5.3.1. Analisis Struktur 5.3.1.1. Zona Sesar Sorong (SFZ) SFZ merupakan sistem sesar mendatar mengiri yang terletak di bagian utara Kepala Burung dan menerus sepanjang lebih dari 1000 km dari arah timur hingga ke bagian barat Salawati dan Misool (Gambar 5.13). Sesar mendatar ini diinterpretasikan sebagai sesar transform yang membatasi lempeng Pasifik di bagian utara dan lempeng Australia di bagian selatan. Arah dari SFZ ini berubah dari barat-timur menjadi timurlaut-baratdaya di bagian barat. SFZ ini mempengaruhi deformasi di daerah Kepala Burung, seperti pada Cekungan Salawati, MOKA, dan SFTB. Daerah yang terpengaruh oleh SFZ secara signifikan memiliki perbedaan pola deformasi dan sedimentasi.
Interpretasi seismik pada daerah penelitian memperlihatkan aktivitas sesar mendatar yang berkaitan dengan perkembangan SFZ, terutama pada bagian barat Misool, Salawati, dan bagian baratlaut Salawati. Hasil interpretasi struktur pada data seismik dan multibeams batimetri memperlihatkan bahwa aktivitas SFZ di daerah Kepala Burung hingga bagian barat Misool dan Salawati, berkembang menjadi 2 tipe sesar mendatar yaitu sesar mendatar dengan mekanisme divergen pada bagian barat Misool dan Salawati, dan sesar mendatar dengan mekanisme horsetail pada bagian baratlaut Salawati. Sesar mendatar dengan mekanisme divergen memiliki orientasi arah relatif timurlaut-baratdaya dengan sesar-sesar normal didalamnya yang memiliki orientasi arah relatif utara-selatan (NNESSW). Sesar-sesar normal tersebut merupakan hasil dari pasangan suatu sesar mendatar yang memiliki orientasi arah yang sama. McClay, 2001, menyatakan bahwa suatu sesar mendatar dengan mekanisme releasing bend akan menghasilkan sesar-sesar normal (negative flower structure) dengan arah yang sesuai dengan arah pada Riedel shear fault, serta membentuk suatu cekungan pullapart dan sesar ekstensional en-echelon. Mekanisme ini terlihat terutama pada bagian barat Misool dan Salawati, dan mekanisme cekungan pull-apart tersebut berperan dalam pembentukan Cekungan Salawati.
83
Interpretasi struktur pada data seismik (Gambar 5.14) dan multibeams batimetri (Gambar 5.15) di daerah Misool memperlihatkan aktivitas sesar-sesar normal yang berkaitan dengan suatu zona sesar mendatar. Sesar-sesar normal tersebut menerus hingga ke bagian barat-baratdaya Salawati yang berkembang sebagai Cekungan Salawati. Gambar 5.16. memperlihatkan komprehensi strukturstruktur di bagian barat Misool dan baratdaya Salawati secara keseluruhan, berkaitan dengan mekanisme sesar mendatar divergen.
84
Gambar 5.14. Sesar-sesar normal pada penampang sesimik di bagian barat Misool sebagai bagian dari aktivitas SFZ berarah timurlaut-baratdaya. 85
Gambar 5.15. Data multibeams batimetri bagian barat Misool dan baratdaya Salawati memperlihatkan aktivitas sesar mendatar berarah timurlaut-baratdaya (NESW) dengan fitur sesar-sesar normal berarah utara-selatan (NNE-SSW) sebagai suatu sistem sesar mendatar divergen.
86
Gambar 5.16. Gambaran umum sistem SFZ di bagian barat Misool dan baratdaya Salawati sebagai suatu sistem sesar mendatar divergen yang dikemukaan oleh McClay, 2003, yang juga mempengaruhi mekanisme pembentukan Cekungan Salawati sebagai suatu cekungan pull-apart.
87
SFZ di bagian utara Kepala Burung hingga baratlaut Salawati, berkembang sebagai sesar mendatar mengiri dengan orientasi arah barat-timur. SFZ di bagian ini merupakan sesar mendatar mengiri dengan mekanisme horsetail. Bagian barat mendatar ini berkembang menjadi sesar-sesar naik berorientasi timurlautbaratdaya di bagian utara sesar mendatar dan sesar-sesar normal berarah relatif utara-selatan (NNE-SSW) di bagian selatan sesar mendatar. Sesar mendatar mengiri dengan mekanisme horsetail ini berorientasi barat timur dan sesar mendatar ini relatif berhenti di bagian barat-baratlaut Salawati. Di daerah utara Salawati (sekitar Klamono), sesar mendatar ini diinterpretasikan memiliki cabang atau splay sesar dengan arah timurlaut-baratdaya, yang berkembang sebagai SFZ di sepanjang daerah Salawati dan Misool.
Interpretasi struktur pada data seismik (Gambar 5.17., 5.18. & 5.19) dan multibeams batimetri (Gambar 5.20) memperlihatkan adanya perkembangan sesar-sesar naik dan sesar-sesar normal yang berkaitan dengan perkembangan SFZ berorientasi barat-timur. Sesar-sesar naik dengan orientasi arah timurlautbaratdaya terbentuk pada suatu cekungan di bagian baratlaut Kepala Burung. Cekungan di barat-baratlaut Kepala Burung ini terbentuk ketika terjadi proses collision antara lempeng Pasifik dan Australia. Fragmen batuan dasar oceanic yang berasal dari lempeng Pasifik bergabung dengan batuan dasar di daerah Kepala
Burung
yang
berasal
dari
baratlaut
Australia.
Cekungan
ini
diinterpretasikan terbentuk bersamaan dengan terbentuknya pulau Waigeo dan Halmahera pada Paleosen (Charlton, 2000). Hal tersebut diindikasikan juga dengan adanya endapan tipis sedimen berumur Oligosen Awal pada cekungan di baratlaut Kepala Burung ini yang setara dengan batugamping Formasi Batanta, sehingga cekungan tersebut diinterpretasikan terbentuk sebelum Oligosen Awal. Sesar-sesar naik yang terbentuk pada cekungan tersebut diinterpretasikan berkaitan dengan mekanisme SFZ berarah barat-timur di bagian utara-baratlaut Kepala Burung. Sesar-sesar naik dengan orientasi timurlaut-baratdaya ini merupakan perkembangan dari sesar mendatar dengan mekanisme horsetail. Sesar mendatar horsetail merupakan mekanisme sesar mendatar yang menghasilkan sesar-sesar naik dan sesar-sesar normal ketika sesar mendatar tersebut berhenti 88
Gambar 5.17. Interpretasi sesimik pada lintasan seismik di bagian baratlaut Kepala Burung memperlihatkan struktur sesar-sesar naik yang berada di dalam suatu cekungan.
90
Gambar 5.18. Fitur struktur sesar-sesar naik di daerah baratlaut Salawati sebagai bagian dari sistem sesar mendatar.
91
Gambar 5.19. Interpretasi seismik di bagian baratlaut Salawati yang memperlihatkan perkembangan sesar-sesar normal sebagai bagian dari perkembangan SFZ berarah barat-timur.
92
Gambar 5.20. Data multibeams batimetri di bagian baratlaut Kepala Burung, Papua yang memperlihatkan adanya fitur tinggian di dalam suatu cekungan yang berkaitan dengan perkembangan sesar-sesar naik akibat perkembangan SFZ.
93