ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN KOPERASI HUTAN RAKYAT COMMUNITY LOGGING GIRI MUKTI WANA TIRTA DI LAMPUNG TENGAH
JUANDA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis pembiayaan Koperasi hutan rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Febuari 2014 Juanda NIM E1409003
ABSTRAK JUANDA. Analisis Sistem Pembiayaan Koperasi Hutan Rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta (GMWT) Di Lampung Tengah. Dibimbing HARDJANTO. Permasalahan utama Koperasi GMWT adalah masalah pembiayaan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis kepuasan petani terhadap pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan Koperasi GMWT, pembiayaan Koperasi GMWT terhadap peningkatan pendapatan petani hutan rakyat, dan kefektifan pelaksanaan pembiayaan yang diterapkan Koperasi GMWT. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Chi Kuadrat dan Fungsi produksi Cobb Douglas. Berdasarkan Uji Chi Kuadrat, kepuasan petani hutan rakyat menunjukkan perbedaan nyata. Pelaksanaan pembiayaan berupa syarat, prosedur, dan perjanjian pembiayaan, petani menyatakan sangat puas dengan persentase masing-masing sebesar 70.97 %, 70.97 % dan 64.52 %. Sedangkan untuk jumlah pembiayaan petani menyatakan kecewa dengan persentase sebesar 87.10 %. Berdasarkan Fungsi produksi Cobb Douglas diperoleh fungsi Ym = 0.984 C10.367 C20.276 C30.887. Fungsi tersebut menunjukkan terjadi peningkatan pendapatan petani serta belum efektifnya pembiayaan. Kata Kunci : Analisis, Pembiayaan, Hutan Rakyat, Koperasi GMWT ABSTRACT JUANDA. Analysis of Community Logging Forest Cooperative Financing System Giri Tirta Wana Mukti (GMWT) in Central Lampung. Supervised by HARDJANTO. The main problem in GMWT coorporative is financing. The purposes of this research are to analyze the farmers satisfaction implementation of financing is done by GMWT Cooperative, Cooperative financing GMWT on increasing farmers' income, and the effectiveness of the implementation of financing applied GMWT Cooperative. The method used in this research is Chi Square test and Cobb Douglas production function. Based on Chi Square test, satisfaction of community forest farmers showed significant differences. Implementation of financing are requirements , procedures , and financing agreements , farmers expressed great satisfaction with their respective percentage are 70.97 % , 70.97 % and 64.52 % . Wheareas number of financing farmers expressed disappointment with the percentage of 87.10 % . Based on the Cobb Douglas production function obtained function Ym = 0.984 C10.367 C20.276 C30.887, and obtained comparison between the value of the marginal product with input prices more than one. The function shows an increase in the income of farmers and not yet effective financing. Keywords: Analysis, Financing, Community Forest, GMWT Cooperative
ANALISIS SISTEM PEMBIAYAAN KOPERASI HUTAN RAKYAT COMMUNITY LOGGING GIRI MUKTI WANA TIRTA DI LAMPUNG TENGAH
JUANDA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Sistem Pembiayaan Koperasi Hutan Rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung Tengah Nama : Juanda NIM : E14090003
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Hardjanto, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc FTrop Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Analisis Sistem Pembiayaan Koperasi Hutan Rakyat Community Logging Giri Mukti Wana Tirta di Lampung Tengah”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda, Ayah serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberi semangat dan dukungan sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Semoga penelitian ini bermanfaat dan terima kasih atas semua saran, dukungan serta nasehat-nasehatnya.
Bogor, Febuari 2014
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan
6
Manfaat Penelitian
6
METODE
7
Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Alat dan Bahan
7
Macam dan Sumber Data
8
Penentuan Sample
7
Pengumpulan Data
8
Analisis Data
8
Model Persamaan Penduga
8
Definisi Operasional
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
11
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Perbedaan-perbedaan antara Koperasi dengan perusahaan konvensional Lokasi dan luas lahan Koperasi GMWT Persentase tingkat kepuasan petani terhadap syarat pembiayaan Tingkat kepuasan petani terhadap prosedur pengajuan pembiayaan Tingkat kepuasan petani terhadap jumlah pembiayaan Tingkat kepuasan petani terhadap perjanjian pembiayaan Hasil pendugaan fungsi pendapatan usaha hutan rakyat Produk marginal input dan tes efisiensi alokatif usaha hutan rakyat Nilai perbedaan kepuasaan petani terhadap pembiayaan Koperasi Tingkat kepuasaan petani terhadap perjanjian pembiayaan Koperasi Tingkat kepuasaan petani terhadap jumlah pembiayaan Koperasi Tingkat kepuasaan petani terhadap prosedur pembiayaan Koperasi Tingkat kepuasaan petani terhadap syarat pembiayaan Koperasi Nilai perbedaan pendapatan petani hutan rakyat Nilai ANOVA dari persamaan regrsi dari fungsi produks Nilai R square dari persamaan regresi dari fungsi produksi Daftar pertanyaan dan jawaban
3 13 13 14 15 15 16 18 21 21 21 21 22 22 22 22 23
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka pembiayaan Koperasi
12
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Proses perhitungan tingkat kepuasan petani terhadap pembiayaan Koperasi Proses perhitungan pendugaan fungsi produksi usaha hutan rakyat Kuisoner untuk pengurus Koperasi GMWT Kuisoner untuk responden (petani hutan rakyat)
21 22 23 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sumberdaya hutan adalah benda hayati, non hayati dan jasa yang terdapat di dalam hutan yang telah diketahui nilai pasar, kegunaan dan teknologi pemanfaatannya (UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999). Pengertian hutan rakyat menurut definisi Undang-Undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, hutan rakyat atau disebut juga hutan hak adalah merupakan hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atas tanah. Sejak tahun 80-an, Provinsi Lampung tidak lagi menjadi produsen kayu karena semakin sedikitnya ketersediaan kayu alam dari hutan alam Provinsi Lampung dan saat ini kayu rakyat merupakan pemasok utama kebutuhan sumber bahan baku kayu masyarakat Provinsi Lampung sekitar kurang lebih sebesar 75% (Data dan Informasi pemasaran hasil hutan kayu Provinsi Lampng tahun 2010). Temuan hasil penelitian IPB tahun 1976 dan UGM tahun 1977 menyatakan bahwa 70% konsumsi kayu pertukangan dan 90% konsumsi kayu bakar di Jawa dipenuhi kayu rakyat (Hardjanto 2003). Hal ini telah menunjukkan bahwa hutan rakyat juga memiliki potensi dalam percaturan pengelolaan hutan nasional, yang ditunjukkan dengan dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan rakyat dalam penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu. Hal tersebut semakin bertambah sejak terjadinya penurunan potensi hutan negara secara pasti, baik yang berasal dari hutan alam maupun tanaman. Pengusahaan hutan rakyat adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan: produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan kelembagaan (Darusman dan Hardjanto 2006). Dalam pengelolaan hutan rakyat masih ada permasalahan seperti kepemilikan lahan yang sempit, sehingga skala usaha tani setiap rumah tangga juga kecil, belum adanya persatuan antar pemilik sehingga sulit diidentifikasi perilaku kontinuitas produksinya dan memperlemah posisi tawar. Pada umumnya, petani belum melakukan intensifikasi dalam usahanya. Dalam pengolahan masih menggunakan alat sederhana, sehingga mutu kayu olahan masih rendah dan banyak menghasilkan limbah, serta kelembagaan yang mengurus hutan rakyat secara teknis baik lembaga bentukan pemerintah maupun masyarakat belum ada. Dari permasalahan-permasalahan ini jelas bahwa kinerja usaha hutan rakyat belum optimal, sehingga perlu dikembangkan (Hardjanto 2003). Berdasarkan informasi di atas, selain menjadi pemasok utama kayu di Provinsi Lampung, hutan rakyat juga memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani hutan rakyat. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai penelitian mengenai hutan rakyat guna memaksimalkan potensi hutan rakyat. Definisi organisasi koperasi yang diterima secara internasional yang digunakan oleh Konferensi Buruh Internasional (International Labor Organization = ILO, 1996) : “Suatu organisasi koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara sukarela untuk mencapai
2 suatu tujuan yang sama melalui pembentukkan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, melalui pembagian resiko serta manfaat yang wajar dari usaha, dimana para anggotanya berperan secara aktif”. Fungsi yang terpenting dari definisi ini adalah dapat membedakan secara jelas antara organisasi koperasi dengan oerganisasi yang bukan organisasi koperasi seperti organisasi sosioekonomis yang lain. Jika definisi tersebut di atas ditinjau dari pola strukturalnya dan diartikan menurut pengertian nominalis, maka terdapat 4 unsur yang menunjukkan ciri khusus koperasi sebagai suatu bentuk organisasi yaitu : 1. Adanya sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok yang memiliki sekurang-kurangnya satu kepentingan 2. Angan-angan individu dari kelompok koperasi antara lain bertekad mewujudkan tujuannya untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka melalui usaha bersama dan saling membantu (swadaya dari kelompok koperasi) 3. Sebagai suatu instrumen (sarana) untuk mencapai tujuan itu yaitu melalui pembentukan suatu perusahaan 4. Adanya sasaran utama dari perusahaan koperasi ini yaitu melaksanakan kegiatan yang menunjang/memperbaiki situasi ekonomi para anggota (memperbaiki situasi ekonomi perusahaan atau rumah tangga angota). Di sini penekannya harus diberikan pada peningkatan motivasi untuk menolong diri sendiri melalui kegiatan berkoperasi, berbeda dibanding dengan bantuan pemerintah atau bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Swadaya memerlukan inisiatif, jika motivasi untuk menolong diri sendiri merupakan ciri organisasi koperasi, maka para anggota koperasi harus dipersiapkan untuk mengembangkan inisiatif, dan untuk berperan secara aktif dalam usaha bersama. Pengalaman membuktikan bahwa kepentingan diri sendiri merupakan motivasi yang paling tepat bagi seseorang untuk berperan serta dalam suatu organisasi koperasi. Koperasi merupakan suatu alat yang ampuh bagi pembangunan, oleh karena itu koperasi merupakan suatu wadah, dimana kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok tergabung sedemikian rupa. Sehingga melalui kegiatan kelompok, kepentingan pribadi para anggota menjadi kekuatan pendorong yang memberikan manfaat bagi seluruh anggota kelompok tersebut. Hal tersebut bisa terjadi jika kelompok tersebut relatif homogen dan setiap anggotannya mampu memberikan kontribusi yang nyata.Untuk menghindari salah pengertian antara organisasi koperasi, maka dikemukakan kriteria identifikasi koperasi yang merupakan prinsis identitas dimana pemilik dan pemakai jasa unit usaha terdiri atas orang yang sama. Prinsip tersebut membedakan organisasi koperasi dengan usaha lainnya. Kriteria tersebut sangat penting, karena dapat diharapkan para anggota dapat mencapai pemenuhan dan kebutuhan minatnya dengan lebih baik. Pelaku-pelaku ekonomi (economy agents) yang pada saat bersamaan bertindak sebagai pemilik maupun pelanggan (pemasok, karyawan, tergantung padaa jenis koperasinya), disebut anggota masyarakat koperasi (coorperator). Karakteristik tersebut dinamakan prinsip identitas.
3 Tabel 1 Perbedaan-perbedaan antara koperasi dengan perusahaan konvensional Koperasi
Perusahaan
Anggota
Keanggotaan terbuka untuk semua pemakai
Terbuka untuk para penanam modal
Modal
Jumlahnya kecil tidak merupakan halangan bagi para anggota. Pemasukan modal sebanding dengan pemanfaatnya atas pelayanan koperasi
Penanam modal diperoleh dari pembelian saham yang ditawarkan dengan harga pasar. Menambah jumlah anggota sebanyak jumlah penanam modal sesuai yang diperlukan.
Pemilik
Pemakai adalah pemilik
Penanam modal adalah Pemilik
Pengawasan Berada pada anggota atas dasar adil dan sama
Penanam modal sebanding dengan modal yang ditanamkan oleh tiaptiap penanam modal
Manfaat
Penanam modal memperoleh bagian laba sebagai hasil dari modal yang ditanamkannya sebanding dengan modal yang ditanamkannya.
Anggota memperoleh manfaat sebanding atas jasa yang diberikan baginya oleh koperasi. Tingkat bunga yang dibayarkan untuk modalnya terbatas.
Sumber : Soejoedono dan Partomo 2002
Menurut undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian di dalam pasal 3 dikemukakan mengenai pengertian koperasi yaitu koperasi indonesia adalah suatu organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi rakyat sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Sedangkan pada pasal 4 fungsi koperasi adalah sebagai berikut : 1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat 2. Alat pendemokrasian ekonomi sosial 3. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa indonesia 4. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat. Kekhususan dalam organisasi koperasi ialah bahwa setiap fungsi manajemen harus selalu memperhatikan manfaatnya bagi anggota koperasi selaku pemilik dan sekaligus pelanggan yang berbeda dari non-koperasi yang tidak dipengaruhi identitas ganda dari pemiliknya. Perbedaan-perbedaan antara koperasi dan perusahaan non-koperasi terlihat pada tabel 1 di atas. Koperasi Community logging Giri Mukti Wana Tirta (Koperasi Comlog GMWT) Lampung Tengah merupakan organisasi usaha yang dibangun pada tahun 2007 bersama masyarakat pemilik kayu khususnya di lima Desa
4 (Pekandangan, Tawang Negri, Kota Batu, Payung dadi, Payung makmur) Kecamatan Pubian. Luas areal hutan yang dikelola masyarakat seluruhnya adalah 275 ha. Sebelum Koperasi berdiri, masyarakat dirugikan oleh praktek tengkulak yang membeli sengon dengan harga murah. Berangkat dari pengalaman itu petani hutan bekerjasama dengan Yayasan Konservasi Way Seputih mendirikan Koperasi untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam seperti cacao, lada, kopi dan budidaya tanaman kayu seperti sengon dan cempaka (Multistakeholder Forestry Programme, 2012). Lokasi dari Koperasi GMWT terletak pada Kampung Payung Batu, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung tengah, Provinsi Lampung. Namun untuk lokasi usaha hutan rakyat yang dikelola oleh koperasi GMWT terdapat lima Desa di Kecamatan Pubian seperti yang tertera dalam deskripsi di atas. Sistem kerjasama yang dilakukan berbasis sukarela dengan kepercayaan antara anggota untuk mendirikan koperasi guna membantu meningkatkan kesejahteraan anggota. Para anggota Koperasi GMWT yang memiliki hutan rakyat maupun belum memiliki bekerjasama untuk mendirikan Koperasi agar hasil panen kayu dari hutan rakyat mereka memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan menjual ke tengkulak kayu. Dengan adanya koperasi ini para anggota akan menjual ke koperasi kemudian koperasi akan menjual langsung ke pabrik penggergajian. Koperasi GMWT berdiri karena muncul kemauan dari masyarakat bukan sebuah koperasi hasil pembentukan dari pemerintah yang biasanya tidak akan survive lama. Berdasarkan pengertian hutan rakyat di atas maka Koperasi GMWT ini termasuk kedalam koperasi yang berbasis hutan rakyat karena pengelolaan hutan dikelola pada lahan milik. Pada umumnya anggota Koperasi adalah petani gurem yang menanam pohon di sela-sela tanaman pokok mereka. Mereka mendirikan Koperasi dari awal dengan kerjasama yang dilandasi dengan saling percaya dan tekad serta itikad yang baik. Koperasi yang sudah berdiri tiga tahun masih terkendala suatu permasalahan utama yang dihadapi dalam menjalankan koperasi ini adalah masalah pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu komponen strategis dalam revitalisasi pertanian. Secara garis beras, kebijakan pembiayaan pertanian mencakup dua hal yaitu : (1) kebijakan pembiayaan pembangunan pertanian yang memprioritaskan anggaran untuk sektor pertanian dan sektor pendukungnya; dan (2) kebijakan pembiayaan pertanian yang mudah di aksek masyarakat (Deptan 2005). Kedua kebijakan di atas sebetulnya telah banyak dan sudah cukup lama dilakukan Kementrian Pertanian melalui penerapan sejumlah program/proyek seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Proyek peningkatan Pendapatan Petani-nelayan Kecil (P4K), Kredit Ketahanan Pangan (KKP), Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP), Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Peralihan atau pergantian dari satu program/proyek lainnya disamping memperkaya khasanah pembiayaan pertanian, beberapa diantaranya juga dimaksudkan sebagai kebijakan alternatif yang diharapkan implementasinya lebih efektif dibandingkan sebelumnya. Salah satu diantara kebijakan alternatif yang saat ini sedang direncanakan Kementrian Pertanian adalah pengembangan sistem pembiayaan pertanian dengan pola Badan Layanan Umum. Melalui pola ini, diharapkan pelayanan pembiayaan pertanian
5 dapat ditingkatkan sesuai dengan kaidah pengelolaan keuangan negara yang secara akuntabilitas berorientasi pada hasil serta berbasis profesionalitas dan transparansi. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas ( Iqbal dan Darwis 2006). Karakter usaha pertanian yang mengandung banyak risiko menyebabkan minat lembaga pembiayaan untuk mendanai usaha sektor pertanian ini relatif rendah. Sistem pembiayaan pertanaian selama ini diintregasikan dengan pembiayaan non-pertanian (terutama industri dan jasa) jika diterapkan untuk usaha pertanian cenderung over estimate. Apabila dipaksakan hal ini akan membuat usaha pertanian tidak akan mendapat dukungan kredit dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih menjamin rasa keadilan bagi pelaku bisnis pertanian perlu dibuka wacana model pembiayaan alternatif yang sesuai dengan karakteristik usaha di sektor pertanian. Salah satu model pembiayaan pertanian yang sudah mulai dicoba juga diterapkan adalah dengan skim syariah (Ashari dan Saptana 2005). Selain itu, sampai saat ini masih banyak diterapkan apa yang disebut “daur butuh”, yakni umur pohon yang dipanen ditentukan oleh kebutuhan pendapatan (Darusman dan Hardjanto 2006). Oleh karena sistem hutan rakyat yang tebang butuh, pada saat anggota Koperasi GMWT memerlukan biaya untuk keperluan dan tidak dapat menebang pohon guna menjaga kelestarian produksi maka koperasi akan meminjamkan uang untuk keperluan anggota tersebut tetapi jika koperasi tidak dapat meminjamkan uang karena keterbatasan dana maka masyarakat dapat menebang dan menjual kayu ke tengkulak dengan tetap menjaga kelestarian produksi. Dana yang didapat oleh koperasi GMWT sejauh ini hanya berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mendorong koperasi ini berjalan yaitu TELAPAK dan yayasan konservasi Way Seputih (YKWS). Permasalahan pembiayaan ini menjadi permasalahan utama yang dialami oleh Koperasi Comlog GMWT. Hal ini erat kaitannya dengan cara atau sistem pembiayaan Koperasi Comlog GMWT terhadap anggota yang masih swadaya tanpa adanya pinjaman dari bank atau pihak lainnya. Dengan permodalan yang masih kurang mencukupi ini sistem pembiayaan menjadi sangat penting untuk tetap melangsungkan kegiatan yang ada di koperasi ini. Dengan melihat permasalahan dan potensi yang ada pada koperasi tersebut, perlu adanya penelitian di Koperasi GMWT mengenai pembiayaan serta potensi – potensi yang ada pada Koperasi ini. Penelitian ini penting karena akan dapat mengidentifikasi potensi-potensi Koperasi yang sudah ada maupun yang dapat dikembangkan dengan hal baru guna mendukung serta mengatasi permasalahan pembiayaan yang ada di koperasi.
Perumusan Masalah Pengelolaan hutan rakyat yang tebang butuh dan sistem pembiayaan swadaya yang dilakukan oleh koperasi GMWT kepada anggotanya ini menjadikan koperasi sulit untuk mengembangkan koperasinya. Koperasi sulit meminjamkan
6 dana kepada anggota Koperasi yang membutuhkan, sehingga anggota yang membutuhkan dana menebang pohon dan menjualnya kepada tengkulak. Koperasi yang baru berdiri selama tiga tahun ini belum mampu melakukan simpan pinjam kepada anggotanya karena keterbatasan dana. Pada umumnya petani hutan rakyat di lokasi ini adalah petani gurem yang hanya memiliki lahan sempit sehingga menanam pohon yang umumnya jenis sengon di sela-sela kebun atau ladang mereka untuk mengoptimalkan hasil lahan mereka. Pembiayaan swadaya yang dilakukan tanpa adanya pinjaman dari bank ini menjadikan permodalan di koperasi ini sangat kurang. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sistem pembiayaan serta keberhasilan dari penerapan sistem pembiayaan swadaya Koperasi ini. Untuk mengetahui hal-hal tersebut diperlukan informasi mengenai kondisi umum Koperasi, gambaran umum masyarakat anggota Koperasi, pola tanam hutan rakyat yang dimiliki Koperasi serta kondisi permodalan Koperasi GMWT. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pelaksanaan pembiayaan yang dilakukan Koperasi GMWT dapat memuaskan anggotanya? 2. Apakah pembiayaan Koperasi GMWT ini berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani hutan rakyat ? 3. Apakah pelaksanaan pembiyaan yang diterapkan Koperasi GMWT sudah efektif ? Tujuan 1. Menganalisis pelaksanaan pembiayaan Koperasi GMWT terhadap anggotanya. 2. Menganalisis pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan pendapatan petani hutan rakyat. 3. Menganalisis efisiensi usaha hutan rakyat yang dibiayai oleh pembiayaan Koperasi. Manfaat Penelitian 1. Bagi Koperasi Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan acuan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan program sistem pembiayaan swadaya yang diterapkan di koperasi GMWT. Dengan hasil penelitian ini pihak Koperasi akan mengetahui kekurangan serta kelebihan sistem pembiayaan yang telah diterapkan serta dapat mengetahui potensipotensi Koperasi yang dapat dikembangkan guna memajukan perkembangan Koperasi. 2. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini akan menambah bahan pembelajaran dan memperkaya referensi materi mengenenai sistem pembiayaan dalam koperasi terutama dalam bidang hutan rakyat. 3. Bagi praktek pengelolaan hutan dengan basis Koperasi
7 Hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan atau contoh dalam praktek pengelolaan hutan dengan basis Koperasi baik di bidang kehutanan secara umum maupun hutan rakyat secara khusus.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampung Payung Batu, Kecamatan Pubian, Lampung Tengah selama 2 bulan, yang terdiri dari 2 tahap, yaitu: tahap pengambilan data pada bulan Agustus 2013 dan tahap analisis data pada bulan September 2013. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisoner untuk pengambilan data primer, kamera untuk dokumentasi, kalkulator, Software Microsoft word, Statistical Product and Service Solutions (SPSS), dan Microsoft exel guna pengolahan data.
Macam dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari wawancara dengan pihak (pengurus) Koperasi dan anggota koperasi. Data primer diperoleh dari pihak Koperasi berupa data Jumlah anggota total, jumlah anggota yang dibiayai, besar pembiayaan, perjanjian pembiayaan, serta syarat dan prosedur pembiayaan. Data primer lainnya dikumpulkan dari anggota Koperasi (petani hutan rakyat) yang mendapatkan pembiayaan yaitu berupa data identitas responden, jumlah pembiayaan yang diterima, luas lahan, produksi, pendapatan, kebutuhan input, harga pohon, harga input, dan pendapatan setelah mendapat pembiayaan. Sedangkan data sekunder akan dikumpulkan dari instansi-instansi terkait yaitu Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Tengah. Penentuan Sampel Penelitian pada bidang usaha hutan rakyat yang dibiayai oleh Koperasi sendiri ini dilakukan secara purposive. Responden (petani hutan rakyat) yang dipilih adalah petani yang mendapatkan pembiayaan oleh koperasi. Penelitian terhadap usaha hutan rakyat dilakukan dengan metode survey. Jumlah petani yang mendapatkan pembiayaan sangat terbatas maka jumlah tersebut akan diteliti secara keseluruhan (sensus).
8 Pengumpulan Data Data primer dari Koperasi diperoleh dengan cara meminta keterangan (wawancara dan memberi daftar pertanyaan) kepada pengurus-pengurus yang mempunyai kewenangan. Pengumpulan data dari petani hutan rakyat dilakukan dengan wawancara yang didasarkan pada daftar pertanyaan yang telah disusun.
Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian, metode kajian pada garis besarnya dilakukan dengan : (1) Analisis statistik non parametrik dengan Uji Chi Kuadrat (uji kecocokan) untuk tujuan yang pertama. (2) Analisis ekonometrika dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas untuk tujuan penelitian kedua dan ketiga. Menurut Andi Supangat 2010 maksud dan tujuan dari pengujian dengan menggunakan model Uji Chi Square ( kai kuadrat) adalah membandingkan antara fakta yang diperoleh dari hasil observasi dan fakta yang didasarkan secara teoritis (yang diharapkan). Hal ini sejalan dengan konsep kenyataan yang sering terjadi, bahwa hasil observasi biasanya selalu tidak tepat dengan yang diharapkan (tidak sesuai) dengan yang direncanakan berdasarkan dari teorinya (sesuai dengan aturan-aturan teori kemungkinan atau probabilitasnya). Fungsi Cobb-Douglas untuk konteks memberikan beberapa kemudahan. Keuntungannya adalah: (a) bentuk Cobb-Douglas dapat dengan mudah dipindah-wujudkan menjadi persamaan linier dalam logaritma variabelnya. Kelinieran ini khususnya memudahkan estimasi yang diperlukan; (b) memungkinkan estimasi hasil balik skala dan elastisitas output dari tiap-tiap faktor produksi yang diperhitungkan di dalam model; (c) fungsi ongkosnya (sebagai alternatif fungsi suplai) relatif mudah diinterpretasikan karena tetap berbentuk ftrngsi doublelogarithmic sehingga berbagai sifat yang serupa dengan sifat fungsi produksi Cobb-Douglas yang lebih umum (fungsi ongkos merupakan keadaan khusus dari fungsi produksi) dapat segera diidentifisikan kembali (Tarocpratjeka dan Widiarto 1984). Model Persamaan Penduga Mengacu pada penelitian Widyanto (1996) mengenai analisis pembiayaan sistem bagi hasil (Mudharabah) pada bank islam dan dampaknya terhadap pendapatan usaha tambak udang, untuk menganalisis pengaruh faktor modal (yang bersumber dari pembiayaan Koperasi) terhadap pendapatan petani hutan rakyat, serta untuk menganalisis efisiensi alokatif usaha petani hutan rakyat akan digunakan model umum fungsi produksi Cobb Douglas yang dimodifikasi dalam bentuk logaritma natural. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah (1) seluruh modal dari pembiayaan koperasi digunakan untuk keperluan produksi kayu (2) jenis dan kualitas bibit pohon sama (3) teknologi yang digunakan sama. Pendapatan petani hutan rakyat (Y) merupakan fungsi dari beberapa faktor produksi (C). Y = AC1 a1C2 a2C3 a3C..............................................................................(1) Dalam bentuk logaritma natural : Ln Ym1 = ln A + a ln X1 + a1 ln C1 + a2 ln C2 + a3 ln C3......................(2)
9 Keterangan : Ym1 = Nilai Produksi hutan rakyat ( Rp ). A = Intersep C1 = Biaya Pemeliharaan (Rp) C2 = Biaya Penanaman ( Rp ) C3 = Biaya untuk penyediaan bibit ( Rp ) ai = Koefisien regresi. u = Galat. Nilai koefisien regresi harapan : a, a1, a2, a3 > 0 Untuk melakukan analisis efisiensi usaha, model pada persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut : ln Qm = ln A + a1 ln X1 + a2 ln X2 + a3 ln X3.......................................(3) Keterangan : Qm = Produksi kayu ( m3 ) A = Intersep X1 = Jumlah hari pemeliharaan ( HOK ) X2 = Jumlah hari penanaman ( HOK ) X3 = Jumlah bibit (batang) ai = Koefisien regresi. u = Galat. Nilai koefisien regresi harapan : a, a1, a2, a3, > 0 Untuk pengujian perbedaan kepuasan petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan pembiayaan Koperasi digunakan metode Uji Chi Kuadrat (X2) . .....................................................................( 4) Keterangan : Oi = Nilai pengamatan yang diperoleh pada kategori ke-i Ei = Nilai harapan pada yang ke-i Ho = Kecocokan baik Ha = Kecocokan tidak baik Tolak Ho dan terima Ha jika X2 >Xt2 df = k-1 Terima Ho dan tolak Ha jika X2 < Xt2 df = k-1 Uji tunggal untuk setiap koefisien regresi (Uji-t) Ho : ai = 0 Ho : ai ≠ 0 ................................................................................( 5) Keterangan : th = Nilai t hitung ai = Nilai dugaan dari koefisien regresi suatu variabel Sai = Nilai simpangan baku dari koefisien regresi suatu variabel Uji efisiensi alokatif
10
Ho : NPM / Px = 1 Ha : NPM / Px ≠ 1 .....................................................................( 6) Keterangan : NPM PM PQ Px S ( MP )
= Nilai produk maginal. = Produk marginal = ai ( Q / X ). = Harga output. = Harga input. = standar deviasi dari produk marginal. = Sa ( Q/X ) Ki = Mpi ( PQ/Px ) Ho ditolak dan Ha diterima jika th > ttab Ho diterima dan Ha ditolak jika th > ttab Efisiensi ekonomi pemakaian faktor produksi dapat dilihat dari perbandingan antara nilai produk marginal dengan harga masukan (masing-masing faktor produksi). Nilai produk marginal diperoleh dengan cara mengalikan besarnya produk marginal dengan harga hasil produksi. Sedangkan besarnya produk marginal (PM) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : ...................................................................... 7 Keterangan : PMi : Produk marginal faktor produksi ke-i Bi : Elastisitas produksi faktor produksi ke-i Q* : Rata-rata geometrik hasil produksi Xi* : Rata-rata geometrik faktor produksi ke-i Rata-rata hasil produksi dan rata-rata faktor produksi yang digunakan adalah rata-rata geometrik karena menurut Chong dan Lizarondo (1982) penggunaan rata-rata hitung akan memberikan produk marginal yang bias (Widiyanto 1996). Definisi Operasional 1. Tingkat kepuasan responden (petani hutan rakyat) terhadap pelaksanaan pembiayaan adalah suatu keadaan perasaan setelah membandingkan hasil pelaksanaan pembiayaan dengan keinginan semula (harapan) dari para responden terhadap pelaksanaan tersebut. Sangat puas ( 3 ) : hasil pelaksanaan > harapan. Puas ( 2 ) : hasil pelaksanan = harapan. Kecewa ( 1) : hasil pelaksanaan < harapan. 2. Pelaksanaan pembiayaan menyangkut pelaksanaan syarat dan prosedur pembiayaan, perjanjian pembiayaan, dan jumlah anggota yang dibiayai. 3. Pengawasan pembiayaan adalah pengawasan yang dilakukan pihak Koperasi terhadap realisasi pembiayaan terhadap perjanjian.
11 4. Pembinaan teknis atau usaha adalah upaya – upaya yang dilakukan pihak Koperasi berupa penyuluhan agar pembiayaan dapat dimanfaatkan secara baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Pembiayaan Koperasi Koperasi GMWT memiliki anggota aktif sebanyak 185 orang. Pelaksanaan pembiayaan koperasi kepada anggotanya berupa pembiayaan pemberiaan bibit pohon serta pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan. Pelatihan dan penyuluhan dilakukan koperasi kepada anggotanya dengan bantuan dari beberapa LSM yaitu TELAPAK, YKWS dan berbagai LSM luar negeri dari Jepang, Belanda dan lainnya. Dana yang dimiliki GMWT saat ini bersumber dari dana hasil bantuan LSM-LSM yang bersimpati kepada koperasi GMWT yang bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Berikut ini adalah kerangka pembiayaan Koperasi GMWT.
Dinas Kehutanan Provinsi
Lembaga Swadaya Masyarakat Dalam/Luar negeri Negeri
Dana Koperasi
Pembiayaan Anggota
Pemberian Bibit Pohon
Pengelolaan Koperasi
Pelatihan dan Pennyuluhan
Produksi Kayu Gambar 1 Kerangka pembiayaan Koperasi Setiap bulan rata-rata terdapat pelatihan dan penyuluhan dari berbagai instansi di atas dengan berbagai kegiatan yang dilakukan. Saat ini Koperasi GMWT juga melakukan usaha bio-gas serta persemaian guna meningkatkan keuangan koperasi untuk mengembangkan koperasi. Pembiayaan berupa
12 pemberian bibit pohon sebanyak 31 orang di desa pekandangan dengan jumlah bibit 3 500 bibit pada tahun 2007. Namun pada tahun ini akan dibagikan sebanyak 50 000 bibit kepada anggota (payung batu, payung makmur dan kota batu). Sedangkan untuk jumlah orang yang mendapatkan pembiayaan berupa penyuluhan dan pelatihan sebanyak 31 orang dari anggota perwakilan koperasi yang dipilih dari Desa Pekandangan. Syarat untuk mendapatkan pembiayaan dari koperasi diatas adalah menjadi anggota aktif GMWT, memiliki lahan yang legal serta terdapat bukti pembayaran pajak, dan memiliki KTP, sedangkan prosedur untuk mendapatkan pembiayaan diatas adalah mendaftar menjadi anggota dengan cara menyerahkan berkas berupa fotokopi KTP, surat tanah, bukti pembayaran pajak dan membayar uang pendaftaran sebesar Rp150 000 yang dapat dibayarkan setelah panen kayu hutan rakyatnya. Perjanjian pembiayaan Koperasi kepada anggota yaitu anggota harus menanam dari apa yang telah diberikan dari koperasi. Cara pembagian pembiayaaan yang dilakukan Koperasi yaitu dengan cara survey kepada anggota yang membutuhkan bibit dan siap lahan dan untuk peserta pelatihan Koperasi memilih perwakilan sub koperasi yang berkompeten. Pengawasan dan pengendalian Koperasi adalah dengan cara memilih koordinator pemantau pada setiap sub Koperasi (setiap Kecamatan yang terdapat lahan Koperasi). Tabel 2 Lokasi dan luas lahan Koperasi GMWT Desa Pekandangan Kota Batu Payung Makmur Gedung Aji Rawa Betik Bandar Mataram Total
Kecamatan Pubian Pubian Pubian Selagai Lingga Seputih Surabaya Bandar Mataram
Luas Lahan (ha) 51.2659 17.3167 52.7164 18.5922 9.507 61.3379 210.7362
Jumlah anggota (orang) 62 42 43 13 22 3 185
Tabel 2 menunjukkan bahwa lokasi lahan hutan rakyat yang menjadi anggota dari Koperasi GMWT tidak hanya di Kecamatan Pubian tetapi juga berada di Kecamatan Selanggai Lingga, Seputih Surabaya dan Bandar Mataram. Namun pusat kegiatan Koperasi biasanya berada di Kecamatan Pubian, Lampung Tengah. Syarat Pengajuan Pembiayaan Koperasi Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar petani hutan rakyat (70.97%) menilai terhadap persyaratan pembiayaan adalah sangat puas, yang berarti menyatakan bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 25.81% menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan serta hanya 3.23% menyatakan kecewa yang menunjukkan bahwa persyaratan tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan).
13
Tabel 3 Persentase tingkat kepuasan petani terhadap syarat pembiayaan Jumlah Tingkat Kepuasan Petani Sangat Puas Puas Kecewa Jumlah
Petani (Orang)
Persen (%)
22 8 1 31
70.97 25.81 3.23 100
Menurut Andi Supangat 2010, penarikan kesimpulan untuk menyatakan ada beda atau tidak yaitu jika X2 hitung > X2 tabel maka dapat diartikan ada perbedaan yang nyata dan jika X2 hitung ≤ X2 tabel maka dapat diartikan tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil observasi dan yang diharapkan. Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan secara signifikan diantara para petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan ketentuan persyaratan pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan tersebut menunjukkan bahwa persyaratan pembiayaan lebih sangat ringan daripada harapan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 3 yang menunjukkan persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar. Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar disebabkan karena kemudahan persyaratan pembiayaan.
Prosedur Pengajuan Pembiayaan Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar petani hutan rakyat (70.97%) menilai terhadap persyaratan pembiayaan adalah sangat puas, yang berarti menyatakan bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 19.35% menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan serta hanya 9.68 % menyatakan kecewa yang menunjukkan bahwa persyaratan tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan). Tabel 4 Tingkat kepuasan petani terhadap prosedur pengajuan pembiayaan TingkatKepuasan Petani Sangat Puas Puas Kecewa Jumlah
Jumlah Petani (Orang) 22 6 3 31
Persen (%) 70.97 19.35 9.68 100
14 Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan secara signifikan diantara para petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan prosedur pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan tersebut menunjukkan bahwa prosedur pembiayaan lebih sangat ringan daripada harapan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 4 yang menunjukkan persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar. Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar disebabkan karena kemudahan prosedur pembiayaan.
Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar petani hutan rakyat (87.10%) menilai terhadap jumlah pembiayaan adalah kecewa, yang berarti menyatakan bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 3.23% menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan serta hanya 9.68% menyatakan sangat puas yang menunjukkan bahwa persyaratan tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan). Tabel 5 Tingkat kepuasan petani terhadap jumlah pembiayaan Tingkat Kepuasan Petani Sangat Puas Puas Kecewa Jumlah
Jumlah Petani (Orang)
Persen (%)
3 1 27 31
9.68 3.23 87.10 100
Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan secara signifikan diantara para petani hutan rakyat terhadap pelaksanaan jumlah pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan lebih kecil daripada harapan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 5 yang menunjukkan persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan kecewa memiliki persentase terbesar. Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan kecewa memiliki persentase terbesar disebabkan karena kecilnya jumlah pembiayaan.
Perjanjian Pembiayaan Berdasarkan Tabel 6 sebagian besar petani hutan rakyat (64.52%) menilai terhadap perjanjian pembiayaan adalah sangat puas, yang berarti menyatakan bahwa persyaratan pembiayaan lebih ringan dari yang diharapkan dan 19.35% menyatakan puas yang menunjukkan bahwa persyaratan sesuai dengan harapan
15 serta hanya 16.13% menyatakan kecewa yang menunjukkan bahwa persyaratan tidak sesuai (kurang dari yang diharapkan). Tabel 6 Tingkat kepuasan petani terhadap perjanjian pembiayaan Tingkat Kepuasan Petani
Jumlah Petani (Orang)
Persen (%)
Sangat Puas 20 64.52 Puas 6 19.35 Kecewa 5 16.13 Jumlah 31 100 Berdasarkan hasil Uji Chi Kuadrat diperoleh X2 hitung pada taraf nyata satu persen dan lima persen lebih besar dari X2 tabel maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian terdapat perbedaan kepuasaan secara signifikan diantara para petani tambak udang terhadap pelaksanaan perjanjian pembiayaan Koperasi terhadap anggotanya. Perbedaan kepuasaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan lebih kecil daripada harapan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 6 yang menunjukkan persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar. Persentase tingkat kepuasaan responden yang menyatakan sangat puas memiliki persentase terbesar disebabkan karena kemudahan perjanjian pembiayaan.
Pengaruh Pembiayaan Koperasi Terhadap Pendapatan Hubungan antara biaya yang bersumber dari pembiayaan dengan tingkat pendapatan petani hutan rakyat dinyatakan dengan model fungsi Cobb Douglas. Faktor yang diamati dalam analisis ini adalah peubah modal kerja saja karena faktor jumlah tenaga kerja tidak ada dalam pengelolaan hutan rakyat di Koperasi ini. Faktor modal kerja diperinci menjadi biaya penyediaan bibit, biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya alat-alat, biaya pelatihan dan biaya pemanenan. Hubungan antara pendapatan dengan peubah-peubah tersebut dinyatakan dalam Tabel 7. Tabel 7 Hasil pendugaan fungsi pendapatan usaha hutan rakyat. Model (Constant) lnpemeliharaan lntanam lnbibit
Unstandarized Coefisients B Standart error 0.984 1.473 0.367 0.061 0.276 0.175 0.887 0.136
t sig 0.668 6.016 1.575 6.515
0.510 0.000 0.127 0.000
Keterangan : nilai t tabel yaitu 2,46
Koefisien determinasi adalah merupakan ukuran (besaran) untuk menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%) (Supangat 2010)
16 . Berdasarkan model fungsi pendapatan dugaan usaha hutan rakyat diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.927 yang berarti bahwa 92.7 persen dari keragaman pendapatan usaha hutan rakyat dapat dijelaskan oleh peubah-peubah yang diamati yaitu biaya penanaman, biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan bibit. Untuk peubah-peubah seperti biaya pelatihan, biaya alat-alat dan biaya pemanenan tidak berpengaruh terhadap pendapatan karena biaya tersebut tidak beragam atau konstan. Berdasarkan hasil perhitungan peubah yang menghasilkan nilai R2 terbesar adalah peubah biaya penyediaan bibit yaitu sebesar 0.826 yang berarti bahwa 82.6 persen keragaman pendapatan usaha hutan rakyat dapat dijelaskan oleh peubah penyediaan bibit. Sedangkan untuk peubah biaya pemeliharaan dan biaya penanaman masing-masing menghasilkan nilai R2 yaitu 0.107 dan 0.577. Jika nilai F hitung sama atau lebih besar dari nilai F tabel taraf 5 % atau 1% artinya hipotesis diterima (Nurgiyantoro 2004). Hasil uji F menunjukkan nyata pada taraf nyata satu persen, yang bearti bahwa model fungsi pendapatan dugaan dapat digunakan untuk meramal hubungan antara peubah yang diamati dengan pendapatan petani hutan rakyat. Walaupun secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan melalui Uji F mungkin saja ada pasanga-pasangan tertentu yang berbeda secara signifikan dan ada pula yang sebaliknya (Nurgiyantoro 2010). Dari hasil Uji t, peubah biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan bibit berpengaruh nyata pada taraf satu persen. Sedangkan peubah biaya penanaman tidak berpengaruh nyata pada taraf satu persen, hal ini diduga karena biaya penanaman rata-rata sangat kecil. Dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas, fungsi pendapatan dugaan usaha hutan rakyat dapat dituliskan sebagai berikut : Ym = 0.984 C10.367 C20.276 C30.887 Dalam analisis jangka pendek, faktor produksi berupa biaya pemeliharaan memberikan nilai elastisitas pendapatan sebesar 0.367 yang berarti bahwa penambahan biaya pemeliharaan sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan pendapatan sebesar 0.367%. Biaya penanaman memberikan nilai elastisitas pendapatan sebesar 0.276 yang berarti bahwa penambahan biaya penanaman sebesar satu persen akan mengakibatkan peningkatan pendapatan sebesar 0.276%. Biaya penyediaan bibit memberikan nilai elastisitas pendapatan petani sebesar 0.887 yang berarti bahwa peningkatan biaya penyediaan bibit sebesar satu persen akan meningkatkan pendapatan sebesar 0.887%.
Analisis Efisensi Alokatif Faktor Produksi Berdasarkan pada model fungsi produksi dugaan usaha hutan rakyat dapat dilakukan analisis efisiensi alokatif seperti pada T tabel 8. Dari T tabel 8 nampak bahwa nilai ki (atau ratio antara nilai produk marginal dengan harga input) dari penggunaan input tidak ada yang menunjukkan angka satu, hal ini tidak bearti bahwa semua alokasi penggunaan input tidak efisien. Masih perlu dilakukan pengujian secara statistik dengan menggunakan uji t. Berdasarkan uji t ternyata hanya biaya penanaman yang menunjukkan efisien, hal ini tidak berarti
17 biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan bibit tidak efisien. Menurut Prakoso 2012 jika nilai ki > 1, maka penggunaan input x belum efisien sehingga dan perlu menambah jumlah penggunaan input. Nilai ki semua input pada penelitian ini lebih dari satu yang berarti bahwa penggunaan input masih belum optimal, sehingga perlu perlu adanya penambahan input agar tercapai hasil optimal. Tabel 8 Produk marginal input dan tes efisiensi alokatif usaha hutan rakyat
Input (Rp) Pemeliharaan Tanam Bibit
Rata rata geometri
Rata-rata geometri Output
S error
S(PM)
Ki
3 83 826.35
57 156 839.10
0.061
9.08 1 53 023
104 449.67
57 156 839.10
0.175
95.8
5 286.1
24 740.36
57 156 839.10
0.136
314
71 722
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan petani terhadap pembiayaan Koperasi ini dapat diambil kesimpulan yaitu tingkat kepuasan petani untuk syarat pengajuan pembiayaan, prosedur pengajuan pembiayaan dan perjanjian pembiayaan sangat puas yang berarti melebihi harapan petani, sedangkan untuk jumlah pembiayaan petani merasa kecewa yang berarti kurang sesuai dari harapan petani. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani yaitu biaya penanaman, biaya pemeliharaan dan biaya penyediaan bibit. Faktor-faktor produksi tersebut belum optimal sehingga perlu penambahan untuk mengoptimalkan atau mengefisiensikan hasil produksi. Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan kepada Koperasi untuk meningkatkan pembiayaan agar menghasilkan produksi yang lebih optimal. Selain itu saran untuk peneliti selanjutnya adalah dalam menyiapkan kuisoner dengan baik guna kelengkapan data.
18
DAFTAR PUSTAKA Ashari Saptana. 2005. Prospek pembiayaan syariah untuk sektor pertanian. Forum penelitian agro ekonomi. Volume 23 No. 2, Desember 2005 : 132-147 Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2010. Data dan informasi pemasaran hasil hutan kayu provinsi lampung 2010. hlm 1-4 Dudung Darusman dan Hardjanto, 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Di dalam : Dudung Darusman dan Hardjanto, editor. PROSIDING Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan 2006 : 4-13; Bogor, Indonesia. Bogor (ID) : hlm 7-9. Hardjanto. 2000. Beberapa Ciri Pengusahaan Hutan Rakyat di Jawa. Di dalam: Didik Suharjito, editor. Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB. hlm 7-11. Iqbal, M. dan Darwis, V. 2006. Kebijakan pengembangan sistem pembiayaan pertanian dengan pola Badan Layanan Umum (BLU). Analisis kebijakan pertanian. Volume 4 No. 4, Desember 2006 : 268-280 M. Mochtar R. Pengembangan penyaluran kredit melalui Koperasi dengan pola swamitra untuk Peningkatan ekonomi daerah dan Masyarakat di kota pekanbaru. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Multistakeholder Forestry Programme, 2012. Lima Hutan Rakyat Bersertifikat. (edisi) [internet] ([diunduh 2012 Juli 23]) Nurfatriani F, Elvida YS. 2002. Pengelolaan Hutan Rakyat di Era Otonomi Daerah. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 3 (2): 117-130. Nurgiyanto, dkk. 2004. Statistik Terapan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Partomo T.S, Soejoedono A.R. 2002. Ekonomi skala kecil/menengah & koperasi Ghalia Indonesia, Bogor. 136 hlm. Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat: Kreasi Budaya Bangsa. Di dalam: Didik Suharjito, editor. Hutan Rakyat di Jawa Perannya dalam Perekonomian Desa. Bogor: Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM) Fakultas Kehutanan IPB. hlm 1-6. Supangat, Andi. 2010. Statistika : Dalam Kajian Deskriptif, inferensi, dan Nonparametik. Jakarta (ID) : Kencana Prenada Media Group. Tarocpratjeka dan Widiarto, 1984. Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Pada Analisis Sistem Produksi Citronella Di Jawa Barat. Di dalam : Tarocpratjeka dan Widiarto, editor. PROSIDING ITB Vol.17 No.2.1984; Bandung, Indonesia. Bandung (ID) : hlm 15. Widiyanto. 1996. Analasis pembiayaan sistem bagi hasil (mudharabah) pada bank islam dan dampaknya terhadap pendapatan usaha tambak udang. [Tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
19 Lampiran 1 Proses perhitungan tingkat kepuasan petani terhadap pembiayaan Koperasi Test Statistics Tabel 9 Nilai perbedaan kepuasaan petani terhadap pembiayaan Koperasi
Chi-square df Asymp. Sig.
Syarat 22.129a 2 .000
Prosedur 20.194a 2 .000
Jumlah 40.516a 2 .000
Perjanjian 13.613a 2 .001
0 cells (,0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 10,3.
Perjanjian Tabel 10 Tingkat kepuasaan petani terhadap perjanjian pembiayaan Koperasi Tingkat Kepuasan Kecewa Puas Sangat puas Total
Observed N 5 6 20 31
Expected N 10.3 10.3 10.3
Residual -5.3 -4.3 9.7
Jumlah Tabel 11 Tingkat kepuasaan petani terhadap jumlah pembiayaan Koperasi Tingkat Kepuasan Kecewa Puas Sangat puas Total
Observed N 27 1 3 31
Expected N 10,3 10,3 10,3
Residual 16.7 -9.3 -7.3
Prosedur Tabel 12 Tingkat kepuasaan petani terhadap prosedur pembiayaan Koperasi Tingkat Kepuasan Kecewa Puas Sangat puas Total
Observed N 3 6 22 31
Expected N 10.3 10.3 10.3
Residual -7.3 -4.3 11.7
20
Syarat Tabel 13 Tingkat kepuasaan petani terhadap syarat pembiayaan Koperasi Tingkat Kepuasan Kecewa Puas Sangat puas Total
Observed N
Expected N
Residual
1 8 22 31
10.3 10.3 10.3
-9.3 -2.3 11.7
Lampiran 2 Proses perhitungan pendugaan fungsi produksi usaha hutan rakyat Tabel 14 Nilai perbedaan pendapatan petani hutan rakyat
Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant) 1 .984 lnpemeliharaan .367 lnbibit .887 lntanam .276 Dependent Variable: lnproduksi
Std. Error 1.473 .061 .136 .175
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .668 .016 6.515 1.575
.347 .742 .183
.510 .000 .000 .127
Tabel 15 Nilai ANOVA dari persamaan regrsi dari fungsi produksi
Model Regression 1 Residual
Sum of Squares 7.357 .576
df 3 27
Mean Square 2.452 .021
F
Sig.
114.879
.000a
Total 7.933 30 Predictors: (Constant), lntanam, lnpemeliharaan, lnbibit Dependent Variable: lnproduksi Tabel 16 Nilai R square dari persamaan regresi dari fungsi produksi Adjusted R Square a dimension .963 .927 .919 Predictors: (Constant), lntanam, lnpemeliharaan, lnbibit Model
R
R Square
Std. Error of the Estimate .14611
21
Lampiran 3 Kuisoner untuk pengurus Koperasi GMWT Identitas Responden : 1. Nama 2. Jenis Kelamin 3. Jabatan 4. Pekerja 5. Alamat 6. Umur 7. Pendidikan
: ............................... : Laki-laki/Perempuan :................................ :................................ :................................. :................................( tahun ) : a) SD b) SMP c) SMA e) Lainnya.......
d) Sarjana
Tabel 17 Daftar pertanyaan dan jawaban No 1
Pertanyaan dan Jawaban Berapa jumlah total anggota aktif Koperasi GMWT ? Jawaban :
2
Berapa jumlah anggota yang telah dibiayai oleh Koperasi GMWT ? Jawaban :
3
Bagaimana pelaksanaan pembiayaan Koperasi GMWT terhadap anggota (kendala, tantangan, harapan, dan potensi) ? Jawaban :
4
Apa saja syarat untuk mendapatkan pembiayaan dari Koperasi? Jawaban :
5
Bagaimana prosedur untuk mendapatkan pembiayaan tersebut ?
22 Jawaban :
6
7
Berapa besar pembiayaan yang diterima petani hutan rakyat (rata-rata per tahun) ? Jawaban : Bagaimana cara pembagian besarnya pembiayaan terhadap anggota serta cara penentuan anggota yang mendapatkan pembiayaan ? Jawaban :
8
Apakah ada perjanjian dalam pembiayaan ? jika ada apa isi perjanjian tersebut? Jawaban :
9
Apakah realisasi dari pembiayaan seseuai perjanjian, jika tidak sesuai apa penyebabnya ? Jawaban :
10
Bagaimana pengawasan dan pengendalian terhadap anggota yang dibiayai ? Jawaban :
dengan
Koperasi
23 Lampiran 4 Kuisoner untuk responden ( petani hutan rakyat ) Identitas Responden : 1. Nama : ............................... 2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan 3. Jabatan di Koperasi :................................ 4. Pekerja :................................ 5. Alamat /kampung :................................. 6. Umur :................................( tahun ) 7. Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA d. Sarjana e. Lainnya,.......... 8. Pendapatan awal ( per bulan ) : a. < Rp500 000 b. Rp500 000 – Rp1 000 000 c. Rp1 000 000 – Rp3 000 000 d. Rp3 000 000 – Rp5 000 000 e. > Rp5 000 000 9. Luas lahan hutan rakyat a. < 0.25 ha b. 0.25 ha – 1 ha c. 1 ha – 2.5 ha d. 2.5 ha – 5 ha e. > 5 ha
:
10. Besar pembiayaan yang diterima (per tahun) : a. < Rp500 000 b. Rp500 000 – Rp1 000 000 c. Rp1 000 000 – Rp3 000 000 d. Rp3 000 000 – Rp5 000 000 e. > Rp5 000 000 11. Pendapatan setelah menerima pembiayaan ( per bulan ) : a. < Rp500 000 b. Rp500 000 – Rp1 000 000 c. Rp1 000 000 – Rp3 000 000 d. Rp3 000 000 – Rp5 000 000 e. > Rp5 000 000
24 12. Rata-rata harga pohon ( m3 ) : a. Rp200 000 - Rp300 000 b. Rp300 000 – Rp500 000 c. Rp500 000 – Rp700 000 d. Rp700 000 – Rp1 000 000 e. > Rp 1 000 000 13. Apa saja kebutuhan input untuk produksi : a. ................................... b. .................................. c. ................................... d. .................................. e. ................................... f. ................................... g. ................................... h. .................................. i. .................................. j. ..................................... 14. Berapa harga atau biaya setiap kebutuhan input untuk produksi tersebut : a. ................................... b. .................................. c. ................................... d. .................................. e. ................................... f. ................................... g. ................................... h. .................................. i. .................................. j. .................................. 15. Bagaimana kepuasan anda terhadap syarat untuk mendapatkan pembiayaan : a. Sangat puas b. Puas c. Kecewa 16. Bagaimana kepuasan anda terhadap prosedur untuk mendapatkan pembiayaan : a. Sangat puas b. Puas c. Kecewa 17. Bagaimana kepuasan anda terhadap jumlah pembiayaan yang diterima : a. Sangat puas b. Puas c. Kecewa
25 18. Bagaimana kepuasan anda terhadap perjanjian pembiayaan : a. Sangat puas b. Puas c. Kecewa
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Sukadana Lampung Timur pada tanggal 19 Desember 1990 sebagai anak pertama dari pasangan Maridi dan Warni. Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 di SMA N 1 Way Jepara Lampung. Pendidikan di IPB ditempuh di Program Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Selama menjadi mahasiswa IPB di Fakultas Kehutanan penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam Kamojang dan Cagar Alam Leuweung Sancang Barat, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang di PT Finnantara Intiga di Kalimantan Barat. Beberapa prestasi penulis yaitu menjadi Duta Pendidikan IPB tahun 2012, peserta Human Resouce Development KoreaIndonesia di UGM 2012, peserta Pekan Ilmiah Nasional ke-25 di UMY 2012 Mahasiswa Berprestasi Manajemen Hutan tahun 2012 serta peserta dalam acara Forest Graduate Student’s Conference di UPM, Malaysia.