ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF DENGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI KOMPARASI BPR ARTHAYASA AGENG DENGAN BPRS ARTHA AMANAH UMMAT)
TUGAS AKHIR Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Diploma III Perbankan Syariah
Oleh: UMI KHARIL HESTI UNTARI NIM: 20108013
JURUSAN SYARIAH PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hal
: Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Salatiga, 22 Agustus 2011
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga
Assalamualaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi, dan perbaikan seperlunya, maka tugas akhir saudari : Nama
: Umi Kharil Hesti Untari
NIM
: 201 08 013
Jurusan
: Syariah
Program Studi : DIII Perbankan Syariah Judul
:Analisis Sistem Pemberian Kredit Konsumtif Dengan Pembiayaan Murabahah (Studi Komparasi BPR Arthayasa Ageng Dengan BPRS Artha Amanah Umat)
Dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Hikmah Endraswati, SE, M.SI NIP. 19770507 200003 2 001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Umi Kharil Hesti Untari
NIM
: 201 08 013
Jurusan
: Syariah
Progdi
: DIII Perbankan Syariah
Judul
:Analisis Sistem Pemberian Kredit Konsumtif Dengan Pembiayaan Murabahah (Studi Komparasi BPR Arthayasa Ageng Dengan BPRS Artha Amanah Umat)
Menyatakan, bahwa Tugas Akhir ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.
Salatiga, 22 Agustus 2011 Saya yang menyatakan,
Umi Kharil Hesti Untari NIM. 20108013
PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT KONSUMTIF DENGAN PEMBIAYAAN MURABAHAH (STUDI KOMPARASI BPR ARTHAYASA AGENG DENGAN BPRS ARTHA AMANAH UMMAT)
DISUSUN OLEH UMI KHARIL HESTI UNTARI NIM: 20108013
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 27 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar A. Md. E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah)
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M. Ag
Sekretaris Penguji
: Abdul Aziz, N.P., MM
Penguji I
: Nafis Irkhami, M. Ag
Penguji II
: A. Mifdhol Mutohar, Lc, M.SI
Penguji III
: Hikmah Endraswati, SE, M.SI Salatiga, 27 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Qs: Alam Nasyrah 6). Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi banyak orang (Al-Hadist). Setiap Kelalaian Akan Berakhir ke Penyesalan. Berprasangka Baik Menjauhkan Diri Dari Kebencian.
PERSEMBAHAN Karya kecil ini penulis persembahkan kepada: Almamater STAIN Salatiga Dosen-dosenku yang senantiasa mendukung langkahku Bapak dan Ibu, yang selalu ku nantikan do’a Nya Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil Adik dan seseorang yang selalu menemani saat senang ataupun susah Teman-teman satu angkatan PS th 2008 terutama Arshe dan keluarganya yang selalu memberi nasihat yang sangat berarti bagaikan keluarga keduaku di kota asing ini.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, setinggi puja dan sedalam syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan pertolonganNya yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat beriring salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan syafaatnya bagi kita semua. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada program studi Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Sistem Pemberian Kredit Konsumtif Dengan Pembiayaan Murabahah (Studi Komparasi BPR Arthayasa Ageng Dengan BPRS Artha Amanah Ummat)”. Dengan semua keterbatasan yang penulis miliki, maka Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. 1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
2.
Bapak Abdul Aziz, N.P., MM selaku Kaprodi DIII Perbankan Syariah.
3.
Ibu Hikmah Endraswati, SE, M.SI selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan arahan hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
4.
Bapak Edi Pramono selaku Direktur Utama BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran yang telah memberi izin atas waktu dan tempat pelaksanaan magang.
5.
Bapak Muhammad Taufik selaku Direktur Utama BPR Arthayasa Ageng yang telah memberi izin atas waktu dan tempat pelaksanaa Praktik Bank 2.
6.
Seluruh karyawan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran
dan
karyawan BPR Arthayasa Ageng yang telah berbagi pengetahuan. 7.
Teman-teman seangkatan yang memberikan bantuan dan dorongan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna,
dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata semoga dapat bermanfaat untuk sekedar diambil ilmu yang terkandung di setiap kalimat yang berbaris di dalamnya oleh para pembaca sekalian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, Agustus 2011
Penulis
ABSTRAK
Kredit konsumtif merupakan salah satu produk unggulan BPR Arthayasa Ageng, terutama kepada masyarakat berpenghasilan tetap. Alasan mereka sangat sederhana yakni takut nasabah gagal bayar, melalui program kredit konsumtif kepada pegawai berpenghasilan tetap, cukup dengan daftar gaji dan pembayaran melalui pemotongan gaji secara langsung, maka amanlah bisnis keuangan mereka. Sedangkan Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad jual-beli (al-bai’) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan. Walaupun dalam proses realisasi cukup rumit, akan tetapi hampir 50% dari produk pembiayaan di BPRS Artha Amanah Ummat memakai produk murabahah. Alasan BPRS Artha Amanah Ummat lebih mengutamakan produk murabahah karena resiko yang akan ditanggung lebih sedikit daripada produk mudharabah/musyarakah. .
Kata Kunci: Kredit Konsumtif dan Pembiayaan Murabahah
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN TUGAS AKHIR ...............................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................
iv
MOTTO ........................................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..........................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................
vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xii BAB 1
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
4
C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................
5
D. Metode Penelitian...................................................................................
6
E. Sistematika Penulisan ............................................................................
8
LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ....................................................................................... 11 B. Kerangka Teoritik .................................................................................. 14
BAB III
LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum .................................................................................. 41 1. Sejarah BPR Arthayasa Ageng ........................................................ 41 2. Visi dan Misi BPR Arthayasa Ageng............................................... 42 3. Struktur organisasi BPR Arthayasa Ageng ...................................... 42 4. Tugas Dan Wewenang ..................................................................... 43 5. Sejarah BPRS Artha Amanah Ummat ............................................. 53 6. Tujuan BPRS Artha Amanah Ummat .............................................. 53 7. Visi dan Misi BPRS Artha Amanah Ummat.................................... 53
8. Struktur organisasi ........................................................................... 54 9. Tugas Dan Wewenang ..................................................................... 54 B. Data-data Deskriptif .............................................................................. 60 1. Data Deskriptif BPR Arthayasa Ageng ........................................... 60 2. Data Deskriptif BPRS Artha Amanah Ummat................................. 64 BAB IV
ANALISIS A. Sistem Pemberian Kredit Konsumtif BPR Arthayasa Ageng ................ 68 B. Sistem Pembiayaan Murabahah BPRS Artha Amanah Ummat............. 73 C. Perbedaan Sistem kredit konsumtif dengan pembiayaan murabahah .... 79
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 83 B. Saran ...................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional......
39
Tabel 2.2 Perbandingan Sistem Bunga Dengan Bagi Hasil................................
40
Tabel 3.1 Pencapaian dana produk tabungan tiga tahun terakhir........................
61
Tabel 3.2 Pencapaian dana produk deposito tiga tahun terakhir.........................
62
Tabel 3.3 Pencapaian dana produk kredit tiga tahun terakhir.............................
63
Tabel 3.4 Pencapaian dana produk murabahah tiga tahun terakhir....................
66
Tabel 4.1 Pencapaian dana dan target produk kredit tiga tahun terakhir............
68
Tabel 4.2 Pencapaian dana dan target produk murabahah tiga tahun terakhir.....
74
Tabel 4.3 Persamaan Kredit BPR dengan Pembiayaan Murabahah BPRS.........
80
Tabel 4.4 Perbedaan Kredit BPR dengan Pembiayaan Murabahah BPRS ........
80
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPR Arthayasa Ageng.....................................
43
Gambar 3.2 Struktur Organisasi BPRS Artha Amanah Ummat.........................
54
Gambar 4.1 Proses Kredit.............................................................................
69
Gambar 4.2 Kerangka Pikir Evaluasi Kelayakan Pemberian Kredit...................
72
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan semua pihak bahwa kredit perbankan merupakan solusi untuk mengatasi berbagai masalah. Hampir tidak ada perusahaan yang tidak menikmati kredit. Inti dari kegiatan bank adalah memberikan kredit atau bantuan permodalan agar usaha berjalan lancar dan meraih kemajuan. Setiap usaha baik di sektor industri, perdagangan, pertanian atau perhubungan, besar atau kecil, memerlukan kredit yang berfungsi sebagai faktor produksi sehingga melalui bantuan kredit bank, usaha akan semakin besar dan berkembang. Dalam kehidupan masyarakat, kredit bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bukan hanya di kota-kota besar saja istilah ini dikenal masyarakat, akan tetapi sampai di pelosok-pelosok desa, kata-kata kredit telah demikian populer. Pemberian fasilitas kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan bila memperhatikan neraca bank, maka terlihat bahwa sisi aktiva bank akan didominasi oleh besarnya jumlah kredit. Demikian juga bila mengamati sisi pendapatan bank, maka akan bisa ditemui bahwa pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga/bagi hasil dari kredit. Pada BPR konvensional pembiayaan dikenal dengan istilah kredit. Menurut Kohler (1964:151), kredit yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian
1
atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari berbagai jenis tergantung dari kemampuan bank yang menyalurkannya. Demikian juga dengan jumlah serta tingkat suku bunga yang ditawarkan. Jenis kredit pada BPR terdiri dari: Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, dan Kredit Konsumtif. Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Mudahnya proses realisasi produk konsumtif di BPR Arthayasa Ageng, merupakan kelebihan dari BPR ini. Kredit konsumtif merupakan produk unggulan BPR Arthayasa Ageng, terutama kepada masyarakat berpenghasilan tetap. Alasan mereka sangat sederhana yakni takut nasabah gagal bayar, melalui program kredit konsumtif kepada pegawai berpenghasilan tetap, cukup dengan daftar gaji dan pembayaran melalui pemotongan gaji secara langsung, maka amanlah bisnis keuangan mereka. Kredit konsumtif yang diberikan oleh PT. BPR Arthayasa Ageng adalah kredit pegawai dan kredit pensiun. Kredit konsumtif ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan atau kelangsungan hidup mereka karena apabila hanya mengandalkan gaji tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di masa perekonomian sekarang ini.
Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and loss sharing), sebagai metode pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing), dan akad-akad jual-beli (al-bai’) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan. BPR syariah tidak menggunakan metode pinjammeminjam uang dalam rangka kegiatan komersil, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba. BPRS Artha Amanah Ummat adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Salah satu bentuk kegiatan BPRS Artha Amanah Ummat adalah memberikan fasilitas pembiayaan, seperti pembiayaan dalam sistem murabahah. Murabahah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat amanah. Dalam pelaksanaan pemberian fasilitas pembiayaan kepada nasabahnya, BPRS Artha Amanah Ummat dihadapkan pada suatu masalah yang cukup kompleks yaitu: kepada siapa kredit itu harus diberikan, untuk (obyek) apa kredit itu harus diberikan, apakah calon nasabah debitur yang akan menerima kredit kiranya akan mampu memberikan pokoknya ditambah dengan bunga serta kewajiban lainnya, berapa jumlah (plafond, maksimum kredit) yang layak untuk diberikan dan apakah kredit yang diberikan tersebut cukup aman atau resikonya kecil. Selain masalahmasalah umum yang harus dipecahkan oleh perbankan dalam pemberian kredit, juga dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang sifatnya sangat khusus yang menyangkut kegiatan usaha dari calon debitur secara spesifik.
Walaupun dalam proses realisasi cukup rumit, akan tetapi hampir 50% dari produk pembiayaan di BPRS Artha Amanah Ummat memakai produk murabahah. Alasan BPRS Artha Amanah Ummat lebih mengutamakan produk murabahah karena resiko yang akan ditanggung lebih sedikit daripada produk mudharabah/musyarakah. Satu hal yang membedakan antara manajemen bank pembiayaan syariah dengan bank perkreditan konvensional adalah terletak pada pembiayaan dan pemberian pada balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun investor. Jika dilihat pada bank perkreditan konvensional, pembiayaan disebut loan, sementara di bank pembiayaan syariah disebut financing. Sedangkan balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank perkreditan konvensional berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam prosentase pasti. Sementara pada bank pembiayaan syariah hanya memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil dan margin keuntungan adalah murabahah. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul: “Analisis Sistem Pemberian Kredit Konsumtif Dengan Pembiayaan Murabahah (Studi Komparasi BPR Arthayasa Ageng Dengan BPRS Artha Amanah Ummat)”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang akan penulis ungkapkan adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana sistem pemberian kredit konsumtif pada BPR Arthayasa Ageng?
2.
Bagaimana sistem pemberian pembiayaan murabahah pada BPRS Artha Amanah Ummat?
3.
Bagaimana sistem komparasi pemberian kredit konsumtif BPR Arthayasa Ageng dengan pembiayaan murabahah pada BPRS Artha Amanah Ummat?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN Pada dasarnya segala aktivitas yang termasuk dalam penelitian ini tidak terlepas dari tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti atau penulis rumuskan. Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah: D. Untuk mengetahui sistem pemberian kredit konsumtif pada BPR Arthayasa Ageng. E. Untuk mengetahui sistem pemberian pembiayaan murabahah pada BPRS Artha Amanah Ummat. F. Untuk mengetahui sistem komparasi pemberian kredit konsumtif pada BPR Arthayasa Ageng dengan pembiayaan murabahah pada BPRS Artha Amanah Ummat. Adapun kegunaannya adalah: 1.
Bagi penulis a. Untuk bahan perbandingan antara teori yang telah didapat selama didalam perkuliahaan dengan praktik yang ada dilapangan. b. Untuk mengetahui perbandingan sistem pemberian kredit konsumtif pada BPR Arthayasa Ageng dengan pembiayaan murabahah pada BPRS Artha Amanah Ummat. c. Untuk menambah wawasan dan pengalaman selain sebagai syarat kelulusan dari DIII Perbankan Syariah.
2.
Bagi Praktisi Sebagai bahan masukan atau perbandingan dan analisis dalam pemilihan mekanisme pemberian kredit, sehingga dapat mengambil langkah yang bersifat kolektif dalam menempuh kebijakan selanjutnya.
3.
Bagi STAIN Sebagai dasar mengukur kualitas kegiatan belajar mengajar dengan menilai isi dari Tugas Akhir.
4.
Bagi pembaca Sebagai tambahan informasi, pengetahuan dan referensi untuk dapat diambil manfaatnya oleh para pembaca.
D. METODE PENELITIAN Suatu penelitian ilmiah dapat dipercaya kebenarannya apabila di susun dengan menggunakan suatu metode penelitian yang tepat, metode penelitian merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari pada ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode penelitian adalah suatu cara ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan yang di hadapi, suatu metode penelitian yang mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang di gunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian yang akan dilakukan penulis akan menggunakan metodemetode sebagai berikut:
1. Jenis data yang digunakan a. Data primer Merupakan data/keterangan yang di peroleh secara langsung dari sumber dimana penulis akan meneliti, yaitu di BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga dan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang di peroleh melalui studi kepustakaan dan perundang-undangan yang ada hubungannya dengan masalah yang di teliti. 2.
Tipe penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian Library research yaitu analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan melalui penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan pustaka yang relevan. Data atau informasi diperoleh dari berbagai sumber pustaka kemudian disajikan dalam perspektif baru. Kedudukan bahan pustaka sebagai sumber ide . Cara pandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif
yaitu menggunakan alur induktif. Mengungkapkan gejala secara
holistik-kontekstual. Data diperoleh dari latar alami (naturalistik). Peneliti sebagai instrumen kunci. Laporan dalam bentuk deskriptif-naratif bersifat kreatif dan mendalam. Sumber data yang diperoleh dari wawancara secara langsung disebut informan. 3.
Teknik pengumpulan data a. Observasi langsung
Data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung di BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga dan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. b. Metode interview Penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode Tanya jawab dengan manajer dan beberapa karyawan di BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga dan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. c. Metode dokumentasi Penulis akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan melihat atau melengkapi data yang telah ada dengan menggunakan catatan data arsip BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga dan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang mengacu pada judul tugas akhir. B. Rumusan Masalah Menguraikan tentang permasalah yang akan diangkat atau dianalisa.
C. Tujuan dan kegunaan Menguraikan tentang tujuan dan kegunaan tugas akhir ini dibuat. D. Metode Penelitian
Menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian atau analisa. E. Sistematika Penulisan Rancangan atau kerangka penulisan tugas akhir. BAB II
LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Membandingkan pemikiran tokoh atau hasil penelitian yang berhubungan dengan judul tugas akhir. B. Kerangka Teoritik Teori-teori yang mendukung terhadap analisa penulis.
BAB III
LAPORAN OBJEK A. Gambaran Umum Bab ini menerangkan tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, produk, struktur organisasi dan manajemen BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga dan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. B. Data Deskriptif Data-data
yang
mendukung
perbandingan
pemberian
konsumtif BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga
kredit dengan
pembiayaan murabahah BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. BAB IV
ANALISIS Bab ini menguraikan analisa yang akan penulis bahas yaitu mengenai perbandingan pemberian kredit konsumtif BPR Arthayasa Ageng
Cabang Salatiga dengan pembiayaan murabahah BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran. BAB V
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil analisa dan saran bagi BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga dan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka Tika Kardina (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional (PT. Bank Cimb Niaga) Dan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah (PT. Bank Cimb Niaga Syariah) Di Medan”, hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan sistem yang digunakan oleh kedua perbankan (bank konvensional dan bank syariah), perbedaan yang paling mendasar adalah sistem bunga yang dipakai oleh bank konvensional di dalam pengalokasian dananya. Pemakaian sistem suku bunga yang ditetapkan oleh Bank CIMB Niaga adalah flat untuk 1 (satu) tahun, setelah itu diberlakukan bunga pasar yang berlaku (floating). Dalam hal ini nasabah mau tidak mau harus mengikuti peraturan bank tersebut. Tidak adanya tawar-menawar dalam penentuan bunga KPR. Sistem bunga yang dipakai oleh bank konvensional mengharuskan debitur untuk membayar tepat waktu, jika tidak maka nasabah itu dikenakan
sanksi
dalam
proses
kredit/pembiayaannya.
Misalnya
adanya
denda/penalty jika nasabah telat membayar hutangnya ke bank. Sedangkan pada bank syariah khususnya Bank CIMB Niaga Syariah sistem yang digunakan adalah Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PKR) adalah bank dan nasabah berkongsi atas sebuah rumah. Nasabah membayar uang angsuran kepada bank yang secara langsung kepemilikan rumah akan beralih kepada nasabah jika nasabah telah melunasi semua cicilan atau uang sewanya, untuk besar kecilnya
11
uang cicilan yang harus dibayarkan oleh nasabah dapat dilakukan tawar-menawar, hal ini sesuai dengan prinsip syariah, artinya hal ini boleh terjadi sebelum adanya kesepakatan. Jika telah ada kesepakatan maka diantara keduanya harus memenuhi kesepakatan (rukun) yang telah dibuat. Istilah yang dipakai dalam sistem PKR ini adalah Murabahah. Abdul Wahab (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisa Perbandingan Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank BNI Dan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank BNI Syari’ah”, menyimpulkan bahwa kredit konvensional dan pembiayaan murabahah bank syariah tidak jauh berbeda, hanya paling dominan pada aspek akad, jaminan dan karakter. Perhitungan margin keuntungan dari pembiayaan murabahah ditetapkan diawal akad. Sedangkan kredit konvensional terjadi ketidakpastian dari tingkat suku bunga. Umar
Hamdan
(2005) melakukan
penelitian
dengan
judul
“ Perbandingan tingkat resiko keuangan/bisnis BPR Konvensional dan BPR Syariah”, masalah penelitian ini adalah: bagaimana tingkat resiko bisnis BPR Konvensional dan BPR Syariah. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum
rasio-rasio
likuiditas
BPR
Syariah relatif
lebih
baik
dibanding
BPR Konvensional. Rahmawati (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mega”, masalah penelitian ini adalah: bagaimana perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mega selama periode 2003-2006. Metode penelitiannya dengan wawancara dan studi dokumentasi. Analisis yang digunakan
analisis data deskriptif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa rasio likuiditas PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik daripada PT. Bank Mega, rasio solvabilitas kedua bank menunjukkan kondisi sehat dan rasio rentabilitas PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik daripada PT. Bank Mega. Penelitian Astuti tahun 2004, menyimpulkan bahwa masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam merasa lebih tenang jika mengajukan pembiayaan
murabahah
pada
lembaga
keuangan
syariah,
karena
dapat
menghindarkan diri akan keraguan hukum bunga bank. Sistem mark up yang ditetapkan oleh lembaga keuangan syariah dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, yaitu pihak bank dengan nasabah, karena mark up telah ditetapkan dalam rasio yang telah disepakati bersama melalui suatu akad perjanjian sebelum pelaksanaan realisasi pembiayaan. Berdasarkan penelitian yang sudah ada sebelumnya, maka penulis mengambil judul: “Analisis Sistem Pemberian Kredit Konsumtif Dengan Pembiayaan Murabahah (Studi Komparasi BPR Arthayasa Ageng Dengan BPRS Artha Amanah Ummat)”, dengan berbagai pertimbangan bahwa pada dasarnya operasional BPR dengan BPRS sama yaitu melayani produk pembiayaan dan pendanaan yang membedakan hanya pada akad dan konsekwensi di akhirat nanti, sedangkan yang membedakan antara penelitian yang saya ambil dengan penelitian terdahulu yaitu pada produk yang saya ambil lebih fokus pada satu produk yaitu kredit konsumtif dengan pembiayaan murabahah yang saat ini banyak digunakan oleh lembaga keuangan terutama BPR dan BPRS dengan alasan untuk meminimalkan resiko yang akan terjadi.
B. Kerangka Teoritik 1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Menurut Suhardjono (2003:3), berdasarkan jenisnya bank terdiri dari 2 jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum bank umum dan BPR dapat berupa Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, dan Koperasi. a. Kegiatan Usaha Yang Dapat Dilakukan BPR: 1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu 2) Memberikan kredit 3) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia 4) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia, deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau 5) tabungan pada bank lain.
b. Kegiatan Usaha Yang Dilarang Dilakukan BPR: 1) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran 2) Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing 3) Melakukan penyertaan modal 4) Melakukan usaha perasuransian 5) Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR. c. Pemberian Kredit Dalam BPR 1) Pengertian Kredit Menurut Kohler (1964:151), kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 2) Tujuan Dan Fungsi Kredit a) Tujuan Kredit Tujuan kredit mencakup scope yang luas. Dua tujuan pokok yang saling berkaitan dari kredit adalah: (1) Profitabilitas yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa yang diteguk dari pemungutan bunga. (2) Safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti.
b) Fungsi Kredit Menurut Muchdarsyah Sinungan (1991:6), fungsi kredit di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut: (1) Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang. Masyarakat
dapat
menikmati
kredit
dari
bank
untuk
memperluas/memperbesar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha baru. Pada asasnya melalui kredit terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpangan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan
bagi
pengusaha
maupun
kemanfaatan
bagi
masyarakat. (2) Kredit meningkatkan utility (daya guna) sesuatu barang. Produsen dengan bantuan kredit bank dapat memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan
selanjutnya
menjadi
minyak
kelapa/minyak
goreng,
peningkatan utility padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya. Produsen dengan bantuan kredit dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang menjadi lebih bermanfaat.
(3) Kredit meningkatkan peredaran dan lalulintas uang. Kredit yang disalurkan via rekening-rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti giro bilyet, wesel dan sebagainya, melalui kredit, peredaran uang chartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif apalagi secara kuantitatif. (4) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat. Bantuan kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya. Secara otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa setiap usaha untuk peningkatan produktivitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan modal oleh karena masalahnya dapat diatasi oleh bank dengan kreditnya. (5) Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi. Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain: (a) Pengendalian inflasi (b) Peningkatan ekspor (c) Rehabilitasi prasarana (d) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok.
3) Jenis-Jenis Kredit Menurut Kasmir (2004:76) menyatakan bahwa, secara umum jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat dari berbagai segi adalah: a) Dilihat dari segi kegunaan Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis yaitu : (1) Kredit Investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan . (2) Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. b) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit Jenis kredit dilihat dari segi tujuannya adalah: (1) Kredit Produktif yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasilkan barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa.
(2) Kredit Konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. (3) Kredit Perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. c) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu Jenis kredit ini adalah: (1) Kredit Jangka Pendek, kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. (2) Kredit Jangka Menengah, jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. (3)
Kredit
Jangka
Panjang,
merupakan
kredit
yang
masa
pengembaliannya paling panjang yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun. d) Dilihat Dari Segi Jaminan
Setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah: (1) Kredit Dengan Jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. (2) Kredit Tanpa Jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. e) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha Setiap sektor usaha memiliki karateristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut: (1) Kredit Pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. (2) Kredit Peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek. (3) Kredit Industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik untuk industri kecil, menengah atau besar. (4) Kredit Pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.
(5) Kredit Pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa yang sedang belajar. (6) Kredit Profesi, diberikan kepada kalangan para professional seperti, dosen, dokter atau pengacara. (7) Kredit Perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 4) Unsur-Unsur Kredit Unsur-unsur dalam suatu kredit adalah: a)
Kepercayaan, yang berarti bahwa pemberi kredit yakin bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
b) Kesepakatan, di mana dituangkan dalam suatu perjanjian dan masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah. c)
Jangka waktu, di mana mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
d) Resiko, faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana
alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja. e)
Balas Jasa, dimana dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
5) Manfaat Perkreditan a) Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan perbankan Salah
satu
kegiatan
pokok
dari
perbankan
yaitu
menerima/mengumpulkan dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk, kemudian disalurkan kembali ke masyarakat dalam berbagai bentuk perkreditan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai perantara keuangan ini (Financial Intermediary) bank akan memperoleh manfaat antara lain: (1) Memperoleh pendapatan bunga kredit yaitu selisih antara bunga kredit yang diterimanya dari para debitur, dikurangi dengan biayabiaya overhead dalam mengelola kredit tersebut. (2) Untuk menjaga solvabilitas usahanya (3) Dengan memberikan kredit akan membantu memasarkan jasa-jasa perbankan yang lain
(4) Pemberian kredit untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya (5) Pemberian kredit untuk merebut pasar (market share) dalam industri perbankan (6) Dengan pemberian kredit akan memungkinkan perbankan untuk mendidik para staf untuk mengenal kegiatan-kegiatan industri yang lain secara mendetail. b) Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan pemerintah Kepentingan pemerintah secara spesifik lagi terhadap kegiatan perkreditan dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Perkreditan dapat digunakan sebagi alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun untuk pertumbuhan sektorsektor ekonomi tertentu (2) Sebagai alat untuk mengendalikan kegiatan moneter (3) Perkreditan sebagai alat untuk menciptakan lapangan usaha/kegiatan (4) Pemberian kredit sebagai alat peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat (5) Perkreditan sebagai sumber pendapatan negara (6) Penciptaan pasar dan lain-lain. c) Manfaat perkreditan ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat Masyarakat luas sebetulnya tidak mempunyai kepentingan langsung atas kegiatan perkreditan yang diberikan oleh perbankan. Namun ada kepentingan tidak langsung yang diharapkan dapat ikut
dinikmatinya dari perkreditan yang disalurkan oleh perbankan antara lain: (1) Dengan adanya kelancaran dari proses perkreditan diharapkan akan diperoleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan membuka lapangan usaha, lapangan kerja baru seakan menimbulkan kenaikan tingkat dan pendapatan dan pemerataan pendapatan di masyarakat. (2) Untuk beberapa golongan profesional seperti konsultan, akuntan publik, notaris, assets appraisal dan lain-lain akan banyak menikmati manfaat dalam proses pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya, karena mereka ikut pula terlibat didalamnya. 6) Analisa Pemberian Kredit. Menurut Rahmat Firdaus (2001:39), prinsip-prinsip pemberian kredit adalah sebagai berikut: a)
Character (watak/kepribadian) Character (watak/kepribadian) yaitu bank harus yakin bahwa calon peminjam termasuk orang yang berwatak baik dan dibuktikan dengan tingkah laku yang baik, selalu memegang teguh dan sebagainya.
b) Capacity (kemampuan) Capacity (kemampuan) yaitu bank harus yakin bahwa calon peminjam mampu menjalankan usahanya dengan baik atau mampu mendapatkan uang untuk sumber pelunasan utangnya.
c)
Capital (modal) Capital (modal) yaitu bank harus mengetahui beberapa banyak modal yang telah dimiliki oleh calon peminjam, sehingga tidak seluruhnya mengandalkan pinjaman dari bank.
d) Condition of Economy (kondisi ekonomi) Condition of Economy (kondisi ekonomi) yaitu bank harus yakin bahwa kondisi
ekonomi
akan
menunjang
sekurang-kurangnya
tidak
menghambat kelancaran usaha yang akan dijalankan oleh calon peminjam. e)
Collateral (jaminan atau agunan). Collateral (jaminan/agunan) yaitu jaminan atau agunan apa yang dapat diberikan calon peminjam untuk tambahan pengamanan bagi bank atau kredit yang akan dilepas.
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Menurut Undang–Undang Perbankan No.7 tahun 1992, BPR syari’ah adalah bank pembiayaan rakyat yang operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah islam, BPR syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan dalam kebijaksanaan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest), yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam, dalam skala/outlet retail banking.
a. Pelayanan BPR Syariah BPR syariah terfokus untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPR syariah memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak biasa meninggalkan usaha kesehariannya di pasar/toko/rumah. b. Usaha BPR Syariah 1) Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk: a) Tabungan berdasarkan prinsip Wadi’ah atau Mudharabah b) Deposito berjangka berdasarkan prinsip Mudharabah c) Prinsip jual beli (Murabahah, Istishna’, Salam) d) Prinsip sewa menyewa (Ijarah) e) Prinsip bagi hasil (Mudharabah, Musyarakah) f) Prinsip kebajikan (Qardh) 2) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan: a) Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank syariah lain. b) Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU Perbankan dan prinsip syariah.
c. Pembiayaan Murabahah Dalam BPR Syariah 1) Pengertian Murabahah Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan
yang disepakati.
Murabahah dilaksanakan atas dasar saling rela atau suka sama suka dengan tidak keluar dari aturan agama Islam. Didalamnya tidak terdapat penipuan dan ketidak jujuran, dan yang pasti saling terbuka adalah salah satunya syarat dalam pelaksanaan sistem murabahah. Menurut Abdul Mannan
(1997:164), bahwa murabahah
adalah kontrak yang berdasarkan perhitungan biaya ditambah sesuatu atau cost plus. Dalam hal ini berarti ada tambahan di luar dari harga pokok. Jadi singkatnya murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contract, karena dalam murabahah ditentukan beberapa required of profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh). Dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah penjual harus memberi tahu tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Selama akad belum berakhir maka harga jual beli tidak boleh berubah. Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut akan menjadi
batal. Cara pembayaran jangka waktunya disepakati angsuran ini disebut bai’bi tsaman ajil. Menurut Drs. Zainul Arifin (2006:23), melalui akad murabahah nasabah atau konsumen dapat memenuhi kebutuhan untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan kata lain nasabah atau konsumen telah memperoleh pembayaran dari bank atau lembaga non bank. 2) Dasar Hukum Yang dijadikan hukum tentang murabahah adalah Q.S AlBaqarah ayat 275, yaitu:
“…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”. Dari ayat di atas telah jelas bahwa jual beli itu dihalalkan dan riba itu diharamkan. Dari Su’aib ar-Rumi’ r.a, bahwa Rasulullah bersabda: “Tiga hal yang di dalamya terdapat keberkahan: jual-beli secara tangguh, mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bahkan untuk dijual” (Subulussalam, HR. Ibnu Majah: 147). Dalam hadis tersebut dikemukakan bahwa dasar menjadikan hal perniagaan adalah saling ridho antara kedua belah pihak walau terdapat keuntungan yang banyak.
Jual beli hanya dengan saling ridho atau dengan kata lain suka sama suka. Oleh karena suka sama suka (kerelaan) itu adalah termasuk jual beli secara al murabahah diatas, hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. 3) Jenis-jenis Murabahah Menurut Wiroso, SE, MBA (2005:32), menyatakan bahwa murabahah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terikat langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli. b)
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Tahapan murabahah berdasarkan pesanan dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Nasabah melakukan pesanan barang yang akan dibeli oleh bank dan dilakukan negosiasi terhadap harga barang dan keuntungan, syarat penyerahan barang dan syarat pembayaran barang. Dalam
proses ini ada yang bersifat mengikat dan yang bersifat tidak mengikat. (2) Setelah diperoleh kesepakatan dengan nasabah, bank mencari barang yang dipesan (melakukan pengadaan barang kepada pemasok). Bank juga melakukan negosiasi terhadap harga barang, syarat penyerahan, dan syarat pembayaran. Pengadaan barang yang dipesan nasabah merupakan tanggungjawab bank sebagai penjual (3) Setelah diperoleh kesepakatan antara bank dan pemasok, dilakukan proses jual barang dan penyerahan barang dari pemasok ke bank (4) Setelah barang menjadi milik bank, dilakukan proses akad jual beli murabahah (5) Penyerahan barang dari penjual yaitu bank kepada pembeli yaitu nasabah, dengan memperhatikan syarat penyerahan barangnya. (6) Tahap akhir adalah dilakukan pembayaran yang dapat dilakukan dengan tunai atau tangguh sesuai kesepakatan antara bank dengan nasabah. 4) Karakteristik Produk Murabahah a) Terhindar dari unsur riba Karakteristik produk yang ada di bank syariah dipastikan untuk menghindari adanya hal-hal yang berbau riba (haram), karena didalam melakukan pembiayaan, khususnya pembiayaan murabahah,
tidak adanya tambahan atas pokok dari harga yang telah disepakati karena selain diharamkan itu bisa menghambat produksi. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawarmenawar dalam batasan wajar. Dasar hukum yang diambil dari AlQur’an surat AL-Baqarah ayat 275 yang berkaitan dengan riba. b)Terhindar dari unsur Gharar dan Maisyir Seperti halnya riba, para ulama fiqih sepakat bahwa transaksi yang mengandung unsur gharar dan maisyir dilarang. Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk merugikan pihak orang lain. Maisyir adalah judi, suatu akad mengandung unsur penipuan, karena tidak ada kepastian, baik mengenai ada atau tidak ada objek akad, besar kecil jumlah maupun penyerahan objek akad tersebut. Gharar sangat terkait erat dengan adanya unsur judi. Dasar hukum yang diambil dari Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3 yang berkaitan dengan Gharar dan Maisyir. Maka dengan merujuk kesana pihak perbankan syariah dalam menjual produknya selalu berusaha untuk menghindari unsur gharar dan maisyir begitu pula dengan riba. 5) Rukun Murabahah (jual-beli) a) Penjual (Ba’i) (1)Bank berhak menentukan supplier dalam pembelian barang
(2)Apabila nasabah menunjukan supplier lain, maka bank berhak melakukan penilaian terhadap supplier tersebut untuk menentukan apakah supplier layak atau tidak (sesuai kriteria yang ditetapkan oleh bank) (3)Bank memberikan Purchase Order (PO) sesuai kesepakatan dengan nasabah kepada supplier agar barang tersebut dikirim ke nasabah (4)Bank akan langsung mentransfer uang pembelian barang kepada penjual/supplier,
bukan
diberikan/ditransfer
langsung
kepada
nasabah. b) Pembeli (1) Nasabah harus cakap hukum (2) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk membayar. c) Objek jual beli (1) Pembelian rumah/gedung atau sejenisnya (2) Pembelian kendaraan/alat transfortasi (3) Pembelian alat-alat industri (4) Pembelian asset lain yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam d) Harga (1) Ketentuan harga jual (pricing) ditetapkan diawal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian (2) Apabila nasabah memberikan uang maka (down payment) pada saat yang sama, maka uang muka nasabah tersebut sudah dianggap
sebagai angsuran pertamanya. Secara otomatis pula merugikan jumlah total angsuran/kewajiban yang harus dibayar. Akad jual beli yang dibuat antara bank dan nasabah tetap berpedoman kepada harga jual beli awal yang telah disepakati bersama dan tergantung dalam perjanjian pembiayan. e) Ijab Qobul 6) Syarat Murabahah (jual beli) (a) Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah (b)Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan (c) Kontrak harus bebas dari riba (d)Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian (e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip jika syarat dalam (a), (d), atau (e) tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan: (1)Melanjutkan pembelian seperti apa adanya (2)Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual (3)Membatalkan kontrak. 3. Perbedaan BPR Dengan BPRS Menurut penelitian Tika Kardina (2011), dengan judul “Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional (PT. Bank
Cimb Niaga) Dan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah (PT. Bank Cimb Niaga Syariah) Medan”, menunjukkan bahwa dalam beberapa hal, lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan dan sebagainya. Namun, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya diantaranya yaitu: a.
Akad dan Aspek Legalitas Menurut
Muhammad
Syafi’i
Antonio
(2000:193),
dalam
perbankan syariah akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif berkala, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumul qiamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti: rukun dan syarat pembiayaan murabahah. b.
Perbedaan Falsafah Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantosa (2006:156), perbedaan pokok antara BPR konvensional dengan BPR syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. BPR syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan BPR konvensional
justru kebalikannya, hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh BPR syariah, di mana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Pada dasarnya, semua jenis transaksi perniagaan melalui BPR syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga atau compoung interest yang dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak. c.
Konsep Pengelolaan Dana Nasabah Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantosa (2006:156), dalam sistem BPR syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada BPR konvensional di mana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, BPR syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana. Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan penyaluran dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi kemudian dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam transaksi perniagaan yang diperbolehkan ke dalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabahnya. Namun jika
keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. d.
Kewajiban Mengelola Zakat Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantosa (2006:156), bahwa BPR syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada BPR syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infak, sedekah), oleh karena itu BPR syariah bekerjasama dengan Lembaga Amil Zakat untuk mengelola dana-dana sosial tersebut. Sedangkan pada BPR konvensional tidak ada kerjasama dengan lembaga-lembaga sosial.
e.
Struktur Organisasi Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2000:193), bahwa BPR syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan BPR konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi. Tapi unsur yang amat membedakan BPR syariah dengan BPR konvensional adalah pada BPR syariah harus ada Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat
Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. f.
Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Dalam BPR syariah bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan syariah. Karena itu BPR syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam BPR syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok diantaranya: 1) Apakah objek pembiayaan halal atau haram? 2) Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat? 3) Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila? 4) Apakah proyek berkaitan dengan perjudian? 5) Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang ilegal atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal? 6) Apakah proyek dapat mengurangi syiar Islam, baik secara langsung atau tidak langsung?
g.
Penentuan Margin Keuntungan Fasilitas kredit BPR Arthayasa Ageng memakai tingkat bunga yang tergantung situasi pasar jadi disini keuntungan bank tergantung dari tingkat suku bunga pada saat itu, sedangkan margin/tingkat keuntungan murabahah ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian
h.
Lingkungan Kerja dan Corporate Culture Sebuah BPR syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq harus melandasi setiap karyawann sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Di samping itu karyawan bank syariah harus skillful dan professional (Fathanah). Dan mampu melakukan tugas secara team work di mana informasi merata di seluruh fungsional (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah. Selain itu cara berfikir dan tingkah laku dari para karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapi nasabah, akhlaq harus senantiasa terjaga. Nabi mengatakan bahwa senyum adalah shadaqah. Perlu diketahui bahwa pada dasarnya bank umum dengan BPR, sistem operasionalnya sama yaitu melayani produk pendanaan dan pembiayaan. Perbedaannya hanya terletak pada kegiatan pemberian jasa dalam lalulintas pembayaran. Bank umum memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran, sedangkan BPR tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2000:193), perbedaan antara BPR syariah dengan BPR konvensional dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional No Perbankan Syariah Perbankan Konvensional 1 Melakukan investasi-investasi Investasi yang halal dan haram 2 Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli Memakai perangkat bunga atau sewa 3 Profit dan falah Profit 4 Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan bentuk kreditur-debitur 5 Penghimpunan dan penyaluran dana Tidak terdapat dewan sejedis. harus sesuai dengan Fatwa Dewan Pengawas Syariah 6 Besaran bagi hasil berubah-ubah Besarnya tetap tergantung kinerja usaha
Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah sering menjadi bahan pertanyaan dan selalu dibandingkan dengan sistem bunga dalam perbankan konvensional. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:157) perbandingan antara sistem bagi hasil dengan bunga bisa dilihat dari table 2.2 berikut: Tabel 2.2 Perbandingan Sistem Bunga Dengan Bagi Hasil NO Sistem Bunga 1 Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank 2
3
4
Sistem Bagi Hasil Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi Besarnya persentase berdasarkan pada Besarnya rasio (nisbah) bagi hasil jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah dipinjamkan keuntungan yang diperoleh Tidak tergatung kepada kinerja usaha Tergantung kepada kinerja usaha. jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian bagi hasil mengikat meskipun jumlah meningkat sesuai dengan keuntungan berlipat ganda saat peningkatan jumlah pendapatan keadaan ekonomi sedang baik Eksistensi bunga diragukan Tidak ada agama yang meragukan kehalalannya oleh semua agama keabsahan bagi hasil
5
termasuk Agama Islam Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Sumber: Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:157)
BAB III LAPORAN OBJEK
A. Gambaran Umum 1. PT. BPR ARTHAYASA AGENG a.
Sejarah Singkat Bank Perkreditan Rakyat Arthayasa Ageng didirikan pada tanggal 20 Oktober 1992 dan berdomisili di Jl. Prawiridigdoyo No. 16 Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali. Operasional sebagai lembaga keuangan bank yang dilaksanakan sejak tanggal 22 Februari 1993 dan telah membuka Kantor Cabang di Salatiga tepatnya di Jl. Hasanudin No. 73 sejak bulan juni 2010. Bank Perkreditan Rakyat Arthayasa Ageng berbadan hukum Perseroan Terbatas. Para pendiri PT. BPR Arthayasa Ageng antara lain: 1) RPH. Mohammad Noer 2) Hari Santoso, SE 3) Drs. Ec. Djoko Soerdhijantono 4) Muhammad Taufiq Adapun pemegang saham PT. BPR Arthayasa Ageng sekarang antara lain: 1) Drs. Ec. Djoko Soerdhijantono 2) Muhammad Taufiq 3) RA. Winah 41
b.
Visi Dan Misi BPR Arthayasa Ageng Dalam pendiriannya PT. BPR Arthayasa Ageng mempunyai tujuan umum dan sosial sebagai berikut: 1) Membantu pemerintah ekonomi nasional, dimana kami bertujuan menampung dana pihak masyarakat yang berlebihan dengan memberikan
insentif
dan
kemudian
menyalurkannya
kepada
masyarakat yang membutuhkan modal dalam usahanya. 2) Mengurangi praktek rentenir dan ijon yang selama ini sangat merugikan masyarakat. 3) Membantu pemerintah dalam menangani kemiskinan secara lokal. 4) Membantu permodalan pengusaha mikro, kecil, dan menemngah. 5) Membuka lapangan pekerjaan. 6) Menciptakan hasil usaha yang maksimal guna kesejahteraan pemilik dan karyawan. c.
Struktur Organisasi Agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik dan maksimal, maka didalam suatu organisasi dibutuhkan kinerja yang struktur. Demikian juga tujuan dari struktur yang dibuat agar supaya dalam pelaksanaan kegiatannya tidak terjadi penyimpangan kewenangan. Bagan struktur organisasi berikut:
PT. BPR Arthayasa Ageng dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BPR Arthayasa Ageng RUPS
DEWAN KOMISARIS (Drs. E. C. Djoko. S)
DEWAN DIREKSI (Muhammad Taufiq & Sahudi)
KABAG OPERASIONAL (Cristina Indriastuti)
KABAG DANA (Susmadyani)
MARKETING
SURVEYOR/MARKETING
KASIR/ TELLER
KABAG KREDIT (Mafalih)
KEPALA CABANG (Sulistyorini)
MARKETING
COLLECTOR
ADMINISTRASI
UMUM
d.
Tugas Dan Wewenang Dalam Struktur Organisasi BPR Arthayasa Ageng Tugas dan wewenang dari masing-masing bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Dewan Komisaris a) Menerjemahkan
dan
melaksanakan
ketentuan-ketentuan
dan
peraturan pemerintah dan bank Indonesia. b) Merahasiakan hal-hal yang sifatnya dan atau sesuai dengan peraturan atau instruksi komisaris wajib dirahasiakan, mentaati peraturanperaturan dan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh direksi. c) Memelihara hubungan baik dengan nasabah, pejabat-pejabat pemerintah dan atau daerah, instansi-instansi pemerintah. d) Menandatangani bukti-bukti pembukuan. e) Memimpin dan mengkoordinasi seluruh kegiatan bagian-bagian di kantor bank. f) Memimpin rapat dengan staf-staf. g) Memimpin laporan-laporan untuk bank Indonesia, direksi serta surat-surat untuk pihak ke tiga dengan ketentuan tanda tangan dilakukan bersama-sama dengan pejabat lain yang ditentukan oleh komisaris. 2) Dewan Direksi a) Membantu direktur utama dalam melaksanakan tugasnya memimpin kantor dan mewakilinya jika direktur utama berhalangan. b) Menyusun RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) serta berusaha mewujudkan target penerimaan dan pengendalian biaya. c) Mengatur tugas seluruh karyawan dan staf agar masing-masing bagian dapat melaksanakan tugasnya.
d) Mengawasi dan mengkoordinasi bagian operasional, akuntansi, umum dan personalia. e) Bertanggung jawab terhadap: (1)Pelayanan terhadap nasabah atau tamu dengan baik, cepat dan bila perlu ikut membantu mempercepat pelayanan pada masyarakat. (2)Pembukuan atau penutupan kas tepat pada waktunya. (3)Pemerikasaan saldo kas setiap hari. f) Menandatangani cek atau giro bilyet atas bank-bank lain, surat-surat resmi kepada nasabah dan pihak ke tiga, laporan-laporan kepada bank Indonesia bersama-sama dengan direktur utama dan pejabat lain yang ditentukan oleh direksi. g) Melakukan pengawasan intern dan berusaha mencegah kemungkinan terjadinya kekurangan-kekurangan di bank. h) Membina kerjasama yang baik antar bagian. 3) Kabag kredit a) Memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi petugas analisa kredit, administrasi kredit dan pelayanan nasabah dalam menjalankan tugas sehari-hari. b) Melaksanakan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik mengenai penempatan dana maupun pengumpulan dana.
c) Menyiapkan daftar seluruh permohonan yang terjadi sasaran dari rencana kerjanya, jika mungkin dengan seluruh data yang relefan. d) Melihat ulang terhadap pinjaman-pinjaman yang telah diberikan, mengawasi kelancaran terhadap pinjaman-pinjaman yang telah diberikan, termasuk pembayaran bunga dan penyelesaian pinjaman saat jatuh tempo. e) Mengadakan rapat diantara petugas-petugas pada bagian marketing. f) Memperhatikan dan mengawasi kelengkapan surat-surat pengikat pinjaman, pengikat jaminan akta nota riil dan meneliti surat-surat jaminan tentang keabsahan (keaslian). g) Merencanakan dengan jadwal yang telah ditentukan bersama analis kredit untuk mengunjungi calon nasabah. 4) Pemasaran a) Menyusun rencana kerja dan anggaran kegiatan pemasaran serta memantau realisasi program. b) Melakukan identifikasi kebutuhan nasabah atas produk atau jasa perbankan serta memasarkan produk dan jasa sesuai dengan kebutuhan nasabah. c) Mengelola,
menerima
permohonan
kredit
serta
melakukan
kunjungan kepada debitur atau calon debitur. d) Membuat laporan atas kunjungan, mengumpulkan dan melakukan verifikasi data.
e) Melakukan analisa kredit, membuat pengusulan kredit dan surat keputusan kredit. f) Memantau kegiatan usaha debitur, keberadaan barang jaminan, aktivitas rekening debitur dan prestasi pembayaran pokok atau bunga. g) Memantau,
menganalisa
perkembangan
realitas
kredit
dan
melakukan penagihan kredit bermasalah ke nasabah. 5) Administrasi kredit a) Menyelenggarakan berkas atau file dokumentasi kredit dan barang jaminan. b) Memantau dan memelihara file dokumentasi kredit barang jaminan. c) Memantau realisasi pembayaran hutang pokok dan bunga. d) Menginformasikan kondisi data kredit kepada nasabah analis kredit atau kepala bagian pemasaran atau direksi. e) Dengan
persetujuan
direksi
membuat
memo
pemberitahuan
kebagaimana pembukuan mengenai status rekening kredit untuk perubahan sandi kolektibilitas. f) Membuat laporan perkreditan yang diperlukan atau diharuskan perusahaan dan bank Indonesia g) Memberikan informasi mengenai produk atau jasa perbankan.
6) Administrasi dana a) Petugas tabungan (1)Memproses pengajuan aplikasi pembukuan tabungan dan meminta nasabah untuk menyetor uangnya ke kasir berdasarkan slip setoran tabungan yang telah dibuatkan. (2)Berdasarkan slip tabungan yang telah ada ditandatangani kasir, membuat buku tabungan dan kartu tabungan, memberi nomor rekening tabungan, mencatat jurnal setoran ke dalam kartu tabungan dan buku tabungan. (3)Menyerahkan buku tabungan kepada nasabah dan menerima paraf kartu tabungan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk. (4)Menghitung bunga tabungan dan memindah bukukan ke tiap-tiap rekening penabung. b) Petugas deposito (1) Memproses aplikasi pembukuan deposito berdasarkan aplikasi deposito yang dibuatnya. (2) Menerima formulir aplikasi pembukuan deposito dari kepala kasir dan membuat bilyet-bilyet deposito atas nama nasabah tersebut serta membuat bilyet deposito asli setelah ditanda tangani oleh direksi. (3) Mengatur kartu-kartu atau foto copy deposito, menghitung bunga deposito dan membuatkan nota-nota perhitungan bunga tiap-tiap bulannya.
(4) Menyiapkan nota-nota bunga deposito untuk diserahkan kepada deposan pada saat pembayaran bunga. (5) Membuat slip kas keluar untuk pembayaran bunga deposito secara tunai dan membuat slip jurnal pemindah bukuan terhadap bunga deposito yang dipindahkan ke rekening tabungannya. 7) Teller a) Melayani semua transaksi tunai dan pemindahan. b) Memasukkan data transaksi baik kas maupun non kas. c) Melakukan vertifikasi tanda tangan nasabah dan posisi saldo rekening nasabah. d) Membuat laporan mutasi kas harian. e) Menandatangani tanda terima setoran tunai/pemindahan. f) Meminta persetujuan pejabat yang berwenang atas pengambilan di atas jumlah batas kewenangannya. g) Mempersiapkan kebutuhan kas harian. h) Membuat laporan arus kas. 8) Pembukuan a) Menyiapkan data keuangan baik berupa saldo buku besar, neraca, laporan laba serta laporan lainnya. b) Mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi pembagian kerja dalam seksi pembukuan dan menjaga agar sistem pembukuan ditetapkan sebagaimana mestinya.
c) Menandatangani bukti-bukti pembukuan bersama direksi dan mencocokkan kartu-kartu nasabah dengan buku besar yang bersangkutan. d) Mengawasi, menyimpan bukti-bukti otentik yang diperlukan sebagai pendukung dalam pembukuan. e) Memerikasa kebenaran kode rekening, bukti-bukti pendukungnya, jumlah uang dan keabsahannya, kemudian membukukan ke dalam kartu buku besar/tambahan yang bersangkutan. f) Membuat rekonsiliasi rekening bank berdasarkan data keuangan berupa buku besar. g) Mengawasi, menyusun neraca harian dari buku besar, neraca bulanan untuk bank Indonesia, laporan likuiditas harian dan mingguan untuk keperluan intern atau bank Indonesia. h) Menangani dan melaporkan data informasi mengenai kondisi dan posisi keuangan maupun rekening nasabah. i) Menganalisa neraca, posisi laba rugi dan memantau realisasi kerja dan anggaran perusahaan. j) Menyiapkan data laporan finansial, neraca harian, bulanan dan posisi laba rugi. k) Membantu menyusun/membuat laporan bank, tingkat kesehatan bank menurut peraturan bank Indonesia. l) Mengurus dan mengelola kas kecil guna keperluan/penyediaan dana untuk keperluan kantor/pegawai.
9) Umum a) Mengurus
dan
menyediakan/membeli
barang-barang
untuk
keperluan kantor/pegawai dan membuat catatan tentang jumlah dan macam barang-barang inventaris kantor. b) Melaksanakan
peraturan
dan
tata
cara
perihal
pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran alat tulis menulis, barang-barang cetakan dan persediaan kantor lainnya. c) Mencatat semua penerimaan dan pengeluaran persediaan kantor ke dalam kartu persediaan serta membuat laporannya pada akhir bulan. d) Menghubungi dan mengawasi pelaksanaan peralatan. e) Mengurus dan mengatur pelaksanaan pembayaran pajak, jasa raharja dan perpanjangan STNK. f) Membuka, menutup dan mengadakan pengecekan ulang atas pintupintu kantor dan tempat-tempat lainnya. g) Membersihkan lantai dan peralatan kerja serta menjaga kebersihan ruangan. 2.
PT. BPRS ARTHA AMANAH UMMAT BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran adalah bank yaang sedang tumbuh dan berkembang, sehingga prospek untuk investasi atau bermitra dalam usaha. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ini terletak di Jl. HOS Cokroaminoto Komplek Ruko Terminal Sisemut Ungaran. Letaknya yang cukup strategis membuat lembaga perbankan ini mudah dijangkau oleh masyarakat.
Meskipun BPRS Artha Amanah Ummat belum lama beroperasi dan belum memiliki kantor cabang, masyarakat tidak perlu ragu dengan keamanan simpanan mereka di lembaga keuangan ini, karena
BPRS Artha Amanah
Ummat telah dijamin pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). a.
Sejarah Berdirinya BPRS Artha Amanah Ummat BPRS Artha AmanahUmmat Ungaran diresmikan pada tanggal 17 Februari 2007. Gedung yang digunakan untuk operasional ini sebelumnya adalah apotik, yang kemudian digunakan untuk gedung BPRS sampai sekarang ini.
b.
Tujuan BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran BPRS Artha AmanahUmmat didirikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemakmuran bersama melalui pengalaman perbankan sesuai syariat islam.
c.
Visi dan Misi BPRS Artha Amanah Ummat BPRS Artha Amanah Ummat berupaya memberikan pelayanan perbankan yang profesional dan amanah, melalui produk dan jasa layanan yang aman, nyaman, dan tumbuh secara sehat sesuai syariat islam. Dengan visi menjadi BPR syariah yang amanah, profesional dan terpercaya,
BPRS
Artha Amanah Ummat
memiliki misi
untuk
memberdayakan ekonomi umat dengan menjunjung prinsip keadilan yang bermanfaat untuk kesejahteraan umat yang berkelanjutan
d.
Bagan Struktur Organisasi Gambar 3.2 Struktur Organisasi BPRS Artha Amanah Ummat PEMEGANG SAHAM 1.H.Djoko Sarwono 2.H.Hepta Pinardi, SE
KOMISARIS 1.Hj.Titik Samsiyati,SH 2.H.Djoko Sarwono
DIREKTUR UTAMA Edi Purnomo
DEWAN PENGAWAS SYARIAH Drs.H.Moh.Syafi’i
DIREKTUR Bambang Yuliarso
OPERASIONAL PEMASARAN TELLER PEMASARAN DANA
ACCOUNT OFFICER
JASA NASABAH AKUNTANSI
USP
e.
Tugas-Tugas Struktur Organisasi 1) DPS (Dewan Pengawas Syariah) a) Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk yang dikeluarkan BPRS.
b) Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional BPRS secara keseluruhan dalam laporan publikasi. c) Melaporkan hasil pengawasan syariah beserta kertas kerja pengawasan disampaikan kepada Direksi, Komisaris, DSN-MUI, dan Bank Indonesia sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali sesuai Pedoman Pengawas Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi DPS. d) Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional BPRS terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN. 2) Direksi a) Mengelola BPRS dengan menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipertanggungjawbkan, independen, dan memenuhi kewajaran. b) Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) dengan melakukan pengelolaan strategis sebagai pedoman operasional BPRS yang sehat dan memenuhi prinsip kehati-hatian. c) Memperhatikan kebutuhan modal minimum berdasarkan ATMR dengan memperhitungkan risiko pembiayaan dan melaporkan KPMM selambat-lambatnya tanggal 21 pada bulan berikutnya dalam bentuk disket dan hasil olahan komputer kepada kantor Bank Indonesia.
d) Memantau dan menyesuaikan rencana ekspansi dalam batas-batas yang dapat ditampung dengan permodalan BPRS secara sehat. e) Meningkatkan dan menjamin kemampuan serta efektivitas BPRS dalam mengelola dana masyarakat yang disimpan melalui Lembaga Penjamin Simpanan dan risiko pembiayaan dengan meminimalkan potensi kerugian atas penyaluran dana sehingga dapat mendukung kemampuan likuiditas BPRS secara komperhensif. 3) Komisaris a) Menggariskan kebijakan Rencana Kerja Anggaran Tahunan dan keuangan BPRS. b) Menyusun tata cara pengawasan dan pengelolaan BPRS yang sehat. c) Dalam hal seluruh Direksi sedang tidak berada di bank untuk sementara waktu, maka Komisaris wajib mengurus BPRS. d) Dalam hal hanya ada anggota Komisaris, maka semua wewenang bagi Komisaris Utama ataupun para Komisaris juga berlaku baginya. e) Menyetujui kebijaksanaan Rencana Kerja Anggaran Tahunan dan keuangan BPRS yang akan diajukan kepada kantor Bank Indonesia. f) Menilai dan meneliti Laporan Keuangan bank yang disampaikan oleh direksi.
g) Memberikan pertimbangan dan saran atau nasehat kepada Direksi dalam pengelolaan BPRS sesuai aspek prudential banking. 4) Kepala Bagian Pemasaran a) Membantu direksi merumuskan kebijakan bidang pembiayaan, melaksanakan kebijakan dan memantau perkembangan protofolio pembiayaan sesuai prinsip kehati-hatian. b) Memberi saran atau masukan kepada Direksi dalam penyusunan kebijakan pembiayaan terutama dalam penanganan aktiva produktif bermasalah. c) Mengerahkan
serta
membina
bawahan
dalam
mendukung
kelancaran kerja dan memprioritaskan pelayanan memuaskan kepada calon debitur. d) Melaksanakan
investigasi
atas
fasilitas
pembiayaan
sesuai
kewenangan dan menilai pemenuhan syarat kelengkapan agunan. e) Mengecek proses peningkatan agunan maupun pengurusan asuransi pembiayaan syariah. f) Menyiapkan, mengurus dan membuat laporan analisis pembiayaan sebagai usulan kepada Direktur dalam mengambil keputusan untuk mengabulkan,
mengabulkan
dengan
syarat
atau
menolak
permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur sesuai kewenangannya. g) Memberikan legal opini atas pengajuan kredit sesuai dengan kewenangannya.
h) Membantu dan memantau kelancaran proses realisasi pembiayaan dibagian operasional. i) Membuat laporan realisasi dan pembatalan pembiayaan serta perkembangan kolektabilitas secara rutin. j) Melakukan pembinaan atas pembiayaan yang diberikan dalam rangka monitoring perkembangan kemampuan membayar debitur. k) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh manajemen. 5) Accounting a) Menyusun sistem rekening atau nomor perkiraan yang akan digunakan dalam transaksi, khususnya pada laporan keuangan neraca dan rugi laba. b) Melakukan pencatatan transaksi pada jurnal sesuai nomor transaksi. c) Melakukan pencatatan kode transaksi dengan membuat kode perkiraan transaksi. d) Mencatat transaksi pemindahbukuan antar aplikasi yang tersedia. e) Melakukan posting data transaksi yang dilakukan oleh teller dalam suatu periode yang ditentukan bila belum dilakukan oleh teller. f) Melakukan validasi jurnal transaksi yang sudah dilakukan penjurnalan sebelumnya. g) Melakukan pencetakan laporan keuangan Bank Indonesia dan untuk internal BPRS. h) Melakukan tugas rekonsiliasi antar Bank Aktiva dan antar Bank Pasiva.
i) Tidak melakukan pencatatan manipulatif. j) Membantu pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk menilai dan menginterpretasikan kondisi BPRS. k) Melaksanakan
tugas
lain
yang
diberikan
atasan
terkait
implementasi sikap profesionalisme dalam bekerja. 6) Teller a) Menerima dan melakukan verifikasi warkat/slip/bukti kas setoran nasabah produk
tabungan
mudharabah dan atau deposito
mudharabah maupun angsuran dan atau pencairan pembiayaan murabahah/mudharabah atau pemindahbukuan secara teliti. b) Menghitung dan memeriksa keaslian uang tunai/cek/bilyet giro. c) Memeriksa kelengkapan otorisasi sesuai kewenngannya dalam pencatatan jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas sesuai bukti kas. d) Mencetak buku dan kartu kontrol tabungan. e) Melindungi kas yang ada ditangan dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya. 7) Customer service a) Memberikan informasi secara langsung, tertulis maupun via telepon mengenai persyaratan pembukaan/penutupan produk. b) Mengurus administrasi pembukaan/penutupan produk. c) Mengarsip spesimen nasabah, kartu angsuran dan merekap warkat.
d) Menyampaikan informasi saldo produk maupun angsuran apabila diminta nasabah. e) Mengurus permohonan penutupan rekening tabungan. f) Memberikan laporan secara rutin dan berkala kepada atasan.
B. Data-Data Deskriptif 1. BPR Arthayasa Ageng a. Produk-Produk BPR Arthayasa Ageng 1) Tabungan Produk Tabungan PT. BPR Arthayasa Ageng, adalah produk simpanan dengan mengandalkan bunga harian dan dapat diambil setiap saat. Keunggulan Produk: a) Dapat dijaminkan untuk memperoleh fasilitas pinjaman b) Pembukaan hanya dengan membawa FC KTP dan mengisi permohonan pembukaan tabungan c) Bebas biaya administrasi bulanan d) Bebas untuk disetor dan diambil selama kas buka (senin s/d sabtu) Pencapaian dana masyarakat dalam bentuk tabungan dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Pencapaian dana tiga tahun terakhir
No
Tahun
Pencapaian Dana
1
2008
Rp.
960.710.000
Jumlah Nasabah 744
2
2009
Rp. 1.112.088.000
769
3
Oktober 2010
Rp. 1.475.144.000
1247
2) Deposito Berjangka Produk deposito berjangka PT. BPR Arthayasa Ageng, mempunyai 4 jenis produk menurut waktu penempatan sebagai berikut: a) Deposito berjangka waktu 1 bulan b) Deposito berjangka waktu 3 bulan c) Deposito berjangka waktu 6 bulan d) Deposito berjangka waktu 12 bulan Perhitungan bunga pada produk ini adalah secara bulanan, pada saat tanggal penempatan pada setiap bulannya. Pencapaian dana masyarakat dalam bentuk deposito dalam tiga tahun tarakhir dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Pencapaian dana tiga tahun terakhir
No Tahun
Pencapaian Dana
Jumlah Nasabah
1
2008
Rp. 4.009.739.000
225
2
2009
Rp. 3.355.811.000
209
3
Oktober 2010
Rp. 3.461.288.000
288
3) Kredit Dalam penyaluran dana kedalam bentuk pinjaman yang diberikan, PT. BPR Arthayasa Ageng mempunyai produk antara lain:
a) Kredit modal kerja b) Kredit investasi jangka pendek c) Kredit konsumtif Adapun pangsa pasar yang dikuasai dengan saat ini, sebagian besar adalah pangsa ritail (menengah ke bawah) khususnya untuk jenis usaha mikro dan usaha kecil. Persyaratan Pengajuan: a) FC KTP Suami & Istri yang masing berlaku b) Kartu Keluarga & Akta Nikah / Akta Cerai c) Rekening Listrik & PBB d) FC BPKB & STNK / Sertifikat (Pajak Berlaku) e) Gesekan No. Mesin & No. Rangka f) Slip Gaji atau Surat Keterangan Penghasilan (Khususnya PNS, Polri, TNI, Karyawan) g) Copy NPWP (Untuk Pinjaman > 100 Jt) Pencapaian dana masyarakat dalam bentuk kredit yang diberikan dalam tiga tahun tarakhir dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Pencapaian dana tiga tahun terakhir
No Tahun
Pencapaian Dana
Jumlah Nasabah
1
2008
Rp. 4.430.806.000
411
2
2009
Rp. 4.661.335.000
386
3
Oktober 2010
Rp. 5.088.682.000
567
Perlu kami tambahkan bahwa, area pemasaran saat ini sudah mencapai daerah luar kota kecamatan, dimana bank berdomisili. b. Permodalan BPR Arthayasa Ageng Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi kemajuan dan perkembangan bank, serta sebagai upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat (khususnya para kreditur) dan dapat digunakan sebagai antisipasi atas timbulnya kerugian bank. Pada tahun 2008 dan tahun 2009 modal bank yang disetorkan oleh para pemegang saham adalah sebesar Rp. 862.400.000 dengan modal dasar bank sebesar Rp. 2.000.000.000. Seiring dengan berjalannya waktu dan peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap bank, pada tahun 2010 modal disetor bank berubah menjadi Rp. 1.000.000.000 dengan modal dasar sebesar Rp. 2.000.000.000 sehingga permodalan PT. BPR Arthayasa Ageng sudah memenuhi ketentuan dari BI yaitu modal sebesar Rp. 1.000.000.000. c. Pelayanan Produk BPR Arthayasa Ageng Produk yang ditawarkan pada PT. BPR Arthayasa Ageng, tidak berbeda dengan produk yang dipasarkan BPR lain pada umumnya. Yaitu berkisaran pada produk dana pihak ke tiga dalam bentuk tabungan dan deposito
berjangka,
penyalurannya.
serta
kredit
(pinjaman
yang
diberikan)
pada
Dalam rangka melindungi nasabah dan meningkatkan keamanan dana nasabah, PT. BPR Arthayasa Ageng dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2004, tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor: 1/PLPS/2005 tentang Program Penjamin Simpanan. Untuk mempermudah pelayanan PT. BPR Arthayasa Ageng juga melayani dengan sistem jemput bola. d. Sistem Informasi Manajemen Dalam aktivitasnya operasional harian, PT. BPR Arthayasa Ageng telah menggunakan sistem informasi manajemen secara computerized, sehingga akses data dalam pelayanan kepada customer/nasabah lebih cepat, akurat, dan seluruh data dapat tertata serta aman dalam penyimpanannya. 2. BPRS Artha Amanah Ummat a. Produk-Produk BPRS Artha Amanah Ummat 1) Produk Penghimpunan Dana a) Tabungan iB Hijrah Tabungan ini adalah tabungan dengan akad titipan (Wadiah Yad Dhamanah) untuk menampung titipan uang dari masyarakat yang sewaktu-waktu dapat diambil. Bank tidak wajib memberikan bagi hasil. Bank dapat memberikan bonus yang tidak diperianjikan sebelumnya. b) Tabungan iB Amanah Tabungan ini untuk menampung investasi yang menggunakan akad bagi hasil (Mudharabah). Produk tabungan ini diperuntukan untuk
semua lapisan masyarakat. Dengan akad ini maka pihak penabung akan mendapatkan bagi hasil setiap bulannya dengan porsi yang sudah disepakati sebelumnya. Bagi hasil akan langsung dimasukkan ke dalam rekening nasabah. c) Deposito iB Investasi Mudharabah Adalah simpanan berjangka dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12 bulan. Simpanan ini menggunakan akad mudharabah dimana nasabah akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan yang disepakati. Produk ini sangat cocok untuk investasi nasabah, karena bagi hasil yang kami berikan sangat kompetitif dan menarik. 2) Produk Penyaluran Dana a) Akad jual-beli (Murabahah) Adalah akad jual beli dimana dalam akad ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli barang-barang kebutuhan nasabah. Akad ini bisa dipergunakan untuk penambahan modal usaha, renovasi rumah, pembelian kendaraan dan lain-lain. Pencapaian dana masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang diberikan dalam tiga tahun tarakhir dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Pencapaian dana tiga tahun terakhir
No
Tahun
1
2008
Pencapaian Dana Produk Murabahah Rp.1.057.800.000
Jumlah Nasabah Produk Murabahah 66
2
2009
Rp. 832.408.000
139
3
2010
Rp.1.643.785.000
164
b) Akad Bagi Hasil (Mudharabah/Musyarakah) Pembiayan untuk modal kerja, dimana bank membantu kebutuhan modal kerja. Selanjutnya secara periodik nasabah membayar pokok modal ditambah bagi hasil keuntungan yang telah disepakati. c) Akad sewa (Ijarah) Adalah akad dimana bank menyewakan suatu obyek sewa kepada nasabah, dan atas manfaat yang diterima oleh nasabah atas penggunaan obyek sewa yang disewa tersebut, bank memperoleh ongkos sewa. Akad ini bisa dipergunakan untuk keperluan dibidang pendidikan, tenaga kerja, kesehatan dan pariwisata. b. Persyaratan Pengajuan Pembiayaan: 1) Tujuan pengguna dana tidak menyimpang dari syariat islam 2) Mengisi formulir permohonan pengajuan pembiayaan 3) FC KK/FC Akta nikah/FC KTP Suami dan Istri 4) Melampirkan pas foto suami istri 1 lembar 5) FC STNK, BPKB (kendaraan) atau SPPT dan Sertifikat (tanah) 6) Bersedia disurvey 7) Jaminan milik sendiri Dari produk-produk pembiayaan yang ada penulis mengangkat Pembiayaan Murabahah pada PT. BPRS Artha Amanah Ummat, karena pada saat ini pembiayaan murabahah masih banyak diminati. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Edi Purnomo selaku Direktur Utama (28 Juni 2011), hal yang membedakan BPRS Artha Amanah Ummat dengan BPR lainnya
adalah
pembiayaan murabahah pada BPRS Artha Amanah Ummat lebih diminati dari pada produk pembiayaan yang lain. Selain itu penanganan terhadap kredit bermasalah tidak sampai pada proses lelang, karena kebijaksanaan dari pimpinan. c. Sistem Informasi Manajemen Dalam aktivitasnya operasional harian, PT. BPRS Artha Amanah Ummat tidak jauh berbeda dengan PT. BPR Arhayasa Ageng yang telah menggunakan sistem informasi manajemen secara computerized, sehingga akses data dalam pelayanan kepada customer/nasabah lebih cepat, akurat, dan seluruh data dapat tertata serta aman dalam penyimpanannya.
BAB IV ANALISIS
A. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Arthayasa Ageng 1. Kredit pada BPR Arthayasa Ageng Dalam penyaluran dana ke dalam bentuk pinjaman yang diberikan, PT. BPR Arthayasa Ageng mempunyai produk antara lain : a) Kredit modal kerja b) Kredit investasi jangka pendek c) Kredit konsumtif Adapun pangsa pasar yang dikuasai saat ini, sebagian besar adalah pangsa ritail (menengah kebawah) khususnya untuk jenis usaha mikro dan usaha kecil. 2. Pencapaian Dana Pencapaian dana masyarakat dalam bentuk kredit yang diberikan dalam tiga tahun tarakhir dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Pencapaian dana tiga tahun terakhir No
Tahun
1
2008
Pencapaian Dana Kredit (000)
Rp.
Jumlah Nasaba h Kredit 411
Pencapaian Target Dana Jumlah Dana Kredit Nasabah Kredit Konsumtif Produk Konsumtif 25% Kredit (000) (000) Konsumtif Rp.1.152.009 Rp.1.107.701,5 107
Target Nasabah Kredit Konsumtif 25% 103
386
Rp.1.211.000 Rp.1.165.333,5
101
97
567
Rp.1.221.300 Rp.1.272.170,5
135
142
4.430.806 2
2009
Rp. 4.661.335
3
2010
Rp. 5.088.682
Perlu kami tambahkan bahwa, area pemasaran saat ini sudah mencapai daerah luar kota kecamatan, dimana bank berdomisili yaitu di Jl. Prawiridigdoyo No. 16 Desa Kebonan, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali dan telah membuka Kantor Cabang di Salatiga tepatnya di Jl. Hasanudin No. 73. 3. Prosedur Pemberian Kredit. Sebelum melaksanakan kegiatan analisa kredit, yaitu membahas aspekaspek yang mempengaruhi kegiatan usaha yang secara detail dan secara kritis, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu : a)
Proses Kredit Gambar 4.1 Proses Kredit Permohonan Kredit
Pengembalian Agunan
Kebijakan Perkreditan (wawancara awal)
Pelunasan
Pengumpulan Data, Analisis Resiko, Pembuatan Memorandum,
Admin dan Monitoring
Pencairan Dana Komite Kredit, Penilaian resiko
b)
Akad kredit dan jaminan
Persyaratan Pengajuan: h) FC KTP Suami & Istri yang masing berlaku i)
Kartu Keluarga & Akta Nikah/Akta Cerai
j)
Rekening Listrik & PBB
k) FC BPKB & STNK/Sertifikat (Pajak Berlaku) l)
Gesekan No. Mesin & No. Rangka
m) Slip Gaji atau Surat Keterangan Penghasilan (Khususnya PNS, Polri, TNI, Karyawan) n) Copy NPWP (Untuk Pinjaman > 100 Jt) c) Prosedur pencairan kredit yang diberikan 1) Dokumen/formulir yang dipergunakan adalah: kwitansi, slip debet, slip setoran, kartu rekening kredit. 2) Unit kerja/pihak yang terlibat: administrasi kredit, kasir, akunting, debitur. d) Survey Survey dilakukan dengan cara kita datang ke rumah calon nasabah dengan ketentuan mengetahui data nasabah diantaranya: nama debitur, alamat rumah, alamat kantor/tempat usaha, referensi, status pekerjaan(suami istri), berikut penghasilan dan data pelengkap yang diperlukan. Serta menanyakan hal-hal yang terkait dengan kredit. Selain itu, kita juga harus tahu kepribadian calon nasabah diantaranya keaktifan dalam kegiatan sosial, sosialisasi dengan tetangga, rajin beribadah atau tidak, karena kegiatan ibadah juga mempengaruhi sifat dan kepribadian seseorang. e) Analisis nasabah pembiayaan BPR
Arthayasa
Ageng
sudah
memenuhi
prosedur
dalam
melaksanakan analisis calon nasabah diantaranya yaitu BPR Arthayasa
Ageng sudah melakukan survey sebelum mengeluarkan dana. Dana yang sudah keluar dari bank, memiliki resiko kredit macet. Maka dari itu survey sangat diperlukan dalam hal ini. Hal penting yang dijalankan BPR Arthayasa Ageng adalah jaminan, jaminan disini terdiri dari 5C yaitu : 1) Character (watak / kepribadian) 2) Capacity (kemampuan) 3) Capital (modal) 4) Condition of Economy (kondisi ekonomi) 5) Collateral (jaminan atau agunan). f)
Pemantauan kredit (pasca pencairan) Pemantauan kredit yang dilakukan BPR Arthayasa Ageng yaitu mengecek apakah nasabah rutin menyetor angsuran sesuai tanggal yang ditentukan atau tidak. Selain itu pemantauan dilakukan dengan cara silaturrahmi ke rumah nasabah dan memantau kegiatan usahanya.
4. Proses keputusan kelayakan pemberian kredit Evaluasi kelayakan pemberian kredit merupakan suatu penilaian dimana suatu debitur apakah pantas atau tidak untuk menerima pinjaman dari bank. Proses keputusan layak atau tidak debitur diberi kredit, dapat dijelaskan dengan gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Kerangka Pikir Evaluasi Kelayakan Pemberian Kredit
Permohonan kredit
Diterima
Penelitian berkas oleh bank
Berkas dikembalikan
Analisis berkas Diterima
Evaluasi kredit
Analisis berbasis 5C
Ditolak
Ditolak Berkas dikembalikan
Pengambilan keputusan Evaluasi kelayakan
Debitur dalam mengajukan permohonan kredit harus memenuhi persyaratan/berkas sebagai permohonan kredit, yang kemudian akan diperiksa keabsahannya oleh pihak bank/kreditur, kemudian akan ditentukan mana yang diterima dan yang ditolak. Jika diterima, maka akan dilakukan proses analisis dengan menggunakan analisis berbasis 5C dan unsur-unsur usaha. Dari hasil
analisis tersebut, bagi yang diterima akan dievaluasi kembali kelayakannya apakah benar-benar layak atau tidak diberi kredit oleh bank. Kemudian barulah pihak bank mengambil keputusan untuk memberikan kredit atau tidak. 5. Sistem Informasi Manajemen Dalam aktivitas operasionalnya, PT. BPR Arthayasa Ageng telah menggunakan sistem informasi manajemen secara computerized, sehingga akses data dalam pelayanan kepada customer/nasabah lebih cepat, akurat, dan seluruh data dapat tertata serta aman dalam penyimpanannya. Contohnya yaitu semua data nasabah baik pendanaan maupun pembiayaan sudah tersimpan dan tertata rapi dalam komputer sehingga teller dapat mudah melihat data nasabah, baik data pribadi maupun data nasabah secara umum, begitu juga jika ada nasabah yang telat membayar pinjaman, petugas tinggal melihat data dalam komputer maka semua tunggakan dan dendanya akan muncul.
B. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Amanah Ummat 1. Kredit pada BPRS Artha Amanah Ummat Dalam penyaluran dana ke dalam bentuk pinjaman yang diberikan, BPRS Artha Amanah Ummat mempunyai produk antara lain : 3) Produk Penghimpunan Dana 1) Tabungan iB Hijrah 2) Tabungan iB Amanah 3) Deposito iB Investasi Mudharabah
4) Produk Penyaluran Dana 1) Akad jual-beli (Murabahah) 2) Akad Bagi Hasil (Mudharabah/Musyarakah) 3) Akad sewa (Ijarah) Pangsa pasar yang dikuasai saat ini, sebagian besar adalah pangsa ritail (menengah ke bawah) khususnya untuk jenis usaha mikro dan usaha kecil. 2. Pencapaian Dana BPRS Artha Amanah Ummat Pencapaian dana masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang diberikan dalam tiga tahun tarakhir dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Pencapaian dana tiga tahun terakhir No
Tahun
1
2008
Pencapaian Dana Pembiayaan (000)
Rp.
Jumlah Nasaba h Pembia yaan
Pencapaian Dana Produk Murabahah (000)
144
Rp1.057.80
2.250.425 2
2009
Rp.
Target Dana Pembiayaan Murabahah 50% (000)
Jumlah Nasaba h Produk Muraba hah Rp.1.125.212,5 66
Target Nasabah Pembiayaan Murabahah 50% 73
0 264
Rp.832.408
Rp. 785.219
139
132
297
Rp.1.643.78 Rp.1.494.341
164
148
1.570.438 3
2010
Rp. 2.988.682
5
3. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah PT. BPRS Artha Amanah Ummat Prosedur
realisasi
pembiayaan
murabahah
diawali
dengan
permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah kepada BPRS
Artha Amanah Ummat dengan cara mengisi formulir permohonan pembiayaan serta melengkapi berkas-berkas persyaratan. Surat permohonan akan diterbitkan oleh marketing dari calon nasabah untuk kemudian diserahkan kepada bagian pembiayaan. Form surat permohonan aktivitas pendukung proses pembiayaan yang berisi tentang data-data calon nasabah meliputi: nama, alamat, pekerjaan, jumlah plafond pembiayaan, tujuan penggunaan, jangka waktu, data keuangan nasabah, rincian pembelian. Oleh bagian pembiayaan, surat permohonan diperiksa dan diteruskan kepada direktur utama. Apabila direktur utama menolak form surat permohonan, maka pengajuan pembiayaan tidak dapat diteruskan untuk direalisasi dan dibuat surat penolakan kepada nasabah atau dengan cara memberitahukan kepada pemohon secara langsung atau via telepon. Namun apabila form surat permohonan disetujui, akan segera dilaksanakan survey terhadap usaha, agunan dan hal-hal yang berkaitan dengan si pemohon oleh tim surveyor. Survey ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan pengajuan pembiayaan. Setelah survey dilaksanakan, bagian pembiayaan akan menerbitkan surat permohonan ke dua untuk diserahkan pada rapat komite pembiayaan. Form berisi sebagai berikut: a)
Dokumen analisis hasil survey 1) Form Analisis Karakter 2) Form Analisis Yuridis
3) Form Analisis Kelayakan Ekonomi 4) Form Analisis Syariah b)
Dokumen Pendukung 1) Untuk Calon Nasabah Badan Usaha (a) Aplikasi Pembiayaan (b) Akta Pendirian Usaha (c) NPWP Usaha (d) Surat Penetapan dan Pengesaha Pengurus/pegawai (e) Hasil Penilaian Kesehatan Usaha (f) Laporan bulanan dan Laporan Tahunan Usaha (g) FC KTP semua pengurus dan pengawas (h) FC agunan (i) FC PBB Agunan (j) Foto lokasi dan tempat usaha (k) Foto Agunan 2) Untuk nasabah individu: (a) Aplikasi Pembiayaan (b) FC KTP (c) FC KK/Kartu Keluarga (d) FC akta nikah (e) NPWP (f) Laporan Penilaian Obyek Agunan (g) Foto agunan
(h) Foto properti c) Form indeks nominatif pembiayaan Berisi tentang jumlah poin pembiayaan yang akan menjadi dasar dalam penilaian kelayakan pembiayaan. Dalam rapat komite pembiayaan, dokumen-dokumen dalam surat permohonan akan dibahas bersama-sama untuk diputuskan mengenai kelayakan pengajuan pembiayaan untuk direalisasi. Apabila tim komite pembiayaan memutuskan untuk menolak pengajuan tersebut, maka realisasi tidak dapat dilaksanakan dan berkas-berkas pembiayaan dikembalikan. Namun apabila tim komite pembiayaan menyetujui proposal dari pembiayaan dari pemohon, pihak bank akan mengeluarkan surat persetujuan pihak BPRS Artha Amanah Ummat untuk memberikan fasilitas pembiayaan. Dan calon nasabah harus segera membuka rekening tabungan guna memperlancar transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah. Melalui rekening tersebut calon nasabah akan membayar senilai satu kali angsuran yang telah disepakati sebelum pelaksanaan akad. Form
rencana
pembelian
barang
untuk
obyek
yang
akan
diperjualbelikan dalam transaksi murabahah harus diserahkan dan kemudian calon nasabah meminta nota pembelian barang atas nama yang bersangkutan untuk selanjutnya diserahkan pada pihak bank sebagai bentuk perwakilan dari barang pada saat akad. Setelah nota diterima, pihak bank akan membuat jadwal angsuran atas jual beli barang yang akan dilaksanakan, untuk
kemudian menjadi salah satu berkas yang akan ditandatangani dalam akad perjanjian. Setelah semua hal tersebut terpenuhi akad segera dilaksanakan. Pada saat akad dilangsungkan, calon nasabah diminta untuk menandatangani beberapa dokumen dan surat perjanjian. Sebelum ditandatangani, nasabah harus membaca atau dibacakan tentang semua isi perjanjian serta dokumendokumen yang menjadi lampiran dalam surat perjanjian, sehingga calon nasabah dapat memahami segala yang akan menjadi hukum setelah menandatanganinya. Berikut dokumen yang terlampir dalam surat perjanjian, yaitu: a)
Surat Kuasa menjual Berisi tentang penyerahan agunan dari nasabah kepada BPRS Artha Amanah Ummat sebagai agunan dalam pembiayaan.
b)
Surat Kuasa Debet Berisi tentang pemberian kuasa dari nasabah kepada BPRS Artha Amanah Ummat untuk melakukan pendebetan terhadap rekening yang bersangkutan di BPRS Artha Amanah Ummat. Dengan ditandatanganinya surat perjanjian dan beberapa dokumen
tersebut diatas oleh nasabah, maka fasilitas pembiayaan telah sah diberikan kepada nasabah. Kemudian dihadapan notaris yang telah ditunjuk oleh BPRS Artha Amanah Ummat, nasabah melakukan pengikatan agar perjanjian pembiayaan memiliki kekuatan hukum.
Setelah akad dilaksanakan proses pengikatan notaris. Apabila calon nasabah berstatus belum menikah, orang tua yang bersangkutan harus hadir dalam akad. Apabila statusnya menikah, akad harus disaksikan oleh suami/istri beserta anak-anak yng bersangkutan yang menjadi ahli waris. Jika jaminan yang digunakan untuk transaksi murabahah adalah atas nama orang lain, maka yang berhak atas jaminan tersebut turut serta dihadirkan. Setelah akad dan pengikatan selesai, maka pencairan dana pembiayaan akan dilajukan oleh bank untuk membayar nota atas barang pada supplier, dimana pembayaran dilakukan bersama nasabah dan selanjutnya nasabah dapat langsung membawa barang tersebut. Apabila terdapat sisa atas dana untuk pembelian barang, dana tersebut akan disetorkan pada rekening tabungan nasabah. Kemudian pembayaran angsuran dapat dilakukan nasabah dengan menyetorkan melalui rekening tersebut untuk kemudian dilakukan pendebetan oleh pihak bank. Sedangkan uang muka yang telah diserahkan oleh nasabah pada rekening tabungan di BPRS Artha Amanah Ummat, dapat diambil kembali oleh yang bersangkutan, karena uang tersebut hanya sebatas syarat yang harus dipenuhi sebagai pengukur keseriusan nasabah atas pengajuan pembiayaan. C. Analisa Perbandingan Pemberian Kredit Konsumtif Pada BPR Arthayasa Ageng Dengan Pembiayaan Murabahah BPRS Artha Amanah Ummat 1. Pada dasarnya kredit konsumtif BPR Arthayasa Ageng dengan pembiayaan murabahah BPRS Artha Amanah Ummat, memiliki beberapa persamaan di antaranya yaitu:
Tabel 4.3 Persamaan Kredit BPR Arthayasa Ageng dengan Pembiayaan Murabahah BPRS Artha Amanah Ummat
No
Keterangan
Kredit Konsumtif BPR Arthayasa Ageng
1
Tujuan
Memperoleh keuntungan
Pembiayaan Murabahah BPRS Artha Amanah Ummat Memperoleh keuntungan
2
Syarat-syarat
Pada syarat-syarat umum dalam memperoleh kredit seperti: KTP, proposal, laporan keuangan
Syarat-syarat umum dalam memperoleh pembiayaan seperti: KTP, proposal, laporan keuangan
3
Diskon
Memberikan potongan apabila nasabah lebih cepat melunasi kreditnya, potongan berdasarkan kebijakan oleh bank
Memberikan potongan apabila nasabah lebih cepat melunasi pembiayaannya berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah
2. Disamping itu kredit konsumtif BPR Arthayasa Ageng dengan pembiayaan murabahah BPRS Artha Amanah Ummat mempunyai perbedaan dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Perbedaan Kredit BPR Arthayasa Ageng dengan Pembiayaan Murabahah BPRS Artha Amanah Ummat
No
Kredit & Pembiayaan Murabahah
BPR Arthayasa Ageng
BPRS Artha Amanah Ummat
1
Prinsip
Bunga
Bagi hasil
2
Harga jual
Tergantung situasi pasar
Tergantung akad awal margin/tingkat keuntungan Pada lembaga keuangan murabahah (bila sudah terjadi konvensional, dimungkinkan ijab kabul) bersifat tetap, membuat sebuah klausul sehingga harga jual tidak boleh untuk meningkatkan bunga berubah. Jadi, sejak awal seperti karena akibat perjanjian sampai dengan masa
3
4
Konsekwensi Akad Yang di tetapkan Keuntungan
ketergantungan pada situasi pelunasan, BPRS Artha Amanah pasar, krisis BBM, dan krisis Ummat tidak diperbolehkankan nilai tukar. mengubah harga yang telah diperjanjikan/diakadkan. Duniawi Duniawi dan Ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam Tergantung tingkat suku Tergantung akad awal bunga Keuntungan pada pembiayaan berbentuk margin Pada BPR Arthayasa Ageng murabahah keuntungan dalam praktek penjualan yang sudah termasuk kreditnya didasarkan pada harga jual. Keuntungan tersebut tingkat suku bunga. Nasabah sewajarnya dapat dinegosiasikan yang mendapatkan kredit dari antara pihak yang melakukan BPR Arthayasa Ageng transaksi, yaitu pihak BPRS Artha dibebani kewajiban membayar Amanah Ummat dengan nasabah. cicilan beserta bunga pinjaman.
5
Bidang Usaha
Tidak jelas halal dan haramnya
Harus jelas halal dan haramnya
6
Pada BPRS Artha Amanah Pada BPR Arthayasa Ageng, Ummat, usaha/barang yang usaha/barang yang dilakukan tidak terlepas dari dibiayainya tidak melihat ketentuan dan petunjuk syariah. halal dan haramnya. Karena itu, BPRS Artha Amanah Ummat tidak akan memperhatikan pembiayaan dari suatu usaha/barang sebelum mendapatkan kejelasan, kepastian, dan yang tidak terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Utang Nasabah Pokok kredit dan bunga Harga jual Pada BPR Arthayasa Ageng Dalam BPRS Artha Amanah ada yang disebut utang pokok Ummat yaitu jual beli murabahah, dan utang bunga. utang nasabah adalah sebesar harga jual. Harga jual adalah harga perolehan/pembelian barang ditambah keuntungan yang disepakati. Apabila nasabah mengangsur utangnya, utang nasabah itu akan berkurang sebesar pembayaran angsuran yang dilakukan, jadi tidak membedakan lagi unsur pokok dan keuntungan.
7
Struktur Organisasi
Tidak ada
Ada Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah ini bertugas untuk mengawasi jalannya bank dengan prinsip syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Kemitraan
Hubungan dengan Debitur – Kreditur nasabah 9 Sangsi Yang Diberi peringatan 1, 2 dan 3 Diberi peringatan 1, 2 dan 3. menunda-nunda Apabila tidak melunasi terkena pembayaran Sangsi nasabah mampu yang Ta’zir menunda-nunda pembayaran Pada BPRS Artha Amanah tidak ada sangsi nasabah Ummat, sangsi bagi nasabah mampu yang menunda- yang mampu tetapi menundanunda pembayaran pada nunda dalam pelunasan BPR Arthayasa Ageng, pembiayaan sesuai fatwa DPS hanya mengirimkan surat (Dewan Pengawas Syariah) yaitu peringatan karena kreditnya di beri Ta’zir atau sesuai sudah diasuransikan. kesepakatan yang bertransaksi pada saat akad. 10 Diskon Dilihat cara pembayaran Sesuai pada saat akad angsuran Pada BPRS Artha Amanah Pada BPR Arthayasa Ageng Ummat diskon yang diberikan diskon yang diberikan tanpa kepada nasabah sesuai pada saat sepengetahuan nasabah, akad, harus tertulis dan di tetapi dilihat dari setiap tandatangani kedua belah pihak pembayaran angsuran tiap (disepakati). bulannya. 11 Kredit yang di Uang Barang biayai BPR Arthayasa Ageng Pada BPRS Artha Amanah dalam hal kredit yang Ummat dalam pembiayaan dibiayai hanya memberikan Murabahah hanya barang yang uangnya saja sedangkan bagi dibiayainya dan penentuan atau nasabah yang mengajukan pencarian barang yang pembiayaan kredit seperti dibiayainya sesuai kesepakatan rumah, mesin dan lain-lain, yang bertransaksi (pihak bank pihak nasabah sendiri yang dan nasabah sama-sama mencari rumah atau mesin mencarinya, pihak bank saja atau yang dibutuhkannya. pihak nasabah saja). 8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada Analisis Sistem Pemberian Kredit Konsumtif Dengan Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus BPR Arthayasa Ageng Dengan BPRS Artha Amanah Ummat) yang didukung dengan teori yang dipelajari dari pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bahwa Perbedaan kredit konsumtif BPR Arthayasa Ageng dengan pembiayaan murabahah BPRS Artha Amanah Ummat terletak pada: a) Prinsip yang digunakan BPR Arthayasa Ageng berdasarkan bunga, sedangkan dalam BPRS Artha Amanah Ummat menggunakan prinsip bagi hasil. b) Harga jual fasilitas kredit BPR Arthayasa Ageng memakai tingkat bunga yang tergantung situasi pasar, sedangkan margin/tingkat keuntungan murabahah ditetapkan di awal perjanjian dan tidak boleh berubah selama waktu perjanjian c) Akad yang ditetapkan pada BPR Arthayasa Ageng, akad yang digunakan memiliki konsekwensi di dunia saja. Sedangkan pada BPRS Artha Amanah Ummat akad yang digunakan memiliki konsekwensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam d) Keuntungan pada pembiayaan murabahah berbentuk margin penjualan yang sudah termasuk harga jual. Sedangkan pada BPR Arthayasa Ageng keuntungan dalam praktek kreditnya didasarkan pada tingkat suku bunga.
e) Bidang usaha/barang yang dibiayai, pada BPR Arthayasa Ageng, usaha/barang yang dibiayainya tidak melihat halal dan haramnya. Sedangkan pada BPRS Artha Amanah Ummat, usaha/barang yang dilakukan tidak terlepas dari ketentuan dan petunjuk syariah. f)
Struktur Organisasi, yang membedakan yaitu pada BPRS Artha Amanah Ummat, terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sedangkan BPR Arthayasa Ageng tidak ada.
g) Hubungan dengan nasabah, pada BPR Arthayasa Ageng, hubungan dengan nasabah hanya sebatas dalam bentuk hubungan kreditur debitur. Sedangkan pada BPRS Artha Amanah Ummat, hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan. h) Kredit yang dibiayai, BPR Arthayasa Ageng dalam hal kredit yang dibiayai hanya memberikan uangnya. Sedangkan pada BPRS Artha Amanah Ummat dalam pembiayaan Murabahah hanya barang yang dibiayainya dan penentuan atau pencarian barang yang dibiayainya sesuai kesepakatan yang bertransaksi (pihak bank dan nasabah sama-sama mencarinya, pihak bank saja atau pihak nasabah saja).
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran dengan segala keterbatasannya, namun diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. Penulis berusaha menyarankan kepada pihak manajemen perusahaan sebagai berikut:
1. BPR Arthayasa Ageng a) Perlu ditingkatkan mutu pelayanan, profesionalisme kerja dan keramahan sehingga nasabah nyaman dan tertarik untuk memanfaatkan produk yang ada. b) Sistem
penilaian
pemberian
kredit
supaya
lebih
selektif
untuk
meminimalkan resiko kredit macet. c) Dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan harus lebih berhati-hati, serta lebih mengutamakan prinsip 5C, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. d) Jika menggunakan teknik jemput bola, maka harus ada rasa saling percaya antara nasabah dan pihak karyawan bank, begitu juga dengan karyawan terhadap bank itu sendiri. e) kejujuran, tanggungjawab, dan kemauan adalah hal pokok yang wajib dimiliki oleh karyawan termasuk seorang marketing 2. BPRS Artha Amanah Umat a) Perlu
adanya
metode
pendekatan
yang
lebih
kepada
calon
nasabah/masyarakat, untuk lebih mengenalkan produk syariah dan perbedaannya dengan BPR konvensional. b) Perlu adanya promosi yang lebih dari pada waktu-waktu sebelumnya agar masyarakat lebih memahami bahwa BPRS Artha Amanah Umat adalah badan pembiayaan rakyat syariah yang tidak hanya memberikan. produk pinjaman tetapi juga menerima produk simpanan dan deposito.
c) Dalam melakukan keputusan kredit, sebaiknya pimpinan/pejabat pemutus kredit
melakukan
pemeriksaan
dengan
lebih
seksama
dengan
memperhatikan hasil dari analisis kredit yang dilakukan terhadap permohonan kredit nasabah. d) Peningkatan kualitas kerja yang lebih profesional untuk mengembangkan jasa usaha BPRS Artha Amanah Ummat agar lebih berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 2001 Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Alvabet, Jakarta, 2002 Kasmir, Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003 Kurniawati, Dewi, 2008. Prosedur Pemberian Kredit di PT. BPR Arthayasa Ageng Karanggede, Tugas Akhir tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga Muhammad, Manajemen Bank Syariah, UPP AMPYKPN, Yogyakarta, 2002 Pandia, Frianto, dkk, Lembaga Keuangan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005 Pedoman Pelaksanaan PT BPR Arthayasa Ageng Cabang Salatiga, 2008 Sulhan, Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, UIN Press, Malang, 2008 Utami, Ana Sapta, 2009. Mekanisme dan Prosedur Pembiayaan Murabahah di PT. BPRS Asad Alif Sukorejo Kendal, Tugas Akhir tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga Wiroso, Jual Beli Murabahah, UII Press, Yogyakarta, 2005 http://bwfitri.wordpress.com/2011/01/03/bpr-syariah-vs-kredit-konsumtif/ diakses 21 Agustus 2011 http://ndrabanget.wordpress.com/skripsi/ diakses 12 Agustus 2011 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26629/6/Cover.pdf diakses 12 Agustus 2011