Analisis Produktivitas Proses Produksi Pengalengan Jamur Kancing (Champignon) dengan Model Objective Matrix (OMAX) (Studi kasus pada PT Eka Timur Raya Pasuruan). Productivity Analysis of Button Mushroom (Champignon) Canning Production Process Using Objective Matrix (OMAX) Model (Case Study At PT Eka Timur Raya Pasuruan). Inayah Wulandari1)* , Retno Astuti2) , Rizky Luthfian Ramadhan Silalahi2) 1)
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP – Universitas Brawijaya Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP – Universitas brawijaya *
[email protected]
2)
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur dan menganalisis produktivitas yang dicapai oleh perusahaan dengan model Objective Matrix (OMAX), sehingga dapat dijadikan sebagai usulan perbaikan produktivitas perusahaan di masa yang akan datang. Pembobotan dilakukan menggunakan metode perbandingan berpasangan dan software Expert Choice 2000 serta identifikasi penyebab-penyebab penurunan produktivitas menggunakan Fishbone Diagram. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah kriteria bahan baku, kriteria tenaga kerja , kriteria jam kerja, kriteria kemasan dan kriteria bahan pembantu. Produktivitas parsial tertinggi yang dicapai oleh perusahaan terdapat pada bulan Mei 2013 dengan nilai produktivitas sebesar 4,613, sedangkan produktivitas parsial terendah yang dicapai oleh perusahaan terdapat pada bulan Februari 2013 dengan nilai produktivitas sebesar 1,575. Indeks produktivitas paling besar terjadi pada bulan Maret 2013 yaitu sebesar 146,222% dan indeks produktivitas paling rendah terjadi pada saat bulan Desember 2013 yaitu sebesar -46,592%. Untuk menghasilkan output sebanyak 470.595,70 kg diperlukan bahan baku sebanyak 211.298,76 kg jamur segar, pemakaian tenaga kerja sebanyak 53 orang dengan jam kerja selama 10.173,67 jam per bulan, pemakaian kemasan sebanyak 1.269.226 kaleng dan pemakaian bahan pembantu sebanyak 161.041,46 liter. Kata kunci: fishbone diagram, OMAX, produktivitas ABSTRACT The purpose of this research were to measure and analyze productivity achieved by companies using the Objective of Matrix models (OMAX), so that it can serve the proposed improvements to the productivity of company in the future. Weighting was done by pairwase comparison method and software Expert Choice 2000. Identification of the causes decreased productivity using Fishbone Diagram. Criterias have used in the measurement of productivity were raw materials, labor, hours work, packaging and auxiliary materials. The research results that the Partial high productivity achieved by company in May of 2013 with value of productivity was 4,613, where as the lowest partial productivity achieved by the company in February with a value of productivity is 1,575. The highest index productivity occurred in March 2013 was 146,222% and the lowest productivity index occurred during in December 2013 was -46,592%. Order to produce output as much as 470.595.70 kg required raw materials as much as 211.298,76 kg of fresh mushroom, used 53 labor with work hours 10.173,67 hours per month, 1.269.226 cans for packaging and use auxiliary material 161.041,46 liters. Keywords: fishbone diagram, OMAX, productivity
4PENDAHULUAN Perkembangan industri saat ini mengalami perubahan yang sangat pesat dan diwarnai dengan persaingan yang semakin tinggi. Suatu perusahaan harus mampu
meningkatkan produktivitasnya agar tetap dapat bertahan. Produktivitas merupakan salah satu faktor penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan. Peningkatan produktivitas merupakan penggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan perusahaan. Produktivitas juga penting untuk
meningkatkan upah dan penerimaan perseorangan. Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini sering lebih dinyatakan sebagai rasio output dibagi input. Jika lebih banyak output yang dihasilkan dengan input yang sama, maka disebut terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga kalau input yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang tetap, maka produktivitas dikatakan meningkat (Nasution, 2006). PT. Eka Timur Raya terletak di Jl Nongkojajar KM 1.4, Purwodadi, Pasuruan. PT. Eka Timur Raya merupakan perusahaan agroindustri yang memproduksi jamur kancing (champignon) dalam kaleng. Perusahaan ini memproduksi jamur kaleng dengan kapasitas lebih dari sembilan ton jamur kancing segar tiap harinya. Pada proses produksinya, perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan oleh ketersediaan bahan baku yang ada dan juga permintaan dari konsumen. Perusahaan melakukan perencanaan terhadap pemakaian bahan bakunya untuk mengefektifkan proses produksinya. Perencanaan juga dilakukan dalam pemakaian jam kerja, pemakaian bahan pembantu, dan pemakaian jumlah tenaga kerja. Faktor-faktor tersebut yang perlu diperhatikan karena memiliki kontribusi yang cukup besar dalam proses produksi. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dalam perencanaan pemakaian sumber daya-sumber daya tersebut. Hasil dari pengukuran produktivitas tersebut dapat digunakan untuk mengetahui dan mengevaluasi tingkat produktivitas yang telah dicapai oleh perusahaan. Hasil tersebut juga dapat digunakan untuk mengetahui prospek industri pengalengan jamur di masa yang akan datang. PT. Eka Timur Raya belum pernah melakukan pengukuran produktivitas, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas yang telah dicapai oleh perusahaan. Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan model Objective Matrix (OMAX). OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Kusmindari, 2009). Guna dari OMAX adalah sebagai sarana pengukuran
produktivitas, sebagai alat memecahkan masalah produktivitas dan untuk alat pemantau pertumbuhan produktivitas. Tiga aspek yang penting dalam OMAX disebut A-I-M, yaitu: Awareness (kesadaran), Improvement (peningkatan), Maintenance (pemeliharaan). Model OMAX memiliki kelebihan dibandingkan metode lain untuk pengukuran produktivitas, yaitu memasukkan pertimbangan pihak manajemen dalam penentuan bobot, sehingga lebih objektif dan fleksibel. Kelebihan lainnya adalah lebih mudah dalam perhitungan dan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan kenaikan dan penurunan produktivitas dan juga dapat digunakan tanpa mengubah unit yang akan diukur ke dalam satuan moneter (Leonard, 2010). Model OMAX memiliki kelemahan yaitu subyektivitas terkadang dilakukan dalam penentuan objective score tiap level indikator kinerja dan untuk mendapatkan indeks kinerja yang diharapkan maka dibutuhkan suatu pengukuran yang kontinu dan terstandar (Shanti, 2007). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai April 2013 di PT Eka Timur Raya Purwodadi Pasuruan. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Batasan Masalah dan Asumsi Pembatasan masalah dan pemberian asumsi dilakukan agar pembahasan dalam penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Batasan masalah dan asumsi yang dipakai dalam penelitian ini antara lain: 1) Pengukuran produktivitas dilakukan berdasarkan data selama 12 bulan yaitu pada bulan Januari 2013 sampai bulan Desember 2013; 2) Pengukuran produktivitas hanya dilakukan pada bagian proses produksi dan hanya pada lini kaleng saja; 3) Kriteria yang digunakan dalam penelitian adalah kriteria bahan baku, kriteria bahan pembantu, kiteria jam kerja, kriteria tenaga kerja dan kriteria
kemasan; 4) Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan penggunaan mesin dan tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi kaleng ukuran 4 oz, 8 oz dan 68 oz; 5) Analisis produktivitas pada kriteria kemasan berdasakan pada kemasan dengan ukuran bobot yang sama yaitu ukuran bobot kaleng 8 oz.
diagram. Setelah diketahui penyebab-penyebab yang dapat mempengaruhi penurunan produktivitas maka diusulkan perbaikan produktivitas untuk periode mendatang. Perbaikan produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus: Kriteria bahan baku =
Pengumpulan Data
Kriteria
Pengumupulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner untuk mendapatkan data profil perusahaan dan untuk mendapatkan bobot tiap kriteria. Pengumpulan data sekunder digunakan untuk mengolah dan mengukur produktivitas. Data sekunder berupa data input dan data output. Data-data input yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah bahan baku yang digunakan adalah jamur segar dan batang jamur, tenaga kerja yang terlibat langsung dengan proses produksi pada lini kaleng, jam kerja yang digunakan untuk proses produksi, kemasan yang digunakan adalah kemasan yang terpakai dan kemasan yang rusak dan bahan pembantu yang digunakan sebagai media pengisi. Data output yang digunakan adalah jumlah unit produk kaleng yang dihasilkan oleh perusahaan yang terdiri dari produk kaeng ukuran 4 oz, 8 oz dan 68 oz. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan perbandingan berpasangan (pairwase comparasion). Pengolahan data pembobotan dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice dengan ketentuan nilai CR < 0,1. Pada metode OMAX perhitungan indeks produktivitas dilakukan dengan menggunakan rumus: IP = x 100% (1) Dimana: IP = indeks produktivitas Current = hasil pengukuran produktivitas periode sekarang yang diperoleh dengan menjumlahkan value tiap kriteria produktivitas yang diukur. Previous = hasil pengukuran produktivitas periode sebelumnya Penyebab penurunan produktivitas dapat diketahui dengan menggunakan fishbone
(2) tenaga
kerja
= (3)
Kriteria
jam
kerja
=
(4) Kriteria
kemasan
= (5)
Kriteria
bahan
pembantu
= (6)
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan PT. Eka Timur Raya (ETIRA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri, khususnya ekspor jamur champignon yang dikemas dalam kaleng, gelas jar dan pouch. Perusahaan ini mulai dibangun pada tanggal 19 Desember 1999 sampai tahun 2002. Pada tahun 2002 perusahaan ini mulai produksi dan mengekspornya. Produk utama yaitu jamur diproduksi pada 3 jenis kemasan yaitu kemasan kaleng dengan ukuran 4 oz, 8 oz dan 68 oz, kemasan gelas jar dengan ukuran 4.5 oz dan 6 oz dan kemasan pouch 35.3 oz. Data Output dan Input Data-data yang diperlukan untuk penilitian ini adalah data output yaitu jumlah produk yang dihasilkan per bulan dan data input yaitu jumlah bahan baku yang terpakai, jumlah bahan pembantu yang terpakai, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja yang terpakai dan jumlah kemasan yang terpakai dan kemasan yang rusak. Data-data tersebut didapatkan dari dokumentasi perusahaan yaitu dari bulan Januari sampai Desember 2013. Data output dan input dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data ouput dan input Tahun 2013 Input Output (Kg)
Bahan Baku (Kg)
Tenaga Kerja (Orang)
Jam Kerja (Jam Kerja Orang)
Kemasan (Kaleng)
Bahan Pembantu (Liter)
Januari
444.183,80
256.940,69
82
13.009,50
1.681.120
194.167,23
Februari
359.575,60
208.029,51
82
12.093,00
1.330.270
157.701,72
Maret
516.443,20
298.788,16
82
15.290,50
1.826.842
226.577,00
April
529.971,60
304.752,30
82
17.002,00
1.994.786
235.134,79
Mei
545.567,20
310.237,80
82
16.790,00
2.176.290
246.125,60
Juni
536.158,60
308.931,53
81
15.700,00
1.938.438
237.293,00
Juli
497.903,20
287.726,77
81
14.644,50
1.808.754
219.063,17
Augustus
442.012,40
253.135,23
81
14.359,00
1.754.383
197.214,20
September
464.575,00
267.977,56
81
13.781,50
1.715.184
205.050,00
Oktober
473.563,40
271.005,16
81
14.696,50
1.878.294
211.266,46
November
462.773,20
263.068,04
81
14.290,00
1.803.304
209.243,30
Desember
374.421,40
214.803,59
81
12.004,00
1.430.515
166.540,00
Rata-rata
470.595,70
270.449,69
81,42
14.471,71
1.778.181,67
208.781,37
Bulan
Sumber: PT Eka Timur Raya (2013) Dapat dilihat bahwa output dan input yang dihasilkan berfluktuatif. Hasil output tertinggi dihasilkan pada bulan Mei yaitu sebesar 545.567,20 kg, sedangkan hasil output terendah dihasilkan pada bulan Februari yaitu sebesar 359.575,60 kg. Pada bulan Mei ketersediaan bahan baku jamur kancing segar banyak sehingga output yang dihasilkan untuk produk kaleng tinggi, sedangkan ketersediaan bahan baku jamur kancing segar pada bulan Februari sedikit sehingga output yang dihasilkan rendah. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output sebanyak 470.595,70 kg adalah sebanyak 81,42 orang atau 82 orang tenaga kerja. Pada bulan Juni terjadi pengurangan tenaga kerja 1 orang dikarenakan tenaga kerja tersebut dipindahkan dari proses produksi ke bagian yang lain. Analisis Produktivitas Performance tiap kriteria
yang telah dicapai pada setiap periode yang diukur (Muhammad, 2008). Nilai performance dapat menunjukkan bagaimana suatu perusahaan menggunakan sumberdayanya seefisien mungkin untuk menghasilkan output yang tinggi. Nilai performance dari setiap kriteria dapat diihat dalam Tabel 2. Nilai performance masih fluktuatif yang artinya tingkat pencapaian produktivitas belum baik sehingga masih perlu dilakukan perbaikan agar nilai performance tidak fluktuatif untuk periode berikutnya (Erni, 2009). Nilai performance pada setiap kriteria tergantung dari pemakaian setiap kriteria yang digunakan. Semakin efisien pemakaian setiap kriteria dengan output yang dihasilkan semakin besar, maka nilai performance akan tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin tidak efisien pemakaian kriteria dengan output yang dihasilkan tetap akan membuat nilai performance turun atau rendah.
Performance adalah rasio antara output dan input pada setiap kriteria yang digunakan. Nilai performance menunjukkan nilai aktual
Evaluasi Produktivitas Parsial Evaluasi produktivitas parsial dilakukan dengan cara membandingkan skor
Bulan
Bahan Baku
Tabel 2 Nilai Performance Tiap Kriteria Tenaga Kerja Jam Kerja Kemasan (Kg/Orang)
(Kg/Kg)
(Kg/Jam kerja
(Kg/Kemasan)
orang)
Bahan Pembantu (Kg/L)
Januari
1,729
5416,876
34,143
0,264
2,288
Februari
1,728
4385,068
29,734
0,270
2,280
Maret
1,728
6298,088
33,775
0,283
2,279
April
1,739
6463,068
31,171
0,266
2,254
Mei
1,759
6653,259
32,494
0,251
2,217
Juni
1,736
6619,242
34,150
0,277
2,259
Juli
1,730
6146,953
33,999
0,275
2,273
Augustus
1,746
5456,943
30,783
0,252
2,241
September
1,734
5735,494
33,710
0,271
2,266
Oktober
1,747
5846,462
32,223
0,252
2,242
November
1,759
5713,249
32,384
0,257
2,212
Desember
1,743
4622,486
31,191
0,262
2,248
Sumber: Data sekunder diolah (2014)
yang dicapai tiap kriteria pengukuran dengan mempertimbangkan bobot tiap kriteria untuk menentukan faktor yang mempengaruhi produktivitas perusahaan pada periode yang diukur. Produktivitas pada bahan baku sangat mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas yang dicapai perusahaan. Hal ini disebabkan karena bahan baku memiliki tingkat kepentingan sebesar 36,9%. Perusahaan sebisa mungkin memanfaatkan seefisien mungkin dalam penggunaan bahan baku yang ada sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dan dapat menghasilkan output sesuai yang direncanakan. Produktivitas kriteria tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh setelah kriteria bahan baku. Hal ini dikarenakan kriteria tenaga kerja memiliki tingkat kepentingan sebesar 25,2% dalam peningkatan produktivitas yang dicapai perusahaan. Penurunan produktivitas dapat diakibatkan oleh kurangnya skill atau keahlian yang dimiliki oleh tenaga kerja. Ketersediaan bahan baku yang mengalami penurunan dari bulan sebelumnya juga merupakan penyebab produktivitas tenaga kerja menurun. Apabila bahan baku yang
tersedia hanya sedikit atau kurang dari kapasitas produksi akan menyebabkan tenaga kerja menganggur sehingga tenaga kerja kurang efisien dalam jam kerjanya. Menurut Saddad (2013), ketidakmampuan perusahaan dalam mengoptimalkan produktivitas perusahaan bisa disebabkan karena kurang ahlinya tenaga kerja dan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja dalam menjalankan proses pengolahan dan pengoperasian mesin. Jam kerja juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan dan penurunan produktivitas yang dicapai oleh perusahaan. Penurunan dan peningkatan produktivitas pada jam kerja sama dengan kenaikan dan penurunan pada produktivitas pada tenaga kerja. Hal ini dikarenakan jam kerja dipengaruhi oleh jumlah ketersediaan bahan baku yang datang pada periode tersebut. Produktivitas jam kerja yang menurun juga dapat disebabkan kemungkinan ketidaklancaran pada saat proses produksi. Kerusakan-kerusakan mesin yang dapat menghentikan proses produksi juga dapat menyebabkan jam kerja menjadi off atau tenaga menganggur. Hal ini sesuai dengan Saddad (2013) yang mengatakan bahwa ketidakkonsistensian dalam mempertahankan pencapaian dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti adanya perbaikan mesin pengolahan, adanya keterlambatan pasokan bahan baku dan adanya pemberhentian mesin. Faktor lain yang dapat menentukan kenaikan dan penurunan produktivitas yang dapat dicapai oleh perusahaan adalah kriteria kemasan. Tingkat kepentingan dari kriteria kemasan adalah sebesar 17,7%, yang lebih besar daripada tingkat kepentingan kriteria bahan pembantu. Responden juga berpendapat bahwa kriteria kemasan lebih berpengaruh dibanding kriteria bahan pembantu. Produktivitas kemasan yang diukur merupakan kemasan primer atau kemasan yang melekat pada produk yaitu berupa kaleng. Selama 12 bulan pengukuran, 6 bulan nilai produktivitas berada dibawah nilai rata-rata sehingga perlu adanya perbaikan. Hal ini disebabkan karena banyaknya kaleng rusak atau cacat terlalu banyak. Kerusakan kaleng terjadi saat proses seaming atau penutupan seperti kaleng terjepit atau kaleng mengalami kebocoran. Produktivitas bahan pembantu merupakan kriteria yang paling kecil tingkat kepentingannya yaitu sebesar 0,74%. Responden berpendapat bahwa tingkat kepentingan dari produktivitas bahan pembantu relatif kecil, akan tetapi juga perlu diukur untuk mengetahui pencapaian produktivitasnya. Penurunan produktivitas terjadi karena banyaknya bahan pembantu yang terbuang ketika proses pengisian larutan sehingga kurang efisien dalam pemakaiannya. Evaluasi Produktivitas Total Evaluasi produktivitas total dilakukan untuk mengetahui nilai produktivitas yang dicapai oleh perusahaan secara keseluruhan pada periode pengukuran tertentu. Penggunaan ukuran produktivitas total dalam evaluasi kinerja menurunkan kemungkinan terjadinya manipulasi bebrapa faktor produksi untuk memperbaiki ukuran produktivitas dari faktorfaktor produksi lainnya. Menurut Nurdin (2004), evaluasi produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu periode waktu, semua faktor yang berkaitan dengan kuantitas
output dan input yang dipakai selama periode tadi diperhitungkan. Evaluasi produktivitas total dapat berdasarkan pada nilai current dan nilai index yang diperoleh dari performance indicator dalam matrix OMAX. Nilai produktivitas yang dicapai oleh perusahaan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Nilai Produktivitas Total yang Dicapai Tahun 2013 Nilai produktivitas total yang dicapai mengalami fluktuatif dari periode yang diukur. Kenaikan dan penurunan pada nilai produktivitas total dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor utama yang berpengaruh adalah ketersediaan bahan baku yang kurang sehingga dapat menghambat kelancaran proses produksi sendiri. Responden berpendapat bahwa ketersediaan bahan baku yang kurang disebabkan karena bahan baku terkena hama saat budidayanya. Selain itu, jarak pengiriman dari tempat budidaya dan factory yang cukup jauh juga membuat kedatangan bahan baku terlambat sehingga membuat tenaga kerja dan jam kerja menjadi delay (menganggur). Faktor lain yang berpengaruh dalam penurunan nilai produktivitas total adalah kriteria kemasan. Terlalu banyak kemasan yang rusak menyebabkan nilai produktivitas total menurun. Hal ini terjadi pada saat proses seaming atau penutupan kaleng. Berdasarkan pengamatan, mesin seamer sering mengalami gangguan yang menyebabkan proses penutupan kaleng yang tidak sempurna. Hal ini perlu adanya perbaikan sehingga kemasan yang digunakan dapat efisien. Identifikasi Permasalahan Produktivitas Identifikasi permasalahan produktivitas merupakan tahapan yang dilakukan setelah evaluasi produktivitas baik secara parsial ataupun total. Identifikasi permasalahan
berguna untuk mengetahui penyebab-penyebab yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan nilai produktivitas. Identifikasi penyebabpenyebab permasalahan tersebut dilakukan dengan membuat diagram sebab akibat atau diagram tulang ikan. Menurut Sugian (2006), manfaat penggunaan diagram sebab akibat adalah membantu menentukan akar penyebab, mendorong partisipasi kelompok, mengidentifikasikan variasi kemungkinan penyebab dan meningkatkan proses pengetahuan.
ini dikarenakan usulan perbaikan diajukan untuk memperbaiki produktivitas pada periode pengolahan berikutnya. Data usulan perbaikan produktivitas dapat dilihat pada Tabel 3. Pencapaian produktivitas yang optimal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi penyebab yang mengakibatkan pemakaian bahan baku yang tidak efisien. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan perawatan dan pengawasan jamur segar pada
Penyebab-penyebab yang dapat menurunkan produktivitas ETIRA antara lain adalah bahan baku, mesin, tenaga kerja, metode dan lingkungan. Penyebab-penyebab tersebut harus segera diatasi agar produktivitas perusahaan dapat meningkat. Diagram tulang ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
saat budidaya agar jamur segar tidak lagi terkena hama sehingga bahan baku yang dihasilkan dapat sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan dan juga bahan baku tidak mengalami keterlambatan. Menurut Halpern (2009) menjelaskan bahwa penggunaan bahan baku yang berkualitas dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Pemanfaatan tenaga kerja yang efisien dapat dilakukan dengan mengadakan training secara rutin sehingga tenaga kerja lebih terlatih dan efisien dalam melakukan pekerjaan di proses produksi. Training dapat dilakukan setiap enam bulan sekali seperti melakukan
Usulan Perbaikan Usulan perbaikan produktivitas perlu dilakukan karena perusahaan masih mengalami pencapaian produktivitas yang fluktuatif. Perbaikan produktivitas dapat diusulkan setelah mengetahui produktivitas yang dicapai oleh perusahaan. Perbaikan dilakukan berdasarkan pada pencapaian produktivitas periode terakhir yang diukur yaitu bulan Desember 2013. Hal
No
1
Kriteria
Rata-rata
Tabel 3. Usulan Perbaikan Produktivitas Usulan Pemborosan perbaikan
Bahan baku 270.449,69 (kg) 2 Tenaga kerja 82 (orang) 3 Jam kerja 14.471,71 (jam kerja orang) 4 Kemasan 1.778.182 (kaleng) 5 Bahan 208.781,37 pembantu (liter) Sumber: Data sekunder diolah (2014)
211.298,76
59.150,93
Performance sebelum perbaikan 1,740
53
29
5738,972
8879,164
10.173,67
4.298,04
32,518
46,256
1.269.226
508.956
0,265
0,371
161.041,46
47.739,91
2,254
2,922
training mengenai Good Manufacturing Practices (GMP), thermal process, HACCP serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Menurut Djiuta (2011), pendidikan yang dimiliki seorang tenaga kerja dapat menambah pengetahuan juga dapat meningkatkan keterampilan (keahlian) tenaga kerja yang mana pada akhirnya meningkatkan produktivitas kerja. Perusahaan juga perlu melakukan motivasi kerja agar tenaga kerja lebih termotivasi dan juga lebih bersemangat dalam proses produksi. Menurut Rahman and Noriszan (2007), peningkatan motivasi kerja merupakan salah satu upaya pendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja. Motivasi sebaiknya diberikan di bagian produksi dan diberikan setiap semester. Penerapan sistem punishment yang tegas kepada pekerja yang melakukan pelanggaran dapat menanggulangi terjadinya pelanggaran di lingkungan kerja. Pencapaian produktivitas yang optimal pada kriteria jam kerja dapat dilakukan dengan cara mengurangi keterlambatan levering yang sering terjadi. Pengawasan yang lebih pada tenaga kerja yang memanen jamur kancing sehingga waktu pemanenan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pencapaian produktivitas yang optimal pada kriteria kemasan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengawasan dan juga perawatan yang rutin setiap seminggu sekali pada mesin seamer sehingga tidak banyak kaleng yang rusak karena kesalahan mesin seamer. Usaha untuk tetap mempertahankan pencapaian produktivitas
Performance setelah perbaikan 2,227
yang optimal pada kriteria kemasan dan jam kerja adalah dengan melakukan perencanaan perawatan mesin yang digunakan terutama mesin seamer. Hal ini disebabkan mesin seamer yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kaleng dan dapat menghentikan waktu produksi ketika kerusakan terjadi. Menurut Supandi (2005), keandalan mesin dan fasilitas produksi merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi serta produk yang dihasilkan. Menurut Wahjudi dkk (2009), agar proses produksi dapat berjalan lancar dapat dengan cara melakukan preventive maintenance terencana untuk mengembalikan kondisi mesin agar tidak sering rusak. Meningkatkan prosedur penanganan kerusakan sederhana dan melatih para operator agar mampu melakukan tindakan perbaikan kerusakan sederhana. Pemborosan dapat terjadi karena pada saat proses braining atau pengisian larutan brine terjadi pengisian larutan yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja yang tidak terlalu memperhatikan kran braining yang terbuka terus meskipun tidak ada kaleng yang berjalan atau pada saat terjadi kemacetan kaleng sehingga banyak bahan pembantu yang terbuang percuma. Perusahaan perlu memanfaatkan bahan pembantu secara efisien dengan cara melakukan pengawasan saat pengisian larutan brine. KESIMPULAN Produktivitas yang dicapai oleh PT. Eka Timur Raya pada tahun 2013 masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pencapaian skor yang masih dibawah skor rata-rata.
Produktivitas parsial tertinggi yang dicapai oleh perusahaan terdapat pada bulan Mei 2013 dengan nilai produktivitas sebesar 4,613, sedangkan produktivitas parsial terendah yang dicapai oleh perusahaan terdapat pada bulan Februari 2013 dengan nilai produktivitas sebesar 1,575. Indeks produktivitas paling besar terjadi pada bulan Maret 2013 yaitu sebesar 146,222% dan indeks produktivitas paling rendah terjadi pada saat bulan Desember 2013 yaitu sebesar -46,592%. Perusahaan dapat mencapai produktivitas yang optimal dengan melakukan perbaikan pada input-input yang digunakan. Untuk menghasilkan output sebanyak 470.595,70 kg diperlukan bahan baku sebanyak 211.298,76 kg jamur segar, pemakaian tenaga kerja sebanyak 53 orang dengan jam kerja selama 10.173,67 jam per bulan, pemakaian kemasan sebanyak 1.269.226 kaleng dan pemakaian bahan pembantu sebanyak 161.041,46 liter. Pencapaian tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan pengawasan pada pemakaian bahan baku, melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja dan juga penjadwalan dan perawatan yang maksimal dan berkala pada mesin yang digunakan dalam proses produksi. SARAN
Perusahaan dapat mengimplementasikan hasil dari penelitian dengan mengkaji lagi saran yang telah diusulkan oleh peneliti sesuai dengan keadaan perusahaan. Perusahaan juga perlu melakukan pengukuran produktivitas secara kontinyu sehingga dapat memanfaatkan pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengukur produktivitas pada semua lini dengan menggunakan model pengukuran produktivitas yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA
Djiuta, P. 2011. Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja (Studi Kasus Industry Songket di Kecamatan Ilir Barat II dan Seberang Ulu II Kota Palembang). Jurnal Ilmiah 3(2): 1-7 Erni, N. 2009. Productivity Measurmente using OMAX and Fuzzy Logic At PT. AMD. Proceeding. ISSN: 1978-774X.
Halpern, L., Miklos, K dan Adam, S. 2009. Imported Inputs and Productivity. Journal of the Hungarian Scientific Research Foundation. Kusminduri, C.D. 2009. Produktivitas Dan Pengukuran Kerja Proses Produksi Medium Dencity Fibreboard (MDF). Jurnal Ilmiah Tekno 6(2):85-96 Leonard, K.C. 2010. Analisa Produktivitas dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) pada Bagian Produksi Potong (Cutting) PT. X. Metris.1(1):41-48 Muhammad, F. 2008. Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Nasution, A.H. 2006. Manajemen Industri. Andi Offset. Yogyakarta Nurdin, R. 2004. Pengukuran dan Analisis Produktivitas Lini Produktivitas PT.XYZ dengan menggunakan Metode Objective Matrix. Makalah. Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto (STTA). Yogyakarta Rahman, A.A and Noriszan, I. 2007. Designing Individual Productivity Measures in Service Sector. Journal of Engineering Engineering 2(3): 50-58 Saddad, N.A. 2013. Analisis Produktivitas Bagian Pengolahan menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara XII Ngrangkah Pawon Kediri Regency). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang Sugian, S. 2006. Kamus Manajemen (Mutu). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Supandi. 2005. Manajemen Perawatan Industri. Ganeca Exact. Bandung Yohanes, A. 2011. Penentuan Strategi untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan di PT. SMS FINANCE menggunakan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Jurnal Dinamika Teknik 5(2):12-20