ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU
DEWI EKASARI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU
DEWI EKASARI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu” adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2008
Dewi Ekasari NRP C551030244
ABSTRAK DEWI EKASARI. Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu (Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO sebagai ketua komisi pembimbing dan VICTOR P.H NIKIJULUW sebagai anggota) Jumlah usaha perikanan tangkap skala kecil di Indonesia sangat besar namun tingkat kesejahteraan nelayan umumnya dibawah garis kemiskinan. Hambatan aksesibilitas permodalan merupakan salah satu penyebab kondisi tersebut. Pihak perbankan mengkategorikan, kegiatan perikanan tangkap sebagai kegiatan yang penuh risiko dan ketidakpastian. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan menggambarkan profil risiko usaha perikanan tangkap skala kecil secara komprehensif di Palabuhanratu, termasuk solusi pemecahan yang ditawarkan. Tujuan tersebut dicapai melalui beberapa tahap kegiatan yaitu (1) mengidentifikasi dan memetakan risiko usaha perikanan tangkap, (2) menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan pendapatan nelayan, (3) mengukur sikap nelayan terhadap risiko dan (4) merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai Maret 2007 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode deskriptif, simpangan baku, koefisien variasi, PRT dan SWOT. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa risiko pada usaha perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan nelayan. Besaran dan dampak risiko umumnya lebih dirasakan nelayan pada musim barat dibandingkan musim timur. Nelayan di Palabuhanratu cenderung bersikap tidak mengambil risiko (risk averter). Untuk mengatasi permasalahan aksesibilitas permodalan 3 solusi yang diprioritaskan yaitu: (1) penerapan aturan peminjaman yang fleksibel namun tetap bersifat hati-hati, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan permodalan, (3) penetapan skema pembiayaan yang sesuai dengan karateristik perikanan tangkap. kata kunci : Analisis risiko, usaha perikanan tangkap skala kecil, permodalan, Palabuhanratu
ABSTRACT DEWI EKASARI. Risk Analysis of Small Scale Capture Fisheries in Palabuhanratu (Under the direction of MULYONO S. BASKORO and VICTOR P.H NIKIJULUW) The number of Indonesia’s small scale fishing is huge and growing up, however commonly fisherman’s welfare still below the poverty line. Capital resistance access is one of restrictively factor to the condition. Besides banking system put fisheries capturer activity as a high risk and indeterminancy. Based on the situation we intend to do research for describing the risk of comprehensive small scale fisheries capturer in Palabuhanratu, include in offering a solution. The aim can be approach by several activity, (1) identify and address the risk of fisheries capturer activity, (2) calculate the risk and impact of production, price and income, (3) calculate the fisherman’s attitude about the risk, (4) design an easy solution for the fisherman to get the business capital. The research was held in October 2006 until March 2007 in Palabuhanratu District, Regency of Sukabumi, the data collected and analyzed using descriptive method, deviation standard, variation coefficient, PRT and SWOT. Based on the result we know that risk in small scale fisheries capturer activity generally consist of (1) loose or damage in piscatorial facilities, (2) ineffective of capturing operation and, (3) threat of fisherman safety. Palabuhanratu fisherman tend the act by not to take the risk (risk averter). There are 3 priority solutions for the problem regarding capital accessibility. There are (1) implementing flexible loan regulation which is still in prudential, (2) create a law of capital strengthening, (3) enacting financing scheme suitable with fisheries capturer characteristics Keywords : Risk analysis, small scale fishing, financing, Palabuhanratu
@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
ANALISIS RISIKO USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI PALABUHANRATU
DEWI EKASARI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tesis
: Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu
Nama Mahasiswa : Dewi Ekasari Nomor Pokok
: C551030244
Program Studi
: Teknologi Kelautan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc Ketua
Dr. Ir. Victor P.H Nikijuluw, M.Sc Anggota
Diketahui,
Program Studi Teknologi Kelautan Ketua
Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc
Tanggal ujian : 1 Maret 2008
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1968 sebagai putri keempat dari enam bersaudara pasangan Bapak Agustino dan Ibu Tuti Srikanti. Pendidikan penulis dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah atas ditempuh di Jakarta.
Selepas dari SMAN 3 Jakarta , penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Jakarta dan selesai pada tahun 1992. Pada tahun 1996 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan di Departemen Koperasi.
Seiring dengan berdirinya Departemen Kelautan dan
Perikanan maka sejak tahun 2001, penulis memilih untuk pindah ke Departemen Kelautan dan Perikanan . Untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuan tentang bidang perikanan dan kelautan maka pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan pada
Program
Studi
Teknologi
Kelautan,
Sub
Program
Perencanaan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian tesis yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana IPB pada tanggal 1 Maret 2008 dengan judul tesis “Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu”.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat petunjuk dan berkah dari-Nya tesis ini penulis selesaikan. Judul tesis ini adalah “Analisis Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil di Palabuhanratu”. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Palabuhanratu dari bulan Oktober 2006 sampai Maret 2007. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Victor. P.H Nikijuluw, M.Sc sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan arahan kepada penulis dalam rangka penulisan tesis. Ungkapan terima kasih tak lupa pula kami penulis haturkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan konstruktif untuk penyempurnaan tesis ini. serta pihak PPN Palabuhanratu atas bantuan selama pelaksanaan penelitian. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2008
Dewi Ekasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 1.4 Hipotesis............................................................................................. 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 1.6 Kerangka Pemikiran...........................................................................
1 4 7 8 8 8
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pembagian Risiko.......................................................... 2.2 Risiko Usaha Perikanan Tangkap ...................................................... 2.3 Pengukuran Risiko ............................................................................. 2.4 Definisi dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap........................... 2.5 Kebijakan Kredit Sektor Perikanan dan Kelautan ............................. 2.6 Manajemen Risiko dalam Perencanaan Pemberian Kredit ................ Perbankan........................................................................................... 2.7 Kondisi Umum Palabuhanratu ........................................................... 2.7.1 Letak geografis, kondisi topografis serta oceanografis............ 2.7.2 Keadaan umum perikanan laut................................................. 1) Volume dan nilai produksi perikanan laut.......................... 2) Unit penangkapan ikan ....................................................... 3) Daerah penangkapan ikan, musim dan iklim...................... 4) Sarana dan prasarana .......................................................... 2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan....................................................
20 22 22 23 24 25 28 31 33
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 3.2 Peralatan Pendukung......................................................................... 3.3 Mekanisme Pengumpulan Data ........................................................ 3.4 Analisis Data ..................................................................................... 3.4.1 Identifikasi risiko ................................................................. 3.4.2 Pengukuran besaran dan dampak risiko............................... 3.4.3 Pengukuran sikap nelayan.................................................... 3.4.4 Solusi kemudahan permodalan ............................................
38 39 39 41 41 41 43 44
11 13 14 15 17
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Identifikasi Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil............... 4.2 Besaran dan Dampak Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil ........................................................................................ 4.2.1 Besaran risiko........................................................................ 4.2.2 Dampak risiko ....................................................................... 4.3 Sikap Nelayan Terhadap Risiko........................................................ 4.4 Arah Kebijakan Aksesibilitas Permodalan Bagi Nelayan Skala Kecil.... ..............................................................................................
46 52 52 59 61 62
5 PEMBAHASAN 5.1 Jenis Risiko, Faktor Penyebab dan Solusi Penanganan Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil ........................................................ 65 5.1.1 Kondisi tidak terkontrol .......................................................... 66 5.1.2 Kondisi terkontrol ................................................................... 67 5.2 Besaran Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil.................... 70 5.3 Dampak Risiko.................................................................................. 72 5.4 Sikap Nelayan ................................................................................... 72 5.5 Alternatif Solusi Kebijakan untuk Kemudahan Aksesibilitas Permodalan Bagi Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil................. 74 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 84 6.2 Saran.................................................................................................. 85 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86 LAMPIRAN.................................................................................................... 91
DAFTAR TABEL Halaman 1 Perbandingan nelayan industri dan tradisional dari sisi technicio-socioeconomic ................................................................................................... 16 2 Data pinjaman sektor perikanan 2004-2005 (Rp.juta) ............................... 19 3 Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di ..................... Palabuhanratu tahun 2002 – 2006 .............................................................. 24 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun ............ 2002 – 2006................................................................................................ 25 5 Perkembangan jumlah perahu atau kapal di Pelabuhan Perikanan............ Nusantara Palabuhanratu Periode 2002 – 2006 ......................................... 27 6 Perkembangan jumlah nelayan (jiwa) di Pelabuhan Perikanan ................. Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006.......................................... 28 7 Daerah penangkapan ikan (DPI) beberapa alat tangkap ikan di ............... Palabuhanratu............................................................................................. 29 8 Penelitian yang pernah dilakukan di wilayah Palabuhanratu..................... 34 9 Data primer yang telah dikumpulkan......................................................... 40 10 Data sekunder yang telah dikumpulkan ..................................................... 40 11 Kombinasi strategi dalam matriks SWOT ................................................. 44 12 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan pancing ............................. 48 13 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan payang .............................. 49 14 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan bagan ................................ 50 15 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan rampus.............................. 51 16 Besaran risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan ......... dan rampus ................................................................................................. 53 17 Hasil pemetaan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu............................................................................................. 54 18 Status risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan dan...... rampus.......... ............................................................................................. 59 19 Matriks analisis faktor strategi internal (IFAS) kebijakan aksesibilitas .... permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu.............................. 62 20 Matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) kebijakan aksesibilitas . permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu.............................. 63 21 Matriks SWOT kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala ... kecil di Palabuhanratu ................................................................................ 64 22 Jenis subsidi pemerintah terhadap perikanan tangkap ............................... 69
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kerangka perumusan masalah.................................................................... 7 2 Kerangka pemikiran penelitian .................................................................. 10 3 Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko .................................... 15 4 Jenis ikan yang ditangkap nelayan di Palabuhanratu pada tahun 2006 ..... 26 5 Darmaga untuk tambat labuh di PPN Palabuhanratu................................. 32 6 Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu.......................... 33 7 Peta lokasi penelitian ................................................................................. 38
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Jumlah tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu................................ 91 2 Harga ikan tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu.......................... 92 3 Pendapatan nelayan pancing per trip di Palabuhanratu............................ 93 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu ........................... 94 5 Komponen pendapatan nelayan pancing di Palabuhanratu........................ 98 6 Status risiko hasil tangkapan pancing di Palabuhanratu ............................ 100 7 Status risiko harga ikan tangkapan pancing di Palabuhanratu ................... 101 8 Status risiko pendapatan pancing di Palabuhanratu ................................... 102 9 Peluang risiko total nelayan pancing di Palabuhanratu.............................. 103 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu................................ 104 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu........................... 111 12 Pendapatan nelayan payang per trip di Palabuhanratu.............................. 118 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu ............................ 119 14 Komponen pendapatan nelayan payang di Palabuhanratu......................... 123 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu ............................. 125 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu ................... 129 17 Status risiko pendapatan payang di Palabuhanratu .................................... 133 18 Peluang risiko total nelayan payang di Palabuhanratu............................... 134 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu................................... 135 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu............................. 139 21 Pendapatan nelayan bagan per trip di Palabuhanratu................................ 143 22 Komponen biaya operasional bagan di Palabuhanratu .............................. 144 23 Komponen pendapatan nelayan bagan di Palabuhanratu.......................... 146 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu ............................... 148 25 Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu ...................... 151 26 Status risiko pendapatan bagan di Palabuhanratu ...................................... 154 27 Peluang risiko total nelayan bagan di Palabuhanratu................................. 155 28 Jumlah tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu................................. 156 29 Harga ikan tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu .......................... 158
30 Pendapatan nelayan rampus per trip di Palabuhanratu ............................. 160 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu ............................ 161 32 Komponen pendapatan nelayan rampus di Palabuhanratu......................... 164 33 Status risiko hasil tangkapan rampus di Palabuhanratu ............................. 166 34 Status risiko harga ikan tangkapan rampus di Palabuhanratu.................... 167 35 Status risiko pendapatan rampus di Palabuhanratu.................................... 168 36 Peluang risiko total nelayan rampus di Palabuhanratu .............................. 169 37 Foto kegiatan penelitian ............................................................................. 170
DAFTAR ISTILAH
UKM PDB Fishing Ground Liwung In Board Engine Stakeholder KKM KKP BOUP Eksposur Counterparty Treasury Banking Book Trading Book Recovery Rate Obligasi Volatilitas Repayment Capacity KIK KMKP Fund Loan Grant ADB Default Risk averter Indifferent to Risk Risk Taker PRT ISDB Multiplier Effect Monson Upwelling Accident BMG Postulat Disparitas Prudent Pilot Project Bankable
: Usaha Kecil dan Menengah : Pendapatan Domestik Bruto : Daerah penangkapan ikan : Musim peralihan : Mesin dalam : Pemangku kepentingan : Kredit Mina Mandiri : Kredit Ketahanan Pangan : Barang, Uang, Orang, Prosedur : Sesuatu yang berhubungan dengan peluang : Pihak lawan : Perbendaharaan : Buku perbankan : Buku perdagangan : Tingkat pengembalian : Surat utang berjangka dengan suku bunga tetentu : Kecenderungan mudah berubah : Kemampuan membayar : Kredit Investasi Kecil : Kredit Modal Kerja Permanen : Dana : Pinjaman lunak : Hibah : Asian Development Bank : Kegagalan mengembalikan pinjaman : Sikap yang tidak berani mengambil risiko : Sikap yang tidak terpengaruh risiko : Sikap berani mengambil risiko : Peluang Risiko Total : Islamic Development Bank : Efek pengganda : Muson : Fenomena kenaikan massa air : Kecelakaan : Badan Metreologi dan Geofisika : Hukum : Perbedaan : Kehati-hatian : Proyek percontohan : Sesuai dengan kriteria perbankan
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Krisis ekonomi secara nyata telah menyebabkan jatuhnya ekonomi nasional
khususnya usaha-usaha skala besar. Dampak nyata dari kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan jumlah pengangguran secara signifikan. Pada akhir tahun 2003, tercatat sebanyak 11,4 juta pengganggur (11,63% dari jumlah angkatan kerja), dengan pertumbuhan sektor industri hanya mencapai 3,41% (BPS, 2003). Sektor usaha kecil dan menengah (UKM) pada kenyataannya mampu menunjukkan kinerja yang lebih tangguh dalam menghadapi masa krisis. Kontribusi sektor ini pada ekonomi nasional pun cukup siginifikan, mencakup 53,3% dari pendapatan domestik bruto nasional (PDB) pada tahun 2006. Jumlah UKM yang tercatat pada tahun 2006 mencapai 48,9 juta unit usaha. Jumlah tersebut meningkat 3,9% dibandingkan tahun 2005. Keseluruhan UKM tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 85,4 juta atau 96,18% dari seluruh tenaga kerja Indonesia.
Dibandingkan tahun sebelumnya terjadi peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebesar 2,6% (BPS, 2007). Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil dikemukakan bahwa definisi usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan.
Kriteria usaha kecil adalah (1) memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp.200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan; (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000; (3) milik warga negara Indonesia; (4) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar dan (5) berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Mengacu pada kriteria yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa sebahagian besar usaha yang dilakukan di Indonesia masih tergolong usaha kecil.
2
Data yang diperoleh dari indikator makro UKM tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah usaha kecil di Indonesia mencapai 99,98% dari keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada (BPS, 2007). Salah satu sektor usaha yang didominasi skala usaha kecil adalah usaha perikanan tangkap.
Ada berbagai cara membedakan skala usaha perikanan
tangkap. Menurut Smith (1983), dasar perbedaan tersebut mencakup perikanan skala kecil atau skala besar, perikanan pantai atau lepas pantai dan perikanan artisanal atau komersil. Penggolongan tersebut masih menjadi perdebatan hingga saat ini mengingat luasnya dimensi yang dilingkupi. Pengelompokan skala usaha sering pula didasarkan pada ukuran kapal atau besarnya tenaga, tipe alat tangkap dan jarak daerah penangkapan (fishing ground) dari pantai. Penggolongan skala usaha perikanan tangkap di Indonesia umumnya dilakukan berdasarkan ukuran kapal dan jenis atau tipe mesin. Berdasarkan data statistik perikanan dan kelautan, jumlah usaha perikanan tangkap skala kecil yang dicirikan dengan penggunaan sarana penangkapan perahu tanpa motor, perahu motor tempel serta kapal motor berukuran < 10 GT tahun 2004 berjumlah 535.232 unit atau 97,65% dari keseluruhan unit kapal yang ada. (DKP, 2005). Persentase tersebut meningkat dibandingkan jumlah usaha perikanan tangkap skala kecil pada tahun 2003 yang mencapai 96,92%. Usaha perikanan tangkap skala kecil memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan usaha di sektor lain. Kegiatan perikanan tangkap penuh dengan tantangan serta dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Alasan inilah yang menjadi hambatan terbesar nelayan untuk mengakses sumber-sumber permodalan dalam rangka peningkatan skala usaha.
Terkait dengan hambatan tersebut,
dipandang perlu dilakukan suatu kajian tentang risiko-risiko usaha perikanan tangkap skala kecil. Luasnya ruang lingkup kajian risiko usaha perikanan tangkap menyebabkan perlunya pembatasan kajian risiko pada beberapa jenis alat tangkap di suatu daerah.
Proses ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi
pengkajian risiko usaha perikanan tangkap secara menyeluruh. Palabuhanratu merupakan salah satu basis perikanan tangkap di selatan Jawa yang berbentuk teluk. Berjarak 180 km dari Jakarta, secara geografis wilayah
3
Palabuhanratu berada pada posisi 6o 54’ 12”-7o 5’ 57,48” LS dan 106o 20’ 57,48”106O 36’ 0,36” BT. Luas wilayah Palabuhanratu sekitar 27.210,130 Ha. Banyaknya sungai yang bermuara di Teluk Palabuhanratu menyebabkan topografi perairan sampai jarak 300 m dari garis pantai menjadi dangkal. Meskipun merupakan sentra perikanan tangkap, pengaruh musim tetap mempengaruhi kegiatan penangkapan ikan di wilayah Palabuhanratu. Ada dua musim utama yang umumnya dikenal di Palabuhanratu, yaitu musim barat yang terjadi selama bulan Desember sampai Maret dan musim timur yang terjadi selama bulan Juni hingga Agustus.
Diantara kedua musim tersebut dikenal
adanya musim peralihan yang oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah musim liwung (Yundari, 2005). Kegiatan
penangkapan
ikan
di
Palabuhanratu
dilakukan
dengan
menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Selama periode 1996 sampai 2006, empat jenis alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di wilayah ini adalah (1) pancing ulur, (2) bagan, (3) payang, dan (4) rampus. Persentase penggunaan pancing ulur dan rampus pada tahun 2006 masing-masing 25% dan 5%. Jumlah alat tangkap yang dioperasikan selama periode tersebut berfluktuasi setiap tahunnya dengan kenaikan rata-rata 0,10% per tahun. Jumlah alat tangkap yang memiliki tingkat operasional paling tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak 923 unit, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 1998 dengan jumlah penggunaan 497 unit (PPN Palabuhanratu, 2007). Armada penangkapan yang dioperasikan di Palabuhanratu ada dua jenis yaitu kapal motor dan perahu motor tempel. Kapal motor umumnya berukuran <10 GT->30 GT dan digerakkan oleh mesin dalam (in board engine) sedangkan perahu motor tempel digerakkan oleh mesin tempel dan umumnya berukuran <10 GT. Kapal motor banyak digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap gillnet dan rawai. Adapun perahu motor tempel banyak digunakan untuk operasi alat tangkap pancing, payang dan jaring (PPN Palabuhanratu, 2007). Konfigurasi skala usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu yang diindikasikan dengan penggunaan armada penangkapan masih didominasi usaha kecil, meskipun secara kuantitas jumlah alat tangkap yang dioperasikan relatif
4
banyak.
Selama periode 1996-2006 armada penangkapan didominasi
kapal/perahu bertenaga penggerak motor tempel dengan ukuran kapal <10 GT serta kapal motor berukuran <10 GT. Persentase armada penangkapan skala kecil bahkan mencapai 83,21% dari jumlah armada penangkapan sebanyak 798 unit (PPN Palabuhanratu, 2007). Mengacu pada gambaran awal kondisi perikanan tangkap yang dimiliki, maka Palabuhanratu dinilai memenuhi syarat sebagai daerah penelitian. Fokus analisis dititik beratkan pada alat tangkap pancing ulur, bagan, payang dan rampus yang merupakan alat tangkap dominan yang digunakan nelayan serta status usaha perikanan tangkapnya didominasi usaha perikanan tangkap skala kecil. 1.2
Perumusan Masalah Aktor penting dalam pengembangan usaha perikanan tangkap adalah
nelayan. Saat ini kondisi nelayan Indonesia dapat dikatakan memprihatinkan dan masih tergolong masyarakat miskin serta secara ekonomi dianggap sebagai kelompok dengan opportunity cost yang rendah. Nikijuluw (2001) mengatakan bahwa kategori kemiskinan nelayan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
1) kemiskinan struktural, 2) kemiskinan super-struktural, dan 3)
kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor di luar individu nelayan yaitu sosial ekonomi masyarakat, ketersediaan insentif dan disinsentif pembangunan, ketersediaan fasilitas pembangunan, ketersediaan teknologi dan ketersediaan sumberdaya pembangunan khususnya sumberdaya alam.
Kemiskinan super struktural adalah kemiskinan yang
disebabkan karena variabel-variabel kebijakan makro yang tidak begitu kuat berpihak kepada pembangunan nelayan.
Adapun kemiskinan kultural adalah
kemiskinan yang disebabkan variabel-variabel yang melekat, inhern dan menjadi gaya hidup tertentu. Menyadari penyebab kemiskinan nelayan, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pembangunan sarana dan prasarana penangkapan dilakukan untuk mengatasi kemiskinan struktural, sedangkan untuk mengatasi kemiskinan kultural pemerintah telah menetapkan
5
kebijakan pembinaan dan pelatihan kepada nelayan.
Khusus untuk solusi
mengatasi kemiskinan super struktural pemerintah telah meluncurkan berbagai program pemberian kredit bagi nelayan dengan berbagai skema seperti kredit mina mandiri (KMM) dari Bank Mandiri dan kredit ketahanan pangan (KKP) yang disalurkan oleh BNI, Bank Bukopin, Bank Danamon dan seluruh Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Total pembiayaan kedua program tersebut tidak sedikit jumlahnya karena dapat mencapai sekitar Rp. 3.000.000.000.000 (DKP, 2005).
Ditetapkannya program pemberian kredit bagi nelayan
dilaksanakan karena pemerintah menyadari bahwa salah satu problem kemiskinan nelayan disebabkan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan. Program pembiayaan usaha perikanan dan kelautan sudah ada namun realisasi penggunaan dana belum optimal yaitu sekitar 66% plafon kredit yang dialokasikan (DKP, 2005). Bahkan jika ditelusuri secara mendalam maka dari 66% realisasi kredit, yang digunakan untuk kegiatan perikanan (perikanan dan budidaya) hanya 40,50 % sedangkan sisanya disalurkan untuk kegiatan industri perikanan, pergudangan, perdagangan dan konstruksi pelabuhan. Secara makro, kondisi yang dihadapi sektor perikanan lebih tragis lagi. Berdasarkan data Bank Indonesia, sampai triwulan II tahun 2007 ekspansi kredit perbankan untuk UKM baru mencapai 34,2 trilyun atau setara dengan 39% dari rencana penyaluran kredit tahun 2007 yang besarnya 87,6 trilyun. Ironisnya sektor pertanian termasuk perikanan hanya mampu menyerap 1,1 trilyun kredit perbankan atau 3,20% jumlah ekspansi kredit triwulan II tahun 2007 (Bank Indonesia, 2007). Rendahnya realisasi kredit bukan disebabkan oleh keenganan nelayan untuk meminjam kredit namun lebih disebabkan minimnya dukungan perbankan. Kondisi ini tentu saja merupakan suatu paradoks yang perlu dicarikan solusinya. Menurut Direktur UMKM BRI, Sulaiman Arief Arinto, minimnya dukungan perbankan terhadap usaha perikanan dipicu oleh empat faktor yaitu (1) pembudidaya dan nelayan belum bisa memenuhi persyaratan formal perbankan seperti agunan, (2) usaha perikanan termasuk jenis kegiatan yang berisiko tinggi karena sangat bergantung pada kondisi alam, (3) mekanisme dan struktur pasar yang belum tertata dengan baik dan (4) belum adanya perusahaan penjamin (Kompas, 2007).
6
Sebagai katalisator dan dinamisator pembangunan, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan untuk meminimalisir keempat faktor yang telah disebutkan diatas.
Permasalahan persyaratan formal coba diatasi dengan
ditetapkannya program pendampingan teknis bagi usaha perikanan tangkap skala kecil baik dalam bentuk KUB maupun individu. Kebijakan lain yang terkait dengan permasalahan persyaratan formal adalah adanya program sertifikasi kapal nelayan. Permasalahan belum tertatanya struktur pasar diminimalisir oleh pemerintah melalui program bantuan pemasaran produk perikanan, pendirian lembaga-lembaga pemasaran. Adapun permasalahan belum adanya perusahaan penjamin diatasi pemerintah melalui pengalokasian dana jaminan pada perbankan. Upaya mengatasi Permasalahan faktor alam relatif sulit untuk diatasi dengan kebijakan pemerintah.
Selama ini kebijakan yang diambil pemerintah terkait
dengan faktor alam adalah pemberian bantuan biaya hidup pada saat paceklik dan pendistribusian tabungan nelayan di koperasi. Langkah-langkah tersebut diatas sudah cukup baik namun tentu saja belum menjawab keinginan dari pihak perbankan.
Menurut hemat penulis,
akar
permasalahan rendahnya aksesibilitas permodalan nelayan adalah anggapan perbankan tentang risiko usaha perikanan tangkap yang sangat tinggi.
Oleh
karena itu pihak perbankan harus diberikan gambaran yang riil tentang risiko usaha perikanan tangkap terutama yang terkait dengan cash flow usaha dan kecenderungan sikap nelayan untuk menghadapi risiko tersebut. Kedua aspek tersebut merupakan kriteria penilaian perbankan terhadap kelayakan permodalan. Menurut Ritonga (2004), beberapa risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap antara lain: 1) production risk, yaitu meliputi risiko atas hasil tangkapan nelayan yang diharapkan, seperti gangguan alam (cuaca, arus), stok ikan yang makin tipis; 2) natural risk, yaitu risiko akibat kondisi alam, biasanya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya risiko produksi, seperti terjadinya angin badai atau topan; 3) price risk, yaitu harga hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya karena ada permainan tengkulak; 4) technology risk, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi oleh pesatnya kemajuan teknologi, yang dapat menimbulkan ketidakpastian; 5) other risk, yaitu macam risiko lainnya.
7
Subsektor Perikanan Tangkap
Kebijakan Pengembangan Subsektor Perikanan Tangkap
Kredit untuk Nelayan
Alokasi
Realisasi
Kesenjangan
Kurangnya Pemahaman Risiko Usaha Perikanan Tangkap
Gambar 1 Kerangka perumusan masalah. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggambarkan profil risiko usaha perikanan tangkap skala kecil secara komprehensif di Palabuhanratu, termasuk solusi pemecahan yang ditawarkan.
Tujuan tersebut dapat dicapai melaui
beberapa tahapan kegiatan yaitu: (1) Mengidentifikasi dan memetakan risiko usaha perikanan tangkap (2) Menghitung besaran risiko serta dampaknya bagi produksi, harga dan pendapatan nelayan (3) Mengukur sikap nelayan terhadap risiko (4) Merancang solusi kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan modal usaha
8
1.4 Hipotesis Hipotesis umum yang menyusun penelitian ini adalah anggapan perbankan yang mengkategorikan usaha perikanan tangkap sebagai usaha yang penuh risiko tidak sepenuhnya benar karena kegiatan perikanan tangkap bersifat unik dan spesifik tergantung kondisi sumberdaya ikan yang dieksploitasi.
Adapun
hipotesis khusus dalam penelitian ini adalah: 1) Ada perbedaan jenis risiko usaha perikanan yang melekat pada alat tangkap pancing, payang, bagan dan rampus; 2) Ada perbedaan besaran dan dampak risiko diantara alat tangkap pancing, payang, bagan dan rampus; serta 3) Ada perbedaan sikap nelayan terhadap risiko diantara alat tangkap pancing, payang, bagan dan rampus. 1.5
Manfaat Penelitian Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini berupa gambaran rinci tentang
risiko usaha perikanan tangkap skala kecil serta solusi kemudahan aksesibilitas terhadap sumber permodalan bagi nelayan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi, pihak perbankan, pihak investor serta Departemen Kelautan dan Perikanan dalam rangka mengembangkan usaha perikanan tangkap skala kecil.
Dipandang dari perspektif ilmu
pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi penelitianpenelitian sejenis sehingga niat untuk menggambarkan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil diseluruh Indonesia dapat terpenuhi. 1.6
Kerangka Pemikiran Anggapan tentang besarnya risiko usaha perikanan tangkap memang tidak
sepenuhnya salah namun juga tingkat ketepatannya masih perlu ditelaah lebih lanjut. Alasan logis yang mendukung hal tersebut adalah relatif bervariasinya kegiatan usaha penangkapan ikan sehingga tidak biasa digeneralisasikan. Satu satunya cara untuk mengetahui kondisi riil risiko usaha perikanan tangkap adalah melakukan pengkajian secara komprehensif.
9
Poin penting yang perlu diketahui dalam proses pengkajian adalah jenisjenis risiko yang melekat pada masing-masing usaha perikanan tangkap, besaran risiko serta sikap nelayan dalam menghadapi risiko yang ada. Ketiga poin tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam pencarian solusi untuk mengatasi kesulitan nelayan mendapatkan modal usaha. Menurut Kountur (2006), untuk mengetahui jenis-jenis risiko yang melekat pada suatu usaha dapat dilakukan tahapan sebagai berikut (1)
penentuan
pendekatan yang akan digunakan, (2) penentuan sasaran yang ingin dicapai, (3) penentuan produk yang dihasilkan, (4) penentuan kegiatan yang fatal, (5) penentuan BOUP (barang, orang, uang dan prosedur) yang fatal, (6) penentuan kejadian beresiko dan (7) penentuan penyebab risiko. Risiko pada umumnya disebabkan oleh faktor operasional (manusia, teknologi, alam dan aturan) serta faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang dan perubahan tingkat bunga. Terkait dengan penanganan risiko maka infomasi tentang besaran risiko serta sikap nelayan dalam menghadapi risiko mutlak diperlukan. Masing-masing risiko yang terjadi memiliki besaran yang berbeda, demikian pula dengan variasi sikap nelayan dalam menghadapi risiko.
10
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi dan Pembagian Risiko Terminologi risiko dalam kamus besar Bahasa Indonesia didefinisikan
sebagai suatu kondisi yang mengandung ketidak pastian (Diknas, 2003). Pada definisi tersebut tersirat dua kata yang serupa namun memiliki makna yang berbeda yaitu risiko dan ketidakpastian. Roumasset (1979) membedakan kondisi risiko dengan ketidakpastian berdasarkan ada tidaknya probabilitas yang dapat dijadikan pegangan atas kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Menurut Roumasset (1979), risiko didefinisikan sebagai situasi dimana kemungkinan hasil dari suatu peristiwa yang sifatnya acak (random) dapat ditentukan dan besarnya probabilitas dari setiap peristiwa tersebut telah diketahui, sedangkan ketidakpastian adalah situasi dimana hasil dari suatu kegiatan dapat diketahui namun tingkat probabilitasnya tidak dapat diestimasi. Menurut Kountur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, ada tiga unsur yang terkait dalam sebuah risiko, yaitu: (1) kejadian, (2) kemungkinan dan (3) akibat. Jika diuraikan lebih jauh maka masih ada tiga unsur lagi yang dapat menjadi penentu besaran suatu risiko, pertama: eksposur, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan peluang keterlibatan pada suatu atau beberapa kejadian. Pada konteks ini maka semakin terekspos sesuatu maka risikonya akan semakin besar. Kedua: waktu, semakin lama sesuatu terekspos maka risikonya akan semakin besar dan ketiga: rentan, semakin mudah rusak/usang sesuatu maka semakin risikonya akan semakin besar. Secara umum, risiko dapat dikelompokkan berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan penyebab timbulnya risiko (Kountur, 2006). Berdasarkan akibat yang ditimbulkan risiko dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu 1) risiko spekulatif dan 2) risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat pula mendatangkan keuntungan, sedangkan risiko yang hanya mengakibatkan kerugian digolongkan kedalam risiko murni.
12
Ditinjau dari penyebabnya
maka risiko juga dibedakan menjadi risiko
keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang dan perubahan tingkat bunga. Adapun risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti manusia, teknologi, alam dan aturan. Risiko yang telah disebutkan oleh Kountur (2006) merupakan jenis-jenis risiko yang sifatnya umum. Secara spesifik Tjoekam (1993) mengemukakan beberapa risiko yang melekat pada suatu usaha, yaitu: (1) risiko alamiah: yaitu risiko yang timbul oleh keadaan alam seperti gempa bumi, perubahan iklim atau musim, gelombang besar dan lain-lain yang akan mempengaruhi jalannya usaha. (2) risiko manusia, yaitu risiko yang timbul karena perbuatan manusia, seperti persaingan usaha, temuan teknologi baru, politik, inflasi, dampak lingkungan, spekulasi, ekonomi dan moneter, keamanan, sosial budaya dan sebagainya yang dapat mempengaruhi jalannya usaha yang dibiayai; dan (3) risiko ketidakpastian, yaitu risiko yang ditimbulkan oleh ketidakpastian yang pada gilirannya menimbulkan spekulasi. Istilah risiko juga telah jamak disebutkan dalam kegiatan perbankan. Teori portofolio mendefinisikan risiko sebagai deviasi standar tingkat keuntungan. Hal ini disebabkan karena deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan (expected value). Semakin besar penyimpangan maka kemungkinan risiko yang dihadapi semakin tinggi. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI tahun 2003, terdapat delapan jenis risiko yang harus dikelola secara baik oleh bank, yaitu risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, hukum, strategis, reputasi dan risiko kepatuhan. Risiko kredit adalah resiko yang terjadi karena kegagalan pihak lawan (counterparty) untuk memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti perkreditan, aktivitas treasury, dan investasi, pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam banking book maupun trading book. Kerugian risiko kredit ini meliputi eksposur atau sejumlah tertentu
13
yang terkena risiko, tingkat pengembalian atau recovery rate, investasi dalam obligasi dan pinjaman yang terkena risiko kredit (Bank Indonesia, 2003). Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki bank, yang sifatnya merugikan (adverse movement). Faktor-faktor yang termasuk variabel pasar diantaranya suku bunga, harga dan nilai tukar. Secara dimensional risiko pasar dapat diuraikan dalam bentuk risiko tingkat suku bunga (interest rate risk) dan risiko nilai tukar valuta asing (foreign excange rate). Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat pergerakan suku bunga di pasar yang berlawanan dengan posisi atau transaksi bank yang mengandung risiko suku bunga (Bank Indonesia, 2003). Menurut Bank Indonesia (2003), risiko nilai tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka. Risiko harga adalah risiko dimana bank harus membayar lebih untuk membeli suatu instrumen keuangan dan harga instrumen tersebut telah menurun. Definisi lain dari risiko harga adalah nilai aset keuangan yang dibeli dan dipegang pada harga yang lebih tinggi namun dijual dengan harga yang lebih rendah sehingga menimbulkan kerugian. Dari perspektif nasabah bank yang produksi dari komoditinya mendapat pembiayaan kredit dari bank, maka fluktuasi dan volatilitas harga komoditi di pasar dapat menimbulkan terjadinya risiko gagal bayar atau default akibar menurunnya repayment capacity nasabah. 2.2 Risiko Usaha Perikanan Tangkap Terdapat keterkaitan yang erat antara risiko dengan karakterisitik usaha. Karakterisitik khusus yang terdapat pada kegiatan perikanan tangkap diantaranya: 1) sumberdaya ikan yang selalu bermigrasi pada ruang yang tidak terbatas; 2) common property resource, yaitu merupakan milik bersama atau tidak mengenal hak kepemilikan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access); 3) adanya pengaruh dalam kondisi alami dalam melakukan eksploitasinya, seperti: musim, arus, gelombang; 4) jenis sumberdaya ikan yang dieksploitasi sangat beragam dengan jumlah yang tidak terlalu besar; 5) lahan tangkap ikan (fishing ground) semakin menurun bagi kegiatan penangkapan, karena kegiatan
14
pemukiman dan industri limbahnya secara langsung maupun tidak langsung, mencemari perairan pantai; 6) sering terjadi konflik kepentingan antara nelayan skala kecil dengan industri perikanan skala besar; 7) dynamic resource, yaitu stok ikan bisa berubah; 8) vulnarable resource, yaitu rentan terhadap perubahan ekosistem pesisir dan lautan; 9) usaha perikanan masih didominasi perikanan rakyat kecil yang masih tradisional; 10) kemampuan usaha permodalan lemah (Ritonga, 2004). Selanjutnya
Ritonga
(2004)
mengemukakan
bahwa
berdasarkan
karakteristik khusus perikanan tangkap tersebut, maka beberapa risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap antara lain: (1) production risk, yaitu meliputi risiko atas hasil tangkapan nelayan yang diharapkan, seperti gangguan alam (cuaca, arus), stok ikan yang makin tipis; (2) natural risk, yaitu risiko akibat kondisi alam, biasanya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya risiko produksi, seperti terjadinya angin badai atau topan; (3) price risk, yaitu harga hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya karena ada permainan tengkulak; (4) technology risk, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
oleh
pesatnya
kemajuan
teknologi,
yang
dapat
menimbulkan
ketidakpastian; (5) other risk, yaitu macam risiko lainnya . 2.3 Pengukuran Risiko Seperti telah dikemukakan pada bagian definisi, risiko mengandung tiga unsur penting yaitu 1) kejadian, 2) kemungkinan dan 3) akibat. Bersandar dari ketiga unsur inilah dapat dilakukan pengukuran risiko. Menurut Kountur (2006), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kemungkinan dan akibat dari suatu kejadian diantaranya metode Poisson, binomial, z-score, weightaverage approximation, value at risk (VAR) dan individual/group approximation. Metode Poisson, binomial, z-score dan VAR hanya dapat dilakukan apabila tersedia data histories berupa catatan kejadian di masa lalu.
Untuk kondisi
keterbatasan data historis maka dapat dilakukan analisis secara perkiraan atau metode approximation. Pengelompokan dari masing-masing metode disajikan pada gambar berikut:
15
Kejadian
Kemungkinan
Peristiwa
Akibat
Penyimpangan
- Poisson - Binomial - Weight average approximation
- VAR - Individual/group approximation
z-score
Sumber: Kountur (2006)
Gambar 3 Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko.
2.4
Definisi dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap Usaha perikanan tangkap didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan memperoleh ikan di perairan dalam keadaan tidak di budidayakan dengan maupun tanpa alat tangkap, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk menampung, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah, dan mengawetkan (Alhidayat, 2002). Menurut Charles (2001) skala usaha perikanan tangkap dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya ukuran kapal yang dioperasikan, lokasi fishing ground dan
tujuan
produksinya.
Pengelompokan
tersebut
dilakukan
melalui
perbandingan perikanan skala kecil (small scale fisheries) dengan perikanan skala besar (large scale fisheries). Selanjutnya Smith (1983) mengemukakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan situasi technico-socio-economic nelayan.
Berdasarkan situasi
tersebut kegiatan perikanan dapat digolongkan kedalam skala industri dan skala tradisional. Kesteven (1973) mengelompokkan nelayan kedalam tiga kelompok yaitu industri, artisanal dan subsisten.
Nelayan industri dan artisanal berorientasi
komersil sedangkan nelayan subsisten umumnya memanfaatkan hasil tangkapan untuk konsumsi harian (Tabel 1).
16
Tabel 1 Perbandingan nelayan industri dan tradisional dari sisi technicio-socioeconomic Pembanding
Tradisional
Industri
Subsisten
Tepat, kecil, spesialisasi yang tidak terbagi Biasanya dimiliki oleh nelayan yang berpengalaman atau nelayan gabungan Seringkali merupakan pekerjaan sampingan Kecil; dengan motor dalam atau motor tempel kecil di luar Sebahagian/seluruhnya memakai materialmaterial buatan mesin Bantuan mesin minim
Tenaga sendiri atau keluarga, atau kelompok masyarakat Tersebar diantara partisipan-partisipan
1
Unit Penangkapan
2
Kepemilikan
3 4
Komitmen waktu Kapal
5
Perlengkapan
6
Sifat pekerjaan
7
Investasi
8
Penangkapan (per unit penangkapan) Produktivitas (per orang nelayan) Pengaturan hasil tangkapan
Besar
Rendah; penghasilan nelayan (seringkali diambil dari pembeli hasil tangkapan) Menengah atau rendah
Tinggi
Menengah atau rendah
Rendah hingga sangat rendah
Dijual ke pasar yang terorganisir
11
Pengelolaan hasil tangkapan
12
Keberadaan ekonomi nelayan Kondisi sosial
Diolah menjadi tepung ikan atau untuk bahan konsumsi bukan untuk manusia Seringkali kaya
Penjualan untuk lokal yang tak terorganisir; sebahagian dikonsumsi sendiri Beberapa dikeringkan, diasap, diasinkan untuk kebutuhan manusia Menengah kebawah
Umumnya dikonsumsi nelayan itu sendiri, keluarganya atau dibarter Kecil atau tidak ada sama sekali; semuanya untuk dikonsumsi Minimal
Terpadu
Kadang terpisah
Masyarakat yang terisolasi
9
10
13
Tepat, dengan divisi pekerjaan dan prospek jelas Dikonsentrasikan pada beberapa pengusaha, kadang bukan nelayan Biasanya penuh waktu
Artisanal
Bertenaga dengan peralatan yang memadai Buatan mesin atau pemasangan lainnya Dengan bantuan mesin Tingi dengan proporsi yang besar diluar nelayan
Kebanyakan paruh waktu Tidak ada taua berbentuk kano Material-material buatan tangan, dipasang pemiliknya Dioperasikan dengan tangan Sangat rendah sekali
Rendah hingga sangat rendah
Pengklasifikasian usaha perikanan tangkap juga terdapat dalam statistik perikanan tangkap. Berdasarkan statistik perikanan, usaha penangkapan ikan dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran perahu/kapal yang digunakan. Usaha penangkapan ikan yang menggunakan kapal ukuran <30 GT dikategorikan sebagai usaha kecil, sedangkan usaha yang menggunakan perahu berukuran >30 GT digolongkan sebagai usaha besar.
17
2.5 Kebijakan Kredit Sektor Perikanan dan Kelautan Kredit merupakan salah satu kebijakan publik berupa subsidi yang dalam definisi WTO merupakan kontribusi finansial pemerintah dalam bentuk fund transfer (loan, grant dan sebagainya) maupun pelayanan umum (pembangunan infrastruktur). Pada sektor perikanan khususnya subsektor perikanan tangkap, kredit dibutuhkan untuk investasi sarana penangkapan ikan, biaya operasional penangkapan ikan, kegiatan pasca panen, fasilitas pemasaran dan jasa serta pembangunan infrastrktur (Fauzi, 2005). Perkreditan kegiatan perikanan dimulai sejak dilakukannya konversi perahu layar ke perahu motor tempel atau kapal motor pada awal dekade 80-an. Ketidakberdayaan nelayan untuk memodernisasi armada penangkapannya menjadi dasar dilakukannya program perkreditan tersebut (Bailey, 1988). Salah satu bentuk program bantuan kredit yang terkait dengan bidang perikanan adalah KIK/KMKP (kredit investasi kecil/kredit modal kerja permanen) yang merupakan kredit jangka menengah dan panjang. Kredit ini diperuntukkan untuk rehabilitasi, modernisasi dan perluasan proyek (Facthuddin, 2006). Selanjutnya Fatchuddin (2006) menambahkan bahwa perbankan sebagai industri yang high risk dan high regulated senantiasa dihadapkan pada risiko yang berkaitan erat dengan fungsi dan tanggungjawab dalam mengelola dana masyarakat maupun sebagai lembaga intermediasi yang juga harus mampu memberikan kredit kepada sektor usaha yang membutuhkan. Sesuai penjelasan pasal 8 UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan jo pasal 8 UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan ditegaskan bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko sehingga dalam pelaksanaanya harus memperhatikan prinsip kehati-hatian (Prudencial Banking Practices) dan asas pemberian kredit yang sehat (Sound Banking Credit). Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/2/PBI/2005 menekankan bahwa dalam melakukan penilaian prospek usaha debitur harus selalu dikaitkan dengan upaya memelihara lingkungan. Oleh karena itu, model inovasi pembiayaan perbankan memperhitungkan keberlanjutan sumberdaya
18
menjadi sangat penting disadari karena ongkos pemeliharaan lingkungan jauh lebih murah dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk risiko hukum, risiko reputasi dan risiko lainnya. Fauzi (2005) menguraikan bahwa selain skim kredit KIK/KMKP, pemerintah melalui Departemen Koperasi dan lembaga keuanga terkait kemudian mengeluarkan berbagai skim kredit. Departemen Koperasi telah meluncurkan sekitar 17 skim kredit, walaupun banyak diantaranya tidak menyentuh langsung kegiatan perikanan tangkap.
Jumlah kredit yang diberikan dalam skim ini
dibawah Rp.50 juta. Pemerintah menetapkan program pengentasan kemiskinan sebagai fokus kebijakan untuk mencapai pembangunan ekonomi. Bentuk implementasi dari kebijakan tersebut adalah pemberian kredit taskin kepada kelompok miskin termasuk nelayan yang dianggap sebagai kelompok yang termiskin. Sampai akhir tahun 2000 sudah tersalurkan sebanyak Rp 22 milyar yang tersebar di 22 propinsi, namun belum diketahui secara pasti proporsi kredit yang disalurkan pada nelayan (Fatchuddin, 2006). Selain bersumber dari dana dalam negeri, pemerintah Indonesia melalui bantuan dari lembaga donor seperti ADB meluncurkan program RIGP (Rural Income Generating Project) yang diperuntukkan untuk memberdayakan masyarakat pedesaan khususnya yang menyangkut aspek finansial.
Besarnya
kredit yang telah disebarkan untuk perikanan hingga saat ini belum terinci dengan jelas, misalnya Departemen Keuangan melalui BRI telah menyalurkan kredit peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K). Pada tahun 1991 dan 1992 penyaluran kredit P4K yang terealisasi untuk masyarakat sosial ekonominya berada dibawah garis kemiskinan adalah Rp.1.047.000, dengan plafon sebesar Rp. 265.244.000 (BRI, 1991). Berdasarkan laporan Bank Indonesia diketahui bahwa selama periode 19911996 penyaluran kredit untuk sektor perikanan mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 1991 tersalurkan kredit sebesar Rp.1.149,7 milyar dan meningkat menjadi hampir Rp. 2 trilyun pada tahun 1996. Namun jika
19
dibandingkan dengan sektor lainnya, penyaluran kredit pada sektor perikanan masih relatif kecil (Praptosuhardjo, 1996). Selanjutnya Praptosuhardjo (1996) menjelaskan bahwa selama periode tersebut kredit yang disalurkan pada sektor perikanan diarahkan untuk pembiayaan usaha perikanan laut termasuk udang (50% dari total kredit perikanan). Berdasarkan data pinjaman keuangan sektor perikanan dari BRI terlihat bahwa proporsi pinjaman yang macet relatif kecil namun secara nominal jumlah kredit yang macet masih diatas Rp.500 juta. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kegiatan penangkapan yang cenderung berburu dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingginya kemacetan kredit di sektor perikanan. Tabel 2 Data pinjaman sektor perikanan 2004-2005 (Rp.juta) Bidang usaha Perikanan laut
Perikanan laut lainnya
Kolektibilitas Lancar DPK Kurang lancar Diragukan Macet Total Lancar DPK Kurang lancar Diragukan Macet Total
2004 12.962 1.095 672 66 1.041 15.583 8.986 770 262 0 619 10.637
2005 15.394 1.234 50 11 739 17.427 37.753 761 0 11 710 39.236
Sumber: Bank Rakyat Indonesia (2005), dikutip dalam Fatchuddin (2006)
Sejak berdirinya Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 1999 pola pengembangan kredit perikanan secara institusional telah berubah.
Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan program yang ditujukan langsung untuk menjembatani kendala modal sektor perikanan pesisir. Salah satu mitra DKP dalam kegiatan PEMP adalah Bank BUKOPIN. Pada tahun 2005, program PEMP menawarkan pola syariah melalui kerjasama dengan Bank Mandiri. Program ini diberi nama Kegiatan Usaha Lembaga Keuangan Mikro Syariah/Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Berbeda dengan pola konvensional
20
pengembangan kredit mikro ini mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan perbankan syariah dimana penyaluran dana dapat berupa unit simpan pinjam, Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) maupun Baitul Qirad (DKP, 2006). Selain melalui program PEMP, DKP juga telah bekerjasama dengan Bank Mandiri untuk menyalurkan program kredit perikanan yang disebut kredit mina mandiri. Hingga triwulan I dan II tahun 2005 kredit mina mandiri ini telah mencapai Rp. 5,6 trilyun. Namun demikian hanya sekitar 20% dari total kredit yang disalurkan untuk kegiatan perikanan tangkap sisanya untuk pergudangan, konstruksi pelabuhan, perdagangan dan kegiatan lainnya (Kompas, 2005). 2.6 Manajemen Risiko dalam Perencanaan Pemberian Kredit Perbankan Implementasi manajemen risiko bagi bank bertujuan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan setiap risiko yang dapat muncul dari semua aktivitas dan transaksi operasional bank. Penerapan manajemen risiko yang baik mengindikasikan bahwa bank dalam kegiatan operasionalnya telah memenuhi ketentuan internal maupun ketentuan Bank Indonesia (Bank Indonesia, 2003). Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Risiko bagi Bank Umum dikemukakan bahwa ruang lingkup manajemen risiko dalam kegiatan perbankan sangat komprehensif meliputi pengawasan aktif komisaris dan direksi terhadap operasionalisasi bank, kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan batas, kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko dan pengendalian internnya.
Operasionalisasi
lingkup tersebut diwujudkan dalam bentuk proses sebagai berikut: (1) Penetapan kriteria risiko yang dapat diterima oleh bank berdasarkan tujuan kelayakan kredit dan aktivitas usaha lainnya. Batas risiko maksimum kredit yang dapat ditolerir harus dikaitkan dengan jumlah total modal bank yang akan terkena risiko, baik secara keseluruhan maupun per jenis produk layanannya
21
(2) Penilaian dan analisis keseluruhan risiko bank harus selalu dilakukan setiap periode tertentu sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan dan pengembangan bank (3) Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan produk dan aktivitas kegiatan usaha yang baru serta perubahan dari keseluruhan profil risiko bank Dengan demikian dalam konsep perencanaan pemberian kredit sudah memasukkan unsur manajemen risiko baik risiko suku bunga, risiko harga dan risiko kredit. Menurut Caouette et al., (1998) risiko kredit dapat diklasifikasi menjadi 2 hal yaitu: 1) Expected Loss (EL), adalah kerugian kredit yang telah diantisipasi dan merupakan biaya yang harus ditanggung oleh bank akibat melakukan aktivitas bisnis perkreditan. 2) Unexpected Loss (UL) merupakan volatilitas dari kerugian kredit dimana UL inilah yang merupakan risiko kredit yang hatus ditanggung oleh bank karena melakukan aktivitas bisnis perkreditan. Menurut Bank for International Settlements (BIS) tahun 2005, expected loss dapat dibagi menjadi empat faktor yaitu: (1) Probability of Default (PD) ialah probabilitas dari borrower counterparty terjadi default. (2) Exposure at Default (EAD) adalah estimasi dari jumlah outstanding kredit ketika terjadi default. (3) Loss Given Default (LGD) adalah estimasi dari jumlah kerugian dalam prosentase dari EAD, yang didasarkan pada jaminan dan lending seniority. (4) Maturity merupakan faktor kunci yang mempengaruhi risiko kredit dari obligasi dan loan.
22
2.7 Kondisi Umum Palabuhanratu 2.7.1 Letak geografis, kondisi topografis serta kondisi oceanografis Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah pesisir di Provinsi Jawa Barat yang memiliki 9 kecamatan pesisir. Istilah kecamatan pesisir didefinisikan sebagai wilayah kecamatan yang sebahagian atau seluruh wilayahnya berbatasan langsung dengan lautan. Kesembilan kecamatan pesisir yang berada dalam lingkup administrasi Kabupaten Sukabumi adalah 1) Kecamatan Simpenan, 2) Palabuhanratu, 3) Cikakak, 4) Cisolok, 5) Ciemas, 6) Ciracap, 7) Surade, 8) Cibitung dan 9) Tegalbuleud. Salah satu kecamatan yang memiliki sumber daya perikanan yang cukup potensial adalah Kecamatan Palabuhanratu. Kecamatan Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, dengan luas wilayah kurang lebih 27.210,13 Ha atau sekitar 6,59 % dari total luas wilayah Kabupaten Sukabumi. Kecamatan ini kemudian terbagi menjadi 13 desa dan satu kelurahan, yaitu Kelurahan Palabuhanratu, Desa Citepus, Tonjong, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Biruwangi dan Desa Cibodas. Secara administratif batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu adalah sebagai berikut: (1) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia; (2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Warung Kiara dan Lengkong; (3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cisolok; dan (4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciemas dan Ciracap. Ditinjau dari sisi geografis, Perairan Palabuhanratu terletak pada posisi 6°57’-7°7’ LS dan 106°22’-106°33’ BT, dengan panjang garis pantai ± 105 km. Perairan Palabuhanratu berbentuk teluk yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Teluk Palabuhanratu merupakan tempat bermuaranya beberapa sungai, yaitu Sungai Cimandiri, Cibareno, Cibuntu, Cikantak, Citepus, Cimaja, dan Sungai Cipalabuhan. Dua sungai pertama dapat digolongkan sebagai sungai besar, sedangkan sungai-sungai lainnya tergolong sungai kecil. demikian memberi pengaruh yang sangat besar terhadap Teluk Palabuhanratu.
Keadaan
kesuburan Perairan
23
Secara topografis wilayah Palabuhanratu mempunyai tekstur daerah yang kasar. Hal tersebut ditandai dengan kondisi daerah yang sebagian besar berbukit dengan kemiringan 40 %, berupa lereng pegunungan, dataran rendah yang sempit dan banyak didapat daerah aliran sungai. Kondisi topografis seperti demikian merupakan ciri khas dari daerah pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Ditinjau dari topografi dasar laut, kedalaman 200 m dari teluk tersebut dapat dijumpai hingga jarak 300 m dari garis pantai. Bagian tengah Teluk Palabuhanratu merupakan lereng kontinental (continental shelf) dengan kedalaman mencapai 600 m. Menurut Pariono (1988), sifat arus di Teluk Palabuhanratu berlawanan arah dengan arus laut di Samudera Hindia. Antara bulan Februari sampai Juni, arus permukaan di selatan jawa bergerak ke arah timur sepanjang pantai Jawa, sedangkan arus di Samudera Hindia menuju ke arah barat. Kecepatan arus pada bulan Februari sekitar 75 cm/detik. Kecepatan ini berkurang menjadi 50 cm/detik selama bulan April sampai Juni. Pergerakan arus pantai di selatan Jawa selama Agustus cenderung mengarah ke barat dengan kecepatan 75 cm/detik. Kecepatan dan arah arus tersebut ternyata bersamaan dengan kecepatan dan arah arus di Samudera Hindia.
Sampai bulan Oktober, arah arus masih menuju ke barat
dengan kecepatan 50 cm/detik. Pasang surut di perairan Palabuhanratu bersifat campuran dominasi pasang surut ganda. Arus menyusur pantai pantai (longshore current) yang diakibatkan gelombang berkisar antara 0,5 sampai 1 m/detik.
Arah arus berubah sesuai
dengan perubahan arah gelombang datang. Gelombang yang datang dari arah barat mengakibatkan arah arus yang meyusur pantai bergerak ke utara dan arah gelombang dari barat daya menyebabkan arah arus pantai bergerak ke selatan. 2.7.2 Keadaan Umum Perikanan Laut Fokus kegiatan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di Kecamatan Palabuhanratu dan Cisolok.
Keberadaan fasilitas perikanan
perikanan yang cukup besar di wilayah tersebut, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu di Kecamatan Palabuhanratu dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok di Kecamatan Cisolok merupakan faktor penentu. Pemanfaatan sumberdaya ikan perairan laut di Kabupaten Sukabumi diduga baru
24
mencapai 36%, sehingga peluang pengembangan perikanan tangkap di perairan ini masih besar apalagi untuk daerah lepas pantai dan ZEEI (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2005). 1) Volume dan nilai produksi perikanan laut Terminologi produksi perikanan laut adalah semua hasil penangkapan ikan atau binatang air lainnya yang ditangkap dari sumber perikanan alami (laut) yang diusahakan oleh perusahaan perikanan. Selama lima tahun terakhir (2002-2006), volume produksi perikanan di Palabuhanratu cenderung berfluktuasi. Volume produksi tertinggi dicapai pada tahun 2005 sebesar 6.600.530 kg. Nilai tersebut meningkat 42,04 % dibandingkan volume produksi tahun 2004. Adapun volume produksi terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 2.890.118 kg (Tabel 3). Meskipun volume produksi cenderung berfluktuasi namun nilai produksi perikanan menunjukkan tren peningkatan.
Nilai produksi perikanan laut di
Palabuhanratu yang tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 32.550.912.620 meningkat 1,27 % dibandingkan nilai produksi tahun 2005. Peningkatan nilai produksi paling drastis terjadi pada tahun 2005, dimana persentase peningkatan nilai produksi mencapai 105,18% dibandingkan tahun 2004. Kondisi ini diduga disebabkan karena kenaikan harga BBM yang sempat terjadi beberapa kali dalam selang waktu yang tidak lama sehingga harga-harga berbagai barang meningkat drastis, begitu pula dengan harga ikan. Nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar Rp 9.885.365.315. Perkembangan volume dan nilai produksi selengkapnya tertera pada Tabel 3 Tabel 3
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Perkembangan volume dan nilai produksi perikanan laut di Palabuhanratu tahun 2002– 2006 Volume Ikan ( Kg)
Perkembangan ( %)
Nilai Produksi (Rp)
Perkembangan (%)
42,04 -17,97 96,00 -17,25
9.885.365.315 15.273.292.568 15.670.740.946 32.153.934.823 32.550.912.620
54,50 2,60 105,18 1,23
2.890.118 4.105.260 3.367.517 6.600.530 5.461.561
Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)
25
2) Unit penangkapan ikan Unit penangkapan ikan merupakan suatu kesatuan teknis yang saling terkait dan menunjang dalam operasi penangkapan yang terdiri dari alat tangkap, kapal dan nelayan. Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu ditunjang oleh berbagai jenis unit penangkapan ikan dengan jumlah relatif besar. Unit penangkapan ikan tersebut meliputi jaring insang (gillnet), jaring lingkar (purse seine), payang, pancing, jaring angkat (liftnet), dan jaring kantong (bagnet). Ditinjau dari segi metode pengoperasian alat tangkap, maka teknologi dan peralatan yang digunakan nelayan di Palabuhanratu masih tergolong tradisional. Jangkauan operasi unit penangkapan pun masih terbatas di daerah pantai sehingga nelayan sangat tergantung pada sumberdaya di daerah pantai.
Berdasarkan
catatan kantor PPN Palabuhanratu, keberadaan alat tangkap di wilayah Palabuhanratu cenderung meningkat selama periode 2002-2006, meskipun pada tahun 2003 sempat mengalami penurunan. Penggunaan alat tangkap terbesar tercapai pada tahun 2006 yaitu 943 unit. Empat jenis alat tangkap yang dominan digunakan nelayan di wilayah ini pada tahun 2006 adalah: (1) bagan (27,88%), (2) pancing ulur (27,04%), (3) payang (17,60%) dan gillnet (9,96%). Uraian tentang perkembangan alat tangkap selama periode 2002-2006 disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4
Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2002 – 2006
Jenis Alat Tangkap Payang Pancing Ulur Bagan Gillnet Purse Seine Rawai Tuna Long line
Rampus Trammel net Jaring Klitik Pancing Layur Pancing tonda Jumlah
2002 64 204 102 135 1 12 39 -
2003 85 168 107 151 3 6 17 11 -
Tahun 2004 89 203 96 147 8 25 36 48 27 22 17
2005 101 162 288 40 7 10 71 26 23 14 74
557
548
718
816
Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)
2006 166 255 263 94 2 7 34 46 31 25 20 943
26
Beragamnya jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berdampak pada jenis ikan hasil tangkapan yang diperoleh. Pada tahun 2006, jenis ikan hasil tangkapan yang dominan diperoleh nelayan diantaranya cakalang (Katsuwonus pelamis), yellow fin tuna, tuna big eye, eteman, tongkol lisong, tongkol abu-abu, tembang (Sardinella fimbrata), rebon (Mysis sp), layur (Trichiurus sp), dan peperek (PPN Palabuhanratu, 2007). Prosentase hasil tangkapan ikan dominan meliputi 84,93% dari total tangkapan tahun 2006 yang jumlahnya 5.461.561 ton (Gambar 4).
TMB 6,8%
LYR 4,1%
PPR 2,6%
RBN 3,9%
LAIN 15,1% CKL 18,3%
TAA 9,3%
TL 8,3% ETM 8,9%
Keterangan: CKL : cakalang RBN : rebon TMB : tembang
TBE 10,3%
TL : tongkol lisong ETM : eteman TAA : tongkol abu-abu
TYF 12,4%
PPR : peperek TBE : tuna big eye TYF : tuna yellow fin LYR : layur
Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)
Gambar 4 Jenis ikan yang ditangkap nelayan di Palabuhanratu pada tahun 2006. Kapal merupakan faktor penting diantara komponen unit penangkapan ikan lainnya dan merupakan modal terbesar yang ditawarkan pada usaha penangkapan ikan. Kapal penangkap ikan berguna sebagai wahana transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan ikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang diperoleh. Ada dua jenis kapal atau perahu yang digunakan nelayan di Palabuhanratu yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Kedua jenis kapal tersebut terbuat dari material kayu. Perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umumnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena harga
27
perahu yang relatif terjangkau. Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine). Umumnya kapal motor digunakan untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar.
Perkembangan
jumlah kapal/perahu di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perkembangan jumlah perahu atau kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Perahu Motor Tempel 317 253 266 428 511
Jenis Perahu atau Kapal Perikanan Kapal Motor (GT) < 10 11 - 20 21 – 30 106 106 111 124 153
3 3 4 9 4
13 8 10 28 53
Jumlah (Unit) > 30 13 11 13 68 77
452 381 404 657 798
Sumber : PPN Palabuhanratu (2007)
Berdasarkan Tabel 5, terlihat bahwa jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2006 dengan komposisi PMT sebanyak 511 unit (64%) dan kapal motor sebanyak 287 unit (36%), sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit (66,40%) dan kapal motor sebanyak 128 unit (33,60%). Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Berdasarkan asal daerahnya, nelayan yang ada di wilayah Palabuhanratu dapat dikategorikan sebagai nelayan asli dan nelayan pendatang. Nelayan asli adalah penduduk setempat yang telah turun temurun berprofesi sebagai nelayan sedangkan nelayan pendatang adalah penduduk yang berasal dari wilayah lain yang berprofesi sebagai nelayan. Nelayan pendatang umumnya berasal dari Cirebon, Cilacap, Cidaun, Binuangen dan Indramayu. Ditinjau dari sisi waktu kerja, nelayan di Palabuhanratu dapat dikelompokkan menjadi nelayan penuh dan sambilan. Nelayan penuh merupakan nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan, sedangkan nelayan sambilan adalah
28
nelayan yang hanya pada waktu-waktu tertentu saja melakukan pekerjaan menangkap ikan. Selain dikotomi seperti di atas, nelayan Palabuhanratu juga dapat dibedakan atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah orang yang memilki armada penangkapan ikan atau disebut juga juragan. Adapun nelayan buruh adalah orang yang bekerja kru atau anak buah kapal (ABK) diatas kapal. Juragan ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Juragan laut adalah pemilik armada/perahu penangkapan yang ikut dalam operasi penangkapan. (2) Juragan perahu adalah pemilik armada atau perahu penangkapan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan di Palabuhanratu selama periode 2002-2006 cenderung meningkat setiap tahunnya. Jumlah terbesar nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu terjadi pada tahun 2006 sebesar 4.371 jiwa, jumlah ini meningkat sebesar 25% dari tahun sebelumnya yang berjumlah 3.498 jiwa. Data lengkap mengenai perkembangan jumlah nelayan yang beraktivitas di Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan (jiwa) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu periode 2002 – 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Nelayan (Jiwa) 2.519 3.340 3.439 3.498 4.371
Perkembangan (%) 33,0 % 3,0 % 2,0 % 25,0 %
Sumber : PPN Palabuharatu (2007)
3) Daerah penangkapan ikan, musim dan iklim Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan nelayan Palabuhanratu umumnya dilakukan di sekitar perairan artisanal (di bawah 3 mil) terutama disekitar perairan yang membentuk satu kawasan teluk seperti Teluk Palabuhanratu, Teluk Ciletuh, serta beberapa teluk yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan kedua teluk tersebut.
29
Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) biasanya dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya dimana banyak diperoleh hasil tangkapan, dan juga disesuaikan dengan ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan. Hampir semua kapal dengan ukuran <10 GT dan perahu motor tempel melakukan aktivitas penangkapan di sekitar Teluk Palabuhanratu. Informasi detail tentang lokasi penangkapan ikan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7
Daerah penangkapan ikan (DPI) beberapa alat tangkap ikan di Palabuhanratu
No
Jenis/ukuran kapal
1
Perahu motor tempel
2
Kapal Motor (<10 GT)
Jenis alat tangkap Payang Pancing Rampus Jaring klitik Trammel net Purse seine Bagan Gillnet
Pancing 3 4 5
Kapal Motor (11-21 GT) Kapal Motor (21-30 GT) Kapal Motor (>30 GT)
Gillnet Rawai tuna Gillnet Rawai tuna Gillnet Rawai tuna Tuna longline
Daerah Penagkapan Ikan Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Ujung Genteng, Cidaun, Ujung Kulon (perairan selatan Jawa) Teluk Palabuhanratu, Ujung Genteng Sumatera, Jawa Tengah Sumatera Sumatera, Jawa Tengah Sumatera Sumatera, Jawa Tengah Sumatera, Jawa Tengah Samudera Hidia
Sumber : PPN Palabuhanratu (2005)
Operasi penangkapan ikan dengan payang, pancing, rampus, jaring klitik dan trammel net yang menggunakan perahu motor tempel menjadikan Teluk Palabuhanratu sebagai fishing ground sewaktu melakukan penangkapan ikan. Kapal motor dengan dimensi <10 GT mulai memperlebar jangkauan daerah penangkapan ikan (DPI) hingga ke daerah Ujung Genteng, Ujung Kulon dan Cidaun. Kapal motor dengan ukuran >11-30 GT mempunyai jangkauan DPI yang lebih jauh, beberapa diantaranya dapat melakukan operasi penangkapan hingga Perairan Sumatera, Jawa Tengah bahkan Samudera Hindia.
30
Berdasarkan data klimatologi stasiun Maranginan Palabuhanratu, musim hujan di Palabuhanratu berlangsung dari bulan November sampai April. Sekitar 71% curah hujan tahunan dalam periode tersebut mencapai 1.662 mm dan ratarata curah hujan bulanan mencapai 192 mm. Curah hujan tahunannya termasuk besar yaitu sebesar 2.565 mm dan rata-rata bulanan berkisar 84-376 mm. Hampir setiap bulan di Palabuhanratu terjadi hujan. Temperatur rata-rata bulanan berkisar antara 25,8°C sampai 28,8°C. Kawasan Palabuhanratu mempunyai iklim Monsoon dan pola angin di sekitar Palabuhanratu dipengaruhi oleh musim tersebut, yaitu musim barat selama bulan November-Maret dan musim timur pada bulan Mei-September. Kecepatan angin berkisar antara 4,4-23,5 km/jam. Kecepatan angin cukup kencang (>20 km/jam) bertiup pada bulan-bulan Agustus-Desember. Secara keseluruhan angin dominan bertiup dari tenggara (22,6 %) dan barat (13,6 %). Bila dipilah menurut bulannya, angin dominan bertiup dari arah barat dan barat laut (Januari), dari barat laut (Februari), barat laut (Maret), dari tenggara (April-Oktober), dari tenggara dan barat (November), dan barat laut (Desember). Kegiatan penangkapan ikan di Teluk Palabuhanratu sangat dipengaruhi oleh kondisi musim. Selain musim timur dan musim barat di kawasan tersebut dikenal musim peralihan, yaitu peralihan dari musim barat ke musim timur dan dari musim timur ke musim barat.
Penduduk setempat menyebut keadaan
demikian dengan sebutan musim liwung. Kondisi Teluk Palabuhanratu pada musim barat ditandai dengan intensitas hujan yang sangat tinggi dengan angin yang sangat kencang disertai dengan ombak yang besar, hal ini menyebabkan pada musim ini biasanya sebagian besar nelayan tidak berangkat melaut dengan alasan kemanan, kalaupun terdapat kapal yang beroperasi jumlahnya tidak banyak dan daerah penangkapan yang dituju pun terbatas di fishing ground yang tidak terlalu jauh.
Kondisi tersebut wajar
dilakukan oleh nelayan setempat khususnya nelayan tradisional, karena unit penangkapan ikan yang mereka miliki cenderung berukuran sedang sampai kecil. Lain halnya dengan musim timur yang berlangsung sekitar bulan Mei sampai September, keadaan perairan biasanya tenang, jarang terjadi hujan dan
31
ombak yang relatif kecil sehingga memungkinkan nelayan untuk melaut dan biasanya pada musim timur ini merupakan musim puncak ikan. Kelimpahan ikan pada bulan-bulan tersebut diduga akibat adanya upwelling yang terjadi pada perairan di Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya yang menyebabkan kesuburan perairan oleh plankton yang pada posisinya di ekosistem adalah sebagai produsen, karena pada musim timur gerakan arus air laut datang dari arah timur menuju ke barat sehingga mengakibatkan pada musim timur arus air bergerak menjauh dari pulau dan terjadi kekosongan massa air di daerah tersebut, kemudian air dari bawah naik ke atas sehingga terjadi upwelling (PPN Palabuhanratu, 1999). 4) Sarana dan prasarana Dukungan
terhadap
kegiatan
perikanan
tangkap
di
Palabuhanratu
diwujudkan dalam bentuk penyediaan prasarana berupa pelabuhan perikanan bertipe B yang lazim dikenal dengan istilah pelabuhan perikanan nusantara (PPN). Prasarana ini diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Kelautan dan Perikanan beserta Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). PPN Palabuhanratu didirikan pada tahun 1992 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. PPN Palabuhanratu merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan, yang diresmikan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 13 Februari 1993. Selama proses pembangunan PPN Palabuhanratu, diperoleh bantuan dari Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Development Bank (ISDB). Tujuan dari pembangunan pelabuhan perikanan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usaha perikanan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya nelayan melalui pemberian kemudahan beraktivitas yang diharapkan pula akan memberikan multiplier effect dan sekaligus pusat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan (SDI) dan untuk menjaga kelestarian SDI serta lingkungannya. Seiring dengan perkembangan usaha perikanan yang terjadi di lapangan telah tumbuh permasalahan sebagai akibat dari usaha yang berkembang tersebut, maka untuk meningkatkan kinerjanya PPN Palabuhanratu telah mengadakan perluasan kolam dan dermaganya untuk mengakomodir dan membantu masyarakat
32
perikanan sesuai fungsi dan peranannya ( PPN Palabuhanratu, 2005). Sarana dan prasarana yang ada di PPN Palabuhanratu terbagi dalam fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. (1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok merupakan fasilitas fisik yang utama di pelabuhan perikanan. Fasilitas pokok yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 2 buah dermaga; 2 kolam pelabuhan dengan kedalaman masing-masing (-3) m – (-4) m dan (-6) m- (-8) m. Kolam pertama dengan kedalaman (-3) m – (-4) m disediakan untuk jenis kapal yang berukuran kurang dari 30 Gross Tonase (GT), seperti kapal congkreng, payang, dan diesel, sedangkan kolam kedua dengan ukuran kedalaman (-6) m – (-8) m diperuntukkan untuk kapal motor yang berukuran lebih dari 30 GT seperti longline dan gillnet ; dan dua bagian bangunan break water.
Gambar 5 Darmaga untuk tambat labuh di PPN Palabuhanratu (2) Fasilitas fungsional Fasilitas fungsional merupakan fasilitas yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional di pelabuhan perikanan. Fasilitas fungsional yang tersedia di PPN Palabuhanratu antara lain tempat pelelangan ikan, balai pertemuan nelayan, kantor pelabuhan perikanan, gedung utility, rumah pompa, tangki air bersih, tangki BBM, tempat perbaikan jaring, gardu jaga dan lahan pelabuhan yang digunakan sebagai area tambat, pembongkaran, perbekalan dan logistik kapal, perbaikan serta area industri perikanan.
33
Gambar 6 Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu. (3) Fasilitas penunjang Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan operasional pelabuhan perikanan. Fasilitas penunjang yang tersedia di PPN Palabuhanratu antara lain pasar ikan seluas 352 m2, 7 buah rumah operator, dan guest house seluas 150 m2. 2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan sub sektor perikanan telah banyak dilakukan di Palabuhanratu. Bahkan wilayah ini merupakan area favorit untuk melakukan penelitian oleh mahasiswa maupun lembaga penelitian lainnya karena
aksesibilitas
dan
kompleksnya
permasalahan
yang
ditemui.
Sepengetahuan penulis penelitian tentang risiko usaha perikanan tangkap belum pernah dilakukan di Palabuhanratu.
Berdasarkan hasil inventarisasi topik
penelitian yang kebanyakan diambil terkait teknis alat tangkap, manajemen, dan ekonomi (Tabel 8).
3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2006 sampai
Maret 2007 di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi (Gambar 7). Penetapan Kecamatan Palabuhanratu sebagai area penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan salah satu basis kegiatan penangkapan ikan di wilayah selatan Jawa serta usaha perikanan tangkap yang ada didominasi skala usaha kecil.
Gambar 7 Peta lokasi penelitian.
39
3.2 Peralatan Pendukung Peralatan pendukung sangat berperan dalam memperlancar kegiatan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan peralatan berupa alat tulis dan untuk dokumentasi penelitian, kuisioner sebagai pedoman pedoman pengumpulan data, serta seperangkat komputer untuk rekapitulasi dan analisis data. 3.3 Mekanisme Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Penggunaan metode survei dalam penelitian ini dianggap akurat karena kajian tentang risiko usaha perikanan tangkap skala kecil membutuhkan tinjauan langsung kondisi aktual kegiatan perikanan. Ada 2 (dua) jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui mekanisme pengamatan langsung dan wawancara dengan para pelaku (stakeholder) usaha perikanan yang dianggap memiliki kompetensi dan pemahaman terhadap penelitian. Wawancara dilakukan terhadap 80 orang nelayan dengan rincian 25 nelayan pancing, 25 nelayan payang, 15 nelayan bagan dan 15 nelayan rampus. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada pertimbangan keterwakilan data. Jika mengacu pada data unit penangkapan di Palabuhanratu pada tahun 2006 maka jumlah sampel yang diambil terhadap populasi pada pancing, payang, bagan dan rampus masing-masing adalah 9,8%, 15,06%, 5,7% dan 32,61%.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
convenience sampling, dimana contoh diambil atau terpilih karena ada ditempat dan waktu yang bersamaan ketika penulis melakukan pengumpulan data serta bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Selain dengan nelayan, wawancara juga dilakukan terhadap 1 orang dari pihak koperasi, 2 orang yang mewakili unsur pemerintahan dan seorang dari pihak perbankan. Uraian data primer yang telah dikumpulkan disajikan pada Tabel 9. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara penelusuran pustaka dari suatu sumber publikasi. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporanlaporan resmi yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan oleh Dinas
40
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (DPK), UPT PPN. Palabuhanratu, Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Bank Indonesia serta Departemen Kelautan dan Perikanan. Rincian data sekunder yang sudah dikumpulkan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9 Data primer yang telah dikumpulkan No
Stakeholder
1
Nelayan
2
Perbankan
3
Pemerintah
4
Koperasi
Jumlah Uraian data yang dikumpulkan Sample 80 1. Risiko yang melekat pada usaha penangkapan 2. Periode musim timur dan musim barat 3. Jumlah trip per musim 4. Biaya operasional penangkapan per Trip 5. Jenis dan jumlah tangkapan per Musim 6. Harga per jenis ikan per musim 1 1. Skema dan prosedur kredit untuk Nelayan 2. Tren kredit untuk nelayan 3. Rencana pengembangan 2 1. Program bantuan untuk usaha kecil 2. Realisasi bantuan 3. Kendala-kendala yang dihadapi 1 1. Konfigurasi anggota koperasi 2. Sumber pendanaan 3. Skema bantuan untuk anggota
Teknik pengumpulan data Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Tabel 10 Data sekunder yang telah dikumpulkan No Uraian Data 1 Perda Provinsi Jawa Barat No 5 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan 2 Statistik Perikanan tahun 2004 3 Laporan Tahunan PPN Palabuhanratu 2005 4 Statistik Perikanan tahun 2005 5 Data Kapal Domisili dan Pendatang 2005 6 Kabupaten Sukabumi dalam Angka 7 Data Normatif Pinjaman/Bulan Koperasi LEPP Mitra Mina Ratu Unit Simpan Pinjam 8 Perkembangan kredit PEMP per 14 Maret 2007 9 10 11
Statistik Perikanan Tahun 2006 Rencana Strategik Pengembangan PPN Palabuhanratu Rencana Strategik Pengembangan Sektor Perikanan Kabupaten Sukabumi
Sumber KUD Mina Mandiri Sinar Laut PPN Palabuhanratu PPN Palabuhanratu PPN Palabuhanratu PPN Palabuhanratu BPS Kabupaten Sukabumi Koperasi LEPP Mitra Mina Ratu Diskanlut Kabupaten Sukabumi PPN Palabuhanratu PPN Palabuhanratu Diskanlut Kabupaten Sukabumi
41
3.4
Analisis Data Tujuan penelitian dapat dicapai dengan cara memproses data dan informasi
yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan tujuan penelitian maka tahapan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut: 3.4.1
Identifikasi risiko Identifikasi bertujuan menggambarkan jenis-jenis risiko yang melekat pada
usaha perikanan tangkap skala kecil. Pada tahap ini, data dan informasi yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Proses identifikasi risiko melalui beberapa tahap (Kountur, 2006) yaitu: (1) penentuan pendekatan yang akan digunakan, (2) penentuan sasaran yang ingin dicapai, (3) penentuan produk yang dihasilkan, (4) penentuan kegiatan yang fatal, (5) penentuan BOUP (barang, orang, uang dan prosedur) yang fatal, (6) penentuan kejadian berisiko dan (7) penentuan penyebab risiko. 3.4.2 Pengukuran besaran dan dampak risiko Risiko adalah suatu kejadian yang berpeluang untuk terjadi. Saat peristiwa tersebut terjadi maka akan ada dampak negatif yang ditimbulkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat penting untuk diketahui besaran risiko serta dampak yang ditimbulkan oleh kejadian tersebut. Jika besaran dan dampak risiki telah diketahuinya, maka dapat dipihah-pilah tingkatan risiko dari suatu kejadian. Pengukuran besaran risiko dilakukan dengan menelaah kemungkinan penyimpangan suatu kegiatan dari rencana/target yang ditetapkan. Pada kasus perikanan tangkap target umumnya ditetapkan dalam bentuk jumlah hasil tangkapan (produksi), harga ikan dan tingkat pendapatan nelayan. Seperti telah diulas pada bagian pendahuluan bahwa faktor musim ikan sangat mempengaruhi target kegiatan penangkapan ikan. Ada dua musim yang dikenal di Palabuhanratu yaitu musim timur dan musim barat. Merujuk pada kondisi yang telah disebutkan maka pengukuran besaran dan dampak dilakukan dengan membandingkan kondisi kedua musim tersebut.
42
Instrumen analisis yang digunakan dalam pengukuran penyimpangan adalah simpangan baku (s) dan koefisien variasi (CV). Simpangan baku merupakan angka yang menunjukkan penyimpangan suatu nilai dari nilai rata-ratanya pada distribusi normal. Adapun koefisien variasi menunjukkan perbandingan antara dispersi absolut yang dinyatakan dalam bentuk simpangan baku dengan nilai rataratanya. Rumusan al-jabar perhitungan simpangan baku adalah sebagai berikut (Walpole, 1992): s=
[(∑ x − x) ]
2 0,5
i
........................................................................ (1)
Nilai rata-rata diperoleh dengan cara: x=
∑x n
i
...................................................................................... (2)
Keterangan: xi
: nilai produksi; harga dan pendapatan
x
: rata-rata nilai produksi; harga dan pendapatan
s
: standar deviasi
n
: jumlah sampel pengamatan Simpangan baku umumnya hanya dapat digunakan untuk melihat
penyimpangan pada kumpulan data dan bukan beberapa kumpulan data. Padahal objek kajian yang amati terdiri atas kumpulan data produksi, harga dan pendapatan pada musim timur dan musim barat.
Oleh karenanya dilakukan
analisis dispersi relatif yang dinyatakan dalam bentuk koefisien variasi. Secara matematis koefisien variasi dinyatakan sebagai berikut: CV =
s ......................................................................................... (3) x
Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan pendekatan status risiko. Perhitungan status risiko mempertimbangkan nilai perolehan variabel produksi, harga dan pendapatan serta peluang perolehan nilai masing-masing variabel. Rumusan umum status risiko disajikan berikut: SR = ∑ xij × Pi ............................................................................ (5)
43
Nilai variabel produksi, harga dan pendapatan umumnya bervariasi sehingga dapat menimbulkan bias. Biasanya nilai variabel terdiri atas nilai standar (r) atau nilai yang biasa diperoleh nelayan, nilai tertinggi (t) dan nilai terendah (d). Oleh karena itu rumusan SR didisain sebagai berikut:
SRi =
⎤ 1⎡ n ⎢∑ (xijr × Pr ) + (xijd × Pd ) + (xijt × Pt )⎥ .............................. (6) n ⎣ j =1 ⎦
Keterangan: SRi
: Status risiko ke-i
xij
: Nilai risiko ke-i, musim ke-j
P
: Peluang kejadian
n
: Jumlah data
i
: Jenis risiko 1 (produksi), 2 (harga), 3 (pendapatan)
j
: Jenis musim 1 (musim barat), 2 ( musim timur)
3.4.3 Pengukuran sikap nelayan
Risiko memiliki makna yang berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu pemahaman tentang sikap seseorang terhadap risiko sangat penting dilakukan untuk tujuan penanganan lebih lanjut. Teori utility menyebutkan bahwa ada 3 kelompok orang (Debertin, 1986; Wildavsky et al, 1990) yaitu: (1) kelompok yang tidak menyukai risiko (risk averter), (2) kelompok yang tidak terpengaruh adanya risiko (indifferent to risk) dan (3) kelompok yang senang dengan risiko (risk taker/lover). Berdasarkan pembagian tersebut akan diukur kecenderungan sikap nelayan skala kecil di Palabuhanratu terhadap risiko produksi, harga dan pendapatan khususnya pada musim barat. Analisis yang difokuskan pada kondisi musim barat karena diasumsikan musim tersebut mengandung risiko yang sangat tinggi bagi kegiatan penangkapan ikan. Pengukuran sikap nelayan dilakukan dengan menggunakan rumusan peluang risiko total (PRT). PRT adalah peluang seorang nelayan mendapatkan pendapatan yang tinggi karena harga ikan yang tinggi meskipun produksi rendah pada musim barat. Secara matematis, rumusan PRT adalah sebagai berikut:
44
PRT =
( P4 ) ( P3 ) ( P2 ) ............................................................. (7) × × ( P3 ) ( P2 ) ( P1 )
Nilai peluang dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut (Walpole, 1992):
P ( A) =
n N
Keterangan: P1
: Peluang frekuensi kegiatan penangkapan rendah
P2
: Peluang produksi/hasil tangkapan rendah
P3
: Peluang harga ikan tinggi
P4
: Peluang penerimaan tinggi
P ( A) : Peluang kejadian A
n
: Jumlah peristiwa ke-n
N
: Jumlah data Nilai PRT merupakan titik acuan yang akan digunakan untuk menentukan
sikap nelayan.
Sehubungan dengan teori peluang suatu kejadian yang paling
tinggi adalah 1 maka dibuat pengklasifikasian nilai sebagai berikut: 1) Nilai PRT > 0,5 digolongkan ke dalam risk taker 2) Nilai PRT = 0,5 digolongkan ke dalam indifferent to risk 3) Nilai PRT < 0,5 digolongkan ke dalam risk averter 3.4.4 Solusi kemudahan permodalan
Kendala aksesibilitas terhadap sumber permodalan yang dialami oleh nelayan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang digolongkan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Oleh karena itu untuk menentukan solusi pemecahannya maka perlu dilakukan identifikasi faktor internal dan eksternal usaha perikanan tangkap yang dikaji. Kekuatan dan kelemahan digolongkan ke dalam faktor internal sedangkan peluang dan ancaman digolongkan ke dalam faktor eksternal. Hasil identifikasi berbagai faktor tersebut dituangkan dalam matriks IFAS (Internal Strategic Factor Analysis) dan matriks EFAS (External Strategic Factor
45
Analysis) yang diberi bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya. bobot yang digunakan berkisar antara 0,0-1,0.
Kisaran
Semakin tinggi bobot yang
diberikan mengindikasikan faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang semakin tinggi. Selain bobot hasil identifikasi diberi rating dengan skala mulai 4 (out standing) sampai dengan 1 (poor) untuk kekuatan dan peluang, sebaliknya untuk kelemahan dan ancaman rating yang diberikan merupakan invers dari nilainilai tersebut (Rangkuti, 2003). Hasil identifikasi faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threat) untuk menentukan solusi yang akan diterapkan (Tabel 11). Tabel 11 Kombinasi strategi dalam matriks SWOT IFAS
Kekuatan Strengths (S)
Kelemahan Weaknesses (W)
Strategi SO
Strategi WO
EFAS
Peluang Opportunities (O)
Ancaman Threats (T)
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfatakan peluang
Strategi ST
Strategi WT
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
4. HASIL PENELITIAN
4.1
Identifikasi Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Berdasarkan hasil wawancara, secara umum risiko yang melekat pada usaha
perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan nelayan (Tabel 12-15). Ancaman keselamatan yang biasa terjadi pada nelayan diantaranya luka dan kapal terbalik saat operasi penangkapan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa kejadian-kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Kejadian berisiko yang dapat diidentifikasi dari usaha penangkapan dengan pancing dapat ditemui pada tahapan persiapan dan kegiatan penangkapan. Pada tahapan persiapan, risiko yang dapat ditemui diantaranya kehilangan alat tangkap, cedera saat merakit kail, melonjaknya harga kebutuhan operasi dan kusutnya alat tangkap. Adapun risiko yang jamak ditemui saat pengoperasian alat tangkap antara lain kerusakan kapal/terbalik akibat gelombang, alat tangkap putus akibat tersangkut karang, pemancingan ikan berlangsung lama dan putusnya alat tangkap. Selain risiko pada tahap persiapan dan kegiatan penangkapan tersebut, risiko lain yang berhasil diidentifikasi antara lain mutu dan spesifikasi ikan yang rendah, hasil tangkapan yang relatif sedikit, harga komoditas yang rendah, tingginya minat nelayan untuk ikut dalam kegiatan penangkapan, kerusakan pada kapal akibat teritip serta banyaknya pungutan legal, ilegal dan hasil tangkapan yang diambil orang non ABK di pelabuhan.
Risiko-risiko tersebut dapat
dikelompokkan pada kegiatan fatal yang terjadi pada kegiatan produksi, pemasaran dan perencanaan kegiatan penangkapan. Kejadian berisiko yang melekat pada usaha penangkapan dengan menggunakan payang hampir serupa dengan kejadian berisiko yang terdapat pada usaha penangkapan pancing terutama pada kegiatan produksi, pemasaran dan perencanaan kegiatan penangkapan. Perbedaan hanya ditemukan pada kegiatan persiapan dan kegiatan penangkapan. Berdasarkan hasil identifikasi, kejadian
47
berisiko yang melekat pada usaha penangkapan payang antara lain: kerusakan insidentil pada sarana penangkapan, cedera nelayan pada saat mengangkat mesin, kerusakan alat tangkap akibat tersangkut paku, kapal terbalik akibat kelebihan muatan, pencarian ikan berlangsung lama, alat tangkap tidak terbuka maksimal serta kerusakan alat karena sampah dan hasil tangkapan yang melimpah. Berdasarkan hasil identifikasi risiko pada usaha penangkapan dengan menggunakan bagan, diketahui bahwa kejadian berisiko yang melekat pada usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini diantaranya kerusakan insidentil pada sarana penangkapan ikan, kehilangan alat bantu penangkapan, cedera nelayan akibat terjatuh maupun accident saat menyalakan petromaks, kerusakan bagan akibta cuaca buruk, ikan tangkapan lolos dan kerusakan jaring karena jumlah tangkapan yang besar. Berbeda dengan kejadian berisiko pada pancing dan payang, pada bagan kejadian berisiko pada kegiatan produksi tidak terkait dengan aspek mutu namun lebih pada jenis tangkapan yang tidak tergolong ekonomis tinggi. Dinilai dari kegiatan pemasaran dan perencanaan kegiatan maka kejadian berisiko yang dijumpai pada bagan relatif sama dengan pancing dan payang. Kejadian berisiko yang dijumpai pada usaha penangkapan dengan menggunakan rampus identik dengan kejadian berisiko yang dijumpai pada pancing terutama pada kegiatan produksi, pemasaran dan perencanaan kegiatan penangkapan. Hanya saja pada kegiatan produksi, jenis ikan tangkapan menjadi salah satu kejadian berisiko yang melekat pada usaha penangkapan rampus. Berdasarkan hasil identifikasi, kejadian berisiko yang jamak ditemui pada tahapan persiapan dan kegiatan penangkapan antara lain: kerusakan insidentil pada sarana penangkapan, jaring sobek karena tersangkut di kapal, kapal rusak karena gelombang besar, jaring sobek karena karang, sampah atau ikan buntal, jaring tidak membentang sempurna di perairan, kesalahan lokasi setting, kerusakan jaring akibat terkena kapal serta jaring hilang karena dicuri.
Tabel 12 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan pancing Pendekatan Bottom Up
Produk Berbagai jenis ikan
Sasaran Produksi meningkat
Kegiatan Fatal Persiapan
BOUP Fatal 1 2 3
4 Kegiatan penangkapan
1
Kejadian berisiko
Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan Kesehatan nelayan
1
Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan
1
Sistem pengaturan sarana penangkapan (ergonomi) Kondisi alam
1
2
Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka
1
Alat tangkap kusut
1
Kapal rusak atau terbalik akibat gelombang besar Alat tangkap putus akibat tersangkut karang Pemancingan berlangsung lama Ikan yang sudah memakan umpan terlepas Alat tangkap putus akibat ikan buntal atau layur Mutu dan spesifikasi ikan rendah
2
Harga tinggi
Pendapatan tinggi
2
Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan
1 2
3
Metode dan teknis penangkapan ikan Mutu ikan hasil tangkapan
1
Kuantitas hasil tangkapan Skill dan pemahaman kondisi pasar Jumlah ABK
1 1
Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan Pungutan-pungutan
1
Produksi
1
Pemasaran
2 1
Perencanaan kegiatan penangkapan
1 2 3
Alat tangkap hilang di darat saat di simpan di kapal Nelayan cedera saat merakit kail pada tali
1
1
1 2
Hasil tangkapan relatif sedikit Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak Kapal rusak karena teritip Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan
Penyebab risiko 1 Standard inventory perlengkapan belum ada 2 Standard keselamatan kerja belum ada 1 Perubahan kondisi makroekonomi 2 Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi 1 Standar penempatan sarana penangkapan belum ada 1 Kondisi alam yang buruk 2 Pengetahuan kondisi topografi DPI rendah 1 Skill dan pengalaman yang kurang 2 Skill dan pengalaman yang kurang 1 Penguasaan metode dan teknis penangkapan yang rendah 1 Pengetahuan mutu ikan rendah, harga komponen mutu tinggi 2 Bukan musim ikan 1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik 1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas 1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik 1 Monitoring, controlling dan surveilance kebijakan pemerintah kurang 2 Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada
48
Tabel 13 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan payang Pendekatan Bottom Up
Produk Berbagai jenis ikan
Sasaran Produksi meningkat
Kegiatan Fatal Persiapan
BOUP Fatal 1 2 3
Kejadian berisiko
Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan Kesehatan nelayan
1
Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan
1
1
2 4 Kegiatan penangkapan
1 2
3
Harga tinggi
Pendapatan tinggi
Sistem pengaturan sarana penangkapan (ergonomi) Kondisi alam
1
Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan
1
Metode dan teknis penangkapan ikan
2 1
Alat tangkap tidak terbuka maksimal
2
Alat tangkap rusak karena banyaknya hasil tangkapan dan atau banyaknya sampah yang masuk dalam codeend Mutu ikan rendah
1
1
Mutu ikan hasil tangkapan
1
Pemasaran
2 3 1
Jenis ikan tangkapan Kuantitas hasil tangkapan Skill dan pemahaman kondisi pasar Jumlah ABK
1 1 1
2
Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan
1
3
Pungutan-pungutan
1
1
Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka Alat tangkap rusak karena tersangkut paku Kapal rusak atau terbalik akibat gelombang besar Kapal terbalik karena kelebihan muatan (overload) Hunting ikan berlangsung lama
Produksi
Perencanaan kegiatan penangkapan
Kerusakan insidentil pada sarana penangkapan Nelayan cedera saat mengangkat mesin
1
2
Ikan tangkapan bukan ekonomis tinggi Hasil tangkapan relatif sedikit Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak Sarana penangkapan rusak karena masalah material dan organisme laut (teritip) Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan
Penyebab risiko 1 Umur teknis material habis; prosedur penguunaan perlengkapan salah 1 Standard keselamatan kerja belum ada 1 Perubahan kondisi makroekonomi 2 Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi 1 Standar penempatan sarana penangkapan belum ada 1 Kondisi alam yang buruk 1 Kurangnya pengalaman dalam penempatan muatan kapal 2 Kurang pengalaman dalam penentuan DPI 1 Penguasaan metode dan teknis penangkapan yang rendah 2 S.d.a
1 Pengetahuan mutu ikan rendah, harga komponen mutu tinggi 1 Sebaran ikan di perairan 1 Bukan musim ikan 1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik 1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas 1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik 1 Monitoring, controlling dan surveilance kebijakan pemerintah kurang 2 Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada
49
Tabel 14 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan bagan Pendekatan Bottom Up
Produk Berbagai jenis ikan
Sasaran Produksi meningkat
Kegiatan Fatal Persiapan
BOUP Fatal 1
Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan
Kejadian berisiko 1 2
2
Kesehatan nelayan
3
Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan
1 2 1 2
Kegiatan penangkapan
1
Kondisi alam
1
2
Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan Metode dan teknis penangkapan ikan
1
3
1 2
Harga tinggi
Produksi Pemasaran
Pendapatan tinggi
Perencanaan kegiatan penangkapan
1 2 1 1 2 3
Jenis ikan tangkapan Kuantitas hasil tangkapan Skill dan pemahaman kondisi pasar Jumlah ABK
1 1 1
Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan Pungutan-pungutan
1
1
1 2
Kerusakan insidentil pada sarana penangkapan ikan Alat bantu penangkapan seperti petromaks dan minyak dicuri Nelayan cedera atau terjatuh saat berpindah dari kapal ke bagan Luka bakar saat menyalakan petromaks Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka Bagan rusak atau hanyut akibat angin kencang maupun gelombang besar Ikan yang sudah berada dalam catchable area lolos/tidak tertangkap Posisi jaring tidak lurus saat dioperasikan Bagian jaring sobek karena banyaknya hasil tangkapan Ikan tangkapan bukan ekonomis tinggi Hasil tangkapan relatif sedikit Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak Sarana penangkapan rusak karena masalah material Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan
Penyebab risiko 1 Umur teknis material habis; prosedur penguunaan perlengkapan salah 2 Standard inventory perlengkapan belum ada 1 Standard keselamatan kerja belum ada 2 S.d.a 1 Perubahan kondisi makroekonomi 2 Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi 1 Kondisi alam yang buruk 1 Pengetahuan fish behaviour terkait teknis penangkapan rendah 1 Penguasaan metode penangkapan redah 2 Penguasaan teknis pengangkatan hasil tangkapan rendah 1 Sebaran ikan di perairan 1 Bukan musim ikan 1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik 1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas 1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik 1 Monitoring, controlling dan surveilance kebijakan pemerintah kurang 2 Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada
50
Tabel 15 Identifikasi risiko usaha penangkapan dengan rampus Pendekatan Bottom Up
Produk Berbagai jenis ikan
Sasaran Produksi meningkat
Kegiatan Fatal Persiapan
BOUP Fatal 1 2
Kelengkapan dan kondisi sarana penangkapan Kecukupan biaya operasi penangkapan ikan
Kejadian berisiko 1 1 2
3 Kegiatan penangkapan
1
Sistem pengaturan sarana penangkapan (ergonomi) Kondisi alam
1 1 2
Harga tinggi
Pendapatan tinggi
2
Skill, pengalaman dan kompetensi nelayan
3
Metode dan teknis penangkapan ikan
3 1 2 1
Kerusakan insidentil pada sarana penangkapan Harga barang kebutuhan operasi penangkapan melonjak Barang kebutuhan operasi langka Jaring sobek karena tersangkut saat diatur di kapal Kapal rusak atau terbalik akibat gelombang besar Jaring sobek karena tersangkut karang atau sampah Jaring sobek karena ikan buntal Jaring tidak membentang sempurna di perairan Kesalahan lokasi setting jaring Jaring rusak terkena kapal atau alat tangkap lainnya
2
Jaring hilang dicuri
Produksi
1
Mutu ikan hasil tangkapan
1
Mutu ikan rendah
Pemasaran
2 3 1
Jenis ikan tangkapan Kuantitas hasil tangkapan Skill dan pemahaman kondisi pasar Jumlah ABK
1 1 1
Pemeliharaan dan perawatan sarana penangkapan Pungutan-pungutan
1
Ikan tangkapan bukan ekonomis tinggi Hasil tangkapan relatif sedikit Hasil tangkapan tidak terserap oleh pasar atau terserap tapi harganya rendah Jumlah ABK yang berkeinginan ikut operasi penangkapan relatif banyak Kapal rusak karena teritip
Perencanaan kegiatan penangkapan
1 2 3
1
1 2
Banyaknya pungutan legal maupun illegal Hasil tangkapan diambil orang non ABK di pelabuhan
Penyebab risiko 1 Umur teknis material habis; prosedur penguunaan perlengkapan salah 1 Perubahan kondisi makroekonomi 2 Kondisi prasarana penangkapan belum memadai/kebutuhan tinggi 1 Standar penempatan sarana penangkapan belum ada 1 Kondisi alam yang buruk 2 Pengetahuan kondisi topografi DPI rendah 3 Penyebaran ikan buntal di perairan 1 Pengetahuan kondisi perairan terkait pengoperasian alat tangkap kurang 2 Pengetahuan DPI kurang 1 Penempatan alat tangkap di alur pelayaran, tanda penempatan alat tidak terlihat 2 Pengawasan kegiatan penangkapan kurang 1 Pengetahuan mutu ikan rendah, harga komponen mutu tinggi 1 Sebaran ikan di perairan 1 Bukan musim ikan 1 Struktur pasar belum terbentuk dengan baik 1 Sulitnya mencari pekerjaan dengan skill terbatas 1 Perawatan tidak dilakukan secara periodik 1 Monitoring, controlling dan surveilance kebijakan pemerintah kurang 2 Standard penanganan ikan di pelabuhan belum ada
51
52
4.2 Besaran dan Dampak Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil 4.2.1 Besaran risiko Analisis terhadap besaran risiko dilaksanakan dengan membandingkan antara musim timur (Mei-Agustus) dan Musim Barat (November-Februari). Semakin kecil nilai simpangan baku (s) maupun koefisien variasi (cv) maka besaran risiko yang melekat pada pada usaha tersebut semakin kecil. Analisis mengenai besaran risiko dilakukan terhadap empat jenis alat tangkap yang dikaji, yaitu pancing, payang, bagan dan rampus. Hasil analisis menujukkan bahwa secara umum kegiatan penangkapan pada musim barat lebih berisiko dibandingkan musim timur. Hal ini terlihat dari nilai koefisien variasi (cv) atribut produksi dan pendapatan yang lebih kecil dibandingkan musim barat. Khusus untuk atribut harga, diperoleh nilai cv musim barat yang umumnya lebih kecil dibandingkan musim timur. Pengecualian pada alat tangkap pancing, nilai cv musim timur lebih kecil dibandingkan musim barat (Tabel 16). Jika nilai-nilai kuantitatif pada Tabel 16 dimaknai dalam bentuk kualitatif maka akan tergambar secara lebih jelas profil risiko usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu baik dipandang dari sisi musim maupun alat tangkap. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa musim barat memiliki risiko yang lebih tinggi dipandang dari sisi produksi dan pendapatan sedangkan dari sisi harga maka musim timur cenderung lebih berisiko (Tabel 17).
Tabel 16 Besaran risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan dan rampus Jenis alat tangkap Besaran risiko
Pancing Barat
Produksi Rata-rata ( X ) Simpangan baku (s) Koefisien variasi (cv) Harga Rata-rata ( X ) Simpangan baku (s) Koefisien variasi (cv) Pendapatan Rata-rata ( X ) Simpangan baku (s) Koefisien variasi (cv)
Payang Timur
Barat
Bagan Timur
Barat
Rampus Timur
Barat
Timur
17,72 5,09 0,29
19,96 4,95 0,25
77,22 39,91 0,52
97,82 48,20 0,49
13,53 6,92 0,51
25,52 12,86 0,50
21,13 17,38 0,82
43,75 32,07 0,73
6.458,33 1.131,72 0,18
6.520,83 938,07 0,14
5.030,88 1.463,41 0,29
4.862,84 1.468,09 0,30
4.328,13 1.679,05 0,39
3.143,50 1.474,12 0,47
3.173,91 777,65 0,25
4.644,47 2.244,29 0,48
19.164,33 19.971,35 1,04
25.879,83 23.318,53 0,90
929.606,15 445.743,67 0,48
1.757.603,03 531.531,95 0,30
26.216,69 24.215,76 0,92
125.409,15 28.765,59 0,23
9.674 9.968,14 1,03
78.127 22.913,75 0,29
53
54
Tabel 17 Hasil pemetaan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu Jenis risiko Produksi
Harga
Pendapatan
Musim Risiko Tinggi Risiko Rendah Barat
Timur
Barat
Timur
Barat
Timur
Alat tangkap Risiko Tinggi
Risiko Rendah
Rampus pada
Pancing pada
musim barat
musim timur
Rampus pada
Pancing pada
musim timur
musim timur
Pancing pada
Bagan pada
musim barat
musim timur
Secara lebih spesifik risiko usaha perikanan pada masing-masing alat tangkap dapat didekati melalui pengkajian terhadap jenis-jenis ikan yang menjadi target penangkapan dari masing-masing alat tangkap.
Pendekatan jenis ikan
dalam perhitungan risiko dipadang sesuai karena karakter alat tangkap yang spesifik terhadap jenis ikan tertentu. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
hasil tangkapan utama
pancing adalah ikan layur (Trichiurus sp). Kuantitas tangkapan nelayan pada musim timur rata-rata sebesar 19,96 kg dengan simpangan baku sebesar 4,95, sedangkan pada musim barat nelayan rata-rata memperoleh tangkapan sebanyak 17,72 kg dengan simpangan baku sebesar 5,09. Musim layur di wilayah Palabuhanratu memang relatif merata sepanjang tahun sehingga perbedaan produksi nelayan diantara musim barat dan musim timur relatif kecil. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv pada musim barat dan musim timur masing-masing adalah 0,29 dan 0,25. Nilai tersebut besaran risiko produksi pancing pada musim barat lebih besar dibandingkan musim timur. Pemasaran layur (Trichiurus sp) di Palabuhanratu diutamakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Oleh karena itu harga ikan sangat dipengaruhi oleh ukuran (grade) dan kualitas. Adapun faktor kelimpahan produksi tidak terlalu mempengaruhi struktur harga layur (Trichiurus sp) di wilayah ini. Rata-rata harga layur pada musim timur adalah Rp 6.520,83, sedangkan pada musim barat harga layur rata-rata sebesar Rp. 6.458,33. Simpangan baku harga ikan pada musim
55
barat dan musim timur masing-masing sebesar Rp.1.131,72 dan Rp.938,07. Besaran nilai cv yang diperoleh dari hasil perhitungan pada musim barat adalah 0,18 sedangkan pada musim timur sebesar 0,14. Atribut pendapatan terbentuk dari hasil penjualan ikan dan pengeluaran. Pengeluaran pada kegiatan penangkapan dengan pancing dapat digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan peruntukannya yaitu pengeluaran operasional dan pengeluaran untuk bagi hasil.
Pengeluaran operasional per trip penangkapan
berkisar antara Rp.46.275 sampai Rp. 105.390 dengan rata-rata sebesar Rp.73.541,4 (Lampiran 4). Pengeluaran untuk bagi hasil ditetapkan sebesar 15% yang diperuntukkan bagi mesin dan 50% untuk pemilik. Data yang digunakan dalam perhitungan pendapatan adalah data keuntungan pemilik sarana penangkapan.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan
nelayan per trip pada musim barat adalah Rp.19.164,33 dengan simpangan baku yang lebih besar sebesar Rp.19,971,35.
Berdasarkan nilai tersebut diketahui
besaran cv adalah 1,04. Adapun pada musim timur, pendapatan nelayan rata-rata adalah Rp.25.879,35 dengan simpangan baku sebesar Rp.23.318,53 dan nilai cv sebesar 0,90. Payang menghasilkan tangkapan berbagai jenis ikan pelagis seperti cakalang (Katsuwonus pelamis), cendro (Tylosurus crocodillus), eteman (Mene maculata), pepetek (Leognathus sp), tongkol (Auxis thazard), banyar (Rastrelliger sp), lisong (Euthynnus sp), tuna (Thunnus sp) dan layang (Decapterus sp). Acap kali dalam operasi penangkapan diperoleh lebih dari satu jenis ikan. tangkapannya pun sangat dipengaruhi oleh kondisi musim ikan.
Jumlah hasil Kondisi ini
diakibatkan perbedaan musim diantara jenis-jenis ikan yang biasanya tertangkap dengan alat ini.
Rata-rata produksi ikan pada musim timur mencapai 97,82
kg/trip. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan rata-rata produksi ikan pada musim barat yang hanya sebesar 77,22 kg/trip. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai simpangan baku dan cv pada musim barat masing-masing adalah 39,91 dan 0,52. Pada musim timur diperoleh nilai sebesar 48,20 dan 0,49. Lebih rendahnya nilai cv produksi pada musim timur mengindikasikan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan pada musim ini relatif stabil sehingga risikonya lebih rendah dibandingkan musim barat. Rendahnya nilai cv musim timur diduga
56
disebabkan banyaknya spesies ikan yang tertangkap mengalami puncak penangkapan pada musim timur. Hasil tangkapan payang umumnya diperuntukkan untuk pasar lokal, pengecualian untuk tuna (Thunnus sp) yang biasanya dipasarkan antar wilayah. Variabel yang sangat menentukan harga ikan hasil tangkapan payang adalah jenis ikan yang diperoleh. Harga ikan rata-rata hasil tangkapan payang pada musim timur sebesar Rp 4.862,84 dengan simpangan baku sebesar Rp.1.468,03. Adapun rata-rata harga ikan pada musim barat lebih tinggi yaitu Rp.5.030,88 dengan simpangan baku yaitu Rp.1.463,41.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa nilai cv pada musim barat sebesar 0,29 sedangkan pada musim timur nilai cv diperoleh sebesar 0,30. Nilai cv atribut harga ikan musim barat yang lebih rendah dapat diintrepretasikan sebagai risiko harga yang lebih kecil dibandingkan musim barat. Perbedaan besaran risiko harga (cv) yang relatif sedikit diantara kedua musim tersebut diduga diakibatkan hasil tangkapan pada musim barat didominasi spesies ikan ekonomis tinggi dan musim tangkap berlangsung lebih singkat sehingga harga relatif stabil. Pengeluaran operasional per trip penangkapan payang rata-rata sebesar Rp.868.560 dengan pengeluaran terendah sebesar Rp.409.000 dan tertinggi sebesar Rp.1.040.000 (Lampiran 13). Pengeluaran untuk bagi hasil ditetapkan sebesar 83,33% untuk pemilik. Besarnya persentase bagi hasil pemilik karena keseluruhan biaya yang diakibatkan kegiatan penangkapan hingga pemasaran ditanggung oleh pemilik.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa
pendapatan nelayan per trip pada musim barat adalah Rp.929.606,15 dengan simpangan baku yang lebih besar sebesar Rp.445.749,67. Dari nilai tersebut diketahui besaran cv adalah 0,48. Adapun pada musim timur, pendapatan nelayan rata-rata adalah Rp.1.757.606,03 dengan simpangan baku sebesar Rp.531.531,95 dan nilai cv sebesar 0,30. Lebih kecilnya nilai cv pada musim timur diduga disebabkan jenis hasil tangkapan pada musim timur lebih banyak dibandingkan musim barat.
57
Bagan merupakan alat tangkap yang memanfaatkan atraktor cahaya untuk menangkap ikan. Terkait dengan sifat opererasi tersebut maka jenis ikan yang tertangkap umumnya adalah jenis yang bersifat fototaksis positif seperti tembang (Sardinella fimbratta), rebon (Mysis sp), teri (Stelophorus sp), lisong (Euthynnus sp), layang (Decapterus sp), layur (Trichiurus sp), Peperek (Leiognathus sp), tetengkek (Megalaspis cordyla) dan swangi (Priacanthus tayenus).
Musim
penangkapan masing-masing spesies berbeda-beda sehingga mempengaruhi produksi bagan. Pada musim timur, rata-rata produksi ikan mencapai 25,53 kg per trip sedangkan pada musim barat hanya mencapai 13,53. Simpangan baku produksi pada musim timur dan musim barat masing-masing 12,86 dan 6,92. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv produksi per trip musim barat adalah 0,51 sedangkan nilai cv produksi per trip musim timur sebesar 0,50. Besaran risiko produksi yang hampir sama diantara kedua musim diduga disebabkan musim tangkapan ikan yang relatif panjang sehingga mencapai musim timur dan musim barat. Target pemasaran hasil tangkapan bagan diutamakan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Harga ikan rata-rata hasil tangkapan bagan pada musim timur dan musim barat masing-masing adalah Rp.3.143,50 dan Rp.4.328,13.
Nilai
simpangan baku harga pada musim timur mencapai Rp.1.474,12, sedangkan pada musim barat nilai simpangan baku harga lebih besar yaitu Rp.1.679,05. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv harga ikan pada musim barat hanya sebesar 0,39. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan nilai cv harga ikan musim timur yang mencapai 0,47, sehingga dapat disimpulkan bahwa musim timur memiliki risiko harga yang lebih tinggi dibandingkan musim barat. Musim timur umumnya menjadi puncak musim penangkapan bagan sehingga harga ikan menjadi menurun.
Faktor tersebut diduga sebagai penyebab tingginya risiko
harga pada musim timur. Operasi penangkapan ikan dengan bagan membutuhkan biaya rata-rata per trip sebesar Rp.78.065,38 (Lampiran 22). Pendapatan yang diperoleh nelayan ditetapkan sebesar 33,33% setelah dikurangi dengan biaya kapal, penjual dan otonom sebesar 40% dan biaya operasi. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan nelayan per trip pada musim barat adalah Rp.26.216,60 dengan
58
simpangan baku sebesar Rp.24,215,76. Mengacu pada nilai tersebut diketahui besaran cv adalah 0,92. Pendapatan rata-rata nelayan pada musim timur jauh lebih besar dibandingkan musim barat yaitu sebesar Rp.125.409,15. Simpangan baku dan cv pendapatan pada musim timur masing-masing adalah Rp.28.765,14 dan 0,90.
Besarnya nilai cv pada musim barat menunjukkan bahwa risiko
pendapatan pada musim ini lebih tinggi dibandingkan musim timur. Tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard), kembung (Rastrelliger sp) dan swangi (Priacanthus tayenus) adalah jenis-jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan alat tangkap rampus. Produksi rata-rata rampus pada musim timur adalah 43,75 kg per trip. Nilai tersebut lebih tinggi 107% dibandingkan rata-rata produksi musim barat yang hanya sebesar 21,13 kg/trip. Simpangan baku produksi musim timur diperoleh sebesar 32,07 kg/trip, sedangkan pada musim barat simpangan baku produksi didapat sebesar 17,38 kg/trip. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai cv pada musim barat dan musim timur masing-masing adalah 0,82 dan 0,73.
Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
besaran risiko produksi rampus pada musim barat lebih besar dibandingkan musim timur. Faktor musim tangkapan yang berbeda diantara jenis ikan diduga menyebabkan tingginya risiko produksi pada musim barat. Pada musim barat jenis ikan yang tertangkap hanya tembang (Sardinella sp) dan swangi (Priacanthus tayenus), sedangkan pada musim timur jenis ikan yang tertangkap terdiri atas tembang (Sardinella sp), tongkol (Auxis thazard) dan kembung (Rastrelliger sp). Keseluruhan hasil tangkapan jaring rampus diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Harga rata-rata ikan produksi rampus pada musim barat adalah Rp. 3.173,91 dengan simpangan baku sebesar Rp.777,65. Untuk musim timur harga rata-rata ikan hasil tangkapan mencapai Rp.4.644,47 dengan simpangan baku sebesar Rp.2.244,29.
Relatif tingginya harga ikan pada musim timur
disebabkan jenis ikan yang umumnya tertangkap pada musim tersebut lebih ekonomis dibandingkan musim barat. Meskipun rata-rata harga ikan musim timur lebih baik namun risiko harga pada musim tersebut juga lebih tinggi. Hal tersebut tergambar dari nilai cv musim timur yang mencapai 0,48. Nilai tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan nilai cv musim barat yang hanya 0,25.
59
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan rata-rata nelayan rampus per trip pada musim barat hanya sebesar Rp.9.674, sedangkan pada musim timur pendapatan rata-rata per trip dapat mencapai Rp.78.127 (Lampiran 31). Pendapatan tersebut merupakan bagi hasil yang diperoleh pemilik unit penangkapan
yang
telah
dikurangi
dengan
biaya
operasional
sebesar
Rp.42.514,29-78.447,29 dan bagi hasil mesin sebesar 10-15%. Besarnya bagi hasil untuk pemilik tersebut ditetapkan sebesar 66,6%.
Dari hasil analisis
diketahui bahwa nilai simpangan baku pendapatan pada musim barat adalah Rp. 9.968,14 sedangkan pada musim timur diperoleh nilai simpangan baku sebesar Rp.22.913,75. Perbandingan antara simpangan baku dan pendapatan rata-rata menghasilkan nilai konstanta cv pada musim barat sebesar 1,03 dan musim timur sebesar 0,29. Mengacu pada nilai konstanta tersebut jelas terlihat bahwa risiko pendapatan nelayan pada musim barat jauh lebih besar dibandingkan musim timur. 4.2.2 Dampak risiko Hasil analisis menunjukkan bahwa dampak risiko umumnya lebih dirasakan nelayan pada musim timur dibandingkan musim barat (Tabel 18). Hal ini terlihat dari nilai status risiko (SR) atribut produksi, harga dan pendapatan masing-masing alat tangkap yang lebih besar pada musim timur dibandingkan musim barat. Pengecualian pada alat tangkap payang, nilai SR atribut produksi dan harga pada musim barat lebih besar dibandingkan musim timur. Tabel 18 Status risiko usaha penangkapan dengan pancing, payang, bagan dan rampus Alat tangkap Pancing Payang Bagan Rampus .
Produksi (kg) Barat Timur 19,85 275,93 15,19 39,52
29,97 239,93 61,80 53,39
Status risiko Harga (Rp) Barat Timur 6.680,63 4.828,40 4.246,78 3.253,66
Pendapatan (Rp) Barat Timur
6.503,39 23.984,01 45.836,70 4.706,97 1.326.449,34 1.541.086,00 3.140,83 32.310,62 135.942,08 4.697,44 27.754,05 76.908,53
60
Pada alat tangkap pancing, ditinjau dari atribut produksi nilai status risiko pada musim barat dan timur diketahui masing-masing 19,85 kg dan 29,97 kg. Konstanta tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko untuk atribut produksi lebih dirasakan nelayan pancing pada musim timur di bandingkan musim barat. Hal berbeda terlihat dari atribut harga dimana dampak risiko lebih dirasakan nelayan pancing pada musim barat dibandingkan musim timur.
Fenomena
tersebut terlihat dari nilai status risiko atribut harga pada musim barat yang nilainya Rp. 6.680,63 dan nilai status risiko atribut harga pada musim timur yang besarnya Rp.6.503,39. Pada atribut pendapatan pola status risiko serupa dengan atribut produksi dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur diketahui masing-masing Rp.23.984,01 dan Rp.45.836,70.
Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa dampak risiko untuk atribut pendapatan lebih dirasakan nelayan pancing pada musim timur. Berdasarkan hasil analisis pada atribut produksi alat tangkap payang, diketahui bahwa nilai status risiko pada musim barat dan musim timur masingmasing adalah 275,93 kg dan 239,93 kg. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko cenderung lebih dirasakan nelayan payang pada musim barat dibandingkan musim timur. Fenomena serupa juga terjadi pada atribut harga, dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur dikatahui masingmasing Rp.4.828,40 dan Rp.4.706,97.
Kondisi berbeda terjadi
pada atribut
pendapatan. Berdasarkan analisis status risiko pada atribut ini diperoleh nilai masing-masing Rp.1.326.449,34 dan Rp.1.541.086 pada musim barat dan musim timur.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko pendapatan lebih
dirasakan nelayan payang pada musim timur dibandingkan musim barat. Pada alat tangkap Bagan, ditinjau dari atribut produksi nilai status risiko pada musim barat dan timur diketahui masing-masing 15,19 kg dan 61,80 kg. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dampak risiko untuk atribut produksi lebih dirasakan nelayan bagan pada musim timur di bandingkan musim barat. Hal berbeda terlihat dari atribut harga dimana dampak risiko lebih dirasakan nelayan payang pada musim barat dibandingkan musim timur. Fenomena tersebut terlihat dari nilai status risiko atribut harga pada musim barat yang nilainya Rp. 4.246,78, lebih besar dibandingkan nilai status risiko atribut harga pada musim timur yang
61
besarnya Rp.3.140,83. Pada atribut pendapatan pola status risiko serupa dengan atribut produksi dimana nilai status risiko pada musim barat dan musim timur diketahui masing-masing Rp.32.310,62 dan Rp.135.942,08.
Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa dampak risiko untuk atribut pendapatan lebih dirasakan nelayan bagan pada musim timur. Hasil analisis dampak risiko pada alat tangkap rampus menunjukkan pola yang lebih konsisten dibandingkan tiga jenis alat tangkap lain yang dikaji. Analisis terhadap atribut produksi, harga maupun pendapatan menujukkan bahwa musim timur lebih dirasakan dampaknya oleh nelayan rampus dibandingkan musim barat. Pada atribut produksi nilai status risiko pada musim barat dan musim timur masing-masing adalah 39,52 kg dan 53,39 kg. Nilai status risiko harga pada musim barat dan musim timur diketahui masing-masing Rp.3.253,66 dan Rp.4.697,44. Pada atribut pendapatan diketahui bahwa nilai status risiko masing-masing Rp.27.754,05 dan Rp.76.908,53 pada musim barat dan musim timur. 4.3 Sikap Nelayan Terhadap Risiko Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa nilai PRT berbeda-beda diantara unit penangkapan (Lampiran 9, 18, 27 dan 36). Fenomena yang juga menarik adalah adanya perbedaan nilai PRT diantara masing-masing responden yang mengoperasikan alat tangkap yang sama. Nilai PRT pada alat tangkap pancing berkisar antara 0,05-0,65 dengan ratarata sebesar 0,32.
Kisaran nilai PRT pada payang berkisar antara 0,05-0,17
dengan rata-rata sebesar 0,09. Rata-rata nilai PRT pada bagan adalah 0,53 dengan kisaran nilai antara 0,23 sampai 0,95. Untuk alat tangkap rampus nilai PRT berkisar antara 0,18 hingga 0,39 dengan rata-rata 0,28. Jika mengacu pada hasil analisis, terlihat jelas bahwa mayoritas nelayan di Palabuhanratu cenderung bersikap tidak mengambil risiko (risk averter). Pengecualian untuk nelayan bagan yang umumnya bersifat risk taker.
62
4.4 Arah Kebijakan Aksesibilitas Permodalan Bagi Nelayan Skala Kecil Penentuan arah kebijakan aksesibilitas permodalan bersandar pada analisis SWOT yang bersumber dari hasil analisis holistik terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap aksesibilitas permodalan nelayan di masa mendatang. Out put hasil analisis SWOT adalah ditentukan prioritas solusi untuk memecahkan masalah aksesibilitas permodalan. Bahasan tentang faktor internal bermuara pada identifikasi kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya dituangkan dalam matriks IFAS. Adapun faktor eskternal berisi hasil identifikasi peluang dan ancaman dan dituangkan dalam bentuk matriks EFAS. Pada Tabel 19 dan 20 disajikan matriks IFAS dan EFAS kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu. Tabel 19
Matriks analisis faktor strategi internal (IFAS) kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu Faktor-faktor Strategi Internal
KEKUATAN 1 Kondisi demografis Palabuhanratu didominasi penduduk yang bermata pencaharian di bidang perikanan tangkap dan turunannya 2 Kegiatan perikanan tangkap di Palabuhanratu masih potensial untuk dikembangkan terutama untuk penangkapan di luar teluk Palabuhanratu 3 Minat nelayan untuk mengembangkan usaha sangat besar 4 Terdapat beberapa lembaga keuangan dan bank yang berlokasi di Palabuhanratu 5 Dukungan pemerintah terhadap penguatan permodalan nelayan sudah ada 6 Kelembagaan nelayan sudah terbentuk KELEMAHAN 1 Nelayan di Palabuhanratu didominasi skala kecil sehingga kurang efisien 2 Hasil tangkapan nelayan bersifat musiman 3 Nelayan mengalami kesulitan dalam akses terhadap sumber permodalan terkait credit rationing 4 Sikap mental nelayan yang konsumtif dan bersifat pragmatis 5 Aturan perundang-undangan untuk penguatan modal tidak mempertimbangkan kondisi spesifik kegiatan perikanan tangkap TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,05
2
0,10
0,08
3
0,24
0,15
4
0,60
0,09
2
0,18
0,07
2
0,14
0,03
1
0,03
0,04
2
0,08
0,15 0,12
3 2
0,45 0,24
0,12
3
0,36
0,10
4
0,40
1,00
63
Tabel 20 Matriks analisis faktor strategi eksternal (EFAS) kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu Faktor-faktor Strategi Internal PELUANG 1 Permintaan terhadap produk perikanan masih sangat tinggi 2 Tingginya concern pemerintah terhadap permasalahan aksesibilitas permodalan bagi nelayan ANCAMAN 1 Berkembangnya lembaga keuangan yang sangat merugikan nelayan seperti tengkulak 2 Belum terintegrasinya aturan-aturan yang terkait permodalan bagi nelayan dengan aturan yang mengatur teknis pelaksanaanya 3 Tumbuhnya stigma dari lembaga keuangan yang mengkategorikan usaha perikanan tangkap adalah kegiatan yang berisiko tinggi 4 Banyak fihak memanfaatkan permodalan bagi nelayan untuk kepentingan pribadi dan tidak diperuntukkan bagi usaha perikanan tangkap TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,13
4
0,52
0,18
3
0,54
0,17
3
0,51
0,13
2
0,26
0,24
4
0,96
0,15
2
0,3
1,00
Berdasarkan faktor-faktor strategis yang telah dikaji diatas dianalisis pula Matriks SWOT untuk menggambarkan relasi diantara faktor-faktor yang ada. Hubungan antara faktor-faktor tersebut menghasilkan 7 solusi untuk mengatasi permasalahan aksesibilitas pemodalan bagi usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu (Tabel 21).
64
Tabel 21 Matriks SWOT kebijakan aksesibilitas permodalan bagi nelayan skala kecil di Palabuhanratu No
Solusi
Strategi SO 1 Pengefektifkan peran lembaga keuangan
pemerintah dan kelembagaan masyarakat
Faktor terkait Jumlah bobot Prioritas S1,S4,S5,S6 P1,P2
1,51
5
S2,S3,S4,S5,T1 T3,T4
2,42
1
S5,S6,T1
0,68
6
W1,W2,W3,W5 P1,P2 W3,W4,P1,P2
2,15
3
1,66
4
2,37
2
0,54
7
dalam penguatan permodalan nelayan Strategi ST 1 Penerapan aturan peminjaman modal yang lebih fleksibel namun tetap menerapkan sistem analisis dan verifikasi yang ketat 2 Pelaksanaan pilot project penguatan sistem permodalan yang pro terhadap nelayan Strategi WO 1 Penetapan skema pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik usaha perikanan tangkap 2 Transformasi sikap dan pola hidup nelayan melalui pembinaan, penyuluhan serta pendampingan kepada nelayan Strategi WT 1 Pembuatan aturan perundangan tentang penguatan permodalan bagi nelayan 2 Perancangan sistem pengawasan permodalan yang terbuka dan transparan
W3,W5,T1,T2, T3 W3,T4
5. PEMBAHASAN
5.1 Jenis Risiko, Faktor Penyebab dan Solusi Penanganan Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Mengacu pada hasil penelitian dikemukakan bahwa risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap dintaranya kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, operasi penangkapan yang tidak optimal serta ancaman keselamatan nelayan. Mengacu pada ketiga risiko tersebut, ancaman keselamatan merupakan faktor yang sangat penting untuk dicermati. Aspek keselamatan kerja di laut memang telah menjadi isu global. Hal ini didasari pada seringnya ditemukan kecelakan kerja di laut baik yang ringan sampai menyebabkan korban jiwa. Pada tahun 2000, kasus kecelakaan kerja di Perancis mencapai 143 orang dari setiap 1.000 nelayan (Chauvin dan Bouar, 2007). Rosenstock (1997) mengatakan bahwa kegiatan fatal yang terjadi pada perikanan dapat bervariasi tergantung daerah penangkapan, alat tangkap yang digunakan, teknik penangkapan dan waktu penangkapan.
Berdasarkan hasil
identifikasi beberapa kasus accident pada kegiatan perikanan skala kecil, diketahui bahwa penyebab accident ada 3 faktor, yaitu (1) lingkungan, (2) navigasi dan (3) operasi penangkapan.
Faktor lingkungan yang umumnya
menyebabkan accident adalah ombak dan cuaca buruk, sedangkan faktor navigasi yang menyebabkan accident adalah kehilangan tenaga mesin di laut, kehilangan arah, kandas, tabrakan dan kebakaran. Accident yang biasa terjadi dilihat dari sudut padang operasi penangkapan antara lain luka akibat ikan, luka akibat alat tangkap dan alat bantu penangkapan, jatuh dari kapal dan kapal terbalik saat mengoperasikan alat tangkap. Terkait dengan accident tersebut faktor kesalahan desain dan konstruksi kapal merupakan faktor yang mempengaruhi tingginya angka accident di laut (Yami, 2001).
66
Jika diamati secara mendalam, penyebab risiko pada usaha perikanan tangkap skala kecil dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) faktor berdasarkan kondisi terjadinya risiko. Kedua kondisi tersebut adalah kondisi yang tidak dapat dikontrol (uncontrolled) dan kondisi yang dapat dikontrol (controlled). Perbedaan kedua kondisi tersebut berpengaruh pada metode penanganan atau penanggulangan risiko. Yami (2001) mengemukakan bahwa hal penting yang perlu dilaksanakan untuk mencegah accident di laut adalah merubah pola fikir dan sikap nelayan, penggunaan teknologi modern pada perikanan tradisional, kehati-hatian, pelatihan teknis serta pertimbangan gengsi. Hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah risiko kecelakaan di laut diantaranya menentukan spesifikasi minimum kapal terkait dengan stabilitas kapal, penunjukan tenaga khusus keselamatan di atas kapal, penetapan kebijakan pemerintah tentang keselamatan kerja di kapal, penyebaran informasi cuaca, penentuan yang diperuntukkan bagi nahkoda dan ABK serta penggunaan alat keselamatan di kapal (Rosenstock, 1997). Khusus untuk solusi penanganan risiko usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu pada sub bab berikut diulas alternatif-alternatif penanganan risiko. 5.1.1
Kondisi tidak terkontrol Kejadian berisiko yang digolongkan kedalam kondisi tidak terkontrol
disebabkan oleh faktor alam seperti angin kencang, gelombang besar, arus kuat, sebaran ikan di perairan dan musim ikan. Solusi penanganan risiko kondisi tidak terkontrol umumnya hanya dapat dilakukan secara preventif. Beberapa solusi penanganan risiko kondisi tidak terkontrol disajikan sebagai berikut: (1) Tidak beroperasi pada saat kondisi alam buruk Pencegahan risiko kecelakaan akibat kondisi alam yang buruk dapat dihindari dengan tidak melakukan operasi penangkapan.
Untuk meyakinkan hal
tersebut pihak-pihak terkait seperti PPN Palabuhanratu, syahbandar dan Polairud harus mengeluarkan larangan maupun peringatan terhadap nelayan. Larangan ditetapkan jika kondisi alam benar-benar buruk sedangkan peringatan (warning) diberikan saat kondisi alam diprediksi masih akan
67
memburuk.
Pemberian peringatan sebaiknya diberikan himbauan kepada
nelayan agar tidak beroperasi relatif jauh dari fishing base. (2) Penyebaran informasi kondisi perairan Informasi tentang kondisi perairan sangat dibutuhkan oleh nelayan untuk mencegah terjadinya risiko kecelakaan.
Jenis informasi yang sangat
dibutuhkan diantaranya kecepatan angin, gelombang, arus dan informasi kondisi oseanografis lainnya. Instansi yang terkait adalah Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Kabupaten Sukabumi dan PPN Palabuhanratu.
BMG
bertugas menganalisis data dan melakukan prediksi tentang kondisi perairan di sekitar Palabuhanratu, sedangkan pihak PPN Palabuhanratu bertugas mensosialisasikan dan menyebarkan informasi dari BMG tersebut. (3) Penyebaran informasi keberadaan ikan Keberadaan ikan dipengaruhi oleh kondisi perairan seperti arus, suhu, kesuburan perairan dan lainnya. Terkait dengan tujuan efisiensi penangkapan dan menghindari risiko kegagalan penangkapan ikan maka nelayan membutuhkan informasi keberadaan ikan.
Informasi keberadaan ikan
biasanya diperoleh dari nelayan lain dan melalui peta daerah penangkapan yang dikeluarkan oleh PPN Palabuhanratu. Peta tersebut merupakan prediksi keberadaan ikan yang dibuat oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). Kekurangan dari plot posisi tersebut adalah lokasinya yang jauh sehingga tidak dapat dijangkau oleh nelayan skala kecil. (4) Penggunaan alat pendeteksi dan pengumpul ikan (rumpon) Penggunaan alat pendeteksi maupun rumpon juga merupakan salah satu cara untuk efisiensi dan efektifitas upaya penangkapan.
Alat pendeteksi dan
pengumpul ikan terutama sangat membantu dalam penangkapan dengan alat tangkap pancing dan payang. Penggunaan alat pendeteksi memang masih terkendala oleh tipe armada penangkapan yang menyulitkan dalam pemasangan alat. 5.1.2
Kondisi terkontrol Pengalaman, pengetahuan nelayan dan kebijakan pemerintah merupakan
beberapa penyebab kejadian berisiko yang digolongkan kedalam kondisi terkontrol.
Penanganan risiko kondisi terkontrol dapat dilakukan dilakukan
68
dengan cara dicegah dan diatasi. Solusi penanganan risiko kondisi terkontrol diuraikan dibawah ini: 1) Penetapan prosedur standar operasi penangkapan Prosedur standar merupakan serangkaian upaya teknis yang dilaksanakan untuk mengindari risiko kegiatan penangkapan.
Mengacu pada hasil
identifikasi risiko maka prosedur standar operasi yang dibuat meliputi tahap persiapan, penangkapan dan penanganan hasil tangkapan.
Pada tahap
persiapan standar operasi minimum mengatur tentang cara penyimpanan dan pengaturan alat tangkap serta penggunaan sarana keselamatan dalam pekerjaan persiapan. Prosedur standar pada kegiatan penangkapan minimum mengatur tentang langkah-langkah operasi kegiatan penangkapan dan upaya pencegahan kerusakan dan kehilangan alat tangkap.
Standar operasi
penanganan hasil tangkapan setidaknya memuat tentang teknis penanganan untuk mempertahankan mutu. 2) Pelatihan dan penyuluhan Pelatihan dan penyuluhan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan skill nelayan.
Teknis pelaksanaan pelatihan maupun penyuluhan
dilakukan dengan memberikan materi-materi yang terkait dengan penyebab risiko seperti tingkah laku ikan, mutu ikan, ergonomi kapal, dan prosedur standar operasi penangkapan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan adalah karakterisitik peserta serta periode pelaksanaan. Sebaiknya metode pelatihan dan penyuluhan disesuaikan dengan karakter peserta serta dilaksanakan secara rutin. 3) Bantuan sarana penangkapan dan subsidi Bantuan sarana penangkapan difokuskan pada pengadaan kapal, alat tangkap maupun peralatan pendukung penangkapan. Pemberian bantuan sarana akan membantu nelayan untuk memperluas jangkauan area penangkapan sekaligus meminimalisir pengaruh kondisi alam. Kondisi ini bisa terjadi karena dengan ukuran kapal yang lebih besar maka pengaruh cuaca lebih bisa dikendalikan. Subsidi merupakan instrumen kebijakan fiskal yang bertujuan mendorong pertumbuhan pembangunan. Pada kasus perikanan pemberian subsidi telah
69
banyak dilakukan oleh pemerintah. Tabel 22 menyajikan jenis subsidi yang dapat diberikan oleh pemerintah. Tabel 22 Jenis subsidi pemerintah terhadap perikanan tangkap Kategori subsidi Bantuan keuangan Langsung
Jenis subsidi Subsidi input Subsidi modal
Bantuan keuangan Subsidi lingkungan
Subsidi harga
Kendala perdagangan
Asistensi armada
Subsidi infrastruktur Penghapusan pungutan penangkapan Subsidi pelanggaran Harga output Domestik Subsidi ekspor Pembatasan perdagangan Kendala non tarif Perjanjian bilateral Usaha patungan
Sasaran subsidi Penetapan harga BBM di bawah harga Penetapan harga es yang murah Bantuan kapital, bantuan keuangan khusus dan pelatihan Fasilitas pelabuhan, transportasi, pengolahan dan penyimpanan Pungutan untuk perikanan skala kecil ditiandakan
Keterangan Belum dilakukan Sudah dilakukan /belum optimal Sudah dilakukan /belum optimal Sudah dilakukan
Pembelian alat tangkap yang merusak lingkungan Jaminan harga dan jaminan pembelian
Belum dilakukan
Dukungan harga untuk ekspor hasil perikanan Tarif impor, kuota impor
Belum dilakukan Sudah dilakukan
Standarisasi produk dan sertifikasi
Sudah dilakukan
Kompensasi kesepakatan perjanjian penangkapan ikan Penyediaan anggaran untuk kerjasama penangkapan
Sudah dilakukan
Belum dilakukan
Belum dilakukan
Sumber: MRAG (2000)
4) Penetapan regulasi Penetapan payung hukum penting dilakukan untuk memberikan jaminan kepastian kebijakan bagi nelayan. Dalam konteks risiko, pemerintah perlu menetapkan regulasi tentang keselamatan penangkapan ikan.
Sebenarnya
pemerintah telah menetapkan serangkaian regulasi namun terbatas pada kegiatan pelayaran niaga sedangkan untuk keselamatan penangkapan ikan belum diatur. Beberapa regulasi yang dinilai penting untuk ditetapkan terkait keselamatan penangkapan ikan antara lain persyaratan kelayakan laut kapal, standar-standar pengawakan kapal ikan serta standar peralatan keselamatan kapal perikanan.
70
5.2 Besaran Risiko Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat menentukan peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang, termasuk peristiwa yang terjadi pada kegiatan perikanan tangkap. Kondisi ini disebabkan karena aktivitas pada sub sektor perikanan tangkap terkait dengan kegiatan produksi yang selalu dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian.
Sumber risiko pada sub sektor
perikanan tangkap adalah musim yang dapat dijabarkan dalam bentuk atribut berupa jumlah hasil tangkapan (produksi), harga ikan dan tingkat pendapatan nelayan. Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan pada musim yang berbeda berpotensi menghasilkan produksi, harga maupun pendapatan yang berbeda. Hasil penelitian yang diperoleh setidaknya menunjukkan keabsahan fenomena tersebut, dimana musim barat cenderung lebih berisiko dibandingkan musim timur ditinjau dari perspektif produksi dan pendapatan. Dipandang dari sisi harga, musim timur mengandung tingkat risiko yang relatif lebih tinggi dibandingkan musim barat. Fenomena rendahnya risiko harga pada musim barat diduga disebabkan tangkapan yang didominasi spesies ikan ekonomis tinggi dan musim tangkap berlangsung lebih singkat sehingga harga relatif stabil. Tingginya risiko produksi dan pendapatan pada musim barat kemungkinan disebabkan oleh puncak musim ikan yang secara umum tidak terjadi pada musim barat. Menurut Astrini (2004), puncak musim ikan di Palabuhanratu biasanya terjadi selama musim peralihan. Rumusan
yang
digunakan
dalam
perhitungan
pendapatan
mempertimbangkan faktor harga ikan, jumlah produksi dan juga komponen biaya. Jika postulat ekonomi yang menyatakan bahwa keterbatasan suplai akan berdampak pada peningkatan harga berlaku, maka fenomena tingginya risiko pendapatan pada musim barat belum tentu terjadi.
Hanya saja kenyataan
dilapangan menunjukkan bahwa disparitas harga ikan yang terjadi pada musim barat dan musim timur relatif sama.
Hal ini mungkin
disebabkan saluran
pemasaran yang ada sangat kuat peranannya dalam menentukan harga. Biasanya pembeli ikan memberikan bantuan biaya operasional kepada nelayan dengan perjanjian bahwa produksi harus dijual kepada mereka.
71
Meskipun tidak dilakukan pengujian secara statistik, terlihat adanya fenomena interaksi antara faktor alat tangkap dan musim terhadap tingkat risiko pada usaha perikanan tangkap. Alat tangkap umumnya didisain untuk menangkap spesies ikan tertentu dimana keberadaan spesies ikan tertentu biasanya terkait erat dengan musim. Faktor inilah yang mempengaruhi tingkat risiko yang berbeda diantara alat tangkap. Rendahnya risiko produksi alat tangkap pancing khususnya pada musim timur disebabkan target tangkapan pancing yaitu layur (Trichiurus sp) mengalami musim puncak pada musim timur. Hal yang sama juga terjadi pada alat tangkap rampus dimana puncak tangkapannya tidak terjadi pada musim barat sehingga risiko produksinya sangat tinggi. Ditinjau dari perspektif harga, risiko tertinggi dan terendah alat tangkap ternyata terjadi pada musim timur. Faktor yang menentukan risiko harga pada alat tangkap adalah jenis ikan yang tertangkap. Hasil tangkapan pancing yaitu layur merupakan spesies ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena tergolong komoditas ekspor.
Hal lain yang mempengaruhi rendahnya risiko harga alat
tangkap pancing pada musim timur adalah ukuran spesies ikan layur yang biasanya tertangkap lebih besar dibandingkan musim lainnya sehingga berdampak pada peningkatan harga komoditas. Fenomena pada kasus alat tangkap pancing juga bisa menjelaskan faktor penyebab tingginya risiko harga ikan alat tangkap rampus pada musim timur.
Pada musim timur, alat tangkap rampus hanya
menangkap ikan yang tidak memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga harganya cenderung rendah. Dipandang dari sisi pendapatan, pengoperasian alat tangkap bagan pada musim timur memiliki tingkat risiko yang paling rendah dibandingkan pancing, payang dan rampus. Pada kasus ini, tingginya produksi bagan pada musim timur karena merupakan puncak musim penangkapan diduga berkontribusi sangat besar terhadap pendapatan sehingga tingkat risiko menjadi relatif kecil.
Risiko
pendapatan paling tinggi melekat pada alat tangkap pancing yang dioperasikan pada musim barat. Hal ini sangat jelas karena pancing hanya menangkap ikan layur saja dimana puncak penangkapan tidak terjadi pada musim barat.
72
5.3 Dampak Risiko Tingginya dampak musim timur terhadap atribut yang diukur diduga disebabkan fluktuasi produksi dan jenis ikan yang tertangkap, harga maupun pendapatan.
Berdasarkan data yang dikumpulkan memang terlihat adanya pola
produksi, harga maupun pendapatan yang cenderung lebih konstan di musim barat dibandingkan musim timur, walaupun musim timur secara akumulatif akan mengambarkan kondisi produksi, harga maupun pendapatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan musim barat. Fenomena dampak risiko yang cenderung lebih rendah pada musim barat sebenarnya menujukkan bahwa usaha perikanan tangkap skala kecil di Palabuhanratu cenderung tidak terpengaruh oleh musim.
Momok yang
mengatakan bahwa musim barat akan memberikan dampak yang besar terhadap kondisi nelayan ternyata tidak bisa digeneralisasikan di setiap wilayah perairan dan sangat tergantung pada alat tangkap yang digunakan oleh nelayan serta jenis tangkapan yang menjadi targetnya. Terkait dengan aksesibilitas terhadap sumber permodalan yang dihadapi nelayan maka informasi tentang dampak bisa dijadikan acuan yang sangat berguna bagi penentuan skema pembayaran terhadap bantuan kredit. Sesuai hasil kajian tentang dampak maka pada musim barat dapat diterapkan sistem angsuran yang tetap namun tidak demikian halnya dengan musim timur. 5.4 Sikap Nelayan Sikap nelayan menggambarkan kecenderungan karakter nelayan dalam memilih risiko. Pada kegiatan penangkapan risiko yang dinilai tinggi adalah melakukan penangkapan ikan pada musim barat. Hal ini terkait dengan kondisi alam yang kurang mendukung operasi penangkapan dan dapat pula mengancam keselamatan jiwa. Menurut Wildavsky et all (1990) persepsi terhadap risiko sangat dipengaruhi oleh harapan untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih jika berani mengambil risiko. Mengacu pada hasil analisis, nelayan di Palabuhanratu cenderung tidak suka mengambil risiko
(risk averter) pada musim barat kecuali nelayan bagan.
Kecenderungan tersebut diduga disebabkan faktor alam yang kurang mendukung
73
operasi penangkapan, disisi lain harga ikan pada kedua musim tersebut relatif sama.
Faktor yang menyebabkan nelayan bagan bersikap berbeda
dengan
nelayan lainnya kemungkinan disebabkan sifat kegiatan penangkapan yang statis serta relatif tingginya harga ikan hasil tangkapan musim barat dibandingkan musim timur. Fenomena sikap nelayan di Palabuhanratu yang cenderung bersikap risk averter ternyata bisa mengambarkan sikap nelayan yang sesungguhnya terhadap risiko. Beberapa penelitian empiris memang menunjukkan fenomena tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Eggert dan Martinson (2004) di Swedia terhadap nelayan komersial menunjukkan bahwa 48% nelayan cenderung bersikap risk neutral dan 52% bersikap risk averter, tidak ditemukan nelayan yang bersikap risk lover. Kecenderungan nelayan di Swedia untuk tidak bersikap risk lover murni dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi.
Terbukti bahwa dengan
mengambil risiko untuk melakukan kegiatan penangkapan ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Pertimbangan hasil tangkapan yang tinggi ternyata bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi sikap nelayan terhadap risiko.
Menurut
Oostenbruge et al (2001), faktor minimalisasi biaya operasi ternyata lebih dominan mempengaruhi keputusan operasi penangkapan pada perikanan pelagis di Maluku. Nelayan purse seine di Maluku cenderung tidak mengambil risiko untuk menangkap ikan di lokasi yang lebih jauh dari 8 km dari pelabuhan, meskipun mereka mengatahui bahwa dengan menjangkau area penangkapan yang lebih jauh hasil tangkapan yang diperoleh relatif akan lebih besar. Dari perspektif berbeda, sikap nelayan terhadap risiko kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan karakteristik personal. Biasanya nelayan yang lebih berpengalaman dicirikan dengan umur dan durasi melaut cenderung lebih berani mengambil risiko. Hal ini sejalan dengan pandangan Chauvin et al (2007), yang mengemukakan bahwa ada hubungan yang erat antara persepsi terhadap risiko dengan kepribadian seseorang. Dimensi personal yang bisa mempengaruhi persepsi terhadap risiko diantaranya umur, tingkat pendidikan, pelatihan, orientasi
74
keagamaan, pilihan politik, budaya, dan kepercayaan terhadap lingkungan (Chauvin et al, 2007). Sangat disayangkan karena dalam penelitian ini analisis karakter personal tidak dilakukan sehingga hipotesis tentang pengaruh budaya dan karakter belum dapat dibuktikan secara empiris.
Hanya saja dari hasil wawancara dengan
beberapa nelayan terlihat bahwa nelayan dengan pengalaman melaut lebih lama cenderung lebih berani mengambil risiko. 5.5 Alternatif Solusi Kebijakan untuk Kemudahan Aksesibilitas Permodalan Bagi Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil Berdasarkan analisis SWOT diperoleh gambaran kondisi faktor pendorong serta faktor penghambat dalam permasalahan yang dikaji. Inti sari dari kondisi tersebut dijadikan acuan dalam penyusunan solusi kemudahan aksesibiltas permodalan. Solusi permasalahan yang ditawarkan meliputi (1) penerapan aturan peminjaman yang fleksibel namun tetap bersifat prudent, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan permodalan, (3) penetapan skema pembiayaan yang sesuai dengan karateristik perikanan tangkap, (4) transformasi sikap dan pola hidup nelayan (5) optimalisasi peran lembaga keuangan,pemerintah dan kelembagaan masyarakat dalam penguatan permodalan nelayan, (6) pelaksanaan pilot project penguatan sistem permodalan yang pro terhadap nelayan dan (7) perancangan sistem pengawasan permodalan yang terbuka dan transparan. (1) Penerapan mekanisme peminjaman yang fleksibel Keruwetan prosedur administrasi dan analisis kredit merupakan faktor penyebab keenganan nelayan untuk melakukan peminjaman di Bank. Prosedur kredit yang ditetapkan di mayoritas bank seperti BRI dan Danamon Simpan Pinjam mengharuskan peminjam untuk mengisi aplikasi serta melengkapi persyaratan yang sangat ruwet. Padahal banyak diantara nelayan yang belum dapat membaca.
Untuk itulah diperlukan penyederhanaan
prosedur admistrasi kredit di bank. Pembuatan form aplikasi yang ringkas dapat dijadikan salah satu cara untuk melakukan penyederhanaan tersebut. Faktor tanda tangan juga acap kali menjadi permasalahan karena tidak semua
75
nelayan memiliki tandatangan. Oleh karena itu harus ada keluwesan yang memungkinkan nelayan menggunakan cap jempol untuk pengesahan aplikasi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah harus ada pendampingan dari pihak perbankan dalam pengisian form, jika perlu pihak perbankan membantu nelayan dalam pengsian form. Penilaian kemampuan dan kemauan calon debitur untuk mengembalikan kredit didasarkan pada hasil analisis kredit. Menurut Sotojo (1997), teknis analisis kredit umumnya dilakukan pihak perbankan menganut beberapa pola pendekatan berikut: 1) The five C’s model (Benton E.Gup) Character : Karakteristik personal peminjam serta kecenderungan perilaku dalam membayar pinjaman Capacity : Kemampuan membayar pinjaman Capital
: Kondisi finansial
Collateral : Jaminan pinjaman Condition: Kondisi ekonomi 2) The basic six C’s model (Peter S. Rose) Character : Tanggungjawab, keseriusan dan perhatian dalam membayar pinjaman Capacity : Memiliki surat-surat usaha Capital : Kemampuan yang cukup untuk membayar pinjaman Collateral: Jaminan pinjaman Condition: Kemauan peminjam melaksanakan kewajiban pembayaran jika terjadi perubahan kondisi ekonomi Control : Kemauan mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh bank 3) The PRISM model (Morton Glantz) Perspective
: Terkait dengan risiko atau penerimaan
Repayment
: Kemampuan melakukan pembayaran
Intention
: Tujuan peminjaman
Safeguards
: Jenis agunan yang diberikan kepada bank untuk mengatasi kredit macet
76
Management : Gambaran operasional usaha, adminsitrasi, hubungan dengan perbankan, laporan finansial 4) The CAMPARI model (Citybank Jakarta) Character
: Gambaran peminjam, produk yang dihasilkan dan sejarahnya
Ability
: Kemampuan membayar
Margin
: Keuntungan usaha
Purpose
: Alasan peminjaman
Amount
: The value sought
Repayment
: Kelayakan dan jadwal pengembalian
Insurance
: Jaminan keamanan
5) 5 P’s Principles People
: Karakter personal
Purpose
: Alasan peminjaman
Payment
: Rencana pembayaran
Protection
: Agunan
Perspective
: Risiko dan keuntungan
6) Aspek-aspek usaha Aspek pemasaran
: Volume penjualan, market share, pesaing, proyeksi penjualan
Aspek teknis
: Produk, kualitas, bahan baku, lokasi pabrik
Aspek manajemen : Manajemen, organisasi, tenaga kerja Aspek hukum dan agunan : perizinan dan agunan Aspek keuangan
: past performance, future performance
Jika mengacu pada pola pendekatan analisis kredit yang diutarakan diatas maka sangat sulit bagi kegiatan perikanan skala kecil untuk mengakses sumber permodalan tersebut.
Faktor yang dianggap paling memberatkan
adalah agunan dan managemen usaha.
Agunan yang diberikan usaha
perikanan tangkap skala kecil biasanya dalam bentuk sarana produksi seperti kapal dan alat tangkap. Padahal pihak perbankan biasanya tidak menerima agunan kapal dengan pertimbangan pemeliharaan dan penyusutan yang besar. Solusi yang diambil Departemen Kelautan untuk mengatasi permasalahan
77
tersebut adalah membuat program sertifikasi bagi kapal-kapal kecil yang dapat dijadikan agunan pada bank. Kebijakan ini belum optimal karena aturan hukum tentang hal tersebut belum diatur oleh Bank Indonesia.
Faktor
management usaha sudah mulai diperhatikan oleh Bank Indonesia. Melalui surat edaran Bank Indonesia tentang usaha kecil dikemukakan bahwa pihak perbankan memiliki kewajiban untuk memberikan bantuan teknis bagi usaha kecil. Hal tersebut sudah ditindaklanjuti namun pada tataran implementasi mengalami kendala. Kesederhanaan prosedur kredit dapat tergambar dari durasi pengurusan dimulai dari pengisian aplikasi, analisis kredit hingga persetujuan kredit. Jangka waktu pengurusan kredit sebaiknya ditetapkan maksimum 2 hari dengan pertimbangan operasional kegiatan penangkapan yang mendesak. Prinsip prudent ditetapkan pada personal dan bukan pada usaha dan agunanannya, karena berdasarkan hasil analisis kegiatan penangkapan ikan menghasilkan keuantungan yang besar meskipun pada saat tidak musim ikan dapat merugi. Keberhasilan Grameen Bank untuk melaksanakan program kreditnya meskipun tanpa agunan disebabkan oleh faktor metode peminjaman yang dilaksanakan berdasarkan prinsip jemput bola sehingga petugas sangat mengenal nasabahnya. Mengacu pada keberhasilan tersebut maka perbankan sebaiknya mengadopsi hal serupa. (2) Revisi aturan hukum tentang penguatan permodalan Aturan hukum tentang penguatan permodalan bagi usaha kecil sudah diatur oleh Bank Indonesia melalui peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/2/PBI/2001 tentang pemberian kredit usaha kecil tanggal 4 Januari 2001. Peraturan tersebut berisi tentang anjuran kepada pihak perbankan untuk menyediakan 22,5% dari total kreditnya kepada usaha kecil.
Sebagai
penjabaran terhadap aturan tersebut, pada tanggal 17 Mei 2001 dikeluarkan Surat Edaran Nomor 3/9/BKr perihal Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Kecil. Surat edaran tersebut menjelaskan perihal jenis usaha yang berhak menerima kredit, plafon kredit serta teknis pelaporan perkembangan kredit pihak perbankan kepada Bank Indonesia.
78
Merujuk pada aturan penguatan permodalan diatas, terlihat bahwa ketetapan-ketetapan yang terkandung didalamnya bersifat umum dan normatif. Belum ada pasal-pasal khusus yang menunjukkan keberpihakan kepada sub sektor perikanan tangkap. Oleh karena itu revisi ataupun penetapan aturan hukum baru perlu dilakukan. Mengacu pada kondisi dan karakteristik usaha perikanan tangkap maka aturan yang ditetapkan setidaknya memuat poin-poin sebagai berikut: 1) Plafon kredit; ditetapkan sebesar maksimum Rp.500 Juta yang diperuntukkan bagi kredit modal kerja dan investasi. Poin ini sudah sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 3/2/PBI/2001 2) Mekanisme pembayaran yang tidak didasarkan pada angsuran tetap namun sistem pembayaran akumulatif. Artinya peminjam tidak harus membayar angsuran yang jumlahnya tetap tiap bulan namun bisa diakumulasikan tergantung pendapatan peminjam. 3) Penyederhanaan prosedur kredit bagi usaha perikanan tangkap skala kecil 4) Agunan bisa diberikan dalam bentuk sarana penangkapan 5) Adanya kewajiban pihak perbankan untuk menyalurkan kredit kepada nelayan dan tidak hanya bersifat himbauan Instansi yang bertanggungjawab terhadap revisi ataupun penetapan aturan yang dimaksud adalah Bank Indonesia dan Departemen Kelautan dan Perikanan. Pihak perbankan sebagai pelaksanan teknis di lapangan juga perlu dilibatkan
dalam
penyusunan
aturan
tersebut.
Intinya
dibutuhkan
kesepahaman dan kesepakatan dari berbagai pihak tentang aturan yang akan dibuat. (3) Penetapan skema/skim pembiayaan bagi usaha skala kecil Sejak tahapan awal pembangunan ekonomi, Bank Indonesia dan pihak perbankan telah menunjukkan atensi terhadap pengembangan usaha skala kecil. Hal tersebut ditandai dengan ditetapkannya berbagai skim perkreditan yang pro terhadap usaha kecil misalnya (1) skim kredit bimbingan massal (bimas), (2) skim kredit investasi kecil dan kredit modal kerja permanen (KIK/KMKP), (3) skim kredit pedesaan (Kupedes), (4) skim kredit usaha kecil
79
(KUK), (5) skim kredit koperasi termasuk kredit usaha tani, kredit kepada anggota koperasi, kredit kepada koperasi primer untuk anggotanya-nelayan, (6) skim kredit pengentasan kemiskinan, (7) skim kredit pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP), (8) skim kredit pola Pengembangan hubungan bank dengan kelomposk swadaya masyarakat (PHBK), (9) skim kredit karya usaha mandiri (KUM). Walaupun telah banyak skim kredit yang ditawarkan kepada usaha kecil namun yang secara jelas diperuntukkan bagi pengembangan usaha perikanan tangkap skala kecil hanya KKPA Nelayan dan PEMP. Skim kredit KKPAnelayan ditujukan untuk membiayai usaha perikanan tangkap dan pengolahan ikan yang dimiliki oleh kelompok nelayan anggota koperasi primer ataupun masing-masing anggota koperasi primer. Kredit KKPA-nelayan dapat digunakan untuk investasi maupun modal kerja dengan plafon maksimum masing-masing adalah Rp. 50 juta dan Rp. 10 juta. Skim kredit program PEMP ditetapkan berdasarkan pemikiran lemahnya kemampuan pengeloalaan keuangan nelayan sehingga pada saat memperoleh pendapatan yang tinggi mereka terbiasa untuk konsumtif. Melalui program PEMP nelayan diarahkan agar mampu menyisihkan sebahagian hasil usaha untuk pengembangan usaha. Teknis pelaksanaan PEMP dimulai dari pemberian modal yang berasal dari dana ekonomi produktif kepada kelompok.
Keuntungan usaha disisihkan
sebahagian dan dikumpulkan dalam lembaga ekonomi pengembangan pesisir mikro mitra mina (LEPP-M3). Dana yang ada dalam LEPP-M3 selanjutnya digunakan untuk pengembangan usaha secara luas. Dari kedua skim kredit skim kredit yang telah diutarakan sebelumnya, PEMP dianggap lebih mewakili usaha perikanan. Hanya saja skim tersebut masih perlu dikembangkan sesuai dengan karakterisitik usaha perikanan tangkap yaitu pendapatan yang tidak menentu akibat fluktuasi hasil tangkapan dan pola hidup nelayan yang konsumtif. Untuk mengatasi karakteristik tersebut, Ritonga (2004) menawarkan skim kredit yang disebut marine banking. Skim kredit marine banking adalah
80
pemberian kredit yang dikhususkan bagi nelayan untuk memperkuat permodalannya. Karakteristik skim kredit ini antara lain: 1) Pemberian kredit kepada nelayan terkait langsung dengan kewajiban menabung oleh nelayan sebagai penerima kredit 2) Kredit hanya diberikan kepada nelayan yang bankable yang ditentukan oleh kelayakan usaha dan diukur dari akumulasi modal yang dimiliki serta karakter personal. Kelayakan usaha dianggap bankable jika akumulasi modal usaha di atas 30% 3) Nelayan yang menerima kredit diharuskan menjual hasil tangkapannya melalui TPI dan menyisihkan 10% penghasilan sebagai tabungan 4) Kredit marine banking bukan kredit subsidi namun komersial karena terbukti bahwa usaha peikanan tangkap adalah usaha yang menguntungkan 5) Sumber dana pemberian kredit marine banking adalah dana masyarakat nelayan yang dihimpun oleh oleh marine banking 6) Jaminan kredit adalah tabungan beku dan atau armada penangkapan serta alat tangkap Persyaratan pengajuan kredit diantaranya: (1) memiliki saldo tabungan di marine banking, (2) nelayan berdomisili di wilayah operasional, (3) nelayan memiliki rencana pengembangan usaha untuk pengembalian kredit, (4) permohonan kredit diajukan secara individu dan diketahui istri, (5) membuat pernyataan kesediaan menjual hasil tangkapan di TPI, (6) membuat pernyataan kesediaan pemotongan penghasilan sebesar 10% untuk tabungan. Sebelum keputusan kredit dilaksanakan tetap dilakukan analisis kredit. Analisis kredit dilakukan dengan pendekatan akumulasi modal dan surplus usaha dengan memperhatikan empat komponen yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yaitu (1) rata-rata jumlah trip melaut per bulan dalam tahun terakhir, (2) rata-rata pendapatan bersih nelayan per bulan dalam setahun terakhir, (3) rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan per bulan dalam satu tahun terakhir, (4) rata-rata nisbah pinjaman dengan pendapatan nelayan per bulan dalam satu tahun terakhir.
81
Besarnya kredit yang diberikan untuk kredit modal usaha penangkapan adalah tiga kali saldo tabungan pada saat mengajukan permohonan kredit, dengan ketentuan 3 kali angsuran bulanan harus dijadikan tabungan beku. Adapun untuk kredit investasi maka maksimum kredit yang diberikan adalah 80% dari harga beli armada atau alat tangkap. Jangka waktu kredit modal usaha ditetapkan selama 1 tahun sedangkan kredit investasi maksimum 12 tahun. Secara kelembagaan, bank yang direkomendasikan untuk melaksanakan marine banking adalah BPR atau unit usaha bank. (4) Pemberian bantuan teknis bagi nelayan Kendala nelayan untuk memperoleh kredit disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal disebabkan kurang fahamnya nelayan terhadap prosedur perkreditan, sedangkan faktor internal diakibatkan sikap dan prilaku nelayan yang konsumtif. Permasalahan eksternal tersebut oleh pihak perbankan dan pemerintah perlu dipecahkan melalui bantuan teknis dan pendampingan.
Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No 7/39/PBI/2005 tanggal 18 Oktober 2005, pihak Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan maupun penyediaan informasi kepada bank, lembaga pembiayaan UMKM dan lembaga pemberi jaminan (LPJ). Topik yang diberikan relatif komprehensif mencakup potensi usaha, analisis pemberian kredit, penanganan kredit serta penyusunan dokumen kelayakan. Kekurangan dari aturan ini adalah belum tergambarnya pola bantuan teknis yang diberikan langsung kepada nelayan. Transformasi sikap dan perilaku nelayan dapat dilakukan dengan melakukan program familiarisasi perbankan kepada nelayan. program ini adalah
Inti dari
nelayan dibiasakan atau dipaksakan untuk menabung
dengan menyisihkan sebahagian hasil tangkapannya. (5) Optimalisasi peran lembaga keuangan, pemerintah dan kelembagaan masyarakat dalam penguatan permodalan nelayan Pihak yang terkait dengan permodalan nelayan di Palabuhanratu adalah perbankan, koperasi, tengkulak dan pengusaha.
Optimalisasi peran
82
stakeholder lebih diarahkan pada penguatan permodalan yang dilakukan tengkulak dan pengusaha. Penguatan permodalan dapat dilakukan dengan sistem inti-plasma dimana pengusaha atau tengulak berperan sebagai inti dan nelayan sebagai plasma. Inti memiliki tanggungjawab terhadap penyediaan sarana produksi seperti kapal, alat tangkap, es, bahan bakar, ransum, pemberian bimbingan teknis dan manajemen, serta memasarkan hasil tangkapan plasma. Pelaksanaan sistem ini harus bermuara pada kepemilikan sarana penangkapan oleh nelayan. Agar kemitraan antara pengusaha inti dan plasma dapat berjalan dengan baik perlu dibuat aturan formal (tertulis) yang berisi klausul tentang hak dan kewajiban. Sebagai pedoman pembinaan dalam kemitraan usaha perlu dibuat landasan hukum. (6) Pengembangan dan pelaksanaan pilot project
penguatan permodalan
nelayan Aktor utama dalam pelaksanaan pilot project adalah pemerintah dan perbankan. Skema yang dianggap telah sesuai dengan karekteristik usaha perikanan tangkap di Palabuhanratu dicoba diimplementasikan. Proses pelaksanaan
pilot
project
sebaiknya
dispesifikasi
berdasarkan
unit
penangkapan yang digunakan oleh nelayan. Hal ini sangat penting karena terbukti bahwa risiko yang melekat pada masing-masing unit penangkapan berbeda-beda. Mengacu pada hasil analisis maka pemberian permodalan bisa dilakukan kepada nelayan pancing dan bagan yang memiliki risiko yang paling kecil. Pada tataran implementasi, pihak koperasi, asosiasi nelayan dan pengusaha perlu dilibatkan. Sejarah kesuksesan Greemen Bank dimulai dengan pelaksanaan pilot project selama tiga tahun di daerah Tangail. Setelah diperoleh hasil yang sangat memuaskan, program ini dilaksanakan dalam skala luas. (7) Perancanangan sistem pengawasan permodalan yang terbuka dan transparan Perancanangan sistem pengawasan diperlukan mengingat besarnya dana yang dikhususkan untuk nelayan namun digunakan untuk pembiayaan usaha
83
lainya. Sistem pengawasan selain melibatkan Bank Indonesia dan pemerintah sebaiknya
juga
melibatkan
LSM
dan
nelayan.
Informasi
tentang
perkembangan kredit bagi nelayan merupakan isu utama dari kegiatan pengawasan sehingga semua pihak yang terlibat harus dengan mengakses informasi tersebut. Sistem pengawasan yang dibentuk harus didukung dengan instrumen hukuman kepada pihak perbankan yang tidak menyalurkan kredit sesuai dengan peruntukannya. Instrumen seperti ini dapat dituangkan dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia seperti pernah dilaksanakan dalam proyek kredit mikro yang merupakan kerjasama antara Asian Development Bank (ADB) dengan Pemerintah Indonesia.
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1)
Sumber risiko yang melekat pada usaha perikanan tangkap skala kecil umumnya terdiri atas (1) kerusakan atau hilangnya sarana penangkapan, (2) operasi penangkapan yang tidak optimal dan (3) ancaman keselamatan nelayan.
Risiko tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi produksi ikan, harga dan pendapatan nelayan. 2)
Ada tiga jenis risiko yang diukur yaitu produksi, harga dan pendapatan. Besaran risiko berbeda-beda diantara musim serta alat tangkap yang digunakan.
Dipandang dari sisi produksi dan pendapatan, musim barat
cenderung lebih berisiko dibandingkan musim timur, sebaliknya dari sisi harga maka musim timur relatif lebih berisiko dibandingkan musim barat. Ditinjau dari jenis alat tangkap yang digunakan maka alat tangkap pancing yang dioperasikan pada musim timur memiliki risiko produksi yang terkecil, sedangkan risiko produksi tertinggi melekat pada alat tangkap rampus yang dioperasikan pada musim barat. Risiko harga tertinggi melekat pada alat tangkap rampus yang dioperasikan pada musim timur sedangkan risiko harga terendah dapat ditemui pada alat tangkap pancing yang dioperasikan pada musim timur.
Dipandang dari sisi pendapatan maka alat tangkap
pancing yang dioperasikan pada musim barat memiliki risiko yang relatif tinggi diantara empat jenis alat tangkap lainnya. Adapun jenis alat tangkap yang memiliki risiko pendapatan terendah adalah bagan yang dioperasikan pada musim timur. 3)
Pengkajian terhadap dampak risiko produksi, harga dan pendapatan diantara musim timur dan barat pada alat tangkap pancing, payang, bagan dan rampus menunjukkan bahwa dampak risiko untuk keempat jenis alat tangkap tersebut umumnya lebih dirasakan nelayan pada musim timur dibandingkan musim barat. Pengecualian untuk alat tangkap payang dimana
85
risiko produksi dan harga lebih dirasakan dampaknya oleh nelayan pada musim barat. 4)
Nelayan di Palabuhanratu cenderung bersikap tidak mengambil risiko (risk averter), kecuali nelayan bagan. Kecenderungan nelayan bagan bersifat risk averter kemungkinan disebabkan harga ikan hasil tangkapan bagan yang relatif lebih tinggi pada musim barat dibandingkan musim timur.
5)
Ada 7 (tujuh) solusi yang ditawarkan untuk kemudahan aksesibilitas permodalan nelayan, 3 (tiga) solusi yang menjadi prioritas yaitu: (1) penerapan aturan peminjaman yang fleksibel namun tetap bersifat prudent, (2) pembuatan payung hukum mengenai penguatan permodalan, (3) penetapan skema pembiayaan yang sesuai dengan karateristik perikanan tangkap.
6.2 Saran (1)
Data yang digunakan untuk mengukur risiko pada penelitian ini hanya didasarkan pada hasil wawancara sehingga kemungkinan subyektivitas tetap ada. Agar akurasi tinggi maka basis data risiko sebaiknya dikumpulkan melalui observasi langsung dari kegiatan penangkapan yang terjadi selama durasi tertentu.
(2)
Gambaran risiko usaha perikanan yang diperoleh pada penelitian ini bersifat sangat spesifik sehingga untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang risiko usaha perikanan di Indonesia maka diperlukan penelitian tentang topik serupa di daerah lain.
(3)
Perumusan aturan-aturan yang terkait dengan permodalan usaha perikanan tangkap skala kecil mutlak dilaksanakan sesegera mungkin.
Proses
perumusan sebaiknya tidak hanya melibatkan Bank Indonesia dan Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai regulator, namun juga stakeholder yang berperan pada tataran implementasi seperti Perbanas dan asosiasi nelayan dan pengusaha perikanan. .
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, E. 2005. Analisis Biaya Transaksi dan Penerimaan Nelayan dan Petani di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 181 halaman. Alhidayat, S.A. 2002. Kajian Pengelolaan Perikanan Tangkap di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 77 halaman. Bailey. 1988. The Political Economic of Fisheries Marine Resources Development in Indonesia. 46 (oktober 1988). P 25-38. Barnett J, Breakwell GM. 2001. Risk Perception and Experience: Hazard Personality Profiles and Individual Differences. Risk Analysis 21: 171-178. [BI] Bank Indonesia. 2003. Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta. 24 halaman. __________________. 2003. Penjelasan atas Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta. 23 halaman. __________________. 2003. Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Jakarta. 4 halaman. __________________. 2007. Laporan Perkembangan Kredit UKM Triwulan II 2007. Jakarta. Halaman 3-8. Bank for International Settlements. 2005. International Convergence of Capital Measurment and Capital Standard: a Revised Framework. Basel. 272 p. [BRI] Bank Rakyat Indonesia. 1991. Perkreditan dalam Upaya Pengembangan Perikanan Rakyat. Prosiding Temu Ilmiah Perikanan Rakyat. Jakarta Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Halaman 12-20. [BRI] Bank Rakyat Indonesia Pekalongan. 2005. Kredit Perikanan Kantor Cabang BRI. Pekalongan. Halaman 3. Brenot J, Bonnefous N, Marris C. 1998. Testing the Cultural Theory of Risk in France. Risk Analysis 18: 729–739. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Pengukuran dan Analisa Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Tambah dan Ekspor Usaha Kecil dan Menengah serta Peranannya terhadap Tenaga Kerja Nasional dan Produk Domestik Bruto. Jakarta. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Halaman 5-15. ________________________. 2006. Kabupaten Sukabumi Sukabumi. BPS Kabupaten Sukabumi. Halaman 7-18.
dalam
Angka.
_______________________. 2007. Indikator Makro UKM. Jakarta. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 11 halaman.
87
Caouette JB, Altman, Edward I, Paul N. 1998. Managing Credit Risk: The Next Great Financial Challenge. New York. John Wiley & Sons, Inc. Third Avenue. 381 p. Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science. UK. 370 p. Chauvin B, Hermand D, Mullet E. 2007. Risk Perception and Personality Facets. Risk Analysis 27 (1): 171-184. Chauvin C, Bouar GL. 2007. Occupational Injury in the French Sea Fishing Industry: A Comparative Study Between the 1980s and Today. Accident Analysis and Prevention 39: 79–85. Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York. MacMillan Publishing Company. 388 p. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Jakarta. Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan. 56 halaman. _____________________________ .2004. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2002. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 3. _____________________________. 2005. Laporan Pemanfaatan Kredit Mina Mandiri dan Kredit Ketahanan Pangan Sektor Perikanan dan Kelautan Periode Juni 2005. Jakarta. Halaman 3-5. ______________________________. 2006. Enam Tahun Program PEMP: Sebuah Refleksi. Jakarta. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. 191 halaman. Diknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. 1381 halaman. Eggert H, Martinsson P. 2004. Are Commersial Fisher Risk Lover. Land Economic 80 (4): 550-560. Elier, E.P. 2007. Kajian Teknologi Penangkapan Ikan yang Memberi Pendapatan Nelayan yang Layak di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 112 halaman. Eklof, M. 2002. Perception and Control of Occupational Injury Risks in Fishery: a Pilot Study. Work & Stress 16 (1): 58–69. Fatchuddin. 2006. Analisis Kebijakan Perkreditan untuk Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 249 halaman. Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan: Isu, Sintesis dan Gagasan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 185 halaman. Fauziyah, D. 2003. Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Pendapatan Usaha Nelayan Gillnet di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 105 halaman.
88
Firnasari, N. 2004. Kajian Perahu Kincang di Palabuhanratu. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 69 halaman. Gunawan, R.T. 2003. Analisis Tingkat Perkembangan KUD Mina Mandiri Sinar Laut Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 61 halaman. Kennedy R, Veazie M, Conway G, Amandus H. 1994. Fishing Deaths in Alaska Vary by Fishery. Amj Public Health 84:496. Kesteven, G.L. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper No 118. Rome. Food and Agriculture Organization of the United Nations. 47 p. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2005. Undang-Undang No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Jakarta. Kadin. 27 halaman. Kountur, R. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta. Abdi Tandur. Halaman 1-37. Kompas, 2005. Kredit Perikanan Diduga Salah Arah. Edisi Rabu, 23 November 2005. Halaman 2. Labajos CP, Azofra M, Blaco B, Achutegui J, Gonzalez J. 2006. Analysis of Accident Inequality of Spanish Fishing Fleet. Accident Analysis & Prevention 38:1168-1175. Matheson C, Morrison S,.Murphy E, Ritchie L, Bond C, Lawrie T. 2005. The Use of NHS Accident and Emergency Services by Commercial Sea Fishermen in the North East of Scotland. Occup. Med. 55 (2):96–98. MRAG. 2000. Summary Review of the Impact of Fisheries Subsidies on Developing Countries. DFID Policy Research Programme Project. P 40-55. Nasution, D. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tangkapan Ikan Nelayan di PPN Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 101 halalaman. Nikijuluw, V.P.H. 2001. Sumberdaya Laut dan Pantai untuk Penanggulangan Kemiskinan. Makalah Seminar Penanggulangan Kemiskinan Pedesaan Melalui Pelestarian Fungsi Sumberdaya Alam. SOCSEA, 14 Agustus 2001. Nurlaila, U. 2005. Implementasi Kebijakan Keselamatan Nelayan dan Kapal Ikan Berkapasitas >29 GT Berbasis di PPN Palabuhanratu. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 95 halaman. Oostenbruge JAE, van Densen WLT, Machiels MAM. 2001. Risk Aversion in Allocating Fishing Effort in a Highly Uncertain Coastal Fishery for Pelagic Fish, Molucas-Indonesia. Can J Fish Aquat Sci 58 (8): 1683-1691.
89
Pollnac RB, Poggie JJ, Cabral SL. 1998. Thresholds of Danger: Perceived Risk in a New England Fishery. Hum Organ 57 (1):53–58. PPN Palabuhanratu. 1999. Laporan Tahunan Tingkat Operasional PPN Palabuhanratu. Jakarta. Halaman 1-10. _________________. 2003. Laporan Tahunan Tingkat Operasional PPN Palabuhanratu. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-15. _________________. 2005. Statistik Perikanan Tahun 2004. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-15. _________________. 2006. Statistik Perikanan Tahun 2005. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-20. _________________. 2007. Statistik Perikanan Tahun 2006. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Halaman 1-20. Praptosuhardjo, P. 1996. Peranan Perbankan dalam Mendukung Pengembangan Sektor Perikanan. Disampaikan dalam Seminar Sehari di Institut Pertanian Bogor dalam Rangka Penas IX Pertasikencana. Rangkuti, F. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 18-35. Ritonga, J. 2004. Studi Pengembangan Marine Banking untuk Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir. Disertasi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 320 halaman. Rosenstock, L. 1997. Commercial Fishing Fatalities in Alaska: Risk Factors and Preventions Strategies. Current Intelligence Bulletin:35. Roumasset, J.A. 1979. Risk Uncertainty and Agricultural Development. New York Agricultural Development Council:14-20. Silalahi, D.G. 2006. Efektivitas Kelembagaan Tempat Pelelangan Ikan sebagai Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Nelayan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 96 halaman. Sjoberg, L. 2000. Factors in Risk Perception. Risk Analysis 20:1–11. Shahrabi J, Pelot R. 2007. Hierarchical Risk-Based Spatial Analysis of Maritime Fishing Traffic and Incident ini Canadian Atlantic Waters.Berlin Springer Berlin Heidelberg:335-350. Smith, I.R. 1983. A Research Framework for Traditional Fisheries. Manila. International Centre for Living Aquatic Resources Management (ICLARM). P 37-55. Sotojo, S. 1997. Analisis Kredit Umum: Konsep dan Teknik. Jakarta. Pustaka Binaman Pressindo.
90
Suhanda, A. 2004. Analisis Manajemen Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 74 halaman. Surya, A.H. 2006. Sistem Informasi Usaha Penangkapan Ikan Layur di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 105 halaman. Torner M, Nordling PO. 2000. Occupational Injury in Swedish Fishery.: Analysis of Injury Statistics. Occup. Ergon 2:81–89. Viklund, M. 2003. Trust and Risk Perception in Western Europe: A CrossNational Study. Risk Analysis 23:727–738. Wildavsky A, Dake K. 1990. Theories of Risk Perception:Who Fears What and Why. Daedalus 112:41–50. Womack, J. 2002. Small Commercial Fishing Vessel Stability Analysis Where Are We Now? Where Are We Going. Proceeding of 6th International Ship Stability Work Shop. Weeb Institute, 14-16 October 2002. 8 p. Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta . Gramedia Pustaka Utama. 515 Halaman. Yami, B.M. 2001. Risk and Danger in Small Scale Fisheries: An Overview. http://www.ilo.org/publi...fishrisk/. Yudistira, Y. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Bantu Cahaya (stick light) pada Rawai Vertikal terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur di Palabuhanrau, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 60 halaman. Yundari, D. 2005. Perbandingan Indeks Relatif Nilai Produksi Ikan PPN Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat Dikaitkan dengan Kualitas Pemasaran Ikan yang Didaratkan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 119 Halaman. Zulkarnain. 2002. Studi tentang Penggunaan Rumpon pada Bagan Apung di Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 121 halaman.
Lampiran 1 Jumlah tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Jenis Ikan Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur
Jumlah Tangkapan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 11 20 0 30 120 0,11 0,53 0,35 0,15 0,78 0,07 2 16 24 10 26 114 0,14 0,61 0,25 0,19 0,73 0,08 3 14 17 8 30 144 0,10 0,63 0,27 0,21 0,72 0,07 7 12 18 5 27 276 0,11 0,60 0,29 0,25 0,69 0,06 8 19 25 9 25 420 0,25 0,59 0,16 0,31 0,64 0,05 3 12 23 6 14 108 0,12 0,54 0,34 0,12 0,79 0,10 3 19 25 1 20 108 0,33 0,57 0,10 0,08 0,82 0,09 4 16 23 3 13 228 0,23 0,64 0,13 0,13 0,80 0,08 5 11 27 2 14 216 0,10 0,73 0,16 0,23 0,68 0,09 9 15 30 0 21 150 0,12 0,74 0,14 0,13 0,76 0,11 8 16 20 8 21 108 0,28 0,52 0,20 0,24 0,66 0,10 6 20 23 2 25 228 0,29 0,58 0,13 0,13 0,77 0,10 8 21 96 0,11 0,59 0,29 0,17 0,69 0,13 3 15 28 7 20 108 0,14 0,67 0,18 0,19 0,69 0,13 1 20 30 6 20 240 0,07 0,68 0,25 0,32 0,63 0,05 1 22 24 5 19 120 0,22 0,63 0,15 0,19 0,71 0,10 2 18 45 7 18 252 0,21 0,69 0,09 0,15 0,79 0,06 2 23 125 7 16 300 0,22 0,71 0,07 0,20 0,70 0,11 0 25 180 6 20 228 0,15 0,77 0,08 0,18 0,74 0,08 1 23 217 6 18 240 0,07 0,83 0,10 0,15 0,78 0,07 0 13 123 7 15 240 0,13 0,75 0,12 0,22 0,73 0,05 0 12 119 8 13 96 0,38 0,55 0,07 0,12 0,79 0,10 7 30 202 7 15 108 0,28 0,63 0,09 0,24 0,64 0,12 9 24 200 7 18 120 0,28 0,65 0,07 0,29 0,63 0,09 8 23 50 9 20 100 0,22 0,63 0,15 0,23 0,68 0,09 2 14 35 Barat 256,00 17,72 5,09 0,29
Timur 346,00 19,96 4,95 0,25
91
Lampiran 2 Harga ikan tangkapan pancing nelayan di Palabuhanratu
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Jenis Ikan Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur
Harga Ikan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 4.000 5.000 9.000 4.000 7.000 9.000 0,09 0,56 0,35 0,25 0,57 0,18 4.000 6.000 8.000 4.000 6.000 8.000 0,13 0,59 0,28 0,16 0,55 0,29 5.000 7.000 10.000 5.000 8.000 10.000 0,06 0,75 0,19 0,19 0,53 0,28 4.000 5.000 7.000 4.000 6.000 12.000 0,06 0,52 0,41 0,24 0,62 0,14 4.000 5.000 8.000 4.000 6.000 8.000 0,15 0,64 0,21 0,06 0,73 0,21 5.000 6.000 7.000 4.000 6.000 6.500 0,12 0,67 0,21 0,12 0,66 0,22 4.000 7.000 10.000 4.000 7.000 10.000 0,20 0,61 0,19 0,17 0,73 0,10 6.000 7.000 9.000 3.000 6.000 7.000 0,30 0,54 0,16 0,11 0,60 0,28 4.000 5.000 8.000 2.500 6.000 7.000 0,15 0,54 0,31 0,20 0,54 0,26 4.000 7.000 10.000 4.000 6.000 10.000 0,18 0,56 0,26 0,14 0,63 0,23 5.000 8.000 10.000 5.000 8.000 10.000 0,24 0,59 0,18 0,26 0,60 0,14 7.000 8.000 10.000 4.000 7.000 7.000 0,35 0,53 0,12 0,18 0,71 0,11 3.500 5.000 7.000 3.500 5.500 7.000 0,10 0,62 0,28 0,08 0,76 0,16 6.000 7.000 10.000 6.000 8.000 10.000 0,28 0,59 0,13 0,28 0,60 0,13 5.000 9.000 11.000 5.000 9.000 11.000 0,29 0,55 0,16 0,41 0,47 0,13 5.000 6.000 8.000 3.000 6.000 7.000 0,19 0,54 0,27 0,09 0,73 0,18 5.000 7.000 10.000 4.000 7.000 9.000 0,21 0,65 0,14 0,21 0,54 0,25 5.000 8.000 11.000 5.000 6.000 8.000 0,26 0,61 0,13 0,22 0,54 0,24 5.000 6.000 8.000 5.000 6.000 8.000 0,11 0,63 0,26 0,10 0,63 0,28 4.000 6.500 10.000 4.000 6.500 9.000 0,10 0,72 0,18 0,13 0,65 0,22 4.000 5.000 7.000 3.000 5.000 7.000 0,13 0,58 0,28 0,10 0,61 0,28 5.000 6.000 8.000 5.000 6.000 7.000 0,11 0,68 0,21 0,12 0,70 0,18 5.000 6.500 10.000 5.000 6.000 12.000 0,16 0,65 0,20 0,11 0,74 0,15 4.000 7.000 9.000 4.000 6.500 8.000 0,13 0,67 0,20 0,10 0,63 0,28 5.000 6.000 8.000 5.000 6.000 8.000 0,16 0,56 0,28 0,23 0,54 0,23 Barat 155.000 6.458,33 1.131,72 0,18
Timur 156.500 6.520,83 938,07 0,14
92
Lampiran 3 Pendapatan nelayan pancing per trip di Palabuhanratu
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Jenis Ikan Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur
Harga Ikan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi -27.755 -4.380 14.745 -27.755 61.495 329.245 0,08 0,54 0,38 0,18 0,73 0,09 -21.048 12.952 33.352 6.152 38.452 165.952 0,06 0,65 0,29 0,19 0,67 0,13 -23.396 5.504 14.429 -2.146 65.854 269.854 0,06 0,51 0,43 0,14 0,77 0,09 -6.067 -1.392 11.358 -1.392 41.958 442.308 0,13 0,52 0,34 0,21 0,72 0,07 7.533 20.708 33.458 -4.367 44.083 694.333 0,14 0,60 0,26 0,22 0,73 0,05 -15.415 6.260 11.360 -7.765 11.360 159.260 0,16 0,59 0,25 0,14 0,72 0,13 -10.806 32.969 50.819 -19.306 35.944 160.044 0,09 0,78 0,13 0,13 0,75 0,13 -13.800 18.500 39.325 -20.175 4.050 261.600 0,23 0,60 0,17 0,19 0,68 0,13 -13.534 -7.159 26.841 -24.584 5.166 198.966 0,19 0,46 0,34 0,22 0,63 0,16 6.175 12.550 57.175 -32.075 21.475 222.925 0,10 0,58 0,33 0,11 0,74 0,15 18.319 52.999 76.119 18.319 81.899 584.759 0,26 0,52 0,22 0,35 0,59 0,07 -4.416 38.084 48.284 -23.966 44.459 357.684 0,21 0,67 0,12 0,18 0,73 0,09 -33.849 -10.899 16.726 -18.974 6.313 100.026 0,10 0,53 0,37 0,17 0,69 0,13 -20.464 34.786 64.536 5.036 43.286 250.686 0,14 0,67 0,18 0,24 0,65 0,11 -25.033 54.443 62.093 -1.658 46.793 480.293 0,15 0,71 0,14 0,23 0,73 0,04 -37.991 1.109 69.959 -29.916 3.659 108.209 0,16 0,54 0,29 0,20 0,63 0,17 -26.516 33.409 336.859 -8.241 18.534 393.384 0,34 0,59 0,07 0,19 0,68 0,13 -36.399 48.601 575.601 -12.599 4.401 601.101 0,26 0,71 0,04 0,25 0,68 0,07 -27.689 27.561 522.261 -10.689 19.911 453.411 0,23 0,70 0,07 0,19 0,71 0,10 -26.435 9.478 313.353 -3.485 23.290 381.565 0,21 0,73 0,06 0,21 0,71 0,08 -35.016 -9.516 217.859 -14.191 -3.141 270.984 0,24 0,60 0,16 0,26 0,65 0,09 -15.066 37.634 476.234 -15.066 -5.716 165.134 0,32 0,64 0,04 0,13 0,71 0,16 7.565 35.615 521.815 5.015 7.565 198.815 0,32 0,63 0,05 0,25 0,57 0,18 -10.068 27.757 108.082 -16.868 9.057 163.332 0,29 0,60 0,11 0,16 0,70 0,13 -27.366 1.534 55.084 -3.566 16.834 178.334 0,11 0,54 0,34 0,13 0,72 0,16 Barat 479.108 19.164,33 19.971,35 1,04
Timur 646.983 25.879,33 23.318,53 0,90
93
94
Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu No
Nama Responden
1 Suryana
Komponen Biaya
Harga satuan (Rp)
Satuan
Penggunaan per trip
Jumlah trip T B
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 15.000 12.000 8.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
6 3 0,04 1 1 1 0,33 0,14
96 96 96 96 96 96 96 96
79 79 79 79 79 79 79 79
2.880.000 864.000 57.600 1.152.000 768.000 480.000 47.520 20.160 6.269.280
2.370.000 711.000 47.400 948.000 632.000 395.000 39.105 16.590 5.159.095
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 8.000 10.000 8.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,07 2 1 1 0,5 0,25
104 104 104 104 104 104 104 104
85 85 85 85 85 85 85 85
2.080.000 936.000 145.600 1.664.000 1.040.000 832.000 78.000 39.000 6.814.600
1.700.000 765.000 119.000 1.360.000 850.000 680.000 63.750 31.875 5.569.625
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 8.000 15.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
7 4 0,04 2 1 1 0,5 0,33
100 100 100 100 100 100 100 100
79 79 79 79 79 79 79 79
3.500.000 1.200.000 80.000 1.600.000 1.500.000 500.000 75.000 50.000 8.505.000
2.765.000 948.000 63.200 1.264.000 1.185.000 395.000 59.250 39.500 6.718.950
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 8.000 15.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,04 1 1 1 0,33 0,25
104 104 104 104 104 104 104 104
82 82 82 82 82 82 82 82
2.600.000 936.000 41.600 832.000 1.560.000 520.000 52.000 39.000 6.580.600
2.050.000 738.000 32.800 656.000 1.230.000 410.000 41.000 30.750 5.188.550
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 8.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 2 0,04 0,5 1 1 0,33 0,25
96 96 96 96 96 96 96 96
73 73 73 73 73 73 73 73
1.920.000 576.000 38.400 384.000 960.000 480.000 48.000 36.000 4.442.400
1.460.000 438.000 29.200 292.000 730.000 365.000 36.500 27.375 3.378.075
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 8.000 10.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 2 0,07 1 1 1 0,33 0,25
104 104 104 104 104 104 104 104
76 76 76 76 76 76 76 76
2.600.000 624.000 145.600 832.000 1.040.000 624.000 51.480 39.000 5.956.080
1.900.000 456.000 106.400 608.000 760.000 456.000 37.620 28.500 4.352.520
Jumlah 2 Supenda
Jumlah 3 Sarip
Jumlah 4 Nedi
Jumlah 5 Lala
Jumlah 6 Tono
Jumlah
Biaya/musim T B
95
Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu (lanjutan) 7 Dedi
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 8.000 7.500 4.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,04 0,5 1 2 0,5 0,25
96 96 96 96 96 96 96 96
79 79 79 79 79 79 79 79
2.400.000 864.000 76.800 384.000 720.000 768.000 72.000 36.000 5.320.800
1.975.000 711.000 63.200 316.000 592.500 632.000 59.250 29.625 4.378.575
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 15.000 12.000 10.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 5 0,04 0,5 1 2 0,33 0,25
88 88 88 88 88 88 88 88
70 70 70 70 70 70 70 70
2.200.000 1.232.000 52.800 528.000 880.000 1.056.000 43.560 33.000 6.025.360
1.750.000 980.000 42.000 420.000 700.000 840.000 34.650 26.250 4.792.900
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 15.000 6.000 15.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 5 0,04 1 1 2 0,5 0,33
96 96 96 96 96 96 96 96
67 67 67 67 67 67 67 67
2.400.000 1.344.000 57.600 576.000 1.440.000 960.000 72.000 47.520 6.897.120
1.675.000 938.000 40.200 402.000 1.005.000 670.000 50.250 33.165 4.813.615
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 15.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 6 0,04 0,5 1 2 0,33 0,25
92 92 92 92 92 92 92 92
73 73 73 73 73 73 73 73
1.840.000 1.656.000 55.200 552.000 1.840.000 920.000 45.540 34.500 6.943.240
1.460.000 1.314.000 43.800 438.000 1.460.000 730.000 36.135 27.375 5.509.310
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 12.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 2 0,07 0,5 1 1 0,5 0,33
104 104 104 104 104 104 104 104
85 85 85 85 85 85 85 85
2.600.000 624.000 145.600 624.000 1.040.000 520.000 78.000 51.480 5.683.080
2.125.000 510.000 119.000 510.000 850.000 425.000 63.750 42.075 4.644.825
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 8.000 15.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 5 0,07 1 1 1 0,33 0,33
92 92 92 92 92 92 92 92
85 85 85 85 85 85 85 85
2.300.000 1.380.000 128.800 736.000 1.380.000 460.000 45.540 45.540 6.475.880
2.125.000 1.275.000 119.000 680.000 1.275.000 425.000 42.075 42.075 5.983.150
Jumlah 8 Yayan
Jumlah 9 Kasdi
Jumlah 10 Ayi
Jumlah 11 Udin
Jumlah 12 Ganda
Jumlah
96
Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu (lanjutan) 13 Lukman
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 12.000 20.000 7.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
10 5 0,07 0,5 1 1 0,5 0,33
104 104 104 104 104 104 104 104
79 79 79 79 79 79 79 79
5.200.000 1.560.000 145.600 624.000 2.080.000 728.000 78.000 51.480 10.467.080
3.950.000 1.185.000 110.600 474.000 1.580.000 553.000 59.250 39.105 7.950.955
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 8.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,04 1 1 2 0,25 0,25
80 80 80 80 80 80 80 80
76 76 76 76 76 76 76 76
1.600.000 720.000 32.000 640.000 800.000 800.000 30.000 30.000 4.652.000
1.520.000 684.000 30.400 608.000 760.000 760.000 28.500 28.500 4.419.400
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 4 0,04 0,5 1 1 0,5 0,5
96 96 96 96 96 96 96 96
73 73 73 73 73 73 73 73
2.400.000 1.152.000 38.400 576.000 1.920.000 480.000 72.000 72.000 6.710.400
1.825.000 876.000 29.200 438.000 1.460.000 365.000 54.750 54.750 5.102.700
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
10 4 0,04 1 1 2 0,33 0,33
104 104 104 104 104 104 104 104
79 79 79 79 79 79 79 79
5.200.000 1.248.000 41.600 1.248.000 2.080.000 1.040.000 51.480 51.480 10.960.560
3.950.000 948.000 31.600 948.000 1.580.000 790.000 39.105 39.105 8.325.810
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 8.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
7 4 0,07 1 2 1 0,33 0,33
92 92 92 92 92 92 92 92
85 85 85 85 85 85 85 85
3.220.000 1.104.000 128.800 736.000 1.840.000 460.000 45.540 45.540 7.579.880
2.975.000 1.020.000 119.000 680.000 1.700.000 425.000 42.075 42.075 7.003.150
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 20.000 12.000 15.000 7.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
8 5 0,07 0,5 1 1 0,5 0,33
104 104 104 104 104 104 104 104
82 82 82 82 82 82 82 82
4.160.000 1.560.000 145.600 624.000 1.560.000 728.000 78.000 51.480 8.907.080
3.280.000 1.230.000 114.800 492.000 1.230.000 574.000 61.500 40.590 7.022.890
Jumlah 14 Ejab
Jumlah 15 Dedi
Jumlah 16 Anton
Jumlah 17 Herman
Jumlah 18 Wahyu
Jumlah
97
Lampiran 4 Komponen biaya operasional pancing di Palabuhanratu (lanjutan) 19 Asep
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 8.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,04 1 2 2 0,25 0,25
80 80 80 80 80 80 80 80
73 73 73 73 73 73 73 73
2.000.000 720.000 32.000 640.000 1.600.000 800.000 30.000 30.000 5.852.000
1.825.000 657.000 29.200 584.000 1.460.000 730.000 27.375 27.375 5.339.950
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,07 0,5 1 1 0,5 0,5
96 96 96 96 96 96 96 96
82 82 82 82 82 82 82 82
1.920.000 864.000 67.200 576.000 1.920.000 480.000 72.000 72.000 5.971.200
1.640.000 738.000 57.400 492.000 1.640.000 410.000 61.500 61.500 5.100.400
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
6 3 0,04 1 1 2 0,33 0,33
104 104 104 104 104 104 104 104
67 67 67 67 67 67 67 67
3.120.000 936.000 41.600 1.248.000 2.080.000 1.040.000 51.480 51.480 8.568.560
2.010.000 603.000 26.800 804.000 1.340.000 670.000 33.165 33.165 5.520.130
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 8.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
8 4 0,07 1 2 2 0,25 0,25
80 80 80 80 80 80 80 80
73 73 73 73 73 73 73 73
3.200.000 960.000 56.000 640.000 1.600.000 800.000 30.000 30.000 7.316.000
2.920.000 876.000 51.100 584.000 1.460.000 730.000 27.375 27.375 6.675.850
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,07 0,5 1 2 0,5 0,5
96 96 96 96 96 96 96 96
82 82 82 82 82 82 82 82
2.400.000 864.000 67.200 576.000 1.920.000 960.000 72.000 72.000 6.931.200
2.050.000 738.000 57.400 492.000 1.640.000 820.000 61.500 61.500 5.920.400
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
8 4 0,07 1 1 2 0,33 0,33
104 104 104 104 104 104 104 104
85 85 85 85 85 85 85 85
4.160.000 1.248.000 72.800 1.248.000 2.080.000 1.040.000 51.480 51.480 9.951.760
3.400.000 1.020.000 59.500 1.020.000 1.700.000 850.000 42.075 42.075 8.133.650
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 3.000 10.000 12.000 20.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 4 0,04 1 1 2 0,33 0,33
96 96 96 96 96 96 96 96
79 79 79 79 79 79 79 79
2.400.000 1.152.000 38.400 1.152.000 1.920.000 960.000 47.520 47.520 7.717.440
1.975.000 948.000 31.600 948.000 1.580.000 790.000 39.105 39.105 6.350.810
Jumlah 20 Roni
Jumlah 21 Dadun
Jumlah 22 Enut
Jumlah 23 Amar
Jumlah 24 Bana
Jumlah 25 Wardi
Jumlah
98
Lampiran 5 Komponen pendapatan nelayan pancing di Palabuhanratu
1
Suryana
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
Musim Barat Musim Timur Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 55.000 100.000 0 210.000 840.000 -65.305 -10.305 34.695 -65.305 144.695 774.695 -55.509 -8.759 29.491 -55.509 122.991 658.491 -27.755 -4.380 14.745 -27.755 61.495 329.245
2
Supenda
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
16.000 -49.525 -42.096 -21.048
96.000 30.475 25.904 12.952
144.000 78.475 66.704 33.352
80.000 14.475 12.304 6.152
156.000 90.475 76.904 38.452
456.000 390.475 331.904 165.952
3
Sarip
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
30.000 -55.050 -46.793 -23.396
98.000 12.950 11.008 5.504
119.000 33.950 28.858 14.429
80.000 -5.050 -4.293 -2.146
240.000 154.950 131.708 65.854
720.000 634.950 539.708 269.854
4
Nedi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
49.000 -14.275 -12.134 -6.067
60.000 -3.275 -2.784 -1.392
90.000 26.725 22.716 11.358
60.000 -3.275 -2.784 -1.392
162.000 98.725 83.916 41.958
1.104.000 1.040.725 884.616 442.308
5
Lala
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
64.000 17.725 15.066 7.533
95.000 48.725 41.416 20.708
125.000 78.725 66.916 33.458
36.000 -10.275 -8.734 -4.367
150.000 103.725 88.166 44.083
1.680.000 1.633.725 1.388.666 694.333
6
Tono
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
21.000 -36.270 -30.830 -15.415
72.000 14.730 12.521 6.260
84.000 26.730 22.721 11.360
39.000 -18.270 -15.530 -7.765
84.000 26.730 22.721 11.360
432.000 374.730 318.521 159.260
7
Dedi A
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
30.000 -25.425 -21.611 -10.806
133.000 77.575 65.939 32.969
175.000 119.575 101.639 50.819
10.000 -45.425 -38.611 -19.306
140.000 84.575 71.889 35.944
432.000 376.575 320.089 160.044
8
Yayan
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
36.000 -32.470 -27.600 -13.800
112.000 43.530 37.001 18.500
161.000 92.530 78.651 39.325
21.000 -47.470 -40.350 -20.175
78.000 9.530 8.101 4.050
684.000 615.530 523.201 261.600
9
Kasdi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
40.000 -31.845 -27.068 -13.534
55.000 -16.845 -14.318 -7.159
135.000 63.155 53.682 26.841
14.000 -57.845 -49.168 -24.584
84.000 12.155 10.332 5.166
540.000 468.155 397.932 198.966
10 Ayi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
90.000 14.530 12.351 6.175
105.000 29.530 25.101 12.550
210.000 134.530 114.351 57.175
0 -75.470 -64.150 -32.075
126.000 50.530 42.951 21.475
600.000 524.530 445.851 222.925
11 Udin
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
80.000 25.355 21.552 18.319
128.000 73.355 62.352 52.999
160.000 105.355 89.552 76.119
80.000 25.355 21.552 18.319
168.000 113.355 96.352 81.899
864.000 809.355 687.952 584.759
12 Ganda
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
60.000 -10.390 -8.832 -4.416
160.000 89.610 76.169 38.084
184.000 113.610 96.569 48.284
14.000 -56.390 -47.932 -23.966
175.000 104.610 88.919 44.459
912.000 841.610 715.369 357.684
No
Responden
Komponen
Terendah
99
Lampiran 5 Komponen pendapatan nelayan pancing di Palabuhanratu (lanjutan) 13 Lukman
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
21.000 -79.645 -67.698 -33.849
75.000 -25.645 -21.798 -10.899
140.000 39.355 33.452 16.726
56.000 -44.645 -37.948 -18.974
115.500 14.855 12.627 6.313
336.000 235.355 200.052 100.026
14 Ejab
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
10.000 -48.150 -40.928 -20.464
140.000 81.850 69.573 34.786
210.000 151.850 129.073 64.536
70.000 11.850 10.073 5.036
160.000 101.850 86.573 43.286
648.000 589.850 501.373 250.686
15 Dedi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
11.000 -58.900 -50.065 -25.033
198.000 128.100 108.885 54.443
216.000 146.100 124.185 62.093
66.000 -3.900 -3.315 -1.658
180.000 110.100 93.585 46.793
1.200.000 1.130.100 960.585 480.293
16 Anton
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
16.000 -89.390 -75.982 -37.991
108.000 2.610 2.219 1.109
270.000 164.610 139.919 69.959
35.000 -70.390 -59.832 -29.916
114.000 8.610 7.319 3.659
360.000 254.610 216.419 108.209
17 Herman
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
20.000 -62.390 -53.032 -26.516
161.000 78.610 66.819 33.409
875.000 792.610 673.719 336.859
63.000 -19.390 -16.482 -8.241
126.000 43.610 37.069 18.534
1.008.000 925.610 786.769 393.384
18 Wahyu
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
0 -85.645 -72.798 -36.399
200.000 114.355 97.202 48.601
1.440.000 1.354.355 1.151.202 575.601
56.000 -29.645 -25.198 -12.599
96.000 10.355 8.802 4.401
1.500.000 1.414.355 1.202.202 601.101
19 Asep
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
8.000 -65.150 -55.378 -27.689
138.000 64.850 55.123 27.561
1.302.000 1.228.850 1.044.523 522.261
48.000 -25.150 -21.378 -10.689
120.000 46.850 39.823 19.911
1.140.000 1.066.850 906.823 453.411
20 Roni
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
0 -62.200 -52.870 -26.435
84.500 22.300 18.955 9.478
799.500 737.300 626.705 313.353
54.000 -8.200 -6.970 -3.485
117.000 54.800 46.580 23.290
960.000 897.800 763.130 381.565
21 Dadun
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
0 -82.390 -70.032 -35.016
60.000 -22.390 -19.032 -9.516
595.000 512.610 435.719 217.859
49.000 -33.390 -28.382 -14.191
75.000 -7.390 -6.282 -3.141
720.000 637.610 541.969 270.984
22 Enut
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
56.000 -35.450 -30.133 -15.066
180.000 88.550 75.268 37.634
1.212.000 1.120.550 952.468 476.234
56.000 -35.450 -30.133 -15.066
78.000 -13.450 -11.433 -5.716
480.000 388.550 330.268 165.134
23 Amar
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
90.000 17.800 15.130 7.565
156.000 83.800 71.230 35.615
1.300.000 1.227.800 1.043.630 521.815
84.000 11.800 10.030 5.015
90.000 17.800 15.130 7.565
540.000 467.800 397.630 198.815
24 Bana
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
72.000 -23.690 -20.137 -10.068
161.000 65.310 55.514 27.757
350.000 254.310 216.164 108.082
56.000 -39.690 -33.737 -16.868
117.000 21.310 18.114 9.057
480.000 384.310 326.664 163.332
25 Wardi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (50%)
16.000 -64.390 -54.732 -27.366
84.000 3.610 3.069 1.534
210.000 129.610 110.169 55.084
72.000 -8.390 -7.132 -3.566
120.000 39.610 33.669 16.834
500.000 419.610 356.669 178.334
100
Lampiran 6 Status risiko hasil tangkapan pancing di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Jumlah total Status risiko produksi
Jenis ikan Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur Layur
Musim Barat Musim Timur Jumlah Jumlah Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0,00 5,85 7,09 12,94 0,00 23,44 8,75 32,19 0,28 9,79 5,93 16,00 1,92 19,00 8,77 29,69 0,30 8,86 4,52 13,68 1,68 21,60 10,08 33,36 0,77 7,17 5,27 13,21 1,25 18,69 15,92 35,87 1,97 11,19 4,11 17,27 2,81 15,89 21,88 40,57 0,36 6,47 7,87 14,70 0,69 11,04 10,38 22,12 0,99 10,82 2,53 14,34 0,08 16,46 10,13 26,67 0,91 10,29 2,96 14,16 0,38 10,34 18,14 28,85 0,52 8,04 4,43 13,00 0,46 9,48 20,25 30,19 1,11 11,10 4,11 16,32 0,00 15,98 16,30 32,28 2,26 8,28 4,00 14,54 1,92 13,93 10,38 26,24 1,76 11,53 2,98 16,27 0,26 19,29 22,30 41,86 0,34 8,92 8,15 17,42 1,38 14,54 12,92 28,85 0,14 13,42 5,53 19,09 1,31 13,75 13,50 28,56 0,07 15,07 5,92 21,05 1,94 12,50 12,50 26,94 0,43 11,39 6,84 18,66 0,96 13,52 11,54 26,02 0,42 15,96 11,76 28,15 1,05 14,22 15,12 30,39 0,00 17,68 13,17 30,85 1,37 11,13 32,61 45,11 0,15 17,64 17,84 35,63 1,10 14,81 17,54 33,44 0,00 10,78 12,00 22,78 0,90 14,04 16,80 31,74 0,00 8,96 14,21 23,16 1,53 10,94 12,50 24,97 2,68 16,44 13,84 32,96 0,92 10,25 9,23 20,40 2,52 15,22 17,07 34,82 1,68 9,60 12,96 24,24 2,26 14,88 3,53 20,67 2,02 11,25 10,38 23,65 0,43 8,86 5,32 14,61 2,06 13,54 9,38 24,98 496,28 19,85
749,17 29,97
101
Lampiran 7 Status risiko harga ikan tangkapan pancing di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Jumlah total Status risiko harga
Musim Barat Terendah Standard Tertinggi 354,43 2.784,81 3.189,87 517,65 3.529,41 2.258,82 316,46 5.227,85 1.898,73 243,90 2.621,95 2.902,44 602,74 3.219,18 1.643,84 592,11 4.026,32 1.473,68 810,13 4.253,16 1.898,73 1.800,00 3.800,00 1.414,29 597,01 2.686,57 2.507,46 712,33 3.931,51 2.602,74 1.176,47 4.705,88 1.764,71 2.470,59 4.235,29 1.176,47 354,43 3.101,27 1.949,37 1.657,89 4.144,74 1.315,79 1.438,36 4.931,51 1.808,22 949,37 3.265,82 2.126,58 1.058,82 4.529,41 1.411,76 1.280,49 4.878,05 1.475,61 547,95 3.780,82 2.082,19 390,24 4.676,83 1.829,27 537,31 2.910,45 1.985,07 547,95 4.109,59 1.643,84 792,68 4.201,22 1.951,22 517,65 4.694,12 1.800,00 822,78 3.341,77 2.227,85
Jumlah 6.329,11 6.305,88 7.443,04 5.768,29 5.465,75 6.092,11 6.962,03 7.014,29 5.791,04 7.246,58 7.647,06 7.882,35 5.405,06 7.118,42 8.178,08 6.341,77 7.000,00 7.634,15 6.410,96 6.896,34 5.432,84 6.301,37 6.945,12 7.011,76 6.392,41 167.015,81 6.680,63
Musim Timur Terendah Standard Tertinggi 1.000,00 4.010,42 1.593,75 653,85 3.288,46 2.307,69 950,00 4.240,00 2.800,00 961,54 3.692,31 1.730,77 250,00 4.375,00 1.666,67 461,54 3.980,77 1.437,50 666,67 5.104,17 1.041,67 340,91 3.613,64 1.988,64 494,79 3.250,00 1.822,92 565,22 3.782,61 2.282,61 1.298,08 4.769,23 1.442,31 739,13 4.945,65 760,87 269,23 4.177,88 1.144,23 1.650,00 4.800,00 1.250,00 2.031,25 4.218,75 1.375,00 259,62 4.384,62 1.278,85 840,00 3.780,00 2.250,00 1.086,96 3.260,87 1.913,04 480,77 3.750,00 2.230,77 520,00 4.225,00 1.980,00 312,50 3.072,92 1.968,75 576,92 4.211,54 1.278,85 550,00 4.440,00 1.800,00 384,62 4.062,50 2.230,77 1.145,83 3.250,00 1.833,33
Jumlah 6.604,17 6.250,00 7.990,00 6.384,62 6.291,67 5.879,81 6.812,50 5.943,18 5.567,71 6.630,43 7.509,62 6.445,65 5.591,35 7.700,00 7.625,00 5.923,08 6.870,00 6.260,87 6.461,54 6.725,00 5.354,17 6.067,31 6.790,00 6.677,88 6.229,17 162.584,71 6.503,39
102
Lampiran 8 Status risiko pendapatan pancing di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Musim Barat Terendah Standard Tertinggi -2.107,95 -2.383,85 5.599,51 -1.238,13 8.380,63 9.809,38 -1.480,78 2.786,71 6.209,84 -813,85 -729,89 3.878,38 1.031,93 12.481,61 8.708,28 -2.433,91 3.706,73 2.840,06 -957,46 25.874,70 6.432,83 -3.154,23 11.100,15 6.741,47 -2.626,02 -3.312,43 9.214,03 592,15 7.220,69 18.797,34 4.741,39 27.434,77 17.014,83 -935,10 25.538,85 5.680,50 -3.427,76 -5.794,47 6.139,88 -2.961,86 23.343,40 11.888,26 -3.772,02 38.780,96 8.505,82 -6.251,64 603,77 20.367,88 -9.046,55 19.652,50 23.778,30 -9.321,73 34.376,23 21.058,57 -6.448,07 19.255,12 35.771,32 -5.480,43 6.934,76 19.106,86 -8.361,97 -5.681,04 35.767,94 -4.746,90 24.229,95 19.571,25 2.398,66 22.585,12 25.454,39 -2.961,25 16.654,05 11.443,95 -3.117,62 835,10 18.826,26
Jumlah total Status risiko pendapatan
Jumlah 1.107,72 16.951,88 7.515,78 2.334,65 22.221,82 4.112,88 31.350,07 14.687,39 3.275,58 26.610,18 49.190,99 30.284,25 -3.082,35 32.269,80 43.514,76 14.720,01 34.384,25 46.113,07 48.578,37 20.561,19 21.724,92 39.054,30 50.438,17 25.136,75 16.543,74 599.600,17 23.984,01
Musim Timur Terendah Standard Tertinggi -4.914,88 44.840,38 30.866,75 1.183,05 25.881,07 22.339,68 -300,48 50.707,39 24.286,84 -294,44 30.258,26 29.770,74 -955,25 32.143,95 36.163,18 -1.119,92 8.192,49 21.438,88 -2.413,20 26.958,28 20.005,55 -3.897,39 2.761,53 32.700,03 -5.377,78 3.228,67 31.088,42 -3.486,39 15.873,01 33.923,41 6.341,19 48.036,91 39.358,78 -4.428,45 32.377,93 31.102,98 -3.283,98 4.370,80 13.465,02 1.196,11 28.136,06 28.202,20 -379,84 34.119,53 20.012,19 -6.040,68 2.287,03 18.728,52 -1.565,74 12.603,29 51.139,95 -3.149,78 3.013,64 39.202,23 -2.055,53 14.167,62 43.597,24 -731,85 16.535,90 30.525,20 -3.695,51 -2.028,40 25.404,77 -1.883,28 -4.067,33 26.993,02 1.253,75 4.312,05 35.786,70 -2.757,31 6.357,14 21.986,97 -445,72 12.099,62 27.864,73
Jumlah 70.792,25 49.403,80 74.693,75 59.734,57 67.351,88 28.511,45 44.550,63 31.564,17 28.939,31 46.310,03 93.736,87 59.052,46 14.551,84 57.534,38 53.751,88 14.974,88 62.177,50 39.066,09 55.709,33 46.329,25 19.680,86 21.042,40 41.352,50 25.586,80 39.518,63 1.145.917,48 45.836,70
103
Lampiran 9 Peluang risiko total nelayan pancing di Palabuhanratu No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Suryana Supenda Sarip Nedi Lala Tono Dedi A Yayan Kasdi Ayi Udin Ganda Lukman Ejab Dedi Anton Herman Wahyu Asep Roni Dadun Enut Amar Bana Wardi
Jumlah total Rata-rata PRT
Pendapatan tinggi 0,38 0,29 0,43 0,34 0,26 0,25 0,13 0,17 0,34 0,33 0,22 0,12 0,37 0,18 0,14 0,29 0,07 0,04 0,07 0,06 0,16 0,04 0,05 0,11 0,34
Peluang Harga tinggi 0,35 0,28 0,19 0,41 0,21 0,21 0,19 0,16 0,31 0,26 0,18 0,12 0,28 0,13 0,16 0,27 0,14 0,13 0,26 0,18 0,28 0,21 0,20 0,20 0,28
Produksi rendah 0,11 0,14 0,10 0,11 0,25 0,12 0,33 0,23 0,10 0,12 0,28 0,29 0,11 0,14 0,07 0,22 0,21 0,22 0,15 0,07 0,13 0,38 0,28 0,28 0,22
Frek.pen rendah 0,66 0,71 0,66 0,68 0,61 0,63 0,66 0,58 0,56 0,61 0,71 0,71 0,66 0,63 0,61 0,66 0,71 0,68 0,61 0,68 0,56 0,61 0,68 0,71 0,66
PRT 0,58 0,42 0,65 0,50 0,43 0,39 0,19 0,29 0,61 0,54 0,32 0,17 0,56 0,29 0,23 0,44 0,10 0,05 0,11 0,09 0,29 0,07 0,07 0,15 0,52 0,32
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu No
Responden
1
Ori
2
Anton
3
4
Obar
Adin
Jenis Ikan
0 0
125 140
560 4.202
0 0
100 75
214 900
0,27 0,24
0,53 0,60
0,20 0,16
0,20 0,17
0,50 0,50
0,30 0,33
0 0 0
95 40 42
950 2.996 500
0 0 0
165 20 163
1.300 432 939
0,19 0,20 0,33
0,69 0,60 0,53
0,13 0,20 0,13
0,20 0,10 0,13
0,63 0,50 0,53
0,17 0,40 0,33
0 0 0 0
108 110 139 60
870 972 670 3.258
0 0 0
228 78 30
1.080 360 720
0,33 0,25 0,33 0,40
0,33 0,50 0,33 0,47
0,33 0,25 0,33 0,13
0,20 0,25 0,14
0,64 0,50 0,57
0,16 0,25 0,29
0 0 0
65 74 70
1.094 2.780 432
0 0 0
190 35 125
1.712 565 1.421
0,20 0,29 0,16
0,65 0,57 0,64
0,15 0,14 0,20
0,25 0,13 0,13
0,65 0,50 0,53
0,10 0,38 0,33
0 0 0 0
77 89 216 200
750 756 500 3.202
0 0
120 116
1.637 353
0,33 0,20 0,25 0,33
0,57 0,50
0,11 0,25
0
103
468
0,20
0,50
0,30
55 62 90
1.140 1.270 930
0,25 0,17 0,13
0,33 0,20 0,25 0,17 0,00 0,15 0,33 0,21
0,31 0,25
0 0 0
0,33 0,60 0,50 0,50 0,00 0,60 0,50 0,71
0,13 0,24
0,53 0,60
0,33 0,16
0
40
1.114
0,33
0,33
0,33
0 0
75 140
456 1.235
104
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
Jumlah tangkapan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 90 560 0 150 1.044 0,10 0,60 0,30 0,37 0,46 0,17 0 156 330 0 30 0 0,17 0,50 0,33 0 125 2.142 0 50 720 0,25 0,50 0,25 0,29 0,43 0,29 0,00 0,00 0 89 950 0 120 1.620 0,30 0,60 0,10 0,24 0,60 0,16 0 75 870 0 35 1.050 0,20 0,53 0,27 0,13 0,63 0,25 0 85 596 0,20 0,47 0,33
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 5
6
7
8
Ade
Heri
Ujang
Mus
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0 0 0
120 60
570 3.000
0 0
67 40
643 2.196
0 0
88 65
240 2.032
0 0
45 180
350 3.774
0 0 0
50 71 76
769 1.500 1.037
0 0 0 0
78 69 80 120
1.934 1.140 320 4.120
0 0 0
65 71 42
432 1.545 806
0
115
0 0 0
49 85 59
0 0 0 0 0
120 20 90 100 65 120
648 400 433 1.235 1.750 658
0,14 0,40
0,57 0,47
0,29 0,13
0,35 0,20
0,50 0,60
0,15 0,20
0,29 0,33
0,57 0,33
0,14 0,33
0,20 0,33
0,60 0,50
0,20 0,17
0,17 0,10 0,27
0,56 0,60 0,53
0,28 0,30 0,20
0,33 0,40 0,20 0,25
0,33 0,40 0,40 0,67
0,33 0,20 0,40 0,08
0,22 0,20 0,20
0,61 0,67 0,67
0,17 0,13 0,13
0,20
0,56
0,24
0,14 0,25 0,20 0,13 0,13
0,43 0,50 0,60 0,63 0,53
0,43 0,25 0,20 0,25 0,33
0,29 0,25 0,29
0,54 0,50 0,43
0,17 0,25 0,29
0,27 0,13 0,28 0,20 0,00 0,37
0,53 0,60 0,60 0,60 0,00 0,57
0,20 0,27 0,12 0,20 0,00 0,06
0,25 0,30 0,40 0,27 0,32 0,33
0,50 0,50 0,50 0,53 0,56 0,33
0,25 0,20 0,10 0,20 0,12 0,33
0 0 0
85 30 120
684 300 720
0 0 0 0
175 80 225 75
769 912 1.780 1.188
0
110
1.188
0 0 0 0 0 0
65 96 110 45 135 40
600 376 1.325 1.080 1.596 5.584
1.869
0 0 0
127 39 36
714 216 960
0,38
0,38
0,25
0,30 0,33 0,25
0,57 0,33 0,50
0,13 0,33 0,25
940 1.359 824
0 0 0
121 60 145
1.321 1.188 650
0,30 0,33 0,23
0,50 0,50 0,63
0,20 0,17 0,13
0,20 0,27 0,32
0,67 0,53 0,60
0,13 0,20 0,08
105
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 9
Dodi
10 Ucup
11 Damyudin
12 Pendi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0
58
1.420
0
159
3.590
0 0
42 62
1.500 1.270
0 0 0 0
70 45 105 120
1.080 875 228 4.560
0 0
65 85
1.176 740
0 0 0
56 76 60
900 205 960
0
45
1.641
0 0 0
54 37 25
1.080 216 1.140
0 0
22 105
420 2.165
0 0 0
59 174 56
330 687 714
0 0 0 0 0 0 0
185 50 24 93 125 40 110
1.140 225 840 400 1.575 1.096 833
0,40
0,40
0,20
0,44
0,44
0,11
0,25 0,20
0,55 0,50
0,10 0,30
0
174
1.296
0,20 0,33 0,38 0,39
0,60 0,50 0,38 0,50
0,20 0,17 0,25 0,11
0 0
56 73
756 883
0 0
50 125
1.188 1.476
0,20 0,20
0,60 0,65
0,20 0,15
0,40 0,17 0,33 0,00 0,14
0,40 0,50 0,50
0,20 0,33 0,17
0,57
0,29
0,27 0,25 0,33
0,53 0,50 0,33
0,20 0,25 0,33
0,38 0,29
0,38 0,57
0,25 0,14
0,25 0,30 0,23
0,55 0,50 0,67
0,20 0,20 0,10
0 0 0
80 65 85
1.412 550 1.321
0
115
1.690
0 0 0
105 85 45
1.368 360 570
0 0 0 0
185 100 154 58
1.176 972 1.106 2.900
0,40 0,20 0,25 0,40 0,40 0,33 0,32
0,54 0,60 0,50 0,50 0,50 0,56 0,56
0,06 0,20 0,25 0,10 0,10 0,11 0,12
0,28
0,56
0,16
0,29 0,25
0,43 0,50
0,29 0,25
0,30 0,27
0,50 0,53
0,20 0,20
0,30 0,25 0,27
0,50 0,50 0,53
0,20 0,25 0,20
0,36
0,56
0,08
0,43 0,20 0,25
0,51 0,60 0,50
0,06 0,20 0,25
0,30 0,33 0,28 0,20
0,50 0,56 0,52 0,60
0,20 0,11 0,20 0,20
106
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 13 Yadi
14 Saeful
15 Amek
16 Bandi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0
63
760 3.100
0 0 0
100 56 65
1.710 713 1.320
0
100
0 0
62 45
574 1.038
0 0 0
95 130 120
0 0 0 0
49 45 68 72
1.440 1.215 480 3.175
0 0 0
0
86
2.062
0
45
2.425
0 0 0
89 110 59
3.700 816 496
0 0 0
65 56 72
740 720 3.019
0 0 0
44 78 43
4.000 588 575
0,33
0,33
0,33 0,14
0,46 0,40 0,25
0,51 0,40 0,50
0,03 0,20 0,25
0,43
0,43
510 456 696
0,30 0,20
0,60 0,70
0,10 0,10
0,30 0,33 0,28
0,50 0,50 0,56
0,20 0,17 0,16
150 78 57
570 476 840
0,25 0,25 0,33 0,30
0,50 0,50 0,33 0,60
0,25 0,25 0,33 0,10
0,30 0,40 0,25
0,57 0,40 0,50
0,13 0,20 0,25
0 0
150 130
1.404 600
0,25
0,60
0,15
0,40 0,40
0,50 0,48
0,10 0,12
0
56
438
0,40 0,00 0,33 0,20 0,40 0,33 0,29
0,51 0,00 0,33 0,60 0,50 0,50 0,57
0,09 0,00 0,33 0,20 0,10 0,17 0,14
0 0 0 0 0
24 100 125 75 150
504 700 2.592 1.354 896
0 0
189 75
648 432
0,30 0,40 0,00 0,33 0,40 0,29 0,31
0,53 0,40 0,00 0,33 0,50 0,57 0,56
0,17 0,20 0,00 0,33 0,10 0,14 0,13
0 0 0 0
120 65 50 189
802 1.068 780 1.575
0,25
0,55
0,20
0,25 0,29 0,13
0,65 0,43 0,60
0,10 0,29 0,27
0,25 0,25 0,43
0,50 0,63 0,43
0,25 0,13 0,14
0,25 0,30 0,20
0,65 0,50 0,63
0,10 0,20 0,17
107
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 17 Oder
18 Gomloh
19 Dono
20 Munajab
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0 0
37 48
494 3.225
0 0 0
37 78 38
1.188 612 580
0 0 0
50 48 90
1.115 576 3.460
0 0 0
65 36 35
0 0 0
0,43 0,40 0,25 0,17 0,30 0,28 0,28
0,51 0,40 0,50 0,50 0,60 0,56 0,52
0,06 0,20 0,25 0,33 0,10 0,17 0,20
0,37
0,54
0,09
0,17 0,30
0,50 0,50
0,33 0,20
0,33 0,27 0,40
0,25 0,30 0,25
0,60 0,53 0,50
0,15 0,17 0,25
0,50 0,60 0,56
0,40 0,30 0,12
0,20 0,13 0,13
0,60 0,60 0,67
0,20 0,27 0,20
0,40 0,33 0,33 0,20 0,17 0,25 0,30
0,60 0,33 0,50 0,60 0,58 0,60 0,53
0,06 0,33 0,17 0,20 0,25 0,15 0,17
1.596 1.836 234 1.080
0,33 0,25
0,33 0,50
0,33 0,25
0,40
0,47
0,13
0,33 0,37 0,33 0,33
0,33 0,60 0,33 0,50
0,33 0,03 0,33 0,17
127
520
0,30
0,50
0,20
0,13
0,60
0,27
190
1.197
0,20
0,67
0,13
0,30
0,53
0,17
0 0 0 0 0 0
95 20 65 177 60 105
444 648 845 3.642 708 880
0,20 0,27
0,40 0,60
0,40 0,13
0,30 0,29 0,16
0,55 0,43 0,68
0,15 0,29 0,16
0
130
828
0,10 0,08 0,20
0,70 0,58 0,68 0,00
0,20 0,33 0,12 0,00
0 0
80 65
720 540
732 576 180
0 0 0
80 175 50
580 713 1.200
0,13 0,13 0,20
0,53 0,60 0,40
85 49 150
250 900 2.315
0 0 0
61 65 72
1.080 1.315 500
0 0 0 0 0 0 0
175 70 56 89 90 75 200
1.368 464 1.152 660 456 798 512
0,10 0,10 0,32
0 0
30 39
1.200 737 2.800
0 0 0 0
80 120 50 45
0
165
0
48
1.020
0
0
40
964
0
108
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 21 Aep
22 Wasih
23 Kakan
24 Amsor
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0 0 0
36 124
540 3.100
0 0 0 0
46 67 45 25
1.700 1.500 700 598
0 0 0
45 35 110
0 0
85
1.080 0,24 0,47
0,48 0,47
0,28 0,07
0,20 0,10 0,30 0,33
0,67 0,70 0,50 0,33
0,13 0,20 0,20 0,33
0,40
0,57
0,03
0,17
0,67
0,17
0,13 0,14 0,33
0,60 0,43 0,53
0,27 0,43 0,13
0
60
600
0 0 0
120 51 175
500 349 1.153
525 480 3.760
0 0 0 0
100 95 60 45
1.254 951 216 2.508
0,25 0,25 0,29
0,50 0,50 0,43
0,25 0,25 0,29
0,33 0,40 0,33 0,33
0,33 0,54 0,33 0,50
0,33 0,06 0,33 0,17
85 140
1.125 706
0 0 0
100 40 150
710 865 2.706
0,30 0,20
0
50
1.052
0
138
3.528
0,20
0,50 0,63 0,00 0,40
0,20 0,17 0,00 0,40
0,20 0,30 0,33 0,00 0,40
0,53 0,60 0,57 0,00 0,40
0,27 0,10 0,10 0,00 0,20
0
100
1.100
0,15
1.641 576 1.290
225 1.560 850 913 2.450 4.290
0,55
120 75 150
75 35 75 187 20 205
0,30
0 0 0
0 0 0 0 0 0
0,30 0,14 0,27
0,55 0,43 0,60
0,15 0,43 0,13
0,33 0,33 0,33 0,20 0,33 0,33
0,33 0,50 0,33 0,60 0,50 0,57
0,33 0,17 0,33 0,20 0,17 0,10
0
75
450
0,25
1.200
0,30
0,50
0,20
0
100
1.428
1.710 321 468 450 3.990
0,50
180
100 90 56 70 127
0,25
0
0 0 0 0 0
0,25
0,60
0,15
0,40 0,33 0,33 0,14 0,20
0,54 0,33 0,50 0,57 0,53
0,06 0,33 0,17 0,29 0,27
0
50
3.200
0
137
1.620
0,25
0,70
0,05
0,33
0,53
0,13
109
Lampiran 10 Jumlah tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 25 Tirta
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0
40
670
0
200
2.300
0
85
1.320
0
150
0
40
512
0
120
Barat 10.347 77,22 39,91 0,52
0 0
65 80
990 201
0,33
0,33
0,33
0,37 0,29
0,50 0,57
0,13 0,14
0,25
0,55
0,20
4.540
0,35
0,55
0,10
0,20
0,60
0,20
1.000
0,27
0,53
0,20
0,33
0,57
0,10
Timur 14.478 97,82 48,20 0,49
110
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu No 1
2
3
4
Responden Ori
Anton
Obar
Adin
Jenis Ikan Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
Harga (Rp) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 6.000 6.500 6.800 6.000 6.500 7.000 0,20 0,70 0,10 0,34 0,60 0,06 2.800 3.000 3.500 0,17 0,67 0,17 2.700 3.000 4.500 2.000 3.000 3.500 0,15 0,70 0,15 0,14 0,43 0,43 4.000 6.000
5.000 6.500
6.500 7.000
5.000 5.000 4.000
5.500 6.000 5.000
6.000 7.000 5.500
0,20 0,20
0,60 0,60
0,20 0,20
0,24 0,25 0,20
0,60 0,38 0,47
0,16 0,38 0,33
2.500 3.000
3.000 3.500
3.200 4.000
2.500 2.000
3.500 2.500
4.000 3.500
0,13 0,24
0,67 0,60
0,20 0,16
0,20 0,17
0,50 0,50
0,30 0,33
4.500 5.500 4.000
5.000 6.000 6.000
6.000 7.000 7.000
5.000 5.000 5.000
5.500 6.000 5.500
6.000 7.000 6.000
0,19 0,20 0,27
0,69 0,60 0,60
0,13 0,20 0,13
0,30 0,40 0,47
0,63 0,40 0,47
0,07 0,20 0,07
5.000 6.000 3.000 3.000
5.500 6.500 3.200 3.500
6.000 7.000 3.500 4.000
6.000 2.500 2.500
6.500 3.000 3.000
7.000 3.500 3.500
0,33 0,25 0,33 0,20
0,33 0,50 0,33 0,67
0,33 0,25 0,33 0,13
0,36 0,25 0,14
0,40 0,50 0,57
0,24 0,25 0,29
5.000 6.000 5.000
5.500 6.500 6.000
6.000 7.000 7.000
5.000 5.000 5.500
5.500 5.500 6.000
6.000 6.000 6.500
0,20 0,29 0,24
0,65 0,57 0,64
0,15 0,14 0,12
0,45 0,25 0,20
0,50 0,50 0,47
0,05 0,25 0,33
4.000 5.500 2.500 2.900
5.000 6.000 3.000 3.500
6.000 6.500 3.500 4.500
6.000 2.500
6.500 3.000
7.000 3.500
0,33 0,20 0,25 0,42
0,33 0,60 0,50 0,50
0,33 0,20 0,25 0,08
0,34 0,25
0,54 0,50
0,11 0,25
2.500
3.000
3.300
0,20
0,60
0,20
5.000 6.000 4.000
6.000 6.500 5.000
6.500 7.000 7.000
0,35 0,33 0,13
0,60 0,50 0,75
0,05 0,17 0,13
0,27 0,12
0,40 0,72
0,33 0,16
5.000
5.500
6.000
0,33
0,33
0,33
5.000 4.000
5.500 5.000
6.500 6.000
111
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 5
6
7
8
Ade
Heri
Ujang
Mus
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
6.000 2.500 3.000 0 4.000 6.000
3.000 4.000 0 5.000 6.500
3.500 4.500 0 6.500 7.000
6.000 4.000
6.500 5.000
7.000 6.000
2.800 3.000
3.000 3.500
3.500 4.000
4.500 6.000 5.000
5.500 6.500 6.000
6.000 7.000 6.500
4.000 5.500 2.500 2.800
5.000 6.000 3.000 3.500
6.000 7.000 3.500 4.000
4.000 6.000 5.500
5.000 6.500 6.000
6.000 7.000 7.500
2.500
3.000
5.500 6.000 5.000
6.000 6.500 6.000
2.000 2.800 4.500 5.000 4.500
6.500 3.000 3.000 5.500 6.000 5.000
7.000 3.500 3.500 6.000 7.000 5.500
0,29 0,40
0,43 0,47
0,29 0,13
0,10 0,20
0,75 0,60
0,15 0,20
0,14 0,33
0,43 0,33
0,43 0,33
0,40 0,42
0,40 0,50
0,20 0,08
0,06 0,30 0,27
0,72 0,60 0,53
0,22 0,10 0,20
0,33 0,20 0,20 0,42
0,33 0,60 0,60 0,50
0,33 0,20 0,20 0,08
0,11 0,20 0,27
0,61 0,67 0,67
0,28 0,13 0,07
0,12
0,80
0,08
0,14 0,25 0,20 0,25 0,13
0,43 0,50 0,65 0,63 0,73
0,43 0,25 0,15 0,13 0,13
0,14 0,25 0,14
0,69 0,50 0,43
0,17 0,25 0,43
0,13 0,33 0,36 0,20
0,67 0,53 0,60 0,60
0,20 0,13 0,04 0,20
0,37
0,57
0,06
0,25 0,30 0,40 0,27 0,40 0,33
0,50 0,50 0,50 0,47 0,56 0,33
0,25 0,20 0,10 0,27 0,04 0,33
5.500 2.500 2.000
6.000 3.500 2.500
6.500 4.000 3.000
5.000 5.000 5.000 7.000
5.500 5.500 5.500 7.500
6.000 7.000 6.000 8.000
6.000
6.500
7.000
2.000 2.500 5.000 5.000 5.000 7.500
3.000 2.800 5.500 6.000 6.000 8.000
3.500 3.000 6.000 6.500 6.500 8.250
3.500
5.500 3.000 2.500
6.000 3.500 3.000
6.500 4.000 3.500
0,13
0,63
0,25
0,20 0,33 0,25
0,50 0,33 0,50
0,30 0,33 0,25
6.500 7.000 7.000
5.000 5.000 5.000
5.500 6.000 5.500
6.000 7.000 6.000
0,15 0,33 0,23
0,60 0,50 0,63
0,25 0,17 0,13
0,20 0,27 0,32
0,67 0,53 0,56
0,13 0,20 0,12
112
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 9
Dodi
10 Ucup
11 Damyudin
12 Pendi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
5.000
6.000
7.000
3.000
3.500
4.500
4.000 6.000
5.000 6.500
6.000 7.000
5.000 6.000 2.500 3.000
5.500 6.500 3.000 3.500
6.000 7.000 3.500 4.000
5.500 5.000
6.000 6.000
7.000 7.000
5.500 2.500 2.500 0 4.000
6.000 3.000 3.000 0 5.000
6.500 3.500 3.500 0 5.500
5.500 6.500 4.000
6.000 7.000 5.000
7.500 8.000 6.000
2.500 3.000
3.000 3.500
3.500 4.500
4.000 6.000 4.000
5.000 6.500 6.000
6.500 7.000 7.500
5.500 2.500 2.500 2.500 5.000 5.000 5.000
6.000 3.000 3.000 3.000 5.500 6.000 5.500
6.500 3.500 3.500 3.500 6.000 7.000 6.000
0,20
0,40
0,40
6.000
6.500
7.000
2.000 2.500
2.500 2.800
3.000 3.300
5.500 5.000
6.000 5.500
0,33 0,10 0,40
0,61 0,00 0,65 0,50
0,06 0,00 0,25 0,10
0,20 0,33 0,13 0,22
0,60 0,50 0,63 0,72
0,20 0,17 0,25 0,06
6.500 6.000
0,10 0,20
0,70 0,65
0,20 0,17 0,33 0,00 0,14
2.000 2.500 5.000
2.500 3.000 5.500
3.000 3.300 6.000
5.000
6.000
6.500
6.000 2.500 2.500
6.500 3.000 3.000
7.000 4.000 3.500
5.000 5.000 5.000 7.000
5.500 6.000 6.000 7.500
6.000 6.500 7.000 8.000
0,23 0,20 0,25 0,40 0,30 0,33 0,36
0,49 0,60 0,50 0,50 0,40 0,50 0,56
0,29 0,20 0,25 0,10 0,30 0,17 0,08
0,16
0,72
0,12
0,29 0,25
0,43 0,50
0,29 0,25
0,20 0,15
0,30 0,27
0,60 0,67
0,10 0,07
0,40 0,50 0,50 0,00 0,43
0,40 0,33 0,17 0,00 0,43
0,20 0,25 0,33
0,50 0,50 0,47
0,30 0,25 0,20
0,33 0,20 0,33
0,60 0,40 0,33
0,07 0,40 0,33
0,16
0,72
0,12
0,25 0,43
0,38 0,43
0,38 0,14
0,26 0,20 0,25
0,69 0,60 0,50
0,06 0,20 0,25
0,15 0,30 0,23
0,65 0,50 0,73
0,20 0,20 0,03
0,30 0,33 0,36 0,20
0,60 0,56 0,60 0,60
0,10 0,11 0,04 0,20
113
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 13 Yadi
14 Saeful
15 Amek
16 Bandi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
5.500
6.000
7.000
6.000 3.000 2.500
6.500 4.000 3.500
0,33
0,33
0,33
4.500
5.500 2.500 2.000
3.000
4.000
6.000 4.500
0,43
0,43
6.500 6.000
7.000 7.500
5.000 5.000 5.000
5.500 6.000 6.000
6.000 6.500 7.000
0,30 0,20
4.000 6.000 2.500 3.500
5.500 6.500 3.000 4.000
6.000 7.000 3.500 4.500
6.000 2.500 2.500
6.500 3.000 3.000
7000 3500 3500
6.000
6.500
7.000
5.000 5.000
5.500 6.000
6000 7000
6.000
6.500
7000
2.000 2.500 5.000 5.000 5.000
3.000 3.000 5.500 5.500 5.500
3500 3300 6500 6000 6000
6.000 2.500
6.500 3.000
7000 3500
2.500 5.000 5.000 5.000
2.800 5.500 6.000 5.500
3000 6000 6500 6000
3.000
3.500
4.500
5.000 6.000 5.000
5.500 6.500 6.000
6.500 7.000 7.000
5.500 2.500 3.000
6.500 3.000 3.500
7.000 3.500 4.000
5.000 6.000 5.000
5.500 6.500 6.000
6.000 7.000 7.000
0,14
0,20 0,40 0,25
0,46 0,40 0,50
0,34 0,20 0,25
0,40 0,73
0,30 0,07
0,30 0,22 0,44
0,60 0,67 0,48
0,10 0,11 0,08
0,25 0,25 0,33 0,40
0,50 0,50 0,33 0,50
0,25 0,25 0,33 0,10
0,35
0,45
0,20
0,33 0,40 0,25 0,00 0,40 0,40
0,60 0,40 0,50 0,00 0,50 0,48
0,07 0,20 0,25 0,00 0,10 0,12
0,34
0,51
0,14
0,33 0,20 0,30 0,33 0,29
0,33 0,40 0,50 0,50 0,57
0,33 0,40 0,20 0,17 0,14
0,33 0,40 0,00 0,33 0,30 0,29 0,31
0,53 0,40 0,00 0,33 0,40 0,43 0,63
0,13 0,20 0,00 0,33 0,30 0,29 0,06
0,40
0,55
0,05
0,25 0,29 0,20
0,55 0,43 0,60
0,20 0,29 0,20
0,25 0,25 0,43
0,50 0,38 0,43
0,25 0,38 0,14
0,25 0,30 0,23
0,50 0,50 0,67
0,25 0,20 0,10
114
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 17 Oder
18 Gomloh
19 Dono
20 Munajab
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
5.500 2.500 2.500 2.500 5.000 5.000 5.000
6.000 3.000 3.000 3.000 5.500 6.000 6.000
6500 4000 3500 3300 6000 7000 6500
6.000
6.500
7000
2.500 2.500
3.000 3.000
4000 3500
7.000 7.500 8.000
5.000 5.000 7.000
6.000 6.000 7.500
6.500 3.000 4.000
7.000 3.500 4.500
4.000 6.000 5.000
4.500 6.500 6.000
6.500 7.000 7.500
6.000 2.500 2.500 2.500 5.000 5.000 5.000
4.000 5.500
5.000 6.000
6.000 7.000
3.000
3.500
4.000 5.000
2.500 3.000
3.000 4.000
3.500 4.500
5.000 6.000 4.000
5.500 6.500 6.000
6.500 7.000 7.500
5.500 2.500 2.700
6.000 3.000 3.000
7.000 3.500 4.000
6.000 5.000 6.500
6.500 6.000 7.500
6.000 2.500 3.000
0,23 0,40 0,25 0,33 0,40 0,28 0,36
0,57 0,40 0,50 0,33 0,50 0,56 0,56
0,20 0,20 0,25 0,33 0,10 0,17 0,08
0,43
0,54
0,09
0,33 0,20
0,50 0,70
0,17 0,10
0,27 0,07 0,40
0,25 0,30 0,25
0,70 0,60 0,50
0,05 0,10 0,25
0,70 0,60 0,56
0,20 0,30 0,04
0,20 0,13 0,40
0,60 0,67 0,47
0,20 0,20 0,13
0,23 0,33 0,33 0,20 0,17 0,25 0,33
0,66 0,33 0,50 0,70 0,67 0,60 0,60
0,11 0,33 0,17 0,10 0,17 0,15 0,07
0,33 0,25
0,33 0,50
0,33 0,25
0,47
0,47
0,07
0,33 0,17 0,33 0,33
0,33 0,69 0,33 0,50
0,33 0,14 0,33 0,17
6000
0,10
0,55
0,35
0,13
0,67
0,20
6500
0,27
0,70
0,03
0,30
0,60
0,10
0,20 0,40
0,60 0,53
0,20 0,07
0,30 0,29 0,20
0,50 0,43 0,76
0,20 0,29 0,04
0,10 0,17 0,24
0,60 0,50 0,68
0,30 0,33 0,08
6500 7000 8000
0,20 0,40 0,20
0,53 0,53 0,40
6.500 3.000 3.500 3.000 5.500 6.000 6.000
7000 3500 4000 3300 6000 7000 7000
0,10 0,10 0,40
4.000
4.000 5.500 2.500 2.500
5.000 6.000 3.000 3.000
6000 6500 3500 3500
5.000
6.500
5.000
5.500
5.500
7.500
5.000
5.500
115
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 21 Aep
22 Wasih
23 Kakan
24 Amsor
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
6.000 2.500 3.000
3.000 3.500
3.500 4.000
4.000 6.000 5.000 6.500
5.000 6.500 6.000 7.500
6.000 7.000 7.500 8.000
5.500 2.500 3.000
6.000 3.000 3.500
6.000 5.000
6.500
7000 0,24 0,40
0,48 0,53
0,28 0,07
0,13 0,30 0,30 0,33
0,60 0,60 0,50 0,33
0,27 0,10 0,20 0,33
0,29
0,57
0,14
0,17
0,50
0,33
0,27 0,14 0,33
0,60 0,57 0,53
0,13 0,29 0,13
2.000
2.500
3500
5.000 5.000 5.000
5.500 6.000 5.500
6000 6500 6500
7.000 3.500 4.000
5.000 5.500 2.500 2.500
5.500 6.000 3.000 3.000
6000 6500 3500 3500
0,25 0,13 0,29
0,50 0,50 0,57
0,25 0,38 0,14
0,33 0,20 0,33 0,33
0,33 0,66 0,33 0,50
0,33 0,14 0,33 0,17
6.500 6.000
7.000 7.000
5.500 5.000 5.000
6.000 5.500 5.500
6500 6500 6500
0,30 0,20
0,60 0,63
0,10 0,17
0,27 0,30 0,33
0,53 0,60 0,57
0,20 0,10 0,10
4.000
5.000
6.000
4.000
5.000
6000
0,20
0,40
0,40
0,20
0,60
0,20
3.000
3.500
4.500
0,05
6.000 7.000 7.500
4000 4000 3300 6000 6500 6000
0,60
5.500 6.500 5.500
3.500 3.000 3.000 5.500 6.000 5.500
0,35
5.000 6.000 5.000
2.500 2.500 2.500 5.000 5.000 5.000
0,30 0,29 0,40
0,50 0,57 0,53
0,20 0,14 0,07
0,33 0,33 0,33 0,20 0,17 0,33
0,33 0,50 0,33 0,53 0,50 0,57
0,33 0,17 0,33 0,27 0,17 0,10
5.500
6.500
7.000
0,25
4.000
4.500
5.500
6.500
7000 4000 3500 3000 6000
0,50
3.000
6.500 3.000 3.000 2.800 5.500
0,25
2.900
5.500 2.500 2.500 2.500 5.000
0,35 0,00 0,15
0,55 0,00 0,60
0,10 0,00 0,25
0,20 0,33 0,33 0,43 0,20
0,66 0,33 0,50 0,43 0,53
0,14 0,33 0,17 0,14 0,27
5.000
6.000
7.500
5.000
5.500
6000
0,35
0,60
0,05
0,33
0,53
0,13
116
Lampiran 11 Harga ikan tangkapan payang nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 25 Tirta
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
6.000
6.500
7.000
3.000
3.500
4.500
5.000
5.500
6.000
5.000
5.500
5.000
6.000
7.000
5.000
5.500
Barat 684.200 5.030,88 1.463,41 0,29
6.000 2.500
6.500 3.000
7000 4000
0,33
0,33
0,33
0,37 0,14
0,50 0,71
0,13 0,14
0,35
0,55
0,10
6000
0,25
0,55
0,20
0,20
0,60
0,20
6000
0,40
0,53
0,13
0,33
0,57
0,10
Timur 719.700 4.862,84 1.468,09 0,30
117
Lampiran 12 Pendapatan nelayan payang per trip di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Responden Ori Anton Obar Adin Ade Heri Ujang Mus Dodi Ucup Damyudin Pendi Yadi Saeful Amek Bandi Oder Gomloh Dono Munajab Aep Wasih Kakan Amsor Tirta
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Terendah -700.805 -657.057 -743.304 -837.467 -633.308 -340.820 -818.301 -737.054 -722.054 -365.819 -713.721 -809.968 -866.632 -762.470 -841.633 -726.638 -866.632 -670.807 -724.971 -749.970 -729.138 -770.803 -769.969 -668.307 -866.632
Harga (Rp) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 1.266.199 15.204.725 -700.805 1.315.781 18.830.080 0,45 0,50 0,05 0,40 0,57 0,03 1.364.529 33.599.073 -657.057 1.394.111 12.417.420 0,44 0,53 0,03 0,36 0,59 0,05 1.767.679 36.693.532 -743.304 2.417.820 22.906.167 0,43 0,53 0,04 0,45 0,53 0,03 1.899.924 30.247.790 -837.467 1.287.032 15.073.980 0,43 0,52 0,05 0,40 0,56 0,04 1.109.956 29.149.667 -633.308 1.574.937 18.673.336 0,37 0,61 0,03 0,39 0,55 0,05 1.615.352 31.060.841 -340.820 3.090.293 25.968.961 0,42 0,53 0,05 0,38 0,58 0,04 942.046 27.544.732 -818.301 1.834.760 58.473.494 0,36 0,58 0,06 0,48 0,51 0,01 550.811 17.692.626 -737.054 1.620.769 18.237.187 0,28 0,63 0,08 0,41 0,51 0,08 863.299 30.018.383 -722.054 1.897.424 22.154.114 0,38 0,59 0,03 0,42 0,55 0,04 1.240.367 24.356.526 -365.819 1.686.516 20.807.918 0,45 0,53 0,03 0,43 0,53 0,04 683.723 21.227.484 -713.721 579.977 15.330.637 0,35 0,60 0,04 0,26 0,66 0,08 1.019.543 12.392.004 -809.968 2.564.064 38.440.962 0,42 0,52 0,07 0,48 0,51 0,01 567.061 21.928.290 -866.632 1.594.103 17.580.547 0,38 0,58 0,04 0,41 0,55 0,04 357.069 25.881.881 -762.470 1.724.931 13.178.640 0,35 0,62 0,04 0,41 0,50 0,09 588.310 26.783.095 -841.633 1.375.778 23.820.714 0,27 0,68 0,05 0,42 0,51 0,07 814.551 33.713.651 -726.638 2.178.663 19.345.893 0,38 0,58 0,03 0,45 0,49 0,06 167.910 18.167.607 -866.632 1.719.515 30.624.192 0,15 0,79 0,06 0,44 0,52 0,04 674.973 20.458.765 -670.807 1.983.254 18.480.927 0,29 0,68 0,04 0,38 0,57 0,06 963.295 23.194.906 -724.971 2.571.147 18.214.271 0,39 0,55 0,05 0,47 0,49 0,05 309.571 17.043.902 -749.970 1.540.355 17.555.964 0,35 0,60 0,06 0,39 0,55 0,05 658.307 27.467.235 -729.138 1.921.590 19.236.731 0,41 0,55 0,04 0,44 0,50 0,06 1.231.201 24.107.786 -770.803 1.912.424 39.154.684 0,38 0,58 0,03 0,45 0,52 0,02 1.165.370 17.071.817 -769.969 1.620.352 36.605.619 0,41 0,54 0,05 0,40 0,57 0,03 896.214 22.981.581 -668.307 1.611.602 33.124.092 0,38 0,57 0,05 0,46 0,53 0,01 522.896 15.866.032 -866.632 922.880 27.584.313 0,36 0,57 0,07 0,35 0,63 0,03 23.240.154 929.606,15 445.743,67 0,48
43.940.076 1.757.603,03 531.531,95 0,30
118
119
Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu No
Harga satuan Nama Komponen Biaya Satuan (Rp) Responden
1
Ori
2
Anton
3
Obar
4
Adin
5
Ade
6
Heri
7
Ujang
Penggunaan per trip
Jumlah trip T B
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 15.000 12.000 60.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 200 6 3 1 4
88 88 88 88 88 88
80 11.880.000 10.800.000 80 44.000.000 40.000.000 80 7.920.000 7.200.000 80 3.168.000 2.880.000 80 5.280.000 4.800.000 80 1.760.000 1.600.000 74.008.000 67.280.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 15.000 8.000 50.000 8.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
35 180 5 4 1 3
88 88 88 88 88 88
72 13.860.000 11.340.000 72 39.600.000 32.400.000 72 6.600.000 5.400.000 72 2.816.000 2.304.000 72 4.400.000 3.600.000 72 2.112.000 1.728.000 69.388.000 56.772.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 15.000 12.000 40.000 8.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 210 8 2 1 6
76 76 76 76 76 76
72 10.260.000 9.720.000 72 39.900.000 37.800.000 72 9.120.000 8.640.000 72 1.824.000 1.728.000 72 3.040.000 2.880.000 72 3.648.000 3.456.000 67.792.000 64.224.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 15.000 15.000 70.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 240 9 3 1 4
80 80 80 80 80 80
60 10.800.000 8.100.000 60 48.000.000 36.000.000 60 10.800.000 8.100.000 60 3.600.000 2.700.000 60 5.600.000 4.200.000 60 1.600.000 1.200.000 80.400.000 60.300.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 15.000 15.000 50.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
40 150 6 3 1 4
76 76 76 76 76 76
76 13.680.000 13.680.000 76 28.500.000 28.500.000 76 6.840.000 6.840.000 76 3.420.000 3.420.000 76 3.800.000 3.800.000 76 1.520.000 1.520.000 57.760.000 57.760.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 12.000 9.000 40.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
20 80 3 2 1 5
84 84 84 84 84 84
64 64 64 64 64 64
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 20.000 8.000 50.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
40 240 5 4 1 4
84 84 84 84 84 84
64 15.120.000 11.520.000 64 50.400.000 38.400.000 64 8.400.000 6.400.000 64 2.688.000 2.048.000 64 4.200.000 3.200.000 64 1.680.000 1.280.000 82.488.000 62.848.000
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Biaya/musim T B
7.560.000 5.760.000 16.800.000 12.800.000 3.024.000 2.304.000 1.512.000 1.152.000 3.360.000 2.560.000 2.100.000 1.600.000 34.356.000 26.176.000
120
Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu (lampiran) 8
Mus
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 20.000 8.000 60.000 7.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
25 240 3 3 1 4
80 80 80 80 80 80
60 9.000.000 6.750.000 60 48.000.000 36.000.000 60 4.800.000 3.600.000 60 1.920.000 1.440.000 60 4.800.000 3.600.000 60 2.240.000 1.680.000 70.760.000 53.070.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 20.000 12.000 60.000 7.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
35 220 2 2 1 5
84 84 84 84 84 84
76 13.230.000 11.970.000 76 46.200.000 41.800.000 76 3.360.000 3.040.000 76 2.016.000 1.824.000 76 5.040.000 4.560.000 76 2.940.000 2.660.000 72.786.000 65.854.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 15.000 12.000 30.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
20 80 2 2 1 3
76 76 76 76 76 76
76 76 76 76 76 76
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
4.500 2.500 15.000 12.000 50.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
35 220 3 2 1 6
76 76 76 76 76 76
68 11.970.000 10.710.000 68 41.800.000 37.400.000 68 3.420.000 3.060.000 68 1.824.000 1.632.000 68 3.800.000 3.400.000 68 2.280.000 2.040.000 65.094.000 58.242.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 2.500 15.000 15.000 50.000 8.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 260 3 3 1 4
84 84 84 84 84 84
60 12.600.000 9.000.000 60 54.600.000 39.000.000 60 3.780.000 2.700.000 60 3.780.000 2.700.000 60 4.200.000 3.000.000 60 2.688.000 1.920.000 81.648.000 58.320.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 60.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 240 2 3 1 5
80 80 80 80 80 80
52 12.000.000 7.800.000 52 57.600.000 37.440.000 52 3.200.000 2.080.000 52 3.600.000 2.340.000 52 4.800.000 3.120.000 52 2.000.000 1.300.000 83.200.000 54.080.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 50.000 6.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 200 2 3 1 5
80 80 80 80 80 80
52 12.000.000 7.800.000 52 48.000.000 31.200.000 52 3.200.000 2.080.000 52 3.600.000 2.340.000 52 4.000.000 2.600.000 52 2.400.000 1.560.000 73.200.000 47.580.000
Jumlah 9
Dodi
Jumlah 10 Ucup
Jumlah 11 Damyuddin
Jumlah 12 Pendi
Jumlah 13 Yadi
Jumlah 14 Saeful
Jumlah
7.600.000 7.600.000 18.240.000 18.240.000 2.280.000 2.280.000 1.824.000 1.824.000 2.280.000 2.280.000 1.140.000 1.140.000 33.364.000 33.364.000
121
Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu (lampiran) 15 Amek
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 60.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
40 220 2 2 1 4
76 76 76 76 76 76
56 15.200.000 11.200.000 56 50.160.000 36.960.000 56 3.040.000 2.240.000 56 2.280.000 1.680.000 56 4.560.000 3.360.000 56 1.520.000 1.120.000 76.760.000 56.560.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 40.000 8.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
35 180 2 3 1 4
80 80 80 80 80 80
60 14.000.000 10.500.000 60 43.200.000 32.400.000 60 3.200.000 2.400.000 60 3.600.000 2.700.000 60 3.200.000 2.400.000 60 2.560.000 1.920.000 69.760.000 52.320.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 60.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 240 2 3 1 5
84 84 84 84 84 84
72 12.600.000 10.800.000 72 60.480.000 51.840.000 72 3.360.000 2.880.000 72 3.780.000 3.240.000 72 5.040.000 4.320.000 72 2.100.000 1.800.000 87.360.000 74.880.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 50.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
25 180 1 3 1 5
88 88 88 88 88 88
80 11.000.000 10.000.000 80 47.520.000 43.200.000 80 1.760.000 1.600.000 80 3.960.000 3.600.000 80 4.400.000 4.000.000 80 2.200.000 2.000.000 70.840.000 64.400.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 50.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
20 200 2 3 1 7
88 88 88 88 88 88
76 8.800.000 7.600.000 76 52.800.000 45.600.000 76 3.520.000 3.040.000 76 3.960.000 3.420.000 76 4.400.000 3.800.000 76 3.080.000 2.660.000 76.560.000 66.120.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 40.000 7.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 210 1 2 1 4
76 76 76 76 76 76
72 11.400.000 10.800.000 72 47.880.000 45.360.000 72 1.520.000 1.440.000 72 2.280.000 2.160.000 72 3.040.000 2.880.000 72 2.280.000 2.160.000 68.400.000 64.800.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 30.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
20 210 2 3 1 6
80 80 80 80 80 80
76 8.000.000 7.600.000 76 50.400.000 47.880.000 76 3.200.000 3.040.000 76 3.600.000 3.420.000 76 2.400.000 2.280.000 76 2.400.000 2.280.000 70.000.000 66.500.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 60.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
20 220 2 3 1 4
84 84 84 84 84 84
60 8.400.000 6.000.000 60 55.440.000 39.600.000 60 3.360.000 2.400.000 60 3.780.000 2.700.000 60 5.040.000 3.600.000 60 1.680.000 1.200.000 77.700.000 55.500.000
Jumlah 16 Bandi
Jumlah 17 Oder
Jumlah 18 Gomloh
Jumlah 19 Dono
Jumlah 20 Munajab
Jumlah 21 Aep
Jumlah 22 Wasih
Jumlah
122
Lampiran 13 Komponen biaya operasional payang di Palabuhanratu (lampiran) 23 Kakan
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 50.000 6.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
25 225 1 2 1 4
72 72 72 72 72 72
56 9.000.000 7.000.000 56 48.600.000 37.800.000 56 1.440.000 1.120.000 56 2.160.000 1.680.000 56 3.600.000 2.800.000 56 1.728.000 1.344.000 66.528.000 51.744.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 45.000 8.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
20 180 2 3 1 4
80 80 80 80 80 80
60 8.000.000 6.000.000 60 43.200.000 32.400.000 60 3.200.000 2.400.000 60 3.600.000 2.700.000 60 3.600.000 2.700.000 60 2.560.000 1.920.000 64.160.000 48.120.000
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok
5.000 3.000 20.000 15.000 60.000 5.000
Liter Liter Liter Balok Pkt Bungkus
30 240 2 3 1 5
72 72 72 72 72 72
56 10.800.000 8.400.000 56 51.840.000 40.320.000 56 2.880.000 2.240.000 56 3.240.000 2.520.000 56 4.320.000 3.360.000 56 1.800.000 1.400.000 74.880.000 58.240.000
Jumlah 24 Amsor
Jumlah 25 Tirta
Jumlah
123
Lampiran 14 Komponen pendapatan nelayan payang di Palabuhanratu No
Responden
Komponen
Pendapatan per trip (Rp) Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 2.360.500 19.087.400 0 2.420.000 23.438.000 -841.000 1.519.500 18.246.400 -841.000 1.579.000 22.597.000 -700.805 1.266.199 15.204.725 -700.805 1.315.781 18.830.080
1 Ori
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
2 Anton
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -788.500 -657.057
2.426.000 41.109.000 1.637.500 40.320.500 1.364.529 33.599.073
0 -788.500 -657.057
2.461.500 15.690.000 1.673.000 14.901.500 1.394.111 12.417.420
3 Obar
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -892.000 -743.304
3.013.300 44.926.000 2.121.300 44.034.000 1.767.679 36.693.532
0 -892.000 -743.304
3.793.500 28.380.500 2.901.500 27.488.500 2.417.820 22.906.167
4 Adin
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -1.005.000 -837.467
3.285.000 37.303.800 0 2.280.000 36.298.800 -1.005.000 1.899.924 30.247.790 -837.467
2.549.500 19.094.500 1.544.500 18.089.500 1.287.032 15.073.980
5 Ade
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -760.000 -633.308
2.092.000 35.741.000 1.332.000 34.981.000 1.109.956 29.149.667
0 -760.000 -633.308
2.650.000 23.168.900 1.890.000 22.408.900 1.574.937 18.673.336
6 Heri
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -409.000 -340.820
2.347.500 37.683.500 1.938.500 37.274.500 1.615.352 31.060.841
0 -409.000 -340.820
4.117.500 31.573.000 3.708.500 31.164.000 3.090.293 25.968.961
7 Ujang
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -982.000 -818.301
2.112.500 34.037.000 1.130.500 33.055.000 942.046 27.544.732
0 -982.000 -818.301
3.183.800 71.153.000 2.201.800 70.171.000 1.834.760 58.473.494
8 Mus
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -884.500 -737.054
1.545.500 22.116.500 661.000 21.232.000 550.811 17.692.626
0 -884.500 -737.054
2.829.500 22.770.000 1.945.000 21.885.500 1.620.769 18.237.187
9 Dodi
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -866.500 -722.054
1.902.500 36.890.000 1.036.000 36.023.500 863.299 30.018.383
0 -866.500 -722.054
3.143.500 27.452.500 2.277.000 26.586.000 1.897.424 22.154.114
10 Ucup
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -439.000 -365.819
1.927.500 29.668.000 1.488.500 29.229.000 1.240.367 24.356.526
0 -439.000 -365.819
2.462.900 25.409.500 2.023.900 24.970.500 1.686.516 20.807.918
11 Damyudin
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -856.500 -713.721
1.677.000 26.330.500 820.500 25.474.000 683.723 21.227.484
0 -856.500 -713.721
1.552.500 19.254.000 696.000 18.397.500 579.977 15.330.637
12 Pendi
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -972.000 -809.968
2.195.500 15.843.000 1.223.500 14.871.000 1.019.543 12.392.004
0 -972.000 -809.968
4.049.000 47.103.000 3.077.000 46.131.000 2.564.064 38.440.962
13 Yadi
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -1.040.000 -866.632
1.720.500 27.355.000 0 680.500 26.315.000 -1.040.000 567.061 21.928.290 -866.632
2.953.000 22.137.500 1.913.000 21.097.500 1.594.103 17.580.547
14 Saeful
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -915.000 -762.470
1.343.500 31.974.500 428.500 31.059.500 357.069 25.881.881
0 -915.000 -762.470
2.985.000 16.730.000 2.070.000 15.815.000 1.724.931 13.178.640
15 Amek
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -1.010.000 -841.633
1.716.000 33.151.000 0 706.000 32.141.000 -1.010.000 588.310 26.783.095 -841.633
2.661.000 29.596.000 1.651.000 28.586.000 1.375.778 23.820.714
124
Lampiran 14 Komponen pendapatan nelayan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 16 Bandi
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -872.000 -726.638
17 Oder
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -1.040.000 -866.632
18 Gomloh
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
19 Dono
1.849.500 41.330.000 977.500 40.458.000 814.551 33.713.651
0 -872.000 -726.638
3.486.500 24.088.000 2.614.500 23.216.000 2.178.663 19.345.893
1.241.500 22.842.000 0 201.500 21.802.000 -1.040.000 167.910 18.167.607 -866.632
2.503.500 30.992.500 1.463.500 29.952.500 1.219.535 24.959.418
0 -805.000 -670.807
1.615.000 25.356.500 810.000 24.551.500 674.973 20.458.765
0 -805.000 -670.807
3.185.000 22.983.000 2.380.000 22.178.000 1.983.254 18.480.927
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -870.000 -724.971
2.026.000 28.705.000 1.156.000 27.835.000 963.295 23.194.906
0 -870.000 -724.971
3.955.500 22.728.000 3.085.500 21.858.000 2.571.147 18.214.271
20 Munajab
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -900.000 -749.970
1.271.500 21.353.500 371.500 20.453.500 309.571 17.043.902
0 -900.000 -749.970
2.748.500 21.968.000 1.848.500 21.068.000 1.540.355 17.555.964
21 Aep
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -875.000 -729.138
1.665.000 33.837.000 790.000 32.962.000 658.307 27.467.235
0 -875.000 -729.138
3.181.000 23.960.000 2.306.000 23.085.000 1.921.590 19.236.731
22 Wasih
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -925.000 -770.803
2.402.500 29.855.500 1.477.500 28.930.500 1.231.201 24.107.786
0 -925.000 -770.803
3.220.000 47.912.500 2.295.000 46.987.500 1.912.424 39.154.684
23 Kakan
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -924.000 -769.969
2.322.500 21.411.000 1.398.500 20.487.000 1.165.370 17.071.817
0 -924.000 -769.969
2.868.500 44.852.500 1.944.500 43.928.500 1.620.352 36.605.619
24 Amsor
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -802.000 -668.307
1.877.500 28.381.000 1.075.500 27.579.000 896.214 22.981.581
0 -802.000 -668.307
2.736.000 40.552.500 1.934.000 39.750.500 1.611.602 33.124.092
25 Tirta
Penjualan ikan Penjualan kotor Pendapatan bersih (83,33)
0 -1.040.000 -866.632
1.667.500 20.080.000 0 627.500 19.040.000 -1.040.000 522.896 15.866.032 -866.632
2.147.500 34.142.500 1.107.500 33.102.500 922.880 27.584.313
125
Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu No 1
2
3
4
5
6
Responden Ori
Anton
Obar
Adin
Ade
Heri
Jenis Ikan Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
Musim Barat Terendah Standard Tertinggi 0,00 54,00 168,00 0,00 78,00 110,00 0,00 62,50 535,50
Jumlah Tangkapan (kg) Musim Timur Jumlah Terendah Standard Tertinggi 222,00 0,00 68,57 178,97 188,00 598,00 0,00 21,43 205,71
Jumlah 247,54 227,14
0,00 0,00
53,40 40,00
95,00 232,00
148,40 272,00
0,00 0,00
72,00 21,88
259,20 262,50
331,20 284,38
0,00 0,00
66,67 84,00
112,00 672,32
178,67 756,32
0,00 0,00
50,00 37,50
64,20 300,00
114,20 337,50
0,00 0,00 0,00
65,31 24,00 22,40
118,75 599,20 66,67
184,06 623,20 89,07
0,00 0,00 0,00
104,50 10,00 86,93
216,67 172,80 313,00
321,17 182,80 399,93
0,00 0,00 0,00 0,00
36,00 55,00 46,33 28,00
290,00 243,00 223,33 434,40
326,00 298,00 269,67 462,40
0,00 0,00 0,00
145,92 39,00 17,14
172,80 90,00 205,71
318,72 129,00 222,86
0,00 0,00 0,00
42,25 42,29 44,80
164,10 397,14 86,40
206,35 439,43 131,20
0,00 0,00 0,00
123,50 17,50 66,67
171,20 211,88 473,67
294,70 229,38 540,33
0,00 0,00 0,00 0,00
25,67 53,40 108,00 100,00
250,00 151,20 125,00 533,67
275,67 204,60 233,00 633,67
0,00 0,00
68,57 58,00
187,09 88,25
255,66 146,25
0,00
51,50
140,40
191,90
0,00 0,00 0,00
33,00 31,00 63,75
171,00 423,33 193,75
204,00 454,33 257,50
0,00 0,00
40,00 84,00
152,00 197,60
192,00 281,60
0,00
13,33
371,33
384,67 0,00
67,20
155,52
222,72
0,00 0,00
68,57 28,00
162,86 400,00
231,43 428,00
0,00 0,00
33,50 24,00
96,45 439,20
129,95 463,20
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8,57 45,00 60,00 40,63 64,00
171,43 108,25 247,00 437,50 219,33
180,00 153,25 307,00 478,13 283,33
0,00 0,00
50,29 21,67
34,29 677,33
84,57 699,00
0,00 0,00
27,00 90,00
70,00 629,00
97,00 719,00
0,00 0,00 0,00
46,14 15,00 51,43
117,26 75,00 205,71
0,00 0,00 0,00
27,78 42,60 40,53
213,61 450,00 207,40
241,39 492,60 247,93
0,00 0,00 0,00 0,00
93,33 48,00 135,00 45,00
153,80 243,20 213,60 237,60
163,40 90,00 257,14 0,00 247,13 291,20 348,60 282,60
0,00
26,00
644,67
670,67
126
Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 7
8
9
Ujang
Mus
Dodi
10 Ucup
11 Damyudin
12 Pendi
13 Yadi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0,00 0,00 0,00
27,60 32,00 80,00
228,00 128,00 343,33
255,60 160,00 423,33
0,00
62,86
67,89
130,74
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
32,50 48,00 55,00 24,00 75,60 13,33
150,00 75,20 132,50 216,00 191,52 1.861,33
182,50 123,20 187,50 240,00 267,12 1.874,67
0,00 0,00 0,00
39,72 47,33 28,00
72,00 206,00 107,47
111,72 253,33 135,47
0,00
43,13
467,25
510,38
0,00 0,00 0,00
71,97 13,00 18,00
95,20 72,00 240,00
167,17 85,00 258,00
0,00 0,00 0,00
24,50 42,50 37,37
188,00 226,50 109,87
212,50 269,00 147,23
0,00 0,00 0,00
80,67 32,00 87,00
176,13 237,60 52,00
256,80 269,60 139,00
0,00 0,00 0,00
23,20 0,00 70,67
284,00 0,00 398,89
0,00 0,00
23,10 31,00
150,00 381,00
307,20 0,00 469,56 0,00 173,10 412,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
100,43 30,00 12,00 46,50 62,50 22,22 61,60
65,14 45,00 210,00 40,00 157,50 121,78 99,96
165,57 75,00 222,00 86,50 220,00 144,00 161,56
0,00 0,00 0,00 0,00
42,00 22,50 39,38 60,00
216,00 145,83 57,00 506,67
258,00 168,33 96,38 566,67
0,00 0,00 0,00 0,00
97,44 0,00 24,00 36,50
207,36 0,00 216,00 220,75
0,00 0,00
39,00 55,25
235,20 111,00
274,20 166,25
0,00 0,00
25,00 66,67
237,60 295,20
304,80 0,00 240,00 257,25 0,00 262,60 361,87
0,00 0,00 0,00
22,40 38,00 30,00
180,00 68,33 160,00
202,40 106,33 190,00
0,00
25,71
468,86
494,57
0,00 0,00 0,00
40,00 32,50 45,33
282,40 137,50 264,20
322,40 170,00 309,53
0,00 0,00 0,00
28,80 18,50 8,33
216,00 54,00 380,00
244,80 72,50 388,33
0,00
64,40
135,20
199,60
0,00 0,00
8,25 60,00
105,00 309,29
113,25 369,29
0,00 0,00 0,00
54,00 51,00 22,50
78,17 72,00 142,50
132,17 123,00 165,00
0,00 0,00 0,00
32,45 87,00 37,33
66,00 137,40 71,40
98,45 224,40 108,73
0,00 0,00 0,00 0,00
92,50 55,56 80,08 34,80
235,20 108,00 221,20 580,00
327,70 163,56 301,28 614,80
0,00
21,00
253,33
0,00
42,86
442,86
274,33 0,00 485,71
0,00 0,00 0,00
51,43 22,40 32,50
48,86 142,60 330,00
100,29 165,00 362,50
0,00 0,00
37,20 31,50
57,40 103,80
94,60 135,30
0,00 0,00 0,00
47,50 65,00 67,20
102,00 76,00 111,36
149,50 141,00 178,56
0,00
24,50
360,00
384,50
127
Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 14 Saeful
15 Amek
16 Bandi
17 Oder
18 Gomloh
19 Dono
20 Munajab
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0,00 0,00 0,00
22,50 22,67 43,20
303,75 160,00 317,50
326,25 182,67 360,70
0,00 0,00 0,00
85,00 31,20 28,50
76,00 95,20 210,00
161,00 126,40 238,50
0,00
51,60
309,30
0,00 360,90
0,00 0,00
75,00 62,40
140,40 72,00
215,40 134,40
0,00
28,80
37,54
66,34
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8,00 60,00 62,50 37,50 85,71
168,00 140,00 259,20 225,67 128,00
176,00 200,00 321,70 263,17 213,71
0,00 0,00
100,80 30,00
108,00 86,40
208,80 116,40
0,00 0,00 0,00 0,00
40,00 32,50 28,57 106,31
267,33 106,80 111,43 196,88
307,33 139,30 140,00 303,19
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
38,00 10,00 32,50 106,20 33,33 54,60
88,80 162,00 281,67 364,20 118,00 176,00
126,80 172,00 314,17 470,40 151,33 230,60
0,00
24,75
485,00
509,75
0,00 0,00 0,00
57,85 47,14 35,40
370,00 233,14 132,27
427,85 280,29 167,67
0,00 0,00 0,00
32,50 35,00 30,86
185,00 90,00 431,29
217,50 125,00 462,14
0,00 0,00 0,00
28,60 39,00 27,23
400,00 117,60 95,83
428,60 156,60 123,07
0,00 0,00
14,80 28,80
197,60 430,00
212,40 458,80
0,00 0,00 0,00
20,35 33,43 25,84
178,20 174,86 92,80
198,55 208,29 118,64
0,00 0,00 0,00
35,00 28,00 61,20
223,00 192,00 415,20
258,00 220,00 476,40
0,00 0,00 0,00 0,00
70,57 0,00 40,00 32,50
70,97 0,00 240,00 108,00
141,54 0,00 280,00 140,50
0,00 0,00 0,00
34,67 21,60 14,00
244,00 153,60 72,00
278,67 175,20 86,00
0,00 0,00 0,00
48,00 93,33 25,00
87,00 118,83 300,00
135,00 212,17 325,00
0,00 0,00 0,00
42,50 29,40 84,00
100,00 270,00 277,80
0,00 0,00 0,00
36,60 39,00 48,00
216,00 350,67 100,00
142,50 299,40 361,80 0,00 252,60 389,67 148,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
105,00 23,33 28,00 53,40 52,50 45,00 106,67
78,17 154,67 192,00 132,00 114,00 119,70 85,33
183,17 178,00 220,00 185,40 166,50 164,70 192,00
0,00 0,00
10,00 19,50
400,00 184,25
410,00 203,75
0,00
77,00
373,33
450,33
0,00 0,00 0,00 0,00
26,67 72,00 16,67 22,50
532,00 52,46 78,00 180,00
558,67 124,46 94,67 202,50
0,00
24,00
204,00
0,00
26,67
128,53
228,00 0,00 155,20
0,00 0,00 0,00
76,20 0,00 101,33
138,67 0,00 199,50
214,87 0,00 300,83
128
Lampiran 15 Status risiko hasil tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 21 Aep
22 Wasih
23 Kakan
24 Amsor
25 Tirta
Jumlah total Status risiko produksi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
0,00 0,00 0,00
48,57 0,00 40,00
30,86 0,00 100,00
79,43 0,00 140,00
153,75 137,50 1.121,43
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
72,00 21,86 93,33 0,00 33,33 51,57 20,00 22,50
133,33 149,57 153,73 0,00 418,00 54,34 72,00 418,00
205,33 171,43 247,07 0,00 451,33 105,91 92,00 440,50
225,00 117,67
267,50 206,33
0,00 0,00 0,00
53,33 24,00 85,00
189,33 86,50 270,60
242,67 110,50 355,60
20,00
420,80
440,80
0,00
55,20
705,60
760,80
0,00
55,00
165,00
220,00
0,00 0,00 0,00
66,00 32,14 90,00
246,15 246,86 172,00
312,15 279,00 262,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
25,00 17,50 25,00 112,20 10,00 116,17
75,00 260,00 283,33 182,60 408,33 429,00
100,00 277,50 308,33 294,80 418,33 545,17
0,00
37,50
112,50
150,00
0,00
90,00
240,00
330,00
0,00
60,00
214,20
274,20
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
54,29 30,00 28,00 40,00 67,73
97,71 107,00 78,00 128,57 1.064,00
152,00 137,00 106,00 168,57 1.131,73
0,00
35,00
160,00
195,00
0,00
73,07
216,00
289,07
0,00
13,33
223,33
236,67
0,00 0,00
32,50 45,71
132,00 28,71
164,50 74,43
0,00
110,00
460,00
570,00
0,00
46,75
132,00
178,75
0,00
90,00
908,00
998,00
0,00
21,33
102,40
123,73
0,00
68,00
100,00
168,00
0,00 0,00
17,28 57,87
151,20 206,67
168,48 264,53
0,00 0,00 0,00 0,00
30,67 46,90 22,50 8,33
226,67 300,00 140,00 199,33
257,33 346,90 162,50 207,67
0,00 0,00 0,00
22,50 17,50 47,14
131,25 120,00 1.074,29
0,00 0,00
42,50 88,67
0,00
38.630,08 275,93
36.714,01 239,96
129
Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu No 1
2
3
4
5
6
Responden Ori
Anton
Obar
Adin
Ade
Heri
Jenis Ikan Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
Musim Barat Terendah Standard Tertinggi 1.200,00 4.550,00 680,00 466,67 2.000,00 583,33 405,00 2.100,00 675,00
Jumlah Tangkapan (kg) Musim Timur Jumlah Terendah Standard Tertinggi 6.430,00 2.057,14 3.900,00 400,00 3.050,00 3.180,00 285,71 1.285,71 1.500,00
Jumlah 6.357,14 0,00 3.071,43
800,00 1.200,00
3.000,00 3.900,00
1.300,00 1.400,00
5.100,00 6.500,00
1.200,00 1.250,00 800,00
3.300,00 2.250,00 2.333,33
960,00 2.625,00 1.833,33
5.460,00 6.125,00 4.966,67
333,33 720,00
2.000,00 2.100,00
640,00 640,00
2.973,33 3.460,00
500,00 333,33
1.750,00 1.250,00
1.200,00 1.166,67
3.450,00 2.750,00
843,75 1.100,00 1.066,67
3.437,50 3.600,00 3.600,00
750,00 1.400,00 933,33
5.031,25 6.100,00 5.600,00
1.500,00 2.000,00 2.333,33
3.483,33 2.400,00 2.566,67
400,00 1.400,00 400,00
5.383,33 5.800,00 5.300,00
1.666,67 1.500,00 1.000,00 600,00
1.833,33 3.250,00 1.066,67 2.333,33
2.000,00 1.750,00 1.166,67 533,33
5.500,00 6.500,00 3.233,33 3.466,67
2.160,00 625,00 357,14
2.600,00 1.500,00 1.714,29
1.680,00 875,00 1.000,00
0,00 6.440,00 3.000,00 3.071,43
1.000,00 1.714,29 1.200,00
3.575,00 3.714,29 3.840,00
900,00 1.000,00 840,00
5.475,00 6.428,57 5.880,00
2.250,00 1.250,00 1.100,00
2.750,00 2.750,00 2.800,00
300,00 1.500,00 2.166,67
5.300,00 5.500,00 6.066,67
1.333,33 1.100,00 625,00 1.208,33
1.666,67 3.600,00 1.500,00 1.750,00
2.000,00 1.300,00 875,00 375,00
5.000,00 6.000,00 3.000,00 3.333,33
2.057,14 625,00
3.528,57 1.500,00
800,00 875,00
6.385,71 3.000,00
500,00
1.800,00
660,00
2.960,00
1.750,00 2.000,00 500,00
3.600,00 3.250,00 3.750,00
325,00 1.166,67 875,00
5.675,00 6.416,67 5.125,00
1.333,33 480,00
2.200,00 3.600,00
2.166,67 960,00
5.700,00 5.040,00
1.666,67
1.833,33
2.000,00
5.500,00 720,00
5.200,00
560,00
6.480,00
714,29 1.200,00
1.285,71 1.866,67
1.000,00 600,00
400,00 1.200,00
3.750,00 3.900,00
975,00 1.400,00
3.000,00 3.666,67 0,00 5.125,00 6.500,00
285,71 700,00 900,00 1.250,00 600,00
1.285,71 1.500,00 3.575,00 3.750,00 3.666,67
1.500,00 875,00 900,00 875,00 733,33
3.071,43 3.075,00 5.375,00 5.875,00 5.000,00
857,14 1.333,33
2.785,71 1.666,67
3.000,00 2.000,00
6.642,86 5.000,00
1.120,00 1.250,00
1.200,00 1.750,00
700,00 333,33
3.020,00 3.333,33
785,71 625,00 285,71
4.114,29 1.750,00 1.071,43
1.114,29 1.000,00 1.285,71
6.014,29 3.375,00 2.642,86
250,00 1.800,00 1.333,33
3.972,22 3.900,00 3.200,00
1.333,33 700,00 1.300,00
5.555,56 6.400,00 5.833,33
666,67 1.666,67 1.800,00 1.400,00
3.666,67 2.933,33 3.300,00 4.500,00
1.200,00 933,33 240,00 1.600,00
5.533,33 5.533,33 5.340,00 7.500,00
1.333,33
1.666,67
2.000,00
5.000,00
130
Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 7
8
9
Ujang
Mus
Dodi
10 Ucup
11 Damyudin
12 Pendi
13 Yadi
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
1.100,00 500,00 1.166,67
3.600,00 1.800,00 1.750,00
1.400,00 700,00 333,33
6.100,00 3.000,00 3.250,00
2.228,57
3.714,29
400,00
6.342,86
500,00 750,00 2.000,00 1.333,33 2.000,00 2.500,00
1.500,00 1.400,00 2.750,00 2.800,00 3.360,00 2.666,67
875,00 600,00 600,00 1.733,33 260,00 2.750,00
2.875,00 2.750,00 5.350,00 5.866,67 5.620,00 7.916,67
444,44 1.200,00 1.466,67
3.055,56 4.333,33 4.000,00
1.666,67 933,33 500,00
5.166,67 6.466,67 5.966,67
312,50
1.875,00
875,00
3.062,50
1.100,00 1.000,00 625,00
3.000,00 1.166,67 1.500,00
1.950,00 1.333,33 875,00
6.050,00 3.500,00 3.000,00
825,00 2.000,00 1.166,67
3.600,00 3.250,00 3.800,00
1.625,00 1.166,67 933,33
6.050,00 6.416,67 5.900,00
1.000,00 1.333,33 1.600,00
3.666,67 3.200,00 3.080,00
800,00 1.400,00 720,00
5.466,67 5.933,33 5.400,00
1.000,00
2.400,00
2.800,00
1.000,00
2.138,89
250,00
400,00 2.400,00
3.250,00 3.250,00
1.500,00 700,00
6.200,00 0,00 3.388,89 0,00 5.150,00 6.350,00
1.257,14 500,00 625,00 1.000,00 1.500,00 1.666,67 1.800,00
2.914,29 1.800,00 1.500,00 1.500,00 2.200,00 3.000,00 3.080,00
1.857,14 700,00 875,00 350,00 1.800,00 1.166,67 480,00
6.028,57 3.000,00 3.000,00 2.850,00 5.500,00 5.833,33 5.360,00
1.000,00 2.000,00 312,50 666,67
3.300,00 3.250,00 1.875,00 2.527,78
1.200,00 1.166,67 875,00 222,22
5.500,00 6.416,67 3.062,50 3.416,67
960,00
4.680,00
840,00
6.480,00
571,43 625,00
1.071,43 1.400,00
857,14 825,00
2.500,00 2.850,00
550,00 1.000,00
4.200,00 3.900,00
1.400,00 1.050,00
6.150,00 5.950,00
1.650,00 1.333,33
3.600,00 3.666,67
650,00 400,00
5.900,00 5.400,00
1.100,00 416,67 833,33
2.400,00 1.500,00 1.500,00
2.600,00 1.166,67 583,33
6.100,00 3.083,33 2.916,67
571,43
2.142,86
2.357,14
5.071,43
400,00 625,00 1.666,67
1.250,00 1.500,00 2.566,67
900,00 825,00 1.200,00
2.550,00 2.950,00 5.433,33
1.833,33 1.300,00 1.333,33
3.600,00 2.800,00 1.666,67
500,00 3.200,00 2.000,00
5.933,33 7.300,00 5.000,00
800,00
4.320,00
780,00
5.900,00
625,00 1.285,71
1.125,00 1.500,00
1.312,50 642,86
3.062,50 3.428,57
1.542,86 500,00 625,00
4.457,14 1.800,00 1.500,00
400,00 800,00 875,00
6.400,00 3.100,00 3.000,00
600,00 1.800,00 933,33
3.250,00 3.250,00 4.400,00
1.300,00 1.400,00 250,00
5.150,00 6.450,00 5.583,33
1.500,00 1.666,67 1.800,00 1.400,00
3.300,00 3.333,33 3.600,00 4.500,00
600,00 722,22 280,00 1.600,00
5.400,00 5.722,22 5.680,00 7.500,00
1.833,33 0,00 1.285,71
2.000,00 0,00 1.714,29
2.333,33 0,00 642,86
6.166,67 0,00 3.642,86
1.100,00 1.000,00 500,00
2.742,86 1.200,00 1.250,00
2.228,57 800,00 875,00
6.071,43 3.000,00 2.625,00
1.800,00 900,00
2.600,00 4.400,00
2.100,00 500,00
6.500,00 5.800,00
1.500,00 1.111,11 2.200,00
3.300,00 4.000,00 2.880,00
600,00 722,22 560,00
5.400,00 5.833,33 5.640,00
1.000,00
2.750,00
1.500,00
5.250,00
131
Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 14 Saeful
15 Amek
16 Bandi
17 Oder
18 Gomloh
19 Dono
20 Munajab
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
1.500,00 833,33 1.400,00
3.250,00 1.000,00 2.000,00
1.750,00 1.166,67 450,00
6.500,00 3.000,00 3.850,00
2.000,00 1.000,00 625,00
3.900,00 1.200,00 1.500,00
466,67 700,00 875,00
6.366,67 2.900,00 3.000,00
2.100,00
2.925,00
1.400,00
6.425,00
2.000,00 2.000,00
2.750,00 2.880,00
600,00 840,00
5.350,00 5.720,00
2.057,14
3.342,86
1.000,00
6.400,00
3.350,00 0,00 5.575,00 6.500,00 6.000,00
666,67 500,00 1.500,00 1.666,67 1.428,57
1.000,00 1.200,00 2.750,00 2.750,00 3.142,86
1.166,67 1.320,00 1.300,00 1.000,00 857,14
2.833,33 3.020,00 5.550,00 5.416,67 5.428,57
6.375,00 3.062,50 3.357,14 0,00 5.500,00 6.450,00 5.866,67
2.000,00 1.000,00
3.466,67 1.200,00
933,33 700,00
833,33 1.500,00 1.428,57 1.562,50
933,33 2.200,00 2.571,43 3.437,50
1.000,00 1.800,00 1.857,14 375,00
6.400,00 2.900,00 0,00 2.766,67 5.500,00 5.857,14 5.375,00
1.257,14 1.000,00 625,00 833,33 2.000,00 1.388,89 1.800,00
3.428,57 1.200,00 1.500,00 1.000,00 2.750,00 3.333,33 3.360,00
1.300,00 800,00 875,00 1.100,00 600,00 1.166,67 520,00
5.985,71 3.000,00 3.000,00 2.933,33 5.350,00 5.888,89 5.680,00
1.200,00
1.925,00
225,00
1.250,00 1.714,29 1.000,00
3.025,00 2.785,71 3.600,00
1.300,00 2.000,00 1.400,00
1.375,00 625,00 1.285,71
3.250,00 1.125,00 1.500,00
1.750,00 1.312,50 571,43
1.250,00 1.800,00 1.166,67
2.750,00 3.250,00 4.000,00
1.500,00 1.400,00 700,00
500,00 1.200,00
1.800,00 2.133,33
700,00 300,00
1.500,00 1.714,29 800,00
2.750,00 2.785,71 4.560,00
1.300,00 2.000,00 300,00
3.000,00 3.633,33 0,00 5.550,00 6.500,00 5.660,00
550,00 416,67 648,00
3.600,00 1.500,00 2.040,00
2.100,00 1.166,67 320,00
6.250,00 3.083,33 3.008,00
2.571,43
3.528,57
600,00
6.700,00
833,33 500,00
1.500,00 2.100,00
666,67 350,00
3.000,00 2.950,00
1.200,00 2.000,00 1.300,00
3.466,67 3.200,00 3.000,00
1.866,67 500,00 3.200,00
6.533,33 5.700,00 7.500,00
1.250,00 1.500,00 1.750,00
4.200,00 3.600,00 3.750,00
325,00 700,00 2.000,00
5.775,00 5.800,00 7.500,00
600,00 250,00 1.200,00
4.550,00 1.800,00 2.240,00
1.400,00 1.050,00 180,00
6.550,00 3.100,00 3.620,00
800,00 800,00 2.000,00
2.700,00 4.333,33 2.800,00
1.300,00 1.400,00 1.000,00
4.800,00 6.533,33 5.800,00
1.371,43 833,33 833,33 500,00 833,33 1.250,00 1.666,67
4.271,43 1.000,00 1.750,00 2.100,00 3.666,67 3.600,00 3.600,00
800,00 1.166,67 666,67 330,00 1.000,00 1.050,00 466,67
6.442,86 3.000,00 3.250,00 2.930,00 5.500,00 5.900,00 5.733,33
1.333,33 1.375,00
1.666,67 3.000,00
2.000,00 1.750,00
5.000,00 6.125,00
1.400,00
1.633,33
266,67
3.300,00
1.333,33 942,86 833,33 833,33
1.666,67 4.114,29 1.000,00 1.500,00
2.000,00 928,57 1.166,67 583,33
5.000,00 5.985,71 3.000,00 2.916,67
400,00
2.750,00
2.275,00
5.425,00
666,67
3.666,67
1.200,00
5.533,33
1.333,33
3.850,00
250,00
5.433,33
1.500,00
3.300,00
650,00
5.450,00
132
Lampiran 16 Status risiko harga ikan tangkapan payang di Palabuhanratu (lanjutan) 21 Aep
22 Wasih
23 Kakan
24 Amsor
25 Tirta
Jumlah total Status risiko harga
Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang Cakalang Cendro Eteman Pepetek Tongkol Banyar Lisong Tuna Layang
1.714,29
3.714,29
1.000,00
6.428,57
333,33
1.250,00
1.166,67
2.750,00
1.333,33 714,29 1.666,67
3.300,00 3.428,57 2.933,33
800,00 1.857,14 866,67
5.433,33 6.000,00 5.466,67
6.125,00 3.125,00 3.428,57
1.666,67 1.100,00 833,33 833,33
1.833,33 3.942,86 1.000,00 1.500,00
2.000,00 928,57 1.166,67 583,33
5.500,00 5.971,43 3.000,00 2.916,67
700,00 1.166,67
6.400,00 5.966,67
1.466,67 1.500,00 1.666,67
3.200,00 3.300,00 3.116,67
1.300,00 650,00 650,00
5.966,67 5.450,00 5.433,33
2.000,00
2.400,00
5.200,00
800,00
3.000,00
1.200,00
5.000,00
1.050,00
2.100,00
225,00
3.375,00
1.500,00 1.714,29 2.000,00
2.750,00 3.714,29 2.933,33
1.200,00 1.000,00 500,00
5.450,00 6.428,57 5.433,33
833,33 833,33 833,33 1.000,00 833,33 1.666,67
1.166,67 1.500,00 1.000,00 2.933,33 3.000,00 3.116,67
1.333,33 666,67 1.100,00 1.600,00 1.083,33 600,00
3.333,33 3.000,00 2.933,33 5.533,33 4.916,67 5.383,33
1.375,00
3.250,00
1.750,00
6.375,00
1.015,00
1.650,00
400,00
3.065,00
675,00
3.300,00
1.625,00
5.600,00
1.100,00 833,33 833,33 1.071,43 1.000,00
4.271,43 1.000,00 1.500,00 1.200,00 2.933,33
1.000,00 1.333,33 583,33 428,57 1.600,00
6.371,43 3.166,67 2.916,67 2.700,00 5.533,33
1.750,00
3.600,00
375,00
5.725,00
1.666,67
2.933,33
800,00
5.400,00
2.000,00
2.166,67
2.333,33
6.500,00
2.200,00 357,14
3.250,00 2.142,86
933,33 571,43
6.383,33 3.071,43
1.050,00
1.925,00
450,00
3.425,00
1.250,00
3.025,00
1.200,00
5.475,00
1.000,00
3.300,00
1.200,00
5.500,00
2.000,00
3.200,00
933,33
6.133,33
1.666,67
3.116,67
600,00
5.383,33
600,00 1.200,00
1.440,00 1.866,67
980,00 266,67
3.020,00 3.333,33
533,33 1.800,00 1.500,00 2.166,67
3.000,00 3.900,00 3.000,00 2.500,00
1.600,00 700,00 1.500,00 2.666,67
5.133,33 6.400,00 6.000,00 7.333,33
1.375,00 312,50 857,14
3.000,00 1.500,00 2.000,00
1.750,00 1.312,50 571,43
1.800,00 1.000,00
3.900,00 3.800,00
800,00
680.803,93 4.828,40
710.752,78 4.706,97
133
Lampiran 17 Status risiko pendapatan payang di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Ori Anton Obar Adin Ade Heri Ujang Mus Dodi Ucup Damyudin Pendi Yadi Saeful Amek Bandi Oder Gomloh Dono Munajab Aep Wasih Kakan Amsor Tirta
Terendah -315.362,39 -292.025,36 -320.033,49 -362.902,15 -233.324,00 -143.783,31 -294.076,78 -208.831,92 -275.520,78 -163.655,73 -251.901,69 -337.486,50 -333.320,00 -263.931,75 -225.437,41 -278.544,41 -132.402,11 -192.856,87 -286.172,76 -260.406,25 -297.411,35 -295.474,29 -316.237,35 -256.184,20 -309.511,43
Jumlah total Status risiko pendapatan
Musim Barat Standard 633.099,68 720.167,95 932.941,85 981.627,40 671.815,23 858.155,78 544.620,14 348.847,16 511.163,76 652.824,76 412.244,54 526.763,65 327.150,38 219.734,80 399.210,22 475.154,60 132.928,71 455.606,78 532.347,13 184.882,65 363.801,24 718.200,44 624.305,38 507.854,69 298.797,57
Tertinggi 760.236,26 933.307,57 1.528.897,18 1.512.389,50 767.096,51 1.455.976,91 1.721.545,72 1.474.385,47 789.957,44 640.961,20 936.506,66 826.133,62 843.395,75 995.456,98 1.434.808,68 1.123.788,38 1.009.311,48 767.203,69 1.220.784,50 946.883,42 1.084.232,94 803.592,86 914.561,63 1.149.079,04 1.133.288,00
Jumlah 1.077.973,55 1.361.450,17 2.141.805,53 2.131.114,75 1.205.587,74 2.170.349,38 1.972.089,08 1.614.400,70 1.025.600,42 1.130.130,23 1.096.849,51 1.015.410,77 837.226,13 951.260,03 1.608.581,49 1.320.398,57 1.009.838,08 1.029.953,59 1.466.958,86 871.359,82 1.150.622,83 1.226.319,00 1.222.629,66 1.400.749,52 1.122.574,14 33.161.233,55 1.326.449,34
Terendah -278.729,38 -238.929,84 -332.530,56 -334.986,60 -249.990,00 -129.836,08 -389.666,95 -304.034,71 -300.856,02 -158.842,33 -187.821,43 -385.698,86 -357.485,70 -314.518,67 -354.371,79 -326.986,92 -381.730,76 -251.552,44 -337.770,58 -296.040,79 -318.997,66 -348.696,37 -310.126,48 -309.091,80 -300.913,89
Musim Timur Standard 747.602,67 823.792,80 1.272.536,82 723.955,42 870.359,92 1.802.670,95 939.222,35 830.643,86 1.039.065,58 887.639,93 381.563,68 1.312.556,62 876.756,60 862.465,50 705.991,50 1.062.098,14 900.698,10 1.126.848,86 1.256.355,99 851.248,84 960.794,90 1.001.745,64 922.700,36 846.091,16 576.799,84
Tertinggi 641.934,55 564.428,18 602.793,87 565.274,26 982.807,18 927.462,90 696.113,03 1.367.789,04 791.218,35 821.365,17 1.210.313,43 457.630,50 659.270,50 1.153.130,96 1.567.152,22 1.209.118,30 1.093.721,13 1.050.052,69 827.921,43 923.998,13 1.202.295,66 932.254,38 1.016.822,75 414.051,15 766.230,92
Jumlah 1.110.807,84 1.149.291,15 1.542.800,13 954.243,08 1.603.177,10 2.600.297,77 1.245.668,43 1.894.398,18 1.529.427,91 1.550.162,77 1.404.055,68 1.384.488,27 1.178.541,40 1.701.077,79 1.918.771,93 1.944.229,52 1.612.688,47 1.925.349,12 1.746.506,84 1.479.206,18 1.844.092,90 1.585.303,65 1.629.396,63 951.050,50 1.042.116,88 38.527.150,09 1.541.086,00
134
Lampiran 18 Peluang risiko total nelayan payang di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Responden Ori Anton Obar Adin Ade Heri Ujang Mus Dodi Ucup Damyudin Pendi Yadi Saeful Amek Bandi Oder Gomloh Dono Munajab Aep Wasih Kakan Amsor Tirta
Jumlah total Rata-rata PRT
Pendapatan tinggi 0,05 0,03 0,04 0,05 0,03 0,05 0,06 0,08 0,03 0,03 0,04 0,07 0,04 0,04 0,05 0,03 0,06 0,04 0,05 0,06 0,04 0,03 0,05 0,05 0,07
Harga tinggi 0,16 0,19 0,21 0,17 0,26 0,19 0,16 0,20 0,17 0,16 0,27 0,19 0,22 0,22 0,18 0,22 0,16 0,24 0,20 0,18 0,21 0,24 0,11 0,13 0,19
Peluang Produksi rendah 0,20 0,26 0,28 0,24 0,29 0,23 0,25 0,31 0,30 0,30 0,24 0,29 0,30 0,28 0,23 0,28 0,24 0,14 0,19 0,29 0,27 0,25 0,25 0,26 0,30
Frek.pen rendah 0,67 0,60 0,60 0,50 0,63 0,53 0,53 0,50 0,63 0,63 0,57 0,50 0,43 0,43 0,47 0,50 0,60 0,67 0,63 0,60 0,63 0,50 0,47 0,50 0,47
PRT 0,08 0,05 0,07 0,10 0,04 0,09 0,12 0,17 0,04 0,04 0,08 0,13 0,09 0,09 0,11 0,07 0,09 0,06 0,08 0,09 0,06 0,07 0,11 0,10 0,15 0,09
Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu No
Responden
1
Pendi
2
Deden
3
Makmur
4
Emang
Jenis Ikan
15
23
55
0,33
0,33
0,33
135
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
Jumlah Tangkapan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 15 28 8 15 150 0,17 0,60 0,23 0,17 0,65 0,18 0 5 120 0,15 0,65 0,20 0 15 25 1 5 50 0,30 0,40 0,30 0,31 0,54 0,15 0 40 1.000 0,20 0,60 0,20 0 12 58 0 20 120 0,15 0,65 0,20 0,13 0,60 0,27 0 5 25 0,13 0,50 0,38 10 25 1.200 0,33 0,54 0,13 0 8 15 0,33 0,33 0,33 12 20 60 0,17 0,50 0,33 0 15 50 0,10 0,60 0,30 2 30 25 5 18 130 0,16 0,56 0,28 0,22 0,61 0,17 0 15 60 0,23 0,54 0,23 0 8 20 4 10 80 0,14 0,57 0,29 0,18 0,65 0,18 0 27 1.200 0,25 0,50 0,25 4 13 45 0 25 80 0,13 0,60 0,27 0,13 0,60 0,27 3 10 20 8 15 26 0,25 0,63 0,13 0,10 0,70 0,20 0 15 400 0,25 0,55 0,20 10 20 40 0,33 0,33 0,33 8 30 60 0,14 0,57 0,29 5 17 40 0,20 0,60 0,20 0 15 15 0 30 300 0,20 0,65 0,15 0,24 0,64 0,12 8 15 35 5 12 90 0,13 0,50 0,38 0,08 0,68 0,24 5 10 20 0 13 200 0,20 0,60 0,20 0,25 0,63 0,13 0 35 500 0,14 0,57 0,29 0 12 20 8 25 110 0,18 0,55 0,27 0,20 0,60 0,20 0 5 20 4 10 45 0,25 0,50 0,25 0,10 0,70 0,20 20 75 300 0,32 0,56 0,12 9 18 45 0,33 0,33 0,33 15 26 48 0,25 0,50 0,25 3 20 36 10 43 102 0,23 0,54 0,23 0,27 0,62 0,11 0 10 300 0,20 0,65 0,15 3 5 120 0,20 0,50 0,30 0 30 2.000 0,20 0,60 0,20 8 15 25 0 35 80 0,30 0,50 0,20 0,20 0,60 0,20 7 18 33 0,13 0,63 0,25 8 15 25 0 36 1.700 0,33 0,33 0,33 0,28 0,64 0,08
Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 5
6
7
8
Pate
Babeng
Guntur
Wahyu
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
5 4
14 12
40 20
0
18
55
0
10
23
6
13
25
0 0 5
8 5 5
70 50 30
9 0 0
15 7 6
58 60 18
8
15
20
3 4
10 18
28 25
10 0
18 8
35 20
9 4 2 0 0 10 5 2 10
37 17 15 40 30 18 30 8 31
93 110 60 200 50 43 80 20 84
11 5 5 0 0 0 0 5 17 0 4 5 0 0 4 0
45 10 13 50 25 21 18 14 30 20 10 10 45 20 14 40
400 50 30 100 150 33 1.000 30 65 130 220 150 1.500 135 24 700
13 0
26 15
81 80
0 0 0 2 10 8 8
10 40 50 23 50 24 28
320 120 80 44 300 58 53
0,15 0,20
0,62 0,50
0,24 0,30
0,17
0,50
0,33
0,14
0,57
0,29
0,21
0,57
0,21
0,15 0,25 0,33
0,60 0,63 0,33
0,25 0,13 0,33
0,12 0,13 0,20
0,56 0,53 0,60
0,32 0,33 0,20
0,20
0,50
0,30
0,17 0,15
0,60 0,55
0,23 0,30
0,20 0,25
0,60 0,50
0,20 0,25
0,19 0,20 0,20 0,17 0,14 0,13 0,30 0,33 0,20
0,61 0,60 0,70 0,67 0,57 0,50 0,60 0,33 0,60
0,20 0,20 0,10 0,17 0,29 0,38 0,10 0,33 0,20
0,22 0,23 0,30 0,29 0,20 0,10 0,23 0,33 0,25 0,22 0,20 0,27 0,20 0,25 0,10 0,29
0,69 0,63 0,40 0,43 0,60 0,70 0,67 0,33 0,50 0,68 0,55 0,53 0,60 0,67 0,60 0,58
0,09 0,13 0,30 0,29 0,20 0,20 0,10 0,33 0,25 0,10 0,25 0,20 0,20 0,08 0,30 0,13
0,20 0,15
0,60 0,64
0,20 0,21
0,20 0,20 0,14 0,13 0,23 0,33 0,29
0,53 0,50 0,71 0,50 0,68 0,33 0,43
0,27 0,30 0,14 0,38 0,10 0,33 0,29
136
Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 9
Sukana
10 Beny
11 Ratman
12 Ipi
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung
2
13
48
2
18
28
5
10
35
3
16
36
5
10
15
5 0
14 10
31 40
2 0 6
8 12 10
35 25 17
0
5
10
3
12
40
10 0 10
20 5 20
20 15 40
0
5
15
5 2 3 0 0 0 20
44 5 30 20 24 17 70
90 80 95 50 98 48 1.700
20 0 3 2 0 0 10 0 5
30 25 20 19 35 20 20 50 20
75 320 300 110 800 89 35 200 40
6
18
125
8 0 0 0 5 8 10 10 0 5 0 0 5 0
25 30 35 22 35 23 33 30 15 20 30 32 12 20
80 150 139 50 150 40 69 80 90 75 600 167 42 350
0,17
0,63
0,20
0,17
0,50
0,33
0,20
0,60
0,20
0,23
0,67
0,10
0,15
0,54
0,31
0,24 0,33
0,59 0,33
0,18 0,33
0,20 0,11 0,14
0,60 0,69 0,62
0,20 0,20 0,24
0,20
0,50
0,30
0,10
0,60
0,30
0,18 0,29 0,33
0,53 0,57 0,33
0,29 0,14 0,33
0,25
0,50
0,25
0,20 0,16 0,25 0,14 0,20 0,13 0,32
0,67 0,68 0,63 0,71 0,60 0,63 0,56
0,13 0,16 0,13 0,14 0,20 0,25 0,12
0,29 0,08 0,20 0,27 0,13 0,20 0,10 0,29 0,13
0,43 0,80 0,60 0,53 0,63 0,50 0,60 0,58 0,50
0,29 0,12 0,20 0,20 0,25 0,30 0,30 0,13 0,38
0,27
0,62
0,11
0,20 0,13 0,20 0,20 0,28 0,17 0,33 0,25 0,13 0,25 0,14 0,13 0,10 0,30
0,60 0,63 0,60 0,60 0,64 0,50 0,33 0,67 0,71 0,50 0,71 0,50 0,70 0,45
0,20 0,25 0,20 0,20 0,08 0,33 0,33 0,08 0,17 0,25 0,14 0,38 0,20 0,25
137
Lampiran 19 Jumlah tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 13 Letang
14 Dedi
15 Turino
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
0 4 0
20 10 5
22 35 15
0
9
25
0
30
50
5 0
15 10
45 33
0
15
20
5 0
15 40
46 25
0
8
15
10
35
50
Barat 839 13,53 6,92 0,51
0 4 0 0 0 8 0
25 15 20 40 35 14 50
170 50 50 240 167 33 240
20 8 10 6 0 0 0 10 10
30 40 15 18 30 40 20 40 22
40 200 400 180 90 120 48 150 58
10 0 7 10 0 4 10
35 15 25 45 30 17 40
50 40 250 2.500 115 30 350
0,12 0,11 0,08
0,64 0,61 0,75
0,24 0,28 0,17
0,10
0,70
0,20
0,33
0,33
0,33
0,15 0,20
0,65 0,50
0,20 0,30
0,13
0,50
0,38
0,10 0,14
0,60 0,66
0,30 0,20
0,15
0,60
0,25
0,20
0,60
0,20
0,07 0,13 0,13 0,17 0,14 0,20 0,20
0,74 0,63 0,67 0,50 0,57 0,60 0,65
0,19 0,25 0,20 0,33 0,29 0,20 0,15
0,14 0,13 0,30 0,07 0,17 0,17 0,10 0,20 0,20
0,71 0,76 0,55 0,80 0,50 0,67 0,70 0,65 0,60
0,14 0,11 0,15 0,13 0,33 0,17 0,20 0,15 0,20
0,20 0,15 0,33 0,17 0,25 0,10 0,29
0,62 0,65 0,58 0,50 0,58 0,60 0,58
0,18 0,20 0,08 0,33 0,17 0,30 0,13
Timur 3.114 25,52 12,86 0,50
138
Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu No
Responden
1
Pendi
2
Deden
3
Makmur
4
Emang
Jenis Ikan Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
Harga ikan (Rp) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 2.000 3.000 4.000 2.000 2.500 3.000 0,10 0,57 0,33 0,23 0,63 0,13 3.000 4.000 5.000 0,20 0,55 0,25 6.000 6.500 7.000 4.000 5.000 8.000 0,20 0,70 0,10 0,08 0,54 0,38 4.000 5.000 6.000 0,40 0,40 0,20 3.000 3.500 4.000 2.000 2.500 3.000 0,20 0,60 0,20 0,13 0,60 0,27 2.000 2.500 4.000 0,13 0,63 0,25 1.000 1.500 2.000 0,25 0,67 0,08 2.000 2.500 3.000 0,33 0,33 0,33 1.500 2.000 2.500 0,17 0,67 0,17 7.000 8.000 8.500 0,30 0,60 0,10 2.000 2.500 3.000 1.500 2.000 3.000 0,12 0,68 0,20 0,27 0,61 0,13 3.000 3.500 4.000 0,08 0,54 0,38 5.000 7.000 7.500 5.000 5.500 8.000 0,14 0,71 0,14 0,12 0,59 0,29 4.500 5.000 6.000 0,25 0,50 0,25 3.000 4.000 4.500 2.000 3.000 4.000 0,27 0,47 0,27 0,07 0,67 0,27 2.500 3.500 4.000 2.000 3.000 4.000 0,25 0,50 0,25 0,10 0,60 0,30 1.500 2.000 2.500 0,05 0,65 0,15 1.000 1.700 2.000 0,33 0,33 0,33 1.500 2.000 2.500 0,14 0,57 0,29 6.000 7.000 7.500 0,20 0,40 0,40 2.000 3.000 3.500 1.000 1.250 1.500 0,25 0,55 0,20 0,14 0,54 0,32 3.500 4.000 4.500 2.500 3.000 4.000 0,13 0,50 0,38 0,08 0,68 0,24 5.000 6.000 7.000 3.000 4.000 5.000 0,20 0,60 0,20 0,13 0,50 0,38 3.000 5.000 8.000 0,29 0,57 0,14 4.000 4.500 5.000 2.000 3.000 3.500 0,18 0,73 0,09 0,20 0,60 0,20 2.500 3.000 4.000 2.000 2.500 4.000 0,25 0,50 0,25 0,10 0,60 0,30 750 1.000 1.750 0,20 0,56 0,24 1.000 1.500 2.000 0,33 0,33 0,33 1.300 1.500 2.000 0,25 0,50 0,25 2.000 3.000 4.000 750 1.500 2.000 0,23 0,69 0,08 0,25 0,51 0,24 4.000 5.000 5.500 0,25 0,55 0,20 5.000 6.000 8.000 0,20 0,60 0,20 5.000 6.000 7.500 0,40 0,40 0,20 3.000 4.000 4.500 2.000 3.000 4.000 0,25 0,65 0,10 0,20 0,40 0,40 2.000 2.500 3.500 0,13 0,63 0,25 2.000 2.500 3.000 750 1.500 2.000 0,33 0,33 0,33 0,16 0,56 0,28 1.500
2.000
2.500
0,33
0,33
0,33
139
Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 5
6
7
8
Pate
Babeng
Guntur
Wahyu
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
2.000 4.000
2.500 5.000
3.000 6.000
4.000
4.500
5.000
7.000
8.000
9.000
4500
6.000
7.000
3.000 2.500 2.000
3.500 3.000 3.000
4.000 3.500 3.500
2000 5000 6000
3.000 6.500 7.000
3.500 7.000 8.000
3.000
3.500
4.500
2.000 3.500
3.000 4.000
3.500 5.000
2.500 2.500
3.000 3.500
4.000 4.000
1.500 3.000 4.000 4.000 2.000 2.000 1.200 1.500 750
2.000 5.000 5.000 4.500 3.000 3.000 1.500 2.000 1.500
2.500 6.000 6.500 6.000 3.500 3.500 2.000 2.500 2.000
1.700 5.000 4.500 4.000 2.000 2.000 1.500 1.500 1.700 1.300 5.000 4.000 4.500 2.500 2.000 2.000 1.500 2.000 750
2.000 6.000 5.000 4.500 3.000 2.500 2.000 2.000 2.000 1.500 5.500 5.000 5.000 3.000 3.000 2.500 2.000 2.200 1.500
2.500 8.000 6.500 6.000 3.500 4.000 2.500 2.500 2.500 2.000 6.000 6.000 7.500 3.500 4.000 3.000 2.500 2.500 2.000
4.500 4.000 2.000 2.000 1.200 1.500 1.000
5.000 5.000 2.500 3.500 1.500 2.500 1.500
6.500 5.500 3.500 4.000 2.000 3.000 2.000
0,12 0,10
0,79 0,60
0,09 0,30
0,33
0,50
0,17
0,14
0,71
0,14
0,21
0,64
0,14
0,15 0,25 0,33
0,80 0,50 0,33
0,05 0,25 0,33
0,20 0,33 0,40
0,56 0,53 0,40
0,24 0,13 0,20
0,20
0,50
0,30
0,20 0,15
0,63 0,55
0,17 0,30
0,30 0,25
0,50 0,50
0,20 0,25
0,23 0,27 0,20 0,33 0,14 0,25 0,27 0,33 0,20
0,53 0,53 0,70 0,50 0,43 0,50 0,43 0,33 0,60
0,24 0,20 0,10 0,17 0,43 0,25 0,30 0,33 0,20
0,20 0,37 0,10 0,29 0,20 0,30 0,07 0,33 0,25 0,22 0,20 0,27 0,40 0,17 0,10 0,29
0,55 0,57 0,70 0,57 0,60 0,50 0,57 0,33 0,50 0,63 0,60 0,60 0,40 0,58 0,70 0,58
0,25 0,07 0,20 0,14 0,20 0,20 0,37 0,33 0,25 0,15 0,20 0,13 0,20 0,25 0,20 0,13
0,20 0,15
0,40 0,61
0,40 0,24
0,27 0,10 0,14 0,38 0,23 0,33 0,14
0,53 0,70 0,43 0,50 0,55 0,33 0,57
0,20 0,20 0,43 0,13 0,23 0,33 0,29
140
Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 9
Sukana
10 Beny
11 Ratman
12 Ipi
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung
2000 4000 5000
3.000 5.000 6.000
4.000 5.500 6.500
2.000
2.500
3.000
2500
3.500
4.000
5000
6.000
6.500
3.500 3.000
4.000 3.500
4.500 4.000
6.000 2.000 3.000 5.000
7.500 2.500 3.500 6.000
8.000 4.000 4.000 6.500
3.500
4.000
5.000
5000
5.500
6.000
3.500 2.500 2.000
4.000 3.000 2.500
5.000 4.000 4.000
7.500
8.000
8.500
1.000 4.000 4.500 4.000 2.000 2.000 1.200
1.500 5.000 5.500 5.000 3.000 2.500 1.500
2.000 5.500 6.000 5.500 4.000 3.500 2.500
1.000 1.200 4.000 4.000 5.000 2.000 3.000 1.500 1.200
1.500 1.500 5.000 5.000 6.500 2.500 3.500 2.000 1.500
2.000 2.500 5.500 6.500 8.000 3.500 4.000 2.500 2.500
1.500
2.000
2.500
5.000 4.000 3.000 1.500 1.500 1.500 1.500 750 4.000 4.500 4.000 3.000 2.500 1.500
5.500 5.000 3.500 2.000 2.000 2.000 2.000 1.500 5.000 5.000 5.000 3.500 3.000 2.000
6.000 7.500 4.000 2.500 2.500 2.500 3.000 2.500 6.000 6.000 7.500 4.000 3.500 2.500
0,23
0,69
0,09
0,33
0,42
0,25
0,40
0,40
0,20
0,23
0,67
0,10
0,23
0,62
0,15
0,12 0,33
0,82 0,33
0,06 0,33
0,20 0,11 0,14
0,40 0,77 0,62
0,40 0,11 0,24
0,30
0,60
0,10
0,30
0,45
0,25
0,24 0,29 0,33
0,59 0,57 0,33
0,18 0,14 0,33
0,25
0,63
0,13
0,20 0,20 0,25 0,29 0,20 0,38 0,24
0,67 0,56 0,63 0,57 0,60 0,50 0,56
0,13 0,24 0,13 0,14 0,20 0,13 0,20
0,29 0,12 0,20 0,27 0,38 0,10 0,20 0,29 0,13
0,43 0,67 0,60 0,60 0,38 0,60 0,50 0,58 0,63
0,29 0,22 0,20 0,13 0,25 0,30 0,30 0,13 0,25
0,27
0,56
0,16
0,33 0,25 0,20 0,20 0,28 0,17 0,33 0,25 0,29 0,25 0,29 0,13 0,30 0,30
0,47 0,63 0,60 0,40 0,64 0,67 0,33 0,62 0,50 0,50 0,57 0,50 0,60 0,55
0,20 0,13 0,20 0,40 0,08 0,17 0,33 0,13 0,21 0,25 0,14 0,38 0,10 0,15
141
Lampiran 20 Harga ikan tangkapan bagan nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 13 Letang
14 Dedi
15 Turino
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
2000 3000 6.000
3.000 4.000 6.500
3.500 5.000 7.000
3.500
4.000
5.000
2.000
2.500
3.000
2.500 6000
3.000 7.000
4.000 7.500
2.500
3.500
4.000
6.000 2000
7.000 2.500
8.000 3.000
3.500
4.000
4.500
2.000
2.500
3.000
Barat 277.000 4.328,13 1.679,05 0,39
1.300 5.000 4.000 4.500 3.000 1.500 1.500
1.500 5.500 5.000 5.000 3.500 2.000 2.000
2.000 6.000 6.000 7.500 4.000 2.500 2.500
1.500 1.500 4.000 5.000 4.000 2.000 2.000 1.200 1.500
2.000 2.000 4.500 5.500 5.000 2.500 3.000 1.500 2.500
3.000 2.500 6.000 6.000 6.000 3.500 4.000 2.000 3.000
1.000 2.500 3.000 3.000 2.000 1.700 750
2.000 3.000 4.000 5.000 3.000 2.500 1.000
1.500 4.000 5.000 8.000 3.500 3.000 2.500
0,20 0,11 0,33
0,56 0,61 0,50
0,24 0,28 0,17
0,10
0,70
0,20
0,33
0,33
0,33
0,10 0,30
0,70 0,50
0,20 0,20
0,13
0,63
0,25
0,20 0,14
0,60 0,66
0,20 0,20
0,20
0,55
0,25
0,20
0,60
0,20
0,14 0,21 0,20 0,17 0,14 0,20 0,20
0,59 0,46 0,60 0,67 0,57 0,60 0,55
0,27 0,33 0,20 0,17 0,29 0,20 0,25
0,14 0,19 0,30 0,27 0,33 0,17 0,20 0,15 0,40
0,57 0,71 0,55 0,47 0,50 0,50 0,60 0,50 0,40
0,29 0,10 0,15 0,27 0,17 0,33 0,20 0,35 0,20
0,22 0,15 0,17 0,17 0,08 0,10 0,21
0,52 0,65 0,58 0,67 0,50 0,50 0,58
0,26 0,20 0,25 0,17 0,42 0,40 0,21
Timur 386.650 3.143,50 1.474,12 0,47
142
Lampiran 21 Pendapatan nelayan bagan per trip di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden Pendi Deden Makmur Emang Pate Babeng Guntur Wahyu Sukana Beny Ratman Ipi Letang Dedi Turino
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Pendapatan/trip Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard -26.000 65.350 193.000 -1.400 106.750 -8.575 84.725 194.375 3.575 108.875 -18.298 14.299 43.996 -3.100 75.792 -14.400 11.250 23.100 -4.200 136.350 -31.425 33.675 119.175 -4.275 156.525 -11.775 2.775 70.875 16.875 177.825 -14.999 8.499 88.291 -7.999 95.330 -6.100 27.950 57.050 -6.850 151.250 -18.450 22.350 62.550 9.450 156.900 -6.399 30.397 97.690 -6.599 118.988 -28.197 -15.998 -5.799 -7.899 101.390 -12.350 30.550 105.250 -23.000 122.650 -21.115 23.581 60.177 -4.316 120.971 -23.498 18.998 91.791 -2.300 98.790 -22.000 34.850 29.750 19.100 152.750 Barat 393.250 26.216,69 24.215,76 0,92
Tertinggi 1.915.000 2.048.975 620.918 4.002.000 522.225 1.016.325 2.084.592 791.150 1.004.100 1.307.869 380.562 1.241.800 519.131 717.028 2.652.050
Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0,17 0,63 0,20 0,43 0,50 0,07 0,31 0,57 0,12 0,39 0,57 0,04 0,11 0,52 0,38 0,40 0,54 0,06 0,14 0,47 0,39 0,47 0,51 0,02 0,13 0,61 0,26 0,38 0,54 0,08 0,18 0,53 0,29 0,35 0,59 0,05 0,20 0,45 0,35 0,48 0,49 0,03 0,09 0,75 0,16 0,44 0,47 0,09 0,12 0,62 0,27 0,42 0,50 0,08 0,17 0,63 0,20 0,40 0,54 0,06 0,29 0,49 0,22 0,29 0,60 0,11 0,13 0,71 0,16 0,43 0,50 0,07 0,14 0,55 0,31 0,38 0,53 0,09 0,14 0,57 0,29 0,38 0,55 0,07 0,10 0,72 0,18 0,44 0,52 0,04
Timur 1.881.137 125.409,15 28.765,54 0,23
143
144
Lampiran 22 Komponen biaya operasional bagan di Palabuhanratu No 1
Nama Responden Pendi
Komponen Biaya
Harga satuan (Rp)
Satuan
Penggunaan Jumlah trip per trip T B
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 7.500 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
10 2 1 2 1 0,5
104 104 104 104 104 104
60 2.600.000 1.500.000 60 1.560.000 900.000 60 520.000 300.000 60 312.000 180.000 60 156.000 90.000 60 260.000 150.000 5.408.000 3.120.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 8.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
10 2 1 3 2 0,75
100 100 100 100 100 100
65 2.500.000 1.625.000 65 2.000.000 1.300.000 65 800.000 520.000 65 450.000 292.500 65 300.000 195.000 65 375.000 243.750 6.425.000 4.176.250
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 8.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
15 3 2 4 2 1
96 96 96 96 96 96
56 3.600.000 2.100.000 56 2.880.000 1.680.000 56 1.536.000 896.000 56 576.000 336.000 56 288.000 168.000 56 480.000 280.000 9.360.000 5.180.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 15.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
10 2 2 2 1 0,5
92 92 92 92 92 92
49 2.300.000 1.225.000 49 2.760.000 1.470.000 49 920.000 490.000 49 276.000 147.000 49 138.000 73.500 49 230.000 122.500 6.624.000 3.528.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 20.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
10 2 2 3 2 0,75
100 100 100 100 100 100
61 2.500.000 1.525.000 61 4.000.000 2.440.000 61 1.000.000 610.000 61 450.000 274.500 61 300.000 183.000 61 375.000 228.750 8.625.000 5.261.250
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 8.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
8 2 1 3 2 0,75
96 96 96 96 96 96
45 1.920.000 900.000 45 1.920.000 900.000 45 768.000 360.000 45 432.000 202.500 45 288.000 135.000 45 360.000 168.750 5.688.000 2.666.250
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 15.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
10 3 1 3 1,5 0,75
104 104 104 104 104 104
55 2.600.000 1.375.000 55 4.680.000 2.475.000 55 520.000 275.000 55 468.000 247.500 55 234.000 123.750 55 390.000 206.250 8.892.000 4.702.500
Jumlah 2
Deden
Jumlah 3
Makmur
Jumlah 4
Emang
Jumlah 5
Pate
Jumlah 6
Bebeng
Jumlah 7
Guntur
Jumlah
Biaya/musim T B
145
Lampiran 22 Komponen biaya operasional bagan di Palabuhanratu (lanjutan) 8
Wahyu
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
7 2 2 2 1 0,5
100 100 100 100 100 100
64 1.750.000 1.120.000 64 2.000.000 1.280.000 64 1.000.000 640.000 64 300.000 192.000 64 150.000 96.000 64 250.000 160.000 5.450.000 3.488.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 8.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
8 2 1 3 1,5 0,75
96 96 96 96 96 96
52 1.920.000 1.040.000 52 1.920.000 1.040.000 52 768.000 416.000 52 432.000 234.000 52 216.000 117.000 52 360.000 195.000 5.616.000 3.042.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
6 3 2 4 2 1
104 104 104 104 104 104
65 1.560.000 975.000 65 3.120.000 1.950.000 65 1.040.000 650.000 65 624.000 390.000 65 312.000 195.000 65 520.000 325.000 7.176.000 4.485.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 15.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
12 3 2 4 2 1
92 92 92 92 92 92
65 2.760.000 1.950.000 65 4.140.000 2.925.000 65 920.000 650.000 65 552.000 390.000 65 276.000 195.000 65 460.000 325.000 9.108.000 6.435.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 15.000 8.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
15 2 1 4 2 1
96 96 96 96 96 96
56 3.600.000 2.100.000 56 2.880.000 1.680.000 56 768.000 448.000 56 576.000 336.000 56 288.000 168.000 56 480.000 280.000 8.592.000 5.012.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.800 10.000 8.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
7 3 2 3 1 0,75
100 100 100 100 100 100
65 1.960.000 1.274.000 65 3.000.000 1.950.000 65 1.600.000 1.040.000 65 450.000 292.500 65 150.000 97.500 65 375.000 243.750 7.535.000 4.897.750
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 15.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
15 3 2 4 2 1
100 100 100 100 100 100
58 3.750.000 2.175.000 58 4.500.000 2.610.000 58 1.000.000 580.000 58 600.000 348.000 58 300.000 174.000 58 500.000 290.000 10.650.000 6.177.000
Minyak tanah Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks Spirtus
2.500 10.000 5.000 1.500 1.500 5.000
Liter Pkt Bungkus Buah Buah Botol
10 2 2 2 1 0,5
104 104 104 104 104 104
60 2.600.000 1.500.000 60 2.080.000 1.200.000 60 1.040.000 600.000 60 312.000 180.000 60 156.000 90.000 60 260.000 150.000 6.448.000 3.720.000
Jumlah 9
Sukana
Jumlah 10 Beny
Jumlah 11 Ratman
Jumlah 12 Ipi
Jumlah 13 Letang
Jumlah 14 Dedi
Jumlah 15 Turino
Jumlah
146
Lampiran 23 Komponen pendapatan nelayan bagan di Palabuhanratu No
Responden
Komponen
Pendapatan/trip Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 304.500 730.000 82.000 442.500 6.470.000 0 182.700 438.000 49.200 265.500 3.882.000 -52.000 130.700 386.000 -2.800 213.500 3.830.000 -26.000 65.350 193.000 -1.400 106.750 1.915.000
1
Pendi
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
2
Deden
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
78.500 47.100 -17.150 -8.575
389.500 233.700 169.450 84.725
755.000 453.000 388.750 194.375
119.000 71.400 7.150 3.575
470.000 282.000 217.750 108.875
3
Makmur
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (33,33%)
71.000 42.600 -54.900 -18.298
234.000 140.400 42.900 14.299
382.500 229.500 132.000 43.996
147.000 88.200 -9.300 -3.100
541.500 3.267.400 324.900 1.960.440 227.400 1.862.940 75.792 620.918
4
Emang
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
72.000 43.200 -28.800 -14.400
157.500 94.500 22.500 11.250
197.000 118.200 46.200 23.100
106.000 63.600 -8.400 -4.200
574.500 13.460.000 344.700 8.076.000 272.700 8.004.000 136.350 4.002.000
5
Pate
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
39.000 23.400 -62.850 -31.425
256.000 153.600 67.350 33.675
541.000 324.600 238.350 119.175
129.500 77.700 -8.550 -4.275
665.500 1.884.500 399.300 1.130.700 313.050 1.044.450 156.525 522.225
6
Babeng
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
59.500 35.700 -23.550 -11.775
108.000 64.800 5.550 2.775
335.000 201.000 141.750 70.875
155.000 93.000 33.750 16.875
691.500 414.900 355.650 177.825
7
Guntur
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (33,33%)
67.500 40.500 -45.000 -14.999
185.000 111.000 25.500 8.499
584.000 350.400 264.900 88.291
102.500 61.500 -24.000 -7.999
619.200 10.566.500 371.520 6.339.900 286.020 6.254.400 95.330 2.084.592
8
Wahyu
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
70.500 42.300 -12.200 -6.100
184.000 110.400 55.900 27.950
281.000 168.600 114.100 57.050
68.000 40.800 -13.700 -6.850
595.000 2.728.000 357.000 1.636.800 302.500 1.582.300 151.250 791.150
9
Sukana
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
36.000 21.600 -36.900 -18.450
172.000 103.200 44.700 22.350
306.000 183.600 125.100 62.550
129.000 77.400 18.900 9.450
620.500 372.300 313.800 156.900
3.444.500 2.066.700 2.008.200 1.004.100
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (33,33%)
83.000 49.800 -19.200 -6.399
267.000 160.200 91.200 30.397
603.500 362.100 293.100 97.690
82.000 49.200 -19.800 -6.599
710.000 426.000 357.000 118.988
6.655.000 3.993.000 3.924.000 1.307.869
10 Beny
6.937.000 4.162.200 4.097.950 2.048.975
3.486.500 2.091.900 2.032.650 1.016.325
147
Lampiran 23 Komponen pendapatan nelayan bagan di Palabuhanratu (lanjutan) 11 Ratman
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (33,33%)
24.000 14.400 -84.600 -28.197
85.000 51.000 -48.000 -15.998
136.000 81.600 -17.400 -5.799
125.500 75.300 -23.700 -7.899
672.000 2.068.000 403.200 1.240.800 304.200 1.141.800 101.390 380.562
12 Ipi
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
108.000 64.800 -24.700 -12.350
251.000 150.600 61.100 30.550
500.000 300.000 210.500 105.250
72.500 43.500 -46.000 -23.000
558.000 334.800 245.300 122.650
13 Letang
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (33,33%)
20.000 12.000 -63.350 -21.115
243.500 146.100 70.750 23.581
426.500 255.900 180.550 60.177
104.000 62.400 -12.950 -4.316
730.500 2.721.500 438.300 1.632.900 362.950 1.557.550 120.971 519.131
14 Dedi
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (33,33%)
60.000 36.000 -70.500 -23.498
272.500 163.500 57.000 18.998
636.500 381.900 275.400 91.791
166.000 99.600 -6.900 -2.300
671.500 3.763.000 402.900 2.257.800 296.400 2.151.300 98.790 717.028
15 Turino
Penjualan ikan Biaya kapal, penjual, otonom (40%) Biaya operasi Pend bersih (50%)
30.000 18.000 -44.000 -22.000
219.500 131.700 69.700 34.850
202.500 121.500 59.500 29.750
167.000 100.200 38.200 19.100
612.500 367.500 305.500 152.750
4.288.500 2.573.100 2.483.600 1.241.800
8.943.500 5.366.100 5.304.100 2.652.050
148
Lampiran 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu No Responden 1 Pendi
2 Deden
3 Makmur
4 Emang
5 Pate
Jenis Ikan Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung
Musim Barat Musim Timur Jumlah Jumlah Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0,00 9,00 6,53 15,53 1,33 9,75 27,50 38,58 0,00 3,25 24,00 27,25 0,00 6,00 7,50 13,50 0,31 2,69 7,69 10,69 0,00 24,00 200,00 224,00 0,00 7,80 11,60 19,40 0,00 12,00 32,00 44,00 0,00 2,50 9,38 11,88 3,33 13,54 150,00 166,88 0,00 2,67 5,00 7,67 2,00 10,00 20,00 32,00 0,00 9,00 15,00 24,00 0,32 16,80 7,00 24,12 1,09 10,97 22,34 34,41 0,00 8,08 13,85 21,92 0,00 4,57 5,71 10,29 0,71 6,47 14,12 21,29 0,00 13,50 300,00 313,50 0,53 7,80 12,00 20,33 0,00 15,00 21,33 36,33 0,75 6,25 2,50 9,50 0,80 10,50 5,20 16,50 0,00 8,25 80,00 88,25 3,33 6,67 13,33 23,33 1,14 17,14 17,14 35,43 1,00 10,20 8,00 19,20 0,00 9,75 2,25 12,00 0,00 19,20 36,00 55,20 7,50 13,13 20,63 0,40 8,16 21,60 30,16 1,00 6,00 4,00 11,00 0,00 8,13 25,00 33,13 0,00 20,00 142,86 162,86 0,00 6,55 5,45 12,00 1,60 15,00 22,00 38,60 0,00 2,50 5,00 7,50 0,40 7,00 9,00 16,40 6,40 42,00 36,00 84,40 3,00 6,00 15,00 24,00 3,75 13,00 12,00 28,75 0,69 10,77 8,31 19,77 2,73 26,58 11,13 40,44 0,00 6,50 45,00 51,50 0,60 2,50 36,00 39,10 0,00 18,00 400,00 418,00 2,40 7,50 5,00 14,90 0,00 21,00 16,00 37,00 0,88 11,25 8,25 20,38 2,67 5,00 8,33 16,00 0,00 23,04 136,00 159,04
0,74 0,80
8,65 6,00
9,41 6,00
18,79 12,80
0,00
9,00
18,33
27,33
0,00
5,71
6,57
12,29
5,00 1,68 0,80 0,40 0,00 0,00 1,25 1,50 0,67 2,00
7,67 22,69 10,20 10,50 26,67 17,14 9,00 18,00 2,67 18,60
18,33 18,60 22,00 6,00 33,33 14,29 16,13 8,00 6,67 16,80
31,00 42,97 33,00 16,90 60,00 31,43 26,38 27,50 10,00 37,40
149
Lampiran 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan) 6 Babeng
7 Guntur
8 Wahyu
9 Sukana
10 Beny
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung
1,29
7,43
5,36
0,00 0,00 1,67
4,80 3,13 1,67
17,50 6,25 10,00
14,07 0,00 22,30 9,38 13,33
1,08 0,00 0,00
8,40 3,73 3,60
18,56 20,00 3,60
28,04 23,73 7,20
1,60
7,50
6,00
15,10
0,50 0,60
6,00 9,90
6,53 7,50
13,03 18,00
2,00 0,00
10,80 4,00
7,00 5,00
19,80 9,00
0,34
8,17
9,60
18,11
0,33
9,00
9,33
18,67
1,00
6,00
7,00
14,00
0,70
10,67
3,60
0,77 0,00 1,18 0,00
5,38 0,00 8,24 3,33
4,62 0,00 5,47 13,33
14,97 0,00 10,77 0,00 14,88 16,67
0,40
4,80
7,00
12,20
2,40 1,17 1,50 0,00 0,00 0,00 0,00 1,67 4,25 0,00 0,80 1,33 0,00 0,00 0,40 0,00
31,09 6,33 5,20 21,43 15,00 14,70 12,00 4,67 15,00 13,67 5,50 5,33 27,00 13,33 8,40 23,33
36,36 6,67 9,00 28,57 30,00 6,60 100,00 10,00 16,25 13,00 55,00 30,00 300,00 11,25 7,20 87,50
69,85 14,17 15,70 50,00 45,00 21,30 112,00 16,33 35,50 26,67 61,30 36,67 327,00 24,58 16,00 110,83
2,60 0,00
15,60 9,60
16,20 17,07
34,40 26,67
0,00 0,00 0,00 0,25 2,25 2,67 2,29 1,00 0,32 0,75 0,00 0,00 0,00 6,40
5,33 20,00 35,71 11,50 33,75 8,00 12,00 29,33 3,40 18,75 14,29 14,40 10,63 39,20
85,33 36,00 11,43 16,50 30,00 19,33 15,14 12,00 12,80 11,88 7,14 19,60 12,00 204,00
90,67 56,00 47,14 28,25 66,00 30,00 29,43 42,33 16,52 31,38 21,43 34,00 22,63 249,60
5,71 0,00 0,60 0,53 0,00 0,00 1,00 0,00 0,63
12,86 20,00 12,00 10,13 21,88 10,00 12,00 29,17 10,00
21,43 37,33 60,00 22,00 200,00 26,70 10,50 25,00 15,00
40,00 57,33 72,60 32,67 221,88 36,70 23,50 54,17 25,63
150
Lampiran 24 Status risiko hasil tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan) 11 Ratman
12 Ipi
13 Letang
14 Dedi
15 Turino
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
Jumlah total Status risiko produksi
0,00 0,86
8,23 6,19
5,00 4,05
13,23 11,10
0,00
2,50
3,00
5,50
0,30 0,00 1,76 0,00 3,33
7,20 0,00 10,59 2,86 6,67
12,00 0,00 5,88 2,14 13,33
19,50 0,00 18,24 5,00 23,33
0,00 0,00 0,44 0,00
2,50 12,80 6,11 3,75
3,75 5,28 9,72 2,50
6,25 18,08 16,28 6,25
0,00
6,30
5,00
11,30
0,00
10,00
16,67
26,67
0,75 0,00
9,75 5,00
9,00 9,90
19,50 14,90
0,00
7,50
7,50
15,00
0,50 0,00
9,00 26,29
13,80 5,00
23,30 31,29
0,00
4,80
3,75
8,55
2,00
21,00
10,00
33,00
1.002,31 15,19
1,64
11,13
13,64
26,40
1,60 0,00 0,00 0,00 1,40 1,33 3,33 2,50 0,00 1,25 0,00 0,00 0,50 0,00
15,00 18,75 21,00 13,20 22,40 11,50 11,00 20,00 10,63 10,00 21,43 16,00 8,40 9,00
16,00 37,50 27,80 10,00 12,00 13,33 23,00 6,67 15,00 18,75 85,71 62,63 8,40 87,50
32,60 56,25 48,80 23,20 35,80 26,17 37,33 29,17 25,63 30,00 107,14 78,63 17,30 96,50
0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 1,60 0,00
18,57 9,38 13,33 20,00 20,00 8,40 32,50
31,57 12,50 10,00 80,00 47,71 6,60 36,00
50,14 22,38 23,33 100,00 67,71 16,60 68,50
2,86 1,03 3,00 0,40 0,00 0,00 0,00 2,00 2,00
21,43 30,29 8,25 14,40 15,00 26,67 14,00 26,00 13,20
5,71 22,86 60,00 24,00 30,00 20,00 9,60 22,50 11,60
30,00 54,17 71,25 38,80 45,00 46,67 23,60 50,50 26,80
2,00 0,00 2,33 1,67 0,00 0,40 2,92
21,54 9,75 14,58 22,50 17,50 10,20 23,33
9,23 8,00 20,83 833,33 19,17 9,00 43,75
32,77 17,75 37,75 857,50 36,67 19,60 70,00
7.539,72 61,80
151
Lampiran 25. Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu No
Responden
1 Pendi
2 Deden
3 Makmur
4 Emang
5 Pate
Jenis Ikan Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung
Musim Barat Terendah Standard Tertinggi 200,00 1.700,00 1.333,33 1.200,00
4.550,00
700,00
600,00
2.100,00
800,00
2.100,00 240,00 230,77 714,29
4.800,00 1.700,00 1.884,62 5.000,00
850,00 600,00 1.538,46 1.071,43
800,00 625,00
1.866,67 1.750,00
1.200,00 1.000,00
1.200,00 0,00 1.000,00
2.800,00 1.650,00 2.000,00 3.600,00
3.000,00 700,00 1.687,50 1.400,00
727,27 625,00
3.272,73 1.500,00
454,55 1.000,00
461,54
2.076,92
307,69
750,00
2.600,00
450,00
666,67
833,33
1.000,00
Musim Timur Terendah Standard Tertinggi 3.233,33 466,67 1.583,33 400,00 600,00 2.200,00 1.250,00 6.450,00 307,69 2.692,31 3.076,92 1.600,00 2.000,00 1.200,00 3.500,00 266,67 1.500,00 800,00 250,00 1.562,50 1.000,00 250,00 1.000,00 166,67 666,67 833,33 1.000,00 250,00 1.333,33 416,67 7.750,00 2.540,00 398,44 1.218,75 375,00 3.653,85 6.785,71 588,24 3.235,29 2.352,94 1.125,00 2.500,00 1.500,00 3.866,67 133,33 2.000,00 1.066,67 3.375,00 200,00 1.800,00 1.200,00 75,00 1.300,00 375,00 333,33 566,67 666,67 214,29 1.142,86 714,29 7.000,00 2.350,00 140,00 675,00 480,00 3.687,50 200,00 2.040,00 960,00 6.000,00 375,00 2.000,00 1.875,00 857,14 2.857,14 1.142,86 4.454,55 400,00 1.800,00 700,00 3.125,00 200,00 1.500,00 1.200,00 150,00 560,00 420,00 333,33 500,00 666,67 325,00 750,00 500,00 2.846,15 190,91 763,64 472,73 1.000,00 2.750,00 1.100,00 1.000,00 3.600,00 1.600,00 2.000,00 2.400,00 1.500,00 3.800,00 400,00 1.200,00 1.600,00 250,00 1.562,50 875,00 2.500,00 120,00 840,00 560,00
235,29 400,00
1.985,29 3.000,00
264,71 1.800,00
2.485,29 5.200,00
1.333,33
2.250,00
833,33
4.416,67
1.000,00
5.714,29
1.285,71
8.000,00
Jumlah
500,00 340,00 800,00 800,00 1.333,33 285,71 500,00 320,00 500,00 150,00
666,67 1.066,67 2.666,67 3.500,00 2.250,00 1.285,71 1.500,00 650,00 666,67 900,00
833,33 600,00 1.200,00 650,00 1.000,00 1.500,00 875,00 600,00 833,33 400,00
Jumlah 2.450,00 4.050,00 6.076,92 4.800,00 2.566,67 2.812,50 1.416,67 2.500,00 2.000,00 1.992,19 6.176,47 5.125,00 3.200,00 3.200,00 1.750,00 1.566,67 2.071,43 1.295,00 3.200,00 4.250,00 4.857,14 2.900,00 2.900,00 1.130,00 1.500,00 1.575,00 1.427,27 4.850,00 6.200,00 5.900,00 3.200,00 2.687,50 1.520,00 2.000,00 2.006,67 4.666,67 4.950,00 4.583,33 3.071,43 2.875,00 1.570,00 2.000,00 1.450,00
152
Lampiran 25 Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan) 6 Babeng
7 Guntur
8 Wahyu
9 Sukana
10 Beny
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung
964,29
3.857,14
1.000,00
5.821,43
450,00 625,00 666,67
2.800,00 1.500,00 1.000,00
200,00 875,00 1.166,67
3.450,00 3.000,00 2.833,33
400,00 1.666,67 2.400,00
1.680,00 3.466,67 2.800,00
840,00 933,33 1.600,00
2.920,00 6.066,67 6.800,00
600,00
1.750,00
1.350,00
3.700,00
400,00 525,00
1.900,00 2.200,00
583,33 1.500,00
2.883,33 4.225,00
750,00 625,00
1.500,00 1.750,00
800,00 1.000,00
3.050,00 3.375,00
457,14
2.057,14
342,86
2.857,14
1.666,67
2.500,00
1.625,00
5.791,67
800,00
1.000,00
600,00
2.400,00
583,33
2.333,33
400,00
3.316,67
1.153,85
3.692,31
1.000,00
5.846,15
411,76 1.000,00
3.294,12 1.166,67
264,71 1.333,33
3.970,59 3.500,00
1.200,00
3.000,00
3.200,00
7.400,00
340,00 1.833,33 450,00 1.142,86 400,00 600,00 100,00 500,00 425,00 281,67 1.000,00 1.066,67 1.800,00 416,67 200,00 583,33
1.090,91 3.400,00 3.500,00 2.571,43 1.800,00 1.250,00 1.133,33 666,67 1.000,00 950,00 3.300,00 3.000,00 2.000,00 1.750,00 2.100,00 1.458,33
636,36 533,33 1.300,00 857,14 700,00 800,00 916,67 833,33 625,00 300,00 1.200,00 800,00 1.500,00 875,00 800,00 375,00
2.067,27 5.766,67 5.250,00 4.571,43 2.900,00 2.650,00 2.150,00 2.000,00 2.050,00 1.531,67 5.500,00 4.866,67 5.300,00 3.041,67 3.100,00 2.416,67
400,00 110,00
880,00 920,00
1.000,00 480,00
2.280,00 1.510,00
1.200,00 400,00 285,71 750,00 270,00 500,00 142,86 200,00 800,00 1.125,00 1.142,86 400,00 750,00 288,00
2.666,67 3.500,00 1.071,43 1.750,00 825,00 833,33 857,14 1.000,00 2.800,00 3.437,50 2.857,14 1.800,00 1.250,00 840,00
1.300,00 1.100,00 1.500,00 500,00 450,00 1.000,00 571,43 266,67 1.320,00 750,00 785,71 800,00 437,50 500,00
5.166,67 5.000,00 2.857,14 3.000,00 1.545,00 2.333,33 1.571,43 1.466,67 4.920,00 5.312,50 4.785,71 3.000,00 2.437,50 1.628,00
285,71 140,00 800,00 1.066,67 1.875,00 200,00 600,00 437,50 150,00
642,86 1.000,00 3.000,00 3.000,00 2.437,50 1.500,00 1.750,00 1.166,67 937,50
571,43 541,67 1.100,00 866,67 2.000,00 1.050,00 1.200,00 312,50 625,00
1.500,00 1.681,67 4.900,00 4.933,33 6.312,50 2.750,00 3.550,00 1.916,67 1.712,50 0,00 0,00
153
Lampiran 25 Status risiko harga ikan tangkapan bagan di Palabuhanratu (lanjutan) 11 Ratman
12 Ipi
13 Letang
14 Dedi
15 Turino
Jumlah total Status risiko harga
Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi Kembung Tembang Rebon Teri Lisong Layang Layur Peperek Tetengkek Swangi
228,57 428,57
1.928,57 2.166,67
457,14 952,38
2.614,29 3.547,62
1.050,00
2.400,00
500,00
3.950,00
1.500,00
2.475,00
1.500,00
5.475,00
823,53 714,29 666,67
2.352,94 1.714,29 833,33
882,35 571,43 1.333,33
4.058,82 3.000,00 2.833,33
1.875,00 400,00 333,33 2.000,00
5.000,00 1.680,00 2.444,44 3.250,00
1.062,50 840,00 1.388,89 1.166,67
7.937,50 2.920,00 4.166,67 6.416,67
350,00
2.800,00
1.000,00
4.150,00
666,67
833,33
1.000,00
2.500,00
250,00 1.800,00
2.100,00 3.500,00
800,00 1.500,00
3.150,00 6.800,00
312,50
2.187,50
1.000,00
3.500,00
1.200,00 285,71
4.200,00 1.642,86
1.600,00 600,00
7.000,00 2.528,57
700,00
2.200,00
1.125,00
4.025,00
400,00
1.500,00
600,00
2.500,00
263.300,17 4.246,78
409,09
1.127,27
409,09
1.945,45
1.666,67 1.000,00 600,00 300,00 420,00 250,00 500,00 187,50 1.166,67 1.125,00 1.142,86 375,00 750,00 450,00
2.566,67 3.125,00 2.100,00 800,00 1.280,00 1.333,33 666,67 925,00 2.500,00 2.500,00 2.857,14 1.750,00 1.800,00 1.100,00
1.200,00 937,50 800,00 1.000,00 200,00 416,67 1.000,00 333,33 1.250,00 1.500,00 1.071,43 1.500,00 350,00 375,00
5.433,33 5.062,50 3.500,00 2.100,00 1.900,00 2.000,00 2.166,67 1.445,83 4.916,67 5.125,00 5.071,43 3.625,00 2.900,00 1.925,00
185,71 1.041,67 800,00 750,00 428,57 300,00 300,00
878,57 2.520,83 3.000,00 3.333,33 2.000,00 1.200,00 1.100,00
542,86 2.000,00 1.200,00 1.250,00 1.142,86 500,00 625,00
1.607,14 5.562,50 5.000,00 5.333,33 3.571,43 2.000,00 2.025,00
214,29 278,57 1.200,00 1.333,33 1.333,33 333,33 400,00 180,00 600,00
1.142,86 1.428,57 2.475,00 2.566,67 2.500,00 1.250,00 1.800,00 750,00 1.000,00
857,14 250,00 900,00 1.600,00 1.000,00 1.166,67 800,00 700,00 600,00
2.214,29 1.957,14 4.575,00 5.500,00 4.833,33 2.750,00 3.000,00 1.630,00 2.200,00
215,38 375,00 500,00 500,00 166,67 170,00 156,25
1.046,15 1.950,00 2.333,33 3.333,33 1.500,00 1.250,00 583,33
392,31 800,00 1.250,00 1.333,33 1.458,33 1.200,00 520,83
1.653,85 3.125,00 4.083,33 5.166,67 3.125,00 2.620,00 1.260,42
389.462,49 3.140,83
154
Lampiran 26 Status risiko pendapatan bagan di Palabuhanratu No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Pendi Deden Makmur Emang Pate Babeng Guntur Wahyu Sukana Beny Ratman Ipi Letang Dedi Turino
Musim Barat Musim Timur Jumlah Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi -4.333,33 41.388,33 38.600,00 75.655,00 -605,77 53.375,00 128.894,23 -2.638,46 48.228,08 23.923,08 69.512,69 1.394,25 62.058,75 81.959,00 -1.960,52 7.404,62 16.498,35 21.942,45 -1.226,96 41.054,23 38.807,37 -2.057,14 5.280,61 8.957,14 12.180,61 -1.963,04 69.657,07 87.000,00 -4.121,31 20.425,82 31.259,02 47.563,52 -1.624,50 84.523,50 41.778,00 -2.093,33 1.480,00 20.475,00 19.861,67 5.976,56 105.583,59 52.933,59 -2.999,70 3.863,25 30.500,59 31.364,14 -3.845,77 46.748,59 60.132,45 -571,88 20.962,50 8.914,06 29.304,69 -3.014,00 71.087,50 71.203,50 -2.128,85 13.753,85 16.840,38 28.465,38 3.937,50 78.450,00 83.675,00 -1.082,97 19.173,47 19.538,05 37.628,54 -2.665,12 64.070,52 75.453,99 -8.242,25 -7.876,14 -1.249,11 -17.367,49 -2.318,25 60.613,50 41.365,43 -1.543,75 21.821,43 16.915,18 37.192,86 -9.822,92 61.325,00 90.547,92 -2.923,55 13.060,23 18.516,10 28.652,78 -1.640,17 64.114,75 46.721,83 -3.241,06 10.809,26 26.904,21 34.472,41 -873,91 54.334,57 50.191,98 -2.200,00 24.975,83 5.454,17 28.230,00 8.448,08 79.312,50 102.001,92
Jumlah total Status risiko pendapatan
484.659,25 32.310,62
Jumlah 181.663,46 145.412,00 78.634,64 154.694,02 124.677,00 164.493,75 103.035,27 139.277,00 166.062,50 136.859,39 99.660,69 142.050,00 109.196,41 103.652,63 189.762,50 2.039.131,26 135.942,08
155
Lampiran 27 Peluang risiko total nelayan bagan di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden Pendi Deden Makmur Emang Pate Babeng Guntur Wahyu Sukana Beny Ratman Ipi Letang Dedi Turino
Jumlah total Rata-rata PRT
Pendapatan tinggi 0,20 0,12 0,38 0,39 0,26 0,29 0,35 0,16 0,27 0,20 0,22 0,16 0,31 0,29 0,18
Peluang Harga tinggi Produksi rendah 0,18 0,18 0,27 0,19 0,22 0,19 0,17 0,29 0,17 0,16 0,18 0,24 0,22 0,16 0,23 0,19 0,18 0,18 0,21 0,23 0,15 0,15 0,21 0,23 0,24 0,15 0,21 0,14 0,22 0,16
Frek.pen rendah 0,50 0,54 0,47 0,41 0,51 0,38 0,46 0,53 0,43 0,54 0,54 0,47 0,54 0,48 0,50
PRT 0,40 0,23 0,80 0,95 0,52 0,77 0,75 0,29 0,62 0,37 0,40 0,34 0,57 0,61 0,37 0,53
Lampiran 28 Jumlah tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu No
Responden
1
Dewandi
2
Supriadi
3
Karyana
4
Aco
5
Odih
6
Komar
7
Tarmin
8
Warkum
9
Ade
10 Ujang
Jenis Ikan Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi Tembang Lisong Tembang Lisong Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi
Jumlah Tangkapan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 23 132 0 89 103 0,14 0,68 0,19 0,12 0,71 0,17 5 23 72 0,14 0,57 0,29 0 0 66 0,2 0,2 0,6 15 46 120 22 52 192 0,28 0,57 0,16 0,28 0,59 0,13 9 42 90 0,20 0,50 0,30 0 0 35 0,33 0,33 0,33 0 28 129 42 90 170 0,18 0,60 0,22 0,32 0,45 0,23 8 16 102 0,17 0,67 0,17 12 35 155 27 68 231 0,13 0,71 0,17 0,31 0,57 0,12 7 34 60 0,13 0,50 0,38 0 0 21 0,14 0,14 0,71 10 21 110 44 80 341 0,19 0,56 0,25 0,19 0,69 0,11 0 17 58 0,20 0,60 0,20 0 0 45 0,17 0,17 0,67 0 0 33 0,33 0,33 0,33 0 43 128 38 75 338 0,12 0,69 0,19 0,26 0,64 0,10 9 24 98 0,22 0,44 0,33 15 45 110 28 60 222 0,26 0,61 0,13 0,25 0,63 0,12 8 30 75 0,17 0,50 0,33 18 40 136 42 98 132 0,15 0,66 0,19 0,30 0,55 0,15 4 28 82 0,14 0,57 0,29 0 0 38 0,25 0,25 0,50 0 22 225 0 85 231 0,17 0,72 0,11 0,11 0,67 0,22 5 13 95 0,20 0,50 0,30 0 0 69 0,20 0,20 0,60 15 31 242 23 80 209 0,24 0,63 0,14 0,33 0,52 0,15 6 25 60 0,13 0,63 0,25 0 0 42 0,30 0,30 0,40 0 0 55 0,33 0,33 0,33
156
Lampiran 28 Jumlah tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 11 Supenda
12 Ace
13 Mulyani
14 Aji
15 Jono
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung
17
30
172
0 18
0 45
40 194
0
25
209
0 10
0 25
50 180
0 0
0 27
38 206
Barat 486 21,13 17,38 0,82
0 8
70 40
348 100
34 6 0 39 7
75 41 0 89 44
208 65 28 120 78
48 9
80 21
140 59
19 4 0
70 16 0
215 55 49
0,35
0,54
0,11
0,29 0,29
0,29 0,60
0,43 0,11
0,14
0,66
0,20
0,29 0,26
0,29 0,59
0,43 0,15
0,17 0,14
0,17 0,74
0,67 0,12
0,24 0,20
0,67 0,60
0,10 0,20
0,22 0,20 0,13 0,25 0,25
0,67 0,60 0,13 0,55 0,5
0,11 0,20 0,75 0,20 0,25
0,37 0,25
0,44 0,5
0,19 0,25
0,29 0,17 0,2
0,60 0,50 0,2
0,10 0,33 0,6
Timur 1.575 43,75 32,07 0,73
157
Lampiran 29 Harga ikan tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu No
Responden
1
Dewandi
2
Supriadi
3
Karyana
4
Aco
5
Odih
6
Komar
7
Tarmin
8
Warkum
9
Ade
10 Ujang
Jenis Ikan Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi Tembang Lisong Tembang Lisong Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi
Jumlah Tangkapan (kg) Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 1.800 3.000 4.000 1.500 2.500 4.000 0,19 0,60 0,21 0,08 0,69 0,23 4.000 5.500 6.000 0,14 0,57 0,29 3.500 4.000 4.500 0,20 0,60 0,20 2.000 2.500 4.000 1.000 2.200 3.500 0,21 0,54 0,25 0,20 0,55 0,25 4.500 5.000 6.000 0,10 0,50 0,40 7.500 8.000 8.500 0,33 0,33 0,33 1.700 2.000 3.500 1.300 2.000 3.000 0,28 0,53 0,19 0,20 0,50 0,30 4.000 5.000 6.500 0,33 0,50 0,17 2.500 3.000 4.000 1.200 2.000 3.500 0,15 0,58 0,26 0,19 0,66 0,15 5.000 6.000 7.000 0,38 0,38 0,25 3.000 3.500 4.000 0,14 0,57 0,29 1.500 2.000 4.000 1.500 2.000 3.500 0,16 0,50 0,34 0,15 0,67 0,18 4.000 6.000 6.500 0,20 0,60 0,20 7.500 8.000 9.000 0,33 0,50 0,17 3.500 4.000 4.500 0,33 0,33 0,33 2.000 3.000 4.000 1.300 2.000 4.000 0,12 0,65 0,23 0,16 0,59 0,25 5.000 5.500 7.000 0,22 0,44 0,33 1.600 2.000 4.000 1.500 2.000 3.000 0,23 0,54 0,24 0,14 0,53 0,33 4.000 6.000 6.500 0,17 0,67 0,17 2.000 3.000 3.500 2.000 2.500 3.000 0,09 0,69 0,22 0,24 0,60 0,16 5.500 6.000 7.000 0,14 0,71 0,14 7.500 8.500 9.000 0,38 0,38 0,25 1.900 2.500 4.000 1.500 2.000 3.500 0,21 0,61 0,18 0,10 0,60 0,31 4.000 5.000 7.000 0,20 0,60 0,20 4.000 4.500 5.000 0,20 0,60 0,20 2.000 3.000 4.000 1.000 2.000 4.000 0,16 0,61 0,23 0,28 0,45 0,26 5.000 5.500 6.500 0,13 0,63 0,25 8.000 8.500 9.000 0,30 0,50 0,20 3.500 4.000 4.500 0,17 0,67 0,17
158
Lampiran 29 Harga ikan tangkapan rampus nelayan di Palabuhanratu (lanjutan) 11 Supenda
12 Ace
13 Mulyani
14 Aji
15 Jono
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung
1.400
2.500
4.000
3.500 2.000
4.000 2.500
4.500 4.000
1.700
3.000
4.000
3.500 2.000
4.000 3.000
4.500 4.000
4.000 2.000
4.500 3.500
5.000 4.000
Barat 73.000 3.173,91 777,65 0,25
1.000 5.000
2.000 6.500
3.500 7.000
1.500 4.500 6.500 1.500 5.000
2.500 6.000 7.000 3.000 6.000
4.000 7.000 7.500 4.000 6.500
1.500 5.000
2.500 5.500
4.000 6.000
1.800 4.000 8.000
3.000 5.000 8.500
4.000 7.000 9.000
0,16
0,71
0,13
0,29 0,21
0,57 0,53
0,14 0,26
0,16
0,62
0,22
0,29 0,34
0,43 0,49
0,29 0,18
0,33 0,21
0,50 0,57
0,17 0,22
0,13 0,20
0,69 0,60
0,18 0,20
0,23 0,20 0,25 0,22 0,25
0,64 0,60 0,63 0,52 0,5
0,13 0,20 0,13 0,27 0,25
0,28 0,25
0,54 0,5
0,18 0,25
0,29 0,17 0,20
0,57 0,50 0,60
0,13 0,33 0,20
Timur 167.200 4.644,44 2.244,29 0,48
159
Lampiran 30 Pendapatan nelayan rampus per trip di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden Dewandi Supriadi Karyana Aco Odih Komar Tarmin Warkum Ade Ujang Supenda Ace Mulyani Aji Jono
Jumlah Rata-rata Stdev Coef var
Pendapatan/trip Peluang kejadian Musim Barat Musim Timur Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi -14.878 4.670 117.879 -6.378 83.996 110.485 0,24 0,44 0,33 0,24 0,49 0,27 -5.226 29.904 45.769 14.888 69.680 221.276 0,20 0,61 0,20 0,32 0,57 0,10 -19.850 -3.984 42.279 30.579 53.810 158.349 0,19 0,50 0,31 0,35 0,50 0,15 1.356 17.504 115.386 28.411 84.081 151.281 0,25 0,47 0,28 0,30 0,56 0,14 -4.962 -4.396 63.179 27.337 57.937 289.985 0,22 0,52 0,27 0,24 0,66 0,10 -14.878 21.669 57.649 46.033 65.014 248.426 0,15 0,62 0,23 0,39 0,51 0,10 -3.262 5.237 29.601 18.269 64.731 159.072 0,16 0,53 0,31 0,37 0,55 0,09 -146 16.003 59.065 25.635 99.011 265.311 0,18 0,50 0,32 0,29 0,59 0,12 -17.484 -1.902 181.821 -7.568 49.093 188.337 0,22 0,56 0,22 0,12 0,67 0,21 4.614 13.963 179.271 24.728 71.899 227.008 0,13 0,78 0,09 0,32 0,53 0,15 7.220 9.203 95.838 3.821 101.277 228.198 0,20 0,57 0,23 0,40 0,49 0,10 6.385 18.534 101.176 38.182 114.824 220.714 0,14 0,61 0,25 0,36 0,49 0,15 -15.336 4.662 126.064 38.392 126.250 136.649 0,18 0,48 0,34 0,32 0,42 0,27 -6.616 2.716 119.238 48.311 66.843 117.371 0,20 0,51 0,28 0,25 0,51 0,24 -13.869 11.328 95.987 13.861 63.457 252.504 0,17 0,63 0,20 0,28 0,61 0,11 Barat 145.111 9.674 9968,14 1,03
Timur 1.171.902 78.127 22.913,75 0,29
160
161
Lampiran 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu No 1
Nama Responden Dewandi
Komponen Biaya
Harga satuan (Rp)
Satuan
Penggunaan Jumlah trip per trip T B
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 6.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,04 0,5 1 1 0,33 0,14
59 59 59 59 59 59 59 59
85 85 85 85 85 85 85 85
1.475.000 2.125.000 495.600 714.000 23.600 34.000 177.000 255.000 590.000 850.000 295.000 425.000 29.500 42.500 12.643 18.214 3.098.343 4.463.714
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 20.000 6.000 30.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,07 0,5 1 2 0,33 0,14
77 77 77 77 77 77 77 77
76 76 76 76 76 76 76 76
1.925.000 1.900.000 646.800 638.400 102.667 101.333 231.000 228.000 2.310.000 2.280.000 770.000 760.000 38.500 38.000 16.500 16.286 6.040.467 5.962.019
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 20.000 7.000 30.000 7.800 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,07 0,25 1 1 0,33 0,14
66 66 66 66 66 66 66 66
72 72 72 72 72 72 72 72
1.320.000 1.440.000 554.400 604.800 92.400 100.800 115.500 126.000 1.980.000 2.160.000 514.800 561.600 33.000 36.000 14.143 15.429 4.624.243 5.044.629
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
3,5 2 0,04 0,5 1 1 0,33 0,14
79 79 79 79 79 79 79 79
76 76 76 76 76 76 76 76
1.382.500 1.330.000 442.400 425.600 31.600 30.400 316.000 304.000 790.000 760.000 395.000 380.000 39.500 38.000 16.929 16.286 3.413.929 3.284.286
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 6.000 20.000 10.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
3 3 0,04 0,5 1 1 0,33 0,14
83 83 83 83 83 83 83 83
83 83 83 83 83 83 83 83
1.245.000 1.245.000 697.200 697.200 33.200 33.200 249.000 249.000 1.660.000 1.660.000 830.000 830.000 41.500 41.500 17.786 17.786 4.773.686 4.773.686
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 6.000 15.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,04 0,5 1 1 0,33 0,14
89 89 89 89 89 89 89 89
84 84 84 84 84 84 84 84
1.780.000 1.680.000 747.600 705.600 35.600 33.600 267.000 252.000 1.335.000 1.260.000 445.000 420.000 44.500 42.000 19.071 18.000 4.673.771 4.411.200
Jumlah 2
Supriadi
Jumlah 3
Karyana
4
Aco
Jumlah
Jumlah 5
Odih
Jumlah 6
Komar
Jumlah
Biaya/musim T B
162
Lampiran 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu (lampiran) 7
Tarmin
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 20.000 6.000 30.000 8.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,07 0,5 1 1 0,33 0,14
82 82 82 82 82 82 82 82
80 80 80 80 80 80 80 80
1.640.000 1.600.000 688.800 672.000 114.800 112.000 246.000 240.000 2.460.000 2.400.000 656.000 640.000 41.000 40.000 17.571 17.143 5.864.171 5.721.143
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 20.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,04 1 1 1 0,33 0,14
103 103 103 103 103 103 103 103
88 88 88 88 88 88 88 88
2.060.000 1.760.000 865.200 739.200 41.200 35.200 824.000 704.000 2.060.000 1.760.000 618.000 528.000 51.500 44.000 22.071 18.857 6.541.971 5.589.257
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 20.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 2 0,04 0,5 1 1 0,33 0,14
82 82 82 82 82 82 82 82
81 81 81 81 81 81 81 81
2.050.000 2.025.000 459.200 453.600 32.800 32.400 328.000 324.000 1.640.000 1.620.000 492.000 486.000 41.000 40.500 17.571 17.357 5.060.571 4.998.857
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 20.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
3 2 0,04 0,25 1 0 0,33 0,14
106 106 106 106 106 106 106 106
86 86 86 86 86 86 86 86
1.590.000 1.290.000 593.600 481.600 42.400 34.400 212.000 172.000 2.120.000 1.720.000 0 0 53.000 43.000 22.714 18.429 4.633.714 3.759.429
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 6.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,04 0,5 1 0 0,33 0,14
77 77 77 77 77 77 77 77
87 87 87 87 87 87 87 87
1.540.000 1.740.000 646.800 730.800 30.800 34.800 231.000 261.000 770.000 870.000 0 0 38.500 43.500 16.500 18.643 3.273.600 3.698.743
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 20.000 6.000 10.000 5.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 2 0,07 0,5 1 1 0,33 0,14
77 77 77 77 77 77 77 77
80 80 80 80 80 80 80 80
1.925.000 2.000.000 431.200 448.000 107.800 112.000 231.000 240.000 770.000 800.000 385.000 400.000 38.500 40.000 16.500 17.143 3.905.000 4.057.143
Jumlah 8
Warkum
Jumlah 9
Ade
Jumlah 10 Ujang
Jumlah 11 Supenda
Jumlah 12 Ace
Jumlah
163
Lampiran 31 Komponen biaya operasional rampus di Palabuhanratu (lampiran) 13 Mulyani
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 20.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 3 0,04 0,25 1 1 0,33 0,14
68 68 68 68 68 68 68 68
83 83 83 83 83 83 83 83
1.360.000 1.660.000 571.200 697.200 27.200 33.200 136.000 166.000 1.360.000 1.660.000 408.000 498.000 34.000 41.500 14.571 17.786 3.910.971 4.773.686
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 20.000 6.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
5 3 0,07 0,5 1 1 0,33 0,14
76 76 76 76 76 76 76 76
74 74 74 74 74 74 74 74
1.900.000 1.850.000 638.400 621.600 53.200 51.800 304.000 296.000 1.520.000 1.480.000 456.000 444.000 38.000 37.000 16.286 15.857 4.925.886 4.796.257
Bensin Minyak tanah Oli Es Konsumsi Rokok Kaos petromaks Kaca petromaks
5.000 2.800 10.000 8.000 15.000 8.000 1.500 1.500
Liter Liter Liter Balok Pkt Buah Buah Buah
4 2 0,07 0,25 1 1 0,33 0,14
79 79 79 79 79 79 79 79
76 76 76 76 76 76 76 76
1.580.000 1.520.000 442.400 425.600 55.300 53.200 158.000 152.000 1.185.000 1.140.000 632.000 608.000 39.500 38.000 16.929 16.286 4.109.129 3.953.086
Jumlah 14 Aji
Jumlah 15 Jono
Jumlah
164
Lampiran 32 Komponen pendapatan nelayan rampus di Palabuhanratu No
Responden
Komponen
Harga Tangkapan (Rp/kg) Musim Barat Musim Timur Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0 69.000 468.600 30.000 349.000 442.500 -52.514 16.486 416.086 -22.514 296.486 389.986 -44.637 14.013 353.673 -19.137 252.013 331.488 -14.878 4.670 117.879 -6.378 83.996 110.485
1
Dewandi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
2
Supriadi
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
60.000 -18.448 -15.680 -5.226
184.000 105.552 89.720 29.904
240.000 161.552 137.320 45.769
131.000 52.552 44.670 14.888
324.400 245.952 209.060 69.680
859.500 781.052 663.895 221.276
3
Karyana
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
0 -70.064 -59.555 -19.850
56.000 -14.064 -11.955 -3.984
219.300 149.236 126.850 42.279
178.000 107.936 91.745 30.579
260.000 189.936 161.445 53.810
629.000 558.936 475.095 158.349
4
Aco
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
48.000 4.786 4.068 1.356
105.000 61.786 52.518 17.504
450.500 407.286 346.193 115.386
143.500 100.286 85.243 28.411
340.000 296.786 252.268 84.081
577.200 533.986 453.888 151.281
5
Odih
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
40.000 -17.514 -14.887 -4.962
42.000 -15.514 -13.187 -4.396
280.500 222.986 189.538 63.179
154.000 96.486 82.013 27.337
262.000 204.486 173.813 57.937
1.081.000 1.023.486 869.963 289.985
6
Komar
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
0 -52.514 -44.637 -14.878
129.000 76.486 65.013 21.669
256.000 203.486 172.963 57.649
215.000 162.486 138.113 46.033
282.000 229.486 195.063 65.014
929.400 876.886 745.353 248.426
7
Tarmin
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
60.000 -11.514 -9.787 -3.262
90.000 18.486 15.713 5.237
176.000 104.486 88.813 29.601
136.000 64.486 54.813 18.269
300.000 228.486 194.213 64.731
633.000 561.486 477.263 159.072
8
Warkum
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
63.000 -514 -437 -146
120.000 56.486 48.013 16.003
272.000 208.486 177.213 59.065
154.000 90.486 76.913 25.635
413.000 349.486 297.063 99.011
1.000.000 936.486 796.013 265.311
9
Ade
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
0 -61.714 -52.457 -17.484
55.000 -6.714 -5.707 -1.902
703.500 641.786 545.518 181.821
35.000 -26.714 -22.707 -7.568
235.000 173.286 147.293 49.093
726.500 664.786 565.068 188.337
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
60.000 16.286 13.843 4.614
93.000 49.286 41.893 13.963
676.500 632.786 537.868 179.271
131.000 87.286 74.193 24.728
297.500 253.786 215.718 71.899
845.000 801.286 681.093 227.008
10 Ujang
165
Lampiran 32 Komponen pendapatan nelayan rampus di Palabuhanratu (lanjutan) 11 Supenda
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (15%) Pend bersih (66,6%)
68.000 25.486 21.663 7.220
75.000 32.486 27.613 9.203
380.800 338.286 287.543 95.838
56.000 13.486 11.463 3.821
400.000 357.486 303.863 101.277
848.000 805.486 684.663 228.198
12 Ace
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (10%) Pend bersih (66,6%)
72.000 21.286 19.157 6.385
112.500 61.786 55.607 18.534
388.000 337.286 303.557 101.176
178.000 127.286 114.557 38.182
433.500 382.786 344.507 114.824
786.500 735.786 662.207 220.714
13 Mulyani
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (20%) Pend bersih (66,6%)
0 -57.514 -46.011 -15.336
75.000 17.486 13.989 4.662
530.300 472.786 378.229 126.064
201.500 143.986 115.189 38.392
531.000 473.486 378.789 126.250
570.000 512.486 409.989 136.649
14 Aji
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (20%) Pend bersih (66,6%)
40.000 -24.814 -19.851 -6.616
75.000 10.186 8.149 2.716
512.000 447.186 357.749 119.238
246.000 181.186 144.949 48.311
315.500 250.686 200.549 66.843
505.000 440.186 352.149 117.371
15 Jono
Penjualan ikan Penjualan kotor Biaya mesin (20%) Pend bersih (66,6%)
0 -52.014 -41.611 -13.869
94.500 42.486 33.989 11.328
412.000 359.986 287.989 95.987
104.000 51.986 41.589 13.861
290.000 237.986 190.389 63.457
999.000 946.986 757.589 252.504
166
Lampiran 33 Status risiko hasil tangkapan rampus di Palabuhanratu No Responden 1 Dewandi
2 Supriadi
3 Karyana 4 Aco
5 Odih
6 Komar 7 Tarmin 8 Warkum
9 Ade
10 Ujang
11 Supenda
12 Ace
13 Mulyani
14 Aji
15 Jono
Jenis Ikan Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi Tembang Lisong Tembang Lisong Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung
Jumlah total Status risiko produksi
Musim Barat Musim Timur Jumlah Jumlah Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 0,00 15,53 24,75 40,28 0,00 63,33 17,83 81,15 0,71 13,14 20,57 34,43 0,00 0,00 39,60 39,60 4,14 26,03 18,95 49,12 6,19 30,88 24,00 61,06 1,80 21,00 27,00 49,80 0,00 0,00 11,67 11,67 0,00 16,72 28,67 45,39 13,30 40,50 39,67 93,47 1,33 10,67 17,00 29,00 1,50 24,79 25,83 52,13 8,34 39,00 27,18 74,51 0,88 17,00 22,50 40,38 0,00 0,00 15,00 15,00 1,88 11,81 27,50 41,19 8,56 55,56 37,89 102,00 0,00 10,20 11,60 21,80 0,00 0,00 30,00 30,00 0,00 0,00 11,00 11,00 0,00 29,69 24,38 54,07 9,98 47,81 33,80 91,59 2,00 10,67 32,67 45,33 3,94 27,56 13,75 45,25 7,00 37,89 26,29 71,18 1,33 15,00 25,00 41,33 2,66 26,36 26,27 55,30 12,69 54,10 19,25 86,04 0,57 16,00 23,43 40,00 0,00 0,00 19,00 19,00 0,00 15,92 23,68 39,61 0,00 56,67 51,33 108,00 1,00 6,50 28,50 36,00 0,00 0,00 41,40 41,40 3,56 19,38 33,28 56,21 7,58 41,82 30,88 80,27 0,75 15,63 15,00 31,38 0,00 0,00 16,80 16,80 0,00 0,00 18,33 18,33 5,95 16,13 19,35 41,43 0,00 46,67 33,83 80,50 0,00 0,00 0,00 1,60 24,00 20,00 45,60 0,00 0,00 17,14 17,14 5,18 27,00 21,83 54,00 7,44 50,39 22,75 80,58 1,20 24,60 13,00 38,80 0,00 0,00 21,00 21,00 0,00 16,45 41,25 57,70 9,75 48,95 24,00 82,70 1,75 22,00 19,50 43,25 0,00 0,00 21,43 21,43 2,65 14,71 26,47 43,82 17,65 35,29 26,76 79,71 2,25 10,50 14,75 27,50 0,00 0,00 25,33 25,33 0,00 19,89 24,39 44,29 5,59 42,21 22,13 69,93 0,67 8,00 18,33 27,00 0,00 0,00 29,40 29,40 909,00 39,52
1.922,16 53,39
167
Lampiran 34 Status risiko harga ikan tangkapan rampus di Palabuhanratu No Responden 1 Dewandi
2 Supriadi
3 Karyana 4 Aco
5 Odih
6 Komar 7 Tarmin 8 Warkum
9 Ade
10 Ujang
11 Supenda
12 Ace
13 Mulyani
14 Aji
15 Jono
Jumlah total Status risiko harga
Jenis Ikan Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi Tembang Lisong Tembang Lisong Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Swangi Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Swangi Tembang Lisong Kembung
Musim Barat Musim Timur Jumlah Terendah Standard Tertinggi Terendah Standard Tertinggi 337,50 1.800,00 850,00 2.987,50 115,38 1.730,77 923,08 571,43 3.142,86 1.714,29 700,00 2.400,00 900,00 4.000,00 421,05 1.348,68 1.000,00 2.769,74 203,13 1.203,13 875,00 450,00 2.500,00 2.400,00 2.500,00 2.666,67 2.833,33 472,22 1.055,56 680,56 2.208,33 260,00 1.000,00 900,00 1.333,33 2.500,00 1.083,33 381,94 1.750,00 1.055,56 3.187,50 229,41 1.323,53 514,71 1.875,00 2.250,00 1.750,00 428,57 2.000,00 1.142,86 3.571,43 243,75 1.000,00 1.350,00 2.593,75 229,17 1.333,33 631,94 800,00 3.600,00 1.300,00 2.500,00 4.000,00 1.500,00 1.166,67 1.333,33 1.500,00 4.000,00 238,10 1.964,29 904,76 3.107,14 211,25 1.175,00 1.000,00 1.111,11 2.444,44 2.333,33 360,00 1.075,00 950,00 2.385,00 217,11 1.052,63 986,84 666,67 4.000,00 1.083,33 181,82 2.079,55 755,68 3.017,05 479,17 1.510,42 468,75 785,71 4.285,71 1.000,00 2.812,50 3.187,50 2.250,00 400,00 1.513,16 736,84 2.650,00 145,83 1.194,44 1.069,44 800,00 3.000,00 1.400,00 800,00 2.700,00 1.000,00 4.500,00 325,00 1.837,50 900,00 3.062,50 284,09 909,09 1.045,45 625,00 3.437,50 1.625,00 2.400,00 4.250,00 1.800,00 583,33 2.666,67 750,00 4.000,00 227,50 1.781,25 500,00 2.508,75 125,00 1.388,89 631,94 1.000,00 3.900,00 1.400,00 1.000,00 2.285,71 642,86 3.928,57 425,00 1.312,50 1.050,00 2.787,50 351,56 1.601,56 500,00 900,00 3.600,00 1.400,00 1.625,00 4.375,00 937,50 268,42 1.855,26 894,74 3.018,42 325,00 1.550,00 1.066,67 1.250,00 3.000,00 1.625,00 1.000,00 1.714,29 1.285,71 4.000,00 676,47 1.455,88 705,88 2.838,24 419,12 1.360,29 705,88 1.250,00 2.750,00 1.500,00 1.333,33 2.250,00 833,33 4.416,67 421,05 1.980,26 894,74 3.296,05 529,41 1.720,59 529,41 666,67 2.500,00 2.333,33 1.600,00 5.100,00 1.800,00 74.834,13 3.253,66
Jumlah 2.769,23 5.428,57 2.281,25 5.350,00 8.000,00 2.160,00 4.916,67 2.067,65 5.875,00 2.194,44 5.700,00 8.000,00 2.386,25 5.888,89 2.256,58 5.750,00 2.458,33 6.071,43 8.250,00 2.409,72 5.200,00 2.238,64 5.687,50 8.450,00 2.145,83 6.300,00 2.453,13 5.900,00 6.937,50 2.941,67 5.875,00 2.485,29 5.500,00 2.779,41 5.500,00 8.500,00 169.107,98 4.697,44
168
Lampiran 35 Status risiko pendapatan rampus di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden Dewandi Supriadi Karyana Aco Odih Komar Tarmin Warkum Ade Ujang Supenda Ace Mulyani Aji Jono
Jumlah total Status risiko pendapatan
Musim Barat Terendah Standard Tertinggi -3.500,60 2.033,03 38.830,78 -1.031,51 18.099,50 9.033,28 -3.859,64 -1.992,24 12.918,65 338,95 8.291,46 31.883,00 -1.076,17 -2.277,27 16.746,15 -2.302,48 13.414,01 13.039,55 -530,08 2.749,48 9.250,41 -26,49 8.001,34 18.793,42 -3.885,33 -1.056,77 40.404,69 590,14 10.878,06 16.676,41 1.410,85 5.289,29 22.031,73 877,95 11.351,99 25.293,90 -2.771,50 2.246,94 42.527,47 -1.341,18 1.394,66 33.837,70 -2.372,34 7.154,77 18.944,72
Jumlah 37.363,22 26.101,27 7.066,77 40.513,41 13.392,71 24.151,08 11.469,81 26.768,28 35.462,59 28.144,61 28.731,87 37.523,84 42.002,91 33.891,18 23.727,15 416.310,69 27.754,05
Musim Timur Terendah Standard Tertinggi -1.513,52 41.286,11 29.962,01 4.833,88 39.816,88 22.989,72 10.656,22 26.904,87 23.992,32 8.631,32 46.829,86 21.064,42 6.587,31 38.392,01 27.950,33 18.102,87 32.872,47 25.121,74 6.683,83 35.523,19 13.579,29 7.466,52 58.637,61 30.910,03 -922,96 32.928,04 39.045,50 7.931,78 37.984,25 34.265,40 1.538,15 49.981,10 23.708,90 13.787,91 55.817,33 33.720,14 12.157,58 52.604,26 36.439,78 12.077,84 34.300,93 27.798,42 3.860,16 38.555,85 28.766,31
Jumlah 69.734,60 67.640,48 61.553,41 76.525,60 72.929,66 76.097,09 55.786,31 97.014,16 71.050,57 80.181,42 75.228,15 103.325,38 101.201,62 74.177,19 71.182,32 1.153.627,97 76.908,53
169
Lampiran 36 Peluang risiko total nelayan rampus di Palabuhanratu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden Dewandi Supriadi Karyana Aco Odih Komar Tarmin Warkum Ade Ujang Supenda Ace Mulyani Aji Jono
Jumlah total Rata-rata PRT
Pendapatan tinggi 0,24 0,20 0,19 0,25 0,22 0,15 0,16 0,18 0,22 0,13 0,20 0,14 0,18 0,20 0,17
Peluang Harga tinggi Produksi rendah 0,21 0,17 0,25 0,28 0,19 0,18 0,27 0,13 0,29 0,26 0,23 0,12 0,24 0,26 0,22 0,15 0,19 0,19 0,20 0,29 0,13 0,32 0,26 0,29 0,25 0,22 0,17 0,22 0,22 0,14
Frek.pen rendah 0,71 0,63 0,60 0,63 0,69 0,70 0,67 0,73 0,68 0,72 0,73 0,67 0,69 0,62 0,63
PRT 0,33 0,31 0,32 0,39 0,31 0,22 0,24 0,25 0,33 0,18 0,27 0,21 0,26 0,33 0,27 0,28
170
Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian.
Wawancara dengan pihak perbankan
Wawancara dengan pihak pelabuhan
Wawancara dengan pihak Koperasi
Wawancara dengan pihak Koperasi
Wawancara dengan pedagang ikan
Wawancara dengan nelayan
171
Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian (lanjutan).
Alat tangkap pancing
Alat tangkap payang
Alat tangkap bagan
Alat tangkap rampus
172
Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian (lanjutan).
Bagan yang dioperasikan pada musim timur
Bagan yang ditarik ke pantai pada musim barat
Rampus yang dioperasikan pada musim timur
Rampus yang ditempatkan di pantai pada timur
Kolam pelabuhan sepi dari kapal yang berlabuh
Kolam pelabuhan penuh dengan kapal yang berlabuh
173
Lampiran 37 Foto kegiatan penelitian (lanjutan).
Bank Danamon (DSP) yang ada di Palabuhanratu
Perum Penggadaiian yang ada di Palabuhanratu
Ikan layur (Trichiurus sp)
Ikan tembang (Sardinella sp) dan kembung (Rastrelliger sp)