ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DIKABUPATENPANDEGLANG
Dian Atikah
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANJCAN/AGRIBISNIS FAKULATAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IDDAYATULLAH JAKARTA 2004 M I 1425 H
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DIKABUPATENPANDEGLANG
Oleh: DIANATIKAH
100092020328
Skiipsi Sebagai Salab Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Saijana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas !slain Negeri SyarifHidayatullab Jakarta
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PER.TANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGEIU SYARIF IDDAYATULLAH JAKARTA
2004 M / 1425 H
PENGESAHAN U,TIAN
Skripsi yang berjudul ''Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang". Telah cliuji clan dinyatakan lulus dalam Siclang Munaqosyah Fakultas Sains clan Teknologi Universitas lsbm Negeri Syarif Hiclayatullah Jakarta. pacla hari Sabtu tanggal 23 Oktober 2004. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.
Jakar1a, Januari 2005
Tim Penguji Penguji I ,
~"'' ~~""' Prof. Dr.H. Aki Baihaki, M.Sc
Penguji II
c
Ir~j£1ddin, MM
an Teknologi
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nama : Dian Atikah NIM : 100092020328 : Sosial Ekonomi Pertanian Program Stucli Juclul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar smjana pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis. Fakultas Sains dar. Teknologi UJN Syarif Hiclayatullah Jakarta.
Jakarta. Januari 2005 Menyetujui, Dosen Pembimbing
Pembimbing II,
Pembimbing I,
nf.~,~;£
~7J1
Ir. Mudatsir Najamuddin, MM
Mengetanui, Ketua J urusan (
~~J(J
nsyah Jaya Putra, !VI.Sis '0 317 956
Ir. Mudatsi.r Naja~;ddin, MM NlP. ISO 317 958
RlNGKASAN DIAN ATIKAH, Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang. (Dibawah bimbingan Mudatsir Najamuddin dan Yudha Heryawan Asnawi) .
...,.....,.........,....,....,...,...,.,.........,,...,.......,........""""""""''m""""""""'"'~™~·~~!!!!!!!!!!!!!!!l~~!!!!!!!l...,~~ Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tadinya sebesar 4,9% pada tahun 1997 menurun menjadi minus 13,2% pada tahun 1998. Pertumhuhan ekonomi negatif ini diperburnk dengan meningkatnya inflasi secara tajarn, dari 10,30% pada tahun 1997 menjadi 77,50% pada tahun 1998 (BPS, 2000). Walaupun harnpir selurnh sek'tor ekonomi terpurnk, namun pada kenyataannya masih ada sektor ekonomi yang cukup mampu bertahan selama krisis, yaitu >ektor pertanian. Dalarn mempercepat pembangunan pertanian diperlukan komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur pemerintahan, masyarakat maupun swasta. Untuk itu diperlukan terobosan program yang melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi. Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan. Departemen Pertanian bekerjasama dengan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan departemen lainnya yang terkait mengembangkan program kawasan agropolitan sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian No. 144/0T.210/NV/2002 tanggal 6 Mei 2002. Tujuan penelitian ini adalah untuk (I) mengetahui faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang, (2) mengetalrni faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang, (3) mernmuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan agropolitan. Pemilihan Kabupaten Pandeglang sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten Pandeglang mernpakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan program agropolitan berdasarkan SK Bupati Kabupaten Pandeglang Nomor 520/Kep.378-Huk/2003. Data yang dikumpulkan dalan1 penelitian adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis lingkungan eksternal digunakan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan lingkungan internal digunakan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE). Sedm1gkan, untuk pernmusan alternatif strategi dan prioritas strategi menggunakan analisis matriks SWOT dan matriks QSPM. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang adalah pasar domestik dan internasional, kesempatan untuk melakukan kemitraan dengan pihak swasta, tersedianya kredit U3aha kecil dan menengah, pertumbuhan ekonomi nasional, pelaksanaan otonomi daerah, pertumbuhan penduduk yang meningkat clan konsumsi masyarakat meningkat
terhadap produk agribisnis. Faktor yang menjadi ancaman adalah tingkat inflasi dan suku bunga yang tinggi, perdagangan bebas dan standarisasi produk, persaingan antar wilayah, kondisi keamanan yang tidak stabil. Faktor internal yang menjadi kekuatrn dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang adalah komitmen/kebijakan peme1intah Kabupaten Pandeglang, lahan pertanian pertanian yang cu.1<:up luas, sarana dan prasarana yang memadai, posisi Kabupaten Pandeglang yang strategis dan koordinasi antar dinas terkait dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Faktor yang menjadi kelemahan adalah sumberdaya mrumsia, ketersediaan dana untuk pengembangan agropolitan, belum tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan, kurangya penyampaian hasil penelitian dan infomrnsi pasar, kurangya penggunaan teknologi tepat guna dan kualitas produk yang masih rendah. Pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang berdasarkan analisis matriks EFE dan IFE diperoleh skor EFE sebesar 2.648. Nilai ini menunjukan bahwa posisi pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang sedang dalam usaha memanfaatkan peluang ekstemal dan menghindari ancaman. Sedangkan, skor IFE sebesar 2.703, menunjukan posisi Kabupaten Pandeglru1g dalrun keadaan sedang memanfaatkan kekuatan dan kelemahan internal. Penetapan altematif strategi berdasarkan analisis matriks SWOT yru1g dapat diterapkan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang untuk strategi (S-0), yaitu strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar melalui kemitraan, melakukru1 ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dengan adanya lahan pertanian yang cukup luas untuk meningkatkan produksi pertanian. pembangunan pusat pasar pertanian (subtem1inal agribisnis) yang berada di sentra procluksi pertanian rakyat untuk menunjang strategi pengembru1gan pasar. Strategi (W-0), yaitu strategi pengembangan dan diversifikasi produk, strategi pengembangru1 lembaga ekonomi rakyat seperti usaha skala nunah tangga, kelompok asosiasi untuk menunjang strategi pengembangru1 produk, membuat profil .investasi untuk pengusaha yruig berminat memberikan kredit usaha, meningkatkan etos kerja dru1 jiwa kewirausahru1 pelaku agribisnis. Strategi (S-T), yaitu membuat database potensi agribisnis Kabupaten Pandeglruig sehingga dapat memperluas pasar clomestik clan intemasional. Stratcgi (W-T), yaitu peningkatan kesaclaran clalan1 penerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas produk khususnya pacla pengolahan hasil penyimpanan dan grading produk untuk rnenunjang pengembangan procluk. Prioritas strategi berclasarkan matriks QSPM menghasilkru1 3 strategi utama clengan nilai TAS tertinggi 6.499 sampai nilai TAS terendah 5.717 yaitu strategi pengembangan pasar clan penetrasi pasm-, pembangunan pusat pasar pertanian (subsistem agribisnis), melakukan ekstensifikasi clan intensifikasi pertanian.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BEL UM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Oktober 20041
DianAtikah 100092020328
KATA PENGANTAR
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang dengan rahmat dan ridho-Nya telah memberi petunjuk kepada penulis untuk menyelcsaikan penulisan skripsi dengan judul "Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di
Kabupaten
Pandeglang". Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Rasullah Muhammad SAW, para keluarga dan sahabatnya. Amiin Penulis menyadari skripsi ini tidak akan pemah ada tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, iziukanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi. 2. Bapak Drs. Ujang Maman, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 3. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MM sebagai Ketua Jurnsan Agribisnis, dosen pembimbing dan penguji skripsi yang telah memberikan pengarahan, saran dan meluangkan waktu dalam penyusunan skr:ipsi. 4. Bapak Drs.Yudha Heryawan Asnawi, MM sebagai dosen pembimbing dan penguji sla·ipsi yang telah memberikan pengarahan, saran dan meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi. 5. Bapak Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc, sebagai penguji skripsi yang telah memberikan saran dan koreksiannya pada penulis. 6. Kedua orang tua tercinta" Ummi (Nurjannah) dan Abi (H.K. Hasani)", Kakak (Aled) dan adik-adikku (Ridho dan Fitri) yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Staf Tata Usaha: Ibu Opa, Ibu Yus, Mbak Fitro, Pak Sainih, Pak Gun, Pak Muksin dan Staf Perpustakaan Faknltas Sains dan T·~knologi. 8. Special Thanks to Miss. Rizki yang sering direpoti 9. Pegawai Dinas Pemerintahan Kabupaten Pandeglang: Bapak Drs. H. Enjang Sadina, M.Si,
Ir. Supriyana, Dipl,HE,
Ir. Yepi Suherman, MM,
Ir.Winarno,
Ir. Atep Asmita Walujadi, MM, Boyke Pribadi, S.Si, H. Undang,
Ibu Ambar dan Ibu Kunti yang telah memberikan data serta informasi untuk penulisan slaipsi. I 0. Teman-teman jurusan Sosek angkatan 2000 : Ema, Eli, Nia, Aulia, Nella, Afifah, Hilyati, Yati, Dini, Wahyu, Ina, Tanti, Fauza, Heni, Mila, Lubena, Abu, Ajay, Fadli, Gopur, Arman, Yusuf, Nova!, J(Jmis, Jerry, Rino, David. Terima kasih untuk persahabatan dan uhkuwah yang te1jalin selama kuliah. Semoga persahabatan dan uhkuwah ini akan terus terjalin. 11. Teman-teman "Pondokan Mahasiswi" terkhusus Halimah, Puri, Ertin, Nure, Eroh, Lilis, Kak Winda dan Kak Weni untuk empat tahun kebersamaannya. Tedma kasih telah menyertai penulis selama menjalani hidup di Ciputat. 12. Ida dan Sufi, sukron atas tausiyah, jazakumullah khairon katsiran. Untuk segala bantuannya penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT agar dapat memberikan balasan dan limpahan karunia, Amiin.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2004
Penulis
DAFT AR ISi
KA TA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFT AR ISi ............................................................................................................ iii DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi DAFT AR GAMBAR .............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I I. I 1.2 1.3 1.4 1.5
PENDAHULUAN ................................................................................... 1 Latar Belakang ......................................................................................... I Perumusan Masai ah ................................................................................. 6 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6 Kegunaan Penel itian ......................................................... ;....................... 7 Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 9 2.1 Kerangka Teori .......................................................................................... 9 2.1. I Konsep Agribisnis ......................................................................... 9 2.1.2 Agribisnis Perkotaan ...................................................................... 12 2.1.3 Konsep Agropolitan ....................................................................... 15 2.1.4 Lingkungan Organisa~i .................................................................. 20 2.1.5 Manajemen Strategi ....................................................................... 24 2.1.6 Model Manajemen Strategi ............................................................. 25 2.1. 7 Jen is Alternatif Strategi .................................................................. 27 2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................................... 30
BAB III 3.1 3.2 3.3 3.4
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 31 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 31 Metode Penelitian ..................................................................................... 3 1 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 31 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 32 3.4.1 Analisis Matriks EFE dan !FE ........................................................ 33 3.4.2 Matriks SWOT ............................................................................... 37 3.4.3 Matriks QSPM ............................................................................... 40 3.5 Definisi Operasional ................................................................................ 41
BAB IV 4.1 4.2 4.3 4.4
KEADAAN UMUM WILA Y AH PENELITIAN Batas Administrasi dan Kondisi Geografis ............................................. 43 Topografi ................................................................................................. 43 Penggunaan Lahan .................................................................................. 44 Keadaan Sosial Ekonomi ......................................................................... 45 4.4.1 Perekonomian ................................................................................ 45 4.4.2 Penduduk ...................................................................................... 4 7 4.5 Komoditas Unggulan .............................................................................. 48 4.6 Visi dan Misi Kabupaten Pandcglang ...................................................... 48
BAB V EKSISTENSI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG 5.1 Aspek Hukum ......................................................................................... 50 5.2 Aspek Sosio Geografis ............................................................................ 50 5.3 Aspek Sosio Ekonomi.. ............................................................................ 52 5.4 Potensi Kecamatan Menes Sebagai Kawasan Agropolitan .................... 53 5.5 Sarana dan Prasarana yang tersedia ........................................................ 54
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Visi dan Misi Agropolitan Kabupaten Pandeglang .................... 55 6.2 Analisis Lingkungan Ekstemal Kabupaten Pandeglang .......................... 56 6.2.1 Peluang Pengembangan Agropolitan ............................................. 57 6.2.1.1 Pasar Domestik dan lnternasional .................................... 57 6.2.1.2 Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya ........ 57 6.2.1.3 Kredit Usaha Kecil dan Menengah ................................... 58 6.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Nasional ....................................... 61 6.2.1.5 Otonomi Daerah ................................................................ 62 6.2.1.6 Pertumbuhan Penduduk .................................................. 63 6.2.1.7 Konsumsi Masyarakat terhadap J'roduk Agribisnis ........ 65 6.2.2 Ancaman Pengembangan Agropolitan ........................................... 66 6.2.2.1 Tingkat Inflasi dan Suku Bunga yang Tinggi ................... 66 6.2.2.2 Perdagangan Bebas dan Standarisasi Produk .................... 69 6.2.2.3 Persaingan Antar Wilayah ................................................. 69 6.2.2.4 Kondisi Keamanan yang Tidak Stabil.. ............................. 70 6.3 Analisis Lingkungan Internal Kabupatcn Pandeglang ............................. 71 6.3.1 Kekuatan Pengembangan Agropolitan ........................................... 71 6.3.1.1 Komitmen Pemerintah Kabupaten Pandeglang ................ 71 6.3.1.2 Laban Pertanian yang Cukup Luas ................................... 72 6.3.1.3 Sarana dan Prasarana ......................................................... 78 6.3.1.4 Posisi Kabupatcn l'andcglang yang Stratcgis ................... 79 <>.3.1.5 Koordinasi Anlar llinas Terknil dl111 Prng. Agropolilan . 7')
6.3.2 Kelemahan Pengembangan Agropolitan ..................................... 81 6.3.2.1 Sumberdaya Manusia ...................................................... 81 6.3.2.2 Dana Pengembangan Agropolitan .................................. 83 6.3.2.3 Lembaga Penelitian dan Pengembangan ........................ 85 6.3.2.4 Penyampaian Hasil Penelitian dan Informasi Pasar ....... 85 6.3.2.5 Teknologi Tepat Guna dan Kualitas Produk .................. 86 6.4 Perumusan Altematif dan Prioritas Strategi ............................................ 87 6.4.1 Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) .................. 87 6.4.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (!FE) .................... 90 6.4.3 Matriks SWOT ........................................................................... 91 6.4.4 Matriks QSPM ............................................................................ 99
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan .............................................................................................. I 00 7.2 Saran .......................................................................................................... I 03
DAFT AR PUST AKA .............................................................................................. I 04 LAMPIRAN ............................................................................................................ I 06
DAFT ART ABEL Hal Tabel I : Penilaian Bobot Faktor Eksternal dan Internal ....................................... 36 Tabel 2: Matriks EFE dan !FE .............................................................................. 38 Tabel 3: Matriks QSPM ....................................................................................... 41 Tabel 4: Luas Laban Kering dan Penggunaannya di Kab. Pandeglang ............... 44 Tabel 5: Luas Lahan Sawah dan Penggunaannya di Kab. Pandeglang ................ 45 Tabel 6: Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kab. Pandeglang Tahun 2002 ............................................................................................. 46 Tabel 7: Penduduk Kab. Pandeglang Menurut Ke!. Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2002 ............................................................................................. 4 7 Tabel 8: Kawasan Pertanian Kebun Melinjo di Kabupaten Pandeglang ............. 52 Tabel 9: Portofolio Kredit Pertanian per Grup Bank ........................................... 58 Tabel I 0: Porto folio Kredit Pertanian UKM .......................................................... 59 Tabel 11: Posisi Krcdit Usaha Kecil pada Bank Umum di Kab. Pandeglang Tabun 2002 ........................... ,................................................................ 60 Tabel 12: Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 1999-2003 ............. 61 Tabel 13: Jumlab Penduduk (Juta) dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tabun 1999-2003 .................................................................................... 64 Tabel 14: Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting di Indonesia Tahun 1999, 2002 dan 2003. ................ 65 Tabel 15: Suku Bunga Rupiah Menurut Kelompok Bank Tahun 1999-2003 ......... 67 Tabel 16: Laju Inflasi Kola Besar di Jawa dan Nasional Tahun 1999-2003 .......... 68 Tabel 17: Luas Lahan Panen, Produktivitas Padi dan Palawija di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ........................................................................ 73
Tabel 18: Luas Lahan Panen, Produktivitas, Produksi Sayuran di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ......................................................................... 74 Tabel 19: Jumlah Tanaman Buah-Buahan di Kab. Pandeglang Tahun 2003 ........ 75 Tabel 2C: Jumlah Populasi Temak di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ............ 76 Tabel 21: Luas Areal, Jumlah Produksi dan Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ..................... 77 Tabel 22: Jenis Perikanan Air Tawar, Luas Fokok, Luas Tangkap dan Nilai Produksi di Kabupaten Pandeglang Tahun 2002 ................................... 77 Tabel 23: Penyebaran Mata Pencaharian Petani Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 .............................................................................................. 82 Tabel 24: Jumlah Pengrajin Emping pada Daerah Sentra Produksi Melinjo .......... 83 Tabel 25: Matriks Evaluasi Eksternal (EFE) Kabupaten Pandeglang dalam Pengembangan Agropolitan ................................................................... 88 Tabel 26: Matriks Evaluasi Internal (!FE) Kabupaten Pandcglang dalam Pengembangan Agropolitan ................................................................... 91 Tabel 27: Alternatif Perumusan Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang ........................................................................... 92
GAMBAR Hal Gamba.r I: Sistem Agribisnis ................................................................................ 11 Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan ................................................... 16 Gambar 3: Bagan Organisasi Pendampingan Agropolitan .................................... 19 Gamba.r 4: Lingkungan Ekstemal dan Internal Organisasi .................................... 23 Gamba.r 5: Model Manajemen Strategi .................................................................. 26 Gan1bar 6: Kerangka Pemikiran Konseptual.. ....................................................... 30 Gambar 7: Matriks SWOT ..................................................................................... 38 Gambar 8: Kuadran SWOT ................................................................................... 39 Gan1bar 9: Posisi Pengembangan Agropolitan pada Kuadran SWOT .................. 98
LAMPIRAN Hal Lampiran I: Surat Menteri Pertanian RI Tentang Pengembangan Agropolitan . I 06 Lampi ran 2: Tim Teknis Pokja Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang . I 07 Lampiran 3: Potensi Komoditas Unggulan Penentuan Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ................................................................... I 08 Lampiran 4: Pedoman Indikator Penetapan Kawasan Agropolitan ..................... I 09 Lampiran 5: Penetapan Kawasan Agropolitan Kee. Menes Kah. Pandeglang ... 110 Lampi ran 6: Rekapitulasi Pelaksanaan Pengembangan Ka wasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang .................................................................. 111 Lampiran 7: Site Plan Pusat Penjualan Hasil Pertanian Asosiasi Pengrajin Emping Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ................................ 112 Lampiran 8: Site Plan Pasar Agropolitan ............................................................ 113 Lampiran 9: Peta Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ........................ 114 Lampiran I 0: Penentuan Bobot Faktor Eksternal dan Internal .............................. 115 Lampiran 11 : Penentuan Rata-rata Bobet Faktor Ekstemal dan Internal .............. 116 Lampi ran 12: Penentuan Rata-rata Rating Faktor Eksternal dan Internal ............. 117 Lampiran 13: Penentuan Prioritas Strategi Berdasarkan lv!atriks QSPM ............. 118 Lampiran 14: Sarana dan Prasarana di Kawasan Agropolitan ............................... 119 Lampiran 15: Petunjuk Pengisian Kuisicner. ......................................................... 120
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tadinya sebesar 4,9% pada tahun 1997 menurun menjadi minus 13,2% pada tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi negatif ini diperburuk dengan meningkatnya inflasi secara tajam dari 10,30% pada tahun 1997 menjadi 77,50% pada tahun 1998 (BPS, 2000). Walaupun hampir seluruh sektor ekonomi terpuruk, namun pada kenyataannya masih ada sektor ekonomi yang cukup mampu bertahan selama krisis, yaitu sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian baik dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB sekitar 17,3 persen pada tahun 2002, menempati posisi kedua setelah sektor industri pengolahan. Dalam hal penyerapan tenaga ke1ja, sektor pertanian juga mempunyai peranan yang sangat strategis. Dari 90,8 juta penduduk yang beke1ja pada tahun 2002, sekitar 46,3 persennya bekerja di sektor pertanian (BPS, 2003). Sclain itu, sektor ini juga berperan dalam penyedia bahan baku bagi keperluan industri. Pertumbuhan pertanian yang meningkat akan memberikan dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
International
Institute
Food
Policy Research
(IFPRI) menunjukan
bahwa
peningkatan produksi pertanian senilai US$ I akan menghasilkan peningkatan
pe1tumbuhan kegiatan ekonomi senilai US$ 2.32. Studi irni menunjukan apabila terjadinya peningkatan produksi
pertanian sebesar
I% akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebesar 2,32 %. A1tinya jika sektor pi:rtanian tidak produktif, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada suatu :negara akan menurun Clements dalam Daryanto (2003 : 32). Untuk meningkatkan pembangunan pertanian diperlukan peran serta masyarakat khususnya pelaku usaha pertanian baik itu individu maupun kelompok juga pemerintah dan swasta.
Melalui peran serta masyarakat selain dapat
meningkatkan pembangunan pe1tanian juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah pedesaan. Pembangunan pertanian di pedesaan sangat potensial untuk dikembangkan karena basis pertumbuhan pe1tanian berada di daerah pedesaan. Daerah pedesaan yang memiliki ketersediaan lahan pe1tanian yang cukup luas juga sebagai pemasok hasil produksi pe1tanian dengan adanya daerah-daerah di pedesaan
yang
menghasilkan bahan baku pertanian dimana sebagian b•esar mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani. Dalam mempercepat pembangunan pedesaan dan pertanian diperlukan komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur pemerintahan, masyarakat maupun swasta, sehingga pembangunan pertanian dapat dilakukan
dengan
pembangunan sektor lainnya. Untuk mengatasi tantangan dan ancaman dalam pengembangan agribisnis dan pedesaan, maka diperlukan terobosan program yang melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi.
Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan yang diharapkan dapat mendorong berkembangya kegiatan pembangunan agribisnis di desa-desa sekitarnya. Pembangunan pertanian dengan pengembangan agropolitan di pedesaan melalui pengembangan sistem agribisnis diharapkan dapat merubah cara pandang masyarakat di desa untuk melihat pertanian bukan hanya sebagai mata pencaharian yang hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tetapi menjadikan pertanian sebagai bisnis (usaha). Dengan cara ini diharapkan dapat m1:ningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah pedesaan. Selain itu, dapat meningkatkan produktivitas lahan maupun hasil pertanian di daerah pedesaan. Pengembangan agropolitan berupaya untuk mengoptimalkan potensi yang ada di pedesaan. Pendekatan
konsep
pengembangan
agropolitan
difokuskan
untuk
menggerakan pembangunan daerah penghasil bahan baku pertanian atau sentra produksi hasil pertanian di pedesaan. Hasil pertanian tersehut akan dijual maupun diolah lebih lanjut untuk menghasilkan diversifikasi produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu kebutuhan pangan terutama masyarakat perkotaan. Peluang memasarkan produk pertanian yang dihasilka.n di pedesaan akan menciptakan hubungan timbal balik antara kegiatan pertanian di desa dan di kota. Penciptaan lapangan ke1ja di desa akan meningkat seiring dengan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap produk pe1tanian. Motivasi
masyarakat di desa untuk mencari pekerjaan di perkotaan akan berkurang karena
peluang usaha di desa yang telah tersedia melalui terciptanya sistem agribisnis di pedesaan. Hal ini akan meningkatkan pendapatan dan kese_iahteraan masyarakat di pedesaan khususnya di kawasan pengembangan agropolitan dan meningkatkan pendapatan asli daerah karena pertumbuhan ekonomi di daerah meningkat. Keadaan yang tercipta dari pengembangan agropolitan ini merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan pertanian dan kesejateraan pelaku pertanian terutama di daerah pedesaan. Untuk
itu
Departemen
Pertanian
bekerjasama
dengan
Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan departemen lainnya yang terkait mengembangkan Pertanian
program kawasan agropolitan sesuai dengan surat Menteri
No. 144/0T.210/A/V/2002 tanggal 6 Mei 2002.
tersebut, pada tahun 2002
telah
dirintis pengembangan
Berdasarkan surat
program
agropolitan
dengan memulai program rintisan pada 8 kawasan di 8 kabupaten di Indonesia yaitu : Agam (Sumatera Barat), Rejang Lebong (Bengkulu), Cianjur (Jawa Barat), Kulonprogo (DI Yogyakarta), Bangli (Bali), Barru (Sulawesi Selatan), Boalemo (Gorontalo ), dan Kutai Timur (Kalimantan Timur). Tahun 2003 lokasi program ini berkembang ke seluruh Propinsi tepatnya 52 kabupaten di Indonesia. Salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan pada tahun 2003 adalah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten. Kabupaten Pandeglang mempunyai potensi pada sektor pertanian dengan agroklimat yang mendukung untuk mengembangkan sektor agribisnis serta kegiatan sebagian besar masyarakatnya mempunyai mata pencaharian utama didominasi oleh sektor
pertanian. Hal ini termasuk dalam syarat penetapan kawasan agropolitan. Oleh karena itu, Kabupaten Pandeglang dipilih sebagai kawasan agropolitan. Kondisi yang dihadapi Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan agropolitan saat ini belum maksimalnya produksi pertanian, karena masih banyak pelaku agribisnis yang bersifat subsisten (hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan sendiri), teknologi yang digunakan dalam pengolahan pada industri rumah tangga masih sangat sederhana begitupun dalam masalah pengemasan produk. Masalah yang tidak kalah penting adalah ketierbatasan dana untuk pengembangan agropolitan, akses jaringan pemasaran produk agribisnis juga mutu produk agribisnis yang masih rendah yang menyebabkan harga dipasaran yang rendah dan jiwa kewirausahaan dari pelaku agribisnis yang masih rendah. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah potensi dan keunggulan sumberdaya yang dimiliki dan strategi yang akan digunakan.
Sehingga perlu direkomendasikan
alternatif perumusan strategi dan prioritas strategi dalam rangka pengembangan agropolitan yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kawasan agropolitan khususnya Kabupaten Pandeglang.
1.2 Perumusau Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut : l. Apa faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang '? 2. Apa faktor-faktor internal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang '? 3. Apa alternatif strategi dan prioritas strategi pemerintah
Kabupaten
Pandeglang
untuk
yang
dapat dilakukan oleh
mendukung pengembangan
agropolitan ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor ekstenal yang menjadi peluang dan ancaman
dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pande:glang. 2. Untuk rnengetahui faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelernahan dalam pengernbangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. 3. Merurnuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh pernerintah Kabupaten Pandeglang dalarn pengembangan agropolitan.
1.4 Kegunaan Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam menentukan alternatif strategi yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. 2. Penelitian ini untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah serta menambah wawasan dan pengetahuan. 3. Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai bahan referensi dan pembanding
penelitian selanjutnya.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri dari tujuh bab dengan susunan dari isi tiap-tiap bab sebagai berikut : BAB! PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terdiri dari kerangka teori mengenai konsep agribisnis, agribisnis perkotaan, konsep agropolitan, lingkungan organisasi, manajemen strategi, model manajemen strategi dan alternatif pilihan strategi; kerangka pemikiran konseptual. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengolahan dan analisis data, definisi operasional.
BAB IV GAMBA RAN UMUM WILA YAH PENELITIAN
Terdiri dari batas administrasi pemerintahan dan kondisi geografis, topografi, penggunaan lahan, keadaan sosial ekonomi, komoditas unggulan, visi dan misi Kabupaten Pandeglang. BAB V EKSISTENSI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG
Terdiri dari aspek hukum pengembangan agropolitan, aspek sosio geografis, sosio ekonomi, potensi Kecamatan Menes sebagai kawasan agropolitan dan sarana prasarana yang tersedia dalam pengembangan agropolitan. BAB VI BASIL DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari analisis visi dan misi agropolitan Kabupaten Pandeglang, analisis lingkungan ekstemal dan internal Kabupaten Pandeglang, perumusan alternatif strategi dan prioritas strategi untuk pengembangan agropolitan. BAB VII PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
BABU TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori 2.1.J Konsep Agribisnis
Agribisnis atau konsep agribisnis pengertiannya sangat beragam mulai yang sempit sampai sangat luas.
Agribisnis, secara sempit, hanya dinyatakan sebagai
kegiatan budidaya pertanian, pemasaran pupuk, pestisida atau pemasaran produk pengolahan hasil pertanian. Sedangkan, agribisnis secara luas didefinisikan sebagai suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas (Soekartawi, 1999:2). Pengertian pertanian dalam arti luas yang terdapat dalam definisi agribisnis tersebut merupakan kegiatan usaha baik pe1tanian, pcrkebunan, peternakan, kehutanan yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Sedangkan, menurut Golbert
dan
Davis dalam Didu
(200 I :2) agribisnis adalah seluruh operasi yang terjadi dalam kegiatan manufaktur dan distribusi yang bersumber dari pertanian; produksi on farm (usaha tani), penyimpanan dan distribusi komoditas serta produk yang dihasilkan. Dua ha! yang perlu diperhatikan dari definisi agribisnis tersebut, pertama menurut Soekartawi (1999: 2) tampak bahwa penekanan definisi agribisnis adalah kegiatan usaha (bisnis) di sektor pertanian sehingga bersifat mikro. Penekanan pada
usaha (bisnis) yang bersifat mikro ini mencakup aspek manajerial untuk produksi, pemasaran, keuangan, sumberdaya manusia atau dengan kata lain bagaimana organisasi usaha beroperasi secara efisien dalam arti produktivitas dan probabilitas yang tinggi. Karena itulah agribisnis dapat dinyatakan sebagai kegiatan individu atau kelompok untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa sektor pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Definisi kedua menurut Golbert dan Davis dalan1 Didu (2001 :2) yang menekankan bahwa agribisnis adalah kegiatan pertanian yang dimulai dari hilir sampai hulu termasuk faktor-faktor pendukungya. Keselurnhan kegiatan agribisnis sering dinyatakan sebagai sistem agribisnis dan aspek-aspek yang tercakup di dalamnya dinyatakan sebagai subsistem. Soehardjo dalam Gumbira Sa' id (200 I: 21) membagi sistem agribisnis dalam empat subsistem, yaitu : (!) subsistem hulu (input pertanian), mencakup aktivitas yang terkait dengan pengadaan dan penyaluran sarana produksi berupa: bibit!benih, pupuk, pestisida/insektisida, serta sarana dan prasarana produksi, (2) subsistem produksi atau budi daya, mencakup
aktivitas proses produksi seperti kegiatan
penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, (3) subsistem hilir, mencakup aktivitas pengolahan hasil pertanian, berupa penanganan pasca panen, penyimpanan, pengemasan, (4) subsistem pemasaran, mencakup aktivitas yang terkait proses perdagangan dan distribusi produk pertanian.
dengan
Agribisnis juga membutuhkan
lembaga pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan informasi, penelitian (litbang), dan pengembangan kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
Secara skematis sistem agribisnis dapat ditunjukkan dalam gambar I .
..
.
Subsistem I (Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi)
Subsistem II
Subsistem III
(Produksi Primer)
(Pengolahan)
...
]
Subsistem IV (Pemasaran)
l
"'
Lembaga Penunjang Agribisnis Bank, R&D, Asuransi, Pendidikan,Kebijakan Pemerintah,dll
Gambar I : Sistem Agribisnis dan Lembaga P<munjang (Soehardjo dalam Gumbira Sa'id, 200 l)
Sistem agribisnis dapat terlaksana apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem.
Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di
dalamnya karena tidak ada subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya. Lembaga-lembaga penunjang dalam sistem agribisnis berada di luar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian terkait dengan sektor lainnya. Konsep agribisnis, khususnya di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu jalan keluar untuk memajukan sektor pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan pelakunya, terutama petani dan pelaku ekonomi rakyat lainnya, sehingga kajian agribisnis juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, kajian agribisnis menjadi sangat luas atau bersifat makro.
Pendekatan makro sistem agribisnis dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hankam dan teknologi, baik nasional, regional, maupun internasional. Analisis makro ini melihat agribisnis sebagai unit sistem dari suatu komoditi tertentu yang membentuk sektor ekonomi secara regional maupun nasional. Untuk membangun sistem agribisnis ini peran pemerintah sebagai penuntun, pendorong, pengawas dan pengendali sistem sangat diperlukan. Program pengembangan agropolitan merupakan wujud dari peran pemerintah untuk
membangun
sistem
agribisnis
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
pertumbuhan agribisnis maupun pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di pedesaan.
2.1.2 Agribisnis Perkotaan Agribisnis perkotaan pada dasarnya tidak berbeda dengan konsep agribisnis pada umumnya, namun karakteristik agribisnis perkotaan S•endiri dipengaruhi oleh karakteristik dari wilayah atau kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan juga jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi(www.Jabar.go.id). Lahan pertanian di wilayah perkotaan cenderung berkurang dari waktu ke waktu, seiring dengan pertambahan penduduk yang tinggi akibat terjadinya migrasi ke kota serta makin tingginya permintaan terhadap lahan untuk keperluan non
pertanian. Keadaan ini menyebabkan kegiatan agribisnis di perkotaan arahnya lebih cenderung kepada subsistem off farm.
Hal ini disebabkan pemilikan lahan yang
relatif sempit dalam usaha taninya, pengelolaan sumberdaya alam serta produksi secara efisien, komoditi yang bernilai ekonomi tinggi serta berorientasi pasar sesuai permintaan pasar atau dengan kata lain padat modal. Subsistem on farm yang tergeser di perkotaan
rn<~mberikan
keuntungan,
peluang dan kesempatan pada subsistem agribisnis lainnya. Untuk itu diperlukan pengenalan teknologi yang lebih intensif, baik pada subsistem on farm maupun subsistem off farm. Menurut Pambudy (2001: 113) subsistem agribisnis yang akan berkembang dengan berkembangnya perkotaan adalah I. Bisnis pengolahan
Minat penduduk perkotaan untuk mengkonsumsi produk·produk back to nature, harus diikuti oleh perubahan profesionalisme hisnis pengolahan agribisnis. Oleh karena itu, secara teknis, teknologi budidaya dan pengolahan merupakan jawaban utama untuk mengembangkan produk agribisnis tersebut. 2. Bisnis pemasaran Banyak produk yang ditawarkan produsen, baik produk primer maupun sekunder, membutuhkan strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau masyarakat perkotaan.
Hal ini karena masyarakat perkotaan umumnya lebih
responsif terhadap perubahan kualitas produk-produk agribisnis tersebut. Dengan demikian, bisnis pemasaran membutuhkan perangkat pemasaran yang
lebih banyak dan professional.
Sehingga, pertumbuhan perangkat-perangkat
pemasaran seperti perusahaan jasa pengantar sangat mungkin memiliki keuntungan komparatif dan kompetitif dengan berkembangnya perkotaan. 3. Bisnis sarana produksi Subsistem ini merupakan unit bisnis hulu dari sistem agribisnis misalnya pupuk, obat-obatan dan bibit yang khusus melayani agribisnis perkotaan. Sebenarnya, bisnis ini cenderung akan bergeser menjauhi kota tetapi dilakukan di pinggiran kota, menyerupai subsistem on farm. Namun bisnis ini memiliki kesempatan adaptasi dengan kondisi perkotaan, karena beberapa a.ktivitas yang memang memiliki keunggulan untuk berada di kota, sepe1ti unit peralatan dan obat-obatan. 4. Subsistem lembaga penunjang Para penentu kebijakan dan lembaga pendukung lain yang berpartisipasi aktif dalam sistem agribisnis sangat dituntut untuk mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dan dapat berfungsi secara professional menjadi fasilitator dan koordinator. Perkembangan perkotaan memberikan kemungkinan bagi mereka memiliki fasilitas dan sumberdaya berkualitas, sehingga dalam melakukan pengawasan dan pengambil keputusan akan lebih akurat. Jaringan k<:rja yang cepat akibat perkembangan perkotaan, seperti komputer lebih memudahkan pengembangan subsistem ini menjadi lembaga service yang sangat dibutuhkan oleh subsistem lainnya.
2.1.3 Konsep Agropolitan Dalam
buku
yang diterbitkan
oleh
Departemen
Pertanian
(2003:5)
agropolitan dimtikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian. Dengan kata lain agropolitan adalah pertanian di daerah kota yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang dapat melayani, mendorong, menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis). Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kecamatan atau pedesaaan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi serta dapat mendorong pertumbuhan pembangunan pedesaaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitamya melalui pengembangan ekonomi, tidak 1erbatas pada pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian
(on farm dan off.farm), industri kecil, pariwisata,jasa pelayanan, dan lain-lain. Kota pertanian (agropolitan) berada dalam pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian). Kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya, dengan batasan tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten), tetapi ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan demikian, bentuk dan luasan kawasan agropolitan dapat meliputi satu wilayah desa/kelurahan atau kecamatan atau beberapa kecamatan dalam kabupaten/kota atau dapat menembus wilayah kabupaten/kota dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus wilayah kabupaten/kota lain yang berbatasan (www. Rudyct tripod.com).
Kota pertanian dalam konsep agropolitan ini bukan membentuk kota baru pertanian tetapi merupakan program pengembangan suatu daerah pertanian menjadi kawasan terpadu.
Kawasan terpadu yang dimaksud di sini adanya kegiatan
agribisnis. Konsep agropolitan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan (www.Rudyct trypot, 2004)
Keterangan : Kota Sedang/Besar Kota Kecil/Pusat Regional Sentra Produksi Pengumpul Bahan Baku
0
Penghasil Bahan Baku Jalan dan dukungan Sarana Prasarana
·· .......
Batas Kawasan Budidaya Batas Kawasan Agropolitan
DPP
Desa Pusat Pertumbuhan 16
Menurul Nasoetion dalam Sudaryanto dan Rusastra (2000:56), konsep t.,!;ropolitan terdiri dari beberapa hal, yaitu: I. Pengembangan kota-kota berukuran kecil sampai sedang d'engan jumlah penduduk maksimum 600.000 jiwa dan luas maksimum 30.000 ha (setara dengan kola kabupaten). 2. Daerah belakang (pedesaan) dikembangkan berdasarkan konsep perwilayahan komoditas yang menghasilkan satu komoditas/bahan menr.ah utama dan beberapa komoditas penunjang sesuai denp,an kebutuhan. 3. Pada daerah pusat pe1tumbuhan (kota) dibangun agroindustri terkait, terdiri atas bcbcrapa pcrusahaan. sehingga tPrdapat kompetisi yang sehat. 4. Wilayah pedesaan didorong untuk membentuk satuan-satuan usaha yang optimal, yang selanjutnya diorganisasikan dalam wadah koperasi, perusahaan kecil dan menengah. Ciri-ciri kawasan agropolitan menurut Depaitemen Pertanian (2003: 6) adalah sebagian kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, adanya keterkaitan antara kota dengan desa yang liersifat interdependensi, dan suasana kchidupan masyarakat di kawasan agropolitan yang mirip dcngan suasana di perkotaan. Bcberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan suatu kawasan sebagai ka\vasan agropolitan :
I. Budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan J,esa terjamin. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi pertanian yang dapat dipasarkan (komoditi unggulan) serta berpotensi atau telah berkembang divesifikasi usaha komoditas unggulan. 2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung perkembangan sistem dan 11Saha agribisnis. 3. Memiliki berbagai sarana dan prasarana umum yang memadai (transportasi, listrik, telekomunikasi,
lernbaga
perbankan,
diklatlpenyuluhan,
penelitian
dan
pengembangan, dan lain-lain). 4. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin. (www.Bapeda Banten.go.id). Pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kmvasan agribisnis, dirancang dan dilaksanakan dengan tujuan untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribsnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah. Pendampingan kepada masyarakat sangat diperlukan untuk membantu program pengembangan agropolitan selain dari pemerintah sendiri yang dilakukan secara terarah dan terkoordinasi. Pendampingan atau pemberian konsultasi kepada masyarakat, terutama petani dan pelaku agribisnis lainnya dilakukan oleh tim pemandu yang terdiri dari petugas/penyuluh pertanian, tokoh masyarakat.
Bagan
organisasi pendampingan agropolitan dapat dilihat pada gambar 3. 18
"•~l);fi':F:•"'Y'''"'''''
·-
~ Kooru1-
~
Hub.Iiri Palm= fu :'lnpl Kootl SW:Pdga
-<:-.·)> Fa
"'""
Gambar 3 : Bagan Organisasi Pendampingan Agropolitan(www.Deptango.id, 2004)
Program agropolitan merupakan program pembangunan wilayah pertanian yang konsep pembangunannya berasal dari pemerintah pusat yaitu Departemen Pertanian khusus untuk wilayah di tingkat Kabupaten. Berdasarkan buku Pedoman Pengembangan Kawasan Agropolitan (Departemen Pertanian, 2003:34) kelancaran dan keberhasilan program ini hams dilakukan dengan baik melalui fasilitas dan kerjasama baik antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten. Untuk itu di setiap tingkatan dibentuk tim kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari dinas/instansi terkait dalam program agropolitan. Pokja ini bertindak sebagai pos simpul koordinasi (posko). Posko sebagai pengolah informasi agar tugas, fungsi pokja berjalan dengan baik. Untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat baik pada subsistem on farm maupun off farm dilakukan oleh pemandu lapangan yang diketuai oleh !coordinator lapangan.
Koordinator lapangan dan pemandu bertugas sebagai
penyuluh pertanian yang membantu tim pokja di Japangan.
19
koordinator lapangan.
Koordinator lapangan dan pemandu bertugas sebagai
penyuluh pertanian yang membantu tim pokja di lapangan.
2.1.4. Lingkungan Organisasi Organisasi menu rut Robbins dan Coulter ( 1999:4-8) adalah pengaturan orangorang secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan, lingkungan organisasi merupakan kumpulan semua faktor yang terdapat baik di dalam maupun di luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuannya. Lingkungan organisasi dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh organisasi/perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang ada di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan industri lebih mengarahkan pada aspek persaingan dimana organisasi/perusahaan berada. Sedangkan, lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam organisasi. Lingkungan industri dalam penelitian ini tidak dibahas karena yang menjadi fokus penelitian ini adalah program pengembangan wilayah yang berbasis agribisnis dengan tujuan utama dari pogram ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Analisis lingkungan industri lebih kepada analisis untuk mengetahui bagaimana kedudukan perusahaanlorganisasi dengan
20
tujuan akhirnya adalah keuntungan usaha, peningkatan penjualan dan pangsa pasar yang dapat diserap perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing. Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam lingkunganjauh adalah: I. Faktor politik dan ekonomi Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah meryadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha.
Situasi politik yang tidak kondusif akan
berdampak negatifbagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi kegiatan suatu usaha. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk iklim berbisnis. Oleh karena
itu,
pemerintah
dan
seluruh
lapisan
masyarakat bersama-sama
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya agar lebih baik. 2. Kondisi sosial dan budaya Kondisi sosial masyarakat selalu berubah-rubah.
Perusahaan/organisasi harus
dapat mengantisipasi perubahan sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan/organisasi. Kondisi sosial dan budaya sepe1ti gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan orang-orang di luar perusahaan/organisasi. 3. Teknologi Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Sctiap kegiatan usaha yang diinginkan untuk berjalan terus-menerus hams selalu mengikuti perkembangan
21
teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa. Contoh teknologi dalam bidang agribisnis seperti sistem kultur jaringan. Analisis Jingkungan internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasi. Faktor-faktor fungsional dalam organisasi adalah : I. Fungsi Manajemen
Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan yang mernpakan fungsi dari manajemen sangat diper!ukan dalam suatu organisasi sehingga dapat melakukan kegiatan organisasi secara terarah untuk mencapai lujuan yang diinginkan. 2. Keuangan Dana dibutuhkan dalam operasional orgamsas1. Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah : kemampuan organisasi memperoleh dana jangka pendek dan jangka panjang, hubungan baik dengan penanarn modal dan pemegang saham, struktur modal kerja, harga jual produk, dan sistcm akntansi yang handaL Alokasi dana suatu organisasi digunakan untuk kebutuhan investasi, modal kerja, biaya tetap dan biaya variabel untuk kegiatan !!Saha suatu organisasi/ per=haan. 3. Sumberdaya Manusia Manusia merupakan
sumberdaya terpenting bag1i
perusahaanlorganisasi.
Sumberdaya mmmsia yang berkualitas akan mendukung kemajuan suatu organisasi/perusahaan.
Organisasi/perusahaan perlu melakukan pelatihan-
pelatihan pada karyawannya untuk meningkatkan etos kerja karym.van tersebut.
22
proses, output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Lingkungan organisasi digambarkan pada gambar 4.
Lingkungan Jauh :•_- - - - - Hukum
Pemerintahan Politik
Lingkungan lndustri : Suppliers
---Inter~ Pesaing
Lingkungan
Manajemen, Keuangan SDM, Produksi Pemasaran R&D Sistem lnformasi
Pembeli
)
arang Subtitusi Stakeholder
Demografi Sosial,Budaya
Ekonomi Teknologi
Gan1bar 4: Lingkungan ekstemal dan internal organisasi (Umar, 2003)
Lingkungan organisasi perlu dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi kinerja dan kemajuan organisasi.
Perubahan yang terjadi karena pengaruh dari lingkungan
23
eksternal dan internal organisasi dilakukan dengan menerapkan konsep manajemen strategi dalam sebuah organisasi.
2.1.5. Manajemen Strategi Manajemen menurut Hamel dan Prahald dalam Umar (2003:31) adalah proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan agar diselesaikan secara efisien dan efektif melalui orang lain. Sedangkan, strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Jauch dan Glueck (1998:9) mendefinisikan strategi sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Jadi, strategi dapat diartikan sebagai penentuan rencana atau taktik yang berfokus pada tujuan jangka panjang disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. David
(2004:5)
mengartikan
manajemen
strategi
sebagai
seni
dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuan. Manajemen
strategi selalu berorientasi tindakan, bergerak sepanjang waktu dan kegiatan-kegiatan yang terns berjalan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis. Manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson (1997:20) sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan pernmusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang
diran·~ang
untuk mencapai
sasaran-sasaran perusahaan. Manajemen strategi secara umum dapat diartikan sebagai pemyataan yang fokus pada aktivitas kegiatan usaha apa yang akan dilakukan di masa depan dengan membuat serangkaian keputusan dan tindakan yang dilakukan melalui perumusan visi, misi serta tujuan organisasi lalu mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai sasaran yang ingin dicapai.
Manajemen strategi didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi
seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan eksternal dan internal sehingga dapat melakukan perubahan tepat waktu.
2.1.6. Model Manajemen Strategi Model mempelajari
manajemen dan
strategi
menerapkan
merupakan
proses
alat
manajemen
untuk
menggambarkan,
strategi di
dalam
suatu
organisasi/perusahaan. Dengan kata lain, model manajemen strategi merupakan tugas-tugas atau tahapan yang harus dilakukan oleh para pengambil keputusan dalam
organisasi. Salah satu model manajemen strategi dapat diHhat pada gambar 5 di bawah ini.
Develop a Strategic
Set Objective
Vision and Mision
Craft a Strategy to Achieve Objective
u-,
Monitor, Evaluate,
And
~ecute
and Take
·ategic
Corrective
Action Revise as
Revise as
Needed
Needed
Improve/ Change
Recyleas Needed
Gprove/ hange
Gambar 5: Model Manajemen Strategi (Thompson, 2001) Model
manajemen strategi menurut Thompson (2001:7) terdiri
dari
mengembangkan visi dan misi strategi, menetapkan tujuan, menentukan dan menjalankan strategi untuk mencapai tujuan, melaksanakan strategi serta melakukan evaluasi basil kerja dan bagaimana memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan jika tujuan yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana dengan mengubah strategi. Model ini tidak menjamin sukses, tetapi menggambarkan pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan.
Suatu perubahan
dalam salah satu komponen utama dalam model dapat memaksa perubahan pada salah satu atau semua komponen yang ada. Oleh karena itu., aktivitas merumuskan
atau mengembangkan pelaksanaan dan evaluasi strategi harus dilaksanakan secara terus-menerus, bukan hanya di akhir tahun atau setengah tahun sekali.
2.1.7. Jenis AlternatifStrategi Organisasi atau perusahaan mempunyai stategi dalam berusaha. Strategi orgamsas1 m1 berbeda-beda antara industri, antar perusahaan atau organisasi, dan antar situasi. Alternatif strategi ditetapkan setelah para pengambil keputusan menganalisis SWOT
Hasil dari analisis tersebut mendorong pengambil kebijakan untuk
menampilkan beberapa macam strategi yang mungkin dapat dipakai.
David
(2004:46-57) membagi alternatif strategi tersebut sebagai ba1ikut: a. Strategi intensif/pertumbuhan terdiri dari kegiatan yang berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada di pasar lewat usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi pengembangan pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi barn.
Pengembani,>an produk adalah stratei,>i yang mencari
peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. b. Strategi diversifikasi merupakan strategi yang bertujuan untuk memperluas usaha dengan cara menambah pmduk atau jasa barn. Strategi ini umumnya dilakukan karena perkembangan usaha yang dilakukan sudah maju. 27
c. Strategi penghematan lebih merupakan kemunduran dan kegagalan dari kemajuan. Strategi ini dilakukan karena terpaksa, ketika sasaran yang dikehendaki tidak dapat direalisasikan dengan tujuan efisiensi ke1ja. d. Strategi akusisi dan merger. Akusisi dilakukan jika satu organisasi memperoleh tambahan satu atau lebih unit kerja yang semula berada di luar kegiatan operasionalnya. Merger merupakan penggabungan dua atau lebih organisasi menjadi satu. e. Strategi likuidasi berarti menghentikan semua aktivitas organisasi. Strategi ini dilakukan karena suatu organisasi tersebut tidak mampu lagi melanjutkan usahanya, mengalami kemunduran usaha.
2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis dan pemilihan strategi, termasuk membuat keputusan-keputusan didasarkan pada infonnasi obyektif.
Untuk mendapatkan strategi yang dianggap
baik, perencanaan strategi berpedoman pada model manajem1:n strategi yang dimulai dengan mengembangkan visi, misi, tujuan, bersama-sama dengan informasi hasil analisis lingkungan ekstemal dan internal, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi altematif strategi dan prioritas strategi. Penelitian ini bert{.\juan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal pengembangan agropolitan sehingga dapat merumuskan altematif strategi dan prioritas strategi untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
Pertama yang hams diketahui adalah v1s1, m1s1, tujuan pemerintahan Kabupaten Pandeglang yang berhubungan dengan Pengembangan Agropoiitan di Kabupaten Pandeglang.
Selanjutnya, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan agropolitan Kabupaten Pandeglang.
Hal 1111 diperlukan untuk melakukan tahap
analisis lingkungan eksternal dan internal. Hasil identifikasi fak"tor-faktor strategis tersebut kemudian dipetakan dalam matriks EFE dan JFE lalu dilakukan pembobotan dan peringkat pada faktor-faktor strategis baik faktor eksternal maupun internal dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Hasil pembobotan dikalikan peringkat diperoleh skor. Untuk mengetahui alternatif strategi dalam pcngembangan agropolitan dilakukan melalui analisis SWOT. Sedangkan, untuk prioritas strategi yang dapat direkomendasikan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang menggunakan matriks QSPM. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat dilihat dalam gambar 6.
00
Visi dan Misi Pengembangan Agropolitan Kabupaten Pandeglang
]
Analisis Faktor EksternaJ dan Internal Penge1nbangan Agropolitan Visi dan Misi Kabupaten Pandeglang
J,
J_
F. Eksternal
F. Internal (Analisis Fungsional)
(Analisis PEST) Politik dan Pemerintahan Ekonomi Sosial,Budaya Teknologi
Manajemen, SDM Keuangan, Produksi Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
IL" '-M~'"''"
1:
1
Ekstemal Factor Evaluation Matrixs (EFE Matriks)
Matrixs (JFE Matrixs)
r
J, Matriks
~
! Prioritas Strategi Pengembangan Agropolitan (Matriks QSPM)
Gambar 6 : Kerangka Pemikiran Konseptual
BAB HI METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktn Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, selama tiga bulan, dari Bulan Mei sampai Juli 2004. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bah\va Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kaw-asan yang ditetapkan sebagai kawasan program agropolitan berdasarkan SK Bupati Kabupaten Pandeglang Nomor 520/Kep.378-Huk/2003.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan konsep-konsep manajemen strategi. Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan, atau menglmbungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2002 :11 ).
3.3. Jenis d:m Samber Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pnmer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan dafi:ar pertanyaan (kuisioner) kepada responden yang dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja).
Responden dalam penelitian ini terdiri dari : I. Drs. H. Endjang Sadina., M.Si (Ketua Pengembang:rn Agropolitan Kabupaten Pandeglang, Asisten Setda Bi dang Ekonomi). 2. Ir. Supriyana, Dipl,HE (Kepala Bappeda Kab. Pandeglang) 3. Ir. Atep Asmita Walujadi, MM (Kepala Dinas Pertanian Kab. Pandeglang) 4. Ir. Yepi Suherman (Kasubdin Peru:mian dan Kehutanan Kab. Pandeglang) 5. Ir. Winarno (Kepala Seksi Penyebaran Ternak Kab. Pandeglang) 6. Boyke Pribadi, S.Si (Akademisi, FE. Universitas Sultan Agung Tirtayasa) 7. H. Undang (Sekretaris Asosiasi Pengrajin Emping) Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Pertanian, BPS serta studi literatur lainnya. Untuk membantu memaparkan hasil analisis, infonnasi akan disajikan dalam bentuk tabel maupun matriks sesuai den!o,>an hasil yang diperoleh.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan infom1asi yang terkumpul diolah dan dfanalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengembangkan alternatif strategi dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Dalam penelitian ini penentuan alternatif strategi mengunakan matriks SWOT dan untuk prioritas strategi menggunakan matriks QSPM.
12
Perumusan strategi ini dilakukan melalui tiga tahap: pada tahap pertama menggunakan analisis matriks EFE dan IFE, tahap kedua menggunakan matriks SWOT untuk perumusan strategi, tahap ketiga untuk mengetahui prioritas strategi menggunakan matriks QSPM.
3.4.1. Analisis Matriks Eksternal (EFE) dan Matriks Internal (JFE) Analisis matriks E>:ternal Factor Evaluation (EFE) dan internal Factor
Evaluation (IFE) merupakan input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Analisis matriks EFE dan IFE didapat melalui ana!isis lingkungan eksternal dan internal. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menganalisis faktor politik, ekonomi,
sosial,
budaya,
demoi,>rnfi
dan teknologi atau disebut (PEST) dan
analisis lingkungan internal dengan menggunakan analisis fungsional yang terdiri dari fungsi manajemen, keuangan, prnduksi, sumberdaya manusia dan sistem informasi manajemen.
I. Identiiikasi Faktor Ek.sternal dan Internal Organisasi Identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan mendaftarkan semua variabel yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agrnpolitan di Kabupaten Pancleglang. Semua peluang cliclaftarkan terlebih clahulu, baru kemudian didaftarkan ancaman.
ldentifikasi fal1:or internal dilakukan dengan rnendaftarkan sernua variabel yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Semua kekuatan didaftarkan terlebih dahulu, baru kemudian didaftarkan kelemahan. Data eksternal dan internal diperoleh dari wawancara dengan pihak yang mengetahui dan memahami pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
Hasil kedua identifikasi
faktor-faktor ekstemal dan internal selanjutnya akan diberikan bobot dan rating. 2. Penentuan Bobot Setiap Variabel. Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor eksternal dan internal kepada pihak-pihak yang mengetahui clan memahami masalah pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear, 1991: 250).
1v1etode ini digunakan untuk n1emherika_n peniiaian lerhadap bobol sctiaµ faktor penentu eksternal dan internal.
Untuk menentukan bobot setiap variabel
digunakan skala 1,2, dan 3. Skala yang digunakan untuk p<~ngisian kolom adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripacla indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada label l . ~·
Tabel I. Penilaian Bobot Faktor Ekstemal dan Internal Pengembangan Agropolitandi Kabuoaten Pandeglam Faktor Eksternal A B --Total
A B
__ 3
-
---
:=J
Total Faktor Internal
A
B
---
Total
--
A
B
--Total Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai sctiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rum us : Ketcrangan :
O:i = bobot
'lJ n
I
:i
variabc!
kc~i
= nilai variable kc-i =
1,2.3 ..... n
n = banyaknya variabe!
i=i Kinnear ( 1990:250)
3. Penentuan Peringkat Penentuan peringkat oleh pihak manaJemen
organisasi dilakukan terhadap
variabel-variabel dari basil analisis lingkungan organisasi. Untuk mengukur masingmasing variabel terhadap kondisi lingkungan organisasi digunakan skala 1.2.3 dan 4 terhadap masing-masing faktor eksternal dan internal sehingga dapat diketahui seberapa efcktif stratcgi organisasi saat ini.
35
Untuk matriks EFE, skala nilai peringkat yang digunakan adalah : I = Rendah, respon kurang
3 = Tinggi. respon diatas rata-rata
2 = Sedang, respon sama dengan rata-rata
4 = Sangat tinggi, respon superior
Untuk matriks JFE, skala nilai peringkat yang digunakan yait11 : 1=Kelemahan utama
3= Kekuatan kecil
2=Kelemahan kecil
4=Kekuatan utama
Nilai dari pembobotan tersebut dikaLkan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan ;ecara vertikal untuk memperoleh nilai pembobotan.
Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan nilai analisis
organisasi dalam matriks. Matriks EFE, total nilai yang dibobot antara 1.0 - 4.0 dengan rata-rata 2.5. Total nilai 4.0 menunjukan organisasi sccara efektif mcmanfoatkan pcluang yang ada dan meminimalkan ancaman eksternal.
Sedangkan. total nilai 1.0 tidak dapat
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada ( David, 2004: 132). Matriks JFE, total nilai yang dibobot antara 1.0-4.0 dengan rata-rata 2.5. Total nilai di atas 2.5 menunjukan kondisi internal organisasi yang kuat. Sedangkan. jika di bawah 2.5 menunjukan posisi internal yang lemah. Tabel matriks EFE dan matriks !FE dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Matriks EFE dan Matriks !FE
Faktor Eksternal Peluan2 1. 2. dst An ca man
Bo bot
Rating
Total Nilai
Bo bot
Ra tin!:!
Total Nilai
1.
2. dst Faktor Internal Kekuatan
--
f--
1.
2. dst Kelemahan 1.
2. dst
3.4.2
Analisis Matriks SWOT Analisis SWOT mernpakan alat pencocokan yang penting untuk membantu
pihak-pihak dalam organisasi menghasilkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi WO, strategi ST, strategi WT. Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci mempakan
kesulitan terbesar dalam mengembangkan matriks SWOT dan
memerlukan penilaian yang baik serta tidak ada satu pun kecocokan terbaik. Delapan langkah untuk menyususn matriks SWOT, yaitu : 1. Mendaftarkan peluang eksternal organisasi yang menentukan. 2. Mendaftarkan ancaman eksternal organisasi yang menentukan. 3. Mendaftarkan kekuatan internal organisasi yang mencntukan. 4. Mendaftarkan kelemahan internal organisasi yang menentukan.
37
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasil strategi S-0 dalam sel yang tepat. 6. Mencocokkan kelemahan internal dcngan peluang eksternal dan mencatat hasil strategi W-0 dalam sel yang tepat. 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi S-T. 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasil strategi W-T.
Faktor Internal
KEKUATAN-Sl
KELEMAHANI
Daftar kekuatan Faktor Ekstemal
Daftar kelemahan
I
PELUANG-0
STRATEGI SO
Daftar peluang
Gunakan kekuatan untuk 1nemanfaatkan pcluang
STRATEGI WO
Atasi
kelemahan
dengan
1nen1anfaatkan pe\uang
<-----------1------------<--------- · - - -
ANCAMAN-T
STRATEGI ST
Daftar ancaman
Gunakan kekuatan untuk menghidari ancaman
STRATEGI WT
Meminimalkan
kelemahan
dan menghindari ancaman
Gan1bar 7: Matriks SWOT (David, 2004)
38
I
Tahap selanjutnya setelah analisis matriks SWOT adalah analisis kuadran SWOT diperoleh dari skor peluang dan ancaman pada matriks EFE serta kekuatan dan kelemahan pada matriks JFE.
Kuadran SWOT dipilih dengan alasan melalui
kuadran ini dapat diketahui jenis strategi yang sesuai dalam penelitian ini pada daerah-daerah di kuadran SWOT. Langkah untuk mengembangkan kuadran SWOT adalah sebagai berikut (gambar 8) : 1. Menggambarkan titik nilai skor dari peluang (0) dan ancaman (T) pada sumbu-y. Sedangkan, kekuatan (S) dan kelemahan (W) pada sumbu-x yang tepat dalam kuadran SWOT. 2. Membandingkan masing-masing nilai tertinggi dari peluang dengan ancaman serta kekuatan dan kelemahan. 3. Menggambarkan vektor penunjuk arah dari kuadran SWOT
lewat titik
perpotongan (langkah 2). Vektor ini mcngungkapkan tipc strategi yang direkomendasikan untuk organisasi : pertumbuhan (growth), stabilitas. survival atau diversifikasi. 0 Stabilitas
Growth
s
w
Diversifili:asi
Survival T
Gambar 8 : Kuadran SWOT (Aki Baihaki, 2004)
39
3.4.3
Matriks Quantitative Strategic Pla1111i11g (QSPM) Matriks QSPM adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
strategi dengan melihat
alternatif strategi yang dipcroleh dari
berdasarkan pada faktor-faktor eksternal sebelumnya.
dan
internal
matriks SWOT,
yang telah diketahui
Menurut David (2004:200-201), langkah untuk mengembangkan
matriks QSPM sebagai berikut (tabel 3) :
I. Mendaftarkan peluang/ancaman kunci eksternal dan kekuatan/kelemahan internal dalam kolom kiri dari QSPM.
lnformasi ini cliambil clari matriks
EFE clan !FE. 2. Memberikan bobot untuk sctiap faktor eksternal dan internal.
Bobot nu
identik dengan yang clipakai clalam matriks EFE dan JFE. 3. Memeriksa talmp tahap 2 (pencocokan) matriks clan mengiclentifikasi strategi alternatif
yang
harus
dipertimbangkan
oleh
orga111sas1
untuk
diimplementasikan. 4. Menetapkan nilai daya tarik (AS) yang menunjukkan claya tarik relatif dari tiap strategi terhadap strategi lainnya. 5. Mcnghitung total nilai claya tarik yang merupakan hasil perkalian bobot (Jangkah 2) clengan nilai claya tarik (langkah 4). 6. Menghitung jumlah total nilai claya tarik.
Nilai ini menunjukkan strategi
mana yang paling menarik clari alternatif strategi yang acla. Semakin tinggi nilai totalnya, maka strategi tersebut semakin menarik.
40
6. Otonomi daerah adalah kewenangaa daerah
otonorn untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri sesuai peraturan perundang-undangan. 7. Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan clibatasi pematang saluran untuk menyalurkan air biasanya ditanami padi. 8. Ladang/huma adalah lahan yang ditanami tanaman mw:iman dan pemakaiannya hanya semusim atau dua musim kemudian ditinggalkan karena tidak subur lagi. 9. Tegal/kebun adalah lahan sawah yang ditanam tanaman musiman atau tahunan letaknya terpisah dengan halaman sekitar rumah serta pemakaiannya tidak berpindah-pindah. I 0. Visi adalah gambaran kondisi masa depan yang belum 1.ampak tetapi merupakan konsep yang dapat dibaca oleh setiap orang atau dengan kata lain sebagai petunjuk atau arah suatu organisasi untuk mencapai l11juan yang ingin dicapai suatu organisasi.
11. Misi adalah pcrnyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam bcntuk produk atau pelayanan yang dapat ditawarkan jika lingkup organisasi terse but sebuah perusahaan, kelompok masyarakat yang dilayani j ika organisasi tersebut sebuah badan pemerintahan serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.
12. Penduduk adalah semua orang yang herdomisili di suatu wilayah geografis yang bertujuan untuk menentap pada wilayah geogafis tersebut. 13. Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang beke1ja atau mempunyai pekerjaan sementara atau penduduk yang tcrnrnsuk pcngnngguran. 42
BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Batas Administrasi dan Letak Geografis S'ecara administrasi Kabupaten Pandeglang terdiri dari 24 Kecamatan, 13 Kelurahan dan 322 Desa. Secara geogafis, Kabupaten Pandeglang terletak antara 6°21 - 7°10' Lintang Selatan dan 104°48'-106°11' Bujur Timur dengan luas daerah 2.746,89 Km
2
atau sebesar 29,98 % dari luas Propinsi Banten.
Kabupaten
Pandeglang berada di ujung barat dari Propinsi Banten yang mempunyai batas administrasi sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang 2. Sebelah Selatan dibatasi dengan Samudera Hindia 3. Sebelah Barat dibatasi oleh Selat Sunda
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak
4.2 Topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang sebagian rrierupakan dataran rendah yang terletak di bagian tengah dan selatan dengan variasi ketinggian antara 0 - 1.778 meter di atas permukaan laut. Daerah pegunungan pada umumnya mempunyai ketinggian 400 meter di atas permukaan laut.
Dataran rendah bukan pantai umumnya
mempunyai ketinggian rata-rata 30 meter di atas permukaan laut, sedangkan dataran rendah pantai umumnya mempunyai ketinggian rata-rata 3 meter di atas permukaan laut.
4.3 Pengunaan Lahan Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang berperan penting dalam kegiatan pertanian. Penggunaan lahan di wilayah Kabupalen Pandeglang sebagian besar dimanfaatkan untuk pertanian baik pertanian lahan kering (perladangan) maupun lahan basah (persawahan). Pertanian lahan kering mencapai 220.861 ha atau 99,8 % dari total luas lahan pertanian di Kabupaten Pandeglang. Jenis penggtmaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada label 4 dan 5.
Tabel 4. Luas Lahan Kering dan Penggunaannya di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 NO JEN IS LUAS (Ha) I Ladang 25.160 - ---------2 Tega! dan kebun 47.864 3 Kolam dan empang 861 .. •oo ).) 4 Tarnbak 5 Pengembalaan I padang rumput 2.505 6 Perkebunan 16.424 7 Hutan rakyat 12.424 Pekarangan 8 13.054 9 Tidak diusahakan 5.549 I Hutan negara 10 ss.969 I 11 Rawa yang tidak ditanami 12 Lahan yang belum diusahakan 10.435 JUMLAH 220.861 /
Sumber : Dmas Pertaman Kab.Pandeglang 2003
721 I
Berdasarkan label 4 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan kering di Kabupaten Pandeglang tahun 2003 didominasi oleh hutan negara/lindung, kemudian penggunaan lahan untuk tegalan dan kebun, ladang, perkebunan, hutan rakyat, pekarangan dan lahan tidak diusahakan seluas 112.937 ha.
44
Laban basab (sawab) yang banya 19,6 % dari luas lahan kering (perladangan) umumnya telab dimanfaatkan secara optimal, walaupun sebagian besar belum berpengairan teknis (tabel 5).
Sawah di Kabupmen Pandeglang Tabun 2003 Tabel 5. Luas Laban -JENIS No lrigasi teknis 1 Irigasi Yi teknis 2 lrigasi scdcrhana 3 -Irigasi non PU ·4 Tadah hujan 5 JUMLAl-1
Luas (Ha) -6.163 7.028 7.155 9.615 23.508 53.919
Sun1ber: Dinas Pc11anian Kab. Pandeglang 2003
Pacla tabel 5 dapat clilihat babwa penggunaan lahan sawah berpengairan (irigasi) yang banyak diusahakan C:i Kabupaten Pandeglang dengan luas lahan sebesar 29.961 ha
4.4 Keadaan Sosial Ekonomi 4.4.1 Perekonomian Salah satu inclikator penting untuk mengetahui kond.isi ekonomi suatu claerab dalam suatu periocle tertentu dapat dilihat dari
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) baik dari barga berlaku ataupun dari harga konstan. PDB alas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun, digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan, PDB alas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar). Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupatcn Pandeglang tahun 2002 mcnunjukkan angka positif. Laju Pertumbuhan Ekonomi dikelompokan menjadi sektor primer, sekunder clan tersier (tabel 6).
Tabel
6.
Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Pandeglang Tahun 2001-2002 (%) PDRB Atas Dasar PDRB Atas Dasar Harga Bcrlaku Harga Konstan Kclompok Scktor 2001') 2002*) 2001 2002 38, 13 37,54 43,95 45,01 1. Primer 36,97 a. Pertanian 36,23 36,57 35,72 8,44 8,23 I, 16 1,31 b. Pcrtambangan -r-----· 22,45 17,04 17,01 23,67 2.Sekundcr 12,04 12,27 12,30 11,96 a. lndustri pengolahan 1,02 1,03 6,50 8,21 b. Listrik,Gas&Air 3,72 3,71 3,91 3,50 c. Bangunan 43,8 46,91 46,06 47, 11 3.Tcrsier 22,81 21,86 22,00 23,72 a. Perdagangan,Hotel&Restoran 5,32 6,51 6,45 b. Angkutan 4.23 4,46 4,64 5,72 c. Bank&Lembaga keuangan 3.68 lainnya 13,41 12,94 13,08 13,05 d. Jasa 100.00 100.00 100.00 100.00 PDRB
~
~.
Sumber: BAPEDA BekerJaSama dengan BPS Kabupaten Pandeglang, 2002 Keterangan : r) Angka Perbaikan *) Angka Sementara
Struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi lebih besar dibandingkan sektor-sektor lainnya. Lapangan usaha pertanian memegang pcranan penting dalam pola kehidupan masyarakat.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk memperoleh
pendapatan dari lapangan usaha ini.
4.4.2 Penduduk
Jumlah penduduk Kaabupaten Pandeglang tahun 2003 mencapai 1.082.012 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebesar 533.814 dan 528.198 jiwa penduduk perempuan, atau dengan kata lain rasio jenis kelarnin sebesar 104,85 dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7.
Penduduk Kabupaten Pandeglang menurnt Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2003 Kelornnok urnur Laki-laki PeremEuan Jnmlah 0-4 61.762 53.382 115.114 5-9 84.814 74.564 159.378 10-14 76.524 67.029 143.553 _j 15-19 56.468 47.826 104.294 20-24 30.360 30.886 61.246 25-29 33.826 42.855 76.681 30-34 38.778 44.503 83.281 35-39 42.407 48.693 91.100 40-44 38.018 32.082 70. l 00 45-49 31.422 23.157 54.579 50-54 18.561 17.258 35.819 -· 55-59 13.761 14.175 27.936 60-64 25.236 16.12 l 41.357 65-69 5.386 6.651 12.037 4.736 7.789 70-74 12.525 75 + 1.338 1.645 2.983 JUMLAH 1.082.012 553.814 528.198
~
~
----1
Sumber : Pandeglang dalam Angka 2003
Dari label diatas dapat dilihat bahwa angkatan kei:ja yang tersedia di Kabupaten Pandeglang cukup banyak. Jumlah angkatan kerja (15-64 tahun) yang tersedia sebanyak 60,52% dari total jumlah penducluk Kabupaten Pandeglang.
47
4.5 Komoditas Unggulan Komoditas yang diprogramkan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan
agropolitan
adalah
komoditas
padi
dan
melinjo.
Dalam
pengembangan ai,rropolitan ini komoditas melinjo diharapkan sebagai komoditas yang dapat menjadi ciri khas Kabupaten Pandeglang pada pengembangan agropolitan.
4.6 Visi dan Misi Kabupaten Pandeglang Visi Kabupaten Pandeglang yaitu "Pandeglang me:njadi Daerah Penghasil Agribisnis dan Daerah Tujuan Wisata Unggulan di Propinsi Banten Tahun 201 O". Visi ini diarahkan pada terbentuknya masyarakat yang dapat rnempertahankan prinsip-prinsip kehidupan dan pembangunan yang sesuai de11gan akhlak, hati nurani, nilai-nilai kebenaran, dengan motto juang " Pandeglang Bersih, Elok, Ramah, Kuat, Hidup dan Aman".
Melalui visi ini diharapkan dapat diwttiudkan masyarakat yang
sejahtera, manusiawi, cerdas, berkepribadian dan konsisten dalam melaksanakan pembangunan. Kata agribisnis yang terdapat dalam visi memiliki pengertian bidang usaha pertanian, perikanan, petemakan, perkebunan dan kehutanan yang memiliki daya saing kompetitif dan komparatif serta ditopang industri pengolahan. Tumbuhnya usaha dan industri pengolahan pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Kata ttijuan wisata dalam v1s1 rncmiliki pcngertian untuk rnenjadikan Kabupaten Pandeglang sebagai daerah tujuan wisata baik dornestik rnaupun mancanegara dengan tujuan wisata yang sudah terkcnal di tingkat nasional antara lain Pantai Carita. Tanjung Lesung. Taman Nasional Ujung Kulon. Unggul berarti mernpunyai kelebihan kompetitif dan komparatif bila dibandingkan dengan daerah lain. khususnya di Propinsi Banlen. Untuk mewujudkan visi Kabupaten Pandeglang. maka ditetapkan iv!isi pcmbangunan Kabupaten Pandeglang sebagai bcrikut : a. Membangun dan rnemberdayakan kehidupan masyarakat dan aparatur pemerintah yang professional. produktiL transparan. bcbas kolusi. korupsi. dan nepotismc b. Mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang sesuai dengan komoditas unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan rnasyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD) c. Pembangunan politik dan penegakan suprernasi hukum yang diselenggarakan mclalui nilai-nilai demokrasi yang santun.
BABY KONDISI EKSISTENSI AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG
5.1 Aspek Hukum Pengembangan agropolitan berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 144/0T.210/A/V/2002 bahwa pengembangan kawasan agropolitan dilakukan di seluruh daerah di Indonesia yaitu di tingkat Kabupaten.
Pengembangan
agropolitan di Kabupaten Pandeglang berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 520/Kep.3 78-Huk/2003.
Sebagai tahap awal
pengembangan agropolitan di
Kabupaten Pandeglang ditetapkan Kecamatan Menes sebagai kawasan agropolitan.
5.2 Aspck Sosio Gcografis Kecamatan Menes salah satu dari 24 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten No. 28 Tahun 2001 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja, Kecamatan Menes terdiri dari 18 desa yang terbagi menjadi 101 Rukun Warga (RW), 281 Rukun Tetangga (RT) dan 156 Kampunis. Kecamatan Menes berada di sebe!ah barat !bu Kota Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 5.044 Ha atau 5.004 KM 2 yang terdiri dari tanah darat dengan luas 2.219.089 ha dan tanah sawah dengan luas 2.083.937 ha.
Secara geografis Kecamatan Menes berbatasan dengan empat kecamatan laillllya di Kabupaten Pandeglang, yaitu : I. Sebelah Utara Kecamatan Mandalawangi 2. Sebelah Timur Kecamatan Cisata 3. Sebelah Baral Kecamatan Cikedal 4. Sebelah Selatan Kecamatan Pagelaran Kecamatan Menes mempunyai lahan darat seluas 2.219.089 Ha. Dari lahan tersebut ditanam1 oleh :
I. Pohon Melinjo
6.000.000 pohon
2. Pohon Durian
5.000.000 pohon
3. Pohon Manggis 4. Pohon Salak 5. Pohon Pete
250.000 pohon 2.000.000 pohon 800.000 pohon
Para petani komoditi tanaman keras tersebut telah membuat kelompok-kelompok tani untuk masing-masing komoditi. Lima desa yang menjadi prioritas kawasan agropolitan di kecamatan Menes yaitu : I. Desa Kenanga, dengan komoditas unggulan : pcte. rnelinjo, durian 2. Desa Menes, dengan komoditas unggulan : pete, melinjo, salak, durian 3. Desa Purwaraja, dengan komoditas unggulan : durian.
meli1~0
4. Desa Alaswangi, dengan unggulan : durian. melinjo, manggis 5. Desa Tega! Wangi, dengan komoditas unggulan : durian, melinjo. manggis. pete
51
Pemerintah
Kabupatcn
Pandeglang
mcmprioritaskan
mclinjo
scbagai
komoditas yang dapat menjadi ciri khas dan kornoditas unggulan Kabupaten Pandeglang dalan1 Pengernbangan Agropolitan.
Kawasan pertanian kebun melinjo
berada pada lima desa di Kecamatan Menes dapat dilihat pada tabel 8.
Tabet 8. Kawasan Pertanian Kebun Melinjo Kebun No Desa Kenanga : 1 - Relokasi Kebun - Kebtm Percontohan - Pembibitan 2 Desa Menes : - Relokasi Kebun - Kebun Percontohan - Pembibitan Desa Purwaraja: 3 - Relokasi Kebun - Kebun Percontohan - Pembibitan Desa Alas wangi : 4 - Relokasi K.ebun - Kebun Percontohan - Pembibitan Desa Tega! Wangi: 5 - Relokasi Kebun - Kebun Percontohan - Pembibitan
..
~·
Luas
Kelompok Tani
65 Ha 10 Ha 2 Ha
5 Kelompok
65 Ha 10 Ha 2 Ha
5 Kclompok
65 Ha 10 Ha 2 Ha --
5 Kelompok
65 Ha 10 Ha 2 Ha
5 Kelompok
65 Ha 10 Ha 2 Ha
5 Kelornpok
i
--
Sumber: Asos1as1 PengraJm Empmg Kab. Pandeglang 2003
5.3 Aspek Sosio Ekonomi Berdasarkan data BPS
(2003), jumlah penducluk Kecamatan Menes
Kabupaten Pandeglang sebesar 47.541 jiwa cerdiri clari 24.379 jiwa penducluk lakilaki clan 23.162 jiwa penduduk perempuan. Dari jumlah tersebut, 13.000 jiwa
52
penduduk laki-laki bekerja sebagai petani dan menggantungkan kehidupannya dari hasil pertanian_ Sedangkan, penduduk perempuan yang jumlahnya 23_162 jiwa, 18.000 jiwa bekerja sebagai pengrajin emping.
5-4 Potensi Kecamatan .Menes Sebagai Kawasa11 Agropolitan Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 5.0044 Ha atau 50-44 KM2 dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan dengan potensi sebagai berikut: 1. Memiliki sumber daya Iahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditas pertanian melinjo yang telah mempunyai pasar untuk konsumennya. 2. Memiliki pasar penjualan melinjo di pasar Menes (Selasa-Sabtu) setiap mingguny~,:
Pengrajin emping melinjo sebanyak 56 kelompok dipusatkan di
sentra pengrajin emping melalui Asosiasi Pengrajin Emping (APE) dan telah memiliki gudang hasil produksi di kebun Jeruk Desa Menes bantuan dari KIMPRASWIL Pusat. 3. Kecamatan Menes telah tersedia BRI Unit Desa sebagai lembaga keuangan untuk membantu para pengrajin emping dan petani melinjo_ 4. Memiliki dua Iembaga penyangga, terdiri dari : J) Pusat Koperasi Pertanian (PU SKOPTAN) " Pengembangan Banten"
sebagai wadah untuk para petani melinjo_
'i1
2) Asosiasi Pengrajin Emping (APE) merupakan lembaga yang menghimpun para pengrajin emping di lima desa di Kecamatan Menes. 5. Memilik PPL pada masing-masing desa dengan diberikan penyuluhan kepada para petani melalui pelatihan dan kont'lk tani. 6. Telah memiliki sarana umum yang memadai seperti air bersih, listrik, lembaga pendidikan. dll.
5.5
Sarana dan Prasarana di Kccamatan Menes Sarana dan prasarana umum yang dapat mendukung pengembangan
agropolitan seperti jalan (transpo11asi), telekomunikasi, lcmbaga keuangan. lembaga pendidikan.
Prasarana jalan untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten
Pandeglang telah mendapat bantuan dari KIMPRASWIL Pusat sepanjang 5.7 KM dan P2SDPP KIMPRASWIL Pusat sepanjang 3,8 KM di Kecamatan Menes (lampiran 3 ). Sarana dan prasarana yang telah tersedia di Kecamatan Menes sangat mendukung untuk pengembangan agropolitan.
Hal ini dapat dilihat pada lampiran
l 4 mengenai sarana prasarana yang tersedia di K1:camatan Menes.
54
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Visi dan Misi Agropolitan di Kabupaten Pandcglang Pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang selama ini berpedoman pada visi Kabupaten Pandeglang yaitu "Pandeglang Menjadi Daerah Penghasil Agribisnis dan Daerah Tujuan Wisata Unggulan di Propinsi Banten Tahun 2010". Mengacu pada visi Kabupaten Pandeglang maka visi pengembangan agropolitan adalah
"Terwujudnya Pandeglang sebagai Daerah Agropolitan Tahun 2010".
Konsep ini dipilih agar Kabupaten Pandeglang dapat mewujudkan daerahnya sebagai kota pertanian tidak hanya menjadi daerah penghasil agribisnis seperti pernyataan yang ada dalarn visi Kabupaten Pandeglang. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi dari program agropolitan adalah "Membangun Pandeglang Melalui Pembangunan Agropolitan".
Misi tersebut
dilaksanakan dengan cara : I. Pengembangan agribisnis
2. Meningkatkan ketahanan pangan 3. Optima!isasi pcmanfaatan lahan pertanian baik dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pertanian 4. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan pengembangan sarana dan prasarana pertanian 5. Mengembangkan iklim usaha yang mendukung bagi pelaku agribisnis melalui kerjasama atau kemitraan dengan pemerintah dan pihak swasta.
Visi agropolitan diatas dapat dijadikan arah untuk pcngcmbangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Sedangkan, misi agropolitan tersebut sebagai earn untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan sehingga melalui visi dan misi agropolitan ini dapat mencapai tujuan program pengembangan agropolitan yang telah dirumuskan oleh Departemen Pertanian.
Tujuan program pengembangan agropolitan Kabupaten
Pandeglang adalah : I. Meningkatkan
pendapatan dan
keseja:11eraan
masyarakat
di
kawasan
agropolitan 2. Mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis 3. Meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, mempercepat industirlisasi pedesaan 4. Mengurangi arus migrasi dari desa ke kota 5. Menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal Kabupaten Pandegla.ng Lingkungan ekstemal adalah lingkungan
yang berada di luar organisasi.
Analisis lingkungan ini bertujuan mengetahui kecenderungan-kecenderungan yang dapat menjadi peluang dan ancaman organisasi. Dalam kai tannya dengan penelitian ini, analisis lingkungan eksternal terdiri dari faktor politik, pemerintahan dan hukum. faktor ekonomi, faktor sosial, budaya dan demografi, faktor teknologi serta faktor persamgan.
6.2.l
Peluang Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang
6.2.1.1 Pasar Domestik dan Internasional Produk pertanian merupakan produk yang dikonsurnsi seluruh masayarakat baik di dalam dan diluar negeri.
Liberalisasi perdagangan rnaupun kebcrhasilan
industrialisasi akan menyebabkan peningkatan perrnintaan berbagai produk salah satunya produk pertanian. Hal tersebut merupakan kesempatan maupun peluang yang dapat dimanfaatkanutuk memasarkan produk pertanian baik di pasar domestik dan internasional khususnya untuk pengembangan agropolitan. Untuk memanfaatkan peluang tersebut para pelaku agribisnis di Kabupaten Pandeglang dapat melakukan ke1jasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan maupun pihak lain dalam subsistem pemasaran. Sehingga. dapat memperkenalkan dan memperluas pemasaran produk yang dihasilkan.
6.2.l.2 Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya Untuk mempercepat perkembangan agribisnis salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melakukan kerjasama atau kemitraan dcngan pihak swasta dan pihak lain. Pihak yang mempunyai modal atau suatu perusahaan besar yang bergerak pada salah satu scktor agribisnis dapat bcrtindak scbagai pcnyedia sarana produksi seperti obat-obatan pertanian, pemasaran produk akhir. maupun mendukung dengan memberikan bimbingan kepada petani. Kemitraan ini diharapkan dapat membantu pelaku agribisnis dalarn rnengatasi masalab-masalah seperti keterbatasan modal, penerapan teknologi clan pemasaran. Bentuk kerjasama .antara pelaku agribisnis dengan pihak swasta akan sangat membantu mempercepat perkembangan usaha di bidang agribisnis yang pada umumnya berskala mikro dan menengab.
57
Kerjasama atau kemitraan yang telah dilakukan saat ini yaitu antara Asosiasi Pengrajin Emping (APE) dengan hotel yang berada di kawasan Pantai Carita melalui penjualan produk emping ke pihak hotel seperti Carita Resort Hotel, Mutiara Carita Cottage dan Tanjung Lesung Cottage.
6.2.1.3 Kredit Usaha Kecil dan Menengah Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap sektor agribisnis melalui bank BUMN yaitu dalam bentuk pemberian kredit pertanianiagribisnis seperti Kredit Usaha Tani (KUT) atau Kredit Ketahanan Pangan (KKP).
Distribusi penyaluran
kredit pertanian berdasarkan kelompok bank (tabel 9), sampai dengan posisi septemb;;:r 2003, terlihat bank BUMN masih menguasai pangsa pasar sebesar 62,35%, sedangkan bank swasta memiliki pangsa pasar sebesar 26,83%, bank asing dan campuran memiliki pangsa sebesar 5,8%, sedangkan sisanya sebesar 5,01 % dikuasai bank Daerah (BPD).
Selengkapnya, portofolio kredit pertanian per grup
bank dapat dilihat pada label 9. T ab e1 9 Porto f'o l'10 Kre d'it P etaman per GJrtlE._ Ban k (R . p. 1i\f!J' l iar ) 1999 2000 ___ -2001 ___2oo:~_~[2o~[J Jen is No Des Des Des Des Sep 1 ')') ')') 20.863 ~~ . .J~ 24.458 l Total Pinjaman 23.777 19.503 15.516 11.209 12.0.34 13.632 Bank Pemerintah 2 ----3=2:1 % thd Total 62,26% 54.47% 57,68% 61.04% 0 Bank Pembangunan 853 527 536 969 1.225 4 3,59% 2,70% 2,57% 4,34% 5=4:1 % thd Total 5.01% Bank Swasta 5.740 4.987 6.049 6 6.383 6.563 --- - - - ----- ----24,14% 7=6:1 % thd Total 25.57% 28.99% 28,58% 26,83% 2.244 1.668 2.780 1.420 1.348 Bank Asing 8 9=8:1 % thd Total 7,02% 14,25% 10,76% 5.81% 6.04% ~----
~
Sumber: www.Bt.go.td
58
Besarnya peranan Bank BUMN tcrutarna Bank Rakyat Indonesia (BR!) dalarn rnenopang perturnbuhan sektor pertanian, dilandasi olch pengalaman dari bank BUMN yang telah cukup lama bergerak dalam pemberian kredit kepada sektor pertanian. Walaupun portofolio kredit pc11anian sempat mengalami pennrunan, yaitu dari Rp. 23.777 milliar (Desember 1999) menjadi 19.503 rnilliar (Desember 2000), namun mulai meningkat kembali setelah tahun 2000.
Portofolio kredit pertanian
UKM dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Portofolio Kredit Pertanian Jenis No 1 Total Pinjaman 2 Total Pinjaman Pertanian 3=2:1 % Pertanian Bank Pemerintah 4 5=4:1 % thd Total 6=4:2 % Bank Pem thd Total 7 Bank Pembangunan 8=7:1 % thd Total 9=7:2 %BPD thd Total 10 Bank Swasta l 1=10:1 % thd Total 12=10:2 % B.Swasta th Total Bank Asing 13 14=13:1 % thd Total 15=13:2 % Bank Asing
UKM
1999
2000
2001
2002
23.777 7.744
J'l.503 9.275
20.863 10.135
22.332 11.072
24.458 I 14.519-1
32,57% 47,56% 48,58% 5.211 4.437 5.328 21,92% 22,75% 25,54% 67,29% 22,75% 25,54% 506 1.028 998 2,13% 5,27% 4,78% 11,8% 9,85% 6,53% 2.027 3.810 3.809 8,53% 19,54% 18,26% 26,18% 41.085 37,58%
49,58% 5.624 25,18% 25,18% 1.499 6,71% 13,54% 3.949 17.68% 35,67%
59,36% 7.879 32,21% 32.21% 1.801 7,36% 12.40% 4.839 19,78% 33,33%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
--
-
-
2003
--
Somber: www.B1.go.1d
Untuk posisi kredit usaha kecil pada bank umum di Kabupaten Pandeglang khususnya sektor pertanian mengalami pcnurunan pada tahun 2001 dari Rp. 3 .259 juta (tahun 2000) menjadi Rp. 694 juta (tahun 2001) kemudian meningkat menjadi
Rp. 3.512 juta (tahun 2002). Dana penyaluran kredit pertanian menempati urutan kedua setelah sektor jasa dunia usaha dan sosial masyarakat di Kabupaten Pandeglang.
Data posisi kredit usaha kccil untuk sektor ekonomi di Kabupaten
Pandeglang dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Posisi Kredit Usaha Kecil pada Bank Umum di Kabupaten Pandeglang Tahun 2002 (juta Rp) 2001 2002 Sektor Ekonomi 2000 No 3.259 694 3.512 I Pertanian ·--·--213 344 338 2 Perindusstrian -· 730 1.720 7.047 Bangunan dan konstruksi 3 Perdagangan, restoran clan hotel 1.875 3.263 2.244 4 clan komunikasi 9 Pengangkutan 5 52.928 63 .391 58. l 04 Jasa dunia usaha clan sosial masvarakat 6 Sumber: Ind1kator Ekonom1 Banten 2002
Peluang adanya pemberian kredit tersebut harus dapat dirnanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk pengembangan agropolitan.
Pemerintah
Kabupaten Pandeglang khususnya Dinas Koperasi clan Dinas Pertanian sebagai fasilitator dapat rncrckorncndasikan pclaku agribisnis di Kabupatcn Pandcglang kepada pihak perbankan atau pihak swasta, juga sebagai lembaga penjamin krcdit (avalis). Lembaga pcnJamtn
kredit sangal dipcrlukan pihak pcrbankan
dalam
mempelancar pemberian kredit karena pihak perbankan ataupun swasta scbclurn mernbvrikan pinjarnan harus mengctahui kondisi pclaku agribisnis tersebut seperti usaha yang dilakukan mereka benar-benar nyata, telah mempunyai kelompok usaha. adanya komitmen dari pelaku agribisnis untuk membayar kredit yang tclah diberikan karena kebanyakan pelaku agribisnis khususnya usaha kecil cukup sulit ketika akan 60
mengembalikan pembayaran kredit. Untuk itu Dinas Koperasi ataupun Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang harus mempunyai data mengenai petani atau pelaku usaha kecil yang tidak mau membayar atau melunasi kredi1. Melalui data tersebut perbankan dapat menyalurkan kredit secara selektif kepada pelaku agribisnis.
6.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
dapat
diketahui
dengan
melihat
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan. dai~
hanya 0,79
1999 menjadi 4,92 pcrsen . pada tahun 2000.
Hal ini
pertumbuhan PDB mengalami perubahan yang cukup drastis yaitu persen pada tahun
Laju
memperlihatkan ekonomi Indonesia mulai keluar dari keadaan krisis.
Walaupun,
pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 1,48 persen dibandingkan tahun 2000, namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 3,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 3,4 persen. Walaupun pertumbuhan ekonomi berjalai1 lam ban, nainun he! terse but jauh lebih baik bi la dibandingkan masa krisis tahun 1998 dan 1999. Laju pertumbuhan PDB clapat clilihat pacla tabel 12.
-
Tb omestt'kB · ruto (PDB) T ahun 1999 2003 a e I 12 L. u an P ro dkD u a1u Pertum bh Tahun PDB (%) 0,79 1999 4,92 2000 3,45 2001 2002 3,69 ·4,10 2003 Sumber: BPS, Pendapatan Nasional 2003.
61
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat merupakan peluang untuk tersedianya infrastruktur yang dapat menggerakan perekonomian. Terciptanya usaha skala mikro seperti UKM salah satu infrastruktur dari peluang pertumbuhan ekonomi, sehingga terciptanya lapangan kerja.
Pengembangan agropolitan merupakan salah
satu cara pemerintah yang dapat mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah khususnya Kabupaten Pandeglang.
6.2.1.5 Otonomi Daerah Era otonomi telah memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah dalam era otonomi berperan sebagai fasilitator, dinamisator dan stimulator bagi masyarakat. Konsep agropolitan menjadi salah satu alternatif bagi peme1~ntah daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomian
wilayahnya,
sehingga
dapat
mcngoptimalkan
sumberdaya alam khususnya pe11anian yang mcrcka rniliki scbcsar-bcsamya untuk kemakmuran rakyat. lmplementasi UU No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah serta UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat clan Daerah memberikan peluang di setiap daerah untuk pengembangan agribisnis ataupun
pengernbangan
agropolitan yang merupakan bagian dari beberapa program pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi seperti kawasan sentra produksi, kawasan pengembangan ekonomi terpadu.
67
Konsep agropolitan menjadi salah satu alternatif bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomian wilayahnya, sehingga dapat mengoptimalkan sumberdaya alam khususnya pertanian yang mereka miliki scbesarbesamya untuk kemakmuran rakyat. Otonomi daerah yang merupakan peluang dan tanggung jawab yang harus dijalani oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Untuk rnenjalankan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Pemerintah Kabupaten mensikapi kebijakan ini dengan eara melakukan sharing dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pandeglang dengan menyampaikan hal-hal yang menjadi kendala dalam pengembangan agropolitan seperti keterbatasan dana untuk pengembangan karena PAD daerah yang rendah. Untuk mengatasi keterbaiasan dana tersebut setiap dinas diwajibkan untuk meningkatkan pendapatan masing-masing dinas sehingga dapat menunjang program agropolitan.
6.2.1.6 Pcrtumbuhan Penduduk Perkembangan jumlah penduduk menjacli salah satu faktor yang harus diperhatikan karena masyarakat yang mernbentuk pasar.
Mereka membutuhkan
produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan bahan pangan.
Dilihat dari besarnya jumlah penduduk dan laju pertumtuhan penduduk
Indonesia yang tcrus mcningkat merupakan peluang bagi prngcmbangan agropolitan. Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada tabel 13.
61
Tabel 13. Jumlah Penduduk dan Tingkat Pert•1mbuhan Penduduk Tahun 1999-2003 Tahun Jumlah Penduduk (Juta) Tingkat Pertumbuhan Penduduk (%) 178.500 1,97 1990 205.843 1,49 2000 215.276 1,50 2003 Sumber: BPS, Statistik Indonesia 2003.
Data pada label 13 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 dibandingkan tahun 2003 mengal.ami peningkatan sebesar 9.433 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang meningkat sebesar 1,50 persen.
Pelaku agribisnis di Kabupaten Pandeglang dapat memperluas pasar untuk
produk-produk yang mereka hasilkan ke daerah-daerah konsumen seperti wilayah Jabotabek melalui kerjasama dengan perusahaan besar yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil pertanian, asosiasi pemasaran seperti yang telah dilakukan pelaku agribisnis khususnya pengrajin emping dengan kerjasanrn melalui Asosiasi Pengrajin Emping (APE). Adanya pasar-pasar yang dapat menerima produk agribisnis Kabupaten Pandeglang akan memberi peluang bagi pelaku agribisnis di daerah tersebut untuk melakukan strategi pengembangan produk melalui penciptaan produk barn khususnya masyarakat yang bergerak pada industri rumah tangga seperti diversifikasi produk emping dari segi rasa.
Hal tersebut dilakukan tentunya dengan melihat selern dan
keinginan konsumen.
64
6.2.1.7 Konsumsi Masyarakat Meningkat Terhadap Proctuk Agribisnis Era globalisasi yang ditandai dengan perilaku hidup masyarakat yang semakin modern, secara bersamaan diikuti dengan meningkatnya kesaclaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk back to nature. Makin berkembangnya daerah-daerah k.hususnya
perkotaan
dan
meningkatnya
kesibukan
masyarakat
perkotaan,
mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap bahan makanan yang mudah diproses atau siap saji dan bemilai gizi tinggi. Konsumsi bahan makanan penting penclucluk tahun 2003 rnenunjukkan konsumsi masyarakat kecuali beras, pacla umumnya menurun clibanclingkan tahun 2002, namun penurunannya ticlak berarti. Relatif stabilnya tingkat konsumsi beras dan terjadinya penurunan pacla makanan pokok lainnya rnenggambarkan sernakin tingginya ketergantungan penclucluk Indonesia pacla beras, clan semakin jauhnya harapan terjadinya diversifikasi konsumsi makanan pokok. Konsumsi rata-rata untuk kelompok makanan hewani mengabni peningkatan kecuali pacla konsumsi telur clan susu bubuk. Pada tahun 2003, konsumsi ikan dan udang segar diawetkan, daging sapi/kerbau, daging ayam dan susu kental manis meningkat dibandingkan tahun 1999 clan 2002. Data mengenai konsumsi rata-rata perkapita seminggu macam bahan makanan pcnting di Indonesia dapat dilihat pada tabel 14.
65
Tabel 14. Konsumsi Rata-rata Perkapita Seminggu Bcberapa Macam Makanan Penting di Indonesia Tahun 1999, 2002 dan 2003 Jenis Bahan Makanan Satuan 1999 2002 No 1,991 1.924 1 Beras Kg 0,014 0.023 Jagung basah berkulit Kg 2 -0.057 0.054 3 Jagung pocelan/pipilan -- Kg Ketela pohon Kg 0,187 4 0.163 Kg 5 Ketela rambat 0.057 0.052 lkan dan udang segar 0,210 0.252 6 Kg Ikan dan udang diawetkan Ons 0,383 0,441 7 Daging sapi/kerbau Kg 8 0.010 0,011 Daging ayam ras/kampung 9 Kg 0.033 0.063 Kg 0,060 0.095 10 Telur ayam Butir 11 Telur itik/manila/asin 0,062 0.123 12 Susu kental manis (397gr) 0.029 0,014 Susu bubuk kaleng/bayi Kg 13 0,006 0,022 Kg 14 Tahu OJ 17- 0.148 Kg 15 Tempe 0,130 0.159 16 Minyak kelapa/ goreng,tj agung Lit;--ro.J67 o,197 17 Kelapa Butir . o,1s2 I 0230 18 Gula pasir Ons - 1.585 1,765 19 Gula merah 0, 184 0.214 Ons -~
Bahan
2003 1.930 0,020 0.044 0,162 0,062 -0.286 0,484 0.012 0.075 0,094 0,108 0.047 --0,012 0,143 0.158 0.190 0.243 1.739 o~
Sumber: BPS, Susenas 2003
Tingkat konsumsi masyarakat yang semakin meningkat terhadap procluk agribisnis karena kesaclaran masyarakat akan pentingnya gizi menjacli peluang bagi perkembangan agribisnis terutama daerah pedesaan sebagai penyedia bahan pangan untuk penduduk daerah perkotaan.
6.2. l
An ca man Pengembangan Agro po Ii tan cli Kabupa ten Pandcglang
6.2.2.1 Tingkat Inflasi clan Suku Bunga Tinggi Usaha di seoktor pe1tanian dalam lingkungan makro menghadapi kenclala pada tingginya tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap modal kerj a suatu organisasi jika organisasi tersebut melakukan pinjaman uang clari lcmbaga 66
perbankan. Pelaku agribisnis di daerah-daerah, kebanyakan adalah perorangan atau usaha kecil dan menengah (UKM) yang terbatas permodalannya. Hal ini merupakan kendala yang dihadapi para pelaku agribisnis.
Tanpa didukung dengan kebijakan
pemerintah dari otoritas moneter untuk mengembangkan sektor agribisnis, maka akan sulit diharapkan terwujudnya kemajuan pengembangan agribisnis. Suku bunga kredit bank pada tahun 2003 pada kredit modal kerja untuk beberapa kelompok bank bekisar antara 1 1% samapai 19%.
Sedangkan, kredit
investasi anlara 13% sampai 16 %. Perkembangan suku bunga kredit rupiah menurut kelompok bank periode tahun 1999-2004 dapat dilihat pada tabel 15. . d e 1999-?00"~ T abe.1 15 Su k·u Bunga RUPI"ahM enurut Kl e ompo kB an·k Peno . Katce;ori 1999 2000 2001 2002 2003 * 26,22 19,55 19,15 1. Modal Kerja 18,85 17.16 20,97 Investasi 16,35 17, 11 17,50 16.42 2. Modal Kerja 24,08 20,53 20,48 19,93 19.38 Investasi 14,86 16.23 17,76 17.89 17.76 32,58 17,76 19,16 3. Modal Kerja 18,21 15,67 ' ' Investasi 32,93 18,04 19.02 i 18.30 16.61 29,59 15,95 4. Modal Kerja 19,09 I 15.71 11.89 34,12 lnvestasi 15,62 ' 16.09 13.42 18.55 28,89 19,19 5. Modal Kerja 18.43 18.25 16.07 16,53 Investasi 22,93 16,59 17,90 ' 17.82
-
Catatan: Suku bunga rata-rata tert1mbang untuk kred1t non pnoritas
*sampai September 2003 I = Bank Perscro 2 = Bank Pemerintahan Daerah 3 =Bank Swasta Nasional 4 = Bank Asing Campuran 5 =Bank Umum Sumber =BPS, lndikator Ekonomi 2003.
67
Para
pelaku
agribisnis
di
Kabupaten
Pandeglang
khususnya
untuk
pengembangan agropolitan dalam usaha mereka masih sangat membutuhkan modal dari pinjaman dalam mengembangan usahanya.
Tetapi dengan suku bunga yang
tinggi, maka para pelaku agribisnis kesulitan rnemperoleh pinjaman modal dari perbankan. Oleh karena itu. tingkat suku bunga yang tinggi rnernpakan ancaman bagi pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah akan sangat membantu pengembangan agropolitan bagi pelaku agribisnis karena mereka relatif lebih mampu membayar cicilan dari pinjaman. Laju inflasi juga perlu diperhatikan karena inflasi mempengaruhi kenaikan harga-harga secara umum, termasuk bahan baku untuk industri baik industri kecil. menengah maupun besar.
Pada tahun 1999 inflasi secara nasional sebesar 2.01 %
mernpakan tingkat inflasi terendah antara tahun 1999-2003. P·1da tahun 2003 laju inflasi tertinggi untuk kola besar di Indonesia terjadi di Ko ta Yogyakarta scbcsar 6,07 %.
Inflasi secara nasional pada tahun 2003 sebesar 5,06 %.
Laju lnflasi di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 16.
T a be.l 16
LUJU . In fl as1. Koa t B esar d'I J awa dan N . l Tl 1 as1ona a rnn 1999 -2003 -
Ko ta Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Nasional
1999
2000
Tahun 2001
1,77 4,29 1,51 2,51 0,24 2,01
10,29 8,52 8,73 7.32 10,46 9,35
11,52 11,91 13.98 12,56 14.13 12.55
2002-
9,08 11.97 13.56 12.01 9.15 10.03
I
2003*
-
5.78 5.69 6,07 5.73 4.79 5.06
Sumber: BPS, lnd1kator Ekonom1 2003. Catatan : • sampai Agustus 2003
68
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada barang dan jasa. Inflasi yang rendah sangat membantu pelaku agribis:-iis khususnya di Kabupaten Pandeglang karena harga barang dan jasa yang tidak mengalami peningkatan berdampak kepada biaya produksi yang rendah akan memberikan keuntungan bagi pelaku agribisnis dalam melakukan kegiatan usahanya.
6.2.2.2 Perdagangan Bebas dan Tuntutan
~tandarisasi
Produk
Program pembangunan pertanian Tahun 2000-2004 telah dibuat kebijakan pemerintah yang mengacu pada GBHN Tahun 1999-2004 berdasarkan UU No.25 Tahun
2000
tentang
Progran1
Pembangunan
Nasional
(PROPENAS)
pembangunan sistem agribisnis. Kebijakan di bidang pertanian saat ini
yaitu
bertujuan
merespon perubahan perekonomian dunia seperti berlakunya Asian Free Trade
Association (AFTA), yang menuntut adanya usaha yang lebih baik lagi dari para pelaku agribisnis Indonesia untuk dapat menciptakan produk yang sesuai permintaan pasar baik dari segi standar mutu maupun kesehatan dan keamanan pangan sehingga dapat bersaing di pasar bebas. Namun, AFTA dapat menj adi ancaman bagi sektor agribisnis saat ini karena rendahnya kualitas produk yang dihasilkan. sehingga belum terbiasa menghasilkan produk yang memenuhi standar.
6.2.2.3 Persaingan Antara Dacrah Kegiatan agribisnis di Kabupaten Pandcglang lebih didominasi kepada kegiatan on farm.
Daya saing komoditi yang dihasilkan oleh para pelaku agribisnis
di Kabupaten Pandeglang sangatlah kurang, baik d1 tingkat regional ataupun 69
internasional. Hal ini disebabkan karena kualitas produk yang masih rendah sehingga komoditi tersebut tidak dapat bersaing di pasaran. Untuk
mel'linimalkan
persaingan
komoditi
antar
daerah,
Kabupaten
Pandeglang harus mengadakan kerjasama yang baik dengan daerah lain dalam sistem agribisnis.
Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan antara lain pada subsistem
pemasaran dengan membentuk kemitraan pasar dengan pelaku agribisnis daerah lain sehingga dapat memperoleh akses pemasaran.
Dalam subsistem pengolahan
khususnya dalam hal pengemasan produk inelalui ke1:jasama penggunaan teknologi. Kerjasanm dengan lembaga penunjang yang ada di daerah lain seperti bekerjasama dengan
lembaga
penelitian
atau
institusi
pertanian
sehingga
memudahkan
mendapatkan informasi seperti penerapan teknologi barn, pcrbaikan teknologi pembibitan dan budidaya maupun pengolahan hasil pe1ianian.
6.2.2.4 Kondisi Keamanan yang Tidak Stabil Faktor keamanan juga perlu diperhatikan dalam pengeir.bangan agribisnis. Isu-isu yang mempengarnhi
keamanan nasional menjadi penting untuk menjamin
keamanan investasi baik penanan1an modal dalam negeri maupun modal dari pihak asing. Peristiwa pemboman terhadap hotel JW. Marriot d1 Jakarta pada 5 Agustus 2003 telah menimbulkan kekhawatiran pihak asing untuk berinvestasi di Indonesia. Begitu pula pemilihan umum yang diselenggarakan tahun 2004 akan berpengaruh pada investasi.
Sejumlah investor akan menunda investasi di Indonesia.
Mereka
akan melihat bagaimana kondisi dan suasana setelah pemilu setelah siapa yang duduk pada pemerintahan. 70
6.3 Analisis Lingkungan Internal Kabupaten Pandeglang Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam orgamsas1 tersebut.
Organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kabupaten
Pandeglang. Analisis internal ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Pandeglang dalam mengembangkan llb>ropolitan.
6.3.1
Kekuatan Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang
6.3.1.1 Kebijakan Pemerintab dalam Pengembangan Agrnpolitan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No.13 Tahun 2003 tentang Revisi Program Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang (Prnpeda) Tahun 2001-2005 dalam aspek ekonomi menyatakan bahwa salah satu program Kabupaten Pandeglang adalah pengembangan agribisnis. Sebagai langkah operasional untuk· mewujudkan Propeda tersebut, dibuat Rencana Strategis Daerah (Restrada) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No.14 Tahun 2003. Tujuan dari program pengembangan agribisnis adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap dan terciptanya perekonomian yang kuat berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif Program Pembangunan Daerah khususnya bi dang ekonomi sangat mendukung Pengembangan agropolitan dan
juga mendukung pencapaian visi pembangunan
Kabupaten Pandeglang, yaitu "Pandeglang Menjadi Daerah Penghasil Agribisnis dan Tujuan Wisata Unggulan di Propinsi Banten Tahun 2010".
.,,
Properda, renstrada dan visi pembangunan Kabupaten Pandeglang meruoaktm pedoman
pemerintah
Kabupaten
pengembangan agropolitan.
Pandeglang
untuk
membuat
kebijakan
Aktualisasi komitmen pemerintah daerah Kabupaten
Pandeglang untuk pengembangan agropolitan dengan menyusun Properda Tahun 2005-2010
dimana salah satu strategi pembangunan daerah melalui strategi
pengembangan agropolitan. Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan agropolitan ini adalah meningkatkan produksi, produktivitas komoditi p(!rtanian se1ta produk-produk olahan pertanian khususnya produk yang dapat mertjadi produk unggulan, pengembangan kelembagaan serta sistem agribisnis, menciptakan lapangan kerja, pengembangan iklim yang mendukung bagi usaha dan investasi.
6.3.1.2 Laban Pertanian yang Cukup Luas Data Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang menunjukkan bahwa lahan pertanian di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2003 tercatat seluas 274.780 ha dengan proporsi lahan sawah sebesar 19,6 persen dan lahan kering sebesar 99,8 persen.
Dari lahan sawah, lahan yang dialiri irigasi sebesar 37,73 persen, dialiri
irigasi desa (non PU) sebesar l 7,87 perscn dan tanpa pcngairan scbcsar 43, 5 persen. Dari luas lahan kering, hutan Negara merupakan penggunaan lahan yang paling luas yaitu sekitar 38,92 persen. Kabupaten Pandeglang masih memiliki lahan yang belum diusahakan sekitar 16.052 ha dari total luas lahan pertanian. Lahan yang belum diusahakan ini
dapat menjadi lahan yang berpotensi untuk dikembangkan pada sektor pertanian. Juga dapat menjadi peluang dalam pengembangan agropolitan melalui pengoptimalan lahan tersebut baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi pertanian. Potensi pertanian di Kabupaten Pandeglang pada sub sektor usaha tani tanaman pangan dan palawija tahw1 2003 c\engan luas lahan dan produktivitasnya dapat dilihat pada label 17.
Tabel 17. Luas Panen dan Produktivitas Padi dan Palawija di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003. Luas Panen (Ha) Prnduktivitas (Kw/Ha) Komoditi No. ..
1
2
Padi - padi sawah - padi gogo Palawija -Jagung - kedelai - kacang tanaJ1 - kacang hijau - ubi jalar - singkong
113.518 96.105 17.413 12.535 3.045 2.220 1.266 1.733 1.296 2.975
]
73.05 47.64 25.41 33,04 26.68 13.43 13.33 11. l 0 129.80 136.70
--
Sumber: Dtnas Pertanian Kabupaten Pandeglang 2003.
Usaha tani padi pada tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa produktivitas padi sawah lebih besar dari padi gogo sebanyak 47.64 kw/ha atau sekitar 67,71 persen dari total produktivitas padi yang dihasilakan. dihasilkan sebanyak 502.090 ton.
Produksi gabah kering giling yang
Untuk mendukung program agropolitan.
pemerintah Kabupaten Pandeglang telah membuka lahan seluas 30 ha untuk usaha tani padi yang berada di Kecamatan Cimanuk.
73
Usaha tani holtikultura komoditas sayuran dan bu'lh-buahan yang diusahakan pelaku agribisnis di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabel 18 dan 19.
Tabel 18. Luas Lahan Panen, Produktivitas. Produksi Sayur-Sayuran di Kabupaten Pand eg lang Th a un 2003 Luas Panen Produktivitas Produksi No Komoditas IHal
3.579,00
2.768.00
71.516.30
Sumber: Dmas Pertaman Kabupaten Pandeglang 2003.
Sayuran dengan nilai produksi te11inggi yang dihasilkan di Kabupaten Pandeglang adalah cabe, ketimun dan kacang panjang masing-masing dengan luas panen 976 ha, 784 ha dan 663 ha atau 67,70 % dari luas panen seluruh komoditas sayuran. Buah-buahan yang banyak ditanam di Kabupaten Pandeglang pisang. melinjo. patai, durian, salak. Komoditas ini juga yang dikembangkan dalam pcngembangan agropolitan yang diharapkan dapat menjadi
komoditas unggulan Kabupaten
Pandeglang dengan sentra produksi di Kecamatan Menes. Banyaknya tanaman yang menghasilkan buah-buahan dapat dilihat pada label 19. Tabel 19. Jumlah Tanaman Buah-Buahan di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 Komoditas Jumlah Tanaman Jurnlah Tanaman yang No (Pohon) Menghasilkan
J
Sumber: Dmas Pertan1an Kabupaten Pandeglang 2003.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendukung pengembangan agropolitan dengan memberikan bantuan langsung kepada masyarakat Menes untuk pengrajin emping, pengaclaan kios sarana procluksi pcrtanian dan pctcrnakan sebanyak 2 buah, pengadaan alat pembuatan pengelolaan pupuk organik clan bantuan
75
bibit durian t:ebanyak 17900 bibit (lampiran 3).
Subsektor peternakan
yang
dilakukan oleh pelaku agribsnis di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabel 20.
Tb a upaten Pan deg Iang T ah un '003 ..;~ a e 120 Popu Iast. T erna kd.l Kb Jenis Ternak No Pooulasi Tcrnak (ckor) I - Sapi jantan 204 136 - Sapi betina Jumlah 340 2 - Kerbau jantan 9.446 - Kerbau betina 31.169 Jumlah 40.615 3 - Kam bing jantan 42.889 - Kan1bing betina 120.281 Jumlah 163.170 4 - Dombajantan 30.663 - Domba betina I 08.155 Jumlah 138.818 5 - Itik jantan 9.672 - Itik betina 97.621 Jumlah 107.293 - Ayam burns jantan 6 444.092 - Ayam buras betina 1.127.711 Jumlah 1.571.803 - Ayam ras betina 281. 746 7 Sumber: Pandeglang dalam Angka d1olah 2003.
--
-------~
Pada tabel 20 tcrlihat bahwa usaha tcrnak yang banyak diusahakan pclaku agribisnis adalah ayam buras yaitu sebanyak 1.571.803 ekor. Sedangkan, ayam ras hanya ayam ras betina yang diusahakan yaitu sebanyak 281.746 ekor. Usaha ternak ayam ras dan ayam buras ini telah menjalin kemitraan dengan Charoen Pokphand. Usaha pada subsektor perkebunan yang dilakukan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada label 21.
76
Tabel 21. Luas Areal, Jumlah Produksi dan Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis T anaman d'1 K a bupaten P an deg 1ang T a111111 2003
Jen is Tanaman
Karel Kelana Hvbrida K. Sawit Koni Teh Cengkeh Lada Coklat Kanuk Pan iii Aren Pandan Kanolaga Pala
Luas Areal (Ha) Tanaman Produksi 2.544 37.212 475 2.712,60
Tana man Tua 109 496 53 304,25
-
2.577 3 2.112 108 380 103
127 6 1.629 4 372 125
5
5
63 29 62 3
146 75 141 4
51,50 7 82 6
Tanaman Mud a
3.999
-
28 207
520 61 444
-
.Jumlah
2.653 41.707 528 3.044,85 2.911 9 4.261 173 1.196 228 10 260,50 111 285 13
Produksi Olahan (Ton)
1.465.34 25.564.64 34.502 119.519 1.306,54 0.34 1.045,44 10.)-2_ 173,66 21,84 0,88 91,86 49.75 25.94 1,75
Jnmlah Petani Pemilik
l.925 61.262 4.028 1.830 6.613 225 10.831 167 1.488 l.574 36 1.404 118 176 40
~---
' Sumber : Pandeg!ang dalam Angka 2003
Tanaman perkebunan yang mempunyai luas areal dengan nilai produksi tertinggi berdasarkan tabel 21 yaitu untuk komoditas kelapa dengan luas areal 41. 707 ha dan jumlah produksi
sebanyak 25.564,64 ton. kelapa sawit dengan luas areal
3.044,85 ha dan jumlah produksi 119.519 ton. Usaha pada subscktor perikanan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat pada tabd 22.
Tabel 22. Jenis Perikanan Air Tawar, Luas l'okok. Luas Tangkap dan Nilai Produksi di Kabu aten Pande Jang Tahun 2002 Jenis Perikanan Air Luas Pokok-~~L-u_a_s=T~a-n._g_k_a_p--1-,-ro-dtiksrTawar Ha Ha Ton 322 646 1.428.20 1. Kolan1 29] ---- 58(-,- -..·--··2. Tamhak
1. 811\\l!ih .
4.085
8.170
s11nihcr: 11antlcglang f>al11111 Angka diol11h. 21111;>
77
Data pada tabel 22 di atas menunjukan k1:giatan masyarakat di Kabupaten Pandeglang pada subsektor perikanan yang lebih dominan dilakukan adalah perikanan air tawar pada sawah dengan luas pokok, lua> tangkap maupun nilai produksi yang lebih tinggi dibandingkan perikanan air tawar pada kolam atau tambak yaitu sebesar 4.085 ha untuk luas pokok, 8.170 !ta untuk luas tangkap dan produksi sebesar 3.315,10 ton.
6.3.1.3 Sarana dan Prasarana Kegiatan usaha di suatu daerah perlu didukung dengan ketersediaan fasilitas atau infrastruktur seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan yang menghubungkan lokasi produksi dengan pasar dan input produksi, kuantitas, kualitas lahan, sarana irigasi dan air bersih.
Faktor infrastuktur fisik dinilai berdasarkan ketersediaan
infrastruktur dan kualitas infrastrnktur.
Sarana dan prasarana yang menunjang
kegiatan agribisnis dalam pengembangan agropolitan yang telah tersedia dari dukungan pemerintah seperti peningkatan poros jalan sepaiijang 5, 7 km, pcngadaan kios sarana produksi, pengadaan alat/mcsin pcmbuatan pupuk secara lengkap. Sarana dan prasarana untuk pengembangan agropolitai1 yang berasal dari
bantuan
pemerinmtah dapat dilihat pada lan1piran 6. Untuk penyediaan sarana input terdapat 53 kios sarana produksi pertanian yang bertindak sebagai pengecer sedangkan distributor sebanyak 2 distributor yaitu toko Anugerah dan Bina Karya. Sarana dan prasarana pada subsistem pemasaran,
Kabupaten Pandeglang
memiliki 25 pasar dengan bangunan permanent, 24 pasar tanpa bangunan permanent. 33 unit pertokoan, 4 pasar hewan, 6 rumah pemotongan hewan, 8 te1npat pelclangan ikan (BPS, 2003). 78
6.3.1.4 Posisi Kabupatcn Pandcglang yang Stratcgis Dilihat dari posisi geografis dan ekowimi Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang cukup strategis.
Posisi Kabupaten Pandeglang selain dekat dengan
Daerah Khusus lbukota (DK!) Jakarta, Kota Tangerang dan Bekasi juga dekat dengan Kota Bogor.
Kondisi ini merupakan peluang untuk memasarkan produk-produk
agribisnis yang dihasilkan Kabupaten Pandeglang.
6.3.1.5 Koordinasi Antar Dinas Terkait dalam Pcngembangan Agropolitan Untuk menunjang pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang telah dibentuk Tim Pokja Kawasan Agropolitan (lampiran 2). Sebagai ketua Tim Pokja adalah
Asisten Daerah Bidang Ekonomi Pcmbangunan Kabupatcn Pandcglang.
Anggota tim pokja tersebut terdiri dari dinas-dinas terkait dan
yang merupakan
lembaga pembina utama yaitu : Bappeda bidang ekonomi, Dinas Pertanian dan Dinas Perternakan. Dinas-dinas ini melakukan tugasnya scsuai dengan tugas pokok instansi masing-masing. Keberadaan lembaga Pembina ini berfungsi scbagai fasilitator pengembangan agropolitan.
Badan Perencanaan Daerah Bidang Ekonomi berfungsi sebagai
fasilitator dalam menyusun program-program kegiatan yang
menu1~ang
pelaksanaan
program agropolitan dengan membuat master plan untuk Kabupaten Pandeglang tahun 2004, penyusunan profil investasi untuk investor. Dinas Pertanian berfungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan on:fimn.
Program bantuan pengadaan sarana
produksi, melakukan sekolah lapangan kepada petani dengan cara mcmberikan
79
penyuluhan mengenai teknis usaha tani, kesadaran pentingnya melakukan usaha tani agar tidak meninggalkan daerah untuk melakukan migrasi ke kota. Dinas Peternakan berftmgsi sebagai fasilitator pada subsektor peternakan seperti pembinaan usaha dan pemasaran, melakukan monitoring perkembangan ternak, pelayanan dibidang peternakan dan kesehatan ternak. Melalui program peningkatan kesehatan hewan dan ternak serta masyarakat veteriner, pencegahan dan pemberantasan penyakit NO,SE dan Brucellosis pada temak, program pelatihan agribisnis dan para medis petemakan. Keberhasilan program pengembangan agropolitan ini sangat tergantung pada dukungan dinas-dinas yang ada dalam susu111m tim pokja. Koordinasi dalam bentuk keselarasan dan keterkaitan program antar dinas sangat pcnting dalam menunjang program pengembangan agropolitan di Kab Pandeglang.
Sejauh ini tidak ada
kebijakan antar dinas pemerintahan yang bertentangan dalam program ini. A11inya dari aspek manajemen pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang telah berjalan dengan baik. Koordinasi yang dilakukan tim pokja secara formal melalui rapat rutin setiap tiga bulan sekali melalui forum koordinasi pembangunan daerah. kunjungan ke kecarnatan tempat lokasi agropolitan melalui dinas-dinas secara berkala setiap tahun sebanyak tiga kali yaitu pada awal bulan, bu Ian ketiga clan akhir tahun juga dilakukan pertcmuan-pertemuan yang memang dianggap perlu yang disesuaikan kondisi dan pem1asalahan yang sedang dihadapi.
Hal ini menjadi salah satu kekuatan dalam
pengembangan agropolitan.
80
6.3.2 Kclcmahan Pcngcmhangan Agropolitan di Kabupatcn Pandcglang 6.3.2.1 Sumhcrdaya Manusia Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang berperan penting dalam pemhentukan nilai tambah suatu kegiatan ckonomi.
Hanya deng:m
~;aing
yang tinggi, suatu
sumberdaya manusia yang unggul dan mempunyai daya masyarakat
atau
organisasi
dapat
memprediksikan,
mengantisipasi
dan
mengendalikan setiap perubahan ke arah yang diharapkan. Munandar.S dalam Dcddy Effendi (2004:1) menyatakan bahwa untuk mempercepat perkembangan agribisnis diperlukan sumberdaya manusia yang responsif terhadap teknologi dan informasi, berorientasi pada pasar, memiliki ketrampilan teknis, memiliki kemampuan manajemen usaha, mempunyai akses terhadap lembaga ekonomi dan risct. Oleh karena itu, kualitas tenaga ker:ja serta ketersediaan tenaga ke1ja di Kahupaten Pandeglang
menjadi faktor utama dalam pengembangan agropolitan.
Faktor tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja dihitung berdasarkan ketersecliaan tenaga kerja, kualitas dan produktivitas tenaga kerja.
Menurut BPS Kabupaten
Pandeglangjumlah penduduk pada tahun 2003 mencapai l.082.012jiwa dengan usia pr::iduktif (15-64 tahun) berjumlah 636.422 jiwa. Rasio antara usia produktif dengan jumlah pencluduk adalah 60,52%. Artinya ketersediaan tenaga ker:ja produktif sangat banyak di Kabupaten Pancleglang, dengan lapangan pekerjaan utama di sektor pertanian sebesar 66,46% dari total tenaga kerja produktif. Tetapi kualitas tenaga kerja ini masih sangal renclah karena berl&tar belakang pendidikan sekolah dasar (SD). 81
Latar belakang pendidikan yang menjadi salah satu penyebab kurangnya etos kerja dari pelaku agribisnis untuk mernajukan usahanya.
Mereka dalarn
rnelakukan usahanya belurn berorientasi pasar rnasih bersifat subsisten. kurang berusaha untuk berkernbang lebih baik lagi ctalam melakukan usahru.ya. Pada label 23 dapat dilihat data penyebaran mata pencalnrian petani Kabupaten Pandeglang. . p etarn. Kb a upaten Pan deg Iang TaI1un,,...'l003 T abe I 23 Penye barru1 Mata penc ahanan Lapangan Usaha Jumlah Pctani* I. Pertanian Sawah 129508 2.Pertanian Holtikultura 7771 3. Perkebunan 47938 34252 4. Kehutanan 26872 5. Petemakan 14976 6. Perikanan Sumber : BPS ,Sens us Pertaman 2003. • Angka Sementara
Untuk meningkatkan kernarnpuan usaha (etos kerja) pelaku agribisnis Kabupaten
Pandeglang,
khususnya
dinas
pertanian
rnelakukan
pernbinaan.
penyuluhan dan pelatihan kepada pelaku agribisnis sesuai dengan tugas pokok dari dinas pertanian yang fokus kegiatannya melakukan kegiatan 011j(1rm dan /(farm. l.Jntuk komoditi emping yang diharapkan menjadi e1111:i· poinl dalam pengernbangru1 agropolitan telah rnenyerap tenaga kerja dengan jumlah pengrajin pada tahun 2002 sebanyak 28.540 orang. Mereka telah menjadi anggota dan dikoordinir oleh Koperasi Pe11anian Pengernbangan Banten melalui Asosiasi Pengrajin Ernping berjurnlah 14.000 orang dengan jumlah kelornpok sebanyak 56 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 25 orang di enarn kecarnatan. keenarn 82
kecamatan ini merupakan sentra penghasil komoditi empmg. Kelompok pengrajin emping yang telah menjadi anggota APE dapat di Ii hat pada tabel 24.
Tabel 24.
Jumlah Pengrajin Emping pada Daerah Sentra Produksi Melinjo di Kb a upaten P an d eg Iang Jumlah Kelompok* Kecamatan Jumlah Anggota I I I
11 kelompok 23 kelompok 20 kelompok I kelom2ok I kelompok
Menes Pagelaran Labuan Saketi Bojong Jumlah
:j
275 orang 575 orang -500 orang 25 orang ' 2sorang3 14.000 orang
" Sumber: Asos1as1 PengraJm Empmg 2003. *per kelompok berjumlah 25 orang
Para pengrajin emping yang telah menjadi anggota APE dalam kegiatan usahanya dibimbing oleh APE baik dari segi pengolahan produk maupun pemasaran. Sedangkan, pengrajin emping yang berjumlah 14.540 hanya melakukan kegiatan usahanya di rumah, mereka belum menjadi anggota asosiasi pengrajin cmping (APE).
6.3.2.2 Dana Pengembangan Agropolitan Keterbatasan modal clan minimnya investasi adalah kendala yang masih dihadapi pelaku agribisnis di Kabupaten Pandcglang.
Surnber dana dalam rangka
program pengembangan kawasan agropolitan dari segi pembiayaan berasal dari dana
Al'BN scbcsar Rp 2.44 l .'JJ'!.OOO . .lumlah anggarnn l<:rsehut. tl'lah direalisasikan sebesar Rp
1.412.634.000 untuk
pengembangan prasarana dan sarana desa
agropolitan dan dana schesar i{p I .0~~ 1 J.JOS.OOO untuk pL"11ingkata11 pn1snr1.111a da11
HI
sarana pemukiman (di desa Menes).
Sedangkan, sumber pembiayaan dari dana
APBD Propinsi Banten sebesar Rpl.751.030.000. Jwnlah anggaran APBD tersebut telah direalisasikan sebesar Rp 491.250.000 untuk kegiatan peningkatan perencanaan pengembangan agropolitan dan pengendalian sumberdaya alam. Untuk penyediaan prasarana
dasar pemukiman
kawasan
desa pusat
pe11.umbuhan
sebesar
Rp
430.000.000 dan realisasi dana sebesar Rp 829.780.000 untuk pereneanaan pengembangan pembangunan pertanian dan peternakan (larnpiran 6). Pernerintah Kabupaten Pandeglang sendiri mempunyai ketebatasan dana khususnya dalarn pengembangan agropolitan. Pcrnerintah Kabupaten Pandeglang menganggarkan belanja pembangunan sektor agribisnis pada tahun 2003 sebesar Rp 1.015.067.000. Jumlah anggaran tersebut, dialokasikan Rp 350.000.000 untuk sektor pertanian, sektor perkebunan clan kehutanan dengan alokasi dana sebesar Rp 300.000.000, sektor peternakan sebesar Rp 295.000.000 clan sektor perikanan sebesar Rp 70.067.000. Walaupun relatif kecil, namun alokasi biaya pcmbangunan sektor agribisnis
yang
telah
dianggarkan
dapat
menunjang
pcngcmbangan
agropolitan. Hingga saat ini, belum ada pihak lain ataupun investasi
dalam pengembangan agropolitan.
investor yang melakukan
Hal ini menjadi tantangan bagi
Pemerintah Kabupaten Pandeglang dengan segenap jajarnn yang terkait dengan pengembangan agropolitan untuk menyediakan sarana prnsarana clan infrastruktur agar pihak swasta/investor bersedia terlibat dalam pengembangan agropolitan. 84
6.3.2.3 Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kegiatan penelitian dan pengembangan, baik berupa penyebaran teknologi baru, perbaikan teknologi pembibitan dan budidaya, teknologi pengolahan basil merupakan faktor-faktor penting dalam mempercepat pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Balai penelitian dan pengembangan saat ini belum tersedia di Kabupaten Pandeglang. Basil penelitian dan pengemba:igan masib mengandalkan dari tingkat propinsi juga basil penelitian dari institusi pertanian diperoleh dari luar daerab Kabupaten Pandeglang seperti Institut Pertanian Bogor (!PB).
6.3.2.4 Penyampaian Hasil Penelitian dan lnformasi Pasar lnfo1masi yang dapat mempercepat perkembangan agribisnis di suatu daerah adalab informasi untuk pemasaran produk. potensi wilayab. informasi basil penelitian dan pengembangan (varietas unggul, teknik budidaya dan peni;olaban. informasi usaba, dan lain-lain). lnformasi pasar mengenai akses pasar dan barga komoditi diperoleb para pelaku agribisnis dengan memantau secara langsung di pasar. Kabupaten Pandeglang saat ini belum terdapat suatu pusat pelayanan informasi untuk komoditi-komoditi agribisnis. lnformasi tentang potensi agribisnis yang berbcntuk layanan on-line yang bersifat komputerisasi baru ada di tinght Propinsi yaitu Banlen Agribusiness Alarkering Jncoporalion (BAMIC).
Pelaku agribisnis kbususnya Kabupaten Pandeglang belum memanfaatkan layanan ini secara maksimal. Hal yang dapat dilakukan adalah pembuatan database 85
produk-produk
agribisnis
Kabupaten
yang
terkomputerisasi
disertai
dengan
penyampaian infom1asi yang up lo dale kepada pelaku agribisnis uengan fasilitatomya dinas-dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan Bappeda.
Sehingga
nantinya kegiatan jual beli produk agribisnis dapat dijalankan secara on-line.
6.3.2.5 Kualitas Produk dan Penggunaan Teknologi Pemasaran untuk produk agribisnis di Kabupaten Pandeglang masih bersifat domestik dengan wilayah pemasaran daerah Serang, Jakarta, Bogor. Tangerang, Bekasi dan Bandung. Untuk pemasaran luar negeri
(ekspor), dua perusahaan besar seperti
PT
Nutrifood dan PT Madu Mas sebagai pengekspor emping ke beberapa negara seperti Malaysia, Timur Tengah, Belanda dengan volume 15 ton per bulan. Selain kedua perusahaan tersebut, terdapat PTPN VIII yang bergerak pada komoditi perkcbunan seperti kelapa sawit, karet, coklat, kelapa. Usaha lain yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pemasaran hasil produk agribisnis adalah mengikuti pameran-pameran. pembuatan brosur yang disebarluaskan ke hotel, toko. restoran. Juga pcmbuatan spanduk-panduk dan papan reklarne yang ditempatkan di tempat khusus. Keterbatasan usaha pemasaran selain dikarenakan oleh modal juga dikarenakan oleh rendahnya kualitas produk-produk agribisnis. Rendahnya kualitas produk agribisnis yang dihasilkan oleh Kabupaten Pandeglang dikarenakan
rendahnya
kesadaran
pelaku
agribisnis
dalam
hal
penanganan pasca panen yang belum menggunakan teknologi tepat guna misalnya
86
masalah grading.
Hal ini menyebabkan produk bermutu baik bercampur dengan
produk bennutu kurang baik secara umum kualitas produk menjadi jelek. Untuk produk olahan pada industri rumah tangga masih menggunakan •eknologi yang scderhana sehingga rendahnya kualitas produk dalam hal daya tahan produk dan pengemasan kurang menarik. Pengembangan teknologi untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang difokuskan pada teknologi yang dapat memanfaatkan sumberdaya lokal bersifat tepat guna. Teknologi yang digunakan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang antara lain pembibit:m menggunakan varietas unggul lokal. sistem pemupukan melalui penggunaan pupuk organik, pengolahan hasil dan pola tanam serta pasca panen yang disesuaikan kemampuan masyarakat. Pcnggunaan teknologi ini tidak harus menggunakan teknologi canggih. Penggunaan teknologi yang disesuaikan kemampuan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat.
Hal ini dilakukan bertujuan sehagai
pembelajaran kepada masyarakat di Kabupaten Pandeglang.
6.4 Perumusan Alternatif Stratcgi 6.4.1
Analisis Matriks External Factor Eva/11atio11 (EFE) Matriks
ini
merupakan hasil
clari
iclentifikasi
faktor-faktor cksternal
Kabupaten Pandeglang berupa peluang clan ancaman yang bcrpengaruh dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Pene111.uan bobot menggunakan metode paired comparison sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel. Penentuan bobot menggunakan kuisioner yang telah diisi oleh tujuh orang responden
87
yang dianggap memiliki kapasitas sebagai pengambil kcputusan dan pelaksana dalam pengembangan agropolitan.
Penentuan peringkat dilakukan jug:l oleh tujuh
responden sehingga diperoleh nilai terbobot dari faktor-faktor tersebut. Hasil dari identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis eksternal, bobot dan peringkat kemudian dimasukkan ke dalam matriks ekstemal. Matriks ini dapat dilihat dalam tabel 25. Hasil evaluasi matriks eksternal ini, kemuclian cligabungkan dengan evaluasi matriks internal, kemudian dipetakan ke dalam matriks SWOT. Matriks ini untuk memudahkan merumuskan alternatif strategi usaha yang akan dilakukan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.
Tabel 25. Matriks Evaluasi Eksternal (EFE) Kabupaten Pandeglang dalam Pen gem b angan A gropo l'1tan Faktor Eksternal Bo bot Rating Skor PELUANG Pasar domestik dan internasional (A) 0,095 2 0.190 Kemitraan dengan pihak swasta dan pihak lain (B) 0,071 0.213 3 Tersedianya kreclit usaha kecil clan menengah (C) 3 0.324 0.108 Pertumbuhan ekonomi nasional (D) 0.085 2 0.170 Otonomi daerah (E) 0.098 3 0.294 Pe1iumbuhan penduduk yang meningkat (.J) "~ 0.093 0.279 Konsumsi masyarakat meningkat terhadap produk 0.099 3 0.297 agribisnis (K) 1.767 ANCAMAN Tingkat inflasi dan suku bunga yang tinggi (E) 0.136 2 0.272 Perdagangan bebas clan standarisasi produk (F) 0.078 2 0.156 Persaingan antar wilayah (G) 0.084 2.5 0.210 Kondisi keamanan yang tidak stabil (H) 0.097 2.5 0.243 0.881 Total 2.648 ~-
I
88
Hasil
matriks
EFE
menunjukan
bahwa
pengembangan
agropolitan
mempunyai peluang cukup besar dibandingkan ancaman dengan nilai skor sebesar 1,767 dibandingkan dengan ancaman dengan nilai skor sebesar 0.881. Total nilai yang dibobot untuk faktor strategis ekstema' sebesar 2,648. Artinya pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang memiliki peluang un.tuk berkembang dengan menghindari ancarnan . Peluang adanya ketersediaan kredit usaha kecil dan menengah akan sangat membantu kegiatan agropolitan khususnya para pelaku agribisnis.
Begitu pula.
otonomi daerah memberikan kebebasan aparat pemerintahan untuk mengatur daernh masing· masing sehingga dalam pengembangan agropolitan ini diharapkan pemerintah dapat menjadi fasilitator, dinamisator dalam pengembangan agropolitan. Faktor ancaman terbesar tehadap pengembangan
agropolitan dengan skor
0,272 adalah tingkat intlasi dan suku bunga yang tinggi. Jika inflasi clan suku bunga tinggi maka para pclaku agibisnis akan kesulitan clalam membeli bahan baku untuk kegiatan usaha begitu pula dengan suku bunga yang tinggi akan menyebabkan para pclaku agribisnis kcsulitan memperoleh pinjaman krcdit pcrbankan.
Keadaan ini
menyebabkan tidak berjalannya perekonomian masyarakat khususnya para pelaku agribisnis di Kabupatcn Pandcglang.
5UJ
6.4.2
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks ini merupakan hasil dari identifikasi
Pandeglang
berupa
kekuatan
dan
kelemahan
faktor internal Kabupaten
yang
berpengaruh
terhadap
pengembangan agropolitan di daerah tersebut. Pada tabel 26, terlihat total matriks !FE sebesar 2.703, menunjukan posisi Kabupaten Pandeglang yang diatas rata-rata dalam kekuatan internal. Hal ini ditunjukan dengan nilai skor untuk kekuatan sebesar 1.561 dibandingkan dengan skor kelemahan sebesar 1.142.
Kekuatan utama yang
dimiliki Kabupaten Pandeg!ang yaitu sarana dan prasarana yang memadai seperti lahan pertanian, prasarana umum seperti air bersih, listrik, lembaga pendidikan, jalan (transportasi) yang tentunya sangat mendukung pengembangan ag10politan. Kabupaten Pandeglang memiliki kelemahan utama karena belum tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan dengan skor 0,348. Lembaga penelitian dan pengembangan sangat diperlukan karena akan sangat membantu pe!aku agibisnis untuk mengetahui berbagai infonnasi seperti teknologi pembibitan dan budidaya. Tetapi adanya komitmen pemerintah Kaburaten Pandeglang juga koordinasi yang baik antar dinas pemerintahan untuk pengembangan agropolitan dengan skor 0.322 pada matriks !FE.
Kelemahan yang dapat menjadi kendala dalam pengembangan
agropolitan dapat diatasi dengan kekuatan yang dimiliki Kabupaten Pandeglang
90
Matriks Evaluasi Internal (IFE) Kabupaten Pandeglang Pengembangan Agropolitan Bo'bot Rathm: Faktor Internal KEKUATAN Kebijakan/komitmen pemerintah Kabupaten 0.092 3.5 Pandeglang untuk pengembangan_~()p_()!i!~~-{AJ__ ·--·-·-··- -·---·- .... Ketersediaan lahan pertanian (B) 0.089 3.5 0.095 3.5 Sarana dan prasarana yang memadai (D)
dalam
0.312 0.332
Posisi Kabupaten Pandeglang yang Strategis (E)
0.091
3
0.273
Koordinasi antar dinas-dinas pengembangan am-ooolitan (F)
0.092
3.5
0.322
Tabel 26.
I
,.---~
terkait
dalam
Skor 0.322
----·--~--
1.561 KELEMAHAN Sumberdaya manusia (C) Ketersediaan dana pengembangan ai,>ropolitan (G) Lembaga penelitian dan pengembangan (H) Penyampaian basil penelitian dan infonnasi pasar (I) Penggunaan teknologi tepat guna (J) Kualitas produk (K) Total
6.4.3
0.094 0.083 0.174 0.081 0.088 0.095
I
1,000
I
2 1.5 2 2 2 1.5
0.188 0.125 --··---0.348 0.162 0.176 0.143 1.142 2.703
Analisis Matrik SWOT Aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat dalam
analisis eksternal dan internal bertujuan untuk mengetahui usaha yang akan dilakukan dalam pengembangan agropolitan. Melalui analisis SWOT dapat disusun beberapa altematif slrategi pengembangan agropolitan dengan cara memindahkan hasil dari analisis EFE dan JFE ke dalam matriks SWOT.
Proses
penggabungan
pada
matriks SWOT (tabel 27) menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan yaitu strategi S-0, strategi W-0, strategi S-T dan strategi
01
label 27. Alten1atif Perumusan Stratcgi Pengembangan Agrooolitan Faktor Internal 1.
2. 3. 4. 5.
Kekuatan (S) Komitmcn pemerintah Kab. Padeglang untuk pengembangan agropolitan (S 1) Laban pertanian yang cukup luas (S 2) Sarana dan prasarana yang memadai (S 3) Posisi Kabupaten Pandeglang yang strategis (S,) Koordinasi yang baik antar dinas terkait dalam pengembangan agropolitan (Ss)
6.
Kelemahan (W) Kualitas sumbcrdaya manusia masih rendab (W 1) Dana untuk pengembangan agropolitan (W2) Belum tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan (W3) Kurangya penyrunpaian basil penelitian dan informasi pasar (W4) Kurangnya penggunan teknologi tepat guna (Ws) Kualitas produk rendab (W6)
1.
Strategi
1. 2. 3. 4. 5.
Faktor Eksternal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. 2. 3. 4.
Peluang (0) Pasar domestik dan intemasional (0 1) Kemitraan dgn pihak swasta dan pihak lain (02) Tersedianya kredit usaba kecil dan menengab (03) Pertumbuhan ekonomi nasional yang mernbaik (04 ) Otonomi daerah yang memberikan kebebasan pada Pemerintah daerah untuk mengatur wilayahnya (0 5) Pertumbuhan penduduk yang meningkat (06) Konsumsi masyarakat meningkat terhadap produk agribisnis (01)
Aucamau (T) Tingkat inflasi dan suku bungayang tinggi (T 1) Perdagangan be bas dan tun tutan standarisasi produk (T2) Persaingan antar wilayab (T3) Kondisi keamanan yang tidak stabil (Ts)
Strategi S-0 1.
2. 3.
Strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar melalui kemitraan (S 2, S3 ,S4 ,0,, 0 2 ) Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian (S,, S,, S,, Oi, Os) Pembangunan pusat pasar pertanian (subtenninal agribisnis yang berada disentra produksi pertanian rakyat untuk menunjang strategi ,0,,06,0 7) pengembangan pasar (Si,
s,,
St•ategi S -T 1.
Membuat database potensi agribisnis Kabupaten Pandeglang sehingga dapat memperluas pasar domestik dan intemasional (Si, S 5, Ti.T2 )
Strategi W-0 pengembangan
(w.. w,,w., o,, o,o,)
produk
2.
Strategi pengemballgan lembaga ekonomi rakyat seperti kelompok usaha skala rumah asosias1 untuk tangga, kelompok menunjang strategi pengembangan produk (W2,02, 0 3,0., Os) 3. Membuat profile investasi untuk pengusaha yang benninat memberikan modal kredit ( W2, 02, O,, Os) 4. Meningkatkan etos kerja dan jiwa ke\virausahan pelaku agribisnis (W,, 02, Os) St:-ateg: W-T I. Peningkatan kesadaran untuk menerapkan penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas produk khususnya untuk pengolahan basil penyimpanan, grading produk ( W,, W6, T,,T3)
92
1. Strategi S-0 Strategi S-0 merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal sehingga mendapatkan ke1mt1111gan bagi Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan agropolitan. Beberapa alternatif strategi S-0 yang diperoleh sebagai berikut: I. Strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar melalui kemitraan dengan pihak swasta Strategi ini merupakan rekomendasi dari kekuatan yang dimiliki oleh Kabupaten Pandeglang yaitu adanya sumberdaya lahan dan sarana prasarana yang memadai didukung dengan peluang terbukanya pasar domestik dan internasional, adanya kesempatan untuk melakukan kemitraan dengan pihak swasta atau pihak lainnya. Strategi ini baik 1111tuk dilakukan agar wilayah pemasaran produk agribisnis Kabupaten Pandeglang bertambah luas.
Pengembangan pasar dan penetrasi pasar dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan perusahaan yang sudah maju yang khususnya bergerak pada sektor agribisnis dimana pelaku agribisnis Kabupaten Pandeglang sebagai supplier bahan baku pertanian sedangkan perusahaan tersebut sebagai pengolah
hasil,
memberikan
bantuan
baik
saprotan,
modal
usaha,
pembimbingan baik untuk subsistem hulu, budidaya, maupun subsistem hilir sehingga untuk jangka pa1:tjang nantinya pelakut agribisnis Kabupaten Pandeglang dapat memasarkan produk-produk yang mereka hasilkan secara mandiri karena telah mendapat bimbingan dari pihak swasta yang sebelumnya sebagai pembeli produk mereka. Dengan cara ini memperpendek tataniaga
produk sehingga pelaku agribisnis ini mempernleh harga jual yang memuaskan. Untuk melakukan strategi ini dapat dilakukan dengan bantuan dari dinas perindustrian, perdagangan dan pasar serta Bappeda Kabupaten Pandeglang. 2. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi pertanian. Strategi ini didasarkan atas kekuatan adanya komitmen pemerintah
Kabupaten
Pandeglang
untuk
mengembangkan
program
agropolitan dengan sumberdaya lahan yang tersedia.. Juga adanya peluang yaitu pasar domestik dan internasional dan diteraplkannya otonomi daerah. Strategi ini dilakukan selain dapat meningkatkan produksi pertanian juga dapat meningkatkan kualitas dan kontinyunitas hasil produk agribisnis karena peluang pasar untuk basil produk agribisnis sani,>at besar, klmsusnya untuk komiditas bahan pangan.
Hal ini tentunya didukung dengan kebijakan
pemerintah, koordinasi dinas-dinas terkait dalam pengembangan agropolitan dengan pemerintah sebagai fasilitator dapat memban1u pelaku agribisnis baik secara teknis maupun nonteknis khusrnmya dari dinas pertanian dengan pelatihan, penyuluhan/pembimbingan dalam masalah budidaya, mencarikan investor untuk kegiatan ru;aha tersebut melalui bantuan dari Bappeda Kabupaten Pandeglang. 3. Pembangunan pusat pasar pertanian (subtern1inal agribisnis) yang berada disentra produksi pertanian rakyat Strategi ini didukung dengan kekuatan komitmen pemerintah dalam pengembangan agropolitan, sumberdaya lahan
yang tersedia, adanya sarana dan prasarana pendukung yang memadai. Didukung dengan peluang diterapkannya otonomi daerah dan pertumbuhan penduduk yang meningkat, konsumsi masyarakat terhadap produk agribisnis. Pembangunan subterminal agribisnis dilakukan untuk menunjang strategi pengembangan pasar dan pengembangan produk. Subterminal agribisnis ini berfongsi untuk mensupplai produk yallg dihasilkan dari sentra-sentra produksi pertanian rakyat ke pasar lain yang berada diwilayahnya maupun wilayah lain, fusilitas perdagangan lain seperti toko atau supennarket, pengumpul produk dari daerah penghasil.
Subterminal agribisnis tersebut
diharapkan dapat memberikan supplai barang
konsumsi kesetiap pasar
sehingga memudahkan konsmnen untuk membeli produk dan juga petani yang berada disentra produksi lebih rnudah me11jual hasil pertanian mereka.
2. Strategi W-0 Strategi W-0 mempakan strategi yang digunakan untuk mengatasi kelemahan yang dimilik dalam memanfaatkan peluang yang ada A.lternatif strategi yang dihasilkan : I. Strategi pengembangan dan diversifikasi produk dengan cara peningkatan kualitas produk. Strategi ini direkomendasikan untuk mengatasi kelemahan Kabupaten Pandeglang bempa kualitas produk yang masih rendah, kurangnya penyampaian informasi pasar dengan memanfaatkan peluang adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat dan konsumsi masyarakat meningkat terhadap produk a!,'fibisnis. Strategi ini bermanfaat agar konsumen yang telah
mengenal produk dari Kabupten Pandeglang tetap rnemiliki royalitas tinggi terhadap produk yang dihasilkan dan untuk mencari konsumen-konsumen baru.
Dengan cara ini dapat meningkatkan penjualan melalui perbaikan
kualitas produk serta menambah produk barn. Contohnya, produk emping dengan melakukan diversifikasi dari segi rasa produk melalui bantuan dari dinas pertanian, dinas perindustrian dan perdagangan atau kelompok asosiasi seperti asosiasi pengrajin emping yang telah terbentuk di Kabupaten Pandeglang. 2. Strategi pengembangan lembaga ekonomi rakyat melalui bantuan dari dinas
koperasi. Strategi ini untuk mengaiasi kelemahan ketersediaan dana dalam pengembangan agropolitan dengan adanya peluang
kesempatan bermitra
dengan pihak swasta atau pihak lainnya, tersedianya kTedit usaha kecil dan menengah, pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik, dan otonomi daerah.
Strategi ini memmjang strategi pengembangan dan diversifikasi
produk. 3. Membuat profile investasi untuk investor yang bem1inat memberikan modal
kredit
Strategi ini w1tuk mengatasi kelemahan kurangnya dana ootuk
pengembangan agropolitan, adanya kesempatan untuk bermitra dengan pihak sw<JSta, tersedianya kTedit usaha kecil dan mene11gah dan otonomi daerah. 4. Meningkatkan etos kerja dan jiwa kewirausahaan pelaku agribisnissebagai fasilitator dinas pertanian, dinas perindustrian dan perdagangan dan dinas koperasi.
Untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki kare11a
sumberdaya manusia yang rendah, dengan
kualitas
peluang kesempatan untuk
bermitra dengan pihak lain serta otonomi daerah yang dapt mendukung
program agropolitan. Alternatif strategi ini dilakukan dengan harapan dapat membantu meningkatkan etos kerja maupun memotivasi jiwa ke1Nirausahaan pelaku agribisnis agar rnampu mernajukan usaha rnernka. 3. Strategi S-T Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman yang akan terjadi di lingkungan eksternal. Alternatif strategi yang dapat direkomendasikan a.dalah membuat database potensi agribisnis kabupaten Pandeglang sehingga dapat memperluas pasar domestik dan internasional sebagai fasilitatornya Bappeda dan dinas pertanian. Strategi ini didasari adanya komitmen pemerintah kabupaten Pandeglang untuk memajukan program agropolitan, adanya koordinasi yang baik antar dinas terkait dalam pengembangan agropolitan serta untuk menghindari ancaman perdagangan bebas dan standarisasi produk. Strategi ini dilakukan agar konsumen fokal maupun luar negeri dapat memperoleh informasi secara cepat dan muda11 mengenai potensi agribisnis baik dari subsistem hulu sampai hilir ataupun bertransaksi secara on-line. 4. Strntegi \V-T Strategi W-T merupakan strategi yang mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman ekstemal yang ada.
Altematif stategii yang dihasilkan adalah
peningkatan kesadaran untuk menerapkan penggunaan teknologi tepat guna khususnya untuk pengolahan hasil penyimpanan untuk menunjang strategi pengembangan produk dengan bantuan dari dinas pertanian. mengatasi
kelemahan
kurangnya
lembaga
pembina
Strategi ini untuk
dalam
pengembangan
agropolitan, kualitas produk yang masih rendah juga menghindari ancaman perdagangan bebas dan standarisasi produk serta persaingan antar wilayah.
07
Tahap selanjutnya setelah analisis matriks SWOT adalah analisis kuadran SWOT. Berdasarkan skor matriks EFE (tabel 23) untuk peluang dengan nilai skor yaitu 1,767 dan untuk ancaman nilai skor sebesar 0,881. Pada matriks IFE (tabel 24) untuk kekuatan dengan nilai skor sebesar 1,561 dan kelemahan dengan nilai skor sebesar 1,142.
Kemudian masing-masing skor dari faktor ekstemal dan internal
tersebut dipetakan dalam kuadran SWOT. Pada gambar 9 dapat dilihat analisis kuadran SWOT bahwa tipe strategi yang dapat diterapkan adalah strategi pertnmbuhan (growth and build).
0
w
I
I
l,142 0,881 ·-
s
1,561
T
Gambar 9: Posisi Strategi Pengembangan Aropolitan pada Kuadran SWOT
00
Pcngcmbangan
pasar
dan
pcnctru,si
pasar
n1erupakan
kcgiatan
yang
dilakukan pada strategi ini. Strategi ini dilakukan clengan rneningkatkan pangsa pasar produk atau jasa yang dihasilkan rnelalui usaha pcrnasaran dcngan mcncari IVilayah pcmasaran yang lebih luas baik di clalarn wilayah ataupun kduar wilayah Kabupalen Pandeglang yang dibantu oleh dinas pcrtanian clan pcrdagangan. dinas koperasi. kelornpok asosiasi seperti asosiasi pengrajin ernping Kabupatcn Pandeglang.
6.4. 5 Prioritas Stratcgi Berdasarkan Matriks QSPM
Alternatif strategi yang clihasilkan mclalui matriks SWOT berguna untuk rnenyusun rnatriks QSPM. Penentuan alternatif strategi yang terpilih rnclalui rnatriks QSPM. didasarkan pada penilaian pada kondisi Kabupaten Pancleglang dalam pengernbangan agropolitan dan hasil dari wawancara dengan respondcn. Beberapa strategi yang cenderung sarna digabung clalarn satu strategi. Peneliti rncrckomendasikan 3 strategi vang dipil'11 dari 8 strategi yang diformulasikan pada matriks SWOT
yang dipaparkan pnda lam pi ran I 0. Ketiga
strategi tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan pengembangan agropolitan dibandingkan strategi yang lain.
Berdasarkan jurnlah TAS pada masing-masing
strategi dalam rnatriks QSPM. menghasilkan prioritas strategi sebagai berikut : I. Strategi pengembangan pasar dan penetrnsi pasar dengan nilai TAS 6.499. 2. Pembangunan pusat pasar pertanian (subterminal agribisnis) dengan nilai TAS 5.717
3. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dengan nilai TAS 5.949
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis lingkungan internal clan cksternal (rnatriks !FE dan rnatriks EFE), analisis SWOT clan rnatriks QSPM maka dapal disirnpulkan sebagai berikut : I. Faktor-faktor eksternal adalah terbukanya pasar domcstik dan intcrnasional.
adanya kesernpatan untuk rnelakukai1 kernitraan dengan pihak swasta dan pihak lainnya. terbukanya kesempatan untuk mempcroleh kredit usaha kecil dan menengah. pertumbuhan ekonomi n::isional yang rnernbaik. otonomi daerah
yang
mcrnberi
kebebasan
pada
pcrnerintah
untuk
mengatur
wilayahnya. pertumbuhan penduduk yang meningkat dan tingkat konsurnsi masyarakat meningkat terhadap produk agribisnis.
Fa~tor-faktor
yang rnenjadi
ancaman adalah tingkat inllasi dan suku bunga yang tinggi. perdagangan bebas dan standarisasi produk, persaingan antar wilayah, pertahanan clan kearnanan nasional yang tidak stabil. Hasil analisis matrik EFE menunjukan bahwa para pelaku agribisnis di r(abupaten Panclcglang rnulai mampu rnernanfaatkan peluang yang ada untuk rnenghindari ancarnan yang dihadapi.
2. Faktor-faktor
internal
yang
menjadi
kekuatan
dalam
pengembangan
agropolitan di Kabupaten Pandeglang adalah adanya kebijakan clan komitmen pcmerintah
Kabupatcn
Pandcglang
untuk
pengcmbangan
agropolitan.
tersedianya sumbcrdaya pertanian (lahan rertanian yang eukup luas). sarana dan prasarana yang memadai. adanya koordinasi yang baik antar dinas-dinas terkait dalam pengembangan agropolitan clan Posisi Kabupatcn Pandcglang yang stategis.
Sedangkan. faktor internal yang menjadi kelemahan adalah
kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah (etos kerja pelaku agribisnis), ketcrsediaan dana untuk pengembangan agropolitan. belum tersedianya lembaga penelitian dan pengembangan. kurangya basil penelitian dan infomrnsi pasar, serta kurangnya penggunaan teknologi tepat guna clan kualitas produk y1mg masih rendah.
I !asil dari matriks !FE mcnunjukkan
pos1s1s1 Kabupaten Pandeglang yang mulai marnpu memanfoatkan kekuatan yang ada dalam mengatasi kclemahan yang dihadapi. 3. Matriks SWOT untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. menghasi!kan beberapa perumusan alternatif strategi sebagai berikut : a.
Strategi pengembangan pasar dan penctrasi pasar rne!alui kemitraan dengan pihak swasta yang dapat di!akukan o!eh Bappeda untuk mencarikan
perusahaan
sebagai
mitra
usaha
pelaku
agribisnis
bekerjasama dcngan Dinas Perindustrian. Perdagangan dan Pasar Kabupaten Pandeglang.
IOI
b. Ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dcngan fasilitatornya Dinas Pertanian. c.
Pembangunan subterminal agribisnis yang berada di sentra produksi pertanian rakyat untuk menunjang strategi pcngembangan pasar yang dilakukan oleh Bappeda bekerjasama dengan Dinas Pemukiman Sarana dan Prasarana.
d. Strategi pengembangan dan clivcrsifikasi produk dengan cara peningkatan kualitas produk melalui kerjasama dengan bimbingan dari Dinas Pertanian. e.
Pengembangan lcmbaga
lemb~ga
ekonomi rakyat dengan kerjasama
melalui Dinas Koperasi. f.
Meningkatkan etos kerja clan jiwa kcwirausahaan pelaku agribisnis yang dapat
dilakukan
oleh
Dinas
Pertanian.
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan. Dinas Koperasi. g. Membuat database potensi agribisnis Kahupatrm Pandeglang sehingga dapat mempcrluas pasar domestik clan internasional dapat dilakukan olch Bappcda Kabupatcn Pandcglang dan dinas pertanian. h. Peningkatan kcsadaran untuk menerapkan penggunaan teknologi tepat guna untuk rneningkatkan kualitas produk khususnya pada pengolahan hasil. pcnyirnpanan. grnding produk rndalui bantuan dari dinas pertanian dalam mclakukan pcmbinaan. pelatihan clan penyuluhan. 102
4. Matriks QSPM untuk pcngembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang menghasilkan prioritas strategi sebagai berikut : a.
Strategi pengembangan pasar clan penetrasi pasar.
b. Pembangunan pusat pasar pertanian (subterminal agribisnis) yang beracla clisentra procluksi pertanian. c.
Ekstensifikasi clan intensifikasi pertanian
7.2 Saran Berclasarkan analisis dan pembahasan faktor-faktor internal dan eksternal yang mendukung untuk pengembangan agropolitan di Kabupaten Pancleglang. maka saran yang clirekomendasikan penulis sebagai berikut: 1. Untuk dapat melakukan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang dapat dilakukan dengan menjalankai 1 strategi yang telah clirekomendasikan berclasarkan matriks QSPM. 2. Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebaiknya meningkatkan produk unggulan menjadi strategi bersaing sehingga clapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). 3. Meningkatkan swasembada pangan dengan menerapkan kebijakan yang lebih jelas untuk clapat mewujudkan Pandeglang sebagai daerah agropolitan. 4. Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebaiknya bertindak sebagai fasilitator masyarakat untuk dapat mencarikan investor/pengusaha yang berminat dalam penanaman modal dalam pcngembani:an agropolitan.
103
DAFTARPUSTAKA
Anonymous. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan. (Jakarta: Pengembangan Kewirausabaan Agribisnis Departemen Pertanian Rl, 2003). Anonymous. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999. Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. http//www. Ristek go id. 21Juni2004. Pk. 14.00 WIB. Badan Pusat Statistik Pendapatan Nasional Indonesia. (Jakarta : BPS, 2000).
Pendapatan Nasional Indonesia. (Jakarta : BPS, 2003). - - - - - - - Buletin Statistik Bulan:Indikator Ekonomi. (Jakaita: BPS,2003). Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2003. (Jakarta: BPS, 2003). Baihaki, Aki. "Manajemen Strategi". Diktat Kuliab Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah . Jakarta, 2004. Daryanto, Arief. Disparitas Pembangunan Perkotaan-Perdesaan di Indonesia. Agrimedia 2003; 8 (2): 30-39. David,Fred.R. Konsep Manajemen Strategi. Ed ke-7 (Jakarta: PT Indeks, 2004). Dukungan Sektor Perbankan Bagi Pemberdayaan Pertanim1. http//www. Bi.go.id. 29 Desember 2003. Pk. 08.50 WIB. GU111bira Sa'id, E dan A. Harizt Intan. Manqjemen Agribisnis (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2001 ). Hartyasning, Devi. Analisis Strategi Pengembangan Bisnis Bihun Instan pada Pt Kuala Pangan, Citereup, Bogor. (Skripsi). (Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian; 2001). dan Glueck WF. Manajemen Perusahaan. Ed ke-2 (Jakarta: Erlangga, 1992).
Jauch, Lawrence
Strategi
dan
Kebijakan
Kinnear. Marketing Research : An Applied Appraoch. 4 th ed. (New York: Mc GrawHill, 1991 ). lf>A
Pambudy, Rachmat. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Pustaka Wirausaha Muda, 2001).
Agribisni~
(Bogor :
Pearce dan Robinson. Manajemen Strategi : Formulasi, Jmplementasi dan Pengendalian. Jilid satu. (Jakarta : Binarupa Aksara, 1997). Pengembangan Kawasan Agropolitan sebagai Pendekatan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian. http//www. Rudyct. tripod. com, 21 Juni 2004, Pk. 09.45 WIB. Robbins, Stephen P dan Mary Coulter. Management. (New York : Prentice Hall International Inc, 1999). Said Didu, Muhammad. "Reposisi Pertanian lkfenjadi Basis Ekonomi Bangsa''. Stadium General Program Studi Agribisnis, di UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, 8 September 200 I. Soekartawi. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. ( Jakarta : PT Raja Grafindo Raja Persada, 1999). Sudaryanto, Tahlim dan Rusastra, I Wayan. Kebijaksanaan dan Perspektif Penelitian dan Pengembangan dalam Mendukung Otonomi Daerah. Bogor: Forum Penelitian Agroekonomi. Vol. 18 No.I dan 2, 2000:65-78. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: CV Alvabet, 2002). Umar, Husein. Strategic Manajement In Action ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003). Prinsip Dasar Kawasan Agropolitan. http II www. Bapeda Banten. go .id. 5 April 2004. Pk 10.15 WIB. Thompson, Arthur A. Jr, Strickland III, AJ. Strategic Manajemen : Concepts and Cases. (New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc, 2001). Tujuan Program Agropolitan. http// www. Deptan. go. id. 5 April 2004. Pk 10.15 Pemda Kabupaten Pandeglang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). (Pandeglang: BAPPEDA Pandeglang Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang, 2002).
Pandeglang (Pandeglang: BPS, 2003).
dalam
Angka
Tahun
2003.
L'lmpiran I
\JL,°\i I L!U !'Elll:\81A>.
;{Fl'lll!l IK l,'\;Jil>Nl'..'.;J..\ ,'\Jn11Hir
I ~4/()T.: J l\'t\/V 12002
La111pi1un
: 2 (dua) Pedoni;in
I fin ! lin I
. l'v11gun1fli111gun t:11w.ih1111 i\~•1tP11tJ1t.111
Kepada Yth : Para Gubemur dan Bupati I \Vt.1\kot::i ji Selur.i.li Indonesia
Sesuai kesepakatan kan1i dcngan J\1cntcri Pcnnuki1na11 ciJ.n i'ra5aran'1 \Vi!ayah n1engenai pengc1nbangan agrop::ilitJ.n dan kcrnuJiw1 Uitindak ]anjuti dengan kegiatan koordinasi dengan instan:;i te1kait, Departemcn Penanian, bcrsan1a Departemcn Permukiman d.an Prasarana \Vilayab dan Departemen !ainnya yang t:::rkait, te!aI1 sepakat dalam upaya pe1nbangunan •;konomi b!!rbasis pcrtanian, untuk mengembangkan program kn";asan agropoiitan, Da!mn 1a11un 2002 dan tahun 2003
program ini dimulai dengan pe!aksana.an progra1n pcrinti:;. Sebagai salah s~liu bahJn ac.~an bagi Pcmcrtntah Daerah da!am 1nengcmbangkan kavrasan agropolitan, kami bers;una 1n!·tansi tcrkait tc!ah n1cnyusun Pcdornan Urnun1 Pengembangan Kawasan Agropo 11itan dan PeJon1an Pro;;ram R.intisan Pcngetnbangan Ka\lr
//
~l ·10 ertaJl\, ~- ~ ;·'rcntcn
(/o'""'-~-~~~-----_-/
==}!.;:,_;'...-.::::::::::=:----- - - - - - - - - ~---Tcmbusn:-i kepada Yth : ) , Ibu Presidcn RJ (zcbagai la1xir;in); 2. Bapak \Vak.i! Presiden :u (seb:igai Liporan); 3. ?-.1cnteri Koordinator Pl•.re.konon1ian; ii. M'."':ntcri Pr.nnukin1an dan Pr.1s.1rana \Vilay:ih;
I
I /Prof. Dr. !r. Bungaran Saragih, tv1.Ec.
.------·Lampiran 2
l<EPUTllSAN BllPATI PANDEGLANG NOMOR 520/Kep. 378 - Huk/2003 TENTANG PEMBENTUKJ\N TIM TEKNIS POKJA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLJTAN KA/3UPATEN PANDEGLANG
BUPATI PANDEGLANG, Menin1bang
a.
balnva untul<
kclancaran pcngelolaan dan
pe!aksanaan kegiatan
Pengcmbangan Kawasan Agropo/itan, per/u dibentuk Tim Teknis POKJA yang bertanggungjawab alas kelancaran dan keberhasilan pengelolaan kegiatan diwaksud; b.
bahwa berdasarkan penimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf "a" di atas, pcrlu ditetap 1
Mengingal
I.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tcntang Pokok-pokok Kepegawaian (Lcmbaran Negara Ta/nm 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagairnana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun i 999 (Lembaran Negara Tahun 1999 · Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lernbaran Negara Tahun 1999 Nornor 60, Tambahan Lembaran Negara Nornor 3839); _1.
Undang-un
Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lcmbarnn Negara Nomor 3848); 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Hanten (Lc111baran i\Jegara ·1'uhtin 2000 No1nor 182, 1'arnbahan Lcn~barnn
Nl!gara No1nor 40 l U);
5. Pcraluran Pcrncrintah No1nor 6 'l'ahun
l 988 tentarig Koordinasi
Kcgiatan lnstansi Vcrtikal di Daerah (Lcrnllarnn Negara Tahun 1988 N"nror 111. T:rrrdi:rharr i.l'.rrili;11:irr Nq•.:11:r Ntnnor .>:173); 6.
l\~ralu1~111 1it.:111cri11lah ~lo111or ~~'.} ·raliun '..OOIJ tcnlang J<.,'.\VC1u1;:gan Pcr11erintah dan Ke\vcnangan Propinsi scbagai !)acrah ()tonotn (Lcn1baran Neg<-ira '!'ahun 2000 No1nor 54, ·rarnhahan Lc1~b.iran
Negara No11101 3952);
7. Kcputusan Prcsiden Nomor 44 Tahun l 999 tentang Tclrnik Penyusunun Peraturan Perundang-undanga.n dan Bentuk R.ancangan Undang-undang, Rancangan Pernturar. Pcn1erintah dun Rancangan Keputosan Presiden (Lcmbara;i Negara Tatum 1999 Nomor 70);
8. Peratornn Daerah Kabupaten Daerah Tirgkat II Pandeglang N0.ncr 3 Tahon 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabopatcn Daerah Tingkat II Pandcglang \Lembaran Daerah Tahon 1994 Nomor l Seri G. I); 9. Peraturan ·-oaerah Kabupaten Pandeglang Nomor 24 Tahun 200 l tentang Pembenlukan Organisasi Sekrntariat Dacrah Kllbupat.en Pandeglang (Lcmbaran Daernh Tahun 2001Nomor33 Seri D.7);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Fandeglang Nomor 26 Tahon 2001 tcntmw Pembcntukan Organisasi Dinas Daerah Kabopatcn Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 335Seri D.9) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2003 (Lembaran Dacrah Tahun 2003 Nornor 19 Seri D.16); l l. Peraturan Daerah Kabupalen Pandeglang Nomor 27 Tahun 200 l tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Tahun 200 I Nomor 36 Seri D. IO); l 2. Peraturan Daerah Kabupaten l'andeglang Nomor 09 Tahun 2002 lentang Anggaran Pendapatan clan Belanja Daerah Kabopaten Pandeglang Tahun 2003 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 62 Seri D.59);
Mcn1perhatikan
L Surat !'vtcntcri Pcrtanian Rcpublik Indonesia No1nor 144/0T.210/AN/2002 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan; 2. Pedo1nan Un1un1 Pengernbangan Ka\vasan At,rropolitan dan Pedo1nan Prot,~·am Rinlisan Pengembangan Kawasan Agropolitan Tahun 2003; 3. Pedoman Operasional Pengcmbangan Kawasan Agropolitan Tahun 2003; 4. Keputusan Bupati Pandeglang Nomor l 5 Tahun 2002 tcntang Tugas· Pokok dan Fongsi Pcrangkat Daerah Kabupaten Pandeglang.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PloRTAMA
Mc1nbc11tul~ 'l'i1n 't\:knis Pokj,~ Pcngc111bangan Ka\vasan Agropolitan 1'-abupatcn P~1ndcglang th.:ngan snsu11a!1 pcrsona!ia scbagai1r1ana tcrcanturn dalarn latnpiran Kcputusan ini.
KEDUA
·rugas dan Fungsi ·riin ·rcknis sebagaimana
Merun1us~an
program pcngcn1bangan ka\vasan Abrropolitan untuk wilayah Ka bu paten Pandeglang; -
··
-· _,_ ___ .: ___ ; .... ,. ... c.,..,,.....,,~,.,,.,n rl!'ln nPlnl<<.:.:innnn
/o:J J. Mcnyiapkan pcluniuk lcknis dan bahan-liahan inl(>rniasi; 4. Pcrnecahan masalah yang dihadapi dalarn mclaksanakan program pengernbangan kawasan agror:olitan; 5. Mcnyampaikan informasi kcpada instansi tcrscbut untuk ditindaklanj uti; 6. Membuat laporan berkala kepada Bupati KET!GA
Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan kepada APBD Kabupaten Pandeglang dan sumber pernbiayaan lain yang sah dan tidak mcngikal.
KEEMPAT
Keputusan ini mulai bcrlaku pada tanggal ditctapkan dengan ketentuan akan diadakan pcrubahan dan atau perbaikan siobagaimana mcstinya apnbila dikcmudian hari tcrnyata lcrdapat kckcliruan didalamnya.
Ternbu.}an : I. Yth. (Jubcrnur BantGn di Snang 2. Yth. l'impinan Dl'RD KabupatGn l'andcglang 3. Yth. Kepala Sadan Pcngawas Daerah Kabupaten Pandeglang 4. Yth. Anggota Tim Teknis POKJA.
\
/!?> L~~nipiran
KloPlJTlJSAN mJl'ATI i'ANDf:GLANG No111or
Tanggal
520/Kep. 378 ·• Huk/20J5 16 Juli 2003
TIM TEKNIS POKJA KAWASAN AGI
I.
Pembina
1. Bupati Pandeglang 2. Wakil llupati Pandcgiang
1!. Pcngarah
Sekretaris Dacrah Kabupatcn Panckglang
Ill. Ketua
Assisten Ekonomi dan Pcmbangunan Setda Kabupaten Pandeglang
Wakil Kctua IV. Anggota
Kcpala llappcda l\.abupatrn l'andcglang
.ic.. K.epala
Dinas Pcrindustrian, i'crd.agangan dan Pasar Kabupatcn l'andcglang 2. t<epala J)lnas !(clautan (!an Pcrikanan l
/
~an1p1ran
,
No ]
J.
Potcnsi Ko1noditi ljnµ_gulan Pencntuan Ka\vasan A!..!.ropolitan Kabupaten Pancteglani!,. I . I : .. , Kebijakan RTRW Kccamatan 'I Komod1tas Unggulan Kond1s1 Sarana p B I rop. an ten
Sumur
Pusk~smas dan
I Tanaman padi dan ternak
pcnd1d1kan Puskes1nas dan 2 I j besar pendidikan 3 j Cibaliung I Tanaman palawija dan Puskesmas dan I i tcrnak unggas oendidikan -l Cikeus1k I Tanaman padi dan ternak I Puskcsmas dan cnd1d1kan 1 besar 5 I Cigculis l'anan1an pala\vija dan I Puskes1nas dan ternak besar cndidikan 6 Panitnbang ·rana1nan pala\vija dan I dan ~--J..-·--------·-~-t_e_n_ia_k_h_e_s_a_r_______ I pend1d1kan 11ur~jul ·ranan1an pala\vija clan 1· Puskcsn1as dan 1
I ('in1anggu
__
•
I
I
Pusk~s:11as
Q Tl' . _ 1 06
besar
I ·rana1nan padi Jan ternak
L
I LQ I Kawasan l LA • +---.P. ". .·gropo 11tan I
.
I
0.49
I
1
-
r-
Pengembangan rambutan
Pcngen1hangan ···- . n!1nbutan .
J_____. ____ i
1.02 0 86 · _ 1 06 0 94 ·_ _ . _06 1
I
I I 1
0.87
.
2.10
I
056
I I
1 44 •
~
·--..- I
t---·--~·- ··----..- ...··-1
---L-~+-----·--
1.08 0.40 1 ternak besar . 1.pendidikan I Pendidikan - .-Ternak - - bcsar ____... ---· .... --rI ----·--- -· 9 l Picung ·rcrnak bcsar __ ! Pcndi~ikan ________ ~ ··----..-~ IO Bojong Tana'.nan palawija clan I Kesehatan dan I !'engcmbangan l.3J _ 0 96 _L ternaK unugas I cnd1d1kan ___ . . _+.!__,n__,u__,H"H~"·o.."c.'.cclc.a_n.cs_a__,la._k_ _-+----I-----+------__, --11 I Saketi l'anan1an pala\vija dan I Kcschatan dan I I~cnge1nbangan durian 1.00 I.OJ ~ 1 tcrnak unggas I pendidikan lJ!'l.n salak , . 12 I Pa£claran ·ranan1an pala\vija dan I Kesehatan dan I Pengen1bangan , ,. , ",....,. I , I, . k unggas ' ' ! d'd'k ' • ' 1.111 V,70 I 1I terna, i pen 1 1 -an i! rnanog1s iI 13 i Labuan ______ 'l'ana1nan padi dan ternak Kese~1~tan dan I Pcngcn1hangan salak l ,0 _ 6 0 57 L unggas ·---I pend1d1kan .. i i ___J 14 i Jiput 'fana1nan padi dan ternak i Kesehatan dan I Pcnge111bangan I i 1 04 0 67 ~--l ---t_bcsar ____ I pendidikan I 1nan~_ ' ' I -·---· I i 5 I Menes i ·ranan1an pala\vija dan I Kesehatan dan I Pcngcn1hangan ') I Pra ka\-vasanl 0 80 59 ______ ._J._ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __lter:.!_1ak ~g_~1s _ I pendidikan --~-~ I n1anggis d~~~-3!.liak · -· I ag~~oli!.£12.iJlJ
~--+---· 8 I Angsana
L---·-·-..
I
I
I
I
I
·--1
~
....__ -~
16
Mandala\vangi
18
Cipeucang
'ranaman pala\vija Jan temak bcsar Ternak besar
!
Kcschatan dan pendidikan SD dan SMP
Penge1nbangan durian
-
I Banjar
19
i
I
20
Kaduhcjo
21
! Pandeglang
,, I! Cadasari I
23 i
I
2-1
I Cisata ''
II Patia I
Tanaman palawija dan ternak besar Ternak unggas
Kcsehatan dan pendidikan SD dan SMP
Tanarnan palawija dan temak unggas Tanarnan palawija dan
Kcsehatan dan pendidikan
ternak unggas
pcndidikan
Pengembangan durian
Jan ra1nhutan
Penge1nbangan durian
Keschatan dan _,,_,_
L
-
0,91
1-72
-
-
0,89
1,85
0.91
1,73
-
.
--1---·· -·-------~---[-· I
I
2,02
-----
I
I
0,87
'-·----~-·-·-
J,_,,__________
-
~·-··
'
I
-
I !
..
-
Sumbcr: Bapcda Prop.Banten 2003
~
>:
(/J
La11101ran 4 Pedo1nan lndikator Pcnetapan Ka\vasan A.gropo\itan No Indikator Pra Kan·asnn P1~a l(an,~1san Agi:_~Jl!l!itan_!_ -~gropolitan
--~-.-~~~~~~~~~~~~~~~__,~
II
-I KaWasan ., Agropolitan
Komoditi unggulan
a b c
I Satu jenis komoditi a
Lebih dari ljenis komoditi Komoditi unggulan & produk
b
c
olahaannya
2
Kelen1bagaan Pasar
a b
c
Menan1pung hasil dari sebag.ai kecil kawasan Menan1pung hasil dari sebagai bcsar
~~
I
I I I
'
Menampung hasil dari ka\vasan
, I
a!!rono\itan dan luar ka\vasan
'
a
b
c
1'
3 a
b
c
c
5.2
b
c
b
c
Prasarana dan Sarana U1nu1n
a.
Sedang
b. Cukup c. Baik Prasarana clan Sarana Kcscjahtcraan
a
15.3 I Sosial
a. b.
Sedang Cukup
Baik Sun1bcr: Dcparten1en Pe1ianian. 2003
i
I
a
- p
--
i
I'
K
/\
-,
.
r
lndikator
No
I
.
K
Pand
Kal"
Pra Ka"·asan
Pra Ka\vasan Agropolitan I
Agropolitan 11
Ka'''asan Agropolitan
Perhitungan LQ
3
3
I I
a b c
I I
Kon1oditas Unggulan Satu jenis kotnoditas Lcbih dari I jenis ko1noditas Ko111oditas unggulan dan produk
, olahan
i a
I
I
b
I
c
Kclernbagaan Pasar Mcna1npung hasi! dari sebagian keci I kav.-asan Menatnpung hasil dari sebagian bcsar ka\vasan I Menan1pung hasil dari ka\vasan I agropokitan dan luar ka,vasan
i'
()
BPP sebagai Balai Penyuluhan
I
c
l
2
I I
L
a
Sarana dan Prasarana Aksesibilitas kc/di sentra produk5i a. Se dang I b. Cukup c. Baik I
I
()
0
I I
I
I'
------1-~-,-
r~----
()
I
0
I I I
0
0
0
I
I
I
-·--
I
I
.
I
I
--
2
()
I I I
Pcn1bangunan
I
\si
BPP sebagai Ba!ai Pcnyuluhan Agribisnis BPP sebagai Balai Pcnyuluhan
I
-------j
I
Pertanian
b
9
I
: KPlcn1bagaan BPP
a
3
I
I-
-
I
4
Bobo!
I 0
0
I 2
Kcbijakan Pcmerintah Ka bu paten
2
0
I I' I'
i
0
I I
--1...-.. _ _ ,__
0
__J
-
~
~
I
b
i
I Prasarana dan Sarana lJJnu1n I a. Sedang I
I c
I
b. c.
Cukup Baik
I I
_. _ 0
f o -
I
'
I
0
1
Prasarana dan Sarana Kcsejahteraan Sosial
a.
Scdang b. Cukup c. Baik Surnbcr : Bapcda Prop. Bantcn, 2003
·ol2
0
0
2
0
I
0
I
0
0
, /
j
Keterangan : a. Nilai bobot I I 0 = Pra Ka\vasan Agropolitan I b. Nilai bobot I I - 20 = Pra Ka.,vasan Agropolitan ll c. Nilai bobot 21 - 30 = Ka\vasan Agropolitan d. Nilai LQ - LQ < I Nilai 2 LQ - LQ - I Nilai J l.Q "LQ · e. Nilai 0 '=" Tidak ada dukungan dari Pemerintah Nilai 3 ada dukungan Jari Peinerintah
* T\1etode Location Quotient (LQ)*
digunakan untuk 111cngctahui suatu ko111oditas unggulan di suatu keca1n.atan apakah t..on1oditas i1u berorientasi ekspor atau hanya n1an1pu untuk n1c1nerH1hi kebutuhan lokal
Rumus LQ: Xr/RVr Xn!RYn Keterangan: Xr = nilai produksi subsektor i pada daerah Kabupaten
R Yr - total PDRB Kabupatcn Xn ~-C total ni!a! produk<;i 'tib<>ektnr 1 pnda propinsi R Yn ~total PDRB propinsi
-....._
-, '-)
Lampiran 6 REKAPITULASI PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABlJPATEN PANOEGLANG YANG DIBIA YA! DARI APBN DAN APBD PROPINSI BANTEN 2003 l\.~iatan
Proyek Kcgiatan
Ll_lnstansi
/()byck Pekcrja;tn
I
()utput
Alokasi Dana
I
I
l.75Ul30.00
ALOK\SI IH'>A APBD Pl!OPl1'SI llA'>H:r>
I llAPEDA Propinsi I H:.1ntcn
I
II
Pt:ningkatan a. Tim Pokja Agropotitmi dari Dinas ti.:rkait yaitu : -BAPEDA Prop. Bantcn -Dinas Pcrtanian dan Pc1crnakan Prop.Ban!t.:n -Dinas PU -BPiv1 Prop. Bantcn -:)in .. :; l.1d.ukop :'.,1 1).Banlcn
II
I
L--~~---·-· •
1·crlxntukn:a susunan;m aiigggtlla riin Tt:knis Pokja shg fungsi si1npul koor
h. Pcnyusunsn l\1astcr Plan Ka\vasan Agropolitan Prop.Bantcn
1·crsusunnya d11h.urni.:n l\1P Pcnge111hangan Kaw.Agn1politan. l)rop.llan!cn
c. Sosialisasi Pcngc1nbangan
rcrinfonnasin:-·a Prog. Yang akan dirc1icanakan 'l'h.2110"1 ·1·crsosialisasikannya Prog. KinnL'ian Agropolitan di Prop. Bani en
9.0()()_()()()
April - Dcs2003
Sun.II Kcputusan
(iuhcnur No.124.3/Kcp.168I !uk/2003
I I
I
I I I I I
I I Pcnandatanganan 280.000.000
Juni s/d
()kt
2003
Kontral\ 3 IJuni 2003 dgn No1nor Kontrak 520/ 13 J-Bap/2003
I dan Apn:sii Program
I
i _ '
Susunan Tin1Pokja dihcn!uk puda huh.in 18 Juni 2003 dgn
-191.250.00
Pcn:ncanaan l1cngc1nhangan Agropolit;:m dan Pcngcndalian SDA
I I
·rahapan Kcgiatan
.lad\\·al Kcgiatan
(Rp)
.
·--·-·----··· -·--·-
52.250.000
Juni 2003
Pe!aks<1naan I I Sept 2003 di Aula Sctda Prop. Bantcn
I
J
·-..__
0:::-
d. Bantum1 L<msung kcpada
!'vla'>yarakt (BLfvt) di Kee. Nlcnt.'S
"l'crsclcnggaranya bantuan langsung kcpada 1nasyarakat di Kee. ivtcncs untuk pcngrajin cmping
1511.1100.1111
Agiustus 2003
Pcnycrahan BLM
Tg!.20 Agustus 2003 dcng
-Ds. Menes
2
Dinas Pl· Suhdin ('ipta h:arya Pro.
Pcnycdiaan
430.0110.1100
l>nL<;arana J)asar l\:1nuki1nan Ka\vtL-.an
Hanten
a. l\:n.:nl'anaan !)ED
Agropolitan 1)1.!sa Pusat Pcrtun1buhan
rcrhangunnya jalan lingkungan I Jin D~. Di k
J0.000.01)0
April-Juni 200J
!"1.!"lah dilai..sanai..an
Karyasari
h. Pdaksanaan kcgia1an pe1nbangun;:m :
- Jin. Lingkungan LJ5 i'vl - J In. Sctapak 560 !'v1 (J In Lingkungan Kp. Rcngal Ds.
J'crhangunnyaj In. Se1apak dan saluran sl.!"kunder di k;nvasan
4011.000.000
Juli-()k!ohcr 2003
J)esa Karyari
Karyasari
3
l>inas Pcrtanian dan l'eternakun Prop. Hanten
Pcrncanaan
i Pengc1nbangan I
829.iHH.OOU
!'cmbangunan
Pertanian dan Petcrnakan
a. Pcnyusunan Rcncana
110.600.000
Juli-Sept 2003
250.000.000
Juli-Sep'. 2003
()pcrasional Rintisari
Pcnyu luhan/Sosial isasi Pcrnbcrian Bantuan
Pcngc1nbangan Kawasan Agropo!itan Kah.Pandcg!ang b. Pcngadaan tcrnak Kcrbau (40 orang) di KEc. Menes 24 ckur dan Kee. Panimhang
J>claksanaan ht.:rtahap
sdl.!"sai tgl 25 Sept 03
I 6 ckor ·-----~-----L-...--------'-----
I
.. ___ __J
.....
~
~
c.l>cngadmu1 kios sarana pro
100.000.000
Juli-()ktohcr 2003
d. Pcngadmm alaU1nesin
100.000.0txl
Juli-()ktober 2003
269.180.000
Sept-()kt 2003
pcmbuatan pengelolaan pupuk orgru1ik (3 unit}
!
I
c. Bantuan hihit durimi 17900
bi bit
-~" I--=·~~si J_~rny~-K~gillt~~J-~cgiatan~h)ck PckecjaaI~~~tput ______
Alok11si Dana
.J:1dwal
(Hp)
Ke}!iatan
-~·-.-
ALOKASI DANA Al'llN Ditjen Tata Perkot:utn dan Tata Pcdcsaan
·ruhapan Kcgi:ilan
.... -_, _______ i __ ,____ ,________ L .... -·-·----·-~·--------1
2.4-f 1.939.000
I A 12.63~.0llO a.l\:nyusunan ni:L-;tcr Plan K;nvasan Agropo!i1an (i\lcnt:s)
Kl~IPRASWll.
h.!dentifikasi kebutuhan P dan S KHvlPRAS\Vll. un1uk 1ncndukung Ka\\·asan Agrop()]itan
·1·crsusuny;1 arah pcngcinbangan ka\\·asan agropo!ilan Kci.:. ivlenes Kah. Pandeglang
14~_(){11).{){){)
rcrscJianya data akurat
49.660.000
n1engcani kchutuhan riil P dan S Ki1npras\vil di \Vilayah agropolitan schingga dapat dijadikan acuan da!ain p~nyusun;_u1 kebutuhcu1 P dan S di
Jun ·-·Nov 200~
Prakualilik
Juni-Juli
Pcnunjuk:u1 1.angsung
2003
9 tv1ci 03 Pclaksanaan 14 tvk i
s/d 11 Juni 2003
Kaw. Agrorolitan di 1nasa yang akan datang - - --· L
--- - -- -- -·-----
-= ~
c. Pcnyusumu1 l)ED Kaw
d. Pi.:mhaha.san l\1asti.:r Plan Agropolitan di Kah. Pandeglang
i.:. Sosialisasi Program !)cngcmbangan Agnipo!i1an di Tk. Kah dan K
·rerseJianya pcrcncanaan tcknis pcrnbm1gu1um P dan S Kin1pnL'>\vil yang scsuai dgn kondisi \vilayah sehingga diharapkan tcrbangun pen1hangunan pra.;;arana
·1·crsusunnya ri.:ncana tcknis arah kebijakan Penge1nbm1gan Agn)politan
I crscdian,;. a infonnasi bagi :iparat pcmcrintah dan niasyarakat .Yang rncngL'!ahui latar bclakang, lu,iuan, sasaran
Pcnunjukan langsung 9 rvtd 2003 Pclaksanaan 14 t>.1ci s/d 11 Juli 2003
Juni2003
49. 700.000
Pi.:nunjukan Jang.sung 9 t>.1d 2003 Perintah 1nulai 14 ivtei 2003 Pclaksanaan 14 l'vh.:i s/d I J Juli 2003
Juni-Sept
8.<JS0.000
2003
l'cnunjukan langsung 9 l\·Ici 2003 l\:rintah 14 t\ih:i 2003 l\:laksanaan l-1 iV1L'i s/d 11 Juli 2003
' Juni-Juli 2003
13.46-LOOO
dan manl~iat
pcngt:nibangan Kaw;L<;an Agn1politan sehingga dapat 1nendukung pdaksanaan Program Agropolitnn
I
I
I
I
I !
I
L1
I
_ _ _ _ _ ...l_ __ -·-~
Tt:rst:dianya jalan poros Ds. Penghubung antara pernukinl
I
I
i f.Pt:ningkatanjalan poros dcsa scpanjang 5.7 Kn1
I I A gs· Nov
Tmnhahan .300 i\.1 kcbujakan dari kontraktor
2003
1.129.750.000
I
I I
L____ ~
~
3. Jl.Cimcd<mg-Alun
alun ~.1cncs 1 kn1 4. JI. Sin1ayin&'-Tcga!l~aros. Ds.Ala'>\\;_uigi 5. JI Tega! HarosKp.AhL'>wangi 6.JI. Kp. Kadu KaungKayu Jati I kn1 !1c1nanlauan dan 1:.valuasi Pdaksana:.m
g.Pcn1antauan dan Pcngcndalian Pclaksanaan Agropo!itan
Agropolitan 13.0XO.OOO
I
I 2
B~ngpro
P2SDPP
Pcninekatan Prasanma dan Sarana
IPcrun1ahan d:u1
Pc1nukin1an (di dcsa I\1cncs)
i
l ln1uk mcnduh.ung
a. l\:ningkatan jL Poros Dl'sa scpanjang 2000 nH.:tcr
pcningkatan pniduh.si . pi.:ngdolaan tuL-.il dan j k.cmudahan pclay:~na11 h. Pcningkatanjl. Porps Dcsa s1stl'1n transport:l-.1 yang mcliputi k1.:giatan/ohyek scpanjang 1865 1ndl'r 1 JI. Kcbon jcruk-Kp Parompnng I pckcrjaan
I
I
1.1129.3113.11011 400.000.000
I 373.000.000
I
Ll I
256.305.000
I
-~----~~-----L ........- - - -
- - · - . . . ...... TOTAL APBD PROP+ APBN TA. 2003
25 Jul 03 s/d 23 Nop 03
c. Pcrnbangunan gudang hasil pcngclolaan ernping J:intai jernur. !os pcngrajin 1 unit
I
I
90 hari kalcnder
I I
I I J ____,,____i_ 4.192.969.00
1
---
j
1
-------··---
1;
/:ll La111pira:1 7 SITE PLAN
PUSAT PENjUALJ.N HASIL f'ERfAl4lAN ASOSlASI PENGRAJIN EMPING (APE) KAWASAN AGROPOLITJ'>N KECAM.\TAN IAENl:S KABUPATEN PANDEGLANG - PROVlNSI BANTEN
SITE PLAN PENGEMBANGAN
,\
· P:JSAT Pt:NJVAi.J\.'l C'\.EH·0L£.'i
B
: AHEA ?N\KIR
(
; ITl.WAT PENJU/U.JI BIG!T
D
: KAHTQr; PUS.A.T INF00.h'A5!AGROP0\.ITA.'I
ASOS\AS: PENGRA.JIN EMi'l!~G (!·PE}
E · A-"EA r:NGRAJ1t1
ll
,\!
'.'USHCLLI..
ros
JAGA
IP ~
~i----1 "' ,3
z
:5 ~
"'t:
0
z
~
I
I (JOI
088
rR. 1~1. __ · • [_~_·
-··-=·-==·--=-~
r;cffit
!
,r---~:;
I ,
I I
I
0
- ;:.;~s
:l ()
0
I~::i
~
"· " 2
0
c: 0
oc;
2 <( ::: ,_.J 11 p_. ' ' [J.:J
-
f-<
:5
Cf)
~
~
1.. 1 ENE S
• .:mcdi_t;~Pert_ar,ia·~--(thn_20.02') _____ ,,
;Q-WCh --- -- ---------- :22. ls4~-8o ton ~;i_::::r.g_IaflOh~~--~ -· Ti-42: ?78-t~--- -__ ----·-·--=~:i
t::·
l
Q430.6 lt001
.01or
:j- _,:g =-=~-~- --=~=~~~iSTO;~OiOn_
·-=---
.. ..-··-··-..... ·-..... :-.-.
il 62,60 ton
-.::-·;;Kung
~--7.::S~ ~~==~-==-~]32e.2_!on -~-=.:.:~oi!i_~s ~er'r:ebur.an fthn 2002)
~---~-.
.
!l.397.00 ton
·,e,:cv
:: ~-~~¥_!':
... -· --- ..
:251,00 ton -----~-----
~S~~- -------·--·
I
ton . . . _____________!
. •
C'°d~~-
;:, -.
"'
'
*'P....:::._,-h1t.\N
'
.-
I Ij
PE~~GE1·1Dt-:.NGAN Vv'\\-'i'i~,S/i._N
AGROPOLITAt;
I 1G,mbac
(
~ \''G .. ,r,c<-1 _r'"""J'•'-"-"'
r:i''~,
· '1
PEi~YUSUN1~i~ f-.1AS!E~ P!JiS-~
I
.
.
1
:·· .,··. p,,..,t:;:r.h~i1;
S7
f.'ETA KP-.V/AS/:..,N AGR.o;;·oLlTAi·~ VJ\BUPATEN Pt'\ND~GU.J~G
C1~--~:f~·i,,1-iyo. \ ,. .. ·.'
r
S:.kui Ci ptu9\Nq
~IS~l.\···~-
•.
·,_
/.·
1 I ' ,' ' .\,'i(,.;1.M11.:1Nri
.. ~ - ~5)3
11 ss.200 kg dOginq_~==·==l
.. .....-··
'
'' I!) 1 '."
~ )
,
----··-·--·--Ti'69.a 1o KQ-d091nQ-~94,8
'
\._
-:__ ·
-' :moditas Peternakan (thn 2002)
:.,::- .:.Jffo.wor -
~~ I
~ ._· ~-'.C_1? __ -- -- --- ---- ----- J1~~-~-~S'.:1 ~=---;-::ic- sesor~-----
i\ ··-:. ·-.. .._.·
11I
"8A'it11i ;
.-··., .:-·\--....
. .. ..
(
.._ ••
r
B:i.r.'\5 Ku::;i."!J.'"'" E3:..rAS Mbcp.tn:.t> GA~is P:..:-.1;1.i
Bojo:.q_/·
_r-1" )'
Pt.Ni11-tJ)'._.,:\G
J
,
/
L.
...__.~
~..__;
/(
: ' "...:
..-·---.
•
"· _-/
P.>.T\.\.
.
/
AnrERi Prii~1£ri
Picu1>
'
,
•(
0ATAS Pttopi:-..si
.........
'~~~"'
CiGtulis
)
..
•.
'
,/ l\AbupATEN LEbAk
,
r··
/_) (J ( } ) ../\\.._
/
'
~,__/
•
;//
"vc
,,..'
'
•
c·!MAN)t{Gu e CtbAllUNG
•
}
\
""i
\.,
,
,.
_
,-·
-
{;)
HiNT£nlANd
("_.
..
Cikc(! ( ---- -'---..
/ ;_ i ----~ ,' ' ~~"'-\-r-....., "~ ,.l ___,_..,.,,..- .~ .___,
\
}'
K:..wASAN AqnopoliTAN
:··._)/'l{u1-1juf\
,ys')~~·: . ·--..?---··:··::.::~?'' \. . _:·_, ";()
,... .
@
- , j:
.
-
-,
,_
"
"'Slrnbd ; 8Al'EDA PROP. eANTEtl Th. 2X)
h
"""I r--------------------~-----'~------_,1:! D ~ ---· _E__,_.·G_,.,;.:-1-A--N-G--~! ~ BADA;;PERENCANPAN ~~R~) PAN D 1~ PROPINS! EANTEN KABUPATEN
"''iv
\-:i
Larnpiran JO, Pencntuan Bobnt Faktnr Ekstenial dan Faktor Internal RC'Snonden I : A.~dfl Ekban11 Setda Faktor Ek.~ternul Pasar Domcsiik dan lntcmasional (Ai Kcmitman dcnuan Pihak Swas!n dan Pihak Lamnva (Bl Tcrscdianya Krcdit Usaha Kccil & Mcncnuah <' Pcrtumbuhan Ekononu Na.~mnal (0) tinl!kat inOasi san suku bunua Yan!! tmm1i IEJ Pcrdamm •an Be bas dan Tuntutan Standansas1 Pro
Resoonden 2: Ker.ala Btt"""d!I Fnklor Ek.\lernal Pa.~ar Domc-s!ik da.r1 !nternas10na! (A) Kemi1raan rlcngan Pihak Swas1a dan P1hak Lamn\a fBI Tcrscdianva Krcdit Usaha Kee ii & Mencnl!ah ional ( D l Tinl!kat !nlla~i dan Suku Bun •a vanl! lllw1!1 <El Pcnlal!an •an Be has dan Ttmtu1an S1andarisa.~1 Pr0
Hc-s1wndc11 3: Kenala Dlnns Pcrtanian Faktor Ek.~lernril Pa..~ar Domcsuk ah (Cl l'crtumb11han Ekonomi N11s1ona! (UJ Trnl!kat JoOasi dun Su\..:u Bmwa yanl! Ttnl!gl <1:1 Perdal!aJH~an Bcbas dan Tuntutan Standarisa<>i Produk !Fl Pcrsnin1mn antar Wilavah (G) Pcrtahanan
R~pondl'.'n 4: Akademi~i fl'emb;intu Delrnn Ill F.E l-ntirtu) Faktor Ek.~ternal Pa~ar Domcst1k dan lmerna~1onal !AJ Kcmitrnan tlctll!an Pihak Swnsti1 tlan Pihak Lainnva Mc111nokal (J) Kon:;umsi /'vtnsrarakat /\.-kni11ukat tcrhmla•1 Prntluk Ai:ribisnis rK)
Total
I,\ In le I J) E 2 2-r 2 3 2 2 J J '' J J I I 2 '' I
2 )
I I I I
I
2 ' 2 2 2 2
'
3 2 ' 2
2 2 2 2 2 2
'
F
II I
G
.I
"22
2 I I 2 2 2 J J ·' 2 2 2
2 2 2 2
2 2 J 2
2
I I I
I I
I I
'J
2 3 2 2
J
)
2
)
I I
2 I
2 3 2
J
3
J 2
lotul 19
Bo hot
22 27
0,!00 0.123
18
O,OlU 0,059 O,lK14 0,095
1.1
"
21 24
l),1)86
0,109
23 19 20 220
0,105 0,086
F G II I ,J K Total J J J 2 2 ) 27 24 2 2 J ) 2 J ) 2 J I 2 J ) ) 2 J 2 ) 24 2 I ...!.. 2 2 2 2 2 2 2 2 Ill !(i I I 2 ' I 2 2 2 2 I I 3 2 J 2 2 21 ' I '' 2 I 2 I J I 2 2 2 2 20 I 2 2 ' 2 2 I 17 2 '' I 17 2 2 I 2 2 I 2 2 I 19 2 ' 2 2 2 2 2 2 2 I I 2 2 I J 1 18 I I 2 ' IJ 16 16 22 21 24 21 2J \ 21 2\l\ 221
Bo bot
J 3 I J 3 I I J J ' I 2 2 21 18 13 22 27 26 19 16 17 21 20 '
,\
'
c
ll
2
II E
)
)
)
'
'
'
-
'
'
"
l\
IB iclu I I I 2 2
)
J '
'
]
I I
2
2
'
'
I
'
2 J J
2
2
'
'
3 2
'
E
F
II I
(;
I
2
J
2
J 2
2 2 2 '' 2
-'
I
I
2
2 2
2 2 2
2 2 2
'' '---'-'' '' '
I
2 2
2
2 2
2 2 2
2
-~
.I I
'
'
'
2 2 ' 2 2 2
-
rornl
'
' "' 2 J 2 '
2 2
-'
2 2 2 2 2 ] 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ' 2 I 2 2 2 2 2I2 2 20 2ol 19l J9 21 24 17 20 21 20 1
'
'
'
'
'
'"
"'
IJ IC llJ
,, J
E
I
J J
3
'
.'
I I I I
2
]
I I I ,_I_ ) I I I
.+
3 3 J ) 3 19 21 .1
)
,_,_ \ I )
.1
2 3
F G
J 3
I
I
J
~-
I
3
3 J
1
J
)
J
3
)
II
2
2
~ cl. 3 ) I 2
3 14 27 28 26 3
3 J
I I J
I
3 J 3
"
.I
I I I
J I I I I
K
I I I I I I I I I
I I I I I I I I I I
2J
0.091
t.nno
0,122 O,JIJ'J
0,10') 0,081 0,072 n,095 0,()')0
O,tri7
0,077 0,086 0,()8]
l,000
Bnhot 0,073 0,105
20 19
1\,091
211
0,0',l[
0,0SI>
21
U,ll<J.5
211 2il
l\,{l'J]
21 21 19 220
n,091 0,095 0,095 H,086 I,()(){)
l'otal 21 19
Bohol
26
IJ,l 18
IJ 12
0.()55
(),09:'
0,086 \\,059
22 28
0,064 0,073 0,086 n.100 0, 127
JD
0, IJ(,
18 ll IOI 220
1,000
)
I
3
J
" 21
)
3
" 16
19
J
Res1wnden 5; Din115 Peternakan fKf'nala Sek.~i P('nYeb:iran lk\\an) Faktor Ekstf'rnal Pasnr Domestik dan lmcmasional (Al Remitraan dcncan Pthak Swasta dan P1hal Lamma Tcrsedirul\'a Krcdit Usaha Rccil & 1'.lcncnt>ah !Cl Pcnumbuhan Ekonomi Nasional ID) rurnkat ln!lasi dan Suku Buntia V
'"'
R l'!inon den 6 Ka.~u bd.m Pcrtanian d
I..\
'J I I
BICID ! ! 3 I 3 I
E
)
'
' I I
' ' ' 33 ' ''-' I
)
'
I I I
I I I
J 2
' '
3
I
' "' 2
18 22 18
1·\.C Iiutnnan ! !IOI! - ·on1Hni ll!lllC d a JI j(" I l l Faktor E~tcrnnl Pasar Domestik dan lntcmasional (Al 2 I 2 ) Kcmitrnan dcnnan Pihak Swa..~ta dan Pihak Lamnva 18) Tcrscd1anva Krcdit Usaha Kcci! & Mcncnoah 1C) ' Pcrtumbuhan Ekonomi Nasional fDl I I Tin1•kat lnflasi dan Suku Bu111m ~·ang Tmgci tEJ I I I Pcrdat•am•an Bcbas dan Tuntutan Standarisasi Produk !Fl 2 I 2 Pcrsaingan antar \l/ilavah (Gl 3 -' I ) Pcnahanan dan Kcamanan Nasional fr!) I Otonomi Dae rah (!) -' -' Pcnumhuhan Pcnd11d11k rmw Mcnion~kat (J) I 2 2 Ronsumsi 1\.1a..~\'arakat Mcninl!kat 1crhadan Produk .A.l!nb1snis ( K) I Total ll 18 I) 22
'
'"
""
'"
F
G
3 3
'J
)
3
3
J
J 2
' ' '
II
,J
K To!al 22 I 18
' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 2 ' 3 3
I I
I
I I I
)
)
)
)
J J
2
3 J
2
)
I
28
I
I I I
2
I 3 I I
I I I
J
2
)
'
I
I
Tingkat lnflasi dan Suku Bunga vang Tinggi (E) l'crdal!mHmn Bcbas dan Tuntutan Standaris.15i Produk rFl Pcrsain1rnn antar \Vilavah
L\ B IC ID 3 I I
f),]i}(l
24
0.109 0,055
12 14
O,O
IJ 26
0,059 0,118 0,114 0,086 0,\ 14 1,000
2S 19
J ) 2! 2 3 l5 26 27 1-1115121 151 220
II I ,J K Total I 2 2 2 19 ) 2 2 22 ) ) ) ) 2 ) ) 27 0 2 2 2 2 18 I 2 I I I IJ 2 I I I I I 3 J I 21 1 ) 3 J ) J ) I 3 ' lJ ) J I I 19 ) ) ! ! 2 20 27 26 19 16! 17121 201 220
Bobo!
rntnl 24
HuhtH
E
3
)
)
)
-
' '
2
3
' ' ""T':: I
3
'' ' J ' ' 2 ' ' ' ' ' ' 21' 222 -'
)
I
)
I ) I 16 25
E
3! 2
)
O,!flO 0,082
22
F G 2 I
'- ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' " ' ' ' ' - " ' ' ' ' ' ' ' ' ' '
Resnondcn 7: Sckretarl.~ Asosia.<1i PenE:raiin Emninl! Faklor Ek.\lcrnnl Pasar Domeslik dan !ntemasional (A) Kcmitrnan dcrwan Pihak Swasta dan Pihak Lainn\'a (BI fcrsed1anva Krcdu Usalia Rccll & Mcncrwah {CJ Pen11mbuhru1 Ekonomi Nasional (0)
Bobot
F G
II
I
.I )
'2 ' '2 2 J '2 2 ' ' ' ' ' J J 2 J ' ' J 2 2 2 ' ' ' ' ' 2 2 ' ' '!3 ' ' I
)
)
2 )
)
I
I
I
I
)
)
I
)
28 17
)
)
"
~
'
3
' '2
I
I
I
'
23
21 22 16 2J
I
20
'I
20 ll 20 22
2
21Hl9122 18! 232
0,086
ll,100 0.123 0,082 0,059 0,064 0,095 il,109 0,105 11,0~6
0,091 l,{l{IO
O,lilJ 0,099 0,09! 0,09.5 0,069 0,099 0.086 0,086 0,091 0,086 (),095 l,000
Resoonden I :A.~da Ekban1• Sctda Faktor lntl'rnal Komitmcn Pcmennrnh Pandel!lan • rAl Lah an Pertanian van1• Cuf..u) Luas (Bl Sumber Dava Manusia C Sur.ma dan Pra.."-arana IDl Posis1 Kabupa1en PandcJ'lanl! van!! Strn1cl!!S l El K<.x1rdinasi (Fl Kctcrscdiaan Dana un!uk Pcnl!cmbanl!an Al!ro[l{1h1an ({il Pcncli11ru1 dan Pcnccmban 1 an (I-\) Pcnvamnaian llasil Pcnchtian dan !nfom1asi Pasar i ! l Pen!! •uru\.1.!l TcknoloPi Tcnat Ciuna rJ 1 Kualuas Produk ft\:) Total
R~nonden 2 :Kcpala Balli'da f'nktor Internal Komnmcn Pcmcnntah PandegJang (Al Lah an Pcrtanian vam! Cukup Luas (8) S1m1ber Dava Manus1a C: Sarana
.-\ ,n c 2 2 2 2 2
Total
2 2 2
)
J
-'
2
2 2 2 2
2 2 2
2 2 2
2 2
J 2 -' 2 2 2 2 2 2 2 2 J J 2 2 2 I 2 I ' 2 2 2 2 2
G I I
2 2 I I
II I
2 2 2 2 2 2 2
2
.I
K
J 2 2
2 2 2
J
-'
2 J
2 2
2 2 2 2 2 2
J
-'
-'
2 2
2 2 2
2
,_
Total 19 19 20
21 19 19
15 lll
Jfo 2 lO 2 2 2! 2 lO -' 19 l I lll 19 l I 21 15 :mi 241 201 201 l 18
I
2 2
! ,\
I
2 2
B!CID E F G II
I
.I
2
2 2 2 2 2 2
2 2 2 2
J
I I 3 I I J I
I J
l
2 J I I J
J
)
2
J 2 2
I I I
2 2
I
2
2 2 2 2 2
I
-'
2 2 2
2 '2 2 2
.\
B
c
J)
2
2
-'
l
2
)
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ' 2 2 2 2
'2
'
2
-' 2 2 2
-
'
-' 2 2
'' '
.' -' 2 2 2 2 2
' 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
. .-
-
.
..'
2 2 2
' '
E F
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 -2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 -' 2
'
-
"2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
II
I
2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2
2 2
.J 2 2 2 2 2 2 2 2
'
" I I
l
BICIU E F G II ) J I l I ) J J J ) J I I I I I I
I J I I J I I J J l J J ) J ) J J ) 211 l2 l2
J
I I I I I I
"
)
)
l
J I
I I I I I I I I I 211 18
l l
J
J
I J J
I I I I )
l J I J
0,087 ll,I 15
11,092 ll,07J 0,092 0,092 1,000
2 2 2 2 2 2 2 2 2
11,077
'2 2
-' 2 2 2 2 2 2 2
2
,J I I I J J J I I
o.mn
Bo bot
lll 211 20 211 lll lO 211 .to 211 lO 211
I
Bo bot 0,087 0,087 0,()<}2 tl,096
K Total I 18
2 2 l 2 2 2 22 lJ 18 21 22 17 19 19 lll lll J9
Rc:1oondcn J :Kenala DimH Pcrtaninn Faktor Internal Komllmcn Pcm<.:nntah Parn.kl!!ang (Al Lahan Pcrtanian van!! Cukup Luas (BJ Sumt)¢r Dava Ma1rnsia C. Sarnna dan Prnsaraiia (!J) Posisi Knbupa1cn l'andeglanl! \'ang strnlcl!iS !El Koordina..~i !Fl Kcterscdiaan Dana untuk Pcnl!cmbangan A!!.TO!}()!itan !Gl l'cnclitian dan Pengcmbanl!an (/-[) Pcnvampaian Hasil Pcnclitian dan lnfonnasi Pasar ( I l Penl!l!una:m Tekno!ol!i Tcoat Guna Ul K11ahta..~ !'rodul.. (h) Total
R~oon d en " :A knd cm lo' s1 (Pcmhantu Dclurn Ill F.E t:n!lrtu) Faktor lnlernnl Komumcn l'!!rncrintah Pandl!!!.lanl! fA) !.~1han Pcr1anian ~·ang Cukup Luas {G) Surnber Dava Manusia 0 Saran a dan Prasarana ID) l'os1s1 Kabuoatcn Pandcglang vang stratcc_is (E) Koordina.~i CFl Kc!crscdiaan Dana untuk Pcnl!cmban!!m1 Amonol1tan (Gl Pcncli1ian dan Pencembam•an /HJ Penvamoaian l-la..<;i[ Pcnclitian dan l11formas1 Pasar ( ! ) Pcnom•naan Teknolol!i Tcoat Gunn (J) Ku ah ta~ Produk fK)
I
2 2 2 2
F
E
D
2 2
'
I I I J J J I I I
17
(1,082
ll
O,JOO
19 18
11,086 0,08.'. 0,!05 0,095 0,{)95
lJ l I ll lO 20 lI 220
0,091 0,091 0,095 1,0110
rota I
Hobo!
20 lO lO
20 20 lll lll
0,091 0,09! 0,09! 0,091 0,091 0,091 0,091 0,091 0,09] 0,091 0,091
220
!,!}()()
Totnl
Bohul
lll
11,091
20 lO 211
JO
18
0,082
ltt
0,082
'"
0,J IH
211 l2 J.j Ill lll ll lJ
J I 3 J J I 2 J J J 2 26 2l 10 19 17] 2211
0,091 0.100 {),064 U,082 0,0')J 0,095 0,1115 l,000
Re11Xlnd('n S:Dinus Petcrnukan lh:('nala S('k\i l'envchurnn Faktor Internal Komitmcn Pemerintah Pandci!lanl:' IAI !.ahan Pcrtanian vant> Cukuo l.uas On Sumber Dava Manusia C Sarana dan Prasarann (!)) Posisi K:1buoa1en Pandcclang van1• s1rn1cc1s (El Koordmasi IFl Kcicrscdman Dana untuk Pcnm:mbanr't\11 Aurooo!nan IG l Penclitian dan Pcngembam.mn (Ill Pcnvamnaian Hasil Pcnelitmn dan Jnfonnasi Pa~ar I I l Peni!1•unaan Tcknoloui Teoat Guna dl Kua!Jtas ProJuk /Kl Total
llC\\Un)
A
B
('
D
E
'
K Total
I
2 2 2 2
)
I
I
I
lJ
l1
lll lll
3
I I
13
~
17
20 211 2sl 21l 21\19
19 19
D E
2 2 2
2 2 2 2
' ' ' ' 2 ' 2 J ' '- 2I '' 2 2 ' 2 2
Total
.I
I
I
- ' '' -
1
I J J
' ' ' ' ' ' ' ' JJ JJ 2 JJ '' J 22 "25 '2 'I I J ' 2 J -- I I 2 '' ' ,,' ' '' ' 18 ' 'I ' '' ' ' ,\ I I I ' I I J ' '2 ' 2 " I I 2 'I I I - ' 22 -' '2 22 22 ' ! 22 '3 I 21J9 ' ' ' l2 "
Resoondcn 6: BidanP Ekooomi Banneda Kasubdin Pcrtanian dan h:chut.anan ,\ n!c Faktor [nf('rnal Komitmcn Pcmcnntah Pande,,lanc 1 A) !.ahan Pcnaninn vang Cukuo Luas (Bl Sumbcr Dava Manusia C Sarana dan Prasarana ([;) 2 2 2 Posisi Kabuoaten Pandcu!ang vanu Strntcuis IE i KoorJmas1 IF\ I 2 ) ) Kctcrscdiaan Dan
H.t:':'! ionden 7: Sekrctaris Aso.,h1.~i Pen·•niiin Emninl' Faktor Internal Konutmcn Pcmcrinlah Pandc '!an!! (A) Lahan Pcnanian van' Cukun Luas !Bl Sumbc-r Daya Manusia C Sarana dan Prasarana D1 Pos1si Kabuoa1cn Pandc1!lan1I van!! Strateuis (E) Koordirut~t (Fl Kc!erscdiaan Dana untuk Pcn11embanuan A 'ronoluan !Gl l'enc!man dan Pcn1!cmban1,nn (!-!) Pcnnunpaian !lasil Pcnelitian dan !nfonn;L~i Pasar ( I ) Pcn~i.?unaan Tekno!og1 Teoat Guna (J) Kunluas Produk (K)
F G II J J
.\
-
2
E
I J
2 2
F
' 2
J
2
3
~c
'
2 2
' - ''
I
2
'
2 2
" I
20
21 211 18
0,090 0,095 0,090
I
.J
~
l'otal
)
)
-'
'I
l'l
20
2
22
0,081 O,! 13 O,IYJO 0,081
0,090 O,O<JO l.OO<J
llohot 0,08(1 0,100 ll,114 tl,100 0,09\ 0,086
25
2
18 18
0.082 0,082
2
I
""
0,068
3
3 )
J I
' ' - ' ' ' 2
m
0,095 0.086
2 2 2 2 2 2
)
3 2
20
2
I
2 2 2
25 20 18
)
I I
I
2
II
2
I
0,059 0,086 0.095 1,000
2 2 2 2 2
'
I
2
0,091 (),{168
Bo bot
2
3
lJ,082 0,1191
K Total 2 21 2 19
2'
2
)
' 'I I ' 18' lll2 212 "" 2
)
' '2
2 2 2 2 2
' -- - ' ' J '2 J2 ' 2 ' 2 '2 2 22 I '2 2 2 '2 2
2
'I
.I
19 20 22 JS ;!O 26 20 20
f)
I I
2'
I
J
~ ~
2 2
2 2
' ' 21
I
3
('
2 J
2
- '-"-'I
I
~ i-J.2
-
2 " )
II
)
-
F G II J I 2 I
220
Bobm 0,105 ll, 1\.1 0.114 0,095
22 20
19 20
I 2 3 20 22122125 181 220
0,i)IJ!
0.100 l,000
La1npiran J ! . Rata-Rata Pcncntuan Bobot Faktor Ek sternal dan !ntcn1al Rata-Rata Peneutuiin Bohol Faktor Eksternal Faklor Ek.<;lernal
Resnouden 4 5
I
2
J
0,086 0,100 0,123 0,082 0,105 0.()86 0,091
0,122
0,073 0.105 ()J)9J 0,086 0,095 0,095 0,086
0,095 0,086 0,118 0,059 0,100 0.127 0,136
tl,091 0.095 0,091
6
7
Riita-l{ara Bohot
0,100 0.082 0,100 0,109 0,114 0,086 0.114
0,086 0, I 00 0,123 0.082 0,105 0,086
0,1 OJ
0,095 0,071
0.550 0.06-l 0Jl59 0,118
PEl.ll:\NG Pasar Domcstik d:ui lntcrnasiona! (A) Kcmitraan dcngan Pihak Swa-;tn dan Pihak Lainnva (Bl Tcrscdianva Krcdit Usaha Kecil & Mcncngah (C) !'crtumbuhan Ekonomi Nasional (D) Otonomi Dacrah (I) Pcrtumbuhan (>cnduduk vang lvknin!!kat (J) Konsumsi lvla.,;yarakat Mcningkat tcrhadap Produk A!!ribsnis (Kl ANCAMAN Tingkat ln!lusi dan Suku Bunga vang Tim:w..i (E) Pcrdm~anrrnn Bi:ba.,; dan Tuntutan Standarisa'ii Produk ( F) Pcrsaingan m1tar \Vilavah (G} Kondisi K.camanan vang tidak Stabil {H) To1al
0.059 0.064 0.095 0,109 1.000
0.109 0.109 0,081
0J)77 0.08(1 0,081
0.072
0.077 1.000
0,091 1,000
0.055 0,064 0,073 0,086 1,0110
'
J
H.csnoutlt•n 4
0.(J82
0.091 0,091 0.091 0.091
0.095 0,090
Hata-i{ata Pl'llt'Uluan Bohol Faklor lnltrna! Faklor ln!enrnl
~-
I KEKllATAN Kcbijakan/Komitmcn Pcmcrintah Pandeglan" (A) Laban Pertanian vang Cukup Luas (B) Sarana dan Prasarana vang mcmadai (D) Posisi Kabuoaten Pandeglang vang Stratce:is (!-;) KnnnJiml"i antar din as terknit dim ncn!! a1'?nionlitan (Fl KELEI\J..\llAN Sumbcrdava Manusia {'; Dana untuk Pcngcmhangan Al!.nmolitan ((il Lcmbal!.a Penclitian dan Pcngcmbangan {l l / Pcnvampaian Has ii Pcncli!ian dan lnl\xnn.L<>l pasar (!) Pcnogunaan Tcknokwi Tcrat {iuna (J) Kualitas Produk (K) Total
0,087 0,087 0.092 0,097 0.087 0,092 0.115 0,092
0.073 0.(J92 OJ/92
0.077 0,077 0.100 0.105
0,100 0,095
0,095 0,091 0.091 0.095
0.09\ 0.091 0,091 0,091 0,091 OJ/91 ()_{)\)\
OJJYI ().()82
0,(~)'J
O,IOS 0,085
OJJ91
0.091 0,095 ().09! 0.086 0.()95 0.069 0.099 0.086 O,OX6 1.000
0,JJ6
1,0011
0.059 0.064 0.095 0.!09 1.000
0Jl97 1.000
5
6
7
Hala-Hala Bohol
0.105 0,114 0.095 0.082
OJJ95
0,095 0.086 0,095 ()JJ90 0.081
0.092 0.089 0,095 0,091 0.092
0,090 11.113 0.090 0.081
0.094 0.083 0,174 0.(J81 0.088 (J,095 l,flOO
O.! 18 0,091 0.106
O.(l9J
0.086 0.095 0,086 0.081
0,082 0.064 0,082 0,091 0,095 0.105
0.114 0.091 0.680 0,059 0.0:\6 (\.()95
0,090 0.(ll 3 0,090 0,081 0,090 0.090
I
0.068 0.100
0,098 0,093 0,099
0.078 0.084
'!""
~
Lan1piran 12. Rata-Rata Pcncntuan Rating Faktor Ekstcrnal dan Internal - -- -----
Faktor Eksternal PEl,l!ANG Pasar J)omcstik dan lntcrnasional (A) Kcmitraan dcngan Pihak Swasta dan Pihak Lain (B) Tcrscdianva Krcdit lJsaha Kccil & Mcncrw.ah (C) Pcrtumhuhan Ek{1rn1rni Na-;iona! (!}) Otonon1i Dacrah (I) Pcrtumhuh11n Pcnduduk vang Mcningkat (J) Konsu1nsi Masyarakat l'vknin~kal tcrhadan Pn1duk Agribisnis ( K) ANCAt\.1AN Tingkal lnll:L..;i dan Suku Bunga vang Tinggj (E) PcrJagangan lkhas dan Tuntutan S1and;irisasi Prtiduk (F) Pcrsaingan antar \Vila\ ah((;) Kondisi Kcarnanan \ling tidnk St;1b1l (!I)
I
2
J
2 J 3
2 4 4 J 4 J .J
.J 3
J J J 2
3 J 3 J
2
J
4 I ·1 4 I 4 4 I 4 4 I 4 .J 3
4 4 4
2 4
2 2 I
2
J 2
2 2
J J 3
Rcsoondcn 4
s
6
7
Ruta-Rata Hatin"
2 J
2 3 3 2 3 3
2
I
J
·1
J J
2 2
2 J
J
2
3
2 4 J
4 2 3 3 .J
4 4
I I
I I
2
2
2 2
2
I
2
J I
3
.1 1
3
2 2 2.5
4
2 4
2.5
s
6
7
Rata-H.atu ll:Hing
-1
4 4 4 4 3
4
3.5
4
35 3.5
2
2 2
Rllta-Rata Hatiug l't•1wntm-111 Faktor l111ern:il
IFaktor lnll"rnal
. h:Eh:t:ATA!\ Kcbiiakan I Komitrncn l'cmcrimah P:wndc!!lang (A) l,ahan Pcnanian \'all!l Cukun l.ua:. I lJ) Sarana dan Prasarana (DJ Posisi Kahupaten Pandcgiang \·an!! S!rateµ.i:... (El Klmrdinasi anlar dinasd12n pcn!lcmbangan a!ln.molilan (Fl
'
Ht•s wntkn 4
·' I
4 J
~+··· L}
J 4 4
3
4 4
3
······\°
KELE'.\-IAllAl'li Sumbcr Dava /l.-1:musia '-(' /);ma untuk Pcn!!i.:-mb.:11112an A!!.n1nl1t11an !G) Iklwn Tcr:...cdianva Lcmbaga !'cndi1ian llan !'cnucmhanuan (I!) Pcnvamnaian llasil l'cncli!ian dan lnrormasi Pa:.ar ( l ) PCIH!!lUnaan TcknohH!i Tcp:ll (iuna (.I) Kua!iws Produk (!\.)
2
2 2
'2 2
2 I
2 2 2
2
2 2 2 2 2 2 2 2 I I 2 I 2 I
2 2 2 2 2
2
2
2 2 2 2
2
2 !.5 2
2
2
2
2 1.5
2
...,___ ~
\...si
l.atnpinm 13. Pcncntuan Prioritas Stratcgi Bcnfosarkan iY1atriks QSl'N1
Faktor-Faktor Sukses Kritis PcluanL' 1. Pasar domestik dan lnlcnulsional 2. Kcmitraan dcngan oihak s\vasta 3. Tcrscdianva krcdit usaha kccil dan 1ncncngah 4. Pcrtun1buhan ckonomi nasional 5. Otono1ni dacrah 6. Pcrtumbuhan pcnduduk vang n1cningka1 7. Konsunisi n1asvan1kat 1ncnini!kat tcrhadao nro
I
I
ALTERNATIF STRATEGIS TASI AS 2 TAS2 AS 3
Bohol
AS 1
0.095 0.071 0.108 0.085 0.098 0.093 0.099
4 4 3 3 3 3 3
0.136 0.078 0.084 0.097 1.000
2 I I 2
0.092 0.089 0.095 0.091 0.092
3 4 3 4 4
0.276 0.356 0.285 0.364
3 3 3 4 4 4
0,282 0.249 0,522 0.324 0.352 0.38 6,-199
0.094 0.083 0.174 0.081 0.088 0.095 1.000
I
-
-
4 4 3 3
3 2 4
0.294 0,186 0.396
3 4
o.on
I 4
0.(l84 0.194
3 I
0.!36 0.312 0.252 0.097
0.38 0.284 0.324 0.255 0.294 0.279 0.297 0.272
o.,3c~s
3 3 4
4 )
3 3 L~1
__
2 4
-'
2
·'
3
0.285 0.213 0.324
0.368 0.267 0.285 0.273 0.276 0.188 0.332 0,522 0.162 0.264 0.285 5,717
2
TAS3 0,38 0.284 0.324 0.255 0.196 0.279 0.396
-
-
3 3
0.234 0.252
)
0,274 0.356 0,38 0,364 0.276
4 4
4 3 4 -
0.376
2 3 4 4
0.348 0.243 0.352 0.38 5,9-19
-
...____
w
<;,:)
/~
Lampiran 15. Petunjuk Pengisian Kuisioner
PENENTUAN FAKTOR EKSTERNAL
faktor ekstemal penelitian
1111
adalah foktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangar. agropolitan di Kabupaten Pandeglang yang berasal dari
luar
kawasan itu sendiri. Petutunjuk Pcngisian : l. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-foktor tersebut
dapat menjadi
pcluang c!alam
mengembangkan agropolitan di
Kabupaten Panc!eglang. berikan tanda (v) dibawah tanda (+) pad a tabel berikut ini. apabila faktor-faktor tersebut menjacli peluang dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. 2. Pemberian nilai negative (-) cliclasarkan apakuh faktor-foktor tersebut clapat
menjacli
ancaman
dalam
pengembangan
agropolitan
di
Kabupaten Pancleglang. berikan tancla (v) dibawah tanda (-) pada tabel bcrikut. apabila ll1ktor-li1ktor tersebut dapat menjadi ancaman dalam pcngembangan agropolitan di Kabupaten Panclcglang. ---
No I 2
3 4
5 6
7 >--8 9 10 11
Faktor Eksternal
Pcluang
Ancan1an
+
-
-
Pasar do1nestik dan internasional Kernitraan dgn pihak S\vasta dan oihak Jainnva Tersedianva kredit usaha kecil dan menengah Perturr1buhan ekono111i nasional ·ringkat inflasi dan suku bun~_Lang__t~g_gi Perdagangan bebas dan standarisasi produk
Persain_gan antar \vilavah c
----lI
··-~·--~-1
I
I I
--·--·-·
~
+--
·------
---------------<'
I I
-~
j
____ j ___
______ J
Kondisi kea1nanan vang tidak stabil Oionomi daerah Pertumbuhan penduduk yang meningk_;;-\___ Konsum.si masyarkat meningkat terhadap produk agr1b1s111s _
-
I
I
I
! ____=J
l
: \
------~
[
----· __,__ ..____ J
(
L a~ran F'--
No
I 2 3 4 5
6 7
8 9 ~-
10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
26 27
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
39 40
14 Sarana dan Prasarana yang-----·-·--------·----· Tersedia di Kecarnatan Menes -----------------·-··-·-·------- .Jumlnh lJraian 625 Ha Relokasi Kebun 50 Ha Kebun Percontohan IO Ha Pernbibitan I Kantor Kecarnatan Menes Kantor Urusan Agarna I I Cabang Dinas Penddidikan I P!'L KB Cabang Dinas Pertanian I Cabang Dinas Perairan I Cabang Dinas Kehutanan I Puskesrnas I -UPTD Pasar I Pos dan G raha I . ··I PLN .. --------·· I PDAM BRI Unit I Telkom I Koordinasi Kebersihan I -Koramil I I Polsek Taman Kanak-Kanak I SDNegeri I Sekolah Dasar Islam Swasta I I Madrasah lbtidaivah Swasta SLTPNegeri I Madrasah Tsanawiyah Swasta I SMUNegeri l l SMU Swasta SMU Swasta I I SMK Swasta Madrasah Aliyah I Perguruan Ting_gi I ----------· .. SLB I Masi id I Mushola I Pondik Pesantren I Masilis Taqlim I .. ·-------! - - - - - - - - - - - - - Posvandu I I Balai Peneobatan Dokter Praktek I
1
/33
PENENTUAN FAKTOR INTERNAL
Faktor
internal penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang yang berasal dari dalam kawasan itu sendiri. Pctutunjuk Pengisian : 1. Pemberian nilai positif (+) didasarkan apakah faktor-faktor tersebut
dapat menjadi kekuatan dalam mengembangkan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. berikan tanda (v) dibawah tanda (+) pada table berikut ini, apabila faktor-faktor tersebut menjadi kekuatan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. 2. Pemberian nilai negative (-) didasarkan apaknh lftktor-faktor tcrsebut dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang, bcrikan tanda (v) dibawah tanda (-) pada table berikut, apabila faktor-faktor tersebut dapat menjadi kelemahan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. ~N-o~~~~~~~-F-•-ak_t_o_r_I_n_te·-,-.-n-~-~~--~~~-.,~K-'c-k--.~-a-t-an~'l_K_e_•l-e1-~-,·;-h--a-nl
Kebijakan/kom itmen pemerintah Kab. Pandeglang untuk pen_gernbangan agropolitan
=l
e~"~;~L_a_h,_·11_1~p_e1_1a_1_1i_a1_1~y_ai~1g~•-c_uk_·L~1p~lu_a_s~~~~~-------~~-~~~-1-~~· 3 Sumberdava manusia ~----,--,--------+---+-4
Sarana dan prasarana yang 1ne111adai
5 6
Posisi Kabupaten Pandeglang van.Q strategis Koordinasi antar dinas terkait dalam pengcmbangan
I
-
-·---l
~J Laban pertanian yang cukup luas 8 Lcrnbaga pcncnlitian clan ~~ge1nbangan 9 Penvampaian hasil penelitian dan ,-in-ctl~o-rn_ia_s-cip.a-sa-r---t--------t----- j 10 Penuuunaan teknologi tepat guna I i--:-=--i--:-.::.:.:.;::,Q,::.:.:,:::;,:.:_;.:.;:.;,;,;;:.:.,::,;::,:_:c=.c:::...;'-=.:::::_______ I I Kualitas produk I agrooolitan
7
J
~~~-t-~--~~--t~·~-------l
PENENTUAN BO BOT FAKTOR EKSTERNAL
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor eksternal mengenai tingkat kepentingan faktor-faktor strategis eksternal dalam pengernbangan agropolitm1 di Kabupaten Pandeglang.
Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah berupa
pemberim1 bobot terhadap seberapa besar faktor eksternal tersebut menentukan keberhasilan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandcglang. PENENTUAN BO BOT FAKTOR INTERNAL
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal rnengenai tingkat kepentingan faktor-faktor trategis internal dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. pemberian
bobot
Tingkat kepentingan yang dimaksud adalah bcrupa
terhadap
seberapa
besar
faktor
tersebut
menentukan
keberhasilan pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. PETUNJUK KHUSUS
Untuk menentukan bobot setiap variabel cligunakan skala I, 2. dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : Jika indikator horizontal kurang penting daripada i:1dikator vertical 2
Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3
Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical
Contoh: a. Apakah pasar domestik clan internasional (point A pada baris) kurang penting daripada kemitraan dengan pihak swasta (point B pada kolom). maka nilainya
=
I
b. Apakah pasar domestik dan internasional (point A pada baris) sama penting clengan tcrsedianya kredit usaha kccil dan mcnengah (point C pada kolom), maka nilainya = 2 c. Apakah pasar domestik dan internasional (point A pada baris) lebih penting dengan pet1umbuhan ckonomi (point D pada kolom), maka nilainya = 3
Faktor Eksternal A B Pasar Domestik dan lnternasional (A) Kemitraan dcngan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya (B) Tersedianya Kredit Usaha Kecil & Menengah © Pertumbuhan Ekonomi Nasional (D) Tingkat lntlasi dan suku Bunga yang Tinggi (E) Perdagangan Bebas dan Tuntutan Standarisasi Produk (F) Pcrsaingan antar Wilayah (G) Kondisi Keamanan yang tidak Stabil (H) Otonomi Daerah (I) Pertumbuhan Penduduk yang Mcningkat (J) Konsumsi Masyarakat Meningkat terhadap produk J\gribisnis (K) Total
c
D E F G H
I
,j
K Total
Bo bot
Faktor Internal A B Kebijakan/Kornitmcn Pemcrintah Pandeglang (/\) Lahan Pe11anian yang Cukup Luas (B) Sumber Daya Manusia © Sarana dan Prasarana (D) Posisi Kabupaten Pandegiang yang Stratcgis (EJ Koordinasi antar Dinas terkait dim Pengembangan J\gropolitan (F) Dana untuk Pengembangan Agropolitan (G) Lembaga Pcnelitian dan Pcngcmbangan (II) Penyampaian !-las ii Penclitian Jan In formasi Pasar ( I )
c
I)
E F G H
I
.J K Total
Bo bot
Penrrgunaan 'reknologi
~rcpat
Ciuna (J)
Kualitas Produk (K) Total
'""-
.,,,~
"'
\
/~6
PENENTUAN RATING Faktor Eksternal
Penentuan peringkat (rating) bertujuan untuk mengetahui pengaruh rnasrngrnasing faktor-faktor ekstcrnal baik itu pcluang dan ancaman tcrhadap kondisi lingkungan.
Untuk rnengukur variable-variabel pada faktor-faktor eksternal
terhadap kondisi pengernbangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang digunakan nilai peringkat dengan rnenggunakan skala 1 sarnpai 4, dimana:
= rendah, respon kurang 2
=
sedang, respon sarna dengan rata-rata.
3
=
tinggi, respon diatas rata-rata.
4
=
sangat tinggi.respon superior. -·--·-·----
1 2
Faktor Eksternal
Pasar Domestik dan Internasional (A) Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lain (B) Tersedianya Kredit Usaha Kecil & Menengah © Pertumbuhan Ekonomi Nasional (D) Tingkat Inflasi dan suku Bunga vang Tinggi (E) Perdagangan Bebas dan Tuntutan Standarisasi Produk (F) Persaingan antar Wilayah (G) Kondisi Keamanan yang tidak Stabil (H) Otonomi Daerah (]) Pertumbuhan Penduduk yang Meningkat (J) Konsumsi Masyarakat Meningkat terhadap produk Agribisnis (K)
3
~
I
I-·----
-
-·
-1 -1
I
PENENTUAN RA TING Faktor Internal Penentuan peringkat (rating) bertujuan untuk mengetahui pengaruh mas111grnasing faktor-faktor internal baik itu kckuatan dan kelernahan terhadap kondisi lingkungan.
Untuk rnengukur variable-variabel pada foktor-faktor internal
terhadap kondisi pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandcglang digunakan nilai peringkat dengan menggunakan skala I sarnpai 4. dimana I
=
kelemahan utama.
2 = kelemahan kecil, 3 = kekuatan keciL 4 = kekuatan utama. --
---
· · · · · · · · -r1 -21~1
Faktor Internal Kebi.akan/Komitmen Pernerintah Pandeglang (A) - - - - - Laban Pertanian yang Cukup Luas (B) _ _ __
I
Sumber Da 'a Manusia © Sarana dan Prasarana ( D)
-~I
I
-I,
I
~d
·----=.=]
Posisi Kabu aten Pandeglan, yang Strategis (E) Koordinasi antar Dinas terkait dim Pengembangan Agropolitan (F)
Penyampaian Hasil Penelitian dan lnformasi Pasar ( I l Pen' >unaan Teknologi Tcpat Guna (J) Kualitas Produk (K)
r-11±1 I
I I
1
I
I
I