ANALISIS TERHADAP PENYELESAIAN WANPRESTASI NASABAH DALAM AKAD MURABAHAH DI KJKS BMT TARUNA SEJAHTERA CABANG SRATEN KEC. TUNTANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh: Munziroh NIM 21411010
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
ii
MOTTO
Senantiasa Bersabar dalam menghadapi Tantangan maupun Cobaan Hidup
Sabar Itu Susah Sabar Itu Cape Sabar Itu Sakit Sabar Itu Streess Tetapiiii.......... Sabar Itu INDAH
vi
PERSEMBAHAN
Alkhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT dengan izinNya Skripsi ini dapat terselesaiakan dengan baik. Skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang mendukung penulis dalam menuntut ilmu. 1. Bapak Suriyanto dan ibu Sutimah yang telah bersusah payah menuntun perjalanan kaki saya agar tetap berada pada jalan yang di Ridloi Allah SWT. 2. Kang Mas Ahmad Syafi’i yang selalu memberikan dukungan moral maupun material. 3. Bapak Kyai Chalim AS dan Bapak Kyai Chazim AS yang senantiasa men-Charge perjalan hidupku. 4. Abah KH. Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah yang senantiasa memberikan petuah dan doanya. 5. Mas Abdul Aziz yang selalu bersabar dalam memberikan semangat kepadaku dalam perjalanan menuntut ilmu. 6. Keluarga Besar Ya Bismillah (Youth assosiation of Bidik Misi limardhotillah) IAIN Salatiga. 7. Kawan-kawan Hukum Ekonomi Syari’ah 2011 IAIN Salatiga. 8. Seluruh sahabat-sahabat santri PP. Edi Mancoro. vii
KATA PENGANTAR
ّ السّالم عل٘كن ّرحوة َّللا ّبركبت ّ إى الحود ّّلل ًحودٍ ًّستعٌَ٘ ًّستغفرٍ ًّعْذ ّ ببّلل هي سرّر أًفسٌب ّهي سّ٘ئة اعوبلٌب َهي ِٗد ّ ّ أشِد أى ال إلَ إال. َّللا فال هض ّل لَ ّ َهي ٗضلل فال ُبدٓ ل ّ ٍّللا ّأشِد أى هح ّودا عبد أهب بعد. اللِّن صل ّسلن علٔ سّ٘دًب هح ّود ّعلٔ الَ ّصحبَ اجوع٘ي. َّرسْل Puju syukur kehadhirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun dalam mengarungi proses pembelajaran akademik di Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
َلٔ ِدآ ُهه َح َّمو ٍدد َ اللُِّه َّمنsemoga senantiasa tercurahkan َ َلٔ َسِّ٘ل ِددًب َ ُهه َح َّمو ٍدد َّع َ صلِّل ع kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dari dari alam kegelapan menuju ke alam terang benderang yang penuh ilmu pengetahuan. Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah Dalam Akad Murabahah Di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I dalam Hukum Ekonomi Syari‟ah, pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak viii
yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan segala kekurangannya. Karenanya patutlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah. 3. Bapak Ilyya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syariah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama. 4. Ibu Evi Ariyani, M.H. selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah. 5. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik. 6. Bapak Qi Mangku Bahjatullah, Lc. M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penulis skripsi ini. 7. Pengelola BIDIKMISI IAIN Salatiga yang telah membimbing kami serta memberikan kesempatan mendapatkan beasiswa Bidikmisi. 8. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Bapak Muhammad Muhir selaku Manager BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang beserta stafnya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
ix
10. Bapak dan ibu serta saudara dan seluruh kelurga di rumah yang telah mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dan penyusunan skripsi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 11. Keluarga Besar Ya Bismillah IAIN Salatiga sebagai sahabat senasib seperjuangan dalam mengarungi bahtera tholabul ilmi, kebersamaan kita akan menjadi sebuah cerita yang indah kelak. 12. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2011 di IAIN Salatiga. Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan balasan apapun. Penyusun menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran
dari
pembaca
sangat
diharapkan
dalam
rangka
perbaikan
dan
penyempurnaan karya ilmiah ini. Penyusun berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya. Atas bantuan yang diberikan kepada penyusun, semoga Allah SWT memberikan balasan yang layak, Aamin.
ّ ّالسّالم عل٘كن ّرحوة َّللا ّبركبت Salatiga, 26 Agustus 2015 Penulis
Munziroh NIM. 214 11 010 x
ABSTRAK
Munziroh. 2015. Analisis Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah dalam Akad Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang kab. Semarang. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.Si. Kata Kunci: Wanprestasi Nasabah, Akad Murabahah KJKS BMT Taruna Sejahtera merupakan lembaga koperasi yang fokus terhadap simpan pinjam dengan sistem syariah. Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi nasabah dan prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad murabahah serta apakah penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analitik. Yaitu penelitian dengan mengumpulkan data mengenai penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera ditinjau dari hukum Islam. Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer yang berupa data hasil dari wawancara pada obyek yang diteliti dan data sekunder yang berupa AlQur‟an, Hadits, buku, internet dan dokumen resmi yang berkait dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi nasabah pada KJKS BMT Taruna Sejahtera adalah Account Officer (AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya, kondisi usaha anggota sedang menurun, adanya i‟tikad kurang baik dari anggota, berhutang ditempat lain dan proses penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan dilakukan dengan memberikan peringatan secara lisan dengan memberikan jangka waktu sampai akhir bulan, pemberian surat peringatan, akad ulang melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat dan dengan cara mengambil dari simpanan anggota dengan persetujuan anggota. Proses penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah dan Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…….……………………………….……...………...
i
LEMBAR BERLOGO ................................................................................
ii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING….………………….………….
iii
PENGESAHAN……….………………………..………………………....
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………..……………………….
v
MOTTO……………….…………………………………………………..
vi
PERSEMBAHAN…….…………………………………………………...
vii
KATA PENGANTAR.……………………………………………………
viii
ABSTRAK………….…………………………………………………......
xi
DAFTAR ISI……….………………………………………………….......
xii
DAFTAR TABEL…..…………………………………………………….. xiv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...
xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………..............
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………..
5
C. Tujuan Penelitian……………………………………………
5
D. Kegunaan Penelitian………………………………………...
5
E. Penegasan Istilah…………………………………………….
6
F. Sistematika Penulisan……………………………………….
8
BAB II LANDASAN TEORI A. TELAAH PUSTAKA................................………………….
11
B. KERANGKA TEORI.............................................................
15
1. Gambaran Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)…......
15
2. Bai’ Al-Murabahah ....................………….……………...
20
3. Akad/ Sighat ......................................................................
31
4. Wanprestasi .......................................................................
34
Xii
5. Penyelesaian Wanprestasi Nasabah ...................................
35
BAB III METODE PENELITIAN
BAB
A. Metode Pendekatan .............................................................
44
B. Jenis Penelitian ..............................................……….…….
45
C. Lokasi Penelitian………………………........……………
45
D. Sumber Data ...……………………………………………
45
E. Prosedur Pengumpulan Data ...............................................
47
F. Analisis Data .......................................................................
48
G. Pengecekan Keabsahan Data ...............................................
49
H. Tahap-tahap Penelitian ........................................................
50
IV
ANALISIS
HUKUM
ISLAM
TERHADAP
PENYELESAIAN WANPRESTASI NASABAH DALAM AKAD
MURABAHAH
DI
KJKS
BMT
TARUNA
SEJAHTERA CABANG SRATEN KEC. TUNTANG A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Hasil Penelitian ............ B. Analisis
Hukum
Islam
Terhadap
51
Penyelesaian
Wanprestasi pada Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kecamatan Tuntang ....………………………....................................
BAB V
72
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………..
81
B. Saran……………………………………………………….
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keanggotaan KJKS BMT Taruna Sejahtera
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur organisasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Gambar 4.1 Struktur organisasi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang
xv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Fatwa
Dewan
Syari’ah
Nasional
No.
47/DSN-MUI/II/2005
tentang
Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. B. Fatwa
Dewan
Syari’ah
Nasional
No.
48/DSN-MUI/II/2005
tentang
Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah. C. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah. D. Contoh Permohonan Pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera, berupa: 1. Formulir permohonan pembiayaan 2. Foto copy KTP (Suami/ Istri) 3. Foto copy Kartu Keluarga 4. Foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah PKB/ BBN-KB dan SWDKLLJ 5. Foto copy Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor 6. Foto copy BPKB 7. Foto copy Data Realisasi 8. Foto copy Slip Pencairan Pembiayaan 9. Foto copy Putusan Pembiayaan 10. Foto copy Akad Murabahah 11. Foto copy Surat Pernyataan Penyerahan Jaminan BPKB E. Kebijaksanaan dan Ketentuan Pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera F. Pedoman Wawancara G. Biografi Penulis H. Nota Pembimbing Skripsi I. Lembar Konsultasi J. Surat Keterangan Kegiatan K. Surat Keterangan Lulus Ujian Kopmprehensif
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah pada akhir-akhir ini tergolong cepat. Salah satu keyakinannya adalah keyakinan yang kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa perbankan maupun lembaga keuangan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang agama Islam. Selain itu terbukti dengan banyaknya lembaga keuangan syariah termasuk “Baitul Mal Wat Tamwil” yang biasa disebut BMT, sesungguhnya dilatar belakangi oleh pelarangan riba secara tegas dalam alQur‟an. Sementara disisi lain haramnya riba bersifat mutlak dan disepakati oleh setiap pribadi muslim berdasarkan ayat-ayat al-Qur‟an dan ijma‟. Munculnya BMT sebagai lembaga keuangan mikro Islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu lembaga yang dapat mengantarkan masyarakat yang berada di daerah-daerah untuk terhindar dari sistem bunga yang diterapkan pada
bank konvensional (Sumiyanto,
2008:23). Sejalan dengan itu, BMT mulai berdiri dan berkembang sampai daerah-daerah masyarakat menengah ke bawah, sehingga menghindarkannya dari praktik riba pada bank konvensional.
BMT merupakan lembaga keuangan syariah bukan bank yang bergerak dalam upaya memberdayakan umat. Dilihat dari namanya Baitul Maal berarti lembaga sosial yang bergerak dalam bidang penggalangan dana sosial, baik itu zakat, infaq, shodaqoh dan dana sosial lainnya serta menyalurkan dana tersebut untuk kepentingan sosial secara terpola, berkesinambungan dan tentunya sesuai dengan Syariah Islam. Sedangkan Baitul Tamwil berarti lembaga bisnis yang menjadi penyangga operasional BMT. Baitul Tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan, serta menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan usaha atau yang lebih dikenal dengan kredit, dengan system bagi hasil maupun jasa (Ridwan, 2005:126). Dari pengertian tersebut, Baitul Maal Wat Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro Islam sebagai lembaga sosial yang bergerak dalam bidang penggalangan dana sosial dan menyalurkannya pada kepentingan-kepentingan sosial, dan juga bergerak dalam bidang penggalangan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman ataupun pembiayaan. BMT
dalam
memberikan
pembiayaan
kepada
nasabah
harus
menggunakan prinsip kehati-hatian agar terhindar dari pembiayaan bermasalah atau pembiayaan macet. Sekiranya untuk menghindari hal tersebut maka BMT harus menerapkannya secara maksimal. Agar tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak diinginkan. Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah dibuatlah suatu akad atau perjanjian dimana dalam akad tersebut terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi antara kedua belah pihak. Meskipun
fakta menunjukkan bahwa pembiayaan yang sering dilakukan dengan akad murabahah lebih banyak diminati oleh nasabah karena system dan teknik perhitungannya lebih mudah dipahami, namun dalam kenyataannya pada praktek akad murabahah antara BMT dan nasabah masih juga menimbulkan masalah-masalah. Pada
Implementasinya
dalam
melakukan
transaksi
pembiayaan,
sebelumnya antara pihak BMT dan nasabah selalu membuat kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak dan kesepakatan tersebut tertuang dalam sebuah akad pembiayaan, baik itu untuk pembiayaan murabahah, musyarakah atau mudharabah. Dengan demikian keduanya secara otomatis telah terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah dibuat bersama. Akan tetapi dalam praktiknya, kadang dijumpai cedera janji yang dilakukan oleh pihak nasabah dikarenakan tidak melakukan kewajibannya terhadap BMT sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, entah karena keadaan memaksa, secara sengaja ataupun tidak sengaja (Subekti, 1996:1). Kasus pembiayaan bermasalah tersebut terjadinya secara tiba-tiba, karena pada umumnya sebelum mengalami pembiayaan bermasalah, terlebih dahulu akan mengalami tahap bermasalah. Lebih lanjut, apabila pembiayaan memasuki tahap kemacetan maka pihak debitur dianggap telah melakukan wanprestasi atau ingkar janji, dan tentunya hal tersebut merupakan tindakan melawan hukum. Hal tersebut juga dialami oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang, menurut hasil survey pra
lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat banyak kasus dimana nasabah lalai dalam memenuhi kewajibannya. Baik itu karena disengaja maupun tidak disengaja. Nasabah yang sering melakukan hal tersebut diatas kebanyakan dari produk pembiayaan multi barang dengan menggunakan akad murabahah. Dengan adanya kasus tersebut maka nasabah dikatakan telah melakukan wanprestasi. Wanprestasi adalah suatu keadaan dimana nasabah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara pihak KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang dengan anggotanya. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk membahasnya lebih mendalam, karena untuk dapat bertahan dan memperoleh kepercayaan ditengah-tengah persaingan lembaga keuangan Islam khususnya BMT, perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera Cab Sraten Kec. Tuntang dalam mengatasi pembiayaan bermasalah atau wanprestasi nasabah, upaya tersebut berupa tindakan penanganan terhadap nasabahnya sebagai debitur, apabila melakukan wanprestasi atas perjanjian yang telah disepakati ditinjau dari sudut pandang hukum Islam. Dari uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah dalam Akad Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang”.
B. Rumusan Masalah 1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera cabang Sraten Kec. Tuntang? 2. Bagaimana prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang? 3. Apakah penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
wanprestasi dalam akad
yang
mempengaruhi
terjadinya
murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera
Cabang Sraten Kec. Tuntang. 2. Untuk mengetahui prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah dalam wanprestasi nasabah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang. 3. Untuk mengetahui apakah penyelesaian wanprestasi nasabah dalam akad murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI. D. Kegunaan Penelitian Untuk memberikan hasil yang bermanfaat, serta
diharapkan mampu
menjadi dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan
secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini sekiranya dapat berguna diantaranya: 1. Kegunaan Teoritis Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan hukum perjanjian di masyarakat. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang penyelesaian wanprestasi nasabah di BMT. b. Bagi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang Dapat menjadi referensi dalam meningkatkan kinerja manajemen, dan meningkatkan mutu serta kualitas pelayanan terhadap nasabah. c. Bagi Masyarakat adalah untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai prosedur penyelesaian wanprestasi nasabah pada BMT. E. Penegasan Istilah Adapun dalam penulisan ini agar tidak terjadi kekurangjelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti dalam menafsirkan maksud dari judul maka penulis memberi pengertian sebagai berikut. 1. Wanprestasi Wanprestasi
sebagaimana
diamanahkan
dalam
pasal
1238
KUHPerdata yang isinya “si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat
perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menerapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Menurut Ariyani (2012:19) wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi. Dalam penelitian yang akan peneliti teliti wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana nasabah KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang tidak bisa melaksanakan kewajibannya karena kesalahan atau kelalaiannya dengan sengaja atau tidak sengaja sebagai nasabah dalam akad yang sudah disetujui nasabah dan KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang. 2. Baitul Maal Wat Tamwil Baitul Maal Wat Tamwil secara etimologis, istilah “Baitul Maal” berarti “rumah uang”, sedangkan “Baitut Tamwil” mengandung pengertian “rumah pembiayaan” (Yunus, 2009:5). BMT memiliki dua fungsi yaitu: pertama, Baitul Maal menjalankan fungsi untuk memberi santunan kepada kaum miskin dengan menyalurkan dana ZIS (zakat, infaq, shodaqoh) kepada
yang berhak; kedua, Baitul Tamwil menjalankan fungsi
menghimpun simpanan dan membiayai kegiatan ekonomi rakyat dengan menggunakan sistem syariah (Putra, 2008). 3. Nasabah yaitu orang yang biasa berhubungan dengan Bank atau menjadi pelanggan Bank dalam hal keuangan (Poerwadaminta, 2006:795). Nasabah
yang dimaksudkan diatas adalah nasabah di KJKS BMT Taruna Sejahtera cabang Sraten Kec. Tuntang. 4. Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Dewi, 2006:47). Sedangkan akad menurut Anwar (2010:68) yaitu pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya. Jadi maksud akad dalam pembahasan ini adalah suatu perjanjian antara nasabah dengan KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang yang telah disepakati bersama dimana dengan akad tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap objek yang diperjanjikan. 5. Murabahah adalah istilah dalam Fikih yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan yang diinginkan (Ascarya, 2011:81). F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Penegasan Istilah F. Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka B. Kerangka Teori 1. Gambaran Umum BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) 2. Bai’ Al-Murabahah 3. Akad/ Sighat 4. Wanprestasi 5. Penyelesaian Wanprestasi Nasabah BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan B. Jenis Penelitian C. Lokasi Penelitian D. Sumber Data E. Prosedur Pengumpulan Data F. Analisis Data G. Pengecekan Keabsahan Data H. Tahap-tahap Penelitian BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Hasil Penelitian B. Analisis Data
1. Analisis
Terhadap
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Wanprestasi pada Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kecamatan Tuntang 2. Analisis Terhadap Model-Model Penyelesaian Wanprestasi pada Pembiayaan Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kecamatan Tuntang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
A. TELAAH PUSTAKA Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini yaitu terdapat beberapa penelitian terkait tentang penelitian BMT pada umumnya dan tentang pembiayaan bermasalah pada khususnya sudah banyak dilakukan sebelumnya. Upaya untuk melihat posisi penelitian dalam penelitian ini, menjadi penting untuk dideskripsikan penelitianpenelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. 1. Apriya Rukmala Sari. Skripsi. 2011. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul kajian Penyelesaian Wanprestasi dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor dengan Jaminan Fidusia (Studi kasus di PT. Mandiri Tunas Finance). Skripsi tersebut membahas tentang bentuk dan isi perjanjian kredit, cara penyelesaian wanprestasi dan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan Fidusia di PT. Mandiri Tunas Finance. Hasil dari penelitian tersebut adalah: a. Bentuk perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan Fidusia di PT. Mandiri Tunas Finance merupakan perjanjian tertulis yang dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan.
b. Dari wanprestasi yang ditemukan, upaya penyelesaian wanprestasi didasarkan pada beberapa keadaan, diantaranya: 1) Keterlambatan pembayaran (over due) 2) Penarikan obyek pembiayaan 3) Pengajuan gugatan perdata ataupun pelaporan tindak pidana. c. Hambatan-hambatan yang dialami oleh PT. Mandiri Tunas Finance dalam penyelesaian wanprestai dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor dengan jaminan Fidusia adalah: 1) Obyek jaminan telah dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan PT. Mandiri Tunas Finance. 2) Obyek jaminan hilang atau musnah. 2. Heri Saputra. Skripsi. 2013. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul Srategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali. Skripsi tersebut membahas tentang faktor penyebab pembiayaan bermasalah, strategi pihak BMT Syariah Sejahtera Boyolali dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah dan upaya yang dilakukan oleh KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali untuk menanggulangi pembiayaan bermasalah supaya tidak terjadi lagi. Hasil dari penelitian tersebut adalah: a. Faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah dari pihak nasabah diantaranya tidak adanya i‟tikad baik dari nasabah. Sedangkan dari pihak KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali diantaranya kurang teliti dalam memberikan pembiayaan.
b. Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Syari‟ah Sejahtera Boyolali adalah 1) Strategi
administrative
(peringatan,
pemanggilan
kemudian
mendatangi rumah nasabah). 2) Strategi rescheduling (penjadwalan kembali). 3) Srategi penyitaan/ atau eksekusi jaminan. 4) Strategi penghapus bukuan/ write off c. Upaya pencegahan supaya tidak terjadi lagi pembiayaan yang bermasalah di KJKS BMT Syariah Sejahtera Boyolali diantaranya yaitu tidak memberikan pembiayaan lagi bagi nasabah yang kena blacklist dan meningkatkan pengawasan internal. 3. M. Irham. Skripsi. 2013. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Penyelesaian Kredit Macet di BMT Kube Sejahtera 020 Tlogoadi Mlati Sleman Yogyakarta. Skripsi tersebut membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap bagaimana cara penyelesaian kredit macet yang diterapkan oleh BMT Kube Sejahtera 020 Tlogoadi Mlati Sleman Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah menurut hukum Islam cara penyelesaian kredit macet yang diterapkan oleh pihak BMT dengan cara pemutihan atau penghapusan hutang tidak sah, karena tidak sesuai dengan hukum Islam, karena dalam hukum Islam hutang diwajibkan untuk dibayar dan pada pelaksanaan cara penyelesaian tersebut merugikan salah satu pihak. Akan tetapi dapat sesuai dengan hukum Islam apabila anggota
dari pihak BMT sebagai pemilik modal mengijinkan untuk adanya pemutihan dan penghapusan dalam daftar hutang piutang. 4. Paramitha Try Andini. Skripsi. 2011. Universitas Andalas Padang. Judul Penyelamatan
dan
Penyelesaian
Pembiayaan
berdasarkan
Prinsip
Murabahah pada Bank Nagari Unit Syariah Padang. Skripsi tersebut membahas tentang langkah-langkah, bentuk penyelesaian dan kendalakendala dalam menghadapi pembiayaan murabahah yang bermasalah di Bank Nagari Unit Syariah Padang. Hasil atau kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: a. Upaya yang ditempuh oleh bank dalam menghadapi pembiayaan bermasalah adalah dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian pembiayaan (restructuring) berupa perpanjangan waktu pembiayaan (rescheduling). b. Upaya penyelesaian sengketa oleh bank adalah melalui dua jalur, yaitu jalur litigasi (penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan) dan jalur non litigasi (penyelesaian sengketa yang dilakukan diluar pengadilan). c. Kendala yang dihadapi bank diantaranya pembiayaan bermasalah akan diselesaikan jika ada i‟tikad baik dari nasabah. 5. Riyanti. Skripsi. 2010. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Judul Penyelamatan Wanprestasi dalam Pembiayaan Murabahah Study Kasus di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta. Skripsi tersebut membahas tentang faktor-faktor penyebab wanprestasi dalam pembiayaan Murabahah
dan penyelesaian wanprestasi dalam pembiayaan Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Cabang Surakarta. Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian yang ada. Karena dari penelusuran karya ilmiah yang dilakukan oleh peneliti belum ditemukan yang secara spesifik membahas tentang analisis terhadap penyelesaian nasabah wanprestasi di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang.
B. KERANGKA TEORI 1. Gambaran Umum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) a. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usahausaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti; zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial (Sudarsono, 2003:84). Secara kelembagaan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetapkan usaha kecil. Dalam prakteknya, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menetapkan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan pada gilirannya Baitul Maal wat Tamwil (BMT) menetapkan usaha kecil. Keberadaan Baitul Maal wat
Tamwil (BMT) merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana Baitul Maal wat Tamwil (BMT) itu berada, dengan jalan ini Baitul Maal wat Tamwil (BMT) mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat (Sumiyanto, 2008:24-25). b. Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Berdirinya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) sangat dibutuhkan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah, maka dari itu berdirinya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) memiliki beberapa tujuan seperti: 1) Meningkatkan
program
pemberdayaan
ekonomi,
khususnya
dikalangan usaha mikro, kecil menengah dan koperasi melalui sistem syariah. 2) Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya. 3) Meningkatkan semangat dan peran anggota masyarakat dalam kegiatan koperasi jasa keuangan syariah. Selain beberapa tujuan tersebut, menurut Sudarsono (2003:85) keberadaan BMT mempunyai beberapa peran: 1) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non syariah. 2) Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
3) Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. 4) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. c. Keanggotaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, BMT memerlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam BMT tersebut. Struktur organisasi BMT meliputi: 1) Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok, yang memegang kekuasaan tertinggi dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT. 2) Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT. 3) Pembina Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya. 4) Manajer, bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya. 5) Pemasaran, bertugas mensosialisasikan dan mengelola produkproduk BMT. 6) Kasir, bertugas melayani nasabah.
7) Pembukuan, bertugas melakukan pembukuan atas aset dan omset BMT. Bentuk struktur organisasi BMT diilustrasikan sebagai berikut. Gambar 2.1 RAT (Rapat Anggota Tahunan) DEWAN PENGAWAS SYARIAH BADAN PENGURUS
MANAGER
KEPALA OPERASIONAL
KEPALA MARKETING
KEPALAKEPALA CABANG
KEPALAKEPALA UNIT USAHA
d. Prinsip Operasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Sudarsono (2003:89-90) dalam bukunya mengatakan, dalam menjalan usaha BMT menggunakan 3 prinsip: 1) Prinsip bagi hasil. Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT. a) Al-Mudharabah
b) Al-Musyarakah c) Al-Muzara’ah d) Al-Musaqah 2) Sistem jual beli. Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang
telah
dibelinya
tersebut
dengan
ditambah
mark-up.
Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana. a) Bai’ al-Murabahah b) Bai’ as-Salam c) Bai’ al-Istishna d) Bai’ al-Bitsaman Ajil 3) Sistem non profit. Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja. a) Al-Qordhul Hasan 4) Akad bersyarikat. Akad bersyarikat adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dan masing-masing pihak mengikutsertakan modal (dalam
berbagai
bentuk)
dengan
keuntungan/kerugian yang disepakati. a) Al-Musyarakah b) Al-Mudharabah
perjanjian
pembagian
5) Produk pembiayaan. Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu. a) Pembiayaan al-Murabahah (MBA) b) Pembiayaan al-Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) c) Pembayaan al-Mudharabah (MDA) d) Pembiayaan al-Musyarakah (MSA) 2. Bai’ Al-Murabahah a. Pengertian Bai’ Al-Murabahah Dalam kamus Arab-Indonesia karangan Yunus (2010: 75) Bai’ Al-Murabahah berasal dari kata Bai’ ( )بَْ٘عyang berasal dari – بب َ َع – َٗبِد ْ٘ ُهع بَْ٘عب ًاyang berarti menjual atau dengan kata lain jual beli dan kata ribhun ( )ر ْب ٌح ِدyang berasal dari
َربِد َ – َٗرْ بَ ُه – ِدربْحب ًاyang berarti berlaba atau
beruntung (Yunus 2010: 136). Jadi Bai’ Al-Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli dimana harga kulakan keuntungan yang diambil atau diperoleh penjual disampaikan kepada pembeli. Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas oleh para ulama terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan bentuk akad jual beli. Dari sekian banyak itu, ada tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu bai’ almurabahah, bai’ as-salam dan bai’ al-istishna’.
Bai’ al- Murabahah termasuk dalam jual beli. Menurut Muslich (2010:174) jual beli adalah tukar menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang dengan uang, atau uang dengan uang. Menurut istilah syara‟ jual beli terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama mazhab. 1) Hanafiah, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti: a) Arti khusus. Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya menurut cara yang khusus. b) Arti umum. Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang. 2) Malikiyah, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti: a) Arti umum. Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. b) Arti khusus. Jual beli adalah akad mu’awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan, bersifat mengalahkan salah satu imbalannya bukan emas dan bukan perak, objeknya jelas dan bukan utang. 3) Syafi‟iyah. Jual beli menurut syara‟ adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang
akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. 4) Hanabilah. Jual beli menurut syara‟ adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang (Muslich, 2010:175-177). Bai’ al- Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Bai’ alMurabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Antonio, 2001:101). Misalnya, pedagang eceran membeli handphone dari penjual grosir dengan harga Rp 900.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp 199.000,00. Pada umumnya, si pedangan eceran tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon pembeli dan mereka sudah menyepakati tentang lama pembiayaan, besar keuntungan yang akan diambil pedagang eceran, serta besarnya angsuran kalau memang akan dibayar secara angsuran. b. Dasar Hukum Bai’ Al-Murabahah Dasar hukum Bai’ Al-Murabahah terdapat didalam al- Qu‟ran, sunnah dan ijma‟ para ulama‟. 1) Dasar hukum dari al- Qur‟an
a) Q.S. al-Baqarah: 275.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orangorang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan; dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (Al-Qu‟ran dan Terjemahnya). b) Q.S. an-Nisaa‟: 29.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu” (Al-Qu‟ran dan Terjemahnya).
2) Dasar hukum dari sunnah antara lain: a) Hadits Rifa‟ah ibnu Rafi‟
ّ ٔصلَّم َُّّٕللاُه َعلَ ْ٘ ِدَ َّ َسلَّم َن ُهسئِد َل أ َ ٖ ع َْي ِدرفب َ َعةَ ْب ِدي راَفِد ٍدع أَ َّمى الٌَّمبِد َّم ْ َب أ . َع َو ُهل ال َّمر ُهج ِدل بِدَ٘ ِدد ِدٍ َّ ُهكلُّ بَ٘ ٍدْع َه ْبرُهّْ ٍدر: طَ٘بُه ؟ قب َ َآ ْال َك ْس ِد “Dari Rifa‟ah ibnu Rafi‟ bahwa Nabi SAW ditanya usaha apakah yang paling baik? Nabi menjawab: Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Al-Hakim). b) Hadits Ibnu „Umar
ّ ٔصلَّم ّ َع ِدي ا ْب ِدي ُهع َو َر قب َ َآ قب َ َآ َرسُهْْ ُهآ التّب َ ِدج ُهر: ّللاُه َعلَ ْ٘ ِدَ َّ َسلَّم َن َ ّللاِد ال َّم .ل ُهدّْ ُه ْااَ ِده٘ ُهْي ْال ُهو ْسلِد ُهن َه َع ال ُّلَِداَ ِد َْْٗ َم ْال ِد٘ب َ َه ِدة “Dari Ibnu „Umar ia berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: pedagang yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat” (HR. Ibnu Majah). 3) Dasar hukum dari ijma‟ para ulama‟ Para ulama dan seluruh umat Islam sepakat tentang dibolehkannya jual beli, karena hal ini sangat dibutuhkan oleh manusia pada umumnya (Muslich, 2010:179). Ayat tersebut jelas disampaikan bahwa Allah menghalalkan jual beli. Pada ayat tersebut ayat dihalalkannya jual beli diiringi dengan diharamkannya riba, sangat jelas bahwa dalam jual beli sangat rentan sekali dengan riba. Oleh karena itu jual beli akan menjadi haram ketika terdapat riba di dalamnya. Riba merupakan pengambilan tambahan dari harga pokok atau modal secara batil.
c. Rukun dan Syarat Sah Bai’ Al-Murabahah Dalam praktek perbankan syariah, bai’ al- Murabahah disamakan dengan jual beli. Sehingga rukun dan syaratnya sama dengan jual beli. Menurut Wahbah Zuhaili sebagaimana dikuti oleh Muslich (2010:180) rukun jual beli menurut jumhur ulama yaitu: 1) Penjual, 2) Pembeli, 3) Shighat, dan 4) Ma’qud ’alaih (objek akad). Adapun syarat-syarat jual beli yaitu sebagai berikut. 1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: 1) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya, 2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual, 3) Membatalkan kontrak (Antonio, 2001: 102).
d. Beberapa Ketentuan Umum dalam Bai’ Al-Murabahah Menurut Antonio (2001:105-106), terdapat beberapa ketentuan di luar syarat dan rukun bai’ al- Murabahah namun berhubungan dengan pelaksanaan bai’ al- Murabahah pada praktiknya. 1) Jaminan Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan/ bank) dapat meminta si pemesan (pemohon/ nasabah) suatu jaminan (rahn) untuk dipegangnya. Dalam teknis operasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran utang. Misalnya, bai’ almurabahah dengan objek sepeda motor beserta kelengkapannya, maka BPKB dari motor tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan. 2) Penundaan Pembayaran oleh Debitor Mampu Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang
menunda
penyelesaian
utangnya
dalam
bai’
al-
murabahah ini. Bila seorang pemesan menunda penyelesaian utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan: mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali utang itu dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat penundaan. Rasulullah SAW. pernah mengingatkan pengutang yang mampu tapi lalai dalam membayar, yakni dalam salah satu haditsnya yang berbunyi:
ْ َه ضَُه َّ ُهع ُه ْْبَتُهَُه ط ُهل ْال َغٌِد ِّلٖ ظُه ْل ٌحن ُٗه َحلُّ ِدعرْ ُه “Yang melalaikan pembayaran utang (padahal ia mampu) maka dapat dikenakan sanksi dan dicemarkan nama baiknya (semacam black list-pen)”. 3) Bangkrut Jika pemesan yang berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi dan bukan karena lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali. Firman Allah SWT. Q.S. al-Baqarah: 280.
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui” (Al-Qur‟an dan terjemahnya). e. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah 1) Alat yang digunakan a) Aplikasi Permohonan Pembiayaan (APP) b) Form pendapatan dan pengeluaran keluarga (PPK) c) Foto copy KTP anggota dan atau istri dan suami d) Foto copy KK anggota 2) Pihak yang terlibat a) Customer Service b) Manager
c) Anggota Pembiayaan 3) Prosedur a) Customer Service (1) Menyampaikan salam kepada anggota dan menanyakan maksud kedatangannya. (2) Menanyakan beberapa informasi kepada anggota yang berkaitan dengan kebijakan pembiayaan di BMT (wilayah, jangka waktu, plafond, jenis pekerjaan dan jenis usaha). (3) Bila data nomor 2 tidak terpenuhi, maka pengajuan pembiayaan tidak dapat dipenuhi. (4) Bila data nomor 2 masih memenuhi kebijakan, maka anggota dipersilahkan untuk mengisi APP dan PPK dan menandatanganinya. (5) Menerangkan proses pembiayaan di BMT serta beberapa kebijakan yang ada. (6) Membubuhkan tanggal penerimaan dan nama serta paraf Customer Service pada lembar APP dan mengisi kolom rekomendasi jika dibutuhkan. (7) Meminta denah rumah/ lokasi usaha. (8) Bila yang menerima Manager lanjutkan ke prosedur wawancara. (9) Fotocopy identitas bila ada (minimal KTP dan atau KK/ kartu identitas lainnya).
(10) Menyampaikan
pada
anggota
agar
3
hari
lagi
menghubungi BMT lewat telepon (untuk anggota yang tidak berkelompok di pasar/ non-pasar). (11) Mengucapkan salam dan terima kasih sebagai penutup. (12) Menulis data pengajuan anggota pada buku registrasi pengajuan pembiayaan. (13) Menyampaikan APP pada Manager. (14) Meminta agar Manager membuat komitmen mulai proses. (15) Menulis pesan pada buku pengajuan. (16) Menyampaikan pesan Manager kepada anggota saat anggota menghubungi. b) Manager (1)Menerima APP dan PPK serta kelengkapan lainnya dari CS. (2)Memerikasa kelengkapan APP, isi APP dan berkas yang ada: minimal foto copy KTP. (3)Menanyakan hal-hal yang penting: lokasi, jenis usaha. (4)Membubuhkan tanggal penerimaan pada kolom tanggal penerimaan. (5)Menyampaikan pesan untuk anggota yang mengajukan kepada yang menyerahkan APP (Sumiyanto, 2008:175176).
f. Penilaian Permohonan Pembiayaan Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan, menurut Sumiyanto (2008:165-167) seorang petugas bagian pembiayaan pada BMT harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang dikenal dengan unsur 5C, 7P dan 3R. 1) Unsur 5C terdiri dari: a) Character. Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur, untuk memperkirakan debitur mampu atau tidak dalam memenuhi kewajibannya. b) Capacity. Penilaian secara subyektif tentang kemampuan debitur untuk melakukan pembayaran. c) Capital. Penilaian terhadap kemampuan modal atau usaha yang dimiliki debitur. d) Collateral. Collateral adalah jaminan milik debitur. Penilaian terhadap barang yang dgunakan sebagai jaminan untuk lebih meyakinkan jika terjadi suatu resiko. e) Conditions. Penilaian terhadap kondisi calon debitur secara umum, khususnya terkait jenis usaha calon debitur. 2) Sedangkan 7P terdiri dari: a) Personality. Penilaian calon debitur dari kepribadian atau tingkah lakunya. b) Party. Penilaian dengan mengklasifikasiakan anggota tertentu berdasarkan modal, loyalitas dan karakternya.
c) Purpose. Penilaian dengan mengetahui tujuan penggunaan pembiayaan. d) Prospect. Penilaian terhadap ukuran prospek usaha calon debitur. e) Payment. Penilaian terhadap ukuran cara calon debitur mengembalikan pembiayaan. f) Profitability. Penilaian terhadap kemampuan debitur dalam mencari laba. g) Protection. Penilaian terhadap kemampuan calon debitur dalam memberikan perlindungan usaha dan jaminan yang ada. 3) Adapun 3R terdiri dari: a) Return.
Pengembalian
dalam
bentuk
keuntungan
atas
penggunaan pembiayaan yang diberikan. b) Repayment. Kemampuan dan kesanggupan anggota untuk membayar kembali semua pembiayaan yang diterima. c) Risk. Kemampuan untuk mengantisipasi risiko kegagalan. 3. Akad/ Sighat a. Pengertian Akad/ Sighat Dalam bahasa Arab lafal akad berasal dari kata: ‘aqada- ya‘qidu‘aqdan. Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya (Dewi, 2006:47). Sedangkan akad menurut Anwar (2010:68) yaitu pertemuan
ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya. b. Rukun dan Syarat Sah Akad/ Sighat Terbentuknya suatu akad (perjanjian) yang sah dan mengikat haruslah dipenuhi rukun dan syarat akad. Rukun terbentuknya akad yaitu: 1) Para pihak yang membuat akad 2) Pernyataan kehendak para pihak 3) Obyek akad 4) Tujuan akad Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak yang melakukan perjanjian. Pasal 1320 KUHPerdata telah diatur syarat sahnya perjanjian, yaitu: 1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (sepakat). 2) Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian. 3) Ada sesuatu hal tertentu. 4) Ada sesuatu sebab yang halal. c. Hak dan Kewajiban yang timbul dari Akad Murabahah Pasal 1473 KUHPerdata menyebutkan bahwa seorang penjual wajib menyatakan dengan tegas untuk apa ia mengikatkan dirinya, dan segala janji yang tidak terang dan dapat diberikan berbagai pengertian, harus ditafsirkan untuk kerugiannya. Isi dari pasal tersebut sama dengan
syarat bai’ al-Murabahah dalam hukum Islam. Menurut Ariyani (2012: 34) hak seorang penjual adalah menerima pembayaran atas harga barang yang diperjualbelikan. Sedangkan menurut Salim H.S yang dikutip oleh Ariyani (2012: 32-34) kewajiban seorang penjual yaitu: 1) Menyatakan dengan tegas tentang perjanjian jual beli tersebut 2) Menyerahkan barang 3) Kewajiban menanggung pembeli 4) Wajib
mengembalikan
kepada
si
pembeli
atau
menyuruh
mengembalikan oleh orang yang mengajukan tuntutan barang, segala apa yang telah dikeluarkan pembeli, segala biaya yang telah dikeluarkan untuk barangnya 5) Wajib menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat tersebut, kecuali telah diperjanjikan 6) Wajib mengembalikan harga pembelian yang diterimanya, jika penjual mengetahui barang yang telah dijual mengandung cacat, serta mengganti segala biaya, kerugian 7) Wajib mengembalikan harga pembelian, apabila ia sendiri mengetahui adanya cacat tersembunyi 8) Jika barang yang dijual musnah disebabkan karena cacat tersembunyi, maka kerugian dipikul oleh si penjual dan diwajibkan mengembalikan uang harga pembelian dan kerugian.
4. Wanprestasi a. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi sebagaimana diamanahkan dalam pasal 1238 KUHPerdata yang isinya “si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menerapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Menurut Ariyani (2012:19) wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi. Menurut Miru (2013a:95) wanprestasi dapat berupa: 1) Sama sekali tidak memenuhi prestasi; 2) Prestasi yang dilakukan tidak sempurna; 3) Terlambat memenuhi prestasi; 4) Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan. b. Akibat Wanprestasi Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain (lawan dari pihak yang wanprestasi) dirugikan. Oleh karena pihak lain dirugikan akibat wanprestasi tersebut, maka pihak yang wanprestasi harus menanggung akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa: 1) Pembatalan kontrak saja; 2) Pembatalan kontrak disertai tuntutan ganti kerugian; 3) Pemenuhan kontrak saja;
4) Pemenuhan kontrak disertai tuntutan ganti kerugian (Miru, 2013a:96). 5. Penyelesaian Wanprestasi Nasabah Menurut
Siamat
(1993:222-223)
untuk
menyelesaikan
dan
menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh usahausaha sebagai berikut: a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang), yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang grace period dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan i‟tikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit. Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. Mengacu pada Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah, yang menetapkan: LKS boleh
melakukan
penjadwalan
kembali
(rescheduling)
tagihan
murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: 1) Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa; 2) Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil;
3) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. b. Reconditioning (Persyaratan Ulang), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Debitur yang bersifat jujur, terbuka dan cooperative yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan dan diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang (Siamat, 1993: 222-223). c. Restructuring
(Penataan
Ulang),
yaitu
perubahan
persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi: 1) Penambahan dana Bank 2) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau 3) Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan (Siamat, 1993: 222-223). Mengacu pada Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah, yang menetapkan: LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad baru) bagi nasabah
yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, tapi ia masih prospektif, dengan ketentuan: 1) Akad murabahah dihentikan dengan cara: a) Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar; b) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan; c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah; d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah. 2) LKS dan nasabah ex-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad: a) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSNMUI/III/2002 tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik; b) Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.07/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau c) Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.
d. Liquidation (Liquidasi), yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha
nasabah
dikembangkan.
yang Proses
sudah
tidak
likuidasi
ini
memiliki dapat
prospek
dilakukan
untuk dengan
menyerahkan penjualan barang tersebut kepada nasabah yang bersangkutan. Sedang bagi bank-bank umum milik negara, proses penjualan barang jaminan dan aset bank dapat diserahkan kepada BPPN, untuk selanjutnya dilakukan eksekusi atau pelelangan (Siamat, 1993:
222-223).
Penyelesaian
wanprestasi
dengan
Liquidation
(liquidasi) dilakukan ketika nasabah sudah benar-benar tidak mampu membayar hutang dan sudah tidak bisa diselesaikan dengan cara penyelesaian Rescheduling (Penjadwalan Ulang), Reconditioning (Persyaratan Ulang) maupun Restructuring (Penataan Ulang). Mengacu pada Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar, yang menetapkan: LKS boleh melakukan penyelesaian (settlement) murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: 1) Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS dengan harga pasar yang disepakati;
2) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan; 3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka LKS mengembalikan sisanya kepada nasabah; 4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah; 5) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS dapat membebaskannya. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Syari‟ah Arbitrase Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan melalui dua bentuk alternatif penyelesaian sengketa. Proses penyelesaian sengketa tertua melalui proses litigasi di dalam pengadilan, kemudian berkembang proses penyelesaian sengketa melalui kerja sama (kooperatif) di luar pengadilan. a. Litigasi Menurut Salim H.S. (2014: 141-142) litigasi merupakan suatu proses gugatan, suatu sengketa diritualisasikan yang menggantikan sengketa sesungguhnya, yaitu para pihak dengan memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang bertentangan. Jadi, litigasi merupakan penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan.
Penggunaan
sistem
litigasi
mempunyai
keuntungan
dan
kekurangannya dalam penyelesaian suatu sengketa. Keuntungannya yaitu: 1) Dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, litigasi sekurangkurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi hasil dan dapat menjamin ketentraman sosial; 2) Litigasi sangat baik sekali untuk menemukan berbagai kesalahan dan masalah dalam posisi pihak lawan; 3) Litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar keterangannya sebelum mengambil keputusan; 4) Litigasi membawa nilai-nilai masyarakat untuk penyelesaian sengketa pribadi; 5) Dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai masyarakat yang terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa. Sedangkan kekurangan litigasi yaitu: 1) Memaksa para pihak pada posisi yang ekstrem; 2) Memerlukan pembelaan (advocasy) atas setiap maksud yang dapat mempengaruhi putusan; 3) Litigasi benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara, apakah persoalan materi (substantive) atau prosedur, untuk persamaan kepentingan dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan fakta yang ekstrem dan seringkali marginal;
4) Menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan; 5) Fakta-fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoalan, para pihak tidak selalu mampu mengungkapkan kekhawatiran mereka yang sebenarnya; 6) Litigasi tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan para pihak yang bersengketa; 7) Litigasi tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu sengketa yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa kemungkinan alternatif penyelesaian (Salim H.S., 2014: 141-142). b. Non Litigasi Non litigasi merupakan bentuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Jalur ini lebih aman dibandingkan jalur pengadilan. Artinya,
lebih
memiliki
banyak
keuntungan
dan
kemudahan
dibandingkan dengan proses sidang di pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini melalui 4 jenis, yaitu: 1) Negosiasi Negosisai merupakan upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif.
2) Mediasi Menurut Salim H.S. (2014: 154-155) salah satu variasi dari mediasi adalah suatu prosedur di mana sengketa pertama kali diselesaikan dengan mediasi dan berikutnya bilamana perlu terhadap isu-isu yang tidak terselesaikan dilakukan melalui arbitrase. Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa mediasi adalah pengikutsertaan pihak ketiga dalam proses penyelesaian sengketa. Dalam proses itu pihak ketiga bertindak sebagai penasihat. 3) Konsiliasi Konsiliasi merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa yang juga dapat ditempuh di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa ini memiliki banyak kesamaan dengan arbitrase, dan juga menyerahkan kepada pihak ketiga untuk memberikan pendapatnya tentang sengketa yang disampaikan oleh para pihak (Miru, 2013b: 117). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa konsiliasi adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak
yang
berselisih
untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut.
mencapai
persetujuan
dan
4) Arbitrase Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dikutip oleh Miru (2013b: 114) Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa. Kelebiahan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini karena putusannya langsung final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Namun penyelesaian sengketa melalui arbitrase juga memiliki kekurangan, yaitu: a) Biaya mahal, pada kenyataannya biaya penyelesaian sengketa melalui arbitrase hampir sama dengan biaya litigasi; b) Penyelesaiannya lambat, walaupun banyak sengketa yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu 60-90 hari, namun banyak juga penyelesaian yang memakan waktu panjang atau lebih dari 90 hari (Miru, 2013b: 115-116).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan Penelitian
ini
merupakan
field
research
dengan
menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Maslikhah (2013:319) field research atau penelitian lapangan adalah penelitian yang didasarkan pada pengumpulan data empiris di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan terjun langsung ke KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang untuk menggali informasi yang dibutuhkan peneliti. Menurut McMillan & Schumacher (2003) dalam tulisannya Siti Apipah (2012) yang dikutip oleh Maslikhah (2013:319) pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Menurut Milles dan Michael (1992: 2) penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoretis baru (Maslikhah, 2013:319).
B. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang bersifat deskriptif analitik, yaitu dimana memaparkan dimana memaparkan serta menggambarkan keadaan dan fenomena yang lebih jelas mengenai situasi yang terjadi (Nasution, 1996: 24). Peneliti menggambarkan dan meneliti tentang keadaan yang terjadi pada KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang, kemudian mendeskripsikan tentang strategi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah atau wanprestasi anggota. C. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh peneliti yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang yang berada di Pertigaan Patung Gajah Sraten Jl. Raya Salatiga-Muncul, Desa Sraten. D. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber data tertulis, foto dll) (Moleong, 1989: 157). Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis dan atau melalui perekaman video/ video tapes, pengambilan foto, atau film. Ada dua macam sumber data dalam penelitian ini untuk mendukung informasi atau data yang akan digunakan dalam penelitian, dua sumber data
tersebut adalah: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (Ali, 2009: 106). Menurut Azwar (1997: 91) sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dalam penelitian ini adalah informan kunci yaitu Pengurus KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang yang merupakan pengelola BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya Al-Qur‟an, Hadits, buku-buku literatur, internet dan dokumen-dokumen resmi yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Buku-buku referensi ialah: koleksi buku yang memuat informasi yang spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi diantaranya kamus, baik umum ataupun biografi, buku indeks, buku biografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu, dan sebagainya (Zed, 2004: 10). Data sekunder merupakan sumber data tambahan yang bersumber dari data tertulis di luar data primer, seperti: buku, arsip-arsip, brosur-brosur, akad murabahah di KJKS BMT Taruna
Sejahtera dan dokumen resmi lainnya. Data ini diperoleh dari buku-buku atau dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian, dalam penelitian ini ialah buku atau dokumen yang berkaitan dengan KJKS BMT Taruna Sejahtera dan produk pembiayaannya. E. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan (Ali, 2009: 107). Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut: a. Wawancara mendalam (in-depth) Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan
tujuan
tertentu.
Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan dua tahap, pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga menemukan informasi yang lebih banyak dan penting sampai menemukan titik jenuh (Maslikhah, 2013:321). Pada penelitian ini peneliti akan menanyakan hal-hal yang terkait dengan penelitian dengan cara tanya jawab secara lisan. Adapun wawancara yang dilakukan ditujukan kepada Pengurus BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang yang merupakan pengelola BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang.
b. Observasi (pengamatan) Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Menurut Sukardi (2005: 79) Observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya ditengah-tengah kegiatan responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Adapun teknik observasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah terjun langsung ke lapangan yang hendak diteliti yakni ke kantor KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang, melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian yang pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau situasi yang sedang terjadi pada BMT tersebut. c. Dokumentasi Merupakan suatu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/ hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyeledikan. F. Analisis Data Menurut Lexy J. Moleong (2002: 103) proses analisa dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul. Guna memperoleh data yang jelas dalam memberikan, menyajikan dan menyimpulkan data, maka dalam
penelitian ini digunakan metode analisa deskriptif kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat (Danim, 2002: 41). Tahapan dalam analisis data yang dilakukan adalah penulis akan menggambarkan tentang permasalahan yang ada tentang penyelesaian wanprestasi anggota BMT pada produk pembiayaan murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dengan melihat apakah sudah benar atau belum menurut norma yang ada, yaitu norma hukum Islam. G. Pengecekan Keabsahan Data Mengikuti teori Moleong yang dikutip oleh Maslikhah (2013: 323-324) pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria yaitu
derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan (dependability) dilakukan untuk mengurangi kesalahankesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti). Kepastian (confirmability) dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh
memenuhi
obyektifitas
atau
tidak.
Untuk
melakukan
uji
confirmability ini dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat dan penemuan seseorang juga telah disepakati oleh orang lain secara obyektif. Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli yang membidanginya. H. Tahap-tahap Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan penelitian literaturliteratur tentang penyelesaian wanprestasi nasabah pada BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). 2. Pengembangan Desain Setelah didapati pengetahuan yang cukup tentang penyelesaian nasabah wanprestasi pada BMT (Baitul Maal Wat Tamwil), kemudian peneliti melakukan wawancara dan observasi ke obyek penelitian secara langsung untuk mengetahui bagaimana prosedur penyelesaian nasabah yang melakukan wanprestasi di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang. 3. Penelitian Sebenarnya 4. Penulisan Laporan
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian dan Hasil Penelitian 1. Profil KJKS BMT Taruna Sejahtera a. Latar Belakang Berdirinya KJKS BMT Taruna Sejahtera Krisis Moneter tahun 1997-1998 yang mengakibatkan fluktuatif harga bahan makanan dan input pertanian sejak pertengahan tahun 1997. Selama periode puncak harga krisis pangan di pasar ritel meningkat pada tingkat yang lebih tinggi hingga 3-25 kali lipat pertumbuhan harga sebelum krisis, telah mendorong sekelompok pemuda kota Ungaran untuk membentuk lembaga usaha yang bertujuan untuk meringankan beban rakyat kecil akibat himpitan ekonomi dampak krisis moneter. Sehingga pada tanggal 24 Agustus 1998 setelah peringatan Kemerdekaan RI ke 53 telah berdiri Lembaga Usaha yang diberi nama Koperasi Warung Taruna Sejahtera dengan kegiatan usaha penyaluran sembako khususnya penjualan beras murah dan telah mendapatkan pengesahan badan hukum dari Kementrian Koperasi Pengusaha
Kecil
dan
Menengah
Kabupaten
Semarang
No.:
007/BH/KWK.11.1/IX/1998 tanggal 23 September 1998. Tetapi pada perkembangannya usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan baik dan mengalami kerugian terus menerus, sehingga pada tahun 2000 koperasi menutup usaha penyaluran sembako dan memilih
fokus pada usaha simpan pinjam dengan sistem syariah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan penguatan modal usaha mikro dan kecil yang diberi nama BMT Taruna Sejahtera yang telah mendapatkan pengesahan
Akte
perubahan
Badan
Hukum
No.:
019/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 tanggal 18 Februari 2000. Usaha Simpan Pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum dapat beroperasi dengan baik dan Koperasi tidak mengalami pertumbuhan, sehingga awal tahun 2011 Koperasi melakukan perubahan besar yang meliputi perubahan Manajemen kepegawaian dengan menerapkan IMS (Incentive Manajemen System), perubahan sisten Akuntansi dengan mengimplementasikan Aplikasi Core Banking IBS Realtime serta memperluas jaringan kerja dengan membuka Kantor Kas diseluruh wilayah Kabupaten Semarang. Pada saat yang bersamaan diterbitkan pula produk-produk baru BMT seperti Simpanan Amanah yang berhadiah menarik, Simpanan Berkah dengan bagi hasil yang kompetitif, Simpanan Berkah Bonus berupa kendaraan baik sepeda motor maupun mobil dan Pembiayaan Manfaat. Perubahan dari pola operasional lama ke pola operasional baru membawa dampak pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan aset yang semula pada awal tahun 2011 sebesar 1 Milyar menjadi 14 Milyar di akhir bulan Mei 2013.
Disamping perubahan pola operasional, pada RAT tahun 2012 pada tanggal 27 April 2013 dalam rangka menyesuaikan dengan Undang-undang No 17 tahun 2012, BMT yang semula bernama Koperasi Warung Taruna Sejahtera di Jl. HOS Cokroaminoto dirubah namanya menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Taruna Sejahtera dan alamatnya pindah di Jl. Gatot Subroto No. 133 Mutiara Ungaran Square Kav. 3 Ungaran. BMT Taruna Sejahtera sudah memiliki banyak kantor cabang. Salah satu cabang BMT Taruna Sejahtera yaitu BMT Kantor Kas Sraten yang berada di Pertigaan Patung Gajah Sraten Jl. Raya SalatigaMuncul, Desa Sraten. b. Struktur Organisasi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang Struktur organisasi KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang adalah sebagai berikut. Gambar 4.1 General Manager
Manager
Account Officer (AO)
Kasir/ Teller
Berikut adalah nama-nama pengawas, pengurus dan pengelola KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang, Kab. Semarang berdasarkan hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun tutup buku 2013 adalah sebagai berikut: 1) Pengawas KJKS BMT Taruna Sejahtera meliputi: Ketua
: Munawar, S.Pd.
Anggota
: M. Ircham, S.E. Moh Maknun, S.H.
2) Pengurus KJKS BMT Taruna Sejahtera meliputi: Ketua
: Yahsun, S.E.
Sekretaris
: Jaka Santosa
Bendahara
: Supriyadi
3) Pengelola KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang, Semarang meliputi: General Manager
: Jaka Santosa
Manajer Cabang
: Ahmad Muhir Wibowo
Account Officer (AO) : Ahmad Nurul Huda Dwi Wahyu Utami Anita Tristiawati Kasir/ Teller
: Eka Paramita
c. Visi Misi KJKS BMT Taruna Sejahtera Adapun Visi Misi yang hendak dicapai oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera adalah sebagai berikut:
1) Visi KJKS BMT Taruna Sejahtera Mewujudkan BMT Taruna Sejahtera sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang mampu melayani kebutuhan modal usaha bagi anggota guna menunjang kesejahteraan bersama yang diridhoi Allah SWT. 2) Misi KJKS BMT Taruna Sejahtera a) Pemberdayaan usaha ummat di wilayah Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Semarang; b) Menyelenggarakan usaha Simpan Pinjam untuk melayani anggota sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi; c) Menjalankan usaha Simpan Pinjam yang sesuai prinsip syariah dengan Effektif, Effisien dan Transparan. d. Keuntungan Menjadi Anggota KJKS BMT Taruna Sejahtera 1) Kenyamanan dan ketentraman hati, karena operasional BMT Taruna Sejahtera berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil; 2) Kemudahan dalam pelayanan, karena penyetoran, penarikan dan angsuran dapat dilayani ditempat (rumah, toko atau pasar); 3) Anggota bisa mendapatkan fasilitas pembiayaan (pinjaman) untuk memperkuat modal usaha; 4) Anggota dapat memperoleh informasi saldo pada setiap hari kerja melalui telepon atau HP.
e. Keanggotaan KJKS BMT Taruna Sejahtera Berdasarkan data KJKS BMT Taruna Sejahtera per 31 Desember 2013 keanggotaan KJKS BMT Taruna Sejahtera mengalami kenaikan sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah Anggota Anggota Calon Anggota
2012
2013
791
3.288
1.060
-
Dalam tabel diatas, anggota merupakan nasabah yang sudah memiliki simpanan pokok di KJKS BMT Taruna Sejahtera. Sedangkan calon anggota adalah nasabah yang baru memiliki simpanan saja namun belum memiliki simpanan pokok pada KJKS BMT Taruna Sejahtera. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah anggota KJKS BMT Taruna Sejahtera mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal ini terlihat dari jumlah anggota di tahun 2012 sebanyak 791, kemudian di tahun 2013 menjadi 3.288 anggota karena jumlah anggota bertambah 2.497 di tahun 2013. Jadi, dapat disimpulkan bahwa KJKS BMT Taruna Sejahtera mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan perubahan operasional dari pola lama ke pola baru yang dikelola berdasarkan prinsip syariah. Selain itu, jumlah keanggotaan KJKS BMT Taruna Sejahtera juga mengalami kenaikan yang sangat signifikan
karena KJKS BMT Taruna Sejahtera memberikan banyak keuntungan kepada
nasabah
berupa
kenyamanan
dan
kemudahan
dalam
pelayanannya. 2. Produk-produk KJKS BMT Taruna Sejahtera a. Simpanan Amanah Simpanan Amanah adalah simpanan anggota yang dapat melakukan penyetoran dan penarikan sewaktu-waktu pada jam kerja BMT sesuai kebutuhan anggota, yang dikelola secara halal sesuai syariah. Dana tersebut diperuntukkan untuk membiayai berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan umat. 1) Persyaratan Simpanan Amanah a) Mengisi formulir aplikasi permohonan Simpanan Amanah b) Melampirkan foto copy KTP (yang berlaku) c) Setoran pertama minimal Rp 10.000,d) Setoran selanjutnya minimal Rp 5.000,e) Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000,- (dapat diangsur 10 kali). 2) Fasilitas Simpanan Amanah a) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan sewaktu-waktu pada jam kerja BMT Taruna Sejahtera
b) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat (rumah/ warung/ pasar). 3) Keuntungan Simpanan Amanah a) Dikelola dengan akad mudharabah, bebas riba, menentramkan dan menenangkan hati; b) Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap bulan yang akan ditambahkan pada saldo simpanan; c) Berhadiah menarik (mobil, sepeda motor, TV, kulkas, mesin cuci dll) yang diundi setiap 6 bulan, setiap kelipatan saldo Rp 500.000,- mendapatkan 1 kupon undian, saldo minimal Rp 1.000.000,-; d) Gratis biaya administrasi (saldo simpanan tidak akan berkurang). b. Simpanan Berkah Simpanan Berkah simpanan berjangka anggota, merupakan investasi dengan waktu 1,3,6 dan 12 bulan. Diperuntukkan bagi anggota BMT yang ingin berinvestasi secara halal sesuai dengan syariah. Dana tersebut diperuntukkan untuk membiayai berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan umat. 1) Persyaratan Simpanan Berkah a) Mengisi formulir aplikasi permohonan simpanan berkah; b) Melampirkan foto copy KTP (yang berlaku); c) Setoran minimal Rp 1.000.000,-
d) Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000,- (dapat diangsur 10 kali) bagi anggota baru. 2) Fasilitas Simpanan Berkah a) Jangka waktu 1,3,6 dan 12 bulan; b) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat (rumah/ warung/ pasar); c) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over); d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (pinjaman) di BMT Taruna Sejahtera. 3) Keuntungan Simpanan Berkah a) Dikelola dengan akad Mudharabah, bebas riba, menentramkan dan menenangkan hati; b) Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap bulan yang langsung dibukukan pada simpanan amanah. (1) Jangka waktu 1-3 bulan, nisbah: 33,34 atau setara 12,00% (2) Jangka waktu 6 bulan, nisbah: 36,67 atau setara 13,20% (3) Jangka waktu 12 bulan, nisbah: 40,00 atau setara 14,40% c) Gratis biaya administrasi. c. Simpanan Berkah Bonus Simpanan Berkah Bonus adalah simpanan berjangka anggota, merupakan investasi secara halal sesuai dengan syariah, dengan waktu 12, 24 dan 60 bulan. Diperuntukkan bagi anggota BMT yang ingin mendapatkan bonus mobil atau sepeda motor.
Dana tersebut diperuntukkan untuk membiayai berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan umat. 1) Persyaratan Simpanan Berkah Bonus a) Mengisi formulir aplikasi permohonan simpanan berkah bonus; b) Melampirkan foto copy KTP (yang berlaku); c) Setoran minimal Rp 60.000.000,d) Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000,- (dapat diangsur 10 kali) bagi anggota baru. 2) Fasilitas Simpanan Berkah Bonus a) Jangka waktu 12, 24 dan 60 bulan; b) Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat (rumah/ warung/ pasar); c) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over); d) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan (pinjaman) di BMT Taruna Sejahtera. 3) Keuntungan Simpanan Berkah Bonus a) Dikelola dengan akad Mudharabah, bebas riba, menentramkan dan menenangkan hati; b) Memperoleh bonus berupa mobil atau sepeda motor; c) Gratis biaya administrasi.
d. Pembiayaan Manfaat Pembiayaan Manfaat adalah fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara halal sesuai syariah dengan akad Murabahah (Bai’ Bitsaman Ajil) dan Qardhul Hasan. 1) Pengisian formulir aplikasi permohonan pembiayaan; 2) Foto copy KTP suami/ istri dan foto copy KK; 3) Foto copy rekening listrik/ rekening telepon (bulan terakhir); 4) Slip gaji bulan terakhir (karyawan); 5) Kartu jamsostek (karyawan); 6) Buku tabungan bank dan kartu ATM; 7) Jaminan: a) Sertifikat SHM dan PBB; b) BPKB dan foto copy STNK. Jadi dapat disimpulkan bahwa produk yang ditawarkan KJKS BMT Taruna Sejahtera meliputi produk penghimpunan dan penyaluran dana. Masing-masing produk memiliki persyaratan, fasilitas dan keuntungan yang berbeda. Sehingga nasabah memiliki banyak pilihan untuk menentukan produk yang ditawarkan. 3. Operasional Produk Pembiayaan Manfaat (Pembiayaan Murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Kegiatan utama sebuah lembaga keuangan adalah penghimpunan dana dan penyaluran dana. Semakin banyak jumlah nasabah, maka semakin
banyak pula dana yang dihimpun dan semakin banyak pula dana yang dapat disalurkan. Sehingga keberadaan lembaga semakin kuat. Salah satu cara menyalurkan
dana
dari
masyarakat
adalah
dengan
menyediakan
pembiayaan. Salah satu produk pembiayaan yang ditawarkan BMT Taruna Sejahtera adalah Pembiayaan Manfaat. a. Strategi Pemasaran Produk Pembiayan Manfaat Secara umum, strategi pemasaran yang dilakukan BMT Taruna Sejahtera dalam mensosialisasikan produk-produk yang ditawarkan adalah dengan strategi jemput bola. BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang melakukan sosialisasi produk-produknya di pasar-pasar dan masyarakat yang ada di daerah Sraten dan sekitarnya. Strategi jemput bola yang digunakan oleh BMT Taruna Sejahtera adalah dengan cara menerjunkan pegawai ke lapangan terutama ke pasar-pasar tradisional dengan memberikan brosur dan memberikan informasi secara lisan tentang produk-produk yang ditawarkan. Dengan cara jemput bola ini diharapkan para calon nasabah dapat memperoleh informasi secara rinci mengenai produk-produk yang ada di KJKS BMT Taruna Sejahtera, sehingga nantinya nasabah tertarik untuk menyimpan dananya atau mengajukan pembiayaan di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang Kabupaten Semarang.
Menurut Anita Tristiawati (Account Officer (AO) BMT Taruna Sejahtera
Cabang
Sraten
Tuntang)
strategi
pemasaran
produk
pembiayaan manfaat juga dilakukan seperti produk lainnya. b. Prosedur dan Ketentuan yang berlaku pada Produk Pembiayaan Manfaat 1) Prosedur pengajuan Pembiayaan Manfaat (Pembiayaan Murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang a) Syarat Pembiayaan Untuk menjaga kedisiplinan dan kepatuhan bagi setiap petugas pembiayaan BMT diharuskan mengikuti langkahlangkah dan prosedur proses persetujuan pembiayaan yang telah ditetapkan. b) Permohonan Pembiayaan BMT hanya akan memberikan fasilitas pembiayaan yang diajukan secara tertulis dengan menggunakan formulir yang disediakan. Permohonan pembiayaan berisi: (1) Gambaran umum usaha (2) Rencana/ prospek usaha (3) Perincian penggunaan dana (4) Jumlah dan waktu penggunaan dana (5) Proyeksi pengembalian dana c) Pembiayaan untuk usaha perorangan (1) Pengisian formulir aplikasi permohonan pembiayaan; (2) Foto copy KTP suami/ istri (masih berlaku)
(3) Foto copy Kartu Keluarga (KK); (4) Foto copy rekening listrik/ rekening telepon (bulan terakhir); (5) Surat Keterangan Usaha dari Kelurahan atau SIUP, TDP dan NPWP; (6) Peta lokasi tempat tinggal dan tempat usaha; (7) Daftar barang dan harga barang yang akan dibiayai; (8) Jaminan BPKB dan foto copy STNK; (9) Jaminan sertifikat/ SHM dan foto copy PBB. 2) Ketentuan yang berlaku pada Produk Pembiayaan Manfaat (Pembiayaan Murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang Pembiayaan Manfaat (pembiayaan dengan akad murabahah) adalah pembiayaan dengan akad jual beli barang pada harga asal (harga perolehan) dengan tambahan keuntungan (margin) yang disepakati oleh kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Cara pembayaran dan jangka waktu dari pembiayaan ini disepakati bersama, dapat secara angsuran. Murabahah dengan cara angsuran sering disebut Bai’ Bitsaman Ajil (BBA). Dari hasil RAT tahun tutup buku 2013, dalam rangka pembenahan
peraturan/
kebijaksanaan
pembiayaan
untuk
menghindari resiko kemacetan dibuat kebijakan dalam pembiayaan antara lain:
a) Pembiayaan dapat diberikan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syari‟ah dan memiliki landasan syari‟ah yang jelas; b) Pembiayaan harus didasarkan dengan prinsip hati-hati dan selalu memperhatikan: (1) Pembiayaan akan memberi manfaat pada yang menerima (2) Diyakini bahwa pembiayaan dapat dibayar kembali sesuai dengan perjanjian; c) Kebijakan mengenai jumlah pembiayaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Pemanfaatan pembiayaan oleh calon nasabah (2) Kemampuan calon nasabah untuk membayar kewajiban (3) Likuiditas BMT dengan memperhatikan Cadangan Cash Primer dan Sekunder; d) Persyaratan umum pembiayaan meliputi: (1) Anggota dan calon anggota di wilayah jangkauan BMT (2) Mempunyai usaha atau penghasilan tetap (3) Mempunyai simpanan aktif baik Simpanan Amanah maupun Simpanan Berkah yang sudah berjalan satau bulan (4) Tidak sedang menikmati pembiayaan BMT (5) Tidak memiliki tunggakan (pembiayaan bermasalah) (6) Tidak pernah tersangkut masalah pidana (7) Memiliki karakter dan moral yang baik.
Pembiayaan Manfaat yang ditawarkan oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera mempunyai dua jenis pembiayaan dengan ketentuan tersendiri, yaitu: a. Pembiayaan Manfaat Non Jaminan Pembiayaan Manfaat non Jaminan merupakan pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara syariah yang diberikan dengan tanpa syarat adanya jaminan. Pembiayaan ini ditawarkan dan atau diutamakan kepada nasabah yang sudah menjadi anggota tetap. Anggota yang dimaksudkan adalah nasabah dari produk simpanan di BMT Taruna Sejahtera, yaitu Simpanan Amanah, Simpanan Berkah dan Simpanan Berkah Bonus. Jenis pembiayaan ini diutamakan bagi anggota BMT Taruna Sejahtera karena riwayat anggota selama menjadi nasabah atau anggota di BMT Taruna Sejahtera dapat digunakan sebagai penilaian terhadap nasabah sebelum pengajuan pembiayaan disetujui. Seperti penilaian terhadap karakter, kemampuan nasabah untuk membayar dan kondisi debitur. Pembiayaan Manfaat non Jaminan memberikan pembiayaan dengan tanpa jaminan yang harus dijaminkan terhadap BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang. Namun pembiayaan ini menjadikan Simpanan di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yang dimiliki anggota sebagai jaminan bila terjadi masalah kemudian hari.
b. Pembiayaan Manfaat Jaminan Pembiayaan Manfaat Jaminan merupakan pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang memerlukan modal untuk usaha produktif maupun konsumtif dengan menyertakan jaminan. Pembiayaan ini ditawarkan tidak hanya kepada anggota BMT Taruna Sejahtera, namun juga kepada masyarakat yang bukan anggota dari BMT Taruna Sejahtera. Jenis pembiayaan ini tidak mengharuskan nasabah untuk menjadi anggota dengan membuka rekening simpanan di BMT Taruna Sejahtera. Pembiayaan dapat disetujui bila telah melalui prosedur yang ada pada BMT Taruna Sejahtera, seperti penilaian terhadap calon peminjam, tentang karakter, kemampuan membayar, usaha yang ditekuni dan dilakukan survey ke rumah maupun usaha dari calon peminjam. 4. Wanprestasi Dalam pembiayan sering kali terjadi wanprestasi atau masalah dalam memenuhi prestasi, seperti pada proses angsuran pembayarannya. Pada Pembiayaan Manfaat di BMT Taruna Sejahtera terdapat permasalahan dalam proses pembayaran angsuran seperti telat membayar. Menurut Anita Tristiawati, selaku Account Officer (AO) di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang, keterlambatan membayar angsuran oleh anggota banyak terjadi ketika sudah jatuh waktu membayar
namun anggota tidak membayar. Anggota terlambat membayar dengan memberikan berbagai alasan. Kejadian tersebut merupakan salah satu bentuk wanprestasi yakni terlambat memenuhi prestasi. Keterlambatan pembayaran oleh anggota tersebut merugikan pihak BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang. Salah satu bentuk kerugian yang dialami oleh Account Officer (AO) yang datang ke rumah, toko atau pasar dimana anggota berada namun tidak mendapatkan angsuran/ setoran yang seharusnya dibayarkan oleh anggota. Akibat dari keterlambatan pembayaran oleh anggota memberikan imbas kepada Account Officer (AO) pada akhir bulan untuk menyetorkan setoran yang seharusnya, namun tidak terpenuhi sempurna sehingga gaji untuk Account Officer (AO) terpotong sebab tidak terpenuhinya setoran di akhir bulan. 5. Faktor Penyebab Terjadinya Wanprestasi Faktor penyebab terjadinya wanprestasi oleh anggota pada BMT Taruna Sejahtera yaitu: a. Account Officer (AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. Sehingga dalam proses penilaian calon nasabah kurang teliti; b. Kondisi usaha anggota sedang menurun sehingga tidak dapat membayar angsuran saat waktu yang dijadwalkan; c. Adanya i‟tikad kurang baik dari anggota pembiayaan dengan menundanunda pembayaran dengan memberikan berbagai alasan, misalnya uang
sedang digunakan untuk membayar keperluan lain seperti biaya sekolah dan lain-lain; d. Berhutang ditempat lain. Anggota memiliki hutang yang harus dibayarkan dengan cara mengangsur setiap minggu misalnya. Dengan alasan tersebut anggota pada saat jatuh waktu angsuran pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang beralasan uang sedang digunakan untuk membayar angsuran ditempat lain. 6. Penyelesaian Wanprestasi Setiap terjadi wanprestasi atau pembiayaan bermasalah maka setiap lembaga
keuangan
syariah
seperti
BMT
akan
berupaya
untuk
menyelamatkan pembiayaan. Begitu juga yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang melakukan upaya untuk menyelamatkan pembiayaan yang bermasalah. Dalam perjanjian akad murabahah pada pembiayaan manfaat pada KJKS BMT Taruna Sejahtera, dalam hal terjadi penyimpangan perjanjian jual beli atau silang sengketa antara BMT dengan nasabah, akan diusahakan secara musyawarah untuk mufakat. Apabila mufakat tidak dapat dilakukan maka kedua belah pihak akan menyelesaikan lewat Pengadilan Negeri Ungaran. Upaya-upaya yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dalam menyelesaikan wanprestasi atau pembiayaan bermasalah oleh anggota adalah sebagai berikut:
a. Memberikan peringatan secara lisan kepada anggota agar segera membayar kewajibannya. b. Penyelesaian wanprestasi dilakukan secara kekeluargaan, yaitu dengan memberikan jangka waktu pembayaran kewajiban anggota maksimal sampai akhir bulan. Dengan memberikan tenggang waktu kepada anggota dengan cara menawarkan berapa hari yang dibutuhkan untuk dapat membayar angsuran. Cara ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi dari anggota seperti kondisi keuangan, keluarga dan disesuaikan dengan keperluan lain yang dimiliki anggota. c. Pemberian teguran atau peringatan secara lisan ketika anggota terlambat membayar kewajibannya selama 1 bulan. Upaya ini dilakukan dengan harapan anggota segera dapat membayarkan kewajibannya kepada BMT. d. Pemberian surat peringatan agar segera membayar karena anggota sudah terlambat membayar selama 2 bulan tunggakan. Surat peringatan diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 1 minggu dalam sebulan selama anggota belum memenuhi kewajiban pembayaran. e. Akad ulang atau penataan ulang (restructuring). Upaya ini dilakukan ketika anggota benar-benar tidak mampu membayar angsuran. Proses akad ulang pembiayaan anggota dilakukan melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat. Upaya ini diberikan oleh pihak BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang kepada anggota dengan sebelumnya melakukan survey ke rumah, toko atau pasar dimana anggota bertempat
tinggal maupun melakukan usaha sebagai bukti bahwa anggota benarbenar tidak mampu membayar namun masih memiliki i‟tikad baik untuk membayar. Namun, upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terdapat perbedaan antara pembiayaan manfaat non jaminan dan jaminan. Dalam pembiayaan manfaat non jaminan terdapat jaminan yang berupa simpanan anggota. Ketika sewaktu-waktu anggota mengalami keterlambatan pembayaran angsuran, penyelesaiaanya dengan mengambil sejumlah uang dari simpanan anggota sesuai dengan berapa jumlah angsuran pembiayaan yang harus dipenuhi anggota. Pengambilan sejumlah uang dari simpanan tersebut dilakukan berdasarkan musyawarah dengan anggota yang menghasilkan persetujuan pengambilan dari simpanannya. 7. Kendala-kendala dalam Penyelesaian Wanprestasi Kendala yang dihadapi oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dalam penyelesaian wanprestasi atau pembiayaan bermasalah adalah adanya i‟tikad tidak baik dari anggota untuk membayar angsuran dengan menyertakan berbagai alasan ketika Account Officer (AO) datang ke rumah, toko atau pasar untuk menagih pembayaran angsuran. Hal tersebut dapat mempersulit dalam proses pemenuhan prestasi anggota sendiri. Kendala lain yang dihadapi oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang adalah anggota tidak
mau membayar kewajiban
angsurannya, padahal sudah jatuh waktu pembayaran maupun jatuh tempo
yang sudah diberikan oleh Account Officer (AO) kepada anggota yang terlambat membayarkan kewajibannya. B. Analisis Hukum Islam terhadap Penyelesaian Wanprestasi Nasabah dalam Akad Murabahah di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang Wanprestasi atau pembiayaan bermasalah seringkali terjadi pada lembaga-lembaga keuangan syariah. Faktor penyebabnya pun berbeda-beda, seperti faktor intern dari lembaga keuangan syariah itu sendiri maupun faktor ekstern seperti dari nasabah dari lembaga keuangan syariah tersebut. Faktor intern dapat berupa kurang telitinya pemberian pembiayaan sedangkan faktor ekstern dapat berupa kelalaian nasabah dalam memenuhi prestasi atau kewajibannya terhadap lembaga keuangan syariah tersebut. Wanprestasi nasabah dapat dikategorikan kepada 2 golongan nasabah wanprestasi yaitu: 1. Nasabah tidak mampu membayar. Keadaan nasabah tidak memungkinkan untuk membayarkan kewajibannya karena berbagai hal, seperti keadaan usaha nasabah menurun mengalami kebangkrutan. Keadaan seperti ini nasabah tidak sanggup memenuhi kewajibannya namun masih memiliki i‟tikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya. Proses penyelesaian pembiayaan seperti ini dapat dilakukan dengan rescheduling (penjadwalan ulang, reconditioning (persyaratan ulang) dan restructuring (penataan ulang). 2. Nasabah mampu membayar namun tidak mau membayar. Kondisi nasabah memiliki harta atau kondisi keuangan nasabah sedang baik namun nasabah
tidak mau memenuhi kewajiban prestasinya karena tidak memiliki i‟tikad baik untuk membayarkan kewajibannya dengan berbagai alasan. Pembiayaan bermasalah seperti ini dapat diselesaikan dengan cara Liquidation (Liquidasi) yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. Dari hasil penelitian di lapangan, diperoleh data yang dapat memberikan banyak informasi berkaitan dengan penyelesaian wanprestasi anggota KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dalam pembiayaan murabahah (pembiayaan manfaat). Dari hasil observasi dan wawancara kemudian dokumentasi yang telah peneliti lakukan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi anggota BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terjadi wanprestasi dalam pembiayaan manfaat serta analisis tentang penyelesaian wanprestasi anggota dalam pembiayaan manfaat di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang. Pembiayaan Manfaat pada BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yang menggunakan akad murabahah yaitu fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara halal sesuai syariah dengan keuntungan yang disepakati di awal akad. Jika anggota tidak memenuhi akad yang disepakati maka anggota tersebut melakukan kelalaian dalam perjanjian, yang biasa disebut dengan wanprestasi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wanprestasi pada pembiayaan manfaat pada KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang adalah: 1. Account Officer (AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah sebanyakbanyaknya. Sehingga dalam proses penilaian calon nasabah kurang teliti; 2. Kondisi usaha anggota sedang menurun sehingga tidak dapat membayar angsuran saat waktu yang dijadwalkan; 3. Adanya i‟tikad kurang baik dari anggota pembiayaan dengan menundanunda pembayaran dengan memberikan berbagai alasan, misalnya uang sedang digunakan untuk membayar keperluan lain seperti biaya sekolah dan lain-lain; 4. Berhutang ditempat lain. Anggota memiliki hutang yang harus dibayarkan dengan cara mengangsur setiap minggu misalnya. Dengan alasan tersebut anggota pada saat jatuh waktu angsuran pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten, Tuntang beralasan uang sedang digunakan untuk membayar angsuran ditempat lain. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa dalam penyelesaian anggota wanprestasi atau melalaikan kewajiban anggota dapat diberikan tindakan yang pertama yaitu memberikan peringatan baik secara lisan kepada anggota agar segera membayar kewajibannya. Hal ini dilakukan oleh Account Officer (AO) BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terhadap anggota yang lalai dalam membayar angsuran.
1. Penyelesaian wanprestasi dilakukan secara kekeluargaan, yaitu dengan memberikan perpanjangan waktu pembayaran kewajiban anggota maksimal sampai akhir bulan. Dengan memberikan perpanjangan waktu kepada anggota dengan cara menawarkan berapa hari yang dibutuhkan untuk dapat membayar angsuran. Cara ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi dari anggota seperti kondisi keuangan, keluarga dan disesuaikan dengan keperluan lain yang dimiliki anggota. Upaya penyelesaian wanprestasi ini merupakan upaya penjadwalan kembali (rescheduling) yakni perubahan jadwal pembayaran kewajiban anggota atau jangka waktunya. Cara ini dilakukan kepada anggota (berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh Account Officer (AO) BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang) tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam hal angsuran pada saat tiba waktu pembayaran. Dari penerapan penyelesaian pembiayaan bermasalah diatas sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 48/2005 point tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah dapat dilakukan dengan mengubah jangka waktu pembiayaan, jadwal pembayaran (penanggalan, tenggang waktu) dan jumlah angsuran yakni dengan ketentuan tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa dan perpanjangan tenggang waktu berdasarkan kesepakatan kedua pihak. Hal ini dilakukan apabila terjadi ketidak cocokan jadwal angsuran yang dibuat account officer dengan kemampuan dan kondisi anggota.
2. Upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah selanjutnya dilakukan setelah jangka 1 bulan waktu pembayaran, namun anggota tetap belum melakukan kewajibannya, maka teguran atau peringatan secara lisan akan diberikan kepada anggota yang terlambat membayar kewajibannya. Upaya ini dilakukan
dengan
harapan
anggota
segera
dapat
membayarkan
kewajibannya kepada BMT. Jika anggota masih saja belum membayar akan diberikan lagi surat peringatan agar segera membayar karena anggota sudah terlambat membayar selama 2 bulan tunggakan. Surat peringatan diberikan sebanyak 3 kali dengan jarak 1 minggu dalam sebulan selama anggota belum memenuhi kewajiban pembayaran. Pada penerapan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah ini pihak KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sesuai dengan aturan yang dianjurkan oleh Islam, yaitu dengan memberikan kesempatan dengan cara memperingatkan anggota untuk membayarkan hutangnya. 3. Upaya penyelesaian wanprestasi selanjutnya adalah akad ulang atau penataan ulang (restructuring). Upaya ini dilakukan ketika anggota benarbenar tidak mampu membayar angsuran. Proses akad ulang pembiayaan anggota dilakukan melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat. Upaya ini diberikan oleh pihak BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang kepada anggota dengan sebelumnya melakukan survey ke rumah, toko atau pasar dimana anggota bertempat tinggal maupun melakukan usaha sebagai
bukti bahwa anggota benar-benar tidak mampu membayar namun masih memiliki i‟tikad baik untuk membayar. Strategi penyelesaian wanprestasi lainnya yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yaitu Akad ulang atau penataan ulang (restructuring). Upaya ini dilakukan ketika anggota benar-benar tidak mampu membayar angsuran. Upaya ini diberikan kepada anggota oleh pihak BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang dengan sebelumnya melakukan survey ke rumah, toko atau pasar dimana anggota bertempat tinggal maupun melakukan usaha sebagai bukti bahwa anggota benar-benar tidak mampu membayar namun masih memiliki i‟tikad baik untuk membayar. Upaya penyelesaian wanprestasi dengan akad ulang ini dilakukan oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang melalui KJKS BMT Taruna Sejahtera pusat. Proses
penyelesaian
wanprestasi
dengan
cara
restructuring
(penataan ulang) yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah. Penyelesaian dilakukan dengan membuat akad baru yang disesuaikan dengan keadaan anggota dengan ketentuan: a. Akad murabahah dihentikan dengan cara: 1) Obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar; 2) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan;
3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah; 4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah. b. LKS dan nasabah ex-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad: 1) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27/DSNMUI/III/2002 tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik; 2) Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.07/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh); atau 3) Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah Namun, upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang terdapat perbedaan antara pembiayaan manfaat non jaminan dan jaminan. Dalam pembiayaan manfaat non jaminan terdapat jaminan yang berupa simpanan anggota. Ketika sewaktuwaktu
anggota
mengalami
keterlambatan
pembayaran
angsuran,
penyelesaiaanya dengan mengambil sejumlah uang dari simpanan anggota sesuai dengan berapa jumlah angsuran pembiayaan yang harus dipenuhi anggota. Pengambilan sejumlah uang dari simpanan tersebut dilakukan
berdasarkan musyawarah dengan anggota yang menghasilkan persetujuan pengambilan dari simpanannya. Pembiayaan Manfaat non Jaminan merupakan pembiayaan (pinjaman) guna memenuhi kebutuhan modal anggota untuk usaha produktif maupun konsumtif yang dikelola secara syariah yang diberikan dengan tanpa syarat adanya jaminan. Pembiayaan ini ditawarkan dan atau diutamakan kepada nasabah yang sudah menjadi anggota tetap. Anggota yang dimaksudkan adalah nasabah dari produk simpanan di BMT Taruna Sejahtera, yaitu Simpanan Amanah, Simpanan Berkah dan Simpanan Berkah Bonus. Pembiayaan Manfaat non Jaminan memberikan pembiayaan dengan tanpa jaminan yang harus dijaminkan terhadap BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten, Tuntang. Namun pembiayaan ini secara tidak langsung menjadikan Simpanan yang dimiliki anggota sebagai jaminan bila terjadi masalah kemudian hari. Pelaksanaannya dilakukan ketika jatuh waktu membayar namun anggota tidak dapat membayar. Cara penyelesaian ini dilaksanakan dengan adanya musyawarah antara account officer (AO) dengan anggota yang menghasilkan persetujuan anggota untuk mengambil sejumlah uang dari simpanan anggota untuk digunakan sebagai pembayaran angsuran dari anggota tersebut. Waktu pelaksanaan pengambilan dari simpanan dilakukan tidak menunggu waktu keterlambatan lebih lama lagi, namun ketika account officer (AO) datang ke rumah, toko atau pasar dimana anggota berada untuk mengambil angsuran, jika anggota tidak memiliki uang untuk membayar maka
dapat langsung dilakukan musyawarah untuk pengambilan uang dari simpanan. Jumlah pengambilan simpanan adalah sebanyak kewajiban yang harus dibayarkan oleh anggota. Hal ini dilakukan karena simpanan yang dimiliki anggota dijadikan sebagai jaminan dari pembiayaan oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang. Pelaksanaan penyelesaian wanprestasi melalui pengambilan dari simpanan yang dimiliki oleh anggota di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang telah sesuai dengan Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar, tetapi dilakukan pada obyek yang berbeda yakni dengan mengambil sebesar hutang yang dimiliki anggota tetap dengan tujuan melindungi pembiayaan dari anggota juga menguntungkan kedua belah pihak.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan dari uraian pada bab sebelumnya maka penulis dalam bab ini akan memaparkan kesimpulan dan implikasi yang diperlukan. Maka dengan analisa pada bab IV penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi pada pembiayaan manfaat (murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yaitu: a. Account Officer (AO) kejar target untuk mendapatkan nasabah sebanyak-banyaknya. b. Kondisi usaha anggota sedang menurun; c. Adanya i‟tikad kurang baik dari anggota; d. Berhutang ditempat lain. 2. Prosedur
penyelesaian
wanprestasi
pada
pembiayaan
manfaat
(murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang yaitu: a. Memberikan peringatan secara lisan. b. Memberikan jangka waktu pembayaran maksimal sampai akhir bulan. c. Pemberian peringatan secara lisan ketika anggota terlambat membayar kewajibannya selama 1 bulan.
d. Pemberian surat peringatan karena anggota sudah terlambat membayar selama 2 bulan tunggakan. e. Akad ulang atau penataan ulang (restructuring) dilakukan ketika anggota benar-benar tidak mampu membayar angsuran. Proses akad ulang pembiayaan anggota dilakukan melalui BMT Taruna Sejahtera kantor pusat. f. Penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan manfaat non jaminan dengan mengambil dari simpanan anggota karena tidak dapat membayar pada saat jatuh waktu membayar. 3. Penyelesaian wanprestasi nasabah yang dilakukan oleh KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah dan Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. B. Saran Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan bagi lembaga keuangan syariah pada umumnya dan KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang pada khususnya: 1. Sebagai upaya pencegahan terjadinya wanprestasi pada pembiayaan manfaat (murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang, alangkah baiknya BMT lebih teliti dan berhati-hati lagi dalam hal
pemberian pembiayaan kepada nasabah dan selalu melakukan pengawasan terhadap pembiayaan yang disalurkan. 2. Dalam upaya penyelesaian wanprestasi pada pembiayaan manfaat (murabahah) di KJKS BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Tuntang, sebaiknya tetap menerapakan upaya musyawarah untuk mencapai mufakat dan menjaga hubungan baik dengan nasabah.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an dan Terjemahnya.
PERUNDANG-UNDANGAN Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
BUKU-BUKU Ali, Zainudin. 2009. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani. Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. Ariyani, Evi. 2012. Hukum Perjanjian. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia. Dewi, Gemala, Widyaningsih, & Yeni Salma Barlinti. 2006. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Taruna Sejahtera. 2014. Rapat Anggota Tahunan: Tahun Tutup Buku 2013. Ungaran: KJKS BMT Taruna Sejahtera. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Trust Media. Miru, Ahmadi. 2013a. Hukum Kontrak Bernuansa Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Cet 2.
____________. 2013b. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: Rajawali Pers. Cet 5. Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya. . 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nasution. 1996. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Poerwadaminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press. Cet I. Salim, H.S. 2014. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika. Cet 10. Siamat. 1993. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia. Subekti. 1996. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa. Cet VI. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Cetakan Ketiga. Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: ISES Publishing. Syarifudin, Amir. 1997. Ushul Fiqih Jilid 1. Jakarta: Logos. Yunus, Jamal Lulail. 2009. Manajemen Bank Syari’ah Mikro. Malang: UINMalang Press. Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah. Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
INTERNET Putra,
Joni Eko. 2008. 4 Dimensi BMT, (Online), (https://3kh4.wordpress.com/2008/01/21/4-dimensi-bmt-2/, diakses 29 Juni 2015).
Pedoman Wawancara 1. Bagaimana sejarah (latar belakang) berdirinya BMT Taruna Sejahtera? 2. Apa Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera? 3. Kapan berdirinya BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang? 4. Bagaimana struktur organisasi BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang? 5. Apa sajakah produk-produk pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang? 6. Apakah maksud dari pembiayaan Murabahah? 7. Bagaimanakah prosedur pengajuan dan pemberian pembiayaan Murabahah di BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang? 8. Apakah pada BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang terdapat nasabah yang melakukan wanprestasi dalam pembiayaan Murabahah? 9. Apa
sajakah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
nasabah
melakukan
wanprestasi? 10. Langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang dalam menyelesaikan wanprestasi nasabah dalam pembiayaan Murabahah? 11. Apa saja bentuk penyelesaian nasabah yang melakukan wanprestasi pada BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang? 12. Kendala-kendala apa yang dihadapi oleh BMT Taruna Sejahtera Cabang Sraten Kec. Tuntang dalam penyelesaian wanprestasi nasabah dalam pembiayaan Murabahah?
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Munziroh
Tempat/ tanggal Lahir
: Kab. Semarang/ 02 Juni 1993
Alamat
: Salak 19/04,Cukilan,Suruh, Kab. Semarang 50776
e-mail
:
[email protected]
No Hp
:0856 4384 9569
Riwayat Pendidikan
:
1. RA Cukilan I, Lulus tahun 2000 2. MI Darul Hikam Cukilan I, Lulus tahun 2006 3. MTs Darul Ulum Reksosari, Suruh, Lulus tahun 2008 4. MAN Suruh, Lulus Tahun 2011 5. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
LEMBAR KONSULTASI
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama
: Munziroh
Fakultas/ Jurusan
: Syariah/ Hukum Ekonomi Syariah
NIM
: 21411010
Dosen Pembimbing
: Qi Mangku Bahjatullah, Lc., M.Si.
No 1
Nama Kegiatan
Pelaksanaan
Piagam Penghargaan OPAK STAIN 20 s/d 22 Agustus Salatiga
2
Sertifikat Training
Status
Skor
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
2011 Achievement (AMT)
Motivation 23 Agustus 2011 “Membangun
Mahasiswa Cerdas Emosi, Spiritual, dan Intelektual Melalui AMT” 3
Piagam Penghargaan Orientasi Dasar 24 Agustus 2011 Islam (ODK) STAIN Salatiga
4
Sertifikat Seminar Entrepreneurship dan 25 Agustus 2011 Koperasi
5
Sertifikat User Education (Pendidikan 19 September 2011 Pemakai) oleh UPT Perpustakaan STAIN
Salatiga 6
Piagam Penghargaan Grand Opening 24 September 2011 Nisa‟
“Hypnotherapy”
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
4
Peserta
3
Peserta
4
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
2
(Concentrate
Your Mind, Get Your Achievement) 7
Sertifikat
Penghargaan
Keakraban
Malam 08-09 Oktober
(MAKRAB)
Mahasiswa 2011
Syariah 8
Seminar
Regional
Nasionalisme
“Meningkatkan 26 Oktober 2011
Ditengah
Goncangan
Disintegrasi dan Pengikisan Ideologi Nasional” 9
Sertifikat Pendidikan Dasar Ksei Ke XII 19 November 2011 “Mencetak Ekonom Robbani”
10
Seminar Regional Kebangsaan “Negara 30 November 2011 Islam dalam Tinjauan Islam Indonesia dan NKRI”
11
Piagam
Penghargaan
Penerimaan 3-4 Desember 2011
Anggota Baru (PAB) JQH “Membangun Pribadi Islami dengan Nilai Qur‟ani” 12
Sertifikat Pendidikan KSEI Tingakat 01 April 2012 Lanjut (PKTL) “Melangkah Bersama Ekonomi Syariah”
13
Bedah Buku Himpunan Mahasiswa Islam 14 Mei 2012
(HMI) “Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa” 14
Sertifikat Program Ma‟had Mahasiswa 07 Juli 2012
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
8
Peserta
2
Peserta
8
Peserta
8
Selama 1 Tahun 15
Certificate Has Joined Egypt Course & 08 Agustus 2012 Camp “Holiday Program” Pare
16
Piagam Penghargaan Kegiatan Semalam 13-14 Oktober Sehati
“Satu
Malam
Meningkatkan 2012
Integritas Mahasiswa Syariah” 17
Dialog Publik dan Silaturahim Nasional 10 November 2012 “Kemanakah Arah Kebijakan BBM? Mendorong Subsidi BBM untuk Rakyat”
18
Seminar “Membangun Kesadaran akan 28 November 2012 Pluralisme
dalam
Bingkai
ke-
Indonesiaan; Sudut Pandang Agama, Budaya da Keamanan” 19
Seminar
Nasional
Perbankan
“Peran
Syariah
Lembaga 29 November 2012
dengan
adanya
otoritas jasa keuangan (UU No. 21 Tahun 2011 Tentang OJK)” 20
Seminar Nasional dan Dialog Publik 20 April 2013 “Minimnya
Pasokan
Energi
dalam
Negeri; Pembatasan Subsidi BBM dan
Peran Masyarakat dalam Penghematan Energi” 21
Seminar Nasional “Perjuangan Kaum 30 April 2013
Peserta
6
Peserta
8
Peserta
3
Sie
2
Perempuan dalam Kesetaraan Hukum Islam di Indonesia” 22
Seminar Nasional & Dialog Publik 27 Juni 2013 “Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi”
23
Ijazah Kursus Pembina Pramuka Mahir 03-08 Maret 2014 Tingkat Dasar (KMD) Pengurus Cabang Kota Salatiga
24
25
Sertifikat
Sie
Perlengkapan
Ma‟had 23 Juni 2014
Mahasiswa STAIN Salatiga dalam masa
Perlengkap
kepengurusan 2013/2014
an
Sertifikat
Sosialisasi
Pembinaan 12-13 November
Peserta
4
Peserta
6
Panitia
3
Nasionalisme dan Wawasan Kebangsaan 2014 Dikalangan Perguruan Tinggi Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 26
Seminar
Nasional
“Cegah
Kanker 16 November 2014
Serviks Sebagai Pembunuh No. 1 Wanita Indonesia” 27
Sertifikat Pendidikan Anggota Dasar 06-07 Desember (PAD) Salatiga
Al-Khidmah
Kampus
Kota 2014
28
Sertifikat “Silaturohmi dan Pelatihan 12 April 2015 Ustadz/ustadzah
Panitia
2
Peserta
2
TPA se-Desa Bojong
oleh Tim AMM Kota Gede Yogyakarta” 29
Sertifikat Pelatihan Manajemen TPQ 04 Juli 2015 “Mendongeng Cerita Islam dan Membuat Alat Peraga Edukatif (APE)”
Jumlah Point
Salatiga, 18 Agustus 2015
Illya Muhsin, S.HI., M.Si. NIP. 19790930 200312 1 001