PROLOG Perjalanan masih panjang. Senja perlahan bergulir. Remang membayangi permulaan malam. Segelintir gemintang membingkai cakrawala. Rembulan berpijar pucat pasi. Roda roda kehidupan malam mulai berputar. Batas kota baru saja di tinggalkan. Sebuah mini van melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang lengang. Grey menajamkan mata. Tidak ada penerangan di sepanjang jalur yang dia lintasi. Juga tidak ada kendaraan selain mobilnya sendiri. Sepi sekali. Grey menambah kecepatan melesat kencang di jalan lurus nan panjang. Tiba tiba Grey tersentak. Sebuah bayangan sekonyong konyong berdiri tak jauh di depan. Refleks dia menginjak pedal rem dalam dalam namun mobil tak bisa berhenti. Dia banting kemudi akan tetapi bayangan itu sudah terlanjur amat dekat. Dan Grey merasakan bemper depan mobilnya menghantam sesuatu. Dia tidak tahu apa yang tertabrak olehnya. Ada rasa takut dan khawatir. Namun bukannya berhenti dia malah kembali menginjak pedal gas hingga mobilnya meluncur bagai anak panah lepas dari gendewa. Grey mengusap wajah berkali kali dan menghela napas. Dia hanya memikirkan keselamatannya sendiri. Terlalu riskan bila harus berhenti dan keluar mobil di jalanan sepi. Lagipula dia meyakini bahwa yang tertabrak olehnya bukanlah manusia. Malam perlahan larut dalam kalut. Mendung tebal menghitamkan
angkasa. Tidak ada lagi gugusan bintang dan senyuman rembulan. Langit tertutup awan kelam. Dan sesaat kemudian hujan turun dengan deras. Grey semakin jauh meninggalkan batas kota. ***
2
SATU Pagi yang cerah. Sinaran mentari menghangatkan bumi dan memberi kegairahan pada semua manusia. Grey tersenyum lepas. Perjalanan panjang telah mendekati akhir. Gerbang yang menjadi pintu masuk kota Bandung sudah terlewati. Tiga hari dirinya mengemudi tanpa berhenti. Ada rasa lelah dan letih namun rasa gembira lebih menyemarakkan hati. Dia gembira sebab telah sampai di tujuan dengan selamat. Mobil merayap memasuki pusat kota. Lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki menyatu di jalan jalan utama, membuat suasana hiruk pikuk. Denyut kehidupan yang di warnai rutinitas sehari hari. Selepas lampu merah dia berbelok ke kanan. Duapuluh menit kemudian dia berada di kawasan perumahan. Setelah beberapa bangunan mewah terlewati akhirnya dia menghentikan mobil di salah satu rumah. Senyumnya mengembang. Dia keluar mobil dan menekan bel yang ada di sisi pagar. Tak berapa lama di lihatnya seorang perempuan paruh baya berjalan cepat. Grey berbinar. "Selamat pagi Tante". "Ya ampun Greysa. Makin cantik saja keponakan Tante. Ayo masuk. Bawa mobilmu ke garasi". "Baik Tante".
3
Pintu gerbang rumah terbuka lebar. Grey kembali ke mobilnya lalu memasuki halaman dan langsung ke garasi. Setelah itu dia bergegas ringan menuju ruang tengah. Kehadirannya di sambut peluk hangat dan cium pipi kiri kanan dari dua gadis yang kira kira sebaya dengannya. "Greysa, kami kangen". "Aku juga kangen kalian. Mana Galuh ?". "Galuh sudah berangkat kuliah". "Laras, Ganis, sudah ada kamar buat aku ?". "Beres. Kamu sekamar dengan Galuh mau kan ?". "Terserah. Yang penting ada tempat buat tidur dan ganti baju". "Istiharat dulu Grey. Biar Laras dan Ganis berangkat kerja". "Iya Tante Linda". Bukan tanpa alasan Grey rela menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. Semua itu terbayar lunas oleh pertemuannya dengan para sanak saudara yang sudah lama tak saling jumpa. Keluarga Tante Linda. Ada tiga orang sepupu. Laras, Ganis, dan Galuh. Letih mulai mendera. Setelah berbasa basi sebentar dia segera menuju kamar Galuh. Tubuh rampingnya di lemparkan begitu saja di pembaringan. Grey telentang melemaskan otot otot yang kaku dan tulang tulang yang serasa patah. Tapi dia tidak bisa tidur. Matanya menatap langit langit kamar. 4
Bayangan tiga hari lalu mengusik pikiran. "Apa yang aku tabrak malam itu ?", gumamnya dalam batin. Keraguan mulai menyelimuti. Ada perasaan bersalah dan berdosa membersit di hati. Jika yang tertabrak olehnya adalah manusia berarti dia telah membunuh orang. Dia pelaku tabrak lari. Tapi tidak mungkin ada manusia di jalanan sepi itu. Dia tahu di sisi kiri kanan jalan hanya berupa padang rumput luas. Dia tahu tidak ada pemukiman penduduk di sekitar situ. Jalan itu adalah jalur lintas Jawa tepatnya kawasan Taman Nasional Baluran. Kalaupun ada pemukiman letaknya jauh dari situ. Bisa juga yang tertabrak adalah binatang. Malam itu tidak begitu jelas. Pandangannya kabur terhalang rintik rintik gerimis yang memburamkan kaca mobil. Grey coba membuang pikiran pikiran buruk. Perlahan dia memejamkan mata. Cukup lama Grey tertidur lelap. Dia baru terjaga ketika hari menjelang sore. Itupun karena ada yang membangunkan tidurnya. Dia menguap berkali kali, menggeliatkan badan malas, mengucek mata, dan sesaat melongo bengong. Samar samar dia melihat satu wujud manusia berdiri.
5