RESPONS PETANI TERHADAP PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI DI PROVINSI BENGKULU (FARMERS RESPONSE IN UTILIZATION OF SUPERIOR RICE VARIETIES IN BENGKULU PROVINCE) Andi Ishak dan Dedi Sugandi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km 6,5 Bengkulu Email:
[email protected]
ABSTRACT Superior variety is one of the factors that plays an important role in increasing rice productivity. The government has encouraged the use of superior rice variety through distribution of Seed Direct Assistance Program (BLBU). The purpose of this study was to evaluate the response of the farmers in utilization of superior rice variety and the factors that influencing of the use of those varieties. The study was conducted in 9 districts of Bengkulu province from November to December 2011, involving 252 respondents by applying of survey methods. Collected data included respondents characteristics, rice varieties, rice seed resources, farmers reasons for using superior rice varieties, and BLBU distribution. Farmer’s responses were analyzed by logistic regression and chi square. The results showed that the use of superior varieties were dominated by Cigeulis and Ciherang. The interest of the farmers to use superior rice variety were affected by age of the farmers and number of dependents. Distribution of BLBU has motivated to the farmers for using superior variety. Keywords: rice, response, superior variety.
ABSTRAK Benih unggul adalah salah satu faktor produksi yang berperan dalam peningkatan produktivitas padi. Pemerintah telah mendorong penggunaan benih unggul melalui Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU). Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui respons petani terhadap varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Survei dilaksanakan pada 9 kabupaten di Provinsi Bengkulu pada bulan November sampai dengan Desember 2011 dengan melibatkan responden sebanyak 252 orang petani. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, penggunaan varietas dan kelas benih, sumber informasi varietas unggul, alasan-alasan dan minat petani responden menggunakan varietas unggul, dan distribusi BLBU. Respons petani dianalisis dengan regresi logistik dan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul di Bengkulu didominasi oleh Cigeulis dan Ciherang. Minat petani menggunakan benih unggul dipengaruhi oleh umur dan jumlah tanggungan keluarga. Penyaluran BLBU telah mendorong minat petani menggunakan varietas unggul. Kata kunci: padi, respons,varietas unggul. 1
PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas strategis yang sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia yang berdampak terhadap kondisi sosial ekonomi budaya dan politik nasional. Untuk menjamin ketahanan pangan, maka peran teknologi sangat dibutuhkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas tanaman padi. Pengalaman
telah
membuktikan
bahwa
penerapan
teknologi
telah
mempengaruhi pencapaian swasembada beras. Nugraha et al. (2007) menyatakan bahwa swasembada beras pada tahun 1984 di Indonesia tidak terlepas dari introduksi varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, penerapan teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan melalui program Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus. Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya (Saryoko, 2009). Disisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5% dari total biaya input produksi padi (Kementerian Pertanian, 2010). Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi padi. Hal ini dikarenakan biaya pemassalan benih bersertifikat relatif lebih murah daripada biaya produksi pupuk dan pestisida anorganik misalnya, karena pemassalan benih dapat dilakukan melalui penangkaran benih sumber di lahan petani. Wahyuni (2011) menjelaskan bahwa sampai dengan tahun 2010 telah dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai Lembaga Penelitian di Indonesia yang dapat digunakan sebagai benih sumber, 85% diantaranya adalah hasil inovasi Badan Litbang Kementerian Pertanian. Secara nasional pada tahun 2009, lebih dari 75% sawah telah ditanami dengan varietas unggul, yang paling luas ditanam adalah Ciherang, IR64 dan Cigeulis. Ketiga varietas di atas merupakan varietas-varietas sudah lama dilepas. IR64 misalnya telah dilepas sejak tahun 1986, Ciherang tahun 2000, dan Cigeulis tahun 2002 (Suprihatno et a, 2010). Varietas Unggul Baru (VUB) seperti Inpari, Inpara, dan Inpago yang mulai dilepas sejak tahun 2008 masih belum banyak ditanam petani. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2011 di Bengkulu, petani yang telah menanam VUB baru mencapai sekitar 27% (Ishak et al., 2011). Lambatnya diseminasi varietas unggul baru padi karena informasi keberadaan benih sumber masih sangat lemah disamping 2
ketersediaannya yang relatif masih terbatas (Wahyuni, 2011). Oleh karena itu diperlukan percepatan penyebaran informasi tentang varietas unggul baru padi, karena keunggulan suatu varietas, baru dapat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan produksi dan mutu beras apabila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani. Penggunaan benih unggul di lapangan oleh masyarakat relatif masih terbatas. Menurut Daradjat et al. (2008), benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60% berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang. Hal ini berarti bahwa petani padi belum merespons benih unggul padi dengan baik. Oleh karena itu Pemerintah telah mendorong penggunaan benih unggul padi melalui berbagai program. Salah satunya yaitu dalam bentuk subsidi benih kepada petani melalui fasilitas penyediaan anggaran ke BUMN dalam bentuk PSO (Public Service Obligation) yang dilaksanakan oleh PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani yang dikenal dengan sebutan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) (Kementerian Pertanian, 2010). Peranan Pemerintah ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan benih unggul di tingkat petani, karena kebijakan yang diambil oleh Pemerintah akan sangat
mempengaruhi
seluruh
jalannya
sistem
kehidupan
masyarakat
dan
lingkungannya (Manuwoto, 1992). Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul tentu saja mendapat respons petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Harini (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan usahatani padi diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan dan umur. Selain itu faktor-faktor yang terkait dengan keragaan agronomis yang ditampilkan oleh varietas unggul tertentu juga sangat mempengaruhi respons petani terhadap penggunaan benih unggul tersebut. Ruskandar (2006) berpendapat bahwa petani tidak mudah mengganti suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka yakin akan keunggulannya. Oleh karena itu perlu digiatkan penyuluhan, demonstrasi varietas, ataupun bentuk diseminasi/promosi lain agar informasi varietas cepat sampai di lahan petani baik melalui media cetak maupun elektronik. Respons petani terhadap benih unggul padi sangat berguna sebagai informasi awal dalam upaya percepatan proses diseminasi. Tujuan kajian ini adalah untuk 3
mengetahui respons petani terhadap varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. METODE PENELITIAN Pengkajian dilakukan selama 2 bulan (November sampai dengan Desember 2011), pada 9 kabupaten di Provinsi Bengkulu. Lokasi pengambilan data ditentukan secara terpilih pada daerah-daerah sentra produksi padi yang telah mendapatkan Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dari Dinas Pertanian Kabupaten pada tahun 2011. Responden dipilih secara acak sebanyak 252 orang petani padi sawah irigasi. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petani responden menggunakan daftar pertanyaan yang berisi karakteristik responden, penggunaan varietas dan kelas benih, sumber informasi mengenai varietas unggul, alasan-alasan responden dalam pemilihan varietas berdasarkan sifat-sifat agronomis padi, dan minat responden menggunakan varietas unggul. Karakteristik petani meliputi umur (tahun), lama menempuh pendidikan formal (tahun), pengalaman usahatani padi (tahun), luas lahan sawah (ha), dan jumlah tanggungan keluarga (jiwa). Sifat-sifat agronomis varietas unggul padi yaitu produktivitas tinggi, rasa nasi disukai, bentuk gabah menarik, anakan banyak, ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, umur genjah, ketahanan rebah, malai panjang, daun bendera tegak, tahan kekeringan, dan aromatik. Data sekunder yang dikumpulkan adalah data distribusi BLBU setiap kabupaten yang bersumber dari Dinas Pertanian, serta luas panen padi sawah dari BPS Provinsi Bengkulu. Data yang terkait dengan karakteristik responden, penggunaan varietas dan kelas benih, sumber informasi mengenai benih unggul, dan alasan petani memilih benih unggul dianalisis secara deskriptif. Minat petani menggunakan benih unggul dianalisis dengan regresi logistik untuk mengetahui hubungan antara peubah terikat yaitu minat (berminat atau tidak) dengan 5 peubah bebas berupa karakteristik petani (umur, pendidikan, pengalaman usahatani padi, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga). Atribut penyusun minat petani adalah produktivitas benih, ketahanan hama penyakit, rasa nasi, umur tanaman, jumlah anakan, kemudahan memperoleh benih, harga benih, dan ada atau tidak adanya bantuan 4
benih dari pemerintah. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Sebagai alat ukur untuk menilai minat petani digunakan 8 butir pertanyaan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan pengaruh distribusi BLBU terhadap minat adopsi petani terhadap varietas unggul dianalisis dengan chi square dengan menggunakan tingkat
signifikansi (α) 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Karakteristik responden hasil survei disajikan pada Tabel 1, yang menunjukkan bahwa umur rata-rata petani responden adalah 45 tahun dengan kisaran antara 25-80 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden masih berusia produktif untuk mendukung kegiatan usahatani padi sawah. Rata-rata pendidikan responden adalah 8 tahun, artinya mereka pada umumnya tamat sekolah dasar, yang akan mempengaruhi kemampuan manajerial dalam usahatani termasuk kecepatan adopsi teknologi. Pengalaman usahatani padi responden bervariasi antara 1-51 tahun dengan rata-rata 19 tahun. Pengalaman yang memadai akan mempengaruhi pengetahuan petani dalam usahatani padi sawah, sehingga dapat memilih alternatif-alternatif teknologi yang tepat dalam usahatani. Luas lahan sawah rata-rata masih memadai yaitu 0,80 ha untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga ratarata 3 jiwa yang berpotensi menjadi tenaga kerja dalam keluarga. Tabel 1. Karakteristik responden survei. No 1 2 3 4 5
Uraian Minimum 25 2 1 0,1 1
Umur (tahun) Pendidikan formal (tahun) Pengalaman usahatani padi (tahun) Luas lahan sawah (ha) Jumlah tanggungan keluarga (jiwa)
Keterangan Maksimum 80 17 51 5 8
Rata-rata 45 8 19 0,80 3
Penggunaan Benih Padi Penggunaan benih padi di Provinsi Bengkulu sangat beragam, namun masih didominasi oleh varietas-varietas yang sudah lama dilepas seperti Cigeulis dan Ciherang, serta masih ada yang menggunakan IR64 (Tabel 2). 5
Tabel 2. Penggunaan varietas padi di Provinsi Bengkulu. No 1 2 3 4 5
Varietas Cigeulis Ciherang IR 64 Inpari Varietas lain Jumlah
Penggunaan varietas (orang) 65 58 17 67 10 252
Persentase (%) 25,79 23,02 6,75 26,60 3,97 100,00
Tabel 2 menunjukkan bahwa varietas unggul yang telah lama dilepas seperti IR64, Ciherang, dan Cigeulis (masing-masing dilepas pada tahun 1986, 2000, dan 2002), masih banyak digunakan petani. Akumulasi penggunaan ketiga varietas ini sekitar 56%. Indikasi ini memperkuat pendapat Wahyuni (2011) bahwa secara nasional varietas IR64, Ciherang, dan Cigeulis masih mendominasi pertanaman padi di Indonesia. Varietas Unggul Baru seperti Inpari yang mulai dilepas pada tahun 20085 (Suprihatno, 2010) telah dikenal dan digunakan petani. Total penggunaan varietas Inpari sekitar 27%. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa proses diseminasi varietas unggul baru telah berjalan dengan baik, meskipun masih diperlukan upaya-upaya percepatan diseminasinya. Kelas benih yang digunakan responden umumnya adalah benih sebar yaitu sekitar 66% (Tabel 3). Hal ini dipengaruhi oleh distribusi BLBU padi pada tahun 2011. Tabel 3. Persentase penggunaan kelas benih padi sawah. No 1 2 3 4
Kelas benih Benih dasar (label putih) Benih pokok (label ungu) Benih sebar (label biru) Benih tidak berlabel Total
Jumlah responden (orang) 10 27 167 48 252
% 3,97 10,71 66,27 19,05 100,00
Meskipun penggunaan benih berlabel sudah cukup tinggi, namun masih terdapat 19% petani yang masih menggunakan benih tidak berlabel dari hasil panen musim tanam yang lalu atau memperoleh benih dari petani lain di sekitar mereka dengan cara menukarkan benih dengan gabah (Tabel 3), meskipun mereka termasuk dalam wilayah program BLBU yang mendapatkan bantuan benih sebar (label biru). Hal ini disebabkan karena waktu pemberian bantuan benih tidak sesuai dengan musim tanam serta tidak seluruh petani yakin untuk menanam varietas yang dibantu pemerintah. 6
Hasil penelitian Nurasa dan Suyaka (2009) di Jawa Timur membuktikan bahwa alasan petani menggunakan benih unggul padi berlabel karena produksi lebih tinggi, namun masih terdapat petani yang belum menggunakan benih berlabel karena beberapa sebab yaitu: (1) belum yakin bahwa benih berlabel produksinya lebih tinggi daripada benih tidak berlabel, (2) harga benih berlabel lebih mahal bila dibandingkan dengan benih yang mereka sisihkan sendiri dari hasil panen, dan (3) akses terhadap benih berlabel yang relatif lebih sulit. Sumber Informasi Varietas Unggul Responden memperoleh informasi varietas unggul padi dari berbagai sumber yang disajikan pada Tabel 4, yaitu dari petani di sekitar lingkungan mereka, petugas dinas/penyuluh pertanian, kios sarana produksi pertanian, dan penangkar padi. Tabel 4. Sumber informasi varietas unggul padi. No 1 2 3 4
Sumber informasi Petani sekitar Petugas pertanian Kios saprodi Penangkar benih Total
Jumlah responden (org) 79 146 17 10 252
% 31,35 57,94 6,75 3,97 100,00
Pada Tabel 4 terlihat bahwa sebagian besar petani (57,94%) memperoleh informasi tentang varietas unggul padi dari petugas dinas/penyuluh pertanian setempat, selanjutnya informasi yang diperoleh dari petani sekitar adalah 31,35%. Informasi dari kios saprodi dan penangkar relatif terbatas, masing-masing sebesar 6,75% dan 3,97%. Hal tersebut menggambarkan bahwa agribisnis perbenihan padi di Bengkulu belum berkembang. Kios saprodi dan penangkar benih tidak banyak berperan dalam penyebarluasan informasi benih unggul padi. Alasan-alasan Petani memilih Varietas Unggul Dari hasil survei diketahui bahwa terdapat berbagai alasan petani dalam memilih varietas padi yang yang ditanam. Setiap responden dapat memilih lebih dari satu alasan dalam pemilihan satu varietas. Pilihan utama petani terhadap suatu varietas padi tertentu ternyata disebabkan oleh produktivitasnya yang tinggi (78,17%). Alasan petani memilih varietas padi tertera pada Tabel 5. 7
Tabel 5. Alasan responden memilih varietas padi. No Alasan responden Jumlah responden (orang) 1 Produktivitas tinggi 197 2 Rasa nasi disukai 187 3 Bentuk gabah menarik 161 4 Anakan banyak 153 5 Ketahanan HPT 150 6 Umur genjah 149 7 Ketahanan rebah 106 8 Malai panjang 103 9 Daun bendera tegak 95 10 Tahan kekeringan 78 11 Aromatik 49 Catatan: jumlah responden 252 orang
% 78,17 74,21 63,89 60,71 59,52 59,13 42,06 40,87 37,70 30,95 19,44
Tabel 5 menunjukkan bahwa selain produktivitasnya yang tinggi, responden juga memilih suatu varietas karena rasa nasinya disukai sebagai alasan kedua (74,21%). Selain itu, alasan-alasan dominan lainnya yaitu karena mutu gabahnya baik, anakan banyak, tahan hama/penyakit, dan berumur genjah. Informasi ini menunjukkan bahwa petani padi di Bengkulu menanam padi tidak lagi hanya untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, namun juga untuk dijual. Minat Petani menggunakan Varietas Unggul Minat menggunakan varietas unggul merupakan salah satu bentuk respons petani terhadap benih unggul. Berdasarkan hasil survei, 90,48% responden berminat menggunakan varietas unggul sedangkan sisanya yaitu 9,52% belum berminat menggunakannya menggantikan benih yang biasa mereka gunakan selama ini. Nilai koofisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,70. Dari hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa minat petani menggunakan varietas unggul dipengaruhi oleh umur dan jumlah tanggungan keluarga yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisis regresi logistik minat petani menggunakan varietas unggul. No 1 2 3 4 5
Peubah Umur Pendidikan formal Pengalaman usahatani padi Luas lahan
jumlah tanggungan keluarga Konstanta
Koefisien 0,043 0,023 -0,007 -1,177 0,169 -2,007
= ρ < 0,1 8
ρ-value 0,039 0,676 0,728 0,482 0,087 0,059
Odds Ratio 1,044 1,023 0,993 0,838 1,184 -
Pada Tabel 6 terlihat bahwa model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi minat petani menggunakan varietas unggul dengan melihat kelayakan model sebesar 0,059 pada α=10%. Peubah umur dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata terhadap minat petani, sedangkan peubah pendidikan, pengalaman, dan luas lahan berpengaruh tidak nyata terhadap adopsi petani. Dilihat dari odds ratio yang bernilai > 1, maka hubungan antara minat dengan umur dan jumlah tanggungan keluarga adalah positif. Semakin meningkat umur dan jumlah tanggungan keluarga, maka akan terjadi peningkatan peluang minat petani, dan sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ahmadi (2009) yang menyatakan bahwa pandangan seseorang terhadap sesuatu hal diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, motif, jenis kelamin, pendidikan dan lain-lain yang bersifat subyektif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Pengaruh BLBU terhadap Minat Petani mengadopsi Varietas Unggul Padi
Luas panen padi sawah di Provinsi Bengkulu pada tahun 2011 mencapai 117.858 ha (BPS Provinsi Bengkulu, 2011). Jika 1 ha lahan sawah membutuhkan 25 kg benih, diperkirakan kebutuhan benih padi sawah sebanyak 2.946.450 kg. Penyebaran benih padi sawah di Provinsi Bengkulu pada tahun 2011 yang bersumber dari Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) Kementerian Pertanian berjumlah 964.558 kg atau sebanyak 32,74% kebutuhan benih padi sawah Provinsi Bengkulu (Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu). Dengan demikian masih terdapat kekurangan benih unggul sebanyak 1.981.892 kg (67,26%) yang harus disiapkan petani secara mandiri. Adanya BLBU diduga akan mendorong peningkatan minat petani menggunakan varietas unggul padi di Provinsi Bengkulu. Tabel 7 menunjukkan minat petani responden menggunakan varietas unggul.
9
Tabel 7. Minat petani menggunakan varietas unggul padi.
Minat Ada bantuan Tidak ada bantuan Menggunakan 115 113 Tidak menggunakan 12 12 Jumlah 127 125 Berdasarkan perhitungan chi square hubungan antara bantuan
Total 228 24 252 benih melalui
Program BLBU dengan minat adopsi petani terhadap varietas unggul padi diperoleh nilai Pearson chi square hitung sebesar 0,002. Nilai chi square tabel pada derajat bebas 1 adalah 3,841. Artinya nilai chi square hitung < nilai chi square tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program BLBU telah mendorong minat petani mengadopsi varietas unggul (H0 diterima). Hal ini berarti petani akan tetap berminat menggunakan varietas unggul meskipun tidak lagi mendapatkan bantuan benih dari pemerintah.
KESIMPULAN Penggunaan varietas-varietas unggul yang telah lama dilepas seperti Cigeulis, Ciherang, dan IR64 masih mendominasi pertanaman padi sawah di Bengkulu yaitu sekitar 56%. Diseminasi varietas unggul baru yaitu Inpari perlu terus ditingkatkan, luas pertanamannya baru sekitar 27%. Petugas pertanian menjadi sumber informasi utama dalam diseminasi varietas unggul padi. Sekitar 58% informasi yang diperoleh petani tentang varietas unggul diperoleh dari petugas pertanian lapangan. Pilihan petani terhadap varietas unggul padi terutama dipengaruhi oleh tingginya produktivitas benih tersebut. Minat petani menggunakan varietas unggul dipengaruhi secara positif oleh umur dan jumlah tanggungan keluarga. Pada tahun 2011, di Bengkulu telah disalurkan Bantuan Langsung Benih Unggul padi sawah sebanyak 964.558 kg yang telah mencukupi sekitar 33% kebutuhan benih padi sawah di Bengkulu. Penyaluran BLBU tersebut telah mendorong minat petani menggunakan varietas unggul.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
10
BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Produksi Padi dan Palawija Provinsi Bengkulu (Angka Ramalan III 2011). Dalam: Berita Resmi Statistik Provinsi Bengkulu No.43/11/17/Th.V. Bengkulu: BPS Provinsi Bengkulu. p.1-4.
11
Daradjat, A.A., S. Agus, A.K. Makarim, dan A. Hasanuddin. 2008. Padi – Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. Jakarta: LIPI Press.
Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. 2011. Proyeksi Kebutuhan Benih, Dominasi Varietas Padi dan Rencana Pelaksanaan SL-PTT Tahun 2012 di Provinsi Bengkulu. Makalah dalam Temu Usaha SL-PTT dan Sosialisasi UPBS BPTP Bengkulu Tahun 2011. Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. Harini, R. 2003. Tingkat Efisiensi Perubahan Usahatani Padi di Kecamatan Seyegan. Majalah Geografi Indonesia 17(2): 81-94. Ishak, A., Afrizon, Yahumri, Yesmawati, Y. Oktavia, dan T. Hidayat. 2011. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP Bengkulu. Laporan Akhir Tahun Kegiatan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu: Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 20102014. Jakarta: Kementerian Pertanian. Manuwoto. 1992. Sinkronisasi Kebijakan dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan, Suatu Upaya Pencegahan Alih Fungsi Lahan. Dalam: Utomo, M., E. Rivai, dan A. Thahar (Ed.). Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Bandar Lampung: Universitas Lampung. p. 45-57. Nugraha, U.S, Sri Wahyuni, M.Y. Samaullah, dan A. Ruskandar. 2007. Perbenihan di
Indonesia. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/en/download/finish/23/ 777/0, diakses 11 April 2012). Nurasa, T. dan Suyaka. 2009. Pengaruh Subsidi Benih terhadap Produktivitas Padi di Jawa Timur. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis 9(1):56-65. Ruskandar, A. 2006. Varietas Unggul Baru Padi yang Banyak Ditunggu Petani. (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st260706-1.pdf, diakses 9 April 2012). Saryoko, A. 2009. Kajian Pendekatan Penanda Padi (Rice Check) di Provinsi Banten. Widyariset 12(2):43-52. Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki SE, Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, IP Wardana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Subang – Jawa Barat.
Wahyuni, S. 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Makalah dalam Workshop Evaluasi Kegiatan Pendampingan SL-PTT 2011 dan Koordinasi UPBS 2012. Balai Besar Penelitian Padi.
12