Bintang Jatuh di Langit Waijelu
Kami hidup di sebuah pulau kecil, salah satu pulau paling selatan Indonesia, Pulau Sumba. Tepatnya, kami tinggal di Kecamatan Wulla Waijilu, Kabupaten Sumba Timur. Lingkungan hidup yang begitu asri. Kondisi alamnya begitu alami. Setiap sudut kecamatan tak luput dari kata indah untuk emendiskripsikannya. Pepohonan dengan daun hijau yang rimbun adalah suatu keistimewaan kata seorang guru dari Jawa. Dia bercerita, di tempat asalnya, Sidoarjo, daun hijau rimbun pencipta kesejukan akan sangat jarang di temui di pusat kota industry itu. Membawa kami memaknai hikayat hidup daun-daun hijau lebih dalam dari biasanya. Saat belia kau nampak hijau nan indah Tak jemu-jemu oleh pandangan Layaknya putri raja yang elok parasnya Seperti itulah engkau saat belia Terik dan musim telah merusak elokmu Merubahmu kian menguning Sebentar lagi engkau akan jatuh ke permukaan pijak Saat itulah sehelai daun kering akan Nampak … Alfred Jawa Hawolandima (Sehelai Daun)
Hujan di akhir tahun di tempat kami tak kalah di nanti oleh setiap warganya. Bukan seorang pengusaha, bukan seorang pegawai perusahaan, juga bukan dokter bertangan dingin. Bapa Mama kami mayoritas adalah seorang petani, peternak, dan pemilik toko kecil sederhana penyedia bahan pokok untuk masyarakat sekitar Kecamatan Wulla Waijelu. Sekalipun mereka seorang guru atau pegawai kecamatan ataupun perangkat desa, tetap saja, kebutuhan pokok yang terkadang terlalu mahal di beli di toko-toko, membuat kami harus menanamnya sendiri. Lagipula, lahan kosong di sekitar rumah kami tidak tanggung-tanggung luasnya. Tapi taka da guna bila hujan tak membasahi tanahnya. Tetes-tetes pertama yang turun di tiap tahunnya selalu akan membawa senyuman lebih lebar bagi kami, bagi Bapa Mama kami. Gemuruh langit terdengar, amat dahsyat menggetarkan jiwa Sejenak… atap-atap mulai membisingi telingaku Tetes demi tetes anugerah mengguyur bumi pertiwi
Melahirkan tunas-tunas dengan ramah menyapa Kini derai-derai air mata membasahi relung Senyum sukacita tersungging di wajah-wajah penabur harapan Bagai bunga bermekaran di musim semi Kegirangan akan terbidik Ketika musim tuaian itu menyapa … Anggun Rosliani Riwu Djami (Hujan) Memaknai alam tak sebatas keindahannya. Kami tahu hamparan laun yang begitu luas menyimpan sejuta kekayaan dan penghidupan bagi kami. Alam… Pemandanganmu sangat indah Engkau tempatku mencari nafkah Engkau pula tempatku mengeluarkan keringat … Aris Landu Hamba Dita (Pemandangan Alam)
Tempat tinggal kami yang begitu indah nyata menarik minat manusia dari berbagai penjuru sumba, bahkan dunia untuk datang dan turut menikmati keindahannya. Ada yang sekedar datang, duduk di tepi pantai melihat dan mengagumi gulungan ombak yang menari, ada yang datang dengan perlengkapan selancar lengkap, bahkan ada yang datang untuk rekreasi kantor dari daerah lain. Tapi kami masih belum mengenal pengelolaan tempat pariwisata yang baik. Tak pernah kami sediakan tempat samapah resmi, tak pernah kami menyediakan tukang kebersihan. Hanya berharap mereka yang datang tidak meninggalkan apapun kecuali jejak kenangan. Tapi entah kenapa, aku melihat sesuatu yang begitu memilukan. Laut… Engkau yang dulunya sangat indah dan menawan Kini engkau telah rusak oleh tangan-tangan Yang tak bertanggung jawab … Ayuningsia Day Koy (Laut Sumba)
Hidup dalam keterbatasan menjadikan segala sesuatu di sekitar kita begitu bermakna. Bapa, Mama, sahabat, sosok guru di sekolah, tokoh-tokoh lalu yang kami kenang namanya. Semua begitu menginspirasi. Menemani langkah-langkah kami menempuh hidup. Keberadaannya menentrakan jiwa. Kepergiannya memilukan hati. Ada harap dan doa yang terselip bagi mereka. Ada bisikan asa yang sejatinya ingin disampaikan namun malah tertahan dalam hati. Hingga akhirnya mencuat dalam sajak-sajak. Mengapa engkau pergi meninggalkanku Ayah… entah kapan dan di mana kita akan bertemu Ayah… aku sangat merindukan kehadiranmu Ayah… aku kangen kasih sayang yang pernah engkau berikan padaku … Bertha Mburu Atandima (Ayah)
… Bunda … Engkau adalah panduan kebahagiaanku Engkau adalah pelita dalam hidupku Yang menerangi setiap langkah hidup ini Jiwa dan ragaku ku korbankan demi bunda Bertus Habuku Nggahing (Pengorbanan)
Yang mendidikku Yang membekaliku ilmu dengan tulus dan sabar Senyummu memberikan semangat untuk kami Menyongsong masa depan yang lebih baik … Debora K. Hara (Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Ialah Guru)
Sahabatku… Engkau bagaikan pelangi yang selalu mewarnai hidupku Dan tak kenal lelah untuk menemaniku Sahabatku…
Engkau adalah penghibur bagiku Engkau yang selalu menemaniku di waktu aku sendiri Dan menghibur aku disaat aku sedih … Diandra Stefani Kale (Sahabatku)
Kami tumbuh dan melihat segala yang terjadi di sekeliling kami. Kami memang anakanak daerah tertinggal. Tapi kami paham dengan situasi yang ada . situasi serba pas-pasan yang menjadikan tiap detik luang adalah waktu untuk bekerja. Waktu untuk menghasilkan pundi penyambung kehidupan. Waktu untuk membantu Bapa menggarap sawahnya. Di kala sore menyingsing senja Di sana pula ku mulai merenung Segala kisah hidupku Yang penuh jerih payah… Disana gubukku Di bawah kaki gunung Aku memandangi sekitarnya Hanya hamparan sawah Menatapku… … Eginius Randa Patar (Renungan Senja) Menjadi remaja, membuat kami belajar tentang siaa kami, tentang diri kami, tentang apa yang kami rasa. Ini aku bukan kamu Kisahku bukan kisahmu Cintaku bukan cintamu Aku dan kamu berbeda Kita berbeda Fitri May Nggadi (Aku Bukanlah Kamu)
Masa muda adalah Masa paling indah Masa mengenal hal-hal indah Masa SMA
Masa kisah kasih Masa persaingan … Juliad Andri Tiga (Masa Remaja)
Kami sadar kami hanyalah ciptaan. Walau diciptakan dan dilahirkan dengan takdir yang begitu berbeda dengan anak-anak lain di belahan dunia lain, rasa syukur yang begitu dalam atas segala anugerah yang ada, akan selalu tercurah untuk Engkau, Tuhanku. Sebisaku, hingga puncak kemampuanku, kan ku laksanakan segala perintahMu. Tuhanku, engkau yang memberiku nafas kehidupan Engkau pula yang menjagaku Di saat aku membutuhkanmu, Engkau selalu hadir dalam hidup dan hari-hari ku … Irma Suryani Paji Jera (Tuhanku)
Tanahku yang ku cintai Di tanah ini aku menjadi anak Yang patuh akan perintah orang tua dan Tuhan yang ku agungkan … Jekson Ndawa Lu (Tanah yang Kucintai)
Masih ada berbagai sajak yang kan terungkap. Kami baercerita tentang Sumba Kami yang indah. Kain tenun, wangi cendana, gema derapan kaki kuda sandle wood, kan kami ulas dengan kesederhanaan bahasa kami dalam sajak yang dengan renungan panjang berusaha terus kami perindah. Kami juga remaja yang mengenal cinta sewajarnya. Remaja malu-malu mengungkapkan rasa pada pujaannya. Remaya yang menemukan arti rindu walau sejenak tak bertemu. Di desaku terdapat banyak tradisi Tradisi demi tradisi ku nikmati Hamparan yang begitu kaya Menampilkan banyak keindahan dan mengundang ketertarikan … Novince Lapir Hunggu Mila (Panggilan Desaku)
Tak sengaja ku lihat hatiku Ku lihat semua fotomu dan fotoku Sesungguhnya nyata kan kuingat lagi
Semuanya tlah terlanjur terbuka sayang Menetes perlahan air mataku … Mersia Hada Indah (Menetes Air Mata)
Sekian kalinya kami membahas keterbatasan kami. Sekian kalinya kami mengatakan kami hidup pas-pasan. Maka jangankan membaca artikel melalui internet yang sekarang sering dilakukan oleh remaja kota sana. Kami cukup bahagia membaca dunia melalui buku. Buku menjadi benda istimewa yang menumpuk rapi di meja kamar kami, di perpustakaan sekolah kami. Bila malam tiba Kubuka dan kubaca Kupahami dan kudalami Semua rahasia buku ini … Rahel Lika Leu (Buku) Seperti inilah kami bercerita. Sajak sederhana yang lahir dari renungan bersama senja yang semakin jingga, dari mimpi dan asa yang berlari seiring bumi berotasi, dan dari segala fakta yang terhampar nyata di depan mata.
Pena Seorang Guru: Kami, memandang mereka, anak-anak kami, seistimewa bintang jatuh. Bagi mereka yang memandang dengan hanya sekilas dan tidak memahami, mereka kecil nan jauh. Namun nyatanya mereka begitu indah, meluncur melintas berbagai orbit kehidupan dengan mantel semangat, mimpi, dan harapan yang semakin menyala terang dengan adanya gesekangesekan di sekeliling mereka. Seperti kisah bintang jatuh yang selalu fenomenal di mata dunia. Bintang Jatuh di Langit Waijelu juga akan membuat dunia mengenal kami, terusmenerus menceritakan tentang kami, tentang kehidupan kami dan tentang keindahan kami. Keluarga Besar SMA Negeri 1 Wulla Waijelu