setempat sejumlah ± 45.000 bibit mangrove. 3) Ali Mansyur, S.Ag, yang beralamat di Jenu RT. 002 RW. 001, Desa Jenu, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Kiprahnya diawali dengan membentuk kelompok tani pengendalian laju abrasi dan peduli pemulihan ekosistem mangrove sebanyak 84 kelompok, berhasil mengembangkan penanaman mangrove di wilayah Kecamatan Bancar, Tambakboyo dan Palang seluas 134,8 Ha dengan jumlah + 1.520.000 batang, serta berinisiatif mendirikan bank benih dengan nama mangrove center di Desa Jenu dan Desa Sugihwaras Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban. 15. Kategori Pengabdi Lingkungan , diberikan kepada petugas lapangan yang mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup, diberikan kepada: 1) Siti Badriyah, yang beralamat di Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta. Kiprah seorang guru yang berhasil menyisipkan materi Educational for Sustainable Development (EFSD) dalam kegiatan pengimbasan materi TOT, salah satu penggagas sertifikasi hutan rakyat di Desa Dengok, seluas 229,10 ha, dan penggagas terbentuknya Peraturan Desa (PERDES) yaitu setiap menebang satu pohon maka harus menanam minimal 5 (lima) pohon, melakukan penanaman tanaman keras seperti (jati, mahoni, akasia, dan sengon) sebanyak + 2000 batang pohon, dengan luas 0,5 ha milik pribadi, serta aktif diberbagai organisasi selain di PHPPR Ngudi Lestari, karang taruna yang membidangi usaha ekonomi produktif yang sudah dilakukan adalah membentuk koperasi sejak tahun 2009. 2) Ali Muryati, yang beralamat di Jalan Jambore 4 Nomor 194, LK VIII, Kelurahan Berngam, Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Srikandi kelahiran asal Padang ini, melakukan pendidikan karakter kepada guru dan siswa dengan mengintegrasikan muatan lingkungan ke dalam mata pelajaran maupun kegiatan ekstra kurikuler, dan memprakarsai terbentuknya Eko Satrio sebagai wadah siswa-siswi yang peduli terhadap lingkungan. Serta melakukan penanaman pohon, sebanyak 1.000 batang secara bertahap seperti: trembesi, bambu, mahoni, coklat, pohon enau dan boni pada lahan bantaran Sungai Bingai.
3) Rahmat Arifin, yang beralamat di Jalan Aur Duri, Kelurahan Aur Duri, Kecamatan Sungai Penuh, Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi Petugas polisi kehutan yang berkiprah dalam melakukan pelatihan dan pengkaderan terhadap masyarakat sekitar 41 kader Patroli Hutan dan 53 orang mitra. Melakukan patroli rimba untuk mencegah perburuan liar harimau Sumatera dan satwa mangsanya, serta melakukan pengamanan terhadap habitat harimau sumatera di dalam kawasan TNKS. Melakukan mitigasi/ penanganan konflik manusia dengan harimau sumatera. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar kawasan TNKS tentang konservasi harimau sumatera. Serta melakukan pemetaan di kawasan TNKS selama 20 hari kerja setiap bulannya yang jaraknya puluhan km.
3|P a ge
Abtraksi Kalpataru 2012
16. Kategori Kategori Penyelamat Lingkungan, kepada diberikan kepada kelompok masyarakat, baik informal maupun formal yang berhasil melakukan upaya pencegahan kerusakan dan pencemaran lingkungan, diberikan kepada:
1)
KPSP Setia Kawan, yang beralamat di Desa Wonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur Kelompok yang berkiprah dalam pembuatan instalasi biogas sebanyak 883 unit dengan memanfaatkan limbah kotoran 17.290 ekor ternak sapi dengan volume lebih dari 157.771 ton/tahun yang dimanfaatkan oleh 1.215 KK di 12 desa. sebagai Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) “Setia Kawan” terbesar di Provinsi Jawa Timur yang beranggotakan 7.747 orang dan mampu memproduksi 63.000 liter/hari. Bahkan menjalin kerjasama dengan Perum Perhutani dan masyarakat untuk melakukan pengembangan rumput setia seluas 335,5 ha. Selain itu berhasil menangkar bibit sengon, jabon dan mahoni sebanyak 130.815 polybag, Serta membuat pertanian organik terdiri dari tanaman sayuran (wortel, sawi- palawija) seluas 80 ha, tanaman paprika 40 Ha, apel seluas 1.200 Ha, bunga krisan 50 Ha, dan tanaman obat 4 Ha.
2) Kelompok Masyarakat Penyelamat Hutan Suci Wenara Wana, yang berlamat di Desa Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali Kelompok ini melakukan konservasi terhadap kawasan hutan sebagai habitat monyet ekor panjang dari 7,8 Ha menjadi 12,5 Ha. Berhasil penyelamatan sumber daya air untuk mengikat warga untuk melakukan penanaman pohon di sekitar mata air, mensakralkan mata air sebagai air suci dan mencegah perburuan liar terhadap monyet ekor panjang di kawasan tersebut dengan menerapkan aturan yang disebut “awig-awig”. Serta berhasil menginventarisir dan diberi nama berbagai tanaman langka tersebut yang khasiatnya untuk obat tradisional, serta keperluan upacara keagamaan yang sampai saat ini berjumlah 185 species. 3) Kelompok KP3 Oi Seli, yang beralamat di Desa Maria Utara, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat Kelompok KP3 Oi Seli melakukan konservasi disekitar sumber titik-titik mata air dengan menanam berbagai jenis tanaman endemik seperti (na’a, keranu, loa, utime dan ndau) seluas + 500 Ha. Kelompok tersebut berhasil membuat pengairan dari puncak mata air Oi Seli sejauh + 8 Km, dan memasang pipa–pipa dengan sistem mengantung dilereng-lereng gunung serta membuat 2 terowongan dengan kedalaman + 70 m secara swadaya sehingga air tersebut berhasil menghasilkan air bersih untuk keperluan 4 dusun dengan 2500 KK dan mampu mengairi sawah seluas 500 ha. Serta melakukan pembibitan yang dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat untuk ditanam di wilayah hutan yang belum dikonservasi. 17. Kategori Pembina Lingkungan, diberikan kepada petugas lapangan yang mengabdikan diri dalam usaha pelestarian fungsi lingkungan hidup, diberikan kepada: 1)
Samuel Oton Sidin, yang beralamat di Jalan Adi Sucipto Km. 9,6 RT. 005 RW. 011, Desa Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Perjuangan seorang Pastor dalam memperjuangkan eksistensi hutan yang disebutnya sebagai rumah kita. Dengan hamparan yang luasnya mencapai 90 Ha, berupa tanah perbukitan, dan rawa-rawa yang telah rusak. Berkat kegigihanya sedikit demi sedikit, kawasan tersebut berhasil direhabilitasi hingga mencapai 20 Ha. Disisi lain telah berhasil konservasi Rumah Pelangi dengan menanam kembali tanaman asli Kalimantan terdiri dari ratusan jenis tanaman buah dan pohon antara lain
4|P a ge
Abtraksi Kalpataru 2012
pohon asam (18 jenis), bambu (15 jenis), pohon keras (14 jenis). Berhasil membangun irigasi pengairan untuk kebutuhan masyarakat sekitar dengan merubah lahan bekas sawah di rubah menjadi irigasi seluas 1 Ha. 2) Josrizal Zain yang beralamat di Jalan Rasuna Said nomor 90A, RT.002/RW.001, Kelurahan Balai Nan Tuo, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Seorang walikota yang berhasil membangun sanitasi dimulai dari penerapan pola hidup bersih dan sehat merupakan pola hidup masyarakat sehari-hari. Atas inisiatifnya tersebut membawa Kota Payakumbuh berhasil dalam pencapaian sarana M DG’s di tahun 2012. Satu-satunya Kota di Indonesia yang mampu melampaui batas target PBB atau capaian proporsi rumah tangga akses air minum layak dan sanitasi layak Tahun 2015. Berhasil membangun tempat pemrosesan akhir sampah skala regional di Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Payakumbuh Selatan, untuk menanggulangi dan permasalahan pembuangan sampah 6 kabupaten/kota antara lain (Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang), yang kemudian dituangkan dalam nahkah kerjasama pengelolaan sampah dengan luas areal 16,7 Ha dengan kapasitas tampung sekitar 30.00m3/hari. 3)
R.Haryo Ambar Suwardi, S.H., M.Si, yang beralamat di Desa Jambidan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Seorang Camat di samping melaksanakan tugas sebagai Camat juga mempunyai komitmen yang tinggi dalam pelestarian lingkungan. Dawali dengan Pembuatan Hutan Rakyat seluas 125 Ha, Pembuatan Hutan Desa seluas 59 Ha, Gerakan Sekolah Hijau yang ditandai dengan menanam pohon sebanyak 3000 bibit, Program Konservasi Hutan Bedoyo Kulon dengan menanam pohon sebanyak 10.000 Bibit, Pengelolaan sumber mata air seluas 1665 Ha, Merintis Desa Wisata Kuliner sebanyak 1 desa oleh 560 orang. Merintis Desa Agropolitan sebanyak 2 desa oleh 1560 orang. Merintis Desa Mina Politan sebanyak 4 desa oleh 760 orang. Merintis Desa Wisata dan Home Stay sebanyak 1 desa oleh 100 orang. Gerakan Reklamasi Kawasan Karst oleh 310 orang dengan menanam pohon sebanyak 10.000 bibit. Dan Pelestarian Habitat Kera Ekor Panjang dengan menanam pohon sebanyak 10.000 bibit oleh 345 orang.
5|P a ge