ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DIPROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh : DEAVID RICARD P.S B300132040
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN – S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
HALAMAN PERSETUJUAN Yang bertandatangan dibawah ini telah membaca naskah publikasi dengan judul: ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DIPROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
oleh: DEAVID RICARD PRAMESHA SAPUTRO B300132040
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Surakarta, 08 April 2017 Pembimbing Utama
Dr. Daryono Soebagyo, M.Ec
i
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DIPROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA OLEH
DEAVID RICARD PRAMESHA SAPUTRO B300132040
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Hari Sabtu, 08 April 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji:
1.
Dr. Daryono Soebagyo, M.Ec.
(
)
(
)
(
)
(Ketua Dewan Penguji) 2.
Ir. Maulidyah Indira H, MS. (Anggota I Dewan Penguji)
3.
Dr. Didit Purnomo, M.Si. (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
( Dr. Triyono, M.Si )
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dala naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran
dalam
pernyataan
saya
diatas,
maka
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Penulis Surakarta, 16 April 2017
DEAVID RICARD PRAMESHA SAPUTRO B300132040
iii
akan
saya
ANALISIS POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DIPROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ABSTRAKSI Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya potensi unggulan ekonomi yang belum ter klasifikasi di kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan belum dimanfaatkanya secara optimal untuk pengembangan pembangunan. penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis sektor – sektor basis yang memiliki keunggulan kompetitif dan prioritas sektor basis guna pengoptimalan dalam pembangunan daerah. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data Sekunder dalam kurun waktu 2011-2015 yang bersumber dari BPS Kabupaten/kota dan data primer yang bersumber dari Bappeda Seprovinsi DIY. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ,Shift share dan Analitical Herarchy Process (AHP). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Kabupaten/kota mempunyai potensi yang berbeda-beda, rata – rata setiap kabupaten memiliki tiga atau lebih sektor basis ,sedangkan untuk prioritas pengembangan kabupaten Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul di sektor Pertanian, kehutanan dan perikanan , Kabbupaten Sleman di sektor Tarnsportrasi dan Pergudangan dan untuk Kota Yogyakarta di sektor Industri Pengolahan. Kata kunci: Analisis LQ, PDRB, Sektor Basis, Prioritas Pengembangan ABSTRACT The study was backed by the excellent potential of the phenomenon by the classification as well as the County/city in the Yogyakarta special region province have not been identified and utilized optimally for the development of construction.This study aims to determine and analyze the basic sectors with a competitive advantage and priority sectors for optimization bases in regional development. The Data used in this study is secondary data in the period 20112015 sourced from BPS regency / city and primary data sourced from Bappeda Province of DIY. The Analysis Model used the analysis of LQ, Shift-share and Analytical Herarchy Process (AHP). The results of this study concluded that the district / city have the potential to vary, the average, each district has three or more sectors of the base, while for the priority development of Bantul, Kulon Progo and Gunung Kidul in Agriculture, forestry and fisheries, Sleman regency in Tarnsportrasion and Warehousing sector also for the city of Yogyakarta in the Processing Industry sector. Keywords: LQ Analitical, AHP, Basic Sector, Developmen Priority 1. PENDAHULUAN Pembangunan nasional di negara-negara pada umumnya terfokus pada pembangunan ekonomi dengan memprioritaskan upaya pembangunan dan
1
peningkatan kesejahteraan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari lapisan middle hight yang ditandai dengan tingkat konsumsi yang tinggi yang memusat di perkotaan dan middle low dengan dengan tingkat konsumsi yang lebih rendah dan biasanya memusat di pedesaan. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan standar hidup yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto pada tingkat daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota. Selain itu kesejahteraan masyarakat juga erat kaitanya dengan kemampuan setiap daerah yang berbeda – beda dalam pembangunan , hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi sumber daya ang dimiliki, seperti sumberdaya alam, sumberdaya buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014). Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi daerah merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki oleh daerah. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah sangat bervariasi dan memperhatikan kemampuan dari sumberdaya daerah yang dimiliki (Soebagyo & Wahyudi, 2008). Di Provinsi DIY terdapat empat kabupaten dan satu kota dimana tentunya setiap kabupaten dan kota masing-masing
mempunyai potensi
ekonomi yang khas sesuai keadaan daerahnya masing-masing sehingga akan mempunyai PDRB, tingkat pertumbuhan dan prioritas sektoral yang berbedabeda pula seperti yang terlihat dalam Tabel.3 berikut ini :
2
Tabel 1.1 PDRB dan Lajun Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Ko ta
PDRB Thn 2012 (Milyar Rp)
Persen tase (%)
1
Kulonprogo
5.475
7,64
6.828
8,18
4,64
2
Bantul
13.407
18,70
15.611
18,70
5,00
3
Gunungkidul
9.696
13,52
11.152
13,36
4,81
4
Sleman
23.957
33,41
28.16
33,74
5,31
5
Yogyakarta
19.189
26,76
22.412
26,85
5,16
DIY
71.702
100
83.462
100
4,94
No
PDRB Thn 2015 (Milyar Rp)
Persenta se (%)
Laju pertumbuhan ekonomi (%)
Masalah yang menjadi penting dalam proses pembangunan di provinsi DIY yaitu belum adanya prioritas sektor basis dalam pengembangan pembangunan. Sembilan sektor yang dimiliki oleh kabuaten/kota memiliki program dalam kegiatan ekonominya. Namun tidak semua dapat dijalankan serentak. Hal ini terkendala oleh anggaran yang dialokasikan, kemudian RPJMD dan “urgensi” program tersebut. Untuk itu prioritas penentuan sektor basis harus dilaksanakan dengan harapan pemerintah dengan kebijakanya dan keterbatasan anggarannya memprioritaskan sektor- sektor basis. Dari uraian diatas maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi serta identifikasi sektor-sektor ekonomi daerah kabupaten dan kota yang berada dalam wilayah DIY sebagai pedoman dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di era otonomi daerah. Peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)”. Daryono Soebagiyo & M. Wahyudi (2008) dengan judul penelitian “Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik Tulis dan Cap Solo di Dati II Kota Surakarta”, alat analisis yang digunakan adalah AHP, Analisis
3
Ekonomi Nilai Rantai, Metode Beyes. Hasil dari penelitian ini
menunjukan
Produk batik menduduki peringkat pertama dalam produk unggulan industry kecil menengah di Kota Solo karena memiliki motif , keunikan dan inovasi serta makna filosofis atas motifnya. Putri Ameriani (2014) melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan Pengembangan Sub Sektor Perikanan Laut Di Lima Kecamatan Di Kabupaten Rembang”, dengan menggunakan alat analisis LQ, Shift-Share, Tipologi Klassen, Overlay. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa komoditas perikanan laut memiliki nunggulan komparatif sebagai berikut: Kecamatan Rembang dan ekor kuning, Kecamatan Sarang komoditas ikan layang dan tongkol, Kecamatan Kragan komoditas ikan bawal hitam dan kembung, Kecamatan Kaliori komoditas ikan teri dan rajungan, dan Kecamatan Sluke komoditas ikan bawal hitam dan teri. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Jenis dan Sumber Data Data primer diperoleh denagn cara melakukan wawancara dan menyebarkan kuisioner kepada respoden terpilih. Sehubungan dengan pemilihan responden , ada beberapa kelompok responden yang akan di”sasar” yaitu kalangan aparat pemerintah yang terkait bidang perencanaan daerah, kalangan pakar / pengamat (khususnya pengembangan potensi daerah). Pada Analisis Kuatitatif ini menggunakan data sekunder dengan analisis data LQ dan Shift – Share Esteban Marquillas deangan dat time serier. Data time series merupakan data dari satu objek dengan beberapa periode waktu tertentu (Gujarati, 2012). Data tersebut dapat diperoleh dari hasil publikasi BPS dan Bappeda, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 2.2. Metode Analisis Data 2.2.1. Metode Analisis Location Quotient Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sektor.
4
2.2.2. Shitf-Share Esteban Marquillas Menunjuk-temukan sektor-sektor yang berkembang di suatu subwilayah dibandingkan dengan perkembangan ekonomi wilayah. Adapun rumus dari Shift Share Esteban Marquillas dapat ditulis secara rinci sebagai berikut: Dij = Eijrn + Eij(rin – rn) + E’ij(rij – rin) + (Eij –E’ij) (rij – rin) Keterangan : Dij :Perubahan variabel penyerapan tenaga kerja sektor i di wilayah j pada jangka waktu tertentu. Nij :Komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah j Mij :Industri sektor i di wilayah j C’ij: Keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j. Aij :Efek alokasi sektor i di wilayah j E’ij: Homothetic employment di sektor i di wilayah j rij : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah j rin : Laju pertumbuhan sektor i tingkat nasional rn : Laju pertumbuhan tingkat nasional. 2.2.3. Analitical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang belum jelas, ketidak pastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat
5
dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada persepsi, preferensi,pengalaman dan intuisi. Gambar 1.1 Bagan Hirarki Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota di Provinsi DIY
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis LQ,pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan besar dan eceran, resparasi mobil dan sepeda motor yang merupakan sektor basis yang ditunjukan dengan nilai LQ rata-rata > 1 yaitu kabupaten bantul, kulon progo dan gunung kidul. Nilai LQ rata-rata dikabupaten bantul untuk sektor pertanian, kehutanan dan perikanan adalah 1.3628, untuk sektor pertambangan dan penggalian adalah 1.1675 dan untuk sektor perdagangan besar dan eceran ; Resparasi Mobil dan sepeda motor adalah 1.0339.
Artinya sektor tersebut tidak hanya
dapat
memenuhi kebutuhan dalam daerahnya saja namun juga kebutuhan di luar daerah, sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk selengkapnya bias dilihat pada tabel 1.2 berikut,
6
Tabel 1.2 Bagan Hirarki Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota di Provinsi DIY Kabupaten/Kota Lapangan Usaha Bantul
Yogyakarta
Sleman
Kulon Progo
Gunung Kidul
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1.3628
0.0178
0.7921
1.9447
2.4486
Pertambangan dan Penggalian
1.1675
0.0069
0.7407
2.5516
2.5437
Industri Pengolahan
1.1376
1.0448
1.0140
0.9273
0.7130
Pengadaan Listrik dan Gas
1.0053
1.5201
0.8231
0.6395
0.6363
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.8196
1.4339
0.4686
1.3408
1.5617
Konstruksi
1.0339
0.8369
1.1819
0.8946
0.9854
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.0020
0.8450
0.9121
1.6075
1.1027
Transportasi dan Pergudangan
0.9174
0.7299
1.1351
1.5852
0.9702
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.1155
1.2458
1.0447
0.3942
0.5927
Informasi dan Komunikasi
0.9163
1.2999
0.9608
0.5875
0.8334
Jasa Keuangan dan Asuransi
0.7285
1.6985
0.8189
0.7967
0.5715
Real Estate
0.9188
1.2957
1.1311
0.4980
0.4791
Jasa Perusahaan
0.4732
1.0587
1.6488
0.2810
0.4274
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.9051
1.2015
0.8057
1.0746
1.1706
Jasa Pendidikan
0.8261
1.1338
1.1522
0.7200
0.7391
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.7301
1.4960
0.9221
0.5845
0.8004
Jasa lainnya
0.7877
1.0263
0.8656
1.5021
1.2845
7
Berdasarkan hasil analisi Shift Share menunjukan bahwa di kabupaten bantul dalam kurun waktu 2011-2012 menunjukkan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai C’ij positif (1,14), nilai Aij juga bernilai positif (9,75) yang artinya Kabupaten Bantul berspesialisasi pada sektor tersebut. sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan juga mempunyai peningkatan kontribusi yang ditunjukkan oleh nilai Dij bernilai positif (103,73). Sedangkan untuk Kota Yogyakarta sektor Informasi dan Komunikasi adalah sektor unggulan dengan nilai C’ij positif (0,65), Kota Yogyakarta juga berspesialisasi di sektor Informasi dan Komunikasi yang ditunjukkan oleh nilai Aij positif (3,29), selain itu sektor Informasi dan Komunikasi juga mempunyai peningkatan kontribusi yang paling beasar dibandingkan lapangan usaha yang lain yaitu dengan nilai Dij positif (260,77). Sektor kedua yang menjadi sektor unggulan adalah sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai C’ij positif (0,65), Kota Yogyakarta juga berspesialisai di sektor tersebut yang ditunjukkan oleh notasi Aij yang bernilai positif (6,68) dan dengan nilai Dij positif (146,30) artinya sektor tersebut memiliki peningkatan kontribusi. Analisis Shift Share Esteban Marquilas untuk Kabupaten Sleman dalam kurun waktu 2011-2012 mempunyai sembilan sektor unggulan. Pertama adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai C’ij positif (1,45), nilai Aij bernilai positif (12,40) yang artinya Kabupaten Sleman berspesialisasi pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, selain itu Kabupaten Sleman juga mempunyai peningkatan kontribusi yang ditunjukkan oleh nilai Dij bernilai positif (111,33). Kedua adalah sektor Industri Pengolahan yang merupakan sektor kompetitif yang ditunjukkan oleh nilai C’ij positif (3,39), Kabupaten Sleman juga berspesialisasi di sektor tersebut dengan nilai Aij positif (20,39) dan namun sektor ini menjadi penyumbang kontribusi paling rendah dilihat pada nilai Dij negatif (-70,49). Pada Kabupaten kulon Progo sektor Konstruksi, mempunyai keunggulan kompetitif yang dilihat dari nilai C’ij positif (0,53), dengan peningkatan kontribusi yang dilihat dari nilai Dij (25,14). Keenam Sektor Perdagangan Besar
8
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Moto merupakan sektor unggulan dg nilai C’ij yang positif (0,06). Sedangkan untuk kabupaten Gunungkidul menunjukkan sektor Pengadaan Listrik dan Gas merupakan sektor unggulan karena mempunyai nilai C’ij positif (0,0002),meskipun dengan nilai ang paling kecil namun suntuk nilai Aij bernilai positif (0,11) yang artinya Kabupaten Gunung Kidul berspesialisasi pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan sektor tersebut mempunyai peningkatan kontribusi yang ditunjukkan oleh nilai Dij bernilai positif (0,97). Di Kabupaten Gunung Kidul pada periode ini justru sektor yang memiliki peningkatan kontribusi paling tinggi dengan nilai Dij positif (97,87) adalah sektor pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, tetapi apabila dilihat dari nilai C’ij sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan karena bernilai negatif. 4. PENUTUP 4.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan Bahwa hasil alasisis AHP telah merangkum hasil dari analisis LQ dan Shift Share yang menghasilkan bahwa sektor yang paling unggul dan menjadi prioritas untuk dioptimalkan untuk Kabupaten Bantul sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, untuk Kota Yogyakarta sektor industri pengolahan, untuk Kabupaten Sleman sektor transportrasi dan pergudangan, untuk kabupaten gunung kidul sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dan untuk Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. 4.2. Saran Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, mka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut: 1. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah sebaiknya bisa memaksimalkan sektor – sektor basis tanpa meninggalkan sektor – sektor non basis .
9
2. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Pengoptimalan sektor yang menjadi Prioritas di masing-masing kabupaten/kota melaui kebijakan pembangunan yang proporsional. 3. Pembenahan infrastruktur juga menjadi penting agar mampu mengakselerasi sektor-sektor basis dan mendorong sektor – sektor non basis bisa berkembang. DAFTAR PUSTAKA Abdul Rashid, Z. 2003. Ekonomi Negeri Kelantan Dari Perspektif Analisis ShiftShare Wilayah. Pertanika Journal of Social Sciences & Humanities, Vol. 11 No.1,hal 19-31. Ahasanul Haque, Seyama Sultana ,Abul Momen. 2013. Export Performance of Malaysian Telecommunication Products: Market Prospects and Challenges,Proceedings of 3rd Asia-Pacific Business Researc Conference 25 - 26 February 2013. Kualalumpur. Ameriyani, Putri. 2014. Perencanaan Pengembangan Sub Sektor Perikanan Laut Di Lima Kecamatan Di Kabupaten Rembang. EDAJ Vol 4, No. 1 April 2014. Semarang. Amurwaraharja, I.P. “Analisis Teknologi Pengelolaan Sampah Dengan Proses Herarki Analitik dan Metoda Evaluasi Kontingensi”. Tesis S-2 Program Pascasarjana Universitas Teknologi Bogor. 2003. Armstrong, H., & Taylor, J. (1993). Regional Economics & Policy, Second Edition. New York: Harvester Wheatsheaf. Arsyad,Lincolin.(1999).Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE.Gujarati, D. N., dan Porter, D. C. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika.Jakarta: Salemba Empat. Basuki , Agus Tri. 2009. Analisis Potensi Unggulan Kabupaten Kepulauan Yapen dalam Menopang Pembangunan Provinsi Papua Tahun 20042008. Jurnal: UNISIA, Vol. XXXII No. 71 Juni 2009. Yogyakarta. Blair, J. P. (1991). Urban and Regional Economics. Homewood,Illinois: Irwin Co. BPS Provinsi DIY. (2015). DIY Dalam Angka [internet] ---------------------------------. (2015). Kabupaten Dalam Angka [internet] 10
----------------------------------(2015). Gunung Kidul. ----------------------------------(2015). Sleman. ----------------------------------(2015). Bantul. ----------------------------------(2015). Kluon Progo. ----------------------------------(2015). Yogyakarta.
Produk Domestrik Regional Buto Kabupaten Produk Domestrik Regional Buto Kabupaten Produk Domestrik Regional Buto Kabupaten Produk Domestrik Regional Buto Kabupaten Produk Domestrik Regional Buto Kabupaten
Emilia, & Imelia. 2006. Modul Ekonomi Regional. Jambi: Jurusan Ilmu Ekonomi FE Universitas Jambi. Esteban-Marquillas, J.M. 1972. “A reinterpretations in extending shift-share analysis”,Regional and Urban Economics, 23:249-55. Hassan, M. K. H., Rashid, Z. A., & Hamid, K. A. 2011. East Coast Economic Region from the Perspective of Shift-Share Analysis. International Journal of Business and Society, Vol. 12 No. 1.Serawak. Herath, J., Gebremedhin, T. G., & Maumbe, B .M .2011. A Dynamic Shift-Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Journal of Rural and Community Development, 6(2), 155-169.Virginia. Kuncoro, M. 2006. Ekonomika Pengantar Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Ma’ruf, Ahmad. 2009. Anatomi makro ekonomi regional: studi kasus provinsi diy. JEJAK, Volume 2, Nomor 2 . Mangun, Nudiatulhuda. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah” Tesis S-2 Jurusan Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. 2007 Mauliddiyah, A. 2014. Analisis Disparitas Regional dan Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus di Kota Batu Tahun 2002-2012). JESP, 6, 156-163. Mopangga, Herwin. 2011. Analisis Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Gorontalo. Jurnal Trikonomika Volume 10, No. 1, Juni 2011, Hal. 40–51. Gorontalo. Mondal, W. I. 2011. An analysis of the industrial development potential of Malaysia: a shift-share approach. Journal of Business & Economics Research (JBER), Vol. 7 No. 5. USA . North, D. C. (1956). International Capital Flows and the Development of the 11
American West. Journal of Economic History, 18, 493-505. Purwanti , Evi Yulia, Hastarini Dwi Atmanti.2008. Analisis Sektor Dan Produk Unggulan Kabupaten Kendal. Media Ekonomi Dan Manajemen Vol.l8 No.I Juli 2008. Semarang. Rahman, M. K., Taufiq, M., & Muzzammir, M. (2015). A Shift-Share Analysis of Electrical and Electronic Products: An Overview and Assessment of Export Growth of Malaysia. Asian Social Science, Vol.11 No.10 . Richardson, H. W. (1973). Regional Growth Theory. London: Micmillan Press Ltd. Richardson, H. W. (1978). Urban Economics. Hinsdale, Illinois: The Dresden Press. Saaty, Thomas L. 1990. How to make a decision: The Analytic Hierarchy Process . European Journal of Operat ional Research 48 (1990) 9-26 Nor th-Hol land. North Holland. Soebagiyo, Daryono. 2008. ModelPerencanaan Ekonomi Melalui Metode Pengambilan Keputusan Dengan AHP. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 2, No. 1, Juni 2001, hal. 29- 44 Soebagiyo, Daryono dkk. 2008. Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik Tulis Dan Cap Solo Di Dati Ii Kota Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 184 - 197. Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada. Jakarta Syaifudin, Arif. 2013. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Dalam Upaya Peningkatan Pdrb Kabupaten Pati. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Semarang. Sjafrizal. (2012). Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Titisari, Kartika Hendra. 2009. Identifikasi potensi ekonomi daerah boyolali,Karanganyar, dan sragen. Jurnal : JEJAK, Volume 2, Nomor 2, September 2009. Surakarta. Utomo, Yuni Prihadi. 2012. Buku Praktek Komputer Analisis Kualitatif. Surakarta. Universitas Muhammdiyah Surakarta.
12