ANALISIS WACANA TEUN A VAN DIJK DALAM PEMBERITAAN LAPORAN UTAMA MAJALAH GATRA TENTANG SERUAN BOIKOT ISRAEL DARI NEW YORK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh Fauziah Mursid NIM: 109051100055
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./ 2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Mei 2013
Fauziah Mursid
ABSTRAK Fauziah Mursid Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra tentang Seruan Boikot Israel dari New York Israel dan Palestina adalah dua negeri yang tidak terlepas dari pembicaraan publik. Masalah wilayah yang terjadi antara Israel dan Palestina sejak tahun 1947 terus berkembang hingga saat ini. Terakhir pemberitaan mengenai masalah ini adalah upaya yang dilakukan negara-negara dunia untuk menekan Israel yakni melakukan gerakan pemboikotan terhadap produk Israel yang dihasilkan di wilayah kependudukan. Selanjutnya pernyataan ini berkembang menjadi pemberitaan yang hangat di berbagai negara, salah satunya Indonesia. Berbagai media massa di Indonesia mengangkat berita seputar boikot ini. Salah satunya adalah Majalah Gatra yang mengangkat tema ini sebagai laporan utama. Namun, disadari atau tidak, media massa saat ini merupakan arena konstruksi dan produksi makna sebuah realitas. Untuk mengetahui produksi berita dalam Majalah Gatra, maka timbul beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana deskripsi teks yang dibangun majalah Gatra pada Pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? Bagaimana model kognisi sosial Majalah Gatra pada Pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? Bagaimana konteks sosial Majalah Gatra pada Pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? Dalam menjawab rumusan masalah ini, teori yang penulis gunakan adalah teori analisis wacana Teun A van Dijk yang lebih mendekatkan pada segi kognisi sosial, melihat bagaimana kognisi yang dibangun dalam hal ini adalah penulis majalah Gatra. Selain itu, kognisi juga bukan tercipta dengan sendirinya tetapi merupakan produk konstruksi dari lingkungan kognisi itu lahir, yakni konteks sosial. Konteks sosial juga berperan dalam penentuan kognisi sosial seseorang. Melalui wawancara dan analisis dokumentasi yang peneliti lakukan, bahwa pemberitaan Israel dan Palestina selama ini berkembang menjadi isu sentimen agama mengingat kultur di Indonesia yang mayoritas Islam termasuk pada pemberitaan boikot produk Israel ini. Pada pemberitaan boikot produk Israel tersebut, bukan hanya memberitakan mengenai pernyataan Marty atas boikot produk saja. Tetapi juga lebih banyak penambahan makna yang mendukung atas pemboikotan tersebut. Pemilihan kata dalam teks serta skema komposisi berita yang menjadi alasan bentuk ketimpangan tersebut. Penulis melihat berita tersebut bukan hadir dengan sendirinya melainkan merupakan hasil dari kognisi penulis berita disertai konteks sosial yang melatarbelakanginya.
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dzat Yang Maha Besar yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hambahambanya. Puji serta sykur Penulis panjatkan dengan petunjuk serta Ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Wacana Teun A van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra Seruan Boikot Israel dari New York sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Seperti diketahui bahwa penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui. Namun tentunya, ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, penulis menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungannya baik moril maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Wahidin Saputra, MA., Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu ii
mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Tantan Hermansah M.Si.,dosen pembimbing penulis yang telah begitu banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Study Rizal, LK. M.A selaku ketua penguji sidang yang merangkap juga sebagai dosen penguji satu dan Bapak Drs. M. Hudri M.Ag selaku dosen penguji dua yang telah memberikan saran dan masukan dalam skripsi ini. 5. Seluruh Dosen, serta para staf-staf tata usaha Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Jurnalistik sekaligus pemimpin redaksi Berita UIN ketika penuulis tergabung di dalamnya, Bapak Nanang Saikhu yang banyak mengajari penulis, dunia tulis menulis. 6. Kepada pihak Majalah Gatra yang turut berperan dalam selesainya penelitian penulis, khususnya kepada Sekretaris Redaksi Gatra Mas Sapto, Bapak Asrori Karni dan Bapak Erwin Y Salim. Terimakasih telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk penulis wawancarai. 7. Secara khusus dan paling utama adalah yang penulis banggakan, kedua orang tua, H. Mursidun dan Sri Pindani yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan pengorbanan yang tak terkira selama penulis hidup hingga saat ini.
iii
8. Adik dan Kakak penulis, Abdul Basit Pamungkas terima kasih telah mengganggu kehidupan Penulis selama ini serta Muhammad Furqon yang juga tak kalah pentingnya atas terselesaikannya skripsi ini. 9. Nurul Rizki Salam, seseorang yang hingga skripsi ini tersusun menjadi seseorang yang berarti serta tak henti-hentinya memberi semangat dan dukungannya kepada Penulis, terimakasih semangat dan dukungannya ya. Terus berjuang ya bersama-sama! 10. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik B angkatan 2009, yang telah menjadi bagian hidup penulis selama mengenyam pendidikan di UIN Jakarta diantaranya, Imas Damayanti, Arintika Asharrani, Adjri Septiani, Marisha Arianti Agustin, Samsul, Andin, Putri Nurazizah, Turi, Dewi Rifqina, Dewi Febriyanti, Ima, Devi, Pipite, Linda, Phebe, Anis, Puti, Ucup, Sigit, Ali, Jejep, Ilham Aldiansyah, Bobby, Jauhari, Omen, Nunu, Bima, Dul, Azis, Mekar, Devit. 11. Sahabat-sahabat penulis yang selalu ada di saat suka maupun duka. Tia, Tuffah, dan Nevy yang tak pernah lelah untuk menyemangati penulis. Dan untuk Hilda Savitri, seorang yang selama tiga tahun lebih berjuang bersama penulis, yang paling memahami penulis dan mengajarkan penulis banyak hal. 12. Teman-teman anggota KKN PENA dan segenap warga Gunung Seureuh, terima kasih atas kebersamaannya dan pengalamannya sebulan disana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran sehingga dapat menjadi acuan pembelajaran penulis. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat
iv
memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya. Jakarta, 14 Mei 2013
Fauziah Mursid
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang Masalah ............................................................ Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. Tujuan Penelitian....................................................................... Manfaat penelitian ..................................................................... Metodologi Penelitian ............................................................... 1. Pendekatan Penelitian ........................................................ 2. Objek Penelitian .................................................................. 3. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 4. Teknik Analisis Data ........................................................... F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... G. Sistematika Penulisan................................................................
1 4 5 5 6 6 6 6 8 10 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Wacana ....................................................................... 1. Definisi Analisis Wacana ................................................. 2. Konsep Utama Analisis Wacana kritis .............................. 3. Analisis Wacana Teun A van Dijk .................................... B. Berita dan Media Massa dalam Paradigma Kritis...................
12 12 16 19 29
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH GATRA A. B. C. D. E.
Sejarah Majalah GATRA ....................................................... Visi dan Misi Majalah GATRA ............................................. Perkembangan Majalah GATRA ........................................... Struktur Organisasi ................................................................. Segmentasi Pemasaran ...........................................................
34 36 39 40 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Analisis Struktur Teks Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York ..................................... B. Analisis Kognisi Sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York ..................................... C. Analisis Konteks sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York ……………......... ....... BAB V PENUTUP
vi
45 62 69
A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran .........................................................................................
77 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
ix
LAMPIRAN................................................................................................
xi
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Struktur Elemen Analisis Wacana ...............................................
9
Tabel 2.1 Struktur Analisis van Dijk ...........................................................
22
Tabel 2.2 Elemen Analisis Wacana van Dijk ..............................................
23
Tabel 4.1 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 1 “Seruan Boikot Israel dari New York” .................................................................
58
Tabel 4.2 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 2 “Tidak Beli Demi Palestina” .....................................................................................
63
Tabel. 4.3 Skema Kognisi Sosial Majalah GATRA ....................................
70
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Model Analisis Wacana van Dijk ...............................................
9
Gambar 2 Model Analisis Wacana van Dijk ...............................................
21
Gambar 3 Pembaca berdasarkan Jenis Kelamin ..........................................
44
Gambar 4 pembaca berdasarkan Usia ..........................................................
45
Gambar 5 Pembaca berdasarkan pendidikan ...............................................
45
Gambar 6 Pembaca berdasarkan pekerjaan .................................................
46
Gambar 7 pembaca berdasarkan kesetiaan pembaca ...................................
46
Gambar 8 Alur Peliputan Berita Redaksi Majalah GATRA ........................
67
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini membuat masyarakat menjadi tergantung dengan media komunikasi. Saat ini manusia tidak pernah lepas dari media komunikasi. Dalam sebuah riset diperoleh informasi bahwa maju tidaknya suatu negara ditandai dengan penggunaan media komunikasi di negara tersebut. Media komunikasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu media massa. Komunikasi massa merupakan disiplin ilmu yang umurnya lebih muda dibandingkan dengandisiplin ilmu lainnya. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa yang termasuk dalam komunikasi massa ini dihasilkan oleh teknologi canggih.Media massa yang dimaksud menunjuk pada hasil produksi teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa.1 Media massa sesuai perannya berfungsi sebagai pemberi informasi, pemberi identitas pribadi, sarana integrasi dan interaksi sosial, serta sebagai sarana hiburan. Seiring dengan perkembangannya, media massa, salah satu contohnya media cetak kini telah menjelma menjadi alat propaganda paling efektif. Melalui berita yang dikemasnya, media cetak berperan dalam mengubah pola pikir masyarakat. Masyarakat dengan mudah dipengaruhi oleh arah opini yang telah digiring media cetak untuk menjalin relasi antara wacana dan kekuasaan.
1
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: RajaGrafindo, 2007) h. 4.
1
2
Pada dasarnya kehadiran media massa seharusnya sebagai sarana penyampai informasi yang tepat dan faktual kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa dituntut untuk memberikan informasi yang netral dan berimbang kepada khalayaknya. Namun disadari atau tidak, media massa saat ini merupakan produk informasi buatan dari ideologi tertentu. Bagaimana hegemoni (idelogis) dapat menebarkan sayapnya, Stuart Hall berpendapat, media massa merupakan sarana paling penting dari kapitalisme abad ke-20 untuk memelihara hegemoni ideologis. Melalui mekanisme kerja tertentu, segala bentuk ekspresi dan cara penerapannya dalam rangka memengaruhi alam pikiran media, serta kemampuan media untuk membentuk agenda setting masyarakat dalam menentukan pilihanpilihan kultural.1 Analisis wacana kritis diartikan bahwa tidak ada media massa yang sepenuhnya netral. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subyek yang
mengkontruksi
realitas,
lengkap
dengan
pandangan,
bias,
dan
pemihakannya.2 Media dimiliki oleh kelompok tertentu dan digunakan untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan. Hal tersebut di atas dapat dipahami karena di setiap proses produksi, distribusi, dan konsumsi informasi terdapat kepentingan lain yang harus dipenuhi oleh media massa. Alasan tersebut yang membuat pembuatnya menjadi tidak benar-benar netral atau objektif. Dengan kata lain, media massa sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks serta beragam. Sama seperti halnya media massa pada umumnya, Majalah Gatra merupakan salah satu media cetak yang telah melahirkan berbagai wacana di 1 2
h. 36.
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008). h. 29. Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001)
3
Indonesia. Kehadiran majalah Gatra padatahun 1994 memberikan warna dalam pemberitaan di era Orde Baru saat itu. Pembredelan majalah Tempo oleh pemerintah saat itu berperan penting dalam berdirinya majalah ini. Seiring perkembangannya, saat ini Majalah Gatra menjadi salah satu media yang turut diperhitungkan dalam pemberitaan berita nasional. Dalam pemberitaannya selama ini, majalah Gatraberusaha mengedepankan fakta daripada isu semata. Pemberitaan mengenai serangan Israel ke Palestina selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Kekejaman Israel terhadap Palestina telah berlangsung sejak lama. Israel selalu melanggar perjanjian dengan terus berusaha memperluas wilayahnya dengan membuat pemukiman-pemukiman yahudi di wilayah Palestina. Semua pihak di dunia menentangapa yang telah dilakukan Israel tersebut. Negara-negara lain menuntut hak kemanusiaan rakyat Palestina untuk diperjuangkan. Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai organisasi dunia menjadi pihak yang diharapkan dalam penyelesaian kasus ini. Namun pada kenyataannya PBB dianggap tidak mampu mencegah serangan Israel ke Palestina. Israel justru mendapat dukungan penuh dari Anggota Hak Veto PBB yakni Amerika Serikat. Namun hal
tersebut
tidak membuat
masyarakat
dunia berhenti
memperjuangkan hak rakyat Palestina untuk menjadi rakyat yang merdeka. Saat ini Palestina telah diakui di PBB sebagai negara anggota pengamat PBB yang tetap, naik dari sebelumnya yang hanya sebagai organisasi saja. Dukungan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengakui keberadaan negara Palestina. Selain itu upaya lain yang gencar dilakukan negara di dunia adalah dengan memboikot
4
produk buatan Israel. Pemboikotan tersebut dianggap mampu menekan perekonomian Israel. Ide boikot produk Israel ini dilontarkan pertama kali oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, di sela-sela sidang PBB di New York. Ide boikot ini diserukan Marty untuk produk yang dihasilkan di wilayah pendudukan Israel atas Palestina. Usai pernyataan Marty inilah kemudian muncul pemberitaan di berbagai media massa Indonesia terkait pernyataan Marty tersebut. Pemberitaan mengenai aksi boikot terhadap Israel tersebut juga diangkat majalah Gatra sebagai laporan utama pada edisi bulan Oktober 2012. Topik ini merupakan topik yang sensitif yang terkadang meluas pada sentimen agama. Jika dalam pemberitaannya suatu media dipengaruhi ideologi media tersebut ataupun kognisi pewarta itu sendiri, maka akan terjadi pemberitaan yang tidak berimbang condong kepada salah satu pihak. Dari latarbelakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik meniliti dengan judul “Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam PemberitaanLaporan Utama Majalah GatratentangSeruan Boikot Israel Dari New York”dengan alasan untuk mengetahui wacana apa yang ada dibalik pemberitaan tersebut. B. Batasan dan Rumusan Masalah Pembahasan pemberitaan mengenai boikot Israel dan Palestina di majalah Gatra Edisi mingguan 10 Oktober 2012 ada tiga judul yakni “Seruan Boikot Israel dari New York, Tidak Beli Demi Palestina, dan Marty Natalegawa: KTT NonBlok Sepakat Boikot Israel. Namun karena penulis ingin melihat konteks wacana pemberitaan dalam majalah Gatra dan merujuk pada latar belakang yang
5
dipaparkan di atas maka penulis membatasi penelitian ini pada dua pemberitaan saja yakni Seruan Boikot Israel dari New York dan Tidak Beli demi Palestina. Sedangkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? 2. Bagaimana model kognisi sosial Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? 3. Bagaimana konteks sosial Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York? B. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah pertanyaan penelitian di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui Bagaimana deskripsi teks yang dibangun Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York. 2. Untuk mengetahui bagaimana model kognisi sosial Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York. 3. Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial Majalah Gatra pada pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Akademisi Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai pemberi wawasan di
bidang akademis mengenai gambaran metode analisis wacana dalam kajian media massa khususnya media cetak. Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam
6
melakukan penelitian media massa, melalui analisis wacana. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan informasi untuk penelitian sejenis di masa mendatang. 2.
Manfaat Praktisi Kajian tentang analisis wacana media massa ini diharapkan memberikan
kontribusi positif dalam penelitian selanjutnya untuk dijadikan bahan rujukan atau referensi penelitian yang sejenis. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatankualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).3 Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.4 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah teks pemberitaan Majalah Gatra mengenai Seruan Boikot Israel dari New York yang diangkat sebagai Laporan Utama majalah Gatra Edisi Oktober 2012. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang digunakan periset untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data 3
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000) h. 4. 4 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 3.
7
dibedakan menjadi dua, yakni riset kualitatif dan kuantitatif. Pada riset kualitatif yang penulis pakai pada riset ini adalah observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Ide penelitian kualitatif adalah dengan sengaja memilih informan (atau dokumen atau bahan-bahan visual lain) yang dapat memberikan jawaban terbaik pertanyaan penelitian.5 1. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan untuk penelitian kualitatif.6Observasi merupakan metode pertama yang digunakan dalam penelitian dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistemastis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Pada metode observasi, periset biasanya menggunakan instrumen observasi. Instrumen observasi tersebut antara lain: sistem kategori, sistem skala, sistem tanda, diary keeping, analisis dokumen, lembar pengamatan, dan panduan pengamatan. Pada riset ini peneliti hanya menggunakan analisis dokumen sebagai instrumen observasi. Peneliti mengamati beberapa dokumen sebagai sumber informasi dan menginterpretasikannya ke dalam hasil penelitian. Dokumen yang digunakan bisa berupa dokumen publik atau dokumentasi privat sertasumber yang berkaitan dengan wacana dan objek penelitian.8 2. Wawancara Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara 5
John W. Creswell, Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,(Jakarta: KIK Press, 2003) h. 143. 6 M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 186. 7 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 21. 8 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana 2007) Cet-2, h. 111-114.
8
dengan informan terkait.9Wawancara dilakukan sebagai metode pengumpulan data
yang
digunakan
untuk
memperoleh
informasi
langsung
dari
narasumbernya.10Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah semi terstruktur. Dalam hal ini mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih jauh. 4. Teknis Analisis Data Bagian selanjutnya setelah pengumpulan data – data adalah menyusun data – data tersebut secara sistematis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis wacana Teun Van Djik. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Gambar 1. Model Analisis Wacana van Dijk
Teks Konteks
9
Kognisi sosial
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2003) h. 193. Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: Rosdakarya, 2006) h. 35. 10
9
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut.11 Tabel. 1.1 Struktur Elemen Analisis Wacana
Struktur Wacana Struktur Makro Superstruktur
Struktur Mikro
Struktur Mikro Struktur Mikro Struktur Mikro
Hal yang Diamati Tematik (apa yang dikatakan) Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai) Semantik (makna yang ingin ditekankan dalam teks berita) Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan) Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai) Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)
Elemen Topik Skema
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon Grafis, Metafora Ekspresi
F. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini, penulis terlebih dahulu membaca dan menelaah skripsi – skripsi di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ternyata penulis belum menemukan skripsi mahasiswa yang meneliti tentang judul yang sama persis. Hanya saja pada skripsi sebelumnya mempunyai jenis metode yang sama dengan metode yang akan penulis teliti sekarang ini terutama skripsi yang mempunyai pembahasan mengenai media cetak.
11
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006) h. 74.
10
Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti dan penulis jadikan bahan acuan sebagai pembanding, yaitu : 1. Analisis Wacana Penulisan Feature di Media Indonesia Edisi 25-26 Oktober 2011 yang ditulis oleh Apristia Krisna Dewi mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi angkatan 2008. Pada skripsi ini terdapat kesamaan yaitu menggunakan metode analisis teks yang sama yaitu analisis wacana dengan model Analisis Wacana Teun A. van Djik. Dan perbedaannya adalah skripsi ini lebih menganalisis wacana pada penulisan feature dan media yang menjadi objek penelitiannya adalah Media Indonesia. 2. Analisis Wacana Van Djik Terhadap Berita “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” di Majalah Pantau yang ditulis oleh Tia Agnes Astuti mahasiswa Jurusan Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2006. Persamaan dengan skripsi ini adalah menggunakan metode analisis teks dengan pisau analisis van Dijk.. Dari beberapa skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan judul skripsi Analisis Wacana Teun A van Dijk dalam Pemberitaan Laporan Utama Majalah GATRA tentang ‘Seruan Boikot Israel dari New York’. Sedangkan untuk teknis penulisan hasil penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
11
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, tahun 2007. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN : Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, , dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS : Pada bab ini penulis akan menguraikan konsep analisis wacana secara etimologis dan terminologis. Kemudian akan dibahas mengenai analisis wacana model Teun A. van Dijk. BAB III GAMBARAN UMUM : Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai sejarah dan perkembangan Majalah GATRA, visi dan misi, serta struktur redaksi dari Majalah GATRA. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA : Dalam bab ini, penulis membahas tentang temuan dan analisis wacana Majalah GATRA mengenai pemberitaan Seruan Boikot Israel dari New York BAB V PENUTUP : Bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diangkat dan diteliti oleh penulis dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Analisis Wacana 1. Definisi Analisis Wacana Kata wacana merupakan kata yang biasa didengar dalam kehidupan seharihari. Penggunaan kata wacana sering dipakai oleh berbagai disiplin ilmu mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Dan setiap disiplin ilmu tersebut, memiliki makna dan batasan tersendiri tentang pengertian istilah wacana. Istilah wacana dalam Kamus Besar Indonesia Kontemporer terdapat tiga hal. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan suatu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, dan artikel.1 Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur”.2 Menurut Riyono Pratikto, proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Makin baik cara atau pola berpikir seseorang, pada umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu.3
1
Peter Y Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h. 1709. 2 Ismail Muhaimin, Menulis Secara Populer, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), h. 26. 3 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya , cet. Keempat April 2006), h.10.
12
13
Sedangkan dalam lapangan sosiologi, wacana menunjuk terutama pada hubungan antara konteks sosial dari pemakaian bahasa. Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam studi linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau, kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut. Analisis wacana, kebalikan dari linguistik formal, justru memusatkan perhatian pada level di atas kalimat seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat.4 Dari semua keseluruhan disiplin ilmu yang disebutkan di atas, analisis wacana selalu berhubungan dengan studi pemakaian bahasa. Ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili oleh kaum positivme-empiris. Oleh penganut aliran ini memisahkan antara pemikiran dan realitas. Orang tidak perlu mengetahui makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya. Analisis wacana disini dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Jadi, wacana lantas diukur dengan pertimbangan kebenaran/ketidakbenaran (menurut sintaksis dan semantik). Pandangan kedua, yakni kaum konstrukstivisme. Aliran ini menolak pandangan kaum empirisme/ positivisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan kaum ini, bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. 4
h. 3.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001)
14
Pandangan dari kaum kritis sebagai sebagai kelompok ketiga ingin mengoreksi pandangan kaum konstrukstivisme. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.5 Menurut Eriyanto, dalam khasanah studi analisis tekstual, analisis wacana masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan, sehingga teks berita dipandang sebagai bentuk dominasi dan hegemoni satu kelompok kepada kelompok lain. Wacana dengan demikian adalah suatu alat representasi di mana satu kelompok yang dominan memarjinalkan posisi kelompok yang tidak dominan.6 Melalui pemahaman paradigma kritis ini tentunya teori yang digunakan tentu saja bukan diambil dari lingkungan linguistik, tetapi pengertian wacana yang diperkenalkan oleh Michael Foucault dan Althusser. Sumbangan terbesar Foucault terutama adalah mengenalkan wacana sebagi praktik sosial. Wacana berperan dalam mengontrol, menormalkan, dan mendisiplinkan individu. Sementara dalam konsepsi Althusser, wacana berperan dalam mendefinisikan individu dan memposisikan seseorang dalam posisi tertentu.7 Analisis Wacana Kritis (AWK) dalam penelitian teks media memerhatikan beberapa aspek. AWK memandang fakta merupakan hasil proses pertarungan
5
Ibid, h. 6. Ibid, h. 18. 7 Ibid, h. 19. 6
15
antara kekuatan ekonomi, politik, dan sosial yang ada dalam masyarakat. Dan menganggap berita sebagai cerminan dari kepentingan kekuatan dominan. Jika dilihat dari segi posisi media, AWK memandang media sebagai yang dikuasai oleh kelompok dominan dan menjadi sarana untuk memojokkan kelompok lain sehingga media hanya dimanfaatkan dan menjadi alat kelompok dominan tersebut. Sementara itu, wartawan sebagai seseorang yang terjun langsung meliput dan menulis berita dianggap oleh AWK memiliki beberapa pengaruh dalam membuat wacana. Nilai dan ideologi wartawan dalam AWK tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan peristiwa. Wartawan juga dianggap sebagai partisipan dari kelompok yang ada dalam masyarakat yang memiliki profesi atau pekerjaan yang memosisikannya pada kelas sosial yang berbeda. Sehingga AWK melihat tujuan peliputan dan penulisan sebagai pemihakkan kelompoknya sendiri dan atau pihak lain. Dalam analisis wacana ini terdapat beberapa pendekatan atau model analisis, yakni Roger Fowler dkk, Theo van Leeuwen, Sara Mills, Teun A van Dijk, dan Norman Fairclough. Dari model-model yang disebutkan diatas, terdapat persamaan dan perbedaannya. Secara singkat, persamaan dari masing-masing model adalah pada ideologi yang menjadi bagian penting dari analisis semua model. Kekuasaan (power) juga menjadi bagian sentral. Namun, yang harus diperhatikan pada analisis semua model adalah berpandangan bahwa wacana dapat dimanipulasi oleh kelompok dominan atau kelas yang berkuasa dalam masyarakat untuk memperbesar kekuasaannya. Selain persamaan tersebut, unit
16
bahasa digunakan sebagai alat penelitian untuk mendeteksi ideologi dalam teks. 2. Konsep Utama Analisis Wacana Kritis Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacanapemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan – sebagai bentuk dari praktik sosial.Praktik sosial dalam wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi. Ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Menurut Eriyanto mengutip pernyataan Teun A Van Dijk, Fairclough, dan Wodak, berikut ini karakteristik penting dalam analisis wacana kritis. 1. Tindakan Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai tindakan (action). Pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri. Seseorang berbicara, menulis, dan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Dengan pemahaman seperti ini ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, bereaksi, dan
sebagainya.
Kedua,
wacana
dipahami
sebagai
sesuatu
yang
diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali, atau diekspresikan di luar kesadaran.
17
2. Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiswa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Bahasa di sini dipahami dalam konteks secara keseluruhan. Guy Cook menyebut ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Namun, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana,. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara, dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana. 3. Historis Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk
18
bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. 4. Kekuasaan Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Wacana di sini tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Satu orang atau kelompok mengontrol orang atau kelompok lain lewat wacana. Kontrol disini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psikis. Kelompok yang dominan mungkin membuat kelompok lain bertindak seperti yang diinginkan olehnya, berbicara, dan bertindak sesuai yang diinginkan. 5. Ideologi Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Peranan wacana dalam kerangka ideologi, seperti yang dikatakan oleh Teun A van Dijk, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal, atau individual; ia membutuhkan share diantara anggota
19
kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang disharekan tersebut bagi anggota kelompok digunakan untuk membentuk solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan bersikap. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain.8 3.
Analisis Wacana Teun A van Dijk Analisis wacana van Dijk melihat penelitian analisis wacana tidak cukup
hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi. Disini perlu dilihat pula bagaimana suatu teks diproduksi, sehingga dapat diketahui bagaimana teks bisa seperti itu. Model analisis wacana van Dijk ini adalah model yang sering dipakai dalam penelitian karena model van Dijk bisa dikatakan yang paling lengkap karena mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga dapat digunakan secara praktis. Model van Dijk ini sering disebut sebagai kognisi sosial.9 Dalam buku Aims of Critical Discourse Analysis, Van Dijk memberi pengertian mengenai analisis wacana yakni; Critical Discourse analysis has become the general label for a study of text and talk,emerging from critical lingustics, critical semiotics, and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse, and communication. As in the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices,aims, theories or methods of CDA.10 8
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 7-14. Ibid, h. 221. 10 Teun Van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse, 1995) Vol. 1, h. 9
17.
20
Analisis model van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok
kekuasaan
yang
ada
dalam
masyarakat
dan
bagaimana
kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/ bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti dari model ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Model dari analisis Van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut:11 Gambar 2. Model Analisis Wacana van Dijk
Teks
Kognisi sosial Konteks Sosial A. Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/umum dari 11
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 225.
21
suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagianbagian teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar. Tabel. 2.1 Struktur Analisis van Dijk Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut.12 Tabel. 2.2 Elemen Analisis Wacana van Dijk Struktur Wacana Struktur Makro Superstruktur
Struktur Mikro
Struktur Mikro 12
Hal yang Diamati
Elemen
Tematik (apa yang dikatakan) Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai) Semantik (makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Topik
Sintaksis (bagaimana
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 74.
Skema
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi Bentuk
22
pendapat disampaikan)
Struktur Mikro Struktur Mikro
1.
Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai) Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan)
kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon Grafis, Metafora Ekspresi
Tematik Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Sering
disebut juga sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Dalam bukunya van dijk menyebut topik sebagai properti dari arti atau isi teks. Topik sangat penting dalam pemahaman keseluruhan teks, misalnya dalam pembentukan koherensi global, dan mereka bertindak sebagai semantik, kontrol top-down pada pemahaman lokal di tingkat mikro. Topik dalam teks memang memainkan peran sentral. Tanpa mereka tidak mungkin untuk memahami apa teks tentang global, kita hanya akan dapat memahami fragmen lokal teks, tanpa pemahaman tentang hubungan mereka secara keseluruhan, hierarki, dan organisasi.13 Topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu
13
Teun A Van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of Amsterdam, 1988),
h. 31.
23
bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.14 2.
Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan
sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Berita menurut van dijk mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni headline dan lead.15 Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya terdiri atas dua bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode yang disajikan
kepada
khalayak.
Sedangkan
subkategori
komentar
yang
menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip wartawan. Kedua, kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari komentar beberapa tokoh.16 3.
Semantik (Latar, Detil, Maksud, Pra Anggapan) Semantik dalam skema van Dijk dikagorikan sebagai makna lokal (local
meaning), yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan
14
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 230. Teun A Van Dijk, News as Discourse, h. 53. 16 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 232. 15
24
antarproposisi, yang membangun makna tertentu dari suatu teks. Analisis wacana memusatkan perhatian pada dimensi teks, seperti makna yang eksplisit maupun implisit.17 Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan masyarakat hendak dibawa. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Oleh karena itu, latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa.18 Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.19 Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya, dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar,
17
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78. Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 235. 19 Ibid, h. 238. 18
25
implisit, dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator.20 Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.21 4.
Sintaksis (Koherensi, Bentuk Kalimat, Kata Ganti) Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.
Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseoang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan, atau malah sebab akibat. Pilihan – pilihan mana yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut.22 Bentuk kalimat adalah segi sintaksis
yang berhubungan dengan cara
berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan)
20
Ibid, h. 240. Ibid, h. 256. 22 Ibid, h. 242. 21
26
dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.23 Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Pemakaian kata ganti yang jamak seperti “kita” atau “kami” mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan oposisi.24 5.
Stilistik (Leksikon) Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut bukan dilakukan secara kebetulan, tetapi juga secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta/realitas. Pemilihan kata – kata 23
Ibid, h. 251. Ibid, h. 253-254.
24
27
yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda.25 6.
Retoris (Grafis, Metafora) Elemen grafis ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang
ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Bagian – bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, disana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tersebut.26 Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa jadi menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh wartawan secara strategis sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik.27 B. Kognisi Sosial Dalam pandangan van Dijk, analsis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau
25
Ibid, h. 255. Ibid, h. 257. 27 Ibid, h. 259. 26
28
menandakan sejumlah makna, pendapat, dan ideologi.28Van Dijk menyebut sebagai kognisi sosial. Untuk mengetahui bagaimana makna tersembunyi dari teks, diperlukan analisis kognisi dan konteks sosial. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita.29 C. Analisis Sosial Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan (power), dan akses (acces). 1.
Praktek Kekuasaan Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang
dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami oleh van Dijk, juga berbentuk persuasif; tindakan seseorang untuk secara tidak langsung mengontrol dengan 28
Teun A Van Dijk, The Interdisciplinary Study of News as Discourse, dalam Klaus Bruhn Jensen dan Nicholas W. Jankowski. Ed. Handbook of Qualitative Methodologies for Mass Communication Research, (London and New York, Routledge, 1993), h. 117. 29 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 259.
29
jalan mempengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. 2.
Akses mempengaruhi Wacana Analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses,
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. Akses yang lebih besar bukan hanya memberi kesempatan untuk mengontrol kesadaran khalayak lebih besar, tetapi juga menentukan topik apa dan isi wacana apa yang dapat disebarkan dan didiskusikan kepada khalayak.30 B. Berita dan Media Massa dalam Paradigma Kritis 1.
Konsep Berita Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,
menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on-line internet.31 News (berita) yang berarti baru. Secara singkat sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. William S. Maulby mendefinisikan berita sebagai suatau penuturan secara benar dan tak memihak dari fakta-fakta yang memunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Sedangkan Dja’far H Assegaf menyebut berita adalah laporan
30
Ibid, h. 273. AS. Haris Summadiria, Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005) h. 65. 31
30
tentang fakta atau ide yang termasa (baru), yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca. Entah karena luar biasa, entah karena pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi – segi human interest seperti humor, emosi danketegangan.32 Ada berbagai bentuk gaya dalam penulisan berita misalnya dengan gaya to the point, langsung pada pokok persoalan yakni straight news, sedangkan berita yang disampaikan tidak langsung arti dan dibumbui agar menarik untuk dinikmati termasuk jenis feature news. Membumbui kata-kata bukan dengan menghilangkan faktanya, tetapi fakta adalah landasan untuk berkisah. Wartawan memang harus membuat tulisannya menarik, tetapi dengan tidak menjuruskan, mewarnai, atau, memainkan kata-kata. Berita itu sendiri sebenarnya sudah mempunyai warna. Hamad menyatakan bahwa, nilai berita dan nilai politik tersebut terutama berkaitan dengan kepentingan media massa sendiri, dan kepentingan masyarakat, sebagai konsumen atau publik dari media massa tersebut.33 Perkembangan selanjutnya, berita dalam konsep paradigma kritis dipahami bahwa berita tidak hanya sampai pada pengertiannya saja. Namun sebagai hasil dari pertarungan wacana antara berbagai kekuatan dalam masyarakat yang selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau media. Berita disini tidak berdiri sendiri sesuai realitas yang sebenarnya di lapangan. Tetapi, terdapat berbagai konteks sosial yang menyertainya.
32 33
136.
Ibid, h. 65. Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: Rajagrafindo, 2012), h.
31
2.
Media Massa Media massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi
melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas.34 Informasi ini ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak. Saat ini keberadaan media massa dalam kehidupan masyarakat sangat penting fungsinya. Media massa mengambil tempat di dalam masyarakat dan menjadi bagian dari suatu sistem tersebut. Pers/media massa memainkan berbagai peranan dalam masyarakat. Ada beberapa peranan umum
yang
dijalankan pers diaantaranya sebagai pelapor (informer). Pada peran ini media massa bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwaperistiwa yang diluar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, media massa juga berperan dalam penentuan agenda terhadap isu-isu tertentu. Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan oleh media massa dan apa yang menjadi agenda publik.35 Media massa melakukan proses pesan melalui sistem yang sistematis dan tersusun rapi, tidak semua pesan dapat dengan bebas diterima oleh khalayak, namun harus melalui proses seleksi oleh media (censored). Semua pesan yang diproduksi akan masuk dalam wilayah pemilihan redaksi, pemilihan pesan
34 35
Ibid, h. 13. Ibid, h. 22.
32
berlandaskan pada dua kepentingan besar, penting menurut media dan penting menurut khalayak.36 Dalam pandangan kaum pluralis, media dilihat sebagai saluran yang bebas dan netral, di mana semua pihak dan kepentingan dapat menyampaikan posisi dan pandangannya secara bebas. Namun, sebaliknya menurut kaum kritis. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Media juga dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat.37 Menurut Alex
Sobur, Louis Althusser menyebut media dalam
hubungannya dengan kekuasaan, menempati posisi strategis, terutama karena anggapan akan kemampuannya sebagai sarana legitimasi. Media massa sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan, agama, dan seni, dan kebudayaan, merupakan bagian dari alat kekuasaan negara yang bekerja secara ideologis guna membangun kepatuhan khalayak terhadap kelompok yang berkuasa (ideological states apparatus). Namun lain hal dengan Gramsci yang menyebut media sebagai arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi. Media dilihat sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistansi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga 36 37
Dedi Kurnia Syah Putra, Media dan Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 11. Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 37.
33
bisa menjadi instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi tandingan.38
38
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h.30.
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH GATRA A. Sejarah Majalah Gatra Majalah Gatra terbit pertama kali pada November 1994. Lahir dari tuntutan akan sebuah media informasi di tengah kawasan pembangunan Asia Pasifik yang bergejolak saat itu. Diawali dengan pembredelan majalah Tempo, pada Juni 1994, awak majalah Tempo yang ada saat itu dihadapkan pada pilihan untuk menerima pembredelan tersebut dengan memilih jalannya masing-masing, atau menerima pembredalan dengan menerbitkan majalah Gatra. Setelah dilakukan semacam memorandum/referendum, maka waktu itu sebagian besar awak Tempo, memilih alternatif kedua. Yaitu menerbitkan majalah berita mingguan Gatra, yang terbit pada 19 November 1994.1 Ada dua peristiwa penting yang terjadi di bulan November 1994 itu, yakni yang pertama adalah pertemuan para pemimpin negara-negara anggota forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Jakarta dan Bogor. Dan peristiwa yang kedua adalah peluncuran majalah Gatra. Jika pada peristiwa yang pertama merupakan salah satu sasaran liputan puncak pers nasional Indonesia. Maka, pada peristiwa kedua dinilai sebagai tonggak kehadiran media massa mutakhir di tengah semarak taman jurnalisme nasional pada masa itu.2 Tidak mudah dalam memilih nama media yang kelak menjadi Gatra tersebut. Nama Gatra sendiri dipilih melalui pemikiran yang cukup panjang. Gatra diangkat dari khazanah bahasa bangsa. Dipilih dengan maksud tidak
1
Majalah Gatra, Profil Perusahaan Majalah Berita Mingguan Gatra (Jakarta: PT Linarasmekar, 1999), h. 20. 2 Ibid, h. 5.
34
35
mencerminkan simbol golongan, mudah diingat, mulus diucapkan, singkat ditulis, dan lancar dilisankan. Gatra sendiri memiliki makna kata, wujud, sudut pandang. Karena nama mencerminkan makna, Gatra juga berusaha setia menyajikan bacaaan sehat dengan informasi akurat dan obyektif. Gatra hadir dimaksudkan bukan corong suatu golongan. Tidak juga berambisi untuk membentuk golongan eksklusif sendiri. Profesi jurnalistik, bagi Gatra, mengandung misi lebih dari sekadar menarik manfaat sesaat. Tokoh-tokoh yang berada dibalik berdirinya Gatra sekaligus merpakan ex wartawan Tempo, antara lain Hery Komar, Mahtum Mastum, Lukman Setiawan, Harijoko Trisnadi dan Budiono Kartohadiprodjo. Pada akhirnya, sejak awal 1999, keempat tokoh yang disebut diatas, lebih memilih mengelola majalah sendiri, dengan lahirnya majalah GAMMA. Sedangkan tokoh kelima, Budiono Kartohadiprojo, masih tetap di majalah Gatra sampai sekarang, sebagai Direktur Utama. Budiono Kartohadiprodjo, Insinyur teknik fisika lulusan Institut Teknologi Bandung ini salah satu orang yang mempersiapkan kelahiran majalah Gatra. Dia merupakan Direktur Utama PT Era Media Informasi, penerbit Gatra, dan bukanlah orang baru dalam dunia media cetak di Indonesia. Sebelumnya, ia sudah memimpin dan membina majalah Sportif dan tabloid Paron. Pengalamannya dalam memimpin puluhan perusahaan itu tentu saja sangat berperan dalam pengembangan Majalah Gatra hingga saat ini. Lukman Setiawan, pemimpin umum Gatra ketika Gatra pertama kali berdiri berasal dari lapangan. Mulai sebagai fotografer di beberapa surat kabar nasional, antara lain Kompas, dan majalah Tempo sebagai lahan karir
36
jurnalistiknya. Ternyata, Lukman tak hanya jeli memotret dan lancar menulis. Ia juga memiliki keterampilan manajerial yang tinggi dalam membina PT Temprint, sebuah perusahaan percetakan. Mahtum Mastoem, Pemimpin perusahaan Majalah Gatra ini memulai karirnya sebagai kartunis, karikaturis, bahkan reporter di berbagai media cetak di Yogyakarta dan Jakarta. Ia bahkan sempat bekerja serabutan: mengejar berita, membuat ilustrasi, menjadi korektor di percetakan. Herry Komar, sarjana Komunikasi Massa FISIP UI ini dikenal sebagai pekerja pers yang efisien dan efektif. Memulai karirnya sebagai reporter olahraga, kemudian, merambat naik hingga mencapai jabatan redaktur eksekutif majalah Tempo. Kemudian ketika Gatra terbit ia di mendapat jabatan sebagai Pemimpin Redaksi. Harjoko Trisnadi, sewaktu masih bekerja di Majalah Tempo, pak Harjoko demikian ia biasa disapa menjabat sebagai Direktur Keuangan. Dan ketika ia bergabung bersama Gatra, ia menduduki posisi serupa.3 B. Visi dan Misi Majalah GATRA Dari kebutuhan akan penyajian berita yang tidak saja jernih, melatihkan juga dalam, luas, lengkap dan tuntas. Kritis tanpa mengiris, tajam tanpa menikam, hangat tanpa membakar, “menggigit” tanpa melukai, mengungkap tanpa dendam, melancarkan misi kontrol sosial tanpa menghasut. Bukan pekerjaan gampang, memang. Gatra percaya, tugas pers adalah mengomunikasikan saling pengertian, bukan menyebarkan prasangka dan benih kebencian. Jurnalisme Gatra dengan sendirinya bukan jurnalisme untuk memaki maupun menjilat. Bukan jurnalisme
3
Ibid, h. 3-7.
37
partisan. Tetap kritis, tanpa menumbuhkan fanatisme. Itulah filosofi dan kebijakan pemberitaan Gatra. Seperti namanya, hadirnya Gatra dimaksudkan untuk menyajikan berita melalui penulisan yang bersahaja dan jernih. Gatra tak hanya merujuk kepada bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi juga kepada bahasa yang hidup, yang lentur, yang bergerak lincah di tengah masyarakat pembaca. Gatra ditulis tanpa maksud menambahkan beban bagi masyarakat pembacanya yang cerdas, yang berkembang dinamis di tengah laju informasi dan arus globalisasi. Gaya feature writing yang dipilih Gatra bukan sekadar berfungsi menyampaikan informasi, tapi juga menghibur, dan menyegarkan. Karena itu, untuk Gatra, foto tak kalah penting dari tulisan. Di dalam jurnalisme Gatra foto memberikan aksentuasi kepada berita dan berita ditulis dalam nuansa ilustratif. •
Visi dari PT. Era Media Informasi (Gatra) : 1. Menjadi bacaan yang cerdas, bermanfaat, dan menghibur. 2. Menjadi sumber referensi yang jernih, dalam, luas, lengkap dan tuntas. 3. Melakukan fungsi kontrol sosial dengan tajam tanpa menikam, hangat tanpa membakar, “menggigit” tanpa melukai, mengungkap tanpa dendam, mengkritik tanpa menghasut. 4. Membangun industri informasi menuju masyarakat yang cerdas, berakhlak, dan sadar akan hak dan kewajibannya, serta mendorong tegaknya hukum yang berkeadilan; menjadi rujukan informasi bagi masyarakat global.
•
Misi dari PT. Era Media Informasi (Gatra) : 1. Aktual
38
Mengangkat isu-isu pembicaraan di publik dengan sudut pandang yang cerdas. Dikupas secara teknis, analitis dan mendalam, dengan mengantisipasi tren mendatang dan keanekaragaman solusi yang jitu. 2. Jujur Menyampaikan informasi secara transparan, berimbang, proposional, tidak memihak, menjunjung tinggi asas “praduga tak bersalah”. Memegang teguh komitmen dengan nara sumber dengan tetap menjaga kredibilitas lembaga individu wartawan Gatra. 3. Berani Mengangkat fakta yang tersembunyi (kan), melalui investigate reporting dengan akurasi tinggi. Menegakkan tanggung jawab yang tinggi
pada
setiap
masalah.
Mengejar
pelaku
penyimpangan,
membongkar modus operandinya meskipun di “medan berbahaya”. 4. Tajam Bersikap kritis, analitis, komprehensif. Memilih narasumber yang kompeten, kredibel dan bermanfaat. Serta menyampaikan fakta data yang akurat dan tak terbantahkan.
39
C. Perkembangan Majalah GATRA Dijabarkan ke dalam paket majalah berita mingguan, Gatra meracik rubrikasinya demi memuaskan hajat informasi semua golongan. Mulai dari skala nasional, regional, dan internasional. Mulai dari berita politik, tinjauan seni dan budaya, agama, ekonomi, romantika Indonesia, olahraga, ilmu dan teknologi, kesehatan, kriminalitas, hukum, sampai hiburan. Setiap nomor edisi bertajukkan Laporan Utama yang lengkap, dalam, tuntas, dan imbang. Mengangkat isu aktual dari segala sisi kehidupan. Sejak awal, Gatra mendapat tempat khusus bukan saja di pasar berita, melainkan juga di dunia komunikasi pemasaran. Baru memasuki tahun keempat dari berdirinya, Gatra sudah dibaca oleh 879.000 orang di sembilan kota besar di tanah air. Demikian hasil pemantauan yang dilakukan oleh lembaga independen, AC-Nielsen. Sejak Agustus 1995, ketika belum berusia setahun penuh, Gatra sudah memasuki dunia Internet. Dengan nama Gatra Info Services – biasa disebut GIS – alamat
akses
awalnya
dibuka
melalui
http/www.uni.stuttgart.de/Indonesia/news/GATRA/index.html. Ketika itu, Gatra merupakan majalah Indonesia pertama yang masuk jaringan internet. Setahun lebih GIS menggunakan alamat yang berada di Universitas Stuttgart, Jerman, itu. Ternyata, kehadiran GIS mendapat sambutan hangat dari masyarakat pengguna Internet. Mengalir permintaan agar artikel Gatra di kirim ke alamat para pembaca. Antara lain dari Indonesia Development Studies di Amerika Serikat, dan perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Jepang.
40
Sejak
September
1996,
GIS
memperoleh
nama
baru:
http//www.Gatra.com. Nama ini diberikan Internet Network Information Centre (interNIC), lembaga yang mengatur pemberian nama homepage dalam jaringan Internet. Dengan nama baru ini, GIS dikelola lebih menarik dan berbobot. Dari segi isi, selain rutin menampilkan berita majalah Gatra, GIS juga menyajikan artikel dalam bahasa Inggris. Memasuki tahun ke-5 Gatra, GIS masih berjaya di urutan ketujuh dari100 hot Magazines lewat homepage http//www.web21.com. Menduduki peringkat ketujuh dari 100 majalah terkemuka di dunia merupakan kehormatan tersendiri, karena yang menduduki peringkat atas memang namanama yan sudah sangat populer di dunia Internet. Homepage yang menduduki peringkat pertama adalah Ziff Davis and Hotfiles, disusul Times Mirror Interzines, Women’s Wire and Beatrice’s Web Guide, Mecklermedia’s internet.com, Lycos Search Engine and Point, dan Nickelodeon-entertainment and games, just for kids. Di bawah Gatra antara lain terdapat The Economist, Business Week, US News and World Report Online, www.pathfinder.com, @national geographic.com. Lembaga yang menyusun peringkat 100 homepage majalah terkemuka dunia itu adalah Web 21, badan riset online yang secara serius melakukan pemeringkatan berdasarkan analyzing web traffic. Dari urutan itu menjadi jelas, Gatra majalah Indonesia terbesar di Internet pada saat itu.5 D. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibidang redaksional majalah Gatra meliputi, Pemimpin Redaksi, Wakil Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Kepala Pusat Liputan, Redaktur, Sidang Redaksi, Manajer Produksi, Sekretaris Redaksi, Kepala
4
Majalah GATRA, Profil perusahaan, h. 8.
41
Bagian Produksi dan Tatamuka, Kepala Bagian Perpustakaan dan Dokumentasi, Fotografer,
Reporter,
Redaktur
Bahasa,
dan
Kepala
Penelitian
dan
Pengembangan. E. Segmentasi Pemasaran Gatra terbit pada hari Kamis setiap minggunya. Hasil survey RSI (Survey Research Indonesia) 1996 di sembilan kota besar Indonesia menunjukkan, Gatra dibaca oleh lebih dari 879.000 pembaca. Kemudian beberapa tahun setelahnya yaitu tahun 1999 Gatra terbit dengan oplah 95.000 eksemplar dan didistribusikan ke berbagai provinsi di Indonesia. Sirkulasi per daerah : •
Jakarta
54,2 %
•
Jawa Barat
8,80 %
•
Jawa Tengah
3,50 %
•
Daerah Istimewa Yogyakarta
3,10 %
•
Jawa Timur
7,80 %
•
Sumatera Utara/ Daerah Istimewa Aceh
7,30 %
•
Sumatera Barat/Jambi/Riau
5,10 %
•
Sumatera Selatan/Bengkulu/Lampung
2,70 %
•
Kalimantan Barat
0,60 %
•
Kalimantan Tengah
0,10 %
•
Kalimantan Selatan
1,00 %
•
Kalimantan Timur
1,20 %
•
Sulawesi Utara
0,80 %\
•
Sulawesi Selatan/Tengah
1,50 %
42
•
Maluku
0,10 %
•
Irian Jaya
0,30 %
•
Bali/Nusa Tenggara
1.00 %
•
Luar Negeri
0,90 %
Kemudian segmentasi pembaca Gatra berdasarkan angket pembaca dengan responden 3.305 orang menampilkan hasil sebagai berikut :
Gambar3.Pembaca berdasarkan Jenis Kelamin
Pembaca Wanita 19%
Pria 81%
43
Gambar 4. Pembaca Berdasarkan Usia
50,00% 42,60% 40,00% 30,00% 25,50% 16,70%
20,00% 10,00%
0,60%
10,20%
0,00%
4,40% < 17 Tahun
17-25 Tahun
26-35 Tahun
36-45 Tahun
46-55 55 Tahun
> 56 Tahun
Gambar 5. Pembaca berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Pasca Sarjana Lain-lain 3% 8% SLTA 26%
Sarjana 63%
44
Gambar 6. Pembaca berdasarkan pekerjaan 35,80%
21,30%
15,30% 9,70%
9,30% 2,80%
2,50%
3,30%
Gambar 7. Pembaca berdasarkan kesetiaan pembaca
Setia Pembaca
Berlangganan
41,80%
Beli eceran setiap edisi
32,60%
Mulai membaca GATRA sejak pertama kali terbit
42,40%
Mulai membaca GATRA sejak 2 tahun atau lebih
36,80%
Setia Pembaca
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam bab ini, penulis akan menguraikan temuan data dan analisis pemberitaan laporan utama Majalah Gatra “Seruan Boikot Israel dari New York” . Penulis menggunakan pendekatan kualitatif analisis wacana model Teun A Van Dijk. Model analisis wacana van Dijk ini menganalisis tiga elemen yaitu analisis dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. A.
Analisis Struktur Teks Majalah Gatra Edisi Bulan Oktober 2012 1. Analisis Laporan Utama 1 “ Seruan Boikot Israel dari New York” 1.
Tematik Tema termasuk ke dalam tingkatan analisis teks pertama yakni struktur
makro. Tema merupakan gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Tema atau kadang disebut topik ini menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh pemberitaan dalam berita yang dibuatnya.1 Tema yang terkandung dalam laporan utama “Seruan Boikot Israel dari New York” ini yakni upaya masyarakat dunia untuk menekan Israel agar mau mengakui Palestina semakin kuat . Upaya ini dilakukan dengan menyerukan boikot atas produk-produk Israel. Tema yang diangkat penulis pada pemberitaan ini didasarkan pada seruan yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa untuk memboikot produk-produk Israel pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Melalui tema tersebut, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca upaya yang 1
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.
229.
45
46
dilakukan masyarakat dunia seperti yang oleh Marty Natalegawa dengan negara-negara lain untuk membantu Palestina meraih statusnya dan lepas dari agresi negara Israel. 2.
Skematik Tingkatan yang kedua dalam analisis wacana van Dijk adalah super
struktur. Skematik ini merupakan bagian dalam tingkatan super struktur. Teks wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan serta akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membuat kesatuan arti.2 Alur dari skema ini memiliki bentuk yang beragam. Namun pada umumnya berita terbagi menjadi dua skema besar yaitu, summary yang terdiri dari judul dan lead, dan yang kedua adalah story yaitu isi berita secara keseluruhan. Skema berita dalam laporan utama Majalah Gatra ini dimulai dengan judul berita yakni “Seruan Boikot Israel dari New York” . Kemudian dilanjutkan dengan paragraf yang disebut penulis “Peminat Pembaca” : Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat. Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, menyerukan aksi boikot terhadap produk-produk Israel. Tujuannya agar negara kaum Yahudi itu tidak bisa menangguk keuntungan ekonomi yang dihasilkan di wilayah pendudukan. Seruan itu dihasilkan dari KTT Non-Blok di Iran. Dilanjutkan masuk pada paragraf pertama yang merupakan lead berita berbunyi : New York adalah kota yang menjadi basis komunitas Yahudi terbesar di Amerika Serikat. Ironisnya, Kamis pekan lalu, di kota ini pula
2
Ibid, h. 232.
47
seruan boikot terhadap produk-produk Israel dikumandangkan. Adalah Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon utama seruan tersebut. Skema yang kedua adalah Story yang menguraikan situasi yakni proses atau jalannya peristiwa. Story dalam teks berita ini muncul setelah lead. Berita diuraikan dengan menceritakan situasi bagaimana seruan boikot itu muncul pertama kali oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Marty Natalegawa di sela-sela pertemuan Majelis Umum Perserikatan BangsaBangsa di New York, yang dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon. Kemudian pada bagian tengah berita atau isi berita menceritakan bahwa ide aksi boikot ini dilakukan sebagai langkah konkret untuk membantu Palestina. Dipaparkan “bagi yang sudah terlanjur memiliki hubungan dagang, direkomendasikan agar produk – produk Israel diberi label khusus, yang menyatakan produk ini dihasilkan Israel di wilayah pendudukan. Dengan begitu, konsumen yang akan membeli jadi sadar kalau ini produk wilayah pendudukan. Melalui aksi boikot ini, diharapkan Israel tidak bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari produk itu. Komite merujuk aksi boikot yang dilaksanakan Afrika Selatan. Negeri yang sukses berjuang melawan diskriminasi rezim apartheid itu memiliki hubungan dagang dengan Israel, namun mereka melabeli produk Israel secara khusus dan menyatakan bahwa barang ini dihasilkan di daerah pendudukan Palestina. "Setelah dilabeli, produk Israel itu biasanya jadi kurang laku," ujar Marty. Selanjutnya isi pemberitaan ini diceritakan bagaimana dampak yang dihasilkan dari aksi boikot negara-negara Arab terhadap perekonomian
48
Israel. Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga memberikan pukulan tak kalah hebat. Dari gerakan boikot yang berlangsung sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an, ditengarai Israel telah mengalami kerugian sebanyak US$ 90 milyar. Data statistik ini sangat penting sekali untuk memahami bagaimana sebenarnya keberhasilan aksi boikot Arab pada Israel. Tak ada keraguan bahwa aksi boikot telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara mendasar pada bangsa Israel. Sedangkan bagian penutup dari laporan utama ini penjelasan mengenai sikap pemerintah Indonesia dalam aksi boikot produk Israel ini. “Dewan Perwakilan Rakyat mendesak pemerintah agar segera merealisasikan seruan tersebut. Anggota Komisi I DPR-RI, Roy Suryo, mengatakan pemerintah harus membuat daftar produk yang secara keseluruhan dibuat Israel, dan yang merupakan produk campuran. Hal ini penting lantaran dalam produk militer, meski Indonesia tak berhubungan langsung, juga membeli produk senjata Israel seperti, senapan serbu Uzi dan Galil/Galatz. Sementara itu, menurut Wakil Ketua Komisi VI yang membidangi perdagangan, Aria Bima, dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil Menteri Perdagangan untuk membahas langkah kongkret seruan ini. Selanjutnya, ujar dia, pemerintah harus menyampaikan produk-produk tersebut pada masyarakat. Aria Bima menegaskan, pemerintah juga harus menjelaskan apakah boikot juga meliputi produk turunan. Ia berharap langkah ini bisa menegaskan sikap Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina”.
49
Skema ini disusun sedemikian rupa sesuai dengan gaya penuturan Gatra berupa feature reporting. Skema yang digunakan diurutkan sesuai dengan peristiwa antara lain apa yang dilakukan Marty dalam sidang PBB, lalu isi pernyataan Marty, dan kemudian upaya-upaya yang dilakukan negaranegara lain dalam memboikot produk-produk Israel. 3.
Latar Latar termasuk ke dalam bagian tingkat analisis struktur mikro yakni
semantik. Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Latar biasanya ditulis sebagai latar belakang suatu berita atau peristiwa. Latar yang ditulis tersebut menentukan ke arah mana pandangan khalayak dibawa oleh wartawan tersebut.3 Latar dalam pemberitaan “Seruan Boikot Israel dari New York” ini muncul dalam paragraf pertama yang merupakan lead, isinya menceritakan latar belakang kota New York sebagai basis Yahudi. “New York adalah kota yang menjadi basis komunitas Yahudi terbesar di Amerika Serikat. Ironisnya, Kamis pekan lalu, di kota ini pula seruan boikot terhadap produk-produk Israel dikumandangkan. Adalah Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon utama seruan tersebut”. Latar yang ingin ditampilkan wartawan pada pemberitaan ini adalah mengajak pembaca terlebih dahulu mengenal peran kota New York, sebagai kota tempat
pertama kali seruan boikot itu dikumandangkan
sebelum lebih jauh membahas mengenai boikot Israel tersebut.
3
Ibid h. 235.
50
4.
Detil Detil juga masuk dalam semantik. Detil ini merupakan elemen wacana
yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.4 Detil yang hendak disampaikan penulis dalam pemberitaan “Seruan Boikot Israel dari New York” ini adalah ketika penulis memaparkan bagaimana dampak yang diakibatkan dari aksi boikot Israel ini. “Seruan boikot terhadap produk-produk Israel memang bisa menjadi senjata ampuh untuk menekan. Menengok sedikit ke belakang, ulama internasional Dr. Yusuf Qaradhawy pada November 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram membelanjakan uang yang dimiliki kaum Muslimin untuk membeli produkproduk pro-zionis. Dampak fatwa ini ternyata bisa membuat guncang perekonomian Israel hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun. Qardhawi memfatwakan, tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina. Karena itu, ulama kharismatik ini pun mengharamkan umat Islam membeli barang-barang atau produk Israel. Membeli barang atau produk mereka, berarti ikut serta mendukung kekejaman tirani, penjajahan, dan pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap umat Islam di belahan dunia lainnya.”
4
Ibid, h. 238.
51
Pada bagian tersebut wartawan menguraikan pernyataan secara panjang dan lebar. Tidak diketahui secara jelas makna apa yang hendak disampaikan kepada pembaca jika tidak membacanya secara keseluruhan. Tetapi, jika dibaca secara utuh, maksudnya dapat diketahui untuk mempengaruhi pembaca bahwa dengan apapun yang berhubungan menguntungkan Israel berarti turut serta dalam mendukung aneksasi atas Palestina. 5.
Maksud Elemen maksud, hampir sama dengan elemen detil. Bedanya, jika
dalam detil informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang, maka dalam elemen maksud informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.5 Elemen maksud yang terkandung dalam penulisan pemberitaan ini ada pada teks yang memaparkan dampak dari aksi boikot negara-negara Arab terhadap Israel. “Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga memberikan pukulan tak kalah hebat. Dari gerakan boikot yang berlangsung sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an, ditengarai Israel telah mengalami kerugian sebanyak US$ 90 milyar. Data statistik ini sangat
penting
sekali
untuk
memahami
bagaimana
sebenarnya
keberhasilan aksi boikot Arab pada Israel. Tak ada keraguan bahwa aksi
5
Ibid, h. 240.
52
boikot telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara mendasar pada bangsa Israel”. Dalam teks tersebut, wartawan menggambarkan secara jelas bahwa aksi boikot yang dilakukan negara-negara di dunia ini telah berhasil setidaknya membuat perekonomian Israel guncang. 6.
Pra Anggapan Elemen wacana lainnya, praanggapan merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Hampir serupa dengan latar yang berupaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang. Kalau praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercayai kebenarannya.6 Bagian praanggapan yang ada dalam teks berita tersebut yakni bagian berita yang memaparkan “...tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina”. Bagian praanggapan di dalam teks dibuat oleh penulis untuk mendukung pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan. Artinya bahwa, jika kita membeli produksi dan barang Israel atau Amerika Serikat secara cepat akan menjadi senjata untuk membunuh pemuda dan bocah Palestina. Pernyataan tersebut merupakan fakta yang belum terbukti kebenaran seluruhnya tetapi memang dipercayai oleh semua orang.
6
Ibid, h. 256.
53
7.
Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam
teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya.7 Bentuk koherensi yang terkandung dalam laporan utama ini yakni : -
“Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat”. Kalimat diatas menggunakan
kata hubung yang
menyatakan tujuan yaitu “agar”. Proposisi “upaya menekan Israel” dan “mau mengakui Palestina merdeka makin kuat” adalah dua hal yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata hubung “agar” dua hal tersebut menjadi tampak koheren. 8.
Leksikon Leksikon ini merupakan elemen bagaimana seorang wartawan atau
penulis melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pemilihan kata tersebut tidak semata hanya kebetulan saja, tetapi bisa jadi mengandung unsur ideologis yang menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap suatu fakta.8 Pemilihan kata dalam laporan utama “Seruan boikot Israel dari New York ini dapat dilihat sebagai berikut.
7 8
Ibid, h. 242. Ibid, h. 255.
54
-
Kata pelakon dalam kalimat : Adalah Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon utama seruan tersebut. Kata Pelakon memiliki kata lain yakni tokoh.
-
Kata menangguk dalam kalimat : “Tujuannya agar negara kaum Yahudi itu tidak bisa menangguk keuntungan ekonomi yang dihasilkan di wilayah pendudukan. Kata menangguk di atas sebenarnya memiliki kata lain seperti mengambil atau meraih.
-
Kata enteng dalam kalimat : Marty sendiri, ketika itu, menanggapi enteng aksi pengusiran tersebut.
-
Kata pro-zionis pada kalimat : Menengok sedikit ke belakang, ulama internasional Dr. Yusuf Qaradhawy pada November 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram membelanjakan uang yang dimiliki kaum Muslimin untuk membeli produk-produk prozionis.
-
Kata mengucurkan pada kalimat : AS juga mengucurkan uang sebesar US$ 730 juta untuk bidang keuangan.
-
Kata pukulan dalam kalimat : Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga memberikan pukulan tak kalah hebat.
-
Kata membabi-buta dalam kalimat : Dukungan AS yang membabi buta terhadap Israel dinilai wajar.
9.
Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan
atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Grafis dalam wacana berita, biasanya muncul lewat
55
bagian tulisan yang dibuat lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat besar. Termasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raster. Grafik, gambar, tabel, dan pemakaian angka untuk mendukung arti penting sebuah pesan.9 Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan laporan utama Majalah Gatra ini diantaranya muncul dalam foto yang menggambarkan demo mendukung boikot Israel diletakkan paling depan dan berukuran sangat besar. Kemudian unsur grafis lainnya adalah adanya peta negara-negara yang melakukan aksi boikot terhadap Israel. Sedangkan unsur grafis yang muncul dalam teks, yakni data yang menunjukkan angka penurunan sektor perekonomian Israel baik dari segi pariwisata maupun investasi akibat boikot negara-negara lain. 10. Metafora Metafora adalah bentuk pengungkapan pesan melalui kiasan atau ungkapan. Metafora ini dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita.10 Unsur metafora yang termuat dalam teks berita “Seruan Boikot Israel dari New York” ini yakni ada dalam kata “semua tutup mata” pada kalimat "Dari zaman dahulu, semua tutup mata senjata itu produksi mana, karena kita dalam posisi embargo,...............". Sedangkan yang kedua adalah kata membabi-buta dalam kalimat “Dukungan AS yang membabi buta terhadap Israel dinilai wajar.”
9
Ibid, h. 257. Ibid, h. 259.
10
56
Tabel. 4.1 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 1 “Seruan Boikot Israel dari New York” Struktur Wacana Makro
Elemen • Topik/Tema
Super struktur
Skema :
Struktur Mikro
Latar Detil Maksud Pra anggapan Koherensi
Leksikon
Grafis
Keterangan Lead berita - Diawali dengan Judul berita - Lead Berita - Story : 1. Situasi apa yang terjadi yakni pernyataan Marty Natalegawa. 2. Bentuk upaya negara di dunia terhadap produk Israel. 3. Dampak yang terjadi atas boikot produk Israel 4. Sikap pemerintah Indonesia terhadap boikot produk Israel Paragraf 1 Paragraf 10 Paragraf 15 Paragraf 10 Lead berita : Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat... Paragraf 4 : ....Tel Aviv menganggap pertemuan itu ilegal, lalu mengusir para menlu tersebut, termasuk Marty lantaran mewakili negara-negara, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, serta tidak mengakui negara Yahudi tersebut. - Kata pelakon dalam paragraf 1 - Kata menangguk dalam Lead berita - Kata enteng dalam paragraf 5 - Kata pro-zionisdalam paragraf 9 - Kata mengucurkan dalam paragraf 14 - Kata pukulan dalam paragraf 15 - Kata membabi-buta dalam paragraf terakhir - Foto diletakkan paling depan dan berukuran sangat besar. - Peta negara-negara yang melakukan aksi boikot terhadap Israel. - grafis dalam teks, yakni data yang menunjukkan angka penurunan sektor perekonomian Israel baik dari segi pariwisata maupun investasi akibat boikot negara-negara
57
Metafora
lain. Kata “semua tutup mata” pada paragraf 17 Kata “membabi-buta” pada paragraf terakhir
2. Analisis Laporan Utama 2 “Tidak Beli Demi Palestina” 1.
Tematik Tema dalam laporan utama majalah Gatra yang berjudul “Tidak Beli
Demi Palestina” ini adalah kampanye boikot produk Israel dilakukan aktivitas pro Palestina di beberapa negara. Bagi mereka, memakai produk Israel sama artinya dengan mendukung penjajahan atas Palestina. Tema yang ingin disampaikan wartawan dalam keseluruhan isi pemberitaan ini adalah agar masyarakat mengetahui upaya yang dilakukan negara-negara di dunia dalam menekan Israel diantaranya melalui kampanye boikot produk Israel. Tak hanya sekedar kampanye boikot produk Israel, disertai pula daftar nama produk buatan Israel. Sehingga masyarakat dunia mengetahui apa saja produk buatan Israel. 2.
Skematik Struktur skematik yang biasa muncul dalam suatu teks berita dimulai
dengan lead, story yang merupakan isi suatu berita kemudian ditutup dengan penutup atau kesimpulan berita. Skema atau alur cerita yang muncul dalam laporan utama berjudul “Tidak Beli Demi Palestina” ini diawali dengan judul itu sendiri yakni “Tidak Beli Demi Palestina”. Kemudian dilanjutkan dengan lead yang isinya “Kampanye boikot produk Israel dilakukan oleh aktivis pro-Palestina di beberapa negara. Dilengkapi daftar terboikot yang diperbarui setiap tahun. Pemerintah Afrika Selatan melarang pencantuman Made In Israel untuk produk dari wilayah pendudukan”.
58
Bagian story dalam teks berita ini dilanjutkan setelah lead berita. Jika dalam lead diceritakan aksi kampanye boikot produk Israel berlangsung di berbagai negara, maka paragraf setelahnya menceritakan daftar produk apa saja yang merupakan produk buatan Israel. Dimulai dengan kurma yang merupakan barang komoditas utama ekspor negara Israel. Diceritakan pula yang menjadi keprihatinan kelompok pro Palestina yakni kurma-kurma tersebut dihasilkan di wilayah pendudukan Israel. Isi berita selanjutnya dipaparkan mengenai perkembangan kampanye boikot produk Israel di beberapa negara. Bisa dikatakan kampanye itu berhasil mengajak masyarakat di dunia melakukan aksi serupa dalam rangka menekan upaya agresi Israel terhadap Palestina. 3.
Latar Latar yang muncul dalam
teks pemberitaan laporan utama ini ada
dalam paragraf kedua. “Kurma adalah salah satu komoditas andalan Israel yang memegang porsi 15% angka ekspor negara itu. Buah itu dikapalkan ke berbagai negara, terutama Eropa dengan volume 10.000 ton per tahun, dan bernilai 80 juta Poundsterling”. Sebelum memasuki latar berita tentang kurma tersebut, wartawan memaparkan mengenai keprihatinan kelompok pro Palestina terhadap kurma-kurma Israel yang ternyata dihasilkan di wilayah pendudukan Israel seperti Lembah Yordan. Latar yang berusaha disampaikan wartawan kepada pembaca agar pembaca mengetahui bahwa kurma adalah menjadi barang yang penting dan menjadi andalan pemasukan ekspor utama negara itu. Namun barang andalan tersebut merupakan barang yang dihasilkan dari
59
wilayah pendudukan Israel yang seharusnya menjadi pemasukan utama Palestina. 4.
Detil Detil yang wartawan paparkan pada teks berita ini yakni ada dalam
paragraf ke-9. “Dari waktu ke waktu kampanye ini agaknya makin populer. Di berbagai negara mulai muncul berbagai aksi yang semakin menyudutkan produk-produk Israel. Daftar produk itu bahkan terus meluas menjadi produk-produk milik pengusaha Yahudi, yang kemungkinan tidak berkaitan langsung dengan Israel”. Detil lain juga muncul pada teks berita “...namun kampanye boikot agaknya berfokus pada produk-produk konsumsi.” Detil yang ingin ditampilkan wartawan dalam teks paragraf tersebut yakni bagaimana besarnya perkembangan kampanye boikot Israel yang makin meluas. Tidak hanya berorientasi pada produk-produk Israel tetapi juga meluas menjadi produk-produk milik pengusaha Yahudi yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan Israel tetapi secara tidak langsung penulis ingin mengatakan kepada pembaca bahwa pengusaha Yahudi juga sama dengan Israel. 5.
Maksud Maksud yang penulis temukan dalam teks berita ini ada dalam paragraf
ke-7. Selain itu, ada Strauss group, perusahaan makanan minuman kedua terbesar dunia yang keuntungannya mencapai US$1,8 milyar pada 2010. Boikot terhadap Strauss sangat diserukan karena perusahaan ini diketahui sebagai penyokong dua unit infanteri terkenal di Israel, yakni Brigade
60
Golani dan Givati, yang menggunakan fosfor putih dalam sebuah serangan di jalur Gaza. Maksud dari teks ini secara jelas dipaparkan bahwa penulis mendukung untuk memboikot produk perusahaan tersebut. 6.
Praanggapan Praanggapan yang hendak dimunculkan wartawan dalam teks berita ini
yaitu ”.... membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina”. 7.
Koherensi Bentuk koherensi yang terkandung dalam laporan utama ini yakni : - membeli
kurma
Israel
sama
dengan
mendukung
aneksasi
ataswilayah Palestina. - Seiring dengan pendudukan Israel di beberapa wilayah Palestina, sentimen anti negara zionis itu semakin meluas. - Sejak Israel melakukan pendudukan paksa di beberapa wilayah Palestina seperti Yerusalem Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, pada 1967, industrinya berkembang pesat 8.
Leksikon Pemilihan kata dalam laporan utama “Tidak Beli Demi Palestina” ini
dapat dilihat sebagai berikut. - Kata aneksasi dalam kalimat : “...membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina.” - Kata sinyalir dalam kalimat : “Situs inminds.co.uk membuat daftar panjang merek yang mereka sinyalir lahir di Israel...”
61
- Kata Penyokong dalam kalimat : karena perusahaan ini diketahui sebagai penyokong dua unit infanteri terkenal di Israel..” - Kata menyudutkan dalam kalimat : “Di berbagai negara mulai muncul berbagai aksi yang semakin menyudutkan produk-produk Israel.” - Kata menyusup dala kalimat : “Barang-barang asal Israel, kata Bayu, bisa menyusup masuk di Indonesia dari negara lain dengan tidak dilengkapi dokumen asal negara.” - Kata berang dalam kalimat : “Langkah Afrika Selatan ini membuat berang Israel.” 9.
Grafis Unsur grafis yang muncul dalam pemberitaan laporan utama Majalah
Gatra ini khususnya pada berita “Tidak Beli Demi Palestina” diantaranya muncul dalam foto yang menggambarkan aksi aktivis pro Palestina di Irlandia yang membawa poster berisi mendukung boikot Israel diletakkan paling depan dan berukuran satu halaman lebih. 10. Metafora Tidak ada Tabel. 4.2 Kerangka Analisis Data Laporan Utama 2 “Tidak Beli Demi Palestina” Struktur Wacana Makro
Elemen
Keterangan
• Topik/Tema
Super struktur
Skema : • Summary
Kampanye boikot produk Israel dilakukan aktivitas pro Palestina di beberapa negara. Bagi mereka, memakai produk Israel sama artinya dengan mendukung penjajahan atas Palestina - Diawali dengan Judul berita - Lead Berita
62
• Story
Struktur Mikro
Latar
Detil Maksud Pra anggapan Koherensi
- Story : 1. Menceritakan daftar produk apa saja yang merupakan produk buatan Israel. 2. Perkembangan kampanye boikot produk Israel di beberapa negara. Paragraf 2 : “Kurma adalah salah satu komoditas andalan Israel yang memegang porsi 15% angka ekspor negara itu. Paragraf 5 Paragraf 9 Paragraf 7 Paragraf 1 : ”.... membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina”. Paragraf 1 : “...membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina.” Paragraf 3: “...Seiring dengan pendudukan Israel di beberapa wilayah Palestina, sentimen anti negara zionis itu semakin meluas.”
Leksikon
Grafis Metafora
B.
Paragraf 5 :“...Sejak Israel melakukan pendudukan paksa di beberapa wilayah Palestina seperti Yerusalem Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, pada 1967, industrinya berkembang pesat.” - Kata aneksasi dalam paragraf 1 - Kata sinyalir dalam paragraf 3 - Kata penyokongdalam paragraf 7 - Kata menyudutkan dalam paragraf 9 - Kata menyusup dalamparagraf 12 - Kata berang dalam paragraf 14 foto aksi aktivis pro Palestina diletakkan paling depan dan berukuran satu halaman lebih. Tidak ada
Analisis Kognisi Sosial Laporan Utama Majalah GATRA “Seruan Boikot Israel dari New York” Selain menganalisa teks, dalam analisis wacana juga penting untuk
mengamati kognisi sosial teks yakni bagaimana suatu teks itu bisa diproduksi. Karena anggapan seseorang mengenai teks bahwa teks itu memiliki makna itu
63
tidak sepenuhnya benar. Suatu teks itu bisa bermakna sesuatu karena diberikan oleh si pemakai bahasa (penulis). Dan makna inilah yang dikonstruksi oleh penulis. Selain makna dalam teks juga mengandung pendapat dan ideologi penulis tersebut. Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks. Proses terbentuknya teks ini tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks itu dibentuk, proses ini juga memasukan informasi bagaimana peristiwa itu ditafsirkan, disimpulkan, dan dimaknai oleh wartawan.11 Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, dibutuhkan penelitian kognitif dan strategi si penulis dalam memproduksi suatu berita. Karena setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa.12 Sama halnya dengan teks dalam pemberitaan “Seruan Boikot Israel dari New York,” teks ini tidak terlepas dari proses produksi berita yang tentu melibatkan kesadaran mental dari penulis yakni Tim Laporan Utama Majalah Gatra. Wacana tentang seruan boikot Israel yang diangkat majalah Gatra ini sebenarnya sudah cukup lama diperdengarkan ke masyarakat dunia. Namun, mengapa kemudian santer lagi terdengar pada September 2012 lalu, karena adanya pernyataan dari Anggota Gerakan Non Aliansi yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Marty Natalegawa yang menyerukan boikot produk Israel pada pertemuan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat. Pernyataan ini dianggap berani karena 11 12
Ibid h. 266. Ibid h. 260.
64
dilontarkan di tengah Sidang Umum PBB yang dihadiri negara pro Israel. Imbas dari pernyataan ini tentunya menggugah masyarakat dunia untuk mendukung upaya boikot produk Israel. Di negara-negara seperti di Palestina sendiri, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, Uni Eropa, Afrika Selatan, dan Timur Tengah gencar mendata produk buatan Israel dan melabeli produk tersebut jika merupakan hasil dari wilayah pendudukan. Dikutip dari wawancara peneliti dengan salah satu tim penulisan Laporan Utama, Erwin Y Salim yang juga merupakan bagian dari tim Sidang Redaksi, terkait dengan proses pengangkatan tema dan proses produksi laporan utama “Seruan Boikot Israel dari New York”. Majalah Gatra dalam proses mengangkat sebuah berita memiliki kriteria sendiri, termasuk dalam mengangkat tema seruan boikot Israel tersebut. Proses penentuan tema berita laporan utama tersebut dihasilkan melalui rapat pleno perencanaan setiap hari Rabu yang dihadiri oleh segenap tiap personil redaksi (Reporter sampai dengan Pemimpin redaksi).13 Erwin menuturkan bagaimana pertimbangan Majalah Gatra dalam memilih dan mengangkat tema tentang seruan boikot Israel tersebut. Terkait alasan pengangkatan tema Seruan Boikot Israel ini dikarenakan berita tersebut memenuhi kriteria layak siar juga layak rubrik termasuk jenis laporan utama ini. Unsur kriteria berita layak siar di Majalah Gatra ini seperti yang diungkapkan Erwin, antara lain : Hangat (dalam arti sedang dibicarakan), baru (pertama kali tema itu dimuat), memiliki daya tarik, memiliki kedekatan masalah, sudut pandang, dramatik, fenomenal, eksklusif (tenar/sangat terkenal), dan unik.
13
GATRA: Nilai-Nilai dan prinsip Pemberitaan GATRA, (Jakarta: Majalah GATRA), h. 3.
65
“Nah dari kriteria ini, boikot Israel ini sangat memenuhi banyak dari 10 kriteria ini. Salah satu dari kriteria ini untuk pertama kalinya seorang Menlu RI Marty Natalegawa, menyerukan boikot. Kalau tidak salah juga secara resmi, Gerakan Non Blok di sebuah sidangnya atau konferensi menyatakan harus boikot Israel. Pernyataan Marty juga menarik itulah yang membuat GATRA mengangkat tema ini. Sebetulnya jika dilihat masalah boikot itu sendiri itu sudah lama, tetapi yang mendorong kita mengangkat tema ini adalah pernyataan Marty itu sendiri dan pernyataan gerakan non blok.” Kemudian berita itu diputuskan melalui rapat redaksi majalah GATRA. Mengenai mekanisme peliputan berita Majalah GATRA terdapat alur kerja sebagai berikut : Gambar 8.Alur Peliputan Berita Redaksi Majalah Gatra 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sidang Redaksi Rapat Perencanaan Isi
Pemimpin Redaksi Wakil Pemimpin Redaksi Redaktur Pelaksana Penanggung Jawab Rubrik Reporter Fotographer
Hasil Rapat
Penanggung Jawab Rubrik (surat penugasan)
Editor Naskah
Redaktur Pelaksana
Pusat Liputan
Repoter
Reporter
Turun Lapangan
Fotographer
Rapat Pengecekan
Produksi Tatamuka
66
Dari alur peliputan diatas, dapat dijelaskan terdapat dua prosedur tahap penugasan dan tahap penulisan. Pada tahap penugasan,bagian redaksi mulai dari pemimpin redaksi sampai reporter melakukan rapat perencanaan untuk menentukan masalah yang akan diangkat untuk dijadikan berita. Kemudian dari hasil rapat, penanggung jawab rubrik membuat surat penugasan untuk dikirimkan kepada pusat liputan. Setelah menerima surat penugasan, pusat liputan menentukan reporter lalu diteruskan kepada reporter yang bersangkutan.Reporter turun ke lapangan dan membuat laporan berdasarkan penugasan yang diberikan. Tahap kedua adalah tahap penulisan, tahap ini dimulai dari hasil laporanlaporan yang ditulis oleh reporter kemudian dirapatkan ke dalam rapat pengecekkan untuk menentukan apakah masalah tersebut sudah sesuai dengan kriteria yang akan dimuat dalam majalah.Dari hasil rapat, redaktur pelaksana membuat kertas merah yang dikirim kepada penanggung jawab rubrik. Lalu, penanggung jawab rubrik membuat tulisan berdasarkan kertas merah yang diberikan.Tulisan yang dibuat oleh penanggung jawab rubrik kemudian dikirim kepada redaktur pelaksana untuk penyuntingan tulisan.Setelah penyuntingan tulisan, kemudian tulisan dikirim kepada editor naskah untuk dilakukan pengeditan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.Setelah tulisan tersebut diedit kemudian dikirim kepada PTM untuk penyusunan layout. Proses diatas merupakan prosedur produksi berita di Majalah Gatra. Ketika dihadapkan dengan kondisi saat laporan utama “Seruan Boikot Israel dari New York” ini dibuat, saat itu berita mengenai seruan boikot produk Israel ini tengah hangat dibicarakan oleh media-media di Indonesia.
67
Begitu pun dengan Gatra, setelah melalui rapat perencanaan dengan redaksi dan dipilihnya tema boikot Israel ini, maka kemudian ditentukan penulis dan narasumber terkait dengan tema tersebut. Tim penulis dalam laporan utama ini diantaranya adalah Erwin Y Salim, M. Agung Riyadi, Basfin Siregar, dan Rach Alida Bahaweres, dan Mujib Rahman. Setelah dipilih beberapa wartawan dan penulis, sesuai dengan prosedur peliputan Majalah Gatra, maka masing-masing wartawan mencari berita dengan dibekali Terms of Reference (TOR) yang dibuat oleh redaktur berikut dengan narasumber yang terkait dengan tema tersebut. Pada laporan utama ini, sumber berita utamanya adalah Marty Natalegawa, yang dihubungi oleh wartawan Gatra, Basfin Siregar. Selain Marty, narasumber dalam laporan utama ini adalah dari dalam negeri yaitu Anggota DPR RI, yang dimintai komentarnya mengenai boikot Israel tersebut. Untuk sumber Internasionalnya, karena tema Laporan utama ini termasuk jenis Internasional, maka data yang diambil juga melibatkan rubrik Internasional. Berita mengenai seruan boikot Israel ini tentu tidak terlepas dari kecenderungannya terhadap suatu pihak. Karena kognisi wartawan dalam penulisan laporan utama ini mempunyai pandangan dan perspektif berbeda terhadap suatu peristiwa. Skema berita yang ditulis Gatra pada Seruan Boikot Israel ini seperti yang diungkapkan Erwin yakni : Kita berangkat dari apa dan apa sih Marty ini ngomong begitu tiba-tiba, dari situ kita menganggap bahwa ini pantas didukung dan yang kedua bahwa ternyata masih banyak produk Israel yang ternyata diam-diam masuk, dan produk produk perusahaan yang mendukung Israel. Nah mau diapain sih Marty ngomong begitu kita disini.14
14
Wawancara dengan Erwin Y Salim
68
Erwin Y Salim, salah satu tim penulis Laporan Utama Seruan Boikot Israel ini merupakan wartawan senior Gatra yang telah memiliki jam terbang cukup banyak, salah satunya adalah pengalaman meliput langsung di perbatasan Israel. Dari skema yang disebutkan Erwin tersebut, seperti yang disebutkan van Dijk, ada beberapa model atau skema tertentu untuk menggambarkan kognisi wartawan dalam pemberitaan. Tabel. 4.3 Skema Kognisi Sosial Majalah GATRA
Skema Person (Person Schemas) Gatra memandang seruan boikot produk Israel ini bentuk kepedulian negara-negara non aliansi termasuk Indonesia untuk membebaskan rakyat Palestina dari agresi militer Israel. Karena, melalui aksi boikot ini merupakan jalan untuk menekan bentuk aneksasi Israel ke Palestina. Skema Peran (Role Schemas) Redaksi Gatra melihat upaya yang dilakukan oleh Marty Natalegawa adalah sebuah keberanian yang harus didukung. Marty dan segenap pihak yang mendeklarasikan upaya boikot ini tentu memiliki tujuan, yakni menekan Israel dengan segala cara untuk menghentikan agresi militernya kepada rakyat Palestina. Mengingat begitu besarnya peran media massa dalam menyebarkan segala infomasi, Gatra berkewenangan dalam menyebarkan seruan yang dilakukan oleh negara-negara pendukung pembebasan Palestina. Skema Peristiwa (Event Schemas) Israel dengan dukungan Amerika Serikat terus memperluas wilayahnya ke tanah Palestina dengan cara melancarkan serangan militernya ke Palestina. Palestina pun tidak tinggal diam. Dengan roket dan amunisi yang dimilikinya,
69
mereka berusaha membalas ke pihak Israel. Begitu pun seterusnya. Hal ini yang kemudian mengakibatkan jiwa-jiwa tak berdosa melayang dari kedua belah pihak. Upaya gencatan senjata juga terus dilakukan, namun hal tersebut selalu gagal di meja perundingan oleh Israel.
C.
Analisis Konteks Sosial Laporan Utama Majalah Gatra “Seruan Boikot Israel dari New York” Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah
bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikontruksi dalam masyarakat. Analisis sosial (konteks sosial) berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi pemakaian bahasa, dan terbentuknya sebuah wacana. Seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi sosial yang sedang terjadi saat itu. Seperti dalam pemberitaan laporan utama majalah Gatra ini, untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan media tentang Israel ini adalah dengan menganalisis bagaimana negara melakukan produksi dan reproduksi mengenai keberadaan Israel, lewat buku-buku sekolah, pidato politik, hubungan politik, dan sebagainya. Penilaian negatif bangsa Indonesia terhadap Israel telah dibangun berpuluhpuluh tahun yang lalu ketika Israel mulai melebarkan ekspansi ke wilayah Palestina. Israel yang merupakan negara republik demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer memproklamasikan kemerdekaannya pada 4 Mei 1948
70
dan memiliki luas wilayah sekitar 21.596 km persegi (sekitar 8338 mil persegi).15 Sampai dengan tahun 2009, populasi Israel adalah sebesar 7,5 juta jiwa. Israel memiliki dua bahasa resmi, yaitu bahasa Ibrani dan bahasa Arab. Agama mayoritas di Israel ini adalah agamaYahudi. Afiliasi keagamaan penduduk Yahudi Israel bervariasi: 55%-nya mengaku sebagai "tradisional", sedangkan 20%-nya menganggap dirinya sendiri sebagai "Yahudi sekuler", 17% mengaku sebagai "Yahudi Ortodoks"; sisa 8%-nya mengaku sebagai "Yahudi Haredi". Sedangkan Agama Islam mencapai 16% total populasi Israel dan merupakan agama minoritas terbesar di Israel. Sekitar 2% populasi beragama Kristen dan 1,5%-nya beragama Druze. Terdapat pula sebagian kecil kelompok agama seperti agama Buddha dan Hindu.16 Seperti diketahui bahwa pemerintah Indonesia tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Alasan tidak adanya hubungan diplomatik dengan Israel ini memiliki sejumlah alasan salah satunya terkait dengan kultur keagamaan Indonesia yang dikenal dekat dengan negara di Timur Tengah yang berasaskan Islam. Sedangkan kondisi di negara Timur Tengah menunjukkan suasana yang menegangkan antara dunia Arab dan Israel. Konflik Israel dan Palestina itu yang membuat Indonesia tidak membuka hubungan diplomatiknya dengan Israel, karena populasi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam tentu mendukung perjuangan rakyat Palestina. Jumlah populasi penduduk yang beragama Islam di Indonesia pada tahun 2011 seperti data yang dlihat dari Kementerian Agama berjumlah 209.286.151 penduduk atau 88,10 % dari jumlah penduduk Indonesia keseluruhan. Jumlah ini 15 16
cia-1
Israel Gen Web, Artikel diakses pada 9 Mei 2013 dari http://www.israelgenealogy.com/ Israel, artikel diakses pada 9 mei 2013 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Israel#cite_note-
71
tentu berimplikasi terhadap tidak dibukanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel, mengingat kebijakan Pemerintah yang mengikuti mayoritas suara rakyat umat Muslim keseluruhan yang menentang keras dibukanya hubungan diplomatik terhadap Israel. Pasang surut hubungan Indonesia dengan Israel ini telah berlangsung lama sejak zaman orde lama hingga saat ini. Pada zaman orde baru, yakni pada pemerintahan presiden Soeharto, pemerintah pada pendiriannya untuk tidak memiliki hubungan bilateral dengan Israel jika dinamika politik di Timur Tengah belum tercipta karena ekspansi wilayah yang dilakukan Israel terhadap negara Arab dan Palestina. Namun pada zaman orde baru juga tidak terlepas dari isu pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel. Pada tahun 1993 seperti diberitakan media di Indonesia bahwa Menteri Luar Negeri (Menlu) Ali Alatas dan Shimon Peres dalam konferensi tentang HAM di Wina. Sebulan kemudian, koran berita terkemuka Israel, Haaretz (edisi 22 Juli 1993) memberitakan bahwa sejumlah pengusaha Israel berkunjung ke Indonesia guna menjalin kontak bisnis dengan Jakarta. Selain itu, diberitakan bahwa Duta Besar Israel di Singapura, Daniel Megiddo telah melalukan pembicaraan dengan para pejabat Departemen Luar Negeri (Deplu) RI guna menjajaki kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik Jakarta-Tel Aviv.17 Berlanjut pada pemerintahan setelah Orde baru, yakni era reformasi, zaman Abdurrahman Wahid sebagai presiden RI ke-4. Pada zaman ini wacana pembukaan hubungan diplomatik kencang disuarakan. Rencana Presiden 17
Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel,” artikel diakses 3 Mei 2012 dari http://bemfisipol.umy.ac.id/2012/11/rethinking-diskursuspembukaan-hubungan.html
72
Abdurrahman Wahid atau Gusdur tersebut untuk membuka hubungan bilateral dengan Israel sudah diwacanakan pada tahun 1994 ketika Gusdur yang saat itu menjabat sebagai salah satu ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama diundang oleh Israel. Namun, sekali lagi wacana pembukaan hubungan bilateral dengan Israel ini urung dilakukan karena tidak mendapatkan dukungan oleh rakyat Indonesia khusunya umat Muslim di Indonesia. Sedangkan pada era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudoyono ini, wacana
hubungan
Indonesia-Israel
kembali
muncul
ketika
sekelompok
masyarakat yang menamakan dirinya Komunitas Yahudi Indonesia dan lembaga yang berafiliasi dengan Israel, yakni IIPAC (The Indonesia-Israel Public Affairs Committee) berencana merayakan hari kemerdekaan Israel di Jakarta yang bertepatan dengan tanggal 14 Mei 2011. Namun hal tersebut urung dilakukan setelah mendapat protes yang kencang dari sebagian besar masyarakat Indonesia, umat Islam khususnya, Setelah peristiwa tersebut, pro-kontra mengenai wacana pembukaan hubungan Indonesia-Israel muncul kembali dalam ruang publik Indonesia. Menghadapi pro-kontra tersebut, melalui kementerian luar negeri Indonesia (kemenlu RI) sebagai perwakilan resmi pemerintah dalam urusan hubungan luar negeri Indonesia, menegaskan posisi hubungan Indonesia dengan Israel sebagaimana kenyataan yang terlihat hingga kini Indonesia belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Di dunia saat ini, Indonesia termasuk ke dalam kelompok negara Gerakan Non Blok yang mendukung kemerdekaan Palestina atas pendudukan Israel. Mayoritas masyarakat Indonesia juga sangat
73
mendukung kebijakan pemerintah dalam menolak segala bentuk hubungan dengan Israel. Kebijakan yang dilakukan setiap pemerintahan diatas juga merupakan hasil suara mayoritas rakyatnya. Demikian yang terjadi pada masyarakat Indonesia, Muslim khususnya. Ekspansi wilayah Israel terhadap tanah Palestina melanggar perjanjian pembagian wilayah tahun 1947. Israel terus memperluas wilayahnya dan melakukan pendudukan tanah rakyat Palestina tanpa memperhatikan hak asasi kemanusiaan. Hal ini yang membuat penilaian masyarakat dunia terhadap Israel memburuk khususnya umat muslim. Hal itu pun yang terjadi pada masyarakat di Indonesia. Seperti yang dikutip pada pemberitaan Arrahmah mengenai seruan boikot Israel yang berjudul “Serukan boikot produk Israel, Menlu dianggap bagaikan little Soekarno” pada Sabtu, 29 September 2012. Pernyataan Menlu Marty Natalegawa tentang dukungan terhadap Palestina dan tidak membeli produk Israel sungguh dinilai sebagai langkah berani yang luar biasa. Langkah berani Marty menggambarkan sikap kongkrit pemerintah Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka dan diakui sebagai anggota penuh di PBB. “Pernyataan Menlu Marty bisa menjadikan dirinya Soekarno kecil (little Soekarno) di mana Soekarno secara konsisten memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsabangsa yang terjajah meski harus berhadapan dengan negara-negara besar,” ujar Guru Besar Hukum Internasional FHUI, Hikmahanto, dalam keterangan persnya seperti dilansir detikcom, Sabtu (29/9). Sedangkan pemberitaan lainnya yakni laporan khusus media Eramuslim berjudul “Jangan Bedakan Suriah dengan Palestina” pada Selasa, 8 Januari 2013 : Persekutuan Barat kemudian menyerahkan negeri-negeri kecil baru itu kepada para boneka lokalnya. Suriah diserahkan pada minoritas Nushairi Alawi. Sementara Palestina diserahkan pada Yahudi Zionis yang didatangkan dari berbagai negeri, menambah jumlah Yahudi lokal yang tadinya minoritas. Jadi, Suriah adalah bagian tak terpisahkan dari Syam dan Palestina. Keduanya sama-sama dizhalimi. Yang satu dijajah Zionis, yang satunya dihancurkan kota-kota dan dibantai penduduknya oleh rezim
74
Nushairi yang sesat. Maka, Anda -Muslim yang peduli dan cinta Palestinaseharusnya juga peduli dan cinta pada Suriah. Dan saat ini, mereka betulbetul menderita. Muslim di sana digempur setiap hari di tengah musim dingin yang menggigit tulang.
Kemudian, pada berita yang ditulis Abu Ikram di situs media Islam Sabili pada Jumat, 8 Maret 2012 yang berjudul “Israel Makin Terkucil” yang merupakan kutipan wawancara wartawan Sabili dengan Ketua Grup Kerjasama Bilateral Parlemen Indonesia dan Palestina, Al Muzammil Yusuf. Mengapa kita harus peduli Palestina? Karena sesuai dengan amanat konstitusi kita di Pembukaan UUD alinea 1, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." Dari segi HAM, kepedulian pada Palestina adalah penghargaan pada eksistensi dan nyawa manusia, pada kebebasan dan pada kesejahteraan manusia. HAM itu berlaku universal, tidak hanya untuk konstitusi Indonesia saja. Dalam tinjauan keumatan. Indonesia sebagai bangsa muslim terbesar di dunia dan posisi Indonesia dalam regional menjadi penting. Dalam regional muslim dunia ada: Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan dan Timur Tengah. Nah, di Asia Tenggara itu pusatnya Indonesia. Kaum muslimin Indonesia terbesar di dunia, maka Indonesia menjadi barometer. Jadi Timur Tengah menaruh harapan besar agar Indonesia berbuat sesuatu untuk perdamaian. Apalagi dari historis jangan lupa, pengakuan Mesir pada Indonesia, atas masukan Mufti Palestina. Jadi ada jasa Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia. Sedangkan pada media yang bernafaskan Islam terbesar di Indonesia, yakni Republika. Pemberitaan Republika Online pada Rabu, 9 Juni 2010 mengenai “Bagaimana Mesin Propaganda Israel dalam Membentuk Opini Dunia” beberapa kutipan yang penulis ambil sebagai berikut : Sebaliknya, Israel menempuh berbagai cara untuk melancarkan propaganda. Para pemimpin Israel tidak hanya mengandalkan kemampuannya dalam menyampaikan pesan, tapi juga ikut mempengaruhi para pengelola media massa untuk memberikan dukungan. Erward Said dalam artikel opini yang dimuat dalam buku kompilasi From Oslo to Iraq and Roadmap mengungkapkan bahwa Israel telah membelanjakan ratusan miliar dolar untuk membiayai penyampaian informasi ke dunia luar.
75
Sebaliknya, bentuk kedekatan masyarakat Indonesia dengan rakyat Palestina jauh berbeda dengan Israel. Berbagai sumber menyebutkan bahwa kedekatan emosional Indonesia dan Palestina berlangsung sejak awal kemerdekaan Indonesia. Selain Mesir, bangsa Palestina saat itu sangat mendukung kemerdekaan Indonesia. Faktor lain yang membuat kedekatan Indonesia dan Palestina erat adalah kedua negara ini memiliki faktor kesamaan sesama bangsa yang terjajah, sehingga memunculkan semangat agar rakyat Palestina terbebas dari penjajahan Israel. Bentuk kedekatan Indonesia dengan Palestina ini juga terus berlangsung hingga saat ini. Selain mendukung penuh kemerdekaan rakyat Palestina dengan ikut bagian dalam kelompok Komite Pembebasan Palestina, Indonesi juga kerap memberikan bantuan materil kepada rakyat Palestina. Adanya organisasi seperti Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) dan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA), misalnya, yang kerap menggalang bantuan untuk Palestina. Bentuk kedekatan Indonesia-Palestina pada 2013 ini adalah bersama dengan Jepang membantu bangsa Palestina melalui Konferensi Negara-Negara Asia Timur bagi Pembangunan Palestina (CEAPAD) di Tokyo, Jepang. Seperti dikutip Sindonews.com pada Kamis, 14 Februari 2013 lalu Indonesia yang diwakili Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa juga menekankan sikap masyarakat internasional bagi rakyat Palestina harus lebih dari sekedar pernyataan simpati melainkan dalam bentuk bantuan konkrit. Termasuk Indoenesia, dalam 4 tahun terakhir ini, Indonesia telah memfasilitasi 101 program pelatihan bagi 842 warga Palestina, dengan target untuk melatih tidak kurang dari
76
1.000 warga Palestina hingga 2013 ini. Indonesia juga membantu pembangunan pusat perawatan kardiologi di RS Al Shifa di Gaza.18
18
“Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina,” berita diakses pada 3 Mei 2013 dari http://international.sindonews.com/read/2013/02/14/40/717796/indonesia-jepanggalang-kerja-sama-konkrit-bagi-palestina
BAB V PENUTUP A.
KESIMPULAN Berdasarkan analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial sebagaimana
metode yang dipakai yakni teori wacana Teun A van Dijk pada pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra “Seruan Boikot Israel dari New York”, dapat disimpulkan bahwa adanya keberpihakan dan strategi wacana yang termanifestasi ke dalam beberapa wujud kebahasaan, yakni dilihat dari struktur teks, wacana yang ditampilkan penulis majalah Gatra menjelaskan turut mendukung aksi pemboikotan terhadap produk Israel. Sedangkan dari struktur makro, tema yang ditampilkan lebih menekankan upaya dukungan terhadap boikot produk Israel tersebut. Kemudian dari superstruktur, Gatra mengemas alur berita dengan skema pemboikotan terhadap produk Israel di berbagai negara di dunia ditambah dengan pernyataan mengenai tujuan pemboikotan. Kemudian dari struktur mikro, berdasarkan latar, detil, maksud, dan pra anggapan turut mengecam produk Israel. Seperti pada kalimat “...tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina”. Dari keseluruhan teks tersebut, Gatra dikatakan cenderung berpihak ikut mendukung boikot produk Israel karena menempatkan dan menekankan Israel sebagai aktor/pelaku tindakan dan Palestina sebagai sasaran/korban dalam teks berita. Pemilihan kata yang dipakai Gatra cenderung menggunakan kata berkonotasi negatif seperti negarazionis,aneksasi, yang dapat menggambarkan pandangan negatif media tersebut terhadap Israel.
77
78
Kecenderungan Gatra memposisikan dirinya berpihak terhadap Palestina tersebut merefleksikan adanya berbagai kemungkinan. Keberpihakan tersebut berkemungkinan sejalan dengan ideologi tertentu yang diusung Gatra. Secara ideologis, Gatra menjunjung ideologi humanisme, yakni pendekatan kemanusiaan. Melalui pendekatan tersebut, Gatra merasa perlu turut membelakemanusiaan rakyat Palestina atas Israel dengan boikot produk Israel. Namun, untuk memastikan bahwa ideologi Gatra adalah humanis masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai latar belakang dan pihak-pihak yang berpengaruh terhadap proses produksi teks berita dalam institusi media tersebut, seperti pemilik dan redaktur. Selain itu, keberpihakan tersebut mencerminkan pandangan sosial sebagian masyarakat Indonesia yang melihat wacana pemberitaan mengenai Israel dan Palestina sebagai konflik agama dan kontra terhadap Israel.Seperti pada pemberitaanseruan boikot produk Israel ini mayoritas penduduk dan pemerintah Indonesia selalu berada di pihak pro dengan seruan tersebut. Hal itu dikarenakan karena secara kultur Indonesia yang mayoritas Muslim, memandang bahwa dengan boikot ini sebagai upaya menekan Israel agar berhenti melakukan pendudukan atas wilayah Palestina. B.
Saran Setelah melihat berbagai pemberitaan mengenai Israel dan Palestina,
peneliti melihat tidak ada pembenaran atas apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Namun dalam pemberitaan Seruan Boikot Israel ini peneliti memberi pengecualian. Ideologi yang Gatra usung sebagai media yang
memiliki
pendekatan humanisme seharusnya juga diterapkan dalam pemberitaan ini dengan
79
tidak menyangkut pautkan pemberitaan ini dari sisi agama tetapi berangkat dari sisi kemanusiaan. Unsur cover both side dalam sebuah pemberitaan media sebaiknya tetap dikedepankan. Artinya berita mengenai seruan boikot produk Israel ini seharusnya juga menampilkan suara dari pihak Israel. Karena kebanyakan di setiap pemberitaan Israel dan Palestina ini tidak memberikan proporsi yang cukup di pihak Israel. Selain itu, pemberitaan mengenai masalah Israel dan Palestina ini hendaknya menjadi saran kepada media massa pada umumnyaberangkat pada hak kemanusiaan rakyat Palestina bukan lebih menyoroti kepada isu agama antara Islam dan Yahudi sehingga dalam pemberitaannya tak ada motif propaganda antara umat kedua agama ini.
DAFTAR PUSTAKA Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004. Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008. Creswell, John W. Desain penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK Press, 2003. Eriyanto. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2001. Fairclough and Wodak, 1997. Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007. Maleong, Lexy J, ed 13. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Muhaimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya, 1994. Nasuhi, Hamid dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), Cet ke-2. Ciputat: CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007 Nazir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003 Nurudin, M. Si. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo, 2007. Profil Perusahaan Majalah Berita Mingguan GATRA. Jakarta: PT Linarasmekar, 1999. Putra, Dedi Kurnia Syah. Media dan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. Sobur, Alex, cet. keempat. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. Summadiria , Drs. AS. Haris. Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Tamburaka, Apriadi. Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajagrafindo, 2012. W.Jorgensen , Marianne dan Phillips, Louise J. Analisis Wacana Teori dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010.
Indonesia & Jepang galang kerja sama konkrit bagi Palestina, berita diakses pada 3 Mei 2013 dari http://international.sindonews.com/read/2013/02/14/40/717796/indonesiajepang-galang-kerja-sama-konkrit-bagi-palestina
ix
Israel
Gen Web, Artikel diakses http://www.israelgenealogy.com/
pada
9
Mei
Israel, artikel diakses pada 9 mei https://id.wikipedia.org/wiki/Israel#cite_note-cia-1
2013
2013
dari
dari
Prospek Hubungan Bilateral Indonesia-Israel Dalam Perspektif Ekonomi Politik, artikel ini diakses pada 16 Mei 2013 dari skripsiilmiah.blogspot.com/2013/02/prospek-hubungan-bilateral-indonesia.html Sirwan, “Rethinking Diskursus Pembukaan Hubungan Diplomatik IndonesiaIsrael,” artikel diakses 3 Mei 2012 dari http://bemfisipol.umy.ac.id/2012/11/rethinking-diskursus-pembukaanhubungan.html
Teun
A van Dijk, artikel diakses pada 16 http://en.wikipedia.org/wiki/Teun_A._van_Dijk
x
Mei
2013
dari
LAMPIRAN
xi
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Narasumber : Erwin Y Salim Jabatan
: Redaktur Majalah GATRA
Tanya : Kapan, bapak mengawali karir sebagai wartawan? Jawab : Saya mulai menjadi wartawan pada tahun 1993 dari forum keadilan. Tanya : Berapa umur bapak pada saat itu? Jawab : Umur saya waktu itu 34 tahun. Tanya : Apakah memang berniat menjadi wartawan? Jawab : Awalnya saya ingin menjadi penulis. Tanya : Kalau mulai gabung di GATRA sejak kapan, Pak? Jawab : 2002,sebelumnya saya ada di majalah PATRA, majalah PATRA itu majalah feature. Tanya : Kalau posisi bapak di GATRA saat ini apa pak? Jawab : Saya redaktur, bidang saya, salah satunya membidangi ragam, karena dari awal saya memang ke feature. Tanya : Kalau saya lihat dari susunan Redaksi ini, bapak sebagai sidang redaksi, kewenangan bapak dalam sidang redaksi apa? Jawab : Redaktur ini membawahi suatu rubrik yang merencanakan, yang menjadi penanggung jawab suatu rubrik, sayalah yang merencanakan konten. Tanya : Cara menentukan konten tersebut seperti apa pak? Jawab : oh, melalui rapat. Jadi, ada mekanisme di GATRA itu, melalui rapat perencanaan, lalu rapat checking, jadi pada rapat perencanaan tersebut kita menentukan isi setiap hari Rabu. Lalu ada rapat checking tiap hari jumat untuk mengecek bahan-bahan yang di lapangan atau yang kurang,
apa yang harus diperbaiki. Kemudian kita penjatahan halaman, kalau anda lihat disini itu setiap rubrik itu diberi jatah halamannya, pada rapat checking kita minta, rubrik ragam, misalnya saya minta 10 halaman karena memungkinkan 10 halaman, tetapi rata-rata 9 halaman. (Peneliti menyela) ada batasnya pak? Minimal ragam ini 8 halaman, untuk rubrik lain bisa dikondisikan tergantung berapa item, nah klo untuk laporan utama rata- rata bisa 8 sampai 10 halaman. Tanya : Dalam laporan utama itu ada beberapa judul ya pak, gak harus satu judul? Jawab : Oh ya, tentu begitu dalam laporan utama. Tanya : Kalau untuk sidang redaksi siapa saja yang terlibat pak? Jawab : Sidang redaksi ini terdiri dari para redaktur, para penanggung jawab rubrik, ada beberapa orang. Tiap orang ini membawakan rubrik-rubrik. Ketika misalnya rubrik internasional dan rubrik ragam, pasti ada redaktur untuk masing-masing untuk seni, kesehatan, ada redaktur ekonomi, nasional politik, ada hukum. Tanya : Kalau untuk wartawan yang akan ke lapangan itu apakah dia ikut dalam rapat perencanaan? Jawab : Pada rapat perencanaan wajib hukumnya setiap reporter ke lapangan untuk ikut rapat untuk mengajukan usul atau memberikan usul dan yang memutuskan adalah penanggung jawab rubrik apakah ini layak atau tidak, setelah itu diajukan dalam rapat sidang redaksi, rapat perencanaan. Tanya : Apakah bapak punya kewenangan dalam sidang redaksi untuk membuat TOR (Term of Reference)? Jawab : Ya, memang kita yang bikin. Tanya : Berarti setiap wartawan yang akan turun ke lapangan harus dibekali TOR?
Jawab : Ya, harus. Jadi mekanismenya begitu setelah rapat perencanaan semua berita yang dihasilkan dalam rapat, kita bikin penugasan atau TOR itu oleh masing-masing redaktur. Istilah kami adalah flow penugasan. Flow penugasan ini berisi semacam apa ya?(agak bingung) Panduan untuk reporter ke lapangan, siapa narasumbernya. Jadi yang menentukan narasumber dan daftar pertanyaan adalah redaktur. Tanya : Berarti setiap wartawan dibolehkan improvisasi? Jawab : Ya, harus. Begini ya, sebelum turun ke lapangan, wartawan itu seperti militer harus memiliki amunisi, bahan yang harus dibekali sebelum turun ke lapangan, reporter juga tidak terpaku dengan daftar ini tetapi juga mempunyai referesi dari sumber lain agar lebih enak berbicara dengan narasumber karena telah mengetahui pengetahuan tentang tema tersebut. Tanya : Lalu, apa yang melatarbelakangi GATRA dalam pengangkatan tema ini sebagai laporan utama? Jawab : Begini ya, ketika kami mengangkat tema ini, GATRA mempunyai 10 kriteria atau berita yang layak diangkat termasuk dalam laporan utama. Hangat (dalam arti sedang dibicarakan), baru (pertama kali tema itu dimuat), memiliki daya tarik, memiliki kedekatan masalah, sudut pandang, dramatik, fenomenal, eksklusif (tenar/sangat terkenal), dan unik. Nah dari kriteria ini boikot Israel ini sangat memenuhi banyak dari 10 kriteria ini. Salah satu dari kriteria ini untuk pertama kalinya seorang Menlu RI Marty Natalegawa, menyerukan boikot. Kalau tidak salah juga secara resmi, Gerakan Non Blok di sebuah sidangnya atau konferensi menyatakan harus boikot Israel. Pernyataan Marty juga menarik itulah yang membuat GATRA mengangkat tema ini. Sebetulnya jika dilihat masalah boikot itu sendiri itu sudah lama, tetapi yang mendorong kita mengangkat tema ini adalah pernyataan Marty itu sendiri dan pernyataan gerakan non blok. Tanya : Kalau untuk judulnya itu pak, Seruan Boikot Israel dari New York, alasan latar belakang New York sebagai judul, Pak?
Jawab : New York itu karena Marty menyebutkan itu disana lokasinya. Tanya : Kalau penentuan judul itu berdasarkan sidang redaksi atau hak penulis? Jawab : Begini, pada waktu menulis naskah, penulis atau redaktur sudah termasuk dengan judul, seperti ini (sambil menunjukkan berita dalam majalah GATRA), ini disebut pemikat, pengail. Judul ini kadang dirubah oleh redaktur pelaksana. Kalau wartawan hanya buat laporan, sedang yang menulis adalah redaktur. Kan satu tema atau tulisan dilaporkan oleh beberapa wartawan. Penulis dibantu oleh wartawan 1 redaktur ini yang menentukan bahan di lapangan dan tidak tertutup kemungkinan redakturnya bisa ikut turun sendiri. Tanya : Kalau laporan utama Seruan Boikot Israel dari New York itu siapa yang terlibat dan bagaimana prosesnya? Jawab : Itu biasanya tim. Misalnya, kayak Israel ini. Tema ini kan tema internasional berarti penanggung jawab rubrik internasionallah yang merencanakan merencanakan pertama dengan redaktur pelaksana dan orang-orang di bawahnya. Tanya : Untuk sumber data dari mana pak pertimbangannya? Misalkan untuk internasional. Jawab : Kita kan juga ada liputan didalam, kayak seperti dengan anggota DPR, kemudian wawancara dengan Marty langsung saat Marty sudah kembali ke Indonesia. Tanya : Kalau skema pemberitaan Israel ini bagaimana, Pak? Jawab : Oh jadi begini, kita berangkat dari apa dan apa sih Marty ini ngomong begitu tiba-tiba, dari situ kita menganggap bahwa ini pantas didukung dan yang kedua bahwa ternyata masih banyak produk Israel yang ternyata diam-diam, dan produk produk perusahaan yang mendukung Israel. Nah mau diapain sih Marty ngomong begitu kita disini. Apakah kita perlu seluruh penduduk Indonesia, boikot untuk melepaskan
ketergantungan kita terhadap produk-produk ini. Contoh: Anda pakai make-up apa? (bertanya kepada peneliti)..nama produk ini salah satu buatan Israel. Artinya apa yang kita pakai sekarang itu banyak dari Israel, paling tidak masih memiliki hubungan dengan Israel. Tanya : Bapak pernah meliput langsung ke Palestina? Jawab : Saya pernah ke daerah perbatasan Israel. Tanya : Bagaimana pak keadaan disana menurut Bapak? Jawab : Kalau situasinya sendiri,begini, Pasukan Israel atau tentara Israel itu memang seperti parno terhadap orang asing. Kelihatan banget. Seperti orang ketakutan. Saya kira wajar kelihatan, sebagai sebuah negari tidak diakui oleh banyak negara di dunia, mereka juga apa hidupnya kalo boleh dibilang di lingkungan Timur Tengah itu kan sering dikucilkan, wajar mereka parno. Contoh: Ketika itu saya diperbatasan itu mencoba foto. Itu di sekitar pagar tempat tentara Israel menjaga perbatasan. Nah saya di pagar bawa kamera, mengeluarkan kamera, hanya dalam waktu tidak ada 3 menit kemudian datang panser, senapannya langsung membidik saya. Beruntung tentara di perbatasan dengan seragam membantu saya. Memang terhadap orang asing itu dia memprotect diri berlebihan. Waktu itu saya di perbatasan Libanon Israel gak lama setelah pecah Libanon Israel. Waktu itu tahun 2003. Tanya : Kalau menurut Bapak, upaya negara-negara di dunia untuk menekan Israel itu efektif atau tidak? Jawab : Selama Amerika dan Inggris memback up atau selama dari i’tikad baik dari seluruh bangsa Islam di dunia untuk memboikot produk Israel itu akan terjadi. Contohnya seperti yang saya bilang tadi di Indonesia tidak bisa melepaskan ketergantungan terhadap produk Israel. Siapa yang gak minum coca cola coba? Kalo liat produk Israel itu ada di sebuah situsnya tapi saya lupa. Mereka membuat daftar produk Israel dan produk produk perusahaan yang mendukung Israel.
Tanya : Lalu pak, saat ini Palestina saat ini telah meraih status yang lebih baik dari yang hanya organisasi pengamat menjadi negara bukan anggota, menurut Bapak? Jawab : Ya, itu bagusnya. Statusnya sama dengan Vatikan. Itu bagusnya, selangkah lagi lebih bagus. Intinya itu ya itu. Satu persoalan adalah Palestina ini juga di dalam mereka gontok-gontokkan, selama mereka masih gontok-gontokkan di dalam antara kelompok Hamas dan Fatah itu gak akan pernah selesai. Sebab apa? Di dalam dunia Islam juga pecah. Untuk mendukung Palestina harusnya kita berusaha mendamaikan kedua kelompok ini. Jangan salah ya anda, di dalam Israel itu sendiri ini ada wakil Arab atau wakil Islam di parlemennya, ya sebenernya tidak apaapa sih karena Israel itu negara demokratis, uniklah. Di lain pihak banyak kelompok kelompok Yahudi di Israel sendiri yang mengecam pembentukan negara Israel, mereka maunya bergabung dengan Arab. Tanya : Sebenernya dalam Israel itu sendiri siapa yang menghendaki hal demikian atas Palestina ini? Jawab : Kalau kita lihat dari peta politik itu kalau kita petakan di Israel itu jadi ada 3 kelompok. Yakni kiri, jadi dalam arti mereka bukan komunis, dalam arti mereka sangat konservatif yang menginginkan Israel Raya. Lalu demokrat, kelompok yang sikapnya terhadap Palestina agak lebih demokrat. Dan masalahnya penguasa saat ini adalah kelompok konservatif, kelompok yang tak segan-segan membantai Palestina. Dan yang menjadi permasalahan pemerintah dahulu, sebelumnya Benyamin Etanyahu ini kelompok demokrat. Kemudian, ada lagi kelompok kanan yang menghendaki perdamaian bentuk negara bersama dengan Palestina. Jadi, intinya selama AS berada di belakang Israel, selama itu juga tidak ada penyelesaian, sebab masalah itu juga yang menimbulkan adalah Inggris. Itu kan daerah jajahan Inggris. Mereka yang merebut tanah itu, dan memberi jatah tanah Israel, padahal itu tanah Palestina. Itu sekitar tahun 1940an. Prosesnya kan begitu, panjanglah prosesnya. Di lain pihak juga kesalahannya orang-orang Palestina sendiri juga menjual tanahnya
ke Inggris. Nah karena bangsa Israel bangsa zionis, yang kemudian melebarkan tanahnya hingga menyebabkan beberapa kali perang hingga sekarang. Dan kayaknya Amerika kalau kita lihat beruntung dengan bisnis perangnya. Dengan peranglah ekonomi mereka hidup. Coba perhatikan saya khawatir mereka sedang mencari lahan perang baru. Coba ketika mereka menciptakan perang di Irak dibilang mempunyai nuklir, nyatanya tidak. Dari situlah ekonominya hidup. Mereka mengirim pasukan kesini dan dibantu oleh pasukan Inggris, siapa pemasok makanannya? Kontraktor-kontraktor Amerika. yang pemasok makanannnya kan hidup dari situ. Itu baru dari makanan, belum yang lainnya. Tanya : Kalau untuk Bapak sendiri, penilaian bapak untuk masalah ini apa Pak? Jawab : Kalau saya sih, dunia Islam harus bersatu. Dalam arti, saya ingat ketika tahun 67, dunia arab memboikot AS. Tapi sekarang Arab saudi sudah menjadi kaki tangan AS. Dan saya sangat menyayangkan bahwa Libya itu jatuh, jatuhnya kepemimpinan Khadafi yang paling berani terhadap Amerika. Dan bodoh sekali, Libya itu mau dipecah belah oleh Amerika dan sekarang rakyat Libya menjadi apa, Irak jadi apa? Hancur semua. Tanya : Lalu bagaimana pandangan bapak dengan Pemerintah kita? Jawab : Kalau kita ya harus konsisten jangan pernah mengakui Israel dan jangan pernah melakukan kerjasama ekonomi dengan Israel.Dan saya kira selama pemerintahan SBY ini terlalu lunak dengan Israel dan Amerika. Anda bisa menilainya sendiri. Saya lebih menyukai pernyataan pak Yusuf Kalla waktu itu untuk memakai produk dalam negeri. Tanya : Pesan yang GATRA ingin sampaikan melalui laporan utama ini apa, Pak? Jawab : Mari kembali ke fittoh jangan pernah mendukung Israel.
Home
Arsip Majalah
|
arsip Gatra.com
Tentang Gobang
|
Log out
Ketentuan
Search
|
Menu Anggota
LAPORAN UTAMA Tidak Beli Demi Palestina Kampanye b oikot produk Israel dilakukan oleh aktivis pro-Palestina di b eb erapa negara. Dilengkapi daftar terb oikot yang diperb arui setiap tahun. Pemerintah Afrika Selatan melarang pencantuman Made In Israel untuk produk dari wilayah pendudukan. Please don't b uy Israeli dates! Begitu bunyi sebuah kampanye yang ditayangkan pada bulan Puasa yang lalu di situs b igcampaign.com. Menurut web site yang dibuat untuk menggalang solidaritas Palestina itu, membeli kurma Israel sama dengan mendukung aneksasi atas wilayah Palestina. Kelompok ini menyiarkan keprihatinan karena kurma-kurma itu sebagian besar ditanam di tanah-tanah pendudukan Israel seperti Lembah Jordan. Di antara buah-buah itu dikemas dengan merek Mehadrin. Kurma adalah salah satu komoditas andalan Israel yang memegang porsi 15% angka ekspor negara itu. Buah itu dikapalkan ke berbagai negara, terutama Eropa dengan volume 10.000 ton per tahun, dan bernilai 80 juta Poundsterling. Seiring dengan pendudukan Israel di beberapa wilayah Palestina, sentimen anti negara zionis itu semakin meluas. Situs inminds.co.uk membuat daftar panjang merek yang mereka sinyalir lahir di Israel, dan menggarisbawahi beberapa produk yang mempunyai kaitan kongkret dengan negara itu. Tidak hanya kurma, hampir semua jenis produk asal Israel dicatat dalam daftar boikot. Daftar ini dipublikasikan ulang oleh situs-situs lain di beberapa negara. Di Indonesia, salah satu situs yang merilis kampanye ini adalah dakwatuna.com. Setiap tahun daftar ini diperbarui dan jumlahnya bisa bertambah atau berkurang. Sejak Israel melakukan pendudukan paksa di beberapa wilayah Palestina seperti Yerusalem Timur, Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan, pada 1967, industrinya berkembang pesat. Banyak perusahaan multinasional asal Israel yang bergerak di segala bidang, namun kampanye boikot agaknya berfokus pada produk-produk konsumsi. Merek-merek yang masuk daftar hitam itu sebagian dipasarkan pula di Indoesia. Starbucks juga diselipkan di antara daftar panjang mereka. Kedai kopi itu dituding telah menyumbang langsung ke Israel dari kantor pusat mereka di Amerika Serikat.
48 / XVIII 10 Okt 2012
RUBRIK Apa & Siapa Astakona Buku Ekonomi & Bisnis Film Focil Hukum Ilmu & Teknologi Internasional Kesehatan Kolom Laporan Khusus Laporan Utama Lingkungan Nasional Olahraga Pariwara
Sebagian merek yang ada dalam daftar adalah produk plastik Keter Group yang menguasai 90% pasar dunia. Produknya meliputi furnitur dan segala jenis alat-alat rumah tangga dan perlengkapan bayi dari bahan plastik. Perusahaan milik keluarga Joseph Sagol itu dinilai mempunyai kontribusi terhadap negara Israel.
Perspektif
Selain itu, ada Strauss group, perusahaan makanan minuman kedua terbesar dunia yang keuntungannya mencapai US$1,8 milyar pada 2010. Boikot terhadap Strauss sangat diserukan karena perusahaan ini diketahui sebagai penyokong dua unit infanteri terkenal di Israel, yakni Brigade Golani dan Givati, yang menggunakan fosfor putih dalam sebuah serangan di jalur Gaza.
Surat & Komentar
Sebuah merek bisa masuk daftar atau dikeluarkan dari daftar tadi, tergantung pada komposisi pemilik saham atau aksi korporasi yang dilakukan perusahaan itu. Tahun lalu klub sepak bola Arsenal pernah dimasukkan dalam daftar semasa menjalin kontrak dengan Departemen Pariwisata Israel, dan mempromosikan Israel sebagai official and exclusive travel destination. Dari waktu ke waktu kampanye ini agaknya makin populer. Di berbagai negara mulai muncul berbagai aksi yang semakin menyudutkan produk-produk Israel. Daftar produk itu bahkan terus meluas menjadi produk-produk milik pengusaha Yahudi, yang kemungkinan tidak berkaitan langsung dengan Israel. Asosiasi Konsumen Islam Malaysia dan Asosiasi Pengelola Restoran Muslim Malaysia, misalnya, telah mengumumkan mengambil bagian dalam boikot tersebut. Mereka bahkan
Ragam Seni Seni Rupa Tatapan Teropong
misalnya, telah mengumumkan mengambil bagian dalam boikot tersebut. Mereka bahkan memasukkan Coca-Cola dalam daftarnya. Seruan boikot bahkan muncul dalam aksi massa di Italia, meski berskala kecil. "Kita tidak bisa tinggal diam melihat apa yang terjadi di Gaza. Kami mempertimbangkan untuk membuat daftar pengusaha yang berkaitan dengan Tel Aviv," kata Giancarlo Desiderati, anggota lembaga perdagangan di Italia. Di Tanah Air tidak ada produk yang secara langsung diimpor dari Israel karena Indonesia tidak mempunyai hubungan dagang dengan negara itu. Namun produk-produk asal Israel banyak beredar di pasar dalam negeri melalui negara eksportir lain. Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengungkapkan, kemungkinan itu ada. "Kita harus telusuri dulu, kalaupun ada sangat kecil," ujarnya. Barang-barang asal Israel, kata Bayu, bisa menyusup masuk di Indonesia dari negara lain dengan tidak dilengkapi dokumen asal negara. "Jangan-jangan tidak melengkapi dokumen sumber aslinya," katanya. Badan Pusat Statistik pada Agustus lalu melansir data, dua di antara sembilan jenis buah impor terbesar yang diminati konsumen Indonesia berasal dari Israel. Pada Juni lalu sebanyak 20,6 ton buah kurma senilai US$ 191.300, yang aslinya dari Israel, masuk ke Indonesia. Buah lain, seperti jeruk shantang juga datang dari Israel. Di Arika Selatan, pemerintah setempat mewajibkan penulisan ulang sebagai Made In Palestine apabila produk itu dibuat di wilayah pendudukan seperti Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza. "Bagi Afrika Selatan batas Israel adalah keputusan Perserikatan BangsaBangsa pada 1948," kata Jimmy Manyi, juru bicara pemerintah. Langkah Afrika Selatan ini membuat berang Israel. Menteri Luar Negeri Yigal Palmor tidak bisa menerima kebijakan ini. "Pengubahan label itu tidak dilandasi semangat kerja sama ekonomi melainkan prasangka politik," katanya. Mujib Rahman
ARTIKEL LAIN Marty Natalegawa: KTT Non-Blok Sepakat Boikot Israel Seruan Boikot Israel dari New York
Created and maintained by Gatra.com
Home
Arsip Majalah
|
arsip Gatra.com
Tentang Gobang
|
Log out
Ketentuan
Search
|
Menu Anggota
LAPORAN UTAMA Seruan Boikot Israel dari New York Upaya menekan Israel agar mau mengakui Palestina merdeka makin kuat. Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, menyerukan aksi b oikot terhadap produk-produk Israel. Tujuannya agar negara kaum Yahudi itu tidak b isa menangguk keuntungan ekonomi yang dihasilkan di wilayah pendudukan. Seruan itu dihasilkan dari KTT Non-Blok di Iran. New York adalah kota yang menjadi basis komunitas Yahudi terbesar di Amerika Serikat. Ironisnya, Kamis pekan lalu, di kota ini pula seruan boikot terhadap produk-produk Israel dikumandangkan. Adalah Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, yang menjadi pelakon utama seruan tersebut.
48 / XVIII 10 Okt 2012
RUBRIK Apa & Siapa
Marty, yang mewakili Komite Pembebasan Palestina, mengeluarkan seruan tersebut di selasela pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, yang dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-moon. Komite tersebut adalah forum kepedulian menteri-menteri luar negeri anggota gerakan non-aliansi, untuk membebaskan Palestina dari agresor zionis Israel.
Astakona
Menurut pria kelahiran Bandung, 22 Maret 1963, itu, seruan boikot tersebut suatu bentuk komitmen bersama untuk mendukung kemerdekaan Palestina. "Jangan sampai Israel mendapatkan keuntungan ekonomi dari produk yang dihasilkan di wilayah pendudukan," kata Marty lewat sambungan telepon internasional dari New York kepada Gatra.
Focil
Sebelumnya, pada Agustus kemarin, ke-13 menlu dari komite ini pernah menggelar rapat darurat di Ramallah, Palestina. Namun rapat itu batal karena aksi sepihak Israel yang membubarkan pertemuan tersebut sebelum perhelatan dimulai. Tel Aviv menganggap pertemuan itu ilegal, lalu mengusir para menlu tersebut, termasuk Marty lantaran mewakili negara-negara, yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, serta tidak mengakui negara Yahudi tersebut. Marty sendiri, ketika itu, menanggapi enteng aksi pengusiran tersebut. "Ditolak masuk Israel adalah sebuah "kehormatan", karena itu adalah pengakuan bahwa Israel memang membatasi Palestina berhubungan dengan dunia luar," ujarnya. Menurut Marty, ide melakukan boikot atas produk Israel ini sudah muncul saat KTT Non-Blok di Iran Agustus lalu. Ide ini dibahas Komite Palestina di KTT. "Kami bicara banyak bagaimana agar bisa membantu Palestina. Terus langkah kongkretnya apa?" ujarnya. Lalu disepakatilah agar dilakukan boikot terhadap produk-produk yang dihasilkan Israel di kawasan pendudukan. Bagi yang sudah terlanjur memiliki hubungan dagang, direkomendasikan agar produkproduk Israel diberi label khusus, yang menyatakan produk ini dihasilkan Israel di wilayah pendudukan. Dengan begitu, konsumen yang akan membeli jadi sadar kalau ini produk wilayah pendudukan. Melalui aksi boikot ini, diharapkan Israel tidak bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari produk itu. Komite merujuk aksi boikot yang dilaksanakan Afrika Selatan. Negeri yang sukses berjuang melawan diskriminasi rezim apartheid itu memiliki hubungan dagang dengan Israel, namun mereka melabeli produk Israel secara khusus dan menyatakan bahwa barang ini dihasilkan di daerah pendudukan Palestina. "Setelah dilabeli, produk Israel itu biasanya jadi kurang laku," ujar Marty. Seruan boikot terhadap produk-produk Israel memang bisa menjadi senjata ampuh untuk menekan. Menengok sedikit ke belakang, ulama internasional Dr. Yusuf Qaradhawy pada November 2000 pernah mengeluarkan fatwa haram membelanjakan uang yang dimiliki kaum Muslimin untuk membeli produk-produk pro-zionis. Dampak fatwa ini ternyata bisa membuat guncang perekonomian Israel hanya dalam kurun waktu kurang dari dua tahun. Qardhawi memfatwakan, tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk
Buku Ekonomi & Bisnis Film Hukum Ilmu & Teknologi Internasional Kesehatan Kolom Laporan Khusus Laporan Utama Lingkungan Nasional Olahraga Pariwara Perspektif Ragam Seni Seni Rupa Surat & Komentar Tatapan Teropong
Qardhawi memfatwakan, tiap-tiap riyal, dirham, dan sebagainya, yang digunakan untuk membeli produk dan barang Israel atau Amerika, dengan cepat akan menjelma menjadi peluru-peluru yang merobek dan membunuhi pemuda dan bocah-bocah Palestina. Karena itu, ulama kharismatik ini pun mengharamkan umat Islam membeli barang-barang atau produk Israel. Membeli barang atau produk mereka, berarti ikut serta mendukung kekejaman tirani, penjajahan, dan pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap umat Islam di belahan dunia lainnya. Fatwa ini mendorong terjadinya aksi boikot terhadap produk-produk Israel di seluruh dunia. Selain negara-negara Arab, negara-negara Afrika, Eropa, Amerika, dan Asia juga ikut melakukan boikot terhadap produk-produk Israel. Akibatnya, perekonominan Israel pun guncang. Pada 3 Juli 2002, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengakui bahwa perekonomian Israel tengah berada dalam titik kritis. Menteri Keuangan Israel, Silvan Shalom, juga mengeluhkan bahwa investor luar negeri telah kehilangan kepercayaan untuk menanamkan investasinya. Israel kehilangan investasi hingga US$ 5 milyar. Sejumlah US$ 2 milyar hilang akibat ditutupnya sejumlah perusahaan, sedangkan sisanya hilang karena terdepresi situasi perekonomian dan politik di Israel yang terus-menerus menunjukkan grafik yang kurang menguntungkan. Sektor-sektor perekonomian andalan Israel, seperti pariwisata juga ikut terpukul akibat boikot ini. Pekan pertama Juli 2002, data statistik resmi Pemerintah Israel mengungkapkan terjadinya penurunan jumlah turis secara drastis. Sepanjang pertengahan tahun itu, jumlah kunjungan wisata ke Israel tercatat hanya berjumlah 33.000 turis. Di periode yang sama, tahun 2001, jumlahnya 116.000. Bahkan, pada tahun 2000, jumlahnya mencapai 500.000 wisatawan. Penurunan itu juga memukul bisnis perhotelan di sana. Dalam periode yang sama, tingkat hunian hotel-hotel di Israel turun sebesar 47%. Memburuknya perekonomian Israel pada 2000-2001 membuat Washington merasa perlu menyuntik dana bantuan. Presiden George Walker Bush, ketika itu, menyetujui program bantuan untuk tahun 2002 sebesar US$ 2,04 milyar untuk militer dan persenjataan. AS juga mengucurkan uang sebesar US$ 730 juta untuk bidang keuangan. Jumlah bantuan AS ini nyaris mendekati 20% dari total bantuan luar negeri AS ke seluruh dunia. Gerakan boikot yang dilakukan negara-negara Arab juga memberikan pukulan tak kalah hebat. Dari gerakan boikot yang berlangsung sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an, ditengarai Israel telah mengalami kerugian sebanyak US$ 90 milyar. Data statistik ini sangat penting sekali untuk memahami bagaimana sebenarnya keberhasilan aksi boikot Arab pada Israel. Tak ada keraguan bahwa aksi boikot telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara mendasar pada bangsa Israel. Karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat mendesak pemerintah agar segera merealisasikan seruan tersebut. Anggota Komisi I DPR-RI, Roy Suryo, mengatakan pemerintah harus membuat daftar produk yang secara keseluruhan dibuat Israel, dan yang merupakan produk campuran. Hal ini penting lantaran dalam produk militer, meski Indonesia tak berhubungan langsung, juga membeli produk senjata Israel seperti, senapan serbu Uzi dan Galil/Galatz. "Dari zaman dahulu, semua tutup mata senjata itu produksi mana, karena kita dalam posisi embargo," ujar Roy Suryo kepada Mira Febri Mellya dari Gatra. Bahkan, dalam rancangan belanja TNI AU 2010-2014, ada rencana untuk membeli pesawat udara tanpa awak buatan Israel meski dilakukan lewat AS. Nah, selama ini TNI tidak pernah membicarakan tentang pemboikotan produk alutsista Israel dengan Komisi I DPR. Sementara itu, menurut Wakil Ketua Komisi VI yang membidangi perdagangan, Aria Bima, dalam waktu dekat pihaknya akan memanggil Menteri Perdagangan untuk membahas langkah kongkret seruan ini. "Pemerintah harus mengambil langkah kongkret, harus ada tindakan atau keputusan politik," ujarnya kepada Jennar Kiansantang dari Gatra. Bentuknya bisa berupa keputusan presiden atau keputusan menteri perdagangan. Selanjutnya, ujar dia, pemerintah harus menyampaikan produk-produk tersebut pada masyarakat. Aria Bima menegaskan, pemerintah juga harus menjelaskan apakah boikot juga meliputi produk turunan. Ia berharap langkah ini bisa menegaskan sikap Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Berbeda dari Aria Bima, rekan sekomisinya, Muhammad Sohibul Iman, mengaku skeptis bahwa pemerintah akan membuat tindak lanjut terhadap seruan tersebut. "Pemerintah belum pernah memiliki sikap tegas," katanya kepada Gatra. Padahal sudah lama kaukus parlemen untuk Palestina menyuarakan pemboikotan produk Israel. "Saya pribadi skeptis itu terjadi, mengingat koordinasi antar-kementerian selama ini memang barang mahal," katanya. Meski demikian, ia masih berharap, pemerintah masih melakukan koordinasi dan kerja sama dengan Komisi I maupun Komisi VI. Jika jadi dilaksanakan, Sohibul mengusulkan, selain membuat daftar produk, pemerintah juga harus membuat daftar perusahaan yang
selain membuat daftar produk, pemerintah juga harus membuat daftar perusahaan yang kerap membantu Pemerintah Israel. Pemerintah seharusnya melacak identitas perusahaan. "Penerapan boikot dalam bentuk larangan impor tentu bisa dilakukan pemerintah," katanya. Tak semua pihak optimistis langkah boikot ini akan membuahkan hasil berupa pengakuan atas Palestina sebagai negara merdeka. Direktur Eksekutif The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), Hamdan Basyar, mengatakan pengakuan Palestina merdeka melalui resolusi PBB tidak akan terwujud dengan kondisi seperti saat ini. "Ada ketidakadilan dalam sistem di PBB," ujarnya kepada Gatra. Amerika Serikat, yang merupakan pendukung setia Israel, selalu mengancam menjatuhkan veto di tingkat Dewan Keamanan PBB jika keputusan itu lolos di sidang umum. Dukungan AS yang membabi buta terhadap Israel dinilai wajar. Sebab, kemerdekaan Palestina berimplikasi serius bagi Israel. Dengan kemerdekaannya, Palestina akan memiliki legal standing untuk mengajukan kejahatan negara zionis itu ke Mahkamah Internasional. "Amerika tidak akan membiarkan hal itu," kata Hamda Basyar. M. Agung Riyadi, Basfin Siregar, dan Rach Alida Bahaweres
Seruan Boikot Israel di Berbagai Belahan Dunia Palestina: Mahasiswa Palestina membagikan selebaran berisi daftar 500 produk Israel yang harus diboikot oleh warga Palestina, dan mendorong 27 negara anggota Uni Eropa memberlakukan larangan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan Israel. Pada 2010 silam, Palestina juga melancarkan aksi serupa. Hasilnya 17 perusahaan Yahudi di Tepi Barat tutup. Amerika Serikat: The Flaming Eggplant, sebuah kafe yang dikelola mahasiswa di Evergreen State College di Olympia, Washington, mengumumkan bahwa para mahasiswa memilih memboikot produk Israel. Para mahasiswa ingin mengakhiri keterlibatan perguruan tinggi mereka dalam pelanggaran Israel atas Palestina. Kelompok American Muslims for Palestine (AMP) juga melancarkan aksi boikot terhadap kurma-kurma yang didatangkan dari perkebunan di wilayah pendudukan Israel pada Juli lalu. Aksi ini didukung banyak kalangan, termasuk umat Yahudi di Amerika. Aksi ini adalah bagian dari gerakan Boikot Divestasi dan Investasi (BDS) yang mengincar produk Israel di pasar internasional, dan dimulai sejak 2005 silam. Kanada: Kelompok Serikat Kerja Gereja Kanada memboikot produk-produk Israel Agustus lalu. Mereka mengusulkan boikot komoditas yang dihasilkan zionis Yahudi di daerah pendudukan, seperti Tepi Barat dan Quds Timur. Inggris: Co-operative Group, perusahaan terbesar kelima di Inggris Raya, yang memasok produk sayuran dan buah-buahan dari seluruh dunia ke ribuan toko di seluruh Inggris menyatakan, tidak akan berhubungan lagi dengan pemasok yang produksinya diketahui berasal dari permukiman-permukiman Israel (di wilayah Palestina). Co-operative Group menyebutkan, mereka tidak memboikot seluruh produk Israel, tapi hanya produk Israel yang diproduksi di pemukiman-pemukiman ilegal Israel di wilayah Palestina. Perusahaan-perusahaan Israel yang terkena ''kebijakan boikot'' Co-operative Group, antara lain Agrexco, Arava Export Growers, Adafresh, dan Mehadrin. Australia: Aktivis kampanye The Boycott Divestment Sanctions (BDS) mengejutkan pembeli di Mall Myer Centre Food Court, Brisbane, dengan menyanyikan lagu "Kita akan boikot Israel", yang diambil dari lirik salah satu lagu Queen, We Will Rock You. Para aktivis menyerukan pembeli dan manajemen foodcourt itu untuk menghormati seruan pemboikotan produk buatan Israel, dan menghormati hak asasi manusia sesuai dengan hukum internasional. Kampanye ini bertujuan mengakhiri pendudukan Israel dan kolonisasi di semua tanah Arab, serta meruntuhkan tembok Apartehid. Uni Eropa: Uni Eropa telah mempertimbangkan ''larangan total'' pada barang yang diproduksi Israel. Negara-negara Eropa saat ini tengah melakukan diskusi untuk memberlakukan larangan pada semua barang yang diproduksi di wilayah-wilayah pendudukan, dan dicap sebagai "made in Israel". Keputusannya akan diambil Oktober ini. Langkah boikot tersebut mengadopsi kebijakan Afrika Selatan yang memboikot produk Israel pada Agustus lalu. Afrika Selatan: Afrika Selatan mengesahkan undang-undang pelabelan terhadap barang atau produk yang berasal dari Iots (Wilayah Pendudukan Israel). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah konsumen membeli barang-barang yang berasal dari Israel. Sebaliknya, Pemerintah Afrika Selatan melegalkan merek dagang buatan Otoritas Palestina untuk masuk ke negara tersebut. Timur Tengah: Sebanyak 18 dari 22 negara anggota Liga Arab sejak tahun lalu berupaya mengaktifkan kembali larangan berdagang dengan Israel, yang telah ada sejak setengah
mengaktifkan kembali larangan berdagang dengan Israel, yang telah ada sejak setengah abad lalu. Boikot Liga Arab terhadap produk Israel dimulai sejak tahun 1945 hingga akhir tahun 1990-an. Aksi ini telah menyebabkan Israel mengalami kerugian ekonomi senilai puluhan milyar dolar. Menurut data statistik supervisi aksi boikot di Damaskus sampai tahun 1999, Israel telah mengalami kerugian sebanyak 90 milyar dolar lebih. Sumb er: dari b erb agai sumb er Manuver Palestina Meraih Status Kalaulah tak ada aral melitang, akhir tahun ini status Palestina di Perserikatan BangsaBangsa (PBB) agak meningkat. Dari sekadar "organisasi" pengamat tetap, yang disandangnya sejak 22 November 1974, menjadi "negara" pengamat bukan anggota PBB. "Kami yakin benar, sebagian besar negara di dunia mendukung upaya kami dengan tujuan menyelamatkan peluang-peluang demi tercapainya perdamaian yang adil," ujar Mahmoud Abbas, seperti dikutip CNN. Keyakinan itu disampaikan Abbas dalam pidatonya di hadapan sidang ke-67 Majelis Umum PBB, Kamis pekan silam. Berbicara pada hari ketiga debat umum yang berlangsung hingga Senin lalu, pemimpin Otoritas Palestina ini kembali menegaskan tekadnya meraih keanggotaan penuh Palestina di badan dunia itu, seperti diupayakannya pada tahun lalu. Ia mengaku sudah melakukan konsultasi intesif dengan negara-negara anggota dan organisasi regional untuk meraih dukungan. Langkah konsultasi itu rupanya tak sia-sia. Setidaknya dukungan secara terang-terangan diberikan sejumlah negara di Timur Tengah. Berbicara di hari terakhir debat umum, Menteri Luar Negeri Oman, Yusuf bin Alawi bin Abdullah, menegaskan dukungan pemerintahnya agar Palestina dapat menjadi negara non-anggota PBB. "Kami berharap hal ini membawa tahapan baru perundingan Palestina-Israel yang dapat secara positif memberi sumbangan penyelesaian masalah," katanya, seperti dikutip United Nations News. Sikap serupa disampaikan pemimpin baru Mesir pada hari pertama debat umum. Dalam pidatonya, Presiden Mohamed Moursi menyerukan agar masyarakat internasional mendukung upaya Palestina untuk memperoleh pengakuan PBB. "Saya menyerukan kepada Anda semua untuk memberi dukungan penuh kepada rakyat Palestina dalam upaya mereka memperoleh kembali hak penuh dan sah sebagai bangsa yang berjuang meraih kemerdekaan dan membangun negara merdeka," katanya. Selain Oman dan Mesir, setidaknya sekitar dua pertiga anggota PBB menyatakan dukungan terhadap langkah yang ditempuh Palestina, termasuk negara besar seperti Cina dan India. Bahkan anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, berpandangan lebih positif. Ia memperkirakan, tak kurang dari 150 dari 193 anggota PBB bakal mendukung upaya Palestina ini. Menurut dia, setidaknya pada akhir tahun ini, upaya tersebut akan berbuah. Palestina masih akan menanti saat yang tepat untuk mengajukan resolusi ihwal statusnya di PBB ini hingga usai pemilihan Presiden Amerika Serikat, November nanti. Walaupun agak lambat, langkah-langkah yang ditempuh Palestina lewat jalur diplomatik terus menunjukkan kemajuan. Hingga Januari tahun ini, tercatat ada 129 negara anggota PBB mengakui keberadaan Palestina sebagai negara. Pada akhir Desember silam, tercatat ada lima negara yang mengakui kedaulatan negara Palestina, yakni Islandia, Brasil, Argentina, Bolivia, dan Ekuador. Pengakuan dari berbagai negara itu berdatangan setelah Palestina berhasil mengupayakan keanggotaan penuhnya pada badan dunia bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan, UNESCO, November 2011. Keberhasilan Palestina ini sempat membuat berang Israel dan Amerika Serikat. Dalam pemungutan suara di markas badan itu di Paris, Palestina berhasil meraih dukungan 107 negara dari 173 negara yang ikut pemungutan suara pada akhir Oktober 2011. Prancis masuk dalam daftar negara yang setuju Palestina masuk jadi anggota UNESCO, berdampingan dengan negara-negara Arab, Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Israel, Amerika Serikat, Jerman, dan Kanada masuk dalam daftar 14 negara yang menentang. Adapun Jepang dan Inggris masuk dalam 54 negara yang tidak memberi suara alias abstain. Sebelum diadakan pemungutan suara, delegasi Amerika Serikat sempat mengancam. Mereka menyatakan akan menghentikan bantuan dana kepada badan itu bila permohonan Palestina dikabulkan. Artinya, UNESCO terancam kehilangan sekitar 20% anggaran tahunannya yang diperoleh dari bantuan Washington, dan nilainya sekitar US$ 70 juta per tahun. Beruntung, Amerika Serikat tak memiliki hak veto di badan ini, sehingga Palestina lolos menjadi anggota badan ini. Boleh dibilang, ini merupakan keberhasilan langkah taktis yang dijalankan otoritas Palestina untuk mendapat pengakuan dunia internasional. Sebelumnya, dalam sidang ke-66 Majelis
untuk mendapat pengakuan dunia internasional. Sebelumnya, dalam sidang ke-66 Majelis Umum PBB pada akhir September 2011, Mahmoud Abbas menempuh langkah yang cukup kontroversial. Ia secara resmi mengajukan permohonan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, agar Palestina dimasukkan sebagai anggota PBB. Namun upaya itu kandas setelah Dewan Keamanan PBB bersidang dua bulan kemudian. Andai Palestina berhasil lolos menjadi anggota PBB, negara baru itu akan memiliki hak yang sama dengan anggota lain. Wakilnya di PBB punya hak untuk terlibat aktif dalam perdebatan yang berlangsung di Majelis Umum. Status itu juga membuka lebar peluangnya bergabung dengan badan-badan PBB dan Mahkamah Pidana Internasional. Kegagalan upaya tahun lalu itu mendorong Mahmoud Abbas menurunkan permohonannya pada sidang Majelis Umum tahun ini. Setidaknya, ia berharap dapat meningkatkan status dari organisasi pengamat tetap menjadi negara pengamat bukan anggota, seperti yang diberikan kepada Vatikan sejak 1 Juli 2004. Otoritas Palestina mengambil langkah ini setelah proses perdamaian dengan Israel macet sejak Oktober 2010. Kemacetan perundingan ini terjadi akibat perbedaan pandangan yang tajam soal permukiman Yahudi. Israel dinilai melanggar kesepakatan dan upaya Palestina mempertegas batas-batas wilayah yang berlaku sebelum 1967 di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza. Israel, dengan dukungan utama Amerika Serikat, menentang segala upaya Palestina. Kedua negara ini menuntut penyelesaian konflik tetap melalui perundingan damai, walau penyelesaian lewat meja perundingan selalu saja gagal. Terakhir, perundingan itu dilakukan melalui mediasi Quartet on the Middle East (QME), yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia. Toh, langkah mediasi tersebut yang diupayakan hingga Januari lalu tetap berakhir di jalan buntu. Perundingan QME, Palestina, dan Israel seperti tak menghasilkan apa-apa. Palestina tetap menuntut penghentian pembangunan permukiman Yahudi di wilayah-wilayah pendudukan sebelum perundingan langsung dimulai. Selain itu, Palestina tetap berkeras hanya akan menyetujui adanya dua negara yang hidup berdampingan berdasarkan batas-batas wilayah yang berlaku sebelum 1967. Israel selalu menolak syarat-syarat ini. Akankah langkah taktis Palestina untuk meningkatkan statusnya di PBB terganjal kelak, saat dibahas dalam forum Dewan Keamanan? Lagi-lagi tergantung sikap Amerika Serikat yang kerap menggunakan hak veto bila dirasa akan merugikan posisi sekutunya, Israel. Tapi satu hal tak terbendung: daftar anggota PBB yang mengakui Palestina sebagai negara berdaulat bakal semakin panjang. Erwin Y. Salim
ARTIKEL LAIN Marty Natalegawa: KTT Non-Blok Sepakat Boikot Israel Tidak Beli Demi Palestina
Created and maintained by Gatra.com