ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan MencapaiDerajatSarjana S-1 Program studiGeografi
DiajukanOleh : Adi Yusuf Iskandar NIM E100100066
FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
i
ii
ANALISIS PUSAT PERTUMBUHAN PADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI Adi Yusuf Iskandar*, Umrotun1, RetnoWoroKaeksi2 *Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta 1,2
Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta, Jawa Tengah 57102 Abstrak
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan salah satu dampak yang dihasilkan dalam proses pembangunan. Kondisi tersebut terjadi di Kabupaten Boyolali, yaitu terjadi ketimpangan pendapatan yang sangat mencolok antara kecamatan yang diposisikan sebagai pusat kegiatan dengan kecamatan yang bukan sebagai pusat kegiatan. Salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah Kabupaten Boyolali dalam mengurangi dampak tersebut adalah dengan menerapkan konsep fungsi pusat pelayanan. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengarahkan pembangunan sesuai potensi yang dimiliki masing-masing kecamatan. Kebijakan lain yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan pusat pertumbuhan secara tersebar. Pusat pertumbuhan menerapkan konsep konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus sehingga pembangunan akan lebih merata. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan struktur dan pola pertumbuhan setiap kecamatan, mengetahui sector unggulan masing-masing kecamatan, mengidentifikasi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali dan menganalisis daya saing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan. Data yang diperlukan adalah data sekunder tahun 2007-2011 yang bersumber dari BPS Kabupaten Boyolali. Metode analisis yang digunakan meliputi: Analisis Tipologi Klassen, Analisis LQ, Analisis Gravitasi, Analisis Skalogram, dan Analisis Spasial. Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa secara umum kecamatan di Kabupaten Boyolali masuk pada kuadran II daerah cepat berkembang yaitu ada 10 kecamatan, kuadran III 5 kecamatan, kuadran I 3 kecamatan dan kudran IV hanya 1 kecamatan. Berdasarkan analisis LQ sektor yang paling dominan menjadi sektor basis di Kabupaten Boyolali antara lain: (1)sector pertanian dan keuangan ada 12 Kecamatan, (2)sector perdagangan ada 9 kecamatan, (3) listrik, gas, dan air bersih dan sector angkutan dan komunikasi dengan 7 kecamatan.(4) Sektor bangunan/konstruksi ada 6 kecamatan, (5) sector jasa-jasa ada 5 kecamatan. (6) Sektor industry pengolahan dengan 4 kecamatan. Kecamatan yang mempunyai interaksi tertinggi adalah Kecamatan Mojosongo (608.541.573), KecamatanTeras (556.135.185), Kecamatan Boyolali (476.495.737) sedangkan dengan interaksi terendah adalah Kecamatan Juwangi (15.717.571). Kecamatan dengan hierarki tertinggi sebagai pusat pelayanan adalah Kecamatan Boyolali, dan Kecamatan Banyudono. Pusat pertumbuhan tiap fungsi pusat pelayanan adalah sebagai berikut: Kecamatan Boyolali sebagai PKW, Kecamatan Ampel dan Banyudono sebagai PKL, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede sebagai PKLp, Kecamatan Teras, Sambi, Ngemplak sebagai PKK, dan PPL meliputi Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Sawit, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, Kecamatan Juwangi Kata Kunci: Pusatpertubuhan, Fungsipusatpelayanan, AnalisisTipologiKlassen, Analisis LQ, AnalisisGravitasi, AnalisisSkalogramdanAnalisiSpasial. iii
Abstract Development gaps between regions is one of the effects produced in the development process. The condition occurs in Boyolali, which occurs very striking inequality between districts which are positioned as the center of the district that not as the center of activity. One of the policies that can be taken by the government Boyolali in reducing the impact of applying the concept of function is the service center. This policy is intended to guide the development of appropriate potential of each district. Another policy that can be done is with the development of growth centers are scattered. Growth center embracing the concept of concentration and decentralization simultaneously so that the construction will be more evenly distributed. This research aims is to describe the structure and growth pattern of each district, knowing leading sectors each district, identify service centers in Boyolali and analyze the competitiveness of the sub-district as a center of growth. The data required is secondary data years 2007-2011 are sourced from BPS Boyolali. Analytical methods used include: Typology Klassen Analysis, LQ Analysis, Analysis of Gravity, Schallogram Analysis and Spatial Analysis. The results of this research addressed that in general district in Boyolali entered in quadrant II rapidly growing area that there are 10 districts, quadrant III 5 districts, the first quadrant with 3 districts and kudran IV only one district. Based on the analysis of the most dominant sector LQ into a sector basis in Boyolali, among others: (1) the agricultural sector and there are 12 sub-district finances, (2) the trade sector there are nine districts, (3) electricity, gas, and water supply and transport sectors and communication with 7 sub. (4) The construction sector there are 6 districts, (5) the services sector there are 5 districts. (6) The manufacturing sector with 4 districts. Districts that have the highest interaction is the District Mojosongo (608 541 573), District Teras (556 135 185), District Boyolali (476 495 737), while the lowest is the District Juwangi interaction (15,717,571). Districts with the highest hierarchy as a service center is the District Boyolali, and District Banyudono. Growth centers each service center functions are as follows: District Boyolali as PKW, District Ampel and Banyudono as PKL, District Mojosongo, District Simo, District Karanggede as PKLp, District Teras, Sambi, Ngemplak as PKK, and PPL includes the District Selo, District Cepogo, MusukSubdistrict, District of Palm, District Nogosari, District Andong, District Kemusu, District Wonosegoro, DistrictJuwangi
Keyword: Growth pole, Fungtion of service center, Typology Klassen Analysis, LQ Analysis, Analysis of Gravity, Schallogram Analysis and Spatial Analysis.
iv
juga dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi suatu wilayah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga akan muncul pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat mendorong proses pembangunan di wilayah tersebut. Pada tabel 1 dapat dilihat ketimpangan pendapatan perkapita yang sangat mencolok, sebagi contoh pendapatan perkapita Kecamatan Banyudono tahun 2011 adalah sebesar Rp. 18.056.373,04 sedangkan pada tahun yang sama pendapatan perkapita Kecamatan Ngemplak hanya sekitar Rp. 6.726.427.Kabupaten Boyolali terletak di jalur transportasi segitga wilayah Yogyakarta-Solo-Semarang, dimana ketiga wilayah tersebut sedang berkembang. Dari letak posisinya yang strategis menjadikan Kabupaten Boyolali sangat berotensi menjadi penggerak utama bagi wilayah sekitarnya. Akan tetapi pada kenyataannya Kabupaten Boyolali masih terkendala dalam mengatasi ketimpangan di wilayahnya sendiri. Salah satu kebijakan yang dapat diambil untuk mengurangi ketimpangan tersebut adalah dengan penerapan konsep kawasan strategis, sehingga usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat terlaksana dan kesenjangan antar daerah dapat diperkecil. Pengelompokan ini didasarkan pada kondisi dan potensi dari masing-masing wilayah. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali(RTRW) tahun 2011-2031 dibentuk fungsi pusat pelayanan sebagai suatu strategi dalam pemerataan pembangunan wilayah berdasarkan potensi dan kondisi dari tiap kecamatan, pembagiannya adalah sebagai berilut: • Pusat Kegiatan Wilayah(PKW) meliputi Kecamatan Boyolali. • Pusat Kegiatan Lokal(PKL), meliputi Kecamatan Ampel.
A. Pendahuluan Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrative atau aspek fungsional(UU Nomor 24 Tahun 1992). Dari definisi tersebut terlihat bahwa tidak ada batasan yang spesifik dari luasan suatu wilayah, batasan yang ada lebih bersifat untuk perencanaan, peaksanaan monitoring, pengendalian maupun evaluasi, dengan demikian batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tatapi lebih bersifat dinamis(Ernan Rustiadi,dkk, 2011). Konsep wilayah menurut Richadson(1969): Hagget, Cliff dan Frey dalam lutfi muta’ali(2011) membagi wilayah kedalam tiga katagori yaitu: (1) Wilayah Homogen (uniform atau homogeus region), (2) Wilayah Nodal, dan (3) Wilayah Perencanaan (planning Region). Cara klasifikasi ini dipandang kurang mampu menjelaskan keragaman konsep wilayah yang ada Sedangkan menurut Ernan Rustiadi, dkk(2011) kerangka konsep yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah : (1) Wilayah Homogeny (uniform),(2) Wilyah system/fungsional, dan (3) Wilayah perancanaan/pengelolaan (Planning region atau programing region) . Dalam pendekatan klasifikasi ini wilayah nodal dipandang senagai salah satu bentuk konsep wilayah sistem., sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanaan terdapat konsep wilayah administrative-politis dan konsep wilayah fungsional(Lutfi muta’ali). Pada dasarnya pembagian wilayah betujuan untuk mempermudah di dalam pengelolaanya, sehingga kedepannya dapat membantu pengembangan wilayah tersebut. Prinsip dasar pengembangan wilayah adalah untuk mengatasi ketimpangan yang terjadi di suatu wilayah. Selain itu pembagian wilayah
v 1
• Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi meliputi Kecamatan Selo, Cepogo, (PKLp), meliputi Kecamatan Musuk, Sawit, Nogosari, Klego, Mojosongo, Banyudono, Simo, dan Andong, Kemusu, Wonosegoro, dan Karanggede. Juwangi. • Pusat Kegiatan Kawasan (PKK), Sumber: Bapeda Kab. Boyolali meliputi Kecamatan Teras, Sambi, dan Ngemplak. Tabel 1 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Boyolali Tahun 2007-2011 di •
Rinci Tiap Kecamatan. No
Kecamatan
1.
Selo
2.
2007
2008
2009
2010
2011
5.937.457,08
6.674.087,63
7.409.522,85
8.477.591,63
9.348.090,84
Ampel
6.338.976,48
6.956.396,98
7.631.362,22
8.606.721,02
9.584.680,52
3.
Cepogo
6.436.939,46
7.159.971,19
7.826.950,39
8.844.315,46
9.780.237,88
4.
Musuk
5.690.114,61
5.970.950,09
6.633.885,07
7.588.410,78
8.357.318,18
5.
Boyolali
7.945.662,09
8.762.881,70
9.654.343,16 10.890.864,24
12.157.318,59
6.
Mojosongo
5.387.617,86
6.212.556,24
6.875.238,34
7.
Teras
8.
Sawit
9.
Banyudono
10.
Sambi
5.067.033,80
5.913.041,76
6.614.582,88
7.589.081,02
8.402.612,61
11.
Ngemplak
4.199.135,01
4.866.891,77
5.368.091,97
6.078.875,17
6.726.427,77
12.
Nogosari
5.077.638,31
5.841.015,48
6.513.268,45
7.448.164,60
8.241.000,98
13.
Simo
6.480.959,26
7.482.661,95
8.311.123,03
9.491.464,06
10.585.581,14
14.
Karanggede
5.922.489,02
7.221.599,99
8.009.190,95
9.151.746,79
10.178.988,42
15.
Klego
4.820.421,02
5.671.468,75
6.312.992,53
7.186.546,81
7.956.295,66
16.
Andong
4.531.027,04
5.110.245,13
5.640.740,67
6.459.846,16
7.175.287,08
17.
Kemusu
4.012.374,23
4.618.741,94
5.111.673,03
5.858.512,76
6.484.246,55
18.
Wonosegoro
4.487.593,73
5.345.600,45
5.905.364,98
6.756.509,26
7.470.025,23
19.
Juwangi
4.357.472,76
5.072.511,10
5.599.749,31
6.428.762,75
7.120.303,54
7.813.754,39
8.652.231,68
10.682.793,28 11.759.902,80 12.628.211,82 13.840.319,80
15.426.752,12
9.435.662,16
10.560.587,22
12.254.711,22 13.250.910,37 14.461.631,85 16.082.704,71
18.056.373,04
6.547.303,33
7.556.330,11
8.367.915,24
Sumber: PDRB Kab. Boyolali Tahun 2007-2011. kerena menganut konsep konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pola pertumbuhan ekonomi, mengetahui sektor unggulan, mengidentifikasi pusat pelayanan
Kebijakan lain yang dapat diambil adalah dengan pengembangan pusat pertumbuhan(growth poles) secara tersebar. Kebijakan ini dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah
6 2
a) Analisis Tipologi Klassen Metode analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan yang pertama yaitu untuk mengetahui pola perumbuhan ekonomi tiap kecamatan. Indikator yang digunakan dalam mtode ini adalah PDRB perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi. Hasil dari metode ini adalah mebagi daerah penelitian kedalam 4 kelompok yaitu: (1)Daerah maju dan berkembang cepat, (2)Daerah maju tapi tertekan, (3)Dareah berkembang cepat, (4)Daerah tertinggal. b) Analisis Location Quotient Metode analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan yang dimiliki suatu wilayah. Asumsi yang digunakan adalah jika suatu wilayah memiliki hierarki tertinggi, berarti wilayah tersebut cocok sebagai pusat pelayanan. e) Analisis Spasial Metode ini digunakan untuk memberikan kesan geografi pada penelitian ini. Tema keruangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah interaksi dan komparasi keruangan. Interaksi keruangan memfokuskan analisisnya pada interaksi yang terjadi antar ruang sedangkan komparasi keruangan lebih menekankan pada analisis mengenai kelebihan dan kekurangan suatu ruang.
dan menganalisis potensi daya saing setiap kecamatan sebagai prioritas pusat pertumbuhan di Kabupaten Boyolali. B. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian. Adapun data yang dibutuhkan meliputi: 1. PDRB Kab. Boyolali tahun 20072011. 2. Data Infrastruktur (fasilitas pendidikan, kesehatan, dan perekonomian) 3. Data Kependudukan. 4. Data Sumber Daya Alam Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis untuk menjawab tujuan. Alat analisis itu meliputi: kedua yaitu mengetahui sektor unggulan. Metode ini membandingkan peranan sektor suatu daerah terhadap sektor yang sama di tingkat yang lebih luas. Jika nilai LQ > 1 maka sektor tersebut merupakan sektor basis, jika nilai LQ < 1 maka sektor tersebut bukan sektor basis. c) Analisis Gravitasi Metode analisis ini bertujuan untuk mengetahui daya tarik suatu daerah, dengan asumsi jika suatu daerah memiliki nilai interaksi yang besar maka hubungan sosial, ekonomi dan sebagainya di darah tersebut semakin tinggi, yang berarti pada wilayah tersebut berpotensi sebagai pusat pertumbuhan. d) Analisis Skalogram Metode analisis ini digunakan untuk menjawab tujuan yang ketiga yaitu mengidentifikasi pusat pelayanan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas yang
7 3
C. Hasil Penelitian 1. Pola pertumbuhan ekonomi tiap kecamatan di Kabupaten Boyolali. Tabel 2 Klasifikasi Tipologi Klassen Kabupaten Boyolali Tahun 2007-2011 Pendapatan/kpt (Y)
Y1 > Y2
Y1 < Y2
Kuadran I
Kuadran II
Laju Pertumbuhan (R) R1 > R2
Daerah maju dan berkembang Daerah berkembang cepat (Growing region) cepat(Rapid growth region)
R1 < R2
Kecamatan Selo
•
Kecamatan Sawit
•
Kecamatan Mojosongo
•
Kecamatan Simo
•
Kecamatan Sambi
•
Kecamatan Karanggede
•
Kecamatan Ngemplak
•
Kecamatan Nogosari
•
Kecamatan Klego
•
Kecmatan Andong
•
Kecamatan Kemusu
•
Kecamatan Wonosegoro
•
Kecamatan Juwangi
Kuadran IV
Kuadran III Daerah
maju
tertekan Daerah relative tertinggal(Relative backward
tapi
region)
(Rertated region) •
Kecamatan Ampel
•
Kecamatan Cepogo
•
Kecamatan Boyolali
•
Kecamatan Teras
•
Kecamatan Banyudono
Sumber: PDRB Kab. Boyolali Tahun 2007-2011. Catatan: R1 = Laju pertumbuhan PDRB Kecamatan R2 = Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Y1 = PDRB per Kapita Kecamatan rata-rata Y2 = PDRB per Kapita Kabupaten rata-rata
8 4
•
•
Kecamatan Musuk
Gambar 1 Peta Pola Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Boyolali
9 5
2. Sektor unggulan tiap Kecamatan Tabel 3 Sektor Unggulan tiap Kecamatan di Kabupaten BoyolaliTahun 2007-2011 No
Kecamatan
Sektor-Sektor Pembentuk PDRB
Jumlah
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
1.
Selo
Basis
Basis
-
-
-
-
-
-
-
2
2.
Ampel
-
Basis
Basis
-
-
-
Basis
-
-
3
3.
Cepogo
Basis
Basis
-
-
-
Basis
-
Basis
-
4
4.
Musuk
Basis
Basis
-
-
-
-
-
-
-
2
5.
Boyolali
-
-
-
Basis
Basis
Basis
Basis
Basis
Basis
6
6.
Mojosongo
Basis
-
-
Basis
Basis
-
Basis
Basis
-
5
7.
Teras
-
-
Basis
Basis
-
-
-
-
-
2
8.
Sawit
-
-
Basis
-
-
-
-
-
Basis
2
9.
Banyudono
-
-
Basis
Basis
-
-
-
-
-
2
10.
Sambi
Basis
-
-
-
Basis
-
Basis
Basis
Basis
5
11.
Ngemplak
-
-
-
Basis
Basis
Basis
Basis
Basis
Basis
6
12.
Nogosari
Basis
-
-
-
Basis
-
-
Basis
-
3
13.
Simo
Basis
-
-
Basis
-
Basis
-
-
Basis
4
14.
Karanggede
-
-
-
-
-
Basis
Basis
Basis
-
3
15.
Klego
Basis
-
-
-
-
-
-
Basis
-
2
16.
Andong
Basis
-
-
-
Basis
Basis
-
Basis
-
4
17.
Kemusu
Basis
-
-
-
-
Basis
-
Basis
-
3
18.
Wonosegoro
Basis
Basis
-
-
-
Basis
-
Basis
-
4
19.
Juwangi
Basis
-
-
Basis
-
Basis
Basis
Basis
-
5
Sumber: PDRB Kab. Boyolali Tahun 2007-2011. Keterangan : • • • • • • • • •
S1 = Sektor Pertanian S2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian S3 = Sektor Industri Pengolahan S4 = Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih S5 = Sektor Bangunan/Konstruksi S6 = Sektor Perdagangan S7 = Sektor Angkutan dan Komunikasi S8 = Sektor Keuangan, Persewaan, dan jasa Perusahaan S9 = Sektor Jasa-jasa
6 10
Gambar 2 Peta Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Boyolali
11 7
3. Pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali a. Interaksi tiap kecamatan di Kabupaten Boyolali Tabel 4 Interaksi Antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2011 No
Kecamatan
1.
Selo
2.
Interaksi 35.155.877,51
18
Ampel
119.365.605,30
13
3.
Cepogo
124.135.521,90
12
4.
Musuk
237.965.829,10
5
5.
Boyolali
476.495.737,40
3
6.
Mojosongo
608.541.573,80
1
7
Teras
556.135.185,10
2
8.
Sawit
118.710.694,00
14
9.
Banyudono
335.821.229,20
4
10.
Sambi
197.586.095,30
6
11.
Ngemplak
127.881.559,10
11
12.
Nogosari
93.207.655,95
15
13.
Simo
145.909.117,70
10
14.
Karanggede
172.722.299,80
7
15.
Andong
166.082.899,90
9
16.
Klego
86.882.019,19
16
17.
Kemusu
81.773.153,86
17
18.
Wonosegoro
167.184.019,20
8
19.
Juwangi
15.717.571,56
19
Sumber: Boyolali Dalam Angka 2011.
Peringkat
12 8
b. Pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali Tabel 5 Hierarki Pusat Pelayanan di Kabupaten Boyolali Tahun 2011 No
Kecamatan
Fasilitas
Fasilitas
Sosial
Perekonomian
Jumlah
Hierarki
Keterangan
1.
Selo
11
8
19
III
Rendah
2.
Ampel
12
10
22
II
Sedang
3.
Cepogo
13
8
21
II
Sedang
4.
Musuk
11
7
18
III
Rendah
5.
Boyolali
14
11
25
I
Tinggi
6.
Mojosongo
13
8
21
II
Sedang
7.
Teras
11
9
20
II
Sedang
8.
Sawit
13
8
21
II
Sedang
9.
Banyudono
14
9
23
I
Tinggi
10.
Sambi
12
8
20
II
Sedang
11
Ngemplak
12
10
22
II
Sedang
12.
Nogosari
10
8
18
III
Rendah
13.
Simo
12
9
21
II
Sedang
14.
Karanggede
13
9
22
II
Sedang
15.
Klego
11
9
21
II
Sedang
16.
Andong
10
9
19
III
Rendah
17.
Kemusu
10
7
17
III
Rendah
18.
Wonosegoro
10
8
18
III
Rendah
19.
Juwangi
13
9
22
II
Sedang
Sumber: Boyolali Dalam Angka Tahun 2007-2011, lampiran 8-12.
13 9
Gambar 3 Peta Hierarki pusat Pelayanan Kabupaten Boyolali
14 10
4. Analisis potensi dan daya saing tiap kecamatan sebagai pusat pertumbuhan Berdasarkan analisis gravitasi dan skaloram pusat pertumbuhan dengan bobot nilai tertinggi adalah Kecamataan Boyolali
Gambar 4 Peta Prioritas Pusat Pertumbuhan Kabupaten Boyolali 11 15
dengan total interaksi 119.365.605,30, Kecamatan Sawit dengan total interaksi 118.710.694,00, Kecamatan Nogosari dengan total interaksi 93.207.655,95, Kecamatan Klego dengan total interaksi 86.882.019,19, Kecamatan Kemusu dengan total interaksi 81.773.153,86, Kecamatan Selo dengan total interaksi 35.155.877,51, dan Kecamatanan dengan total interaksi terkecil adalah Kecamatan Juwangi dengan total interaksi 15.717.571,56. 4. Berdasarkan analisis skalogram kecamatan dengan hierarki tertinggiadalah kecamatan Boyolali dan Kecamatan Banyudono, Kecamatan dengan hierarki sedang meliputi Kecamatan Ampel, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Mojosongo, Kecamatan Teras, Kecamatan Sawit, Kecamatan Sambi, Kecamatan Ngemplak, Kecamatan Simo, Kecamatan Karanggede, Kecamatan Klego, dan Kecamatan Juwangi. Sedangkan Kecamatan dengan hierarki rendah adalah Kecamatan Selo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu, dan Kecamatan Wonosegoro. 5. Pusat pertumbuhan pada setiap fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali adalah PKW meliputi Kecamatan Boyolali, PKL meliputi KecamatanBanyudono dan Ampel, PKLp meliputi Kecamatan Simo dan Karanggede, PKK meliputi Kecamatan Mojosongo, Teras, Sambi, dan Ngemplak, PPL meliputiKecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, Kecamatan Sawit, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Kemusu, Kecamatan Wonosegoro, Kecamatan Juwangi.
D. Kesimpulan 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum kecamatan di Kabupaten Boyolali masuk dalam kuadran II yaitu daerah berkembang cepat yaitu dengan (10) kecamatan, kuadran III dengan (5) kecamatan, kuadran I hanya (3) kecamatan, kuadran IV hanya (1) kecamatan. 2. Berdasarkan analisis LQ sektor yang paling dominan menjadi sektor unggulan di Kabupaten Boyolali yaitu: (1)Sektor pertanian dan sektor keuangan ada 12 kecamatan, (2)Sektor perdagangan ada 9 kecamatan, (3)Sektor listrik, gas, dan air bersih dan sektor angkutan dan komunikasi ada 7 kecamatan, (4)Sektor bangunan/konstruksi ada 6 kecamatan, (5)Sektor jasa-jasa ada 5 kecamatan, (6)Sektor industri pengolahan ada 4 kecamatan. 3. Berdasarkan analisis gravitasi kecamatan dengan interaksi yang terkuat adalah Kecamatan Mojosongo dengan total interaksi 608.541.573,80,di ikuti Kecamatan Teras dengan total interaksi 556.135.185,10, Kecamatan Boyolali 476.495.737,40, Kecamatan Banyudono 335.821.229,20, Kecamatan Musuk 237.965.829,10, selanjutnya Kecamatan Sambi dengan total interaksi 197.586.095,30, Kecamatan Karanggede deng172.722.299,80, Kecamatan Wonosegoro dengan total interaksi 167.184.019,20, Kecamatan Andong dengan total interaski 166.082.899,90, Kecamatan Simo dengan total interaksi 145.909.117,70, Kecamatan Ngemplak dengan total interaksi 127.881.559,10, Kecamatan Cepogo dengan total interaksi 124.135.521,90, Kecamatan Ampel
xvi 12
Kuncoro,Mudrajad.2002. Analisis Spasial dan Regional.Yogyakarta:UPP AMP YKPN. Kuncoro, Mudrajad.2013. Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi.Yogyakarta:UPP STIM YKPN. Muta’ali, Lutfi.(2011). “Kapita selekta pengembangan wilayah”. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada(BPFG). PERDA Kabupaten Boyolali No 9 Tahun 2011. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 20112031. Boyolali: BAPEDA Kab. Boyolali. Rustiadi, Ernan, Dkk.(2011). “Perencanaan dan Pengembangan Wilayah”. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Rakyat. Sumarmi.2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan.Malang: Aditya Media Publishing. Sutikno dan maryati, 2007.” Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Kabupaten Malang”.Journal of Indonesian Applied Economics Vol.1 No.1 Oktober 2007, 1-17 Sjafrizal.2012.Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tarigan,Robinson. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara Yunus,Hadi Sabari, 2010. “Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
E. Saran 1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diharapkan pemerintah Kabupaten Boyolali melakukan tindak lanjut untuk mendorong percepatan pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten Boyolali dengan konsisten mengembangkan sektor-sektor basis di tingkat kecamatan dengan mengedepankan sinergitas antar kecamatan supaya tercapai keuntungan aglomerasi ke depannya. 2. Dalam penelitian ini aspek aksesibilitas sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu kecamatan sehingga pemerintah seharusnya membangun sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang mobilitas penduduk maupun barang sehingga dapat memperlancar kegiatan ekonomi. 3. Penelitian ini masih memiliki peluang untuk disempurnakan sehingga di harapkan dimasa yang akan datang dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam menyangkut langkah-langkah pengurangan ketimpangan di Kabupaten Boyolali ini. F. Daftar Pustaka Bintarto, R. dan Hadisuwarno, Surastupo. 1987. Metode analisis Geografi. Jakarta:LP3S.
13 xvii