Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
ANALISIS RISIKO KETERLAMBATAN KAPAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO STUDI KASUS : PT X Felix A. Prihatono*, I Ketut Gunarta** * Pasca Sarjana Teknik Transportasi Laut Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya E-mail :
[email protected] ** Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya E-Mail :
[email protected]
ABSTRAK Evaluasi risiko adalah salah satu faktor penting yang tidak dapat disangkal lagi telah menjadi bagian tak terpisahkan dengan kajian kelayakan pembentukan usaha baru. Untuk mendapatkan suatu kajian kelayakan yang akurat dan komprehensif, evaluasi risiko adalah langkah yang perlu dikedepankan untuk memberikan gambaran mengenai hal-hal yang mungkin terjadi di masa depan beserta dampaknya terhadap kelayakan usaha yang dikaji. Pembentukan usaha baru sebagai anak perusahaan yang juga merupakan usaha diversifikasi usaha vertikal perusahaan induk sebenarnya adalah langkah yang cukup menguntungkan bagi perusahaan, karena dengan demikian anak perusahaan ini akan mendukung perkembangan perusahaan induk, yang secara otomatis akan membawa efek serupa untuk grup perusahaan tersebut. Namun meskipun demikian evaluasi risiko tetap perlu dilakukan. Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat melakukan langkah-langkah antisipatif dalam rangka meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Untuk keperluan tersebut maka perlu dilakukan evaluasi risiko dalam berbagai aspek yang mempengaruhi kelayakan usaha di masa depan. Makalah ini akan membahas mengenai salah satu faktor penting dalam kelayakan usaha angkutan laut, yaitu ketepatan jadual kapal. Tentu saja dalam usaha angkutan laut, ketepatan jadual kapal memegang peranan penting. Karena jika ada ketidaksesuaian jadual kapal dalam hal ini kapal mengalami keterlambatan, maka efek yang ditimbulkan adalah pembengkakan biaya operasional yang akan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Untuk keperluan tersebut makalah ini akan membahas mengenai kemungkinan keterlambatan kapal dengan menggunakan simulasi Monte Carlo yang dapat memberikan gambaran kemungkinan risiko keterlambatan kapal yang mungkin terjadi dan efek yang ditimbulkannya pada kinerja keuangan. Kata kunci : Model Keuangan, Evaluasi Risiko, Simulasi Monte Carlo, Angkutan Laut. PENDAHULUAN Latar Belakang Asas cabotage yang baru saja disahkan memberikan ruang yang sangat luas bagi perusahaan pelayaran domestik untuk dapat menguasai pasar pelayaran di negeri sendiri. Ditambah lagi dengan adanya prediksi kenaikan kebutuhan transportasi barang
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
curah melalui laut sebesar 150% pada tahun 2010 (Anonymous 2008). Dimana kenaikan demand ini juga dipicu oleh kebijakan pemerintah yang lain yaitu pembangunan PLTUPLTU baru yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Adanya pengembangan PLTU-PLTU tersebut akan berakibat pada melonjaknya kebutuhan batubara sampai dengan 70 juta ton per tahun pada tahun 2010 (Batubara 2008), kebutuhan tersebut belum termasuk kebutuhan batubara dari industri semen, tekstil, dan lain-lain yang jika ditotal seluruhnya akan mencapai angka lebih dari 100 juta ton per tahun. Lonjakan kebutuhan batubara tersebut secara tidak langsung berimbas pada meningkatnya kebutuhan angkutan laut sebagai sarana transportasi utama muatan curah yang diprediksi akan mencapai tingkat kenaikan kebutuhan armada sampai dengan 150% dari armada yang ada saat ini. Berdasarkan prediksi perkembangan industri pelayaran dan angkutan laut domestik tersebut, maka PT. X mulai mengkaji kemungkinan untuk membentuk anak perusahaan pelayaran yang pada awalnya nanti akan melayani kebutuhan transportasi internal perusahaan PT. X sebagai perusahaan induk, namun anak perusahaan ini nantinya juga diproyeksikan sebagai perusahaan angkutan laut yang dapat melayani kebutuhan transportasi laut dari pihak eksternal. Untuk melaksanakan rencana tersebut, PT. X perlu mengeluarkan biaya investasi cukup besar mengingat untuk dapat memperoleh Surat Ijin Usaha Pengusahaan Angkutan Laut atau SIUPAL, anak perusahaan ini disyaratkan untuk memiliki sendiri minimal satu set kapal angkut (non sewa). Sedangkan PT. X adalah perusahaan dengan bisnis inti adalah eksplorasi dan pengolahan batubara. Dengan sebab-sebab tersebut, maka perlu dilakukan kajian kelayakan beserta analisa risiko yang mungkin menyertai rencana pembentukan anak perusahaan angkutan laut tersebut. Makalah ini akan membahas mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja kelayakan investasi pembentukan anak perusahaan angkutan laut oleh PT. X, yaitu keterlambatan jadual pengangkutan oleh kapal. Karena keterlambatan kapal dapat mengakibatkan membengkaknya biaya operasional yang akan berdampak pada kelayakan usaha secara keseluruhan. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh risiko keterlambatan kapal berdampak pada kinerja kelayakan investasi pembentukan anak perusahaan angkutan laut oleh PT. X dengan menggunakan model simulasi Monte Carlo. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penelitian ini mencakup: Perumusan model keuangan (financial model) yang dibangun didasarkan pada sistem input output dari sebuah perusahaan angkutan laut. Simulasi didasarkan pada model Monte Carlo dengan menggunakan perangkat lunak Crystal Ball. Faktor yang dianalisis adalah keterlamabatan jadual kapal pengangkut. Implementasi dari model keuangan ini dilakukan pada sebuah perusahaan angkutan laut. TINJAUAN PUSTAKA Risiko Dari sudut pandang ’hasil’ atau ’keluaran’, risiko didefinisikan sebagai: ’Sebuah hasil atau keluaran yang tidak dapat diprediksikan dengan pasti – yang tidak disukai karena akan menjadi kontra-produktif’
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Dari sudut pandang ’proses’, risiko adalah: ’Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, sehingga terjadinya konsekuensi yang tidak diinginkan’ Risiko dari sudut pandang ’proses’ seringkali disebut dengan faktor risiko. Pada intinya kedua sudut pandang diatas saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan diantara keduanya hanya sekedar perspektif dan posisi pengamat. Risiko adalah fungsi atau terkait dengan ketidakpastian. Makin besar ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan, semakin tinggi kemungkinan dan dampak risiko yang harus mereka hadapi. Ketidakpastian berasal dari perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Sebagai contoh dunia usaha saat ini dipengaruhi oleh revolusi dalam bidang ICT (Internet & Communication Technology), bioteknologi, globalisasi bisnis, hyper competition, kejutan budaya dan pergeseran perilaku konsumen serta masyarakat. Secara statistik, risiko digambarkan dengan kemungkinan terjadinya beberapa kejadian yang tidak disukai. Umumnya probabilitas/kemungkinan kejadian tersebut dikombinasikan dengan hasil sehingga membentuk sebuah nilai yang disebut sebagai risiko. Dalam teori keputusan statistik, fungsi risiko sebuah estimator δ(x) untuk parameter θ dihitung dari hasil observasi x; didefinisikan sebagai nilai harapan fungsi kehilangan L,
R( , ( x)) L( , ( x)) f ( x )dx ….... (1) dimana: δ(x) = estimator θ = parameter dari estimator Berdasarkan pada karakteristik dasarnya, risiko dibagi menjadi ’risiko murni’ dan ’risiko spekulatif’. Risiko murni mengacu pada risiko yang dapat diamati dan diukur secara physik, tidak terbantahkan dan umumnya disebabkan oleh penyebab alami, seperti gempa bumi, kebakaran, banjir, dan sejenisnya. Risiko spekulatif mengacu pada risiko yang tidak dapat diamati dan diukur secara physik. Ini terjadi sebagai produk atau hasil dari tindakan tertentu buatan manusia, seperti risiko valuta asing, risiko tingkat suku bunga, dan fluktuasi bisnis. Saat orang berbicara mengenai pemindahan risiko melalui asuransi, biasanya hal ini mengacu pada risiko murni. Risiko Finansial Secara umum arti risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa di luar yang diharapkan. Bila investor menanamkan modal untuk mendirikan usaha, tujuannya adalah memperoleh keuntungan di masa depan, disamping menghadapi risiko menerima kurang dari yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan rendahnya keuntungan atau bahkan rugi, semakin besar risiko usaha tersebut. Secara spesifik, batasan risiko suatu proyek adalah variabilitas pendapatan sebagai dampak dari variasi arus kas masuk dan keluar selama umur investasi yang bersangkutan. Variasi ini erat hubungannya dengan ketidaktepatan dalam menentukan prakiraan perihal, misalnya tingkat penyerapan pasar atas produk yang dihasilkan, kemajuan teknologi di masa depan, tingkat tarif, kualitas dan kuantitas peralatan serta material yang diperlukan, dan lain-lain. Dalam teori finansial dikenal asumsi bahwa sebagian besar investor berpandangan sejauh mungkin untuk menghindari risiko (risk averse). Ini berarti mereka bukan menolak menghadapi risiko, tetapi mengharapkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi atas investasi yang lebih besar risikonya.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Dalam menyiapkan anggaran modal proyek, jenis risiko dikelompokkan menjadi:
Risiko Proyek Tunggal. Disini yang dilihat hanya risiko yang melekat pada proyek itu sendiri, atau dengan kata lain melihat karakteristik hubungan antara risiko dengan keuntungan, terlepas dari faktor ada atau tidaknya proyek lain di dalam perusahaan. Risiko proyek semacam ini seringkali disebut sebagai stand alone risk.
Risiko Kombinasi Multiproyek. Bila perusahaan mempunyai multi proyek, maka risiko masing-masing akan berkombinasi dan hal ini disebut sebagai risiko ”portofolio”.
Analisis Risiko Finansial Sejumlah teknik yang mempertimbangkan dimensi ketidakpastian sebagai bagian dalam penyusunan rencana investasi telah dikembangkan oleh para pakar yang menekuni bidang ini. Umumnya teknik semacam ini disebut sebagai analisis risiko. Analisis risiko dapat diklasifikasikan menjadi 2 katagori (Smith 1994): Intuitive dan Analitis (Lihat Gambar 1). Teknik intuitif bergantung pada analisis detail terhadap ketidakpastian yang berhubungan dengan aliran kas. Penilaian ketidakpastian pada teknik intuitif lebih bersifat subyektif. Sebaliknya teknik analitis menitikberatkan pada kuantifikasi ketidakpastian dari proyek. Salah satu teknik analitis yang tersedia adalah simulasi.
Gambar 1 Teknik-teknik Analisis Resiko Keuangan
Analisa Risiko Menggunakan Model Simulasi Salah satu teknik analisis risiko yang umum digunakan adalah simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo adalah teknik simulasi yang menggunakan eksperimen sampling yang bertujuan untuk memperkirakan distribusi yang dianut oleh variabel keluaran yang bergantung pada beberapa kemungkinan variabel input (Evans and Olson 2002). Teknik analisis risiko Monte Carlo ini dikembangkan pada awal tahun 1960 an. Salah satu pendukung penggunaan teknik ini adalah Hertz, yang dalam makalahnya di Havard Business Review (Hertz 1979) telah berjasa menyebarluaskan teknik ini ke masyarakat luas. Pada dasarnya, simulasi Monte Carlo melibatkan penggunaan distribusi peluang dan bilangan random dalam perhitungannya. Dengan bantuan komputer, distribusi peluang nilai Net Present Value, IRR, maupun indikator-indikator lainnya akan dapat diperoleh. Simulasi Monte Carlo akan mengganti nilai total aliran kas bersih tiap tahun dengan distribusi peluang tiap faktor yang mempengaruhi total aliran kas bersih (contoh: pendapatan atau komponen-komponen sumberdaya). Distribusi peluang faktor-faktor penting yang disimulasikan mengambarkan unsur ketidakpastian dari faktor-faktor penting tersebut. Dengan memanfaatkan komputer, simulasi dapat melakukan observasi acak dari tiap distribusi peluang untuk digunakan dalam perhitungan net cash flow tiap tahun
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
sepanjang umur investasi proyek. Selanjutnya aliran kas yang diperoleh dari hasil simulasi ini digunakan untuk menghitung indikator-indikator kinerja investasi proyek maupun indikator-indikator keuangan perusahaan lainnya. Keseluruhan proses kemudian akan diulang kembali dalam jumlah yang besar, untuk medapatkan distribusi peluang kinerja yang diinginkan (bukan nilai tunggal). Penyebaran distribusi peluang tersebut akan menggambarkan tingkat ketidakpastian disekitar aliran kas proyek. Proses simulasi Monte Carlo ini merupakan siklus pengulangan. Apabila distribusi yang dihasilkan dari proses pengulangan ini digambarkan dalam bentuk grafik sebagai distibusi frekuensi, maka gambaran yang didapatkan akan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan keputusan manajerial. Pengambil keputusan akan sangat terbantu dengan gambaran risiko yang ada dibandingkan dengan hanya menggunakan model pembangunan aliran kas yang konvensional. Meskipun penggunaan Simulasi Monte Carlo banyak digunakan pada analisa risiko penilaian investasi, namun lebih dari itu, sebenarnya konsep dan teknik tersebut dapat digunakan dalam konteks keseharian proses manajerial. Beberapa perangkat lunak simulasi berbasis komputer sudah tersedia di pasar saat ini namun masih terbatas digunakan oleh beberapa kalangan saja. Sebagian besar pengguna model ini menggunakan perangkat lunak Add ins yang terintegrasi dengan perangkat lunak spreadsheet seperti @risk dan Crystall Ball. Makalah ini disusun dengan bantuan perangkat lunak Crystall Ball yang merupakan Add Ins dari Microsoft Excel. Crystall Ball sendiri memiliki beragam fitur yang memungkinkan untuk melakukan analisa statistik (Charnes 2007). Indikator Kelayakan Finansial Net Present Value Kriteria nilai bersih saat ini (net present value – NPV) didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang (Brealey and Myers 2002). Dengan mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu tarif (pasar) saat ini. Hal ini amat membantu pengambil keputusan untuk menentukan pilihan. NPV menunjukkan jumlah lump-sum yang dengan arus diskonto tertentu (WACC) memberikan angka seberapa besar nilai usaha (Rp.) tersebut pada saat ini (Frensidy 2008). Bila ditulis dengan persamaan akan menjadi: n
n (C )t (Co )t ..................(2) t t t 0 (1 i ) t 0 (1 i )
NPV
Dimana, NPV (C)t (Co)t n i t
= Nilai sekarang bersih. = Arus kas masuk pada tahun ke-t. = Arus kas keluar pada tahun ke-t. = Umur unit usaha hasil investasi. = Arus pengembalian (rate of return) = WACC = Waktu
Internal Rate of Return Untuk menjelaskan apakah rencana proyek cukup menarik bila dilihat dari segi tingkat pengembalian yang telah ditentukan, prosedur yang lazim digunakan adalah mengkaji tingkat pengembalian internal (internal rate of return – IRR), yaitu tingkat pengembalian yang menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar (Behrens and Hawranek 1995).
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Rumusannya adalah sebagai berikut: n
n
(C )t
(Co )t
(1 i) (1 i) t
t 0
t 0
t
............ (3)
Dimana, (C)t (Co)t n i t
= Arus kas masuk pada tahun ke-t. = Arus kas keluar pada tahun ke-t. = Umur unit usaha hasil investasi. = Arus pengembalian (rate of return) = WACC = Waktu
Karena arus kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama/initial cost (Cf), maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi: n
(Co )t
(1 i) t 0
t
(Cf ) 0 ........... (4)
Cost of Capital Sebagai dasar untuk menentukan tingkat kelayakan dari tingkat pengembalian internal, digunakan pembandingnya adalah cost of capital. Untuk perusahaan yang menggunakan scheme multi financing, umumnya biaya modal dihitung dengan menggunakan metode weighted average cost of capital (WACC) (Palliam 2005). Adapun persamaan untuk menghitung biaya modal ini adalah sebagai berikut: WACC
Ve Vd re rd (1 Tax) …. (5) Ve Vd Vd Ve
re rf (rm rf ) …….. (6)
(C ) Corr (CG ) ….. (7) (G )
Dimana, rd = Cost of debt re = Cost of equity Ve = Market value of the firm's equity Vd = Market value of the firm's debt rf = Risk Free (Government Bond (BI)) rm = IHSG average value for n period (C) = Standard deviasi nilai saham PT. X (G) = Standard deviasi indeks tarif saham gabungan di BEJ. Corr(CG) = korelasi anatar nilai saham PT. X dengan indeks tarif saham gabungan. Indikator Kinerja Keuangan Disamping indikator kelayakan investasi proyek, indikator-indikator penting lainnya yang berhubungan dengan kinerja perusahaan secara keseluruhan juga harus dievaluasi dengan adanya proyek investasi yang baru. Beberapa indikator yang berhubungan dengan kinerja perusahaan tersebut dihitung atas dasar laporan keuangan yang telah dikonsolidasi.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Tabel 1. Indikator-Indikator Kinerja Finansial No. 1
Indikator Likuiditas Current Ratio
Current Asset Current Liabilitie s CurrentAsset- Inventory CurrentLiabilities
Quick Ratio 2
Leverage Total Debt – Total Assets
Total Liabilities Total Assets Long Term Debt Equity
Long term debt - Equity
3
Activities Assets turnover
Net Income Assets Net Income Fixed Assets Net Income Inventory
Fixed assets turnover
Inventory turnover
Accounts receivable turnover 4
Formula
Profitability Return on sales
Net Income Account Receivable Net Income Sales Net Income Total Assets
Return on assets
Return on equity
Net Income Equity
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan berdasarkan kerangka berpikir logis yang dapat digambarkan seperti pada Gambar 2 berikut ini: Mulai
Eksplorasi & identifikasi input, proses, dan output sebagai basis pembuatan model finansial
Data Pasar
Proses Bisnis Perusahaan Angkutan Laut
Pembuatan model finansial dengan spreadsheet
Data Teknis
Pengumpulan data
Data Finansial
Pengolahan data
Evaluasi Resiko Keterlambatan Kapal
Analisa Hasil
Kesimpulan & Saran
Selesai
Gambar 2. Metodologi Penelitian
Tata Laksana Explorasi dan Identifikasi Input, Proses dan Output sebagai Basis Pembuatan Financial Model Pembuatan financial model memerlukan pemahaman yang komprehensif tentang semua input, proses maupun output yang berhubungan dengan informasi keuangan (Proctor 2004).
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi semua input/parameter, proses maupun output tersebut dari pustaka-pustaka yang relevan disamping hasil penggalian informasi dari para pakar dan praktisi yang sangat memahami karakter industri angkutan laut/pelayaran. Pembuatan Financial Model Atas dasar explorasi dan identifikasi model input-proses-output yang telah dilakukan sebelumnya dapat dibuat financial model yang terintegrasi. Financial model dibuat dengan bantuan perangkat lunak spreadsheet yang dikombinasikan dengan perangkat lunak tambahan berbasis visual basic for application yang khusus dibuat untuk menjalankan beberapa proses tertentu. Pengumpulan Data Pada tahapan ini, data-data primer maupun sekunder yang berkaitan dengan aspek pasar, teknis maupun keuangan dikumpulkan dari berbagai sumber baik internal perusahaan maupun dari sumber eksternal. Beberapa data-data historis yang berkaitan dengan parameter-parameter model diolah terlebih dahulu sebelum dijadikan asumsi pada model keuangan yang dibuat. Pengolahan Data Data-data yang telah terkumpul selanjutnya diinputkan ke dalam model dan diproyeksikan sepanjang umur proyek. Proyeksi yang dilakukan menggunakan model-model peramalan yang sesuai. Hasil yang didapatkan dari proses pengolahan data ini adalah berupa proforma financial statement dan kinerja investasi maupun keuangan yang lain. Hasil yang didapatkan adalah belum mempertimbangkan risiko ketidakpastian beberapa parameter penentu kelayakan pembentukan anak perusahaan angkutan laut yang dikaji. Evaluasi Risiko Keterlambatan Jadual Kapal Faktor keterlambatan jadual kapal yang diduga memiliki pengaruh besar terhadap kelayakan investasi akan dievaluasi pada tahapan ini dengan menggunakan model simulasi Monte Carlo. Tahapan dalam melakukan simulasi Monte Carlo adalah sebagai berikut: Mulai
Sample Distribusi Probabilitas untuk Tahun i
Akhir Periode Proyeksi?
Hitung dan Simpan Indikator Finansial (NPV, IRR, WACC, PayBack)
Akhir Iterasi ?
Ringkas Hasil dan Gambarkan Distribusi Probabilitas untuk Kinerja Finansial
Gambar 3 Logika Sederhana Simulasi Monte Carlo
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Analisa Hasil Hasil yang didapat dari simulasi ini selanjutnya dianalisis sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah investasi dapat dijalankan atau tidak dengan mempertimbangkan kemungkinan pencapaian kinerja investasi dan kinerja keuangan yang didapatkan berdasarkan atas risiko keterlambatan jadual kapal. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Sistem Model keuangan dibuat atas dasar pendekatan sistem. Secara umum gambaran sistem keuangan yang terdiri dari input, proses dan output digambarkan pada Gambar 5. Masukan (Input) Input Aspek Pasar Pangsa Pasar Seperti yang telah dijelaskan pada awal makalah, bahwa perusahaan angkutan laut yang dibentuk nantinya akan melayani kebutuhan perusahaan induk pada awalnya untuk kemudian dikembangkan untuk melayani pasar eksternal. Saat ini dari total batubara produksi PT X sebanyak 71% dikirim melalui pelabuhan Tarahan di Sumatera. Dari total tersebut 84% diantaranya dikirimkan ke Suralaya untuk memenuhi kebutuhan PLTU Suralaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut: Tarahan lainnya 16% Tarahan Suralay a…
Gambar 4. Ilustrasi Demand untuk Anak Perusahaan Angkutan Laut PT X
Tabel berikut ini akan menunjukkan perkembangan demand untuk perusahaan angkutan laut sampai dengan tahun kelima, setelah tahun kelima besaran demand pertahunnya ada pada tingkat yang sama. Tabel 2. Demand Internal PT. X (dalam juta ton) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pelabuhan Asal-Tujuan Tarahan - PLTU Suralaya Tarahan - Banten Suralaya Tarahan - Banten Labuan Tarahan - Banten Teluk Naga Kertapati - PLTU Suralaya Kertapati - PLTU Domestik Kertapati - Industri lain Kertapati - Ekspor Kalimantan - Tarahan Kalimantan - Rembang Kalimantan - Paiton Kalimantan - Tuban Kalimantan Semarang Teluk Bayur Domestik Teluk Bayur-Ekspor Kalimantan-Bojonegara Kalimantan-Gresik Kalimantan-Semarang
2009 0 0,3 0,3 0,3
2010 3,1 0,5 0,5 0,5
2011 3,1 0,5 0,5 0,5
2012 3,1 0,5 0,5 0,7
2013 4,6 1 1 1
2014 4,6 1 1 1
2015 4,6 1 1 1
2016 4,6 1 1 1
2017 4,6 1 1 1
2018 4,6 1 1 1
0,7 0 0,6 0,8 1,5 0,5 0,3 0 0,2 0,5 0,12 0,12 0,2 0,2
0,7 0,59 0,8 0,61 1,5 0,5 0,3 0,47 1,23 0,92 0,13 0,21 0,3 0,3
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,15 0,24 0,35 0,35
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,15 0,24 0,48 0,48
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,15 0,24 0,6 0,6
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,28 0,36 0,6 0,6
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,28 0,36 0,68 0,68
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,36 0,48 0,68 0,68
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,36 0,48 0,68 0,68
0,7 0,74 0,8 0,46 1,5 0,5 0,3 0,47 2,23 1,1 0,36 0,48 0,68 0,68
Services Price Tarif jasa angkutan muatan batubara pada tahun pertama operasional perusahaan angkutan laut didasarkan pada tarif angkutan laut muatan curah pada tahun 2008. Untuk tahun-tahun berikutnya tarif diasumsikan naik sebesar 7% pertahun.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Data & Asumsi Pasar
Market Share Selling Price Market growth projection Price growth projection
Data & Asumsi Teknis
Model
Investasi Harta Tetap Investasi bertahap Pemilihan & Penguasaan Armada Data teknis kapal (kecepatan layar, kecepatan bongkar, GRT, DWT, dll) Kapasitas Angkut Kebutuhan Operasional Armada Kebutuhan BBM Kebutuhan tenaga kerja Kebutuhan air tawar Biaya-biaya pelabuhan Waiting Time
Tahapan Investasi Skenario Investasi Round Trip Days Voyage Cost Operating Cost Capital Cost Proyeksi Penjualan COGS Projection Marketing Expense Projection General & Administration Projection Jadual pembayaran hutang dan bunganya
Output
Proyeksi Laba Rugi Proyeksi Arus Kas Proyeksi Neraca Free Cash Flow Kinerja Keuangan Rasio-rasio keuangan
Data & Asumsi Keuangan
Jangka waktu Piutang Interest During Construction Commision Days Persediaan Hutang Usaha Skema Pembiayaan Proyeksi Kurs Skema pembayaran hutang
Gambar 5. Alur Model Keuangan Perusahaan Angkutan Laut
Tarif layanan didasarkan pada rute pengiriman dan dikenakan berdasarkan jumlah/tonase batubara yang dikirim. Pada tahun pertama tarif jual untuk Tarahan – Suralaya yang memiliki demand terbesar adalah Rp. 35.000/ton. Asumsi kenaikan tarif layanan pertahun sebesar 7% per tahun. Tabel 3. Tarif Layanan per Rute Pengiriman RUTE TARIF Tarahan – PLTU Suralaya Rp. 35.000,- per ton Tarahan – Banten Suralaya Rp. 35.000,- per ton Tarahan – Banten Labuan Rp. 35.000,- per ton Tarahan – Banten Teluk Rp. 40.000,- per ton Naga Kertapati – PLTU Suralaya Rp. 105.000,- per ton
Input Aspek Teknis Alternatif Alat Angkut yang digunakan Untuk menbentuk perusahaan angkutan laut diperlukan armada kapal yang mampu menangani demand yang ada pada awal pendirian perusahaan. Alternatif-alternatif kapal yang akan dipilih ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel.4.Alternatif armada kapal Alternatif Jenis Alat Angkut Barge 300' - Convensional Barge 300' - Self Unloader Barge 330' - Self Unloader Barge 330' - Convensional Kelas Adhiguna Tarahan - Convensional Kelas Adhiguna Tarahan - Self Unloader Kelas Handy - Saraswati - Convensional Kelas Handy - Saraswati - Self Unloader Kelas Panamax - 60.000 - Convensional Kelas Panamax - 60.000 - Self Unloader
Pay Load Price estimate Speed Cap. Costs Opr. Costs Voy. Costs (Ton) (Rp. Juta) (knots) (Rp. Juta) (Rp. Juta) (Rp. Juta) 8,000 50,000 4.00 9,586 1,370 117 8,000 60,000 4.00 11,503 1,576 117 13,000 75,000 4.00 14,379 1,752 120 13,000 90,000 4.00 17,254 2,015 120 10,500 235,000 9.00 45,053 1,773 154 10,500 282,000 9.00 54,063 2,128 156 24,500 350,000 9.00 67,100 3,403 242 24,500 420,000 9.00 80,520 4,083 253 60,000 550,000 10.00 105,442 6,315 849 60,000 660,000 10.00 126,531 7,578 745
Atas dasar analisa pasar yang ada, dimana untuk tahapan awal pengembangan, perusahaan akan menangkap pasar dari perusahaan induk. Dengan demikian investasi pengadaan armada perlu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar yang ada. Pada tahun pertama beroperasi perusahaan akan membeli dan memiliki armada berupa tongkang
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
dan tug boat, yang kemudian seiring dengan peningkatan demand perusahaan harus memperbesar kapasitas unit armadanya menjadi sampai dengan kelas Panamax yang mampu memuat sampai dengan 60.000 ton. Dimana berdasarkan proyeksi demand, kapal kelas Panamax akan dibutuhkan mulai tahun 2013 dengan jumlah demand sampai dengan 6.100.000 ton. Biaya Operasional Data kebutuhan biaya operasional perusahaan dihasilkan dari cost driver yang didapatkan dari berbagai sumber, baik itu dari data histori, data lapangan, maupun pendapat para pakar maupun praktisi industri angkutan laut. Pada dasarnya biaya operasional perusahaan angkutan laut dapat dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan perilaku biayanya, yaitu Biaya variabel dan Biaya Tetap (Engkos Kosasih and Prof. Capt. Hananto Soewedo 2007). Tabel berikut akan menjelaskan lebih rinci tentang jenis biaya operasional pada perusahaan angkuta laut/pelayaran. Tabel 5. Biaya Operasional Perusahaan Angkutan Laut Biaya Variabel Biaya Bunker (BBM) Biaya Pelabuhan Biaya Muatan (Bongkar muat) Biaya Agen Biaya Klaim muatan Biaya Sewa Container Biaya Transhipment
Biaya Tetap Biaya harian kapal Biaya Asuransi Biaya Overhead Biaya Container
Tarif material kebutuhan operasional armada angkutan laut adalah data tarif pada tahun 2008 yang kemudian diproyeksikan dengan asumsi kenaikan tarif sebesar 7% pertahunnya. Selain kebutuhan material seperti BBM, air tawar, dan pelumas, biaya operasional yang dimasukkan dalam model keuangan perusahaan angkutan laut ini mengandung biayabiaya kepelabuhanan yang menjadi beban operasional kapal. Biaya-biaya kepelabuhanan yang digunakan dalam kajian ini adalah data tahun 2008 yang kemudian diproyeksikan untuk tahun-tahun berikutnya mengikuti pola kenaikan biaya material. Tabel 6. Biaya-biaya Kepelabuhanan BIAYA KEPELABUHANAN
Jasa Labuh Jasa Tambat Jasa Pandu (Tarif Tetap) Jasa Pandu (Tarif Variabel) Uang Dermaga
Rp. 52,- per GT/kunjungan Rp. 48,- per GT/Etmal Rp 28.000,- per Kapal/Gerakan Rp. 8,- per GT/kapal/Gerakan Rp. 715,- per ton
Input Aspek Finansial Biaya Investasi & Sumber Pendanaan Biaya investasi pendirian perusahaan angkutan laut dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Sumber pendanaan untuk proyek ini diperoleh dari dana sendiri sebesar 30% dan pinjaman bank dalam negeri sebesar 70%. Asumsi biaya bunga untuk pinjaman dari bank dalam negeri adalah sebesar 16%. Tabel 7. Kebutuhan Investasi dan Sumber Pendanaan
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-11
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
KETERANGAN
TOTAL
Fixed Investment Land Building Kapal Tools and spareparts Office equipment Venture Initiation Costs Total (Rp. Juta)
1.279.994 250 559 1.280.803
SOURCES OF FUND Commercial Bank Loan Self Financing
70% 30%
2009
2010
2011
2012
2013
225.000
173.340
103.041
-
778.613
250 559 225.809
173.340
103.041
-
778.613
158.066 67.743
121.338 52.002
72.129 30.912
-
545.029 233.584
Asumsi Keuangan Lainnya Asumsi-asumsi lain yang berkaitan dengan aspek keuangan dapat dilihat pada gambar (capture) yang diambil dari model keuangan yang telah dibuat pada tabel 8 berikut. Tabel 8. Asumsi-asumsi Keuangan yang digunakan Account Payable Account Receivable Inventory Interest Rate Debt Percentage Equity Percentage
ASUMSI KEUANGAN 30 hari 30 hari 30 hari 16% 70% 30%
Probabilitas Nilai Tukar Atas dasar data pergerakan nilai tukar dari bulan Januari 2008 sampai dengan bulan Desember 2008 didapatkan tabel probabilitas kumulatif untuk hari keterlambatan pengiriman batubara oleh PT. X adalah seperti pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Probabilitas Keterlambatan Kapal Hari Keterlambatan 0 1 2 3 4 5 6
Persentase Kumulatif 20,79% 56,44% 75,25% 88,12% 91,09% 99,01% 100,00%
Keluaran (Output) Kinerja Investasi Hasil simulasi model keuangan yang dibuat dengan proyeksi selama 20 tahun didapatkan hasil indikator-indikator kinerja seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Indikator-indikator kinerja tersebut didapatkan dengan menggunakan asumsi-asumsi ideal dalam pembentukan usaha angkutan laut tanpa mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang mungkin terjadi. Tabel 10. Kinerja Investasi Anak Perusahaan Angkutan Laut Indikator IRR WACC NPV Payback Period
Hasil 26,04% 14,40% Rp. 924.471 (juta) 8 Tahun 3 bulan
Profitabilitas Profitabilitas yang dihitung dalam hal ini adalah profitabilitas dari perusahaan hasil konsolidasi proyeksi keuangan existing perusahaan dengan proyeksi keuangan perusahaan angkutan laut yang didirikan. Indikator-indikator keluaran untuk profitabilitas ini antara lain adalah Gross margin, Operating margin, Net margin, Ebitda margin dan Ebitda per ton. Proyeksi untuk ketiga indikator-indikator tersebut diperlihatkan pada gambar 6 dan gambar 7.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-12
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10%
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Gross Margin
24%
23%
26%
29%
34%
35%
35%
36%
36%
37%
Operating Margin
17%
14%
18%
19%
26%
25%
26%
26%
27%
27%
0%
-3%
3%
6%
7%
9%
11%
13%
15%
17%
Net Margin
Gambar 6. Proyeksi Profitabilitas Anak Perusahaan Angkutan Laut PT. X 60%
45.000 40.000
50% 35.000 40%
30.000 25.000
30% 20.000 20%
15.000 10.000
10% 5.000 0%
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Operating Margin
17%
14%
18%
19%
26%
25%
26%
26%
27%
EBITDA Margin
40%
40%
39%
37%
52%
47%
44%
41%
39%
37%
19.168
18.412
23.527
23.660
39.289
38.261
38.304
38.482
38.805
39.613
Ebitda per Ton (Rupiah)
2018
-
27%
Gambar 7. Proyeksi Profitabilitas Anak Perusahaan Angkutan Laut PT. X
Struktur Modal Anak perusahaan angkutan laut yang akan dibentuk oleh PT. X didirikan dengan menggunakan dana sendiri dan hutang dari pihak ketiga. Dalam simulasi keuangan yang dilakukan investasi dilakukan dengan menggunakan persentase modal sendiri sebesar 30% dan sisanya dibiayai dengan hutang dari pihak ketiga, dalam hal ini adalah perbankan. Pembayaran pokok pinjaman dan bunganya diasumsikan menjadi kewajiban anak perusahaan dengan suntikan dana dari induk perusahaan pada awal operasional. Pada tahun-tahun berikutnya pembayaran pokok mulai diambil dari aliran kas anak perusahaan. Grafik berikut akan menunjukkan kemampuan anak perusahaan PT. X dalam pembayaran pokok pinjaman beserta bunganya. 120%
3,00
100%
2,50
80%
2,00
60%
1,50
40%
1,00
20%
0,50
0% Total Equity Total Debt
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
32%
32%
35%
42%
39%
46%
54%
64%
73%
82%
54%
46%
36%
27%
18%
Debt to Ebitda
2,36
2,52
2,06
1,67
1,82
1,57
1,27
0,97
0,72
0,51
Debt / Equity
2 1/6
68%
2 1/7
68%
1 5/6
65%
1 2/5
58%
1 4/7
61%
1 1/5
6/7
4/7
3/8
2/9
0,00
Gambar 8. Repayment Capacity Anak Perusahaan PT. X
Hasil Simulasi Monte Carlo Simulasi akan dilakukan terhadap proyeksi profitabilitas anak perusahaan PT. X. Hasil simulasi ini nantinya diharapkan akan dapat menunjukkan seberapa besar pengaruh risiko keterlambatan kapal terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Simulasi akan dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak berupa Add Ins Microsoft Excel yaitu Crystal Ball. Simulasi akan dilakukan selama 10.000 iterasi. IRR
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-13
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Setelah dilakukan iterasi sejumlah 10.000 kali, didapatkan hasil berupa distribusi frekuensi untuk nilai IRR (Internal Rate of Return) seperti yang tergambar pada Gambar 9 berikut ini:
Gambar 9. Hasil Simulasi untuk Proyeksi IRR
NPV Setelah dilakukan iterasi sejumlah 10.000 kali, didapatkan hasil berupa distribusi frekuensi untuk nilai NPV seperti yang tergambar pada Gambar 10 berikut ini:
Gambar 10. Hasil Simulasi untuk Proyeksi NPV
Pembahasan Hasil Hasil model finansial yang dibangun menunjukkan kinerja investasi seperti pada Tabel 10 dan profil profitabilitas ditunjukkan pada tabel 9. Nilai-nilai indikator kinerja investasi menunjukkan hasil positif. Nilai IRR 26,04% berada diatas tingkat WACC 14,4% dan NPV bernilai positif sebesar 924.471 juta dengan Payback Period 8 tahun 3 bulan. Indikator-indikator tersebut menunjukkan bahwa dalam keadaan ideal, tanpa mempertimbangkan faktor risiko-risiko yang mungkin terjadi rencana pendirian anak perusahaan angkutan laut oleh PT. X adalah layak untuk dilaksanakan. Asumsi keterlambatan kapal untuk model tersebut adalah maksimal 18 jam. Dari sisi profitabilitas perusahaan, dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7 bahwa pada tahun-tahun awal perusahaan mencatatkan tingkat profitabilitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena pada awal operasional perusahaan masih harus melakukan penambahan investasi untuk pengadaan armada. Seiring dengan peningkatan demand angkutan laut pada tahun-tahun berikutnya profitabilitas perusahaan naik, bahkan investasi tambahan pada tahun 2013 tidak menimbulkan penurunan profitabilitas yang berarti bagi perusahaan. Demikian juga dari sisi struktur permodalan dan kemampuan pembayaran hutang beserta bunganya terlihat pada Gambar 8 bahwa pada awal tahun operasional perusahaan langsung memiliki tingkat Debt to Ebitda yang cukup tinggi pada angka 2,5. Namun seiring dengan proyeksi aliran kas yang cukup bagus pada tahun-tahun berikutnya penambahan investasi pada tahun 2013 hanya membuat Debt to Ebitda perusahaan naik di angka 1,82.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-14
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Faktor risiko keterlambatan kapal untuk masing-masing rute dan jenis kapal didapatkan perubahan hasil pada skenario dasar yang tidak signifikan. Kemungkinan perusahaan memperoleh nilai IRR berada di bawah tingkat WACC 14,4% adalah sebesar 0,59%. Sedangkan probabilitas NPV berada di bawah nol atau bernilai negatif adalah 0,59%. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Atas dasar asumsi yang telah ditentukan dapat dinyatakan bahwa dari hasil perhitungan kelayakan, rencana pendirian anak perusahaan angkutan laut PT. X memiliki indikator kinerja yang cukup bagus. Dengan nilai IRR 26,04% berada jauh diatas WACC 14,4%, serta nilai NPV yang positif. 2. Dari sisi profitabilitas perusahaan, ide untuk usaha angkutan laut adalah layak untuk dilakukan karena dengan adanya anak perusahaan angkutan laut, proyeksi profitabilitas perusahaan semakin naik dan tentunya akan meningkatkan corporate value. 3. Sumber dana untuk mendirikan anak perusahaan ini didapatkan dari 70% hutang ke pihak ketiga dan 30% suntikan modal dari perusahaan induk. Pembayaran pokok pinjaman dan bunganya dibebankan kepada anak perusahaan. Repayment capacity anak perusahaan menunjukkan tren yang bagus, hanya mengalami kesulitan pada awal operasional dan terus membaik pada tahun-tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan angkutan laut yang didirikan merupakan investasi yang tepat. 4. Risiko keterlambatan jadual kapal terhadap proyeksi profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Berdasarkan hasil simulasi dengan 10.000 iterasi didapatkan tingkat probabilitas nilai IRR perusahaan bernilai berada di bawah nilai WACC adalah sebesar 0,59%, demikian juga dengan probabilitas nilai NPV bernilai negatif sebesar 0,59%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rencana pendirian perusahaan angkutan laut oleh PT. X ini perlu memperhatikan faktor penjadualan kapal untuk meminimalkan efek dari risiko keterlambatan kapal walaupun hasil simulasi menunjukkan kecilnya probabilitas proyek pendirian perusahaan angkutan laut menjadi tidak layak karena risiko keterlambatan jadual kapal. DAFTAR PUSTAKA Anonymous (2008). Pasar Luas Angkutan Batubara. Marine Business. 1. Batubara, P. L. T. M. (2008). Proyeksi Kebutuhan Batubara Nasional. Jakarta, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Behrens, W. and P. M. Hawranek (1995). Manual for The Preparation of Industrial Feasibility Studies, United Nations Industrial Development Organization. Brealey, R. A. and S. C. Myers (2002). Financial Analysis with Excel, Mc Graw Hill. Charnes, J. (2007). Financial Modelling with Crystal Ball and Excel, Wiley Finance. Engkos Kosasih, S. E., M.M. and M. M. Prof. Capt. Hananto Soewedo, S.E., M.M., Ph.D. (2007). Manajemen Keuangan & Akuntansi Perusahaan Pelayaran, PT RajaGrafindo Persada.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-15
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Evans, J. R. and D. L. Olson (2002). Introduction to Simulation and Risk Analysis, Prentice Hall. Frensidy, B. (2008). Financial Mathematics, Salemba Empat. Hertz, D. B. (1979). "Risk Analysis in Capital Investment." Harvard Business Review. Palliam, R. (2005). "Estimating the Cost of Capital." The Journal of Risk Finance 6(4): 335. Proctor, K. S. (2004). Building Financial Models with Microsoft Excel: A Guide for Business Professionals, John Wiley & Sons. Smith (1994). "Incorporating Risk into Capital Budgeting Decisions Using Simulation." Management Decision 32(9).
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-31-16