107
ANALISIS RASIO KEUANGAN PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY TBK. BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN PERIODE 2010 – 2014 Oleh :
Yosefa Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan
[email protected] Abstract PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. is one of the companies engaged in the manufacturing industry, the consumer goods industry sector, specifically in the sub sectors of food and beverages. In order to compete with similar companies, PT. Ultrajaya need to analyze the financial statements to determine the condition of the company. There are four types of financial ratios are analyzed in the study, namely: Liquidity Ratios, Activity Ratios, Profitability Ratios and Solvency Ratio. Based on the results of analysis show that PT. Ultrajaya have the ability to pay short-term debt that is good, the ability to use the asset reasonably efficient, the ability to avoid the risk of the debt that is very good, but poor ability to make a profit. Keywords: Financial Statements, Financial Ratios, PT. Ultrajaya Tbk.
A.
PENDAHULUAN
Ada beberapa sektor yang terdapat dalam industri manufaktur, salah satunya adalah sektor industri barang konsumsi, dimana dalam sektor tersebut terdapat sub sektor makanan dan minuman. PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang berada dalam sub sektor tersebut. Sejak berdiri tahun 1971, PT. Ultrajaya, hingga tahun 2016, tetap dapat bertahan dalam persaingan yang terjadi antara perusahaan yang berada di sub sektor yang sama. Agar dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, PT. Ultrajaya harus mengetahui perkembangan yang dialami perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
108
analisis terhadap laporan keuangannya. Ada 2 hal yang umumnya dilihat dalam laporan keuangan, yaitu: Neraca dan Laporan Laba Rugi. Neraca memperlihatkan perubahan jumlah harta, hutang, dan modal suatu perusahaan. Sedangkan Laporan Laba Rugi memperlihatkan laba atau rugi yang didapat oleh perusahaan selama periode tertentu. Dalam melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan nilai-nilai yang didapatkan dalam Neraca dan Laporan Laba tersebut. Terdapat 4 rasio yang dianalisis dalam rasio keuangan, yaitu: Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas. Rasio Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek yang jatuh tempo. Untuk mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya, digunakan Rasio Aktivitas. Rasio Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan membayar seluruh hutangnya, digunakan Rasio Solvabilitas. I. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana kondisi PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. dilihat dari segi analisis rasio keuangannya? II. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui kondisi PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. ditinjau dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. III. Metodologi Penelitian Berikut ini metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. 1. Objek dan Subjek Penelitian PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Terpilih sebagai objek penelitian karena PT. Ultrajaya merupakan perusahaan terkemuka yang telah go public. Subjek dalam penelitian ini adalah
109
analisis laporan keuangan pada PT. Ultrajaya. 2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Setelah mendapatkan objek dan subjek penelitian, peneliti melihat masalah yang ada, lalu dilakukan pembuatan perumusan masalah. 3. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan melihat buku, website, atau pun jurnal yang terkait dengan Laporan Keuangan dan Analisis Rasio Keuangan. 4. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah Laporan Keuangan periode 2010 – 2014. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari sumber yang telah ada. 5. Pengolahan Data Pada tahap kelima ini dilakukan pengolahan data Laporan Keuangan tahun 2010 – tahun 2014. Data tersebut diolah dengan melakukan perhitungan Analisis Rasio Keuangan. 6. Analisis Data Tahap keenam yang dilakukan adalah analisis terhadap data yang telah diolah. Analisis ini berupa interpretasi dari hasil perhitungan Analisis Rasio Keuangan. 7. Kesimpulan dan Saran Pada tahap terakhir dilakukan penarikan kesimpulan yang menjawab rumusan masalah serta dilakukan pemberian saran terkait dengan hasil Analisis Rasio Keuangan.
IV. Tinjauan Pustaka 1). Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2004), Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan serta ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan Keuangan
dibuat
oleh
manajemen
dengan
tujuan
untuk
110
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Disamping itu Laporan Keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Berdasarkan definisi Laporan Keuangan, diketahui bahwa Laporan Keuangan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Hery (2012), pihak-pihak yang berkepentingan untuk menggunakan data dari Laporan Keuangan ada dua kategori, yaitu: a. Pemakai Internal (Internal Users), terdiri atas: Direktur dan Manager
Keuangan,
Direktur
Operasional
dan
Manager
Pemasaran, Manajer dan Supervisor Produksi, Pemakai Internal lainnya b. Pemakai Eksternal (Eksternal Users), terdiri atas: Investor (Penanam Modal), Kreditor, Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Modal, Ekonom, Praktisi, dan Analis
2). Analisis Laporan Keuangan Tujuan melakukan Analisis Laporan Keuangan menurut Hanafi (2007) adalah untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan, dimana informasi ini menunjukkan perkembangan yang dialami perusahaan. Informasi ini sangat penting bagi pihak manajemen
dalam
melakukan
evaluasi
serta
sebagai
bahan
pertimbangan guna pengambilan keputusan perencanaan dan evaluasi terhadap strategi perusahaan, khususnya terkait dalam bidang keuangan.
3). Analisis Rasio Keuangan Menurut Wira (2013), dalam analisis rasio keuangan hanya diperlukan dua jenis laporan yang terdapat dalam Laporan Keuangan, yaitu: Neraca dan Laporan Laba Rugi. Kasmir (2010) mengatakan ada empat rasio keuangan yang dapat digunakan dalam menganalisis Laporan
111
Keuangan suatu perusahaan, yaitu: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek. Ada lima rasio likuiditas, antara lain:
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Patokan umum bagi nilai Current Ratio adalah ≥ 2. 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 1)
Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia dalam perusahaan tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Patokan umum nilai Quick Ratio adalah ≥ 1. 𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠−𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
(Persamaan 2)
Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. 𝐶𝑎𝑠ℎ
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 ∗ 100% (Persamaan 3)
Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over – CTO) Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan dalam membayar hutang dan membiayai biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
112
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐶𝑇𝑂 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 4)
Inventory to Net Working Capital (INWC) Rasio INWC digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
𝐼𝑁𝑊𝐶 = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 5) b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Ada lima rasio aktivitas, antara lain:
Perputaran Piutang (Receivable Turn Over – RTO) Rasio
perputaran
piutang
menunjukkan
jangka
waktu
penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang berputar dalam satu periode. 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑅𝑇𝑂 = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑁𝑒𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑒 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 6)
Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over – ITO) Rasio perputaran persediaan menunjukkan berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan berputar dalam satu periode. 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐼𝑇𝑂 = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 7)
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over – WCTO) Rasio perputaran modal menunjukkan nilai keefektifan modal kerja perusahaan dalam satu periode. 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑊𝐶𝑇𝑂 = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 8)
113
Fixed Assets Turn Over (FATO) Rasio FATO menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐹𝐴𝑇𝑂 = 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 9)
Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over – TATO) Rasio TATO mengukur perputaran total aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur besarnya jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑇𝐴𝑇𝑂 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 10) c. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam
mencari
keuntungan.
Ada
tiga
rasio
profitabilitas, antara lain:
Net Profit Margin (NPM) Rasio NPM menunjukkan jumlah keuntungan bersih yang dihasilkan oleh penjualan dalam satu periode. 𝑁𝑃𝑀 =
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
∗ 100%
(Persamaan 11)
Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment – ROI) Rasio ROI menunjukkan jumlah keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari penggunaan total aktiva pada satu periode. 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑅𝑂𝐼 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 ∗ 100% (Persamaan 12)
Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity – ROE) ROE atau rentabilitas modal menunjukkan jumlah keuntungan bersih yang dihasilkan dari modal pada satu periode, dimana
114
keuntungan ini menjadi milik pemegang saham. 𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝑅𝑂𝐸 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ∗ 100% (Persamaan 13) d. Rasio Solvabilitas atau Leverage Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya seberapa besar beban hutang
yang
ditanggung
perusahaan
dibandingkan
dengan
aktivanya. Ada empat rasio solvabilitas, antara lain:
Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio – DAR) DAR menunjukkan jumlah aktiva perusahaan yang dibeli dengan menggunakan hutang. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 ∗ 100% (Persamaan 14)
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio – DER) DER menunjukkan seberapa besar jumlah modal yang dijadikan jaminan untuk hutang. Patokan umum nilai DER adalah < 100%. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡
𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 ∗ 100% (Persamaan 15)
Long-Term Debt to Equity Ratio (LTDER) LTDER menunjukkan seberapa besar jumlah modal yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. 𝐿𝑇𝐷𝐸𝑅 =
𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
∗ 100%
(Persamaan 16)
Times Interest Earned (TIE) Rasio
TIE
menunjukkan
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi pembayaran bunga bagi kreditor. Secara logika, nilai TIE harus lebih besar 1, karena saat TIE = 1
115
berarti laba perusahaan = 0 (nol). 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝐼𝐸 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 ∗ 1 𝑘𝑎𝑙𝑖 (Persamaan 17)
V. Hasil Penelitian 1). Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas Hasil perhitungan tingkat likuiditas perusahaan dengan menggunakan lima rasio likuiditas dapat dilihat pada Tabel 1. Perhitungan dalam Tabel 1 menggunakan Persamaan 1 – 5. Grafik untuk masing-masing rasio dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1. Rasio Likuiditas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Current Ratio 2.00 1.52 2.02 2.47 3.34 Quick Ratio 1.25 0.91 1.45 1.63 1.89 Cash Ratio 80.22% 39.96% 90.40% 96.50% 99.66% Cash Turn Over 1.45 1.50 1.68 1.72 1.73 Inventory to Net Working Capital 0.75 1.16 0.55 0.57 0.62 4.00
120.00%
3.00
Times
Current Ratio
100.00%
2.00 1.00
80.00%
Quick Ratio
60.00% 40.00%
Cash Turn Over
20.00%
0.00
0.00% 2010
2011
2012 Tahun
2013
2014
Inventory to Net Working Capital Cash Ratio
Gambar 1. Grafik Rasio Likuiditas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
2). Hasil Perhitungan Rasio Aktivitas Hasil perhitungan tingkat aktivitas perusahaan dengan menggunakan
116
lima rasio aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2. Perhitungan dalam Tabel 2 menggunakan Persamaan 6 – 10. Grafik untuk masing-masing rasio dapat dilihat pada Gambar 2.
Times
15.00 Receivable Turn Over
10.00
Inventory Turn Over 5.00
Working Capital Turn Over
0.00
Fixed Assets Turn Over 2010
2011
2012 Tahun
2013
2014
Total Assets Turn Over
Gambar 2. Grafik Rasio Aktivitas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Tabel 2. Rasio Aktivitas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Tahun Receivable Turn Over Inventory Turn Over Working Capital Turn Over Fixed Assets Turn Over Total Assets Turn Over
2010 9.85 5.26 3.93 2.00 0.94
2011 8.23 5.71 6.64 1.97 0.96
2012 9.45 8.41 4.66 2.87 1.16
2013 9.39 6.47 3.71 3.58 1.23
2014 9.91 5.48 3.40 3.90 1.34
3). Hasil Perhitungan Rasio Profitabilitas Hasil
perhitungan
tingkat
profitabilitas
perusahaan
dengan
menggunakan tiga rasio profotabilitas dapat dilihat pada Tabel 3. Perhitungan dalam Tabel 3 menggunakan Persamaan 11 – 13. Grafik
Percentages
untuk masing-masing rasio dapat dilihat pada Gambar 3. 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
Net Profit Margin Return On Investment Return On Equity 2010
2011
2012 Tahun
2013
2014
Gambar 3. Grafik Rasio Profitabilitas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
117
Tabel 3. Rasio Profitabilitas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Net Profit Margin 5.71% 4.82% 12.58% 9.40% 7.23% Return On Investment 5.35% 4.65% 14.60% 11.56% 9.71% Return On Equity 8.25% 7.22% 21.08% 16.13% 12.51% 4). Hasil Perhitungan Rasio Solvabilitas Hasil
perhitungan
tingkat
solvabilitas
perusahaan
dengan
menggunakan empat rasio solvabilitas dapat dilihat pada Tabel 4. Perhitungan dalam Tabel 4 menggunakan Persamaan 14 – 17. Grafik untuk masing-masing rasio dapat dilihat pada Gambar 4.
Tabel 4. Rasio Solvabilitas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Debt to Assets Ratio 35.16% 35.64% 30.75% 28.33% 22.35% Debt to Equity Ratio 54.22% 55.38% 44.39% 39.52% 28.78% Long-Term Debt to Equity Ratio 17.52% 12.06% 9.03% 8.07% 7.11% Times Interest Earned 2.12 2.83 4.38 3.91 4.08 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
40.00% 20.00% 0.00% 2010
2011
2012 Tahun
2013
2014
Debt to Assets Ratio
Times
60.00%
Debt to Equity Ratio Long-Term Debt to Equity Ratio Times Interest Earned
Gambar 4. Grafik Rasio Solvablitas PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.
118
B. PEMBAHASAN
1). Pembahasan Tentang Rasio Likuiditas Pada Gambar 1 terlihat bahwa rasio likuiditas PT. Ultrajaya berfluktuasi dan memiliki kecenderungan meningkat pada 3 tahun terakhir (2012 – 2014).
Rasio Lancar (Current Ratio) Nilai Current Ratio PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 2 kali. Hal ini berarti setiap hutang lancar Rp 1,00 akan dijamin oleh aktiva sebesar Rp 2,00. Nilai Current Ratio pada tahun 2011 sebesar 1,52 kali, artinya terjadi penurunan sebesar 23,98% dari tahun sebelumnya. Nilai ini berada dibawah standar umum, yaitu 2. Penurunan nilai Current Ratio pada tahun 2011 menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan kurang mampu menjamin hutang lancarnya dibanding tahun 2010. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah hutang usahanya dalam mata uang asing sejumlah 2 kali lipat. Nilai Current Ratio pada tahun 2012 sebesar 2,02 kali, artinya terjadi peningkatan sebesar 32,7% dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai Current Ratio pada tahun 2012 menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan mampu menjamin hutang lancarnya dibanding tahun 2011. Peningkatan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah kas dan setara kas serta piutang lain-lain (pihak ketiga dan pihak berelasi) sebesar 2 kali lipat. Nilai Current Ratio berfluktuasi, cenderung meningkat di tahun 2011 – 2014.
Rasio Cepat (Quick Ratio) Nilai Quick Ratio PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 1,25 kali. Hal ini berarti setiap hutang lancar Rp 1,00 akan dijamin oleh aktiva lancar tanpa persediaan sebesar Rp 1,25. Nilai Quick Ratio pada tahun 2011 sebesar 0,91 kali, artinya terjadi penurunan sebesar 6,94% dari tahun 2010. Nilai ini berada dibawah standar umum, yaitu 1. Pada tahun 2011, PT. Ultrajaya kurang mampu menjamin hutang jangka
119
pendeknya karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah hutang usahanya dalam mata uang asing sejumlah 2 kali lipat. Nilai Quick Ratio pada tahun 2012 sebesar 1,45 kali, artinya terjadi peningkatan sebesar 59,07% dari tahun sebelumnya. Peningkatan nilai Quick Ratio pada tahun 2012 menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan mampu menjamin hutang lancarnya dibanding tahun 2011. Peningkatan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah kas dan setara kas serta piutang lain-lain (pihak ketiga dan pihak berelasi) sebesar 2 kali lipat. Nilai Quick Ratio berfluktuasi, cenderung meningkat di tahun 2011 – 2014.
Rasio Kas (Cash Ratio) Nilai Cash Ratio PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 80,22%. Hal ini berarti setiap hutang lancar Rp 1,00 akan dijamin oleh kas dan setara kas sebesar Rp 0,8. Nilai Cas Ratio pada tahun 2011 sebesar 39,96%, artinya terjadi penurunan sebesar 50,19% dari tahun 2010. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah hutang usahanya dalam mata uang asing sejumlah 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Nilai Cash Ratio pada tahun 2012 sebesar 90,40%, artinya terjadi peningkatan sebesar 126,23% dari tahun 2011. Peningkatan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah kas dan setara kas sebesar 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Nilai Cash Ratio berfluktuasi, cenderung mengalami peningkatan di tahun 2012 – 2014.
Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over – CTO) Nilai CTO PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 1,45 kali. Hal ini berarti setiap modal Rp 1,00 akan dijamin oleh penjualan sebesar Rp 1,45. Nilai CTO pada tahun 2011 sebesar 1,5 kali, artinya terjadi peningkatan sebesar 3,73% dari tahun 2010. Peningkatan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah penjualan lokal yang lebih banyak dibanding peningkatan penjualan ekspor. Nilai CTO meningkat di tahun 2010 – 2014.
120
Inventory to Net Working Capital (INWC) Nilai INWC PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 0,75 kali. Hal ini berarti setiap pengurangan aktiva lacar oleh hutang lancar sebesar Rp 1,00 akan dijamin oleh persediaan sebesar Rp 0,75. Nilai INWC pada tahun 2011 sebesar 1,16 kali, artinya terjadi peningkatan sebesar 55,54% dari tahun 2010. Peningkatan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah hutang usahanya dalam mata uang asing sejumlah 2 kali lipat. Nilai INWC pada tahun 2012 sebesar 0,55 kali, artinya terjadi penurunan sebesar 52,44% dari tahun 2011. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah kas dan setara kas sebesar 2 kali lipat. Nilai INWC meningkat di tahun 2012 – 2014.
2). Pembahasan Tentang Rasio Aktivitas Gambar 2 menunjukkan rasio aktivitas PT. Ultrajaya berfluktuasi dimana RTO, FATO, dan TATO cenderung meningkat serta ITO dan WCTO cenderung menurun.
Perputaran Piutang (Receivable Turn Over – RTO) Nilai RTO PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 9,85 kali. Hal ini berarti dana yang tertanam dalam piutang berputar 9,85 kali dalam 1 tahun. Nilai RTO pada tahun 2011 sebesar 8,23 kali, artinya terjadi penurunan sebesar 16,45% dari tahun 2010. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah piutang usaha yang jatuh tempo 31-60 hari sebesar 16 kali lipat dari tahun 2010. Nilai RTO keseluruhan cenderung meningkat.
Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over – ITO) Nilai ITO PT. Ultrajaya pada tahun 2011 sebesar 5,71 kali. Hal ini berarti dana yang tertanam dalam persediaan berputar 5,71 kali dalam 1 tahun. Nilai ITO pada tahun 2012 sebesar 8,41 kali, artinya terjadi peningkatan sebesar 47,38% dari tahun 2011. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penjualan yang lebih besar dibanding peningkatan jumlah persediaan. Nilai ITO pada tahun 2013 sebesar 6,47 kali,
121
artinya terjadi penurunan sebesar 23,08% dari tahun 2012. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah bahan baku 2 kali lipat dari tahun 2012. Nilai ITO berfluktuasi, cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 – 2014.
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over – WCTO) Nilai WCTO PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 3,93 kali. Semakin besar nilai WCTO, semakin efektif perusahaan menggunakan modal. Nilai WCTO pada tahun 2011 sebesar 6,64 kali, artinya terjadi peningkatan sebesar 68,82% dari tahun 2010. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penjualan yang lebih besar dibanding penurunan rata-rata modal kerja. Nilai WCTO pada tahun 2012 sebesar 4,66 kali, artinya terjadi penurunan sebesar 29,92% dari tahun 2011. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah kas dan setara kas serta piutang lain-lain (pihak ketiga dan pihak berelasi) sebesar 2 kali lipat dari tahun 2011, dimana hal ini meningkatkan rata-rata modal kerja karena modal kerja merupakan hasil pengurangan aktiva lancar dengan hutang lancar. Nilai WCTO berfluktuasi, cenderung mengalami penurunan di tahun 2011 – 2014.
Fixed Assets Turn Over (FATO) Nilai FATO PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 2 kali. Hal ini berarti dana yang tertanam dalam aktiva tetap berputar 2 kali dalam 1 tahun. Nilai FATO pada tahun 2011 sebesar 1,97 kali, artinya terjadi penurunan sebesar 1,55% dari tahun 2010. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah aktiva tetap yang lebih besar dibanding peningkatan penjualan. Nilai FATO berfluktuasi, cenderung meningkat di tahun 2011 – 2014.
Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over – TATO) Nilai TATO PT. Ultrajaya pada tahun 2011 sebesar 0,96 kali. Hal ini berarti dana yang tertanam dalam total aktiva berputar 0,96 kali dalam 1 tahun. Nilai FATO pada tahun 2012 sebesar 1,16 kali, artinya terjadi
122
peningkatan sebesar 20,31% dari tahun 2011. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penjualan yang lebih besar dibanding peningkatan total aktiva. Nilai TATO mengalami peningkatan di tahun 2010 – 2014.
3). Pembahasan Tentang Rasio Profitabilitas Pada Gambar 3 terlihat bahwa rasio profitabilitas PT. Ultrajaya berfluktuasi dan memiliki kecenderungan menurun pada 3 tahun terakhir (2012 – 2014).
Net Profit Margin (NPM) Nilai NPM PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 5,71%. Hal ini berarti setiap penjualan Rp 1,00 akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,057. Nilai NPM pada tahun 2011 sebesar 4,82%, artinya terjadi penurunan sebesar 15,57% dari tahun 2010. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah penjualan yang lebih besar dibanding peningkatan laba bersih. Nilai NPM berfluktuasi, cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 – 2014.
Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment – ROI) Nilai ROI PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 5,35%. Hal ini berarti setiap total aktiva sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,053. Nilai ROI pada tahun 2011 sebesar 4,65%, artinya terjadi penurunan sebesar 13,08% dari tahun 2010. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah pajak dibayar dimuka (PPh Badan dan PPh Pasal 32), meningkatkan jumlah hewan ternak produksi (sapi perah), dan meningkatkan jumlah aktiva lain (uang muka pembelian mata uang asing). Nilai ROI berfluktuasi, cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 – 2014.
Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity – ROE) Nilai ROE PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 8,25%. Hal ini berarti setiap modal sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 0,083. Nilai ROE pada tahun 2011 sebesar 7,22%, artinya terjadi penurunan sebesar 12,42% dari tahun 2010. Penurunan terjadi
123
karena PT. Ultrajaya meningkatkan saldo laba. Nilai ROE berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 – 2014. 4). Pembahasan Tentang Rasio Solvabilitas Pada Gambar 4 terlihat bahwa rasio solvabilitas PT. Ultrajaya berfluktuasi dan memiliki kecenderungan menurun (DAR, DER, LTDER) serta kecenderungan meningkat (TIE).
Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt to Assets Ratio – DAR) Nilai DAR PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 35,16%. Hal ini berarti Rp 0,35 dari setiap total aktiva dibiayai oleh hutang. Nilai DAR pada tahun 2011 sebesar 35,64%, artinya terjadi peningkatan sebesar 1,38% dari tahun 2010. Peningkatan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah hutang usahanya dalam mata uang asing dan meningkatkan jumlah kewajiban pajak tangguhan induk perusahaan. Nilai DAR pada tahun 2012 sebesar 30,75%, artinya terjadi penurunan sebesar 13,74% dari tahun 2011. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan jumlah kas dan setara kas serta piutang lainlain (pihak ketiga dan pihak berelasi) sebesar 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Nilai DAR berfluktuasi, cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 – 2014.
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio – DER) Nilai DER PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 54,22 %. Hal ini berarti Rp 0,54 dari setiap modal dibiayai oleh hutang. Nilai DER pada tahun 2011 sebesar 55,38%, artinya terjadi peningkatan sebesar 2,15% dari
tahun
2010.
Peningkatan
terjadi
karena
PT.
Ultrajaya
meningkatkan jumlah hutang usahanya dalam mata uang asing dan meningkatkan jumlah kewajiban pajak tangguhan induk perusahaan. Nilai DER pada tahun 2012 sebesar 44,39%, artinya terjadi penurunan sebesar 19,84% dari tahun 2011. Penurunan terjadi karena PT. Ultrajaya meningkatkan saldo laba. Nilai DER berfluktuasi, cenderung mengalami penurunan di tahun 2012 – 2014.
124
Long-Term Debt to Equity Ratio (LTDER) Nilai LTDER PT. Ultrajaya pada tahun 2010 sebesar 17,52%. Hal ini berarti Rp 0,18 dari setiap modal dibiayai oleh hutang jangka panjang. Nilai LTDER pada tahun 2011 sebesar 12,06%, artinya terjadi penurunan sebesar 31,15% dari tahun 2010. Penurunan total hutang jangka panjang terjadi karena PT. Ultrajaya telah membayar sebagian besar hutang bank dan hutang sewa jangka panjang. Nilai LTDER menurun di tahun 2010 – 2014.
Times Interest Earned (TIE) Nilai TIE PT. Ultrajaya pada tahun 2011 sebesar 2,83 kali. Semakin besar nilai TIE, semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar bunga bagi kreditor. Nilai TIE dari tahun 2010 – 2014 berfluktuasi dan sudah sesuai dengan standar.
C. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis didapat kesimpulan berikut: PT. Ultrajaya memiliki kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek yang baik, kemampuan dalam penggunaan aktiva sudah cukup efisien, dan kemampuan terhindar dari resiko terhadap hutang sangat baik, tetapi memiliki kekurangan terkait kemampuan dalam mencari keuntungan. Saran PT. Ultrajaya disarankan agar meningkatkan keakuratan dalam penentuan jumlah penjualan, jumlah aktiva, dan jumlah modal.
125
Daftar Pustaka
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta. Hanafi, M. Mamduh dan Halim, Abdul. 2007. Analisa Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Ke-3. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Wira, Variyetmi. 2013. Analisis Dampak Rasio Keuangan Terhadap Likuiditas Saham Pada Indsutri Otomotif di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahawan, vol. 4, no. 1, Januari 2013, p. 58 – 77.