Analisis Produktivitas di UKM Harum Manis Batu dengan Metode Objective Matrix (OMAX) Productivity Analisys in SMEs of Harum Manis Batu with Objective Matrix (OMAX) Method Mamas Daniyar1)*, Mas’ud Effendi2), Retno Astuti2) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP – Univ. Brawijaya 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, FTP – Univ. Brawijaya * email_korespondensi:
[email protected] 1)
Abstrak Inovasi dodol dilakukan dengan rasa buah apel yang diproduksi oleh Harum Manis. Harum Manis merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) yang bergerak di dua bidang yaitu bidang produksi makanan dan bidang penjualan khas oleh-oleh melalui outlet-outlet. Selama ini, Harum Manis belum pernah melakukan pengukuran produktivitas bagian produksi. Oleh karena itu pengukuran produktivitas bagian produksi perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada. Pengukuran produktivitas ini dilakukan dengan menggunakan metode OMAX (Objective Matrix). Konsep pengukuran metode OMAX dengan menggabungan beberapa kriteria yang mempengaruhi produktivitas kedalam sebuah matriks. Untuk penentuan bobot kepentingan kriteria, metode yang digunakan adalah Pairwise Comparison (Perbandingan Berpasangan). Hasil dari penelitian ini, bahwa tingkat produktivitas parsial dari pencapaian skor masih di bawah rata-rata. Pencapaian skor tertinggi didapatkan pada kriteria jumlah tenaga kerja dengan skor 8 pada bulan Desember, untuk kriteria jam kerja dan energi listrik skor 8 didapatkan pada bulan Mei. Pencapaian skor terendeh didapatkan pada kriteria pemakaian bahan baku di bulan Januari, Febuari, dan Maret yaitu skor 0. Kriteria jam kerja dan energi listrik skor terendah terdapat pada bulan Januari yaitu 0. Nilai indeks tertinggi terdapat pada bulan Febuari sebesar 950% dan nilai indeks terendah dicapai pada bulan Maret sebesar -80,272%. Rencana perbaikan dilakukan dengan meningkatkan pengawasan untuk pemakaian bahan baku, melakukan kontrol pada saat proses produksi, mencari pemasok lain supaya ada pilihan ketika pemasok satunya mengalami kegagalan panen, memberikan jadwal sistem sifh untuk tenaga kerja, memberikan motivasi kepada para pekerja, serta penghematan dalam pemakaian energi listrik. Kata kunci : Objective Matrix, Perbandingan Berpasangan, Produktivitas. Abstract Harum Manis had innovation by producing apples dodol. Harum Manis is a SMEs (small and medium enterprises) which produces specific snacks as gift and sell them in some outlets. Harum Manis had never been measuring its production division. Therefore, Productivity measurement should be carried out to know the effectiveness and efficiency of existing resources usage. OMAX (Objective Matrix) method was used to measure productivity. The productivity measurement concept using OMAX method was combining some criteria which have impact to the productivity, i.e. Pairwise Comparison was used to weight the criteria importance. The result of this research showed that score achievement of partial productivity level was still under average. The highest score for labor criteria was 8 which was achieved in December, whereas the highest score for working hours and electrical criteria was 8 which was achieved in May. The lowest score for raw materials usage criteria was 0 which was achieved in January, February, and March, whereas the lowest score for working hours and electrical criteria was 0 which ware achieved in January. The highest index value was 950% in February and lowest index value was -80,272% in March. The improvement plan were monitoring improvement in raw materials usage, controlling during the production process, looking for other suppliers so that there is an option when the only supplier fail in harvesting, providing a shift schedule system for labor, giving motivation to the workers, as well as saving the energy consumption of electricity. Keywords : Objective Matrix, Pairwise Comparison, and Productivity.
Makanan ini memiliki rasa manis dan gurih, berwarna coklat bertekstur lunak sehingga digolongkan sebagi makanan semi basah. Adanya perkembangan teknologi, inovasi dodol dengan rasa buah apel di produksi oleh Harum Manis.
PENDAHULUAN Dodol merupakan salah satu makanan tradisional yang umumnya dibuat dari campuran antara tepung ketan, gula merah, dan santan kelapa, yang dididihkan sampai kental. 1
Usaha Kecil Menengah (UKM) Harum Manis berdiri sejak tahun 2003, dan berada di Jalan Mojorejo No. 67, Batu. Produk yang dihasilkan terdapat dua jenis makanan oleh-oleh yaitu dodol buah dan wingko. Selama ini, Harum Manis belum pernah melakukan pengukuran produktivitas bagian produksi. Oleh karena itu pengukuran produktivitas perlu dilakukan di Harum Manis untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya yang ada. Produktivitas yang tinggi akan menciptakan efisiensi dalam kegiatan operasional perusahaan, yang mana tingkat produktivitas itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kinerja pegawai perusahaan tersebut (Pribadiyono, 2006). Pengukuran produktivitas ini dilakukan dengan menggunakan metode OMAX (Objective Matrix). Konsep pengukuran metode OMAX dengan menggabungan beberapa kriteria yang mempengaruhi produktivitas kedalam sebuah matriks. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah Objective Matrix (OMAX). OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas dari tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Irsyadi, 2005). Untuk penentuan bobot kepentingan kriteria, metode yang digunakan adalah Pairwise Comparison (Perbandingan Berpasangan).
jam kerja, dan produktivitas pemakaian energi listrik. 4. Kriteria bahan baku yang digunakan hanya bahan baku utama (Buah Apel) 5. Kriteria energi listrik diasumsikan, bahwa energi listrik yang digunakan dalam proses produksi adalah mesin adonan dan 2 buah kipas angin. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan produktivitas perusahaan. 2. Dokumentasi, mempelajari dan mencatat informasi yang diperoleh dari perusahaan dan dokumen lainnya untuk menunjang perolehan data di lapangan. 3. Kuesioner, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada pihak yang memahami permasalahan yang dibahas. Data yang dibutuhkan dalam pengukuran produktivitas terdapat data input dan data output, data tersebut terdiri dari : a. Data jumlah pemakaian bahan baku utama, yaitu banyaknya tepung ketan yang digunakan pada proses produksi (kg/bulan). b. Data jam kerja yang terpakai, yaitu banyaknya jam kerja yang digunakan setiap kali produksi (jam/bulan). c. Data jumlah tenaga kerja, yaitu jumlah tenaga kerja saat proses produksi di jumlahkan dengan setiap kali proses produksi dalam satu bulan, bukan jumlah tenaga kerja tetap UKM (orang/bulan). d. Data jumlah energi, yaitu banyaknya energi listrik yang digunakan pada proses produksi (kwh/bulan). e. Jumlah produk yang dihasilkan adalah banyaknya dodol sesuai standar perusahaan yang dihasilkan setiap bulan (kg).
BAHAN DAN METODE Batasan Masalah dan Asumsi Mengingat masalah yang timbul akan sangat luas maka perlu adanya batasan masalah supaya dapat mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah tersebut adalah : 1. Pada penelitian ini tidak membahas aspek biaya untuk pengolahan data. 2. Data penelitian produktivitas yang diukur pada bulan Januari 2013 − Desember 2013. 3. Kriteria pengukuran produktivitas yang digunakan adalah produktivitas pemakaian bahan baku, produktivitas pemakaian jumlah tenaga kerja, produktivitas pemakaian
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah sistematis yang ditempuh untuk mengungkapkan data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian. Langkah-langkah
2
dalam penelitian ini secara singkat disajikan pada Gambar 1.
Keterangan : = Rata – rata rasio tiap kriteria n = Jumlah data xi = Rasio tiap kriteria 4. Penentuan Nilai Produktivitas Tertinggi (Skor 10) atau Batas Kendali Atas . i n
( ) 100
( )
(CL) Confident Level = 100% x DA
(9)
D
Keterangan : BKA = Batas Kendali Atas = Rata – rata rasio tiap kriteria n = Jumlah data = Standar Deviasi k = Konstanta k 1, bila nilai CL erle a pada 0 ≤ CL ≤ 68 k = 2, bila nilai CL terletak pada 68 % < CL ≤ 95 k = 3, bila nilai CL terletak pada 95 % < CL ≤ 99 5. Penentuan Nilai Produktivitas Terendah (Skor 0) atau Batas Kendali Bawah –
BKB
.
(10)
6. Penentuan Produktivitas Realistis (skor 1 – 2 dan skor 4-9) ala 1 2
Gambar 1. Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian
ala
Analisis Data 1. Penetapan Kriteria, pada penelitian ini kriteria yang akan diukur adalah 4 kriteria. 2. Perhitungan Rasio Performance
9
aa
a a le el 3 Le el 0 3–0 (Le el 10) a a ra a Le el 3 10 – 3
(
)
(
)
7. Penentuan Score, Weight dan Value 8. Penentuan Performance Indicator 100
13
pr du ( ) Jumla ba an ba u ( ) HASIL DAN PEMBAHASAN pr du ( ) Jumla am er a erpa ai Sejarah dan Gambaran Umum UKM pr du Usaha Kecil Menengah (UKM) Harum ( ) Jumla ena a er a Manis berdiri sejak tahun 2003, dan berada di
ri eria ri eria ri eria
pr du Jumla ener i lis ri
ri eria
( ) Jalan Mojorejo No. 67, Batu. Pertama kali
berdiri, Harum Manis hanya sebuah outlet penjualan makanan khas oleh-oleh batu dan berbagai makanan tradisional daerah antara lain dari Kediri, Yogyakarta, dan Solo. Selama berjalannya waktu, Harum Manis mengalami
3. Penentuan Nilai Produktivitas Rata – Rata =
1 n
∑ni 1 i
(5)
3
perkembangan, sehingga pada tahun 2012 Harum Manis dapat memproduksi makanan oleh-oleh khas Batu berupa dodol apel dan memproduksi wingko apel. Harum Manis dapat dikatakan bergerak di dua bidang yaitu bidang produksi makanan dan bidang penjualan khas oleh-oleh melalui outlet-outlet. Harum Manis mempunyai struktur organisasi yang manajer utamanya dibawahi langsung oleh pemilik UKM. Manajer utama memimpin tiga kepala bagian, tiga kepala bagian tersebut yaitu kepala HRD (Humen Resource Development), kepala RND (Research and Development), dan kepala Marketing. Untuk RND memimpin 5 staff bagian produksi yang akan memproduksi dodol apel dan wingko apel. Jadwal proses produksi untuk produk dodol apel tidak ada ketepatan yang pasti selama satu bulan, jadwal produksi ditetapkan untuk tiap minggunya dengan mempertimbangkan produk yang masih tersedia. Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi dodol apel adalah buah apel. Pemesanan bahan baku dari pemasok dilakukan saat lima hari sebelum proses produksi, dan bahan baku datang saat proses produksi. Setelah itu bahan baku dikupas secara menual dan di potong kotak kecil-kecil oleh tenaga kerja, lalu dimasukkan kedalam mesin adonan dan dimasak untuk dijadikan dodol apel.
Tabel 1. Nilai Performance Tiap Kriteria Bulan
Bahan baku (kg/kg)
Januari
0,478
Jumlah tenaga kerja (kg/orang) 4,884
Febuari
0,445
7,170
4,097
Maret April
0,470 0,632
4,652 5,780
3,323 3,853
Mei
0,668
7,308
4,176
Juni Juli
0,676 0,745
7,725 9,192
3,626 3,939
Agustus September Oktober November Desember
0,732 0,735 0,728 0,624 0,719
3,942 6,506 8,499 8,498 9,960
3,660 3,718 3,642 3,642 3,735
Jam kerja (kg/jam) 3,070
Energi listrik (kg/ Kwh) 2.336 3.117 2.528 2.932 3.177 2.759 2.997 2.785 2.829 2.771 2.771 2.842
Sumber: Data sekunder diolah (2014) Penentuan Weight Setiap kriteria yang digunakan memiliki tingkat kepentingan yang berbeda sehingga perlu dilakukan pembobotan (weight) pada setiap kriteria. Pembobotan ini didapatkan dari pingisian kuesioner oleh pakar Harum Manis. Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan berpasangan pada pembobotan kriteria pr du i i as diper le nilai C ≤ 0,1 yai u 0,016. Hal ini berarti hasil nilai pembobotan tersebut konsisten. Tabel 2. Hasil Pembobotan Tiap Kriteria Produktivitas No Kriteria Produktivitas Bobot 1 Bobot Bahan Baku 0.362 2 Bobot Jumlah Tenaga Kerja 0.308 3 Bobot Jam Kerja (man hour) 0.138 4 Bobot Energi Listrik 0.192 Jumlah 1 Sumber: Data primer diolah (2014)
Penentuan Performance Performance adalah nilai rasio yang didapatkan dari output tiap bulan dibagi dengan input tiap kriteria. Nilai performance menunjukkan banyaknya jumlah produk yang dihasilkan dari setiap satuan sumber daya yang digunakan. Nilai performance digunakan sebagai penentuan skor OMAX dalam tiap bulan. Nilai performance tiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 1.
Tingkat Score Pencapaian Produktivitas Tingkatan score merupakan nilai tingkatan produktivitas yang dicapai oleh setiap kriteria dan setiap periodenya (bulan), dimana skala score dimulai dari 0 sampai 10.
4
Tabel 3. Hasil Score Produktivitas Kriteria Periode
Bahan Baku
Jumlah Tenaga Kerja
Jam Kerja
Energi Listrik
Januari
0
1
0
0
Februari
0
3
7
7
Maret
0
1
1
1
April
2
1
4
4
Mei
3
3
8
8
Juni
4
4
2
2
Juli
6
7
5
5
Agustus
6
0
2
2
September
6
2
3
3
Oktober
5
5
2
2
November
2
5
2
2
Desember
5
8
3
3
Keseluruan bulan lainya UKM bisa dikatakan belum mampu memanfaatkan pemakaian bahan baku secara optimal. Hal ini disebabkan karena ketidaksesuain kualitas bahan baku yang diterima oleh perusahaan, seperti bahan baku buah apel terdapat lubanglubang atau bercak-bercak yang berada pada kulit buah. Bahan baku yang kualitasnya rendah akan mempengaruhi proses pengupasan yang menjadi lama dan terjadi banyak pembuangan daging buah. Dalam proses produksi yang kurang menerapkan material handling, sehingga bahan baku banyak yang berjatuhan ke lantai. Kriteria Pemakaian Jumlah Tenaga Kerja Skor tertinggi didapatkan pada bulan Desember dengan nilai skor 8 karena pada bulan Desember tenaga kerja mendapatkan motivasi dari manager berupa tambahan upah jika tenaga kerja menghasilkan produk lebih banyak. Motivasi dari manager mampu merubah tenaga kerja lebih semangat dan disiplin yang menghasilkan produk 209,16 kg dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 21 orang. Untuk bulan lainya, yang tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata dapat disebabkan tenaga kerja yang digunakan terlalu banyak tidak sebanding dengan bahan baku yang diproses sehingga tenaga kerja tidak bekerja dengan efisien. Pemakaian tenaga kerja yang kurang efisien juga disebabkan kualitas bahan baku yang rendah sehingga saat proses pengupasan membutuhkan tenaga kerja banyak.
Sumber: Data primer diolah (2014)
Evaluasi Produktivitas Parsial Kriteria Pemakaian Bahan Baku Pecapaian skor tertinggi (skor 10) menunjukan produktivitas yang paling baik dan tingkat produktivitas yang diinginkan oleh perusahaan. Pada kriteria bahan baku, nilai skor 6 merupakan skor tertinggi yang dicapai UKM Harum Manis dan didapatkan pada bulan Juli, Agustus, dan September sehingga masih banyak skor yang didapatkan di bawah skor 6 dan di bawah skor rata-rata di bulan lainya. Pada bulan Juli produk dodol yang dihasilkan sebesar 137,88 kg dengan bahan baku 185 kg, bulan Agustus produk dodol yang dihasilkan sebesar 102,48 kg dengan bahan baku 140 kg dan bulan September produk dodol yang dihasilkan sebesar 130,12 kg dengan bahan baku 177 kg. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat efisiensi pemakaian bahan baku yang baik hanya di bulan Juli, Agustus, dan September karena pada bulan tersebut hasil panen buah apel dari pemasok sangat baik sehingga pemasok bisa menyediakan bahan baku dengan kualitas baik. Bahan baku yang kualitasnya baik akan mempengaruhi pada proses pengupasan yang efisien.
Kriteria Pemakaian Jam Kerja Nilai skor tertinggi didapatkan pada bulan Mei dengan nilai skor sebesar 8. Hal ini menunjukkan nilai produktivitas yang baik dari pada bulan lainya. Pada bulan Mei, pemakaian jam kerja sebanyak 28 jam merupakan jam kerja yang efisien untuk menghasilkan produk sebanyak 116,92 kg dengan bahan baku 175 kg, sehingga tenaga kerja bisa dikatakan sangat disiplin pada saat proses produksi dodol. Kedisiplinan tenaga kerja dikarenakan HRD memantau langsung ke lokasi produksi. Untuk bulan lainya yang tingkat produktivitasnya masih di bawah rata-rata menunjukkan 5
ketidakefisienan dalam pemakaian jam kerja. Hal ini disebabkan kurangnya kedisiplinan dan pengawasan terhadap tenaga kerja tersebut, seperti saat proses produksi berjalan dengan tanpa ada pengawasan dari HRD maka tenaga kerja akan bekerja dengan santai, yang membuat kedisiplinan tenaga kerja berkurang. Pemakaian jam kerja yang kurang efisien juga disebabkan karena kualitas bahan baku rendah seperti terdapat lubang pada kulit buah sehingga tenaga kerja membutuhkan jam kerja yang banyak dan tenaga kerja mengalami kelelahan.
Peningkatan dan penurunan indeks produktivitas total ditunjukkan pada Gambar 2.
Kriteria Pemakaian Energi Listrik Kriteria pemakaian energi listrik, tingkat kepentingan terhadap produktivitas sebesar 19,2%. Nilai bobot kepentingan ini tidak sebesar nilai bobot kepentingan kriteria yang lain terhadap tingkat produktivitas, tetapi energi listrik juga dapat mempengaruhi tingkat prduktivitas bagian proses produksi UKM Harum Manis. Pencapaian produktivitas tertingi pada bulan Mei dengan nilai skor 8. Pada bulan Mei energi listrik yang digunakan sebesar 36,8 Kwh dan menghasilkan produk sebesar 116,92 kg produk dodol, sehingga energi listrik yang digunakan dalam mesin adonan sangat efisien. Hal ini disebabkan pada bulan Mei kapasitas bahan baku yang masuk mesin adonan sesuai dengan energi listrik yang digunakan untuk mesin adonan. Pencapaian produktivitas juga masih ada yang di bawah rata-rata yang menunjukkan ketidakefisienan dalam pemakaian energi listrik. Hal ini disebabkan energi listrik yang digunakan mesin adonan tidak sesuai dengan kapasitas bahan baku yang dibuat adonan. Faktor lain yang mempengaruhi ketidakefisienan pemakaian energi listrik adalah kedisiplinan tenaga kerja dalam proses menjalankan mesin adonan.
Gambar 2. Grafik Nilai Indeks Produktivitas UKM Harum Manis Batu Tahun 2013
Index Produktivitas (100%)
1200 1000
950
800 600 400 268.966
200 0
0 Jan Feb
97.664 97.368 69.5489 33.336.104 -27.123 -28.132 -57 Mar -80.272 Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des
-200
Periode (Bulan)
Identifikasi Permasalahan Produktivitas Pada tahapan evaluasi produktivitas, dilakukan pula identifikasi permasalahan produktivitas untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab rendahnya pencapaian produktivitas perusahaan selama periode pengukuran saat ini. Identifikasi dilakukan dengan menerapkan model fishbone diagram. Identifikasi permasalahan dilakukan dengan wawancara kepada kepala RND UKM Harum Manis. Menurut Bintang (2005), berkaitan dengan performansi karyawan, diagram ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) penurunan (akibat) yang di sebabkan oleh faktor-faktor penyebab tersebut. Material Kualitas Bahan Baku Rendah Produktivitas Suhu ruangan
Rendah
Terlalu lelah
panas Kurangnya motivasi Lingkungan
Kurangnya sikap disiplin
Manusia
Evaluasi Produktivitas Total Evaluasi produktivitas total ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat produktivitas total yang dicapai perusahaan. Evaluasi produktivitas total dilkakukan dengan melihat nilai indeks produktivitas pada performance indicator dalam matrix OMAX.
Gambar 1.3. Diagram Fishbone Penyebab Rendahnya Produktivitas pada Bagian Produksi Dodol Pada faktor manusia, penyebab rendahnya produktivitas karena kurangnya motivasi yang diberikan terhadap keseluruan tenaga kerja, 6
seperti ketidak tahuan tenaga terhadap pentingnya produktivitas di proses produksi. Rendahnya disiplin juga menjadi penyebab rendahnya produktivitas di Harum Manis, seperti tindakan atasan kurang professional terhadap bawahan sehingga bawahan kurang menerapkan kedisiplinan. Tenaga kerja yang jam kerjanya banyak dapat mengakibatkan kelelahan dalam bekerja. Menurut Suprayitno (2007), disiplin adalah sikap dari individu atau kelompok yang mencerminkan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku di dalam suatu organisasi. Sedangkan pengertian disiplin kerja dapat dikatakan sebagai sikap dari seseorang atau kelompok yang taat dan patuh terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku, dalam melakukan tugas dan kewajibannya pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan. Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya produktivitas adalah lingkungan. Ketidaknyamanan lingkungan yang terjadi di bagian produksi dodol karena kipas angin pada ruang produksi sedikit sehingga kondisi ruangan menjadi panas mencapai suhu antara 30°C. Hal ini dapat menghambat kinerja dari karyawan tersebut. Menurut Sudarmayanti (2009), mengatakan bahwa lingkungan kerja karyawan dengan adanya pertukaran udara yang cukup akan menyebabkan kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan menurunkan semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan. Menurut Sujudi (2002), lingkungan kerja yang baik yaitu memiliki penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan dan suhu berada pada 18°-28° C.
Tabel 1.4. Usulan Perbaikan Produktivitas No 1 2
3 4
Kriteria Bahan Baku (kg) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Jam Kerja (jam) Energi Listrik (kwh)
Jumlah Usulan Perbaikan
Pembor osan
224.417
164,026
60,39
21
14
7
37,917
32,576
5,341
49,833
42,816
7,017
RataRata
Sumber: Data primer diolah (2014) Produktivitas Pemakaian Bahan Baku Berdasarkan Tabel 4.9, untuk menghasilkan produk sebanyak 139,75 kg per bulan diperlukan 164,026 kg bahan baku buah apel. Rata-rata pemakaian bahan baku pada periode Januari - Desember 2013 sebanyak 224,417 kg untuk menghasilkan produk sebanyak 139,75 kg. Dengan demikian bahan baku yang tidak dimanfaatkan secara efisien atau pemborosan bahan baku yang terbuang adalah sebesar 60,39 kg dari pemakaian bahan baku yang optimal. Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengawasan untuk pemakaian bahan baku, melakukan kontrol pada saat proses produksi, dan kualitas bahan baku harus baik. Cara lain yang bisa dilakukan dengan mencari pemasok lain supaya ada pilihan ketika pemasok satunya mengalami kegagalan panen. 2. Produktivitas Pemakaian Jumlah Tenaga Kerja Perbaikan produktivitas pada pemakaian jumlah tenaga kerja dengan mengefesienkan tenaga kerja yang ada untuk mendapatkan produktivitas skor 10. Sesunguhnya dalam menghasilkan produk sebesar 139,75 kg per bulan membutuhkan tenaga kerja sebesar 14 orang. Rata-rata pemakaian jumlah tenaga kerja pada periode Januari-Desember 2013 sebanyak 21 orang untuk menghasilkan produk sebanyak 139,75 kg, dengan demikian tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan secara efisien atau
Usulan Perbaikan Produktivitas Usulan perbaikan diajukan untuk memperbaiki produktivitas pada periode berikutnya. Perbaikan produktivitas untuk periode berikutnya sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi UKM. Oleh karena itu pengukuran produktivitas harus dilakukan secara kontinyu. Data usulan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4
7
pemborosan tenaga kerja sebesar 7 orang dari pemakaian yang optimal. Untuk mengefisienkan pemakaian tenaga kerja dalam menghasilkan output, maka UKM Harum Manis harus mengurangi penyebab pemakaian tenaga kerja yang tidak efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan jadwal dengan sistem sihf untuk libur tenaga kerja, sehingga tidak terjadi pemborosan tenaga kerja.
bahan baku pada periode Januari-Desember 2013. Pemborosan yang terjadi adalah sebesar 7,017 Kwh dari pemakaian energi listrik yang optimal. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dalam pemakaian energi listrik adalah mengefisienkan penggunaan energi dengan menerapkan kerjasama antar tenaga kerja untuk saling mengingatkan bila terjadi pemborosan energi listrik. Pengawasan terhadap tenaga kerja dalam melakukan proses produksi dengan seefisien mungkin dalam menggunakan energi juga sangat penting. Pengawas harus dapat memberikan pengertian terhadap para pekerja dalam usaha pemanfaatan energi listrik dengan maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinungan (2009), bahwa salah satu faktor produktivitas yang perlu dipertimbangkan adalah pelaksanaan produksi. Jika pengawasan terhadap produksi (penggunaan energi) terus-menerus dilakukan, maka pelaksanaan produksi akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Apabila pengunaan mesin adonan dilakukan dengan baik, bahan baku yang digunakan baik, kemampuan karyawan meningkat maka dapat menjadi faktor pendukung penghematan penggunaan listrik.
Produktivitas Pemakaian Jam Kerja Jumlah usulan perbaikan jam kerja yang digunakan perusahaan sebesar 32,576 jam. Jumlah tersebut lebih sedikit dari pada rata-rata pemakaian jam kerja yang digunakan perusahaan pada periode 2013. Pemborosan jam kerja yang tidak dimanfaatkan secara efisien atau pemborosan yang terjadi adalah sebesar 5,431 jam dari pemakaian jam kerja yang optimal. Pemborosan pemakaian jam kerja disebabkan karena ketidakdisiplinan karyawan dalam bekerja. Karyawan masih ada yang sering terlambat pada saat bekerja. Pemborosan juga bisa disebabkan karena kurangnya motivasi pada karyawan, sehingga para karyawan tidak semangat dalam bekerja. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas jam kerja adalah dengan memotivasi serta pengawasan yang ketat para pekerja untuk memanfaatkan jam kerja secara efektif. Menurut Mathis (2006), dengan pemberian motivasi dimaksudkan dapat meningkatkan semangat dan dorongan kepada karyawan yang bersangkutan agar karyawan tersebut bekerja dengan segala upayanya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk peningkatan motivasi kerja dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang baik, pemberian jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, dan pelatihan kerja (Sinungan, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisis data, produktivitas parsial dari semua kriteria pencapaian skor masih di bawah rata-rata. Pencapaian skor tertinggi didapatkan pada kriteria jumlah tenaga kerja dengan skor 8 pada bulan Desember, untuk kriteria jam kerja dan energi listrik skor 8 didapatkan pada bulan Mei. Pencapaian skor terendeh didapatkan pada kriteria pemakaian bahan baku di bulan Januari, Febuari, dan Maret yaitu skor 0. Kriteria jam kerja dan energi listrik skor terendah terdapat pada bulan Januari yaitu 0. Produktivitas total dilihat dari nilai indeks selama pengukuran periode 2013. Nilai indeks tertinggi terdapat pada bulan Febuari sebesar 950% dan nilai
Produktivitas Pemakaian Energi Listrik Untuk menghasilkan produk sebanyak 139,75 kg per bulan diperlukan 49,833 Kwh energi listrik. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata pemakaian 8
indeks terendah dicapai pada bulan Maret sebesar -80,272%. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengawasan untuk pemakaian bahan baku, melakukan kontrol pada saat proses produksi, mencari pemasok lain supaya ada pilihan ketika pemasok satunya mengalami kegagalan panen, memberikan jadwal sistem sifh untuk tenaga kerja, memberikan motivasi kepada para pekerja, serta penghematan dalam pemakaian energi listrik.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002. Suprayetno. 2007. Pengaruh Disiplin Kerja, Lingkungan Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal manajemen sumberdaya manusia. Vol. 2. No. 1. Hal. 23-24.
Saran Bagi Perusahaan 1. Mengimplementasikan hasil penelitian dengan mengkaji lebih lanjut saran yang telah diusulkan oleh peneliti disesuaikan dengan keadaan di perusahaan. 2. Perusahaan perlu melakukan pengukuran produktivitas secara kontinyu. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu kriteria tambahan untuk meningkatkan produktivitas lebih banyak misalnya kriteria rendemen yang didapat dan bahan bakar yang digunakan. Daftar Pustaka Bintang, M. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Performansi Karyawan. Jurnal Sistem Teknik Industri Vol. 6. No. 3. Hal. 13-14. Irsyadi, F. 2005. Pengukuran Produktivitas Mesin Kertas dengan Pendekatan Metode Objective Matrix Serta Perbaikan Produktivitas dengan Menggunakan Metode Analyical Hierarchy Process di PT Kertas Padalarang (Persero). Tugas Akhir Program Sarjana, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer. UNIKOM. Bandung. Mathis R.L dan Jackson J. H. 2006. Human Resoursce Management, Tenth Edition. South-Western. Pribadiyono, 2006. Aplikasi Sistem Pengukuran Produktivitas Kaitanya Dengan Penguaphan. Jurnal teknik industri. Vol. 8. No. 2. Hal. 114-121. Sinungan, M. 2009. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta. Sujudi, A. 2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri. Keputusan Menteri 9