ANALISIS SITUASI PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA BATU 2013
KOTA BAT U
ISSN No. Publikasi Katalog BPS
: : 35795.14.03 : 4107.3579
Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : vi + 79 Halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kota Batu Diterbitkan Oleh : Badan Perencana Pembangunan Daerah Kota Batu
"Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya"
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warokhmatullohi Wabarokatuh Kinerja pembangunan suatu daerah dapat dinyatakan dengan berbagai indikator seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Indeks Mutu Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Publikasi Analisa Pembangunan Manusia menggunakan IPM sebagai dasar penilaian kinerja tersebut. Kelebihan IPM dibandingkan dengan indikator lainnya adalah selain mengukur sisi sosial, IPM juga mengukur dari sisi ekonomi. IPM dapat pula digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka kerja dalam perencanaan pembangunan. Data-data yang ditampilkan dalam publikasi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu Tahun 2013 ini sebisa mungkin mengacu pada indikatorindikator yang tertuang dalam Renstra Kota Batu Tahun 2011-2013. Adapun data-data yang disajikan meliputi gambaran umum wilayah, kualitas penduduk, kondisi kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, dan perekonomian daerah. Karena beberapa keterbatasan yang ada memungkinkan masih banyak kekurangan yang terdapat dalam publikasi ini sehingga untuk hal tersebut kritik dan saran bersifat membangun guna penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang sangat kami harapkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Wassalamu'alaikum Warokhmatullohi Wabarokatuh
Batu, Desember 2014 Kepala BPS Kota Batu
Sri Kadarwati, S.Si, MT NIP. 19660114 198802 2 001
BPS Kota Batu
i
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi BAB I.
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2. Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 1 1.3. Ruang Lingkup.................................................................................................. 2 1.4. Sistematika Penyajian ....................................................................................... 3 BAB II. METODOLOGI .................................................................................... 4
2.1. Konsep dan Definisi.......................................................................................... 4 2.2. Metode Penghitungan ....................................................................................... 8 2.3. Sumber Data.................................................................................................... 16 2.4. Metode Analisis ............................................................................................... 16 BAB III. GAMBARAN UMUM ......................................................................... 17
3.1. Gambaran Wilayah ........................................................................................ 17 3.2. Pemerintahan .................................................................................................. 22 3.3. Penduduk......................................................................................................... 23 3.4. Potensi Wilayah .............................................................................................. 26 3.5. Sarana dan Prasarana ...................................................................................... 28 BAB IV. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA................................................ 31
4.1. Indikator Pendidikan ....................................................................................... 31 4.2. Indikator Kesehatan ........................................................................................ 37 4.3. Indikator Perumahan ....................................................................................... 45 4.4. Indikator Ketenagakerjaan .............................................................................. 49 4.5 Komponen-komponen Pembentuk IPM........................................................ 51 BPS Kota Batu
ii
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 68
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 68 5.2. Saran-Saran ..................................................................................................... 70 LAMPIRAN .................................................................................................................. 71
BPS Kota Batu
iii
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
DAFTAR TABEL Tabel
Teks
Halaman
2.1 Dimensi IPM …………………………………………………………………………………
10
3.1 Penduduk Kota Batu berdasarkan Hasil Susenas Tahun 2011-2013…….
25
3.2 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Batu, Tahun 2012-2013 ………………………………………………………………..
25
3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB Tahun 2009-2013 …….
27
4.1 Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Kota Batu Tahun 2011-2013……….
33
4.2 Persentase Penduduk usia 15 tahun keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Batu Tahun 2011-2013................................ 4.3 Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Batu Tahun
35
2011-
2013........................................................................... ............
37
4.4 Angka Harapan Hidup dan Angka Kematian Bayi Kota Batu Tahun 2011–2013 ......................................................................................
39
4.5 Banyaknya fasilitas dan tenaga Kesehatan di Kota Batu Tahun 2012– 2013 ......................................................................................
43
4.6 Beberapa Indikator Kesehatan Kota Batu Tahun 2011-2013 ..............
44
4.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Perumahan Kota Batu Tahun 2011 – 2013 ..................................................................
46
4.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Perumahan Kota Batu Tahun 2011 – 2013 ..................................................................
48
4.9 Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Batu Tahun 2011-2013 ...................
50
4.10 Angka Harapan Hidup & Indeks Harapan Hidup Kota Batu Tahun 2011 – 2013 ..........................................................................
53
4.11. Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah & Indeks Pendidikan Kota Batu Tahun 2011 – 2013 ..........................................................
55
4.12 Indeks PPP Kota Batu tahun 2011 – 2013........................................... 4.13 Besarnya Nilai IPM dan Komponen-komponennya Kota Batu selama
56
tahun 2011-2013……………………………………………………………………........
58
BPS Kota Batu
iv
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
DAFTAR GRAFIK Grafik
Teks
Halaman
3.1. Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2013 ....................................
32
4.1. Rata-rata Lamanya Sekolah Penduduk Kota Batu Tahun 2011-2013 .....
34
4.2. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Batu Tahun 2011-2013.............................................................................
40
4.3. Proporsi Balita Yang Persalinannya Ditolong Oleh Tenaga Medis Tahun 2011-2013 .............................................................................. 4.4. Indikator dan Komponen IPM Kota Batu Tahun 2011-2013………………….
BPS Kota Batu
41 59
v
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
DAFTAR GAMBAR
Grafik
Teks
Halaman
3.1. Peta Kota Batu ........................................................................
BPS Kota Batu
18
vi
I. PENDAHULUAN
1
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan pesan utama yang dikandung oleh setiap laporan pembangunan manusia baik ditingkat global, tingkat nasional maupun tingkat
daerah,
yaitu
pembangunan
yang
berpusat
pada
manusia
yang
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Berbeda dengan konsep pembangunan yang memberikan perhatian utama pada pertumbuhan ekonomi, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan menguntungkan manusia. Pembangunan manusia memperkenalkan konsep yang lebih luas dan lebih komprehensip yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia di semua golongan
masyarakat pada
semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia memperluas pembahasan tentang konsep pembangunan dari diskusi tentang cara-cara (pertumbuhan Produk Domestik Bruto) ke diskusi tentang tujuan akhir dari pembangunan. Pembangunan manusia juga merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat, dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan. Pembangunan manusia mencakup dimensi yang sangat luas. Upaya membuat pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap sasaran ideal. Salah satu indikator penting yang dapat digunakan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan baik pada tingkat regional dan nasional dikenal dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencakup tiga bidang pembangunan yang dianggap paling mendasar, yaitu : usia hidup, pengetahuan dan hidup layak. Berdasarkan pengalaman pembangunan di berbagai daerah diperoleh
BPS Kota Batu
1
1
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
pembelajaran bahwa
untuk mempercepat
pembangunan manusia dapat
dilakukan antara lain melalui 2 bidang yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata, baik dibidang pendidikan, ekonomi maupun sosial. Pada tahun 2013 IPM Kota Batu sudah mencapai 76,09 dan menempati urutan ke 9 dari 38 Kabupaten/Kota se-Jawa Timur. Capaian IPM di Kota Batu tidak lepas dari strategi pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Batu selama tahun 2013
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan wilayah Kota Batu serta kinerja dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sampai tahun 2013. Adapun tujuan dari penyusunan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu Tahun 2013 adalah: a) Menyediakan kebutuhan informasi mengenai potensi suatu wilayah, status sosial ekonomi penduduk, dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai,
untuk
mendukung
kajian kebijakan dan evalusi program
pembangunan di Kota Batu. b) Memenuhi kebutuhan tuntutan Otonomi Daerah. Dengan adanya otonomi daerah sekarang ini, setiap daerah harus mampu melakukan perencanaan pembangunan sendiri yang otomatis memerlukan informasi data-data penunjang perencanaan pembangunan. c) Informasi yang tertuang dalam Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu Tahun 2013 dapat menjadi masukan bagi pejabat di daerah dalam mengambil keputusan. d) Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dalam rangka memenuhi tuntutan transparansi masyarakat. Artinya bahwa masyarakat sekarang ini menuntut kepada aparat pemerintah termasuk pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan yang baik ( good governance).
BPS Kota Batu
2
1
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
e) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat konsumen data baik dari segi jenis
data
maupun kelengkapan
data,
sehingga masyarakat bisa
memperoleh informasi yang obyektif terhadap dampak kebijaksanaan publik.
1.3. Ruang Lingkup Penentuan ruang lingkup bertujuan agar penulisan yang dilakukan dapat lebih fokus dan tidak tumpang tindih antara bahasan yang satu dengan yang lain. Ruang lingkup penulisan pada dasarnya dibagi dua bagian, yaitu ruang lingkup studi dan ruang lingkup wilayah. Ruang lingkup studi menggambarkan bidang apa saja yang akan diteliti dan dianalisis. Pada penulisan ini ruang lingkup studinya adalah bidang kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan kondisi perekonomian. Sedangkan ruang lingkup wilayah menggambarkan wilayah yang akan diteliti dan dianalisis adalah Kota Batu keadaan sampai tahun 2013
1.4 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Analisis Situasi Pembangunan Manusia (ASPM) di Kota Batu Tahun 2013 ini mencakup 7 bab dengan perincian sebagai berikut :
Bab I merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penyajian.
Bab II merupakan bab metodologi yang membahas tentang konsep dan definisi, metode penghitungan IPM, serta sumber data dan metode analisisnya
Bab III membahas mengenai gambaran umum keadaan di Kota Batu yang mencakup gambaran wilayah, pemerintahan, kependudukan, potensi ekonomi dan sarana prasarana.
Bab IV membahas mengenai analisis pembangunan manusia dari komponen IPM seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan .
Bab V
merupakan kesimpulan dan saran-saran yang selanjutnya
bisa
diaplikasikan dalam pertimbangan penyusunan berbagai kepentingan. Selanjutnya, penulisan ini dilengkapi dengan
lampiran
beberapa
tabel-tabel
yang dianggap relevan.
BPS Kota Batu
3
II. METODOLOGI
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
BAB II METODOLOGI Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indeks komposit yang dibuat lebih dari satu indeks yang digabung menjadi indeks tunggal. Indeks ini penting untuk
melihat
sampai seberapa
jauh pertumbuhan dan pemerataan hasil
pembangunan mampu secara nyata memberikan output berupa peningkatan kebutuhan fisik dasar manusia dan perluasan kemampuan manusia untuk melakukan pilihan-pilihan. Agak berbeda dengan Indeks Mutu Hidup (IMH) yang berfungsi sebagai indikator fisik (mengukur tingkat kemajuan), maka IPM cenderung berfungsi sebagai indikator posisi (membandingkan keberhasilan pembangunan antar waktu atau wilayah). Sebagai ukuran kemajuan pembangunan manusia, IPM dapat digunakan untuk mengkaji kemajuan pembangunan manusia dalam dua aspek. Pertama, untuk perbandingan antar wilayah yang memperlihatkan posisi suatu wilayah relatif terhadap wilayah yang lain berdasarkan besaran IPM yang disusun dalam suatu peringkat dari kemajuan pembangunan manusia di berbagai wilayah dalam kawasan yang sama. Kedua, untuk mengkaji kemajuan dari pencapaian setelah berbagai program diimplementasikan dalam suatu periode.
2.1 Konsep dan Definisi Supaya lebih mudah memahami isi bahasan di publikasi Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu disini perlu dijelaskan mengenai konsep dan definisi masing-masing sub bahasan. Akses terhadap air bersih : persentase rumahtangga yang menggunakan air
minum yang berasal dari air meneral, air leding/PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. Akses terhadap sanitasi : persentase rumah tangga yang memiliki kamar
mandi sendiri atau dapat menggunakan fasilitas kamar mandi umum.
BPS Kota Batu
4
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Angka buta huruf (ABH) : proporsi penduduk berusia 10 tahun keatas yang
tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa). Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir : perkiraan lama hidup rata-
rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Kematian Bayi (IMR) : jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai
usia satu tahun per 1000 kelahiran hidup. Angka Melek Huruf (AMH) : proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang
dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka Morbiditas : proporsi dari keseluruhan penduduk yang menderita akibat
masalah kesehatan (keluhan) hingga mengganggu aktifitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka Partisipasi Sekolah :
proporsi dari keseluruhan penduduk dari
berbagai kelompok usia tertentu ( 7-12, 13 – 15, 16 – 18, dan 19 – 24 ) yang masih duduk dibangku sekolah. Angka Partisipasi Tenaga Kerja: proporsi dari penduduk usia kerja yang
termasuk angkatan kerja. Angka Putus Sekolah : proporsi dari penduduk berusia antara 7 hingga 15
tahun
yang tidak terdaftar pada berbagai tingkatan pendidikan dan tidak
menyelesaikan sekolah dasar atau sekolah menengah tingkat pertama. Angkatan Kerja: jumla penduduk usia kerja yang bekerja atau sedang mencari
pekerjaan. Penduduk usia kerja adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Bekerja : kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama 1 (satu) jam dalam seminggu yang lalu. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus.
BPS Kota Batu
5
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Enrolment, Gross enrolment ratio : adalah jumlah pelajar yang terdaftar di suatu tingkat pendidikan, tanpa memperhatikan umur, sebagai persentase terhadap jumlah populasi usia sekolah resmi untuk pendidikan tersebut. Net
enrolment ratio adalah jumlah pelajar pada kisaran usia resmi yang terdaftar di tingkat pendidikan tertentu sebagai persentase dari jumlah penduduk yang berada pada usia resmi untuk tingkat pendidikan tersebut. Usia sekolah resmi di Indonesia adalah 7 hingga 12 untuk sekolah dasar, 13 hingga 15 untuk sekolah menengah pertama, 16 hingga 18 untuk sekolah menengah atas, dan 19 hingga 24 untuk perguruan tinggi Indeks Daya Beli : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan
manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson. Nilai indeks berkisar 0 – 100. Indeks Harapan Hidup : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan
manusia. Nilai indeks ini berkisar antara 0 – 100. Indeks Harga Konsumen (IHK) : indeks yang menunjukkan perbandingan
relatif antara tingkat harga pada saat bulan survei dan tingkat harga pada bulan sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) :
indeks komposit yang disusun dari
tiga indikator: lamanya hidup yang diukur dengan angka harapan hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; dan standart hidup yang diukur dengan pengeluaran per kapita (PPP rupiah). Nilai indeks berkisar antara 0 – 100. Indeks Pendidikan: salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan
manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf dikalangan penduduk dewasa dan rata-rata lamanya sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara 0 hingga 100. Paritas Daya Beli ( Purchasing
Power Parity – PPP) : PPP memungkinkan
dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan
BPS Kota Batu
6
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson. Pengangguran Terbuka : proporsi dari keseluruhan penduduk yang sedang
mencari pekerjaan dibandingkan dengan keseluruhan angkatan kerja. Pengobatan sendiri : suatu usaha yang dilakukan oleh anggota-angota
rumahtangga untuk melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan obatobatan modern maupun tradisional, pemijatan atau bentuk-bentuk perawatan dan pengobatan tradisional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diderita. Persalinan bayi yang ditolong tenaga kesehatan: persentase anak umur 0
hingga 4 tahun yang kelahirannya dibantu oleh petugas kesehatan (dokter, juru rawat, bidan, dan tenaga paramedik lainnya). Pertumbuhan ekonomi: perubahan relatif nilai riil produk domestik bruto
dalam suatu periode tertentu. Produk domestik regional bruto: jumlah nilai tambah bruto (total output dari
barang dan jasa) yang diproduksi oleh semua sektor ekonomi di suatu negara selama periode tertentu. Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku: merujuk pada nilai
produk domestik bruto berdasarkan nilai uang yang berlaku pada tahun tersebut. Produk domestik bruto atas dasar harga konstan : merujuk pada nilai
produk domestik bruto berdasarkan nilai uang pada tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar. Produk domestik bruto per kapita : nilai dari produk domestik bruto dibagi
dengan jumlah penduduk pada tengah tahun. Rata-rata lama sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh
penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
BPS Kota Batu
7
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Rasio
Jenis Kelamin : Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
terhadap perempuan dikalikan 100 Tingkat pengangguran terbuka : perbandingan penduduk yang mencari
kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat kesempatan kerja : perbandingan penduduk yang bekerja terhadap
jumlah angkatan kerja.
2.2 Metode Penghitungan Secara umum, metodologi penghitungan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metodologi yang telah diterapkan oleh UNDP dalam menyusun Human
Development Index (HDI) tahun 1994, yang juga telah diterapkan BPS. Teknik dan perumusan penghitungan dikutip dari publikasi BPS (1994). IPM disusun dari tiga komponen: lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua pertiga) dan rata-rata lamanya sekolah (dengan bobot sepertiga); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuiakan (PPP rupiah). Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai 0 (buruk) dan 1 (terbaik) untuk memudahkan analisa biasanya dikalikan 100. Teknik penyusunan indeks terse but pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut:
IPM
dimana:
3
1 3
I i 1
(i )
dimana
I (i )
{ X (i ) Min. X (i ) } {Max. X (i ) Min. X (i ) }
I(i)
: Indeks komponen IPM ke i (i=1,2,3)
X(i)
: Nilai indikator komponen IPM ke i
Max.X(i)
: Nilai maksimum X(i) (lihat tabel di bawah)
Min. X(i)
: Nilai minimum X(i) (lihat tabel di bawah)
BPS Kota Batu
8
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Nilai maksimum dan minimum yang digunakan dalam penghitungan IPM menurut BPS, sebagai berikut : Indikator Komponen IPM
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Catatan
Angka Harapan Hidup
25,0
85,0
Standart UNDP
Angka Melek Huruf
0
100
Standart UNDP
Rata-rata Lama Sekolah
0
15
Standart UNDP
Purchasing Power Parity *)
360.000 b)
732.720 a)
Disesuaikan
Catatan * a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi di Indonesia yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5 persen pertahun selama 1993 – 2018. b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi
yang memiliki
tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990 (daerah pedesaan di Sulawesi Selatan). Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp. 360.000. Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan penurunan upah riil. Penambahan sebesar Rp. 60.000 didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp. 5000 per bulan (= Rp. 60.000 per tahun). Seperti yang diuraiakan diatas bahwa IPM ( Indeks Pembagunan Manusia) disusun dari tiga dimensi yaitu : Umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kualitas hidup yang layak. Uraian dimensi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
BPS Kota Batu
9
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Tabel 2.1 . Dimensi IPM Dimensi Umur Panjang Dan sehat
Indikator Angka harapan hidup pd saat lahir
Indeks Dimensi Indeks Harapan Hidup
( e0 ) Pengetahuan
X1
1.
Angka Melek Huruf
2.
( AMH ) Rata-rata lama sekolah
Indeks Pendidikan
( MYS ) Kehidupan yang layak
Pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan
IPM
X2 Indeks Pendapatan
( PPP Rupiah )
X3
IPM = Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3 3 dimana : a. Indeks X1
: Indeks Lamanya Hidup
b. Indeks X2
: Indeks Pendidikan
terdiri dari dua komponen : i. AMH : Angka Melek Huruf ii. MYS
: Rata-rata Lamanya Sekolah
c. Indeks X3
Diberi bobot 2/3 Diberi bobot 1/3
: Indeks Pendapatan
Hasil penghitungan IPM akan memberikan gambaran seberapa jauh suatu wilayah telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali dan tingkat pengeluaran konsumsi yang telah mencapai standart hidup layak. Semakin dekat IPM suatu wilayah terhadap angka 100 maka semakin dekat dengan sasaran yang dicapai.
BPS Kota Batu
10
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Untuk memahami makna nilai IPM, maka PBB melalui UNDP (United Nation
Development Programme) memberikan kriteria sebagai berikut:
Tingkatan Status
Kriteria
Rendah Menengah bawah Menengah Atas Tinggi
IPM < 50 50 ≤ IPM < 66 66 ≤ IPM < 80 IPM ≥80
Disamping itu, IPM juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pencapaian terhadap sasaran ideal (IPM = 100 ) yang biasanya disebut reduksi shortfall per tahun. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang harus ditempuh untuk mencapai kondisi yang ideal. Dalam pengertian sehari-hari reduksi shortfall dikatakan sebagai suatu kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall disuatu wilayah, maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode. Penghitungan adalah dengan formula sebagai berikut : 1/t
IPM t1 - IPM
to
X100
R = IPM
ref – IPM to
dimana : R
: Reduksi shortfall per tahun;
IPM t0
: IPM tahun awal;
IPM t1
: IPM tahun terakhir dan
IPM ref
: IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100.
Ada 4 kategori reduksi shortfall pertahun , yaitu sangat lambat jika < 1,3; lambat jika 1,3 – 1,5; menengah jika 1,5 – 1,7 dan cepat jika >1,7. Semakin besar
BPS Kota Batu
11
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
reduksi shortfall pertahun maka semakin besar kemajuan yang dicapai daerah tersebut dalam periode itu. Kemudian untuk penghitungan masing-masing komponen adalah sebagai berikut: (a) Angka Harapan Hidup ( e0 ) Seperti halnya UNDP usia hidup diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy at birth ) yang biasa dinotasikan dengan e0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital registrasi yang baik maka e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup/ALH ( live births) dan rata-rata anak yang masih hidup/AMH ( still living) per wanita
usia 15 – 49 tahun menurut
0
kelompok umur lima tahunan. Penghitungan e dilakukan dengan menggunakan
software Mortpak Lite. Angka e0 yang diperoleh dengan metode tidak langsung ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun survei. (b) Angka Melek Huruf (L it) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Kedua,
indikator
pengetahuan
dan
pendidikan ketrampilan.
ini
diharapkan
Karena
Lit
mencerminkan
dianggap
tidak
terlalu
tingkat peka
menggambarkan variasi propinsi, maka untuk mengurangi kelemahan tersebut maka dimasukkan rata-rata lamanya sekolah (MYS) dalam penghitungan rata-rata indeks pendidikan (IP) dihitung dengan cara sebagai berikut: IP = 2/3 Indeks Lit + 1/3 Indeks MYS Populasi yang digunakan dalam penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 25 tahun keatas, dengan alasan penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga angka lebih mencerminkan pada kondisi yang sebenarnya. Namun populasi yang digunakan oleh BPS adalah penduduk berumur 15 tahun keatas dengan asumsi bahwa program wajar 9 tahun dianggap sudah tuntas. Langkah penghitungannya adalah dengan memberi bobot variabel pendidikan yang ditamatkan/jenjang pendidikan, selanjutnya menghitung rata-rata
BPS Kota Batu
12
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya yang dirumuskan s ebagai berikut:
MYS
fi si
fi
di mana :
MYS fi si i
: rata-rata lama sekolah (dalam tahun) : frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan ke-i : skor masing-masing jenjang pendidikan i : jenjang pendidikan (i=1,2,.......), lihat tabel di bawah
Jenjang pendidikan dan skor untuk menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS)
Jenjang Pendidikan 1. Tidak/belum pernah sekolah
2. Sedang Sekolah SD kelas 1 s/d 6
3. Tamat SD
4. Sedang Sekolah SMP kelas 1 s/d 3
5. Tamat SMP
6. Sedang Sekolah SMA kelas 1 s/d 3
7. Tamat SMA
BPS Kota Batu
Skor 0
1 s/d 6
6
7 s/d 9
9
10 s/d 12
12
13
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
8. Sedang Sklh Diploma Tk 1s/d 3
13 s/d 15
9. Tamat D III
15
10. Tamat D IV
16
Jenjang Pendidikan
Skor
12. Magister (S2)
18
13. Doktor (S3)
21
Angka melek huruf diolah dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lamanya sekolah dihitung menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rata-rata lamanya sekolah secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut: misal di Kota Batu ada 5 orang tamatan SD, 5 orang tamatan SMP, 5 orang tamatan SMA, dan 5 orang tidak sekolah sama sekali, maka rata-rata lamanya sekolah di Kota Batu adalah {5(6) + 5(9) + 5(12) + 5 (0) } : 20 =
6,25 tahun.
(c) Kemampuan Daya Beli Dengan dimasukkannya variabel Purchasing Power Parity sebagai ukuran paritas daya beli, IPM secara konseptual jelas lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia, dan dianggap lebih baik dibanding IMH (Indeks Mutu Hidup). Ukuran yang digunakan dalam hal ini adalah konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan. Sumber data yang digunakan adalah angka Susenas 2005. Adapun batasan nilai Purchasing Power Parity /konsumsi perkapita yang disesuaikan antara nilai minimal sampai yang maksimal pada kondisi tahun berjalan,
BPS Kota Batu
14
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
angka ini didapat dari mengalikan PPP minimal dan maksimal tahun tersebut dengan angka laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun dasar dan tahun berjalan. Penghitungan konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dilakukan melalui 5 (lima) tahapan sebagai berikut: 1) Menghitung rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dengan menggunakan data Susenas 2007. Hasil penghitungan dikali 12 untuk memperoleh angka tahunan (E) 2) Menghitung nilai pengeluaran riil (E) yaitu dengan membagi rata-rata pengeluaran dengan IHK pada tahun yang bersangkutan. 3) Menghitung PPP (unit) semacam faktor pengali R untuk menghilangkan perbedaan antar daerah. 4) Menghitung nilai PPP dalam rupiah (Y*) dengan rumus: Y* = E R
Dimana
Y* : PPP (rupiah) E : Pengeluaran per tahun dalam harga konstan R : PPP (unit )
5)
Menghitung penyesuaian PPP (rupiah) atau rata-rata konsumsi riil dengan menggunakan formula Atkinson(Y**) : Y** = Y*
jika
= Z + 2(Y* - Z)(1/2) = Z + 2Z = Z + 2Z
(1/2)
(1/2)
Z
jika Z < Y * ≤ 2Z
+ 3 (Y* -2Z)
+ 3 (Y*-2Z)
Y* ≤
(1/3)
(1/3)
jika 2Z < Y* ≤ 3Z
+ 4 (Y*-3Z)(1/4) jika 3Z < Y* ≤ 4Z)
dimana : Y* : Nilai PPP dari nilai riil pengeluaran perkapita Z : batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp. 549.500 perkapita per tahun atau Rp. 1500 perkapita per hari Pengertian paritas daya beli secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: misalkan ada 3 orang Kota Batu (X, Y, Z) yang berasal dari 3 kecamatan
BPS Kota Batu
15
2
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
berbeda (A, B, C). Tiga orang tersebut mempunyai penghasilan bulanan, yang kalau diukur dengan rupiah, sama persis. Namun, penghasilan X di kecamatan A, apabila seluruh penghasilan sebulan dibelikan beras, memperoleh 5 kwintal, dengan penghasilan yang sama Y di kecamatan B dapat membeli 4 kwintal; dan Z dikecamatan C dapat membeli 10 kwintal. Paritas daya beli masing-masing X, Y, Z menggambarkan daya beli riil yaitu 5, 4 dan 10 kwintal beras. 2.3 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil pengolahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2011, hasil penghitungan IHK Kota Malang tahun 2011 serta data sekunder yang berasal Publikasi Daerah Dalam Angka BPS Kota Batu dan
Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur
Tahun 2009-2011. 2.4 Metode Analisis Pada dasarnya metode analisis statistik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu statistik diskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian data yang memberikan informasi yang berguna. Statistik Inferensia mencakup semua metode analisis data dengan menggunakan berbagai macam
prosedur pengujian secara statistik. Dalam
penyusunan laporan ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif karena tidak ada pengujian secara statistik di dalamnya.
BPS Kota Batu
16
III. GAMBARAN UMUM
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Wilayah 3.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Kota Batu adalah salah satu wilayah pemerintahan kecil di Propinsi Jawa Timur yang mempunyai letak strategis. Kota ini berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, memiliki keunikan tersendiri. Kota yang tergolong relative baru tersebut, sekalipun cukup jelas nuansa perkotaannya, ternyata masih sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri [karakteristik] perdesaan. Daerah dengan udara yang sejuk, pemandangan alam yang indah, serta buah apelnya yang terkenal. Kota ini berada pada jalur transit yang dapat menjadi pilihan untuk melanjutkan perjalanan melalui jalur selatan menuju kota-kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Daerah ini bisa dicapai dengan kendaraan roda empat dalam waktu kurang lebih 2,5 jam ke arah Selatan dari Kota Surabaya. Secara umum, Kota Batu dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu daerah lereng/bukit dengan proporsi lebih luas dan daerah dataran. Luas kawasan Kota Batu secara keseluruhan adalah sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0,42 persen dari total luas Jawa Timur. Sebagai daerah yang topografinya sebagian besar wilayah perbukitan, Kota Batu memiliki pemandangan alam yang sangat indah, sehingga banyak dijumpai tempat-tempat wisata yang mengandalkan keindahan alam pegunungan. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan tersebut menjadikan Kota Batu terkenal sebagai daerah dingin. Selama berada di Kota Batu, pengunjung dapat menikmati berbagai fasilitas yang tersedia seperti akomodasi dan tempat wisata alam maupun buatan yang banyak diminati sebagai tujuan wisata utama di Provinsi Jawa Timur. Kota Batu terdiri dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu : Wilayah kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo. Secara geografis Kota Batu terletak pada posisi antara 7044’, 55,11” sampai dengan 8026’, 35,45” Lintang Selatan dan
BPS Kota Batu
17
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
1220 17’,10,90” sampai dengan 1220 57’,00,00” Bujur Timur. Adapun Batas-batas Kota Batu adalah sebagai berikut : Utara : Kecamatan Prigen, Kabupaten Mojokerto Selatan : Kec. Dau & Kec. Wagir , Kabupaten Malang Timur : Kec. Karangploso & Kec. Dau Kabupaten Malang Barat : Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Gambar 3.1 . Peta Kota Batu
3.1.2 Keadaan Topografi dan Klimatologi Secara umum wilayah Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Diantara gunung-gunung yang ada di Kota Batu, ada tiga gunung yang telah diakui secara nasional, yaitu Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang
(3.156 meter)
dan Gunung Arjuno (3.339 meter).
Berdasarkan
ketinggiannya, Kota Batu diklasifikasikan kedalam 6 (enam) kelas, yaitu :
BPS Kota Batu
18
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
600 – 1.000 DPL dengan luas 6.019,21 Ha Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah : 1. Kecamatan Batu (terutama Desa Sidomulyo secara keseluruhan, sebagian besar Kelurahan Temas, Kelurahan Sisir, Kelurahan Ngaglik dan Desa Sumberejo serta sebagian kecil Desa Oro-oro Ombo, Desa Pesanggrahan dan Kelurahan Songgokerto. 2. Kecamatan Junrejo (terutama Desa Junrejo, Torongrejo, Pendem, Beji, Mojorejo, Dadaprejo dan sebagian Desa Tlekung) 3. Kecamatan Bumiaji (terutama pada sebagian kecil desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan Bumiaji) 1.000 – 1.500 DPL dengan luas 6.493,64 Ha Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah : sebagian besar desadesa yang ada di Kecamatan Bumiaji dan sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan Batu (Terutama wilayah Kelurahan Songgokerto, Desa Oro-Oro Ombo dan Desa Pesanggrahan) serta di sebagian kecil Desa Tlekung yang berada di wilayah Kecamatan Junrejo. 1.500 – 2.000 DPL dengan luas 4.820,40 Ha Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah : sebagian kecil Desa Tlekung Kecamatan junrejo. Selain itu juga terdapat di sebagian kecil Desa Oro-oro ombo dan Desa Pesanggrahan terutama di sekitar kawasan gunung Panderman, Gunung Bokong serta Gunung Punuksari. Sedangkan di wilayah Kecamatan Bumiaji seluruh bagian desa mempunyai ketinggian ini, terutama kawasan-kawasan di sekitar Gunung Rawung, Gunung Tunggangan, Gunung Pusungkutuk. 2.000 – 2.500 DPL dengan luas 1.789,81 Ha Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini relatif sedikit, yaitu di sekitar Gunung Srandil serta diujung Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu yang berbatasan dengan Kecamatan Wagir. Untuk Kecamatan Bumiaji ketinggian
BPS Kota Batu
19
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
ini berada di sekitar Gunung Anjasmoro dan pada sebagian kecil di wilayah Desa Giripurno, Desa Bumiaji, Desa Sumbergondo dan Desa Torongrejo. 2.500 – 3.000 DPL dengan luas 707,32 Ha Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah sebagian kecil desa-desa yang berada di wilayah Kecamatan Bumiaji, terutama pada wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Prigen. > 3.000 DPL dengan luas 1.789,81 Ha Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah pada beberapa desa di Kecamatan
Bumiaji,
khususnya
di
sekitar
Gunung
Arjuno
(Desa
Sumbergondo), Gunung Kembar dan Gunung Welirang (Desa Tulungrejo).
Sedangkan kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari peta kontur Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa sebagian besar wilayah kota Batu mempunyai kemiringan lain sebesar 25 – 40% dan kemiringan > 40. Rincian mengenai kemiringan ini adalah :
0 - 8 % seluas 2.207,21 Ha
8 -15 % seluas 2.223,73 Ha
15 - 25 % seluas 1.799,37 Ha
25 - 40 % seluas 4.529,85 Ha
> 40 % seluas 4.493,33 Ha
Ditinjau dari keadaan klimatologinya diketahui Kota Batu pada tahun 2012 memiliki suhu minimum 16,7 – 21,20C dan suhu maksimum antara 24,9 – 29,50C dengan kelembaban udara sekitar 63 – 85% dan curah hujan rata-rata 147,37 mm per bulan dengan hari hujan rata-rata 13 hari per bulan, oleh karenanya Kota Batu tidak memiliki perubahan musim yang drastis antara musim kemarau dan musim penghujan.
BPS Kota Batu
20
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
3.1.3 Keadaan Geologi dan Hidrologi Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis tanah yaitu : Relogol Kelabu Tanah ini terbentuk dari dua bahan induk abu vulkanik intermedie, fisiografi vulkanij, bentuk wilayah bergunung kedalaman tanah dalam sedang dan drainase agak cepat. Jenis tanah ini terdapat didaerah pegunungan di Kecamatan Batu dan Bumiaji. Andosol Coklat Tanah ini terbentuk dari abu dan tufa vulkanik, intermedie, drainase tanah yang baik, menempati punggung gunung/puncak-puncak gunung serta terdapat di Kecamatan Batu dan Bumiaji. Latosol Coklat Kekuningan Tanah ini hampir mendominasi seluruh Kota Batu, menempati fisiografi dataran Vulkanik dan lereng bawah/tengah tanah terbentuk dari bahan induk abu dan tufa vulkan intermedie, drainase baik agak terhambat. Litosol Tanah ini merupakan asosiasi dengan litosol coklat menempati fisiografi vulkan. Kedalaman tanah dangkal sampai dengan 20 – 50 sm , drainase baik agak cepat. Dilihat dari formasi geologi diatas, menunjukkan bahwa Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota Batu, sehingga di Kota Batu mata pencaharian penduduk didominasi oleh sektor pertanian. Sedangkan untuk kondisi hidrologi Kota Batu banyak dipengaruhi oleh sungaisungai yang mengalir di bagian pusat Kota, sehingga akan berpengaruh juga terhadap perkembangan Kota. Hidrologi di Kota Batu dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu air permukaan, air tanah dan sumber mata air. Untuk Kota Batu air
BPS Kota Batu
21
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
permukaan yang ada adalah air Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya yang menjadi alternative sumber air permukaan. Untuk air tanah yang cukup berlimpah terutama pada kecamatan Junrejo yang merupakan zona air tanah produktif tinggi – sedang. 3.1.4 Pola penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di wilayah Kota Batu terdiri dari lahan sawah dan bukan sawah, luas untuk lahan sawah sebesar 2.480,00 Ha atau 12,60 persen sedangkan lahan bukan sawah sebesar 17.205,60 Ha atau sekitar 87,4 persen. Kecamatan Junrejo yang paling luas lahan sawahnya yaitu sebesar 1. 098 Ha. Untuk lahan bukan sawah dibedakan menjadi pekarangan, tegal/kebun, Hutan dan lainlain. Penggunaan lahan untuk pekarangan sebesar 809,36 Ha, tegal/kebun sebesar 3.323,27,53 Ha, hutan sebesar 11.071,20 Ha dan lain-lain sebesar 2.001,84 Ha. Luas lahan bukan sawah di Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji lebih luas dibandingkan dengan kecamatan Junrejo. Kegiatan hutan di wilayah Kota Batu sebagian besar merupakan kawasan dengan topografi yang cenderung berbukit dan terjal. Luas hutan di Kecamatan Bumiaji paling luas yaitu 8.644,20 Ha. Penggunaan lahan di Kecamatan Batu didominasi untuk pekarangan dan bangunan yaitu seluas 1.816,33 Ha. Hal ini terjadi karena Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan dan aktivitas Kota. 3.2 Pemerintahan Kota Batu yang terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah Kecamatan terdiri atas 19 (Sembilan Belas) Desa dan 5 (Lima) Kelurahan. Dari ketiga wilayah Kecamatan yang ada di Kota Batu, Kecamatan Bumiaji memiliki lahan yang paling luas yaitu 127,979 km2, sedangkan untuk wilayah kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Batu dan Kecamatan Junrejo memiliki luas wilayah masing-masing adalah 45,458 km2
dan
25,650 km2 Pada tahun 2013, Kota Batu terbagi habis menjadi 3 kecamatan, 24 desa/ kelurahan, 238 RW dan 1.127 RT. Dilihat komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Batu mempunyai 8 desa/kelurahan, Kecamatan Junrejo mempunyai 7 desa/kelurahan dan Kecamatan Bumiaji memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 9 desa.
BPS Kota Batu
22
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Banyaknya jumlah desa/ kelurahan yang dimiliki otomatis menjadi daerah dengan jumlah RW dan RT terbanyak pula. Terbukti jumlah RW dan RT terbanyak di Kecamatan Batu yaitu masing-masing 96 RW dan 458 RT. Berikutnya Kecamatan Bumiaji 83 RW dan 429 RT dan sisanya berada di Kecamatan Junrejo. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini tidak akan berhasil apabila desa/kelurahan sebagai satuan terkecil pemerintahan tidak pernah tersentuh pembangunan. Pada tahun 2013, hasil pembangunan di Kota Batu telah dapat dirasakan. Hal ini dapat ditengarai dari jumlah status desa di Kota Batu yang semuanya sudah mencapai tingkat swasembada. Hal ini menunjukkan bahwa semua desa/kelurahan di Kota Batu memiliki partisipasi yang baik dan kemandirian dalam menyelenggarakan pemerintahan desanya.
3.3 Penduduk Dalam pembangunan manusia, penduduk adalah central dari sasaran pembangunan, sehingga data tentang kependudukan menjadi sangat vital dalam penentuan kebijakan pembangunan yang berorientasikan manusia sebagai sasaran utamanya.
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Fungsi obyek bermakna penduduk menjadi target dan sasaran pembangunan yang dilakukan oleh penduduk, dan fungsi subyek bermakna penduduk adalah pelaku tunggal dari sebuah pemba ngunan. Kedua fungsi tadi diharapkan berjalan seiring dan sejalan secara integral. Jumlah penduduk yang besar memang merupakan potensi yang besar pula, namun demikian peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar peningkatan kualitas SDM terpenuhi, maka kebutuhan akan sarana maupun prasarana pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya perlu diupayakan secara optimal. Jika pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia tidak mendapat perhatian dari pem erintah Daerah Kota Batu dapat mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol.
BPS Kota Batu
23
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Ini dikhawatirkan akan menambah jumlah pengangguran dan penduduk miskin, sehingga mengganggu program-program yang berjalan. Laju pertumbuhan penduduk merupakan suatu indikator yang menunjukkan seberapa banyak rata-rata pertambahan penduduk per tahun di suatu wilayah dalam periode tertentu. Pertumbuhan penduduk di Kota Batu diasumsikan mengikuti deret geometri, oleh karena itu laju pertumbuhan penduduk dihitung secara matematis dengan rumus sebagai berikut :
r =
( P t / P0 ) 1/n - 1
Dengan r Pt P0 n
= = = =
tingkat laju pertumbuhan penduduk jumlah penduduk pada akhir periode jumlah penduduk pada awal periode jumlah tahun dalam periodetersebut
Dari data hasil proyeksi penduduk yang dihitung BPS Provinsi Jawa Timur jumlah penduduk Kota Batu pada tahun 2013 sebesar 196.951 jiwa. Berdasarkan hasil penghitungan laju pertumbuhan penduduk di Kota Batu untuk tahun 2012 – 2013 sebesar 1,17 persen artinya bahwa selama kurun waktu tersebut penduduk kota Batu bertambah sebesar 1,17 persen. Laju pertumbuhan penduduk Kota Batu ini termasuk tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur, hal ini tidaklah mengherankan karena sebagai wilayah administrasi relative baru, tentunya Kota Batu akan menawarkan berbagai peluang bagi pendatang. Apalagi ditunjang dengan wilayahnya berada di pegunungan yang sejuk dan memiliki berbagai tempat tujuan wisata, telah menjadikannya sebagai daerah yang bagus untuk tempat tinggal maupun membangun usaha. Dari jumlah penduduk sebesar 196.951 jiwa pada tahun 2013 maka tingkat kepadatan penduduk menjadi 989
orang/km. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin menunjukan bahwa 50,2 persen adalah penduduk laki-laki dan 49,8 persen adalah penduduk perempuan dengan angka sex ratio sebesar 100,82 persen.
BPS Kota Batu
24
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Tabel 3.1 Penduduk Kota Batu Berdasarkan Hasil Susenas Tahun 2011-2013 Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
1
2011
96.625
95.972
192.597
100,63
2.
2012
97.764
97.029
194.793
100,76
3. 2013 98.880 98.071 196.951 100,82 Sumber : Hasil SP 2010 dan Hasil Proyeksi Penduduk 2011-2013 BPS Provinsi Jawa Timur
Informasi struktur umur penduduk sangat bermanfaat sebagai estimasi indikator kependudukan lainnya. penduduk
berusia
pelaksanaan
muda,
program
Bila struktur umur mengarah pada kelompok
maka
dibidang
intervensi
kesehatan
pembangunan
ibu
dan
anak,
didominasi
oleh
pendidikan,
dan
pengendalian kelahiran. Sedangkan bila struktur umur mengarah pada kelompok penduduk berusia tua, maka intervensi pembangunan diarahkan pada pelaksanaan program dibidang jaminan hari tua. Dari Piramida Penduduk
diketahui bahwa
kelompok umur yang dominan adalah kelompok usia produktif. Keadaan piramida yang seperti ini akan sangat mendukung tercapainya sasaran pembangunan, karena sumber daya manusia yang produktif sebagai modal dasar pembangunan banyak tersedia. Dengan demikian angka beban ketergantungan secara keseluruhan mencapai 44,12 persen atau dengan angka absolut dikatakan bahwa setiap seratus penduduk usia produktif akan menanggung sekitar 44 orang bukan usia produktif ( 0 – 14 tahun dan 64 tahun ke atas) atau dengan ratio 2 : 1. Tabel 3.2 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Batu, Tahun 2012 dan 2013
Kelompok Umur Laki-laki 25,08 69,10 5,82
0-14 15-64 65+ Total
Tahun 2012 Perempuan 24,93 67,87 7,21
Tahun 2013 Total 25,00 68,48 6,51
Laki-laki 24,00 70,00 6,10
Perempuan 24,00 69,00 7,48
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kota Batu (Estimasi Hasil Susenas 2012-2013)
BPS Kota Batu
Total 24,00 69,00 6,78 100,00
25
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Bila dilihat dari angka ketergantungan ini sudah baik, namun realita secara ekonomis dilapangan sangat bergantung pada sumber daya manusia penduduk usia produktif, dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Grafik 3.1 Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2013
75 + 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 La ki-lak/Male
00
2.0004.000
6.000 8.000 1.000
Perempuan/Female
Sumber : BPS Kota Batu (Estimasi Hasil Susenas Tahun 2013)
3.4 Potensi Wilayah Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonominya. Dengan asumsi bahwa dengan pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemakmuran penduduk.
BPS Kota Batu
26
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Tabel 3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Tahun 2009-2013
Sektor
2009
2010
2011
1. Pertanian
6,09
5,24
4,89
2. Pertambangan & Penggalian
5,64
6,59
3. Industri Pengolahan
5,59
4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Bangunan
2013
2009
4,38
5,51
6,09
6,00
5,12
4,60
5,64
6,22
6,03
6,57
7,64
5,59
8,93
8,95
8,88
8,98
8,79
8,93
12,44
12,62
13,98
13,54
13,79
12,44
6,97
8,41
9,24
9,77
9,10
6,97
7,19
7,68
9,03
9,26
9,32
7,19
8.Keuangan, Persew aan & Jasa Perusahaan
6,78
8,81
8,60
8,59
8,23
6,78
9. Jasa – jasa
8,43
7,08
6,51
8,37
8,02
8,43
6,99
7,52
8,04
8,25
8,20
6,99
6.Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
PDRB
2012
Sumber : PDRB KOTA BATU TAHUN 2011
Sumber : PDRB Kota Batu Tahun 2013
Untuk mengetahui potensi wilayah Kota Batu dapat ditinjau dari data laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi Kota Batu. Tingkat pertumbuhan ekonomi
secara
keseluruhan
merupakan
rata-rata
tertimbang
dari tingkat
pertumbuhan sektoralnya. Jika suatu sektor mempunyai peranan yang dominan, akan tetapi jika perkembangannya lambat, maka akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya jika sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka sektor tersebut secara otomatis akan menyebabkan total tingkat pertumbuhan juga tinggi. Dari data laju pertumbuhan ekonomi Kota Batu berikut ini dapat diketahui sektor mana yang pertumbuhannya paling cepat.
BPS Kota Batu
27
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Secara umum pertumbuhan ekonomi di Kota Batu pada tahun 2013 mencapai
8,20 persen. Angka ini menunjukkan perkembangan dari tahun-tahun
sebelumnya. Pertumbuhan yang paling tinggi adalah di sektor Bangunan yaitu sebesar 13,79 persen. Menyusul kemudian sektor Angkutan dan Komunikasi sebesar 9,32 persen , sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
sebesar 9,10 persen.
Ditinjau dari struktur produksi sektoral, pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan belum mencerminkan fondasi yang kuat padahal sektor industri pengolahan mempunyai keterkaitan hulu-hilir (backward-forward) terbesar. Terlepas
dari belum
optimalnya
angka pertumbuhan Sektor Industri
Pengolahan Kota Batu, kecenderungan laju pertumbuhan yang terus meningkat sejak 2003 sebenarnya memberi momentum yang baik bagi proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan yang terus menerus ini. Pertama, sebagai daerah otonom baru, Kota Batu banyak melakukan pembangunan. Kedua, sebagai Kota Agro Wisata, Kota Batu selain membangun beberapa objek wisata baru juga membangun hotel dan jasa akomodasi lainnya untuk menunjang kegiatan pariwisata, antara lain Resort Jambu Luwuk, Hotel Singasari dan beberapa yang lain. Momentum pertumbuhan ini juga didukung
oleh
multiplier
effect
yang
ditimbulkan
sektor
pariwisata
dalam
menggerakan roda perekonomian Dengan memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi dan kenyataan bahwa Kota Batu berada di lokasi yang strategis dan menjadi tujuan utama wisata di Jawa Timur, sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi sangat potensial untuk dikembangkan karena kedua sektor tersebut sangat berkaitan dengan kegiatan wisata di kota Batu. 3.5 Sarana dan Prasarana Sarana yang penting dalam mendukung laju pembangunan adalah prasarana jalan. Tersedianya jalan untuk menjangkau semua daerah di suatu wilayah pemerintahan sangat besar pengaruhnya terhadap kecepatan pendistribusian hasil pembangunan. Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting guna memperlancar kegiatan perekonomian selain untuk memudahkan mobilitas
BPS Kota Batu
28
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
penduduk dari satu daerah menuju daerah lainnya. Seiring dengan sema kin meningkatnya pembangunan jalan yang terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi dan kotamadya harus selalu ditingkatkan, baik panjang maupun kualitasnya, agar pembangunan regional/nasional dapat berjalan lancar. Panjang jalan y ang ada di Kota Batu mencapai 511,33 Km, terbagi atas jalan provinsi sepanjang 39,50 km dan jalan Kotamadya 471,83 km. Jika diamati menurut jenis permukaan, jalan aspal merupakan proporsi terbesar dibanding dengan jalan non aspal yaitu dengan komposisi sebesar 66,8 persen dari total panjang jalan. Berikutnya berupa kerikil sebesar 14,02 persen dan tanah sebesar 7,04 persen. Sarana angkutan untuk mobilitas penumpang dan barang di Kota Batu cukup tersedia. Teknologi komunikasi kini semakin dirasakan penting peranannya dalam penyampaian informasi jarak jauh.
Aktifitas pemerintahan, swasta maupun
masyarakat sangat erat kaitannya dengan pos dan telekomunikasi sebagai sarana untuk pengiriman informasi. Bahkan ketersediaan teknologi informasi berdampak pada
intelektualitas
penduduk,
karena
dengan
tersedianya
teknologi
dan
kemampuan sumber daya manusia maka akan sangat mudah membaca kemajuan yang mutakhir sehingga dapat memacu perkembangan teknologi di daerah. Jumlah telepon umum koin dan kartu dari tahun ke tahun semakin berkurang, sedangkan jasa telekomunikasi menunjukkan jumlah pelanggan telepon kabel semakin berkurang dari tahun ke tahun, karena pengguna jasa telpon mulai bergeser dari telpon kabel ke telpon seluler. Ini ditandai dengan semakin menjamurnya kios-kios ponsel yang juga melayani pembelian pulsa. Untuk kepentingan pengiriman barang dan surat lewat pos, Kota Batu memiliki 1 kantor Pos dan Giro Besar. Ketersediaan bank sangat mendorong laju pertumbuhan ekonomi di segala bidang, khususnya dalam penyediaan modal dan lalu lintas uang antar daerah. Kepentingan lalu lintas uang di Kota Batu sangat mudah karena telah tersedia bank-bank pemerintah maupun bank swasta. Bank pemerintah yang terdapat di Kota Batu antara lain: Bank Rakyat Indonesia (BRI), BNI 46, Bank Mandiri dan Bank Jatim. Sedangkan bank swasta antara lain: Bank Central Asia (BCA) , LIPPO Bank, BTPN, UOB Bank, Bank Bukopin dan beberapa Bank Syariah. Serta BPR-BPR yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini.
BPS Kota Batu
29
3
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Sekolah adalah sarana pendidikan yang diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal dalam menyukseskan pembangunan. Sekolah TK, SD hingga SMU sudah tersedia memadai di Kota Batu baik itu sekolah negeri,madrasah maupun swasta. Sekolah Dasar dan SLTP tersebar di masing-masing kecamatan secara merata. Jumlah SD Negeri dan Swasta di Kota Batu tersebar masing – masing di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu (34 Sekolah); Kecamatan Junrejo (17 Sekolah) dan Kecamatan Bumiaji (24 Sekolah). Jumlah SMP negeri dan swasta di Kota Batu sebanyak 27 sekolah dimana di Kecamatan Batu (17 Sekolah); Kecamatan Junrejo (4 Sekolah) dan Kecamatan Bumiaji (6 Sekolah). Hanya ada 11 Sekolah SMU Negeri dan Swasta di Kota Batu yang terdapat masing-masing di Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Selain itu ada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) sebanyak 13 sekolah yang juga tersebar merata di tiga kecamatan.
Selain sekolah-sekolah negeri diatas, tersebar sekolah-sekolah swasta
lainnya di masing-masing kecamatan, Perguruan Tinggi negeri yang ada di Kota Batu yauti Universitas Islam Negeri Malang namun hanya ada jenjang Pasca Sarjana atau Strata-2, sedangkan Strata-1 hanya ada sekolah tinggi keagamaan yaitu Sekolah Tinggi Agama Budha dan Sekolah Tinggi Pekabaran Injil. Kualitas kesehatan penduduk merupakan indikator yang sangat penting dalam pembangunan yang berorientasi pada manusia. Kesehatan penduduk dapat dicapai dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan kesadaran masyarakat untuk memiliki pola hidup yang sehat. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi penduduk Kota Batu telah berdiri tiga buah Rumah Sakit Umum yang terdapat 4 buah di kecamatan Batu, dan 1 buah di kecamatan Junrejo. Selain Rumah Sakit di Kota Batu terdapat 5 puskesmas dan 6 puskesmas pembantu yang tersebar di masing-masing kecamatan.
BPS Kota Batu
30
IV. ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
BAB IV ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA Manusia sebagai faktor utama pembangunan mempunyai peran yang sangat berarti, semakin tinggi kualitas penduduk maka dapat dipastikan pembangunan akan berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Hal tersebutlah yang mendasari pentingnya pembangunan manusia seutuhnya. Sumber Daya Manusia yang berkualitas adalah merupakan asset yang paling penting bagi pembangunan di berbagai aspek kehidupan masyarakat. SDM yang berkualitas adalah manusia yang mempunyai kualitas intelektual, watak, moral, ahklak dan fisik yang prima. Pemerataan hasil-hasil pembangunan bukan saja berarti dalam bentuk sarana dan prasarana fisik yang harus dibangun secara merata, namun yang lebih penting dari itu adalah kemudahan warga masyarakat untuk dapat mengakses dan sekaligus dapat terfasilitasi sarana kebutuhannya. Pada gilirannya diharapkan setiap warga masyarakat
dapat
merubah
perilaku
untuk
berkembang
membangun
diri
meningkatkan kesejahteraannya. Tingkat kesejahteraan dipandang sebuah ukuran yang bercirikan relative dan kompleks. Untuk itu perlu adanya batasan ideal, pembatasan yang paling representative pada bahasan berikut akan diamati seberapa jauh tingkat kemajuan bidang sosial ekonomi.
Untuk mengetahui itu kemajuan
tersebut dan sejauh mana keadaan sumber daya manusia di Kota Batu, akan dibahas indikator-indikator tunggal seperti keadaan pendidikan, kesehatan, perumahan dan ketenagakerjaan yang selanjutnya akan dikaitkan dengan hasil perhitungan angka IPM.
4.1 Indikator Pendidikan Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus
obyek dalam
membangun kehidupan yang lebih baik.
Mengingat
pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia,
maka
pembangunan di bidang pendidikan meliputi
pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah,
BPS Kota Batu
31
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
tetapi juga dari masyarakat. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan pendidikan antara lain terlihat dari usaha Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), yang menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh sekolah. Selain itu digulirkannya BOS (Bantuan Operasional Sekolah) kepada sekolah formal mulai dari tingkat SD sampai SMP meringankan masyarakat dalam membiayai anak-anak untuk bersekolah. Dengan adanya BOS diharapkan tidak ada lagi anak putus sekolah karena alasan ketidakmampuan orangtua atau kekurangan biaya. Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berba gai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan sudah beberapa tahun ini pemerintah telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, diharapkan seseorang akan semakin mudah dalam menyerap, memilih, beradaptasi atau mengembangkan segala bentuk informasi dan pengetahuan baru untuk kehidupannya. Selain itu tingkat pendidikan yang tinggi juga dapat menimbulkan kemampuan bersaing yang lebih baik dalam dunia kerja Untuk
mengetahui
perkembangan
pembangunan
bidang
pendidikan
diperlukan adanya indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai. Ada beberapa indikator yang relevan dengan masalah pendidikan, diantaranya adalah rata-rata lamanya sekolah, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat partisipasi sekolah. Untuk melihat ketersediaan dan tingkat pelayanan, sarana, prasarana dan tenaga pendidik yang ada digunakan indikator antara lain rasio kelas persekolah, guru per sekolah, guru per kelas, murid per kelas dan murid per guru. Dengan demikian bisa terlihat kualitas pendidikan yang ada di sekolah-sekolah di Kota Batu.
BPS Kota Batu
32
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Selain beberapa indikator pendidikan yang akan disajikan dalam sub bab ini, besaran alokasi dana yang disediakan untuk bidang pendidikan juga perlu disajikan dalam sub bab ini. 4.1.1 Angka Buta Huruf Ukuran yang sangat mendasar dalam tingkat pendidikan adalah kemampuan baca tulis penduduk dewasa. Hal ini tercermin dari data angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas. Penduduk Kota Batu yang dapat membaca dan menulis pada tahun 2013 sudah mencapai 98,37 persen, sisanya 1,63 persen tidak dapat baca tulis.
Tabel 4.1 Angka Melek Huruf & Buta Huruf tahun 2011– 2013
Tahun
Melek Huruf
Buta Huruf
Kota Batu
Jawa Timur
Kota Batu
Jawa Timur
2011
98,27
88,52
1,73
11,48
2012
98,32
89,28
1,68
10,72
2013
98,37
90,49
1,63
9,51
Sumber : Hasil Susenas 2011-2013, BPS Prov. Jatim
Pada tahun 2013 persentase penduduk Kota Batu yang melek huruf atau bisa baca tulis mengalami kenaikan yaitu dari 98,32 persen pada tahun 2012 menjadi 98,37 persen pada tahun 2013. Dengan meningkatnya angka melek huruf berarti penduduk yang buta huruf pada tahun 2013 hanya sebesar 1,63 persen. Dibandingkan angka melek huruf Propinsi Jawa Timur, Kota Batu masih lebih baik, dimana AMH Jawa Timur tahun 2011 sekitar 88,52 persen, tahun 2012 menjadi 89,28 persen dan pada tahun 2013 ini sebesar 90,49 persen. Salah satu parameter keberhasilan pembangunan diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia ( Human
Development Index = HDI), yang salah satu komponennya diantaranya adalah
BPS Kota Batu
33
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
angka buta huruf ini. Buta huruf selalu identik dengan keterbelakangan serta ketidakberdayaan yang umumnya menjadi ciri masyarakat marginal. Dengan demikian usaha pemerintah Kota Batu untuk mengurangi angka buta huruf sudah menampakan hasil, meskipun demikian upaya pemberantasan buta huruf tetap harus dilakukan supaya masyarakat Kota Batu terbebas dari buta huruf. 4.1.2 Rata – Rata Lama Sekolah Untuk
mengetahui
perkembangan
pembangunan
bidang
pendidikan
diperlukan adanya indikator yang mampu memberikan gambaran mengenai kemajuan yang telah dicapai. Selain Indikator ABH (Angka Buta Huruf) ada indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan yaitu rata-rata lamanya sekolah (tahun). Ratarata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Dari hasil pengolahan Indikator Makro Sosial Ekonomi Jawa Timur rata-rata lamanya sekolah penduduk Kota Batu selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 rata-rata lamanya sekolah sebesar 8,76 tahun atau naik sebesar 0,22 point dibanding tahun 2012 sebesar 8,54 tahun. Rata-rata lamanya sekolah penduduk Kota Batu masih diatas Propinsi Jawa Timur. Rata-rata lamanya sekolah Propinsi Jawa Timur tahun 2001 s/d 2008 masih berkisar angka 6, dan pada tahun 2009-2013 sudah mencapai 7,53, sedangkan Kota Batu sudah berada pada kisaran angka 8. Dengan kata lain bahwa semakin lama peluang serta kesempatan dalam bidang pendidikan semakin besar. Merupakan hal yang wajar jika tingkatan pendidikan seorang anak minimal sama atau lebih tinggi dibandingkan dengan orang tuanya. Grafik 4.1. Rata-rata Lamanya Sekolah Penduduk Kota Batu dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 - 2013 9 8
8,76
8,52
7
7,34
7,53
7,45
8,54
6 2011
2012 Ko t a B a t u
BPS Kota Batu
2013
Ja wa T i m ur
34
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun keatas. Semakin besar persentase penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan tinggi, bisa dianggap semakin tinggi tingkat intelektualnya.
Sebagian besar penduduk Kota Batu telah
menamatkan SMA sederajat, hal tersebut dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SMA sederajat tahun 2013 sebesar 24,3 persen. Penduduk Kota Batu yang menempuh pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi pada tahun 2013 mencapai 9,10 persen. Penduduk yang menamatkan Perguruan Tinggi mengalami kenaikan sebesar 2,01 persen. Kondisi ini bisa menggambarkan bahwa selama lima tahun terakhir terjadi penurunan persentase penduduk berpendidikan rendah
yang diikuti dengan
meningkatnya persentase penduduk berpendidikan yang lebih tinggi. Tabel 4.2 Persentase Penduduk Usia 15 tahun keatas menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Kota Batu Tahun 2011 - 2013 Tingkat Pendidikan
2011
2012
2013
Tidak belum pernah sekolah
3,09 20,87 28,91 19,36 21,47 6,29
3,10 18,01 29,96 18,47 24,13 6,33
3,56 13,69 31,40 17,94 24,3 9,10
Tidak belum tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMTA + Tamat PT Sumber : Hasil Susenas 2011 – 2013
4.1.2 Tingkat Partisipasi Sekolah Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah (APS) adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk usia tersebut dikalikan seratus. Dalam penghitungan APS tidak memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang dijalani, karena perhatian utamanya adalah penduduk usia sekolah yang
BPS Kota Batu
35
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
pada dasarnya harus sekolah. Angka APS dikatakan baik apabila mendekati atau bahkan mencapai angka seratus, yang berarti setiap anak usia sekolah sedang duduk dibangku sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Rumus yang digunakan adalah : APS =
Banyaknya penduduk usia sekolah tertentu yang sedang sekolah
x 100
APS = Banyaknya penduduk usia sekolah tertentui
Pengelompokan usia sekolah adalah berikut : a. SD
untuk kelompok umur 7 – 12 tahun
b. SLTP
untuk kelompok umur 13 – 15 tahun
c. SLTA
untuk kelompok umur 16 – 18 tahun
d. Perguruan Tinggi untuk kelompok umur 19 – 24 tahun APS Kota Batu untuk kelompok umur sekolah dasar (7 – 12 tahun) pada tahun 2013 sebesar 99,74 persen yang berarti untuk setiap 100 anak usia sekolah dasar, hampir semuanya sekolah di usia ini yaitu. Selanjutnya APS untuk usia SMP (13-15 tahun) sebesar 97,68 persen pada tahun 2013 , APS untuk usia SMA (16 – 18 tahun) sebesar 66,95 persen. Semua tingkatan usia sekolah APS-nya mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2012 kecuali APS untuk usia SMA (16-18). Apabila diperhatikan semua usia sekolah, tampak bahwa semakin tinggi usia sekolah Angka Partisipasi Sekolahnya semakin kecil. Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase APS Kota Batu mengalami penurunan pada kelompok umur SMA (16 – 18 tahun), sedangkan kelompok umur SD (7-12) dan SMP (13-15) mengalami kenaikan.
BPS Kota Batu
36
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Tabel 4.3 Persentase Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota Batu Tahun 2011 - 2013 Usia Sekolah
2011
2012
2013
7 – 12
97,69
98,66
99,74
13 - 15
96,99
96,03
97,68
16 - 18
63,11
71,96
66,95
Sumber : Hasil Susenas 2011 – 2013
Dengan adanya
program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
sasarannya sampai pada jenjang pendidikan tingkat SLTP. Keberadaan program BOS tentunya tidak mampu secara drastis mendongkrak persentase APS pada kelompok Usia SMP (13-15 th ), mengingat program tersebut bukan bersifat menghapuskan biaya pendidikan, namun hanya mengurangi. Jika pada jenjang pendidikan SD di beberapa sumber menyebutkan bahwa sebagian besar murid tidak lagi terbebani biaya SPP/BP3, namun pada jenjang pendidikan SLTP/sederajat, sebagian murid masih membayar selisih SPP/BP3 setelah dikurangi BOS. 4.1.3 Alokasi Anggaran Bidang Pendidikan Realisasi anggaran untuk bidang pendidikan pada tahun 2011 sebesar 124,6 Milyar, naik menjadi 134,6 Milyar pada tahun 2012. Tahun 2013 anggaran untuk bidang pendidikan sudah mencapai 164,5 Milyar. Dari anggaran yang digelontorkan untuk pembangunan di bidang pendidikan nampak bahwa dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan hal ini diimbangi dengan semakin membaiknya indikatorindikator pendidikan yang merupakan komponen penyusun IPM. 4.2 Indikator Kesehatan Pembangunan di bidang kesehatan antara lain bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Peningkatan derajat kesehatan penduduk harus diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan, karena masalah kesehatan yang terjadi sekarang dapat
BPS Kota Batu
37
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
berpengaruh terhadap keturunan berikutnya. Derajat kesehatan masyarakat harus terus menerus ditingkatkan dengan memberikan fasilitas kesehatan yang memadai dan meningkatkan kesadaran pola hidup sehat bagi masyarakat. Kedua faktor tersebut harus sinergis, karena fasilitas kesehatan yang bagus tidak akan menjamin terciptanya masyarakat yang sehat. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, pemerintah berupaya melakukan berbagai program baik yang sifatnya promotif, preventif maupun kuratif melalui pendidikan kesehatan, imunisasi, pemberantasan penyakit menular, penyediaan air bersih dan sanitasi dan pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan dapat dilakukan sedini mungkin, sejak bayi masih dalam kandungan, saat kelahiran dan masa balita. Perkembangan otak sudah dimulai sejak bayi berada dalam kandungan, dan gizi yang cukup serta perilaku hidup sehat dalam lingkungan yang sehat sangatlah penting bagi kesehatan dan pertumbuhan seorang. Diantara beberapa ukuran kesehatan yang ada, indikator yang digunakan untuk melihat taraf kesehatan penduduk adalah Angka Harapan Hidup (AHH), dan penolong persalinan. Ketiga indikator tersebut sangat peka terhadap setiap perubahan sosial ekonomi masyarakat. Sehingga selain sebagai ukuran kesehatan, ketiganya bisa juga memberikan indikasi kondisi kesejahteraan masyarakat. Seperti halnya pada bidang pendidikan, pada sub bab kesehatan juga akan disajikan data alokasi dana yang disediakan untuk bidang kesehatan. 4.2.1. Angka Harapan Hidup Angka
Harapan
Hidup
sangat
dipengaruhi oleh
kualitas
kesehatan,
diantaranya pola hidup sehat, pola konsumsi makanan, dan kualitas lingkungan perumahan. Angka Harapan Hidup juga digunakan sebagai indikator untuk menilai taraf kesehatan masyarakat. Mencermati AHH juga selalu tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai kesehatan, sebab angka-angka inilah yang mempunyai kaitan langsung dengan taraf kesehatan. Disamping fungsinya sebagai indikator pembangunan ekonomi, sering kali juga digunakan sebagi indikator keberhasilan program kesehatan. Pada dasarnya AHH untuk jangka pendek relative stabil, karena program pembangunan apapun termasuk bidang kesehatan yang diterapkan kepada
BPS Kota Batu
38
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
masyarakat bukanlah merupakan program yang bersifat instant, sehingga memerlukan waktu yang relative lama untuk dapat melihat hasil dari kebijakan penerapan program tersebut. Hubungan antara pembangunan sosial ekonomi dengan AHH berkaitan erat dan positif. Bila pembangunan sosial ekonomi semakin baik, maka AHH juga semakin tinggi, atau sebaliknya bila AHH lebih tinggi, maka mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah semakin maju. Tabel 4.4 AHH dan AKB Kota Batu tahun 2011 - 2013
Tahun
Angka Harapan Hidup
Angka Kematian Bayi
Kota Batu
Jawa Timur
Kota Batu
Jawa Timur
2011
69,72
69,86
29,27
29,24
2012
70,00
70,09
28,87
28,31
2013
70,32
70,37
27,42
27,23
Sumber : Hasil Susenas 2011 – 2013,
Angka Harapan Hidup Kota Batu pada tahun 2013 menunjukkan nilai 70,32 atau mengalami kenaikan sebesar 0,32 bila dibandingkan data tahun 2012. Namun demikian Angka Harapan Hidup yang dicapai Kota Batu masih berada di bawah rata rata Angka Harapan Hidup Jawa Timur. 4.2.2 Angka Kematian Bayi (AKB) Selain indikator AHH diatas, salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dan sekaligus juga sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah kematian bayi di suatu wilayah dapat disebabkan oleh banyak factor antara lain gizi yang buruk serta rendahnya kualitas lingkungan tempat tinggal. Angka Kematian Bayi mencerminkan kualitas kesehatan ibu dan anak serta penduduk secara luas di wilayah tertentu. Angka ini adalah perbandingan antara jumlah bayi (0-1 tahun) yang meninggal dengan jumlah kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Rumus yang digunakan adalah :
BPS Kota Batu
39
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Jumlah kematian bayi 0-1 tahun t x 100 AKB = Jumlah kelahiran hidup selama tahun t
Semakin tinggi angka kematian bayi artinya semakin rendah kualitas kesehatan penduduk di wilayah tersebut. Pada tahun 2010 Angka Kematian Bayi di Kota Batu menunjukkan angka 30,52
artinya dari setiap 1000 kelahiran pada tahun 2010
terdapat 30 bayi yang meninggal. Kematian bayi tersebut termasuk yang meninggal langsung maupun tidak langsung. AKB tahun 2013 turun menjadi 27,42 yang artinya setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013 terdapat 27 bayi yang meninggal. Angka Kematian Bayi dalam periode tersebut dapat mengindikasikan salah satu keberhasilan pemerintah Kota Batu dalam bidang kesehatan dengan adanya peningkatan penolong persalinan oleh tenaga medis, keberhasilan program KB, peningkatan pelayanan dan penyediaan fasilitas kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, serta semakin baiknya pengetahuan masyarakat akan kesehatan. Keadaan ini dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan di bidang kesehatan dengan harapan AKB akan dapat semakin ditekan sehingga tercipta kesehatan masyara kat.
Grafik 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH), Tahun 2011 - 2013
75 60 70,32
45
70 69,72
30 15 29,27
28,87
27,42
0 AKB
AHH 2011
BPS Kota Batu
2012
2013
40
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
4.2.2. Penolong Persalinan dan Kesehatan Balita Masalah kesehatan harus sudah mendapat perhatian sedini mungkin, yaitu sejak bayi dalam kandungan, saat kelahiran dan masa balita. Karena pada masa balita, anak sangat rentan dalam hal kesehatan dan kekurangan gizi. Sementara itu pada masa tersebut merupakan masa pertumbuhan anak, sehingga jika terjadi gangguan kesehatan akan berpengaruh terhadap masa tumbuh kembangnya. Kualitas kesehatan di masa balita sangat berpengaruh pada semua fungsi jaringan tubuh, oleh karena itu menjaga kesehatan harus dilakukan sedini mungkin, bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan. Salah satu indikator keberhasilan di bidang kesehatan adalah meningkatnya angka persalinan oleh tenaga kesehatan/medis. Penolong persalinan sangatlah berpengaruh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada saat proses persalinan. Penanganan yang tepat pada waktu dan pasca persalinan akan mengurangi resiko kematian ibu dan bayi pada proses persalinan. Penolong persalinan oleh tenaga medis atau tenaga berpengalaman yang sudah
dibekali
dengan
pengetahuan
serta
kemampuan
akan
membantu
berlangsungnya proses persalinan dengan baik. Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang ditolong oleh dukun, famili atau lainnya.
Grafik 4.3. Proporsi Balita yang Persalinannya Ditolong oleh Tenaga Medis Tahun 2011- 2013
100 75 50 98,6
99,28 100
25 0 2011
BPS Kota Batu
2012
2013
41
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Selain balas jasa bidan lebih murah dibanding dokter, bidan merupakan tenaga medis yang terlatih di bidang kelahiran dan jumlahnya sangat banyak dan masing-masing menawarkan fasilitas yang menarik, sehingga banyak masyarakat yang memilih bidan sebagai penolong pertama kelahiran bayi. Selain itu mungkin praktek bidan lebih dekat dengan tempat tinggal sehingga lebih mudah untuk menghubunginya. Penolong kelahiran bayi di Kota Batu oleh tenaga medis tahun 2013 sudah mencapai 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Batu sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi tentang pentingnya kesehatan, sehingga semua proses kelahiran yang terjadi di Kota Batu ditangani oleh tenaga medis. Setelah proses persalinan, upaya selanjutnya untuk menjaga kesehatan bayi dipengaruhi oleh pasokan makanan, yang dalam hal ini utamanya berupa pemberian Air Susu Ibu. ASI adalah makanan pokok terbaik bayi yang tidak dapat tergantikan oleh susu formula apapun. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi mutlak diperlukan, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang memenuhi kebutuhan akan gizi, kekebalan terhadap penyakit, serta memberi rasa aman dan nyaman. Selain ASI pemberian imunisasi juga merupakan kebutuhan balita supaya tumbuh sehat. Setelah proses persalinan, upaya selanjutnya untuk menjaga kesehatan bayi dipengaruhi oleh pasokan makanan, yang dalam hal ini utamanya berupa pemberian Air Susu Ibu. ASI adalah makanan pokok terbaik bayi yang tidak dapat tergantikan oleh susu formula apapun. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi mutlak diperlukan, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi yang memenuhi kebutuhan akan gizi, kekebalan terhadap penyakit, serta memberi rasa aman dan nyaman. 4.2.3 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Ketersediaan
fasilitas
kesehatan yang memadai sangat
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan.
Puskesmas
dan
menentukan Puskesmas
Pembantu (Pustu) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat, jumlahnya hingga saat ini sebenarnya masih kurang memadai terutama apabila
BPS Kota Batu
42
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
dikaitkan dengan standart pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah yaitu setiap Puskesmas akan melayani sekitar 30.000 penduduk. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kota Batu selama tiga tahun terakhir ini dapat dilihat pada table 4.5 Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Batu telah cukup memadai bagi penduduk Kota Batu. Jumlah Rumah Sakit Umum di Kota Batu pada tahun 2012 adalah 5 buah. Jumlah puskesmas (5), pustu (6), puskel (9) dan posyandu (189). Tabel 4.5 Banyaknya Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Kota Batu Tahun 2011- 2013 Fasilitas / Tenaga Kesehatan
Tahun 2011
2012
2013
1. Rumah Sakit Umum 2. Puskesmas
5 5
5 5
5 5
3. Puskemas Pembantu
6
6
6
4. Puskemas Keliling
9
9
9
189
189
189
5. Posyandu
4.2.4 Tingkat Akses ke Fasilitas Kesehatan Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti upaya kesehatan, perilaku, lingkungan, status gizi dan juga keturunan. Salah satu indikator
yang bisa digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah angka kesakitan (morbiditas)
yaitu melalui pendekatan keluhan kesehatan
selama satu bulan yang lalu. Angka kesakitan merupakan rasio antar jumlah orang yang mengalami keluhan kesehatan terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Kesakitan yang dimaksud bukan merujuk pada jenis penyakit tertentu yang diderita tetapi merujuk
BPS Kota Batu
43
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
macam keluhan kesehatan yang dialami, karena satu jenis penyakit dapat mengakibatkan beberapa keluhan. Yang perlu dicermati dari angka kesakitan adalah cara pengobatan penduduk, bilamana mereka mengalami keluhan kesehatan. Dengan mencermati tingkat akses penduduk terhadap pelayanan kesehatan, dapat diketahui sejauh mana peran pelayanan kesehatan terhadap penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, atau bagaimana pilihan berobat yang dilakukan oleh penduduk yang mengalami keluhan kesehatan.
Tabel 4.6 Beberapa Indikator Kesehatan di Kota Batu Tahun 2011 – 2013 T A HUN
Indikator Kesehatan
2011
2012
2013
1. Persentase penduduk yang 31,22 mengalami keluhan kesehatan (%) 2. Persentase penduduk sakit yang 59,87 melakukan pengobatan sendiri (%) 3. Persentase penduduk sakit yang 43,24 melakukan rawat jalan (%) 4. Persentase penduduk sakit yang 2,63 menjalani rawat inap (%) Sumber : Hasil Susenas 2011 – 2013 , BPS Prov. Jatim
22,89
19,73
56,79
48,99
43,48
55,85
1,04
3,93
Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2013 ini sebesar 19,73 persen . Dimana 48,99 persen penduduk sakit yang melakukan pengobatan sendiri;
55,85 persen diantaranya melakukan berobat jalan ke tempat fasilitas
pelayanan kesehatan,
baik modern ataupun tradisional.
Selanjutnya
upaya
pengobatan yang terakhir adalah rawat inap yaitu dalam setahun terakhir mengalami kenaikan sekitar 2,73 persen, yaitu mencapai 3,93 persen, upaya ini dilakukan jika keluhan yang diderita
menyangkut jenis penyakit yang membutuhkan perawatan
intensip. Selama tiga tahun terakhir tampak bahwa penduduk yang mengobati sendiri selalu lebih besar dibandingkan yang berobat jalan dan rawat inap. Hal ini
BPS Kota Batu
44
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
kemungkinan terjadi karena penduduk menganggap keluhan/sakit yang dialami tidak terlalu berat sehingga dicoba untuk mengobati sendiri terlebih dahulu, dan bila belum sembuh maka dilanjutkan dengan berobat jalan, bahkan bila dalam kondisi yang lebih parah mungkin dilanjutkan dengan rawat inap. Atau juga alasan lain mengatasi keluhan kesehatan melalui pengobatan sendiri menggunakan obat modern adalah karena biaya yang murah, sedangkan yang menggunakan obat tradisional alasan utamanya adalah karena sudah terbiasa. Cara pengobatan dengan berobat jalan, menggunakan prioritas kedua setelah berobat sendiri. Alasan pengobatan dengan cara ini sebagian besar penderita menyatakan karena sudah terbiasa, namun banyak juga yang menyatakan berobat jalan merupakan cara pengobatan lanjutan setelah gagal dengan cara berobat sendiri.
4.2.5 Alokasi Anggaran Bidang Kesehatan Realisasi anggaran di bidang kesehatan pada tahun 2011 sebesar 16,2 Milyar, kemudian pada tahun 2012 turun menjadi 15,7 Milyar dan pada tahun 2013 naik tinggi menjadi 21,3 Milyar. Dibandingkan dengan bidang pendidikan dan pekerjaan umum alokasi dana untuk kesehatan tahun 2013 relatif lebih kecil.
4.3 Indikator Perumahan Tempat tinggal/perumahan merupakan salah satu kebutuhan yang cukup penting dalam kehidupan manusia disamping kebutuhan makanan, pakaian maupun kesehatan. Tempat tinggal bukan hanya diperlukan sebagai tempat berlindung, tetapi juga sebagai tempat untuk istirahat, beribadah, berkomunikasi dengan keluarga, sosialisasi dengan lingkungan, serta tempat untuk mendidik anak-anak. Untuk itu kondisi rumah yang ideal adalah rumah yang dalam kondisi baik, cukup luas untuk suatu keluarga , dan terbuat dari bahan bangunan yang baik dan memiliki fasilitas tempat tinggal yang memadai, sehingga akan mendukung keadaan rumah yang nyaman, aman, serta berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat. Karena keadaan perumahan akan mempengaruhi derajat kesehatan penduduk. Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bagi kesejahteraan pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat diasumsikan semakin sejahtera rumahtangga yang menempati rumahtangga tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat
BPS Kota Batu
45
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat dilihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar rumahtangga dan juga tempat penampungan kotoran akhir. Indikator perumahan
adalah salah satu ukuran yang dapat diamati untuk
melihat sejauh mana target pembangunan di bidang perumahan tercapai. 4.3.1 Kualitas Bangunan Tempat Tinggal Rumah yang sehat adalah rumah yang berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat, serta mempunyai kualitas bangunan yang baik dengan penataan ventilasi yang baik. Kualitas bangunan tempat tinggal dapat dilihat dari kondisi perumahan tersebut, terutama dari jenis atap, dinding, lantai dan juga fasilitas di dalamnya. Kondisi perumahan yang baik akan memberikan kenyamanan hidup bagi seluruh anggota rumah tangga. Selain itu kualitas tempat tinggal juga dilihat dari luas lantai hunian rumah tangga. Luas lantai dapat digunakan sebagai ukuran seberapa luas ruang gerak anggota rumah tangga, luas lantai harus proporsional antara luas dan jumlah penghuninya. Luas ruangan rumah juga sangat berperan untuk menambah estetika dalam pengaturan ruang. Tabel 4.7 Persentase Rumah tangga Menurut Kualitas Perumahan, Kota Batu Tahun 2011 – 2013 Kualitas Perumahan
2011
2012
2013
1,39
1,99
0,87
22,84
20,57
19,72
56,29
55,78
49,84
13,10
14,05
17,68
6,38
7,61
11,88
96,80
96,28
97,02
Luas Lantai Hunian (m2) <20 20-49 50-99 100-149 150+
Lantai Bukan Tanah
Sumber : Hasil Susenas 2011 – 2013 , BPS Prov. Jatim
BPS Kota Batu
46
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Luas lantai rumah tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan system kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata ruang gerak untuk setiap anggota keluarga. Data Susenas menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang mempunyai rumah dengan luas lantai 50-99 m2 mempunyai prosentase paling besar yaitu 49,84 persen, sedangkan rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai < 20 m 2 hanya mencapai 0,87 persen. Jenis lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kualitas perumahan, Semakin baik kualitas lantai perumahan dapat diasumsikan semakin membaik tingkat kesejahteraaan penduduknya. Rumahtangga dengan jenis lantai keramik atau marmer mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari pada rumahtangga yang menggunakan jenis lantai semen, ubin atau tanah. Selain itu, jenis lantai juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak rumahtangga yang mendiami rumah dengan lantai tanah akan berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Karena lantai tanah dapat menjadi media yang subur bagi timbulnya kuman penyakit dan media penularan bagi jenis penyakit tertentu. Di Kota Batu, rata-rata presentase jenis lantai bukan tanah sebesar 97,02 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi rumah atau tempat tinggal di Kota Batu semakin baik karena prosentase jenis lantainya sebagian besar bukan tanah. 4.3.2 Fasilitas Tempat Tinggal Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumahtangga akan menentukan nyaman atau tidaknya suatu rumah tinggal, yang juga menentukan kualitas suatu rumah tinggal. Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya sarana penerangan listrik, air bersih serta jamban dengan tangki septik. Rumahtangga dengan sumber penerangan listrik PLN maupun non PLN terus mengalami kenaikan persentase. Tahun 2013 jumlah rumahtangga yang sudah menikmati penerangan listrik PLN sudah mencapai 100 persen. Hal tersebut
BPS Kota Batu
47
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
dikarenakan bahwa kebutuhan penerangan listrik sudah merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Kota Batu. Tabel 4.8 Persentase Rumahtangga menurut fasilitas Perumahan, Kota Batu Tahun 2011 – 2013 Indikator Fasilitas Perumahan
2011
2012
2013
- Air Minum bersih
98,34
95,02
100,00
- Penampungan kotoran tangki septik
85,07
91,26
91,77
Prosentase Rumah tangga dengan :
Sumber : Hasil Susenas 2011-2013, BPS Prov. Jatim
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumahtangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Pada tahun 2013 rumahtangga di Kota Batu yang menggunakan air bersih mencapai 100,00 persen. Yang termasuk air bersih adalah air leding dan air kemasan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan tanggung jawab dalam pemeliharaan dan kebersihan sarana. Fasilitas rumah tinggal yang berkaitan dengan hal tersebut adalah ketersediaan
jamban sendiri
dengan tangki septik. Pada tahun 2013 rumah tangga yang memiliki jamban sendiri dengan tangki septik mencapai 91,77 persen. Pencemaran dari sanitasi rumah juga bisa bersumber dari kondisi rumah yang terlalu padat ataupun kumuh. Dengan tingkat kepadatan rumah yang tinggi, ada kecenderungan sistem pembuangan limbah rumahtangga akan sulit terjaga. Jarak antara tempat penampungan akhir tinja/kotoran terhadap sumber air minum seharusnya minimal 10 meter, batasan ini untuk menghindari terkontaminasinya air dari penyakit yang bersumber dari limbah rumahtangga.
BPS Kota Batu
48
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
4.4 Indikator Ketenagakerjaan Pembangunan berhasil jika tujuan pembangunan bisa tercapai. Salah satu tujuan pembangunan adalah pemerataan kesempatan kerja bagi seluruh penduduk. Manusia sebagai salah satu faktor pembangunan harus dimaksimalkan potensinya agar bisa lebih berdaya guna dan berhasil guna untuk berperan serta dalam pembangunan di segala bidang. Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk memantau perkembangan kondisi ketenagakerjaan di Kota Batu antara lain adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Kesempatan Kerja (TKK), Tingkat Pengangguran Terbuka serta persentase penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. 4.4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara penduduk usia kerja yang bekerja dan mencari pekerjaan (angkatan kerja) dengan jumlah penduduk usia kerja seluruhnya. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun ke atas. Sedang angkatan kerja mencakup penduduk usia 15 tahun ke atas yang kegiatan utamanya sedang dan sementara tidak bekerja serta mereka yang sedang mencari pekerjaaan. Indikator ini memberikan gambaran seberapa besar kemampuan penduduk usia kerja untuk memperoleh penghasilan atau membantu menambah penghasilan keluarga. Dibandingkan tahun 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2013 mengalami kenaikan yaitu dari 70,09 menjadi 70,57 artinya bahwa dari penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, 70 orang diantaranya termasuk angkatan kerja. Kenaikan TPAK ini disebabkan karena semakin banyak penduduk Kota Batu yang mendapat
pekerjaan
sejalan
dengan
semakin
berkembangnya
kegiatan
perekonomian di Kota Batu terutama di bidang Pariwisata.
BPS Kota Batu
49
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Tabel 4.9 Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Batu Tahun 2011 - 2013 (persen)
Uraian Penduduk Angkatan Kerja Jumlah yang bekerja Tingkat Partisipasi Angk. Kerja (TPAK) Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2011
2012
2013
99.081 94.555 69,33 95,43 4,57
101.733 98.361 70,09 96,56 3,41
103.742 101.339 70,57 97,68 2,32
Sumber : Sakernas 2011- 2013
4.4.2 Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Indikator TKK merupakan salah satu indikator ketenagakerjaan yang memberikan informasi mengenai jumlah tenaga kerja yang terserap dalam lapangan kerja atau sektor yang ada. TKK (Tingkat Kesempatan Kerja) adalah perbandingan antara penduduk usia kerja 15 tahun keatas baik sedang bekerja atau sementara sedang tidak bekerja dibandingkan dengan penduduk angkataan kerja usia 15 tahun keatas. Dari data tabel, terlihat bahwa angka TKK tahun 2013 mengalami kenaikan, terlihat pada table 4.9 pada tahun 2013 TKK Kota Batu sebesar 97,68 persen, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 96,59 persen . TKK tahun 2013 sebesar 97,68 persen artinya bahwa setiap 100 penduduk angkatan kerja, 98 diantaranya sudah bekerja. Dari hasil Sakernas 2013, diketahui bahwa jumlah angkatan kerja penduduk Kota Batu yang terserap dalam kegiatan ekonomi (bekerja) sebanyak 101.339 atau 97,68 persen terhadap jumlah angkatan kerja. Perkembangan jumlah tenaga kerja di Kota Batu selama tahun 2011 – 2013 dapat dilihat pada tabel 4.9. 4.4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Indikator makro yang digunakan untuk melihat perkembangan pengangguran adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT). Secara konsepsional TPT adalah perbandingan antara banyaknya penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang
BPS Kota Batu
50
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
mengganggur dibandingkan dengan jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja. Selanjutnya penduduk usia 15 tahun keatas yang mencari pekerjaan pada tahun 2012 tercatat sebesar 3,41 persen turun menjadi 2,32 persen pada tahun 2013. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin membaiknya kondisi perekonomian di Kota Batu karena dibukanya beberapa tempat pariwisata dan hotel. Sehingga berdampak pada kegiatan perekonomian di sektor perdagangan dan jasa yang berakibat pada penyerapan tenaga kerja. Di masa mendatang diharapkan kondisi penggangguran semakin berkurang karena pemerintah kota Batu masih melakukan pembangunan tempat-tempat wisata,hotel dan mengembangkan kegiatan perekonomian yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang ada. 4.5 Komponen-komponen Pembentuk IPM Sebagai pelaku dan sekaligus sasaran pembangunan, penduduk merupakan hal pokok yang harus diperhatikan. Dari satu sisi, jumlah penduduk yang besar merupakan sumberdaya potensial yang akan sangat berguna dalam setiap gerak pembangunan, namun demikian apabila tidak dibarengi dengan kem ampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. Jumlah penduduk yang besar tidak akan bisa memberikan
manfaat
yang
optimal
bagi kemajuan
pelaksanaan
program
pembangunan. Dari sisi lain, jumlah penduduk yang besar juga memerlukan perhatian ekstra dari pemerintah dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok dan fasilitas pendukung yang diperlukan. Seperti yang diuraikan diatas IPM disusun dari tiga komponen yaitu : lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk 15 tahun ke atas (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lamanya sekolah (dengan bobot sepertiga); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan Purchasing Power Parity (PPP rupiah). Sehingga analisis yang dilakukan tidak hanya skor IPM secara total, tetapi perlu juga ditinjau komponenkomponen pendukung dari terjadinya skor IPM tersebut.
BPS Kota Batu
51
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Antar ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan dan kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan sehingga diharapkan berpeluang hidup lebih lama. Disamping itu seseorang yang berpendidikan tinggi diperkirakan mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang lebih mapan dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah, sehingga kemampuan daya beli (tingkat kesejahteraan) lebih tinggi. Demikian juga dengan seseorang yang mempunyai penghasilan yang cukup akan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kesehatan dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk membiayai sekolah anaknya kejenjang yang lebih tinggi. Begitu juga dengan orang yang sehat jasmani, akan mampu melakukan aktivitas ekonomi yang akan menghasilkan pendapatan atau income dengan sejumlah tertentu berupa upah/gaji, sehingga akan menciptakan sirkulasi arus barang/komoditi antar konsumen dan produsen, dan selain itu sebagian pendapatan tersebut akan diinvestasikan kependidikan baik untuk dirinya sendiri maupun anaknya. Hubungan sebaliknya, apabila seseorang berpendidikan rendah, maka seseorang tersebut juga cenderung akan mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah dan kepedulian terhadap kesehatan juga rendah. Seseorang yang berpendidikan rendah pada umumnya mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang rendah juga dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan tinggi, sehingga kemampuan daya beli (tingkat kesejahteraan) juga rendah. Begitu juga dengan orang yang tidak sehat jasmani, seseorang tersebut tidak akan dapat melakukan aktifitas ekonomi selama seseorang tersebut sakit, sehingga akan mengurangi pendapatan yang diterima selama periode tersebut, dan selanjutnya akan berpengaruh pada penurunan daya beli.
4.5.1 Indeks Harapan Hidup Komponen harapan hidup diharapkan mencerminkan lama hidup sekaligus hidup sehat suatu masyarakat. Hidup sehat senantiasa menjadi idaman bagi semua orang, bahkan secara preventif telah banyak dilakukan oleh bukan saja mereka yang berpengetahuan dan berkecukupan secara ekonomi, namun ada juga sebagian besar lapisan masyarakat yang melakukan hal serupa. Hidup sehat merupakan salah satu
BPS Kota Batu
52
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
indikasi hidup berumur panjang, sehingga untuk memperoleh dan sekaligus menikmati umur panjang, kesehatan harus tetap dijaga. Timbulnya berbagai macam penyakit di tahun-tahun terakhir ini, memungkinkan untuk meninggal di usia muda. Untuk meningkatkan usia harapan hidup, selain dengan fasilitas kesehatan, masyarakat sendiri mulai dianjurkan untuk hidup sehat . Seiring usia hidup yang relatif panjang tersebut, walaupun ada penurunan nilai tentunya segala bentuk upaya dalam program pembangunan dibidang kesehatan harus tetap dipertahankan. Hal ini penting untuk dilakukan, karena sub program yang dapat menekan angka kematian bayi maupun layanan kesehatan terhadap ibu hamil harus tetap eksis. Menurut ukuran UNDP, identifikasi hidup panjang diberikan batasan antara umur 25 tahun sampai dengan 85 tahun. Indeks Harapan Hidup diperoleh dari pengolahan angka harapan hidup ( e0) yang dihitung melalui metode tidak langsung dengan menggunakan dua macam data dasar yaitu jumlah rata-rata anak yang dilahirkan hidup (live births) dan jumlah ratarata anak yang masih hidup (still live children) perwanita usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan.
Tabel 4.10 : Angka Harapan Hidup dan Indeks Harapan Hidup Kota Batu Tahun 2011 - 2013
ANGKA HARAPAN
INDEKS HARAPAN
HIDUP
HIDUP
2011
69,72
74,53
2012
70,00
75,00
2013
70,32
75,53
TAHUN
Sumber : Indikator Makro, BPS RI
Rumus yang digunakan masing-masing indeks yaitu ;
I (i ) BPS Kota Batu
{ X (i ) Min. X (i ) } {Max. X (i ) Min. X (i ) }
53
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Angka indeks tersebut Menurut ukuran UNDP, identifikasi hidup panjang diberikan batasan antara umur 25 tahun sampai dengan 85 tahun. Jadi nilai minimum 25 tahun dan nilai maksimum 85 tahun. Seperti yang terlihat pada tabel 4.10 diatas hubungan antara angka harapan hidup dan Indeks harapan hidup dapat dijabarkan dengan contoh dibawah ini : Indeks X1
: Indeks Lamanya Hidup
Angka Harapan Hidup pada saat lahir di Kota Batu tahun 2013 sebesar : 70,32 Indeks X1 ,7 9 = (70,32-25 ) / ( 85 – 25 ) =
45,32/ 60 = 0,75533
=
75,53 %
Indeks Harapan Hidup Kota Batu Tahun 2013 = 75,53 % Indeks Harapan Hidup Kota Batu pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2012, yaitu dari 75,00 tahun menjadi 75,53 tahun,
hal ini secara langsung
dipengaruhi oleh angka harapan hidup. Kenaikan
angka harapan hidup ini seperti yang dijelaskan sebelumya banyak penyebabnya, antara lain adanya perubahan gaya hidup yang lebih sehat bagi masyarakat, mulai banyaknya
posyandu-posyandu dan fasilitas kesehatan yang didatangi oleh
masyarakat.
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut diatas diharapkan
harapan hidup lebih lama akan tercapai.
4.5.2 Indeks Pedidikan Secara
umum
untuk
melihat
seberapa
jauh
keberhasilan
program
pembangunan dibidang pendidikan, indikatornya adalah seberapa lama penduduk rata-rata dapat menjalani pendidikan formal serta masih adakah penduduk yang buta huruf. Dari kedua indikator tersebut sebenarnya dapat terwujud apabila ada keterpaduan antara
dua
pihak yang saling berinteraksi, yaitu para subyek
pembangunan serta indikator pendidikan yang menyediakan fasilitas dan pelayana n
BPS Kota Batu
54
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
pendidikan dengan obyek sasaran dalam hal ini adalah warga masyarakat dengan segala responnya. Pembangunan
di
dunia
pendidikan
pada
dasarnya
identik
dengan
pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan sumberdaya manusia dikatakan berhasil apabila penduduk berkualitas. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa indikator yang digunakan dalam menghitung Indeks Pendidikan adalah angka melek huruf(Lit) dan Rata-rata lama sekolah (MYS) Tabel 4.11 : Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Kota Batu Tahun 2011 - 2013
ANGKA MELEK
RATA-RATA LAMA
INDEKS
HURUF
SEKOLAH
PENDIDIKAN
2011
98,27
8,52
84,45
2012
98,37
8,54
84,52
2013
98,37
8,76
85,04
TAHUN
Sumber : Angka Estimasi BPS RI, 2011 – 2013
Rumus yang digunakan masing-masing indeks yaitu ;
I (i )
{ X (i ) Min. X (i ) } {Max. X (i ) Min. X (i ) }
Nilai maksimum dan minimum yang digunakan sesuai standar UNDP yaitu untuk : Angka Melek Huruf : Nilai Minimum = 0 dan nilai Maksimum = 100 Rata-rata lama sekolah : Nilai Minimum = 0 dan nilai Maksimum = 15 Angka Indeks pendidikan pada tabel 6.2 diatas jika dijabarkan sesuai dengan contoh dibawah ini : Indeks X2
: Indeks Pendidikan
indeks ini terdiri dari dua komponen : i. AMH : Angka Melek Huruf (AMH) Kota Batu tahun 2013= 98,37 Indeks X2 1 ,7 9 = (98,37-0) / (100-0) = 0,9837
BPS Kota Batu
55
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
ii. MYS
: Rata-rata Lamanya Sekolah Kota Batu tahun 2013 = 8,76
Indeks X2 2 ,7 9 = (8,76-0) / (15-0) = 8,76 / 15 = 58,40 Indeks X2
= 2/3 Indeks X2 1 ,7 9 + 1/3 Indeks X2 2 ,7 9 = 2/3 (0,9837) + 1/3 (0,5840) = 85,04 %
Indeks Pendidikan sebagai salah satu komponen Indeks Pembangunan manusia di Kota Batu mengalami sedikit peningkatan dari 84,52 pada tahun 2012 menjadi 85,04 pada tahun 2013. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas dua komponen yang mendukungnya yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengalami kenaikan. Hal inilah yang sebenarnya diharapkan dalam program dunia pendidikan di Kota Batu. 4.5.3 Indeks Pendapatan ( Indeks Daya Beli ) Paritas Daya beli menunjukkan seberapa besar jumlah barang/jasa yang mampu untuk dapat dibeli oleh masyarakat yang disesuaikan dengan jumlah pendapatan (uang) yang ia terima/miliki. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk membeli berbeda-beda, tergantung pada pendapatan dan kebutuhannya. Pada intinya, semakin tinggi kemampuan daya beli seseorang berarti semakin banyak ragam barang/jasa yang dapat atau mampu ia beli. Tabel 4.12 : Indeks PPP Kota Batu Tahun 2011 - 2013
TAHUN
INDEKS PPP
2011
65,80
2012
66,73
2013
67,69
Sumber : Indikator Makro BPS Provinsi Jawa Timur, 2011 – 2013
Dari tabel diatas Indeks PPP Kota Batu dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan dari 66,73 pada tahun 2012 menjadi 67,69 pada 2013. Kenaikan indeks PPP menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Kota Batu pada
BPS Kota Batu
56
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
tahun 2013 mengalami peningkatan sesuai dengan peningkatan pendapatan yang diterima 4.5.4 Indeks Komposit IPM Beberapa indikator pembentuk IPM yang disebut komponen IPM, secara komposit diperoleh makna apabila digunakan untuk mengkaji maupun mengevaluasi hasil-hasil program pembangunan dilakukan dengan pola keterbandingan. Dalam bahasan ini akan disajikan menurut keterbandingan antar waktu dan antar kabupaten/kota se- Malang Raya. 4.5.4.1 IPM Kota Batu Antar Waktu Secara umum angka IPM di Kota Batu selama periode 2011 – 2013 menunjukkan sedikit kenaikan. Kenaikan angka IPM lebih disebabkan karena adanya sedikit perbaikan/peningkatan pada kesehatan dan pendidikan yang merupakan dampak dari peningkatan program pada kedua bidang tersebut. Sementara untuk komponen daya beli selama tahun 2011 – 2013 juga mengalami kenaikan sebagai dampak dari naiknya pendapatan masyarakat sehingga kemampuan daya beli masyarakat juga ikut meningkat. Dengan angka IPM sebesar 76,09 menunjukkan kondisi status pembangunan manusia Kota Batu termasuk kategori menengah ke atas. Besarnya angka IPM yang dicapai Kota Batu tersebut menunjukkan bahwa pencapaian status pembangunan manusia secara umum selama periode 2010 – 2012 mengalami perubahan yang cukup berarti walaupun masih pada tingkatan menengah ke atas. Yang berarti bahwa pembangunan yang dilakukan selama 3 tahun terakhir telah dapat menunjukkan kinerja yang baik dalam hal pembangunan manusia untuk lebih berkualitas dan berdaya saing tinggi. Perlu diketahui,
untuk meningkatkan IPM suatu daerah, tidak hanya
menyediakan sarana dan prasarana peningkatan sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi, tetapi juga harus merubah paradigma masyarakat setempat dalam menyikapi keberadaan sarana dan prasarana tersebut.
BPS Kota Batu
57
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Jika dalam suatu masyarakat masih menyukai atau lebih memilih pengobatan tradisional (dukun bayi) untuk pertolongan persalinan, daripada mempercayakan kepada tenaga medis, maka IPM di katagori kesehatan tidak akan mengalami peningkatan yang nyata. Demikian pula, jika suatu wilayah lebih memilih pendidikan informal daripada pendidikan formal, maka katagori pendidikannya tidak begitu menolong kenaikan IPM khususnya pada indikator rata-rata lama sekolah ( mean
years of schooling). Sementara paritas daya beli sangat bergantung harga-harga barang dan jasa di daerah tersebut.
Tabel 4.13. Besarnya Nilai IPM dan Komponen-Komponennya Selama Tahun 2011 – 2013 Perubahan ( point ) 2011
2012
2013*)
IPM
74,93
75,42
76,19
0,77
Indeks Harapan Hidup
74,53
75,00
75,53
0,53
Indeks Pendidikan
84,45
84,52
85,04
0,52
Indeks PPP
65,80
66,73
67,69
0,96
Indeks
Tahun 2012 – 2013
Sumber : Indikator Makro BPS Prov. Jatim
Dari ketiga komponen indeks pada bab 6.1 diatas didapat : Indeks Harapan Hidup (Indeks X1 ) = 75,53 % Indeks Tingkat Pendidikan (Indeks X2 ) = 85,04 % Indeks Pendapatan (Indeks X3 ) = 67,69 % Dari ketiga indeks tersebut didapat : IPM = Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3 3 = ( 75,53 + 85,04 + 67,69 ) / 3 = 76,09 Jika dilihat tabel 6.4 diatas dari faktor penyusun angka IPM, terlihat bahwa angka IPM Kota Batu tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,77 point bila
BPS Kota Batu
58
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
dibandingkan dengan tahun 2012. Apabila dilihat dari ketiga komponen indeks penentu IPM, maka semua Indeks penentu IPM mengalami kenaikan, Indeks Daya Beli mengalami kenaikan paling besar yaitu sebesar 0,96 poin dari 66,73 menjadi 67,69. Untuk Indeks Harapan Hidup mengalami peningkatan dari tahun 2012 sebesar 75,00 menjadi 75,53 pada tahun 2013.
Untuk Indeks Pendidikan angka indeksnya
mencapai 85,04 pada tahun 2013 atau naik sebesar 0,52 point dibandingkan tahun 2012 yang indeksnya sebesar 84,52.
Angka indeks pendidikan mengindikasikan
bahwa usaha di bidang pendidikan yang telah dicapai sudah cukup baik, Demikian pula dengan masalah kesehatan dalam masyarakat khususnya masalah lingkungan kesehatan dan
perilaku kesehatan masyarakat masih perlu ditingkatkan guna
peningkatan umur harapan hidup. Grafik 4.4 : Indikator dan Komponen IPM, Kota BatuTahun 2010-2012 100 80 60 40
74,93
84,99
75,44
74,45
84,45
74,86 74,07
74,53
84,41
66,46 64,88
65,8
20 0
IPM
IHH
2010
IP
2011
IPPP
2012
4.6 Analisa Pembangunan Manusia IPM adalah indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia/masyarakat/penduduk. Untuk melihat kemajuan atau kemunduran pencapaian pembangunan manusia diukur dengan tiga aspek pembangunan yang paling mendasar, yaitu Longevity (umur panjang dan sehat) yang disebut indeks kesehatan, Knowledge (pengetahuan) yang disebut indeks pendidikan, Decent Living Standard (standart hidup layak) yang disebut indeks PPP. IPM menjelaskan kemampyuan penduduk untuk menikmati pendapatan, kesehatan, dan pendidikan. Dalam konsep pembangunan manusia, manusia merupakan kekayaan bangsa yang
sesungguhnya.
Menurut
UNDP,
tujuan utama
pembangunan adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat menikmati umur panjang,
BPS Kota Batu
59
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Dengan semakin maju kualitas kesejahteraan manusia maka akan semakin banyak pilihan yang dimiliki. Untuk melihat kemajuan atau kemunduran pencapaian pembangunan manusia diukur dengan reduksi shortfall per tahun. Dalam pengertian sehari-hari reduksi
shortfall dikatakan sebagai usaha kepekaan terhadap perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall disuatu wilayah, maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode.
Keberhasilan
suatu
pemerintahan
justru
dilihat
dari
kemampuan
meningkatkan reduksi shortfall (kemampuan mendekatkan angka IPM ke kondisi ideal) Penghitungan reduksi shortfall adalah dengan formula sebagai berikut : 1/t
IPM t1 - IPM
to
X100
R = IPM
ref – IPM to
dimana : R
: Reduksi shortfall per tahun;
IPM t0
: IPM tahun awal;
IPM t1
: IPM tahun terakhir dan
IPM ref
: IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100.
Jika dihitung reduksi shortfall pada tahun 2012 – 2013 di Kota Batu dengan IPM tahun 2012 sebesar 75,42 dan IPM Tahun 2013 sebesar 76,09. R =
(76,09 – 75,42) / (100 – 75,42) x 100
R =
(0,67) / ( 24,58) X 100 =2,72
Dalam periode 2012-2013 angka reduksi shortfall di Kota Batu mengalami kenaikan, yaitu sebesar 2,72. Hal ini berarti pencapaian pembangunan manusia di Kota Batu sudah cukup bagus meskipun harus tetap ditingkatkan antara lain dengan meningkatan kinerja kegiatan pembangunan di segala bidang.
BPS Kota Batu
60
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
4.7 Perbandingan IPM antar kabupaten/kota se-Provinsi Jawa Timur Angka IPM adalah salah satu ukuran keberhasilan pembangunan. Besaran IPM merefleksikan pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukur dari tiga dimensi penting kehidupan manusia yaitu pengetahunan, kesehatan dan gizi serta kemampuan ekonomi rumah tangga. Pencapaian kategori tinggi jika IPM > 80, menengah atas jika besarnya antara 66-80, menengah bawah jika antara 50-66 dan rendah jika < 50. Di Jawa Timur empat kabupaten berada di level menengah ke bawah sedangkan sisanya berada di level menengah atas. Kabupaten Sampang mempunyai IPM paling rendah di Jawa Timur yaitu 62,39 sedangkan paling tinggi dicapai Kota Surabaya yaitu sebesar 78,97. Sedangkan Kota Batu berada pada urutan yang ke sembilan. Angka IPM suatu daerah memperlihatkan jarak yang harus ditempuh –
shorfalll-
untuk
mencapai
nilai
maksimum
yaitu
100.
Angka
ini
dapat
diperbandingkan antara daerah. Dengan demikian, tantangan bagi semua daerah adalah
untuk
menemukan
cara
mengurangi nilai
shorfalll
mereka.
Arti
keterbandingan antar Kabupaten/Kota sangat bermanfaat guna mengkaji tingkat kemajuan status pembangunan manusia. Bukan saja kecepatan menuju sasaran ideal yang telah dicapai oleh setiap Kabupaten/Kota, tetapi yang lebih penting dari itu adalah keberhasilan meningkatkan status pembangunan manusia dalam kurun waktu tertentu. Dalam
memudahkan analisa
perbandingan IPM dengan indeks-indeks
pendukungnya beserta reduksi shortfall yang dicapai masing-masing kabupaten/kota disajikan plot ( scatter diagram ) yang menggambarkan hubungan antara variabel IPM, Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan, Indeks PPP dan Reduksi Shortfall antar
kabupaten/kota se-Jawa Timur. Dalam pembahasan plot (scatter diagram) dibagi menjadi empat klasifikasi (kuadran) yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yaitu garis pemisah yang membagi kedudukan dari tiap-tiap kabupaten/kota menjadi empat kuadran dengan sumbu vertikal adalan besarn IPM dan sumbu horizontal adalah indeks kesehatan, indeks pendidikan, indeks PPP (daya beli) dan reduksi shortfall.
BPS Kota Batu
61
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
a. IPM dan Indeks Kesehatan
Indeks Kesehatan 03 02 0180
II
07
08
09 11 1312
10
14
60
15 18 19
17
21
22
27
16
24
26 28
80
20
23
IPM
I
05 04
06
25
29
71 72 73
75
74
78
77 76
79
III
60
IV
Kuadran I adalah kabupaten/kota dengan angka IPM tinggi yang diikuti dengan indeks kesehatan yang tinggi, ada enam kabupaten yang
berada
di
kuadran
I,
ini
menunjukkan
bahwa
pembangunan di bidang kesehatan mengalami kemajuan sehingga angka harapan hidup di daerah ini tinggi. Kuadran II
adalah kabupaten/kota dengan IPM rendah tetapi indeks kesehatannya tinggi, ada 13 kabupaten yang berada di kuadran II hal ini berarti kemajuan pembangunan di bidang kesehatan melampui bidang pendidikan dan ekonomi.
Kuadran III adalah kabupaten/kota dengan IPM dan indeks kesehatannya juga rendah, ada 8 kabupaten yang berada di kuadran III separonya berada di pulau Madura.
BPS Kota Batu
62
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Kuadran IV
adalah kabupaten/kota dengan IPM tinggi tetapi indeks kesehatannya rendah, semua daerah kota dan dua Kabupaten Gresik dan Magetan berada
pada
kuadran IV. Hal ini
menunjukkan bahwa di daerah perkotaan bidang kesehatan sudah cukup baik pencapaiannya sehingga indeks yang dicapai lebih kecil dibandingkan indeks pendidikan dan indeks PPP. Kota Batu sebagai daerah baru masuk dalam kuadran IV. b. IPM dan Indeks Pendidikan Inde k s Pe ndidikan 78 73 71 1577 72 76
90
II
I
75
79 25 031704 16 74 18
IPM
07 19 24
14
60 2809 13 11 12
22
08 23
05
06 02
20
01
80
10 21
26 29
27
III Kuadran I
50
IV
adalah kabupaten/kota dengan angka IPM tinggi yang diikuti dengan indeks pendidikan yang tinggi, ada delapan kabupaten yang berada di kuadran I dan semua kota juga berada di kuadran ini termasuk Kota Batu, ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar wilayah di Jawa
Timur
mengalami
peningkatan
sehingga
indeks
pendidikan di daerah ini tinggi.
BPS Kota Batu
63
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Kuadran II adalah kabupaten/kota dengan IPM rendah tetapi indeks pendidikan tinggi, hanya Kabupaten Nganjuk dan Kediri yang berada di kuadran II hal ini berarti kemajuan pembangunan di bidang pendidikan di kedua kabupaten melampui bidang kesehatan dan ekonomi sehingga IPM nya masih tergolong rendah. Kuadran III adalah kabupaten/kota dengan IPM dan indeks pendidikannya juga rendah, ada 19 kabupaten yang berada di kuadran III, berarti separo dari kabupaten/kota di Jawa Timur berada di Kuadran III. Ini berarti pembangunan di bidang pendidikan di sebagian besar kabupaten/kota di Jawa Timur belum maksimal hasilnya. Kuadran IV adalah kabupaten/kota dengan IPM tinggi tetapi indeks pendidikan rendah, tidak satupun kabupaten/kota di Jawa Timur berada di kuadran IV. c. IPM dan Indeks Daya Beli (PPP) Indeks PPP 75
73
70
II
74 05
I
15 72 76 71
29 1679
60
25
14
IPM
17
07
20
1312 26
27
10
11
7780
03
18 24
04
08 23
09 28
02 01 06
19 21
22
III BPS Kota Batu
60
IV 64
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Kuadran I
adalah kabupaten/kota dengan angka IPM tinggi yang diikuti dengan indeks daya beli yang tinggi, ada dua kabupaten dan tujuh kota yang berada di kuadran I, ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakatnya cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kuadran II adalah kabupaten/kota dengan IPM rendah tetapi indeks daya beli tinggi, hanya Kabupaten Sumenep yang berada di kuadran II hal ini menunjukkan bahwa rendahnya angka IPM tidak diikuti lemahnya daya beli masyarakat di Kabupaten Sumenep. Kuadran III adalah kabupaten/kota dengan IPM dan indeks daya beli juga rendah, ada 20 kabupaten yang berada di kuadran III, lebih separo kabupaten/kota di Jawa Timur berada di kuadran III. Kuadran IV
adalah kabupaten/kota dengan IPM tinggi tetapi indeks daya belinya rendah, hanya delapan kabupaten/kota
yang berada
pada kuadran IV. Termasuk Kota Batu berada di kuadarn IV yaitu nilai IPM nya tinggi tetapi indeks daya belinya rendah.
BPS Kota Batu
65
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
d. IPM dan Reduksi Shortfall Reduksi Shortfall
4
II
I 15 16 78
IPM
77 76
80
60 23
79
24
71
02 13
17 21 28
27
12
19 18
14
06
74
05
22
09
72 08
26 29
01
7520
10 07
04
III Kuadran I
73
25
03
IV
11
1
adalah kabupaten/kota dengan angka IPM tinggi yang diikuti dengan reduksi shorfall yang tinggi, ada tujuh kabupaten/kota yang
berada
di
kuadran
I,
ini
menunjukkan
bahwa
pembangunan di daerah ini sudah mengalami kemajuan di semua bidang dan berhasil mensejahterakan masyarakatnya. Kota Batu termasuk daerah yang berada di Kuadran I yang berarti
kemajuan
pendidikan,
dan
pembangunan ekonomi
sudah
dibidang bisa
kesehatan,
dinikmati
oleh
penduduknya. Kuadran II
adalah kabupaten/kota dengan IPM rendah tetapi reduksi
shortfall tinggi, hanya ada 2
kabupaten yang berada di
kuadran II yaitu Kabupaten Tuban dan Lamongan berarti kemajuan pembangunan di dua kabupaten ini cukup berhasil.
BPS Kota Batu
66
4
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Kuadran III adalah kabupaten/kota dengan IPM dan reduksi shortfall juga rendah, ada 19 kabupaten yang berada di kuadran III, berarti separo kabupaten/kota berada di Kuadran III. Perlu adanya upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan terutama di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi sehungga angka IPM yang dicapai mendekati angka kondisi ideal. Kuadran IV adalah kabupaten/kota dengan IPM tinggi tetapi reduksi shortfall rendah, 10 kabupaten/kota berada pada kuadran IV. Reduksi shortfall yang rendah menunjukkan bahwa daerah belum mampu meningkatkan IPM mendekati kondisi yang ideal. Berdasarkan analisa dengan menggunakan plot ( scatter diagram ) dapat terlihat bahwa Kota Batu meskipun daerah TK II yang masih muda dan baru definitif tahun 2001 sudah mampu mencapai angka IPM diatas rata-rata IPM Jawa Timur yang sebesar 73,54. Untuk menjadikan Kota Batu kedepannya lebih
baik lagi perlu campur tangan pemerintah daerah untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam bidang kesehatan, bidang pendidikan dan peningkatan pendapatan karena dari ketiga bidang tersebut berpengaruh terhadap angka IPM.
BPS Kota Batu
67
V. P E N U T U P
5
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN Beberapa hal yang telah dikemukakan pada Bab 1 hingga Bab 5, secara umum dapat diuraikan sebagai berikut 1. Jumlah penduduk Kota Batu tahun 2013 sebanyak 192.807 atau rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 0,81 persen, dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 977 jiwa/km 2 2. Laju Pertumbuhan PDRB pada tahun 2012 sebesar 8,25 persen lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2011 sebesar 8,04 persen. Adapun peranan sektor yang paling dominan adalah sektor Bangunan sebesar 13,54 % yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,77 % dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 9,26 %. 3. Angka Indeks Pembangunan Manusia tahun 2012 yang merupakan indeks komposit
atau
indeks
gabungan dari tiga
komponen pembangunan
mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011 yaitu dari
74,93 menjadi
75,44 pada tahun 2012. Keadaan ini sekaligus menunjukkan bahwa pencapaian status pembangunan manusia secara umum berada pada tingkatan menengah atas. Dan jika dilihat menurut angka kecepatan pencapaian
pembangunan
( shortfall
reduction)
menunjukkan
bahwa
pembangunan manusia yang dilakukan selama tahun (2011 – 2012) sebesar 2,03 persen per tahun. 4. Kenaikan angka IPM pada tahun 2012 disebabkan oleh naiknya ketiga indeks pembentuk IPM yaitu pendidikan, kesehatan dan indeks daya beli. Meskipun demikian
secara
umum
ketiga
sektor
tersebut
masih
memerlukan
peningkatan sehingga dapat menaikkan angka IPM di Kota Batu yang selanjutnya tidak tertinggal dari Kota lainnya.
BPS Kota Batu
68
5
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
5. Angka melek huruf di Kota Batu menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2012 angka tersebut mencapai 98,88 berarti angka buta huruf di Kota Batu sebesar
persen, yang
1,12 % pada tahun 2012.
6. Pada tahun 2012 rata-rata lamanya sekolah sebesar 8,58 tahun atau naik sebesar 0,05 point dibanding tahun 2011 sebesar 8,53 tahun. Rata-rata lamanya sekolah penduduk Kota Batu masih diatas Provinsi Jawa Timur. 7. Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2011 penduduk yang berpendidikan SMA keatas mencapai 24,13 persen, sedangkan untuk tingkat SMP sederajat mencapai 18,47
persen dan tingkat SD mencapai
29,96 persen. 8. APS Kota Batu tahun 2012 untuk kelompok umur sekolah dasar (7 – 12 tahun) sebesar 98,66 persen. Selanjutnya APS untuk usia SMP (13-15 tahun) sebesar 96,03 persen, APS untuk usia SMA (16 – 18 tahun) sebesar 71,96 persen. 9. Keadaan kesehatan masyarakat tahun 2012 yang dicerminkan oleh angka harapan hidup sudah cukup menggembirakan yaitu sebesar 69,92 tahun dibandingkan tahun 2011 sebesar 69,80 tahun. 10. Penolong persalinan bayi oleh tenaga medis tahun 2012 sebesar 99,28 persen, atau masih ada penduduk kota Batu yang memilih tenaga non medis untuk menolong kelahiran bayinya yaitu oleh dukun sebesar 0,72 persen. 11. Kondisi perumahan di Kota Batu sudah semakin membaik, dimana pemakaian air bersih (ledeng, sumur, pompa) sebanyak 95,02 persen. 12. Kondisi
ketenagakerjaan
mengalami
kenaikan
seiring
dengan
makin
berkembangnya kegiatan perekonomian di Kota Batu. Hal ini tercermin dari angka kesempatan kerja sebesar 96,59 persen tahun 2012 dan
angka
pengangguran terbuka sebesar 3,41 persen.
BPS Kota Batu
69
5
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
5.2 SARAN-SARAN Beberapa hal yang masih perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan hasil pembangunan yang telah dicapai oleh pemerintah Kota Batu pada tahun 2012, antara lain : 1. Selain optimalisasi dana BOS, program
orang tua asuh terutama bagi
warga Kota Batu yang mempunyai kemampuan ekonomi berlebih hendaknya tetap ditingkatkan untuk memperkecil angka drop out sekolah. 2. Pelayanan kesehatan untuk masyarakat bawah perlu ditingkatkan dengan memberikan kemudahan dan fasilitas yang mudah terjangkau, sehingga mereka tidak enggan untuk berobat ke Puskesmas apabila kesehatannya terganggu. 3. Masyarakat Kota Batu dilibatkan setiap ada kegiatan pembangunan di segala sektor sehingga kesejahteraannya semakin membaik. Keterlibatan masyarakat bisa sebagai tenaga kerja atau pelaku ekonomi dari kegiatan penunjangnya sehingga akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat disekitar tempat tersebut. 4. Meningkatnya peluang kesempatan kerja di Kota Batu, diharapkan dapat meningkatkan income per kapita hal ini bisa dicapai dengan melibatkan masyarakat pada kegiatan perekonomian terutama yang bersifat padat karya, sehingga bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.
BPS Kota Batu
70
LAMPIRAN
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 1 Tabel 5.1 Indikator Pendidikan Kota Batu Tahun 2011-2013
Indikator Pendidikan
2011
2012
2013
98,27
98,32
98,37
1,73
1,68
1,63
8,52
8,54
8,76
3,09
3,53
3,56
- Tidak belum tamat SD
20,87
14,14
13,69
- Tamat SD
28,91
28,30
31,40
- Tamat SLTP
19,36
20,34
17,94
- Tamat SMTA +
21,47
26,60
24,3
6,29
7,09
9,10
1. Kemampuan baca tulis - Melek Huruf - Buta Huruf
2. Rata-rata lamanya sekolah
3. Penduduk menurut Pendidikan yang ditamatkan - Tidak belum pernah sekolah
- Tamat PT
4. Angka Partisipasi Sekolah -
7 – 12
97,69
97,62
99,74
-
13 – 15
96,99
89,98
97,68
-
16 – 18
63,11
83,55
66,95
Sumber : Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011- 2013
BPS Kota Batu
71
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 2 Tabel 5.2 Indikator Kesehatan Kota Batu Tahun 2011 - 2013 Indikator Kesehatan 1. Angka Harapan Hidup 2. Penolong Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis 3. Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan (%) 4. Persentase penduduk sakit yang melakukan pengobatan sendiri (%) 5. Persentase penduduk sakit yang melakukan rawat jalan (%) 6. Persentase penduduk sakit yang menjalani rawat inap (%) 7. Kualitas Perumahan - Lantai Bukan Tanah - Luas Lantai Hunian (m2 ) <20 20-49 50-99 100-149
2011 69,72
T A HU N 2012 70,00
2013 70,32
98,6
99,25
100,00
31,22
22,92
19,73
59,87
56,79
48,99
43,24
43,42
55,85
2,63
1,20
3,93
96,80
96,28
97,02
1,99
2,18
0,87
20,57
24,48
19,72
55,78
51,24
49,84
14,05
12,93
17,68
7,61
9,18
11,88
98,34
95,02
100,00
85,07
91,26
91,77
150+ 8.Indikator Fasilitas Perumahan Persentase Rumah tangga dengan: - Air Minum Bersih - Menggunakan jamban dengan Tangki Septik
Sumber : Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011- 2013
BPS Kota Batu
72
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 3 Tabel 5.3 Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Batu Tahun 2011 - 2013 Indikator Ketenagakerjaan
2011
2012
2013
1
2
3
4
1. Penduduk Angkatan Kerja (orang)
99.081
101.733
103.743
2. Jumlah yang bekerja (orang)
94.555
98.261
101.339
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
69,33
70,09
70,57
4. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK)
95,43
96,59
97,68
4,57
3,41
2,32
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Sumber : Hasil Sakernas 2011-2013, BPS Kota Batu
BPS Kota Batu
73
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 4 Tabel 5.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Kota Batu Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha 1 1. PERTANIAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
2012*)
2013**)
ADHB
ADHK
ADHB
ADHK
2
3
4
5
740.000
319.585
836.194
337.202
8.424
3.592
9.287
3.757,25
261.716
117.607
298.822
126.592
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
57.543
26.317
64.958
28.629
5. BANGUNAN
89.011
30.105
108.473
34.258
2.062.916
801.021,08
2.419.585
873.950
7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
139.120
61.585
158.076
67.324
8. KEUANGAN, PERSEW. & JS. PERSH.
164.975
77.129
193.602
82.474
9. JASA-JASA
662.282
238.041
744.742
267.127
4.185.988
1.647.982
4.185.988
1.812.315
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : PDRB Kota Batu 2011-2013 BPS Kota Batu *)angka diperbaiki **)angka sementara
BPS Kota Batu
74
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 5 Tabel 5.5 Peranan Ekonomi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012- 2013 (Persen)
Sektor / Sub Sektor
2011*)
2012*)
2013**)
1
2
3
4
17,87
17,68
17,30
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
0,20
0,20
0,19
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
6,49
6,25
6,18
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
1,40
1,37
1,34
5. BANGUNAN
2,01
2,13
2,24
49,01
49,28
50,06
7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
3,38
3,32
3,.27
8. KEUANGAN, PERSEW. & JS. PERUSH
3,90
3,94
4,01
15,74
15,82
15,41
100
100
100
1. PERTANIAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : PDRB Kota Batu 2011-2013 BPS Kota Batu **) angka sementara *) angka diperbaiki
BPS Kota Batu
75
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 6 Tabel 5.6 Peranan Ekonomi Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011- 2013 (Persen)
Sektor / Sub Sektor
2011*)
2012*)
2013**)
1
2
3
4
19,79
19,08
18,61
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
0,22
0,21
0,21
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
7,13
7,02
6,99
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
1,56
1,57
1,58
5. BANGUNAN
1,17
1,80
1,89
47,16
47,82
48,22
7. ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
3,64
3,68
3,71
8. KEUANGAN, PERSEW. & JS. PERUSH
4,59
4,80
4,61
14,20
14,21
14,19
100
100
100
1. PERTANIAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Sumber : PDRB Kota Batu 2011-2013 BPS Kota Batu *) Angka diperbaiki **) Angka sementara
BPS Kota Batu
76
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 7 Tabel 5.7 Besarnya Nilai IPM dan Komponen- Komponennya Selama Tahun 2011 – 2013
Perubahan ( point )
2011
2012
2013
IPM
74,93
75,42
76,09
0,77
Indeks Harapan Hidup
74,53
75,00
75,53
0,53
Indeks Pendidikan
84,45
84,52
85,04
0,52
Indeks Daya Beli
65,80
66,73
67,69
0,96
Komponen IPM
BPS Kota Batu
Tahun 2012 – 2013
77
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 8 Tabel 5.8 Besarnya Nilai IPM dan Peringkat Kab/Kota se-Jawa Timur Tahun 2013 Kode
Kabupaten/Kota
IPM (2013)
Peringkat
3578
Kota Surabaya
78,97
1
3573
Kota Malang
78,78
2
3572
Kota Blitar
78,70
3
3576
Kota Mojokerto
78,66
4
3577
Kota Madiun
78,17
5
3515
Kabupaten Sidoarjo
78,15
6
3571
Kota Kediri
77,80
7
3525
Kabupaten Gresik
76,36
8
3579
76,09
9
3574
Kota Probolinggo
75,94
10
3516
Kabupaten Mojokerto
75,26
11
3505
Kabupaten Blitar
74,92
12
3504
Kabupaten Tulungagung
74,79
13
3575
Kota Pasuruan
74,75
14
3517
Kabuapten Jombang
74,47
15
3503
Kabupaten Trenggalek
74,44
16
3520
Kabupaten Magetan
74,34
17
3500
Kota Batu
Jawa Timur
73,54
3501
Kabupaten Pacitan
73,36
18
3506
Kabupaten Kediri
73,29
19
3502
Kabupaten Ponorogo
72,61
20
3518
Kabupaten Nganjuk
72,49
21
3507
Kabupaten Malang
72,34
22
3524
Kabupaten Lamongan
71,81
23
3519
Kabupaten Madiun
71,46
24
3510
Kabupaten Banyuwangi
71,02
25
3521
Kabupaten Ngawi
70,86
26
3523
Kabupaten Tuban
70,04
27
3514
Kabupaten Pasuruan
69,77
28
3508
Kabupaten Lumajang
69,50
29
3514
Kabupaten Bojonegoo
68,32
30
3528
Kabupaten Pamekasan
67,17
31
3529
Kabupaten Sumenep
66,89
32
3509
Kabupaten Jember
65,60
33
3526
Kabupaten Bangkalan
66,19
34
3512
Kabupaten Situbondo
65,73
35
3511
Kabupaten Bondowoso
65,39
36
3513
Kabupaten Probolinggo
65,19
37
3527
Kabupaten Sampang
62,39
38
BPS Kota Batu
78
Analisis Situasi Pembangunan Manusia Kota Batu 2013
Lampiran 9 Tabel 5.9 Besarnya Nilai IPM dan Peringkat Kab/Kota se-Jawa Timur Tahun 2012 Kode
Kabupaten/Kota
IPM (2012)
Peringkat
3578
Kota Surabaya
78,43
1
3573
Kota Malang
78,33
2
3572
Kota Blitar
78,31
3
3576
Kota Mojokerto
78,01
4
3577
Kota Madiun
77,50
5
3515
Kabupaten Sidoarjo
77,36
6
3571
Kota Kediri
77,20
7
3525
Kabupaten Gresik
75,97
8
3574
Kota Probolinggo
75,44
9
3579
75,42
10
3504
Kabupaten Tulungagung
74,45
11
3505
Kabupaten Blitar
74,43
12
3516
Kabupaten Mojokerto
74,42
13
3575
Kota Pasuruan
74,33
14
3503
Kabuapten Trenggalek
74,09
15
3517
Kabupaten Jombang
73,86
16
3520
Kabupaten Magetan
73,85
17
3519
Kabupaten Pacitan
72,88
18
3500
Kota Kota Batu
Jawa Timur
72,83
3506
Kabupaten Kediri
72,72
19
3518
Kabupaten Nganjuk
71,96
20
3507
Kabupaten Malang
71,94
21
3502
Kabupaten Ponorogo
71,91
22
3524
Kabupaten Lamongan
71,05
23
3519
Kabupaten Madiun
70,88
24
3510
Kabupaten Banyuwangi
70,53
25
3521
Kabupaten Ngawi
70,20
26
3523
Kabupaten Tuban
69,18
27
3514
Kabupaten Pasuruan
69,17
28
3508
Kabupaten Lumajang
69,00
29
3514
Kabupaten Bojonegoo
67,74
30
3528
Kabupaten Pamekasan
66,51
31
3529
Kabupaten Sumenep
66,41
32
3509
Kabupaten Jember
65,99
33
3526
Kabupaten Bangkalan
65,69
34
3512
Kabupaten Situbondo
65,06
35
3511
Kabupaten Bondowoso
64,98
36
3513
Kabupaten Probolinggo
64,35
37
3527
Kabupaten Sampang
61,67
38
BPS Kota Batu
79