IDENTIFIKASI DAN ANALISIS PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONONOMI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN,PROPINSILAMPUNG
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Magister Perencanaan dar, Kebijakan Publik Universitas Indonesia
Oleh:
Aryan Saruhian NPM : 6605220098
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK,2006
LEMBARPENGESAHAN
Nama
Aryan Saruhian
Tempat/tanggallahir
Kotabumi, 11 Januari 1975
NPM
6605220098
Judul Tesis
Identifikasi dan Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung
Depok,
Septer11ber 2006 Menyetujui Pembi ing
I
(Dr.- Nuzul Achjar)
Mengetahui : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ketua,
fl]M1t1/J1-
, fi
-~
(Dr. B. Raksaka Mahi) NIP. 131.923.199
CJ>ersem6aliantu kfpada: Ayah, ummi, istri, adik, dan anakku tercinta serta seseorang yang kelak menambab kebahagiaan keluarga ini
".. . 7V6enaran itu atfafali tfari 'Tulianmu, se6a6 itu jangan se~li ~li ~mu
tennasuk,orang-orang yang raeu n
(QJ. .ft_{-4Jaqarali, 2:14 7)
".ft_ffali meninggik,an orang yang 6eriman tfiantara ~mu dan orang-orang yang az6eri i{mu pengetaliuan 6e6erapa d'erajat ... n (:4.f-9dujaadifali: 11)
Paul Samuelson in Foundation of Economic Analysis "dan kebanyakan sarjana-sarjana f'ISika tabu lehih banyak dibandingkan Isaac Newton: sebagaimana Newton
se~diri
berkata:
seorang ilmuwan melibat lebib jaub dibanding pendabulunya, sebab ia berdiri di atas babu sang jenius"
Source:
"If I liave seenfurtlier:it is 6y standing on ifie sliouftfers ofgiant" Newton to Hooke, 5 Februari 1976
ABSTRAKSI IDENTIFIKASI DAN ANAUSIS PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI Dl KABUPATEN LAMPUNG SELATAN, PROPINSI LAMPUNG Viii+98 halaman; 18 tabel; 3 gambar; 16 lampiran Oleh: Aryan Saruhian 6605220098 Ilmu ekonomi regional tidal< membahas kegic:tan individual melainkan menganalisis su~tu 'w".'i!ayah (atau bagian wilayah) seca1·a keseluruhan atau melihat berbagai wilayah deng3n potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur s:.Jatu kebijakan yar.g dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah. Artinya unit analisis ekonomi regional adalah wilayah ataupun sektor. Jadi secara ringkas, per~oalan utama yang dibahas dalam ekonomi regional adalah menjawau pertanyaan dimana lokasi dari berbagai kegiatan tersebut dilakukan. Pu~at pertumbL&han (growth centre) dapat diartikan dengan dua cara, yakni secara fungsional dan geografis. Secara fungsional pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompo!< usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga marnpu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). Sec2ra geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasi:itas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usah2 tertarik untuk berlokasi disitu dan masyarakat senang datang memar.faatkan fasilitas yang ada di wilayah tersebut.
Pengembangan wilayah yang dikonsentrasikan pada pusat-r•1sat dengan industri padc::t modal adalah sangat pe:ntil"lg untuk dilakukan, karena hal tersebut akan merangsang pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya merangsang kegiatan pembangunan wilayah. ~ertu07:buhan
Berkaitan dengan letaknya yCJng strategis dan luasnya wilayah yang dimiliki dengan berbagai macam potensi sumberdaya alam yang dimiliki dari masing-masing wilayah sena berbagai corak kegiatan perekonomian, maka beberapa kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, dan untuk itu diperlukan suatu kajian dan konsepsi perencanaan yang komprehensif dan matang dalam jangka menengah dan panjang terutama dalam rangka pengembangan wilayah.
Dalam
kaitan dengan pusat pertumbuhan, Perroux (1955) bahwa pembangunan ekonomi tidak merata terjadi diberbagai daerah, tetapi mempunyai kecondongan untuk mengelompok pada pusat-pusat pertumbuhan. Dalam konteks yang sama Sukirno (2001), mengatakan bahwa pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan menentukan perkembangan daerah lainnya. Begitu pula menarik tidaknya suatu wilayah dijadikan pusat pertumbuhan ekonomi akan si3ngat bergantung pada keadaan sarana prasarana serta sumberdaya alam yang dimilikinya. berpen~apat
Penelitian ini bertujuan: (1} mengetahui atau mengidentifikasi kecamatan yang berpeluang atau berpotensi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten lampung Selatan; (2) mengetahui interaksi (tingkat keterkaitan) antara pusat pertumbuhan (growth centre) dengan hinterland-nya; (3) mengetahui arah atau fokus pengembangan kegiatan ekonomi dengan melihat komoditas unggulan tiap kecamatan. Adapun alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adal-ah analisis scalogram untuk mengetahui pusat pertumbuhan ekonomi berdasarkan ketersediaan fasilitas ekrmomi, sosial dan pemerintahan, c:malisis interaksi untuk melih3t keterkaitan pusat pP.rtumbuhan dengan llinterland-nya (daerah pendukung), dar. analisis location qtJotient yang digunakan unt:.Jk mengetdht.:i sektor unggulan di Kabupaten Lampung Selatan dan komoditas unggular. di~iap kecamatan guna mcndukung spesialisasi masing-masing kecamatan. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) di Kabupaten Lampung Selatan teridentifiKasi sebanyak enam kecamatan yang mempunyai hirarki lebih tinggi sebagai pusat pertumbuhan, karena ketersediaen fasilitasnya lebih bervariasi dan banyak jumlahnya, yaitu Kecarnatan: Kalianda; Natdr; Penengahan; Katibung; Padang Cermin; dan Sidomulyo. (2) pengembangan wilayah dengan menempatkan pada pusat-pusat pertumbuhan memiliki daerah cakupan atau hinterland-nya masing-masing. (3) dari sembilan sektor yang dianalisis, menunjukkan bahwa hanya adc- tiga sektor yang dapat dikategorikan sebagr.~i sektor unggulan di Kabupaten Lampung Selatan yaitu: :::ektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor pengongkutan dan komunikasi. Sedangkan subsektor yang termasuk unggulan yaitu subsektor: tanaman bahan makanan; peternakan; perikanan; pertambangan tanpa migas; penggalian; pengangkutan; komunikasi; bank; persewaan; dan subsektor hiburan dan rekreasi. ( 4) masing-masing wilayah pusat pertumbuhan didukung oleh wilayah pengembangan dengan berbagai komoditas dominan yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan dari masing-masing wil~vah kecamatan.
PRAKATA Puji
syukur
tak
pernah
henti-hentinya
hamba
haturkan
kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya sajalah penulis bisa sampai pada tahap kehidupan ini.
Salawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, kerabatnya, sahabatnya, dan orang-orang yang meniti jalan-Nya. Adapun tesis ini disusun penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia, dan walau masih banyak kekurangan
disana-sini- dalam
mudah-mudahan pemikiran
karya
terutama
kecil
berkaitan
penelitian im
dapat
maupun
penuli:;anr.ya,
memberikan
dengan
kebijakan
sumba<1gan
pE::mbangunan
!)erekonomian daerah melalui konsepsi sistem perencanaan pusatpusat pertumbuhan ekonoml. dan
perasaan yang
tela~
Ui1tuk itu, sejalan dE:ngan pemikiran dicurahkan,
banyak
kemampudn
dan
pandangan ilmuwa!'l lait• yang penulis rasa telah sangat berperan dalam penulisan ini, sehingga !<arya akhir ini takkan pernah selesai tanpa peran serta dari mereka sem•Ja. Terima kasih yang tulus aku persembahkan kembali keoada kedua orang tuaku, ayah dan ummi haji di ntmah, yang tak pernah henti-hentinya memberikail kasih sayang dan do'anya yang sangat tulus tanpa berharap apa-apa
~elain
ingin melihat semua anai<-
an"'knya sukses selalu, begitupun tenma kasih juga kupe;sembahkan kepada ibu mertuaku (umak) yang turut memberikan do'a, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Nuzul Achjar sebagai pembimbing
yart~
telah meluangkan waktunya untuk membantu dan
mengarahkan tesis ini.
Selain itu juga kepada Bapak Dr. B. Raksaka
t·1ahi sebagai Pimpinan Program Studi MPKP UI sekaligus ketiJa sidang dan Ibu Hera Susanti, Si::., M.Sc sebagai Sekretaris Program Studi MPKP UI, serta Ibu Dr. Nining I. Soesilo sebagai penguji utama yang
telah banyak memberikan saran demi perbaikan tesis ini. kepada
s~luruh
Tak lupa
staf pengajar dan pegawai di MPKP UI yang telah
banyak membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi. Terima kasih kuucapkan Kepada Bapak Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, dan Kepala Bappeda Kabupaten Lampung Selatan yan9 telah memberikan izin untuk melanjutkan studi,
serta kepada
Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mendapatkan beasiswa studi di Universitas Indonesia. Kepad.:::
:;~!:J:-'.Jh
kd:..Jarga d: Lamp:.mg terutama Adikku Imelda,
Edi, Riki serta keponakanku Nanda, Arik, serta Ci Ibu, Tuan Tengah, Alak, Mak Cik, Su Inun dar. Mlrham; Keluarga di Jakarta: Jbu, PaJJah, Paman, Bi'Atu, Bi'su dan Pa'su; keluarga di Onta: kak Edi, yuk Ida, Kak Ijal, kak Yan, Yu'Lina, Ombai ejam, Riko, Ridho, Aldi. Kepada teman-temanku Angkatan XI'I Pagi Salei'Tloa: Sandy (dan yon), Qodri, Dodo, Eman, Rahmani, Tauoiq,
Pi~ro,
Bayu .. Eko,
Aziz, Bang Jo, Udin, Dedi, Helmi, Nisa, Ningrum, Endang, Susi, !rfa, Novi, Uni, Sri, Sulis, dan Tri (thanks for the beautiful and interesting moments with you all, may we be united in friendship always). Terakhir, terima kasih yang tak terhingga kepada ic;tri tercinta Fima Oktavia, S.P. dan anakku Tisa Zadya Rio, atas segala kasih sayang dan perhatiai1nya sebagai pendamping setia, ternan dan pendengar terbaik dalam menemani kesendirian di Jakarta dan juga sebagai penyambung motivasi dalam penyelesaian tesis ini. Kuberikan dengan penuh rasa cinta buah karya i!li untuk kalian berdl!:!. Tak ada yang sempurna di dunia ini, dengan penuh kerendahan hati aku memohon ampun kepada sang Khalik pemilik jagat raya ini atas segala kekhilafan dan kelemahan hati ini.
Semoga aku dapat
bertahan dan terus bertahan dalam mengarungi kehidupan ini. Amin
Jakarta,
September 2006
Aryan Saruhian
DAFTARISI
Halaman DAFTAR lSI ....................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR LAM PIPAN ......................................................................................... vii I
PENDAHULUAN 1.1
II
Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...............................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian......................................... ........................ ...
8
1.4 Hipotesis ............. ............................................. ........................
9
1.5 Metodologi Penelitian ..............................................................
9
1.5.1 Ana/isis Scalogram...................................................... 1.5.2 Ana/isis Interaksi atau Gravitasi ..... ........................ 1.5.3 Anal!sis Location Quotient (LQ) ...............................
10
1.6 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................
17
1. 7 Ruang Ungl
20
1.8 Sic;tematika Penulisan .............................................................
20
1.9 Manfaat Penelitian ...................................................................
21
~E:VlEW
2.1
13 15
UTERATUR
Pendekatan Pembangunan Wilayah ....................................
22
2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .......................... ......
24
2.3 Teori Lokasi ...............................................................................
27
2.4 Teori Tempat Sentral (central place theory) .....................
2.9
2.5 Teori Pusat Pertumbuhan (growth centre) ........................
32
2.6 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial .......
37
ii
III KONDISI WILAYAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
IV
3.1 Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan .......................................................................................
40
3.2 Isu-isu Strategis Pembangunan ...........................................
42
3.3 Kondisi Geografis dan Topografis ........................................
43
3.4 Kondisi Sosial ...........................................................................
44
3.5 Kondisi Sarana dan Prasarana .............................................
49
3.6 Kondisi Perekonomian ...........................................................
53
3.6.1 Struktur Perekonomian ............................................. 3. 6.2 Pertumbuhan Ekonomi .............................................. 3.6.3 Potensi Perekonomian ................................................
53 56 57
HASIL DAi\1 PEMBAHASAN Anal isis Scalogram ............. .....................................................
65
4.2 Ana:isis Interaksi atau Gravitasi ........ ..................................
75
4.3 Analisis Sektor dan Produk Unqguian Daerah ...................
79
4.4 Hasil Analisis Pusat Pertumbuhan, Hinterland, dan Komoditas Unggular. ...............................................................
88
4.1
V
KESIMPULAN DAN S.A.RAN
5.1
Kesimpular. ................................................................................
5.2 Saran ........................ ..................................................................
92
93
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Jumlah kecamatar. dan desa serta luas wilayah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 .................
4
Tabel 3.1
Jumlah kecamatan dan desa serta luas wilayah .......
44
Tabel 3.2
Banyaknya rumah tangga, penciuduk menurut jer.is kelamin dan sex ratio per kecamatan di Kabuprtten Lamp'-lng Selatan Tahun 2004 ........... .
47
Banyaknya k~luarga menurut pentahapan keluarga per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ........................................................................
48
Tabel 3.3
Tabcl 3.4 Tabei 3.5 Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Banyaknya sekolah negeri dan s"Vasta menurut tingkatan r>er kecamatan Tilhun 2004 ....................... .
50
Banyaknya fasilitas kesehatan menl!rut kecamatdn di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ......... ..
51
Banyaknya tempat ibadah meilurut jenis dan kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ........................................................................
52
Distribusi Persentase PDRB l
54
PDRB Kabupaten Lampung Selatan & pertumbuhan riil Tahun 2001-2004 .......................................................
56
Jumlah produksi tanaman pertanian per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ........... .
58
tanaman perkebunan per Jumlah produksi kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ....................................................................................
59
Luas panen dan produksl tanamabn buah-buahan per jenis tanaman di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2003-2004 ...........................................................
60
Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran per jenis tanaman di Kabupaten Lampung Selatar Tahun 2003-2004 ............................................................
62 iv
Tabel 3.13 Tabel 4.1
Tabel 4.2
fabel 4.3 Tabel 4.4
Populasi ternak menurut jenisnya per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 .................
63
Nilai perhitungan terhadap jumlah fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan tiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ............
66
Hierarki pusat pertumbuhan kecamatan berdasarka:1 analisi~ scalogram di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ......................................
71
Data perkembangan nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2000-2004 ......
81
Hasil analisis pusat pertumbuhan, Hinterland, dan komoditas unggulan ........................................................
88
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gam bar 1.1
Kerangka pikir penelitian ............................................
17
Gambar 4.1
Grafik daya tarik tiap kecamatan dengan menggunakan variabel penduduk di Kabupaten Lampung Selatan ..........................................................
78
Konsepsi sistem kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan ...........................................................~................
91
Gambar 4.2
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Lampiran 2.
Tabel hasil analisis scalogram fasilitas ekonomi tiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ................................................................... Tabel hasil analisis scalogram fasilitas sosial tiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ................................................................. .
100 101
Tabel hasil analisis scalogram f~sil!te~ pemerintahan tiap kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 ................................ .
102
Lampiran 4.
Penentuan orde-orde pusat pertumbuhan ............ .
103
lampiran 5.
Perhitungan nilai int~raksi antara pusat pertl.imbuhan dengan hinterland ......................... .
105
Hasil nilai interaksi ar.tara kecamatan scbagai pusat pertlimbuhan dengan kecamatan lain sebagai hini:erland-nya Tahun 2004 ..................... .
113
Data jarak antar kecamatan di Kauupaten Lampung Selatan Tahun 2.004 ................................ .
114
Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan Tahun 2000, Tahun 2000-2004 ....
115
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lampung Selatan menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan Tahun 2000, Tahun 20002004 ............................................................................... .
116
Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2000-2004 .......................
117
Hasil produl<si tanaman pangan, perkebunan, perikanan di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan Tahun 2004 .............................................
118
Hasil perhitu!lgan nilai Location Quotient (LQ) produk tanaman pangan, perkebunan, perikanan per-kecamatan Tahun 2004 .....................................
118
Lampiran 3.
Lam~iran
6.
lampiran 7. Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10. Lampiran 11.
Lampiran 12.
vii
Lamplran 13.
Hasil produksi petemakan di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan Tahun 2004 .....
119
Lamplran 14. Hasll perhitur.gan nilai Location Quotient (LQ) produk peternakan per kecamatan Tahun 2004 . .
119
Lampiran 15. Lampiran 16.
Produksi hasil hutan Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan Tahun 2004 .......................
120
Hasil perhitungan nilai Location Quotient (LQ) produk hasil hutan per kecamatan Tahun 2004 ...
120
Vlll
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan daerah bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya dengan perenc.anaan pembangunan oleh
...
daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Secara mendasar dalam perencanaan pembangunan pada dasarnya terdapat tiga aspek perencdnaan yaitu: makro; sektoral; dan regianal, yang ketiganya tersusu'1 dalam satu kesatuan (Kartasasmita, 1996). Selanjutnya bila perencanaan regional dikaji kembali, ·yang dikaitkan
dengan
para
pelaku
perencanaan
di
tingkat
regional
(daerah), maka esensi aspek perencanaan tersebut masih relevan untuk diterapkan.
Dan kalau ket!ga aspek perencanaan tersebut
diletakkan pada suatu ruang (space), maka konsepsinya semakin luas dan pembahasan daerah menjadi daerah perencanaan, disamping definisi lain daerah yang berarti sebagai daerah homogen d()n nodal (Azis, 1984). Ilmu ekonomi regional tidak membahas kegiatan individual melainkan menganalisis suatu wilayah (atau bagian wilayah) secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan y2ng mempercepat pertumbuhan ekonomi seluruh wi!ayah.
dapat
Artinya unit
analisis ekonomi regional adalah wilayah ataupun sektor. Selain membahas wilayah secara
gen~rcl
juga membicarakan keadaan di
dalam wilayah secara lebih spesifik, misalnya hubungan dari satu kota tertentu dengan daerah hinterland-nya atau kota lainnya dimana
faktor jarak dan kondisi setempat turut dibicarakan.
Selain itu juga
membahas pengaruh pengembangan suatu daerah terhadap daerah Sebagai akibat ruang lingkupnya yang lebih lokal
hinterland-nya.
maka ekonomi regional lebih bersifat policy oriented yang banyak berisikan rumus-rumus aplikasi (normative sdence), dimana ekonomi regional itu sendiri berkembang dari kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah-daerah (Tarigan, 2004).
Dengan demikian,
berbagai kebijakan ekonomi yang cocok di suatu daerah belum tentu cocok di daerah lain.
Jadi secara ringkas, persoalan utama yang
dibahas dalam ekonomi regional adalah menjawab pertanyaan dimana lokasi dari berbagai kegiatar. tersebut dilakukan. Di
bi:]ang
ekonomi,
otonomi
daerah
disatu
pihak
menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi
harus
nasionat di
daerah. dan dilain pihak terbuknnya peluang bagi pemerintah daerah untuk
mengembangk2n
k€bijakar•
regional
dan
lokal
untuk
mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnyu dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang tinggi dari wsktu ke waktu (Rasyid, 2002). Hal ini berarti daerah hcrus lebih mampu menetapka:1 skala prioritas yang tepat untuk memanfaatkan potensi
dae;ahn-ya
kelestarian
Masing-rr.asing
lingkungan
hidup
dengan agar
tetap
memperhatikan
pertumbuhan
bisa
berkesinambungan. Dari urdian di atas terfihat bahwa dafam ekonomi regional, konsep daerah (region) dapat ditampilkan dalam tiga kriteria umum. Pertama,
daerah homogen (homogenous region),
konsep
region
biasanya muncul dalam bentuk satu daerah atau tempat tertentu atau sekelompok tempat yang mempunyai ciri dan struktur yang sama baik dari segi ekonomi, sosial maupun politik. (fungsional
r~gic,r;),
Kedua, daerah fungsional
dim.:ma konsep region tidak berdasarkan batas
administratif, melainkan berdasarkan pengaruh, kutub ekonomi, atau adanya hubungan ekonomi dimana satu sama lain dihubungkan oleh jarak tertentu.
Ketiga, daerah administratif (administrative region),
2
dimana
daerah
dikelompokkan
berdasarkan
batas
administrasi
pemerintahan seperti kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa. Datam suatu proses p2rencanaan yang didominasi dengan pendekatan sektoral akan lebih mengutamakan pengamatan terhadap sektor
tertentu
yang
perlu
mendapat
prioritas
utama
untuk
dikembangkan, kemudian menentukan dimana pengembangan suatu sektor dilaksanakan.
Sedangkan dengan perencanaan yang bersifat
regional lebih menitikberatkan pada pengamatan daerah mana yang perlu dikembangkan kemudian dilanjutkan dengan menentukan sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di daerah tersebut. Pendekatan sektoral dan regional tidak dapat dipisahkan ataupun
b~rdiri
mengingat pc:da dasarnya bahwa pemerintah membagi perencanaan
secara
sektoral
dan
untuk
mengatasi
sendiri, kegiatan
kelemahan
pendekatan sektoral serta mengatasi perbedaan potensi yang ada di daerah
maka
membawa
konsekuensi
perrr.asalahan di d2erah dengan
logis
p~ndekdtan
untuk
mendekati
perencanaan regional
(Sunarjanto, 20GO). Salah satu :su lintas bidang yang ttrcantum dalam Program Pembangunan
Nasional
(Pro1Jenas)
menyC:Jtaketn
bahwa
untuk
meningkatkan dan mempercepat pembangunan daerah dil:::3kukan dengan konsep pembangunan llntas wilayah. Salah satu implementa:;i wilayah
tersebut
pemekaran
adalah
wilayah,
kabupaten/kota. .
mengcn~i
upaya
baik
isu pembangunan lintas
pengembangan
pada
tingkat
wilayah
provinsi
melalui maupun
Dalam rangka pengembangan wilayah tersebut,
maka pemerintah daerah harus mampu melihat dan menentukan wilayah-wilayah mana yang secara ekonomi, sosial dan kultural memiliki potensi untuk dikembangkan, baik yang secara alami sudah dimiliki oleh wilayah tersebut maupun akibat pembangunan yang dilakukan selama ini. Pengembangan wilayah yang dikonsentrasikan pada pusat-pusat · pertumbuhan dengan industri padat modal adalah sangat penting untuk dilakukan, karena hal tersebut akan merangsang pertumbuhan
3
ekonomi yang pada akhimya merangsang kegiatan pembangunan wilayah (Yudistri, 2005). Kebijakan pemerintah dengan industri padat modal tersebut harus diikuti dengan pembangunan infrastruktur, transportasi, komunikasi dan kelembagaan sosial sehingga secara alami kondisi tersebut dapat meningkatkan daya tarik investasi. Implikasinya terhadap
k~iatan
ekonomi masyarakat yaitu di satu sisi
produk dari pusat pertumbuhan akan digunakan oleh industri-industri lainnya di wilayah sekitarnya (hinterland) dan diekspor ke luar wilayah, sedangkan pada sisi lain memberikan peluang bagi produkproduk yang dihasilkan di sekitar wilayah pusat pertumbuhan untuk digunakan oleh industri di pusat pertumbuhan. Sal'3h
satu
upaya
yang
dilakukan
Pemerintah wilayt:~h
Lampung Selatan dalam 1"3ngka pengernbangan
Kabupaten
adalah dengan
memekarkan wilayah kecamatan dan desanya, yang hingga awal Tahun
2005,
Kabupaten
Lam(Jung
Selatan
telah
memiliki
kecamatan, 362 desa definitif, 9 desa per.:;iapan, dan 3
20
kelur~har.
(Tabel 1.1). Tabcl 1.1 Jumlah Kecamatan dan Desa serta lues wilayah Tahun 2004 No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 g 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Padanq Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Teqinen·enq ·' Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Cancipuro Kaliand3 Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
Ibukota Watcs Bawang Kedondong Batu Raja Gedung Tataan Negeri Katon Trimulyo Merak Batin Marga Agung Jati Baru Tanjung Ratu Merbau Sidoreio Titi Wanqi Bumi Aqunq Banding Bangunan Kuala Sekampung Pasuruan Bangun Rejo M L A H
J u Sumber : BPS Kabupaten Lampung Selatan
Luas (Km 2 ) 317 63 22419 13111 99,83 97,06 152,69 151_,26 213 77 1G4 47 233,04 222,31 113,94 160,98 84L69
16140 100,39 171 39 81,92 190,11 108,60 3.180,78
Jumlah Desa/Kel 21 20 20 15 19 19 15 22 21 22 19 15 19 14 27 15 19 10 27 15 374
4
Pemekaran untuk
wilayah
mempermudah
menciptakan
yang
dan
pusat-pusat
dilakukan
tersebut dimaksudkan
meningkatkan
masyarak~t;
Jayanan
pertumbuhan
ekonomi
yang
baru;
mempersingkat rentang kendali dan pengawasan pembangunan; serta membuka
isolasi
daerah-daerah
pinggiran,
sehingga
akan
lebih
meningkatkan mobiiitas sosial ekonomi penduduk. Pada Tahun 2000, sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan
sumbangan
terbesar
dalam
pembentukan
Produk
Domestik Regional Brulo (PDRB) di Kabupaten Lampung Selatan yakni sebesar 52,73%.
Hal ini tidak terlepas dari luasnya wiJayah dan
bP.ragamnya potensi sumberdaya alam yang dimiliki di masing-masing wilayah kecamatan. Namun pada Tahun 2004, peran sektor pertanian di Kabupaten lampung Selatan cenderung menuruil yoitu sebesar
51,08%.
Untuk itu sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam
rangka meningkatkan kembali kinerja sektor
pertani::~n
adalah
deng~n
cara revitalisasi pertaman. Revitalisasi menempatkan pmporsio!lal
pertani::~n
kembali dan
mengandung arti sabagai i<:esadaran untuk
arti
penting
kontekstual;
dalam
sektor arti
pertanian
menyegarkan
vitalitas, memberdayakan kemampuan dan meningkatkan
secara kembali kine:-ja
pertanian dalam pembangunan nasional dan daera!l dengan tidak mengabaikan sektor lain 1 • Kabupatcn Larr.pung Selatan merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/kota yang berada·
\::l
Fropinsi Lampung, dan letaknya
berada di ujung selatan Pulau Sumctera:
Mengingat Jetak yang
demikian, maka daerah ini dapat dikatakan sebagai muara dari Trans Sumatera atau sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera. Be.kait2n C::.sngan letaknya yang strategis dan luasnya wilayah yang dimiliki dengan berbagai macam potensi sumberdaya alam yang dimiliki dari masing-masing wilayah serta
berb~gai
corak kegiatan
1 Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan merupakan salah satu dari "Triple Track Strategy" atau strategi tiga jalur K.abinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional, dicanangkan II Juni 2005.
5
perekonomian, maka beberapa kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,
dan
untuk itu
diperlukan
suatu
kajian
dan
konsepsi
perencanaan yang komprehensif dan matang dalam jangka menengah dan panjang terutama dalam rangka pengembangan wilayah. Selain itu sebagai bagian dari wilayah Propinsi Lampung, maka sangat
penting
juga
untuk
mengetahui
bagaimana
kinerja
perekonomian, pola struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi baik secara wilayah (posisi relatif) :7l:n;pur. secara
~ekbra!
(ar.tar sektor)
dan bagaima'la pula tingkat spesialis2si perekonomian di Kabupaten Lampung
Selatan
sehingga
dapat mengejar
k.ttertinggalan,
dan
perekonomiannya dapat berkembang dengan pesat serta mat npu bersair.g dengan kabupaten/kota lainnya. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu isu yang sering diperdebatkan cialam kebijaksanaan pengembangan ekonomi wilayah yClitu apakah ada usaha untuk mempercepat peitumbuhan
pembangunan
wilayah
dengan
suatu
kebijaksanaan pembangunan secara ni!sional dengan tujuan secara menyeluruh. pembangunan
Proses kemajuan ekonomi dilihat d3ri pandangan teori akan
menempatkan
unsur-unsur
wilayah
yang
merupakan unsur sub nasional menjadi penting dan menarik dal"m perencanaan pembangunan, sehingga wilayah-wilayah mempunyai peranan yang semakir. jelas dan menentukail. BP.rkaitan dengan isu pengembangan wilayah tersebut, maka pertanyaan klasik mengenai: what to produce, why to produce dan
how to produce dianggap tidak lengkap, dan masih harus dilengkapi dengan pertanyaan where to produce, atau dimana pembangunan suatu industri atau pabrik akan diletakkait pada lokasi yang tepat. Denyan melihat posisi strategis Kabupaten Lampung Selatan seba9ai pintu gerbang menuju Pulau Sumatera, maka kabupaten ini memegang peranan penting dalam aktivitas perekonomian di Propinsi Lampung.
Hal tersebut dapat dilihat dari aspek struktur spasial, rute
6
transportasi, tata guna tanah, arus modal, arus tenaga kerja, arus komoditas, dan komunii<3si. Dengan adanya interaksi antara pola fisik dan pola kegiatan ekonomi tersebut akan menyebabkan terciptanya struktur spasial kegiatan ekonomi, yang dapat dilihat dari munculnya pusat-pusat
pertumbuhan
ei
ataupun
pusat-pusat
perdagangan. Sefain memifiki posisi yang strategis, Kabupaten Lampung Selatan juga menghadapi beberapa tantangan pembangunan perekonomian seperti:
pengembangan
sentra
produksi
dan
pelayanan;
pengembangan kawasan industri manufaktur; pengembangan sektor properti dan konstruksi; pengembangan agribisnis dan agroindustri; serta
pengembangan
menyelaraskan dikembangkan
kawasan
pariwisata.
pcrtumbuhan konsep
ekonomi
kecamatan
Untuk
antara
sebagai
itu
guna
wilayah
perlu
pusa~
pertumbuhan
r>,tamun sampai saett ini belum ada kajian akademis
ekonomi. men~~nai
kecamatan-kecumatan
yang
berpoten:;i
sebagai
pusal
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan. Pendekatan dengan ruang lii1gkup kecamatan dimaksudkan agar pemerataan pembangunan antar kecamatan dapat lebih merata. Salah satu cararaya adalah masing-masing
wilayah.
dengan rr.engetahui spesialisasi dari Sedangkan
kecamatan
sebagai
pusat
pertumbuhan ekonomi dimaksudkan untuk mengiden!:ifikasi aktifitasaktifitas ekonomi yang menjadi keunggulan dari suatu k.ecamatan, S\:?l'lingga dapat ditentukan arah dan kebijakan pembangunan yang sesuai dengan melihat spesialisasi keunggulannya. Selain
itu,
pembangun3n memilih
dalam sering
lokasi dari
kegiatan muncul
berbagai
perencanaan
permasalahan kegiatan
dibangun di masa yang akan datang.
yang
dan
tentang
pelaksanaan bagaimana
direnc.:makan
akan
Karena tidak adanya ·pE.dornan
atau buku referensi yang dapat dipakai, penentuan lokasi sering dilakukan atas dasar musyawarah dari orang-orang yar.g memiliki berbagai keahlian/kepentingan dalam suatu lembaga perencanaan pembangu;,an daerah, sehingga seringkali program dan kegiatan
7
pembangunan yang dilaksanakan tidak merata dan tidak tepat sasaran. Dalam
kaitan
dengan
pusat pertumbuhan
Perroux
(1955) 2
berpendapat bahwa, pembangunan ekonomi tidak merata terjadi diberbagai
daerah,
menge~ompok
tetapi
mempunyai
kecondongan
pada pusat-pusat pertumbuhan.
untuk
Dalam konteks yang
sama Sukimo (2001), mengatakan bahwa pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan menentukan perkembangan daerah lainnya. Begitu pula menarik tidaknya suatu wilayah dijadikan pusat pertl!mbuhan ekonomi akan sangat bergantung
pada keadaan
sarana prasarana serta
sumberdaya alam yang dimilikinya. Bertolak dari latar belakang dan permasalahan di atas, maka ada dua pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan ini, yaitu:
1. Bagaimar.akah potensi peilgembangan wilayah di Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari potensi geografis dan potens! ekonomi yang dimilikinya? 2. Bagaimana arah pengembangan perekonomian di Kabupaten L;:,mpung Selatan dengan melihat komoditas yang menjadi keunggulen
dari
tiap
wilayah
c1alam
rangka
menunjang
spesialisasi keunggulan daerah? 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan Latar belakang dan
permasalah~n
di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian !ni adalah:
1. Mengetahui atau mengidentifikasi kecamatan-kecamatcm yang berpeluang
atau
berpotensi
sebagai
pusat
pertumbuhan
ekonon1i di Kabupaten lampung Selatan 2. Me:1getahui pertumbuhan
interaksi (growth
(tingkat centre)
keterk.aitan) dengan
antara
daerah
pusat
sekitarnya
(hinterland)/kecamatan pendukung
1
Lihat Adisasmita (2005). Ekonomi Wilayah.
8
3. Mengetahui arah atau fokus pengembangan kegiatan ekonomi dengan melihat produk-produk/komoditas unggulan tiap-tiap kecamatan
dalam
rangka
spesialisasi
keunggulan
tiap
kecamatan.
1.3 Hipotesis
Sedangkan hipotesis yang akan dikaji atau diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Kecamatan-kecamatan yang memiliki fasilitas perkotaan yang
lebih lengkap berpotensi sebagai pusat pertumbuhan/kegiatan ekonomi di i
kecame~tan
sebagai
pusat-pusat pertumbuhan/pu8at kegiatan wilayah 3. Produk-produk/komoditas
unggulan
tidak
menyebar
secara
merata disetiap kecamatan di Kahupaten Lampung Selatan 1.5
Metodol'lgi Penelitian
Penelitian ini meliputi pusat pertumbuhan ekonomi pada tingkat kecamatan di Kabupaten Lampu:1g Selatan der.gan
2u
kecamatan yang
akan diidentifikasi sebagai pusat pertumbuhc:n ekoncmi.
Selain itt.:
juga dikaji mengenai spesialisasi keunggulan tiap kecamatan dei1gan melihat produk/komoditas unggulan masing-masing kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dt1ta sekunder yang meliputi; data fasilitas-fasilitas (ekonomi, sosial, pemerintahan), jumlah penduduk, jarak antar kecamatan di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, data Produk l)omestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
ha~ga
konstan Tahun 2000, data produksi komoditas pertanian
di tiap kP.camatan dan data s€kunder lainnya dart beberapa publikasi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
Lampung Selatan.
(Bappeda),
dan
kecamatan
di
Kabupaten
Sedangkan analisis atau teknik pendekatan yang
9
dilakukan adalah Analisis Scalogram, Analisis Interaksi atau Gravitasi, serta Analisis Location Quotient (LQ), yang secara lebih lengkap dapat digambarkan sebagai berikut:
1.5.1
Analisis Scalogram Wilayah didefinisikan sebagai area geografis y;:)ng mempunyai
ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi
(?anuju,
2005).
Dari definisi tersebut, dapat
diturunkan tipologi-tipologi wilayah berdasarkan sifat hubungannya, fungsi masing-mac;ing komponennya atau berdasarkan pertimbangan sosial, ekoncmi maupun politis lainnya. D!antara tipologi-tipologi yang ada terdapat salah satu tipologi yang disebut dengan tipologi wilayah m~rupakan
nodal, yang
pengembangan dari konsep sel hidup. Dalam
penjabaran wilayah nodal i!li, wilayah diasumsikan sebagai suatu sel hidup
yang
terdiri
dari
inti
dart
plasma,
mempunyai fungsi yang saling mendukung.
yang
masing-masing
Inti dalam hal ini
diasumsikan sebagai pusat kegiat;:m industri dan pusat pasar serta pusat inovasi.
Sedangkan plasma atau hinterland merupakan pusat
pemasok dari bahan menlah, tenaga kerja, dan pusat pemasaran barang-barang hasil industri yang diproduksi di pusat (inti). Berdasarkan
konsep
wilayah
nodal
tersebut,
pusat
atau
hinterland suatu wilayan dapat ditentukan dari kelengkapan fungsi pelayanan suatu wilayah.
Secara teknik hal tersebut dapat dilakukan
dP.ngan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jt::nlah penduduknyi'\. Unit wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan- jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain akan menjadi pusat atau mempunyai hirarki lebih tinggi.
Sebaliknya, jika suatu
wil~yah
mempunyai jumlah dan jenis
fasilitas umun1, industri serta jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas paling rendah merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain.
Dengan cara ini, selanjutnya dapat ditentukan hirarki dari
seluruh unit wilayah dalam suatu cakupan administrasi wilayah yang lebih luas. 10
Analisis scalogram digunakan untuk menentukan hirarki wilayah. Dalam metode ini, seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah didata dan disusun dalam suatu tabel.
Metode ini bisa
digunakan dengan menuliskan jumlah fasilitas yang dimiliki oleh setiap wilayah, atau menuliskan ada/tidaknya fasilitas tersebut disuatu wilayah (Prar-.oto, 2005). Tingkat perkembangan wilayah dapat diukur dengan kondisi dari karakteristik potensi dari ketersediaan sumberdaya, kelembagaan, SDM
(masyarakat dan
aparatur
pemerintah),
d::m
ketersediaan
infratruktur dasar wilayah serta sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung perkembangan aktifitas masyarakat. metode penentuan menggunakan
tingkat perkembang<-rn
analisis
hirarki
wilayah
wilayah yang
Salah satu
yaitu
dengan
aidasarkan
pada
kete!""sediaan 5arana dan prasarana wilayah menurut jumlah dan jenis unitnya.
Analisis scalogram ini dapat menunjukkan bahwa wila'yah
yar.g merupakan hirark: tertinggi ditentukan o!eh se:makin banyaknya jumlah dan jenis sarana dan prasarana yang dimiliki, sedangkan wilayah-wilayah yang merupakan hirarki paiing rendah ditentukan oleh semakin ::;edikitnya jumlah dan jenis sarana d:m prasarana yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Menurut Hoover (1948) 3 , salah satu indikator suatu derah dikategorikan economies
of
pusat
kegiatan
urbanconcentration
ekonomi
atau
adalah
keuntungan
mem!liki
konsentrasi
Konsentrasi oerkotaan tersebut meliputi, diantaranya:
perkotaan. memiliki
sebagai
fasilitas-fac;ilitas
keuntungan
yc;ng
i
perbankan
dan
finansial,
berhubungan dengan jasa transportasi
seperti
perbaikan fasilitas terminal, keuntungan komunikasi, adanya fasilitasfasilitas sosial, hiburan dan keuntungan skala dalam pelayanan umum dc:.;-i pemerintah. T•Jjuan
digunakannya
analisis
scalogram
adalah
untuk
mengidentifikasi kt::camatan-kecamatan yang dapat dikelompokkan
Lihat Sihotang (2001). Ilmu Ekonomi Regional (Terjemahan dari Buku Harry W. Richardson ··Elements of Regional Economics).
3
11
menjadi
pusat-pusat
pertumbuhan
berdasarkan
pada
fasilitas
perkotaan yang tersedia. Kemampuan suatu kecamatan dikategorikan sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi didasari atas ketersediaan
fasilitas perkotaan yang dimiliki (Blakeley, 1994 dalam Yudistri, 2005). Dalam
analisis
klasifikasi
kawasan/kota
berdasarkan pada tiga komponen fasilitas utama
dikelompokkan
yC\it:.~:
1. Differentiation adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi.
Fasilitas ini menunjukkan bahwa adanya struktur
kegiatan ekonomi lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas
komersial
akan
menunjukkan
derajat
ekonomi
kawasan/l
Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan 3osial c.iari
kawasan/kota.
Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus
persen merup21kan
kegiatan sosial
namun
pengelompokan
tersebut masih dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit oriented).
3. Centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi-politik/pemerintahan. bagaimana
hub:.mgan
kota/!mmunitas. hirarki
dari
dari
Fasilitas
ini
masyarakat
menunjukkan dalam
sistem
Se11tralitas ini diukur melalui perkembangan
institusi
sipil,
misalnya
kantor
pos,
instansi
BUMN/Bt:.IMD, kantor pemerintahan dan sejenisnya. Beberapa
data/variabel
yang
digunakan
dalam
penentuan
perkemba11gan wilayah dalam studi ini, diantaranya meliputi data fasiiitas ekonomi .berupa: pasar;
~operasi;
sarana angkutan; industri;
rumah makan; telepon; sarana dan prasarana pengairan; tempat rekreasi; bank; stasiun; SPBU; dan penginapan.
Untuk data fasilitas
sosial berupa: fasilitas pendidikan; fasilitas kesehatan; peribadatan,
12
sedangkan untuk fasilitas pemerintahan berupa; kantor camat; kantor desa; balai desa; dusun; instansi (vertikal, otonom, dan 9UMN/BUMD).
1.5.2 Analisis Interaksi atau Gravitasi Sistem wilayah adalah sistem yang rumit. Hanya sebagian saja yang dapat diamati oleh manusia, atau yang mampu diamati dengan mikroskop perencana, antara lain: hubungan antar manusia atau masyarakat, perusahaan industri, aparat pemerintahan dan lain-lain (Warpani, 1984). Berbagai sistem pendekatan telah dilakukan dalam usaha menghayati sistem wilayah yang rumit tersebut, misalnya dengan pendekatan analisis kependudukan, analisis ekonomi, analisis masukan-keluaran, program tinier, dan sebagainya. Interaksi antar wilayah merupakan suatu mekanisme yang menggambarkan
dir.amika
yang
terjadi
disuatu
wilayah
karena
aktivitas yang dilakukan oleh sumberdaya manusia di dalam suatu wilayah.
Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menduga
besamya interaksi antar wilayah adalah model gravitasi.
Persamaan
dalam model gravitasi ini bisa digunakan untuk menganalisis dan menduga pola interaksi spasial (Panuju, 2005). Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besamya daya tarik dari suatu potensi yang berada p.:~dc:
Sliatu lokc:si.
Modei ini sering digunakan untuk melihat kaitan
potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yailg benar.
Oleh karenanya model gravitasi
berfungsi ganda, yaitu sebagai teori lokasi dan sebagai alat dalam perencanaan. Selanjutnya
baru
pada
abad
ke-20
John
Q.
Stewart4
menerapkan secara sistematik model gravitasi untuk menganalisis interaksi sosial dan ekonomi. Misalnya, ada dua kota (kota A dan kota B) yang berdekatan, lalu ingin diketahui berapa besar interaksi yang
4
Dalam Tarigan, Robinson. (2004). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Halaman 139-140
13
terjadi antara kedua kota tersebut.
Interaksi bisa saja diukur dari
banyaknya perjalanan (trip) dari penduduk kota A ke kota B atau sebaliknya. beberapa
Besarnya interaksi antara kedua wilayah ditentukan oleh faktor,
tersebut yang iapangan
kerja,
pertama
adalah
besarnya
dapat diukur dari jumlah total
pendapatan
(nilai
kedua
penduduk, tambah),
kota/wilayah banyaknya jumlah/luas
bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum dan
lain-lain.
Mungkin karena mudah mendapatkan datanya maka ukuran yang sering digunakan adalah jumlah penduduk.
Penggunaan jumlah
penduduk sebagai alat ukur karena jumlah penduduk sangat terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi itu adalah jarak antara _ kedua kota/wilayah tersebut.
Jarak mempengaruhi keinginan orang
untuk bepergian karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya. Makin jauh jarak yang memisahkar. kedua lokasi, makin re.,dah keinginan orang untuk bepergian.
Rumus
gravitasi secara umum adalah sebagai berikut:
Selanjvtnya penggunaan rumus-rumus gravitasi tersebut dapat disederllanakan menjadi (Daldjoeni, 1992):
Keterangan : ~J
d 1j P1 PJ k b
= = = = = =
Besarnya interaksi antara wilayah i dengan wilayah j Jarak dari wilayah i dengan wilayah j, dalam Km Jumlah penduduk di wilayah i, dalam ribuan jiwa Jumlah penduduk di wilayah j, dalam ribuan jiwa Sebuah bilangan konstanta berdasarkan pengalaman Pangkat dari d1J, yang sering digunakan b=2 5 (berdasarkan studi-studi sebelumnya)
5 Sehubungan dengan pangkat dij yang sama dengan 2, Hagget (1975) da:dlll Daldjoeni (1992) menjelaskan bahwa apabila relieftopografi antara dua tempat itu datar dan daerah geraknya luas, dipergunakan pangkat 0,4 dan apabila topografinya kasar dan daerah geraknya sempit, di pergunakan pangkat 3,3. Lal u sebagai jalan tengahnya digunakan mean yakni sebesar I ,94 yang di dalam praktek dibulatkan ke atas men_iadi 2.
14
Rumus di atas menggambarkan reaksi/interaksi antara lokasi i dengan salah satu lokC!si lain.
Interaksi seperti itu berbanding lurus
dengan produk (perkalian) jumlah penduduk tetapi berbanding terbalik dengan kuadrat dari jarak. Interaksi antar kelompok manusia yang satu dengan lainnya sebagai
proclusen
diperlukan,
dan
konsumen
mer.unjukkan
adanya
serta suatu
barang-barang gerakan
yang
(movements).
Produsen suatu barang pada umumnya terletak pada suatu tempat tertentu dalam ruang wilayah, sedangkan para pelanggannya tersebar dengan berbagai jarak di sekitarnya. SE'"makin besar angka interaksi antar kecamatan sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi
semakin eratnya
deng~n
hubungan
daerah
sekitarnya
interaksi antara
menunjukkan
pusat pertumbuhan
dengan daerah sekitarnya/hinterland.
1.5.3 Analisis Location Quotient (LQ) Potensi suatu daerah dapat dievalua'ii paling tidak dari du3 sisi, yaitu potensi penawaran (supply) dan potensi penerimaan (demand). Dari sisi supply, suatu daerah diukur kinerjanya dari kemampuan melakukan produk!:;i dari berbagai kor.10diti, hal ini menunjukkan seberapa besar kemampuan dari melakul
Dari sisi
kemampuan penawaran, salah satu variabel yang relevan untuk dibahas adalah sektor yang memiliki surplus produksi, sehingga sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor unggulan. Untuk mengetahui potensi dari komoditi yang dapat d:unggulkan yang ada di masing-masing wilayah kecamatan, sebelumnya dianalisis sektor dan subsektor unggulan di daerah Kabupaten Lampung Selatan, guna memberikan arah terhadap perkembangan perekonomian di masing-rPasing wilayah kecamatan tersebiJt. Secara
umum,
metode
analisis
i....Q
menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas).
digunakan
untuk
Disamping itu, LQ
juga bisa digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi lokal 15
suatu wilayah (panuju, 2005).
Selanjutnya menurut Arsyad (1999)
dengan mengacu pada model pendekatan LQ dapat disajikan bentuk persamaan seperti berikut:
E/{. E. I,J
LQ
i
=
J
Ei,n/ /En Keterangan : Ei,j :
Produksi komoditas i di Kecamatan (j)
Ej :
Produksi komoditas total di Kecamatan (j)
Ei,n:
Produksi komoditas i di Kabupaten (n)
En :
Produksi komoditas total di Kabupaten (n)
Sete:ah LQ dihitung mak.a didapat sebagai berikut:
1. Nilai LQ suatu komod1tas > 1 dikatakan
m~ka
sebagai komoditas basis
komoditas tersebut dapat atau
unggulan,
sehingga
perekonomian di suatu kecamatan memilii
komoditas
basis
atau
unggulan
sehingga
dapat
dikatakan kecamatan tersebut kekurangan produk atas kcmodltas tersebut dan harus mendatangkann;·a dC'ri daerah lain; 3. Nilai LQ suatu komoditas = 1 maka komoditas tersebut mempunyai kontribusi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa '•1ampu
m,~menuhi
permintaan akan komoditas tersebut dari
luar.
16
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir di dalam menqanalisis pennasalahan penelitian ini dapat digambarkan pada bagan berikut ini (Gambar 1.1): Pembangunan Nasional
!i--.
Keterpaduan Top Down& Bottom Up Planning
Pembangunan Daerah
Perbedaan: potensi, SDA & SDM &erah
Karakt~ristik,
Pengembangan wilayah &sektor
Pemerataan Pembangunan
--+
I Konsepsi perencanaan yang komprehensif
I
y
Anal: sis
Program & Kegiatan
Lokasi kegiatan ekonomi (regional)
---+ +----
Pusar pertumbuhan ekonomi
Kecamatan sbg pusat pertumbuhan eko-no_m_i__. +----
Spesialisasi keunggulan kecamatan
~
~
Identifikasi aktifitas2 ekonomi kecamatarl
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
17
Pembangunan daerah merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, oleh karena itu kesinergian antara keduanya mutlak untuk dilaksanakan. Dalam implementasinya keterpaduan antara perencanaan yang sifatnya top down planning dan bottom up planning menjadi prasyarat utama guna menr.apai tujuan pembangunan yaitu terwujudnya masyarakat yang seja!ltera dan berkeadilan. Dalam era otonomi, pemerintah daerah mempunyai kebebasan yang
lebih
besar untuk
mengembangkan
wilayahnya
dan juga
menentukan sektor/komoditi apa saja yang akan dikembangkan disuatu daerah.
Untuk itu diperlukan suatu konsepsi perencanaan
yang komprehensif dan matang dalam jangka menengah dan panjang, yang kemudian akan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan. Adanyi:i peibedaan karakteristik, potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia
menentuk2n
arah
antar daerah
dan
kebijakan
dalam
suatu
pembangunan
wilayah
akan
ekonomi
yang
cocok/sesuai t,;ntuk dikembangkan di daerah tersebut. diharapkan dengan
pemerataan
pambangumm
tersebut,
kemampuan
hal
ak.an
tercapai.
dae:rah
Sehingga Berkaitan
untuk
melihat
sektor/komoditi yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya menjadi semakin
penting
karena sektor/komoditi
yang
memiliki
keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan d~harapk3n
dapat mendorong perkembangan sektor/komoditi lainnya.
Dalam diuraikan
perencanaan
sebelumnya,
pembcmgunan
bahwa
daerah,
pendekatan
seperti
perencanaan
telah dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral memfokuskan
perhatia~
sektor-sektor kegiatan ekonomi yang ada di daerah.
Pendekatan ir.:
pada
mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang :;eragam atau dianggap seragam.
Sedangkan pendekatan regional melihat
pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang
18
yang lainnya, dan bagaimana keduanya ini saling berinteraksi untuk diar:Jhkan kepada tercapainya efisiensi. Dari dilakukan
sudut atas
pendekatan
dasar
batas
regional,
pengelompokan
administrasi
pemerintahan
dapat seperti
kab•Jpaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa, atau atas dasar wilayah pengaruh dari st.:atu pusat pertumbuhan (growth centre). Menurut Adisasmita (2005), kadang-kadang pengelompokan menurut administrasi pemerintahan sejalan dengan pusat-pusat pertumbuhan. Dari uraian di atas, diketahui bahwa sasaran akhir dari kedua pendekatan tersebut adalah sama, yakni menentukan kegiatan apa pada lokasi mana.
Pendekatan regional dalam pE:ngertian lebih luas
-
selain memperhatikan penggunaan ruang untuk kegiatan prodi.Jksi/jasa juga memprediksi arah konsentrasi kegiatan dan memperhatikan kebutuhan
fasilitas
merencanakar.
untuk
masing-masiug
jaringan-jalingan
konsentrasi
penghubung
sehingga
serta
berbagai
konsentrasi kegiatan dapat dihubungkan secara efisien. Pusat pertumbuhan (growth centre) dapat diartikan dengan dua cara, yakni secara fungsional dan geografis. Secara fungsional pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah Qelakangnya).
Secara geografis,
pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan
kemudahan
.::;e:,ingga
menjadi
pusat
daya
tarik
(pole
of
attraction), yang menyebabkan berbagai .nac.am usaha tertarik untuk
berlokasi disitu dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di wilayah tersebut (Tarigan, 20CS). Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
sangat
penting
untl•k
mengetahui kecamatan-kecamatan mana yang berpote'ls: sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,
bag~imana
kecamatan
juga
tersebut,
dan
interaksi antara kecamatan-
bagairr.ana
tingkat
spe~ialisasi
perekonomian di masing-masing wilayah atau kecamatan tersebut dengan melihat komoditas/produk unggulannya. 19
1.7
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
tentang
"Identifikasi
dan
Analisis
Pusat-Pusat
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan" ini dilakukan dengan pendekatan kepustakaan, analisis data sekunder dan turun lapang. Pendekatan kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori umum dari berbagai
literatu~
untuk mendapatkan landasan
teori yang mendukung penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Lampung Selatan
Propinsi Lampung dengan menganalisis data sekuncter yang ada yang diperoleh dari BPS Kabupaten Lampung Selatan maupun dinas instansi terka:t.
Pelaksanaan turun lapan9 ke kecamatan juga
diperluka~
sekiranya terdapat kekurangan dc::ta dalam rangka melihat berbagai fasilitas-fasilitas yang ada di kecamatan tersebut.
1.8 Sistematika Ptmulisan Adapun sistematika penulisan yang dilakukan dalam penelitian i;,i tertuang daldm bab per bab yang dapat diri11ci sebagai ber!kut:
1. BAB I berisikan latar belakc:mg penelitian, perumusan masaiah, tujuan penulisan, kerangka pikir, hipotesis, ruung lingkup per.elitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB
II
berisikan
review
literatur
mengenai
teori-teori
penge:nbangan wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan yang memherikan pondasi/landasan awal tentang penelitian ini 3. BAB III memberikan gambaran t... num mengenai w!layah studi baik berupa kondisi wilayah maupun keadaan perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan 4. BAB
IV
memaparkan
hasil
dari
penelitian
berikut
pembahasar.nya 5. BAB V menarik
keslmpulan dan saran yang dapat diberikan
dari hasil penelitian ini.
20
1.9
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung
Selatan,
terutama
bagi
para
pengambil
keputusan
dan
pelaksana pembangunan dalam membuat rencar•a kebijakan pembangunan terutama dalam rangka pengembangan suatu daerah/kecamatan (khususnya kecamatan tertinggal). 2. Memberikan informasi dan gambaran mengenai spesialisasi keunggulan suatu kecamatan oerdasarkan produk unggulannya sehingga dapat dijadikan bahan dalam rangka pengembangan produk/komoditas tertentu.
21
BABII REVIEW LITERATUR
.!.1
Pendekatan Pembangunan Wilayah Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi. kinerja
pembangunan
menciptakan diharapkan.
berbagai
yang
sangat
masalah
baik
pun,
sosial-ekonomi
Suatu
mungkin
baru
yang
saja tidak
Kompleksitas permasalahannya bertambah besar karena
ruang lingkup permasalahannya telah bertambah luas.
Pende.
tcrhad.::Jp permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah me:1galami perkembe:mgan pula (Adisasmita, 2005). Perencanaar. wilayah ada!ah perencant'!an penggunaan ruang wilayah dan perencanaean aktivitas pada ruang wilayah.
Perencanaan
ruang wilayah biasanya dituangkan dalam perencanaan tata ruang witayah sedangkan perencanaan aktivitas biasanya tertuang dalam rencana
pembangunan
wilayah,
baik
jangka
panjang_.
jangka
menengah, maupun janyka pendek. Aspek ruang dalam pemanfaatan wilayah mencakup aspek lokasi dan dimensi wilayah. Aspek lokasi dan wilayah adalah sa ling berkaitan, disatu oihak dengan fungsi lindung, dan dilain pihak dengan masalah pllihai1 atas lokasi bagi (a) tempat pemukiman ataupun kegiaren usaha, yakni dalam rangka mempt::roteh tingkat "kemudahan" yang diinginkan, atau sebaliknya, (b) kegiatan usaha, dalam rangka mempertinggi
tingkat "kemudahan" bagi
masyarakat di
tertentu, baik dalam memenuhi keb•..:tuhan hidup meliputi ke
wilayah temp~t
kerja, perbelanjaan, pendidikan, ke:;ehatan, rekreasi, peribadatan, dan maupun untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Baik dalam perencanaan pembangunar. nasional maupun d31am perencanaan pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan d;Ja cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan
regional (wilayah). Pendekatan sektoral memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan ekonomi yang ada di daerah.
Pendekatan ini
mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam Sedangkan pendekatan regional melihat
atau dianggap seragam.
pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang yang lainnya, dan bagaimana keduanya ini saling berinteraksi untuk diarahkan kepada tercapainya efisiensi. Dari
sudut
dilakukan
atas
pendekatan
dasar
batas
regional,
pengelompokan
administrasi
pemerir.tahan
dapat seperti
kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa, atau atas dasrtr wilayah pengaruh dari- suatu pusat pertumbuhan (growth centre). Menurut Adisasmita
(2005),
kadang-kad:mg
pembagian
menurut
administrasi pemerintahan sejalan dengan pembagian menurut pusat pertumbuhan. Oleh
karena
itu,
pendekatan
perencanaan
pembangunan
wilayail tidak cukup hanya meng9unakan pendekatan sektorai saja atau h3nya pendekatan regional sa)a. wilayah
mestinya
Pendekatan
memadukan
sektoral
kemungkinan
tumpang
saja
tidak
tindih
Perencanaan pembangunan
kedua akan
dalam
pendekatan mampu
penggunaan
tersebut.
melihat
adanya
lahan
(kecuali
melakukan pendekatan komprehensif seperti lii1ear programming), juga tidak mampu melihat perubahan struktur ruang yang mungkin terjadi sebagai akibat dilaksanakannya JV!i~alnya,
r~ncana
sektoral tersebut.
tidak mampu melihat wilayah mana yang akan berkembany,
wilayah mana yang kurang terbanglm, perubahan dari pergerakan arus orang dan barang sehingga memerlukan perubahan kapasitas jaringan
jalat~.
kelestarian
serta apakah kegiatan sektoral bisa mengganggu
lingkung~n
etau iercipta pusat-pusat pertumbuhan baru,
dan sebagainya {Tarigan, 2005). Sementara itu, pendekatan regional saja juga tidak cukup karena analisisnya akan bersifat makro wilayah sehingga tidak cukup detil untuk membahas sektor per sektor apalagi komoditi per komoditi.
Pendekatan regional saja tidak akan mampu menjelaskan, misalnya komoditi apa yang akan dikembangkan, berapa luas, apakah pasar masih dapat menyerap tambahan komvditi tersebut, apakah input untuk pengembangannya masih cukup, serta bagaimana tingkah laku para pesaing. Atas dasar alasan tersebut, pendekatan pembangunan wil~yah
haruslah
gabungan
antara
pendekatan
sektoral
dan
pendekatan regional.
2.2
Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Dengan semakin majunya studi-c;tudi pembangunan ekonomi,
banyak teori telah diperkenalkar..
Dalam pembangunan wi!ayah,
banyak teori dapat digunakan sebagai landasan untuk menjelaskan pentingnya pembangunan w!layah. Pembangunan wilayah (regional) merupai
modal,
alr.Jm, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi
prasarana
komunikasi,
dan
komposisi
sara'la industri,
pembangunan, teknologi,
transporta~i
situasi
dan
ekonomi,
pe:-dagangan ant:ar wilayah, kemampuan pendanaan dan pemuiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah den lingkungan pembangunan secara luas.
Semua faktor di
atas adalah penting, tetapi masih dianggap terpisah-pisah satu sama lain, dan belum men-,atu sebagai komponen yang membentuk basis untuk penyusunan teori
pembangunan wilayah tregional) secara
komprehensif (Adisasmita, 2005). Jhingan
(1994),
mendefinisikan
pertumbuhan
ekonomi
dipandang sebagai kenaikan jangka panjang dari kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi kepada penduduknya, dan kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelt•mbagdan serta ideologis yang diperlukan.
Adapun ciri yang menandai pertumbuhan ekonomi
dapat dikemukakan sebagai berikut: •
Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita
•
Peningkatan produktivitas
24
•
Laju perubahan struktural yang tinggi
•
Urbanisasi
•
Ekspansi negara maju
•
Arus barang, modal dan orang antar bangsa (wilayah)
Berbagai ciri pertumbuhan eKonomi modem tersebut saling kait mengait, semuanya terjalin dalam urutan sebab akibat. Sementara itu dikemukakan oleh Jhingan (1994), bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitu: a. Faktor ekonomi, yang meliputi: •
Sumber alam
•
Akumulasi modal
•
Organisasi
•
Kemajuan teknologi
•
Pembagian kerja dan skala produksi
b. Faktor non ekonomi, yang meliputi: •
Faktor sosiai
•
Faktor mar.usia
•
Faktor politik dan administ:'"atif
Selanjutnya adaiah SC!!:=Jb
menurut
s~tu
Susanti
(2001),
pertumbuhan
ekonomi
indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tentan9 pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara/daerah.
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauhmana
aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. mengalami
pertunabuhan
bila
seluruh
Perekonomian dianggap balas
jasa
riil
terhadap
penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Dengan kata lain, perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu
lebih besar daripada pendapatan riil masyarakat tahun
sebelumnya.
25
Dalam konteks regional, salah satu teori pertumbuhan regional yang paling sederhana adalah apa yang dinamakan teori sektor. Teori ini timbul dart pengamatan empirik yang dilakukan oleh Clark dan Fisher (1940), bahwa kenaikan pendapatan perkapita diberbagai daerah pada berbagai waktu pada umumnya dibarengi oleh relokasi sumberdaya,
dengan
dipekerjakan
dalam
penurunan
proporsi
kegiatan-kegiatan
angkatan
primer
kerja
yang
(pertanian),
dan
kenaikan proporsi dalam kegiatan-kegiatan sekunder (manufakturing) dan kemudian disusul dengan kenaikan proporsi dalam kegiatankegiatan tersier (jasa).
Laju terjadinya perubahan sektor itu, dan
evolusi spesialisasi serta pembagian ke!'ja intern yang diakibatkannya, dipandang sebagai
su.rnber dinamika bagi pertumbuhan
regional
(Glasson, 1990). l.ebih jauh Rit:hardson (1991), mengemukaKan bahwa terdapat perbedaan
dalam
Perbedaan
tersebut
movement).
analisis
pertumbuhan
terletak
pada
nasionai
perpindaha!l
dan fuktor
regional. (factor
Perpindahan faktor untuk suatu negara diasumsikan
sebagai perekor.omian tertutup. Namun cakupan regional.
asum~i
ini tidak berlaku untuk
Kemungkinan arus masuk dan keluarnya tenaga
kerja dan modal aisuatu wilayah regioniJI lebih besar dibandingkan dengan
kemungkinan
yang
dikemukakan pula, bahwa dalam
pertumbuhan
sama disuatu
terdap~t
regional,
negara.
Selanjutnya
dua cara pendekatan metodologis
yaitu:
mer.gadaptasi
model-model
ekonomi makro yang digunukan dalam teori pertumbuhan agreg3tif (dan varian-varian regional khusus, seperti: teori basis eksport) a tau menafsirkan pertumbuhan suatu daerah menurut dinamika struktur industri.
Kedua metode ini komplementer, artinya pendekatan dari
masing-masing metode saling melengkapi. Pada ;.;mumnya rertuillbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penemu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktorfaktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutar. ataupun faktor-faktor di luar daerah, atau dan kombinasl dari keduanya. Penentu-penentu penting yang berasal dari dalam daerah itu sendiri
26
meliputi distribusi faktor-faktor produksi seperti: tanah, tenaga kerja dan modal.
Sedangkan salah sab.! penentu ekstem yang penting
adalah tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Perbedaan endogen atau
eksogen ini juga tercermin dalam berbagai teori; teori-teori seperti teori
bahwa
sektor menunjukkan,
perkembanga:1
regional
pada
hakekatnya adalah suatu pros€s evolusioner intern, sedangkar. teoriteori lainnya seperti teori basis eksport menitik beratkan permintaan terhadap eksport daerah yang bersangkutan (Glasson, 1990). Terjadinya pertumbuhan ekonomi tidaklah terjadi secara merata dan bersamaan di seluruh wilayah. Hal ini dapat dipahami, mengingat adanya keragaman antar wilayah itu sendiri yang menyebabkan adany3
perbedaan
perkembangan
teknologi
sumberdaya
potensi
dalc:m
kelembagaan
maupun
alam,
tingkat
masing-masing
wilayah. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi disuatu wilayah akan memberikan dampak terhadap wilayah sekitarnya, baik yang bersifat menguntungkan :naupun merugikan. dal3m menelaah pembangunan wilayah pusat
pert~mbuhan
diketahui
adanya
terutam~
Dengan demikian, dengan pendekatan
(pelayanan) dun wilayah pendukungnya, perlu hubungan
atau
interaksi
pusat
pertumbuhan
(pelaya:1an) dengan daerah belakangnya (hinterland) dalam ruang Jingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus orang, barang dan jasa.
Hubungan yang terjadi tersebut .:Japat
menguntu!1gkan (spread effect) atau bahkan merugikan (bacKWo.jh effect) terhadap daerah hinterland sebagai akibat dari pertumbuhan suatu wilayah.
2.3
Teori Lokasi Masalah lokasi dari setiap kegiatan pembangunan baik secara
nasional maupun secara wilayah harus dipertimbangkan masak-masak dan dipilih dengan tepat agar kegiatan tersebut dapat berlangsung secara produktif dan efisien. Sebenarnya teori-teori lokasi telah lama
27
diintroduksikan
oleh
ahli-ahli
ekonomi,
dimana
pada
waktu
itu
implikasi secara teoritis menunjukkar. bahwa faktor tata ruang (space) dan faktor jarak (distance) nampak sekunder atau secara implisit dibandingkan dengan unsur waktu (time) dalam analisis ekonomi. Perhatian terhadap teori lokasi telah menjadi semakin besar terutama sekitar tujuh dasawarsa yang lalu be:tepatan waktu perencanaan tata ruang, dimana dimensi geografis dan lansekap ekonomi (economic landscape) dimasukkan sebagai variabel tambahan yang
penting
dalam kerangka teori pembangunan (Sasmita, 2005). Menurut Tarigan (2004), yang menjadi landasan dari lokasi adalah ruang. r;tudi
Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi.
tentang
wilayah,
yang
dimaksud
dengan
ruang
Dalam adalah
permukaan bumi ba!k yang ada di atasnya maupu11 yang ada di bawahnya sepanjang maniJsia masih bisa menjangkaunya.
Lokasi
menggambarkan posisi dari ruang tersebut {dapat ditentukan buju!"' dan lintangnya).
Namun dalam studi ruang, yang mer.)adi perhatian
bukanlah ktmampuan kita untuk membuat daftar tentang posisi berbagai
benda/kegiatan
yang
ada
dalam
satu
ruailg
wilayah
me1ainkan analisis atas dampak/keterkaitan antara kegiatan disuatu lokasi dengan berbagai kegiatar. la:n pada lokasi lain. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografic; dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengan•hnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Loka!::ti berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di lokasi tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dar>at diselidiki dan dapat dimengerti.
Dalam mempelajari lokasi berbagai
kegiatan, ahli ekonomi regional terlebih dahulu membuai: asurl'lsi bahwa ruang yang dianalisis adalah datar dan kondisinya disemua arah adalah sama. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana manusia mengatur
28
kegiatannya dalam ruang, baru kemudian asumsi ini dilonggarkan secara bertahap sehingga ditemukan kondisi dalam dunia nyata. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi setiap wilayah adalah berbeda.
Dampaknya menjadi lebih mudah dianalisis karena tingkah
laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah sama. unsur ruang adalah jarak.
Salah satu
Jarak menciptakan "gangguan" ketika
manusia berhubungan/bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan/kendala karena dibutuhkan waktu dan tenaga (biaya) untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu, jarak juga menciptakan gangguan informasi sehingga makin jauh dari suatu lokasi makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama.
Analisis ini
d~pat
dikembangkan untuk melihat
bagaimana suatu lokas! yar.g memiliki potensi/daya tarik terhad-3p batas wilayah pengaruhnya dimana orang masih ingin mendatangi pu~at
yang mem!liki potensi tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya
daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut.
2.4
Teori Tempat Sentral (central place theory) Suatu ciri umum dari daerah-daerah nodal
adalah bahwa
penduduk kota tidaklah menyebar secara merata di pusat-pusat yang sama besarnya, tetapi tersebar dia•1tara pusat-pusat yang besarnya berbeda-beda dan secara
kesel~;-uhan
perkotaan (urban hierarchy).
membentuk suatu hierurki
Penyebab pokok dari perkembangan
seperti ini adalah lebih efisiennya menyuplai bar-3ng dan jasa tertentu di pusat-posat kecil sedangkan barang dan jasa lainnya lebih efisien :kalau disuply di
pusat-p~sat
yang lebih besar.
Akar. tetapi, jika
hierarki itu sudah terbentuk maka kita akan menyaksikan dominannya pusat-pusat yang
lebih besar dan mengutubnya arus fenomena
ekonomi yang mencirikan daerah-daerah nodal.
Ini bcrarti bahwa
29
menjelaskan evolusi hierarki perkotaan adalah unsur yang sangat penting untuk dapat memahami daerah-daerah nodal. Gagasan konsep tersebut pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaler (1966) yang kemudian dikenal sebagai teori tempat sentral (central place theory).
Menurut teori ini
bahw~
fungsi pokok suatu
pusat kota adalah sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah belakangnya (daerah komplementer), menyuplainya dengan barang dan jasa sentral seperti jasa perdagangan, pendidikan, hiburan serta jasa-jasa dari
perbankan, fasilitas
p~f'TI~rlnt=Jh
l<'ot::t/di'leri'Jh.
Jumlah jasa-jasa itu dapat menaik dan turun tergantung pada ambang permintaan atau demand thresold yaitu tingkat permintacn minimum yang
diperlukan
untuk me:ndukung
pelayanan jasa dan
lingkup
permmtaan atau demand range, yaitu batas-batas luar dari daerah pasai
untuk
mcnentukan
masing-masing bar.yak
dan
jasa.
bes!'lrnya
Kedua
faktor
tempat-temoat
inilah
yang
~entral
yang
menyuplai lilasinq-masing jasa sehingga dari itl! timbullah nierarki tempat
sentral.
Tempat-tempat
sentral
kecil
dan
daerah
komplementernya akan tercakup di dalam daerah-daerah p3sar dari pusat-pusat yang lebih besar (Sihotang, 2001). Model teori tempat sentral yang dir.yatakan oleh Christaler dalam Utoyo (2000) ini dapat digunakan jika meme;nulli asum;;iasumsi berikut ini:
1. Populasi penduduk tersebar disuatu wilayah secara homogen; 2. Pusat
menyediakan
barang-barang
dan
jasa-jasa
untuk
hinterland-hinterland-nya, sehingga jika terdapat dua tempat sentral
mampu
menyediakan
pelayanan
yang
sama
akan
mempunyai hinterland dengan ukuran yang sama pula;
3. Pusat mempunyai
pola
memaksiml.lmkan
lokasi
spatialr.ya
(misalnya: dalam penggunaan lahan); 4. Pusat membentuk suatu hierarki.
30
Selanjutnya teori ini menjelaskan tentang penyusunan suatu model
wilayah
heksagonal.
perdagangan
yang
berbentuk
segi
enam
utau
Heksagonal yang terbesar memiliki pusat yang paling
besar, sedangkan heksagonal yang terkecil memiliki pusat yang paling kecil.
Secara horizontal, model Christaller menunjukkan kegiatan-
kegiatan manusia yang tersusun dalam tata ruang gecgrafis, dan tempat-tempat
sentral
(pusat-pusat)
yang
lebih
tinggi
ordenya
mempunyai wilayah perdaganga11 atau wilayah pelayanan yang lebih luas dibandingkan pusat-pusat yang lebih kecil; sedangkan secara vertikal, model tersebut memperlihatkan bahwa pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mensuplai barang-barang kese!uruh wilayah dan kebutuhan akan bahan-bahan mentah di pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya disuplai o!eh pusat-pusat yang lebih rendah ordenya. Sumbangan positif teori tcmpat sentral adalah bahwa teori ini relevan bagi perencanaan kota dan wilayah karena slstem hierarki pusat mcrupakan sarana yang efisien untuk perencanaan wilayah. Distribusi tC::Jta ruang dan besarnya pusdt-pusat kota merupakan unsur yang sangat ::>enting dalam struktur wilayah nodal dan melahirkan konsep-kon'5ep c!ominasi dan polarisasi. Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis dan struktur hierarkis
pusat-pusat
menjelaskan
kota
bagaimana
(wilayah-wiiayah
pola
tersebut
nodal)
mengalami
tetapi
t1dak
perubahan-
perubahan pada masa depan, atau dengan perkataan lain tidak menje~5kan
gejala-gejala
(fenomena)
pembangunan.
Teori
ini
bersifat statis; agar teori tempat ::;entral dapat menjelaskan gejalagejala dinamis, maka perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah yang menjelaskan mengenai proses perubahan-perubahan struktural.
Salah satu dari teori pertumbuhan 'Nilayah adalah
t~ori
pusat pertumbuhan (growt:1 centre theory).
31
2.5
Teori Pusat Pertumbuhan (growth centre) Teori pusat pertumbuhan (growth centre) adaiah salah satu
teori yang terkenal datam ilmu ekonomi regional. Kepopuleran teori ini pada dasarnya timbul karena merupakan salah satu alat utama yang dapat melakukan penggabungan antara prinsip "konsentrasi" dengan "desentralisasl" secara sekaligus (Alfonso, 1968 dalam Samsudin, Dengan demikian diharapkan teori pusat pertumbuhan ini
2004).
merupakan salah satu alat yang ampuh untuk mencapai tujuan pembangunan
nasional
yang
sating
bertolak
belakang
antara
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ke seluruh pelosok daerah. Di samping itu teori ini merupakan salah satu alat yang paling "ideal" untuk dapat menggabungkar. kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan secaru terpadu.
Karena :tu
tidaklah mengherankan bila para ahli dan banyetk penulis selalu pusat pertumbuhan dengan teknik
menghubungkan antara teori perencan::~an
wilayah.
Perkembangan modern teori pusat pertumbuhan terutama berasal dari teori kutub pertumbuhan yang pertama kali diperkenalkan oleh eko:1om Prancis yairu k:.~tub
mengenai
development). merupakan
P~rroux
pada Tahun 1950 dengan teorinya
pertumbuhan (pole de croisan=e atau pole de Gagasar.
suatu
ilmu
kutub ckonumi
pertumbuhan ruang
yang
pada
dasarnya
berorientasi
pada
keterkaitan antara industri perkotaan dan efek pengganda pada daerah lainnya. (Swedia),
Kemudian Walter Isard (A'>), dan Ronald Artie
lebih lanjut mengembangkan konsep pusat pertumbuhan
tersebut dengan melakukan studi polarisasi ekonomi berdasarkan pada tingkatan input-output industri (Ertur,1984). Selanjutnya
:.JC'yd
Rodwin
(1963)
dalam
Ertur
(1984),
menggambarkan bahwa ~ 1-'endei
industri
perkotaan
Beliau menyebutnya suatu difusi dari pada
daerah
belakangnya
melalui
infrastruktur dan investasi produktif pada kutub pertumbuhan terpilih. Seperti
pendahulunya
(Friedmann
(1956),
Not
Hansen
(1968),
32
D.F. Darwent {1969), Brian Berry (1969), dan Malcolm Mosely (1974)),
kemudian
yang juga
berhasil
mengembangkan
konsep
tersebut adalah Konsep Rodwin's, yang juga bisa diterapkan terutama pada negara-negara industrialisasi dan urbanisasi dengan ketidak seimbangan pengembangan regional yang terbatas.
Pengembangan
konsep dan metode dari studi-studi di atas adalah didasarkan pada asumsi yang berhubungan dengan multiplier (pengganda) dan efek penyebaran ke belakang dari pertumbuhan industri perkotaan yang dipercepat, yang dikenal dengan titik pertumbuhan perkotaan. Pemikiran dasar dari konsep titik pertumbuhan ini adalah bahwa kegiatan ekonomi di dalam suatu ctaerah cenderung beraqlomerasi disekitar sejumlah kecil titik fokal (pusat). Di dalam suatu daerah arus polarisasi akdn bergravitasi ke arah titik-titik fokal ini, yang walaupun karena jarak arus tersebut aKan berkurang.
Disekitar titik fokal ini
dapat ditentukan gar!s perbatasan dimana kepadatan arus turun sampai suatu tir.gkat kritis minimum, pusat tersebl!t dapat dikatakan titik pertumbuhan sedangi
daerah-daeiah
yang
bersangkutan
semakin
tinggi
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan sosialnya.
tingkat Dengan
demikian rencana regional-pun cenderung akan berhasil jika rencana itu
secara efektif memperkuat ciri-ciri
nodal alami yang
sudah
terbentuk dl daerah itu. Pusat pertumbuhan (growth centre) dupat diartikan dengan dua cara, yakni secara fungsional dan geografis.
Secara fungsional pusat
pertumbuhan adalah adalah suatu lokasi konsent:rasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya
~!lemiliKi
unsur-
unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya).
Secara
geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu loKasi yang
banyak
memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tar!k
33
(pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik
untuk
berlokasi
disitu
dan
masyarakat senang
datang
memanfaatkan fasilitas yang ada di wilayah/kota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut. Tidak semua kota generatif dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan. Pusa~
pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu adanya hubungan
intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya (Tarigan, 2005).
1. Adanya
hub~..mgan
internal dari berbagai macam kegiatan.
Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara saw sektor dengan sektor lainnya, sehingga apabila
ada
sc:tu
sektor
yang
tumbuh,
akan
mer.dorong
pertumbuhan sektor lainnya, karena sal!ng terkait. Jadi, kei1idupan kota me11jadi satu irama dengan berbagai komponen kehidl!pan kota dan menciptakan sinergi pertumbuhan.
~ntuk
Saling mendukung terciptanya
Pertumbuhan tidak terlihat pincang, ada sektor
yang tumbuh cepat tetapi ada sektor lain yang tidak terkena imbasnya sama sekali.
Ha! ini berbeda dengan sebuah kota yang
fungsinya hanya sebagai pera;'ltara (transit).
Kota perantara
adalah apabila kota itu hanya berfungsi mengumpulkan berbagai bahan dari daerah belakangnya dan menjualnya ke kota lain yang lebih
besar/IPar
wilayah
dan
membeli
berbagai
kebutuhan
masyarakat dari kota lain dan dijual atau didistribusikan ke wilayah belakangnya.
Pada
kota
perantara
tidak
terdapat
banyak
pengolahan ataupun kegiatan yang menciptakan nilai tambah. Kalaupun ada pengolahan hanya bersifat penyortiran (seleksi) dan pe.r.bungkusan
sedangkan
kegiatan
yang
bentuk dan kegunaan barang masih sedikit.
bersifat
mengubah
Dengan demikian,
sedikit sekali terjadi interaksi dengan sektor lain di kota tersebut. Pertumbuhan
sektor
perantara
ini
tidak
banyak
mendorong
pertumbuhan sektor lain di kota itu.
34
2. Adanya efek pengganda (multiplier effect) Keberadaan
sektor-sektor
yang
saling
terkait
mendukung akan menciptakan efek pengganda.
dan
saling
Apabila ada satu
sektor atas permintaan dari luar wilayah, produksinya meningkat, karena adanya keterkaitan mengakibatkan produksi sektor lain juga menin9kat dan akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga
total
kenaikan
produksi
bisa
beberapa
kali
lipat
dibandingkan kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut (sektor yang pertama meningkat permintaannya).
Unsur efek
pengganda sangat berperan dalam membuat kota itu mampu mF.macu pertumbuhan daerah belakangnya.
Karena kegiai:an
berbagai sektor di kota meningkat tajam kebutuhan kota akan bc:han baku/tenaga kerja yang dipasok dari daerah belakangnya akan meningkat tajam.
3. Adanya konsentra5i geog;-afis Konsentrasi geografis menciptakan
d~ri
efisiensi
berbagai sektor atau f3silitas, seiain bisa diantara
sektor-sektor
yang
saling
membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) d3ri kota
tersebut.
Orang
yang
datang
ke
kota
tersebut
bisa
mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi,
kebutuhan dapat dioeroleh der.9an lebih hemat waktu,
tenaga, dan biaya.
Hal ini membuat kota itu
m~narik
untuk
dikunjungi dan karena volume transaksi yang makir. meningkat akan menciptakan economic of sca1e sehingga tercipta efisiensi lanjutan. 4. Bersifat mendorong daerah belakangnya Hal ini berari:i antara !
Kota membutuhkan bahan bakl.l dari
daerah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan daerah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.
Apabila terdapat
hubungan yang harmonis dengan daerah belakangnya dan kota itu memiliki tiga karakteristik yang disebutkan terdahulu, otomatis kota itu akan berfungsi untuk mendorong daerah belakangnya. 35
Jadi,
konsentrasi
pertumbui13n
kegiatan
apabila
ekonomi
konsentrasi
dapat itu
dianggap
dapat
pusat
mempercepat
pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara berbagai sektor dalam kota) maupun ke luar (ke daerah belakangnya). Konsep pusat pertumbuhan (growth centre) ini didasarkan kepada 2 (dua) hipotesa dasar, yaitu:
1. Pertumbuhan
dan
perkembangan
ekonomi
dimulai
dan
mencapai puncaknya pada sejumlah pusat-pusat tertentu; 2. Pertumbuhan
dan
perkembangan
pusat-pus~t
(disebarkan) di
ekonomi
dijalarkan
pertumbuhan ini, secara nasional
melalui hierarki kota-kota dan secara regional dari pusat-pusat perkotaan (urban centre) ke daerah belakang (hinterland) masing-masing (Soedjito dalam Utoyo, 2000). Analisis pendapatan
titik
di
pertumbuhan
daerah
mengandung
perturnbuhan
sebagai
mencapai maksimum bila pembangunan
hipotesis keseluruhan
dikonsentras~kan
bahvJa akan
pada titik-
titik pertur.lbuhan daripada pembangunan dipencar-pencar secara tipis pada seluruh wilayah. masing
titik
Dengan demiKian interaksj antara masing-
pertumbuhan
dengan
daerah
pengaruhnya
adalah
merupakan unsur penting dalam teori interaksi ini (Sihorang, 2001). Pusat-pusat pertumbuhan tersebut berdasarkan studi di India (Utoyo, 2000) telah dimodifikasikan dan dapat dil:iedakan atas:
1. Pusat pelayanan pada tingkat lokal; 2. Titik pertumbuhan pada tingkat sub-wilayah;
3. Pusat pertumbuhan pada tingkat wilayah; 4. Kutub pertumbuhan pada tingkat nc:c;ional. Pusat suatu wilayah juga merupakan pusat b3rang dan jasa yang
secara
terperinci
dinyatakar.
sebaqai
pusat
perdagangan,
perbankan, organisasi perusahaan, jasa profesio11al, jasa adminjstrasi, pelayanan pendidikan dan hiburan bagi daerah hinterland. Permintaan dntar hinterland sangat bervariasi dan berbanding terbalik dengan 36
jarak dari pusat pertumbuhan karena adanya perbedaan dalam biaya transportasi.
Dari uraian tersebut, terti hat bahwa jarak merupakan
faktor kunci. Jarak didefinisikan sebagai maksimum jarak yang ingin ditempuh oleh
seseorang untuk membeli barang
tertentu
yang
ditawarkan pada suatu tempat. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa fasilitas pelayanan dalam aspek tata ruang, kualitas dan jumlahnya berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sehingga dapat diidentifikasi,
bahwa peningkatan kesejahteraan masyarakat ini ditentukan oleh derajad penyediaan fasilitas pelayanan yang tersedia.
Keter!:ediaan
fasilitas pelayanan pada gilirannya juga akan mendorong aktivitas ekonomi
yang
makin
majL~
Sehingga
sistem
pusat-pusat
pertumbuhan sebagai salah satu implementasi perPban9unan wilayah akan
menciptakan
perubahan-perubahan
sosial
ekonomi
dalam
masyarakat, yaitu menurut suatu hirarki ya:1g akan menciptakan suatu struktur dan organisasi tata rue:mg baru bagi kegiatan manus:a. Selanjutnya dalam menelaah pembangunan wilayah terutama dengan
penclekatan
pendukungnya,
perlu
pusat-pusat dikP.tahui
pertumbuhan
hubungan
atal!
dan interaksi
wilayah pusat
pelayanan dengan daerah belakangnya (hinterland) dalam ruang lingkup kegiatan sosial ekonomi. sp1ead
effect
yang
Hubungan tersebut dapat berupa
menguntungkan
daerah
belaka:1g,
atupun
sebaliknya yaitu fenomena back-wash effect yang akan merugikan daerah hclakrtr:g (hinterland).
Dengan demikian dari penjelasan
tersebut h:.rlihat, bahwa adanya hubungan yang erat antara pusatpusat pertumbuhan yang menyediakan berbagai fasilitas pelayanan dengan aktivitas-aktivitas dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, baik yang berada di daerah pusat pertumbuhan itu sendiri maupun daerah belakangnya.
2.6
Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial Aktivitas dalam perekonomian regional digolongkan dalam dua
sektor kegiatan yakni aktivitas basis dan non basis.
Kegiatan basis
37
merupakan kegiatan yang melakukan kegiatan yang berorientasi ekspor (barang dan jasa) ke luar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Kegiatan non-basis adalah kegiatan yang menyediakan ba~ang
dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di
dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan.
Luas lingkup
produksi dan pemasaranny.J adalah bersifat lokal (Sasmita, 2005:28). Selanjutnya menurut Arsyad {1999:300) teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari I:Jar daerah. Teori basis ekonomi pada intinya membedakan aktivitas sektor basis dan aktivitas sektor non basis. Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan menyeluruh
daerah
itu,
sek~or
tersebut menentukan pembangLman
sedangkan
akt1vitas
sektor
non
basis
merupakan sektor sekunder artinya tergantur.g perkembangan yang terjadi dari pe.nbangunan yang menyeluruh itu. Teori pertumbuhan berbasis ekspor tertilnam pada gag3san bahwa perekonomia:1 lokal harus mer.an 1bah ali ran uang masuknya agar tumbuh dan satusatunya cara yang paling efekt1f untuk menambah aliran uang masuk adalah menambah ekspor. Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis (Sasmita, 2005).
Bertambah bar1yakr.ya kegiatan
basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam ''Vilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non
basi~.
Basis ekonomi dari sebuah komunitas terdiri dari aktivitasaktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan perekonomian. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan pen-:iptaan peluang kerja Uob creation), dan daerah mempunyai kesempatan untuk mengembangkan sumberdaya yang dimiliki dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada termasuk dari luar daerah
38
dalam upaya memanfaatkan peluang ekspor. Konsep kunci dari teori berbasis ekonomi adalah bahwa kegiatdn ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Lebih lanjut dalam analisis teori basis ekonomi, teori tersebut dapat digunakan untuk menentukan sektor dan subsektor potensial berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Apabila sektor potensial
tersebut
dapat
dikembangkan
dengan
baik
tentunya
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Menurut teori ini suatu daerah dapat dibedakan menjadi
daerah andalan dan bukan
andalan,
yang
seianjutnya
dimodifikasi menjadi sektor/subsektor ekonomi potensial dan bukan sektor/subsektor ekonomi potensial. :.Jntuk
mengidentifikasi
suatu
sektor/subsektor
ekonomi
potensial dan bukan sektorjsubsektor ekonomi pctensial digunakan alat analisis Locatio.'l Quotient (LQ). Arsyad (1999:315) menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu: e~onomi
(1) Kegiatar. sektor
yang mt::layani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar
daerah yang bersangl
b;:~sis)
atau local industry.
39
BAB III KONDISI WILAYAH KABUPATEN i..AMPUNG SELATAN
Sebelum membahas lebih lanjut tentang hasil penelitian ini, maka pada bagian ini akan disajikan mengenai kebijakan yang menyangkut tata
ruang
wilayah
Kabupaten
Lampung
Selatan, dan
gambaran
mengenai kondisi dan potensi perekonomian, sosial, geografi, serta kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki di masing-masing wilayah.
-
3.1
Kebijakan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatar.
Ade2pun kebijakan Tata Ruang Wilayat. Kabupaten L..ampung Selatan yang digunakan sampai dengan Tahun 2006 ini
~'aitu
Rer1cana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamp11ng Selatar. Tahun 1994mengingat
2004,
telah
banyak
per~embangan
dan
dinamika
pembangunan yang telah berlangsung, maka sedianya akan dilakukan revisi RTRW Kabupetten Lar.1pung Selatan. Namun pclaksanaannya baru bis3 dilakukan pada Tahun 2007 karena terkait hasil rcvisi RTRW Propinsi Lampung yang baru dilaksanakan di Tahun 2006. Struktur tata ruang yang ada pada Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Nomor 10 Tahun 1934 tentang Rencana Tata Ruang Wila-yah
Kabupaten Lampung Selatan disesuaikan dengan
administratif setelah pemekaran
wil~yah
wilayah
dan hasil penyusunan pola
dasar pembangunan daerah Tahun 1999-2004. Berdasarkan ketersediaan fasilitas yang ada pada masing-masing kecamatan/pusat pertumbuhan tiioe:roleh hierarki kota-kota sebag3i berikut: •
Orde II adalah Natar
•
Orde III adalah Kalianda, Sidomulyo, Gedung Tataan, Tanjung Bintang
•
Orde IV adalah Jati Agung, Tegineneng, Negeri Katon, Kedondong, Padang Cermin, Katibung, Palas, dan Penengahan Jika dilihat dari prospek/kecenderungan perkembangan hierarki
pusat-pusat pelayanan dapat dijabarkan sebagai berikut: •
Orde II adalah Natar,
~"alianda,
Padang Cermin, Sidomulyo, Tanjung
Bintang, Gedong Tataan •
Orde IV adalah Penengahan, Katibung, Jati Agung, Tegineneng, Negeri Katon, Kedondong, Palas Perubahan yang dilakukan berkaitan dengan tata ruang setelah
pemekaran wilayah dan perubahar. pemanfaatan ruang hasil tinjauan lapangan serta faktor eksternal, adalah:
1. Skenario Se!atan
perwilayahan berubah
setelah
pembangunan dimekarkan
Kabupaten sebagian
:-nenjadi Kabupaten Tanggamus (Tahun 1997).
Lampung wilayahnya
Kota-kota yang
menjadi pusat pertumbuhan di Kabupaten Lampung Seiatan adalah Bandar Lampun9, Kalianda dan Sidomulyc,.
Sebelumnya
terdapat Kota Pringsewu, Tal2ng Padang, dan Kota /\gung.
2. Penataan kembali Sat•Jan Wilayah Pembangunan (SWP) dan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) berdasarkan Konsep Poia Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2000/2001-2004/2005, maka yang menjadi pusat SWP adalah Kota Bandar Lampung, Kota Kalianda, dan Kota Sidomulyo. Dalam rangka pengembangai":
S~tuan
Wilayah Pembangunan
(SWP) dan Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) berdasarkan Pc!dqs Tahun 2000/2001-2004/2005 ditetapkan pusat SWP dan SKP dengan urutannya sebagai berikut:
1. SWP I pu:.at ci Kota Bandar lampung melayani SKP: a. b. c. d. e. f. g.
SKP Tanjung Bint3ng SKP Margo Agung SKP Gedong Tataan SKP Negeri K3ton SKP Kedondong SKP Natar SKP Tegineneng 41
h. i. j. k.
SKP SKP SKP SKP
Babatan Merbau Mataram Wates Bawang
2. SWP II pusat di Kota Kalianda melayani SKP: a. SKP Pasuruan b. SKPBakauheni c. SKP Rajabasa d. SKP Ketapang
3. SWP III pusat di Kota Sidomulyo melayani SKP: a. b. ::. d.
SKP Bangunan SKP Tanjungan SKP Kuala Sekampung SKP Titi Wangi
Adapun pusat-p•Jsat oela'lanan regional di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan prospek kecenderungan perkembangan adalah sebagai berikut: a. Kota Kalianda berfungsi sebagai pusat
Pem~rintahan
Kabupaten
Lampung Selatan b. Kota pelayanan Kalianda, Sidomulyo, dan t-!atar berfungs: sebagai pusat pel3yanan orde III c. Kota pelayanan Jeti Baru, Wates Way f-<.atai, Kedondong, Gedung Tataan, Pasuruan, Bangunan, dan
ranjungan, sebagai pusat
pemerintahan kecamatan dan pusat pelayanan orde IV. 3.2
Isu-isu Strategis Pembangunan Berdasarkan perkembangan pembangunan sampai denya!'l lahun
2005,
ten.lapat beberapa
issue
pokok
pembangunan
mendapat perhatian serius pada Tahun 2006-2011.
yang
perlu
Issue-issue pokok
selanjutnya dijadikan sebaga1 issue-issue pembangunan Tahun 2006-
2011, yaitu: 1. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran 2. Peningkatan kesejahteraan sosial
3. Peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat 4. Penyediaan serta peningkatan daya dukung sarana dan prasarana
42
5. Masalah pertanahan, kerusakan lingkungan, dan bencana alam 6. Pengemb;:mgan pariwisata Peningkatan
penyelenggaraan
pemerintahan
(SDM,
administrasi
umum, surana dan prasarana).
3.3
Kondisi Geografis dan Topografis Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan
kurang lebih 3.180,78 Km 2 , dengan pusat pemerintahan di Kota Kalianda
sekaligus
sebagai
lbukota
Kabupaten
Lampung
SE:Iatan
semenjak tanggal 11 Februari 1982. Adapun batas wilayah administratif Kabupaten Lampu.•1g Selatan c:dalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Lampung Tengah dan Larr.pung Timur
wilayc:h
Kabupaten
2. Sebelah selat3n berbatasan denqan Selat Sunda
3. SebP.Iah
Sarat
berbataan
dengan
wilayah
Kabupaten
Tanggamus 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa Wilayah Kabupaten Lampuny Selatan memiliki banyak pulal!, diantaranya yaitu Pulau Krakatau, Sebesi, Sebuku, Legundi, Puhawang, Sertung,
Rakata,
Mundu,
Seram,
Mahitom, Tegal, Umang-umang,
Rimau
Co~dong,
Balak,
Panjurit, Siuncal,
dan beberapa pulau kecil
!uinnya. Kabupaten Lampung Selatall
t~rdiri
dari 20 kecamatan, yang
meliputi 362 desa definitif, 9 desa persiapan, dan 3 kelurahan. Kecamatan
Padang
Cermin
merupakan
yang
terluas
wilayahnya,
kemudian diikuti Kecamatan Tanjung Bintang dan Kecamatan Punduh Pidada
(Tabel 3.1).
Sedangk::m kecamatan yang wilayahnya iela!.:f
tidak terlalu luas dibandingkan kecamatan lainnya adalah kecamatan: Sragi; Candipuro; dan Way Lima, hal ini wajar dikarenakan ketiga kecamatan
tersebut
merupakan
kecamatan
hasil
pemekaran
dari
kecamatan induknya.
43
Tabel 3.1. Jumlah kecamatan dan desa serta luas wilayah No. 1 2 J 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 L 16 17 18 _19 20
IBUKOTA
KECAMATAN Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palac:; Srac~i
PP.nengar.an Ketapang J
L
u
Wates Bawang Kedondon_g Batu Raja Gedung Tataan Negeri Katon Trimulyo Merak Batin Marga Agung Jati Baru Taniung Ratu Merbau Sidorejo Titi Wanai Bumi Agung Bandino eanqunan Kuala Sekampung Pasuruan Bangun r:.ejo
P. L
A
H
LUAS (Km 2 ) 317,63 224,19 131,11 99 83 97,06 152,69 151,26 213,77 164A7 233,04 222,31 113,94 160 98 84 69 16140 100 39 171 39 8192 190 11 108 60 3.160 78
JUMLAH DESNKEL 21 20 20 15 19 19 15 22 21 22 19 15 19 14 27 15 19 10 27 15 374
Di wilayah Kabupaten Lampung Selatan terdapat beberapa sungai yang penting antara lain, Way Sekampung, Way Katibung, dan Way Pisang. ?ada umumnya sungai-sungai ini dimanfaatkan untuk mengairi (irigasi) sawah dengan pembuatan dam-dam.
Sementara itu jenis
t:anah yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan antara
l~in
latosol,
podsolik, andosol, hidromorf, alluvial yang tersebar di seluruh wilayah. 3.4
Kondisi Sosial Penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar
d~pat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu Penduduk Asli Lampung dan Penriuduk Pendatang. Lampung
~f!minggii
Penduduk Asli Lampung, khususnya sub Suku
umumnya berkediaman di sepanjang pantai pesisir,
seperti di Kecamatan Penengahan, Kalianda, Katibung, Padang Cermin, dan Kedondong.
Penduduk sub Suku Lampung yang lain tersebar di
seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan.
44
Penduduk yang berdomisili di Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari bermacam-macam suku dari seluruh Indonesia, seperti dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan lain-lain. Dari semua suku tersebut, ye:mg •nerupdkan penduduk pendatang yang terbes3r adalah berasal dari Pulau Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Yogyakarta).
Besarnya penduduk Lampung Selatan yang berasal
dari Pulau Jawa dimungkinkan oleh adanya kolonisasi pada zaman penjajahan Belanda, dan dilanjutkan dengan transmigrasi pada masa setelah
kemerdekaan,
di
samping
perpindahan
penduduk
secara
swakarsa dan spontan. Gambaran singkat transmigrasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut: Kolonis::~si
yang pertama kali didatangkan dari Pulau
J~wa
ke
dacrah ini dilaksanakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada Bulan November 1905.
Lokasinya di Kecamatan Gec!ung Tataan dengan
membuka desa baru, yaitu Desa Bagelen, berjumlah 155 Kepala Keluarga (KK). Yang
dit~.;njuk
sebagai pemimpin proyeknya adalah H.G.
Heytina. Kolor.isasi
kedu~
dilaksanakan
di
Daerah Teluk
Semangka,
Kecamatan Wonosobo dan Kota Agung pada Tahun 1921 dan 1922 dengan penempatan sebanyak 6.021 jiwa (wiiayah ini sekarang masuk ke dalam Wilayah Kabupaten Tanggamus seja!< Tahun 1997). Pad a
kolonisasi
ketiga
dicoba
sistem
spontan- 1engan
penempatannya di daerah Kota Agung dan Gedung Tataan pada Tahun
1923-1927 berjumlah 1.053 jiwa. Selanjutnya kolonisasi sist,::m sisipan yaitu yang disisipkan pada penduduk setempat, tidak dengan membuka lahan baru, dan sebagai obyeknya adalah disekitar Kecamatan Kalianda yang dilaksanakan pada Tahun 1934. Pada Tahun 1935-1939 dilakukan lagi kolonisasi dengan sistem baru yaitu Bedol Desa, yang ditempatkan di daerah Kecamatan Talang
45
Padang dengan jumlah kurang lebih 27.816 jiwa yang berasal dari Kediri (JaV'!a Timur). Pada zaman Pemerintahan Jepang berkuasa pada Tahun 1942-
1945 dan setelah Indonesia merdeka 1945-1946 tidak terdapat catatan yang jelas mengenai perpindahan penduduk dari Pulau Jawa ke Lampung, akan tetapi perhatian pemerintah saat itu telah ada, yaitu dengan mengubah istilah kolonisasi menjadi transmigrasi pada Tahun
1948. Pada Tahun 1950-1955 telah dilaksanakan transmigrasi sejumlah
5.491 KK ke Lampung Selatan.
Tahun 1955-1969 dipindahkan lagi
scbany3k 5.333 KK yang selanjutnya ditempatkan di lokasi seperti Kecamatan Kedaton.
Sidomulyo,
Palas,
Penengahan, Tanjungan,
.
ddn
Balau
Pada Tahun 1974, di Kecamatan Palas dan Penengahan
d1lakukan lagi transmigrasi sisipan sejumi.Jh 732 KK. Da:-i gamboran di ata3, maka kita dapat mengetahui asal-usul penduduk pendatang, khususnya yung berasal dari Pulau Jawa ke Lampung Selatan yang saat ini sudah berkembang pesat dan bahkan ada disetiap kecamatan.
Se!ain melalui pro-yek transmigrasi tersebut,
masih banyak penduduk pendatang dengan tujuan menetap di daerah ini secara spontan. Pada
lahun
penduduk
2004
Kabupaten
Lampung
Selatan
berjumlah 1.205.705 orang (Tabel 3.2). dengan proporsi penduduk lakilakinya berjumlah 632.484 orang, sedangkan penduduk perempual"nya berj;rmlah 573.219 orang.
Sex ratio penduduk atau perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan 110,34 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa perempuan terdapat 110,34 laki-laki. menarik adalah bahwa
lebih
Hal yang
banyak dijumpai penduduk laki-laki
dibandingkan perempuan di Kabupaten
Lampung
Selatan.
l-ia 1 1ni
dimungkinkan karena letak Wilayah Kabupaten Lampunq Sdatan yang berada di ujung Pulau Sumatera dan berdekatan dengan Pulau Jawa, sehingga banyak penduduk perempuan
yan~
ada di Kabupaten Lampung
Selatan yang menjadi tenaga kerja wanita ataupun menjadi pekerja di luar daerah maupun di luar pulau, seperti bekerja sebagai pembantu
46
rumah tangga ataupun bekerja di pabrik-pabrik yang banyak dijumpai di Wilayah Propinsi Banten dan sekitamya. Tiga kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak adalah Natar yang berjumlah 151.300 orang, diikuti Kecamatan Tanjung Bintang
85.436 orang, dan ,.:ecamatan Jati Agung 83.980 orang. Kecamatan
Rajabas~
Sedangkan
adalah kecamatan yang penduduknya pal!ng
sedikit yang hanya berjumlah 21.964 orang. Tabel 3.2
Banyaknya rumah tangga, penduduk menu rut jenis kelamin dan sex ratio per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004
No.
KECAMATAN
1 2 3 4 5 6 7 3 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondono Way Lima Gedung Tatoan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang JUMLAH
L.aki-Laki
Perempuan
3~.236
41.038 13.347 29.767 15.814 41.036 31.255 25.309 78.654
20.072 20.542 17.158 10.415 17.087 11.359 16.250 4.607 12.643 7.466 12.290 10.100 278.593
44.615 40.230 23.543 36.726 24.376 38.881 11.641 26.082 15.746 28.202 21.879 632.484
35.832 11.542 2E.679 14.472 38.515 2e.454 22.924 72.64E 39.638 40.820 36.550 21.497 33.718 22.076 34.338 10.323 23.935 14.379 24.987 19.892 573.219
Rumah Tangga 17.966 5.650 11.818 6.506 17.447 13.754 11.226
-
44.3~2
Jum1ah
76.811 24.889 56.447 ::S0.286 79.551 59.710 48.233 1.51.300 83.980 85.436 76.779 45.040 70.444 46.452 73.219 21.964 50.018 30.126 53.185 41.771 1.205.705
Sex Ratio 114 53 115 61 111 57 109 27 106/55 109 84 110/4(' 108,27 111,87 109 30 11.0,07 1.09 52 1U8,92 110,42 113,23 112,77 108 97 109/51 112,87 109,99 110/34
I
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Se!ata;,
Jumlah rumah tangga di Kabupaten Lampung S<:!lata!i pada Tahun
2004 sebesar 278.593 rumah tangga yang tersebar di 20 kecamatan. Kecamatan Natar merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah rumc1~1
tangganya yaitu 34.236 rumah tangga atau sekitar 12,29% dari
total jumlah rumah tc:mgga yang ada.
Selanjutnya diikuti Kecamatan
Tanjung Bintang 20.542 rumah tangga (7,37%), Kecamatdn Jati Agung
20.072 rumah tangga (7,20%), sedangkan sisanya berada di kecamatan Jainnya.
Sementara Kecamatan Kalianda yang merupakan Ibukota
47
Kabupaten lampung Selatan memiliki jumlah rumah tangga sebesar 16.250 rumah tangga (5,83%). Dalam
publikasinya,
Badan
Koordinasi
Keluarga
Berencana
Nasional (BKKBN) Kabupaten lampung Selatan menetapkan berbagai kriteria dalam rangka mengelompokkan keiiJarga berdasarkan tingkat kesejahteraannya.
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa 41,01% dari total
293.319 kepala keluarga (KK) yang ada di Kabupaten Lampung Selatan, masih dalam tingkatan keluarga pra sejahtera, yaitu sebanyak 120.301 KK.
Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 58,99% saja masyarakat di
Kabupaten lampung Selatan yang dapat dikatakan sebagai keluarga s~jahtera,
walaupun untuk tingkatan sejahterapun masih ada kelo:npok-
kelompoknya. Tabel 3.3
Banyaknya keluarga menurut pentahapan keluarga per kecamatan di Kabupate,, Lampung Selatan Tahun 2004 Keluarga (KK)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 t-12 1 13 ' 14
J.5 16 17 18 19 20
KECAMATAN Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Wa>t Lima Gedung Tataan Neaer! Karen Tegineneng Natar Jati Aaunq Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketaoano JUMLAH
PS
KS
r
I
KS II
6.656 7.861 3.738 2.022 3.091 760 6.271 4. '274 1.662 2.961 2.076 1.480 7.440 4.985 3.685 6.867 4.083 2.332 5.507 3.450 2-487 10.495 11.660 6.513 7.242 7.441 3.642 8.742 7.462 3.969 4.068 3.990 1.591 7.398 5.932 4.497 9.196 7.262 1.669 5.817 3.494 2.528 5.941 5.594 2.674 1.413 1.945 1.323 7.092 2.947 3.618 3.932 1.886 1.720 4.746 3.464 3.166 4.221 1 2 . 5 f u 2.747 120.301 j__ 90.~~1 -58.048
KS HI
KS III Plus
1.045 184 503 43<1 2.635 1.122 1.434 4.006 701 1.075 756 979 740 724 2.355 192 330 330 843 855 21.243
193 37 .__!2Q_ 146 253 28 2JLJ 327 I 19 I 23 405 166 160 76 332 0 7 139 145 92 2.766
Ket: PS = Pra Sejahtera ; KS = Keluorga Sejahtera Sumber : BKKBN Kabupaten Lampung Selatan
Kecamatan Natar merupakan kecamatan yang paling banyak dihuni keluarga pra sejahtera yaitu sebanyak 10.495 KK.
Keadaan
tersebut erat kaitannya dengan besarnya jumlah penduduk yang ada di
48
kecamatan Natar (151.300 jiwa). banyak dihuni oleh keluarga pra
Kecamatan selanjutnya yang juga
s~jahtera
adalah Kecamatan Sidomulyo
yaitu sebesar 9.196 KK, diikuti Kecamatan Tanjung Bintang sebesar 8. 742 KK.
Sedangkan Kecamatan Rajabasa adalah kecamatan yang
paling sedikit dihuni oleh keluarya pra
s~jaittera
yaitu sekitar 1.143 KK
dan penduduknya hanya berjumlah 21.964 jiwa. Untuk tingkatan keluarga sejahtera III plus, ternyata Kecamatan Katibung yang paling banyak dihuni oleh keluarga ini, dimana pada Tahun 2004 jumlah keluarga sejahtera III plus yang ada di Kecamatan KatibunQ
berjumlah
405
KK
atau
Kecamatan J
Selanjutnya
14,64%.
diikuti
S'=!mentara di Kecamdtan Rajabasa,
padct Tahun 2004 belum ada keluarga yanq dapat dikategorikan sebagai keluarga sejahtera III plus.
3.5
Kondis~
Sarana dan Prasarana
Tingkat pendidikan suatu masyarakat juga ditentukan dengan ketersediaan berbagai fasilitas pendidikan yang kegiatan belajar dan mengajar di daerar. tersebut.
dapat menunjang Sampai dengan
Tahun 20J4 ini, total Sekolah Dasar Negeri yang telah dibangun di Kabupaten Lampung kec-3matan.
Selat~n
berjumlah 774 unit yang tersebar di 20
Penyebarannyapun hampir merata disetiap kecamatan
yang disesuaikan dengan besarnya jumlah penduduk dan luasnya wilayah/kecamatan tersebut (Tabel 3.4). rP'=!rupakan
kecamatan
yang
paling
Kecamatan Gedung Tataan
banyak
SD
Negeri-nya
yang
bef)umiah 63 unit bangunar• .;;ekolah. Sementara Kecamatan Rajabasa hanya dijumpai 16 unit bangunan sekolah dasar negeri.
Sedangkan
Taman Kanak-Kanak Negeri hanya ada satu di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Kecamatan Kalianda. Begitupun halnya dengan bangunan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dimana st::mua kecamatan telah memiliki SLTP Negeri yang total seluruhnya berjumlah 46 unit.
Kecamatan Natar dan
Kecamatan Padang Cermin merupakan kecamatan yang paling banyak SLTP Negeri, yang masing-masing kecamatan memiliki 4 unit bangunan
49
SLTP Negeri.
Sementara Kecamatan Jati Agung dan Candipuro hanya
memiliki satu unit bangunan sekolah SLTP Negeri. Di Kabupaten Lampung Selatan Sampai dengan Tahun 2004 ini, ada 7 kecamatan yang belum memiliki bangunan sekolah SMA Negeri. Ke-tujuh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Way Uma, Tegineneng, Jati Agung, Katibung, Rajabasa, Sragi, dan Ketapang. Sedangkan total Konsekuensinya
bangunan SMA Negeri yang ada berjumlah 19 unit.
para siswa lulusan SLTP yang akan melanjutkan ke SLTA, maka mereka melanjutkannya di SLTA Swasta yang ada di kecamatan tersebut atau bersekolah di SLTA Negeri yang ada di kecamatan
tet~ngganya.
Tabel 3.4. Banyaknya sekolah nege:-i dan swasta menurut tingkatan per kecamatari"'"Tahun 2004
I
No.
KECAMATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
PaC:ang Cennin Punduh Pidada Kedondong Way Uma Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng_ Natr~r
Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulvo candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketaoang JUMLAH
TK
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-I 1
NEGERI SLTP SLIA SD 2 4 56 1 2 19 1 3 46 2 37 2 1 63 2 46 :i. 3 36 4 1 58 1 44 2 3 53 2 38 1 2 29 J ____1 43 ....:::..... 1 1 25 4 42 3 2 16 3~ 1 2 2 19 I '}. 2 39 27 2 46 774 19
~ASTA
TK
8 1 G
5 11 2 9 31 12 18 4 3 12 5 11 2 2 2 6 4 154
SD 3 1 1 1
SLTP 4
SLTA 2
-
-
1
2
-
-
-
~0
2
1
3 5 16 11 14 6 4 11 8 5 1 2 2 3 1 J07
-
1 1
-
1
10
-
2 6 8 6 2 1 4 1 6
PT
-
2
-
- 2 --1 1
46
2
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Selatan
Selain sekolahan negeri, di Kabupaten Lampung Selatan juga banyai< didirikan bangum"n sekolah swasta,
hal ini sangat penting
dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas anak-anak pelajar di Kabupaten lampung Selatan. Pada Tahun 2004, TK swasta yang ada berjumlah 164 unit, SO swasta 10 unit, SLTP swasta 107 unit, dan SLTA swasta berjumlah 46 unit.
so
Khusus untuk perguruan tinggi, di Kabupaten Lampung Selatan baru ada dua bangunan perguruan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum, yang keduanya terletak di Ibukota Kabupaten Larnpung Selatan yaitu Kalianda. Ketersediaan fasilitas kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan sampai dengan Tahun 2004
i~i
memang
dira~kan
masih sangat minim,
terutama untuk rumah sakit, rumah bersalin, dan apotek. Rumah sakit hanya ada 2 yang terletak di Kecamatan Natar dan Kecamatan kalianda. Rumah bersalin 4 buah yang terletak di Kecamatan Natar, Kalianda, dan Penengahan.
Untuk bangunan apotek hanya ada 6 buah yaitu dua di
Kecamatan Natar dan empat di Kecamatan Kalianda. Sedangkan untuk Puskesmas Induk disetiap kecamatan telah tersedia dan juga didukung d~nga11
adanya puskesmas pembantu (Tabt:!l 3.5).
Tabel 3.5
Banyaknya fasilitas kesehatan menurut kecamatan c!i Kc:butJaten La~pung Selatart Tahun 2004
No.
KECAMATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Wav Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibunq Merbau Mataram
9
10 11 12 r-13_ ~domulyo 14 Candipuro 15 Kalianda 16 Rajabasa 17 Pal as 18 Sragi
I
19 20
Penengahan Ketapang JUMLAH
I
Rumah Sa kit
Rumah Bersalin
Puskesmas Incfui<
-
-
1
1
-
-
3 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 32
-
-
1
1
-
--- -1---- t----~-1
-
2
-
4
i
Puskesmas Pembantu
Apotek
8 3 5 3 6 2 ·- --~--- _ - -1 7 2 3 8 8 7 4 6 4 8 4 5 3 4 5 I 100 6
Sumber : BPS Kabup;:rcen Lampung Selatan
Dengan minimnya ketersediaan fasilitas rumah sakit yang ada di Kabupaten Lampung Seli3tan, maka bagi masyarakat yang memerlukan 51
penanganan atau tindakan kesehatan lebih lanjut, terpaksa pergi ke rumah sakit yang ada di Ibuk.ota Kabupaten ataupun di Bandar Lampung.
Hal ini tentu bagi masyarakat yang jaraknya jauh dari
ibukota kabupaten tidak dapat dengan segera diambil tindakan dan juga harus mengeluarkan b!aya transportasi yang
lebih
untuk sampai
ketujuan. Banyaknya
berbagai
fasilitas
peribadatan
yang
didirikan
di
Kabupaten Lampung Selatan mencirikan berlangsungnya kehidupan beragama yang cuku!J baik.
Diseluruh kecamatan telah berdiri masjid
(1.613), langgar (1.701), dan mushalla (78). Sementara gereja kristen (122),
gereja
Tegin~neilg,
katolik
(45).
Untl'k
Kecamatan
Padang
Cermin,
l\latdr, Katibung, dan Palas telah memiliki lebih dari 100
masjid di masing-masing kecamatan tersebut (Tabel 3.6). Taoel 3.6
No.
1 2 3 4 5 I 6 7 8 9 10
'11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Banyaknya tern pat ibadah menlJrut jenis dan kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004
KECAMATAN
Masjid
Padanq Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan I Neaeri Katon Teamenena Natar Jati Aqunq Tanjunq Bintang Katibung Merbau Mat2ram · Sidomulyo Candipuro Kalianda Raiabasa Pal as Sraqi Penengahan Ketapang JUMLAH
113 97 67 54 78 71 ill
108 89 99 113 72 85
49 91 33 107 47 73 56 1.613
Langgar
112 113 98 39 76 63 110 114 98 100 167 93 161 78 9 50 83 50 46 41 1.701 i
Mushalla
4 2 4 2 10 5 7 6 4
s
7 3 5 4 2 3 1 2 1 1 78
Gereia Kristen Katolik
s -
6
-
-
6
2
-
-
-
8 27 2 5 9 3 12 17 4
3 4 3 5 2 2 6 6 2
-
-
10 3 7 4 122
2 2 45
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Selatan
52
3.6
Kondisi Perekonomian Perekonomian Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun 2004
berada pada kondisi yang cukup menggembirakan.
Hal ini bisa dilihat
dari besarnya kenaikan PDRB pada tahun tersebut dibandingkan tahuntahun sebeluri"'nya, baik menurut harga yang berlaku maupun menurut harga konstan. Pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita pada Tahun
2004 juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya
pasca
krisis
ekonomi.
Selain
terjadi
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita, dari sisi harga konsumen pun tidak terjadi lonjakan harga yang cukup besar atau dengan kata lain harga relatif stabil dengun tingkat inflasi relatif re'ldah.
3.6.1
Struktur Pei·ekonomian Pada Ti:lhun 2004 sebagian bcsar sektor mengalami pertumbuhr.!n
yang cukup bes3r dan pcrannya terhadap PDRB juga
m~ngal~mi
peningkatan. Meskipun perturnbuhan sektor pertanian pi:lda Tahun 2004 lebih kecil dari pertumbuhan sektor ini pada Tahun 2003, namun sektor oertanian tetap merupakan sektor yang member!kan andil terbesar dalam struktur ekonomi Kabupaten Lamp•mg Seiatan. Sebagaimana tahl!n-tahun sebelumnya, pada Tahun 2004 sektor pertanian mer upakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lampung Selatan yakni sebesar
51,08 persen, sedikit lebih kecil dibandingkan yang terjadi rada Tahun 2003 yaitu sebesar
51~10
persen (Tabel 3.7).
Pada Tahun 2000 peran
sektor ini masih cukup tinggi, ;·akni sebesar 52,73 persen, Tahun 2001 sebesar 52,04 persen, dan lebih kecil pada Tahun 2002 _yaitu sebesar
50,50 persen. Salah satu penyebab utama semakin menurunnya peran s-ektor ini adalah karena !)esatnya perkembangan sektor-sektor lain di Salah satu permasalahan ya.1g sangat penting
luar sektor pertan:an.
terhadap pertumbuhan sektor ini yaitu masalah harga dari produkproduk hasil pertanian pendapatan petani.
yan~
fluktuatif seh!ngga dapC!t mempengaruhi
Oleh karena itu diharapkan pemerintah dapat
53
memberikan langkah-langkah yang tepat guna mengatasi permasalahan tersebut. Tabel 3.7
Distribusi persentase PDRB Kabupaten Lampung Selatan m~nurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 20V1
2001
2002
2003
2004
52.73
52.04
50.50
51.10
51.08
1.37
1.39
1.34
1.31
1.24
3. Industri Pengolahan Tanpa Migas
11.75
11.61
11.54
11.21
10.81
4. Listrik dan Air Bersih
0.36
0.38
0.43
0.46
0.54
5. Bangunan
5.03
5.26
5.21
5.26
5.21
6. Perdagangan Hotel dan Restauran
14.48
14.11
13.81
13.55
13.22
7. Pengangkutan dan Komunikasi
5.35
5.54
5.64
4.90
5.10
8. Keuangan Persewaan Pot. Jasa Prshn
2.26
2.96
4.66
4.96
5.31
9. Jasa - ja£3
6.65
6.69
6.86
/.26
7.48
100
!00
100
100
1:>0
LAPANGAN USAHA 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian
~ Produk Domestik Regional Bruto Sumbe;· : BPS Kabupaten Lampung Se/atan
Se!~tC\r
terbesar kedua adalah scktor perdagangan, hutel dan
restoran yang memberikan sumbangan sebesar 13,22 persen pada Sejak lima tah:.m terakhir, sektor ini merupakan sektor
Tahun 2004.
penyumbang terbesar kedua setelah sektor pertanian.
Sektor ini
merupakan sektor yang tumbuh secara alami akibat kemajuan suatu daerah dan kemudahan transportasi.
Lebih dari 50 persen sumbangan
dari sektor lain memacu perkembangan sektor ini. perdagangan, pertumbuhan merupakan
hotel dan
restoran juga mengakibatkan terpacunya
sektor-sek~or
pintu
Kemajuan sektor
lain yang terkait.
gerbang
bagian
selatan
Sebagai daerah yang Pul;:tu
Sumatera
dan
merupakan kabupaten di luar Pulau Jawa yang terdekat dengan ibukota negara, maka sektor ini mernpunyai peluang yang cukup besar untuk mengalami pertumbuhan yang tinggi. salah satu sektor utama
'{ang
Hal ini dimungkinkan karena
iJerpengaruh yaitu
sektor industri
pengolahan juga sangat mungkin dikembangkan mengingat lahan yang tersedia di Kabupaten Lampung Selatan cukup luas dan strategis sehingga keuntungan komparatif bisa dicapai. Sejak Tahun 2000 hingga Tahun 2004 meskipun mengalami fluktuasi, peran sektor perdagangan, hotel
dan
restoran
selalu
menempati
peringkat
kedua
dalam
54
pembentukan PDRB Kabupaten Lampung Selatan.
Pada Tahun 2000
sektor ini memberikc:m sumbangan sebesar 14,48 persen, tahun 2001 sebesar 14,11 persen, tahun 2002 sebesar 13,81 persen, tahun 2003 sebesar 13,55 persen, dan tahun 2004 sebesar 13,22 persen. Sektc.r yang memberikan sumbangan terbesar ketiga pada Tahun
2004 adalah sektor industri pengolahan y\lkni sebesar 10,81 persen sedikit lebih kecil dari tahun 2003 yalmi sebesar 11,21 persen. Sebagaimana sektor perdagangan, hotel dan restoran yang selalu menempati peringkat kedua dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lampung
Selatan,
pP.ran
sektor industri
pengolahan
juga
selalu
menempati peringkat yang sama yakni peringkat ketiga selama lima Besarnya sumbangan sektor industri pengolahan
tahun terakhir.
terhadap pembentukan PDRB di5ebabkan oleh karena pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Lampung Selatan n.engalami kemajuan yang cukup pesat
me~kipun
sempat mengalami kemunrJuran pada saat
terjadinya krisis ekonorr.i yang terjadi secara nasional bebe;apa tahun yang lalu. Berkembangnya sektor industri dimungki:1kan karena potensi yang dimiliki Kabupaten Lampung Selatan cukup besar antara lain tersediany2 lahan yang cukup luas, bahan ba!
restoran,
sektor industri
pengolahan
sama-sama
mempunyai
potensi yang cukup besar untuk dikembangkan maka yang terbaik adalah adanya
sin~rgi ~ntara
ketiga sektor tersebut. Karena kemajuan
salah satu sektor akan mengangkat kemajuan
s~ktor
lai11nya.
Hal ini
dimungkinkan terjadi apabila input dan output k€tiga sektor utama tersebut dapat saling mengisi dan saling melengkapi.
ketiga
Selr.~ma
kurun waktu 2000 sampai dengan 2004 sumbangan
~ektor
terhadap PDRB relatif besar sekali yakni tat"lun 2000
sebesar 78,96 persen, tahun 2001 sebesar 77,76 persen, tahun 2002 sebesar 75,85 persen, tahun 2003 sebesar 75,86 persen, dan tahur..
2004 yakni sebesar 75,11 persen.
Meskipun peran ketiga sektor ini
relatif sungat besar, namun angka-angka ini cenderung menurun dari
55
Tahun 2000 sampai Tahun 2004. Hal ini memberikan gambaran bahwa adanya peningkatan di sektor-sektor lain dan juga mempunyai potensi untuk berkembang, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. 3.6.2 Pertumbuhan Ekonomi
Analisa pertumbuhan ekonomi adalah suatu bentuk analisis terhadap parameter PDRB yang menggambarkan perkembangan suatu sektor secara riil dan objektif. Riil dalam arti bahwa angka pertumbuhan diperoleh dengan mengeliminir pengaruh kenaikan harga (inflasi). Sedangkan
yang
dimaksud
dengan
objektif
adalah
bahwa
kenaikan/penurunan nilai tambah tersebut pembaQdingnya adalah nilai tambah sektor yang bersangkutan pada tahun sebelumnya berdasarkan harga konstan. Dengan demikian angka pertumbuhar. ini indikator yang cukut> relevan u:1tuk menilai
merupak.::~n
keberhasil.::~n
sl!atu
pembangunan
suatu daerah. Sehingga dapat ciiambil langkah-langkah yang strategis untuk meningkatkan pembangunan daeraf'l dan memacu pertumbuhan ekonomi. besar
Adapu'l langkah yang diambil
peran
sektor
terhadap
tid~k
terlepas dari seberapa
pertumbuhan,
kondi:;i
f••ndament::al
ekonomi dan bagaimana tingkat urgensi dari suatu kebijakan terhadap kepentingan masyarakat pada umumnya. Ekonomi
Lampung
Selatan
selama
periode
2001-2004
menunjukkan perl<embangan yang cukup baik, meskipun pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2002 dan 2003 lebih
k~cil
dari pertumbuhan
ekonomi Tahun 2001, r.amun pada tahun 2004 ekonomi dapat kembali tumbuh sebesar 4,41% (Tabel 3.8). Tabel 3.8
PDRB l
No
Tahun
Harga Berlaku (Juta Rupiah)
Harga !(onstan (Juta Rupiah)
1. 2. 3. 4. 5.
2000 2001 2002 2003 2004
3.50?..467 3.870.946 4.409.380 4.922.670 5.407.246
3.502.467 3.647.198 3.775.007 3.906.168 4.078.426
Pertumbuhan Riil (%)
4.13 3.50 3.47 4.41
56
Pertumbuhan kapasitas
daerah
ekonomi yang
tersebut
berarti
menunjukkan
kemampuan
peningkatan
ekonomi
Kab!.lpaten
Lampung Selatan menghasilkan output semakin meningkat. Peningkatan kapasitas ini t;erkait dengan daya dukung teknologi, modal, infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia serta ketersediaan sumber daya a lam. 3.6.3 Potensi Perekonomian Pada Tahun 2004 sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan PDR3 Kabupaten Lampung Selatan yakni 3ebesar 51,08%, sedikit lebih kecil dibandingkan yang terjttdi pada tahun sebelumnya yaitu seoesar 51,10%.
Hal ini
tidak terlepas darl potensi sektor pertanian yang d!m!liki dan menjadi tulang punggung kehidupan sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan, seperti yang diperlihatkan oleh produktifitas tanaman pertaniar. seperti; pcdi, padi sawah,
p:~di
ladang, jagung, ubi kayu, dan
ubi jalar (Tabel 3.9). Untuk tanaman padi, Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu lumbung beras di Propinsi Lampung.
P~da
produktifitas tanaman padi 5:ebesar 422.089 ton.
Tahun 2004, total
Adapun kecamatan
yang menjadi sentra produksi tanaman padi adalah Kecamatan Palas, Candipuro, Kedondong, Sidomulyo, dan Natar. jagung
banyak
dihasilkan
oleh
Kecamatan
Sedangkan tanaman Ketapang,
Natar,
Penengahan, Jati Agung, Sidomulyo, Merbau Mataram, dan Tanjung Bintang,
dengan
Kabupaten Lampung
total
produktifita5:
sel~tan
tanaman
berjumlah 407.788 ton.
jagung
diseluruh
Selain padi dan
jagung, tanaman ubi kayu dan ubi jalar juga banyak dihasilkan dengan produktifitas 165.95:i. ton dan 10.933 ton.
57
Tabel 3.9
Jumlah produksi tanaman pertanian per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004
No.
KECAMATAN
Padi (Ton)
1 2 3 4
Padang Cerrnin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung l'anjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulvo Candipuro Kali::mda Rajabasa Palas 5:-agi Penengahan Ketapang JUMLAH
5
6 7 8 9 10
11 12
13 14 r---!5
16 17 18 ,. . . 19 20
I
Padi Sa wah (Ton)
Padi Ladang (Ton)
9.990 8.214 32.631 :L3.876 20.827 15.694 11.042 28.813 21.992 .i7.:>26
7.542,2 7.884,1 31.124,5 13.253,5 19.943,6 15.340,1 10.808,7 27.531,5 19.886,7 13.240,9
2.447,6 330,3 1.506,2 622,1 883,3 353,5 233,7 1.281,2 2.105,2 4.285,0
5.880 1.156 952 2.310 1.112 15.270 20.590 49.202 41.931 27.951
8.007 3.609 2.C.Ql 1.475 2.020 8.307 17.410 1.986 50.003 26.881
0 1.324 67 822 134 1.052 227 1.011 1.734 424
8.399 20.360
6.707,4 16.509,7
1.691,2 3.850,4
19.996 32.5'13
11.840 24.q36
501 834
31.483 32.G8:2 19.7L9 5.598 55.883 18.475 /.7.008 21.868 422.089
29.193,2 32.333,1 17.009,5 5.564,4 S"i.103,2 18.45?,4 26.444,5 21.867,8 395.751
2.284,9 349,3 2.719,3 33,4 780,7 17,5 363,7 0 26.338
32.869 22.566 15.066 59 18.392 6.752
674 1.831) 770 189 969 1.185 1.260 599 165.951
Jagung (Ton)
4~.847
50.334 407.788
UbiKayu (Ton)
Ubi Jalar (Ton)
306 1.220 451 0 146 133-t27 120 10.933
Sumber : BPS l(abupaten Lampung Selatan
Produksi tanaman perkebunan yang tercesar ada pada komoditi kelapa dalam yaitu 44.037 ton, oleh ka!"enea itu komoditi ini r.1enjadi primadona di sektor perta!lian khususnya perkebunan dalam menopang perekonomian masyarakat dan diseluruh kecamatan terdapat tandman kelapa dalam.
Kecamatan Sidomulyo adalah kecamatan yang paling
banyak menghasilkan komoditi ini, cengan produktifitas sebesar 9.072 ton (20,60%).
Selanjutnya diikuti Kecamatan Ka!ianda, Natar, Padang
Cermin, Tanjung Bintang, dan seterusnya (Tabel 3.10). Komoditi perkebunan lainnya yang juga dihasilkan adalah Kelapa hibrida yang produktifitasnya sebesar 3.904 ton. Namun ada beberapa kecamatan yang tidalt' menghasilkan kelapa hibrid3 ini, yaitu Kecamatan Padang Cermin, Punduh Pidada, Merbau Mataram, Rajabasa, Sragi, dan Penengahan.
Produktifitas tanaman kakao pada Tahun 2004 sebesar
5.328 ton, dengan sentra produksi ada di Kecamatan Padang Cermin, Gedung Tataan, dan Kedondong.
58
Tanaman kopi juga banyak dibudidayakan oleh dengan total produi
masyarakat
Hampir 50% produk
tanaman kopi dihasilkan di Kecamatan Punduh Pidada dan Padang Cermin. Sementara untuk tanaman karet dan lada walaupun dihasilkan di Kabupaten Lampung Selata11, namun penyebarannya tidak merata diset1c:p kecamatan. Tabel 3.10
KECAMATAN
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 r-~9
10 11 12 13 14 15 16 17 1R 19 20
Jumlah produksi tanaman perkebunan per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung_ Taniung Bintang K3tibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang J U M LA H
Kelapa Dalam (Ton)
-
2.737 2.530 320 285 612 1.372 1.530 4.376 528 2.340 575 1.45!) 9.072 1.363 4.557 2.992 3.722 1.620 923 1.128 44.037
Kelapa Hibrida (Ton)
Kopi (Ton)
Karet (Ton)
Lad a (Ton)
14 830 150 361 107 120 6 0 465 54 516 0 998 0 0 280
592 675 334 70 144 0 55 31 104 83 27 35 6 6 67 186 8 24 162 0
0 0 1 2 24 217 3 66 66 374 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 4 29 27 6 0 1 1 5 1 3 1 0 0 0 6 0 0 37 0
3.904
2.609
756
167
0 0 1 2
Kakao (Ton)
1.238 230 768 68 880 60 300 357 462 63 20 . _]_§___ 118 37
305 73 26 50 107 70 5.328
Sumber : BPS Kabup21tP.!1 Lampung Selatan
Produk pertanian lainnya seperti kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai,
Kabupaten
Lampung
berbagai jenis komoditi
Selatan
tidak
pertanian tersebut.
banyak
memproduksi
Untuk Tahun 2004, total
produktivitas tanaman kacang tanah sebesar 1.568 ton dengan luas areal pertanaman 889 Ha.
Kecamatan Negeri Katon merupakan
kecamatan yang paling banyak menghasilkan kacang tanah yaitu sebesar 226 ton (14%), diikuti Kecamatan Way Lima sebesar 182 ton
(12%), serta Kecamatan Punduh Pidada sebesar 161 ton (10%), sisanya
59
tersebar di kecamatan lainnya, dimana Kecamatan Rajabasa merupakan kecamatan yang paling sedikit menghasilkan kacang tanah sebesar 2 ton (0,1 %).
Sedangkan untuk kacang hijau, total produktivitasnya
hanya sebesar 521 ton dengan luas areal 639 Ha, dan kacang kedelai sebesar 99 ton dengan luas areal 95 Ha yang tersebar di 9 kecamatan. Untuk beberapa komoditas tanaman buah-buahan, Kabupaten Lampung Selatan juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tanaman buah-buahan seperti: pi sang, durian, rambutan, mangga, dan nangka (Tabel 3.11).
Mengingat letaknya yang strategis sebagai plnt'J
gerbang menuju Pulau Sumatera, maka khusus untuk buah durian merupakan primadona bagi petani dan masyarakat di Lampung Selatan ~
yang membudidayakan tanaman ini, karena buah durian memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan dapat ciengan mudah dijual disepanjang Jalan Lintas Sumatera ataupun l.:mgsung diju21 antar daerah dan antar pulau. Tabel 3.11
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 11
18 19
Lt.;2S panen dan produksi tanaman buah-buahan per jenis tanama'1 di Kabupat~n Lampung Selatan Tahun 2003-2004.
JENIS TANAMAN Alp'Jkat Mangga Rambutan Duku Jeruk Belimbing Mango is Durian Jambu Biji Jambu Air Sawo Pepaya Pi sang Nenas Salak Nangka Sirsak Sukun Melon/Semanqka
Luas (Ha)
2.003 475 2.583 4.631 269 146 71 30 2.759 207 142 563 270 36.488 33 320 1.068 70 492 25
Produksi (Ton)
2004 424 2.274 4.520 133 121 89 2 2.70:.' 213
177 572 240 41.778 33 190 952 109 406 7
2003 1.080 5.796 9.273 1.507 397 344 51 .21.113 1.808 798 482 706 303.133 261 5.281 3.687 370 1.095 639
2004 810·4.331 7.648 952 1.295 445 5 21)~Q__
1.090 844 639 1.307 366.978 317 4.692 3.759 329 807 35
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Selatan
60
Tanaman pisang banyak dijumpai di Kabupaten Lampung Selatan dan produktivitasnya CL!kup tinggi sekitar 366.978 ton. Tanaman pisang selain dapat langsung dikonsumsi juga banyak
digunaka:-~
sebagai bahan
baku pembuatan kripik pisang yang banyak dilakukan oleh industri kecil skala rumah tangga, sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. Selain menghasilkan tanaman buah-buahan, Kabupaten Lampung Selatan juga merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan tanaman sayur-sayuran.
Beberc-p~
jenis ta11aman sayl•ran yang banyak
di produksi di Kabupaten Lampung Selatan adalah: Melinjo, petai, kacang panjang, i<etimun, tomat,
terun~,
saw!, buncis, dan kangkung
(Tabel 3.12). Besarnya luas panen tanaman melinjo Tahun 2004 3.464 Ha dengan total produktivitas sebesar 8.957 ton. melinjo
selain
dapat
membuat makC'r.an
dikon:;urnsi
s~yur-sayuran
langsung
sebagai
~dalah
Tanaman
bahan
untuk
sepe!'i:i sayu asem, juga diolah lebih
lanjut menjadi produk emping yang juga mempunyai nilai ekonomis y~ng
cukup tinggi.
Sedangkan produktivitas tanaman petai untuk
Tahun 20C4 i:1i sebesar 5. 735 ton dengan !uas panen mencapai 1.537 Ha.
Sedangkan produktivitas tanaman cabe di Kabujjaten Lampung
Selatan Tahun 2004 h.::mya sebesar 1.371 tanaman
cabe disebabkan sulitnya
to:-~.
Kecilnya produktivitas
budidaya tanaman
i11i
karena
banyaknya serangan organisme pengganggu tanaman seperti virus yang dapat menyebabkan penyakit keriting daun sehingga dapat mengurangi hasil panen.
Selain itu untuk budidaya tanaman ini dibutuhkal"• modal
yang tldak sedik!t karena mahalnya harga bibit dan pupuk.
Untuk itu
diperlukan strategi kebijakan yang tepat dalam rangka pengembangan tanaman cabe di Kabupaten Lampung Selatan seperti perluasan areal pertanaman dan pemanfaatan bibit tanam.:tn yang tahan terhadap hama dan penyakit tanaman, agar hasilnya dari tahun ke tahun dapat meningkat sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan domestik terut~ma
dalam rangka mengantisipasi meningkatnya permintaan pada
waktu menjelang Bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
61
Tabel 3.12
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
r--1-!12 13 14
Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran Per Jenis tanaman di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2003-2004.
JENIS TANAMAN
Luas (Ha)
2003 24 l:i2 310 1.227 347 541 570 777 239 285 528 5 3.331 1.480
Bawang Merah Bawang Daun Petsai/Sawi CabE! Terung Tom at Ketimun Kacang Panjang Buncis Kangkung Bay_am Labu Siam Melinjo Petai
2004
Produksi (Ton)
2003 241 1.048 2.985 1.643 3.932 5.344 8.677 7.133 2.574 2.609 728 51 8.187 3.483
18 86 323 1.087 307 366 343 568 222 196 243 5 3.464 1.557
2004 158 726 2.675 1.371 3.001 3.428 4.147 5.010 2.249 1.680 314 43 8.957 5.735
Sumber : BPS Kabupaten !..ampung Selacan
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang menjadi andala'l perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan, karena sektor ini cukup banyak dlkembangkan oleh petani dan petemak, dan untuk tahun 2004 ini perkembangannya cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dari peningkatan dan besarnya produktifitas ::>eternakan di Kabupaten Larnpung Selatan pada Tahun 2004 (Tabel 3.13).
Adapun jenis ternak
yang banyak diusahakan adalah sapi, kerbau, kambing, domba, ayam buras, dan ayam pedaging. Populasi ayam pedaging pada Tahun 2004 jumlah
seluruhnya adalah
kecamatan. Gedung
25.666.567 ekor yang
tersebar di
20
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa Kecamatan
Tataan
merupakan
kecamatan
yang
paling
banyak
mengusahakan ayam pedaging, dim?na populasi ayar.. pedaging di kecamatan ini berjumlah 10.655.668 ekor atau 41,52% dari total populasi ayam pedaging yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Oleh karena
itu
Kecamatan
Natar
merupakan
c;alah
satu
sentra
pengembangan ayam pedaging. Kecamatan kedua yang juga menjadi sentra perkembangan ayam pedaging adalah Kecamatan Penengahan dengan total popu!asi sebesar 3.163.092 ekor (12,32%), selanjutnya diikuti Kecamatan Jati Agung 1.121.482 ekor (4,37%), Kecamatan Kalianda 1.119.591 ekor (4,36%),
62
dan sisanya tersebar di 16 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Tabel 3.13
Populasi ternak menurut jenisnya per kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 Jenis Ternak (ekor)
No.
Kecamc. ..an
1
Padang Cermin Punduh Pidada Ked on dong Way Lima Gedung Tataan Neqeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sid<'mulyo candipuro Kdlianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang JUMLAH
2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12
13 14 15 16 17
i8 19 20
Sa pi
Ayam Buras
Ayam Pedaging
Kerbau
Kambing
Dom!:la
2.033
839
7.073
957
223.169
487.534
813
580
6.289
930
260.732
374.630
3.168 2.302. 4.037
781 1.023 445
4.735 4.930 54.397
1.306 1.029 959
186.453 268.934 415.329
494.655 449.016 10.655.668
3.465
224
26.595
:B:i..
304.762
688.021
2.326 5.562 6.311 7.835
:12 843 2.372 2.42
15.012 20.129 17.711 15.206
202 878 931 2.019
403.076 727.654 473.620 553.721
869.198 862.423 1.121.482 725.506
7.780 5.193
634 1.006
24.546 37.459
0 0
277.546 354.280
6.464 2.239 4.389 3.165 E.137 1.625 4.192 3.588 8/..62.4
355 812 546 81 398 610 912 421 13.236
28.378 15.134 11.423 7.934
366 523 407 323 272 312 108 218 11.971
338.857 375.643 33G.379 219.464 312.441 153.270 213.683 166.45:3 6.565.466
I
18.~88
4.451 14.99Y 10.149 345.738
~~;-~~ 812.18~-
912.217 1.119.591 292.992 442.491 383 044 3.163.092 440.367 25.666.567
Sumber : BPS Kabupaten Lampung SP/atan
Total
populasi
6.565.466 ekor.
ayam
buras
pada
Tahun
2004
berjumlah
Kecamatan Natar merupakan kecamatan yang paling
banyak menghasilkan ayam buras dengan total pnpulas! berjumlah 727.654 ekor (11,06%), diikuti kecamatan Tanjung Bintang 553.721 ekor (8.43%), Ker.amatan Jati Agung 473.620 ekor (7,21%), Kecamatan Gedur.g Tataan 415.329 ekor (6,32%), dan sisanya dihasilkan di kecamatan
lainny~.
Selain ayam pedaging, di Kabupaten Lampung Selatan ternak kambing juga merupakan salah satu sumber usaha perekonomian rakyat yang cukup banyak dikembangkan diseluruh kecamatan.
Pada
Tahun 2004 total populasi kambing berjumlah 345. 678 ekor, dengan
63
sentra pengembangan ada di Kecamatan Gedung Tataan, Merbau Mataram, dan Negeri Katon. Populasi
ternak
lainnya
yang
juga
Kabupaten Lampung Selatan adalah sapi, total
populasi
sapi
diseluruh
kec~rnatan
banyak
diusahakan
d!
dimana pada Tahun 2004 berjumlah
82.624 ekor.
Penyebaran iJOpulasi sapi hampir merata diseluruh kecamatan, namun populasi ya:1g terbanyak dapat dijumpai di Kecamatan Tanjung Bintang
9,48%, diikuti Kecamatan Katibung 9,42%, Kecamatan Sidomulyo 7,82%, Kecamatan Jati Agung 7,64% dan sisanya tei"'sebar di 16 kecamatan lainnya, dengan populasi terendah ada di Kecamatan Punduh Pidada 0,98%.
-
Sedangkan populasi kerbau berjumlah 13.236 ekor dengan sentra produksi ada di Kecamatan Jati Agung, Way Lima, Merbau Mataram. Sementara
Kecam~tan
Rajabasa :11eruoakan kecamatan yang j)eling
:;edikit populasi l<erbuunya yang hanya berjumlah 81 ekor.
Populasi
temak domba di Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun 2004 berjumlah 11.971 ekor, dan Kecamatan Tanjung Bintang, Way Lima, Kedondong, Gedung Tataan,
Padang Cermin, dan Pundui1 Pidada
merupakan kecamatan-kecamatan yang paling banyak menghasil!<2n jenis ternak domba.
64
BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisa Scalogram Berdasarkan
pengembangan
konsep
pusat
wilayah,
pertumbuhan (growth centre) atau daerah belakang (hinterland) suatu wilayah dapat ditentukan dari kelen9kapan fungsi pelayanan suatu wilayah.
Secara
teknik
tersebut dapat dilakukan
hal
dengan
mengicentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduknya. Unit wilayah yar.g mempunyai jumiall dan jenis fasilitas U!Tlum, industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas yang secara relatif lebih lengkap dibandingkan dengan unit wilayah lain,
yang
akan
berpeluang
m~njac!i
pusat
atau
pertumbuhan
mempunyai hirarki yang lcbih tinggi sebaga! pusat pertumbuhan. Sebaliknya, jika suatu wilaya:1 mempunyai jumlnh dar. jenis fasilita5 umum,
industri,
serta
jumlah
penduduk dengan
kuantitas
dan
kualitasnya rendah merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain. Berkaitan dengan peiihal di atas, maka kemampuan suatu daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya juga sangat ditentukan oleh ketersediaan be!'"bagai fasilitas yang dimiliki. Fasilitas-fasilitas tersebut daoat
b~rupa
fasilitas komersial seperti
pasar, perbankan da!1 finansial, sarana dan prasarana transportasi seperti terminal (darat, taut, udara), fasilitas komunikasi, adanya fasilitas-fasilitas
sosial,
hiburan
dan
pelayanun umum dari pemerintah.
keuntungan
skala
dalarn
Dengan semakin banyaknya
jumlah dan variasi dari jenis fasilitas yang dimiliki oleh suatu daerah, maka daerah tersebut dapat menjadi pusat daya tarik (attractiveness) untuk rr.engembangkan usaha dan dapat mampu berperan sebagai
suatu pusat pertumbuhan/kegiatan ekonomi bagi wilayah-wilayah lain disekitamya. Berdasarkan nilai perhitungan keseluruhan terhadap jumlah fasilitas ekonorni, sosial, dan pemerintahan yang ada di tiap-riap kecar atan di Kabupaten Lampung Selatan, makn dapat diidentifikasi bahwu terdapat 6 (enam)
kecamatan yang dapat dikategorikan
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi atau secara hirarki keenam kecamatan tersebut mempunyai hirarki yang lebih tinggi sebagai pusat pertumbuhan berdasarkan jumlah ketersediaan fasilitasnya. kecamatan
itu
adalah:
Kecamatan
Kalianda,
Keenam
Kecamatan
Natar,
Kecamatan Penengahan, Kecamatan Katibung, Kecamatan Padang Cermin, dan Kecamatan Sidomulyo (Tabel 4.1). Tcbel 4.1 Nilai Perhitt.:ngan terhadap Jumla:, Fasilitas Ekonomi, Sosial, dan Pemei·intahan Tiap Kecamatan di Kabupaten Lampung Seldtan T3hun 2004 Perhitungan 9erbagai Fasilitas Tiap Kecamatan (unit) No.
Kecamatan Ekonomi
Sosial
Pemerintahan
Total
2898 2680 2373 1276 1185 1125 911 801 816 764 750 675 785 847 771 531 369 398 412 329
199 389 192 360 330 348 269 320 222 198 235 297 145 1'31 144 253 277 240 202 112
183 196 154 193 149 181) 173 174 131 146 119 114 118 62 78 105 156 127 83 81
3280 3265 2719 1829 1664 1653 1353 1295 1169 1108 1104 1086 1048 1040 993 889 802 765 697 522
-
I I
i I I
! i
I
I
I ! ' I I
I I
'
1. 2. 3. 4. 5. f..
7. 8. 9. lll.
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kali3nda Natar Penengahan Katibur.;;J Padang Cermin Sidomulyl) Gedung Tataan ITanjung Bintang Merbau Mataram Negeri Katon Kedondcr.; Tegineneng Ketapang Sragi Way Lim::~ Palas Jati Agung Punduh r:dada Candipuro Rajabasa
I
I
I I
I II
Sumber: Monografi Kecamatan dan BPS Lampung Selatan, data d1olah (lamp1ran 1-3)
66
Bila dilihat dari jumlah nilai keseluruhan yang diperoleh atas fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan, maka Kecamatan Kalianda memiliki nilai tertinggi sebesar 3280, diikuti Kecamatan Natar dengan nilai 3265, Kecamatan Penengahan dengan nilai 2719, Kecamatan Kai:ibung denyan flilai 18251, Kecamatan Padang Cermin dengan nilai
1664, dan Kecarr.atan Sidomulyo der.gan nilai 1653 unit. Dari dua kecamatan
puluh
yang
pem~rintahannya
kecamatan
jumlah
yang
fasilitas
dianalisis,
terdapat
dua
ekonomi,
sosial,
dan
lebih dari 3000 unit, yaitu Kecamatan Kalianda
(3280), dan Kecamatan Natar (3265).
Adapun Kecamatan Kalianda
yang memiliki jumlah fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan terbanyak, sangat erat kaitannya dengan ditetapkannya kecamatan ini sebagai Ibukvta Kabupaten Lamp•mg Selatan dan sekaligus sebagai pusat pemerintahan, sehingga C:i kec3matan ir.i banyak berkembang usaha atau
aktivitas
perekonomian
masyarakat,
baik itu
usaha
perdagangan, pariwi:;ata, industri b€sar dan menengah, :ndustri kecil, dan juga banyaknya pembangunan berbagai fasilitas ekonomi seperti pasar, terminal, hotel,
restauran/w~r\Jng
makan dan sebagainya.
Selain itu di daerah ini juga rnemiliki fasilitas pendidikan yang cukup iengkap
sampai
dengan
tingkat
universitas.
Oleh
karena
itu,
kecamatan ini dapat berfungsi sebagai kawasan p\Jsat pertumbuhan yang
penting
dalam
rangka
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat dan juga pengembangan wilayah lainnya di Kabupaten Lampung Selatan. Dengan demikian
peng~mb3ngan
kawasan ini dapat diarahkan sebagai pusat
perekonomian di
~enrlidikan;
kawasan
wisata; pengembangan agroindustri dan industri manufaktur; pusat penyalur bahan pokok; pusat perdagangan; dan juga sebagai pusat pemasaran dari hasil-hasil produksi. Kecamatan
Natar merupakan
wilayah
yang
juga
memiliki
fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan terbanyak kedua setelah Kecamatan Kalianda.
Kecamatan ini merupakan tempat konsentrasi
penduduk, sehingga menjadikan kecamatan ini sebagai kecamatan yang paling banyak penduduknya diantara kecamatan-kecamatan lain
67
Pada Tahun 2004, jumlah
yang ada di Kabupaten Lampung Selatan.
penduduknya telah mencapai 151.300 jiwa.
Dengan potensi berupa
besarnya jumlah penduduk yang dimiliki, maka di daerah ini banyak berkembang usaha perekonomian masyarakat seperti perdagangan, hotel, restauran, jdSd angkutan, dan industri yang juga banyak berdiri di wilayah ini. Dampak dari besarnya jumlah penduduk d. Kecamatan Natar, maka kebutuhan masyarakat akan ketersediaa:1 fasilitas sosial juga semakin meningkat, sehingga di kecamatan ini banyak dibangun berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, dan sarana peribadatan. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya jumlah fasilitas sosial yang dibangun di y~itu
kecamatan Natar sebagai
Nate.:-
sebesar 389
pusat
uni~.
pertumbuhan
Pengembdngan Kecamatan
ekonorni,
dengan
berkaitan
keur.tungan wilayah yang dimilikinya yaitu dekat;,ya kecematan ini dengan
lbuko~a
Propinsi Lamp:.mg yaitu Bandar Lampung.
Untuk itu
diperlukan suatu konsep perencanaan kota kecamatan yang terpadu di wili:\yah ini
d~lam
rangka mengar.tisipasi perkembangnn wilayah Kota
Bandar Lampung yang sudah dirasai
yang
C:ihadapi
lahan
r.1enyempitnya
seperti
permukiman, perkantoran, fasilitas usaha perek.:>nomian dan juga rute transportnsi. Selain itu di daerah ini
terdapa~
satu fasilitas trarasportasi
yang sangat vital bagi perkembangan perekonumian di Propi'1si Dengan
Lampung yaitu dengan adanya Bandar Udara Radin Intan. dernikian
perkembangan
perekonomian
di
ini
kecamatan
dapat
diarahkan ses•Jai dengan fungsi yang dapat dikembangkan di wilayah ini yaitu; sebagai pusat pemukiman; pusat transpoii:asi regional da:1 lokal; serta pusat jasa dan perdagangan. Nilai
keseluruhan
terhadap
fasilitas
ekonomi,
sosial,
dan
pemerintahan di Kecamatan Penengahan adalah 2719 dan menempati peringkat i<etiga setelah Kecamatan Kalianda dan Natar.
Sehingga
i<ecamatan ini juga dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang potensial di Kabupaten Lampung Selatan.
LP.taknya
yang strategis yaitu di ujung Selatan ?ulau Sumatera (muara Trans SumC'Itera) sehingga di kecamatan ini banyak berkembang usaha
68
perekonomian rakyat seperti jasa angkutan atau transportasi, industri kecil dan industri rumah tangga, dan juga banyak memiliki fasilitas perekonomian yang penting seperti pasar baik toko, kios, los, maupun warung. Di wilayah ini terdapat satu pelabuhan penyeberangan kapal lallt yang sangat penting yang menghubungkan Pulau Sumatera denQan Pulau Jawa, yaitu Pelabuhan Kapal Laut Bakauheni.
Dengan
keberadaan J)elabuhan ini, maka diharapkan masyarakat setempat dapat memanfaatkan dengan optimal lokasi kecamatan ini sebagai pusat perhubungan taut, dalam rangka mengembangkan usaha dan aktivitas ekcnominya seperti perdagangan, jasa penginapan, rumah makan, dan jasa angkutan. Kecamatan selanjutnya yang dapat dikategorikan se:bagai pusat pertumtuhan ekonomi adalah Kecamatan Katibung, yang jumlah fasilitas ekonomi, sosial. dan pemerintahan yar.g dimilikinya juga cu!
besar yaitu
1819.
Dengan
berbagai
potensi
pertanian,
kehutanan dan kelautan yang dimilikinya, mctka di daercth ini
bany~k
diju!11pai industri berbasis agribisnis baik dalam skala industri besar, menengah, kecil dan rur.1ah tangga yang cukup banyak menyerap tenaga kerja, sehingga di daerah ini berpotensi dikembangkan sebagai pusat pengembangan agribisnis.
Selain itu,
wilayah
ini
jug:~
merupakan jalur lintas Lengah Trans Sumatera, sehingga memberikan ke:..mtungan
tersendiri
bagi
perkembangan
daerah
ini,
seperti
pengembangan sektor pariwisata yang memang wilayahnya berada disepaiijang pinggir pantai. Kecamatan
lain
yang
juga
dlkategorikan
sebagai
pertumbuhan ekonomi adalah Kecamatan Padang Cermin.
pusat Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya jumlah fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan yaitu 1664. Kecamatan ini merupakan kecamatan yang terluas wilayahnya di Kabupaten Lampung Selatan, dan letaknya berbatasan langsung dengan Teluk Lampung, sehingga kecamatan ini memiliki
potensi dan
pengembangan
kekayaan
perekonomian
alam
yang
masyarakatnya
cukup
besar dalam
terutama
potensi
69
kehutanan (hutan produksi), kelautan, perikanan, pertambangan, maupun potensi par.wisata. Keberadaan fasilitas ekonomi, fasilitas sosial, dan fasilitas pemerintahan di Kecamatan Sidomulyo, juga cukup tinggi nilainya (1653), hal ini tercermin dar: banyaknya fasilitas yang tersedia di wilayah ini seperti: pasar, bank, kopera::;i, rumah makan, maupun industri baik skala menengah dan rumah tangga yang berbasis Potensi pertanian baik tanaman pangan dan perkebunan
pertanian. sepert!
kelapa
peternakan
dan
sangat
menunjang
dalam
pengembangan perekonomian masyarakat di kecamatan Sidomulyo dan wilayah
kec~matan
sekitarnya. Sehingga dengan alasan ini juga,
kecamatan Sidomulyo dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi terutama dalam ran9ka pengembangan industri oerbasis hasil-hasil pertan!an yang cukup aktifitas perekonomian di
p~nting
K~bupaten
dan sangat menunjang dalam
Lampung Selatan.
Seperti yang telah dijelaskan pdda bagial" awal pembahasan ini, bahwa kelengkapan berbagai jenis (jumlah jenis) fasilitas
~konomi,
sosi::JI, pemerintahan yang dimiliki suatu kecamatan, maka dapat memberikan peluang bagi kecamatan tP.rsebut untuk memberi!
pertumbuhan
p~ndukungnya,
tersebut
dan
masyarakat
di
wilayah
namun memang ada sedikit kelemahan dari metode ini
yaitu bahwa berbagai fasilitas yang ada di masing-masing wilayah kecamatan tersebut dianggap dalam kondisi berfungsi dengan baik, padahal ada beberapa fasilitas yang keberadaannya tirl::Jk berfungsi denyan baik yang disebabkan karena kondisi fisiknya maupun karena masyarakat tidak menggunakan fasilitas tersebut, sebagai contoh pembangunan tempat pelelangan ikan di Kecamatan Katibung yang sampai saat ini masyarakat belum mau menggunakannya. Berdasarkan identifikasi dan perhitungan terhadap jumlah jenis berbagai fasilitas ekonomi, sosial dan pemerintaha.. yang ada di masing-masing kecamatan, maka teridentifikasi bahwa Kecamatan
70
Kalianda,
Kecamatan
Natar,
Kecamatan
Penengahan,
Kecamatan
Katibung, Kecamatan Padang Cermin, dan Kecamatan Sidomulyo memiliki
fasilitas
yang
lebih
beragam
jenisnya
dibandingkan
kecamatan-kecamatan lainnya di wilayah Kabupaten Lampung Selatan (Tdbel 4.2). Dcngan alasan ini juga, maka keenam kecamatan di <1tas dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan atau memp:.myai hirarki yang lebih tinggi sebagai pusat pertumbuhan di Kabupaten Lampung Selatan. ic;~zl
Hira:-ki J::US3t pertumbuhan kecamatan berdasarkan analisis scalogram di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004
4.2
Ranyking/ Hierarki
1 2 3 4 5 6 "7 I
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kecamatan
Jurr.lah Penduduk (jiv1a)
Jumlah Jeni::> Fasilitas
Jur.1lah Unit Fasilitas
73.219 151.300 53.189 76.779 76.871 70.4<+4 79.5.31 85.436 56.447 48.233 41.771 50.018 45.040 59.710
42 38 37 35 35 34 33 33 33 31 30 30 28 28 28 27 27 27 :lS 25
3280 3265 2719 1829 1664 1653 1353 1295 1104 1086 1048 889 1169 1108 522 1040 765
Kali;:md<J N:~tar
Penengah3n Katibung Padang Cennin Sidomulyo Gedung Tataan Tanjung Bintang Kedondong
~eglneneng
Ketapang Pal as Merbau Mataram Negeri r
I '
I
i
I
I I I
21.96~
30.126 24.889 46.452 30.286 83.980
697 '
i
:~~
J
__
Sumber: Monografi Kecamatan dan BPS Lampung Selatan, data dtolah (lamptran 1-3)
Dari Tabel 4.2, terlihat bahwa Kecamatan Kalianda merupakan ke~amatan
yang paling banyak memiliki variasi (jumlah jenis) dari
fasllitas ekonomi, sosial, dan pemerintahal" yaitu 42 jenis fasilitas, diikuti Kecamatan Natar 38, Kecamatan Penengahan 37, Kecamatan Katibung
35,
Kecamatan
Sidomulyo 34 jenis fasilitas.
Padang
Cermin
35,
dan
Kecamatan
Jika diamati lebih seksama dari Tabel
71
4.2, memang jumlah jenis (variasi) dari berbc.gai fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan yang ada di Kecamatan: Gedung Tataan, Tanjung Bintang, dan Kedondong, tidak berbeda jauh nilai variasi fasilitasnya dengan yang ada di Kecamatan Sidomulyo.
Namun bila
dia111ati u&.-i Tabel 4.1, i:erlihat bahwa Kecamatan Sidomulyo lebih banyak memiliki jumlah dari berbagai
fasilita~
ekonomi, sosial, dan
pemerintahan yang dimilikinya yaitu sebanyak 1653 unit dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan tersebut. Berdasarkan hasil analisis scalogram atas ketersediaan fasilitas perkotaan (fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahan) tersebut, diketa:,ui bahwa kaitan antara fastlita!=t yang tersedia dengan fungsi daerah sebagai pusat pertumbuhan adalah dengan semakin lengkap atau
semakin
tinggi
nik:i
atas
fasilitas
yang
dintiliki,
akan
menemoatkan wilayah tersetut IT'emiliki fungsi yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya. Jika suatu kecamatan memiliki berbagai fasilitas yang relatif
le~it•
lengkap dib::!nrt:ngkan dengan
kecamatan lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
memberika~
ptlayanan kepada masyarakat dan selar.jutnya karena kondisi inilah kecamatan tersebut mampu berperan sebagai pusat peri:umbuhan pada kawasan tersebut. Setiap kemampuan
pusat
pertumbuhan
untuk mengelola dan
mempunyai melayani
keterbatasan
sejumlah
penduduk
tertentu dengan wilayah pelayanan yang tertentu puia, seningga selain IJUSat diperlukan sub pusat yang merupakan satu kesatuan
~istem.
Antara pusat-pusat pertumbuhan disuatu wilayah terdapat hubungan fungsional. Dengan demikian maka terwujud pembagian tugas berikut wilayah pelayanannya secara efisien. Sedangkan tingkat/hirarki
kriteria
penilatan
pusat pertumbuhan
ini
di
didasarkan
menurut urutan peringkat kelengkapan dan tersedia.
dalam
jur.~lah
menentukan atas
penilaian
fasilitas yang
Hal ini didasarkan bahwa adanya perbedaan jenjang/hirarki
72
akan tercermin dari perbedaan tingkat pelayanan secara fungsional maupun kelengkapan fasilitas serta komponen kegiatan fungsional yang tersedia.
Maka dalam menentukan kegiatan fungsional dapat
dilakukan dengan mengukur ketersediaan fasilitas kegiatan penduduk. Karena fasilitas sosial/ekonomi merupakan sarana kegiatan penduduk yang akan semakin menarik penduduk untuk melakukan kegiatan atau aktivitasnya. Pengembangan wilayah melalui konsep pusat pertumbuhan ini tidak berarti hanya pengembangan suatu pusat uta rna saja ( orde ke satu), akan tetapi harus dilakukan secara hirarki/herjenjang sehingga akan
memperceJJat perkembangan
kegiatan
ckonomi
di
seluruh
wilayah terutama pada wilayah-wilayah yang iemah pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian, sesuci de!lgan fungsinya maka .,irarki pusat pertumbtthan dalam skala wilayah dapat dibedakan secara berjenjang, yaitu pusat pertumbuhan orde kesatu, kedua, ketiga, dan
sd~rusnya.
Salah satu tujuan menetapkan orde pusat pertumbuhan adalah agar dapat diperi
kepentingan umum c.pa saja yang perlu dibangur. di wilayah
tersebut. Adapun penentuan orde pusat pertumbuhan yang disajikan dalam penulisan tesis ini berdasarkan banyaknya fasilitas yang dimiliki dari n1asing-masing wilayah pusat pertumbuhan.
Dari hasil analisa
vaiig dilakukan (lampiran 4), maka dapat ditentukan orde pusat pertumbuhan di Kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut: I.
Pusat pertumbuhan orde kesatu adalah Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Natar yang akan berfungsi sebagai pusat per.:umbuhan dengan wilayah pengaruhnya meliputi pusat pertumbuhan orde kedua yang berada di Kabupaten Larnpung Selatan
II.
Pusat
pertumbuhan
orde
kedua
adalah
Kecamatan
Penengahan yang akan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
73
dalam ·melayani
wilayah-wilayah
yang
relatif lebih
jauh
terhadap pusat pertumbuhan orde kesatu III. Pusat pertumbuhan orde ketiga adalah Kecamatan Katibung, Kecamatan Padang Cermin, dan Kecamatan Sidomulyo yang berfung~i
sebagai
wi!ayah ·wllayah
pusat
yang
pertumbuhan
relatif
lebih
jauh
dalam
melayani
terhadap
pusat
pertumbuhan orde kedua IV.
Pusat pertumbuhan 'orde keempat adalah Kecamatan Gedung Tataan,
Kec2rnC\tan
TctnjiJn~
Bintcmg,
Kecamatan
Merbau
fvlataram, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Kedondong, dan Kecamatan
teginenen~
1ar.g berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan dalam melayani wilayah-wilayah yang relc:tif lebih jauh terhadap pusat pertur.1buhan orde ketiga V.
Pusat pertumbuhan orde kelima adalah Kecamatan Ketapar.g, Kecamatan Sragi, Kccamatan Way Lima, Kecamatan Jati
Agun~,
Kec:::~matar.
Palas,
Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan
candipuro, dan Kecamatan Rajabasa yang pertumbuhannya akan tergantung kepada pusat-pusat pertumbuhc;n lain yang memiliki hierarki lebih tinggi. Orde pusat peri:umi:>uhan kesatu merupakan pusat yang tidak berada dalam sub ordinasi pusat-pusat lainr.ya dalam suatu wilayah. Orde
pusat
pertumbuhan
kesatu
melayani
seluruh
wilayah
penga!"Uhnya melalui pusat-pusat yang berada dalam sub ordinasinya. Dalam hubungan ke luar, orde pusat pertumbuhan kesatu memiliki fasilitas pelayanan distribusi yang lengkap, kemampucm peldyanan yang tinggl, jumlah penduduk besar, daerai1 pengaruhnya paling kuat, dan biasanya berfungsi sebagai pusat kegiatun perdagangan, jasa, dan indl.lstr;.
Ortle pusat pertumbuhan kedua ialah pusat yang berada
dalam sub ordinasi orde pusat pertumbulian kesatu.
Orde pusat
pertumbuhan kedua melayani wilayah pengaruhnya melalui pusatpusat yang berada dalam sub ordinasinya.
Orde pusat pertumbuhan
kedua memiliki fasilitas pelayanan yang setingkat di bawah dan
74
kemamp~~n
pelayanan yang setingkat lebih rendah dari
pertumbuhan kesatu.
orde pusat
Orde pusat pertumbuhan ket.ina diarahkan
untuk mengembangkdn wilayah yang jauh dari orde pusat ke satu. Orde pusat pertumbuhan ketiga dan seterusnya pada prinsipnya i•leiTIJJUny;o:i ciri-ciri yang sejalan dengan uraian di atas. 4.2
Anal~sis
Interaksi atau Gravitasi
Berkaitan denyan pendekatan ekonomi regional,
hubungan
antar daerah dapat diidentifikasi sebagai interaksi ekonomi antara pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya/sekelilingnya, dimana suatu daerah c!apat dianggap seaagai suc=Jtu :nassa yang memiliki daya tarik menarik, sehingga akan terjadi hubungan saling mempengaruhi antara !<:edua duerah tersebut. besar
dapat
menunjukka'l
Dalam hal ini, angka interaksi ytang hubungan
yang
erat
antara
pertumbuhan (growth centre) deng2n daerah sekitarnya. tersebut
dapat
diwujudkan
ckonomi maupun sosial dari
da:am
bentuk
masyara~at
hubungan
pusat
Interaksi pelayanan
di dalam wilayah tersebut.
Interaksi antara masing-masing pusdt pertumbuhan ke wilayah belakang/hinterlafld-nya merupakan
unsur
yang
yang
merupakan
penling
d3lam
wilayah sistem
pengaruhny~
wilayah
yang
bersangkutan. Antara pusat pertumbuhan dan hinterland-.1ya terdapat kcterhuoungan
dan
ketergam:ungan
yang
saling
membutuhkan.
Adapun keterkaitan dalam hubungan ekonomi antara kecamatan sebaqai pusat pertumbuhan ekonomi dengan kecamatan
sebag~i
hinterland-nya <:!dalah: sebagai sentral penyalur bahan-bahan pokok; sebagai pusat pemasaran dari hasil-hasil produksi, sebagai pusat pendidikan;
sebagai
penyerap
tenaga
kerja;
sebagai
sentra
perdugangan; sebagai pusat pangkalan perikanan; sebagai pusat ptngembangan
perkebunan
dan
pertanian;
sebagai
pusat
perhubungan laut dan udara. Berdasarkan hasil perhitungan interaksi/hubungan kedekatan antara pusat pertumbuhan dan daerah sekitarnya (hinterland) yang menggunakan konsep interaksi atau gravitasi (lampiran 5 dan 6), 75
maka dapat diketahui tingkat interaksi dari masing-masing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dengan kecamatan lain disekitar sebagai hinterland-nya. Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun 2004 telah memiliki 20 kecamatan, dari dua puluh kecamatan tersebut telah teridentifikasi sebanyak enam kecamatan yang dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan mempunyai hirarki yang
lebih tinggi
sebagai
perhitungan
pusat pertumbuhan,
selanjutnya
(lampiran 6), maka dapat diketahui (hinterland)
dari
masing-masing
dari
beb~rapa
hasil
daerah pendukung
pusat pertumbuhan yang dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1. Pusat pertumbuhan Kecamata~ Kalianda memiliki daerah keliling (hinterland) yang terdiri dari lima kecamatan, yaitu Kecamatan
PP.nengah«:m, Kecc:matan
Kecamata;1 Palas,
dan
Sidomulyo,
Kecamatan
Kecam::stan
Kat•bung_
Rajabasa,
Kecamatan
inl
merupakan Ibukota dari Kabupaten Lampung Selatan, sehingga fasilitas yang !:>erkaitan dengan ekonomi, sosial, dar. pemerintahan relatif lebih lengkao. 2. Pusat pertumbuhan KecamC:ltan Natar mempunyai daerah sekeliling (hir.terland) yang terdiri dari lima kecamatan, (aitu Kecamatan
Padang Cermin, Kecamatan Gedung Tataan, Kecamatan Tanjung Bintang, Kecamatan Negeri Katon, dan Kecamatan regineneng. Kecamatan Natar terletak di Jalur Lintas Tengah Sumatera, dan ivkasi
wilayahnya
lampung
(ibukota
berbatasan propinsi),
langsung sehingga
dengan selain
Kota sebagai
Bandar pusat
pertumbuhan di Kabupaten Lampung Selatan, maka kecamatan ini juga sekaligus merupak.:m hinterland dari Kota Bandar Lampung. 3. Pusat pertumbuhan Kecamata:1 sekeliling (hinterland) Kecamatan
Sragi
dan
pen~ngahan
mempunyai daerah
yarg terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Ketapang.
Kecamatan
ini
merupakan :nuara dari Lintas Tengah Sumatera dan Jalan Lintas Timur Sumatera.
715
4. Pusat
p(;rtumbuhan
Kecamatan
Katibung
mempunyai
daerah
sekeliling atau hiflterland yaitu Kecamatan Merbau Mataram 5. Pusat pertumbuhan Kecamatan Padang Cennin mempunyai daerah sekeliling
yang terdiri dari dua kecamatan
(hinterland)
Kecamar::~n
Punduh Pidada dan Kecamatan Kedondong.
yaitu
Adapun
mobilitas pcnduduk dan barang, dari Kecamatan punduh Pidada baik yang akan pulang dan pergi dari Kota Bandar Lampung maupun ke pusat pemerintahan di Kecamatan Kalianda harus melewati Kecamatan Padang Cermin, wilayahnya dibatasi langsung oleh Samudera Indonesia, Teluk Lampung, dan i<ecamatan Padang Cermin. propinsi,
Karena wilayahnya berbatasan langsung dengan ibukota maka
Kecamatan
Padang
Cermin
juga
rr:erupakan
hir.te.-lcnd bagi Kota Bandar Lampung.
6. Pusat pertumbuhan
Kecamatan
Sidomulyo rr.er1punyai
daerah
sekP.Iiling ( IJinte!'"ldnd) yaitu KecarT'atan Candipuro yang r.1erupakan pemekaran wilayah dari Kecamatan Sidomulyo, sehingga aktifitas ekonomi seperti pemasaran dan perdagangan dari hasil pertanian dan perkebunan yang
dihasilk~n
di Kecamatan Negeri Katon ban·1ak
dilakukan di Kecamatan Sidomulyo. Dari terhadap
hasil perhitL:ngat1 angka interaksi pusat pertumbuhan masing-masing
kecarr:atan,
mc:ka
keer.am
pusat
pertumbuhan tersebut mempunyai hubungan/tingkat intE:raksi yang berbeda. Selain adanya hubungan antara pusat pertumbuhan dengan hinterland,
juga
dapat
dilihat
adanya
hubungan
pertumbuhan dengan pusat pertumbuhan lainnya. PL.sat
antara
pusat
P~itumbuhan
Kecamatan Kalianda memiliki daerah pendu:
pusat
pertumbuhan
juga
yaitu
Pusat
Pertumbuhan
l<ecamatan: Penengahan, Sidomulyo, dan Katibung. Sedangkan Pusat Pertumbuhan Kecamatan Natar mempunyai dc2rah pendukung yang mcrupakan pusat pertumbuhan juga yaitu Kecamatan Padang Cermin. Hal ini n1enunjukkan adanya wilayah pengaruh dari pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki orde lebih tinggi.
77
Dari
hasil
perhitungan
analisis
interaksi
di
atas
hanya
menggambarkan tingkat interaksi dari satu kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dengan satu kecamatan lainnya sebagai hinterland-nya. Untuk itu perlu dianalisa total aksesibilitas yang terjadi antara satu '
kecamatan dengan seluruh kecamatan yang ada (Gambar 4.1), sehingga kita dapat mengetahui kecamatan mana sebagai pusat pertumbuhan yang mempunyai daya tarik lebih tinggi dari kecamatan lainnya.
Hal ini penting guna mendukung hasil kajian pusat-pusat
pertumbuhan yang telah dibahas sebelumnya.
Gambar4.1 Grafik Daya Tarik Tiap Kecamatan dengan Menggunakan Varia bel Penduduk di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 3,500 3,000
0
0 0
0
2,500
0
...e .... ..... ... B ...
2,000
;:::
1,500
-
1,000
:2
500
-
.. ,. .."'
10
2
~
~
c
~
c "' ::>
.0
~
"'
-~ ~
~"'
..
Q.
g,
:;
E 0
"ii)
I.. 1: "
i[ ~
::>
"c
~
c "' 0
"0 c
"~
e
:::;
-;
.. ...! ".... c
2
c "' c
:!;
c "' ::>
"
"' ~
...g.
c "' ::>
~
"'
")
§"'
ffi
c "'
::> -~
...
0
5
i
u
T.. ~
~
.,..."' Q.
-~
Ui
,."' ~
"'
Secara keseluruhan untuk daerah Kabupaten Lampung Selatan, maka dapat dilihat bahwa Kecamatan Natar mempunyai daya tarik yang paling tinggi, hal ini wajar karena selain wilayahnya yang strategis (berada di tengah-tengah kabupaten) dan juga dekat dengan Ibukota Propinsi Lampung sehingga menjadikan daerah ini tempat konsentrasi penduduk baik untuk mencari tempat tinggal maupun menjalankan usaha perekonomiannya seperti berdagang dan bekerja di sektor industri yang banyak ditemui di wilayah ini. Kecamatan lain yang juga nilai daya tariknya cukup tinggi adalah kecamatan: Gedung Tataan, Kalianda, Sidomulyo, dan Negeri Katon.
Sedangkan tiga
78
kecamatan yang memiliki nilai daya tarik terendah adalah Kecamatan: Punduh Pidada, Rajabasa, dan Sragi. Dari
hasil
analisa
scalogram
diketahui
bahwa
Kecamatan
Kalianda merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki fasilitas ekonomi,
sosial,
maupun
pemerintahan
baik
variasi
maupun
jumlahnya, sehingga kecamatan ini memiliki orde tertinggi sebagai pusat pertumbuhan. Meskipun Kecamatan Natar juga berada dalam hiraiki
yang
sama
dengan
penduduk Kecamatan
Kecamatan
Kalianda,
Natar hampir dua kali
tetapi
JUm!ail
lebih banyak dari
Kecamatan Kalianda, namun ketersediaan fasilitas di Kecamatan Natar masih
lebih
rendah
dan
dirasa
penduduk yang begitu besar.
sangat kurang
-
unt:uk
melayani
Begitupun dengan Kecamatan Gedung
tataan yang walaupun nilai daya tariknya lebih tinggi dari
Ke<.ama~an
Kalianda, narnun hirarki pu5at pertumbuhannya berada
pa~a
orde
keempat, k3rena memang ketersediaan fasilitas baik fasilitas ekonomi, sosial, dan !)emerintahannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan Kalianda.
Fenomena di atas mengindikasikan bahwa
memang terbukti bahwa pembangunan itu tidak terjadi disemua daerah melainkan Jebih cond::mg pada pusat-pusat pertumbuhan. Uutuk itu guna menyelaraskan pertumbuhan antar aaerah dalam satu wilayah,
kiranya
kebijakan
pemerataan
pembangunan
berbagai
fasilitas ekonGmi, sosial, dan pemerintahan perlu mendapat pr!oritas utama agar daerah-daerah yang relatif kurang maju dan belum berkembang dapat mengejar ketertinggalannya.
4.3
Analisis Sektor dan Produk Unggulan Daerah Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang
wilayah (termasuk perencanaan pergerakan di dalam ruang wilayah) dan
perencanaan
kegiatan
pada
ruang
~-vilayah
yang
akan
diimplementasikan dalam bentuk pei·cncanaan pembangunan wilayah. Jadi disini terlihat bahwa perencanaan tata ruang wilayah dengan pendekatan sistem
pusat-pusat pertumbuhan merupakan sasaran
antara (jembatan) untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi
79
yang
potensial
dalam
wilayah
dan
melihat
kemungkinan
mengarahkannya pada kondisi perekonomian yang diinginkan, dengan memperhatikan efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi yang
terbatas. Untuk mengetahui potensi dari kegiatan/komoditi yang dapat diunggulkan
yang
ada
di
masing-masing
wilayah
kecamatan,
sebelumnya dianalisis sektor dan subsektor unggulan di daerah Kabupaten Lampung Sclatan, gur.a
mem~l£:rikan
arah yang perlu
diprioritaskan dalam perkembangan perekonomian di masing-masing wilayah kecamatan tersebut. Dalam teon ekonomi disebutkan bahwa suatu sektor akara
-
menjadi "the engine of growth" (mesin pertumbuhan) apabila sektor bersanyl
produksinya dapat diekspor.
Suatu
daerah akan
me1akukan aktivitas ekspor yang kuOJt apabila memiliki kelebihan produksi (surplus) untuk sekto:- bersangkutan dibandi;1gkan dengcm produksi dari daerah li='tin untulc komoditi yang :;ama. Oleh karena itu, menentukan apakah suatu daerah memiliki sektor tertentu
merupakan
hai
yang
"surplu~"
utama
yang
produksi pada men~nt:.~kan
kemampi.Jan eks!)or suatu daerah. Untuk mengetahui kemampuan sektor menghasilkan surp!us produksi,
berikut
ini
disajikan
analisa
sektor
unggulan
dengan
mempergunakan a:1alisis Location Quotient (LQ) yang dilakukan untuk melihat seberapa besar sumbangan suatu sektor dan subsektor terhadap PDRB antara Kabupaten Lampung Selatan dan PropiP.si Lampung.
Dari 9 sektor yang dianalisis, menunjukkan bahwa pada
Tahun 2004 hanya ada 3 sektor yang dapat dikategorikan sebagai sektor
unggulan
di
Kabupaten
Lampung
Selatan
yaitu
sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan (T3bel 4.3). Hal tersebut ditandai dengan nilai LQ dari masing-masing sektor, dimana sektor pertanian menunjukkan nilai LQ yang lebih tinggi yaitu 1,17 dibandingkan nilai LQ sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan yaitu masing-masing 1,06 dan 1,01.
80
Tabel 4.3 Data perkembangan nilai Location Quotient (LQ) Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2000-2004. ·-
TAHUN
LAPANGAN U3AHA
2000
2001
2002
2003
2004
1.
PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Per1tebunan c. Petemakan 1!. Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan
1.16 1.10 1.01 1.27 0.07 1.62
1.15 1.08 0.98 1.09 0.09 1.89
1.14 1.10 0.88 1.26 0.09 1.79
1.17 1.09 0.93 1.41 0.09 1.82
1.17 1.08 0.97 1.53 0.12 1.64
2.
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Pertsmbangan Tanpa Migas b. Penggalian
1.1~
5.!'1 1.15
1.17 4.19 I 1.17
1.14 3.16 1.14
1.11 3.19 1.11
1.06 3.21 1.05
3.
INDUSTRI PENGOLAHAN TANPA MIGAS
0.87
I
0.84
0.82
0.80
4.
LISTRIK DAN AIR BERSIH a. Lis!rik b. Air Bersih
0.73 u.37
0.61 1:'.68 0.31
0.68 0.7'3 0.25
0.78 0.87 0.30
0.91 1.01 0.28
5.
BAN3UNAN
0.96
1.00
0.96
0.98
1.01
6.
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORI'.N a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran/Rumah Makan
0.91 0.95 0.59 0.54
0.88 0.91 0.66 P.60
0.83 0.8'3 0.75 0.57
0.83 0.85 0.85 0.60
0.83 0.84 0.84 0.64
7.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkut'!ln Rei 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Penyeberangan 4. Angkutan Udara 5. Jasa Penunjong Anakutan b. Komunikasi
1.04 0.98
1.05 ~.02
1.06 1.03
0.93 1.02
0.96 1.06
0.43 6.07 6.50 0.4:.'1 ~.36
0.42 6.50 6.50 0.49 1.21
0.43 6.51 6.51 0.41 1.20
0.46 6.62 6.62 0.51'i 0.62
0.46 7.12 6.70 0.65 0.60
0.26 0.26 0.70 0.06
24.24 0.24 0.86 0.06
1.18 1.80 0.24 1.31 0.06
0.94 0.16 0.22 1.29 0.06
0.84 0.13 0.24 1.27 0.07
0.74 0.75 0.67 0.70 2.16 0.57
0.77 0.78 0.75 0.84 2.30 0.59
0.85 0.85 0.83 .0.93 2.31 0.65
0.91
I
I
I8. I
9.
KEU, PERSW & JASA PERUSAHAAN a. Bank Lembaga Keua;1gan Tanpa Bank b. c. Persewaan d. Jasa Perusahaan
j
I 0.84
0.~
I
I 0.61 I 0.81 I
0.71 0.73 0.65 0.59 2.12 0.64 Sumber: PDRB Lampung Selatan dan Propmst (data dto/ah) JASA-JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1.. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & ~umah Tangga
I
I I
0.9~
0.89 1.03 2.39 0.68
Pada Tahun 2004 sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan (share) terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Lampung Selatan yakni sebesar 51,08%, sedikit lebih kecil dibandingkan yang terjadi pada tahun sebelur.mya yaitu sebesar 51,10%.
Hal ini tidak terlepas dari potensi sektor pertanian yang
dimiliki dan menjadi tulang punggung kehidupan sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan, seperti yang diperlihatkan 81
oleh tingginya produktifitas tanaman pertanian seperti; padi, padi sawah, padi ladang, jagung, ubi l
salah satu lumbung beras di Propinsi Lampung.
total produktifitas tanaman padi sebesar 422.089 ton. ·. Ada pun. kecamatan
yang
menjadi
sentra
produksi
tanaman
padi adalah
Kecamatan Palas, candipuro, Kedondong, Sidomulyo, dan Natar. Sedangkar. Ketapang,
tanaman Natar,
jagung
banyak
Penengahan,
Jati
dihas!lkan Agung,
oleh
Kecamatan
Sidomulyo,
Merbau
Mataram, dan Tanjung Bintang, c1engan total produktifitas tanaman Lc=~mpung
jagung diseluruh Kabllpaten
selatan berjumlah 407.788 ton.
Seli'lin padi dan jagung, tanaman ubi kayu dan ubi jalar juga banyak dihasilkan
dengan
165.951
produktifitas
Sehingga dalam rangka pengembangan
ton
dan
pusa~-pusat
10.933
ton.
pertun.buhan,
maka kebijakan yang dapat ditempuh i!dalah meningkatkan kinerja sektor pertar.iim dengan memanfaatkan potensi lvkal yang dimili!
wilayah,
agar
produktifitasnya
dapat
meningkat
sehingga kesejahteraan petani dan tingkat perkerl'bangan wilayah tersebut j\.Jga mer.ingkat. Berdasarkan
hasil
penghitungan
nilai
LQ
masing-r.1asing
subsektor, maka pada Tahur. 2004 subsektor yang dapat dikategorikan sebagai subsektor unggulan dengan nilai LQ masing-masing yaitu subsektor tanaman bahan makanan (1,08), subsektor peternakan dan hasil-hasilnya
(1,53),
subsektor
pertambangan tanpa migas
perikanan
(1,64),
subsektor
(3,21), subsektor penggalian (1,05),
subsektor listrik (1,01), subsektor pengangkutan (1,06), subsektor persewaan (1,27), dan subsektor hiburan & rekreasi (2,39). demikian
berhagai
diprioritaskan
dalam
macam
subsektor
pengembangan
unggulan
perekonomian
tersebut di
Dengan dapat
Kabupaten
Lampung Selatan. Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan bahwa sektor dan subsektor yang menjadi keunggulan di Kabupaten Lampung Selatan
82
masih didominasi sektor dan subsektor yang perkembangannya sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya alam yang dimil!ki. Namun sayangnya perkembangan sektor yang berbasis sumberdaya alam tersebut belum diikuti dengan perkembangan sektor industri, hal ini terlihat dari nilai LQ sektor industri yang selama lima tahun terakhir ini rata-ratanya sebesar 0,83. pemerintah,
swasta,
Untuk itu diperlukan upaya baik dari
maupun
masyarakat
untuk
meningkatkan
peranan sektor industri baik kapasitas produksi maupun diversifikasi jenis usaha industri yang ada di Kabupaten Lampung Se!atan ter;utama sektor industri pengolahan hasil pertanian. peningkatan pengyunaan teknologi pro;es produksi hasil-hasil
tcp~t
pertanian.
Selail; itu perlu adanya guna dalam menunjang
Hal ini penting agar surplus
proJuk pertanian dapat ditampung dan diolilh lebih lanjut oleh sektor industri, sehi11gga nilai tambah yang Jihasilkan dapat lebih besar. Selain
itu
dengan
melihat
data
di
atas
terl!~at
t."lahwa
perkembangau subsektor jasa Ji Kc.bupaten Lampung Selatan cukup baik, hal lni ditandai dengan besarnya nilal LQ terutama subsektor: pengangkutan;
k~munikasi;
bank; persewaan; hiburan dan rekreasi.
Untuk itu arah perkembangan dan pembangunan perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan seharusnya juga sudah memprioritaskan pengembangan sektor jasa tersebut, terutama pengembangan jasa angkutan per.yeberangan Bakauheni di Kecamatan Penengahan dan jasa angkutan udara di Kecamatan Natar. Dalam
rangka
penyelarasan
pertumbuhan
ekonomi
antara
wilayah dalam satu daerah dikernukakan konsep pendekatannya yaitu pengembangan
kecamatan sebagai
pusat pertumbuhan
ekonomi.
Pendekatan dengan ruang lingkup kecamatan dimaksudkan agar pemerataan pembangunan antar wilayah dapat lebih merata. satu caranya adalah masing wilayah. ekonomi
Salah
dengan mengetahui spesialisasi dari masing-
Sedangkan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan
dimaksudkan
untuk
mengidentifikasi
aktifitas-aktifitas
ekonomi yang menjadi keunggulan dari suatu kecamatan, sehingga
83
dapat ditentukan kebijakan pembangunan yang sesuai dengan melihat spesialisasi keunggulannya. Dari hasil ulasan dan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kabupaten Lampung Selatan selama periode 2000-2004 sangat didominasi oleh sektor pertanian, sehingga sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian masyarakatnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui komoditas yang menjadi keunggulan di masingmasing wilayah pusat pertumbuhan, maka nilai LQ yang dihitung dalam penulisan t.esis ini menggunakan beberapa komoditas dari sektor
pertanian
pertumbuhan
tersebut.
tersebut
pertanian
yang
perk~mbangan
acia
di
Alasan
karena
masing-masing pemilihan
tidak
wilayah
beberapa
tersedianya
pusat
komoditas
data
terhadap
masing-r.1asing sektor dalam PDRB untuk tiap-tiap
kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Sesuai dEngan tujuan dari penulisan tesis ir.i, maka data dan inform<:~si
yang dibutuhkan dari hasil penerap:m model ini adalah jenis
produk-produk/komoditas yang terdapat pada tiap-tiap kecamatan dalam rangka
spesialisasi
keunggulan di rr.asing-masing
wilayah
kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Dari
hasil
komoditas/produk
analis:s
Location
unggulan
Quotient
masing-masing
(LQ),
untuk
kecamatan
(Lampiran 11-16) adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Padang Cermin Di kecamatan Padang Cerrnin ada beberapa komoditas yang memili!
memenuhi
kebutuhan
sendiri
tapi
juga
mampu
memenuhi permintaan dari luar (ekspor), atau dengan kata lain komoditas unggulannya yaitu: ubi kayu, kacang tanah, kelapa dalam, budidaya kolam (perikanan darat), sapi, kerbau, domba, ayam buras, dan kayu bulat, sedangkan komoditas lainnya dipenuhi dari kecamatan sekitarnya.
84
2. Kecamatan Punduh Pidada Komodit<:~!=:
unggulan di Kecamatan Punduh Pidada yaitu: padi,
ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kelapa dalam, kerbau, domba, dan ayam buras, sedangkan komoditas lainnya dipenuhi dari kecamatan sekitarnya. 3. Kccamatan Kedondong Komoditas padi, budidaya kolarn, sapi, kerbau, domba, ayam buras, dan ayam petelur merupakan komoditas unggulan di kecamatan ini. 4. Kecamatan Way Lima Komoditas pc:tdi, ubi jalar, kacan9 tanah, budidaya kolam, sapi, kerbau,
domba,
dan
ayam
buras
merupakan
komoditas
unggulan di kecamatan ini. 5. Kecamatan Gedung Tataan Di kecamatan ini hanya terdapat empat komoditas unggulan yaitu padi, kacang tanah, budidaya kolam, d:m ayam pedaging. 6. Kecamatan Negeri Katon Ubi jalar, uui kayu, kacang tanah, ayam
buras dan
petelur
k~lapa
merupakan
hibrida, sapi, kambing, produk
unggulan
di
kecamatan ini. 7. Kecamatan Tegineneng Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Lampung Tengah, untuk produk unggulannya berupa jagung, ubi kayu, kambing, babi, ayam buras, dan ayam petelur. 8. Kecamatan Natar Komoditas yang menjadi unggulan di kecamatan ini yaitu: jagung, ubi jalar, kelapa dalam, kelapa hibrida, budidaya kolam, sapi, kerbau, kambing, domba, bai, dan ayam buras. 9. Kecamatan Jati Agung Produk unggulan di kecamatan ini yaitu: uoi kayu, ubi jalar, sapi, kerbau, domba, ayam buras, dan ayam petelur.
85
lO.Kecamatan Tanjung Bintang Komoditas yang menjadi unggulan adalah ubi kayu, budidaya kolam, sapi, domba, babi, ayam buras, dan ayam petelur. ll.Kecamatan Merbau Mataram Dikecamatan ini yang menjadi produk unggulannya adalah jagung,
•Jbi
kayu,
ubi jalar,
kacang tanah,
sapi,
kerbau,
kambing, ayam buras, dan ayam petelur. 12.Kecamatan Katibung Produk hasil hutan berupa kayu gergajian merupakan produk yang
menjadi andalan, disamping itu kecamatan
ini juga
memiliki beberapa keunggulan prcduk seperti: jagung, ubi kayu, ubi jalar, ikan asin, teri rebus, sapi, kerbc..-u, kambing, babi, ayam buras, dan ayam petelur.
13.Kecamatan Sidomulvo Padi, jagung, i<elapa dalam, kelaoa hibrida, sapi, kambing, ayam buras, dan ayam petelur menjadi produk unggu:annya. 14.Kecamatan Candipuro Padi, ubi jalar, kerbau, kambing, domba, dan ayam buras juga menjadi produk unggulan di kecamatan ir.i. 15.Kecamatan Kalianda Kecamatan Kalia11da merupakan Ibukota dan sekaligus menjadi lokasi pusat pemerir.tahan di Kabupaten Lampung Selatan. Sedangkan produk unggulannya yaitu: padi, ubi jalar, kacang tanah, kelapa dalam, kelapa hibrida, ikan asin, teri rebus, sapi, dan ayam buras. 16.Kecamatan Rajabasa Kecamatan Rajabasa merupakan pemekaran dari Kecamatan Kalianda, dan yang menjadi produk unggulannya yaitu: padi, kelapa dalam, ikan asin, teri rebus, budidaya kolam, sapi, kambing, domba, dan ayam buras.
86
17.Kecamatan Palas Produksi padi terbesar disumbangkan oleh kecamatan ini, dan produk-procluk lain yang juga menjadi unggulannya yaitu: kelapa dalam, kelapa hibrida, budidaya kolam, sapi, kerbau, kambing, babi, dan ayam buras. 18.Kecamatan Sragi Komoditas yang menjadi unggulan di kecamatan ini adalah: padi, kelapa dalam, ikan asin, budidaya kolam, sapi, kerbau, domba, dan ayam buras. 19.Kecamatan Penengahan Hanya komoditi jagung, ikan asin, ayam petelur, dan ayam pedaging yang menjadi unggulan di ker.amatan ini, sementara komoditi lainnya dapat dipenuhi dari kecamatan sekitarnya. 20.Kecamatan Ketapang Untuk komoditi jagung, kelapa hibrida, ik<:m asi11, teri rebus, sapi, kcrbau, kambing, babi, dan ayam buras yang menjadi komoditi unggulan di Kecamatan Ketapang.
Sementara untL:k
produk-produk
dari
lainnya
dapat
dipenuhi
kecamatan
sekitarnya. Dengan
teridentifikasinya
jenis
produk-produk/komoditas
unggulan yal"!g terdapat pada tiap-tiap kecamatan, maka Pemerintah Kabupaten
Lampung
Selatan
dapat
mengambil
kebijakan
yang
mendukur.g keunggulan berdasarkan spesialisasi tersebut dengan cara meningkatkan dan menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan produksi, sehingga sektor pertanian dapat menjadi penyokong bagi tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lainnya terutama sektor industri pengolahan hasil pertanian. Hal ini pemi11g Uiltuk meningkatkan nilai tambah (value added) dari sektor tersebut
sehingga
dapat
meningkatkan
perekonomian
daerah
Kabupaten Lampung Selatan. Dalam kaitannya dengan perencanaan daerah, hasil analisis sektor-sektor
ekonomi
yang
menjadi
keunggulan
di
Kabupaten 87
Lampung Selatan ini dapat digunakan sebagai acuan perencanaan pembangunan per sektor dalam rangka mengembangkan sektor-sektor unggulan tersebut untuk meningkatkan perekonomian daerah. 4.4
Hasil Analisis Pusat Komoditas Unggulan
Pertumbuhan,
Hinterland,
dan
Berdasarkan proses dan hasil analisis sebelumnya, maka dapat diidentifikasi pusat-pusat pertumbuhan di Kabupaten Lampung selatan dengan wilayah hinterland-nya serta komoditas atau produk-prcdL:k unggulan yang dihasilkan oada masin9-masing pusat pertumbuhan, dimana
komoditas
komoditas
unggulan
unggulan
baik
tersebut
y~ng
merupakan
dihasilkan
oleh
keseluruhan
wilayah
pu~at
pertumbuhan, mauoun yang dihasilkan oleh wilayah hinterlc.rnd-nya. Hasilnya secara terinci dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel No. 1.
2.
I
4.4
Hasil Analisis Pusat Komoditcs Unggulan
Pusat Pertumbuhan Kalianda (orde I)
Natar (orde I)
Hinterland a. b. c. d. e. . a. b. c. d. e.
renengahan Sidom11lyo Raj~basa
Palas r.atibung Padang Cermin Gedung Tataan Tanjung Bintang l\legeri Katon Tegineneng
3.
Penengahan (orde II)
a. Sragi b. Ketapang
4.
Katibung (orde III)
Merbau Mataram
5.
Padang Cermin (orde III)
a. Punduh Pidada b. Ked on dong
6.
Sidomulyo (orde III)
Candipuro ..
Pertumbuhan,
Hinterland,
dan
I
Komoditas Unggulan Padi, jagung, ubi i
I
I
Sumber : Hast/ analtsts scalogram, mterakst dan produk unggulan daerah
88
Dari hasil analisa di atas terlihat bahwa arah perkembangan perekonomian
di
memprioritaskan
Kabupaten
Selatan
Lampung
sektor
pengembangan
adalah
pertanian
dengan terutama
pengembangan produk/komoditas lokal yang menjadi keunggulan di masing-masing wilayah pusat pertumbuhan.
Sedangkan upaya dan
kebijakan yang dapat ditempuh adalah dengan cara pengembangan kawasan
dimana
agropolitan,
termasuk
di
dalamnya
adalah
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis daerah. Agropolitan
merupakan
sistem
manajemen
dan
tatanan
terhadap suat"..i kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan
ekonomi
Sehingga
berbasis
kawasar.
pertanic:m
agropolitan
(agribisnis/agroindustri).
diharapkan
menarik
akan
pengembangan ekonomi berbasis pertanian di wilayah hinterland, dan untuk itu diperlukan suatu linkage dan keterpaduan antara kawasan agrcpolitan dengan kawasan hinterland. Sedangkan
kebijakan
untuk
mengoperasionalisasikan
pembangunan sistem dan usaha agribisnis, perlu dikembanqkan atau diorganisasikan
Pengembangar.
pusat-pusat agribisnis tersebut
dikaitkan dengan ekonomi regional
~edem!kian
h~ru~
rupa sehingga secara
bertahap agribisnis daerah di Kabupaten !...amJ,Jung Selatan makin terintegrasi dengan perekonomian regional dan dunia. disamping
penumbuhan
pusat-pusat
agribisnis
Tentu saja
secara
fisik,
pengembangan sistem informasi agribisnis juga perlu dilakukan. Pada
pusat-pusat
pertumbuhan
agribisnis
perlu
dilengkapi
infrastruktur yang diperlukan seperti adanya prasarana jalan yang baik yang menghubungkan industri pengolahan dengan sub-sistem on-farm maupun
antar pusat
pertumbuhan
agribisnis
dengan
pelabuhan
ekspor.
Selain itu juga perlu dikembangkan fasilitas pergudanyan,
terminal agribisnis, bursa komoditas/produk agribisnis, beserta fasilitas lain
yang
diperlukan
untuk
berkembangnya
sistem
dan
usaha
89
agribisnis. pusat
Dengan demikian kawasan tersebut akan menjadi pusat-
pertumbuhan
ekonomi
di
daerah
dengan
pengelola
dan
pelaksana utama usaha adalah petani dan masyarakat setempat. Pusat-pusat pertumbuhan tersebut, selanjutnya dikembangkan melalui jaringan kerja dan usaha antar pusat pertumbuhan, sehingga menjadi kawasan agribisnis yang lebih besar mencakup beberapa daerah pusat pertumbuhan. Kabupaten
Lum;::~.:ng-
Bila hal ini terwujud maka diharapkan di
Selacart
khususnya
dan
Propinsi
Letmpung
umumnya akan terbentuk kawasan dan jaringan usaha agribisnis yang lebih luas yang memungkinkan dapat menarik pertumbuhan industri hulu dan industri hilir serta jasa penur.jang dan kelembagaan iainnya yang lebih besar. Adapun gambaran mengenai peta administrasi dan kecamatan yang
teridcntifikasl
sebagai
pusat
pert:Jmbuhan
ekonomi
dan
hinterland-nya di Kabupaten Lampung Selatan, disajikan padu Gi::lmbar 4.2 berikut ini.
90
Gambar 4.2
Konsepsi sistem kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Selatan
-
LA"'~u~OT"I!t,QAH
KETERANGAN :
.,...,. 8 . LA ... P uttQTI... U
P.T...,,.I
...
~
.
P . N&.III.,_P
•
Pusat pertumbuhan orde I
•
Pusat pertumbuhan orde II
+
Pusat pertumbuhan orde III
ffi
Pusat pertumbuhan orde IV
..6.
Pusat pertumbuhan orde V
. ...........
-~ . . .... IQN.. ............. P. p, .... ..,..... . r..-oi""J'
P . ::UIIIo•c"l
......
P.L. .•••I
;;:-a;:-rfiif P.R .......&.. p.- .
P. L-.•••In.o~
P.Wh~ •
• ~r..u-
SAMUDERA INDONESIA
~~.
·~~ 10S.. 00'
~..,.,
SEl.A T SUNDA P. ~t
-.--.,., ......,...,..._.
... 00'
. ............
···-·-
P.tu .......
P. w-•• •. R .~
1 00$.'"' loY
--
.. ,.u~l
1 061 00'
91
BABY
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan melalui berbagai
alat analisis yang telah dilakukan, makC't dapat ditarik beberapa !<:esimpulan yaitu: 1. Dari 20 (dua puluh) kecamatan yang ada di Kabupacen Lampung
Selatan,
teridentifikasi
sebanyak
6
(enam)
kecamatan
yang
mempunyai hirarki lebih tinggi sebagai pusat pertumbuhan, karena ketersediaan fasilitas ekonomi, sosial, dan pemerintahannya rel\ltif lebil'l lengkap dan lebih banyak jumlahnya, yaitu Kalianda, Kecc:matan Natar, Kecamatan
Penengaha~,
Kecamatan Kecamatan
Katibung. Kecamatan Padang Cermin, dan Kecumatan Sidomulyo. 2. Pengembangan wilayah dengan menempatkan pada pusat-pusat pertumbuhan memiliki daerah cakupan atau hinterland sebagai berikut: a.
PusEtt pertumbuhan orde kesatu. u~am:mya
Wilayah pembangunan
ada dua kecamatan yaitu Kalianda dan Natar.
Wilayah pendukung Kecamatan Kalianda adalah kecamatan: Penengahan, Sedangkan
Sidomulyo, wilayah
Rajabasa,
pendukung
Palas,
dan
Kecamatan
Katibung.
Natar
adalah
kecamatan: Padang Cermin, Gedung Tataan, Tanjung Bintang, Negeri Katon, dan Tegineneng. b.
Pusat pertumbuhan orde
kedua.
Wilayah
pembangunan
utamanya adalah Kecamatan Penengahan, dengan wilayah pendukungnya kecamatan: Sragi dan Ketapang. c.
Pusat pertumbuhan orde
ketiga.
Wilayah
pembangunan
utamanya adalah Kecamatan: Katibung, Padang Cermin, dan
Sidomulyo, dengan wilayah pendukung Kecamatan Katibung adalah Padang
Kecamatan Cennin
Merbau
adalah
wilayah
Mataram,
Punduh
dan
Pidada
pendukung Kedondong,
sedangkan wilayah pendukung Sidomulyo adalah candipuro. d.
Pusat pertumbuhan orde keempat. Wilayah pembangunannya meliput kecamatan: Gedung Tataan, Tanjung Bintang, Merbau Mataram, Negeri Katon, Kedondong, dan Tegineneng.
e.
Pl.!S[!t pertumbuhan orde kelima.
Wiiayah pembanguni'tnnya
meliputi kecamatan: Ketapang, Sragi, Way Lima, Palas, Jati Agung, Punduh Pidada, Candipuro, dan Rajabasa. 3. Dari 9 sektor yang dianalisis, pada Tahun 2004 menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor
unggulan
sektor yar.g dapat dikategorikan sebagai
yaitu
sektor:
pertaml:iangan
pertanian;
penggc-lian; dan sektor bangunan.
dan
Sedangkan subsektor yang
termasuk unggulan yaitu subsektor: tanaman bc:hdn makanan; petern.::tkan;
perikanan;
pertambangan;
penggalian;
listrik;
pengangkutan; persewaan; dan subsektor hiburan & rekreasi. Dengan dcmikian berbagai rnacam sektor dan
subs~ktor
unggulan
tersebut perlu diprioritaskan dalaP'l pengembangan perekonomian di Kabupaten Lampung Selatan. 4. Masing-masing wilayah pusat pertumbuhan didukung oleh wilayah pengembangan dengan berbagai komoditas dominan ya!'lg dapat dikategorikan sebagai komoditas ur.ggulan dari masing-masing wilayah kecamatan.
5.2
Saran Penelitian :ni menyajikan berbagai alternatif pilihan terutama
dalam rangka pengembangan wilayah dan aspek-aspek kegiatan ekonominya, ur.Luk itu implikasinya dapat diterapkan daiam rangka pengambilan kebijakan dalam perencanaan pembangunan regional dan sektoral di Kabupaten Lampung Selatan, antara lain:
93
1. Dalam
rangka
pengembangan
wilayah dan
rencana
merevisi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lampung Selatan Tahun 1999-2004 yang baru akan dilaksanakan pada Tahun 2007, maka kebijakan pembangunan yang dapat diambil oleh pemerintah dapat mengacu pada konsep pusat-pusat pertumbuhan atau pusatpusat-pusat pengembangan dengan prioritas pada spesifikasi dari masing-masing wilayah. Untuk itu diharapkan adanya upaya untuk memacu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dengan dayc: dukung dari wilayah 5ekitarnya (hinterland). 2. Berkaitan
dengan
Pembangunan Selatan
Tahun
Jangka
kuantitas
yang
Menengah
2006-2011
secrtra merata dan kecamatan,
misi
yaitu
m~ningkatkan
tercantum (RPJM)
pada
Rencana
Kabupaten
Lampung
meningkatkan
pembangunan
Kapasitas ibukota kabupaten dan
maka perlu diupayakan peningkatan kualitas dan atas
ketersediaan
fasilitas
ekonorni,
sosial,
dan
pemeri:"ltflhan, dengan prioritas pada wHayah pusat perturnbuhan kecamatan orde terendah yang s~ngat
!~etersediaan
berbagai fasilitasnya
minim, khususnya l<ecamatan: Ketapang, Sragi, Rajabasa,
Candipuro, Punduh Pidada, Jati Agung, Palas, dan Way Lima. 3. Dalam
rangka
penyediaan
infrastruktur
berbagai
tersebut
diperlukan biaya yang sangat besar, untuk itu diharapkan adanya ~u~tt:
kemitraan antara pemerintah daerah dengan pihak swasta
untuk menyediakan berbagai infrastruktur tersebut. 4. Dari
hasil analisis Location
Quotient diketahui
bahwa
sektor
pertanian selama lima tahun terakhir ini merupakan sektor yang menjadi
keunggulan
Kabupaten
Lampung
Kabupaten menyediakan
Lampung sarana
dalam
perkembangan
Selatan,
untuk
Selatan dan
itu
dapat
prasarana
perekonomian
kiranya
Pemerintah
meningkatkan guna
di
dan
meningkatkan
produksinya, sehingga sektor pertanian dapat menjadi penyokong bagi tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor lainnya terutama sektor industri pengolahan hasil pertanian.
94
5. Dalam kerangka pengembangan perekonomian daerah, maka arah bagi kebijakan pembangunan yang akan ditempuh oleh pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dapat dilakukan dengan melihat spesialisasi keunggulan dari tiap wilayah atau kecamatan.
Hal ini
sangat penting agar kebijakan pembangunan yang akan dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan tersebut dapat tepat sasaran, sehingga ketimpangan
~ntara
satu wilayah dengan wilayah lainnya
dapat diperkecil. 6. Mengir.gat pentingnya data Produk Domestik Regional Bruto pada tingkat
kecamatan
untuk
melihat deskripsi
perekonom1an
di
masyarakat, maka perlu adanya kerjasama antara pemerintah kabupaten cian instansi terkait untuk membuat Produk Domestik Regional Bruto tingkat kecamatan sehingga analisis pada tingkat kecamatan dapat lebih akurat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu. Candi Gebang Permai, Yogyakarta. Arliansyah, P. 2005. Prospek Pengembangan Kecamatan Sebagai Motor Pertumbuhan Ekonomi. FE-UI Jakarta. 77 halaman. Arsyad, Uncolin. 1:>99. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Edisi Ke-empat.
Azis, Iwan Jaya. 1984. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya ci Indonesia, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia. Halaman 39-72 .... Badan P:.Jsat Statistik. 2003. Lampu11g Selatan Dalam AngkrJ 2003. Kerjasama BappeJa Kabupaten Lampung Selatan da11 BPS Kabupaten Lampung Selata:1. 237 Halamar. B3ppenas. Propenas 2000-2004 UU No. 25 Th. 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004. Sinar Grafika Jc:karta. 262 Halam.::~n. Blakeley, Edward J. 1994. Planning Local Economit: Development, Tr.eory and Practice. Secor.d Edition. USA: SAGE Publication Inc. Bratakusumah, S. Dedy. L.003. Percncanaan Pembangunan Daerah "Strategi 1'-t.enggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ertur, O.S. 1984. A Growth Centre Approach to Agropolitan Development. Jurnal Ilmiah Iowa State University Volume 8. Glasson, John. 1990. PengantrJr Perencanaan Regional. Bagaian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Heryadi, Dadang. 1995. Penerapan Sistem Pusat Pertumbuhan Suatu Pendekatan Pengembangan WilayahKabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya. MakrJ!ah Diklat PPD. LPEM-UI. 29 Halarnan. Jhingan, L. 1994. Ekonomi F'embangunan (terjemahan). Rajawali Press. Jakarta
c::~n
Perencanaan
1~96. Pembangunan untuk Rakyat: Kartasasmita, Ginandjar. Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Cetakan 1, Jakarta, PT. Pustaka CIDESINDO. Halaman 336.
Panuju, Rustiadi. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah (Penuntun Praktikum). Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
2005. Pembangunan Pedesaan Berkelanjutan Pranoto, Sugimin. Melalui Model Pengembangan Agropolitan. Disertasi IPB (tidak dipublikasikan). Bogor. 295 halaman. Rasyid, Ryas. 2002. Otonomi Daerah dan Persat•Jan Nasional. Jurnal PASKAL Volume I No. 4, Nopember 2002. Jakarta. 56 Halaman.
1991. Da::;ar-r:lasar Ekonomi Regional. Richardson, Harry. W. Lembaga Pe•lerbit FE-UI. Jakarta Samsudin, Didin. 2003. Penentual"' Pusat-Pusat Pertumbehan Ekonomi Wilayah Kabupaten Tanggerang. Tesis. Fakult:as Ekonomi Universitas Indonesia. Jak3rta. 150 halaman. Setyawan Salam, Dharm::J. 2004. Otonor.1i Daerah Dalam Ferspektif Lingkungan, tJilai, d::m Sumoer Daya, PT Penerbit Djambatan, Jakarta. 318 halaman. Sjafrizal. 1983. Ekonomi R.egional: Suatu Perkembangan dalam Ilmu Ekonomi. EKI, Vol. XXXI, No. 2. Juni 1983. Jakarta. Sunarjanto, Djoko. 2000. Perencanaan Kl!tub Pertumbuhan Ekoa1omi yang Bcrkelanjutan pada Wilayah Pe!"tambangan dengan Metcde .A.HP. Tesis MPKP UI (tidak dipublikasikan). Jakarta. Sihotang Paul. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Eko11omi Regional (terjemahan). Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Umversitas Indonesia. Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Maskroekonomi. KPdua. Jakarta. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Edisi
Susanti, Ikhsan, Widyanti. 2001. Indikator-indikator Makroekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tarigan, Robinson, Ekonomi Regional (Teori dan Aplikasi), PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2004, 175 halaman. Todaro, P. Michael. Pembangunan Ekonomi PT. Erlangga Jakarta. 2000. 549 Halaman.
di
Dunia
Ketiga.
Utoyo, 5. Bambang. 2000. Analisa Keterkaitan Antara Pertumbuhan Wilayah Dengan Pola Perubahan Struktur Penggunaan Lahan. Tesis. Program Pascasarjan3 Institut Pertanian Bogor, Bogor (tidak dipublikasikan).
Yudistri Pebrina, Intan. 2005. Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada tingkat Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Bidang Ekonomi. Vol. 4 No.1 Tahun 2005. 24 halaman. Yusuf, Maulana. 1999. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sebagai Salah Satu · Alat Ana:isis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia Volume XLVII Nomor 2. Hataman 219-233. Warpani, Suwardjoko. 1984. Analisis Kota dan Daerah. Penerbit Institut Teknologi Bnndung (ITB). Bandung. 151 halaman.
LAMPIRAN
Lampiran N0.
1 2 3 4 5 6 7
a·
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Tabel Hasil Analisa Scalogram Fasilitas Ekonomi Tiap Kecamatan di Kabupa:en Lampung Se:atan Tahun 2004 Kecamatan
Kcdia11da Natar Penengahan l
1
1197 707 794 428 573 302 330 462 229 126 116 68 242 292 181 321 40 616 164 76
2 15 15 12 13 18 13 17 13 4 12 7 4 16 12 11 7 7 5 9 8
3
242 1097 802 95 104 180 240 87 126 160 75 21 35 29 14 85 350 33 56 {:;5
4 521 458 481 226 273 500 260 150 304 150 421 150 163 144 97 295 397 86 157 188
5
I
Jenis Fasilitas Ekonomi Tiap Keca:natan (unit) 12 11 10 6 9 8 7
54 45 73 225 52 37 ·jQ
4 51 50 12 5 28 126 13 17 ·2 15 11 20
1. Pasar (toko, kios, los, warung) 2. Koperasi KUD 3. Sarana angkutan (mikrolet & truck) 4. Sarana angkutan (motor ojek) 5. lndustri rumah tangga 6. lndustri kecil 7. Rumah makan/warung makan 8. Telepon umum 9. Sarana pengairan (waduk, tlam, pampa, sungai) 10. Koperasi Non KUD
178 120 10 125 25 25 1 2 3 12 8 5 8 58 5 15
10 4 1
J
427
142 53 39 37 35 30 10 29 25 18 12 27 15 15 11 12
8 5
37
12 5 3 5 3 2 3 4 7 2 2 2 6 6 2 4 3
-
11 . 12. 13. 14. 15. 16. 17.
5 6 11)
25 2 3 9 5
2 3 4 35 16 4 ~
:.l
1
-
45 27 12 8 9
124 31
-
11 5 14 6 1
5(' 10 15 3 1 29 7 9
4
-
7
-
-
-
2 1 2 6
-
7
-
-
6 5 1 4 6 1
1
4 3 1 1
-
9
-
-
-
13 5
2 1 1 1 3 1 2 2 1
14 1 2 2 1 1
-
1
15 31
113 51 46
-
-
2~b I . I
1
1
-
5_6
-
-
-
1
-
-
-
-- i
lndustri be3ar dan menengah Tempat rekreasi Bank Stasiun (udara, ker£:t&, laut, terminal) Sarana kapal (pP.;·ahu motor) SPBU Penginap~n (hotel, losmen)
128 31
-
--
2 6 2 3
1 2
1 1
-
-
-
-
17 8 5 2 4
16
1
-
1
1
-
--
-
-
-
1
-
-
-
Jumlah Jenis
17 16 16 16 15 15 14 14 13 13 13 13 12 11 11 10 9 9 9 8
Jumlah
2898 2680 2373 1276 1185 1125 911 750 801 785 675 329 531 847 398 764 816 771 412 369
Lampiran 2. Tabel Hasil Analisa Scalogram Fasilitas Sosial Tiap Kecamatun di Kabupaten La1npung Selatan Tahun
No.
Kecamatan
1
Kalianda Natar Penengahan Padang Cermin Tanjung Bintang Katibung Sidomulyo Gedung Tataan Palas Kedondong Merbau Mataram Candipuro Tegineneng Jati Ag~.;ng Negeri Katon Ketapang Punduh Pidada Sragi Way Lima Rajabasa
2 3 4 5 6 7 8 9
10 11
12 13
14 15 16 17 18 19
20
Keterangan :
Fasilitas Pendidikan (Negeri)
1
2 1
3
4
42
3
58 39 56 53 38 43
4
63 38
46 29 25
36 44 46 27 19 19 37 16
2 4
3 2 2 2 2 3 2 1 3 1 2 2 2
5 4 1 2 2 2
2
2 2
1. Perguruan tmgg1 negen TK negeri SD negeri SLTP negeri SLT A negeri Perguruan tinggi swasta TK swasta SD swasta SLTP swasta 10. SLTA swasta
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
I Fasilitas Pendidikan (Swasta) 10 9 8 !.1 7
12. Rumah bersalin 13. Puskesmas indul<
14. Puskesmas pembantu 17. Langaar 18. Musha 11a
19. Gereja 20. Pura
Fasi:itas Peribadat~n
Fasilitas Kesehatan
11 12 13114115 2 8 4 1 1 s 5 2 1 11 3 7 2 1 1 6 16 31 2 4 '2 2 3 1 6 2--3 8 4 3 8 1 8 6 14 1 18 2--1 16 4 8 2 4 . 4 11 12 2 6 2 10 11 1--1 5 2-2 2--1 11 6 5 1--2 7 3-4 1--1 6 5-8 2--2 1 9-5 2 8 3 11 12 13---2 2 2 1--1 4-1 5 1----1 3 1 2-2---1 3 3 51,----1 4 2-1---1 11. Rumah sakit
15. Apotik 16. Masjid
2004
16 91 108 73 113 99 113 85 78
'17 9
114 46 112
100
67 72 49 111 89
167 161 76 83 98 93 78 110 98
71 56
o3 41
97
113 50 39 50
107
47 54 33
1R
1~
2 6
3~
1 4
11
s 9
1C
5 7 5 10 1 4 3 4
11 18 8 10
5 23 11 5
7 4 '; I
1 ~. 6 2 I ~ 3 2
3
I 20 1 1
I -
1 Jumlah Jenis
18 15 14 13 13 12
12 12 12
12 12 12 11
11 11
11
10 10 9 9
Jumlah
199 389 192
330 320 360 348 269 253
235 222 202 297 277 198 145 240 131 '144
112
Lampiran 3. Tabel Hasil Analisa Scalogram Fasilitas Pemerintahan Tiap Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan -:-ahun 2004
No.
Kecamatan
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Natar Katibung Kalianda Sidomulyo Tanjung Bintan9 Gedung Tataan Penengahan Padang Cermin Negeri Katon Merbau Mataram Kedondong Tegineneng Way Lima Jati Agun~ Punduh Pidada Ketapang Palas Candipuro Rajabasa Sragi
Kantor Camat Kantor Desa Balai Oesa Ousun lnstansi vertikal lnstansi Otonom lnstansi BUMN/BUMD ., J 4 5 7 6 8 9 1 22 136 22 5 8 2 1 19 144 19 3 4 3 1 27 27 111 5 7 5 1 19 19 125 4 7 5 1 21 21 115 4 7 5 1 19 19 121 3 4 6 1 15 27 99 5 5 2 1 21 101 10 5 6 5 1 19 102 19 2 2 1 1 15 15 90 2 7 1 1 20 20 66 3 6 3 15 1 15 72 4 4 3 1 15 15 2 5 1 39 19 21 1 108 3 4 17 1 17 82 3 7 1 15 77 15 5 5 19 1 19 57 5 4 1 14 14 48 2 4 1 15 15 40 5 5 1 10 10 4 33 -+
I
-
I
-
-
Jenis
Jumlah
10
11
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6
'196 193 183 180 174 173 154 149 146 131 119 114 78 156 127 118 105 83 81
6 6 6 6
6 6
62
Lampiran 4. PENENTUAN ORDE-ORDE PUSAT PERTUMBUHAN
Untuk mencari banyaknya kelas dari masing-masing kecamatan sebagai pusat pertumbuhan, digunakan Metode Struges 1 dengan rum us: k = 1 + 3.3 Log n Dimana: k = banyaknya kelas n = banyaknya kecamat<'li1 (20
kccam~tan)
Jadi: k = 1 + 3.3 Log 20 = 5.29 (cibulatkan menjadi 5) Selanjutnya menentukan besarnya interval kelas, dengan cara: A-B k Dirnl:lna: A = jumlah fasilitas tertinggi (3260) B = jumlah fasilitas terendah (522) k = banyaknya kelas (5) Sehingga:
3280 - 522
= 551.6 (dibulatkan menjadi 552)
5
Untuk kegunaan lain, biasanya rank/kelas disusun dari yang terker:il
ke yang terbesar,
namun dalam
men y<usun orde pusat
pertumbuhan, maka susunan dibal;k. Hal ini agar susunan kelas dapat langsung dikaitkan dengan susunan orde pusat pertumbuhan. Dengan demikian masing-masing rank/kelas mempunyai interval nilai: Rank Rank Rank Kank Rank
1
I = II = III = IV = V =
2728217616241072520-
3280 2728 2176 1624 10/2
----+ (orde I) ----+ (orde II) (orde III) ----+ (orde IV) ----+ (orde V)
-
Tarigan (2005). Perencanaan Pembangunan Wilayah
Nilai Perhitungan terhadap Jumlah Fasilitas Ekonomi, Sosial, dan Pemerintahan Tiap Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004 Perhitungan Berbagai Fasilitas Tiap Kecamatan (unit) No. Ranking Kecamatan Ekonomi
1. Kalianda 2. Natar 3. Penengahan 4. Katibung 5. Padang Cermin ! 6. !Sidomulyo
I 1.
I
I
IGedung Tataan
8. Tanjung Bintang 9. Merbau Mataram · 10. Negeri Kcoton
Ill.
Kedondong
12. 1Te!;ineneng 13. Ketapang 14. Sragi J 5. Way Lima 16. Palas 17. Jati Agung 18. Punduh Pidada 13. Candipuro 20. Ra·abasa
2898 2680 2373 1276 1185 1125 911 801 816 764 750 675 785 847 771 531 369 398 412 329
I I
Sosial
I I
199 381 192 360 330 348 269 320 222 198 235 297 145 131 ::.44 253 277 240 202 112
!I Pemerintahan ! I
I I
I
Total
183 196 154 193 149
I
3280 3265 2719 1829 1664 1653 1353 1295 1169 1108 1104 1086
180
17,..) 174 131 146 119 114 J18 62 78 105 156 127 83 81
10~8
Sumber: Monografi '<ecamatan dan BPS Lampung Selatan, data diolrh
1040 993 889 802 765 697 522 (Tabel 4.1)
Dari nilai perhitungan di atas, maka rlapat ciinyatakan orde pusat pertumbuhan di Kabupaten Lampung Selc:;tan, yaitu: ada~ah K~camatan:
I.
Orde kesatL•
Kalianda dan Natar
II.
Orde kedua ac!alah Kecamatan Penengahan
III. Orde ketiga adalah Kecamatan: Katibung, Padang Cermin, dan Sidomulyo IV.
Orde keempat ad3lah Kecamatan: Gedung Tataan, Tanjung Bintang,
Merbau
Mataram,
Negeri
Katon,
Kedondong,
dan
tegineneng V.
Orde kelima adalah Kecamatan: Ketapang, Sragi, Way Lima, Palas, Jati Agung, Punduh Pidada, Candipuro, dan Rajabasa.
lampiran 5. Perhitungan Nilai lnteraksi Antara Pusat Pertumbuhan dengan Hinterlandnya Tujuan (j)
Asal (i)
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 3::> 31 32 33
34 35 36 37 38 39 40
41 42 43
44 45 46 47 48 49 50 51 52
Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda :~lianaa
Kalianda Kalia,da Kalianda Kalianda Kalianda Kalianda K2lia11da Kali:mca
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way lima Gedung Tataar. Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mabfam Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Pales Sr::~gi
Penengahan Ketapang
Penduduk Daerah i (P;)
73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
73,21£1 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73,219 73_?19 7 ~.219
7~
79 a9 25 61
18 26
51,167.434.08 15,985,506.06 44,440,783.80 25,198,984.48 66,949,938 72 47,009,747.20 37,973,892.76 147,707,129.33 77,834,577.47 90,659,978.03 224,867,264.04 54,062,028.85 286,546,624.22 130,814,191.85
12 15 23 18 28
134,015,176.33 244,151,196.13 95,904,156.26 216,358,077.28 109,229,673.18 2,100 876,360.08 151,046,5'23.38
Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar i-.latar Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar Natar
Padang Cermin Pund•Jh Pidada Kedondcng Way lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Mt:rbau Mataram Sidomulyo Candipuro Ka1ianda Re:tjabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 15"1,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300 151,300
76,871 24,839 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
77 100 53 48 38 28 28
Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan
Padang Cermin Punduh PiC:aaa Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram
53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040
127 141 120 115 105 111 110 102 96 87 43 91
32 56 59 48 63 71 75 87 90 95 102 112
~7.657,057.00
161 '140,20!:1.43 95.463,995.83 316,738,586.84 322,647,250.00 260,630.460.71 397,067.~37.50
230,fl29,764.29 196,892,588.14 141,969,833.33 169,177,415.87 98,988,557.75 147,707,129.33 38,197' 163.22 84,085,815.56 47,979,618.95 78,897,016.67 56,428,145.54 3,033,545,069.33 32,194,422.20 9,388,801.57 2'5,J19,662.36 14,007,670.03 40.297,506.09 28,611 ,848.56 23,322,409.41 78,897,016.67 46,529,293.96 52,232,820.74 94,972,051.88 26,325,632.53
53 54 55 56 57 58 59 60
Penengahan Penengahan
Sidomulyo Candipuro
Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan Penengahan
Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
Kaianda
53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189 53,189
70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
36 44 18 40 17 13 10
104,079,053.22 56,153,077.91 216,358,077.28 29,206,079.90 156,494,553.06 123,259,370.31 222,175,771.90 1,379,525,119.58
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
72 73 74 75 76 77 78 79 80
Katibung Katibung
Padang Cennin Punduh Pidada
Katibung
Kedondong
Katibung Katib'.lng Katibung
Way lima Gedung Tataan Negcn Katon
I
Tegi":O."leng Nab!lr Jati Agung
KatibUnQ Katibun!:j Katibung Katibung
Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram
r
eanc::puro
Sidomulyo
Katibung
Kaliandc. Rajabasa
Katil:ung
Pl"las
Katibung Katibung
Sragi
Katibung
Ketapang
Peneng~llan
76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 7b,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779 76,779
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233
75 105 93 89 79
46,601 ,550.68 26,127,289.82 77,314,509.23
70
ti5,492,A~7.GG
88
'i :;~ ,:,cc 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
:':9
42,082,744.40 19G.332.5e8.14 146,543,191.36
44 39 21 22 30 25 37 40
4b 43 53
78,694.380.12 18,199,547.91
168,19?,196.00 164,672,674.29 245,846,358.01) 118,884,603.60 224,667,264.04 45,577,674.4~
96,008,300.5~
48,188,419.88 g 4,972,051.88 60,511,992.62 1,965,674,824.00
81 82 8'3 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Padang Cennin
Padang Cennin
Padang Cennin Padang Cern1in
Punduh Pidada
Padang Cennin
Kedondong Way Lima
Padang Cennin
Gedung Tataan
Padang Cennin
Negeri Katon
Padang Cennin Padar.g Cennin Padang Cennin
T~i'lereng
Padang Cennin Padang Cennin Padang Cennin Padang Cennin
Natar Jati Agung lanjurog Bintang Katibung Merbau Mataram
Padang Csnnin
Sidomuiyo Candipuro
Padang Cennin Padang Cennin
Rajabasa
Padang Cennin Padang Cennin
Pal as Sragi
Kalianda
Padang Cennin
Penengahan
Padang Cennin
Ketapang
76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,87~
76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871 76,871
76,871 24,889 56,447 30,286 -, 9,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
37 20 2? 42 57 95 77 105 135 75 70 94 104 110 122 125 138 127 137
51 ,709,25~ .86 216,956,866.85 8G,2?1!:.485.41 145,599,164.79 80,525,7~.04
39,028,620.45 151,046,523.38 61,482,157.90 48,648,524.12 78,694,380.12 49,460,&37.71 57,607,454.51 34,334,727.81 51,167,434.08 13,839,300.36 30,75&,469.42 16,781,273.52 32,194,422.20 23,437. ( 99.57 1,269,500,598.10
101 102 103 104 105 106
Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo
Padang Cennin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung T ataan Negeri Katon
70,444 70,444 70,444 70,444 70,444 70,444
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710
94 99 81 96 90 81
57,607,454.51 17,709,906.22 49,090,771.21 22,223,614.42 62,265.451.60 51,928.533.83
107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo Sidomulyo
Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
70,444 70,444 70,444 70,444 70,444 70,444 70,444 70,444 70.444 70,444 70,444 70,444 70,444 70,444
48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
1?1 122 123 124
Punduh Punduh Punduh Pur.:luh
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondo.1g Way Liona Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar J~ti Agung Tanjunc Bintang Katibung M&fbau ~ataram
24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,889 24,88fl 24,889 24,889 24,889
76,871 24.ees 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 R5,436 76,779 45,040 70,444
126 127 128 1:9 130 131 132 13::S 134 135 136 137 138 139 140
Pidada Pidada Pidada Pidada P~!nduh Pidada Punduh Pidada Punduh Pidada Punduh P1dada Punduh PiO::ada Pundut. P:dada Pundu!': Pidada Punduh Pidada Punduh Pitiada Punduh Piuada Punduh Pidada Punduh Pidad~ Punduh Pidada Punduh Pidada Pund~.,;h Pidada Punduh Pidada
Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan t<etapng
24,889 24,889 24,889 24,889
73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 . 41,771
141 142 143 1-t4 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Ker1ondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong Kedondong
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong 'Nay Lima Gedung Tataan Negeri Katon Teginenenq Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Mefbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Pal as Sragi Penengahan Ketapang
56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447 56,447
76,8i1 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
1~5
Sidom~.,;:yo
~4.889
46,'~52
81 63 67 57
22 49
41,947,227.80 169.1n,415.87 88,296,822.69 105,586,904.98 245,846,358.00 64,750,974.69
8 18 30 33 41 36 46
409,033,086.00 286,546,624.22 51,574,400.53 106.n1,757.33 51,760,876.68 104,079,053.22 63,967,746.17 2,050,164,979.99
31
51,709,251.86
45 52 61 71 103 100 86 105 105 85 99 107 114 126 129 136 141 151
31,220,208.51 14,495,927.96 32,458,112.11 20,931 ,298.45 11 ,651';,059.58 37,657,057.00 24,304,387.91 20,251,5815.70 18, 199,547.9'1 13,188,241.88 17,709,906.22 10,805,082.50 15,9d5,506.06 4,338,587.27 9,650,372.11 5.513,27~.51
9,388,801.57 6,885,022.64 356,347,247.79
20 45
216,956,866.85 31,220,208.51
10 15 25 37 53 86 90 93 76 81 89 93 115 118 126 120 130
170,955,384.20 299,361,019.80 1J.t,818,014.80 73,584,004.08 161,140,209.43 55,121,151.86 53,584,509.91 46,601,550.68 33,452,274.74 49,090,771.21 Li),461 ,528.58 44,440,783.80 10,780,886.16 23,926,830.90 13,496,208.90 25,019,662.36 18,137,289.52 1,491,149,156.29
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 176 179 160
Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way:..ima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lima Way Lim::. Way Lima
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan N~9ri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Ta.ljung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
30,286 30,286 30,286 30,286 30,286 30,286 30,286 30,286 30,286 30,266 30,266 30,266 30,286 30,266 30,266 30,2ti6 30,286 30,266 30,266 30,266
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 65,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,016 30,126 53,169 41,771
161 Gedung Tataan 162 \3edung Tataan
Padang Cermin Pundun Pidaia Kedondong Way lima Gedung Tataan Negeri K3ton Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan
79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 7::),551
76,671 24,669 56,447 30,266 79,551 59,710 46,233 151,300 63,960 65,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,016 30,126 53,189 41,771
~63
134 165 166 167 168 169 190 191 192 193 194 195 196 197 196 199 200
Gedung T ataan Gedung Tataan Gedung Tataan Gedung Tataa11 Gedung Ta..aan Gedung Tataan Gedung Tataan G~ung Tataan Gedung Tataan Gedung Tata;;,n Gedung T;;taan G~:::dung Tataan Gedung fataan GedL.:ng Tataan Gedung Tataan Gedung Tataan Gedung Tataan Gedung Tataan
201 202 203 204 205 206 207 206
Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri
20~
N~eri
210 211 212 213 214 215 216
Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri
Kdton Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon Katon
Keta..,ang
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa
79,55~
79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551 79,551
59,710 59,710 59,710 59,710 59,710 3~.710
59,710 59,710 59,710 59,710 59,710 59,710 59,710 59,710 59,710 59,710
76,671 24,669 56,447 30,266 79,551 59,710 46,233 151,300 63,960 65,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964
27 52 10
86,226,485.41 14,495,927.96 170,955,384.20
10 20 27 48 80 62 69 67
240,928,158.60 90,418,853.00 54,103,134.74 95,463,995.83 31,792,728.50 3~ ,555,057.27 26,127,289.82 20,359,424.48 22,223,614.42 13,527,358.38 25,198,984.48 6,652,017.04 14,707.234.45 8,219,784.11 14,007,670.03 10,120,612.05 977,083,714.77
96 104 66 100 103 111 115 125
42 61 15 10 10 17 36 71
69 79 61 90 98 67 99 93 ~01
105 115
145,599,164.79 32,A58,112.11 299,361,019.80 240,928,158.60 474,999,0~1.00
225,704,304.88 316,738,:>86.84 94,094,267.32 98,500,278.78 77,314,509.23 5C,737,328.52 62,265,451.60 37,70"1 .174.00 66,949,938.72 17,649,072.36 42,784,751.81 23,728,251.74 40,297,506.09 2~.89~ ,998.44 2,384, 712,496.65
57 71 25 20 10
80,525,744.04 20,931,:.!98.45 134,818,014.80 90,418,853.00 474,999,021.00
?
.. ; 1,427,490.00 322,647,250.00 83,574,096.67 72,876,908.00 65,492,487.00 35,386,031.58 51,928,533.83 31,164,594.61 47,009,747.20 12,490,194.67
26 60 70 70 76 61 69 93 105
217 218 219 220
Negeri Negeri Negeri Negeri
221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 225 236 237 238 239 24:::1
Tegineneng Tegineneng Tegineneng
Palas Sragi Penengahan Ketapang
59,710 59,710 59,710 59,710
50,018 30,126 53,189 41,771
108 113 111 121
27,653,470.19 15,918,791.68 28,611 ,848.56 20,612,780.25 2,028,487,155.51
Tegineneng Tegineneng Tegineneng Tegineneng Tegineneng Teyineneng Tegineneng TeginenenJ Tegineneng legtneneng Tegineneng Tegineneng Tegtneneng Tegineneng Tegineneng Teginer.eng
Padang Cennin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar JatiAgung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidom:.Jiyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233 48,233
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
95 103 37 27 17 7
39,028,620.45 11 ,655,059.58 73,584,004.08 54,103,134.74 225,704,904.88 411,427,490.00
241 :l42 243 244 245 246 247 248 249 25(J 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260
Jati Agung Jati Agung Jati l'.gung Jati Agung Jati Agung Jati Agung JatiAgung Jati Aqung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jati Agung Jat Jl.gung
Padang Cennin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Teginerteng Natar Jati Agung Tc.njung Bin tang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
83,980 83,980 33,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980 83,980
16,6"! 1 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21.964 50,018 30,126 53,189 41,171
261 262 263 264 265 266 267 268 269 270
Taniung Tanjung Tanjung Tanjung Tanjung T anjung Tanjung TanJung Tanjung Tanjung
Padang Cennin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang
85,43€ 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436
76,871 24,889 56,447 30,286 79 55~ 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436
Katon Katon Katon Katon
Teginen~ng
Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang Bintang
28 60 8.!!-. 88 76 81 89
S3 105 108 113 110 120
260,630,460.71 67,510,122.33 4~.051,554.62
42,082,744.40 28,584,398.95 41,947,227.80 25,174,374.34 37,973,892.76 10,089/-24.88 22,338,131.43 12,859,003.17 23,322,409.43 i 6, 789,505.36 1,453,862,463.91
105 86 86 80 71 60 60 32
61,482, 157.9G 24,304,397.91 55,121,151.86 31,792,/28.50 94,094,267.32 &.3,574,096.67 67,510,122.33 397,067,93 7 .50
30 44 33 67 75 79 91 94 99 96 106
239,163,842.67 146,543,191.36 114,61 ~.975.76 88,296,822.69 52,013,852.80 77,834,577.47 20,269,634.29 44,686,294.04 25,555,368.48 46,529,293.96 33,093,665.85 1,703,553,379.36
135 105 90 82 69 70
48,648,5~4.12
84 56 30
~G.2!>1 ,586. 70
53,584,509.91 31,555,057.27 98,500,279.78 72,876,903.00 49,057,554.62 230,829,764.29 239,163,842.67
271 272 273 274 275 276 277 278 279 280
Tanjung Bintang Tanjung Bintang Tanjung Bintang Tanjung Bintang Tanjung Bintang Tanjung Bintang Tanjung Bintang T anjung Bintang Tanjung Bintang Tanjung Bintang
85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436 85,436
76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
39 28 57 65 69 81 96 104 87 97
168,197,196.00 137,429,908.57 105,586,904.98 61,056,508.80 90,659,978.03 23,166,867.95 44,513,935.92 24,748,509.00 52,232,820.74 36,791 ,207. 79 1,588,851,864.14
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444
70 85 76 67
49,460,997.71 13,188,241.88 33,452,274. 74 20,359,424.48 58,737,328.52 35,386,031.58 28,584,398.95 141 ,969.~23.33 11-',619,975.76
Keta~ang
45,040 45,040 45,040 45,040 45,040 45,04(1 45,040 45,040 45,040 45,(140 45,040 45,040 4!>,040 45,040 45,040 45,040 45,040 45,040 45,040 45,o.. o
76,871 24,889 56,447
Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
281 Merbau Mataram Padar>g Cermin 282 Merbau Mataram Punduh Pidada 283 Merbau Mataram Kedor.doll~
284 Merbau Mataram
Wa~ U:n~
285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295
Gedung Tataan Ne!;eri Katon
297 298 299 300
Merbau Mataram Merbau Me1i.aram Merbau Mataram Merbau ~ataram Merbau Mataram Merbau Mataram Merbau Mat"'ram Merbau Mataram ~ierbau Mataram Merbau Mataram Merbau Mataram Merbau Mataram Merbau Mataram Merbau Mataram ~erbau Mataram Merbau Mataram
301 3G2 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320
Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Canciipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candipuro Candiruro CandiJJuro
Padang Cermin Punduh Pidaaa Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452 46,452
79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76.779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,Q18 30,126 53,189 41,771
321 322 323 324
Rajabasa Rajabasa Rajabasa RajniJasa
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima
21,964 21,964 21,964 21,964
76,871 24,889 56,447 30,286
2~6
T~ineneng
Natar Jati Agung Tanjung Bintang K3tibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan
46,45~
73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
~o.2e6
61 76 76 48 33 ~8
137,429.~08.57
21
1C4,672,374.29
43 57 61 73 76 84 91 101
64,750,974.69 36,70'),229.47 54,062,0.78.85 13,551,487.12 29,642,246.32 16, ~53,274.29 26,325,632.53 18,627,384.:>5 1,057,679,:Y.7.64
104 107 89 104 98 89 89 71 75 65 30 57 8
34,334,727.81 10,805,082.50 29,461,528.58 13,527,358.38 37,707,174.00 31 '164,594.61 25,174,374.34 98,988,557.75 52,013,852.80 61 ,056,508.8G 118,884,603.60 36,70!i,229.47 409 033,086.00
26 38 41 49 44 54
130,814,191.85
122 126 11 ~ 100
26,84~.256.00
56,669,174.05 28,559,448.00 56,153,077.91 35,932,342.44 1,293,834,168.89 13,839,300.36 4,338,587.27 10,780,886.16 6,652,017.04
325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340
Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajaoasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa Rajabasa R::~jabesa
Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung &intang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Pal as Sragi Penengahan Ketapang
21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964 21,964
79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 ~3.189
41,771
99 105 105 87 91 81 37 73 30 38 12
17,649,072.36 12,490,194.67 10,089,424.88 38,197,163.22 20,269,634.29 23,166,867.95 45,577,674.49 13,551,487.12 51,574,400.53 26,849,256.00 134,015,176.33
27 35 40 50
40,688,716.74 18,905,356.11 29,206,079.90 ~8.349,164.88
536,190,460.30
341 342 343 344 345 3~6
347 348 349 350 j51 352 353 354 355 356 357 358 359 360
361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 37e
Pe'as Palas Palas Palas Palas Palas Palas Palas Palas Pal as Pc.las Palas Palas Palas Palas Palas Palas Palas Palas Pala;:;
Padang Cermin 1--'unduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Teginenenr Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
50,018 50,018 50,018 50.018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50,018 50.018 50,018
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 43,233 151,300 83,980 85,436
Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi
Padan!) Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung Tanjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kalianda Rajabasa Palas Sragi
30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126 30,126
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 85,436 76,779 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,Q18 30,126
~ragi
Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi Sragi
76,Ti9 45,040 70,444 46,452 73,219 21,964 50,018 30,126 53,189 41,771
125 129 118 103 93 108 108 90 94 96 40 76 33 41 1'5
'?.7 8 17 27
138 136 126 111 101 113 113 95 99 104 48 84 41 49 23 35 8
30.759,169.42 9,650,37!. i 1 23,926,830.90 1 1,707,234.45 42,784,751.81 27,€53,470.19 22,338,131.43 84,085,815.56 44,686,294.04 44,513,935.92 96,008,3C0.55 29,642,246.32 10€,77 i,757.33 56,1569,174.05 244, 1 51,19613 40,688,716.74 188,355,2~3.50
156,494,553.06 77,381,551.04 1,341 ,269,084.53
16,781 ,273.52 5,513.~79.51
13,496,208.90 8,219, 784.11 23,728,251.74 15,918,791.68 12,859,003.17 47,979,618.95 25,555,368.48 24,748,509.00 48,188,419.88 16,153,274.29 51,760,876.68 28,559,448.00 95,904,156.26 18,905 356.11 188,355,283.50
379 Sragi 380 Sragi
Penengahan Ketapang
30,126 30,126
53,189 41,771
13 23
123,259,370.31 54,712,745.48 820,599,019.58
381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400
Padang Cermin Punduh Pidada Kedondong Way Lima Gedung Tataan Negeri Katon Tegineneng Natar JatiAgung T anjung Bintang Katibung Merbau Mataram Sidomulyo Candipuro Kaiianda Rajabasa Palas Sragi Penengahan Ketapang
41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,771 41,77!. 41,771 41,771
76,871 24,889 56,447 30,286 79,551 59,710 48,233 151,300 83,980 65,436 76,779
137 151 130 125 115 121 120 112 106 97 53
45,040
i01
70,444 46,452 73,219 21,964 50,016 30,126 53,169 41,771
46 54 26 50 27 23 10
23,437,799.57 6,885,022.64 18,137,289.52 10,120,612.05 28,894,998.44 20,612,780.25 16,789,505.36 56,428,145.54 33,093,665.85 36,791,207.79 60,511,992.62 18,!)27,384.55 63,967,746.17 35,932,342.44 109,229,673.18 1e,349,164.88 77,381,551.04 54,712,745.43 222,175,771.90
Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang KetajJang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang Ketapang
G12,J79,%9.27
Lampiran 6.
No.
Hasil nilai interaksi antara kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dengan kecamatan lain sebagai hinterland-nya Tahun 2004
Kecamatan
Nilai lnteraksi (dalam jutaan/ 000.000))
Penduduk (iiwa)
1
4
3
2
6
5
-
57.61
1 Padang Cennin
76,871
51.17
151.05
32.19
78.69
2 Punduh Pidada
24,889
15.99
37.66
9.39
18.20
51.71
17.71
3 Kedondong
56,447
44.44
161.141
25.02
46.60
216.96
49.09
4 IV''av :..ima
30,286
25.20
95.46
14.01
26.13
86.231
22.22
5 Gedung Tataan
79,551
66.95
316.74
4C.30
77.31
145.60
62.27
6 Negeri Katon
59,710
47 01· 322.65
28.61
65.49
80.53
51.93
7 Tegineneng
48,233
37.97
260.63
23.32
~2.08
39.03
41.95
8 Natar
151,300
-
78.90
196.89
151.051
169.18
9 JatiAgung
83,980
77.83
397.07
46.53
146.54
61.48
85,4$;
90.66
230.83
52.23
168.20
4b.65
105.59
11 Katibung
76,779
2~4.37
196.89
94.97
-
78.69
245.85
12 Merbau Mataram
45,040
54.06
141.97
26.::!3
164.u7
49.46
64.75
13 Sidomulyo
7u,444
286.55
169.1~
1C4 08 245.85
57.611
-
14 Candipuro
46,452
130.81
98.99
118.88
34.33
40l:l.03
15 Kalianda
73,219
-
147.71
216.30 224.87
51.17
286.55
16 Rajabasa
21,9e4
134.02
38.20
29.21
45.58
13.84
51.57
17 Palas
50,Q18
24415
84.09
156.49
96.01
30.76
106.77
18 Sragi
30,126
95.90
47.38
12,j.26
48.19
16.?8
51.76
19 Penengahan
53,189
I
216.36
78.90
-
94.97
32.19
104.08
20 Ketaoano
41,771
I
109.23
56.43
222.18
60.51
23.44
63.97
10
r:••Jung e;mang
147.71
-
56.1~
Sumber: Lampiran 5 Keterangan :
1 = Pusat Pertumbuhan Kecc.matan Kalianda 2 = Pusat Pertumbuhan
Kecamat~r.
Naidr
=Pusat Pertumbuhan Kecamatan Penengahan 4 =Pusat Pertumbuhan Kecamatan Katibung 3
5 = Pusat Pertumbuhan Kecamatan Padang Cennin 6 = Pusat Pertumbuhan Kecamatan Sidomulyo
88.30 1
Lampiran 7. Data jarak an tar Kecamatan di Kabupaten Lampuug Selatan (Km) Tahun 2004 s::
'§ l!.l
KECAMATAN
u
00
§
"'0 Q..
"'
~
c
li:
0 "'0
"'0
0 "'0
..c:: ;::s
§
c
l!.l
~
"'e
I
:.:i
E-
~ ~
§
Q..
37
Padang Cennin
00
00
13
c
~
~
5c
'500
'60
l!.l
i"'
00
00
l!.l
c
l!.l
0
z
E-
00
z~
B c
c ~
iiS
-~
c;::s
<
....
00
~
00
§
~
.0
·~
:I
~
~
0 ......
:;
e
0 "'0
Ci3
e
5.
:a
,.
.,;J .:a
a u
<1 ;:.,.:
20
27
42
57
95
7}.
105
135
.,~
45
52
61
71
103
100
86
105
10
15
25
37
53
86
10
20
27
48
10
11 7
~
138
127
137
105
107
114
126
129
136
141
151
90
93
76
81
89
93
I 15
118
126
120
130
80
82
89
67
96
104
88
100
103
111
115
125
38
71
69
79
61
9(\
98
87
99
93
101
105
115
28
60
n
70
76
81
89
93
lOS
108
113
111
121
28
60
84
88 I 76
81
89
~3
105
108
113
110
120
32
56
59
48
63
71
75
87
90
95
102
112
30
44
33
67
75
79
91
94
99
96
106
39
28
57
65
69
81
96
104
87
97
21
22
30
25
37
40
48
43
53
49
57
61
73
76
84
91
101
8
18
30
33
41
36
46
26
38
41
49
44
54
12
15
23
18
28
27
35
40
50
8
17
27
13
23
52
10
Gedung Tataan
42
61
15
10
Hegeri t<.aton
57
71
25
20
10
Tegineneng
95
103
37
27
17
7
Natar
77
100
53
48
38
28
28
Jati Agung
105
86
86
80
71
60
60
32
Tj. Bintang
135
105
90
82
69
70
84
56
30
Katibung
75
105
93
89
79
70
88
~9
44
39
M. Mataram
70
85
'/6
67
61
76
76
46
33
28
21
Sidomulyo
94
99
81
96
90
81
81
63
67
57
22
49
Candipuro
104
107
89
104
98
89
89
71
75
65
30
57
8
Kalianda
110
114
93
~8
87
93
79
69
25
61
18
26
Rajabasa
122
126
115
100
99
105
93 75 105- 87
91
81
37
73
30
38
12
125
129
118
103
93
108
108
90
94
96
40
76
33
41
15
I
Sragi
138
116
126
I II
101
113
113
95
99
104
48
84
41
49
23
Penengahan
127
141
120
115
105
111
110
102
9o
87
43
91
36
44
115
121 -120 112
106
97
53
101
46
54
125
I
125
27
130
5
122
Way Lima
151
e
110
45
137
00
~
00
104
20
Kctapang
Q..
c;
15
70 94 ·85 1- 99
Kedondong
Pal as
~
~
37
f-=-:--
·a-
;
'60
Q..
Punduh Pidada
-:--
~ -fu
27 t----
35
8
18
40
17
13
28
50
27
23
10 10
Lampiran 8:
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROPINSI LAMPUNG MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN TAHUN 2000- 2004 (Juta Rupiah)
2000
TAHUN
LAPANGAN USAHA
2000
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Per1(ebunan c. Petemakan & Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Per•kam:r.
10,388,765 4,982,357 2,660,448 1,369,115 47,490 i 1,329,3551
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Pertambangan Tanpa Migas b. Penggalian
2001
2002
10,727,709 5,227,058 2,692,649 1,411,780 o5,095!
10,871,433 5,106,607 2,898,265 1,431,923
1,331,1271
1,353,271
8~.367
2004
11,318,864 5,512,569 2,889,260 1,444,627 102,345 1,370,063
11,948,650 5,990,748 2,872,126 1,409,345
304,250 3136 303,884
,-121_775 338 321,437
1.~:!~~ I
273,090 143 272,947
280,706 165 280,541
3,083,909
3,261,244
3,393,272
3,523,793
.3,695,971
125,442 102,953 22,489
147,326 120,086 27,210
154,813 127,578 27,235
151,563 127,604 2~.959
163,0/5 139,712 23,363
1,198,942
1,242,109
1,337,718
1,393,5g7
1,406,483
6. PERCAG, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan B::sar & Eceran b Hotel c. Restoran/Rumah Makan
3,620,048 3,294,553 20,427 305,068
3,781,806 3,451,422 21,012
4,239,5()~
30~,372
4,072.967 3,703,652 22,238 347,077
3,856,394 22,958 359,657
4,374,213 3,979,226 20,900 374,087
'7. PEI'IIGANGKUTAN DAN K0fv4UNIKASI a. rengangkutan 1. Angkutan Rei 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Penyeberangan 4. Angkutan Udc;ra 5. Jasa Penunjang Angkutan b. Komur.ik.asi
1,172,625 974,037
1,247,007 1,003,971
1,301,488 1,049,107
1,357,865 1,080,348
1,453,747 1,143,69G
756,091 92,562 2,201 123,183 198,588
783,474 93,459 3,053 123,985 243,036
794,730 99,846 4,083 150,448 252,381
830,906 88,887 5,982 154,573 277,517
890,519 88,754 9,834 154,583 310,057
843,422
862,161 1,793 86,921 743,076 30,371
970,180 21,851 90,706 825,326 32,297
1,365,410 297,772 98,109 936,531 32,998
1,720,200 516,938 95,763 1,074,469 33,030
2,151,384 1,743,046 408,338 190,678 10,724 206,9313
2,178,757 1,759,969 418,788 191,244 11,575 215,969
2,219,502 1,776,891 442,611 201,485 13,171 227,955
2,258,801 1,793,296 465,505 212,980 14,039 238,486
23,701,452
24,570,574
25,874,353
27,342,915
3. IN5USTRJ PENGOLAHAN TANPA MIGA~ 4. USTRIK DAN AIR BERSIH a. Listrik b. Air Bersih 5. BANGUNAN
8. KEU, PERSW & JASA PRSHN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Persewaan d. Jasa Perusahaan 9.
JA~A-JASA
a. ~erne. i• .tahan Umum i.J. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumah Tangga PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
I
51,11~
79,663 682,752 29,893 2,124,799 1,726,814 397,985 184,753 1 10,105 I 203,127 22,831,043
289,9461 272 289,674
2003
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMPUNG SELATAN MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 TAHUN 2GOO- 2004 (Juta Rupiah)
Lampiran 9:
LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Petemakan & Hasil-hasilnya d. Kehui<:nan e Perikanan
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Pertambangan Tanpa M1gas b. Penggalian 3 INDI JSTRI PENGOLAHAN TANPA MIGAS 4. LISTRIK DAN AIR BERSIH
TAHUN 2000
2001
3294221 '
38,I' 1~5' ·-
1,906,471 864,167 391,718 277,262 1.113 ... • 37" -•"'-• I
48,125 110 48,01!'
50,6761 114 50,562
50,712 132 50,580
1,846,949 838,793 412,407 265,843 484
1,898,141 869,849 404,206 236,065
866
2003
2002
2004
1,995,857 903,726 406,957 307,781
1 .417
I
'
·c
.,,59 I
...JI
1
2,083,332 963,385 416,317 322,014
I I
51,206 .
2.125 7 .:JI~,
~ ,.. 491
176 51,030
50,722 162 50,560
411,567
423,560
435,801
437,837
4::0,915
1~.766
I I
a. Listrik L.. Air Bersih
1 ~.492 1,274
13,942 1£,641 1,301
16,268 15,242 1,026
17,836 16,766 1,070
22,052 21,079 973
5. BANGUNAN
176,249
191,935
H?5,734
205,513
212,464
6. PERDAG, HOTEL & RESTORAN a. Perciagangan Besar & Eceran b. Hctel c. Re.;toran!Rumah Makan
507,209 480,191 1,844 25,174
514,571 484,032 2,119 28,420
521,471 488,389 2,5 7 5 30,507
529,097 493,301 2,961
539,122 5()(),968 2,619 35,535
7. Pt=NGAr.iGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengangkutan i . Angkutc:n Re: 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Penyeberangan 4. Angkutan Udara 5. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi
i87,547 146,090
202,201 157,018
212,738 166,330
191,578 I 165,713
203.071 t 180,176
49,552 86,128 2,195 8,215 41,457
51,236 93,459 3,053 9,270 45,183
53,030 99,846 4,083 9,371 46,408
58,014 88,887 5,982 12,830 25,865
61,177 94,241 9,834 14,924 27,895
8. KEU, PERSW & JASA PRSHN a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Persewaan d. Jasa Perusahaan
79,222 2,031 3,121 73,809 261
108,097 6,689 3,182 97,950 276
175,834 6,048 3,277 166,187 322
193,690 7,346 3,315 182,'!33 296
216,599 9,725 3,362 203,159 353
9. JASA-Jf.SA a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumah Tangga
232,835 193,137 39,698 16,583 3,294 19,821
244,075 201,869 42,206 20,531 3,558 18,117
258,980 210,410 48,570 24,792 4,091 19,687
283,554 228,40o 55,146 2e,28a 4,603 22,255
305,150 243,088 62,062
3,502,469
3,647,198
3,775,009
3,906,168
4,078,427
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
32,8351
32.~14
5,012 24,236
Lampiran 10 : Pertlitungan Location Qu0tient (LQ) Kabupaten Lampung Selatan
LAPANGAN USAHA
1. PERTAN IAN a.
Tanaman Bahan Makanan
b. c. d.
Tanaman Per1<ebunan Patemakan & Hasil-hasilnya Kehutanan
e.
Perikanan
TAH UN
2000
2001
2002
2003
2004
1.16 1.10 1.01 1.n 0.07 ·a.62
1.15 1.08 0.98 1.09 0.09 1.89
1.14 1.10 0.88 1.26 0.09 1.79
1.17 1.09 0.93 1.41 0.09 1.82
1.17 1.08 0.97 1.53 0.12 1.64
1.17 4.49 i.17
1.14 3.16 1.14
3.19 1.11
3.21 1.05
I
i
2. Pi;RTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Pertambangan Tanpa Migas b.
Penggalian
1.15 5.01 1.15
I
i.;;
..
.1.06
3. IND:JSTRI PENGOLAHAN TANPA MIGAS
0.87
0.84
0.84
0.82
0.80
4. LISTRIK DAN AIR BERSIH
0.66 0.73 0.37
0.61 0.68 0.31
0.68 0.78 0.2!1
0.78 0.87 0.30
0.91 1.01 0.28
5. BANGUNAN
0.96
1.00
0.96
0.98
1.G1
6. PERDAG, HOTEL & RESTORAN
0.91 0.95 0.59 0.54
0.88 0.91 0.60
O.R3 0.86 0.75 0.57
0.83 0.85 0.85 0.60
0.83 0.84 0.84 0.64
1.04 G.98
1.05 1.02
1.06 1.03
0.93 1.02
0.96
0.43 6.07 6.50 0.43 1.36
0.42 6.50 n.50 0.49 1.21
0.43 6.51 6.51 0.41 1.20
0.46 6.62 6.62 0.55 0.62
0.46 7.12 6.70 0.65 0.60
0.61 0.26 0.26 0.70 0.06
0.81 24.24 0.24 0.86 0.06
1.18 1.80 0.24 1.31 0.06
0.94 0.16 0.22 1.29 0.06
0.84 0.13 0.24 1.27 0.07
0.71 0.73 0.65 0.59 2.12 0.64
0.74 0.75 u.67 0.70 2.16 0.57
0.77 0.78 0.75 0.84 2.30 0.59
0.85 0.85 0.83 0.93 2.31 0.65
0.91 0.91 0.89 1.03 2.39 0.68
a. b.
a. b. c.
Listrik Air Bersih
Perdagangan Besar & Eceran Hotel Restoran/Rumah Makan
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIMSI a.
Pengangkutan 1. Ang~utan Rei 2. Angkutan Jalan Raya
3. Ar.gkut3n Penyeberangan
4. Angkutan Udara 5. Jasa Penunjang Angkutan b.
8.
9.
Komunikasi
KEU, PERSW & JASA PRSHN a.
Bank
b. c. d.
Lembaga Keuangan Tanpa Bank Persewaan Jasa Perusahaan
JASA-JASA a. Pemerintahan Umum
b.
Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi 3. Perorangan & Rumah Tangga
G.66
~.06
-
Lampiran 11 :
Hasil produksi tanaman pangan, perl(ebunan, perikanan, di Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan Tahun 2004 KOMODITAS
No.
Kecamatan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
1
Padang Cermin
9,900
5,880
8,006
0
117
2,737
0
1
0
52
2
Punduh Pidada
8,214
1,156
3,609
1,324
161
2,530
0
25
2
2
17,023
3
Kedondong
32,631
951
2,001
67
26
320
1
0
0
33
36,030
4
Way Lime
13,876
2,309
1,475
822
182
285
2
0
0
54
19,005
5
Gedung Tataan
20,827
1,112
2,020
134
146
612
14
0
0
80
24,945
6
Negeri Katon
15,694
15,269
8,307
1,052
226
1,372
830
0
0
0
42,750
0
0
1
50,988
53
85,926 116,353
7
Tegineneng
11,042
227
17,410
20,589
1,530
39
150
8
Natar
28,8'i3
49,201
1,986
1,011
124
4,376
361
0
1
9
JatiAgung
21,992
41,931
50,002
1,734
46
.,.
528
107
• 10 Trmjuo·.y Llintang
1
11 M.,rbau Mataram
17,526
27,951
11,399
19,996
26,881 I
I
~~ I
2,3401 575
0
0
13
~20 I
.c i
0
36
75,315
6
0
0
14
41,392
75
1,455
0
632
271
0.5
81,116
674
306
23
9,072
46'5
0
0
0.5
74,892
22,566
1,830
1,220
44
1,363
54
0
o
10
15,065
770
451
86
4,557
516
110
2G7
7
59,7691 4 i,558
20,360
32,5531
31,41i3
32,869
14 Candipuro
32.682
15 Kalianda
19,7?9
17 Palas
11,840 24,936
424 501
26,693
834
12,Katibung 1:: •e!..iomulyo
16 Rajaba~
1
TOTAL
1
I
5,598
59
190
0
2
2,992
0
636
351
3&
9,866
55,883
18,391
970
146
18
3,722
998
70
0
48
80.246 28,334
18 Sragi
18,475
6,/51
1,185
133
35
1,620
0
89
0
46
19 P!'nengahan
27,008
42,847
1,260
427
91
923
0
203
32
9
72,800
21,868
50,334
599
120
29
1,128
280
663
325
8
75,354
422,000
407,78(1
165,951
10,933
1,568
44,037
3,904
2,429
1,249
504
1,060,355
I
20 Ketapang
TOTAL r:eterang~n:
Lampiran 12 : No.
i
-
6. Kelapa dalam 7. Kelapa hibrida 8. lkan asin 9. Teri rebus 10 Budidaya kolam
1. P?di 2. Jagung 3. Ubi kayu 4. Ubijalar 5. Kacang tanah
Hasil perhitungan nilai Location Quotient (LQ) produk tanaman pangan, perkebunan, perikanan, per !<ecarr.atan Tahun 2C04 KOMODITAS
r<ecamatan
1
2
3
4
€
'l
7
1
Pc1dang CeMlin
0.93
0.57
1.92
0.00
2.96
2.47
2
Punduh Pidada
1.21
0.18
1.35
7.54
6.40
3.58
0001 0.00
3
Kedondong
2.28
0.07
0.35
0.18
0.49
0.21
0.01
9
8
10
-
o.o2T
0.00
4.10
0.641 0.00
0.10
0.25
I
C.OO
1.93
0.00
5.98
4
Way lima
1.83
0.32
0.50
4.19
6.48
0.36
0.03
5
Gedung Tataan
2.10
0.12
0.52
0.52
3.96
0.59
0.15
0.00 0.00
0.00
6.75
5.27
0.00
o.oc
0.00
0.72
0.80
0.00
0.00
0.04
0.00
0.01
1.30 0.24
6 7 8 9
Negeri Katon Tegineneng Natar Jati Agung
10 Tanjung Bintang
092 0.54 0.84
0.93 1.05 1.49
1.24 2.18
2.39 0.43
3.58 0.52
0.77
0.15
1.14
0.98
1.23
1.14
0.27
0.11
0.25
0.00
0.00
0.47
0.94
2.75
1.45
0.58
0.97
2.28
0.55
0.33
0.75
0.43
0.00
0.00
1.01
1.83
1.17
1.00
0.33
0.04
0.00
0.00
0.7~
11 Merbau Mataram
0.51
1.26
12 Katibung
0.63
1.04
1.96
1.00
0.63
0.42
0.00
3.40
2.84
0.01
1.06
1.14
\J.06
0.40
0.21
2.92
1.69
0.00
0.00
0.01
14 Candipuro
1.37
0.98
0.20
1.98
0.50
0.55
0.25
0.00
0.00
0.35
15 Kalianda
1.19
0.94
0.12
1.05
1.40
2.64
3.37
1.16
5.45
0.35
16 Rajabasa
1.43
0.02
0.12
0.00
0.14
7.30
0.00
28.14
30.20
8.10
17 Pal as
1.75
0.60
0.08
0.18
0.15
1.12
3.38
0.38
0.00
1.26
18 Sra~i
1.64
0.62
0.27
0.46
0.84
1.38
0.00
1.37
0.00
3.42
19 Penengahan
0.93
1.53
0.11
0.57
0.85
0.31
0.00
1.22
0.37
0.26
20 Ketapang
0.73
1.74
0.05
0.15
0.26
0.36
1.01
3.84
3.66
0.22
13 Sidomulyo
Keterangan :
1. 2. 3. 4. 6.
Pad1 Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah
6. Kelapa Dalam 7. Kelapa Hibrida 8. ikan asin 9. Teri rebus 10 Budidaya kolam
Lampiran 13:
Hasil produksi petemakan di Kabupaten Lampung Selatan per-kecamatan Tahun2004 KOMODITAS
No.
Kecamatan
TOTAL
1
2
3
4
5
6
7
8
(ekor)
(ekor)
(ekor)
(ekor)
(ekor)
(ekor)
(ekor)
(ekor)
1
Padang Cermin
2,033
839
7,073
957
0
223,169
0
487,534
721,605
2
Punduh Pidada
813
580
6,289
930
0
260,/32
0
374,630
643,974
3,168
781
4,735
1,306
0
186,453
34,026
494,655
725,124
0
449,016
'127,234 11,207, ~92
3
Kedondong
.4
Way lima
2,302
1,023
4,930
1,029
0
268,934
5
Gedung Tataan
4,037
445
54,397
959
978
415,329
75,379
10,655,668
6
Negeri Katon
3,465
224
26,595
231
0
304,762
49,514
688,021
1,072,812
7
Tegineneng
2,326
112
15,012
202
1,458
403,076
44,415
869,198
1,335,799
8
Natar
5,562
843
20,129
878
1,132
727,654
26,551
862,423
9
Jati Agung
6,311
2,372
17,711
931
0
473,620
121,414
1,121,482
'"'"'~ 7?1 ---··-. I 277,546
224,759 30,324
725.50€ i'49,560
10 Tanjung Bintang
7,8351
242
15,206
2,019
2,873
11 Merbau Mataram
7,780
634
24.540
0
\)
12 Katibung
5,193
1,006
37,4591
0
1,232
354,280
87,693
622,898
13 Sidomulyo
6,"..54
355
28,878
366
222
~!!.857
38,016
812,182
14 C'..andipuro
2,239
812
15,134
523
0
375,643
0
912,217
15 Kalianda
4,389
546
11,423
407
0
336,379
6,279
16 Rajabasa
3,165
81
7,934
323
0
219,464
0
1.119.591 2\t2,s:n
17 Pal2'>
6,137
398
18,688
272
312,441
0
442,4!11
18 1dragi
1,625
610
4,451
312
4021 158
153,270
0
19 Penengahan
4,192
912
14,999
108
0
213,1583
168,904
20 Ketapang
T 0 TAL
3,588
421
10,149
218
2,517
166.453
0
82,624
13,236
345,738
11,971
10,972
6,565,466
907,274
25,666.5G7
5. Babl
1. Sap; 2. K~rbau
S Ayam buras 7. Ayam petelur 8. Ayam pedaging
3. Kambing 4. Domba
Lampf:an 14 : No.
Kecamatan
Hasil perhitUi .gan r.~lai Location Quotient (LQ) produk petemak.:n per kecamatan Tahun 2004 KOMODITA3 1
2
3
4
5
7
6
8
1
Padang Ceo min
1.15
2.9.J I
0.95
3.72
0.:10
2
Punduh Pidada
0.51
2.29
0.95
4.05
0.00
3
Kedondong
1.78
2.73
0 63
5.J6
0.00
1.32
1.74
0.89
4
Way lima
1.29
3.57
0.66
3.97
0.00
1.89
C.OO
O.J1
1.58
0.00
0.88
'2.07
0.00
0.76
5
Gedung Tataan
0.15
0.10
0.47
0.24
0.27
0.19
0.25
1.24
6
Negeri Katon
1.31
0.53
2.41
0.60
0.00
1.45
1.71
0.84 0.85
7
Tegineneng
0.71
0.21
1.09
0.42
3.34
1.54
1.2:;
8
Natar
1.37
1.30
1.19
1.50
2.11
2.26
0.60
0.69
9
Jati Agung
1.47
3.45
0.99
1.50
0.00
1.39
2.58
0.84
10 Tanjung Bintang
2.08
0.40
0.96
3.70
5.74
1.85
5.43
0.62
11 Merbau Mataram
2.90
1.48
2.19
0.00
0.(10
1.30
1.03
0.90
12 Katibung
1.90
2.30
3.28
0.00
3.40
1.63
2.93
0.73
13 Sidomulyo
2.15
0.74
2.29
0.84
0.55
1.42
1.15
0.87
14 Candipuro
0.70
1.5d
1.13
1.12
0.00
1.47
0.00
0.91
15 Kalianda
1.21
0.94
0.75
0.77
0.00
1.16
0.16
:H19
16 Rajabasa
2.46
0.39
1.47
1.73
0.00
2.14
0.00
0.73
17 Pal as
3.20
1.29
2.33
0.98
1.58
2.05
0.00
0.74
18 Sragi
1.22
2.85
0.80
1.61
0.89
1.44
0.00
0.92
0.48
0.65
0.41
0.09
0.00
0.31
1.75
1.16
2.34
1.71
1.58
0.98
12.36
1.37
0.00
0.92
Penengahan 119 20 Ketapang
Keterangan :
1. 2. 3. 4.
Sapi Kerbau
Kambing Domba
5. 6. 7. 8.
Babi Ayam buras Ayam petelur Ayam pedaging
I
:.s:::;:,1fi1 o,J90,390 1.109,761 1,225,340
I
1,306,568 1,479,014 523,959 780,829
383,0441 3,163,092 440,367
Keteranran :
1,645,172 1,743,841
i
543.470 3,565,890 623,713 33,603,348
Lampiran 15 :
Produksi hasil hutan Kabupaten Lampung Selatan per kecamatan Tahun 2004 KOMODITAS
No.
I
(m3)
Padang Cennin
5,589
2,794
8,383
Punduh Pidada
0
0
0
3
Kedondong
0
0
0
4
Way lima
0
0
0
5
Gedung Tataan
0
0
0
6
Negeri Katon
0
0
G
12,7~1
7
Tegineneng
8
Natar
~
JatiAgung
10
Tanjung Bintang
oL
0 19,053
o'
I
Merbau Mataram Katibung
0 6,351 01
0
0
0
0
0
0
7,113
3,557
10,670
13
Sidomulyo
0
0
0
14
candipuro
0
0
0
15
Kalianda
0
0
0
16
Rajabasa
0
0
0
17
Pa.as
0
0
0
18
Sragi
0
0
0
19
Penengahan
20
Ketapanc T 0 TAL
KeterPngan :
Lampiran 16:
I
2
(m3) 1
11
I
TOTAL
1
2
I .....
I
Kecamatan
0
0
0
0 25,404
0
0 38,106
12,70~
1. Kayu bulat 2. Kayu gergajian
Hasil pernitungan nilai Location Q!lotiPnt (LQ) produk hasil hutan per kecamatan !"ahun 2004 KOMODITAS
No
Kecamatan
1
Padang Cermin
2
Punduh Pidada
-
3
Kedondong
-
-
4
Way l_ima
-
-
5
Uedung Tataan Negeri Katon
7
Tegineneng
-
-
6 8
Natar
9
Jati !'.gung
-
10
Tanjung Bintang
-
1
2 ~.00
1.00
-
-
1.00
1.00
-
-
11
Merbau Mataram
12
Katibung
13
Sidomulyo
-
-
14
Candipuro
-
-
15
Kalianda
-
-
16
Rajabasa
-
-
17
Palas
-
18
Sragi
-
19
Penengahan
20
Ketapang
~I
Keterangan :
1.00
1.00
1. Kayu bulat 2. Kayu gergajian
_,
-