ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA TIRAM MUTIARA PADA PT. DAFIN MUTIARA DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU
MEYSKE ANGEL RAHANTOKNAM
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Meyske Angel Rahantoknam Nrp. H251110021
RINGKASAN MEYSKE ANGEL RAHANTOKNAM. Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru. Dibimbing oleh JONO. M MUNANDAR dan MUKHAMAD NAJIB. Tiram Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sub sektor perikanan yang dapat dibudidayakan sehingga menghasilkan biji mutiara yang dikenal sebagai perhiasan. Biji Mutiara merupakan salah satu komoditas unggulan dari sub sektor kelautan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru dan bernilai ekonomi tinggi serta memiliki prospek pengembangan usaha di masa mendatang. PT. Dafin Mutiara merupakan salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru yang bergerak dalam bidang budidaya tiram mutiara dengan jumlah produksi di tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup drastis sebesar 66,85 kg dari jumlah produksi 259,11 kg pada tahun 2011 atau mengalami penurunan sebesar 74,20%. Identifikasi dari faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang meliputi peluang dan ancaman didapat dari perhitungan hasil kuesioner dan wawancara dengan para pakar yang merupakan ahli dalam kegiatan budidaya tiram mutiara serta melalui studi literatur. Tahap selanjutnya pembuatan matriks SWOT berdasarkan hasil identifikasi internal dan eksternal, dilanjutkan dengan perumusan strategi alternatif menggunakan AHP. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Internal Factor Evaluation (IFE), analisis External Factor Evaluation (EFE), analisis Internal External (IE), analisis kelayakan usaha, analisis sensivitas, analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT), dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Rantai pemasaran untuk pasar ekspor cukup pendek, yaitu dari kegiatan panen yang dilakukan oleh perusahaan kemudian di kirim ke kantor cabang di Surabaya dan selanjutnya di eksport ke negara Hongkong. Dari aspek kelayakan usaha, maka bisnis yang dijalankan oleh PT. Dafin Mutiara sangat layak dan mendapat keuntungan yang maksimal karena ditunjang dengan posisi keuangan yang kuat dimana dari analisis sensivitasnya maka apabila harga bahan baku dinaikkan sampai 30% dan penjualan diturunkan sampai 20% maka usaha budidaya ini masih layak untuk dijalankan. Bisnis usaha budidaya tiram mutiara yang dijalankan oleh PT. Dafin Mutiara memiliki total skor internal (IFE) sebesar 3,247 yang menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam merespon kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sangat baik dengan total skor eksternal (EFE) dari usaha budidaya tiram mutiara sebesar 2,490 yang menandakan bahwa posisi eksternal dari bisnis budidaya tiram mutiara berada di bawah rata-rata, sehingga didapat pemetaan dari kedua matriks tersebut yang di sebut matriks IE yang berada pada sel IV, yaitu tumbuh dan membangun (grow and build). Alternatif strategi yang direkomendasikan kepada PT. Dafin Mutiara adalah melakukan kegiatan promosi sehingga dimungkinkan mutiara yang dihasilkan lebih dikenal lagi di pasar internasional dan melakukan perekrutan tenaga kerja serta tenaga operasi yang berpengalaman. Kata kunci : AHP, analisis SWOT, budidaya, strategi
SUMMARY MEYSKE ANGEL RAHANTOKNAM. Strategy Analysis of Pearl Oyster Business in Dafin Mutiara, Incorporated Company, Aru Islands Regency. Supervised by JONO. M MUNANDAR and MUKHAMAD NAJIB. Pearl oyster is one of fishery sub-sector commodities that can be cultivated to produce seed pearls known as jewelry. Seed pearl is one of leading commodities in marine sub-sector in Aru Islands Regency. It has high economic value and has good prospect in the future business development. Moreover, it is known as jewelry coming from nature with its expensive price. This can be seen from the number of admirers which is getting higher and its price continues to increase from year to year. Dafin Mutiara, Incorporated Company, is one of companies in Aru Islands Regency engaged in pearl oyster cultivation. Its total production fell quite dramatically from 259.11 kg in 2011 to 66.85 kg in 2012 (74, 20%). Identification of internal factors consisting of strengths and weaknesses as well as external factors including opportunities and threats was obtained from result calculation of questionnaires and interviews with the experts who were expert in pearl oyster farming activities as well as through the study of literature. The next stage was making a SWOT matrix based on the results of internal and external identification followed by the formulation of alternative strategies using AHP. Analysis tool used was the analysis of the Internal Factor Evaluation (IFE), the analysis of Internal External (IE), feasibility analysis, sensitivity analysis, SWOT analysis, and Analytical Hierarchy Process (AHP). Marketing chain for the export market was quite short, i.e. from harvesting activities conducted by the company, the harvest was then sent to the branch office in Surabaya and exported to Hongkong. From the aspect of feasibility, the business run by Dafin Mutiara, Incorporated Company, was very decent and it got maximum benefit because it was supported by a strong financial position in which its sensitivity analysis showed that if the price of raw materials was increased by 30% and the sale was lowered up to 20%, this pearl business was worthy to run. Pearl oyster farming business run by Dafin Mutiara, Incorporated Company, had the total internal score (IFE) of 3.247 which indicated that the company's ability to respond the strengths and weaknesses was very well with the total external score (EFE) was 2,490 which indicated that the external position of the pearl oyster farming business was under average, therefore, it could be mapped from both matrixes IE. IE matrix that was in the position of cell IV (grow and build). Alternative strategy recommended to Dafin Mutiara, Incorporated Company, is to do promotional activities so that the pearl produced by the company will be possibly recognized by international market, moreover, the company can recruit the experiencedlabors and operating workers. Key words: AHP, SWOT analysis, farming, strategy
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA TIRAM MUTIARA PADA PT. DAFIN MUTIARA DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU
MEYSKE ANGEL RAHANTOKNAM
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Manajemen
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut.,MM
Judul Tesis : Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru Nama : Meyske Angel Rahantoknam NIM : H251110021
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Jono Mintarto Munandar, MSc Ketua
Dr Mukhamad Najib, STP MM Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr
Tanggal Ujian: 4 April 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru dengan baik. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc dan Dr. Mukhamad Najib, S.TP., MM selaku komisi pembimbing atas bimbingan, saran dan masukkan dalam penyelesaian tesis ini. 2. Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM selaku penguji luar komisi dan Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku perwakilan dari Program Studi Ilmu Manajemen atas saran dan kritik demi penyempurnaan tesis ini. 3. Manajer dan karyawan PT. Dafin Mutiara atas bantuan dan kerjasamanya dalam pengumpulan data perusahaan. 4. Bapak Dr.rer.nat. Ir.E.A. Renjaan,. M.Sc selaku Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual atas kesempatan tugas belajar yang diberikan. 5. Suamiku tercinta Frans Wattimena, SE.,M.Si dan anak-anakku terkasih yang dengan sabar dan penuh cinta memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. 6. Papie, Mamie tersayang dan adik-adik terkasih atas dukungan doanya selama ini, serta mas Wiyarso dan ka’ Sherly atas bantuan dan dukungannya selama penulis kuliah serta ketiga ponakan tercinta (Eka, Danang dan Jeanet) 7. Papa Minggus, mama Ake, usi Conny, bu Robin, Vendy, Anna dan Ampi yang dengan sabar mendoakan, menjaga dan merawat anak-anakku. 8. Serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan berkontribusi bagi bisnis usaha budidaya tiram mutiara.
Bogor, Juni 2014 Meyske Angel Rahantoknam
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
iv iv iv
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 2 3 3 3
2 METODE Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Pemilihan Sampel Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Teknik Pengolahan Data
4 5 5 6 6 6 6
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Profil PT. Dafin Mutiara Manajemen Pengelolaan Budidaya Tiram Mutiara Analisa Aspek Ekonomi Budidaya Tiram Mutiara Penilaian Aspek Keuangan dan Analisis Sensivitas Analisis Trend dan Forecasting Analisis SWOT Analisis Struktur Hirarki dalam Pengembangan Usaha Budidaya Analisis Pengolahan Hirarki Implikasi Manajerial
12 12 15 17 19 20 23 29 32 35
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
36 37
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
37 41 63
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Data produksi PT. Dafin Mutiara Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT Harga jual biji mutiara Volume komoditi unggulan dari produksi hasil perikanan yang diantarpulaukan Tahun 2009-2012 Hasil analisis kelayakan usaha dan analisis sensivitas Analisis trend Laporan Keuangan PT. Dafin Mutiara Tahun 2009-2012 Analisis forecasting terhadap Penjualan dan Pendapatan Tahun 2013-2022 Hasil analisis matriks IFE Hasil analisis matriks EFE Hasil matriks SWOT Bobot dan prioritas faktor terhadap goal Bobot dan prioritas aktor terhadap goal Bobot dan prioritas tujuan terhadap goal Bobot dan prioritas alternatif strategi
2 8 9 11 18 19 20 21 22 26 27 28 33 34 35 35
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kerangka pemikiran penelitian Matriks internal eksternal Produk dari PT. Dafin Mutiara Perkembangan penjualan perusahaan tahun 2009-2012 dan forecasting untuk 10 tahun ke depan 5 Perkembangan pendapatan perusahaan tahun 2009-2012 dan forecasting untuk 10 tahun ke depan 6 Hasil matriks IE 7 Struktur hirarki strategi bisnis usaha tiram mutiara
5 10 13 21 22 28 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta dan gambaran lokasi penelitian 2 Kuesioner SWOT analisis strategi bisnis usaha tiram mutiara PT. Dafin Mutiara 3 Kuesioner AHP analisis strategi bisnis usaha tiram mutiara PT. Dafin Mutiara 4 Data resonden 5 Cash flow bisnis usaha tiram mutiara
41 43 46 56 57
Lanjutan daftar lampiran 6 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 10% 7 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 20% 8 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 10% 9 Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 30% 10 Hasil analisis trend dan forecasting komponen penjualan dan pendapatan dengan metode Exponential Growth dan Quadratic
58 59 60 61 62
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keadaan kondisi alam di Indonesia sangat mendukung untuk berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan (termasuk di dalamnya kegiatan budidaya tiram mutiara). Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari kepulauan, dimana hampir 2/3 dari wilayahnya merupakan lautan. Budidaya laut atau marikultur adalah suatu kegiatan pemeliharaan organisme akuatik laut dalam wadah dan perairan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan. Marikultur sendiri merupakan kegiatan perikanan budidaya yang relatif masih langka di Indonesia, padahal potensi pengembangan budidayanya sangat besar. Marikultur dilakukan di perairan laut yang relatif terlindung dari ombak badai dan angin ribut, lokasi itu berupa perairan diantara beberapa pulau, selat, teluk dan laut dangkal terlindung yang terdiri dari laguna, terumbu karang dan tubir. Terdapat 2 (dua) cara budidaya hasil laut yang dilakukan, yaitu : a. Budidaya yang dilakukan secara penuh Pada budidaya ini, benih atau bibit yang akan digunakan untuk budidaya didapatkan dengan cara pemijahan buatan atau pembibitan sendiri dan kemudian dilanjutkan dengan pemeliharaan atau pembesaran. b. Budidaya yang dilakukan secara tidak penuh Dimana bibit atau benih diperoleh dengan cara menangkap atau mengambil dari laut, kemudian dipelihara/dibesarkan di kolam-kolam yang telah disediakan. Di Indonesia keberadaan perairan dengan karakteristik tersebut diperkirakan mencapai luas 24.528.178 ha. Kawasan tersebut berpotensi untuk pengembangan budidaya rumput laut, ikan kerapu, ikan kakap putih dan kerang mutiara. Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan budidaya tiram mutiara, karena selain sebagai negara kepulauan indonesia banyak memiliki lautan yang cocok untuk tempat budidaya tiram mutiara juga karena tiram mutiara relatif mudah dipelihara sebab tidak memerlukan pakan dari luar. Perairan Indonesia sendiri memiliki potensi Tiram mutiara (Pinctada maxima) yang begitu besar di wilayah Indonesia bagian timur seperti Irian Jaya, Sulawesi dan gugusan laut Arafuru. Di beberapa daerah tersebut, usaha penyelaman tiram mutiara merupakan mata pencaharian bagi penduduk setempat. Usaha untuk mendapatkan mutiara saat ini mengalami perkembangan, dari yang semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan tiram mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dan harganya semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari pasar domestik maupun dari mancanegara. Potensi perairan laut bagi pengembangan marikultur di Indonesia adalah 24.528.178 ha, dan Maluku merupakan salah satu dari 5 besar di Indonesia yang memiliki potensi perairan laut yakni sebesar 1.044.100 ha dan komoditas perikanan yang cocok untuk dikembangkan di perairan Maluku adalah kakap, kerapu, tiram, teripang dan rumput laut (Ditjen Perikanan Budidaya, 2002).
2
Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pengusaha perikanan untuk menanamkan investasi pada bisnis perikanan laut pada usaha budidaya laut. Di daerah Maluku sampai saat ini terdapat perkembangan yang pesat dalam pembudidayaan tiram mutiara. Tiram ini merupakan salah satu produksi perikanan yang penting yang dapat dibudidayakan bukan semata-mata untuk pengambilan dagingnya, akan tetapi yang lebih diutamakan adalah pengambilan mutiara yang terdapat didalamnya. Ini dapat berasal dari mutiara alam (preparat yang tidak sengaja masuk kedalamnya), atau mutiara buatan (preparat yang sengaja dimasukkan/ dioperasikan kedalam cangkang mutiara tersebut). Disamping itu kulitnyapun dapat dipasarkan ke luar negeri. Sebagai sebuah wilayah kepulauan yang didominasi oleh perairan laut, Kabupaten Kepulauan Aru menyimpan sumber daya perikanan yang melimpah. Dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Aru mencatat sejumlah hasil laut baik ikan maupun non ikan yang digolongkan ke dalam komoditas unggulan yang ada di perairan laut Kabupaten Kepulauan Aru. Tiram mutiara berbeda dengan hasil perikanan lainnya dimana mutiara tergolong ke dalam kelompok non edible products, yaitu volume produksinya relatif kecil tetapi bernilai ekonomis tinggi. Pesatnya perkembangan budidaya tiram mutiara ternyata tidak didukung oleh ketersediaan organismenya dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan, terutama tiram ukuran siap operasi. Sedangkan unit pembenihan yang ada, jumlahnya masih terbatas dan hasilnya hanya mampu menyediakan untuk keperluan perusahaan sendiri. Perumusan Masalah PT. Dafin Mutiara merupakan salah satu perusahaan perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Aru, yang bergerak dalam bidang usaha budidaya tiram mutiara. Dari kegiatan budidaya tiram mutiara ini menghasilkan biji mutiara yang merupakan salah satu jenis perhiasan. PT. Dafin Mutiara berproduksi 3 kali dalam setahun dengan tujuan eksport adalah negara Hongkong dengan jumlah produksi per tahunnya adalah sebagai berikut:
Tahun 2009 2010 2011 2012
Tabel 1 Data Produksi PT. Dafin Mutiara Jumlah Produksi Pertumbuhan (Kg) (%) 149,65 191,63 28,05 259,11 35,21 66,85 74,20
Sumber : DKP Kab. Kepulauan Aru (2012)
Dari Tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara di tahun 2009 sebesar 149.65 kg mengalami kenaikan ditahun 2010 menjadi 191,63 kg atau naik sekitar 28,05%, tahun 2011 naik menjadi 259,11 kg atau sebesar 35,21%, tetapi di tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup drastis yaitu 66,85 kg atau sebesar 74,20%.
3
Berdasarkan latar belakang dan data produksi dari PT. Dafin Mutiara dimana jumlah produksi mutiara yang dihasilkan pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 74,20%, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi penurunan jumlah produksi mutiara pada tahun 2012 ? b. Bagaimana alternatif strategi bisnis yang tepat dan efektif bagi perusahaan di masa yang akan datang ?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan strategi bisnis dari usaha tiram mutiara. Dan untuk menjawab tujuan utama tersebut, maka tujuan spesifik dari kajian riset ini adalah: a. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah produksi mutiara. b. Menganalisa dan merumuskan strategi bisnis usaha tiram mutiara yang tepat yang akan dilakukan oleh perusahaan. Manfaat Penelitian Hasil dari Penelitian ini diharapkan: a. Menghasilkan masukan dan informasi yang bermanfaat bagi pihak perusahaan serta memberi gambaran tentang strategi bisnis yang akan dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan jumlah produksi serta strategi menghadapi persaingan yang semakin ketat. b. Dapat menarik minat bagi pihak swasta untuk berinvestasi khususnya di sub sektor perikanan bidang usaha budidaya tiram mutiara. Melalui hasil Kajian ini diharapkan menarik minat untuk dilakukan kajian lebih lanjut tentang strategi bisnis Tiram Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada beberapa kondisi di bawah ini : a. Strategi bisnis usaha tiram mutiara serta perumusan strategi pemasaran. b. Lokasi riset di lakukan hanya pada PT. Dafin Mutiara yang berlokasi di daerah patah hati desa Warialau Kabupaten Kepulauan Aru. c. Studi kelayakan menggunakan data-data yang ada pada perusahaan dan dinas terkait. d. Riset ini terfokus hanya pada biji Mutiara.
4
2 METODE Kerangka Pemikiran Peluang pengembangan usaha perikanan di Indonesia masih sangat besar,mengingat pemanfaatan potensi perairan yang dimilikinya sampai saat ini masih relatif rendah. Sementara itu, kondisi global juga menyediakan peluang besar bagi pengembangan perikanan, yang ditunjukkan antara lain oleh terus meningkatnya permintaan terhadap produk perikanan baik ikan maupun non ikan. Untuk membangun potensi perikanan daerah, dan lebih meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil usaha perikanan di daerah, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, selain perikanan tangkap yang selama ini difokuskan untuk peningkatan produksi, perlu dikembangkan perikanan budidaya maupun industri pengolahan hasil perikanan sebagai upaya untuk meningkatkan keunggulan kompetitif daerah maupun menciptakan nilai tambah yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Potensi sumberdaya perikanan memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan demi tercapainya tingkat pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya nelayan. Salah satu jenis komoditi perikanan yang dirintis untuk meningkatkan pendapatan adalah pembudidayaan/pemeliharaan tiram mutiara. Dasar pemikiran adalah bahwa tiram mutiara mempunyai nilai ekonomis yang tinggi baik dipasaran lokal maupun internasional. Dengan melakukan strategi pemasaran yang baik terhadap usaha tiram mutiara pada perusahaan Dafin Mutiara diharapkan dapat memberi nilai tambah dalam pendapatan asli daerah melalui pajak yang diterima dari penjualan produk tersebut. PT. Dafin Mutiara sebagai perusahaan perikanan yang bergerak dalam bidang budidaya tiram mutiara memposisikan diri sebagai salah satu perusahaan pengekspor mutiara yang ada di kabupaten kepulauan Aru. Dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang berkaitan dengan proses produksi dari usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara. Faktor-faktor tersebut dijabarkan melalui matriks IFE-EFE untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan kemudian di analisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui strategi-strategi pemasaran usaha tiram mutiara tersebut. Pemilihan alternatif strategi pengembangan usaha tiram mutiara yang merupakan rekomendasi kepada pihak perusahaan, melibatkan beberapa ahli yang terkait dengan kegiatan budidaya tiram mutiara. Elemen yang masuk dalam perancangan keputusan terdiri dari goal, kriteria dan alternatif. Dan dari hasil penilaian tersebut, akan diketahui strategi pengembangan usaha tiram mutiara yang optimal dan efisien dalam mengembangan usaha tiram mutiara.
5
Potensi Sumber Daya Perikanan
PT. Dafin Mutiara
Budidaya Tiram Mutiara (pinctada
Analisis Atribut : * Produk * Harga * Tempat * Promosi
Analisis Faktor Lingkungan: * Jauh : Poleksosbud * Industri : Persaingan
Matriks EFE
Penilaian Aspek Keuangan : * BC Ratio * Harga * IRR * Sensivitas
Matriks IFE Matriks IE
Analisis SWOT
AHP
Rekomendasi Alternatif Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Dafin Mutiara yang berada di daerah patah hati desa Warialau Kecamatara Aru Utara Kabupaten Kepulauan Aru, dan dilakukan selama 3 bulan, yaitu mulai dari bulan April 2013 - Juli 2013. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi dan wawancara langsung dengan pihak perusahaan dan pihak-pihak yang terlibat dalam strategi pengembangan tiram mutiara dengan menggunakan instrumen kuesioner. Data Sekunder diperoleh dari studi pustaka (library research), studi dokumentasi, dan mempelajari data-data yang berasal dari Dinas Kelautan dan perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta BPS Kabupaten Kepulauan Aru. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1) Survei langsung lapangan, yaitu melihat dan mempelajari berbagai keadaan tentang
6
usaha budidaya tiram mutiara, (2) Wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan strategi dari usaha tiram mutiara dan (3) Opini dari pakar, yang diperoleh dari pakar-pakar yang terkait dengan topik penelitian. Kriteria seorang pakar adalah sebagai berikut: (1) keberadaan dan kesediaan pakar/responden untuk dimintakan pendapat, (2) memiliki kredibilitas sebagai ahli pada substansi/bidang yang diteliti, (3) memiliki pengalaman di bidang budidaya tiram mutiara, dan (4) memiliki pendidikan yang menunjang di bidangnya. Pemilihan Sampel Dalam penelitian ini, pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan maksud dan tujuan tertentu. Tiram mutiara dipilih karena mewakili komoditas dari sub sektor perikanan dan merupakan komoditas unggulan si kabupaten Kepulauan Aru. Sampel yang dipilih untuk identifikasi lingkungan internal dan eksternal serta matriks SWOT adalah mereka yang terlibat langsung dan mempunyai pengaruh dalam bisnis usaha tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara yang terdiri dari 5 orang, yaitu : (1) direktur; (2) manajer pemasaran; (3) manajer produksi; (4) manajer operasional; dan (5) karyawan. Sedangkan pakar yang dipakai dalam AHP adalah sebanyak 4 orang, yang terdiri dari : (1) eksportir; (2) perwakilan dari DKP; (3) akademisi; dan (4) bagian produksi. Responden untuk analisis data dapat dilihat pada lampiran 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah melalui observasi dan wawancara kepada responden dan pihak yang terkait dengan menggunakan kuesioner baik untuk pendekatan SWOT (Lampiran 2) maupun AHP (Lampiran 3). Pengolahan dan Analisis Data Analisis faktor lingkungan internal dan eksternal, analisis matriks internal dan eksternal dan analisis SWOT dilakukan untuk merumuskan alternatif strategi yang digunakan oleh perusahaan serta AHP digunakan untuk menentukan peringkat dari alternatif strategi yang ada. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengelolahan data dilakukan dengan menganalisis strategi pemasaran usaha tiram mutiara melalui tahapan (a) Analisis Net B/C rasio, (b) NPV, (c) IRR (d) Sensivitas (e) Analisis Trend dan Forcasting untuk 5 tahun (f) Analisis IFEEFE; (g) Analisis Matrix IE; (h) Analisa SWOT dan (i) Analisis Hirarki Proses (AHP). Model-model Analisis: Model analisis yang digunakan, menurut Mardiyanto 2009 yaitu : a. Net B/C Rasio Secara matematis Net Benefit Cost Ratio dirumuskan sebagai berikut:
7
n
B
C
Bt
1 i i 1 n
t
Ct
1 i i 1
Bt Ct i t n
= = = = =
. . . . . . . . . . . . (i)
t
Benefit pada tahun ke-t Biaya pada tahun ke-t Tingkat bunga yang berlaku Jangka waktu proyek Umur proyek
b. Net Present Value (NPV) Secara matematis NPV dirumuskan sebagai berikut :
NPV
n
t 1
Bt Ct t i
= = = =
Bt Ct
1 i
. . . . . . . . . . . . (ii)
t
Benefit pada tahun ke-t Biaya pada tahun ke-t Lamanya waktu investasi Tingkat bunga
c. Internal Rate of Return (IRR) Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut : . . . . . . . . . . . .(iii)
NPV1 NPV2 i1 i2
= Perhitungan NPV positif mendekati nol dengan sebesar i1 = Perhitungan NPV negatif mendekati nol dengan sebesar i2 = Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang NPV positif = Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang NPV negatif
bunga modal bunga modal menghasilkan menghasilkan
d. Analisis Sensivitas Analisis sensivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan usaha yang telah dilakukan yang tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Analisis ini dilakukan dengan teknik trial-error terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh terjadi dalam suatu usaha. Untuk menentukan ukuran sensivitas, digunakan formula switching value. Switching value menggambarkan tingkat perubahan tertentu yang menyebabkan NPV mendekati atau sama dengan nol, IRR sama dengan tingkat
8
suku bunga serta parameter yang digunakan adalah perubahan yang sangat mempengaruhi kelayakan usaha. e. Analisis Trend dan Forcasting Analisa trend dapat dilakukan melalui tabel perhitungan dan grafik. Jika analisis trend dilakukan dengan menggunakan data lebih dari dua atau tiga periode, maka metode yang digunakan adalah angka indeks, (Kasmir, 2010). Dengan menggunakan data indeks akan dapat diketahui kecendrungan atau trend atau arah dari posisi keuangan. Analisis trend yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis terhadap komponen penjualan dan pendapatan dari usaha budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara dari tahun 2009-2012. Analisis peramalan (forecasting) pada penelitian ini dilakukan terhadap komponen laporan keuangan perusahaan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi dari PT. Dafin Mutiara dan peramalan dilakukan untuk periode 10 tahun ke depan yakni dari tahun 2013-2022. f. Matriks IFE Analisis internal adalah kegiatan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi atau perusahaan dalam rangka memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Matriks ini menyajikan berbagai faktor lingkungan internal (David, 2006).
No.
Tabel 2 Matrix IFE Faktor Internal Bobot (a) Kekuatan
Rating (b)
Skor (a x b)
1. 2. 3. 4 5 Kelemahan 1. 2. 3. 4 5 Total
Σ a = 1.00
Σ (a x b)
Matriks EFE Tujuan dilakukannya analisis eksternal adalah mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberikan manfaat dan ancaman yang harus dihindari (David, 2006) Matriks faktor lingkungan eksternal di sajikan pada Tabel 3.
9
No.
Tabel 3 Matrix EFE Faktor Eksternal Bobot (a) Peluang
Rating (b)
Skor (a x b)
1 2 3 4 5 Ancaman 1 2 3 4 5 Σ a = 1.00
Total
Σ (a x b)
Tahapan pembuatan matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) adalah: - Bobot masing-masing faktor diberikan dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Jumlah seluruh bobot harus 1,0 dengan ketentuan berikut : 0,05 = di bawah rataan 0,10 = rataan 0,15 = di atas rataan 0,20 = sangat kuat -
Perhitungan rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancaman sedikit ratingnya 4, dengan ketentuan sebagai berikut : 1= 2= 3= 4=
-
-
di bawah rataan rataan di atas rataan sangat bagus
Bobot pada kolom 2 di kalikan dengan rating kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0. Skor pembobotan dijumlahkan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor ini dapat digunakan untuk mengetahui pengembangan tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara.
g. Matrix IE Menurut David (2006) matriks IE terdiri dari dua (2) dimensi, yaitu total skor dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor matriks EFE pada sumbu y.
10
Dalam matriks Internal Eksternal ini disusun dengan meletakkan total bobot skor EFE pada sumbu tegak dan total bobot skor IFE pada sumbu datar dengan skala setiap sumbu berkisar antara angka 1,00 sampai dengan 4,00. Hasil dari total bobot skor matriks IFE dan EFE akan menentukan posisi usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara yang tergambar pada matriks IE. Matriks IE terdiri dari sembilan sel yang dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi yang berbeda. - Daerah pertama terdiri dari sel I, II dan IV yang digambarkan sebagai daerah growth and build. Strategi yang disarankan pada kondisi tersebut adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk). - Daerah kedua terdiri dari sel III, V dan VII yang digambarkan sebagai hold and maintain. Alternatif strateginya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. - Daerah ketiga adalah sel VI, VIII dan IX yang digambarkan sebagai harvest or diverst dengan strategi alternatifnya adalah penciutan dan divestasi.
4,0
Total Skor IFE Kuat Rata-rata 3,0 2,0
Lemah 1,0
Total Skor EFE
Tinggi I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0 Rata-rata 2,0 Rendah 1,0
Gambar 2 Matriks Internal–Eksternal h. Analisis SWOT Matriks SWOT merupakan alat untuk merumuskan berbagai alternatif strategi yang diterapkan, dimana analisis ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat tipe kemungkinan alternatif strategi (David 2009), yaitu : - Strategi SO (Strenght-Weaknesses), merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang; - Strategi ST (Strenght-Threats), merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari/mengurangi dampak ancaman; - Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang; dan - Strategi WT (Weaknesses-Threats), yaitu meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
11
Tabel 4 Matriks SWOT IFE
Kekuatan (Strenght)
Kelemahan (Weaknesses)
EFE Peluang (Opportunities)
Ancaman (Threaths)
Strategi menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan kelemahan
Strategi memanfaatkan peluang dengan menghindari kelemahan
Strategi menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman
Strategi menghindari ancaman dengan memininalkan kelemahan
i. Analisis Hierarki Proses (AHP) Penentuan strategi alternatif pengembangan budidaya tiram mutiara dilakukan dengan AHP. AHP digunakan untuk menentukan peringkat beberapa alternatif strategi yang sudah diperoleh dari analisis SWOT. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi sebuah bagian dan tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan dari setiap variabel diberi nilai numerik, secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut dan secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Langkah dalam menyusun struktur dilakukan dengan mendefinisikan fokus goal yang ingin dicapai melalui beberapa faktor yang paling berpengaruh sebagai unsur faktor pada tingkat 2 (dua), aktor yang berperan pada pencapaian fokus goal pada tingkat 3 (tiga), tujuan yang berperan pada pencapaian fokus goal pada tingkat 4 (empat), dan alternatif strategi yang dapat menjadi prioritas pada tingkat 5 (lima). Menurut Saaty 2008, kerangka kerja AHP terdiri dari 8 (delapan) langkah utama yaitu sebagai berikut : - Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam. Komponen sistem dalam hirarki dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan para analis untuk menemukan unsur-unsur yang dilibatkan dalam suatu sistem dan dapat dilakukan dengan memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang sedang dihadapi. - Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Penyusunan hirarki berdasarkan pada jenis keputusan yang akan diambil. Setiap unsur dalam hirarki menduduki satu tingkat hirarki. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu unsur yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. - Menyusun matriks banding berpasangan. Dalam matriks ini, pasangan-pasangan unsur dibandingkan berkenaan dengan kriteria di tingkat yang lebih tinggi, dimulai dari puncak hirarki
12
-
-
-
-
-
untuk fokus goal yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar unsur yang terkait dengan yang dibawahnya. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil matriks banding berpasangan antar unsur pada langkah 3. Setelah matriks banding berpasangan selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembandingan berpasangan antara unsur pada kolom ke-i dengan setiap unsur pada baris ke-j yang berhubungan dengan fokus goal. Seberapa kuat unsur baris ke-i didominasi atau dipengaruhi oleh fokus goal dibandingkan dengan kolom ke-j. Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama dan di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Matriks di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya elemen F12 memiliki nilai 3, maka nilai unsur F21 adalah kebalikannya, yaitu 1/3. setelah itu prioritas dicari dan konsistensinya diuji. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen atau elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria unsur di atas. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor - vektor prioritas. Pengolahan matriks terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal: o Pengolahan horizontal, yaitu terdiri dari penentuan vektor prioritas, uji konsistensi dan revisi pendapat bila diperlukan. o Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap unsur pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlah hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan dimensi dari masing-masing matriks. Metode AHP digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan strategi pengembangan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dimiliki oleh Perusahaan, khususnya keputusan yang diambil guna meningkatkan penjualan mutiara.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil PT. Dafin Mutiara PT Dafin Mutiara berdiri pada tanggal 7 September 1988 berdasarkan Akte Notaris No. 3 tertanggal 20 Februari 2009 dihadapan Notaris Albert Kosuma, SH.,MH dan disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan. nomor AHU-09860.AH.01.02. pada tanggal 27 Maret
13
2009. PT. Dafin Mutiara merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perikanan khususnya budidaya tiram mutiara (pinctada maxima) yang terletak di daerah patah hati desa Warialau Kecamatan Aru Utara Kabupaten Kepulauan Aru dengan luas areal tempat usaha 4.354.629 M2. Di dalam menjalankan proses produksi perusahaan memiliki tenaga kerja untuk memperlancar proses produksi sampai pada produk siap di eksport. Jumlah karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara adalah 114 orang yang terdiri dari 113 orang tenaga kerja tetap dan 1 orang tenaga kerja tidak tetap. Tingkat pendidikan karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara bervariasi, mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Karyawan yang tingkat pendidikan SD sebanyak 90 orang, SMP sebanyak 12 orang, tingkat SMA sebanyak 9 orang sedangkan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 3 orang. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja secara tetap pada perusahaan dan mendapat gaji pada setiap bulan. Sedangkan karyawan tidak tetap adalah karyawan yang tidak terikat pada perusahaan dan sifatnya harian dan serta pembayaran gajinya dilakukan pada setiap minggu. Bila dalam satu hari karyawan tidak masuk dan bekerja maka gaji akan di potong pada satu hari. Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal dan membuka lapangan kerja bagi warga di sekitar perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat membantu pemerintah daerah mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Kepulauan Aru. Untuk kegiatan promosi, PT. Dafin Mutiara tidak pernah melakukannya baik dalam bentuk iklan di media massa, media cetak, media online maupun pameranuntuk memperkenalkan produknya. Produk yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara adalah jenis biji mutiara putih (south sea pearl) (gambar 3) dan sistem pemasaran yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara adalah dengan cara mengeksport langsung produk yang dihasilkan ke negara tujuan eksport yaitu Hongkong melalui kantor cabang di Surabaya.
Gambar 3 Produk dari PT. Dafin Mutiara Letak geografis Letak geografis Kabupaten Kepulauan Aru berdasarkan letak dan batas wilayah, luas wilayah, topografi, geologi, iklim, dan hidrologi adalah sebagai berikut : a. Letak dan batas wilayah Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Aru berada antara 05.00 Lintang Selatan sampai 08.00 Lintang Selatan dan 133.50 Bujur Timur dan 136.50 Bujur Timur.
14
Berdasarkan batas-batas administrasi, Kabupaten Kepulauan Aru dibatasi antara lain : Sebelah Selatan : Laut Arafura Sebelah Utara : Bagian Selatan Papua Sebelah Timur : Bagian Selatan Papua Sebelah Barat : Bagia Timur Pulau Kei Besar dan Laut Arafura b. Luas wilayah Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru ± 55.270,22 Km2 dengan luas daratan ± 6.425,77 Km² dan 48.0701 Km2 lautan. Pada Tahun 2008 berdasarkan perda No. 15 Tahun 2005, Kabupaten Kepulauan Aru berubah menjadi 7 Kecamatan (terjadi pemekaran 4 Kecamatan baru). Adapun nama – nama Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Aru menjadi : c. Topografi Topografi Kepulauan Aru pada umumnya datar dan berawa-rawa. Pada umumnya, Kabupaten Kepulauan Aru berdaratan rendah, perbukitan dan pesisir pantainya berawa-rawa. Wilayah ini didominasi oleh kemiringan lereng <15% dan ketinggian antar 0-200 mdpl, Kawasan yang relatif datar jumlahnya ± sebesar 15,1% dan kawasan ini umumnya berada di daerah pantai. d. Geologi Menurut Peta Geologi Indonesia (1965), Kepulauan Aru terbentuk atau tersusun dari 2 jenis tanah yakni tanah Podzolik dan tanah Rensina serta 5 jenis batuan yakni batuan Neogen, Aluvium Undak, Terumbul Coral, Paleozoikum, dan Seklis Habluk. e. Iklim Iklim dipengaruhi oleh Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di Bagian Timur dan Benua Australia di Bagian Selatan, sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan. - Keadaan musim teratur, Musim Timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah Musim Kemarau. Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Pebruari. Musim hujan pada bulan Desember sampai Pebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Pebruari. - Musim Pancaroba berlangsung dalam bulan Maret/April dan Oktober/ Nopember. - Bulan April sampai Oktober, bertiup Angin Timur Tenggara. Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut bergelora. - Bulan April sampai September bertiup Angin Timur Tenggara dan Selatan sebanyak 91% dengan Angin Tenggara dominan 61% . - Bulan Oktober sampai Maret bertiup Angin Barat Laut sebanyak 50% dengan Angin Barat Laut dominan 28%. Tipe Iklim Kepulauan Aru terbagi dalam dua Zona Agroklimat yaitu bulan basah sebanyak 5 - 6 bulan dan bulan kering sebanyak 2 - 3 bulan.
15
Manajemen Pengelolaan Budidaya Tiram Mutiara Teknik budidaya tiram mutiara Tingkat keberhasilan pemeliharaan tiram mutiara untuk menghasilkan mutiara bulat baik kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan oleh proses penanganan tiram sebelum operasi pemasangan inti, saat pelaksanaan operasi, pasca operasi dan ketrampilan dari teknisi serta sarana pembenihan tiram yang memadai (C. Tisdell and B. Poirine, 2007). Pada umumnya tiram mutiara yang akan dioperasi inti mutiara bundar berasal dari hasil penangkapan di alam yang dikumpulkan dari kolektor dan nelayan. Namun ukuran cangkang mutiara terdiri dari macam-macam ukuran yang nantinya disortir menurut ukuran besarnya mutiara, hal inilah yang menjadi penyebab sehingga tidak dapat melaksanakan operasi dalam jumlah yang banyak. Sedangkan hasil pembenihan dari hatchery dapat diperoleh ukuran yang relatif seragam ukurannya sehingga dapat dilakukan operasi pemasangan inti mutiara dalam jumlah yang banyak. Namun produksi benih belum dapat dikembangkan secara masal. Pemeliharaan spat tiram disesuaikan dengan kondisi perairan disekitarnya. Pemeliharaan benih (spat) yang masih kecil berukuran dibawah 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3 cm sedangkan spat dengan ukuran di atas 5 cm dipelihara pada kedalaman lebih dari 4 cm. Dalam budidaya tiram mutiara handaknya memperhatikan beberapa tahapan (Effendi I, 2004) sebagai berikut : a. Penanganan tiram sebelum operasi pemasangan inti mutiara Dari proses terbentuknya mutiara dapat dibagi menjadi dua yaitu: - Mutiara asli yang terdiri dari mutiara alam (natural pearl) dan mutiara pemeliharaan (cultured pearl) - Mutiara tiruan/imitasi (imitation pearl) Lebih jauh akan dijelaskan proses terbentuknya mutiara pemeliharaan, sebelum proses penanganan tiram mutiara (Pinctada maxima) untuk pemasangan inti mutiara, harus dilakukan beberapa proses yaitu: - Seleksi bibit Benih tiram mutiara dari hasil penyelaman (natural) maupun dari hasil pembenihan (breeding) diseleksi untuk mencari tiram yang telah siap untuk dioperasi dan dilakukan pemasangan inti. Dimana benih siap operasi adalah tiram yang kondisinya sehat, tidak cacat, telah berumur 2-3 tahun jika benih itu didapat dari usaha budidaya dan berukuran diatas 15 cm jika benih tersebut didapat dari hasil penangkapan. Benih tiram mutiara yang telah terkumpul dari hasil seleksi untuk dioperasi harus dipelihara dalam rakit pemeliharaan khusus supaya memudahkan dalam penanganan saat operasi akan berlangsung. - Ovulasi buatan Ovulasi buatan bertujuan agar pada saat operasi tiram mutiara tidak sedang dalam keadaan matang telur, karena tiram yang matang telur jaringan tubuhnya sangat peka terhadap rangsangan dari luar, sehingga inti yang di pasang akan dimuntahkan kembali. Ovulasi buatan ini merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memaksa tiram mutiara agar mengeluarkan telur atau spermanya. Cara ovulasi buatan yaitu dengan menaik turunkan keranjang pemeiharaan kedalam air dengan cepat sampai telur atau sperma keluar dari tiram.
16
Selain dari perlakuan menaik turunkan keranjang pemeliharaan tiram, kegiatan lain yang dilakukan yaitu masa pelemasan tiram (yukuesey) dimana tiram mutiara yang siap operasi di kurangi jatah pakannya dan membatasi ruang geraknya sehingga tiram menjadi lemah dan kepekaannnya menjadi berkurang pada saat inti dimasukkan. - Pembukaan cangkang Setelah tiram mutiara diistrahatkan selama 1 hari setelah proses ovulasi buatan selanjutnya dlakukan proses pembukaan cangkang tiram mutiara. Dalam kegiatan ini ada 3 cara yang sering digunakan untuk memaksa tiram secara alami membuka cangkangnya yaitu dengan merendamnya dalam air dengan kepadatan yang tinggi, sirkulasi air dan cara yang terakhir yaitu pengeringan. Setelah cangkang terbuka akibat dari perlakuan ini, cangkang tersebut segera ditahan dengan forsep dan di pasang baji pada mulut tiram supaya cangkang selalu dalam keadaan terbuka. Selanjutnya 1 jam sebelum operasi, tiram-tiram tersebut diletakkan didalam dulang dengan bagian engsel atau dorsal di sebelah bawah. b. Operasi Pemasangan Inti Mutiara Bulat Untuk menghasilkan mutiara pada tiram ada dua cara yang umum di lakukan dalam operasi pemasangan inti mutiara yaitu Pemasangan inti mutiara bulat dan pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister). Operasi pemasangan inti mutiara bulat merupakan bagian terpenting dalam menentukan keberhasilan pembuatan mutiara bulat. Ada beberapa cara yang perlu dilakukan dalam operasi pemasangan inti mutiara bulat adalah sebagai berikut (1) Sebelum pemasangan inti, tiram siap operasi di kumpulkan diatas meja operasi; (2) Membuat potongan mantel dengan pengambilan mantel dari tiram donor dan mengguntingnya sekitar lebar 5 mm dan panjang 4 cm. kemudian mantel dipotong membentuk bujur sangkar dengan sisi-sisi 4 mm, mantel yang diambil hendaknya dipilih tiram yang mudah dan aktif; (3) Pemasangan inti mutiara bulat perlu diperhatikan ukuran inti yang akan dipasang. Umumnya ukuran inti mutiara yang dimasukkan kedalam gonad tiram mutiara jenis Pinctada maxima yaitu berkisar antara 3,03-9,09 mm. Cara pemasangan inti yang perlu diperhatikan yaitu peralatan operasi lebih terdahulu disterilkan atau dibersihkan, pembuatan sayatan yang baik dan penempatan inti yang tepat didalam organ dalam tiram, mantel dan inti (nukleus) yang ada didalam gonad bersinggungan langsung dan operasi dilakukan dengan cepat sehingga tiram mutiara tidak stress atau mati, karena lamanya saat operasi pemasangan inti mutiara. c. Penangannan Tiram Pasca Operasi Pemeliharaan tiram mutiara pasca operasi sangat menentukan penyembuhan dan pembentukan mutiara yang dihasilkan. Setelah tiram dioperasi, dengan cepat dan hati-hati dimasukkan kembali kedalam air dan digantung pada rakit pemeliharaan yang letaknya paling dekat rumah operasi dan pada tempat yang pergerakan airnya paling kecil. Tiram memerlukan waktu istrahat yang cukup 1-3 bulan untuk menyembuhkan luka shock akibat dari operasi pemasangan inti. Setelah masa penyembuhan, dilakukan pemeriksaan terhadap tiram untuk mengetahui apakah inti yang telah dipasang masih dalam posisi semula atau
17
dimuntahkan. Tiram yang akan diperiksa ditahan dengan baji lalu diletakkan pada shell holder dan diperiksa. Apabila inti masih berada didalam, maka bagian tersebut akan kelihatan sedikit menonjol. Pemeriksaan inti mutiara yang dilakukan oleh perusahan-perusahan yang berskala besar dilakukan dengan cara menggunakan alat rontgen. Pemeriksaan dengan alat ini dilakukan sekitar 45 hari setelah masa tento terakhir atau kurang lebih 3 bulan setelah pemasangan inti. Tiram yang masih terdapat inti didalam cangkangnya dalam posisi semula dipelihara kembali hingga waktu panen tiba. Tiram yang memuntahkan intinya dan kondisi tubuhnya masih baik dapat diulangi pemasangan inti mutiara bulat atau setengah bulat (blister). d. Panen Setelah masa pemeliharaan 1½ - 2 tahun sejak operasi pemasangan inti maka tiram dapat dipanen dengan kecermatan dan ketepatan yang benar agar hasil mutiara dapat berkualitas baik. Panen akan lebih baik menguntungkan apabila dilakukan pada saat musim hujan, karena untuk mengurangi mortalitas pada waktu pemasangan inti mutiara bulat kedua. Tekanan tinggi, suhu rendah dan relatif konstan serta suasana remang-remang dapat menyebabkan sel penghasil nacre lebih aktif mensekresikan nacre, sehingga kilau dan warnanya lebih baik walaupun pelapisan nacrenya berlangsung lebih lambat. Cara pemanenan dapat dilakukan sebagai berikut : tiram yang sudah dipanen diletakkan di atas meja operasi. Kemudian bagian mantel dan insang yang menutupi gonad disisihkan sehingga mutiara akan kelihatan dan tampak menonjol dengan sedikit bercahaya. Kemudian dibuat sayatan pada organ tersebut seperti pada saat pemasangan inti mutiara bulat, maka mutiara dengan mudah dapat dikeluarkan dari gonad tiram.
Analisa Aspek Ekonomi Budidaya Tiram Mutiara Sejak tahun 2005 Indonesia tercatat sebagai produsen SSP terbesar di dunia yakni sekitar 43% dari kebutuhan mutiara dunia dengan nilai ekspor mencapai 29.431.625 USD atau sekitar 2,07% dengan negara tujuan ekspor yakni Hongkong, Jepang, Australia, Korea Selatan, Thailand, Swiss, India, Selandia Baru dan Prancis. SSP Indonesia mempunyai keunikan berupa warna maupun kilaunya yang mempesona dan abadi sepanjang masa, sehingga sangat digemari di pasar Internasional, dan biasanya diperdagangkan dalam bentuk loose dan jewelery ( Perhiasan). Sentral Pengembangan Pinctada maxima di Indonesia tersebar dibeberapa daerah yaitu Lampung, bali, NTB, NTT, SULUT, SULTENG, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Pelaku usaha budidaya mutiara SPP di Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak 23 perusahaan yang terdiri dari perusahaan swasta nasional sebanyak 17 perusahaan dan perusahaan Modal asing sebanyak 6 perusahaan,dimana 21 perusahaan diantaranya telah tergabung dalam ASBUMI. Dengan terjadinya fluktuasi nilai mata uang Rupiah terhadap nilai tukar mata uang Dollar Amerika yang mengalami perubahan yang tidak menentu, dapat memicu kestabilan nilai jual ekspor mutiara Indonesia yang berada pada kisaran harga pasar antara 45-200 USD per-gram. Harga mutiara yang tinggi disebabkan karena proses produksi dari biji mutiara sangat lama dan sulit serta memiliki keahlian
18
khusus yang belum dikuasai penuh oleh karyawan yang bekerja pada PT. Dafin Mutiara. Produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara yang menurun dipengaruhi oleh faktor alam yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penanganan secara alami hal ini disebebkan karena ketersediaan tiram mutiara yang dihasilkan secara alamiah makin berkurang serta ketersediaan tiram mutiara yang ada tidak memenuhi syarat untuk dilakukan proses implantasi atau penyuntikan nucleus. Sehingga pada tahun 2012 PT. Dafin melakukan kegiatan budidaya dengan kegiatan penyediaan benih (spat) melalui pembenihan secara buatan di hatchery. Adapun dampak dari kegiatan penyediaan benih ini adalah merupakan resiko produk yaitu berupa kegagalan dalam mempersiapkan benih yang akan dibudidayakan dan penyuntikan nucleus, tidak semua dari tiram mutira yang melalui pembenihan secara buatan di hatchery mengalami keberhasilan pada saat panen.
Tahun
2009
Tabel 5 Harga jual biji mutiara Produksi Biji Harga Harga Mutiara ($/) Kurs (rp) (kg) 149.65 6,764 9,447 63,900
Nilai Produksi (Jutaan rupiah) 9,562
2010
191.63
5,865
9,036
53,000
10,156
2011
259.11
6,370
9,113
58,050
15,041
2012
66.85
6,483
9,718
63,000
4,211
Dari Tabel 5 di atas, dapat dijelaskan bahwa produksi biji mutiara yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara pada tahun 2009 sebanyak 149,65 kg dengan kurs mata uang yang berlaku pada saat itu sebesar Rp 9.447 sehingga harga per kg adalah Rp 63.900.000 dan penjualan biji mutiara per kg sebesar Rp 9.562.635.000, disini terdapat selisih penjualan sebesar Rp 13.191.300 yang diperoleh dari hasil penjualan tiram mutiara, jadi total penjualan Tahun 2009 sebesar Rp 9.575.826.300. Tahun 2010 produksi biji mutiara yang dihasilkan sebanyak 191,63 kg namun yang terjual sebesar 181,63 kg sehingga terdapat 10 kg biji mutiara yang tidak terjual. Kurs yang berlaku sebesar Rp 9.036 jadi harga per kg adalah Rp 53.000.000 serta penjualan biji mutiara per kg sebesar Rp 9.626.390.000. Tahun 2010 terdapat selisih penjualan sebesar Rp 57.928.250 yang merupakan hasil penjualan tiram mutiara, jadi total penjualan tahun 2010 sebesar Rp 9.684.318.250. Produksi biji mutiara tahun 2011 adalah 259,11 kg dan ditambahkan dengan sisa 10 kg hasil produksi tahun 2010, jadi total biji mutiara di tahun 2011 sebanyak 269,11 kg dan yang terjual sebanyak 186,11 dengan demikian terdapat sisa biji mutiara sebanyak 83 kg yang belum terjual, nilai tukar rupiah yang berlaku Rp 9.113 dengan harga per kg Rp 58.050.000, jadi total penjualan tahun 2011 sebesar Rp 10.803.685.500, disini terdapat selisih penjualan sebesar Rp 38.390.600 yang diperoleh dari hasil penjulan tiram mutiara, jadi total penjualan tahun 2011 sebesar Rp 10.842.076.100 dan pada tahun 2012 produksi biji mutiara yang dihasilkan menurun yakni sebanyak 66,85 kg, hasil ini ditambahkan dengan sisa biji mutiara yang tidak terjual di tahun 2011 sebanyak 83 kg, jadi total biji mutiara di tahun 2012 sebanyak 149,85 kg dengan tingkat kurs yang berlaku Rp 9.718 dan harga produksi sebesar Rp 63.000.000/kg dan
19
total penjualan per kg sebesar Rp. 9.440.550.000, terdapat selisih penjualan sebesar Rp 17.774.100 yang diperoleh dari penjualan tiram mutiara jadi total penjualan tahun 2012 sebesar Rp 9.458.324.100. Sementara itu nilai volume komoditas unggulan dari produksi hasil perikanan di Kabupaten Kepulauan Aru dapat dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 6 Volume komoditi unggulan dari produksi hasil perikanan yang di antar pulaukan tahun 2009-2012 No
Jenis Komoditi
1 2 3 4
Biji Mutiara Rumput Laut Ikan Kerapu Lobster : -Mutiara -Bambu -Pasir Kepiting : -Bakau -Rajungan Teripang Ikan Hiu : -Ujung Ekor -Kulit -Tulang -Daging -Sirip
5
6 7
2009 Volume (kg) 694,60 1.460.502,00 164.460.60
2010 Volume (kg)
2011 Volume (kg)
2012 Volume (kg)
751,18 781,149 639,259 .769.950,00 2.397.168,00 1.209.237,00 64.569,50 69.902,00 67.017,00
6.874,75 13.720,80 441,00
14.715,82 20.318,25 281,00
10.448,00 17.276,00 220,00
11.683,00 14.757,00 -
223.121,00 7.730,00 40.492,00
225.145,00 2.030,00 219.687,00
286.699,00 545,00 62.077,00
327.889,00 850.032,00
34.087,00 49.955,00 110.076,00 1.392.785,00 45.188,00
35.610,00 42.335,00 63.700,00 570.770,90 205.420,00
27.796,00 41.536,00 21.857,00 503.115,00 202.234,00
11.878,00 14.526,00 6.238,00 183.050,00 298.603
Sumber: DKP Kab. Kepulauan Aru (2012)
Penilaian Aspek Keuangan dan Analisa Sensivitas Perusahaan Penilaian aspek keuangan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bisnis usaha budidaya tiram mutiara, agar usaha budidaya tersebut dapat berkelanjutan. Untuk mengetahui aspek keuangan dari kegiatan budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara, maka dapat dihitung dari besarnya nilai investasi, biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan, pendapatan yang diperoleh dari nilai jual hasil panen, dan kewajiban membayar pinjaman bank dengan bunga 25% per tahun selama 4 tahun. Menurut Kasmir dan Jakfar 2010, penilaian aspek keuangan tersebut digambarkan berdasarkan kriteria nilai Revenue Cost Ratio (R/C) dan keuntungan (π) untuk mengetahui kelayakan pada saat ini. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha dimasa mendatang dengan memasukkan faktor nilai uang (discounted criteria) digunakan kriteria Net Present Value (NPV), dan Net Benefit Cost (Net B/C). Tingkat discount rate diasumsikan sebesar 15 % (mengacu pada kisaran suku bunga kredit pada saat ini), Perhitungan rentang usaha selama 4 tahun dan usaha budidaya dioperasikan mulai tahun pertama. Jumlah produksi mutiara dari PT. Dafin Mutiara selama tahun 2009 hingga 2012 sangat
20
fluktuatif sehingga mempengaruhi laba perusahaan. Untuk itu dilakukan penilaian dari aspek keuangan terhadap usaha dari PT. Dafin Mutiara yang dimulai dari tahun 2009 sampai 2012 dengan menggunakan model analisis Net Present Value (NPV), PI atau B/C Ratio dan Internal Rate of Return (IRR) serta analisis sensivitas. Hasil dari penilaian aspek keuangan dan hasil analisis sensivitas perusahaan dapat di lihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Penilaian aspek keuangan dan analisis sensivitas bisnis usaha tiram mutiara Kriteria Finansial Investasi
Kondisi Normal (Juta rp) 12,280
NPV
6,557
3,685
553
6,782
2,474
IRR
60.87%
28.77%
15.31%
75.00%
16.91%
1.91
1.25
1.00
2.20
1.03
Net B/C
Penjualan Turun 10% (Juta rp) 12,280
Penjualan Turun 20% (Juta rp) 12,280
Bahan Baku Naik 10% (Juta rp) 12,280
Bahan baku Naik 30% (Juta rp) 12,280
Berdasarkan penilaian aspek keuangan di atas dapat dilihat bahwa bisnis usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp. 6.557.713.274. Ini menunjukkan bahwa bisnis usaha tiram mutiara akan memberikan manfaat bersih sekarang sebesar Rp. 6.557.713.274 selama jangka waktu empat tahun, sehingga berdasarkan kriteria NPV maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1,91 yang berarti setiap Rp. 1,00 yang dikeluarkan akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp. 1,91. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari 1, sehingga usaha budidaya tiram mutiara ini layak untuk dijalankan. Sedangkan IRR yang didapat yaitu sebesar 60,87% dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount factor (rate) yang ditetapkan yaitu 15%. Dengan demikian, berdasarkan kriteria penilaian IRR maka usaha ini sangat layak untuk dilaksanakan. Analisis sensivitas pada usaha ini menunjukkan bahwa bisnis usaha budidaya tiram mutiara yang saat ini dijalankan dengan asumsi bahwa jika penjualan turun hingga 20% dan jika harga bahan baku naik hingga 30% maka perusahaan masih dapat untuk menjalankan usahanya dengan baik. Analisis Trend dan Forecasting Analisis trend dilakukan untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan dari tahun ke tahun terhadap laporan keuangan perusahaan. Periode pengamatan dari penelitian terhadap PT. Dafin Mutiara untuk analisa trend adalah 4 tahun yaitu dari tahun 2009 sampa tahun 2012 dan yang menjadi tahun dasar adalah tahun 2009 karena tahun tersebut merupakan tahun awal atau periode awal perusahaan melakukan kegiatan eksport. Analisa trend yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan dari PT. Dafin Mutiara selama 4 tahun (2009-2012) pada komponen penjualan adalah cenderung naik, hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara sudah dikenal di pasar sasaran dan memiliki kualitas yang baik.
21
PT. Dafin Mutiara diharapkan memperhatikan dan mempertimbangkan faktorfaktor yang dapat meningkatkan volume penjualan mutiara diantaranya yaitu kebijakan harga jual, kebijakan produk dan kebijakan distribusi. Pada komponen pendapatan, dilakukan analisis trend selama 4 tahun dari tahun 2009-2012 diperoleh grafik dengan kecendrungan meningkat. Hal ini disebabkan karena harga jual produk yang berfluktuasi mengikuti kurs mata uang yang berlaku. Forecasting atau peramalan terhadap kondisi perkembangan perusahaan sangat perlu dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara, karena bermanfaat untuk memperkirakan bagaimana kondisi keuangan perusahaan pada tahun-tahun mendatang sehingga perusahaan dapat melakukan strategi yang tepat untuk mengantisipasinya. Analisis trend yang dilakukan berdasarkan laporan keuangan perusahaan adalah terhadap komponen penjualan tiram mutiara dan pendapatan atau laba bersih perusahaan. Hasil Analisis trend terhadap laporan keuangan perusahaan dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Analisis trend terhadap laporan keuangan Perusahaan PT. Dafin Mutiara tahun 2009-2012 Komponen
Tahun (Dalam Jutaan Rupiah) 2010 2011 9684 10842 143 210
2009 9.575 108
Penjualan Pendapatan
2012 9458 189
Ukuran kebaikan model ditunjukkan oleh besarnya nilai MAPE, MAD dan MSD. Semakin kecil nilai MAPE menunjukkan bahwa model yang digunakan semakin akurat, sehingga model tersebut secara statistis semakin cocok untuk digunakan. Model peramalan pada komponen penjualan menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil, yaitu dengan nilai MAPE 4, nilai MAD 454 dan MSDnya adalah 300507. Kecendrungan perkembangan kondisi penjualan perusahaan tahun 2009-2012 serta peramalan selama 10 tahun ke depan dengan asumsi bahwa tingkat bunga adalah sama dapat dilihat pada gambar 4 Trend Analysis Plot for Penjualan Linear Trend Model Yt = 9688 + 80.7*t
11000
Variable A ctual Fits Forecasts
10750
A ccuracy Measures MA PE 4 MA D 456 MSD 300507
Penjualan
10500 10250 10000 9750 9500 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10
11
12
13
14
Gambar 4 Perkembangan penjualan perusahaan 2009-2012 dan forecasting 10 tahun ke depan (2013-2022)
22
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa perkembangan penjualan dari PT. Dafin Mutiara cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011 sedangkan ditahun 2012 mengalami penurunan dan untuk peramalan 10 tahun ke depan penjualan dari PT. Dafin Mutiara juga cenderung mengalami kenaikan. Tabel 9 Analisis Forecasting terhadap penjualan dan pendapatan tahun 2013-2022 Komponen
Tahun (Dalam Jutaan Rupiah) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Penjualan 10,091 10,172 10,252 10,333 10,414 10,495 10,575 10,656 10,737 10,817 Pendapatan 240 271 302 333 364 395 426 457 488 519
Kecendrungan perkembangan kondisi pendapatan PT. Dafin Mutiara tahun 2009-2012 serta peramalan selama 10 tahun ke depan dengan asumsi tingkat bunga tetap dapat dilihat pada gambar 5. Trend Analysis Plot for Pendapatan Linear Trend Model Yt = 85 + 31*t
Variable A ctual Fits Forecasts
500
A ccuracy Measures MA PE 9.006 MA D 16.000 MSD 376.000
Pendapatan
400
300
200
100 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10
11
12
13
14
Gambar 5 Perkembangan pendapatan perusahaan 2009-2012 dan forecasting 10 tahun ke depan (2013-2022) Dari data perusahaan, pendapatan yang diperoleh oleh PT. Dafin Mutiara dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan, dan peramalan pendapatan perusahaan untuk 10 tahun ke depan yakni dari tahun 2013 sampai tahun 2022 dengan asumsi bahwa tingkat bunga adalah tetap, juga cenderung mengalami kenaikan. Peramalan pada komponen penjualan menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil. Tahun 2013 penjualan perusahaan diprediksi akan bernilai Rp 10.091.500.000 dan pada tahun ke 10 yaitu tahun 2022 penjualan perusahaan diramalkan meningkat menjadi Rp. 10.817.800.000. Peramalan untuk komponen pendapatan juga menggunakan model linear karena memiliki tingkat kesalahan terkecil dibandingkan dengan dua model lainnya. Pendapatan perusahaan untuk tahun 2013 diprediksi sebesar Rp 240.000.000 dan tahun 2022 diprediksi pendapatan dari PT. Dafin Mutiara akan naik menjadi Rp 519.000.000. Dengan demikian perusahaan diharapkan tetap mempertahankan bahkan lebih meningkatkan kegiatan operasional dengan meningkatkan jumlah penjualan sehingga akan meningkatkan laba perusahaan.
23
Analisis SWOT Untuk mendapatkan suatu formula strategi pengembangan pemasaran bisnis usaha yang baik dari PT. Dafin Mutiara maka perlu dilakukan analisis SWOT (Rangkuti, 2005). Analisis SWOT merupakan suatu alternatif yang dapat di pakai PT. Dafin Mutiara dari pendekatan internal yang terdiri dari kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) serta faktor eksternal yang meliputi peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Faktor Internal dan Faktor Eksternal Faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut diantaranya: a. Faktor internal 1. Kekuatan (Strenght) : a. Lokasi perusahaan yang sangat strategis PT. Dafin Mutiara terletak di daerah yang terlindung dari hempasan ombak, sehingga memungkinkan melakukan kegiatan budidaya dengan baik. Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara. Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun (Aladaileh Saleem 2014). b. Memiliki tenaga operasi cukup trampil dan berpengalaman di dalam kegiatan operasi siput (haichery) Secara internal, PT Dalfin Mutiara telah memiliki seorang tenaga teknis asing yang berpengalaman dalam kegiatan operasi siput (haichery). Hal ini merupakan salah satu unsur dasar dalam perencanaan usaha budidaya tiram mutiara, karena tanpa tenaga yang trampil dalam proses haichery, maka akan mengakibatkan kegagalan produksi (Leera Kittigul et.al 2014). c. Prospek Usaha yang baik didukung dengan posisi keuangan perusahaan yang kuat. PT Dafin Mutiara memiliki aset investasi yang cukup kuat dalam melaksanakan perencanaan usaha budidaya tiram mutiara. Faktor ini juga merupakan salah satu penentu keberhasilan proses budidaya hingga produksi, sesuai hasil analisa kelayakan usaha dan sensivitas bisnis yang dijalankan. d. Memiliki reputasi yang baik dibidang budidaya khusunya tiram mutiara. Semenjak berdiri pada tanggal 7 September 1988, PT Dafin Mutiara telah memiliki reputasi yang baik di bidang pengelolaan budidaya tiram mutiara di Kepuluan Aru, hingga dapat memasok produk mutiara dari Kepulauan Aru ke pasar ekspor internasional.
24
2. Kelemahan (Weakness) : a. Kurangnya SDM lokal yang terampil dalam proses haichery Ketersediaan SDM lokal yang trampil, menjadi salah satu unsur yang melemahkan perkembangan bisnis usaha ini dikalangan masyarakat pribumi. Hal ini dikarenakan sebagaian besar tenaga teknis yang terampil dan proses haichery adalah orang asing. Ketrampilan yang dimiliki oleh SDM lokal dapat dikembangkan agar mampu menjawab kebutuhan produksi dalam bisnis usaha budidaya tiram mutiara. b. Program penelitian dan pengembangan dari usaha budidaya tiram mutiara belum dilakukan secara optimal. Masih kurangnya kepercayaan pengusaha bisnis tiram mutiara dalam pengembangan kerjasama dan penelitian dengan instansi pemerintah daerah maupun dengan kalangan akademis. Secara spesifik pengusaha tidak mau menyampaikan informasi perusahaannya terlebih khusus dalam menjaga kerahasiaan teknik dan proses haichery hingga produksi panen tiram mutiara (Yusnaini, 2009) c. Tidak adanya promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Promosi merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat penting untuk membuat produk dapat dikenal di pasar dengan baik. Kurangnya promosi akan menjadi kendala dalam memasuki pasar (Kotler dan Amstrong, 2008) b. Faktor eksternal 1. Peluang (Opportunity) : a. Merupakan komoditas unggulan Mutiara memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu trand produk perhiasan di pasar dunia (Alexander, 2006). Mutiara sebagai produk komoditas unggulan dari Kabupaten Kepulauan Aru selain produk hasil perikanan lainnya. Memiliki image yang kuat di masyarakat b. Makin tingginya kepercayaan pasar luar negeri terhadap mutu produk mutiara Dengan semakin dikenalnya produk mutiara asal Kepulauan Aru di pasar internasional, maka semakin memperkuat opini konsumen dan meningkatkan permintaan pasar terhadap produk mutiara yang dihasilkan dari salah satu kabupaten kepulauan termuda di Indonesia. Produk mutiara memiliki ciri dan keunikan tersediri yang diminati oleh konsumen sehingga menimbulkan tingkat kepuasaan tersediri yang dapat menumbuhkan kepercayaan pasar kepada produk mutiara yang dihasilkan. c. Tingginya permintaan produk Dengan tingginya kepercayaan konsumen terhadap produk mutiara yang dihasilkan, maka akan memicu peningkatan permintaan pasar terhadap produk hasil budidaya tiram mutiara dari Kabupaten Kepulauan Aru. d. Tersedianya sarana prasarana Dalam melaksanakan produksi tentunya perlu didukung pula dengan sarana dan prasarana yang memadai, baik sarana dan prasarana budidaya tiram mutiara, maupun aspek penunjang lain seperti tranportasi,
25
telekomunikasi, pasokan listrik dan penerangan, sarana laboratoium haichery serta media informasi dan komunikasi. e. Mutu perairan tempat usaha budidaya cukup baik Secara umum perairan di wilayah Kabupaten Kepulauan Aru ini memiliki salinitas yang memadai untuk tiram mutiara yang hidup pada hidup pada salinitas yang tinggi antara 32-35 ppt. Memiliki suhu optimum dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25-30 0C. Suhu air pada kisaran 27 – 31 0C juga dianggap layak untuk tiram mutiara. Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara 7,8- 8,6 pH agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Mamangkey FGN et.al 2010). 2. Ancaman (Threat) : a. Pemasok bahan baku yang semakin berkurang Bahan baku dalam bisnis usaha budidaya tiram mutiara ini masih merupakan produk impor yakni berupa bibit mutiara ata nukleus serta ketersediaan pada proses produksi belum memadai. b. Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sejenis Keberadaan perusahaan sejenis memberikan ruang terjadinya persaingan usaha yang bedampak positif dan bahkan dapat berdampak negatif, olehnya itu perusahaan sedapat mungkin dapat melakukan pola manajemen yang lebih efektif dan terkontrol (Nur Taufiq SPJ et.al 2007). c. Kenaikan harga BBM Kenaikan harga bahan bakan minyak (BBM) dapat menjadi kendala dalam proses produksi, karena akan menggganggu proses transportasi dan distribusi hasil produksi. d. Kurs mata uang yang fluktuatif Kondisi fluktuasi mata uang menjadi indikator naik turunya harga produk di pasa internasional, hal ini disebabkan nilai kurs Rupiah yang sangat lemah dengan nilai kurs mata uang asing di pasar internasional. e. Tingginya biaya perizinan usaha Faktor ini menjadi pemicu kegagalan usaha bagi perusahaan yang tidak mapan dalam hal modal investasi. Dalam aspek bisnis perusahaan bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal dan membuka lapangan kerja bagi warga di sekitar perusahaan sehingga secara tidak langsung dapat membantu pemerintah daerah mengurangi tingkat pengangguran, olehnya itu faktor ini dapat menjadi unsur f. Cuaca yang tidak menentu Perubahan cuaca menjadi faktor yang sangat mengganggu kestabilan proses produksi, karena dengan terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim sangat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangbiakan tiram mutiara. g. Gangguan keamanan Faktor keamanan menjadi penentu dalam menjaga kelangsungan produksi tiram mutiara dari ancaman pencurian maupun pengrusakan lahan budidaya.
26
Matriks IE a. Tahap pemasukan Setiap proses kegiatan dari budidaya tiram mutiara dalam mencapai berbagai strategi pengembangan usaha dapat menentukan prioritas strategi. Dan untuk menentukan prioritas strategi yang akan dilakukan oleh perusahaan, maka perlu dibuat matriks internal dan matriks eksternal dari strategi bisnis usaha tiram mutiara tersebut. Hasil dari analisis matriks IFE disajikan pada tabel berikut :
Faktor Internal
Tabel 10 Hasil analisis matriks IFE Bobot (A)
Kekuatan Lokasi perusahaan yang strategis Memiliki tenaga operasi yang terampil Memiliki prospek usaha yang baik Memiliki reputasi yang baik di bidang budidaya Kelemahan Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif Program Litbang usaha budidaya belum optimal Kurangnya promosi dari perusahaan TOTAL
Rating Skor (B) (AxB)
0,192 0,108 0,148 0,195
4,0 4,0 4,0 4,0
0,768 0,431 0,593 0,781
0,094 0,108 0,155
2,0 2,0 1,8
0,189 0,215 0,271 3,247
Berdasarkan hasil perhitungan matriks IFE pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa faktor kekuatan yang menduduki peringkat pertama dengan nilai tertimbang 0,781 adalah memiliki reputasi yang baik di bidang budidaya. Faktor ini menjadi salah satu kekuatan yang sangat penting dalam strategi bisnis Tiram Mutiara di PT. Dafin Mutiara. Disamping itu, lokasi perusahaan yang strategis, memiliki tenaga kerja yang terampil dan memiliki fasilitas yang memadai merupakan faktor kekuatan yang juga penting untuk diperhatikan, karena merupakan daya dukung faktor kekuatan utama dalam strategi bisnis Tiram Mutiara. Pada faktor kelemahan, kurangnya promosi dari perusahaan memiliki nilai tertimbang tertinggi, yaitu 0,271. Faktor-faktor kelemahan lain seperti, ketersediaan bahan baku yang fluktuatif dan program penelitian dan pengembangan usaha budidaya belum optimal, merupakan faktor kelemahan yang mendasar dalam rangka melakukan strategi bisnis Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara. Untuk itu perumusan strategi yang akan dilaksanakan dalam strategi bisnis Tiram Mutiara perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang ada agar dapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Bobot skor total diperoleh adalah 3,247. Hal ini menunjukkan bahwa strategi bisnis Tiram Mutiara dari PT. Dafin Mutiara memiliki posisi internal yang kuat.
27
Faktor eksternal
Tabel 11 Hasil analisis matriks EFE Bobot Rating Skor (A) (B) (AxB)
Peluang Merupakan komoditas unggulan Memiliki image yang kuat Makin tingginya kepercayaan pasar luar negeri terhadap mutu produk mutiara Tingginya permintaan produk Tersedianya sarana prasaran Mutu perairan tempat usaha budidaya yang cukup baik Ancaman Pemasok bahan baku yang semakin berkurang Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sejenis Kenaikan harga BBM Kurs mata uang yang berfluktuasi Tingginya biaya perizinan usaha Cuaca yang tidak menentu Gangguan keamanan dari pencurian tiram mutiara TOTAL
0,090 0,071 0,080
4,0 3,0 3,0
0,359 0,212 0,240
0,083 0,087 0,095
3,0 3,0 4,0
0,250 0,260 0,378
0,067 0,045 0,087 0,090 0,045 0,083 0,079
1,0 1,0 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0
0,067 0,045 0,087 0,179 0,090 0,165 0,159 2,490
Berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa faktor peluang yang menduduki peringkat pertama dengan nilai tertimbang 0,378 adalah mutu perairan tempat usaha budidaya yang cukup baik. Faktor ini menjadi salah satu peluang yang sangat penting dalam strategi bisnis Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara. Pada faktor ancaman, kurs mata uang yang berfluktuasi memiliki nilai tertimbang tertinggi, yaitu 0,179. Faktor ini diharapkan segera dapat diatasi dan diharapkan adanya suatu strategi yang akan dilaksanakan untuk dapat segera mengatasi masalah tersebut. Bobot skor total pada faktor eksternal adalah 2,490. Hal ini menunjukkan bahwa strategi bisnis Tiram Mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara memiliki posisi eksternal yang sedang, artinya bahwa strategi bisnis Tiram Mutiara memiliki kemampuan merespon tergolong sedang dan belum menggunakan secara optimal peluang-peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. b. Tahap penggabungan Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci total skor bobot IFE pada sumbu x dan total skor bobot EFE pada sumbu y. Setiap divisi dalam suatu organisasi atau perusahaan harus membuat matriks IFE dan matriks EFE. Setelah skor akhir dari matriks IFE dan matriks EFE diperoleh maka langkah selanjutnya adalah memasukkan nilai tersebut ke dalam matriks Internal Eksternal untuk menentukan posisi perusahaan. Matriks IE merupakan matriks yang menggabungkan bobot skor pada matriks IFE dan matriks EFE sehingga dapat diketahui posisi keberadaan perusahaan dan dapat diketahui strategi apa yang harus dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara terhadap usaha budidaya tiram mutiara.
28
Dari perhitungan matriks IFE diperoleh bobot skor 3,247 dan matriks EFE diperoleh bobot skor 2.490, sehingga hasil pemetaan matriks IE dpat dilihat pada gambar 6. Kuat 3,0-4,0 4,0 Tinggi 3,0-4,0 3,0 Sedang 2,0-2,99 2,490 2,0 Rendah 1,0-1,99 1,0
Total EFE Sedang 2,0-2,99
3,247 3,0
Lemah 1,0-1,99
2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Gambar 6 Hasil Matriks IE
Hasil Matriks SWOT Sebelum merumuskan dan menetapkan alternatif strategi pengembangan bisnis usaha budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara, maka harus dibuat matriks SWOT yang dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Hasil matriks SWOT Faktor
Kekuatan (S)
IFAS
EFAS
Peluang (O) 1. Merupakan komoditas unggulan 2. Memiliki image yang kuat 3. Tingginya kepercayaan pasar 4. Tingginya permintaan produk 5. Tersedianya sarana dan prasarana yang canggih 6. Mutu perairan tempat usaha yang cukup baik
1. Lokasi perusahaan yang strategis 2. Memiliki tenaga operasi yang terampil dan berpengalaman 3. Memiliki prospek usaha yang baik yang didukung dengan posisi keuangan yang kuat. 4. Memiliki reputasi yang baik dibidang budidaya tiram mutiara
Strategi SO 1. Memperluas pangsa pasar (S1,S2,S3, S4, O1, O5, O6)
Kelemahan (W) 1. Ketersedian bahan baku yang fluktuatif 2. Kurang adanya program pelatihan dan pengembangan usaha budidaya tiram mutiara 3. Kurangnya promosi dari perusahaan
Strategi WO 1. Meningkatkan kegiatan Kemitraan melalui program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (W1,W2, O1, O2, O3) 2. Melakukan kegiatan promosi di dalam dan 3. luar negeri (W2, W3, O1, O2, O3)
29
Lanjutan Tabel 12
Ancaman (T) 1. Pemasok bahan baku yang berkurang 2. Keberdaan perusahaan dengan usaha yang sejenis 3. Kenaikan harga BBM 4. Kurs mata uang yang fluktuatif 5. Tingginya biaya perizinan 6. Cuaca yang tidak menentu 7. Gangguan keamanan
Strategi ST 1. Meningkatkan daya saing melalui kualitas mutiara (S2, S3, S4, T2) 2. Merencanakan dan melakukan kegiatan budidaya yang tepatuntuk menghadapi cuaca yang tidak memungkinkan (S1, S2, T2, T3, T4, T6, T7)
Strategi WT 1. Melakukan perekrutan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang tinggi (W2, W3, T2)
Berdasarkan tabel di atas, maka terdapat 6 strategi yang dapat dirumuskan dari kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Enam (6) strategi ini dibagi menjadi empat kelompok strategi, antara lain: 1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities) Strategi ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan kelemahan dimana perusahaan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang terdiri dari: a. Memperluas pangsa pasar 2. Strategi W-O (Weakness-Opportunities) Strategi ini merupakan perpaduan antara kelemahan dan peluang, dimana bertujuan untuk meminimalkan atau memperbaiki kelemahan dengan cara mengambil manfaat dari peluang, dan terdiri dari: a. Meningkatkan kegiatan kemitraan melalui program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia b. Melakukan kegiatan promosi di dalam dan luar negeri 3. Strategi S-T (Strenghts-Threat) Strategi ini diciptakan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki PT. Dafin Mutiara untuk menghindari, atau mengatasi ancaman yang mencakup: a. Meningkatkan daya saing melalui kualitas mutiara b. Melakukan dan merencanakan kegiatan budidaya yang tepat untuk menghadapi cuaca yang tidak memungkinkan. 4. Strategi W-T (Weakness-Threat) Strategi ini diciptakan untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang terdiri dari: a. Melakukan perekrutan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang tinggi.
Analisis Struktur Hirarki Dalam Pengembangan Usaha Budidaya Tiram Mutiara Proses penyusunan hirarki terdiri dari tiga tahapan yaitu (1) Mengidentifikasikan tujuan secara keseluruhan dalam pembuatan hirarki yang disebut goal/tujuan; (2) Menentukan kriteria-kriteria yang diperlukan atau yang sesuai dengan goal/tujuan; (3) Mengidentifikasikan alternatif-alternatif strategi yang akan di evaluasi. Struktur strategi pengembangan usaha tiram mutiara PT. Dafin Mutiara disusun menjadi lima (5) level hirarki dan penyusunan tersebut berdasarkan halhal yang saling terkait dan sangat penting dalam mencapai fokus. Level-level
30
tersebut terdiri dari: (1) Level pertama ditetapkan sebagai goal/tujuan yang ingin dikonsentrasikan, yaitu strategi pengembangan usaha tiram mutiara, (2) Level kedua ditetapkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap goal/tujuan yang terdiri dari 5 hal yang penting bagi pengembangan usaha bisnis tiram mutiara, yaitu pemasaran produk, peningkatan SDM, modal, peningkatan sarana dan prasarana serta promosi, (3) Level ketiga ditetapkan sebagai aktor yang terdiri dari 5 aktor yang terlibat dalam upaya pengembangan usaha budidaya tiram mutiara yaitu perusahaan, pemasok, konsumen, akademisi dan Dinas Kelautan dan Perikanan, (4) Level keempat ditetapkan sebagai tujuan dalam mencapai strategi pengembangan usaha, yang terdiri dari empat 3 tujuan, yaitu memperluas jaringan distribusi, meningkatkan manajemen usaha perusahaan dan meningkatkan laba perusahaan, (5) Level kelima ditetapkan sebagai alternatif strategi yang dapat digunakan dalam mencapai goal/fokus, yang terdiri dari enam (6) strategi. Struktur hirarki strategi bisnis usaha budidaya tiram mutiara PT. Dafin Mutiara dapat dilihat pada Gambar 7.
Goal
Faktor
Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara
Modal (0,084)
Peningkatan SDM (0,401))
Pemasaran Produk (0,175)
Peningkatan Sarana prasarana (0,093)
Promosi (0,248)
(0,084)
Aktor
Tujuan
Alternatif Strategi
Akademisi (0,144) (0,144)
Perusahaan (0,419)
Memperluas Jaringan Distribusi (0,552)
S1 (0,210)
S2 (0,210)
DKP (0,154)
Konsumen (0,126)
Meningkatkan Laba Perusahaan
Pemasok (0,157)
Meningkatkan Manajemen Usaha budidaya (0,278)
(0,169)
S3 (0,203)
S4 (0,175)
S5 (0,130)
S6 (0,072))
Gambar 7 Struktur hirarki strategi bisnis usaha budidaya tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara
Faktor-faktor Penyusun Hirarki Strategi Bisnis Usaha Budidaya Tiram Mutiara PT. Dafin Mutiara Ada beberapa faktor yang dipakai untuk menentukan alternatif strategi yang akan dipilih dalam pengembangan usaha budidaya tiram mutiara, yaitu : a. Pemasaran Produk Pemasaran merupakan aspek yang sangat penting dan mendasar dalam mencapai keuntungan.
31
b. Peningkatan SDM Terwujudnya proses pengembangan usaha budidaya tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara sangat ditentukan oleh tenaga kerja yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang budidaya tiram mutiara yang dimiliki oleh perusahaan agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas. c. Modal Modal merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung terlaksananya pengembangan usaha budidaya tiram mutiara, karena dalam mencapai potensi pasar yang lebih luas, diperlukan modal yang tidak sedikit. d. Peningkatan sarana prasarana Peningkatan sarana dan prasarana penunjang aktifitas perusahaan adalah penting di mana akan dapat mempermudah kegiatan operasional perusahaan dan diharapkan akan meningkatkan volume produksi perusahaan. e. Promosi Faktor ini merupakan salah satu faktor penentu bagi tercapainya pengembangan usaha tiram mutiara, dimana dengan promosi maka masyarakat dapat mengenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk memiliki mutiara yang dihasilkan. Ada beberapa alat promosi yang bisa digunakan oleh PT. Dafin Mutiara dalam memperkenalkan produknya diantaranya melalui media elektronik berupa iklan maupun media cetak berupa brosur serta mengikuti pameran-pameran. Aktor-aktor yang berperan dalam Strategi Bisnis Usaha Budidaya Tiram Mutiara PT. Dafin Mutiara Aktor-aktor yang berperan dalam pengembangan bisnis usaha tiram mutiara adalah: a. Perusahaan Perusahaan dalam hal empat divisi yang ada dalam perusahaan yang membantu kelangsungan kegiatan perusahaan selanjutnya. b. Bagian Produksi Bagian produksi merupakan aktor yang sangat penting dalam membantu perusahaan dalam menjalankan usahanya untuk melakukan kegiatan budidaya tiram mutiara. c. Konsumen Konsumen yang merupakan pemakai akhir dari produk yang dihasilkan yang didapat dari membeli baik untuk dijual kembali (reseller) maupun digunakan sendiri. d. Akademisi Akademisi dilibatkan dalam kegiatan usaha budidaya ini karena diharapkan mampu menciptakan dan mengembangkan usaha ini melalui ilmu pengetahuan yang dimilikinya sehingga dapat membantu meningkatkan produksi dari mutiara. e. Dinas Kelautan dan Perikanan Berperan sebagai media penentu kebijakan terhadap produk-produk perikanan yang dihasilkan di Kabupaten Kepulauan Aru pada umumya dan secara khusus yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara, salah satunya dengan memberikan pengetahuan dasar tentang kegiatan budidaya kepada tenaga kerja serta pelatihan sehingga tenaga kerja memiliki pengetahuan yang memadai dalam melakukan kegiatan operasional perusahaan.
32
Tujuan dari Strategi Pengembangan Usaha Tiram Mutiara Tujuan pengembangan bisnis dari usaha budidaya tiram mutiara PT. Dafin Mutiara terdiri dari 3, yaitu : a. Memperluas jaringan distribusi Hal ini merupakan tujuan penting dalam mengembangkan usaha budidaya tiram mutiara karena memperluas jaringan distribusi merupakan kunci keberhasilan bagi perusahaan dimana akan dapat meningkatkan penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. b. Meningkatkan manajemen usaha perusahaan Adanya strategi usaha pengembangan budidaya tiram mutiara ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi tercapainya manajemen perusahaan yang lebih baik lagi. c. Meningkatkan laba perusahaan Dari kegiatan yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara dalam melakukan budidaya sampai pada proses panen dan kemudian dieksport diharapkan menjadi salah satu tujuan yang akan diprioritaskan oleh perusahaan dalam meningkatkan laba. Pemilihan Alternatif Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Tiram Mutiara Perumusan Alternatif strategi merupakan metode yang didapat dari hasil analisa SWOT pada Tabel 13 yang dapat mendukung keberhasilan dari goal atau tujuan strategi bisnis usaha budidaya tiram mutiara. Alternatif strategi yang telah dirumuskan tersebut terdiri dari enam (6) strategi yang dapat digolongkan ke dalam empat aspek utama, yaitu: a. Produksi - Melakukan dan merencanakan kegiatan budidaya yang tepat untuk menghadapi cuaca yang tidak memungkinkan - Memperluas pangsa pasar b. Pemasaran - Melakukan kegiatan promosi baik di dalam negeri maupun luar negeri - Meningkatkan daya saing melalui kualitas mutiara c. Sumber Daya Manusia - Melakukan perekrutan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan menambah tenaga operasi/haichery yang berpengalaman - Meningkatkan kegiatan kemitraan melalui program pelatihan dan pengembangan SDM
Pengolahan analisis proses hirarki Hirarki yang telah disusun sebelumnya kemudian dilakukan pembobotan pada tiap-tiap unsur pada setiap tingkat oleh pakar/ahli. Pakar/ahli yang dilibatkan dalam penentuan prioritas strategi pengembangan usaha budidaya mutiara pada PT. Dafin Mutiara terdiri dari perusahaan, konsumen, akademisi dan Dinas Kelautan dan Perikanan. Para pakar ini diminta untuk memberikan penilaian terhadap struktur hirarki yang dibuat yang terdiri dari tujuan, faktor, aktor, tujuan dan alternatif strategi dari proses pengembangan usaha budidaya tiram mutiara PT. Dafin Mutiara. Setelah dilakukan penilaian, pendapat dari para pakar tersebut
33
kemudian digabungkan. Dari hasil penggabungan tersebut, akan diolah kembali untuk mendapatkan hasil perhitungan secara horizontal dan vertikal. Pengolahan horizontal dilakukan untuk menghitung besarnya bobot antar unsur dalam suatu tingkat terhadap satu tingkat unsur di atasnya. Bobot prioritas pada pengolahan horizontal ini disebut dengan prioritas lokal, karena hanya melibatkan sebuah hal pembanding yang merupakan anggota dari unsur di atasnya. Pengolahan horizontal dalam hirarki ini dapat dibagi menjadi 4 bagian tingkat unsur, yakni 1) pengolahan antar unsur faktor pada level kedua yang menilai pengaruh unsur faktor terhadap tujuan strategi bisnis usaha budidaya tiram mutiara PT. Dafin Mutiara, 2) pengolahan antar unsur aktor pada level ketiga yang menilai pengaruh unsur aktor terhadap unsur faktor di level kedua, 3) pengolahan unsur tujuan pada level keempat untuk menilai pengaruh unsur tujuan terhadap aktor di level ketiga, dan 4) pengolahan unsur alternatif strategi pada level kelima untuk menilai pengaruh unsur alternatif strategi terhadap tujuan di level keempat. Unsur Faktor Faktor peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi prioritas utama dengan bobot 0,401 karena dalam pengembangan usaha budidaya tiram mutiara ini dibutuhkan banyak tenaga kerja yang berkualitas baik dalam tingkat pendidikan maupun yang terampil agar usaha budidaya ini dapat berjalan dengan kontinyu dan dapat meningkatkan laba perusahaan. Jumlah karyawan pada PT. Dafin Mutiara 114 orang, tetapi yang berpendidikan SD yang paling banyak dalam perusahaan sehingga cukup minim dalam pengetahuannya dan jumlah tenaga ahli yang berwarga negara asing untuk melakukan kegiatan operasi siput hanya berjumlah 1 orang dengan sistem kontrak sehingga sangat berpengaruh pada kegiatan operasional perusahaan. Tabel 13 Bobot dan prioritas faktor terhadap tujuan/goal Faktor Peningkatan SDM Promosi Pemasaran Produk Peningkatan Sarana prasarana Modal
Bobot 0,401 0,249 0,175 0,093 0,084
Prioritas 1 2 3 4 5
Selain peningkatan sumber daya manusia, prioritas lainnya adalah faktor promosi dengan bobot 0,249. Promosi menjelaskan tentang aktivitas-aktivitas komunikasi yang digunakan untuk memastikan bahwa pelanggan tahu tentang tawaran perusahaan, mempunyai kesan baik terhadap produk perusahaan, dan akhirnya melakukan transaksi pembelian. Promosi sangat penting dilakukan karena dapat mengembangkan usaha budidaya tiram mutiara, untuk itu PT. Dafin Mutiara dituntut untuk dapat mempromosikan produk mutiara yang dihasilkan secara kontinyu agar mutiara lebih dikenal oleh masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan diketahui bahwa selama perusahaan beroperasi sampai saat ini tidak pernah melakukan kegiatan promosi baik lewat media cetak maupun elektronik. Diharapkan perusahaan harus gencar melakukan kegiatan promosi agar dapat
34
memperkenalkan produk yang dihasilkan sehingga diharapkan konsumen akan membeli mutiara. Pemasaran produk dengan bobot 0,175 merupakan prioritas selanjutnya yang harus diperhatikan oleh PT. Dafin Mutiara dengan menggunakan teknik pemasaran yang baik dan didukung oleh strategi pemasaran yang efektif. Dengan strategi tersebut, proses pemasaran produk mutiara dapat dipertahankan, bahkan cara baru dalam memasarkan produk juga bisa kita temukan dan membuat konsumen semakin loyal. Prioritas selanjutnya yang harus di lakukan oleh perusahaan adalah meningkatkan jumlah sarana prasarana yang ada guna memperlancar kegiatan budidaya tiram mutiara. Peningkatan sarana prasarana dengan bobot 0,093 merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh perusahaan agar dapat menghasilkan mutiara yang berkualitas dan dapat meningkatkan jumlah produksi. Modal adalah prioritas terakhir yang harus dipertimbangkan juga oleh pihak perusahaan karena modal merupakan unsur yang penting yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya pengembangan usaha budidaya tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara. Untuk mencapai potensi pasar yang lebih luas, maka perusahaan memerlukan modal yang besar (Tabel 13) Unsur Aktor Aktor yang berperan dalam pengembangan bisnis usaha budidaya tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara adalah perusahaan dengan bobot 0,419 dan menduduki prioritas yang paling utama. Selain perusahaan, aktor lain yang berpengaruh juga pada bisnis budidaya tiram mutiara adalah pemasok dengan bobot sebesar 0,157 disusul dengan prioritas berikut adalah DKP dengan bobot 0,154 Akademisi dengan bobot 0,144 serta konsumen dengan bobot 0,126. Ini berarti bahwa dari pihak perusahaan memiliki peran yang sangat besar di dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan tidak mengabaikan keberadaan dari aktor-aktor yang lain disajikan pada tabel berikut : Tabel 14 Bobot dan prioritas aktor terhadap goal Aktor Perusahaan Pemasok DKP Akademisi Konsumen
Bobot 0,419 0,157 0,154 0,144 0,126
Prioritas 1 2 3 4 5
Unsur Tujuan Prioritas tujuan untuk mengembangkan strategi bisnis usaha tiram mutiara pada PT. Dafin Mutiara adalah memperluas jaringan distribusi dengan bobot tertinggi yaitu sebesar 0,552 di mana perusahaan harus melakukann kegiatan pemasaran dengan memperluas jaringan pemasaran bukan hanya di negara Hongkong tapi di negara-negara lain sehingga dapat meraup keuntungan yang maksimal. Selain itu prioritas berikutnya adalah meningkatkan manajemen usaha perusahaan dan diikuti dengan meningkatkan laba perusahaan dengan bobot masing-masing 0,278 dan 0,169 dapat dilihat pada tabel berikut:
35
Tabel 15 Bobot dan prioritas tujuan terhadap goal Tujuan Memperluas Jaringan Distribusi Meningkatkan Manajemen Usaha Perusahaan Meningkatkan Laba Perusahaan
Bobot 0,552
Prioritas 1
0,278 0,169
2 3
Alternatif Strategi Prioritas utama dari strategi alternatif yang harus dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara dalam mengembangkan bisnis usaha budidaya tiram mutiara diantaranya adalah : Melakukan kegiatan promosi dan melakukan perekrutan tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta menambah tenaga operasi/haichery yang terampil dan berpengalaman dengan bobot 0,210. Alternatif strategi yang mendapat prioritas selanjutnya yang tidak kalah penting adalah melakukan program kemitraan dengan pemasok bahan baku dengan bobot 0,203, prioritas berikut yang harus dilakukan dalam pengembangan bisnis budidaya tiram mutiara adalah Merencanakan dan melakukan kegiatan budidaya yang tepat untuk menghadapi cuaca yang tidak memungkinkan dengan bobot 0,175, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 16 Bobot dan prioritas alternatif strategi Strategi Alternatif Melakukan kegiatan promosi Melakukan perekrutan tenaga kerja dan menambah tenaga operasi Melakukan program kemitraan Merencanakan dan melakukan kegiatan budidaya dengan tepat Memperluas pangsa pasar Meningkatkan daya saing melalui kualitas mutiara
Bobot 0,210 0,210
Prioritas 1 1
0,203
2
0,175 0,130
3 4
0,072
5
Alternatif strategi selanjutnya yang ditawarkan kepada PT. Dafin Mutiara adalah memperluas pangsa pasar dengan bobot 0,130, prioritas alternatif strategi terakhir dengan bobot 0,072 yang harus dipertimbangkan juga oleh PT. Dafin Mutiara adalah meningkatkan daya saing melalui kualitas mutiara. Dengan kualitas mutiara yang baik, maka dipastikan produk yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara akan dicari oleh konsumen terutama yang berprofesi sebagai collector, desainer maupun pencinta perhiasan dari alam. Implikasi Manajerial Dari analisis SWOT yang telah dilakukan, maka dapat ditentukan beberapa alternatif strategi seperti yang terlihat dalam matriks SWOT. Dari beberapa alternatif yang telah diformulasikan dengan AHP didapatkan beberapa strategi yang merupakan prioritas yang akan diimplementasikan oleh PT. Dafin Mutiara.
36
Alternatif strategi tersebut dapat dicapai dengan melakukan penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk dengan tetap memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki serta mengatasi kelemahan dan mengantisipasi ancaman baik yang berasal dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal perusahaan. 1. Penetrasi Pasar Implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara yang berkaitan dengan strategi penetrasi pasar adalah dengan menggerakkan sumberdaya dan sarana yang dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang optimal pada produk yang dihasilkan di pasar yang ada. Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan mengambil hati atau memikat pelanggan dari perusahaan pesaing dan gencar melakukan kegiatan promosi baik di media cetak maupun media elektronik. 2. Pengembangan Pasar Yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah penguasaan pasar baik di dalam maupun di luar negeri serta menambah saluran distribusi. Strategi yang dapat dilakukan antara lain membuka pasar sasaran yang baru selain negara Hongkong yang telah dimasuki terlebih dulu. 3. Pengembangan Produk Implikasi manajerial yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan pengembangan produk adalah dengan melakukan perubahan terhadap produk lamaatau menciptakan produk baru baik dari sisi model maupun warna dari mutiara yang dihasilkan oleh PT. Dafin Mutiara. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan diversifikasi produk namun tetap memperhatikan kualitas produk.
4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap PT. Dafin Mutiara, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1. PT. Dafin Mutiara mempunyai faktor internal yang cukup kuat dalam mendukung bisnis usaha yang dijalankan diantaranya prospek usaha yang baik karena didukung dengan posisi keuangan yang layak. Selain itu faktor eksternal perusahaan berada dibawah rata-rata yaitu Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh PT. Dafin Mutiara dengan tingkat pendidikan yang rendah tidak mendukung dalam kegiatan operasional perusahaan sehingga akan berpengaruh pada kegiatan budidaya yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Hasil analisis SWOT yang diperoleh dari analisis internal (IFE) diperoleh skor tertimbang 3, 247 dan analisis eksternal (EFE) diperoleh skor tertimbang sebesar 2,490 sehingga didapat penggabungan dari faktor internal dan faktor eksternal memperlihatkan posisi dari PT. Dafin Mutiara berada pada sel IV yaitu pada posisi bertumbuh dan membangun (growth and build). Dan strategi yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah strategi intensif yaitu melakukan penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk sehingga dengan melakukan strategi tersebut akan memperluas jaringan distribusi
37
perusahaan dan sekaligus dapat meningkatkan jumlah produksi dan laba perusahaan. 3. Analisis Hirarki (AHP) dari strategi bisnis usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara menghasilkan pembobotan terhadap faktor yang tertinggi yaitu peningkatan sumber daya manusia (0,401), Aktor yang memiliki bobot tertinggi adalah perusahaan (0,419), Tujuan yang memiliki bobot tertinggi adalah Memperluas jaringan distribusi (0,552) dan pembobotan alternatif strategi tertinggi adalah Melakukan kegiatan promosi di dalam dan di luar negeri (0,210). Saran Adapun saran dari penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. PT. Dafin Mutiara perlu melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja yang direkrut agar dapat melakukan pengembangan usaha yang telah ada sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik lagi. 2. Strategi bisnis usaha budidaya tiram mutiara dapat tercapai dengan baik dan sempurna apabila pihak perusahaan dapat melakukan kerjasama dengan pihak pihak yang terkait dengan kegiatan budidaya, dan diharapkan bagi pihak perusahaan agar dapat melakukan hasil-hasil alternatif strategi yang merupakan prioritas yang telah diperoleh melalui matriks SWOT dan AHP. 2. Perusahaan perlu memonitor secara kontinyu dan berkala tentang permasalahan/kendala dalam strategi bisnis budidaya tiram mutiara di masa yang akan datang dengan mengkaji ulang strategi bisnis budidaya tiram mutiara setiap tahun, sehingga perusahaan dapat mempertahankan atau bahkan dapat meningkatkan volume produksi dan meningkatkan pangsa pasarnya.
DAFTAR PUSTAKA Aladaileh S. 2014. The Effect of Pollution on Scope for Growth in the Pearl Oyster, Pteria aegyptiaca, in the Gulf of Aqaba: Jordan. International Journal of Biology; Vol. 6, No. 2; 2014 ISSN 1916-9671 E-ISSN 1916968X .[Internet]. [diunduh 2014 Mrt 08]; Tersedia pada :http://dx.doi.org/10.5539/ijb.v6n2p120 Alexander Leonidas Kangkan. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang Nusa Tenggara Timur [tesis]. Semarang (ID); Universitas Diponegoro. Anon, Paul. 2006. Golay’s Global View. Pearl World: The International Pearling Journal 15, no. 1: 7-8. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Aru. 2012. Kepulauan Aru Dalam Angka 2012. Kepulauan Aru (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Aru. 2012. Analisa Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Aru 2012.Kepulauan Aru (ID): BPS C Tisdell and B Poirine. July 2007. Economics of Pearl Oyster Culture. Working Papers On Economics, Ecology and the Environment.
38
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru. 2012. Kepulauan Aru (ID): DKP David FR. 2009. Konsep Manajemen Strategis. Edisi VII. Hadi H, penerjemah. Jakarta (ID); Prenhallindo Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hubeis M, Najib M. 2008. Manajemen Strategik Dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo. Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana Prenade Media Group. Kittigul L, Panjangampatthana A, Rupprom K and Pombubpa K. Genetic Diversity of Rotavirus Strains Circulating in Environmental Water and Bivalve Shellfish in Thailand. Int. J. Environ. Res. Public Health 2014, 11, 1299-1311; doi:10.3390/ijerph110201299. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 16] tersedia pada : www.mdpi.com/journal/ijerph Kotler dan Amstrong G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran (terjemahan). Jakarta (ID): Erlangga Kotler P. dan G. Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran (terjemahan) edisi 12, jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga Mamangkey NGF, Agatonovic S and Southgate PC. Assessing Pearl Quality Poirine, Bernard. 2007. Economics of Pearl Oyster Culture. (Personal communication, May (2007). Using Reflectance UV-Vis Spectroscopy: Does the Same Donor Produce Consistent Pearl Quality. Mar. Drugs 2010, 8, 2517-2525; doi:10.3390/md8092517. [Internet]. [diunduh 2014 Feb 16] tersedia pada : www.mdpi.com/journal/marinedrugs Mardiyanto H. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): PT. Grasindo. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): PT. Penerbit IPB Press. Nur TSPJ, Hartati R, Cullen, Masjhour JM. 2007, Pertumbuhan tiram mutiara (Pinctada maxima) pada kepadatan berbeda, J.Ilmu Kelauatn Vol 12(1) Maret 2007 hal 31-38. Pearce R. 2007. Manajemen Strategi. Jakarta (ID); Salemba Empat Porter ME. 2000. Strategi Berbisnis. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Rousseau M and Rollion-Bard C. Influence of the Depth on the Shape an Thickness of Nacre Tablets of Pinctada margaritifera Pearl Oyster, and on Oxygen Isotopic Composition. Minerals 2012, 2, 55-64; doi:10.3390/min2010055. [Internet]. [diunduh 2014 Mrt 08] tersedia pada: www.mdpi.com/journal/minerals/ Saaty TL. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process. Int. J. Services Sciences 1(1):83–98. Saaty TL.1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. (Terjemahan). Jakarta (ID): Pustaka Binaman Presindo. Sofjan A. 2012. Strategic Marketing Sustaining Lifetime Customer Value. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Thomas LS. 1991. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin. Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.
39
Wheelen TL, Hunger DJ. 2010. Strategic Management and Business Policy Twelfth Edition. New Jersey (US): Prentice Hall. Yusnaini, Nessa MN, Djawat MI, Trijuno DD. Ciri morfologi jenis kelamin dan kedewasaan lobster mutiara (panulirus ornatus) J.Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.19(3) Desember 2009 hal 166-174.
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1 Peta dan gambaran lokasi penelitian 1. Peta lokasi penelitian
2. Tabel Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kepulauan Aru Sektor Usaha
2008
2009r
2010*
1
2
3
4
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
199.506,28 2.555,47 915,96 901,38 3.563,96 91.017,08 3.825,85
215.840,31 2.920,46 1.067,92 916,28 4.103,47 105.162,82 4.342,76
232.116,09 3.520,78 1.193,30 986,22 5.905,23 121.098,31 5.026,78
5.652,56
6.342,01
6.899,85
Produk Domestik Regional Bruto
329.987,01
364.612,13
404.363,70
r
Ket: ) : Angka diperbaiki
Sumber BPS Kabupaten Kepulauan Aru 2012
*):Angka sementara
42
Lanjutan Lampiran 1
3.
Grafik Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Aru menurut Kecamatan dan Jenis kelamin 19,082
20,000
17,989
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 7,137
6,013
8,000
5,784
6,346 4,492 4,389
6,000 2,282 2,157
4,000
2,759
2,4192,433
2,466
2,000 0 P.P Aru
Aru Utara
Aru Tengah
L
4.
P
Aru Tengah Timur
Aru Tengah Selatan
Aru Selatan
Aru Selatan Timur
Kecamatan
Diagram Data Proporsi Kepadatan Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Aru menurut Kecamatan
10%
6% 43%
6%
P.P Aru Aru Utara
5%
Aru Tengah Aru Tengah Timur Aru Tengah Selatan 16%
Aru Selatan Aru Selatan Timur 14%
43
Lampiran 2 Kuesioner SWOT “Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Usaha Tiram Mutiara PT. Dafin Mutiara
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA TIRAM MUTIARA PADA PT. DAFIN MUTIARA DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU
Oleh : Meyske Angel Rahantoknam
I.
IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : Pendidikan
:
Jenis Kelamin
:
Jabatan
:
Tanggal Pengisian: A. Pemberian Bobot terhadap faktor-faktor Strategis Internal dan Eksternal
PETUNJUK PENGISIAN : 1. Pertanyaan yang diajukan merupakan perbandingan antar kolom sebelah kiri dengan baris sebelah kanan atas (pairwised comparison) 2. Pilihan bobot setiap variable digunakan skala 1, 2 dan 3 dengan keterangan sebagai berikut : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dibanding indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting disbanding indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dibanding indikator vertikal
44
Lanjutan Lampiran 2 TABEL BOBOT FAKTOR STRTEGIS INTERNAL FAKTOR INTERNAL
1
2
3
4
5
6
7
Total Bobot
Kekuatan 1. Lokasi Perusahaan yang strategis 2. Memiliki tenaga operasi yang terampil 3. Memiliki reputasi yang baik 4. Memiliki prospek usaha yang baik Kelemahan 5. Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif 6. Minimnya program litbang 7. Kurangnya prmosi dari perusahaan
TOTAL TABEL BOBOT FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total Bobot Peluang 1. Merupakan komoditas unggulan 2. Memiliki image yang kuat 3. Tingginya kepercayaan pasar 4. Tingginya permintaan produk 5. Tersedianya sarana prasarana yang canggih 6. Mutu perairan tempat usaha yang baik Ancaman 7. Pemasok bahan baku yang berkurang 8. Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sejenis 9. Kenaikan harga BBM 10. Kurs mata uang yang fluktuatif 11. Tingginya biaya perizinan 12. Cuaca yang tidak menentu 13. Gangguan keamanan
TOTAL I.
Pemberian Nilai Peringkat/Rating terhadap Faktor-faktor Strategis Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Petunjuk pengisian : Tentukan nilai peringkat/rating dari masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), berikut ini dengan memberi tanda check list () pada pilihan Bapak/Ibu. Pilihan rating pada isian berikut terdiri dari : Nilai 4, jika faktor strategi tersebut sangat kuat. Nilai 3, jika faktor strategi tersebut kuat. Nilai 2, jika faktor strategi tersebut lemah.
Nilai 1,jika faktor strategi tersebut sangat lemah.
45
Lanjutan Lampiran 2 II. Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor-faktor strategik Eksternal (Peluang dan Ancaman) RATING
4
3
2
1
Kekuatan Lokasi Perusahaan yang strategis Memiliki tenaga operasi yang terampil Memiliki reputasi yang baik dibidang budidaya Memiliki prospek usaha yang baik Kelemahan Ketersediaan bahan baku yang fluktuatif Kurang adanya program Litbang usaha budidaya Kurangnya promosi dari perusahaan A. Petunjuk pengisian : 1. Pemberian nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 4, jika faktor tersebut memiliki pengaruh sangat kuat Nilai 3, jika faktor tersebut memiliki pengaruh di atas rata-rata Nilai 2, jika faktor tersebut memiliki pengaruh rata-rata Nilai 1, jika faktor tersebut memiliki pengaruh di bawah rata-rata 3. Pengisian kolom penilaian peringkat/rating menggunakan tanda check list () RATING Peluang Merupakan komoditas unggulan Memiliki Image yang kuat Makin tingginya kepercayaan pasar luar negeri Tingginya permintaan produk Memiliki sarana prasarana yang canggih Mutu perairan tempat usaha yang cukup baik Ancaman Pemasok bahan baku yang semakin berkurang Keberadaan perusahaan dengan usaha yang sejenis Kenaikan harga BBM Kurs mata uang yang berfluktuasi Tingginya biaya perizinan usaha Cuaca yang tidak menentu Gangguan keamanan dari pencurian tiram mutiara
1
2
3
4
46
Lampiran 3 Kuisioner AHP “Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara”
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS STRATEGI BISNIS USAHA TIRAM MUTIARA PADA PT. DAFIN MUTIARA DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU
Meyske Angel Rahantoknam
Pengantar : Daftar pertanyaan ini digunakan untuk mengumpulkan data/informasi penelitian yang berjudul ‘Analisis Strategi Bisnis Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru’. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis strategi bisnis usaha tiram mutiara yang dilakukan oleh PT. Dafin Mutiara. Kuesioner ini merupakan kuesioner analisis AHP (Analytical Hierarchy Process), dimana akan dilakukan perbandingan menurut intensitas kepentingan pada setiap level dari struktur hirarki keputusannya. Saya sangat mengharapkan informasi yang benar dan akurat dari Bapak/Ibu/Sdr/i demi keberlanjutan bisnis usaha tiram mutiara dari PT. Dafin Mutiara ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak perusahaan dan rekomendasi bagi para calon investor. Informasi yang didapatkan dari 46elati ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan analisis penelitian. Atas kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Identitas Responden : 1. Nama : ..................................................................................................... 2. Jabatan : ..................................................................................................... 3. Alamat : ..................................................................................................... 4 .No.Telp/Fax: ..................................................................................................... 5. Lama Bekerja: ..................................................................................................... 6. Jenis Kelamin: [ ] Laki-laki [ ] Perempuan 7. Pendidikan : [ ] SMU/SMK [ ] D3/D4 [ ] Sarjana [ ] Pasca Sarjana (S2/S3)
47
Lanjutan Lampiran 3 Petunjuk Pengisian : 1. Landasan utama pengisian kuesioner ini adalah sebuah struktur hierarki yang disusun berdasarkan studi literatur, hasil observasi, dan pendapat pihak terkait. 2. Responden yang menjawab adalah orang yang ditunjuk perusahaan untuk menjawab. 3. Responden memberikan tanda (x) pada jawaban yang paling sesuai. 4. Bapak/Ibu/Sdr/i dimohon untuk membandingkan tingkat kepentingan antar hierarki yang ada, berdasarkan pendapat dan kepentingan. Bapak/Ibu/Saudara/i diharapkan memberikan penilaian terhadap pilihan tersebut 47elative terhadap pilihan yang lain. Perbandingan didasarkan pada tingkat kepentingan setiap strategi terhadap strategi lainnya dengan aturan pemberian nilai tersaji pada tabel berikut : Intensitas Kepentingan 1
Defenisi
Penjelasan
Equal Importance
3
Moderate Importance
5
Strong Importance
7
Very Strong Importance
9
Extreme Importance
Kedua elemen memberikan pengaruh yang sama terhadap tujuan Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lain Elemen yang satu jelas lebih penting daripada yang lain Elemen yang satu sangat jelas lebih penting daripada yang lain Elemen yang satu mutlak lebih penting daripada yang lainnya Penilaian kompromi terhadap dua nilai elemen yang berdekatan
2, 4, 6, 8
Bpk/Ibu/Sdr/i diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara ‘Elemen A1’ dan ‘Elemen A2’ 1. Jika Bpk/Ibu/Sdr/i menganggap ‘Elemen A1’ sama penting dari ‘Elemen B1’ maka: A A1
9 8 7
6 5
4
Nilai Perbandingan 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8
9
B B1
2. Jika Bpk/Ibu/Sdr/i menganggap ‘Elemen B1’ lebih penting dari ‘Elemen A1’ maka : A A1
Nilai Perbandingan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4
5
6
7
8 9
B B1
48
Lanjutan Lampiran 3 I. Perbandingan antar Faktor terhadap Goal Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas terhadap Strategi Pengembangan Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara. Faktor (F) dalam Penetapan Strategi Pengembangan Usaha Tiram Mutiara pada PT. Dafin Mutiara, yaitu : 1. Peningkatan SDM (F1) 2. Modal (F2) 3. Pemasaran Produk (F3) 4. Peningkatan Sarana & Prasarana (F4) 5. Promosi (F5) Kolom Kiri F1 F1 F1 F1 F2 F2 F2 F3 F3 F4
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Kolom Penting Kanan 2 3 4 5 6 7 8 9 F2 F3 F4 F5 F3 F4 F5 F4 F5 F5
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
II. Perbandingan antar Aktor terhadap Faktor Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu aktor (A) dengan aktor lainnya (besarnya pengaruh aktor) terhadap faktor peningkatan SDM.(F) 2.1. Perbandingan Aktor terhadap Faktor Peningkatan SDM 1. Konsumen (A1) 2. Perusahaan (A2) 3. Eksportir (A3) 4. Akademisi (A4) 5. Dinas Kelautan dan Perikanan (A5)
F5
49
Lanjutan Lampiran 3 Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A1 A1 A1 A2 A2 A2 A3 A3 A4
Kolom Kanan A2 A3 A4 A5 A3 A4 A5 A4 A5 A5
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 =mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
2.2. Perbandingan Aktor terhadap Faktor Modal Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu aktor (A) dengan aktor lainnya (besarnya pengaruh aktor) terhadap faktor Modal.
Kolom Kiri A1 A1 A1 A1 A2 A2 A2 A3 A3 A4
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolom Kanan A2 A3 A4 A5 A3 A4 A5 A4 A5 A5
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 =mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
2.3. Perbandingan Aktor terhadap Faktor Pemasaran Produk Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu aktor (A) dengan aktor lainnya (besarnya pengaruh aktor) terhadap faktor Pemasaran Produk
50
Lanjutan Lampiran 3 Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A1 A1 A1 A2 A2 A2 A3 A3 A4
Kolom Kanan A2 A3 A4 A5 A3 A4 A5 A4 A5 A5
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
2.4. Perbandingan Aktor terhadap Peningkatan Sarana & Prasarana Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu aktor (A) dengan aktor lainnya (besarnya pengaruh aktor) terhadap faktor Peningkatan Sarana & Prasarana
Kolom Kiri A1 A1 A1 A1 A2 A2 A2 A3 A3 A4
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolom Kanan A2 A3 A4 A5 A3 A4 A5 A4 A5 A5
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
2.5. Perbandingan Aktor terhadap Faktor Promosi Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu aktor (A) dengan aktor lainnya (besarnya pengaruh aktor) terhadap faktor Promosi
51
Lanjutan Lampiran 3 Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A1 A1 A1 A2 A2 A2 A3 A3 A4
Kolom Kanan A2 A3 A4 A5 A3 A4 A5 A4 A5 A5
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
III. Perbandingan Tujuan terhadap Aktor Elemen tujuan terdiri dari : 1. Meningkatkan Laba Perusahaan (T1) 2. Memperluas Jaringan Distribusi (T2) 3. Meningkatkan Manajemen Usaha Perusahaan (T3) 3.1. Perbandingan Tujuan terhadap Aktor Konsumen Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu tujuan dengan tujuan lainnya (besarnya pengaruh tujuan) terhadap Konsumen.
Kolom Kiri T1 T1 T2
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolom Kanan T2 T3 T3
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
3.2. Perbandingan Tujuan terhadap Aktor Perusahaan Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu tujuan dengan tujuan lainnya (besarnya pengaruh tujuan) terhadap Perusahaan.
52
Lanjutan Lampiran 3
Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
T1 T1 T2
Kolom Kanan T2 T3 T3
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 =mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
3.3. Perbandingan Tujuan terhadap Aktor Eksportir Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu tujuan dengan tujuan lainnya (besarnya pengaruh tujuan) terhadap Perusahaan.
Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
T1 T1 T2
Kolom Kanan T2 T3 T3
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
3.4. Perbandingan Tujuan terhadap Aktor Akademisi Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu tujuan dengan tujuan lainnya (besarnya pengaruh tujuan) terhadap Akademisi. Kolom Kiri T1 T1 T2
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolom Kanan T2 T3 T3
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya
53
Lanjutan lampiran 3 3.5. Perbandingan Tujuan terhadap Aktor DKP Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu tujuan dengan tujuan lainnya (besarnya pengaruh tujuan) terhadap Perusahaan. Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolom Kanan
T1 T1 T2
T2 T3 T3
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
IV. Perbandingan Alternatif Strategi terhadap Tujuan Pilihan Strategi (S) yang dapat dilakukan untuk mendukung pencapaian tujuan , yaitu: 1. Memperluas Jaringan Distribusi (S1) 2. Meningkatkan Laba Perusahaan (S2) 3. Meningkatkan Manajemen Usaha S3) 4.1. Perbandingan Alternatif Strategi terhadap Tujuan Memperluas Jaringan Distribusi Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu alternatif dengan alternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas (besarnya pengaruh strategi) terhadap Tujuan Memperluas Jaringan Distribusi. Kolom Kiri S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S4 S4 S5
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
Kolom Kanan S2 S3 S4 S5 S6 S3 S4 S5 S6 S4 S5 S6 S5 S6 S6
54
Lanjutan lampiran 3 Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya.
S1 = Melakukan kegiatan promosi S2 = Melakukan perekrutan tenaga kerja dan menambah tenaga operasi S3 = Melakukan program kemitraan S4 = Merencanakan kegiatan budidaya dengan tepat S5 = Memperluas pangsa pasar S6 = Meningkatkan daya saing melalui kualitas produk 4.2. Perbandingan Alternatif terhadap Tujuan Meningkatkan Laba Perusahaan Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu alternatif dengan alternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas (besarnya pengaruh strategi) terhadap Tujuan Meningkatkan Laba Perusahaan. Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S4 S4 S5
Kolom Kanan S2 S3 S4 S5 S6 S3 S4 S5 S6 S4 S5 S6 S5 S6 S6
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 =mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilai-nilai diantaranya. S1 = Melakukan kegiatan promosi S2 = Melakukan perekrutan tenaga kerja dan menambah tenaga operasi S3 = Melakukan program kemitraan S4 = Merencanakan kegiatan budidaya dengan tepat S5 = Memperluas pangsa pasar S6 = Meningkatkan daya saing melalui kualitas produk
55
Lanjutan lampiran 3 3.3. Perbandingan Alternatif terhadap Tujuan Meningkatkan Manajemen Usaha Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu alternatif dengan alternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas (besarnya pengaruh strategi) terhadap Tujuan Meningkatkan Manajemen Usaha. Kolom Kiri
Kolom Kiri Lebih Sama Penting 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Kolom Kanan Lebih Penting 2 3 4 5 6 7 8 9
S1 S1 S1 S1 S1 S2 S2 S2 S2 S3 S3 S3 S4 S4 S5
Kolom Kanan S2 S3 S4 S5 S6 S3 S4 S5 S6 S4 S5 S6 S5 S6 S6
Keterangan : Nilai 1 = sama penting; 3 = sedikit lebih penting; 5 = jelas lebih penting; 7 = sangat jelas lebih penting; 9 = mutlak lebih penting; nilai 2, 4, 6, 8 adalah nilainilai diantaranya. S1 = Melakukan kegiatan promosi S2 = Melakukan perekrutan tenaga kerja dan menambah tenaga operasi S3 = Melakukan program kemitraan S4 = Merencanakan kegiatan budidaya dengan tepat S5 = Memperluas pangsa pasar S6 = Meningkatkan daya saing melalui kualitas produk
56
Lampiran 4 Data responden untuk analisis
No Nama 1. Alowsius Tabela, S.Pi.,M.Si
Alamat Kepulauan Aru
2.
Pitjont Tomatala. S.Pi.,M.Si
Maluku Tenggara
3.
Henjerson Gaite, SE
Kepulauan Aru
4. 5.
Muhamad Awal Freno Baulengi
Kepulauan Aru Kepulauan Aru
Jabatan Sekertaris DKP Kab. Kepulauan Aru Dosen Teknologi Budidaya Perikanan Politeknik Perikanan Negeri Tual Manajer Pemasaran PT. Dafin Mutiara Pengusaha Bagian Produksi PT. Dafin Mutiara
57
Lampiran 5. Cash flow usaha tiram mutiara
URAIAN INFLOW Penjualan Tiram Mutiara TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Peralatan dan Inventarisasi TOTAL BIAYA INVESTASI Biaya Produksi Biaya Produksi HPP Total Biaya Produksi Pembayaran Pinjaman Pajak Penghasilan TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 15% PV/TAHUN NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF NET B/C
TAHUN 2009
2010
2011
2012
9,575,826,300
9,684,318,250 10,842,076,100
9,458,324,100
9,575,826,300
9,684,318,250 10,842,076,100
9,458,324,100
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
2,715,521,984 1,412,790,788
3,447,079,249 1,078,604,209
3,168,651,413 1,248,345,313
3,149,086,319 949,155,838
4,128,312,772
4,525,683,458
4,416,996,726
4,098,242,158
70,507,679
63,673,062
56,936,182
85,470,330
41,300,840
42,504,375
50,430,750
53,388,500
14,445,649,776
4,979,746,695
5,054,361,616
5,434,458,563
-4,869,823,476
4,704,571,555
5,787,714,484
4,023,865,537
0.870
0.756
0.658
0.572
-4,234,629,110 6,557,713,274 60.87% 9,663,506,391 -4,234,629,110 2.28
3,557,331,989
3,805,516,222
2,300,658,181
58
Lampiran 6. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 10%
URAIAN
2009 INFLOW Penjualan Tiram 8,618,243,670 Mutiara TOTAL INFLOW 8,618,243,670 OUTFLOW Biaya Investasi Peralatan dan 10,205,528,485 Inventarisasi TOTAL BIAYA 10,205,528,485 INVESTASI Biaya Produksi Biaya Produksi 2,715,521,984 HPP 1,412,790,788 Total Biaya 4,128,312,772 Produksi Pembayaran 70,507,679 Pinjaman Pajak 41,300,840 Penghasilan TOTAL 14,445,649,776 OUTFLOW NET BENEFIT -5,827,406,106 DISCOUNT 0.870 FACTOR 15% PV/TAHUN -5,067,309,657 NPV 3,685,213,408 IRR 28.77% PV POSITIF 6,328,947,907 PV NEGATIF -5,067,309,657 NET B/C 1.25
TAHUN 2010
2011
2012
8,715,886,425
9,757,868,490
8,512,491,690
8,715,886,425
9,757,868,490
8,512,491,690
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
3,133,708,408 1,078,604,209
3,168,651,413 1,248,345,313
3,149,086,319 949,155,838
4,212,312,618
4,416,996,726
4,098,242,158
63,673,062
56,936,182
85,470,330
42,504,375.00
50,430,750.00
53,388,500.00
4,666,375,855
5,054,361,616
5,434,458,563
4,049,510,570
4,703,506,874
3,078,033,127
0.756
0.658
0.572
3,062,011,773
3,092,632,119
1,759,875,430
59
Lampiran 7. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika penjualan turun 20%
URAIAN INFLOW Penjualan Tiram Mutiara TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Peralatan dan Inventarisasi TOTAL BIAYA INVESTASI Biaya Produksi Biaya Produksi HPP Total Biaya Produksi Pembayaran Pinjaman Pajak Penghasilan TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 15% PV/TAHUN NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF NET B/C
TAHUN 2009
2010
2011
2012
7,660,661,040
7,747,454,600
8,673,660,880
7,566,659,280
7,660,661,040
7,747,454,600
8,673,660,880
7,566,659,280
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
2,715,521,984 1,412,790,788
3,133,708,408 1,078,604,209
3,168,651,413 1,248,345,313
3,149,086,319 949,155,838
4,128,312,772
4,212,312,618
4,416,996,726
4,098,242,158
70,507,679
63,673,062
56,936,182
85,470,330
41,300,840
42,504,375.00
50,430,750.00
53,388,500.00
14,445,649,776
4,666,375,855
5,054,361,616
5,434,458,563
-6,784,988,736
3,081,078,745
3,619,299,264
2,132,200,717
0.870
0.756
0.658
0.572
-5,899,990,205 553,729,377 15.31% 5,928,578,878 -5,899,990,205 1.00
2,329,738,182
2,379,748,016
1,219,092,680
60
Lampiran 8. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 10%
URAIAN INFLOW Penjualan Tiram Mutiara TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Peralatan dan Inventarisasi TOTAL BIAYA INVESTASI Biaya Produksi Biaya Produksi HPP Total Biaya Produksi Pembayaran Pinjaman Pajak Penghasilan TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 15% PV/TAHUN NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF NET B/C
TAHUN 2009
2010
9,575,826,300
9,684,318,250
10,842,076,100 11,779,901,700
9,575,826,300
9,684,318,250
10,842,076,100 11,779,901,700
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
2,987,074,182 1,554,069,867
3,791,787,174 1,186,464,630
3,485,516,554 1,373,179,845
3,463,994,951 1,044,071,422
4,541,144,049
4,978,251,804
4,858,696,399
4,508,066,373
70,507,679
63,673,062
56,936,182
85,470,330
41,300,840
42,504,375.00
50,430,750.00
53,388,500.00
14,858,481,053
5,432,315,041
5,496,061,289
5,844,282,779
-5,282,654,753
4,252,003,209
5,346,014,811
5,935,618,921
0.870
0.756
0.658
0.572
-4,593,612,829
3,215,125,300
3,515,091,517
3,393,709,383
6,782,286,470 75.00% 10,123,926,200 -4,593,612,829 2.20
2011
2012
61
Lampiran 9. Hasil perhitungan analisis sensivitas, jika bahan baku naik 30%
URAIAN INFLOW Penjualan Tiram Mutiara TOTAL INFLOW OUTFLOW Biaya Investasi Peralatan dan Inventarisasi TOTAL BIAYA INVESTASI Biaya Produksi Biaya Produksi HPP Total Biaya Produksi Pembayaran Pinjaman Pajak Penghasilan TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT DISCOUNT FACTOR 15% PV/TAHUN NPV IRR PV POSITIF PV NEGATIF NET B/C
TAHUN 2009
2010
2011
2012
9,575,826,300
9,684,318,250 10,842,076,100
9,458,324,100
9,575,826,300
9,684,318,250 10,842,076,100
9,458,324,100
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
10,205,528,485
347,885,800
529,997,958
1,197,357,575
3,530,178,579 1,836,628,024
4,481,203,024 1,402,185,472
4,119,246,837 1,622,848,907
4,093,812,215 1,233,902,589
5,366,806,603
5,883,388,496
5,742,095,744
5,327,714,804
70,507,679
63,673,062
41,300,840
42,504,375.00
50,430,750.00
53,388,500.00
15,684,143,607
6,337,451,733
6,379,460,634
6,663,931,209
-6,108,317,307
3,346,866,517
4,462,615,466
2,794,392,891
0.870
0.756
0.658
0.572
-5,311,580,267 2,474,426,646 16.91% 5,477,085,819 -5,311,580,267 1.03
2,530,711,922
2,934,242,108
1,597,703,205
56,936,182
85,470,330
62
Lampiran 10. Hasil analisis Trend dan Forecasting komponen penjualan dan pendapatan dengan Metode Exponential Growth dan Quadratic
Trend Analysis Plot for Pendapatan
Trend Analysis Plot for Penjualan
Growth Curve Model Yt = 93.9422 * (1.22914**t)
Growth Curve Model Yt = 9688.72 * (1.00764**t)
11000
Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 4 MAD 450 MSD 300974
10500 10250 10000
Variable Actual Fits Forecasts
1600 1400 Pendapatan
10750
Penjualan
1800
Accuracy Measures MAPE 9.511 MAD 17.378 MSD 491.769
1200 1000 800 600 400
9750
200 9500
0 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
1
10 11 12 13 14
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10 11 12 13 14
Exponential Growth Model
Trend Analysis Plot for Penjualan
Trend Analysis Plot for Pendapatan
Quadratic Trend Model Yt = 7821.75 + 1946.95*t - 373.25*t**2
Quadratic Trend Model Yt = 15 + 101*t - 14*t**2
Variable Actual Fits Forecasts
Penjualan
0
Accuracy Measures MAPE 4 MAD 359 MSD 161191
-10000 -20000
Variable Actual Fits Forecasts
0
Pendapatan
10000
Accuracy Measures MAPE 7.472 MAD 12.000 MSD 180.000
-500
-1000
-30000 -1500
-40000 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9 10 11 12 13 14
1
2
3
Quadratic Trend Model
4
5
6
7 8 Index
9
10 11 12 13 14
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 9 Juli 1975 dari Ayah F.L. Rahantoknam, BA dan Ibu Grace Simauw. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA masingmasing diselesaikan pada tahun 1988, 1991 dan 1994. Selanjutnya pada bulan Agustus 1994 penulis melanjutkan studi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura Ambon, jurusan Manajemen melalui jalur Penerimaan Siswa-siswi Berprestasi (PSSB) dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada program studi Ilmu Manajemen dengan beasiswa dari Dikti (BPPS). Penulis bekerja sebagai tenaga pengajar pada Politeknik Perikanan Negeri Tual dari tahun 2008 hingga sekarang.