ANALISIS PERSEDIAAN TEPUNG TAPIOKA PADA USAHA KERUPUK RAMBAK UDANG BAPAK MASRUHIN DI TENGGARONG Oleh: Siti Rukmana Sari, Sabran dan Erwinsyah Penulis adalah mahasiswa dan dosen pengajar pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Kutai Kartanegara Abstract: This study aims to determine how much inventory tapioca most economical in effort rinds shrimp Mr. Masruhin month January 2016 Implementation of field research conducted for one month (January 2016) commencing 1 until the last data collection, housed in Jalan Selendreng Gang 1 Number 61 Village Loa Ipuh Tenggarong District Kutai regency Province East Kalimantan. This research was done using the formula EOQ, knowing booking fees, storage fees, minimum stock, reorder point, maximum and minimum stock inventory on efforts rinds shrimp Mr. Masruhin. With the results obtained in short supply, where the amount of usage or demand of 500 kg while the large number of inventories amounted to 490 kg, resulting in short supply of tapioca flour 10 kg in January 2016. The minimum amount of inventory (safety stock) tapioca flour should be owned by business rinds shrimp Mr. Masruhin is 36 kg of tapioca flour. Economic Qorder Quantity (EOQ) tapioca flour is reached on the order quantity is 69 kg with 7 times for a month and frequency reservations for 2 days. Reorder point (reorder point) for tapioca starch occurs in inventories amounted to 72 kg of tapioca flour. The maximum number of inventories of starch occurs in inventories amounted to 105 kg of tapioca flour. The hypothesis has been put forward stating "With that inventories of tapioca flour in the business rinds shrimp crackers Mr. masruhin smaller than the version of the analysis of" acceptable. Keywords: Economic Order Quantity (EOQ), safety stock, reorder point PENDAHULUAN Era globalisasi saat ini bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat, setiap usaha berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan di dalam dunia bisnis,sukses tidak suatu usaha ditentukan oleh manajamen yang baik. Saat ini banyak usaha yang berdiri di berbagai bidang seperti usaha manufaktur, usaha jasa boga dan usaha pertanian maupun perternakan. Setiap usaha pastinya memiliki persediaan bahan baku dan setiap usaha tentu memiliki bahan baku yang berbeda-beda seperti jumlah bahan bakunya maupun jenisnya, hal ini dikarenakan setiap usaha memiliki produksi dan hasil yang berbeda walaupun setiap usaha pasti memiliki keunggulan dan kelemahan di bidang masing-masing. Mendirikan sebuah usaha sudah tentu mempunyai tujuan jelas, Tujuan mendirikan usaha yaitu: Untuk mencapai keuntungan maksimal dan memakmurkan pemilik usaha. Usaha yang bertujuan ingin mencapai tujuan yang maksimal mengandung konsep bahwa pemilik harus melakukan kegiatan secara efektif dan efisien. Efektif berkaitan dengan tujuan yang
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
hendak dicapai, sedangkan efisien berkenaan dengan biaya yang seminimal mungkin untuk mencapain tujuan tersebut. Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu. (Rangkuti, 2009:2) Sedangkan EOQ (Economic Order Quantity) menurut Zulian Yamit (2010:51)adalah jumlah pemesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimalkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam peroses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bila dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tampa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber dana yang menganggur, karna sebelum persediaan digunakan berarti dana
91
yang terikat didalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan yang lainnya. Perusahaan atau organisasi pasti memerlukan persediaan, paling sedikit ada tiga alasan perlunya persediaan bagi perusahaan maupun organisasi yaitu : adanya unsur ketidakpastian permintaan (permintaan yang mendadak), adanya ketidakpastian dari pasokan supplier, dan adanya unsur ketidakpastian tenggang waktu pemesanan. Tujuan diadakannya persediaan yaitu : Untuk memberikan layanan yang terbaik pada pelanggan, untuk memperlancar proses produksi, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out), dan untuk menghadapi fluktuasi harga. Tujuan akhir manajemen persediaan adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan, yang menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan atau meminimumkan total biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Usaha Krupuk Rambak Udang milik Bapak Masruhin memproduksi dan menjual krupuk jadi dalam beberapa kemasan, dengan bahan baku dominan berasal dari tepung tapioka yang dibeli dari pergudangan bahan baku samarinda yang dikirim langsung dari jawa. Dimana masalah yang mungkin timbul yaitu jika persediaan tepung tapiokaterlalu besar atau berlebihan akan mengakibatkan biaya penyimpanan yang tinggi disamping resiko yang mungkin dihadapi, sedangkan jika persediaan tepung tapioka terlalu sedikit akan mengakibatkan usaha kerupuk tidak mempunyai persediaan yang mencukupi hal ini akan menghambat kegiatan penjualan. Mengatasi masalah tersebut maka diperlukan pengendalian, dimana dengan adanya pengendaliaan persediaan tersebut diharapkan porsi yang disediakan bagi persediaan tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil, atau dengan kata lain persediaan diadakan pada suatu tingkat tertentu sehingga dapat dimonitor kapan persediaan harus disediakan dan berapa besar persediaan yang harus diadakan. Perlu ditekankan lagi bahwa setiap usaha akan berusaha untuk dapat memaksimumkan laba dan meminimumkan biaya. Jika usaha kerupuk rambak udang ini mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan keuntungan yang diterima, maka dapat dikatakan bahwa usaha ini belum dapat mencapai tujuannya, dengan kata lain bahwa usaha ini mengalami kerugian.
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
Usaha yang menjadi bahan penelitian adalah usaha kerupuk rambak udang Bapak Masruhin, usaha ini memerlukan persediaan tepung tapioka agar produksinya lancar. Bapak Masruhin harus memperhitungkan berapa banyak kebutuhan tepung tapioka untuk sekali produksi kerupuk rambak udang. Usaha Bapak Masruhin merupakan usaha kerupuk rambak udang yang beralamat di Jalan Selendereng Gang 1 RT 6 No.61 Kelurahan Loa Ipuh KecamatanTenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Berikut ini toko-toko penjual dan pembuat kerupuk yang ada disekitar Tenggarong, yaitu: Tabel 1. Daftar penjual dan pembuat kerupuk yang ada di sekitar Tenggarong
Sumber data: Diolah peneliti Tepung yang digunakan adalah tepung tapioka sebagai bahan utama dalam pembuatan kerupuk rambak udang. Selama proses pembutan kerupuk rambak udang Bapak Masruhin sering mengalami masalah kekurangan persediaan karena sedi-kitnya jumlah persediaan tepung tapioka tersebut. Karna kekurangan tersebut Bapak Masruhin sering membeli diwarung terdekat dengan harga yang berbeda pada saat bapak Masruhin membeli dalam jumlah banyak yang tentunya lebih murah dibandingkan membeli dalam jumlah kecil. Persediaan yang terlalu banyak akan merugikan pemilik usaha, persediaan yang terlalu sedikit juga membawa akibat serupa karna menimbulkan gangguan terhadap ke-giatan usaha. Masalah yang sering ditemui oleh pemilik usaha yaitu Bapak Masruhin berkaitan dengan persediaan ialah kesulitan mencapai jumlah optimum, bukan terlalu besar atau terlalu kecil.
92
Tabel 2. Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Jumlah Persediaan, Pemakaian Tepung Tapioka Bulan Januari 2016
Sumber data: Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin, 2016 Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi deng-an judul “Analisis Persediaan Tepung Tapioka Pada Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Di Tenggarong”. Kenyataan menunjukan bahwa dalam perkembangan usahanya Bapak Masruhin terus mengalami peningkatan penjualan maupun pemasarannya, tetapi tidak diiringi dengan pengadaan persediaan yang memadai sesuai dengan teori sehingga besar persedi-aan tepung tapioka yang dimiliki belum dapat diketahui secara pasti. Hal ini berkai-tan pada kurangnya produsi kerupuk rambak udang yang dihasikan dikarenakan kekura-ngan persediaan tepung tapioka yang dimiki. Kondisi tersebut sudah tentu akan berkaitan pada pencapain keuntungan yang diperoleh juga berkurang. Seharusnya dalam menghadapi persaingan untuk mempertahankan konsumen dan meningkatkan hasil penjualan, maka usaha kerupuk rambak udang Bapak Masruhin harus mengadakan perhitungan tentang persediaannya sehingga seberapa besar persediaan yang dimiliki
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
dapat diketahui. Kekurangan persediaan menyebabkan usahan ini terpaksa harus membatasi penjualannya dari hasil produksinya yang mengalami kekurangan persediaan tepung tapioka. Adanya persediaan tepung tapioka sangat berguna untuk melayani pesanan kerupuk rambak udang yang mendadak dipesan oleh konsumen untuk acara tertentu. Tampa adanya persediaan tepung tapioka yang cukup tentu Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin tidak dapat memenuhi pesanan konsumen tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah persediaan tepung tapioka pada usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin sudah optimal ?” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengaji hal sebagai berikut : Besarnya persediaan tepung tapioka yang paling ekonomis seharusnya dimiliki oleh usaha Bapak Masruhin. METODE PENELITIAN Definisi Operasional Untuk mempermudah pembahasan maksud dan tujuan penulisan ini maka akan diuraikan definisi operasional yang merupakan pokok pembahasan penulis: 1. Persediaan bahan baku tepung tapioka Tepung tapioka merupakan bahan baku Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Di Tenggarong, dimana digunakan untuk menghasilkan Kerupuk Rambak Udang. Persediaan diperlukan untuk dapat memenuhi permintaan atau langganan setiap waktu dan persediaan diadakan untuk mempermudah atau memperlancar jalannya oprasional Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Di Tenggarong, tergantung dari volume produksi dan jenis usahanya. Bahan baku perlu mendapat perhatian extra dari pembuatnya, karena bahan baku sangat menentukan mutu produk kerupuk itu sendiri. Sebaik apapun produk kerupuk suatu usaha, tidak akan menghasilkan produk kerupuk yang baik dan bermutu jika yang digunakan tidak bermutu atau dalam kondisi yang tidak baik. 2. Konsep Economic Order Quantity (EOQ) Economic Order Quantity (EOQ) adalah merupakan jumlah pesanan dengan jumlah total inventory cost yang paling minimal dalam suatu jangka tertentu. Jumlah yang dipesan hendaknya menghasilkan biaya-biaya yang minimal dalam persediaan dan biaya penyimpanan (carrying
93
cost). Persoalan yang dihadapi oleh Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Di Tenggarong adalah bagaimana mengaplikasikan secara tepat sumber-sumber yang dimiliki oleh Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin sehingga dapat memaksimumkan laba atau meminimumkan biaya sehingga dapat memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dimiliki secara optimal. 3. Konsep Reorder Point Reorder Point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi demikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat waktu. Konsep ini sangat penting bagi Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin, karena kedatangan bahan baku yang dipesan tepat waktu akan memperlancar jalannya produksi. 4. Konsep safety stock Safety stock pada Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin berguna melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi kemacetan usaha yang disebabkan terjadinya kekurangan atau kehabisan bahan baku dan juga untuk menjaga situasi kemungkinan terjadinya kesulitan mendapatkan persediaan bahan baku tepung tapioka suatu saat. Tempat Penelitian Tempat penelitian dalam penulisan ini adalah pada Usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin yang beralamat di Jalan Selendreng gang. 1 no.61 Kelurahan Loa Ipuh Kecamatan Tenggarong. Alat Analisis dan Pengujian Hipotesis Untuk dapat menentukan jumlah pemesanan atau pembelian yang optimal tiap kali pemesanan, perlu ada perhitungan kuantitas pembelian optimal yang ekonomis atau Economic Order Quantity (EOQ). Menurut (Sutrisno, 2008;87) a. Pesanan yang paling ekonomis(Economic Order Quantity) EOQ = √((2.R.O)/C) Dimana : R = Kebutuhan bahan baku untuk dibeli (unit) O = Biaya setiap kali pesan (rupiah) C = Biaya simpan
R O Q
= Kebutuhan bahan baku untuk dibeli (unit) = Biaya setiap kali pesan (rupiah) =,Banyaknya setiap kali pembelian bahan/jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis(unit)
c.
Biaya penyimpanan Biaya simpan = Q/2 x C Dimana : Q = Banyaknya setiap kali pembelian bahan/jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (unit) C = Biaya simpan (rupiah)
d.
Safety stock/Persediaan minimum Safety stock = ( Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-rata) Lead Time
e.
Kebutuhan selama Lead Time Lead Time = (Rata-rata selama waktu tunggu x harapan pemakaian produksi)
f.
Tingkat atau titik pemesanan kembali (Reorder Point) Reorder Point = Safety stock + Kebutuhan selama Lead Time
g.
Persediaan Maksimum Maks = Persediaan Minimum + EOQ
Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan Hipotesis berdasarkan hasil analisis, maka : 1. Hipotesis akan diterima, jika persediaan tepung tapioka yang dimiliki oleh usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Tenggarong lebih kecil dibandingkan hasil analisis. 2. Hipotesis akan ditolak, jika persediaan tepung tapioka yang dimiliki oleh usaha Kerupuk Rambak Udang Bapak Masruhin Tenggarong lebih besar dibandingkan hasil analisis.
Biaya pemesanan Biaya pesan = R/Q x O Dimana :
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Data Sesuai dengan alat analisis yang telah dijelaskan untuk kemudian dapat dilakukan analisis terhadap data yang telah terhimpun dalam bab sebelumnya. Setelah itu baru dilakukan pembahasan atas hasil dari analisis yang telah dilakukan. Maka diketahui : 1. Jumlah persediaan tepung tapioka pada bulan Januari 2016 adalah 490 kg
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
94
b.
2. Jumlah kebutuhan tepung tapioka pada bulan Januari 2016 adalah 500 kg 3. Biaya setiap kali mengadakan pemesanan adalah Rp. 240.000 4. Biaya penyimpanan adalah Rp. 50.000 5. Waktu keterlambatan datangnya pesanan (lead time) adalah 1 hari Pesanan yang paling ekonomis (Economic Order Quantity) Diketahui : R = Kebutuhan bahan baku untuk dibeli adalah 500 kg O = Biaya setiap kali pesan adalah Rp. 240.000 C = Biaya simpan adalah Rp. 50.000 EOQ
= √((2.R.O)/C)
= √((2 x 500 x 240000)/50000) = √4800
= 69,28 atau 69 kg Jadi, persediaan tepung tapioka yang harus di sediakan bapak Masruhin adalah 69 kg sesuai perhitungan di atas. Biaya Pemesanan Biaya Pesan = R/Q x O Diketahui : R = Kebutuhan bahan baku dibeli adalah 500 kg O = Biaya setiap kali pesan adalah Rp. 240.000 Q = Banyaknya setiap kali pembelian bahan/jumlah pesanan yang paling ekonomis adalah 69 kg Biaya pesan = 500/69 x 240000 = 1739130 atau Rp 1.739.130,Jadi, biaya pesan yang seharusnya disediakan oleh Bapak Masruhin sebesar Rp 1.739.130,Biaya Penyimpanan Biaya Simpan = Q/2 x C Diketahui : Q = Banyaknya setiap kali pembelian bahan/jumlah pesanan yang paling ekonomis adalah 69 kg C = Biaya simpan adalah Rp. 50.000
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
Biaya Simpan = 69/2 x 50000 = Rp. 1.725.000 Jadi, biaya penyimpanan (Holding cost/ carrying cost) adalah sebesar Rp.1.725.000. Safety Stock/ Persediaan minimum Safety Stock = (pemakaian maksimum pemakaian rata-rata) lead time Safety Stock = (69-33) 1 = 36 kg Jadi, persediaan pengamannya (safety stock) adalah 36 kg tepung tapioka. Bapak masruhin harus mempunyai persediaan pengaman sebesar 36 kg tepung tapioka agar tetap dapat membuat dapat membuat kerupuk rambak udang. Kebutuhan selama Lead Time Untuk menentukan besarnya pemakaian selama waktu tunggu, pertama tama harus dihitung terlebih dahulu pemakian tepung tapioka perproduksi yaitu : 1. Harapan pemakain tepung tapioka perproduksi = 500 : 15 = 33,33 2. Dengan 15 kali produksi = 30 hari 3. Harapan pemakaian Rata-rata selama waktu tunggu x harapan pemakaian produksi = 2/30 x 33.33 = 2 kg Jadi, kebutuhan selama Lead time usaha kerupuk rembak udang bapak Masruhin adalah sebanyak, 2 kg tepung tapioka. Tingkat atau (Reorder Point)
titik
pemesanan
kembali
Reorder Point = Safety Stock + Kebutuhan selama Lead Time Reorder Point = 36 + 2 = 38 kg Jadi, tingkat atau titik pemesanan kembali (Reorder Point) adalah 38 kg, yaitu pada saat persediaan tepung tapioka 38 kg Bapak masruhin harus mengadakan pemesanan kembali agar proses pembuatan kerupuk rambak udang lancar. Frekuensi pesanan yang ekonomis F = D/Q Diketahui : D = Jumlah kebutuhan barang adalah 500 kg Q = Jumlah pemesanan adalah 69 kg
95
F = D/Q = 500/69 = 7,2 kali atau 7 kali Sebulan 15 hari kerja = ( 15 : 7 ) = 2,1 atau 2 hari Jadi, pesanan yang ekonomis adalah 7 kali selama sebulan 2 hari sekali dilakukan pemesanan tepung tapioka. Persediaan Maksimum Maks = Persediaan Minimum + EOQ Diketahui : Persediaan Minimum adalah 36 kg EOQ adalah 69 kg Maks = Persediaan Minimum + EOQ = 36 + 69 = 105 kg Jadi, pesediaan maksimum yang seharusnya dimiliki oleh Bapak Masruhin adalah 105 kg agar tidak menimbulkan biaya penyimpanan yang besar. PEMBAHASAN Usaha ini selain dapat menetapkan jumlah setiap kali pesanan yang paling ekonomis, maka setiap usaha harus juga dapat menetapkan persediaan pengamanan (safety stock). Persediaan pengamanan ini diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan (stock out). Kemungkinan terjadinya stock out dapat disebabkan oleh penggunaan atau penjualan yang lebih besar dari perkiraan semula, atau dapat dikarenakan oleh adanya keterlambatan dalam penerimaan barang pesanan. Diadakannya persediaan pengamanan, kerugian akibat stock out dapat dihindari namun dilain pihak akan berdampak pada peningkatan besarnya ongkos penyimpanan (carrying cost). Selain itu, usaha kerupuk rambak udang Bapak Masruhin tidak dapat melayani pesanan kerupuk yang datang. Konsumen akan bisa beralih kepada usaha kerupuk lain. Pembuatan kerupuk rambak udang Bapak Masruhin seharusnya menyediakan tepung tapioka sebanyak 33 kg untuk rata-rata perharinya agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Kebutuhan tepung tapioka selama bulan Januari 2016 sebagai mana hasil yang diperoleh dari perhitungan atas data-data selama penelitian, maka dapat diketahui bahwa sebesar 500 kg tepung tapioka. Rata-rata kebutuhan tepung
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
terigu perhari adalah sebesar 500 dibagi 15 hari sama dengan 33 kg. Sesuaian data diatas maka besarnya persediaan pengamanan, dengan tenggang waktu (lead time) 1 (satu) hari maka besarnya persediaan pengamanan untuk tepung tapioka adalah sebesar 1x36 sama dengan 36 kg tepung tapioka. Setelah diuraikan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ) adalah sebesar 69 kg dan jumlah persediaan pengamanan (safety stock) yang dimiliki oleh usaha Kerupuk rambak udang Bapak masruhin adalah 36 kg, selanjutnya adalah menentukan titik pemesanan kembali (reorder point) tepung tapioka dapat diperhatikan juga waktu tunggu (lead time) yang paling optimal dimiliki oleh usaha kerupuk rambak urang Bapak Masruhin yaitu 1 hari, maka dari hasil perhitungan besarnya (reorder point) untuk tepung tapioka adalah 72 kg. Totalitas persediaan tepung tapioka yang ada digudang telah mendekati titik (reorder point) maka pihak usaha kerupuk rambak udang Bapak masruhin sudah harus melakukan pemesanan kembali kepada pihak agen/suplayer. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapatlah digambarkan grafik yang menunjukan hubungan antar EOQ dengan (reorder point) dan (saftey stock). Gambar 1. Grafik Hubungan EOQ, Reorder Point dan Safety Stock Terdapat Persediaan Tepung Tapioka
Penjelasan yang diperoleh dari gambar tersebut di atas adalah bahwa ukuran dari pemakaian yang diharapkan dapat di lihat pada kemiringan garis pemakaian. Pemilik usaha menerapkan persediaan sampai pada titik maksimum kemudian melakukan pemesanan
96
kembali sesuai dengan nilai hasil perhitungan Eqonomic Order Quantity (EOQ) sebesar 69 kg setelah sampai pada titik pemesanan kembali yaitu 72 kg dengan cadangan persediaan safety stock yang telah ditentukan sebesar 36 kg tepung tapioka. Persediaan tepung tapioka yang dimiliki oleh usaha kerupuk rambak udang Bapak Masruhin tidak boleh kurang dari 36 kg tepung tapioka agar produksinya tetap berjalan lancar serta konsumen tidak beralih ke usaha kerupuk lain, hal ini menyebabkan kerugiannya penjualan dan penerimaan pendapatan. Persediaan maksimum yang harus disediakan oleh usaha kerupuk rambak udang Bapak Masruhin adalah 105 kg tepung tapioka tidak diperbolehkan melebihi dari angka tersebut karena akan berdampak pada biaya penyimpanan yang lebih. Sesuai perhituangan rumus EOQ maka dapat dilihat perbandingan antara pemilik usaha dengan peneliti seperti tabel dibawah ini. Tabel 3. Perbandingan antara pengusaha dan peneliti
Sumber: Diolah Peneliti Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh pemilik usaha maka perlu diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan usaha pelaksanaan persediaan secara efektif fan efesien dengan memilih alternatif pemecahan masalah yang penulis ajukan, setelah terlabih dahulu melalui tahap pengujian dan pembuktian keakuratan yang terkadang didalamnya. Sebelum alternatif tersebut diterima bagi metode yang akhirnya digunakan untuk mengatasi problematika yang dihadapi oleh pemilik usaha. Langkah pemecahan masalah yang disertai juga dengan pembuktian hipotesis adalah merupakan hasil mengapa alternatif tersebut ditetapkan sebagai yang terbaik, sedangkan harapan yang diperoleh bila pemilik usaha menjalankan langkah-langkah yang dimaksud telah penulis cantumkan dalam perhitungan bagaimana pada pembahasan terdahulu. Pembuktian keseimbangan antara biaya pemesanan dan persediaan dilihat dilihat pada tabel dibawah ini.
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
Gambar 2. Grafik Model persediaan tepung tapioka dengan pendekatan EOQ
Sumber: Diolah Peneliti Sesuai grafik di atas garis OC (Order Cost) dan HC (Holding Cost) bertemu pada titik pemesanan ke tujuh dengan pemesanan tepung tapioka 71 kg dan perbedaan biaya pemesanan dan penyimpanan yang terkecil dari semua frekuensi pemesanan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang telah dikemukakan yang menyatakan “Analisis persediaan tepung tapioka pada usaha kerupuk rembak udang Bapak Masrihun lebih kecil dibanding versi analisis” diterima. Hasil penelitian yang menunjukkan sering terjadi kekurangan persediaan, dimana jumlah pemakaian/permintaan sebesar 500 kg lebih besar dari jumlah persediaan sebesar 490 kg, terjadi kekurangan 10 kg pada bulan Januari 2016. DAFTAR PUSTAKA Ahamd Fandi. 2014. Analisis Persediaan Spare Part Sepeda Motor YAMAHA Tipe Matic Pada PT. Serba Mulia Auto Di Tenggarong. Universitas Kutai Kartanegara Tenggarong: Tenggarong. Assauri.
2008. Manajemen Produksi Operasi. Jakarta: LPFEUI.
dan
Benny A.Moh. 2009. Manajemen Keungan Bisnis Teori dan Soal. Alfabeta: Bandung. Carter. 2009. Akutansi Biaya. Edisi 14. Salemba Empat: Jakarta.
97
Chase,
Jacbs, Aquallano. 2009. Operation Management for Competetive Advantages With Global Case. Prentice Hall. New York.
Fahmi. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Alfabeta: Bandung. George R. Terry dan Leslie W. Rue. 2008. Dasar-Dasar Manajemen. Bumi Aksara: Jakarta. Hadiguan, Rika Ampuh. 2009. Manajemen. Pendekatan Sistem untuk Efesiansin dan Efektivitas. Edisi 1. Bumi Aksara: Jakarta. Handoko. 2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFEYOGYAKARTA.
Rina. 2015. Analisis Pengendalian Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Roti Cita Rasa Pada PT. Kaltim Multi Boga Utama di Bontang. Universitas Mulawarman: Samarinda. Ristono Agus. 2009. Manajemen Persediaan. Edisi 1. Yogyakarta: graha Ilmu. Robbins, Coulter. 2010. Manajemen. Edisi 10. Jilid 1 dan 2. Penerbit Erlangga. Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporan Keuangan. Erlangga: Jakarta. Sarjono, Haryadi. 2010. Aplikasi Riset Operasi. Salemba Empat: Jakarta.
Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara: Jakarta.
Sentono, Prawira. 2009. Kebijakan Kinerja Karyawan. Penerbit PT.BPFE: Yogyakarta.
Heizer, Jay. & Barry. 2012. Manajemen Operasi. Edisis Tujuh. Selemba Empat: Jakarta.
Siagian. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. PT. Rineka Cipta: Jakarta.
Heizer, Render. 2009. Manajemen Operasi. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta.
Sjahria
Ishak, Aulia. 2010. Manajemen Operasi. Graha Ilmu: Medan. Kusuma.
2009. Manajemen Produksi: Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Masyiah, Yuningsih. 2009. Akuntansi Biaya. Edisis Revisi. Universitas Muhammadiah Malang: Malang. Nickels,
dkk. 2009. “Pengantar Bisnis Understanding Business”. Salemba Empat: Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. PT. Gramendia Pustaka Utama: Jakarta. Rangkuti, Malik. 2013. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara Perhitungan Bobot, Ranting, dan OCAI. PT. Gramendia Pustaka Utama: Jakarta.
JEMI Vol 16/No 2/Desember/2016
Darmawan l. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi 1. Mitra Wancana Media: Jakarta.
Stevenson. 2014. Manajemen Operasi: Perspektif Asia. Edisi 9 Buku 1. Salemba Empat: Jakarta. Sudanan.
2011. Manajemen Keuangan Perusahaan (Teori Praktik). Penerbit Erlangga.
Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Ekonisia: Yogyakarta. Wahyuni. 2013. Analisis Persediaan Tepung Pada Usaha Kue Ibu Hadijah Di Tenggarong. Universitas Kutai Kartanegara: Tenggarong. Wijayanti. 2008. Manajemen. Mitra Cendikia: Yogyakarta. hal 1. Yamit Zulian. 2008. Manajemen Persediaan. Penerbit Fakultas Ekonomi UI: Yogyakarta.
98