ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN JEPARA TAHUN 2011 OLEH : TEGUH PAMUJI TRI NH* ABSTRAKSI Perlunya mengetahui potensi ekonomi suatu daerah, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Untuk itu penelitian ini ingin menganalisis potensi ekonomi di Kabupaten Jepara. Mengingat Kabupaten Jepara dijadikan wilayah andalah Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2002-2018. Dengan melihat potensi ekonomi tersebut, maka dapat dijadikan peluang investasi yang bisa ditawarkan oleh Investor. Kata Kunci : Potensi Ekonomi, Analisis LQ, Tipologi Klassen
1. Latar Belakang Berlakunya
otonomi
pembangunan
daerah
daerah
yang
paling
ini
adalah
dewasa
penting
bagi
meningkatnya
motivasi antardaerah, mengaktualisasikan diri sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
melalui
dengan
mengembangkan
bersandarkan memanfaatkan
pemberdayaan
potensi
ekonomi
kegiatan-kegiatan
kepada
ekonomi
yang
daerah
dan
kekuatan-kekuatan
peluang-peluang
lokal
yang
ada
untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial yaitu kemakmuran dan keadilan. Kebijakan ini perlu memandang kedudukan daerah lain sebagai”
pesaing”
dihasilkan,
terhadap
sebaliknya
juga
barang dapat
dan
jasa
berperan
yang
sebagai
“partner” usaha untuk mengembangkan berbagai komoditi andalan terutama berkaitan dengan pasaran luar negeri (Gupa
1220
and
Choudry,
1997
dalam
Fashbir
Noor
Sidin,
2001). Apabila dihubungkan dengan globalisasi melalui kebijakan “ pasar bebas “ yang negara
membuka
pintunya
mengharuskan setiap
kepada
berbagai
barang
dan
jasa yang ditawarkan oleh negara lain ( Berry Conkling and
Ray,
1997
dalam
Fashbir
Membiarkan
masing-masing
akan
halnya
sama
Noor
daerah
menyerahkan
Sidin,
untuk
2001)
berkompetisi
pembangunan
ekonomi
secara nasional pada mekanisme pasar yang secara nyata telah
menempatkan
jurang
pada
ketidakmerataan
ekonomi
akan
situasi
semakin
antardaerah,
menumpuk
di
melebarnya
karena
tempattempat
kegiatan
dan
daerah
tertentu, sedangkan tempat-tempat atau daerah lainnya akan semakin ketinggalan. Memusatnya ekspansi ekonomi di
suatu
daerah
dapat
disebabkan
karena
letak
geografis, kondisi dan situasi alamiah yang ada, dan sebagainya. pengaruh
Ekspansi
yang
suatu
merugikan
daerah
bagi
karena tenaga kerja dan modal akan
pindah
ke
daerah
yang
akan
mempunyai
daerah-daerah
lain,
perdagangan yang ada melakukan
ekspansi
tersebut. Khususnya perpindahan tenaga kerja, biasanya bersifat selektif, akibatnya migrasi itu sendiri pun cenderung mengalami
untuk
menguntungkan
ekspansi
daerah-daerah
lain
ekonomi (back
daerah-daerah
tersebut
wash
dan
effect)
yang
merugikan
(Myrdal
1957
dalam Lincolin Arsyad, 1999). Salah
satu
kebijakan
mempersempit diterapkannya
yang
disparitas kebijakan
diambil
pemerintah
antardaerah
pembangunan
daerah
untuk adalah
melalui
konsep kawasan andalan, yang berdasarkan potensi yang
1221
dimiliki daerah. Dengan kebijakan tersebut diharapkan terjadi keseimbangan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan menutup
perkapita
atau
paling
antarwilayah, tidak
sehingga
mempersempit
gap
dapat antara
perkembangan ekonomi daerah jawa dan luar jawa, dan antara KBI dan KTI (Kuncoro, 2002. Kunci keberhasilan pembangunan daerah dalam mencapai sasaran pembangunan adalah koordinasi dan keterpaduan, baik
itu
daerah,
keterpaduan
antarsektor,
antarkabupaten/
kota
antarsektor
dalam
provinsi,
dan serta
antarprovinsi dan kabupaten/ kota. Dengan keterpaduan tersebut,
berarti
akan
terjadi
kesamaan
pandangan,
saling isi dan tidak tumpang tindih antara program pembangunan Adapun
daerah
tujuan
satu
dengan
pembangunan
terwujudnya
kesejahteraan
tersedianya
lapangan
daerah
yang
diharapkan
masyarakat
berusaha,
yang
lain. adalah
secara
adil,
menurunnya
angka
pengangguran dan angka kemiskinan. Provinsi Jawa Tengah dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 20032018 menetapkan daerah-daerah yang dijadikan kawasan andalan di Jawa Tengah sebagai berikut: 1. Cilacap dan sekitarnya 2. Kebumen dan sekitarnya 3. Borobudur dan sekitarnya, 4.
SUBOSUKAWONOSRATEN
(Surakarta,
Boyolali,
Karanganyar, Sragen dan Klaten), 5. WANARAKUTI (Juwana, Jepara, Kudus dan Pati),
1222
Sukoharjo,
6.
KEDUNGSEPUR
(Kendal,
Demak,
Ungaran,
Salatiga,
Semarang dan Purwodadi), 7. BREGAS (Brebes, Tegal dan Slawi). 8. Pekalongan dan sekitarnya Mengingat Kabupaten Jepara ditetapkan sebagai kawasan andalan di Jawa Tengah, maka Kabupaten Jepara perlu menggali sector potensi yang bisa dikembangkan supaya Kabupaten Jepara bisa menjadi tujuan berinvestasi.
2. Masalah Apa
saja
potensi
berinvestasi
di
ekonomiyang
Kabupaten
bisa
Jepara
dijadikan sebagai
peuang
slah
satu
tempat yang dijadikan kawasan andalan di Jawa Tengah.
3. Tujuan Dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi ekonomi yang bisa dijadikan peluang untuk berinvestasi di Kabupaten Pekalongan Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan di dalam pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki oleh
Kabupaten
Jepara
yang
dapat
menjadi
pilihan
investor untuk berinvestasi di Kabupaten ini.
4. Tinjauan Pustaka 4.1. Teori Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Salah satu aspek pembangunan wilayah (regional) adalah pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur. Perubahan
1223
struktur ekonomi dapat berupa peralihan dari kegiatan perekonomian ke nonpertanian, dari industri ke jasa, perubahan
dalam
skala
unit-unit
perubahan
status
kerja
buruh.
Karena
itu
(regional)
sangat
tepat
pembangunan
wilayah
produksi,
serta konsep bila
didukung dengan teori pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi,
pusat
Rahardjo
pertumbuhandan
Adisasmita
teori
(2005),
spesialisasi.
menyatakan
bahwa
Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi
modal,
transportasi
prasarana
dan
dan
sarana
komunikasi,
tehnologi,
situasi
ekonomi
wilayah,
kemampuan
pembangunan,
komposisi
dan
industri,
perdagangan
pendanaan
dan
antar
pembiayaan
pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas. Terdapat pula beberapa
teori
penting
lainnya
mengenai
pembangunan
ekonomi wilayah (regional) diantaranya menurut aliran Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan karena faktor kemajuan tehnologi dan perkembangan jumlah penduduk. 4.2. Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga
akan
penghidupan perekonomian berkembang (Soeparmoko,
1224
terus
rakyat
setempat
daerah dengan 2002).
berkembang bahkan
secara
sendirinya Telah
menjadi dapat
sumber menolong
keseluruhan dan
diketahui
untuk
berkesinambungan bersama
bahwa
tujuan
pembangunan
peningkatan
ekonomi
pendapatan
pada
riel
umumnya
perkapita
adalah
serta
adanya
unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan
berusaha.
Dengan
mengetahui
tujuan
dan
sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
suatu
potensi
yang
daerah,
ada
akan
maka
strategi
lebih
terarah
pengembangan dan
strategi
tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut. dapat
Oleh
dijadikan
pengembangan
karena
itu
langkah-langkah
berikut
acuan
dalam
mempersiapkan
strategi
potensi
yang
ada
didaerah,
sebagai
berikut : 1.
Mengidentifikasi mempunyai
sektor-sektor
potensi
memperhatikan
untuk
kekuatan
dan
kegiatan
mana
dikembangkan kelemahan
yang dengan
masing-masing
sektor 2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk
dikembangkan
penyebab
rendahnya
serta potensi
mencari sektor
faktor-faktor tersebut
untuk
dikembangkan. 3. Mengidentifikasi sumberdaya (faktor-faktor produksi) yang
ada
termasuk
sumberdaya
manusianya
yang
siap
digunakan untuk mendukung perkembangan setiap sektor yang bersangkutan. 4. Dengan model pembobotan terhadap variabel - variabel kekuatan dan kelemahan untuk setiap sektor dan subsektor, maka akan ditemukan sektor-sektor andalan yang
1225
selanjutnya
dianggap
sebagai
potensi
ekonomi
yang
patut dikembangkan di daerah yang bersangkutan. 5.
Menentukan pengembangan
strategi
yang
sektor-sektor
akan
ditempuh
andalan
yang
untuk
diharapkan
dapat menarik sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya (self
propelling)
secara
berkelanjutan
(sustainable
development. 4.3. Sektor Potensial Dalam Pengembangan Wilayah Persoalan terletak
pokok pada
dalam
pembangunan
sumberdaya
dan
daerah
potensi
yang
sering dimiliki
guna menciptakan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada kerjasama Pemerintah dan masyarakat untuk dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang tersedia dalam
daerah
dan
diperlukan
sebagai
kekuatan
untuk
pembangunan perekonomian wilayah. Pengembangan wilayah diartikan
sebagai
semua
upaya
yang
dilakukan
untuk
menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan seluruh
pembangunan
bagian
dalam
wilayah.
semua
sektor
Pertumbuhan
dan
ekonomi
pada dapat
terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor
perekonomian,
tertentu Disebutkan
dan
pada
juga
sektor-sektor meningkatkan
tetapi
sektor-sektor
bahwa utama
hanya
titik-titik
tertentu
investasi diprioritaskan yang
pendapatan
berpotensi
wilayah
relatif singkat (Glasson, 1990).
1226
pada
dalam
pula. pada
dan
dapat
jangka
waktu
Dari
definisi
tersebut
diatas
dimaksudkan
bahwa
wilayah yang memiliki potensi berkembang lebih besar akan
berkembang
lebih
pesat,
kemudian
pengembangan
wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi
sektor
yang
memiliki
potensi
berkembang
lebih
besar cenderung dikembangkan lebih awal yang kemudian diikuti
oleh
perkembangan
sektor
lain
yang
kurang
potensial. Dalam pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektorsektor perekonomian yang potensi berkembangnya cukup besar. Karena
sektor
berkembang lain
ini
pesat
yang
diharapkan
yang
terkait
akan untuk
dapat
tumbuh
merangsang
dan
sektor-sektor
berkembang
mengimbangi
perkembangan sektor potensial tersebut. Perkembangan
ekonomi
suatu
wilayah
membangun
suatu
aktivitas perekonomian yang mampu tumbuh dengan pesat dan
memiliki
keterkaitan
yang
tinggi
dengan
sektor
lain sehingga membentuk forward linkage dan backward linkage. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut
akan
mendorong
ekonomi
lainnya
langsung
sektor
yang
polarisasi
pada
perekonomian
akhirnya lainnya
dari
unit-unit
secara akan
tidak
mengalami
perkembangan. Jadi
disimpulkan
ekonomi
potensial
bahwa dapat
pengembangan menciptakan
suatu peluang
sektor bagi
berkembangnya sektor lain yang terkait, baik sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari
1227
meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor potensial yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal inilah yang memungkinkan pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah awal dalam pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah secara keseluruhan. 4.4. Teori Basis Ekonomi Dalam perekonomian regional terdapat kegiatan-kegiatan basis
dan
Glasson
kegiatankegiatan
(1990)
kegiatan
bukan
basis.
kegiatan
Menurut
Basis
(Basic
activities) adalah kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa mereka kepada orang yang datang
dari
luar
perbatasan
perekonomian
masyarakat
yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis (Non basic activities ) adalah kegiatan menyediakan barang yang
dibutuhkan
didalam
oleh
batas
orang
yang
perekonomian
bertempat
tinggal
masyarakat
yang
bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang jadi; luas lingkup produksi dan daerah pasar yang
terutama
bersifat
lokal.
Implisit
didalam
pembagian kegiatankegiatan ini terdapat hubungan sebab akibat yang membentuk teori basis ekonomi. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu daerah akan
menambah
arus
pendapatan
bersangkutan,
menambah
sehingga
menimbulkan
akan
kedalam
permintaan kenaikan
daerah
yang
barang
dan
jasa
volume
kegiatan.
Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan
1228
suatu
daerah
dan
turunnya
permintaan
terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan (Richardson, 1977). Kegiatan
basis
mempunyai
peranan
penggerak
pertama
(Prime mover role) dimana setiap perubahan mempunyai efek
multiplier
Pendekatan
terhadap
secara
tidak
perekonomian
langsung
regional.
mengenai
pemisahan
antara kegiatan basis dan kegiatan bukan basis dapat menggunakan
salah
satu
ataupun
gabungan
dari
tiga
metode yaitu : a.
Menggunakan
asumsi-asumsi
atau
metode
arbetrer
sederhana Mengasumsikan bahwa semua industri primer dan manufakturing adalah Basis, dan semua industri Jasa adalah bukan basis, metode tidak memperhitungkan adanya
kenyataan
industri
bisa
menghasilkan
bahwa terdapat
barang
yang
dalam
sesuatu
kelompok
industri-industri sebagian
di
yang
ekspor
atau
dijual kepada lokal atau ke duanya.
b.
Metode
kedua,
yakni
kebutuhan
minimum
(minimum
requirements) adalah modifikasi dari metode LQ dengan menggunakan
distribusi
diperlukan
untuk
bukannya
minimum
menopang
distribusi
dari
industri
rata–rata.
Untuk
employment
yang
regional
dan
setiap
daerah
yang pertama dihitung adalah persentase angkatan kerja regional
yang
Kemudian
dipekerjakan
persentase
itu
perhitungan
hal-hal
yang
persentase
terkecil
dalam
setiap
industri.
diperbandingkan bersifat
dipergunakan
dengan
kelainan sebagai
dan
ukuran
kebutuhan minimum bagi industri tertentu. Persentase
1229
minimum
ini
employment dari
dipergunakan
di
sebagai
daerah-daerah
persentase
dipandang
lain
batas yang
sebagai
Proses ini dapat diulangi untuk
dan
semua
lebih
tinggi
employment
basis.
setiap industri di
daerah bersangkutan untuk memperoleh employmen basis total.
Dibandingkan
malahan
lebih
tergantung
pada
dengan
bersifat
metode
LQ,
arbiter
pemilihan
metode
karena
persentase
ini
sangat
minimum
dan
tingkat disagregasidisagregasi yang terlalu terperinci malahan
dapat
mengakibatkan
hampir
semua
sector
menjadi kegiatan basis atau ekspor. Teori basis ini mempunyai
kebaikan
mudah
diterapkan,
sederhana
dan
dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampak umum dari perubahanperubahan jangka pendek. Keterbatasan teori ini tidak terlalu ketat dan dapat menjadi landasan yang sangat bermanfaat bagi peramalan jangka pendek.
c. Metode LQ Metode Location Quotient (LQ) adalah salah satu tehnik pengukuran ekonomi
yang
untuk
paling
terkenal
menentukan
sektor
dari
model
basis
basis
atau
non
basis(Prasetyo, 2001 : 41-53; Lincolyn, 1997: 290). Analisis
LQ
merumuskan
dimaksudkan komposisi
untuk
dan
mengidentifikasi
pergeseran
dan
sektor-sektor
basis suatu wilayah dengan menggunakan produk domestik regional
bruto
(PDRB)
sebagai
wilayah. LQ = ( Lij/LJ ) / ( Nip/Np)
1230
indikator
pertumbuhan
Keterangan: Lij
=
Nilai
tambah
sektor
i
di
daerah
j
(Kabupaten/Kota) Lj = Total nilai tambah sektor di daerah j Nip = Nilai tambah sektor i di daerah p (Propinsi/ Nasional) Np = Total nilai tambah sektor di p P = Propinsi /Nasional Lij/Lj = Prosentasi employment regional dalam sektor i Nip/Np = Prosentase employment nasional dalam sektor i Atau melalui formulasi berikut: LQ = Dimana : V1R = Jumlah PDRB suatu sektor kabupaten / kota VR
= Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota
V1
= Jumlah PDRB suatu sektor tingkat propinsi
V
= Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat propinsi
Berdasarkan
hasil
perhitungan
LQ
tersebut
dapat
dianalisis dan disimpulkan sebagai berikut : • Jika LQ > 1, merupakan sektor basis, artinya tingkat
spesialisasi
Kabupaten
/
kota
lebih
tinggi dari tingkat propinsi •
Jika
LQ
=
1
,
berarti
tingkat
spesialisasi
kabupaten / kota sama dengan ditingkat propinsi • Jika LQ <1, adalah merupakan sektor non basis, yaitu
sektor
kabupaten/kota propinsi.
1231
yang lebih
tingkat rendah
Spesialisasi dari
tingkat
5. Hasil Analisis 5.1. Sektor Basis Di Kabupaten Jepara Hasil perhitungan dengan metode LQ menunjukkan bahwa sejak tahun 2009 dan tahun 2010 di Kabupaten Jepara yang
menjadi
sektor
basis
(LQ
>
1)
adalah
sektor
pertanian (tanaman perkebunan, dan kehutanan), sektor perdagangan dan
hotel
komunikasi
keuangan
dan
restoran, sektor
(pengangkutan
persewaan
dan
jasa
jalan
pengangkutan
raya),
perusahaan
sektor
(bank,
sewa
bangunan, dan jasa perusahaan). Untuk
sub
sektor
yang
memiliki
nilai
LQ
>
1
akan
tetapi sektor tersebut tidak menjadi sektor basis di Kabupaten Jepara adalah sub sektor industri pengolahan barang
kayu
dan
hasil
hutan
lainnya,
sub
sektor
industri semen&barang galian bukan logam, sub sektor industri barang lainnya, dan sub sektor sewa bangunan. Untuk
lebih
jelasnya
dapat
dilihat
pada
tabel
berikut ini. Tabel 1 : Hasil Nilai LQ Kabupaten Jepara Tahun 2009-2010 LQ No 1
1232
Lapangan Usaha 2009
2010
1.13
1.13
a). Tanaman Bahan Makanan
0.99
1.02
b). Tanaman Perkebunan
3.18
2.83
c). Peternakan dan Hasil-Hasilnya
0.41
0.42
d). Kehutanan
1.48
1.70
e). Perikanan
0.98
1.04
PERTANIAN
2
PERTAMBANGAN&PENGGALIAN
0.51
0.52
3
INDUSTRI PENGOLAHAN
0.88
0.90
1.
LQ No
4
Lapangan Usaha 2009
2010
a). Makanan, Minuman&Tembakau
0.11
0.11
b). Tekstil, Barang Kulit & Alas Kaki
0.34
0.38
c). Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya
7.35
7.01
d). Kertas dan Barang Cetakan
0.00
0.00
e). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
0.04
0.04
f). Semen & Barang Galian Bukan Logam
1.75
1.79
g). Logam Dasar, Besi & Baja
-
-
h). Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya
-
-
i). Barang lainnya
2.10
2.59
0.85
0.87
a). Listrik
0.89
0.90
b). Air Bersih
0.59
0.62
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
5
BANGUNAN
0.92
0.94
6
PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
7
1.01
0.99
a). Perdagangan Besar & Eceran
1.14
1.10
b). Hotel
0.28
0.28
c). Restoran
0.46
0.48
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
1.06
1.04
a). Pengangkutan
1.04
0.94
*) Angkutan Jalan Raya
1.26
1.14
*) Angkutan Laut
0.09
0.10
*) Jasa Penunjang Angkutan
0.14
0.15
1.13
1.41
1.71
1.68
a). Bank
3.06
3.01
b). Lembaga Keuangan Bukan Bank
0.52
0.52
c). Sewa Bangunan
1.75
1.71
d). Jasa Perusahaan
2.02
1.89
0.92
0.91
a). Pemerintahan Umum
0.92
0.90
b). Jasa Sosial Kemasyarakatan
1.42
1.46
c). Jasa Hiburan & Kebudayaan
0.92
1.04
d). Jasa Perorangan & Rumahtangga
0.66
0.64
b). Komunikasi 8
9
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
Sumber : PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010
1233
5.2. Potensi Ekonomi Kabupaten Jepara Data
base
potensi
ekonomi
dan
peluang
investasi
berdasarkan potensi dan sector unggulan yang ada di masing-masing
Kecamatan
Kabupaten
Jepara,
disajikan
dalam bentuk matrik (tabel 2 dan tabel 3) berikut ini.
Tabel 2 : Potensi Kecamatan di Kabupaten Jepara Kecamatan Kedung
Pecangaan
Welahan
Mayong
Nalumsari
Batealit
Tahunan
1234
Prioritas Pengembangan Sektor 1. Perdagangan,Hotel dan Restoran (1) 2. Bangunan (1) 3. Pertanian (2) 4. Listrik,Gas & Air Bersih (3) 1. Industri (1) 2. Listrik,Gas & Air Bersih (1) 3. Keuangan, Persewaaan & Jasa Perusahaan (3) 1. Pertambangan (2) 2. Perdagangan, Hotel & Restoran (2) 3. Pertanian (3)
Potensi Ekonomi Sub Sektor
1. Pertambangan (2) 2. Perdagangan, Hotel & Restoran (2) 3. Pengangkutan & Komunikasi (2) 4. Pertanian (3) 5. Jasa (4) 1. Perdagangan,Hotel & Restoran (3) 2. Pertanian (4) 3. Jasa (4)
1. Pertanian (2) 2. Perdagangan, Hotel dan restoran (2) 3. Industri Pengolahan (4)
1. Pengangkutan & Komunikasi (2) 2. Perdagangan, Hotel & Restoran (3)
Pertanian
:Tanaman Bahan Makanan (padi sawah), Peternakan : Kambing
Industri : Tenun Ikat Troso, Industri Mebel Ukir
Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (Padi sawah, jagung) Peternakan : kambing, ayam buras, ayam ras, dan itik Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (Padi sawah, ubi kayu) Perkebunan : Tebu Peternakan : Kambing, ayam buras, ayam ras, ayam broiler Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (Padi sawah) Perkebunan : Tebu Peternakan : Kambing, ayam buras, ayam ras Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (Padi sawah, jagung, ubi kayu, kacang tanah) Perkebunan : Kapuk Peternakan : Ayam buras Perdagangan, Hotel & Restoran = sub sector pariwisata (perang obor) Industri : Mebel ukir
Kecamatan
Jepara
Mlonggo
Pakis Aji
Bangsri
Kembang
Prioritas Pengembangan Sektor 3. Industri Pengolahan (4) 1. Jasa (2) 2. Listrik, Gas & Air Bersih (4) 3. Bangunan (4) 4. Pengangkutan & komunikasi (4) 5. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan (4)
Potensi Ekonomi Sub Sektor
1. Perdagangan, Hotel & Restoran (1) 2. Industri Pengolahan (4) 3. Listrik, Gas & Air Bersih (4) 4. Jasa (4)
1.
Industri Pengolahan (1) 2. Perdagangan, Hotel & Restoran (1) 3. Bangunan (2) 1. Perdangan, Hotel & restoran (1) 2. Pertanian (2) 3. Bangunan (2) 4. Pengangkutan & Komunikasi (2) 5. Pertambangan (3) 6. Lisrik, Gas & Air Bersih (4)
1. Jasa (1) 2. Perdagangan, Hotel, dan Restoran (1) 3. Pertanian (3) 4. Listrik, Gas & Air Bersih (4)
Keling
1235
1. Pertambangan (2) 2. Pertanian (3) 3. Perdagangan, Hotel & Restoran (4)
Jasa : Pemerintahan Umum, Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa hiburan & Kebudayaan, Jasa Perorangan & Rumah Tangga) Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa perorangan : Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, Sewa Bangunan, dan Jasa Perusahaaan Perdagangan, Hotel & Restoran = sub sector pariwisata (Pantai Empuk Rancak) Industri : Mebel Ukir Jasa : Pemerintahan Umum, Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Hiburan & Kebudayaan, Jasa Perorangan & Rumah Tangga Industri : Mebel ukir
Perdagangan, Hotel & Restoran = sub sector pariwisata (Telaga Sejuta Akar) Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (Padi sawah, Ubi Kayu) Perkebunan : kelapa, Kapuk Kehutanan : Kayu jati, kayu rimba Peternakan : sapi, ayam broiler, ayam buras, itik Jasa : Pemerintahan Umum, Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Hiburan & Kebudayaan, Jasa Perorangan & Rumah Tangga) Perdagangan, Hotel & Restoran = sub sector pariwisata (Air Terjun Songgo Langit) Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (padi sawah, jagung, Ketela rambat, ubi kayu) Kehutanan : Kayu jati, kayu rimba Peternakan : sapi, lembu, domba, ayam buras Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (padi sawah, jagung, ubi kayu) Perkebunan : kelapa, kapuk
Kecamatan
Prioritas Pengembangan Sektor
Potensi Ekonomi Sub Sektor
Donorojo
1. Pertanian (4) 2. Pertambangan (4) 3. Perdagangan, Hotel & Restoran (4)
Karimunjawa
Kalinyamatan
1. 2. 3.
Pertanian (4) Bangunan (4) Jasa (4)
1. Keuangan, Persewaaan, & Jasa Perusahaan (1) 2. Industri Pengolahan (3) 3. Listrik, Gas, & Air Bersih (3) 4. Bangunan (4) 5. Perdagangan, Hotel & Restoran (4)
Peternakan : sapi, kambing, ayam buras, ayam broiler Perdagangan, Hotel & Restoran = sub sector pariwisata (Gua Tritip Jepara) Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (Jagung, ubi kayu) Kehutanan : Kayu jati, kayu rimba Peternakan : sapi, kambing, ayam ras, ayam broiler Pertanian : Tanaman Bahan Makanan (jagung) Jasa : Pemerintahan Umum, Jasa Sosial Kemasyarakatan, Jasa Hiburan & Kebudayaan, Jasa Perorangan & Rumah Tangga) Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan : (Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, Sewa Bangunan, Jasa Perusahaan) Industri : Mebel Ukir Perdagangan, Hotel & Restoran = sub sector pariwisata (pertapaan sonder, Water Boom Jepara)
Sumber : Analisis Penyusun
6. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: Dari
analisis
LQ
menunjukkan
bahwa
Kecamatan
di
Kabupaten Jepara yang memiliki sektor basis terbanyak adalah
Kecamatan
sektor
basis).
Kedung
dan
Kecamatan
Kemudian
disusul
Bangsri
(6
Kecamatan
Kalinyamatan, Kecamatan Mayong, Kecamatan Jepara, dan Kecamatan
Kembang
Pecangaan,
Kecamatan
Kecamatan
Welahan,
Kecamatan
batealit,
Kecamatan
Tahunan,
Kecamatan
Kecamatan
Donorojo,
Kecamatan
Keling
1236
(5
sektor
Mlonggo
basis).
(4
sektor
Kecamatan basis),
Nalumsari,
dan
Kecamatan Pakis
dan
Aji,
Kecamatan
Karimunjawa (3 sektor basis). Sektor perdagangan hotel dan restoran adalah jumlah sektor yang banyak menjadi sektor basis di wilayah kecamatan Kabupaten Jepara (13 Kecamatan), kemudian sektor pertanian (10 kecamatan), sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor jasa (7 Kecamatan. Saran dari penelitian ini adalah: 1. Pemerintah kebijakan
Kabupaten pembangunan
unggulan/basis tetap
Jepara
di
perlu
dengan
masing-masing
memperhatikan
menetapkan
prioritas
sektor
kecamatan,
dengan
sektor
non
basis
secara
revitalisasi
semua
sektor
dimulai
proporsional. 2. Perlu
melakukan
dari sektor yang memiliki nilai LQ>1 kemudian LQ<1, serta
memacu
profesionalitas
peningkatan dalam
produktifitas
mengelola
dan
sektor-sektor
potensial agar mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif
untuk
dapat
meningkatkan
pendapatan
daerah baik Kecamatan maupun Kabupaten. 3. Menentukan
prioritas
pengembangan
wilayah,
dimana
sector pertanian yang menjadi prioritas pertama di wilayah
Kecamatan
Prioritas
daerah
Kedung,Batealit
dan
yang
untuk
pertama
Bangsri. sektor
pertambangan & pengalian adalah Kecamatan Welahan, mayong, dan Keling. Prioritas daerah yang pertama untuk
sektor
industri
pengolahan
adalah
Kecamatan
Kedung, Pecangan, dan Pakis Aji. Prioritas daerah yang pertama untuk sektor listrik, gas & air bersih adalah
1237
Kecamatan
Pecangaan.
Prioritas
daerah
yang
pertama
untuk
sektor
bangunan
adalah
Kecamatan
Kedung. Prioritas pertama sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah Kecamatan Kedung, Mlonggo, Pakis Aji,
Bangsri
untuk
sektor
Kecamatan sektor adalah
dan
Kembang.
pengangkutan
Mayong.
dan
Prioritas
keuangan, Kecamatan
Prioritas
persewaan
komunikasi
yang dan
kalinyamatan.
yang
adalah
pertama jasa
Dan
pertama
untuk
perusahaan
prioritas
yang
pertama di dalam pengemabangan sektor jasa adalah Kecamatan Kembang.
* Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Sultan Fatah Demak
Daftar Pustaka
Armida.,S.Alisyahbana (2000). Desentralisasi Fiskal dan Kebijakan
Pembangunan
Ekonomi
Daerah:
Makalah
disampaikan pada kongres ISEI XIV, 21-23 April, di Makasar. Bachrul
Elmi
(2004).
Perkotaan
(urban
Prabumulih,
Kajian
Studi
Pembiayaan
development Ekonomi
dan
Pembangunan
finance)
Kota
Keuangan.,
Vol.8,
No.1. Maret. Bendavid-Val., Avrom (1991). Regional and Local Economic Analysis for Practitioners, Fourth edition, New York: Prager Publisher.
1238
Binar Rudatin (2003). Analisis Sektor Basis Dalam Rangka Pengembangan
Pembangunan
Wilayah
Studi
Kasus
Kabupaten-Kabupaten di Jawa Tengah Tahun 1996-2001. (Tesis
S2,
Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Diponegoro Semarang., Tidak dipublikasikan). Boediono (1985). Teori Pertumbuhan Ekonomi., Yogyakarta, BPFE-UGM. Elia Radianto (2003). Evaluasi Pembangunan Regional Pasca Kerusuhan
di
Maluku.
Jurnal
Ekonomi
dan
Keuangan
Indonesia. Vol. 51 (4) hal. 479-499. Fuad
Asaddin
dan
Faried
W.Mansoer
(2001).
Pertumbuhan
Ekonomi dan Kesempatan Kerja: Terapan Model Kebijakan Prioritas Sektoral Untuk Kalimantan Timur. Glasson
John
(1990).
Pengenalan
Perancangan
Wilayah
Konsep dan Amalan (alih bahasa Ahris Yaakup). Dewan bahasa
dan
Pustaka
Kementrian
Pendidikan
Malaysia
Kualalumpur. Hairul
Aswandi
dan
Mudrajat
Kuncoro
(2002).
Evaluasi
Penetapan
Kawasan
Andalan:
Studi
Empiris
di
Kalimantan
Selatan
1993-1999.
Jurnal
Ekonomi
dan
Perencanaan
Dan
Bisnis Indonesia. Vol. 17. No 1. 2002. Lincolyn
Arsyad,
Pembangunan
(1999).
Ekonomi
Pengantar
Daerah,
Edisi
Pertama,
BPFE
–
UGM, Yogyakarta. Mudrajat
Kuncoro
Masalah
dan
Yogyakarta.
1239
(2000). Kebijakan
Ekonomi (1st
Pembangunan:
ed.).
UPP
AMP
Teori, YKPN.
Mudrajat Kuncoro (2002). Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kalster Industri Indonesia. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Rusli Ghalib (2005). Ekonomi Regional. Pustaka Ramadhan. Bandung.
1240