ANALISIS POLA PERTUMBUHAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND (FH) BETINA SAMPAI KAWIN PERTAMA
SKRIPSI AAB ABDULLAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN AAB ABDULLAH. D14062930. 2011. Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (FH) Betina Sampai Kawin Pertama. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr Pembimbing Anggota : Ir. Andi Murfi, M.Si Aspek petumbuhan pada pemeliharaan sapi perah merupakan suatu hal yang sangat penting agar tercapai hasil produksi yang tinggi. Pencapaian pertumbuhan yang baik dapat dilakukan dari mulai pemilihan bibit induk dan pejantan, sampai manajemen pemeliharaan yang baik terutama dalam hal pemberian pakan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang, yaitu berupa data pertambahan bobot badan dan tinggi pundak sapi perah FH betina sejak lahir (0 bulan) sampai umur 15 bulan dengan jumlah 30 ekor dari tahun 2008 sampai 2009. Berdasarkan data yang dianalisa hasilnya menunjukkan bahwa pola pertumbuhan sapi perah FH betina sampai kawin pertama mengalami fase percepatan, hal tersebut terlihat dari rataan bobot badan dan tinggi pundak yang mengalami peningkatan setiap umurnya. Pertumbuhan relatif dengan persamaan alometrik menunjukkan tinggi pundak mengalami pertumbuhan yang lebih dini, sehingga pertumbuhan tinggi pundak lebih lambat dibandingkan bobot badan. Hal tersebut terlihat dari nilai koefisien pertumbuhan relatif lebih besar daripada 3 (b>3). Kata-kata kunci : Sapi FH betina, pertumbuhan, kawin pertama
ABSTRACT Growth Pattern Analysis of Fries Holland (FH) Females Up to First Mating Abdullah, A., B. P. Purwanto, and A. Murfi The objective of this research was to analyze growth pattern of Fries Holland female up to first mating. Based on research results showing that the growth pattern of dairy cows FH female up to first mating went through a phase of acceleration, it is seen from the average body weight gain and high shoulders that have increased significantly every age. Allometric growth equations showed relatively high with shoulder suffered growth early, so growth the shoulder height is slower than of body weight. It is seen from the value of the coefficient relative growth is more than 3 (b >3). Keywords : Fries Holland female, growth, first mating
ANALISIS POLA PERTUMBUHAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND (FH) BETINA SAMPAI KAWIN PERTAMA
AAB ABDULLAH D14062930
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (FH) Betina Sampai Kawin Pertama
Nama
: Aab Abdullah
NIM
: D14062930
Menyetujui, Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr) NIP. 19600503 198503 1 003
(Ir. Andi Murfi, M.Si) NIP. 19631229 198903 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 7 Maret 2011
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 15 April 1988 di Karawang, Jawa Barat. Penulis adalah anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak H. Tabidin dan Ibu Hj. Siti Aisyah. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri 1 Payungsari Pedes dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2000 di Sekolah Menengah Pertama Islam Cipasung Tasikmalaya dan diselesaikan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Cipasung Tasikmalaya pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Penulis aktif dalam organisasi Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim (FAMM) Al-An’aam Fakultas Peternakan periode 2007-2008 dan 2008-2009 sebagai staff Divisi Syi’ar dan Ketua. Penulis juga aktif di Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI) Wilayah II Bagian Jawa Barat sebagai staff Politik dan Kajian Strategis (POLKASTRA) periode 2007-2009. Selain itu, Penulis aktif juga di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA) sebagai Ketua Divisi Syi’ar periode 2007-2008.
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat qadha iradat serta nikmat yang dikaruniakan oleh Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umat nya hingga akhir jaman. Skripsi yang berjudul “Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (FH) Betina Sampai Kawin Pertama” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sapi perah Fries Holland memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di Indonesia, hal tersebut dikarenakan tingginya permintaan susu, ketersediaan bahan baku pakan yang melimpah, dan kondisi lingkungan yang sesuai di beberapa daerah di Indonesia. Keberhasilan budidaya ternak sapi perah dapat dilihat dari pertumbuhannya berdasarkan perlakuan pada saat ternak lahir sampai lepas sapih, lepas sapih sampai penentuan kawin pertama, pada masa laktasi, dan pada saat ternak dewasa. Pertumbuhan sapi perah FH pada masa lepas sapih sampai kawin pertama sangat ditentukan oleh bobot lahir ternak dan kualitas serta kuantitas pakan yang diberikan, terutama dalam hal pemberian konsentrat sebagai bahan penguat. Penentuan umur dan bobot badan pada saat ternak dikawinkan pertama kali berpengaruh terhadap umur ternak beranak pertama kali, bobot anak yang dilahirkan, dan produksi susu pada masa laktasi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan sederhana. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Penulis, pembaca, dan kemajuan bidang peternakan sapi perah di Indonesia.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ........................................................................................
i
ABSTRACT ..........................................................................................
ii
LEMBA PERNYATAAN ......................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................
vi
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xi
PENDAHULUAN .................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................ Tujuan ........................................................................................
1 1
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
2
Sapi FH ...................................................................................... Pertumbuhan ............................................................................... Pertumbuhan Sebelum Lahir (Prenatal) ............................ Pertumbuhan Setelah Lahir (Postnatal) .............................. Ukuran Tubuh............................................................................... Bobot Badan ............................................................................... Bobot Lahir .................................................................................. Umur Kawin Pertama ................................................................... Pengaruh Iklim Tropis .................................................................. Pengaruh Pakan ............................................................................ Kurva Pertumbuhan ...................................................................... Titik Infleksi ................................................................................. Fase Percepatan................................................................. Fase Perlambatan ..............................................................
2 3 3 3 4 5 6 6 6 7 7 8 8 8
MATERI DAN METODE .....................................................................
9
Waktu dan Lokasi ....................................................................... Materi ......................................................................................... Bahan ............................................................................. Analisis Data ..............................................................................
9 9 9 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
11
Kondisi Umum Lokasi ................................................................ Sejarah .............................................................................
11 11
Lokasi dan Iklim ............................................................... Luas Lahan dan Pemanfaatannya ....................................... Populasi dan Produksi Susu ............................................... Manajemen Pemeliharaan .................................................. Perkandangan ................................................................... Sifat Pertumbuhan ........................................................................ Pertumbuhan Alometri ..................................................................
11 12 13 13 14 15 21
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
23
Kesimpulan ................................................................................. Saran ..........................................................................................
23 23
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
26
LAMPIRAN ..........................................................................................
29
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Keadaan Iklim Desa Cikole Kecamatan Lembang ...............................
12
2. Formulasi Konsentrat Sapi Perah Dewasa ............................................
14
3. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah Dewasa .............................
14
4. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sebelum Penyapihan (umur 0-4 bulan) ..............................................
16
5. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Lepas Sapih Sampai Kawin Pertama (umur 5-15 bulan) .................................
18
6. Persamaan Alometrik Pertumbuhan Relatif Tinggi Pundak (TP) terhadap Bobot Badan (BB) Sapi Perah FH Betina ...............................
21
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Grafik Pertumbuhan Bobot Badan Sapi Perah FH Betina Sampai Kawin pertama ....................................................................................
20
2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sampai Kawin Pertama ....................................................................................
20
3. Grafik Pertumbuhan Relatif Tinggi Pundak (cm) terhadap Bobot Badan (kg) ..........................................................................................
22
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Data Riil Pertumbuhan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi FH Betina Sampai Kawin Pertama ............................................................
30
2. Output Minitab 14 Analisis Regresi.....................................................
33
3. Dokumentasi Penelitian .......................................................................
34
4. Peta Lokasi Penelitian .........................................................................
36
PENDAHULUAN
Latar Belakang Produksi susu Indonesia hanya mencapai 30-35% dari permintaan domestik, sehingga impor susu mencapai 70% kebutuhan nasional (Dirjen Peternakan, 2010). Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi impor bahan baku susu adalah dengan meningkatkan populasi sapi perah dengan performa pertumbuhan dan produktivitas yang baik. Sapi perah dengan kemampuan produksi susu yang tinggi memerlukan replacement stock sapi dara dengan laju pertumbuhan yang baik. Dalam pencapaian pertumbuhan yang baik dari ternak perah dapat dilakukan dari pemilihan bibit induk dan pejantan, sampai manajemen pemeliharaan yang baik terutama dalam hal pemberian pakan. Pertumbuhan adalah salah satu sifat utama dari sesuatu yang hidup. Pertumbuhan merupakan suatu proses nyata yang terlihat, tetapi sulit untuk didefinisikan secara formal. Konsep sederhana pertumbuhan adalah bertambah besar (Lawrence dan Fowler, 2002). Pertumbuhan ternak ternak perah
secara tidak
langsung berhubungan dengan umur ternak tersebut dikawinkan pertama kalinya, karena menurut Losinger dan Heinrichs (1996), umur kawin pertama berhubungan dengan bobot badan ternak saat mencapai kematangan tubuh dan kematangan seksual. Umur beranak pertama di tentukan oleh umur kawin pertama dan mempengaruhi bobot lahir anak. Pencapaian bobot badan umur beranak yang ideal akan memungkinkan melahirkan anak dengan bobot lahir yang baik (Smierl et al., 1990), sedangkan bobot lahir ternak biasanya di asosiasikan dengan kemampuan bertahan hidup dan performa pertumbuhan dan produktivitas susu pada masa laktasi. Sehingga evaluasi terhadap pola pertumbuhan menjadi penting dalam manajemen ternak.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan sapi perah Fries Holland (FH) betina sampai kawin pertama yang dilihat dari perubahan ukuran tubuh (tinggi pundak) dan bobot badan berdasarkan penambahan umur sapi FH di BPT SP dan HMT Cikole Lembang.
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland Sapi Fries Holland atau FH berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat Holstein dan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa lainnya, tetapi kadar lemak susunya rendah. Sebagai gambaran, rataan produksi susu sapi FH di Amerika Serikat rata-rata 7.245 kg/laktasi dengan kadar lemak 3,65%, sedangkan di Indonesia produksi susu adalah 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih 3.050 kg/laktasi (Sudono et al., 2003). Tyler dan Ensminger (2006) menjelaskan bahwa klasifikasi zoologi dari sapi Fries Holland adalah : Divisi
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mamalia
Ordo
: Artyodactyla
Famili
: Bovidiae
Spesies
: Bos taurus
Tanda – tanda yang dimiliki bangsa ini antara lain memiliki warna putih dengan belang hitam, dapat juga hitam dengan belang putih sampai warna putih. ekor harus putih, warna hitam tidak diperkenankan, juga tidak diperbolehkan warna hitam didaerah bawah persendian siku dan lutut, tetapi warna hitam pada kaki mulai dari bahu atau paha sampai ke kuku diperbolehkan ( Syarief dan Sumopratowo, 1984). Sutardi (1981) menyatakan bahwa sapi FH tergolong kedalam bangsa sapi yang paling rendah daya tahan panasnya, sehingga perlu dipertimbangkan iklim yang ada di daerah pemeliharaan. Cekaman panas dapat mempengaruhi suhu tubuh dan metabolisme, yang selanjutnya dapat terjadinya penimbunan panas dalam tubuh ternak. Jika panas dalam tubuh berlangsung terus maka proses pernapasan akan tinggi, sehingga kebutuhan oksigen untuk metabolisme juga tinggi. Akibatnya jika tidak diberikan pakan yang cukup maka akan terjadi penurunan pertumbuhan dan produksi (Ungerer, 1985).
Pertumbuhan Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran-ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau gambaran kurva sigmoid (Forrest et al., 1975) Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur, sedangkan perkembangan adalah perubahan ukuran dan fungsi dari berbagai bagian tubuh mulai embrio sampai dewasa. Pertambahan bobot badan pada hewan muda merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang dan organ-organ vital, sedangkan pertambahan bobot badan pada hewan tua berupa penimbunan lemak. Bentuk pertumbuhan ternak biasanya mengikuti kurva sigmoid, sehingga dapat diramalkan antara umur dan bobot hidupnya bagi ternak (Sugeng, 2002). Menurut Forrest et al. (1975), potensi pertumbuhan seekor ternak sangat dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis kelamin, pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharan.
Perbedaan
bangsa
memberikan
keragaman
dalam
kecepatan
pertumbuhan dan komposisi tubuh. Sementara Hafez dan Dyer (1969) menyatakan bahwa pada semua jenis mamalia pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertama, pertumbuhan sebelum lahir (prenatal) dan kedua, pertumbuhan setelah lahir (post natal).
Pertumbuhan Sebelum Lahir (Prenatal) Salisbury dan VanDemark (1985) menjelaskan bahwa periode fetus sekitar 46-280 hari selama kebuntingan. Awal periode fetus terbentuk alis, dimulai pengerasan tulang dan terjadi perubahan yang cepat dari bentuk kaki – kakinya. Berat fetus pada mulanya berkembang lambat tetapi lebih daripada setengah peningkatan berat fetus terjadi selama dua bulan terakhir masa kebuntingan. Pada saat ini berat fetus mencapai hampir 60% daripada berat fetus pada waktu kelahiran.
Pertumbuhan Setelah Kelahiran (Postnatal) Salisbury dan VanDemark (1985) menjelaskan bahwa dengan berakhirnya masa kebuntingan, anak sapi yang normal telah berkembang sedemikian rupa, sehingga dapat hidup diluar tubuh induknya. Pada saat itu, alat pencernaan maupun pernafasannya telah siap berfungsi sebagaimana mestinya. Selama minggu – minggu
pertama setelah kelahiran sangat dibutuhkan penyesuaian fungsi faali anak sapi tersebut yang membutuhkan perhatian peternak, sehingga anak yang lahir dapat hidup dan tumbuh sempurna. Lawrence dan Fowler (2002) menjelaskan bahwa periode postnatal biasanya akan mengalami pertumbuhan dimulai saat lahir terjadi perkembangan jaringan di otak, kemudian jaringan ditulang, lalu jaringan otot selanjutnya penimbunan lemak. Berbagai proses yang bisa menjadi indikasi untuk melihat pertumbuhan dengan bertambahnya ukuran – ukuran tubuh dan bobot badan sehingga mencapai dewasa atau asimtot. Soeparno (1994) menjelaskan pula bahwa pertumbuhan postnatal, tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak.
Ukuran Tubuh Pertumbuhan secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya bobot badan, sedangkan besarnya badan dapat diukur melalui ukuran – ukuran tubuh. Kombinasi bobot dan besarnya badan, umumnya dipakai sebagai ukuran pertumbuhan. Bobot badan adalah ukuran dari pertumbuhan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pemberian pakan dan minum sebelum penimbangan dilakukan. Pengetahuan mengenai catatan bobot badan seekor sapi dapat membantu program pemberian pakan dan pemberian obat-obatan sesuai dosis, dapat mengetahui laju pertumbuhan sapi dan dapat dengan mudah menentukan harga jual sapi tersebut (Sugeng, 2002). Komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dada dan panjang badan (Dwiyanto, 1982). Williamson dan Payne (1993) menambahkan bahwa pemakaian ukuran lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor hewan dengan tepat. Pengukuran panjang badan dilakukan pada sapi yang berdiri normal dengan keempat kakinya dan kepala lurus kedepan, akan tetapi ukuran lingkar dada tidak dipengaruhi oleh posisi hewan (Anderson dan Kiser, 1963).
Bobot Badan Bobot badan adalah salah satu parameter genetik yang berhubungan dengan produksi susu. Korelasi genetik produksi susu terhadap bobot badan bernilai positif
dan tinggi. Hubungan langsung kemampuan produksi sapi perah berkaitan erat dengan bobot badan (Heidhues et al., 1961), Lingkar dada adalah salah satu konformasi tubuh sapi secara visual yang digunakan untuk menghitung bobot badan (Frey et al., 1972).
Bobot Lahir Rataan bobot lahir anak sapi perah adalah seberat 41,4 kg. Bobot lahir anak jantan 8,5% lebih berat daripada bobot lahir anak betina. Bobot lahir anak sapi betina yang lahir dari induk pada kelahiran ketiga atau keempat lebih berat 7-8% daripada anak betina yang lahir pada kelahiran pertama. Bobot badan anak sapi kembar rata rata lebih ringan 15% daripada anak sapi yang lahir tunggal (Kertz et al., 1997). Bobot lahir yang berat biasanya diasosiasikan dengan kemampuan bertahan hidup yang lebih baik. Hal tersebut disebabkan dengan bobot lahir yang besar merupakan salah satu indikasi kematangan fisiologis, cadangan energi dan insulasi yang lebih baik (Lawrence dan Fowler, 2002). Rasio antara bobot badan anak dengan bobot badan induknya adalah 1:13,8 sehingga bobot lahir anak sebesar 40,3 kg harus dilahirkan oleh induk dengan bobot badan 559,7 kg. Hal tersebut untuk mencegah kematian prenatal (Johanson dan Berger, 2003). Berdasarkan Lowrence dan Fowler (2002), faktor utama yang menyebabkan perbedaan bobot lahir adalah (1) genetik dari pejantan dan induk, (2) umur dan ukuran kondisi tubuh sapi ketika konsepsi, (3) kualitas dan kematangan sel telur saat dibuahi, (4) jumlah anak yang lahir, (5) nutrisi dari induk selama bunting, (6) adanya infeksi penyakit, dan (7) tingkat stress dari induk.
Umur Kawin Pertama Secara tidak langsung umur kawin pertama berhubungan dengan bobot badan ternak saat mencapai kematangan tubuh dan kematangan seksual (Losinger dan Heinrichs, 1996). Secara teori, dengan mempercepat umur kawin pertama maka jumlah anak dan laktasi meningkat. Penentuan umur kawin pertama dan beranak pertama ternak mempengaruhi berbagai hal. Umur beranak pertama mempengaruhi
bobot lahir ternak, pencapaian bobot badan umur beranak yang ideal akan memungkinkan melahirkan anak dengan bobot lahir yang baik (Smierl et al., 1990). Pirlo et al. (2000) mengemukakan bahwa faktor - faktor yang menyebabkan penundaan umur kawin pertama adalah (1) birahi yang terlambat, (2) kesalahan dalam deteksi berahi, (3) kurangnya bobot badan, dan (4) faktor lingkungan.
Pengaruh Iklim Tropis Iklim tropis dari permukaan wilayah / bagian bumi terletak diantara 23,50 LU dan 23,50 LS. Dengan demikian, semua daerah yang terletak diantara lintang tropis memiliki tipe iklim tropis. Iklim tropis merupakan suatu tipe iklim yang dicirikan dengan suhu dan kelembaban yang tinggi sepanjang tahun. Menurut Sugeng (2002) kelembaban udara rata-rata pada iklim tropis diatas 60% dan curah hujan rata-rata diatas 1800 mm/tahun. Williamson dan Payne (1993), menyatakan iklim tropis sangat bervariasi dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor tetap antara lain garis lintang, ketinggian tempat, perbandingan antara permukaan luas air dan daratan, keadaan tanah dan topografinya. Iklim juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tidak tetap, seperti arus laut, angin, curah hujan dan vegetasi tanaman. Interaksi antara semua faktor diatas menyebabkan terbentuknya iklim mikro pada daerah tertentu. Evaluasi hubungan antara performa fisiologi ternak dengan lingkungan digambarkan berdasarkan konsep Thermoneutral Zone (TNZ). Nilai TNZ sebagai suatu kisaran temperatur yang efektif bagi ternak ditandai dengan laju dan efisiensi performa maksimum dan kesehatan. Menurut Yousef (1984) kisaran TNZ sapi perah berada pada kisaran 0-160C. Pertanda umum tampak pada saat sapi perah tercekam pada suhu sekitar 26,6-32,20C dan kelembaban udara berkisar 50-90%. Sudono et al., (2003) menyatakan bahwa syarat hidup sapi-sapi FH dan sapi perah di Eropa lainnya adalah dataran tinggi yang bersuhu 15-210C. Sementara itu, sapi peranakan FH bisa hidup di dataran rendah. Pengaruh Pakan Sapi dara diberi makan dan dipelihara dengan wajar, ia akan tumbuh sesuai dengan sifat – sifat bangsanya. Kekurangan makanan akan memperlambat umur sapi dara dalam pencapaian masak kelamin, tetapi setelah dewasa kelamin tercapai fertilitasnya belum terpengaruh, karena rendahnya tingkat makanan yang diberikan.
Pemberian makanan yang berlebihan menyebabkan terjadinya pubertas yang lebih awal dan tidak mengganggu fertilitas, tetapi tidak ekonomis. Kombinasi defisien protein dan fosfor menyebabkan kelambatan pendewasaan kelamin dan menekan gejala – gejala berahi normal, tetapi tidak mengganggu ovulasi normal atau kemudahan konsepsi. Tingkat protein yang menunjang
pertumbuhan akan
menunjang reproduksi juga (Salisbury dan VanDemark, 1985). Sesudah kelahiran, pengaruh besar tubuh sangat tergantung pada keadaan makanan yang diberikan. Sapi dara yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil, akan mencapai bobot badan normal sesudah melahirkan, bila sapi itu diberi makan cukup untuk tumbuh atau berproduksi susu (Salisbury dan VanDemark, 1985).
Kurva Pertumbuhan Fitzhugh (1976) menyatakan bahwa kurva pertumbuhan merupakan pencerminan kemampuan suatu individu atau populasi untuk mengaktualisasikan diri sekaligus sebagai ukuran akan berkembangnya bagian – bagian tubuh sampai mencapai ukuran maksimal (dewasa) pada kondisi lingkungan yang ada. Lingkungan tersebut dapat berupa level produksi individu, kuantitas dan kualitas pakan, lokasi dan lingkungan secara umum. Pertumbuhan tiap- tiap individu secara umum diperlihatkan sebagai bentuk sigmoid atau “S”. Kurva “S” ini menggambarkan suatu bentuk percepatan dan bentuk perlambatan. Brody (1945) menjelaskan bahwa bentuk kurva pertumbuhan menggambarkan perkembangan ternak dari lahir sampai mati. Lawrence dan Fowler (2002) menjelaskan bahwa pola pertumbuhan sebagai bentuk yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kehidupan awal, kemudian mengalami peningkatan secara perlahan sampai mencapai konstan saat ternak tua. Ketika bobot badan selama hidup
diplotkan sebagai fungsi dari umur dan waktu, ternak
memproduksi sebuah kurva karateristik pertumbuhan yang berbentuk kurva pertumbuhan sigmoid karena menyerupai huruf “S”. Fase percepatan dimulai dari lahir hingga mencapai
titik infleksi. Fase
percepatan ini ditandai dengan adanya perubahan bentuk, pertambahan bobot badan, pertumbuhan ukuran tubuh. Sudono et al., (2003) menyatakan bahwa sapi perah yang masih muda dapat berubah bentuknya, bertambah besar bobot badannya, dan
bertambah ukuran tubuhnya. Sugeng (2002) menambahkan bahwa pertambahan bobot badan hewan muda merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang dan organ – organ vital.
Titik Infleksi Titik infleksi merupakan titik mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum dan mencapai percepatan yang menurun. Brody (1945) dan menjelaskan bahwa titik infleksi mengindikasikan (1) waktu mencapai pertumbuhan maksimum yakni perubahan dari peningkatan percepatan menjadi penurunan kecepatan pertumbuhan, (2) umur pubertas, (3) tingkat kematian spesifik yang terkecil, permulaan tahap peningkatan kematian spesifik, dan (4) suatu referensi geometrik untuk determinasi kesamaan umur antara ternak berbeda dan juga kesamaan umur pada pertumbuhan populasi.
Fase Percepatan Fase percepatan dimulai dari lahir hingga mencapai titik infleksi. Sudono et al. (2003) menyatakan bahwa sapi perah yang masih muda dapat berubah bentuknya, bertambah besar bobot badannya, dan bertambah ukuran tubuhnya. Sugeng (2002) menambahkan bahwa penambahan bobot badan hewan muda adalah merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang dan organ – organ vital.
Fase Perlambatan Fase pertumbuhan terakhir memasuki fase tahap dewasa atau fase perlambatan. Menurut Sudono et al., (2003) ternak yang sudah dewasa dan mengalami ketuaan ukuran tubuhnya tetap, bahkan cenderung berkurang baik bobot badannya maupun ukuran tubuhnya dan kemampuan reproduksinya menjadi terbatas. Soeparno (1994) menjelaskan bahwa setelah fase perlambatan atau penurunan kecepatan pertumbuhan, kenaikan berat tubuh akan didominasi oleh peningkatan deposisi lemak yang terjadi pada kira-kira sepertiga dari berat akhir. Bentuk sigmoid memberikan penjelasan bahwa umur tidak menyebabkan berat tubuh, tetapi memberi kesempatan pada ternak untuk tumbuh, mencapai dewasa dan berinteraksi dengan lingkungan.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HMT) Cikole Lembang Kabupaten Bandung dengan jarak 22 km di sebelah utara kota Bandung atau 4 km dari ibukota kecamatan Lembang Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 8-12 Februari 2010 di Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HMT) Cikole Lembang Kabupaten Bandung.
Materi Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder dari Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HMT) Cikole Lembang, yaitu berupa data pertumbuhan bobot badan dan tinggi pundak sapi perah FH betina dari lahir (0 bulan) sampai umur 15 bulan dengan jumlah 30 ekor dari tahun 2008 sampai 2009.
Analisis Data Pola pertumbuhan dianalisis secara statistik untuk mengetahui nilai rataan (X), simpangan baku (SB), nilai minimum (min), dan nilai maksimum (mak). Nilai koefisien perumbuhan relatif (b) ukuran tubuh terhadap bobot badan ternak dianalisis menggunakan persamaan alometrik (Ismayanti, 1994), yaitu : Y = aXb Keterangan : Y : bobot badan (kg); X : ukuran tubuh yang mengalami pertumbuhan (cm) a : intersep; b : koefisien pertumbuhan relatif, yang ditransformasikan kedalam bentuk persamaan logaritma natural (Ln) menjadi
Ln Y = Ln a + b LnX. Transformasi ini dimaksudkan agar prosedur pendugaan dan pengujian data dapat ditempuh dengan regresi linier. Program Statisik digunakan dalam menghitung persamaan alometrik adalah Minitab 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Sejarah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT SP dan HMT) Cikole berdiri sejak tahun 1952 dengan nama taman ternak yang diprakarsai oleh Drh. Soedjono Kosoemowardjo (Kepala Jawatan Kehewanan Priangan Barat) dengan fungsi utamanya budi daya ternak sapi perah serta pengembangan komoditi ternak lainnya. Tahun 1983 seluruh tanggungjawab diserahkan kepada Dinas Peternakan Provinsi DT I Jawa Barat, selanjutnya tahun 1984 berubah menjadi UPTD dengan nama Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Cikole Lembang. Pada tahun 1999 berubah kembali menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah. Kemudian pada tahun 2002 berubah menjadi UPTD Balai Pengembangan Perbibitan Ternak (BPPT) Sapi Perah Cikole Lembang. Kemudian pada tahun 2010 berubah kembali menjadi Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang berdasarkan PERDA No. 113 tahun 2009 tentang tugas pokok dan fungsi. Pada tahun 1997-2002, BPPT Sapi Perah Cikole dijadikan main site pada kerjasama teknis “Peningkatan teknologi Sapi Perah” cq. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian dengan Pemerintah Jepang cq. Japan International Cooperation Agency (JICA). Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPTSP dan HMT) Cikole Lembang mempunyai tugas pokok sesuai dengan PERDA No.05 Tahun 2002, yaitu melaksanakan sebagian fungsi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat di bidang pengembangan perbibitan ternak. Fungsi operasional dari Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang adalah pengelolaan bibit ternak sapi perah dan hijauan makanan ternak, percontohan dan uji coba, pelatihan dan magang, dan sumber pendapatan (PAD). Lokasi dan Iklim Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang berada di
Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung dengan jarak 22 Km di sebelah Utara Kota Bandung atau 4 Km dari Ibukota Kecamatan Lembang dan terletak di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah andosol. Berdasarkan kondisi geografis dan topografinya, merupakan dataran tinggi dan beriklim dingin hingga sedang dengan data klimatologis, sebagaimana dipaparkan pada Tabel 1. Tabel 1. Keadaan Iklim Desa Cikole Kecamatan Lembang Kondisi Iklim
Keterangan
Temperatur Maksimal
24,6 0C
Temperatur Minimal
13,8 0C
Kelembaban
80,5 %
Curah Hujan
2.393 mm/tahun
Evaporasi
3,4 mm/hari
Radiasi
285 cal/cm
Sumber : http://disnak.jabarprov.go.id 10 Januari 2010]. Luas Lahan dan Pemanfaatannya Luas lahan yang dimiliki hingga saat ini yaitu 61,54 hektar, dengan perincian 9,8 hektar di lokasi Cikole (tahun 1952) dan 51,74 hektar (pengembangan lahan tahun 2002 dan 2003) di Instalasi Subang tepatnya di Desa Dayeuhkolot dan Desa Sukamandi Kecamatan Sagalaherang serta Desa Bunihayu dan Desa Tambakmekar Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Dari jumlah lahan tersebut, 56,74 hektar diantaranya sementara ini dimanfaatkan untuk kebun rumput yaitu 5 hektar di Cikole dengan produksi rumput 200-500 ton per ha/tahun dan 51,74 hektar di Instalasi Subang dengan produksi rumput berkisar 90-140 ton per ha/tahun. Sisa lahan lainnya merupakan bangunan (Disnak Prov. Jabar, 2009).
Populasi dan Produksi Susu Populasi ternak sapi perah yang dikelola saat ini (per awal Januari 2010) sebanyak 184 ekor, terdiri dari 61 ekor sapi perah dewasa (52 ekor laktasi dan 9 ekor kering), 90 ekor sapi muda dan 33 ekor sapi anak. Jumlah produksi yang dihasilkan ± 520 liter per hari atau rata-rata produksi per ekor per hari 12 liter.
Manajemen Pemeliharaan Arti pemeliharaan sebenarnya adalah penyelenggaraan semua pekerjaan yang berhubungan dengan kehidupan dan kelanjutan hidup ternak sapi perah. Dalam proses pemeliharaan diusahakan sapi selalu dalam keadaan sehat, tentram, makan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta dapat menghasilkan anak secara teratur setiap tahun dengan produksi susu yang cukup tinggi. Pemeliharaan ternak sapi perah meliputi pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus. Pemeliharaan umum meliputi kebersihan kandang, pengaturan pemberian ransum, pengaturan pemberian air minum, dan penjagaan kebersihan sapi. Pemeliharaan khusus meliputi pemeliharaan sapi bunting, pemeliharaan anak sapi, pemeliharaan sapi dara, dan pemeliharaan sapi jantan (Syarief dan Sumopratowo, 1984). Pemberian pakan di BPT SP dan HMT Cikole disesuaikan dengan umur dan kondisi fisiologis ternak sapi perah. Pemberian kolostrum pada pedet dilakukan selama tujuh hari, setelah itu diberikan pengganti kolostrum 2,5-8 liter sehari di sesuaikan dengan kualitas keturunan pedetnya. Pemberian pakan pengganti di lakukan sampai sapi berumur empat bulan, dan selama pemberian pakan pengganti di barengi juga hay untuk merangsang kerja rumen sapi. Jumlah susu yang diberikan kepada anak sapi selama masa preweaning (sebelum disapih) berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan, kesehatan, perkembangan kineja usus, perkembangan kelenjar susu, dan kapasitas produksi susu (Khan et al., 2007). Pada kondisi lepas sapih atau sekitar umur empat bulan, sapi diberikan pakan hay dan digembalakan antara jam 08.00-11.00 WIB serta ditempatkan di kandang exercise. Sapi dara diberikan pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu hijauan rumput gajah ± 50 kg per hari. Sapi laktasi di BPT SP dan HMT Cikole, diberikan pakan sebanyak tiga kali per hari yaitu berupa hijauan (rumput gajah), konsentrat, dan ampas tahu. Pemberian konsentrat dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore sebanyak ± 2% dari bobot tubuh, sedangkan rumput ± 10% bobot tubuh dan ampas tahu diberikan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Formulasi dan kadungan konsentrat yang di berikan pada sapi dewasa dan laktasi masing-masing di perlihatkan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Formulasi Konsentrat Sapi Perah Dewasa No
Bahan
%
1
Pollard
40
2
Dedak
15
3
Jagung
20
4
Bungkil Kelapa
14
5
Bungkil Kedelai
9
6
Kapur
1
7
Ultra Mineral
1
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah Dewasa Zat Makanan
Kandungan (%)
Standar (%)
Bahan Kering
88,02
87
TDN
70,39
70
Protein
16,63
16
Serat
10,28
11
BETN
55,97
Lemak
6,46
6
11
11
Ca
1,79
1,2
P
1,18
0,8
Abu
Perkandangan Berdasarkan fungsinya, perkandangan merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap berhasil tidaknya usaha ternak sapi perah. Perkandangan di BPT SP dan HMT Cikole terdiri dari beberapa jenis kandang berdasarkan kondisi fisiologis ternak. Jenis kandang tersebut yaitu kandang beranak, kandang exercise, kandang dara dan kandang laktasi. Bahan lantai kandang terbuat dari semen dan di tambah karpet karet untuk sapi laktasi. Penggunaan karpet karet dapat mengurangi kejadian luka pada kaki bahkan kearah gejala mempercepat penyembuhan. Penggunann karpet karet tidak berpengaruh buruk terhadap konsumsi pakan, berat badan, produksi susu, status fisiologis, dan lama waktu membersihkan kandang
(Ma’sum, 1990). Atap kandang yang digunakan adalah genteng pada kandang dara dan beranak, bahan asbes pada kandang laktasi, dan bahan fiber glass pada kandang exercise.
Sifat Pertumbuhan Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur, sedangkan perkembangan adalah perubahan ukuran dan fungsi dari berbagai bagian tubuh mulai embrio sampai dewasa. Pertambahan bobot badan pada hewan muda merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang dan organorgan vital, sedangkan pertambahan bobot badan pada hewan tua berupa penimbunan lemak. Bentuk pertumbuhan ternak biasanya mengikuti kurva sigmoid, sehingga dapat diramalkan antara umur dan bobot hidup ternak (Sugeng, 2002). Lawrence dan Fowler (2002) menjelaskan bahwa pola pertumbuhan sebagai bentuk yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kehidupan awal, kemudian mengalami peningkatan secara perlahan sampai mencapai konstan saat ternak tua. Ketika bobot badan selama hidup merupakan fungsi dari umur dan waktu, akan menggambarkan sebuah kurva karateristik pertumbuhan yang berbentuk kurva pertumbuhan sigmoid karena menyerupai huruf “S”. Pertumbuhan secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya bobot badan, sedangkan besarnya badan dapat diukur melalui ukuran – ukuran tubuh. Kombinasi bobot dan besarnya badan, umumnya dipakai sebagai ukuran pertumbuhan. Bobot badan adalah ukuran dari pertumbuhan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pemberian pakan dan minum sebelum penimbangan dilakukan (Sugeng, 2002). Tabel 4 dan 5 memperlihatkan data ukuran tinggi pundak (TP) dan Bobot Badan (BB) mulai umur 0-4 bulan (sebelum disapih) dan umur 5-15 bulan (lepas sapih sampai kawin pertama) sapi perah FH betina di BPT SP dan HMT Cikole Lembang.
Tabel 4. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sebelum Penyapihan (umur 0-4 bulan) Umur (Bulan)
Sampel (Ekor)
Peubah
BB TP (Kg) (Cm) x ± SB 39,15 ± 2,22 55,67 ± 0,78 0 30 KK (%) 5,7 1,41 Min – Max 36-45 54,6-57,2 x ± SB 47,15 ± 5,92 56,84 ± 0,86 1 30 KK (%) 12,5 1,5 Min – Max 39,1-56,82 55,6-58,6 x ± SB 64,63 ± 5,24 60,92 ± 1,47 2 30 KK (%) 8,1 2,4 Min – Max 57,1-74,22 58,6-63,6 x ± SB 82,47 ± 5,36 65,71 ± 1,53 3 30 KK (%) 6,5 2,3 Min – Max 74,3-92,2 62,4-69,3 x ± SB 100,45 ± 5,40 70,85 ± 2,0 4 30 KK (%) 5,4 2,8 Min – Max 91,7-110,49 67-73,8 Keterangan : BB = bobot badan; TP = tinggi pundak; x = rataan; SB = simpangan baku; KK = koefisien keragaman; Min = minimum; Max = maksimum
Berdasarkan data dari Tabel 4 terlihat, bahwa rataan dari bobot badan dan tinggi pundak dari umur 0–4 bulan mengalami peningkatan, hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan dari bobot badan dan tinggi pundak tersebut. Koefisien Keragaman (KK) bobot badan yang besar pada umur 1 bulan menunjukkan bahwa beragamnya bobot badan. Sudono et al. (2003) dan Williamson dan Payne (1993) menjelaskan bahwa pedet perlu diberikan kolostrum sejak kelahirannya agar pertumbuhan dan kesehatannya tetap terjaga. Jumlah susu yang diberikan kepada anak sapi selama masa preweaning (sebelum disapih) berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pertumbuhan, kesehatan, perkembangan kineja usus, perkembangan kelenjar susu, dan kapasitas produksi susu (Khan, 2007). Berdasarkan Lawrence dan Fowler (2002), faktor utama yang menyebabkan perbedaan bobot lahir adalah (1) genetik dari pejantan induk, (2) umur dan ukuran kondisi tubuh sapi ketika konsepsi, (3) kualitas dan kematangan sel telur saat dibuahi, (4) jumlah anak yang lahir, (5) nutrisi dari induk selama bunting, (6) adanya infeksi penyakit, dan (7) tingkat stress dari induk. Perubahan performa ternak mulai dari kesehatan, tingkah laku, dan kesejahteraaan ternak dapat juga disebabkan oleh
lingkungan yang panas. Sapi perah pada daerah tropis, periode kebuntingan lebih cepat dua minggu dan bobot lahir ternak menjadi rendah (Hahn, 1982) Rata-rata bobot lahir anak sapi perah adalah seberat 41,4 kg. Bobot lahir anak jantan 8,5% lebih berat dari pada bobot lahir anak betina. Bobot lahir anak sapi betina yang lahir dari induk pada kelahiran ketiga atau keempat lebih berat 7-8% daripada anak betina yang lahir pada kelahiran pertama. Bobot badan anak sapi kembar rata - rata lebih ringan 15% daripada anak sapi yang lahir tunggal (Kertz et al., 1997). Bobot lahir yang besar biasanya diasosiasikan dengan kemampuan bertahan hidup yang lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena dengan
bobot lahir
yang besar merupakan salah satu indikasi kematangan fisiologis, cadangan energi dan insulasi yang lebih baik (Lawrence dan Fowler, 2002). Bobot lahir sapi perah jenis Holstein menurut Syarief dan Sumopratowo (1984) pada pertumbuhan normal adalah 41 kg dan dengan tinggi pundak sebesar 74 cm, sedangkan hasil penelitian di BPT SP dan HMT Cikole seperti terlihat pada Tabel 4
menunjukkan bobot lahir berkisar antara adalah 36-45 kg dan Tinggi
Pundak 54,6-57,2 cm, sehingga data hasil penelitian untuk tinggi pundak lebih kecil dan selang bobot lahir masih termasuk dalam bobot lahir rata-rata normal seperti yang dijelaskan Kertz et al. Hal ini menunjukkan bahwa bobot lahir sapi perah di BPT SP dan HMT Cikole Lembang cukup baik. Berdasarkan Tabel pertumbuhan yang cukup cepat pada
4 terlihat
umur lahir (0 bulan) sampai umur disapih (4
bulan). Hal ini sesuai pernyataan Lawrence dan Fowler (2002) bahwa pola pertumbuhan sebagai bentuk yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kehidupan awal. Pertumbuhan pedet yang cukup baik ini perlu dijadikan pertimbangan dalam menentukan standarisasi bibit di BPT SP dan HMT Cikole Lembang. Sesudah kelahiran dan pada saat ternak ternak mengalami perkembangan pubertas, pertumbuhan sangat tergantung pada beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi dara adalah (1) bangsa sapi dara, (2) besar anak sapi waktu lahir, (3) pengaruh kebuntingan, dan (4) pengaruh ransum yang diberikan (Syarief dan Sumopratowo, 1984). Rata-rata umur dewasa kelamin menurut Salisbury dan VanDemark (1985) adalah 9 bulan, dengan kisaran 5-15 bulan dalam kondisi pakan normal. Pirlo et al. (2000) mengemukakan bahwa faktor - faktor yang
menyebabkan penundaan umur kawin pertama adalah (1) birahi yang terlambat, (2) kesalahan dalam deteksi berahi, (3) kurangnya bobot badan, dan (4) faktor lingkungan. Tabel 5. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Lepas Sapih Sampai Kawin Pertama (umur 5-15 bulan) Umur (Bulan)
Sampel (Ekor)
Peubah
BB TP (Kg) (Cm) x ± SB 117,34 ± 8,08 75,96 ± 2,79 5 30 KK (%) 6,9 3,7 Min – Max 93,99-128,49 69,5-79,8 x ± SB 134,38 ± 9,74 80,57 ± 3,90 6 30 KK (%) 7,2 4,8 Min – Max 112,59-147,09 72,6-85,4 x ± SB 150,12 ± 11,17 84,82 ± 4,93 7 30 KK (%) 7,4 5,8 Min – Max 128,18-164,79 75,3-91,4 x ± SB 167,90 ± 11,09 88,36 ± 5,92 8 30 KK (%) 6,6 6,7 Min – Max 146,78-183,03 77,8-96,4 x ± SB 184,52 ± 11,19 91,96 ± 6,63 9 30 KK (%) 6,1 7,2 Min – Max 164,48-201,32 79,9-100,6 x ± SB 199,91 ± 11,49 95,22 ± 7,14 10 30 KK (%) 5,7 7,5 Min – Max 178,58-219,55 82,4-105,6 x ± SB 215,07 ± 11,45 97,74 ± 7,08 11 30 KK (%) 5,3 7,2 Min – Max 198,68-237,84 84,9-108,6 x ± SB 230,16 ± 10,59 100,14 ± 6,97 12 30 KK (%) 4,6 7,0 Min – Max 214,22-252,89 87,4-110,2 x ± SB 245,36 ± 9,67 102,637 ± 6,98 13 30 KK (%) 3,9 6,8 Min – Max 230,12-271,18 89,5-112,5 x ± SB 259,50 ± 8,15 105,23 ± 7,09 14 30 KK (%) 3,1 6,7 Min – Max 246,32-287,98 91,5-112,6 x ± SB 274,41 ± 8,71 107,72 ± 7,06 15 30 KK (%) 3,2 6,6 Min – Max 261,62-306,58 94,2-118,1 Keterangan : BB = bobot badan; TP = tinggi pundak; x = rataan; SB = simpangan baku; KK = koefisien keragaman; Min = minimum; Max = maksimum
Williamson dan Payne (1993) menjelaskan bahwa tujuan pemeliharaan sapi dara adalah agar dapat mencapai pertumbuhan yang maksimum serta dewasa kelamin awal dengan biaya paling rendah, sehingga keterlambatan dewasa kelamin akan mengakibatkan penambahan biaya. Salisbury dan VanDemark (1985) menyatakan bahwa perlu diperhatikan waktu memelihara sapi dara agar mencapai pubertas dengan normal dan memiliki bentuk tubuh yang cukup besar sehingga dapat melahirkan anak dengan normal pada umur yang cukup muda. Sudono et al (2003) menyatakan sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali setelah sapi berumur 15 bulan dengan bobot badan ± 275 kg, hal tersebut agar sapi dara dapat beranak pada umur dua tahun. Menurut Syarief dan Sumopratowo (1984) sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali pada umur antara 18-20 bulan. Hal ini dilakukan dengan harapan sapi dara mulai beranak untuk pertama kali pada umur 28-30 bulan. Tabel 5 menunjukkan bahwa secara umum rataan pertumbuhan mengalami peningkatan relatif lebih rendah
dengan koefisien keragaman lebih kecil
dibandingkan dengan rataan pertumbuhan dan koefisien keragaman pada kondisi sebelum penyapihan. Hal ini dimungkinkan karena pada tahap lepas sapih sampai kawin pertama hampir memasuki titik infleksi dan fase perlambatan, karena titik infleksi mengindikasikan perubahan fase dari percepatan ke perlambatan. Berdasarkan hasil penelitian, sapi perah FH betina di BPT SP dan HMT Cikole Lembang dikawinkan pertama sekitar pada umur 15 bulan dengan bobot badan 250 kg, sehingga umur kawin pertama di BPT SP dan HMT Cikole tersebut sesuai dengan pernyataan Sudono et al. (2003) sapi dara dapat dikawinkan pertama pada umur 15 bulan dengan bobot badan ± 275 kg. Rataan bobot badan sapi umur 15 bulan hasil penelitian adalah 274,41 kg dengan kisaran 261,62-306,58 kg, sehingga hasil penelitian tersebut dapat dikatakan telah sesuai dengan standar BPT SP dan HMT Cikole walaupun masih dibawah standar bobot badan yang dinyatakan Sudono et al. (2003). Hal ini memperkuat pernyataan Salisbury dan VanDemark (1985) mengenai umur
pubertas sapi FH betina yang dicapai saat umur 9-15 bulan
berdasarakan kecukupan nutrisi yang diberikan dengan umur kawin pertama dilakukan setelah birahi pertama. Pemberian pakan yang baik dapat mempercepat
masak kelamin dan kawin pertama karena tubuh sudah dapat menerima kelahiran
Bobot Badan (kg)
berdasarkan dari pertumbuhan tubuh dan reproduksi yang baik.
Umur (Bulan)
Tinggi Pundak (cm)
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Bobot Badan Sapi Perah FH Betina Sampai Kawin Pertama
Umur (Bulan) Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sampai Kawin Pertama Kurva pertumbuhan bobot badan (Gambar1) dan tinggi pundak (Gambar 2) memperlihatkan
peningkatan
pertumbuhan
berdasarkan
umur
(bulan)
dan
menunjukkan bentuk yang sama yaitu pola sigmoid. Pada kehidupan awal secara
umum terlihat terjadi laju pertumbuhan yang cepat, kemudian secara perlahan mengalami penurunan laju pertumbuhan. Ukuran tubuh dan bobot badan di awal kehidupan atau setelah lahir mengalami pertumbuhan secara cepat, sehingga memerlukan perhatian yang lebih dari peternak. Sebagaimana yang dinyatakan Salisbury dan VanDemark (1985) bahwa dengan berakhirnya masa kebuntingan, anak sapi terus berkembang sehingga dapat hidup diluar tubuh induknya. Selama minggu-minggu pertama setelah kelahiran, anak sapi membutuhkan penyesuaian diri dalam fungsi faali, sehingga anak sapi membutuhkan perhatian lebih dari peternak. Jika anak sapi tersebut mempunyai performa pertumbuhan yang baik, maka anak sapi tersebut dapat dijadikan bibit dalam peternakan. Salisbury dan VanDemark(1985) menyatakan perlu perhatian pada sapi dara untuk mencapai pubertas dengan baik dan memiliki bentuk tubuh yang besar agar dapat melahirkan anak dengan selamat pada umur yang muda dan melahirkan ternak dengan bobot badan yang baik.
Pertumbuhan Alometri Gambaran pertumbuhan organ atau komponen tubuh secara kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus alometrik Y=aXb yang ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan garis regresi logaritma natural (Ln) menjadi Ln Y = Ln a + b LnX, dengan sumbu Y (bobot badan), X (tinggi pundak), a (intersep atau konstanta) dan b (koefisien pertumbuhan relatif). Pertumbuhan Alometri hasil penelitian tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Persamaan Alometrik Pertumbuhan Relatif Tinggi Pundak (TP) terhadap Bobot Badan (BB) Sapi Perah FH Betina Hasil Perhitungan A b Y=aXb -250 4,34 BB= -250TP4,34 Keterangan : Y= Bobot badan (kg); X= Tinggi pundak (cm); a= koefisien integral; b= koefisien pertumbuhan relatif Ismayanti
(1994)
menjelaskan
bahwa
apabila
nilai
b=3,
maka
pertumbuhannya isometrik, yaitu pertambahan tinggi pundak seimbang dengan dengan pertambahan bobot badan sapi. Apabila nilai b>3 atau b<3, pertumbuhan
masing-masing dinamakan alometrik positif (pertambahan bobot badan lebih cepat daripada pertambahan tinggi pundak) dan pertumbuhan pertumbuhan alometrik negatif
Bobot Badan (kg)
(pertambahan bobot badan lebih lambat daripada pertambahan tinggi pundak).
Tinggi Pundak (cm) Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Relatif Tinggi Pundak (cm) terhadap Bobot Badan (kg) Berdasarkan data hasil penelitian seperti Gambar 3 dan Tabel 6 memperlihatkan bahwa pertambahan tinggi pundak lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bobot badan (b>3) dengan nila b (4,34). Berdasarkan hasil analisis persamaan regresi yang digunakan, diketahui diketahui bahwa setiap pertambahan 1 Cm tinggi pundak selama masa pertumbuhan sampai kawin pertama akan mempengaruhi pertambahan bobot badan sebesar 4,34 Kg. Gambar 3 menunjukkan besarnya peningkatan pertambahan bobot badan berdasarkan peningkatan pertambahan tinggi
pundak. Perbedaan pertumbuhan ukuran tubuh ini disebabkan oleh perbedaan fungsi dan komponen yang menyusun bagian tubuh tersebut. Bagian tubuh yang berfungsi lebih awal atau lebih dini akan berkembang terlebih dulu (Sampurna (Sampurna dan Suatha,
2010). Hafid dan Priyanto (2006) menjelaskan bahwa ada dua arah gelombang pertumbuhan. Gelombang petama merupakan arah antero-posterior yang dimulai
dari arah cranium (tengkorak) di bagian depan tubuh menuju kearah pinggang (loin). Sedangkan gelombang kedua merupakan arah centripetal yang dimulai dari arah
distal kaki ke arah proximal tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (loin) yang merupakan bagian tubuh yang paling terakhir mencapai pertumbuhan maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pertumbuhan sapi perah Fries Holland (FH) betina sampai kawin pertama di BPT SP dan HMT Cikole dapat dikatakan cukup baik. Pola pertumbuhan relatif sapi perah FH betina sampai kawin pertama berdasarkan persamaan alometrik menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi pundak lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bobot badan.
Saran Ternak yang memiliki bobot lahir berat dengan laju pertumbuhan yang baik dapat dijadikan bibit induk berikutnya. Manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan pada sapi dara perlu diperhatikan agar pada saat umur dikawinkan pertama tercapai kondisi tubuh yang baik, sehingga bobot ternak yang dilahirkan baik dan produksi susu dapat dicapai dengan semaksimum mungkin.
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat qadha iradat serta serta nikmat yang dikaruniakan oleh Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada kekasih tercinta, orang yang paling mulia yang membawa umatnya dari jaman kebodohan ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, yaitu nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umat nya hingga akhir jaman. Terlepas dari sederhananya isi dari skripsi ini, Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan do’a, semangat, dorongan, dan arahan demi selesainya penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada : 1)
Hj. Siti Aisyah dan H. Tabidin selaku kedua orang tua Penulis yang tak hentihenti nya selalu memberikan do’a untuk kesuksesan dan sekaligus menjadi penyemangat bagi Penulis.
2)
Ir. BN Polii, SU selaku pembimbing akademik Penulis yang selalu memberikan arahan dan nasihat selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan IPB.
3)
Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr dan Ir. Andi Murfi, M.Si, masing-masing selaku pembimbing skripsi utama dan anggota yang selalu memberikan semangat, arahan, dan kemudahan mulai dari pra penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
4)
Ir. Andi Arfiana (Kepala BPPT SP dan HMT Cikole), Drh. F. Teguh Santoso (Koordinator Keswan BPPT SP dan HMT Cikole), dan Febby Rizaly NR, S.Pt (Pelaksana Sie Pengujian BPPT SP dan HMT cikole) atas kemudahan ijin penelitian yang diberikan serta bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian di BPPT SP dan HMT Cikole Lembang Bandung Jawa Barat.
5)
Teman-teman Fakultas Petenakan IPB khususnya kelas IPTP 43 yang selalu menjadi teman curhat dan belajar selama Penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan IPB.
6)
Teman-teman seperjuangan di Famm Al-An’aam, ISMAPETI, dan OMDA HIMALAYA yang menjadi wadah bagi Penulis untuk menempa diri dalam berorganisasi selama di kampus IPB.
7)
Teman-teman kost GIZI ABADI diantaranya Fiqi, Mawas, Nuryadin, Yandhi, Elhaq, Mahesa, Exval, Syafi’I dan yang lainnya, yang selalu mengisi keseharian Penulis dengan canda gurau dan saling menyemangati antara satu sama lainnya.
Dengan tidak mengurangi rasa terima kasih Penulis kepada semua pihak selain yang disebutkan di atas, penulis ucapkan terima kasih atas semua kebaikan yang diberikan dan semoga kebaikan tersebut menjadi amal baik dan pahala
yang bisa kalian
dapatkan, Amin.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Anderson, A.L. & J.J. Kiser. 1963. Introductory Animal Science. The MacMillan Company, New York. Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Publication Corp.,New York. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2009. http://disnak.jabarprov.go.id 10 Januari 2010].
BPPT-S.
Lembang.
Direrktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada Ternak Sapi Tahun 2010. Kementerian Pertanian Indonesia, Jakarta. Dwiyanto, K. 1982. Pengamatan Penotif Domba Priangan Serta Hubungan antara Beberapa Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan. Tesis. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fitzhugh Jr, H.A. 1976. Analysis of Growth Cu rves and Strategy for Altering Their Shape. J. Anim. Sci. 42 (4) : 1036 – 1051. Forrest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge, & R.A. Merkel. 1975. Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Company, San Francisco. Frey, J.K.R., Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972. Evaluation of Cow Type Classification Score and Its Relationship to Cow Productivity. J. of An. Sci., 31 : 171 (Abstr). Hafez, E.S.E & I.A. Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lea dan Fisher. Philadelphia. Hafidz, H.H. & R. Priyanto. 2006. Pertumbuhan dan Distribusi Potongan Komersial Karkas Sapi Australian Commercial Cross dan Brahman Cross Hasil Penggemukan. Media Peternakan. 29 (2) : 63-69. Hahn, G.L. 1982. Management and Housing of Farm Animal in Hot Environments. Dalam : M.K Yousef (editor). Stress Physiology of Livestock. Volume II : Basic Principle. CRC Press. Inc., Florida. Heidhues, T., W.W. Sweet & C.A. Konddy. 1961. Interrelationship Between Certain Measurement of External Body from Internal Anatomy and Fat Production. J. of Dairy Sci. 44, 115. Ismayanti, A. 1994. Pembandingan Beberapa Metode Pendugaan Parameter Populasi Ikan Pada Persamaan Alometrik dan Penentuan Selang Kepercayaan dengan Metode Bootstrap. Skripsi. Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Johanson, J.M. & P.J. Barger. 2003. Birth Weight as a Predictor of Calving ease and Perinatal Mortality in Holstein Cattle. J. of Dairy Sci. 86 : 3745 – 3755. http://www.journalofdairyscience.com. [ 12 Januari 2010]. Kertz, A.F., L.F. Reutzel, B.A. Barton, & R.L. Ely. 1997. Body Weight, Body Condition score and Wither Height of Prepartun Holstein cows and Birth Weight and Sex of Calves By Parity : A Database and Summary. J. of Dairy Sci. 80 : 525. http://www.journalofdairyscience.com. [12 Januari 2010]. Khan, M.A., H.J. Lee, W.S. Lee, H.S. Kim, K.S. Ki, J.K. Ha, H.G. Lee, & Y.J. Lee. 2007. Pre- and Postweaning Performance of Holstein Female Calves Fed Milk Through Step-Down and Conventional Methods. J. Dairy Sci. 90:876-885. http://www.journalofdairyscience.com. [14 Januari 2010]. Lawrence, T.L.J. & V.R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animals. 2nd Edition. CABI Publishing. CABI International, Wallingford, Oxon Ox 10 8de, UK. Losinger, W.C. & A.J. Heinrichs. 1996. Dairy Operation Management Pactices and Herd Milk Production. J. of Dairy Sci. 79:506-514. http://www.journalofdairyscience.com. [12 Januari 2010]. Ma’sum, K. & Didi B.W. 1990. Penggunaan Karpet Karet Sebagai Alas Lantai Kandang Sapi Perah. Jurnal Ilmiah Peneltian Ternak, Grati Pirlo, G., F. Miflior, & M. Speroni. 2000. Effect of Age at First Calving on Production Traits and on Difference Between Milk Yield and Return and Rearing Cost in Italian Holstein. J. of Dairy Sci. 83 : 603 – 608. http://www.journalofdairyscience.com. [14 Januari 2010] Reese, A. 1983. The effect of climate, Suplementation and Monensi on Certain Physiological Parameters, Growth Rate and Bone Mineral Status of Holstein in Tabasco. Dalam : M.K Yousef (editor). Stress Physiology of Livestock. Volume II : Basic Principle. CRC Press. Inc., Florida. Salisbury G.W. & N.L. VanDemark. 1985. Fisiologi reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Diterjemahkan R. Djanuar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Sampurna, I.P. & I.K. Suatha. 2010. Pertumbuhan Alometri Dimensi Panjang dan Lingkar Tubuh Sapi Bali Jantan. Jurnal Veteriner. Universitas Udayana, Bali. Smierl, N.A., C.J. Wilcox, W.W. Thatcher & F.G. Martin. 1990. Prepartum and Peripartum Reproductive Performance of Dairy Heifers Freshening at Young Ages. J. of Dairy Sci. 74:1724-1729. http://www.journalofdairyscience.com. [12 Januari 2010] Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sudono, A., R.F. Rosdiana dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Pakannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Syarief, M.Z. & R.M. Sumopratowo. 1984. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta. Tyler, H. D. & M.E. Ensminger. 2006. Dairy Cattle Science. Fourth Edition. Pearson Education Inc., Upper Saddle River, New Jersey. Ungerer, T. 1985. Studi Faal Tentang Produktivitas Sapi Perah dalam Kondisi Lingkungan Panas. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyaratakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta. Williamson, G. & W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yousef, M.K. 1984. Thermoneutral Zone. Dalam : M.K Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock. Volume 1 : Basic Principle. CRC Press. Inc., Florida.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Riil Pertumbuhan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi FH Betina Mulai Umur 0 Bulan Sampai 15 Bulan.
No
Lahir Bobot Tinggi (kg) (cm)
1 bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
2 bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
3 bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
4 bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
1
39,8
55,3
55,2
55,8
71,44
62
88,8
67,2
106,2
72,4
2
38,8
55,1
49,44
55,6
65,68
62,6
83,04
67,8
100,14
72,9
3
40
56,2
42,85
57
58,8
62,9
76,47
68
94,17
73,2
4
39,6
55,6
40,72
56
57,25
61,8
74,3
67,1
91,7
72,2
5
38,4
55,1
50,16
58,2
67,21
61,4
84,61
66,5
102,9
72,4
6
45
56,4
47,24
58,5
64,6
60,1
82
65,2
100,29
70,6
7
39,4
55,4
40,5
57,8
57,55
58,6
74,95
63,7
93,24
69
8
42,5
57,1
54,26
58,6
71,96
63,6
90,25
69,3
108,85
72,2
9
39,1
55,6
50,32
58,4
67,72
63,6
86,01
65,6
104,31
71,5
10
38,8
55,2
45,4
57,8
62,5
62,9
80,79
62,4
98,79
68,2
11
39,7
56,4
43
55,6
60,1
60,5
78,08
64,4
95,48
70,3
12
36,2
55
45,89
56,4
63,87
59,8
81,27
65,6
99,25
71,7
13
45
57,2
51,96
57,3
70,25
60,7
87,95
66,5
106,24
72,6
14
41,4
56,8
45,96
56,8
63,94
60,7
81,34
65,6
99,32
71,6
15
40,8
56,4
44,22
56
62,2
60
79,6
65,8
97,58
72
16
40
56,5
56,82
56,7
74,22
61,6
92,2
66,6
110,49
73,6
17
36,4
55
50,08
56,4
67,18
61,7
85,16
66,8
103,14
73,8
18
40
56,8
48,7
56
66,4
61,6
84,69
66,7
103,29
72,7
19
40,4
57,1
41,54
57
58,94
62,4
76,92
67,4
95,21
73,4
20
37,6
54,8
52,68
56,7
71,28
61,7
89,88
66,7
107,58
71,7
21
37,5
55,1
51,42
57,2
69,71
60,3
88,31
65,4
106,01
70
22
38
54,9
50,18
57,6
68,47
62,6
85,87
65,7
103,85
70,8
23
39,8
55,2
55,14
57,4
73,14
60,4
91,43
65,5
109,13
69,5
24
38
55,1
51,57
56,5
69,27
59,1
87,25
64,2
104,95
68,3
25
38,6
55,4
39,1
56,6
57,1
59,5
75,39
64,6
93,09
68,6
26
36,8
54,6
39,75
56,3
57,45
59,4
75,43
64,5
93,09
68,6
27
36,4
54,8
42,89
56,2
60,87
59,4
78,27
62,5
96,53
67,4
28
37,6
55,4
43,4
55,8
61,23
58,8
78,63
64,9
96,92
69,8
29
36
55
41,8
56,5
58,9
59
77,19
64,5
95,48
67
30
37
55,2
42,22
56,4
59,62
59
77,91
64,7
96,2
67,4
39,15
55,66
47,15
56,84
64,63
60,92
82,47
65,71
100,45
70,85
36
54,6
39,1
55,6
57,1
58,6
74,3
62,4
91,7
67
Rataan min max
45
57,2
56,82
58,6
74,22
63,6
92,2
69,3
110,49
73,8
sb
2,22
0,78
5,92
0,86
5,24
1,47
5,36
1,53
5,40
2,00
kk
5,7
1,4
12,5
1,5
8,1
2,4
6,5
2,3
5,4
2,8
0,27
0,04
0,58
0,14
0,59
0,16
0,60
0,17
ADG
5 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
6 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
7 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
8 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
9 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
1
124,49
75,4
142,49
78,4
160,78
80,6
179,38
85,4
197,08
90,3
2
118,12
79
136,42
85
155,02
90,8
173,93
96
191,93
100,5
3
112,77
79,3
131,37
85,4
150,28
91,4
169,5
96,4
187,8
100,6
4
109,99
78,4
128,59
84,5
147,19
90,4
166,1
95,4
183,8
100,4
5
121,5
78,5
140,1
84,4
159,01
90,4
176,71
95,5
195,31
100,5
6
118,59
76,5
137,19
82,6
155,79
86,6
173,49
91,6
192,09
96,7
7
111,24
74,8
129,84
81
148,44
86,4
166,14
91,5
184,74
96,5
8
127,45
78,3
146,05
83,4
164,05
88,5
182,65
84,6
200,95
88,5
No
9
122,6
78
141,2
83,2
158,9
88,2
177,19
84,3
195,19
88,4
10
117,06
74,4
135,68
79,5
153,38
84,5
171,16
90,4
189,57
94,5
11
113,46
76
131,75
81,4
149,75
86,2
168,35
91,3
186,35
95,4
12
117,54
77,7
135,54
82,7
154,14
87,6
172,14
92,5
190,43
97,6
13
124,84
78,6
143,13
83,6
161,73
88,6
180,03
93,5
198,63
98,4
14
117,91
76,6
135,91
81,6
154,51
86,6
172,51
91,5
190,8
96,5
15
115,87
78,1
133,87
82,3
152,47
87,4
170,47
91,5
188,76
96,6
16
128,49
78,6
147,09
83,6
164,79
87,7
183,03
93,8
201,32
96,3
17
120,84
79,8
139,13
84,8
157,13
88,9
175,42
94
193,71
96,7
18
121,29
77,7
139,89
83,7
157,89
87,6
176,49
93
194,78
95,1
19
113,21
78,2
131,81
83,3
149,81
88,2
168,41
93,4
186,7
95,7
20
125,87
76,6
143,57
83,5
161,86
88,6
180,15
90,7
178,66
93,8
21
123,71
75,3
141,71
80,4
160
85,5
178,29
87,8
176,8
90,9
22
121,25
75,7
139,54
80,6
157,83
83,1
156,34
86,2
174,94
89
23
127,42
74,6
145,71
76,7
144,22
79,8
162,82
81,9
176,92
84
24
123,24
73,4
141,53
75,7
140,04
78,8
158,64
81,4
176,34
84
25
111,38
73,6
129,67
76,1
128,18
79,2
146,78
81,6
164,48
84,2
26
111,38
73,5
129,67
76,2
128,18
79,3
146,78
82
165,08
84,7
27
114,82
69,5
113,33
72,6
131,93
75,4
152,03
78,2
169,73
80,5
28
115,21
72,1
113,72
75,2
132,32
77,3
150,02
79,4
168,32
82,1
29
93,99
70,1
112,59
72,7
130,69
75,3
150,99
77,8
169,29
79,9
30
94,71
70,5
113,31
73,1
133,41
75,7
151,11
78,2
165,21
80,5
Rataan
117,34
75,96
134,38
80,57
150,12
84,82
167,90
88,36
184,52
91,96
min
93,99
69,5
112,59
72,6
128,18
75,3
146,78
77,8
164,48
79,9
max
128,49
79,8
147,09
85,4
164,79
91,4
183,03
96,4
201,32
100,6
sb
8,08
2,79
9,74
3,90
11,17
4,93
11,09
5,92
11,19
6,63
kk
6,9
3,7
7,2
4,8
7,4
5,8
6,6
6,7
6,1
7,2
ADG
0,56
0,17
0,57
0,15
0,52
0,14
0,59
0,12
0,55
0,12
10 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
11 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
12 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
1
215,37
95,4
233,67
98,5
252,89
100,4
271,18
102,5
287,98
105,9
306,58
108,6
2
210,22
105,4
228,22
106,5
247,13
107,6
265,42
109,6
263,93
112,7
282,53
115,3
3
207,02
105,6
225,62
107,4
244,22
108,6
262,51
110,7
261,02
113,8
279,62
116,4
4
202,4
105,6
220,7
108,6
239,3
110,2
257,59
112,5
256,1
115,6
274,7
118,1
5
213,61
103,4
232,21
105,4
250,5
107,9
249,01
111
267,61
113,4
276,61
115,5
6
210,09
100,6
228,69
103,6
246,98
106,3
245,49
109,4
264,09
112,1
270,09
114,4
7
203,04
99,5
221,95
101,6
240,24
103,5
238,75
106,6
257,35
109,4
272,35
111,9
8
219,55
92,8
237,84
94,9
236,35
98
254,95
100,1
269,95
102,5
284,95
105,3
No
13 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
14 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
15 Bulan Bobot Tinggi (kg) (cm)
9
213,79
93,5
232,08
95,8
230,59
98,9
249,19
101,7
265,09
104,4
274,09
106,5
10
208,27
99,5
226,56
102
225,07
105,1
243,67
107,2
258,97
109,7
264,97
112
11
204,64
100,5
222,93
102,6
221,44
105,7
240,04
108
256,24
110,4
271,24
113,1
12
208,72
99,9
207,23
103
225,83
105,2
242,63
107,9
257,63
110,4
272,63
113,2
13
216,92
100,9
215,43
104
234,03
106,6
251,73
109,4
267,63
111,9
282,63
114
14
209,09
98,6
207,6
101,7
226,2
104,3
242,1
106,4
257,4
108,8
272,4
111,1
15
207,05
98,9
205,56
102
224,16
104,5
238,26
106,8
254,46
109,5
270,36
112,2
16
199,83
99,4
218,43
101,8
236,13
104,5
252,03
107,3
267,03
109,8
282,93
112,6
17
192,22
99,8
210,82
102,5
229,12
105,3
243,22
107,4
258,22
109,9
272,32
112
18
193,29
98,2
211,89
101
231,99
103,1
249,69
105,4
265,59
107,8
283,29
110,1
19
185,21
98,8
203,81
100,9
219,71
103,5
238,01
106,2
253,31
108,7
271,61
111,4
20
197,26
96,1
211,36
98,5
231,46
101,3
247,66
103,7
261,76
106,5
277,06
108,9
21
195,4
93,6
213,1
96,3
229
98
244,9
101,1
261,1
103,2
277,3
105,9
22
193,24
91,8
207,34
94,4
221,44
97,2
237,34
99,8
253,24
102,6
268,54
105
23
194,62
86,1
212,32
88,2
226,42
90,3
240,52
92,4
256,42
95,1
270,52
97,5
24
194,64
86,3
212,94
88,6
230,64
90,9
248,34
93,5
263,64
96,3
281,34
98,6
25
178,58
86,9
198,68
89,6
216,98
92,3
235,28
94,9
251,18
97
266,48
99,7
26
182,78
86,8
198,68
89,6
218,78
91,7
238,88
94,4
254,18
96,7
270,08
99,5
27
183,83
82,6
199,73
84,9
215,63
87,4
231,83
89,5
247,13
91,5
263,03
94,2
28
186,02
84,7
200,12
87,4
214,22
89,8
230,12
92,4
246,32
95
261,62
97,4
29
186,99
82,4
204,69
85,1
218,79
87,7
234,99
90,1
249,99
92,9
264,99
95,5
30
183,51
83
201,81
85,8
219,51
88,5
235,41
91,2
250,41
93,3
265,41
95,7
Rataan
199,91
95,22
215,07
97,74
230,16
100,14
245,36
102,64
259,50
105,23
274,41
107,72
min
178,58
82,4
198,68
84,9
214,22
87,4
230,12
89,5
246,32
91,5
261,62
94,2
max
219,55
105,6
237,84
108,6
252,89
110,2
271,18
112,5
287,98
115,6
306,58
118,1
sb
11,49
7,14
11,45
7,08
10,59
6,97
9,67
6,98
8,15
7,09
8,71
7,06
kk
5,7
7,5
5,3
7,2
4,6
7,0
3,9
6,8
3,1
6,7
3,2
6,6
ADG
0,51
0,11
0,50
0,08
0,50
0,08
0,51
0,08
0,47
0,09
0,50
0,08
Lampiran 2. Output Minitab 14 Analisis Regresi Welcome to Minitab, press F1 for help. Regression Analysis: Bobot Badan versus Tinggi Pundak The regression equation is Bobot Badan = - 207 + 4.34 Tinggi Pundak
Predictor Constant Tinggi Pundak
S = 7.94783
Coef -206.517 4.3399
SE Coef 9.938 0.1162
R-Sq = 99.0%
T -20.78 37.34
P 0.000 0.000
R-Sq(adj) = 98.9%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 14 15
SS 88064 884 88949
MS 88064 63
F 1394.13
P 0.000
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Ladang rumput Cikole
Hay diberikan setelah anak sapi berumur lebih dari 7 hari
Kandang Melahirkan
Bangunan Cikole
Pemberian pakan rumput dan Konsentrat pada sapi laktasi
Kandang pedet yang baru lahir
Kandang Exercise
Kandang Dara
Kandang Laktasi
Alas Karpet karet (Laktasi)
Pengukuran Lingkar Dada
Pengukuran Tinggi Pundak
Lampiran 4. Peta Lokasi Penelitian
Sumber : http://www.google.co.id/ handiirawan.wordpress.com/about