PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA (Studi Kasus) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Marsilia Malavia NIM: 121114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA
Oleh: Marsilia Malavia NIM: 121114025
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Tanggal, 16 Agustus 2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tekun, sabar, dan waspada
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Orang tuaku tercinta Program Studi Bimbingan dan Konseling USD Orang-orang yang ku cinta Teman-teman BK Angkatan 2012
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tuliskan ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya suatu karya ilmiah.
Yogyakarta,16 Agustus 2016 Penulis
Marsilia Malavia
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI HASIL ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Marsilia Malavia NIM : 121114025 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet maupun media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta,16 Agustus 2016 Yang menyatakan
Marsilia Malavia
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA Marsilia Malavia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi dalam pernikahan beda agama, mengetahui cara manajemen konflik yang dilakukan pada tiga subyek pada pernikahan beda agama, sehingga dalam pernikahan beda agama tetap utuh mempertahankan pernikahannya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan observasi dengan melibatkan tiga subyek (salah satu pasang) pernikahan beda agama dengan latar belakang agama Katolik dan Islam. Hasil penelitian menemukan adanya konflik yang terjadi dalam pernikahan beda agama meliputi: penentuan agama anak, pemilihan sekolah anak, di tempati untuk doa lingkungan, memaksakan agama anak, dan relasi dengan keluarga dan lingkungan. Adanya konflik yang terjadi di dalam pernikahan, ternyata ketiga subyek memiliki cara dalam manajemen konflik yakni Subyek pertama lebih cenderung menggunakan cara: (menarik diri, menyerah, negosiasi, dan akomodasi), sedangkan subyek kedua dan ketiga lebih menggunakan cara: (kompromi, negosiasi, akomodasi, collaboration, menarik diri, dan selalu dalam bentuk tatap muka). Kata kunci: manajemen konflik, konflik, pernikahan beda agama
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT INDIVIDUAL CONFLICT MANAGEMENT IN DIFFERENT RELIGIOUS WEDDING Marsilia Malavia Sanata Dharma University 2016 This research goals are to determine conflicts that occurred in a different religion, marriage, to determine the conflict management in three marriage subjects, thus in sunch marriage case the subjects are able to maintain their marriage. This research can be classified as qualitative research with case studies method. The research instrumentations are interview guidelines and observation with three subjects (one pair couple) of different religion marriage case, and for this research is between Catholic and Moslem. The reaearch found the existence of a conflict in marriage is different religions include: determination of the child's religion, the election of school children, in prayer to inhabit the environment, imposing religion, and relations with family and the environment. The existence of a conflict that goes on in a marriage, it turns out that these three subjects have a way in conflict management i.e. Subjects are more likely to use the first way: (withdraw, surrender, negotiations, and accommodation), while the second and third subject more using way: (compromise, negotiation, accommodation, collaboration, withdrew, and always in the form of face-to-face). Key words: conflict, conflict management, different religious wedding
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Pertolongan, hikmat, dan penyertaan-Nya dalam persiapan, pelaksanaan, serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Disadari bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, diucapkan terimakasih yang tulus kepada: 1. Rohandi, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma 2. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. 3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna dalam penulisan skripsi ini. 5. Mahasiswa prodi BK angkatan 2012, atas masukan, motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Orang tuaku tercinta Bapak Petrus Waspodo dan Ibu Yuliana Sriwikanti dan Yulia Kasih Lestari, adik serta keluarga besar, atas doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma. 7. Sahabat-sahabatku Griya Kanna (Tasya, Cindy, Putri, Ocep, Mbk Celly, Macho, Gerry, David, Lia, Sigit, Nanda, Bertha, Edward, Bang Tody, Caci) atas sharing dan dukungannya. Semua cerita kita tidak akan terlupakan. 8. Agung Hananto, S.Pd, atas bantuan, dukungan, saran, dan motivasi selama pengerjaan skripsi.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Kepada ketiga subjek pernikahan beda agama yang telah bersedia berbagi pengalaman dan membantu proses penyelesaian skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan, saran, dan kritik terhadap karya ini sangat diperlukan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta , 16 Agustus 2016
Marsilia Malavia
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….. HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………….. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ………... ABSTRAK ……………………………………………………………………... ABSTRACT ……………………………………………………………………. KATA PENGANTAR …………………………………………………………. DAFTAR ISI …………………………………………………………………… DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN………………………..................................................... BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………. B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….. C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………. D. Pertanyaan Penelitian …………………………………………………… E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... F. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………... A. Hakikat Konflik dan Manajemen Konflik ………………………………
i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xii 1 1 4 5 5 5 6 7 7
1. Pengertian Konflik …………………………………………………... 2. Sumber-sumber Konflik …………………………………………….. 3. Faktor-faktor Penyebab Konflik ……………………………………. 4. Konflik dalam Pernikahan Beda Agama ………………………….. 5. Pengertian Manajemen Konflik ……………………………….......... 6. Cara Manajemen Konflik …………………………………………... B. Hakikat Pernikahan Beda Agama………………………………………... 1. Pengertian Pernikahan …………………………................................ 2. Pengertian Beda Agama …………………………………………... 3. Pengertian Pernikahan Beda Agama ………………………………. C. Manajemen Konflik dalam Pernikahan Beda Agama ………………….. D. Kajian Penelitian yang Relevan ………………………………………… E. Kerangka Pikir ………………………………………………………….. BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………... A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….. B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………... C. Subjek Penelitian ……………………………………………………….. D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………………… E. Keabsahan Data …………………………………………………………. F. Teknik Analisis Data …………………………………………………….. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… A. Deskripsi Data ………………………………………………………….. B. Pembahasan …………………………………………………………….. 1. Konflik pada Pernikahan Beda Agama ……………………………… 2. Cara Manajemen Konflik …………………………………………….
7 9 11 13 16 17 20 20 22 22 24 25 27 29 29 30 30 31 35 36 39 39 41 45 68
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… A. Kesimpulan …………………………………………………………….. B. Implikasi ………………………………………………………………... C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… D. Saran …………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. LAMPIRAN ………………………………………………………………………
xii
96 96 97 98 99 100 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1. Subjek Penelitian ………………………………………………………………….. 30 Table 2. Significan Other …………………………………………………………………… 30 Tabel 3. Lembar Observasi …………………………………………………………………. 32 Tabel 4. Pedoman Wawancara Mendalam . …………………………………………............ 33 Tabel 5. Agenda Kunjungan Rumah ……………………………………………………….. 39
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan ……………………………………….. 102 Lampiran 2. Verbatim …………………………………………………………………….. 105
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang mendeskripsikan mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan dan yang ditentukan oleh peneliti. Pada bab ini juga dipaparkan identifikasi masalah, batasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk suatu keluarga atau rumah tangga. Membentuk suatu keluarga tentunya memerlukan suatu komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut, dengan memiliki tujuan dalam pernikahan yang bertekat membangun keluarga bahagia. Hal serupa ternyata diharapkan oleh mereka yang melangsungkan pernikahan beda agama. Kenyataan dalam kehidupan masyarakat bahwa perkawinan berbeda agama itu terjadi sebagai realitas yang tidak dipungkiri. Pernikahan beda agama cukup menarik perhatian masyarakat di negara ini, meskipun pernikahan ini dianggap berbeda dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya, namun pada kenyataanya fenomena pernikahan beda agama masih dijumpai. Pada kenyataannya setiap agama tentunya menghendaki pernikahan atas dasar kesamaan iman yang dimiliki pasangan yang akan menikah. Peristiwa pernikahan beda agama menjadi salah satu masalah perbedaan yang cukup kompleks. Permasalahan pernikahan beda agama dalam hukum Islam, 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
senantiasa dimaknai dan dipahami secara berbeda oleh para penganutnya. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kandungan kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu, pernikahan beda agama dalam Islam menjadi sesuatu yang tak pernah selesai diperdebatkan sebagai bentuk pelarangan terhadap pernikahan beda agama, sedangkan bagi umat Katolik pernikahan beda agama adalah salah satu halangan yang membuat tujuan pernikahan tidak dapat diwujudkan. Apabila pernikahan beda agama ini masih dilaksanakan harus terlebih dahulu meminta izin atau dispensasi kepada Uskup setempat. Pernikahan ini tidak ada keharusan bagi umat yang bukan Katolik untuk ikut menjadi Katolik, tetapi ia harus menerima prinsip-prinsip, sifat, dan tujuan pernikahan menurut agama Katolik. Hal ini tidak menyurutkan tekad bagi mereka yang menikah beda agama memiliki tujuan dalam pernikahannya agar hidup bahagia tanpa harus meninggalkan keyakinan mereka dan tetap taat kepada agama yang dianutnya (beribadah). Di Indonesia, pernikahan beda agama bisa dilakukan bila salah satu pasangan yang akan melaksanakan pernikahan beda agama terlebih dahulu melakukan perpindahan agama sehingga kedua pasangan memiliki kesamaa agama. Di sisi lain, pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan UUD 1945, sebagai konstitusi dasar pasal 29 ayat 2 yang secara tegas menyatakan adanya kebebasan beragama bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali. Ketika akan meresmikan pernikahan beda agama mengalami kendala yang membuat meraka merasa tidak terlindungi oleh hukum yang ada. Namun nyatanya bagi sebagian yang melangsungkan pernikahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
beda agama bisa menikah di Indonesia tanpa beralih agama hanya untuk dipandang sah di mata negara. Kasus mengenai perkawinan, yaitu bagaimana jika calon yang akan menikah tersebut berbeda agama, sampai sekarang pemerintah belum memberikan hukum yang secara tegas dalam menyikapi hal tersebut. Dalam realitas kehidupan di masyarakat, terdapat beberapa perkawinan yang tidak seagama. Data pada tahun 2011 terdapat kasus pernikahan beda agama yang berjumlah 229 pasangan. Sedangkan perkawinan beda agama dari tahun 2004-2012 terdapat 1.109 pasangan yaitu dari urutan terbesar Islam-Katolik. Konflik dalam pernikahan kerap kali terjadi, dan banyak konflik atau masalah yang ada mengakibatkan rusaknya komunikasi, kehilangan tujuan bersama dalam pernikahan sampai kepada masalah seksual. Hal ini tentunya mengarah pada penurunan kualitas hubungan dalam pernikahan itu sendiri. Masalah-masalah lain yang mungkin timbul adalah masalah keuangan, anak-anak, sampai kepada masalah dengan keluarga pasangan. Konflik-konflik yang disebutkan di atas adalah masalah yang umumnnya timbul dalam suatu pernikahan, tetapi pernikahan beda agama memiliki konflik yang lebih khusus sehubungan dengan adanya perbedaan agama dalam pernikahan mereka. Pernikahan beda agama memiliki kemungkinan besar untuk tersandung masalah dengan pasangannya, karena itu dalam membangun pernikahan beda agama membutuhkan kesiapan psikologis yang lebih besar. Memang, tak berarti pasangan berbeda agama akan cenderung gagal atau berhasil. Semuanya tergantung kesiapan psikologis masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Bertolak dari berbagai sumber maka penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama, dan bagaimana pasangan beda agama mampu mempertahankan pernikahan dengan persoalan yang pelik dan mengetahui cara yang mengatasinya. Penelitian ini tidak hanya berguna bagi yang sudah menikah namun tidak menutup kemungkinan bagi konselor keluarga sehingga semakin luas memahami pernikahan beda agama, yang menjalani hubungan dengan latar belakang beda agama, bagi yang akan menikah, ataupun bagi para orang tua mampu melihat dari sudut pandang yang positif atas terjalinnya dua pribadi beda agama. Bertolak dari adanya konfik yang bersumber pada pernikahan beda agama serta cara yang cenderung digunakan dalam manajemen konflik. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai: Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama (Studi Kasus pada subjek pernikahan beda agama, di Paingan, Minomartani, dan Purworejo Jawa Tengah. B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah terkait dengan manajemen konflik dan pernikahan beda agama, diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Di Indonesia, pernikahan beda agama bisa dilakukan bila salah satu pasangan yang akan melaksanakan pernikahan beda agama terlebih dahulu melakukan perpindahan agama sehingga kedua pasangan memiliki kesamaa agama. Di sisi lain, pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan UUD 1945,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
sebagai konstitusi dasar pasal 29 ayat 2 yang secara tegas menyatakan adanya kebebasan beragama bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali. 2. Data pada tahun 2011 terdapat kasus pernikahan beda agama yang berjumlah 229 pasangan. Sedangkan perkawinan beda agama dari tahun 2004-2012 terdapat 1.109 pasangan yaitu dari urutan terbesar Islam-Katolik. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini fokus penelitian diarahkan pada menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi mengenai Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Konflik apa sajakah yang terjadi pada pernikahan beda agama 2. Bagaimana cara manajemen konflik yang digunakan dalam pernikahan beda agama? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama. 2. Menggali cara-cara yang digunakan dalam manajeman konflik pada pernikahan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini memiliki manfaat, sebagai berikut: Memberikan sumbangan ilmiah (pengetahuan) dalam bidang Bimbingan dan Konseling keluarga dan masyarakat, serta dapat membangkitkan minat para peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya seputar pernikahan beda agama. 2. Manfaat secara Praktis Secara praktis penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut: a. Pasangan Beda Agama Mengetahui gambaran manajeman konflik yang dilakukan didalam rumah tangga pernikahan beda agama. b. Orang Tua Mampu melihat dari sudut pandang yang positif atas terjalinnya sebuah hubungan antar beda agama. c. Peneliti Mengetahui konflik dan cara manajemen konflik yang digunakan dalam pernikahan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka ini dipaparkan terkait dengan variabel yang akan diteliti, adanya kajian penelitian yang relevan yanga akan semakin menguatkan penelitian yang akan dilakukan, dan kerangka pikir yang akan mempermudah dalam penelitian dan bagi pembacanya. A. Hakikat Konflik dan Manajemen Konflik 1. Pengertian Konflik Ting-Toomey (dalam Liu, 2012) mendefinisikan konflik sebagai persepsi yang bertentangan mengenai nilai, ekspektasi, proses dan hasil di antara dua pihak atau lebih mengenai isu yang sama atau berkaitan. Konflik dapat mempengaruhi beberapa tipe hubungan yang telah terbangun termasuk di antaranya hubungan perkawinan. Konflik di dalam hubungan perkawinan biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertentangan, kebencian, argumen, dan ketegangan. Pendapat Liu (2012) diperkuat oleh Dildar, Sitwat, & Yasin, (2013) bahwa hal tersebut dapat berpengaruh pada perbaikan hubungan jika dapat ditangani dengan baik, tetapi dapat memperburuk hubungan jika konflik tidak dikelola dengan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan bukti empiris bahwa konflik dapat terjadi baik dalam pernikahan yang harmonis maupun tidak harmonis, namun baik buruknya pengelolaan konflik tergantung pada kedua belah pihak suami dan istri. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Menurut Antonius, dkk (2002: 175) konflik adalah suatu tindakan salah satu pihak yang berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi. Hal ini sejalan dengan pendapat Morton Deutsch, seorang pionir pendidikan resolusi konflik (Bunyamin Maftuh, 2005: 47) yang menyatakan bahwa dalam konflik, interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh perbedaan dari pada oleh persamaan. Sedangkan menurut Scannell (2010:2) konflik adalah suatu hal alami dan normal yang timbul karena perbedaan persepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok individu . Hunt and Metcalf (1996: 97) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu konflik intrapersonal dan konflik interpersonal. Konflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai-nilai budaya atau
keinginannya
tidak
sesuai
dengan
kemampuannya.
Konflik
intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan baik dapat menggangu bagi kesehatan psikologis atau kesehatan mental individu yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, masyarakat dan negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
Berdasarkan pandangan para ahli terkait dengan konflik maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa konflik ialah sebuah masalah yang ditimbulkan dua pihak yang dapat saling menghambat. Namun apabila kedua belah pihak tidak terhambat atau tidak melihat pihak lain sebagai hambatan, maka konflik tidak akan terjadi. 2. Sumber- sumber Konflik Menurut Wijono (1993, pp.7-15) ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Berikut sumber-sumber konflik yang dapat terjadi antara lain: a. Konflik dalam Diri Individu 1) Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: a) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain. b) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi orang yang mengalami konflik tersebut. c) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuantujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain. Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal. b. Konflik yang Berkaitan dengan Peran dan Ambigius Konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilainilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan. c. Perbedaan pendirian dan perasaan Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. d. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadipribadi yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. e. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia
memiliki
perasaan,
pendirian
maupun
latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda, kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. f. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Berdasarkan pandangan para ahli mengenai sumber-sumber konflik yang dapat terjadi dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik muncul karena ada kondisi yang melatar-belakanginya dan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. 3. Faktor- faktor Penyebab Konflik Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari munculnya konflik antar pribadi diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
a. Pemecahan masalah secara sederhana yakni fokusnya tertuju pada penyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian utama. b. Penyesuaian dimana kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang sebenarnya. Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan cenderung ada ketidakpuasan. c. Tidak sepakat yakni tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang diperdebatkan, mengambil sikap menjaga jarak, memanfaatkan dan menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok. d. Kalah/Menang ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai macam cara untuk memenangkan pertarungan. e. Pertarungan ini adalah konflik “penembak misterius”, orang-orang yang terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian mundur untuk menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun menguasai akal sehat dan orang-orang saling berselisih. f. Keras Kepala ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama sekali”. Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
ini adalah karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada penyelesaian. g. Penyangkalan ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik yang tidak bisa diselesaikan. Berdasarkan pandangan para ahli mengenai faktor terjadinya konflik dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya yang mendasari mengenai pemecahan masalah, penyesuaian dimana kedua pihak bersedia saling memberi dan menerima, adnya ketidak sepakat yakni tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat
yang
diperdebatkan,
sikap
kalah/menang
dimana
adanya
ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat, pertarungan yakni konflik “penembak misterius”, orang-orang yang terlibat di dalamnya saling menembak, sifat keras kepala dimana seseorang mentalitasnya “dengan caraku atau tidak sama sekali, dan cara penyangkalan yakni salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi. 4. Konflik Dalam Pernikahan Beda Agama Konflik dalam pernikahan beda agama antaranya dapat berupa konflik antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
antar kelompok.
Konflik yang muncul pada Pernikahan Beda Agama
Menurut Paramitha, (2002) antara lain: a. Penetuan Agama anak Penentuan agama anak bagi pasangan pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu dipikirkan secara matang. Kerendahan hati suami memperbolehkan anak ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka dan adanya keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18) bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu b. Pemilihan Sekolah Anak Tanggung jawab dalam mendidik anak terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawa hingga dewasa.
Pilihan
sekolah
yang
tepat
akan
sangat
membantu
memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih dari itu, sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak. Oleh sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang terbaik untuk anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik adalah yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
dengan kebutuhan anak. Demikian bagi seorang yang menikah dengan beda agama, hal ini akan menjadi pertimbangan serta pilihan yang perlu dibicaran dan disepakati bersama. c.
Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan Relasi
dalam
keluarga
akan
mempengaruhi
karakter
atau
kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik. Hubungan yang kurang baik yang dilihat dari pola komunikasinya tersebut akan mempengaruhi sikap dan kepribadian anak hal itu dikarenakan pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Semua dan perilaku anak yang telah dipolesi dengan sifat atau pola asuh yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Dampak dari pernikahan beda agama mampu mempengaruhi relasi anak dengan keluarga ataupun lingkungannya. Maka dari itu sangat diperlukan pola asuh yang tepat bagi sang buah hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
d. Ditempati Doa Lingkungan Menurut Huub Boelaars (2005) salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/ stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja e. Memaksakan Agama Anak Menurut Amsal Bakhtiar
(2007)
bahwa tidak dibolehkannya
melakukan pemaksaan dalam agama, ini bisa dimaklumi karena Allah memposisikan manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih agama mana yang terbaik buat dirinya tentang kebebasannya. 5. Pengertian Manajemen Konflik Manajemen konflik menurut (Lazarus 1985) kemampuan problem coping sebagai suatu cara suatu individu untuk mengatasi situasi atau masalah yang dialami baik secara ancaman atau sutu tantangan yang menyakitkan. Sedangkan Menurut (Chaplin,2004) merupakan suatu tingkah laku dimana indivudu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Dan menurut (Coynek
1981)
menyatakan
bahwa
kemampuan
problem
coping
merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun perilaku yang bertujuan untuk mengelola tuntutan lingkungan dan internal, serta mengelola konflik yang mempengaruhi individu melampaui kapasitas individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
Berdasarkan sejumlah pendapat dari para ahli
tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan problem coping merupakan aktivitasaktivitas spesifik berupa respon yang dilakukan oleh individu dalam bentuk kognitif dan perilaku, baik disadari maupun tidak oleh individu tersebut, yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman yang ditumbuhkan oleh masalah internal maupun eksternal dan menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan negatif, mempertahankan keseimbangan emosi, serta meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Kemampuan manajemen konflik juga banyak didukung oleh karakteristik-karakteristik seperti keterbukaan akan pendapat, hubungan yang hangat, serta kebiasaan untuk tidak memecahkan masalah secara sepihak. 6. Cara Manajemen Konflik Cara Manajemen Konflik menurut Gottman dan Korkoff (Mardianto, 2000) menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua cara manajemen konflik, yaitu : a. Manajemen konflik dimana suatu kondisi ataupun konflik yang menghasilkan efek negatife kepada seseorang, menimbulkan kerugian bagi individu atau individu-individu yang terlibat di dalamnya. Sifat yang sering muncul pada seorang yang destruktif yaitu mudah menyerah, perasaan tegang (stres) yang tidak perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
atau yang mencekam, komunikasi yang menyusut. Cara yang biasa digunakan dalam manajemen konflik meliputi: 1) Menyerah
terjadi
bila
salah
satu
pihak
menyerahkan
kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik. 2) Menarik Diri ialah ketika seseorang berada di situasi tertentu yang kadang- kadang situasi tersebut sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika menghadapi konflik dengan menggunakan mekanisme pertahan diri. 3) Menguasai merupakan perilaku yang
asertif dan tidak
kooperatif yang terwujud dari adanya unsur persaingan antar individu. Dalam model kompetitif, individu cenderung agresif, memaksakan kehendak dan berusaha untuk menang tanpa ada keinginan untuk menyesuaikan tujuan dan keinginannya dengan orang lain.
Individu saling melawan dengan
memperlihatkan keunggulan masing-masing. 2. Manajemen konflik positive problem solving karena dalam upaya menyelesaikan konflik tersebut kelangsungan hubungan antara pihak- pihak yang berkonflik masih terjaga dan masih berinteraksi secara harmonis, sehingga adanya saling membangun, membina, dan memperbaiki. Cara yang biasa digunakan dalam manajemen konflik meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
1) Kompromi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Manajemen konflik ini lebih bersifat mengontrol dan tidak menyerang lawan dalam proses penyelesaian konflik
tetapi
lebih-lebih
dengan
cara
yang
bersifat
perdamaian tanpa menyerang lawan yang berkonflik. 2) Menarik diri, pada manajemen konflik ini penyelesaian konflik, pihak yang berkonflik tidak menarik diri dari konflik yang dialami dan tidak menggunakan mekanisme pertahan diri, tetapi lebih berusaha menampilkan diri untuk terus mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang terjadi. 3) Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah. 4) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi. 5) Collaboration (kerjasama/ menghadapi) merupakan sikap bekerjasama dengan tujuan untuk mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi
individu, dan
memiliki tingkat keasertifan (ketegasan) sehingga memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
6) Accommodation (akomodasi) merupakan sikap cenderung mengesampingkan keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan orang lain. Cara ini juga disebut dengan obliging style, dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. B. Hakikat Pernikahan Beda Agama 1. Pengertian Pernikahan Pernikahan adalah upacara resmi yang menandakan bahwa seorang pria dan seorang wanita mulai menjadi suami istri yang sah menurut hukum, dihadapan negara, dan dihadapan umat beragama. Upacara dapat dilakukan secara sederhana, asal memuat acara paling inti, atau secara meriah dan lengkap, dengan memuat berbagai acara-acara tambahan yang sebenarnya tidak mempengaruhi sah atau tidak sahnya perkawinan itu (Hadiwardoyo, DR., AL, 1990). Menurut Rusli dan R. Tama mengemukakan, bahwa dari pengertian pernikahan yang dirumuskan dalam pasal 1 UU No 1 Tahun 1974, pernikahan beda agama ialah ikatan lahir dan ikatan batin antara seorang pria dan seorang wanita yang karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-syarat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
tata cara pelaksanaan pernikahan sesuai dengan hukum agamanya masingmasing (Rusli dan Tama, 1986: 17). Menurut Bachtiar (2004) defenisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi. Adapun tujuan dalam pernikahan ialah untuk mempertahankan kebahagiaan lahir dan batin, yang diliputi rasa kasih sayang hingga pada akhirnya terpisah dengan kematian. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai spiritual dan material. Berdasarkan berbagai definisi tentang pernikahan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang menjanjikan dengan tujuan yang sama untuk membangun pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
2.Pengertian Beda Agama Secara terminologi definisi agama atau beda agama menurut Departemen Agama (Khotimah, 2006) adalah jalan hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa berpedoman kitab suci dan dipimpin oleh seorang nabi. Sedangkan menurut Mukti Ali (Khotimah, 2006) mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusanNya untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. 3. Pengertian Pernikahan Beda Agama Pernikahan beda agama ialah suatu pernikahan yang dilakukan oleh orang-orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pernikahan antara seorang pria muslim
dengan
seorang
wanita
Protestan
dan
sebaliknya.
(Prawirohamidjojo ,S., 1988: 39). Pernikahan beda agama adalah penyatuan dua pola pikir dan cara hidup yang berbeda, dan perbedaan agama dengan pasangan dalam pernikahan banyak menimbulkan permasalahan dalam pernikahan beda agama, adaptasi sangat perlu dilakukan, karena pada saat pria dan wanita yang berbeda agama menikah, tentunya masing-masing membawa nilai budaya, sikap, gaya penyesuaian dan keyakinan kepernikahan tersebut (Rusli & R Tama, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Ada beberapa cara yang ditempuh oleh mereka yang akan melakukan perkawinan beda agama, salah satu dari pasangan mengikuti keyakinan agama pasangannya dan menikah menurut agama dari pasangannya tersebut. Ada dua bentuk perpindahan keyakinan agama yang dilakukan pasangan untuk dapat melangsungkan pernikahan dengan pasangannya, yaitu; a. Pertama, perpindahan agama hanya berupa persyaratan agar pernikahannya dapat dilangsungkan dan dicatatkan secara resmi, namun kemudian setelah perkawinan tersebut berlangsung yang bersangkutan kembali kepada keyakinan agamanya semula dan tetap menjalankan aturan agamanya. Kasus perkawinan beda agama dengan cara seperti ini banyak terjadi yang menyebabkan timbulnya gangguan terhadap kehidupan rumah tangga dan keluarga di kemudian hari. b. Kedua, yang betul-betul secara tulus melakukan peralihan keyakinan
agamanya
dan
menjalankan
ajarannya
untuk
seterusnya dalam kehidupan perkawinan dan keluarga mereka. Untuk pasangan yang melakukan pilihan kedua ini, mungkin tidak akan terlalu ada masalah dalam menjalankan kehidupan perkawinan dan keluarga, terutama yang terkait dengan urusan agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pernikahan beda agama ialah seorang pria dan wanita yang secara kepercayaan atau agama yang berbeda namun menjalin suatu ikatan batin yang di wujudkan dalam sebuah pernikah tanpa berpindah agama dari salah satu pasangan tersebut. Penyatuan dua pola pikir dan cara hidup yang berbeda, dan perbedaan agama dengan pasangan dalam pernikahan. C. Manajemen Konflik dalam Pernikahan Beda Agama Menurut Esere (2003) manajeman konflik dalam perkawinan adanya perbedaan persepsi dan harapan-harapan yang terjadi pada pasangan suami istri tentang masalah pernikahan. Masalah-masalah itu antara lain latar belakang pengalaman yang berbeda, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang mereka anut sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan perkawinan. Manajemen konflik dalam pernikahan merupakan usaha pasangan suami istri guna mengolah sebuah konflik yang berasal dari dalam keluarga itu sendiri ataupun disebabkan oleh pihak luar. Pernyataan di atas disinggung mengenai manajeman konflik didalam sebuah pernikahan beda agama, bagaimana seorang pasangan beda agama mampu mengelola konflik dan dapat melihat berbagai kemungkinana yang terjadi didalam pernikahan. Manajemen konflik dimaksudkan pasangan dapat melihat dari sisi yang positif dari pasangannya dan dapat mengkomunikasikan atau menyelesaikan masalah didalam rumah tangga tanpa membuat konflik semakin parah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
saling menyakiti. Perbedaan agama, cara pandang seringkali membuat pasangan yang beda agama gelap mata dalam megatasi konfliknya sendiri di dalam pernikahannya. Berdasarkan pemaparan para ahli terkait dengan manajemen konflik dalam pernikahan
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bagaimana seorang
pasangan beda agama mampu mengelola konflik dan dapat melihat berbagai kemungkinana
yang
terjadi
didalam
pernikahan.
Manajemen
konflik
dimaksudkan pasangan dapat melihat dari sisi yang positif dari pasangannya dan dapat mengkomunikasikan atau menyelesaikan masalah didalam rumah tangga tanpa membuat konflik semakin parah dan saling menyakiti. D. Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian Nur Laili Oktafian tentang Manajemen Konflik pada Pasangan suami Istri yang menjalani Perkawinan Campuran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dua subyek sebagai pasangan wanita Jawa dan pria Belanda menggunakan cara manajemen konflik kompetitif, menghindar, dan kompromi dalam mengelola konflik, sedangkan satu subyek yang merupakan pasangan dengan etnis Jawa-Perancis lebih banyak menggunakan perpaduan antara cara menghindar dan kolaborasi dalam penyelesaian konflik diantara mereka. Penelitian studi kasus Tri Artha Fransiska dalam Komunikasi Keluarga Pasangan Beda Agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif cinta adalah motif yang digunakan pelaku pernikahan beda agama. Seperti menggunakan cara kompromi, cara mengikuti kemauan orang lain dan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
kolaborasi dalam menentukan tata cara keagamaan dalam pernikahan dan penunjukan simbol keagamaan. Pengambilan keputusan dengan cara akomodatif dalam menentukan agama anak. sedangkan, manajemen konflik keluarga beda agama dalam menjalankan ibadah dan hari besar keagamaan menggunakan cara kolaborasi dan cara kompromi. Penelitian Asteria Agustin mengenai Manajemen Konflik Antar Pribadi Pasangan
Suami
Istri
Beda
Agama.
Hasil
penelitian
bahwa
mengkomunikasikan dengan cara saling membicarakan (berkolaborasi) dan berunding kepada pasangan guna menyelesaikan masalah, mereka bekerja sama dan mencari pemecahan yang memuaskan. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada manajemen konflik yang digunakan pada tiga subjek pernikahan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
E. Kerangka Pikir
PERNIKAHAN BEDA AGAMA
ISLAM DAN KHATOLIK
KONFLIK
(Tata
Penentuan
Agama
cara
Pernikahan,
Anak,
Pemilihan
Sekolah Anak, Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan,
Ditempati
untuk
doa
Lingkungan
CARA MANAJEMEN KONFLIK
KOMPROMI, MENARIK DIRI, HAMPIR SELALU BERTATAP MUKA, NEGOSIASI,COLLABORATION, ACCOMMODATION
MENYERAH, MENARIK DIRI, MENGUASAI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Gambar 1. Kerangka pikir
Berdasarkan keterangan bagan mengenai manajeman konflik diatas dalam penyelesaian konflik yang menyangkut perbedaan agama, diharapkan ketiga subjek pernikahan beda agama dapat mengkomunikasikan atau berunding kepada pasangan guna menyelesaikan konflik, dan mampu bekerjasama mencari manajemen konflik yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjabarkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, tempat penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data. A. Jenis Penelitian Sugiyono (2010: 15) menyatakan bahwa jenis penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposive, teknik pengumpulan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural). Pada penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan cara studi kasus. Studi kasus adalah salah satu bagian dari pendekatan penelitian kualitatif. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus kehidupan seseorang, perubahan lingkungan sosial.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Paingan, Minomartani, dan Purworejo, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2015 - Juli 2016 pertemuan akan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu terhadap tiga subyek beda agama. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini di identifikasi sebagai berikut: Tabel 1 Data Diri Subjek Penelitian: 3 beda agama (Katolik dan Islam) No
Inisial
Agama
Alamat
1. 2.
MC BC
Katolik Islam
Paingan Minomartani
Jenis Kelamin P P
3.
AD
Islam
Purworejo
L
Pekerjaan
Usia
Ibu RT Konsultan Lingkungan
30 thn 62 thn
Jumlah Anak 2 5
Guru SMP
50 thn
2
Pekerjaan
Usia
Pegawai Bank Dosen Wiraswasta Guru SD Mahasiswa Guru TK
73
Jumlah Anak 4
60 24 49 20 25
5 2 -
Tabel 2 Data Diri Significan Other No
Inisial
Agama
Alamat
1.
MM
Katolik
Paingan
Jenis Kelamin P
2. 3. 4. 5. 6.
AL/suami AN/anak RI/ istri DM/anak SR/anak
Katolik Katolik Katolik Katolik Katolik
Minomartani Minomartani Purworejo Purworejo Purworejo
L L P L P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data Yin (2013:103-118) menyatakan metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara berdasarkan pedoman wawancara mendalam dan observasi. Tujuan dari wawancara dan juga observasi dimaksudkan guna menemukan permasalahan secara terbuka. Menyiapkan topik dan daftar pertanyaan sebelum wawancara dilakukan. Observasi dilakukan selama wawancara dengan subjek, peneliti melakukan pengamatan secara bebas, mencatat hal-hal yang penting, melakukan analisis dan kesimpulan. Masingmasing teknik pengumpulan data. ada sumber bukti yang dapat djadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus: 1. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010: 317). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview). Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan adalah pertanyaan yang mampu mengungkap konflik dan cara manajemen konflik pada pernikahan beda agama. 2. Observasi Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subyek secara langsung. Melalui observasi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
belajar mengenai perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2010:310). Penelitian ini dilakukan observasi pasif, dan peneliti hanya bisa mengamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan di dalam tempat tingal itu. Peneliti melakukan observasi partisipan, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. LEMBAR OBSERVASI Lembar Pengamatan: Tempat
:
Tanggal
:
Lama Pengamatan : No
Kegiatan
Keterangan
Kesimpulan: ……………………………………………………….. ………………………………………………………. ……………………………………………………..... ………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Tabel 2 Panduan Wawancara Mendalam No
Cara-cara
1. Menyerah
Pertanyaan Wawancara 1.Bagaimana cara anda agar mampu memperjuangkan kemenangan pada saat terlibat konflik? 2. Bagaimana cara anda ketika menghadapi konflik yang menyebabkan anda harus menyudahi konflik yang terjadi?
2. Menarik diri
3. Kompromi
4. Negosiasi
5.
Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
6.
Competitive (menguasai)
1. Bagaimana cara anda tetap hadir ketika terjadi masalah? 2. Bagaimana cara anda tetap hadir dalam situasi yang menakutkan? 3. Bagaimana cara anda menjauhkan diri ketika menghadapi konflik? 1. Bagaimana sikap kompromi itu dapat dihadirkan ketika ada perselisihan di tengah pernikahan anda? 2. Sikap apa yang anda ambil ketika ada tuntutantuntutan yang memberatkan anda? 3. Penyelesain yang seperti apa yang anda harapkan dari dihadirkannya sikap kompromi di tengah perselisihan yang sedang terjadi? 1. Negosiasi yang seperti apa yang mampu anda ciptakan dan lakukan dalam penyelesaiaan konflik dalam pernikahan anda? 2. Bagaimana jika ada kesepakatan yang tidak mampu diterima dari pasangan anda? 3. Kesepakatan yang seperti apa yang anda harapkan dari penyelesaiian konflik ditengah pernikahan anda? 1. Bagaimana anda atau pasangan anda mengekspesikan sikap-sikap ketika terjadi konflik? 2. Bagaimana sikap anda ketika harus mengkomunikasikan konflik yang sedang terjadi? 1. Bagaimana tanggapan anda jika pasangan lebih dominan ketika sedang ada masalah? 2. Bagaimana cara mengendalikan sikap menguasai dari pasangan ataupun anda sendiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
7.
8.
9.
10.
11.
Collaboration 1.Bagaimana bentuk kerjasama anda dan pasangan (kerjasama/menghadapi) jika ada masalah yang menuntut kalian untuk satu pemikiran? 2. Bagaimana jika pasangan anda tidak mampu menghadapi situasi yang sulit dalam pernikahan? 3. Bagaimana jika kerjasama yang harus kalian lakukan bersama tidak anada setujui? Accommodation 1. Bagaiamana jika keinginan yang penting untuk (akomodasi/ melunak) dibahas namun tidak dipenuhi oleh pasangan anda? 2. Bagaimana jika pasangan anda lebih cenderung mementingkan masalah orang lain padahal masalah rumah tangga jauh lebih rumit? 3. Bagaimana sikap anda apabila pasangana anda cenderung diam dan tidak mau menemuka jalan keluar bersama? Tata Cara Pernikahan 1. Bagaimana menikah beda agama menjadi keputusan anda? 2. Bagaimana keputusan keluarga anda terkait pernikahan beda agama? 3. Bagaimana menghadapi kesulitan ketika melangsungkan pernikahan beda agama? 4. Bagaimana tanggapan pasangan anda ketika menikah beda agama menjadi pilihan? Penentuan Agama Anak 1. Bagaimana ketika anak harus diajarkan salah satu agama dari pasangan anda? 2. Bagaimana tanggapan anak-anak tentang agamanya berbeda dengan salah satu orang tuanya? 3. Bagaimana jika pasangan anda memaksakan anak harus mengikuti agamanya? 4. Bagaimana cara menetukan agama anak tanpa adanya konflik? 5. Bagaimana menaggapi larangan yang diberlakukan oleh pasangan anda? 6. Bagaimana menemukan solusi bagi agama anakanak anda? Pemilihan Sekolah 1. Bagaimana anda dan pasangan mendiskusikan Anak mengenai sekolah anak-anak? 2. Bagaimana menentukan sekolah yang sesuai untuk anak-anak anda? 3. Bagaimana jika pasangan anda tidak mengizinkan anda ikut campur dalam memilih sekolah anak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
12.
Relasi dalam Keluarga 1. Bagaimaa relasi anda dan keluarga besar dan Lingkungan berkenaan dengan perbedaan agama? 2. Bagaimana relasi anak-anak anda dengan keluarga besar dan juga lingkungan rumah? 3. Bagaimana cara anda membangun relasi dalam keluarga kecil sehingga terhindar dari konflik?
E. Keabsahan Data Keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut (Moleong, 2007: 330). Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif Patton dalam (Moleong, 2007: 330). Hal ini dapat peneliti capai dengan jalan sebagai berikut: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
F. Teknik Analisi Data Analisis data menurut Patton (Moleong, 2009: 280) merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar. Menurut Bogdan dan Biklen dalam (Moleong, 2009: 280) analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Moleong (2009) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yangn disarankan oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep Milles & Huberman dalam (Sugiyono, 2010), aktivitas dalam analisis
data,
yaitu
data
reduction,
data
display,
dan
conclusion
drawing/verification. 1. Reduksi data (Data Reduction ) Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. 2. Penyajian data ( Display Data ) Data ini sudah berupa rangkuman , uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3.Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and Verification) Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah jika dalam perjalanannya tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan diawal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masing belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini peneliti akan memaparkan mengenai deskripsi data. Hasil penelitian berupa analisis data dari berbagai sumber. Proses trianggulasi data dari beberapa Subjek. Dalam bab ini juga, peneliti mendeskripsikan validitas data penelitian. A. Deskripsi Data Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari pernikahan beda agama yang masing-masing beragam Katolik dan Islam dengan melihat fenomena yang ada disekitar melalui berbagai sudut pandang. Penelitian di ambil dari tiga subjek dimulai pada bulan Oktober 2015 dan mulai berjalan kembali pada April 2016 dengan terjun ke rumah informan untuk melakukan tahap
perkenalan
dilanjutkan
observasi
dan
wawancara.
Setelah
itu,
mempersiapkan perlengkapan penelitian berupa pedoman wawancara sehingga peneliti memfokuskan kegiatan penelitian. Berikut agenda kunjungan rumah yang dilakukan. Tabel. 3 Agenda Kunjungan Rumah Ibu Marcel No Hari dan Tanggal 1. Jum’at, 15/04/2016
2.
Kamis, 21/04/2016
3.
Jum’at, 29/04/2016
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Wawancara Datang ke rumah Ibu dan Marcel dan menjelaskan Observasi maksud dan tujuan ke Ibu Marcel. Wawancara Ke rumah Ibu Marcel dan melakukan wawancara Observasi Ke rumah Ibu Marcel untuk dan melakukan wawancara Wawancara dengan Ibu Marcel dan (SO) Mama dari Ibu Marcel (SO) 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
4.
Rabu, 04/05/2016
Wawancara Melakukan wawancara (SO)
Table. 4 Agenda Kunjungan Rumah Ibu Bianca No
Hari dan Tanggal
Kegiatan
1.
Jum’at, 22/04/2016
Observasi dan wawancara
2.
Selasa, 26/04/2016
Wawancara
3.
Minggu,11/05/2016
4.
Minggu,22/05/2016
Observasi dan Wawancara Wawancara
Deskripsi Kegiatan Datang kerumah Ibu Bianca untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti. Wawancara dengan Ibu Bianca Wawancara dengan Bapak Almos (SO) Wawancara dengan Andi (Anak)
Tabel. 5 Agenda Kunjungan Rumah Bapak Adi No Hari dan Tanggal 1. Rabu, 25/05/2016
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Observasi dan Datang kerumah Bapak wawancara Adi untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti. Wawancara Wawancara dengan Ibu Ria (SO)
2.
Jum’at,27/05/2016
3.
Jum’at,17/06/2016
Wawancara
Wawancara Bapak Adi
4.
Kamis,07/07/2016
Observasi
Observasi ke rumah Bapak Adi
5. 6.
Jum’at,08/07/2016 Sabtu, 09/07/2016
Wawancara Wawancara
Wawancara Sarah (SO) Wawancara Dimas (SO)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi di rumah dilakukan proses reduksi data. Proses reduksi data ini untuk memilah-milah hal penting, merangkum data, mencari pola atau tema dan membuang data-data yang tidak perlu. Selanjutnya akan menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk teks deskriptif. Banyaknya data hasil penelitian membuat krepotan dalam proses reduksi data dan hasil penelitian. Banyaknya data hasol penelitian yang harus dicek validitasnya. Proses memilah-milah data dilakukan dari awal penelitian serta membuat pedoman wawancara dan observasi yang berfokus pada hal yang akan digali. Hal yang penting langsung ditulis dibuku agenda penelitian, ditambah lagi dibuatlah verbatim dari hasil wawancara dengan subjek terkait mempermudah dalam memilah data. Setelah proses memilah-milah, lalu hal yang tidak diperlukan langsung dibuang dalam arti dipisahkan dari hal yang penting. Setelah diperoleh hal-hal penting lalu merangkum hal penting dari penelitian sesuai dengan kebutuhan data. Misalnya adanya potensi konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama, mencari data dari hasil penelitian baik wawancara atau pun observasi untuk dirangkum menjadi poin-poin penting lalu dijelaskan dalam bentuk kalimat deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya konflik yang dialami oleh ketiga subjek. Gambaran mengenai pernikahan ketiga subjek yang diresmikan secara Katolik, akan tetapi ada perbedaan yang terjadi di dalam pernikahannya. Subjek yang pertama yakni Ibu Marcel seorang yang beragama Katolik menikah dengan seorang Islam yang sekarang resmi menjadi suami dan telah dikaruniai dua orang anak. Berawal dari pernikahan inilah konflik yang dialami oleh Ibu Marcel. Ibu Marcel yang mengalami kecelakaan yakni hamil diluar nikah memutuskan untuk menikah lebih cepat karena melihat kondisinya, orang tua dari kedua belah pihak mengetahui akan hal tersebut, akan tetapi mama dari Ibu Marcel ingin anaknya menikah secara Katolik dengan syarat dispensasi. Kehamilan ini kenyataannya terjadi dikarena Ibu Marcel merasa terpuruk dan kehilangan arah setelah putus dengan mantan pacarnya. Proses jalinan cinta Ibu Marcel dan suami sudah cukup lama akan tetapi pertemuan keduanya tidak terlalu intens. Pertemuan yang tidak intens malah justru memunculkan hubungan yang fatal pada Ibu Marcel yang disebabkan permasalahan pribadi dan perasaan tertekan. Sikap masa bodoh Ibu Marcel berujung pada kehamilan. Semasa hamil Ibu Marcel merasa tertekan dan malu apabila harus sering datang ke kampus, oleh sebab itu Ibu Marcel memutuskan untuk cuti kuliah sembari mengurus anak dan menyelesaikan tugas akhirnya di rumah. Ternyata tidak berhenti pada peresmian pernikahan konflik yang terjadi bermula dari suami Ibu Marcel yang bersedia tanggung jawab dan awalnya bersedia menjadi Katolik akan tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh suami sampai saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
ini. Justru berimbas pada kedua anaknya yakni harus menjadi Muslim. Ibu Marcel merasa sakit hati dan merasa psikisnya sudah mulai terganggu, sampai keinginan untuk memiliki satu anak saja dilontarkan oleh Ibu Marcel. Berbeda dengan subjek kedua Ibu Bianca ialah seorang yang beragama Islam, pernikahannya pada awalnya hanya di resmikan secara catatan sipil. Lalu pada tahun 2000 Ibu Bianca dan suami melakukan pembaharuan pernikahan di gereja dengan menyetujui syarat yang diajukan oleh gereja. Ibu Bianca memiliki lima orang anak yang semuanya ikut agama sang bapak yakni agama Katolik. Hal ini disetujui oleh Ibu Bianca tanpa menuntut salah satu dari kelima anaknya menjadi berpindah agama Islam. Akan tetapi ada kecenderungan Ibu Bianca dan suami yang mengharuskan anaknya menikah dengan pasangan yang beragama Katolik, hal ini terkesan memaksakan kehendak orang tua pada anak sekalipun dimaksudkan demi kebaikan anaknya. Beranjak kesubjek yang ketiga yakni Bapak Adi, peresmian pernikahannya dilakukan di gereja dengan syarat dispensasi yang sebelumnya sudah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga besarnya. Dalam pernikahannya Bapak Adi telah dikaruaniai dua orang anak, kedua anaknya sepakat menjadi orang Katolik sesuai dengan syarat dari gereja. Namun Bapak Adi tidak memaksakan anak untuk mau mengikuti agama sang Bapak. Lalu tidak ada unsur pemaksaan dari kedua belah pihak keluarga untuk berpindah agama ketika memutuskan untuk menikah beda agama. Menurut Bapak Adi menikah beda agama bukanlah sebuah perkara yang harus dibesa-besarkan jikalau pada akhirnya bisa bersatu dan bahagia bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
tanpa memaksakan harus menjadi satu agama. Dari hasil wawancara dan observasi berbeda dari Ibu Marcel ataupun Ibu Bianca, Bapak Adi adalah seorang yang membebaskan anaknya menjalin hubungan dengan siapapun dalam artian secara agama mengingat Bapak Adi juga seorang yang menikah beda agama. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ketiga subjek mengenai tata cara atau peresmian pernikahan terlihat bahwa ada perbedaan yang sangat nampak, Ibu Marcel yang justru mendapatkan bias dari pernikahan beda agama, namun berbeda dengan Ibu Bianca yang tidak mengalami kendala dalam peresmian pernikahannya walau harus diawali dengan menikah dicatatan sipil dan baru melakukan pembaharuan pernikahan digereja, akan tetapi cenderung memaksakan agama sang anak untuk menikah secara Katolik sehingga nampak tidak mementingkan perasaan dari anak dan keluarga besa calon menantunya, dan berbeda pula dengan Bapak Adi karena dapat dikatakan pernikahan Bapak Adi nampak baik-baik saja bermula dari peresmian pernikahan, memegang janji mengenai syarat dari gereja tanpa memaksakan mengenai hak agama anak, hingga sekilas mengenai keputusannya yang tidak melarang anak-anaknya mengenai hubungan asmara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam terhadap ketiga subjek secara intens ternyata ada beberapa konflik yang terjadi dalam pernikahan beda agama yang diperkuat oleh pendapat Paramitha (2002) mengenai konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama, berikut hasilnya: Berikut hasil penelitian mengenai adanya potensi konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama pada subjek pertama yakni Ibu Marcel: 1.
Penentuan Agama Anak Menurut Paramitha (2002) menetuan agama anak bagi pasangan pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu
dipikirkan
secara
matang.
Kerendahan
hati
suami
memperbolehkan anak ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka dan adanya keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18) bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu ternyata dialami oleh Ibu Marcel, berikut ungkapkan Ibu Marcel: “ (Dengan berkaca-kaca) saya sedih mbk, saya banyak ngalah untuk kemauan suami yang maunya agama anak saya ikut dia. Tanpa ada kesepakatan apapun suami mengharuskan anakanak ikut suami semua agamanya. Karena kata suami saya doa yang bisa menyelamatkan orang tuanya ya doa anak maka dari itu suami saya mendidik iman anak saya secara agama Islam tanpa melihat saya. Mungkin juga karna dari jaman sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
suami saya di pondok jadi ya kebawa sampai sekarang gitu”. MC-PAA-1/44/24 Kesedihan Ibu Marcel bertambah ketika suatu hari Ibu Marcel mengajak anak pertama gereja, melihat anak pertamanya sangat senang berada digereja membuat Ibu Marcel semakin sedih karena suami yang tidak mengizinkan salah satu dari anaknya menjadi orang Katolik. Setiba di rumah A bercerita kepada ayahnya bahwa dia melihat ada patung yang sangat bagus. Pertikaian mulai terjadi ketika suami Ibu Marcel tidak terima anaknya diajak kegereja. Kejadian itu membuat Ibu Marcel dan suami bertengkar dan membuat suami pergi dari rumah selama 2 minggu. Rasa tidak terima dan sedih Ibu Marcel rasakan terlebih jika perasaa itu semakin dituruti akan membuat Ibu Marcel menjadi gila. Bagaimanapun Ibu Marcel tetap menerima perlakuan suaminya dengan tidak membawa kemarahannya pada kedua anaknya. Ketika kedua anaknya menanyakan keberadaan sang ayah Ibu Marcel tetap menjawab dengan mengatakan “ayah sedang bekerja”. Petikan
wawancara
diatas
di
perjelas
oleh
sang
Mama
yang
mengungkapkan kesedihan anaknya, namun dari sang mama juga tidak melarang sang cucu mengikuti agama menantunya karna bagi sang mama agama apapun baik: “Ya saya juga merasakan kesedihan anak saya, tapi saya iringi dengan doa saja, cucu saya juga sebenarnya ingin ikut mamanya kegereja atau saya gereja tapi takut sama ayahnya. Anak saya juga gak mau ada masalah, jadi cukup menerima”. MM-SO-PAA-1/45/47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Terlihat kerelaan hati Ibu Marcel untuk tetap mendukung dan menerima akan agama yang dianut oleh kedua anaknya walau berat. Ibu Marcel dan sang Mama nyatanya mendukung dan diwujudkan dalam berbagai hal antaranya mengingatkan untuk sholat, mendukung anak untuk membaca Alquran, sholat jum’at dengan sang ayah dan belajar berpuasa. Ibu Marcel hanya bisa berdoa, berserah dan yakin bahwa Tuhan mempunyai kado terindah dan harapan untuk kelurga kecilnya agar selalu rukun. Menurut hasil penelitian Ibu Marcel sudah cukup bisa mendukung kegiatan anak-anak dengan perwujutan dari kerelaan hatinya, akan tetapi keterbukaan untuk mengkomunikasikan lebih baik pada suami kurang bisa dibangun oleh Ibu Marcel dikarenakan merasa takut apabila hal ini justru membuat perkara besar untuk rumah tangganya, maka dari itu hanya harapan dan dukungan yang diberikan untuk kedua anaknya. 2. Pemilihan Sekolah Anak Menurut Paramitha (2002) tanggung jawab dalam mendidik anak terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawa hingga dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan sangat membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih dari itu, sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak. Oleh sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
terbaik untuk anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak. Demikian seorang yang menikah beda agama, hal ini akan menjadi pertimbangan serta pilihan yang perlu dibicarakan dan disepakati bersama demi kelancaran dan pemenuhan pendidikan yang tepat dan layak bagi sang anak. Hal ini dialami oleh Ibu Marcel yang berkaitan dengan pemilihan sekolah sang anak berikut ungkapan Ibu Marcel: “Untuk milih sekolah pokoknya semua suami saya. Suami maunya dia yang mengatur dan akhirnya kedua anak saya juga disekolahkan di swasta Islam satu SD satu TK, saya berpendapat bukan melarang tapi untuk perbandingan nanti SMP atau SDnya di sekolah lain tapi suami tetep kekeh ya udah biar disana aja gitu, suami saya ya kalo anak-anak sekolah dia yang antar-jemput.” . MC-PSA-/47/52 Ibu Marcel tidak diberi kesempatan oleh sang suami ikut membantu memilih sekolah bagi kedua anaknya, sikap tidak terima dialmai oleh Ibu Marcel begitu pula kesedihan yang dirasakannya. Pernyataan Ibu Marcel mendapat pembenaran dari sang mama yang menyerahkan segala urusan anak kepada menantunya berkaitan dengan kedua cucunya: “Iya, untuk sekolah semua jadi urusan ayahnya, kan mantu saya itu dari jaman SMP sekolahnya di pondok jadi ya agamanya kental sekali mbk. Bahkan cucu saya yang nomer satu niatnya biar sekolah di tempat lain untuk perbandingan juga mantu saya bilangnya biar di sana aja gitu, ya sudah ndak apa-apa…” MMSO-PSA-1/47/9 Mendengar pernyataan dari sang suami maka Ibu Marcel menyetujui dan mengikuti keputusan dari suami. Ibu Marcel hanya mengatakan bahwa anaknya juga pasti bisa berkembang walau selalu ada ditempat yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
untuk dunia belajarnya. Pendapat Paramitha (2002) sesuai dengan keadaan Ibu Marcel, yang harapannya berada di sekolah yang tepat akan sangat membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anaknya. Menurut hasil penelitian nyatanya anak Ibu Marcel juga bisa mendapatkan nilai yang baik setiap semesternya. Saat melakukan observasi di rumah Ibu Marcel terlihat hasil ujian A yang mendapat nilai baik, sembari Ibu Marcel ikut mengajari A belajar bersama adiknya. Ibu Marcel sudah melakukan yang terbaik bagi anak-anaknya dengan mendukung melalu berbagi kegiatan, akan tetapi lagi-lagi sikap menerima karena tidak ada kesempatan yang tidak mampu Ibu Marcel perjuangkan didepan suam, akan tetapi yang dilakukan Ibu Marcel terkesan tidak akan membawa perubahan dalam rumah tangganya terlebih bagi suami yang akan semakin tidak mau tahu. 3. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan Menurut Paramitha (2002) relasi dalam keluarga akan mempengaruhi karakter atau kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik bagi diri dan lingkunganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Relasi yang terjalin antara pasangan yang berbeda agama juga terkadang mempengaruhi bagi psikologis anak ditengah keluarga dan lingkungan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Marcel: “Anak pertama saya si A yang paling besar juga suka minder kalo ketemu sama saudara-saudaranya yang lain, apalagi saudara dari mama yang semua agamanya Katolik”. MC-RKDL-1/49/64 Ternyata perbedaan agama mempengaruhi psikologis anak salah satunya sikap minder yang dialami oleh salah satu anak Ibu Marcel. Hal yang diungkapkan oleh Ibu Marcel juga dibenarkan oleh sang mama yang pernah mengajak A pergi bersamanya, berikut petikan wawancara bersama mama: “Pas kemarin sewaktu natal saya ajak A ke Mboro di sana dia itu diam aja sepanjang hari. Waktu kumpul-kumpul juga gitu makan juga gak mau ambil sendiri pokoknya diem aja. Setelah saya mau ke gereja dia itu kayak takut, terus saya bilang gak usah bilang bunda sama ayah ya kalau kita kegereja. Baru dia mau maen sana sini, makan, ngomong juga saya terharu mbk dia kok sampek mikir segitunya. Kemungkinan dia itu sudah tau kalo kegereja bakalan dimarahi ayahnya.” MM-SO-RKDL-1/49/13 Nampaknya pendapat Paramitha (2002) menegenai relasi dalam keluarga dan lingkungan sesuai dengan keadaan yang dialami oleh anak Ibu Marcel, relasi yang terbangun ditengah keluarga besarnya menjadikan anak minder dan tidak bisa bebas seperti halnya ketika berada di tengah keluarga kecilnya, hal itu dikarenakan sang anak yang sudah menyadari perbedaan agamanya dengan keluarga besarnya alhasil cara anak agar tetap dapat bertahan dalam situasi yang membuatnya minder sang anak hanya berdiam diri. Hal ini membuat sang nenek merasa kasihan dan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
akhirnya ketika akan pergi kegereja nenek berpesan, agar tidak mengatakannya kepada orang tuanya mulai dari pernyataan sang nenek sang cucu merasa senang dan mau berdinamika bersama sanak saudara. Menurut peneliti Ibu Marcel merasa kesulitan untuk bisa mengubah keadaan yang terjadi dalam pernikahannya karena kembali mengingat apa yang sudah menjadi keputusan suaminya hingga berdampak bagi sang anak. komunikasi yang dibangun Ibu Marcel dan suami agaknya sulit untuk dicairkan ketika membahas mengenai agama anak-anaknya. 4. Ditempati Doa Lingkungan Menurut Huub Boelaars (2005) salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/ stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan oleh Ibu Marcel dengan alasan menghargai suami dan juga takut kalau suaminya marah jikalau mengadakan doa lingkungan di rumah. Tapi pada kenyataannya Ibu Marcel ada kerinduan mengikuti doa lingkungan layaknya umat Katolik lainnya. Namun kenyataannya Ibu Marcel tidak melakukan kewajibannya tersebut maka dari itu pendapat mengenai doa lingkungan yang harus dilakukan umat Katolik sesuai dengan Ibu Marcel. Terlihat sikap Ibu Marcel justru membuatnya semakin jauh akan kewajibannya tersebut, tidak ada niatan mengutarakan keinginannya karena merasa takut dengan suami. Jika hal ini semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
dilanjutkan akan membuat Ibu Marcel semakin merasa jauh dengan salah satu kewajibannya. 5. Memaksakan Agama Anak Menurut Amsal Bakhtiar (2007) bahwa tidak dibolehkannya melakukan pemaksaan dalam agama, ini bisa dimaklumi karena Allah memposisikan manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih agama mana yang terbaik buat dirinya tentang kebebasannya. Melalui hasil penelitian mengenai memaksakan agama anak tidak sesuai dengan Ibu Marcel karena kedua anaknya sudah menjadi umat Islam sesuai dengan keinginan suami. Tetapi menurut peneliti ada harapan dari Ibu Marcel untuk salah satu anaknya ada yang menjadi orang Katolik meskipun harus menunggu untuk kurun waktu yang lama. Nampak karena melihat usia anaknya yang masih kecil, yang kemungkinan kelak dewasa sudah bisa memilih mengenai agamanya sendiri karena memiliki pandangan hidup yang berbeda. Berdasarkan penelitian dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pernikahan Ibu Marcel dan suami masih terdapat beberapa kendala yang megakibatkan konflik tanpa penyelesaian dan kurang adanya dampak positif bagi kedua belah pihak. Merasa sedih dan tertekan terkadang melanda karena sikap suami yang cenderung tertutup terlebih masalah penentuan agama, kelanjutan sekolah kedua anaknya, dan mengenai doa lingkungan yang tidak ada cela bagi Ibu Marcel ikut berperan penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
didalamnya. Ibu Marcel hanya dapat mengikuti keinginan suami, serta mendukung kedua anaknya agar menjadi pribadi yang baik dan berpendidikan. Berikut hasil penelitian mengenai adanya konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama pada subjek kedua dengan Ibu Bianca. 1. Penentuan Agama Anak Menurut Paramitha (2002) menetuan agama anak bagi pasangan pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu dipikirkan secara matang. Kerendahan hati suami memperbolehkan anak ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka dan adanya keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18) bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu Nampaknya pendapat Paramitha (2002) kurang sesuai pada Ibu Bianca, penentuan agama anak bagi keluarga Ibu Bianca ternyata sudah dibicarakan dan disepakati bersama sebelum mereka menikah seperti yang diungkapkan oleh Ibu Bianca: a. Peneliti: bagaimana dengan agama kelima anak ibu? b. Ibu Bianca: “Saya mempunyai 5 anak , 2 putri dan 3 putra. Kelima anak kami dibaptis secara Katolik, dan kami mempunyai harapan anak lebih baik dan sukses/ diusahakan dalam perkawinan seiman. BC-PAA-2/52/52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Pernyataan Ibu Bianca dibenarkan oleh Bapak Almos, mereka memiliki harapan yang sama untuk kelima anaknya yakni semakin baik dan sukses. Kesepkatan yang dibangun dan di komunikasikan pasangan ini cukup baik tidak ada unsur memaksakan, adanya kompromi dan dukungan yang baik dari Ibu Bianca membantu pernikahannya terhindar dari konflik terkait penentuan agama anak-anaknya. Berikut petikan wawancara bersama Bapak Almos: “Harapannya kami semoga anak-anak kami menjadi lebih baik, dan sukses dalam setiap rencananya. Saya juga senang ibu juga mendukung kelima anak kami.” AL-SO-PAA-2/53/10 Bentuk dukungan dan sikap menerima diwujudkan oleh Ibu Bianca secara langsung kepada kelima anaknya, dengan senang hati menemani dan mendampingin kelima anaknya untuk mengikuti kegiatan sebagai umat Katolik. Berikut pernyataan Ibu Bianca: ”Saya dengan senang hati menerima dan mendukung kelima anak saya jadi umat Katolik. Saya mendampingi saat mereka baptis, sekolah minggu juga mbk..sampai dirasa mereka sudah cukup besar untuk bisa pergi kegereja sendiri dan mengikuti kegiatan digereja. BC-PAA-2/5362 Pernyataan Ibu Bianca dibenarkan oleh Andi bahwa Ibunya sangat mendukung kelima anaknya dalam mengikuti kegitan gereja. Ibu Bianca bersedia mengantarkan anaknya sekolah minggu, hingga pembaptisan keliama anaknya. Ibu Bianca tidak ingin anak-anaknya merasa terabaikan, hal ini juga salah satu bentuk kerjasamanya bersama suami untuk bertanggung jawab atas kelima anaknya. Terlebih keluarga Ibu Bianca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
agama sudah tidak lagi menjadi perdebatan yang saling melempar tanggung jawab karena alasan kelima anaknya mengikuti agama suami hingga mengharuskan suami yang mengurusi semua kewajiban kelima anaknya di gereja tanpa berakhir konflik. Keterbukaan diri dan tidak saling memaksakan kehendak dilakukan oleh Ibu Bianca terlebih menentukan kelima agama anaknya. Komunikasi yang dibangun juga nampak baik. Keluarga yang kompak sangat nampak sehingga didalam keluarga tidak membuat agama menjadi topik yang memancing konflik karena mengingat komitmen yang sudah disepakati sebelum menikah. Menurut hasil penelitian nampak bahwa dalam menetukan agama anak Ibu Bianca tidak memperdebatkan hal tersebut karena mengetahui syarat dari pihak gereja Katolik. Suami juga tidak memberikan tekanan kepada Ibu Bianca sehingga merasa sendiri secara agama tapi saling mengisi dengan perbedaan mereka. Serta komunikasi yang dibangun di tengah pernikahan Ibu Bianca cukup baik, dukungan Ibu Bianca juga dilakukan dengan mau mengantarkan anak-anaknya mengikuti kegiatan gereja.
2. Pemilihan Sekolah Anak Menurut Paramitha (2002) Tanggung jawab dalam mendidik anak terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawa hingga dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan sangat membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih dari itu, sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak. Oleh sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang terbaik untuk anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak. Demikian seorang yang menikah beda agama, hal ini akan menjadi pertimbangan serta pilihan yang perlu dibicarakan dan disepakati bersama demi kelancaran dan pemenuhan pendidikan yang tepat dan layak bagi sang anak. Hal tersebut menjadi sesuatu yang penting bagi Ibu Bianca: “kelima anak saya bersekolah di tempat yang sama, saya tidak melarang karna sudah didiskusikan dan melihat kualitasnya.”BCPSA-2/55/74 Pernyataan Ibu Bianca juga di setujui oleh sang suami karena pendidikan bagi anak jangan sampai menimbulkan kebingungan apalagi sampai menjadi konflik antar suami istri. Akan lebih baik jika hal ini didiskusikan sehingga membuat anak-anak nyama dan mendapat kebutuhan yang sesuai di tempat mereka besekolah. Hasil wawancara dengan Bapak Almos sebagai berikut: “Semua anak memang kami sekolahkan di tempat yang sama itu juga persetujuan dari istri dan justru mendukung sekali. Bukan memaksakan namun melihat kualitas yang akan membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
mereka, kalau kuliah itu pilihan kami tapi ya beberapa anak saya ada juga atas dasar pilihan mereka sendiri.” AL-SO-PSA-2/55/16 Pendapat Mardianto (2002) nampaknya sesuai deangan Ibu Bianca karena memilih sekolah untuk kelima anaknya merupakan tanggung jawab dari orang tua, selain itu Ibu Bianca mengatakan bahwa memilih sekolah tidak melihat yang termahal akan tetapi dari segi kualitas, dengan harapan kelima anaknya mendapatkan kenyamanan dan merasa senang di tempat mereka bersekolah. Selain itu adanya kesepakatan semakin mempermudah Ibu Bianca dan suami dalam memilih sekolah bagi kelima anaknya. Berdasarkan hasil penelitian dan observasi pada Ibu Bianca tidak ditemukan konflik yang serius selalu ada komunikasi yang baik, keterbukaan, dan kompromi yang baik. Secara lugas Ibu Bianca menceritakan mengenai pemilihan sekolah kelima anaknya tanpa saling memaksakan kehendaknya masing-masing, namun berusaha untuk menemukan jalan keluar yang berdampak positif bagi kelima anakanaknya. Melalui wawancara dan observasi dengan anak kelima Ibu Bianca dan suami bahwa untuk sekolah Ibu Bianca cenderung melihat sekolah dari segit kualitas dan kenyamanan bagi anak-anaknya tidak memaksakan harus sekolah di tempat yang terkenal ataupun mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
3. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan Menurut
Paramitha
(2002)
relasi
dalam
keluarga
akan
mempengaruhi karakter atau kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik bagi diri dan lingkunganya. Ternyata relasi yang ada di keluarga Ibu Bianca berbeda, pendapat Paramitha (2002) menganai relasi ternyata tidak sesuai karena yang terjalin di tengah keluarga dan lingkungan Ibu Bianca sangat baik antara orang tua pada kelima anak-anaknya dan sebaliknya, begitu pula dengan lingkungan sekitar. Kelima anak-anaknya dididik dengan pola yang membangun
agar
anak-anaknya
berani
bersosialisasi
ditengah
lingkungan keluarga Ibu Bianca dikenal baik dan menjadi panutan di tengah lingkungannya sepeti penuturan Ibu Bianca: “Seperti kapan itu ada acara di lingkungan sini kayak OVJ Jawa gitu saya sama bapak juga ngisi acaranya malah banyak yang suka. Saya dan suami di minta ngisi untuk berpartisipasi memeriahkan acaranya.”BC-RKL-2/57/102 Relasi yang dibangun Ibu Bianca dengan lingkungan cukup baik dengan ikut serta memeriahkan acara yang diadakan di tempat Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
Bianca tinggal, tak hanya Ibu Bianca ternyata kekompakan juga diperlihatkan suami yang dilakukan dalam kesehariannya bersama istri dan anaknya, serta aktif berpartisipasi dalam acara dilingkungan rumah. Berikut petikan wawancara bersama Bapak Almos: “Iya saya dan istri itu kalau dirumah ya saling ngoda apalagi anak-anak saya itu suka guyon (bercanda). Apalagi di lingkungan saya aktif di gereja, di berbagai acara lingkungan bersama ibu juga. Anak saya yang dirumah tinggal satu kalau ada apa-apa ya dia ikut terlibat.”AL-SO-RKDL-2/57/26 Anak kelima Ibu Bianca juga tak kalah kompak, ketika ada acara di lingkungan mereka juga ikut memeriahkan acara tersebut. Walau di rumah hanya tinggal anak terakhir dan satu-satunya yang diandalakan oleh Ibu Bianca dan suami ketika ada kegiatan atau acara lingkungan, Andi bersedia ikut untuk berpartisipasi, kemampuannya dalam mengoprasikan kamera Andi salurkan dalam acara tersebut untuk mengabadikan moment kebersamaan orang tuanya dengan warga sekitar. Ketika ada kegiatan kerja bakti di lingkungan, Ibu Bianca, suami, dan anaknya ikut bergotong-royong bersama warga sekitar. Menurut Ibu Bianca hal-hal seperti ini yang semakin merekatkan hubungan orang tua dan anak, begitu pula dengan lingkungan sekalipun usia mereka tidak lagi muda dan anak Ibu Bianca juga sudah cukup dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
4. Memaksakan Agama Anak Menurut Amsal Bakhtiar (2007) bahwa tidak dibolehkannya melakukan pemaksaan
dalam
agama,
ini
bisa
dimaklumi
karena
Allah
memposisikan manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih agama mana yang terbaik buat dirinya tentang kebebasannya. Dari hasil penelitian mengenai memaksakan agama anak nampaknya sesuai dengan Ibu Bianca karena mengharuskan kelima anaknya untuk menikah secara agama Katolik sekalipun anaknya menjalin hubungan dengan beda agama. Menurut hasil wawancara dengan anak kelima Ibu Bianca semakin jelas bahwa anaknya secara tidak langsung dipaksa untuk menikah secara agama Katolik dan meminta pasangan menjadi Katolik. Kebebasan untuk memilih seharusnya sudah bisa dirasakan dan lakukan melihat usianya yang sudah menjelang 25 tahun. Namun Andi anak kelima Ibu Bianca melihat harapan orang tua dan pengalaman hidupnya sebagai orang Katolik menjadikan Andi menuruti kemauan orang tuanya. Usia yang sudah matang ternyata tidak cukup membantu bagi Andi untuk mengambil keputusan akan menikah dengan cara beda agama sesuai dengan keinginan awalnya karena melihat orang tuanya yang meskipun berbeda tapi tetap bisa bahagia. Namun nyatanya harapan tersebut tidak dapat Andi lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Pernyataan ibu Bianca memperlihatkan bahwa relasi yang terbangun di dalam keluarganya dapat terjalin cukup baik, begitu pula di tengah lingkungan. Tidak ada kesulitan yang menghambat relasi dalam keluarga Ibu Bianca. Pola komunikasi yang terjalin dapat tersampaikan antara orang tua dan anak, begitu pula dengan lingkungan. Sehinga tidak ada kesulitan yang dihadapai anak-anak Ibu Bianca ketika berelasi di tengah banyak orang sekalipun lingkungan yang baru. Begitu pula dengan penentuan agama anak, pemilihan sekolah, dan mengenai doa lingkungan yang masing-masing tetap berjalan. Akan tetapi mengenai anak yang harus menikah dengan orang yang satu agama terkesan memaksakan anak untuk mengkuti aturan yang disepakat oleh Ibu Bianca dan suami. Berikut hasil penelitian mengenai adanya konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama pada subjek ketiga dengan Bapak Adi. 1.Penentuan Agama Anak Menurut Paramitha (2002) menetuan agama anak bagi pasangan pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu dipikirkan secara matang. Kerendahan hati suami memperbolehkan anak ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka dan adanya keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18) bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu. Nampaknya pendapat tersebut sesuai dengan keadaan Bapak Adi, karena tidak ada paksaan secara pribadi untuk agama anak dan adanya komunikasi terbuka yang dilakukan Bapak Adi dan istri yang disepakati jauh sebelum melaksanakan pernikahan beda agama. Agama anak telah diketahui Bapak Adi bahwa dalam syarat dispensasi gereja, anak wajib mengikuti agama sang istri yang beragama Katolik. Dari petikan wawancara dengan Bapak Adi menunjukkan bahwa menurut Bapak Adi agama Katolik adalah yang terbaik bagi anaknya. Berikut pernyataan Bapak Adi: a. Peneliti: Bagaimana pendapat ke dua anak bapak suatu ketika menanyakan agamanya ikut sang ibu? b. Bapak Adi: “ intinya saya menjelaskan bahwa itu yang terbaik. Saya serahkan pada ibu untuk mendidik anak-anak menjadi orang Katolik. Tapi saya juga gak merasa kesulitan untuk memahami kedua anak saya mbk. Kadangkala saya juga memberikan gambaran tentang agama saya sendiri. Setidaknya mereka dapat memahami dengan baik biar gak ada pandangan buruk. AD-PAA-3/60/40 Terbaik menurut Bapak Adi ketika anaknya menjadi orang Katolik seperti istrinya, namun tidak membuat Bapak Adi merasa kesulitan untuk memahami anak-anaknya. Bapak Adi juga memberikan gambaran mengenai agama Muslim agar tidak ada pandangan buruk dari anakanaknya. Hal serupa dibenarkan oleh sang istri yang sungguh bangga dengan sikap sang suami yang dengan sepenuh hati memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
kepercayaan ketika kedua anaknya menjadi orang Katolik. Namun hal tersebut
tidak
mengurangi
kerjasama
mereka
dalam
mengasuh,
membimbing, dan mengajari anak tanpa melihat perbedaan agama, berikut petikan wawancara Ibu Ria: “saya senang mbk denger suami saya tiap kali bilang seperti itu, tapi kita tetap kompak dalam memberikan arahan pada anak-anak. Kiranya yang saya ajarkan kurang sesuai ya bapak yang mengingatkan dan memberi saran sama saya ketika sudah tidak ada anak-anak. baiknya begini lho bu gitu mbk..” R-SO-PAA3/61/16 Layaknya pasangan yang seiman dengan rendah hati Bapak Adi berusaha untuk kedua anaknya tetap menjadi orang Katolik yang harapannya menjadi lebih baik. Tanpa membedakan ajaran dari Bapak Adi, Ibu Ria pun rela menerima kritikan dari suami tanpa beradu pendapat yang menyebabkan konflik. Hasil penelitian menunjukkan bhwa ada hal positif yang mampu Bapak Adi lakukan yakni mengingatkan anaknya untuk tidak lupa berdoa, kegereja setiap hari minggu, dan berpantang saat menjelang Paskah. Bapak Adi juga mendampingi kedua anaknya ketika pembaptisan di gereja. Hal itu salah satu bentuk Bapak Adi saling menghormati agama istri dan kedua anaknya, meskipun ketika ada kegiatan sekolah minggu cenderung istri yang mendampingi. Mengenai penentuan agama anak Bapak Adi sangat ingat dan konsisten dengan janji pernikahannya dengan mengingat syarat dari gereja, hingga kedua anaknya tumbuh dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
2. Pemilihan Sekolah Anak Menurut Paramitha (2002) tanggung jawab dalam mendidik anak terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawa hingga dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan sangat membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih dari itu, sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak. oleh sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang terbaik untuk anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak. Demikian seorang yang menikah beda agama, hal ini akan menjadi pertimbangan serta pilihan yang perlu dibicarakan dan disepakati bersama demi kelancaran dan pemenuhan pendidikan yang tepat dan layak bagi sang anak. Pernyataan tersebut sesuai karena Bapak Adi mendukung bahwa sekolah membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak, serta menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian yang terbaik untuk anak. Mendukung hal tersebut tidak lantas membuat Bapak Adi memaksakan kehendaknya untuk menentukan sekolah kedua anaknya. Seperti yang diungkapakan oleh Bapak Adi: “Kalau pendidikan kami juga mendiskusikan tapi anak saya juga sudah punya pilihan sekolah yang sejalan dengan kami yaa jadinya kami tidak perlu memaksakan. Kami berusaha untuk memberikan yang ternyaman bagi anak kami.” AD-PSA-3/62/59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Keputusan Bapak Adi juga benarkan oleh Ibu Ria yang juga mendukung keputusan suaminya bahwa untuk pemilihan sekolah seluruhnya diserahkan pada kedua anaknya. Berikut pernyataan Ibu Ria mengenai pemilihan sekolah anaknya: “Untuk pendidikan saya dan suami ya diskusi juga, tapi tidak memaksakan kehendak kita pada anak. hanya memberi gambaran mengenai sekolah, mau milihnya dimana ya ndak apa kebetulan anak pertama dan kedua sekolahnya pengen ditempat yang sama. R-SO-PSA-3/63/10 Kenyataannya untuk keberlanjutan sekolah Bapak Adi dan Ibu Ria saling berdiskusi guna kenyamanan kedua anaknya tanpa memaksakan kehendak mereka sebagai orang tua. Pernyataan tersebut di benarkan oleh Dimas berikut pernyataannya : “ Ibu sama bapak gak pernah maksa (milih sekolah) mbk cuma sering ingatkan aja, tapi ya aturannya ketat, waktunya pulang ya pulang baru kalau mau maen. Bapak ibu orangnya disiplin tapi ya gak terus buat saya dan kakak saya takut.”D-SO-PSA-3/63/24 Petikan wawancara dengan Dimas dapat dikatakan Bapak Adi dan Ibu Ria tidak ingin terlalu menyetir kedua anaknya. Justru dengan menerapkan kedisiplinan tanpa mengurangi kenyamanan kedua anaknya itulah yang diterapkan dalam keluarga Bapak Adi. Bapak Adi memberikan kebebasan anaknya untuk memilih sekolah yang mereka sukai, memberikan kenyamanan, serta tidak mengurangi semangat belajar kedua anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
3. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan Menurut Paramitha (2002) relasi dalam keluarga akan mempengaruhi karakter atau kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik bagi diri dan lingkungan. Relasi yang terjalin antara pasangan yang berbeda agama juga terkadang mempengaruhi bagi psikologis anak ditengah keluarga dan lingkungan. Ketika melakukan wawancara mengenai relasi Bapak Adi mengungkapkan pernyataan berikut: “Kalo untuk relasi dengan keluarga baik-baik saja semua sudah tau kalau saya dan istri berbeda begitu dengan anak-anak yang ikut ibunya. Tapi ya namanya hidup ditengah banyak orang dan keluarga yang berbeda-beda pasti punya pandangan yang lain juga. Kalau dikeluarga besar saya baik semua, keluarga istri juga baik tanggapannya.” AD-RKDL-3/64/68 Hal ini membuat Bapak Adi semakin mampu belajar menyikapi keadaan yang ada disekitarnya. Hasil observasi ketika berada di rumah, Bapak Adi mengajak Dimas untuk menghadiri acara syukuran tetangga yang merayakan kataman yang menjadi tradisi umat Muslim, ajakan Bapak Adi disambut baik oleh Dimas. Bapak Adi senang ketika anaknya mau datang ke acara yang digelar oleh tetangganya tersebut. Ketika ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
acara Bapak Adi dan keluarganya selalu mencoba ambil bagian untuk memeriahkan acara dilingkungannya. Ketika melakukan observasi saat perayaan Idul Fitri, Bapak Adi mengizinkan anak-anaknya mengundang teman-teman sebayanya untuk makan bersama dengan mempersilahkan bakar ikan bersama. Bapak Adi. Ibu Ria mengatakan bahwa meskipun suaminya seorang Islam akan tetapi tidak luput selalu mengajari anaknya berbagi dan mengingatkan anak dan istri bersikap baik kepada orang lain seperti ajaran Yesus. Seperti petikan wawancara dengan Ibu Ria berikut ini: “kami kan tinggal dilingkungan yang mayoritas Muslim ya kalau ada omongan yang kurang enak didengar ya biarkan saja, nyatanya kami baik-baik saja, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kalau ada acara kataman anak-anak gitu ya kami juga datang mbk. Lebaran juga pada bakar-bakar dirumah, tementemenya anak saya juga pada datang ya tetangga sini mbk.. Tapi mbk gimanapun suami saya Muslim, tapi suami saya juga mengajarkan anak-anak untuk tetap ramah, berbagi juga.. kata suami saya sama seperti Yesus yang penuh kasih walau sekalipun ada orang yang tidak suka sering bapak bilang gitu sama saya dan anak-anak.” R-SO-RKDL-3/65/46 Nampaknya pendapat Paramitha (2002) tersebut tidak sesuai karena Bapak Adi dan Ibu Ria memulai komunikasi secara terbuka dengan kedua anaknya. Bapak Adi mengajarkan kedua anaknya untuk bertegur sapa dan saling berbagi sekalipun mereka tidak sukai. Bapak Adi melibatkan kasih Tuhan dalam menjalin relasi ditengah keluarga dan lingkungannya. Bapak Adi juga dikenal sebagai orang yang penting di lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
Petikan wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga Bapak Adi mampu mengatasi konflik yang ada ditengah keluarga kecilnya, dengan adanya komunikasi yang baik, adanya kerendahan hati antara Bapak Adi dan Ibu Ria, sehingga berdampak positif bagi hubungan rumah tangganya. Bapak Adi jarang melarang anaknya untuk belajar di luar rumah dengan syarat disiplin dalam mengatur waktu. Berdasarkan poin 1, 2 ,3, 4 dari ketiga pernyataan subjek serta berdasarkan hasil observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa dalam pernikahan beda agama ditemukan adanya potensi konflik yang dapat terjadi di tengah pernikahan beda agama. Latar belakang dan komitmen yang berbeda membuat ketiga subjek memiliki cara manajemen konflik yang berbeda dan digunakan dalam pernikahan beda agama. Berikut cara-cara yang digunakan ketiga subjek berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Subjek pertama yaitu Ibu Marcel yang beranjak dari adanya konflik yang terjadi serta cara manajemen konflk yang digunakan. Berikut uraian hasil penelitian di lapangan: Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000) ada beberapa cara Manajemen Konflik pada pernikahan beda agama yang digunakan yaitu: 1. Menarik Diri Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000) menarik diri ialah ketika seseorang berada di situasi tertentu yang kadang- kadang situasi tersebut sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
menghadapi konflik dengan menggunakan mekanisme pertahan diri. Suami yang cenderung diam dan tertutup membuat Ibu Marcel cenderung menarik diri ketika bertengkar, hal itu juga disebabkan suami kerap melontarkan suara yang keras dan terkesan membentak. Sikap suami yang sulit ditebak dan tidak ada niatan baik untuk menyelesaikan masalah secara langsung semakin membuat Ibu Marcel lelah dan menyerah. Ketika melakukan wawancara dengan Ibu Marcel dan sang mama bahwa menantunya kerap kali pergi atau diam ketika terjadi masalah terlebih yang berkaitan dengan agama anak. Sikap suami yang acuh membuat Ibu Marcel kerap membalas sikap acuh dengan mendiamkan sang suami dan asik dengan kegiatannya tanpa bertegur sapa dengan suami. Ketika konflik terjadi suami kerap kali melontarkan kata-kata yang kasar, membating pintu cukup keras. Pernyataan Ibu Marcel juga dibenarkan oleh sang mama yang mengetahui permasalahannya, mengetahui kejadian tersebut sang mama tidak ikut campur karena tidak ingin memperkeruh suasana. Sang mama membenarkan bahwa menantunya adalah orang yang pendiam dan susah dtitebak serta kemarahannya bisa meledak-leda ketika aturannya dilanggar. Berikut penuturan sang mama: “ Mantu saya itu pendiam, tertutup juga mbk jadi ya ada apa-apa cuma diam jadi anak saya ya cuma diam tanya kenapa juga enggak. Tapi sekalinya mantu saya itu marah ya ngomongnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
keras, mbentak-mbentak, nutup pintu keras, palingan terus diem dikamar tidur gitu mbk.” MM-SO-MD-1/6751 Pendapat mengenai manajemen konflik dengan cara destruktif terkait menarik diri ternyata dilakukan oleh Ibu Marcel karena nampak dari sikap mengalah yang dilakukan oleh Ibu Marcel. Sikap menyerah juga dilakukan oleh Ibu Marcel karena hal tersebut terjadi bila salah satu pihak menyerahkan kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik. Pendapat Mardianto (2000) nampaknya sesuai dengan yang dialami Ibu Marcel karena dari petikan wawancara dengan Ibu Marcel dapat dikatakan bahwa Ibu Marcel secara tidak langsung menyerah dengan sikap, dan keputusan yang dibuat oleh suaminya. Semata-mata tidak ingin menambah konflik di antara Ibu Marcel dan suami. Manajemen konflik yang dilakukan mengenai menarik diri jikalau tetap dilakukan ketika seorang merespon sikap yang tidak sesuai maka akan menjadi bias bagi hubungan suami istri sebab tidak adanya keterbukaan
dalam
menjalin
komunikasi
sehingga
sering
kali
menimbulkan ketegangan dan ketakutan. 2. Negosiasi Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi. Bernegosiasi juga diajukan oleh Ibu Marcel sebelum anak keduanya lahir. Namun ketika anak pertama lahir dan harus menjadi muslim Ibu Marcel seketika marah dan mengatakan akan memiliki satu orang anak saja dengan alasan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
ingin
semua
anaknya
menjadi
muslim.
Namun
suami
tidak
menghiraukannya, ternyata setelah Ibu Marcel menyelesaikan tugas akhir barulah Ibu Marcel mengetahuinya jika dia sedang mengandung anak kedua. Kekesalan Ibu Marcel semakin meledak-ledak hingga niat menggugurkan kandungan sempat terbesit dipikirannya. Keputusan untuk tidak menggugurkan anak keduanya Ibu Marcel memiliki alasan yakni, Ibu Marcel mendengar percakapan kedua ibu-ibu digereja yang membicarakan kehamilan mereka. Salah seorang ibu belum memiliki anak yang dan satu telah hamil besar. Seketika Ibu Marcel tersentuh hatinya. Hal ini yang membuat Ibu Marcel mengurungkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya. Pada akhirnya anak keduanya lahir dan Ibu Marcel mengajukan permintaan pada sang suami yang berkaitan dengan kedua anaknya. Ibu Marcel meminta hak untuk mengajari kedua anaknya walaupun hanya sebatas pelajar umum, serta untuk mengajari kedua anaknya bergaul ditengah lingkungan. Hal tersebut disetujui oleh sang suami dan memberikan kepercayaan pada Ibu Marcel. “Kalau saya dikasih hak buat sebatas ngajarin anak-anak saya pelajaran umum mbk tapi yang berbau agama ayahnya..”MC-NG1/69/42 Pendapat Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000) nampaknya sesuai dengan keadaan Ibu Marcel ketika masalah agama dan pemilihan sekolah seluruhnya menjadi kewenangan sang suami. Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Marcel mengajukan negosiasi kepada suami. Sang mama juga menyetujui hal tersebut bahwa putrinya diijinkan untuk mengajari kedua cucunya walaupun hanya pelajaran umum. Sedangkan menantunya memiliki hak yang lebih untuk mengajari keagamaan.
Cara menangapi respon dengan bernegosiasi sangat dianjurkan akan tetapi harus mengerti dan paham mengenai hal apa yang akan disepakati bersama, akankah berdampak baik atau sebaliknya. Sehingga penting mempertimbangkan cara negosiasi ini.
3. Accommodation (akomodasi/ melunak) Accomodation merupakan sikap cenderung mengesampingkan keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan orang lain. Cara ini juga disebut dengan obliging style, dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Perdapat Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000) nampaknya sesuai dengan keadaan Ibu Marcel sikap lebih mementingkan keputusan atau keinginan suami lebih diutamakan. Keinginan atau saran yang selalu saja membuat suami emosi lebih baik tidak disampaikan oleh Ibu Marcel sehingga sikap diam, mengalah, dan
menyutujui keputusan suami dilakukan oleh Ibu Marcel. Sang
mama yang menjadi pendengar setia Ibu Marcel juga menyetujui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
pernyataan sang anak dari pada suasana menjadi panas lebih baik terima dan iringi dengan doa. Setiap kali Ibu Marcel menceritakan mengenai keluarga kecilnya selalu saja diiringi dengan linangan air mata. Sikap selalu mengalah Ibu Marcel dirasa sudah cukup sering, namun suami tetap saja diam. Hasil dari petikan wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa adanya cara manajemen konflik yang cenderung digunakan oleh Ibu Marcel ialah cara destruktif-konstruktif yakni menarik dirimengalah, dengan adanya negosiasi,dan akomodasi. Setiapa kali Ibu Marcel membahas agama kedua anaknya dan hak yang diberika suami pada Ibu Marcel, hanya tetesan air mata yang Ibu Marcel tampakkan. Melihat cara yang digunakan oleh Ibu Marcel tidak cukup membantu menyelesaikan konflik yang terjadi, karena sikap Ibu Marcel yang adakalanya merasa menyerah dan menarik diri ketika bertemu dengan suami. Negosiasi yang diajukan ternyata justru memberatkan Ibu Marcel dan membuatnya tertekan, karena Ibu Marcel hanya diberi hak untuk mengajari anaknya dalam pelajaran umum tanpa suami menghiraukan keinginan Ibu Marcel untuk andil dalam membimbing anaknya bisa menjadi orang Katolik, paling tidak satu diantara kedua anak Ibu Marcel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Hasil wawancara dan observasi dari subjek ke-2 yaitu Ibu Bianca yang beranjak dari adanya potensi konflik yang terjadi serta cara manajemennya konflik yang dilakukan. Berikut uraian hasil penelitian di lapangan:
1. Kompromi Menurut
Gottman
dan
Korkoff
(dalam
Mardianto,
2000)
mengatakan bahwa kompromi, dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi
tuntutannya
agar
tercapai
penyelesaian
terhadap
perselisihan yang ada. Cara berkompromi mampu diterapkan oleh Ibu Bianca sehingga pertengkaran masalah agama diantara mereka hampir tidak ada. Komunikasi dan dialog mendalam mengenai agama dan persoalan lain menjadi faktor penting dalam menjaga keutuhan keluarga. Ibu Bianca tidak meminta satu diantara kelima anaknya mengikutinya secara keyakinan, karna Ibu Bianca yakin doa anak untuk ibunya akan didengar. Berikut petikan wawancara bersama Ibu Bianca: a. Peneliti: apakah ibu tidak merasa sedih ketika satu diantara kelima anak ibu tidak ada yang seperti ibu? b. Ibu Bianca: “Lebih baik saya dan suami membahas kelangsungan hubungan anak kelima kami agar sama-sama tidak binggung dan akhirnya sama-sama tidak diberatkan, saya yakin itu yang terbaik. Saya gak sedih mbk. Hanya rasanya ketika saya ikut kegereja saya kurang bisa mengena dihati gitu mbak ada yang beda dan tidak bisa dipaksakan.” BC-KM-2/72/56 Pendapat mengenai kompromi nyatanya sesuai dengan keadaan Ibu Bianca. Tuntutan yang hampir tidak dilakukan oleh Ibu Bianca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
mengenai agama kelima anaknya untuk ikut menjadi Muslim tidak membuat berselisih paham dengan suami. Namun hal tersebut tidak megurangi rasa saling menghargai satu dengan yang lain Ibu Bianca tetap melakukannya sebagai umat Islam dan begitu pula suami dan anaknya. Andi mengatakan bahwa tidak adanya tuntutan yang berlebihan dari Ibu membuatnya semakin menyayanginya. Bapak Almos juga tidak melarang istri melakukan kewajibanya sebagai umat Muslim justru mendukung istri dengan ikut berpuasa ketika bulan puasa tiba. Hasil observasi saat di gereja terlihat Bapak Almos terburu-buru akan pulang untuk menemani istri buka puasa bersama. Cara mengenai kompromi baik jika disadari bersama antara suami dan istri mengenai tuntutan-tuntutan yang harus dikurangi ketika mengalami konflik di tengah pernikahan, dengan demikian akan semakin berdampak positif bagi kedua belah pihak. 2. Menarik Diri Manajemen konflik ini, pihak yang berkonflik tidak menarik diri dari konflik yang dialami dan tidak menggunakan mekanisme pertahan diri,
tetapi
lebih
berusaha
menampilkan
diri
untuk
terus
mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang terjadi. Pendapat Mardianto (2000) tersebut sesuai dengan yang dialami oleh Ibu Bianca bahwa tidak ada keluarga yang tidak pernah cekcok, akan tetapi tetap hadir sebagai seorang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
masalah yang ada dan membangun suasana ditengah keluarga menjadi lebih hangat. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Almos rumah tangga yang bahagia bukan berarti tidak ada keributan, untuk itu diperlukan seni untuk mengatasi konflik, semakin bisa menyesuaikan diri maka akan semakin harmonis, semakin mengenal dan bahagia. Menurut Ibu Bianca dan sang suami cekcok kecil mendatangkan bahagia, sedangkan cekcok besar bisa mendatangkan bahaya, sehingga perlu mawas diri dan mampu menghadapinya. Setiap ada perkara selalu dihadapi dengan kepala dingin walau pasti ada api didalam hati. Hal tersebut diutarakan Ibu Bianca, akan tetapi tidak membuat suami istri ini pergi dan mengabaikan permasalahan yang sedang dialami. Respon mengenai menarik diri ini justru tidak menghindar atau menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga baik jika cara ini dapat digunakan dalam pernikahan beda agama, karena dampaknya akan menjadi semakin baik ketika terjadi konflik mampu menyelesaikannya secara langsung tanpa harus saling menunggu. 3. Hampir selalu Berbentuk Tatap Muka Cenderung menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Nampaknya pendapat Mardianto (2000) sesuai dengan keadaan yang alami Ibu Bianca karena, ketika menghadapi konflik mereka sepakat menyelesaikan saat mereka sudah berkumpul dirumah tanpa menunggu hari esok, itu salah satu prinsip Ibu Bianca. Saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
melakukan wawancara, Bapak Almos mengatakan bahwa yang sering meminta maaf ialah dia dan ternyata berdampak positif pula bagi Ibu Bianca, ia meminta maaf terlebih dahulu dengan tujuan agar situasi yang kurang hangat dapat mencair. Bapak Almos yang sering memuji dan memperlakukan Ibu Bianca seperti memegang kelingking dan mengusap rambutnya membuat Ibu Bianca sulit untuk tidak langsung reda saat merasa kesal. Ucapan Bapak Almos yang sering bercanda membuat Ibu Bianca semakin tidak betah berlama-lama marah. Bapak Almos yang humoris ternyata menjadi salah satu cara yang sering digunakan untuk mencairkan suasana ketika Ibu Bianca kesal. Andi juga membenarkan pernyataan mengenai cara yang sering digunakan Bapak dan Ibunya.
Berikut
petikan wawancara dengan Andi: Peneliti: Mas kalau bapak dan ibu sedang marah gimana sikap mereka? Andi: “walaupun suasana sedang memanas, saat itu juga harus diselesaikan apalagi Ibu yang sebenarnya masih jengkel tapi bapak orangnya suka ngelucu jadi bapak coba bikin ibu gak marah lagi, gak tau itu dari dagelan omongannya atau sikapnya yang agak konyol gitu hehehe…”. AN-SO-HSBTM-2/75/22 Kebiasaan yang digunakan Ibu Bianca dan suami dapat menjadi satu cara dalam mengatasi konflik dan ketegangan yang terjadi ditengah pernikahan. Menciptakan suasana yang ceria dan membuat orang lain tertawa dapat semakin mudah mengutarakan kekesalan yang sulit diungkapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Merespon dengan cara Humor ditemukan di dalam pernikahan Ibu Bianca dan baik jika dapat digunakan. Dampak positif yang diterima ternyata tidak sedikit ketika dalam pernikahan mampu menggunakan cara dan kebiasaan yang cenderung memanjakan pasangannya dengan cara-cara yang unik. 4. Negosiasi Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan terjadi. Nampaknya pendapat
Mardianto (2000) sesuai dengan
yang dialami
Ibu Bianca.
Kesepakatan untuk kelima anaknya dibaptis secara Katholik. Harapan Ibu Bianca yakni anak menjadi lebih baik dan sukses atau diusahakan dalam perkawinan
seiman. Ibu Bianca dan suami sepakat untuk
kelima anaknya diwajibkan menikah diusia 25 tahun baik laki-laki ataupun perempuan. Kedua anak Ibu Bianca menikah diusia 25 tahun, sedangkan anak ketiga menikah diusia 26 tahun. Anak keempat Ibu Bianca menjelang menikah diusia 25 tahun setelah lulus Pasca Sarjana. Anak kelima Ibu Bianca justru memiliki jalan cerita yang sama dengan orang tuanya yakni memilki calon pendamping seorang Muslim. Pada awalnya Andi megatakan kepada orangtuanya bahwa Andi akan menikah secara beda agama mengikuti jejak orangtuanya, akan tetapi Ibu Bianca dan suami memberikan arahan kepada anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Bapak Almos mencoba mengajak Andi bicara, harapan untuk anaknya bisa bersatu dalam agama yang sama dan lebih baik. Tidak ada larangan orang tua jikalau akan melanjutkan hubungan yang lebih serius dan memantapkan hubungan mereka. Andi mengindahkan saran dari orang tuanya dan mengatakan pada calon pendampingnya hingga sampai pada orang tuanya. Tanggapan yang baik diterima Andi dari kedua orang tua calon pendampingnya, mereka berdua bersedia untuk hidup dalam satu iman walau ada berbagai pertimbangan dan persiapan dari pihak wanita. Pernyataan Ibu Bianca dan suami dibenarkan oleh Andi bahwa masih banyak yang harus dipersiapkan baik bagi Andi ataupun calon pendampingnya. Bernegosiasi di dalam pernikahan memanglah penting, akan tetapi harus mencermati dan mempertimbangakan pihak lain agar tidak ada kesenjangan atau paksaan dari pihak lainnya. 5. Collaboration (kerjasama) Collaboration merupakan sikap bekerjasama dengan tujuan untuk mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi individu, dan memiliki tingkat keasertifan (ketegasan) sehingga memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Pendapat Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto 2000) nampaknya sesuai dengan keadaan Ibu Bianca karena dalam keluarga kecilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
menerapkan prinsip keluar yang dimaksud ialah keluar dari sifat kekanak-kanakan, ketergantungan orangtua, kenangan masa lalu. Prinsip komunikasi terbuka akan menambah sikap saling pengertian, bebas dari kecurigaan, dan akan menambah keharmonisan (tidak adanya rahasia diantara kami berdua) sesuai pula dengan pendapat Scanell (2010:18) yang mengatakan bahwa ketrampilan dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi individu dapat memahami sebuah konflik. Hal tersebut diterapkan oleh Ibu Bianca hingga mempermudah dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Prinsip kewajiban terhadap istri atau suami (kebutuhan roh) seperti halnya kebutuhan jiwa menurut Bapak Almos yakni tunduk, tulus (kejujuran, rasa aman, rasa hormat, dan kepercayaan. “Menjadi suami yang memberikan itu semua menjadi sebuah kebanggaan dan membuat istri saya bahagia mbk. Nikmatilah hidup dengan istrimu yang kau kasihi seumur hidup, tidak mengungkap masa lalu/ jangan membanding-bandingkan, itu sangat saya terapkan.” AL-SO-CLB-2/77/58 Menurut Ibu Bianca kerjasama juga ditunjukkan melalui loyalitas atau setia dimana kesetiaan untuk saling memiliki, tak ada simpanan dan kebutuhan tubuh yaitu tanggung jawab masalah seksual kasih itu cenderung lebih ke-memberi. Penguasaan diri, bertanggung jawab dalam pengelolaan uang, penentuan prioritas, hati-hati dengan hutang dan berpendirian teguh terhadap rayuan iklan. Kerjasama yang dijalin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
dalam keluarga Bapak Almos dan Ibu Bianca menjadi sangat kompleks sehingga hampir tidak ada cekcok diantara mereka. Kerjasama sangat di butuhkan dalam pernikahan beda agama maka cara ini sangat baik apabila mampu dilakukan bersama, serta semakin kompleks kebahagiaan yang ada dalam pernikahan. 6. Accommodation (akomodasi/ melunak) Accommodation adalah sikap yang cenderung mengesampingkan keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan orang lain. cara ini juga disebut dengan obliging style, dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Pendapat Mardianto (2000) nampaknya sesuai dengan keadaan Ibu Bianca. Adanya sikap cenderung mengalah untuk berdamai sekalipun ada perasaan kesal namun dengan rendah hati Ibu Bianca meminta maaf terlebih dahulu supaya perselisihan tidak semakin berlarut-larut. Bapak Almos dan Ibu Bianca sadar bahwa pernikahan beda agama memiliki banyak tantangannya, namun perkawinan mereka berdua merupakan suatu pilihan, dengan cinta kuat, ada kesiapan menghadapi masalah. Bapak Almos dan Ibu Bianca mengungkapkan bahwa: “Saya memilih Ibu karena banyak kualitas diri yang kusuka dan kukagumi dari pasanganku”AL-AKMD-2/79/72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
“Saya memilih Bapak karena kepribadian yang bersahaja/sederhana dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap komitmen yang sudah disepakati bersama”.BCAKMD-2/79/50 Sikap saling mengahargai kepribadian pasangannya dan selalu mengindahkan
komitmen
bersama
akan
semakin
mempererat
hubungan suami istri ketika terjadi konflik. Hal tersebut dilakukan oleh Ibu Bianca dan suami. Saling menghargai dan menjaga komitmen menjadi salah satu cara dalam manajemen konflik didalam pernikahan.
Hasil wawancara dan observasi yang dapat disimpulkan bahwa Ibu Bianca dapat menjaga keharmonisan keluarga, dengan menerapkan cara-cara seperti kerjasama, akomodasi, negosiasi, kompromi, menarik diri dan selalu bertatap muka ketika terjadi konflik. Adanya kepercayaan terhadap sesama sangat mereka junjung tinggi, dan juga sifat Bapak Almos yang humoris merupakan salah satu cara mengurangi ketegangan dalam mengatasi konflik dengan pasangan.
Hasil wawancara dan observasi dari subjek ke-3 yaitu Bapak Adi yang beranjak dari adanya potensi konflik yang terjadi serta cara manajemen konflik yang digunakan. Berikut uraian hasil penelitian dilapangan: 1. Kompromi Kompromi
dimana
pihak-pihak
yang
terlibat
mengurangi
tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Nampaknya pendapat Mardianto (2000) sesuai dengan keadaan Bapak Adi. Mengurangi tuntutan dengan pasangan atau dengan anak diterapkan oleh Bapak Adi, ketika menghadapi persoalan dapat ditemukan jalan keluar bersama yang disepakati tanpa menyalahkan pasangan. Wawancara yang dilakukan dengan Bapak ada benarnya jika tuntuntan itu hampir tidak ada pernyataan tersebut didukung oleh anak pertama Bapak Adi, Dimas sering melihat orang tuanya berselisih paham akan hal-hal kecil seperti ibu tidak terlalu suka Dimas menghabiskan waktu untuk berolahraga karena sampai sore, akan tetapi anak kedua Bapak Adi mempunyai impian menjadi guru olahraga. Mengalami perdebatan dengan istri, Bapak Adi memberikan masukan pada istri terkait hobby sang anak yang akan berdampak baik ketika
mereka
berdua
mendukung
sang
anak,
Bapak
Adi
mengingatkan istri untuk tidak terlalu melarang anak. Bapak Adi mengatakan ketika anak pertamannya menginginkan kuliah jurusan PAUD sang istri setuju dengan pilihan anaknya. Bapak Adi mengingatkan kembali bahwa sekarang anaknya bisa menjadi guru PAUD di salah satu sekolah Swasta di Jakarta, maka tidak menutup kemungkinan untuk anak keduanya juga bisa menjadi guru olahraga. Cara yang Bapak Adi terapkan mampu membuat istri mengerti untuk mempertimbangkan masukan Bapak Adi namun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
mengharuskan disetujui, mengingat pengalaman anak pertamanya. Seperti yang sudah dikatakan pada pernyataan sebelumnya (Pemilihan Sekolah Anak). Bapak Adi menyampaikan kepada istri untuk tidak menuntut dalam kelanjutan sekolah anak-anaknya, biarkan anak-anak memilih. Belajar tidak hanya di rumah, karena belajar di luar rumah akan menambah kemampuan anak untuk lebih terampil, dan mempunyai pandangan mengenai keberlanjutan studinya dengan mencari informasi. Cara merespon terkait kompromi sangat baik jika dapat digunakan untuk mengurangi segala tuntutan yang berlebihan, akan lebih baik ketika tuntutan itu berubah menjadi masukan yang menyadarkan akan suatu hal yang kurang baik menuju arah yang lebih positif. 2. Menarik Diri Manajemen konflik ini dimana, pihak yang berkonflik tidak menarik diri dari konflik yang dialami dan tidak menggunakan mekanisme pertahan diri, tetapi lebih berusaha menampilkan diri untuk terus mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang terjadi. Bapak Adi cenderung bersikap hangat ketika menghadapi konflik atau perselisihan dengan sang istri. Bapak Adi meminta pada sang istri untuk saling mengalah dan mau intropeksi diri. Seperti penyataan yang disampaikan Bapak Adi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
“saling intropeksi diri biar bisa jadi pelajaran bagi kami berdua. Kalau ibu gak bisa ngalah ya saya yang diam dulu. Habis itu baru saya yang bicara, kalo udah ketemu jawabanya yang cocok baru dibahas lagi baikanya yang mana atau gimana gitu..” AD-MD-3/81/10 Nampak jelas bahwa tidak adanya saling serang antara suami istri tersebut ketika menghadapi konflik yang terjadi. Cara yang sering mereka gunakan ketika menemukan jalan damai selalu ada ulasan hasil dari solusi yang sudah ditemukan bersama dalam percakapan mereka. Ketika mengahadapi konflik Bapak Adi selalu mengusahakan untuk tidak membawa permasalah tersebut keluar rumah seperti yang diuangkapkan oleh Ibu Ria: “Bapak itu mbk nek marah gak mau pergi apa keluar dari rumah mbk. Diem tapi abis itu mangil saya kalo anak-anak udah masuk kamar. Umpama saya salah bapak ya bilang salah saya dimananya, gitu juga bapak nek keliru ya ngakui dadine yo podo penak’e tapi kadang saya ya sebel nek diomong sama bapak terang-terangan gitu hahahaha…. “R-SO-MD-3/82/60 Ketika terlibat perselisihan Bapak Adi selalu berusaha untuk tidak menghindar ataupun menyerah dengan keadaan. Hal ini terlihat ketika melakukan observasi dan melakukan wawancara. Anak pertama Bapak Adi juga menambahkan jika orangtuanya cenderung tidak ingin ada perselisihan yang terbawa sampai hari berganti. Pendapat Mardianto (2000) nampaknya sesuai dengan yang dialami Bapak Adi yang tetap mampu menampilkan diri ketika menghadapi masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Menarik diri identik dengan menghindari permasalahan yang sedang dialami dengan pergi ataupun bertahan tanpa berani menyelesaikan. Namun berbeda ketika menarik diri secara kontruktif mampu dilakukan maka akan meringankan beban pribadi ketika hal itu mampu tersampaikan secara langsung untuk menemukan titik temu yang tepat. 3. Hampir selalu Berbentuk Tatap Muka Cenderung menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Nampaknya pendapat Mardianto (2000) sesuai dengan keadaan Bapak Adi. Cara yang paling sering mereka lakukan ketika terjadi konflik ialah mengucapkan kata maaf dan mencium kening sang istri. Dimas dan sang kakak yang sering melihat hal itu menjadi bangga dan
senang
karena
tidak
banyak
orang
tua
yang
mampu
mengekspresikan kasih sayang didepan anak-anaknya. Berikut petikan wawancara dengan Dimas: a. Peneliti: gimana dim liat bapak ibu mesra gitu? b. Dimas: ya seneng mbk soalnya gak biasa menurutku jaman sekarang orangtua gak malu sama anaknya..hehehe”DSSO-HSBTM-3/83/20 Pernyataan Dimas sama halnya dengan yang diuraikan Ibu Ria bahwa ketika terjadi konflik Bapak Adi selalu mengusahakn tetap ada di rumah untuk bisa menyelesaikan masalah secara langsung. Pernyataan tersebut semakin menunjukkan bahwa Bapak Adi selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
berusaha menggunakan cara face to face , berusaha menyelesaikan konflik dengan sikap yang hangat terhadap istrinya. Ternyata kebiasaan Bapak Adi membuat Dimas nyaman berada di rumah, Dimas juga tidak sering berkonfllik dengan sang kakak ketika berdebat atau iri saat apa yang kakaknya miliki Dimas belum bisa mendapatkannya. Menurut Bapak Adi cara yang dilakukanya memang bukan semata-mata saat sedang bertengkar dengan istri namun Bapak Adi lakukan untuk memberikan pujian pada istri dan anaknya. Salah satu bentuk kasih yang diberikan Bapak Adi untuk menghangatkan suasana rumah. Cara manajeman konflik ini ternyata membawa pengaruh positif bagi pasangan ataupun anak. Menyelesaikan konflik dengan cara mampu bertatap muka atau face to face akan memeberikan kelegaan bagi pribadi tersebut. Sama halnya jika dalam mengunggakapkan ada kebiasaan yang positif yang mampu dilakukan terhadap pasangannya. 4. Negosiasi Menurut Mardianto (2000) negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang
belum terjadi dan kita inginkan
terjadi. Pendapat mengenai negosiasi nampaknya sesuai dengan Bapak adi karena cara bernegosiasi digunakan. Adanya yang kesepakatan bersama istri yakni mengenai kedua anaknya. Ketika kedua anaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
kelak mendapatkan pasangan beda agama, orang tua tidak akan ikut campur dalam persoalan hubungan asmara kedua anaknya (melarang) atau sampai menyulitkan anaknya untuk mendapatkan pasangan. Ternyata hal itu dialami oleh anak pertama Bapak Adi. Berikut petikan wawancara dengan Sarah: “Aku juga dapet orang Muslim dek makanya bapak sama ibuku gak terlalu ikut campur soal itu.”SR-NG-SO-3/84/2 Bapak Adi dan sang istri tidak ingkar atas janji yang mereka sepakati. Namun Bapak Adi dan istri tidak berarti lepas tangan mereka selalu mengingatkan dan memberikan arahan pada Sarah. Ketika melakukan observasi di rumah Bapak Adi dalam perayaan Idul Fitri pacar dari anak pertama Bapak Adi datang dan disambut baik oleh keluarga. Ternyata hubungan anaknya sudah cukup lama sejak Sarah masih kuliah di Yogyakarta, mereka berdua satu kampus dan sering diajak pulang oleh Sarah untuk dikenalkan. Saat ini keduanya sudah bekerja maka dari itu hubungan keduanya semakin serius. Melihat itu terjadi
pada
anaknya,
Bapak
Adi
hanya
menunggu
anaknya
mengutarakan niatan yang lebih jelas akan dibawa kemana jalinan hubungan mereka berdua. Negosiasi yang dibangun dengan melihat dirinya ataupun kepentingan orang lain akan semakin berdampak baik bagi kedua belah pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Seperti halnya didalam pernikahan ini akan semakin baik jika mampu diusahakan bersama. 5.
Collaboration (kerjasama/ menghadapi) Collaboration merupakan sikap bekerjasama dengan tujuan untuk mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi individu, dan memiliki tingkat keasertifan (ketegasan) sehingga memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Kerjasama menurut Bapak Adi yakni tidak menghindar ketika menghadapi konflik, tidak mengandalakan salah satu pihak dalam penyelesaiaan konflik, tidak menjadi lebih dominan, dapat mengendalikan diri supaya tidak berbuat
atau
berkata
kasar
terhadap
istri,
dan
tidak
selalu
mengunggulkan dirinya sendiri, sehingga dalam mengahadapi konflik akan menemukan titik temu yang tepat. Nampaknya
Pendapat
Mardianto (2000) sesuai dengan keadaan Bapak Adi terlihat dari ketegasannya ketika terjadi konflik tidak berusaha mengabaikan dan memperkeruh keadaan yang terjadi dalam rumah tangganya. Bekerjasama untuk saling mencari solusi sangat dibutuhkan dalam pernikahan hal ini akan berdampak baik ketika saling mendukug satu dengan yang lainnya, akibatnya tidak ada yang merasa hanya mengusahakan secara sepihak. Maka sangat penting kerjasama ini digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
6. Accommodation (akomodasi) Accommodation merupakan sikap cenderung mengesampingkan keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan orang lain. Cara ini juga disebut dengan obliging style, dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Berikut penuturan sang Ibu Ria: “Bapak bersedia mengantarkan kami kegereja dan menunggu kami sampai selesai”R-SO-ACC-3/86/72 Nampaknya Pendapat Mardianto (2000) sesuai karena adanya sikap mengesampingkan kepentingan pribadi untuk lebih mementingkan orang lain. Mengantarkan kegerja sering dilakukan oleh Bapak Adi salah satu bentuk saling menghargai dan mendukung istri dan kedua anaknya untuk beribadah terlebih pada moment terpenting seperti hari Raya Natal. Pada hari perayaan Natal Bapak Adi lebih ingin berada dirumah dan menerima tamu dibanding harus pergi keluar kota untuk memenuhi undangan saudaranya yang juga tidak kalah pentingnya. Hari Natal bagi Bapak Adi adalah moment penting bagi istri dan kedua anaknya, maka dari itu Bapak Adi tidak mau menyia-nyiakan kebersamaan itu. Namun tidak hanya Bapak Adi yang melakukan hal tersebut, demikian pula dengan Ibu Ria ketika perayaan Idul Fitri Ibu Ria mengadakan acara open house yang dihadiri oleh kerabat ataupun tetangga. Walaupun Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
Ria tidak mengantarkan sang suami ke Masjid tetapi Ibu Ria dan kedua anaknya menanti Bapak Adi dirumah. Kebiasaan setelah Sholat Ied Ibu Ria dan kedua anaknya sungkem untuk saling memaafkan. Budaya dari suami ataupun istri tidak pernah dilupakan oleh Bapak Adi walau tidak memaksakan akan tetapi keluarganya cukup mengerti akan kebiasaan tersebut. Mengesampingkan tidak berarti acuh akan tetapi dalam hal ini sikap memetingkan kepentingan orang lain agaknya patut dilakukan sesuai dengan konteksnya. Cara ini akan berdampak baik bagi kedua belah pihak dengan saling mengerti mengenai prioritas terkait dengan kepentingan dalam pernikahan beda agama. Ketika sudah saling mengetahui kebutuhan pasangannya dan mampu mengerti maka akan semakin tercipta keharmonisan di tengah pernikahannya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dikemukakan oleh Bapak Adi ternyata cara manajemen konflik yang dilakukan cenderung konstruktif dengan menggunakan cara seperti kompromi, menarik diri, hampir selalu berbentuk tatap muka, negosiasi, collaboration, dan accommodation ditengah pernikahannya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ketiga subjek semakin menguatkan data dari penelitian di lapangan. Perbedaan yang terlihat dari satu subjek dengan subjek lainnya sangat nampak. Potensi adanya konflik yang subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
alami masing-masing berbeda cara mengatasinya. Konflik yang dialami tidak lepas bersumber dari pernikahan beda agama. Pernikahan dari Ibu Marcel, Ibu Bianca, dan Bapak Adi sungguh berbeda. Hasil petikan wawancara dapat disimpulkan bahwa adanya cara manajemen konflik yang digunakan oleh Ibu Marcel dalam mengahdapi konflik yang terjadi padanya yaitu menarik diri, adanya negosiasi,dan akomodasi, akan tetapi cara yang digunakan Ibu Marcel cenderung manajemen konflik destruktif-konstruktif karena mengarah pada sifat mengalah, acuh, dan menyerah. Ibu Marcel cenderung mengalah kepada suami, setiap kali membahas mengenai agama kedua anaknya Ibu Marcel berkaca-kaca seakan-akan menahan beban yang sangat berat. Ibu Marcel mengatakan bahwa perasaan sedih dan tidak bisa mengungkapkan didepan suami terkadang membuatnya merasa tertekan dan takut apabila kemarahan sang suami meledak-ledak seperti sebelumnya. Apabila hal tersebut diperdebatkan hanya ada pertikaian dan perceraian yang terjadi. Alhasil Ibu Marcel merasa melakukan berbagai cara hasilnya sama, hanya harus mengalah, bernegosiasi yang pada akhirnya harus menyetujui kemauan sang suami.
Berbeda dengan keluarga Ibu Bianca bahwa pertengkaran masalah agama dapat diatasi walaupun ada konflik dimana Ibu Bianca terkesan memaksakan anaknya untuk menikah dengan orang Katolik. Namun, Ibu Bianca tetap dapat menjaga keharmonisan keluarga, dengan menerapkan cara-cara seperti kerjasama, akomodasi, negosiasi, kompromi, menyerang & lepas control, menyerah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
selalu bertatap muka. Cara lain yang ditemuka dikeurga Ibu Bianca ialah sosok Bapak Almos yang humoris merupakan salah satu cara manajemen konflik yang dapat mengurangi ketegangan dalam mengatasi konflik dengan pasangan. Komunikasi dan dialog mendalam mengenai agama dan persoalan lain menjadi faktor penting dalam menjaga keutuhan keluarga. Penolakan dan kecurigaan pihak luar sering dialami dapat diatasi karena berpegang teguh pada komitmen (saling percaya , mendukung, dan melindungi) serta kualitas dialog dan komunikasi menjadi dalam dan kuat.
Berbeda pula dengan yang dialami Bapak Adi yang dapat dikatakan baik untuk cara manajemen konflik dalam pernikahannya. Bapak Adi justru meminta sang istri menuntun anaknya menjadi orang Katolik. Kerendahan hati Bapak Adi mendukung segala yang terbaik bagi kedua anaknya. Menghadapi konflik dalam pernikahannya Bapak Adi lebih cenderung menggunakan cara-cara seperti kompromi, menyerang & lepas kontrol, menarik diri, hampir selalu bertatap muka, melakukan negosiasi, kerjasama, dan akomodasi. Lalu ditemukan adanya cara yang sering dilakukan Bapak Adi sehingga bisa menjadi cara manajemen konflik yakni kebiasaan bersikap romantis ternyata membawa pengeruh untuk hubungan pernikahan beda agama. Ternyata dalam pernikahan beda agama ada kemungkinan salah seorang anak dari mereka memiliki hubungan yang sama dengan orang tuanya, walaupun masih dalam tahap pacaran akan tetapi niatan yang serius nampak dari anak Bapak Adi dan juga Ibu Bianca yang memiliki jalan cerita asmara yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Nampak jelas adanya perbedaan yang sangat terlihat melalui pernikahan beda agama dari Ibu Marcel, Ibu Bianca, dan Bapak Adi. Ibu Marcel yang cenderung dalam pernikahannya memiliki kesulitan dalam mengatasi konflik yang terjadi. Berbeda dengan Ibu Bianca yang terkesan memaksakan kehendakanya mengenai agama anaknya yang harus menikah secara Katolik. Nampak berbeda sekali dengan Bapak Adi yang sama sekali tidak pernah melarang atau menuntut banyak hal mengenai anak-anaknya ataupun istrinya akan tetapi sepenuhnya memberikan hak dan kebebsan memilik untuk kedua buah hatinya.
Penelitian ini membandingkan data dari hasil observasi dan wawancara Ibu Marcel dengan sang mama, lalu Ibu Bianca dengan suami dan anak kelimanya, dan Bapak Adi dengan Ibu Ria dan kedua anaknya. Berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian, pada saat terjun kelapangan dan memeperoleh hasil yang berhubungan dengan teori yang digunakan sebagai pedoman penelitian, langsung memebandingkan antara hasil lapangan dengan teori yang digunakan.
Namun tidak semua teori dari Mardianto (2000) mengenai manajemen konflik dapat digunakan pada pernikahan beda agama dengan keadaan di lapangan. Seperti manajemen konflik konstruktif
kurang sesuai dengan Ibu
Marcel karena hanya beberapa cara yang digunakan dan mengarah pada sifat yang menunjukkan cara destruktif. Manajemen konflik konstruktif dari hasil observasi dan wawancara didapatkan bahwa teori yang digunakan dan hasil penelitian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
lapangan cocok. Ibu Bianca dan Bapak Adi ternyata menggunakan cara manajemen konstruktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil studi kasus dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Manajemen Konflik Pada Pernikahan Beda Agama diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Konflik yang dialami dalam pernikahan beda agama meliputi, penentuan agama anak, pemilihan sekolah anak, ditempati doa lingkungan, memaksakan agama anak, dan relasi dengan keluarga dan lingkungan. 2. Manajemen konflik yang tepat dapat terjadi dalam pernikahan beda agama apabila suami istri mampu mengindahkan komitmen yang telah disepakati bersama, mampu menjalin komunikasi antar pribadi yang baik dengan bernegosiasi, kompromi, collaboration, accommodation, tidak menarik diri dan mampu menyelesaikan dengan cara bertatap muka ketika terjadi konflik 3. Manajemen konflik dengan cara humor dan menggunakan kebiasaan yang romantis dapat dilakukan pada pernikahan beda agama guna mencairkan ketegangan yang sedang dialami. 4. Ternyata dalam pernikahan beda agama ada kemungkinan salah seorang anaknya menjalin hubungan dengan pasangan beda agama. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
B. Implikasi
Hasil pembahasan dalam peneltian tentang manajemen konflik pada pernikahan beda agama diperoleh kesimpulan adanya potensi konflik pada pernikahan beda agama meliputi: (a) Tata cara pernikahan (b) Penentuan agama anak (c) Pemilihan sekolah anak (d) Relasi dalam keluarga dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara manajemen konflik yang digunakan dalam pernikahan beda agama agar tetap utuh dan harmonis. Ketiga subjek memiliki cara dalam manejemen konflik adapun dampak positif ataupun negative yang dirasakan orang-orang terdekat antaranya: suami/ istri, anak-anak, mertua, sanak-saudara, dan lingkungan. Kemampuan dalam manejemen konflik dibutuhkan kerjasama, kompromi antar pasangan serta komunikasi yang baik. Penelitian ini bermanfaat bagi para pasangan yang saat ini sedang mengalami hal yang sama terlebih bagi pasangan yang sedang berpacaran, menjelang menikah dengan latar belakang agama yang berbeda ataupun bagi para orang tua dalam menyikapi dan mengkomunikasikan hal tersebut.
Hubungan yang dalam pernikahan beda agama nyatanya unik dan saling melengkapi. Yang perlu diketahui agar agama tidak menjadi perdebatan dan berakhir pada konflik ialah jangan mengungkit agama menjadi sebuah penghalang namun jadikan itu adalah warna dalam mengarungi rumah tangga. Menikah beda agama tetap menyembah Tuhan yang sama, demikian yang di percayai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
mereka yang menikah dengan beda agama, maka konflik besar dapat terhindarkan.
C. Keterbatasan Penelitan
Dalam penelitian masih terdapat keterbatasan, namun dengan adanya keterbatasan ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan datang, adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini hanya meneliti konflik yang terjadi ditengah pernikahan beda agama dan cara-cara manajemen konflik yang digunakan ditengah pernikahan beda agama.
2. Pada penelitian ini kesulitan mendapat subjek penelitian yang ditentukan. Peneliti hanya dapat melibatkan 3 subjek masing-masing dari salah satu pasangan pernikahan beda agama.
3. Pada penelitian ini belum dapat menggali mengenai konflik secara pribadi pada individu pernikahan beda agama.
D. Saran
1.
Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengungkap fenomena lain didalam pernikahan beda agama terkait konflik secara pribadi.
2.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari pasangan beda agama agar semakin mendalam guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Antonius, (2002). Empowerment, Stress dan Konflik. Jakarta: Ghalian Indonesia. Bakhtiar, M. A (2007) . Filsafat Agama. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada Bunyamin Maftuh, (2005),Pendidikan Resolusi Konflik: Membangun Generasi Muda yang Mampu Menyelesaikan Konflik Secara Damai, Bandung: Program Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia Byadgi, S. (2011). Conflict Management and Marital Satisfaction Among Dual Earning Couple. Thesis. (tidak diterbitkan). Dharwad: College of Rural Home Science: University of Science. Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Dildar, S., Sitwat, A., & Yasin, S. (2013). Intimate Enemies: Marital Conflicts and Conflict Resolution Styles in Dissatisfied Married Couple. Middle-East Journal of Scientific Research Esere, D. M. (2003). Resolving Conflict in Marriages: A Counsellor's Viewpoint. Ilorin Journal of Education, 1. Folkman, S., Lazarus, R.,S., Gruen, R.J., & Logis, A. (1986). Apprasial, Coping, Healty Status, and Psychological Symptoms. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 50,No. 3, 571-579. Gunawan, K. (2011). Manajemen Konflik Atasi Dampak Masyarakat Multikultural di Indonesia. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisniss, Vol. 2, No. 2, Oktober 2011 , 216. 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
Hadiwardoyo. (1990). Perkawinan menurut Islam dan Katolik: Implikasinya dalam kawin campur. Yogyakarta : Kanisius. Oktafian. N. L. “Fakta Empiris Nikah Beda Agama” wawancara diakses tanggal 16 Juni 2016, dari http://islamlib.com. Fransiska. T.A. “Fakta Empiris Nikah Beda Agama” diakses tanggal
14 Juni
20016, dari http://psikologi.ub.ac.id. Agustin. A. “Fakta Empiris Nikah Beda Agama” diakses tanggal 21 Juli 20016, dari http://ejournal-s1.undip.ac.id Huub Boelaars. (2005) hlm. 353. OFM Cap dalam Indonesianisasi “Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia”. Kanisius. Hunt, M.P & Metcalf, L. E (1996). Rational Inquiry On Societ’s Closed Areas, In Walter C. Parker (ed). Educating The Democratic Mind. (pp.97-116) Albany. NY: State University Of New York Press. Liu, W. (2012). Conflict Management Styles in Romantic Relationships between Chinese Americans Student. Thesis. (tidak diterbitkan). Florida: University of Miami. Khotimah, K. (2006). Makna Agama Hingga Munculnya Agama Baru. Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Mardianto, A. dkk. (2000). Penggunaan Manajemen Konflik. Di Universitas Gajah Mada. Jurnal Psikologi, No. 2 Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Offset, Bandung Moleong, J. Lexy. (2009) Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung. Paramitha . D. A (2002). Gambaran Masalah & Penyesuaian Perkawinan pada pasangan Beda Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Rusli & R Tama, (1986) hal. 17. “ Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya, Pionir Jaya, Bandung. R. Soetedjo. Prawirohamidjojo. (1988) hal 39. Pluralisme dalam Perundangundangan Perkawinan Di Indonesia, Airlangga, University Press. Scannell, Mary. (2010). The Big Book of Conflict Resolution. United States of America: McGraw – Hill Companies, Inc. Soetojo Prawirohamidjojo, (1988) hal. 39 “Pluralisme Dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia, Airlangga, University Press: Surabaya. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta. Wirawan. (2010).” Konflik dan Manajeman Konflik Teori, Aplikasi, dan Penelitian”. Jakarta: Penerbit Salemnba Humanika. Yin, 20013. Studi Kasus (Desain dan Metode), Jakarta: Raja Grafindo Persada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi Informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa : Nama : Marsilia Malavia Program Studi : Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Judul Penelitian : Manajemen Konflik pada Individu Pernikahan Beda Agama Saya sudah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatife terhadap diri saya. Data mengenai diri saya akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua data yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data penelitian. Demikian, tanpa ada unsur pemaksaan dari siapapun dan dengan suka rela saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi Informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa : Nama : Marsilia Malavia Program Studi : Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Judul Penelitian : Manajemen Konflik pada Individu Pernikahan Beda Agama Saya sudah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatife terhadap diri saya. Data mengenai diri saya akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua data yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data penelitian. Demikian, tanpa ada unsur pemaksaan dari siapapun dan dengan suka rela saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi Informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa : Nama : Marsilia Malavia Program Studi : Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Judul Penelitian : Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama Saya sudah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatife terhadap diri saya. Data mengenai diri saya akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua data yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data penelitian. Demikian, tanpa ada unsur pemaksaan dari siapapun dan dengan suka rela saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
1 2
3 4 5 6
Bagaimana ketika suami sedang marah apakah ada ajakan untuk bicara terlebih dahulu atau ada cara lain supaya masalah cepat selesai? menghindar dulu buat sementara, karna suami saya tu susah ditebak orangnya. Kalo pas marah juga selain ngomongnya kerasa dia juga ngomong kasar mungkin karna udah gak bisa ditahan marahnya. Waktu itu juga mbanting pintu kok trus pergi. Apakah yang dimaksudkan menghindar begitu? Iya saya gak mau ketemu ama dia langsung, jaga jarak dulu..ngomong langsung juga gak. Emmmm… secara tidak langsung menarik diri dari situasi yang sedang kurang baik begitukah? Iya, la saya tu juga jadi suka ndiemin dia, kadang ya acuh, cuek gitu..la sering seperti itu.
1.
bagaimana jika terajdi konflik siapa yang cenderung acuh atau mungkin pergi menghindar?
2
Tidak ada..karna kami selalu mengusahakna masalah itu tidak dibawa keluar rumah. Gak ada keluarga yang tidak pernah cekcok mbk..tapi gimana caranya kita bisa hadir dan bertanggung jawab.
3
Apa hal itu juga dilakukan setiap kali ada masalah dipernikahan?
4
Iya semua saya usahakan supaya masalah yang terjadi cepat selesai..
5
Lebih tepatnya dengan cara seperti apa?
6
Ya diselesaikan ketika terjadi perkara tidak pergi, tidak terus ada masalah malah anggap sepele. Tapi saya mencoba tidak gitu dan sejauh ini saya tidak seperti itu...bukan gimana-gimana tapi kenapa harus pergi itu alasannya..
7
Jadi berusaha untuk tetap menghadapinya tidak malah menarik diri ketika terjadi konflik begitukah?
8
Ya seperti itu..kalau menurut saya cekcok kecil itu mendatangkan bahagia, sedangkan cekcok besar bisa mendatangkan bahaya, makanya perlu mawas diri dan mampu menghadapi. Kalau ada perkara ngadepinnya dengan kepala dingin walaupun api masih ada dalam hati. Saya rasa sudah banyak orang tahu itu..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
1
Negosiasi yang seperti apa yang mampu bapak cipatakan dan lakukan dalam pernikahan untuk menghindari adanya konflik?
2
Kalau soal anak saya sama istri janji untuk sekolah kami gak terlalu ngatur kalau untuk pasangan ya itu mbk gak mau ikut campur soal pasangan, kalau saya banyak ngatur malah nanti anak saya susah dapet pasangan..saya gak mau karna beda agama jadi mempersulit.
3
Anak bapak ada yang juga pacaran dengan beda agama?
4
Ada mbk anak saya yang no 1 dia pacaran saa orang islam, sudah lama juga sejak dia kuliah di Yogya apalagi sekarang sudah sama-sama kerja makin serius mbk.
5
Lalu apa yang bapak lakukan berkaitan dengan pasangan anak bapak yang beda agama?
6
Ya mendukung mbk dia datang kesini pas lebaran juga kami sambut baik, mau pergi ya monggo asalkan pulang gak terlalu malam.