PANTON PASOE LAM BERITA Geutuleh le : Namialus Rahab
Assalamualaikum saleum kamoe bri Keu muda mudi rakan syedara Baik di Bireuen atawa di Sigli Keu Paska ngon TI seulamat keureja Bak Tabloid Jroh neupeugah beuhabeh Bandum neutuleh mangat dibaca Soe-soe yang korupsi pasoe peng lam keh Nyan dilee neutuleh oh lheuh neupareksa Bantuan diyue jok keu korban tsunami Bek le mengungsi eh di yub tenda Maka nyan tugas droneuh wahai tim TI Neujak selidiki bantuan nyan hoka diba
JR H
Email:
[email protected] website: www.ti.or.id
GRATIS
MEDIA MONITORING REKONSTRUKSI ACEH
>TERBIT
16 HALAMAN >
EDISI. 07 >15 - 30 JANUARI 2007
Banka neuteumeung bandum neutuleh Pasoe beuhabeh dalam berita Lheuh nyan neubagi berita Jroh nyan Rata jeut simpang jeut tayue baca Mangat geuturi buet ureung rame Mangat geuteubee siapa mereka Ureung korupsi di dalam nanggroe Nyan musoh tanyoe wahe syedara Tanggai dua ploh nam buleun duablah Bala geupeuleumah buet Allah Ta’ala Seubagoe peringatan keubandum tanyoe Mangat bek tuwo pujoe Rrabbana Bek gadoh pajoh mangat, duek dalam nanggroe Bek gadoh peusaho makanan riba Oh ban kana peng hana ngieng saho Peng beurang kapo peusapat saja Hana peuduli haleu ngen hareum Asai jeut keu umpeun tamakan saja Nyan keuh ureung nyan wahe teungku droe Yang peugot kasyo ateuh rueng donya Mumada dilee haba bak kamoe Semoga tanyoe jioh dari bala Yang hey–hey bala buet ureung kuto Lam Nanggroe tanyoe adak jeut bek na Meunyo sit mantong ureung peukasyo Sumpom lam moto kirem u luwa Bek le jeut di duek lam nanggroe tanyoe Atawa pasoe dalam penjara. Meunasah Paya, Trienggadeng, Desember 2006
salam redaksi Tak Lagi Full Colour PEMBACA YANG BUDIMAN.
K
ALAU Anda membaca Jroh edisi khusus Desember lalu (yang merupakan gabungan edisi 5-6) dan edisi yang sekarang ada di tangan Anda, tampak nyata perbedaan dengan edisi-edisi sebelumnya. Dalam edisi 1-4, semua halaman terlihat full colour. Warnanya cukup mentereng yang ditunjang dengan kertas HVS yang bagus. Berbeda dengan dua edisi terakhir, tidak semua halamannya berwarna. Hanya halaman cover depan dan belakang serta halaman tengah yang berwarna, sisanya hitam putih semua. Apakah Jroh sedang melakukan efisiensi? Alasan utamanya bukan itu, tapi lebih bersifat teknis semata. Selama ini, untuk mencetak halaman full colour, kami butuh waktu lebih dari seminggu, karena hambatan teknis di percetakan tempat kami mencetak produk ini. Kalau menginginkan semua halaman berwarna, itu hanya dimungkinkan untuk dicetak di mesin kecil. Menurut petugas percetakan, mesin besar tak mampu melakukannya. Akibatnya, Jroh seringkali terlambat sampai ke tangan pembaca, meski sudah lama disiapkan oleh jajaran redaksi. Untuk mengatasi kendala teknis tersebut, kami terpaksa harus mengurangi jumlah halaman berwarna. Dengan begitu, waktu cetak Jroh bisa lebih cepat dari biasanya. Dengan demikian para pembaca setia Jroh akan lebih awal menerima tabloid ini. Terakahir, meski agak terlambat, izinkanlah kami segenap jajaran redaksi mengucapkan Selamat Tahun Baru 2007. Semoga di tahun ini kita bisa berbuat yang lebih baik dari sebelumnya. Saleum jroh sebenar-benar jroh.
PROYEK IRIGASI YANG TAK KUNJUNG SELESAI Dana pembangunan irigasi yang melewati sebelas desa di Tripa Bawah, Kabupaten Nagan Raya yang dikucurkan sejak 2002 hingga kini masih bermasalah. Selain macet, jumlah bantuan masih diperdebatkan oleh masyarakat dan pelaksana proyek.
M. Istijar/Yayasan Papan Meulaboh masalah. Pelaksana proyek hanya mampu menyelesaikan 17 km. Hingga memasuki tahun ketiga, ANTUAN Japan Bank for International Coorporation proses pembangunan terhenti tanpa (JBIC) untuk meningkat- ada kejelasan dari pelaksana proyek. kan ekonomi desa-desa ter- Bahkan hingga akhir tahun keempat, tinggal di Nagan Raya, 2006, proyek itu masih macet. Tentu Aceh kembali dipersoalkan warga. saja ini membuat sebagian besar warga Pasalnya, dana bantuan berupa yang desanya belum dibangun irigasi proyek Pengembangan Prasarana bertanya-tanya. Terbengkalainya pembangunan iriDesa Tertinggal (P2DT) senilai ratusan juta rupiah yang diwujudkan gasi ini, membuat warga mencurigai dalam bentuk pembangunan jaringan adanya praktik penyelewengan yang irigasi di sebelas desa, Kecamatan dilakukan pelaksana proyek yang melDarul Makmur (sebelum pemekaran ibatkan pejabat Kecamatan Tripa Kabupaten Nagan Raya dari Aceh Bawah (pengganti Kecamatan Darul Makmur setelah pemekaran KabupatBarat), macet di tengah jalan. Sejak 2002, pembangunan irigasi en Nagan Raya). Hal itu bisa dilihat pada alur sepanjang 25 kilometer (km) tersebut mulai dilaksanakan. Pada tahun per- pencairan dana. Proyek yang dananya tama tidak terjadi hambatan dalam bersumber dari JBIC itu ditransfer proyek itu. Memasuki akhir tahun melalui rekening organisasi masyakedua, pembangunan mulai ber- rakat sipil (OMS) yang sengaja diben-
B
tuk untuk pelaksanaan proyek tersebut. Dalam kenyatannya, dana tersebut dipegang dan dicairkan oleh bendahara proyek yang juga staf di Kantor Camat Darul Makmur. Peran OMS hanya sebatas sebagai pengawas di lapangan saja dengan digaji sekali pada awal proyek. Indikasi penyalahgunaan bantuan tersebut dikemukakan oleh beberapa kepala desa dan warga setempat. Saya curiga banyak dana proyek ini yang dikorup oleh Camat Darul Makmur (Tripa Bawah), ujar Zainuddin dan Rusli B, warga Desa Kuala Tripa. Pihak-pihak yang dituding bertanggung jawab dalam proyek ini adalah dua camat setempat di dua periode yang juga bertindak selaku penanggung jawab proyek, serta pelaksana lapangan dan seorang kepala desa. Meski tudingan warga belum dilengkapi dengan bukti yang memadai, agaknya kasus tersebut perlu ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum Nagan Raya untuk memastikan kebenarannya. Jangan sampai isu tersebut hanya sebatas kabar burung yang hilang ditiup angin. n (BERITA TERKAIT HAL 3)
K HALAMAN
2
Kapal PLTD Apung Berubah Fungsi
SURAT PEMBACA Minta Kejelasan Tanah
Kami meminta kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat untuk bersikap transparan dalam membuat monumen tsunami di atas tanah warga. Soalnya kami selama ini tidak mengetahui dengan jelas mengenai proyek pembuatan monumen tsunami itu. Bukan kami tidak setuju, tetapi kami hanya meminta kejelasan. Apakah tanah kami itu akan diganti rugi atau tidak? Perlu diketahui, kami sebagai pemilik tanah meminta ganti rugi. Kami tidak mau menderita lagi lantaran pemerintah setempat tidak mau mengganti rugi tanah kami yang akan dijadikan monumen tsunami itu. Kami mohon kepada pemerintah kabupaten agar transparan dalam membangun monumen tersebut. Ijul Wasaton Padang Seurahet Johan Pahlawan, Aceh Barat
Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan rehab jembatan serta jalan menuju masjid. Pembangunannya oleh pihak perangkat desa dan kecamatan. Namun anehnya, kami sebagai warga tidak pernah dilibatkan. Padahal, sebelumnya musyawarah antara aparat desa dan tokoh masyarakat telah diadakan. Namun tetap saja tidak ada penyelesaian. Pihak yang bersangkutan tidak datang. Kami memohon agar aparat desa melibatkan kami. Karena itu kan untuk kepentingan warga juga. M Saleh Ali
Rimba Langgeh Arongan Lambalek Aceh Barat
Rumah Kami Kapan Dibangun?
Sudah hampir dua tahun kami tinggal di barak yang segala fasilitasnya sangat minim. Tidak ada pusat kesehatan. Padahal kami membutuhkan. Kami sangat menginginkan rumah. Tetapi kapan ya dibangun. Beberapa kali BRR Tidak Melibatkan berjanji akan membangun, tetapi tidak pernah direalisasikan. Hingga kami Warga bosan mendengarkannya. Yang kami Di Desa Rimbah Langgeh, Kecama- sedihkan, tan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh BRR sepertinya tidak mampu memBarat, rencananya akan dibangun bangun rumah bagi seluruh warga yang tinggal di barak. Kami tinggal di barak Padang Rumpek, Kuala, Nagan Raya. RALAT Kami mohon kepada BRR atau pemerDalam Berita berjudul, “Harapan Besar Di intah untuk segera membangun rumah Pundak ‘Tgk Agam” Edisi khusus halaman kami. Kami sudah bosan tinggal di ba13 disebutkan bahwa Irwandi Yusuf adalah rak pengungsi. Mantan, Staf Ahli Khusus Kontra Intelejen M Hassan Komando Pusat Tentara Nasional Aceh Padang Rumpek, Kuala (TNI), yang benar singkatannya (TNA) Nagan Raya
Kapal PLTD Apung di tengah perkampungan penduduk.
S
UDAH dua tahun pula kapal Pembangkit Tenaga Listrik Diesel (PLTD) Apung milik PLN berada di tengah-tengah permukiman masyarakat Punge Blang Cut, Kecamatan Jayabaru (dulu Kecamatan Meuraxa), Banda Aceh. Keberadaan PLTD Apung ini menjadi saksi bisu ganasnya tsunami dan menjadi objek “wisata tsunami” yang menarik perhatian banyak orang. Sebelumnya, kapal yang berbobot 200 ton ini ditambatkan di pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Awalnya berfungsi sebagai pembangkit listrik yang menyuplai aliran listrik ke Banda Aceh, dengan kapasitas mencapai 10,5 MW, atau sepertiga dari kebutuhan listrik di seluruh
FOTO/ISTIJAR
kota itu. Tapi gelombang tsunami menghantam kapal ini hingga terseret sekitar 3,5 kilometer dari pelabuhan ke kawasan Punge Blang Cut. Kini, kapal ini “terduduk manis” di atas tanah warga yang hingga kini masih menuntut ganti rugi yang tinggi bila tanahnya dijadikan kapling “wisata tsunami”. Kini kapal PLTD Apung itu hanya difungsikan sebagai penyimpan aliran listrik sementara. Untuk mengurangi beban masyarakat, Pemko Banda Aceh memberikan ganti rugi kepada setiap pemilik tanah tempat terdamparnya bangkai kapal tersebut. Nilainya Rp 450 ribu/meter, sedangkan nilai ganti rugi bangunan, disesuaikan dengan jenis bangunannya. M. Istijar
SUSUNAN TIM MEDIA: Penanggung Jawab/Pimpinan Umum: Rizal Malik Pimpinan Redaksi: Mochamad B Winoto Redaktur Pelaksana: Tony Alexander, Wakil Redaktur: Fadjar Pratikto Reporter: M Istijar, Aceh Jaya: Muhammad, Banda Aceh: Muhammad Purna. Nagan Raya/Meulaboh: Jaka Rasyid. Distribusi: Vera Deniza; Amir Yunus Sirkulasi: Masyarakat Partisipatif (Aceh Jaya) Paska Pidie (Pidie) Paska Bireuen (Bireuen) GeRAK (Banda Aceh) GeRAK (Aceh Barat), Papan - Meulaboh ALAMAT REDAKSI: Transparency International (TI) Indonesia Jl. T Iskandar Km.5 (M Nuri) Lam Ujong, Meunasah Baet, Aceh Besar Phone/Fax: +62(0) 651-22 780 Email:
[email protected] website: www.ti.or.id
HALAMAN
3
Menanti Irigasi Mengalir di Desa Tertinggal M. Istijar/Yayasan Papan Meulaboh EBUAH
faat proyek. Tugas OMS melaksanakan pembangunan di desanya masing-masing. Ren-
alat berat
cananya dalam pendanaan,
proyek kontsruksi yang
OMS diberi kepercayaan untuk
biasa disebut beko ter -
mencairkan uang melalui rek-
onggok di tengah hutan
eningnya. Effendy Ibrahim,
yang berlokasi di perbatasan
mantan Camat Darul Makmur
Desa Kabu dengan Desa Lung
menjelaskan bahwa pembicar -
Kupujagad, Kecamatan Tripa
aan awal proyek ini dilakukan
Bawah, Nagan Raya. Daerah
di Banda Aceh bersama dengan
ini dulu masuk wilayah Keca-
perwakilan JBIC, konsultan,
matan Darul Makmur, Aceh
dan Pemprov NAD.
S
Barat sebelum pemekaran. Kon-
Dalam pembicaraan itu,
disi beko itu mengenaskan
JBIC memberikan bantuan
karena tidak terawat dan su-
sebesar Rp 700 juta untuk
dah mulai berkarat. Besi ber -
membangun irigasi sepanjang
mesin itu seperti rongsokan
25 km. Dana itu dipotong 10
yang tidak berguna meski mu-
persen untuk honor konsultan
ngkin masih layak pakai.
atau sekitar Rp 70 juta. Na-
Untuk menemukan beko sisa
mun, menurut Ibrahim, dana
proyek pembangunan irigasi
tersebut sebenarnya jauh dari
Jroh harus menempuh
cukup untuk membuat irigasi
perjalanan yang jaraknya men-
sepanjang 25 km. Karena desa-
capai puluhan kilometer dari
kan masyarakat, maka ia men-
pusat keramaian. Bersama in-
yanggupi proyek itu. Entah
vestigator dari Yayasan Papan-
mengapa di tengah jalan, pro-
Meulaboh, beberapa minggu
yek itu tidak bisa dilanjutkan
ini, tim
Jroh
Proyek irigasi bantuan Jepang macet di tengah jalan, karena dananya habis. Warga sejumlah desa di Tripa Bawah, Nagan Raya, mempertanyakan kelanjutan proyek yang tak jelas kepastiannya itu.
coba men-
sesuai target. Effendy men-
yambangi hutan yang diindi-
yalahkan OMS. Karena mere-
kasikan sebagai tempat disem-
ka tidak biasa membuat lapo-
bunyikannya beko tersebut.
ran keuangan dengan baik.
Dirahasiakannya tempat beko
Coba kalau diserahkan kepada
senilai Rp 200 juta ini, tentu
kontraktor maka pertanggung-
mengundang tanda tanya.
jawabannya akan lebih mu-
ketika proses penarikan uang,
Masalah inilah yang dipert-
tan tidak pernah meninjau ke
dah, ujarnya.
ketua-ketua OMS hanya diberi-
anyakan oleh warga setem-
lapangan atau proyek itu. Ma-
lalu, reporter
Apakah alat berat ini sengaja
Alat berat-Beko yang disembunyikan ditengah hutan.
FOTO/ISTIJAR
disimpan rapat-rapat untuk
Berbeda dengan Ibrahim, staf
kan slip penarikan dana kosong
pat.Belakangan tudingan pe-
salah ini sempat dimediasi oleh
menghilangkan jejak ketidak-
kantor Kecamatan Darul Mak-
oleh bendahara proyek, Sofian
nyelewengan itu dibantah So-
Transparency International (TI)
beresan dalam proyek irigasi yang
mur, Darmi S malah menyebut-
Sarong. Kemudian dana itu di-
fian Sarong. Selaku bendahara
Indonesia bersama mitranya,
didanai Japan Bank for Interna-
kan nilai proyek itu lebih besar.
transfer kembali ke rekening
proyek, menurutya, proyek pem-
Yayasan Papan Meulaboh untuk
tional Coorporation (JBIC), atau
Menurut Darmi, dana yang
pribadi Sarong, dengan alasan
bangunan itu bukan di bawah
mencari jalan keluarnya pada 17
sekadar disimpan karena proyek
diberikan dari JBIC bukan Rp 700
keamanan dana.
tanggung jawab kecamatan,
Desember 2006 lalu. Hanya saja
itu dianggap sudah selesai oleh
juta, melainkan Rp 1,5 miliar.
Dalam pengadaan barang dan
melainkan tanggung jawab OMS
pertemuan itu tidak dihadiri para
pelaksana proyek?
Bahkan informasi lain menyebut-
biaya operasional, seluruhnya
di sebelas desa. Karena itu, pros-
pihak yang terkait dengan proyek
Bagaimanapun, bangkai
kan dana bantuan itu mencapai
dikendalikan ketua dan benda-
es penggunaan dana pemban-
tersebut, seperti perwakilan JBIC
beko itu merupakan saksi se-
lebih dari Rp 2 miliar. Dari dana
hara proyek. Tudingan indikasi
gunan dikendalikan langsung
atau dinas pekerjaan umum se-
jarah dalam proyek pemban-
itu, dialokasikan sebesar Rp 750
penyelewengan dana bantuan itu
oleh OMS. Oleh JBIC, dana
tempat. Satu-satunya yang ha-
gunan irigasi yang bermasalah
juta untuk pembangunan irigasi
semakin mengerucut kepada ke-
proyek itu langsung ditransfer ke
dir dalam acara itu adalah man-
di Kecamatan Tripa Bawah,
di 11 desa. Pencairan dana terse-
pala dan bendahara proyek. In-
rekening kades di sebelas desa.
tan Camat Darul Makmur, Haji
Nagan Raya. Tahun 2002 lalu,
but melalui rekening OMS di set-
dikasi awal adalah jika dana yang
Pihak kecamatan hanya tempat
Effendy.
JBIC bekerja sama dengan pi-
iap desa masing-masing. Setiap
diakui pihak kecamatan hanya
melakukan koordinasi saja, bu-
hak Kecamatan Darul Makmur
desa memiliki 3 anggota OMS,
sebesar Rp 700 juta, sedangkan
kan pelaksana, ungkapnya.
membangun irigasi sepanjang
ujarnya. Lantas ke mana dana
menurut informasi warga sebe-
Untuk itu, Sofian mempert-
bersalah dalam menyingkapi ka-
25 km. Irigasi ini diharapkan
sisanya itu?
narnya mencapai hampir Rp 1,5
anyakan tudingan kepada dirin-
sus tersebut, dan upaya mencari
miliar. Lantas ke mana sisa ang-
ya. Menurut Sofian, setiap pen-
jalan keluar akan terus dilaku-
garan itu?
gambilan dana ketua OMS-
kan supaya proyek irigasi itu bisa
ketidakjelasan
OMS disaksikan badan pimpi-
berjalan kembali. Sayangnya,
akan mengatasi masalah pen-
Beberapa
keuchik
yang ter -
Dari mediasi itu disimpulkan perlunya asas praduga tak
gairan pertanian di sebelas
daftar sebagai anggota OMS
desa yang dilaluinya, yakni
mengatakan bahwa meski rek-
Desa Panton Pange, Mondua,
ening atas nama OMS, akan
penggunaan anggaran, proyek
nan proyek (bapimpro) kecama-
sampai berita ini diturunkan,
Ujung Krung, Neubok YPP, Neu-
tetapi proses pengambilan uang
ini sempat dilaporkan warga ke
tan. Kemudian dana itu dibeli-
pihak JBIC Perwakilan Jakarta
bok YPK, Pasi Kebedom, Kabu,
tetap dilakukan pihak kecama-
Pemda dan DPRD setempat.
kan untuk pengadaan perala-
belum bisa memberikan keteran-
Lung Kupujagad, Drient Tujoh,
tan. Memang dana ditransfer
Sayangnya, kedua institusi itu
tan pembangunan, mulai dari
gan. Begitu juga Dinas Pekerjaan
Kuala Tripa, dan Babahlung.
melalui rekening OMS, ujar
menanggapi dengan dingin, se-
membeli beko, hingga pengatu-
Umum Nagan Raya. Karena kon-
Desa-desa tersebut kini terma-
Zainuddin, salah satu anggota
hingga pengaduan ini tidak
ran honor dan operasional
troversi itulah proyek irigasi
suk ke dalam Kecamatan Tripa
OMS
Dalam praktiknya, OMS
ditindaklanjuti. Spekulasi ber -
proyek lainnya.
tersebut masih terbengkalai
Bawah, Nagan Raya.Agar pro-
tidak memiliki wewenang men-
munculan atas pelaksanaan
Sekadar contoh, untuk mem-
hingga sekarang. Sangat disay-
yek ini berjalan baik, JBIC
cairkan dana. Selama ini, pe-
proyek irigasi tersebut yang
beli beko saja, uang dikeluar -
angkan. Lagi pula para petani
menunjuk konsultan kontrak-
narikan dana selalu dilakukan
macet di tengah jalan. Mulai
kan mencapai Rp 200 juta. Se-
hingga kini belum bisa menik-
tor dari Jakarta, yakni PT Spa-
oleh pelaksana proyek dari ke-
dari tidak profesionalismenya
lain itu juga peralatan yang di-
mati segarnya air yang melewati
sia Indonesia.
camatan dan OMS hanya dim-
para pelaksana proyek hingga
beli telah tua, sehingga sering
irigasi di desa mereka. Tak ayal,
Hasil penunjukan itu, Spa-
inta menandatangani slip pe-
indikasi penyelewengan dana
rusak di tengah jalan, ujar
jika musim panas, sawah dan la-
sia Indonesia menyarankan
narikan bank. Kami hanya
bantuan tersebut. Usut punya
Sofian. Masalah lainnya, me-
dang mereka tetap kekeringan.
agar dalam pelaksanaan proyek
memperoleh honor di awal
usut yang diketahui warga,
nurut Sofian, saat dilaksana-
Sebaliknya pada musim hujan
ini dibentuk Organisasi Masya-
proyek senilai Rp 500 ribu.
ternyata pelaksana proyek ke-
kannya proyek itu, situasi di
mereka tergenang air. Sampai
rakat Sipil (OMS). Sebuah or -
Penarikan uang oleh pihak ke-
habisan dana untuk melanjut-
Aceh masih dalam keadaan
sekarang, mereka dengan setia
ganisasi yang terdiri atas para
camatan juga diakui Darmi.
keucik (kepala desa) di sebelas
kan proyek irigasi itu. Lalu ke
konflik antara GAM dan TNI.
masih menanti pembangunan
Pria mantan Sekretaris Camat
mana uangnya dan kenapa bisa
Situasi konflik tersebut, mem-
irigasi yang direncanakan akan
desa yang akan menerima man-
Darul Makmur ini mengaku,
kekurangan dana?
buat pihak JBIC dan konsul-
mengalir ke desanya. ■
.
Lantaran
HALAMAN
4
Rapor BRR (Masih) Merah S Fadjar Pratikto/Istijar
ELAMA ini, kinerja Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi
(BRR) Aceh-Nias dianggap
sejumlah pihak masih belum
memuaskan. Wajar saja jika bany-
ak masyarakat yang kecewa terhadap hasil kerja lembaga pemerintah se-
Setelah dikritik rendahnya penyerapan dana oleh BRR yang masih di bawah 30%, tiba-tiba pada Desember 2006 terjadi lonjakan penyerapan dana hingga target penyerapan 50%. Tapi penyerapan dana yang cukup besar ini dicurigai tidak riil.
lama dua tahun terakhir ini. Terutama puluhan ribu pengungsi kor -
daus Ilyas (Indonesia Coruption
iat, keuangan, informasi dan komu-
iap kegiatan. Masih banyak juga dite-
ban tsunami yang kini masih ting-
Watch/ICW) mengungkapkan hasil
nikasi BRR.
mukan praktek pelaksanaan peker -
gal di barak pengungsian.
temuannya itu.
Diungkapkan juga adanya indika-
jaan yang tidak sesuai dengan prose-
Imej kinerja yang kurang baik di
Penyerapan dana BRR yang mel-
si korupsi dalam kerja sama perceta-
dur dan mekanisme yang seharus-
lembaga pimpinan Kuntoro Mang-
onjak drastis pada Desember 2006
kan buku yang melibatkan sembilan
nya.
kusubroto ini terus memuncak, pas-
diduga bersifat manipulatif. Bisa
rekanan/perusahaan yang tersebar
Kegiatan rekonstruksi juga masih
saja dana yang dikeluar -
dalam 16 kontrak kerja sama senilai
dipandang sebagai kegiatan pem-
kan itu diparkir di satk-
Rp. 3.632.472.190. Kasus korupsi ini
bangnan fisik belaka tanpa memper -
er -satker (satuan kerja
sempat ramai dan sudah dilaporkan
timbangkan dampak di masa depan,
BRR,red), tandas Akhi-
ke aparat penegak hukum.
dimana ukuran keberhasilan hanya
AGUS SARWONO
ruddin.
Ada juga indikasi korupsi senilai
dilihat dari berapa banyak dana yang
Rp. 1.356.911.000 dalam pekerjaan
bisa dibelanjakan. Kegiatan rehab
indikasi
jaringan irigasi SUB di Arakuno,
dan rekons, prestasinya bukan dili-
penyimpangan dalam
Jambo Aye Aceh Timur yang rekan-
hat dari besarnya anggaran yang bisa
kegiatan rehab-rekons
nya PT Citra Tampeng Penara.
diserap, tapi dilihat dari ketepatan
T im monitoring juga menemukan
yang dilakukan BRR.
Menurut tim monitoring ini, to-
sasaran, efisiensi, dan memenuhi
sama
tal belanja yang bermasalah sesuai
prinsip transparansi, ujar Firdaus
Emerson
dengan DIPA (Daftar Isian Pelaksa-
Ilyas dari ICW.
Asia Pasific dalam pe-
na Anggaran) 2006 yang dikeluarkan
Menanggapi temuan tersebut,
kerjaan sebagai Kon-
BRR mencapai Rp. 97.096.982.900.
Juru Bicara BRR Mirza Keumala
BRR
Seperti diketahui, untuk periode
mengungkapkan, penyerapan dana
2006
tahun anggaran 2006, pemerintah te-
yang besar di bulan Desember 2006
lalu dengan nilai kon-
lah mengalokasikan dana APBN sebe-
dikarekanan BRR mengikuti ke-
trak Rp. 538.890.000.
sar Rp. 15 triliun. Jumlah anggaran
wenangan baru dari Departemen
Juga kerja sama den-
ini berasal dari sisa DIPA 2005. Se-
Keuangan (Depkeu) RI. Dalam ke-
gan PT Semar Kembar
mentara untuk pengelolaanya diser -
wenangan tersebut, Depkeu mengin-
Sakti dalam dua paket
ahkan kepada sembilan departemen,
struksikan kepada BRR untuk men-
pekerjaan pengadaan
termasuk di dalamnya BRR Aceh-
galihkan dana sebesar Rp. 7,462 tri-
inventaris kantor BR-
Nias. Untuk pelaksana teknis dilaku-
liun atau setara dengan 49,65% dari
R tanggal 1 April 2006
kan oleh satuan kerja (Satker). BRR
total anggaran.
lalu senilai Rp. 747.-
sendiri yang mengelola 93,65% dari
Menurut Mirza, tindakan tersebut
404.000.
keseluruhan anggaran 2006 atau set-
selaras dengan Peraturan Presiden
ara dengan Rp. 14 triliun.
(Perpres) Nomor 36 Tahun 2005.
Misalnya dengan
sultan pada
kerja
PT
Media
Februari
Dan,
kerja
sama dengan PT Wastuwidyawan
dalam
Selama tahun anggaran 2006 hing-
Artinya, BRR memiliki kewenangan
enam paket pekerjaan
ga 27 Desember ini, untuk pembaya-
multiyear. Dalam artian, bisa mena-
senilai
ran kegiatan pengadaan barang dan
brak tahun anggaran normal yang dia-
jasa, gaji dan lain-lain, KPPN Banda
tur pemerintah, ujarnya kepada Jroh.
Rp.
26.692.-
289.000. Mereka juga meng-
Aceh yang mengelola dana BRR telah
Pengamanan Kuntoro
ungkapkan beberapa in-
menerbitkan 31.819 Surat Perintah
Mengenai biaya pengamanan Ke-
dikasi pemborosan atau
Pencairan Dana (SP2D). Pencairan
pala BRR Kuntoro Mangkusubroto
tidak
dana-
dana terbesar terjadi pada periode
sebesar Rp 6,8 miliar, Mirza men-
yang dikeluarkan untuk
April dan Desember karena pada bu-
gungkapkan sebenarnya bukan se-
sejumlah proyek. Seper -
lan itu BRR harus membuat laporan.
nilai itu, melainkan hanya kurang
ti proyek pengadaan per-
Selain itu, hasil penelusuran ang-
lengkapan Polri di Aceh
garan (budget tracking) terhadap
Itu sudah berdasarkan Kepmen
yang jumlahnya menca-
proyek rehabilitasi dan rekonstruk-
Keuangan nomor 3/2006. karena
pai lebih dari Rp 10 mil-
si Aceh yang dilakukan Gerak dan
Pak Kuntoro kan jabatannya juga
iar serta belanja perala-
T ifa menyimpukan bahwa secara
sudah setingkat menteri. Jadi, be-
capublikasi hasil Laporan Hasil Pe-
tan dan perlengkapan pertahanan
umum kegiatan itu masih banyak
liau pantas menggunakan anggaran
meriksaan Badan Pemeriksa Keuan-
keamanan yang mencapai lebih dari
masalah. Antara lain, lemahnya as-
pengamanan, ujarnya. Namun,
gan (LHP BPK) tentang pelaksanaan
Rp. 39 miliar. Juga indikasi pembo-
pek perencanaan kegiatan baik yang
pada dasarnya di lapangan dana itu
pembangunan rumah bantuan BRR
rosan anggaran dalam belanja keg-
didanai APBN maupun dana asing.
digunakan bukan untuk kepala BRR
tahun 2005-Oktober 2006 lalu.
iatan representasi/pelayanan/
Hal itu juga terlihat dari sangat
saja, melainkan juga untuk pejabat
Dalam LHP BPK itu, menunjuk-
pengawalan Kepala BRR senilai Rp.
kurangnya pelibatan masyarakat
tinggi negara maupun tamu negara
kan banyak proyek yang dikerjakan
6.875.000.000 yang dikelola sekretar-
atau penerima manfaat dalam set-
yang datang ke Aceh.
Kepala BRR Aceh-Nias Kuntoro Mangkusubroto dalam suatu acara
tepatnya
dari Rp 1 miliar.
n
BRR amburadul. Ribuan rumah ditelantarkan, ribuan lagi dikerjakan berkualitas rendah, dan beragam penyimpangan lainnya yang merugikan masyarakat luas. Seper ti adanya warga yang menerima bantuan rumah lebih dari satu, bahkan ada warga yang mendapat sepuluh rumah. Belum redup temuan BPK itu. Kini T im Monitoring Aceh Komisi Darurat Kemanusiaan (KDK) juga menemukan banyak indikasi penyimpangan. Di mana hasil evaluasi terhadap kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh-Nias tahun anggaran 2006 yang dijalankan BRR sampai 27 Desember 2006, menunjukkan adanya penarikan dana yang mencapai Rp. 7,462 triliun atau setara dengan 49,65% dari total anggaran. Anehnya pada bulan Desember 2006 ini, rata-rata belanja proyek melonjak menjadi Rp. 117,940 miliar. Padahal sebelumnya BRR selalu dikritik karena penyerapan anggarannya masih rendah. Cukup fantastis! Kecurigaan diungkapkan dalam konferensi pers di Cafe Pante Pirak, Banda Aceh, akhir Desember lalu. Di hadapan wartawan, Akhiruddin Mahjuddin (GeRAK Aceh) dan Fir -
Tuwanku Mirza Keumala, Juru Bicara BRR :
Itu Hanya Pengalihan
T
AK putus dirundung kritik. Itulah yang kini dihadapi pejabat Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR) Aceh-Nias. Penilaian kinerja yang lemah dalam kegiatan rehab-rekons Aceh pasca tsunami tak kunjung padam. Terlebih dengan tudingan penyimpangan penggunaan anggaran yang nilainya hampir sepertiga dari total anggaran APBN pemerintah pusat. Namun tudingan dan kecurigaan masyarakat luas terhadap pejabat dan pegawai BRR itu ditanggapi dingin oleh Mirza Keumala, juru Bicara BRR. Sebaliknya dia berteri-
Mirza Keumala
makasih kepada semua pihak yang dengan suka-rela memonitoring kinerja lembaga yang dibentuk bulan April 2005 ini. Menurut Mirza, para pejabat BRR tidak ‘asal’ bekerja. Karena mereka selalu diawasi oleh dewan pengawas internal, Satuan Anti Korupsi, BPK (Badan pengawas Keuangan) dan KPK. “Karena itu kita bekerja dengan hati-hati sekali,” tepisnya. Mirza menjelaskan, hasil temuan tim monitoring Aceh KDK atau lembaga lainnya terhadap indikasi penyimpangan anggaran di tubuh BRR sudah berlebihan. Menurutnya, yang terjadi bukan penyimpangan. Cuma prosedur pelaporan ke-
uangan saja yang berbeda. Misalnya, dalam kasus melambungnya penyerapan dana di bulan Desember ini hingga capai Rp 7,462 triliun. Kumala menyebutkan itu karena terjadi pengalihan anggaran saja. Itupun dibawah kewenangan Departemen Keuangan (Depkeu) dan sejalan dengan Perpres (Peraturan Presiden) No. 36/ 2005. “Jadi dimana penyelewengannya dan pemborosannya,” tangkisnya. Mirza memastikan bahwa saat ini anggaran yang berhasil diserap oleh BRR mencapai 53 persen, termasuk pengalihan sisa dana anggaran tahun 2005 yang telah mencapai 70 persen. “Namun detailnya saya belum bisa katakan karena belum mendapatkan laporan keuangan,” ujarnya. ■
HALAMAN 5
Bantuan Ganda, Nikmat di Atas Penderitaan Kisruh bantuan rumah ganda (lebih dari satu) terus mencuat. Pihak BRR mengancam akan mempidanakan penerima bantuan rumah lebih dari satu jika tidak melapor hingga Maret nanti.
dalam mencegah terjadinya korupsi
mah Korban Bencana Gempa dan
di lingkungan sendiri hanya cerita
Tsunami. Pembentukkan sudah se-
omong kosong. Terlebih dengan pem-
jak November tahun lalu. Tim ini
bentukan Satuan Antikorupsi (SAK).
diketuai Sulaiman AB, mantan
Hal itu bukti konkret bahwa tim
Danpom TNI.
verifikasi dan pengawasan perumaya
optimal kerjanya, tegas Surya Dar -
mengecek ke setiap penerima ban-
ma.
tuan. Istilah sederhananya, pen-
DPRD Aceh tidak hanya men-
A
tersiar dari laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
(45), warga Desa
(LHP BPK) dari 2005 hingga Okto-
Padang Rubek, Kuala, Kabu-
ber 2006. Temuan tersebut sempat
paten Nagan Raya, terlihat
membuat seantero Aceh geger. Ban-
putus asa. Rumah bantuan
yak kalangan mempertanyakan
permanen yang diharapkan
perkara ini. Mulai dari masyarakat
setahun lalu tak kunjung dibangun.
awam, korban tsunami, hingga ja-
Jejeran papan berbentuk rumah mini
jaran pejabat tinggi Aceh. Kok bisa?
berukuran setengah lapangan voli
Mungkin ada yang tidak beres dalam
menjadi tempat bertahan hidup.
proses rehabs-rekons. Lebih khusus
Jika dikalkulasikan, jumlahnya
lagi, ada yang tak beres pada skuad
mencapai 114 unit. Bukan tanpa
pengawasan perumahan BRR yang
usaha. Beberapa kali dia dan per -
tentulah bergaji tinggi.
wakilan barak setempat mendatan-
Beberapa pihak mengarahkan kri-
gi Kantor Badan Rehabilitasi dan
tis dan ocehan kepada BRR. Kiner -
Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias. Han-
ja lamban dan pengawasan minim
ya janji muluk yang diperoleh.
lembaga pemerintah ini dituding
Ratusan kilometer dari dari bar -
menjadi penyebab utama. Hal itu
ak Aminullah, terdapat seorang kor -
dikemukakan Sekretaris Komisi C
ban tsunami mendapatkan rumah
DPRD Aceh Teuku Surya Darma.
lebih dari satu. Bahkan jumlahnya
Menurutnya, komitmen BRR untuk
mencapai sepuluh unit. Perkara ini
pengawasan yang ketat dan berlapis
ke
lapangan
ertiban setiap penerima bantuan rumah
sendiri menjadikan perkara ini
Aceh, lembaga yang bertanggung
sebagai perkara pidana. Untuk
jawab dalam persoalan perumahan
melakukan itu, BRR telah berk-
di lingkungan Pemrov Aceh.
oordinasi dengan pihak kepoli-
lebih
dari
satu.
BRR
Menurut Surya, lembaga ini tidak
sian dan Pengadilan T inggi Aceh.
mampu menjalankan amanah untuk
Bila ada razia penertiban rumah
melaksanakan pengawasan terhadap
bantuan, maka di samping ru-
BRR. Padahal, Dinas Perkim juga
mahnya disita, yang bersangku-
diberikan beban untuk melaksana-
tan juga akan diproses secara
kan pembangunan rumah BRR pada
hukum, tegas Mirza. Namun, sanksi pidana ini tidak
Cukup rasional tudingan yang
akan berlaku jika para penerima
dilontarkan kalangan DPRD Aceh.
bantuan rumah lebih dari satu itu
Pasalnya, jika pengawasan dilaku-
segera melapor ke BRR dan me-
kan secara ketat dalam pendistribu-
ngembalikannya dengan sukarela.
sian rumah bantuan, maka perkara
Karena itu, Mirza mengungkap-
duplikasi bantuan ini kecil kemu-
kan, tim telah membuka telepon
ngkinan terjadi. Karena pengawasan
khusus yang siap melayani 24 jam
lemah dari tim verifikasi dan penga-
bebas pulsa bagi yang enggan me-
was BRR, maka perkara ini bisa ter -
laporkan secara langsung kepada
jadi. Namun, tudingan itu ditepis
tim. Sedangkan yang berani mem-
pihak BRR, melalui juru bicaranya,
buat laporan secara tertulis dengan
Tuwanku Mirza Kumala. BRR men-
rinci, tim akan membuka Po Box
gungkapkan pihak tim verifikasi te-
pengaduan bantuan rumah BRR
lah bekerja secara optimal. Kami
dan NGO.
nya.
Hasilnya? Nanti tunggu dua bulan (Maret) ke depan. Sekarang tim
Menurut Mirza, yang melakukan
M. Istijar/Gerak Banda Aceh MINULLAH
terjun
Perkotaan dan Permukiman (Perkim)
sudah bekerja optimal kok, tepis-
FOTO/AGUS SARWONO
akan
yalahkan BRR. Tetapi juga Dinas
2005 lalu.
Rumah bantuan dari sebuah NGO.
Menurut Mirza, tim ini nantin-
han intern BRR lemah dan tidak
masih bekerja, kilah Mirza.
mekanisme pengawasan terhadap
Temuan BPK itu, lanjutnya,
proyek rehabs-rekons di Aceh tidak
sangat mengugah BRR untuk bisa
hanya BRR saja. Namun, semua
bekerja lebih maksimal lagi dalam
stakeholder yang ada di Aceh, mulai dari koordinator barak, keuchik (ke-
pengawasan pemberian bantuan rumah kepada korban bencana gem-
pala desa), camat, pemkab/kota
pa dan tsunami. Karena itu, BRR
hingga kepolisian. Bahkan kalan-
berjanji ditahun 2007 ini, per -
gan LSM pun harus melakukan pen-
masalahan rumah akan terselesai-
gawasan, ujarnya.
kan tanpa berbekas sedikit pun.
Meski menepis tudingan, kesala-
Janji dan komitmen boleh mu-
han ini telah terjadi. Negara telah
luk. Tanpa kerja konkret, semua
dirugikan. Jika mengacu LHP BPK
itu akan nihil hasilnya. Untuk
dalam satu kasus penerima ban-
itu, Surya Darma menegaskan ke-
tuan rumah yang mendapatkan
bijakan dan program yang akan
sepuluh unit. Maka negara telah
diambil BRR itu konsepnya cuk-
dirugikan sekitar Rp 394,8 juta.
up baik. Tapi yang dibutuhkan
Itu baru satu kasus saja yang ter -
masyarakat saat ini adalah tin-
ungkap. Lantas berapa total keru-
dakan di lapangan. Tanpa pen-
gian negara yang sesungguhnya,
indakan tegas, temuan BPK tidak
pihak BRR pun tidak mengetahui
akan memberikan pelajaran bagi
secara pasti. Untuk mengurangi
warga yang serakah dan tamak,
kerugian negara, BRR telah mem-
tapi malah melukai hati puluhan
bentuk T im Verifikasi dan Penert-
ribu korban yang kini masih ting-
iban Bantuan Pembangunan Ru-
gal di barak. ■
Dimulai dari “Aji Mumpung” TANPA
diduga, bulan Oktober lalu
Badan Pemeriksa Keuangan mengelu-
orang yang pernah menyewa rumah-
untuk menempati rumah bantuan
Kasus hampir serupa terjadi di
nya.
selama tujuh tahun tanpa membayar
Gampong Blang, Lambung, Gampong
arkan Laporan Hasil Pemeriksaan
Hal ini berawal ketika ada pemban-
sewa. Setelah batas waktunya selesai,
Baro, Banda Aceh.
(LHP) tahunan. Seperti biasa, laporan
gunan rumah oleh BRR di kampung
maka mereka harus kembali mem-
bantuan ganda memang sangat ru-
Masalah rumah
itu membuat kaget banyak kalangan.
itu. Entah apa yang ada di dalam
bayar.
mit diatasi. Sebagian korban memang
Bagaimana tidak, dalam laporan itu
pikirannya, Darwati lantas memang-
Kalau modus yang dilakukan Ny
berlomba-lomba mendapatkan ban-
terungkap bahwa kasus penyimpan-
gil sembilan mantan penyewa rumah-
Darwati hanya khusus rumah bantu-
tuan lebih dari satu, apalagi letak
gan pengunaan dana terus terjadi.
nya, salah satunya Bani Amindani,
an BRR saja, berbeda dengan seorang
dan kondisi tanah yang berbeda, se-
Salah satunya kasus penemuan au-
Palmer Alue, dan Teuku Nasrudin.
warga Desa Cot Lamkeuweuh, Kut-
hingga lebih memudahkan mereka
ditor BPK di Kelurahan Kampung
Setelah itu, pelaku meminta fotokopi
araja, Banda Aceh. Modus yang dia
mendapatkan bantuan rumah di tem-
Mulia, Kuta Alam, Banda Aceh, di
KTP para penyewa yang kemudian
lakukan adalah mendaftarkan diri ke
pat lain.
mana seorang korban tsunami pen-
didaftarkan sebagai korban untuk
semua lembaga pemberi bantuan sep-
Munculnya kasus rumah bantuan
duduk setempat bisa memperoleh ru-
bisa memperoleh bantuan rumah.
erti BRR, NGO, dan lembaga donor.
ganda juga diakibatkan adanya pema-
mah bantuan sebanyak sepuluh unit.
Karena niatnya sudah buruk, pel-
Seorang warga yang namanya tak mau
haman yang berkembang dalam
Nama penerima bantuan itu adalah
aku selaku pemilik kontrakan dan la-
disebut mengungkapkan bahwa ia
masyarakat bahwa rumah bantuan
Darwati (60), seorang hajjah.
han untuk pembangunan rumah ban-
mendapatkan bantuan rumah seban-
tersebut adalah rumah yang diberikan
Modus yang dilakukan cukup unik.
tuan, melakukan perjanjian dengan
yak lima unit. Bantuan itu bera-
secara cuma-cuma oleh pemerintah,
Dengan menyodorkan sembilan nama
para mantan penyewa rumahnya itu.
sal dari BRR alokasi 2005, 2006, dan
sehingga sah-sah saja diperoleh lebih
korban penerima bantuan rumah dari
Dalam surat perjanjian tersebut, dis-
UN Habitat yang lokasinya berbeda-
dari satu. Kalau kita tidak ambil leb-
BRR. Sembilan orang itu bukan ker -
ebutkan bahwa kesembilan orang itu
beda. Kalau tidak sekarang kapan
ih dari satu, kapan lagi, ujar mereka
abat atau sanak saudara, melainkan
hanya akan diberikan kompensasi
lagi, ujarnya.
yang loba.
n
HALAMAN
6
Menanti Rumah yang Tak Kunjung Dibangun Para penghuni barak Padang Rubek, Kuala, Kabupaten Nagan Raya masih menunggu janji BRR untuk membangun rumah. Sebaliknya di Desa Kuala Trang, ada warga yang mendapat bantuan rumah ganda.
M. Istijar/Aceh Barat EJAK
ya sanggup membangun sepuluh rumah dari 115 rumah yang diajukan.
pertengahan 2006, T.I Amin
Terkait persoalan pembangunan rumah
(45), selalu risau. Pasalnya ia ter-
bantuan di Kabupaten Nagan Raya, staf
us memikirkan kepastian rumah
BRR pernah menjelaskan hingga akhir
permanen yang bakal dijadikan
tahun 2006 akan dibangun sebanyak 173
tempat tinggalnya. Dia sudah bosan ting-
rumah permanen. Dan itu termasuk un-
gal di barak pengungsi Padang Rubek,
tuk warga korban tsunami yang masih
Kecamatan Kuala, Kabupaten Nagan
tinggal di barak pengungsian Padang
Raya. Pikirannya semakin berkecamuk,
Rubek. Bagaimana cara pembagiannya,
ketika bantuan rumah yang dijanjikan
BRR tidak menjelaskan lebih detail.
S
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Kasus serupa juga terjadi di De-
(BRR) Aceh-Nias tak kunjung dibangun.
sa Kuala Trang, Kuala, Nagan Raya. Di
Padahal, Amin selalu berharap, keluarg-
sini terdapat 120 KK korban tsunami yang
anya bisa menjalani hidup dengan layak
juga belum mendapatkan rumah. Bukan
kalau sudah tinggal di rumah permanen.
karena belum dibangun rumah permanen
Maklum, di barak pengungsian, kehidupan-
oleh BRR. Tetapi pendistribusian rumah
nya jauh dari memadai. Tempat berteduh dari
tersebut dinilai tidak adil. Kasus ini sudah
hujan dan panas hanya terbuat dari kayu
terjadi sejak awal tahun 2006.
tripleks beratap seng sekadarnya. Tak heran
Menurut warga, permasalahan itu ter -
jika hujan turun, air merembes ke tempat
jadi karena data penerima korban tsuna-
itu dari atap yang bocor di sana-sini.
mi yang digunakan BRR dianggap tidak
Kalau musim panas, hawa panas ma-
valid. Di mana data yang digunakan BRR
tahari terasa menyengat di dalam barak.
merupakan hasil pendataan awal korban
Di tempat pengungsian itu, juga terdap-
tsunami dua tahun silam. Padahal, sete-
at 115 kepala keluarga (KK) yang masih
lah dua tahun berlalu, di desa tersebut
menetap. Entah sampai kapan dirinya
terdapat NGO Amerika yang membangun
dan warga lain menetap di sana.
beberapa rumah di desa ini. Namanya
Bukan tidak ada usaha untuk memin-
Samarintans Purse.
ta bantuan kepada pihak terkait, BRR.
Karena itu, terdapat beberapa warga
Pada pertengahan Agustus 2006 lalu, dia
yang telah mendapatkan bantuan rumah
bersama keuchik (kepala desa) mengirim-
dari Samarintans Purse, juga ikut menda-
kan surat ke Kantor BRR di Banda Aceh.
patkan rumah BRR. Ternyata data yang
Dalam surat itu tertera permohonan ban-
dimiliki BRR berasal dari data
tuan rumah permanen sebanyak 115. Tiga
yang sebenarnya sudah banyak yang harus
bulan kemudian, pertengahan November
dicek lagi kebenarannya. Sebagian data
2006, pihak BRR mendatangi barak mere-
tersebut telah mengalami banyak peruba-
ka. Satu-per satu warga diminta keteran-
han setelah tsunami, ujar Tengku Alai-
gan, mulai dari administrasi hingga sta-
din, koordinator barak pengungsian Kua-
tus tanah yang dimilikinya.
la Trang dalam pertemuan konsultasi
keuchik
Selanjutnya, BRR mendata semua war-
publik yang difasilitasi Transparency In-
ga yang masih tinggal di barak pengung-
ternasional (TI) Indonesia, belum lama ini.
sian Padang Rubek, Kuala. Namun, hing-
Alidin menyebutkan, tidak validnya
ga awal Januari ini, tak satu pun rumah
data itu membuat pendistribusian rumah
hasil pendataan itu yang dibangun. Yang
bantuan korban tsunami tidak tepat
membuat kesal warga, pihak BRR tidak
sasaran. Selain terdapat korban yang
memberikan penjelasan mengenai ketidak-
mendapatkan lebih dari satu rumah.
pastian informasi pembangunan rumah.
Juga terdapat warga yang bukan korban
Menurut keterangan warga, pihak BRR pernah mengatakan bahwa mereka han-
FOTO/ISTIJAR Berdasarkan penelusuran tim
Kondisi Barak Padang Rubek, Kuala, Nagan raya yang memprihatinkan
Jroh dan
Gerak Aceh Barat, terdapat beberapa warga yang mendapatkan bantuan rumah lebih dari satu.
Keucik yang seharusnya men-
jadi tangan perantara korban tsunami ke
tsunami ikut mendapat rumah bantuan
BRR malah sering bertindak tidak adil.
tersebut.
Kriteria penerima bantuan rumah yang digunakan BRR pun dianggap tidak jelas. Di mana dalam kriteria itu, yang menjadi
DAFTAR NAMA PENERIMA BANTUAN YANG DIPERSOALKAN NO
1.
NAMA (INISIAL) DESA
LJ
Kuala Trang
IDENTITAS RUMAH
BRR 11
perioritas penerima rumah bantuan adalah korban tsunami dan KK induk.
PERMASALAHAN
Seperti yang terjadi di Desa Krueng
Menurut sebagian besar warga Kuala Trang, dia memang penduduk asli Kuala Trang namun ia telah menetap lebih dari 10 tahun di Desa Purwosari yang tidak terkena tsunami. Orang tuanya yang terkena tsunami juga telah memperoleh bantuan rumah dari Samaritans Purse.
Mane, sebagian warga yang telah memperoleh rumah dari Samarintans Purse, juga turut memperoleh rumah dari BRR. Warga yang belum memperoleh rumah bantuan diacuhkan setelah menemui
keuchik untuk menyampaikan data bagi mereka yang belum memperoleh rumah.
2.
3.
Jn
Sp
Dusun Sukabakti, Desa Kuala Trang
Kuala Trang
BRR 3
Nomor tidak diketahui.
Penerima bantuan rumah BRR ini merupakan penduduk asli Meulaboh dan bukan warga Kuala Trang. Ia juga telah memper oleh bantuan berupa kedai untuk berjualan. Warga ini merupakan penduduk asli Kuala Trang namun telah puluhan tahun menetap di Dusun Kebon Meurebo, Gunung Tanok, Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
Namun, jawaban yang diberikan
keuchik
adalah bahwa laporan atau data tersebut telah hilang dan perlu data baru. Menanggapi masalah tersebut, BRR memastikan bahwa data yang digunakan untuk memberikan bantuan rumah kor ban tsunami merupakan hasil musyawarah dengan masyarakat. Sehingga data yang digunakan BRR sangat valid. Pros-
4.
Sk
5.
Am
6.
Ja
7.
Mr
Dusun Damai, Desa Kuala Trang
BRR 5
Dusun Damai, Desa Kuala Trang Dusun Gunung Mulya,
BRR 3
Dusun Gunung Mulya, Kuala Trang
BRR 13
BRR 10
Sejak jauh sebelum tsunami, dia telah menetap cukup lama di Sinabang, Aceh Barat, namun pada saat pembagian rumah un tuk para korban tsunami, ia kebagian. Dia merupakan anak seorang Kapolsek dari kecamatan lain yang namanya tidak diketahui sebagai warga Kuala Trang. Namanya juga tidak tercatat sebagai warga Kuala Trang Desa Kuala Trang dan warga selama ini merasa tidak pernah berjum pa dengannya. Ternyata ia adalah menantu seorang polisi. Dia juga bukan warga Kuala Trang tapi ia berasal dari Desa Padang Panyang. Setelah tsunami ia pindah ke Desa Kuala Trang dengan tujuan memperoleh rumah bantuan dari BRR maupun Samaritans.
es pembangunan bantuan rumah yang dikerjakan BRR di Kecamatan Kuala sekedar meneruskan sisa-sisa pekerjaan Samaritans Purse yang belum selesai. Menurut Koordinator Satker Perumahan BRR Faisal, dalam pendataan BRR, masih terdapat 120 KK yang belum mendapatkan bantuan rumah. Untuk memvalidasi data tersebut, pertengahan Maret 2006 lalu BRR menggelar dialog publik dengan warga. Dalam dialog tersebut, warga yang mengaku belum mendapatkan bantuan rumah permanen bertambah, yakni 130 KK. Terkait verifikasinya, dalam rapat itu BRR
8.
Spd
Dusun Guna Mulya, Kuala Trang
BRR 14
Dia dan istrinya telah mendapatkan bantuan ganda karena sang suami memperoleh rumah dari BRR sedang istrinya mendapat rumah dari Samaritans ■ Sumber:
Diolah berbagai sumber
menyerahkan kepada
keuchik. Jadi kita
yakin data yang kita pakai, ujar Faisal. Sayangnya, pihak BRR tidak jeli saat melakukan pengecekan di lapangan, sehingga terjadi bantuan ganda. ***
HALAMAN
7
Lamanya Menunggu Perbaikan Rumah Rumah bantuan Save The Children di Desa Mesjid, Panteraja, Pidie yang oleh warga dianggap tidak layak kini terbengkalai, dan banyak yang rusak. Warga bahkan sepakat untuk menolak bantuan rumah itu disaat pemberi bantuan sedang berupaya untuk memperbaikinya. Oleh: M. Istijar, Fadjar/ Paska Pidie
S
ing jejeran papan terlihat pecah.
san dari hasil musyawarah warga
Kondisi lantai banyak bergelombang
Desa Mesjid, Panteraja pada 25
dan pecah. Kerangka rumah terlihat
Nopember 2006 lalu. Alasannya, ru-
tak ada keanehan
jelas terbuat dari kayu dengan kual-
mah itu dibangun asal-asalan, dima-
pada rumah bergaya tradision-
itas yang rendah. Kondisi itu diper-
na kayu kontruksinya sebagian be-
al Aceh berukuran satu lapa-
parah dengan dibiarkannya rerum-
sar lapuk dan mulai dimakan rayap.
ngan bulutangkis itu. Poton-
putat tumbuh subur.
Tidak tegasnya STC untuk mengatasi
EKILAS
gan papan tersusun kokoh
Rumah itu tidak layak huni,
perbaikan rumah bantuannya juga
membentuk bagian rumah-rumah
ungkap Adi Azhar (40), koordinator
dianggap menutup peluang warga
yang disangga tiang kayu sebesar
barak setempat. Ia bersama puluhan
untuk mendapat bantuan rumah
paha orang dewasa. Berderet rapih di
warga sebenarnya sudah berhak
yang lebih baik dari lembaga pemerintah (BRR) atau dari LSMLSM lain. Dengan masih adanya Save The Children di tempat kami, menurut kami BRR, NGO dan donatur lain tidak mau menyelesaikan permasalahan rumah kami karena tidak ada satu keputusan dari Save The Children untuk menyelesaikan masalah rumah kami yang terbengkalai, demikian pernyataan warga, yang sebagian besar masih tinggal di barak Huntara. Masalahnya, mereka juga was-was karena sebentar lagi sewa lokasi barak mereka akan berakhir pada Februari 2007 ini, yang itu berarti mereka harus ke luar dari tempat itu. . Kami harus tinggal dimana, keluh Adi Azhar, seorang penghuni barak setempat. Sikap warga tersebut, didukung oleh pemerintah kabupaten Pidie. Dalam suratnya yang ditujukan kepa-
Rumah Bantuan dari Save The Children yang dibangun di Panteraja, Pidie.
da pimpinan STC, Wakil BuFOTO/AGUS SARWONO
pati Drs. H. Jalaluddin Harun mempersoalkan permasalahan rumah di Panter-
Desa Mesjid, Kecamatan Pante Raja,
menghuni rumah tersebut. Pemberi
aja itu. Dikatakan Pemda memahami
Kabupaten Pidie. Jumlahnya menca-
bantuan telah menyodorkan surat
kesulitan yang dihadapi STC, namun
pai sekitar 77 rumah. Rumah itu
tanda terima, namun karena diang-
di lain pihak kebutuhan masyarakat
merupakan bantuan dari Save the
gap belum layak huni, mereka eng-
akan rumah sangat mendesak. Ber-
Children (STC), satu dari LSM asing
gan menerima. Akibatnya, sebagian
kaitan dengan persoalan tersebut,
yang mencoba membantu korban tsu-
besar rumah bantuan itu dibiarkan
pemkab Pidie mengharapkan kepada
nami.
kosong dan rusak.
Save The Children agar kiranya dapat
Nyaman kelihatannya. Namun
Lebih jauh lagi, sebanyak 77 war-
segera menyerahkan kembali kepada
ketika dilihat dari dekat, terdapat
ga penerima rumah tersebut akhirn-
pihak pemerintah Pidie untuk dapat
banyak celah di bangunan tersebut.
ya sepakat untuk menolak bantuan
direalisasikan agar supaya nama Save
Susunan papan yang terlihat rapuh,
tersebut. Penolakan yang dilampiri
The Children tetap mendapat tempat
beberapa bilah kayu terlihat terlepas
tanda tangan seluruh calon peneri-
yang baik dimata masyarakat, bunyi
dari kerangka rumah. Dinding-dind-
ma bantuan itu merupakan keputu-
surat dari Wakil Bupati Pidie, tertang-
gal 1 Desember 2006. Sebenarnya menurut
Keucik Mes-
jid, Pante Raja, Innu Barkar, ketidak-
puasan itu telah terjadi awal 2006 lalu. Warga sudah merasa bosan untuk menagih janji. Beberapa kali mereka mendesak STC untuk memperbaiki kembali rumah bantuannya yang dibangun sejak Mei 2005 itu. Penduduk marah. Pemberi bantuan hanya mengumber janji-janji, tetapi tidak diwujudkan, ujarnya. Terakhir, kabarnya mereka akan memperbaiki rumah yang dianggap tidak layak itu pada September tahun lalu, tapi hingga kini belum ada kepastian. Barangkali memang STC terlalu sibuk. Seperti diketahui, lembaga asing ini berkomitmen untuk membangun rumah di empat daerah yakni Pidie, Bireuen, Lhokseumawe dan Aceh Utara. Jumlahnya mencapai 3.660 rumah. Dana yang dikucurkan untuk proyek itu mencapai US$ 140 juta (sekitar Rp 1,4 triliun). Dari dana itu, biaya yang dianggarkan untuk membangun satu rumah mencapai Rp 43 juta. Menurut laporan yang dilansir
Tempo,
dalam proses pem-
bangunan, STC menunjuk PT Golden Cakra sebagai konsultan. Dalam nota kesepakatan, kedua pihak memilih sekitar 20 kontraktor untuk melaksanakan proyek tersebut. Sayangnya, proyek mulia itu tidak semulus yang direncanakan. Sebagian besar kontraktor yang mengerjakan proyek pembangunan rumah bantuannya, tidak mampu memenuhi kreteria teknis yang dirancang pemberi bantuan, di samping lemahnya pengawasan di lapangan. Tak heran jika hasil kerja dari para kontraktor tersebut terkesan asalasalan, dan tidak profesional. Lebih kacau lagi, proyek bantuan rumah itu dilakukan bukan oleh kontraktor yang telah ditentukan oleh STC, melainkan subkontraktor yang diberikan proyek oleh para kontraktor yang telah ditunjuk. Penyerahan proyek kepada subkontraktor ini membuat rantai pelaksanaan proyek itu menjadi panjang, sehingga wajar saja jika mutu rumah STC dianggap rendah. Asumsinya, nilai satu rumah yang ditentukan STC kepada kontraktor Rp 43 juta. Jika proyek itu dilaksanakan oleh subkontraktor, maka nilainya akan berkurang. Atas permasalahan tersebut, Koordinator Informasi dan Komunikasi STC, Patricia Norimarna menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan pengkajian terhadap struktur perumahan secara berskala. Menurutnya, tidak semua rumah harus dibongkar total. Jika tim menemui rumah yang mutunya bisa ditolerir, maka cukup
Kabar Burung Tinggalkan Mesjid ADA kabar baru yang diterima warga desa Mesjid, Panteraja. Disebutkan bahwa Save The Children akan meninggalkan desa itu. Tapi, benarkah STC akan meninggalkan desa itu begitu saja? Kabar burung itu dibantah oleh A.A. Ilyas, Information Officer, Aceh Program Save The Children. “Segala desas - desus yang mengatakan Save the Children akan keluar dari desa Mesjid, Pante Raja adalah isapan jempol belaka, itu tidak benar,” tandasnya kepada Jroh. Sekali lagi, pihaknya masih tetap berkomitmen memperbaiki segala kerusakan atas rumah sesuai dengan lampiran dokumen serah terima rumah dengan para calon pemilik perumahan. Lampiran dari surat itu memperlihatkan bagian mana yang membutuhkan perbaikan tambahan. Selama ini, Save The Children telah mem-
bangun sebanyak 424 rumah di Pidie melalui beberapa kontraktor lokal. Kini, perjanjian dengan kontraktor sudah selesai dan masih menyisakan masalah. Dari 424 rumah yang dibangun, harus membongkar 64 rumah yang bermasalah. Sebelumnya STC telah berjanji akan menggantikan rumah tersebut dengan struktur yang sama dengan bahan impor, yang telah diawetkan dan kayu pre-cut. Saat ini, mereka sedang melakukan pelatihan kepada tukang dalam pembangunan yang menggunakan material ini. Mereka juga akan memasukan fasilitas air dan sanitasi dan juga bekerjasama dengan PLN untuk menyediakan listrik untuk bantuan rumah itu. Sedangkan 360 rumah lainnya membutuhkan perlakukan terhadap serangga penggerek dan juga beberapa per-
baikan. “Kami melatih tukang kami dan bagaimana menggunakan kayu tersebut. Kami akan melakukan penandatanganan perjanjian secara individual serah terima dengan pemilik 36 rumah tersebut sehingga mereka bisa menempatinya,” jelas Nilgun Ogun, Chief of Party STC dalam pernyataan tertulisnya tertanggal 14 November 2006 lalu. Surat serah terima itu akan memperlihatkan laporan inspeksi, dan juga gambar yang dibuat terhadap rumah-rumah bantuan itu. Meski warga sudah protes, saat itu Nilgun Ogun belum bisa memastikan waktu penyelesaiannya. Hal itu disebabkan karena terbatasnya jumlah tim dan supervisor yang berkualitas, dan mereka tetap melanjutkan pencarian tenaga terlatih untuk pekerjaan tersebut. ■
hanya diperbaiki ulang mana yang kurang beres. Mengenai terbengkalainya rumah, pihak STC memohon warga bersabar karena pihaknya akan segera mengecek ke lapangan. Jika laporan itu benar adanya, pihaknya tetap berkomitmen untuk tetap merampungkan pembangunan rumah-rumah tersebut. Kini, STC memang telah mencoba berbenah diri supaya kegagalan itu tidak terjadi lagi. Tetapi sayang, tindakan itu belum dirasakan sebagian besar warga penerima bantuan. Bukan tidak berterimakasih kepada si pemberi bantuan, namun mereka hanya ingin menikmati nyamannya tinggal di rumah sendiri. Warga sebenarnya memahami masalah itu bukan kesengajaan STC, tapi warga kecewa karena kondisi rumah itu dibiarkan berlarut-larut.
■
HALAMAN 8
Mempertajam Berita Lewat Training Investigasi Jurnalistik M. Istijar/Banda Aceh EBANYAK
S
padat, dan tepat sasaran. Setelah menjelaskan
12 investigator
pemahaman tentang tata
LSM mitra kerja Tranparen-
cara menulis investigasi,
cy International (TI) Indone-
para peserta diajak un-
sia dari enam daerah di Aceh
tuk berdiskusi dan praktik
dan empat aktivis pers ka-
secara langsung menulis
mpus mengikuti Training Investi-
laporan investigasi. Con-
gasi Jurnalisitik II pada 18-20
toh laporan yang telah dik-
Desember lalu. Kegiatan yang di-
erjakan peserta, langsung
fasilitasi TII ini diadakan di Wis-
dikoreksi oleh fasilitator.
ma Daka, Banda Aceh. Bertindak
Baik dari sisi tata cara
sebagai fasilitator dan pembicara
penulisan laporan, mau-
dalam training ini adalah Farid
pun metode pencarian data
Gaban, mantan wartawan
investigasi. Cara itu di-
Tempo
dan Agung Abiyasa, Koordinator
nilai efektif, karena peser-
Komisi Pemberatansan Korupsi
ta langsung mengetahui di
Perwakilan (KPK) Aceh.
mana kesalahan yang ha-
Kegiatan yang merupakan ke-
rus diperbaiki.
lanjutan dari training serupa pada
Pada hari kedua, para
awal Oktober lalu itu dimaksud-
peserta diberikan kesem-
kan untuk meningkatkan kemam-
patan setengah hari untuk
puan menulis berita investigasi.
menulis laporan investiga-
Dalam kegiatan kedua ini, ada dua
si yang sudah direncana-
materi yang menjadi fokus utama.
kannya. Data-data kasus
Metode investigasi jurnalistik dan
merupakan hasil investiga-
cara
pe-
si para peserta di masing-
nulisan berita, serta pengalaman
masing wilayah kerjanya.
KPK dalam memanfaatkan berita
Setelah hampir tiga jam
investigasi sebagai bahan pen-
menulis laporan investiga-
indakan korupsi. Materi pertama
si, secara satu per satu fa-
diberikan Farid Gaban, sedangkan
silitator, Fadjar Pratiko,
indikasi korupsi dijadikan acuan
materi kedua disajikan Agung Abi-
langsung mengoreksinya hingga sore
awal dalam mengungkap sebuah
yasa.
hari.
penyajiannya
dalam
Karena terdapat beberapa peser -
Kegiatan Training Jurnalistik Investigasai yang diadakan TI di Banda Aceh.
Awal penelusuran
praktik korupsi. Namun Agung mengungkapkan,
ta yang tidak mengikuti training in-
Di hari terakhir training, pe-
terkadang pemberitaan tentang
vestitasi jurnalistik sebelumnya,
serta diajak untuk berdiskusi ten-
indikasi korupsi di sebuah media
maka Farid Gaban sedikit mengu-
tang pengalaman KPK meman-
massa tidak objektif. Persoalan-
lang materi dasar -dasar jurnalitik
faatkan hasil investigasi media
nya, kadang kala pers mengung-
dan teori dasar investigasi jurnalis-
massa. Menurut Agung Abiyasa,
kapkan berita sesuai dengan ke-
tik. Namun, hal itu tidak membuat
berita investigasi itu sering kali
pentinganya, atau kepentingan pi-
kegiatan ini kehilangan makna.
menjadi titik awal penelusuran
hak tertentu. Itu yang menjadi
Agar pemahamannya utuh dan pe-
tim penyelidik lembaga pemberan-
kelemahannya, ujarnya.
serta bisa dengan mudah memaha-
tasan korupsi, seperti KPK. Media
Karena itu, Agung meminta,
mi materi investigasi, ujar Farid.
massa dianggap memiliki tiga per -
agar laporan yang ditulis hasil in-
Lebih lanjut Farid menjelaskan,
an, yakni sebagai sumber informa-
vestigasi harus benar -benar aku-
dalam menulis berita investigasi
si, alat sosialisasi, dan alat eduka-
rat dan berimbang. Selain itu, KPK
juga dibutuhkan fokus atau keta-
si. Karena tiga peran itu, maka
juga membagikan buku saku Tata
jaman. Tulisan itu pendek, singkat,
sering kali, berita-berita tentang
Cara Pemberantasan Korupsi yang
menjelaskan pasal per pasal yang berkenaan dengan korupsi. Pada kesempatan ini, tidak sedikit peserta yang mempertanyakan peran KPK dalam mengurangi praktik korupsi di Aceh. Bahkan terlihat beberapa peserta yang memberikan informasi tentang adanya indikasi korupsi di wilayahnya. Di akhir training dilakukan evaluasi dan rekomendasi. Salah satu rekomendasi yang dihasilkan adalah akan dilibatkannya para peserta training dalam peliputan
Jroh.***
dan penulisan berita yang sesuai dengan misi tabloid
Meeting Koordinasi, Siapa Takut? Agus Sarwono, staf TI Indonesia di Aceh
Talkhow yang difasilitasi oleh TI Indonesia di radio komunitas (Rakom) Meuraxa, kota Banda Aceh pada 7 Desember 2006 lalu. Kegiatan di studio jaringan ARRNET ini menghadirkan para narasumber yakni Ir. A. Achmad Ichyak (Kepala Satker BRR bidang Pengembangan Perumahan dan Pemukiman NAD), Camat Meuraxa Drs. Tarmizi Yahya, MM, dan Ketua Komite Pemantau Kecamatan Meuraxa, Syahril. Acara yang dipandu oleh penyiar dari Rakom ini membahas masalah rumah bantuan dari BRR di kecamatan Meuraxa.
ISTILAH itu adalah istilah yang paling tepat dikatakan, selama proses rehabilitasi dan rekonstruksi berlangsung di NAD. Selama ini, kami melihat meeting koordinasi hanya dilakukan di tingkat kabupaten, sementara kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi ada di kecamatan. Ironisnya, pihak kecamatan banyak yang tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan. TI Indonesia, UNORC, Camat Simpang Mamplam, Paska Bireuen, serta tim dari Bappeda dengan formasi lengkap, bertemu dalam satu meja untuk membicarakan pelaksanaan koordinasi meeting di tingkat kecamatan pada 15 Desember 2006. Seperti yang ditekankan pada hasil survei barubaru ini kepada beberapa masyarakat, salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi penuh di dalam monitoring proyek oleh masyarakat korban tsunami adalah kurangnya ketersediaan dan kesiapan informasi tentang proyek yang sedang berlangsung tersebut. Dalam pertemuan tersebut, TI Indonesia mencoba untuk menyo-
sialisasikan penguatan sistem akuntabilitas dan koordinasi di tingkatan kecamatan, sebagai diskusi langkah depan untuk implementasi sistem yang terintegrasi. Selain itu, diupayakan untuk melembagakan koordinasi di tingkat kecamatan. Soalnya, kecamatanlah yang mempunyai otoritas untuk memimpin rapat koordinasi di tingkat kecamatan. Salah satu perhatian dari proses rekonstruksi adalah kegiatankegiatan NGO sering kali berdasarkan pada kepentingan proyeknya, karena itu upaya konkret untuk bertindak langsung atau secara konsisten mengacu pada kebutuhan masyarakat menjadi berkurang. Dalam akhir pertemuan, disepakati untuk melakukan pertemuan selanjutnya pada 17 Januari 2007, dengan agenda mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan di wilayah kerja masing-masing, juga membicarakan mekanisme Subdistric Coordination Meeting (SDCM) yang lebih efektif serta mengagendakan pelaksanaan SDCM di tingkat kecamatan. n
HALAMAN
9
Dipersoalkan, Dana Koperasi Nelayan Para anggota koperasi nelayan di Meulaboh, Aceh Barat, mempersoalkan minim kesadaran dalam hal membesarkan koperasi. Buktinya masih banyak anggota yang tidak mau menyetor angpenyaluran dana pinjaman lunak. Sudahkah sesuai prosedur? M. Istijar/Aceh Barat ENGGUNAAN dana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Koperasi Panglima Laot (Koppal) Haureukat Laot, Meulaboh, Aceh Barat, senilai Rp 600 juta hingga kini masih misteri. Padahal, dana yang disalurkan melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) ini sudah dikucurkan lima tahun yang lalu. Apalagi banyak anggotanya yang tidak tahu kepindahan alamat koperasi itu dari Jalan Sudirman ke Jalan Swadaya, Meulaboh. Pengucuran dana yang dianggap tidak transparan ini membuat sebagian nelayan mencurigai pimpinan Koppal Haureukat Laot telah melakukan penyimpangan dalam pengelolaan dana pinjaman itu. Masalah ini telah dibahas dalam konsultasi publik. Namun, hingga diadakannya pertemuan konsultasi publik yang difasilitasi Tranparency International (TI) Indonesia bersama Gerak Aceh Barat pada akhir November 2006, belum berhasil dicapai solusi yang jitu. Seperti diketahui, untuk memberdayakan para nelayan korban tsunami, sekitar pertengahan tahun 2001, pemerintah melalui DKP menyalurkan program PEMP. Dalam program itu, diberikan dana senilai Rp 600 juta untuk koperasi nelayan yang dianggap aktif. Pencairannya melalui DKP daerah setempat. Sifat dana itu bukan hibah yang diberikan secara sukarela kepada nelayan, melainkan pinjaman lunak yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya supaya masyarakat belajar untuk mandiri dan bertanggung jawab dengan mengelola dana bantuan tersebut. Istilahnya untuk mendapat ikan, harus lebih dulu diberi kail. Koppal Haureukat Laot dipercaya untuk menyalurkan dana bantuan pemerintah tersebut untuk wilayah Aceh Barat. Koperasi ini satu-satunya dari empat koperasi yang diseleksi DKP Aceh Barat. Koppal Haureukat Laot sendiri berdiri tanggal 5 April 2001. Pendiriannya berdasarkan keputusan Menteri Negara Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah RI. Namun, entah mengapa penggunaan dana itu dianggap ke luar dari aturan yang ditentukan DKP. Sebagian nelayan mengaku tidak mengetahui, terlebih merasakan manisnya dana pinjaman itu. Padahal, mereka berharap, dana itu bisa digunakan sebagai tambahan modal usaha untuk meningkatkan produksi perikanan mereka. Kami tidak tahu bagaimana dana itu digunakan, ujar Samsudin, salah seorang anggota Koppal Haureukat Laot dalam pertemuan konsultasi Publik di Meulaboh. Dalam pertemuan itu juga, Samsudin melaporkan bahwa ada indikasi pemalsuan tanda tangan pada dokumen koperasi. Praktik tidak transparansi dalam sebuah lembaga, termasuk koperasi, memang selalu menimbulkan kecurigaan. Akibatnya, saling tuding sesama pengurus dan anggota terjadi. Dugaan peny-
P
Nelayan dari Johan Pahlawan, Aceh Barat yang seharusnya mendapat pinjaman usaha dari koperasi Harekat Laot.
impangan penggunaan dana pinjaman usaha ini sempat membuat gejolak di kepengurusan koperasi ini, dan mengakibatkan pergantian kepengurusan pada rapat tahunan 2004 lalu. Jabatan sekretaris yang awalnya dipegang oleh Teuku Irwansyah digantikan Neldi SH, dan wakil sekretaris dari M Nazir digantikan Ismet Ubit. Sedangkan kepengurusan lainnya tetap. Padahal seharusnya, pergantian kepengurusan baru berlangsung pada tahun 2006 ini, di mana lamanya masa kepengurusan lima tahun, terhitung pembentukan koperasi ini tahun 2001. Karena sifatnya pinjaman, bagaimana proses pembagian dana sebesar Rp 600 juta kepada anggota. Apakah sudah melalui proses yang transparan atau tidak? Apakah proses pencairannya hanya untuk pengurus saja atau semua anggota? Kalau semua anggota, lantas mengapa dalam penyaluran dan penggunaan dana PEMP ini menebar kecurigaan? Tudingan penyalahgunaan dan tidak tepat sasaran dalam penyaluran dana pinjaman tersebut dibantah keras oleh Ketua Koppal Haureukat Laot, Teuku Risman. Dalam pertemuan konsultasi publik, Risman mengungkapkan, karena sifatnya pinjaman maka pencairan dana PEMP itu dilakukan seteliti mungkin. Karena ini harus dikembalikan lagi,
tegasnya. Meski merupakan bantuan dari pemerintah, namun proses pencairan pinjaman itu juga tidak mudah. Pasalnya, pemerintah memberikan persyaratan tertentu sebelum proses pencairan dana. Karena itu, meski dana PEMP ini diprogramkan sejak tahun 2001 lalu, tapi proses pencairannya hingga kini baru 50 persen, dari total Rp 600 juta. Dari jumlah itu, Risman mengaku telah menyalurkan dana itu hingga mencapai Rp 296 juta. Nilainya berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 5 juta setiap nelayan/kelompok usaha. Untuk pinjaman Rp 2 juta diberikan tanpa anggunan, sedangkan untuk Rp 5 juta ke atas dikenakan anggunan. Penyaluran pinjaman kepada perseorangan maupun kelompok ini dianggap sudah berhasil. Meski demikian, kredit lebih diprioritaskan kepada kelompok usaha bukan perseorangan, karena pengalaman telah membuktikan bahwa kredit perseorangan lebih berpeluang untuk macet. Risman memberi contoh pembinaan kelompok perempuan nelayan yang dianggapnya cukup sukses. Indikasi dari keberhasilan yang dimaksud adalah di mana dari pinjaman untuk modal usaha Rp 2 juta, dalam beberapa bulan telah berkembang menjadi Rp 4 juta. Ketua Koppal Hareukat Laot ini juga menilai bahwa anggotanya masih sangat
suran wajib dan angsuran pokok, bahkan enggan untuk mengembalikan pinjamannya. Senada dengan itu, dinas kelautan setempat menjelaskan, proses pencairan dana PEMP itu sebenarnya tidak terlalu mudah. Pasalnya, pemerintah memberikan persyaratan-persyaratan tertentu kepada si pemohon. Penyalurannya pun melalui Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Aceh Barat. Dalam program ini, DKP bekerja sama dengan BSM. Karena melalui lembaga perbankan, maka proses pencarian dana pinjaman PEMP itu juga mengikuti persyaratan perbankan. Di mana setiap proses pencairan dana PEMP harus memiliki dana penjamin. Nilainya tergantung dengan dana penarikan. Karena itu, menurut keterangan Helmi, dana yang disalurkan ke Koppal Haureukat Laot sebenarnya bukan dana pemerintah, melainkan dana BSM. Dan itu sudah dicairkan sejak tahun 2001. Tidak ada alasan kami menahan dana itu, ujarnya. Masalahnya, apakah penyaluran dana pinjaman itu merata? Karena sebagian nelayan yang tinggal di kawasan Meulaboh masih banyak yang belum merasakan nikmatnya pinjaman tanpa bunga itu. Seperti yang dikeluhkan Rusli, warga yang tinggal di barak pengungsian Barak Pasir Putih, Padang Seurahet, Aceh Barat, dalam PCM beberapa waktu lalu. Sebagai nelayan, dirinya belum pernah merasakan dana bantuan PEMP. Dia menganggap, bantuan modal usaha itu merupakan jalan keluar untuk membantu membangkitkan perekonomian keluarganya yang hancur akibat diterjang tsunami. Meski pinjam kami berani, tetapi jangan menggunakan anggunan. Kami takut tambah hancur, karena tidak mampu, ujarnya. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Aceh Barat, TM Ali mengatakan bahwa koperasi sangat berpeluang untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat kecil. Karena koperasi merupakan satu dari dua lembaga, yang diakui pemerintah dalam penyaluran dan pengumpulan dana masyarakat, di luar perbankan. Hanya saja persoalannya seperti yang sering terjadi di lapangan, yakni komunikasi antara pengurus dan anggota tidak jalan. Itu yang saya rasakan di Koppal Haureukat, ujarnya. Akibat lemahnya komunikasi, kecurigaan menyelimuti hubungan antara pengurus dan anggotanya. TM Ali mengakui, Koppal Hareukat Laot agak kurang berkoordinasi dengan dinas, padahal dinas ini yang akan membina keberlanjutan koperasi. Apabila ada permasalahan di dalam tubuh koperasi harus dimusyawarahkan dan diselesaikan dengan cara kekeluargaan, jangan bila ada masalah diselesaikan dengan pengadilan, pintanya. Menurutnya, agar kasus ini bisa ditemukan jalan keluarnya, maka pihak pengurus dan anggota memiliki suatu kemauan dalam menyelesaikan kasus ini dengan cara ikhlas. Tujuan koperasi untuk mensejahterakan anggota, bukan salah satu orang dari pengurusnya, ujar TM Ali. n
HALAMAN
10
Rehabilitasi Hutan Belum Tersentuh Kerusakan hutan di Aceh pascatsunami kian memprihatinkan. Dari sekitar 3,6 juta ha bentangan hutan, 2,1 juta ha di antaranya dilaporkan hancur. Selain pembalakan liar masih marak, proses rekonstruksi juga belum banyak menyentuh perbaikan hutan yang rusak akibat tsunami.
Selatan, dan Utara Aceh. Karena jika tidak, maka masyarakat Aceh tidak akan terbebas dari bencana. Yang pasti, kerusakan hutan di Aceh harus segera ditangani. Meski terlambat asal kelak
berlomba-lomba memenuhi per-
semua selamat. Pepatah itu
mintaan pasar. Entah itu kayu
bisa juga diterapkan dalam
dari mana asalnya, yang pent-
mencegah penambahan kerusa-
ing kebutuhan pasar atas per -
kan hutan di Aceh. Memang
mintaan kayu terpenuhi.
sudah ada beberapa upaya un-
Vanda yang alumnus Fakul-
tuk mencegah kerusakan hutan
tas Ekonomi Unsyiah ini me-
di Aceh. Sejumlah LSM telah
nyebutkan, sekitar 36 persen
menanam kembali bibit-bibit
kebutuhan kayu untuk proses
pohon bakau di sepanjang pan-
rehab-rekon di Aceh atau seki-
tai barat, namun karena ku-
tar 250 ribu meter kubik, diam-
rangnya pemeliharaan banyak
bil dari penebangan liar. Artin-
pohon yang mati.
ya, kayu ilegal.
Salah satu yang baru mena-
Menurut Vanda Mutia, pe-
nam pantai kritis adalah WWF
nebangan liar itu sangat mu-
Indonesia bekerja sama dengan
ngkin terjadi, karena BRR tidak
Panglima Laot Aceh.
bisa memastikan pasokan kayu
Penanaman 5.000 bibit ba-
yang sah dan tidak yang di-
kau itu dilakukan Direktur
gunakan untuk rehab-rekons di
Penanganan Bantuan World
Aceh. Sehingga, jangan heran
Wildlife Fund (WWF) Amerika
jika banyak sumber kayu yang
Serikat untuk Aceh, Anita Fan-
tidak jelas dalam proses rehab-
breda bersama Direktur WWF
rekons Aceh. Itu sama saja
Indonesia Dr Mubariq Ahmad
dengan melegalkan pemasok
di Desa Alue Naga, Banda Aceh
kayu curian atas nama rekon-
pada 12 Januari 2006.
struksi, tegas Vanda.
Bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Aceh.
M. Istijar UJUH
T
Aceh
kabupaten dari
di
Bireuen
hingga Aceh Tamiang belum lama ini dilanda
banjir hingga menewaskan puluhan orang. Meski banjir itu dimaklumi akibat curah hujan yang tinggi sekarang ini, tapi banyak kalangan yang menilai musibah itu terkait dengan kerusakan ekologis. Pasalnya, kerusakan hutan di Aceh pascatsunami dinilai sejumlah kalangan semakin mengkhawatirkan. Menurut Direktur Flora Fauna Indonesia (FFI) Frank Momberg, pada tahun 1988 hingga tahun 2000, telah terjadi
FOTO/ISTIJAR
Multi Donor Fund (MDF),
Masih leluasa
lembaga donor di bawah World
Anehnya lagi, pemerintah
Bank, juga mengaku telah men-
pusat dalam hal ini mengaku
gucurkan dana hibah sebesar
tidak bisa mengeluarkan kebi-
17,53 juta dolar US plus 9,81
jakan mencegah kerusakan hu-
juta dolar US untuk pelestari-
tan di Aceh. Lagi-lagi alasan-
an ekosistem Leuser yang di-
nya, personel untuk memben-
lakukan Yayasan Leuser Inter -
Cukup menyedihkan me-
mbah bebannya. Banyak kasus
dung pembalakan hutan di
nasional. Selain itu, juga diku-
mang. Kerusakan hutan tersebut
terindikasi bahwa proses re-
daerah itu masih jauh dari
curkan dana hibah sekitar 7,72
menjadikan Aceh saat ini rawan
hab-rekons yang sedang ber -
memadai. Sehingga pembala-
juta dolar US untuk melestari-
bencana banjir dan tanah long-
langsung di Aceh saat ini mem-
kan liar masih terus leluasa.
kan ekosistem Ulu Masen yang
sor. Lebih menyedihkan lagi, set-
perparah kondisi hutan di
Kami sudah berupaya optimal
dijalankan oleh FFI. Pemilihan
elah dua tahun tsunami berlalu,
Aceh.
mengamankan hutannya. Na-
Leuser dan Ulu Masen karena
kerusakan hutan justru bertam-
Pelaku rehab-rekons, Badan
mun, pembalakan liar terus
dua hutan ini merupakan hu-
bah. Selain akibat diterjangan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
saja terjadi, kilah Menteri Ke-
tan terbesar di Asia Tenggara.
tsunami, proses rehab-rekons
(BRR) Aceh-Nias dan yang pasti
hutanan MS Kaban kepada
Selain dua hutan lindung itu,
diduga menambah kerusakan
pemerintah terkesan membiar -
wartawan di Jakarta belum
pada awal 2006 lalu, Dephut te-
hutan di Aceh. T idak sedikit
kan meningkatnya pembalak-
lama ini, sebagaimana dilansir
lah menyediakan anggaran sebe-
dalam kegiatan rehab-rekons
kan liar dan pembukaan hutan.
tempointeraktif.com.
sar Rp 800 miliar. Anggaran itu
terjadi penebangan dan pembu-
Itu saya lihat terjadi di per -
Bukan mereka menghambat
untuk merehabilitasi lahan
kaan hutan secara membabi-
batasan daerah Teunom, Aceh
proses rehab-rekons yang se-
mangrove seluas 200 ribu ha.
buta serta pengerukan tanah
Barat, dan Aceh Jaya, ungkap
dang terjadi di Aceh saat ini.
Besarnya dana itu karena, menu-
perbukitan untuk memenuhi ke-
Frank Momberg.
Tetapi perlu dikeluarkan per -
rut data resmi Dephut tahun
Pembangunan rumah untuk
aturan yang ketat, agar hutan-
2000, hutan mangrove yang kon-
korban tsunami memang mem-
hutan di Aceh tidak rusak. Se-
disinya baik hanya seluas 30 ribu
Padahal seharusnya, kerusa-
butuhkan kayu. Karena ting-
lain itu, juga ada program jelas
ha. Itu pun berada di pesisir Pu-
kan hutan akibat tsunami seg-
ginya permintaan kayu itu,
tentang perbaikan hutan man-
lau Simeuleu dan Pulau Bany-
era diatasi. Bukan malah dita-
membuat para pemasok kayu
grove di pesisir pantai Barat,
ak, Kabupaten Aceh Singkil.
butuhan proyek perumahan dan pertanian.
kerusakan hutan sekitar 750 ribu hektare (ha). Angka itu terus meningkat pasca-MoU Helsinki, ujarnya kepada war tawan di sela-sela peresmian Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, awal Januari lalu. Data kerusakan hutan di Aceh tidak kalah seramnya juga dikeluarkan Analisa Sistem Informasi Geografis Nasional Greenomics Indonesia. Menurut mereka, luas kerusakan kawasan hutan lindung di Aceh mencapai 2,1 juta ha. Dari luas itu, sekitar 1,43 juta ha kondisi hutan lindung rusak parah karena alih fungsi. Sementara sekitar 665 ribu ha hutan konservasi di Aceh rusak parah. Ini akibat dari pembalakan hutan yang sebagian besar masuk kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, kata Koordinator Nasional Greenomic Indonesia, Vanda Mutia Dewi.
Penataan Ulang Hutan dan Permukiman
M
ASYARAKAT Aceh tak sepi dihadang bencana. Setelah diterjang gempa dan tsunami akhir 2004, kini sebagian besar wilayah timur Aceh dihadang banjir, terutama Aceh Tamiang. Bahkan kawanan hewan liar yang tinggal di hutan dilaporkan mengamuk di wilayah Barat dan Utara Aceh. Lengkap sudah penderitaan mereka. Sebenarnya kondisi ini bisa dihentikan. Jika ada keinginan dan niat serius dari semua pihak yang terlibat dalam pengambilan kebijakan di Aceh. Hal itu bisa diawali dengan perubahan mendasar dalam paradigma kebijakan dan kelembagaan pengelolaan alam dan lingkungan. Prof Hadi S Alikodra, Ketua Tim Working Group Recovery Aceh (WGRA) Institute Pertanian Bogor (IPB), mengungkapkan kondisi riil selama ini wilayah pesisir di Aceh banyak yang berubah fungsi menjadi permukiman penduduk yang tidak dilengkapi tanaman
penahan abrasi atau fasilitas pemecah gelombang. Oleh karena itu, diperlukan penanaman kembali hutan mangrove. “Sehingga akan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Aceh dari sapuan ombak besar dikemudian hari,” ungkap Alikodra. Dalam konsep itu, sepanjang 500 meter dari bibir pantai tidak boleh terdapat aktivitas ekonomi dan perumahan. Itu berarti, tambak-tambak yang lokasinya berdekatan dengan bibir pantai harus direlokasi. Pembenahan lain yang harus dilakukan adalah dengan mengembalikan hutan yang kini telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit, karet, dan lainnya. Karena, dengan adanya konversi lahan hutan untuk perkebunan sawit dan monokultur dengan skala besar, membuat laju kerusakan alam yang terjadi tidak hanya di kawasan pegunungan, namun juga di pesisir. Selama ini, lanjut Hadi S Alikodra, reaksi pemerintah pusat dalam menghadapi
rentetan bencana alam di sejumlah daerah di Tanah Air hanya terbatas tanggap darurat semata yang tidak memberikan sumbangan dalam menyelesaikan akar masalahnya. Hal lain yang perlu diperhatikan, menurutnya, adalah moratorium (jeda tebang) untuk hutan alam yang tersisa, serta ubah rencana tata ruang, karena selama ini tidak dilandaskan kondisi objektif. Soal hutan di Aceh, Departemen Kehutanan memang tidak bisa mengeluarkan kebijakan sebagaimana di provinsi lain. Seperti diakui Sekjen Dephut, Boen M Purnama, Dephut kini tengah membahas operasional HPH dan menyusun peraturan mengenai pengelolaan hutan di wilayah Aceh. “Kita harus proporsional. Kita akan bicarakan masalah ini karena ada kekhususan dalam pengelolaan HPH di Aceh,” katanya sebagaimana dilansir Serambi Indonesia. *
n
HALAMAN
11
Ketika Suara ”Embek” tidak Lagi Lantang Ada indikasi bantuan kambing dari BRR di Jeunieb, Bireuen, disunat pelaksana proyek. Dari delapan ekor ternak kambing yang seharusnya diterima ternyata hanya tujuh ekor yang dibagikan.
M. Istijar/ Paska Bireuen INAL
A
diberikan kepada 50 peternak di Desa Meunasah Keutapang dan
Mardhiah, anggota
Matang Teungoh, Jeunieb. Tek-
Kelompok Peternak Meu-
nis pembagiannya diserahkan
nasah Keutapang Jeu-
kepada Dinas Peternakan Bi-
nieb, Kabupaten Bireuen
reuen. Bantuan itu terdiri atas
hanya bisa mengelus dada
dua paket yang jumlahnya mas-
melihat kambing bantuan yang
ing-masing sebanyak 200 ekor
diterimanya satu per satu mati.
kambing atau senilai Rp 150
Dari tujuh kambing bantuan
juta. Totalnya mencapai 400 ekor
Badan Rehabilitasi dan Rekon-
dan uang Rp 300 juta. Setiap
struksi (BRR) Aceh-Nias yang di-
anggota kelompok direncanakan
terimanya kini tinggal dua ekor.
akan diberi delapan ekor kamb-
Sudah lima kambing yang mati,
ing, dan uang tunai sebesar Rp
terpaksa dipotong atau dijual
1,1 juta untuk pembuatan kan-
akibat penyakit yang dideritan-
dang dan pakan. Masing-masing
ya. Sejak diserahkan, kambing
kelompok 25 orang.
yang diterima Ainal sudah dalam kondisi tidak sehat. Pengakuan yang sama di-
Sebagian besar anggota kelompok mengaku sangat senang mendapatkan bantuan itu. Den-
ungkapkan anggota kelompok
gan bantuan itu, mereka berharap
peternak yang sama, yakni Cut
bisa meningkatkan pendapatan-
Nuraini. Hanya saja lebih berun-
nya. Setelah beranak-pinak, ka-
tung karena kambing bantuan
mbing tersebut bisa dijual untuk
yang diterimanya masih lima
menambah penghasilan keluar -
ekor, sedangkan dua ekor kamb-
ganya atau meningkatkan taraf
ing sudah mati akibat penyakit
hidup peternak, yang sebelumn-
meski pernah disuntik sekali.
ya hancur diterjang tsunami. Iya
Waktu diserahkan kondisi
senang banget, ungkap Nurhari-
kambing sudah dalam keadaan
wati, salah seorang anggota kel-
sakit, sehingga hanya bertahan
ompok peternak Desa Matang Te-
hidup selama beberapa hari saja
ungoh, Jeunieb.
karena kambing tidak bisa me-
Namun harapan para peternak
nyesuaikan diri dengan lingkun-
terancam pupus. T idak hanya
gan. Akibatnya, kambing itu mati
kambingnya banyak yang mati,
secara spontan, ujarnya pasrah.
tapi bantuan yang mereka dap-
Kondisi yang sama dialami ka-
atkan tidak sesuai dengan yang
mbing bantuan yang diterima Ab-
dijanjikan. Hal itu terlihat keti-
dullah, anggota kelompok Ma-
ka dia bersama puluhan peter -
tang Teungoh.
nak lainnya, dikumpulkan di ru-
Sebenarnya bantuan kambing
mah salah satu petugas Dinas
dari Satker BRR dimaksudkan
Peternakan. Dalam pertemuan
untuk meningkatkan perekono-
itu, diumumkan setiap anggota
mian masyarakat. Bantuan itu
kelompok
hanya mendapatkan
Pengakuan Setelah Tersudut SUPAYA masalah penyunatan bantuan ternak dari BRR itu bisa dicari jalan ke luarnya, Paska Bireuen bersama Dinas Peternakan Bireuen berinisiatif menggelar pertemuan mediasi. Acara itu dihadiri pendamping dari Dinas Peternakan Saifuddin Abdullah, ketua kelompok tani dan anggotanya, serta staf Transparency Internasional (TI) Indonesia di Aceh dan mitranya, Paska Bireuen. Proses mediasi itu diawali dengan pembacaan hasil temuan tim lapangan Paska Bireuen, mengenai dugaan penyelewengan bantuan ternak. Namun, temuan itu dibantah keras oleh Saifudin. Ia memastikan tidak ada ”penyunatan” bantuan ternak yang diberikan kepada kelompok tani. “Mana ada, buktinya masyarakat tetap menerima delapan ekor,” ujarnya. Peryataan Saifuddin diperkuat oleh sebagian besar peserta yang hadir, tak ada ban-
tahan sedikit pun. Para anggota kelompok yang hadir pada acara tersebut mulutnya seakan terbungkam untuk membuat pengakuan yang berlawanan dengan hasil investigasi yang sudah diakui kebenarannya oleh Dinas Peternakan Bireuen dan petugas lapangan di kecamatan pada saat mediasi sebelumnya pada 6 Desember 2006 lalu. Suasana ruang pertemuan sempat sedikit kaku, hingga terpaksa Nazar, anggota Tim Investigasi Paska menegaskan kembali kebenaran kasus tersebut. Tim Paksa meminta bukti pembayaran sejumlah pemotongan berupa tanda terima yang sah dari masyarakat. Setelah didesak, Saifudin membenarkan temuan tersebut. Dalam kesempatan itu, ia juga meminta maaf atas pengurangan penyaluran jumlah kambing dan dana yang diberikan.
Saifuddin meminta Kepala Dinas segera memberikan klarifikasi dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Selaku pendamping dari Dinas Peternakan Bireuen, dia meminta kepada ketua kelompok untuk segera menyelesaikan perkara ini. Bentuknya, meminta kepada anggota PPL (Panitia Penyuluh Lapangan) kecamatan dan ketua kelompok ternak untuk mengembalikan seluruh bantuan yang ditilep. “Itu milik anggota kelompok tani. Saya imbau agar segera dikembalikan dan diberikan kepada anggota kelompok,” ujarnya. Dari pertemuan itu, direkomendasikan agar diadakan pertemuan mediasi lanjutan yang menghadirkan seluruh anggota kelompok penerima bantuan. Dalam kesempatan itu, petugas kecamatan dan kedua ketua kelompok telah menyanggupi untuk segera menyelesaikan kasus itu. n
Beberapa ekor kambing bantuan.
FOTO/IST
bantuan tujuh ekor kambing,
Nilainya beragam, antara Rp 350
ditambah uang tunai antara Rp
ribu hingga Rp 650 ribu. Lantas
500 ribu hingga Rp 750 ribu.
ke mana satu ekor kambing yang
Tentu saja itu membuat tan-
hilang? Dinas Peternakan tidak
da tanya sebagian besar anggota
tahu-menahu. Malah Saifuddin
peternak. Prasangka buruk mun-
mengatakan yang menyunat ban-
cul dibenak para anggota kelom-
tuan bukan institusi resmi Di-
pok. Ke mana satu ekor kambing
nas
lagi, dan sisa uang kandang itu.
oknum dan pimpinan kelompok.
Peternakan,
melainkan
Apakah ditilep oleh ketua kelom-
Dugaan penyunatan bantuan
pok, atau petugas Dinas Peter -
kambing tersebut ternyata juga
nakan. Atau petugas Satker BRR
diakui oleh Kepala Desa Meu-
sendiri?
nasah Keutapang, Ridwan Idris.
Selain itu, ada juga dugaan
Keuchik itu mengungkapkan
penyimpangan dalam penetapan
bahwa dirinya pernah menerima
anggota kelompok calon peneri-
uang yang nilainya sekitar Rp 4
ma bantuan. Laporan peternak
juta dari beberapa ketua kelom-
lain yang tidak mendapatkan
pok peternak penerima bantuan.
bantuan menyebutkan bahwa
Setahu saya uang itu juga
banyak anggota kelompok pener -
dibagikan kepada orang lain
ima bantuan yang sebenarnya
juga, ujarnya.
tidak layak menerima, bahkan
Jika pengakuan itu benar, be-
sebagian besar penerima berasal
rarti cukup besar juga dana yang
dari kerabat dekat oknum petu-
berhasil disunat. Hitung-hitun-
gas dinas di kecamatan.
gannya, jika anggota peternak
Menanggapi kasus itu, Saifud-
hanya mendapatkan tujug ekor
din Abdullah, pendamping dari
kambing, berarti satu ekor ditilep.
Dinas Peternakan Bireuen, me-
Kalau seekor dihargai Rp 750.-
nyebutkan bantuan kambing itu
000, dan jumlah penerima dua
bukan atas inisiatif BRR, tapi
paket sebanyak 50 orang, berarti
permintaan masyarakat. Mereka
dari potongan satu kambing saja
mengajukan bantuan kambing
bisa disunat Rp. 37.500.000. Itu
kepada BRR, setelah beberapa
belum dari penyunatan uang
pekan, pengajuan tersebut dis-
pembuatan kandang dan pakan,
etujui. Sifat bantuan itu bergu-
yang diperkirakan mencapai se-
lir sebagai alat pancingan un-
kitar Rp 30.000.
tuk meningkatkan perekonomi-
Namun, tindakan pemotongan
an. Jika kambing tersebut sudah
dana kandang kambing dan pa-
berkembang biak, maka sang in-
kan dibantah keras sebagian be-
duk harus diberikan kepada pen-
sar ketua kelompok. Salah satu-
erima
Di
nya ketua kelompok ternak Desa
mana itu sebagai penyemangat
Meunasah Ketapang Fakhrizal
agar
Nurdin. Dia mengungkapkan,
bantuan
para
lainnya.
peternak
serius,
ujarnya.
sudah sesuai dengan ketentuan
Setelah disetujui, Satker BRR
yang ditetapkan Dinas Peterna-
meminta kepada kelompok peter -
kan Bireuen dalam pembagian
nak untuk membuat Rencana
bantuan ternak. Jadi, kami
Umum Keanggotaan (RUK), Ren-
tidak menyimpang, ujarnya.
cana Dasar Keanggotaan (RDKK)
Kini muncul kekhawatiran
dan rekening bank. Nah, karena
bahwa program bergilir bantuan
mereka dianggap kelompok pem-
ternak tersebut tidak akan ber -
ula maka Dinas Peternakan mem-
jalan mulus seperti yang diharap-
butuhkan biaya administrasi dan
kan. Pasalnya kini banyak kamb-
pembenahan lainnya. Adanya
ing bantuan yang mati atau ter -
pemotongan dana untuk menut-
paksa dipotong atau dijual lant-
upi kekurangan kas dan keper -
aran sakit. Keadaan ini juga bisa
luan kelompok demi kelancaran
dipahami mengingat lemahnya
usaha kelompok, ujar Saifudin.
pendampingan dan pengawasan
Keperluan yang dimaksud ad-
dari dinas peternakan setempat,
alah alat kebutuhan kantor,
khususnya untuk kesehatan ter -
stempel, materai, dan lainnya.
nak.
n
HALAMAN
12
Menakar Komitmen Lembaga Publik Dalam Pemberantasan Korupsi Opini : Afrizal
P
ENEGAKAN
korupsi di
Aceh Barat lemah. Pandangan korupsi sebagai tindakan yang biasa dan
hal lumrah menjadi penyebab praktik korupsi di Aceh Barat masih tinggi. Terlebih di era proses rehab-rekons saat ini. Lembaga yang dipercaya sebagai penegak hukum, seperti Kejaksaan, Pengadilan Negeri dan Kepolisian, berjalan ditempat. Tidak sedikit perkara tindak korupsi hanya dijadikan lembaran data di kantor lembaga ini. Tidak ada kejelasan kelanjutannya. Menurut penulis, permasalahan ini membuat persoalan korupsi di Aceh Barat cukup rumit. Hal ini tidak terlepas dari lemahnya pemahanan tentang praktik korupsi di tingkat masyarakat awam (grassroot). Sehingga boleh dikatakan korupsi telah menjadi suatu tradis, dianggap sebagai hal yang biasa. Indikasinya sangat sederhana. T idak sedikit masyarakat yang menilai orang atau sekelompok orang yang melakukan praktik korupsi sebagai hal yang dimaklumi. Bukan tindakan pidana atau melanggar hukum. Ini tidak hanya terjadi di Aceh Barat saja. Tetapi masyarakat Aceh secara keseluruhan. Atau bahkan masyarakat Indonesia. Contoh kecil saja. Untuk membuat surat keterangan perijinan di instansi pemerintah, kita harus menunggu lama dan mengeluarkan uang tidak sedikit. Jika tidak. Jangan harap surat keteragan tersebut bisa dikerjakan. Bisa berbulan-bu-
jadi sudah begitu lama men-
rupsi membuktikan bahwa pe-
Kami rasa masyarakat atau
gakar. Maka perbuatan itu se-
ran Pemda dalam memberantas
media sekalipun masih takut
cara tidak sadar telah menjadi
korupsi sangat kecil. Bahkan
dengan intimidasi dari pihak-
tradisi dan hal yang wajar. Ak-
tidak ada. Padahal mereka
pihak yang melakukan korup-
ibatnya adalah, menurut saya
(Pemda)
telah
si. Itu mungkin persoalan yang
masyarakat tidak menganggap
berkomitmen untuk memberan-
belum terselesaikan. Jika hal
dana yang dikorupsi oleh in-
tas korupsi. Yakni dengan mem-
itu menjadi salah satu penye-
stansi pemerintah atau siapap-
bentuk Tim Pengawas Anti Ko-
babnya, saya juga bisa memak-
un itu bukan dana mereka. Itu
rupsi di bawah Bawasda (Badan
lumi. Karena saya bersama re-
bukan kepentingan mereka. Itu
Pengawas Daerah). Tetapi hasil-
kan-rekan Gerak Aceh Barat
bukan dana hak mereka.
nya nihil. Omong kosong doang.
juga pernah mendapatkan pen-
Contoh kongretnya adalah
Data hasil monitoring tersebut
galaman diintimidasi. Namun
korupsi dana APBD (Anggaran
juga sempat kami kirimkan ke
Alhamdulillah, hingga saat ini
Pendapatan Belanja Daerah).
kepolisian dan kejaksaan. Na-
baru sekedar SMS (Short Mes-
Sebagian besar masyarakat
mun sayangnya, hingga kini
sage System) ancaman saja.
menilai itu bukan dana mere-
kedua kasus tersebut masih
Selebihnya belum. Tetapi saya
ka. Itu dana Pemda. Jadi bu-
gantung. Tidak jelas tindakan-
menganggap itu bagaikan em-
kan tanggungjawab mereka.
nya oleh pihak penegak hukum.
busan angin saja.. Karena itu
Tanggungjawab segelintir orang
Padahal itu termasuk kasus
bagian dari perjuangan untuk
yang menjabat di instansi Pem-
besar di daerah. Lemahnya
memberantas korupsi di daer -
da. Anehnya, jajaran pejabat
proses penyidikan yang dilaku-
ah ACeh Barat yang tercinta
elit Pemda terkesan membiar -
kan instansi penegak hukum
ini.
kan praktik korupsi yang di-
telah membuktikan bahwa in-
Di sisi lain, pasca tsunami,
lakukan jajaran birokrasi mere-
stansi tersebut juga belum me-
Aceh, khususnya Aceh Barat,
ka. Mereka terlihat menutup
miliki komitmen yang tegas
mendapatkan bantuan yang
mata. Hal itu wajar. Karena
dalam memberantas korupsi,
cukup besar untuk melakukan
mereka (mungkin) juga orang
apalagi mencegahnya. Oleh
rehab-rekons. Baik dari BRR
yang ikut merasakan manisn-
mereka, perkara indikasi korup-
(Badan Rehabilitasi dan Rekon-
ya korupsi. Jadilah korupsi ber-
si hanya diendapkan saja.
struksi) maupun NGO lokal dan
sebelumnya
Yang saya herankan juga.
jamaah.
internasional serta lembaga donor.
Saya ingin memberikan con-
Komitmen untuk menjadikan
toh dari hasil pengamatan tim
Aceh bebas dari praktik korup-
Banyak laporan proses re-
Gerak Aceh Barat. Dalam pen-
si masih kecil di kalangan se-
hab-rekons yang dilakukan in-
gamatan tim kami, biasanya
bagian media lokal. Mengapa
stansi ini bermasalah. Memang
praktik korupsi banyak terjadi
saya katakan ini. Karena saya
tidak bisa dinafikan juga. Be-
di instasi yang berhubungan
pernah memiliki pengalaman
lakangan saya melihat proses
dengan pengadaan barang dan
kurang enak dengan media
rehab-rekons yang dilakukan
jasa. Seperti Dinas Prasarana
lokal disini. Ketika sekitar bu-
instansi tersebut cukup lumay-
Wilayah (Praswil) daerah. Le-
lan Februari tahun lalu saat tim
an prosesnya. Tim pengawasan
mahnya mekanisme kontrol
Gerak Aceh Barat menggelar
yang dibentuk BRR cukup lu-
oleh pejabat Pemda, seperti
jumpa pers tentang indikasi
mayan berjalan. Saya melihat
Bupati atau DPRD, menjadi-
korupsi mantan Pj Bupati Aceh
lembaga ini sudah sangat hati-
kan praktik korupsi di lembaga
Barat sebesar Rp 70 miliar.
hati. Karena memang taruhan-
ini terus terjadi. Bisa dimaklu-
Saat itu beberapa media lokal
nya penjara.
mi memang. Mengapa saya men-
datang baik koran maupun ra-
Praktik korupsi sebenarnya
gatakan
Karena
dio. Tetapi mereka tidak berani
bisa diminimalisasikan atau
tidak sedikit kasus indikasi
memuatnya. Bahkan dengan
dicegah dengan cara memban-
korupsi dalam pengadaan ba-
Serambi Indonesia sempat
gun gerakan rakyat anti korup-
rang dan jasa tersebut dilaku-
kami datangi kantornya di Ban-
si. Gerakan ini mesti dibangun
kan oleh pejabat Bupati atau
da Aceh. Mereka juga enggan
secara serentak, baik masya-
para anggota Dewan.
memuatnya.
rakat, NGO, media, dan Pem-
demikian.
Contoh yang dapat saya
Agar bisa terpublikasikan
da. Gerakan ini sebagai sebagai
berikan adalah indikasi korup-
indikasi penyimpangan ini,
langkah tepat untuk member -
si yang dilakukan oleh seorang
maka kami mencoba memohon
antas korupsi. Langkah perta-
Pj Bupati Aceh Barat, Drs Nas-
untuk beriklan di Serambi In-
ma yang bisa dibangun adalah
rudin. Pada sekitar Februari
donesia. Tetapi juga ditolak.
meningkatkan daya kritis ma-
2006 lalu, kami mengungkap
Saya juga tidak tahu alasan
syarakat. Partisipatisi masyara-
kasus indikasi korupsi yang di-
mereka mengapa menolaknya.
kat dalam mengawasi semua
lakukan Pj Bupati tersebut
Padahal kami waktu itu me-
kebijakan publik harus dit-
sebesar Rp 70 miliar. Data yang
nilai bahwa indikasi itu benar.
ingkatkan. Ini harus dibangun
kami peroleh itu sempat kami
Dan kasus ini telah merugikan
bersama-sama. Jika sudah ber -
gelar dalam acara jumpa pers.
negara. Bayangkan saja, dana
jalan, maka kesan gerakan anti
Contoh lain hasil pengamatan
APBD sebesar Rp 70 miliar
korupsi dibangun hanya seg-
tim Gerak Aceh Barat adalah
tidak jelas laporannya. Itu dana
elintir orang saja akan hilang.
adanya indikasi penyimpangan
rakyat. Bukan dana pribadi Pj
Semoga saja langkah awal ini
dana proyek di Dinas Praswil
Bupati. Kami juga sangat men-
bisa dilakukan.
sebesar Rp 1,4 miliar. Dan,
yanyangkan sekali. Padahal
proyek pembuatan jembatan di
media memiliki peran yang sig-
tor Advokasi dan Pendidikan
Mesjid Baru, Aceh Barat.
nifikan dan besar dalam gera-
Publik Gerak (Gerakan Rakyat
kan anti korupsi.
Anti Korupsi) Aceh Barat.
Kedua indikasi praktik ko-
■
Penulis adalah Koordina-
lan menunggunya. Tetapi jika menggeluarkan uang pelicin, surat itu cepat sekali jadinya. Padahal itu sudah termasuk perbuatan korupsi. Karena konsep tersebut ter -
REDAKSI Menerima Artikel Opini dari luar yang berkaitan dengan proses Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh atau tentang upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Aceh. Panjang tulisan maksimal 8.500 karakter. Tulisan yang dimuat akan mendapat honor yang memadai. Artikel bisa dikiram ke Alamat Redaksi Jroh: Jln T Iskandar Jl. T Iskandar Km.5 (M Nuri) Lam Ujong, Meunasah Baet, Aceh Besar Phone/Fax: +62(0) 651-22 780, atau email:
[email protected]
HALAMAN 13
Ironisme Sebuah Peraturan Pemerintah Reaksi keras muncul dari sejumlah kalangan atas ditetapkannya PP No. 37 Tahun 2006 yang dianggap mencederai perasaan keadilan masyarakat. Tanggapan yang sama juga muncul di Aceh.
Dengan demikian, jika setiap
jauh, mereka menilai PP
anggota DPRD mendapat Rp 80
37/ 2006 itu merupakan cara
juta, daerah harus mengeluar -
baru yang legal untuk meram-
kan dana sekitar Rp1,2 triliun
pok uang negara. Karena itu
bagi 15.000 anggota DPRD yang
mesti dicabut.
tersebar diseluruh Tanah Air.
Peraturan pemerintah itu di-
Sungguh uang yang luar biasa
anggap semakin memperbesar
manis, sekaligus inilah racun
jurang kaya dan miskin. Di tengah meningkatnya penganggu-
Oleh: Fadjar Pratikto EJUMLAH
S
ran, di tengah bertambahnya penduduk miskin yang mencapai 100 juta orang, ada segelin-
LSM di Aceh
tir elite anggota DPRD yang
sepakat untuk mendesak
jumlahnya 15 ribu orang yang
pemerintah agar segera
semakin kaya karena peraturan
mencabut dan merevisi
pemerintah itu. Masih ada dam-
Peraturan Pemerintah
pak negatif lain, yaitu semakin
No. 37/ 2006 tentang Kedudu-
maraknya pungutan daerah
kan Protokoler dan Keuangan
untuk menambah kas daerah.
Pimpinan Anggota DPRD. Mereka juga sepakat
Berbagai pungutan itu diperlu-
kalau kinerja
kan untuk menutupi defisit
anggota DPRD perlu ditingka-
pendapatan asli daerah akibat
tan, tetapi tidak secar tentang
membayar gaji anggota DPRD.
Kedudukan Protokoler dan
Pungutan-pungutan itu akhir -
Keuangan Pimpinan Anggota
nya menyebabkan ekonomi ong-
Dewan otomatis harus dengan
kos tinggi, yang membuat inves-
meningkatkan tunjangannya
tor semakin enggan datang ke
dengan jumlah yang cukup be-
negeri ini, demikian kajian
sar.
GeRAK Aceh.
Lebih penting dari itu ad-
Sudah pasti, peraturan pe-
alah bagaimana re-orientasi
merintah itu menambah beng-
menjadi anggota dewan dan
kaknya anggaran negara yang
pembenahan internal partai
digunakan untuk keperluan kon-
sendiri. Jangan jadikan kursi
sumtif. Padahal, tanpa adanya
DPRD sebagai ujung tombak
Peraturan Pemerintah Nomor 37
untuk mengisi kas partai.
Tahun 2006 itu pun, proporsi
Karenanya, rakyat harus terus
pengeluaran rutin untuk keper -
bersuara: cabut dan revisi seg-
luan konsumtif sudah lebih be-
era PP No.37/2006, demikian
sar. Adalah menyedihkan bahwa
kesimpulan dari kajian yang
yang bertambah bukan untuk
dibuat GeRAK Aceh, mitra ker -
keperluan pembangunan yang
ja Tranparency International
dapat menciptakan lapangan
(TI) Indonesia dalam menyikapi diberlakukannya peraturan tersebut. Atas inisiatif yang dilakukan
kerja dan mengentaskan rakyat
Bahas Qanun: Puluhan anggota DPRD Aceh Barat sedang membahas Qanun tentang pedesaan dalam rapat paripurna, Selasa (16/1). FOTO/ISTIJAR
masuk di dalamnya TI Indonesia berkomitmen untuk memperjuangkan diubahnya PP No. 37/2006 yang dianggap mencederai perasaan keadilan masyarakat, tak terkecuali rakyat Aceh yang sedang bangkit dari keterpurukan pasca tsunami. Mereka sepakat perjuangan itu akan dilakukan bersama melalui wadah Koalisi Kebijakan Partisipatif (KKP) Aceh yang belum lama terbentuk. Ada beberapa agenda kegia-
dari kemiskinan. Memang sebagian pemerintah daerah menyatakan kesia-
Gerak Aceh, beberapa LSM ter -
pannya untuk melaksanakan pimpinan dan anggota DPRD
ran, pendapatan yang diterima
yang paling mematikan bagi
PP tersebut dengan membayar
mendapat tambahan tunjangan
ketua DPRD propinsi bisa men-
daerah yang miskin.
rapel tunjangan komunikasi
komunikasi intensif setiap bu-
capai Rp36,269 juta, itu jauh
Biaya untuk gaji anggota
dan operasional 2006 yang ber -
lan sebesar paling tinggi 3 kali
melebihi pendapatan yang di-
DPRD itu ternyata bisa lebih
laku surut. Tak sedikit pula
lipat uang representasi ketua
terima oleh Ketua Mahkamah
besar daripada pendapatan asli
kepala daerah yang menge-
DPRD. Dan untuk pimpinan
Agung (Rp24,390 juta) dan Ket-
daerah. Betapa ironis, jika
mukakan keberatannya untuk
DPRD juga mendapatkan tam-
ua Badan Pemeriksa Keuangan
pendapatan asli daerah minus
melaksanakan peraturan itu.
bahan dana operasional setiap
(Rp23,940 juta).
setelah membayar gaji DPRD.
Belakangan atas munculnya
bulannya dengan patokan pal-
Lebih aneh lagi, sekalipun
Semua fakta itu diungkapkan
protes dari sejumlah kalangan,
ing tinggi sebesar 6 kali uang
peraturan itu baru ditandatan-
15 akademisi dan aktivis yang
Presiden SBY telah meminta
repersentasi ketua dan empat
gani Presiden SBY pada Novem-
berkumpul di Pusat Kajian An-
agar aturan baru itu dikaji
kali untuk wakil ketua DPRD.
ber lalu, namun dibuat berlaku
tikorupsi Universitas Gadjah
kembali. Semoga ini bukan
Akibatnya, sebagai gamba-
mundur sejak 1 Januari 2006.
Mada, belum lama ini. Lebih
basa basi politik semata. ■
tan yang akan dilakukan oleh koalisi ini untuk mengadvokasi peraturan pemerintah ini. Dari mulai diskusi kelompok kerja mengkritisi PP ini, berdialog dengan pimpinan legislatif daerah, sampai mengadakan kampanye dan tekanan untuk menolak produk hukum yang menguntungkan kalangan ter tentu ini. Mereka akan terus mengupayakan agar peraturan yang kontraversial ini ditinjau kembali oleh pemerintah, bahkan dicabut. Seperti diketahui, PP No. 37/ 2006 ini mengatur pendapatan pimpinan anggota DPRD, yang terdiri dari uang representasi, tunjangan keluarga, tunjangan beras, uang paket, tunjangan jabatan,
tunjangan
No.
panitia
musyawarah, tunjangan komunikasi, dan tunjangan panitia anggaran. Selain itu, boleh per caya boleh tidak, anggota DPRD masih mendapat tunjangan kesejahteraan berupa pemberian jaminan pemeliharaan kesehatan, pakaian dinas, serta biaya akibat perjalanan dinas. Dengan peraturan baru itu,
Perjalanan Singkat PP Kontraversial
A
NEH atau pun tidak, jika kita perhatikan ada semacam ”ketidakberesan” dengan perangkat aturan yang berhubungan dengan ”pundi” pejabat di negeri ini. Bayangkan, sejak para wakil rakyat hasil Pemilu 5 April 2004 lalu dilantik, perangkat hukum yang mengatur pendapatan anggota dewan ini kerap kali bongkar pasang. Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, hukum kebijakan pendapatan anggota dewan telah direvisi sebanyak 3 kali. Masih segar dalam ingatan kita, ketika Mahkamah Agung (MA) menyatakan jika PP No. 110 Tahun 2000 batal dan diganti dengan PP No. 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protkoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD yang berlaku 28 Agustus 2004. Usia PP ini hanya seumur jagung. Kurang dari 14 bulan, PP No. 24/ 2004 tentang Kedudukan Protkoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD itu, lagi-lagi kembali direvisi. PP ini diubah dengan PP
baru yaitu PP No. 37 Tahun 2005 per tanggal 12 Oktober 2005. PP No. 37/ 2005 ternyata lebih cepat ”diutak-atik” lagi ketimbang PP Nomor 24 tahun 2004. Jika PP No. 24/ 2004 memiliki masa berlaku 14 bulan, maka PP No. 37/ 2005 justru berumur 13 bulan saja, hingga akhirnya ditetapkanlah PP No. 37/ 2006. Dalam konsideran yang menjadi pertimbangan lahirnya peraturan ini adalah untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga perwakilan rakyat di daerah. Pertimbangan tersebut dipandang oleh GeRAK Aceh tidak tepat. Lebih ekstrem dari itu adalah bentuk ketidakkonsistenan pemerintahan yang bersemangat mengelola negara ini dengan landasan efisiensi anggaran, bukan pemborosan. Menurutnya, dengan ditetapkannya PP No. 37/ 2006 ini, maka sebenarnya menjadi alat justifikasi jika pengalokasian anggaran belum berpihak kepada ketersediaan pelayanan publik yang lebih baik.
“Sebenarnya, PP Nomor 37 Tahun 2006 ini hanya bentuk penjarahan baju baru untuk menguras kas negara. Tidak ada bedanya dengan kasus bagi-bagi uang sebesar Rp 75 juta/ anggota dewan seperti yang pernah terjadi di DPRD NAD Periode 19992004 lalu. Dan jika ditinjau dalam konteks kebijakan pemerintah, sebenarnya PP baru ini hanya pergantian dari bentuk dana aspirasi yang dialokasikan untuk kalangan DPRD di Indonesia,” jelasnya. Kajian ini juga sangat memungkinkan peraturan yang mengatur alokasi dana tunjangan komunikasi insentif dan dana operasional anggota DPRD ”bertabrakan” dengan sejumlah perangkat aturan hukum yang lebih tinggi. Yakni melanggar UU No. 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bukan hanya itu, PP ini juga tidak sesuai dengan UU No. 33/ 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, termasuk UU No. 17/ 2003 tentang Keuangan Negara. ■
HALAMAN 14
Secercah Harapan buat Penghuni Barak Puluhan penghuni barak Desa Cot Kumbang, Aceh Barat dipastikan akan direlokasi oleh BRR di Desa Pasung Peuribu. Untuk itu BRR akan membangun jalan untuk persiapkan rumah mereka.
KONDISI Barak Desa Cot Buloh yang sudah rusak parah.
Oleh Ikwan Nursyujoko/ Gerak Aceh Barat
S
ETELAH
sekian lama menunggu dan menghabiskan hari-hari di barak, akhirnya 49 warga pengungsi dari Desa Cot Kumbang yang menempati barak Desa Cot Buloh, Kecamatan Arongan Lambalek, dapat tersenyum lega. Wajah mereka terlihat bahagia tatkala Tommy A Hasan, Pelaksana Harian BRR Regional IV Meulaboh, sepakat memperbaiki barak yang sudah tak layak huni. Tak hanya itu, ia juga berjanji memindahkan
FOTO/ISTIJAR
warga barak ke rumah baru paling lambat 3 bulan setelah pertemuan di barak Cot Buloh hari itu, 23 November 2006. Untuk sementara waktu, warga diharapkan bertahan di baraknya masing-masing. Kesepakatan untuk merelokasi warga ke Desa Pasung Peuribu yang berjarak sekitar 13 km dari lokasi barak itu merupakan salah satu hasil pertemuan konsultasi public yang difasilitasi Transparency International (TI) Indonesia dan Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK) Aceh Barat. Pertemuan yang dihadiri oleh seki-
tar 90-an orang terdiri atas warga barak dan tokoh masyarakat ini secara khusus dimaksudkan untuk mencari jalan keluar atas permasalahan di barak Cot Buloh yang kian komplek. Permasalahan yang muncul bukan hanya telah begitu lamanya mereka menjadi penghuni barak melainkan juga kondisi barak yang sudah tak layak huni lagi. Setelah lebih dari 2 tahun, terhitung sejak Februari 2005 mereka menghuni barak, kondisi barak yang terdiri atas 10 blok itu kian rusak parah. Awalnya, dalam dialog tersebut BRR menawarkan tiga opsi untuk mengatasi kesulitan warga penghuni barak. Opsi pertama melakukan perbaikan barak yang telah rusak akibat banjir. Namun BRR segera menjelaskan, jika opsi ini dipilih maka mereka akan tinggal di barak dalam waktu lebih lama. Opsi kedua ialah membuat rumah sementara (bongkar pasang) yang akan ditempati warga hingga datangnya bantuan dari lembaga pelaksana rekonstruksi lainnya. Terhadap opsi ini, BRR juga memberikan arahan bahwa rumah sementara tersebut boleh jadi akan menjadi tempat tinggal cukup lama bagi mereka karena itu berarti permasalahan di barak sudah teratasi dengan rumah bongkar pasang tersebut. Opsi ketiga yang ditawarkan ialah dilakukannya relokasi oleh BRR ke Desa Pasung Peuribu, sebuah desa yang 60 % wilayahnya masih berupa hutan. Dengan opsi ini, warga memang tidak memperoleh perbaikan barak yang kondisinya rusak parah. Warga juga tidak memperoleh rumah sementara yang akan berasal dari International Federation of Red Cross (IFRC). Namun jika opsi
Kondisi Barak yang Mengenaskan Secara keseluruhan, kondisi barak Cot Buloh yang dihuni sekitar 600-an pengungsi yang berasal berasal dari Desa Arongan, Suak Ie Beuso, Suak Keumude, Suak Bidok, Suak Uleu, dan Pante Mutia memang sangat memprihatinkan. Selain air bersih yang sulit diperoleh, sanitasi di lokasi barak ini juga sangat buruk. Hanya ada 7 fasilitas MCK yang dapat dipergunakan oleh seluruh penghuni barak. Dapat dibayangkan jika ratusan jiwa harus mengantri fasilitas yang jumlahnya sangat terbatas itu. Apalagi pas jam hendak berangkat kerja atau sekolah. Buruknya sanitasi ini telah menimbulkan berbagai macam penyakit. Sejumlah warga barak menderita penyakit kuit berupa gatal-gatal yang menjalar di sekujur tubuhnya. Bahkan sejak pertengahan 2005, kondisi barak semakin diperparah dengan datangnya banjir yang berasal dari sungai Cot Buloh. Lokasi barak yang hanya berjarak puluhan meter dari sungai tersebut, menyebabkan air luapan sungai itu menggenangi barak hingga ketinggian 1 meter. Luapan air sungai itu menyebabkan lantai barak menjadi lapuk dan mudah jebol. Saat hujan tiba, sebagian warga
yang hendak buang air besar juga terpaksa melobangi lantai baraknya. Kondisi ini terjadi terutama di blok 6, dan 7 yang dihuni sekitar 49 KK yang berasal dari Desa Cot Kumbang, Arongan Lambalek. Yang membuat hati warga barak semakin merana ialah saat hari raya Idul Fitri lalu. Hujan yang turun sejak dua hari sebelumnya menyebabkan kawasan ini digenangi air. Akibatnya, untuk melaksanakan Shalat Ied di mushalla yang terletak persis di tengah lokasi barak, warga harus menggunakan sampan. Demikian juga saat melakukan silaturahmi lebaran dengan warga barak lainnya, mereka harus mengayuh sampan yang dimuati 3-4 orang. Kesedihan warga barak tak sampai di sini. Ultimatum dari pemilik lahan agar penghuni barak segera mengosongkan barak tersebut, semakian membuat mereka resah. Desakan itu berkaitan sudah berakhirnya masa perjanjian sewa terhitung 12 Februari 2006. Razali Is, salah seorang dari dua orang pemilik areal yang tanahnya didirikan barak pengungsi di Desa Cot Buloh itu mengirimkan surat tertanggal 31 Maret yang dikirim
kepada ketua barak Cot Buloh. Kabarnya, pemilik lahan tersebut akan memanfaatkan areal seluas 3 hektar itu sebagai tempat usaha. Surat tertanggal 31 Maret 2006 yang juga ditandatangi Kepala Desa Cot Buloh itu bahkan hanya memberi hingga 10 hari bagi penghuni barak untuk mengemas barangnya. Mereka meminta kejelasan dari Pemkab Aceh Barat terhadap status tanah mereka dengan meminta uang sewa sebesar Rp 120 juta untuk masa satu tahun. Persoalan ini akhirnya dapat ditangani oleh Pemkab Aceh Barat di masa kepemimpinan almarhum Sofyanis, mantan Pj.Bupati yang meninggal Oktober 2006 lalu. Tak mau peristiwa pengusiran itu terulang warga barak memanfaatkan forum pertemuan publik pada 23 November 2006 lalu untuk mendesak BRR agar memberikan kepastian rencana relokasi. Upaya ini membuahkan hasil. Selain memperoleh jawaban menyejukkan dari BRR, warga barak bersama TII dan GeRAK Aceh Barat juga melobi pemilik lahan untuk meminta kesediannya menyewakan lahan hingga relokasi ke Desa Pasung Peuribu selesai.
ke tiga ini dipilih, maka warga akan menempati rumah meski harus menunggu selama 3 bulan. Masa tunggu itu akan digunakan BRR untuk membuat jalan yang memudahkan masuknya kendaraan pengangkut material ke lokasi relokasi. Akhirnya, sekitar 50-an warga yang telah lama menunggu keputusan ini secara bulat menyepakati rencana relokasi meski harus bertahan sementara di barak mereka yang telah compang camping. Tak ada perdebatan lagi kecuali wajah-wajah yang penuh semangat menanti janji relokasi itu ditepati BRR. Kehadiran BRR memang telah ditunggu warga barak sejak lama. Menurut mereka hanya lembaga pemerintah inilah yang diyakini dapat mengakhiri penantian panjang mereka di barak. Selama ini, sejumlah NGO datang silih berganti untuk mengambil data dan foto. Namun setelah apa yang mereka perlukan diperoleh, warga tidak tahu lagi kabarnya. Tak ada informasi rencana-rencana rekonstruksi yang berasal dari NGO yang telah mengambil data tersebut. Palang Merah Spanyol, adalah salah satu NGO yang datang ke Cot Buloh bahkan tak hanya mengambil data dan foto. NGO asing ini juga mengantongi proposal permohonan dari Ketua Barak, Keuchik Cot Buloh, serta warga penghuni barak tertanggal 13 Desember 2005 yang berisi permohonan agar lembaga ini membantu pembangunan rumah bagi warga desa korban tsunami dan gempa yang mengungsi ke barak Cot Buloh. Namun hingga pertemuan ini digelar, lembaga asing tersebut tak kunjung merealisasi janjinya. Pertemuan mediasi ini sempat diwarnai adu argument yang cukup seru antara warga barak dengan BRR. Hal ini terjadi karena warga merasa nasib mereka tidak diperhatikan terutama oleh BRR dan Pemda Aceh Barat. Namun setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya warga memahami bahwa keterlmbatan pembangunan rumah yang diprakarsai BRR disebabkan ketidakjelasan janji sejumlah NGO di kecamatan tersebut. Menurut BRR, NGO yang berjanji memberikan rumah kepada masyarakat banyak yang ingkar. Akibatnya, warga sangat dirugikan. BRR juga menegaskan bahwa pembangunan rumah yang akan dilakukannya tak akan berjalan sebelum terdapat kepastian dari NGO untuk membangun.
HALAMAN 15
Akhir dari “Bancakan” Dana Proyek Dana proyek P2KP yang dilaksanakan oleh KERAP di Desa Lampo Daya, Jayabaru, Banda Aceh dipastikan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Warga dan P2KP mendesak kelompok swadaya itu untuk mengembalikan sisa proyek sebesar 55 juta yang diduga disunat. Oleh: Fadjar Pratikto/ Gerak Aceh
yang masih disimpan direken-
sebagian besar mulai rusak,
ing KERAP segera ditransfer ke
yang melibatkan para anggota
rekening BKM (Badan Kes-
KERAP dan warga. Nilai kerja
50 orang leb-
wadyaan Masyarakat) Perjuan-
bakti ini mungkin bisa untuk
ih berkumpul di se-
gan Lampo Daya, wadah baru
menggantikan jumlah dana
buah meunasah, De-
yang dibentuk P2KP menggan-
yang tidak bisa ditanggung ang-
sa Lampo Daya, Jay-
tikan KERAP.
gota KERAP.
abaru, kota Banda
bank itu paling lambat dilaku-
Sebenarnya jumlah uang
Aceh pada Minggu siang, 14
kan pada 9 Februari nanti. Se-
yang harus dipertanggung-
Januari 2007 lalu. Semangat
dangkan yang Rp 18 juta lagi,
jawabkan oleh KERAP tersebut
mereka sama yakni ingin me-
harus dikembalikan oleh mas-
berbeda dengan hasil investiga-
nyelesaikan kasus pemban-
ing-masing anggota KERAP pal-
si Gerakan Anti Korupsi (Ger -
gunan sarana dan prasarana
ing lambat 5 bulan ke depan.
ak) Aceh sebelumnya yang
yang dilaksanakan oleh P2KP
Pengembaliannya bisa dicicil
menyebutkan bahwa jumlah
(Program Penanggulangan Ke-
setiap bulannya Rp. 300.000,
dana yang disunat KERAP se-
miskinan di Perkotaan). Sete-
atau dibayar tunai.
kitar 180 juta. Namun karena
S
EKITAR
Pengiriman ke
lah kasus dugaan penyimpan-
Nah, yang masih cukup alot
semangatnya ingin menyelesai-
gan dana proyek yang dilaku-
diperdebatkan dalam forum tadi
kan kasus tersebut, Gerak se-
kan oleh KERAP (Komite Reha-
adalah pengembalian dana
laku mitra kerja Transparency
bilitasi Pemukiman) selaku pel-
yang Rp 19,86 juta. Sebagian
International (TI) Indonesia
aksana proyek ini terkatung-
warga dan P2KP sebetulnya
akhirnya menyepakati hasil ver-
katung selama setengah tahun
mengingkankan uang tersebut
ifikasi yang dilakukan oleh
lebih, kini tercapai kesepaka-
masih menjadi tanggungjawab
P2KP. Apalagi ada kekuatiran
tan.
KERAP, namun ada juga yang
jika kasus ini tidak bisa segera
Rinciannya adalah sebagai
kan ke tempat ibadah. Sedang-
Kesepakatan itu menyebut-
berpendapat lain bahwa kelom-
diselesaikan maka desanya
berikut. Dari dana BLM tahap
kan penggunaan dana di luar
kan bahwa dana sebesar Rp
pok itu tidak mungkin bisa
tidak bisa mendaptkan bantu-
pertama
itu, mereka tidak bisa memper -
55.850.000 yang tidak bisa
mengembalikan uang sebesar
an regular Rp. 300 juta yang
yang dapat dipertanggung ja-
dipertanggungjawabkan oleh
itu. Sebab sebelumnya mereka
akan dikucurkan MDF melalui
wabkan secara administrasi
Meski temuan P2KP berbeda
KERAP dalam menjalankan
juga pernah berjanji akan
P2KP ditahun ini.
dengan temuan Gerak Aceh,
proyek Bantuan Langsung
mengembalikan uang itu, tapi
Perbedaan Temuan
hanya berjumlah Rp.34.330.000, sisanya Rp 79.670.00 di-
mereka mencoba mencari titik
Masyarakat (BLM) senilai Rp
hingga sekarang tak pernah di-
Kasus dugaan penyimpan-
anggap digunakan. Sedangkan
temu guna menyelesaikan ka-
300 juta, harus dikembalikan
lakukan.
gan dalam proyek P2KP ini be-
dana tahap kedua sebesar
sus tersebut. Pada 12 Januari
sebesar Rp.120 juta
tanggung-jawabkan.
kepada warga. Hasil verifikasi
Akhirnya disepakati, dana
rawal dari pengaduan ma-
Rp.180.000.000, yang belum
2007, mereka sepakat
yang dilakukan oleh P2KP
Rp.19.86 juta yang merupakan
syarakat pada pertengahan
digunakan menurut Gerak ad-
tidak mempersoalkan perbe-
menunjukan bahwa dari jum-
selisih perhitungan hasil veri-
tahun 2006 lalu yang dikum-
alah sebesar Rp.101.500.000.
daan nilai dana yang tidak bisa
lah dana tersebut, 18 juta
fikasi pekerjaan, akan diminta-
pulkan oleh Komite Pemantau
Hasil temuan itu sempat di-
dipertanggungjawabkan oleh
masih berada direkening KER-
kan kesediaan KMW-1 P2KP-3
Kecamatan Jaya Baru. Laporan
laporkan ke World Bank di
KERAP, namun mereka setuju
AP, dan Rp. 18 juta lainnya
NAD untuk memfasilitasi adan-
ini kemudian ditindaklanjuti
Jakarta pada 24 Agustus 2006,
pelaksana proyek harus me-
dibagikan kepada anggota kel-
ya kebijakan final dari instan-
oleh Gerak Aceh selaku mitra
dan telah ditindaklanjuti oleh
ngembalikan sejumlah dana
ompok itu, sedangkan sisanya
si berwenang (Pemerintah dan
kerja Transparency Internation-
Konsultan Management Satu-
yang tak sesuai peruntukannya.
yakni sebesar Rp. 19,86 juta
World Bank-MDTF). Ada juga
al (TI) Indonesia dengan cara
an Wilayah Kerja (KMW-SWK)
Terakhir diadakan pertemuan
masih belum jelas pemanfaa-
alternative lain yang sempat
melakukan investigasi. Saat
I P2KP di Banda Aceh dengan
mediasi dengan warga pada
tannya.
ditawarkan P2KP tapi tidak
itu ditemukan indikasi kerugian
membentuk tim khusus yang
Minggu, 14 Januari lalu. Su-
Pertemuan tersebut dengan
ditetapkan yakni dengan men-
sebesar Rp.181.170.000 dari
melakukan penelitian untuk
dah tiga puluhan kali kami
mufakat merekomendasikan
gadakan kerja-bakti memper -
total dana yang disalurkan
menyelesaikan kasus tersebut.
mengadakan pertemuan untuk
supaya dana sebesar Rp 18 juta
baiki kembali saluran air yang
sebesar Rp.300 juta.
T im dari P2KP ini telah
menyelesaikan masalah ini.
meverifikasi administrasi baik
Mudah-mudahan ini yang ter -
pembukuan KERAP, KSM serta
akhir, harap Sujahri Van Go-
Laporan-laporan lainya. Selain
bel Tim Leader P2KP.
Pengakuan Anggota Kerap:
Saya Siap ke Luar dari Desa Dari sebelas anggota KERAP di Desa Lampo Daya, Jaya Baru, hanya satu orang yang berani menampakan batang hidungnya di forum mediasi yang digelar oleh P2KP. Dia adalah Zamzami. Dengan tanpa beban, ia mengikuti proses penyelesaian masalah ini hingga selesai. “Saya gentlemen menerima esekusi. Saya juga siap ke luar dari desa Lampo Daya jika itu sangsin-
ya,” tutur Zamzami. Meski demikian, ia tidak mau kasus ini diproses secara hukum. Selama masalah ini bisa diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan, baginya akan ada pelajaran yang berharga, baik buat dirinya ataupun warga desa Lampo Daya. Zamzami pun menceritakan bagaimana KERAP akhirnya memutuskan memakai dana proyek itu.
Menurutnya, waktu itu ada sisa dana proyek, sehingga diputuskan dibagi di antara para anggota kelompok. Masing-masing anggota mendapat Rp 1,5 juta. “Kalau pun nanti ada masalah, tinggal dikembalikan saja,” ujarnya. Ia juga mengaku tidak tahu menahu mengenai dana sebesar Rp 19,86 juta yang tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh KERAP.
untuk
itu dilakukan verifikasi tekhnis
Pertemuan pimpinan P2KP
lapangan, dengan cara melihat
dengan warga akhirnya mela-
hasil pekerjaan fisik berdasar -
hirkan berita Acara kesepaka-
kan administrasi yang dibuat
tan warga Desa Lampoh Daya
oleh KERAP maupun KSM.
tentang pertanggung jawaban
Dan, juga berkoordinasi dan
dana BLM Perkim P2KP. Berita
berkomunikasi dengan Pemer -
acara ini ditanda tangani oleh
intah Kota, PJOK, serta Kepa-
beberapa perwakilan diantaran-
la Desa Lampoh Daya. Hasiln-
ya dari unsur P2KP sendiri,
ya, P2KP menemukan indikasi
GeRAK, TI Indonesia, Keucik
penyimpangan sebanyak Rp
Lampo Daya, BKM dan Kerap.
55.850.000. KERAP sempat
Dengan kesepakatan baru itu,
mengakui sebagian penggunaan
warga memberi kelonggaran
dana itu, yakni masing-masing
kepada pengurus KERAP untuk
anggota dibagi 1,5 juta, dan
mengembalikan dana proyek
sebesar Rp 3 juta disumbang-
yang dipakainya.
HALAMAN 16
SENJA DI PANTAI MEULABOH Menjelang sore hari, Pantai Batu Putih, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat biasanya ramai dikunjungi warga. Terlebih pada akhir pekan. Pantai ini menjadi salah satu tempat alternatif rekreasi pada sore hari bagi sebagian warga Meulaboh yang ingin menikmati suasana rileks setelah penat bekerja. Mereka melakukan berbagai aktivitas; memancing, bermain bola, berenang hingga sekadar menikmati pemandangan pantai alam yang cukup indah, meski sempat rusak akibat digerus tsunami. Tak kalah ramainya adalah Pelabuhan Ujung Karang, Meulaboh. Pelabuhan ini sempat hancur diterjang tsunami dua tahun lalu. Namun, berkat bantuan dana dari pemerintah Singapura, sejak April tahun lalu, pelabuhan tersebut telah berfungsi kembali. Pelabuhan ini sering digunakan sebagai dermaga angkutan semen dan peralatan bahan bangunan lainnya. Selain sebagai dermaga, pelabuhan ini juga dijadikan warga setempat sebagai tempat nongkrong menjelang magrib sambil menikmati sunset (matahari tenggelam) yang duhai menawan. ● FOTO-FOTO: M. ISTIJAR