1
PEMETAAN ALTERNATIF INVESTASI MELALUI THE EFFICIENT FRONTIER CURVE DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS: PT. PJB KANTOR PUSAT) Heru Budi Pratomo, Naning Aranti Wessiani Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] ;
[email protected]
Pengambilan keputusan terhadap alternatif investasi yang telah ada harus dilakukan secara tepat agar suatu korporasi dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. PT PJB (Pembangkitan Jawa Bali) merupakan anak perusahaan PT PLN (Perusahaan Listrik negara) yang bergerak di dalam bidang pembangkit listrik. Dalam melakukan investasinya, PT PJB melakukan penyertaan saham pada 4 perusahaan afiliasi yang bergerak dalam bidang IPP (Independent PowerProducer). Hingga saat ini PT PJB masih belum mengetahui pemetaan investasi terhadap keempat perusahaan afiliasi tersebut yang selanjutnya menjadikan pemetaan tersebut sebagai permasalahan dalam perusahaan dan penelitian tugas akhir ini. Pemetaan investasi dalam penelitian tugas akhir ini akan dibuat melalui kurva tapal batas efisien (The Efficient Frontier) dengan mempertimbangkan faktor risiko (risk) dan faktor pengembalian (return), untuk membantu perhitungan juga dilakukan simulasi Monte Carlo dalam perhitungan return karena terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi nilai return. Setelah keempat perusahaan afiliasi dipetakan dalam kurva tapal batas efisien (The Efficient Frontier) maka dapat diketahui perbandingan antara tingkat return yang dihasilkan dengan risk yang terdapat pada alternatif investasi tersebut. Dengan demikian PT PJB diharapkan dapat memiliki gambaran mengenai pengambilan keputusan investasi mana yang harus dipilih pada masa kedepannya. Kata kunci: Pemetaan investasi, Risk and Return, Simulasi Monte Carlo, Efficient Frontier Curve.
I.
PENDAHULUAN
PT. PJB (Pembangkitan Jawa Bali) merupakan anak perusahaan PT. PLN (Perusahaan Listrik negara) yang bergerak di dalam bidang pembangkit listrik. PT. PJB memiliki 4 divisi berbeda yang berfungsi untuk menunjang kinerja demi mencapai tujuan perusahaan, keempat divisi tersebut yaitu : Divisi Produksi, Divisi Pengembangan dan Niaga, Divisi Keuangan, dan Divisi SDM & Administrasi. Dalam menjalankan bisnisnya sebagai penghasil tenaga listrik, PT. PJB memiliki 8 APPA (Anak Perusahaan dan Perusahaan Afiliasi) yang bergerak dalam 3 bidang bisnis yang berbeda, yaitu : IPP (Independent Power Producer), O&M (Operational and Maintenance), dan EPC (Engineering, Procurement, and Construction). Pengertian dari perusahaan afiliasi merupakan perusahaan yang memiliki nilai
kepemilikkan saham dibawah 50%, sedangkan anak perusahaan merupakan perusahaan yang memiliki nilai kepemilikkan saham diatas 50%. Penelitian tugas akhir hanya dilakukan pada APPA yang bergerak dalam bidang bisnis IPP karena lebih dari 50% penyertaan investasi saham yaitu sebesar Rp 960 M dari total Rp 1.4 T dilakukan pada bidang bisnis tersebut. Terdapat 4 perusahaan afiliasi yang berbeda pada bidang bisnis IPP tersebut, antara lain: PT. S2P (Sumber Segara Primadaya), PT. BPI (Bukit Pembangkit Inovatif), PT. MEPPOGEN (Metaepsi Pejebe Power), dan PT. BDSN (Bajradaya Sentranusa). Hingga saat ini, PT. PJB belum mengetahui pemetaan investasi dari keempat IPP tersebut sheingga pemilihan investasi dilakukan dengan cara subjektifitas saja. Oleh karena itu hal tersebut dijadikan permasalahan yang nantinya akan diselesaikan dalam penelitian tugas akhir ini dan diharapkan dapat membantu PT. PJB dalam melakukan langkah pengambilan keputusan investasinya. Agar investasi yang dilakukan dapat mencapai keuntungan maksimum secara korporasi perusahaan maka, Allen (2000) menyatakan bahwa sebagian besar korporasi dapat menaikkan nilai pemegang saham secara cepat melalui pengelolaan strategis atas anak-anak perusahaan, unit-unit bisnis, dan kategori-kategori produk yang ada dalam portofolio mereka. Dan untuk itu, mereka harus menjadi lebih baik dalam hal-hal berikut: Menciptakan berbagai alternatif strategi riil Mengestimasi nilai dari berbagai alternatif tadi secara akurat Memahami berbagai risiko yang terlibat pada masing-masing alternatif Jika direfleksikan kedalam penelitian ini, PT. PJB telah memiliki 4 alternatif investasi riil melalui empat IPP tersebut. Hanya saja untuk poin kedua dan ketiga yaitu pengestimasian nilai dan risiko yang terdapat pada masing-masing alternatif investasi tersebut belum diketahui. Oleh karena itu, kedua hal tersebut akan menjadi tujuan pada penelitian tugas akhir ini. Estimasi nilai dari berbagai alternatif investasi bisa dilakukan dengan cara menghitung tingkat pengembalian (return), dalam penelitian ini, return akan dihitung menggunakan metode IRR (Internal Rate of Return). Sedangkan tingkat risiko dari investasi akan dihitung menggunakan standar deviasi dari setiap kemungkinan IRR yang akan dihasilkan pada masing-masing investasi.
2 II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Internal Rate of Return(IRR) Metode pemilihan alternatif terakhir yang akan dibahas pada bab II ini adalah IRR (Internal Rate of Return). IRR merupakan tingkat bunga yang menyebabkan terjadinya keseimbangan antara semua pengeluaran dan semua pemasukan pada periode tertentu (Pujawan, 2009). Dengan kata lain IRR adalah suatu tingkat penghasilan yang mengakibatkan NPV dari suatu investasi sama dengan nol. IRR dirumuskan sebagai berikut : =0 Dimana : NPV = nilai sekarang dari keseluruhan aliran kas Ft = aliran kas pada periode t N = umur proyek i = IRR Suatu investasi dikatakan layak untuk dilaksanakan jika IRR yang dihasilkan lebih besar atau sama dengan MARR (Pujawan, 2009). Metode IRR ini merupakan metode yang digunakan penulis untuk melakukan studi kelayakan investasi yang akan dilakukan oleh PT PJB. Penulis menggunakan metode IRR sebagai penlilaian studi kelayakan investasi karena metode IRR dianggap sudah merepresentasikan proyek tersebut layak atau tidak. Perhitungan IRR dalam penelitian tugas akhir ini akan dilakukan dengan bantuan software Ms. Excel. Dalam penggunaan metode IRR harus dilakukan perhitungan mengenai MARR (Minimum Attractive Rate of Return) dari investasi tersebut melalui rumus:
Dimana: ic : cost of capital rd : rasio antara hutang dengan modal keseluruhan 1 - rd : rasio antara modal sendiri dengan modal keseluruhan ie : tingkat pengembalian yang dibutuhkan pada modal sendiri MARR ini adalah nilai minimal dari tingkat pengembalian atau bunga yang bisa diterima oleh investor. Dengan kata lain bila suatu investasi menghasilkan bunga atau tingkat pengembalian (Rate of Return) yang lebih kecil dari MARR maka investasi tersebut dinilai tidak ekonomis sehingga tidak layak untuk dikerjakan (Pujawan, 2009). II.2
Risiko Risiko merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan terhadap suatu investasi. Australian/New Zealand Standard (2004) mengartikan risiko sebagai kemungkinan terjadinya sesuatu yang dapat mempengaruhi tujuan, dan memiliki kemungkinan hasil yang merugikan atau menguntungkan. Mungkin terlihat bahwa hasil terbaik ukuran risiko tunggal hanya akan memberi
ringkasan kasar dari kemungkinan-kemungkinan jelek. Tetapi situasi yang lebih umum dimana prospek portofolio dihitung, standard deviasi mungkin terbukti merupakan ukuran yang baik mengenai tingkat ketidakpastian (William, Gordon, Jeffery, 1995). II.3 Simulasi Monte Carlo Simulasi adalah sebuah metode analitik yang bertujuan untuk membuat ‘imitasi’ dari sebuah sistem yang mempunyai sifat acak, dimana jika digunakan model lain menjadi sangat mathematically complex atau sulit untuk dikembangkan (Cahyo, 2008). Prinsip kerja dari simulasi Monte Carlo adalah membangkitkan angka-angka acak atau sampel dari suatu variabel acak yang telah diketahui distribusinya (Tjong, 2001). Menurut Banks (1996) dalam Cahyo (2008) bilangan acak yang digunakan dalam simulasi Monte Carlo ini merupakan sebuah representasi dari situasi yang tidak pasti dalam sebuah sistem nyata. II.4 The Efficient Fontier Curve Menurut Allen (2000) kurva tapal batas efisien adalah kurva pada grafik dua dimensi yang mewakili hubungan antara risiko dengan pengembalian bagi sekelompok portofolio. Suatu portofolio investasi dikatakan efisien jika portofolio tersebut dapat memaksimumkan pengembalian untuk level risiko tertentu. III.
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Tahap Pengumpulan Data Setelah dilakukan idetifikasi masalah dan studi literatur, selanjutnya adalah pengumpulan data yang dilakukan di PT PJB baik melalui wawancara maupun pengambilan data yang ada pada Subdit Portofolio PT PJB. Data yang dikumpulkan antara lain: Tarif komponen A,B,C,D, Project cost, MW kapasitas, batas-batas EAF, bunga bank, jangka waktu peminjaman dana, jumlah cicilan, depresiasi, dan umur proyek. III.2 Identifikasi Cost Benefit. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi mengenai cost benefit, proses identifikasi dilakukan dengan tujuan untuk mencari komponen yang menjadi sumber pemasukan yang berupa penerimaan dan sumber pengeluaran (cost) pada masing-masing anak perusahaan. Dalam identifikasi cost benefit tersebut akan dilakukan penentuan komponen apa saja yang termasuk dalam cost dan komponen apa saja yang termasuk dalam benefit pada arus kas masing-masing anak perusahaan. Penentuan komponen cost dan benefit dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
3 Tabel 3.1 Komponen Cost Benefit. No 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6
Jenis Komponen Benefit
Komponen Cost
Keterangan Tarif Komponen A Tarif Komponen B Tarif Komponen C Tarif Komponen D Biaya Investasi Awal Cost Komponen B Cost Komponen C Cost Komponen D Biaya Bunga Biaya Pajak
Dari tabel tersebut dapat dilihat terdapat 4 macam komponen yang termasuk dalam benefit dan 7 macam komponen yang termasuk dalam cost. III. 3 Identifikasi Biaya Modal. Setelah dilakukan identifikasi cost dan benefit selanjutnya akan dilakukan proses identifikasi berikutnya mengenai biaya modal yang digunakan dalam bisnis pembangkit listrik. Dalam identifikasi biaya modal akan ditentukan komponen apa saja yang termasuk dalam perhitungan biaya modal. Terdapat beberapa komponen yang termasuk dalam biaya modal pada penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Tabel Komponen Biaya Modal. No. 1 2 3 4
Komponen Biaya Modal Komposisi Ekuitas Komposisi Hutang Bunga Hutang Pajak
4. 5. 6. 7. 8.
Menentukan besarnya depresiasi Menghitung laba usaha Menentukan besarnya beban bunga Menghitung laba sebelum pajak Menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan 9. Menghitung laba bersih 10. Menghitung arus kas bersih (net cash flow) 11. Menghitung besarnya IRR (internal rate of return) III. 4.1 Biaya Investasi Penentuan besarnya biaya investasi (project cost) pada masing-masing anak perusahaan dilakukan dengan cara menjumlahkan jumlah persentase modal sendiri (equity) dan jumlah persentase dana yang dipinjam (loan). Besarnya investasi (project cost) pada masing-masing anak perusahaan akan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Dimana: Project cost : besarnya dana yang dibutuhkan dalam proyek/investasi Equity : besarnya dana yang dikeluarkan oleh perusahaan Loan : besarnya dana yang dipinjam dari pihak lain Rumus tersebut digunakan untuk menentukan besarnya project cost dari masing-masing anak perusahaan. Nilai dari project cost tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.3 Project Cost Anak Perusahaan.
PT. S2P
Komposisi ekuitas menandakan persentase besarnya dana yang digunakan oleh perusahaan dalam proyeknya sedangkan komposisi hutang merupakan persentase besarnya dana yang dipinjam oleh perusahaan kepada pihak lain (dalam hal ini bank) dan memiliki jangka waktu pengembalian serta bunga yang wajib dibayar sesuai dengan perjanjian. Nilai komposisi ekuitas, hutang, dan bunga yang terdapat pada masing-masing anak perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan pajak yang ditetapkan adalah sebesar 25% dari laba sebelum pajak. III. 4 Perhitungan Return Perhitungan tingkat return dilakukan dengan cara menghitung persentase Internal Rate of Return (IRR) pada masing-masing anak perusahaan melalui cost benefit analysis. Pada cost benefit analysis akan dilakukan suatu analisis finansial dengan cara membuat proyeksi arus kas yang terjadi pada masing-masing anak perusahaan. Pembuatan arus kas tersebut dilakukan dalam kurun waktu 30 tahun karena umur dari pembangkit listrik yang dikelola oleh masing-masing anak perusahaan berumur 30 tahun. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam cost benefit analysis adalah sebagai berikut: 1. Menentukan besarnya biaya investasi (project cost) 2. Menentukan besarnya pendapatan (revenue) 3. Menentukan besarnya biaya yang dikeluarkan (cost)
Equity (Rp) Loan (Rp) Project Cost (Rp)
988,686,000,000.00 3,954,744,000,000.00 4,943,430,000,000.00
PT. BDSN 959,607,000,000.00 2,239,083,000,000.00 3,198,690,000,000.00
PT. BPI 901,449,000,000.00 2,103,381,000,000.00 3,004,830,000,000.00
PT. Meppogen 203,553,000,000.00 281,097,000,000.00 484,650,000,000.00
Proporsi dari equity dan loan untuk masing-masing perusahaan adalah sebagai berikut: PT. S2P : equity : loan = 20% : 80% PT. BDSN : equity : loan = 30% : 70% PT. BPI : equity : loan = 30% : 70% PT. Meppogen : equity : loan = 42% : 58% III. 4.2 Perhitungan Revenue dan Cost Revenue dan cost dari masing-masing anak perusahaan dipengaruhi oleh besarnya persentase EAF yang terdapat pada setiap periode. Nilai EAF sendiri tidak dapat diprediksi dan fluktuatif. Oleh karena itu, digunakan metode simulasi Monte Carlo untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pembangkitan bilangan random melalui simulasi Monte Carlo dapat dilakukan sesuai dengan jenis distribusi yang sesuai pada data EAF masing-masing perusahaan yaitu dengan distribusi uniform. Pembangkitan bilangan random akan dilakukan melalui simulasi Monte Carlo pada software Ms. Excel dengan rumus =RAND()*(b-a)+a, dimana “a” adalah batas bawah dan “b” adalah batas atas pada EAF. Rumus tersebut mengikuti
4 pola distribusi yang dihasilkan oleh software Input Analyzer pada tahapan fitting distribution sebelumnya. Selanjutnya bilangan-bilangan random tersebut digunakan sebagai salah satu variabel dalam perhitungan revenue dan cost dari komponen A, B, C, dan D. Setelah menyelesaikan perhitungan revenue dan cost komponen maka selanjutnya adalah menjumlah semua revenue dan cost dari masingmasing komponen tersebut hingga ditemukan jumlah revenue dan cost per-periode/per-tahun. III. 4.3 Perhitungan Depresiasi Besarnya depresiasi dihitung dengan menggunakan metode straight line. Metode ini digunakan sesuai dengan metode depresiasi perusahaan.
Dimana: Dep
= Besarnya depresiasi di tahun i
TA
= Nilai perolehan tangible aset
NSA
= Nilai Sisa Aset
N
= Umur ekonomis
Pada perhitungan depresiasi tersebut, nilai sisa aset dianggap bernilai 0 sehingga besarnya depresiasi dapat dihitung secara langsung dengan cara membagi nilai perolehan tangible asset. III. 4.4 Perhitungan Laba Usaha
Perhitungan laba usaha dilakukan dengan cara menjumlahkan semua nilai Revenue dan cost serta nilai depresiasi. Revenue : Penjumlahan revenue mulai komponen A-D Cost : Penjumlahan cost mulai komponen A-D Depresiasi: Nilai depresiasi (straight line) Setelah menjumlahkan ketiga variabel tersebut akan diketahui besarnya laba usaha dari setiap anak perusahaan sebelum dipotong dengan pembayaran bunga pinjaman. III. 4.5 Perhitungan Bunga Perhitungan bunga pinjaman dilakukan sesuai dengan persentase pinjaman masing-masing anak perusahaan. Persentase bunga yang ditetapkan serta lamanya peminjaman juga akan mempengaruhi besarnya bunga yang harus dibayar. Perhitungan bunga tersebut dilakukan dengan cara yang sama pada masing-masing anak perusahaan. Namun akan berbeda pada jumlah project cost, persentase bunga yang ditetapkan, serta jangka waktu pengembalian pinjaman (tenor). III. 4.6 Perhitungan Laba Sebelum Pajak Setelah nilai bunga dan cicilan diketahui maka dilakukan perhitungan laba sebelum pajak dengan cara menjumlahkan besarnya laba usaha dan besarnya bunga. Dengan demikian laba sebelum pajak dapat diketahui dan selanjutnya akan
dilakukan perhitungan pajak untuk dapat mengetahui besarnya laba bersih perusahaan. III. 4.7 Perhitungan Pajak Persentase pajak yang dikenakan oleh masing-masing perusahaan ditentukan melalui hasil wawancara dengan pihak PT. PJB yaitu sebesar 25% dari besarnya laba usaha. Perhitungan pajak dilakukan jika perusahaan mencapai suatu keuntungan dan tidak akan dilakukan ketika perusahaan mengalami kerugian. III. 4.8 Perhitungan Laba Bersih Laba bersih perusahaan dihitung dari penjumlahan laba sebelum pajak dan besarnya nilai pajak. Dalam hal ini nilai pajak akan bernilai negatif pada template cost benefit analysis sehingga perhitungan laba bersih dapat dilakukan dengan hanya menjumlahkan laba sebelum pajak dan pajak yang wajib dibayar. III. 4.9 Perhitungan Net Cash Flow Perhitungan net cash flow masing-masing perusahaan dilakukan dengan cara menjumlahkan laba bersih perusahaan dengan nilai depresiasi pada tahun tersebut lalu menjumlahkannya dengan nilai bunga pinjaman. Dengan demikian net cash flow masing-masing perusahaan dapat diketahui. III. 4.10 Perhitungan IRR dan Risiko
Perhitungan IRR dilakukan melalui bantuan Ms. Excel dengan rumus =IRR(nilai project cost ; net cash flow akhir dari proyek). Pada template cost benefit analysis dapat dilihat dengan jelas urutan perhitungan net cash flow PT. S2P hingga penentuan nilai IRR perusahaan. Dapat dilihat pula bahwa nilai dari net cash flow setiap tahunnya selalu mengalami perubahan karena hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan tingkat EAF yang disimulasikan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Agar nilai IRR bisa lebih dipertanggung jawabkan dan mewakili batas atas dan batas bawah EAF, maka dilakukan pengulangan perhitungan IRR dengan jumlah iterasi yang seharusnya. Untuk dapat mengetahui jumlah iterasi yang sesuai, maka dilakukan percobaan iterasi sebanyak 1000 kali. III. 5 Penentuan Jumlah Iterasi Untuk menentukan jumlah iterasi yang sesuai akan dilakukan perhitungan nilai error dari simulasi dengan jumlah iterasi yang telah dilakukan sebelumnya. Nilai error dapat dihitung dengan menggunakaan formula berikut ini:
Dimana: ɛ = Total error = Standar deviasi N = Jumlah iterasi yang telah dilakukan Dengan formula tersebut maka akan didapatkan total error yang terdapat pada masing-masing anak perusahaan sesuai dengan tabel berikut ini.
5
Tabel 3.4 Nilai Error Pada Anak Perusahaan. Perusahaan PT. S2P PT. Meppogen PT. BDSN PT. BPI
ɛ 0,081 0,028 0,03 0,023
masing-masing anak perusahaan dengan jumlah iterasi dan nilai total error tersebut. III. 7 Perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital) WACC berfungsi sebagai tolak ukur bagi investor untuk melakukan suatu pengambilan keputusan. Perhitungan WACC dilakukan dengan formulasi berikut ini.
Dari tabel tersebut dapat diketahui total error pada masing-masing anak perusahaan yaitu PT. S2P = 0,081, PT. Meppogen = 0,028, PT. BDSN = 0,03, PT. BPI = 0,023. Setelah total error diketahui akan dilakukan perhitungan jumlah iterasi yang seharusnya dilakukan dengan menggunakan formula :
Dimana: rd : Komposisi debt (hutang) id : Bunga hutang ie : Tingkat pengembalian yang dibutuhkan pada modal sendiri (ekuitas). Dengan menggunakan formulasi tersebut akan didapatkan nilai WACC dari masing-masing anak perusahaan. Nilai WACC tersebut dapat dilihat melalui tabel 4.10 berikut ini.
ɛ Tabel 3.7 Nilai WACC Masing-Masing Anak Perusahaan.
Dimana: N = Jumlah iterasi yang dibutuhkan ɛ = Total error = Standar deviasi Dengan menggunakan formulasi tersebut maka jumlah iterasi yang dibutuhkan pada masing-masing anak
Perusahaan PT. S2P PT. Meppogen PT. BDSN PT. BPI
rd 80% 58% 70% 70%
ie 12% 12% 12% 12%
id 7.00% 9.00% 7.50% 7.50%
WACC 8.00% 10.26% 8.85% 8.85%
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai WACC dari PT. S2P, PT. Meppogen, PT. BDSN, dan PT. BPI yaitu masing-masing sebesar: 8%, 10,26%, 8,85%, dan 8,85%.
perusahaan akan diketahui sesuai dengan tabel berikut. Tabel 3.5 Jumlah Iterasi yang Dibutuhkan. Perusahaan PT. S2P PT. Meppogen PT. BDSN PT. BPI
ɛ 0,081 0,028 0,03 0,023
N 1001 1041 1037 1030
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perhitungan IRR pada PT. S2P sebaiknya dilakukan sebanyak 1001 iterasi dengan nilai total error sebesar 0,081, pada PT. Meppogen sebanyak 1041 iterasi dengan nilai total error sebesar 0,028, pada PT. BDSN sebanyak 1037 iterasi dengan nilai total error sebesar 0,03, dan pada PT. BPI sebanyak 1030 iterasi dengan nilai total error sebesar 0,023.
III. 8 The Efficient Frontier Curve Berdasarkan perhitungan return (IRR) dan risk ( ) sebelumnya maka dapat dilakukan pemetaan dari masingmasing anak perusahaan melalui kurva tapal batas efisien. Pemetaan investasi (anak perusahaan PT. PJB) akan dilakukan dengan kurva tapal batas efisien (efficient frontier curve) sesuai dengan data pada tabel 4.11. Dalam efficient frontier curve akan digunakan nilai SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang berfungsi sebagai titik risk free yaitu sebesar 6,282% (Sertifikat Bank Indonesia akan dilampirkan). Pemetaan dengan Efficient frontier curve dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut. Efficient Frontier Curve 25.00%
III. 6 Perhitungan Risk and Return Sesuai Iterasi Perhitungan tingkat return dan risk pada masing-masing anak perusahaan akan dilakukan sesuai dengan iterasi yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Hasil dari iterasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Tabel 3.6 Nilai IRR dan Perusahaan. Perusahaan PT. S2P PT. Meppogen PT. BDSN PT. BPI
ɛ 0,081 0,028 0,03 0,023
N 1001 1041 1037 1030
Pada Masing-Masing Anak IRR 22.63%
13.23% 19.47% 16.59%
0.83% 0.29% 0.33% 0.26%
Tabel diatas memberikan informasi mengenai tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) yang terdapat pada
20.00%
PT. S2P
PT. BDSN PT. BPI
15.00%
PT. Meppogen
10.00% Risk Free 5.00% 0.00% 0.00%
0.20%
0.40%
0.60%
0.80%
1.00%
Gambar 3.1 Efficient Frontier Curve Dari Masing-Masing Anak Perusahaan.
Gambar diatas adalah hasil pemetaan masing-masing anak perusahaan PT. PJB melalui efficient forntier curve (kurva tapal batas efisien).
6 IV.
HASIL DAN DISKUSI
IV.1 Analisis Hasil Simulasi Monte Carlo Simulasi Monte Carlo dilakukan sesuai dengan iterasi yang dibutuhkan pada masing-masing anak perusahaan. Hasil dari simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
3.
Tabel 4.1 Analisa Kelayakan Alternatif Investasi. Perusahaan PT. S2P PT. MEPPOGEN PT. BDSN PT. BPI
IRR WACC 22.633% 8.00% 13.234% 10.26% 19.474% 8.85% 16.591% 8.85%
Kesimpulan 0.828% 0.286% 0.335% 0.259%
Layak Layak Layak Layak
Melalui simulasi tersebut hasil yang diperoleh adalah seluruh anak perusahaan ini layak secara finansial. Kriteria yang diambil adalah nilai IRR yang berada diatas WACC (Weighted Average Cost of Capital) dan expected return yang ditetapkan oleh expert PT. PJB melalui wawancara. Dengan demikian semua investasi tersebut dinilai layak karena memiliki nilai IRR (return) diatas WACC dan expected return. IV. 2 Analisis Efficient Frontier Curve Dari hasil pemetaan tersebut semua alternatif investasi dinilai layak karena memiliki nilai IRR (return) yang berada diatas WACC dan titik risk free. Jika dilihat dari batasan kelayakan melalui WACC dan titik risk free memang seluruh alternatif investasi tersebut layak, namun terdapat satu titik dimana tingkat risiko (0,286%) dari salah satu alternatif investasi (PT. Meppogen) memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah (13,234%) dibandingkan dengan investasi lainnya (PT. BPI) yang memiliki tingkat risiko (0,259%) yang lebih rendah dan memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi (16,591%). Hal tersebut berlawanan dengan prinsip “High risk high return” sehingga akan dilakukan keputusan divestasi terhadap PT. Meppogen. V.
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pengembalian (return) berdasarkan IRR (Internal Rate of Return) dari masing-masing anak perusahaan adalah sebagai berikut: PT. S2P : 22,63% PT. MEPPOGEN : 13,23% PT. BDSN : 19,47% PT. BPI : 16,59% Berdasarkan tingkat pengembaliannya, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PT. S2P merupakan alternatif untuk investasi yang paling baik karena memiliki nilai tingkat pengembalian terbesar yaitu sebesar 22,63%. 2. Tingkat risiko (risk) berdasarkan nilai standar deviasi (σ) dari masing-masing anak perusahaan adalah sebagai berikut: PT.S2P : 0,83% PT. MEPPOGEN : 0,29% PT. BDSN : 0,33% PT. BPI : 0,26%
Berdasarkan tingkat risikonya, PT. BPI merupakan alternatif investasi yang paling aman karena memiliki tingkat risiko paling rendah yaitu sebesar 0,26%. Nilai WACC (Weighted Average Cost of Capital) dari masing-masing anak perusahaan adalah sebagai berikut: PT. S2P : 8,00% PT. MEPPOGEN : 10,26% PT. BDSN : 8,85% PT. BPI : 8,85% Nilai WACC merupakan batas tingkat pengembalian dari suatu investasi yang diinginkan oleh investor. Suatu investasi dikatakan layak jika memiliki tingkat pengembalian diatas nilai WACC. Seluruh alternatif investasi dalam penelitian tugas akhir ini dikatakan layak karena memiliki tingkat pengembalian diatas WACC.
Pemetaan seluruh alternatif investasi kedalam kurva tapal batas efisien (the efficient frontier curve) dilakukan berdasarkan tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) yang terdapat pada masing-masing alternatif investasi. Berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini dapat diambil suatu keputusan bahwa investasi akan dilanjutkan hanya pada 3 alternatif investasi yaitu: PT. S2P, PT. BDSN, PT. BPI dan hendaknya dilakukan divestasi terhadap PT. MEPPOGEN karena memiliki tingkat pengembalian (return) yang lebih rendah pada tingkat risiko (risk) yang lebih besar terhadap salah satu alternatif investasi lainnya yaitu PT. BPI. DAFTAR PUSTAKA [1].
Allen, Michael S. (2000), Business Portfolio Management. Penerbit Erlangga, Jakarta. [2]. Anityasari, M., Wessiani,N.A. (2011), Analisis Kelayakan Usaha. Guna Widya, Surabaya. [3]. Bank Indonesia. (2011, September 8). Diakses Pada Januari 16, (2013), Dari Bank Indonesia Website: http://www.bi.go.id [4]. Cahyo, W. N. (2008), Pendekatan Simulasi Monte Carlo untuk Pemilihan Alternatif dengan Decision Treepada Nilai Outcome yang Probabilistik. Teknoin 13, 2:11-17. [5]. Fadjar, Adnan. (2008),”Aplikasi Monte Carlo Dalam Estimasi Biaya Proyek”. Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, hal.222-227. [6]. Halim, A. (2005), Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta. [7]. Jones, C.P. (2003), Investment: Analysis & Management. John Wiley & Sons, Inc., New Jersey. [8]. Palisade Corporation. Monte Carlo Simulation. Diakses pada 24 Oktober 2012 <.http://www.palisade.com/risk/monte_carlo_simulat ion.asp>. [9]. Pujawan, I. N. (2009), Ekonomi Teknik. Guna Widya, Surabaya.