I. PENDAHULUAN Bisnis salon dan spa dewasa ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Animo masyarakat untuk mengunjungi salon kecantikan semakin tahun semakin meningkat. Ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah salon dan spa di kota Singaraja yang mengalami peningkatan secara sigifikan. Bisnis salon dan spa identik dengan bisnis kecantikan yang memberikan pelayanan seperti tata rias, perawatan tubuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, serta pelayanan
lain yang memberikan kepuasan
kepada pelanggan yang umumnya kaum hawa. Jika dahulu pelanggan yang datang ke salon kebanyakan dari usia dewasa, namun sekarang ini banyak pelanggan dari golongan usia remaja bahkan anak-anak. Banyaknya sekolah dan kampus-kampus juga berdampak bagi perkembangan usaha ini. Tidak dipungkiri dengan kemajuan jaman dan teknologi membuat para remaja untuk selalu ingin terlihat cantik dan menarik dengan mengikuti tren-tren kecantikan masa kini seperti, hair spa, rebonding, hair extention, kriting ion, perawatan wajah dengan bahan alami, lulur mandi dan perawatan modern lainnya. Hal ini dapat dilihat dengan mulai menjamurnya salon dan spa di kalangan kampus dan tempat kos, yang berarti pangsa pasar dari golongan pelajar dan mahasiswa sangat menjanjikan. Sejalan dengan peningkatan jumlah bisnis salon dan spa di Kota Singaraja, maka lembaga-lembaga kursus kecantikan juga ikut mengalami peningkatan. Di Kota Singaraja, sampai dengan tahun 2011, terdapat 7 (tujuh) Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) yang menangani bidang kursus kecantikan. Lembaga Kursus dan Pelatihan kecantikan tersebut antara lain: LKP Krya Chanty, LKP Giri Putri, LKP Can’ya, LKP Risma Ayu, LKP Kencana Dewi, LKP Liantara, dan LKP Sanggraha Putri. Lembaga Kursus dan Pelatihan ini memberikan pelayanan kursus Tata Kecantikan Kulit, Rambut, dan Rias Pengantin. Pendanaan kegiatan kursus di LKP kecantikan selain bersumber dari modal sendiri (swadana) bisa juga diperoleh dengan mengikuti kompetisi berbagai proyek kursus yang didanai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali. Pemerintah Daerah Provinsi Bali melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, yang menangani bidang pendidikan non formal (PNFI), melakukan program-program berkerja sama dengan LKP untuk mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan taraf hidup penduduk miskin yang ada di wilayah Kabupaten Buleleng.
1
1.1 ANALISIS SITUASI LKP Krya Canthy merupakan salah satu LKP yang memenangkan kompetisi untuk melaksanakan program Kursus Wirausaha Desa (KWD). Program KWD merupakan program Pemerintah daerah Propinsi Bali yang ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta kursus sehingga dapat membuka usaha sendiri atau bekerja pada orang lain. Dana yang diperoleh dari kompetisi tersebut digunakan oleh LKP Krya Canthy untuk mendanai kegiatan kursus kecantikan gratis bagi pemuda pemudi putus sekolah di lingkungan sekitarnya. Selain LKP Krya Canthy, terdapat pula LKP-LKP lain yang memperoleh dana serupa. Selama ini Lulusan pendidikan dan pelatihan kecantikan yang diselenggarakan oleh LKP Krya Canthy ada yang bekerja mandiri dan ada pula yang bekerja dengan orang lain Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hermawati, pemilik dan juga instruktur LKP Krya Canthy, menghasilkan suatu pemikiran bahwa untuk dapat bersaing dalam bisnis salon dan spa, seseorang selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal tata kecantikan kulit, rambut, dan rias pengantin, juga perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan pendukung
lain. Pengetahuan dan
keterampilan pendukung tersebut antara lain, manajemen usaha dan pengetahuan tentang bahan-bahan berbahaya pada kosmetik. Manajemen adalah pengelolaan kegiatan dalam suatu organisasi untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, melalui suatu proses
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pegawasan. Secara praktis, manajemen adalah mengelola kegiatan kerja untuk mencapai tujuan. Pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha sangat diperlukan oleh calon pengusaha maupun pengusaha salon dalam menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam usahanya (fungsi keuangan dan akuntansi, fungsi pelayanan jasa kecantikan, fungsi administrasi dan fungsi sumber daya manusia) sehingga kelangsungan usahanya dapat terus terjaga. Pengetahuan tentang bahan-bahan berbahaya pada kosmetik merupakan hal yang wajib diketahui oleh pelaku bisnis salon dan spa. Kosmetika yang aman bagi kesehatan membuat pelanggan semakin yakin dan nyaman dengan produk dan jasa yang diberikan, sehingga hal ini akan meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap salon tersebut. Hasil investigasi yang dilakukan oleh Agus Beni pada tahun 2007 menunjukkan bahwa beberapa merek kosmetika yang dinyatakan dilarang oleh
BPOM ada pada pasar-pasar tradisional di wilayah kota Singaraja, Buleleng. Diketahui bahwa, produk-produk di pasar-pasar dimaksud merupakan jujugan pembeli dari luar kota Singaraja. Hal ini sangat berbahaya, apabila masyarakat tidak diberikan informasi dan edukasi mengenai bahan berbahaya pada kosmetika. Beberapa bahan berbahaya yang dinyatakan berbahaya dan dilarang digunakan dalam sediaan kosmetika adalah merkuri (Hg) atau air raksa, asam retinoat, zat warna Rhodamin
B
(merah
K.10)
dan
merah
K.3.
Berdasarkan
data
public
warning/peringatan BPOM dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2009, diketahui bahwa merkuri, rhodamin B dan merah K.3 merupakan bahan yang paling banyak disalahgunakan pada sediaan kosmetika. Selama ini kurikulum yang dirancang dan diterapkan oleh LKP kencantikan pada umumnya masih terbatas pada pengetahuan dan keterampilan dalam hal tata kecantikan kulit, rambut, dan rias pengantin sehingga perlu melakukan kerjasama dengan lembaga lain yang memiliki kualifikasi untuk memberikan tambahan pengetahuan dan keterampilan pendukung agar usaha yang dijalaninya kelak dapat bersaing dengan usaha sejenis dan mampu berkembang secara optimal.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi di atas maka dapat diuraikan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mitra, yaitu: 1. Kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha 2. Kebutuhan akan pengetahuan tentang bahan-bahan berbahaya pada kosmetik.
1.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan Berdasarkan permasalahan mitra di atas, maka kegiatan P2M ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan lain selain pengetahuan di bidang kecantikan yang selama ini diberikan. Adapun pelatihan yang diberikan meliputi: a. Pelatihan manajemen usaha b. Seminar mengenai bahaya produk kecantikan Manfaat yang dapat dihasilkan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini ada dua hal. Pertama yaitu buku panduan praktis mengenai mengenai manajemen usaha dan daftar bahan-bahan kosmetik yang berbahaya. Buku panduan ini akan dirancang dalam bentuk minibook yang dikemas simpel dan sederhana, sehingga
mudah dibawa dan dipelajari. Disamping itu, materi-materi yang diberikan dapat digunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan kurikulum di LKP yang telah dirancang. Jadi selain kurikulum mengenai kecantikan dan tata rias perlu ditambakan materi-materi lain yang relevan guna menunjang bisnis salon dan spa. Yang kedua adalah meningkatnya pemahaman pengusaha/pemilik/karyawan salon dan spa dalam hal manajemen usaha dan pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya pada kosmetik. Indikator pencapaian target ini meliputi : a. Mampu menerapkan manajemen usaha yang efektif dalam usahanya b. Memahami bahaya-bahaya produk kecantikan yang berlebihan pada kesehatan manusia. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting dianalisis bagi suatu usaha. Karena walaupun suatu usaha telah maju, namun tanpa didukung dengan menajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik manyangkut masalah SDM maupun manyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai apabila memenuhi kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Masing-masing fungsi tidak dapat berjalan sendiri-sendiri akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antar satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Apabila salah satu fungsi tidak dapat dijalankan secara baik, maka jangan diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai. Untuk keperluan studi kelayakan bisnis yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan diterapkan secara benar.Adapun fungsi-fungsi yang terdapat dalam menajemen adalah sebagai berikut : a. PLANNING. Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini ditentukan tentang apa yang harus dilakukan,
kapan dan bagaimana melakukannya serta dengan cara apa hal tersebut dilaksanakan. b. ORGANISING. Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing. c. ACTUATING. Menggerakan atau melaksanakan adalah proses untuk melaksanakan kegiatan/pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para pemimpin/manajer harus menggerakkan bawahannya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk dan memberi motivasi. d. CONTROLLING. Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai degan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan maka akan segera dikendalikan. Untuk lebih jelasnya fungsi manajemen dalam suatu perusahaan atau organisasi dapat dilihat dalam gambar berikut.
Manajemen
Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan
Tujuan Organisasi atau Perusahaan
Bentuk usaha bisnis dengan skala kecil pun diperlukan sebuah upaya manajemen bisnis yang baik, hanya berbeda pada ukuran skala saja serta pengerjaannya yang lebih sederhana dan bisa dikerjakan rangkap oleh satu atau dua orang dari pengelola bisnis tersebut. Beberapa hal yang menjadi patokan utama manajemen bisnis diantaranya adalah beberapa hal berikut: 1. Manajemen Produksi 2. Manajemen Pemasaran 3. Manajemen Distribusi 4. Manajemen Keuangan (finansial)
Manajemen produksi merupakan pengaturan dan perencanaan terkait ketersediaan bahan baku maupun bahan jadi yang siap dipasarkan pada perusahaan bisnis. Manajemen bisnis di bidang produksi menyangkut bagaimana proses produksi itu bisa berlangsung dengan baik sehingga mampu menghasilkan produk atau layanan yang diminati oleh konsumen.
Manajemen bisnis di bidang pemasaran menyangkut segala bentuk perencanaan, bentuk, target serta tujuan dan hasil dari sebuah proses marketing atau pemasaran. Penjualan yang meningkat dan upaya untuk memperkenalkan produk kepada konsumen merupakan target utama dari sebuah manajemen pemasaran. Tanpa adanya manajemen pemasaran yang baik, maka sebuah perusahaan akan mengalami kondisi sulit dalam hal pemasukan atau income yang diperoleh. Pemasaran memegang peran vital terhadap eksistensi sebuah perusahaan. Produk atau jasa yang kurang bermutu pun akan bisa terjual laris apabila perusahaan Anda memiliki seorang manajer pemasaran yang handal. Kreatifitas dan inovasi perlu dijalankan dalam merancang manajemen bisnis di bidang pemasaran.
Manajemen bisnis di bidang distribusi memegang peran mendukung manajemen pemasaran. Meskipun pemasaran telah berjalan dengan baik, namun apabila manajemen distribusi mengalami hambatan, maka marketing juga akan terganggu. Proses penyaluran barang produksi atau layanan jasa kepada konsumen sangat ditentukan oleh bagaimana pola manajemen distribusi tersebut dirancang oleh sebuah perusahaan.
Manajemen keuangan (finansial) di dalam usaha bisnis menyangkut transparansi dan pengelolaan sirkulasi keuangan perusahaan. Manajemen keuangan menyangkut bagaimana keuangan perusahaan mampu dibagikan sesuai dengan anggaran yang dimiliki. Tanpa adanya manajemen bisnis yang baik di bidang keuangan, maka biasanya perusahaan tidak mendapatkan data keuangan yang jelas. Hal ini biasa dialami oleh para pengelola bisnis kecil yang masih amatiran, dimana manajemen keuangan jarang diperhatikan sehingga untung atau ruginya saja sebuah usaha bisnis sulit ditentukan.
Beberapa bentuk/bidang manajemen bisnis di atas sangat penting diperhatikan oleh para pengelola usaha bisnis yang ingin sukses dalam menjalankan usahanya. Tanpa adanya manajemen yang baik, maka mustahil suatu perusahaan akan mampu berjalan dengan baik seperti yang menjadi harapan pemiliknya.
2.2 Tinjauan Bahan-Bahan Berbahaya pada Kosmetika Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Permenkes 220/1976) Regulasi tentang persyaratan teknis kosmetika sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010. 1. Kosmetika
yang
beredar
harus
memenuhi
persyaratan
keamanan,
kemanfaatan, mutu, penandaan dan klaim (Ps.2) 2. Penandaan meliputi (Ps. 7): a) Menggunakan Bahasa Indonesia (*informasi tentang keterangan penggunaan, cara penggunaan, peringatan dan keterangan lainnya) b) Dapat menggunakan Bahasa Asing selama informasi (*) ada 3. Penandaan paling sedikit harus mencantumkan (Ps. 8): a) Nama kosmetika, kegunaan, cara penggunaan, komposisi, nama dan negara produsen, nama dan alamat lengkap pemohon notifikasi, nomor bets, ukuran/isi/berat bersih, tanggal kadaluarsa, peringatan/perhatian dan keterangan lainnya. 4. Penandaan dicantumkan pada kemasan primer dan sekunder, atau paling sedikit dalam kemasan primer mengandung informasi: nama kosmetika, nomor bets, ukuran/isi/berat bersih (Ps. 15). 5. Klaim Kosmetika Tidak Boleh Berisi Pernyataan Seolah-Olah Sebagai Obat (Ps.16) Bahan Yang Tidak Di Ijinkan Digunakan Dalam Kosmetika (Permenkes 239/1985) 1. Antimon, Arsen, Barium, Berilium, Kadmiun, perak, Selenium, Strontium, Torium, Zirkonium dan persenyawanya. 2. Bitionol;
3. Fosfor; 4. Hidrokuinon monobenzil eter; 5. Hormon; 6. Kloroform; 7. Krom dan senyawanya, kecuali zat warna hijau K4 dan K5; 8. Air raksa / merkuri dan senyawanya, kecuali fenil raksa nitrat dan tiomersal yang digunakan sebagai pengawet dalam sediaan tata rias mata; 9. Salisil anilida berhalogen; 10. Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat 2% dalam cat rambut; 11. Vinil klorida Cara pengaduan jika ditemukan bahan-bahan berbahaya pada kosmetik antara lain: a. Bila ditemukan produk yang tidak teregistrasi dapat menghubungi: Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM RI di Jakarta, Nomor Telepon : 021 – 4263333 dan 021-32199000 email
[email protected] atau website BPOM RI www.pom.go.id. b. Pemeriksaan produk kosmetika yang telah teregistrasi di BPOM dapat mengklik : www.pom.go.id; periksa komoditas/kosmetika/registrasi. Cara
pencegahan
lain
untuk
menghindari
kecurangan
produsen
untuk
memproduksi kosmetik berbahaya adalah setelah menggunakan sediaan kosmetika, wadah/kemasan primer/kemasan sekunder agar dihancurkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah
III. METODE KEGIATAN Berdasarkan permasalahan mitra yang telah disebutkan di atas, maka tahapan rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah pertama, mengadakan pendekatan dengan beberapa salon dan LKP yang akan mengikuti pelatihan. Dalam hal ini akan diberikan kesempatan pada usaha-usaha salon yang sudah berjalan sebanyak 10 orang dan LKP Krya Chanty yang bersedia diajak kerjasama untuk pelaksanaan pelatihan kali ini, sehingga target perserta sejumlah 30 orang. Kedua adalah pelaksanaan kegiatan pelatihan. Berdasarkan permasalahan yang telah dianalisis dan dibutuhkan oleh pelaku usaha, maka pelatihan yang dirancang kali ini meliputi : (a) Pelatihan
manajemen usaha, (b) Seminar mengenai bahaya produk kecantikan. Ketiga, kegiatan ini dilanjutkan dengan pendampingan untuk pelaksanaan riil di lapangan. Bagi pengusaha yang telah menjalankan usahanya, maka hal ini dapat ditinjau langsung ke lapangan dan diberikan masukan untuk penyempurnaan kedepannya baik mengenai manajemen usaha maupun pemahaman akan bahan. Keempat, tahap terakhir dari kegiatan ini adalah evaluasi dan refleksi mengenai keberhasilan kegiatan yang dilakukan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara menyebarkan kuesioner maupun tanya jawab secara langsung apakah kegiatan ini dapat diterapkan secara maksimal dan dapat memberikan kebermanfaatan bagi para pengusaha salon dan spa. Kerangka pemecahan masalah dan metode kegiatan berturut-turut dapat dilihat dalam Gambar 1 dan Gambar 2.
Meningkatnya bisnis salon dan spa di Kota Singaraja
Direspon dengan maraknya LKP dalam bidang kursus Salon dan Spa
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka penganguran
Melakukan kerja sama dengan pemerintah melalui program KWD (Kursus Wirausaha Desa)
Diperlukan pengetahuan dan keterampilan lain di luar kurikulum kursus kecantikan Adanya P2M Undiksha
Pemberian Pelatihan dan Pendampingan
Pengetahuan dan Wawasan yang mendalam mengenai : 1. Manajemen Usaha 2. Bahaya produk kecantikan
Digunakan sebagai acuan dalam mengelola bisnis Salon dan Spa
Gambar 1 Kerangka Pemecahan masalah Pelatihan Manajemen Usaha Perusahaan Jasa Salon dan Spa Di Kota Singaraja
Tahap Pertama Perencanaan
Penjajagan awal untuk menentukan sasaran pelatihan
Mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan oleh pihak salon dan LKP
Tahap Kedua Pelaksanaan Pelatihan
Pelatihan Manajemen Usaha
Seminar Bahaya Produk-Produk Kecantikan
Tahap Ketiga Pendampingan Riil di Lapangan
Tahap Keempat Evaluasi Kegiatan
Peninjauan dan Pendampingan Langsung ke lapangan untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang telah ditransfer dapat dilaksanakan, termasuk memberikan masukan untuk perbaikan
Melakukan evaluasi dan refleksi mengenai keberhasilan kegiatan yang dilakukan
Pelaporan Kegiatan P2M
Gambar 2 Metode Kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha Perusahaan Jasa Salon dan Spa
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan P2M yang mengambil tema Pelatihan Manajemen Usaha dan
Seminar Bahan-bahan berbahaya pada kosmetika berjalan lancar dan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini diikuti oleh 72 orang peserta yang terdiri dari 20 orang pelaku usaha salon baik pemilik maupun karyawan dan 52 orang masyarakat umum yang terdiri dari mahasiswa dan peserta kursus dari LKP Krya Chanty. Kegiatan pelatihan dan seminar diadakan pada Jumat, 2 Agustus 2013 bertempat di Ruang Seminar FIS Undiksha dan dibuka oleh wakil ketua LPM. Dalam kegiatan pelatihan ini melibatkan 2 (dua) nara sumber yaitu: 1. Kosmetika Aman dan Bermutu (Pembicara, Gede Agus Beni Widana) 2. Manajemen ”Usaha Salon” (Pembicara, Ni Nyoman Yulianthini)
Pemaran materi berlangsung cukup menarik, hal ini dapat dilihat dari antusiasme peserta yang mengajukan beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaan berikut tanggapan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 1 Daftar Pertanyaan dan Tanggapan Dalam Acara Pelatihan Manajemen Usaha dan Seminar Bahan-Bahan Berbahaya pada Kosmetik No 1
Nama Gede Budi Kusuma
Pertanyaan
Tanggapan
1. Apakah teknik sulam alis dan
1. Harus rekomendasi dokter
sulam bibir relatif aman bagi kesehatan 2. Adakah bahan-bahan penguji
2. Paling sederhana adalah melalui tes warna di laboratorium 3. Kadar alcohol yang
yang mudah ditemui dalam
mempengaruhi suhu tubuh ,
menentukan bahan-bahan
sehingga sebaiknya di siang hari
berbahaya pada kosmetik
menggunakan eu de parfume
3. Kenapa pada siang hari pakai eu de toilet 2
Nyoman Adi Wiryana
1. Bahan-bahan berbahaya dari
1. Ada zat-zat kimia yang
mercury dan hidrokuinon
menyebabkan tubuh mereaksi
sehingga berbahaya bagi
negative dari zat-zat tersebut.
kesehatan
2. Adanya hormon dan faktor
2. Apakah kira” penyebab dari penyakit kulit, kebotakan, dan lain-lain 3. Apa yang menyebabkan orang mau membuka salon dan spa
eksternal (misalnya kebersihan diri) yang bermasalah 3. Adanya ketertarikan yang tinggi akan bisnis ini, disamping melihat peluang pasar usaha salon yang cukup menjanjikan. Namun tetap harus diperhitungkan kelayakan usaha yang dirintis, misalkan dari segi tempat, tenaga kerja, dan lain sebagainya
3
Darmayasa
1. Apakah beda antara obat dan kosmetik
1. Kosmetik / bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat.
4
LPK Amalia Negara
1. Dirjen BPOM dan BPOM RI
1. Semua kosmetik yang
Apakah ada kewenangan
beredar dipasaran sudah
Depkes untuk memeriksa usaha
selayaknya mencantumkan
Salon yang memproduksi krim
kode BPOM. Hal ini untuk
sendiri
menjamin bahwa produk yang dijual telah bebas dari bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan
5
Yeni
1. Apakah bahan dari plasenta
1. Beberapa penelitian
aman digunakan sebagai
membuktikan bahwa
kosmetik
Plasenta memberikan
2. Olay dan Ponds apakah masih berbahaya
manfaat dalam hal menjaga kekencangan kulit. Asalkan produk ini telah terbukti aman (melalui BPOM) maka produk ini sah-sah saja. Namun ada beberapa konsumen yang mungkin melihat dari segi kemanusiaan, yang enggan menggunakan produk ini. 2. Olay dan Pond telah dinyatakan bebas dari bahan yang berbahaya sehingga sampai saat ini aman digunakan
6
Rika
1. Apakah kiat-kiat untuk
1. Cukup sulit memang
kembali membangkitkan usaha
membangkitkan kembali
yang telah bangkrut
usaha yang telah bangkrut. Namun pengusaha sejati akan belajar kembali mengapa perusahaan bangkrut dan menganalisis sebab-sebab kebangkrutan. Sehingga jika ia akan memulai kembali bisnisnya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama
Evaluasi kegiatan. Kegiatan ini dapat dikatakan cukup berhasil, ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang cukup banyak, antusias mereka dalam mengikuti kegiatan pelatihan dan seminar. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan setelah acara seminar 80% peserta menyatakan bahwa kegiatan ini cukup bermanfaat dalam upaya memberikan pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya pada
kosmetika. Keterbatasan waktu seminar membuat masih ada beberapa hal atau topic yang tertunda pembahasannya. Namun pemateri memberikan waktu diluar acara seminar untuk berdiskusi lebih lanjut.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN Pengetahuan mengenai bahan-bahan berbahaya pada kosmetika sangatlah
penting adanya. Bagi pelaku usaha salon, hal ini bertujuan untuk menjaga kontinuitas (keberlangsungan) usaha. Tidak jarang pelaku usaha salon diiming-imingi produk yang memberikan hasil secara instan bahkan dengan harga yang relative murah oleh produsen nakal. Hal ini sangatlah tidak bijak, jika kita hanya melihat untuk jangka pendeknya saja. Jika kita ingin memajukan usaha maka seharusnyalah kita memikirkan kepuasan pelanggan untuk jangka panjang, salah satunya adalah menjamin kesehatan para pelanggan dengan memberikan produk-produk kosmetik yang aman bagi mereka. Demikian halnya bagi masyarakat umum agar cerdas dan bijak dalam menggunakan alat-alat kosmetika. Adanya persaingan bisnis yang ketat memaksa pelaku usaha harus menerapkan manajemen yang tepat untuk menjamin kelangsungan usahanya. Dengan menerapkan 4 P (Price, Product, Place, Promotion) diharapkan usaha salon dan spa dapat bertahan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan jaman. Untuk kedepannya, tidak menutup kemungkinan kegiatan ini berlanjut ke tahap berikutnya, seperti pengelolaan keuangan perusahaan tata cara perhitungan dan pelaporan pajak khusus, dan pelatihan aplikasi komputer akuntansi (MYOB) sebagai landasan untuk melakukan pembukuan sederhana berbasis komputer.
DAFTAR PUSTAKA Mundra dan Lusi Sri Musmini, Survey Peranan Akuntansi Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Bisnis Pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Laporan Penelitian Tahun 2008 (Tidak Diterbitkan) Soemarso S R, Akuntansi Suatu Pengantar , Buku Satu, Rineka Cipta, Jakarta, 1999 Warren, Reeve, Fess, Accounting Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2002
______, Lampiran Ka BPOM RI Tentang Bahan-Bahan Kosmetik (bahan daftar kosmetik yang terlarang ______, Publik Warning (Peringatan) BPOM RI Tentang Kosmetika tidak terdaftar yang mengandug bahan terlarang