EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
ANALISIS T-RFLP (Terminal Restriction Fragment Length Polymorphism) KOMUNITAS METANOGEN SELAMA FERMENTASI ANAEROBIK LIMBAH CAIR TAHU Eti Setioningsih1, Suranto2, Artini Pangastuti3 1 2 3
Mahasiswa Program Studi Biosain Pascasarjana UNS
Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS ( e-mail:
[email protected] )
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan penduduk mengakibatkan berkurangnya sumber enrgi dari fosil. Peningkatan permintaan energi akan semakin cepat di masa yang akan datang. Permasalahan-permasalahan tersebut memberikan kepada setiap negara untuk memproduksi dan menggunakan energi terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan adalah biogas. Gas ini merupakan gas metana yang berasal dari perombakan berbagai macam biomassa limbah organik, salah satunya adalah limbah tahu. Biogas hasil perombakan dari limbah tahu merupakan energi alternatif terbarukan. Proses perombakan limbah cair tahu dilakukan oleh metanogen secara anaerob. Tujuan dari penelitian ini yaitu mempelajari dinamika struktur komunitas metanogen pada tingkatan proses pencernaan anaerobik yang berbeda dengan metode T-RFLP. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel dari biodigester anaerob pada hari ke0, 5, 10, 15, dan 20 untuk pengukuran pH, suhu, CH 4, ekstraksi DNA dan analisis molekuler. Dinamika komunitas metanogen selama proses perombakan anaerobik diamati dengan teknik TRFLP (Terminal Restriction Fragment Length Polymorphism). Enzim restriksi yang digunakan dalam metode TRFLP adalah Alu1. Analisis keragaman komunitas menggunakan indeks Shannon-Wiener (H’). Hasil penelitian diperoleh tiga filotipe yang terdeteksi dengan metode TRFLP, yaitu Euryarchaeota pada ukuran fragment 62 bp, Archaea pada ukuran fragment 136, dan Methanosphaerula palustris pada ukuran fragment 167 bp. Methanosphaerula palustris mendominasi dari awal sampai akhir fermentasi. Hasil pengukuran pH berkisar antara 7 sampai 8. Produksi CH4 tertinggi terdapat pada hari ke-5 yaitu sebesar 1.092,6 ppm. Suhu berkisar antara 30-310C. ABSTRAK
-
Kata kunci : Metanogen, Euryarchaeota, Methanosphaerula palustris, Terminal Restriction Fragment Length Polymorphism (TRFLP), limbah cair tahu.
PENDAHULUAN Peningkatan
itu, peningkatan harga minyak dunia
permintaan
energi
yang
hingga mencapai 100 U$ per barel juga
disebabkan oleh pertumbuhan populasi
menjadi
penduduk
menimpa
cadangan
dan minyak
menipisnya dunia
sumber
banyak
yang
serius
negara
di
yang dunia
per-
terutama Indonesia. Menurut data ESDM
masalahan emisi dari bahan bakar fosil
(2006) cadangan minyak Indonesia hanya
memberikan
tersisa sekitar sembilan milliar barel.
tekanan
serta
alasan
kepada
setiap
negara untuk segera memproduksi dan
Apabila
menggunakan energi terbarukan. Selain
ditemukannya cadangan minyak baru, 37
terus
dikonsumsi
tanpa
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
diperkirakan cadangan minyak ini akan
tahapan
habis dalam dua dekade mendatang.
hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis dan
Indonesia merupakan negara kaya
proses
metanogenesis.
akan sumber daya energi, potensi sumber
melibatkan
daya
berbeda
energi
yang
tinggi
tersebut
penguraian,
yaitu
Setiap
tahapan
akan
kelompok
bakteri
yang
yang
akan
bekerja
secara
merupakan potensi energi baru terbaru-
bersinergi antara satu kelompok dengan
kan. Salah satu sumber energi alternatif
kelompok
adalah
terbentuk konsorsium bakteri.
biogas.
berbagai
Gas
macam
ini
berasal
biomassa
dari
limbah
bakteri
Metanogen
lainnya
sehingga
merupakan
Archaea
organik, salah satunya adalah dari limbah
yang menghasilkan gas metana dalam
industri tahu yang dapat dimanfaatkan
proses
keseluruhan
menjadi energi melalui proses anaerobic
dalam
secara
digestion. Proses ini merupakan peluang
karakteristik komunitas mikroba selama
besar
proses
untuk
alternatif
menghasilkan
sehingga
akan
energi
mengurangi
limbah
saat
organik
sekarang, belum
fermentasi
anaerob
Informasi biomassa
pemahaman dalam penelitian ini yang
biomassa
pernah
anaerobik.
hidupnya
limbah industri tahu dapat menjadi dasar
dampak penggunaan bahan bakar fosil. Pada
rantai
berfokus
pada
identifikasi
dan
dikaji
kuantifikasi metanogenik. Metode T-RFLP
ataupun kalaupun sudah masih sangat
(Terminal Restriction Fragment Length
terbatas. Karakteristik kimia, fisika, dan
Polymorphism)
biologi biomassa limbah industri tahu
mengetahui dinamika struktur komunitas
perlu diketahui. Pencernaan anaerobik
bakteri secara keseluruhan. Metode ini
mengacu berbagai reaksi dan interaksi
telah digunakan pada analisis dinamika
yang terjadi diantara metanogen dan
struktur
non-metanogen serta bahan (biomassa)
(Bulut, 2003), komunitas bakteri pada
yang diumpankan ke dalam pencerna
tanah pertanian kentang (Lukow et al.,
sebagai input. Proses degradasi ini adalah
2000),
proses fisiko-kimia komplek dan proses
(Pangastuti, 2008), dan bakterioplankton
biologis yang melibatkan berbagai faktor
pada Laut Hitam (Stoica, 2009).
digunakan
bakteri
larva
asam
untuk
laktat
Litopenaeus
Cheese
vannamei
dan tahapan bentuk perubahan. Penghancuran input yang merupakan bahan
METODE PENELITIAN
organik dicapai dalam tiga tahapan, yaitu
Waktu dan Tempat Penelitian
(a)
Penelitian
hidrolisis,
(acidification),
dan
(b) (c)
pengasaman
laboratorium
dilaksanakan
pembentukan
mulai bulan Januari 2012 sampai Juli
metan (methanization) (de Mezt, et al.,
2012. Sampel limbah tahu diambil dari
2003). Menurut Raskin et al. (2007) dalam
industri tahu Kelurahan Nglorog Sragen.
fermentasi anaerob terbagi menjadi 4
Penelitian 38
molekuler
dilaksanakan
di
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Laboratorium Biologi FMIPA Universitas
Bahan
Sebelas Maret Surakarta.
Substrat didapat dari limbah industri tahu,
inokulum
limbah
industri
Konstruksi digester: botol minum volume
selama kurang lebih 2 minggu dengan
330 ml, selang diameter 0,5 cm panjang
konsentrasi
30 cm, selang diameter 1 cm panjang 30
digester
cm, lem Alteco. Analisis fisika (pH dan
diekstraks menggunakan Ultraclean Soil
suhu): pH meter untuk dan termometer.
DNA Kit MoBio mengikuti prosedur yang
Ekstraksi
dianjurkan
tabung
mikro
steril,
yang
dari
Alat
DNA:
tahu
didapat
20%
(330
difermentasikan
dari
ml),
volume dan
produsen,
air.
DNA
Elektroforesis
mikropastle, Ultraclean Soil DNA Kit
menggunakan
MoBio
yang
aquades, gel agarosa 0,8 %, Etidium
dianjurkan produsen, mikropipet beserta
Bromida, loading dye. Amplifikasi Gen
tip, sentrifuge, vortex. Elektroforesis: alat
16S sRNA menggunakan primer forward
elektroforesis, mikropipet beserta tip, gel
5’-(Ar109f) ACK GCT CAG TAA CAC GT -
dock. Amplifikasi Gen 16S sRNA: Mung
3’ dan primer reverse 5’- (Ar 915r) GTG
Bean Nuclease (NEB, MA), QIAquick Gel
CTC CCC CGC CAA TTC CT-3’, buffer
Extraction
(NEB,
mengikuti
Kit
prosedur
mikropipet, vortex, sentrifuge, microtube,
Polymerase
(NEB,
MA),
miniprep spin coloum. Digesti amplikon:
Analisis T-RFLP menggunakan isolat DNA
QIAquick
hasil digesti, HD-400[ROX], dan es. Bahan
(Qiagen,
sekuensing
gen
Taq
kali,
Mix,
Kit
U
10
dNTP
Extraction
Germany),
TAE
MA),
Gel
(Qiagen,
buffer
kerja
dan
DNA
ddH2O.
Germany), mikropipet, vortex, sentrifuge,
untuk
penyandi
microtube, miniprep spin coloum.
rRNA : primer Ar109f dan Ar 912r .
16S
Analisis T-RFLP: pemanas, 96-well plate,
sistem
ABIprism™
elektroforesis
3100
kapiler DNA
Penelitian ini menggunakan limbah tahu
Squencer (PE ), Panjang fragmen terlabel
sebagai substrat dan limbah industri tahu
dideterminasi
program
yang telah terfermentasi dalam jangka
GeneScan® (Perkin Elmer). Ukuran TRF
waktu yang lama hingga terbentuk sludge
yang
dengan
(lumpur aktif) sebagai inokulum. Pada
database pada situs Ribosomal Database
penelitian ini digunakan digester dengan
Project II (Marsh et al., 2000). Untuk
volume 330 ml, yaitu 80% dari volume
konfirmasi TRF hasil pemotongan dengan
digester digunakan sebagai volume kerja,
enzim
program
sedangkan sisanya (20%) sebagai ruang
(www.oardc.ohio-
udara. Dari 80% (330 ml) volume kerja
diketahui
restriksi
Automated
Pengambilan Sampel
dengan dicocokkan
digunakan
Fragsort state.edu/trflpfragsort)
digester
diisi oleh
sumber
inokulum
dengan konsentrasi 20%, 80% kemudian 39
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
volume
sisanya
digunakan
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
untuk
Pengukuran pH, suhu, dan CH4
substrat.
Elektroda
pH
meter
dimasukkan
ke
dalam air suling, dilap dengan tisu lalu Pembuatan Biogas
dimasukkan dalam larutan Buffer pH: 4,
Inokulum dimasukkan terlebih dahulu ke
bilas dengan air, lap dengan tisu dan
dalam
digester
dengan
konsentrasi
dimasukkan ke dalam Buffer pH: 7.
(pada
penelitian
digunakan
Elektroda dimasukkan ke dalam 25 ml
konsentrasi 20% dari 264 ml volume
contoh dalam gelas piala lalu pH meter
kerja digester atau setara dengan 52,8
dibaca.
ml), kemudian substrat ke dalam digester
menggunakan termometer. Pengukuran
sebanyak
suhu dengan menggunakan termometer.
tertentu
volume
yang
tersisa
dari
volume kerja digester yaitu 80% dari 264
Pengukuran
suhu
dengan
CH4 diukur dengan kromatrografi gas.
ml, atau kurang lebih 211,2 ml), lalu digester
harus
segera
ditutup
rapat.
Ekstraksi DNA sampel
Proses fermentasi berjalan selama kurang
Ekstraksi DNA menggunakan UltraClean
lebih 20 hari, hingga biogas terbentuk.
Soil DNA kit (MoBio, CA).
Setelah biogas terbentuk maka biogas akan
dialirkan
dari
tangki
pencerna
Amplifikasi Gen 16S rRNA
(jerigen) ke dalam tangki pengumpul gas
Amplifikasi Gen
(botol minum 330 ml) melalui selang
dilakukan
kecil. Sebelumnya, tangki pengumpul gas
(Ar109f) 5’-ACK GCT CAG TAA CAC GT -
sudah penuh terisi air (330 ml). Sehingga
3’ dan primer reverse fam (Ar 915r) 5’-
ketika
tangki
GTC CTC CCC CGC CAA TTC CT -3’ : DNA
pengumpul gas, maka air akan terdorong
100 ng, 1x buffer (NEB, MA), 2 μl 10 mM
keluar dan biogas akan masuk ke dalam
dNTP Mix, 2 U Taq DNA Polymerase (NEB,
tangki
MA),
gas
masuk
tersebut
ke
dalam
(menggantikan
air).
5
penyandi
dengan
pmol
16S
primer
masing-masing
rRNA
forward
primer,
diketahui
ddH2O sampai 50 μl. Program PCR terdiri
volume gas yang masuk ke dalam tangki
dari 1 siklus pada 94°C selama 3 menit;
pengumpul gas sama dengan volume air
30 siklus pada 94°C selama 1 menit, 48°C
yang keluar dari botol pengumpul gas.
selama 1 menit, 72°C selama 1 menit; 1
Agitasi
kali.
siklus pada 72°C selama 7 menit; diakhiri
Pengambilan sampel untuk pengukuran
dengan penyimpanan pada 4°C. Bagian
suhu,
molekuler
DNA utas tunggal dari amplikon didigesti
dilakukan setiap lima hari sekali (hari ke-
dengan Mung Bean Nuclease (NEB, MA)
0, 5, 10, 15, 20).
kemudian dipurifikasi dengan QIAquick
Dengan
demikian,
dilakukan pH
dan
dapat
sehari
penelitian
satu
Gel Extraction Kit (Qiagen, Germany).
40
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Digesti Produk PCR Hasil Amplifikasi
Analisis Data
DNA Gen 16S rRNA .
Phylotype richness (S) merupakan total
Produk PCR hasil amplifikasi DNA gen
puncak TRF berbeda/tipe restriksi yang
16S
berbeda
rRNA
didigesti
dengan
enzim
yang
ditemukan
pada
tiap
dengan
sampel. Indeks Shannon-Wiener (H’) dan
frekuensi tinggi, yaitu Alu1 (NEB,MA)
evenness (E) dihitung untuk menggambar-
secara terpisah dengan kondisi reaksi: 5U
kan keragaman komunitas pada instar
enzim, 1x buffer, 100-200 ng DNA,
berbeda dan nilai penting relatif dari tiap
ddH2O sampai 20 μl, dan diinkubasi pada
filotipe dalam keseluruhan komunitas. H’
37°C
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
restriksi
yang
semalam.
memotong
Selanjutnya
dilakukan
desalting dengan QIAquick Nucleotide
.
Untuk
mengetahui
Removal Kit (Qiagen, Germany). DNA
penyebaran individu tiap genera yang
hasil digesti dilarutkan dalam 30 μl
mendominasi populasi maka digunakan
elution buffer.
indeks
keseragaman
berikut: E =
Eveness
sebagai
(Krebs, 1972)
Analisis T-RFLP DNA hasil digesti dicampur dengan 1 μl HD-400[ROX] internal.
sebagai
DNA
standar
didenaturasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
ukuran
Tahap
dengan
langsung dari limbah cair tahu tanpa
selama 5 menit. Selanjutnya campuran
teknik kultur, dikarenakan karakteristik
dimasukkan dalam 96-well plate dan
metanogen
dimasukkan dalam sistem elektroforesis kapiler pada ABIprism™ 3100 Automated DNA Sequencer (PE Applied Biosystem).
Elmer).
Ukuran
TRF
yang
Untuk
identifikasi
obligat.
selanjutnya amplifikasi DNA
dengan
menggunakan Chain
teknik
Reaction).
PCR Untuk
rRNA sebagai marker. Total gen 16S
diketahui
rRNA dengan
Ribosomal Database Project II (Marsh et 2000).
anaerobik
analisis ini digunakan gen penyandi 16S
(Perkin
dicocokkan dengan database pada situs al.,
yang
Langkah
(Polymerase
Panjang fragmen terlabel dideterminasi GeneScan®
komunitas
melakukan ekstraksi DNA yang diambil
kemudian segera ditempatkan pada es
program
analisis
metanogen dengan T-RFLP adalah dengan
pemanasan pada 95°C selama 5 menit
dengan
awal
dari
komunitas
primer
Ar915r
diamplifikasi yang
dilabel
dengan 6-FAM dan primer 109f yang
TRF
tidak dilabel. Pita DNA hasil amplifikasi
dibandingkan dengan basis data MiCA
PCR berdasarkan gen pengkode 16S rRNA
(http://mica.ibest.uidaho.edu).
tampak jelas, yaitu satu pita tunggal DNA yang berukuran sekitar 750 bp (Gambar 1). 41
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
yang
teridentifikasi
tergolong
Filum
Crenarchaeota, sedangkan puncak TRF ukuran
167
bp,
filotipe
yang
teridentifikasi berkerabat dekat dengan Methanosphaerula
palustris.
Ketiga
filotipe yang terdeteksi masuk dalam Domain Archaea. Dinamika populasi ketiga filotipe dapat dilihat pada Gambar 2. Komposisi filotipe
metanogen
terdeteksi
yang
berdasarkan
berhasil
database
RDP
untuk setiap hari pengamatan relatif Gambar 1. Produk PCR Hasil Amplifikasi DNA Gen 16S rRNA yang Berukuran 750 bp pada 0,8 % Agarosa.
stabil,
Euryarchaeote
Methanosphaerula akhir
fermentasi.
disebabkan Profil T-RFLP komunitas metanogen penelitian
secara
Hal
medium
ini
diduga
penghasil
biogas
dalam biodigester banyak dipengaruhi
menunjukkan
oleh jenis filotipe yang sudah tumbuh di
kisaran ukuran TRF mulai dari 60-171 bp,
dalam inokulum yang berupa lumpur
mewakili banyaknya populasi metanogen
limbah
berbeda
tiga
pertumbuhan
dua
fragment, yaitu 62 bp, 136 bp, dan 167
menunjukkan
bahwa
bp
digunakan
mampu
(Gambar
yang
puncak
ini
palustris
konsisten terdeteksi dari awal sampai
Keterangan: (M) marker DNA, Fermentasi hari ke-(A) nol, (B) lima, (C) sepuluh, (D) limabelas, dan (E) duapuluh.
dalam
dan
2).
berhasil
TRF
dalam
Terdapat
dideteksi hasil
melalui
elektroforegram.
ukuran
TRF
diidentifikasi
pada
sebagai
pembacaan
elektroforegram program
Microbial Community Anlaysis III (MiCA) (http://mica.ibest.uidaho.edu/trflp.php). MiCA dikembangkan berdasar Ribosomal Data Project II (RDP II) (Cole et al., 2003). Rincian ukuran TRF pada masing-masing ketiga filotipe adalah puncak TRF ukuran 62 bp, filotipe yang teridentifikasi dan tergolong
dari
filum
Kekonsistensian filotipe
tersebut
digester
Euryarchaeota;
puncak TRF ukuran 136 bp, metanogen 42
yang
menunjang
pertumbuhan dari dua filotipe.
Selanjutnya,
menggunakan
tahu.
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
meningkat. Akan tetapi, dalam penelitian ini tidak mengukur besarnya karbon organik dan kandungan bahan organik (COD) yang terdapat dalam digester. Dalam penelitian ini, Methanospaerula palustris
memiliki
tertinggi
pada
hari
kemelimpahan ke-20
dan
kemelimpahannya lebih tinggi daripada hari
ke-0,
hal
ini
diduga
bahwa
Methanospaerula palustris pertumbuhannya sudah mulai stabil dan masuk pada
Gambar 2. Elektroforegram genescan TRF metanogen menggunakan enzim restriksi Alu1 pada fermentasi limbah cair tahu. Keterangan: Fermentasi hari ke-(A) nol, (B) lima, sepuluh,(D) limabelas, dan (E) duapuluh.
Methanospaerula
palustris
tahap fase pertumbuhan eksponensial.
(C)
men-
dominasi pada setiap pengamatan dan tumbuh konsisten dari awal sampai akhir fermentasi. Hasil pengamatan pada hari ke-5 sampai hari ke-15, kemelimpahan Methanospaerula palustris tidak stabil, hal ini diduga kondisi digester yang mengalami
perubahan
dengan
penambahan
cairan
limbah
tahu
menyebabkan
kondisi
digester
belum
optimum
untuk
pertumbuhan
Gambar 6. Komposisi TRF Metanogen Menggunakan Enzim Restriksi Alu1 selama Fermentasi Anaerobik Limbah Tahu.
metanogen. Berdasarkan alasan diatas dapat dikatakan bahwa pada hari ke-0 sampai
hari
ke-15
pertumbuhan
Kemelimpahan
Euryarchaeote
Methanospaerula palustris masih dalam
mengalami peningkatan yang signifikan
fase lag. Menurut penelitian Liu et al.
mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-15,
(2011)
hal
jumlah
karbon
organik
ini
diduga
bahwa
Euryarchaeote
untuk
beradaptasi
mempengaruhi populasi metanogen di
mudah
tanah berlumpur, apabila jumlah karbon
medium digester sehingga mampu meng-
organik tersedia dalam jumlah cukup,
gunakan
maka
medium digester untuk pertumbuhannya.
populasi
metanogen
akan 43
bahan-bahan
organik
dengan pada
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
Euryarchaeote
mengalami
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
penurunan
Crenarchaeota.
pada hari ke-20, kemungkinan terjadi
bahwa
persaingan
dari
dengan
Methanospaerula
awal
fermentasi
organik
palustri.
digester
untuk
2
kemelimpahan
palustris dalam penggunaan bahan-bahan dalam
Tabel
menunjukkan
relatif
sampai
tertinggi
dengan
adalah
akhir
Methanosphaerula
pertumbuhannya, hal ini dapat dilihat dari
kemelimpahan
Tabel 2. Kemelimpahan Relatif (%) Komunitas Metanogen selama Fermentasi Anaerobik Limbah Cair Tahu dengan Teknik TRFLP.
Methanospaerula
palustris
mengalami
peningkatan,
sedangkan
Euryarchaeote
Komunitas metanogen
mengalami
Euryarchaeota Crenarchaeota Methanosphaerula palustris
penurunan. Filotipe pada puncak TRF 136,
tergolong
dalam
Filum
Crenarchaeota hanya terdeteksi pada hari
Jumlah
ke-5 dan tidak berhasil terdeteksi pada hari
ke-10
sampai
akhir
Richness
fermentasi,
filotipe
antara 30-31ºC dan pH yang berkisar 7-8.
akhir
yang terukur cocok unuk metanogen, Archaea
Menurut
hipertermofilik.
Crenarchaeota
hipertermofilik
Serikat.
Crenarchaeota
pH
bahwa
digester
memiliki
Park,
pertumbuhan
pada
dengan
nilai
tertinggi
indeks terdapat
komunitas
beragam
dengan
merata,
walaupun
metanogen distribusi
yang
filotipe
evenness
bukan
merupakan nilai tertinggi. Hal ini berarti
berada
tidak ada filotipe yang relatif dominan pada hari ke-5. Sebaliknya, berdasarkan
limbah
luas peak area hasil T-RFLP, perkiraan
tahu pada penelitian ini tidak cocok untuk
kecuali
5 menunjukkan bahwa pada hari ke-5
dalam kisaran kurang dari 2. Hal ini menunjukkan
fermentasi,
dengan
yang lebih tinggi pada perlakuan hari ke-
pertumbuhan
hipertermofilik
enzim
hari ke-20 (0,52). Keragaman metanogen
geyser, dan sumber air panas contohnya Amerika
tiga
nilai indeks terendah ditunjukkan pada
mem-
sulfur tinggi seperti daerah vulkano, National
sampai
pada pengamatan hari ke-5 (1,02) dan
Filum
tumbuh pada habitat dengan kandungan
Yellowstone
seluruh
menggunakan
Shannon-Weiner/H’)
butuhkan suhu pertumbuhan 80-105ºC,
daerah
dua
dari awal sampai
(ditunjukkan
Filum
Crenarchaeota sebagian besar terdiri dari Archaea
dari
pada
satu filotipe. Analisis indeks keragaman
hipertermofilik. (2009)
terdeteksi
metanogen adalah
Species
pengamatan hari ke-5 ada penambahan
Crenarchaeota
Todar
yang
dengan
ditemukan
pertumbuhan Archaea mesofilik dan pH
merupakan
atau
Hari ke-20 21,4 0 78,6
restriksi Alu1 (Tabel 3). Dua filotipe
Suhu tersebut merupakan suhu untuk
filum
(S)
pengamatan
suhu fermenter yang suhunya berkisar
sedangkan
filotipe
komunitas
kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh
Kemelimpahan relatif Hari Hari Hari ke-5 ke-10 ke-15 30,8 38,3 43,8 18,4 0 0 50,8 61,7 56,2
Hari ke-0 25,5 0 74,5
jumlah
Filum
total
metanogen
bukan
yang
tertinggi. Keragaman terendah terdapat 44
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pada hari ke-20 (0,52), nilai evenness hari
1200
Konsentrasi CH4 (ppm)
ke-20 juga rendah, menunjukkan ada filotipe yang sangat dominan. Berdasarkan
luas
peak
area
hasil
T-RFLP,
perkiraan jumlah total metanogen pada hari
ke-20
bukan
merupakan
yang
tertinggi atau terendah.
Jumlah Filotipe/ Richness 2 3 2 2 2
0 5 10 15 20
800 600 400 200 0
Hari Hari Hari Hari Hari ke-0 ke-5 ke-10 ke-15 ke-20
Tabel 3. Keragaman Komunitas Metanogen selama Fermentasi Anaerobik Limbah Cair Tahu dengan Teknik TRFLP. Pengamatan hari ke-
1000
Indeks Shannon Weiner (H’) 0,57 1,02 0,67 0,69 0,52
Pengamatan hari ke-
Evenness/ E
Gambar 7. Konsentrasi CH4 selama Fermentasi
0,82 0,93 0,96 0,99 0,75
Anaerobik Limbah Cair Tahu
Analisis karakteristik fisika-kimia berupa konsentrai CH4, pH dan suhu bertujuan
untuk
menunjukkan
keberadaan metanogen sesuai dengan faktor-faktor
fisika-kimia
pertumbuhannya.
dalam
Pengukuran
konsentrasi CH4 tidak dilakukan pada hari ke-0, diasumsikan bahwa pada hari
Gambar 8. Grafik pH selama Fermentasi
ke-0 belum terbentuk CH4 karena belum
Anaerobik Limbah Cair Tahu.
mengalami fermentasi. Produksi CH4 pada
Gambar
hari ke-5, hari ke-10, hari ke-15, hari ke-
dibuat netral pada angka 7 dengan
ppm, sehingga produksi CH4 tertinggi
panambahan NaOH, hal ini dimaksudkan
terdapat pada hari ke-5 yaitu sebesar sedangkan
untuk menyeragamkan pengukuran pada
populasi
awal fermentasi. Pada hari ke-5 sebesar
Methanospaerula palustris pada hari ke-5
8,146, hari ke-10 sebesar 8, hari ke-15
bukan merupakan kemelimpahan yang
sebesar 7,56 dan hari ke-20 sebesar 7,87.
tertinggi (Gambar 7). Hal ini menunjuk-
Perubahan pH terjadi karena senyawa
kan bahwa produksi CH4 tidak secara signifikan dengan
berkaitan
atau
kemelimpahan
hasil
hari ke-0, yaitu di awal fermentasi, pH
570,2 ppm; 712,66 ppm; dan 655,82
ppm,
menunjukkan
pengukuran pH. Pengukuran pH pada
20 berturut-turut sebesar 1.092,6ppm;
1.092,61
8
hasil fermentasi maupun asetogenesis
berkorelasi
sudah dikonversi menjadi H2, CO2, H2O,
populasi
dan
metanogen.
CH4,
serta
menjadi NH 45
+ 4
pemecahan
protein
yang kemudian mudah
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
membentuk senyawa yang bersifat basa.
Menurut
Dubey
(2005)
Metana mengkonsumsi asam asetat dan
mengemukakan
mengubahnya menjadi metana dan CO2,
metanogen
sehingga konsentrasi asam asetat dalam
kisaran suhu optimum antara 20-40ºC,
air
naik
namun beberapa metanogen juga dapat
(Suryandono, dkk., 2007). Proses digesti
ditemukan di lingkungan ekstrim seperti
yang berlanjut menyebabkan konsentrasi
hydrothermal
NH
temperatur
limbah
+ 4
turun
dan
pH
meningkat sehingga dapat menaik-
bahwa
bersifat
kebanyakan
mesofilik
vent
yang
sampai
dengan
memiliki
100ºC.
Pada
kan nilai pH. Ion NH4+ ini akan mem-
penelitian ini, hasil pengukuran suhu
bentuk senyawa basa dan menaikkan pH
didapatkan
sehingga pH dalam digester menjadi
digester, hal ini menunjukkan bahwa
netral (Suryandono, 2004). Hasil peng-
metanogen yang berkerabat dekat dengan
ukuran
pH
Methanospaerula
berkisar
antara
yang
mempunyai
7-8,1
nilai
menunjukkan
mengalami
bahwa pH yang dihasilkan sesuai dengan
palustris
dan
31ºC
palustris
dalam
mampu
pertumbuhan
serta
Produksi CH4 tergantung pada suhu
Methanospaerula
digester,
pada
penelitian
di
lahan
populasi
gambut, produksi CH4 akan maksimal
Archaea selama pengamatan tidak di-
pada suhu antara 20-350C (Svensson,
pengaruhi
1984; Segers, 1998; Kotsyurbenko et al.
oleh
keragaman
dan
menghasilkan CH4.
syarat pH pertumbuhan metanogen. Dominansi
30ºC
suhu,
karena
hasil
pengukuran suhu dari hari ke-0 sampai
2004; Metje and Frenzel, 2005).
hari ke-20 tidak berbeda jauh, yaitu KESIMPULAN
(Gambar 9).
Metanogen yang berhasil dideteksi pada
Suhu (ºC)
berkisar antara 30ºC sampai dengan 31ºC
proses pembuatan biogas dari limbah
40 35 30 25 20 15 10 5
tahu cair selama duapuluh hari terdapat dua filotipe yaitu: metanogen tergolong dalam
Filum
Euryarchaeota
dan
metanogen yang berkerabat dekat dengan
Suhu (°C)
Methanosphaerula ketiga
yang
palustris.
Filotipe
terdeteksi
tergolong
Crenarchaeota yang kemungkinan bukan
Pengamatan hari ke-
metanogen. Gambar 9. Suhu selama Fermentasi Anaerobik
Euryarchaeota
Methanosphaerula
Limbah Cair Tahu.
palustris
dan
ditemukan
secara konsisten dari awal sampai akhir fermentasi,
sedangkan
Filum
Crenarchaeota hanya terdeteksi pada hari 46
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
ke-5. Metanogen yang mendominasi dari
Liu D. Y., Ding, W., X and Cai, Z., C. (2011). Relation between methanogenic archaea and methane production potential in selected natural wetland ecosystems across China. Biogeosciences 8: 329–338. Lukow, Thomas, Peter F. Dun¢eld, Werner Liesack. (2000). Use of The T-RFLP Technique to Assess Spatial and Temporal Changes in The Bacterial Community Structure within An Agricultural Soil Planted with Transgenic and Non-Transgenic Potato Plants. FEMS Microbiology Ecology 32 : 241 – 247. Metje M, Frenzel P. (2005) Effect of Temperature on Anaerobic Ethanol Oxidation and Methanogenesis in Acidic Peat from a Northern Wetland. Appl Environ Microbiol 71: 81918200. Pangastuti, A. (2008). Analisis Komunitas Bakteri Selama Tahapan Perkembangan Larva. [Disertasi]. IPB Raskin, L., Mackie, R.I., McMahon, K.D., Griffin, M.E., 1997. Methanogenic Population Dynamics during Start-Up of Anaerobic Digesters Treating Municipal Solid Waste and BiosolidsMatt. Biotechnology and Bioengineering Journal, Environmental Engineering and Science, Civil Engineering Laboratory, University of Illinois at Urbana– Champaign. 5:342-355 Segers R. (1998) Methane Production and Methane Consumption: A review of Processes Underlying Wetland Methane Fluxes. Biogeochemistry 41: 23-51. Suryandono dan Wagiman. 2004. Laju produksi Biogas dari Limbah Cair Tahu. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM. Svensson B.H. (1984) Different temperature optima for methane formation when enrichments from acid peat are supplemented with acetate or hydrogen. Appl Environ Microbiol 48: 389-394. Thauer, R. K. (1998). Biochemistry of Methanogenesis: A Tribute to Marjory Stephenson. Microbiology 144: 23772406.
awal sampai akhir fermentasi adalah Methanosphaerula palustris. DAFTAR PUSTAKA Bulut Çisem. (2003). Isolation and Molecular Characterization of Lactid Acid Bacteria from Cheese. Tesis. Departemen Biotechnology and Bioengeineering. Izmir Institute of Technology Turkey. Cadillo, Q.H., Yavitt, J.B., Zinder, S.H., (2009). Methanosphaerula palustris gen. Nov.,sp.nov.,a Hydrogenotrophic Methanogen Isolated from a Minerotrophic Fen Peatland. Int J Syst Evol Microbiol 59 (Pt 5): 928-35. de Mez, T. Z. D., Stams, A. J. M., Reith, J. H., and G., Zeeman. (2003). Methane Production by Anaerobic Digestion of Wastewater and Solid Wastes. In: Biomethane and Biohydrogen Status add Perspectives of biological methan and hydrogen production. Edited by J.H. Reith, R.H. Wijffels and H. Barten. Dutch Biological Hydrogen Foundation. Freitag, T., E. and Prosser, J., I.(2009). Correlation of Methane Production and Functional Gene Transcriptional Activity in a Peat Soil. Appl. Environ. Microbiol. 75: 6679-6687. Galand, P. E., Fritze, H., and Yrjala, K.(2003) Microsite-dependent changes in methanogenic populations in a boreal oligotrophic fen, Environ. Micribiol. 5: 1133-1143. Kotsyurbenko O., R., Chin K.,J., Glagolev M.,V., Stubner S., Simankova M., V., Nozhevnikova A., N., and Conrad R. (2004) Acetoclastic and Hydrogenotrophic Methane Production and methanogenic Populations in an Acidic WestSiberian Peat Bog. Environ Microbiol 6: 1159-1173. Krebs, C. J. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Harper and Row Publisher. New York.
47
EL-VIVO Vol.2, No.1, hal 37 – 48, April 2014
ISSN: 2339-1901 http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Todar, K. (2009). The Procaryotes: Archaea and Bacteria. Thesis. University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.
48