ANALISIS TERHADAP DATA SURVEI BALITA INDONESIA OLEH PERUSAHAAN FAST MOVING CONSUMER GOODS
DONI SAUN SAPUTRA
DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Terhadap Data Survei Balita Indonesia Oleh Perusahaan Fast Moving Consumer Goods adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Doni Saun Saputra NIM G14100086
ABSTRAK DONI SAUN SAPUTRA. Analisis Terhadap Data Survei Balita Indonesia Oleh Perusahaan Fast Moving Consumer Goods. Dibimbing oleh TOTONG MARTONO dan FARIT MOCHAMAD AFENDI. Dari hasil survei terhadap 4377 balita Indonesia, ada sekitar 19.63% berstatus gizi buruk dan kurang, 32.75% memiliki tinggi badan tidak normal, 10.28% memiliki berat badan tidak normal, 54.97% tinggal di sanitasi dan perumahan kurang baik, 66.96% tinggal di lingkungan tidak sehat, dan 52.64% memiliki keluarga dengan ekonomi menengah. Balita dengan status gizi buruk memiliki berat badan sangat kurus hingga kurus. Balita dengan status gizi kurang memiliki berat badan kurus hingga normal, tinggi badan sangat pendek hingga pendek, kesehatan rendah, dan ekonomi keluarga rendah. Pendidikan orang tua memiliki peran penting dalam kesehatan balita dan keadaan lingkungan tempat tinggal. Selain itu rendahnya ekonomi keluarga tidak selalu diikuti dengan status gizi buruk ataupun kurang, tapi tingginya ekonomi keluarga cenderung diikuti oleh kondisi balita dengan status gizi lebih. Semakin sehat lingkungan tempat tinggal balita akan cenderung diikuti dengan baiknya status gizi balita. Daerah Kalimantan dan Indonesia Timur perlu menjadi prioritas dalam pengurangan angka balita dengan status gizi buruk dan kurang. Parameter geografis, ekonomi keluarga, sanitasi dan perumahan, dan lingkungan tempat tinggal belum cukup baik dalam menggambarkan status gizi balita. Parameter lain seperti pengeluaran rumah tangga, persentase pengeluaran rumah tangga untuk balita, banyaknya dan urutan anak dalam keluarga, status kepemilikan rumah, dan luas rumah yang dihuni tampaknya akan lebih baik menggambarkan status gizi balita. Selain itu, perancangan survei sebaiknya dibuat dengan memenuhi kaidah-kaidah saintifik. Kata kunci: karakteristik balita, korespondensi berganda, status gizi
ABSTRACT DONI SAUN SAPUTRA. Analysis of Data of Indonesian Toddler Survey By Fast Moving Consumer Goods Company. Supervised by TOTONG MARTONO and FARIT MOCHAMAD AFENDI. From the survey of 4377 Indonesian toddlers, there are about 19.63% severely malnourished and moderately malnourished, 32.75% have abnormal height, 10.28% have abnormal weight, 54.97% live in poor housing and sanitation, 66.96% live in unhealthy environment, and 52.64% have family with middle-level economy. Severely malnourished children has a very thin to thin weight characteristics. Moderately malnourished children is thin to normal, has a very short stature, low level of health, and low-level economy. Parental education has an important role in health and condition of living environment. The lack of economic families is not always followed by malnourished children. But, family with high-level economy is followed by overnourished children. The more healthy living environment of toddler, the better nutritional status. Region of Kalimatan and eastern Indonesia seems to be priority in reduction of malnourished children. Parameters of geographic, economic, sanitation and housing, and neighborhoods do not seem good enough in describing the nutritional status of toddler. The better parameters in describing the nutritional status are household expenditure, the percentage of expenditure for toodler, the number and the order of children in the family, home ownership status, and spacious home inhabited. In addition, the design of survey area should be made more scientific. Keywords: toddler characteristic, multiple correspondences, nutritional status
ANALISIS TERHADAP DATA SURVEI BALITA INDONESIA OLEH PERUSAHAAN FAST MOVING CONSUMER GOODS
DONI SAUN SAPUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada Departemen Statistika
DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Terhadap Data Survei Balita Indonesia Oleh Perusahaan Fast Moving Consumer Goods Nama : Doni Saun Saputra NIM : G14100086
Disetujui oleh
Dr Totong Martono Pembimbing I
Dr Farit Mochamad Afendi, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Anang Kurnia, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan lindungan, rahmat, dan karunia-Nya lah penulis telah menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Terhadap Data Survei Balita Indonesia Oleh Perusahaan Fast Moving Consumer Goods. Terselesainya penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan, motivasi, saran, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Totong Martono selaku ketua komisi pembimbing yang telah 1. bersabar dalam memberikan nasihat kepada penulis untuk dapat menghasilkan karya ilmiah yang impresif. 2. Bapak Farit Mochamad Afendi selaku anggota komisi pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk dapat mengembangkan diri pada topik yang penulis teliti. 3. Rekan-rekan statistika angkatan 2009 dan 2010, terutama Wahyu Bodromurti, Septian Rahardiantoro, Nugraha Ramadhan, Deddy Hidayad, dan Fahmy A. Nugraha yang telah membantu penulis dalam diskusi untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. 4. Staf Tata Usaha Departemen Statistika atas bantuannya dalam kelancaran administrasi. 5. Bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014 Doni Saun Saputra
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
1
Ukuran Status Gizi Balita
1
Analisis Korespondensi Berganda
2
METODE
3
Data
3
Metode
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Gambaran Umum Balita Indonesia Berdasarkan Hasil Survei
4
Karakteristik Status Gizi Balita Indonesia Berdasarkan Hasil Survei
6
Identifikasi Parameter yang Digunakan Pada Survei
11
SIMPULAN
13
Simpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 Peubah yang digunakan
4
DAFTAR GAMBAR 1 Plot Korespondensi Berganda Gizi Balita 2 Plot Korespondensi Berganda Gizi Balita (Perbesaran Sekitar Titik Asal) 3 Plot Korespondensi Berganda Gizi Buruk dan Gizi Kurang
7 8 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Rincian peubah yang digunakan Akar ciri non trivial anak balita Hasil perhitungan analisis korespondensi berganda gizi anak balita Prevalensi Status Gizi Balita di Indonesia Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (tinggi badan) dan Jenis Kelamin Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (tinggi badan) dan Tipe Keluarga Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (berat badan) dan Jenis Kelamin Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (berat badan) dan Tipe Keluarga Tabulasi Silang Status Gizi dengan Daerah Asal dan Klasifikasi Desa Tabulasi Silang Status Gizi dengan Sanitasi Perumahan dan Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pendidikan Terakhir Ayah dan Pekerjaan Ayah Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pendidikan Terakhir Ibu dan Pekerjaan Ibu Tabel Dua Arah Status Gizi dan Seluruh Peubah yang Digunakan
15 16 17 19 19 20 20 21 21 22 23 24 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Balita merupakan salah satu aset yang penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Menurut Kemenkes (2011), persentase balita di Indonesia sebesar 9,2% dari total penduduk. Pertumbuhan di usia balita akan menentukan perkembangan fisik dan mental, serta keberhasilan di usia selanjutnya. Sehingga anak balita di Indonesia diharapkan memiliki perkembangan fisik dan mental yang baik. Status gizi dapat menggambarkan perkembangan fisik dan mental pada balita (Kurniasih et al 2010). Secara umum, status gizi balita dibedakan menjadi empat, yaitu gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Balitbangkes 2007). Balita di Indonesia diharapkan tidak memiliki status gizi buruk maupun status gizi kurang. Tetapi, data Balitbangkes (2010) menunjukkan bahwa masih ada 17,9% balita yang memiliki status gizi buruk dan gizi kurang. Angka tersebut masih belum memenuhi target pemerintah yaitu 15,5%. Dalam mengatasi masalah tersebut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan selalu berupaya mencari solusi yang tepat dalam peningkatan penyediaan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah diharapkan dapat tepat sasaran dan efektif dalam mengatasi permasalahan gizi tersebut. Karakteristik balita pada masing-masing kategori status gizi dapat menjadi acuan pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat, khususnya dalam mengurangi persentase status gizi kurang dan gizi buruk. Karakteristik tersebut dapat dilihat melalui aspek antropometri (ciri-ciri fisik), kondisi geografis tempat tinggal, dan kondisi sosial ekonomi keluarga (Balitbangkes 2007). Analisis terhadap data survei yang memenuhi kaidah saintifik dan yang dilakukan oleh pihak di luar pemerintah tampaknya dapat dijadikan bahan pertimbangan atau masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tepat sasaran. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah melakukan : 1. Analisis informasi yang terkandung dalam data survei balita Indonesia 2. Identifikasi parameter yang didefinisikan kurang cermat 3. Identifikasi parameter sosial ekonomi yang mungkin luput dari amatan dan tampaknya akan mampu menyajikan karakteristik yang lebih tepat terhadap status gizi balita.
TINJAUAN PUSTAKA Ukuran Status Gizi Balita Status gizi balita secara umum diukur berdasarkan umur (U) dan berat badan (BB) balita. Untuk menilai status gizi balita, angka indikator BB/U setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan
2 menggunakan baku antropometri WHO 2006. Berdasarkan nilai Z-score tersebut, status gizi balita ditentukan dengan batasan sebagai berikut : { (Balitbangkes 2007). Analisis Korespondensi Berganda Informasi yang terkandung dalam matriks data berukuran besar lebih menarik apabila disajikan secara visual dalam ruang berdimensi dua. Analisis korespondensi berganda adalah teknik statistika deskriptif peubah ganda yang mampu mengekstraksi matriks data Z dengan peubah kualitatif yang diperoleh dari pengamatan terhadap individu sehingga dapat divisualisasikan pada bidang datar dengan deformasi minimum. Misalkan peubah kualitatif ke- terdiri atas buah kategori respon. ∑ Dengan demikian maka total banyaknya kategori adalah . [ | | | Matriks sekatan data biner didefinisikan dengan [ ] sedemikian sehingga, { (Greenacre 1984). Matriks Burt didefinisikan sebagai , merupakan matriks setangkup yang memiliki matriks diagonal . Matriks Burt bersifat simetrik dan semidefinit positif dan analisisnya menghasilkan dua gugus koordinat baris dan kolom yang identik (Greenacre 1984). Matriks adalah matriks diagonal yang unsur-unsurnya merupakan ∑ ). D* merupakan matriks untuk diagonal matriks Burt ( diagonal dari jumlah baris-kolom matriks Burt (D* = QD). Penyelesaian analisis korespondensi berganda menurut Lebart et al. (1984) adalah dengan mencari akar ciri (µ) dan vektor ciri ( ) dari:
dengan = 1,2,...,e, = (p-Q), banyaknya akar ciri non trivial, , adalah koordinat pada sumbu utama ke-α. Dalam menginterpretasikan profil-profil berdimensi rendah maka perlu dilihat kontribusi mutlak dan kontribusi relatif. Kontribusi mutlak dipengaruhi oleh setiap titik dan digunakan untuk melihat proporsi keragaman masing-masing profil terhadap pembentukan sumbu utama. (
)(
)
3 dengan ∑ ( ) adalah frekuensi relatif (massa) kategori j. Kontribusi kategori ke- terhadap total keragaman diperoleh dari : (
)
dengan total keragaman (total inersia) sebesar ∑ Adapun kontribusi relatif atau kuadrat kosinus sudut antara vektor profil dan sumbu utama merupakan ukuran yang menunjukkan proporsi keragaman dari tiap-tiap kategori yang diterangkan oleh masing-masing sumbu utamanya, diinformasikan dalam bentuk ∑ dengan ∑
.
METODE Data Data penelitian ini adalah data status gizi dari 4377 anak usia 6 bulan – 5 tahun (balita) dengan beracuan pada 14 parameter, yang mencakup 3 aspek utama, yaitu antropometri, geografis, dan status sosial ekonomi. Data ini merupakan data hasil survei sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang fast moving consumer goods (FMCG) yang dilaksanakan pada Januari-Desember 2011. Daftar peubah dapat dilihat pada Tabel 1 dan keterangan lengkapnya pada Lampiran 1. Metode Tahapan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini ialah : 1. Deskripsi awal dilakukan untuk melihat gambaran umum status gizi balita dan lingkungannya. Identifikasi parameter yang kurang cermat dan parameter yang diharapkan dapat lebih tepat membentuk karakteristik status gizi balita di Indonesia. 2. Analisis korespondensi berganda dilakukan terhadap semua peubah pada Table 1 untuk mengungkapkan informasi yang terkandung dalam data. Software yang digunakan dalam pengolahan data ialah Minitab 14.01.
4 Tabel 1 Peubah yang digunakan No Aspek Peubah 1. Status gizi Status gizi 2. Antropometri Antropometri yang berkaitan dengan tinggi badan (HoA) Antropometri yang berkaitan dengan berat badan (WoH) Jenis kelamin 3. Geografis tempat Daerah asal tinggal Klasifikasi desa 4. Perumahan dan sanitasi Sanitasi dan perumahan lingkungan tempat Keadaan lingkungan tempat tinggal tinggal 5. Pendidikan dan Pendidikan tertinggi ayah Pekerjaan Orang Tua Pendidikan tertinggi ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu Tipe keluarga Ekonomi keluarga 6. Kesehatan Penyakit anak
Keterangan Ordinal Ordinal Ordinal Nominal Nominal Nominal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Nominal Ordinal Ordinal
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Balita Indonesia Berdasarkan Hasil Survei Pada Lampiran 4 terlihat bahwa mayoritas balita memiliki status gizi baik sebesar 79.19%, diikuti oleh status gizi kurang (16.11%), status gizi buruk (3.52%), dan status gizi lebih (1.19%). Sehingga, berdasarkan hasil survei, sekitar 19.63% balita di Indonesia masih tergolong ke dalam balita dengan gizi kurang dan buruk. Hasil tersebut hampir sama dengan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang menghasilkan 19.6% balita di Indonesia berstatus gizi kurang dan buruk (Balitbangkes 2013). Angka tersebut masih belum mencapai target pemerintah pada Millenium Development Goals 2015 yaitu sebesar 15.5%. Balita berjenis kelamin laki-laki (52.59%), sedikit lebih banyak dibandingkan balita berjenis kelamin perempuan (Lampiran 13). Pada Lampiran 5 terlihat bahwa sekitar sepertiga balita Indonesia memiliki tinggi badan tidak normal (32.76%) dengan resiko balita pendek (22.62%) dua kali lebih besar daripada resiko balita sangat pendek (10.14%). Balita dengan antropometri tidak normal paling banyak berjenis kelamin laki-laki (55.86%) dan berasal dari tipe keluarga inti (61.99%) (Lampiran 6). Dari sisi berat badan, balita dengan berat badan tidak normal tersebar ke dalam kategori sangat kurus (1.08%), kurus (6.33%), dan gemuk (2.88%). Balita sangat kurus dan kurus paling banyak berjenis kelamin laki-laki (53.70%) dan berasal dari keluarga inti (61.42%). Sedangkan balita dengan berat badan gemuk hampir sama antara laki-laki (49.21%) dan perempuan (50.79%) (Lampiran 7) serta kebanyakan berasal dari keluarga inti (63.49%) (Lampiran 8).
5 Berdasarkan aspek kesehatan balita, dilihat dari banyaknya penyakit yang diderita dalam satu bulan terakhir, sekitar seperempat balita Indonesia tergolong kedalam kategori parah (25.43%) (Lampiran 13). Kategori parah diberikan pada balita dengan penyakit yang sering diderita sebanyak dua jenis penyakit atau lebih. Penyakit-penyakit yang sering diderita oleh balita antara lain ISPA, pneumonia, tifus perut, malaria, diare, campak, tuberkulosis paru, DBD, hepatitis, asma, kecacingan, dan gigi dan mulut. Jenis pekerjaan utama ayah balita Indonesia yang paling banyak adalah sebagai petani, nelayan, dan buruh (45.47%), diikuti dengan jenis pekerjaan pedagang, wiraswasta, dan jasa (29.84%), PNS, TNI, Polri, BUMN, Swasta (21.47%), dan lainnya (3.22%) (Lampiran 11). Ibu balita yang berprofesi sebagai wanita karir sebanyak 28.4% yang terbagi merata ke berbagai sektor, sisanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga (Lampiran 12). Hal ini menggambarkan bahwa secara umum mayoritas orang tua balita Indonesia memiliki pekerjaan dengan penghasilan menengah ke bawah. Hasil survei juga menunjukkan mayoritas balita Indonesia berasal dari keluarga dengan jenjang pendidikan orang tua yang cukup tinggi. Pendidikan terakhir ayah balita paling banyak adalah tingkat SLTA dan perguruan tinggi (42.38%), dan kebanyakan ayah balita pada golongan ini bekerja sebagai PNS, TNI, Polri, BUMN, dan Swasta (40.59%) (Lampiran 11). Sedangkan ibu balita kebanyakan adalah juga berpendidikan tingkat SLTA dan pendidikan tinggi (39.75%) (Lampiran 12). Tipe keluarga balita yang paling banyak adalah keluarga inti (57.69%) dibandingkan dengan tipe keluarga luas (Lampiran 13). Ditinjau dari kondisi ekonomi keluarga balita, sekitar setengah balita di Indonesia tinggal bersama keluarga dengan kondisi ekonomi menengah (52.64%) dengan mayoritasnya adalah balita dengan status gizi baik (79.51%) (Lampiran 13). Kondisi ekonomi keluarga balita diamati dari kepemilikan barang berharga seperti elektronik, kendaraan, dan aset berharga lainnya. Hal yang menarik adalah masih ada balita yang berasal dari keluarga dengan ekonomi yang mampu tapi memiliki status gizi buruk (1.46%). Berdasarkan wilayah geografis, balita dibagi ke dalam enam wilayah survei antara lain Sumatera (23.12%), Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta (16.88%), Jawa Tengah dan DIY (14.69%), Jawa Timur (12.79%), Bali dan Nusa Tenggara (10,58%), dan lainnya (21.93%) (Lampiran 13). Tampaknya balita yang diamati lebih terpusat ke wilayah Indonesia bagian Barat (67.48%), dibandingkan dengan wilayah Tengah dan Timur. Sementara itu, balita yang tinggal di desa pedesaan (52.68%) sedikit lebih banyak dari balita yang tinggal di desa perkotaan (Lampiran 13). Ditinjau dari aspek sanitasi dan lingkungan tempat tinggal. Balita yang tinggal dengan keadaan sanitasi kurang baik (54.97%), sedikit lebih banyak dari balita yang tinggal dengan keadaan sanitasi dan perumahan yang baik. Keadaan sanitasi ini tidak hanya dilihat dari ketersediaan sarana sanitasi yang memadai, tetapi juga perilaku sanitasi sehari-hari (Lampiran 10). Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah balita di Indonesia mayoritas tinggal di lingkungan yang tidak sehat (66.96%) dan kebanyakan di antaranya tinggal dengan kondisi sanitasi dan perumahan yang kurang baik (65.47%).
6 Karakteristik Status Gizi Balita Indonesia Berdasarkan Hasil Survei Hasil perhitungan analisis korespondensi berganda menghasilkan 30 akar ciri non-trivial dengan total keragaman sebesar 2.0000. Gambar 1 merupakan plot dua sumbu utama pertama yang dapat menjelaskan 16.34% dari total keragaman, sebagaimana terlihat pada Lampiran 2. Di antara peubah-peubah yang diamati, peubah yang paling besar pengaruhnya dalam pembentukan sumbu utama pertama adalah pendidikan terakhir ibu dan pendidikan terakhir ayah dengan kontibusi mutlak masing-masing sebesar 17.6%. Sedangkan pada sumbu utama kedua adalah peubah status gizi dengan kontribusi mutlak sebesar 40.0%, seperti terlihat pada Lampiran 3. Kategori peubah yang diterangkan paling baik oleh sumbu utama pertama adalah kategori pendidikan terakhir ayah SLTA & perguruan tinggi dan pendidikan terakhir ibu SLTA & perguruan tinggi sebesar berturut-turut 49.5% dan 49.8%. Sedangkan oleh sumbu utama kedua adalah kategori status gizi baik dan status gizi buruk sebesar berturut-turut 50.5% dan 39.4%. Kategori-kategori peubah yang berada dekat dengan titik asal pada Gambar 1 menggambarkan karakteristik umum balita Indonesia (Gambar 2). Kategorikategori peubah tersebut adalah status gizi baik (Y3), berat badan normal (w3), memiliki tingkat kesehatan sedang (z2), pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga (m1), pekerjaan ayah sebagai pedagang/wiraswasta/jasa, pendidikan kedua orang tuanya SLTP (a2 dan i2), dan tinggal di lingkungan yang tergolong tidak sehat (t1). Kategori peubah-peubah yang frekuensinya kecil, seperti status gizi lebih (Y4), status gizi buruk (Y1), status gizi kurang (Y2), tinggi badan sangat kurus (h1), berat badan gemuk (w4), berat badan kurus (w2), dan berat badan sangat kurus (w1) ditempatkan jauh dari titik asal. Jenis kelamin laki-laki (j1) dan perempuan (j2) yang perbandingannya hampir sama digambarkan dengan letak pusat salib sumbu yang kira-kira tepat berada di antara keduanya. Sumbu utama pertama dianggap mampu mencirikan balita dengan pendidikan kedua orang tua SLTA dan perguruan tinggi. Posisi i3 dan a3 yang berdekatan menunjukkan bahwa balita dengan pendidikan ibu SLTA dan perguruan tinggi memiliki persamaan karakteristik dengan balita dengan pendidikan ayah SLTA dan perguruan tinggi. Karakteristik balita dengan pendidikan orang tua SLTA dan perguruan tinggi dicirikan dengan keadaan ekonomi keluarga yang tinggi, pekerjaan ayah sebagai BUMN, swasta, PNS, TNI, dan Polri, memiliki sanitasi dan perumahan yang baik, tinggal di lingkungan yang sehat, dan tinggal di daerah perkotaan. Hal yang menarik adalah hasil survei menunjukkan bahwa pendidikan orang tua yang tinggi memperlihatkan kecederungan memiliki balita dengan berat badan yang gemuk dan berstatus gizi lebih. Tampaknya pendidikan formal kedua orang tua belum cukup terkait asupan gizi pada balita. Sehingga perlu diadakan pendidikan non-formal seperti sosialisasi atau penyuluhan terkait asupan gizi balita yang tepat dan seimbang. Dari Gambar 1 terlihat bahwa garis putus-putus yang menghubungkan kategori-kategori peubah pendidikan terakhir kedua orang tua yang menunjukkan tingkat pendidikan yang semakin baik dari kiri ke kanan. Sumbu utama pertama dapat dipandang sebagai sumbu pendidikan orang tua.
7
d3
0,5 Y3 h3 v2
Sumbu 2
a1 o1
i1
0,0
e2 i2 d2
s1 t1 h2
e1
w3
d1 j2 a2 m1 z2 k1
z3 d4
k2 t2
m2 o2
e3
j1
s2 o4
z1
-0,5
d5
v1
a3 i3
o3
d6
w4 Y2
-1,0
Y4
-1,5 w2 h1
-2,0
-2,5
Keterangan : Peubah yang paling berpengaruh pada sumbu 1 Peubah yang paling berpengaruh pada sumbu 2
-3,0 w1 Y1
-1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
Sumbu 1
Gambar 1 Plot Korespondensi Berganda Gizi Balita
1,5
8 0,50
Sumbu 2
Y3
h3 0,25
v2
d4
w3 e2
z3 i2 a2
k2
j2 d1
d2 z2
0,00
m1
t1
m2
k1
o2
j1
h2
-0,25
d5
o4 z1
-0,50 -0,50
d6 -0,25
0,00
0,25
Sumbu 1
Gambar 2 Plot Korespondensi Berganda Gizi Balita (Perbesaran Sekitar Titik Asal)
0,50
9
1,0
d3
o4 e3
d5
0,5
m2
t2
Sumbu 2
o3
a3
i3
k2 s2
0,0
w3
h2
d4
Y2
h1
a1 v2
z3
z2 j2
z1
o2
i1 o1
j1
m1
v1
d2
s1
k1
e1
e2 t1
d1
d6 -0,5 i2
Y1
a2 -1,0
h3
w2
-1,5
w1 -2,0 -1,0
-0,5
0,0
0,5
Sumbu 1 Gambar 3 Plot Korespondensi Berganda Gizi Buruk dan Gizi Kurang
10 Pendidikan terakhir ibu terlihat selaras dengan peubah-peubah sosial ekonomi keluarga lainnya seperti pekerjaan kedua orang tua dan ekonomi keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua balita, maka pekerjaan orang tuanya cenderung tergolong semakin tinggi, dan kondisi ekonomi keluarganya juga semakin mampu. Hal yang menarik lainnya adalah bahwa pendidikan terakhir orang tua balita juga selaras dengan peubah kesehatan balita dan peubahpeubah perumahan dan sanitasi lingkungan. Semakin tinggi pendidikan orang tua, balita akan cenderung memiliki kondisi kesehatan yang semakin baik, tinggal di lingkungan yang semakin sehat, dan sanitasi dan perumahan yang semakin baik. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tingkat pendidikan orang tua juga memiliki peran yang penting dalam kesehatan dan keadaan lingkungan tempat tinggal balita. Sumbu utama kedua memisahkan kategori peubah status gizi balita. Bagian bawah dicirikan oleh balita dengan status gizi tidak normal, yaitu gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih. Balita dengan status gizi buruk dan kurang dicirikan dengan antropometri dan kondisi ekonomi keluarga yang kurang. Sementara itu, balita dengan status gizi lebih memiliki ciri dengan antropometri yang berlebih, secara ekonomi mampu, dan pendidikan orang tua tinggi. Sedangkan bagian atas dicirikan oleh balita dengan status gizi baik. Balita dengan status gizi baik memiliki ciri antropometri normal, pendidikan orang tua dari rendah hingga menengah, dan secara ekonomi tergolong menengah. Hal yang menarik adalah rendahnya keadaan ekonomi keluarga tidak selalu diikuti dengan gizi balita yang buruk atau kurang, tetapi keadaan ekonomi keluarga yang mampu justru diikuti dengan gizi balita yang berlebih. Gambar 3 merupakan plot dua sumbu utama pertama dari data survei balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang. Plot ini dibuat untuk melihat lebih fokus kepada balita dengan kedua status gizi tersebut. Selain itu, plot ini juga dibuat sebagai pembanding hasil karakteristik balita dengan status gizi buruk dan kurang yang dihasilkan oleh Gambar 1. Ditinjau dari aspek antropometri dan kesehatan balita, pada Gambar 1 terlihat bahwa titik Y1 berdekatan dengan titik w1. Pada Gambar 3, terlihat bahwa titik Y1 berdekatan dengan titik w1 dan w2. Hal ini menujukkan balita dengan status gizi buruk memiliki karakteristik berat badan yang tergolong sangat kurus hingga kurus. Hal yang menarik terdapat pada Gambar 3, terlihat bahwa titik h3 berada relatif lebih dekat dengan titik Y1. Hal ini mengindikasikan bahwa cukup banyak balita dengan status gizi buruk tetapi memiliki tinggi badan normal. Sementara itu, pada Gambar 1, titik Y2 berdekatan dengan titik h1 dan titik w2. Pada Gambar 3, titik Y2 berdekatan dengan titik w3, h2, dan h1. Hal ini menunjukkan balita dengan status gizi kurang memiliki karakteristik tinggi badan sangat pendek hingga pendek dan berat badan yang tergolong kurus hingga normal. Pada Gambar 1, titik Y3 berdekatan dengan w3 dan h3 yang artinya balita dengan status gizi baik memiliki karakteristik berat badan dan tinggi badan yang normal. Titik h2 terletak lebih dekat dengan Y2 daripada Y3. Hal tersebut mengindikasikan bahwa balita dengan status gizi kurang memiliki kecenderungan tinggi badan yang tergolong pendek. Sementara itu, titik w4 terletak dekat dengan titik Y4. Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan status gizi lebih memiliki karakteristik berat badan yang gemuk. Sementara itu dari sisi kesehatan, balita yang tidak pernah atau jarang terserang penyakit cenderung memiliki status gizi
11 yang baik. Hal tersebut terlihat dari letak titik z2 dan z3 yang berdekatan dengan titiik Y3. Sedangkan balita yang sering sakit cenderung memiliki status gizi kurang. Pada Gambar 1 terlihat posisi titik j2 berada di atas titik j1. Hal ini menunjukkan bahwa balita berjenis kelamin perempuan cenderung lebih banyak yang memiliki status gizi baik dengan kondisi kesehatan yang juga cenderung baik. Selain itu, balita perempuan cenderung memiliki kondisi antropometri yang lebih baik dibandingkan dengan balita berjenis kelamin laki-laki. Sementara itu pada Gambar 3, posisi titik j2 berada di kiri titik j1. Hal ini menunjukkan bahwa balita berjenis kelamin laki-laki cenderung lebih banyak memiliki status gizi buruk. Masing-masing kategori status gizi tidak memiliki karakter yang spesifik ditinjau dari aspek perumahan dan sanitasi lingkungan. Namun pada Gambar 1 dan Gambar 3 terlihat bahwa status gizi balita memiliki keselarasan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya. Semakin sehat lingkungan tempat tinggal balita, maka akan diikuti dengan semakin baiknya status gizi balita. Sedangkan balita yang tinggal dengan kondisi sanitasi dan perumahan yang baik justru menunjukkan kecenderungan memiliki status gizi lebih (Gambar 1). Hal tersebut didukung dengan kondisi ekonomi keluarga yang mampu dan pendidikan orang tua yang tergolong tinggi. Secara geografis, pada Gambar 1, balita-balita yang berasal dari daerah Sumatera, Jawa, dan Bali merupakan balita dengan kecenderungan memiliki status gizi baik. Sedangkan balita yang berasal dari daerah lainnya cenderung memiliki status gizi kurang. Pada Gambar 3, juga terlihat kecenderungan yang selaras bahwa balita dari daerah lainnya cenderung memiliki status gizi buruk. Hal tersebut menunjukkan gambaran bahwa balita di daerah-daerah Kalimantan dan Indonesia Timur terlihat perlu menjadi prioritas utama dalam menerapkan kebijakan untuk mengurangi angka balita dengan status gizi buruk dan kurang. Ditinjau dari aspek sosial ekonomi keluarga, Gambar 1 menunjukkan bahwa balita dengan status gizi kurang memiliki karakteristik kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu. Balita dengan status gizi baik memiliki karakteristik kondisi ekonomi keluarga menengah dengan pendidikan orang tua dari rendah hingga menengah. Sedangkan balita dengan status gizi lebih memiliki karakteristik kondisi ekonomi keluarga yang mampu dengan pendidikan orang tua yang tinggi. Sementara itu, pada Gambar 3, status gizi kurang tidak memiliki karakteristik yang spesifik dari kondisi ekonomi. Sedangkan balita dengan status gizi buruk terlihat cenderung memiliki karakteristik kondisi ekonomi menengah ke bawah. Identifikasi Parameter yang Digunakan Pada Survei Data yang dikumpulkan pada survei balita Indonesia sudah cukup memadai, tapi tampaknya masih terdapat pemilihan beberapa parameter yang kurang cermat. Parameter tersebut dinilai belum cukup menggambarkan masing-masing kategori status gizi dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada tabulasi silang antar peubah status gizi dengan semua peubah pada Tabel 1 yang terdapat pada Lampiran 13. Dari aspek antropometri dan kesehatan, parameter tinggi badan dan berat badan secara teori sudah cukup baik dalam menggambarkan status gizi balita (Balitbangkes 2007). Hasil tabulasi silang menunjukkan kategori-kategori
12 parameter tersebut cukup baik dalam menggambarkan status gizi balita. Hal yang menarik adalah data survei menunjukkan masih adanya balita dengan status gizi baik tetapi memiliki tinggi badan yang sangat pendek (2.99%) dan berat badan yang kurus/sangat kurus (2.54%). Selain itu, dari parameter banyaknya penyakit anak yang diderita dalam sebulan terakhir juga masih terdapat balita dengan status gizi lebih tetapi memiliki kategori penyakit sangat parah (0.18%). Persentase tersebut cukup kecil sehingga diperkirakan angka tersebut muncul akibat adanya kesalahan dalam pengambilan data di lapangan seperti kesalahan alat ukur yang digunakan atau kesalahan dalam pencatatan data. Parameter-parameter aspek geografis pada survei ini tampaknya kurang tepat untuk dijadikan acuan dalam menggambarkan status gizi balita. Hal ini terlihat dari hasil tabulasi silang yang menunjukkan bahwa proporsi masingmasing status gizi secara umum hampir sama antar daerah pengambilan contoh. Pengambilan contoh pada survei ini ialah berdasarkan kabupaten di seluruh Indonesia yang dipilih secara sistematik, akibatnya dari 33 provinsi di Indonesia hanya 25 provinsi yang kabupatennya terpilih sebagai daerah penarikan contoh. Apabila ingin mendapatkan informasi gambaran status gizi yang cukup memadai dari aspek geografis, sebaiknya perancangan daerah pengambilan contoh dibuat lebih representatif dan memenuhi kaidah saintifik. Ditinjau dari sosial ekonomi, parameter yang digunakan untuk melihat kondisi sosial balita adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, sanitasi dan perumahan, dan keadaan lingkungan tempat tinggal. Informasi yang diberikan oleh parameter pendidikan dan pekerjaan orang tua hanya cukup memberikan gambaran mengenai kondisi umum status gizi pada masing-masing tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua. Hal yang menarik ialah informasi pada parameter sanitasi perumahan dan keadaan lingkungan tempat tinggal. Data menunjukkan masih terdapat balita dengan status gizi buruk dan kurang yang tinggal di perumahan dengan sanitasi yang baik (6.95%) dan keadaan lingkungan tempat tinggal yang sehat (4.82%). Selain itu, presentase balita dengan status gizi baik dan lebih yang tinggal di perumahan dengan sanitasi kurang baik (42.29%) dan lingkungan tempat tinggal kurang sehat (52.16%) cukup tinggi. Sehingga parameter sanitasi perumahan dan keadaan lingkungan tempat tinggal tampaknya kurang tepat untuk menggambarkan status gizi balita. Dari sisi ekonomi, hal yang diamati dalam survei ialah kepemilikan aset-aset berharga seperti elektronik, kendaraan, emas, rekening bank, dan tanah. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga yang diukur dari indikator-indikator tersebut tidak cukup menggambarkan status gizi balita, terlihat bahwa pada masing-masing tingkatan ekonomi memiliki proporsi kategori-kategori status gizi yang hampir sama. Sehingga kondisi ekonomi yang digunakan dalam survei ini juga tidak cukup menggambarkan status gizi balita dengan baik. Pendekatan melalui kepemilikan barang berharga tampaknya kurang tepat dalam menggambarkan kondisi ekonomi keluarga. Dari data yang tersedia, informasi yang diperoleh pada setiap barang yang ditanyakan adalah dimiliki atau tidak dimiliki. Sehingga informasi mengenai spesifikasi barang yang dimiliki tidak dapat diketahui, dengan tidak adanya spesifikasi tersebut maka nilai ekonomis barang berharga tidak dapat diperkirakan karena beragamnya harga untuk jenis barang yang sama.
13 Kondisi ekonomi keluarga balita akan lebih baik jika dilihat dari besarnya pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga tersebut dapat diketahui melalui informasi pengeluaran rumah tangga. Informasi yang didapat akan lebih cermat jika ditambah dengan persentase pengeluaran rumah tangga yang digunakan untuk belanja kebutuhan balita. Selain itu, informasi mengenai banyaknya dan urutan anak dalam keluarga dapat digunakan sebagai informasi pendukung. Parameter sanitasi perumahan dan lingkungan tempat tinggal dapat didukung dengan informasi lain seperti status kepemilikan rumah tinggal dan luas rumah yang dihuni. Sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih informatif.
SIMPULAN Simpulan Hasil survei balita Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas balita di Indonesia memiliki status gizi baik dengan berat badan normal, tingkat kesehatan sedang, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga, pendidikan orang tuanya menengah, dan tinggal di lingkungan yang tergolong tidak sehat. Balita dengan status gizi buruk memiliki karakteristik berat badan sangat kurus hingga kurus. Balita dengan status gizi kurang memiliki karakteristik berat badan kurus hingga normal, tinggi badan sangat pendek hingga pendek, tingkat kesehatan rendah, dan tingkat ekonomi keluarga juga rendah. Balita dengan status gizi baik memiliki karakteristik berat badan dan tinggi badan normal, tingkat kesehatan menengah hingga sehat, tingkat ekonomi menengah, dan pendidikan orang tua dari rendah hingga menengah. Sedangkan balita dengan status gizi lebih memiliki karakteristik berat badan gemuk, tingkat ekonomi mampu, dan pendidikan orang tua tinggi. Pendidikan orang tua memiliki peran yang penting dalam kesehatan dan keadaan lingkungan tempat tinggal balita. Selain itu rendahnya tingkat ekonomi keluarga balita tidak selalu diikuti dengan gizi balita yang buruk atau kurang, tapi tingkat ekonomi keluarga yang mampu cenderung diikuti dengan kondisi balita dengan status gizi lebih. Semakin sehat lingkungan tempat tinggal balita, maka cenderung diikuti dengan semakin baiknya status gizi. Balita yang berada di daerah Kalimantan dan Indonesia Timur tampaknya perlu menjadi prioritas dalam pengurangan angka balita dengan status gizi buruk dan kurang. Parameter geografis, ekonomi keluarga, sanitasi dan perumahan, dan lingkungan tempat tinggal tampaknya tidak cukup baik dalam menggambarkan status gizi balita. Parameter lain yang tampaknya mampu menyajikan karakteristik status gizi balita dengan lebih baik ialah pengeluaran rumah tangga, persentase pengeluaran rumah tangga untuk balita, banyaknya dan urutan anak dalam keluarga, status kepemilikan rumah, dan luas rumah yang dihuni. Selain itu, perancangan penentuan daerah survei sebaiknya dibuat lebih representatif dan kesalahan dalam survei juga perlu diminimumkan agar data yang diperoleh lebih akurat.
14
DAFTAR PUSTAKA [Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID): Depkes. [Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta (ID): Depkes. [Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID): Depkes. Greenacre M. 1984. Theory and Applications of Correspondence Analysis. London (UK): Academic Press, Inc. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Data dan Informasi. Jakarta (ID): Depkes. Kurniasih D, Hilmansyah H, Astuti MP, Imam S. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Gramedia. Lebart L, Morineau A, Warwick KM. 1984. Multiple Descriptive Statistical Analysis. New York (US): John Willey & Sons.
15 Lampiran 1 Rincian peubah yang digunakan No 1.
Peubah Status gizi
Kategori Buruk (Y1) Kurang (Y2) Baik (Y3) Lebih (Y4) Sangat pendek (h1) Pendek (h2) Normal (h3) Sangat kurus (w1) Kurus (w2) Normal (w3) Gemuk (w4) Laki-laki (j1) Perempuan (j2) Sumatera (d1) Banten, Jabar, dan DKI (d2) Jateng dan DIY (d3) Jawa Timur (d4) Bali dan Nusa Tenggara (d5) Lainnya (d6) Perkotaan (v1) Pedesaan (v2) Kurang (s1) Baik (s2)
2.
Antropometri yang berkaitan dengan tinggi badan (HoA)
3.
Antropometri yang berkaitan dengan berat badan (WoH)
4.
Jenis kelamin
5.
Daerah asal
6.
Klasifikasi desa
7.
Sanitasi dan perumahan
8.
Keadaan lingkungan tempat tinggal
Tidak sehat (t1) Sehat (t2)
9.
Pendidikan tertinggi ayah
10.
Pendidikan tertinggi ibu
11.
Pekerjaan ayah
12.
Pekerjaan ibu
13.
Tipe keluarga
14.
Ekonomi keluarga
15.
Penyakit anak
Hingga SD (a1) SLTP (a2) SLTA dan Perguruan tinggi (a3) Hingga SD (i1) SLTP (i2) SLTA dan Perguruan tinggi (i3) Petani/nelayan/buruh (o1) Pedagang/wiraswasta/jasa (o2) BUMN/Swasta/PNS/TNI/Polri (o3) Lainnya (o4) Ibu rumah tangga (m1) Lainnya (m2) Inti (k1) Luas (k2) Rendah (e1) Menengah (e2) Tinggi (e3) Parah (z1) Sedang (z2) Sehat (z3)
16 Lampiran 2 Akar ciri non trivial anak balita No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Total
Akar ciri 0,2168 0,1101 0,1024 0,0980 0,0867 0,0817 0,0760 0,0737 0,0728 0,0705 0,0682 0,0672 0,0654 0,0645 0,0629 0,0620 0,0619 0,0593 0,0585 0,0543 0,0511 0,0501 0,0488 0,0462 0,0425 0,0374 0,0355 0,0317 0,0239 0,0201 2,0000
Persen 0,1084 0,0550 0,0512 0,0490 0,0434 0,0408 0,0380 0,0368 0,0364 0,0353 0,0341 0,0336 0,0327 0,0322 0,0315 0,0310 0,0309 0,0297 0,0293 0,0271 0,0255 0,0250 0,0244 0,0231 0,0212 0,0187 0,0178 0,0158 0,0119 0,0100
Persen kumulatif 0,1084 0,1634 0,2146 0,2636 0,3069 0,3478 0,3858 0,4226 0,4590 0,4943 0,5284 0,5620 0,5948 0,6270 0,6585 0,6895 0,7204 0,7501 0,7793 0,8064 0,8320 0,8570 0,8814 0,9045 0,9258 0,9444 0,9622 0,9780 0,9900 1,0000
Histogram ****************************** *************** ************** ************* ************ *********** ********** ********** ********** ********* ********* ********* ********* ******** ******** ******** ******** ******** ******** ******* ******* ****** ****** ****** ***** ***** **** **** *** **
17 Lampiran 3 Hasil perhitungan analisis korespondensi berganda gizi anak balita
Massa Inersia Status gizi Y1 0,002 0,032 Y2 0,011 0,028 Y3 0,053 0,007 Y4 0,001 0,033 Daerah asal d1 0,015 0,026 d2 0,011 0,028 d3 0,010 0,028 d4 0,009 0,029 d5 0,007 0,030 d6 0,015 0,026 Klasifikasi desa v1 0,032 0,018 v2 0,035 0,016 Jenis kelamin j1 0,035 0,016 j2 0,032 0,018 Antropometri tinggi badan h1 0,007 0,030 h2 0,015 0,026 h3 0,045 0,011 Antropometri berat badan w1 0,001 0,033 w2 0,004 0,031 w3 0,060 0,003 w4 0,002 0,032 Pendidikan terakhir ayah a1 0,023 0,022 a2 0,015 0,026 a3 0,028 0,019 Pendidikan terakhir ibu i1 0,024 0,021 i2 0,016 0,025 i3 0,027 0,020 Pekerjaan ayah o1 0,030 0,018 o2 0,020 0,023 o3 0,014 0,026 o4 0,002 0,032
Komponen 1 Koord Relatif Mutlak
Komponen 2 Koord Relatif Mutlak
-1,044 -0,540 0,134 1,500
0,040 0,056 0,068 0,027
0,012 0,014 0,004 0,008
-3,289 -0,992 0,364 -1,102
0,394 0,189 0,505 0,015
0,231 0,096 0,064 0,009
-0,100 -0,336 -0,071 0,166 0,431 0,106
0,003 0,023 0,001 0,004 0,022 0,003
0,001 0,006 0,000 0,001 0,006 0,001
0,073 0,036 0,558 0,213 -0,241 -0,486
0,002 0,000 0,054 0,007 0,007 0,066
0,001 0,000 0,028 0,004 0,004 0,031
0,532 -0,478
0,254 0,254
0,041 0,037
-0,221 0,198
0,044 0,044
0,014 0,013
-0,009 0,010
0,000 0,000
0,000 0,000
-0,113 0,125
0,014 0,014
0,004 0,005
-0,814 -0,377 0,250
0,075 0,042 0,128
0,021 0,010 0,013
-1,698 -0,134 0,301
0,325 0,005 0,186
0,177 0,002 0,037
-0,638 -0,228 -0,005 0,889
0,004 0,003 0,000 0,023
0,001 0,001 0,000 0,007
-3,195 -1,618 0,179 -0,833
0,111 0,177 0,280 0,021
0,066 0,100 0,017 0,012
-0,891 -0,150 0,820
0,432 0,007 0,495
0,086 0,002 0,088
0,149 0,109 -0,182
0,012 0,003 0,024
0,005 0,002 0,008
-0,859 -0,130 0,869
0,427 0,005 0,498
0,083 0,001 0,092
0,121 0,092 -0,166
0,009 0,003 0,018
0,003 0,001 0,007
-0,699 0,295 1,042 0,180
0,407 0,037 0,297 0,001
0,068 0,008 0,072 0,000
0,126 -0,021 -0,200 -0,247
0,013 0,000 0,011 0,002
0,004 0,000 0,005 0,001
18 Lampiran 3 Hasil perhitungan analisis korespondensi berganda gizi anak balita (lanjutan) Pekerjaan ibu m1 0,048 0,009 -0,092 m2 0,019 0,024 0,231 Tipe keluarga k1 0,038 0,014 -0,164 k2 0,028 0,019 0,224 Sanitasi dan perumahan s1 0,037 0,015 -0,555 s2 0,030 0,018 0,677 Lingkungan tempat tinggal t1 0,045 0,011 -0,345 t2 0,022 0,022 0,699 Ekonomi keluarga e1 0,013 0,027 -0,737 e2 0,035 0,016 -0,198 e3 0,019 0,024 0,877 Penyakit anak z1 0,017 0,025 -0,159 z2 0,023 0,022 0,034 z3 0,027 0,020 0,072
0,021 0,021
0,002 0,005
0,008 -0,020
0,000 0,000
0,000 0,000
0,037 0,037
0,005 0,007
-0,096 0,13
0,012 0,012
0,003 0,004
0,376 0,376
0,052 0,064
0,089 -0,108
0,010 0,010
0,003 0,003
0,241 0,241
0,025 0,05
-0,009 0,017
0,000 0,000
0,000 0,000
0,130 0,043 0,30
0,032 0,006 0,066
-0,271 0,151 -0,097
0,018 0,025 0,004
0,009 0,007 0,002
0,009 0,001 0,003
0,002 0,000 0,001
-0,283 0,031 0,153
0,027 0,001 0,016
0,012 0,000 0,006
19
Lampiran 4 Prevalensi Status Gizi Balita di Indonesia Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Jumlah 154 705 3466 52 4377
Persen (%) (3.52) (16.11) (79.19) (1.19) (100.00)
Lampiran 5 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (tinggi badan) dan Jenis Kelamin Tinggi Badan Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Sangat pendek
Pendek Jenis kelamin (% terhadap anak balita)
Normal
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan 63 (14.19) 39 (8.78) 16 (1.62) 19 (1.92) 11 (0.37) 6 (0.20) 136 (30.63) 75 (16.89) 169 (17.07) 155 (15.66) 74 (2.51) 96 (3.26) 79 (17.79) 52 (11.71) 338 (34.14) 293 (29.60) 1393 (47.33) 1311 (44.55) 0 (0.00) 0 (0.00) 0 (0.00) 0 (0.00) 23 (0.78) 29 (0.99) 278 (6.35) 166 (3.79) 523 (11.95) 467 (10.67) 1501 (34.29) 1442 (32.94)
19
20
20
Lampiran 6 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (tinggi badan) dan Tipe Keluarga Tinggi Badan Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Sangat pendek
Pendek Tipe Keluarga (% terhadap anak balita)
Normal
Inti Luas Inti Luas Inti Luas 73 (16.44) 29 (6.53) 26 (2.63) 9 (0.91) 8 (0.27) 9 (0.31) 135 (30.41) 76 (17,12) 194 (19.60) 130 (13.13) 108 (3.67) 62 (2.11) 78 (17.57) 53 (11.94) 383 (38.69) 248 (25.05) 1488 (50.56) 1216 (41.32) 0 (0.00) 0 (0.00) 0 (0.00) 0 (0.00) 32 (1.09) 20 (0.68) 286 (6.53) 158 (3.61) 603 (13.78) 387 (8.84) 1636 (37.38) 1307 (29.86)
Lampiran 7 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (berat badan) dan Jenis Kelamin Berat Badan Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Sangat kurus
Laki-laki Perempuan 19 (40.43 6 (12.77) 6 (12.77) 8 (17.02) 6 (12.77) 2 (4.26) 0 (0.00) 0 (0.00) 31 (0.71) 16 (0.37)
Kurus Normal Jenis Kelamin (% terhadap anak balita) Laki-laki 31 (11.19) 62 (22.38) 50 (18.05) 0 (0.00) 143 (3.27)
Perempuan 27 (9.75) 54 (19.49) 53 (19.13) 0 (0.00) 134 (3.06)
Laki-laki 40 (1.02) 311 (7.92) 1710 (43.54) 5 (0.13) 2066 (47.20)
Perempuan 31 (0.79) 264 (6.72) 1563 (39.80) 3 (0.08) 1861 (42.52)
Gemuk
Laki-laki Perempuan 0 (0.00) 0 (0.00) 0 (0.00) 0 (0.00) 44 (34.92) 38 (30.16) 18 (14.29) 26 (20.63) 62 (1.42) 64 (1.46)
21
Lampiran 8 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Antropometri (berat badan) dan Tipe Keluarga Berat Badan Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Sangat kurus
Inti 15 (31.91) 7 (14.89) 2 (4.26) 0 (0.00) 24 (0.55)
Luas 10 (21.28) 7 (14.89) 6 (12.77) 0 (0.00) 23 (0.53)
Kurus Normal Tipe Keluarga (% terhadap anak balita) Inti 40 (14.44) 72 (25.99) 63 (22.74) 0 (0.00) 175 (4.00)
Luas 18 (6.50) 44 (15.88) 40 (14.44) 0 (0.00) 102 (2.33)
Inti 52 (1.32) 358 (9.12) 1832 (46.65) 4 (0.10) 2246 (51.31)
Gemuk
Luas Inti Luas 19 (0.48) 0 (0.00) 0 (0.00) 217 (5.53) 0 (0.00) 0 (0.00) 1441 (36.69) 52 (41.27) 30 (23.81) 4 (0.10) 28 (22.22) 16 (12.70) 1681 (38.41) 80 (1.83) 46 (1.05)
Lampiran 9 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Daerah Asal dan Klasifikasi Desa Daerah Asal Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Sumatera
Perkotaan 10 (0.99) 65 (6.42) 372 (36.76) 4 (0.40) 451 (10.30)
Pedesaan 18 (1.78) 108 (10.67) 432 (42.69) 3 (0.30) 561 (12.82)
Banten, Jabar, DKI Jateng, DIY Klasifikasi Desa (% terhadap anak balita) Perkotaan 9 (1.22) 57 (7.71) 287 (38.84) 8 (1.08) 361 (8.25)
Pedesaan 20 (2.71) 59 (7.98) 298 (40.32) 1 (0.14) 378 (8.64)
Perkotaan 3 (0.47) 26 (4.04) 157 (24.42) 8 (1.24) 194 (4.43)
Pedesaan 13 (2.02) 52 (8.09) 380 (59.10) 4 (0.62) 449 (10.26)
Jawa Timur
Perkotaan 6 (1.07) 24 (4.29) 240 (42.86) 6 (1.07) 276 (6.31)
Pedesaan 9 (1.61) 61 (10.89) 214 (38.21) 0 (0.00) 284 (6.49) 21
22
Daerah Asal Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Bali, Nusa Tenggara Lainnya Klasifikasi Desa (% terhadap anak balita) Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan 4 (0.86) 11 (2.38) 24 (2.50) 27 (2.81) 38 (8.21) 37 (7.99) 100 (10.42) 78 (8.12) 185 (39.96) 182 (39.31) 425 (44.27) 294 (30.62) 5 (1.08) 1 (0.22) 8 (0.83) 4 (0.42) 232 (5.30) 231 (5.28) 557 (12.73) 403 (9.21)
Lampiran 10 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Sanitasi Perumahan dan Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal Sanitasi Perumahan Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Kurang Baik Keadaan Lingkungan Tempat Tinggal (% terhadap anak balita) Tidak sehat Sehat Tidak sehat Sehat 91 (3.78) 15 (0.62) 30 (1.52) 18 (0.91) 380 (15.79) 69 (2.87) 147 (7.46) 109 (5.53) 1436 (59.68) 398 (16.54) 820 (41.60) 812 (41.20) 12 (0.50) 5 (0.21) 15 (0.76) 20 (1.01) 1919 (43.84) 487 (11.13) 1012 (23.12) 959 (21.91)
22
Lampiran 9 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Daerah Asal dan Klasifikasi Desa (lanjutan)
23
Lampiran 11 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pendidikan Terakhir Ayah dan Pekerjaan Ayah Pendidikan Ayah Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
Hingga SD o1 67 (4.35) 224 (14.53) 815 (52.85) 7 (0.45) 1113 (25.43)
o2 9 (0.58) 68 (4.41) 249 (16.15) 1 (0.06) 327 (7.47)
SLTP Pekerjaan Ayah (% terhadap anak balita) o3 o4 o1 o2 2 (0.13) 1 (0.06) 21 (2.14) 9 (0.92) 14 (0.91) 7 (0.45) 86 (8.78) 62 (6.33) 50 (3.24) 28 (1.82) 365 (37.24) 279 (28.47) 0 (0.00) 0 (0.00) 2 (0.20) 5 (8.11) 66 (1.51) 36 (0.82) 474 (10.83) 355 (8.11)
o3 2 (0.20) 18 (1.84) 100 (10.20) 1 (0.10) 121 (2.76)
o4 1 (0.10) 2 (0.20) 27 (2.76) 0 (0.00) 30 (0.69)
Lampiran 11 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pendidikan Terakhir Ayah dan Pekerjaan Ayah (lanjutan) Pendidikan Ayah Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
SLTA dan Perguruan Tinggi Pekerjaan Ayah (% terhadap anak balita) o1 o2 o3 o4 13 (0.70) 14 (0.75) 14 (0.75) 1 (0.05) 63 (3.40) 80 (4.31) 66 (3.56) 15 (0.81) 322 (17.36) 520 (28.03) 653 (35.20) 58 (3.13) 5 (0.27) 10 (0.54) 20 (1.08) 1 (0.05) 403 (9.21) 624 (14.26) 753 (17.20) 75 (1.71)
23
24
24
Lampiran 12 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pendidikan Terakhir Ibu dan Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total
SLTA dan Perguruan SLTP Tinggi Pekerjaan Ibu (% terhadap anak balita) Lainnya IRT Lainnya IRT Lainnya 25 (1.56) 25 (2.42) 8 (0.77) 29 (1.67) 7 (0.40) 91 (5.67) 139 (13.46) 40 (3.87) 145 (8.33) 64 (3.68) 310 (19.33) 690 (66.80) 119 (11.52) 899 (51.67) 562 (32.30) 3 (0.19) 10 (0.97) 2 (0.19) 22 (1.26) 12 (0.69) 429 (9.80) 864 (19.74) 169 (3.87) 1095 (25.02) 645 (14.74)
Hingga SD IRT 60 (3.74) 226 (14.09) 886 (55.24) 3 (0.19) 1175 (26.84)
Lampiran 13 Tabel Dua Arah Status Gizi dan Seluruh Peubah yang Digunakan Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total (%)
d1 d2 d3 d4 d5 d6 v1 v2 j1 j2 h1 28 29 16 15 15 51 56 98 90 64 102 173 116 78 85 75 178 310 395 379 326 211 804 585 537 454 367 719 1666 1800 1810 1656 131 7 9 12 6 6 12 39 13 23 29 0 1012 739 643 560 463 960 2071 2306 2302 2075 444 23.12 16.88 14.69 12.79 10.58 21.93 47.32 52.68 52.59 47.41 10.14
h2 35 324 631 0 990 22.62
h3 w1 w2 w3 17 25 58 71 170 14 116 575 2704 8 103 3273 52 0 0 8 2943 47 277 3927 67.24 1.07 6.33 89.72
w4 0 0 82 44 126 2.88
25
Lampiran 13 Tabel Dua Arah Status Gizi dan Seluruh Peubah yang Digunakan (lanjutan) Status Gizi Buruk Kurang Baik Lebih Total (%)
a1 a2 a3 i1 i2 i3 o1 o2 o3 79 33 42 85 33 36 101 32 18 313 168 224 317 179 209 373 210 98 1142 771 1553 1196 809 1461 1502 1048 803 8 8 36 6 12 34 14 16 21 1542 980 1855 1604 1033 1740 1990 1306 940 35.23 22.39 42.38 36.65 23.60 39.75 45.46 29.84 21.48
o4 3 24 113 1 141 3.22
m1 114 510 2475 35 3134 71.60
m2 40 195 991 17 1243 28.40
k1 k2 s1 s2 107 47 106 48 437 268 449 256 1949 1517 1834 1632 32 20 17 35 2525 1852 2406 1971 57.69 42.31 54.97 45.03
Lampiran 13 Tabel Dua Arah Status Gizi dan Seluruh Peubah yang Digunakan (lanjutan) Status Gizi t1 t2 e1 e2 e3 z1 z2 z3 Buruk 121 33 49 87 18 59 51 44 Kurang 527 178 177 371 157 216 238 251 Baik 2256 1210 614 1832 1020 830 1206 1430 Lebih 27 25 4 14 34 8 21 23 total 2931 1446 844 2304 1229 1113 1516 1748 (%) 66.96 33.04 19.28 52.64 28.08 25.43 34.64 39.94
25
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Badransari (Lampung) pada tanggal 2 Desember 1991 dari Ayah bernama Sunartin dan Ibu bernama Tukiyem. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kotagajah dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Tulis Mandiri (UTM) IPB dan diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif menjadi asisten responsi Metode Statistika pada tahun akademik 2012/2013, 2013/2014, dan menjadi asisten responsi Perancangan Percobaan tahun akademik 2012/2013, serta asisten responsi Analisis Regresi tahun akademik 2013/2014. Penulis juga aktif dalam Himpunan Keprofesian Gamma Sigma Beta sebagai staf departemen Survei dan Riset pada tahun 2012 dan staf departemen Analisis Data pada tahun 2013. Selain itu, penulis mengikuti kepanitian Statistika Ria 2011 sebagai staf divisi LO, Statistika Ria 2012 sebagai staf divisi Khusus, Komstat Jr 2012 sebagai staf divisi Khusus, dan Komstat Jr 2013 sebagai ketua pelaksana. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan UKM IPB Debating Community dan sempat beberapa kali mengikuti kompetisi debat baik tingkat nasional maupun internasional. Bulan JuliAgustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapang di PT. Asuransi CIGNA Indonesia.