ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF SOPI ON FARMS Annytha Detha1*, and Frans Umbu Datta2 1Department
of Public Health Veterinary, Faculty of Veterinary Medicine, Nusa Cendana University, Indonesia, Jl. Adi Sucipto, Penfui. Kupang-East Nusa Tenggara, Indonesia, e-mail :
[email protected]; 2 Departement of Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Nusa Cendana University, Indonesia, Jl. Adi Sucipto, Penfui. Kupang-East Nusa Tenggara, Indonesia, email:
[email protected] ABSTRACT The purpose of this study was to evaluate the antimicrobial activity of Sopi as a Traditional palm wine in East Nusa Tenggara through Evaluation of total coliform in farms. This research method is to collect 24 swab samples derived from four farms around the city area kupang. 24 Swab samples consisted of 4 swab samples before application Sopi and 4 samples after the application Sopi. Swab samples were Analyzed with total coliform testing using Violet Red Bile Agar. The research shows that total coliform after application Sopi was decreased compared to before applied Sopi. The study also showed that Sopi has the same capabilities with commercial disinfectant (Formaldes®). Therefore Sopi could be used as a natural disinfectant on farms which can be utilized by local farmers in East Nusa Tenggara. Key words: sopi, palm wine, antimicrobial activity, coliform count PENDAHULUAN Sopi adalah salah satu jenis minuman tradisional Masyarakat di wilayah NTT. Proses pembuatan minuman ini melalui proses pemasakan terhadap nira atau sadapan bunga lontar (Borassus flabellifer L.) (Fox, 1977). Di berbagai wilayah di Asia Tenggara, pemanfaatan air sadapan buah nira sudah biasa dilakukan sebagai bahan dasar pembuatan minuman tradisional (Heyne 1987). Beberapa penelitian melaporkan bahwa Sopi memiliki sifat antimikroba yang menghambat pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan. Sopi memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen Salmonella Typhimurium dan Salmonella Enteritidis (Detha dan Datta, 2015), Staphylococcus aureus (Datta dan Detha 2015).
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
153
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan daya antimikroba anggur telah dilakukan dan membuktikan bahwa anggur memiliki aktivitas antimikroba pada S. Enteritidis, Shigella sonnei, dan E. coli (Weisse et al. 1995). Menurut laporan dari Rachel dan Elizabeth (2011), minuman anggur dari sadapan Nira memiliki aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis, Pseudomonas aureginosa, Bacillus sp, serta menghambat pertumbuhan dari spesicies jamur, Candida albicans . Studi terbaru yang dilakukan Detha dan Datta (2016) menemukan bahwa pada fitokimia pengujian, ditemukan tiga senyawa utama yang terkandung dalam Sopi dan Moke yaitu alkaloid, fenol hidrokuinon dan saponin. Ini bisa menjadi potensi disinfektan alternatif. Bakteri koliform merupakan bakteri yang digunakan sebagai indikator dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat higiene dari sebuah sumber air (Mukherjee 2004; Doyle dan Erickson 2006). Menurut Hajna dan Perry (1943), menyebutkan ciri bakteri golongan koliform bersifat aerob atau anaerob fakultatif, Gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa, menghasilkan asam dan gas pada suhu 35 °C37 °C. Beberapa jenis bakteri golongan koliform seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Klebsiella pneumoniae dan marcesans Serratia dapat menyebabkan penyaki pada ternak khusunya mastitis (Bagley 1997). Jumlah koliform 1.000.000 atau lebih per gram dari lingkungan peternakan mampu meningkatkan kemungkinan infeksi ambing yang bersifat sebagai bakteri oportunis untuk kejadian mastitis klinis. Penelitian ini bertujuan untuk deteksi aktivitas antimikroba dari Sopi terhadap bakteri koliform yang diperoleh dari lingkungan kandang di sekitar Kota Kupang. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada 4 peternakan yang ada di wilayah Kota Kupang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2016. Pengujian presumtif bakteri koliform dilakukan di Laboratorium Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Nusa Cendana. Materi penelitian sopi diperoleh dari pedagang di sekitar Kota Kupang.
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
154
Koleksi Sampel Swab Dalam penelitian ini, 16 sampel swab dikumpulkan dari empat peternakan sesuai dengan rancangan penelitian yang bersifat purposive random sampling. Metode untuk mengevaluasi swab mikrobiologi dilakukan pada peralatan dan permukaan yang kontak dengan bahan organik, yang berpotensi memberikan kondisi yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Metode swab merupakan kegiatan penting untuk menentukan efektivitas pembersih atau disinfektan diterapkan, dengan mengevaluasi jumlah total mikroba koliform. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan swab, terutama pada permukaan yang datar, dan kemudian usap dimasukkan kembali ke dalam tabung berisi larutan pengencer (Buffered pepton Water) dan dihomogenisasi. Total Koliform Menurut Ginn et al. (1986), menyebutkan bahwa perhitungan koliform menggunakan media Violet Red Bile Agar merupakan metode standar untuk mengestimasikan total bakteri koliform pada suatu bahan yang diuji. Dalam penelitian ini, untuk menghitung jumlah koliform, digunakan media Violet Red Bile Agar. Prosedur pengerjaan yaitu sampel swab di Buffered Peptone Water dibuat pengenceran seri. Sebanyak 1 ml dari pengenceran ketiga diambil dan dituangkan pada cawan dari media Violet Red Bile Agar. Cawan selanjutnya diinkubasi pada 37 °C selama 48 ± 2 jam di bawah kondisi aerobik. Selanjutnya hitung jumlah koloni dengan satuan cfu/cm.
Desain penelitian Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi jumlah mikroba golongan koliform di lantai kandang dilakukan pada 4 peternakan babi. Evaluasi perubahan jumlah mikroba akan dihitung dari sampel swab sebelum dan sesudah diterapkan sopi dan disinfektan komersial (Formaldes®) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penelitian ini membuktikan bahwa ada penurunan jumlah kontaminasi mikroba sebelum dan sesudah aplikasi sopi pada semua peternakan yang dilakukan pengujian. Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
155
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah bakteri koliform setelah aplikasi sopi terjadi penurunan. Hal ini juga terjadi aplikasi desinfektan komersial, dimana jumlah bakteri koliform pada berkurang, namun memiliki nilai jumlah pengurangan yang berbeda. Perbandingan ketiganya dapat diamati pada Tabel 1. Tabel 1. Total bakteri koliform
Kandan g Babi
Rata-rata
I II III IV
Total coliform (cfu/cm2) Sopi Desinfektan komersial Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 5 3 5 9 x 10 1,3 x 10 1,7 x 10 5,4 x 103 1,6 x 106 4,8 x 103 1,17 x 106 1 x 102 6 x 105 1 x 102 2,4 x 106 4,8 x 103 6,3 x 105 2 x 102 7,9 x 105 6,1 x 103 9,3 x 105 1,6 x 103 1,1 x 106 4,1 x 103
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Sopi pada peternakan babi dapat menurunkan total koliform secara signifikan. Sebagai perbandingan kontrol positif adalah penggunaan disinfektan komersial (Formaldes®), memiliki perubahan yang sama dengan Sopi yang mampu menurunkan bakteri koliform yang diuji pada 4 peternakan babi. Hal ini menunjukkan bahwa Sopi memiliki kemampuan antimikroba mirip dengan disinfektan komersial. Temuan ini tampaknya sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vas (2010) yang menyatakan bahwa anggur sebagai minuman beralkohol memiliki sifat kimia asam arganic, senyawa etanol dan fenolik. Sebuah studi terbaru dari Detha dan Datta (2016) yang menemukan bahwa hasil uji fitokimia Sopi dan Moke, ada tiga senyawa penting adalah alkaloid, fenol hidrokuinon dan saponin. Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Di pabrik, konten alkaloid berfungsi sebagai pertahanan dan pencegahan infeksi. Alkaloid adalah senyawa kimia metabolisme sekunder tanaman, yang dibentuk berdasarkan prinsip membentuk campuran (Jones dan Kinghorn 2006). Menurut Leon (2006), senyawa fenolik memiliki target utama yang merusak membran sitoplasma yang berdampak sebagai antibakteri. Saponin yang dikenal sebagai antimikroba. Saponin dapat antibakteri dengan merusak membran sel. Mekanisme antimikroba Saponin terjadi dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga mengacaukan membran dan menyebabkan kerusakan membran dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian sel (Detha dan Datta 2016).
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
156
KESIMPULAN Kemampuan antimikroba Sopi dapat mengurangi total bakteri koliform yang diterapkan pada peternakan babi. Hasil penemuan ini dapat menjadi indikator dari Sopi untuk digunakan sebagai desinfektan alternatif alami. DAFTAR PUSTAKA Bagley CV. 1997. Control Coliform Mastitis. Utah State University, Logan UT. Datta F.U., Detha A. 2015. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap Bakteri Patogen Staphylococcus aureus. Proceeding on National Seminar Of Faculty of Veterinery Medicine, Nusa cendana University. 1st October 2015. Detha A., Datta F.U. 2015. Aktivitas Antimikroba Sopi terhadap Bakteri Patogen Salmonella Typhimurium dan Salmonella Enteritidis. Jurnal Kajian Veteriner, 3 (1): 127-131 Detha A., Datta F.U. 2016. Phytochemical of Sopi and Moke as a Potential Antimicrobial Agent. Jurnal Kajian Veteriner, 4(1): 12-16 Doyle MP, Erickson MC. 2006. Closing the door on the fecal coliform assay. Microbe 1:162-163 Fox J.J. 1977. Harvest of The Palm: Ecological Change in Eastern Indonesia, Harvard University Press, Massachusetts Hajna AA, Perry CA. 1943. Comparative study of presumptive and confirmative media for bacteria of the coliform group and for fecal Streptococci. Am J Publ Hlth 33:550-556. Jones W.P., Kinghorn A.D. 2006. Extraction of plant secondary metabolites. New Jersey: Humana Press. Leon L.D., Lopez M.R., Moujir L. 2010. Antibacterial Properties of Zeylasterone a Triterpenoid Isolated from Maytenus blepharacles against Staphylococcus aureus. Microbiological Research, 12: 2-10. Mukherjee A, Speh D, Dyck E, Diez-Gonzalez F. 2004. Preharvest Evaluation of Coliforms, Escherichia coli, Salmonella, and Escherichia coli O157:H7 in Organic and Conventional Produce Grown by Minnesota Farmers. Journal of Food Protection Vol 67( 5): 894–900 Rachael, A.M. and Elizabeth, A.A. 2011, Antimicrobial property of palm wine. J Microb, 2: 265-269. Vas M., Hogg T., Couto J.A. 2012. The antimicrobial effect of wine on Bacillus cereus in simulated gastro-intestinal conditions. Food Control Volume, 28(2): 230-236
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
157
Vaz M.S. 2010. The antimicrobial effect of red wine on bacillus cereus in simulated gastrointestinal conditions.Thesis from Biotecnologia of the Universidade Católica Portuguesa. Weisse M.E., Eberly B., Person D.A. 1995. Wine as a digestive aid: comparative antimicrobial effects of bismuth salicylate and red and white wines. British medical journal, 311:1657-1660.
Seminar Nasional Ke-4, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, Kupang 25 Oktober 2016 ISBN 978-602-6906-21-2
158