ANALISIS PERSPEKTIF KINERJA PERUSAHAAN PADA PT. LINGGAR JATI MULIA ABADI – JEPARA PERIODE 2007 – 2010
Adhitya L Madali Drs. Wisnu Mawardhi, MM
ABSTRACT
This study aims to determine and measure the performance of the financial perspective, customer perspective, internal business process perspective and learning and growth perspective with the Balanced Scorecard at PT. Linggar Mulia Abadi Jati Jepara. The population in this study are employees of PT. Linggar Mulia Abadi Jati Jepara Semarang, amounting to 54 people and customers of PT. Linggar Mulia Abadi Jati Jepara 225 consumers. Samples taken for the number of subscribers is 69 respondents, while for respondents used all employees to be sampled is 54 respondents. The sampling technique used in this study was purposive sampling, Sampling and Census Sampling accidental. Analysis tools used in this study is Balanced Scorecard. Based on the results of data analysis using the Balanced Score Card approach, PT. Linggar Mulia Abadi Jati Jepara have a pretty good performance. Overall four of perspective, namely the financial perspective, customer perspective, internal business process perspective and learning and growth perspective in the PT. Linggar Mulia Abadi Jati Jepara have a strong relationship, meaning that by applying the Balanced Scorecard, there will be a balance between the four perspectives, so the concept of balance that is able to align the causal relationship between financial indicators with non-financial indicators. Key words : Performance, Balanced Scorecard (financial perspective, customer perspective, internal business processes and learning and growth perspective).
A. PENDAHULUAN Kinerja merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Gasperz, 2007: 69). Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang penting bagi perusahaan untuk menilai hasil yang telah dicapai. Penilaian kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi dan sebagai dasar penyusunan strategi di tengah persaingan yang semakin ketat di perusahaan. Dengan pengukuran kinerja, manajemen perusahaan dapat memastikan tingkat keberhasilan usahanya, memberikan dasar perencanaan strategi dan operasional di masa yang akan datang. Dengan demikian penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan manajemen atas misi yang diembannya. Pengukuran kinerja yang masih banyak dipakai oleh berbagai perusahaan adalah pengukuran kinerja yang lebih menekankan hasil dari aspek keuangan saja atau lebih dikenal konsep pengukuran (scorecard) tradisional. Pengukuran yang hanya menekankan aspek keuangan saja dirasakan sudah tidak tepat lagi untuk dapat
menjamin kelangsungan hidup perusahaan, apalagi untuk meraih
keberhasilan yang sangat kompetitif. Konsep pengukuran (scorecard) tradisional ini oleh sebagian perusahaan, terutama yang mempunyai banyak unit usaha, sudah mulai dirasakan tidak tepat lagi untuk dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi untuk meraih keberhasilan terutama dalam menghadapi era global yang menunjukkan suatu persaingan yang semakin kompetitif (Yuwono, 2006: 65). Kelemahan – kelemahan pengukuran tradisional memunculkan pemikiran yang lebih komprehensif yaitu konsep Balanced Scorecard (BSC). Menurut Kaplan dan Norton (2000: 7), balanced scorecard dapat digunakan sebagai sistem pengukuran yang melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Balanced Scorecard yaitu pendekatan untuk menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuantujuan dan pengukuran yang dilihat dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan (financial perspective), perspektif pelanggan (custumer perspective),
perspektif internal bisnis (internal business perspective), serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (innovation and learning perpective). Setiap perspektif tersebut harus mempunyai komponen pengarahan yang terdiri dari tujuan tiap perspektif, pengukurannya, kemudian target apa yang hendak dicapai, lalu bagaimana untuk mencapai target tersebut (Gasperz, 2004: 79). PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang meubelair. Penilaian kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi dan sebagai dasar penyusunan strategi di tengah persaingan yang semakin ketat di perusahaan. Hal yang melatarbelakangi permasalahan bahwa perusahaan menjadikan masalah sumber daya manusia sebagai salah satu titik perhatian yang penting, yaitu memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Fenomena yang lazim ditemukan bahwa masalah kualitas
sumber
daya
manusia
kurang
mendapat
perhatian,
sehingga
mempengaruhi kinerja yang dihasilkan. Hal itu dapat dilihat dari tingkat perputaran karyawan yang begitu tinggi dari tahun ke tahun rata-rata mengalami peningkatan, dimana peningkatan rata-rata hingga mencapai 52,2%, seperti dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Perputaran Karyawan PT. Linggar Jati Mulia Abadi Jepara Tahun 2008 – 2010 2008
2009
2010
a. Karyawan Tetap
4
6
5
b. Karyawan tidak tetap
21
20
24
Total karyawan
48
51
54
52 %
51%
53,7 %
Jumlah karyawan keluar
Perputaran karyawan Rata-rata
52,2 %
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2010
Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran karyawan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dampak dari tingginya tingkat perputaran karyawan tersebut akan mempengaruhi kinerja karyawan secara optimal. Fenomena lainnya juga terlihat bahwa penilaian kinerja perusahaan masih terbatas pada aspek keuangan saja atau tradisional, artinya bahwa masih banyak pihak manajemen yang beranggapan bahwa aspek keuangan merupakan tolok ukur bahwa perusahaan sudah mencapai kinerja yang optimal. Perusahaan hanya mempertimbangkan kemampuan dalam jangka pendek, sehingga strategi jangka panjang kurang banyak mendapat perhatian. Artinya bahwa perhatian perusahaan hanya berfokus pada kinerja keuangan saja tanpa memperhatikan aspek non financial lainnya. Perhatian perusahaan pada aspek financial tersebut juga masih belum menunjukkan hasil yang optimal, terbukti dengan fluktuatifnya laba yang diperoleh perusahaan seperti dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 2 Laporan Perubahan Nilai Laba Rugi PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Periode tahun 2007 – 2010 No
Keterangan
Tahun (Dalam Rupiah) Nilai
Perubahan
1.
2007
1.240.334.161
-
2.
2008
1.214.189.141
-2,1%
3
2009
1.660.880.924
36,8%
4.
2010
1.529.723.826
-7,9%
5.645.128.052
8,9%
Jumlah
Sumber : PT. Linggar Jati Mulia Abadi Jepara, 2010
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas terlihat bahwa kinerja perusahaan ditinjau dari laporan laba rugi masih tergolong kurang optimal, dimana nilai laba atau ruginya cenderung fluktuatif. Dampak dari perhatian perusahaan terhadap aspek keuangan, tanpa memperhatikan aspek non finansial adalah sering
terjadinya
komplain
dari
konsumennya,
perhatian
terhadap
kesejahteraan karyawan, kurang adanya evaluasi dari perusahaan, seperti inovasi, pelayanan purna jual. Disini perusahaan hanya akan menentukan keuntungan dengan cara apapun dan hanya berorientasi pada jangka pendek tanpa memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Ukuran-ukuran finansial tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan, karena tidak memperhatikan hal-hal lain diluar sisi finansialnya, seperti : sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan. Pihak perusahaan harus terus berupaya dengan menerapkan strategi yang tepat di tengah persaingan yang semakin kompetitif. Dengan adanya konsep atau metode Balanced Scorecard, maka diharapkan perusahaan dapat mengoptimalkan kinerjanya. Dengan balanced scorecard, kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek financialnya saja, akan tetapi juga melibatkan aspek nonfinansial. Dengan menggunakan balanced scorecard, maka ada keseimbangan (balance) antara ukuran finansial dan ukuran non finansial.
Balanced Scorecard
memberi manajemen organisasi suatu
pengetahuan, ketrampilan dan sistem yang memungkinkan karyawan dan manajemen belajar dan berkembang terus menerus (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) dalam berinovasi untuk membangun kapabilitas strategis yang tepat serta efisiensi (perspektif proses bisnis internal) agar mampu menyerahkan nilai spesifik ke pasar (perspektif pelanggan) dan selanjutnya akan mengarah pada nilai saham yang terus menerus meningkat (perspektif finansial).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui dan menganalisis penilaian kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dengan penerapan Balanced Scorecard perspektif keuangan b. Untuk mengetahui dan menganalisis penilaian kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dengan penerapan Balanced Scorecard perspektif pelanggan c. Untuk mengetahui dan menganalisis penilaian kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dengan penerapan Balanced Scorecard perspektif proses bisnis internal d. Untuk mengetahui dan menganalisis penilaian kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dengan penerapan Balanced Scorecard perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
B.TELAAH PUSTAKA KINERJA Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategi (Strategic Planning) suatu organisasi (Junaedi, 2002: 380). Sedangkan pengertian dari Gasperz (2007: 69) bahwa kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengukur kecepatan dari sebuah mobil. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan tindakan yang dilakukan perusahaan guna mengukur aktivitas berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standart dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001: 49). Penilaian kinerja
sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran dalam sebuah organiasasi. Kinerja pada awalnya hanya memperhatikan segi keuangan saja, hal tersebut dapat diperhatikan pada awal perkembangan akuntansi manajemen yang berorientasi pada penyediaan informasi akuntansi bagi kepentingan pemilik dan pemimpin perusahaan. a. Pengukuran Kinerja dalam Manajemen Tradisional Pengukuran kinerja dalam manajemen tradisional ditunjukkan masih banyaknya melihat pada biaya yang lebih rendah dan ukuran efisiensi tidak lagi mampu memberikan informasi
yang relevan untuk mengambil keputusan
(Wardhani : 1999) b. Pengukuran Kinerja dalam Sistem Manajemen Strategik. Hitt, et al (2001:6) proses manajemen strategis yang dinamis hakekatnya adalah serangkaian penuh komitmen, keputusan dan tindakan yang diperlukan oleh sebuah perusahaan untuk mencapai daya saing strategis dan menghasilkan diatas rata-rata. c. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan yang menekankan perspektif keuangan dan non keuangan, memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas dan keunggulan kompetitif dalam jangka panjang melalui pengukuran kinerja dari berbagai aspek. Balance Scorecard Mulyadi dan Setyawan (2001: 344) berpendapat bahwa Balanced Scorecard (BSC) adalah sekumpulan ukuran kinerja yang mencakup empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Kata “balanced” dalam balanced scorecard berarti bahwa dalam pengukuran kinerja harus terdapat keseimbangan antara ukuran keuangan dan ukuran non keuangan (ukuran operasional). Manajer dituntut
untuk menghasilkan kinerja keuangan yang diakibatkan dari kinerja operasional. Dengan balanced scorecard, kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek financialnya saja, akan tetapi juga melibatkan aspek nonfinansial. Pengukuran dengan balanced scorecard melibatkan empat aspek, yaitu : 1. Perspektif Keuangan (financial perspective) 2. Perspektif Kepuasan pelanggan (customer perspective) 3. Perspektif Efisiensi Proses Internal (internal process efficiency), dan 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learning and growth perspective)
Pendapat lainnya juga dikemukakan oleh Mulyadi dan Setyawan (2001: 344) bahwa Balanced Scorecard (BSC) adalah sekumpulan ukuran kinerja yang mencakup empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Kata “balanced” dalam balanced scorecard berarti bahwa dalam pengukuran kinerja harus terdapat keseimbangan antara ukuran keuangan dan ukuran non keuangan (ukuran operasional). Manajer dituntut untuk menghasilkan kinerja keuangan yang diakibatkan dari kinerja operasional.
Keunggulan Balanced Scorecard Menurut Gunawan (2000: 39) bahwa dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1. Komprehensif Balance Scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak hanya pada aspek kuantitatif saja, tetapi juga aspek kualitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek konsumen dengan inovasi dan market development merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediaakan keseimbangan antara pengukuran
eksternal
seperti
laba,
dengan
ukuran
internal
seperti
pengembangan produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang dilakukan oleh manager terhadap ukuran-ukuran tersebut dan mendorong manajer untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui empat perspektif Balance Scorecard mampu memandang berbagai faktor lingkungan secara menyeluruh. 2. Adaptif dan Responsive terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis Pengukuran aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara meningkatkan kinerja dimasa depan. Aspek konsumen, inovasi dan pengembangan, learning memberikan pedoman terhadap konsumen yang selalu berubah referansinya. 3. Fokus terhadap goal (tujuan) menyeluruh perusahaan Kerangka Berpikir Selama ini pengukuran kinerja secara tradisional hanya menitikberatkan pada aspek financial yang berorientasi
pada keuntungan jangka pendek dan
cenderung mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, sehingga dikembangkanlah konsep Balanced Scorecard sebagai alternatif dalam pengukuran kinerja. Balanced Scorecard merupakan solusi terbaik dalam pengukuran kinerja bisnis karena Balanced Scorecard selain memperhatikan aspek finansial juga memperhatikan aspek non finansial. Ada empat perspektif pada konsep ini, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam Balanced Scorecard, keempat perspektif tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling melengkapi dan memiliki hubungan sebab akibat. Keempat perspektif yang disebutkan diatas mempunyai suatu hubungnn antara satu dengan yang lain yang penjabarannya merupakan suatu strategic objectives yang menyeluruh dan saling berhubungan. Sebagai gambaran adanya hubungan sebab akibat dalam pendekatan Ukuran ini merupakan hasil penjualan yang terus menerus daripada pelanggan yang ada, survey perusahaan dan hasil analisis
preferensi
pelanggan
mengungkapkan
bahwa
ketepatan
waktu
penyampaian (on time delivery) pesanan merupakan salah satu faktor yang mempertinggi konsumen value. Proses internal bisnis harus mempunyai siklus waktu yang pendek dan berkualitas tinggi tanpa mengurangi mutu produk yang dihasilkan. Pada kenyataan kondisi proses internal bisnis yang cukup baik hanya dapat diciptakan oleh karyawan yang berkualitas baik pula sedangkan terciptanya karyawan yang unggul dan baik dipengaruhi oleh mekanisme pelatihan dan perbaikan berkelanjutan yang diterima karyawan perusahaan. Hubungan empat perspektif dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Visi Strategi Visi dan dan Strategi Perusahaan Pemerintah Daerah
Perspektif Keuangan
Perspektif Customer
Perspektif Proses Bisnis Internal
Pengukuran kinerja masing-masing perspektif
Analisis Penilaian Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Sumber : Hasil kajian dari teori, 2011
C . METODE PENELITIAN
Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan
C, METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis. Menurut Umar (2001:37) desain deskriptif adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Jadi dalam riset dengan desain ini tidak melakukan kesimpulan yang terlalu jauh atas data yang ada karena tujuan dari desain ini hanya mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan. Dalam hal ini adalah menguraikan kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dengan menggunakan metode Balanced Scorecard. Populasi dan Sampel Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini karyawan PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara yang berjumlah 54 orang dan konsumen PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara yang masih aktif. Sedangkan populasi laporan keuangan populasinya adalah laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba.
Definisi Operasional Definisi operasional yaitu mengubah konsep-konsep yang masih berupa abstrak dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain berdasarkan variabel-variabel yang digunakan (Indriantoro, 2002: 48). a. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Balanced Scorecard, yang diukur melalui : 1. Perspektif keuangan 2. Perspektif pelanggan merupakan penilaian kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara yang dilihat dari sudut pandang pelanggan (eksternal), tolok
ukur atau indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (indikator yang dikembangkan oleh Mas’ud, 2004)): a. Tangible a. Reliability b. Responsiveness c. Assurance 4. Perspektif proses bisnis intern merupakan penilaian kinerja PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara yang dilihat dari kondisi internal yang ada didalam perusahaan, tolok ukur yang digunakan antara lain (Gaspersz, 2007: 74) : d. Inovasi e. Proses Operasi f. Pelayanan Purna Jual 5. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan a.
Tingkat perputaran karyawan,
b.
Tingkat kepuasan karyawan
c.
Kemampuan sistem informasi
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subyek dan data dokumenter. Data subyek yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden) Pada penelitian ini jenis data subyek berasal dari responden karyawan dan konsumen PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara. Sedangkan jenis data data dokumenter yaitu jenis data penelitian yang memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa saja yang terlibat dalam suatu kejadian. Data yang digunakan adalah laporan keuangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Dokumentasi 2. Wawancara 3. Kuesioner Teknik Analisis Data a.
Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif merupakan analisis yang berbentuk angka, dalam
penelitin ini Balance Scorecard diukur dengan 4 perspektif berikut ini : b.
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif merupakan analisis yang tidak berbentuk angka. Namun
melalui suatu pengolahan tertentu, analisis kualitatif bisa dikuantitatifkan.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PT. Linggar Jati Mulia Abadi Jepara adalah salah satu perusahaan meubelair yang berdiri sejak 25 tahun yang lalu, atau tepatnya pada tanggal 24 Mei 1986. Hal itu atas prakarsa Mr. Edward Edie Ashlan, yaitu salah seorang warga asing berkebangsaan Amerika. Dunia bisnis yang digelutinya ini berawal dari ketertarikannya Mr. Edward Edie Ashlan dalam mengoleksi furniture pada saat datang ke Indonesia. Apalagi pada saat berkunjung ke Jepara, ketertarikan Mr. Edward Edie Ashlan justru semakin bertambah sehingga timbul rencananya untuk menjual meubel ke Negara asalnya. Hal inilah yang mendorong untuk melakukan bisnis, apalagi di Amerika mendapat tanggapan yang serius dari para teman-teman bisnis serta koleganya. Awal pertama berdirinya PT. Linggar Jati Mulia Abadi Jepara menempat lokasi yang berpindah-pindah. Pada awalnya Mr. Edward Edie Ashlan mengontrak sebuah gudang di daerah Rengging KM 9 Jepara. Perusahaan tersebut terus berkembang pesat. Berkat kegigihannya, maka perusahaan tersebut berkembang dan sekarang berpindah tempat di Jalan Ngabul KM 9 Jepara.
Karakteristik Responden a.
Karakteristik Pelanggan Tabel 4.1 Data Karakteristik Pelanggan Jenis Kelamin
Umur Responden
Laki Laki
Posisi/Bagian
Pendidikan
Perempuan
di perusahaan
SLTA DIII S1
Karyawan Kepala /Staf
Seksi
Pembelian
F
%
F
%
20 - 25 tahun
4
5,8
-
-
4
-
-
-
-
4
26 - 30 tahun
11
15,9
1
1,4
12
-
-
3
-
9
31 - 35 tahun
19
27,5
2
2,9
14
1
6
4
7
10
36 - 40 tahun
7
10,1
4
5,8
7
1
3
2
4
5
> 40 tahun
17
24,6
4
5,8
16
1
4
8
5
8
Jumlah
58
84,1
11
15,9
53
3
13
17
16
36
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 b. Karakteristik Karyawan Tabel 4.2 Data Karakteristik Karyawan Jenis Kelamin Umur
Laki -
Responden
Laki
Pendidikan
Perempuan
Masa Kerja
SLTA
D3
S1
S2
>6
3-6
<3
tahun
tahun
tahun
F
%
F
%
20 - 25 tahun
3
5,6
1
1,8
4
-
-
-
-
3
1
26 - 30 tahun
7
12,9
6
11,1
8
2
3
-
-
3
10
31 - 35 tahun
11
20,4
9
16,7
11
4
5
-
5
6
9
36 - 40 tahun
9
16,7
3
5,6
9
-
3
-
3
5
4
> 40 tahun
5
9,2
-
-
2
-
2
1
4
1
-
Jumlah
35
64,8
19
35,2
34
6
13
1
12
18
24
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Hasil Penelitian a.
Perspektif Keuangan
(1) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan yang berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka pendek (kurang dari 1 tahun) dari sisi likuiditas keuangan. Rasio likuiditas PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.3 Rasio Gearing PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007 – 2010 Rasio Gearing Rasio Gearing Hutang Jangka Tahun
Panjang
Total Asset
(HJP / TA)
2007 Rp.
291.840.300 Rp.
6.503.819.164 %
4,49
2008 Rp.
314.900.600 Rp.
7.744.102.223 %
4,07
2009 Rp.
1.031.397.296 Rp.
10.416.526.030 %
9,90
2010 Rp.
430.265.850 Rp.
11.123.825.980 %
3,87
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rasio gearing pada PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara selama periode 2007 hingga 2010 cenderung fluktuatif. Kenaikan rasio gearing tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan jumlah kenaikan sebesar 9,90%, walaupun pada tahun 2010 perusahaan sudah mengalami penurunan hingga 3,87%. Dengan kenaikan tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi rasio giring, maka mencerminkan tingginya resiko keuangan PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan. Kesulitan keuangan perusahaan disebabkan karena tingginya
perusahaan dalam memanfaatkan hutang jangka panjang dalam operasionalnya dari total asset yang dimiliki perusahaan.
Tabel 4.4 Current Ratio PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007 – 2010 Current Ratio Current Ratio
Tahun
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
(AL / HL)
2007 Rp.
5.760.383.940 Rp.
382.580.400 %
15,057
2008 Rp.
5.833.616.886 Rp.
411.747.800 %
14,167
2009 Rp.
8.193.329.171 Rp.
1.423.478.096 %
5,755
2010 Rp.
5.984.786.494 Rp.
600.786.250 %
9,961
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Hasil penelitian seperti dijelaskan pada Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa tahun 2007 – 2008 nilai Current Ratio perusahaan mengalami kenaikan, akan tetapi pada tahun 2009 justru mengalami penurunan. Akan tetapi pada tahun 2010 nilai current ratio tersebut mulai mengalami kenaikan lagi. Penurunan tersebut disebabkan karena perusahaan banyak menggunakan hutang bila dibandingkan dengan aktiva lancar sehingga mengalami penurunan. Secara keseluruhan nilai current ratio tersebut masih bernilai positif, sehingga disimpulkan bahwa PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara masih memiliki kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan memanfaatkan aktiva lancar. Hal itu sebabkan karena nilai aktiva lancar yang dimiliki jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang lancar yang menjadi beban perusahaan. Dengan demikian perusahaan tidak mengalami kesulitan apabila terjadi likuidasi. Semakin perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi hutang jangka pendek, maka akan semakin baik kinerja perusahaan.
(2) Rasio Leverage Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio ini menjelaskan proporsi besarnya sumber-sumber pendanaan jangka panjang terhadap pemakaian aset perusahaan. selain itu, rasio leverage juga mengungkapkan kecenderungan struktur permodalan usaha, lebih banyak menggunakan hutang atau modal sendiri. Rasio leverage dalam penelitian ini diukur melalui rasio : Deto to Equity Ratio. Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007 – 2010 Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio (Tot Hutang / Total Tahun
Total Hutang
Total Ekuitas
Ekuitas)
2007 Rp.
382.580.400 Rp.
6.121.238.764
%
0,063
2008 Rp.
411.747.800 Rp.
7.332.354.423
%
0,056
2009 Rp. 1.423.478.096 Rp.
8.993.047.934
%
0,158
600.786.250 Rp. 10.523.039.730
%
0,057
2010 Rp.
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, nilai DER perusahaan selama periode 2007 – 2010 cenderung fluktuatif, dimana tahun 2009 terjadi kenaikan hingga 0,158 ((15,8%, sedangkan pada tahun 2010 justru mengalami penurunan yaitu sebesar 0,057 (5,7%). Dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa dalam jangka panjang perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang cukup besar. Penurunan laba hanya terjadi pada tahun 2009, dimana perusahaan masih banyak mengandalkan huang dari modal yang dimilikinya. Akan tetapi secara keseluruhan, perusahaan masih banyak mengandalkan total ekuitasnya dari
pada hutang, sehingga semakin kecil DER ini berdampak baik karena tingkat hutang semakin kecil yang berarti tingkat keuntungan perusahaan semakin besar. (3) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas dalam penelitian ini diukur dengan : Inventory Turnover, Average Collection Period, Fixed Assets Turnover dan Total Asset Turnover. Berikut hasil perhitungan rasio aktivitas pada PT. Linggar Jati Mulia Abadi Jepara: Tabel 4.6 Inventory Turnover PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007 – 2010 Inventory Turnover Inventory Turnover Tahun
HPP
Persediaan
(HPP / Persediaan)
2007 Rp. 2.988.233.278 Rp. 990.513.500 %
3,02
2008 Rp. 2.430.122.665 Rp. 845.702.590 %
2,87
2009 Rp. 3.819.039.980 Rp. 894.562.405 %
4,27
2010 Rp. 4.368.080.802 Rp. 754.625.400 %
5,79
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Penjelasan pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa perputaran persediaan (inventory turnover) perusahaan selama periode 2007 – 2010 cenderung mengalami kenaikan per tahunnya, hanya pada tahun 2008 mengalami penurunan kecil yaitu sebesar 2,87%. Dengan tingginya nilai positif pada inventory turnover tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara secara keseluruhan memiliki kemampuan secara maksimal dalam menentukan Harga Pokok Penjualan dengan memanfaatkan persediaan yang ada, sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan mampu menunjukkan kinerjanya secara baik. Semakin besar Inventory Turnover
berarti semakin baik, akan tetapi dampak yang tertinggi dari peningkatan rasio Inventory Turnover yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahan kekurangan persediaan yang cukup sehingga hal itu akan mengecewakan para pelanggannya. Tabel 4.7 Fixed Asset Turnover PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007 – 2010 Perputaran Aktiva Tetap Perputaran Aktiva Tetap
Tahun
Penjualan
Aktiva Tetap
(Penjualan/Akt Tetap
Bersih
Bersih)
2007 Rp. 5.548.021.859 Rp. 1.434.619.549
%
3,867
2008 Rp. 5.346.724.564 Rp. 1.910.485.337
%
2,799
2009 Rp. 7.256.794.225 Rp. 4.075.626.910
%
1,781
2010 Rp. 7.691.739.201 Rp. 5.139.039.486
%
1,497
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai Fixed Asset Turnover selama periode 2007-2010 cenderung mengalami penurunan. Dengan hasil perolehan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran aktiva PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara melalui penjualan tergolong kecil, sehingga hal itu akan berdampak pada pengaruh tingkat kemampuan perusahaan dalam meningkatkan jumlah aktiva tetap yang dimiliki. Semakin perusahaan tersebut mampu meningkatkan penjualannya, maka jumlah aktiva tetap yang dimiliki juga akan meningkat sehingga berdampak pada kemampuan perusahaan dalam memutarkan aktiva tetap yang dimiliki, begitu sebaliknya.
(4) Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan. Rasio profitabilitas menjelaskan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasional usaha atau penjualan atas pemakaian aset-aset perusahaan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur melalui rasio : Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Return On Inventory. Adapun hasil perhitungan rasio profitabilitas pada PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 4.8 Gross Profit Margin PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007 – 2010 Gross Profit Margin Gross Profit Margin (Laba Kotor / Tahun
Laba Kotor
Penjualan
Penjualan)
2007 Rp. 2.559.788.581 Rp. 5.548.021.859
%
0,46
2008 Rp. 2.916.601.899 Rp. 5.346.724.564
%
0,55
2009 Rp. 3.437.754.246 Rp. 7.256.794.225
%
0,47
2010 Rp. 3.323.658.399 Rp. 7.691.739.201
%
0,43
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai Gross Profit Margin selama periode 2007 – 2010 cenderung fluktuatif. Penurunan yang signifikan tersebut terjadi pada tahun 2009, yaitu disebabkan karena kondisi perekonomian yang tidak menentu, ditunjukkan dengan harga-harga bahan baku mengalami kenaikan, akan tetapi harga jual masih tergolong tetap sehingga hal itu berdampak pada laba yang diperoleh.. Akan tetapi secara keseluruhan bahwa nilai GPM masih tergolong positif dapat diartikan bahwa hasil yang dicapai perusahaan dapat menggambarkan jumlah penjualan saat ini dan berapa besar labanya. Ini akan berpengaruh terhadap laba yang
direncanakan di masa mendatang. Dengan demikian perusahaan tersebut masih mampu menghasilkan laba yang diperoleh dari penjualannya. Semakin besar penjualan akan semakin besar laba yang akan didapat dan digunakan untuk biaya operasional. Tabel 4.9 Net Profit Margin PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara Tahun 2007– 2010 Net Profit Margin Laba bersih
Net Profit Margin (Laba bersih stl Pajak /
Tahun
Setelah Pajak
Penjualan
Penjualan
2007 Rp. 1.240.334.161 Rp. 5.548.021.859
%
0,224
2008 Rp. 1.211.115.659 Rp. 5.346.724.564
%
0,227
2009 Rp. 1.660.693.511 Rp. 7.256.794.225
%
0,229
2010 Rp. 1.529.991.796 Rp. 7.691.739.201
%
0,199
Sumber : data sekunder yang diolah, 2011 Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai Net Profit Margin selama periode 2007 – 2010, rata-rata mengalami mengalami kenaikan, hanya pada tahun 2010 peningkatan tersebut mengalami penurunan yaitu sebesar 0,199. Penurunan tersebut disebabkan karena banyaknya biaya operasional yang dilakukan perusahaan, biaya ekspansi yang dilakukan perusahaan sehingga hal itu akan mempengaruhi laba operasi perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu
menekan biaya operasional
perusahaan, dengan meningkatnya penjualan yang dilakukan sehingga berdampak pada laba yang di peroleh. Semakin meningkatnya nilai Net Profit Margin, maka akan semakin baik karena perusahaan tersebut telah mampu memperoleh laba yang berdampak pada meningkatnya kinerja keuangan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.
Uji Validitas dan Reliabilitas Perspekif Pelanggan a. Uji Validitas Tabel 4.17 Component Matrix Variabel Tangible Indikator
Component
Keterangan
Karyawan berpenampilan rapi dan profesional
0,746
Valid
Tersedianya sarana mobil
0,701
Valid
Peralatan modern
0,795
Valid
Area parkir yang luas
0,816
Valid
Tabel 4.19 Component Matrix Variabel Reliability Indikator
Component Keterangan
Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa
0,909
Valid
0,858
Valid
Kecepatan pelayanan
0,645
Valid
Kecepatan dan kemudahan dalam pengurusan
0,867
Valid
pelanggan Mengirimkan barang sesuai dengan waktu yang dijanjikan
administrasi
Tabel 4.21 Component Matrix Variabel Responsiveness Indikator Menginformasikan
pelanggan
Component Keterangan tentang
kepastian
0,845
Valid
Layanan yang segera/cepat bagi pelanggan
0,639
Valid
Kesediaan untuk membantu pelanggan
0,841
Valid
Kesiapan untuk merespon permintaan pelanggan
0,830
Valid
waktu
Sumber : Hasil olahan SPSS, 2011
Tabel 4.23 Component Matrix Variabel Assurance Indikator
Component Keterangan
Mampu menumbuhkan kepercayaan
0,756
Valid
Pengetahuan karyawan
0,664
Valid
Kemampuan karyawan
0,696
Valid
Informasi yang akurat
0,723
Valid
Ketrampilan karyawan
0,667
Valid
Kesopanan karyawan
0,674
Valid
Keramahan karyawan
0,769
Valid
Tabel 4.25 Component Matrix Variabel Emphaty Indikator
Component Keterangan
Memberikan perhatian khusus kepada
0,843
Valid
Perhatian terhadap keluhan pelanggan
0,722
Valid
Tanpa memandang status social
0,701
Valid
Komunikasi yang efektif
0,691
Valid
Kemudahan dalam melakukan hubungan
0,783
Valid
pelanggan
b. Pengujian Reliabilitas TABEL 4.26 Uji Reliabilitas Variabel No.
Nilai r Alpha
Nilai Standarisasi Keterangan
1.
Tangible
0,763
0,600
Reliabel
2.
Reliability
0,844
0,600
Reliabel
3.
Responsiveness
0,801
0,600
Reliabel
4.
Assurance
0,833
0,600
Reliabel
5.
Emphaty
0,799
0,600
Reliabel
Pembahasan Penilaian kinerja secara tradisional atau konvensional hanya berfokus pada aspek keuangan saja, belum menampakkan nilai perusahaan yang sebenarnya. Penilaian ini juga masih mempunyai banyak kelemahankelemahan yang harus diperhatikan. Kinerja keuangan hanya dapat dilihat melalui laporan, sedangkan laporan keuangan belum sepenuhnya optimal sesuai dengan keadaan perusahaan secara keseluruhan. Perkembangan PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara yang harus semakin ketat dalam menghadapi persaingan bisnis saat ini, menjadikan penilaian kinerja perusahaan tidak hanya terbatas pada aspek keuangan saja melainkan perlunya penilaian kinerja secara keseluruhan. Balance Score Card merupakan penilaian kinerja perusahaan yang dilihat dari empat perspektif yaitu perpektif keuangan, perspektif pelanggan atau pelanggan, perspektif bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektif keuangan memberikan penilaian terhadap keuangan yang hendak dicapai oleh perusahaan dalam mewujudkan visinya. Ukuran keuangan biasanya diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan shareholder value. Alat ukur yang digunakan adalah rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas. Balance Score Card inilah yang akan menjadi alat untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik secara finansial maupun non finansial. Berdasarkan hasil penelitian pada PT. Linggar Jati Mulia Abadi Jepara menunjukkan kinerja keuangan yang cukup signifikan (dilihat dari persepektif keuangan), demikian halnya ketika dilihat berdasarkan perspektif pelanggan, bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan kinerja yang cukup baik. Tingginya tingkat perputaran karyawan dapat berdampak pada menurunnya kinerja karyawan. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya target yang dibebankan belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Dengan adanya perhatian terhadap kemampuan perusahaan dalam menerapkan sistem informasi akan meningkatkan kepuasan karyawan. Perhatian perusahaan terhadap promosi karyawan juga perlu menjadi perhatian perusahaan., melalui
pelayanan yang maksimal untuk tetap mempertahankan pelanggan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan dari segi tiga perspektif yang lainnya (perspektif keuangan, pelanggan dan perspektif bisnis internal). Hal tersebut diharapkan dapat mempertahankan kinerja jangka panjang perusahaan.
E. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Balanced Score Card yang diukur dari 4 (empat) perspektif diperoleh hasil sebagai berikut : a. Perspektif keuangan yang diukur melalui rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan masih kurang optimal, terbukti dengan dengan belum tercapainya target yang direncanakan perusahaan serta masih tingginya risiko yang dihadapi perusahaan karena tingkat kesulitan keuangan perusahaan, walaupun demikian pada sisi lainnya menunjukkan sebaliknya akan tetapi secara keseluruhan kinerja keuangan perusahaan kurang efektif. b. Perpektif pelanggan yang diukur melalui kepuasan pelanggan menunjukkan hasil rata-rata sebesar 3,982, terlihat dari tanggapan pelanggan masih tergolong rendah terhadap pelayanan yang diberikan sehingga dapaat disimpulkan kinerja layanan yang diberikan masih kurang efektif. Hal ini dapat diartikan bahwa pelanggan kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Kurangnya perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan kepada pelanggan merupakan hal yang sangat berarti bagi pelanggan untuk tetap loyal. Semakin perusahaan memperhatikan kepuasan dan kesejahteraan pelanggan, maka akan semakin baik karena hal itu menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik. Hal itu terbukti dari tanggapan responden yang masih tergolong rendah dengan diperolehnya rata-rata nilai tersebut. c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari perspektif bisnis internal perusahaan kurang optimal dalam melakukan inovasi sehingga kinerja
perusahaan ditinjau dari perspektif ini kurang efektif, seperti perhatian dalam hal kualitas produk, memperbaiki atau mengembangkan tampilan produk (diversifikasi produk) dan beberapa inovasi dalam kemasan. Untuk proses operasi dan pelayanan purna jual, perusahaan kurang mampu menjalankan sesuai dengan kontribusi yang ditetapkan perusahaan. Hal ini dapat diartikan bahwa perhatian perusahaan bisnis internal dikategorikan cukup baik. Misi, visi dan strategi perusahaan tersebut dilakukan guna menghadapi persaingan terhadap produk yang sejenis. d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur melalui kepuasan karyawan dan kemampuan sistem informasi menunjukkan hasil rata-rata 3,71 %. dengan tingkat perputaran karyawan sebagai pemacu kinerja, kepuasan karyawan diperoleh nilai rata-rata 3,90 dengan tingkat kepuasan karyawan sebagai pemacu kinerja dan kemampuan sistem informasi diperoleh nilai ratarata 3,80 dengan tingkat kemampuan sistem informasi sebagai pemacu kinerja, sehingga dapat diartikan kinerja perusahaan efektif. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa perusahaan sudah berusaha memperhatikan kepuasan karyawannya yaitu dengan memberikan sistem informasi guna menunjang kegiatan pekerjaannya. Akan tetapi perusahaan masih belum mampu mensejahterakan para karyawannya, sehingga tingkat perputaran karyawan tergolong tinggi. Semakin tinggi perhatian perusahaan terhadap perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, maka hal itu membuktikan bahwa kinerja perusahaan tersebut tergolong cukup baik. Saran 1. Hendaknya PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara lebih mempertimbangkan kinerja keseluruhan serta mempertahankan kinerja jangka panjang akan lebih baik terhadap perusahaan tidak hanya berfokus pada pengukuran kinerja atau aspek-asek finansial semata, karena pada kenyataannya tampilan kinerja seperti yang dihasilkan penelitian ini memiliki kelemahan-kelemahan yang harus diperhatikan.
Adanya
beberapa
metode
pengakuan,
pengukuran
dan
pengungkapan yang diakui akan mempengaruhi gambaran yang sebenarnya
mengenai keadaan perusahaan yang selanjutnya akan mempengaruhi laporan keuangan yang ditampilkan. Terhadap instrumen yang digunakan tidak riil maka tentunya akan mengakibatkan tampilan kinerja yang tidak riil pula. Untuk itu BSC dapat dijadikan alat ukur yang dapat diterapkan secara berkesinambungan bagi perusahaan. 2. Pada perspektif pelanggan hendaknya pihak perusahaan lebih meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan pelanggan, seperti adanya pemberian potongan harga apabila dilakukan pembayaran dengan termin tertentu. 3. Pada aspek perspektif pembelajaran dan pertumbuhan hendaknya pihak perusahaan lebih memperhatikan karyawan, seperti petimbangan terhadap perputaran karyawan untuk dapat saling melengkapi kebutuhan di dalam bagian Marketing dan Gudang. Sehingga perputaran karyawan yang dilakukan dapat membantu kerjasama yang saling berhubungan. a. Pada perspektif bisnis internal,
hendaknya
pihak perusahaan harus
mempertahankan penjualan atau meningkatkan penjualan setiap tahunnya. Hal ini mengacu pada jumlah biaya yang di keluarkan relatif tinggi sehingga dengan semakin besar penjualan, maka dapat menutupi semua kebutuhan dari penjualan barang tersebut. Dari hasil penelitian ini PT. Linggar Jati Mulia Abadi - Jepara telah mencapai hasil keuangan yang lebih bagus setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, Gunawan, dan Marwan Asri, 2000, Anggaran Perusahaan, BPFE, Yogyakarta
Anthony, Robert N. and Vijay Govindarajan, 2003, Management Control System, Ninth Edition, Mc. Graw-Hill Company
Gasperz, Vincent, 2004, Balanced Scorecard dengan Six Sigma, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta …………………, 2006, Balanced Scorecard dengan Six Sigma, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hanson, D. R., dan M. M. Mowen, 1999, “Management Accounting”, Edisi keempat, South Western College Publising …………………………………..., 2001,
“Management
Accounting”, Edisi
keempat, South Western College Publising
Husnan, Suad, 1994, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisa Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Indriantoro, Nur, 2001, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.