ANALISIS SEMIOTIKA SOSIAL PEMBERITAAN PERNIKAHAN BEDA AGAMA PADA ASMIRANDAH DENGAN JONNAS RIVANO DI SITUS TEMPO.CO Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Ika Suci Agustin NIM: 1110051100063
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang belaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
16 Desember 2014
Ika Suci Agustin
ABSTRAK Ika Suci Agustin Analisis Semiotika Sosial Pemberitaan Pernikahan Beda Agama Pada Asmirandah Dengan Jonnas Rivano Di Situs Tempo.co Pemberitaan selebritis Asmirandah dan Jonnas menjadi perhatian publik (media massa) mengenai pernikahan beda agama sekaligus diduga mengarah pada penghinaan terhadap agama Islam. Dalam hal ini, salah satu media online yang memberitakan kasus Asmirandah dan Jonnas adalah Tempo.co. Situs Tempo.co didirikan sejak tahun 1996 dengan alasan ikut partisipasi dalam perkembangan media melalui internet dan memiliki standar jurnalisme tinggi dalam liputan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini memunculkan pertanyaan mayor dan minor. Adapun pertanyaan mayornya adalah Bagaimana analisis Semiotika Sosial pada pemberitaan pernikahan beda agama di situs Tempo.co? kemudian, pertanyaan minor adalah Bagaimana situs Tempo.co mengkonstruksikan pemberitaan pernikahan beda agama yang dilakukan oleh Jonnas Rivano dengan Asmirandah dilihat dari segi medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana? Penelitian yang digunakan adalah paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Kemudian peneliti menggunakan metode penelitian semiotika sosial M.A.K Halliday dalam memaknai teks sebuah berita dan menelaah sistem tanda berupa bahasa yang dihasilkan oleh manusia. Dari data yang dikaji melalui semiotika sosial M.A.K Halliday, diperoleh data, yaitu: medan wacana disini menggambarkan situasi apa yang diwacanakan oleh Tempo.co mengenai kasus pernikahan beda agama Asmirandah dan Jonnas Rivano. Pelibat wacana pada berita tersebut dilihat dari siapa saja yang dicantumkan dalam kutipan. Selain itu, bagaimana peranan dan kedudukan narasumber itu digambarkan pada berita tersebut. Sarana wacana menggambarkan bagaimana Tempo.co menggunakan gaya bahasa dalam penulisan berita Asmirandah dan Jonnas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa semua berita di Tempo.co berkaitan berita Asmirandah dengan Jonnas Rivano yang lebih menekankan kepada kasus Jonnas dan Asmirandah. Kemudian pemilihan narasumber tidak sembarangan, untuk itu Tempo.co dalam mencantumkan kutipan terlihat berkualitas karena narasumber yang diangkat sebagai kutipan sesuai dengan bidangnya. Bahasa pada pemberitaan ini menunjukan bahwa Tempo.co menunjukan sikap yang kontra terhadap pernikahan beda agama. Dalam hal ini, terlihat Tempo.co mengangkat narasumber pada teks berita ini memang menandakan penolakan.
Kata kunci: Pernikahan beda agama, Asmirandah, Jonnas, semiotika sosial
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assaamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan ramat dan nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridhonya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu terlimpahkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada para umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmiyah seperti apa yang dirasakan saat ini. Peneliti telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Sosial Pemberitaan Pernikahan Beda Agama Pada Asmirandah Dengan Jonnas Rivano di Situs Tempo.co”, yang disusun sebagai tugas akhir pendidikan Strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yaitu: ibunda Sri Rochayati dan ayahanda Agus Daryono yang telah memberikan semangat dan kasih sayang, serta doa yang tidak pernah hentinya. Semoga Allah SWT mengampuni kesalahannya, memberikan kesehatan, dan senantiasa dalam perlindungan Allah SWT. Kemudian skripsi ini tentu tidak serta merta terselesaikan dengan baik tanpa keterlibatan para pihak yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini memberikan bantuan dan kerjasamanya. Berhubungan dengan hal ini, peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam mewujudkan kebahagian tersebut, ucapan itu ditujukan kepada:
ii
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar, M.A. 2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si. serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Drs. Study Rizal, LK, M.A. yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarakan dan memberikan banyak pelajaran, serta menyemangati peneliti dengan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti. 5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya sehingga peneliti mendapat banyak referensi dalam penelitian ini, 6. Ibu Rini Kustiani dan Ibu Retno Sulistiyawati selaku Redaktur Tempo.co yang telah memberikan waktu dan bantuannya yang telah membantu dalam wawancara. Semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikan mereka.
iii
7. Fiki Wulandari dan M. Ilham Dharmawan, adik peneliti yang selalu menghibur, mensupport, dan memberikan bantuan dalam bentuk apapun sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 8. Teman sekaligus sahabat terbaik peneliti, Ahmad Algifari, Latifah Sofyan, Aulia Rahmi, Athifa Rahmah, Halimatussa’diyah, Stiffani Andria, Annisa Haismaida, Fajriah Bunbun, Dwiyan Pratiyo, Damar Yudhistira, Hanggi Tyo, Dimas Aryadi, Kenang Mery Andini, dan Adam Arief. Terima kasih telah bersedia menerima keluh kesah peneliti, memberikan semangat serta motivasi selama penelitian. Semoga persahabatan dan tali silaturahmi kita tidak akan pernah terputus sampai kapanpun. 9. Teman-teman Jurnalistik 2010 yang telah berjuang bersama-sama dalam mengikuti perkuliahan selama hampir empat tahun. Terima kasih atas pertemanan, pembelajaran, dan pengalamannya yang telah diberikan kepada peneliti. 10. KKN Simfoni 2010 yang sudah berbagi pengalaman
yang tak
terlupakan. Semoga silaturahmi yang terjalin akan tetap terjaga selamanya. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, mendo’akan, dan meluangkan waktu untuk berbagi info dalam menyusun skripsi sehingga skripsi ini terselesaikan. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal.
iv
Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, 19 Desember 2014
Ika Suci Agustin
v
DAFTAR ISI ABSTRAK …………………………………………………………………..
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………............
vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………….
5
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………..
5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………
6
E. Metodologi Penelitian …………………………………………...
6
F. Tinjauan Pustaka ………………………………………………...
12
G. Sistematika Penulisan ……………………………………………
13
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Semiotika Sosial …………………………………………............
14
1. Pengertian Semiotika …………………………………………
14
2. Macam-macam Analisis Semiotika ………………………......
18
3. Analisis Semiotika Sosial M.A.K Haliday …………………...
19
……………………………………………………..
25
1. Pengertian Berita …………………………………………….
25
2. Klasifikasi Berita …………………………………………….
26
3. Jenis-jenis Berita …………………………………………….
28
…………………………………………
30
B. Pemberitaan
4. Elemen Nilai Berita
vi
C. Media Online …………………………………………………….
31
………………………………………..
33
……………………….
33
D. Pernikahan Beda Agama
1. Pengertian Pernikahan Beda Agama
2. Pengertian Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Islam
………………………………………………………..
36
3. Pengertian Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan …………………………….
41
……………………………..
46
B. Prestasi dan Penghargaan Tempo Inti Media ……………………
50
………………………………..
51
A. Medan Wacana (Field of Discourse) …………………………….
56
1. Analisis Data 1 ……………………………………………….
58
2. Analisis Data 2 ……………………………………………….
59
3. Analisis Data 3 ……………………………………………….
61
4. Analisis Data 4 ……………………………………………….
62
5. Analisis Data 5 ……………………………………………….
63
B. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse) …………………………….
64
1. Analisis Data 1 ……………………………………………….
66
2. Analisis Data 2 ……………………………………………….
67
3. Analisis Data 3 ……………………………………………….
68
4. Analisis Data 4 ……………………………………………….
69
5. Analisis Data 5 ……………………………………………….
70
Hukum Perkawinan Indonesian BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Tempo Inti Media
C. Visi dan Misi Tempo Inti Media BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
vii
C. Sarana Wacana (Mode of Discourse) …………………………….
71
1. Analisis Data 1 ……………………………………………….
73
2. Analisis Data 2 ……………………………………………….
75
3. Analisis Data 3 ……………………………………………….
77
4. Analisis Data 4 ……………………………………………….
78
5. Analisis Data 5 ……………………………………………….
80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………
85
…………………………………………………………….
86
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
88
B. Saran
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penghargaan Tempo …………………………………………………
50
Tabel 2 Prestasi Tempo ………………………………………………………
50
Tabel 3 Rekap Analisis Semiotika Sosial …………………………………….
54
Tabel 4 Kerangka Analisis Data Medan Wacana ……………………………
56
Tabel 5 Kerangka Analisis Data Pelibat Wacana ……………………………
65
……………………………
71
Tabel 6 Kerangka Analisis Data Sarana Wacana
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Elemen Makna Peirce
…………………………………………….
15
…………………………………..
17
Gambar 2 Signifikasi Dua Tahap Barthes
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam agama sangat dianjurkan khususnya agama Islam. Dalam pandangan Islam, Allah sudah menciptakan makhluknya berpasangpasangan sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzaariyat (51) ayat 49. Sedangkan pandangan sosialnya, manusia adalah makhluk sosial yang artinya mereka tidak bisa hidup dengan bantuan orang lain. Walaupun penduduk Indonesia memiliki perbedaan, seperti: agama, budaya, suku bangsa, ras, dan ideologi. Dengan adanya pernikahan maka keberagaman ini bisa menjadi satu kesatuan sosial dalam menghadapi realitas sosial. Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqih berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. 1 Secara arti kata nikah berarti “bergabung”, “hubungan kelamin”, dan juga “akad”.2 Dengan demikian pernikahan adalah suatu perjanjian yang dapat memperbolehkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan karena adanya akad bagi kedua belah pihak. UU No.1 Tahun 1974 mengenai perkawinan yang berlaku di Indonesia merumuskannya dengan: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkna Ketuhanan Yang Maha Esa. (Pasal 1)3 1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2007), h. 35 2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, h. 36 3 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, h. 40
1
2
Selain itu, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia dengan rumusan sebagai berikut: Perkawinan menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaqon ghalizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. (Pasal 2) 4
Hukum nikah dalam Islam adalah boleh atau mubah. Namun dari semua yang diperbolehkan ada beberapa pernikahan yang dilarang oleh agama contohnya sebagai berikut: 1. Mengawini dua orang saudara dalam satu masa, 2. Poligami di luar batas, 3. Larangan karena ikatan perkawinan, 4. Larangan karena talak tiga, 5. Larangan karena ihram, 6. Larangan karena perzinaan, dan 7. Larangan karena beda agama.5 Larangan nikah di atas yang lebih banyak diperbincangkan adalah larangan beda agama karena isu ini terbilang sangat sensitif bagi penduduk Indonesia yang mayoritas adalah Islam. Fenomena pernikahan beda agama sudah lagi bukan hal yang baru di Indonesia, utamanya pada kalangan publik figure. Sederet nama artis yang melangsungkan nikah dengan beda keyakinan di antaranya adalah Katon Bagaskara dan Ira Wibowo, Deddy Corbuzier dan Kalina, Glenn Fredly dan Dewi Sandra, serta Lydia Kandou dan Jamal Mirdad. 4
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2007), h. 40 5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, h. 110-133
3
Baru-baru ini di akhir tahun 2013 sebuah pemberitaan mengenai pernikahan beda agama sekaligus tuduhan penghinaan agama Islam. Kasus ini yaitu pernikahan yang dilakukan oleh Asmirandah dengan Jonas Rivanno. Sehingga berbagai media massa berlomba-lomba mencari berita mengenai kebenaran atas kasus yang melibatkan mereka. Dalam pemberitaan, setiap media massa memiliki perbedaan persepsi dan memaknai isu-isu yang beredar. Perbedaannya dapat dilihat dalam penulisan berita, bagaimana media memaknai isu, gaya penulisan berita, angel atau sudut berita, dan unsur-unsur lainnya dalam penulisan berita. Karena berita ini bersifat negatif maka menjadi tantangan tersendiri untuk media dalam menyuguhkan informasi harus tetap aktual, faktual, dan berimbang. Bisa saja dalam penulisan dan pemilihan kata yang berbeda dapat mengkontruksikan tokoh tersebut yang awalnya dipandang baik maka karena pemberitaannya tokoh tersebut dipandang buruk di kalangan masyarakat. Berita sendiri diartikan sebagai keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi dan perlu diketahui oleh khalayak. 6 Selain itu, berita juga diartikan segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang menarik dan penting untuk dimuat dalam media massa agar diketahui oleh khalayak dan menjadi kesadaran umum.7 Berita pernikahan beda agama Jonas Rivanno dengan Asmirandah menjadi hangat di kalangan media untuk mendapatkan suatu berita. Kasus
6
Suhaemi, M.Si dan Ruli Nasrullah, M.Si, Bahasa Jurnalistik, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet-1, h. 27 7 Sedia Willing Barus, Jurnalistik (Petunjuk Teknis Menulis Berita), (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 26-27
4
Jonas dan Asmirandah banyak diberitakan oleh media, baik media cetak, media elektronik maupun media online. Media online saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dunia jurnalistik. Kemudahannya dalam mengakses menjadi beberapa alasan media online tidak kalah saing dengan media massa lainnya. Selain itu, informasi yang diterima sangat cepat serta selalu meng-update beritanya kepada khalayak. Dengan media online, khalayak dapat membacanya dimana dan kapan saja karena tidak memerlukan waktu khusus untuk membaca. Salah satu media online yang memberitakan kasus tersebut yaitu Tempo.co. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana Tempo.co mewacanakan teks berita dalam kasus pelecehan agama yang melibatkan dua artis ternama tersebut Peneliti menggunakan analisis semiotika sosial karena semiotika ini khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia berupa lambang dan kalimat. Ilmu ini dianggap bahwa kejadian sosial di masyarakat adalah tanda atau simbol yang dihasilkan oleh manusia melalui media online. Sehingga kejadian sosial disini yaitu fenomena pernikahan beda agama yang akan menghasilkan tanda atau simbol dalam bentuk lisan dan tulisan di situs Tempo.co. Berdasarkan uraian singkat di atas, maka melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana media, dalam hal ini situs berita Tempo.co mewacanakan teks pada berita pernikahan beda agama yang dilakukan oleh Jonnas Rivano dengan Asmirandah.
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah Untuk mempermudah dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah penelitian dan memfokuskan penelitian pada kasus pernikahan beda agama yang dilakukan oleh Jonnas Rivano dengan Asmirandah. Pembatasan fokus hanya kepada pemberitaan tentang Asmirandah dan Jonnas Rivano pada bulan November 2013. Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalah secara umum adalah “Bagaimana analisis Semiotika Sosial pada pemberitaan pernikahan beda agama di situs Tempo.co?” Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana Tempo.co memaknai pernikahan beda agama dalam pemberitaannya?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan secara umum adalah untuk mengetahui analisis Semiotika Sosial pada pemberitaan pernikahan beda agama di situs Tempo.co? Tujuan dapat dirinci sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Tempo.co memaknai pernikahan beda agama dalam pemberitaannya?
6
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Sebagai sumbangan dari perspektif akademis pengembangan ilmu komunikasi pada umumnya dan pengembangan ilmu jurnalistik pada khususnya dengan memfokuskan penelitian dengan teknik analisis semiotika sosial terhadap institusi sebuah media dalam penulisan berita tentang sosial, bagaimana media memaknai sebuah peristiwa. Ditambah lagi,
penelitian
ini
dapat
menjadi
sumbangan
pemikiran
bagi
perkembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai analisis semiotika sosial dalam memaknai teks media. 2. Secara Praktis Untuk memberikan penambahan ilmiah dalam studi semiotika sosial mengenai media online terhadap suatu kasus dan cara pandang khalayak media dalam melihat kontradiksi media dalam penggambaran sebuah peristiwa di setiap media. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi pemikiran pada institusi media online, terutama Tempo.co khususnya mewacanakan suatu realitas.
E. Metodelogi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
paradigma
konstriktivis. Paradigma ini memiliki posisi dan pandangan terhadap media dan teks berita yang dihasilkan. Paradigma konstruktivis adalah
7
bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.8 Menurut Rosenberg yang dikutip oleh Mulyana Deddy, kaum konstruktivis
percaya
bahwa
sebenarnya
aturan-aturan
tidak
mencerminkan kebenaran independen apa pun mengenai alam. Aturanaturan itu sekedar konstruksi sosial, sadar atau tidak sadar disusun dan ditanamkan, tetapi kekurangan fondasi pikiran dan tindak manusia yang bebas.9 Dengan demikian paradigma ini ingin mengungkapkan makna yang tersembunyi dibalik sebuah realitas. Paradigma konstruktivis digunakan untuk melihat bagaimana realitas mengenai pemberitaan pernikaan beda agama pada Asmirandah dengan Jonnas Rivano di situs Tempo.co.
2. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah cara pandang yang digunakan dalam melihat permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis isi dan teks media berita di Tempo.co berhubungan dengan berita pernikahan beda agama pada Asmirandah dengan Jonnas Rivano. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh J. Laxy Moleong, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
8
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2008), h. 35 9 Mulyana Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 36
8
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Menurut Sugiyono, metodologi kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.11
Sehingga
pendekatan ini, peneliti
dapat
menafsirkan makna pada teks berita dengan menguraikan cara bagaimana media mengkonstrusikan berita tersebut.
3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah analisis semiotika sosial dengan menggunakan model M.A.K Halliday. Semiotika sosial yakni semiotika yang khusus menelaah lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain, semiotika sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.12 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana media massa ini mengkonstruksi realitas pada suatu peristiwa menjadi sebuah berita. Penelitian ini mengenai pemberitaan kasus pernikahan beda agama
10
J. Laxy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3 11 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005), h. 1 12 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 101
9
Asmirandah dengan Jonnas Rivano menjadi berita yang layak untuk dikonsumsi oleh khalayak.
4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek yang diteliti adalah redaktur Tempo.co, Rini Kustiani dan Retno Sulistiyawati. Objek penelitiannya adalah teks berita yang seputar pemberitaan pernikahan beda agama yang dilakukan oleh Jonnas Rivano dengan Asmirandah, berikut berita yang diteliti: a. “Ini Pengakuan Ketua MUI yang Mengislamkan Jonas” diakses pada edisi Kamis, 14 November 2013 pada pukul 18:08 WIB b. “FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram” diakses pada edisi Jumat, 15 November 2013 pada pukul 11:07 WIB c. “Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam” diakses pada edisi Minggu, 17 November 2013 pada pukul 05:50 WIB d. “FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama” diakses pada edisi Senin, 18 November 2013 pada pukul 06:26 WIB e. “Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah” diakses pada edisi Kamis, 28 November 2013 pada pukul 02:10 WIB
5. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu terhitung dari April hingga Desember 2014. Sehubung dengan subjek penelitian yang merupakan media online dalam analisis semiotika sosial, maka peneliti
10
akan mengadakan penelitian di Jakarta, lebih tepatnya di kantor redaksi Tempo.co.
6. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang atau lebih yang melibatkan interaksi verbal dengan suatu tujuan tertentu dan biasanya difokuskan kepada suatu masalah khusus.13 Wawancara dilakukan dengan Rini Kustiani dan Retno Sulistiyawati selaku redaktur Tempo.co mengenai pemberitaan pernikahan beda agama yang dilakukan oleh Asmiranda dan Jonnas rivano dalam upaya menemukan data yang lebih kuat dan akurat sesuai penelitian ini, sedangkan data-data yang diperoleh melalui tanya jawab secara lisan. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data-data dengan cara mengkaji buku-buku, website dan literature lainnya yang berhubungan dengan materi penelitian dan selanjutnya dijadikan bahan argumen.
7. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model analisis semiotika sosial M.A.K Halliday. Pada umumnya 13
53
Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), cet. Ke-3, h.
11
ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam analisis semiotika. Pertama, masalah makna (the problem of meaning), bagaimana orang memahami pesan? Kedua, masalah tindakan (the problem of action) atau pengetahuan
tentang
bagaimana
memperoleh
sesuatu
melalui
pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi (problem of coherence), yang menggambarkan bagaimana membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat dimengerti (sensible).14 Dalam semiotika sosial, ada tiga unsur yang menjadi pusat perhatian penafsiran teks secara kontekstual, yaitu: 15 a. Medan Wacana (field of discourse): menunjuk pada hal yang terjadi: apa yang dijadikan wacana oleh pelaku (media massa) mengenai sesuatu yang sedang terjadi di lapangan peristiwa. b. Pelibat Wacana (tenor of discourse) menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan dalam teks (berita); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peranan mereka. Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip dan bagaimana sumber itu digambarkan sifatnya. c. Sarana Wacana (mode of discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa: bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip); apakah menggunakan bahasa yang diperhalus atau dihiperbolik, eufemistik atau vulgar.
14
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 148 15 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, h. 148
12
8. Tinjauan Pustaka Skripsi yang menjadi acuan peneliti untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Judul skripsi “Representasi Budaya Betawi Dan Religiusitas Islam dalam Bens Radio (Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday Program Acara Nasi Ulam (Nasihat Ulama) dan Batavian)” oleh Syifa Fauziah Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan skripsi ini yaitu peneliti yang juga menggunakan metode analisis semiotika sosial namun subyek dan obyek berbeda dengan yang diteliti oleh peneliti. 2. Judul jurnal “Jejak Halliday Dalam Linguistik Kritis Dan Analisis Wacana Kritis” oleh Anang Santoso Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Peneliti menggunaka jurnal ini karena memiliki kesamaan dari metode yang digunakan yaitu semiotika sosial MAK Halliday. 3. Judul skripsi “Representasi Suap Daging Sapi Impor Pada Sampul Majalah Tempo” oleh Eko Ramanudin Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan skripsi ini dalam menggunakan metode semiotika namun berbeda model semiotikanya dan subjek serta objek pun berbeda dengan peneliti.
13
9. Sistematika Penulisan Untuk mengetaui secara global tentang penulisan ini, maka sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: Bab I. Bab ini berisi Pendahuluan yang mencakup dari Latar Belakang masalah, Pembatan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
penelitian,
Metodologi
Penelitian,
Kajian
Pustaka
dan
Sistematika Penulisan. Bab II. Bab ini berisi kerangka teori yang meliputi Definisi Semiotika, Semiotika Sosial M.A.K Halliday, Definisi Pemberitaan, Media Online, Definisi Pernikahan Beda Agama, Pernikahan Beda Agama menurut Pandangan Islam dan Hukum di Indonesia. Bab III. Bab ini berisi profil media online, yaitu terdiri profil Tempo Inti Media yang meliputi sejarah perusahaan, prestasi dan penghargaan, visi, dan misi. Bab IV. Bab ini berisi analisis semiotika sosial membahas konstruksi terhadap pemberitaan pernikahan beda agama di Tempo.co dengan cara mengurai realitas objektif pemberitaan Jonnas Rivano dengan Asmirandah, temuan penelitian menggunakan analisis semiotika sosial M.A.K Halliday yang dilihat dari medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana. Bab V. Bab ini berisi penutup yang memuat kesimpulan penelitian dan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, serta menyampaikan saran-saran dan lampiranlampiran yang terkait dengan penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI A. Semiotika Sosial 1. Pengertian Semiotika Semiotika sebagai suatu metode dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan „tanda‟.1 Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objekobjek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.2 Menurut
Charles
Sandra
Peirce
dikutip
Alex
Sobur,
mendefinisikan semiosis sebagai “a relationship among a sign, an object, and a meaning (suatu hubungan di antara tanda, objek, dan makna)”.3 Peirce mengaanggap semiotika adalah studi tentang tanda. Melalui tanda manusia berhubungan dengan orang lain kemudian memberi makna. Peirce adalah seorang ahli logika dan matematika yang terkenal juga dengan teori segitiga makna (triangle meaning). Semiotika bagi Peirce terbagi atas tiga unsur, yaitu Tanda (Sign), Acuan Tanda (Object), dan Pengguna Tanda (Interprentat).
1
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 87 2 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, h. 95 3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 16
14
15
Gambar 1 Elemen Makna Peirce Peirce membagi tanda pada tiga jenis, yaitu icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya dengan bentuk objek yang alamiah atau serupa. Indeks adalah tanda yang hubungan penanda dan petandanya bersifat sebab akibat atau langsung mengacu pada peristiwa. Simbol adalah tanda yang berhubungan dengan perjanjian sejumlah orang atau masyarakat. 4 Ferdinand de Saussure, semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda. Saussure lebih memfokuskan masalah bahasa dan struktur yang digunakan oleh manusia dalam memaknai realitas pada kehidupan, termasuk bahasa sebagai tanda. Oleh karena itu, sistem tanda dalam linguistik menjadikan landasan utama semiologinya. 5 Ada lima paradigma Saussure tentang prinsip dasar semiotika, yaitu pertama, signifer (penanda) dan signified (petanda); kedua, form (bentuk) dan content (isi); ketiga, langue (bahasa) dan parole (tuturan,
4
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41-42 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 97 5
16
ujaran); keempat, syinchronic (sinkronik) dan diachronic (diakronik); dan kelima, syntagmatik (sintagmatik) dan assosiative (paradikamatik).6 Seorang ahli semiotika, Umberto Eco menghasilkan teori tentang tanda yang paling komprehensif dan kontemporer.7 Eco menghasilkan studi tanda ini masih berkaitan dengan mazhab Saussure dan Peirce. Melalui buku “A Theory of Semiotics”, Umberto Eco mengkonstruksikan semiotika sebagai persoalan signifikasi dan komunikasi.
8
Eco juga
menekankan teori tanda ini pada dua hal, yaitu teori kode dan teori produksi tanda. Roland Barthes merupakan seorang ahli semiotik Perancis dan penerus pemikiran Saussure. Fokus utama dalam teori Barthes adalah gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification),9 yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah makna yang sesuai harfiah atau makna sebenarnya dan bagi Barthes menjadi sistem makna tingkat pertama.10 Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes sebagai signifikasi tingkat kedua.11 Konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebgai „mitos‟ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberi
6
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 46 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 19 8 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h.293 9 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 127 10 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, h. 200 11 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, h. 128 7
17
pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.12
Gambar 2 Signifikasi Dua Tahap Barthes Dengan demikian peneliti menyimpulkan dari definisi diatas, semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda dapat menunjukkan adanya peristiwa, benda, sifat, dan lainnya. Seperti contoh, lampu merah menandakan untuk kendaraan berhenti, awan mendung menandakan akan hujan, menangis tanda kesedihan, dan sebagainya. Semiotika mengkaji tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanda. Kemudian semua jelas dapat menjadi tanda sehingga tidak ada yang dijadikan topik penelitian semiotika. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotika diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan persyaratannya terpenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan, ada interpretasi. Lebih baik lagi, seorang semiotikus dapat
12
http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi_Visual_roland _bartes, diakses oleh Paramita Nadia, 18 Oktober 2014, 21:11 WIB
18
bekerja dimanapun dan kapan pun semiosis berlangsung, baik di dalam maupun di luar komunikasi.13 Mengenal lebih jauh tentang semiotika, tidak terlepas dari tokoh pemuka semiotika yang menjadi tokoh penting dan sangat berpengaruh dalam ilmu semiotika, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) di Swis dan Charles Sanders Peirce (1834-1914) di Amerika Serikat. Kedua tokoh inilah yang muncul dua aliran utama semiotika modern, yaitu satu menggunakan konsep Peirce dan satu lagi menggunakan konsep Saussure. Ketidaksamaan ini mungkin terutama disebabkan oleh perbedaan yang mendasar, yaitu Saussure adalah cikal bakal linguistik umum, sedangkan Peirce adalah ahli filsafat dan ahli logika. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika tidak hanya secara terpisah tapi juga tidak saling mengenal satu sama lainnya. pemahaman atas dua gagasan ini merupakan syarat mutlak bagi mereka
yang ingin memperoleh
pengalaman dasar mengenai semiotika.
2. Macam-macam Analisis Semiotika Kurang lebih terdapat sembilan macam semiotika yang dikenal sekarang. Jenis-jenis semiotika diantaranya yaitu sebagai berikut:14 (a) Semiotik analitik ialah semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya
13
Chritomy. T dan Untung Yuwono, Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Mayarakat, 2004), h. 79 14 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 100-101
19
menjadi ide, objek, dan makna. (b) Semiotik deskriptif ialah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. (c) Semiotik faunal (zoosemiotic), semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. (d) Semiotik kultural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. (e) Semiotik naratif, semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). (f) Semiotik natural, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. (g) Semiotik normatif, semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud normanorma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. (h) Semiotik sosial, semiotika yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. (i) Semiotik Struktural,
semiotik
yang khusus
menelaah
sistem
tanda
yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
3. Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday Semiotika sosial dijelaskan oleh Michael Alexander Kirkwood Halliday (MAK Halliday) dalam bukunya yang berjudul Language Social
20
Semiotic. Semiotika sosial merupakan cabang dari studi mengenai tanda yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain, semiotika sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.15 Selain itu, istilah semiotika sosial merupakan hubungan setiap manusia dengan lingkungan manusia yang memiliki arti, dan arti tersebut akan dimaknai oleh orang-orang yang saling berinteraksi dengan melibatkan lingkungan tersebut. Menurut Halliday dan Hasan istilah semiotika sosial diartikan secara berbeda yaitu semiotika dan sosial. Konsep „semiotik‟ mulanya berasal dari konsep tanda, dan kata modern ini ada hubungannya dengan istilah semainon (penanda) dan semainomenon (petanda) yang digunakan dalam ilmu bahasa Yunani kuno oleh pakar filsafat Stoik.16 Sedangkan „sosial‟ yang artinya sistem sosial atau kebudayaan sebagai suatu sistem makna.17 Dengan demikian, semiotika sosial itu sendiri merupakan suatu pendekatan yang memberi tekanan pada konteks sosial, yaitu pada fungsi sosial yang menentukan bentuk bahasa. Perhatian utamanya terletak pada
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 101 16 Halliday. M.A.K. dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek Bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, (Yogyakarta: Gadjahmada university Press, 1994), h. 3 17 Halliday. M.A.K. dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek Bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, h. 5
21
hubungan antara bahasa dengan struktur sosial dengan memandang struktur sosial sebagai satu segi dari sistem sosial.18 Aliran Halliday juga dikenal pula dengan sebutan semiotik behavioris
yang
mengembangkan
teori
semiotik
dengan
jalan
memanfaatkan temuan-temuan baru dalam psikologi yang berpengaruh pada linguistik.19 Sebenarnya, aliran semiotika Halliday memiliki banyak sebutan, terutama sebutan yang “berbau” linguistik, antara lain Tata Bahasa Mazhab Haliday, Scale and Category Lingusitics dan Systemic Linguistics; dalam istilah bahasa Indonesia adalah linguistik sistematik.20 Semiotika sosial lebih menelaah mengenai bahasa. Karena bahasa sebagai salah satu makna yang secara bersama-sama membentuk budaya manusia.21 Bahasa juga sangat diperlukan dalam kebutuhan manusia untuk memahami seseorang dalam kehidupan. Bahasa sebagai semiotik sosial yang terjadi dari tiga unsur (yang juga disebut tiga tingkat), yakni arti, bentuk, dan ekspresi. Secara teknis disebut semantik, tata bahasa (lexicogrammar) dan fonologi (lisan), grafologi (tulisan), atau isyarat (sign). 22 Jadi, dari unsur pertama yaitu arti direalisasikan oleh bentuk (kosa kata dan tata bahasa) kemudian bentuk 18
Halliday. M.A.K. dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek Bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, (Yogyakarta: Gadjahmada university Press, 1994), h. 5 19 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 216 20 Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, h. 216 21 Halliday. M.A.K. dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek Bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, h. 5 22 Amrin Saragih, Bahasa dalam Konteks Sosial: Pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Tata Bahasa dan Wacana, (Medan: Program Pascasarjana USU, 2006), h. 227
22
mengekspresikannya melalui bunyi yang berupa bahasa lisan dalam tulisan. Hubungan ketiga unsur ini dalam persepsi bahasa sebagai semiotik sosial. Dalam bahasa berkaitan pula teks dengan konteks. Menurut Dadan Rusmana, teks adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas untuk mengekspresikan fungsi atau makna sosial dalam konteks situasi dan konteks kultural.23 Kemudian menurut Halliday dan Hasan bahwa teks dibatasi sebagai unit bahasa yang fungsional dalam konteks sosial. Ada teks dan ada teks lain yang menyertainya: teks yang menyertai teks itu disebut konteks. Namun, pengertian mengenai hal yang menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan atau ditulis, tetapi juga meliputi kejadian-kejadian yang nonverbal lainnya pada keseluruhan lingkungan teks itu. 24 Konteks pun terbagi menjadi tiga yaitu konteks sosial (meliputi field, tenor dan mode), konteks budaya dan konteks ideologi. Konteks situasi itu sendiri adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau ditulis). Ketiga konteks situasi berkaitan dengan tiga metafungsi penggunaan bahasa di dalam proses sosial pada masyarakat.
23
Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 219 24 Halliday. M.A.K. dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek Bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial, (Yogyakarta: Gadjahmada university Press, 1994), h. 6
23
Ketiga metafungsi bahasa, yaitu sebagai berikut: fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Dalam pandangan Halliday konteks situasi terdiri atas tiga unsur, yakni medan wacana, pelibat wacana, dan sarana atau modus wacana.25 a. Medan Wacana Medan wacana (field of discourse) adalah konteks situasi yang merujuk kepada aktivitas sosial yang sedang terjadi serta latar institusi tempat satuan-satuan bahasa itu muncul. Dalam menganalisis medan wacana terdapat tiga hal yang perlu diungkap; ranah pengalaman, tujuan jangka pendek, dan tujuan jangka panjang. Ranah
pengalaman
mempertanyakan
apa
yang
merujuk
kepada
ketransitifan
terjadi
dengan
seluruh
yang
“proses”,
“partisipan”, dan “keadaan”. Tujuan jangka pendek merujuk pada tujuan yang harus segera dicapai. Tujuan ini bersifat amat konkret. Tujuan jangka panjang merujuk pada tempat teks dalam skema suatu persoalan yang lebih besar. Tujuan ini bersifat lebih abstrak. b. Pelibat Wacana Pelibat wacana (tenor of discourse) adalah konteks situasi yang merujuk pada narasumber yang dikutip, termasuk pemahaman peran dan statusnya dalam konteks sosial dan lingual. Untuk menganalisis pelibat wacana ada tiga hal yang perlu diungkap; peran agen atau
25
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis,” Bahasa dan Seni, Tahun 36, Nomor I (Februari 2008), h. 4
24
masyarakat, status sosial, dan jarak sosial. Peran status, dan jarak sosial dapat bersifat sementara dan dapat pula permanen. c. Sarana Wacana Sarana atau modus wacana (mode of discourse) adalah konteks situasi yang merujuk pada bagian bahasa yang sedang dimainkan dalam situasi, termasuk saluran yang dipilih, apakah lisan atau tulisan. Untuk menganalisis sarana paling tidak ada lima hal yang diungkap; peran bahasa, tipe interaksi, medium, saluran dan modus retoris. Peran bahasa terkait dengan kedudukan bahasa dalam aktivitas bisa
saja
bersifat
wajib
(konstitutif)
atau
tidak
wajib/penyokong/tambahan. Peran wajib terjadi apabila bahasa sebagai aktivitas keseluruhan. Peran tambahan terjadi apabila bahasa membantu aktivitas lainnya. Tipe interaksi merujuk pada jumlah pelaku: monologis atau dialogis. Medium terkait dengan sarana yang digunakan: lisan, tulisan, atau isyarat. Saluran berkaitan dengan bagaimana teks itu dapat diterima: fonis, grafis, atau visual. Modus retoris merujuk pada “perasaan” teks secara keseluruhan: persuasif, kesastraan, akademis, edukatif, mantra, dan sebagainya.
25
B. Pemberitaan 1. Pengertian Berita Pemberitaan
adalah
proses,
cara,
perbuatan
memberitan
(melaporkan, memaklumkan), perkabaran atau maklumat.26 Menurut Totok Djuroto, Istilah kata berita berasal dari bahasa sansekerta, yakni Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.27 Menurut Mitchel U. Charrley dan James M. Neal yang dikutip AS. Haris Sumadiria, berita atau news adalah laporan tentang suatu peristiwa,
opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.28 Ada beberapa definisi tentang berita diantaranya: 29 a. Dean M. Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian pembaca. b. Dr. Williard C. Blayer, berita adalah termasuk (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam media cetak karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat bagi pembaca.
26
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 140-141 27 Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-1, h. 46 28 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, ( Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet ke-1, h. 64 29 Totok Djunarto, Manajemen Penerbitan Pers, h. 47
26
c. Willian S. Maulsby menyebutkan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi. d. Eric C. Hefwod berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan menarik perhatian pembaca. Dengan kata lain, berita adalah laporan peristiwa atau kejadian yang benar terjadi (fakta), sangat penting, penuh makna dan menarik perhatian pembaca untuk disebarluaskan kepada publik.
2. Klasifikasi Berita Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori: berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, di tempat terbuka atau di tempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilih menjadi berita diduga dan berita tak terduga. Selebihnya, berita juga dapat dilihat menurut materi isinya yang beraneka macam.30 Berita berat, sesuai dengan namanya menunjuk pada kejadian yang menggemparkan dan menarik perhatian seperti kebakaran, gempa bumi, kerusuhan. Sedangkan berita ringan, juga sesuai dengan namanya, menunjuk pada peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur
30
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), cet ke-1 h. 65
27
ketertarikan manusiawi, seperti pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas di kalangan remaja.31 Berdasarkan sifatnya, berita terbagi atas berita diduga dan berita tak terduga. Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah. Sebaliknya berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba dan tidak direncanakan, tidak ketahui sebelumnya, seperti kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, dan sebagainya.32 Berita juga bisa dibedakan menurut lokasi peristiwanya. Ada berita di tempat tertutup (indoor news) dan tempat terbuka (outdoor news). Berita tentang sidang kabinet, seminar berlangsung di tempat tertutup. Berita jenis ini masuk kategori berita ringan (soft news), karena berita tersebut tidak sampai mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat. Sedangkan berita tentang kerusuhan, bencana alam berlangsung di tempat terbuka. Berita jenis ini masuk kategori berita berat (hard news). 33
31
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 66 32 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, h. 66 33 AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, h. 66-67
28
3. Jenis-Jenis Berita Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi ke dalam tiga kelompok: elementary, intermediate, advance. Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita mendalam (dept news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangan-khas (feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan mendalam (dept reporting), dan penulisan tajuk encana (editorial writin). Berikut ini penjelasan singkat tentang straight news report, dept news report, interpretative report, investigative reporting, dan feature:34 a. straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya, sebuah pidato biasanya merupakan berita-berita langsung yang hanya menyajikan apa yang terjadi dalam waktu singkat. Biasanya berita ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who, when, where, why, dan how (5W+1H). b. dept news report merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report. Reporter menghimpun fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa itu tersebut. Jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi, bukan opini reporter. Fakta-fakta yang nyata masih tetap besar.
34
AS. Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 69
29
c. Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, sesungguhnya
merupakan
jawaban
terhadap
kritik
sekaligus
kelemahan yang terdapat dalam berita langsung. Berita menyeuruh mencoba menggabungkan beberapa serpihan fakta itu dalam satu bangunan cerita peristiwa sehingga benang merahnya terlihat dengan jelas. d. Interpretative report lebih dari sekedar straight news dan depth news. Berita interpretatif biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah atau peristiwa-peristiwa kontroversial. Namun fokus laporan beritanya masih berbicara fakta bukan opini. Laporan interpretatif biasanya dipusatkan untuk menjawab pertanyaan mengapa. e. Feature story berbeda dengan straight news, dept news atau interpretative news. Dalam laporan-laporan berita tersebut, reporter menyajikan informasi yang penting untuk para pembaca. Sedangkan dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya. f. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual. Dengan membaca karya pelaporan mendalam, orang akan mengetahui dan memahami dengan baik duduk perkara suatu persoalan dilihat dari berbagai perspektif atau sudut pandang.
30
g. Invetigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun demikian, dalam laporan investigatif para wartawan memerlukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. h. Editorial writing adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum.
4. Elemen Nilai Berita Dalam berita ada beberapa karakteristik interistik yang dikenal sebagai nilai berita (news value).35 Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan untuk menentukan layak berita (news worthy).36 Beberapa elemen nilai berita, yang mendasari pelaporan kisah berita, ialah:37 (a) Immediacy, artinya terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Unsur waktu sangat penting di sini. (b) Proximity, artinya keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. (c) Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. (d) Conflict, 35
Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), cet. Ke-3, h.
53 36
Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, h.53 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 18-20 37
31
peristiwa-peristiwa perang, demostrasi, atau kriminal, merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan. (e) Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat. (f) Sex, kerap seks menjadi satu elemen utama dari sebuah pemberitaan. Contohnya seperti: pelecehan, pemerkosaan, dll. (g) Emotion, elemen emotion ini kadang dinamakan dengan elemen human interest. Elemen ini menyangkut
kisah-kisah
yang
mengandung
emosi
manusia.
(h)
Prominence, berkaitan dengan keterlibatan orang-orang penting, terkenal, tokoh. (i) Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggutunggu, terhadap sebuah peristiwa, oleh masyarakat. (j) Progrees, elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang ditunggu masyarakat.
C. Media Online Media online merupakan media komunikasi yang menggunakan internet. Media online ini memiliki ciri khas yaitu dengan menggunakan jaringan teknologi informasi dengan menggunakan perangkat komputer, di samping pengetahuan tentang program komputer untuk mengakses informasi atau berita.38 Media
online
ini
terbilang
sebagai
media
baru
namun
perkembangannya sangat spektakuler hingga sekarang. Hampir sebagian masyarakat tidak lepas mengakses media online untuk memperoleh informasi 38
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori & Praktik, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h. 46
32
dan berita. dalam hal ini selain masyarakat dapat memperoleh informasi dengan mudah, mereka juga bisa berperan aktif dalam menyampaikan informasi, serta pembaca juga dapat berkomunikasi dengan pembaca lainnya.39 Kelebihan media online yang memikat para penikmat media ini yaitu informasi bersifat up to date (senantiasa baru), informasi bersifat real time, dan informasinya bersifat praktis.40 Selain
itu, dalam media online memiliki fasilitas hyperlink yang
menjadi keunggulan lainnya. Fasilitas hyperlink itu sendiri adalah sistem koneksi antara website ke website lain sehingga memudahkan mencari informasi atau berita dari situs satu ke situs lainnya. Dengan demikian, media online yang memiliki banyak kelebihan ini sangat diminati oleh masyarakat. Bahkan media online sangat unggul dibanding dengan media lain. Dikarenakan, masyarakat juga mudah setiap waktu untuk mengakses internet. Keunggulan layanan online ini juga yang kemudian memicu mediamedia massa membentuk situs online. Jurnalistik melalui media internet pun semakin berkembang bahkan sejumlah media massa yang awalnya merintis sebagai media cetak ataupun elektronik melahirkan portal berita dalam bentuk media online. Tidak dapat dipungkiri jurnalistik media online memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan jurnalistik media cetak. Pertama, berita-berita yang 39
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet ke-3, h. 135 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori & Praktik, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), h. 46 40
33
disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di update. Kedua, untuk mengakses berita-berita yang disajikan, tidak hanya dapat dilakukan lewat komputer atau laptop yang dipasang jaringan internet, tetapi melalui ponsel atau HP pun bisa sangat mudah dan praktis. Ketiga, pembaca media online dapat memberikan tanggapan atau komentar secara langsung terhadap berita-berita yang disukai atau yang tidak disukainya dengan menarik kolom komentar yang telah disediakan.41
D. Pernikahan Beda Agama 1. Pengertian Pernikahan Beda Agama Sebelum lebih jauh membicarakan arti pernikahan beda agama itu sendiri, terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan pengertian pernikahan secara umum. Secara terminologi, nikah didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal.42 Sedangkan dalam UU perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang beagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.43
41
Zaenuddin HM, The Journalist, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 7-8 Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: eLSAS, 2008), h. 3 43 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2007), h. 40 42
34
Menurut Islam, pernikahan adalah suatu akad antara seorang lakilaki dengan seorang perempuan untuk menghalalkan ikatan lahir batin dalam membentuk rumah tangga sesuai syariat Islam. Kemudian dalam Islam, Pernikahan juga hukumnya wajib dijalankan bagi umat manusia karena sudah dijelaskan dalam firmah Allah pada surat Adz-Dzaariyat (51) ayat 49 yang isinya adalah Allah sudah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan.
Sehingga
harus
melakukan
perbuatan
yang
dianjurkan oleh Allah. Pernikahan bertujuan untuk meneruskan keturunanketurunan yang beriman kepada-Nya. Menambah dan menurunkan keturunan yang seiman itulah merupakan tugas suci yang harus ditanggung oleh manusia dalam pernikahan yang memiliki cinta kasih (mawadda wa rahmah). Maka pernikahan merupakan perbuatan yang sakral dan sesuai dengan syaratsyarat yang sudah diatur oleh agama. Begitu agungnya pernikahan sehingga mereka yang telah melangsungkan pernikahan dianggap telah memiliki setengah dari agamanya atau telah sempurna agamanya. Artinya, dia telah dianggap melaksanakan
sunnah
besar
(sunnah
muakkadah)
dan
telah
menyelamatkan dirinya dari fitnah seksual di luar pernikahan.44 Menurut pendapat Al Ustadz Sayyid Qutb bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin yang dalam, kuat dan kekal antara dua insan, suatu ikatan yang mencakup hubungan timbal balik yang luas antara
44
Abu Al-Ghifari, Pernikahan Dini, (Bandung: Mujahid Press, 2003), h 70
35
keduanya, maka tidak boleh tidak, harus terdapat kesatuan hati yang dipertemukan dalam suatu ikatan yang tidak mudah dilepas. 45 Artinya, kedua mempelai harus memiliki kesamaan agama agar tujuan untuk membangun kehidupan yang ditempuh mereka kelak akan berjalan bahagia dan selalu dirahmati oleh Allah. Selain itu, tidak semua pernikahan dihalalkan, ada beberapa pernikahan yang dilarang oleh Islam dan salah satunya adalah pernikahan beda agama. Pernikahan yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang berasal dari agama yang berbeda. Pernikahan ini disebut dengan pernikahan beda agama. Menurut
pakar
hukum
perkawinan
di
Indonesia
telah
mendefinisikan pernikahan beda agama sebagai “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang masingmasing berbeda agamanya dan mempertahankan agamanya itu sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”.46 Pengertian pernikahan beda agama dikemukakan dalam pedoman pegawai pencatat nikah. Dalam pedoman itu menjelaskan bahwa pernikahan antar agama adalah pernikahan yang terjadi di Indonesia antara dua orang yang menganut agama yang berbeda.47 Dengan kata lain, pernikahan beda agama adalah suatu ikatan lahir batin yang dilangsungkan oleh pasangan yang saling berbeda keyakinan 45
Abdul Mutaal Muhammad Al Jabry, Perkawinan Campuran Menurut Pandangan Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), h. 14 46 Eoh O.S, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 35 47 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk), (Bandung: Al-Bayan, 1994), h
36
atau agama dalam membangun keluarga bahagia, mereka tetap teguh dengan keyakinan mereka masing-masing dan taat dengan ajaran agama yang mereka anut.
2. Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Islam Sudah diketahui bahwa banyak sekali perdebatan mengenai pernikahan beda agama dikalangan para tokoh agama. Beberapa ulama mengatakan bahwa pernikahan agama tidak diperbolehkan dan juga ada yang diperbolehkan. Maka penulis akan mekaji masalah ini. Dalam Islam sudah tertera jelas pada Al Qur‟an, siapa saja yang melaksanakan pernikahan antara wanita muslim dengan laki-laki non muslim atau sebaliknya hukumnya adalah haram. Ayat-ayat yang berkenaan dengan larangan pernikaan beda agama dinyatakan dalam surat Al Baqarah ayat 221:
Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu‟min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu‟min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu‟min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
37
Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (AlBaqarah/2:221)
Kemudian ayat lainnya adalah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orangorang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya diantara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (AlMumtahanah/60:10) Para mujtahid (ulama) yang melarang pernikahan beda agama yang dilandaskan dalam surat di atas, yakni: Sayyid Qutb. Aqidah menurut Sayyid Qutb adalah hal yang paling dalam, lebih dari itu, di dalamnya terdapat
peraturan
hidup.
Perbedaan
agama
dapat
mengancam
keselamatan. Karena jalan orang-orang musyrik dan orang-orang Islam berbeda. Orang musyrik memiliki jalan ke neraka sedangkan orang Islam
38
memiliki jalan ke surga.48 Berkenaan dengan keterangan yang dianggap jelas inilah, mungkin Sayyid Qutb mengatakan keharaman menikah dengan orang musyrik dalam ajaran Islam telah jelas tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 221 dan dijelaskan juga dalam surat Al-Mumtahanah ayat 10.49 Jelas Jalaluddin an-Nauri pernikahan beda agama lebih melahirkan kemudharatan dari pada kemaslahatan bagi umat Islam. Para ulama fiqih merasa pendapat atau hukum yang tepat perihal nikah beda agama adalah diharamkan.50 Didasarkan pada hadis Nabi yang dipesankan bagi laki-laki yang akan menikah, bahwa ia harus melihat empat hal: “Perempuan dikawini itu karena adanya empat perkara; karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka carilah wanita yang taat kepada agama, niscaya akan beruntung tangan kananmu”.51 Kemudian Prof Dr. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah mengatakan: “Wajar jika pesan pertama kepada mereka yang akan membina rumah tangga adalah: janganlah wahai pria-pria Muslim menikah yakni menjalin ikatan dengan wanita-wanita musyrikin, para penyembah berhala, sebelum mereka beriman, dengan benar kepada Allah dan Nabi Muhammad saw”.52
48
Sayyid Qutb, Tafsir fi Dzailalil Qur‟an, (Jakarta: gema Insani Press, 2002), h. 286-288 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h. 55 50 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, h. 66 51 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h. 60 52 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 442 49
39
Ibnu Katsir memberikan pejelasan, bahwa ayat 221 ini merupakan pengharaman dari Allah terhadap kaum muslimin supaya tidak menikah dengan wanita-wanita musyrik. Yaitu para penyembah berhala seraya menegaskan bahwa wanita musyrik tidak halal dinikahi.53 Pada masa khulafaur Rasyidun, pernikahan dengan non Islam sudah dilarang keras oleh salah satu sahabat nabi, yaitu Umar bin Khattab. Sayyidina Umar mengkhawatirkan apabila banyak orang Islam yang menikah dengan orang-orang di luar Islam, maka wanita-wanita dari kalangan Islam tidak akan ada yang memilih.54 Selain pendapat ulama yang melarang pernikahan beda agama adapula pendapat yang membolehkan pernikahan semacam ini. Namun alasan para ulama membolehkan perikahan beda agama dikarenakan adanya ayat Allah yang menerangkan dihalalkannya pernikahan dengan orang di luar Islam. Dalam firman Allah surat Al Maidah ayat 5 sebagai berikut:
Artinya: 53
Ismail Ibn Katsir, Tafsir Ibnu Katsir. (terj) Dr. Abdullah bin Muhammad, Abdurrahman bin Ishaq, (Pustaka Imam SyafiI, 2002), h. 427 54 Ibrahim Husain, Figh perbandingan Masalah Pernikahan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003) , jilid 1, h. 290
40
“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.” (AlMaidah/5:5)
Semua ulama sepakat bahwa menikah dengan orang musyrik adalah dilarang, berarti tidak bisa ditujukan kepada semua orang di luar Islam, karena ternyata orang-orang yang berasal dari golongan ahli kitab diperbolehkan menikah dengan orang Islam. 55 Dalam tafsiran Ibnu Katsir disebutkan, keterangan dalam surat Al Baqarah adalah pengharaman oleh Allah perihal menikah dengan orangorang musyrik, yaitu mereka yang menyekutukan Allah, menyembah kepada selain Allah seperti menyembah berhala, api, dll.56 Ibnu katsir mengecualikan larangan itu bagi mereka yang berasal dari golonga ahlikitab yaitu Nasrani dan Yahudi.57 Demikian pula disebutkan dalam tafsir Al-Misbah karangan Quraish Shihab, larangan menikah yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah adalah menikahi orang musyrik, bukan orang yang berbeda agama. Musyrik dan orang yang di luar Islam harusnya dipisahkan, karena
55
Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h. 87 56 Ismail Ibn Katsir, Tafsir Ibnu Katsir. (terj) Dr. Abdullah bin Muhammad, Abdurrahman bin Ishaq, (Pustaka Imam SyafiI, 2002), h. 427 57 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, h. 87
41
golongan ahli kitab, meskipun secara institusi bukan orang Islam, dibolehkan menikah.58 Quraish Shihab hanya ingin menyarankan untuk berhati-hati dalam melakukan pernikahan beda agama karena takut orang Islam terpengaruh. Menurut Qaul Mu‟tamad (pendapat yang kuat) dalam madzhab Syafi‟i, golongan ahli kitab yang halal menikah dengan orang Islam ialah perempuan yang menganut agama Nasrani atau Yahudi.59 Namun agama Nasrani atau Yahudi yang dimaksud adalah di saat sebelum diturunkannya Al Qur‟an atau di masa permulaan Islam. Lain halnya Al Qur‟an telah diturunkan maka surat Al Maidah ayat 5 bukan lagi sebagai pedoman halal menikah dengan orang di luar Islam sekaligus tidak lagi menjadi Ahl-al Kitab. Dengan kata lain, ulama yang membolehkan pernikahan ini dengan syarat harus dari golongan Ahl-al Kitab atau ahli kitab. Selebihnya diharamkan melaksanakan pernikahan beda agama.
3. Pernikahan Beda Agama Dalam Pandangan Hukum Perkawinan Indonesia Sebelumnya peneliti menjabarkan pernikahan antara perempuan muslim dengan laki-laki non muslim atau sebaliknya secara sudut pandang Islam. Karena negara Indonesia adalah negara hukum yang mengatur segala persoalan termasuk pernikahan. Salah satunya pernikahan beda 58
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 29 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h.69 59
42
agama, persoalan ini juga menjadi isu sensitif dalam masyarakat Indonesia sebab mengenai hubungan antar agama. Maka bagaimana dari sisi hukum memandang pernikahan beda agama yang sudah marak di Indonesia. Negara Indonesia menjamin warganya dalam prinsip kebebasan beragama yaitu tercantum dalam Pasal 29 UUD 1945 ayat (1) dan (2). Artinya, jaminan kemerdekaan bagi setiap warga Indonesia dalam memeluk agama dan menjalankannya. Dengan demikian warga merasa aman dalam menjalankan ajaran agama masing-masing karena pemerintah berkewajiban melindungi dari gangguan. Kemudian Amandemen ke-2 UUD 1945 juga dicantumkan pasal 28 ayat (1) dan (2). Undang-Undang di atas menjelaskan bahwa negara menjamin warganya dalam kebebasan memilih agama atau keyakinan masing-masing warga Indonesia. maka peduduk Indonesia tidak perlu takut dalam menjalankan dan menaati ajaran agama yang dianut. Selain itu, pernikahan beda agama juga menyentuh dalam aspek hak asasi manusia. Sebab pernikahan adalah hak dari setiap orang. Undang-Undang Hak Asasi Manusia (Pasal 10 UU No. 39 Tahun 1999) menegaskan: a. Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. b. Perkawinan yang sah dapat berlangsung atas kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
43
Dengan demikian, pernikahan yang sah haruslah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mencakup hukum perkawinan di Indonesia. Hukum perkawinan di Indonesia sudah diatur melalui UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu sah dari aspek agama dan sah dari aspek administrasi. UU ini terdiri dari 14 bab dan 67 pasal, dan untuk implementasinya dilengkapi Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaannya dan dinyatakan berlaku efekti sejak tanggal 1 Oktober 1975. Undang-Undang Perkawinan (UUP) merupakan UU pertama di Indonesia yang mengatur soal perkawinan secara nasional.60 Dengan kata lain, Undang-Undang yang dapat dijadikan landasan sebagai perkawinan beda agama yaitu UU No 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 1, pasal 8 huruf f, dan pasal 57. Pasal 2 ayat 1 berbunyi: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agamanya dan kepercayaannya itu. Selanjutnya pasal 8 huruf f berbunyi: Perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang kawin. Serta pasal 57 berbunyi: Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam UndangUndang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan
60
Ahmad Baso dan Ahmad Nurcholish, PERNIKAHAN BEDA AGAMA: Kesaksian, Argumen Keagamaan dan Analisis Kebijakan, (Jakarta: Komnas HAM dan ICRP, 2005), h. 255
44
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Kemudian UU Perkawinan dikuatkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 40 huruf c dan pasal 44 secara khusus mengatur mengenai larangan perkawinan antara perempuan muslim dengan laki-laki non mulsim atau laki-laki muslim dengan perempuan non muslim. Pasal 40 huruf c di atas secara khusus melarang terjadinya perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita non muslim (baik Ahl al-Kitab maupun non Ahl al-Kitab).61 Jadi pasal ini memberikan penjelasan bahwa wanita selain yang beragama Islam tidak boleh dinikahi oleh laki-laki yang beragama Islam. Selanjutnya pasal 60 Kompilasi Hukum Islam menyatakan sebagai berikut: a. Pencegahan
perkawinan
bertujuan
untuk
menghindari
suatu
perkawinan yang dilarang hukum Islam dan peraturan Perundangundangan. b. Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami atau calon isteri yang akan melangsungkan perkawinan tidak memenui syaratsyarat untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum Islam dan perundang-undangan. Pasal ini secara tegas memberikan penjelasan tentang pencegahan perkawinan terhadap calon mempelai yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh hukum Islam peraturan
61
M. Muhibuddin, Tafsir baru Perkawinan Beda Agama di Indonesia, http://www.pawonosari.net/asset/nikah_beda_agama.pdf, diakses tanggal 30 Oktober 2009
45
perundang-undangan. Pasal ini menguatkan pelarangan perkawinan beda agama.
BAB III PROFIL TEMPO INTI MEDIA A. Sejarah Singkat Tempo Inti Media Tempo lahir dan besar pada zaman Orde Baru, disokong oleh perusahaan yang juga dibesarkan pada masa Orde Baru tahu 1971, tetapi Orde Baru juga mematikannya.1 Tempo merupakan majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliput berita dan politik. Tempo ditebitkan oleh PT Tempo Inti Media Tbk,. PT Tempo Inti Media Tbk sudah berstatus perusahaan terbuka. Perseroan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2001. Meski masih tergolong pemain baru dalam bursa. Tempo mempunyai sejarah yang panjang. Dalam perjalanannya, ada pasang surut yang dialami untuk mencapai kejayaan. Pemberitan yang disuguhkan Tempo yang sangat kritis sehingga memunculkan rasa yang tidak nyaman bagi penguasa Orde Baru saat itu. Akibatnya Tempo dibredel dua kali pada masa Orde Baru. Tahun 1982, Tempo pertama kalinya mengalami pembredelan karena dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu, tengah dilangsungkannya kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Tempo akhirnya diperbolehkan kembali dengan syarat mendatangani sebuah perjanjian di atas kertas yang bersegel dengan Ali Moertopo, Menteri
1
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, artikel berjudul “Enak dibaca, tetapi Ini Sejara dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 8 Desember 2008, 22:43
46
47
Penerangan saat itu (zaman Soeharto ada Departemen Penerangan yang fungsinya, antara lain mengotrol pers). Kemudian pada Juni 1994, untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto mengenai pembelian kapal-kapal bekas dari Jerman Timur. Tempo kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Kantor pertama Tempo di kawasan Pecinan, Senen, Jakarta Pusat, sekumpulan anak muda dengan umur yang masih 20-an berkeinginan untuk menerbitkan sebuah majalah berita mingguan. Di antaranya Guenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan Putu Wijaya. Maka dari salah satu blok gedung di JL. Senen Raya 83, Jakarta pada 6 Maret 1971, Majalah Tempo untuk pertama kalinya terbit dengan Goenawan Mohamad sebagai Pemimpin Redaksi. Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang memiliki wawasan yang begitu luas, mulai pemain sepak bola, ekonomi, politik, seni dan budaya, musik, dan dunia perfilman. Paradigmanya yang sangat liberal dan terbuka sehingga ia pernah di evakuasi kepolisian saat acara diskusi peluncuran buku dengan judul “Allah, Liberty and Love” karya Irshad Manji di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan. Acara ini dituding mendukung Homoseks, Lesbian, dan perkawinan sesama jenis. Alasan nama Tempo diambil karena pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama itu terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga,
48
nama itu bukan simbol suatu golongan. Arti Tempo sama saja dengan waktu, sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik diseluruh dunia. Tempo adalah majalah mingguan yang rubriknya (lebih dari 30 rubrik), dan selalu mengutamakan berita peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dengan maksud selalu tepat, aktual, dan tepat. Dalam peliputannya dilakukan secara jujur dan harus pula dengan kenyataan yang terjadi di tempat. Tempo bergerak secara independen yang tidak dipengaruhi oleh pihak lain, baik pribadi atau lembaga. Tempo sebagai forum yang memperjuangkan hak bicara bagi semua orang atau lembaga tanpa pengecualian. Edisi pertama Tempo laku sekitar 10.000 eksemplar. Di edisi kedua yang laku sekitar 15.000 eksemplar. Tempo terus mengalami peningkatan hingga pada tahun ke 10, perjalanan Tempo mencapai 100.000 eksemplar. Puncak kejayaan Tempo terjadi pada periode 1980-an, anggaran berlanja iklan perusahaan-perusahaan banyak masuk media cetak. Tidak selamanya mencapai puncak tapi ada saatnya merasakan dibawah dan Tempo mengalaminya. Setelah tempo pindah ke Kuningan tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan wartawan. Mereka keluar Tempo untuk mendirikan Majalah Editor. Beberapa wartawan pun ikut keluar karena merasa Tempo sudah berubah yang tidak lagi sebagai institusi perjuangan melainkan bisnis. Kemudian manajemen juga sering membela pemilik sehingga wartawan tidak menjadi aset berharga lagi.
49
Terjadi pula dua ideologi kepemimpinan di tubuh tempo antara Goenawan dengan Bur. Perbedaan dua kubu ini terdapat dalam ide dasar. Jika Goenawan ingin Tempo bergaya Feature (bercerita) namun Bur lebih bergaya ke News. Pada awal tahun 1990-an perlahan-lahan iklan telivisi swasta muncul dan perlahan pasti, iklan yang awalnya banyak di media cetak pun diambil alih dan dimonasi oleh media telivisi. Sehingga industri media cetak hanya memiliki 20-30 persen dari total iklan yang ada, sedangkan media televisi mencapai 50 persen yang dibagi dengan semakin banyak stasiun televisi. Periode 1998 hingga sekarang inilah letak tantangan sesungguhnya yang dialami oleh Tempo. Seiring dengan itu, Tempo Interaktif lahir sebagai situs berita dengan perkembangan media melalui internet. Portal berita ini ada sejak 6 Maret 1996. Pada awalnya situs ini bernama www.tempointeraktif.com sementara sekarang berubah menjadi www.tempo.co. Media ini menerapkan standar tinggi jurnalisme saat meliput peristiwa dan menyajikannya secara cerdas, tajam, dan berimbang. Isi beritanya dibagi menjadi beberapa jenis berita, yakni nasional, metro, bisnis, olahraga, teknologi, internasional, gaya hidup, seni dan budaya, otomotif, dan selebritis. Dengan mengalami perkembangan teknologi pula, situs ini tidak hanya bisa di akses melalui komputer pribadi tapi juga aplikasi lainnya, seperti ponsel, ipone, blackBerry, ipad, dan tablet android.
50
B. Prestasi dan Penghargaan Tempo Inti Media
No. 1.
Tahun 1986
2.
1989
3. 4. 5. 6.
1989 1990 1991 1999
7. 8. 9. 10.
1999 1999 1999 1999
11.
1999
12.
2002
13.
2004
14.
2004
No. 1. 2. 3. 4.
Tahun 1971 1977 1988 1991
5. 6.
1993 1996
7.
1997
8.
1998
Tabel 1 Peghargaan Tempo Penghargaan Best Cover-Asia Publishing Congress, Singapore Second Best Cover-Asia Publishing Congress, Hongkong Best Article, 25th National Health Day Award Best Outdoor Ad, Citra Mara Award, Indonesia Best Photo, Adinegoro Award, Indonesia Best Foreign Series Foster, 7th International Printed Graphid Art, Pakistan The Most Read News Magazine, AC Nielsen The Most Satisfactory News Magazine, Frontier The Most Recognized Magazine, AMI The Most Popular Brand News Magazine, MarsFrontier - SWA The Most Read Magazine by Indonesian Bussinessmen, IPSOS-RSL (Hongkong) Asian Bussinessman Readership Survey Penghargaan Index Customer Satisfaction Award – Frontier Penghargaan Medal Of Honor dari Missouri School Of Journalism Amerika Serikat Penghargaan Dewan Pers: koran Tempo sebagai harian yang pemberitaannya paling berimbang dan Harian kedua terbaik secara umum
Tabel 2 Prestasi Tempo Pretasi Edisi perdana TEMPO dapat menjual 20.000 kopi Penjualan mencapai 47.000 kopi Penjualan mencapai 166.000 kopi Menjadi satu-satunya jurnalis dari indonesia yang meliput perang Teluk dari Bagdad, Irak Penjualan mencapai 200.000 kopi Reporter TEMPO, Ahmad Taufik menerima anugerah S Tasrieb Award Reporter Bina Bektiati menerima penghargaan US Woman Journalist Award Penjualan pada edisi perdana TEMPO pasca dibreidel mencapai 150.000 kopi
51
9. 10.
1998 2000
11.
2002
12.
2002
13.
2003
14.
2003
15.
2003
16.
2003
17.
2004
Goenawan Mohamad menerima CPJ Award Media pertama yang mengungkap sengketa Buloggate, sedangkan yang lain hanya mengutip dari TEMPO Hasil survey AC Nielsen, MBM paling banyak pembacanya Rommy Fibri menerima penghargaan sebagai nominee dari Internasional Federation of Journalist (IFJ) & European Union (EU) di Belgia Karaniya Dharmasaputra mendapat penghargaan dari AJI (Aliansi Jurnalistik Independent) untuk tulisannya mengenai Investasi Buloggate II Rommy F & Maria H menerima penghargaan Apresiasi Jurnalis Jakarta dalam peringatan 9 tahun AJI Merupakan media yang paling komprehensif mengangkat isu illegal logging periode 2002-2003 dari GreenCom & Inform (TWI, WALHI, Telapak, AMAN, TNC, FFI, BLI, CI) Karaniya Dharmasaputra menerima penghargaan M. Hatta Award atas kinerjanya memberantas korupsi Penghargaan kepada wartawan Tempo (Nezar Patria) : Tolerance Prize dari International Federation Of Journalists atas pemberitaannya mengenai Aceh
C. Visi dan Misi Tempo Inti Media 1. Visi Tempo Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat. 2. Misi Tempo a. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda. b. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan model dan politik.
52
c. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik. d. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik. e. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai dengan kemajuan zaman. f.
Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sector.
g. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Sebelum menganalisis data, peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai pemberitaan perikahan beda agama pada Asmirandah dan Jonas Rivano di situs Tempo.co Berita pernikahan Asmirandah dan Jonas menarik diperbincangkan di semua media massa terutama pada situs Tempo.co. Pemberitaan ini dimulai karena pernyataan Jonas yang tidak mengakui bahwa Ia telah mualaf dan belum membaca dua kalimat syahadat. Padahal ditanggal 21 Agustus 2013 Jonas telah mualaf dengan dibantu oleh Mahari sebagai yang mengislamkanya. Dengan pernyataan Jonas tersebut kasusnya berbuntut panjang hingga Ia dilaporkan ke kepolisian atas tuduhan penghinaan agama Islam. Kemudian alasan Tempo.co mengangkat berita tersebut karena prinsip Tempo.co adalah 5W+1H. Maka Siapa (WHO) yang diambil dikarenakan dua tokoh yang terlibat adalah sosok yang terkenal di dunia entertainment Indonesia dan dikenal oleh seluruh masyarakat. Pada bab ini akan membahas mengenai masalah pokok yang diambil untuk bahan penelitian. Peneliti menggunakan teori Semiotika Sosial M.A.K Halliday yang mengemukakan tentang makna dalam suatu teks, diantaranya medan wacana (field of discourse), pelibat wacana (tenor of discourse), sarana atau modus wacana (mode of discourse). Tiga unsur inilah yang akan diteliti oleh peneliti dalam mengamati makna teks dalam pemberitaan pernikahan beda agama Asmirandah dan Jonas Rivano.
53
54
Tempo.co memberitakan fenomena kedua artis ini dimulai bulan Oktober 2013 hingga Februari 2014 namun peneliti hanya mengambil edisi tanggal 14 November 2013, 15 November 2013, 17 November 2013, 18 November 2013, dan 28 November 2013. Pengambilan edisi ini hanya di bulan November saja karena di bulan tersebut pemberitaannya terlihat intensif dan sedang mencuat di kalangan media. Berikut temuan data sesuai dengan analisis Semiotika Sosial: Tabel 3 Rekap Analisis Semiotika Sosial Tanggal
Medan Wacana
Pelibat
Sarana Wacana
(Field of
Wacana (Tenor
(Mode of
Discourse)
of Discourse)
Discourse)
14 November
Adanya
3 narasumber
Majas Apofasisi /
2013
pengakuan oleh
Preterisio dan
Ketua MUI
Majas Prolepsis
bahwa Ia telah mengislamkan Jonas Rivano 15 November
Jonas mengaku
2013
belum Islam.
1 narasumber
Majas Aptronim dan Disfemisme
Menurut FPI pernikahan Jonas dan Asmirandah haram 17 November
Asmirandah dan
2013
Jonas akhirnya
Paralelisme, dan
mengakui telah
Hiperbola
menikah dan Jonas pernah mengucapkan
2 narasumber
Majas Prolepsis,
55
Tanggal
Medan Wacana
Pelibat
Sarana Wacana
(Field of
Wacana (Tenor
(Mode of
Discourse)
of Discourse)
Discourse)
1 narasumber
Majas
dua kalimat syahadat 18 November
FPI melaporkan
2013
kasus Jonas
Paralelisme,
kepada pihak
Eufimisme, dan
yang berwenang
Disfemisme
dengan tuduhan telah melakukan penghinaan agama Islam 28 November
Pengadilan
2013
Agama yang
1 narasumber
Majas Antitesis dan Repetisi
berwenang dalam status pembatalan pernikahan Asmirandah dan Jonas
Dengan demikian peneliti akan merinci secara jelas sesuai tiga unsur yang menjadi fokus penelitan pada Analisis Semiotika Sosial, yakni medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana.
56
A. Medan Wacana (Field of Discourse) Tabel 4 Kerangka Analisis Data Medan Wacana No
Tanggal
Temuan
1.
14 November 2013
Medan wacana ini membahas mengenai bahwa Mahari yang langsung
mengislamkan
Vanno
dengan
diantar
keluarga Asmirandah. Untuk masuk
Islam
hanya
perlu
kemauan sendiri dan ikhlas mengucap syahadat.
dua
kalimat
Kemudian
surat
pernyataan telah masuk Islam ditanda tangani oleh Vanno, Mahari dan dua orang saksi yang resmi dikeluarkan oleh lembaga MUI (Majelis Ulama Indonesia. 2.
15 November 2013
Medan
wacana
pernikahan Asmiranda
tentang
yang dilakukan dengan
Jonas
Rivano adalah haram menurut FPI. Karena masuk Islam secara
dipaksa
dibolehkan
dan
itu
tidak
hukumnya
haram apalagi tujuannya agar bisa menikahi Asmirandah. 3.
17 November 2013
Bahasan
kali
ini,
medan
wacana menceritakan tentang permintaan maaf Jonas dan
57
No
Tanggal
Temuan Asmiranda yang berhubungan dengan
kasus
pemberitaan
yang sedang menimpa mereka mengenai
tidak
mengakui
pernah masuk agama Islam sekaligus membantah adanya pernikahan. 4.
18 November 2013
Medan
wacana
dalam
pemberitaan edisi ini adalah permohonan pengakuan pernyataannya
maaf
dan
Jonas
atas
yang
sudah
melukai seluruh umat Islam di Indonesia namun FPI (Front Pembela
Islam)
tetap
menginginkan kasus tersebut diproses hukum. Kemudian polisi juga masih mencari pasal apa saja yang berkaitan dengan kasus Jonas. 5.
28 November 2013
Medan wacana yang dapat dibahasan
ini
tentang
kepastian status pembatalan pernikahan dengan sepenuhnya
Asmirandah Jonas
yang adalah
kewenangan dari pengadilan agama.
Pembatalan
pernikahan sudah diatur di Undang-Undang di UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974
58
No
Tanggal
Temuan tentang
Perkawinan.
Jika
salah satu pihak yang ingin menikah merasa dibohongi maka bisa mengajukan ke KUA (Kantor Urusan Agama) untuk
tidak
menggelar
pernikahan.
1. Analisis Data 1 (Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas, 14 November 2013) Medan wacana pada bahasan berita edisi ini mengenai Jonas Rivano yang ingin masuk Islam dan Ketua MUI Kota Depok, Mahari Madarif selaku orang yang membantu Vanno untuk membaca dua kalimat syahadat. Vanno tidak datang sendiri namun Ia diantar oleh keluarga Asmirandah langsung bertemu Mahari. Pernyataan ini ditegaskan dalam kutipan Mahari: TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Ulama Indonesia Kota Depok, Mahari Madarif, mengatakan artis sinetron Jonas Rivano telah masuk Islam pada 21 Agustus 2013. “Saya yang mengislamkan dia,” kata Mahari, akhir bulan lalu, saat ditemui di kediamannya d Beji, Depok.1 Menurut Mahari Jonas--bisa dipanggil Vanno--datang menemuinya diantar oleh keluarga Asmirandah. “keluarga Asmiranda bilang: Ada yang mau masuk Islam, Pak Haji,” katanya. Mahari mengatakan tidak ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh Vanno. Pemuda ini anya diminta mengisis daa-data, menyerahkan salinan KTP, dan menyiapkan dua saksi.2
1
“Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas”, Tempo.co, 14 November 2013, paragraf 1. 2 “Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas”, Tempo.co, 14 November 2013, paragraf 2.
59
Kemudian persyaratan bagi orang yang ingin mualaf hanya perlu menyiapkan salinan KTP, mengisi data-data, dan menyiapkan dua saksi. Selain itu, syarat yang penting adalah atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan orang lain dan secara ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat. Selesai itu, secara resmi lembaga MUI memberikan surat pernyataan bahwa telah menjadi seorang mualaf dengan ditanda tangani Vanno sebagai orang yang mualaf, Mahari, dan dua orang saksi. Seperti yang dikutip oleh Mahari berikut: “Syarat yang paling penting itu adalah kemauan dia dan ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat, itu saja,” kata Mahari. Setelah diislamkan, Vanno mendapatkan sebuah surat pernyataan resmi dari lembaga MUI. Surat itu berisi pernyataan bahwa Vanno telah memeluk agama Islam dan disaksikan oleh dua saksi. “Suratnya ditanda tangan dia, saya, dan dua saksi, sudah selesai,” ujar Mahari.3 Pengambilan kutipan langsung ini mempertegas bahwa Vanno terbukti telah menjadi mualaf yang sudah disaksikan langsung oleh Mahari dan pihak keluarga Asmirandah. Vanno telah masuk Islam pada tanggal 21 Agustus 2013.
2. Analisis Data 2 (FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram, 15 November 2013) Dalam berita ini diceritakan tentang pernyataan Jonas yang menyebutkan bahwa dia tidak pernah masuk agama Islam dan belum mengucapkan dua kalimat syahadat. Pengakuan tersebut diakuinya secara langsung di masyarakat luas. Karena pengakuan inilah, FPI 3
“Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas”, Tempo.co, 14 November 2013, paragraf 3.
60
geram dan merasa pernikahan yang terjadi antara Asmirandah dan Jonas dikatakan haram. Pernyataan ini tampak di bawah ini: “Itu haram karena dalam Islam tidak boleh menikah dengan paksaan. Ini sama dengan pemaksaan. Seharusnya Jonas masuk Islam dari hati,” kata Ketua FPI Depok, Habib Idrus Al Gadri, saat melaporkan Jonas di Polresta Depok, Kamis, 14 November 2013.4 Dalam kasus pernikahan itu, kata Idrus, sama saja Jonas mengakui Islam hanya sebagai formalitas untuk menikahi Asmirandah. Padahal pada tanggal 21 Oktober 2013, Jonas telah masuk Islam dan langsung dilakukan oleh Ketua MUI dan dua saksi lainnya. Dengan adanya pengakuan Jonas yang membantah keislaman dan pernikahannya yang terbongkar, FPI melaporkan kasus ini ke kantor Kepolisian Resor Kota Depok. Pelaporan ini karena Jonas telah berbohong dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Seperti kutipan berikut: Setelah pernikahannya dengan Asmirandah terungkap, Jonas membantah telah masuk Islam dan telah menikahi pemain sinetron itu. Padahal, dia telah dinikahkan oleh MUI serta KUA di Depok. Dengan begitu, Jonas dianggap telah menipu semua umat Islam dan MUI sebagai lembaga negara. “Nah, kita tersinggung,” katanya. Oleh karena itu, FPI mendesak Jonas mempertanggung jawabkan perbuatannya.“Dia harus meminta maaf kepada seluruh umat Islam.”5 Siang ini, FPI mendatangi Kantor Kepolisian Resor Kota Depok untuk melporkan kebohongan Jonas tersebut. Jonas akan dijerat Pasal 156 KUHP tentang menyebarkan kabar bohong sehingga membuat sekelompok orang tidak tenang.
4
“FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram”, Tempo.co, 15 November 2013,
paragraf 2. 5
paragraf 3
“FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram”, Tempo.co, 15 November 2013,
61
“Hukumannya enam tahun penjara. Saya sih maunya seumur hidup,” kata Idrus.6
3. Analisis Data 3 (Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam, 17 November 2013) Dalam pemberitaan pada tanggal 17 November 2013 menceritakan tentang permohonan maaf. Digambarkan Jonas dan Asmirandah berpegangan tangan dalam memberikan permintaan maaf di konferensi pers. Mereka meminta maaf kepada seluruh masyarakat dan penggemar berkaitan pernyataan Jonas yang tidak mengakui telah masuk Islam dan belum mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun pernyataan tersebut ditarik lagi dan mengatakan bahwa Jonas pernah masuk agama Islam, mengucapkan dua kalimat syahadat, dan memang telah menjadi mualaf. Pernyataan ini tampak seperti berikut: Tempo.co, Depok – Pasangan Asmirandah dan Jonas Rivano akhirnya mengaku telah menikah pada tanggal 17 Oktober 2013 setelah Jonas resmi masuk Islam. Dengan itu, mereka meminta maaf secara terbuka kepada penggemar mereka di seluruh Indonesia karena sempat membantah pernikahan mereka.7 Permintaan maaf juga dilakukan dikediaman Asmirandah. Dia berharap masyarakat terutama penggemarnya untuk tetap mendukung dan memahami situasi yang dialami artis kesayangan mereka. Berikut kutipannya:
6
“FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram”, Tempo.co, 15 November 2013,
paragraf 4. 7
paragraf 1.
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013,
62
“Kami minta maaf kepada masyarakat dan penggemar kami berdua dalam kaitan dengan pemberitaan ini,” kata Asmirandah dalam jumpa pers di Jalan Trans Yogie KM 1 Perumahan Raffles Hills Estate Blok M2 No 14, Cibubur, Jumat malam, 15 November 2013.8
Dari permintaan maaf mereka terlihat sekali bahwa Jonas dan Asmirandah mengakui kebohongan mengenai kasus terungkapnya pernikahan mereka. Permohonan maaf ini jelas untuk kepada masyarakat dan penggemar di seluruh Indonesia yang dilakukan secara terbuka dalam konferensi pers.
4. Analisis Data 4 (FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama, 18 November 2013) Pada pemberitaan kali ini menceritakan tentang terkaitnya pernyataan Jonas yang membantah masuk Islam, belum membaca dua kalimat syahadat dan juga pernikahannya dengan Asmirandah. Namun akhirnya Jonas mengakui dan meminta maaf atas pernyataan tersebut kepada seluruh masyarakat dan penggemar secara terbuka melalui Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Meskipun begitu Front Pembela Islam (FPI) tetap ingin kasus ini dilanjutkan kerana hukum. Kutipan Idrus sebagai berikut: “Kami akan tetap proses hukum, bahkan sampai ditahan,” kata ketua FPI Depok Habib Idrus Al Gadri kepada Tempo, Ahad, 17 Oktober 2013.9
8
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013,
paragraf 2. 9
paragraf 1.
“FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama”, Tempo.co, 18 November 2013,
63
Dari pernyataan di atas tampak jelas bahwa Idrus ingin melanjutkan kasus Jonas dibawa ke proses hukum hingga Jonas ditahan. Sampai keinginannya itu Idrus membawa para saksi kepada penyidik Polres Bogor untuk memberikan keterangan. Tempo.co
menggambarkan bahwa
FPI menuduh Jonas
melakukan penghinaan terhadap agama Islam karena Ia membantah telah masuk Islam. Itulah alasan Idrus melaporkan kasus Jonas kepada pihak yang berwenang. Menurut Idrus, Jonas bisa kena pasal penghinaan dan penodaan terhadap agama. “Polisi akan mengembangkan kasus ini barang kali ada pasal (lain) yang berkaitan status Jonas,” kata dia.10
5. Analisis data 5 (Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah, 28 November 2013) Pemberitaan pada bahasan ini menceritakan tentang status pembatalan pernikahan Asmirandah yang masih belum jelas. Status pernikahan bisa saja dibatalkan atau masih tetap diselenggarakannya pernikahan. Masalah mengenai pernikahan apalagi tentang status pernikahan yang memiliki wewenang yaitu pengadilan agama. Seperti yang dilihat dalam kutipan Abdul Jamil, sebagai berikut: TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abdul Jamil, mengatakan status pembatalan perikahan artis Asmiranda Zantman dengan Jonas Rivanno merupakan wewenang pengadilan agama. Menurut di, status keduanya setelah tak lagi sebagai suami-istri bakal diputuskan dalam persidangan.
10
paragraf 2.
“FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama”, Tempo.co, 18 November 2013,
64
“Itu sepenuhnya merupakan kewenangan dari pengadilan agama,” ujarnya saat dihubungi, Rabu, 27 November 2013.11 Dalam masalah pembatalan pernikahan Asmirandah ini, prosesnya dilakukan secara hukum dan sudah diatur pada pasal UU No.1 Tahun 1974. Nampak yang ada dipernyataan berikut: Menurut dia, masalah pembatalan pernikahan itu memang dibenarkan secara hukum karena ada klausa atau pasal yang mengatur langsung masalah tersebut. “Di Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,” ujarnya.12 Pernikahan Asmirandah berbeda dari pasangan menikah lainnya karena satu alasan yaitu karena beda agama, Asmirandah dengan Islam sebagai keyakinannya sedangkan Jonas memeluk agama kristen. Sehingga masalah pernikahan beda agama ini sudah diatur dalam hukum pernikahan di UU No. 1 Tahun 1974. Undang-Undang yang dapat dijadikan landasan sebagai pernikahan beda agama diantaranya UU No 1 Tahun 1974 pasal 2 ayat 1, pasal 8 huruf f, dan pasal 57.
B. Pelibat Wacana (Tenor of Discourse)
No 1.
Tabel 5 Kerangka Analisis Data Pelibat Wacana Tanggal Temuan 14 November 2013
Dalam edisi ini pelibat wacana terdapat tiga, yaitu: pertama, Mahari Madarif adalah Ketua
11
“Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah”, Tempo.co, 28 November 2013, paragraf pertama. 12 “Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah”, Tempo.co, 28 November 2013, paragraf 2.
65
No
Tanggal
Temuan MUI
(Majelis
Indonesia)
Ulama
Kota
Depok.
Perannya disini sebagai orang yang mengislamkan Jonas. Kedua,
Jonas
kedudukannya
Rivano
sebagai
artis
entertaiment yang mengalami kasus pernikahan dia dengan Asmirandah. Ketiga, Asmirandah dikenal sebagai artis sinetron, pemain film, album,
pernah dan
mengeluarkan terkait
dengan
kasus Jonas juga. 2.
15 November 2013
Pelibat wacana dalam berita ini hanya satu yaitu Habib Idrus Al Gadri sebagai Ketua FPI Kota Depok. kedudukan Habib Idrus disini adalah orang yang melaporkan Jonas ke polisi denga
tuduhan
sudah
menyebarkan kabar bohong. 3.
17 November 2013
Pelibat wacana dalam bahasan kali ini adalah Jonas dan Asmirandah.
Kedudukan
mereka yakni sosok publik figure yang dikenal sebagai pemain
sinetron
dan
yang
terlibat langsung dalam kasus penghinaan terhadap agama.
66
No
Tanggal
Temuan
4.
18 November 2013
Dalam pemberitaan edisi ini pelibat wacana hanya ada satu narasumber yaitu Habib Idrus Al
Gadri
sebagai
yang
Ketua
berperan FPI
Kota
Depok. 5.
28 November 2013
Pelibat wacana dalam bahasan ini adalah Abdul Jamil yang menjadi
narasumber
dan
berkedudukan sebagai Direktur Jenderal
Bimbingan
Masyarakat Islam Kementerin Agama
dan
kewenangan pernikahan
mempunyai atas
status
Jonas
dengan
Asmirandah.
1. Analisis Data 1 (Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas, 14 November 2013) Pelibat wacana disini tidak terlalu banyak hanya ada tiga narasumber, yakni: pertama, Ketua MUI Kota Depok, Mahari Madarif yang peran atau kedudukannya sebagai orang yang mengislamkan Vanno untuk taat dan patuh pada ajaran Allah SWT. Kedua, Jonas Rivano yang berperan disini sebagai orang yang diislamkan atau yang ingin mengikuti ajaran agama Islam. Vanno memberikan pernyataan yang menggemparkan media bahwa Ia tidak menjadi mualaf pada tanggal 30 Oktober 2013, berikut kutipannya:
67
“Aku malam ini terpaksa arus bicara karena pemberitaan itu membuat keluarga aku dan aku terusik,” katanya. “Aku tegaskan lagi, aku tidak menjadi mualaf.”13 Ketiga, Asmirandah yang kedudukannya adalah seorang artis dan pacar dari Vanno. Dia juga menjadi orang yang terlibat dalam kasus Vanno. Dalam hal ini Tempo.co memilih narasumber haruslah yang berkompeten dan mereka membagi narasumber menjadi tiga jenis (narasumber satu, kedua, dan ketiga), secara jelasnya berikut kutipan wawancara: “Tentunya kutipan itu harus berasal dari sumber yang kompeten. Asmirandah dan Jonas sebagai sumber utama. Namun ketika mereka tidak bicara jadi kami melipir tapi tetap harus berkompeten. Untuk kutipan harus dari orang pertama atau pihak pertama yaitu pihak yang menjalani apapun, kasus apapun, peristiwa apapun. Narasumber pertama adalah orang yang orang yang menjalani. Nah narasumber yang kedua adalah orang yang tidak terlibat tapi melihat dengan indranya dia, melihat, mendengar, mencium atau apa. Itu adalah pihak kedua. Pihak ketiga adalah ya ahli atau pengamat. Narasumber ini diibaratkan seperti primer, sekunder dan tersier.”14 2. Analisis Data 2 (FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram, 15 November 2013) Tempo.co menggunkana narasumber dalam bahasan berita kali ini hanya ada satu, yakni Habib Idrus Al Gadri. Narasumber disini berperan sebagai Ketua FPI Kota Depok yang mengatakan bahwa
13
“Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas”, Tempo.co, 14 November 2013, paragraf 4. 14 Wawancara pribadi dengan Rini Kustiani dan Retno Sulistiyawati, Jakarta 5 November 2014.
68
pernikahan Jonas haram sekaligus yang melaporkan Jonas kepada Kantor Kepolisian Resor kota Depok. Dalam hal ini Jonas terjerat Pasal 156 KUHP tentang menyebar kabar bohong dan membuat masyarakat tidak tenang. Hukuman dalam Pasal 156 KUHP selama enam bulan tapi Idrus menginginkan hukuman seumur hidup. FPI tetap terus melanjutkan masalah ini dan melakukan diskusi dengan Polres Depok tentang pasal-pasal lain yang terkait dengan kasus tersebut. FPI (Front Pembela Islam) merupakan organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Ormas ini dikenal baik dengan aksi-aksinya yang kontroversi dan tidak jarang bertindak kekerasan dalam menegakkan Islam.
3. Analisis Data 3 (Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam, 17 November 2013) Pelibat wacana yang digunakan dalam pemberitaan ini antara lain Jonas Rivano dan Asmirandah. Kedudukan dan peran mereka yakni sebagai artis pemain sinetron yang sangat dikenal dikalangan masyarakat dan memiliki banyak penggemar di seluruh Indonesia. Selain itu, selaku orang yang juga ingin meminta maaf kepada masyarakat dan penggemar meraka tentang masalah yang terkait pernikahan dan agama.
69
Dalam hal ini, Asmirandah menginginkan penggemarnya tetap mendukung dan memahami apa yang sedang terjadi pada artis kesayangannya. Seperti kutipan dari Asmirandah berikut: Menurut dia, dukungan dari penggemar sangat membantu dirinya untuk tetap merasa kuat dan bersabar. “Para penggemar kami yang terus men-support kami, terima kasih atas dukungan kalian. Itu sangat membantu kami,” katanya.15 Pernyataan di atas dapat menyeret opini pembaca. Pemikiran yang ada seperti, penggemar segalanya bagi kalangan artis, jika tidak ada penggemar maka mereka tidak akan terkenal sampai saat ini atas dukungan yang diberikan, baik disaat bahagia atau mengalami masa sulit.
4. Analisis Data 4 (FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama, 18 November 2013) Ungkapan yang dijadikan kutipan dalam pemberitaan ini, baik kutipan langsung maupun tidak langsung yaitu hanya Habib Idrus Al Gadri. Kedudukan pelibat wacana ini selaku Ketua FPI Kota Depok dan sebagai pelapor dalam kasus Jonas Rivano. Menurutnya, Jonas bisa dikenai pasal penghinaan dan penodaan terhadap agama, dikarenakan Jonas sempat membantah pernikahan dengan Asmirandah sekaligus belum menjadi mualaf. Agar Jonas ditahan, FPI tidak hanya memiliki bukti tapi juga membawa saksi yaitu MUI dan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Masjid (AnNur). Berikut pernyataan Habib Idrus Al Gadri: 15
paragraf 4.
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013,
70
Pada Sabtu kemarin, FPI kembali ke Polres Bogor untuk memberikan keterangan. “Kami baru menghadirkan saksi, yaitu keterangan MUI dan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Masjid (An-Nur), dan Ane baru diminta keterangannya sebagai pelapor,” kata Idrus.16
5. Analisis data 5 (Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah, 28 November 2013) Berita pada tanggal 28 November 2013 ini terdapat satu narasumber, yaitu Abdul Jamil. Narasumber dalam edisi tersebut sebagai Direktural Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Perannya adalah pengamat atau memberi pandangan mengenai status pembatalan pernikahan Asmirandah. Abdul Jamil menjelaskan juga bagaimana cara bagi setiap pasangan untuk menikah yang harus diperlukan yaitu melengkapi persyaratan administrasi dari KUA (Kantor Urusan Agama). Syarat administrasi ini seperti, kelengkapan identitas diri dari pasangan yang menikah dan orang-orang yang terlibat termasuk saksi. Setelah terpenuhi syarat administrasi tersebut, pasangan memiliki waktu selama 10 hari masa bantahan yang diberikan KUA. Dimana salah satu pihak yang menikah merasa tidak keberatan maka pernikahan tetap digelar. Namun sebaliknya dimana salah satu pihak yang menikah merasa keberatan maka tidak terjadi adanya ijab kabul. Seperti dalam kutipan berikut:
16
paragraf 3.
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013,
71
“Tapi, kalau pihak yang terlibat merasa keberatan, entah karena tidak benar atau merasa ditipu, ya, bisa mengajukan ke KUA agar pernikahannya tidak digelar,” katanya.17 Seperti yang terjadi pada Asmirandah yang mengajukan permohonan pembatalan pernikahan karena dirinya merasa dibohongi oleh Jonas yang kembali ke agama awalnya yaitu kristen. Sebelumnya Jonas melakukan pernikahan dan menjadi mualaf.
C. Sarana Wacana (Mode of Discourse)
No 1.
Tabel 6 Kerangka Analisis Data Pelibat Wacana Tanggal Temuan 14 November 2013
Gaya bahasa yang terdapat di isi berita edisi ini adalah Majas Apofasisi / Preterisio, yaitu gaya
bahasa
digunakan
mengandung unsur kontradiksi, terlihat
menolak
menerima,
memuji
sebenarnya
tapi tapi
mengejek,
kelihatan menyalahkan namun membenarkan,
merahasiakan
tapi sebenarnya membeberkan. Kemudian memakai Majas Prolepsis, yakni gaya bahasa yang kalimat awalnya adalah kata yang sebenarnya sebelum suatu peristiwa.
17
paragraf 4
“Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah”, Tempo.co, 28 November 2013,
72
No
Tanggal
Temuan
2.
15 November 2013
Sarana wacana yang terdapat dibahasan ini adalah Majas Aptronim dan Disfemisme. Majas Aptronim ialah gaya bahasa berupa pemberian nama sesuai
sifat
dan
pekerjaan
orang tersebut. Sedangkan disfemisme adalah penggunaan kata kasar yang kurang pantas. 3.
17 November 2013
Sarana wacana yang ditemukan dalam bahasan kali ini yakni Majas Prolepsis / Antisipasi, Majas Paralelisme dan Majas Hiperbola. Majas Prolepsis / Antisipasi ialah gaya bahasa yang kalimat awalnya
adalah
sebenarnya
kata
sebelum
yang suatu
peristiwa. Majas Paralelisme adalah gaya bahasa kata
yang atau
menggunakan frase
dengan
kedudukan yang sejajar. Majas Hiperbola adalah gaya bahasa yang memakai katakata yang melebih-lebihkan. 4.
18 November 2013
Sarana wacana dalam edisi kali ini
adalah
kata-kata
yang
memiliki Majas Paralelisme, Eufimisme, dan Disfemisme.
73
No
Tanggal
Temuan Majas Paralelisme adalah gaya bahasa kata
yang atau
menggunakan frase
dengan
kedudukan yang sejajar. Kemudian Disfemisme adalah penggunaan kata kasar yang kurang pantas. Eufimisme yaitu gaya bahasa yang menggunakan kata yang dirasa kasar diganti kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. 5.
28 November 2013
Saran wacana dalam bahasan ini
adalah
Antitesis.
Gaya
bahasa ini termasuk dari majas pertentangan yang menjelaskan perbandingan dua kata yang berlawanan. Selain itu, Repetisi yaitu gaya bahasa yang berulang-ulang.
1. Analisis Data 1 (Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas, 14 November 2013) Sarana
Wacana
dalam
berita
ini
ditemukan
Majas
Apofasis/preterisio yang terdapat di pernyataan Asmirandah. Gadis yang beragama Islam itu mengatakan dirinya memang berencana untuk menikah dengan Vanno, namun pernikahan baru direncanakan Januari 2014. Rencana pernikahan itu tidak membuat Vanno masuk agama Islam.18 18
“Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas”, Tempo.co, 14 November 2013, paragraf 5
74
Dalam pernyataan Asmirandah dijelaskan bahwa awalnya dia ingin menyembunyikan rencana pernikahannya tapi kemudian kalimat selanjutnya Ia membeberkan kapan pernikahan itu terjadi. Simbol penggunaan majas Apofasis/preterisio ini untuk memaknai unsur yang kontradiksi yaitu menutupi dan membongkar suatu informasi yang tadinya ingin disembunyikan. Selain itu, Tempo.co memberi tanda dengan mendeskripsikan Asmirandah dengan
kata “Gadis yang beragama Islam itu”.
Pemaknaan kata tersebut menggambarkan keadaan seseorang sehingga pembaca seolah-olah melihat dan memahami apa yang dilukiskan dalam rangkaian kata-kata. Kemudian pada paragraf terakhir ditemukan Majas Prolepsis. majas ini menjelaskan kata awal adalah yang sebenarnya baru ada sebelum peristiwa. Contohnya pada kalimat berikut: Organisasi masyarakat ini menuduh Vanno telah menghina Islam karena sudah menjadi mualaf namun tidak mengakuinya. FPI akhirnya melaporkan Vanno ke Polres Depok.19 Ditemukan kata Vanno telah menghina Islam karena sudah menjadi mualaf namun tidak mengakuinya, kata tersebut adalah kata sebenarnya atau penjelasan dan dikalimat selanjutnya FPI akhirnya melaporkan Vanno ke Polres Depok adalah kata yang menunjukan peristiwa setelah kata-kata penjelasan tersebut.
19
“Ini Pengakuan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas”, Tempo.co, 14 November 2013, paragraf terakhir.
75
Kemudian dari paragraf terakhir ini peneliti juga mendapatkan kalimat deskripsi. Pemakaian kalimat deskripsi bahwa Tempo.co menandakan kata organisasi masyarakat ini untuk menggambarkan FPI.
2. Analisis Data 2 (FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram, 15 November 2013) Tempo.co menggunakan gaya bahasa yang cenderung netral dan sedikit menggunakan kata-kata yang bermajas atau bersifat konotatif. Namun peneliti menemukan kalimat yang bermajas Aptronim terdapat pada paragraf keempat: Setelah pernikahannya dengan Asmirandah terungkap, Jonas membantah telah masuk Islam dan telah menikahi pemain sinetron itu.20 Majas Aptronim ditemukan pada kalimat telah menikahi pemain sinetron. Kata pemain sinetron menunjuk kepada Asmirandah yang sehari-harinya bekerja sebagai artis atau pemain sinetron. Penggunaan majas Aptronim berhubungan dengan pekerjaan seseorang dan ini menandakan Asmiradah sebagai pemain sinetron. Pekerjaan asmirandah sebagai pemain sinetron menjadikan dia dikenal sebagai publik figure dan Tempo.co memberikan nama yang cocok sesuai sifat dan pekerjaan Asmirandah yang
juga dikenal
masyarakat sebagai selebritis, seperti berikut yang dikatakan oleh redaktur Tempo.co: 20
paragraf 4.
“FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram”, Tempo.co, 15 November 2013,
76
“Kita berlandaskan prinsip 5W+1H dan Asmirandah ini karena WHO-nya. Asmirandah itu seleb, semua orang tau, mengaku dia cantik, dari WHO ini kita berangkat. Persoalannya apa dan ternyata WHAT-nya itu adalah nikah beda agama dan ini juga hot, maksudnya masih jadi kontroversi meskipun bukan cuma dia doang yang beda agama. Intinya, karena WHO-nya si Asmirandah sebagai pokok.”21
Sebuah kata yang memiliki disfemisme dalam paragraf keempat di kalimat kedua. Disini tertulis pernyataan sebagai berikut: Padahal, dia telah dinikahkan oleh MUI serta KUA di Depok. Dengan begitu, Jonas dianggap telah menipu semua umat Islam dan MUI sebagai lembaga negara.22 Dari pernyataan di atas, kata menipu memiliki makna disfemisme menjadikan rasa yang kurang pantas atau suatu kalimat menjadi
turun.
Berbeda
jika
Tempo.co
menggunakan
kata
membohongi dari pada menipu. Kata membohongi bisa memiliki makna yang bersifat positif. Disfemisme disini menandakan Tempo.co ingin menekankan kata menipu itu dengan makna yang kasar dan memang menganggap perlakuannya salah dan menyakiti perasaan umat Islam.
21
Wawancara pribadi dengan Rini Kustiani dan Retno Sulistiyawati, Jakarta 5 November
22
“FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram”, Tempo.co, 15 November 2013,
2014. paragraf 4.
77
3. Analisis Data 3 (Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam, 17 November 2013) Gaya bahasa yang digunakan dalam pemberitaan ini terdapat kata yang bermakna Prolepsis/Antisipasi, Majas Paralelisme dan Majas Hiperbola. Pernyataan berikut yang memiliki majas Prolepsis, yakni: Menurut Asmirandah, pemberitaan dalam beberapa hari terakhir cukup intens sehingga membuat penggemarnya bertanya-tanya.23 Majas prolepsis adalah gaya bahasa yang kalimat awalnya adalah kata yang sebenarnya sebelum suatu peristiwa. Pada pernyataan di atas, kalimat pemberitaan dalam beberapa hari terakhir cukup intens menunjukkan kata yang sebenarnya sebelum peristiwa terjadi. Peristiwa disini yakni penggemar yang bertanya-tanya. Kemudian ditemukan Majas Paralelisme pada paragraf keempat di paragraf terakhir, kutipannya sebagai berikut: “Mungkin ada yang bingung, sakit hati, dan mungkin tidak nyaman dengan pemberitaan ini. Kami minta maaf,” katanya.24 Pemakaian majas paralelisme menandakan suatu kata atau frase dengan kedudukan yang sejajar. Kata yang bermakna paralelisme antara lain bingung, sakit hati, dan tidak nyaman. Kata-kata ini bisa dikatakan kedudukannya sejajar.
23
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013,
paragraf 3. 24
paragraf 3.
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013,
78
Sebuah kata yang memiliki gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata yang melebih-lebihkan atau disebut juga majas hiperbola terdapat di paragraf terakhir. Kata itu terdapat di kutipan berikut: Jonas mengakui telah melukai banyak orang. “Saya minta maaf sedalam-dalamnya,” katanya.25 Kata „sedalam-dalamnya‟ disini
memiliki makna
yang
berlebih-lebihan. Namun dalam pernyataan di atas memiliki konotasi yang bersifat positif. Hiperbola digunakan dengan memaknai permintaan maaf yang dilakukan oleh Jonnas menandakan sesuatu yang sungguh-sungguh adanya penyesalan.
4. Analisis Data 4 (FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama, 18 November 2013) Penggunaan gaya bahasa yang digunakan Tempo.co cukup netral. Tapi peneliti menemukan sedikit kata yang bermakna disfemisme dan majas paralelisme. Majas Paralelisme adalah gaya bahasa berupa kata atau frase dengan kedudukan yang sejajar. Majas ini terdapat di paragraf akhir, yaitu sebagai berikut: Seperti diketahui, Jonas dan Asmirandah telah mencabut pernyataan mereka sebelumnya yang menerangkan bahwa Jonas tak pernah masuk Islam, belum mengucap kalimat syahadat, dan masih beragama kristen.26 Pernyataan di atas dari kata tak pernah masuk Islam, belum mengucap kalimat syahadat, dan masih beragama kristen memiliki
25
“Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam”, Tempo.co, 17 November 2013, paragraf terakhir. 26 “FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama”, Tempo.co, 18 November 2013, paragraf terakhir.
79
majas paralelisme karena kata-kata tersebut mengandung makna yang sama atau sejajar kedudukannya. Penggunaan paralelisme disini memaknai bahwa intinya sama-sama tidak beragama Islam. Kemudian ditemukan pula kata bermakna disfemisme dalam paragraf awal. Front Pembela Islam (FPI) Depok tetap ngotot memenjarakan Jonas. Sabtu kemarin, FPI Depok kembali membawa saksi untuk memberikan keterangan kepada penyidik Polres Bogor.27 Kata yang mengandung makna disfemisme yakni „ngotot‟. Kata „ngotot‟ di sini kurang sesuai dan konotasinya memiliki makna negatif. Misalnya saja Tempo.co mengganti kata ngotot dengan bersikukuh. Sehingga artiannya bersifat pofitif dibanding kata ngotot. Peneliti juga menemukan gaya bahasa yang mengandung eufimisme yang terdapat di paragraf empat. Berikut kutipan Idrus: “Kami baru menghadirkan saksi, yaitu Keterangan MUI dan DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Masjid (An-nur), dan Ane baru diminta keterangannya sebagai pelapor,” kata Idrus. Sedangkan kata „ane‟ dalam kutipan tersebut memiliki gaya bahasa berupa eufimisme namun artiannya agak halus dibanding memakai kata gue. Kata ane berasal dari bahasa arab ana (saya), karena FPI beridentik keagamaan dan kata seperti ini dipakai oleh aktivis dakwah maka pengucapan gaya seperti ini menjadi kebiasaan dalam aktivitas dakwah mereka. Pemakaian tanda disfemisme dari kata ngotot memberikan makna yang kasar dan adanya keharusan dalam pernyataan tersebut 27
paragraf 1
“FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama”, Tempo.co, 18 November 2013,
80
sehingga Tempo.co menggunakan pemilihan kata tersebut. Sedangkan tanda eufimisme memaknainya dengan kata yang halus dengan kebalikan dari kalimat disfemisme.
5. Analisis data 5 (Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah, 28 November 2013) Tempo.co menggunakan bahasa yang cenderung netral, sangat sedikit ditemukan konotasi bermakna negatif atau majas yang membuat imajinasi dan emosi pembaca bermain. Peneliti menemukan majas antitesis dari kata „suami-istri‟ yang terdapat di paragraf pertama. Menurut dia, status keduanya setelah tak lagi sebagai suamiistri bakal diputuskan dalam persidangan.28 Antitesis
menggunakan
perbandingkan
dua
kata
yang
berlawanan, yaitu kata „suami-istri‟ dari pernyataan. Pemaknaan antitesis dalam pernyataan ini adalah menunjukan dua kata yang saling bertentangan dan memiliki arti yang berbeda pula. Kemudian gaya bahasa Tempo.co banyak mengandung repetisi atau kata yang diucapkan berulang-ulang. Seperti, pernikahan, pembatalan pernikahan, masalah pembatalan pernikahan, pemohon, dan suami-istri. Kata berulang-ulang ini hampir terdapat di setiap paragraf pada pemberitaan edisi tanggal 28 November 2013.
28
paragraf 1
“Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah”, Tempo.co, 28 November 2013,
81
Interpretasi Penelitian Hasil analisis dari semua berita yang telah peneliti lakukan maka ditemukan bahwa kelima berita termasuk ke dalam jenis straight news dan memiliki nilai berita (news value) yang tinggi untuk dijadikan sebuah berita, yaitu Immediacy, peristiwa ini cukup mendapat perhatian publik di Akhir tahun 2013. Sehingga waktu disini sangat penting. Prominence, peristiwa yang terkait dengan tokoh terkenal disebut juga “names make news”. Nilai berita ini akan menarik pembaca karena akan dilihat siapa (who) untuk diangkat dalam berita. Emotion, unsur ini menyangkut kejadian yang mengandung kemarahan, kesedihan, empati, simpati, cinta, kebencian, kebahagian, atau humor. Progres, peristiwa yang menyangkut perkembangan dari suatu berita. Sehingga masyarakat menunggununggu kelanjutan berita tersebut. Fenomena pernikahan beda agama bergantung pada aturan hukum yang berlaku bagi umatnya sesuai agama atau kepercayaan masing-masing yang akan melangsungkan pernikahan. Berdasarkan agama Islam pernikahan beda agama terbagi menjadi dua, antara lain: sisi yang melarang dan disisi lainnya membolehkan pernikahan tersebut. Pihak yang melarang pernikahan ini sudah dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 221 dan Al Mumtahanah ayat 10.29 Pihak yang melarang dengan tegas mengharamkan pernikahan yang dilakukan oleh wanita muslim dengan laki-laki yang berkeyakinan lain atau sebaliknya. Kemudian mereka sepakat apa pun yang terjadi dan saling mencintai satu sama lain tetap dilarang karena akan banyak terjadi kemudharatan bagi umat
29
Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h. 55
82
Islam. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin an-Nauri pernikahan beda agama lebih melahirkan kemudharatan dari pada kemaslahatan bagi umat Islam.30 Sedangkan pihak yang membolehkan dinyatakan dalam surat Al Maidah ayat 5. Mereka membolehkan kepada golongan Ahlul Kitab, yaitu golongan yang mempunyai kitab suci dan selama mereka mengakui kebenaran adanya Allah dan Rasul. Umat Yahudi dan Nasrani adalah yang termasuk dalam Ahlul Kitab. Golongan ini dibolehkan pada zaman Nabi Muhammad hidup karena saat itu kitab suci belum banyak terjadi perubahan dalam isi kitab.31 Sehingga Ahlul Kitab dalam surat Al Maidah tidak lagi diterima untuk menikah di luar Islam. Hal ini dikarenakan bahwa Ahlul Kitab pada masa sekarang sudah tidak ada, yang ada hanyalah keturunan Ahlul Kitab yang sudah tidak percaya adanya Allah dan Rasul (musyrik).32 Kemudian pernikahan beda agama juga sulit untuk mendaftar ke KUA (Kantor Urusan Agama). Pencatat nikah menolak nikah beda agama baik dari lembaga Islam maupun lembaga non Islam. Sehingga banyak pasangan nikah beda agama memilih menikah di luar negeri karena disana tidak ada larangan. Selain itu, cara lainnya laki-laki atau wanita yang ingin menikah harus mengikuti salah satu kenyakinan dan mengorbankan agama yang telah dianut. Pernikahan beda agama saat ini menjadi salah satu tantangan dari perkembangan dunia saat ini. Fenomena globalisasi yang semakin majunya dunia ilmu pengetahuan, memberikan konsekuensi terhadap keberadaan manusia akan
30
Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, h. 66 Rusmin Tumanggor, Jaenal Aripin, dkk, Perilaku NIKAH BEDA AGAMA (Fenomena Masyarakat Jakarta), (Jakarta: LEMLIT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), h. 67 32 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h. 68-69 31
83
sadarnya tentang agama.33 Keberagaman yang tumbuh di masyarakat modern dengan sifat universalnya baik dari agama, ras, suku, dan budaya adalah keberagaman yang toleransi dan memahami arti perbedaan agar terciptanya kedamaian dan kesejahteraan. Perbedaan agama dalam kehidupan manusia tidak menjadi faktor pemecah persatuan dan kesatuan, api penyala konflik, sengketa, perpecahan dan semangat kebencian antar sesama.34 Kemudian bagi umat Islam yang melakukan dan mendukung pernikahan beda agama bahwa mereka sudah siap untuk menerima perbedaan yang akan dihadapi, baik tradisi keberagaman maupun sikap dan tingkah laku. Dalam hal ini fenomena pernikahan beda agama banyak terjadi di masyarakat ibukota Jakarta. Salah satunya berita pernikahan beda agama Asmirandah dengan Jonas. Tempo.co menyajikan berita ini langsung pada pokokpokok masalah yang terjadi di lapangan. Isi beritanya yang ditulis singkat, jelas, dan pemilihan kata pun mudah dimengerti. Berita ini dimulai karena pernyataan Jonas yang menganggap bahwa dia belum pernah membaca dua kalimat syahadat. Padahal ada dua orang saksi dan Ketua MUI yang mengislamkan Jonas. Dengan pernyataan Jonas inilah Front Pembela Islam (FPI) merasa kesal sehingga melaporkan perkara ini ke kantor polisi. Pernikahan mereka juga dianggap haram karena adanya paksaan. Namun yang mempunyai kewenangan dalam status pernikahan Asmirandah dan Jonas adalah lembaga pengadilan agama.
33
Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, (Depok: QultumMedia, 2005), h. 130 34 Nasrul Umam Syafi‟i & Ufi Ulfiah, Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?, h. 159
84
Dalam berita-beritanya, Tempo.co lebih memuat isu tersebut pada kronologis peristiwa dan bagaimana isu pernikahan beda agama dan juga mengarah dugaan penghinaan terhadap Islam ini bisa terjadi. Kemudian dengan mengangkat FPI sebagai narasumber, Tempo.co ingin menekankan bahwa kasus pernikahan beda agama yang mengarah penghinaan agama Islam tersebut menginginkan adanya hukum penjara terhadap kasus tersebut. Peristiwa ini agar memiliki kualitas berita yang baik haruslah ditentukan dengan narasumber yang dikutip. Pernyataan dan kutipan dari narasumber berkompeten dapat terlihat berbobot atau tidaknya berita tersebut. Kutipan berita yang diangkat oleh Tempo.co sebagai narasumber adalah Mahari Madarif selaku Ketua MUI Kota Depok, Habib Idrus Al Gadri selaku Ketua FPI Depok, dan Abdul Jamil selaku Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama. Dilihat dari narasumber ini maka peneliti menyimpulkan bahwa narasumber yang dipilih oleh Tempo.co menandakan simbol penolakan dari pernikahan beda agama. Citra yang ditampilkan Tempo.co kepada publik adalah media online yang ingin menyajikan berita pernikahan beda agama pada Asmirandah dan Jonas dengan cara berimbang atau netral. Namun dari hasil penelitian, gaya bahasa yang digunakan terlihat dari pengambilan narasumber yang diangkat oleh Tempo.co. Melalui kutipan narasumber, Tempo.co menunjukan kontra terhadap masalah pernikahan beda agama. Tempo.co menampilkan narasumber salah satunya dari FPI. Dalam hal ini FPI menunjukan jika berita ini tidak hanya mengenai pernikahan beda agama tapi juga mengarah terhadap penghinaan agama Islam. Sehingga terlihat sekali kontra mengenai fenomena pernikahan beda agama.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dari penelitian skripsi yang telah peneliti paparkan tentang Pernikahan Beda Agama yang dilakukan oleh Asmirandah dan Jonas Rivano di situs Tempo.co pada edisi tanggal 14 November 2013, 15 November 2013, 17 November 2013, 18 November 2013, dan 28 November 2013. Maka peneliti dapat menarik hasil penelitiannya yaitu memaknai isi teks yang diproduksi oleh Tempo.co dalam berita mengenai pernikahan beda agama. Dalam hal ini, makna yang diproduksi Tempo.co menunjukan bahwa pernikahan beda agama memang ditolak secara syariat agama dan hukum. Dalam berita-beritanya dapat dilihat dari narasumber yang diangkat oleh Tempo.co yaitu sebagai simbol yang memaknai berita pernikahan beda agama. Seperti, Mahari Madarif sebagai ketua MUI Kota Depok menjadi narasumber karena Ia yang mengislamkan Jonas. Kemudian Kementerian Agama, Abdul Jamil dijadikan narasumber karena kasusnya sampai ke pengadilan agama dan lembaga inilah yang mempunyai wewenang mengenai status pernikahan Asmirandah dan Jonas Rivano. selain itu, Ketua FPI Depok, Habib Idrus Al Gadri sebagai narasumber yang melaporkan Jonnas ke polisi atas tuduhan penghinaan agama Islam. Pemilihan narasumber inilah menjadi simbol yang memaknai bahwa Tempo.co kontra atau menolak terhadap pernikahan beda agama. Terlihat dari pengambilan kutipan dari narasumber salah satunya dari FPI. Dapat diketahui
85
86
juga FPI dikenal dengan organisasi massa yang bersikap keras dalam membela agama sehingga simbol FPI menunjukan bahwa Tempo.co juga kontra dengan adanya pernikahan beda agama. Kemudian terdapat pernyataan Jonnas yang meminta maaf mengenai masalah perikahan beda agama dan sampai harus terlibat dengan hukum. Makna yang terlihat adalah bahwa Jonnas mengakui kesalahannya dan merasa menyesal telah menyakiti banyak orang terutama umat Islam. Tempo.co dalam penggunaan bahasa terdapat kata “menipu” dan “ngotot” dalam menulis berita perikahan beda agama. Sehingga makna yang dilihat disini adalah adanya penekanan dari kata-kata tersebut dan juga memiliki makna yang kasar.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran baik kepada segenap akademisi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Program Studi Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hiyatullah Jakarta, serta bagi penikmat berita, yaitu sebagai berikut: 1. Melihat hasil penelitian ini berupa simbol yang memaknai pemberitaan pernikahan beda agama dan dengan cara menggunakan metode analisis semiotika sosial MAK Halliday untuk memahami makna teks dalam peristiwa yang terjadi. Sehingga metode MAK Halliday ini bisa menjadi acuan dalam meneliti simbol, tanda, dan makna yang terdapat pada teks berita.
87
2. Peneliti berharap untuk masyarakat luas sebagai penikmat berita agar lebih selektif dengan mencermati kata, kalimat, isi berita, dan akuratnya sumber informasi yang diberikan oleh media massa. Maka sebagai penikmat berita tidak hanya menerima informasi dari satu sumber saja tapi juga bisa menonton, membaca, dan mendengarkan berita dari berbagai media. karena dengan mencari informasi dari sumber yang berbeda dapat mengetahu kualitas kebenaran sebuah informasi.
DAFTAR PUSTAKA Al-Ghifari, Abu. Pernikahan Dini. Bandung: Mujahid Press. 2003. Al Jabry, Abdul Mutaal Muhammad. Perkawinan Campuran Menurut Pandangan Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang. 1991. Barus, Sedia Willing. Jurnalistik (Petunjuk Teknis Menulis Berita). Jakarta: Erlangga. 2010. Baso, Ahmad dan Nurcholish, Ahmad. PERNIKAHAN BEDA AGAMA: Kesaksian, Argumen Keagamaan dan Analisis Kebijakan. Jakarta: Komnas HAM dan ICRP. 2005. Danesi, Marcel. Pengantar Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra. 2010. Darmabrata, Wahyono. Tinjauan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Beserta Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaannya. Jakarta: CV. Gitama Jaya. 2003. Deddy, Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002. Djunarto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2000. Cet ke-1.
88
89
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara. 2008. Halliday, M.A.K dan Hasan, Ruqaiya. Bahasa, Konteks, dan Teks, Aspek-Aspek Bahasan dalam Pandangan Semiotika Sosial. Yogyakarta: Gadjahmada university Press. 1994. Halliday, M.A.K. Language as soscial semiotic. London: Edward Arnold. 1978. Hindasyah, Linda. Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Pelaku. Jakarta: PPIM UIN Jakarta. 2003. Husain, Ibrahim. Figh perbandingan Masalah Pernikahan. Jakarta: Pustaka Firdaus. 2003. jilid 1. Iswara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2007). Cet. ke-3. Ibn Katsir, Ismail. Tafsir Ibnu Katsir. (terj) Dr. Abdullah bin Muhammad, Abdurrahman bin Ishaq. Pustaka Imam SyafiI. 2002. Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik (Teori dan Praktik). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006. M, Sutjaja. Perkembangan Teori M.A.K Haliiday. Lembaga Bahasa Atma Jaya Ketiga .Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1990. Moleong, J. Laxy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
90
Muhdlor, A. Zuhdi. Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk). Bandung: Al-Bayan. 1994. O.S, Eoh. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996. Qutb, Sayyid. Tafsir fi Dzailalil Qur’an. Jakarta: gema Insani Press. 2002. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2003. Rusmana, Dadan. Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, dan Metode Interpretasi Tanda dari Semiotika Struktural Hingga Dekonstruksi Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia. 2014. Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2005. Saragih, Amrin. Bahasa dalam Konteks Sosial: Pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik terhadap Tata Bahasa dan Wacana. Medan: Program Pascasarjana USU. 2006. Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati. 2000. Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta: eLSAS. 2008. Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.
91
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet. 2005. Suhaemi dan Nasrullah, Ruli. Bahasa Jurnalistik. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009. Cet-1. Sumadiria, AS. Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005. Cet ke-1. Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar: Teori & Praktik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. 2011. Syafi’i, Nasrul Umam & Ulfiah, Ufi. Ada Apa dengan Nikah Beda Agama ?. Depok: QultumMedia, 2005. Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Prenada Media. 2007. T, Chritomy dan Yuwono, Untung. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Mayarakat. 2004. Tumanggor, Rusmin, dkk. Perilaku NIKAH BEDA AGAMA (Fenomena Masyarakat Jakarta). Jakarta: LEMLIT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2004.
Jurnal Santoso, Anang. Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis. Bahasa dan Seni, Tahun 36, Nomor I (Februari 2008)
92
Referensi Pendukung M. Muhibuddin, Tafsir baru Perkawinan Beda Agama di Indonesia, http://www.pa-wonosari.net/asset/nikah_beda_agama.pdf, diakses tanggal 30 Oktober 2009 farid Wadjdi, Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Berbagai Agama, http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/17/pernikahan-beda-agama-dalamperspektif-berbagai-agama-611672.html, diakses tanggal 17 November 2013, 21:31 WIB Ignatius Haryanto, Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888.htm, diakses pada 8 Desember 2008, 22:43 WIB Paramita Nadia, Semiotika dalam Desain Komunikasi Visual, http://www.academia.edu/4049657/Semiotika_dalam_Desain_Komunikasi_Visua l_roland_bartes, diakses pada tanggal 18 Oktober 2014, 21:11 WIB Tempo.co, Kata Kementerian Agama Ihwal Status Asmirandah, http://www.tempo.co/read/news/2013/11/28/219533024/Kata-KementerianAgama-Ihwal-Status-Asmirandah, diakses Kamis, 28 November 2013, 02:10 WIB Tempo.co, FPI: Jonas Bisa Kena Pasal Penghinaan Agama, http://www.tempo.co/read/news/2013/11/18/219530378/FPI-Jonas-Bisa-KenaPasal-Penghinaan-Agama diakses Senin, 18 November 2013, 06:26 WIB Tempo.co, Jonas Minta Maaf, FPI Tetap Ingin Dia ke Penjara, http://www.tempo.co/read/news/2013/11/17/219530216/Jonas-Minta-Maaf-FPITetap-Ingin-Dia-ke-Penjara, diakses Minggu, 17 November 2013, 06:03 WIB Tempo.co, FPI: Pernikahan Jonas dan Asmirandah Haram, http://www.tempo.co/read/news/2013/11/15/219529868/FPI-Pernikahan-Jonasdan-Asmirandah-Haram, diakses Jum'at, 15 November 2013, 11:07 WIB Tempo.co, Ini Pengakuan Ketua MUI yang Mengislamkan Jonas, http://www.tempo.co/read/news/2013/11/14/219529704/Ini-Pengakuan-KetuaMUI-yang-Mengislamkan-Jonas, diakses Kamis, 14 November 2013, 18:08 WIB
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Wawancara dengan Tempo.co Nama : Rini Kustiani dan Retno Sulistiyawati Jabatan : Redaktur Tempo.co Tanggal Wawancara : Rabu, 5 November 2014 1. Bagaimana cara Tempo.co untuk menyajikan berita dengan baik sehingga layak untuk diberitakan? 5W+1H prinsip dasar kita juga saat kita mencari berita. mengapa kita memberitakan Asmirandah ini karena WHO-nya. Asmirandah itu seleb, semua orang tau, mengaku dia cantik, dari WHO ini kita berangkat. Persoalannya apa dan ternyata WHAT-nya itu adalah nikah beda agama dan ini juga Hot, maksudnya masih jadi kontroversi meskipun bukan cuma dia doang yang beda agama. Intinya, karena WHO-nya si Asmirandah sebagai pokok. 2. Strategi apa yang digunakan Tempo.co dalam membuat berita agar berita tersebut mudah dipahami pembaca? Strateginya ya liputan. Seperti yang kamu baca disini kita kan datang ke Pengadilan Agamanya, ke MUI yang mengislamkan si Jonas. Ini dilihat kepada narasumbernya. Narasumbernya kita pilih yang kompeten. Siapa sih orang-orang yang berkompeten itu sebenernya dua orang itu, Asmirandah dan Jonasnya. Cuma karena mereka juga sulit dan sudah diusaakan dihubungi, ditemui, ditunggui di rumahnya. Segala usaha sudah dilakukan tapi ya hak mereka juga untuk bicara atau tidak bicara. Ya kami menghormati itu, maka informasinya melipir dari orang-orang yang mengetahui atau lembaga yang memberitakannya. MUI Depok yang mengislamkan Jonas dan kami mewawancarai mereka juga sebagai lembaga yang berwenang, Kementrian Agama karena kasus ini kan dibawa ke Pengadilan Agama dan itu ada di UU Perkawinan. Jadi kita tarik isunya kelembagaan. Nah FPI hanya menjadi bunga-bunga saja karena dia bereaksi kan. Terus karena Jonas dan Asmirandah jumpa pers jadi kita berusaha mencari sumber-sumber yang relevan, yang memang mengetahui yang terlibat dalam urusan ini, yaitu nikah beda agama. 3. Bagaimana pandangan Tempo.co mengenai pemberitaan pernikahan beda agama dalam segi umum dan segi sosial (yang sedang berkembang di masyarakat)? Kalo institusi tidak membedakan, yang namanya berita itu pakemnya yang tadi yaitu 5W+1H. Jadi kalo Tempo minta pandangan soal ini, ya ini fenomena biasa. Jadi ga ada urusan misalnya atau mungkin Tempo di luar dipandang seperti media yang kiri misalnya ya, dan mungkin atau ga tau ya pendapat orang di luar itu, tapi kalo Tempo atau dari kami sendiri, kami mengangkat berita ini karena 5W+1H tadi. Tidak ada urusan pencitraan atau apa-apa atau ingin mengendorse isu atau apa, kita lurus-lurus aja.
4. Bagaimana kebijakan redaksional yang diambil oleh Tempo.co mengenai pernikahan Asmirandah – Jonas untuk dijadikan berita? Kembali lagi ke 5W+1H tadi kebijakan redaksinya karena dia sebagai tokoh dan hanya orang ingin tau, bahwa isunya juga sensitif, Asmirandah juga mengeluarkan album dan karyanya. Sementara Asmirandah menikah beda agama, Asmirandah dengan pribadinya dengan keluarganya atau apa dan Jonas yang kebetulan yang juga artis menarik peratian publik. Berita tentang seleb itu makronya. Berita seleb itu bagian dari berita secara umum bahwa Tempo dikenal sebagai media publik itu tidak dapat dimunafikan tapi seperti menulah orang menyajikan menu itu, ada menu utama ada menu pendukung. Itu menyebutkan bahwa kita tidak mainstrem dibidang itu ya. Jadi ada menu utama dan menu pendukung berarti kita konses ke ini berarti bukan kita juga meninggalkan ini, jadi menu utama tetap dikerjakan tapi menu pendukung juga jangan dilupakan, intinya sih itu. Bahwa ada Asmirandah adalah bagian bahwa dia adalah tokoh yang menjadi perhatian publik secara umum sih begitu. 5. Bagaimana Tempo.co memberitakan isu pernikahan tersebut? Apakah sesuai dengan kode etik jurnalistik karena isu ini agak sensitif dikalangan masyarakat / pembaca Tempo.co khususnya? Tentunya sesuai, balik lagi ke 5W+1H. Ketika kita juga mau omong siapa, kita usaha si orang-orang itu yang mengalami itu untuk bicara. Ketika mereka menggunakan haknya untuk tidak bicara ya kita melipir. Akhirnya ditarik kesitu kesimpulannya, ditarik dari orang-orang yang mengislamkan terlepas dari apa. Bahwa isu ini sensitif di publik ya tergantung publiknya, kalo publiknya luar negri mungkin cuek-cuek aja. Kalo masyarakat kita yang memang sensitif ya bisa jadi yang jelas bukan ekstrem Tempo. Ekstrem Tempo adalah berita politik jadi untuk selebritas itu sendiri kita pilih-pilih, misalnya si RAN ngeluarin album kita belum tentu mau meliput karena kita ga mainstrem kesitu, kecuali misalnya Ran albumnya sampe ke Hollywood atau ga dapet Grammy oke lah itu. Jadi ketika berita itu masi biasa-biasa ya liat-liat. Jadi kalo kami ini balik lagi ke 5W+1H karena memang bukan kami ingin sebagai konsumsi publik tapi karena WHO-nya tadi makanya diangkat. 6. Apa ada pertimbangan dalam mengangkat penikahan beda agama, kalo ada apa saja? 5W+1H, ada parameter berita yang ditulis oleh Tempo yaitu pertama Maktitude, seberapa besar berita dimuka publik. Kedua, kegunaannya maksudnya adalah kalo publik baca ini mau apa atau apa yang mau dilakukan. Ketiga, ketokohan ini ada syarat-syaratnya bagaimana berita itu bisa diangkat di Tempo. Ada buku dari Bambang Bujono “Seandainya Saya Wartawan Tempo” itu ada parameter-parameter berita yang bisa naik ke Tempo.
7. Apakah Tempo.co memiliki kriteria tertentu dalam mengambil setiap kutipan pemberitaan pernikahan Asmirandah – Jonas? Tentunya kutipan itu harus berasal dari sumber yang kompeten. Asmirandah Jonas sebagai sumber utama. Ketika mereka tidak bicara jadi kami melipir tapi tetep harus kompeten sumber utama. Untuk kutipan harus dari orang pertama atau pihak pertama yaitu pihak yang menjalani apapun, kasus apapun, peristiwa apapun. Narasumber pertama adalah orang yang menjalani. Nah narasumber yang kedua adalah orang yang tidak terlibat tapi melihat dengan indranya dia, melihat, mendengar, mencium atau apa. Itu adalah pihak kedua. Pihak ketiga adalah ya ahli atau pengamat. Narasumber ini diibaratkan seperti primer, sekunder dan tersier. 8. Dalam menulis berita seperti apa penggunaan gaya bahasa pada pemberitaan pernikahan Asmirandah - Jonas? Gaya bahasa Tempo itu khas, bertutur, tidak baku, EYD. Gaya khas dan bertutur sama kayak kita bercerita mau bertutur tapi tidak meninggalkan prinsip-prinsip kaidah bahasa Indonesia. sedangkan majas diterapkan pada konteks yag relevan gitu. Kalo relevan ya dipake kalo enggak ya jangan dipaksakan. Tapi Tempo.co jarang. Mungkin kalo baca majalah ada tapi di edisi syair, jadul tapi itu pun dilihat dulu konteksnya cocok atau tidak. Ga bisa ujuk-ujuk digunakan atau disambung-sambungin. 9. Seberapa besar keterlibatan faktor individu jurnalis dalam menulis berita? Personal siapa pun, personal penulis itu ga boleh terlibat dalam tulisan yang sedang ditulisannya. Walaupun saya punya ketertarikan emosional, misalnya peristiwa itu terjadi pada saudaranya atau lainnya, sebisa mungkin orang lain yang menulis beritanya. 10. Bagaimana Tempo.co dalam memilih narasumber? Apa ada ketentuan sendiri? Narasumber seperti ada primer, sekunder, dan tersier. Primer, narasumber satu yang terlibat langsung. Sekunder, orang yang tidak terlibat tapi menyaksikan dengan indranya dia kayak mata, telinga, hidung. Tersier, seperti ahli atau pengamat. 11. Mengapa narasumber dalam pemberitaan pernikahan Asmirandah – Jonas hanya terdapat satu narasumber? Jadi khas berita online yang running terus setiap detik dan baru terus itu masih memberikan toleransi pada berita-berita yang satu sumber. Karena dia akan menyusul dengan dilengkapi informasi-informsi sesuai beritanya. Jadi untuk berita-berita yang sifatnya running itu masih diberi toleransi. Kalo berita koran yang baru terbit sekali itu harus lengkap informasi dan narasumbernya. Karena koran sebisa mungkin atau wajib langsung lengkap data-data yang berkaitan dengan beritanya. Kemudian kecepatan berita itu juga dihitung dalam berita online. Cepet-cepetan ada peristiwa apa harus di update misalkan ada busway terbakar di Al-Azhar, itu kan semua orang berlomba-lomba untuk
menyajikan yang terbaru dengan cepat. Bahwa peristiwa itu ada dan laporan pandangan mata itu bisa dijadikan berita.