Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS DOMBA JUHUT DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN (Analysis of Juhut Sheep Village Development Strategy in the Regency of Pandeglang of Banten Province) Viktor Siagian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, Jln. Ciptayasa Km 01 Ciruas, Serang
ABSTRACT Juhut village in the regency of Pandeglang is one of ex Primatani locations that has grown to be the area of sheep agribusiness. The purpose of this study was to: 1) Get information of livestock conditions and potential resources, 2) Determine the level of farm household income, 3) Develop regional agribusiness development strategy through MP3MI sheep. This study was done through a survey with simple random sampling method to 20 respondents.Methods of analysis using SWOT analysis and descriptive tabulation. Results show: 1) The dominant livestock was sheep with an average ownership of 9.2 adult sheep, lambs 3.8 and the largest species of sheep is Garut, others are vegetable farming. 2) The income level of farmer were Rp. 13.354.959/year and the largest proportion of Rp. 11,606,128 (86.9%) came from sheep, and from dry land farming/vegetables of Rp. 1,274,625 (9.5%), 3) Regional agribusiness development strategy was to apply innovation of sheep nutrition and breeding, and introduction of bio gass machinery tools, expand planting areas of beneng tube and livestock forage, and form groups of livestock marketing. It is necessary to develop coordination and synchronization of each related agencies in order to develop sheep agribusines region in Juhut village. Key Words: Strategy, Regional Agribusiness, Sheep, Juhut ABSTRAK Desa Juhut di Kabupaten Pandeglang adalah salah satu lokasi eks Primatani yang telah berkembang menjadi kawasan agribisnis domba. Tujuan kajian ini adalah untuk: 1) Mengetahui kondisi usahaternak dan potensi sumber daya; 2) Mengetahui tingkat pendapatan rumah tangga petani; dan 3) Menyusun strategi pengembangan kawasan agribisnis domba melalui MP3MI. Metode survei terhadap 20 responden secara acak telah dilakukan dalam kajian ini. Data dianalisis secara deskritif dan SWOT. Hasil menunjukkan bahwa: 1) Usahaternak dominan adalah ternak domba dengan kepemilikan rata-rata 9,2 ekor dewasa, 3,8 ekor domba muda dengan mayoritas Domba Garut; 2) Tingkat pendapatan petani adalah Rp. 13.354.959/tahun dengan proporsi terbesar dari usaha ternak domba; kemudian dari usahatani lahan tegalan/kebun sebesar Rp. 1.274.625 (9,5%); 3) Strategi pengembangan kawasan agribisnis domba Juhut adalah menerapkan inovasi nutrisi dan breeding serta introduksi alat mesin biogas, memperluas areal tanam talas beneng dan hijauan ternak, dan membentuk kelompok pemasaran ternak. Diperlukan koordinasi dan sinkronisasi dari masingmasing instansi terkait agar terwujud kawasan agribisnis domba di Desa Juhut. Kata Kunci: Strategi, Kawasan Agribisnis, Domba, Juhut
PENDAHULUAN Prima Tani telah dilaksanakan di Desa Juhut di Kabupaten Pandeglang sejak tahun 2007 dengan basis ternak khususnya domba. Kegiatan ini tentu mendapat dukungan dari pemerintah daerah dengan mensinergikan berbagai program/kegiatan seperti
pembangunan jalan kampung melalui PNPM (Program Nasional Pembangunan Masyarakat), penguatan permodalan melalui program PUAP, diversifikasi pangan melalui P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan), dan sebagainya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mengembangkan Model
545
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) sebagai program pembangunan pertanian dalam rangka meningkatkan spektrum kegiatan diseminasi melalui sistem diseminasi multi channel (SDMC). Implementasi program tersebut di lapang berbentuk unit percontohan berskala pengembangan berwawasan agribisnis, bersifat holistik dan komprehensif meliputi aspek perbaikan teknologi produksi, pasca panen, pengolahan hasil, pemberdayaan masyarakat tani, aspek pengembangan dan penguatan kelembagaan sarana pendukung agribisnis juga sebagai ajang kegiatan pengkajian untuk perbaikan teknologi dan perekayaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis. Dengan demikian pembelajaran dan diseminasi teknologi berjalan secara simultan sehingga spektrum diseminasi menjadi semakin luas. Salah satu desa contoh untuk kegiatan tersebut adalah Kampung Cinyurup, Desa Juhut di Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan agribisnis (domba) di Desa Juhut serta mengetahui potensi sumberdaya dan peluang dan kendala dalam pengembangannya, serta pendapatan rumah tangga petani maka kajian ini perlu dilakukan. MATERI DAN METODE Metode pengumpulan data, lokasi dan waktu pengkajian Metoda yang digunakan dalam kajian ini adalah metode survei. Metode survei dilakukan untuk pengumpulan data primer. Data primer dikumpulkan dengan wawancara menggunakan quesioner terstruktur di tingkat petani/peternak.
Disamping metode survei juga dilakukan studi literatur dan pengumpulan data sekunder dari instansi-instansi Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang, Monografi Desa Juhut, Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang. Pengambilan data primer di tingkat petani dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), hal itu dilakukan karena responden relatif homogen (Singarimbun dan Sofyan 1989). Lokasi sampel dipilih secara sengaja berdasarkan lokasi MP3MI. Jumlah sampel dipilih secara acak sebanyak 20 responden petani. padi sawah. Waktu kajian mulai MaretDesember 2011. Metode analisis Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif menggunakan statistik deskriptif dan SWOT (Strength Weak Opportunity Treath). Analisis SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strength dan Weakness dan Lingkungan Eksternal yaitu Opportunities dan Threath (Rangkuti 2004). Diagram berikut menggambarkan berbagai strategi SWOT yang terdiri dari empat kuadran. Kuadran 1: Strategi yang diterapkan adalah mendukung pertumbuhan yang aggresif. Kuadran 2: Strategi yang diterapkan memanfaatkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi. Kuadran 3: Strateginya meminimalkan kelemahan yang ada dan memanfaatkan peluang yang ada. Kuadran 4: Situasi tidak menguntungkan. Strateginya adalah defensif.
Berbagai peluang 3. Mendukung strategi Turn around
1. Mendukung strategi Agresif Kekuatan internal
Kelemahan internal
2. Mendukung strategi diversifikasi
4. Mendukung strategi defensif Berbagai ancaman
Gambar 1. Diagram analisis SWOT
546
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik rumah tangga petani kawasan Juhut Dari enumerasi di Kampung Cinyurup, Desa Juhut diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 38,1 tahun dengan kisaran 18-66 tahun. Penduduk lebih banyak tersebar pada rentang umur 23,6-52,6 tahun. Lama pendidikan rata-rata relatif rendah yaitu 4,8 tahun dengan kisaran 0-6 tahun. Artinya ratarata pendidikan hanya kelas 5 tingkat sekolah dasar. Jika dibandingkan dengan data di Desa Juhut persentase tingkat pendidikan terbesar adalah tidak sekolah sampai tammat SD yaitu 62,8%, dan SMP/sederajat yaitu 21,0% dan SMA/sederajat 14,9%, dan selebihnya Akademi/Sarjana, hasil survei di atas tidak berbeda jauh. Jumlah penduduk di Desa Juhut sebanyak 6.391 jiwa (1.319 kk) dan berjarak ±15 km dari Kota Pandeglang. Topografi berkisar 400-700 m dpl (Monografi Desa Juhut Tahun 2010, 2011). Kelurahan Juhut terletak di kaki dan pebukitan Gunung Karang. Khusus di Kampung Cinyurup, hampir seluruhnya (90%) adalah petani dan 10% lagi adalah pedagang. Jarak Kampung Cinyurup dari Kantor Kelurahan Juhut ±6 km, berada di kaki Bukit Karang dengan kondisi alam pegunungan yang sesuai untuk pertanian. Jumlah kepemilikan ternak domba adalah 1. Domba jantan dewasa rata-rata 1,3 ekor dengan kisaran 0-6 ekor
2. Domba betina rata-rata 7,9 ekor dengan kisaran 2-17 ekor 3. Domba jantan muda rata-rata 1,8 ekor dengan kisaran 0-7 ekor 4. Domba betina muda rata-rata 2,0 ekor dengan kisaran 0-10 ekor. Jenis domba terdiri dari lokal, komposit dan Garut, tetapi proporsi terbesar adalah domba Garut. Luas kepemilikan lahan rata-rata untuk lahan milik adalah 0,33 ha/kk dengan kisaran 0-1,0 ha. Sebaran lahan banyak tersebar pada rentang 0,01-0,65 ha. Untuk lahan non milik luas garapan rata-rata 0,55 ha dengan kisaran 0-4,0 ha. Lahan milik umumnya lahan kebun dengan rata-rata kepemilikan 0,32 ha. Lahan bukan milik yang digarap adalah lahan kebun dan tegalan masing-masing 0,17 ha dan 0,14 ha. Khusus lahan sawah terdapat 30 ha di Kampung lainnya seperti Bolangendong dan Canggoang. Terdapat juga lahan perkebunan seluas 122 ha yang terdiri dari tanaman kelapa (24 ha), kopi (57 ha), cengkeh (41 ha). Pendapatan rumah tangga petani di Kampung Cinyurup, Desa Juhut dominannya berasal dari usaha ternak domba. Total pendapatan rumah tangga petani per tahun sebesar Rp. 13.354.959. Dengan jumlah anggota keluarga rata-rata 4,8 jiwa maka pendapatan per kapita adalah Rp. 2.782.283/tahun. Pendapatan tersebut berasal dari usahatani (on farm) sebesar Rp. 13.052.220 (97,7%) dan usaha off farm sebesar Rp. 41.739 (0,3%) dan usaha non farm sebesar Rp. 261.000 (2,0%). Rinciannya tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Pendapatan rumah tangga petani di Kampung Cinyurup, Desa Juhut tahun 2011 Jenis pendapatan
Nilai (Rp.)
Persentase terhadap pendaptan (%)
Usaha ternak domba Usaha sampingan ternak (pupuk kandang, ternak upahan, ternak afkir) Usahatani lahan tegalan/kebun/pekarangan Sub total on farm Off farm (buruh tani) Non farm (buruh non tani, dagang pegawai, kiriman anak)
11.606.128 171.467
86,9 1,3
1.274.625 13.052.220 41.739 261.000
9,5 97,7 0,3 2,0
Total
13.354.959
100,0
n = 20 Sumber: Data primer, diolah tahun 2011
547
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Jika dirinci berdasarkan Tabel di atas, usaha ternak domba memberikan proporsi terbesar yakni Rp. 11.606.128 (86,9%) dan kemudian usaha tani lahan tegalan/kebun/ pekarangan yang didominasi tanaman sayursayuran sebesar Rp. 1.274.625 (9,5%). Identifikasi inovasi teknologi eksisting dan kebutuhannya Di Kelurahan Juhut, sebelum ada program Prima Tani jumlah ternak di Kelurahan Juhut 275 ekor dan saat ini berjumlah 1.100 ekor. Makanan ternak sebelumnya rumput liar sekarang rumput liar + rumput gajah + comin block (mineral). Luas rumput gajah saat ini ±5 ha. Rencana pengembangan hortikultura berada di Blok Jaya Mandiri dan lahan pekarangan. Perhutani juga menyediakan lahan di buffer zone (zona penyangga) seluas 300 ha untuk dimanfaatkan sebagai lahan hortikultura dan rumput gajah. Usahatani dominan adalah alpukat, kopi, cengkeh, petai, pisang, singkong dan sayuran berupa: wortel, tomat, caisim, seledri, bawang daun, lencak dan labu siam. Sebagian juga membudidayakan talas beneng yang dapat dipanen minimal umur 7 bulan. Kelompok ternak di kampung Cinyurup terdiri dari: Cinyurup Mandiri, Karya Mandiri, Taruna Mandiri, Bina Mandiri dengan total 115 ternak. Menurut Lurah Juhut Kampung Domba dalam pengembangannya akan difokuskan di enam kampung yaitu: Cinyurup, Ciodeng, Bolangendong, Kadukupa, Canggoang, Kadusalak. Sistim pemeliharaan domba dilakukan dengan sistim kandang, baik kandang kelompok maupun pribadi. Penyakit domba saat ini sangat jarang hanya kembung pada Musim Hujan. Domba umumnya bunting 3 kali/2 tahun, dan kawin secara alam, dimana seekor pejantan dapat mengawini 10-20 betina dalam 5 hari. Saat ini Dinas Peternakan dan Kesehatan (Disnakkeswan) Kabupaten Pandeglang sedang melakukan program sinkronisasi birahi yaitu domba betina dipasang spon (alat perangsang berahi) sebanyak 114 ekor sehingga lahir bersamaan. Program-program non ternak yang ada di Kelurahan Juhut: 1. Mandiri Pangan dari Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Banten dengan bantuan sebesar Rp. 100 juta
548
2. PUAP dari Badan Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Pertanian (Kementan) dengan bantuan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) sebesar Rp 100 juta 3. PNPM selama 3 tahun dari Menko Kesra: pembangunan jalan kampung, d. P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan) dari BKPD Provinsi Banten. Program yang dibutuhkan saat ini: 1. Penataan infrastruktur yakni: Penampungan air ternak (di Kampung. Cinyurup sulit mendapatkan air), untuk itu akan dibangun 3 buah embung tahun 2011 dari bantuan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) Kementan 2. MCK/Mandi cuci kakus, rencananya akan dibangun oleh Dinas Cipta Karya 3. Perluasan budidaya talas beneng seluas 20 ha. Melalui porgram MP3MI targetnya adalah menjadikan Juhut sebagai Kampung Domba dan memanfaatkan talas beneng sebagai bahan pangan lokal termasuk pengolahan pasca panennya. Analisis SWOT Berdasarkan hal-hal diatas dapat dibuat analisis SWOT Kelurahan Juhut, Kabupaten Pandeglang. Adapun faktor-faktor internal strategis Kekuatan adalah sebagai berikut: 1. Populasi ternak domba tersedia 2. Sumber daya alam (sayuran) tersedia 3. Pasar relatif dekat (Kota Pandeglang) 4. Tingkat keinginan menerima inovasi baru relatif tinggi 5. Adanya pangan lokal (talas beneng) 6. Kelembagaan ternak (Gapoktan) sudah berjalan baik 7. Lembaga kredit mikro (LKMA) sudah tersedia 8. Adanya penanganan kesehatan domba. Dari uraian di atas, ada empat faktor internal strategis Kekuatan yang relevan dan relatif penting yaitu: 1. Populasi ternak domba tersedia 2. Tingkat keinginan menerima inovasi baru relatif tinggi 3. Kelembagaan ternak (Gapoktan) sudah berjalan baik 4. Adanya pangan lokal (talas beneng).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Adapun faktor internal strategis Kelemahan adalah sebagai berikut: 1. Sumber daya air belum dikelola dan sanitasi lingkungan masih rendah 2. Tingkat pendapatan petani relatif rendah 3. Tingkat pendidikan petani relatif rendah 4. Produktivitas tanaman talas beneng relatif rendah 5. Jumlah hijauan ternak terbatas 6. Harga sayuran berfluktuasi 7. Kelompok pemasaran ternak belum terbentuk 8. Kotoran ternak belum dimanfaatkan. Dari uraian di atas ada tiga faktor yang relatif penting, yaitu 1. Produktivitas tanaman talas beneng relatif rendah 2. Jumlah hijauan ternak terbatas 3. Kotoran ternak belum dimanfaatkan. Untuk analisis faktor eksternal strategis Peluang ada 6 faktor yaitu: 1. Dukungan teknis dari instansi Pusat, Provinsi dan Kabupaten 2. Bimbingan dan pendampingan inovasi pertanian dari BPTP 3. Pengelolaan limbah ternak 4. Pembentukan lembaga pemasaran/koperasi
5. Peningkatan investasi domba oleh individu 6. Pengembangan daerah agrowisata. Dari uraian diatas ada empat faktor yang dianggap relatif penting, yaitu: 1. Dukungan teknis dari instansi Pusat, Provinsi dan Kabupaten 2. Bimbingan dan pendampingan inovasi pertanian dari BPTP 3. Pengelolaan limbah ternak 4. Pengembangan daerah agrowisata. Analisis faktor eksternal strategis Ancaman, ada empat faktor, dan keempatnya dianggap relatif penting, yaitu: 1. Rusaknya kawasan hutan lindung 2. Merambahnya (endemis) penyakit kudis 3. Penambahan populasi penduduk 4. Sarana transportasi kurang mendukung. Berdasarkan poin-poin Kekuatan dan Kelemahan maka dapat disusun Analisis Lingkungan Internal (ALI) seperti tertera pada Tabel 2. Pada faktor strategis internal Kekuatan yang paling tinggi skornya adalah tingginya keinginan masyarakat menerima inovasi baru. Faktor strategis kedua adalah tersedianya pangan lokal (talas beneng). Kedua faktor strategis ini dapat dimanfaatkan untuk menciptakan inovasi baru.
Tabel 2. Analisis lingkungan internal Desa Juhut Faktor strategis internal
Bobot
Rating
Skor
Keterangan
Populasi domba tersedia
0,100
3
0,300
Tingkatkan produksi
Tingkat keinginan menerima inovasi baru relatif tinggi
0,200
4
0,800
Penerapan inovasi baru
Kelembagaan ternak (Gapoktan) sudah berjalan baik
0,100
2
0,200
Pembinaan gapoktan
Tersedianya pangan lokal (talas beneng)
0,100
4
0,400
Budidaya dan pemanfaatan teknologi pascapanen
Produktivitas talas beneng relatif rendah
0,125
1
0,125
Tingkatkan produktivitas
Kotoran ternak belum dimanfaatkan
0,150
2
0,250
Inovasi alsin biogas
Jumlah hijauan ternak terbatas
0,125
3
0,375
Pengembangan hijauan ternak
Kelompok pemasaran ternak belum terbentuk
0,100
4
0,400
Pembentukan koperasi
Total
1,000
Kekuatan
Kelemahan
1,700
549
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 3. Analisis lingkungan eksternal Desa Juhut Faktor strategis eksternal Peluang Dukungan teknis dari instansi pusat, Provinsi dan Kabupaten Adanya bimbingan inovasi teknologi dari BPTP Pengelolaan limbah ternak Pengembangan daerah agrowisata
Bobot
Rating
Skor
Keterangan
0,150
3
0,450
0,150
4
0,600
Bantuan ternak dan kandang Penerapan inovasi baru
0,125 0,100
3 2
0,375 0,200
Teknologi alsin biogas Meningkatnya permintaan sayuran
0,125
3
0,375
Endemis penyakit hewan
0,150
1
0,150
Meningkatnya populasi penduduk
0,125
2
0,250
0,100
4
0,400
Penataan dan penyuluhan lingkungan Penanganan penyakit hewan Meningkatkan populasi ternak Penyediaan sarana transportasi
Ancaman Rusaknya kawasan hutan lindung
Sarana transportasi kurang mendukung Total
1,000
Pada faktor strategis internal Kelemahan yang paling rendah skornya adalah: 1. Produktivitas talas beneng relatif rendah 2. Kotoran ternak belum dimanfaatkan 3. Jumlah hijauan ternak terbatas. Dengan cara yang sama berdasarkan poin-poin Peluang dan Ancaman dapat disusun analisis lingkungan eksternal seperti tertera pada Tabel 3. Faktor strategis eksternal Peluang yang paling tinggi skornya adalah: 1. Adanya bimbingan inovasi teknologi dari BPTP Banten 2. Dukungan teknis dari instansi Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Faktor strategis Ancaman yang paling rendah skornya adalah 1. Endemis penyakit hewan 2. Meningkatnya populasi penduduk. Dari kedua tabel tersebut dapat disusun Matrik SWOT Desa Juhut, seperti tertera pada Tabel 4. Untuk strategi SO, alternatif strategis adalah: 1. Menerapkan inovasi nutrisi dan teknologi breeding untuk meningkatkan populasi domba dan introdusir alsin biogas
550
2,800
2. Memperluas areal tanam talas beneng. Untuk strategi WO, alternatif strategis adalah: 1. Meningkatkan produksi talas beneng 2. Meningkatkan luas areal hijauan pakan ternak dan penerapan alsin biogas. Untuk strategi ST, alternatif strategisnya adalah: 1. Menjaga kelestarian hutan lindung dan kesehatan ternak 2. Penyediaan sarana transportasi. Untuk strategi WT, alternatif strategisnya adalah: membentuk kelompok pemasaran ternak dan penyediaan sarana transportasi. Berdasarkan alternatif strategis di atas. berdasarkan adanya beberapa alternative strategi yang sama dapat dirumuskan beberapa strategi sebagai berikut: 1. Menerapkan inovasi nutrisi dan teknologi breeding ternak domba dan introdusir alsin biogas, 2. Memperluas areal tanam talas beneng dan hijauan ternak, 3. Membentuk kelompok pemasaran ternak.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Tabel 4. Diagram matrik SWOT pengembangan kawasan agribisnis ternak Desa Juhut, Kabupaten Pandeglang Strength (S)/Kekuatan Internal strategic factors analysis summary (IFAS)
External strategic factors analysis summary (EFAS)
Opportunities (O)/Peluang a
Dukungan teknis dari instansi Pusat, Provinsi dan Kabupaten
b
Adanya bimbingan inovasi teknologi dari BPTP
c
Pengelolaan limbah ternak
d
Pengembangan daerah agrowisata
a
Weakness (W)/Kelemahan
Populasi domba tersedia
a
Produktivitas tanaman talas beneng relatif rendah
b Tingkat keinginan menerima inovasi baru relatif tinggi
b
Kotoran ternak belum dimanfaatkan
c
Kelembagaan ternak (Gapoktan) sudah berjalan baik
c
Jumlah hijauan ternak terbatas
d Tersedianya pangan lokal (talas beneng) dan sayuran
d
Kelompok pemasaran ternak belum terbentuk
Strategi SO: a Menerapakan inovasi nutrisi dan breeding untuk meningkatkan populasi domba dan mengintrodusir alsin biogas
Strategi WO:
b
b Meningkatkan luas areal hijauan ternak dan penerapan alsin biogas
Memperluas areal tanam talas beneng
a
Meningkatkan produksi talas beneng
Threats (T)/Ancaman
Strategi ST:
Strategi WT:
a
Rusaknya kawasan hutan lindung
a
a
b
Endemis penyakit hewan
c
Meningkatnya populasi penduduk
d
Sarana transportasi kurang mendukung
Menjaga kelestarian hutan lindung dan kesehatan ternak
Membentuk kelompok pemasaran ternak dan penyediaan sarana transportasi
b Penyediaan sarana transportasi
Sasaran dari ketiga strategi di atas adalah terbentuknya Kampung Agribisnis Berbasis Domba di Desa Juhut. Langkah-langkah yang diperlukan agar sasaran tersebut tercapai adalah: 1. Menerapkan teknologi sinkronisasi birahi dan nutrisi ternak. Hal ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan Balai Penelitian Ternak. 2. Penerapan alsin biogas dan perluasan tanam talas beneng. Hal ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan BPTP Jawa Tengah dan Disnakkeswan Kabupaten Pandeglang dan Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Provinsi Banten.
3. Membentuk dan memberdayakan kelompok pemasaran ternak. Hal ini dilakukan dengan berkoordinasi dengan Dinas Koperasi Kabupaten Pandeglang dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang. KESIMPULAN Jumlah kepemilikan ternak domba dewasa rata-rata 9,2 ekor, domba muda 3,8 ekor, dengan jenis domba terbesar adalah domba Garut. Sistim pemeliharaan dengan sistim kandang. Makanan ternak adalah rumput liar, rumput gajah dan comin block.
551
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Luas kepemilikan lahan relatif rendah yakni 0,33 ha, dengan tingkat pendapatan Rp. 13.354.959 dan proporsi terbesar yakni Rp. 11.606.128 (86,9%) dari usaha ternak domba, kemudian dari usahatani lahan tegalan/kebun sebesar Rp. 1.274.625 (9,5%), dan selebihnya dari usaha sampingan ternak, buruh tani dan non tani dan kiriman anak. Strategi pengembangan kawasan agribisnis domba Juhut adalah menerapkan inovasi nutrisi dan breeding dan introduksi alsin biogas, memperluas areal tanam talas beneng dan hijauan ternak, dan membentuk kelompok pemasaran ternak. Diperlukan koordinasi dari instansi terkait yakni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten, Balai Penelitian Ternak,
552
Disnakkeswan Kabupaten Pandeglang, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, BKPD Provinsi Banten dan Dinas Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Pandeglang untuk mewujudkan sasaran terbentuknya Kampung Agribisnis Berbasis Domba di Desa Juhut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Monografi Desa Juhut tahun 2010. Kantor Desa Juhut, Juhut. Rangkuti F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Singarimbun M, Sofyan E. 1989. Metode Penelitian Survei. Penerbit LP3ES, Jakarta.