FAKTOR- FAKTOR YANG MELATAR BELAKANGI KEJADIAN FLOUR ALBUS PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI BPS Ny TUTIK ANIPAH, S.ST DESA TROMPO KECAMATAN JABON KABUPATEN SIDOARJO
ANJAR SETIOWATI 11002049 Subject : Flour Albus, Wanita Usia Subur (WUS), Leukorea. DESCRIPTION Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi, misalnya personal hygiene kurang tepat, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi. Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Pada penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui Faktor – Faktor Yang Melatar Belakangi Kejadian Flour Albus Pada Wanita Usia Subur (WUS). Jenis penelitian deskriptif. Pendekatan dengan metode survey. Variabel yaitu FaktorFaktor Yang Melatar Belakangi Kejadian Flour Albus Pada Wanita Usia Subur. populasi sebanyak 138 orang. jumlah sampel sebanyak 103 orang, teknik yang digunakan Non Probability Sampling dengan jenis Consecutive. Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan dihitung menggunakan distribusi frekuensi dalam bentuk prosentase. Frekuensi ganti celana dalam,karena sebagian besar dari responden yang ganti celana dalam <3x sehari sebanyak 70 Orang (68,0%). dan jenis kontrasepsi kontraspsi yang digunakan mempengaruhi faktor – faktor yang melatar belakangi kejadian keputihan pada Wanita Usia Subur karena sebagian besar dari responden menggunakan KB hormonal sebanyak 74 Orang (71,8%). Menggunakan vaginal douching juga mempengaruhi karena sebagian besar dari responden yang menggunakan vagina douching sebanyak 48 Orang (56%). Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan lebih meningkatkan kegiatan dalam memberikan pelayanan, penyuluhan, dan pendidikan kesehatan tentang flour albus. Analisa kejadian keputihan yang dialami merupakan keputihan patologis, karena keputihan berbau, gatal, tidak jernih, dan terdapat gumpalan. Penggunaan kontrasepsi, personal hygiene, frekuensi ganti celana dalam merupakan faktor penyebab terjadinya keputihan. Sebaiknya wanita menjaga personal hygiene dan pola makan untuk mengurangi resiko terjadinya keputihan.
ABSTRACT The cause excessive vaginal discharge associated with how we take care of the reproductive organs, such as lack of proper personal hygiene, use that does not absorb sweat pants, underwear rarely replace, often do not replace the pads during menstruation. Naturally hollow parts of the body and is associated with the outside world will issue some sort of sap or slime. In this study, aimed to determine the factors - background factors Genesis Flour Albus in Women Eligible (WUS).
The study was conducted on 13 to 27 May 2014. Descriptive research type. Approach with a survey method. Factors variables of the background incidence of Flour Albus in Women Eligible. population of 138 people. the total sample of 103 people, a technique used with Non-Probability Sampling Consecutive types. The data obtained from the questionnaires and calculated using the frequency distribution in percentage. Frequency change of underwear, because most of the respondents are changing panties <3x a day were 70 people (68.0%). and the type of contraception used kontraspsi influencing factors - factors whitish background events in women of childbearing age because most of the respondents using hormonal family planning by 74 people (71.8%). Using vaginal douching also affected because most of the respondents who use vaginal douching as many as 48 people (56%). Health personnel especially midwives are expected to further increase in the activities of providing services, counseling, and health education about flour albus. Analysis of the incidence of vaginal discharge is whitish pathological experienced, because smelling vaginal discharge, itching, is not clear, and there is a blob. Contraceptive use, personal hygiene, dressing frequency panties are the root causes of vaginal discharge. We recommend that women maintain personal hygiene and diet to reduce the risk of vaginal discharge. Keywords: Flour Albus, women of childbearing age (WUS), Leukorrhea. Contribator Date Type Material Permanen link Right Summary
: 1. RISYA ANGGRAINI,S.ST, MM 2. ERFIANI MAIL,S.ST, SKM : 11 JULI 2014 : Laporan Penelitian :: :
LATAR BELAKANG : Leukorea (keputihan) merupakan cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.leukorea (keputihan) dapat di bedakan dalam beberapa jenis di antaranya leukorea normal (fisiologis) dan leukorea abnormal. Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 - 16 menstruasi (Manuaba, 2009). Dr. H. Hendrik, M.Kes, mengatakan pada diri seorang wanita di masa reproduksi biasanya mengalami beberapa gejala psikologik yang negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanya bervariasi dan cenderung memburuk ketika saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses perdarahan haid pada tubuhnya, keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap siklus haidnya dan intensitasnya pun tidak sama. Keluhan keputihan dari seorang wanita menjelang terjadinya haid secara statistik cenderung dapat menyebabkan keadaan daerah kemaluan (terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi mudah terjangkit suatu penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri atau ketubuh orang lain yang melakukan persetubuhan dengannya (Sulistianingsih Dkk, 2011). Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan.Menurut WHO 2013 hampir seluruh wanita dan remaja mengalami keputihan 60% pada remaja ( 15- 22 tahun ) dan 40% pada wanita ( 23- 45 tahun ), sedangkan menurut penelitian ternyata di indonesia mengalami keputihan minimal 1 kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja. Wanita indonesia banyak mengalami keputihan karena hawa di tanah
air lembab, sehingga mudah terinfeksi jamur candida albikan, penyebab keputihan, sedangkan di Eropa kering ( Elistiawaty, 2006 ) Di Jawa Timur menunjukkan 75% remaja menderita keputihan paling sekali seumur hidup, 45% bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih (Ubay,2012) Berdasarkan data yang di peroleh di Kabupaten Sidoarjo kejadian flour albus tahun 2013, dari 14 wanita usia subur, 9 orang ( 64% ) mengalami keputihan patologis, 5 orang ( 36% ) mengalami keputihan fisiologis (Depkes 2013). METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif. Pendekatan dengan metode survey. Variabel yaitu FaktorFaktor Yang Melatar Belakangi Kejadian Flour Albus Pada Wanita Usia Subur. populasi sebanyak 138 orang. jumlah sampel sebanyak 103 orang, teknik yang digunakan Non Probability Sampling dengan jenis Consecutive. Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan dihitung menggunakan distribusi frekuensi dalam bentuk prosentase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 74 orang (71,8%). Dimana responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal sebanyak 74 orang (71,8%). Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone (Prawirohardjo, 2007).Menurut Djajadilaga, 1998.Kontrasepsi hormonalmenyebabkan perubahan-perubahan di saluran reproduksiyang memudahkan timbulnya infeksi saluran reproduksi. Pada alat kontrasepsi IUD terdapat kemungkinan ikut masuknya mikroorganisme penyebab infeksi termasuk jamur dan infeksi dapat terjadi melalui hubungan seksual (Prihartono, 1994 dalam Anindita, 2006). Keputihan yang terjadi pada akseptor kb disebabkan oleh kontaminasi pada saat pemasangan kontrasepsi, selain itu keputihan juga bisa disebabkan oleh kontrasepsi hormonal karena kontrasepsi hormonal berfungsi untuk mempengaruhi fungsi kerja hormon estrogen dimana saat hormone estrogen meningkat akan mempengaruhi kelenjar hipofisis untuk menghambat pelepasan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden yang ganti celana dalam <3x sehari sebanyak 70 Orang (68,0%). Frekuensi ganti celana dalam kurang dari 3 kali seharimeningkatkan risiko kejadian kandidiasis vaginalislebih besar dibandingkan bila ganti celana dalam 3 kaliatau lebih per hari. Kondisi iklim tropis Indonesia yangpanas akan menyebabkan banyak berkeringat sehinggamenyebabkan kondisi vagina lembab. Kondisi vaginayang lembab dapat merangsang pertumbuhan kandida ataumempermudah pertumbuhan jamur. Adanya jamur yangberlebihan akan menyebabkan vagina bau dan gatal (Anindita, 2006) Ganti celana dalam minimal 3x / hari agar keadaan vagina tetap kering dan tidak lembab, karena keadaan vagina yang lembab bisa menimbulkan tumbuhnya bakteri dalam vagina yang bisa menyebabkan keputihan. Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwasebagian besar dari responden yang menggunakan vagina douching sebanyak 48 Orang (56%). Douching adalah mencuci atau membersihkan vaginadengan air atau cairan campuran yang terdiri atas air dan cuka, bakingsoda, atau yodium. Perempuan dapat membeli produkproduk ini di toko obat atau apotik ( prayogi, 2013). Menurut para dokter umum dan dokter ahli kandungan di amerika,mereka menyarankan wanita menjauhi douching. Semua vagina sehat mengandung jenis bakteri dan organisme lain yang disebut flora vagina.flora vagina ini
sangat berguna untuk menjaga tingkat keasaman saluran vagina. Tingkat keasaman yang normal pada vagina berfungsi untuk menjaga keseimbangan jumlah bakteri yang berbahaya tetap rendah. Dengan melakukan dauching, akan mengubah keseimbangan asam yang ada didalamnya. Hal ini dapat membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi vagina. Serta, douching bisa menyebarkan infeksi vagina yang ada sampai ke rahim, saluran tuba, dan ovarium (prayogi, 2013). Apabila douching vagina hanya dilakukan denganmenggunakan air dan sabun mandi akan meningkatkan risiko untuk terjadi kandidiasis, daun sirih dan cairan khusus pembersih vagina dapatmenetralkan pertumbuhan jamur, sedangkan sabun manditidak dapat menjangkau bagian dalam vagina sehinggatidak dapat menetralkan pertumbuhan jamur. Cara bilas vagina yang benar dengan menggosok dari arah depan ke belakang (dari arah liangsanggama ke dubur), agar kotoran dubur tidak masuk liangsanggama karena bila kotoran sampai masuk ke dalam liang sanggama dapat menyebabkan infeksi dikarenakan kumankuman yang ada dalam kotoran manusia masuk kedalam vagina.
SIMPULAN Berdasarkan tabel 4.1 di atas di dapatkan hamper setengah dari responden yang mengalami keputihan yaitu berusia <20 tahun sebanyak 49 responden (47,6%). Berdasarkan tabel 4.2 di atas di dapatkan sebaian besar dari responden yang mengalami keputihan yaitu berpendidikan menengah (SMP / SMA) sebanyak 68 responden (66,0%). Berdasarkan tabel 4.3 di atas di dapatkan sebaian besar dari responden yang mengalami keputihan yaitu bekerja sebanyak 67 responden (65,0%). REKOMENDASI 1.
Praktis a. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi bagi masyarakat tentang Faktor Yang Melatar Belakangi Kejadian Flour Albus Pada Wanita Usia Subur (WUS). b. Bagi Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan harus memberi edukasi pada wanita terutama kalangan remaja dan wanita usia subur agar senantiasa menjaga kebersihan daerah vagina
2. Teoritis
a. Peneliti selanjutnya Penenliti selanjutnya hendaknya melakukan penenlitian lebih lanjut tentang keputihan (Flour Albus) dengan menambahkan faktor – faktor yang melatarbelakngi kejadian keputihan agar penilitian lebih luas dan dapat mencakup pembahasan yang lebih detail. Yaitu dengan menjaga personal hygiene, pola makan, konsumsi antibiotik, dan lain sebagainya.
b. Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan tambahan ilmu, pengembangan serta pengetahuan bagi Insitusi pendidikan guna tercapaniya pendidikan yang lebih baik. Alamat : Dusun karang Desa Mandala Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep-Madura E-mail :
[email protected] Web
: www.AgusBudiyono.com
No.HP : 087854177493