ANALYSIS OF FINANCIAL STATEMENTS FOR ASSESSING FINANCIAL PERFORMANCE OF PT INDOFOOD JAKARTA Nunik Ambarwati, Siwi Lastari, SE., M.M, Drs. Yuri Murdo, M.Si
Abtraction Company performance can be judged from the company's profitability or ability to obtain profits. Profit as one measure of corporate performance is the result of complex management in terms of revenue and expenses in order to provide a favorable difference. The performance of the company can be seen from the market share, productivity, service to consumers, the image from the point of employee and contribution in the development of the country. According to Sofyan S. (1999:190) analysis of financial statements is a process to describe the posts report into smaller units of information and see the relationship that is significant or meaningful with each other between the quantitative data as well as nonquantitative data in order to determine the condition more finance in a very important role in the decision making process. From the quick ratio analysis showed that in 2002 the company is not liquid, whereas in 2003 and in 2004 the company's liquid. Return on total asset size in 2002 to 2004 companies in poor condition, while the analysis in terms of return on equity in 2002 and 2003 the company but in 2004 both companies in poor conditionFrom the analysis of operating performance, in 2002 to 2004 companies in the running of their business is not good, because from 2002 to 2004 the profits from the company's decline. Keywords: corporate performance, profits, quick ratio, return on total assets, operating performance analysis
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR JAKARTA Nunik Ambarwati, Siwi Lastari, SE., M.M, Drs. Yuri Murdo, M.Si
Abstraksi Kinerja perusahaan dapat dinilai dari rentabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Laba sebagai salah satu ukuran prestasi perusahaan merupakan hasil dari pengelolaan yang kompleks dalam hal pendapatan dan beban agar dapat memberikan selisih yang menguntungkan. Kinerja perusahaan juga dapat dilihat dari pangsa pasar, produktifitas, pelayanan pada konsumen, citra dari sudut karyawan serta kontribusi dalam pembangunan negara. Menurut Sofyan S. (1999:190) analisis laporan keuangan adalah suatu proses untuk menguraikan pos-pos laporan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Dari analisis quick ratio menunjukkan bahwa pada tahun 2002 kondisi perusahaan tidak likuid, sedangkan pada tahun 2003 dan tahun 2004 kondisi perusahaan likuid. besarnya Return on total asset pada tahun 2002 sampai tahun 2004 perusahaan dalam kondisi kurang baik, sedangkan ditinjau dari analisis return on equity pada tahun 2002 dan 2003 kondisi perusahaan baik tetapi pada tahun 2004 perusahaan dalam kondisi kurang baik.Dari analisis kinerja operasi, pada tahun 2002 sampai tahun 2004 perusahaan dalam mengelola perusahaannya kurang baik, karena dari tahun 2002 sampai tahun 2004 laba yang diperoleh perusahaan menurun. Kata kunci: kinerja perusahaan, laba, quick ratio, return on total aset, analisis kinerja operasi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan baik yang berorientasi laba atau tidak (nirlaba) selalu mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan bidang dan jenis usahanya. Perusahaan dengan orientasi laba didirikan untuk mengolah sumber-sumber ekonomi agar menjadi barang atau jasa, antara lain tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dan memenuhi kebutuhan serta keperluan konsumen. Pihak manajemen menerapkan berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan dalam rangka untuk mencapai tujuan. Hal tersebut memerlukan informasi tentang aktivitas perusahaan dan hasil yang telah diperoleh perusahaan. Salah satu informasi yang penting dan relevan dalam pengambilan keputusan adalah informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh bagaimana cara manajemen mengolah aktiva dan kewajiban yang merupakan unsur-unsurnya untuk mencapai tujuan perusahaan atau dengan kata lain bagaimana sumber daya yang ada dikendalikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Posisi keuangan juga dipengaruhi oleh struktur keuangan, likuiditas, solvabilitas dan kemampuan perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Perusahaan dengan likuiditas yang baik akan dapat memberikan tingkat keamanan yang cukup bagi kreditor jangka pendek dan mampu melaksanakan operasi perusahaan secara normal dengan modal kerja yang tersedia. Sementara itu kondisi keuangan jangka panjang juga penting artinya, solvabilitas yang baik akan mampu menyediakan kas atau dana jangka panjang untuk memenuhi komitmen keuangan saat jatuh tempo. Kinerja perusahaan dapat dinilai dari rentabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Laba sebagai salah satu ukuran prestasi perusahaan merupakan hasil dari pengelolaan yang kompleks dalam hal pendapatan dan beban agar dapat memberikan selisih yang menguntungkan. Kinerja perusahaan juga dapat dilihat dari pangsa pasar, produktifitas, pelayanan pada konsumen, citra dari sudut karyawan serta kontribusi dalam pembangunan negara. Pada tahun 2002 PT Indofood Sukses Makmur dapat meraih laba sebesar Rp
915.209.951.107. Tahun 2003, laba yang dicapai sebesar Rp 921.740.443.801. Hal ini berarti laba yang dicapai mengalami kenaikan. Tahun 2004, laba yang dicapai sebesar Rp 720.931.710.287. Hal ini berarti perusahaan mengalami penurunan dalam perolehan labanya dibanding dengan tahun sebelumnya. Dengan melakukan analisis laporan keuangan maka akan membantu dalam mengukur kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta. Kondisi keuangan tersebut dapat diketahui melalui laporan keuangan yang tercermin dalam neraca, laporan rugi laba serta laporan-laporan keuangan yang lainnya. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk menelaah dan mengukur kondisi keuangan perusahaan adalah dengan analisis rasio. Dalam hal ini analisis rasio tidak hanya berguna bagi pihak intern perusahaan tetapi juga pihak ekstern perusahaan seperti calon investor maupun para kreditor. Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan mengambil judul: “ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
UNTUK
MENILAI
KINERJA
KEUANGAN
PT
INDOFOOD SUKSES MAKMUR JAKARTA”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahannya adalah bagaimana keadaan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas untuk menilai kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta dari tahun 2002-2004.
1.3 Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini diberikan batasan mengenai keadaan likuiditas tahun 2002-2004, solvabilitas tahun 2002-2004, rentabilitas tahun 2002-2004.
1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan tingkat likuiditas dari tahun 2002 sampai tahun 2004. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan tingkat solvabilitas dari tahun 2002 sampai tahun 2004.
3. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan tingkat rentabilitas dari tahun 2002 sampai tahun 2004. 4. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan kinerja operasi dari tahun 2002 sampai tahun 2004.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi PT Indofood Sukses Makmur: Untuk memberikan informasi untuk mendukung keberhasilan perusahaan. 2. Bagi STIE Nusa Megarkencana Yogyakarta: Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana Yogyakarta, diharapkan dapat memberikan sumbangan-sumbangan karya ilmiah dan tambahan bahan referensi. 3. Bagi Penulis: Dapat membandingkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
1.6 Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini membicarakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini merupakan dasar-dasar teori yang digunakan dalam memecahkan, menganalisis dan membahas masalah yang dihadapi dalam penyusunan laporan ini.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, analisis data.
BAB IV
: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAAN Bab ini menjelaskan sejarah berdirinya dan perkembangannya, serta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. BAB V
: ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis rentabilitas dan analisis kinerja operasi perusahaan dari tahun 2002 sampai tahun 2004.
BAB VI
: KESIMPULAN dan SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data serta saran-saran yang perlu diberikan.
BAB I PENDAHULUAN
1.7 Latar Belakang Masalah Perusahaan baik yang berorientasi laba atau tidak (nirlaba) selalu mempunyai tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan bidang dan jenis usahanya. Perusahaan dengan orientasi laba didirikan untuk mengolah sumber-sumber ekonomi agar menjadi barang atau jasa, antara lain tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dan memenuhi kebutuhan serta keperluan konsumen. Pihak manajemen menerapkan berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan dalam rangka untuk mencapai tujuan. Hal tersebut memerlukan informasi tentang aktivitas perusahaan dan hasil yang telah diperoleh perusahaan. Salah satu informasi yang penting dan relevan dalam pengambilan keputusan adalah informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh bagaimana cara manajemen mengolah aktiva dan kewajiban yang merupakan unsur-unsurnya untuk mencapai tujuan perusahaan atau dengan kata lain bagaimana sumber daya yang ada dikendalikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Posisi keuangan juga dipengaruhi oleh struktur keuangan, likuiditas, solvabilitas dan kemampuan perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Perusahaan dengan likuiditas yang baik akan dapat memberikan tingkat keamanan yang cukup bagi kreditor jangka pendek dan mampu melaksanakan operasi perusahaan secara normal dengan modal kerja yang tersedia. Sementara itu kondisi keuangan jangka panjang juga penting artinya, solvabilitas yang baik akan mampu menyediakan kas atau dana jangka panjang untuk memenuhi komitmen keuangan saat jatuh tempo. Kinerja perusahaan dapat dinilai dari rentabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Laba sebagai salah satu ukuran prestasi perusahaan merupakan hasil dari pengelolaan yang kompleks dalam hal pendapatan dan beban agar dapat memberikan selisih yang menguntungkan. Kinerja perusahaan juga dapat dilihat dari pangsa pasar, produktifitas, pelayanan pada konsumen, citra dari sudut karyawan serta kontribusi dalam pembangunan negara. Pada tahun 2002 PT Indofood Sukses Makmur dapat meraih laba sebesar Rp
915.209.951.107. Tahun 2003, laba yang dicapai sebesar Rp 921.740.443.801. Hal ini berarti laba yang dicapai mengalami kenaikan. Tahun 2004, laba yang dicapai sebesar Rp 720.931.710.287. Hal ini berarti perusahaan mengalami penurunan dalam perolehan labanya dibanding dengan tahun sebelumnya. Dengan melakukan analisis laporan keuangan maka akan membantu dalam mengukur kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta. Kondisi keuangan tersebut dapat diketahui melalui laporan keuangan yang tercermin dalam neraca, laporan rugi laba serta laporan-laporan keuangan yang lainnya. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk menelaah dan mengukur kondisi keuangan perusahaan adalah dengan analisis rasio. Dalam hal ini analisis rasio tidak hanya berguna bagi pihak intern perusahaan tetapi juga pihak ekstern perusahaan seperti calon investor maupun para kreditor. Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan mengambil judul: “ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
UNTUK
MENILAI
KINERJA
KEUANGAN
PT
INDOFOOD SUKSES MAKMUR JAKARTA”.
1.8 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahannya adalah bagaimana keadaan likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas untuk menilai kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta dari tahun 2002-2004.
1.9 Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini diberikan batasan mengenai keadaan likuiditas tahun 2002-2004, solvabilitas tahun 2002-2004, rentabilitas tahun 2002-2004.
1.10
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan tingkat likuiditas dari tahun 2002 sampai tahun 2004. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan tingkat solvabilitas dari tahun 2002 sampai tahun 2004.
3. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan tingkat rentabilitas dari tahun 2002 sampai tahun 2004. 4. Untuk mengetahui kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta berdasarkan kinerja operasi dari tahun 2002 sampai tahun 2004.
1.11
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi PT Indofood Sukses Makmur: Untuk memberikan informasi untuk mendukung keberhasilan perusahaan. 2. Bagi STIE Nusa Megarkencana Yogyakarta: Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana Yogyakarta, diharapkan dapat memberikan sumbangan-sumbangan karya ilmiah dan tambahan bahan referensi. 3. Bagi Penulis: Dapat membandingkan pengetahuan teoritis yang diperoleh di bangku kuliah sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan.
1.12
Sistematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini membicarakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini merupakan dasar-dasar teori yang digunakan dalam memecahkan, menganalisis dan membahas masalah yang dihadapi dalam penyusunan laporan ini.
BAB III
: METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, metode pengumpulan data, analisis data.
BAB IV
: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAAN Bab ini menjelaskan sejarah berdirinya dan perkembangannya, serta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. BAB V
: ANALISIS DATA Bab ini berisi tentang analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis rentabilitas dan analisis kinerja operasi perusahaan dari tahun 2002 sampai tahun 2004.
BAB VI
: KESIMPULAN dan SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan analisis data serta saran-saran yang perlu diberikan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah Library Research.
3.2 Lokasi Penelitian PT Indofood Sukses Makmur Jakarta (study kasus di BEJ UII Yogyakarta).
3.3 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah PT Indofood Sukses Makmur Jakarta.
3.4 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2002, 2003, 2004.
3.5 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kinerja operasi.
3.6 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data tersebut penulis menggunakan data sekunder: 1. Data yang bersumber dari laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Jakarta yang berupa neraca dan laporan rugi laba tahun 2002, 2003, 2004.
2. Data yang bersumber dari dokumen yang diperoleh dari data di BEJ UII Yogyakarta. 3. Tinjauan Kepustakaan: pembahasan teori yang berkaitan dengan analisis laporan keuangan.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Riwayat Singkat Perseroan Perseroan berkedudukan di Jakarta dan didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma berdasarkan Akta Pendirian No. 228 tanggal 14 Agustus 1990, yang diubah dengan Akta No. 249 tanggal 15 November dan diubah kembali dengan Akta No. 171 pada tanggal 20 Juni 1990, kesemuanya ini dibuat dihadapan Benny Kristianto, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan No.C2-2915.HT.01.01.Th.91, tanggal 12 Juli 1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dibawah No.579.581 tanggal 5 Agustus 1991, yang diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.112 pada tanggal 11 Februari 1992, Tambahan No.611. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham, sebagaimana dituangkan dalam Akta risalah Rapat No.51 tanggal 5 Februari 1994, yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH., Notaris di Jakarta, Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Perubahan tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan No.C2-2048.HT.01.04.TH.94, tanggal 1994,
dan
didaftarkan
di
Pengadilan
Negeri
Jakarta
9 Februari Selatan,
dibawah
No.360/A.Not/HKM/1994/PN.JakSel, tanggal 22 Februari 1994, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.50, tanggal 24 Juni 1994, Tambahan No.3629. PT Indofood terletak di Jl. Raya Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta. Perseroan ini memiliki atau menguasai tanah dengan luas kurang lebih 2.580.887m dengan rincian tanah seluas 2.195.625m berstatus Hak Guna Bangunan dan tanah seluas 87.740m berstatus Hak Guna Usaha sedangkan tanah seluas 297.522m dikuasai perseroan berdasarkan perjanjian-perjanjian penggunaan tanah dengan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia di Jakarta dan Surabaya. PT Indofood merupakan salah satu produsen makanan olahan terbesar di Indonesia dan memiliki pangsa pasar dominan untuk produk-produk utamanya, yaitu mi instan, tepung terigu, minyak goreng, margarin dan lemak nabati (shortenings). PT
Indofood merupakan produsen mi instan terbesar di dunia berdasarkan volume produksi (Sumber: Internasional Ramen Manufacture Association- IRMA) dan pengolahan gandum terbesar di Indonesia (sumber: Apartindo) pabrik pengolahan gandum di Jakarta merupakan salah satu yang terbesar di dunia berdasarkan kapasitas produksi di satu lokasi pengolahan.
4.2. Kekuatan Utama PT Indofood 4.2.1. Strategi Pemasaran yang Efektif dan Terarah Strategi pemasaran perusahaan ini selalu difokuskan untuk merespon apa yang dibutuhkan oleh konsumen dengan menerapkan strategi 3A: Acceptable, Affordable, dan Available secara efektif. Selain itu juga lebih memfokuskan penjualan secara langsung ke pasar, menggarap segmen pasar yang belum dimasuki oleh pesaing terutama segmen konsumen atas serta memperluas pasar internasional.
4.2.2. Keanekaragaman Merek Unggulan Perusahaan ini memiliki produk-produk bermerek yang merupakan produkproduk yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia. Merek-merek unggulan yang dimiliki antara lain: Indomie, Sarimi, Supermi dan Sakura untuk produk mi instan. Cakra Kembar, Lencana Merah dan Segitiga Biru Untuk produk tepung terigu. Bimoli, Sunrise dan Delima untuk produk minyak goreng dan Simas, Amanda, Delima, Malinda dan Palmia untuk produk margarin dan shortenings.
4.2.3. Produk Unggulan dan Pangsa Pasar PT Indofood pada saat ini memimpin pangsa pasar untuk produk makanan seperti mi instan, tepung terigu, minyak goreng, makanan bayi dan makanan ringan modern, yang dijual ke seluruh Indonesia dibawah merek-merek yang sudah dikenal luas. Jumlah pangsa pasar berdasarkan volume pada tahun 2003 adalah 80% untuk produk mi instan, 70% untuk tepung terigu, 40% untuk minyak goreng dan 60% untuk produk margarin dan shortenings. Pada tahun 2003 produk makanan ringan yang diproduksi sebesar 40% dari produk-produk makanan ringan yang dijual di Indonesia, sedangkan untuk produk
makanan bayi yang diproduksi sebesar 55% dari produk makanan bayi yang dijual di Indonesia.
4.2.4. Biaya Produksi Rendah Dengan pengoperasian yang terintegrasi dimulai dari pasokan bahan baku sampai dengan pendistribusian produk jadi, skala usaha ekonomis dan expertise di industri terkait, PT Indofood berkeyakinan bahwa PT Indofood adalah perusahaan pengolahan makanan yang paling berbiaya produksi paling rendah. Produk-produk yang dihasilkan didistribusikan melalui jaringan distribusi yang dimiliki oleh PT Indofood disamping distributor pihak ketiga.
4.2.5. Distribusi Produk-produk makanan PT Indofood didistribusikan oleh divisi distribusi ke sekitar 160.000 pedagang eceran di seluruh Indonesia. Perusahaan berkeyakinan bahwa dengan pengelompokan wilayah tersebut maka akan dapat menekan biaya distribusi dan transportasi, mengatur arus pengiriman produk ke pasar dan merespon dengan cepat terhadap persaingan. PT Indofood juga menerapkan sistem distribusi yang efisien dengan dukungan sistem manajemen informasi terpadu. Periklanan dan promosi secara efektif turut mendukung langkah PT Indofood dalam mengembangkan cakupan penjualan produk-produknya.
4.2.6. Sumber Daya Manusia yang Kreatif dan Inovatif PT Indofood memiliki sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif serta selalu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perusahaan juga menekankan kepada para karyawannya untuk meningkatkan keahlian kewirausahaan (entrepreneurial skills), dan kerjasama tim serta kemauan untuk selalu mengembangkan diri.
4.3. Kegiatan Usaha Utama 4.3.1. Mi Instan PT Indofood memproduksi beberapa jenis produk mi instan dengan kisaran harga yang bervariasi sesuai dengan segmen konsumen yang dituju, baik itu segmen bawah, menengah maupun segmen atas. Perbedaan utama pada jenis produk tersebut terletak pada komposisi, jumlah dan kualitas bumbu, saus yang terdapat dalam kemasan dan kualitas dari kemasan itu sendiri. PT Indofood memproduksi beraneka ragam mi instan untuk memenuhi semua segmen pasar di Indonesia. Merek-merek utama yang telah diterima secara luas di Indonesia adalah: Indomie, Sarimi, Supermi dan Sakura. Pada tahun 2003, perusahaan ini meluncurkan produk mi instan baru dengan cita rasa dari beberapa propinsi di Indonesia, dengan produk Selera Nusantara sebagai pemersatu dari seluruh daerah yang ada serta Mi Selera Asia, Mi Vegetarian dan meluncurkan produk mi instan untuk perayaan-perayaan khusus seperti: Mi Imlek, Mi Valentine, Mi Ulang Tahun dan Mi Hari Raya. Untuk mempertahankan posisinya sebagai produsen mi instan dan makanan olahan terkemuka dan cukup besar di Indonesia, maka manajemen menetapkan strategi antara lain: (i) menciptakan produk yang sesuai dan terjangkau untuk semua lapisan masyarakat, baik dari segmen atas, menengah maupun bawah, (ii) meningkatkan keberadaan produk di pasar melalui penerapan strategi distribusi yang baik sehingga dapat menjamin keberadaan produk bagi konsumen, dan (iii) melakukan kegiatan promosi yang terus menerus terhadap merek (brand), pedagang dan konsumen. Dengan penerapan strategi di atas diharapkan dapat tercapai penetrasi pasar yang tinggi untuk produk-produk yang dihasilkan. Pada tahun 2003, biaya promosi dan iklan adalah Rp. 304,8 miliar atau sekitar 5% dari nilai penjualan. PT Indofood memasarkan produk mi instan melalui sebuah jaringan yang terdiri lebih dari 50 distributor yang berlokasi di Indonesia, termasuk 3 anak Perusahaan dan 2 Perusahaan Asosiasi yang secara keseluruhan menyalurkan sekitar 65% dari seluruh penjualan mi instan. Para distributor ini menerima kiriman produk langsung dari pabrikpabrik secara berkala dan selanjutnya menjualnya ke pedagang grosir, pengecer, supermarket dan toko kelontong.
4.3.1.1. Bahan Baku Bahan baku utama pembuatan mi instan terdiri dari tepung terigu, bumbu dan minyak goreng. Biji gandum yang dibutuhkan untuk memproduksi tepung terigu sebagian besar diimpor dari Australia, Kanada, India dan Amerika Serikat. Sekitar sepertiga dari harga pokok penjualan produk mi instan merupakan biaya tepung terigu.
4.3.1.2. Proses Produksi Proses produksi mi instan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan: pembuatan adonan, pengepresan, penguntaian, pengukusan, pemotongan, penggorengan dan pendinginan. Bumbu mi instan terdiri dari bumbu bubuk dan minyak bumbu yang memiliki berbagai macam rasa seperti rasa ayam, ayam bawang, rasa soto, rasa kare ayam. Kemasan bumbu tersebut ditambahkan pada saat proses pengemasan. Prosedur pengecekan kualitas dilakukan di setiap tahapan dalam proses pembuatan mi instan seperti pencampuran dan pembuatan adonan sampai dengan tahap pengemasan dan pengepakan. PT Indofood memproduksi sendiri bumbu mi instan dan sebagian besar bahan kemasan yang dipakai.
Diagram Produksi Mi Instan adalah sebagai berikut: TEPUNG TERIGU
PROSES PENCAMPURAN
PENGEPRESAN
PEMERIKSAAN MUTU
PENGUNTAIAN
PEMERIKSAAN MUTU
PENGUKUSAN
PEMOTONGAN
MINYAK GRG NABATI
BUMBU BUBUK DAN MINYAK
UNIT PERNAPASAN
PENGGORENGAN
Diletakan Diatas Keping Mi
PENDINGINAN
PEMERIKSAAN TERAKHIR
FILM BAHAN KEMASAN
PENGEMASAN
KARTON PEMBUNGKUS
PRODUK AKHIR
Gambar 1. Produksi Mi Instan 4.3.2. Tepung Meskipun beras merupakan bahan makanan pokok di Indonesia, tepung terigu telah berkembang menjadi salah satu bahan makanan substitusi yang penting, yang disebabkan oleh: a) program diversifikasi pangan pemerintah yang diarahkan pada pengurangan ketergantungan beras, b) meningkatkan penghasilan per kapita yang mengakibatkan kenaikan permintaan makanan yang menggunakan tepung terigu seperti: mi instan, kue, roti, makanan ringan dan lain-lain. Industri mi basah dan mi instan mengkonsumsi sekitar 55% dari tepung terigu yang diproduksi di Indonesia. Sedangkan sebanyak 20% untuk biskuit, 20% untuk roti dan bakery, dan sisanya sebesar 5% dijual secara eceran. Perusahaan berkeyakinan bahwa prospek industri akan terus berkembang di masa mendatang.
4.3.2.1. Produk PT Indofood memproduksi beberapa jenis tepung terigu yang memiliki kandungan protein yang berbeda, yang ditujukan untuk pasar yang berbeda pula. Selain itu juga memproduksi tepung siap pakai (premix flour) dan tepung industri yang dipergunakan sebagai bahan campuran membuat lem oleh industri kayu lapis. Produk sampingan lainnya yaitu dedak, yang digunakan untuk keperluan bahan pakan ternak untuk pasar lokal dan ekspor, yang mana kontribusi penjualan produk sampingan di tahun 2003 adalah sebesar 28% dari total volume penjualan, juga memproduksi pasta dengan bahan baku tepung semolina. Tepung terigu yang diproduksi oleh PT Indofood dijual dengan lebih dari 20 merek dagang antara Segitiga Biru atau Gunung Bromo, Lencana Merah atau Semar dan Cakra Kembar atau Kereta Kencana yang sudah cukup dikenal oleh luas konsumen di Indonesia. Konstribusi masing-masing merek terhadap total nilai penjualan tepung terigu adalah sebesar 11%, 16%, dan 34% pada tahun 2003. sedangkan tepung terigu untuk keperluan industri dijual dengan merek dagang Anggrek atau Teratai. Pada tahun 2003, PT Indofood mengolah sekitar 3,1 juta ton gandum dan menjual sekitar 2,2 juta ton tepung terigu atau sekitar 70% dari seluruh penjualan tepung terigu di Indonesia. Sekitar 23% dari tepung terigu yang diproduksi oleh tepung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku divisi mi instan. Sejak tahun 1999, PT Indofood mulai mengekspor tepung terigu ke Singapura, Brunai, Malaysia, Thailand, Srilangka, Timor Leste, dan Maldives dengan merek dagang Triangle dan Taj Mahal. PT Indofood juga mulai memperkenalkan premix flour dengan merek dagang Chessa untuk pasar lokal dan sejak tahun 2001 mulai mengekspor premix flour ke Jepang. Sesuai dengan strategi PT Indofood, strategi yang diterapkan adalah menjaga dan mengembangkan pangsa pasar yang dimiliki. Beberapa komponen dari strategi tersebut adalah: a. Diversifikasi produk PT Indofood berkeyakinan bahwa dengan membina hubungan yang baik dengan konsumennya akan memungkinkan untuk memproduksi tepung terigu yang sesuai dengan kebutuhan konsumennya dan tidak diproduksi oleh pesaing lainnya. Perusahaan telah merekrut tenaga penjualan dan konsultan teknis untuk konsumen
institusi untuk memahami jenis tepung terigu dengan kandungan protein yang berbeda dan produk tepung terigu yang diproduksi dikemas dalam kantung ukuran 25 kilogram. Saat ini PT Indofood telah memproduksi lebih dari 10 jenis tepung terigu dalam kemasan yang memenuhi kebutuhan konsumen. Sejak tahun 2001, PT Indofood telah memperkenalkan premix flour yang sebagian besar diekspor ke Jepang dan pasta instan yang ditujukan untuk segmen menengah ke atas. Pada pertengahan tahun 2003. Perusahaan ini mulai memperdagangkan tepung beras dan tepung ketan untuk pasar domestik. b. Menggunakan merek dagang PT Indofood memperkenalkan dan memproduksikan produk-produknya dengan merek dagang sendiri untuk mendapatkan marjin yang lebih besar, juga mempromosikan penggunaan tepung terigu sebagai substitusi beras dengan berfokus pada tepung terigu yang diperkaya dengan vitamin. c. Mengandalkan jaringan distribusi PT Indofood bersama dari 100 orang distributor independen, telah membangun jaringan distribusi yang kuat dan tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini perusahaan memiliki 6 depo di kota-kota besar dan bekerja sama dengan distributor independen telah membangun 107 depo dan sales outlet yang tersebar di seluruh kota Indonesia.
d. Menaikkan tepung terigu melalui pendidikan Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh PT Indofood untuk menaikkan tepung terigu di Indonesia, di antaranya dengan membangun 32 banking center yang tersebar dikota-kota besar, menyiarkan acara mingguan “Cooking show” (Sajian Bersama Bogasari) di salah satu televisi swasta, dan menerbitkan tabloit 2 mingguan “Wacana Mitra” yang didistribusikan langsung ke usaha kecil atau menengah.
4.3.2.2. Bahan Baku Bahan baku utama pembuatan tepung terigu adalah biji gandum yang seluruhnya dipasok dari Luar Negeri. PT Indofood membeli sebagian kebutuhan gandumnya dari
Australia, Kanada dan Amerika Serikat. Sampai saat ini PT Indofood tidak pernah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan biji gandumnya.
4.3.2.3. Fasilitas dan Kapasitas Produksi PT Indofood mengoperasikan dua pabrik gandum yang terletak di Jakarta dan Surabaya dengan kapasitas terpasang masing-masing sekitar 10.640 ton gandum dan 5.900 ton gandum per hari. Pabrik pengolahan gandum di Jakarta memiliki 16 lini produksi (termasuk fasilitas penggilingan untuk pusat pelatihan) sedangkan pabrik pengolahan gandum Surabaya memiliki 8 lini produksi. Pada tahun 2003, kedua pabrik tersebut mengolah sekitar 3,1 juta ton gandum yang menghasilkan sekitar 2,2 juta ton tepung terigu. Masing-masing pabrik pengolahan gandum tersebut dilengkapi dengan mesin pembangkit tenaga listrik yang dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan listrik kedua pabrik tersebut. PT Indofood juga mengoperasikan pabrik pembuatan pasta dan pabrik pembuatan karung tepung terigu. PT Indofood juga menggunakan jaringan distribusi yang luas, yang per 31 Desember 2003, memiliki lebih dari 2.600 kendaraan 177 kantor cabang, depo dan stock poin, yang melayani lebih dari 160.000 pedagang eceran di seluruh Indonesia melalui sebuah sistem informasi manajemen yang terpusat. Melihat pentingnya jaringan distribusi yang ektensif karena luasnya pasar domestik di Indonesia, PT. Indofood mencurahkan perhatiannya untuk memperluas jaringan distribusinya agar dapat melayani seluruh daerah di Indonesia
4. 4. Distribusi PT. Indofood mendistribusikan produk-produk konsumen dalam kemasan melalui jaringan distribusi, hampir 60 % dari produk-produk PT Indofood didistribusikan melalui jaringan distribusi independen dan dijual secara langsung ke konsumen dan industri. Produk-produk makanan tersebut didistribusikan oleh divisi distribusi ke sekitar 160.000 pedagang eceran di seluruh Indonesia. Mengingat ukuran dan ragam geografi Indonesia, PT Indofood bertekad untuk mengembangkan jaringan distribusinya sampai ke seluruh pelosok Indonesia. Seluruh penjualan produk PT Indofood di Indonesia dikoordinasikan melalui pengelompokan wilayah dan didukung oleh sistem informasi
teknologi yang didapat memantau tingkat penjualan dan persediaan produk di setiap area penjualan. Dengan pengelompokan daerah tersebut PT Indofood dapat mengendalikan tingkat persediaan di pasar, pengiriman produk tepat waktu dan mengantisipasi persaingan sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya distribusi dan transportasi. PABRIK
DISTRIBUTOR
PASAR SWALAYAN
PASAR SWALAYAN
PASAR SWALAYAN
PASAR SWALAYAN
PASAR SWALAYAN
PEDAGANG ECERAN
KONSUMEN
Gambar 2. Gambar Alur Distribusi Mi Instan Sumber : PT. Indofood Pada umumnya, distributor membuat perjanjian dengan PT Indofood dimana distributor bertanggung jawab untuk melayani wilayah tertentu dan menjual produk tertentu. Distributor menerima pengiriman produk langsung dari PT Indofood secara berkala dan mendistribusikan produk tersebut ke pedagang grosir, pedagang eceran, pasar swalayan dan toko.
4. 5. Penetapan Harga (Pricing) 4. 5. 1. Mi Instan Berdasarkan harga jual, produk mi instan menjadi tiga segmen pasar, mi instan dengan harga eceran antara Rp. 600 sampai dengan Rp. 800 per bungkus dan mi instan dengan harga eceran diatas Rp. 800 per bungkus. Harga eceran tertinggi untuk mi instan
mencapai diatas Rp. 3.000 per bungkus. Perbedaan harga ditentukan oleh komposisi bahan baku dalam pembuatan mi, jumlah, kualitas dari bumbu dan kualitas kemasan.
4. 5. 2. Tepung Terigu PT Indofood meluncurkan produk-produk tepung terigu dengan variasi harga berbeda untuk menguasai bangsa pasar yang ada di setiap segmen produk. Pada saat ini juga memiliki lebih dari 20 (dua puluh) merek dagang tepung terigu antara lain Segitiga Biru, Gunung Bromo, Lencana Merah, Semar, Cakra Kembar dan Kereta Kencana. Produk-produk tepung terigu ini, tergantung dari kadar proteinnya, berkisar harganya antara Rp 3.800 (cakra Kembar Emas atau Kereta Kencana Emas) dan Rp 2.800 per kilogram untuk kualitas yang terendah (Payung atau Lokomotif). Dengan adanya produkproduk pada setiap segmen pasar, PT Indofood dapat meningkatkan daya saing dan selanjutnya menguasai pangsa pasar yang ada.
4.6. Strategi Usaha Strategi usaha PT Indofood mengacu pada prinsif 3A yaitu: (i) Acceptability, dimana perusahaan selalu berusaha menciptkan produk-produk yang diterima oleh konsumen, (ii) Affordability, dimana perusahaan berusaha untuk menghasilkan produkproduk dengan harga yang terjangkau oleh konsumen dan (iii) availibility, dimana perusahaan berusaha agar produk-produknya mudah diperoleh oleh konsumen melalui jaringan distribusi yang luas. Strategi usaha PT Indofood yang berpedoman pada prinsif 3A tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mengembangkan segmen produk dan pangsa pasar PT Indofood dalam mengembangkan produk dan pangsa pasar selalu berusaha dan memenuhi permintaan konsumen terhadap produk makanan olahan dengan cara menawarkan produk-produk inovatif dan dapat diterima konsumen. Penetrasi pasar atas produk-produk dapat ditingkatkan melalui strategi pemasaran antara lain segmentasi pasar yang jelas dan distribusi yang lebih terarah. b. Memfokuskan pada produk-produk inti
PT Indofood senantiasa menfokuskan diri untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan penjualan produk-produk inti yang memberikan kontribusi penjualan dan laba yang optimal. Namun demikian, produk-produk diluar produk inti akan tetap dipertahankan sepanjang produk-produk tersebut berpotensi untuk memberikan kontribusi yang berarti terhadap penjualan dan laba PT Indofood. c. Mengoptimalkan efisiensi operasional dan produktivitas Untuk mencapai efesiensi operasional dan produktivitas yang optimal, PT Indofood senantiasa meningkatkan koordinasi, komunikasi dan kerja sama antar divisi yang terkait, disamping itu juga mengoptimalkan peranan logistik dan supply chain yang terintegrasi serta meningkatkan efesiensi jalur distribusi. d. Mempertahankan struktur permodalan dan kebijakan keuangan yang optimal Dengan memiliki struktur permodalan dan kebijakan keuangan yang optimal, PT Indofood berkeyakinan dapat meningkatkan eksistensinya sebagai produsen makanan olahan terkemuka. Dengan penerapan strategi usaha tersebut di atas, PT Indofood diharapkan dapat terus meningkatkan pendapatan dan laba usaha yang pada akhirnya meningkatkan corporate value dan stakeholders value.
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Laporan Keuangan Untuk mengetahui perkembangan PT Indofood Sukses Makmur, pihak-pihak yang berkepentingan dapat melihatnya pada laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan rugi laba. Analisis rasio merupakan alat ukur yang digunakan untuk menjelaskan posisi-posisi keuangan suatu perusahaan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi hanya menggunakan empat rasio sebagai alat analisis yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio kinerja perusahaan. Dengan menganalisis laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur yang berupa neraca dan laporan rugi laba menggunakan keempat rasio ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja PT Indofood Sukses Makmur Jakarta. Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan rugi laba yang meliputi: a. Neraca PT Indofood Sukses Makmur per 31 Desember 2002, 2003, 2004 b. Laporan Rugi Laba PT Indofood Sukses Makmur per 31 Desember 2002, 2003, 2004.
Analisis Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial perusahaan dalam hal ini untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini digunakan rasio likuiditas yang terdiri: 1. Current Ratio Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang lancar. Perhitungan current ratio pada PT Indofood Sukses Makmur Jakarta dapat dilihat dalam lampiran dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1 Current ratio PT Indofood Sukses Makmur Jakarta Tahun 2002-2004
Tahun
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Current Ratio (%)
2002
5.246.996.500.510 6.055.345.891.414 86,65%
2003
7.147.003.162.168 4.341.302.243.186 164,63%
2004
7.106.490.597.636 3.664.192.739.756 193,94%
Sumber: Data yang sudah diolah Dari tabel di atas dapat dilihat current ratio tiap tahunnya sebagai berikut: Pada tahun 2002 current ratio sebesar 86,65% atau 0,86:1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap hutang lancar Rp. 1,00 dijamin aktiva lancar Rp. 0,86. Pada tahun 2003 current ratio sebesar 164,63% atau 1,64:1 yang artinya setiap hutang lancar Rp. 1,00 dijamin dengan aktiva lancar Rp. 1,64. Pada tahun 2004 current ratio sebesar 193,94% atau 1,93:1 yang artinya setiap hutang lancar Rp. 1,00 dijamin dengan aktiva lancar Rp. 1,93. Pada tahun 2002 current ratio sebesar 86,65% pada tahun berikutnya current ratio mengalami kenaikan sebesar 77,98% sehingga pada tahun 2003 current ratio sebesar 164,63%. Kenaikan ini disebabkan oleh bertambahnya aktiva lancar sebesar Rp. 1.900.006.661.658, dan hutang lancar menurun sebesar Rp. 1.714.043.648.228. Pada tahun 2003 current ratio sebesar 164,63% di tahun 2004 current ratio mengalami kenaikan sebesar 29,31% sehingga pada tahun 2004 current ratio sebesar 193,94%. Kenaikan ini disebabkan oleh berkurangnya hutang lancar sebesar Rp. 677.109.503.430. 2. Quick Ratio Quick ratio merupakan analisis rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid dengan tidak memperhitungkan besarnya persediaan yang dimilikinya. Perusahaan dikatakan baik tingkat likuiditasnya apabila quick ratio-nya mencapai 100%. Perhitungan quick ratio PT Indofood Sukses Makmur Jakarta sebagai berikut: Tabel 5.2 Quick ratio PT Indofood Sukses Makmur Jakarta tahun 2002-2004
Tahu Aktiva Lancar n
(1)
2002
5.246.996.500.
Quick Persediaan (2)
(1) – (2)
Hutang Lancar Ratio (%)
2.137.103.435.
3.109.893.065 6.055.345.891. 51,36
2003
2004
510
222
.288
414
%
7.147.003.162.
2.743.304.033.
4.403.699.129 4.341.302.243. 101,44
168
058
.110
7.106.490.597.
2.218.209.967.
4.888.280.630 3.664.192.739. 133,41
636
205
.431
186
%
756
%
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel di atas dapat dilihat quick ratio tiap tahunnya sebagai berikut: Pada tahun 2002 quick ratio sebesar 51,36% atau 0,5:1. Hal ini menunjukkan bahwa hutang lancar sebesar Rp. 1,00 dijamin dengan aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp. 0,50. Pada tahun 2003 quick ratio sebesar 101,44% atau 1,01:1. Hal ini menunjukkan bahwa hutang lancar sebesar Rp. 1,00 dijamin dengan aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp. 1,01. Pada tahun 2004 quick ratio sebesar 133,41% atau 1,33:1. Hal ini menunjukkan bahwa setiap hutang lancar sebesar Rp. 1,00 dijamin dengan aktiva lancar tanpa persediaan sebesar Rp. 1,33. Pada tahun 2002 quick ratio sebesar 51,36% pada tahun berikutnya quick ratio mengalami kenaikan sebesar 50,08% sehingga pada tahun 2003 quick ratio sebesar 101,44%. Kenaikan ini disebabkan oleh bertambahnya aktiva lancar dan persediaan sebesar
Rp.
1.293.806.063.822,
dan
hutang
lancar
menurun
sebesar
Rp.
1.714.043.648.228. Pada tahun 2004 quick ratio mengalami kenaikan sebesar 31,97% sehingga quick ratio yang dicapai pada tahun 2004 sebesar 133,41%. Kenaikan ini disebabkan oleh bertambahnya aktiva lancar dan persediaan sebesar
Rp. 484.581.501.321,
dan hutang lancar menurun sebesar Rp. 677.109.503.430. Dilihat dari besarnya quick ratio yang sudah mencapai angka di atas 100% maka perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam melunasi hutang lancarnya karena aktiva lancar tanpa persediaan nilainya sudah cukup untuk melunasi hutang-hutangnya.
5.2 Analisis Solvabilitas Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah : 1. Debt to Equity Ratio Dalam mengukur resiko, perhatian kreditor jangka panjang terutama ditujukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya mempertahankan keseimbangan antar proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Perhitungannya sebagai berikut: Tabel 5.3. Debt to equity ratio PT Indofood SM Jakarta Tahun 2002-2004 Tahun Total Hutang
Modal Sendiri
Debt to Equity Ratio
2002
8.658.704.829.206
3.561.580.555.072
2,43%
2003
10.713.140.004.442
3.662.697.503.150
2,92%
2004
10.552.330.340.734
4.093.880.900.390
2,58%
Sumber: Data yang diolah Pada tahun 2002 Debt to equity ratio sebesar 2,43% yang artinya PT Indofood Sukses Makmur Jakarta memberikan sebesar 2,43% untuk setiap Rp. 1,00 aktiva yang didanai oleh perusahaan. Pada tahun 2003 Debt to equity ratio sebesar 2,92% yang artinya PT Indofood Sukses Makmur Jakarta memberikan sebesar 2,92% untuk setiap Rp. 1,00 aktiva yang didanai oleh perusahaan. Pada tahun 2004 Debt to equity ratio sebesar 2,58 yang artinya PT Indofood Sukses Makmur Jakarta memberikan sebesar 2,58 untuk setiap Rp. 1,00 aktiva yang didanai oleh perusahaan. Pada tahun 2002 debt equity ratio sebesar 2,43% dan pada tahun 2003 sebesar 2,92% atau mengalami kenaikan 0,49%. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya hutanghutang perusahaan sebesar Rp. 2.054.435.175.236, dan modal juga bertambah sebesar Rp. 101.116.948.078. Pada tahun 2004 Debt equity ratio menurun sebesar 0,34% dibanding dengan tahun 2003. Hal ini terjadi karena jumlah hutang menurun sebesar
Rp.
160.809.663.708, dan modal bertambah sebesar Rp. 431.183.397.240. Penurunan rasio ini berarti jaminan modal sendiri terhadap hutang semakin besar. 2. Debt to total asset ratio Debt to total asset ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio ini menggambarkan keadaan keuangan perusahaan. Makin tinggi prosentasenya berarti makin tinggi pula resiko finansial yang dihadapi perusahaan. Perhitungannya sebagai berikut: Tabel 5.4. Debt to Total Asset Ratio PT Indofood SM Jakarta Tahun 2002-2004
Debt to Total Asset
Tahun Total Hutang
Total Aktiva
2002
8.658.704.829.206
12.979.101.584.102
66,21%
2003
10.713.140.004.442
15.251.515.953.263
70,24%
2004
10.552.330.340.734
15.308.854.459.911
68,93%
Ratio (%)
Sumber: Data yang diolah Dari tabel di atas dapat dilihat debt to total asset ratio tiap tahunnya sebagai berikut: Pada tahun 2002 Debt to total asset ratio sebesar 66,21% atau 0,66:1. Hal ini berarti setiap total aktiva sebesar Rp. 1,00 dibiayai dengan hutang sebesar Rp. 0,66. Pada tahun 2003 Debt to total asset sebesar 70,24% atau 0,70:1. Hal ini berarti setiap total aktiva sebesar Rp. 1,00 dibiayai dengan hutang sebesar
Rp. 0,70.
Pada tahun 2004 Debt to total asset sebesar 68,93% atau 0,68:1. Hal ini berarti setiap total aktiva sebesar Rp. 1,00 didanai dengan hutang sebesar
Rp. 0,68.
Pada tahun 2002 rasio ini sebesar 66,21% di tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 4,03 atau sebesar 70,24%. Kenaikan ini disebabkan oleh bertambahnya total hutang sebesar Rp. 2.054.435.175.236 dan bertambahnya total aktiva sebesar Rp. 2.272.414.369.161. Kenaikan rasio ini berarti jaminan aktiva terhadap hutang semakin kecil. Pada tahun 2004 rasio ini mengalami penurunan yaitu sebesar 1,31% sehingga besarnya rasio ini menjadi 68,93%. Penurunan ini disebabkan karena turunnya total hutang sebesar Rp. 160.809.663.708, dan naiknya total aktiva sebesar Rp.
57.338.506.648. Penurunan rasio ini berarti jaminan aktiva terhadap hutang semakin besar.
5.4 Analisis Rentabilitas 1. Return on Total Asset Return on total asset menghubungkan laba bersih dengan total aktiva yang mengukur tingkat profitabilitas perusahaan atas penggunaan aktivanya. Perhitungannya sebagai berikut:
Tabel 5.5. Return on total asset PT Indofood Sukses Makmur Jakarta Tahun 2002-2004 Return on total
Tahun
Laba Bersih
Total Aktiva
2002
915.209.951.107
12.979.101.584.102 7,05%
2003
921.740.443.801
15.251.515.953.263 6,04%
2004
720.931.710.287
15.308.854.459.911 4,71%
asset (ROA)
Sumber: Data yang diolah Dari tabel di atas dapat dilihat return on total asset ratio tiap tahunnya sebagai berikut: Pada tahun 2002 Return on total asset sebesar 7,05%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 dana yang tertanam dalam aktiva dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,0705. Pada tahun 2003 Return on total asset sebesar 6,04%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 dana yang tertanam dalam aktiva dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,0604. Pada tahun 2004 Return on total asset sebesar 4,71%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 dana yang tertanam dalam aktiva dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,0471. Pada tahun 2002 Return on total asset sebesar 7,05% sedangkan pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 1,01 atau sebesar 6,04%. Penurunan ini disebabkan oleh bertambahnya laba bersih sebesar Rp. 6.530.492.694, dan total aktiva juga bertambah sebesar Rp. 2.272.414.369.161.
Pada tahun 2004 rasio ini juga mengalami penurunan sebesar 1,33% atau sebesar 4,71%. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya laba bersih sebesar
Rp.
200.808.733.514, dan bertambahnya total aktiva sebesar Rp. 57.338.506.648. 2. Return on Equity (ROE) Return on equity mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalikan investasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana yang berasal dari pemilik perusahaan saja. Perhitungannya adalah: Tabel 5.6. Return on Equity PT Indofood tahun 2002, 2003, 2004 Tahun
Laba Bersih
Modal Sendiri
ROE (%)
2002
915.209.951.107
3.561.580.555.072
25,70%
2003
921.740.443.801
3.662.697.503.150
25,16%
2004
720.931.710.287
4.093.880.900.390
17,61%
Sumber: Data yang diolah
Pada tahun 2002 Return on equity sebesar 25,70%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 modal dapat menghasilkan laba bersih Rp. 0,0257. Pada tahun 2003 Return on equity sebesar 25,16%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 modal dapat menghasilkan laba bersih Rp. 0,0251. Pada tahun 2004 Return on equity sebesar 17,61%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 modal dapat menghasilkan laba bersih Rp. 0,0176. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 Return on equity sebesar 25,70% sedangkan pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 0,54% atau sebesar 25,16%. Penurunan ini disebabkan oleh bertambahnya laba bersih sebesar Rp. 6.530.492.694, dan total modal bertambah sebesar
Rp.
101.116.948.078. Pada tahun 2004 rasio ini juga mengalami penurunan sebesar 7,55% atau sebesar 17,61%
dibandingkan pada tahun 2003 yang mencapai 25,16%. Penurunan ini
disebabkan oleh menurunnya laba bersih sebesar Rp. 200.808.733.514, dan total modal bertambah Rp. 431.183.397.240.
5.5 Analisis Kinerja Operasi 1. Rasio Laba Kotor Terhadap Penjualan (Gross Profit Margin) Laba kotor didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan ini biasanya jumlahnya besar, sehingga perubahan pada harga pokok ini akan banyak berpengaruh pada laba perusahaan. Profit margin yang rendah menggambarkan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini akan berpengaruh terhadap laba perusahaan. Perhitungan gross profit margin PT Indofood SM Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.7. Gross Profit Margin Tahun 2002, 2003, 2004 Gross
Tahun
Laba Kotor
Penjualan
2002
3.868.522.892.236
14.644.598.015.377 2,64%
2003
4.067.551.234.613
16.466.285.005.124 2,47%
2004
4.466.056.933.378
17.871.425.474.269 2,49%
Profit
Margin
Sumber: Data yang diolah
Pada tahun 2002 Gross profit margin sebesar 2,64% sedangkan pada tahun 2003 mengalami penurunan sebesar 1,69% atau sebesar 2,47%. Penurunan ini disebabkan oleh bertambahnya laba kotor sebesar Rp.1999.028.342.377, dan penjualan bertambah sebesar Rp.1.821.686.989.747. Pada tahun 2004 rasio ini mengalami kenaikan sebesar 0,25% atau sebesar 2,49%. Kenaikan ini disebabkan oleh bertambahnya laba kotor sebesar Rp.398.505.398.765, dan penjualan naik sebesar Rp.1.405.140.469.145 2. Rasio Laba Bersih Terhadap Penjualan (Net Profit Margin) Ratio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan. Rasio ini juga mengukur seluruh efisiensi baik
produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Perhitungan net profit margin PT Indofood SM Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.8. Net Profit Margin PT Indofood SM Jakarta Tahun 2002, 2003, 2004
Net Profit Margin
Tahun
Laba Bersih
Penjualan
2002
915.209.951.107
14.644.598.015.377 6,25%
2003
921.740.443.801
16.466.285.005.124 5,59%
2004
720.931.710.287
17.871.425.474.269 4,03%
(%)
Sumber: Data yang diolah
Pada tahun 2002 Net profit margin sebesar 6,25%. Sedangkan pada tahun 2003 menurun sebesar 0,66% atau sebesar 5,59%. Penurunan ini disebabkan oleh bertambahnya laba bersih sebesar Rp. 6.530.492.694, dan penjualan bertambah sebesar Rp. 1.821.686.989.744. Pada tahun 2004 rasio ini mengalami penurunan sebesar 1,56% atau sebesar 4,03%. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya laba bersih sebesar 4,03%. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya laba bersih sebesar Rp. 200.808.733.514, dan penjualan naik sebesar Rp. 1.405.140.469.145.
Tabel 5.9. Rekapitulasi analisis laporan keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Jakarta tahun 2002, 2003, 2004 Rasio
2002
2003
2004
a. Current ratio
86,65%
164,63%
193,94%
b. Quick ratio
51,36%
101,44%
133,41%
a. Debt to equity ratio
2,43%
2,92%
2,58%
b. Debt to total asset
66,21%
70,24%
68,93%
a. Return on total asset
7,05%
6,04%
4,71%
b. Return on equity
25,70%
25,16%
17,61%
a. Gross profit margin
2,64%
2,47%
2,49%
b. Net profit margin
6,25%
5,59%
4,03%
1. Likuiditas
2. Solvabilitas
3. Rentabilitas
4. Kinerja Operasi
Dilihat dari rasio likuiditas kondisi keuangan perusahaan dari tahun ke tahun semakin baik hal ini disebabkan karena current ratio maupun quick ratio tahun 2002 sampai tahun 2004 terus meningkat, karena perusahaan mempunyai aktiva lancar yang besar dan tiap tahun aktiva lancarnya bertambah sedangkan hutang lancar perusahaan setiap tahun menurun. Ditinjau dari likuiditas kinerja keuangan perusahaan sudah baik. Dilihat dari rasio solvabilitas kondisi keuangan perusahaan kurang baik, hal ini disebabkan karena debt to equity ratio dan debt to total asset dari tahun 2002 sampai tahun 2004 kurang baik. Dilihat dari rasio rentabilitas baik dari return on total asset maupun return on equity kinerja perusahaan kurang baik, karena laba yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun semakin menurun, karena laba bersih yang dicapai perusahaan belum optimal, meskipun aktiva dan modal perusahaan bertambah namun dalam kenyataannya laba yang diperoleh perusahaan menurun. Oleh karena itu perusahaan harus meningkatkan penjualan dan menekan biaya-biaya atau beban administrasi agar dapat diperoleh laba yang optimal.
Dilihat dari kinerja operasi perusahaan baik dari gross profit margin maupun net profit margin perusahaan dalam kondisi kurang baik, karena dari tahun 2002 sampai tahun 2004 laba yang diperoleh perusahaan menurun. Meskipun penjualan dari tahun ke tahun meningkat namun laba yang dihasilkan belum optimal karena disebabkan oleh biaya-biaya beban atau pajak yang terlalu tinggi sehingga perusahaan belum bisa mencapai laba yang optimal.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dapat diketahui dan disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari analisis rasio likuiditas, besarnya current ratio dari tahun 2002 sampai tahun 2004 hasilnya kurang dari 200%, hal ini menunjukkan kondisi perusahaan tidak likuid. Pada tahun 2004 current rationya sebesar 193,94% hampir mendekati 200%, hal ini berarti kondisi perusahaan boleh dikatakan bahwa perusahaan likuid. Dari analisis quick ratio menunjukkan bahwa pada tahun 2002 kondisi perusahaan tidak likuid, sedangkan pada tahun 2003 dan tahun 2004 kondisi perusahaan likuid. 2. Dilihat dari analisis solvabilitas, besarnya Debt to equity rationya dari tahun 2002 sampai tahun 2004 besarnya lebih dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil angka rasionya maka semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan. Dari analisis Debt to total asset menunjukkan bahwa kondisi perusahaan kurang baik karena standar rasio ini maksimalnya 50%, sedangkan besarnya rasio pada perusahaan lebih dari 60%. 3. Dilihat dari analisis rentabilitas, besarnya Return on total asset pada tahun 2002 sampai tahun 2004 perusahaan dalam kondisi kurang baik, sedangkan ditinjau dari analisis return on equity pada tahun 2002 dan 2003 kondisi perusahaan baik tetapi pada tahun 2004 perusahaan dalam kondisi kurang baik. 4. Dari analisis kinerja operasi, pada tahun 2002 sampai tahun 2004 perusahaan dalam mengelola perusahaannya kurang baik, karena dari tahun 2002 sampai tahun 2004 laba yang diperoleh perusahaan menurun.
6.2 Saran 1. Dilihat dari rendahnya tingkat likuiditas, hendaknya perusahaan melakukan penambahan aktiva lancar dengan menjual aktiva tetap maupun dengan mendapatkan tambahan hutang jangka panjang. 2. Dalam rangka meningkatkan solvabilitas maka sebaiknya perusahaan lebih mengoptimalkan penggunaan modal sendiri daripada modal asing.
3. Perusahaan
hendaknya
mempertahankan
tingkat
rentabilitas
dengan
cara
meningkatkan modal perusahaan. 4. Kinerja operasi PT. Indofood Sukses Makmur pada tahun 2002 sampai tahun 2004 sudah baik dan untuk tahun-tahun yang akan datang hendaknya lebih ditingkatkan lagi.