ANALISIS RASIO CAMEL DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
Oleh : Moh. Nurul Shobah 104081002468
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009
ANALISIS RASIO CAMEL DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Moh. Nurul Shobah 104081002468
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. NIP : 150317955
Pembimbing II
Murdiyah Hayati, S.Kom., MM. NIP : 150326913
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1430H/2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi 1. Nama
: Moh. Nurul Shobah
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Pekalongan, 27 Agustus 1986
3. Alamat
: Ds. Kubang, Logandeng. No.27. RT.07. RW.04. Karang Dadap, Pekalongan 51173
4. Jenis Kelamin
: Laki-laki
5. Agama
: Islam
6. Telepon
: 085691011886/02193350921
7. E-mail
:
[email protected]
II. Pendidikan 1. TK Muslimat NU, Kaliketing, Pekalongan
(1991-1992)
2. MIS Kaliketing, Pekalongan
(1992-1998)
3. Mts Negeri 1 Buaran, Pekalongan
(1998-2001)
4. SMA Negeri 1 Kedungwuni, Pekalongan
(2001-2004)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen (2004-2009) III. Pengalaman Organisasi 1. Koordinator Seksi Kewirausahaan OSIS SMA N 1 Kedungwuni, Pekalongan 2. Koordinator Kaderisasi PMII
(2002-2003)
Komisariat Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
(2004-2005)
3. Koordinator Penelitian dan Pengembangan BEM Jurusan Manajemen, FEIS, UIN Jakarta 4. Ketua BEM Jurusan Manajemen, FEIS, UIN Jakarta
(2005-2006) (2006-2007)
5. Presiden BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Jakarta
(2007-2008)
IV. Pengalaman Lainnya 1. Peserta Pertamina Youth Program Nasional 2007
(2007)
2. Peserta Workshop Wirausaha Muda Mandiri Se-Jabodetabek
(2008)
3. Peserta Economic and Business Summit BEM FE Se-ASEAN (2008)
ABSTRACT This research attempts to provide an analysis of CAMEL ratios to predict the financial performances of the Foreign Exchange Bank (FEB) and Non Foreign Exchange Bank (NFEB). Besides that, the research also examine the statistically differences of CAMEL ratios between FEB and NFEB. This research uses annually data of financial reports, ten FEB and also ten NFEB period 20032007 as research sample, and applies purposive sampling method. To predict the financial performances of the banks, Statistic method that applied in this research was Binary Logistic Regression. Independent Sample Ttest and Mann-Whitney Test was applied to analyze whether CAMEL ratios of FEB and NFEB has significant differences. The result of this research shows the statistically significant differences of CAMEL ratios between FEB and NFEB. But there is no significant differences of PPAP variable between FEB and NFEB. This research also shows empirically that only NPM and BOPO ratios can affect the financial performances of FEB and NFEB statistically significant. Keywords : CAMEL ratios, Binary Logistic Regression, Independent Sample TTest and Mann-Whitney Test.
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis rasio CAMEL memprediksi kinerja keuangan pada bank devisa dan bank non devisa. Selain itu juga dilakukan pengujian perbedaan secara statistik antara rasio CAMEL pada bank devisa dan bank non devisa. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan, sampel penelitian ini adalah sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa periode 2003-2007 dengan menggunakan metode purpossive sampling. Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan bank adalah regresi logistik binary. Independent Sample T-Test dan Mann-Whitney Test digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio CAMEL bank devisa dengan bank non devisa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara rasio CAMEL bank devisa dengan bank non devisa, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel PPAP pada bank devisa dan bank non devisa. Penelitian ini juga menunjukkan bukti empiris bahwa hanya rasio NPM dan rasio BOPO yang secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Kata kunci : Rasio CAMEL, Regresi Logistik Binary, Independent Sample T-Test dan Mann-Whitney Test.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Wasyukrulillah ala ni’matillah, segala puji bagi Allah SWT yang merajai segala kehidupan. Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa dikasihi-Nya dan hidup dalam ridha-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Sang Suri Tauladan umat manusia, Rasulullah SAW, semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat diyaumul hisab kelak, amin. Setelah melalui proses panjang, akhirnya skripsi yang berjudul “Analisis Rasio CAMEL dengan Metode Regresi Logistik pada Bank Devisa dan Bank Non Devisa” ini telah selesai. Peneliti sadar akan kekurangan skripsi ini yang terlalu jauh dari sempurna karena terbatasnya pengetahuan Peneliti, namun semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Allah SWT telah memberikan kekuatan kepada Peneliti hingga skripsi ini dapat diselesaikan, akan tetapi banyak pihak yang telah mendukung Peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. Dengan segala ketulusan hati Peneliti memberikan penghargaan setingi-tingginya dan mengucapkan untaian terima kasih yang mendalam kepada : 1. Ayahanda H. M. Su’ud dan Ibunda Hj. Khofiyah tercinta, yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, mendoakan, dan mensupport Peneliti baik materi maupun spiritual agar senantiasa istiqomah dalam mengejar cita-cita. Terima kasih Adik-adikku tersayang, Ayu, Dian, Anita, dan si kecil Imel yang selalu menginspirasi dan memberikan semangat baru kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, sekaligus Penguji Ahli pada sidang Komprehensif yang senantiasa mengingatkan Peneliti untuk tetap semangat. Semoga dibawah kepemimpinan Prof. Dr. Abdul hamid, MS., kedepan FEIS akan lebih maju dan kompetitif. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni., selaku Ketua Jurusan manajemen dan pembimbing I yang telah memberikan saran, ilmu pengetahuan dan meluangkan waktunya hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM., selaku pembimbing II yang telah sabar memberikan arahan dan saran kostruktif kepada peneliti agar hasil skripsi menjadi lebih baik. 5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah mentransfer ilmunya kepada peneliti selama belajar di bangku kuliah. Segenap civitas akademika FEIS yang telah mendukung kegiatan perkuliahan. 6. Teman-teman yang telah membantu bertukar informasi dalam mengerjakan skripsi ini, Vera, Lya, dan Niar. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal. 7. Kawan-kawan seperjuangan manajemen kelas B ankatan 2004, Safri, Uyo, Rifat, Edwin, Hendro, Eko, Tya dan Sahabat-sahabat terbaik ”Ikatan Mahasiswa Kost”, Wawan, Anwar, Bintang, Fahri, dan Napay. Keluarga besar Pengurus BEM-FEIS periode 2007-2008, spesial untuk sahabat Bram, Arif, Badri, Ayu, Ita, Bana, Fifi, Najahi, Polo dan ”Si Neng”. Pengurus BEMJ Manajemen 2005-2006, dan Keluarga Besar PMII Kom.FEIS khususnya untuk Sahabat Sutan, Badru, Ilham, Bembenk, Pay, Paul, Rany, Dek Aey, Rofik, Japen, Abi, Ocit Kost, dan Kang Alwi. Tanpa mengurangi rasa hormat peneliti tidak dapat menulis satu persatu. Terima kasih atas segala dukungan moralnya, semoga tali persahabatan yang indah ini membawa manfaat dan kekal hingga akhir zaman. Atas segala kontribusinya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayang dan pahala-Nya kepada pihak-pihak dan sahabat-sahabat yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini. Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dari skripsi ini, namun semoga dapat membawa manfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Januari 2009 Moh. Nurul Shobah (Peneliti)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan .............................................................................................i Daftar Riwayat Hidup ...........................................................................................ii Abstract ................................................................................................................iv Abstrak ..................................................................................................................v Kata Pengantar .....................................................................................................vi Daftar Isi ............................................................................................................viii Daftar Tabel .........................................................................................................xi Daftar Gambar ....................................................................................................xii Daftar Lampiran ................................................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...................................................................1 B. Perumusan Masalah ..........................................................................10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan.............................................................................13 A.1. Definisi Laporan Keuangan ......................................................13 A.2. Tujuan Laporan Keuangan ........................................................14 A.3. Jenis Laporan Keuangan ...........................................................17 A.4. Pemakai Laporan Keuangan .....................................................18 B. Bank ..................................................................................................19 B.1. Definisi Bank ............................................................................19 B.2. Fungsi Bank dalam Perekonomian ...........................................21 B.3. Peran Bank ................................................................................22 B.4. Kegiatan Pokok Bank.................................................................23 B.5. Jenis-jenis Bank .........................................................................24 B.6. Pelayanan Jasa Bank ..................................................................27 B.7. Sumber Dana dan Modal Bank ..................................................29 B.8. Resiko Bank ...............................................................................33
B.9. Masalah Yang Dihadapi Perbankan ...........................................35 C. Rasio CAMEL ...................................................................................37 C.1. Faktor Permodalan .....................................................................37 C.2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif................................................40 C.3. Faktor Manajemen .....................................................................44 C.4. Faktor Rentabilitas .....................................................................45 C.5. Faktor Likuiditas ........................................................................46 D. Penelitian Sebelumnya ......................................................................48 E. Kerangka Pemikiran ..........................................................................51 F. Hipotesis ............................................................................................56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................57 B. Metode Penentuan Sampel ................................................................58 C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................60 D. Metode Analisis ................................................................................61 E. Definisi Variabel Penelitian ..............................................................72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Bank Indonesia .......................................77 A.1. Sejarah Singkat Bank Indonesia ………..…………...………..77 A.2. Status dan Kedudukan Bank Indonesia ….…………...………78 A.3. Misi Bank Indonesia ……………………..… ………………79 A.4. Visi Bank Indonesia ……………………...………………..….79 A.5. Nilai-nilai Bank Indonesia ……………………….…………...79 A.6. Sasaran Strategis Bank Indonesia ………………...………..…80 A.7. Kedudukan BI sebagai Lembaga Negara ……………..………80 A.8. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Keuangan) ........81 A.9. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Independen .......82 A.10. Kedudukan Kerjasama Bank Indonesia dengan Pemerintah ...83 A.11. Bank Devisa dan Bank Non Devisa ........................................84 B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif ..........................................85
C. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov ……...………..…………....89 D. Uji Mann-Whitney Test .....................................................................92 E. Uji Independent Sample T-Test …………………………………….95 F. Analisis Regresi Logistik …………………………………………..98 F.1. Ketepatan Model Prediksi ……………………...……………...99 F.2. Koefisien Cox & Snell dan Nagelkerke R Square ………...…102 F.3. Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow …………...………....103 F.4. Ketepatan Prediksi Klasifikasi ……………………………….103 F.5. Uji Wald …………………………...........................................105 G. Interpretasi ……………………………....………………………...107 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .....................................................................................112 B. Implikasi .........................................................................................113 C. Keterbatasan Penelitian dan Saran .................................................114 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................116 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................119
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
Halaman
2.1
Kriteria Bank Sehat
48
3.1
Daftar Sampel Penelitian
58
4.1
Daftar Statistik Deskriptif
84
4.2
Hasil Uji Normalitas Data
86
4.3
Hasil Ringkas Uji Normalitas Data
87
4.4
Hasil Uji Mann-Whitney Test
89
4.5
Hasil Ringkas Uji Mann-Whitney Test
90
4.6
Output Group Statistic Uji Independent Sample T-Test
92
4.7
Hasil Uji Independent Sample T-Test
92
4.8
Hasil Ringkas Uji Independent Sample T-Test
93
4.9
Hasil Uji Data yang diproses Pada Regresi Logistik
4.10
Hasil Uji Identifikasi Data Pada Regresi Logistik
4.11
Hasil Uji Ketepatan Model dalam memprediksi Blok Pertama 98
4.12
Hasil Uji Ketepatan Model dalam memprediksi Blok Kedua
99
4.13
Hasil Uji Cox & Snell dan Nagelkerke R Square
100
4.14
Hasil Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow
101
4.15
Hasil Uji Ketepatan Prediksi Klasifikasi
102
4.16
Hasil Uji Wald
103
4.17
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
97 98
104
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
54
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Output Data Statistik Deskriptif
116
2
Output SPSS One Sample Kolmogorov-Smirnov
117
3
Output SPSS Mann-Whitney Test
118
4
Output SPSS Independent Sample T-Test
119
5
Output SPSS Regresi Logistik
120
6
Rasio CAMEL Bank Devisa dan Bank Non Devisa Periode 2003-2007
125
ANALISIS RASIO CAMEL DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Moh. Nurul Shobah 104081002468
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. NIP : 150317955
Murdiyah Hayati, S.Kom., MM. NIP : 150326913
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP : 131474891
Hari ini, Kamis tanggal 7 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Moh. Nurul Shobah, NIM : 104081002468, dengan judul skripsi : ANALISIS RASIO CAMEL DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Agustus 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. NIP : 150317955
Titi Dewi Warninda, SE., M.Si. NIP : 150368746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP : 131474891
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian modern ini, perbankan memainkan peranan yang sangat urgent. Bank hadir sebagai lembaga keuangan yang sangat vital dalam lalu lintas perekonomian masyarakat modern, khususnya dalam pengalokasian sumber-sumber keuangan yang tersedia dalam masyarakat. Dalam sarana-sarana yang diciptakan dan kemudahan yang diberikan, bank telah banyak memberikan kemudahan kepada masyarakat. Bank telah berhasil menjadi perantara dalam dunia keuangan yang diwujudkan dalam bentuk memberikan kemudahan pertukaran, membantu pembentukan modal, dan membantu kemungkinan berproduksi dalam skala massal (Arafat, 2004:8). Bank sebagai lembaga
keuangan menjalankan usahanya
dengan
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Bank memiliki andil yang sangat penting dalam perekonomian dan pembangunan negara ini. Bank merupakan lembaga perantara (financial intermediary) antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak lain yang memerlukan dana (deficit unit). Selain hal tersebut, bank juga memberikan pelayanan dalam transaksi pembayaran dalam negeri atau luar negeri serta berfungsi sebagai pihak yang dapat mengaplikasikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral.
Krisis keuangan melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberikan dampak sangat buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan pada tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah untuk melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi beroperasi. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan (Maharani dan Toto, 2007) Perbankan memiliki peranan yang strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan lembaga yang memperlancar lau lintas pembayaran. Namun krisis moneter
yang melanda Indonesia
sejak 1997
telah
menghancurkan sendi-sendi perekonomian termasuk perbankan. Peristiwa tersebut menyebabkan dilikuidasinya beberapa bank yang dinyatakan insolvent. Semua itu telah berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Hal ini bisa dilihat ketika terjadinya penarikan dana secara besar-besaran (rush) di beberapa bank. Terpuruknya sektor perbankan pada
masa
krisis moneter
telah
menghadirkan masalah tersendiri bagi pemerintah dan Bank Indonesia, yaitu bank-bank di Indonesia menjadi sangat sulit bersaing dengan bank-bank luar negeri. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus untuk memulihkan kondisi perbankan Indonesia dari keterpurukan. Salah satu langkah yang telah diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia adalah program penyehatan
perbankan melalui rekapitulasi bank umum yang bertujuan untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat krisis tersebut. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan akibat krisis lalu dapat diperbaiki kembali melalui pemulihan tingkat kesehatan perbankan. Pemulihan tingkat kesehatan suatu bank dapat dilakukan dengan menganalisa laporan keuangannya oleh pihak manajemen bank yang bersangkutan secara berkelanjutan dan selalu mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan demikian suatu bank tidak mudah goyah jika dilain waktu mengalami kondisi serupa seperti yang dialami ketika terjadi krisis moneter. Kinerja keuangan suatu bank selalu menjadi sorotan bagi semua kalangan, tidak hanya pengelola, pemerintah, maupun investor. Namun masyarakat sebagai stake holder dan penyumbang dana pihak ketiga juga harus mengetahui bagaimana kinerja perbankan. Hal ini tentu saja yang menjadi daya tarik sekaligus kelebihan penelitian ini bagi semua kalangan yang mempunyai kepentingan. Hasil penelitian ini akan menunjukkan perbandingan tingkat kinerja keuangan antara bank devisa dan bank non devisa yang menjadi sampel penelitian yang diharapkan merepresentasikan dari populasi penelitian. Alasan itu pula yang menjadikan penelitian ini menjadi sangat penting bagi para pencari informasi dan pengambil keputusan agar nantinya dapat merumuskan dan mengambil kebijakan yang tepat sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan.
Dari tahun ketahun dunia perbankan selalu berusaha untuk meningkatkan produktifitasnya, walaupun sempat diguncang krisis moneter tahun 1998, namun kini perbankan sudah kembali bergeliat untuk berbenah diri, memperbaiki image dan menata kembali manajemen internal perbankan, semua itu dilakukan demi menyongsong kebangkitan bisnis perbankan nasional. Hal ini dapat dilihat dari adanya kecenderungan dunia perbankan yang sedang mengalami peningkatan aset dan produktifitas kinerja perbankan. Pada pertengahan tahun 1980-an sampai pertengahan tahun 1990-an bisnis perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada akhir tahun 2002 perbankan menguasai sekitar 90,46% pangsa pasar sektor keuangan di Indonesia. Berdasarkan data Biro Riset Info Bank, industri perbankan menguasai 90,46% -pangsa pasar keuangan di Indonesia, diikuti oleh industri asuransi 3,38%, dana pensiun 3,01%, industri pembiayaan 2,32%, sekuritas 0,65%, dan pegadaian 0,20%, (Supriyanto, 2003:56). Pertumbuhan yang pesat itu ternyata tidak mendorong terciptanya industri perbankan yang kuat. Krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang buruk pada sektor perbankan. Beberapa indikator kunci perbankan pada tahun 1998 berada pada kondisi yang sangat buruk. Kinerja industri perbankan nasional pada kurun waktu tersebut lebih buruk dibandingkan kondisi perbankan di beberapa negara Asia yang juga mengalami krisis ekonomi, seperti Korea selatan, Malaysia, Philipina, dan Thailand. Non Performing Loan (NPL) bank-bank komersial mencapai 50%, tingkat keuntungan industri perbankan berada pada titik minus
15%, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kondisi minus 15%, (Hawkins, 1999). Terpuruknya sektor perbankan akibat krisis ekonomi memaksa pemerintah melikuidasi bank-bank yang tidak sehat dan tidak layak beroperasi. Hal ini tentu menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap industri perbankan. Analisa laporan keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kinerja keuangan. Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kinerja keuangan bank melalui rasio-rasio yang ada. Salah satu untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah dengan menggunakan analisis rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) (Almilia dan Herdiningtyas, 2002:15). Sebagai lembaga intermediasi antara surplus Unit dan deficit Unit, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Beberapa penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan pernah dilakukan sebelumnya, antara lain adalah penelitian mengenai perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan yang dilakukan dengan pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara bank pemerintah, bank swasta nasional, dan swasta asing serta bank publik. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari Return on Asset, Net Profit Margin, dan Return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank publik mempunyai tingkat efisiensi diatas rata-rata seluruh bank, sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta
nasional secara kesuluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank, (Ventje, 1993). Di Indonesia pernah juga dilakukan penelitian terhadap efisiensi perbankan dengan menggunakan pendekatan Frontier Economic. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah total biaya perbankan, sedangkan variable independennya antara lain adalah demand deposit, saving deposit, time deposit, loan, ratio profit per jumlah tenaga kerja dan ratio profit per modal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan Indonesia secara umum menjadi makin efisien setelah adanya deregulasi 1988, (Goeltom, 1997). Penelitian lain mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada bank devisa dan non devisa yang didasarkan pada Return on Equity, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio pernah dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dengan bank non devisa sebelum krisisi ekonomi, (Wijaya, 1998). Penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan juga
pernah
dilakukan
sebelumnya
yaitu
penelitian
mengenai
perbandingangan kinerja pada industri perbankan yang dilakukan dengan pengujian secara empiris terhadap kinerja bank devisa dan bank non devisa pada periode krisis ekonomi didasarkan pada Return on Equity, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa
dengan bank non devisa pada periode krisisi ekonomi jika dilihat dari variable Return on Equity dan Return on Asset. Perbedaan kinerja terlihat secara nyata jika dilihat dari variable Loan to Deposit Ratio (Febryani dan Zulfadin, 2003). Penelitian tentang kinerja industri perbankan juga dilakukan mengenai perbandingan kinerja bank devisa dan bank non devisa periode 2002-2006, penelitian tersebut juga didasarkan pada rasio Return on Equity, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dengan bank non devisa pada periode 2002-2006 (Maharani dan Toto, 2007). Almilia dan Herdiningtyas (2002) meneliti tentang analisis rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 20002002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NPM dan BOPO secara statistic berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sector perbankan. Untuk melihat performa suatu bank dibanding dengan bank lain dapat dilakukan dengan membandingkan angka-angka absolut maupun dalam
bentuk rasio keuangan yang dicapai bank tersebut. Namun perbandingan dalam bentuk rasio menghasilkkan angka yang lebih objektif karena pengukuran performa tersebut lebih dapat diperbandingkan dengan bank-bank lain dengan periode sebelumnya (Usman, 2003 : 59-60). Oleh karena itu rasio keuangan selalu dijadikan alat oleh para pengambil keputusan baik bagi pihak internal maupun eksternal dalam menentukan kebijakan berikutnya. Sebagai lembaga keuangan yang menjunjung tinggi asas trust, setiap bank selalu berupaya meningkatkan pelayanan kepada nasabah sebagai variabel untuk meningkatkan produktifitas kinerjanya, karena kinerja keuangan bank akan dilihat dari semua aspek yang terkait. Namun pada penelitian ini hanya akan mengukur perbandingan kinerja keuangan bank dengan menggunakan rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity) pada bank devisa dan bank non devisa, serta untuk melihat apakah rasio CAMEL mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa yang menjadi sampel penelitian. Perbandingan dalam bentuk rasio dapat mengetahui apakah kinerja keuangan bank dikatakan baik atau tidak. Jika ditinjau dari segi rasio keuangannya dapat dianalisis dengan menggunakan rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity). CAMEL digunakan dibeberapa negara untuk menilai kinerja keuangan bank, CAMEL sudah menjadi standar bagi bank sentral di dunia untuk menilai kinerja bank yang bersangkutan. Dalam rasio CAMEL menilai beberapa aspek keuangan bank, yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian terdahulu tentang kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kinerja bank devisa dan bank non devisa yang didasarkan pada rasio CAMEL, selain itu juga peneliti ingin membuktikan secara empiris apakah rasio CAMEL mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini menggunakan periode setelah krisis ekonomi yaitu periode 2003-2007, sedangkan variabel independen yang digunakan adalah rasio CAMEL yang terdiri dari rasio Capital yang diwakili oleh rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio Assets yang diwakili oleh rasio Bad Debt Ratio (BDR) dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti (PPAP), rasio Management yang diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM), rasio earnings yang diwakili oleh rasio Return on asset (ROA) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan rasio Liquidity yang diwakili oleh rasio Loan to Deposit ratio (LDR). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh dari bank Devisa dan sepuluh dari bank devisa. Jumlah tersebut dapat memberikan hasil yang representatif untuk menggambarkan perbandingan kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, ”Analisis Rasio Camel Dengan Metode Regresi Logistik Pada Bank Devisa Dan Bank Non Devisa”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini bermaksud menguji kembali dengan menggunakan sampel pembanding dan melakukan perbandingan antara bank devisa dengan bank non devisa. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan bukti empiris bahwa rasio CAMEL dapat memprediksi ataupun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa periode 2003-2007. Adapun permasalahan-permasalahan pokok yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio-rasio CAMEL antara bank devisa dan bank non devisa? 2. Variabel independen manakah (CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO dan LDR) yang paling dominan dapat memprediksi kinerja keuangan antara bank devisa dengan bank non devisa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : C.1. Tujuan Penelitian a. Menganalisis perbedaan yang signifikan kinerja keuangan (rasio CAMEL) antara bank devisa dan bank non devisa.
b. Menganalis variabel CAMEL (CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO dan LDR) yang paling dominan memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. C.2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat, antara lain : a. Bagi Pengelola Bank Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola bank, yaitu agar Pengelola dapat lebih berhati-hati dalam mengelola bank dan diharapkan dapat memberi masukan kepada lembaga perbankan dalam menilai kinerja keuangan bank. Selain itu, agar bank dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat sehingga mereka dapat tetap menyimpan dananya di bank. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemberian kredit. b. Bagi Investor Penelitian ini dapat bermanfaat bagi investor, yaitu agar investor mengetahui
bagaimana
keadaan
bank
tempat
mereka
menginvestasikan dananya dengan baik. Dengan informasi yang mereka dapatkan, maka para investor dapat berinvestasi dan juga dapat menanamkan modalnya dalam industri perbankan di pasar modal tanpa suatu rasa khawatir dengan keadaan banknya. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat bermanfaat juga bagi masyarakat. Masyarakat yang selalu ikut serta dalam kegiatan perekonomian dapat
mengetahui bagaimana kinerja perbankan. Selain itu, penelitian ini memungkinkan masyarakat untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, dengan informasi tersebut masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam melakukan transaksi dan kegiatan lainnya yang terkait dengan bank. d. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai wahana untuk merealisasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti kuliah dan mencoba menerapkan pada keadaan nyata. Selain itu, penelitian ini adalah sebagai persyaratan untuk lulus Strata 1 (S1), guna mencapai gelar sarjana.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan A.1. Definisi Laporan Keuangan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Indonesia No.7 (2002:2) adalah sebagai berikut : ”Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi Neraca, Laporan Perubahan Posisi Keuangan, Catatan dari laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.
Menurut Munawir (1999:2), pengertian Laporan Keuangan adalah : ”hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara dat keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”
Berdasarkan kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas akun-akun keuangan yang integral dari laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data tersebut.
A.2. Tujuan Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No.12 (2002:4), tujuan Laporan Keuangan sebagai berikut : ”Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
Menurut Kieso dan Weygandt (2001:5) Laporan Keuangan bertujuan : ”The objectives of financial reporting are to provide (1) information that is useful in investment and credit dicisions, (20 information that is useful in accessing cash flow prospects, and (3) information about enterprise resources, claims to those resources, and changes in them”.
Berdasarkan APB Statement No.4 Bab 4 yang dikutip oleh Harahap dalam Buku Teori Akuntansi (1993:98), mengelompokkan tujuan laporan keuangan menjadi tiga yaitu : 1) Tujuan Khusus Tujuan Laporan Keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan. 2) Tujuan Umum Tujuan Umum Laporan Keuangan adalah sebagai berikut : a) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk : Mengevaluasikan kekuatan dan kelemahan.
Menunjukkan posisi keuangan dan investasinya. Menilai
kemampuan
perusahaan
untuk menyelesaikan
hutang-hutangnya. Menunjukkan kemampuan sumber kekayaan yang ada untuk pertumbuhan perusahaan. b) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud : Memberi gambaran tentang deviden yang diharapkan pemegang saham. Menunjukkan kemampuan perusahaan-perusahaan untuk membayar
kewajiban
kepada
kreditor
dan
pemasok,
menyelesaikan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk ekspansi. Menyediakan informasi bagi manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan. Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang. c) Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d) Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan sumber harta kewajiban.
e) Menggunakan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai. 3) Tujuan Kualitatif Tujuan Kualitatif Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut : a) Relevan Memilih informasi yang mungkin membantu pemakai dalam pembuatan kepuasan ekonomi. b) Dapat Dipahami Selain informasi harus jelas, informasi yang dipilih juga harus dapat dipahami pemakai. c) Dapat Diuji Kebenarannya Hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran yang sama. d) Netral Informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. e) Tepat Waktu Mengkomunikasikan
informasi
harus
seawal
mungkin
untuk
menghindari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi. f) Dapat Dibandingkan Perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibatkan perlakuan akuntansi yang berbeda. g) Kelengkapan
Semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif lain harus dilaporkan. 2. Jenis Laporan Keuangan Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002:1.3) jenis laporan keuangan adalah terdiri dari komponen sebagai berikut : 1) Neraca Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan, yang menunjukkanm aktiva, kewajiban dan equitas suatu perusahaan pada tanggal tertentu. 2) Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi merupakan ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk periode yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul dari kegiatan usaha dan aktivitas lainnya. 3) Laporan Perubahan Equitas Laporan yang menunjukkan perubahan equitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan. 4) Laporan Arus Kas Laporan ini menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan selama periode tertentu dan aktivitas perusahaan tersebut diklasifikasikan menurut aktiva operasi, investasi dan pendanaan. 5) Catatan atas Laporan Keuangan
Memberikan penjelasan mengenai gambaran umum perubahan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan pos-pos laporan keuangan dan informasi penting lainnya. 3. Pemakai Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:2), Pemakai Laporan Keuangan meliputi Investor Sekarang dan Investor Potensial, Karyawan, Pemberi Pinjaman, Pemasok, Kreditor lainnya, Pelanggan, Pemerintah serta Lembaga-lembaganya dan Masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : 1) Investor Mereka yang membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. 2) Karyawan karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 3) Pemberi Pinjaman
Pemberi Pinjaman
tertarik dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman seta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4) Pemasok dan Kreditor Lainnya Pemasok dan kreditor lainnya tertarik informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan terbayar pada saat jatuh tempo. 5) Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan. 6) Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan
aktivitas
perusahaan.
Mereka
juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyususn statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7) Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagi cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan
dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan
informasi
kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
B. Bank 1. Definisi Bank Setiap orang mengkaitkan bank dengan uang, hal ini disebabkan karena bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di negara-negara maju, bank merupakan sarana utama dalam dunia usaha untuk melakukan transaksi. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan Giro, Tabungan dan Deposito. Kemudian bank dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping itu, bank dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah, dan transaksi lainnya. Bank adalah ”Department Store of Finance”, yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan berbagai macam jasa keuangan. Slogan promosi bank yang dianjurkan oleh sinkey adalah ”One Stop Banking: atau Full-Service Banking”. Pengertian bank menurut undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah sebagai berikut :
”Bank adalah ”Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sesuai dengan difinisi dan pengertian bank sebagaimana diatur dalam undang-undang tersebut, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Berdasarkan definisi, pengertian, dan cakupan kegiatan operasional bank sebagaimana diatur oleh ketentuan yang berlaku, dapat bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Meskipun demikian, terdapat kesamaan sifat-sifat dasar dari suatu bank. Sifat-sifat tersebut adalah : 1) Memiliki kewajiban yang harus dibayar setiap saat apabila ditagih (yaitu dana-dana yang disimpan oleh masyarakat). 2) Memiliki harta yang tidak likuid, yang penilainnya tidak mudah serta berjangka waktu lebih lama dibandingkan dengan kewajiban yang dimiliki (Diamond dan Dybvig, 1983) 2. Fungsi Bank Dalam Perekonomian Bank sebagai salah satu lembaga keuangan secara garis besar memiliki beberapa fungsi yang dapat mendorong kelancaran perekonomian, yaitu : 1) Bank sebagai Lembaga Intermediasi, dimana bank sebagai perantara antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. 2) Bank sebagai lembaga yang memberikan jasa atau pelayanan dalam lalu lintas pembayaran. Dengan adanya bank, maka berbagai cara
pembayaran yang diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarkat dapat berjalan dengan lebih lancar. 3) Bank sebagai lembaga yang berfungsi sebagai media dalam mentransmisikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral. Kebijakan moneter disini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi. 3. Peran Bank Bank merupakan institusi keuangan yang paling penting dalam perekoniomian. Ketika konsumen dan produsen harus melakukan pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, mereka menggunakan bank untuk menyediakan fasilitas cek atau kartu kredit. Secara umum, bank meiliki beberapa peran, antara lain : 1) Perantara (The Intermediation Role) Memindahkan tabungan yang diterima masyarakat pada sektor bisnis (pinjaman) untuk pembiayaan pembangunan gedung, perlengkapan, dan barang-barang modal lainnya. 2) Pembayar (The Payment Role) Melakukan pembayaran barang dan jasa yang dilakukan konsumen dengan menggunakan cek, bilyet giro, kartu kredit, kartu debet, dan lain-lain. 3) Penjamin (The Guarantor Role) Menjamin pemimpin nasabah yang melakukan transaksi impor barang dan jasa, seperti letter of credit.
4) Wakil (The Agency Role) Membantu nasabah dalam mengelola dan melindungi kekayaan maupun securitas yang dimilikinya. 5) Kebijakan (The Policy Role) Melayani dan mengatur kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan berbagai tujuan sosial lainnya. 4. Kegiatan Pokok Bank Baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat melakukan banyak sekali kegiatan atau aktivitas sehari-harinya. Namun hanya ada beberapa kegiatan saja yang tergolong dalam kegiatan pokok bank. Berikut ini adalah tiga kegiatan pokok bank : 1) Penghimpun Dana (Giro, Tabungan, Deposito), dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana. 2) Alokasi Dana (Kredit dan Investasi), dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank. 3) Pelayanan Jasa Keuangan (Transfer, letter of credit, Cek Perjalanan, Money Changer, Bank Garansi, dan lain-lain) dan jasa non keuangan (pelatihan pegawai, kotak pengaman, dan lain-lain), dengan sasaran memaksimumkan kepuasan nasabah. 5. Jenis-jenis Bank Jenis bank di Indonesia sebagaimana disebutkan dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.
10 tahun 1998 hanya meliputi Bank Umum, dan BPR saja. Namun secara teoritis, klasifikasi bank adalah sebagai berikut : 1) Menurut Fungsi : a) Bank Sentral, merupakan bank milik pemerintah yang memegang otoritas moneter, dengan tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang dalam negeri. b) Bank Umum, yaitu bank yang menerima simpanan dana masyarakat dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito serta memberikan kredit jangka pendek dan kredit jangka panjang. c) Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk Deposito Berjangka dan Tabungan, lingkup opersainya biasanya terbatas di Pedesaan. 2) Menurut kepemilikan a) Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah pusat. b) Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah daerah. c) Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swasta nasional. d) Bank Asing, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing yang membuka kantor cabang di Indonesia, sedangkan kantor pusatnya di luar negeri.
e) Bank Campuran, yaitu bank yang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing dan sebagian dimilki pihak swasta nasional.
3) Menurut Transaksi Valas : a) Bank Devisa, yaitu bank yang menggunakan lebih dari satu mata uang dalam transaksi perbankan. b) Bank Non Devisa, yaitu bank yang hanya menggunakan satu mata uang (Rupiah) dalam transaksi perbankan. Menurut Kasmir (1997:37) perbedaan bank devisa dan bank non devisa adalah sebagai berikut : ”Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, travellers cheque, dan transaksi lainnya. Sedangkan bank non Devisa adalah bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksankan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa”.
Menurut Dahlan Siamat (2004:29) Perbedaan bank devisa dengan bank non devisa adalah sebagai berikut : ”Bank devisa (foreign exchange bank) adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setel;ah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan yang terkait dengan valuta asing, misalnya letter of credit, travellers check. Sedangkan bank non devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan kegiatan usaha yang berkaitan dengan valuta asing”
4) Menurut Stuktur Organisasi :
a) Bank Unit (Unit Bank), adalah bank yang menggabungkan satu kantor saja untuk melayani semua jenis keuangan. b) Bang Cabang (Branch bank), yaitu bank yang melayani beberapa lokasi sehingga ada satu kantor pusat dan beberapa kantor cabang. c) Holding Company bank, yaitu sebuah bank yang memiliki satu atau lebih bank. d) Multi Holding Company Bank, yaitu bank yang meiliki perusahaan yang bergerak diperbankan dan non-bank. 5) Menurut Tipe Bisnis : a) Bank Bisnis (wholesale bank), adalah bank yang meiliki sektor usaha menengah keatas sebagai fokus sasaran pasarnya. b) Bank Konsumen (Retail Bank), adalah bank yang memiliki konsumen dan usaha kecil sebagai fokus pasarnya. c) Wholesale dan retail bank, adalah bank yang melayani semua pelaku ekonomi. 6) Menurut Geografi : a) Bank Lokal (Community or Local Bank), adalah bank yang beroperasi secara terbatas di daerah tertentu. b) Bank regional (Regional Bank), adalah bank yang beroperasi di pasar regional. c) Bank Multinasional (Multinational bank), adalah bank yang lingkupnya sampai tingkat nasional maupun internasional. 7) Menurut Perhitungan Biaya dan Pendapatan :
a) Bank Komersial, adalah bank yang menggunakan sistem bunga sebagai sumber pendapatan dan biaya bunga. b) Bank Bagi Hasil (Syariah), adalah bank yang menggunakan sistem bagi
hasil
antar
penabung,
peminjam,
dan
bank
dalam
penghitungan biaya dan pendapatan. 6. Pelayanan Jasa Bank Salah satu fungsi bank yaitu memberikan pelayanan, baik jasa keuangan maupun non keuangan kepada masyarakat. Berikut ini adalah macam-macam bentuk pelayanan jasa yang diberikan oleh bank, yaitu : 1) Jasa Dalam Negeri a) Kiriman Uang, adalah jasa yang diberikan bank dalam pengiriman uang antar bank atas permintaan pihak ketiga pada penerimaan di tempat lain. b) Delegasi Kredit, adalah perintah tertulis kepada bank untuk membayarkan uang secara berkala pada seseorang atau suatu badan tertentu. c) Inkaso, adalah permintaan nasabah untuk menagih pembayaran suatu surat atau dokumen berharga pada pihak ketiga di tempat lain dimana bank yang bersangkutan mempunyai cabang atau pada bank yang lain. d) Bank Guarantee, adalah pernyataan tertulis dari bank yang menyatkana kesanggupan pihak bank membayar pada pihak ketiga
demi kepentingan
nasabah jika
nasabah tidak memenuhi
kewajibannya. e) Surat Keterangan Bank, adalah keterangan tertulis bank untuk pihak lain mengenai nasabah dalam hubungannya dengan bank. f) Save Deposit Box (SDB), adalah jasa penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga dari nasabah. g) Letter of credit Dalam Negeri, adalah jaminan bersyarat dari bank pembuat L/C untuk membayar wesel-wesel
yang ditarik
beneficiary sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam L/C. h) Automated Teller Machine (ATM), adalah sistem pelayanan nasabah secara elektronik dengan menggunakan komputer yang otomatis. i) Kartu Bank, adalah kartu plastik yang digunakan nasabah untuk memudahkan transaksi keuangan dengan bank atau pihak lain. 2) Jasa Luar Negeri a) Transfer Luar Negeri, adalah kiriman uang dari atau keluar negeri dengan telex, mail atau draft. b) Draft, adalah surat perintah bayar tidak bersyarat yang diterbitkan bank kepada korespondennya untuk dibayarkan kepada seseorang atau perusahaan. c) Collection, adalah tagihan membayar atau mengakses dari seseorang atau perusahaan di luar negeri kepada seseorang atau
perusahaan di dalam negeri atas suatu surat atau dokumen berharga melalui bank. d) Traveler Checks (TC), adalah cek untuk bepergian ke luar negeri yang penukarannya pada bank yang ditunjuk. 3) Jasa-jasa lainnya, a) Pasar Uang (Money Market), adalah transaksi pinjam meminjam uang dalam jangka pendek dengan harga tertentu. b) Pertukaran Uang Asing (Foreign Exchange), adalah pertukaran atau jual beli mata uang asing. c) Pasar Modal (Capital Market), adalah jual beli saham, obligasi, atau derivatif lainnya melalui broker/dealer. d) Layanan Custodian (Custodian Service), adalah pelayanan terpadu atas kegiatan efek. e) Layanan broker (Brokerage Service), adalah pelayanan bank untuk menjual dan membeli saham, obligasi dan lain-lain. 7. Sumber Dana dan Modal Bank Baik bank pemerintah, maupun bank swasta memiliki modal masingmasing dalam menjalankan usahanya. Bank Indonesia yang merupakan bank sentral di Indonesia memiliki wewenang dalam mengawasi aktivitas perbankan di Indonesia, agar semua bank menjalankan aktivitasnya sesuai dengan standar ketentuan yang telah ditentukan oleh pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia.
Menurut Sinungan (1993:84), dana-dana bank yang dipakai sebagai alat operasional dapat diperoleh dari berbagi sumber, yaitu : 1) Dana Pihak Kesatu (Sumber Dana Sendiri) Dana Pihak Kesatu diperoleh dari modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Dalam neraca bank, dana modal sendiri atas : a) Modal Disetor adalah uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat bank berdiri. b) Agio Saham adalah nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan pemegang saham baru dibandingkan nominal saham. c) Cadangan-cadangan adalah sebagian laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakn untuk menutup kemungkinan timbulnya resiko dikemudian hari. d) Laba Ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan dalam RUPS untuk tidak dibagikan (deviden), namun dimasukkan Kembali sebagi modal kerja bank. 2) Dana Pihak Kedua (Sumber Dana Pihak Luar) Merupakan sumber dana yang berasal dari pihak luar selain masyarakat, yang dapat berupa call money, pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, pinjaman dari bank sentral (BI). a) Call money, adalah pinjaman dari bank lain, yang akan dilakukan oloeh bank ketika kebutuhannya mendesak. Jangka waktunya dapat
satu hari (Overnight Call Money), beberpa hari, satu minggu, atau satu bulan. b) Pinjaman Biasa Antar Bank adalah dari bank lain, yang waktunya relatif lama. Biasanya terjadi jika ada bantuan pinjaman kerjasama yang disepakati kedua belah pihak. c) Pinjamnn Bank Indonesia adalah pinjaman yang diberikan Bank Indonesia untuk membiayai usaha masyarakat yang berprioritas tinggi seperti Kredit Program Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pinjaman dari Bank Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). KLBI ini merupakan instrumen moneter dengan tingkat bunga relatif sangat rendah (soft loan) untuk motivasi gerakan ekonomi masyarakat. 3) Dana Pihak Ketiga (Sumber Dana dari Masyarakat) Dana yang diperoleh bank dari simpanan masyarakat, yang berupa Giro (demand deposit), Tabungan (Saving), deposito (Time Deposit), dan Simpanan Sementara. a) Giro
adalah
penarikannya
simpanan dapat
masyarakat dilakukan
(Pihak
Ketiga)
sewaktu-waktu
yang dengan
menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan. Rekening giro ini dapat atas nama perorangan, atas nama badan usaha atau lembaga, atau rekening bersama.
b) Tabungan
adalah
simpanan
masyarakat
pada
bank
yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. c) Deposito adalah simpanan berjangka dari masyarakat yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jengka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. d) Deposito Berjangka adalah deposito yang dibuka atas nama dan tidak dapat dipindah tangankan. e) Sertifikat Deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan serta dapa dijadikan jaminan bagi permohonan kredit. f) Deposit on call adalah deposito berjangka yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, asalkan memberi tahukan bank dua hari sebelumnya. g) Simpanan Sementara adalah simpanan masyarakat pada bank yang bersifat sementara. Bentuk dapat berupa uang titipan, uang transfer, setoran jaminan L/C (Letter of Credit), garansi bank dalam proses tender suatu proyek. Modal merupakan sumber dana pihak kesatu yang harus disediakan bank dalam jumlah yang cukup, karena selain berfungsi sebagai indikator kepercayaan masyarakat terhadaop bank, juga berfungsi sebagai salah satu pengukur tingkat kesehatan bank. Bank for International Settlements (BIS) mewajibkan setiap bank umum untuk menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR), ketentuan tersebut telah diikuti oleh Bank Indionesia. 8. Resiko Bank Resiko bank yaitu ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi bankir dalam berbagai peristiwa yang mendatangkan resiko. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus siap dalam menghadapi resiko apapun yang mungkin akan terjadi dalam industrinya. Untuk mencapai kemungkinan memperoleh laba tertinggi (high profitability), maka bankir harus berkonsentrasi dalam mengelola enam tipe resiko (Dahlan Siamat, 2004:91-92) sebagai berikut : 1) Resiko Likuiditas (Liquidity Risk) Resiko yang timbul akibat penarikan dana setiap saat oleh deposan (pihak yang menyimpan dana). Bank harus menyediakan dana kas yang cukup untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya mismatch antara sumber dan penanam dana. Bank harus mempehitungkan likuiditas tidak berarti mengorbankan rentabilitas. 2) Resiko Kredit (Credit Risk) Resiko yang timbul akibat tidak terpenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran pinjaman maupun bunga kredit. Beberapa aset bank, khususnya kredit nilainya akan turun dan bahkan hilang
semua
apabila
nasabah tidak mampu
mengembalikan
pinjamannya. Dua bentuk kerugian akibat kredit macet adalah hilangnya aset serta tunnya laba. Dalam pemberian kredit, bank harus
melakukan analisis atau studi kelayakan yang mendalam memantau debitor dan meninjau agunan secara berkala. 3) Resiko Pasar (Market Risk) Resiko yang timbul akibat perubahan tingkat suku bunga pasar, tingkat kurs valuta asing, tingkat inflasi, dan lain sebagainya. Likuidasi atau kematian suatu bank yang besar dapat menyebabkan matinya bank yang lain. Setiaap saat bank harus mengevaluasi poerkembangan tingkat suku bunga pasar unuk menetapkan tingkat suku bunga simpanan dan kredit. Bank harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap kualitas portofolio aktiva produktifnya dengan kurs yang terakhir, termasuk transaksi derivatifnya. 4) Resiko Tingkat Bunga (Interset Rate Risk) Resiko yang timbul akibat hasil negatif (spread negative) antara biaya bunga dan tingkat bunga kredit. Tingkat bunga luar negeri dan laju inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat bunga dalam negeri. 5) Resiko Pendapatan (Earning Risk) resiko yang timbul akibat gagalnya penyaluran kredit bank. Pendapatan bank diperoleh dai pendapatan bunga pinjaman dan pendapatan selain bunga. Adanya kredit macet, perubahan suku bunga, perubahan kurs valuta asing, turunnya nilai jaminan (agunan) akan menyebabkan perubahan dalam pendapatan suatu bank. 6) Resiko Keamanan (Solvency Risk) Resiko yang timbul akibat ketidakstabilan politik dan keamanan.
9. Masalah Yang Dihadapi Perbankan 1) Masalah Internal Perbankan a) Struktur Modal Masih Lemah Masalah krusial yang dialami bank adalah lemahnya modal. Kecilnya
modal,
mempengaruhi
CAR
dan menghambat
pengembangan jaringan kantor cabang. Jaringan kantor yang luas akan meningkatkan daya saing (pangsa pasar meningkat) sehingga nasabah dapat dilayani dengan cepat dan sumber-sumber dana dapat tergali secara efektif. b) Kualitas Aset Yang Masih Rendah Kualitas aset meliputi peralatan dan sumber daya manusia. Kualitas SDM yang rendah mempengaruhi implementasi teknologi dalam operasionalisasi
perbankan.
Hal
tersebut
selanjutnya
akan
menyebabkan rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja perbankan. c) Manajmen Sumber Dana Tidak Profesional Resiko likuiditas merupakan resiko yang harus dikelola bank secara hati-hati. Sumber dana bank perlu bervariasi (tidak bertumpu pada resiko) yang berbiaya tinggi. Bank mengalami masalah likuiditas karena terlanjur menempatkan sebagian besar dananya pada investasi yang berjangka menengah dan panjang. d) Keputusan Pemberian Kredit Masih KKN Masih menjamurnya budaya KKN sehingga keputusan pemberian kredit tidak melalui proeses studi kelayakan yang baik. Suatu
proposal kredit harus dianalisis secara profesional, bukan melihat siapa orang yang mengajukan kredit, tetapi kelayakannya. Inefisiensi terjadi ketika bank melayani kepentingan kelompok perusahaannya. Penyaluran kredit tidak lagi berdasarkan motif timbal balik yang optimal. Tetapi berdasrakan kepentingan pengadaan dana atau modal kelompok perusahaan. 2) Masalah Eksternal Perbankan a) Rentetan Krisis yang Belum Sembuh Krisis moneter yang dimulai juli 1997 (depresiasi rupiah dan neraca perdagangan negatif) telah mempengaruhi krisis perbankan (likuidasi 16 bank, BPN, Bank Beku Opersai, utang luar negeri membengkak). krisis perbankan mengakibatkan krisis ekonomi (lumpuhnya sektor riil, inflasi tinggi, dan pengangguran), krisis sosial
(kerusuhan
dan
kriminalitas),
krisis
kepercayaan
(demonstrasi dan hujat menghujat), krisis politik (partai-partai baru dan pro kontra kebijakan pemerintah). b) Kebijakan Berpihak Pada Golongan Kuat dan Tidak Konsisten Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) hanya diberikan pada bank-bank umum yang dianggap bermasalah, sementara BPR tidak memperoleh perhatian secara penuh. Tingkat suku benga SBI yang cenderung tinggi, dampakanya hanya akan membuat tidur semua bankir, investasi turun, dan masyarakat menanggung kerugian akibat pencetakan uang untuk membayar bunga SBI.
C. Rasio CAMEL Salah satu untuk melihat kinerja keuangan bank dapat dilihat dari rasio CAMEL (Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity), adapun rasio CAMEL terdiri dari : 1. Faktor Permodalan (Capital) Modal merupakan sumber dana pihak kesatu yang harus disediakan bank dalam jumlah yang cukup, karena selain berfungsi sebagai indikator kepercayaan masyarakat terhadap bank, juga berfungsi sebagai salah satu pengukur tingkat kesehatan suatu bank. Penggunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan opersional bank. Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas bank menetapkan ketentuan mengenai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan setiap bank. Pengertian modal untuk memenuhi kewajiban modal minimal meliputi modal inti dan modal pelengkap. a) Modal Inti Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor oleh para pemilik atau para pemegang saham. Modal sumbangan dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut : Modal Disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya sedangkan di Indonesia bagi bank yang berbentuk
hukum koperasi, modal disetor atas Pinjaman Pokok, Simpanan Wajib dan Penyertaannya. Agio Saham adalah selisih lebih atas setoran modal saham yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. Cadangan Umum adalah cadangan dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak setelah mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham. Cadangan Tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu. Laba Ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak. Laba Tahun Lalu adalah laba bersih tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunannya oleh rapat umum pemegang saham. Jumlah yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Laba Tahun Berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Bagian kekayaan bersih anak laporan perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. b) Modal Pelengkap
Modal pelengkap atas cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap adalah cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap, di Indonesia yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak. Cadangan Penghapusan Aktiva yang Diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Modal Kuasi adalah modal yang didukung instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. Pinjaman Sub Ordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia pada Akhir Desember 2001, bank yang dinyatakan sehat harus memiliki CAR (Capital Adequacy Ratio) minimum 8%. Rasio untuk faktor permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghilangkan resiko. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki oleh bank dan jumlah aktiva tertimbang. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) adalah
sejumlah aktiva bank baik produktif maupun tidak produktif yang besarnya dapat diketahui melalui perhitungan perkalian nilai nominal masing-masing jenis dengan bobot resiko dari masing-masing aktiva. Rasio Kebutuhan Modal (CAR) dengan ATMR yang dirumuskan sebagai berikut. Modal Sendiri (Modal Inti = modal pelengkap) CAR =
x 100% ATMR (Aktiva Neraca = Aktiva Administrasi)
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Asset) Yang dimaksud dengan Aktiva Produktif menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 adalah : ”Penanam dana bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif”. Penilaian terhadap kulitas aktiva produktif suatu bank didasarkan pada dua jenis rasio yaitu rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan kedalam total aktiva produktif dan rasio pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif
yang dibentuk oleh bank
terhadap
penyisihan
pengahapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk. a) Rasio Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan terhadap Total Aktiva Produktif (BDR)
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva Bank Umum, maka aktiva produktif meliputi : Kredit
adalah
penyediaan
uang
atau
tagihan
yangdapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjammeminjam antar bank dengan pihak lain yang diwajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Surat Berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, obligasi sekuritas kredit atau setiap derivatif atau kepentingan lain, atau surat kewajiban dari penerbut yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang dan pasar modal. Penempatan adalah penanaman dana bank pada bank lainnya yang berupa Giro, Call Money, Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito Kredit yang diberikan pada penempatan lainnya. Tagihan Akseptasi adalah tagihan yang timbul sebagi akibat akseptasi yang dilakukan terhadap wesel berjangka. Surat Berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali adalah pembelian surat berharga dari pihak lain yang dilengkapi dengan perjanjian untuk menjual kembali kepada pihak lain yang dilengkapi dengan perjanjian untuk menjual kembali kepada pihak lain tersebut peda akhir periode dengan harga atau imbalan yang telah disepakati sebelumnya (Reserve Repurchase Agreement).
Tagihan Derivatif adalah tagihan karena potensi keuntungan dari suatu perjanjian/kontrak transaksi derivatif (selisih positif antar nilai kontrak dengan nilai wajar transaksi derivatif pada tanggal laporan), termasuk potensi keuntungan karena mark to market dari transaksi spot yang masih berjalan. Penyertaan Modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada bank atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki saham pada bank dan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan lainnya. Penyertaan Modal Sementara adalah penyertaan modal oleh bank pada perusahaan peminjam untuk mengatasi kegagalan kredit (Debt to Equity Swap), termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi (Convertible Bond) dengan opsi saham (Equity Options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat bank memiliki saham pada perusahaan peminjam. Transaksi Rekening Administratif adalah kewajiban komitmen dan kontijensi yang antara lain meliputi penerbitan jaminan, letter of credit (L/C), Stand Letter of Credit (SLBC), dan atau kewajiban komitmen dan kontijensi lain, kecuali fasilitas kredit yang belum ditarik.
Besarnya nilai kualitas aktiva produktif yang diklasifikasikan suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus Bad Debt Ratio (BDR) suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan BDR =
x 100 % Total Aktiva Produktif
b) Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia no. 31/48/KEP/DIR tanggal 12 Novenber 1998, setiap Bank Umum wajib membentuk cadangan khusus yang ditujukan guna menampung kemungkinan kerugian yang terjadi akibat penurunan kualitas aktiva produktif. Cadangan ini dibentuk dengan menyisihkan sebagian laba dan merupakan persetujuan pemegang saham bank yang dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya nilai rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif suatu bank dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cadangan yang Diklasifikasikan sebagai berikut : PPAP yang telah dibentuk PPAP =
x 100% PPAP yang wajib dibentuk
3. Faktor Management (Manajemen) Penialaian manajemen adalah untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat. Menurut
peraturan Bank Indonesia penialian manajemen menggunakan 100 buah pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen umum dan manajemen resiko. Penilaian manajemen umum untuk bank umum bukan devisa didasarkan pada 85 pertanyaan dan 100 pertanyaan untuk kegiatan usaha bank umum devisa. Ke-100 pertanyaan tersebut tyerbagi menjadi : a)
Komponen Manajemen Umum (40 Pertanyaan)
b)
Komponen Manajemen Resiko (60 Pertanyaan)
Menurut Payamata dan Machfoed (1999) penilaian manajemen juga dapat diukur, berdasarkan kemampuannya memperoleh margin, yaitu dengan rumus sebagai berikut : Laba Bersih NPM =
x 100% Pendapatan Operasional
Menurut Rivai dkk. (2007:p.1358) : “Net Profit Margin adalah rasio yang dapat memberikan jawaban akhir tentang seberapa efektif manajemen mengelola perusahaan”.
4. Faktor Earning (Rentabilitas) Dalam penilaian kesehatan bank, rentabilitas diartikan sebagai kemampuan bank dalam menghasilkan laba ditinjau dari besarnya volume usaha bank dan besarnya biaya opersional yang dikeluarkan bank dalam menghasilkan pendapatan opersionalnya. Selain itu rasio rentabilitas bank bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (1999:31,28) Rentabilitas adalah : kemampuan bank untuk memperoleh laba. Menurut
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997, Penilaian rentabilitas untuk mengukur tingkat kesehatan bank didasarkan pada dua rasio yaitu : a) Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Rata-rata Volume Usaha (ROA) Besarnya nilai Return on Total Asset atau rasio laba sebelum pajak 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama, adapun rumusnya sebagi berikut : Laba sebelum pajak ROA = Total Aktiva
x 100%
Besarnya nilai (angka) untuk ”laba sebelum pajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan rata-rata total aktiva dapat dilihat pada neraca. b) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Besarnya nilai BOPO dapat dihitung sebagai berikut :
Biaya Operasional BOPO =
x 100%
Pendapatan Operasional Besarnya angka untuk biaya operasional maupun untuk pendapatan
Beban operasional dapat dilihat pada perhitungan laba rugi laporan keuangan bank yang bersangkutan dalam laporan laba rugi, beban dan
pendapatan tidak terlihat karena sudah termasuk dalam beban dan pendapatan operasional. 5) Penilaian Liquidity (Likuiditas) Pengertian likuiditas menurut SAK yang tertuang dalam PSAK No.31 (2002:31.2) adalah : ”kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya kepada semua pihak sewaktu-waktu dapat menarik atau mencairkan simpanan dan komitmen lainnya”.
Berdasarkan
Surat
Keputusan
Direksi
Bank
Indonesia
No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 penilaian terhadap aspek likuiditas didasarkan pada rasio kredit terhadap dana yang diterima atau lebih dikenal dengan Loan to Deposit ratio (LDR), dengan Rumus sebagi berikut : Jumlah kredit yang diberikan LDR
=
x 100% Total dana dana yang diterima
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 dana yang diterima meliputi : a) Giro, Tabungan, dan deposito masyarakat. b) Kredit Likuiditas bank Indonesia (KLBI), yaitu Volume pemberian kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia Kepada bank yang bersangkutan. c) Sertifikat Deposito dan deposito Berjangka. d) Modal Inti.
e) Modal Pinjaman. f) Surat Berharga Yang Diterbitkan. g) Pinjaman yang diterima.
Menurut Juli Irmayanto (2000:90) : LDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan kepada masyarakat. Kredit disini merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak termasuk kredit kepada bank lain.
D. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan pernah dilakukan sebelumnya, antara lain adalah penelitian mengenai perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan yang dilakukan dengan pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara bank pemerintah, bank swasta nasional, dan swasta asing serta bank publik. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari Return On Asset, Net Profit Margin, dan return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank public mempunyai tingkat efisiensi diatas rata-rata seluruh bank, sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta nasional secara kesuluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank, (Ventje, 1993).
Di Indonesia pernah juga dilakukan penelitian terhadap efisiensi perbankan dengan menggunakan pendekatan Frontier Economic. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah total biaya perbankan, sedangkan variable independennya antara lain adalah demand deposit, saving deposit, time deposit, loan, ratio profit per jumlah tenag kerja dan ratio profit per modal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan Indonesia secara umum menjadi makin efisien setelah adanya deregulasi 1988, (Goeltom, 1997). Penelitian lain mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada bank devisa dan non devisa yang didasarkan pada Return on Equity, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio pernah dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dengan bank non devisa sebelum krisisi ekonomi, (Wijaya, 1998). Penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan juga
pernah
dilakukan
sebelumnya
yaitu
penelitian
mengenai
perbandingangan kinerja pada industri perbankan yang dilakukan dengan pengujian secara empiris terhadap kinerja bank devisa dan bank non devisa pada periode krisi ekonomi didasarkan pada Return on Equity, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dengan bank non devisa pada periode krisisi ekonomi jika dilihat dari variable
Return on Equity dan Return on Asset. Perbedaan kinerja terlihat secara nyata jika dilihat dari variable Loan to Deposit Ratio (Febryani dan Zulfadin, 2003). Penelitian tentang kinerja industri perbankan juga dilakukan mengenai perbandingan kinerja bank devisa dan bank non devisa periode 2002-2006, penelitian tersebut juga didasarkan pada rasio Return on Equity, Return on Asset, dan Loan to Deposit Ratio. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dengan bank non devisa pada periode 2002-2006 (Maharani dan Toto, 2007). Sedangkan Almilia dan Herdiningtyas (2002) meneliti tentang analisis rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 2000-2002. hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan BOPO secara statistic berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami kondisi kesulitan keuangan. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistic signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sector perbankan.
B. Kerangka Pemikiran Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keungan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (Surplus Unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (Deficit Unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank mempunyai arti penting dalam kegiatan bisnis dewasa ini, sehingga perlu diketahui bagaimana sebenarnya kinerja keuangan bank dalam menjalankan usahanya. Sehubungan dengan hal tersebut maka digunakan rasio CAMEL melalui analisa laporan keuangan bank yang bersangkutan. Rasio CAMEL menilai beberapa aspek kuangan bank, yaitu aspek Permodalan (CAR), Kualitas Aset (BDR dan PPAP), Manajemen (NPM), Rentabilitas (ROA dan BOPO), dan Likuiditas (LDR). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat apakah kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan rasio-rasio keuangan memberikan indikasi yang berbeda antara bank devisa dengan bank non devisa. Dari analisa tersebut diharapkan dapat diketahui bagaimana perbedaan kinerja keuangan dari bank devisa dan bank non devisa. Untuk melihat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa. Dalam penelitian ini sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui metode statistik yan akan digunakan. Jika data berdistribusi
normal maka uji statisktik parametrik yang akan digunakan, namun jika sebaliknya jika data berdistribusi tidak normal maka uji non parametrik yang akan digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan OneSample Kolmogorov-Smirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas data ini adalah dengan melihat probabilitas asymp. Sig (2-tailed), jika probabilitas asymp. Sig (2tailed) > 0,05 maka data mempunyai distribusi normal, sebaliknya jika < 0,05 maka data mempunyai distribusi yang tidak normal. Selanjutnya hipotesis yang pertama (H1) ini akan diuji dengan menggunakan Uji Independent Sample T-Test jika data berdistribusi normal, jika data berdistribusi tidak normal maka akan di uji dengan menggunakan
Uji Mann-Whitney Test.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak berhubungan (Independent) anatara bank devisa dengan bank non devisa. Jika probabilitas > 0,05 maka bearti tidak ada perbedaan yang signifikan, dan sebaliknya jika probabilitas < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua sampel tersebut. Kemudian pada Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini akan menggunakan regresi logistik untuk menguji pengaruh rasio keuangan secara keseluruhan terhadap bank devisa dan bank non devisa. Uji regresi logistik digunakan karena pada pengujian ini memiliki variabel dependen yang menggunakan dummy dan memeiliki variabel independen yang diukur dengan skala rasio (Windarti, 2002:24), sebelum menggunakan uji regresi logistik terlebih dahulu akan dilakukan pengujian dengan mengggunakan metode
enter, karena penelitian memiliki satu variabel dependen berupa data nominal yang memiliki dua kriteria (variabel binary), langkah analisis segresi sebagai berikut : 1. Penilaian keseluruhan model menggunakan nilai -2 loglikelihood untuk melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kinerja keuangan bank devisa. -2loglikelihood ditransformasikan menjadi -2 log L dimana output spss memberikan dua nilai yaitu pertama untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan -2 log L yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas, jika terjadi penurunan dalam nilai -2 log L pada blok kedua jika dibandingkan dengan blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model kedua regresi menjadi lebih baik. 2. Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square yang meniru ukuran koefisien R2 pada regresi linear berganda. R2 pada regresi berganda intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien nagelkerke R Square umumnya lebih besar dari nilai koefisien Cox dan Snell R Square 3. Uji Chi Square Hosmer dan Lemeshow digunakan untuk menilai kelayakan model regresi dengan menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Asymp.sig > ( α) 0,05 berarti keputusan yang diambil adalah menerima H0 yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati artinya model regresi logistik bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. 4. Menilai ketepatan prediksi klasifikasi menggunakan tabel klasifikasi 2 X 2 (Classification Table) yang terdapat pada hasil spss pada model regresi logistik digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan yang salah (incorrect) pada kolom merupakan 2 nilai prediksi dari variabel dependen yaitu bank devisa (0) dan bank non devisa (1), sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya yang sesuai dengan data aktual. 5. Uji Wald Statistics pada tabel variabel in the equation digunakan untuk menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan. Dasar pengambilan keputusan, jika probabilitas > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengn bank non devisa dan sebaliknya.
Untuk lebih jelas alur penelitian ini, maka Secara skematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut : Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran KINERJA BANK
BANK DEVISA
BANK NON DEVISA
LAPORAN KEUANGAN BANK
ANALISIS RASIO CAMEL
CAPITAL
CAR
ASSETS
BDR
MANAGEMENT
PPAP
NPM
UJI NORMALITAS
EARNINGS
ROA
BOPO
REGRESI LOGISTIK
INTERPRETASI INDEPENDENT SAMPLE TEST
MANN-WHITNEY TEST KESIMPULAN
INTERPRETASI
KESIMPULAN
LIQUIDITY
LDR
D. Hipotesis
Perumusan Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1
: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio keuangan CAMEL bank devisa dan bank non devisa dengan uji beda Mann-Whitney Test.
H2
: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio keuangan CAMEL bank devisa dan bank non devisa dengan uji beda Independent sample T Test.
H3
: Rasio-rasio keuangan CAMEL (CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR) dapat mempredkisi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Metodologi merupakan suatu sistem atau cara bekerja di bidang yang bersifat sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang memadai dalam penelitian yang bersifat ilmiah. Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahunan sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa sebagai sampelnya. Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan keuangan tahunan bank devisa dan bank non devisa selama periode 2003-2007 yang dipublikasikan di Bank Indonesia. Adapun laporan-laporan keuangan pada penelitian ini diambil dari neraca dan laporan laba rugi yang akan diubah menjadi rasio-rasio keuangan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Variabel dalam penelitian ini adalah rasio-rasio CAMEL yang terdiri dari Rasio Capital diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio Assets diwakili oleh rasio Bad Debt Ratio (BDR) dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), rasio Management diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM), rasio Earnings diwakili oleh rasio Return on Asset (ROA) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan rasio Liquidity yang diwakili oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio-rasio
ini yang kemudian dijadikan variabel independen (X), sedangkan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah bank devisa dan bank non devisa..
B. Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (Purposive Sampling). Ada dua jenis metode penentuan sampel ini, yaitu ; pemilihann sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling) dan pemilihan sampel berdasarkan kuota.
Penelitian ini
menggunakan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan ((judgment Sampling), yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya dieproleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, pada umumnya disesuaikan
dengan
tujuan
atau
masalah
penelitian
(Indriyanto
&
Supomo,2002:131). Dipilihnya periode 2003-2007 sebagai periode yang akan diteliti dalam penelitian ini karena pada periode-periode tersebut krisis perbankan yang pada tahun 1998 sedikit demi sedikit telah mengalami perbaikan kinerja. Dunia perbankakan telah memperbaiki sistem manajemen dan pengendalian perbankan untuk lebih hati-hati dalam menjalankan bisnisnya. Periode 20032007 diharapkan dapat dijadikan cerminan sebagai periode pasca krisis ekonomi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bank devisa, maka sebagai perbandingan peneliti juga menggunakan sampel dari sepuluh bank non devisa agar hasil penelitian lebih representatif.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sebagai berikut : Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain : 1. Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan perbankan yang telah merilis laporan keuangan tahunan periode 2003-2007. 2. Sampel penelitian terdiri dari sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa. Untuk lebih jelasnya mengenai sampel dalam penelitian ini, maka akan disajikan dalam Tabel 3.1.
No
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian Bank Devisa dan Bank Non Devisa Bank Devisa Bank Non Devisa
1.
PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk
2.
PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk PT. Bank Dipo Internasional
3.
PT. Bank BUKOPIN, Tbk
PT. Bank Eksekutif Internasional
4.
PT. Bank DANAMON, Tbk
PT. Bank FAMA Internasional
5.
PT. Bank LIPPO, Tbk
PT. Bank HARDA Internasional
6.
PT. Bank MEGA, Tbk
PT. Bank Index Selindo
7.
PT. Bank NIAGA, Tbk
PT. Bank Indomonex
8.
PT. Bank NISP, Tbk
PT. Bank Jasa Arta
9.
PT. Bank PERMATA, Tbk
PT. Bank Mayora
10. PT. Bank SWADESI, Tbk
PT. Bank AKITA
PT. Bank Swaguna
3. Sampel penelitian dipilih berdasarkan urutan asset terbesar (peringkat1-10) baik bank devisa maupun bank non devisa yang ditetapkan bank Indonesia pada akhir tahun 2007. 4. Data laporan keuangan tahunan konsolidasi, neraca dan laporan rugi laba periode 2003-3007 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia merupakan data yang akan diolah.
C. Metode Pengumpulan Data Indriantoro dan Supomo (2002:146-147) teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan data dokumenter adalah jenis data penelitian berupa laporan keuangan konsolidasi yang terdiri dari laporan keuangan konsolidasi, neraca dan laporan rugi laba bank devisa dan bank non devisa. Menurut Indriantoro dan Supomo data documenter adalah : ”Data Dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program.”
Sumber data yang diperoleh adalah data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang melalui penelusuran secara manual yang disajikan dalam
format kertas hasil cetakan (Indriantoro dan Supomo, 2002:151), dimana dalam penelitian ini data tersebut berupa laporan keuangan konsolidasi, neraca dan laporan rugi laba bank devisa dan bank non devisa tahun periode 20032007 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI).
Penelitian ini juga
mengambil data dari berbagai media massa, seperti Jurnal, Koran, Majalah dan Internet.
D. Metode Analisis Pengujian hipotesis menggunakan program spss (saentific program for social science) versi 14.0 for windows. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan ukuran statistik deskriptif yang digunakan adalah minimum, maksimum, mean dan standar deviasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:170) 2. Uji Normalitas Data Uji normalitas data akan dilakukan dengan uji one-sampel kolmogorovsmirnov test, menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:107) Uji Kolmogorov-Smirnov sangat membantu peneliti untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi secara normal atau data yang tidak berdistribusi normal. Almilia dan Herdiningtyas (2005) Jika data tidak normal maka dilakukan uji beda nonparametrik dengan
mengunakan Mann Whitney U sebaliknya jika data normal digunakan Independent T-Test Menurut Imam Ghozali (2005:30) Hipotesis dalam uji one sample kolmogorov-smirnov adalah : Hipotesis nol (Ho)
: Data terdistribusi secara normal.
Hipotesis Alternatif (Ha)
: Data tidak terdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusannya adalah probabilitas asymp. Sig (2tailed) > 0.05 maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sebaliknya jika probabiliats asymp.sig (2-tailed) < 0.05 dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal (Singgih Santoso, 2002:36). 3. Independent Samples T-Test Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai ratarata dengan standar eror dari perbedaan rata-rata dua sampel dalam nilai rata-rata terdistribusi secara normal (Imam Ghozali, 2005: 56) :
Dimana : µ1
: Rata-rata sampel pertama
µ2
: Rata-rata sampel kedua
S.E
: Standar Error perbedaan rata-rata kedua sampel.
Menurut Dwi Priyanto (2008:95) Sebelum dilakukan Uji T Test dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s Test), artinya jika varian sama maka Uji T menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda mengunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Hipotesisi Uji F sebagai berikut : H0
= Kedua varian adalah sama (varian TLTA perusahaan FD dan TLTA NFD adalah sama).
Ha
= Kedua varian adalah berbeda (varian TLTA perusahaan FD dan TLTA NFD adalah berbeda)
Dasar pengambilan keputusan : Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima. Jika Asymp.sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak. Hipotesis Independent Sample T-test ini (Stanislaus, 2006: 114) adalah: H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa. Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa. Jika hasil Levene’s Test menunjukkan bahwa varian kedua populasi sama atau berbeda. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima sedangkan t hitung > t tabel maka H0 ditolak. Dasar pengambilan keputusan probabilitas:
Jika Asymp.Sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima. Jika Asymp.Sig (2-tailed) < 0.05 maka H0 ditolak. 4. Uji Mann-Whitney Statistika nonparametrik digunakan bila asumsi distribusi dari statistik parametrik tidak terpenuhi. Salah satu uji statistik nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney (Mann-Whitney test) disebut juga uji U. Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji t dua sampel independent dengan tujuan melakukan uji beda statistik nonparametrik. Ada dua kriteria utama yang digunakan untuk menentukan apakah uji statistik nonparametrik diperlukan (Stanislaus, 2006:265) : a. Jika asumsi normalitas dan kesamaan variance (homoscedasticity) tidak dapat terpenuhi, terutama untuk sampel kecil. b. Jika data diukur pada skala ordinal atau nominal. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini : H0 : µ1 = µ2 = Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa. Ha : µ2 ≠ µ2 = Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa. Dasar pengambilan keputusan : Jika Asymp. Sig (2-Tailed) > 0.05 maka Ho diterima. Jika Asymp. Sig (2-Tailed) < 0.05 maka Ho ditolak. 2. Analisis Regresi Logistik Binary a. Definisi Regresi Logistik
Menurut
Stanislaus
(2006:225)
Analisis
Regresi
Logistik
digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen x1,x2,...,xk terhadap variabel dependen Y yang berupa variabel kategorik (binomial, multinomial atau ordnal) atau untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen Y (yang berupa variabel kategorik) berdasarkan niali variabel-variabel independen x1,x2,...,xk. SPSS menyediakan tiga prosedur regresi logistik, yaitu :Regresi Logistik Biner (Binary Logistic Regression), Regresi Logistik Multinomial (Multinomial Logistic Regression), Regresi Logistik Ordinal (Ordinal Logistic Regression). Regresi Logistik Biner adalah regresi logistik dimana variabel dependennya berupa variabel dikotomi atau variabel biner. Contoh variabel dikotomi atau variabel biner adalah sukses-gagal, ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, hadir-bolos, pria-wanita, bank devisa-bank non devisa, dan lain sebagainya. Regresi Logistik Binary sangat tepat digunakan untuk melakukan pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel respons bertipe categorical dua pilihan. Nilai kemungkinan kejadian berada pada rentang 0-1. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier biasa dimana nilai variabel dependen (variabel respons) bisa bernilai < 0 atau > 1. (Trihendradi, 2007: 63).
Penggunaan
regresi
logistik
tidak
mensyaratkan
adanya
multivariate normal distribution karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Imam Ghozali, 2005:211). b. Nilai Odds Ratio Probabilitas kadang-kadang digunakan dalam
istilah odds.
Hubungan antara probalilitas variabel dependen (Y) dan variabel independen (X) adalah non-linear, sedangkan hubungan antara log dari odds dan variabel independen (X) adalah linear. (Imam Ghozali, 2005:214). Menurut Cornelius Trihendradi (2007:64) kemungkinan kejadian (probabilitas) dapat ditranformasikan dengan nilai z (odds). Nilai z menunjukkan propensity towards atau kecenderungan kepada suatu kejadian. Semakin tinggi nilai z, semakin besar kecenderungan untuk kinerja keuangan Bank devisa lebih tinggi dari pada kinerja keuangan Bank Non Devisa.Odds dan probabilitas memberikan informasi yang sama, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Peneliti dapat merubah odds menjadi probabilitas atau sebaliknya. Hubungan kenungkinan kejadian dengan odds sebagai berikut:
Atau
Dimana : = Kemungkinan (probabilitas) kejadian pada case i Zi atau odds
= Nilai kecenderungan suatu kejadian pada case i
Nilai odds diasumsikan berhubungan linear dengan variabel prediktor (Variabel independen): Oddsi = b 0 + biXi1 + b 2Xi2 + ...+ bpXip Dimana: Xij = Variabel prediktor j dengan case i b j = Koefisien variabel prediktor j p
= Jumlah variabel prediktor.
Jadi, probabilitas adalah :
Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen x1,x2,...,xk terhadap variabel dependen (Y) yang berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua nilai atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen (Y) (yang berupa variabel biner) berdasarkan nilai variabel independen x1,x2,...,xk Bentuk umum regresi logistik biner adalah (Stanislaus, 2006:226).
Dimana : β0
= konstanta
β1-7
= koefisien
Bank Devisa = Probabilitas bahwa faktor atau covariate ke-Bank Devisa punya
respon 0 dari respons regresi logistik biner yang
mempunyai nilai 1 (Bank Non Devisa) dan 0 (1-Bank Devisa = Bank Non devisa) X1
= Prediktor ke-1, CAR (Capital Adequacy Ratio)
X2
= Prediktor ke-2, BDR (Bad Debt Ratio)
X3
= Prediktor ke-3, PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif)
X4
= Prediktor ke-4, NPM (Net Profit Margin)
X5
= Prediktor ke-5, ROA (Return On Asset)
X6
= Prediktor ke-6, BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
X7
= Prediktor ke-7, LDR (Loan to debt Ratio)
c. Nilai -2 Loglikehood Ratio Penilaian keseluruhan model menggunakan nilai -2 loglikelihood untuk melihat model yang lebih baik dalam memprediksi kemungkinan kinerja keuangan Bank Devisa. -2 loglikelihood ditransformasikan menjadi -2 log L dimana output spss memberikan dua nilai yaitu pertama untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan -2 log L yang kedua untuk model dengan konstanta dan variabel bebas, jika terjadi penurunan dalam nilai -2 log L pada blok kedua jika dibandingkan dengan blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model kedua regresi menjadi lebih baik (Imam Ghozali, 2005:218).
d. Koefisien Cox dan Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit di interpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell R dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat di interpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Imam Ghozali, 2005:219). Koefisien determinasi (R2) pada regresi berganda pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel indenpenden dalam menjekaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005:83). Nilai koefisien Nagelkerke’s R Square umumnya lebih besar dari nilai koefisien Cox dan Snell’s R Square tapi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi R2 pada regresi linear berganda (Stanislaus, 2006:236).
e. Hosmer and lemeshow’s Goodness of Fit Test Keputusan penolakan atau penerimaan hipotesis dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Hipotesis sebagai berikut : Ho
= Tidak terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.
Ha = Terdapat perbedaaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Jika nilai Hosmer and lemeshow goodness of fit statistic sama dengan atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikansi antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit Model tidak baik, karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol diterima, berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. (Ghozali, 2005:219). f. Ketepatan Prediksi Klasifikasi Tabel klasifikasi 2 X 2 digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan yang salah (incorrect). Pada kolom merupakan 2 nilai prediksi dari variabel dependen yaitu, Bank Devisa
(0) dan Bank Non Devisa (1), sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya yang sesuai dengan data aktual. Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100% (Imam Ghozali, 2005:220). Jika model logistik mempunyai asumsi homoskedastisitas maka semua kasus akan berada di daerah diagonal dengan ketepatan nilai 100% tetapi model logistik tidak mempunyai asumsi homoskedastisitas (Stanislaus, 2006:234). g. Uji Wald Statistics Uji wald pada tabel Variabels In The Equation digunakan untuk menguji apakah masing-masing koefisien regresi logistik signifikan. Untuk uji hipotesis masing-masing variabel sebagai berikut : Ho
= Tidak terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan bank devisa dengan rasio keuangan bank non devisa.
Ha
= Terdapat perbedaan signifikan pada rasio keuangan
Bank
devisa dengan rasio keuangan bank non devisa. Dasar Pengambilan Keputusan : Jika Asymp.Sig > 0,05 maka H0 diterima. Jika Asymp.Sig < 0,05 maka H0 ditolak.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian
yang digunakan terdiri dari variabel
independen dan variabel dependen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa yang dikaitkan dengan rasio CAMEL yang diambil dari neraca dan laporan rugi laba. Rasio CAMEL tersebut terdiri dari rasio CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR sebagai variabel independen. Adapun operasional dan pengukuran variabel panelitian yang penulis gunakan sebagai berikut : 1. Rasio Capital. Rasio capital diwakili oleh rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki untuk menunjang aktiva
yang
mengandung atau menghasilkan resiko. CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Modal sendiri (Modal Inti = modal pelengkap) CAR =
x 100% ATMR (Aktiva Neraca = Aktiva Administrasi
2. Rasio Assets. Rasio assets diwakili oleh rasio Bad Debt Ratio (BDR) dan Rasio (Penyisihan Penghapusan Aktifa Produktif (PPAP). a) Bad Debt Ratio (BDR)
Rasio BDR digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva produktif yang diklasifikasikan dari total aktiva produktif yang dimiliki oleh sebuah bank. Semakin rendah BDR, maka senakin bagus kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh bank tersebut, karena total aktiva produktif yang dimilikinya tergolong lancar. Rumus BDR adalah sebagai berikut : Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan BDR =
x 100 % Total Aktiva Produktif
b) Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Rasio PPAP menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk. Semakin besar rasio ini maka kemungkinan kinerja keuangan bank lebih baik. Penghitungan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku (SE BI no.3/30DPNP tgl,14/12/32001). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : PPAP yang telah dibentuk PPAP =
x 100% PPAP yang wajib dibentuk
3. Rasio Management Rasio ini diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM). rasio Net Profit Margin (NPM) menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank
dibandingkan
dengan
pendapatan
yang
diterima
dari
kegiatan
operasionalnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Laba Bersih NPM =
x 100% Pendapatan Operasional
4. Rasio Earnings. Rasio Earnings diwakili oleh rasio Return On Asset (ROA) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). a) Return On Asset (ROA). Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkuatan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh bank, sehingga kemungkinan kinerja keuangannya lebih baik. Rumus rasio ROA sebagai berikut : Laba sebelum pajak ROA =
x 100% Total Aktiva
b) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio BOPO semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan kinerja keuangan bank tersebut lebih baik.. Rumus rasio BOPO sebagai berikut : Biaya Operasional BOPO =
x 100% Pendapatan Operasional
5. Rasio Liquidity Rasio Liquidity diwakili oleh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR digunakan untuk meniali likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan kinerja keuangan bank semakin buruk.
Jumlah kredit yang diberikan LDR
=
x 100% Total dana pihak ketiga
6. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel X, atau variabel yang diduga sebagai akibat (Indriyantoro dan supomo, 2002:63). Varaibel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank Devisa dan Bank Non Devisa. Pengukuran variabel ini adalah menggunakan dummy, diamana dummy ”0” untuk variabel bank devisa, sedangkan dummy ”1” untuk bank non devisa.
.BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Bank Indonesia 1. Sejarah Singkat Bank Indonesia. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan konsolidasi tahunan yang berakhir setiap tanggal tutup buku 31 Desember pada bank-bank devisa dan bank-bank non devisa yang dipublikasikan di Bank Indonesia. Alasan Bank Indonesia dipilih sebagai sumber dari objek penelitian ini karena sitiap bank yang beroperasi di Indonesia harus memberikan laporan keuangannya kepada Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mengawasi kinerja dari seluruh bank. Bank Indonesia mempunyai otoritas untuk menentukan kebijakan terkait dengan kinerja bank di Indonesia yang bersifat mengikat. Sistem perbankan pertama kali dikenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada saat penjajahan. Pada tahun 1746, VOC di Jawa mendirikan De Bank Van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank Van Leening pada tahun 1752. bank tersebut adalah bank yang pertama kali berdiri di Indonesia yang kemudian pada tanggal 24 Januari 1828 Pemerintah Hindia belanda mendirikan Bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1953 Pemerintah Republik Indonesia menasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia yang resmi terbentuk sebagai Bank Sentral Indonesia. 2. Status dan Kedudukan Bank Indonesia a) Lembaga Negara yang Independen Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan UU. No 3/2004 tanggal 15 Januari 2004. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen dan bebas dari
campur
tangan
Pemerintah
ataupun
pihak
lainnya.
Sebagai suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undangundang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. b) Sebagai Badan Hukum Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai
badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undangundang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan. 3. Misi Bank Indonesia Mencapai
dan
memelihara
kestabilan
nilai
rupiah
melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan
untuk
pembangunan
nasional
jangka
panjang
yang
berkesinambungan. 4. Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. 5. Nilai-nilai Bank Indonesia a) Kompetensi, b) Integritas, c) Transparansi, d) Akuntabilitas, e) Kebersamaan. 6. Sasaran Strategis Bank Indonesia
Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu : a) Terpeliharanya Kestabilan Moneter, b) Terpeliharanya Stabilitas Sistem Keuangan, c) Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat dan akuntabel, d) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter, e) Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan pengawasan bank, surveillance sektor keuangan, dan manajemen krisis serta (ii) mendorong fungsi intermediasi, f) Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran, g) Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem informasi, h) Memperkuat institusi melalui good governance, efektivitas komunikasi dan kerangka hukum. 7. Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara Dilhat dari sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan BI sebagai lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah Agung. Kedudukan BI juga tidak sama dengan Departemen karena kedudukan BI berada di luar pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar BI dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai Otoritas Moneter secara lebih efektif dan efisien. Meskipun BI berkedudukan sebagai lembaga negara independen,
dalam melaksanakan tugasnya, BI mempunyai hubungan kerja dan koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, Pemerintah dan pihak lainnya. Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, BI setiap awal tahun anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter dan rencana kebijakan moneter yang akan datang. Khusus kepada DPR, pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, BI menyampaikan rencana dan realiasasi anggaran tahunan kepada Pemerintah dan DPR. Dalam hubungannya dengan BPK, BI wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada BPK. 8. Hubungan BI dengan Pemerintah (Hubungan Keuangan) Dalam hal hubungan keuangan dengan Pemerintah, Bank Indonesia membantu menerbitkan dan menempatkan surat-surat hutang negara guna membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanpa diperbolehkan membeli sendiri surat-surat hutang negara tersebut. Bank Indonesia juga bertindak sebagai kasir Pemerintah yang menatausahakan rekening Pemerintah di Bank Indonesia, dan atas permintaan Pemerintah, dapat menerima pinjaman luar negeri untuk dan atas nama Pemerintah Indonesia. Namun demikian, agar pelaksanaan tugas Bank Indonesia benar-benar terfokus serta agar efektivitas pengendalian moneter tidak terganggu, pemberian kredit kepada Pemerintah guna mengatasi deficit spending -
yang selama ini dilakukan oleh Bank Indonesia berdasarkan undangundang yang lama - kini tidak dapat lagi dilakukan oleh Bank Indonesia. 9. Hubungan BI dengan Pemerintah (Independensi dalam Interdepen) Meskipun Bank
Indonesia
merupakan
lembaga
negara
yang
independen, tetap diperlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara keseluruhan. Koordinasi di antara Bank Indonesia dan Pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia. Dalam sidang kabinet tersebut Pemerintah dapat meminta pendapat Bank Indonesia. Selain itu, Bank Indonesia juga dapat memberikan masukan, pendapat serta pertimbangan kepada Pemerintah mengenai Rancangan APBN serta kebijakan-kebijakan lain yang berkaitan dengan tugas dan wewenangnya. Di lain pihak, Pemerintah juga dapat menghadiri Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan hak bicara tetapi tanpa hak suara. Oleh sebab itu, implementasi independensi justru sangat dipengaruhi oleh kemantapan hubungan kerja yang proporsional di antara Bank Indonesia di satu pihak dan Pemerintah serta lembaga-lembaga terkait lainnya di lain pihak, dengan tetap berlandaskan pembagian tugas dan wewenang masingmasing. 10. Kerjasama BI dengan Lembaga lain
Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan tugasnya, BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU), keputusan bersama (SKB), serta perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan hukum yang lebih efektif. Beberapa Kerjasama dimaksud adalah dengan pihak-pihak sebagai berikut : a) Departemen Keuangan (MoU tentang Mekanisme Penetapan Sasaran, Pemantauan, dan Pengendalian Inflasi di Indonesia, MoU tentang BI sebagai Process Agent di bidang pinjaman dan hibah luar negeri Pemerintah, SKB tentang Penatausahaan Penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam rangka penyehatan perbankan), b) Kejaksaan Agung & Kepolisian Negara : SKB tentang kerjasama penanganan tindak pidana di bidang perbankan, c) Kepolisian Negara RI dan Badan Intelijen Negara : MoU tentang Pemberantasan uang palsu, d) Menkokesra, Kementrian Koperasi dan UKM : MoU bidang Pemberdayaan dan Pengembangan UMKM, e) Perhimpunan Pedagang SUN (Himdasun) : MoU tentang Penyusunan Master Repurchase Agreement (MRA).
11. Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Penelitian ini dilakukan pada bank-bank devisa dan bank-bank Non Devisa yang laporan keuangan tahunannya dipublikasikan di Bank Indonesia. Laporan keuangan yang digunakan sebagai objek penelitian berasal dari neraca dan laporan laba rugi bank yang bersangkutan. Adapun Bank-bank Devisa yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut : a) PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk., b) PT. BANK BUKOPIN, c) PT. BANK NIAGA Tbk., d) PT. BANK DANAMON INDONESIA Tbk., e) PT. BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk., f) PT. BANK LIPPO Tbk., g) PT. BANK MEGA Tbk., h) PT. BANK NISP Tbk., i) PT. BANK PERMATA Tbk., dan j) PT. BANK SWADESI Tbk., Sedangkan Bank-bank Non Devisa yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut : a) PT. BANK AKITA., b) PT. BANK DIPO INTERNASIONAL., c) PT. BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL., d) PT. BANK FAMA INTERNASIONAL.,
e) PT. BANK HARDA INTERNASIONAL., f) PT. BANK INDEX SELINDO., g) PT. BANK INDOMONEX., h) PT. BANK JASA ARTA., i) PT. BANK MAYORA., dan j) PT. BANK SWAGUNA.
B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik deengan menggunakan microsoft excel dan SPSS versi 16.0 untuk windows untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabelvariabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan sampel dengan metode purpossive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada bank devisa dan bank non devisa periode 2003-2007 berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini sebagai pedoman penentuan kinerja bank. Tujuan dari penyajian statistik deskriptif adalah untuk memberikan gambaran tentang data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Mean menggambarkan rata-rata (nilai tengah) dari penjumlahan seluruh data dibagi jumlah data yang ada. Proses pemilihan sampel menghasilkan 100 data observasi dari sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa untuk periode penelitian tahun 2003-2007. Pada tabel 4.1 dapat dilihat statistik deskriptif dari penulisan yang telah ditentukan.
Tabel 4.1 Tabel Statistik Deskriptif Data Sampel Penelitian Descriptive Statistics Std. N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Mean Statistic
Deviation
Std. Error
Statistic
CAR
100
9.76
38.25
17.3576
.62865
6.28648
BDR
100
.24
21.45
2.5912
.26872
2.68716
PPAP
100
.41
8.36
2.0967
.13575
1.35754
NPM
100
3.10
16.25
6.0225
.22086
2.20857
ROA
100
.08
7.38
2.2177
.15616
1.56156
BOPO
100
38.84
140.23
85.9417
1.36225
13.62247
LDR
100
19.95
103.33
66.3925
2.05123
20.51235
Valid N (listwise)
100
Rasio Capital dengan proxy CAR pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 17,3576, sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 9,76 dan 38,25 dan standar deviasinya adalah 6,28648. Rasio Assets dengan proxy BDR pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 2,5912, sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0,24 dan 21,45 dan standar deviasinya adalah 2,68716. Rasio Assets dengan proxy PPAP pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 20,967, sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0,41 dan 8,36 dan standar deviasinya adalah 1,35754.
Rasio Management dengan proxy NPM pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 6,0225 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 3,10 dan 16,25 dan standar deviasinya adalah 2,20857 Rasio Earnings dengan proxy ROA pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 2,2177, sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 0,08 dan 7,38 dan standar deviasinya adalah 1,56156. Rasio Earnings dengan proxy BOPO pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 85,9417 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 38,84 dan 140,23 dan standar deviasinya adalah 13,62247. Rasio Liquidity dengan proxy LDR pada bank devisa dan bank non devisa menunjukkan nilai rata-rata 66,3925 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah 19,95 dan 103,33 dan standar deviasinya adalah 20,51235
C. Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis pertama (H1) perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan One Sample klmogorovSmirnov Test dengan melihat tingkat signifikansi 5% untuk mngetahui metode uji beda statistik yang akan digunakan pada penelitian ini.
Jika data
terdsistribusi normal, maka alat uji beda yang akan digunakan adalah uji statistik parametrik uji Independent Sample T-Test, namun sebaliknya, jika data tidak terdistribusi dengan normal, maka alat uji beda yang akan digunakan adalah uji non parametrik uji Mann-Whitney Test.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak berhubungan (Independent) antara bank devisa dengan bank non devisa. Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah jika probabilitas > 0,05 maka berarti tidak ada perbedaan, dan sebaliknya jika probabuilitas < 0,05 bearti ada perbedaan asecara signifikan antara kedua sampel berikut. Tabel 4.2 adalah hasil penelitian mengenai perbedaan kinerja keuangan bank untuk uji normalitas dengan menggunkan One Sample KolmogorovSmirnov Test pada masing-masing rasio keuangan yang menjadi variabel bebasnya. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas Data One Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR N
100
Normal
Mean
BDR 100
PPAP
NPM
ROA
BOPO
LDR
100
100
100
100
100
17.3576 2.5912 2.0967
6.0225
2.2177
85.9417
66.3925
6.28648 2.68716 1.35754
2.20857
1.56156
1.36225E1
2.05123E1
a
Parameters Std. Deviation Most
Absolute
.154
.237
.157
.147
.166
.100
.083
Extreme
Positive
.154
.237
.157
.147
.166
.100
.048
Negative
-.113
-.194
-.127
-.093
-.095
-.091
-.083
1.542
2.374
1.572
1.468
1.657
.996
.827
.017
.000
.014
.027
.008
.274
.501
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test yang tampak pada Tabel 4.2 dapat diringkas dalam Tabel 4.3 sebagai berikut : No
Variabel Independen
Asymp. Sig Keterangan
Distribusi
1.
Capital Adequacy Ratio
0,017
P < 0,05
Tidak Normal
2.
Bad Debt Ratio
0,000
P < 0,05
Tidak Normal
3.
Penyisihan
0,014
P < 0,05
Tidak Normal
Penghapusan
Aktiva Produktif 4.
Net Profit Margin
0,027
P < 0,05
Tidak Normal
5.
Return On Asset
0.008
P < 0,05
Tidak Normal
6.
Beban Operasional Terhadap
0,274
P > 0,05
Normal
0,501
P > 0,05
Normal
Pendapatan Operasional 7.
Loan to Debt Ratio
Dari Hasil pengujian normalitas data pada Tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan bahwa : 1. Variabel CAR tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,017 < α = 0,05 maka Ho ditolak, Variabel CAR tidak terdistribusi dengan normal. 2. Variabel BDR tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,000 < α = 0,05 maka Ho ditolak, Variabel BDR tidak terdistribusi dengan normal. 3. Variabel PPAP tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,014 < α = 0,05 maka Ho ditolak, Variabel PPAP tidak terdistribusi dengan normal.
4. Variabel NPM tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,027 < α = 0,05 maka Ho ditolak, Variabel NPM tidak terdistribusi dengan normal. 5. Variabel ROA tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0.008 < α = 0,05 maka Ho ditolak, Variabel ROA tidak terdistribusi dengan normal. 6. Variabel BOPO signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,274 > α = 0,05 maka Ho diterima, Variabel BOPO terdistribusi dengan normal. 7. Variabel LDR tidak signifikan dengan Asymp. Sig. (2-Tailed) = 0,501 > α = 0,05 maka Ho diterima, Variabel LDR terdistribusi dengan normal. Dari hasil pengujian normalitas data diketahui bahwa Variabel CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, data tidak terdistribusi dengan normal, sedangkan variabel BOPO dan variabel LDR data tedistribusi dengan normal. Selanjutnya Uji Beda Mann-Whitney akan digunakan pada variabel-variabel yang tidak terdistribusi dengan normal, sedangkan Uji Beda Independent Sample T-Test akan digunakan pada variabel-variabel yang terdistribusi normal, karena hipotesis yang Pertama (H 1 ) ini diuji dua data sampel yang tidak saling berhubungan (Independent) yaitu antara bank devisa dan bank non devisa. Uji
Kolmogorov-Smirnov
Test
sangat
membantu
peneliti
untuk
mengetahui apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang terdistribusi dengan normal atau data yang tidak terdistribusi dengan normal. Almilia dan Herdiningtyas (2005:24) jika data tidak normal maka dilakukan Uji Beda Nonparametrik dengan menggunakan Mann-Whitney Test, sebaliknya jika
data terdistribusi normal digunakan Uji Parametrik dengan menggunakan Uji Sample Independent T-Test. D. Uji Mann-Whitney Test Uji ini dilakukan pada variabel-variabel rasio keuangan yang datanya tidak terdistribusi dengan normal dari uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian normalitas data diketahui bahwa rasio keuangan yang tidak terdistribusi dengan normal adalah variabel CAR, BDR, PPAP, NPM, dan Variabel ROA. Pada Uji Mann-Whitney Test terdapat dua hipotesis, yaitu : H0
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa.
H1
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa.
♦
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
♦
Jika probabilitas < 0,05, maka H1 ditolak. Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test. a
Test Statistics
CAR
BDR
Mann-Whitney U
761.000
873.500
1.194E3
558.000
768.000
Wilcoxon W
2.036E3
2.148E3
2.470E3
1.833E3
2.043E3
-3.371
-2.596
-.383
-4.771
-3.323
.001
.009
.702
.000
.001
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Kondisi
PPAP
NPM
ROA
Hasil Hasil Uji Beda Mann-Whitney Test yang tampak pada Tabel 4.3 dapat diringkas dalam Tabel 4.5 sebagai berikut :
Definisi Rasio
Tabel 4.5 Hasil pengujian Mann-Whitney Test Tipe Rasio Z Asymp.
Kesimpulan
Hitung
Sig.
(Ho)
Capital Adequacy Ratio
Capital
-3,371
0,001
Ditolak
Bad Debt Ratio
Assets
-2,596
0,009
Ditolak
Penyisihan Penghapusan
Assets
-0,383
0,702
Diterima
Net Profit Margin
Management
-4,471
0,000
Ditolak
Return On Assets
Earning
-3,323
0,001
Ditolak
Aktiva Produktif
Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa variabel-variabel rasio keuangan yang tidak terdistribusi normal berbeda antara bank devisa dan bank non devisa dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -3,371 dengan Asymp. Sig. (2tailed) = 0,001 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan CAR pada bank devisa dengan bank non devisa. 2. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -2,596 dengan Asymp. Sig. (2tailed) = 0,009 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan BDR pada bank devisa dengan bank non devisa.
3. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -0,383 dengan Asymp. Sig. (2tailed) = 0,702 > α = 0,05 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan PPAP pada bank devisa dengan bank non devisa. 4. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -4,471 dengan Asymp. Sig. (2tailed) = 0,000 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan NPM pada bank devisa dengan bank non devisa. 5. Uji Mann-Whitney memberikan nilai Z = -3,323 dengan Asymp. Sig. (2tailed) = 0,001 < α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan ROA pada bank devisa dengan bank non devisa. Hasil Uji Mann-Whitney menunjukkan H 0 ditolak pada empat rasio dan H 0 diterima pada satu rasio. Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari lima rasio keuangan yang diuji, empat rasio keuangan menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu satu rasio Capital (CAR), satu rasio Assets (BDR), satu rasio management (NPM), dan satu rasio Earnings (ROA), artinya bahwa terdapat perbedaan kinerja antara bank devisa dengan bank non devisa. Satu rasio lainnya, yaitu rasio assets (PPAP) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada level 5%. Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja antara bank devisa dan bank non devisa. Hasil Uji MannWhitney menunjukkan bahwa semakin kecil probabilitas signifikansi, maka semakin besar perbedaan rata-rata rasio CAR, BDR, NPM, dan ROA antara
bank devisa dengan bank non devisa. Begitu juga sebaliknya, semakin besar probabilitas signifikansi maka semakin kecil perbedaan rata-rata rasio PPAP antara bank devisa dengan bank non devisa. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdinigtyas (2005), yaitu CAR, BDR, NPM dan rasio ROA yang digunakan pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah mempunyai perbedaan yang signifikan. Sedangkan Almilia dan Herdinigtyas tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada rasio PPAP pada bank pada saat tahun periode penelitian
E. Uji Independent Sample T Test Uji Independent Sample T-Test dilakukan pada variabel-variabel rasio keuangan yang datanya terdistribusi dengan normal dari uji normalitas data. Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa rasio keuangan yang terdistribusi dengan normal adalah variabel CAR, BDR, PPAP, NPM, dan Variabel ROA. Pada Uji Independent Sample T-Test terdapat dua hipotesis, yaitu : H0
: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa.
H1
: Terdapat perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa.
♦
Jika probabilitas > 0,05, maka H 0 diterima.
♦
Jika probabilitas < 0,05, maka H 1 ditolak.
Tabel 4.6 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Variabel BOPO dan Variabel LDR Group Statistics
Kondisi BOPO
LDR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BANK DEVISA
50
80.3504
11.15077
1.57696
BANK NON DEVISA
50
91.5330
13.66710
1.93282
BANK DEVISA
50
60.6864
20.95365
2.96329
BANK NON DEVISA
50
72.0986
18.56329
2.62525
Pada output tabel group statistic terlihat bahwa rata-rata BOPO pada bank devisa adalah 80,3504 kali, sedangkan untuk bank non devisa 91,5330 kali. Kemudian rata-rata LDR pada bank devisa adalah 60,6864 kali, sedangkan untuk bank non devisa 72,0986 kali. Secara absolute jelas bahwa rata-rata rasio CAR dan rasio LDR antara bank devisa dengan bank non devisa berbeda. Untuk melihat apakah perbedaan ini nyata secara statistik dan akan dijelaskan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Variabel BOPO dan Variabel LDR Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig.
F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
(2-tailed) Difference Difference
Difference
Lower
Upper
BOPO Equal variances .680 .412
-4.483
98
.000 -11.18260
2.49451 -16.13288
-6.23232
-4.483 94.205
.000 -11.18260
2.49451 -16.13537
-6.22983
-2.883
98
.005 -11.41220
3.95892 -19.26854
-3.55586
-2.883 96.597
.005 -11.41220
3.95892 -19.26997
-3.55443
assumed Equal variances not assumed LDR
Equal variances 1.036 .311 assumed Equal variances not assumed
Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test yang tampak pada Tabel 4.7 dapat diringkas dalam Tabel 4.8 sebagai berikut :
Definisi Rasio
Tabel 4.8 Hasil pengujian Independent Sample T-Test Tipe Rasio F Asym
Beban Operasional terhadap
Kesimpulan
Hitung
p. Sig.
(Ho)
Earning
0,680
0,000
Ditolak
Liquidity
1,036
0,005
Ditolak
Pendapatan Operasional Loan to Deposit Ratio
Pada tabel 4.8, rasio BOPO terlihat dari hasil Levene’s Test didapat pValue = 0,412 > α = 0,05 maka H 0 diterima, dengan kata lain, asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi. Karena hasil Levene’s Test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka digunakan hasil uji T dua sample independent dengan asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) untuk menguji hipotesis null (H 0) yang memberikan nilai t = -4,483 dengan derajat kebesaran df = 98, yang didapatkan dari (n1 + (n2-2)) = (50 + (50-2)) = 98. Untuk asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed) p-value (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05, maka H 0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio keuangan CAR bank devisa mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rata-rata rasio keuangan CAR pada bank non devisa. Kemudian pada tabel 4.7, rasio LDR terlihat dari hasil Levene’s Test didapat p-value = 0,311 > α = 0,05 maka H 0 diterima, dengan kata lain, asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi. Karena hasil
Levene’s Test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi, maka digunakan hasil uji T dua sampel independen dengan asumsi kedua varians sama besar (equal variances assumed) untuk menguji hipotesis null (H 0) yang memberikan nilai t = -2,883 dengan derajat kebesaran df = 98, yang didapatkan dari (n1 + (n2-2)) = (50 + (50-2)) = 98. Untuk asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed) p-value (2-tailed) = 0,005 < α = 0,05, maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata rasio keuangan LDR bank devisa mempunyai perbedaan yang signifikan dengan rata-rata rasio keuangan LDR pada bank non devisa. Berdasarkan rincian penjelasan dari tabel 4.8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan dari dua rasio keuangan yang diuji. Hipotesis pertama dengan pengujian Independent Sample T Test secara keseluruhan ditolak, artinya bahwa terdapat perbedaan antara kinerja bank devisa dengan bank non devisa. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdinigtyas (2005), yaitu rasio BOPO dan rasio LDR yang digunakan pada penelitian terdahulu dan penelitian sekarang adalah mempunyai perbedaan yang signifikan di bank pada saat tahun periode penelitian.
F. Analisis Regresi Logistik Binary Analisis regresi logistik biner digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen X1, X2, X3,..., XK terhadap variabel dependen Y yang
berupa variabel response biner yang hanya mempunyai dua nilai atau juga untuk memprediksi nilai suatu variabel dependen Y (yang berupa variabel biner) berdasarkan niali-nilai variabel dependen X1, X2, X3,..., XK (stanislaus, 2006:226). Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 100 atau N 100, untuk melihat kelengkapan data yang diproses dalam penelitian ini dan tidak ada missing cases, artinya data yang diproses lengkap ditunjukkan oleh tabel Case Processing Summary : Tabel 4.9 Data yang diproses Case Processing Summary Unweighted Cases Selected Cases
a
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 100
100.0
0
.0
100
100.0
0
.0
100
100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dalam penelitian ini variable dependen Y bertipe kategorik dua pilihan yaitu : bank devisa dikategorikan dengan nilai 0 dan bank non devisa diberi nilai 1. keterangan ini dapat dilihat dalam tabel data dibawah ini :
Tabel 4.10 Identifikasi Data Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
BANK DEVISA
0
BANK NON DEVISA
1
1. Ketepatan Model Prediksi Untuk melihat model yang lebih baik untuk memprediksi kinerja bank devisa menggunakan nilai -2 Loglikelihood. Dari hasil perhitungan -2 Loglikelihood pada blok pertama (block number = 0) terlihat nilai -2 Loglikelihood sebesar 138,629 seperti yang terlihat pada tabel 4.11 sebagai berikut : Tabel 4.11 Ketepatan Model dalam memprediksi Bank Devisa (block number = 0) Iteration History
a,b,c
Coefficients Iteration
-2 Log likelihood
Step 0 1
138.629
Constant .000
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 138.629 c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.
Kemudian hasil perhitungan nilai -2 Loglikelihood pada blok kedua (block number = 1) terlihat nilai -2 Loglikelihood sebesar 68,349 terjadi
penurunan pada blok kedua (block number = 1) yang ditunjukkan pada table 4.12 sebagai berikut : Tabel 4.12 Ketepatan model dalam memprediksi bank devisa (block number = 1) Iteration History
Coefficients
-2 Log Iteration Step 1
likelihood
a,b,c,d
Constant
CAR
BDR
PPAP
NPM
ROA
BOPO
LDR
1
92.060
-5.083 -.011
.020
-.345
.364
-.224
.040
.012
2
76.612
-10.882 -.026
-.079
-.466
.818
-.373
.091
.009
3
69.801
-17.049 -.053
-.155
-.600
1.341
-.484
.146
.003
4
68.427
-21.367 -.074
-.185
-.735
1.674
-.511
.186
-.002
5
68.349
-22.667 -.080
-.175
-.790
1.763
-.505
.199
-.003
6
68.349
-22.749 -.081
-.172
-.796
1.768
-.504
.200
-.003
7
68.349
-22.749 -.081
-.172
-.796
1.768
-.504
.200
-.003
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 138.629 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Penilaian keseluruhan model regresi (Overall Fit Model) menggunakan nilai -2 Loglikelihood jiika terjadi penurunan pada blok kedua dibanding blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model regresi kedua menjadi lebih baik, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.11 dan tabel 4.12. pada blok pertama (block number = 0) nilai -2 Loglikelihood sebesar 138,629 dan pada blok kedua (block number = 1) nilai -2 Loglikelihood sebesar
68,349. dari hasil ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa model regresi kedua lebih baik untuk memprediksi kinerja bank devisa. 2. Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square pada tabel model summary dapat diinterpretasikan sama seperti koefisien determinasi R2 (dibikin kuadrat0 pada regresi linier berganda, tetapi karena nilai maksimum Cox & Snell R Square biasanya lebih kecil dari satu, seperti yang ditunjukkan oleh tabel 4.12 nilai Cox & Snell R Square adalah 0,505 lebih kecil dari satu, maka menjadi sukar untuk diinterpretasikan seperti R2 dan jarang digunakan. Tabel 4.13 Koefisien Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square Model Summary
Step 1
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood 68.349
a
.505
.673
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Koefisien Nagelkerke R Square pada tabel model Summary merupakan modifikasi dari Koefisien Cox & Snell R Square agar nilai maksimumnya bisa mencapai satu dan mempunyai kisaran antara 0 dan sama seperti koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Seperti yang terlihat pada tabel 4.13, nilai koefisien Nagelkerke R Square sebesar 0,673 yang
berarti kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat sebesar 67,3%. 3. Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow Untuk menilai kelayakan model regresi dalam memprediksi digunakan Uji Chi Square Hosmer and Lemeshow, pengujian ini digunakan untuk menguji hipotesis : H0
: Tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksikan
dengan klasifikasi yang diamati. Ha
: Tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksikan dengan klasifikasi yang diamati. Tabel 4.14 Hasil Identifikasi prediksi klasifikasi Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 7.713
df
Sig. 8
.462
Hasil pengujian pada tabel 4.14 menunjukkan nilai Chi Square sebesar 7,713 dengan nilai Sig 0,462. dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai sig. > 2 = 0,05 berarti H 0 diterima bahwa tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang dimati maka model regresi ini bisa digunakan untuk analisis selanjutnya. 4. Ketepatan Prediksi Klasifikasi Untuk melihat ketepatan prediksi klasifikasi yang diamati ditunjukkan oleh Classification Table berupa tabel 2x2 dengan kolom predicted value
dari variabel dependen dan baris berupa nilai data actual yang diamati seperti pada tabel 4.15 sebagai berikut : Tabel 4.15 Hasil Identifikasi prediksi klasifikasi Classification Table
a
Predicted
Kondisi Observed Step 1
Kondisi
BANK DEVISA BANK DEVISA BANK NON DEVISA
Overall Percentage
Percentage
BANK NON DEVISA
Correct
44
6
88.0
7
43
86.0 87.0
a. The cut value is .500
Dengan menggunakan Tujuh variable independent dalam model ini, yaitu rasio CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, dan LDR menunjukkan bahwa kebenaran prediksi model suatu bank yang dimasukkan dalam kategori bank devisa sebesar 88,0%, sedangkan untuk kebenaran suatu prediksi suatu bank yang dimasukkan dalam kategori bank non devisa sebesar 86,0%. Dari hasil Identifikasi prediksi klasifikasi menunjukkan bahwa variabel rasio Capital yang diproksikan dengan rasio CAR, variabel rasio Assets yang diproksikan dengan rasio BDR dan rasio PPAP, variabel rasio management yang diproksikan dengan rasio NPM, variabel rasio Earnings yang diproksikan dengan rasio ROA dan rasio BOPO, dan variabel rasio
liquidity yang diproksikan dengan rasio LDR secara keseluruhan mempunyai ketepatan klasifikasi sebesar 87,0%. Angka ketepatan prediksi 87,0% mengindikasikan bahwa persamaan regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan bank. 5. Uji Wald Tabel 4.16 Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation
B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
CAR
-.081
.059
1.898
1
.168
.922
BDR
-.172
.430
.160
1
.689
.842
PPAP
-.796
.439
3.287
1
.070
.451
NPM
1.768
.435
16.551
1
.000
5.860
ROA
-.504
.490
1.057
1
.304
.604
.200
.072
7.771
1
.005
1.221
-.003
.024
.017
1
.896
.997
-22.749
7.584
8.998
1
.003
.000
BOPO LDR Constant
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR.
Tabel 4.16 tentang koefisien regresi logistik dapat diringkas sebagai berikut :
Tabel 4.17 Koefisien regresi logistic dan tingkat signifikansi variabel independen Variabel B Signifikansi Hipotesis Null (H 0) CAR
-.081
0.168
Diterima
BDR
-.172
0.689
Diterima
PPAP
-.796
0.070
Diterima
NPM
1.768
0.000
Ditolak
ROA
-.504
0.304
Diterima
BOPO
.200
0.005
Ditolak
LDR
-.003
0.896
Diterima
Hasil perhitungan koefisien dari model regresi logistic terlihat pada tabel 4.17 menunjukkan
bahwa variable CAR, BDR, PPAP, ROA dan LDR tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Variable NPM dan BOPO signifikan pada α = 0,05. Koefisien variable NPM signifikan pada probabilitas 0,000 < α = 0,05, variable BOPO signifikan pada probabilitas pada 0,005 < α = 0,05. Uji Wald menguji masing-masing koefisien regresi logistik, sebagai berikut : 1. Untuk koefisien variabel CAR : Uji Wald = 1,898, P-Value = 0,168 < α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel CAR signifikan. 2. Untuk koefisien variabel BDR : Uji Wald = 0,160, P-Value = 0,689 > α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel BDR tidak signifikan.
3. Untuk koefisien variabel PPAP : Uji Wald = 3,287, P-Value = 0,070 > α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel PPAP tidak signifikan. 4. Untuk koefisien variabel NPM : Uji Wald = 16,551, P-Value = 0,000 < α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel NPM signifikan. 5. Untuk koefisien variabel ROA : Uji Wald = 1,057, P-Value = 0,304 > α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel ROA tidak signifikan. 6. Untuk koefisien variabel BOPO : Uji Wald = 7,771, P-Value = 0,005 < α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel BOPO signifikan. 7. Untuk koefisien variabel LDR : Uji Wald = 0,017, P-Value = 0,896 > α 0,05, maka koefisien regresi untuk variabel LDR tidak signifikan. 8. Untuk konstanta : Uji Wald = 8,998, P-Value = 0,003 < α 0,05, maka koefisien regresi untuk konstanta signifikan.
G. Interpretasi Hasil perhitungan uji beda yang dilakukan dengan Mann-Whitney Test menunjukkan rasio CAR, BDR, NPM, dan ROA kelompok bank devisa dan bank non devisa secara statistik berbeda dan mendukung hipotesis 1 dalam penelitian ini karena terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio keuangan pada bank devisa dan bank non devisa. Sedangkan rasio PPAP menolak hipotesis 1 karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan bank devisa dan bank non devisa. Hasil perhitungan uji beda yang dilakukan dengan Independent Sample T Test menunjukkan rasio BOPO dan rasio LDR kelompok bank devisa dan
bank non devisa secara statistik berbeda dan mendukung hipotesis 2 dalam penelitian ini karena terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio-rasio keuangan pada bank devisa dan bank non devisa. Hasil persamaan regresi logistik dalam penelitian ini menunjukkan daya klasifikasi ketepatan prediksi secara keseluruhan sebesar 87,0% dengan klasifikasi untuk kelompok bank devisa sebesar 88,0% dan untuk kelompok bank non devisa 86,0%, ini ditunjukkan dengan classification table pada output spss dengan cut-off value 0,500 dan mendukung hipotesis III dalam penelitian ini yang berarti rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Nilai koefisien Nagelkerke R Square menjelaskan bahwa dalam model regresi ini kemampuan rasio keuangan dalam menjelaskan kinerja keuangan bank devisa atau bank non devisa sebesar 67,3%, dan sisanya 32,.7% dijelaskan oleh varabel lain. Hasil perhitungan yang didapat dari Wald Statistic menunjukkan bahwa hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen : bank devisa dan bank non devisa yaitu : variabel Net Profit Margin (NPM), dan variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), sedangkan variabel yang lainnya tidak signifikan. Persamaan regresi yang dibentuk adalah sebagai berikut Bank Devisa = -22,749+1,768NPM+0,200BOPO
Dari persamaan regresi logistik dapat dilihat bahwa variable CAR, BDR, PPAP, ROA dan LDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Variabel NPM dan variabel BOPO signifikan pada 0,05. dari persamaan regresi logistik dapat dilihat bahwa log odds bank devisa mempunyai kinerja diatas rata-rata secara positif dipengaruhi oleh NPM dan BOPO. Nilai Konstanta -22,749 menyatakan bahwa jika variabel independen diangap nol, maka probabilitas kinerja keuangan bank devisa mengalami penurunan sebesar 22,749 dibandingkan kinerja keuangan bank non devisa. Koefisien regresi NPM sebesar 1,768 dan bernilai positif menunjukkan bahwa variabel NPM berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa, artinya jika variabel lain dianggap konstan maka setiap unit perubahan variabel NPM kemungkinan kinerja keuangan bank devisa adalah 5,860 kali lebih tinggi daripada kinerja kauangan bank non devisa. Hasil penelitian ini didukung oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa rasio NPM berpengaruh secara signifikan pada kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Semakin tinggi rasio NPM berarti semakin
besar
kemungkinan
kemampuan
bank
untuk
mendapatkan
keuntungan. Dahlan siamat (2004:29) menyebutkan bahwa bank devisa (foreign exchange bank) adalah bank yang dalam kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing, setelah memperoleh persetujuan dari Bank
Indonesia, antara lain menerima simpanan dan memberikan kredit dalam bentuk valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan lain yang terkait dengan valuta asing, misalnya Letter of credit dan travelers chek. Koefisien regresi BOPO sebesar 0,200 dan bernilai positif menunjukkan bahwa variabel BOPO berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa, artinya jika variabel lain dianggap konstan maka setiap unit perubahan variabel BOPO kemungkinan kinerja keuangan bank devisa adalah 51,221 kali lebih tinggi daripada kinerja kauangan bank non devisa. Hasil penelitian ini didukung oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. Artinya semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan kinerja keuangan bank devisa semakin besar. Hasil dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio Net profit Margin (NPM) yang merupakan proxy dari rasio Management dan rasio Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
yang
merupakan proxy dari rasio Earnings. Variabel NPM adalah sebagai variabel yang signifikan dalam penelitian ini merupakan variabel rasio keuangan yang dapat menentukan kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa, dengan rasio NPM sebagai rasio yang menunjukkan kesuksesan manajemen bank dalam memaksimalkan keuntungan. Sedangkan variabel BOPO sebagai variabel yang signifikan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesuksesan bank dalam meningkatkan pendapatannya.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa rasio Capital adequacy Ratio (CAR), Bad Debt Ratio (BDR), Net profit Margin (NPM), dan Return on Asset (ROA) berbeda signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa. Sedangkan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa. 2. Hasil uji beda Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) berbeda signifikan antara bank devisa dengan bank non devisa. 3. Daya ketepatan prediksi klasifikasi secara keseluruhan sebesar 87,0%. Klasifikasi untuk kelompok bank devisa sebesar 88,0%, dan untuk kelompok bank non devisa debesar 86,0%. Hal ini dapat membuktikan bahwa dengan menggunakan regresi logistik rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa.
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan Capital adequacy Ratio (CAR), Bad Debt Ratio (BDR), rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Return on Asset (ROA) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak signifikan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa. 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan yang paling signifikan untuk memprediksi kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa adalah rasio Net Profit Margin (NPM) dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). B. Implikasi 1. Bank Devisa dan Bank Non Devisa Rasio keuangan yang memiliki pengaruh signifikan dalam menentukan kinerja keuangan bank devisa dan bank non devisa berasal; dari rasio Management
(NPM) dan rasio earnings (BOPO)m yang menjelaskan
kemampuan bank devisa dan bank non devisa dalam memaksimalkan laba dan meningkatkan pendapatan operasionalnya, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi kelangsungan hidup dan kelancaran bank devisa dan bank non devisa. 2. Investor/Nasabah Investor sebagai pemilik modal dapat mengetahui kinerja keuangan bank sehingga diharapkan tepat pada saat pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada bank devisa agtau bank non devisa. Begitu juga dengan
nasabah, diharapkan nasabah tidak salah pilih dalam mentukan tempat untuk menyimpan kelebihan dananya. 3. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan yang nyata dan memberikan manfaat berupa informasi dalam dunia pendidikan. C. Keterbatasan Penelitian dan Saran Beberapa keterbatasan penelitian ini yang masih perlu direvisi pada penelitian selanjutnya, antara lain : 1. Variabel yang digunakan hanya sebatas variabel rasio keuangan. 2. Proksi yang digunakan pada variabel dependen hanya perbandingan antara bank devisa dengan bank nondevisa. 3. Sampel dalam penelitian ini hanya sebatas pada sepuluh bank devisa dan sepuluh bank non devisa. 4. penggunaan tolok ukur kinerja yang digunakan dalam penel;itian ini hanya menganalisi kinerja bank berdasarkan rasio keuanga, yang hanya merupakan aspek ekonomis, sementara banyak faktor non ekonomis yang tidak dapat dimasukkan dalam ukuran kuantitatif. Beberapa aspek kinerja non ekonomis seperti teknolgi, sumber daya manusia, kualitas pelayanan, produk-produk bank, budaya bank, dan sebagainya penting untuk diperhatikan. Adapun beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dan menjadi saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Penelitian
selanjutnya
hendaknya
mengikutsertakan
variabel
non
ekonomis untuk mengukur kinerja bank. 2. variabel dependen yang digunakan dalam paneletian selanjutnya dapat dikembangkan. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel bank pemerintah, bank swasta atau Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Herdiningtyas. Winny. “Analisis Rasio CAMEL Terhadap Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 20002002”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1, Hal 1-22, Desember 2004. Arkian, Hifni.. ”Menilai Kesehatan Bank”. Pengembangan Perbankan. Edisi No.71. Jakarta : Institut Bankir Indonesia. 1998. Leon, Boy dan Ericson, Sonny. “Manajemen Aktiva Passiva Bank Non Devisa”, Jakarta : PT Grasindo, 2007. Febryani, Anita dan Zulfadin, Rahadian. ”Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia”, Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol., No.4, Desember 2003. Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Harahap, Sofyan, Syafri, 2002. Teori Akuntansi. Edisi revisi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Haryati, Sri. “Analisis Kebangkrutan Bank”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.16, No.4, Hal 336-345. 2001. Ikatan Akuntansi Indonesia.. ”Standar Akuntansi Kauangan”. Jakarta : Salemba Empat 2004.
Indriantoro, Nur ; dan Supumo, Bambang.. ”Metodologi Penelitian Bisnis : Untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. 2002.
Irmayanto, Et.Al.. ”Bank dan Lembaga Keuangan”. Jakarta : LPFE USAKTI. Juli 2000.
Kasmir. ”Bank dan Lembaga Kauangan Lainnya”. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1999
Kasmir, ”Manajemen Perbankan”. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2003.
Lestari, Maharani Ika dan Sugiharto, Toto.”Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Auditorium Kampus Gunadharma, Vol.2, No.2. 21-22 Agustus 2007.
Murtanto dan Zeny, Arfiana. ”Analaisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Rasio CAMEL dan Metode Altman sebagai Alat Untuk Memprediksi Tingkat Kegagalan Usaha Bank”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.2, No.2 Hal. 22-24, Agustus 2002.
Nugroho, Bhuana Agung. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS”, Yogyakarta : Andi, 2005.
Priyanto, Dwi. “ Mandiri Belajar SPSS”, Yogyakarta : Mediakom, 2008. Trihendradi, Cornelius. “Kupas Tuntas Analisi Regresi”, Yogyakarta : andi, 2007. Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analsis data Dengan SPSS”, Edisi kedua, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006. Warren, dkk. “Pengantar Akuntansi”, edisi 21, Buku Satu, salemba Empat, 2005. peraturan Bank Indonesia Nomor 6 / 10 / PBI. “Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia 2004. _____________________. Nomor 6 / 10 / PBI.. ”Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia 2004.
Siamat, Dahlan,. ”Manajemen Lembaga Kauangan”. Edisi Keempat, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30 / 11 / KEP / DIR . Tata Cara ”Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia. 1997.
_________________________________ Nomor 30 / 277 / KEP / DIR. ”Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30 / 11 / KEP / DIR . tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”. Jakarta : Bank Indonesia. 1998.
__________________________________Nomor 31 / 147 / KEP / DIR, ”Kualitas Aktiva Produktif”. Jakarta : Bank Indonesia. 1998..
__________________________________ Nomor 31 / 148 / KEP / DIR. ”Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produkti”f. Jakarta : Bank Indonesia. 1998. www.bi.go.id www.google.com/Bank Devisa
Lampiran 1 Output Data Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Mean Statistic
Std. Deviation
Std. Error
Statistic
CAR
100
9.76
38.25
17.3576
.62865
6.28648
BDR
100
.24
21.45
2.5912
.26872
2.68716
PPAP
100
.41
8.36
2.0967
.13575
1.35754
NPM
100
3.10
16.25
6.0225
.22086
2.20857
ROA
100
.08
7.38
2.2177
.15616
1.56156
BOPO
100
38.84
140.23
85.9417
1.36225
13.62247
LDR
100
19.95
103.33
66.3925
2.05123
20.51235
Valid N (listwise)
100
Lampiran 2 Output SPSS One Sample Kolmogorov-Smirnov
NPar Tests [DataSet1]
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR N
100
Normal
Mean
BDR 100
PPAP
NPM
ROA
BOPO
LDR
100
100
100
100
100
17.3576 2.5912 2.0967
6.0225
2.2177
85.9417
66.3925
6.28648 2.68716 1.35754
2.20857
1.56156
1.36225E1
2.05123E1
a
Parameters Std. Deviation Most
Absolute
.154
.237
.157
.147
.166
.100
.083
Extreme
Positive
.154
.237
.157
.147
.166
.100
.048
Negative
-.113
-.194
-.127
-.093
-.095
-.091
-.083
1.542
2.374
1.572
1.468
1.657
.996
.827
.017
.000
.014
.027
.008
.274
.501
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Lampiran 3 Output SPSS Mann-Whitney Test Mann-Whitney Test
Ranks Kondisi CAR
N
Mean Rank
BANK DEVISA
50
60.28
3014.00
BANK NON DEVISA
50
40.72
2036.00
Total BDR
100
BANK DEVISA
50
42.97
2148.50
BANK NON DEVISA
50
58.03
2901.50
Total PPAP
100
BANK DEVISA
50
51.61
2580.50
BANK NON DEVISA
50
49.39
2469.50
Total NPM
100
BANK DEVISA
50
36.66
1833.00
BANK NON DEVISA
50
64.34
3217.00
Total ROA
Sum of Ranks
100
BANK DEVISA
50
60.14
3007.00
BANK NON DEVISA
50
40.86
2043.00
Total
100
Test Statisticsa
CAR
BDR
Mann-Whitney U
761.000
873.500
1.194E3
558.000
768.000
Wilcoxon W
2.036E3
2.148E3
2.470E3
1.833E3
2.043E3
-3.371
-2.596
-.383
-4.771
-3.323
.001
.009
.702
.000
.001
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Kondisi
PPAP
NPM
ROA
Lampiran 4 Output SPSS Independent Sample T-Test Group Statistics
Kondisi BOPO
LDR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
BANK DEVISA
50
80.3504
11.15077
1.57696
BANK NON DEVISA
50
91.5330
13.66710
1.93282
BANK DEVISA
50
60.6864
20.95365
2.96329
BANK NON DEVISA
50
72.0986
18.56329
2.62525
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence Interval of the Sig. F
Sig.
t
df
Mean
Std. Error
(2-tailed) Difference Difference
Difference
Lower
Upper
BOPO Equal variances .680 .412
-4.483
98
.000 -11.18260
2.49451 -16.13288
-6.23232
-4.483 94.205
.000 -11.18260
2.49451 -16.13537
-6.22983
-2.883
98
.005 -11.41220
3.95892 -19.26854
-3.55586
-2.883 96.597
.005 -11.41220
3.95892 -19.26997
-3.55443
assumed Equal variances not assumed LDR
Equal variances 1.036 .311 assumed Equal variances not assumed
Lampiran 5 Output SPSS Regresi Logistik
Logistic Regression [DataSet1]
Case Processing Summary a
Unweighted Cases Selected Cases
N Included in Analysis
Percent 100
100.0
0
.0
100
100.0
0
.0
100
100.0
Missing Cases Total Unselected Cases Total
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding Original Value
Internal Value
BANK DEVISA
0
BANK NON DEVISA
1
Block 0: Beginning Block a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood 1
Constant
138.629
.000
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 138.629 c. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a,b
Predicted Kondisi
Observed Step 0
Kondisi
BANK NON
Percentage
DEVISA
Correct
BANK DEVISA BANK DEVISA
0
50
.0
BANK NON DEVISA
0
50
100.0
Overall Percentage
50.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Variables in the Equation B Step 0
Constant
S.E. .000
Wald
.200
df
.000
Sig. 1
1.000
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
df
Sig.
CAR
7.710
1
.005
BDR
7.052
1
.008
PPAP
.425
1
.514
NPM
19.488
1
.000
ROA
5.235
1
.022
17.017
1
.000
7.817
1
.005
39.462
7
.000
BOPO LDR Overall Statistics
Exp(B) 1.000
Block 1: Method = Enter Iteration History
Coefficients
-2 Log Iteration Step 1
likelihood
a,b,c,d
Constant
CAR
BDR
PPAP
NPM
ROA
BOPO
1
92.060
-5.083 -.011
.020
-.345
.364
-.224
.040
.012
2
76.612
-10.882 -.026
-.079
-.466
.818
-.373
.091
.009
3
69.801
-17.049 -.053
-.155
-.600
1.341
-.484
.146
.003
4
68.427
-21.367 -.074
-.185
-.735
1.674
-.511
.186
-.002
5
68.349
-22.667 -.080
-.175
-.790
1.763
-.505
.199
-.003
6
68.349
-22.749 -.081
-.172
-.796
1.768
-.504
.200
-.003
7
68.349
-22.749 -.081
-.172
-.796
1.768
-.504
.200
-.003
a. Method: Enter b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 138.629 d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
LDR
df
Sig.
Step
70.281
7
.000
Block
70.281
7
.000
Model
70.281
7
.000
Model Summary
Step
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood
1
68.349
a
.505
.673
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
7.713
Sig. 8
.462
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
CAR
-.081
.059
1.898
1
.168
.922
BDR
-.172
.430
.160
1
.689
.842
PPAP
-.796
.439
3.287
1
.070
.451
NPM
1.768
.435
16.551
1
.000
5.860
ROA
-.504
.490
1.057
1
.304
.604
.200
.072
7.771
1
.005
1.221
-.003
.024
.017
1
.896
.997
-22.749
7.584
8.998
1
.003
.000
BOPO LDR Constant
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR.
Classification Table
a
Predicted
Kondisi Observed Step 1
Kondisi
BANK DEVISA BANK DEVISA
Percentage
BANK NON DEVISA
Correct
44
6
88.0
7
43
86.0
BANK NON DEVISA Overall Percentage
87.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
CAR
-.081
.059
1.898
1
.168
.922
BDR
-.172
.430
.160
1
.689
.842
PPAP
-.796
.439
3.287
1
.070
.451
NPM
1.768
.435
16.551
1
.000
5.860
ROA
-.504
.490
1.057
1
.304
.604
.200
.072
7.771
1
.005
1.221
-.003
.024
.017
1
.896
.997
-22.749
7.584
8.998
1
.003
.000
BOPO LDR Constant
a. Variable(s) entered on step 1: CAR, BDR, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR.
Lampiran 6 Rasio CAMEL Bank Devisa dan Bank Non Devisa Periode 2003-2007 Nama Bank BCA PERMATA MEGA NISP BUKOPIN LIPPO BII DANAMON NIAGA SWADESHI BCA PERMATA MEGA NISP BUKOPIN LIPPO BII DANAMON NIAGA SWADESHI BCA PERMATA MEGA NISP BUKOPIN LIPPO BII DANAMON NIAGA SWADESHI BCA PERMATA MEGA NISP BUKOPIN LIPPO BII DANAMON NIAGA SWADESHI BCA PERMATA
Rasio Capital CAR 38,25 10,8 14,04 13,78 14,86 16,66 23,34 26,84 11,58 27,03 28,65 11,4 13,53 15,11 15,41 20,87 20,84 27,00 10,43 25,61 21,66 9,9 11,13 19,95 14,86 24,89 21,23 29,59 10,37 23,17 22,21 14,0 15,92 16,64 15,93 26,78 24,08 22,37 17,45 26,55 18,79 14,4
Rasio Assets BDR PPAP 0,51 0,97 4,6 4,8 0,77 0,61 0,54 1,13 1,75 6,42 3,33 4,85 2,06 2,05 3,14 5,00 2,24 3,09 1,40 3,48 0,24 0,84 2,2 4,03 1,00 0,80 0,60 1,10 2,78 1,85 2,88 4,02 1,63 1,33 2,20 3,06 2,83 2,75 1,80 3,56 0,78 1,21 4,4 3,46 0,73 0,70 1,64 1,20 2,92 1,60 3,08 4,30 1,50 1,31 1,56 2,33 2,87 2,46 2,24 3,16 0,37 1,28 4,6 3,2 0,67 0,63 1,60 1,11 1,65 0,99 0,84 1,90 2,71 1,67 1,79 2,03 2,67 1,65 1,16 1,79 0,37 1,01 3,5 3,4
Rasio Management NPM 5,22 4,4 5,64 3,69 4,74 3,55 3,10 3,20 4,86 5,77 3,11 5,84 6,36 4,66 5,35 4,12 5,20 7,06 5,80 5,89 3,44 5,25 4,01 4,15 6,18 4,74 5,07 7,11 5,90 4,86 3,80 6,4 3,46 3,94 5,18 7,04 5,14 7,38 5,75 3,92 3,34 7,0
Rasio Earnings ROA BOPO 2,53 73,53 1,92 86,53 3,24 76,79 1,71 86,67 1,73 83,23 1,48 99,81 0,76 93,29 5,69 82,31 2,03 88,79 2,33 83,72 5,44 66,64 2,3 83,11 2,99 73,83 2,50 76,49 1,91 87,38 3,33 81,62 2,35 79,68 4,51 52,32 2,91 79,41 2,55 74,59 6,24 66,82 1,2 89,64 1,25 88,88 1,52 86,52 2,43 80,96 2,12 74,78 2,41 76,97 6,03 51,23 2,75 79,46 2,05 81,33 7,38 38,84 1,2 90,0 0,88 92,78 1,44 88,18 1,83 87,17 1,98 75,14 1,43 89,82 2,40 80,33 2,11 82,83 1,17 91,12 6,30 66,73 1,9 84,8
Rasio Liquidity LDR 21,70 41,3 55,61 77,95 91,82 19,95 35,03 56,95 72,12 59,17 27,05 57,2 48,80 77,34 85,13 22,60 43,62 72,49 85,37 62,54 41,78 78,5 51,25 77,62 103,33 24,71 49,11 76,39 93,20 59,05 40,30 83,1 42,70 54,83 65,26 44,87 57,22 75,51 84,78 54,89 43,61 88,0
2003
2004
2005
2006
2007
MEGA NISP BUKOPIN LIPPO BII DANAMON NIAGA SWADESHI AKITA DIPO INTERNASIONAL EKSEKUTIF INTERNASIONAL FAMA INTERNASIONAL HARDA INTERNASIONAL INDEX SELINDO INDOMONEX JASA ARTA MAYORA SWAGUNA AKITA DIPO INTERNASIONAL EKSEKUTIF INTERNASIONAL FAMA INTERNASIONAL HARDA INTERNASIONAL INDEX SELINDO INDOMONEX JASA ARTA MAYORA SWAGUNA AKITA DIPO INTERNASIONAL EKSEKUTIF INTERNASIONAL FAMA INTERNASIONAL HARDA INTERNASIONAL INDEX SELINDO INDOMONEX JASA ARTA MAYORA SWAGUNA AKITA DIPO INTERNASIONAL EKSEKUTIF INTERNASIONAL FAMA INTERNASIONAL
14,20 17,62 12,91 23,82 21,35 20,85 15,41 20,66 10,12
0,68 0,92 1,98 0,69 2,03 1,65 3,02 0,94 2,21
0,68 0,99 1,11 1,34 1,45 2,11 2,10 1,33 0,74
5,06 3,61 4,27 6,05 5,03 8,52 5,74 3,72 6,13
2,33 1,29 1,63 2,92 1,23 3,53 2,22 1,28 1,21
79,21 87,84 85,52 72,82 90,40 74.17 82,69 90,80 87,12
46,74 49,39 58,86 59,75 76,14 85,00 92,53 62,16 79,45
12,07
2,88
1,92
7,38
4,30
75,64
86,47
10,40
3,63
1,94
10,55
3,23
82,63
77,09
15,24
3,32
2,21
6,25
1,21
89,32
94,12
13,20 13,50 10,02 10,55 23,64 12,53 13,12
1,54 0,70 1,99 2,01 1,09 4,13 3,12
0,81 0,91 1,97 2,38 4,19 1,21 0,95
4,73 4,63 6,41 5,06 4,08 13,54 8,21
1,10 1,42 0,60 0,64 0,42 4,05 2,23
92,25 89,06 95,92 96,12 95,48 127,40 84,25
74,25 54,31 66,55 50,99 25,51 22,25 86,25
14,30
2,88
1,82
9,07
5,06
65,05
93,03
14,69
9,15
4,60
12,94
1,06
81,57
89,98
15,45
3,36
2,36
7,36
2,42
81,52
84,21
13,33 11,17 11,55 12,19 24,35 10,25 15,10
1,12 1,26 2,52 2,59 0,58 21,45 2,56
0,41 1,64 1,76 2,61 1,93 8,36 0,90
7,71 3,14 7,24 8,40 5,23 16,25 5,60
2,67 1,90 1,91 1,21 0,94 7,10 1,75
89,46 85,24 84,24 91,01 97,94 140,23 93,25
74,77 61,83 83,96 54,70 32,03 65,25 96,21
16,42
3,08
1,89
8,37
4,58
66,20
98,55
11,30
13,10
4,04
6,68
4,04
124,82
83,60
16,41
2,36
1,52
6,42
1,45
78,23
93,56
12,65 13,69 11,11 12,7 20,22 13,15 16,52
1,82 1,45 3,31 4,68 1,44 0,61 2,35
1,24 1,91 1,25 4,62 2,43 1,56 0,80
6,55 6,67 6,62 7,65 6,07 12,39 5,60
0,92 1,82 1,05 2,48 1,32 1,83 1,75
74,77 85,20 94,65 83,90 94,38 91,14 92,31
64,48 71,99 78,31 69,51 47,46 83,37 95,15
20,20
2,50
1,44
6,17
3,01
81,34
85,78
9,76
5,05
2,53
3,61
0,85
108,49
73,44
21,41
2,25
2,32
6,36
1,42
92,46
84,25
2003
2004
2005
2006
HARDA INTERNASIONAL INDEX SELINDO INDOMONEX JASA ARTA MAYORA SWAGUNA AKITA DIPO INTERNASIONAL EKSEKUTIF INTERNASIONAL FAMA INTERNASIONAL HARDA INTERNASIONAL INDEX SELINDO INDOMONEX JASA ARTA MAYORA SWAGUNA
13,35 16,05 13,77 13,86 33,14 11,92 17,96
1,62 0,89 2,53 4,88 2,48 5,92 1,27
1,65 1,28 1,26 2,17 1,25 4,03 0,86
5,35 4,77 6,99 4,85 5,05 7,88 5,97
0,85 1,24 0,26 1,27 0,48 0,08 1,01
76,54 91,21 98,43 108,57 98,28 100,73 96,36
65,24 55,21 53,19 64,45 47,11 77,58 90,04
23,04
2,19
1,26
6,27
3,31
77,25
83,84
11,80
7,63
2,73
8,29
0,08
100,84
80,13
32,21
3,14
1,25
6,32
1,45
86,45
95,36
12,65 17,77 17,90 12,70 37,26 13,35
1,75 0,5 1,50 7,38 1,64 1,65
1,65 1,25 0,76 1,51 2,46 1,89
6,32 5,18 5,36 6,43 6,38 9,15
0,86 1,71 0,54 0,92 0,46 5,64
80,12 87,19 94,81 92,38 96,87 98,03
70,25 57,35 57,12 68,35 59,04 98,01
2007
ANALISIS RASIO CAMEL PADA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA DENGAN METODE REGRESI LOGISTIK
Oleh : Moh. Nurul Shobah 104081002468
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009