guru selalu mendominasi dalam pembelajaran, pola pembelajaran yang diterapkan masih berpusat pada PENGEMBANGAN guru, pemilihan metode belum tepat
KETERAMPILAN BERFIKIR TINGKAT TINGI MELALUI CONSTRUCTIVE CONTROVERSY Pemecahannya? APPROACHES
ANALISIS PROFIL DAN PETA Bagaimana MUTU PENDIDIKAN
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar SEMNAS PENDIDIKAN yang menuntut guru mampu menghadirkan situasi MSC 2015 dunia nyata baik di kelas maupun di luar kelas. Metode pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa yang tidak hanya terbatas pada aktivitas fisik, tetapi bersifat psikis seperti aktivitas mental.
1
DAFTAR RUJUKAN
HIGHER ORDER THINKING SKILL
[1] FJ King, Ludwika Goodson, Faranak Rohani, Higher Order Thinking Skills, the Center for Advancement of Learning and Assessment (CALA), Florida State of University [1] Karl A. Smith, Constructive Controversy in Engineering Undergraduate, Masters, Doctorate, and Professional Settings, the ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference Proceeding, (2009), page: 1-23 [2] Johnson, D.W., and Johnson, R.T., 1979. Conflict in the classroom: Controversy and learning. Review of Educational Research, 49(1), 51-70. [3] Johnson, D.W., and Johnson, R.T., 1988. Critical thinking through structured controversy. Educational Leadership, 45(8), 58-64. Johnson, D.W., and Johnson, R.T., 2009. Energizing learning: The instructional power of conflict. Educational Researcher, 38(1), 37-51. [4] Johnson, D.W., and Smith, K.A., 1984. Structuring Controversy Workshop. Proceedings 14th ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference. Philadelphia, PA. [5] Johnson, D.W., Johnson, R.T., and Smith, K.A., 2000. Constructive controversy: The power of intellectual conflict. Change, 32 (1), 28-37. [6] Johnson, D.W., Johnson, R.T., and Smith, K.A., 1996. Academic Controversy: Enriching College Instruction Through Intellectual Conflict. ASHE-ERIC Higher Education Report, Vol. 25, No. 3.
DAFTAR RUJUKAN No.
Name
1
Alan H. Schoenfeld
2
Paul Ernest
3
Roy Pea, David Jack
4
Paul Cobb
5
Douglas Clements
6
Olaf Koller
7
Deborah Loewenberg Ball
8
Juan D. Godino
MELALUI GOOGLE SCHOLAR PROFILE Position
Profesor of Education U.C. Berkeley Mathematics Education, Teaching and Learning Profesor of Mathematics Education, Teaching and Learning Profesor of Learning Science and Education, and Computer Science Senior Lecturer in Mathematics Education, Teaching and Learning Profesor University of Buffalo, Mathematics Education, Teaching and Learning Professor of Educational Research, Leibniz Institute for Science and Mathematics Education Senior lecturer, Un University of Michigan teaching quality, teacher education, mathematics instruction, policy Universidad de Granada. Catedrático de Didáctica de la Matemática didáctica de la matemática, educación matemática, mathematics education, statistics education, educación
N.o.C
h-index
i10-index
7037
35
74
14168
56
119
24545
72
148
19338
63
154
10717
55
153
28509
67
121
6284
42
108
19721
50
Catatan: Masuk pada web Google Scholar: Ketik Nama Scientistnya
113
SELF EVALUATION
UNTUK DIRI SEORANG GURU
MATERI SUDAH DILUAR KEPALA, TIDAK PERLU BELAJAR KALAU MENGAJAR KARENA SUDAH HAFAL BUKU-BUKU SUDAH BANYAK (TIDAK PERLU BUKU SELAIN BUKU PAKET) CATATAN SISWA, TUGAS-TUGAS SISWA SAMA DARI TAHUN KE TAHUN MENGAJAR TIDAK PERNAH PAKAI MEDIA PEMBELAJARAN SEHINGGA PROSES PEMBELAJARAN KURANG MENARIK MENGAJAR TIDAK DENGAN TEAM TEACHING RELEVANSI MATERI RENDAH DAN TIDAK UP TO DATE PEMBELAJARAN TIDAK KONTEKSTUAL, HANYA MENYAJIKAN KONSEP-KONSEP TEORI, KAITAN DENGAN KEHIDUPAN NTATA TIDAK PERNAH DISAJIKAN
TIDAK PERNAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA PENILAIAN PEMBELAJARAN HANYA TIGA MACAM SATU KALI TUGAS TAK TERSTRUKTUR, UTS DAN UAS TUGAS TIDAK PERNAH DIKOREKSI, DAN TIDAK PERNAH MEMBERIKAN UMPAN BALIK KEPADA MAHASISWA PEMBELAJARAN TIDAK MEMBERIKAN MANFAAT BAGI PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU
PARADIGMA
PENDIDIKAN ABAD 21 Pendidikan yang dapat menghasilkan insan indonesia yang:
Produktif
Kreatif Inovatif Afektif
Produktif, Kreatif, Inovatif, Afektif
melalui penguatan
Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan yang terintegrasi
PERUBAHAN DALAM
KURIKULUM 2013
TEMUAN
BLOOM
Bloom classifies learning behaviors according to six levels ranging from Knowledge, which focuses upon recitation of facts, to Evaluation, which requires complex valuing and weighing of information. Each level relates to a higher level of cognitive ability.This taxonomy is useful in designing questions, lessons, tasks for students. Bloom found that 95% of test questions focused on the lowest level, namely recalling of information.
DEFINISI
HOTS
Tony Tomson, International Electronic Journal of Mathematics Education (2008) Higher order thinking skills (HOTS) is thingking activities to solve a task where no algorithm has been taught, where justification or explanation are required, and where more than one solution may be possible.
FJ King, Ludwika Goodson, Faranak Rohani, Higher Order Thinking Skills, the Center for Advancement of Learning and Assessment (CALA), Florida State of University Higher order thinking skills (HOTS) include critical, logical, reflective, metacognitive, and creative thinking. They are activated when individuals encounter unfamiliar problems, uncertainties, questions, or dilemmas.
A hard or tricky problem is not always mean a HOTS context, but a simple problem may lead to the rise of the student higher order thinking skills when they are set in a nonroutine or non algorithmical problem.
KONSEP HOTS BERDASARKAN
TAXONOMY BLOOM
Lorin Anderson and David Krathwohl - 2000
DALAM PEMBELAJARAN
LEVEL TAXONOMY SEBELUM K13
SETELAH K13 Creating
SMA/K SMP
S D
Evaluating
Characterizing/ Actualizing Communicating
Evaluating
Analyzing
Organizing/ Internalizing
Associating
Analyzing
Applying
Valuing
Experimenting
Applying
Understanding
Responding
Questioning
Understanding
Knowing/ Remembering
Accepting
Observing
Knowledge (Bloom)
Knowing/ Remembering
Attitude (Krathwohl)
Skill (Dyers)
Knowledge (Bloom)
SEMUA JENJANG
PT
LOTS VERSUS
HOTS
DALAM KURIKULUM 2013
PENDEKATAN SAINTIFIK
Observing (mengamati)
Questioning (menanya)
Masalah Besar Siswa Indonesia
Experimenting (Mencoba)
Associating (Menganalisa)
Networking (Mengkomuni kasikan)
PEMBELAJARAN
SEBELUMNYA
PENILAIAN TERHADAP PENGETAHUAN
PENILAIAN TERHADAP SEGALA SESUATU YANG MUDAH DIUKUR
MENUMBUHKAN HOTS
Siswa dengan KBTT
PENILAIAN PENGETAHUAN SECARA TERPISAH
PENILAIAN YG MENJANGKAU KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
PENILAIAN YANG MENYELURUH DAN TERINTEGRASI
PENILAIAN TERHADAP PBM BERKAITAN DENGAN APA YANG SISWA PAHAMI
PENILAIAN TERHADAP PBM BERKAITAN DENGAN APA YANG TIDAK DIKETAHUI SISWA PENILAIAN HANYA BERFOKUS PADA PENCAPAIAN HASIL BELAJAR
PENILAIAN PEMAHAMAN DAN NALAR SECARA ILMIAH
AKHIR PENILAIAN DITENTUKAN OLEH GURU
PENILAIAN EKSTERNAL DILAKUKAN HANYA OLEH AHLI
PENILAIAN EKSTERNAL JUGA MELIBATKAN GURU-GURU
TIDAK HANYA GURU, TAPI JUGA SISWA DAN YANG LAINNYA JUGA DILIBATKAN
PENILAIAN BERFOKUS HASIL BELAJAR & KESEMPATAN SISWA UNTUK BELAJAR LAGI
BAGAIMANA 5 M
Luas Persegi Panjang/Persegi Luas Segitiga Luas Jajaran Genjang Luas Trapesium Luas Belah Ketupat Luas Layang-Layang Luas Lingkaran
DIKEMBANGKAN
LANGKAH 5M SEDERHANA 1. AMATI persegipanjang dan persegi satuan berikut ! TANYAKAN HASIL PENGAMATAN
LUAS DAERAH PERSEGIPANJANG
2. Tutuplah persegipanjang tersebut dengan persegi satuan yang tersedia! ADA BERAPA CARA MENUTUPNYA 3. BERAPA persegi satuan yang dapat menutupi daerah persegipanjang tersebut ?
l
4. Perhatikan lagi persegipanjang berikut !
5. TUTUPLAH sebagian persegipanjang yang diwakili oleh bagian salah satu kolom dan baris. 6. ANALISA, dengan cara apa dapat menghitung luas persegipanjang tersebut ? 7. KOMUNIKASI. Jika banyak kolom adalah p dan banyak baris adalah l, maka dapat diperoleh rumus luas persegipanjang adalah ....
p
KESIMPULAN : Rumus luas daerah persegipanjang : ? panjang lebar ? L = ………..... ……….. = …………….. p? l
LUAS DAERAH SEGITIGA
LANGKAH-LANGKAH : 1. Gambar sebuah segitiga sebarang dengan ukuran alas dan tinggi sebarang pada kertas petak ! (M1) 2. Potong menurut sisi-sisinya ! (M1) 3. Bangun apa yang terbentuk? Tentukan mana sisi alas dan tinggi segitiga ! (M2)
5. Pada bagian bangun segitiga, potonglah menurut garis tinggi ! Bangun apa saja yang terbentuk ? (M3) 6. Bentuklah potongan-potongan tsb menjadi persegipanjang ! (M4) 7. lebar persegipanjang = ½ t segitiga panjang persegipanjang = a segitiga (M4) 8. Ternyata luas segitiga adalah = ..... …. (M5)
t i n g g i
alas
KESIMPULAN Karena luas persegipanjang, L = p × l, maka luas segitiga, L=a×½t
KD, INDIKATOR DAN
TUJUAN PEMBELAJARAN HOTS
MATHEMATICS FRAMEWORK
SINGAPORE
Reading
20%
Hearing words
30%
Looking at picture
PASSIVE
10%
Watching video
50%
Visual reciving
Looking at an exhibition Watching a demonstration Seeing it done on location
Participating in a discussion Giving a talk Doing a Dramatic Presentation Simullating the Real Experience
90% TINGKAT MEMORISASI
Doing the Real Thing MODEL PEMBELAJARAN Direkonstruksi dari Dr.Vernon A. Magnesen, 1983, dalam QUATUM TEACHING.
ACTIVE
70%
Verbal reciving
Partici pating Doing
TINGKAT KETERLIBATAN
PENGERTIAN PENDEKATAN
CONSTRUCTIVE CONSTRAVERSY
Karl A. Smith, Constructive Controversy in Engineering Undergraduate, Masters, Doctorate, and Professional Settings, the ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference Proceeding, (2009), page: 1-23 Constructive controversy was proposed firstly by the Johnson and Johnson cooperative learning group at University of Minnesota in the late 70s and the approach was well supported from theoretical, empirical and practical perspectives (Johnson and Johnson, 1987). In a typical constructive controversy process, students are required to study and prepare a position to a controversial issue, present and advocate for their position, refute opposing arguments, reverse perspectives, and finally create a synthesis that group members can agree upon based on the best available evidence (Johnson and Johnson, 1988). Kontroversi konstruktif diusulkan pertama kali oleh kelompok belajar kooperatif Johnson dan Johnson dari University of Minnesota di akhir 70-an, kemudian pendekatan ini teruji secara perspektif teoritis, empiris dan praktis oleh kelompok Johnson dan Johnson pada tahun 1987. Dalam prosesnya tipe kontroversi konstruktif siswa diharapkan untuk mempelajari dan mempersiapkan isu kontroversial terkini dan mengawal/mengadvokasi posisinya terhadap isu konstroversial, membantah atau menentangnya, membalikkan perspektif, namun akhirnya membuat sintesis bersama untuk sedapatnya setuju berdasarkan bukti terbaik yang tersedia (Johnson dan Johnson, 1988).
CIRI UTAMA DALAM
CONSTRUCTIVE CONSTRAVERSY
SKEMA PROSES PEMBELAJARAN
MASALAH HARUS KONTOVERSIAL
CONSTRUCTIVE CONSTRAVERSY
SOAL-SOAL ASSESSMENT
Creative Critical Basic Recall
CONSTRUCTIVE CONSTRAVERSY
Pemahaman Perencanaan Pelaksanaan Pemeriksaan
MISTERI PEMBAGIAN
DAN PERKALIAN
5 25 14 5 20
14 5 20 5 25
x
+
3 x 1 = 1+1+1 1x3=3 1/2 x 3 = 3 1/3 = 0.333.. 1/3 + 1/3 + 1/3 = 1 0.333..+ 0.333..+ 0.333..=0.999…
5 x a=a+a+a+a+a
5 x 14 = 14 14 14 14 14 25
16
Masalah Nilai Tempat
+
UNTUK PERKALIAN
SISTEM LINGKARAN BERTUMPUK
Ternyata 4 = 3 ! Misal a + b = c 4a-3a+4b-3b = 4c-3c 4a+4b-4c = 3a+3b-3c 4(a+b-c) = 3(a+b-c) Pembagian dengan 0
4 = 3 Terbukti
SISTEM LINGKARAN BERTUMPUK
UNTUK PERKALIAN
Ternyata 1+1 = 1 ! Misal x=1 dan y=1 maka y = x Kalikan kedua ruas dengan –y, didapat
-y^2 = -xy x^2-y^2= x^2-xy (x+y)(x-y) = x(x-y) (x+y) = x 1+1 = 1 Terbukti
Urutan Operasi
2 3 9 2 = 2 = 512 6 = 2 = 64 2 = 8 = 64
n m
mx n
(
(a ) = a
Perhatikan!
-2
2
)
= -2
2 4 2
2
(2) 2 . 2 2
Bilangan Imajiner
2 2 2 2 2 2 Gimana?
2
CONTOH SOAL PISA 2012
CONSTRUCTIVE CONSTRAVERSY
Which of the figures has the largest area? Show your reasoning. Describe a method for estimating the area of figure C Describe a method for estimating the perimeter of figure C
OPEN ENDED
PROBLEM SOLVING