Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
ANALISIS TITIK IMPAS DALAM PENENTUAN HARGA JUAL PADA CV. SURABAYA LAS KABUPATEN MAROS Muh. Alam Nasyrah Hanafi STIM YAPMI Maros email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah titik impas dapat dijadikan dalam penentuan harga jual pada CV. Surabaya Las Kabupaten Maros. Metode analisis yang ada didalam penelitian ini menggunakan metode rumus aljabar atas dasar sales dalam rupiah. Berdasarkan hasil penelitian CV. Surabaya Las Kabupaten Maros bahwa pada tahun 2011 perusahaan mencapai titik impas pada penjualan sebesar Rp.3956.953.954. Pada tahun 2012 sebesar Rp.5.142.888.767. Pada tahun 2013 sebesar Rp. 4.791.756.242. Pada tahun 2014 sebesar Rp. 4.506.775.938. Pada tahun 2015 sebesar Rp. 5.013.557.838. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa analisis titik impas dapat dipakai sebagai alat penentuan harga pada CV. Surabaya Las Kabupaten Maros sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata kunci: Titik Impas Dalam Penentuan Harga Jual. Abstract This study aims to determine whether the break-even point can be used in determining the selling price on the CV. Surabaya Las Maros. Analytical methods that are in this study using algebraic formulas on the basis of sales in the rupiah. Based on the research results CV. Surabaya Las Maros that in 2011 the company reached breakeven on sales of Rp.3956.953.954. In the year 2012 amounting Rp.5.142.888.767. In the year 2013 amounting to Rp. 4791756242. In 2014 Rp. 4506775938. In the year 2015 amounting to Rp. 5013557838. Data analysis has been done it was concluded that the break-even analysis can be used as a means of determining the price on the CV. Surabaya Las Maros that this hypothesis is accepted. Keywords: Break-Even In Selling Price. kegiatan dimasa yang akan datang, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka panjang. Agar dapat membuat perencanaan yang baik, seorang manajer harus mampu melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang dan merencanakan berbagai cara yang harus ditempuh untuk menghadapinya dari sekarang. Perencanaan yang baik akan
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya senantiasa berusaha agar dapat berjalan secara terus menerus dengan memperoleh laba yang optimal. Keberhasilan suatu perusahaan akan banyak ditentukan oleh kemampuan manajemen di dalam membuat rencana 332
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
memudahkan tugas manajemen didalam usaha untuk mencapai tujuannya. Besar kecilnya laba yang akan dicapai laba perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu harga jual produk, biaya, dan volume penjualan. Ketiga faktor ini mempunyai hubungan yang erat atau bahkan saling berkaitan satu sama lain. Biaya menentukan harga jual, harga jual mempengaruhi volume penjualan. Dengan mengetahui hubungan yang ada faktor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut, pihak manajemen mempunyai dasar untuk menilai dan memilih satu dari berbagai kemungkinan yang berkaitan dengan laba yang ingin dicapai. Agar sasaran perusahaan dapat dicapai, manajemen memerlukan suatu kebijakan berupa suatu metode dalam pengolahan usaha dengan tepat. Salah satu dari bentuk perencanaan laba perusahaan adalah dengan menggunakan analisis titik impas (break event point) yaitu suatu keadaan dimana pada periode tersebut perusahan tidak memperoleh laba atau tidak menderita rugi. Analisis titik impas tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan pada titik impas saja tetapi mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai tingkat harga jual, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualannya. Salah satu cara yang harus ditempuh oleh pihak manajemen untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian yaitu menggunakan analisis titik impas. CV. Surabaya Las Kabupaten Maros yang menjadi objek penelitian adalah suatu perusahaan yang bergerak
di bidang penjualan alat-alat supplier dengan berbagai jenis produk seperti besi beton, pipa besi untuk pembuatan pagar, kanopi, dan sebagainya, adapun plat yang digunakan adalah untuk pembuatan tengki minyak berbentuk persegi, dinding pagar, dan sebagainya, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan juga melakukan pertimbangan dan perencanaan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan. Perusahaan tentunya selalu berusaha untuk meningkatkan penjualan tanpa mengalami kerugian. Mengingat analisis titik impas salah satu alat untuk mendukung dalam penentuan harga jual, maka sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada CV. Surabaya Las Kabupaten Maros sebagai salah satu perusahaan yang berlokasi di kabupaten Maros. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Titik Impas dapat dijadikan dalam penentuan harga jual pada CV. Surabaya Las Kabupaten Maros?” C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui titik impas dapat dijadikan dalam penentuan harga jual pada CV. Surabaya Las di Kabupaten Maros. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Menurut Hansen dan Mowen (2006:274) “Titik impas (break event point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol”. Selanjutnya Jumingan (2009:183) mengemukakan bahwa perusahaan 333
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
dikatakan dalam keadaan impas yaitu apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. Sedangkan Blocher, dkk (2009:392), menyatakan bahwa “titik Impas ketika pendapatan sama dengan biaya total dan laba sama dengan nol”. Laba menurut Slamet Sugiri (2009:202), adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Untuk mencapai laba yang optimal perlu disusun perencanaan laba agar kemampuan yang dimiliki perusahaan dapat di kerahkan secara koordinasi dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi penghasilan perusahaan mencapai laba optimal, oleh karena itu perencanaan laba untuk akuntansi yang bersangkutan. Dalam mencapai laba ini perusahaan memerlukan perangkat analisis guna menentukan strategi yang akan diterapkan perusahaan, karena dengan penerapan strategi yang baik serta pengelolaan perusahaan yang efektif dan efisien memungkinkan perusahaan untuk mencapai laba yang optimal. B. Analisis dan Tujuan Titik Impas Menurut Blocher, dkk (2011:536) perencanaan titik impas menentukan tingkat output ketika laba bernilai nol. Menurut Horne dan Wachowicz (2007:185), titk impas (break event point) adalah volume penjualan yang dibutuhkan untuk pendapatan total agar sama dengan dengan biaya operasional total atau laba operasional sama dengan nol. Menurut Bustami (2006:208209), suatu cara atau teknik yang digunakan oleh seorang manajer
perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba. Menurut Kasmir (2008:334) penggunaan analisis titik impas ini, perlu diketahui beberapa hal yang penting, agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: 1. Tingkat keuntungan (laba) yang ingin dicapai dalam suatu deriode. 2. Besarnya kapasitas produksi yang tersedia atau yang mungkin dapat ditingkatkan. 3. Jumlah biaya yang harus dikeluarkan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Untuk semua itu diperlukan suatu analisis titik impas (break event point) Menurut Kasmir, (2008:334) penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan keungan, penjualan dan produksi. Dari uraian tersebut, jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil keputusan apabila mengetahui hasil analisis titik impas, misalnya dengan informasi tersebut, manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan dan memprediksi keuntungan yang di harapkan. Menurut Garrison, dkk (2006:334) mengemukakan bahwa analisis Titik Impas (break event point) dapat digunakan oleh perusahaan dalam tiga cara yang terpisah namun berkaitan, yaitu: 1) Metode Persamaan 334
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
Perhitungan titik impas dengan sebagai dasar logis untuk analisis ini, menggunakan metode persamaan yang mempunyai persamaan sebagai dilakukan berdasarkan pada laporan berikut: rugi laba kontribusi yang digunakan Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap +Laba Titik impas yang ditentukan berdasarkan nilai penjualan dapat dihitung dengan mengalikan unit yang terjual pada titik impas dengan harga jual perunit. 2) Metode Margin Kontribusi Penentuan titik impas dengan menggunkan margin kontribusi, dimana margin kotribusi adalah sisa hasil penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi bisa digunakan untuk menutupi biaya tetap dan membentuk laba. Titik impas dengan metode margin kontribusi dicapai ketika jumlah margin kontribusi sama besar dengan jumlah biaya tetap.Dengan menggunakan metode margin kontribusi maka perusahaan dapat menhemat waktu untuk menghitung titik impas karena langkah-langkah pekerjaan yang harus dilakukan pada pendekatan persamaan dapat dilakukan satu langkah pada perhitungan titik impas dengan menggunakan margin kontribusi. Keuntungan lainnya bahwa perhitungan titik impas dapat dilakukan walaupun hanya diketahui margin kontribusi per unit tanpa mengetahui harga jual dan biaya variabel perunit. Apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu jenis produk, maka titik impas dan tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai laba yang diinginkan akan berbeda untuk bauran produk
(kombinasi penjualan) yang berbeda. Perhitungan anlisis titik impas untuk beberapa jenis produk pada dasarnya sama dengan produk tunggal, tetapi harus diperhatikan bahwa hasil perhitungan yang didapat hanya tepat untuk bauran produk yang digunakan dalam analisis. Untuk menghitung bauran produk tersebut diperoleh dengan membagi penjualan produk individu dengan kombinasi seluruh produk. Kemudian margin kontribusi rata-rata perunit diperoleh dengan cara mengalihkan kontribusi perunit dengan komposisi produk. 3) Metode Grafik Adapun pendekatan titik impas dengan metode grafik, dilakukan dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam satu grafik. Grafik ini dapat dibuat dengan menggambarkan sumbu datar yang menunjukkan volume penjualan yang dinyatakan dalam unit, dan sumbu tegak yang menunjukkan biaya dan pendapatan yang di nyatakan dalam satuan uang. Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas. pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa daerah yang di arsir merupakan daerah laba negatif (rugi), sedangkan daerah laba positif berada diatas titik break even point.
335
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
Gambar 2.1 Grafik Titik Impas
4) Metode Margin of Safety penjualan. Informasi tentang margin of Metode Margin of safety (MoS) safety ini dapat dinyatakan dalam ratio yang dikemukakan oleh Garrison, dkk (prosentase) antara jumlah penjualan (2008:338), dapat didefinisikan sebagai menurut budget dengan volume kelebihan yang dianggarkan diatas penjualn pada tingkat break even. volume penjualan impas. Apabila Dari kedua definisi tersebut margin of safety dijabarkan disebut mengatakan bahwa manajemen sangat rasio margin of safety. Margin of safety berkepentingan dengan margin of safety menyatakan jumlah penjualan yang , karena dengan mengetahui margin of dapat diturunkan sebelim dimulai safety berarti manajemen mengetahui terjadi kerugian dalam suatu tingkat keamanan dari kondisi perusahaan. penjualan. Margin of safety bagi Margin of safety merupakan perusahaan, merupakan syarat bagi suatu interval yang menunjukkan nilai manajemen harus meningkatkan selisih antara perencanaan penjualan promosi, tindakan apa yang dilakukan dengan tingkat break even point dalam jika mendekati titk impas. suatu perusahaan. Apabila hasil 5) Analisis Perencanaan Laba penjualan pada tingkat break even point Untuk mengetahui berapa dihubungkan dengan penjualan tertentu, jumlah unit yang harus dijual untuk maka akan dipenuhi informasi seberapa memperoleh laba yang diinginkan, jauh volume penjualan boleh turun maka dapat dihitung dengan sehinggah perusahaan tidak menderita menambahkan laba yang diinginkan rugi. Hubungan atau selisih antara pada biaya tetap kemudian membaginya penjualan yang di budget atau tingkat dengan margin kontribusi, menurut penjualan tertentu dengan penjualan Garrison, dkk (2006:337). pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan melakukan penurunan Biaya Tetap + Laba yang diinginkan Unit yang dijual = Marjin Kontribusi Per Unit
336
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
6) 7) Asumsi Penerapan Titik Impas (Break Even Point) Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik impas baik dengan rumus matematik maupun (bagan), tergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau angapan-anggapan yang digunakan dalam perhitungan tersebut. Anggapan merupakan konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan walaupun anggapananggapan tersebut tidak sesuai kenyataan. Pada umumnya, konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa break even point menurut Munawir (2010:197), yaitu : a. Bahwa biaya harus dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat. b. Bahwa biaya secara total akan selalu konstan sampai kapasitas penuh. Biaya tetap adalah biaya yang akan sering terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi. c. Bahwa biaya variabel akan berubah secara propisional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya singkronisasi antara produksi dan penjualan. d. Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. e. Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual
atau jika lebih dari satu macam, maka kombinasi atau komposisi penjualannya akan tetap konstan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Perusahaan CV. Surabaya Las Kabupaten Maros yang bergerak dalam bidang produksi hasi pengelasan, dalam melakukan aktivitas jumlah penjualan diasumsikan sama dengan jumlah produksi, begitu pula dengan persediaan bahan baku akhir periode dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi diasumsikan tidak ada. Untuk menentukan berapa hasil pengelasan yang harus dijual selama pertahun agar perusahaan dapat menutupi biaya variabel dan biaya tetapnya, maka terlebih dahulu harus komposisi produk untuk hasil pengelasan tersebut. Laporan keuangan dijadikan sebagai alat untuk referensi dalam proses pengambilan keputusan, data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk data periode atau lebih dari analisis lebih lanjut. Dalam menganalisis laporan keuangan CV. Surabaya Las Kabupaten Maros. Penulis menggunakan data-data dari perusahaan yang berupa laporan laba/rugi, informasi pendukung dan harga rata-rata penjualan perusahaan periode tahun 2011-2015 sebagai berikut:
337
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
Tabel. Laporan Laba /Rugi CV.Surabaya Las Kabupaten Maros Per. 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 Perkiraan Penjualan Bersih Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Pemasaran Administrasi Umum Laba Usaha
&
Pendapatan Bunga Keuntungan (Kerugian) Selisih Kurs Laba Penjualan Aktiva Tetap Pendapatan/ (Biaya) Lain-Lain Bersih Laba Sebelum Pajak Penghasilan Taksiran Pajak Penghasilan Laba Bersih
2011
2012
2013
2014
2015
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5.661.145.000
7.224.638.150
6.304.217.440
6.033.778.689
5.977.720.000
3.000.810.150
3.436.448.350
2.852.650.706
2.692.378.000
2.690.082.600
2.660.334.850
3.788.189.800
3.451.566.734
3.341.400.689
3.287.637.400
10.651.325
11.431.899
10.874.300
10.521.041
9.356.000
534.266.000
520.266.000
537.343.750
557.781.235
430.075.086
2.115.417.525
3.256.491.901
2.925.097.284
2.773.098.413
2.848.206.314
845.040.400
898.237.905
839.086.127
833.701.740
848.773.482
34.964.245
42.534.909
30.223.529
29.453.259
30.730.154
12.800.000
14.190.625
13.500.000
12.850.790
12.920.000
82.383.500
77.927.480
75.948.050
77.879.143
75.915.885
975.188.145
1.032.890.919
958.757.706
953.884.932
968.339.521
1.140.229.380
2.223.600.982
1.966.339.578
1.819.213.481
1.879.866.793
320.971.250
452.816.160
356.264.500
297.227.480
300.984.240
819.258.130
1.770.784.822
1.610.075.078
1.521.186.011
1.578.882.553
Sumber Data : CV. Surabaya Las Kabupaten Maros. Tabel. Biaya Tetap CV. Surabaya Las Kabupaten Maros Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 Uraian Promosi Penjualan Gaji dan Tunjangan Perusahaan Biaya ADM & Umum Biaya Bahan Baku Tenaga Kerja langsung Jumlah
2011 (Rp)
2012 (Rp)
2013 (Rp)
2014 (Rp)
2015 (Rp)
5.123.000
4.563.000
4.231.000
5.764.000
5.223.000
413.472.000
406.663.000
410.867.000
412.453.000
413.345.000
622.679.000
562.061.000
553.865.000
542.935.000
554.864.000
2.549.312.000
3.214.244.000
2.894.432.000
2,678.453.000
3.231.674.000
362.411.000
482.212.000
497.105.000
443.534.000
468.435.000
3.952.997.000
4.669.743.000
4.360.500.000
4.083.139.000
4.673.541.000
Sumber Data : CV. Surabaya Las Kabupaten Maros (Data diolah) Dari tabel tersebut menunjukkan baku dan tenaga kerja langsung. Dapat biaya tetap yang terdiri atas penjualan dilihat bahwa jumlah biaya tetap pada tetap, biaya administrasi dan umum CV. Surabaya Las Kabupaten Maros tetap biaya overhead tetap, biaya bahan tahun 2011 sebesar Rp. 3.950.997.000 338
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
dan jumlah biaya tetap pada tahun 2012 pada tahun 2014 sebesar Rp. sebesar Rp. 4.667.743.000 dan jumlah 4.080.139.000 dan jumlah biaya tetap biaya tetap pada tahun 2013 sebesar Rp. pada tahun 2015 sebesar Rp. 3.910.500.000 dan jumlah biaya tetap 4.671.541.000. Tabel. Biaya Variabel CV. Surabaya Las Kabupaten Maros Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 Biaya Variabel Biaya Overhead Pabrik Biaya Penjualan Biaya ADM & Umum Jumlah
2011
2012
Tahun 2013
2014
2011
92.036.000
93.945.000
94.922.000
102.973.000
105.381.000
9.545.000
7.831.000
7.854.000
9.114.000
8.896.000
622.679.000
562.061.000
553.865.000
542.935.000
554.864.000
724.260.000
663.837.000
656.641.000
655.122.000
669.141.000
Sumber Data : CV. Surabaya Las Kabupaten Maros (Data Diolah). Dari tabel 5.4 tersebut dapat dilihat bahwa biaya variabel CV. Surabaya Las Kabupaten Maros pada tahun 2011 sebesar Rp. 722.260.000 pada tahun 2012 sebesar Rp. 661.837.000, pada tahun 2013 sebesar Rp. 648.787.000, pada tahun 2014 sebesar Rp.652.122.000 dan pada tahun 2015 sebesar Rp. 667.141.000. Tabel. Data Penjualan 2011-2015 CV.Surabaya Las Kabupaten Maros Per 31 Desember 2011,2012,2013,2014,2015 Total Biaya Penjualan Biaya Tetap Tahun Varibel (Rp) (Rp) (Rp) 2011 5.661.145.000 3.952.997.000 724.260.000 2012 7.224.638.150 4.669.743.000 663.837.000 2013 6.304.217.440 4.360.500.000 656.641.000 2014 6.033.778.689 4.083.139.000 655.122.000 2015 5.977.720.000 4.673.541.000 669.141.000 Sumber Data : CV. Surabaya Las Kabupaten Maros (Data diolah). B. menderita kerugian (total penghasilan = Analisis Titik Impas Analisis titik impas yang total biaya). Tetapi analisi titik impas merupakan salah satu bentuk analisis tidak hanya semata-mata untuk biaya volume-laba mempunyai mengetahui suatu tingkat penjualan hubungan yang sangat erat dengan dalam titik impas, tetapi metode analisis program anggaran, walaupun analisis tersebut mampu memberikan informas titik impas dapat diterapkan dengan mengenai berbagai tingkat volume data historis, dan sangat berguna juga penjualan serta hubungannya dengan jika diterapkan pada data taksiran atau kemungkinan memperoleh laba data anggaran. Titik pulang pokok menurut tingkat-tingkat penjualan yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan bersangkutan. dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak 339
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
Tabel. Titik Impas CV.Surabaya Las Kabupaten Maros Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 Tahun Titik Impas (Rp) 2011 3.956.953.954 2012 5.142.888.767 2013 4.791.756.242 2014 4.872.067.039 2015 5.262.996.622 Sumber data : CV.Surabaya Las Kabupaten Maros. Dari tabel diatas dapat Rp.5.142.888.767. Pada tahun 2013 dijelaskan bahwa pada tahun 2011 sebesar Rp. 4.791.756.242. Pada tahun perusahaan mencapai titik impas pada 2014 sebesar Rp. 4.872.067.039. Pada penjualan sebesar Rp.3.956.953.954. tahun 2015 sebesar Rp. 5.262.996.622. Pada tahun 2012 sebesar Tabel. Harga Jual CV.Surabaya Las Kabupaten Maros Per 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Untung
Harga Pembelian
819.258.130 1.770.784.822 1.610.075.078 1.521.986.011 1.578.882.553
3.000.810.150 3.436.448.350 2.852.650.706 2.692.378.000 2.690.082.600
Harga Jual (%) 27 % 51 % 56 % 56 % 58 %
Sumber Data : CV. Surabaya Las Kabupaten Maros (Data diolah). Dari tabel diatas dapat variabel, dan volume penjulannya dijelaskan bahwa pada tahun 2011 hanya cukup menutupi sebagian biaya perusahaan mencapai harga jual sebesar variabel dan sebagian biaya tetap, maka 27 %. Pada tahun 2012 sebesar 51 %. perusahaan menderita kerugian. Pada tahun 2013 sebesar 56 %. Pada Sebaliknya, perusahaan akan tahun 2014 sebesar 56 %. Pada tahun memperoleh keuntungan, apabila 2015 sebesar 58 %. penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini Salah satu tujuan oerusahaan adalah dapat disimpulkan bahwa analisis titik mencapai laba atau keuntungan sesuai impas adalah suatu keadaan dimana dengan pertumbuhan perusahaan. perusahaan dalam operasinya tidak Untuk mencapai laba semaksimal memperoleh laba dan tidak juga mungkin, yang dapat dilakukan dengan menderita kerugian atau dengan kata tiga langkah yaitu : lain total biaya sama dengan total 1. Menekan biaya produksi maupun penjualan sehingga tidak ada laba dan biaya biaya oprasional serendahtidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi rendahnya dengan mempertahankan apabila perusahaan didalam operasinya tingkat harga, kualitas dan kuantitas. menggunakan biaya tetap dan biaya 340
Website http://journal.stieamkop.ac.id/
Vol. 3 No.3 Okt – Des 2016 [Jurnal Ilmiah AKSI STIE AMKOP Makassar] ISSN : 2089-9378
Alimisya dan Padji 2005. Kamus Istilah Keungan dan Perbankan. Yrama, Widya, Bandung. Mursyidi 2008, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Penerbit: Rafika. Sartono 2010, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat, Penerbit: BPFE. Yogyakarta. Syamsuddin 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat Jakarta. Hornet dan Machowicz 2007, Akuntansi Manajemen, Edisi Kelima, Jakarta. Bambang Ryianto 2008, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE: Yogyakarta.
2. Menetukan harga sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. 3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin . Dari ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukkan secara terpisah karena mempunyai hubungan yang saling berkaitan. DAFTAR PUSTAKA Blocher, Edwar J.,dkk 2009. Manajemen Biaya : Penekanan Strategis. Edisi Ketiga buku Satu. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta. Blocher, Edwar J.,dkk 2011. Manajemen Biaya : Penekanan Strategis. Edisi Kelima Buku Satu. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta. Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006, Akuntansi Biaya tingkat lanjut: Kajian Teori dan Aplikasi,Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Garrison Ray H,dkk 2006, Managerial Accounting, Edisi Sebelas, Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. Jumingan 2009, Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kasmir. 2008, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali. Slamet Sugiri, 2009. Akuntansi Manajemen Sebuah Pengantar, Edisi Keempat, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Hansen dan Mowen 2009, Akuntansi Manajerial. Buku Satu Edisisi Delapan. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi 2005, Akuntansi Biaya. Edisi Lima. Media Yogyakarta. 341
Website http://journal.stieamkop.ac.id/