ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KSPS BMT RAMA TAHUN 2010 BERDASARKAN METODE CAMEL (Capital, Assets, Management, Efficiency, Liquidity)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh: Zulfa Saiban (20108026)
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) 2011
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KSPS BMT RAMA TAHUN 2010 BERDASARKAN METODE CAMEL (Capital, Assets, Management, Efficiency, Liquidity)
LAPORAN TUGAS AKHIR
Oleh: Zulfa Saiban (20108026)
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) 2011
MOTTO
1.
”Janganlah kamu bersedih karena sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)
2. Meski kita gagal, semangat itu tidak akan pernah habis. Satu-satunya alasan semangat itu habis adalah ketika kita menyerah. 3. Happy people doesn’t have everything but they do the best for everything they have. 4. Matahari pagi tak akan terbit dua kali untuk membangunkan orang yang tertidur nyenyak. Kesempatan pun tak akan mengetuk dua kali agar anda mau membukakan pintu keputusan anda. Kesempatan terbaik yang kita miliki adalah hidup yang hanya sekali ini. Pergunakanlah bukan hanya yang sebaik-baiknya, namun yang terbaik-baiknya.
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini saya persembahkan kepada: 1. Bapak dan ibu yang senantiasa memotivasi, dukungan material dan spiritual. 2. Saudara-saudara, keluarga yang aku sayangi. 3. Sahabat-sahabat D III Perbankan Syari’ah yang membantu dalam penyelesaian TA ini, sekaligus sebagai rekan seperjuangan dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga 4. Rekan rekan kerja BMT RAMA yang selalu memberi dukungan dan semangat 5. Almamater STAIN Salatiga.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, tak lupa shalawat serta salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW sehinggga penulis
dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Tingkat Kesehatan KSPS BMT RAMA Tahun 2010 Berdasarkan Metode Camel (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity). Dalam menyusun Tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu dalam penyelesaiannya. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Abdul Aziz N.P, M.M, selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan Syari’ah. 3. Bapak Faqih Nabhan, M.M selaku Manajer KSPS BMT RAMA sekaligus Dosen Pembimbing penulis, yang telah memberikan bimbingan secara sabar serta memberikan izin dan pengarahan demi terselesaikannya Tugas Akhir ini. 4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi DIII Perbankan Syari’ah STAIN Salatiga yanng telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi di STAIN Salatiga 5. Ibu Ema N.S selaku Manager Operasional KSPS BMT RAMA Salatiga beserta Staff KSPS BMT RAMA : Mas ade, Mas yanto, Mas Faizin, Mbak Win, Mbak Ninik, Mbak wudda, Mbak Nana yang membantu kelancaran penulis dalam memperoleh data selama magang. 6. Bapak, Ibu, adik dan kakak yang memberikan dorongan moriil maupun materiil sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
7. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu segala kritik dan saran yang bersifat membagun sangat penulis harapkan untuk kebaikan penulis di masa mendatang. Semoga Tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca, minimal bagi penulis sendiri
Salatiga, 11 Agustus 2011
Zulfa Saiban 20108026
ABSTRAK ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KSPS BMT RAMA TAHUN 2010 BERDASARKAN METODE CAMEL (Capital, Assets, Management, Efficiency, Liquidity). Lembaga keuangan yang sehat adalah lembaga yang mampu memelihara kredibilitas di mata masyarakat, pemerintah, seta nasabahnya. Lembaga keuangan yang sehat berarti telah menyelenggarakan operasional dan manajemennya sesuai peraturan dan kaidah yang berlaku serta dikelola secara profesional. Penilaian kesehatan Koperasi Jasa Keuangan merupakan penilaian kemampuan suatu Koperasi Jasa Keuangan dalam melakukan kegiatan operasional yang benar/layak sesuai dengan standar baku penilaian. Penilaian kesehatan dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi manajemen untuk menilai apakah pengelolaan sejalan dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, penilaian kesehatan dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan. Dari segi eksternal, penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap loyalitas anggota terhadap koperasi yang bersangkutan. . Penilaian tingkat kesehatan yang umum dilakukan terhadap lembaga keuangan bank/BPR adalah berdasarkan analisis CAMEL, dimana analisis ini meliputi aspek penilaian permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas. Khusus untuk lembaga keuangan yang berbadan hukum koperasi, sesuai PERMEN No. 35.3/Per/M.UKM/X/2007 ditambah dua aspek penilaian yaitu pertumbuhan dan kemandirian seta jati diri koperasi. Oleh karena itu, penialian kesehatan KSPS BMT RAMA Salatiga meliputi aspek penilaian CAMEL ditambah aspek pertumbuhan dan kemandirian serta jati diri koperasi. Kata kunci : analisis tingkat kesehatan, KSPS BMT RAMA Salatiga.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................
ii
PENGESAHAN...................................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ..........................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................
v
KATA PENGANTAR .........................................................................
vi
ABSTRAK ..........................................................................................
viii
DAFTAR ISI .......................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
A. Latar Belakang Masalah .........................................
1
B. Rumusan Masalah....................................................
6
C. Tujuan dan Kegunaan ..............................................
6
D. Telaah Pustaka.........................................................
8
E. Metode Penelitian ....................................................
9
F. Sistematika Penulisan ..............................................
11
LANDASAN TEORI A. Pengertian BMT .......................................................
13
B. Asas dan Landasan ...................................................
14
C. Fungsi.......................................................................
15
D. Tujuan ......................................................................
16
BAB III
BAB IV
E. Pendirian BMT .........................................................
17
F. Prinsip Operasional BMT .......................................
17
G. Tingkat kesehatan ...................................................
18
1. Permodalan ..........................................................
19
2. Kualitas Aktiva Produktif ....................................
20
3. Manajemen .........................................................
21
4. Efisiensi ..............................................................
22
5. Likuiditas ............................................................
23
6. Kemandirian dan Pertumbuhan ............................
24
7. Jati Diri Koperasi .................................................
24
LAPORAN OBJEK A. Sejarah Berdiri ........................................................
25
B. Identitas Lembaga...................................................
26
C. Struktur Organisasi .................................................
27
D. Susunan Organisasi.................................................
31
E. Susunan Pengelola ..................................................
31
F. Permodalan ............................................................
32
G. Produk-produk KSPS BMT RAMA ........................
33
H. Perkembangan Selama Tahun 2010.........................
38
ANALISIS A. Aspek permodalan ..................................................
40
B. Aspek kualitas aktiva produktif ...............................
43
C. Aspek manajemen...................................................
46
D. Aspek Efisiensi .......................................................
52
E. Aspek Likuiditas .....................................................
54
BAB V
F. Aspek Kemandirian dan Pertunbuhan .....................
57
G. Aspek Jati diri Koperasi ..........................................
58
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................
60
B. Saran ......................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Rasio Modal sendiri Terhadap total aset .........................
34
Tabel
3.2 Rasio CAR .....................................................................
36
Tabel
3.3 Rasio resiko Pembiayaan bermasalah (RPM)..................
38
Tabel
3.4 Rasio portofolio Pembiayaan Beresiko ...........................
40
Tabel
3.5 Standar Manajemen Umum ............................................
41
Tabel
3.6 Standar manajemen kelembagaan ..................................
42
Tabel
3.7 Standar Manajemen Permodalan ....................................
43
Tabel
3.8 Standar manajemen Aktiva ............................................
44
Tabel
3.9 Standar Manajemen Likuiditas ......................................
45
Tabel
3.10 Rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto ......
46
Tabel
3.11 Rasio Aktiva terhadap total asset ..................................
48
Tabel
3.12 Rasio Kas .....................................................................
49
Tabel
3.13 Rasio Pembiayaan terhadap dana yang diterima ...........
50
Tabel
3.14 Rasio rentabilitas aset ...................................................
51
Tabel
3.15 Rasio Partisipasi Bruto .................................................
52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi .........................................................
22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Krisis Moneter yang melanda Indonesia tahun 1998 berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 38,39 juta dan 16,5 juta atau 43% dari penduduk miskin adalah fakir miskin (Badan Pusat Statistik:2003). Selain berdampak terhadap tingkat kemiskinan, ternyata krisis moneter memperlihatkan hal yang menarik mengenai sektor perekonomian di Indonesia, khususnya sektor perekonomian mikro. Sebagaimana data Menteri Negara Koperasi setelah krisis ekonomi (2004), menunjukkan dari 42,452 juta entitas usaha, ternyata 41,8 juta atau 98,5% adalah usaha mikro. Hanya 650 ribu yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah, serta dua ribu lainnya adalah usaha besar. Ini membuktikan sektor usaha mikro dan UKMlah yang paling berjasa dalam penyelamatan perekonomian, terutama dalam pengentasan kemiskinan dan pengangguran .Disamping itu ternyata Lembaga Keuangan Mikro (LKM) mampu memberikan berbagai jenis pembiayaan kepada UKM walaupun tidak sebesar lembaga keuangan formal, sehingga dapat menjadi alternatif pembiayaan yang cukup potensial mengingat sebagian besar pelaku UKM belum memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan. Salah satu LKM yang berkembang di Indonesia adalah koperasi. Koperasi merupakan salah satu badan usaha yang berbadan hukum dengan
usaha yang beranggotakan orang-seorang yang berorientasi menghasilkan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya. Selain itu, koperasi juga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berorientasi untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam upaya memperkokoh struktur perekonomian nasional dengan demokrasi ekonomi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan dengan perkembangan lingkungan yang dinamis seperti era globalisasi sekarang ini, perlu adanya peningkatan usaha yang mampu mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri. Banyak jenis koperasi yang didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Konsumen, Koperasi Produksi, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Khusus koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti antara lain Pegawai Negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya bukan merupakan jenis koperasi dapat dinikmati bagi semua kalangan tanpa membedakan status untuk melakukan kegiatan produksi yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat maka, perlu menumbuh kembangkan koperasi simpan pinjam (Ismi Handayani:2009). Menurut Menteri Koperasi dan UKM (1998:95), Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam. Kegiatan usaha simpan pinjam tersebut dilaksanakan dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota yang memenuhi syarat dan koperasi
lain/anggotanya. Koperasi Simpan pinjam atau yang biasa dikenal dengan nama Koperasi jasa keuangan mempunyai spesifikasi khusus organisasi dan manajemen operasional dibanding lembaga keuangan Bank atau Lembaga Keuangan Non-Bank. UU Koperasi No 25 Tahun 1992 beserta Peraturanperaturan pendukung dibidang Koperasi Simpan Pinjam, menyatakan bahwa Koperasi Jasa keuangan mulai dari KSP/USP baik secara Konvensional ataupun Syari’ah adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi. KSP?USP melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi yang berdasarkan azas kekeluargaan. Dari sekian banyak lembaga keuangan mikro seperti BKD, KSP dan lainnya, BMT merupakan salah satu jenis lembaga keuangan non bank yang bergerak dalam skala mikro, sebagaimana koperasi simpan pinjam (KSP) yang
berlandaskan
prinsip
syari’ah.
BMT
lahir
ditujukan
untuk
mengakomodasi keberpihakan terhadap masyarakat kecil dan membumikan prinsip-prinsip ekonomi syariah bagi masyarakat (Mafruhah, 2002). BMT tumbuh dan berkembang di Indonesia serta berperan dalam mengembangkan usaha kecil melalui fasilitas pembiayaan yang relatif murah dan mudah dijangkau oleh mayoritas usaha kecil. Layaknya sebuah lembaga mikro yang tetap kebal diterpa krisis perekonomian, BMT juga mampu menahan terpaan krisis ekonomi. Salah satu studi yang meneliti dampak krisis ekonomi terhadap kinerja keuangan BMT justru menunjukkan bahwa ada peningkatan kinerja keuangan meskipun perekonomian makro sedang
dilanda krisis (Suharyani, 1999). Krisis tersebut membuka peluang bagi BMT untuk meningkatkan
mobilisasi
dana
mengingat
adanya
perbedaan
karakteristik produk bank konvensional dengan lembaga keuangan syariah. BMT sebagaimana lembaga-lembaga ekonomi yang menerapkan prinsip syariat Islam, lahir bersamaan dengan semakin bergairahnya kaum muslimin untuk kembali ke ajaran Islam. Peran umum BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang memiliki keterbatasan materi ataupun ilmu pengetahuan, maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat (Heri Sudarsono, 2003). Saat ini lebih dari 3.000 BMT tersebar di seluruh nusantara, dengan asset (konsolidasi) lebih dari satu triliun rupiah, dengan jumlah pengelola lebih dari 20.000 orang, hampir setengahnya S-1 dan wanita. BMT melayani lebih dari dua juta penabung, dan memberikan pinjaman pada lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil (PINBUK, 2006:1). Meskipun BMT telah mengalami perkembangan yang signifikan, keberadaan BMT di Indonesia kurang didukung oleh faktor-faktor pendukung yang memungkinkan BMT untuk terus berkembang dan berjalan dengan baik sehingga banyak BMT yang tenggelam dan bubar yang disebabkan oleh pengeloaan
manajemennya yang tidak amanah dan profesional, hal ini
berimplikasi pada
kredibilitas
BMT
dalam
pandangan
masyarakat.
Akibatnya, timbul citra yang kurang baik di masyarakat. BMT identik dengan lembaga yang buruk, tidak dapat dipercaya, hanya menjual isu syari’ah, bisnisnya orang yang ingin memiliki bank tetapi tidak mau mengikuti atutan perbankan, dan sebagainya (A.Sumiyanto, 2008:XVII). Dalam rangka menuju BMT yang sehat, efisien, KSPS BMT RAMA yang berlokasi di Jalan Jend. Sudirman 2 A Salatiga melakukan upaya meningkatkan pelayanan simpanan, meningkatkan prinsip kehati-hatian (prudential) dalam pembiayaan untuk menekan tingkat pembiayaan bermasalah, serta meningkatan ketrampilan dan kemampuan Sumber daya Manusia dengan mengikutsertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh dinas Koperasi. Sehingga sampai tahun 2010 tercatat ada 292 orang anggota dan calon anggota sebanyak 1.532 orang. Asset yang dimiliki sebesar
Rp. 1.176.786.271 dengan plafon pembiayaan yang disalurkan
sebesar Rp. 654.991.315. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan sebuah lembaga keuangan sangat penting agar tetap terjaga kelangsungan usaha dan berfungsi dengan baik, tidak terkecuali dengan BMT. Oleh karena itu perlu diadakan sistem manajemen yang baik dan terarah demi tercapainya lembaga keuangan mikro yang sehat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis akan berusaha mengkaji dan menganalisis masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk penelitian yang berjudul, ”Analisis Tingkat
Kesehatan KSPS BMT RAMA Berdasarkan Metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Efficiency, Liquidity )”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana analisis tingkat kesehatan KSPS BMT RAMA Salatiga tahun 2010 berdasarkan metode CAMEL?. 2. Bagaimana predikat tingkat kesehatan KSPS BMT RAMA Salatiga tahun 2010 berdasarkan metode CAMEL?.
C. Tujuan dan Kegunaan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui cara menganalisis tingkat kesehatan KSPS BMT RAMA Salatiga tahun 2010 berdasarkan metode CAMEL. 2. Untuk mengetahui predikat tingkat kesehatan KSPS BMT RAMA Salatiga tahun 2010 berdasarkan metode CAMEL. Selain tujuan di atas, penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai analisis tingkat kesehatan lembaga keuangan mikro syari’ah, khususnya di KSPS BMT RAMA Salatiga.
2. Bagi STAIN Salatiga Sedangkan bagi STAIN Salatiga, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif menambah perbendaharaan pengetahuan bagi pembaca dan sebagai
informasi tambahan untuk
penelitian
selanjutnya. 3. Bagi KSPS BMT RAMA Salatiga Bagi KSPS BMT RAMA Salatiga, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi para
pengambil kebijakan dalam
mengevaluasi dan menentukan arah pengembangan KSPS BMT RAMA Salatiga di masa yang akan datang. 4. Bagi Masyarakat/Nasabah Bagi masyarakat dan calon nasabah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan sebuah lembaga keuangan mikro sehingga nantinya dapat digunakan Sebagai bahan pertimbangan dalam memanfaatkan / memilih fasilitas yang ada dalam koperasi, ataupun sebagai pertimbangan dalam memilih lembaga keuangan mikro. 5. Bagi Pengawas Penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
dalam
pengambilan
kebijaksanaan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup usaha pada KSPS BMT RAMA Salatiga.
D. Telaah Pustaka Penelitian Aslichan (2008) dengan tajuk kajian penilaian kesehatan dalam rangka kinerja lembaga keuangan mikro syaria’ah Baitul maal wat tamwil (studi kasus BMT Bina Ummat Sejahtera Lasem Rembang Jawa Tengah). Kajian ini menganalisis tingkat kesehatan BMT dengan memadukan penilaian kinerja keuangan CAMEL serta analisis SWOT nya, dimana hasil kajian ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BMT BUS Lasem termasuk dalam kategori cukup sehat dengan metode kekuatannya berada di tingkata resiko pembiayaan kecil, sangat efisien dalam mengoptimalisasikan peran Account Officer (AO) dalam melayani nasabah pembiayaan, mampu mengaktifkan masyarakat untuk menyimpan dana dan mengoptimalkannya melalui portofolio pembiayaan, sedangkan kelemahannya adalah kemampuan menyisihkan laba bersihnya sangat kecil dibandingkan aset atau modal yang dikelolanya. Menurut Abdul khafid (2010), memaparkan hasil penilaian kesehatan berdasarkan metode CAMEL sesuai standar yang dikeluarkan oleh BI dimana dari segi permodalan, likuiditas serta earning/rentabilitasnya berada dalam kategori sehat, namun dalam metode sistem manajemen resiko dan kepatuhan belum dapat disimpulkan karena keterbatasan data. Berdasarkan paparan beberapa tulisan ilmiah di atas
maka penelitian
penulis yang berjudul Analisis Tingkat Kesehatan KSPS BMT RAMA Tahun 2010 Berdasarkan Metode CAMEL (Capital, Assets, Management,
Eafficiency, Liquidity) belum pernah dibuat dan ada perbedaan antara tulisan penulis dengan karya ilmiah yang lain yaitu dalam hal tempat waktu dan pelaksanaan. Perbedaan tempat/lokasi penelitian tentunya membuat adanya perbedaan mengenai hasil analisis tingkat kesehatan dan predikat kesehatan masing-masing BMT karena masing-masing BMT memiliki asset yang berbeda-beda, kebijakan, serta prosedur yang berbeda satu sama lainnya. E. Metode Penelitian 1. Penelitian Tipe penelitian/penulisan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah field research, yaitu penelitian yang didasarkan pada pengumpulan data empiris di lapangan. 2. Jenis Data yang Dibutuhkan Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari observasi, penulis memperoleh data dengan pengamatan secara langsung dari sumber penelitian yang diamati. b. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik data yang akan diamati.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Participant Observation Peneliti terlibat langsung dengan objek yang diamati. Dalam hal ini penulis terlibat langsung dalam KSPS BMT RAMA Salatiga sebagai objek penelitian agar dapat mengetahui secara lebih terperinci objek penelitian. b. Wawancara Wawancara adalah suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik, diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartini Kartono 1998:186). Wawancara ini penulis gunakan sebagai cross checking terhadap data yang diperoleh. Wawancara adalah
tanya jawab dengan seseorang (pejabat dsb)
yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar (Kamus Besar bahasa Indonesia 1990:1009) Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara/tanya jawab dengan karyawan manajer di KSPS BMT RAMA guna memeroleh data yang diperlukan. c. Telaah Dokumentasi Cara ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh berupa sumber tertulis yang relevan.
F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran dan mempermudah cara memahami laporan tugas akhir ini penulis menyusun dalam beberapa bab antara lain sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Di dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini merupakan kerangka awal yang akan menguraikan tentang semua hal yang berhubungan dengan BMT dan analisis tingkat kesehatan BMT berdasarkan METODE CAMEL. BAB III LAPORAN OBJEK Pada bab ini penulis akan mebdeskripsikan tentang keadaan yang terjadi pada BMT dimana penulis mengadakan penelitian tentang sejarah pendirian KSPS BMT RAMA Salatiga, visi misi, pengurus, kegiatan operasional, produk, serta perkembangan selama tahun 2010. BAB IV ANALISIS Pada bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah penulis kumpulkan
BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan mengambil kesimpulan yang terdapat pada bab sebelumnya, khususnya pada bab yang menyangkut permasalahan dan penulis akan mencoba memberikan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wa Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha. Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan islam. Dimana baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu pengertian yang menyeluruh bahwa BMT merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial BMT dapat terlihat pada defenisi baitul maal, sedangkan peran bisnis BMT terlihat dari defenisi baitul tamwil.
Sebagai lembaga sosial, baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran Lembaga Amil Zakat (LAZ), oleh karenanya, baitul maal ini harus di dorong agar mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial lain, dan upaya pensyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU Nomor 38 tahun 1999).
B. Asas dan Landasan
BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip syariah islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang syah dan legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Salah satu landasan syari’ah tentang pendirian BMT:
َذَﻟِﻚَ اﻟْﻤَﺲِّ ﻣِﻦَ اﻟﺸَّﯿْﻄَﺎنُ ﯾَﺘَﺨَﺒَّﻄُﮫُ اﻟَّﺬِي ﯾَﻘُﻮمُ ﻛَﻤَﺎ إِﻻ ﯾَﻘُﻮﻣُﻮنَ اﻟﺮِّﺑَﺎ ﯾَﺄْ ُﻛﻠُﻮنَ اﻟَّﺬِﯾﻦ ْﻞ اﻟْﺒَﯿْ ُﻊ إِﻧَّﻤَﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا ﺑِﺄَﻧَّﮭُﻢ ُ ْﺟَﺎءَهُ ﻓَﻤَﻦْ اﻟﺮِّﺑَﺎ وَﺣَﺮَّمَ اﻟْﺒَﯿْﻊَ اﻟﻠَّﮫُ وَأَﺣَﻞَّ اﻟﺮِّﺑَﺎ ﻣِﺜ ٌﻓَﺄُوﻟَﺌِﻚَ ﻋَﺎدَ وَﻣَﻦْ اﻟﻠَّﮫِ إِﻟَﻰ وَأَﻣْﺮُهُ ﺳَﻠَﻒَ ﻣَﺎ ﻓَﻠَﮫُ ﻓَﺎﻧْﺘَﮭَﻰ رَﺑِّﮫِ ﻣِﻦْ ﻣَﻮْﻋِﻈَﺔ ب ُ ﺧَﺎﻟِﺪُونَ ﻓِﯿﮭَﺎ ھُﻢْ اﻟﻨَّﺎرِ أَﺻْﺤَﺎ Orang-orang yang makan
riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata , sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti , maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu ; dan urusannya kepada Allah. Orang yang kembali , maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS AL Baqarah:275)
Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus profesional.
C. Fungsi
1.
Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi professional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
2.
Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.
3.
Menjadi perantara keuangan antara agnia (yang berhutang) sebagai shahibul maal dengan duafa sebagai mudharib, terutama untuk dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah wakaf hibah dll.
4.
Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.
D. Tujuan
Didirikannya BMT dengan tujuan meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan
kesejahteraan
anggota
dan
masyarakat.
Anggota
harus
diberdayakan supaya dapat mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat dibenarkan jika para anggota dan masyarakat menjadi sangat tergantung kepada BMT. Dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya.
Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat memandirikan ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pendampingan. Dalam realisasi pembiayaan, BMT harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul pada pembiayaan. Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok menjadi sangat penting. Anggota dikelompokkan berdasarkan usaha sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat dengan mudah melakukan pendampingan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, manajemen sebuah BMT harus
dikelola dengan profesional sehingga kegiatan
operasionalnya dapat berlangsung efektif dan efisien. Manajemen harus mempertimbangkan secara matang kegiatan penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Dengan kata lain, harus ada perencanaan yang tepat dalam
manajemen di sebuah BMT. hal ini dilakukan agar kedepan perkembangan BMT bagus. Sebagaimana Firman Allah:
ﺧَﺒِﯿﺮٌ اﻟﻠَّﮫَ إِنَّ اﻟﻠَّﮫَ وَاﺗَّﻘُﻮا ﻟِﻐَﺪٍ ﻗَﺪَّﻣَﺖْ ﻣَﺎ ﻧَﻔْﺲٌ وَﻟْﺘَﻨْﻈُﺮْ اﻟﻠَّﮫَ اﺗَّﻘُﻮا آﻣَﻨُﻮا اﻟَّﺬِﯾﻦَ أَُّﯾﮭَﺎ ﯾَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮنَ ﺑِﻤَﺎ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr:18) E. Pendirian BMT BMT dapat didirikan dengan modal awal sebesar RP. 20.000.000,00 atau lebih. Modal ini dapat berasal dari beberapa tokoh masayarakat setempat, yayasan, kas masjid atau BAZIS. Tetapi sejak awal anggota pendirian BMT harus terdiri antara 20 sampai 44 orang. Jumlah batasan anggota pendiri tersebut diperlukan agar BMT menjadi milik masyarakat setempat. BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat atau koperasi. F. Prinsip Operasional BMT 1. Prinsip bagi hasil Prinsip ini adalah pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT. Prinsip ini meliputi akad mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqah.
2. Jual beli a. Murabahah b. Salam c. Istishna d. Bai’ Bitsaman Ajil 3.
Sistem non profit Sistem
ini
merupakan
pembiayaan
yang
bersifat
sosial,
nasabah cukup mengembalikan pokok pinjaman saja. Akad yang termasuk dalam sistem ini yaitu qardhul hasan. 4. Akad bersarikat Akad ini merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan perjanjian pembagian keuntungan maupun kerugian disepakati di awal perjanjian. Akad ini meliputi musyarakah dan mudharabah
B. Tingkat Kesehatan Sebagai lembaga
keuangan
yang beroperasi
layaknya
sebuah
perbankan, maka BMT dituntut untuk beroperasi secara amanah dan profesional. Salah satu cara untuk mengukur kinerja sebuah BMT dapat dilakukan melalui Penilaian tingkat kesehatan BMT. Baitul maal wattamwil merupakan Koperasi Jasa Keuangan, maka Penilaian Kesehatannya merujuk pada Peraturan Menteri Nomor : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi berikut
perubahannya Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009.
Penilaian Koperasi
Jasa Keuangan yang mencakup aspek-aspek dan
komponen analisis sebagai berikut : 1.
Permodalan ( Capital ) Aspek permodalan bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan modal koperasi dengan pendekatan kuantitatif antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Rasio Modal sendiri terhadap total aset Rasio ini merupakan perhitungan dari modal sendiri (jumlah nilai akun di dalam equity dengan catatan SHU tidak termasuk dan untuk akun penyertaan dinilai hanya dinilai 50% ) dibagi dengan jumlah total Asset dalam neraca dikalikan 100% pada saat penilaian. Rasio ini memiliki sasaran penilaian yaitu sejauh mana kemampuan koperasi menghimpun dana dan seberapa besar tingkat keseimbangan keamanan modal sendiri (equity). b. Rasio Kecukupan Modal sendiri (CAR) Rasio ini adalah modal sendiri tertimbang (Jumlah modal sendiri yang dikalikan dengan bobot pengakuan risiko) dibagi dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (Jumlah komponen aset dalam neraca dikalikan dengan bobot pengakuan risiko ) dikalikan 100% pada saat penilaian.
Rasio ini bertujuan untuk mengukur kecukupan modal minimal dalam rangka pengamanan resiko aktiva produktif. Sehingga dalam hal ini nilainya berbentuk linier semakin tinggi semakin baik. 2.
Kualitas Aktiva Produktif (Asset quality) Aspek kualitas aktiva produktif untuk mengetahui bagaimana tingkat keamanan dana pinjaman terhadap alokasi piutang baik pada anggota atau non anggota dengan didasarkan pada komponen analisis sebagai berikut:. a. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah terhadap Pinjaman Diberikan Rasio ini merupakan perbandingan antara Risiko Pinjaman Bermasalah (jumlah dari : 50% PKL; 75% PDR dan 100% PM) dibagi dengan Pinjaman Diberikan (sisa dari pinjaman pokok yang belum dikembalikan) kali 100% pada saat penilaian. Rasio ini bertujuan untuk mengukur prosentase tingkat Pinjaman Bermasalah (Non Performance Loan/NPL) sehingga semakin kacil rasio adalah semakin aman kondisi koperasi dan sebaliknya semakin besar maka semakin terancam keberadaan koperasi tersebut. b. Rasio Pinjaman yang Berisiko terhadap Pinjaman yang Diberikan Rasio ini menganalisis prosentase Pinjaman Berisiko
dibagi
pinjaman yang diberikan kali 100 % pada saat penilaian. Analisis rasio ini bertujuan untuk mengukur kualitas aset produktif terhadap potensi risiko dari pinjaman yang tidak mempunyai agunan yang memadai atau
jaminan penjamin/avalis yang diandalkan. Sehingga semakin rendah rasionya semakin tinggi kualitas assetnya. 3.
Manajemen (Management ) Penilaian terhadap faktor manajemen dilakukan dengan pendekatan kualitatif terhadap penilaian komponen-komponen sejumlah 30 pertanyaaan dengan bobot skor 15 jika semua jawaban pertanyaan “ Ya” untuk lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut: a. Manajemen Umum Dinilai atas dasar 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban pertanyaan “ Ya “ dan skor 0 jika jawaban “ Tidak” b. Manajemen Kelembagaan Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tidak “ c. Manajemen Permodalan Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tidak “
d. Manajemen Aktiva Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tidak “ e. Manajemen Likuiditas Dinilai dengan 5 pertanyaan dengan bobot nilai 3 atau setiap pertanyaan mendapat skor 0,6 apabila jawaban “ Ya “ dan skor 0 Jika jawaban “ Tidak “ 4.
Efisiensi (Efficiency) Aspek Efisiensi adalah penilaian aspek terhadap sejauhmana tingkat efisiensi kinerja koperasi sehingga pada akhirnya akan dapat memperoleh keuntungan yang optimal dengan tidak mengurangi kompetitif pelayanan kepada anggota dan non anggota. Dalam hal ini didasarkan pada analisis Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto. Analisis Rasio ini adalah perbandingan Beban Operasi Anggota (Jumlah beban pokok ditambah Beban Usaha Anggota dan Beban Perkoperasian / untuk USP Beban Perkoperasian dihitung secara proporsional) dibagi dengan Partisipasi Bruto (Kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota) kali 100 % . Sasaran analisis ini untuk mengetahui tingkat efisiensi beban biaya usaha dan beban organisasi jika dibanding pendapatan yang diperoleh dari anggota, sehingga semakin rendah rasio semakin efisien.
5.
Likuiditas (liquidity) Aspek ini digunakan untuk menganalisa dan menginterpresentasikan posisi keuangan jangka pendek dan juga sangat membantu bagi manajemen untuk efisiensi modal kerja. Dalam aspek ini dilakukan pendekatan kuantitatif dengan analisis 2 komponen sebagi berikut : a. Pengukuran Rasio Kas + Bank terhadap Kewajiban Lancar Rasio ini merupakan perhitungan prosentase akun Kas tunai dan dana di Bank yang dapat ditunaikan dibagi dengan Kewajiban Lancar dari neraca kali 100 %. Pengukuran rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat keamanan (safety) terhadap likuiditas dana terhadap kewajiban lancar jika dibutuhkan, maka apabila rasio terlalu rendah tingkat keamanan likuiditas rendah tetapi sebaliknya jika terlalu tinggi maka tingkat efisiensi modal kerja juga sangat rendah sehingga tidak produktif. b. Pengukuran Rasio Volume Pinjaman yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima Rasio ini adalah
perhitungan rasio volume Pinjaman yang
diberikan dibagi dengan Dana Diterima (Jumlah Total Kewajiban dan Modal didalam neraca selain Biaya yang masih harus dibayar dan Hutang Pajak dan SHU Belum Dibagi) kali 100%. Perhitungan
rasio ini untuk mengukur kemampuan Koperasi
menyalurkan dari dana yang diterima (LDR) sehingga semakin tinggi
nilai rasio semakin produktif atau semakin baik kinerjanya akan tetapi ada batas maksimal penyaluran untuk menyisihkan dana cadangan hutang (requirment) minimal 5 % untuk menjaga kondisi likuidasi hutang. 6.
Kemandirian dan Pertumbuhan (Growht) Aspek ini digunakan untuk menilai tingkat kemandirian dan pertumbuhan usaha Koperasi dengan melakukan pendekatan Rasio Rentabilitas AsetRasio Rentabilitas Asset atau biasa disebut Return on Asset (ROA) adalah rasio perbandingan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebelum Pajak dibagi dengan total Asset (Nilai total seluruh asset yang ada dalam neraca) kali seratus persen. Rasio ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kinerja koperasi terhadap kebijakan investasi baik dalam modal kerja maupun dalam asset tetap.
7.
Jati diri koperasi Aspek ini merupakan penilaian koperasi terhadap jatidiri koperasi yang merupakan karakteristik utama Koperasi yang membedakan dengan Badan Usaha lain dimana anngota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member) yaitu anggota sebagi pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi (user own oriented firm) pendekatan penilaian melalui rasio partisipasi bruto. Rasio partisipasi bruto adalah pengukuran rasio partisipasi bruto (jumlah kontribusi anggota terhadap hasil usaha koperasi) dibagi dengan partisipasi bruto ditambah pendapatan (pendapatan yang diterima dari transaksi dengan non-anggota).
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah KSPS BMT RAMA BMT RAMA berdiri sekitar tahun 2001 yang dipimpin oleh bapak H. Zahroni di bawah naungan yayasan al- muttaqien. Dengan menindaklanjuti terbitnya akte notaris tanggal 31 januari 2007 tentang pengesahan badan hukum, no. 518/03/BH/XVI.31/2007, yang sebelumnya dengan nama BMT RAMA menjadi koperasi simpan pinjam syari’ah (KSPS) “RAMA”. Maka pada tanggal 1 oktober 2007 dilakukan serah terima pengelolaan KSPS BMT RAMA yang diwakili oleh bapak H. Zahroni kepada pengurus KSPS BMT RAMA oleh Drs. Sutrisna, M.Pd., selanjutnya pada tanggal yang sama yaitu tanggal 20 Oktober 2007, dilakukan pengangkatan manajer dengan surat keputusan pengangkatan manajer No. P.02/RAMA/X/2007. Manajer yang diangkat untuk menjalankan operasional KSPS BMT RAMA mewakili pengurus adalah bapak Faqih Nabhan, M.M. dengan modal awal sebesar 10.000.000. Visi KSPS BMT RAMA yaitu menjadi BMT yang sehat dan terkemuka pada tahun 2015. Dalam rangka mewujudkan visinya tersebut maka misi yang diemban oleh KSPS BMT RAMA antara lain: 1. Meningkatkan kualitas layanan pada anggota sebagai upaya menciptakan BMT yang terpercaya.
2. Meningkatkan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi simpanan anggota 3. Menekan jumlah pembiayaan bermasalah 4. Meningkatkan kualitas manajemen. Tujuan KSPS BMT RAMA : a. Menggapai mardhotillah b. Menciptakan lembaga keuangan rakyat berdasarkan syari’ah Islam sebagai sarana peningkatan kehidupan sosial-ekonomi umat. c. Membebaskan umat khususnya para pengusaha kecil dan mikro dari jeratan bunga dan rentenir. d. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan menabung. B. Identitas Lembaga Nama
: Koperasi Simpan pinjam Syari’ah (KSPS) BMT RAMA
Alamat
: Komplek Masjid Al-muttaqien, Jl. Jend. Sudirman 21 A, Pasar Raya II Salatiga
Telp
: (0298) 315207
Hp
: 085865594001
e-mail
:
[email protected]
Badan Hukum
: 518/03/BH/XV.31/1/2007
C. Struktur organisasi
Musyawarah anggota pemegang simpanan pokok
Dewan syari’ah
Pembina manajemen
Manajer
Maal
Tamwil
Pemasaran
Kasir
Anggota Dan Nasabah
Sumber: PINBUK Gambar 3.1 Sruktur organisasi Keterangan :
Garis Koordinasi Garis Komando
Pembukuan
Fungsi dan tugas dari masing-masing bagian: 1. Rapat Angota Tahunan (RAT) Rapat anggota tahunan adalah lembaga tertinggi BMT yang wajib dihadiri oleh setiap anggota. Pelaksanaanya diatur dalam AD/ART. Rapat ini dilakukan minimal setahun sekali. Anggota diambil secara musyawarah untuk mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang memiliki hak suara yang hadir dalam rapat, pengesahan atau perubahan AD/ART organisasi, pemilihan, pengangkatan dan sekaligus pemberhentian pengurus dan pengawas syari’ah maupun manajemen, penetapan visi dan misi organisasi. 2. Pengawas Syari’ah Pengawas syari’ah bertugas memberikan masukan kepada pengurus untuk kemajuan BMT baik diminta atau tidak dan sebagai wakil dari anggota dalam melaksanakan hasil keputusan musyawarah tahunan. Amanah ini nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada anggota pada tahun berikutnya. 3. Pengurus Pengurus adalah mandataris seluruh anggota yang bertanggung jawab penuh pada pelaksanaan program pencapaian tujuan BMT. Selain itu pengurus bertanggung jawab melaksanakan keputusan rapat anggota, mengajukan rancangan rencana kerja dan anggaran pendapatan/belanja BMT,
menyelenggarakan
rapat
anggota,
mempertanggungjawabkan
laporan
keuangan serta memantau dan memsupervisi pelaksanaan kegiatan BMT. 4. Manajer Tugas dari manajer antara lain: a. Memimpin jalannya BMT sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang ditetapkan oleh pengurus. b. Membuat rencana kerja secara periodik (berkala), meliputi : 1) Rencana pemasaran 2) Rencana pembiayaan 3) Rencana biaya operasional 4) Rencana keuangan c. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan oleh pengurus. d. Membuat laporan secara periodik (berkala) kepada pengurus yang antara lain berupa : 1) Laporan perubahan baru 2) Laporan perkembangan perubahan 3) Laporan keuangan 5. Pengelola Pengelola adalah tenaga profesional yang melaksanakan kegiatan operasional program kerja yang menjadi tanggung jawab pengurus. Individu
yang dapat dipilih menjadi pengelola BMT adalah mereka yang memenuhi syarat sebagai berikut: 1) Memiliki sifat jujur, aktif, trampil, berdedikasi terhadap BMT, proaktif, sabar, dan istiqomah 2) Mempunyai
potensi
untuk
berprakarsa,
belajar
dan
terampil
mengoperasikan program kerja untuk mencapai tujuan BMT. 3) Memiliki wawasan keagamaan dan pergaulan sosial yang memadai untuk mampu
mengaplikasikan
konsep
sistem
syari’ah
dalam
mengoperasionalkan BMT dan perkembangan SDM anggota BMT. Pengelola terikat dengan kontrak kerja dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada pengurus. Dengan tujuan tersebut pengelola berhak mendapat imbalan dan bonus sesuai dengan kemampuan dan perkembangan BMT. Sehubungan dengan keterbatasan jumalah SDM pada KSPS BMT RAMA, maka ada beberapa bagian yang dirangkap oleh masing-masing personal, seperti bagian Teller merangkap accounting dan administrasi, bagian penggalangan dana merangkap bagian pemasaran. Selain alat kelengkapan organisasi di atas, agar BMT dapat senantiasa sehat perlu pembinaan dan pengaasan. Pembinaan adalah semua usaha mengarahkan pengelolaan BMT yang dilaksanakan dengan prinsip bilhikmah wal mau’izatil hasanah.
Sedangkan pengawasan adalah kegiatan pemantauan BMT yang
dilakukan oleh pengurus BMT dan PINBUK bagi BMT di bawah binaan PINBUK, yaitu badan kerja dari yayasan inkubasi bisnis usaha kecil (YINBUK)
untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan dan mengawasi BMT yang didirikan. D. Susunan Organisasi 1. Pembina a. Kepala Dinas Koperasi Kota Salatiga b. Yayasan al-Muttaqien (H. Zahroni) c. H. Hawari d. Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd. 2. Pengawas a. H. Mugiyono(alm) b. H. Mizharudin Thoif c. H. Rinto Wiguno 3. Pengurus a. Ketua
: Drs. Sutrisna,M.Pd.
b. Sekretaris : Faqih Nabhan,M.M c. Bendahara : Tri hartomo
E. Susunan Pengelola 1. Manajer
: Faqih Nabhan,M.M.
2. Teller/Kasir
: Winarti,A.Md.
3. Accounting
: Tuti Suryani,A.Md.
4. Administrasi : Ema Nur Setiawati,A.Md. 5. Pembiayaan 6. Pemasaran
: Ade Nur Setyanto,A.Md. :
a. Ngatno b. Muhammad faizin c. Dwi Widiyanto d. Wudda Muslimah Anggota KSPS RAMA sebanyak 392 orang yang sudah mengangsur simpanan pokok dan calon anggota sebanyak 1.532 orang F. Permodalan (S.D. TAHUN BUKU 2010) 1. Modal Sendiri a. Simpanan pokok
: Rp. 15.515.000
b. Simpanan Wajib
: Rp. 21.098.500
c. Cadangan Koperasi
: Rp. 8.793.119
d. SHU
: Rp. 12.323.821
Jumlah modal sendiri
: Rp. 57.730.440
2. Modal Luar a. Kewajiban Lancar
: Rp. 803.655.831
b. Kewajiban jangka Panjang
: Rp. 315.400.000
Jumlah Modal Luar
: Rp. 1.119.055.831
Jumlah Asset (a+b)
: Rp. 1.176.786.271.
G. Produk-Produk KSPS BMT RAMA 1. Produk-Produk Pendanaan a. SIRELA (simpanan suka rela) Sirela adalah simpanan berakad wadi’ah yad dhamanah, KSPS BMT RAMA akan menginvestasikan dana nasabah dan memberikan hasil yang menguntungkan sesuai syari’ah. Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan setiap waktu (jam kerja). Manfaat investasi: 1) Penyetoran bisa dilakukan orang lain 2) Pengambilan wajib dilakukan oleh pemilik rekening dengan membawa identitas diri, namun apabila pemilik berhalangan, pengambilan dapat diwakilkan orang lain dengan memberi surat kuasa dan menunjukkan identitas pengambil dan pemilik rekening. 3) Tanpa biaya administrasi 4) Setoran pertama minimal Rp. 10.000 dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000. b. SISUKA (simpanan khusus berjangka) Sisuka adalah simpanan berjangka yang berakad mudharabah muthlaqah untuk memberikan kemudahan bagi nasabah yang ingin berinvestasi. 1) Hasil menguntungkan berdasarkan nisbah bagi hasil 2) Pilihan jangka waktu 3,6, 12 bulan
3) Pembukaan rekening minimal Rp. 1.000.000 4) Bagi hasil diberikan setiap bulan tunai atau transfer rekening 5) Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan pada KSPS BMT RAMA 6) Tanpa biaya administrasi c. SIQURBAN (simpanan untuk qurban) Sarana mempermudah bagi nasabah yang ingin berqurban. SIQURBAN menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah, anggota dapat memperoleh hasil yang menguntungkan dan sesuai syari’ah. Setoran pertama minimal Rp. 100.000 dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000 d. SIMPRESTASI (simpanan pelajar berprestasi) Produk yang ditujukan untuk memberikan kemudahan dalam mempersiapkan dan memantapkan rencana pendidikan. Setoran dapat dilakukan setiap saat, sedang pengambilan dapat disesuaikan dengan keinginan nasabah. 2.
Produk pembiayaan BMT RAMA menyediakan layanan kepada anggota yang membutuhkan dana dengan menggunakan akad pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syari’ah sehinggga terhindar dari riba. Adapun akad-akad tersebut adalah: a. Syirkah (kerja sama investasi): mudharabah, musyarakah 1) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha/perniagaan antara pihak pemilik dana (shahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal dana sebesar 100% dengan pihak pengelola modal (mudharib), untuk diusahakan dengan porsi keuntungan akan dibagi bersama (nisbah) sesuai dengan kesepakatan di muka dari kedua belah pihak. Sedangkan kerugian (jika ada) akan ditanggung pemilik modal kecuali jika ditemukan jika ada kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib), seperti penyelewengan, kecurangan, penyalahgunaan dana. Pihak pengelola sebagai pemilik proyek dapat mengajukan permohonan pembiayaan kepada KSPS BMT RAMA. Kebutuhan dana tersebut dapat digunakan untuk pembiayaan yang bersifat modal kerja dan atau investasi. 2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan anggota (syirkah), adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan
modal
atau
berdasarkan
kesepakatan
bersama.
Musyarakah dapat diartikan pula sebagai pencampuran dana untuk tujuan pembagian keuntungan.
Dari jenis atau variasi produk musyarakah, syirkah al inan yang paling tepat untuk diimplementasikan ke dalam produk pembiayaan KSPS BMT RAMA. syirkah al inan ini biasanya diperuntukkan untuk pembiayaan proyek diman mitra dan KSPS BMT RAMA sama-sama menyediakan modal untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek selesai mitra mengembalikan dana tersebut berikut bagi hasil telah disepakati bersama. b. Jual beli (murabahah, bai bitsaman ajil) Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahu berapa harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Cara pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama, dapat secara lumpsum ataupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran secara angsuran ini disebut dengan bai’ bitsaman ajil. Dari pengertian di atas, maka KSPS BMT RAMA dapat mengimplementasi pada produk pemyaluran dana, yakni untuk penjual barang-barang investasi dengan kontrak jangka pendek dengan sekali akad. Model ini paling banyak dipergunakan dalam KSPS BMT RAMA oleh karena setting administrasinya yang sederhana. Di dalam praktek kita jumpai KSPS BMT RAMA menggunakan sistem
murabahah ini untuk kebutuhan modal kerja. Sehingga konsekuensinya diketemukan beberapa akad murabahah yang diperpanjang bahkan sampai menjadi berkepanjangan/berkelanjutan (evergreen) karena sifat dari modal kerja sendiri yang merupakan kebutuhan rutin dalam kegiatan usaha. c. Ijarah (sewa menyewa) Ijarah adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah assets sebagai ganti pembayaran. Pengertian sewa (ijarah) adala sewa atas manfaat atas dari sebuah assets sedangkan sewa beli (ijarah wa iqtina) atau disebut juga Ijarah Mutahiyya Bitamliq adalah sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan. Di dalam transaksi ijarah yang menjadi obyek adalah penggunaan manfaat atau sebuah assets, dan salah satu rukun Ijarah adalah harga sewa. Dengan demikian Ijarah sesungguhnya bukan dari kelompok jual beli. Di dalam implementasi produk Ijarah, KSPS BMT RAMA banyak menerapkan produk Ijarah Muntahiyya Bitamliq/Wa Iqtina dan mengelompokkan produk ini ke dalam akad jual beli, karena memberikan pilihan kepada penyewa untuk memberi assets yang disewa pada akhir masa sewa. Hal ini disebabkan untuk proses kemudahan di sisi operasional KSPS BMT RAMA dalam hal pemeliharaan assets pada masa atau sesudah sewa.
H. Perkembangan selama tahun 2010 Secara umum pada tahun 2010 KSPS BMT RAMA melaksanakan kegiatan dengan lancar. Terjadi hubungan kerja yang baik antara pengurus, pengawas maupun pembina dalam bentuk koordinasi dan konsultasi dalam rangka meningkatkan kegiatan koperasi. Pada tahun 2010 pekerjaan difokuskan pada upaya peningkatan aset, kesehatan koperasi dengan meningkatkan efisiensi, penanganan pembiayaan bermasalah, peningkatan dana dan sistem kerja. Pada tahun 2010 KSPS BMT RAMA mengalami perkembangan sebagai berikut: 1. Peningkatan aset dari Rp. 834.383.779 menjadi Rp. 1.176.786.271 (meningkat Rp. 342.402.492 atau 41 %) 2. Pembiayaan meningkat dari Rp. 478.540.315 menjadi Rp. 654.991.315 (meningkat Rp. 176.451.000 atau 37 %) 3. Kewajiban jangka pendek meningkat dari Rp. 504.718.660 menjadi Rp. 803.655.831 (meningkat Rp. 298.937.171 atau 59.2 %) 4. Kewajiban jangka panjang meningkat dari RP. 299.500.000 menjadi Rp. 315.400.000 (meningkat Rp. 15.900.000 atau 5.3 %) Pada aspek penanganan penyaluran dana bermasalah, tahun 2010 berhasil dilakukan identifikasi dan penanganan, kendati masih terdapat peminjam tahun sebelumnya yang dikategorikan macet. Pembiayaan yang
disalurkan selama tahun 2010 dapat dikategorikan sebagai pembiayaan yang lancar. Hal ini dapat dicapai melalui tingginya tingkat kesungguhan dan kedisiplinan seluruh pengelola KSPS BMT RAMA terhadap sistem dan mekanisme pembiayaan. Walupun demikian harus diakui bahwa tingginya tingkat pembiayaan tahun lalu dan rendahnya simpanan pokok dan wajib menjadi kendala dalam peningkatan kinerja KSPS BMT RAMA selama tahun 2010.
BAB IV ANALISIS DATA
1 Permodalan a. Rasio modal sendiri terhadap total aset modal sendiri total asset
X 100 %
1. Untuk rasio permodalan lebih kecil atau sama dengan 0 diberi nilai kredit 0. 2. Untuk setiap kenaikan rasio 1 % permodalan mulai dari 0% nilai ditambah 5 dengan maksimum nilai 100 3. Nilai dikalikan bobot sebesar 5 % diperoleh skor permodalan.
Tabel 3.1 RasioModal sendiri Terhadap total aset Rasio Modal
Kriteria Nilai
Bobot (%)
Score
0
0
5
0
0-1,25 tidak sehat
5
25
5
1,25
1,26-2,50 kurang sehat
10
50
5
2,50
2,51-3,75 cukup sehat
15
75
5
3,75
3,76-5,0 sehat
20
100
5
5,0
( %)
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Perhitungan modal sendiri komponen modal cadangan
nilai 8,793,119
simpanan pokok
15,515,000
simpanan wajib
21,098,500
penyertaan(diakui 50 %)
148,500,000 193,906,619
modal sendiri = total asset
193,906,619 1,176,786,271
X 100 %
=16.48 %
Rasio modal sendiri terhadap total aset sebesar 16,48 %. ini berarti rasio modal sendiri terhadap total aset memiliki kriteria sehat.
b. Rasio kecukupan modal (CAR) modal tertimbang X 100% ATMR 1. Rasio kecukupan modal adalah perbandingan antara modal tertimbang dengan ATMR dikali 100 % 2. Modal tertimbang adalah jumlah hasil kali setiap komponen modal KJKS yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuannya. 3. ATMR adalah jumlah hasil kali nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot resiko masing-masing komponen aktiva
4. Untuk rasio CAR < 6 % diberi nilai kredit 25, untuk kenaikan rasio CAR 1 % nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan nilai CAR 8%, nilai kredit maksimal 8 %.
Tabel 3.2 Rasio CAR Rasio CAR
Kriteria
Nilai
Bobot (%)
Score
<6
25
5
1.25
Tidak sehat
6-<7
50
5
2.50
Kurang sehat
7- < 8
75
5
3.75
Cukup sehat
>8
100
5
5.00
sehat
( %)
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Perhitungan Modal Tertimbang komponen modal
nilai
bobot
MT
simpanan pokok
15,515,000
100%
15,515,000
simpanan wajib
21,098,500
100%
21,098,500
297,000,000
50%
148,500,000
cadangan umum
8,793,119
100%
8,793,119
cadangan resiko
1,011,400
50%
505,700
18,400,000
100%
18,400,000
modal penyertaan
hibah
212,812,319
Perhitungan ATMR AKTIVA LANCAR
NILAI
Kas
bobot ATMR
172,299,993
Bank BRI
0% 0
Bank Danamon
-
20%
0
200,000
20%
40,000
Bank BMI
48,148,000
20%
9,629,600
Pembiayaan MSA
68,189,865
100%
68,189,865
Pembiayaan BBA
585,986,450
100%
585,986,450
815,000
100%
815,000
Pembiayaan Ijaroh Jmlh Aktiva Lancar
875,639,308
AKTIVA TETAP
301,144,087
70%
210,800,860.90
7,625,000
70%
5,337,500.00
AKTIVA LAIN-LAIN
664,660,915
880,799,275.90
modal tertimbang = ATMR
212,812,319 880,799,275.90
X 100%
= 24.16%
Hasil penghitungan CAR sebesar 24.16 %. berarti rasio CAR memiliki kriteria sehat
2. Kualitas Aktiva Produktif a.
Rasio resiko pinjaman bermasalah (RPM)
Jml pinjaman bermasalah pinjaman yg diberikan
X 100%
1. Untuk rasio lebih besar dari 12 % sampai dengan 100 % diberikan nilai skor 25. 2. Untuk setiap penurunan rasio 3 % nilai kredit ditamabah 5 sampai dengan maksimum 100. 3. Nilai dikalikan bobot sebesar 10 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.3 Rasio resiko Pembiayaan bermasalah (RPM) Rasio
Bobot Nilai
( %)
Kriteria Score
(%)
> 12
25
10
2.50
0 - < 2.5 tidak lancar
9-12
50
10
5.00
2.5 - < 5 kurang lancar
5-8
75
10
7.50
5.0- < 7.5 cukup lancar
< 5
100
10
10.00
7.5 - < 10 lancar
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
pembiayaan bermasalah kurang lancar diragukan macet
44,000,000
50%
22,000,000
4,331,000
75%
3,248,250
17,000,000
100%
17,000,000 42,248,250
Perhitungan pinjaman yang diberikan volume pembiayaan
654,991,315
Cad. Penghapusan Piutang
(20,472,124) 634,519,191
Jml pinjaman bermasalah = pinjaman yg diberikan
42,248,250 634,519,191
X 100%
= 6.6583%
Rasio RPM sebesar 6.6583. sehingga rasio RPM memiliki kriteria cukup lancar.
b. Rasio portofolio pembiayaan beresiko
Juml. pembiayaan beresiko Vol. pinjaman
X 100%
1. Untuk rasio lebih besar dari 30 % sampai dengan 100 % diberikan nilai kredit 25. 2. Untuk setiap penurunan rasio 1 % nilai kredit ditambah dengan 5 sampai dengan maksimum 100. 3. Nilai dikalikan bobot sebesar 5 %
Tabel 3.4 Rasio portofolio Pembiayaan Beresiko Bobot Rasio ( %)
Nilai
kriteria Score
(%) > 30
25
5
1.25
0- < 1.25 sangat beresiko
26-30
50
5
2.50
1.25 - < 2.50 kurang beresiko
21 - < 26
75
5
3.75
2.50 - < 3.75 cukup beresiko
< 21
100
5
5.00
3.75 – 5.00 tidak beresiko
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Juml. pembiayaan beresiko Vol. pinjaman
=
84,231,000 654,991,315
X 100%
= 12.8597 %
Hasil penilaian rasio portofolio pembiayaan beresiko sebesar 12.8597 % sehingga termasuk kriteria tidak beresiko
3. Manajemen a. Manajemen Umum : 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0.6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “positif”)
Tabel 3.5 Standar Manajemen Umum Positif
Nilai kredit bobot
Kriteria
1
0.50
0 – 0.75 tidak baik
2
1.00
0.76 – 1.50 kurang baik
3
1.50
1.51 – 2.25 cukup baik
4
2.00
2.26 – 3.00 baik
5
2.50
6
3.00 Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAFTAR PERTANYAAN a.1 Apakah KSP punya Visi, Misi dan tujuan yang jelas?
1
0.6 0.6
a.2 Apakah KSP punya tujuan jangka panjang?
0
0.6 0
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
a.3 Apakah KSP punya rencana kerja tahunan sebagai dasar acuan kerja selama 1 tahun? a.4 Apakah ada kesesuaian rencana jangka pendek dengan jangka panjang? a.5 Apakah pengurus, pengawas dan pengelola KSP tidak melakukan hal yang merugikan koperasi untuk pribadi? TOTAL
2.4
Total skor untuk manajemen umum 2.4, sehingga manajemen umum berada di kriteria baik b. Manajemen kelembagaan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0.6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “positif”)
Tabel 3.6 Standar manajemen kelembagaan Positif
Nilai kredit bobot
Kriteria
1
0.50
0 – 0.75 tidak baik
2
1.00
0.76 – 1.50 kurang baik
3
1.50
1.51 – 2.25 cukup baik
4
2.00
2.26 – 3.00 baik
5
2.50
6
3.00 Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAFTAR PERTANYAAN b.1 Apakah
KSP memiliki stuktur organisasi dan job
description?
1
0.6 0.6
b.2 Apakah bagan operasi mencerminkan job description?
1
0.6 0.6
b.3 Apakah KSP memeiliki dewan pengawas?
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
b.4 Apakah KSP memiliki sistem pengamanan yang baik terhadap dokumen penting? b.5 Apakah KSP memiliki SOP sebagai acuan kegiatan operasionalnya? TOTAL Total skor untuk manajemen kelembagaan 3, sehingga manajemen kelembagaan berada di kriteria baik c. Manajemen permodalan 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0.6nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “positif”)
3.0
Tabel 3.7 Standar Manajemen Permodalan Positif
Nilai kredit bobot
Kriteria
1
0.50
0 – 0.75 tidak baik
2
1.00
0.76 – 1.50 kurang baik
3
1.50
1.51 – 2.25 cukup baik
4
2.00
2.26 – 3.00 baik
5
2.50
6
3.00 Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAFTAR PERTANYAAN c.1 Tingkat pertumbuhan modal sama dengan
atau lebih
besar dari pertumbuhan assets
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
0
0.6 0
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
c.2 Tingkat pertumbuhan modal sendiri yang berasal dari anggota setidaknya 10 % dibanding tahun lalu c.3 Penyisihan cadangan SHU sama atu lebih besar dari seperempat SHU tahun berjalan c.4 Simpanan dan simpanan berjangka meningkat 10 % dari tahun sebelumnya c.5 Investasi harta tetap dan ekspansi berasal dari modal sendiri TOTAL
2.4
Total skor untuk manajemen permodalan 2.4, sehingga manajemen permodalan berada di kriteria baik
d. Manajemen aktiva 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0.6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “positif”) Tabel 3.8 Standar manajemen Aktiva Positif
Nilai kredit bobot
Kriteria
1
0.50
0 – 0.75 tidak baik
2
1.00
0.76 – 1.50 kurang baik
3
1.50
1.51 – 2.25 cukup baik
4
2.00
2.26 – 3.00 baik
5
2.50
6
3.00 Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAFTAR PERTANYAAN d.1 Pinjaman lancar setidaknya 90 % dari pinjaman yang diberikan
1
0.6 0.6
sama atau lebih besar dari plafon
1
0.6 0.6
d.3 Ada rapat komite dalam keputusan realisasi pembiayaan
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
d.2 Setiap pinjaman didukung dengan agunan yang nilainya
d.4 Pinjaman macet tahun lalu dapat ditagih setidaknya sepertiganya d.5 Menggunakan prudential banking dalam reallisasi pembiayaan TOTAL
3.0
Total skor untuk manajemen aktiva 3.0, sehingga manajemen aktiva berada di kriteria baik
e. Manajemen likuiditas 5 pertanyaan (bobot 3 atau 0.6 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan “positif”) Tabel 3.9 Standar Manajemen Likuiditas Positif
Nilai kredit bobot
Kriteria
1
0.50
0 – 0.75 tidak baik
2
1.00
0.76 – 1.50 kurang baik
3
1.50
1.51 – 2.25 cukup baik
4
2.00
2.26 – 3.00 baik
5
2.50
6
3.00 Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
DAFTAR PERTANYAAN e.1 Memiliki kebijaksanaan tertulis mengenai pengendalian likuiditas
0
0.6 0
1
0.6 0.6
1
0.6 0.6
koperasi
1
0.6 0.6
e.5 Memiliki SIM yang memadai untuk pemantauan likuiditas
1
0.6 0.6
e.2 Memiliki fasilitas pinjaman dari lembaga lain untuk menjaga likuiditas e.3 Memiliki pedoman administrasi yang efektif untuk memantau kewajiban jatuh tempo e.4 Kebijakan funding dan lending sesuai keadaan keuangan
TOTAL
2.4
Total skor untuk manajemen likuiditas 2.4, sehingga manajemen likuiditas berada di kriteria baik
4. Efisiensi a. Rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto beban operasi anggota partisipasi bruto 1.
X 100%
Untuk rasio lebih besar dari 100 % diperoleh nilai kredit 25
2. Untuk setiap penurunan rasio 15 % nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum niali kredit 100. 3. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 4 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.10 Rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto Rasio ( %)
Nilai
Bobot (%)
Score
Kriteria
>100
25
4
1.00
Tidak efisien
85 - 100
50
4
2.00
Kurang efisien
69 - 84
75
4
3.00
Cukup efisien
0 - 68
100
4
4.00
Efisien
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007 beban operasi anggota beban usaha
179,210,341
beban pokok
14,181,321 193,391,662
partisipasi bruto pendapatan bahas MSA
6,957,850
pendapatan bahas BBA
165,239,500
pendapatan adm. Pembiayaan
30,851,850 203,049,200
beban operasi anggota partisipasi bruto
=
193,391,662 203,049,200
X 100%
95.2437%
Hasil pengukuran rasio ini sebesar 95.2437 %, sehingga termasuk dalam kriteria kurang efisien b. Rasio aktiva tetap terhadap total asset
aktiva tetap = Total asset
X 100%
1. Untuk rasio lebih besar dari 76 % diperoleh nilai kredit 25 2. Untuk setiap penurunan rasio 25 % nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100. 3. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 4 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.11 Rasio Aktiva terhadap total asset Bobot Rasio ( %)
Nilai
Kriteria Score
(%) 76 – 100
25
4
1
Tidak baik
51 - 75
50
4
2
Kurang baik
26 - 50
75
4
3
Cukup baik
0 – 25
100
4
4
baik
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
aktiva tetap = Total asset
301,144,087 1,176,786,271
X 100%
= 25.5904%
Hasil pengukuran rasio ini adalah 25.5904 % sehingga termasuk dalam kriteria baik.
5. Likuiditas a. Rasio kas
kas dan bank kewajiban lancar
X 100%
1. Untuk rasio lebih kecil dari 14 % dan lebih bsar dari 56 % diberi nilai kredit 25
2. Untuk rasio antara 14 % sampai dengan 20 % dan antara 46 % sampai dengan 56 % diberi nilai kredit 50 3. Rasio antara 21 % sampai dengan 25 % dan 35 % sampai 45 % diberi nilai kredit 75 dan untuk rasio 26 % sampai dengan 34 % diberi nilai kredit 100 4. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 4 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.12 Rasio Kas Bobot
Nilai
< 14 dan > 56
25
10
2.5
Tidak likuid
(14 - 20) dan (46-56)
50
10
5.0
Kurang likuid
(21-25) dan (35-45)
75
10
7.5
Cukup likuid
26-34
100
10
10
likuid
(%)
Score
Kriteria
Rasio Kas ( %)
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007 kas dan bank = kewajiban lancar
220,647,993 803,655,831
X 100%
=27.455%
Hasil penghitungan rasio ini sebesar 27.455 % sehingga termasuk dalm kriteria likuid
b. Rasio volume pembiayaan terhadap dana yang diterima Volume pembiayaan dana yang diterima
X 100%
1. Untuk rasio pembiayaan lebih kecil dari 50 % diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 25 % nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum 100 2. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.13 Rasio Pembiayaan terhadap dana yang diterima Rasio pembiayaan
Nilai
Bobot (%)
Score
< 50
25
5
1,25
51 - 75
50
( %)
76 - 100
5
5
75
> 100
100
5
Kriteria
Tidak likuid Kurang
2,5
likuid Cukup
3,75
likuid
5
likud
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007 Dana Yang Diterima total kewajiban dan modal
1,176,786,271
biaya yang masih harus dibayar
710,000 1,176,076,271
Volume pembiayaan = dana yang diterima
654,991,315 1,176,786,271
X 100%
= 55.6929 %
Hasil pengukuran rasio ini sebesar 55.6929 % sehingga tergolong dalam kriteria kurang likuid.
6. Kemandirian dan Pertumbuhan a. ROA EBT total assets
X 100%
1. Untuk rasio ROA lebih kcil dari 5 % diberi nilai krdit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2.5 % nilai kredit ditambah dengan 25 sampai dengan maksimum 100 2. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 3 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.15 Rasio rentabilitas aset Rasio Rentabilitas Aset ( %) <5
Nilai
Bobot (%)
Score
Kriteria
25
3
0.75
Rendah
5 – 7.4
50
3
1.50
Kurang
7,5- 10
75
3
2.25
Cukup
> 10
100
3
3,00
tinggi
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
EBT = total assets
12,323,821 1,176,786,271
X 100%
=1.04724%
Hasil penghitungan rasio ini adalah 1.04724 %, sehingga termasuk dalam kriteria rendah.
7. Jati Diri Koperasi a. Rasio partisipasi bruto partisipasi bruto partisipasi bruto + pendapatan non anggota
X 100%
1. Untuk rasio lebih kecil dari 25 % diberi nilai kredit 25, untuk stiap kenaikan rasio 25 % nilai kredit ditamabah dengan 25 sampai dengan rasio lebih besar dari 75 % nilai kredit maksimum 100 2. Nilai kredit dikalikan bobot sebesar 5 % diperoleh skor penilaian
Tabel 3.16 Rasio Partisipasi Bruto Rasio (%)
Nilai kredit
Bobot (%)
Skor
Kriteria
< 25
25
5
1.25
Rendah
25 – 49
50
5
2.50
Kurang
50 – 75
75
5
3.75
Cukup
> 75
100
5
5.00
tinggi
Sumber : PERMEN NO :35.3/Per/M.UKM/X/2007
Partisipasi Bruto pendapatan bahas MSA pendapatan bahas BBA pendapatan adm. Pembiayaan
6,957,850 165,239,500 30,851,850 203,049,200
Partisipasi Bruto Dan Non Anggota partisipasi bruto
203,049,200
pendapatan
0 203,049,200
partisipasi bruto = partisipasi bruto + pendapatan non anggota
203,049,200 203,049,200
X 100%
= 100%
Hasil penghitungan rasio ini sebesar 100 % sehingga termasuk dalam kriteria tinggi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis CAMEL terhadap beberapa komponen dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan KSPS BMT RAMA berada dalam kriteria sehat, dengan berdasarkan penilaian aspek: 1. Permodalan a. Rasio modal sendiri terhadap total aset sebesar 16,48 %. ini berarti rasio modal sendiri terhadap total aset memiliki kriteria sehat. b. Hasil penghitungan CAR sebesar 24.16 %. berarti rasio CAR memiliki kriteria sehat. 2. Kualitas aktiva produktif a. Rasio RPM sebesar 6.6583. sehingga rasio RPM memiliki kriteria cukup lancar. b. Hasil penilaian rasio portofolio pembiayaan beresiko sebesar 12.8597 % sehingga termasuk kriteria tidak beresiko. 3. Manajemen a. Manajemen umum Total skor untuk manajemen umum 2.4, sehingga manajemen umum berada di kriteria baik.
b. Manajemen kelembagaan Total skor untuk manajemen kelembagaan 3, sehingga manajemen kelembagaan berada di kriteria baik. c. Manajemen permodalan Total skor untuk manajemen permodalan 2.4, sehingga manajemen permodalan berada di kriteria baik. d. Manajemen aktiva Total skor untuk manajemen aktiva 3.0, sehingga manajemen aktiva berada di kriteria baik. e. Manajemen likuiditas Total skor untuk manajemen likuiditas 2.4, sehingga manajemen umum berada di kriteria baik. 4. Efisiensi a. Hasil pengukuran rasio operasi pelayanan terhadap partisipasi bruto sebesar 95.2437 %, sehingga termasuk dalam kriteria kurang efisien. b. Hasil pengukuran rasio aktiva tetap terhadap total assset
adalah
25.5904 % sehingga termasuk dalam kriteria baik. 5. Likuiditas a. Hasil penghitungan . rasio kas sebesar 27.455 % sehingga termasuk dalm kriteria likuid. b. Hasil pengukuran rasio volume pembiayaan terhadap dana yang diterima sebesar 55.6929 % sehingga tergolong dalam kriteria kurang likuid.
6. Kemandirian dan pertumbuhan Hasil penghitungan rasio ROA adalah 1.04724 %, sehingga termasuk dalam kriteria rendah. 7. Jati diri koperasi Hasil penghitungan rasio partisipasi bruto sebesar 100 % sehingga termasuk dalam kriteria tinggi.
B. Saran Adapun saran yang mungkin bermanfaat bagi KSPS BMT RAMA Salatiga antara lain: 1. Mengintensifkan marketing untuk meningkatkan pembiayaan. 2. Meningkatkan upaya untuk menyerap dana masyarakat melalui berbagai produk funding yang ada. 3. Untuk efisiensi diharapkan ada upaya meningkatkan partisipasi bruto melalui optimalisasi kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aslichan. penilaian kesehatan dalam rangka kinerja lembaga keuangan mikro syaria’ah Baitul maal wat tamwil (studi kasus BMT Bina Ummat Sejahtera Lasem Rembang Jawa Tengah). BUKU REGISTER PEMBIAYAAN KSPS BMT RAMA SALATIGA Hidayat, Taufiq. Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan. Handayani, Ismi. 2009.Analisis Tingkat Kesehatan KSPS BMT Akbar Tahun Buku 2006-2007. Khafid, Abdul. Tingkat Kesehataan PD BPR Kota Salatiga. PINBUK. RAT KSPS BMT RAMA Salatiga Tahun buku 2010. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Sumiyanto, Ahmad. BMT Menuju koperasi modern. ISES Pulishing:Yogyakarta. UU Koperasi No 25 Tahun 1992.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: ZULFA SAIBAN
Tempat tanggal lahir
: SALATIGA, 11 APRIL 1990
Agama
: ISLAM
Pendidikan
:
· RA MA’ARIF PULUTAN SALATIGA · MI MA’ARIF PULUTAN SALATIGA LULUS TAHUN 2002 · SMP N 2 SALATIGA LULUS TAHUN 2005 · SMA N 3 SLATIGA LULUS TAHUN 2008 · STAIN SALATIGA