ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN AYAT -AYAT RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR
Disusun Oleh:
ARIEF ZAINAL ASIQIEN NIM: 100024018557
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H. /2007 M.
ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN AYAT-AYAT RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Smjana Sastra (S.S.)
Oleh: ARIEF ZAINAL ASIQIEN
NIM.I00024018557
Di Bawah Bimbingan:
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi beljudul ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN AYATAYAT RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adah dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 14 Juni 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah. Jakarta, 14 Juni 2007
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota
Sekertaris Merangkap Anggota
·~~~ittf~ ~~
DI~IIl:
H. AhmadSyaekhuddin, M.Ag. NIP. 150303 001
n Azizi, M.Ag. NIP. 150268589
Anggota Penguji
///
/ ~<>;;'f;,1.·1!
"~
.,'
/~'t/
---;iHalid, M.Ag. NIP. 150 299 476
Pembimbing
ABSTRAK Arief Zainal Asiqien Analisis Terhadap Terjemahan Ayat-ayat RiM Dalam Tafsir al-Azhar Perbedaan Riba dengan jual-beli itu sangat mendasar, kalau RiM memberikan pinjaman dengan pengembalian disertai bunga, sebenarnya mengenai RiM ini bukan sesuatu yang banI. Sebelum Islam pun, filosof Yunani seperti Socrates itu mengatakan uang tidak melahirkan uang! Untuk itu mereka sudah memahami. Karena untuk orang yang suka RiM, selalu mementingkan diri sendiri. Dia taruh uang, Dia ambil bunga, orang kelaparan atall tidak, Dia tidak mau tahu. DaIam Islam yang diinginkan dari uang, mi~;alnya 100 juta, itu dirasakan manfaatnya oleh sekian banyak orang. Bukan u!1tuk pribadi sendiri. Kedua, dalam berbisnis itu ada untung dan rugi. Kalau RiM hanya untung saja, sehingga tidak berkembang. Padahal di negara yang sudah maju pun, bunga bank sangat rendah. Di Jepang tidak lebih dari 2% saja, jadi sangat kecil, karena yang diinginkan untuk investasi. Tapi nilai uang bisa menyusllt karena inflasi? Itu alasan yang terkuat untuk ekonomi. Pada dasarnya orang meminjam itll butuh kila tolong. Orang meminjam itu karena minta dibantu. RiM tidak mengajarkan solidaritas, yang ada bagaimana uang itll kembali dan untung. Adapun anal isis terjemahan ayat-ayat RiM ini dengan menganalisis terjemahan Hamka dalam tafsir al-Azhar, yang mana dalam terjemahannya Hamka menggunakan bahasa melayu, di mana bahasa ters·ebut kadang-kadang terjadai pemborosan kata-kata karena pengulangan kata atau kalimat, walaupun dari segi arti tidak memberikan perbedaan yang sign ifikan dalam pemahamannya. Karena semua itll kembali kepada bagaimana memahami dan dengan metode apa yang digunakkan.
ii
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang mengatur hati para hamba sesuai dengan kehendak-Nya. .;x,lmvat dan Salam semoga dilimpahkan kepada orang yang mengangkat bangunan hidayah dengan pernyataan kebenaran, dan juga kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya yang dengan cita-citanya dapat memutuskan tali kesesatan. Maka berkat Ri(b-Nya yang telah diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak dapat dipungkiri bahwa proses penelitian dan proses penulisan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berpa!tisipasi membangun teori dan mengumpulkan data, sehingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana mestinya. Semoga Allah SWT membalas mereka dengan pahala yang berlipat, Amln. Dalam kesempatan ini, saya ingin menghaturkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada: Bapak Dr. Abdul Chair, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Drs. Ikhwan Azizi M.A. selah! Ketua Jurusan Tarjamah, Bapak Saehuddin M.Ag. selaku Sekertaris Jurusan Tarjamah, dan segenap Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Tarjamah khususnya, yang telah mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Bapak Dr. Sukron Kamil M.Ag. selah! Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktunya hingga selesainya penulisan skripsi ini. Segenap jajaran Perpustakan Utama, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Jakmta, STEI SEBI, Tazkia Institut, Masjid
iii
Istiqlal, Iman Jama', yang telah membantu berbagai referensi yang penulis butuhkan untuk penyusunan skripsi ini. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Bapa dan Mi yang telah memberikan segalanya kepada penulis, yaitu Bapak Abdillah Ridwan Yasin dan Mi Nanik tercinta, yang dengan susah payah dan sabar membimbing penulis sejak kecil sampai sekarang, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kesejahteraan kepada beliau berdua. Spesial untuk Mamang dan Bibi yang telah 'mengawal' penulis selama di Ciputat, dari pertama masuk lAIN sampai sekarang jadi UIN; semoga Allah SWT memberikan kesejahteraan selalu kepada beliau berdua dan anak-anaknya. Untuk kakakakakku; Yayu Anah (Mang Apud), Ang Pie (Kang Mansur), Ang Uyun (Mang Bali), dan adikku satu-satunya Bayi Lia Nur Alia S.pd, yang selalu mengkritisi penulis. Dan untuk ponakan-ponakanku; Mba Ewi, Mba Jihan, Kaka (Ayu), Ang Bili (Sabflurrosyad), Salman dan Si kecil Midah, semoga kalian menjadi anakanak yang soleh-solehah dan berbakti kepada kedua orang tua. Keluarga Besar Pondok Pesantren Maharsyishiddiq Wanantara Cirebon. K.H. Zainal Muttaqin, Pimpinan Pondok Pesantren Niirul Huda, Cirebon. Ajeungan Ma'mun, Pimpinan Pondok Pesantren Riya(iul 'Uliim Wadda'wah, Tasikmalaya. Mama Sanja (aim.) Pendiri Pondok Pesantren Riyac;Jul Alfiyyah, Pandeglang, Banten. Syukron KasTl'. Terima kasih buat Pak Jais dan Miji (Umi Haji) yang selalu memotifasi penulis dalam belajar dan meyuruh penulis agar mencoba daftar jadi "dosen", Mas Bayu+Teh Dewi=Lutfi yang selalu 'mengingatkan' dan menjadi 'Motifator' plus temen curhat tentang CINTA. Temen-temen kOs, Imam+Urni, Azis, Kohar, Agus,
iv
Tarobin, Badruzzaman, Dadang, dll. Temen-temen S3, khususnya Pak Syam, Pak Hamlan (yang telah memberikan ide-ide dalam penyusuna.n skripsi penulis dan bereerita
banyak
bagaimana
meneapai
Ri(io
Allah).
Keluarga
Pare:
Roni+Lika=Shima, Udin+Bety (yang selalu menanyakan kapan waisuda?), Dian, Mega dan Ayu. Keluarga Bungur: Anjung Riza, (yang telah mengajarkan penulis tentang waeana-waeana Sosiologi, Filsafat, dll), Mang Udin "Syarifudin Al-
lambat' (Pijatannya yang membuat penulis 'melek' dan tam bah semangat dalam mengerjakan skripsi) Abdlll+Lina=Kaori, Rini+Ozzy, AIi.eia, Mita, Ida, Ulfa, Nisa, Vera, dll, semoga kekeluargaan ini bisa telap
te~iaga
selamanya. M@kar
Institute: Abi, Oeit, Jarwo, Imad+Isna, Udi, Ais, IYlls, Roy, Hehni, Hisjam Kareem, dll. Sedulur-sedulur IKBAL: Nurin (kesuwun komputere), Ujang dan Yamin, Ali, Luqman, dll. KMSGD, PERMAI-AYU, HIMA-.crTA. Teman-teman Tarjamah 2000, Ueup "El-Baradat' (2x KKN saya tungguin, ternyata 'ente' wisuda duluan!!! Semoga kita
suk~;es
selalu dalam setiap
lIsaha dan selalu di Ri(ioiNya), Zaky+Iffah "Selamat ya", Robi+Uul, Rijal "Master" Firdaos, Tomo, Oki, Fahri, AYll, dll. Khususnya buat Yuliana dan Siwi terima kasih atas bukunya, Perpisahan tidak membuat persahabatan kita pisah. Pak Bing (yang telah memberikan motifasi kepada penulis dalam segala hal, khususnya tentang "meneari dui!" yang benar), Pahala Situmorang (Direktur Anugerah), Pak Yan Boendoro (Manager), Agung, Candra, Hans (Anugerah), Deni (Citibank), Cika (Dea). Terima kasih banyak atas segala keljasamanya. Jakarta, 28 Mei 2007 Penulis
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Skripsi ini menggunakan transliterasi yang bersumber bagi pedoman transliterasi Arab atas keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 158 tahun 1987 No. 0543 b/UI87, dengan sedikit memodifikasi pada sistem penulisan sebagaimana dijelaskan di bawah ini: f
u
z
j
b
q
<3
s
L>'
t
=
~
sy
cY>
"-'
=
J
$
L>""
j
<:
=
t
Q
<.J'o
11
C
n
W
\
.b
kh
w
J
?
.h
d
j
t
,"
~
t
I'
J
k
m
h
=
A
• Y
g
=
y
=
w c:,
=
t
.;
Vocal Panjang
Vokal Pendek A
A
Tanwin An
In u
Un
vi
Keterangan:
1. Kata Sandang (J I) al- I ditulis secara berbeda antara kata sandang yang ditulis oleh huruf Qomariyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiah. a. Kala
Sambung
yang
diikuli
oleh
huruf
Qomariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu aI-I. b. Kala Sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yailu huruf 1-1/ diganti dengan huruf yang sarna dengan huruf langsung dengan kata sandang ilu. 2. Saddah ditandai dengan huruf kern bar, conloh ;;c:r.J1.I al-jannalu I. 3. Seliap fonem dipisah dengan landa minus ( - ) sepeJ1i I al-jannah.
vii
DAFTARISI
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI
"
v
DAFTAR lSi
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
"
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian dan Signifikansi
7
D. Metodologi Penelitian
7
E. Sistematika Penulisan
8
BAB II KERANGKA TEORI.
9
A. Semantik
9
I. Pengertian Semantik
9
2. Jenis-jenis Semantik
9
3. Manfaat Semantik B. Metode Penerjemahan al-Qur·an
"
""
"
10 11
I. Jenis-jenis Penerjemahan al-Qur ·an
16
2. Syarat PeneIjemahan al-Qur 'an
17
3. Cara Menerjemahkan al-Qur'an
18
j
viii
4. Hukum MeneJjemahkan al-Qur'iin C. Kontroversi RiM Dalam Islam
19
20
I. Pendapat Yang Mengharamkan Bunga Bank
25
2. Pendapat Yang Menghalalkan Bunga Bank
27
BAB III BIOGRAFI HAMKA DAN TAFSIR AL·AZHAR A. Biografi Hamka
30 30
B. Karya-karya Hamka
.38
C. Sekelumit Tafsir AI-Azhar
..4 I
BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN AYAT-AYAT RmA DALAM T AFSIR AL-AZHAR
.44
A. Analisis Akurasi Bahasa dan Bentuk Teljemahan
44
B. Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Hamka
.47
BAB V PENUTUP
61
A. Kesimpulan
61
B. Saran-saran
62
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang berbeda dari sistem-sistem lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki akar dari syari'ah yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan aktifitasnya. Islam memiliki tujuan-tujuan syari'ah (maqasid a.I}'-syar'zyyah). Tujuan-tujuan itu sendiri selain mengacu kepada kepentingan manusia untuk mencapai kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik, juga memiliki nilai yang sangat penting bagi persaudaraan dan keadilan sosioekonomi, serta menuntut tingkat kepuasan yang seimbang antara kepuasan jasmani dan ruhani. 1 Ekonomi Islam secara jelas membedakan antara uang (money) dan modal
(capilal). Dalam konsep Islam uang adalah .flow concepl, sedangkan capital adalah slack concepl. Maka, dalam perekonomian, semakin cepat uang berputar akan semakin baik tingkat ekonominya. Dalam kerangka pikir inilah, Islam menganjurkan
qard dan sedekah yang secara makro akan mempercepat perputaran uang dalam . 2 pere k OnOl11lan.
I Tim pengembangan Perbankan Syari'ah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syari'ah, (Jakarta: Djambatan, 2003) h.IO ' 2. Adiwannan A Karim, Ekonollli Islam suoll, Key'ian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani
Press, 200 I)
Dalam konsep Islam tidak dikenal motif kebutuhan uang untuk spekulasi, karena spekulasi tidak dibolehkan. Kebalikan dari sistern konvensional yang memberikan bunga atas modal, Islam malah menjadikan modal sebagai objek zakat. Dalam konsep Islam, uang adalah barang publik, sedangkan capital adalah barang pribadi. Money adalah milik masyarakat. Karenanya, penimbunan uang diatas bantaI (dibiarkan tidak produktif) berarti mengurangi jumlah uang beredar. Bila diibaratkan dengan darah, perekonomian akan kekurangan darah alias kelesuan ekonomi alias stagnasi. Berkembangnya bank-bank syari 'ah di negeri-negeri Islam berpengaruh ke Indonesia, pada awal periode 1980-an. Diskusi tentang ekonomi syari' ah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan, para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Raharjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis dan lain-Iain 3 Akan tetapi perakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. 4 Majlis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya "Bunga Bank dan Perbankan" di Cisarua, Bogor Jawa Barat. Kemudian ditindaklanjuti dalam Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas ke IV MUI, dibentuk kelompok kerja lIntlik mendirikan bank Islam di
) M Amien Azis. Mengemhangkan Bank Islam di Indonesia, (Jakarta: Bangkit, t992) .( M. Syafi'i Antonio, Bank Syari 'ah dari Teo!"i ke Praktik, (Jakarta: Gema lnsani Press, 200 I) cet-t,I1.25
Indonesia, yang kemudian melahirkan Bank Muamalat Indonesia dengan akte pendirian tanggal 1 November 1990
5
Dengan adanya ketentuan-ketentuan yang berdasarkan pada ai-QuI' 'an dan juga Hadis juga didasari oleh kenyataan akan praktek bunga pada bank konvensional yang "tumbang" akibat Negative Spread' yang dialami, dan juga diperkuat dengan fatwa- fatwa
ulama/
bank
di
tingkat
nasional
maupun
internasional
akan
pengharaman bunga bank, l11aka muncullah berbagai lembaga keuangan syari'ah yang dewasa ini telah cukup berkel11bang dengan pesatnya. Pesatnya
perkembangan
lembaga
keuangan
syari'ah
1111
dikarenakan
terdapatnya keistimewaan-keistimewaan yang salah satunya adalah yang melekat pada konsep yang berorientasikan kebersal11aan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan bank syari'ah l11ampu tampil sebagai alternatif pengganti dari sistem .
bunga.
8
Dengan pesatnya perkembangan ekonomi syari'ah, saat ini tidak hanya perbankkan saja yang syariah akan tetapi Asuransi,9 Obligasi,1O Reksadana, II Saham,12 kalau dalal11 Bursa Erek Jakarta 13 terkul11pul dalam Jakarta Islamic Indeks.
14
5 Karnaen A. Perwataatmadja dan M. Syafi'i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Is/am, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992) h.84 6 fni merupakan kondisi dimana biaya bunga bank yang harus dibayar oleh bank kepada para deposan lebih besar dari pacta pendapatan bunga yang diterillla bank. Hal ini te(jadi akibat bank masih
berkewajiban membayar kepada para deposan llleskipUll usaha yang dibiayainya mengalami kerugian.
Lihat
SUl11al10
Zulkifli, Pandllon Praktis Perh(1I1kan S.vari 'ah, (Jakarta: Zikrul Hakim) h.8
Salah satll fatw8 ulu1ll3nya adalah dari has!! Muktul11ur II Lembaga Riset Islam Al-Azhar di Kairo bulan Mei 1965 yang menyepakati bahwa: "Bunga (interest) dari scmua jcnis pinjaman, hukumnya Riba diharamkan". Lihat M. Syafi'l Antonio, Bank Syari'ah suafll Pengena/an Umum, 7
(Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Inslitule, 1999) cet-I, 11.94 8 Warkllm Sumitro, Asas-asas Perbankan [slam dan Lembaga-lembaga terkait BM! dan Takajid di fndanesia, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2002) cet-3, 11.2 9 Asuransi adalah suatu persclujuan dimana pihak yang menjal1lin beljanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima sejllmlah liang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan
Ada
pendapat
bahwa
bunga
hanya
dikategorikan
RiM bila sudah
berlipatganda dan memberatkan, sedangkan bila kecil wajar-wajar saja dan dibenarkan. Pendapat ini berasal dari pemahaman yang keliru atas surat Ali-Imran ayat 130:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipal ganda dan berlakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapal keberunlungan.
Sepintas ini hanya l11elarang RiM yang berlipat ganda. Akan tetapi, l11emahal11i kembali ayat tersebut seeara eerl11at termasuk l11engaitkannya dengan ayat-ayat Riba lainnya seeara kOl11prehensif, seeara pemahaman terhadap fase-fase,
diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas. Lihat Wirjono Prodjoclikoro, /-Iuklll/1 asuI'Gnsi di Indonesia. (PT. Intermasa, 1981) h.1 10 Obligasi adalah surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau swasta yang akan mcmbayar kupan tertentu dan melunasi pakok hutang tcrsebut pacta saat jatuh waktu Uaruh tempo). Lihat http://\vww.perencanakeuunean.com/o.html diambil pacta I mei 2006. II Reksadana (Mutual Fund) adalah sertifikat yang mcnje:laskan bahwa pemiliknya mcnitipkan uang kepada pengelola reksadana (disebut Manajer lnvestasi) untuk digunakan sebagai
modal berinvestasi di pasal" uang atau pasal" modal. Lihat bursa.com/ind/referensi/reksadana!pengertian rek"l2hP_diambil pada 1 mei 2006.
http://www.e-
" Saham adalah kertas yang merepresentasikan hak pemiliknya dalam kepemilikan sebagian dari perusahaan dan memberikannya hak untuk ikut serta dalam mengatur perusahaan, baik dengan jalan keanggotaanya dalam dewan 1I111um pemegang saham, atau dengan jalan dewan komisaris. Lihat Hlisin as-Syahatah & Athiyyah Fayyadh, Bursa Elek: TuJ1tll/an Is/am do/am Transaksi di PasOI'
Modol, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2004) cet-I, h.14 D Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistim dan ataLl sarana untuk ll1empertemukan penawaran jual dan baik efek (yang diterbitkan oleh) pihak-pihak lain dengan tujuan ll1emperdagangkan efek di antara mereka. Lilla! Agus Syabarudin, A1encari IIpaya pengembangan ok/ivi/as Para A10najer /nvestasi memy"u investC/si syari'ah. (BEM Ekonomi UIN Jakarta 2002) 11.3 14 Jakal1a Islamic Incleks (JII) adalah papan Indeks untuk 30 saham yang sudah dikategorikan shariah compliance atau tidak bel1entangan dengan syari'ah. Biasanya JII ini di-review setiap enam bulan sekali. Untuk mengetahui clallar saham apa saja yang masuk ke clalam JlI bisa dilihat di website Bursa Efek Jakarta (BEJ). Lihal D.1!J))/www.rcpublika.co.jd/koran cletil.asp?id"' 191 6 I&kat id o '314 diambil pada I mei 2006.
pelarangan RiM secaJ'a menyeluruh, akan sampai pada kesimpulan bahwa riba dalam segala bentuk dan jenisnya mutlak diharamkan. 1. Kriteria berlipat ganda dalam ayat ini harus dipahami sebagai hal atau sifat dari RiM dan sama sekali bukan merupakan syarat. (syarat berarti kalau teljadi pelipatgandaan maka RiM, jika kecil tidak RiM) 2. Menanggapi hal ini, Dr. Abdullah Draz, dalam salah satu konferensi fiqih Islam di Paris tahun 1978, menegaskan kerapuhan asumsi syarat tersebut. Ia menjelaskan secara linguistik (w.....a) arti "kelipatan". Sesuatu berlipat minimal kali lebih besar dari semula, sedangkan (wl..t..;,\) adalah bentuk jamak dari kelipatan tadi. Minimal jamak adalah tiga. Dengan demikian
(ljl..t..;,i) berarti 3x2=6 kali. Adapun (I.icL:o.o) dalam ayat adalah ta'kid (4l:il) untuk penguatan.
Dengan demikian, kalau berlipat ganda itu dijadikan syarat maka seSUaI dengan konsekuensi bahasa. minimal 6x atau bunga 600%. Secara operasional dan nalar sehat, angka itu mustahil terjadi dalam proses perbankkan maupun simpan
Kehidupan di dunia ini menurut Islam bukanlah final maupun terminal, maIm kehidupan ekonominya pun selalu berfikiran transedental··ukhrowi, dengan prinsip: menyiapkan tempat yang scbaik-baiknya di dunia ini sesuai dengan tuntutan Ilahi. Karena itu ekonomi QUI" 'ani kelihatannya bukanlah berorientasi optimal profit untuk diri sendiri, ataupun kelompok kepentingan. tetapi terutama optimal benefit untuk keseluruhan alam, bertingkat-tingkat dan berkesinambungan, dari diri, keluarga, masyarakat. manusia dan makhluk lainnya.
Karena al-Qur'lin diturunkan dalam bahasa Arab, diperlukan terjemahan alQur'lin dari bahasa Arab ke Bahasa Indonesia yang merupakan salah satu cara
memberi jalan pada masyarakat muslim yang belum memahami al-Qur'lin yang disebabkan kesulitan bahasa. Maka, berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat judul: "ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN AYAT-AYAT RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR" sebagai judul skripsi, dengan asumsi lebih banyak orang memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan RiM.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah Penulisan skripsi ini hanya terbatas pada analisis ayat-ayat RiM, yaitu: Q.S. al-Baqarah 2:278, dan Q.S. Ali-Imrlin 3:130. Pemikiran dua masalah ini, karena
menurut hemat penulis, masalah inilah yang menjadi titik tolak paling mendasar, karena persoalan ini sangat penting bagi berjalannya suatu perekonomian dan menyangkut kehidupan orang banyak yang sesuai dengan kaidah Islam. Berlandaskan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut: I. Bagaimana hamka menerjemahkan ayat-ayat tentang RiM? 2. Bagaimana ayat-ayat tentang RiM diterjemahkan dan apa implikasi terhadap hukum bunga bank? 3. Apakah ada kekeliruan Bahasa dan Makna dalam terjema.han ayat-ayat RiM?
C. Tujuan Penelitian dan Signifikansi Berdasarkan pelmasalahan yang penulis kemukakan diatas, yang menjadi tujual1 dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui teori Islam tentang RiM. 2. Mengetahui metode penerjemahan yang dipergunakan oleh Haruka tentang ayat-ayat RiM.
Sedangkan signifikansi penelitian ini ialah untuk rnelengkapi salah satu persyaratan mencapai gelar strata satu dalam bidang Tarjanlah di Fakultas Adab dan Humaniora. Selain itu, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita untuk mengetahui salah satu metode penerjemahan teks-teks keagarnaal1 (ai-QuI' 'an.)
D. Metodologi Penelitian Metode yang penulis pergunakan dalam membahas skripsi ini adalah: 1. Pendekatan semantik dan sosiolinguistik, yaitu: hubungan inheren antara bahasa dan sosial - kemasyarakatan, seperti: kultur/tradisi, ekonomi dan budaya. 2. Adapun surnber data yang penulis pergunakan adalah: Primer dan Sekunder. Sumber Primer dalam skripsi ini adalah ayat-ayat RiM dalam Tafsir alAzhar dan Sumber Sekunder yang digunakan dalam skripsi ini adalah ayat-
ayat RiM dalam Tafsir Non al-Azhar. 3. Pengolahan dan analisa data meliputi: pengurnpulan data, menyusun (tipologisasi dan analisa data), dan mengklasifikasikan data.
E. Sisternatika Penulisan Sisternatika penulisan yang penulis gunakan, mengacu pada "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA UfN Jakarta Press tahun 2007. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan signifikansi, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan Bab II Kerangka teori yang mencakup semantik, jenis-jenis semantik, manfaat semantik, penerjemahan al-Qur 'an, kontroversi bunga bank dalam Islam. Bab III Biografi, karya-karya Hamka, dan sekelumit Ta/sir al-Azhar. Bab IV Analisis terhadap terjemahan ayat-ayat RiM dalam Tafsir al-Azhar terbagi dua. Perlarna analisis akurasi bahasa dan bentuk terjemahan, Kedua anal isis semantik terhadap terjemahan harnka. Bab V Penutupan, berisi kesimpulan dan saran-saran.
BABn KERANGKA TEORl
A.SEMANTIK 1. Pengertian Semantik Kata Semantik berasal dari bahasa yunam yaitu sema (kata benda) yang berarti 'tanda atau lambang', sedangkan semaino (kata kerja) yang berarti 'menandai atau melambangkan'. Senada dengan definisi yang dikemukakan Ferdinand de Saussure (1966) yang membaginya meqjadi dua macam, yaitu tanda atau lambang yang mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan tanda atau lambang yang diartikan (makna) dari bentuk-bentuk bunyi bahasa tersebut. 15
2. Jenis-jenis Semantik
Menurut Verhaar (1978), berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa sebagai objek penelitian, adapunjenis-jenis semantik terbagi empat macam,16 yaitu: a. Sematik Leksikal Semantik Leksikal adalah semantik yang objek penelitiannya adalah leksikon dari bahasa itu, dan didalam semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem (kata-kata) dari bahasa tersebut.
15
Abdul Chair, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipla, 2002), Cet.
Ke-2, h.2. 16
Ke-2, h.2.
Abdul Chair, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.
Sedangkan Leksem (kata) itu adalah satuan gramatikal bebas terkecil. dan dalam bahasa Arab dikenal dengan 'kalimat'. b. Semantik Gramatikal Semantik Gramatikal adalah semantik yang objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran suatu bahasa, baik morfologi maupun sintaksis, dalam bahasa Arab morfologi disebut ilmu ;;araf dan sintaksis dengan ilmu nahwu. c. Semantik Kalimat Semantik Kalimat adalah semantik yang berkaitan dengan topik kalimat. Menumt Verhaar, semantik kalimat ini belum banyak menjadi perhatian para ahli linguistik. d. Semantik Maksud Semantik Maksud adalah semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa, seperth metafora, irani, litotes, dan sebagainya. Semantik Maksud yang dimaksud Verhaar ini mirip dengan istilah Semantik Pragamatik yang di kemukakan pakar-pakar lain dan lazim diartikan dengan bidang studi semantik yang mempelajari makna ujaran yang sesuai dengan konteks situasinya.
3. Manfaat Semantik Manfaat yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari studi apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari. Bagi seOl'ang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan
pemberitaan, mereka barang kali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan semantik memudahkannya dalam menggunakan data dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum. a. Sebagai salah satu unsur peneIjemah, semantik mempunyai manfaat yang besar dalam menerjemahkan. Penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa Arab (bahasa sumber) ke dalam Bahasa Indonesia (bahasa sasaran) adalah syarat utama yang harus dimiliki. Namun, penerjemah tidak mempunyai keterampilan dan kreatifitas di dalam l1lerangkai kata dalam kalimat teks tetjemahan, maka hasil tetjemahan akan terlihat kaku. Akibatnya pembaca merasa jenuh dan tidak te11arik untuk membacanya. b. Dengan penguasaan di bidang semantik, seorang penerjemah menjadi lebih terkenal dari pengarang aslinya apabila kepandaiannya dalam merangkai kata - kata untuk menuangkan pesan pengarang asli dapat dipahami pembaca atau pendengar. Seorang sastrawan Mesir Moderen yai1.u Mustafa Lutfi alManfaluthi, sangat l.erkenal dengan karya terjel1lahannya dari bahasa perancis yang berjudul Majdulin dan yang kita kenai dengan Magdalena. c. Semantik sebagal alat dalam menetjemahkan adalah faktor yang sangat mendukung untuk menjadikan terjemahan yang propesional karena ia l1lampu menuangkan manfaat atau pesan pengarang asli dan ia pun dapat menjadikan pembaca tertarik dengan karya terjemahannya melalui kata - kata indah yang dirangkainya apalagi terhadap karya - karya sash·a.
B. Metode Penerjemahan al-Qur'ii/l
Kata al-Qur'an berasal dari kata ,.1.) - i~ - i.) dan lii•.) yang berarti bacaan. Sebagian ulama berpendapat bahwa dinamakan al-Qur 'an karena gunanya untuk dibaca, baik tulisan maupun kandungan isinya, dengan kata lain bahwasannya
ai-QuI' 'lin bukan hanya sekedar sebagai bacaan, tetapi juga harus dimengerti dan dihayati serta diamalkan isi dan kandungannya, Arti ai-QuI' 'lin menurut bahasa (lugah) ialah sesuatu yang dibaca,
AI-QuI' 'lin menurut undang-undang bahasa adalah kalimat masdar, yaitu pokok kata, yang berarti bacaan, tetapi diartikan lebih dekat kepada sesuatu yang lebih dikeljakan (Isim Maf'ul), artinya yang dibaca, Menurut ahli-ahli Syari'at, ai-QuI' 'lin adalah Kallimullah (Sabda Tuhan) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang dituliskan di dalam mushaf Dan menurut ahli Fikih bahwasanya ai-QuI' 'lin itu adalah 'nama' yang diberikan kepada keseluruhan ai-QuI' 'lin dan dinamakan juga bagi suku-sukunya dan bagian-bagiannya. 17 Sedangkan menurut Istilah, ai-QuI' 'lin bermii Kallimullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan Malaikat, yang diawali dengan
Basmalah dalam surat AI-Ftitihah dan diakhiri dengan An-Ntis, Teljemahan ai-QuI' 'tin artinya adalah memindahkan ai-QuI' 'tin pada bahasa yang lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemahan ini kedalam beberapa naskah agar dapat di baca orang yang tidak dapat mengerti bahasa Arab sehingga ia bisa memahami maksud dari kitab ai-QuI' 'lin tersebut. 18
AI-QuI' 'tin disebut juga al-Kittib, yaitu wahyu-wahyu tuhan yang diturunkan kepada Rasulnya, dengan perantaraan malaikat Jibril, untuk di sampaikan kepada manuSIa. Hamka, Taftir Al-Azhar, (Jakarta: Puslaka Panjimas, 1982 ) h. 29 "Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan ai-QuI' 'an Depag, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001) cet-I, h.54 17
Kumpulan dari semua itu, menurut perhitungan yang umum berjumlah 6.236 ayat, terdiri dari 114 surat, diturunkan dalam dua periode. Pertama periode di makkah, selama 13 tahun, yang sejak Rasul ditentukan Tuhan dan ditetapkanNya menjadi Rasul pada tahun ke 40 sampai beliau pindah ke Madinah. Kedua periode di Madinah, yaitu semenjak beliau pindah ke Madinah sampai beliau wafat, kurang lebih selama 10 tahun. AI-Qur 'an mempunyai bahasa yang khas dan tidak dapat ditiru oleh para
sastrawan Arab sekalipun, karena adanya susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan yang diketahui mereka dalam bahasa Arab. Mereka melihat al-Qur 'an memakai bahasa dan lafa; mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa, atau syair. Mereka tidak mampu membuat yang seperti itu. Mereka berputus asa, lalu merenungkannya, kemudian merasa kagum kemudian menerimanya kemudian dari mereka masuk Islam. 19 Bahasa al-Qur 'an adalah kalimat-kalimat yang menakjubkan, yang berbeda sekali dengan kalimat-kalimat diluar al-Qur 'an. Ia mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak kepada fenomena yang dapat dirasakan sehingga didalamnya terdapat ruh dinamika. Adapun huruf, hanyalah simbol makna-makna, sementara lafa; memiliki petunjuk-petunjuk etimologis yang berkaitan dengan makna-makna batin seseorang kepada hal-hal yang biasa dirasakan (al-mahsusat) yang bergerak didalam imajinasi dan perasaan, bukan hal yang mudah dilakukan.
19
Said Agil Husain AI-Munawar dan Masykul" Halim.ljaz AI-Qur'an dan Metodologi Taftir.
(Semarang: Dina Ulama, 1994) cel-I, h.
Kemudian uslub al-Qur'lin benar-benar membuat orang Arab kagum dan terpesona dengan kehalusan bahasa, keanehan yang menakjubkan dalam berekspresi, ciri-ciri khas balagah dan fa,lihah baik yang abstrak maupun yang kongkrit, dapat mengungkapkan rahasia keindahan dan kehudusan al-Qur'iin dan barang siapa mampu menggali rahasia balligah al-Qur'lin itu, dia dapat mengeluarkan khazanah kandungannya, Didalam al-Qur'lin terkandung nilai-nilai istimewa dimana tidak akan terdapat dalam ucapan manusia yang menyamai isi yang terkanclung didalamnya. Dalam hal ini az-Zarqani mensinyalir dan berkata: "Ketahuilah bahwa bahasa Arab sejak turunnya al-Qur'lin sampai saat ini telah dilalui dengan berbagai pasang surut."
Al-Qur'lin tetap akan memancarkan umur dan hidliyahnya, melimpahkan keasliannya dengan keagungannya,
mengalirkan
kelembutan dan kebesaran,
mengeluarkan keindahan dan kemegahan. Al-Qur'lin senantiasa membawa bendera kemu'jizatan dan mengajak bertanding dengan bangsa-bangsa. dunia dengan penuh keyakinan dan kepercayaan sambi1 mengatakan kebenaran dengan jelas lagi kuat dan menyatakan kekuatan serta kemampuan kemu'jizatan. 20
Al-Qur'lin al-Karfm dengan uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa keistimewaan, diantaranya: I. Kelembutan al-Qur'lin seCal'a lafae yang terdapat dalam susunan dan keindahan bahasanya
20 Said Agil Husain AI-Munawar dan Masykur Halim, ['laz AI-Qur'an dan Meladologi Tafsir. (Semarang: Dina Utama, 1994) cet-I, h.3
2. Keseriusan ai-QuI' 'an baik untuk awam maupun untuk cendikiawan, dalam arti bahasa semua orang dapat merasakan keagungan dan keindahan alQUI"an.
3. Sesuai dengan akal dan perasaan, dimana ai-QuI' 'an memberikan doktrin pada akal dan hati, serta merangkum keindahan sekaligus. 4. Keindahan sajian ai-QuI' 'an serta susunan bahasanya, seolah-olah merupakan suatu bingkai yang dapat memukau akal dan memusatkan tanggapan serta perhatian. 5. Keindahan dalam liku-liku ucapan atau kalimat serta beranekaragam bentuknya, bermii bahwa satu makna diungkapkan dalam beberapa la/a? dan susunan yang bermacam-macam yang semuanya indah dan halus.
6. AI-QuI' 'an mencakup dan memenuhi persyaratan antara bentuk global (ijmal) dan bentuk yang terperinci (fa!?;!) 7. Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang tersurat (dikemukakan)
Menurut Muhammad Husayn al-Dzahabi, salah seorang ulama ai-QuI' 'an dari Universitas al-Azhar Mesir. Kata fel'jemah lazim digunakan untuk dua pengertian, yaitu: 21 I. Mengalihkan atau memindahkan suatu pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa lain, tanpa menerangkan makna dari bahasa asal yang diterjemahkan. 2. Menafsirkan
suatu
pembicaraan dengan
menerangkan
maksud
yang
terkandung didalamnya dengan bahasa lain.
Menurut Muhammad Abdul Azim al-Zarqany, menerjemahkan ai-QuI' 'an Yaitu: 22 I. Menyampaikan berita kepada yang terhalang menerima berita. Muhammad Huasyn al-Dzahabi, at-Taftir wa af-Mzgassirun (tt: ip, 1976) jilid.l, hal.23 Muhammad Abdul Azim al-ZarqallY, Manahil al-Ir/an fi 'Ulam al-Qur ·an. (It: Malba'ah: [sa al-Babi Halabi wa Syarakahu, tlh) jilid.I1, h.1 09 21
22
2. Menjelaskan maksud kalimat. 3. Dengan menggunakan bahasa aslinya. 4. Menjelaskan maksud suatu kalimat dengan perantaraan bahasa di luar Bahasa Sumber. 5. Alih Bahasa, yaitu pengalihan makna atau amanat dari bahasa tertentu ke bahasa lain.
Dari pendapat tentang definisi terjemahan al-Qur 'an, dapatlah diketahui bahwa kata terjemah dalam tuturan bahasa Arab meliputi "situasi' dimana kata itu diucapkan. Namun, secara umum penerjemahan al-Qur 'an adalah memindahkan
suatu kalam (pembicaraan) dari suatu bahasa kedalam bahasa lain dengan memenuhi arti dan maksud yang terkandung di dalam-Nya.
1. Jenis-jenis Penerjemahan Al-Qur'iill. Adapun macam-macam terjemahan al-Qur 'an menurut Manna' KhalIl alQal;1;an terdapat dua macam yaitu: 23 a. TeIjemahan Harfiyyah yang disebut juga dengan terjemahan la/ziyyah yaitu mengalihkan lafa?-lafa? dari suatu bahasa ke dalam lafa?-lafa? yang serupa dari bahasa lain dengan sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa jedanya sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. b. Teljemah Tajsfriyyah atau disebut juga Teljemah Maknawiyyah, yaitu menjelaskan makna kalam atau pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.
Teljemah Tajsfriyyah diartikan oleh para :.llama, yaitu dengan mendatangkan malma yang terdekat, mudah dan kuat, kemudian penafsiran 2J Manna' KhalIl al-Qal;\an, Studi !lmu-ilmu cet-Ill, h.443
QUI' 'lin,
(Bogor: Pustalea Litera AntarNusa, 1996)
ini dituangkan ke dalam teIjemahan secara cemlat, cara seperti ini dinamakan terjemahan TaJsfriyyah dalam arti memberi syarat (keterangan) dan menjelaskan maknanya dengan bahasa lain.
2. Syarat Pcncrjcmahan Al-Qur'iill Kegiatan meneljemah, lebih-lebih meneljemahkan al-Qur 'an ke dalam bahasa asmg, bukan merupakan perbuatan mudah yang bisa dilakukan oleh sembarangan orang. kegiatan menerjemah merupakan pekerjaan berat meskipun tidak berarti mustahil dilakukan seorang, terutama oleh ll1ereka yang berbakat dan belminat untuk menjadi mutarjim. Karena bukan hanya ll1enguasai bahasanya saja, tetapi harus mengetahui materinya juga. Bahkan, bagi penerjemah profesional, boleh jadi tidak ll1engalall1i kesulitan yang berarti dalam ll1enerjemahkan buku, novel, bahkan kitab suci al-Qur 'an. Untuk dapat meneljell1ahkan sesuai dengan ll1aksud tulisan, terlebih bagi meneIjell1ahkan al-Qur 'an, mutGljim harus ll1emenuhi beberapa persyaratan. Adapun syarat-syaratnya seperti yang diungkapkan Ad-Dzahabi sebagai berikut: 24 a. MutGljim al-Qur 'an pada dasarnya hams ll1emiliki apa yang dikenakan pada muJassir, seperti ]'itikad baik, niat yang tulus, dan menguasai ilmu-ilmu yang
semisal ilmu kalam, fiqih, usul fiqih, ilmu akhlak, dan lain-lain. Dengan persyaratan ini, seorang penerjemah al-Qur 'an diharapkan terhindar dari kekeliruan menerjell1ahkannya. b. Mutarjim al-Qur 'an harus ll1emiliki Aqfdah Islamiyyah yang kuat dan lurus. Sebab orang yang tidak memiliki Aqfdah Islamiyyah yang sehat, pada dasarnya
24
h.29-30
Muhammad Amin Suma, Stlldi I1mll-i1mu ai-QuI' 'an f, (Jakarta: Pusataka Firdaus, 2000)
tidak dibolehkan menafsirkan ai-QuI' 'tin, karena tidak sejalan dengan tujuan utama turunnya ai-QuI' 'tin itu sendiri, yaitu sebagai kitab petunjuk. c. Mutarjim juga harus menguasai dengan baik dua bahasa yang bersangkutan, yakni bahasa asal yang ditetjemahkan dan bahasa tetjernahan. Oalam konteks ini, bahasa ai-QuI' 'tin (Arab) dan bahasa terjemahan itu sendiri yaitu bahasa indonesia. Jadi, mutarjim ai-QuI' 'tin kedalam bahasa Indonesia misalnya, tidak hanya dituntut untuk menguasai dengan baik bahasa Arab ai-QuI' 'tin yang diterjemahkan, tetapi harus juga mernahami dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. d. Sebelum menerjernahkan ai-QuI' 'tin, pcncrjemah harus kbih dulu menuliskan ayat-ayat ai-QuI' 'tin yang hendak ditetjemahkan, baru kemudian diterjemahkan dan atau diterjemahkan sekaligus. Selain dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengecek makna yang sesungguhnya manakala terdapat tetjemahan ai-QuI' 'tin yang diragukan kebenarannya, juga terutama dalam rangka mempertahankan otensitas teks ai-QuI' 'tin itu sendiri.
3. Cara Menerjcmahkan AI-Qur'iill. Cara menerjemahkan aI-QuI' 'tin tentu sangat berbeda dengan menerjemahkan teks biasa. Seorang penerjemah ai-QuI' 'tin hams memulai dengan beberapa tahapan. Seperti di ungkapkan oleh H. Oatuk Tombak Alam dalam bukunya yang berjudul "Metode menerjcmahkan ai-QUi' 'tin AI-Karim 100 kali Pandai, " beliau memberikan
beberapa proses yang hams ditempuh seorang mutarjim ai-QuI' 'tin. Adapun tahapannya sebagai berikue s Pertama, yaitu menerjemahkan seCal'a Hwjiyyah dan menumt susunan bahasa
Arabnya yang sudah tentu tidak cocok dengan susunan bahasa Indonesia yang baik.
25 Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemohkon AI-QuI' 'an AI-Karim. (Jakarta: Rineka Cipta, J992) h. J9
Hal ini dilakukan pada tahap pertama agar dalam penerjemahan dapat mengenal kedudukan dan hukum kata-kata itu.
Kedua. yaitu membuang kata-kata yang ada dalam al-Qur 'an ke dalam terjemahan,
Ketiga, yaitu menggeser atau menyusun kalimatnya dalam teIjemahan untuk mencapai bahasa Indonesia yang baik, yaitu di awal digeser ke belakang dan yang di akhir diletakkan ke muka sesuai dengan susunan kalimat dalam bahasa Indonesia (S,
P, 0, K), Tahap ini boleh dipergunakan jika diperlukan, tetapi jika seorang peneIjemah ingin dikatakan hasil terjemahannya itu baik, rnaka tahap ini harus dipenuhi.
4. Hukum Menerjemahkan Al-Qur'iill. Adapun mengenai hukum menerjemahkan al-Qur'iin, jika dilihat dari pengertian yang telah dijelaskan di atas, maka pembagian hukum menerjemahkan al-
Qur 'an adalah: 26 a. Jenis dan Hukum Terjemahan Harfiyyah Menurut sebagian para ulama, penerjemahan al-Qur 'an secara Harfiyyah itu dianggap haram, Alasan yang diperkuat oleh para ulama tentang haramnya menerjemahkan al-Qur 'an dengan teljemahan Harfiyyah, sebab al-Qur 'an adalah kalam Allah (Kalamullah), yang diturunkan kepada Rasul-Nya merupakan mukjizat, dengan lqfa! dan maknanya serta membacanya dipandang sebagai ibadah. Disamping
26 Manna' KhalTl al-Qa(\an, Studi Itmu-ilmu Qur 'all, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1996) cet-lII, h.444
itu tidak seorangpun yang berpendapat bahwa kalimat-kalimat al-Qur 'an yang diterjemahkan maka dinamakan Kalam Allah, sebab Allah tic1ak berfilman kecuali dengan al-Qur 'an yang kita baca dalam bahasa Arab dan kemukjizatalillya pun tidak terjadi dengan terjemahan. Kemudian yang dipandang sebagai ibadah yaitu dengan membaca al-Qur 'an dengan bahasa Arab berikut lafw-Iafa? serta huruf-huruf dan tertib katanya. b. Jenis dan Hukum Terjemahan Tafsiriyyah Para ulama melakukan penafsiran al-Qur 'an dengan cara mendatangkan makna yang dekat, mudah dan kuat. Kemudian penafsiran ini diterjemahkan dengan penuh kejujuran dan kecermatan.
Terjemah
Tafsiriyyah
berarti mensyarahi
(mengomentari) perkataan dan menjelaskan maknanya dengan bahasa lain. Usaha penerjemahan al-Qur 'an Tafsiriyyah tidak ada halangan, karena Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia dengan segala bahasa dan ras yang berbeda.
C.
Kontroversi RiM Dalam Islam RiM secara bahasa berarti 'tambahan' atau 'kelebihan',. Dalam bahasa
Arabnya disebut ziyadah, akar katanya terdiri dari huruf ra, ba, dan huruf ilIat?? Terdiri dari rabawa - yarbuwu - riban, yang berarti tambahan, baik kuantitas atau
27 Huruf iIIat dalam kata Ribii ada yang menulisnya dengan huruf wmVll, ada yang menulis dengan huruf ya.dan ada juga yang meulisnya dengan huruf alif Lihat An-Nawawi dalam Sahih Muslim bi Syarh An-Nmvmvi (AI-Misriyyah, 1924),jilid 1II, h. 89
kualitas?S Secara istilah RiM berarti tambahan pada harta yang disyaratkan dalam transaksi dari dua pelaku akad dalam tukar menukar antara harta dengan harta?9 Dalam kosa kata bahasa lnggris, "RiM" biasanya diterjemahkan sebagai usury, sedangkan "Bunga" diterjemahkan sebagai Interest. 3o Dari segi ekonomi, "Bunga berarti imbalan jasa untuk penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu yang disetujui, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal pokok."JI Sedangkan, Ribti merupakan cara usaha yang tidak sehat. 32 Evolusi konsep RiM dari bunga tidak lepas dari perkembangan lembaga keuangan, khususnya bank. Lembaga keuangan timbul, karena kebutuhan modal untuk membiayai industri dan perdagangan. Pembiayaan kecil-kecilan bisa diatasi dengan modal sendiri. Tetapi ketika yang membutuhkan kredit mulai banyak dan skalanya makin besar, maka modal harus dicari dari sumber lain. Disinilah timbulnya keperluan bank sebagai lembaga perantara antara mereka yang membutuhkan kredit dengan mereka yang memiliki surplus modal. Bank tidak memandang untuk keperluan konsumsi, produksi, perdagangan, ataupunjasa. Akan tetapi umumnya pinjaman diarahkan untuk usaha. Bank harus mengenakan "ongkos" untuk peminjam, karena bank pun hams membayar ongkos untuk bisa memberikan pinjaman. Di sini dikenal apa yang disebut Irfan Abu Bakar, Bunga Bank Sama dengan Riba? (Jakarta: PBB UIN Syahid, 2003), h. 6 Definisi ini disandarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan AI-Haris bin Usamah dari Ali bin Abu Thalib, dimana Rasulullah bersabda: "Setiap hutang yang menimbulkan manfaa! adalah riba". Lihat: www.syari'ahonline.com di ambil pada 23 juni 2006. 30 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, (Jakm1a: Gema Insani Press, 2001) h.72. J1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, Pusal Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. (TT: Balai Pustaka, 1999) 32 Ahmad Muhammad AI-Assai dan Fathi Ahmad Abdul Karim. Sislem, Prinsip dan Tujuan Ekonomi [slam. (Bandung: Pustaka Setia, 1999) h.89 28
29
sebagai modal "murni," yaitu tingkat bunga nominal dikurangi beberapa ongkos, seperti biaya-biaya administrasi, j aminan terhadap keamanan hutang pokok maupun bunganya, kemungkinan merosotnya daya beli uang, baik karena inflasi maupun nilai tukarnya terhadap mata uang asing, juga ongkos-ongkos yang diperlukan untuk menjaga keutuhan uang karena pembayaran dengan cara angsuran.
RiM dalam arti tambahan yang dipungut atau yang ditanggung atau hutang piutang, uang atau barang, bukanlah hanya gejala Islam, melainkan gejala universal. 33 Kesemuanya berpandangan bahwa menjalankan uang dengan menarik RiM adalah pekerajaan yang berdosa, tidak patut dilakukan, harus ditinggalkan dan bahkan perlu dilarang oleh masyarakat maupun penguasa. Sungguhpun begitu, praktek RiM sulit dihindari, karena kredit adalah sesuatu yang dibutuhkan, terutama oleh mereka yang miskin. Adapun pelarangan RiM sangat suiit diterapkan, terutama mengahadapi masalah kebutuhan kredit untuk keperluan usaha di bidang-bidang tertentu, sehingga penguasa kerap kali hanya bisa membatasi dan mengatur kegiatan hutang-menghutang saja. Dalam perkembangannya, pengertian tentang RiM yang di Barat disebut
usury atau woeker, mengalami evolusi sehingga akhirnya, kira-kira pada akhir abad pertengahan, mulai dirumuskan konsep bunga yang membedakan diri dari RiM. Dalam hal ini, RiM adalah tambahan atas hutang yang dipungut dalam tara! yang
terlalu tinggi dan mengandung unsur pemaksaan atau pemerasan terhadap yang membutuhkan tetapi lemah kedudukannya. Sedangkan Bunga adalah tambahan yang
33 M. Dawam Rahardjo, Ensikiopedi A/-QuI' 'an, Taftir Sosia/ Berdasarkal1 KOl1sep-konsep Klinci. (Jakarta: Paramadina, 1996) cet-!, h. 615
tingkatannya wajar, dengan memperhitungkan berbagai ongkos dan risiko yang harus dipikul oleh pemilik modal maupun bank. Perubahan dalam pengertian mengenai RiM menjadi bunga tersebut ikut mempengaruhi sikap pemerintah di dunia Islam, terutama dalam mengizinkan beroperasinya bank berdasarkan konsep bunga. Sebelum turun ayat pelarang RiM, transaksi RiMwi tei:ah terbiasa dilakukan oleh masyarakat Arab, baik di Taif, Mekah, maupun Madinah. Thabari mencatat pada saat jatuh tempo, pemberi utang biasanya memberikan dua pilihan; melunasi seluruh pinjaman atau perpanjangan waktu dengan tambahan bayaran. Seseorang yang harus mengembalikan seekor unta betina bernmur satu tahun bila meminta perpanjangan kedua, maka harns mengembalikan unta betina bernmur tiga tahun dan seterusnya. Begitu pula dengan emas (dinar) atau perak (dirham). Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan sistem bunga perbankkan Modern. Bahkan, tanpa meminta perpanJangan waktu pun, si pem1l1Jam harns membayar beban bunga 34 Larangan ai-QuI' 'an terhadap pengambilan RiM adalah jelas dan pasti, sepanjang pengetahuan tidak seorang pun mempermasalahkannya, tetapi yang timbul adalah mengenai perbedaan antm'a RiM dan bunga. Salah satu madzhab pemikiran percaya bahwa apa yang dilarang Islam adalah RiM bukan bunga. Sementara madzhab pemikiran lain, merasa bahwa sebenarnya tidak terdapat perbedaan antara RiM dan bunga.
34 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam sua/II Kajian Kon/emporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h.70-71
Belum lama berselang larangan Islam atas bunga (Ribi'!) yang pada umunya masih dianggap sebagai proposisi yang hampir tidak mungkin untuk dapat diterima, apalagi di kalangan banyak Intelektual Muslim. Situasi dalam beberapa dekade terakhir berubah secara dramatis. Hegemoni Intelektual, terutama dari para ekonom dan kalangan Cendikiawan Muslim. Ada sejumlah besar literatur mengenai masalah itu yang menunjukkan peningkatan, baik dalam jumlah maupun kualitas lebih dari itu. Debat dewasa ini tidak hanya terbatas pada argumen teoritis; kini muncul tradisi eksperimentasi yang semakin luas dan kaya, begitu pula eksperimentasi dalam perkembangan kelembagaan. Pada tahapan justifikasi sistem bunga konvensional, ada sementara orang bedalih bahwa RiM yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, adalah jenis yang dikenal sebagai "Bunga konsumtif." Yaitu, bunga yang khusus dibebankan bagi orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, seperti makan, minum, pakaiannya, beserta orang yang berada dalam tanggungannya. Hal ini teIjadi karena dalam jenis RiM tersebut terdapat unsur eksploitasi terhadap kepentingan orang yang sedang membutuhkan. Karena itu, ia terpaksa meminjam. Namun, si pemilik uang menolak untuk memberi pinjaman, kecuali dengan RiM (bunga), agar uang yang dikembalikan nanti bertan1bah menjadi seratus sepuluh. Prof. Dr. Hamka dalam al-Azharnya mengatakan, "Menurut keterangan Sayyidina Umar bin Khottob, sebelum Rasulullah saw menerangkan RiM dengan
terperinci, beliau wafat". Meskipun tanpa penjelasan yang terperinci namun pokoknya telah diketahui, yaitu membungakan sesuatu. 35 Oi lingkungan Islam, ada beberapa golongan yang berpendapat tentang bunga bank: 1. Pendapat yang mengharamkan bunga bank
Syekh Muhammad Abu Zahrah, Guru Besar Islam Pada Fakultas Hukum di Universitas Kairo,36 memandang bahwa RiM Nasiah sudah jelas keharamannya dalam al-Qur'an. Akan tetapi banyak orang tertarik pada sistem perekonomian orang Yahudi yang menguasai ekonomi dunia. Mereka memandang bahwa sistem RiM itu darurat dan tidak dapat dielakkan. Mereka menta 'wi/kan dan membahas makna RiM. Padahal sudah jelas bahwa makna RiM itu ialah RiM yang dilakukan oleh semua bank dewasa ini, dan tidak ada lagi keraguan tentang keharamannya. Muhammad Munir ad-Dimasyqi,37 pell.\yarah kitab Ikhwanul Ahkam dari Ibnu Oaqiqil'id menandaskan bahwa, perbuatan meribakan itu ialah sebagaimana teIjadi sekarang pada beberapa orang yang meminjam uang dari bank dengan tambahan tertentu pula. Apabila sudah datang waktunya membayar, sedang dia tidak punya uang, maka dia minta diperpanjang waktunya dengan menambah (bunga) untuk uang pinjaman. Oemikianlah seterusnya, hingga habis harta kekayaannya. Oleh karena itu Allah melarang RiM walaupun sedikit, adapun menitipkan uang pada Bank Tabungan Pos (sebagaimana dikerjakan oleh kebanyakan orang dengan ketentuan 35 Lihat: http://abahzacky.wordpress.com/2007/04/02/riba-hllkum-dan-parktik-laQangan!close diambil pada 3 I mei 2007 J6 Hamzah Ya'qllb, Kode Elik Dagang Menurul Istam (Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi), (Bandllng: Diponegoro, 1994) h.194 37 Hamzah Ya'qllb, Kode Elik Dagang Menurul Islam (Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi), (Bandling: Diponegoro, 1994) h.195
dapat diambil sewaktu-waktu dan mendapat tambahan sebanyak yang ditentukan oleh pemerintah) hukumnya tidak boleh, karena tidak sesuai dengan asas persekutuan dagang dan jual beli. Afif Abdul Fattah Thabbarah mengatakan bahwBl, untuk menetapkan hukum bunga dari Bank Tabungan Pos atau Bank, baik kita kutip pendapat Majlis
Fatwa yang mengikuti pendapat syekh-syekh AI-Azhar yang mengatakan, "Bahwa memungut bunga uang yang disimpan dalam Bank Tabungan Pos itu diharamkan, karena termasuk RiM yang diharamkan. ,,38 Imam Razi mencoba menjelaskan alasan pelarangan Riba. 39
a. Karena RiM bera11i mengambil harta si peminjam secara tidak adil. Pemilik uang biasanya berdalih ia berhak atas keuntungan bistlis yang dilakukan si peminjam. Namun, ia tampaknya lupa bila tidak meminjamkan, uangnya tidak bertambah.
Ia pun
berdalih kesempatannya berbisnis hilang karena
meminjamkan uang, makanya berhak atas RiM. Inipun keliru karena belum tentu karena bisnisnya menghasilkan untung dan yang pasti ia harus menanggung risiko bisnis. b.
Dengan RiM, seseorang akan malas bekerja dan berbisnis karena dapat duduk-duduk tenang sambi I menunggu uangnya berbunga. Imam Razi mengatakan bahwa kegiatan produksi dan perdagangan akan lesu. Lihat saja saat ini, bisnis mana yang akan berkembang dengan bunga 60%.
c.
RiM akan merendahkan martabat manusia karena untuk memenuhi hasrat dunianya seseorang tidak segan-segan meminjam dengan bunga tinggi walau akhirnya dikejar-kejar penagih utang. Saat ini, berapa banyak orang yang
38 Hamzah Ya'gllb, Kode Elik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonami), (Bandllng: Diponegoro, 1994) h.194 39
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gerna Insani
Press, 2001) h.72
terpandang kedudukanya menjadi pesakitan karena tidak mampu membayar kartu kreditnya. d.
RiM akan membuat orang kaya bertambah kaya dan yang miskin bertambah miskin. Apalagi pada masa krisis orang kaya malah bertambah kayak karena bunga deposito dan simpanan dolarnya.
e.
RiM jelas-jelas dilarang oleh ai-QuI" 'an dan Sunnah.
2. Pendapat yang mengahalalkan bunga bank Sementara itu, terdapat golongan ulama yang memandang bahwa bunga bank yang berlaku sekarang ini, dalam batas-batas yang wajar tidaklah dapat dipandang haram. Berikut ini pendapat-pendapat mereka: Menurut Kaidah Ushul Fiqh, bahwa "Keaclaan darurat memperbolehkan yang dilarang". Dewasa ini tidak mungkin umat Islam ikut serta memegang perekonomian, tanpa melalui bank-bank dunia. Oleh karena itu daruratlah hukumnya mengikuti sistem berniaga dengan saluran bank. Muhammad Abduh, pembaharu pemikiran Islam Mesir abad ke-19, pernah mengatakan bahwa "Bunga yang tidak selalu tinggi tingkatannya diperbolehkan." Tentu saja ia tetap berpendapat bahwa RiM itu haram hukumya. Hal ini berlatar belakang pada sejarah perkembangan ekonomi yang telah merubah pengertian yang membedakan antara bunga bank dan RiM. Perubahan itu telah terjadi di Eropa Barat dan negeri-negeri berkebuclayaan Yudeo-Kristiani lainnya. Ahmad al-Zarqa berpendapat bahwa: a. Sistem perbankan yang berlaku hingga saat ini dapat diterima sebagai suatu penyimpangan yang bersifat sementara, dengan kata lain bahwa sistem perbankkan suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari, maka umat Islam
dibolehkan bermuamalah atas dasar pertimbangan darurat, tetapi umat Islam harus senantiasa berusaha mencari jalan keluar. b. Pengertian RiM dibatasi hanya mengenai praktek RiM di kalangan Arab Jahiliyyah saja, yaitu yang benar-benar merupakan suatu pemerasan dari orangorang mampu (kayo.) terhadap orang-orang miskin dalam utang-piutang yang bersifat konsumtif, bukan utang-piutang yang bersifat produktif.
A. Hasan BangH berpendapat bahwa "Bunga bank haram jika berlipat ganda,40 bila hanya duo. persen dari modal pinjaman, itu tidak berlipat ganda, maIm tidak termasuk RiM yang diharamkan oleh agama Islam." Gubemur Bank SentraJ Indonesia yang peliama, Syafruddin Pmwiranegara, mengatakan bahwa "Bunga bank tidak sarna dengan Riba. Karena, menurut pengertiannya, bunga bank adalah rente, yaitu tingkat bunga yang wajar, yang hanya boleh dipungut berdasarkan undang-undang, sedangkan RiM adaJah woeker, suatu tingkatan bunga atau laba yang mengandung unsur pemerasan." Adapun yang menjadi dasar di bolehkannya pengambilan RiM dengan tidak berlipatganda adalah surat Ali-Imran: J30
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan RiM dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
40
AZ. Azharudin Lalhif, Fiqh
Muamatat,
(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), 11.93
Tentu saja perbedaan pendapat ulama di atas, umumnya terjadi pada saat perkembangan bank syari'ah belum sepesat saat ini. Bahkan khusus untuk konteks Indonesia, pendapat ulama Indonesia di atas di sampaikan ketika di negara ini belum ada satupun bank yang beroperasi dengan sistem syari'ah. Oleh Karena itu, kesimpulan tidak mengharamkan bunga bank baik secm'a mutlak atau dalam kategori mulG5yabihal merupakan sesllatu yang wajar dalam konteks upaya memberikan
solusi
cerdas kepada umat dalam l11elakllkan transaksi dengan perbankkan
konvensional. Praktek usaha dengan cara Riba merupakan penyebab kemalasan dan terciptanya sekelompok orang yang mel11peroIeh harta tal1pa melakukan
liS aha
atallplln pekerjaan. Ini bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajak manllsia lIntllk giat bekerja. Dari segi sosial. l11asyarakat tidak dapat l11engambil kellntllngan sedikitplln dari praktek-praktek RiM. Bahkan praktek-praktek Riba ini membawa bencana sosial yang besar, sebab l11enal11bah beban bagi orang-orang yang tiada berkecllkupan, dan l11enyebabkan
perllsakan
nilai-nilai
lllhur
yang
dibawa
oleh
Islam,
yang
menganjurkan persaudaraan, tolong-menolong dan bergotong-royong di antara sesama manllsia. Hal ini menimbulkan ekses-ekses sosial yang buruk dan membuka pintu selebar-lebarnya bagi bermacal11-l11acal11 fitnah dan pertikaian di antara berbagai kelol11pok bangsa.
BABIII BIOGRAFI HAMKA DAN TAFSIR AL-AZHAR
A. Biogl'afi Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau di kenai HAMKA, di lahirkan di Sungai Batang Maninjau (Sumatera Barat). Ranah Minang, pada tanggal 17 Februari 1908 M. (14 Muharram 1326 H).41 Ayahnya adalah seorang ulama terkenal Dr. Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul pembawa paham-paham pembaharuan Islam di Minangkabau.
42
Dalam usia 6 tahun (1914) Hamka dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Sewaktu berusia 7 tahun sekolah ke desa dan malamnya mengaji ai-QuI' 'an dengan ayahnya sendiri sehingga khatam. Dari tahun 1916 sampai tahun 1923 dia belajar agama pada sekolah-sekolah "Diniyah School" dan "Sumatra Thawalib" di Padang Panjang dan di Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid dan Zainuddin Labay. Padang Panjang waktu itu ramai elengan menuntut ilmu agama Islam, di bawah Pimpinan ayahnya sendiri. Pada tahun 1924 ia berangkat ke Yogya, dan mulai mempelajari pergerakan-pergerakan Islam yang mulai bergelora. 1a dapat kursus pergerakan Islam dari HOS Tjokroaminoto, H. Fakhruelin, R. M. Suryopranoto dan iparnya seneliri A. R. St. Mansur yang paela waktu itu ada eli Pekalongan: 3
"I-Iamka, Tasawu[Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) h. XVII U Hamka, Ayahku: Riwayat HidllP Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Pe'~illangan Kaum Agama di Sum a/era, (Jakarta: Uminda, 1982) 4) I-Iamka, Tasawu[ Modern, (Jakarta: Pustaka Pani imas, 1982) h. XVII
Hamka mengawali pendidikannya membaca al-Qur 'an di lUmah orang tuanya ketika mereka sekeluarga pindah dari Maninjau ke Padang Panjang, seperti telah disebut dimuka. Pada tahun 1918, di saat Abdul Karim Malik, alias Hamka kecil sudah di khitan di kampung halamannya Maninjau, dan di waktu yang sama ayahnya, Syekh Abdul Karim Amrullah, kembali dari perlawatan pertamanya ke Tanah Jawa; Surau Jembatan Besi tempat beliau memberikan pelajaran agama dengan sistem klasik (lama), dirubah menjadi madrasah yang kemudian dikenal dengan Thawalib
School. Dengan hasrat agar anaknya kelak menjadi ulama seperti dia juga, Syekh Abdul Karim Amrullah memasukkan Hamka ke Thawalib School, sedangkan dari 'sekolah desa' Hamka berhenti 44 Dalam perkembangan awalnya -- Thawalib School -- ini masih belum mampu melepaskan diri dari cara-cara lama belajar agama. NamUll kendatipun demikian unsur kebaruan sudah ll1ell1asuki lembaga pendidikan ini. Malah menurut Mahmud Yunus. Surau jembatan besi yang sejak semula memberikan pelajaran agama dalam sistem lama, merupakan surau pertama di Minangkabau yang mempergunakan sistell1
klassikal. Tercatat ada tujuh kelas yang disediakan oleh Thawalib School di awal perubahannya itu. Namun kendatipun sistem klassikal sudah diberlakukan oleh
Thawalib School, kurikulum dan materi pelajaran masih cara lama. Buku-buku lama dan keharusan mengahafal, ll1asih merupakan ciri utama dari sekolah ini. Inilah yang
4,1 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Ka/am T(((sir AI-Azhar: Sebuah Telaah alas Pemikiran Hamka do/am Teologi Islam, (Jakarta: Permadani, 2003) h, 36
membuat Hamka cepat bosan memmJam istilah Hamka sendiri, "Memusingkan kepala.,,45 Tetapi setiap tahun ia tetap naik kelas, sampai ia menduduki kelas empat. Situasi belajar yang seperti ini memang tidaklah menarik. Keseriusan belajar tidak tumbuh dari dalam, tetap dipaksakan dari luar. Keadaan inilah yang membawa Hamka berada di perpustakaan umum milik Zainuddin Labai el Yunusi dan Bagindo Sinaro. Hamka menjadi asik di perpustakaan yang diberi nama dengan "Zainaro" tersebut, dan memberikan kegairahan baru bagi Hamka. Rasa tertekan yang dirasakannya selama ini mendapat tempat pelarian diperpustakaan ini. Imajinasinya sebagai seOl'ang anak-anak dapat tumbuh, tapi sayang pertumbuhan lmajinasinya pada masa kanak-kanaknya itu mendapat jegalanjuga. "Apakah engkau akan menjadi orang alim juga nanti atau akan menjadi tukang cerita,,46 Semprot ayahnya, ketika Hamka tertangkap basah sedang asyik membaca sebuah buku cerita silat. Hamka mengalami suatu peristiwa yang menggoncangkan jiwanya, ketika perceraian ayah dan ibunya. Sangat mungkin dengan peristiwa ini kemudian membentuk sikap Hamka yang memandang beberapa praktek adat tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dan adat, terutama adat kawin cerai, tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas, menurut Hamka "Seumpama batu, dan karena batu itu sudah berlumut sudah waktunya disimpan di Musium". Ketentuan
adat
serta
kebolehan
berpoligami
dalam
Islam
telah
terassimilasikan dalam alam pikiran Minangkabau. Assirnilasi ini memberikan kemungkinan yang luas bagi para ulama, sebagai orang yang terpandang di tengah
'15 46
Hal1lka, KenQng-kenQngan Hidup, (Jakm1a: Bulan Bintang, 1979) Jilid-I, h.58 Hal1lka, KenQng-kenangan Hidup, (Jakal1a: Bulan Bintang, 1979) Jilid-I, h.63
masyarakat, untuk dapat melakukan pembenaran dalam kawin eerai seeara bergantiganti. Dan kenyatan ini pulalah yang dijumpai Hamka terjadi pada ayahnya, Syekh Abdul Karim Amrullah. Akibatnya adalah kehidupan Abdul Malik, si Hamka keeil itu, menjadi terlantar dan pada giliran berikutnya membuat "Kenakalan" Hamka berubah menjadi semaeam "Pemberontakan".47 Kenyataan ini membuat Hamka ingin menjauhkan diri dari ayahnya. Keinginannya yang besar untuk pergl ke Tanah Jawa, sebagai akibat dari persentuhannya dengan informasi tentang tanah tersebut diperpustakaan zainaro, memperkuat dorongan untuk pergi jauh mewujudkan "Pemberontakan" itu. la pun mengambil keputusan nekal, berangkat ke Tanah Jawa seorang diri. Tapi sayang "Pelarian" tersekat di Bengkulen, karena la terkena wabah eac:ar. Dua bulan lamanya Hamka tinggal dipembaringan. Setelah sembuh, ia kembali pulang ke Padang panjang dengan wajah yang penuh bekas eaear. Kegagalan ini tidak membuat Hamka putus asa, setahun kemudian tanpa bisa dihalangi oleh ayahnya, Ha:mka berangkat kembali untuk kedua kalillya mellujll Tallah Jawa pada tahun 1924 48 Kujungall Hamka ke Tallah Jawa yang relatif sillgkat, kurang lebih satu tahull, menurut Hamka selldiri telah mampu memberikan "Semangat baru" dalam mempelajari Islam pada saat pengembaraall meneari ilmu di Tanah Jawa. la memlliai dari Yogyakarta, kota tempat dimalla Muhamadiyah -- Organisasi Pembaharuall -lahir. Lewat Dja'far Amrllllah pamallya, Hamka kemlldian mendapat kesempatall
,17
Fachri Ali, "Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia: Catatan pendahuluan dan Riwayat
Peljuangannya", da/am "Kenang-kcnangan 70 tahuf1 Ellya Hamka", (TT: Prisma, 1983) h.468 48 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Ka/am Ta/sir AI-Azhar,- Sebuah Telaah alas Pemikiran Hall/ka da/am Teologi Islam, (Jakm1a: Permadani, 2003) h. 38
mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh Muhamadiyah dan Syarikat Islam. Oalam kesempatan ini Hamka bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo, dari dia Hamka mendapatkan Pelajaran Tafsir al-Qur 'an, ia juga bertemu dengan HOS Tjokroaminoto dan mendengar ceramahnya tentang Islam dan Sosialisme. Oi samping itu ia berkesempatan pula bertukar pikiran dengan beberapa tokoh penting lainnya, seperti Fachruddin dan Syamsul Ridjal, tokoh Jong Islamieten Bond. Kota Yogyakarta nampaknya mempunyai arti penting bagi peliumbuhan Hamka sebagai seorang pejuang dan penganjur Islam.
Kota tersebut telah
memberikan sesuatu yang baru bagi kesadaran keagamaan Hamka. Ia sendiri menyebut bahwa di Yogyakalia ia menemukan "Islam sebagai sesuatu yang hidup, pendirian dan peljuangan yang dinamis." Kesadaran bal'll dalam melihat Islam yang diperoleh Hamka di Yogyakarta tersebut memang sangat jauh berbeda dengan kesadarannya tentang Islam, seperti yang ia dapat dari guru-gurunya di Minangkabau. Oi sini ditemukan cita pembahal'llan Islam dalam bentuk pemurnian yang lebih banyak berhadapan dengan praktek adat Minang dipandang berbau Jahiliyyah. Oleh karena itu, orientasi yang ditampilkan oleh tokoh-tokoh pembahal'llan Islam dikawasan ini lebih bercorak puritan, membersihkan akfdah dan ibiidah Islam dari daki-daki Syirik dan Bid'ah. Sebaliknya cita pembaharuan Islam di Jawa, dengan identijikasi gerakangerakan yang di tampilkan oleh Syariat Islam dan Muhammadiyah, kelihatannya lebih berorientasi kepada upaya memerangi keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan serta bahaya kristenisasi yang mendapat sokongan dari pemerintah Kolonial.
Kesadaran bam dalam melihat Islam yang diperoleh Hamka di Yogyakarta ini, kemudian mendapat pengukuhannya ketika ia berada di Pekalongan selama lebih kurang enam bulan, dari AR. Sutan Mansur, menantu Ayahnya yang menetap di Pekalongan. Oengan modal [nleleklual serta seman gat pergerakan sebagai yang tergambar di atas itulah, Hamka kembali ke Minangkabau. Sejak itu ia mulai menapaki jalan yang dipilihnya, yaitu sebagai tokoh dan ulama dalam arus perkembangan pemikiran dan pergerakan Islam di Indonesia. Jalan mulia yang ditapaki oleh Hamka itu bukanlah tanpa kerikil. Oi mata masyarakat Minangkabau sendiri, dengan latar belakang pemahaman keagamaan yang .fikhi senlris, Hamka sebenarnya tidak ada apa-apanya. Ia seperti yang mereka katakan, "Tukang pidato" saja. Hamka bukan ahli agama bahkan ia tidak punya modal yang kuat sebagai seorang ulama, yaitu tidak memahami secara mendalam bahasa Arab. Oleh sebab itulah kepada Hamka dilontarkan kritikan-kritikan tajam, bukan saja dari orang-orang yang tadinya meragukan kemampuannya, tetapi juga dari teman-teman sebayanya, sesudah menamatkan pelajaran dikelas VII Thawalib School. Atas kepercayaan Pimpinan Pusat Muhamadiyah Hamka diutus untuk menjadi
Muballig di Makasar. Pada tahun 1993, la menghadiri Muktamar Muhamadiyah di Semarang dan setahun kemudian dia diangkat menjadi anggota Majlis Konsul Muhamadiyah Sumatera Tengah 49
·19
Hamka, Kenang-kenangan Hidup, (Jakarta: Bulan Binlang, 1979) Jilid-I, h. 65
Sekembalinya dari Makasar, Hamka mendirikan Kui'liyatul Mabtilighfn di Padang Panjang. Kemudiaan pada tahun 1936 di kota Medan, Hamka bersama M. Yunan Nasution menerbitkan majalah Pedoman Ma;,yarakat, majalah yang menurut M. Yunan Nasution memberikan andil besar bagi kepujanggaan Hamka di masa depan. Pada tahun 1946, Hamka terpilih sebagai ketua Muhamadiyah melalui konferensi yang berlangsung di Padang Panjang. Kemudian Hamka hijrah ke Jakarta pada tanggal 18 Desember 1949. Jakarta menawarkan sejuta kemungkinan buat Hamka. Beberapa lama kemudian la diterima sebagai anggota koresponden Surat Kabar Merdeka dan Majalah Pemandangan. Oi masa ini juga Hamka terjun dalam politik praktis yaitu menjadi anggota Partai Islam Masyumi.
50
Pada tahun 1955 Hamka terpilih sebagai Konstituante Partai Masyumi. Lewat Konstituante ini Hamka gigih memperjuangkan kepentingan Islam. Hamka pernah mengusulkan untuk mendirikan negara berdasarkan al-Qur 'an dan Sunnah Nabi, usulnya memang tidak diterima, namun ia telah menunjukkan dengan gigih upayanya untuk berjuang demi agama yang dia anut sejak kecil. Ketika menjadi pejabat tinggi dan Penasehat Oepartemen Agama, Hamka diundang pemerintah Amerika Serikat untuk menetap seIama empat bulan di Amerika. Setelah itu berturul-turut menjadi anggota misi kebudayaan ke Muangthai (1953), mewakili Oepartemen Agama beliau menghadiri peringatan mangkatnya Budha ke 2500 di Myanmar (ketika itu Burma, 1945). Ia juga diundang menghadiri Konferensi Islam di Lahore (1958), oleh Universitas AI-Azhar Kairo, Hamka diminta 50
Hamka, Kenang-kenangan Hidup, (JakaI1a: Bulan Bintang. 19']9) Jilid-I. h. 292
untuk memberikan ceramah tentang "Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia." Kemudian dengan ceramahnya itu, pada permulaan tahun 1959 Majlis Tinggi Universitas Al-Azhar Kairo Mesir memberikan gelar Ustadziah Fakhriah (Doktor Honoris Causa) kepada Hamka. 51 Agaknya tidaklah berlebihan bila dikatakan, dengan i.stilah yang digunakan oleh Abdurrahman Wahid, Hamka hanyalah sebagai seorang "Ulama Organisasi".52 Dan sebagai ulama organisasi, seseorang itu tidak dituntut untuk melakukan diskusi serius masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang spesialisasi ilmu keagamaan Islam.
1tulah sebabnya,
dengan
mengutip Abdurrahman wahid selanjutnya,
penenmaan masyarakat terhadap keulamaan Hamka, bukanlah pengakuan yang khusus dari pengenalan sepenuhnya akan keahlian tertentu bidang agama, seperti yang juga dituduhkan oleh l1lasyarakat terhadapnya di Minangkabau pada awal pernyataan dirinya itu. Dalal1l saat-saat terakhir hidupnya, Hamka dikenang terutama sebagai tokoh ulama. Keulamaanya itu dikukuhkan oleh kedudukannya sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia yang peliama. Tentu saja, predikat itu tidak lahir sekedar lahir dari suatu keputusan politik. Ia sebelumnya sudah dikenal sebagai seorang ulama, paling tidak dari karya besarnya -- TafsTr al-Azhar --. Tidak seorang pun di Indonesia yang l1lengarang buku-buku keagamaan sebanyak dia. Tapi rnungkin, karena itu pula citranya sebagai ulama sepertinya menjadi "Kabur", karena kebanyakan ulama kita
51 Ceramuh tersebut kernudian diterbitkan mcnjadi scmuah buku dengan judul "Pengaruh Muhallllnad Abduh di Indonesia ", (Jakmta: Tintamas, 1961) 52 Abdurrahmun Wahid. Benarkah Buya Hamka Seorang Besal'? Sebuah Pengantar, dalam Nasir Tamara, Buntaran Sanusi, dan Vincent Djauhari, Oalam tlHamka Dimaio Hati UmniatI' (Jakarta:
Sinal' Harapan, 1984) h. 35
tidak mengarang buku, melainkan mengajar di pesantren atau bertablig dengan lisan tanpa menulis buku-buku. Adapun orang-orang mungkin lebih suka menyebut Hamka sebagai seorang Cendikiawan yang menulis soal-soal keagamaan. 53 Sesudah bulan-bulan pengunduran dirinya sebagai ketua Majlis Ulama Indonesia, Ia masuk Rumah Sakit, disebabkan serangan jantung yang cukup berat. Akhirnya pada tanggal 24 Juli 1981, dikelilingi oleh istrinya Khodijah, beberapa teman dekat dan putranya Afif Amrullah, Hamka berpulang ke Rahmatullah dalam usia 73 tahun
54
Hamka menutup mata dalam suatu penyelesaian tugas, dengan
meminjam kata-kata Leon Agusta, "Di akhir pementasan yang rampung" dalam
kapasitas sebagai mantan ketua umum Majlis Ulama Indonesia. Dengan predikat keulamaan itu Hamka memastikan "Kehadirannya" dalam upaya menggenapi kredo hidupnya sendiri "Sekali berbakti, sudah itu mati.,,5S
B. Karya - karya Hamka Hamka banyak menulis atau mengarang tentang berbagai masalah-masalah kehidupan manusia, reputasi Hamka sebagai seorang pengarang ia bangun dari menulis tentang berbagai soal umum, sebagai editor berbagai majalah, seperti Panji Masyarakat, seorang penulis cerita penelek elan novel is yang romantis eli masa-masa sebelum perang. la aelalah "Seorang eli antara pengarang-pengarang terpenting eli luar kalangan kesusastraan yang resmi", hal ini seperti telah clitulis oleh seorang pakar, 53
M. Daw3m Rahardjo, Intelektual Imehgensia dan Perilaku Politik Bangsa. (Bandung:
Mizan, 1993) h. 199 5,' H. Rusydi Hamka, Pribadi dan Marlabal Buya Prof.' Dr, Halllka. (Jakm1a: Pustaka Panjimas, 1983) h.195-196 55
Taufik Abdullah, "Hamka Dalam Struktur dan Dinamika Keu/amaan," dalam Buntaran
Sanus; dan Vincent Djauhari. Halllka Di Mala HaN UlIllllal, (Jakarta: Sin", Harapan, 1984) h.409-410
Prof. Dr. A. Tewu dalam pokok dan tokohnya. Dinyatakan demikian, karena dia tidak bisa dimasukkan sebagai "Pengarang-pengarang Balai Pustaka." Adapun menurut M. Dawam Rahardjo, walaupun roman-romannya kemudian diterbitkan oleh Balai Pustaka, akan tetapi tulisannya itu mula-mula muncul dalam majalah Islam, Pedoman
Ma:,yarakat, sebagai cerita bersambung. Selain itu, dia tidak digolongkan demikian, karena kecenderungannya mempropagandakan agama, seperti yang tercermin dari corak-corak tulisannya. Maka dia tidak dimasukkan kedalam barisan "Sastrawan resmi". Mungkin di sini dia dianggap sebagai pengarang. yang hanya menjadikan kesusastraan "Sebagai alat Dakwah". Tapi itu semua hanyalah suatu penilaian. Dengan demikian mutu karya-karya sastranya tampil dan berbicara sendiri. Adapun karya-karya [-Iamka sejak menulis dan mengarang pada tahun 1925 (usia 17 tahun) adalah: 56 1. Khatibul Ummah, Jilid 1. inilah permulaan mengarang yang dicetak dengan huruf Arab, Khatibul Ummah, artinya Khatib dari Umat.
2. Khatibul Ummah, Jllid JI 3. Khatibul Ummah, Jllid JII 4. Si Sabariah, cerita roman, huruf Arab, bahasa Minangkabau (1928), dicetak sampai tiga kali. Dari hasil jualan buku ini, ia gunakan untuk menikah. 5. Pembela Islam (Tarikh Sayyidina Abu Bakar Shiddiq), 1929. 6. Adat Minangkabau dan Agama Islam, 1929 7. Ringkasan Tarikh Ummat Islam Ringkasan sejarah sejak Nabi Muhammad SAW sampai Khalifah yang empat, Bani Umayyah, Bani Abbas, 1929. 8. Kepentingan Melakukan Tabligh, 1929. 9. Hikmat Ism Mi'raj. 10. Arkanul Islam, 1932, di Makassar. II. Lalla Majnun, 1932, Balai Pustaka. 12. Mati Menanggung Malu, (salinan AI-Manfaluthi), 1934. 13. Di Bawah Lindungan Ka'bah, 1936, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 14. Tenggelamnya Kapal Van Del' Wijck, 1937, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. IS. Di Dahlin Lembah Kehidupan, 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 56
h.335-339
Rusydi, Pribadi dan Martab,,/; Buva Prof Dr. [-[amka, (Jak3lta: Pustaka Panjimas, 1983)
16. Merantau Ke Deli, 1940, Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. 17. Terusir, 1940, Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi. 18. Margareta Gauthier (terjemahan), 1940. 19. Tuan Direktur, 1939. 20. Dijemput Mamaknya, 1939. 21. Keadilan !lahi, 1939. 22. Cemburu (Ghirah), 1949. 23. Tashawuf Modern, 1949. 24. Falsafah Hidup, 1939. 25. Lembaga Hidup, 1940. 26. Lembaga Budi, 1940. 27. Negara Islam, 1946. 28. Islam dan Demokrasi, 1946. 29. Revolusi Pikiran, 1946. 30. Revolusi Agama, 1946. 31. Merdeka, 1946. 32. Dibandingkan Ombak Masyarakal, 1946. 33. Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi,. 1946. 34. Di Dalam Lembah Cita-eita, 1946. 35. Sesudah Naskah Reville, 1947. 36. Ayahku, 1950, di Jakarta. 37. Mandi Cahaya Di Tanah Suei. 38. Mengembara di Lembah Nyl. 39. Di Tepi Sungai Dajlah. 40. Sejarah Ummal Islam, I 41. Sejarah Ummal Islam, Il 42. Sejarah Ummal Islam, III 43. Sejarah Ummal Islam, IV 44. Pedoman Muballigh Islam, (eet.l, th 1937; eel. Ii th 1950). 45. PRIBADI, 1950. 46. Agama dan Perempuan, 1939. 47. Perkembangan Tashawufdari Abad ke Abad, 1952. 48. Muhamadiyah Melalui Tiga Zaman, 1946, di Padang Panjang. 49. Pelajaran Agama Islam. 1956. 50. Empal Bulan Di Amerika, .lilid I 51. Empat Bulan Di Amerika, .lWd Il 52. Dari Perbendaharaan Lama, !963, dieetak oleh M. Arbi, Medan. 53. Lembaga Hikmal, 1953, oleh Bulan Bintang, Jakarta. 54. Islam dan Kebalhinan, 1972, oleh Bulan Bintang, Jakarta. 55. Sayid .lamaluddin AI-Afghani, 1965, oleh Bulan Bintang, Jakarta. 56. EkJpansi Ideologi (al-Ghazwul Fikri), 1963, oleh Bulan Bintang, Jakarta. 57. Hak-hak Asasi Manusia Dipandang dari segi 1slam, 1968. 58. Falsafah Ideologi Islam, 1950, Sekembali dari Mekah. 59. Keadilan Sosial Dalam Islam, 1950, Sekembali dari Mekah. 60. Fakla dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70.
Di Lembah Cita-cita, 1952. Studi Islam, 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat. Himpunan Khotbah-khotbah. Urat Tunggang Pancasi/a, 1952. Bohong Di Dunia, 1952. Sejarah Islam di Sumatera. Doa-doa Rasulullah SAW, 1974. Pandangan Hidup Muslim, 1960. Mengembalikan Tashawwu.fke Pangkalnya, 1973. Tajl'ir AI-Azhar. Juz! -XXX.
D. Sekelumit Tafsi .. AI -Azha ..
Pada tahun 1962 Hamka mulai menafsirkan al-Qur lin dengan "Taf;ir al-
Azhar", dan sebagian besal' tafsir ini dapat diselesaikan selama da1am tahanan dua tahun tujuh bulan. (Hari Senin tanggal 12 Ramadhan 1385, bertepatan dengan tanggal 27 Januari 1964 sampai dengan bulan Ju1i 1969). Penulisan TarsiI' al-Azhar seCaI'a keseluruhan menurut Hamka di dOl'Ong oleh dua hal; Pertama, bangkitnya minat baca angkatan muda Islam di tanah air Indonesia dan daerah yang berbahasa Melayu, yang hendak mengetahui isi al-Qur 'an di zaman sekarang, padahal mereka tidak mempunyai kemampuan bahasa Arab. Kedua, medan dakwah para muballigh yang memerlukan keterangan agama dengan sumber yang kuat dari ai-QuI' 'an, sehingga tafsir ini bisa menjadi penolong bagi para muballigh dalam menghadapi bangsa yang mulai cerdas
57
Adapun Tarsir al-Azhar sendiri berasal dari kuliah subuh yang diberikan oleh Hamka di Masjid Agung AI-Azhar sejak tahun 1959, yang ketika itu belum bernama
57 Nurwahdah Ahmad EQ, Pemahaman Hamka dan Hasbi as-Shiddiqi mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan po/itik, Elwnomi dan Ilmu Pengelahuan, Disel'tasi, (Jakarta: Perpustakaan
UshuluddinlAIN, 1998) h. 114-115
AI-Azhar. 58 Pada waktu yang sama, Hamka bersama Kiai Fakih Usman, HM. Yusuf Ahmad, menerbitkan Majalah Panji Masyarakat 59 Tidak lama setelah berfungsi Masjid AI-Azhar, suasana politik yang digambarkan terdahulu mulai muncul. Agitasi milik
PKI
dalam
mendiskreditkan
orang-orang
yang
tidak
sejalan dengan
kebijaksanaan mereka bertambah meningkat, Masjid AI-Azhar pun tidak luput dari kondisi tersebut. Menurut M. Yunan Yusuf, masjid ini di tuduh menjadi sarang "Neo Masyumi" dan "Hamkaisme". Keadaan ini bertambah buruk ketika pada penerbitan No. 22 th 1960 Panji Masyarakat memuat artikel Muhammad Hatta "Demokrasi Kita", Hamka sadar betul akibat yang akan diterima oleh Panji Masyarakat bila memuat aIiikel tersebut. Namun hal ini dipandang Hamka sebagai perjuangan memegang amanah yang dipercayakan oleh Mohammad Hatta ke pundaknya. Demokrasi itu harus kita muat. Ini adalah suatu kepercayaan yang beliau timpakan keatas diri ayah! Beliau tidak serahkan kepada yang lain. Demikian kata Hamka kepaela putranya Rusyeli. Tanpa elieluga sebelumnya, paela hari senin 12 Ramaelhan 1383 bertepatan elengan 27 Januari 1964, sesaat setelah I-Iamka memberikan pengajian eli haelapan lebih kurang IOO orang kaum ibu eli Masjid AI-Azhar, ia eli tangkap oIeh penguasa
orde lama lalu elijebloskan ke elalam tahanan. Sebagai tahanan politik Hamka eli tempatkan eli tahanan Sukabumi atau Bungalo "Herlina" elan "Harjuna", eli Puncak
58 Nama Al-Azhar untuk Masjid Agung Kebayoran Barl! Jakarta diberikan oleh Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas AI-Azhar. Dalam kesempatan kunjungannya pacta bulan Desember 1969. Sejak ittl Masjid tersebut dibed nam3 Masjid Agung Al-Azhar. Lihat Hamka, Talsir
Al-Azhar. 59
Hamka, IIMensYllkul'i Tajsir al-Azhar," Panji Masyarakat, No.3 17, h. 39
atau Mess Brimob di Mega Mendung. Di rumah tahanan inilah Hamka mempunyai kesempatan yang cukup untuk menulis Ta/sir al-Azhar. Hamka kemudian di pindahkan ke Rumah Sakit Persahabatan Rawamangun Jakarta karena kesehatannya mulai menurun, selama perawatan di rumah sakit itu Hamka 60meneruskan penulisan tafsirnya. Setelah kejatuhan orde lama dan kemudian orde baru bangkit, dibawah pimpinan Soeharto, Hamka dibebaskan dari tuduhan. Pada tanggal 21 januari 1966, Hamka kembali menemukan kebebasannya setelah mendekal11 dalam tahanan. Dan kesempatan inipun dipergunakannya untuk memperbaiki serta menyempurnakan
Tafsir al-Azhar yang pernah dia tulis di beberapa rumah tahanan sebelumnya. Tentang menafsirkan ai-QuI' 'an, Hamka berpendapat bahwa ai-QuI' 'an tidak dijelaskan dengan sunnah Rasulullah. Tetapi dalam penjelasannya, "Rasulullah tidak banyak meninggalkan pengertian tentang suatu ayat." Oleh karena itu, selama Tafsir
ai-QuI' 'an tersebut tidak membelokkan tujuan dari menafsirkan, itu diperbolehkan. Hamka juga menerangkan tentang tingkatan para mufassir dan pendapat-pendapat para ulama tentang boleh atau tidaknya penafsiran ai-QuI' 'an. Salah satunya adalah Imam Ghazali yang berpendapat bahwa yang menafsirkan ai-QuI' 'an tidak boleh hanya semata-mata dengan akal, demikian pula tidak boleh hanya berpegang pada naqal. Sedangkan dalam corak penafsirannya, Hamka mengatakan sangat tertarik dengan Taj.i·il' AI-ManaI' km'angan Sayyid Ridha, yang terkenal dengan corak penafsiran birra'yi-nya. 60
Hamka, Ta(,ir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) h. :;6.
BABIV ANALISIS TERHADAP TERJEMAHAN AYAT-AYAT RIBA DALAM T AFSIR AL-AZHAR
A. Analisis Akurasi Bahasa dan Bentuk Terjemahan Seperti telah disinggung pada bab-bab sebelumnya, Skripsi ini bertujuan untuk menelaah secara semantik dan sosiolinguistik hasil teIjemahan aI-QuI' 'an dalam Taftir al-Azhar. Lebih khusus pada ayat-ayat yang sering dijadikan acuan dalam pembahasan tentang RiM. Titik tekan kajian penulis adalah Surat al-Baqarah 2:278 dan Ali-Imran: 130. Untuk menangkap makna kontekstual yang terbentuk dari dua ayat tersebut, penulis menganggap pembahasan seeara menyeluruh sangat penting, sehingga penulis akan meneantumkan seeara utuh keseluruhan isi ayat tersebut.
Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa Riba itu, jikalau benar-benar kamu orang-orang yang beriman. (AIBaqarah: 278)
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan RiM berlipat ganda dan takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kemenangan. (Alilmriin: 130)
Penulis mencoba mengoreksi beberapa arti yang kurang dipahami karena perbedaan budaya dan bahasa pada masa itu, walaupun sec:ara gramatikal (EYD) tidak bisa disalahkan.
Pertama al-Baqarah: 278, menurut Penulis, ada pengulangan kata dan itu membuat tidak efektifuya sebuah kalimat, yaitu pada kata takwalah dan
tinggalkanlah. Takwalah kepada Allah dan linggalkanlah sisa-sisa RiM, menjadi bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa-sisa RiM yang belum dipungut. Sedangkan pada jikalau benar-benar kamu orang-orang yang beriman, terdapat pemborosan kata, yaitu dengan adanya pengulangan kata-kata pada satu kalimat. Dan menurut hemat penulis kalimat tersebut menjadi jika benar kamu orang-orang yang
beriman. Kedua ali-Imriin: J30, menurut hemat penulis kata yang tcpat dalam kalimat janganlah kamu memakan RiM berlipat ganda mcnjadi janganlah kamu memakan RiM dengan berlipat ganda. Karena kalimat itu akan mcnjadi kalimat aktif, dan tidak baku. Sedangkan pada kalimat yang kedua, pada kalimat supaya kamu beroleh
kemenangan, menjadi supaya kamu mendapat/memperoleh kemenangan. Karena beroleh adalah kata baku yang kata aktifuya "memperoleh." Adapun metode yang digunakan Hamka dalam peneIjemahan Taftir al-
Azhamya ini adalah terjemahan Taftfriyyah atau terjemahan maknawiyyah yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa lain tanpa tcrikat dengan tertib katakata bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya. 6 !
61 Mannli' Khalil al-Qll\taD, Studi IImu-ilmu Qur '!in, (Bogor: Pustaka Litera AntarN usa, 1996) eet-Ill, h.443-444.
Mereka yang
mempunyai
pengetahuan
tentang
bahasa-bahasa
tentu
mengetahui bahwa terjemah Harjiyyah dengan pengertian sebagaimana di atas tidak mungkin dapat dicapai dengan baik jika konteks bahasa asli dan cakupan semua maknanya tetap dipertahankan. Sebab karakteristik setiap bahasa berheda satu dengan yang lain dalam hal tertib bagian-bagian kalimatnya. Sebagai <:ontoh,jumlah ji 'liyyah (kalimat verbal) dalam bahasa Arab dimulai dengan ji'iI (kala keIja yang berfungsi sebagai predikat) kemudian fa'il (subjek), baik dalam kalimat tanya (istifhiim) maupun lainnya; mu(liif didahulukan atas muriif ila/h, dan mau$i1f atas $ifat, seperti pOOa contoh: I W , u,,:,J (perak air, maksudnya air yang bagaik,m perak). Adapun penjelasan Hamka tentang dua ayat diatas adalah sebagai berikut, Pertama Surat al-Baqarah 2:278, adalah berawal dari kebiasaan orang arab dahulu
yaitu mentemakan uang, khususnya paman Nabi sendiri yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Di zaman jahiliyah beliau mendirikan suatu usaha bekerjama dengan oramg bani Mughirah yang usahanya adalah menernakkan uang (makan RiM). Mereka pemah meminjamkan uang kepOOa Bani Tsaqif di Taif. Setelah datangnya Islam, datanglah peraturam ini, yaitu bahwa sisa-sisa RiM jahiliyah itu ditinggalkan sarna sekali. Artinya orang yang berhutang di Taif itu tidak perlu lagi memberikan bunga RiM, tapi cukup mengembalikan seberapa banyak hutangnya dulu. Kedua,
Surat Ali-Imriin:
130, ayat
ini
62
adalah ayat pertama yang
mengaharamkan RiM. Adapun ayat ini erat kaitannya dengan ayat 275-279 Surat alBaqarah, yaitu Si penghutang boleh terlambat membayar hutangnya bahkan yang
berutang memang menghendaki agar membayar hutangnya itu dilambat-lambatkan. 62
Hamka "Tajsir al-Azhar" (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982) h. 73
Misalanya, orang yang berhutang Rp.100, boleh membayar hutangnya tahun depan tetapi menjadi Rp.200. kalau terlambat lagi setahun, maim hutang yang harus dibayar menjadi RpAOO, dan demikian seterusnya.
63
B. Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Hamka Sebelum memulai pembahasan yang lebih luas, penlllis lebih dahulu ingin melakllkan koreksi terhadap beberapa kekeliruan yang terdapat dalam terjemahan kedlla ayat diatas tersebut, karena potongan ayat yang mempakan tema inti dari rangkaian ayat-ayat ini menjadi perdebatan mengenai bunga dan RiM. Kekeliruan tersebut, seperti telah penlliis paparkan sebelumnya, disebabkan oleh metode penerjemahan yang digunakan, yaitu metode pemajemahan harfiah. Kedua ayat tersebut adalah dua buah kalimat yang memiliki susunan serupa yaitu kalimat majemuk setara. Dan setiap kalimat majemuk setara disusun berdasarkan anak kalimatnya.64 Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah /camu mema/can RiM berlipat ganda dan takwalah kepada Allah, supaya /camu berolt1h kemenangan.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah /camu mema/can RiM berlipat ganda merupakan indllk kalimat, sedangkan dan takwalah kepada Allah, supaya /camu beroleh kemenangan merupakan anak kalimat Induk kalimat itu sendiri di perluas yang kalau diambil kalimat utamanya adalah:
Hamka "Tajsir al-Azhar..... h. 88 64 Widjono, Hs. "Bahasa Indonesia."(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005). h.l46 6J
Sedangkan pokok pembahasan kedua ayat tersebut terletak pada predikatnya, yang lebih luasnya adalah sebagai berikut: Janganlah kamu memakan RiM S P 0 Predikat pada kalimat di atas mendapat perluasan yang diletakkan setelah objek kalimat, sehigga predikat itu akan berdiri utuh menjadi kalimat memakan Riba
dengan ber/ipatganda. Sedangkan pada ayat yang kedua, secara sepintas terdapat susunan yang sama dengan susunan kalimat pada ayat yang pertama,Yaitu:
Hai orang-orang yang beriman. bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa RiM (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Sama dengan yang pertama menjadi:
Hai orang-orang yang beriman, tinggalkan sisa RiM (yang belum dipungut) dan bertakwalah kepada Allah,jika kamu orang-orang yang beriman.
Dengan pokok pembahasannya adalah:
orang-orang beriman tinggalkanlah sisa RiM yang belum dipungul S P 0
Selanjutnya, untuk dapat menangkap tema sampai pada satuan wacana yang terkecil dalam Ta/sir al-Azhar, penulis akan menyajikannya berdasarkan tema yang terkandung dalam setiap kalimat dalam ayat tersebut. Pada a,yat pertama A/i-Imriin: 130, terdapat beberapa tema yang kita dapat lihat dalam bebempa kalimat berikut: I. Wahai
orang-orang
yang
beriman!
Janganlah
kamu
berlipatganda. 2. Takwalah kepada Allah, supaya kamu beroleh kemenangan.
memakan
RiM
Dari dua kalimat di atas, kita dapat mengambil tema inti tiap kalimat tersebut. Kedua kalimat tersebut adalah pelarangan memakan RiM dengan berlipatganda, dan perintah takwa kepada Allah. Pada ayat kedua al-Baqarah: 278, tema yang ditampilkan lebih spesifik, yaitu pelarangan pengambilan RIM yang belum dipungut. Lebih mudahnya dapat kita pahami melalui beberapa kalimat berikut:
1. Wahai orang-orang yang beriman. takwalah kepada Allah 2. Tinggalkan sisa-sisa RiM itu. jlkalau benar-benar kamu orang-orang yang heriman. Penulis sengaja membagi ayat menurut satuan kalimat tertentu, karena setiap kalimat, tentunya membawa tema spesifik, meskipun ia hanya berupa kalimat pembantu. Sebab dengan begitu, kita lebih mudah untuk menangkap kandungan arti yang terdapat dalam ayat tersebut. Sehingga, proses pemahaman akan lebih mudah. Dari beberapa potongan ayat tersebut, dapat ditangkaJP satu tema besar yaitu "pelarangan RiM." Dengan menjadikan kalimat ini menjadi t"ma inti dari kedua ayat tersebut, maka dengan sendirinya muncul beberapa tema pembantu yang menjelaskan tema utama tersebut. Berdasarkan pengamatan Penulis, kedua ayat tersebut mempunyai kesamaan, yaitu sarna-sarna kalimat perintah, karena kata ganti yang digllnkan dalam kedlla ayat tersebut adalah kata ganti orang kedua. Adapun wacana RiM semakin pesat diperdebatkan oleh berbagai kalangan, makanya perfu diulas kembali. Bahwa RiM adalah harta yang bertambah. Ketika
Allah berfinnan: Janganlah kamu memakan RiM, timbul pel1anyaan? Jawabannya: Tentu dapat dimakan, karena dasamya untuk dimakall, (kalau dalam bahasa Indonesia, orang meneari harta dikenal juga dengan istilah orang meneari makan).65 RiM atau kelebihan yang terlarang dalam Surat AIi-Imrlin 130, adalah: sifat a(l'afan mu(lii 'afah, adapun kata a(l'afan adalah bentuk jama' dari (Ii 'f yang berarti
"Serupa", sehingga yang satu menjadi dua. (Ii'fain adalah bentuk dua, sehingga jika dua ia menjadi empat. A(I'afan adalah berlipat ganda. ltulah yang teljadi pada zaman jahiliah. Jika seseorang tidak mmnpu membayar utangnya, ia ditawari atau menawarkan penangguhan pembayaran, dan sebagai penambahan itu, pada saat ia akan membayar hutangnya maka seeara otomatis dia membayar dengan belipat ganda. 66
. ~ {:;;"~~ \A,;~fi;.?\i~t-;ii~\;':-: r..;JI4J~
"Janganlah kamu memakan Ribii berlipat ganda."
Hal ini adalah apabila telah sampai waktunya apa yang ada dalam tanggungan orang yang berhutang, kemudian pemiliknya (piutang) mengatakan: "Kamu akan lunasi atau kamu tambah apa yang jadi tanggunganmu?" Sehingga dengan eara akan berlipat ganda apa yang ada dalam tanggungan orang yang dalam kesulitan (peminjam) ini tanpa memberi manfaat atau tidak pula ia dapat memanfaatkannya.
65 Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, Taftir Sya 'rawi, (JakaJta: Duta Azhar, 2004) 66 M. Quraish Shihab, Taftir Ai-Mishbah; Pesan, Kesall, dan Keserasian al-Qur'lin. (Ciputal: Lentera Hati, 2000) cet-I, h311-312
Allah telah mewajibkan pemilik (piutang) memberi kesempatlm terhadap orang yang kesulitan. Kata af/'ajan mu(iii 'afah bukanlah syarat bagi larangan ini. la bukan dalam arti jika penambahaan akibat penundaan itu sedikit, atau tidak berlipat ganda atau atau berganda maka RiM atau penambahan itu menjadi boleh, kata af/'ajan mu(iii 'ajah disini bukankah syarat, tetapi sekedar kenyataan yang berlaku saat itu. Betapapun keputusan akhir bagi yang melakukan transaksi hUlang piutang adalah firman-Nya: "Bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya," QS. AlBaqarah (2:279). Memang boleh jadi sepintas diduga bahwa yang menghentikan
praktek RiM mengalami kerugian, tetapi dugaan itu tidak benar. Oengan meninggalkan RiM akan terjadi hubungan harmonis antara anggota masyarakat, serta terbina keljasama dan tolong menolong yang pada gilirannya mengantar kepada kebahagiaan. Oalam tafsir "AI-Kasysyaf' dikemukakan bahwa Imam Abu Hanifah apabila membaca surat Ali-Imran ayat 130 di atas, beliau berkata, "Inilah ayat yang paling menakutkan dalam al-Qur 'an, karena Allah mengancam orang-orang beriman teljerumus kedalam neraka yang disediakan Allah untuk orang-orang kafir." Perubahan hutang baik disebutkan secara tegas atau hillah (muslihat) yang bukan itu tujuannya, melainkan agar menambah beban tanggungan orang yang berhutang. Ini peringatan Allah dengan ancaman yang sangat keras. Bahwa orang yang memakan harta dari RiM, tidaklah mereka berdiri dari kuburan mereka menuju ke tempat mereka dikumpulkan melainkan seperti berdirinya orang orang yang dibanting setan karena penyakit gila. Sehingga mereka berdiri dalam keadaan
ketakutan dan kegelisahan. Hilang gerakkan mereka ketika mereka mengetahui kegelisahan dan ketakutan yang ada dihadapan mereka sebagai akibat memakan RiM. Disebutkan pula bahwa balasan bagi mereka yang memakan RiM itu berarti memaklumkan perang terhadap Allah dan Rasul-Nya, kalau mereka tidak bertaubat. Barang siapa yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dia pasti terhina dan akibatnya sangat buruk. Seandainya dia diibaratkan demikian sampai waktu tertentu, maka akhir dari urusannya adalah kemusnahan dan kebinasaan. SeJ'!:rti dalam firman Allah
subhanahu wa ta'ala:
Dan apa yang lramu berikan dari RiM, supaya dibungai pada harta benda manusia, malra tidaklah dia berbunga di sisi Allah.
Sebagian mereka ada yang berusaha mengembangkan harta, dengan memberikan hadiah kepada orang-orang kaya, agar hadiah tersebut dibalas dengan berlipat-lipat! Maka, Allah menjelaskan kepada mereka bahvva ini bukan jalan yang benar dalam mengembangkan harta secara halal. 67 Ini adalah wasilah yang rerjamin untuk melipatgandakan harta, yaitu: memberikannya dengan tanpa balasan dan tanpa menunggu ganti dari manusia. Ia melakukannya semata untuk mendapatkan keridhaan Allah. Bukankah dia yang membukakan rezeki dan menetapkannya?
67 Sayyid Quthb, Taftir Fi Zhilalil Qur'iln: Di hawah naungan al-Qur'iln. (Jakarta: Gema [nsan! Press, 2004) eel-I, jilid-17, h.223-224
Maka, dialah yang dapat melipatgandakannya harta itu bagi orang-orang yang yang menginfakkannya dengan tujuan mendapatkan keridhaan-Nya. Dia juga yang mengurangi harta orang-orang yang menjalankan RiM yang bertujuan mendapatkan perhatian manusia. Itu adalah perhitungan dunia, sedangkan berinfak adalah perhitungan akhirat, dan di dalamnya terdapat berlipat-lipat ganda keuntungan. Dan, ia adalah perdagangan yang menguntungkan di dunia dan di akhirat. Pelaku RiM yang merasa aman dan tertipu pada saat ini, samasekali tidak mengetahui apa yang tidak tersedia untuknya di masa yang akan datang. Allah akan menghimpun untuknya siksaan dunia dan akhirat, kecuali apabila dia beltaubat dan kembali kepada atuaran AlIah.apabiia dia bertaubat, maka baginya apa yang telah diambilnya. Adapun akad yang sedang berlangsung maka tarnbahan itu tidak halal, sehingga dia hanya berhak menerima kembali modalnya. Sebagaimana finnan Allah:
Te/api jilra kamu ber/auba/. maka bolehlah kamu ambil pokok haria komu; tidak kamu dianiaya dan tidak pula kamu menganiaya. Jika kamu ber/auba/, yakni tidak lagi melakukart transaksi RiM, dan melaksanakan tuntutan !lahi, tidak mengambil sisa RiM yang belum di ambil maka perang tidak akan berlanjut, bahkan kamu boleh mengambil pokok har/amu dari mereka, dengan demikian kamu /idak menganiaya mereka dengan membebani mereka pembayaran hutang yang melebihi apa yang mereka terima, dan tidak (pula)
dianiaya oleh mereka karena mereka hams membayar penuh sebesar jumlah hutang
yang mereka terima. Kita tidak boleh berkata, sesungguhnya apa yang diterima kernbali - setelah waktu berlalu - tidak lagi sarna nilainya dengan modal yang pemah diutangkan. Jangan berkata demikian, jika kita percaya kelak dihari kemudian kita akan menerima keuntungan itu berlipat ganda dari bunga yang kita terima dari membungakannya. Boleh berkata demikian,jika kita percaya kepada Allah danjanji-janji-Nya. Boleh jadi yang berhutang, baik dengan praktik RiM atau bukan, tidak memiliki kemampuan membayar pada saat jatuh tempo pembayaran, atau saat ditagih. Kepada pemilik piutang, ditujukan nasehat berikut Tennasuk jenis
RiM
adalah
pinjaman
yang
bennanfaat. 68
Karena
sesungguhnya pinjaman itu mernpakan salah satu bentuk perbuatan ihsiin dan muriijiq (pemberi perhatian) diantara sesama manusia. Maka apabila dimasuki sistem
ganti rngi dimana orang yang meminjamkan mensyaratkan kepada peminjam untuk mengembalikan yang lebih baik dengan satu akad jual beli atau dengan jumlah yang lebih besar atau dengan syarat yang memberikan keuntungan atau pemilikan dengan sistem ganti rugi yang lainnya. Inilah yang tennasuk RiM, karena pada hakekatnya adalah bentuk jual beli dirham dengan dirham yang ditunda. Dan keuntungannya adalah keuntungan yang disyaratkan. Allah menasehatkan kaum mukmin Jangan sampai memakan RiM dan bermuamalah dengannya. Hendaknya mereka merasa cukup diengan usaha yang baik
68 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'adi, Ringkasan Taftir As-Sa'di: Kemudahan Memahami Ayat-ayat aI-Qur'an. (Tegal: Pustnka An-Nusroh. 2004) h.254
(haiti!) yang mengandung berkah, kebaikan agama dan didunia, selia mensucikan
akhlak dengan dihasilkannya I'tibar (pengakuan) dan hubungan muamalah yang baik, kejujuran, keadilan dan penunaian hak dan selamat dari semua tanggung jawab. Di antara hal-hal yang dilarang dalam muamalat ini adalah judi dan garar (khianat). Para rentenir pemilik modal intemational inilah yang mengorbankan peperangan-peperangan secara langsung atau tidak langsung. Merekalah yang memasang jerat untuk menjerat persekutuan perusahaan-perusahaan, rakyat, dan pemerintah. Kemudian mendesak para mangsanya sehingga terjadilah peperangan. Minimal - kalau tidak teIjadi secara keseluruhan - adalah kehancuran jiwa, kemerosotan akhlak, dan lepasnya kendali syahwat. Juga runtuhnya eksistensi manusia dari dasamya, adapun kehancurannya tidak pemah teljadi oleh perang nuklir yang mengerikan sekalipun. lni adalah peperangan yang terus berkobar. Allah telah memaklumatkannya terhadap orang-orang yang melakukan bisnis Riba. Perang ini sekarang juga sedang berkobar. Ia memakan yang hijau dan kering dalam kehidupan manuasia yang tersesat, lalai, dan mengira akan mendapatkan hasil dan mencapai kemajuan setiap kali Iimpahan hasil material yang dikeluarkan oleh pabrik-pabrik. Limpahan penghasilan ini akan menjamin kebahagiaan manusia seandainya ia bersumber dari sumber yang suci dan bersih. Akan tetapi, ia - keluar dari sumber Riba yang berlumuran kotoran - tidak menggambarkan selain beban yang menyesakkan nafas manusia dan membinasakannya, sedangkan di atasnya duduk segolongan kecil rentenir international, yang tidak merasakan penderitaan manusia yang terpuruk di bawah tindihan beban yang terkutuk inL
Islam telah menyeru kaum muslimin tempo dulu dan tidak: henti-hentinya menyeru semua manusia kepada tatanan suci dan bersih, untuk bertobat dari dosa dan kesalahan. Tobat dari kesalahan, yaitu kesalahan jahiliah. Kejahiliahan yang tidak terikat pada zaman dan aturan tertentu. Jahiliah adalah menyimpang dari syariat Allah dan
manhaj-Nya kapanpun waktunya dan dimanapun tempatnya. Juga tobat dari dosa dan kesalahan yang menimbulkan di dalam kehidupan jaman dan masyarakat umum. Dosa yang berbekas di dalam kehidupan manusia seeara keseluruhan dan di dalam pertumbuhan ekonominya sendiri, meskipun orang-orang yang tertipu oleh propaganda para rentenir mengira bahwa sistem RiM itu satu-satunya asas yang tepat bagi pertumbuhan ekonomi. Menarik kembali modal mumi adalah suatu keadilan yang tidak menganiaya yang berutang maupun yang memberi utang. Adapun mengembangkan harta memiliki eara-eam yang baik dan bersih, bisa diperoleh atas lIsaha pribadi. Juga bisa diperoleh dengan melakukan mufbrabah. Yaitu,
menyerahk~m
modal kepada orang
lain untuk diputar dan keuntungannya dibagi dua dan kerugiannya pun ditanggung bersama. Seperti halnya perusahaan-perusahaan yang mel1laruh saham-sahamnya seeara langsung di pasar, tanpa akte-akte pendirian yang hanya meneari untung sendiri sebesar-besamya, dan akan memberikan keuntungan yang halal dari jalan ini.
Wahai manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi ini barang yang halal lagi baik,
Penting sekali peringatan ini buat kita, dimana keeurangan-keeurangan, penipuan dan mengelabui mata yang bodoh, banyak atauplln sedikit ada hubunganya
dengan perut asal terisi. Berapa perbuatan curang yang teJjadi di di atas dunia ini oleh karena mempertahankan syahwat perut. Maka apabila manusia telah mengatllr makan minumnya, mencari dari sumber yang halal, bukan dari penipllan, atau biasa terkenal dengan KKN, maka jiwa akan terpelihara dari kesengsaraan. Adapun yang dimaksud dengan makanan haram adalah yang tidak disembelih, daging babi, darah, dan yang disembelih untuk berhala.69 Ak,m tetapi tidak semua di dunia otomatis halal dimakan atau digunakan. Allah menciptllkan ular berbisa bukan untuk dimakan, tetapi antara lain untuk dipakai bisanya sebagai obat, ada burungburung yang diciptakan-Nya untuk memakan serangga yang memakan tanaman. Dengan demikian, tidak semlla yang ada di bumi menjadi makanan yang halal, karena semua yang diciptakannya untuk dimakan manusia, walau semlla untuk kepentingan manusia. Karena itu, Allah memerintahkan untuk memakan makanan yang halal.
Makanan halal adalah makanan yang tidak haram, yakni tidak dilarang agama memakannya. Makanan yang haram ada dua macam: perlama, yang haram karena zatnya seperti babi, bangkai dan darah. Kedua, haram bllkan karena sesllatu dari zatnya yaitu; makanan yang tidak di izinkan oleh pemiliknya untuk dimakan atau digunakan. Adapun makanan halal adalah yang bukan termasuk dua macam ini. Namun, tidak semlla makanan yang ha/iil otomatis baik, karena yang halal terdiri dari empat macam: wajib, sunnah. mubah, dan makruh. Aktivitas pun demikian, ada aktivitas yang walaupun halal namun makruh atau sangat tidak disukai Allah, yaitu pemutusan hubungan silaturrahmi. Selanjutnya, tidak semua yang halal sesuai dengan kondisi masing-masing. Ada halal baik untuk si A yang memiliki 69
Hamka, Taftir al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Paujimas. 1982) 11.48
kondisi kesehatan tertentu, dan ada juga yang kurang baik untuknya, walau baik untuk yang lain. Ada makanan yang halal tetapi tidak bergizi, dan ketika itu ia menjadi kurang baik. diperintahkan Allah adalah makananyang halallagi baik. Aktivitas atau makanan yang berkaitan dengan jasmani seringkali digunakan setan untuk memperdaya manusia. Karena itu, lanjutan ayat ini mengingatkan; dan janganlah kamu mengikuti langkah-Iangkah setan. Setan mempunyai jejak langkah, ia menjerumuskan manusia langkah demi langkah, tahap demi tahap. langkah adalah dua jarak kaki Sllwaktu beIjalan, tetapi bila tidak disadari, langkah demi langkah dapat menjerumuskan manusia ke dalam bahaya. Setan pada mulanya hanya mengajak manusia melangkah selangkah, tetapi langkah itu disusul dengan langkah lainnya, sampai akhirnya masuk neraka. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya selan ilu adalah musuh yang
nyala bagi karnu. atau dia adalah musuh yang tidak segan rnenarnpakkan perrnusuhannya kepada kamu. Leluhur manusia, yakni Adam AS dan Pasangannya, terpedaya melalui makanan. Memang tidak lain ulah setan, kecuali hanya menyuruh berbual jahal. yakni perbuatan yang mengotori jiwa, dan berdampak bumk, walau tanpa sanksi hukum duaniawi seperti berbohong, dengki, dan angkuh, jugamenyuruh berbuat keji, yakni perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntutan agama dan akal sehat, khususnya yang telah ditelapkan sanksi duniawinya seperti zina dan pembunuhan, dan juga
menyulUh kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui, memberinya sifat-sifat yang tidak wajar bagi-Nya. 70 Asal mulanya tidak menjaga diri dari makanan dalam hal syahwat pelUt, akhimya berialUt-lalUt manjadi kafir. Ketika telah gagal, kal'ena tentu suatu waktu akan gagal, maka keluarlah perkataan kepada Allah dengan tidak beradab. Seperti mengatakan Allh tidak adil. Dan kalau orang telah kaya-raya dengan harta tidak halal, lalu ada orang yang memberi nasihat, namun karena sudah dipengalUhi setan, dia akan berkata tentang Allah: "Apa Allah! Apa Agama!" Kita pun tidak boleh mengharamkan barang yang halal yang telah Allah halalkan buat kita mahluknya didunia ini, seperti dalam arti finnan Allah SWT:
Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu haramkan barang baik yang telah dihalalkan Allah bagi kamu. dan janganlah komu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidaklah suka kepada orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah olehmu apa yang telah dikurniakan kepada kamu oleh Allah, yang halal lagi baik. Dan takwalah kepada Allah, yang kepadaNyalah kamu beriman.
Barang baik yang telah dihalalkan Allah bagi kamu ialah makanan-makanan yang enak dan bennanfaat. Dalam barang baik terkandung kesehatan jiwa dan rasa yang terkandung didalamnya, seumpama daging dari binatang yang halal dimakan, buah-buahan, sayur-sayuran, berns, gandum, jagung dan lain-lain. Dalam setiap makanan yang halal itu terkandung berbagai gizi, seperti zat-zat protein, vitamin, calori, honnon, dan lain sebagainya.
70 M. Quraish Shihab, Talsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur '!in. (Ciputat: Lentera Hati, 2000) eet-I, h.354-356
Tennasuk juga dalam barang baik yang dihalalkan Allah ialah persetubuhan suami-isteri. Tennasuk juga pakaian yang pantas dipakai, rumah yang pantas didiami, dan kendaraan yang pantas, seperti mobil atau motor pada zaman ini. Maka janganlah segala barang baik yang telah dihalalkan oleh Allah itu diharamkan kepada diri sendiri. Ath-Thabari dan AI-Wahidi meriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kedatangan seseorang kepOOa Nabi Muhammad SAW sambil berkata, "Kalau saya makan daging maka saya terus akan 'mendatangi' wan ita-wan ita, maka saya mengharamkan atas diri saya daging." Ayat ini turun meluruskan ayat itu.
La la'iadu yang berarti jangan melampau! balas dengan bentuk kata menggunakan huruf la " mengandung makna keterpaksaan, yakni diluar batas yang lumrah?l Ini menunjukkan bahwa fitrah manusia mengarah kepOOa maderas! dalam arti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang wajar, tidak berlebih dan juga tidak kekurangan. Setiap pelampauan batas adalah semacam pemaksaan terhadap fitrah dan pOOa dasamya bera!, atau risih melakukannya. Ilnilah yang diisaratkan dengan kata la 'lad!. Larangan melampaui batas ini, dapat juga berarti bahwa menghalalkan yang haram atau sebaliknya, merupakan pelampauan hatas kewenangan Allah SWT. Karena Dialah yang berwewenang menghalalkan dan mengharamkan sekian banyak hal yang hala!.
71 M. Qumish Shihab, Tajsir AI-Mishbah; Pesan. Kesan, dan [(eserasian al-Qur 'an. (Ciputat: Leutera Hati, 2000) eet-I, h.171
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan Setiap pembahasan ayat-ayatnya Hamka membuat pola atau acuan penafsiran dengan sistematika awalnya selalu dilengkapi dengan Nama Surat serta tempat turunnya ayat, dalam teks Latin berbahasa Indonesia. Kemudian di bawahnya di tuliskan bunyi ayat-ayat dalam bentuk tulisan Arab berikut artinya dalam bahasa Indonesia. Penafsiran terhadap ayat-ayat itu Hamka sangat memperhatikan urutan dan rangkaian ayat ke ayat berikutnya. Didalam memberikan pembahasannya Hamka mengutip sebagian pendapat ulama yang dianggap relevan, selain itu pada umumnya adalah hasil penelitian Hamka sendiri. Corak ini menitikberatkan penjelasan ayat-ayat al-Qur'lin yang dibahasnya pOOa segi ketelitian susunan kata atau redaksi bahasanya.
Kl~mudian
kandungannya
ditulis dengan susunan kata yang sederhana dan enak dibaea. Namun demikian tetap menonjolkan aspek ajaran al-Qur'lin bagi kehidupan, serta menghubungkan pengertian ayat-ayat yang dibahasnya itu dan sunnatullah yang berlaku dalam masyarakat. Tidak lupa Hamka melengkapi dengan sabab an-Nuziil yang menjadi latar belakang atau sebab turunnya ayat. Selain itu Hamka juga menyajikan munasabah terhadap ayat-ayat yang ditafsirkannya.
Karena susunan kata dan rangkaian kalimatnya yang sederhana, maka Tafs;r al-Azhar sangat mudah di mengerti dan di pakai oleh siapapun pembacanya. Itulah
sebabnya Tafs;r al-Azhar ini sangat menarik untuk di baca berulang-ulang. Jika kita telah membacanya berulang-ulang, maka semakin kita sadari bahwa tafsir ini bennaksud memahami pemyataan-pemyataan al-Qur 'an sehingga bisa membawa kepada perbuatan dalam rangka merealisasikan mi:;i al-Qur 'an hudan wa rahmatan.
B. Saran-saran Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekeurangan. Namun, Penulis berharap bahwa skripsi ini nantinya bisa menjadi pedoman dan bennanfaat bagi adik-adik, terutamajurusan tarjamah. Saran Penulis kepada para pengajar, mahasiswa, dan para pembaca pada umumnya, harus lebih menggali lagi makna yang ada didalam al-Qur 'an, karena alQur'an merupkan pedoman hidup manusia baik didunia maupun diakhirat.
Di dalam Tafs;r al-Azhar karya Hamka, masih banyak teljemahan yang perlu dikaji lagi dari segi tata bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, "Hamka Dalam Struktur dan Dinamika Keulamaan" dalam Buntaran Sanusi dan Vincent Djauhari, Hamka Di Mata Hati Ummat, Jakarta: Sinar Harapan, 1984. Ahmad, Mustaq, Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka AI-Kautsar, 2001. Alam, Datuk Tombak, Metode Meneljemahkan AI-Qur'lin AI-Karim. Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Ali, Atabik, Kamus Kontemporer, Yogyakarta: Mukti Karya Grafika, 1996. Ali, Fachri, Hamka dan Masyarakat Islam Indonesia: Catatan Pendahuluan dan Riwayat Peljuangannya, dalam Kenang-kenangan 70 tahun, IT: Prisma, 1983. Alwi, Hasan, Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pm;taka, 2002. AI-'Assal, Ahmad Muhammad dan Karim, Fathi Ahmad Abdul, Sistem, Prinsip dan tujuan Ekonomi Islalll, Bandung: Pustaka Setia, 1999. AI-Farmawi, Abd. AI-Hayy, Metode Tafsir Mawdhu ·iy. Jakat1a: Raja Grafindo Persada, 1996. AI-Qardhawi, Yusuf, Bunga Bank HarGill. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003. AI-Qatl;an, Manna' KhalTl, Studt IllIlu-illllu QUI' 'lin, Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 1996. Alwasilah, A. Chaedar, Pengantar Sisiologi Bahasa. Bandung: Angkasa, 1993. Arifin, E. Zainal, dan Tosei, S. Amran, Cermat Berbahasa Indonesia. (edisi lama) Jakarta: Medyatama Sarana Perkasa, 1988. Arifin, E. Zainal, dan Tosei, S. Amran, Cerlllat Berbahasa Indonesia. (edisi baru) Jakarta: Akademika Pressindo, 2002. Arifin, Zainal, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari'ah. Jakarta: Alvabet, 2003. Badudu, J. S., InUah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993.
Broto, A. S., Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua Di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif. Jakarta: Bulan Bintang, 1980. Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah, Metode dan Wawasan Meneljemah Teks Arab. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004. Chair, Abdul, Linguistik Umum. Jakmta: Rineka Cipta, 1994. Chair, Abdul, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakalta: Rineka Cipta, 2002 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Tata Bahasa Indonesi. Jakmta: Balai Pustaka dan Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988. Hamka, Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera. Jakarta: Uminda, 1982. Hamka, Kenang-kenangan Hidup. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Hamka, Mensyukuri Taftir Al-Azhar. Panji Masyarakat, No. 317. Hamka, Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982. Hamka, TasawufModern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982. Hamka, H. Rusydi, Pribadi dan Marlabat Buya Prof Dr. Hamka. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983. Hanafi, Nurachman, Teori dan Seni Meneljemahkan. NIT: Nusa Indah, 1986. Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamalat), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Cet.ll. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. IT: Balai Pustaka, 1999. Keraf, Gorys, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah, 1994. Lathif, AZ. Azharudin, Fiqh Muamalal, Ciputat: U1N Jakmta Press, 2005. Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grassindo, 2000. Mannan, M. Abdul, Teori dan Praklek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.
Muslehuddin, Muhammad, Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakal1a: Rineka Cipta, 1994. Pateda, Mansoer., Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa, 1987 Perwataatmadja, Kamaen A, Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia. Depok: UsahaKami,1996. Perwataatmadja, Kamaen A. dan Muhammad Syafi'i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992. Cel.!. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung : Pustaka Setia, 1996. Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi al-Qur 'tin, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsepkonsep Kunci. Jakarta: Paramadina, 1996. Rahardjo, M. Dawam, Intelektual Inteligensia dan Perilaka Politik Bangsa. Bandung: Mizan, 1993. Sadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Bam-Van Hoeve, 1982. Samsllri, AnaUsis Bahasa. Jakarta: Erlangga, 1987. Sinllngan, Muchdarsyah, Uang dan Bank, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. SlIma, Muhammad Amin, Studi Ilmu-i1mu AI-Qurtin. I, (JakaI1a: Plisataka Firdaus, 2000. Ya'qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi), Bandllng: Diponegoro, 1994. Ylisuf, Suhendra, Teori teljemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, Bandllng: TP, 1994. Verhaar, 1. W. M., Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995. Wahid,
Abdllrrahman, Benarkah Buya Hamka Seorang Besar? Sebuah Pengantar, dalam Nasir Tamara, BUn/aran Sanusi, dan Vincent Djauhari, Hamka Dimata Hati Ummat, Jakarta: Sinar Harapan, 1984.
Widjono, Hs. Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005. Widyamartaya, A, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisills, 1994. Cet.lV. Wijk, D. Gerth Van, Tata Bahasa Melayu. Jakarta: Djambatan, 1985.