ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH WANITA (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung) Dwi Agustina, Firganefi, Tri Andrisman email :
[email protected]
Abstrak Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan zat adiktif bukan untuk pengobatan dan berlangsung lama yang mengakibatkan gangguan fisik, mental dan sosial. Penyalahgunaan narkotika tidak hanya didominasi oleh pria tetapi juga wanita. Adanya berbagai masalah dalam kehidupan menjadikan wanita terlibat dalam penyalahgunaan narkotika baik sebagai pengguna, pengedar, maupun kurir pengantar narkotika. Penelitian berupaya mengungkapkan permasalahan mengenai aspek yuridis normatif dan empiris tentang faktor penyebab penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita, bagaimanakah upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita dan apakah faktor penghambat dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika oleh wanita. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita dapat dianalisa menggunakan dua pendekatan. Faktor intrinsik meliputi faktor agama, keluarga, intelegensia. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor pergaulan/ pengaruh lingkungan, pendidikan, ekonomi dan paling dominan adalah faktor keluarga. Upaya penanggulangan untuk mengatasi penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita melalui upaya penal dan non penal. Faktor penghambat dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita yaitu faktor penegak hukum, sarana prasarana dan lingkungan/ masyarakat Saran penulis adalah keluarga lebih memberi perhatian kepada anggota keluarganya karena dari keluarga ditanamkan sifat-sifat moral serta nilai agama yang menjadi dasar dari keimanan wanita. Hendaknya upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika non penal pada wanita dengan melalui kontrol sosial dan perhatian dari masyarakat lebih diutamakan serta perlunya penegak hukum lebih tegas dalam menangani penyalahgunaan narkotika pada wanita. Kata Kunci: Faktor Penyebab, Penyalahgunaan Narkotika, Wanita
ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH WANITA (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung) Dwi Agustina, Firganefi, Tri Andrisman email :
[email protected]
Abstract Narcotics abuse is the use of addictive substances not for the treatment and for a long time, resulting in disturbance of physical, mental and social. Abuse of narcotics is not only dominated by men but also women. There were several problems in the life of a woman involved in the abuse of narcotics well as consumers, distributors, as well as narcotics couriers medium. Research is able to express concerns regarding the juridical normative and empirical aspects about the factors that cause narcotic abuse committed by women, how narcotics abuse prevention efforts done by the women and what are the factors inhibiting narcotics abuse prevention efforts done by women. Based on the results of the research concluded that the factors that lead to abuse narcotics made by women can be analyzed using two approaches. Intrinsic factors include the factors of religion, family and intelegensia. Whereas extrinsic factors include social factors / influences the environment, education and the economy .The most dominant is family factor. Prevention efforts to overcome narcotic abuse committed by women through the penal and non-penal facilities. Inhibiting factor in the handling of narcotics abuse committed by female factors namely law factor itself, law enforcement, infrastructure facilities and environment / society. Authors suggestion are to give more attention to the family members because of the family cultivated moral attributes and the religion that became the foundation of faith in women. Non penal narcotics abuse prevention efforts in women should be with through social control and attention from the public, as well as having precedence over strict law enforcement in dealing with narcotics abuse in women. Keywords: Causes, Narcotics Abuse, Women
I. PENDAHULUAN Salah satu penyakit sosial masyarakat adalah penyalahgunaan narkotika. Sudah tidak asing lagi saat ini terdapat zat-zat adiktif yang negatif dan sangat berbahaya bagi tubuh. Pada awalnya narkotika hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas manusia di berbagai negara, tapi kini, narkotika telah menyebar dalam spektrum yang kian meluas. Narkotika telah menjadi problem bagi umat manusia diberbagai belahan bumi. Narkotika yang bisa mengobrak-abrik nalar yang cerah, merusak jiwa dan raga, tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia. Penyalahgunaan narkotika dan obatobatan terlarang dapat mengakibatkan sindrom ketergantungan apabila penggunaannya tidak berada dibawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan dan mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Hal ini tidak saja merugikan bagi pengguna, akan tetapi juga berdampak sosial, ekonomi, dan keamanan nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara.1 Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia, sekarang ini sudah sangat memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus 1
Julianan Lisa Fr dan Nengah Sutrisna W, 2013, Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan dan Hukum, Nuha Medika, Jogjakarta, hlm 26
transportasi yang sangat maju dan pergeseran nilai matrialistis dengan dinamika sasaran opini peredaran gelap. Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat maraknya pemakaian secara ilegal bermacammacam jenis narkotika. Kekhawatiran ini semakin dipertajam akibat maraknya peredaran gelap narkotika yang telah merebak disegala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda dan mengancam kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang kian merebak tidak terlepas dari salah satu ciri barang tersebut yaitu menimbulkan adiksi (ketagihan) yang merusak dalam pengertian penggunaan tidak untuk pengobatan dan secara ilegal. Sedangkan dari sisi masyarakat yang rentan dengan masalah narkotika tertuju pada kelompok generasi muda suatu bangsa, mereka merupakan target narkotika yang paling utama. Namun pengguna narkotika tidak hanya pada generasi muda tetapi pengguna narkotika sudah menjalar ke setiap segi masyarakat, baik itu orang dewasa, remaja, anak-anak, kaya, maupun miskin. Penyalahgunaan narkotika tidak hanya didominasi oleh kaum pria saja tetapi juga kaum wanita. Dengan semakin banyaknya wanita beraktifitas di luar rumah, bekerja maupun dalam aktivitas lain sebagaimana halnya pria, tentu juga berpengaruh dan terpengaruh oleh lingkungan sekelilingnya. Wanita yang sering berada di luar rumah akan memiliki lingkungan pergaulan
yang lebih luas dan memiliki teman dari berbagai kalangan ataupun profesi. Keinginan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan menyebabkan wanita lebih membutuhkan banyak materi untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Tidak akan menjadi suatu masalah apabila wanita dapat mencukupi kebutuhannya namun akan berbeda jika materi tidak mencukupi, akibatnya wanita yang melakukan kejahatan pun semakin meningkat pula. Hal ini dapat dilihat diberbagai media massa tentang berita-berita kriminalitas yang dilakukan oleh wanita. Hal ini menunjukkan betapa tertekannya kondisi sosial kaum wanita di satu sisi, yaitu mulai dari tekanan dalam keluarga sampai kepada masalah ekonomi yang semakin menghimpit, sehingga kontribusi ini menjadikan wanita terlibat dalam penyalahgunaan narkotika baik itu sebagai pengguna, pengedar, maupun kurir pengantar narkotika. Hal ini tentunya sangat merusak masa depan bangsa, karena wanita sebagai ibu maupun calon ibu tentu harus mendidik anak-anaknya. Namun jika seorang ibu tersebut terlibat narkotika akan berpengaruh pada perkembangan generasi penerus bangsa karena akan mengikuti jejak ibunya untuk terlibat narkotika2 Berdasarkan hasil riset Badan Narkotika Nasional (BNN) dari tahun 2007 sd 2011 jumlah tersangka kasus narkoba pada wanita
mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Jumlah Data Tersangka Kasus Narkoba pada Wanita di Indonesia (2007- 2011)3 Tersangka Kasus No Tahun Narkoba Wanita 1 2007 2.862 2 2008 3.035 3 2009 3.119 4 2010 3.366 5 2011 3.702 Sumber: Badan Narkotika Nasional tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas, tersangka pengguna narkoba pada wanita mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007 tersangka pengguna narkoba sebanyak 2.862 kasus meningkat menjadi 3.035 kasus pada tahun 2008 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2009 menjadi 3119 kasus. Pada tahun 2010 pun tersangka pengguna narkoba wanita mengalami peningkatan sampai 3.366 kasus dan pada tahun 2011 mencapai 3.702 kasus. Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkotika pada wanita. (2) Bagaimanakah upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita? (3) Apakah faktor penghambat penang-gulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita?
2
Sulistyowati Irianto, Kriminal Atau Korban, (Studi tentang Perempuan dalam Kasus Narkotika Dari Perspektif Hukum Feminis), MAPPI FHUI, Jakarta, 2010,hlm 56
3
www.bnn.go.id diakses tanggal 03 Oktober 2013 pukul 22.30 WIB
Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dengan wawancara, studi pustaka dan studi dokumen. Sedangkan pengelolaan data melalui tahap editing, klasifikasi data dan sistematisasi data. Data yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk uraian, lalu diinterpretasikan atau ditafsirkan untuk dilakukan pembahasan dan dianalisa secara kualitatif kemudian untuk ditarik suatu kesimpulan secara induktif. Metode berpikir induktif yang digunakan menggunakan penalaran generalisasi. II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Wanita (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung) Wanita dalam keterlibatannya dalam penyalahgunaan narkotika tidak sebatas hanya sebagai pemakai saja tetapi juga sebagai pengedar, kurir maupun pemakai sekaligus pengedar. Wanita banyak dijadikan kurir narkotika oleh bandar narkotika karena tidak mudah dicurigai oleh aparat dan dapat melakukan transaksi dengan aman. Selain itu wanita dijadikan kurir oleh suaminya sendiri untuk menghindari penipuan oleh kurir. Adanya keterikatan sebagai istri menjadikan wanita tidak bisa menolak perintah suaminya tersebut.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkotika pada wanita tentunya membutuhkan teori-teori faktor penyebab kejahatan untuk menganalisisnya. Penulis menggunakan teori biososiologi yang didasarkan bahwa tiap-tiap kejahatan itu timbul karena faktor individu seperti keadaan psikis dan fisik dari pelaku dan juga karena faktor lingkungan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kejahatan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Faktor Intrinsik a. Faktor Agama b. Faktor Keluarga c. Faktor Intelegensia 2. Faktor Ekstrinsik a. Faktor Pergaulan/ Pengaruh Lingkungan b. Faktor Pendidikan c. Faktor Ekonomi Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Undang-undang dan literatur, melakukan wawancara dengan responden, dan analisis dari penulis secara garis besar penulis mengklasifikasikan faktor penyebab penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita kedalam 2 bagian sebagai berikut: 1. Faktor intern Faktor intern adalah faktorfaktor yang terdapat pada individu dan merupakan faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita adalah: a. Faktor agama
Lemahnya keimanan seseorang, sehingga dengan mudah mereka melanggar norma-norma agama, mereka lupa bahwa semua amal perbuatan manusia nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Menurut Diah Gustiniati M, agama merupakan faktor intern yang cukup berpengaruh ter-hadap wanita dalam melakukan suatu perbuatan. Apabila seorang wanita mempunyai dasar agama yang kuat maka tidak mungkin melakukan halhal yang dilarang agama. Sebaliknya apabila dasar agama rapuh maka mudah sekali bagi wanita untuk terjerumus pada perbuatan melanggar hukum seperti halnya penyalahgunaan narkotika. b. Faktor keluarga Pada dasarnya, keluarga merupakan tempat untuk men-curahkan kasih sayang, tempat untuk mendapatkan perhatian dan memperoleh ketenangan. Namun adanya perubahan kondisi keluarga seperti adanya kematian dan perceraian mem-buat timbulnya depresi pada wanita. Berdasarkan wawancara dengan responden narapidana pada Lapas Wanita bahwa perceraian dengan suami menyebabkan stress dan
depresi pada istri. Narkotika dijadikan jalan keluar untuk bisa menenangkan diri dan menimbulkan efek bahagia, walaupun sebenarnya efek bahagia tersebut hanya halusinasi belaka dan tidak menyelesaikan masalah dan hanya akan menimbulkan masalah baru. Faktor keluarga yang lain adalah apabila suami adalah bandar atau pengedar narkotika. Istri akan dipengaruhi suami untuk terlibat dalam peredaran narkotika tersebut. Dengan memanfaatkan istri sebagai kurir narkotika akan menimbulkan rasa aman bagi suami dalam menjalankan bisnis haram tersebut. Banyak terjadi oknum warga negara asing yang sengaja memperistri warga negara Indo-nesia hanya untuk dimanfaatkan sebagai kurir. c. Faktor intelegensia Intelegensia adalah kecerdasan dan kesanggupan seseorang untuk menimbang dan memberi keputusan. Umumnya prilaku jahat mempunyai intelegensia verbal lebih rendah dan wawasan sosial lebih tajam, oleh karena itu mereka mudah terseret ajakan buruk untuk menjadi pengedar narkoba.
Menurut Diah Gustiniati M, jiwa yang lemah dan labil pada wanita dapat dengan mudah dipengaruhi dan cenderung tidak tegar dalam menghadapi permasalahan hidup. Pada akhirnya lebih memilih untuk mencari jalan keluar pada narkotika untuk melupakan masalah mereka tersebut. Ketidakmampuan untuk menimbang sesuatun dengan gelap narkoba baik sebagai pemakai ataupun kurir. 2. Faktor ekstern a. Faktor Pergaulan/ Lingkungan Faktor lingkungan atau masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Pergaulan yang terjadi dalam masyarakat sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan lain sebagainya. Akibat dari pergaulan tersebut dengan sendirinya manusia akan akrab dengan lingkungan dimana manusia itu berada. Dalam lingkungan para pecandu narkotika, semuanya terlibat menggunakan narkotika. Jika salah satu tidak menggunakan narkotika maka dianggap tidak setia kawan.
Menurut Nikmah Rosidah bahwa pergaulan wanita dari kalangan orang berpunya (the have) menganggap bahwa mengkonsumsi narkotika meru-pakan hal yang sudah biasa dan menjadi gaya hidup mereka. Gaya hidup seperti ini dianggap sebagai gaya hidup wanita modern. dan wanita cenderung mempunyai keinginan meniru sekitarnya. Terutama bagi wanita yang masih remaja tentunya pergaulan sangat penting dalam pencarian jati diri mereka. b. Faktor pendidikan Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Wanita rata-rata mereka hanya menempuh pendidikan sampai jenjang SMA. Tidak sedikit dari mereka yang hanya menempuh pendidikan sampai jenjang SD dan SMP. Selain itu banyak dari mereka yang putus sekolah. Sehingga pemahaman mereka tentang bahaya narkoba tidak diketahui dengan baik. Sosialisasi tentang bahaya narkoba juga tidak pernah mereka dapatkan. Baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang rendah mengakibatkan daya tangkap menjadi kurang dan pada akhirnya wanita
memiliki pengetahuan yang terbatas pula. c. Faktor ekonomi, dibagi dua yaitu: 1) Ekonomi lemah Kemiskinan yang merajalela menjadi alasan klasik bagi para tersangka tindak pidana narkotika baik pria maupun wanita. Besarnya tingkat pengangguran di Indonesia merupakan masalah bagi bangsa Indonesia, tidak terkecuali kaum wanita terutama ibu rumah tangga. Sulitnya memperoleh pekerjaan bagi wanita terutama yang tidak memiliki pendidikan tinggi akan mendorong wanita tersebut untuk mencari cara lain dalam memperoleh uang dengan mudah. Salah satu cara tersebut yaitu terlibat dalam peredaran narkotika. . 2) Ekonomi tinggi Faktor ekonomi sebagai penyebab wanita terlibat dalam penyalah- gunaan narkotika terutama sebagai pengedar tidak selalu dikarenakan kemiskinan tetapi juga karena ekonomi keluarga yang lebih dari cukup. Dalam suatu keluarga yang kaya masalah uang bukan merupakan hal yang perlu dirisaukan, wanita terutama yang masih remaja selalu diberi perhatian dengan bentuk kesenangan materiil, sedangkan kasih sayang
yang diberikan orang tua secara langsung tidak ada, sehingga si anak tersebut merasa kesepian dan kurang diperhatikan. Berdasarkan uraian di atas dan riset melalui kuisioner yang dilakukan penulis kepada warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Faktor Penyebab Wanita Melakukan Tindak Pidana Narkotika Faktor No Jumlah % Penyebab 1 Faktor agama 2 Faktor 8 40 % keluarga 3 Faktor intelegensia 4 Faktor 7 35 % Lingkungan 5 Faktor Pendidikan 6 Faktor 5 25 % Ekonomi 20 100 % Sumber: Data Sekunder, diolah tahun 2014 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa faktor penyebab penyalahgunaan narkotika pada wanita yang paling dominan dari hasil penelitian dari responden adalah faktor keluarga yaitu sebanyak 8 orang atau 40 persen dari 20 orang responden. Faktor penyebab paling banyak berikutnya adalah faktor lingkungan yang berjumlah 7 orang atau 35 persen dari 20 orang responden dan faktor ekonomi sebagai faktor
penyebab terbanyak sebanyak 5 orang atau 25 pesen dari 20 responden. Faktor keluarga menjadi salah satu faktor yang mendominasi dari faktorfaktor penyebab penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita. Responden yang terdiri dari WBP Lapas Wanita Bandar Lampung dan WBP pelimpahan Rutan Pondok Bambu memiliki faktor dominan yang sama bahwa faktor keluarga adalah paling banyak mempengaruhi mereka dalam keterlibatan terhadap narkotika. Hal ini dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Ketidakharmonisan dalam keluarga sehingga menimbulkan stres pada istri. Jiwa wanita yang cenderung labil menyebabkan wanita mudah sekali stres bahkan menjadi depresi. Hal ini berujung pada penggunaan narkotika dengan alasan untuk menghilangkan kejenuhan dan depresi yang dialami. Sebagai contoh salah satu WBP sebagai responden mengungkapkan bahwa perceraian yang dialami yang menyebabkannya menjadi pengguna narkoba. Dengan menggunakan narkoba maka wanita yang depresi dapat sejenak melarikan diri dari masalahnya walaupun sebenarnya hal tersebut sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Bagi remaja wanita tentunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua sangat penting. Perubahan kondisi rumah tangga seperti keluarga broken home dianggap penyebab utama kenakalan anak hingga
mengkonsumsi narkoba untuk melupakan beban, namun karena sifat dari narkotika dapat menimbulkan kecanduan maka ia akan terus menggunakan walaupun berakibat fatal bagi diri sendiri 2.
Suami yang berperan sebagai seorang pengedar narkotika ataupun bandar narkotika cenderung menjadikan istrinya menjadi kurir narkotika. Suami memanfaatkan istri sendiri untuk dijadikan kurir karena dianggap lebih aman. Adanya ikatan perkawinan menjadikan istri sebagai kurir cenderung tidak berani melakukan hal macammacam yang akan membahayakan dirinya maupun suaminya. Lain halnya jika kurir adalah orang lain maka rentan untuk ditipu ataupun barang haram tersebut dibawa kabur oleh kurir. Berdasarkan wawancara dengan responden WBP pada LP Wanita Klas II A Bandar Lampung, kebanyakan suami yang menjadikan istrinya kurir adalah suami yang terlalu dominan dalam rumah tangga dan cenderung kasar dan temperamen sehingga istri tidak berani melawan perintah suaminya tersebut. Wanita yang terlibat pada penyalahgunaan narkotika karena faktor keluarga pada akhirnya menjadi menikmati hasil yang diperoleh dari menjadi kurir tersebut dan menjadikan profesi tersebut mata pencaharian untuk keuntungan materi dan sangat sulit untuk keluar dari lingkaran setan tersebut.
3.
Lingkungan keluarga memang sudah pengguna narkoba baik kakak, adik maupun orang tua. Berdasarkan wawancara penulis dengan responden, terungkap bahwa ada beberapa responden yang mengenal narkotika dari keluarganya sendiri karena memang keluarganya sudah terlebih dahulu terlibat dalam penyalahgunaan narkotika. Wanita yang berada dalam keluarga seperti itu akan sangat mudah tergoda untuk ikut menjadi pengedar narkotika karena melihat orang-orang terdekatnya dapat dengan mudah memperoleh materi dari bisnis narkotika.
B. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Wanita (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung) Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Diah Gustiniati M dan Nikmah Rosidah, maka upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita dapat dilakukan secara penal dan non penal, adalah sebagai berikut: 1.
Upaya Penal Dalam upaya penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab yang ada, maka upaya melalui jalur penal adalah penegakan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jenis pidana dibedakan menjadi beberapa
macam, diantaranya jenis pidana menurut KUHP (terdapat pada Pasal 10) yaitu: 1. Pidana Pokok: a. Pidana mati b. Pidana penjara c. Kurungan d. Denda 2. Pidana Tambahan: a. Pencabutan hak-hak tertentu b. Perampasan barangbarang tertentu c. Pengumuman putusan hakim 2.
Upaya Non Penal Penanggulangan kejahatan melalui upaya non penal melalui tindakan yang bersifat preventif dan edukatif (pencegahan/ penangkalan/ pengen-dalian/ penanggulangan). Penanggulangan yang bersifat preventif ini bisa diartikan sebagai suatu tindakan pencegahan. Upaya ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas diseluruh sektor kebijakan sosial. Penanggulangan secara preventif ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kejahatan. Upaya penanggulangan secara preventif antara lain: a. Upaya melalui pendekatan agama Sesuai dengan UndangUndang Dasar 1945 yang telah diamandemen Pasal 29 ayat (1) dan (2) dan Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia, maka pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari
semua segi pendidikan lainnya. Pentingnya pendidikan agama Islam berguna untuk menempatkan diri dalam pergaulan seharihari, baik di lingkungan keluarga (rumah) maupun di lingkungan masya-rakat. Menurut Purwanto4, Pendidikan agama harus dimulai sedini mungkin sejak masih kecil”. Pendidikan agama ini harus dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua atau ayah sebagai kepala keluarga merupakan orang yang ber-tanggung jawab dalam menanamkan nilainilai dan norma-norma Agama Islam kepada anaknya. Dengan bekal iman dan taqwa ini akan membentengi anak dalam menghadapi pengaruhpengaruhi negatif yang berkembang di masyarakat. b. Upaya dari keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Lembaga ini merupakan sendi dasar organisasi sosial yang memiliki corak ter-sendiri. Menjaga keluarga tetap harmonis menjadi salah satu kunci mencegah anggota keluarga terlibat narkoba. Apabila wanita sebagai istri maka harus dapat menjaga hubungan baik dengan suami dan anak-anaknya. Hal ini akan mencegah terjadinya konflik dan depresi sehingga 4
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis (Jakarta: Rosda, 2000) hal 158
wanita akan jauh dari penggunaan narkoba. Apabila wanita dibaawah umur dan sebagai anak, maka harus berada dalam keluarga yang utuh dan orangtua harus memiliki perhatian yang cukup kepada anak-anaknya, sehingga anak menjadi lebih betah di rumah dan tidak terlibat pada pergaulan yang tidak baik.
c. Upaya dari lingkungan sosial Masyarakat tidak bisa melepaskan diri dari pertanggungjawaban atas meningkatnya penyalahgunaan narkotika pada wanita. Penting bagi warga untuk peduli pada sekitarnya terutama apabila ada warga yang terjerumus narkoba maka penting bagi lingkungan untuk memberikan perhatian yang baik agar orang tersebut menghentikan penyalahgunaan narkoba tentunya dengan tetap menaati hukum yang berlaku, misalnya apabila tidak bisa di tangani secara sosial harus diserahkan kepada pihak berwajib. C. Faktor Penghambat dalam Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Wanita (Studi pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas II A Bandar Lampung) Berdasarkan wawancara dengan Diah Gustiniati M dan Nikmah Rosidah, penulis menganalisis bahwa
terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh wanita yaitu: 1. Faktor hukumnya itu sendiri. Penyalahgunaan narkotika diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UndangUndang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam undang-undang tersebut mencantum-kan jenis-jenis maupun nama-nama narkotika yang dipergunakan di Indonesia. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang terkadang menciptakan jenisjenis narkotika baru yang belum tercantum di Undang-undang, apabila terdapat kasus penyalahgunaan narkotika dengan barang bukti berupa narkotika yang belum ada dalam undang-undang mengakibatkan kerancuan bagi penegak hukum dalam mengajukan tuntutan. 2. Faktor penegak hukum Aparat penegak hukum tidak tegas dalam menangani tindak pidana narkotika. Kurangnya rasa tanggung jawab dan pengabdian kepada negara serta kurangnya keimanan penegak hukum menyebabkan aparat melanggar sumpah jabatan mereka dan menjadi mudah tergoda dengan tawaran menggiurkan dari para pengedar narkoba sehingga mengakibatkan adanya manipulasi terhadap barang bukti agar meringankan tersangka pengedar narkoba.
3.
Faktor Sarana dan Fasilitas Faktor penghambat selanjutnya yaitu kurangnya sarana dan prasarana dalam merehabilitasi pengguna narkoba, jika ada tempat seperti itu letaknya jauh dan tidak semua kota di Indonesia memilikinya. Selain itu juga bagi para wanita yang terlibat narkotika baik pengguna maupun pengedar dan telah menjalani hukuman tentunya apabila mereka telah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan, mereka membutuh-kan suatu sarana agar dapat mengembangkan kemampuan supaya mandiri dan tidak terjerumus kembali pada obatobatan.
4.
Faktor Masyarakat/ Lingkungan Salah satu faktor yang mempengaruhi segala tingkah laku manusia adalah lingkungan masyarakat dimana dia tinggal. Terutama wanita yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Apabila lingkungan adalah lingkungan pengedar dan pemakai narkoba maka sangat mungkin wanita bisa terlibat pada lingkaran setan pengguna narkoba. Adapun lingkungan masyarakat yang tidak peduli terhadap hal yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, bila ada salah satu warga ada yang terlibat narkoba terkadang warga tidak peduli dan cenderung membiarkan karena sikap individualisme di kota besar.
III. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian kriminologis dan pembahasan yang telah dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita pada Lapas Wanita Bandar Lampung dapat dianalisa dengan menggunakan dua pendekatan. Faktor intrinsik meliputi faktor agama, faktor keluarga, faktor intelegensia. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor pergaulan/ pengaruh lingkungan, faktor pendidikan dan faktor ekonomi. Faktor penyebab paling dominan adalah faktor keluarga. 2.
Upaya penanggulangan untuk mengatasi penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita pada Lapas Wanita Klas II A Bandar Lampung dapat dilakukan melalui upaya penal dan non penal. Upaya penal dapat dilakukan dengan memberikan sanksi pidana sedangkan upaya non penal dapat dilakukan dengan penanggulangan secara preventif meliputi upaya melalui pendekatan agama, upaya dari keluarga dan upaya dari lingkungan sosial.
3.
Faktor yang menjadi penghambat dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh wanita pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bandar Lampung, yaitu faktor hukum itu sendiri, faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana dan faktor lingkungan/ masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Irianto, Sulistyowati. 2010. Kriminal Atau Korban, (Studi tentang Perempuan dalam Kasus Narkotika Dari Perspektif Hukum Feminis). Jakarta: MAPPI FHUI Lisa Julianan dan Nengah Sutrisna W. 2013, Narkoba: Psikotropika dan Gangguan Jiwa Tinjauan Kesehatan dan Hukum. Yogyakarta: Nuha Medika Purwanto, M. Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis. Jakarta: Rosda Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika www.bnn.go.id