Anomali Office Politic Reveal
David Christian Maret 2010
Anomali Office Politic Reveal
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,(seratus juga rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,(lima puluh juga rupiah)
David Christian
Anomali Office Politic Reveal
Penerbit Damage, Inc. Medan, 2010
ANOMALI : OFFICE POLITIC REVEAL oleh : David Christian
[email protected] oleh: Damage, Incorporated. Medan, Maret 2010
CHRISTIAN, David Anomali: Office Politic Reveal / David Christian Damage, Inc., 2010 150 hlm; (11 x 18) cm Judul Asli: Anomali: Office Politic Reveal
Dicetak oleh Damage Inc., Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Olive & Dave
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. (Amsal 1:7)
UCAPAN TERIMA KASIH Begitu banyak orang yang terlibat dan mempengaruhi buku ini dan tidak mungkin saya menyebutkannya dengan alasan etis, jumlahnya mencapai 33 orang. Tetapi saya harus mengucapkan terima kasih khusus kepada Devi Junardy, Christian Orchad, Avianta Depari, S. Rizal Sirait, Muthia Triwahyuni, Hendra Kusuma, dan terimakasih terbesar pada istri saya Fienita.
Daftar Isi Catatan Pengarang........i Bagian 1. Warning Letter.......1 Bagian 2. Ledakan Di Tengah Malam.....24 Bagian 3. Ordered by Request.....53 Bagian 4. 1st Impression.....63 Bagian 5. Uji Coba.....75 Bagian 6. Narasumber Malapetaka.....98 Bagian 7. First, Do No Harm...106 Bagian 8. Etika Profesi no. 9...113 Bagian 9. Bumbu Penyedap...123 Bagian 10. Penutup...135
Softcopy Version
Catatan Pengarang Bagi Anom Ali hidup bukanlah produk, namun hidup adalah proses sekaligus produk itu sendiri. Setiap proses yang dijalani memiliki sub-proses yang akan menghasilkan sub-produk pula. Dan setiap individu akan memiliki produk yang spesifik tergantung dari subprosesnya. Ia sering mencontohkan pada temantemannya kisah Musa, yang harus menjalani proses menjadi pemimpin bagi bangsa Israel untuk mengeluarkan bangsa itu dari perbudakan di tanah Mesir, itulah proses sekaligus produk yang diinginkan oleh Allah-nya. Musa harus dan belajar berbagai teori kepemimpinan. Dan pada zaman itu pelajaran mengenai leadership hanya dapat diperoleh bila ia tinggal di istana Firaun yang saat itu memimpin Kerajaan Mesir. Apakah Musa tidak memiliki cita-cita pada masa mudanya? Apakah dia sudah mengetahui, bahwa dari awal Allah telah bekerja dan sudah menentukan proses yang akan dijalaninya? Tentu dia tidak mengetahuinya, dan tentu saja tidak ada seorangpun dari bangsa Israel yang mengetahui alasan terjadinya pembunuhan massal bayi laki-laki pada saat itu. Kisah ini sering diingat Anom, demikian panggilannya saat melewati masa-masa sulit, setelah ia membaca Purpose Driven Life karya Rick Warren. Ia percaya bahwa buku tersebut telah menemukannya dan bukan sebaliknya. Perjalanan hidup bagi Anom dimulai saat seorang bayi yang bagaikan secarik kertas putih, tanpa noda, tanpa i
Softcopy Version
cela dan tanpa goresan pena, berangsurangsur dengan timbulnya suatu kesadaran, maka secarik kertas putih tadi pun akan mulai menampilkan goresan-goresan kasar yang semula tampak buram dan pada akhirnya menampilkan sebuah lukisan dengan berbagai warna yang menunjukkan jati dirinya. Apabila kehidupan ini adalah tanah liat, maka tanah liat tersebutpun kemudian akan membentuk sebuah karya. Bisa saja adalah sebuah guci indah, asbak, patung, batu bata dan lain sebagainya, hanya pembuatnyalah yang tahu dan bukan tanah liat itu sendiri. Dengan berbekal nasihat dari orang tua yang sering menyesatkan dengan mengatakan gantungkanlah cita-citamu setinggi bintang di langit, maka diapun ingin menjadi sebuah mahakarya. Dimasa sekarang ini, jati diri dan karya tersebut dengan mudah dapat ditampilkan didalam sebuah situs seperti friendster, facebook, twitter, tagged, dan banyak lagi, yang menjanjikan kepuasan tersendiri bagi bayi-bayi tadi untuk memvisualisasikan dirinya. Anom sempat meninggalkan kota kelahirannya dan pergi merantau untuk menempuh bangku sekolah lanjutan atas. Selama menjalani bangku sekolah ia termasuk murid yang berprestasi. Namun tidak demikian yang ia alami ditempat tinggalnya. Beberapa kali ia harus mengalami penolakan dari keluarga ayahnya. Penolakan pertama dialaminya pada tahun pertama bersekolah. Dia ditempatkan oleh orang tuanya untuk tinggal bersama keluarga paman, seorang penganut agama yang sangat konservatif. Oleh karena kesalah pahaman dan berujung pada perdebatan sengit, maka ia pun akhirnya harus meninggalkan keluarga tersebut. Oleh orangtuanya kemudian dia dipindahkan ke rumah keluarga bibi, yang adalah ibu rumah tangga dari seorang suami yang telah pensiun. Dia tinggal menetap bersama keluarga ii
Softcopy Version
tersebut selama setahun. Namun, oleh karena kekhawatiran yang terlalu mendalam dari sang suami, maka Anom pun harus meninggalkan keluarga itu. Alasan sang suami, Anom akan menularkan hal-hal yang buruk bagi anak-anaknya. Itulah penolakan kedua yang dialaminya, saat ia duduk di bangku kelas dua. Untuk ketiga kali orangtuanya terpaksa menitipkannya ke keluarga sepupu, seorang enterpreneur yang sedang menapak tangga kesuksesan. Syukurlah di rumah sepupunya itu, ia tidak sempat ditolak. Waktu telah menyelamatkannya, yang mana Anom dinyatakan lulus dan tamat dari bangku sekolah, dan atas pilihannya sendiri dia harus meninggalkan keluarga tersebut untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi yang berada di kota berbeda. Saat itu dia sangat bahagia. Bukan karena dia tidak perlu lagi tinggal bersama dengan sepupunya, namun karena ia bisa membuktikan kepada kedua orangtuanya, bahwa dia dalam hal pendidikan tidak mengalami penolakan. Dia terpilih menjadi salah satu bintang kelas di sekolahnya, sekaligus lulus diterima di sebuah Perguruan Tinggi. Anomali ataupun penyimpangan begitu melekat pada kehidupan Anom hingga dipekerjaannya. Salah seorang temannya pernah menjelaskan suatu alasan kenapa Anom tidak diterima disuatu bagian yang cukup bergengsi diperusahaan tempat dia bekerja. Menurut keterangan dari temannya tersebut alasan penolakan itu terkait dengan warning letter yang pernah diterimanya beberapa tahun yang lampau.
iii
Softcopy Version
Warning letter atau surat peringatan, bukanlah barang baru baginya. Hampir disetiap perusahaan tempat dia pernah bekerja, dia selalu mendapatkannya. Memang unik, dan karena jumlah warning letter yang diperolehnya itu, sampai-sampai dia pernah berniat bahwa suatu saat dia akan membingkai dan menggantungkannya diruang kerjanya. Baginya itu merupakan rekor, yang belum ada seorangpun pekerja yang punya nyali untuk sengaja mendapatkannya. Warning letter pertama diperolehnya pada saat bekerja di suatu perusahaan konstruksi asing suatu negara yang terkenal dengan dunia fashionnya. Walaupun kebanyakan orang berpikir bahwa perusahaan asing adalah perusahaan yang menghargai profesionalisme, namun kenyataannya tidak lah demikian yang dialaminya. Perusahaan tersebut karena tidak ingin mempermanenkan tenaga kontrak setelah dua kali perpanjangan kontrak, melakukan penitipan terhadap sejumlah stafnya ke sebuah perusahaan manpower supply selama kurang lebih satu hingga dua bulan. Setelah menjalani tempat penitipan tersebut, selanjutnya perusahaan tersebut melakukan recruitment staf-nya kembali dengan surat perjanjian kontrak yang sudah di perbaharui pula. Hal ini dilakukan perusahaan tersebut agar terlepas dari kewajiban mempermanenkan pegawainya berdasarkan peraturan ketenaga kerjaan yang berlaku dinegara tersebut. Para staf yang mengalami perlakuan itupun serta-merta melakukan aksi protes terhadap kebijakan perusahaan dengan melakukan mogok kerja termasuk dirinya. Langsung saja atasannya yang berkewarganegaraan asing bernama Oliver menegurnya. Dan karena sikapnya yang keras hati, akhirnya sang atasan kehabisan kata-kata untuk menjelaskan dan iv
Softcopy Version
memberi julukan ”untouchable engineer” kepadanya. Beberapa hari berikutnya atasannya itu pun menghadiahi sebuah warning letter untuk kekerasan hatinya tersebut. Warning letter yang kedua diperolehnya pada sebuah perusahaan konstruksi asing juga, kali ini berasal dari negara matahari terbit. Suatu ketika Anom jatuh sakit, kebetulan hari itu adalah hari Jum’at dan karena sakitnya cukup parah, maka diapun mengunjungi dokter. Dokter menyarankan padanya untuk beristirahat beberapa hari. Sesuai dengan peraturan perusahaan maka dia pun meminta surat keterangan dari dokter tersebut. Sebagaimana umum dilakukan pada kegiatan proyek konstruksi, hari kerja berlangsung tujuh hari seminggu, sehingga hari sabtu dan minggu pun diperhitungkan juga sebagai hari kerja. Ada ketentuan diperusahaan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dilakukan kepada seorang karyawan apabila karyawan tersebut selama 5 hari berturut-turut tidak masuk bekerja dan tanpa pemberitahuan. Berhubung hari itu hari Jum’at dan dokter menyarankan untuk beristirahat agar kesehatannya cepat pulih, maka surat keterangan dokter tidak dapat disampaikannya ke perusahaan. Namun dia berupaya untuk memberitahu perusahaan dengan menghubungi salah rekan kerjanya. Surat keterangan dokter tersebut baru dapat di sampaikan pada hari ke-empat yaitu hari Senin. Tepat di saat dia menyerahkan surat keterangan dokter tersebut, perusahaan juga menyerahkan warning letter kepadanya. Dia mencoba untuk menjelaskan duduk persoalannya tapi tanpa pengecualian sama sekali, warning letter yang telah ditandatangani tidak dapat ditarik kembali. v
Softcopy Version
Warning letter yang ketiga pun akhirnya diperoleh juga. Kali ini dia bekerja pada salah satu perusahaan lokal. Disaat dia menyangka bahwa ia telah berbuat hal yang baik untuk pimpinan dan menjaga citra perusahaan, disaat itu pulalah kemudian dia mendapatkan warning letter. Hal ini terjadi karena adanya ketakutan dari pihak-pihak tertentu sehingga kode etik ”primum non nocere-first, do no harm” pun dilanggar. Saat itu tidak ada seorang pun yang memberikan pembelaan dan berani menyatakan kebenaran kepada pimpinan perusahaan yang dikenal bertangan besi dan seringkali memandang dengan sebelah mata. Pihak-pihak yang seharusnya menyatakan yang sebenarnya, pada akhirnya menerapkan apa yang disebut oleh Plautus sebagai homo homini lupus – man is a wolf to a man, bukan memanusiakan manusia, namun manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Yang bila dicukur habis bulunya maka serigala tadi akan menjadi anjing kampung yang terkaing-kaing dan lari terbirit-birit pada saat dirinya terancam. Maka yang dilakukan adalah tiga aturan utama yaitu S-D-M (Selamatkan Diri Masingmasing). Bagaimana proses terbitnya sebuah warning letter? Apakah sebelumnya telah dikonfirmasi kepada si penerima? Apakah memang keputusan tersebut sudah didasarkan pada pertimbangan yang matang? Siapa saja yang terlibat dalam penerbitannya? Apakah ada pembelaan? Apakah ada proses banding? Dan apakah si perumus dan si pemutus telah menyadari excess dari surat tersebut? Sudah barang tentu, setiap orang memilki kecenderungan menganggap dirinya benar. Tidak ada vi
Softcopy Version
seorangpun di kolong langit ini melakukan suatu hal karena dianggapnya hal itu salah, tapi justru karena menurutnya benar. Dell Carniage dalam bukunya How to Win Friends and Influence People memberikan banyak contoh untuk hal yang satu ini. Buku ini mengungkapkan lingkungan politik di suatu kantor yang selama ini “untouchable”. Kegiatan berpolitik praktis di kantor tentu tidak pernah terbayang sebelumnya disaat anda sedang berada dibangku sekolah. Anda benar-benar tersadar, saat anda melihat sekeliling, ternyata anda tertinggal dari teman-teman seperjuangan anda. Bagi sebagian orang, buku ini mungkin dianggap terlalu membesar-besarkan masalah. Atau bahkan berpendapat sedang membangunkan harimau yang sedang tidur. Dan bisa saja orang tersebut adalah anda sendiri. Atau mungkin anda adalah seorang yang bernasib sama dengan yang dialami Anom. Dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian orang, justru sangat mendukung keberadaan buku ini. Pro, kontra, dan abstein selalu ada dalam tiap sisi kehidupan ini dan itu mestinya wajar-wajar saja. Harapan penulis, pembaca dapat memperoleh manfaat dari yang dialami oleh Anom. Dan berani menegakkan etika profesi secara benar. Mengambil keputusan berdasarkan data yang akurat dan komprehensif, yang tidak mendasarkan pada satu sumber saja. Apalagi informasi yang hanya berdasar pada data sekunder bahkan tertier yaitu dari pihak ke tiga. Tapi ambillah suatu keputusan berdasarkan data yang komprehensif sampai kepada akar permasalahan vii
Softcopy Version
sebenarnya, sehingga pengambilan keputusan yang akan diambil dapat tepat kepada sasaran dan mampu membawa perubahan pada budaya dan etos kerja maupun sistem yang ada di perusahaan. Serta tidak lagi dengan gampangnya menimpakan kesalahan pada si kambing yang hitam. Akhir kata penulis dalam kesempatan ini ingin mempersembahkan buku ini kepada siapa saja yang akan dan sedang memasuki dunia perkantoran. Terlebih kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta. Dan yang terakhir penghargaan tertinggi diberikan kepada Allah yang selalu menyertai tiap detik disaat menghadapi masa-masa sulit. Dan mohon maaf apabila pembaca terkadang merasa bahwa Allah sedang sibuk, karena mungkin Dia sedang sibuk menemani penulis. Maret 2010 David Christian
viii
Soft copy Version
Bagian
1
Warning Letter Kulirik arloji ditangan kiriku, jarum pada arloji tepat menunjukkan pukul 14.05. Hari itu hari Rabu tanggal 16 Agustus, dengan hati yang galau aku melangkah tanpa semangat menuruni tangga ruang kerja yang berada di lantai dua bangunan workshop. Kegalauan hatiku disebabkan adanya rumor yang berkembang seputar akan diterbitkannya suatu warning letter. Kuanjutkan berjalan menuju kantor pabrik yang berjarak sekitar 70 meter dari bangunan workshop. Suara bising dari mesin-mesin yang bergerak di dalam pabrik, serta para pekerja yang hilir mudik didalamnya, saat itu sudah tidak kusadari lagi. Semuanya begitu sunyi dan seolah-olah tidak ada aktivitas apapun disekitarku. Pikiranku melayang-layang membayangkan reaksi apa yang akan timbul seandainya rumor itu menjadi kenyataan. Saat itu aku bekerja disebuah perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri. Perusahaan tersebut cukup ternama karena telah memiliki standar kelas dunia. Aku adalah seorang Maintenance Engineer di pabrik minyak kelapa sawit bernama Suka Damai, atau yang sering disingkat dengan PMKS Suka Damai. Pabrik ini 1
Soft copy Version
merupakan pabrik yang sudah cukup tua dengan kapasitas pabrik dirancang untuk dapat mengolah Tandan Buah Segar sebanyak 60 ton per jam. Karena sudah tua, maka tugasku di pabrik tersebut cukup banyak, karena harus memelihara mesin-mesin yang sudah usang, dengan kondisi sumber daya manusianya yang sudah tua juga. ”Ngopi pak?” Terdengar teguran hangat dari Nuh seorang office boy yang langsung menyadarkanku dari lamunan. Sapaan ini sekaligus memberikan tanda bahwa aku telah tiba di teras belakang kantor pabrik. Segera kubalas sapaannya, ”Boleh juga tawarannya pak, tapi saat ini aku hendak menjumpai pak Rudi terlebih dahulu. Apakah pak Rudi ada diruangannya pak?” ”Kelihatannya ada pak, silahkan saja langsung ke ruangannya”, jawabnya. Kehadiranku saat itu di kantor pabrik adalah untuk memenuhi pesan singkat melalui layanan pesan singkat atau SMS yang kuterima di handphoneku saat aku sedang menikmati makan siangku usai melakukan inspeksi di pabrik. Pesan itu dikirimkan langsung oleh Rudi. Dia adalah seorang Manager di PMKS Suka Damai dengan nama lengkap Rudi Andoko. Rudi pada saat itu sudah bertugas di pabrik ini kurang lebih 2 tahun. Orangnya berperawakan tegap, tinggi dan cukup berwibawa. Meskipun memiliki kumis yang tebal dan suara yang agak berat, namun memiliki sifat toleransi yang tinggi sehingga kebanyakan orang simpati dan segan terhadapnya. 2
Soft copy Version
Dengan harap-harap cemas aku mendekati ruangan kantor manager. Dari celah pintu yang sedikit terbuka, dengan jelas dapat kulihat Rudi sedang menggores-goreskan pena ditumpukan kertas yang memenuhi meja kerjanya. Karena aku telah biasa menghadapnya, maka setelah kuketuk pintu ruangannya beberapa kali, maka pintu tersebut langsung kudorong untuk membukanya. Entah kenapa pada saat kudorong, pintu itu terasa berat tidak seperti biasannya. Kulirik ke atas pintu dan bertanya dalam hati apakah door closer pintu ini rusak atau hanya perasaanku saja? Saat mendekati pintu ruangannya itu, memang terasa nyaliku mendadak ciut. Aku tersentak saat mendengar suara Rudi menyapaku, ”Silahkan masuk pak Anom”. Kuarahkan pandanganku menuju sumber suara tersebut, dan terlihat Rudi sedang melirik kearahku. Tampak matanya tidak tertutup oleh kacamata yang dikenakannya, karena kacamatanya melorot dihidung, sehingga memberikan kesan tua pada wajahnya. “Selamat siang, pak”, sapaku sambil melangkah mendekati mejanya. “Silahkan duduk, pak Anom”, lanjut pak Rudi. Dia menunjuk kearah salah satu kursi coklat beroda yang berada dihadapannya. Kursi itu kutarik kebelakang dan langsung kuhenyakkan pantatku dalam-dalam ke bantalan kursi yang tipis, sehingga pegas yang menyangga kursi tersebut anjlok kebawah. 3
Soft copy Version
Kusadari saat itu suara Rudi tidak seperti biasanya. Terdengar dari ucapannya bahwa dia sedang ingin bertindak hati-hati, seakan tidak ingin mengganggu keheningan di ruangannya. Hal ini tidak biasa, sebab biasanya Rudi selalu bersemangat apabila bertemu denganku. Selalu ada saja topik yang kami bicarakan. Mulai dari masalah peningkatan performa pabrik, sampai pada kegiatan diluar pabrik yang menjadi hobbynya, moge, singkatan dari motor gede. Dari apa yang selama ini kualami saat berbincang dengannya, ada dua kemungkinan mengapa dia selalu terlihat senang saat membahas dan berdiskusi mengenai kondisi pabrik denganku. Kemungkinan yang pertama yaitu karena kami diberikan kesempatan untuk berada pada kelas yang sama dalam program Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) yang diselenggarakan oleh perusahaan, dengan bekerja sama dengan pihak konsultan Pedro & Associates. Pelatihan itu sendiri merupakan pelatihan mengenai pegoperasian dan pemeliharaan pabrik yang dipandu langsung oleh Mr. Peter, seorang gentleman, dengan wataknya yang khas, yakni sopan dan konservatif. Pembuktian dari pepatah, sedia payung sebelum hujan, benar-benar bisa terbukti bila melihatnya. Kenapa? Karena memang di dalam tas kerjanya, selalu tersedia payung. Dan ini bukan 1 kali saja namun telah kusaksikan sendiri beberapa kali. Bukan hanya saat musim hujan, namun juga saat musim kemarau. Mungkin kebiasaan ini dibawanya sejak kecil karena masa kecilnya dihabiskan di sebuah negara berbendara Union Jack. 4
Soft copy Version
Banyak staf di perusahaan tidak menyukainya. Namun aku sangat menikmati keberadaannya. Bagiku, dia adalah seorang mentor sejati. Latar belakang pendidikannya adalah Marine Engineer. Seluruh seluk beluk mesin diketahuinya. Bukan saja teori, juga praktek. Dari latar belakang pendidikannya itu, pasti bisa ditebak bahwa pekerjaannya tidak jauh dari dunia Maritim. Ya, memang dia pernah menjadi awak kapal. Bisa dibayangkan bagaimana bila kapal laut mengalami kerusakan mendadak di tengah laut. Tentu saja perbaikannya harus ditangani sendiri. Adalah hal yang sangat mustahil bila memanggil kontraktor untuk memperbaiki kerusakannya. Kemungkinan kedua yaitu bahwa kami termasuk newcomers di pabrik ini. Hal ini karena memang dibandingkan staf lainnya yang saat itu bersama kami di pabrik , hanya kami yang tergolong orang baru. Mulai dari Deputy Manager, Quality Control Engineer, dan Processing Engineer merupakan orang lama. Rata-rata mereka telah bertugas di pabrik ini, paling sedikit 3 tahun. Bahkan ada yang sudah bertugas di pabrik ini selama 6 tahun. Sesaat kemudian Rudi menekan tombol bel yang berada persis di belakang kursinya. Sebentar saja bu Nani, salah seorang pelayan kantor memasuki ruangan dan Rudi pun langsung memberinya perintah, ”Bu, tawarkan dulu kepada pak Anom apa yang ingin di minumnya?”. Bu Nani terlihat tersenyum ke arahku, namun sebelum dia sempat bertanya, aku langsung berkata dengan nada yang datar, ”Biasa bu....”. 5
Soft copy Version
”Maksudnya biasa, apakah bapak ingin kopi ginseng?”, tegasnya sambil memperlihatkan kecentilannya. ”Iya...biasa” sambutku singkat tanpa menoleh kearahnya sedikitpun. Karena tidak ada respon dariku, maka diapun bertanya kepada Rudi, ”Apakah bapak juga memesan hal yang sama?” ”Boleh..., buatkan saja dua cangkir untuk kami” ”Sebentar ya pak, aku buatkan dulu”, jawab bu Nani menanggapi permintaan Rudi, dan bu Nanipun segera bergegas keluar ruangan. Sepeninggalan bu Nani, ruangan kembali terasa dingin dan hening, hanya terdengar suara deru mesin yang berasal pabrik, yang memang letaknya tidak jauh dari kantor. Jarak antar bangunan pabrik dan bangunan kantor cukup dekat, hanya sekitar 6 meter. Tampak kemudian Rudi melepas kaca mata yang dipakainya, dan dalam keadaan gagang kacamata tidak terlipat, dengan hati-hati ia menaruhnya di atas tumpukan kertas yang ada dihadapannya. “Pak Anom, aku sudah berusaha semaksimal mungkin agar persoalan mengenai steam turbin generator yang kita klaim melalui asuransi itu, tidak sampai berbuntut panjang. Namun ternyata tidak berhasil. Rudi diam sejenak, seperti sedangn memikirkan kata-kata yang tepat yang akan dilontarkannya. Dan kemudian dia meneruskan kembali, ”Dan tampaknya kita dipabrik ini harus menanggung akibatnya”. 6
Soft copy Version
”Maksudnya, pak?”, dengan tergesa-gesa aku langsung menyambar ucapannya yang terakhir secara refleks. Rudi kembali diam sejenak, dan sesaat kemudian melanjutkan lagi ucapannya, ”Begini pak Anom..., ada surat dari main offfice yang harus aku serahkan kepada pak Anom langsung”. Arrrggghh...benar berarti rumor yang berkembang sebelumnya, gumamku dalam hati. Saat itu tiba-tiba saja jantungku berdegup tak karuan, dan tubuhku lemas. Satusatunya yang ingin kulakukan adalah berteriak sekuatkuatnya. Namun cepat kusadari bahwa hal itu tidak akan merubah keadaan. Aku harus segera mengendalikan diriku. Walaupun dengan serta merta akibat menahan emosi, pandanganku mulai berkabut. Seperti ada cairan yang keluar dari mataku tanpa kusadari yang tanpa daya, tak dapat aku menahannya, kini sudah mulai membasahi ke dua bola mataku. Dengan sekuat tenaga aku berupaya menahan emosiku agar air mata tersebut tidak semakin banyak hingga menetes jatuh dari pelupuk mataku. Kucoba juga untuk mencubit tanganku untuk menghentikannya sambil mencoba untuk memastikan bahwa peristiwa ini bukanlah mimpi disiang bolong. Aku harus bisa bertahan, pikirku. Bertahan dengan menekan emosiku ke level terendah. Membayangkan guyuran hujan, padahal saat itu matahari sangat terik seakan-akan ingin menggosongkan alam sekitarnya. Setelah mengucapkan perkataan itu, Rudi tampak menarik laci meja kerja yang berada di sebelah kanannya. 7
Soft copy Version
Dia mengeluarkan secarik amplop putih dengan kop perusahaan yang tidak asing lagi bagiku. Digenggamnya tepian surat tersebut diantara kedua tangan, sambil berucap, ”Sebenarnya surat ini sudah ada padaku beberapa hari yang lalu, namun sangat berat rasanya memberikan ini kepada pak Anom, karena aku tahu, bahwa hal ini bukanlah semata karena adanya kesalahan fatal yang telah dilakukan terhadap perusahaan ini. Dan juga waktunyapun sungguh tidak tepat. Aku tahu bahwa pak Anom baru saja bersusah payah selama tiga bulan ini membenahi pabrik dan mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan audit eksternal seminggu yang lalu”. Memang pada awal bulan Agustus kemarin, telah berkunjung ke pabrik beberapa orang auditor eksternal perusahaan yang melaksanakan audit terhadap penerapan Occupational Health & Safety Management System. Audit ini merupakan audit eksternal ketiga yang secara rutin dilakukan tiap tiga tahun sekali. Tentunya harapan perusahaan, kami dapat mempertahankan Gold Class Certificate yang pernah diraih pada audit tiga tahun sebelumnya. Aku hanya terdiam mendengarkan penuturannya, kemudian dia melanjutkan kembali, ”Namun karena kita adalah pekerja yang ikut terhadap peraturan perusahaan ini, dan surat ini sudah terbit dan dititipkan kepadaku, maka surat ini harus sampai ke tangan penerima surat, yang dalam hal ini adalah kepada pak Anom sendiri” 8
Soft copy Version
Setelah mengakhiri perkataannya, surat tersebut disodorkannya ke arahku dengan gerakan sangat kaku. Dia menyodorkannya dengan hampir seluruh lengannya terjulur sebelum aku mengambilnya. Dengan berat hati serta tanpa bisa menolaknya, kuraih amplop itu. Saat itu aku hanya bisa berharap bahwa isi dari surat tersebut mudah-mudahan bukan warning letter namun sebuah surat teguran. Surat itu kugenggam sebentar sambil kubolakbalik untuk melihat tulisan yang tertera di amplop tersebut. Tepat dibawah kop surat sebelah kiri ada tulisan SECRET yang berarti surat ini surat rahasia. Kemudian di sebelah kanan bawah, tertulis nama lengkap dan alamat tujuan surat ini. Kepada Yth: Sdr. Anom Ali Maintenance Engineer PMKS Suka Damai Setelah kupastikan memang surat itu ditujukan untukku, berikutnya langsung kuucapkan padanya, ”Terima kasih Pak, untung saja tidak besok Bapak berikan, karena kalau besok, seharusnya yang Bapak berikan adalah piagam penghargaan dari perusahaan”. Ucapan itu terlontar begitu saja, aku sendiripun tidak tahu apa maksud ucapan tersebut. Apakah sekedar bercanda ataupun sekedar meledek. Disela situasi yang menegangkan itu, aku hanya ingin segera mencairkan suasana yang semakin tidak karuan. Dasar kebiasaan orang Endonesa, seringkali mengungkapkan kata ”untung” 9
Soft copy Version
setelah menghadapi suatu kejadian yang sebenarnya tidak menguntungkan. Piagam penghargaan dari perusahaan yang kumaksudkan adalah sebuah penghargaan yang diberikan oleh perusahaan atas pelayanan dan jasa dari seorang pekerja yang memiliki masa kerja telah mencapai 25 tahun. Terdengar ketukan dari arah belakang yang diikuti dengan suara berderit pintu. Bu Nani ternyata telah selesai dengan kopi ginseng panasnya. Ia memasuki ruangan dan langsung menyuguhkan dua cangkir kopi ginseng panas di atas meja. Tampak kepulan uap hangat keluar dari permukaan cairan berwana coklat muda dan bau ginseng menebar kepenjuru ruangan. ”Silahkan diminum pak” Kami tersadar segera dan buru-buru berkata, ”Terima kasih, bu”. ”Ada yang mau dipesan lagi pak?”, tanyanya kembali kepada Rudi. ”Sudah, itu saja dulu sementara”, jawab Rudi padanya. Setelah mendengarkan ucapan Rudi, iapun segera undur diri keluar dari ruangan. Kopi ginseng yang disuguhkan itu masih panas, dan tentu saja belum dapat dinikmati selain panasnya saja yang dapat membakar lidah. Perhatiankupun kembali ke surat yang ada digenggamanku. Tampak bahwa amplop itu telah belum pernah dibuka. Dengan sangat hati-hati tepian amplop itu ku robek, dan surat yang berada didalamnya ku keluarkan dengan satu kali tarikan. Surat itu masih dalam keadaan terlipat secara rapi dalam 3 lipatan. Kemudian 10
Soft copy Version
kurentangkan surat tersebut agar dapat dibaca isinya. Surat itu terdiri dari 2 lembar kertas, lembaran pertama menyebutkan dasar hukum penerbitan surat dan lembar kedua berisikan uraian pelanggaran yang dilakukan. Sesuai dengan penuturan dari Rudi, aku mendapatkan warning letter....lagi. Awalnya kucoba untuk membaca ”surat cinta” itu dengan seksama. Aneh, kenapa mataku tidak dapat fokus membacanya, seakan-akan mata ini menolak untuk membaca setiap kalimat yang tertulis. Ku ulangi kembali membaca surat tersebut didalam hati, secara perlahan namun kini otakku yang menolak setiap kalimat yang tertulis di surat itu. Kucoba membaca untuk ketiga kalinya secara teliti keseluruhan isi surat tersebut, dan benar-benar aku tersadar bahwa surat tersebut adalah warning letter yang ditujukan untukku dan bukan merupakan surat teguran seperti yang aku harapkan sebelumnya. Di dalam surat itu juga diutarakan mengenai alasan pemberian surat tersebut yang tidak lain adalah karena kami dianggap telah lalai dan merugikan perusahaan dengan ikut serta dalam menyatakan bahwa sebuah unit steam turbin generator berkekuatan 750 kVA yang di pasang di pabrik ini adalah layak untuk dibayarkan. Kuperhatikan di pojok kiri bawah, bahwa yang menandatangani surat itu adalah Cain Arok, yang saat itu adalah CEO di perusahaan. Dia dikenal karena kepintarannya sekaligus tangan besinya, sehingga tak ayal lagi memiliki sifat yang keras dan tak mengenal ampun. Aku masih menunduk memperhatikan surat itu, sembari Rudi melanjutkan ucapannya, 11
Soft copy Version
”Sebelum pak Anom mendapatkan surat itu, akupun sebelumnya telah menerima surat yang sama”. Ia terdiam sejenak memikirkan kalimat yang tepat untuk disampaikan berikutnya padaku, ”Ada empat orang staf yang juga mendapatkan surat yang sama. Yang pertama kali mendapatkan surat adalah pak Robert”. Yang dimaksud olehnya dengan sebutan Robert adalah Robert Simmons seorang Area Manager yang membawahi beberapa unit pabrik. Dalam struktur organisasi perusahaan, Area Manager adalah jabatan dengan kewenangannya satu tingkat dibawah Board of Director (BOD) sehingga merupakan jabatan yang cukup bergengsi. Diapun kembali melanjutkan perkataannya, ”Surat yang aku terima dibawa langsung oleh pak Robert dan diberikan langsung pada kami. Pada saat itu aku dan pak Bobby dipanggil untuk menghadapnya. Sedangkan untuk pak Anom, Pak Robert menyerahkannya kepada aku untuk memberikannya”. ”Bagaimana tanggapan pak Robert pak?”, tanyaku. ”Dia terlihat sangat kecewa” ”Kenapa ini bisa terjadi pak?” Aku begitu kesal karena surat itu datang secara tiba-tiba tanpa ada konfirmasi maupun pemeriksaan sebelumnya dari main office mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Rudi pun menjawab, ”Ingat tidak pak Anom mengenai dokumen rekayasa yang pernah diminta dibuatkan oleh Departemen Engineering itu dan seluruh dokumen dihantarkan ke main office oleh pihak kontraktor ?”. 12
Soft copy Version
”Iya pak, aku ingat, dan biasanya juga begitu kan?”, jawabku. ”Nah, awalnya semua berjalan dengan lancar. Mulai dari pengiriman ke main office, kemudian diterima disana oleh Deputynya, kemudian usai pemeriksaan dikembalikan lagi ke kita. Nah, ternyata dokumen tersebut di copy oleh kontraktor dan dengan dasar copy dokumen itu, mereka menagihkan pembayaran atas pekerjaan klaim asuransi steam turbin generator. Itulah awal mula timbulnya permasalahan ini”, jawab Rudi. Memang sudah menjadi kebiasan di perusahaan ini, entah kapan dimulainya, mungkin atas dasar efisiesi biaya, atau ada hal lain yang masih samar-samar tujuannya, tidak ada aturan main yang jelas mengenai pengiriman dokumen penagihan. Kalaupun ada, tetapi seringkali, lalu lintas dokumen terkait pekerjaan oleh kontraktor, diantarkan sendiri oleh kontraktor bersangkutan. maka seringkali dokumen berita acara serah terima, surat perjanjian, dan yang lainnya, perngiriman dari kantor, ke main office serta sebaliknya, sering dibawa langsung oleh pihak ketiga yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Suatu kesalahan fatal dari perusahaan yang dapat berpotensi buruk terhadap perusahaan itu sendiri. Didalam benakku aku bertanya, apakah Robert akan marah terhadapku? Kenapa hanya empat orang saja? Kenapa yang lainnya yang juga menandatangani serta memaraf dokumen konspirasi itu tidak mendapatkannya? Bagaimana dengan pak Dian, yang menjabat sebagai staf finansial, mengapa dia tidak 13
Soft copy Version
mendapatkannya? Apakah dia turut menjerumuskan kami agar ia terlihat tidak bersalah? Ada apa ini sebenarnya? Bukankah sebelumnya mereka sudah menjamin tidak akan terjadi masalah? Lagi pula, belum pernah dibayarkan sejumlah uang untuk pembayaran steam turbine generator tersebut. Tentu saja, dalam buku terlarisnya Dell Carniage berjudul ”How to Win Friends and Influence People” tidak ada seorangpun di kolong langit ini yang ingin dipersalahkan begitu saja. Al Capone saja pun tidak dapat menerima kesalahan yang dituduhkan padanya. Secara refleks, sekujur tubuhku memberikan reaksi atas apa yang terjadi. Dan perkataan tersebut kubalas dengan rentetan pertanyaan, ”Pak, tapikan...bukan hanya kita saja. Bagaimana pertanggung jawaban Departemen Engineering yang menyuruh kita untuk melakukan hal tersebut?” ”Wiraga tidak tahu menahu tentang hal itu, hanya Darman yang tahu, dan saat surat ini terbit, ia sudah tidak di Departemen Engineering lagi. Aku sempat dimintai penjelasan, namun karena kita sebagai sesama orang teknik harus saling menjaga, maka aku tidak menjelaskan duduk perkaranya kepada BOD”, jawabnya. Wiraga yang dimaksud oleh Rudi adalah adalah pimpinan dari Departemen Engineering, sedangkan Darman Kartono adalah mantan Deputy dibagian tersebut, dan yang menggantikan Darman saat ini adalah Alvaro. Mendengar ucapan dari Rudi sedemikian rupa, tentu saja perasaanku semakin tidak enak. Dalih rasa 14
Soft copy Version
kesetiakawanan. Namun mengorbankan anggota sendiri, pikirku. Tentu saja aku tidak puas. Aku coba untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut lagi. Aku mencoba memikirkan beberapa pertanyaan. Namun akhirnya kuurungkan niatku untuk bertanya, karena jawabannya pasti sama. Karena Alvaro sedikit banyak masih memiliki ketergantungan pada Darman dan dia adalah teman baiknya Rudi. Satu-satunya harapanku saat ini tinggal hanya Departemen Internal Affair, pikirku. Maka akupun bertanya kepadanya, ”Bagaimana tanggapan dari Departemen Internal Affair pak, permasalahan turbin ini kan sudah pernah didokumentasikan oleh mereka? Mengapa main office tidak menurunkan tim untuk menginvestigasi kasus ini?” Biasanya bila ada kasus, maka tim akan diturunkan untuk memastikannya. Rudi tampak terdiam saja setelah mendengarkan rententan pertanyaanku. Tampak dia tidak ingin menjawabnya lagi. Dengan serta merta timbul rasa amarah dalam diriku melihat sikap diam dari Rudi. Dan tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut dari Rudi, akupun mengungkapkan rasa kesalku dengan berkata, ”Pak, tampaknya apa yang kemarin kita lakukan ternyata merupakan kesalahan. Oleh karenanya aku beranggapan bahwa dengan keberadaan warning letter ini, maka aku mengartikan bahwa sebenarnya kesalahan yang aku lakukan adalah karena aku mengikuti permintaan pimpinan. Dan sepertinya permintaan pimpinan dalam hal 15
Soft copy Version
ini tidak seturut dengan perusahaan. Oleh karena itu, sejak saat ini, jangan salah kan aku, apabila suatu saat nanti aku akan melawan Bapak atau Pimpinan siapapun juga apabila permintaannya berlawanan dengan perusahaan ini”. Emosiku sedemikian memuncaknya saat mengucapkan sehingga gerahamku bergetar menahan amarah. Mendengarkan perkataan tersebut, Rudi mencoba menenangkanku dan berkata, ”Bukan begitu pak Anom. Itulah namanya bekerja. Dalam bekerja hal seperti ini bisa saja terjadi”. Mendadak sontak aku terkejut. Memang dalam peraturan perusahaan semuanya jelas diatur, tetapi apakah aku harus menerima pengkhianatan dari para senior-seniorku ini? Di dalam hati aku menggerutu, enak saja bapak ini mengatakan seperti itu. Dia mendapatkan warning letter pada saat dia sudah mendapatkan posisi yang mapan dengan pendapatan yang sangat layak. Bagaimana dengan aku yang masih harus bersaing dengan yang lainnya dan harus menapak jenjang karir yang masih panjang. Bagaimana apabila ada orang yang memanfaatkan hal ini untuk menjegal karirku. Merusak nama baikku di depan pimpinan perusahaan agar mereka dapat seenaknya menempati posisi yang mereka inginkan. Kalau saja pimpinan menanyakan atau melakukan konfirmasi, mungkin lebih adil, tetapi kalau tidak? Bukan hanya aku yang menderita, tetapi juga keluargaku. Kami diam membisu, masing-masing mencoba untuk menenangkan diri. Mungkin dia juga membaca raut 16
Soft copy Version
ekspresi wajahku yang tidak karuan. Keheningan yang begitu mencekam itu segera dipecahkan oleh Rudi saat dia menawarkan kopi ginseng yang telah disediakan di atas meja untuk diminum. Aku raih cangkir kopi berikut piring kecil dibawah cangkir itu. Terus terang aku takut memegangnya. Takut kalau cangkir tersebut mencelat akibat emosiku yang sedang tidak stabil pada saat itu. Ku arahkan cangkir kopi mendekati kewajahku. Sesaat kuhirup aromanya. Aroma kopi ginseng yang begitu khas masuk ke hidungku dan diteruskan ke otakku melalui jaringan syaraf, dan membuat kegelisahanku sedikit berkurang. Kuminum kopi tersebut dalam sekali tegukan untuk segera mengosongkan isi cangkir tersebut. Aku sudah tidak betah lagi berada diruangan itu. Ruangan itu terasa seperti menekanku. Dalam pikiranku, aku harus segera keluar dari ruangan ini. Dan mungkin aku perlu menghubungi Darman yang telah menginstruksikan kami untuk melakukan rekayasa terhadap dokumen berita acara, yang menjadi akar masalah diterbitkannya warning letter tersebut. Darman bukan lah orang yang asing bagiku, dia telah kuanggap sebagai abangku sendiri. Justru karena kedekatan itulah maka aku percaya bahwa dia tentunya tidak akan menjerumuskanku. Seorang sahabat pernah berkata bahwa aku harus berhati-hati terhadapnya. Dia seorang oportunis. Namun aku tidak mengindahkan ucapan dari sahabatku itu. Pertemuan antara aku dan Darman dimulai sejak aku mengikuti program pelatihan bersama Rudi. Saat itu ia adalah staf di PSDM sekaligus 17
Soft copy Version
sebagai counterpart dari Pedro & Associates. Saat ini Darman telah menjadi Manajer di salah satu PMKS. Usai menaruh cangkir kopi tersebut kembali di atas meja, aku pun segera melaksanakan niatku untuk meninggalkan ruangan. Semuanya terasa hambar, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Dengan sempoyongan aku berkata kepada Rudi, ”Baik lah pak, aku permisi dulu”. Rudi seakan mengerti dan memahami apa yang aku rasakan membalasnya dengan mengatakan, ”Iya pak Anom, silahkan. Kalau pak Anom mau istirahat di rumah, juga tidak apa-apa.” ”Permisi pak”, jawabku singkat dan bangkit dari kursi, serta membalikkan badan tanpa melihat lagi ke arah wajah Rudi. Aku keluar ruangan sambil menahan pedihnya sebuah pengkhianatan. Pikirku aku telah bekerja dengan sebaik mungkin, dan memberikan yang terbaik demi perusahaan ini. Apakah bedanya dengan Audit OH&S yang baru kami jalani? Seluruh bukti dari pelaksanaannya adalah rekayasa. Namun oleh karena akan diadakan audit oleh pihak eksternal, agar perusahaan tidak kalah malu, maka dokumen harus diadakan, dan diselesaikan hanya dalam kurun waktu tidak sampai tiga bulan. Dan yang paling mengesalkan lagi, semestinya, bukan aku yang bertanggung jawab terhadap pengadaan dokumen itu. Seharusnya Dian, yang saat itu telah diberi kesempatan memperoleh sertifikat sebagai sekretaris program OH&S di pabrik. Dengan bekal dokumen yang telah direkayasa itu, maka pabrik memperoleh kembali penghargaan Gold 18
Soft copy Version
Class Certificate. Malah Rudi sebagai wakil manajemen perusahaan ini telah mendapatkan kesempatan untuk berjabat tangan dengan kepala negara. Sebenarnya tidak itu saja, hal yang sama juga kualami saat pelaksanaan audit-audit Sistem Manajemen lainnya, terutama saat berhadapan dengan para auditor eksternal. Mengapa pada saat ini, setelah kami menerbitkan berita acara yang sebenarnya dimana steam turbine generator tersebut dinyatakan tidak layak, dan satu hal lagi bahwa dokumen rekayasa itu telah sukses mengelabui pihak eksternal yaitu para auditor keuangan, malah kami dipersalahkan dan bukannya dapat penghargaan dari pihak Top Manajemen, malah mendapatkan ganjaran berupa sanksi. Pasti ada sesuatu hal yang tidak beres dibalik semua ini. Jujur saja...aku terotak memikirkannya. Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Darman. Aku harus menceritakan hal ini dan meminta pertanggung jawabannya. Begitu aku keluar dari ruanga manager, maka aku masuk kedalam ruang rapat pabrik yang tepat bersebelahan dengan ruang manager tersebut. Kulihat bahwa ruang rapat sedang kosong dan tidak digunakan. Selanjutnya kurogoh saku kemejaku, mengeluarkan handphone yang ada disaku, kemudian aku mulai menekan keypad pada handphone dengan maksud untuk menghubunginya. Setelah aku menemukan nomor telpon Darman yang tersimpan di memory handphone, maka ku tekan kembali keypad untuk menghubungi nomor tersebut. Ku 19
Soft copy Version
letakkan handphone pada telinga kananku, dan terdengar nada sambung. Tut....tut.... Sesaat kemudian terdengar suara Darman yang tidak asing lagi di telingaku berkata, ”Halo pak, selamat sore pak?”. Entah apa maksud dari sebutan ”pak” itu tapi dia seringkali mengucapkan hal itu. ”Halo bang....” aku membalas sekenanya. ”Selamat sore pak. Ada yang bisa aku bantu pak?” dia bertanya dengan nada yang dibuat-buat. ”Apakah abang sedang sibuk?” jawabku menimpali pertanyaannya dengan pertanyaan. ”Tidak terlalu...., ada apa itu pak?” ”Akhirnya surat itu kuterima bang” jawabku singkat. ”Surat apa itu?” dia bertanya kembali. “Warning letter terkait masalah steam turbine generator klaim asuransi itu bang” jawabku. “Apa pak?” “Warning letter bang!!” ”Sudah kau terima? Kapan? Siapa yang menyerahkan?” tanyanya kembali. Dan akupun menjawab pertanyaannya dengan tidak selera, ”Baru saja kuterima bang...., yang menyerahkannya pak Rudi sendiri. Bagaimana ini bisa terjadi, bang?” tanyaku dengan kesalnya. ”Nantilah kita bicarakan, aku sedang ada tamu”, jawabnya. Mendadak ucapannya yang tadi dibuat-buat langsung berubah normal. Dan kemudian dia melanjutkan lagi, ”Ya sudahlah dek, kau sabar saja disitu, diamkan saja dulu, jangan kau permasalahkan”. 20
Soft copy Version
”Oh gitu ya bang?” aku menimpali ”Ya jangan kau permasalahkan, nanti akan memperkeruh situasi” kilahnya. ”Ah...aku gak tahu lagi lah bang apa yang harus aku lakukan”, aku mengungkapkan rasa kebingunganku. ”Sudahlah, kendalikan dirimu, tahan emosimu”, ia tampaknya berusaha menguatkanku. ”Begini dek, abang saat ini sedan ada rapat, nanti kita sambung lagi ya”, dia kelihatan ingin mengakhiri pembicaraan itu. ”Ya, baik lah bang kalau begitu. Terimakasih atas waktunya”, jawabku menyindir. ”Baik-baik kau ya dek”, demikian akhir kalimatnya. ”Iya bang”, jawabku mengakhiri pembicaraan melalui telpon itu. Aku mematikan sambungan telpon dengan perasaan kesal. Aku melayangkan pandanganku keluar jendela, memandang kearah kerumunan orang yang sedang berkumpul dan bersorak-sorai. Sekelompok orang tampak sedang bermain volley menyambut acara perayaan Hari Kemerdekaan. Aku membalikkan badanku dan berjalan keluar ruangan. Apalah yang harus aku katakan kepada istri dan keluargaku? Bagaimana nanti sikap orang lain terhadapku? Dan bagaimana sikapku selanjutnya? Aku melangkahkan kakiku keluar dari kantor dan aku berhenti sejenak di teras belakang. Kutimbang-timbang, mana yang harus kupilih, apakah aku kembali ke ruangan kerja di bangunan workshop, atau langsung pulang saja kerumah. Beberapa saat kemudian akhirnya kuputuskan, lebih baik aku pulang kerumah untuk beristirahat dari pada emosiku 21
Soft copy Version
meledak ditempat kerja secara tiba-tiba, sehingga tanpa sengaja orang lain bisa saja menjadi sasaran kegalauanku. Akhirnya akupun memutuskan untuk melangkah menuju tempat parkir sepeda motor. Setibanya di tempat parkiran, aku langsung menaiki sepeda motorku, dan menstarternya. Deru mesin cylinder 200 cc memenuhi atmosfir disekitarku sehingga suara bising pabrikpun tak dapat kudengar lagi. Aku pergi meninggalkan pabrik dengan perasaan luka yang mendalam. Setibanya di rumah, kuparkirkan sepeda motorku disamping rumah. Kulangkahkan kakiku menuju pintu sambil kukeluarkan anak kunci dari saku celana jeans hitamku untuk membuka pintu rumah. Setelah pintu terbuka, ku lepaskan sepatu safety dan kaos kaki yang terasa memberatkan langkahku. Aku melangkah masuk dan kututup pintu kembali. Aku berjalan menuju ruang kerjaku, dan ku hampiri rak kerja, aku butuh ketenangan. Norah Jones, si cantik dengan suara manja itu langsung terlintas dipikiranku. Saat ini aku berharap agar suaranya dapat menetralkan perasaanku yang sedang gundah. Ku cari kaset Norah Jones diantara tumpukan kaset. Aha..., akhirnya kutemukan drimu. Ku ambil kaset itu dan kubuka kotak nya untuk mengeluarkan kaset yang ada di.dalamnya. Segera kukeluarkan kaset RIF yang ada didalam tapedeck, dan kumasukkan kaset Norah Jones untuk mendengarkan senandungnya. Kutekan tombol play untuk memutar kaset tersebut. Tak lama kemudian mulai terdengar alunan lembut suara Norah Jones dengan irama jazz nya. Lebih nikmat lagi dengan secangkir kopi pikirku. 22
Soft copy Version
Aku pergi ke dapur sebentar mengambil cangkir dan 1 sachet nescafe classic, kemudian menyedunya dengan air panas. Aku duduk di sofa dan kubakar sebatang rokok kretek. Kini sebatang rokok kretek, secangkir kopi nescafe dan alunan lembut lagu-lagu yang dibawakan si cantik itu menemaniku disaat suasana hati dan pikiranku yang sedang tidak karuan. Berangsur-angsur jiwaku yang tadinya sangat gundah berangsur menjadi lebih tenang. Bersama dengan kepulan asap rokok yang kuhembuskan, maka kilasan bayangan peristiwa yang terkait dengan keberadaan warning letter itu mulai tampak. Otakku seperti bekerja bagaikan sebuah processor core duo yang mencari fle yang tersembunyi pada sejumlah folder didalam sebuah hardisk. Penggalan demi penggalan dari peristiwa, bagaikan sebuah puzzle, mulai tersusun menurut kerangka waktu. Dan sampailah ingatanku keawal peristiwa dimana semuanya ini di mulai saat perstiwa meledaknya sebuah Turbin pada hari Jumat dini hari tanggal 13 Februari, 2 tahun yang lampau. Suatu kejadian yang cukup menggemparkan dan mengenaskan di perusahaan ini. Tidak seorangpun yang bekerja di PMKS mengharapkan hal seperti ini terjadi ditempatnya bekerja, dalam mimpipun tidak. K
J
23
Soft copy Version
Bagian
2
Ledakan Di Tengah Malam Sepulang melaksanakan perjalan dinas dari luar kota, saat itu hari telah larut malam. Langit malam tampak cerah, tampak bintang-bintang seperti menyambut kedatanganku di desa Suka Damai. Aku sedang duduk menonton acara TV favoritku. Di dalam rumah, hanya ada aku sendiri. Kebetulan saja istri dan kedua anakku yang masih balita sedang menetap di rumah orangtuanya. Dengan ditemani cahaya lembut dari sinar lampu yang menerangi seluruh ruangan, aku sedang menjernihkan pikiran dan menyesuaikan diri dari perjalanan jauh yang baru saja kutempuh. Dari arah luar rumah terdengar suara kodok dan jangkrik malam yang saling bersahutan bagai paduan suara alam. Aku duduk disalah satu kursi meja makan bundar di ruang keluarga, dan dibelakangku terdapat lemari buku yang kubuat sendiri. Lemari itu cukup unik karena desainnya sengaja dibuat knock down. Framenya terbuat dari besi dengan profil siku yang dirangkai sedemikian rupa dan ada bagian yang dapat dijadikan sebagai meja kerja yang dapat dilepas apabila tidak diperlukan. Lemari itu sekaligus juga berfungsi sebagai pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga . Namun keberadaan lemari itu tidaklah menyebabkan ruangan 24
Soft copy Version
menjadi terkesan sempit karena bagian sisinya tidak ditutup sehingga pandangan dapat menembus antar ruangan. Saat itu sekitar pukul 1.00 tengah malam, ruangan di dalam rumah yang dihiasi berbagai ornamen tampak begitu artistik. Ditambah lagi atmosfir ruangan di penuhi suara musik dari acara TV yang sedang kunikmati. Namun suasana santai itu tiba-tiba lenyap begitu saja. Ruangan tempatku berada berubah menjadi gelap gulita dan diselimuti keheningan. Semuanya menjadi hitam pekat. Hanya tampak cahaya merah membara dari ujung sebatang rokok yang masih terselip dijariku. Aku mencoba mengarahkan apinya untuk menyusuri permukaan meja kaca yang berbentuk bundar untuk mencari handphone atau lighter yang sebelumnya kuletakkan di atasnya. Pasti ada masalah di pabrik, pikirku sambil menggerutu. Disaat aku ingin beristirahat, disaat itu pulalah masalah timbul, pikirku. PMKS biasanya dibangun ditengah-tengah perkebunan sawit. Keberadaannya jauh dari jalan raya sehingga jaringan listrik yang biasa dipasang pada salah satu sisi jalan raya dapat digunakan langsung untuk penerangan perumahan karyawan. Untuk penerangan perumahan karyawan maka pasokan listrik diambil dari PMKS atau dari genenerator diesel yang disediakan oleh perusahaan secara mandiri. Apalagi jarak dari pabrik ke rumah yang kutempati cukuplah dekat, hanya berkisar seratus meter maka listrik yang menerangi rumahku tentu saja bersumber dari pembangkit listrik yang berasal dari PMKS Suka Damai. Dan oleh karena itu, 25
Soft copy Version
apabila terjadi gangguan pasokan listrik yang disebabkan oleh adanya gangguan pada pasokan bahan bakar, gangguan pada panel kelistrikan, kerusakan pada mesin dan peralatan pembangkit, maka hal ini akan langsung terdeteksi olehku. Ditengah kegelapan itu, tanganku menubruk suatu benda keras, oh...ternyata handphoneku. Langsung saja kuraih dan kugenggam benda tersebut, dan salah satu tombol pada keypad kutekan dengan jempolku untuk menyalakan lampu layarnya. Sekejap saja dari layar handpohone memancar cahaya putih benderang yang langsung menerpa wajahku. Kuarahkan cahaya tadi untuk menerangi permukaan meja, dan tampak lah lighter beserta sebungkus rokok kretek yang tadi kuletakkan di atas meja tersebut. Sekarang aku harus mencari lilin, pikirku. Aku bangkit dari kursiku sambil memegang handphone yang masih memancarkan cahaya. Aku membalikkan badanku sehingga menghadap lemari buku yang berada dibelakangku. Seingatku ada lilin yang pernah kuletakkan di salah satu rak lemari buku. Kuarahkan cahaya dari layar untuk menerangi rak kedua dari lembari buku, dan kutemukan puntungan lilin yang pernah kugunakan. Ku ambil lilin tersebut, dan aku kembali ke meja bundar. Ku letakkan handphone di atas meja, dan segera ku ambil lighter dengan tangan kananku, sementara ditangan kiri aku masih menggenggam lilin. Kunyalakan lighter itu dengan sekali putaran dengan jempolku dan nyala apinya memancar keluar. Kudekatkan api lighter untuk membakar 26
Soft copy Version
sumbu lilin yang ujungnya berwarna hitam dan kaku. Nyala api itu mulai membakar sumbu lilin dan keluarlah cahaya api lilin yang menyala dengan lembut dan sesekali bergoyang pelan. Kulekatkan lilin tersebut di atas asbak dan cahayanya yang lembut itu menerangi seluruh ruangan. Berselang 5 menit kemudian, terdengar suara sepeda motor di kejauhan yang semakin lama semakin keras dan tampaknya sedang menuju rumahku. Tepat di depan rumah suara sepeda motor itu menghilang. Sesaat kemudian terdengar suara dari arah depan rumah memanggil namaku beberapa kali. ”Malam Pak Anom” Suara itu tidak asing bagi telingaku dan langsung kusahuti dengan sedikit berteriak, ”Yaa.., tunggu sebentar” Aku mengenal suara itu yaitu suara Iskandar, Maintenance Supervisor di pabrik. Sementara itu aku sedang berusaha menemukan senter dengan nyala api yang berasal dari lilin yang tadi kunyalakan. Seingatku, senter tersebut ku bawa serta di dalam travel bag saat melaksanakan perjalanan dinas di luar kota. Ah... pasti ada di laci travel bag. Aku memasuki ruang kamar tidur, dan kuhampiri travelling bag yang masih tergeletak di lantai pojok ruang kamar tidur. Kutarik retsleting lacinya dan kurogoh kedalam dan kutemukan senter yang berada di dalamnya. Kuambil keluar, dan segera kunyalakan. Aku melangkah keluar kamar tidur dan meletakkan lilin ditempat semula, dan menghampiri pintu 27
Soft copy Version
depan. Segera kuarahkan cahaya dari senter ke arah handle pintu. Kuraih kunci yang menempel dilubangnya dan kuputar untuk membukanya. Gagang kunci pintu kutekan kebawah dan daun pintu terbuka. Kulihat dua sosok samar-samar, yang seorang sedang duduk di atas sepeda motor, sedangkan yang seorang lagi sedang berdiri. Kuhampiri kedua sosok tersebut dan karena cuaca sedang baik, dengan diterangi cahaya bulan maka kedua sosok tersebut dapat segera kukenali. Yang duduk di atas sepeda motor, benar saja Iskandar. Sedangkan yang satunya yang sedang berdiri adalah security pabrik. Kuperhatikan juga bahwa ia memegang secarik kertas. Ah...itu pasti lembar Memo Breakdown, bisikku dalam hati. Memo tersebut biasa digunakan oleh Divisi Processing di pabrik untuk memberitahukan kepada Divisi Maintenance, hal kerusakan mesin untuk segera dilakukan pekerjaan perbaikannya. Aku tanpa basa-basi lagi langsung bertanya, ”Ada apa pak Iskandar?” Sambil meminta security untuk menyerahkan Memo yang dipegangnya. Dia menjawab dengan suara tertahan, ”Steam turbine generator no.1 kita meledak pak”, sahutnya. Suara Iskandar seperti tertahan saat mengucapkannya. Tampaknya dia sangat takut. Sementara aku, masih belum percaya dengan apa yang baru saja kudengar, dan aku bertanya kembali, “Apa pak?” ”Steam turbine generator no.1 kita meledak”, sahutnya kembali dengan suara sedikit kuat. 28
Soft copy Version
Oh...aku tidak salah mendengar ternyata. Aku langsung bertanya kembali padanya, ”Apakah ada korban jiwa? Ehm...dimana operator engine room-nya sekarang?”, Aku langsung memberondongnya dengan sejumlah pertanyaan. ”Syukurlah korban jiwa tidak ada pak. Dan operator engine room saat ini masih menunggu di pabrik” “Siapa prossessing engineer yang saat ini bertugas?” Kali ini security yang saat itu sedang berdiri menjawab pertanyaanku. “Processing engineer yang bertugas malam ini adalah pak Donny, namun pak Farid juga sudah datang ke pabrik kok pak”, Pak Farid yang disebutkannya adalah Processing Engineer juga, namun pada waktu itu ditunjuk oleh Manager untuk sementara menggantikanku sebagai Maintenance Engineer, selama kepergianku melaksanakan perjalanan dinas ke luar kota. ”Baik lah...aku akan segera berangkat ke pabrik, bapak bisa menunggu disana”, Aku mencoba menenangkan serta memberikan kepercayaan diri kepada mereka yang tampaknya masih dalam keadaan ketakutan. Security yang tadinya berdiri, beranjak dari tempatnya berdiri dan menghampiri sepeda motor dan duduk di boncengan. ”Kami duluan kalau begitu pak”. Iskandar menanggapiku, dan sesaat kemudian dia mengengkol sepeda motornya dan kembali suara nya memecah keheningan malam. Dia menjalankan sepeda motornya menuju ke pabrik kembali. Sebentar 29
Soft copy Version
kuperhatikan kepergian mereka, dan setelah lampu berwarna merah di bagian belakang sepeda motor hilang dari pandanganku. Aku pun kembali masuk ke dalam rumah. Kututupkan pintu depan dan kukunci kembali. Aku melangkah memasuki kamar tidur dengan maksud mengganti pakaian tidur yang masih kukenakan. Kukenakan celana jeans biru yang warnanya sudah mulai memudar yang tergantung di balik pintu kamar. Dan tidak lupa aku meraih dan mengenakan jaket Adidas hitam dengan dua strip putih pada sisi luar kedua lengannya yang juga tergantung di balik pintu kamar tidur. Aku bergegas keluar dari ruangan kamar tidur dan berjalan menuju lemari buku. Aku harus membawa serta camera digital, pikirku. Kutemukan digital camera yang tergeletak di rak yang sama saat aku menemukan lilin, dan langsung kusematkan di sabuk pinggang. Tidak lupa ku raih kunci sepeda motor yang tergantung di frame rak kerja. Aku beranjak ke pintu yang menghubungkan ruang keluarga dan garasi tempat sepeda motorku di parkirkan. Kubuka pintunya, dan udara malam yang dingin langsung menerpa wajahku. Ruangan garasi yang berada disamping rumah hanyalah bangunan semi permanen. Dibagian bawah merupakan dinding papan setinggi 1 meter yang dilamur putih, sedangkan bagian atasnya sampai ke atap seng, hanya dipasangi lembar anyaman kawat. Sehingga angin yang berasal dari lembah kecil di samping rumah dapat leluasa bergerak masuk ke garasi dan kini menerpaku. 30
Soft copy Version
Kuarahkan cahaya senter ke arah lantai garasi untuk memastikan bahwa tidak ada hal-hal yang berbahaya, seperti ular atau kodok yang sering memasuki garasi. Maklumlah di daerah perkebunan seperti ini binatang itu bisa saja berada disekitar tempat tinggal. Setelah kupastikan aman, aku melangkah mendekati sepeda motorku. Kuraih stang sebelah kanan, dan sepeda motor mulai kuengkol beberapa kali. Maklumlah sepeda motor ini sudah 3 hari ini tidak pernah digunakan, sehingga perlu dilumasi piston dan bagian penting lainnya. Setelah kira-kira sepuluh kali kuengkol mesinnya, maka kumasukkan anak kunci dan kuputar untuk menghidupkan mesinnya. Tampak nyala hijau bulat pada bagian dashboard yang menandakan bahwa aki nya masih bagus dan sepeda motor siap untuk dihidupkan. Kegenggam kembali stang sepeda motor, dan dengan sekali engkol, mesin sepeda motor pun langsung menderu. Kunyalakan lampu depan sepeda motor untuk menerangi ruangan. Aku turun dari sepeda motor dan berjalan kearah pintu garasi untuk membukanya. Pintu garasi kini terbuka, dan aku mengeluarkan sepeda motor, namun tidak langsung pergi, karena aku harus mengunci pintunya kembali. Setelah pintu garasi terkunci, kunaiki sepeda motorku dan dengan ujung kaki kiri, kutekan kebawah pedal transmisi dan langsung kularikan sepeda motorku menuju pabrik. Memasuki pintu gerbang PMKS Suka Damai, aku melihat sekitar lingkungan pabrik termasuk pos security 31
Soft copy Version
masih dalam keadaan gelap gulita. Lampu sepeda motorku yang cahayanya sangat terang seakan memisahkan kegelapan yang ada dihadapanku. Kuarahkan sepeda motor melewati tangki timbun minyak sawit yang berada di depan pabrik, dan kemudian melewati water treatment plant. Sesampainya diujung water treatment plant, kubelokkan arah sepeda motorku ke kiri langsung melewati bagian belakang stasiun boiler dan menuju ke engine room tempat turbin yang dilaporkan meledak itu berada. Laju sepeda motor kuhentikan, dan kuparkirkan sepeda motor dengan mengeluarkan penyangganya dengan kaki kiriku. Kuturuni sepeda motor dan aku melangkah ke arah kerumunan orang yang sedang berjaga-jaga dipintu masuk engine room. Saat kuhampiri, aku mendengar suara uap yang berdesis dari dalam ruangan. Kerumunan orang semakin lama semakin jelas dan kini aku mengenali mereka. Ada dua orang security sedang berjaga, Benjamin-Workshop Supervisor, IskandarMaintenance Supervisor, Omar-Electrical Supervisor, Donny, serta Farid. ”Selamat malam” aku menyapa mereka. Benjamin, langsung menghampiriku dan menyapa, ”Selamat malam Pak, Bapak sudah tiba disini?” ”Ya, aku baru saja tiba sekitar pukul 12.00 malam, dan sedang bersiap untuk istirahat, kemudian lampu di rumah padam dan Iskandar datang menemuiku”, jawabku sambil menghampiri Donny dan Farid, dan kemudian menjabat tangan mereka.
32
Soft copy Version
Tanpa menunggu lebih lama lagi berada di depan pintu masuk, aku mengatakan kepada Donny dan Farid, ”Aku masuk dulu ya bang”. Mereka mengangguk dan aku segera melangkah memasuki engine room. Suasana di dalam ruangan terasa mencekam. Dengan diterangi oleh lampu emergency yang berada diatas panel. Kerasnya suara desis yang berasal dari kebocoran pipa uap bagaikan suara desis ular raksasa yang lidahnya terjulur-julir menyambar kami yang sedang berada didalam ruangan. Benjamin segera melangkah mendahuluiku untuk menunjukkan mesin yang mengalami kerusakan dan dibelakangnya diikuti oleh Omar dan Iskandar. Di dalam engine room terdapat dua jenis mesin pembangkit daya yang terdiri dari tiga unit steam turbin genetator dan dua unit diesel generator. ”Ini turbin yang meledak itu pak” ujar Benjamin sambil menunjuk pada steam turbine generator no.1. Aku menolehkan kepala ke arah steam turbine generator no.1 yang ditunjuknya tersebut. Tampak bagian-bagian yang hancur. Governornya patah dan jatuh kebagian depan sehingga tampak shaft bagian depan turbin yang biasanya tertutup. Bagian casing dari governor valve pecah menjadi dua bagian. Shaft bagian belakang turbin bengkok. Coupling yang menghubungkan shaft turbin dengan gearbox tidak tampak lagi. Dan coupling tersebut juga tidak ada disekitar tempat itu setelah kuamati dengan seksama. Bagian gear box dan alternator masih lengkap, hanya saja di lantai keramik dibawah bagian belakang alternator tampak potongan kecil dari armature wire. Hal ini 33
Soft copy Version
menandakan bahwa alternator sempat mengalami overspeed. Saat itu entah kenapa, ingin sekali rasanya aku dapat berbicara kepada bangkai turbin dan menanyakan apa yang telah terjadi dengannya. Terlintas dalam benakku seketika, sebaiknya aku mulai mendokumentasikan kondisi ini, mungkin suatu saat akan diperlukan. Dengan bergaya layaknya seorang penyidik, mulai kuambil beberapa petikan terhadap bagianbagian turbin yang mengalami kerusakan serta pada pecahan yang berserakan di lantai engine room. Usai mengabadikan beberapa gambar, aku bertanya kepada Benjamin, ”Kemana hilangnya coupling turbin ini, pak?” Pak Benjamin mendongakkan kepalanya ke atas sambil menunjuk dengan tangan kanannya ke arah cladding bagian atas ruangan engine room. ”Kemungkinan couplingnya melesat keluar dan membuat cladding jebol pak.” Terlihat olehku celah cladding yang terbuka dengan lubang yang menganga pada ketinggian 10 meter dengan diameter lubang sekitar 25 centimeter. Luar biasa, aku bergumam dalam hati. Terbayang olehku apabila coupling dengan diameter sekitar 30 cm ini mengenai orang, maka tak ayal lagi orang itu akan mengalami luka yang serius. Apa lagi bila terkena dibagian kepala, pasti tak ayal lagi orang tersebut langsung bertemu dengan Penciptanya. Kembali kuambil camera dan mengarahkannya untuk mengabadikan cladding yang jebol terkena coupling yang melesat. 34
Soft copy Version
”Apakah ada korban jiwa pak?” kembali aku melontarkan pertanyaan kepada Benjamin. ”Syukurlah tidak ada pak. Hanya knalpot dari sepeda motor yang baru saja selesai dicuci milik salah seorang operator yang diparkirkan di dekat turbin, tembus terkena serpihan turbin yang pecah pak” jawab Benjamin. ”Siapa operator engine room yang sedang berjaga saat ini?” tanyaku kembali. ”Operator saat ini adalah Eri dan pembantunya Potifar”, jawabnya kembali. ”Coba panggilkan mereka berdua, ada yang ingin aku tanyakan” perintahku. Benjamin membalikkan badannya ke arah panel engine room dan berteriak, ”Eri dan Potifar, kesini sebentar” Operator dan pembantunya saling berpandangan dan kemudian berjalan menuju kearah kami dengan langkah yang gontai. ”Malam pak”, Eri menyapa. ”Selamat malam”, sapaku kembali sambil kusodorkan tanganku menyalam mereka berdua. Dalam hatiku aku bersyukur juga tidak ada korban jiwa saat itu. ”Bagaimana keadaan bapak berdua saat ini?” tanyaku untuk memulai pembicaraan. ”Hmmm...Masih sedikit shock pak”, jawab Eri mewakili keduanya. Tentunya perasaanku dapat memahami apa yang mereka rasakan saat ini. Melihat bangkainya saja bisa membuat bulu kuduk merinding, apa lagi mengalami detik-detik terakhir terjadinya ledakan turbin tersebut. Berharap untuk 35
Soft copy Version
keluar dengan selamat dari engine room itu saja tidak akan ada yang berani. ”Apakah bisa bapak berikan gambaran bagaimana kejadiannya pak?”, aku mulai menyelidik ”Saat itu pabrik sedang beroperasi normal 2 line, dan kami mengoperasikan synchrone turbin no.1 dan no.3 ”, dia memberikan gambaran singkat lalu berhenti sejenak untuk mengingat-ingat kembali. Kemudian dia melanjutkan, ”Hmmm… saat itu pak, aku sedang duduk di bangku dan tiba-tiba saja turbin no.3 trip. Aku segera bangkit dan segera menyuruh Potifar untuk membuka kran bypass steam di dekat BPV”, dengan badannya yang besar aku dapat melihat badannya sedikit bergetar saat menceritakannya. BPV adalah singkatan dari Back Pressure Vessel yang merupakan bejana yang bertekanan yang berbentuk capsul raksasa. Bejana itu berfungsi sebagai pengumpul uap yang berasal dari dari bagian exhaust steam turbine, serta mendistribusikannya ke seluruh bagian pabrik yang membutuhkan uap melalui pipa-pipa yang terhubung dibagian atasnya. Kran bypass steam di dekat BPV yang dimaksudkan olehnya adalah kran yang dipasang pada main steam pipe untuk membuang uap langsung ke atmostfir apabila terdapat kelebihan suplai uap yang dihasilkan oleh Boiler. ”Saat Potifar sedang membuka kran bypass tersebut tibatiba saja turbin no.1 meledak dan seluruh kamar mesin dipenuhi oleh uap”, demikian Eri berusaha memberikan penjelasan. Aku melirik ke arah Potifar, wajahnya tampak pucat, terlihat ketakutan yang amat sangat diwajahnya. Mungkin saja dia takut karena namanya disebutkan. 36
Soft copy Version
37
Soft copy Version
Bagian
3
Ordered By Request Di
awal tahun, setahun setelah peristiwa meledaknya steam turbine generator no.1 yang diproduksi oleh Worthingtone, Arman digantikan oleh Rudi, Pabrik Manager yang baru. Arman telah memasuki suatu periode yang disebut masa bebas tugas. Periode ini diberlakukan untuk seluruh staf di perusahaan sebelum menjalani masa pensiun. Hal ini merupakan kebijakan perusahaan agar staf yang dipensiunkan memiliki cukup waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Wajar saja, sebab sebelumnya para staf diperusahaan kebanyakan ditempatkan di luar daerah sehingga waktu untuk bergaul dengan masyarakat khususnya yang tinggal diperkotaan hampir tidak dimungkinkan. Sebagai penggantinya yaitu Rudi adalah seorang manajer muda. Ia sebelumnya telah menjabat sebagai Manajer pabrik walau tidak sebesar PMKS Suka Damai. Dibawah kepemimpinan Rudi, PMKS Suka Damai Pabrik mengalami banyak perubahan yang positif. Terutama perubahan tampak nyata pada peningkatan kenyamanan para pekerja yang hampir separuh waktunya berada didalam pabrik. Hal ini wajar saja, oleh karena 53
Soft copy Version
sebagai manajer baru tentunya Rudi masih memiliki semangat yang baru pula. Sementara itu, Arman yang mungkin karena tergolong sudah uzur masa baktinya, lebih memberi perhatian kepada persiapan pensiun, sehingga sering menggunakan mendelegasikan tugas dan wewenangnya pada Bobby yang saat itu masih baru dipromosikan menjadi Deputy Manager. Aku saat itu sedang duduk di menghadap meja kerjaku yang penuh dengan kertas laporan kegiatan maintenance dan rencana permintaan anggaran operasional yang disusun berdasarkan rencana anggaran yang telah disetujui oleh main office. Tentunya perbedaan pasti ada mengingat biasanya rencana anggaran disusun 5 bulan sebelumnya yaitu pada awal Agustus. Lokasi ruanganku berada di lantai dua di dalam bangunan workshop dan hampir 25% partisi bangunan terbuat dari kaca tembus pandang. Aku menyukai penempatan ruang kerjaku ini karena membuatku lebih leluasa melihat seluruh kegiatan workshop dan tidak terganggu dengan hilir mudik para mekanik. Dering telpon di pagi itu memecah konsentrasiku yang sedang memeriksa usulan rencana permintaan anggaran untuk digunakan di tahun ini. Kuarahkan tangan kananku ke saku kiri. Kuraih handphone yang berdering disakuku dan kulihat pada layar, tampak nomor pemanggil dilatar, Arga, sebelumnya nomor tersebut telah kurekam di memory handphone. Segera kutekan tombol ”on” untuk mengaktifkannya. Kutempelkan speaker handphone ke telinga dan kusapa si penelepon, 54
Soft copy Version
”Halo bang”. Usai kusapa, segera si penelepon menjawab dengan nada agak berat dan serak-serak basah, ”Halo Anom”. ”Ya, bang” jawabku. Hal ini biasa kuucapkan mengingat umurnya yang masih relatif muda pada saat itu dan kuanggap sudah mengenalku. ”Nom, pak Rudi ada ditempat?”, serunya sambil menyingkat namaku. Aku segera menjawab, ”Ada bang, apakah abang mau berbicara dengannya?” Lanjutnya kemudian, ”Oh, tidak, tidak perlu. Jadi begini Nom....Aku ingin mengirimkan melalui fax spesifikasi steam turbine genarator yang kalian perlukan untuk rencana penggantian turbin klaim asuransi. ”Iya bang”, kutanggapi karena dia diam sejenak. ”Oh ya, dalam lembar spesifikasi yang nanti kukirimkan, yang diangkat nantinya ke formulir permintaan anggaran biaya investasi adalah spesifikasi steam turbine generator berkekuatan 750 kVA. ”Tapi bang, turbin sebelumnya kan hanya berkekuatan 500 kVA saja. Apa cukup anggarannya bang?”, sahutku ingin memastikan bahwa ia sudah mengetahuinya kondisi pemakaian keuangan di PMKS Suka Damai. ”Aku sudah periksa dan ada penawaran harga turbin yang pertanggungan asuransinya cukup untuk membeli steam turbine generator yang berkekuatan 750 kVA”, demikian ia langsung memberikan tanggapan. ”Oh begitu bang”, seruku. 55
Soft copy Version
”Hehehe...bagaimana kalian, diberikan yang lebih besar malah minta yang lebih kecil”, terdengar suara tertawa yang khas menanggapi perkataanku sebelumnya. ”Bukan begitu bang, aku hanya ingin memastikan saja”, ucapku tersipu. Kemudian dia melanjutkan lagi, ”Jadi Nom, jangan lupa bahwa di fax itu ada beberapa data turbin, tapi spesifikasi yang kalian angkat yang 750 kVA saja ya. Pak Rudi sudah tahu kok”, ujarnya. ”Ok bang, kira-kira kapan abang akan mengirimkan faxnya, agar nanti segera kuperiksa yang abang maksudkan”, balasku. Kemudian dia menanggapinya dengan berkata, ”Ini maksudnya aku akan segera mengirimkannya. Jadi tolong ditunggu, agar tidak kehilangan jejak nantinya” ”Baik bang, nanti akan aku suruh anggota untuk menungguinya,”jawabku ”Ok lah Nom, itu saja dulu sementara, nanti tolong dibicarakan dengan pak Rudi mengenai hal ini”, sahutnya ”Baik bang, nanti akan aku sampaikan” ujarku. ”Jangan lupa kau Nom, hehehe...”, kembali dia tertawa. ”Beres bang, tenang saja”, jawabku sambil tersenyum. ”Ya, sudah. Nanti segera dibuatkan permintaannya dan katakan kepada pak Rudi agar dokumennya segera dibawa langsung ke main office” demikian kalimat penutup darinya. ”Ok bang, nanti aku sampaikan”, dengan semangat aku menanggapinya, melihat adanya tanda-tanda bahwa akan segera dilakukan penggantian turbin yang meledak tersebut. 56
Soft copy Version
Bagian
4
1st Impression Turbin
yang kami minta melalui permintaan anggaran diawal tahun akhirnya tiba di pabrik di awal bulan Agustus ditahun yang sama dengan waktu kami memintanya, Sebuah truk pengantar barang parkir di depan gudang pabrik dan terlihat membawa kotak kayu berukuran besar. Store Clerk segera menghubungiku melalui telpon internal dan langsung ku terima. ”Selamat pagi pak”, sapa Store Clerk. ”Ya selamat pagi, ada apa itu pak?” tanyaku. “Apa kita ada permintaan turbin?”, ia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan. “Yang berapa kVA?”, balasku bertanya pula. ”Ah, kalo berapa kVA-nya mana aku ngerti pak, bapak ini ada-ada aja....hehehe”, dia terkekeh karena kutanyakan kembali. ”Ya sudah, aku datang kesana, hahaha...”, jawabku sambil tertawa gembira mendengar kedatangan steam turbine generator yang telah kami nantikan. Pandanganku langsung mengarah ke Sem, dan aku langsung memberikan instruksi kepadanya, 63
Soft copy Version
”Pak Sem, coba dulu ambilkan dokumen permintaan steam turbine generator kita” ”Sebentar pak, aku liat dulu ditumpukan map”, dia menjawab sambil bangkit dari duduknya, dan mecondongkan badannya yang tinggi serta tangannya menjangkau tumpukan map didepannya. ”Turbin...turbin...turbin, yang 750 kVA ya pak?”, tanyanya kembali. ”Iya”, jawabku singkat. ”Apanya yang bapak mau?”, kembali dia bertanya. ”Permintaan anggaran dan spesifikasi teknisnya pak”, jawabku. Dia membuka map hijau bertuliskan Permintaan Anggaran Turbin berkekuatan 750 kVA PMKS-SD, kemudian melepas jepitan putih yang di dalam map, dan mengeluarkan beberapa lembar kertas. ”Ini pak”, sahutnya ”Ok, aku pinjam dulu ya”, jawabku sekenanya. Segera aku membalikkan badan, dan melangkah kepintu kantor. Kubuka pintu dan kuturuni tangga sambil kubanting sedikit untuk menutup. Aku berjalan cepat ke ruang workshop di lantai 1. Dan kubuka pintunya sambil bertanya kepada petugas yang sedang berada di dalam, ”Mana semua supervisor?” ”Supervisor yang mana pak?” sahut Daniel Tampubolon, salah satu Clerk Workshop. ”Benjamin dan Iskandar”, ucapku. Marco, Civil Supervisor membalas sambil menggerutu, ”Yang ada tidak bapak cari, yang tidak ada bapak cari”. 64
Soft copy Version
Daniel tertawa terbahak-bahak mendengar gurauan Marco. Memang saat itu kedua supervisor yang kumaksudkan sedang tidak ada ditempat. ”Biasanya Benjamin pergi wolon sebentar pak”, sahut Daniel. Memang kebiasaan Benjamin pergi wolon sekitar pukul 9.00 pagi. Sedangkan Iskandar biasanya bergantian dengannya. Wolon adalah istilah pekerja di perkebunan untuk menerangkan istilah sarapan pagi. Hal ini menjadi kebiasaan karena pada pagi hari seluruh pekerja harus hadir pukul 7.00 dini hari. ”Ya sudah, tolong sms-kan Benjamin dan Iskandar untuk bertemu dengan aku di depan gudang”, kutinggalkan pesan ke Marco. ”Siap bossss”, jawabnya bersemangat. Aku keluar dari bangunan workshop, dan melangkah keluar menuju gudang. Dari kejauhan sudah terlihat ada sebuah truk dengan bak berwarna kehitaman karena kayunya sudah tua dan sedikit lapuk, dan bagian depan truk dicat dengan warna hijau muda. Kulihat ada kotak kayu yang cukup besar kira-kira 1,5 x 2,5 meter berada didalam bak kayu. Pasti didalam kotak ini berisi turbin yang dimaksudkan oleh Store Clerk tadi, ucapku dalam hati. Kulihat Store Clerk sedang memeriksa dokumen dan didampingi oleh seorang pemuda yang kelihatan kumal, akibat jauhnya perjalanan yang ia tempuh. ”Yang ini pak turbinnya?”, tanyaku pada Store Clerk.
65
Soft copy Version
”Kelihatannya iya pak, karena kita belum liat isi kotaknya, coba bapak lihat dulu dokumennya”, jawabnya padaku sambil menyodorkan secarik dokumen. Aku meraih dokumen yang disodorkan oleh Store Clerk. Kulihat sebentar, dokumen yang dimaksudnya adalah surat pengantar barang, yang menyatakan bahwa barang telah sampai, dan harus ditandatangani oleh si penerima barang. ”Oh ya sudah, coba bapak buka dulu tutup bagian atas kotak itu”, aku memberikan instruksi kepada si pemuda yang kumal, kenek dari truk tersebut. Tanpa lihat kiri-kanan dan berkata-kata, dia langsung berjalan menuju truk dan segera naik ke atasnya. Di ambilnya batangan besi linggis yang tersimpan di dalam bak truk tersebut, kemudian diungkitnya penutup kotak di bagian tepinya seperti gerakan mendongkel. Satu persatu papan penutup kotak lepas dari paku yang mengikatnya. Aku naik ke bak truk tersebut. Tidak lama kemudian, datanglah Benjamin dan Iskandar. Benjamin langsung menghampiri Store Clerk dan terlihat sedang berbincangbincang, sedangkan Iskandar berdiri dipinggiran truk menunggu instruksiku. Meskipun turbin tersebut ditempatkan didalam kotak kayu, namun ternyata masih terbungkus plastik transparan tipis. Kuperhatikan dengan seksama, dan samar-samar kulihat bahwa turbin yang dimaksud telah disetting pada sebuah baseplate yang diatasnya terdiri dari 3 bagian yaitu steam turbine, gearbox, dan alternator. Pada setiap bagian dari turbin tersebut juga terlihat ada nameplate yang sekilas terukir tulisan yang berisi data-data. Walaupun pada dokumen Surat 66
Soft copy Version
Bagian
5
Uji Coba -Mesin-mesin tidak berbicara dengan bahasa manusia, tapi mereka berbicara dengan bahasanya sendiri. Dengan vibrasi, suara bising, suhu, failure mode, laju aliran, tekanan, kecepatan, dan lain sebagainya. Sebagai orang pabrik, sudah semestinya dapat mengerti bahasa ini.-
Hari itu adalah hari Rabu tanggal 16 Nopember. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalui semenjak kedatangan Turbin Generator 750 kVA ditempat kami. Saat ini Turbin telah terpasang pada pondasinya, pemipaan inlet/outlet steam juga sudah terpasang. Kabel dan panel untuk menghantar dan menerima arus listrik yang berasal dari alternator juga sudah diganti dengan yang baru. Informasi mengenai rencana uji coba turbin ini, sehari sebelumnya telah diberitahukan kepada kami oleh teknisi turbin yang memasang turbin tersebut yang sering kami panggil dengan sebutan Bowie Turbin. Dia adalah teknisi yang ahli dan cukup dikenal di perusahaan. Baik yang sifatnya perbaikan maupun servis kontrak dari unit turbin diperusahaan ini, banyak yang dikerjakannya. Perusahaan lama tempat dia bekerja adalah PT. Dabudabu namun 75
Soft copy Version
sekarang ini dia sudah menjadi teknisi lepas atau free lance. Sebagian besar PMKS yang ada di perusahaan dibangun oleh perusahaan tersebut. PT. Dabudabu sudah cukup terkenal sebagai kontraktor pembangun pabrik. Tadi pagi Bobby telah memberitahukan kepada Processing Engineer beserta Supervisornya, bahwasanya sekitar pukul 10.00 akan dimulai pelaksanaan uji coba terhadap turbin tersebut. Dan Bobby berpesan kepada mereka agar benar-benar menjaga tekanan uap di boiler tetap stabil. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan ujicoba serta menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku melihat arloji di tangan kiriku, pukul 9.45. Saat itu aku sedang berada di engine room, untuk melihat persiapan uji coba yang akan dilakukan oleh Bowie. Aku berdiri di samping bangku operator engine room mengawasi segala aktivitas yang ada di ruang engine room. Saat itu, turbin yang dioperasikan untuk melayani proses di pabrik adalah Turbin no.1 yang kapasitasnya adalah 1500 kVA. Kuperhatikan sejenak tekanan pada inlet turbin tersebut dari kejauhan, jarum pada manometer menunjukkan sedikit dibawah angka 20 kg/cm2. Kini kucoba membandingkannya dengan tekanan inlet pada turbin yang akan diuji coba, dan tekanan yang terbaca di manomoter saat itu adalah sekitar 18,5 kg/cm2. Kualihkan perhatianku ke panel turbin yang sedang beroperasi dan kulihat pada ketiga ampermeter terbaca bahwa arus listrik yang keluar dari alternator turbin 1500 kVA adalah 1500 ampere. Frekuensi saat itu cukup stabil 76
Soft copy Version
yaitu pada 50 Hz, sedangkan tegangan listrik dan faktor daya masing-masing adalah 380 volt dan 0.85. Sedangkan daya yang terbaca pada kVA meter adalah 750 kVA. Setelah melihat angka-angka beberap kali dan terlihat stabil, aku segera mengetahui bahwa kondisi pabrik saat ini dalam keadaan normal. Namun kondisi ini terlalu tinggi untuk dibebani pada unit turbin 750 kVA pikirku. Setidaknya beban operasi normal yang dapat dilayani oleh turbin ini adalah pada 80% kapasitas terpasang, yaitu 640 kVA. Hal ini berarti pabrik harus berjalan pada kapasitas 40-45 Ton TBS/Jam. Ini berarti maksimum mesin press yang dioperasikan hanya 3 unit saja. Hal ini harus diingatkan nantinya kepada processing engineer. Sebaiknya Bobby saja nanti yang memberitahukannya, ucapku dalam hati. Sudah hampir pukul 10.00, dan aku mendekati Bowie yang berdiri didepan governor turbin 750 kVA tersebut. Dan dengan sedikit berteriak oleh karena bisingnya ruang engine room aku bertanya, ”Pak Bobby sudah bisa kita beritahu pak?”, tanyaku ”Boleh pak”, dia menjawab sambil mengangguk-anggukkan kepalanya bahwa ia tanda setuju. Aku memberi tanda dengan melambaikan tangan pada Benjamin untuk datang segera menghampiriku. Saat itu di sedang berada di belakang dan diapun segera datang menghampiri. ”Ada apa pak?” tanya Benjamin. ”Ini kan sudah hampir pukul 10.00, tolong beritahu pak Bobby bahwa persiapan pelaksanaan uji coba turbin sudah 77
Soft copy Version
Bagian
6
Narasumber Malapetaka Memasuki akhir tahun pada bulan Desember setelah kegagalan hasil uji coba turbin tersebut, Rudi kembali memanggilku. Aku mendatangi ruangannya, dan tampak wajahnya yang dihiasi kumis tebal itu terlihat sedikit tegang. Kelihatannya ada sesuatu yang sangat penting, yang ingin disampaikannya, pikirku. Aku mengambil tempat di kursi yang tersedia di seberang mejanya. Setelah kumantapkan posisi dudukku, aku menyapanya, “Selamat siang pak” “Ya selamat siang pak Anom”, dia membalas salamku. Sebelum sempat bertanya mengenai maksud pemanggilannya itu, dia langsung melanjutkan ucapannya, “Pak Anom, aku baru saja dihubungi oleh Darman melalui telepon. Dia mengatakan bahwa tim audit eksternal akan melakukan pemeriksaan di main office”. Darman saat itu menjabat sebagai Deputy di Departemen Engineering pengganti Arga yang telah dimutasikan beberapa bulan yang lalu. Aku menganggukkan kepalaku saat mendengarkan ucapannya itu. Dan bertanya padanya, “Tim audit eksternal apa Pak?” 98
Soft copy Version
“Tim audit eksternal yang akan memeriksa keuangan mengenai pemakaian anggaran di tahun berjalan. Dan pada saat mereka sedang mempersiapkan dokumen yang akan diperiksa nantinya, mereka menemukan bahwa ada 1 pekerjaan di pabrik ini yang belum lengkat dokumennya. Yaitu mengenai steam turbine generator berkekuatan 750 kVA yang sampai saat ini belum dibayarkan”. Dalam hati aku membantin, Ah...ternyata mengenai masalah turbin yang gagal untuk diuji coba itu dan memang benar begitu adanya. Tapi coba ku dengarkan selanjutnya apa yang diinginkan oleh Departemen Engineering. Kemudian dia melanjutkan lagi, ”Nah, menurut Darman, kita harus mengamankan pekerjaan tersebut”. Aku terkesima mendengarkan ucapannya ”mengamankan”. Binatang apa lagi ini yang dimaksud dengan mengamankan? Seingatku istilah mengamankan sering digunakan sebagai dalih untuk membredel seseorang. Sekarang zaman sudah berubah dan reformasi ada dimana-mana. Kenapa masih ada istilah mengamankan. Oleh karena aku ingin kejelasan dari penggunaan istilah itu, maka aku bertanya pada Rudi, ”Mengamankan bagaimana maksudnya pak?” ”Maksudnya.... kita diminta untuk membuat dokumen serah terima lengkap dengan dokumen persetujuan pembayaran ”, demikian jawabnya.
99
Soft copy Version
Bagian
7
First, Do No Harm Pada awal bulan Maret, sekitar 3 bulan usai pemeriksaan oleh tim audit eksternal, akhirnya titik terang dari adanya tindak lanjut dari Departemen Engineering terhadap penyelesaian masalah turbin mulai timbul. Rudi memberitahukan kepada ku dan Bobby, bahwa akan datang berkunjung ke pabrik Deputy dari Departemen Engineering. Saat ini yang menjabat sebagai Deputy adalah Alvaro menggantikan Darman yang telah menjadi Manager pabrik. Dan bersamanya akan datang pula teknisi dari pihak Damage, Inc. untuk memeriksa dan memperbaiki Turbin 750 kVA. Steam turbine generator tersebut sampai saat ini belum dapat beroperasi. Hubungan Rudi dan Alvaro cukup dekat. Kedekatan hubungan mereka dimulai semenjak duduk di bangku kuliah disebuah sekolah politeknik hingga kemudian mereka juga diterima bekerja di perusahaan yang sama. Aku dan pak Alvaro sendiripun sebenarnya sudah cukup mengenal satu sama lain. Pertama kali aku mengenalnya disaat kami bersama di bawah naungan Pabrik Manager yang sama. Saat itu struktur organisasi tidak seperti sekarang ini. Seorang Pabrik Manager 106
Soft copy Version
membawahi 3-4 pabrik. Meskipun berbeda pabrik tapi kami sering bertemu dikala ada rapat ataupun family gathering. Pertemuan kedua, saat kami bertugas di pabrik yang sama. Saat itu aku ditempatkan sebagai Processing Engineer sedangkan dia ditempatkan di bagian Quality Control. Dan yang ketiga, saat mengikuti kursus training of trainer. Selama tiga bulan kami dikarantina di kamar hotel yang sama. Dan yang ke empat, akhirnya kami mendapatkan kesempatan untuk mengambil sertifikat di negara kanguru. Keesokan hari, kembali aku dipanggil keruang Pabrik Manajer. Aku sangat bersemangat mendengar pesan pemanggilanku itu. Bukan hanya karena akan bertemu dengan Alvaro saja, namun karena akhirnya Departemen Engineering memberikan perhatian mengenai masalah yang kami hadapi. Aku bergegas melangkah dari kantorku menuju ruang Manajer di kantor pabrik. Sesampainya di ruang manajer, kulihat telah hadir, kedua tamu dari main office, Robert, Rudi sendiri, dan Bobby. Saat aku memasuki ruangan, tampaknya mereka sudah berbincang-bincang dengan akrabnya. Tanpa basa-basi lagi aku menghampiri dan langsung menjabat tangan seluruh yang hadir di ruangan itu. Tidak lupa Rudi memperkenalkan teknisi dari Damage, Inc. Setelah diperkenalkan baru aku ketahui bahwa teknisi tersebut hanya khusus ingin melihat alternator yang bermasalah tersebut. Dalam pertemuan ini Rudi mempersilahkan Yeduha untuk memberikan pengarahan kepada kami 107
Soft copy Version
mengenai maksud ketangannya. Sesuai keterangan Alvaro bahwa maksud kedatangannya oleh karena permintaan dari Pabrik Manajer. Dan menurut keterangannya, Wiraga, atasan langsung dari Alvaro, sebenarnya kurang setuju dengan kedatangannya untuk berkunjung ke PMKS Suka Damai. Namun karena dia memaksa harus melihat langsung apa yang sebenarnya permasalahan sebenarnya, maka akhirnya Wiraga mengizinkannya untuk datang ke pabrik. Secara terang-terangan Rudi menyampaikan bahwa dia sangat senang atas kunjungan yang telah dilakukan oleh pak Alvaro dan mudah-mudahan dapat memberikan solusi atas permasalahan yang ada di lapangan juga memberikan laporan yang sebenarnya ke main office. Selanjutnya Robert tidak ketinggalan memberikan penjelasan secara singkat mengenai permasalahan yang timbul saat Turbin dioperasikan, yaitu peningkatan suhu alternator. Teknisi alternator juga turut memberi penjelasan alasan kehadirannya saat itu. Berdasarkan penjelasannya, dia mengatakan bahwa kehadirannya adalah oleh karena adanya permintaan dari pihak perusahaan melalui kontraktor yang mengadakan unit turbin ini, untuk memeriksa kondisi dari alternator ini. Setelah masingmasing memberitahukan informasi dan tujuan kehadiran mereka, selanjutnya Rudi menanyakan kepada Alvaro bagaimana prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Alvaro memberi penjelasan, bahwa hari ini akan dilakukan kembali ujicoba terhadap steam turbine generator 750 kVA tersebut. Dan tentunya akan dilakukan 108
Soft copy Version
pemeriksaan oleh teknisi alternator terhadap kondisi alternatornya. Apapun hasilnya, maka teknisi akan membuat laporan hasil pemeriksaan yang nantinya akan ditandatangani bersama dan dilaporkan ke main office. Namun aku juga merasa heran, mengapa yang hadir hanya teknisi alternator saja? Kenapa tidak dihadiri oleh teknisi turbin dan teknisi panel secara bersama-sama? Mengapa harus demikian, karena gangguan pada alternator, bisa saja disebabkan oleh karena adanya permasalahan yang tidak terdeteksi pada panel. Padalah hal ini sudah aku bicarakan sebelumnya kepada Rudi. Namun pertanyaanku ini tidak ada artinya, karena kenyataannya saat ini yang hadir hanya teknisi alternator saja. Melihat kehadiran teknisi hanya untuk memeriksa alternator saja, aku merasa tidak puas. Dalam benakku aku berpikir bahwa pasti tidak akan ada perbaikan dan penyelesaian. Hanyalah laporan belaka.Oleh karena sudah seperti ini, dan teknisi lainnyapun walau ditunggu juga tidak akan hadir, maka kami bersama-sama menuju ruang kamar mesin. Setibanya di ruangan engine room, Bobby memberikan instruksi kepada Processing Engineer dan Processing Supervisor yang bertugas saat itu untuk mengoperasikan Turbin 750 kVA tersebut. Sesuai dengan prosedur, maka operator engine room mengoperasikan kembali turbin tersebut untuk diperiksa. Pada jam 2 jam pertama tidak tampak hal yang abnormal, oleh karena kenaikan suhu yang terjadi masih dalam batas wajar. Namun mulai 3 jam pertama hingga 4 jam, suhu alternator mulai terukur pada 70-an derajat Celcius. Kami 109
Soft copy Version
Bagian
8
Etika Profesi no.9 Pada
pertengahan bulan Juni, tepat 2 bulan sebelum kuterima warning letter, maka sesuai dengan kabar yang telah kami terima sebelumnya melalui email. Ahirnya satu tim Internal Affair dari main office berkunjung ke pabrik kami. Seperti biasanya kami berkumpul di ruang rapat pabrik. Seluruh manajemen pabrik telah hadir diruangan, demikian juga tim tim yang beranggotakan sebanyak empat orang juga telah hadir diruangan itu. Salah satu anggota tim yang hadir untuk memeriksa pabrik pada saat itu adalah Asyer. Dia terkenal sebagai salah satu anggota Internal Affair yang cukup killer. Banyak manajemen pabrik membicarakannya karena sifatnya yang sering kali tidak gampang percaya atas keterangan yang diperolehnya, sehingga dia sering pula langsung memeriksa ke lokasi, bahkan langsung melakukan pengujian di laboratorium. Namun jujur kukatakan, aku sama sekali tidak takut terhadapnya. Mulai dari awal aku bekerja di perusahaan ini, aku tidak pernah takut terhadap pemeriksaan, kenapa? Pertama, karena aku meyakini bahwa niatku benar dalam bekerja. Kedua, aku yakin, bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, kesalahan ataupun kekhilafan pasti selalu ada. Ketiga, 113
Soft copy Version
pemeriksa selalu kujadikan sarana untuk mengintrospeksi atas pekerjaanku yang tidak sempurna itu. Dan yang terakhir, aku yakin bahwa aku lebih tahu tentang pekerjaan ku dari pada mereka. Terlebih kepada Asyer, aku tidak pernah merasa takut menghadapinya. Mengapa harus takut? Toh aku juga tidak ada niatan buruk untuk memperkaya diri, pikirku. Dan Ini bukan kali pertama aku bertemu dengannya. Setiap kali melihat Asyer, ingatanku selalu kembali ke peristiwa pada saat kami pada hari Sabtu bertemu di di sebuah stasiun perhentian angkutan antar kota. Kami bersama-sama menaiki mobil angkutan tersebut menuju stasiun kereta api. Saat itu aku masih menjabat sebagai Quality Control di salah satu pabrik yang letaknya bertetangga dengan tempat dia bertugas sebagai Processing Engineer. Sebelum menaiki kereta api, kami sempat nongkrong di rumah makan dan terlihat pada saat itu mobil Pabrik Manager sedang memasuki areal stasiun kereta api. Dia merupakan Pabrik Manager favoritku dan siapa yang tak kenal dengan dia karena kepintaran dan integritasnya. Pada saat itu aku berkata kepada pak Asyer, ”Bang, kita satu kereta api dengan Pabrik Manager”. Dia hanya tersenyum kepadaku, sambil mengucapkan, ”Bukan marah dia yang perlu ditakuti, tapi marah kita yang perlu ditakutinya”. Kami tertawa setelah mendengarkan komentarnya. Suara pintu ruang rapat yang ditutup kembali menyadarkanku dari ingatan masa laluku. Tampaknya Rudi akan segera memberikan kata sambutan tanda 114
Soft copy Version
dimulainya pemeriksaan. Selama 1 minggu tim Internal Affair akan berada di pabrik kami. Usai Rudi memberikan kata sambutan dan memperkenalkan kami semua, selanjutnya giliran ketua tim Internal Affair untuk memberikan sambutan sekaligus memperkenalkan satu persatu anggota tim yang akan bertugas. Usai ketua tim memberikan sambutan, maka Rudi mempersilahkan para tamu untuk menikmati sajian makanan ringan yang telah disediakan di meja yaitu donat, bolu kukus dan tidak lupa kopi ginseng hangat dengan aromanya yang sangat khas suasana. Terdengar obrolan ringan antara Rudi, Bobby dan tim Internal Affair perusahaan. Kelihatannya mereka sangat menikmati pertemuan ini dan sesekali membicarakan mengenai mutasi maupun pimpinan yang pensiun, sambil sesekali ditimpali oleh suara tertawa yang bersahutsahutan diantara mereka. Setelah puas mereka mengobrol, maka ketua tim akhirnya meminta izin kepada manager untuk diperkenankan meninggalkan pabrik dan selanjutnya akan membuka rapat pertemuan juga di estate. Rudi yang memang tidak ingin berlama-lama karena masih akan mengurusi pekerjaannya yang menumpuk di meja kerjanya, segera mempersilahkan ketua tim dan beberapa anggotanya untuk meninggalkan pabrik. Setelah ketua tim kami antar bersama meninggalkan pabrik dengan mobil dinas yang ditumpanginya, maka pak Rudi menyampaikan pesan kepadaku. ”Pak Anom, tolong temani pak Asyer, dan lengkapi datadata yang dibutuhkannya”, demikian permintaannya 115
Soft copy Version
”Baik pak, akan aku temani nanti pak Asyer”, jawabku. Kami pun berpisah, aku kembali ke ruang rapat untuk menemani pak Asyer. Aku duduk disebelahnya sambil meneruskan menikmati kopi ginseng ku yang masih tersisa mumpung masih hangat. Kuperhatikan pak Asyer masih melakukan pembicaraan melalui handphone. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pak Asyer menggenggam handphone yang tadinya melekat di telinganya, dan jarinya digerakkan untuk memberhentikan sambungan handphone tersebut. Langsung saja aku menyapanya, ”Sehat bang?” ”Sehat...”, ujarnya sambil tersenyum kearahku dengan penuh arti. ”Kira-kira data apa yang abang perlukan dan apa rencana abang?” tanyaku. ”Haa..., coba dulu kalian isi form-form ini”, dia menjawab dengan logat Karonya sambil memberikan beberapa formulir dan meletakkannya di hadapanku. Segera kuamati beberapa formulir berupa tabel yang masih kosong, dan coba untuk ku pahami. Setelah kupahami, aku pun berkata, ”Baik bang, nanti akan kami coba isi formulir ini. Kapan kira-kira datanya abang perlukan?” tanyaku. ”Haa..., tidak usah menunggu semuanya lengkap, yang mana yang sudah selesai, segera saja diserahkan agar cepat kita periksa”, jawabnya.
116
Soft copy Version
Bagian
9
Bumbu Penyedap Sejak
warning letter itu kuterima, hati dan pikiranku selalu berkecamuk, gerangan apakah ini? Semuanya seperti puzzle saja layaknya. Apakah warning letter itu hanya rekayasa belaka untuk menghambat karirku? Tidak adakah pembalasan Tuhan atas orangorang yang telah mengorbankan karir dan nama baikku? Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar diberikan petunjuk atas orang-orang yang telah berbuat keji ini. Memang aku bukan orang yang alim seperti mereka, tapi aku juga bukan orang yang munafik seperti mereka. Yang setiap saat bisa berganti topeng, mulai dari topeng monyet sampai topeng malaikat. Setahun telah berlalu sejak aku menerima warning letter tersebut. Aku sudah tidak bertugas di PMKS Suka Damai lagi. Sekarang aku ditempatkan di main office. Potongan puzzle pertama, kudapatkan disuatu sore. Aku sedang berkumpul bersama panitia renovasi gedung ibadah yang juga disebut sebagai rumah imam. Yang sudah hadir pada saat itu adalah Jeremy dan Warti. Kami duduk di kursi lipat merah di serambi aula yang megah berlantai empat yang dibangun persis disebelah sebuah 123
Soft copy Version
tempat ibadah. Kursi itu sangat kontras karena berada di lantai keramik putih gedung aula. Tugas kami saat itu adalah mencari konsultan perencana untuk rencana renovasi bangunan rumah pendeta. Kebetulan saat itu kami sedang menunggu panitia lainnya dan waktu yang ada di manfaatkan untuk berbincang-bincang. Warti dengan rambut putih dan senyum kekanakan yang khas. Aku sudah mengenalnya sejak kepindahanku menjadi jemaat di tempat ibadah ini. Dia juga mengenal baik kedua orangtuaku. Warti juga adalah pimpinan dari Nur Cahaya Corporation. Warti yang lebih tua dari kami tampak tidak sabar dan akhirnya memulai perbincangan dengan menanyakan kabarku, ”Dimana kau sekarang Nom”, sapanya. Sebelumnya dia sudah mengetahui perusahaan dimana aku bekerja. ”Sekarang sudah disini Oom. Di main office.”, demikian ku jawab sambil tersenyum. ”Di bagian mana kau di main office?” tanyanya kembali “Di bagian Penelitian” jawabku dengan singkat. Bagian ini diperusahaan manapun pastilah bergengsi, karena pekerja yang ditempatkan di sini pastilah tidak seperti kebanyakan pekerja yang ditempatkan dibagian produksi. ”Oh, berarti kau anggotanya pak Bambang?” tanyanya kembali ”Iya Oom, itu atasanku”, jawabku. ”Sebelumnya kau dimana?”, tanyanya kembali. ”Oh, aku bertugas di PMKS Suka Damai, Oom”, jawabku ”Ooh disana, bagaimana jadinya dengan turbin yang di PMKS Suka Damai tempo hari? Apakah sudah jadi diganti oleh kontraktornya?”, dia bertanya dengan logatnya yang khas. 124
Soft copy Version
Mendadak aku terkesima dengan pertanyaannya itu. Ingatanku kembali ke masa lalu. Aku teringat bahwa spesifikasi Turbin 750 kVA pertama kali yang disarankan oleh Arga kepadaku berasal dari perusahaannya...Nur Cahaya. ”Yang kudengar, Turbin tersebut telah ditarik kembali oleh kontraktornya. Dan pada saat ditarik oleh kontraktornya, aku sudah pindah dari PMKS Suka Damai” demikian jawabku. ”Coba kau bayangkan Jer, turbin bekas mau diterima sama orang ini, hahaha...”, demikian dia memberi penjelasan sambil mengacung-acungkan jarinya kepadaku. Karuan saja mukaku merah padam. Tentu saja aku merasa seperti dipermalukan dihadapan Jeremy. Aku mencoba untuk menenangkan diri, kubiarkan saja kesombongannya keluar, tanpa kubantah sedikitpun. ”Begitu aku mendengar mengenai adanya masalah pada turbin tersebut, aku kan langsung dipanggil oleh Wiraga dan Estiawan . Dan saat itu juga aku langsung bicara kepada mereka bahwa itu adalah turbin bekas”, dia menambahkannya. Estiawan adalah salah seorang BOD yang membawahi seluruh pabrik yang ada di perusahaan. ”Oh, Oom sempat dipanggil ya?”, tanyaku memuji sekaligus memancingnya untuk berbicara lebih. ”Iya, si Estiawan kan langsung memanggil Wiraga supaya Turbin itu ditolak”, demikian dia menambahkan dengan senyuman puas tersungging di bawah kumisnya yang juga telah memutih.
125
Soft copy Version
Tepat setelah dia mengakhiri kalimatnya, dari arah pintu gerbang gereja, tampak sebuah mobil memasuki ke areal parkir, dan perhatian kami semua tertuju ke mobil tersebut. Penumpang mobil tersebut turun dan berteriak,”Hallo, sudah lama nunggu ya?”. Pembicaraan kami serta merta berhenti. Kami saling bertegur sapa dengan orang yang baru saja datang yang juga adalah salah satu panitia. Walau aku paksakan untuk tersenyum, namun pikiranku kembali mencerna informasi yang baru saja aku terima. Apakah dia tidak tahu bahwa aku telah menjadi korban atas informasi yang telah diberikannya kepada Wiraga dan Estiawan? Emosiku tidak karuan, membayangkan bahwa kami berada di bawah naungan imam yang sama, namun oleh karena bisnis, disengaja maupun tidak disengaja, tidak memberitahukanku sebelumnya mengenai turbin tersebut. Malah setelah semuanya terjadi, baru memberikan informasi dan itupun bukan kepadaku, tetapi kepada orang-orang yang tidak memahami masalah kami di lapangan pada saat itu. Kesadaranku pun langsung bekerja, seharusnya Turbin tersebut dipasok olehnya, oleh karena dia yang telah memberikan spesifikasi melalui Arga yang saat itu menjabat sebagai salah seorang Deputy di Departemen Engineering. Namun mungkin karena ia kalah dalam proses pengadaan Turbin tersebut, dia mulai memanasi situasi yang ada pada saat itu. Berselang setahun kemudian pada bulan April, sejak aku mendapatkan informasi dari Warti, maka jawaban kedua pun tanpa disangka-sangka kudapatkan. 126
Soft copy Version
Pada saat itu aku diminta oleh atasanku untuk mewakilinya dalam pelaksanaan commisioning Turbin 900 kVA di salah satu pabrik yang tidak jauh dari PMKS Suka Damai. Malah masih dibawah naungan Area Manager yang sama. pada bulan April tahun 2009. Dalam perjalanan pulang dari pabrik menuju hotel, aku dan Tamara berada di mobil yang sama. Tamara adalah salah seorang Deputy di Departemen Legal. Tamara duduk dibangku depan, disebelah kiri driver, sedangkan aku duduk di bangku tengah tepat di belakang driver. Sebelumnya di pabrik, setelah aku dan rombongan lainnya melihat kondisi pengoperasian Turbin yang dipasang, aku juga sempat mendengarkan perdebatan antara Atmo, seorang staf di Departemen Engineering. Sebenarnya kami bertiga, aku, Atmo dan Tamara, bukan tidak kenal satu dan lainnya. Malah kebalikannya, kami justru sangat mengenal satu sama lain. Selain kami adalah satu angkatan, kami juga tergabung dalam tim narasumber di perusahaan. Hanya saja, Tamara bernasib baik, dia sudah mendapatkan posisi sebagai Deputy, sedangkan aku dan Atmo masih staf biasa. Mereka memperdebatkan mengenai jumlah finalty yang akan dibebankan kepada pihak kontraktor atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemasangan turbin berdasarkan Kontrak yang telah ditanda tangani bersama kedua belah pihak. Ditengah perjalanan Tamara dengan berbagai macam argumentasinya mencoba menjelaskan kepadaku kebenaran pemikirannya pada saat berdebat dengan Atmo. 127
Soft copy Version
Aku menanggapi argumentasinya yang penuh semangat itu dengan kepala dingin dan mengatakan, ”Bu, pemikiran ibu itu benar, tidak salah, namun apakah pantas kalian berdebat seperti itu dilihat oleh orang banyak?. Mengingat kita kan satu angkatan, kan bisa didiskusikan terlebih dahulu secara internal saja. Kecuali kita tidak kenal satu sama lain, boleh lah ibu lakukan seperti itu”. Memang pada saat mereka berdebat, mereka disaksikan oleh sejumlah orang. Hal itu karena pelaksanaan commisioning turbin adalah oleh Tim yang ditunjuk oleh BOD yang terdiri dari beberapa Departemen terkait, seperti: Departemen Engineering, Departemen Keuangan, Departemen Legal, Manajemen dari Pabrik, serta dihadiri juga oleh pihak kontraktor yang notabene pihak ke tiga, maka pembahasan mengenai finalty juga didengar oleh peserta yang hadir di dalam meeting room kantor. Dengan rasa angkuh dan selalu merasa paling benar, Tamara menanggapi pernyataanku demikian, ”Dulu pada saat aku sama dengan jabatan Atmo saat ini yaitu staf di Departemen Engineering, semua hal bisa kami bereskan dan selesaikan. Contohnya Turbin 750 kVA yang bermasalah itu. Board of Director meminta penjelasan resmi dari Wiraga. Kemudian Wiraga memintaku untuk untuk membuat analisa terhadap turbin tersebut. Dan akhirnya turbin itu tidak diterimakan? ” lanjutnya. Dalam hati aku membatin, Loh...loh..loh.., kenapa dia jadi menyinggung ke masa lalu lagi? Tapi aku coba untuk tenang karena aku terpikir untuk mengorek keterangan darinya. 128
Soft copy Version
Bagian
10
Penutup Diawali sejak meledaknya turbin di PMKS Suka Damai, dan dilanjutkan dengan penggantian turbin tersebut melalui klaim asuransi dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh Departemen Engineering yang disampaikan oleh salah seorang Deputynya yaitu Arga dan kemudian kedatangan turbin tersebut di pabrik dengan spesifkasi pada name plate yang tidak sesuai, permasalahan terus membuntutiku. Sampai akhirnya Arga digantikan oleh Darman, yang menyuruh kami untuk membuat dokumen rekayasa dan selanjutnya Darman digantikan oleh Alvaro, permasalahan tetap tidak terselesaikan. Meskipun akhirnya Asyer melakukan audit dan mendokumentasikan permasalahan turbin tersebut, ternyata tetap saja hal itu tidak membawa rasa nyaman bagiku. Akhir dari pada seluruh peristiwa ini berujung pada sebuah warning letter akibat dokumen hasil rekayasa untuk keperluan audit eksternal sehingga aku dianggap telah menerima turbin tesebut dan karenanya merugikan perusahaan. Padahal, turbin tersebut dibayarpun sama sekali tidak pernah. Bagaimana pula bila posisi dibalik, aku berada pada posisi mereka dan mereka pada posisiku? Apakah juga akan berujung pada warning letter? Aku berani bertaruh....tidak. Karena aku akan mengungkap 135
Soft copy Version
kebenaran yang sebenarnya. Walaupun kebenaran itu sendiri belum tentu menyenangkan semua pihak, tetapi kebenaran tidak akan menyakiti orang yang tidak bersalah. Namun, siapakah aku, sehingga mereka mau bersusah payah untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya. Toh nasi sudah menjadi bubur, dan tali yang sudah putus, bila disambung akan ada simpulnya. Sampai saat ini, masih saja kudengar Rudi dan Bobby mengungkapkan jeritan hatinya atas warning letter yang sama-sama kami terima. Namun, siapa yang akan percaya saat mereka mengungkapkan jeritan hati mereka? Semua mata tentunya memandang mereka dengan rasa setengah percaya dan setengah lagi tidak. Hal yang sama juga kualami dan, rasa tidak percaya itu pastilah lebih besar lagi. Dan hal yang paling menyakitkan adalah rasa tidak percaya itu berasal dari mata teman-temanku. Sebagian orang lain tentunya akan menganggap bahwa aku berasal dari kelompok orkestra sakit hati. Sampai kapankah luka ini akan kubawa? Semua ini harus segera diakhiri. Segala kebohongan harus segera diungkap sebelum akhirnya, aku hanya dianggap sebagai anomali, yang seenaknya dapat mereka perlakukan untuk menghambat perjalanan karirku. Namun aku harus mendapatkan cara yang elegan untuk mengungkapkan kebohongan ini. Aku tidak boleh emosional. Aku harus bisa bersikap tenang karena kekuatan yang kuhadapi kini semakin lama semakin besar. Suatu pandangan baru muncul, saat aku sedang melakukan perjalanan dinas ke suatu tempat yang harus 136
Soft copy Version
ditempuh dengan menggunakan pesawat terbang. Penerbangan saat itu tampaknya tidak sepadat biasanya. Hal ini tampak dari banyaknya bangku kosong dibagian belakang pesawat dan tepat disampingku bangku pesawat tampak kosong. Pada bangku berikutnya duduk seorang penumpang yaitu seorang pria yang tampaknya sudah menua. Hal ini terlihat dari rambutnya yang sudah mulai memutih dan kulit tangannya yang tampak mulai keriput. Dia datang paling akhir dari semua penumpang yang ada di dalam pesawat. Saat dia datang, penumpang yang berada diseberang, sepasang pria dan wanita, menyapanya. Dalam hati aku berbicara, mungkin dia melakukan perjalanan bersama anaknya. Entah kenapa tiba-tiba saja terlintas dalam benakku, bagaimana seandainya yang sedang duduk disebelahku adalah malaikat. Kalau seandainya benar dia adalah malaikat maka aku sudah menyia-nyiakan dua jam kesempatan dalam hidupku berbincang-bincang dengan malaikat. Aku tidak terlalu ingat, apa yang membuat kami tiba-tiba sudah asyik berbincang-bincang. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dan aku langsung menceritakan kisahku kepadanya. Mulai dari penolakan yang dilakukan keluargaku, kemudian warning letter yang kuperoleh di beberapa tempatku kerja. Dia sedikit terperanjat mendengarkan kisahku, apalagi sebelumnya aku memperkenalkan diriku, dan prestasi apa yang pernah kuraih. Tiba-tiba dia terkekeh melihatku, dan dia berkata, ”Begini dik....”, dia berhenti sebentar, dan kemudian melanjutkan lagi, 137
Soft copy Version
Nama lengkap penulis, David Christian Lumban Tobing. Lahir di Medan, 18 Desember 1971. Anak paling bungsu dari 5 bersaudara, yaitu Sihar C.Y. Tobing, Angelia H.D. Tobing, Maria L.R Tobing, dan Yohana Kristina Tobing dari pasangan suami istri (alm) Mangatas L Tobing dan Asina H. Harahap. Ayahnya adalah pensiunan pegawai perkebunan dan sempat membuka usaha sebagai konsultan perkebunan. Semula ingin ia menghindar dari dunia perkebunan namun jalan hidup menuntun penulis untuk berkarir di tempat yang sama dengan ayahnya. Penulis yang memiliki hobby berenang juga menguasai alat musik piano dan gitar serta menyukai berbagai aliran musik rock. Sempat menjalani pendidikan formal yatiu: SD St. Antonius V/VI Medan tahun 1984, SMP Trisakti Medan tahun 1987, SMAK Tirta Marta BPK Penabur Jakarta tahun 1990, Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Bandung tahun 1996, dan terakhir Teknik Mesin Sekolah PascaSarjana Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi yang mana ditahun 1993 pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UNPAR. Penulis juga sempat mengikuti Sertifikasi Ahli K3 Umum di tahun 2000 dan Sertifikasi Teknisi K3 Listrik ditahun 2005. Pada tahun 2003 penulis juga sempat mengecap kursus di negara kanguru saat mengambil sertifikat Workplace Trainer dan Assessor di TAFE Tasmania. Sejak di bangku sekolah penulis mempunyai keinginan untuk menuliskan sebuah buku. Menurutnya buku dapat menjadi salah satu media yang baik untuk mengaktualisasikan diri dan menyampaikan pesan. Juga untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dorongan itu semakin kuat saat tanpa sengaja, ia mengetahui bahwa putrinya yang berusia 7 tahun sedang membaca draft buku tesis S2-nya. Sebenarnya draft buku tesis tersebut ingin dibawa ke rumah untuk diperbaiki. Dan setelah naskah diperbaiki maka buku tersebut ingin di berikan kepada putrinya untuk dimanfaatkan bagian belakang kertas yang masih bersih, menjadi kertas buram. Ternyata sang putri yang masih duduk di bangku kelas 2 SD malah membacanya.
141
Anomali Office Politic Reveal
Buku ini menyibak pergulatan Anom menghadapi politik praktis yang terjadi di kantor. Dia adalah seorang pemuda multi-talent, namun di dalam perjalanan karir yang dialaminya justru bertolak belakang. Selama duduk di bangku sekolah Anom membayangkan bahwa semuanya akan mudah dan lancar saat dia dapat menyelesaikan soalsoal yang diberikan baik oleh guru maupun dosennya. Demikian juga dipekerjaan, setiap hari persoalan-persoalan muncul dan atasannya memujinya karena dapat menyelesaikan persoalan tersebut. Namun ternyata kompetensinya dalam dunia pekerjaan tidak serta merta berbanding lurus dengan apresiasi yang diterimanya dari perusahaan. Apa yang sebenarnya dia hadapi? Bagaimana cara kerjanya? Mengapa hal itu dapat terjadi? Berapa besar kemungkinan Anom untuk memenangkan pertarungan politik praktis di lingkungan kantor tempat dia bekerja?